The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Istiqomah 59isty, 2021-02-02 07:24:26

layout NTB 2021 fix awal

layout NTB 2021 fix awal

ZERO WASTE SEBAGAI SIKAP HIDUP

Oleh Danu Saputra, S.S.

Sejak dulu, sampah sudah menjadi permasalahan yang sangat pelik.
Seperti buah simalakama, di satu sisi, manusia terus berproduksi, sedangkan di
sisi lain setiap produksi pasti akan menghasilkan sampah sisa produksi, yang
tidak diharapkan kehadirannya. Saat ini bahkan manusia memproduksi
berbagai barang sekali pakai, yang kemudian akan menjadi sampah setelah
digunakan sekali saja. Sialnya, produk sekali pakai ini adalah produk yang
banyak sekali digunakan. Kita ambil contoh sedotan plastik. Berdasarkan data
dari Divers Clean Action, dalam satu hari, pemakaian sedotan plastik di
Indonesia mencapai 93.844.247 batang. Jika jumlah tersebut disambung, satu
ujung ke ujung lainnya, maka sedotan sebanyak itu akan mencapai panjang
16.274 km. Hal itu berarti, hanya butuh tiga hari agar sampah sedotan plastik
di Indonesia dapat digunakan untuk mengikat bumi, karena jarak keliling bumi
adalah 40.075 km. Kalau Anda berminat untuk masuk dalam World Guinness
Record sebagai manusia pertama yang berhasil mengikat bumi, tenang saja,
bahan untuk mengikat bumi sudah tersedia.

Selain sedotan, produk sekali pakai dapat dengan mudah kita temui.
Misalnya, kantong plastik, gelas plastik yang seringkali menjadi wadah air
dalam kemasan, tali rafia plastik, kotak kemasan makanan, dan lain sebagainya.
Sebagian besar produk tersebut terbuat dari plastik. Kita ketahui bersama,
alam membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk dapat mengurai plastik.
Waktu yang sangat panjang, dan sepanjang waktu itu pula, sampah plastik akan
mencemari lingkungan, mengacaukan ekosistem, dan tentu menurunkan
harapan hidup tiap makhluk yang ada di bumi.

Berbagai cara dilakukan untuk menyingkirkan sampah dari pandangan.
Dikubur, dibakar, dihanyutkan di sungai, dibuang di tempat pembuangan
sampah, atau bahkan hanya dibuang begitu saja asal tidak terlihat dari tempat
tinggal. Manusia memang cenderung ingin yang mudah dan praktis. Ada
sampah, tinggal dibuang saja, yang penting tidak mengganggu pandangan si

132

pembuang sampah. Gampang memang, tapi sungguh sangat menyebalkan.
Tidak perlulah sampai membahas dampak lingkungan, saya hanya heran,
bagaimana bisa seseorang membuang sampah sembarangan sehingga
membuat orang lain terpaksa “menikmati” sampah darinya? Sungguh tega,
kalau kata Bang Haji Rhoma, “Sungguh terlalu!”

Beberapa orang memiliki kebiasaan untuk mengubur sampah yang
mereka miliki. Hal itu baik, jika sampah yang dikubur adalah sampah organik,
tapi sampah anorganik akan menimbulkan banyak masalah jika dikubur.
Sampah-sampah anorganik jika dikubur akan mencemari tanah, membunuh
makhluk pengurai, mengganggu penyerapan air dalam tanah, dan tentu saja
akan merusak struktur tanah. Untuk itu, sampah-sampah anorganik sebaiknya
dimanfaatkan kembali atau dibawa ke bank sampah.

Memang kita tidak dapat menghindari sampah, tapi kita bisa lebih
bijak dalam menyikapi sampah. Di titik inilah sering terjadi salah pengertian
tentang zero waste yang sering diartikan sebagai tidak ada sampah sama sekali.
Padahal, zero waste tidak dapat diartikan secara harfiah seperti itu karena
memang kita tidak dapat hidup tanpa menghasilkan sampah. Zero waste
sesungguhnya adalah suatu sikap hidup untuk menolak konsumsi atau
penggunaan segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
Sikap hidup seperti ini akan mendorong seseorang untuk dapat menggunakan
suatu produk berkali-kali, atau mengubah fungsi guna suatu produk setelah
tidak dapat digunakan sesuai fungsi awalnya, dengan tujuan untuk menjaga
kelestarian bumi.

Zero waste mengajak kita semua untuk mengevaluasi gaya hidup kita,
mengubah sudut pandang kita dalam mengonsumsi atau menggunakan suatu
produk. Bea Johnson, pegiat zero waste yang mendedikasikan diri dan
keluarganya untuk gaya hidup zero waste, memopulerkan prinsip 5R, refuse,
reduce, reuse, recycle, dan rot. 5R tersebut dalam bahasa Indonesia berarti,
menolak, mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan
membusukkan. Prinsip 5R ini dapat kita gunakan dalam mengevaluasi gaya
hidup kita.

Saat akan menggunakan suatu produk, kita dapat bertanya pada diri
sendiri. Jika produk tersebut ternyata berdampak negatif terhadap lingkungan,

133

maka kita dapat melakukan refuse atau menolak menggunakan produk
tersebut. Jika produk tersebut memang harus digunakan, apakah bisa kita
reduce, atau mengurangi jumlah penggunaannya atau mengurangi dampak
negatifnya bagi lingkungan. Kita juga dapat memilih produk yang dapat
digunakan berkali-kali, reuse, daripada menggunakan produk yang hanya sekali
pakai. Jika ketiga hal tersebut sudah dilakukan, maka kita kemudian dapat
memikirkan langkah selanjutnya, yaitu untuk mendaur ulang, recycle, lalu jalan
terakhir, yaitu membusukkan atau rot.

Setelah membaca beberapa paragraf di atas, mungkin Anda berpikir
konsekuensi sikap hidup zero waste itu merepotkan dan menyusahkan. Harus
memikirkan dampak tiap produk yang dikonsumsi, menghilangkan atau paling
tidak meminimalisasi dampak negatif suatu produk terhadap lingkungan,
memikirkan penggunaan kembali suatu produk, dan beragam hal lainnya.
Sejujurnya, kalau Anda berpikir seperti itu, saya juga memiliki pikiran yang
sama. Tapi, bagi saya, segala kerepotan dan kesusahan itu layak dilakukan dan
harus terus dilatih untuk dilakukan. Mengapa seperti itu? Karena hanya dengan
sikap hidup zero waste seperti itulah, kita dapat mewariskan bumi yang lestari
pada anak cucu kita, generasi penerus kita.

Untuk melatih sikap hidup zero waste saya dapat menyarankan dua
hal pada Anda, tentunya sebagai saran, Anda dapat menerimanya atau
menolaknya. Saran pertama, sebelum Anda memutuskan menggunakan suatu
produk, Anda dapat menanyakan pada diri sendiri apakah produk tersebut
dapat digunakan berkali-kali dan didaur ulang. Jika iya, maka silakan
melanjutkan menggunakan produk tersebut, jika tidak, sebaiknya cari produk
lain sebagai pengganti produk itu. Saran kedua, sebelum Anda membuang
sampah pada tempat sampah, pastikan Anda sudah memilah sampah organik
dan anorganik. Jika Anda memiliki waktu luang, Anda dapat membawa sampah
Anda ke bank sampah terdekat dari tempat tinggal Anda. Pemerintah dan
berbagai lembaga swasta telah membuka banyak bank sampah. Untuk
mengetahui lokasi bank-bank sampah tersebut, Anda hanya perlu
menyediakan waktu sebentar berselancar di internet dan mencarinya melalui
mesin pencari.

134

Pemerintah telah melakukan banyak hal untuk menanggulangi
dampak negatif dari sampah. Selain pemerintah, berbagai pihak swasta yang
peduli terhadap lingkungan juga tidak tinggal diam. Namun, perlu diingat,
masalah sampah bukanlah masalah pemerintah dan beberapa pihak swasta
saja, masalah sampah adalah masalah kita semua karena ini berkaitan erat
dengan keberlangsungan bumi, planet tempat hidup kita semua, umat
manusia. Kita semua, sebagai umat manusia, memiliki tanggung jawab sosial,
tanggung jawab lingkungan, untuk menjaga bumi tetap lestari.

Melalui sikap hidup zero waste kita dapat mulai mengubah gaya hidup
dan pola konsumsi, agar menjadi lebih ramah terhadap lingkungan. Sikap hidup
zero waste yang kita mulai dari diri sendiri, merupakan bentuk investasi kita
bagi masa depan bumi dan anak cucu kita. Saya teringat sebuah kalimat dari
Robert Swan, “Ancaman terbesar bagi planet kita adalah keyakinan bahwa
orang lain akan menyelamatkannya,” dan saya sepakat dengan itu.

Jadi bagaimana, sudah siap menjadikan zero waste sebagai sikap hidup
Anda?

oOo

135

Danu Saputra, lahir 24 September di Kecamatan Selong, Lombok Timur.
Setelah lulus dari Sastra Indonesia UGM sempat menjadi jurnalis di media
massa nasional kemudian menjadi guru SD Swasta di Jakarta. Sekarang
mengabdi sebagai guru di Madrasah Aliyah Negeri 1 Mataram, Lombok.
Senang minum kopi, wisata kuliner, dan memotret. Dapat ditemui di instagram
@halopakdanu dan di situsweb www.danusaputra.com

136

Zero Waste Life style beginning from ourself
(Gaya Hidup Zero Waste dimulai dari Diri Sendiri)

Oleh Sulkifli, S.Ag., M.Pd.I.

Guru SMPN 1 dan 5 Sumbawa Besar

Saat provinsi kita Nusa Tenggara Barat (NTB) mengantongi predikat
sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia mulai tahun 2015 dengan
memenangkan dua penghargaan dalam kategori World best halal tourism
destination dan World best halal honeymoon destination tentu yang menjadi
tugas kita bersama adalah dapat mengatasi persoalan sampah yang ada di
lingkungan kita masing-masing khususnya di daerah destinasi wisata. Hal ini
sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang
mengusung program NTB Zero Waste 2023.

Pertanyaannya adalah Mengapa Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB) mengusung program NTB Zero Waste 2023?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jenna R. Jambeck, dari University
of Georgia pada tahun 2015 menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam
peringkat kedua dunia setelah Cina yang menghasilkan sampah plastik
diperairan mencapai angka 187,2 ton. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Purwaningrum, 2016 yang menyatakan bahwa komposisi sampah
yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sampah organic sebanyak 60-70
% dan sisanya sampah non organic 30-40%, dari sampah non organic tersebut
komposisi sampah terbanyak kedua yaitu 14% sampah plastic. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) mengusung program NTB Zero Waste 2023.

‘Zero Waste’ adalah upaya untuk meminimalisasi produksi sampah yang
dihasilkan dari tiap-tiap individu dan akan berakhir di tempat pembuangan
akhir (TPA) sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lingkungan
bersih merupakan dambaan semua orang. Namun tidak mudah untuk
menciptakan lingkungan bersih dan rapi sehingga nyaman untuk dilihat.

Ada satu hal yang sering dilupakan yaitu kebersihan tempat tinggal.
Padahal meski badan sehat tetapi lingkungan tidak mendukung sama saja kita

137

menyimpan bibit penyakit. Hidup sehat harus dibudayakan sejak dini. Hal ini
dapat mulai dari diri sendiri, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin
berolahraga, membuang sampah pada tempatnya, istirahat cukup dan lain
sebagainya. Coba bayangkan jika lingkungan sekitar tempat tinggal tidak
terjaga kebersihannya, pasti akan rentan terserang penyakit seperti tifus,
malaria, demam berdarah atau penyakit lainnya.

Seiring majunya tingkat pemikiran masyarakat serta kemajuan teknologi
di segala bidang kehidupan, maka tingkat kesadaran untuk memiliki lingkungan
dengan kondisi bersih seharusnya meningkat dari sebelumnya. Beragam
informasi mengenai pentingnya lingkungan dengan kondisi bersih serta sehat
dapat diketahui dan diakses melalui media cetak dan online. Tentu saja
lingkungan yang bersih dan sehat akan membuat para penghuninya nyaman
serta kesehatan tubuhnya terjaga dengan baik karena kesehatan tubuh
manusia berada pada posisi paling vital.

Mari kita mencontoh beberapa Negara atau kota dibeberapa belahan
dunia yang sudah memulai zero waste, seperti Ethiopia, tepat di ibukotanya
yakni Addis Ababa memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang
berbahan bakar dari sampah. Di Sydney jauh lebih maju dengan tidak hanya
memberikan akses transportasi gratis namun juga memberikan tiket bioskop
ketika mereka menyetorkan sampah plastik ke mesin yang sudah di sediakan,
hal ini sudah diterapkan di Kota Surabaya yaitu adanya transportasi gratis
dengan menukarkan botol plastik sebagai pengganti uang.

Swedia membuat cara unik untuk pengolahan sampahnya yakni dengan
cara membuat mall yang di dalamnya khusus menjual barang-barang yang di
daur ulang atau barang-barang yang tidak terpakai namun masih layak di
gunakan, dan masih banyak contoh negara atau kota lainnya yang sangat unik
dalam pengolahan sampah.

Untuk kita semua, khususnya warga Nusa Tenggara Barat mari kita
wujudkan zero waste 2023 dengan cara dan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyadari arti pentingnya lingkungan yang bersih, terutama pada anak-

anak agar kesadaran tersebut bisa tumbuh sejak usia dini. Membiasakan
hidup bersih sejak usia anak-anak tentu lebih membuahkan hasil yang luar
biasa daripada pembiasaan diri pada usia setelahnya. Ini dapat dilakukan

138

dengan membuat poster-poster, spanduk, reklame dan lain sebagainya.
Selain itu juga dapat dikampanyekan lewat media social baik berupa video
dan lain-lain.
2. Membuat tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan
non organik. Hal ini penting dilakukan agar memudahkan upaya untuk
menanggulangi timbunan sampah.
3. Membuat jadwal rutin untuk melakuan aktivitas pembersihan lingkungan
secara terjadwal. Melalui jadwal, maka kita akan membiasakan diri disiplin
menjaga kebersihan lingkungan.
4. Membuat suatu aktivitas kreatif untuk mengelola sampah non organik
menjadi sebuah benda yang bersifat produktif dan bisa menghasilkan
uang. Hal ini dapat diketahui beragam informasinya melalui beragam
media, baik cetak maupun online.
5. Membiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya. Ini berawal
dari peran keluarga terutama ibu rumah tangga sangat penting dengan
cara memilah sampah rumah tangga. Hal ini akan sangat bermanfaat jika
diberikan juga kepada anak-anak, sehingga akan menjadi sebuah pola
perilaku yang tercipta di bawah sadar.

Adapun cara lainnya yang dapat dilakukan oleh pihak pemerintah adalah:

1. Memaksimalkan Program Bank Sampah.
Ini berdasarkan tekad dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) mengurangi jumlah sampah nasional melalui program bank
sampah. Rosa Vivien Ratnawati, 2018 mengatakan, perkembangan
program bank sampah di seluruh Indonesia meningkat dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir. Pada tahun 2015, jumlah bank sampah di Indonesia
sebanyak 1.172 unit dan tahun 2017 jumlah bank sampah di Indonesia
mencapai 5.244 unit yang tersebar di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota
di Indonesia.
Program bank sampah adalah program yang mengajak masyarakat untuk
memilah sampah organik dan non-organik untuk ditukarkan
menggunakan uang pada bank-bank sampah yang telah tersebar di 34

139

provinsi di Indonesia. Namun, ada juga bank sampah yang menerapkan
penukaran sampah untuk pembayaran listrik, pembelian sembako,
pembayaran biaya kesehatan, dan mendapatkan emas.
Khusus untuk sekolah peserta didik di edukasi untuk mengumpulkan
sampah kelas, memilah sampah kertas dan mengumpulkannya ke bank
sampah. Bagi para guru dan karyawan disediakan layanan jemput
dokumen bekas atau yang tidak terpakai yang akan di setor ke Bank
Sampah.

2. Bekerjasama dengan pihak BUMN atau lainnya
Salah satu langkah yang dilakukan oleh Pemerintah NTB dalam
mewujudkan zero waste adalah kerjasama dengan pihak BUMN atau
lainnya, seperti ;
Pertama, membangun kerjasama dengan PT. Pegadaian karena mereka
memiliki program bank sampah. Program bank sampah Pegadaian dengan
slogan “The Gade Clean and Gold” telah meraih Gold Award di ajang
International Convention of Quality Control Circles (ICQCC) di Jepang yang
berlangsung tanggal 21-27 September 2019 dimana Kegiatan ini diikuti
oleh 370 tim yang berasal dari 20 negara.

3. Menginstruksikan kepada Instansi Pemerintah baik provinsi dikab/kota
untuk menerapkan program LISA BUANA (Lihat Sampah Ambil Buang Pada
Tempatnya).
LISA BUANA (Lihat Sampah Ambil Buang Pada Tempatnya) merupakan
salah satu cara mensosialisasikan gerakan hidup bersih bebas dari sampah
kepada masyarakat, sehingga ke depan, diharapkan Nusa Tenggara Barat
akan bersih dan bebas dari sampah. Program ini sudah diterapkan disalah
satu SMA Negeri yang ada di Kab. Sumbawa.

Akhirnya ketika lingkungan sudah bersih atau bebas dari sampah,
maka kita akan memperoleh manfaat yang luar biasa :

1. Terbebas dari berbagai penyakit
2. Mendapatkan udara segar sepanjang waktu

140

3. Lebih giat dalam menjalankan aktivitas
4. Lebih nyaman untuk ditinggali

Dengan demikian mari kita mulai zero waste style dari diri kita sendiri
yaitu dengan hidup yang taat pada peraturan walaupun itu hanya hal kecil saja,
jika hal kecil itu menimbulkan permasalahan besar kenapa kita tidak
menghindarinya. Mulailah berpikir bahwa lingkungan dan kebersihan penting
bagi kehidupan kita semua.

Profil Penulis
Sulkifli, adalah penulis yang memiliki nama asli Sulkifli, S.Ag., M.Pd.I. Lahir 41
tahun lalu tepatnya tanggal 26 Februari di Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Ia adalah alumni Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, Program Manajemen Pendidikan Islam lulu tahun 2016.
Kini ia aktif sebagai pengajar di SMPN 5 Sumbawa Besar dan SMPN 1 Sumbawa
Besar. Ia adalah Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam (MGMP PAI) tingkat SMP Kab. Sumbawa dan saat ini Ia juga adalah
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Kab. Sumbawa.
Email : [email protected]
WA : 0812 3395 9950
HP. : 081 3395 19982

141

“Zero Waste”
Program Bebas Sampah & Kita dalam ‘Tawaran’

Oleh Anita

Sekolah Islam Terpadu (SIT) Samawa Cendekia

Without an urgent action, global waste will increase by 70 percent on current

level by 2050 (World Bank News)

Salah satu isu global yang sedang boomingnya dan berhasil

mengkiblatkan masyarakat di dunia pada arah yang sama adalah program

Zero waste. Zero waste sendiri merupakan istilah program yang bertujuan

untuk mewujudkan lingkungan bebas sampah terutama jenis sampah non-

organik (Plastik, botol/kaleng minuman, kresek, ban bekas, besi, kaca, kabel,

barang elektronik, bohlam, lampu, plastik

dan kayu bangunan) yang dipopulerkan

dalam aksi 5 R (Refuse, menolak barang

yang sekiranya akan menghasilkan sampah,

reduce (mengurangi produksi sampah),

reuse (menggunakan kembali supaya tidak

menjadi sampah), recycle (mendaur ulang

supaya barang yang tak terpakai bisa

dimanfaatkan kembali) dan rot

(membusukkan barang yang dikonsumsi, poin ini hanya bisa diterapkan pada

barang dan sampah organik yang mudah terurai)). Program ini merupakan

salah satu clear cut solutions terhadap jumlah sampah yang kian memadati

bumi secara global. Seperti informasi yang lansir dari bank Dunia tahun 2018

mengatakan bahwa masyarakat dunia menghasilkan sampah mencapai

hingga 3,6 juta ton/hari. Bahkan jumlah tersebut diprediksikan akan terus

bertambah mencapai hingga 61 juta ton pada tahun 2025 dan apa bila tidak

ada penangganan yang signifikan.

Merespon hal tersebut yang dikorelasikan dengan beberapa

akibatnya, yaitu; mulai dari lingkungan yang kurang elok, menganggu

ekosistem hingga menjadi salah satu penyembab bencana alam maka

142

berbagai kalangan masyarakat mulai bergerak mengambil bagian dengan
melakukan berbagai inovasi serta berbagai ide kreatif baik di lingkungan
perumahan, perkantoran, sekolah serta tempat – tempat umum lainnya.

Dalam scope makro, di Negara kita sendiri sebagai salah satu negara
penyumbang sampah terbesar di dunia (ke- 2) telah mencanangkan berbagai
upaya dalam menanggani hal ini. Salah satunya adalah telah dicanangkan
dan dikukuhkan dalam Peraturan Presiden (PerPres) tahun 2017 tentang
kebijakan dan strategi Nasional pengelolaan sampah yang menargetkan
penggurangan sampah 30% dan penanganan sampah 70%. Bahkan untuk
memperkuat regulasi yang ada, Menteri Desa Putro Sandjojo BSEE.,M.BA
menyarankan kepada pemerintah Daerah untuk membuat peraturan Daerah
masing – masing secara khusus membahas tentang penanganan sampah yang
bertujuan sebagai tolok ukur keberhasilan terhadap program yang telah
dijalankan dan pada ujungnya berpengaruh pada tingkat kesadaran
masyarakat.

Dalam micro scope, di wilayah pemerintahan Provinsi, khususnya
provinsi NTB yang merupakan salah satu provinsi yang sangat merespon baik
program ini bentuk keseriusannya pun teraktualisasi dalam beberapa aksi,
yaitu;

Pertama; Melakukan restrukturisasi organisasi. Sebagai salah bentuk
upaya memaksimalkan dan menyukseskan program Zero Waste adalah
pemerintah provinsi dalam hal ini Bapak Gubernur secara lansung
menyatakan bahwa Dinas lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan secara
resmi dipisahkan menjadi 2; yaitu Dinas lingkungan hidup yang fokus
menangani masalah sampah dan Dinas kehutanan yang fokus menanggani
masalah Hutan.

Kedua; Menggandeng BUMdes. Menurut kepala Dinas LHK, NTB Ir.
Madani Mukarom, B.Sc. F. Msi menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) yang selama ini kita kenal sebagai Badan usaha yang bergerak untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat melalui Usaha – usaha Ekonomi
yang dilakukan, kini akan digandengkan dengan program Zero Waste dengan
ikut andil dalam mendirikan Bank Sampah di wilayah Desa. Dengan demikian
program BUMdes dapat selaras dengan program Bank sampah. Sehingga

143

kedepannya nanti sampah yang selama ini kita anggap masalah akan

terkelolah menjadi rupiah dan secara signifikan mempengaruhi laju

perekonomian masyarakat. Dengan kata lain it makes an economic sense to

properly manage waste.

Ketiga; Hibah danah. Untuk menyukseskan beberapa program Zero

Waste (mencakup dana kampanye/sosialisasi, penguatan regulasi, SATGAS

penanganan sampah, bantuan ke bank sampah, pengelolahan sampah, dan

operasional tempat pembuangan akhir (TPA) dalam hal ini Pemerintah provinsi

telah menyediakan dana. Untuk tahun 2019 ini nominal dana yang

digelontorkan adalah sekitar 15 Milliar. Sementara itu, mengingat dan

menimbang beberapa hal yang dianggap urgent maka untuk

memaksimalkannya tahun 2020 nominalnya akan dilipatgandakan menjadi Rp.

31 Milliar.

Keempat; Mengandeng Mitra. Tidak sampai di sana saja, Setelah

melakukan beberapa aksi besar yang sangat berpotensi memberikan output

yang signifikan terhadap kegiatan dan program zero waste, selanjutnya

pemerintah provinsi juga akan mengandeng Mitra atau partner kerja. Mitranya

di sini adalah Bank sampah NTB Sejahtera. Fokusnya sebagai rekan kerja yang

membantu mendampingi dan memberikan edukasi kepada masyarakat

terutama dalam operasional Bank sampah.

Selain dari 4 langkah besar diatas, aksi regulasi pemerintah provinsi

dengan brand “Menuju NTB Bebas Sampah Tahun 2023” bahkan telah

mengeluarkan 4 urgent ultimatum juga; pertama; Kantor bebas sampah,

kedua; 1 Desa 1 Bank Sampah, ketiga; sekolah bebas sampah bahkan baru-

baru ini bapak Gubernur kita telah membuat sebuah program Zero waste

khususnya dalam ruang lingkup pendidikan dengan istilah sekolah LISAN

(Lingkungan Dengan Sampah Nihil) dan keempat adalah Kantor tanpa Kertas

(Paperless officee).

Menarik benang merah dari beberapa ulasan di atas dapat

disimpulkan bahwa pemerintah dalam kapasitasnya sebagai policy makers

menitipkan sebuah harapan besar kepada kita sebagai masyarakat secara

keseluruhan. Tentang masalah sampah yang harus kita tanggani secara bijak,

tentang bagaimana kita sebagai masyarakat mengilhami dan menyadari

144

masalah sampah yang kita hadapi, tentang tindakan apa yang bisa kita
sumbangkan untuk menanganinya sesuai dengan kapasitas kita masing –
masing dan tentang apakah kita mau mengambil bagian menangani masalah
tersebut atau tidak.

Thanks to the sophisticated technology yang menjadi salah satu
sumber informasi,ada banyak inovasi yang bisa kita adopsi sesuai dengan
kondisi dan potensi di lingkungan kita masing – masing. Misalnya dengan
mengadakan sosialiasi, regulasi serta beberapa program atau aksi lainnya.
Untuk mewujudkannya sinergi semua pihak merupakan pola yang ideal. Sebut
saja apabila kita dari kalangan birokrat maka mari kita menerapkan masalah
ini dalam aksi birokrasi kita, apabila kita adalah politisi maka mari kita angkat
menyuarakan dalam aksi politisi kita, apabila kita berada di lingkup
pendidikan (Sekolah/Kampus) dalam hal ini para pendidik (Guru/Dosen) maka
mari kita memainkan peran bersama para peserta didiknya kita. Apabila kita
dari kalangan pemerintah di wilayah Desa, Kecamatan hingga pemerintah
Kota, maka mari kita mengambil bagian dengan merangkul semua kalangan
masyarakat kita baik tokoh agama, tokoh masyarakat lainnya, ibu – ibu
rumah tangga dan tidak ketinggalan juga adalah kalangan pemuda kita. Sebut
saja dengan meng-agendakan lomba lomba kebersihan baik dalam skope Desa
atau bahkan Kecamatan, mengadakan kegiatan gotong – royong secara rutin
yang bisa dimasukkan dalam regulasi Desa/Kecamatan serta beberapa opsi
kegiatan yang lebih menarik, inovatif dan edukatif lainnya. Apabila semua
bagian sadar dan ambil peran maka terijabahnya suatu impian tidak akan
terhindarkan.

Pada intinya, untuk mengamini hal tersebut maka kesadaran kolektif
dari kita secara bersama – sama menjadi kuncinya. Semua hal tersebut adalah
tanggung jawab dan PR yang harus kita tanggani secara bersama- sama.
Bukan pemerintah atau bukan pula kita masyarakat saja. Tawaran, ruang gerak
bahkan beberapa alternatif sudah terbuka lebar untuk kita. Pertanyaannya
apakah kita mau mengambil tawaran tersebut atau tidak? let’s see.

Sejatihnya juga terimplementasikanya program ini merupakan
aktualisasi dari penggalan ayat suci Allah SWT yang artinya “sesunguhnya Allah
SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang

145

merubah apa – apa yang ada pada diri mereka” (QS. 13: 11). Singkatnya
penggalan ayat tersebut sering kita dengar adegium “kalau bukan kita siapa
lagi, kalau tidak sekarang, kapan lagi”.

Pada hakikatnya pilihan untuk berubah ada ditangan kita. Mungkin
pilihan yang kita ambil, bisa saja tidak berhasil atau gagal. Namun terlepas
dari hal tersebut, satu yang pasti mari kita mulai, mari kita bertindak, mari
kita terlibat, mari kita berbuat untuk berkontribusi dan bersinergi. Karena
Sekecil apapun dan sesederhana apapun tindakan yang kita sumbangkan
pada akhirnya akan memberi dampak yang signifikan apabila nilai loyalitas
yang kita miliki kita junjung tinggi.

Sekali lagi, mari dengan uluran tangan dan pikiran kita bersama,
wujudkan aksi Zero Waste untuk NTB asri dan Lestari. | ***

Anita, Sekolah Islam Terpadu (SIT) Samawa
Cendekia. Tinggal di Dusun AI Puntuk, Desa
Serading, Kec. Moyo Hilir, Kab. Sumbawa.

146

PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI ALAT PERAGA
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA (FISIKA)

Oleh Hernawati, S.Pd.

Guru SMP Negeri 3 Masbagik

BAB I PENDAHULUAN

Pemanfaatan Sampah sebagai Alat Pembelajaran

Penyajian materi pembelajaran dapat memanfaatkan berbagai jenis
media sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lingkungan sekolah.
Guru harus dapat memmilih alat bantu yang sesuai dengan kematangan, minat
dan kemapuan peserta didik.

Hamalik (2008) mengatakan bahwa media pendidikan adalah alat,
metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan
komunikasi dan interaksi guru-siswa, siswa-siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Media dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar. Penggunaan media secara kreatif
dapat memperbesar kemungkinan siswa belajar lebih banyak dan
meningkatkan penampilan mereka dalam keterampilan-keterampilan tertentu
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Sampah merupakan produk sampingan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya warga sekolah
tentu saja menjadi penghasil sampah terbesar selain pasar, rumah tangga dan
perkantoran.

Penanganan sampah di sekolah kami sudah cukup baik, sampah
organik dan anorganik telah di buang dan dikumpulkan pada tempat yang
berbeda. Sampah organik diolah menjadi kompos pada lahan yang disiapkan di
kebun biologi sekolah sedangkan sampah anorganik sudah banyak dijadikan
prakarya pada pelajaran Muatan Lokal. Tapi karena jumlah sampah yang begitu
banyak hasil dari buangan anggota sekolah, baik berupa sampah anorganik
plastik seperti sisa air mineral dan kemasan makanan serta sampah organik sisa
dari makanan dan daun-daun dari pohon/ tanaman dan aktivitas makhluk
hidup yang ada di lingkungan sekolah membuat produksi sampah semakin

147

banyak. Hal ini membuat penulis berpikir untuk mengembangkan alat peraga
dari sampah sebagai alat bantu pembelajaran pada materi IPA (fisika). Proses
pembelajaran memerlukan media yang penggunaanya diintegrasikan dengan
tujuan dan isi atau materi pelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
pencapaian suatu tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang
efektif salah satunya dilakukan dengan menggunakan alat peraga. Tetapi
kebanyakan sekolah masih mengalami kurangnya sarana dan prasarana
tersebut. Alat peraga masih sulit didapatkan. Seandainya ada terkadang belum
sesuai dengan materi yang sedang dibahas.

Secara umum alat peraga adalah benda-benda atau alat-alat yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Alat peraga adalah
seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara
sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan dan mengembangkan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam pembelajaran (Djoko Iswadji, 2003).
Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau
membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari (Sudjana, 2005).

Alat peraga dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alat peraga jadi
dan alat peraga buatan sendiri. Alat peraga jadi yaitu alat peraga yang di buat
oleh perusahaan yang dapat dibeli oleh sekolah. Siswa maupun guru tinggal
menggunakannya saja. Alat peraga buatan sendiri adalah alat peraga yang
dibuat sendiri oleh guru maupun siswa. Tidak semua sekolah mampu
menyediakan alat peraga karena harganya mahal. Khususnya di SMP Negeri 3
Masbagik alat peraga jadi sudah ada berupa KIT IPA tetapi jumlahnya terbatas
dan tidak mencakup keseluruhan materi, bahkan beberapa sudah rusak
sehingga tidak sesuai dengan jumlah kelompok/ siswa.

Selain itu, di lingkungan sekolah pengelolaan sampah membutuhkan
perhatian yang serius. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang
dapat menjadi penghasil sampah terbesar selain pasar rumah tangga, industri
dan perkantoran. Sampah yang dihasilkan sekolah kebanyakan adalah jenis
sampah kering dan hanya sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan
kebanyakan berupa kertas, plastik dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah
berasal dari guguran daun pohon, sisa makanan dan daun pisang pembungkus
makanan. Secara umum sampah dapat dipisahkan menjadi:
a. Sampah organik/ mudah busuk berasal dari: sisa makanan, sisa sayuran

dan kulit buah-buahan, sisa ikan dan daging, sampah kebun (rumput,
daun dan ranting)
b. Sampah anorganik/ tidak mudah busuk berupa: kertas, kayu, kain, kaca,
logam, plastik dan karet

148

Sampah di sekolah kami sudah dipilah sesuai jenisnya, untuk sampah
organik di olah menjadi kompos di tempat yang sudah disiapkan di lokasi kebun
biologi. Sedangkan untuk sampah anorganik sudah banyak di daur ulang
menjadi berbagai jenis hiasan/ kerajinan tangan pada pelajaran Muatan Lokal.
Tetapi karena jumlah sampah yang cukup banyak sebagian belum diolah/
didaur ulang.

B. PEMBAHASAN
1. Alat Peraga dari Sampah

Adapun yang dimaksud dengan Alat Peraga dari Sampah adalah alat
peraga yang digunakan dalam pembelajaran yang bahan utamanya diperoleh
dari sampah baik sampah organik maupun anorganik dengan karakteristik
tertentu. Ruseffendi (dalam darhim, 1998) menyatakan alat peraga yang
digunakan harus memilki sifat sebagai berikut:
a. Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat)
b. bentuk dan warnanya menarik
c. sederhana dan mudah dikelola
d. ukuranya sesuai dengan ukuran fisik anak
e. dapat menyajikan konsep fisika (tidak mempersulit pemahaman)
f. sesuai dengan konsep pembelajaran
g. dapat memperjelas konsep
h. dapat dimanipulasikan, yaitu; dapat diraba, dipegang, dipindahkan,
dimainkan, dipasangkan, dicopot dan lain-lain.
Hasil analisis kebutuhan menjadi dasar dikembangkannya prototipe karya
berbentuk alat peraga dari sampah. Secara umum, alat dan bahan yang
digunakan anatara lain:
1. Alat:

a. Palu
b. Cutter/silet
c. Gergaji
d. Gunting
e. Mistar
f. Solder/mesin lem tembak
2. Bahan
a. Motor listrik DC sebagai penghasil gerak yang menimbulkan bunyi,

diperoleh dari bekas mobil mainan listrik/ peralatan listrik yang sudah
rusak/ tidak terpakai tetapi motor lustrik DC nya masih baik

149

b. Saklar sebagai tombol on/off, diperoleh dari bekas mobil mainan
listrik/ peralatan listrik yang sudah rusak/ tidak terpakai tetapi motor
listrik DC nya masih baik

c. Sumber listrik DC, dapat digunakan sisa dari sumber listrik DC yang
tidak digunakan sampai habis

d. Papan kayu/ triplek sebagai rangka bel sederhana, diperoleh dari
papan/triplek sisa

e. Paku payung sebagai penyambung rangka bel sederhana
f. Karet untuk mengikat kaleng, diperoleh dari ban dalam bekas
g. Kabel untuk menyambung arus listrik dari baterai ke motor listrik DC

dan motor listrik DC ke saklar
h. Plastik kaku sebagai pemukul kaleng agar menghasilkan bunyi,

diperoleh dari plastik segel atau ember plastik bekas dan lain-lain
yang di bentuk seperti lidi
i. Kaleng minuman bekas yang terbuat dari seng atau sejenisnya untuk
memperbesar bunyi bel
j. Peniti/ besi sebagai saklar sederhana
Adapun cara membuat bel listrik sederhana dari sampah antara lain sebagai
berikut:
a. Mengukur papan kayu/triplek yang akan digunakan untuk membuat
rangka bel dengan mistar, panjang 26,5 cm; lebar 20,5 cm (sesuai
keinginan)
b. Potong kayu yang sudah diukur dengan gergaji
c. Siapkan palu dan paku
d. Mengikat kaleng dengan karet pada posisi tengah papan dan
dikuatkan dengan paku paying sebanyak 16 buah
e. Menyusun sumber tegangan DC (baterai 1,5 V) searah sebanyak 2
buah dan pada kutubnya dihubungkan dengan ujung-ujung kabel
(panjang kabel ± 55 cm)
f. Ujung kabel dari kutub positif di sambungkan dengan peniti yang
berfungsi sebagai saklar
g. Menyiapkan motor listrik DC kemudian mengikatkan plastik panjang
(bentuk lidi) pada ujung motor listrik DC
h. Ujung kabel dari kutub negatif disambungkan ke motor listrik DC.
Kemudian ambil satu kabel tambahan yang digunakan untuk
menghubungkan motor listrik DC dengan saklar
i. Plastik panjang untuk menukul permukaan atas ( permukaan lubang
yang sudah dibuka tutupnya)

150

Prototipe alat peraga dari sampah
yang telah dibuat dan digunakan
sebanyak 9 jenis. Khusus untuk
penelitian ini digunakan satu jenis
alat peraga dari sampah, yaitu bel
listrik sederhana.

Prototipe Bel Listrik Sederhana dari
sampah

Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran

Alat peraga dari sampah dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep-konsep fisika yang dipelajari khususnya pada materi listrik
dinamis jika digunakan sesuai dengan langkah-langkah atau prosedur
penggunaanya. Agar pembelajaran efektif berikut adalah langkah-langkah
dalam menggunakan alat peraga dari sampah sebagai alat peraga dalam
pembelajaran IPA khususnya pada materi pembelajaran kelas IX:

1. Guru menyiapkan pembelajaran dengan metode yang sesuai dengan
karakter materi. alat peraga dari sampah peraga yang tepat digunakan
pada metode demonstrasi, praktikum/ eksperimen dan proyek

2. Guru menyiapkan RPP dengan peraga gabungan antara KIT IPA yang
sudah jadi dengan alat peraga dari sampah yang merupakan alat
peraga buatan

3. Penggunaan alat peraga dari sampah dilengkapi dengan Lembar
Kegiatan Siswa lengkap dengan pertanyaan yang sesuai dengan
indicator

4. alat peraga dari sampah dijadikan bukan saja sebagai contoh alat
peraga yang di buat sendiri dengan bahan utama dari sampah tetapi
juga sebagai penarik minat siswa untuk berkreasi sendiri untuk
mendesain dan membuat alat peraga dari sampah baik digunakan
untuk pemantapan materi dan upaya menanggulangi meningkatnya
sampah di lingkungan sekitar tetapi juga bisa digunakan sebagai
mainan ilmiah.
Kendala-kendala yang dihadapai dalam penerapan alat peraga dari

sampah dalam pembelajaran, anatara lain:

151

1. Untuk merangkai satu jenis alat peraga dari sampah terkadang tidak
lengkap di peroleh dari sampah, sehingga masih ada yang harus
diperoleh dengan cara membeli, seperti; baterai, led, lem, motor
listrik, dan lain-lain

2. Kadang membutuhkan pewarnaan yang sulit diperoleh dari sampah
agar memberi warna yang lebih menarik

3. Karena bahan utama alat peraga dari sampah berasal dari sampah,
membutuhkan waktu untuk membersihkanya

4. Agak sulit membuat alat peraga dari sampah sejenis dalam jumlah
banyak, karena tergantung sampah yang diperoleh

5. Membutuhkan waktu di luar jam pelajaran untuk menyiapkan dan
membuat alat peraga dari sampah.
Adapun upaya-upaya perbaikan dalam pengggunaan alat peraga dari

sampah agar menjadi peraga yang lebih baik antara lain:
1. Karena menggunakan sumber tegangan DC sekali pakai, maka perlu
mendesaign tempat baterai menjadi yang praktis agar mudah
dipasang pada rangkaian
2. Membuat bagan komponen rangkaian bongkar-pasang agar lebih
praktis
3. Mengawetkan dengan cara dikeringkan dan di cat untuk bahan-bahan
yang berasal dari sampah organik agar lebih awet
4. Menyimpan alat peraga dari sampah ditempat yang kering dan aman

BAB III PENUTUP

A. Simpulan
Alat Peraga dari Sampah yang digunakan dalam pembelajaran IPA

(fisika) pada materi Listrik Dinamis dapat membantu meningkatkan hasil
belajar siswa di kelas IX C.

B. Saran
Agar penggunaan alat peraga dari sampah dapat optimal, beberapa

hal yang harus diperhatikan bagi pengajar yang memilih alat peraga ini dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. Guru yang memilih alat peraga dari sampah sebagai alat peraga dalam

pembelajaran sebaiknya telah mempersiapkan desaign dan peraga alat
peraga dari sampah sebelum waktu penggunaan agar kondisi alat peraga

152

dari sampah dalam keadaan baik dan langsung bisa digunakan dalam
pembelajaran
2. Penggunaan alat peraga dari sampah sebagai peraga perlu disesuaikan
dengan LKS alat peraga dari sampah pada RPP
3. Alat peraga dari sampah dapat dikembangkan untuk semua mata
pelajaran selain IPA (fisika), karena alat peraga dari sampah bahan
utamanya dari sampah dan dapat disesuaikan dengan karakter materi
4. Tentunya alat peraga dari sampah yang sudah diperkenalkan penulis
masih jauh dari sempurna, untuk itu inovasi-inovasi baru untuk terus
memperbaiki proses pembelajaran di kelas yang dapat menghantarkan
peserta didik sukses secara optimal harus tetap kita pikirkan dan kita
terapkan agar tercapai tujuan Pendidikan Nasional yang mencetak
Generasi Emas Indonesia di masa depan. | *

Hernawati, S.Pd. lahir dari orang tua (Alm.) Bapak Maisum
Jauhari dan Ibu Malhatun sebagai anak pertama dari
sembilan bersaudara. Penulis dilahirkan pada tanggal 6
Mei 1976 di Pancor Kecamatan Selong kabupaten Lombok
Timur NTB. Menempuh pendidikan dimulai dari SDN 4
Pancor (lulus tahun 1988), melanjutkan ke SMPN 1 Selong
(lulus tahun 1991)dan SMAN 1 Selong (lulus tahun 1994)
serta kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan PMIPA (Biologi) Universitas Mataram (lulus tahun
1999).
Menjadi guru memang cita-cita penulis sejak di bangku Sekolah Dasar, dan
Alhamdulillah mulai 1 Maret 2000 sampai saat ini aktif mengajar di SMPN 3
Masbagik.

Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan lomba dalam bidang
pendidikan, salah satunya yang berkaitan dengan tulisan kali ini. Pada tahun
2017, pernah menjadi finalis Lomba Inovasi Pembelajaran tingkat nasional
dengan berkreasi menggunakan sampah-sampah yang ada di lingkungan
sekitar untuk dijadikan media pembelajaran IPA. Sejak saat itu, alat peraga dari
sampah masih dan terus digunakan dalam pembelajaran serta sebagai upaya
meningkatkan kepedulian dan kreasi bersama seluruh warga sekolah untuk
memanfaatkan sampah agar keberadaannya di lingkungan menjadi berkurang.
Hal yang telah dilakukan penulis sejalan dengan apa yang dicanangkan
Pemprov NTB sejak pertengahan Desember 2018 untuk mewujudkan “NTB
Zero Waste”.

153

ECOBRICKS SMART SOLUTION

DAUR ULANG SAMPAH JADI PRODUK BERNILAI SENI

Oleh Peri Anggraeni

Mahasiswi Universitas Mataram

1.1 Latar Belakang

Era mileneal saat ini sampah menjadi topik yang selalu hangat untuk
dibicarakan karena volume sampah di Indonesia selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan berdasarkan data yang
diperoleh dari Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan
Beracun Berbahaya Rosa Vivien Ratnawati mengatakan proyeksi volume
sampah rumah tangga dan sejenisnya pada 2018 mencapai 66,5 juta ton dan
pada tahun 2019 diprediksikan Indonesia akan menghasilkan sampah sekitar
67 juta ton. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjadi negara penghasil sampah
terbanyak kedua setelah Cina (Kompas, 2018).

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
juga turut menyumbang sampah karena total produksi sampah setiap hari
sebanyak 3.388,76 ton dan sebanyak 641,92 ton yang diangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sedangkan sampah yang didaur ulang baru 51,21 ton
setiap hari. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa baru 20 persen sampah
yang ditangani atau dibuang ke TPA dan 80 persen masih dibuang
sembarangan (Lensa Bima, 2019). Rekor tertinggi dipegang oleh Kabupaten
Lombok Timur sebanyak 801,74 ton per hari, dimana hanya 15,40 ton saja yang
sampai ke TPA, sementara 786, 26 atau 98 persen tidak sampai ke TPA atau
tidak dikelola dengan baik.

Selanjutnya rekor kedua dipegang oleh Kabupaten Lombok Tengah
dengan 645,73 ton sampah per hari, dimana hanya 12,25 persen yang ke TPA
sedangkan 627,64 ton sampah atau 97 persen tidak sampai ke TPA (KanalNTB,
2019). Salah satu Desa di Kabupaten Lombok Tengah yang sampai saat ini
masih belum memiliki tempat pengolahan sampah dan masyarakat masih

154

memiliki pengetahuan serta kesadaran yang minim untuk membuang sampah
pada tempatnya adalah di Desa Aikmual. Aikmual merupakan salah satu Desa
yang berada di Kecamatan Praya dengan jumlah penduduk 6.073 Jiwa terdiri
dari 2.898 laki-laki dan 3.175 perempuan dengan Jumlah 10 Dusun yang terdiri
dari Dusun Darwis, Batu Tambun, Penaban Metro, Penaban NH, Aikmual Lauk,
Aikmual Timur, Aikmual Barat Baru, Aikmual Barat, Pondok Songkar, dan Tegal
(Monograpi Desa Aikmual, 2018)

Peningkatan volume sampah disebabkan karena peningkatan jumlah
populasi penduduk, berubahnya pola gaya konsumsi masyarakat dan tingkat
ketergantungan pada plastik semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan
karena plastik adalah bahan pembungkus atau wadah yang praktis dan terlihat
bersih, mudah diperoleh, tahan lama, dan memiliki harga jual yang murah.
Padahal, penggunaan sampah memiliki dampak yang berbahaya karena
sampah dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti penyakit diare, kolera,
penyakit jamur, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. Sampah
juga memiliki dampak terhadap lingkungan baik lingkungan darat, laut, dan
udara.

Melihat permasalahan di atas, melalui KKN Pemberdayaan Infra-
struktur kami mengusulkan program Pengelolaan sampah dengan meggunakan
teknik Ecobriks sebagai Smart Solution Mendaur Ulang Sampah Menjadi
Produk Bernilai Seni di Desa aikmual, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok
Tengah”. Alasan Pemilihan teknik pengelolaan sampah menggunakan Ecobricks
karena pengelolaan sampah dengan teknik ini dapat dilakukan oleh setiap
masyarakat tanpa membutuhkan keahlian khusus, tidak diwajibkan bagi suatu
desa untuk memiliki TPA dan TPS untuk menghasilkan produk memiliki nilai
guna yang dapat digunakan masyarakat seperti produk kursi dan meja dari
sampah disertai adanya nilai estetika. Selain itu, ecobrick juga memiliki
manfaat diantaranya dapat membantu mengurangi terjadinya penumpukan
dan pembuangan sampah secara sembarangan, sehingga akan tercipta
lingkungan asri tanpa samapah dan terhindar dari berbagai penyakit serta
dapat menyelamatkan ekosistem. Oleh karena itu, kami dari tim KKN

155

Pemberdayaan Universitas Mataram di Desa Aikmual mengadakan Sosialisasi
dan Pelatihan Pengelolaan Sampah dengan metode Ecobricks.

Sosialisasi dan Praktek membuat Ecobricks yang dilakukan oleh Tim
KKN universitas Mataram dilakukan di Lingkungan Masyarakat di Desa Aikmual.
Pemilihan metode sosialisasi dan praktek diharapkan dapat memberikan
edukasi pada masyarakat terkait bahaya sampah plastik bagi kesehatan dan
lingkungan serta menambah keterampilan masyarakat agar dapat mendaur
ulang sampah menjadi produk bernilai seni yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

1. Sosialisasi dan Pelatihan di Lingkungan Masyarakat
Pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan pembuatan Ecobrick di

lingkungan masyarakat telah dilaksanakan di Dusun Darwis pada hari rabu, 19
Agustus 2019. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok
PKK dan ibu Rumah Tangga dari Dusun Darwis. Pelaksanaan Sosialisasi dan
pelatihan Ecobricks ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Dusun
Darwis. Hal ini karena sosilaisasi dan pelatihan ini dapat membantu masyarakat
dalam merubah perilaku dan pola pikir masyarakat yang sebelumnya terbiasa
membuang dan membakar sampah secara sembarangan serta beranggapan
bahwa sampah adalah hal yang kotor dan tidak memiliki nilai tambah, bergeser
menjadi produk yang memiliki nilai seni dan peningkatan pengetahuan terkait
bahaya sampah untuk keberlanjutan bumi. Tidak hanya itu, selama
berlangsungnya kegiatan sosialisasi dan pelatihan tersebut masyarakat terlihat
sangat aktif dalam menerima materi yang diberikan dan antusias dalam
praktek membuat ecobricks.

Dalam pelaksanaan kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan Ecobricks di
Lingkungan Masyarakat terdapat beberapa agenda yang telah dilaksanakan
diantaranya:

1) Pemberian dan pengenalan materi tentang bahaya plastik
2) Pengenalan sistem pengelolaan sampah berbasis 3 R (Reduce, reuse

dan recycle)
3) Pengenalan metode smart solution dalam pengelolaan sampah yakni

Ecobriks

156

4) Penjelasan Terkait Teknik Pembuatan Ecobricks

Adapun Bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan Ecobricks
antara lain:

1) Botol-botol bekas
2) Sampah plastik
3) Gunting
4) Sodokan Kayu / bambu atau sejenisnya
5) Lem silikon
Langkah-langkah pembuatan ecobricks sebagai berikut :
1) Persiapkan botol bekas yang ada
2) Pisahkan plastik keras dan plastik lembut
3) Gunting sampah plastik tersebut sesuai dengan tempat yang telah

ada.
4) Masukan sampah plastik lembut sebanyak dua garis botol dan

masukan sampah keras sebanyak dua garis botol secara bergiliran
hingga botol benar-benar penuh
5) Tekan sampah yang telah dimasukan menggunakan sodokan bambu
untuk merekatkan sampah hingga tidak ada udara
6) Bentuk botol-botol setelah menjadi ecobriks sesuai dengan yang
diinginkan dengan menggunakan lem silikon.

Kesimpulan

Program Zero Waste merupakan salah satu program unggulan
Pemprov NTB yang secara terus menerus dikampanyekan untuk mewujudkan
NTB bebas sampah di Tahun 2023. Oleh karena itu, dalam rangka mencapai
cita-cita mulia tersebut, salah satu langkah yang dapat dilakukan dengan
pembuatan ecobricks dimulai dari lingkungan sekitar. Pengelolaan sampah
dengan teknik ini dapat dilakukan oleh setiap masyarakat tanpa membutuhkan
keahlian khusus dan tidak diwajibkan bagi suatu desa untuk memiliki TPA dan
TPS untuk menghasilkan produk memiliki nilai guna yang dapat digunakan oleh

157

masyarakat seperti kursi dan meja serta diharapkan masyarakat di Dusun
darwis dapat menjadi contoh bagi dusun dan desa lainnya di NTB. | ***

Peri Anggraeni, Lahir di Suralaga 21 Juni 1998. Jenjang
pendidikan yang telah dilalui oleh penulis adalah: SDN 2
Suralaga, MTS NW Suralaga dan MA NW suralaga. Pasca
menyelesaikan pendidikan menengah atas, penulis
melanjutkan S1 Sosiologi di Universitas Mataram, dan saat ini
penulis masih menempuh studinya di Semester 7 (tujuh). Di
tengah kesibukan sebagai seorang mahasiswa penulis juga
aktif di berbagai organisasi seperti anggota Departement Prestasi UKM Prima
UNRAM, sekaligus menjadi tutor kepenulisan, pernah menjadi ketua
Departement Riset dan Kajian Ilmiah pada sememster 4 sampai semester 5 di
Himpunan Mahasiswa Sosiologi UNRAM, menjadi anggota Pemberdayaan
Perempuan di Organisasi PMKS (Persatuan Mahasiswa Kecamatan Suralaga),
dan saat ini menjadi salah satu pemilik usaha JONES (Jam Oleh-Oleh Tenun
Etnik Sasambo). Motto hidup menjadi penerang bagi orang lain dan diri sendiri.
Penulis juga pernah menjuarai beberapa lomba, di antaranya Juara 1
Lomba Karya tulis Ilmiah yang diselenggarakan oleh Unram English Festival,
Mawapres 1 Sosiologi 2018, Juara Favorit Persentasi PKM (Pekan Ilmiah
Nasional) Kewirausahaan PIMNAS Ke- 31 dan mendapatkan Perak PKM
Penelitian di PIMNAS 32 yang diselenggarakan oleh DIKTI, Delegasi Pengabdian
Masyarakat Ke Malaysia. Saat ini penulis berfokus untuk menyelesaikan
pendidikan S1-nya dan mengembangkan bisnis JONES (Jam oleh-oleh tenun
etnik Sasambo).

158

BUDAYA ZERO WASTE DI SEKOLAH

Oleh Suparman, S.Pd.SD

Guru SDN 1 Keru

Sampah sebuah kata yang sering kita dengar, dan selalu diidentifikasi
dengan suatu menimbulkan masalah yang serius bagi lingkungan. Sampah
menjadi pembahasan yang tidak henti-hentinya untuk didiskusikan baik melalui
media cetak maupun media elektronik. Televisi adalah salah satu media yang
paling sering bahkan paling apik dalam mengkemas diskusi mengenai sampah,
kemudian dampak yang ditimbulkan, serta bagaimana penanggulan sampah
terutama di kota-kota besar dengan menghadirkan narasumber dari para pihak
yang berkompeten, para pemerhati lingkungan serta dari pemerintahan yaitu
dinas-dinas terkait.

Program Zero waste di sekolah

Program zero waste adalah program unggulan dari pemerintah
provinsi Nusa Tenggara Barat di bawah kepemimpinan Gubernur dan wakil
Gubernur periode 2018-2023 Dr. H Zulkieflimansyah – Hj. Sitti Rohmi Djalilah.
Program ini bertujuan pada tahun 2023 daerah NTB bebas dari sampah. Untuk
menyukseskan program tersebut tentu sekali perlu dukungan dan kerja sama
dengan semua pihak baik dari pemerimtah daerah provinsi maupun
pemerintah daerah kabupaten kota yang ada di lingkup provinsi Nusa Tenggara
Barat, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya.

Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan khususnya, program ini dapat
mulai diterapkan di lembaga pendidikan secara berjenjang mulai dari setingkat
TK, SD, SLTP, SLTA sampai dengan Perguruuan Tinggi.

Di Sekolah Dasar program Zero Waste dapat dimulai dengan
memberikan pemahaman tentang apa itu gerakan Zero Waste, pemhaman
tentang sampah dan jenis - jenisnya serta bahaya yang ditimbulkan apabila
tidak kita kelola atau tangani dengan baik. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh

159

guru, kepala sekolah atau tenaga kependidikan lainnya dan bekerjasama
dengan pihak kantin sekolah.

Kegiatan pemberian pemahaman tentang program ini dapat dilakukan
dengan cara kolektif atau perkelas. Dengan cara kolektif seluruh siswa dari
kelas satu sampai kelas enam dikumpulkan di halaman sekolah atau teras
sekolah, kegiatan ini dapat juga dikolaborasikan dengan kegiatan iman dan
taqwa kemudian dilanjutkan dengan kegiatan jumat bersih atau kerja bakti di
lingkungan sekolah. Guru sebagai wali kelas atau guru mata pelajaran dapat
juga menjelaskan program zero waste ketika pembelajaran berlangsung.

Untuk menanamkan perilaku atau kebiasaan menjaga kebersihan kelas
secara khusus dan semua lingkungan sekolah pada umumnya dapat dilakukan
dengan 1).Membuat jadwal piket kebersihan setiap kelas, 2).Membuat jadwal
piket kebersihan halaman sekolah, 3).Mewajibkan membuang sampah pada
tong sampah yang disediakan hingga 4).Memberi sanksi yang bersifat mendidik
bagi siswa yang membuang sampah sembarangan.

Petugas piket kebersihan kelas datang lebih awal untuk membersihkan
kelas, menyapu ruangan, merapikan meja bangku siswa dan meja kursi guru,
membersihkan debu-debu pada jendela, membesihkan papan tulis, kemudian
menyiapkan alat-alat tulis untuk proses pembelajaran.

Siswa selain petugas piket kelas secara bersama-sama membersihkan
halaman sekolah. Kegiatan ini berupa menyapu halaman, mengumpulkan
sampah dan membuangnya di tong sampah, menyiram bunga atau tanaman,
dan sebagainya.

Halaman yang sudah bersih adalah menjadi tanggung jawab semua
siswa, semua guru, semua warga sekolah. Untuk mengkoordinir kebersihan
halaman sekolah dari pagi sampai jam pulang sekolah di bentuk petugas piket
kebersihan halaman sekolah yang bisa dibuat bergiliran setiap hari misalnya: 1)
Hari senin kelas IVa, 2) Hari selasa kelas IVb, 3) Hari rabu kelas Vb, 4) Hari kamis
kelas Vb, 5) Hari jumat kelas Via, 6) Hari sabtu kelas VIb. Setiap kelas yang
mempunyai jadwal bertugas bertanggung jawab menjaga dan mengawasi
kebersihan halaman sekolah.

Bagi siswa yang kedapatan dengan sengaja membuang sampah
sembarangan akan diberikan sanksi yang bersifat mendidik. Sanksi ini dengan

160

harapan siswa tersebut merasa bersalah telah melanggar aturan yang telah
ditetapkan oleh sekolah. Sanksi dapat berupa memungut sampah, mengangkat
tong sampah yang telah penuh untuk di buang ke tempat pembuangan akhir
atau TPA yang telah dikondisikan sekolah.

Untuk tempat pembuangan sampah, sekolah menyediakan tong
sampah yang terdiri dari dua jenis masing – masing diletakkan di depan kelas.
Kedua jenis tong sampah tersebut satu tong untuk sampah organik dan satu
tong untuk sampah anorganik. Siswa diarahkan untuk memilah jenis sampah
sebelum dimasukkan ke dalam tong. Untuk sampah yang bisa didaur ulang
seperti botol minuman, gelas minuman disiapkan tempat khusus sehingga
tidak bercampur dengan sampah lain.

Sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekolah menyiapkan bak
besar di halaman belakang sekolah sebagai tempat pembuangan. Tempat ini
dipilih agar sampah yang menumpuk tidak terlalu terlihat dan untuk
meminimalisir bau busuk yang ditimbulkan. Sampah yang sudah menumpuk
dan kering biasanya dibakar, walaupun dari pembakaran ini dapat
menimbulkan pencemaran udara namun alternatif pembakaran ini yang paling
tepat, mengingat kalau sampah dibiarkan terus menerus menumpuk maka bak
sampah akan penuh.

Zero waste /bebas sampah/sampah ada pada tempatnya.
Profil Penulis
SUPARMAN, S.Pd.SD, Lulus SDN 2 Golong Tahun 1990, SMPN 1 Narmada Tahun
1993, MANW Pancor Tahun 1997, D2 PGSD UT Mataram Tahun 2008 dan S1
PGSD UT Mataram Tahun 2011. Guru SDN 1 Keru. Tinggal di Jl.Golf Golong
Suranadi, Desa Golong, Kecamatan Narmada. HP/WA: 08175701034.
[email protected]. Mutiara kata: Tidak ada kata terlambat untuk
belajar menulis.

161

LISA DI SDN SUNDIL

DESA MONTONG TEREP KECAMATAN PRAYA

Oleh Baiq Janariah, S.Pd.

Guru SDN Sundil

NTB bebas sampah Tahun 2023. Program ini adalah program yang luar
biasa. Seharusnya program ini sudah membumi sejak dahulu. Dan kita tidak
akan melihat ada tumpukan yang menjadi masalah. Tapi bisa jadi sampah bisa
menjadi berkah bagi semua orang. Kita akan membalikkan kata bebas sampah
sebenarnya adalah berkah sampah.

Sampah saya artikan sebagai berkah. Hal ini akan terwujud jika kita
membalikkan mainset bahwa sampah sebenarnya jika diolah menjadi
“Sesuatu” akan membawa keberkahan. Misalnya, sampah plastik diolah
kembali menjadi sesuatu yang baru. Atau sampah organik diolah kembali
menjadi pupuk dan lain lain.

Indonesia Bebas Sampah 2020 Menjadi sangat tepat. Jika semua pihak
secara bersama-sama bahu-membahu bersepakat dan bersinergi untuk
mengubah mainset tentang sampah. Karena sampah merupakan sesuatu yang
sangat dekat dengan kita semua. Tidak ada seorangpun yang beraktifitas tanpa
menimbulkan sampah. Untuk itu semua orang seharusnya menyadari bahwa
setiap diri kita memiliki tanggung jawab yang sama terhadap keberadaan
sampah.

Kesadaran akan tanggung jawab inilah yang membuat kami para guru
SDN Sundil Desa Montong Terep Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah.
Menerapkan sebuah program penanggulangan sampah di lingkungan sekolah.
Dengan nama program LISA ( Lihat Sampah Ambil, Lihat Sampah Angkat).

Program yang sangat sederhana tapi bisa berpengaruh besar terhadap
lingkungan sekolah. Pengaruh yang paling mencolok adalah bahwa sekolah
kami menjadi terlihat lebih bersih dan indah. Dan yang tak kalah pentingnya
adalah bahwa “sampah” yang sebelumnya dipandang sebagan sesuatu yang
tidak berguna menjadi sebuah karya yang berguna.

162

Program LISA yang kami terapkan adalah mengangkat sampah yang
bukan plastik dan menempatkannya ditempat pembuangan sampah untuk
diolah untuk menjadi pupuk atau dibakar. LISA yang berikutnya adalah
mengangkat sampah plastik. Artinya sampah plastik kami kumpulkan, sebagian
dijual kepada pengumpul sampah. Dan sebagian lagi kami olah menjadi
barang-barang kerajinan.

Mengolah sampah menjadi barang kerajinan merupakan kegiatan
yang mengasyikkan bagi siswa-siswi SDN Sundil. Mereka diajarkan membuat
berbagai perabotan rumah tangga berbahan sampah gelas plastik. Ada juga
diantara mereka membuat kerajinan berupa bunga dari tas kresek.

Sampah yang tidak bisa dimanfaatkan menjadi bahan kerajinan dijual
keopada pengumpul sampah. Di SDN Sundil Setiap kelas memiliki bank sampah
tersendiri. Sampah yang sudah terkumpul mereka jual dan hasil penjualan
sampah mereka jadikan kas kelas. Setelah kas kelas terkumpul, mereka
gunakan untuk melengkapi kelas dengan perlengkapan kelas seperti sapu lidi,
sapu ijuk, keset dan lain lain yeng berhubungan dengan kebersihan kelas
masing-masing. Sehingga ini berpengaruh terhadap pengurangan beban
sekolah.

Teknik penerapan program LISA yang kami terapkan adalah dengan
membagi jadwal piket kebersihan di masing-masing kelas. Yang menjadi
petugas piket pada hari ini mengawasi pelaksanaan pembersihan sekolah.
Artinya yang tidak menjadi petugas piketlah yang akan membersihkan
lingkungan sekolah/kelas masing-masing. Begitu setiap harinya.

Tujuan pembagian tugas piket ini adalah untuk memberikan rasa
tanggung jawab yang sama terhadap semua anggota sekolah. Pembersihan
sekolah dimulai dari pukul 06.00 - 06.30 WITA. Kegiatan pagi dilanjutkan
dengan tausiah singkat yang akan diberikan oleh salah seorang guru. Bagi siswa
yang belum menyelesaikan tugas pembersihan tidak diikutkan mengikuti
tausiah. Dan harus melanjutkan pembersihan sampai selesai.

Pukul 07.00 wita siswa kami mengikuti kegiatan literasi/membaca
ayat-ayat pendek dimusalla sekolah yang dipandu oleh guru agama mereka
melakukannya secara bersama-sama. Kegiatan ini berlangsung selama 30
menit.

163

Pukul 07.30 Wita anak-anak masuk kelas. Kegiatan pembelajaraan
dimulai. Di dalam kelas atau di luar kelas tergantung materi pembelajaran yang
sedang lakukan. Pada saat istirahat, semua anak dan guru berkewajiban untuk
mengambil atau mengangkat sampah yang mereka temukan. Dan
menempatkannya di tempat yang sudah disediakan.

Jika dari kejauhan seorang anak melihat sampah, tetapi dia melihat
ada anak yang lain berada di tempat itu tetapi lupa untuk mengangkat sampah
didekatnya. Maka anak yang melihat sampah tadi akan berteriak
memperingatkannya. “LISA!”. Artinya mereka secara bersama-sama merasa
bertanggung jawab tarhadap penanganan sampah disekolah kami.

Dampak program LISA yang kami terapkan di sekolah juga membawa
pengaruh positif lainnya terhadap penanaman kedisiplinan siswa, kesadaran
siswa akan pentingnya kenyamanan tanpa sampah, keuntungan yang diperoleh
ketika sampah dimanfaatkan atau diolah sesuai dengan kebutuhan dan
kebermanfaatannya dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran Seni
Budaya dan kesenian.

Kedisiplinan sisiwa yang terbentuk akibat penerapan program LISA
sangat nyata. Karena setiap anak merasa terpanggil untuk melakukan tugasnya
secara penuh tanggung jawab tanpa harus merasa diintimidasi oleh pihak
manapun dan siapapun termasuk gurunya. Seluruh siswa selalu datang lebih
awal ke sekolah dan saling memperingati jika ada diantara temannya yang lupa
untuk memungut sampahnya.

Kenyamanan belajar tanpa sampah berserakan di lingkungan sekolah
juga dirasakan oleh siswa dan guru. Buktinya, jika siapapun orangnya yang
menemukan ada sampah di dekatnya, dia akan mengambilnya atau
mengangkatnya dan akan menempatkannya pada tempat yang benar.

Manfaat sampah juga dirasakan ketika sampah plastik yang tidak bisa
diolah menjadi barang kerajinan, sampah tersebut dijual dan hasilnya
digunakan untuk membeli perlengkapan kebersihan kelas. Dan jika
perlengkapan kelas sudah lengkap maka uangnya akan dialihkan untuk
dimasukkan ke kotak amal pembangunan musholla sekolah. Sedangkan
sampah lainnya setelah lebur menjadi tanah akan dimasukkan ke polybeck

164

untuk ditanami berbagai macam tanaman seperti terong, cabai, dan tomat.
Yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan sekolah.

Hasil pengumpulan sampah juga digunakan untuk proses pembelajaan
SBK. Siswa dibimbing untuk membuat suatu karya seni berbahan dasar sampah
plastic. Pembelajaran seperti ini membuat siswa sangat antusias untuk
mengikuti proses pembelajaran karena selain bahannya mudah dan murah.
Anak-anak menikmati hasil karya mereka sebagai pajangan kelas.

Antusiasme pengelolaan sekolah kami tidak berhenti di program LISA
saja. Karena kami melirik pengolahan limbah/sampah yang dilakukan di tempat
lain. Khususnya pengolahan limbah/ sampah sisa gergaji kayu. Pengolahan
limbah ini menjadi perhatian kami. Kami membeli hasil pengolahan limbah
gergaji kayu yang diolah menjadi bibit jamur.

Bibit jamur yang kami beli kami tempatkan di rumah kosong/
perumahan guru yang tidak di tempati, untuk dibudidayakan. Setiap dua hari
kami melakukan panen. Hasil panen kami manfaatkan untuk camilan dan
sisanya untuk di jual.

Walaupun dalam sekala kecil, namun intinya inilah yang mampu kami
lakukan di lingkungan sekolah kami untuk berpartisipasi dalam mendukung
program pemerintah dalam program NTB bebas sampah Tahun 2023.

Karena sampah adalah tanggung jawab kita bersama mari kita mulai
dari diri kita sendiri, keluarga, dan lingkungan kita. Tanamkan rasa cinta
lingkungan dan disiplin yang tinggi untuk memerangi segala dampak negatif
penumpukan sampah di lingkungan kita.
Profil Penulis
Baiq Janariah, S.Pd. Lahir di Lombok Tengah, pada tanggal 1 Januari 1972.
Alamat tempat tinggal di Dusun Sundil Desa Montong Terep Kecamatan Praya
Kabupaten Lombok Tengah. Agama Islam. Pendidikan yang pernah ditempuh
yakni: Sekolah Dasar di SD Negeri 5 Praya, Pendidikan Menengah Pertama di
SMPN 1 Praya. Sekolah Menengah Atas di SMA 2 Praya. Pendidikan Diploma 2
di Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Singaraja Fakultas Ilmu Pendidikan Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan Strata 1. Di Universitas
Muhammadiyah Mataram, Program Study Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Bahasa Daerah. Bertugas menjadi guru di SDN Sundil sejak
Tahun 2000.

165

MENGATASI DAMPAK NEGATIF SAMPAH
DI LINGKUNGAN SEKOLAH MENGGUNAKAN

METODE BIOPORI DAN ECOBRICK

Oleh Laili Ismini, S.Pd

SMP Negeri 1 Labuhan Haji

ABSTRAK: Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan salah satu
alternative tentang cara mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan
akibat dari banyaknya sampah di lingkungan sekitar kita khususnya di sekolah.
Produksi sampah ini berlangsung setiap hari karena sampah merupakan suatu
buangan yang dihasilkan dari setiap aktifitas manusia maupun alam yang
belum memiliki nilai ekonomis (Alamsyah dan Muliawati, 2013). Tidak hanya di
sekolah akan tetapi di lingkungan luar sekolah pun sampah tidak terpisah dari
kehidupan manusia.

Permasalahan sampah akan terus bertambah seiring dengan
bertambahnya jumlah produk barang konsumsi. Sampah tidak hanya menjadi
permasalahan di kota-kota besar. Akan tetapi hampir di seluruh wilayah
bahkan di dunia yang tentunya membutuhkan penanganan serius dari berbagai
pihak mulai dari tingkat atas dalam lingkup pemerintah sampai ke tingkat
bawah.

Diperlukan keterlibatan intensif dari pemerintah dalam hal penanganan
sampah ini. Program Zero waste (bebas sampah) tidak akan mungkin terwujud
tanpa upaya dan tindakan signifikan dari pemerintah. Pemerintah memiliki
kemampuan untuk membuat kebijakan khususnya dalam menerapkan strategi
pengelolaan sampah yang komperhensif.

Tulisan ini berisi tentang fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah, di
mana sampah menjadi permasalahan serius karena menimbulkan berbagai
dampak negative seperti, pencemaran air, udara, tanah dan sumber penyakit
kalau tidak segera ditangani dengan benar oleh seluruh warga sekolah. Untuk
meminimalisir jumlah sampah yang ada di sekolah, salah satu alternative yang
bisa menjadi solusi terhadap berbagai permasalahan sampah terutama di
lingkungan sekolah yaitu melakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya

166

(organic atau anorganik), menerapkan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dan yang
tidak kalah pentingnya yaitu, mulai menerapkan metode biopori dan ecobrick.

Kata Kunci : sampah organik, sampah anorganik, metode biopori dan ecobrick.

PENDAHULUAN

Memiliki lingkungan yang bersih dan sehat, merupakan idaman
setiap orang. Namun di sisi lain, sampah yang menjadi penyebab utama
lingkungan yang kotor merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Setiap hari manusia menghasilkan sampah yang tidak
sedikit dan tentu dapat mengganggu lingkungan di mana manuasi beraktivitas
di dalamnya. Keberadaan sampah sangat berkaitan dengan pola konsumsi
masyarakat. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat maka semakin banyak
pula sampah yang dihasilkan. Kondisi ini jika tidak disikapi dengan bijak maka
sampah bisa menjadi masalah yang sangat serius bagi kelangsungan hidup
manusia.

Selain pola konsumsi masyarakat, bertambahnya jumlah penduduk
baik di perkotaan maupun di pedesaan juga dapat mempengaruhi jumlah
timbunan sampah di wilayah tersebut. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap
barang yang digunakan sehari-hari sebanding dengan volume sampah yang
dihasilkan. Karena itu, penanganan terhadap permasalahan sampah ini harus
dilakukan secara serius. Selama ini pengolahan sampah belum dilakukan secara
maksimal. Dalam hal ini masyarakat kebanyakan mengatasi permasalahan
sampah dengan cara dibakar tanpa menyadari bahwa tindakan tersebut justru
akan menimbulkan masalah baru, karena asap hasil pembakaran sampah
tersebut dapat menimbulkan pencemaran udara, bahkan yang lebih parah lagi
sampah tersebut dibuang ke sungai ataupun selokan yang ada disekitar kita .
Hal ini tentu saja dapat merusak lingkungan terutama aliran derainasae.
Tumpukan sampah tersebut juga dapat mengakibatkan munculnya berbagai
macam penyakit.

Permasalahan seperti ini terjadi karena kurangnya kesadaran
masyarakat akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari penanganan sampah

167

yang kurang tepat., serta ketidaktahuan masyarakat tentang cara mengolah
sampah yang benar. Selama ini masyarakat masih menggunakan system
kumpul, angkut, buang sebagai solusi pengurangan sampah. Bertolak belakang
dengan Undang-undang RI tahun 2008 Nomer 18 tentang tujuan pengelolaan
sampah yaitu menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia.

Fenomena sampah ini tidak hanya ada di lingkungan keluarga,
masyarakat, akan tetapi di lingkungan sekolah pun sampah menjadi masalah
yang membutuhkan penanganan serius dari pihak yang bersangkutan terutama
di sekolah-sekolah besar yang memiliki banyak rombongan belajar.

Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman menjadi
tanggung jawab semua warga sekolah. Namun yang tidak kalah pentingnya,
pembiasaan yang bersifat positif ini diharapkan dapat menjadikan siswa
sebagai role model dalam komunitas mereka di luar sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, teridentifikasi beberapa masalah tentang
sampah yang ada di lingkungan sekitar, yaitu :
1. Adanya permasalahan sampah di lingkungan masyarakat dan sekolah

dapat mengakibatkan munculnya berbagai macam penyakit.
2. Pengelolaan sampah di lingkungan sekolah belum dilaksanakan secara

maksimal.
3. Guru kurang memiliki keterampilan dalam pengolahan sampah menjadi

barang yang lebih bermanfaat.
4. Masih banyak masyarakat terutama warga sekolah yang kurang memiliki

kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
5. Belum tersedianya fasilitas tong sampah untuk memisahkan sampah-

sampah organic dan anorganik..
6. Warga sekolah belum memahami cara menangani sampah dengan

metode ecobrick dan biopori.
Dari beberapa masalah yang sudah teridentifikasi tersebut, penulis

melakukan pembatasan masalah yang bertujuan untuk memfokuskan
penanganan masalah yaitu cara mengatasi dampak negative sampah dengan
menggunakan metode ecobrick dan biopori. Selanjunya diharapkan metode
tersebut dapat mengatasi masalah sampah di sekolah terutama di SMPN 1

168

Labuhan Haji. Dengan demikian akan tercipta lingkungan sekolah yang sehat,
bersih dan nyaman.

Dengan penyusunan artikel ini diharapkan dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis yaitu menambah wawasan dan pengetahuan
tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar. Di samping itu dapat
memberikan manfaat bagi maysarakat dan warga sekolah agar lebih
memahami cara pengolahan/pemanfaatan sampah menjadi barang yang lebih
berguna dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-sehari.

PEMBAHASAN

Terkait dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah,
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mencanangkan program Zero
Waste, yaitu program bebas sampah. Program ini merupakan program
unggulan pemerintah NTB yang bertujuan untuk menghilangkan sampah
melalui proses daur ulang dan penggunaan kembali yaitu mengembangkan
alternatif baru yang mengolah bahan/barang sekali pakai menjadi bisa dipakai
berulang-ulang. Dengan demikian Program zero waste atau bebas sampah
berarti merancang dan mengelola produk secara sistematis menghilangkan
racun limbah dan melestarikan semua sumber daya yang bisa diolah dari
sampah tersebut.

Untuk keberhasilan program ini, tentunya dibutuhkan dukungan dari
semua pihak karena pemerintah tidak mungkin bisa mengatasinya sendiri. Oleh
karena itu langkah awal yang dilakukan pemerintah NTB adalah berupaya
membuka mindset masyarakat akan pentingnya pengetahuan tentang
pengelolaan sampah yang baik. Dengan peduli lingkungan dan pengelolaan
sampah dengan baik, bisa bermanfaat ekonomis pula. Program ini juga
disosialisasikan di sekolah-sekolah. Baru-baru ini gubernur NTB meluncurkan
program sekolah LISAN (Lingkungan dengan Sampah Nihil). Sekolah LISAN ini
merupakan salah satu upaya pemerintah daerah melibatkan masyarakat dalam
mendukung program ini.

Sucipto, Cecep Dani,(2012) mengemukakan bahwa sosialisasi tentang
kegiatan pengurangan dan penanganan sampah telah banyak dilakukan yaitu

169

berupa pelatihan pengelolaan sampah melalui sekolah, pemerintah daerah
maupun organisasi berbasis lingkungan. Menurutnya salah satu cara yang
dilakukan yaitu dengan membentuk Bank Sampah. Bank sampah merupakan
tempat pengelolaan sampah yang menerapkan konsep pemilahan dan 3R.

Konsep pemilahan yang dimaksud adalah dengan memilah sampah
organik atau sampah yang mudah terurai dalam tanah, dan sampah anorganik
atau sampah yang membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa terurai.
Sedangkan konsep 3R yang dilakukan yaitu Reuse (guna ulang sampah) yang
berarti menggunakan kembali barang/sampah yang masih bisa digunakan
untuk fungsi yang sama maupun fungsi yang lain, Reduce (mengurangi jumlah
sampah) dengan cara meminimalisir penggunaan segala sesuatu yang
mengakibatkan adanya sampah. Recycle (daur ulang sampah yang merupakan
proses menjadikan sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna dan bisa
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sampah dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sampah organik
dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering dan sebagainya.
Sampah organik sangat mudah membusuk. Sedangkan sampah anorganik
adalah sampah yang tidak mudah membusuk, seperti wadah plastik
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol, gelas minuman, kaleng
dan lain sebagainya. Sampah jenis ini dapat dijadikan sampah komersial atau
sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya yang bisa dimanfaatkan
kembali.

Selain membutuhkan kepedulian bersama dalam penanganan sampah,
juga dibutuhkan cara atau metode yang tepat dalam penanganannya. Sampah
organik sebenarnya lebih mudah ditangani daripada sampah anorganik, karena
sifatnya yang lebih mudah diurai oleh bakteri. Namun kendalanya adalah masih
banyak masyarakat yang kurang memahami cara tepat mengolah sampah jenis
ini. Melaui artikel ini penulis ingin berbagi pengetahuan tentang cara
pengolahan sampah organik dan anorganik yang benar.

Pengolahan sampah yang tepat akan menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi manusia dan lingkungannya. Salah satu teknik pengolahan
sampah organik yang tepat adalah menggunakan teknik biopori. Teknik ini

170

dapat diaplikasikan di hampir semua jenis lingkungan tempat tinggal seperti
daerah perkotaan, pedesaan, maupun daerah pinggir pantai. Dengan teknik ini
sampah organik dapat dijadikan pupuk kompos tanpa harus mengeluarkan
banyak biaya, dapat diaplikasikan dimana saja termasuk di halaman rumah dan
di sekolah.

Sampah organik terbanyak berasal dari sampah rumah tangga. Dan
teknik biopori merupakan salah satu dari cara-cara lain yang juga efektif dalam
mengurangi pembuangan sampah ke TPA. Hanya membuang sampah di
tempat sampah tidak akan pernah menjawab masalah sampah di dunia ini.
Sampah organik yang di TPA ini berbahaya karena menghasilkan gas metana ke
udara. Gas metana ini merupakan salah satu penyebab terjadinya pemanasan
global. Gas metana juga memiliki bahaya lebih kuat 21 kali daripada gas
karbondioksida. Apabila gas metana ini terlepas di udara dapat mencemari
udara dengan daya rusak yang cukup tinggi. Teknik biopori juga merupakan
salah satu solusi dalam mengatasi bahaya gas metana.

Teknik biopori ini terbilang mudah untuk digunakan dalam pengelolaan
sampah karena tidak membutuhkan parawatan yang menyita waktu. Tidak
perlu halaman yang luas untuk membuat biopori. Kita bisa membuatnya
dimana saja termasuk di halaman yang terbatas, di bangunan-bangunan
modern yang halamannya menggunakan beton dan semen. Hanya dengan
membuat lubang-lubang kecil berdiameter 10 cm sampai 30 cm, dengan
kedalaman 30 cm sampai 100 cm di lokasi yang kita inginkan, misalnya di
halaman samping sekolah, di belakang sekolah maupun di rumah. Apabila kita
membuat lebih dari satu lubang, maka masing-masing lubang harus diberi jarak
sekitar kurang lebih 50 -100 cm. Kemudian masing-masing ujung lubang
tersebut ditutupi dengan lapisan semen setebal 2 cm– 3 cm agar tidak mudah
terperosok ke dalam tanah. Atau bisa juga kita menggunakan pipa paralon
berdiameter 10 cm – 30 cm kemudian kita masukkan ke dalam lubang yang
sudah kita buat.

Selanjutnya sampah-sampah organik seperti daun- daunan kering, sisa
makanan, lauk, sisa potongan sayur yang ada kita masukkan ke dalam lubang
tersebut. Tutuplah lubang tersebut dengan penutup yang sudah dilubangi
untuk membantu proses penguraian dan menjaga kelembaban tanah agar

171

cepat membusuk. Lakukan pengecekan seminggu sekali untuk mengetahui
volume sampah yang kita simpan. Jika sudah mulai berkurang, tambahkan
dengan lapisan sampah yang baru. Begitu seterusnya sampai kurang lebih satu
bulan sampah dilapisan paling bawah membusuk menjadi kompos. Lapisan
yang sudah terurai itu bisa diambil/dikeruk kemudian diaplikasikan pada
tanaman-tanaman yang ada di sekitar kita. Ini akan menjadi pupuk alami yang
sangat baik untuk kesuburan tanah dan tanaman.

Apabila volume sampah di tempat kita, baik di sekolah ataupun di
rumah terbilang banyak, maka kita bisa menambah jumlah lubang sesuai
kebutuhan. Lubang-lubang ini juga akan sangat berguna ketika musim hujan
datang. Karena ini dapat juga dijadikan sebagai lubang resapan air hujan.
Dengan demikian volume air tanah akan bertambah, genangan air di
permukaan tanah berkurang, dan yang terpenting kita telah melindungi
lingkungan dari bahaya banjir. Manfaat lain yang bisa didapatkan dari
pengolahan sampah menggunakan teknik biopori ini antara lain, mengurangi
kerusakan lingkungan dari bahaya longsor dan erosi.

Hal ini bisa dilakukan berulang-ulang sehingga kita tidak perlu lagi
membakar sampah ataupun membuangnya di tempat pembuangan akhir. Yang
perlu diingat bahwa pipa paralon tersebut harus dilubangi sekelilingnya agar
sampah mudah terurai dan membusuk oleh bakteri yang ada di dalam tanah.

Penanganan masalah sampah di sekolah pun bisa dimulai dengan
melakukan pembiasaan dengan cara yang sederhana yaitu selama berada di
sekolah, setiap siswa harus bisa menjaga kebersihan kelas dan lingkungan
sekitar kelasnya. Di samping itu sekolah juga menerapkan system tiket sampah.
Setiap jam pulang sekolah setiap siswa diharuskan menyetor sampah sebagai
tiket pulang. Tentunya sampah-sampah tersebut dimasukkan ke dalam bak
sampah yang sudah disediakan sesuai dengan jenis sampahnya. Dalam hal ini
pihak sekolah menyediakan bak sampah yang berbeda untuk jenis sampah
organik dan anorganik. Semua warga sekolah harus sepakat untuk membuang
sampah pada tempatnya sesuai jenis sampah tersebut untuk memudahkan
memilahnya dan kemudian mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat.

172

Pengelolaan sampah organik di lingkungan sekolah dengan
menggunakan teknik biopori juga sangat mungkin dilakukan. Karena warga
sekolah yang jumlahnya banyak tentunya menghasilkan sampah yang banyak
pula. Di samping itu tersedianya lokasi pembuatan lubang resapan yang cukup
di sekolah semakin memudahkan penerapan teknik biopori dalam pengelolaan
sampah.

Selain sampah organik, sampah anorganik juga memerlukan
penanganan yang serius untuk mengurangi bahaya sampah plastik. Plastik
merupakan salah satu bahan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia,
seperti pembungkus makanan hingga peralatan rumah tangga. Plastik berasal
dari residu pengolahan minyak bumi yang kemudian diolah kembali dengan
mencampurkan bahan-bahan kimia tertentu sehingga menghasilkan biji-biji
plastik yang siap digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik. Plastik
sendiri merupakan bahan yang sangat sulit terurai oleh alam, perlu waktu
ribuan tahun untuk menguraikan plastik di alam. Plastik tidak akan hilang
meskipun dibakar melainkan berubah bentuk menjadi lebih kecil yang
disebut micro plastick, bahan ini dapat berbahaya jika tercampur pada tanah
dan air karena akan menjadi racun jika tercampur di air dan masuk ke dalam
tubuh manusia

Sebagian besar masyarakat mempunyai kebiasaan membakar sampah
karena belum mampu mengolah limbah plastik menjadi sesuatu yang memiliki
nilai guna yang tinggi. Permasalahan mengenai sampah plastik tidak pernah
ada habisnya. Sampah plastik merupakan sumber utama penumpukan sampah
di Indonesia, terlebih plastik adalah sampah yang sulit diuraikan, dibutuhkan
waktu yang sangat lama. Belum lagi pemusnahan plastik dengan cara dibakar
juga akan menimbulkan permasalahan lain seperti pencemaran udara.

Sebenarnya sampah plastik ini dapat dimanfaatkan untuk membuat tas,
hiasan dinding dalam berbagai bentuk yang diinginkan dan mempunyai nilai
jual yang tentunya akan berimbas pada perekonomian keluarga. Namun
pengetahuan tentang hal tersebut masih sangat kurang. Walaupun sekarang ini
masyarakat sudah mulai mengolah sampah dengan teknik ecobrick akan tetapi
masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu perlu adanya keterlibatan
pemerintah dan pihak terkait dalam menangani masalah sampah ini.

173

Teknik ecobrick merupakan salah satu solusi selain teknik biopori dalam
mengatasi limbah plastik. Ecobrick sendiri merupakan metode pengolahan
limbah sampah plastik menjadi barang serbaguna. Seperti bangku, meja,
hingga panggung pertunjukan dapat dibuat menggunakan metode ecobrick.
Metode ecobrick merupakan metode terakhir dalam pemanfaatan limbah
plastik. Ketika sampah plastik tidak dapat diolah kembali menjadi barang lain
seperti kerajinan tas maupun kerajinan yang lainnya, ecobrick dapat menjadi
solusi. Metode ini terbukti mengurangi sampah plastik di Kanada, negara asal
pencipta ecobrick yaitu Russel Maier seorang seniman yang bekerja di
Indonesia untuk menyelesaikan proyek ecobrick nya.

Pengolahan sampah menggunakan metode ecobrick tergolong mudah,
bahan yang diperlukan berupa sampah plastik. Sampah plastik dipilah menjadi
dua, sampah halus seperti plastik ‘kresek’ dan sampah kasar seperti
pembungkus makanan, plastik minyak goreng, mie instan, dan lain sebagainya.
Agar dapat digunakan, sampah-sampah ini dibersihkan dari sisa-sisa bahan
seperti makanan, minyak dan sabun kemudian keringkan. Selain kedua sampah
tersebut, siapkan juga botol plastik bekas air mineral yang telah dibersihkan
dan dikeringkan untuk media. Bahan-bahan tersebut dibersihkan terlebih
dahulu dari sisa-sisa Alat-alat yang diperlukan adalah gunting dan bambu
ukuran 2x40 cm untuk memadatkan sampah plastik di dalam botol. Cara
pengolahannya sendiri dimulai dari merobek sampah halus dengan warna yang
sama, kemudian dimasukkan ke dalam botol dan padatkan menggunakan
bambu hingga benar-benar padat, lapisan ini dijadikan sebagai lapisan dasar.
Setelah sampah halus menjadi padat, lanjutkan dengan sampah kasar. Potong
kecil sampah kasar menggunakan gunting, setelah itu masukan potongan
tersebut kedalam botol dan padatkan kembali hingga botol penuh. Untuk
membuat bangku kecil diperlukan minimal 7 botol dengan merk yang sama.

Walaupun terlihat mudah, namun pada proses pembuatannya ada
beberapa hal yang perlu diketahui :
1. Botol harus dalam keadaan bersih dan kering.
2. Sampah plastik harus dalam keadaan bersih dan kering untuk

menghindari bakteri tumbuh di dalam botol ecobrick.

174

3. Putar dan tekan-tekan tongkat dan pastikan bahwa isinya padat dan
merata di seluruh botol. Ini membantu memastikan bahwa botol tidak
memiliki rongga dan memiliki sifat padat yang mirip dengan balok beton.

Untuk menguji kepadatan, kita bisa menekan botol dari luar. Ecobrick
yang baik adalah saat botol tidak akan kempes dan tidak mengeluarkan bunyi
ketika ditekan.

Cara pemanfaatan sampah organik maupun anorganik seperti ini
merupakan aplikasi dari konsep 3R yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pembelajaran yang didapatkan dari konsep ini adalah melakukan pembiasaan
kepada siswa agar semakin menyadari pentingnya menjaga lingkungan sekitar
baik di sekolah, lingkungan masyarakat maupun keluarga. Di samping itu hal ini
dapat memberikan rangsangan bagi siswa untuk belajar lebih kreatif dalam
pemanfaatan sampah.

Keterlibatan siswa dan warga sekolah lainnya dalam menjaga kebersihan
lingkungan sekolah menjadi kunci keberhasilan program sekolah yang sudah
direncanakan yaitu menciptakan kondisi sekolah yang sehat, bersih dan
nyaman. Hal ini bisa dilakukan secara terus menerus dari generasi ke generasi
berikutnya sehingga dapat menjadi budaya positif bagi sekolah.

Agar siswa tetap termotivasi untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan sekolah, maka sekolah memprogramkan kegiatan lomba kebersihan
setiap bulan atau sekali dalam tiga bulan. Di samping itu, untuk melatih
kreatifitas siswa dalam pengolahan dan pemanfaatan sampah, maka perlu
diadakan pameran hasil karya siswa yang terbuat dari sampah. Dengan
demikian diharapkan siswa akan selalu berusaha berinovasi untuk menemukan
suatu hal yang baru dengan bahan dasar sampah tersebut.

Pemanfaatan sampah harus menjadi salah satu prioritas sebelum terjadi
pencemaran lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan. Kegiatan
pengelolaan sampah ini hendaknya dilakukan secara sistematis, menyeluruh
dan berkesinambungan agar kita terhuindar dari potensi bahaya kesehatan
yang ditimbulkan sampah tersebut seperti : penyakit diare, kolera, typus, jamur
kulit, cacingan dan lain sebagainya.

175

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan
yang kurang menyenangkan bagi masyarakat karena akan mengakibatkan
pencemaran udara, air, tanah dan lain-lain. Bau busuk sampah dan
pemandangan yang buruk akan sangat mengganggu kenyamanan. Sebaliknya
lingkungan yang bersih, sehat dan terbebas dari sampah akan memberikan
suasana nyaman bagi penghuninya.

PENUTUP

Sampah merupakan buangan sisa dari hasil aktifitas manusia yang bisa
merugikan, tetapi bisa juga menguntungkan manusia jika sampah tersebut
diolah dengan baik dan benar. Bahkan bisa bernilai ekonomis dan menjadi
sumber penghasilan. Salah satu cara agar sampah menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi manusia adalah menggunakan teknik biopori untuk
pengolahan sampah organik dan pengolahan sampah anorganik dengan
metode ecobrick.

Kedua teknik ini sangat bermanfaat untuk menjaga agar lingkungan
rumah, sekolah dan lingkungan sekitar kita terbebas dari bahaya yang
ditimbulkan oleh tumpukan sampah tersebut. Di samping mudah dilakukan,
teknik ini juga tidak membutuhkan biaya yang besar. Bahkan bisa tanpa biaya
yaitu dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar kita
seperti, potongan pipa bekas, botol bekas dan lain-lain. Dan yang terpenting
adalah manfaat yang dapat kita rasakan secara langsung yaitu, lingkungan kita
terbebas dari berbagai sumber penyakit, terbebas dari genangan air, dan yang
tidak kalah penting lingkungan yang bersih dan sehat memberikan
kenyamanan bagi kita,

Kawasan yang bersih dan sehat menjadi idaman setiap orang. Ketika
seseorang berada di lingkingan yang bersih maka jiwa akan terasa nyaman
karena kita terbebas dari dampak negative sampah. Sebaliknya lingkungan
yang tercemar tentu akan sangat mudah bagi seseorang terserang penyakit
dan mengganggu daya tahan tubuh. Oleh karena itu menjaga kebersihan
lingkungan harus ditempatkan pada prioritas utama dalam kehidupan kita.

176

Menjaga kebersihan bukanlah suatu hal yang sulit untuk dilakukan
asalkan ada kemauan dan motivasi untuk menjadi manusia yang sehat.
Lingkungan yang bersih dan sehat tidak hanya berpengaruh pada tubuh yang
sehat, akan tetapi berpengaruh pula pada jiwa dan pikiran yang sehat.

Kesehatan kita adalah tanggung jawab kita. Menjaga kesehatan
sangatlah penting bagi setiap orang, karena tubuh yang sehat mampu
meringankan kita dalam melakukan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kita menunda – nunda untuk
menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, indah serta nyaman.

Demikian artikel singkat ini penulis buat dengan harapan bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat serta warga sekolah
pada umumnya. Semoga kita bisa lebih bijak dalam berperilaku terutama
menyikapi keberadaan sampah yang ada di sekitar kita.

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan ini. Oleh karena itu penulis siap menerima kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya.

LAILI ISMINI, S.Pd (NIP 19720717 200012 2 001)
Tempat/Tanggal Lahir: Kelayu, 17 Juli 1972
Pekerjaan: Guru
Instansi/Tempat Bekerja: SMPN 1 Labuhan Haji
Alamat Tempat Bekerja: Jalan HOS. Cokroaminoto No.1
Tanjung. Telepon/HP: 081997813102
Alamat Email: [email protected]

177

SIPUT SPATULA
MENUJU SEKOLAH SEHAT DAN INDAH

Oleh Ni Wayan Kertiasih

Guru SDN 2 Pemenang Barat – KLU

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan masalah yang berkelanjutan,
sampah ada dimana-mana, sampah dianggap barang yang tak berharga,
sampah dianggap cerminan kepribadian, sampah selalu membuat cerita yang
memilukan jika tidak di tanggulangi secara baik. Sampah memang membuat
pusing, terlebih sampah berbagai macam jenisnya.

Sampah yang sering bertebaran di lingkungan kita jenisnya bermacam-
macam, adapun jenis sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah padat dan
sampah cair, jenis-jenis sampah berdasarkan sumbernya yaitu sampah alam,
sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri dan
sampah pertambangan.

Siput spatula (sistem pungut sampah setiap satu langkah) adalah salah
satu kegiatan yang digunakan untuk mengurai sampah yang berserakan di
lingkungan sekolah, warga sekolah diajak untuk memungut sampah setiap saat
yaitu sebelum pelajaran dimulai dan disela-sela jam istirahat sekolah, serta
mengajak siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.

Penanaman budaya yang bersifat baik sejak dini tentunya akan
membawa dampak yang positif dan akan terpatri lebih lama, seperti halnya
kata pepatah “bagai mengukir diatas batu” sangat sulit memang tapi akan
bertahan lama dibanding “bagai mengukir di atas air” dampaknya akan mudah
terlupakan dan bahkan tak berbekas.

Pengalaman-pengalaman positif yang diterima sejak dini terutama saat
di sekolah dasar dari orang dewasa seperti guru-guru pembimbing akan
membuat siswa menjadi lebih termotivasi karena guru dianggap orang yang
mampu digugu dan ditiru. Keadaan ini sangat menguntungkan untuk
meningkatkan pengalaman siswa yang bersifat positif terutama dalam menjaga
lingkungan.

178

Seorang guru hendaknya mampu menjadi pepimpin siswa-siswi di
sekolah dengan mengacu pada semboyan salah satu pahlawan Indonesia yaitu
Ki Hajar Dewantara, yang isinya pertama “Ing Ngarso Sung Tulodo” artinya
saat berada di depan harus mampu memberi contoh atau menjadi suri
tauladan yang baik bagi siswa-siswinya, kedua “Ing Madyo Mangun Karso”
artinya saat berada di tengah-tengah seorang guru harus mampu
membangkitkan atau menggugah semangat untuk melakukan hal-hal yang
baik, dan yang ketiga “Tut Wuri Handayani“ artinya saat berada di belakang
hendaknya seorang guru mampu memberi dorongan moral dan semangat
kerja agar lebih termotivasi.

Dari ketiga semboyan tersebut diharapkan siput spatula berhasil
mencapai tujuan yaitu menuju sekolah sehat dan bersih. Saat pelaksanaan
kegiatan ini guru memegang kendali yang sangat besar bukan hanya
memerintah seperti halnya majikan yang memberi tugas pada pesuruh, jadi
guru harus ikut terjun bekerjasama dengan para siswa, karena semangat siswa
lebih terpacu dan merasa diberi perhatian yang lebih.

Salah satu cara untuk mengembang kan potensi peserta didik sesuai
tujuan nasional adalah menanamkan hal-hal yang baik sejak usia dini agar
setiap kegiatan yang dilakukan menjadi lebih bermanfaat untuk diri sendiri,
keluarga dan masyarakat, pelaksanakan siput spatula sangat sesuai dengan
tujuan pendidikan yaitu menciptakan lingkungan yang sehat dan dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggung jawab.

Pada awalnya kegiatan menanamkan siput spatula tentunya banyak
menemui kendala karena budaya siswa yang tak peduli dengan kebersihan
lingkungan, namun tanpa bosan guru mampu memberi dorongan dan
semangat serta memberi contoh secara terus-menerus. Sesuai dengan
Kompetensi dasar kelas VI semester 1 pada mata pelajaran PKN :
3.2. Menganalisis pelaksanaan kewajiban, hak dan tanggung jawab sebagai

warga Negara beserta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
4.2. Melaksanakan kewajiban menegakkan aturan dan menjaga ketertiban

dilingungan rumah, sekolah dan masyarakat.
Sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ada pada pembelajaran kelas VI

jadi diharapkan, sebagai siswa kelas yang paling tinggi mampu memberi contoh

179

pada pada siswa lainnya yaitu siswa kelas I-V. Selain memberi contoh tugasnya
juga mengakjak dan mengarahkan adik kelasnya untuk selalu menjaga
lingkungan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Jadi kegiatan siput spatula dapat dilaksanan dengan penuh tanggung
jawab, karena pada KD pembelajaran kelas VI semester 1 adanya penyataan
yang menekankan kewajiban, hak dan tanggung jawab sebagai warga negara.
Salah satu kewajiban, hak dan tanggung jawab sebagai warga negara adalah
menjaga kebersihan lingkungan.

Menjaga kebersihan lingkungan juga merupakan sebagian dari pada
iman, tentunya merupakan salah satu kewajian untuk menjalankan perintah
Tuhan Yang Maha Esa tanpa merasa dipaksa oleh pihak lain, melainkan
merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan, jika perbuatan baik yang
kita tanamkan maka hasil yang akan kita terima pasti hal yang baik pula. Sama
halnya dengan sistem pungut sampah setiap satu langkah (siput spatula) yang
merupakan kegiatan menanamkan kebaikan tentunya akan menciptakan
kebaikan pula yaitu kondisi lingkungan yang bersih dan sehat.

Sesuai dengan materi ajar kelas VI (enam) semester 1 (satu) tema 1
(satu) yaitu selamatkan makhluk hidup, hak dan kewajiban dibahas pada buku
ini, bahwasannya kewajiban siswa untuk selalu menjaga kebersihan diri sendiri
serta lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Pada
buku ini Siswa ditugaskan untuk menyebutkan contoh kewajiban yang
dilakukan sehari-hari di sekolah salah satunya adalah menjaga ruang kelas dan
halaman sekolah.

Siput spatula adalah salah satu cara
untuk menjaga lingkungan sekolah agar
tetap bersih dan sehat, berdampak baik
pula buat lingkungan dan meningkatnya
kesadaran warga sekolah untuk selalu
memungut dan membuang sampah pada
tempatnya, secara perlahan sampah-
sampah dihalaman mulai berkurang.
Untuk memudahkan mengontrol serta
menjadian kegiatan ini lebih seru dan

180

menyenangkan siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu tim siput terdiri dari
siswa perempuan dan tim spatula terdiri dari siswa laki-laki. Tim-tim ini
diberikan tantangan untuk mengajak siswa lainnya serta memberi contoh yang
baik untuk menciptakan kebersihan lingkungan. Setiap tim yang melaksanakan
tugas dengan baik diberikan pujian dan penghargaan berupa bintang (stempel
bintang), pada setiap semester akan dihitung perolehan bintang, tim yang
menang diberikan hadiah kecil untuk memacu dan meningkatkan kegiatan
berikutnya. Kegiatan ini diharapkan akan terus berlanjut, sehingga kebersihan
lingkungan menjadi suatu kebutuhan.

Mulailah dengan hidup yang taat pada aturan walaupun hanya
merupakan hal yang kecil, karena hal yang besar berawal dari hal kecil.
Berpikirlah bahwa lingkungan yang sehat dan bersih sangat penting bagi
kehidupan kita semua. NTB bebas sampah diawali dari lingkungan sekolah. |
***

Nama Ni Wayan Kertiasih biasa dipanggil Iyan, lahir di
Lendang Galuh, Lombok Barat, pada 13 Februaru 1979.
Alamat rumah Mataram.
Menjadi guru adalah cita-citaku. Aku sekarang mengajar
pada salah satu sekolah dasar di Lombok Utara, yaitu di
SDN 2 Pemenang Barat. Menari adalah salah satu hobiku,
melalui hobi ini aku mengenal pulau lain selain pulauku
yang elok dan mempesona. Motto dalam hidupku adalah pekerjaan, masalah
dan tantangan adalah seni, harus kita jalani dengan senang hati walau kadang-
kadang sakit.
Aku ingin menjadikan hidupku bermanfaat, pengalaman hidup adalah
kenangan untuk menjadikan diri ke hal yang lebih baik. Semasa kuliah aku
senang berorganisasi, sekarangpun aku menjadi bendahara KKG gugus. Untuk
mudah mengenal dan menghubungiku jejakku bisa dilacak melalui Instagram
niwayankertiasih11, untuk cerita-cerita sederhana jadikan aku temanmu di
facebook Ni Wayan Kertiasih. Email [email protected].
Semangat.

181


Click to View FlipBook Version