The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Istiqomah 59isty, 2021-02-02 07:24:26

layout NTB 2021 fix awal

layout NTB 2021 fix awal

diversifikasi pangan lokal dalam ketahanan pangan di SMK Negeri 1
Pringgasela.

Paradigma menurut KBBI (2019) adalah kerangka berpikir, sedang
menurut Thomas S. Kuhn (dalam Surajiyo, 2007) adalah suatu asumsi dasar dan
asumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi
suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri. Dalam kaitannya penanaman paradigma zero waste, dimulai dari
penyampaian program tersebut dalam bentuk sosialisasi Kepala Sekolah
kepada Guru dan Staf Kependidikan pada rapat dan aktivitas di luar jam belajar
mengajar. Hal ini penting dilakukan, mengingat guru adalah merupakan barisan
depan agent of change, yang perilakunya senantiasa digugu dan ditiru (Bahasa
Jawa: dipercaya dan diikuti). Hal kecil yang dilakukan oleh pendidik secara
terbiasa akan terlihat oleh peserta didik, selain menumbuhkan habit yang baik
(Learning by seeing diikuti dengan learning by doing). Selain itu, penanaman
paradigma ini disampaikan melalui program Imtaq (Iman dan Taqwa) yang
dilakukan setiap pagi serta pada saat kegiatan belajar mengajar. Seperti
pepatah tiongkok yang menyebutkan bahwa “A journey of a thousand miles
begins with a single step” Hal yang besar akan diawali dari hal yang kecil yang
dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.

Diversifikasi pangan lokal mulai dituangkan dalam Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 14 tahun 1974 tentang perbaikan mutu makanan rakyat, lalu
disempurnakan dengan Instruksi Presiden No. 20 tahun 1979 tentang
menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan mutu gizi makanan
rakyat (Andri, 2019). Presiden dan Menteri Pertanian (Mentan) mempunyai visi
yang sama yakni dengan mengeluarkan Peraturan Presiden tentang Kebijakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal
dan berturut kemudian Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Berbasis Sumberdaya Lokal oleh Kementerian Pertanian. Gerakan ini akan
semakin efektif apabila syaratnya terpenuhi, yakni ketersediaan aneka ragam
bahan pangan melalui pengembangan usaha pangan lokal dan perilaku
konsumen dalam mengonsumsi aneka ragam pangan. Secara garis besarnya

232

adalah mengembangkan segala macam bentuk karbohidrat lain yang

disandingkan dengan nasi (bersifat komplementer, bukan subsitusi).

Implementasi diversifikasi pangan lokal dalam

ketahanan pangan sederhana yakni dengan

mengubah kudapan rapat ataupun syukuran

guru yang beralih dari snack dus dan nasi

bungkus atau nasi box menjadi buah-buahan

dan rebusan umbi-umbian, untuk alasnya dapat

diganti dengan piring makan. Sedangkan untuk

makan besar menjadi bentuk lesehan

prasmanan sederhana atau begibung (Bahasa

Sasak: makan bersama). Secara gambaran

besar, pengurangan penggunaan sampah kertas

Gambar 2. Contoh (dan terutama sampah plastik) akan berkurang.
Pengurangan Penggunaan Semula kudapan berbahan dasar tepung
Kemasan (Syukuran Guru) dengan kemasan primer plastik ditambah

dengan kemasan sekunder berupa kertas (dus), akan beralih menjadi pisang,

nanas, jeruk, umbi rebus, kacang rebus dan lain sebagainya. Di sisi lain adalah

dengan diversifikasi kemasan, secara otomatis akan mendiversifikasi pangan,

yakni beralih ke potensi pangan lokal hasil bumi desa yang tidak memerlukan

kemasan plastik lagi. Alternatif ini akan memberikan dampak lain berupa

ketahanan pangan. Dalam lingkup yang lebih sempit adalah lingkup Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 1 Pringgasela.

Hasil akhir dari paradigma adalah aksi yang nyata. Sedangkan sebaik-

baik tindakan adalah yang memberi kebermanfaatan yang luas. Dalam artian

ekonomi, hasil sebanyak-banyaknya dengan usaha yang efektif dan efisien.

Alternatif penawaran penulis merupakan langkah kecil dalam potret besar

prioritas NTB ke depan. Dalam sekali tepuk, mendapatkan dua manfaat, yakni

implementasi zero waste dan diversifikasi ketahanan pangan lokal, bukan tidak

mungkin dengan semakin massivenya gerakan yang diimbangi dengan bantuan

sarana dan prasarana, akan membuat gerakan zero waste lebih meluas lagi dan

bahkan lebih komprehensif sehingga mencakup pengelolaan sampah yang

bernilai ekonomis yang tinggi. Akhirnya kreativitas yang harus melampaui

233

keterbatasan, dan semoga senada dengan tagline Sekolah Menegah Kejuruan.
SMK Bisa!

Penulis bernama Pranti Dwi Astuti. Lahir di kota yang pernah
menjadi ibukota R.I kedua setelah Jakarta, tepatnya tanggal 8
Juli 1988. Mengenyam pendidikan di Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan bekerja
pada sektor perbankan dan fashion retail sebelum, akhirnya
mendedikasikan diri pada bidang pendidikan. Saat ini
bertugas di SMK Negeri 1 Pringgasela. Keinginan terbesar
penulis adalah menjadi manusia yang bermoral dan bermanfaat.

234

MURAL DI SEKOLAH

SEBAGAI MEDIA EDUKASI ZERO WASTE DAN ANTI VANDALISME

Oleh Ainun Asmawati, S.Pd.,M.Pd.

Guru SMAN 1 Sumbawa Besar

Vandalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan
merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya.
Vandalisme diartikan dalam kamus Oxford sebagai kegiatan yang dengan
sengaja menghancurkan atau merusak karya seni, milik umum dan pribadi,
keindahan alam, dan lain-lain. Vandalisme bisa juga diartikan sebagai tindakan
yang merusak properti orang lain. Itu berarti segala kegiatan merusak yang
dilakukan tanpa izin di tempat tempat umum, bisa dikategorikan sebagai
vandalisme. Seiring dengan berjalannya waktu vandalisme digolongkan
menjadi sebuah tindakan kriminal. Banyak negara yang membuat peraturan
tentang tindak kriminal vandalisme, seperti di Negara Inggris
(www.findlaw.co.uk, diakses pada 12 Desember 2019) yang memberlakukan
hukuman penjara selama tiga sampai enam bulan dan denda sesuai dengan
kerusakan yang diakibatkan.

Mural sebagai media seni menawarkan solusi dari kebisuan dinding
sekolah selama ini. Mural berasal dari kata ‘murus’, kata dari Bahasa Latin yang
memiliki arti dinding. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan
berukuran besar yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-
langit, atau bidang datar lainnya. Mural mampu hadir pada dinding-dinding
kosong pemukiman di sebuah kota, menciptakan sebuah ruang yang selama ini
terabaikan. Dengan memunculkan identitas pemukiman masing - masing,
menyampaikan pesan moral, menggagas ide-ide cerdas warga, dan
mengekspresikan kreativitas warga yang selama ini terabaikan, Mural dapat
menjadi sebuah seni visual yang mampu menciptakan ruang publik ditengah
problematika tata kota yang padat dan tidak beraturan. Seperti yang
dipaparkan Eko Prawoto, seorang pakar ilmu arsitek (seperti yang dikutip
Nurfita Kusuma Dewi, 2010: 24) lorong yang sempit dapat diberi gambar yang
seolah ruang menjauh sehingga menambah kesan luas pada lorong itu. Bisa

235

juga diberikan gambar dengan skala raksasa sehingga ruang akan berkesan
besar. Garis horizontal memberikan kesan jauh dan lebih rendah sementara
garis vertikal memberikan kesan tinggi sehingga memperpendek atau
mendekatkan jarak. Begitu pula dengan permainan warna terang gelap yang
dapat mempengaruhi kualitas ruang. Kondisi inilah yang seharusnya mampu
diciptakan disetiap ruang-ruang dua dimensi yang terbengkalai dan terkesan
kumuh. Seperti yang dikatakan Seperti yang dipaparkan oleh Ernadi Syaodih
(2015: 51) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pembangunan
Kabupaten Dan Kota, bahwa keindahan kabupaten/kota dapat tercipta dari
keharmonisan antara alam dan tata bangunan.

Konsep manajemen kota di atas, sangat sejalan jika mampu diterapkan
di lingkungan sekolah. SMA Negeri 1 Sumbawa berkomitmen dan fokus
menyukseskan dan mengembangkan program zero waste yang digelontorkan
Pemerintah. Sebagaimana diketahui Pemprov mencanangkan NTB Zero Waste
atau bebas sampah sejak pertengahan Desember 2018 lalu. Berbagai kegiatan
telah dilaksanakan antara lain, penyiapan sejumlah bak sampah dengan aneka
warna untuk mempermudah pemilahan, pengolahan sampah plastik dan
sampah daun oleh Club biologi sekolah, pelatihan pemanfaatan limbah plastik
menjadi bahan yang benilai jual, pengolahan sampah daun dan sampah basah
menjadi kompos organik, pembentukan duta kebersihan lingkungan dari
kalangan pelajar, pengelolaan kantin minim dan bebas jualan berbahan plastik
kemasan serta penyadaran penggunaan media air isi ulang (gerakan membawa
botol air dari rumah) yang berlaku bagi seluruh warga sekolah.

Program terbaru yang menarik perhatian adalah kegiatan yang
diadakan oleh OSIS (Organisasi Intra Sekolah) yaitu kegiatan lomba Mural bagi
seluruh kelas. Pada konten visual dari mural ini kesadaran pentingnya
menjaga lingkungan dan bijak terhadap sampah “zero waste”. Selama ini tidak
ada media edukasi yang menampilkan hal tersebut di sekolah. Mural yang
menampilkan gambar mengenai aneka perspektif dan cara pandang dari
peserta didik ini bukan hanya dapat menjadi media edukasi mengenai
pentingnya zero waste, namun juga dapat menjadi media edukasi dan solusi
dalam pemanfaatan terhadap ruang dua dimensi yang terbengkalai. Sehingga,
dapat mengurangi vandalisme di SMA Negeri 1 Sumbawa Besar.

236

Salah satu hasil karya mural
siswa di tembok sekolah
SMA Negeri 1 Sumbawa Besar,
merupakan salah satu Sekolah
Menengah Atas Negeri yang
ada di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, sesuai dengan Visi dan
Misi sekolah, SMAN 1
Sumbawa Besar selalu
melakukan pembaharuan dengan melakukan perubahan-perubahan yang
adaptif dengan perkembangan pendidikan di Indonesia. Sekolah ini telah
merancang mural di dinding - dinding pada sisi tembok sekolah, dan tembok
seputaran taman sekolah SMAN 1 Sumbawa Besar. Harapan sekolah dengan
diadakan Mural ini dapat menjadi media edukasi yang efektif terhadap peserta
didik yang keseharian melewati dan berada di dalam lingkungan sekolah. Mural
pada perkembangannya telah menjadi bagian dari seni publik yang melibatkan
komunikasi dua arah. Mural mampu mewujudkan proses kreatif siswa yang
positif, melalui arahan seorang guru seni rupa berkaitan dengan pemilihan
jenis cat dan konsep desain kepada peserta didik, diharapkan mampu
menggiring mereka dalam hal proses pembuatan mural di sekolah.
Pertimbangan dan saran dari seluruh warga sekolah juga telah diperhatikan
dalam penentuan lokasi dinding-dinding yang akan dilukis oleh para peserta
didik.
Penulis telah melakukan penelitian menggunakan metode kualitatif
terhadap kegiatan Mural oleh peserta didik SMAN 1 Sumbawa. Diperoleh hasil
bahwa dengan adanya mural pada ruang terbengkalai dua dimensi di
lingkungan sekolah bukan hanya dapat memperindah lingkungan, tapi juga
dapat mengurangi vandalisme dan menjadi media edukasi mengenai
pentingnya menyukseskan program zero waste. Disisi lain yang tidak kalah
pentingnya, ruang yang terbengkalai tadi dapat menjadi ruang bernilai dan
berkesan bagi peserta didik.

237

Ainun Asmawati, S.Pd.M.Pd. Lahir di Sumbawa Besar, 23 September 1977.
Setelah lulus dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan
Pendidikan Biologi di Universitas Mataram tahun 2001, sempat selama 2 tahun
bergerak sebagai Community Transformation Agent (CTA) di NGO Plan
Internasional, bidang Pengembangan dan perlindungan anak di Wilayah Sumbawa
NTB. Kemudian mulai tahun 2003 menjadi Guru Biologi di SMAN 1 Sumbawa
Besar sampai saat ini. Sejak 2010-2012 berhasil menyelesaikan program
pascasarjana di Universitas Negeri Malang. Hal tersebut meningkatkan
kemampuannya dalam menulis dan melakukan inovasi dalam dunia Pendidikan
khususnya dalam pembelajaran, dan telah mengantarnya 3 tahun berturut turut
(2016-2-18) menjadi finalis Lomba inovasi Pembelajaran tingkat Nasional (Inobel)
yang diselenggarakan oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Beberapa prestasi dan penghargaan telah di raih termasuk satyalencana
pengabdian 10 tahun dari presiden RI dan meraih juara II lomba inobel tingkat
nasional di tahun 2018. Beliau juga terpilih oleh Kemendikbud RI untuk mengikuti
Short Course di Queensland University Australia selama 1 bulan di tahun 2019,
dengan focus kursus “Pedagogical Skill”. Predikat Guru Berprestasipun
disandangnya, dan teranyar di tahun 2020 beliau ini terpilih Oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI Melalui P4TK, menjadi Pendamping/Pengajar
Praktek Guru Penggerak di Wilayah Bima NTB.

238

BUDAYAKU UNTUK DUNIA

SETIDAKNYA KUSUMBANGKAN SEDIKIT SAMPAH

Nova Firda Mustofa

Guru SDN 1 Sembalun Bumbung – Lotim

Budaya mencakup banyak hal, yang

berkaitan dengan sifat yang mem-

bangunnya, yaitu kompleksitas,

abstrakisme, serta pengertiannya

yang begitu luas di kehidupan

sehari-hari. Budaya memiliki

salah satu ciri yaitu dapat

diwariskan dari generasi ke generasi yang akan membentuk ciri khas pada

suatu generasi tersebut. Selain itu budaya juga memiliki ciri yaitu bersifat

mengikat dan memaksa bagi anggota-anggota di dalamnya yang berisi aturan-

aturan ataupun pedoman perilaku yang harus dilaksanakan anggota-anggota

tersebut.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang

didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan,

dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta

masyarakat. [Wikipedia.2019.https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya/ (diakses

tanggal 10 Desember 2019)]

Dari dua pegertian budaya di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

budaya memiliki bagian dan kemampuan-kemampuan lain yang luas di

dalamnya. Budaya juga dihasilkan dari kreativitas manusia itu sendiri yang

membentuk aturan yang dilaksanakan di masyarakat.

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:

gagasan, aktivitas, dan artefak. [Wikipedia.2019.https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya/

(diakses tanggal 10 Desember 2019)]

Dimana gagasan adalah ide-ide atau gagasan yang berwujud aturan

yang ideal dan bersifat abstrak atau tidak dapat disentuh. Aktivitas sendiri

239

adalah kegiatan atau perilaku yang timbul dari adanya wujud gagasan yang
ideal tersebut, sehingga nantinya akan terjalin sistem sosial yang mengatur
hubungan antar manusia /anggota di dalamnya. Sedangkan artefak yang sama
artinya dengan hasil karya adalah bentuk konkret atau fisik dari budaya yang
telah dilaknakan melalui kegiatan atau perilaku yang telah diatur dalam
gagasan atau ide.

Hal yang paling penting dalam budaya itu sendiri adalah suatu
perubahan. Jika dalam suatu kebudayaan sudah dikatakan berhasil sudah pasti
adanya juga perubahan, maka suatu ide/ gagasan berupa aturan yang
direncanakan sudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan mengalami
perubahan pada sistem sosial yang ada. Namun jika kebudayaan tersebut
dinyatakan gagal, maka unsur-unsur dalam kebudayaan tersebut tidak
terpenuhi secara sempurna. Sehingga menjadi penghambat dan menyebabkan
ketidakberhasilan perencanaan ide/gagasan yang telah dibuat atau tidak
adanya perubahan yang menyebabkan sistem sosial yang bergerak statis.

Di lingkungan manapun, baik di lingkungan rumah, sekolah maupun
masyarakat, budaya akan membentuk suatu ciri khas yang membedakan suatu
sistem sosial di dalam lingkungan tersebut dengan sistem sosial pada
lingkungan lainnya. Hal yang menarik disini adalah mengenai seberapa besar
dampak positif yang dapat dihasilkan dari suatu gagasan budaya tersebut pada
anggota dan sistem sosial di suatu lingkungan.

Budaya di sekolah yang biasanya lebih dikenal dengan pembiasaan di
sekolah memiliki peran untuk membentuk karakter sekolah sehingga memiliki
kebiasaan-kebiasan dan perilaku-perilaku yang sesuai dan diharapkan mampu
memberikan banyak dampak positif bagi warga sekolah maupun masyarakat di
sekitarnya. Banyak hal yang termasuk dalam budaya sekolah yang biasanya kita
temui, diantaranya gerakan literasi sekolah yang sedang gencar-gencarnya
dibicarakan sekarang ini, kegiatan ekstrakurikuler sekolah seperti drumband,
dan karate, kegiatan pra dan pasca kegiatan pembelajaran seperti mengaji,
hafalan dan senam, kegiatan yang berhubungan dengan tata tertib sekolah.

Budaya di sekolah di luar jam pelajaran tidak kalah pentingnya
dibandingkan dengan budaya di dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan
untuk mengajarkan dan mendidik warga sekolah dapat melaksanakannya

240

dengan aturan yang telah disepakati bersama, sehingga dapat menghasilkan
dampak nyata bagi lingkungan sekolah itu sendiri selain meningkatkan
kemampuan akademik siswa dan meningkatkan kompetensi guru dan tenaga
pendidik.

Saya sebagai guru sebuah sekolah dasar di sebelah timur pulau
Lombok menyadari akan pentingnya kebiasaan di sekolah selain dalam
kegiatan belajar mengajar, yang salah satunya adalah budaya kebersihan di
sekolah. Kebersihan di sekolah mencakup juga banyak hal diantaranya
kebersihan badan siswa, kebersihan kelas , kebersihan kantor dan ruangan
lainnya serta kebersihan lingkungan sekolah baik itu lapangan maupun taman
sekolah.

Secara umum penanganan untuk menyelesaikan permasalahan
kebersihan , sudah cukup melalui aturan atau tata tertib yang dituliskan di
sekolah. Seperti budaya kebersihan ruangan kelas, kantor dan ruangan lainnya
dapat dilakukan melalui piket siswa dan penjaga sekolah. Akan tetapi, budaya
kebersihan lainnya seperti halnya perilaku siswa membuang sampah di
tempatnya dan mengurangi penggunaan sampah plastik setiap hari masih sulit
untuk dilakukan jika hanya melalui aturan dan tata tertib yang ada.

Pernah juga di sekolah diterapkan pembayaran denda bagi siswa dan
warga sekolah yang membuang sampah tidak pada tempatnya dengan nominal
tertentu. Akan tetapi, lama-kelamaan aturan tersebut hilang dikarenakan
beberapa hambatan yaitu tingkat perekonomian warga sekolah khususnya
anak-anak yang tergolong miskin sehingga dianggap memberatkan bagi
mereka, selain itu perawatan tempat sampah di sekolah yang kurang rapi dan
jauh dari beberapa kelas sehingga beberapa anak memilih membuang sampah
di dekat tempat mereka makan janjanan mereka.

Bersih-bersih bersama sebelum jam pelajaran di mulai di lingkungan
lapangan dan taman sekolah seminggu sekali yang walupun intensitasnya
jarang. Biasanya dilakukan pada hari sabtu yang dimaksudkan karena pada
keesokan harinya sekolah tidak digunakan akan tetap terjaga kebersihannya.
Perintah untuk membersihkan lingkungan tersebut langsung disampaikan oleh
kepala sekolah SDN 1 Sembalun Bumbung tempat saya mengajar, dimana
beliau biasanya memberikan nasehat dan arahan kepada siswa setelah

241

melakukan kegiatan pra pembelajaran di luar kelas bersama mulai dari kelas I-
VI.

Pemanfaatan berbagai jenis sampah yang ada di sekolah menjadi
bahan dasar barang daur ulang juga menjadi fokus lainnya untuk mengatasi
kebersihan di sekolah saya. Koran bekas adalah salah satu benda penyumbang
sampah di sekolah kami. Biasanya tidak digunakan atau dimanfaatkan lagi
setelah selesai dibaca, dan ditumpuk atau dijual nnantinya bersama dengan
kertas-kertas bekas lainnya. Saya berinisiatif untuk memanfaatkannya dengan
memotong, merangkai dan menempelkannya menggunakan lem sehingga
membentuk hiasan untuk dinding ataupun langit-langit kelas.

Selain sampah koran, ada juga sampah sedotan dari sisa minuman
yang dibeli oleh siswa dan botol plastik yang biasanya ditemukan di sekitar
lingkungan sekolah. Saya bersama dengan siswa memanfaatkannya kembali
dengan membuat kerajinan juga untuk menghiasi kelas. Cara yang hampir
sama juga kami gunakan untuk membuat kerajinan tersebut, yaitu dengan
memotong, menggunting sebagian, membuat lengkungan, menempelkannya
dengan selotip, membentuk hiasan tersebut yang biasanya adalah bunga.
Sedangkan untuk botolnya, kami gunakan wadah atau vas bunga berbahan
sedotan tersebut, caranya hanya potong dan dihias atau diwarnai saja.

Dari banyaknya sampah yang dibuang ke sungai, laut ataupun jalanan
setiap harinya di di sekitar kita, lingkup Negara maupun dunia. Setidaknya
melalui kebiasaan sederhana dan pemanfaatan barang-barang bekas yang SDN
1 Sembalun Bumbung temukan ini dapat hanya memberikan sedikit
sumbangan sampah untuk tempat kami di bagian kecil bumi. Keberlangsungan
kehidupan di bumi jika bukan manusia sendiri yang menjaga, tidak mungkin
hewan dan tumbuhan yang merusaknya.

242

Nama saya adalah Nova Firda Mustofa, anak laki-laki
pertama urutan ketiga dari empat bersaudara, panggil
saja Nova. Pekerjaan yang saya lakukan adalah
bersenang-senang dengan anak-anak di SDN 1
Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, kabupaten
Lombok Timur Provinsi NTB sebagai guru. Lahir di
Blora, sebuah kota kecil Jawa Tengah pada tanggal 27
November 1989. Domisili sekarang di desa Sembalun
Bumbung. Motto hidup saya “Walaupun hanya kecil,
jika bermanfaat lebih dari cukup”. Kedepannya saya
ingin menjadi guru yang lebih banyak memberikan manfaat bagi orang lain.
Menulis adalah salah satu kegiatan sampingan saya, jika mood ada. Silakan
hubungi nomor WA: 082328863138, FB : Nova Firda Mustofa,
IG:@novafirdamustofa

243

PROGRAM ZERO WASTE DI SEKOLAH

MENUJU NUSA TENGGARA BARAT BEBAS SAMPAH

Oleh Sri Pujiani

MTs. Mu’allimat NW Pancor

Pendahuluan
Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang pendidik dan peserta

didik. Keberadaan sekolah sangat menunjang keberhasilan, kesuksesan, dan
ketenangan stake holder yang ada di dalamnya. Jika lingkungan sekolah selalu
Asri, bersih dan tertata rapi, temtunya siapapun yang ada di dalamnya akan
merasa tenang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang di bebankan kepada
mereka dengan maksimal dan penuh tanggung jawab.

Demikian juga sebaliknya, jika lingkungan sekolah tidak terpelihara, tidak
tertata rapi, kotor serta tidak di tunjang dengan sarana dan prasarana yang
memadai, maka stake holder yang berada di dalamnya baik siswa, guru,
pegawai tidak akan bisa bekerja dengan maksimal. Terhambatnya kesuksesan
baik pekerjaan atau prestasi sangat di pengaruhi oleh lingkungan di mana
mereka menjalankan aktifitas. Jika sampah plastik yang di hasilkan oleh
seorang siswa dalam satu hari minimal satu sampah plastik, maka akan
terkumpul ratusan buah sampah dalam bak sampah yang siap di angkut ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bagaimana jika siswa menyumbangkan lebih
dari satu sampah?, tentunya akan menghasilkan jumlah sampah yang berlipat
ganda dalam bak sampah yang sudah di siapkan, bahkan terkadang bak
sampah tidak bisa menampung sampah-sampah yang di hasilkan oleh anak-
anak.

Sampah-sampah yang di hasilkan di lingkungan sekolah sangat beragam,
ada sampah organik seperti daun kering, kertas bekas, kardus, dan sisa
makanan. Sedangkan untuk sampah anorganik seperti kertas plastik, plastik
pembungkus makanan (snack), gelas plastik, botol plastik air minum, dan pipet
plastik. Botol plastik air minum merupakan sampah terbanyak di sekolah.
Sampah-sampah tersebut banyak berserakan dan menumpuk di bak sampah
pada lingkungan sekolah selama proses pembelajaran berlangsung, karena
harus menunggu jadwal pengangkutan untuk di buang ke TPA oleh petugas
dari dinas terkait.

Sampah merupakan permasalah yang sangat sederhana, akan tetapi
sampah ini bisa menjadi permasalahan kompleks jika tidak di tangani dengan
baik. Oleh karena itu, salah satu program pemerintah NTB mencanangkan

244

“NTB Bebas Sampah Tahun 2023 melalui Zero Waste”. Program pemerintah ini
sangat bagus, sebagai seorang pendidik, kita harus mendukung program
pemerintah ini sesuai dengan profesi dan linkungan tempat kita bekerja.
Sebagai seorang pendidik, tentunya sekolah merupakan lingungan yang sangat
tepat untuk memulai program ‘Zero waste”

Gagasan Zero Waste Lifestyle (Gaya Hidup Nol Sampah) dinilai mampu
memaksimalkan penekanan sampah rumah tangga, serta dipastikan mampu
merubah pola pikir masyarakat kota Bandung dari semula yang apatis menjadi
kritis terhadap sampah terutama dengan sasaran ibu rumah tangga sebagai
pelaku utama yang paling berperan dalam kehidupan keluarga, selainitu, Zero
Waste Lifestyle (Gaya Hidup Nol Sampah) juga membuat pelaku yang
menerapkannya menjadi pribadi yang memiliki gaya hidup organis.

Zero Waste Lifestyle (Gaya Hidup Nol Sampah) adalah modifikasi
penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan untuk mendefinisikan ulang
limbahdalam kehidupan manusia. Dengan pemahaman bahwa limbah adalah
produksamping logis dari budaya dan sistem ekonomi manusia, selama ini
diatasi hanya dengan pengelolaan sampah yang linier.

Sedangkan konsep Zero Waste merupakan sebuah pendekatan filosofis
yang mendorong perubahan paradigma penggunaan dan pengelolaan material
sumberdaya alam secara lebih efisien, sehingga semua barang atau produk
dapat digunakan kembali atau dapat terurai kembali di alam.

PEMBAHASAN
Pemerintah Provinsi Nusa tenggara Barat Mentargetkan 2023 NTB

bebas sampah (zero waste) Kampanye kawasan bebas sampah dimulai dari
perangkat pemerintah daerah. Pemprov mewajibkan seluruh Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) untuk mengelola sampahnya dan mengurangi
penggunaan plastik satu kali pakai pada rapat-rapat atau pertemuan.
Tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan NTB bebas sampah pasti sangat
besar. Karena berbicara mengenai zero waste, kaitannya dengan mindset
masyarakat dari semua kalangan. Berbicara mengenai zero waste, artinya
menumbuhkan kesadaran semua orang yang berada pada suatu lingkungan.

Kampanye untuk mewujudkan NTB bebas sampah dilakukan disemua
kalangan, mulai dari unsur pemerintahan, sekolah-sekolah, dan bahkan sampai
pedesaan. Sosialisasi ini dimulai dari hulu ke hilir dan sebaliknya dari hilir ke
hulu demi tercapainya target pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bebas
sampah tahun 2023. Sebagai bentuk keperdulian masyarakat sekolah pada
program pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam mewujudkan zero

245

waste kepala Sekolah MTs. Mu’allimat NW Pancor mencanangkan program
tersebut di sekolah untuk mendukung rencan pemerintah tersebut. Kepala
sekolah melakukan beberapa kegiatan sosialisasi pada semua guru untuk
merencanakan program zero waste dengan kegiatan masing-masing guru.
Guru diminta untuk lebih kreatif dalam membimbing siswa memanfaatkan
berbagai jenis sampah agar siswa memiliki pemahamn yang baik tentang
bahaya sampah sehingga pada akhirnya siswa memiliki mindset bagaimana
mengelola sampah dengan baik dan bijak. Pemberian pemahaman terhadap
siswa diharapkan akan mampu membantu sosialisasi kepada masyarakat NTB
tentang program zero waste yang dicanangkan oleh pemerintah NTB.

Sebagai seorang guru dibutuhkan keperdulian yang besar terhadap
program pemerintah yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat NTB. Keperdulian tersebut diimplementasikan melalui program
Zero Waste mulai dari sekolah dengan membimbing siswa untuk memahami
dan ikut melaksakan program tersebut memalui beberapa tahapan diantaranya
yaitu:
1. Sosialisasi

Kegiatan awal dari kegiatan mendukung program NTB Bebas Sampah
tahun 2023, maka pihak sekolah melakukan sosialisasi kepada guru wali
kelas maupun guru mata pelajaran. Kemudian guru memberikan
pemahaman kepada siswa dampak negative keberadaan sampah di
sekolah dan dampak buruk semakin menumpuknya sampak di lingkungan
masyarakat. Kemampuan guru dalam memahami dampak sampah dan
bagaimana pemanafaatan sampah sangat mempengaruhi pemahaman
siswa dalam memahami program pemprov NTB menuju Bebas sampah
pada tahun 2023.
Sebagai guru matematika penulis mulai merancang strategi dan teknik
sosialisasi zero waste pada siswa agar siswa memahami dampak negative
sampah terhadap kesehatan manusia dan dampak positif pemanfaatan
sampah sehingga mampu memberikan imfact ke masyarakat secara lebih
luas. Dengan sosialisasi dan pemberian pemahaman yang baik kepada
siswa ternyata dapat memberikan nilai positif terhadap pemahaman
masyarakat menjawab tantangan program pemerintah NTB bebas
sampah tahun 2023.
2. Pemilahan sampah
MTs. Mu’allimat NW Pancor memiliki santri yang cukup banyak kemudian
pada saat keluara main mereka semua belanja membeli snack air mineral
dan jajanan tradisional lainya. Dengan begitu berbagai jenis sampah

246

berserakan di beberapa tempat diantaranya; kantin, kelas, halaman
sekolah, dekat kamar mandi dan lain sebagainya. Hal itu terjadi karena
siswa suka makan ditempat yang ereka anggap nyaman. Dengan melihat
kondisi tersebut maka sebagai guru; dengan melihat hhal tersebut mulai
mengajak siswa untuk memungut sampah tersebut dan
mengumpulkannya pada satu titik. kemudian penulis guru mengajak siswa
untuk memilah sesuai dengan jenis sampah yaitu: botol plastik, belas
plastik, sisa bungkus snack, sisa bungkus nasi, dan botol gelas.
3. Pemanfaatan sampah jadi Ecobrick
Sampah yang sudah terkumpul dan dipilah kemudian disiapkan untuk
dibuat Ecobrick. Guru mengajak siswa untuk membuat Ecobrick di luar

jam pelajaran dengan tujuan tidak
mengganggu aktivitas pembelajaran.
Misalnya dikerjakan pada sore hari atau
pada jam istirahat. Ecobrick yang dibuat
oleh siswa kemudian dimanfaatkan
sebagai taman dan ditaruh di depan kelas.
Semua sampah plastic sisa makanan
dibersihkan dan dimasukan kedalam botol
plastik kemudian ditata ditaman, dibuat
menjadi pot bunga, kursi, meja, dan lain
sebaginya. Tetapi di MTs. Mu’allimat
sampai dengan tulisan ini dibuat pemanfaatan sampah Ecobrick menjadi
taman dan pot bunga saja.
4. Pemanfaatan sampah jadi Media Belajar
Pemanfaatan sampah sebagai Ecobrick memberikan keindahan disekolah
dan sangat mengurangi sampah secara signifikan. Disamping itu guru
mengajak siswa untuk memanfaatkan botol plastic menjadi media
pembelajaran matematika. Dengan melakukan pemanfaatan sampah
sebagai media dapat mengahsilkan media yang murah dengan manfaat
yang sama dengan media lainya. Disamping itu media yang dihasilkan dari
sampah menjadi ramah lingkungan. Media yang dihasilkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa karena media yang digunakan dibuat
sendiri dan dapat dipahami dengan baik.

247

Pemanfaatan sampah sebagai media belajar menjadi solusi terbaik
untuk mendukung pembelajaran abad 21 yang mampu membuat
siswa berfikir kreatif, berfikir kritis, komunikatif dan kolaboratif.
KESIMPULAN
Untuk mendukung program pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu
program Zero Waste 2023. Maka penulis mengajak siswa untuk memanfaatkan
sampah menjadi Ecobrick dengan memanfaatkan sisa makanan yang
dimasukan ke dalam botol plastic menjadi taman dan pot bunga. Disamping itu
botol plastic yang menjadi sampah dimanfaatkan menjadi media pembelajaran
yang murah dan ramah lingkungan. Dengan mengajak siswa membuat media
dari limbah plastic tersebut mampu meningkatkan daya berfikir kreatif, kritis,
dan inovatif.

REFRENSI
Muhammad Taufiq Fatchurrahman Bengkulahn 2018) manajemen

pengelolaan sampah berkelanjutan melalui inovasi
“ecobrick” oleh pemerintah kota yogyakarta.
https://www.researchgate.net/publication/325284392.
Gita Prajati, Darwin (2017) Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah Terhadap
Penerapan Program Zero Waste di Sekolah: Studi Kasus SMK
Maitreyawira Batam. JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2,
No. 1, Juni 2017, Hal. 39-46. p-ISSN 2548-737X. e-ISSN 2548-8678
Ika Wahyuning Widiarti (2012) Pengelolaan Sampah Berbasis “Zero Waste”
Skala Rumah Tangga Secara Mandiri. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan Volume 4, Nomor 2, Juni 2012, ISSN: 2085‐1227.

Sri Pujiani lahir pada tanggal 22 Juli 1979 di Desa Pancor
Kecamatan Selong Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Putri
Pertama dari Suhaidi Abi dan Rabi’ah. Menyelesaikan studi
Sekolah Dasar di SDN 7 Sandubaya 1991, Jenjang Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 1 Selong Tamat Tahun 1994,
dan Madrasah Aliyah di MA. Mu’allimat NW Pancor tahun
1997. Selanjutnya menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada
tahun 2000 pada program studi Pendidikan Matematika di STKIP Hamzanwadi
Selong. Dan menyelesaikan Studi Magister Pendidikan (S2) di Universitas
Hamzanwadi. Pekerjaan saat ini adalah menjadi guru di Madrasah Tsanawiyah
Mu’allimat NW Pancor dengan mengajar mata pelajaran Matematika.

248

SDIT ANAK SHOLEH PRAYA

MENUJU ZERO WASTE

Baiq Fitriah

Guru SDIT Anak Sholeh Praya

SDIT Anak Sholeh Praya yang berdiri pada tahun 2013 bercita-cita
menghadirkan pendidikan yang mampu menggali dan mengembangkan minat
bakat setiap peserta didik, pembinaan karakter islami dan mampu menghafal
dan membaca Al-Qur’an dengan tartil dan bertajwid. Kurikulum yang dipakai di
SDIT Anak Sholeh Praya adalah Kurikulum Dinas yakni Kurikulum 2013 dan
Kurikulum JSIT.

Dalam rangka mendukung pendidikan karakter di sekolah salah
satunya adalah karakter peduli lingkungan, SDIT Anak Sholeh Praya mencoba
memulainya dengan mengajak anak-anak bisa membuang sampah pada
tempatnya dan ketika menemukan sampah di manapun kami mengenalkan
kepada anak-anak motto ABC, yakni Ambil sampahnya, Buang di tempat
sampah, Cuci tangan sampai bersih. Program tersebut tetap kami terapkan
kepada anak-anak sampai kemudian pada tahun 2019 kami mulai membuat
wadah Bank Sampah. Bank sampah ini dihajatkan bisa menjadi wadah bagi
pengembangan karakter peduli lingkungan bagi anak-anak, guru dan orang tua.
Harapan kami konsep ABC ini dapat diterapkan dan menjadi kebiasaan baik di
sekolah maupun di rumah masing-masing.

Dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 85 Allah SWT perintahkan: “.......
Janganlah kamu berbuat kerusakan di Bumi setelah (diciptakan) dengan baik.
Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu beriman”. Manusia sebagai khalifah di
bumi diperintahkan untuk menjaga alam semesta ini dengan tidak membuat
kerusakan. Salah satu cara untuk melaksanakan perintah tersebut adalah
dengan menjaga lingkungan kita dengan baik. Salah satu cara menjaga
lingkungan yang kami kenalkan kepada anak-anak yaitu dengan membuang
sampah pada tempatnya. Kami paparkan kepada anak-anak bagaimana
manfaat ketika mereka bisa membuang sampah pada tempatnya, di antaranya
bisa menghindari terjadinya banjir, menjaga lingkungan dari bau busuk dan

249

kumuh, serta bisa menghindari dari berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh sampah yang menumpuk. Berangkat dari pemahaman ini, peserta didik
maupun warga sekolah secara umum mampu menjadi penggerak dalam
menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman.

Ketika anak-anak sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya,
kami mulai mengenalkan kepada mereka tentang 3R yakni Reuse, Reduce dan
Recycle. Reuse adalah menggunakan kembali sampah atau bahan-bahan yang
terbuang dan tidak terpakai agar tidak terjadi penumpukan sampah di
lingkungan sekitar kita. Reduce merupakan upaya untuk mengurangi segala
sesuatu yang mengakibatkan sampah, kemudian Recyle adalah mendaur ulang
kembali sampah-sampah atau bahan-bahan yang tidak lagi berguna menjadi
bahan lain dengan melakukan berbagai proses pengolahan. Untuk
mengoptimalkan program 3R di sekolah maka kami membuat program Bank
Sampah SDIT Anak Sholeh Praya pada bulan Agustus 2019. Yang bertangjung
jawab mengelola pelaksanaan program ini terdiri dari beberapa guru dan orang
tua siswa. Hal ini bertujuan untuk lebih mengoptimalkan peran siswa, orang
tua, dan guru demi suksesnya progam tersebut. Dan di tahun yang sama
pemerintah Nusa Tenggara Barat juga mencanangkan program Zero Waste.
Dayung bersambut, yang mana program ini bertujuan sama yaitu menciptakan
lingkungan yang sehat dan nyaman.

Untuk mendukung program Zero Waste di SDIT Anak Sholeh Praya,
kami pengelola Bank Sampah SDIT Anak Sholeh Praya membuat beberapa
program unggulan yang melibatkan semua warga sekolah, orang tua dan
lingkungan sekitar sekolah. Program Unggulan tersebut yaitu:
1. Pemilahan Sampah

Pemilahan sampah inidilakukan
di sekolah dan di rumah siswa.
Pemilahan sampah di sekolah
dibimbing oleh 2 guru di masing-
masing kelas. Kami menyiapkan
dua wadah penampung sampah
di masing-masing kelas, yakni
untuk sampah organik dan non

250

organik. Adapun pemilahan sampah di rumah, anak-anak dibimbing oleh
orang tuanya, kami meminta orang tua di masing-masing rumahnya agar
menyiapkan 2 penampung sampah yakni sampah organik dan an organik.
Salah satu cara kami mengontrol prosesnya adalah orang tua
mengirimkan foto 2 tempat sampah yang sudah disiapkan di rumahnya
dan dikirimkan ke WA grup kelas masing-masing. Selain itu orang tua juga
bisa melakukan dikumentasi, baik berupa foto maupun video terhadap
semua prosen, dari pemilahan sampah sampai pembuatan ecobrick di
rumah. Melalui kontrol seperti ini, para siswa, orang tua, dan guru akan
terus tergerak untuk saling memotivasi.

2. Sedekah Sampah
Sedekah sampah ini adalah kelanjutan dari proses pemilahan sampah
yang dilakukan di rumah semua siswa dan guru. Sampah Non Organik
yang sudah dipilah di rumah akan dibawa ke sekolah pada setiap hari
Jum’at. Sehingga kami membuat gerakan “Jum’at Sedekah Sampah”.
Sampah yang dibawa siswa dan berada di setiap kelas akan langsung
dijemput oleh petugas bank sampah untuk kemudian di simpan pada
tempat yang kami siapkan. Harapan kami, dengan program sedekah
sampah ini bisa mengurangi sampah yang dibuang oleh masyarakat
khusunya wali siswa SDIT Anak Sholeh Praya.

3. One Person One Ecobrick
Selain melakukan pemilahan sampah di rumah dan di sekolah, semua
siswa juga mendapatkan proyek untuk membuat ecobrick. Targetnya
adalah setiap siswa mampu menyelesaikan proyek 1 buah ecobrick ukuran
1,5 liter botol bekas. Hal ini juga berlaku untuk semua guru. Kami
melakukan percobaan terhadap program ini selama sebulan dan hasilnya
melebihi target yang direncanakan. Dengan semangat penuh dari siswa
dan orang tua yang selalu mendukung, maka program ini menjadi sukses
berjalan lancar. Ada bebera manfaat dan karya yang kami rencanakan dari
ecobrick ini adalah membuat meja, tempat duduk, gerbang dan pagar
sekolah.

251

4. Hand Craft
Sampah yang telah dipilah juga digunakan sebagai bahan untuk
ekstrakurikuler siswa yang ada di sekolah. Bahan-bahan yang bisa didaur
ulang dimanfaatkan untuk membuat barang-barang bernilai jual seperti
tas, hiasan dinding, pot bunga, dan lain-lain. Harapannya ekstrakulikuler
Hands Craft ini bisa melatih siswa untuk terampil dan berjiwa usaha.
Program Reduce di sekolah kami lakukan dengan menyiapkan makan

siang dan kudapan oleh dapur sekolah. Beberapa ketentuan yang diterapkan
di dapur sekolah kami adalah selain harus bergizi seimbang, juga harus
menghindari penggunaan bahan kemasan sekali pakai. Sebelum konsep
Dapur Sekolah ini kami terapkan, yang tersedia di sekolah adalah kantin
sekolah. Dampaknya adalah menumpukanya sampah di sekolah dari bekas
plastik makanan yang anak beli di kantin. Fasilitas lain yang tersedia untuk
mendukung program ini adalah kami menyiapkan air isi ulang yang disiapkan
di setiap kelas. Air isi ulang ini bersumber dari penampungan yang kami olah
dengan mesin menjadi air yang siap dikonsumsi.

Beberapa program di atas adalah sebagai ikhtiar kami pihak sekolah
untuk menanamkan karakter peduli lingkungan dan pola hidup sehat sedari
kecil kepada anak. Sejak kecil anak sudah dibiasakan untuk sensitif terhadap
kondisi lingkungan sekitar dengan disertai pemahaman bahwa manfaatnya
sangat besar. Sehingga, ketika anak melihat atau menemukan sampah, maka
tanpa menunggu perintah, anak tersebut akan mengangkat dan membuang
pada tempatnya. Dengan adanya kesadaran ini, maka kelak diharapkan akan
menjadi motor penggerak membebaskan lingkungan dari sampah.

Besar harapan kami agar keberadaan Bank Sampah SDIT Anak Sholeh
Praya bisa menjadi motor penggerak kebaikan dalam penyadaran kepada
masyarakat untuk peduli lingkungan, minimal berawal dari ratusan wali siswa
SDIT Anak Sholeh Praya. Dari lingkup kecil ini kami memulai dengan harapan
besar bahwa hari esok akan tercipta lingkungan yang sehat, nyaman, dan
indah. Untuk selanjutnya, semoga ini bisa memberikan kontribusi untuk NTB
bebas sampah 2023. InsyaAllah. | *

252

Profil Penulis
Baiq Fitriah, anak ke-4 dari 7 bersaudara yang dilahirkan di Wanasaba pada
tahun 1984. Dari usia kanak-kanak, saya dididik menjadi anak yang mandiri dan
mampu bersaing dengan tantangan zaman. Sehingga di antara saudara-
saudara, hanya sayalah yang dipercaya menempuh sekolah negeri yang cukup
jauh dari rumah.

Setelah menamatkan sekolah di SMPN 2 Aikmel, Lombok Timur pada
tahun 2000, saya melanjutkan studi di SMAN 1 Aikmel. Selama studi
alhamdulillah mendapat beasiswa dan cukup meringankan beban orang tua.

Pada tahun 2003 saya melangkah ke jenjang perguruan tinggi negeri
yang ada di Mataram dengan jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Sebagai penulis pemula, saya masih jauh dari kata
profesional. Sehingga pada waktu mengikuti lomba menulis di tingkat provensi,
belum bisa lolos ke tingkat nasional. Dari pengalaman beberapa kali menulis
dan banyak membaca kisah tokoh-tokoh ispiratif dunia, saya merasa belum
cukup mumpuni. Inilah yang memotivasi saya untuk terus berkarya dan
melakukan segala pekerjaan dengan optimal, sehingga hasil yang didapat
adalah hasil yang maksimal.

253

SEKOLAHKU BERSIH

BEBAS DARI SAMPAH

Oleh Hj. Endah Ekowati, S. Pd.

Guru SMPN 1 Sekongkang

Sampah, barang buangan yang dapat digolongkan menjadi dua

kategori, yaitu organik dan

anorganik ini menjadi masalah

utama bagi seluruh negara di

dunia. Mengapa sampah

menjadi masalah besar bagi

dunia? Alasannya karena

sampah dapat merusak seluruh

ekosistem darat, laut, udara. Sampah tidak hanya masalah bagi negara

berkembang, namun juga masalah bagi negara-negara maju. Masalah sampah

juga karena keinginan manusia untuk hidup cepat atau instan, sehingga banyak

makanan jadi atau barang-barang jadi yang mempermudah pekerjaan manusia.

Apa hubungan hal itu dengan sampah? Hubungannya karena barang-barang itu

pasti memiliki pembungkus dan tidak akan bisa digunakan lagi, serta belum lagi

proses saat pembuatannya yang pasti akan menimbulkan limbah.

Bagaimana dengan di lingkungan sekolah kita : SMPN 1 Sekongkang?

Sekolah adalah sebuah tempat yang tepat bagi kami yang berperan sebagai
seorang pendidik dan peserta didik untuk melakukan berbagai aktivitas, baik
dalam kelas maupun di luar kelas. Salah satu kegiatan kami di luar kelas adalah
dalam bentuk kegiatan ekstrakulikuler yang tergabung dalam Gerakan Pramuka
melakukan kegiatan yang memfokuskan dalam kegiatan konservasi lingkungan
sekolah.

Dalam kegiatan tersebut kami mencoba berkonsentrasi pada
pengelolaan sampah di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Sehingga, kami bisa
mewujudkan cita- cita kami yaitu Zero Waste School yaitu sekolah bersih bebas
sampah ! benar- benar bebas sampah!!.

254

Program pengelolaan sampah berbasis sekolah kita mulai sejak tahun ajaran
baru dimana setiap kelass memeiliki jadwal untuk melakukan bersih-bersih
lingkungan pada pukul 16.00 dengan menggunakan jadwal khusu dimana
setiap hari ada pendamping yang menemani sebgai guru piket. Kegiatan ini
dipandu oleh seorang guru pembimbing Pramuka.
Sebenarnya, ketertarikan awal terhadap program sampah ini saat kami melihat
banyaknya sampah di bangku-bangku kelas siswa dan teman-teman melihat
tumpukan sampah yang menggunung di sekitar laboratorium Komputer.

Kami di bagi menjadi dua kelompok :

1. Kelompok pengelolaan sampah

organic

Kegiatannya terfokus kepada

pengelolaan sampah organik dengan

menggunakan metode pengkomposan

yang efektif digunakan karena kompos

hasil ini sangat baik.untuk gunakan

pupuk tanaman yang sedang kami

lakukan di sekolah kami. Kegiatan ini

terfokus pada pemilahan sampah an-organik yang dimanfaatkan untuk

membuat barang- barang yang berguna/ bernilai jual tinggi.

2. Kelompok pengelolaan sampah plastik dan Kertas

Pengelolaan sampah jenis plastik terfokus pada kegiatan pembiasaan

memilah sampah.. untuk sampah jenis kertas difokuskan kepada

pembuatan kertas daur ulang dan pemanfaatan sampah kertas

menjadi barang yang bermanfaat Kegiatan setiap hari setiap kelas

yang bertugas sore hari mengumpulkan kertas dari kelas- kelas

kemudian kita membuat komik dari kertas bekas tersebut.

255

Zero Waste School yang di lakukan oleh kegiatan ekstrakulikuler Pramuka ini
bertujuan :
1. Mengurangi sampah dari sumbernya, dengan melakukan berbagai aktivitas
pembiasaan.
2. Kemampuan untuk merangkai jaringan bersama pihak-pihak yang terkait.
3. Menciptakan lingkungan sekolah yang bebas sampah.
5. Berkontribusi dalam penyelamatan bumi dari climate change.
6. Bersedia mengikut program pemerintah yaitu "Kurangi Sampah yang
Dibuang ke TPS"
7. Kemampuan melakukan penelitian ilmiah, paling tidak pembiasaan dalam
membuat

artikel untuk dikirim ke jurnal
Menyadari sistem pengolahan sampah di Indonesia yang belum

sampai pada tahap mendaur ulang secara maksimal dan mengingat gaya
hidup konsumtif yang terus meningkat. Lantas, kita membutuhkan suatu
solusi agar kita dapat menyelamatkan bumi dari kesakitannya. Saat ini
waktunya untuk kita melakukan gerakan zero waste demi menyelamatkan
bumi untuk kita dan generasi selanjutnya nanti.
Zero Waste atau bebas sampah adalah salah satu filosofi yang mengajak kita
untuk mendesain dan mengelola produk-produk secara sistematis demi
menghindari dan mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah juga
material-material habis pakai.
Zero Waste menghindari pemakaian yang hanya digunakan sekali dan
material-material yang sulit bahkan tidak bisa didaur ulang. Tujuannya
supaya sampah tidak dikirim ke landfill, menghasilkan produk baru, menjaga
sumber daya, mengurangi penggunaan plastik, mengurangi sampah, dan
tentunya melestarikan alam.
Mengolah Plastik Dengan 3R
3R adalah cara mengolah sampah plastik yang sudah lumrah di mata
kebanyakan orang. Meskipun sudah lumrah, masih banyak masyarakat yang
tidak tahu atau hanya sekedar tahu tentang 3R ini. Berikut adalah kegiatan 3R

256

(Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor,
ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:

1. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa
kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari
pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge

2. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi
yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman
digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.

3. Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
ditulis kembali.

4. Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
5. Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
6. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang

memerlukan
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:

1. Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
2. Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah

dalam jumlah besar.
3. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang

bisa diisi ulang kembali).
4. Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat

dihapus dan ditulis kembali.
5. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
6. Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
7. Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
1. Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
2. Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
3. Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
4. Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang

bermanfaat.

257

Untuk mengurangi sampah, kita bisa memulainya dari diri kita sendiri,
keluarga, dan lingkungan kita. Dimulai dengan menerapkan prinsip-
prinsip Zero Waste Lifestyle melalui gerakan 5R yang dipopulerkan oleh Bea
Johnson, yaitu:
1. Refuse (Menolak), kita bisa menolak pemakaian yang tidak perlu.
Contohnya kantung plastik sekali pakai saat berbelanja yang dapat
digantikan dengan membawa tas belanja sendiri dari rumah.
2. Reduce (Mengurangi), kita dapat menghindari pemakaian dan pembelian
produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Selain itu, kita bisa
menggunakan produk yang dapat diisi ulang.
3. Reuse (Menggunakan kembali), dengan menggunakan kembali alat
(contoh: wadah) dengan fungsi yang sama secara berulang-ulang disbanding
hanya menggunakan sekali saja.
4. Recycle (Mendaur ulang), produk/kemasan sering kali dihadirkan untuk
sekali pakai. Namun, jika kita meluangkan sedikit waktu untuk berkreasi,
semua produk dapat didaur ulang untuk dijadikan benda yang bermanfaat.
Contohnya kemasan sabun batang yang bisa dijadikan payung hiasan.
5. Rot (Membusukkan), kita dapat membusukkan sampah organik menjadi
pupuk kompos. Contohnya dengan membuat lubang biopori. Hal ini tentu
saja dapat mengurangi beban TPA secara signifikan dan tentunya membuat
tanah menjadi subur.
Tidak mudah tentunya mengubah kebiasaan kita yang sering menggunakan
barang sekali pakai menuju Zero Waste Lifestyle, namun secara perlahan kita
bisa melakukan hal itu jika disertai dengan keinginan untuk mengubah
kebiasaan tersebut.
Zero Waste merupakan sebuah proses yang tidak akan datang dengan
instan, jadi ayo kita bersama-sama menjalani proses ini untuk
menyelamatkan bumi kita!

258

Saya guru di SMPN 1 Sekongkang sejak tahun 2017 -
Sekarang. Saya mengajar Mapel MATEMATIKA Kelas
VII A dan VII B = 10 jam Kelas VIII A dan VIII B = 10 jam
Karena jam di SMPN 1 Sekongkang masih Kurang
maka saya mengajar harus MOU di SMA N 1
Sekongkang mengajar Matematika Wajib Kelas XII IPA
-1 = 4 jam dan mengajar Matematika Peminatan kelas
XII IPA-1 = 4 jam Alhamdulilah ini membuat
Sertifikasiku berjalan lancar sampai sekarang. Saya
adalah seorang Ibu dari dua anak yang telah bekerja
semua. Anak sulung saya seorang karyawan Bank di Bandung dan sudah
berkeluarga, sedang anak bungsuku Cewek seorang karyawan Bank di
Mataram yang Insha Allah akan segera menikah di bulan Agustus 2020 ini.
Mohon doanya ngih semoga Pandemi Virus Covid 19 segera berakhir. Saya
telah mempunyai cucu dari anak sulung , suami saya juga seorang Guru
Matematika seperti saya juga sebagai Owner Bimbingan Belajar Progressio di
Taliwang-KSB - NTB kami memiliki 12 karyawan untuk mengembangkan
Bimbingan Belajar ini. Saya tidak tahu bagaimana cara menggerakkan
Bimbingan Belajar ini karena dengan suasana pandemi Virus Covid 19 ini kami
terpaksa merumahkan karyawan, semoga Virus corona segera berakhir. Dalam
Situasi Virus Corona ini kami berusaha melakukan pengembangan SDM
Karyawan kami sengan membuat soal -soal online melayani siswa yang masih
melakukan kursus daring. Selain itu kami juga memiliki uasaha suplier Bakso,
Somay dan tahu dari daging di Taliwang - KSB - NTB dan usaha online apa saja
yang dipesan oleh konsumen kami berusaha memenuhi untuk menyambung
kehidupan kami selain gaji yang telah kami terima setiap bulannya.

259

MEMILAH SAMPAH DARI RUMAH UNTUK LOMBOK YANG LEBIH INDAH

Satria Irwandi

Email: [email protected]

Siapa yang tidak mengenal Lombok maka dia bukan warga planet
bumi, sekali ke Lombok maka kalian nggak mau pulang, Lombok pulau seribu
masjid, donk ayo ke lombok, dan banyak sekali kicuan dan pendapat serta
testimoni masyarakat dunia dan Indonesia tentang Lombok, yang
menngemuka tentang indahnya pulau ini , hal ini memang telah membuat
Lombok menjadi pulau yang sangat terkenal bukan hanya karena keindahan
pulau dan keaslian alamnya juga dengan nuansa religius dari warga
masyarakatnya. Beruntung sekali memang warga masayarakat yang memiliki
pulau yang indah dan merupakan salah satu tujuan wisata halal dunia yang
paling difavoritkan.

Mengapa Lombok yang begitu indah dan banyak mendapat
pujian menjadi sarkastik dengan kata menyelamatkan Lombok dari sampah
dalam tulisan ini , hal ini merupakan warning bagi masyarakat Lombok pada
umumnya karena disamping indahnya pulau Lombok ini tersimpan
permasalahan yang sewaktu waktu akan menjadi permasalahan besar yang
akan merugikan semua kalangan yaitu masalah sampah. Sampah identik
dengan kotor,bau tidak berguna dan menjijikkan. Sampah menjadi isu yang
mendunia saat ini apalagi di negara kita Indonesai sampah menjadi trending
topic yang setiap saat dibahas di media cetak dan televisi karena berdasarkan
penelitian Indonesa merupakan negara penghasil sampah terbesar kedua di
dunia. Ironis memang jika kita melihat kondisi di lingkungan kita kotor yang
kotor, sampah seakan menjadi hal yang lumrah kita lihat dipinggir jalan dan di
lingkungan sekitar kita.

Permasalahan sampah ini berasal dari kurangnya kesadaran akan
kebersihan lingkungan, terutama penggunaan plastik satu kali pakai atau dalam
istilah bahasa asingnya single use plastic yang penggunaannya semakin banyak
dan tidak terkendali. Mencoba mengurai sejarah plastik sebagai sebuah

260

komuditas yang memudahkan manusia dikenal sejak ratusan tahu lalu yang
diawali dengan diperkenalkannya plastik di tahun 1862 di London oleh
Alexander Parkes dan berkembang sejak ditemukannya polytheline yang
merupakan bahan pembuat plastik yang berkembang sampai dengan sekarang
karena sifatnya yang ringan, tipis dan mudah dibentuk sehingga memudahkan
manusia membuat barang barang dari bahan plastik. Perkembangan plastik ini
terus mengalami peningkatan seiring kegiatan manusia terutama di era industri
yang membutuhkan segala sesuatu yang bersifat praktis dan instan, namun
selain memiliki keunggulan disisi lain plastik menimbulkan masalah baru
berupa sampah plastik yang notabene merupakan sampah kimia yang tidak
bisa terurai ribuan bahkan milyaran tahun. Penggunaan bahan plastik semakin
tidak terkontrol dengan banyaknya kemasan-kemasan sekali pakai atau single
use plastics yang digunakan dalam kegiatan perekonomian dunia dan
khususnya Indonesia.

Lombok sebagai bagian dari Indonesia juga telah menyumbang
penggunaan plastik terbanyak seakan pulau ini diselimuti sampah plastik,
beberapa waktu yang lalu di youtube kita menyaksikan ribuan sampah plastik
di lautan pantai Nusa Penida Bali yang merupakan saudara kandung pulau
Lombok karena jaraknya yang berdekatan. Video ini sempat viral di dalam
negeri dan menjadi perbincangan serius di dunia internasional. Sampah-
sampah plastik ini diakibatkan oleh karena seluruh kegiatan perkonomian
seolah tidak lepas dari penggunaan bahan yang satu ini mulai dari kita bangun
tidur di pagi hari kita pergi ke warung nasi sudah tersedia bungkus nasi dan
plastik pembukusnya, beli sayur ke pasar sudah ada plastik, jalan jalan ke
supermarket membawa belanjaan penuh dengan plastik dengan jumlah lebih
dari sepuluh kantong plastik dalam sekali belanja. Dipinggir jalan kita saksikan
banyak pedagang yang menyediakan gelas plastik plus sedotan plastik yang
cuma sekali pakai terus terbuang percuma. Keadaan ini diperparah dengan
kebiasaan kita yang “nyampah” sembarangan setelah selesai makan yang
membuang seenaknya sampah disembarang tempat. Inilah yang menjadi
kekhawatiran kita bersama. Sampah dengan mudahnya kita bisa temukan di
hampir sepanjang garis pantai di pulau Lombok yang terkenal dengan pantai

261

yang eksotis yang banyak memikat hati para wisatawan lokal dan
mancanegara.

Sampah plastik yang mencemari pulau Lombok tidak hanya
merusak keindahan mata memandang namun juga membahayakan
kelangsungan hidup mahluk hidup di lautan, sampah plastik telah banyak
menimbulkan masalah di laut mulai dari matinya ikan-ikan hiu yang didalam
perutnya berisi sampah plastik dalam jumlah yang sangat mengerikan, penyu
yang tidak bisa bernafas karena memakan sedotan minuman dan banyak lagi
berita berita tentang sampah yang telah mengotori laut dan pantai. Lombok
yang terkenal dengan laut dan pantainya semakin kotor apabila masyarakat
yang ada di pulau Lombok ataupun yang mengunjungi pulau Lombok tidak
memilki kesadaran dan tanggung jawab mengenai permasalahan sampah ini.
Sebagai masyarakat yang memiliki kepedulian dan sudah mengenyam
pendidikan tentunya kita tahu apa yang menjadi kewajiban kita sebagai
masyarakat bila kita berada di pulau ini. Pertama yang harus kita lakukan
adalah merubah mindset/ pola pikir kita tentang sampah, marilah kita berfikir
secara jernih dan mulai merunut darimana dan kemana sampah plastik
pembungkus makanan yang kita makan ini akan bermuara, tidak lain dan tidak
bukan adalah selokan terus ke sungai dan akhirnya laut, menurut penelitian
hanya kurang dari 20 % sampah yang kita hasilkan itu berada di daratan
sisanya telah terjun bebas ke laut.

Permasalahan sampah bukan hanya pada masalah banyaknya
volume sampah saja namun pada masalah bau yang ditimbulkan oleh sampah
yang diakibatkan oleh bercampurnya sampah organik dan non organik berupa
plastic dan sampah B3 karena masyarakat tidak memilah sampah yang
dihasilkan mulai dari rumah dan lingkungan masing-masing.

Upaya yang harus kita lakukan sebagai warga masyarakat
Indonesia dan NTB pada khususnya harus memulai langkah-langkah dari diri
kita sendiri dan keluarga untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sekali
pakai/single use plastics yang kita pergunakan, didik anak kita untuk peduli
terhadap lingkungan sedari belia dan mulailah membuat terobosan untuk

262

pengelolaan sampah yang kita hasilkan dari lingkungan kita sendiri khususnya
dari rumah tangga. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga menurut
penelitian mencapai lebih dari 200 ton perhari diseluruh indonesia dengan
asumsi 0,8 kg /rumah tangga sehingga diperkirakan 73 juta ton sampah
dihasilkan Indonesia (liputan6.com.2014),lebih lanjut Drs. Rasio Ridho Sani,
MCOM, MpM selaku Deputi IV Bidang Pengelolahan Bahan Berbahaya dan
Beracun, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Sampah dalam acara
`Kementerian Lingkungan Hidup Media Briefing` di Ruang Kalpataru Gedung B
KLH, Kebon Nanas, Jakarta, Rabu (19/2/2014) menyatakan bahwa paling
dominan sampah di Indonesia berasal dari sampah rumah tangga.

Bagaimana dengan sampah kita warga NTB, Sampah yang
dihasilkan dari 10 kabupaten/kota di NTB mencapai 3.388 ton per hari. Dari
jumlah itu sebanyak 631 ton yang sampai ke 10 Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) dan baru 51 ton yang didaur ulang. Sekitar 80 persen atau 2.695 ton
sampah belum terkelola dengan baik hal ini dijelaskan oleh Kepala Humas dan
Protokol Setda Provinsi NTB Bapak Najamudin Amy ( gatra.com,2019). Jumlah
sampah yang tidak terkelola dengan baik mencapai ribuan ton dengan asumsi
bahwa sampah tersebut bermuara di sungai dan laut yang mengakibatkan alam
eksotis NTB khususnya Pulau Lombok menjadi ternoda. Perlu langkah langkah
kongkrit untuk menanggulangi permasalahan ini tidak hanya penyelesain
jangka pendek berupa pengangkutan sampah atu pengadaan infrastruktur
untuk pembuangan sampah namaun lebih jauh lagi harus melibatkan semua
unsur dalam masyarakat.

Langkah awal harus dimulai dari struktur masyarakat terkecil
yaitu rumah tangga sebagai penghasil sampah terbanyak menurut beberapa
penelitian. Pemilahan sampah dari produsen sampah pertama yaitu rumah
tangga menjadi sangat penting untuk dilakukan oleh warga masyarakat
khususnya masyarakat NTB dan Lombok yang terkenal dengan keindahan
panorama alam dan budaya serta agamanya ini untuk mensukseskan program
zero waste ( bebas sampah ) yang dicanangkan pemerintah NTB. Perda tentang
pengelolaan sampah juga telah di terbitkan oleh pemerintah daerah NTB yaitu

263

Perda nomor: 5 tahun 2009 tentang pengelolaan sampah, dimana sumber
sampah adalah salah satunya dari sampah limbah rumah tangga.

Sampah atau limbah rumah tangga terdiri dari sampah organik
yaitu sisa makanan dan sayuran serta buah yang tidak terpakai dan sampah
anorganik berupa plastik dan bahan kimia lain atau B3. Langkah pemilahan
sampah dengan memilah sampah organik dan anorganik dalam wadah yang
berbeda untuk mengurangi/reduce sampah yang dihasilkan. Salah satu Upaya
yang bisa dilakukan oleh rumah tangga dengan memanfaatkan tumbler
kompos untuk memanfaatkan sampah organik karena sampah organik ini
adalah sumber bau yang tidak sedap karena adanya bakteri pengurai yang ada
dalam sampah organik sehingga menimbulkan bau busuk di setiap depo
sampah yang ada di beberapa wilayah di NTB dan di Pulau Lombok pada
khususnya.

Membuat tumbler sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya
yang mahal, hanya butuh kemauan dan komitmen untuk mengurangi sampah
dan memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Langkah
pertama adalah dengan membuat tong/tumbler seperti pada beberapa
petunjuk di Youtube mengenai pembuatan tumbler kompos dengan
pemanfaatan ember cat bekas atau ember bak mandi bekas menjadi tumbler
atau ember wadah pengolah sampah organik di rumah dengan membagi
ember tersebut menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh sekat berupa
saringan dengan sistem kerja dari alat ini seperti penanak nasi yang lazim kita
lihat yaitu dengan memasukkan sisa sampah organik kedalamnya dan kita
biarkan terurai sehingga menghasilkan cairan yang dimanfaatkan sebagai
pupuk cair dan pupuk padat berupa kompos. Tumbler kompos ini sangat cocok
untuk masyarakat yang tinggal di perumahan dengan areal lahan rumah yang
sempit, cara pembuatannya pun relatif mudah dengan manfaat yang luar biasa
yaitu kita bisa menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat berupa kompos

Lebih lanjut pembuatan tumbler kompos ini juga membutuhkan
MOL ( Mikro Organisme Lokal) sebagai bakteri pengurai yang membantu
mempercepat penguraian dari sampah organik rumah tangga, inipun sangat

264

mudah di buat dengan memanfaatkan sisa kulit buah dan sayur yang direndam
kedalam larutan air sisa mencuci beras dan ditambahkan larutan gula Merah
dengan perbandingan 3 bagian air sisa pencucian beras dan 1 bagian larutan
gula merah , sayur dan kulit buah sisa tersebut dita diamkan selama 24 jam
kemudian kita ambil airnya. Air tersebut kita siramkan atau semprotkan ke
sampah organik rumah tangga yang kita hasilkan serta ditutup. Selama kurang
lebih 21 hari sampah tersebut akan menghasilkan pupuk organik cair yang
dapat kita panen untuk dijadikan pupuk penyubur tanaman. Dari beberapa
percobaan penggunaan pupuk organik ini cocok untuk tanaman hortikultura
seperti sayur sayuran dan kangkung yang ditanam di media tanah ataupun
secara hidroponik sedangkan kompos atau pupuk padat yang dihasilkan
tentunya kita semua pasti tahu manfaatnya untuk kesuburan tanah.

Langkah selanjutnya agar kita bijak mengolah sampah kita yaitu
dengan melibatkan institusi pendidikan sebagai wadah pendidikan karakter
generasi muda untuk peduli dan memberikan pendidikan pengelolaan dan
pengurangan sampah plastik/ Reduce di sekolah serta menyampaikan bahaya
pencemaran lingkungan akibat sampah plastik serta menerapkan pembuatan
tumbler kompos dalam proses pembelajaran dengan mengadopsi STEM
(Science technology engineering and Mathematic), Langkah berikutnya yang
perlu kita lakukan adalah menggunakan produk produk dari plastic/ kaca yang
bisa dipakai kembali /reuse untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai
contohnya membawa botol minum dan kotak makan bagi anak sekolah
ataupun pegawai kantoran. Yang terakhir ini sepertinya tanggung jawab kita
bersama yaitu masyarakat dan pemerintah dalam upaya mendaur
ulang/recycling sampah plastik sehingga menjadi barang yang bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomis serta mengolah sampah organik yang berasal dari
rumah kita sendiri menjadi kompos dan pupuk organik cair sehingga sampah
tidak lagi menjadi barang yang di buang namun memiliki nilai ekonomis dan
bermanfaat bagi alam.

Mulai saat ini mari kita berbuat untuk daerah kita Nusa Tenggara Barat
khususnya pulau Lombok untuk bergerak dan berubah untuk Lombok yang
lebih bersih, lebih indah dan bebas sampah dengan memulai dari diri kita

265

sendiri, dari rumah kita sendiri dengan membuang sampah pada tempatnya
dan memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk organik cair dan kompos
sebagai pupuk organik padat. Selamat mencoba dan semangat untuk
perubahan dengan memilah sampah dari rumah untuk pulau Lombok yang
indah…Lombok I Love you.

SATRIA IRWANDI,S.Pd.,M.Pd, lahir di Desa
Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten
Lombok Barat. Sebuah Desa Indah di pinggiran
Kota Mataram. Menempuh pendidikan S1 di IKIP
Mataram Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris lulus
di Tahun 2008. SK pertama sebagai Guru Bahasa
Inggris di SDN 25 Mataram Tahun 2009.
Melanjutkan studi Pascasarjana Melalui Program
Beasiswa P2TK Kemdikbud di Universitas Negeri
Malang Tahun 2014, sempat berkarier di Dinas
Pendidikan Kota Mataram dan sekarang tercatat sebagai guru yang
mengampu Pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 7 Mataram. Nomer kontak yang
bisa dihubungi: 081917386007 Email: [email protected]

266


Click to View FlipBook Version