SAMPAH DI SEKITARKU
SEBAGAI MEDIA BELAJAR KIMIA YANG MENYENANGKAN
Oleh Baiq Laely Herawaty
Ilmu kimia pada dasarnya merupakan ilmu eksperimental yaitu ilmu
yang didapatkan melalui percobaan-percobaan. Oleh sebab itu dalam
mengajarkan ilmu kimia seharusnya guru menggunakan media untuk
melakukan eksperimen. Metode eksperimen merupakan cara memberikan
pengalaman kepada siswa dalam proses pembelajaran dengan melakukan
percobaan terhadap sesuatu media yang digunakan dengan cara melihat dan
mengamati akibatnya. Pembelajaran untuk mengenalkan hakikat ilmu kimia di
sekolah harus dilakukan dengan percobaan-percobaan sehingga diperlukan
suatu alat praktikum yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Penggunaan
alat praktikum dalam proses pembelajaran dapat membantu guru dalam
memperjelas penyajian dan penyampaian informasi kepada peserta didik
sehingga peserta didik lebih mudah memahami informasi tersebut.
Pelaksanaan metode eksperimen pada pelajaran kimia cukup memerlukan
peralatan dan sarana yang memadai sebelum pembelajaran dimulai. Pada
umumnya percobaan-percobaan kimia memerlukan laboratorium dengan
berbagai alat dan bahan praktikum yang cukup mahal harganya, sehingga di
rasa akan sulit untuk melaksanakan ekseperimen kimia tanpa peralatan dan
sarana yang memadai.
Belajar kimia yang menyenagkan tidak harus dengan memiliki
laboratorium dengan alat-alat dan bahan-bahan kimia yang memadai. Media
pembelajaran sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran seharusnya
dapat dikembangkan secara sederhana dari beberapa sampah yang ada di
lingkungan sekitar. Selain berguna sebagai media pembelajaran, pemanfaatan
sampah juga mampu mengurangi produksi sampah. Produksi sampah
khususnya sampah plastik semakin hari makin meningkat. Pemanfaatan
sampah plastik menjadi media pembelajaran disekolah dapat dilakukan oleh
seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif.
Pemilihan bahan sampah plastik untuk pembuatan media
pembelajaran dikarenakan di lingkungan sekolah terdapat sampah plastik yang
melimpah. Pembuatan media pembelajaran ini juga bertujuan untuk melatih
kreativitas guru maupu siswa untuk memanfaatkan limbah yang ada di
lingkungan sekitar. Alat-alat eksperimen yang dikembangkan diharapkan dapat
memvisualkan materi yang sedang di pelajari. Dengan menggunakan alat
182
eksperimen, tentunya siswa dapat melihat langsung bagaimana proses yang
terjadi didalamnya sehingga menimbulkan ketertarikan lebih lanjut untuk
memahami konsep materi yang diajarkan dan diharapkan hasil belajar siswa
dapat meningkat.
Beberapa materi kimia yang memanfaatkan
sampah plastik sebagai alat bantu memahami
konsep materi kimia antara lain dalam
mempelajari materi bentuk molekul. Guru
dapat meminta siswa membuat bentuk
molekul menggunakan sedotan plastik untuk menggambarkan berbagai bentuk
molekul, sehingga materi bentuk molekul tidak abstrak bagi siswa. Kegiatan ini
tidak memerlukan laboratorium, karena dapat dilakukan di ruang kelas atau di
luar kelas.
Untuk memahami beberapa reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon
siswa dapat diajarkan membuat alat las mini dari botol plastik bekas dan selang
infus. Siswa dapat membuat sendiri alatnya dan dapat melihat langsung dan
mengamati reaksi terjadi sehingga siswa dapat menerapkan materi senyawa
hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar memahami konsep reaksi eksoterm dan sifat-sifat alkohol
dapat dilakukan dengan belajar sambil bermain roket alkohol. Pemanfaatan
pipa PVC bekas, kabel bekas, dan botol bekas dapat membuat belajar kimia
yang menyenangkan. Jadi kesan belajar kimia yang sulit dengan rumus dan
reaksi-reaksi yang rumit dapat dipatahkan. Belajar memahami konsep sambil
bermain lebih menyenangkan buat siswa.
Memahami bagaimana cara pemisahan minyak mentah (cruide oil)
dengan cara destilasi pada materi minyak bumi tidak hanya dipelajari dengan
cara membaca dari buku ajar, namun siswa dapat membuat sendiri alat
destilasi tersebut dengan menggunakan botol plastik bekas. Berbekal konsep
materi yang diajarkan siswa dapat langsung membuktikan sendiri teori yang
ada di buku-buku ajar. Selain itu dengan membuat sendiri alat eksperimennya
siswa dapat belajar dari kesalahan jika ternyata alat yang mereka buat tidak
dapat digunakan. Selain itu siswa juga dapat memperbaiki sendiri jika alat
tersebut mengalami kerusakan.
Pada materi minyak bumi siswa dapat menggunakan prinsip kerja alat
destilasi untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak.
Kegiatan tersebut dapat membantu mengurangi sampah plastik yang ada di
sekitar sekolah serta memacu kreatifitas siswa untuk mencari solusi
183
mengurangi sampah plastik sekaligus mengurangi penggunaaan bahan bakar
fosil yang semakin lama semakin berkurang.
Pada proses belajar materi elektrokimia siswa cukup berbekal kabel
bekas dan bahan dari buah-buahan lokal yang ada di lingkungan sekitar.
Kegiatan ini dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas. Dengan mencoba
merangkai sendiri alat eksperimennya, siswa dapat mengetahui hubungan
reaksi kimia dengan gejala kelistrikan yang terjadi.
Ini hanya sebagian kecil contoh materi-materi kimia yang
memanfaatkan sampah di lingungan sekitar sebagai media belajar yang
menarik dan menyengkan. Kemauan guru untuk mengembangkan kreatifitas
dan inovasi dapat membuat kesan yang berbeda bagi siswa dalam belajar
kimia. Membuat belajar kimia itu menarik dan menyenagkan tidak harus
dengan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan praktikum yang mahal,
dengan hanya menggunakan sampah plastik di lingkungan sekitar dapat
membuat belajar kimia menjadi lebih nyata jauh dari kesan abstrak dan sulit
dan yang terpenting siswa bahagia setelah belajar kimia.
Baiq Laely Herawaty, kelahiran 3 Juli 1980 di Tarakan,
Kalimantan Timur. Pendidikan pertama di SD No 4 Dasan
Lekong, alumni MTs dan MA muallimat NW Pancor. S1 pada
program studi pendidikan Kimia di FKIP Universitas
Mataram. Berkat izin Allah SWT pada tahun 2009 penulis
menempuh studi S2 di FMIPA program studi Kimia Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya. Tulisan ini
terinspirasi dari seorang guru penggerak yang penulis kenal
dengan nama Pak Uga Patria. Beliau sudah banyak memberikan motivasi dan
semangat kepada guru-guru Indonesia untuk terus belajar mengembangkan
diri, agar kelak dapat bertanggungjawab di hadapan Allah SWT, atas apa yang
telah kita ajarkan kepada siswa kita. Terimakasih penulis untuk Pak Uga Patria.
184
SELAMATKAN LAUT NTB DARI TUMPUKAN SAMPAH PLASTIK
DI MULAI DARI SEKOLAH
Oleh Zulfikri
Guru Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Sikmual (Madani)
Provinsi NTB dengan dua pulaunya – pulau Lombok dan pulau
Sumbawa – menyimpan keelokan laut yang memukau.Tiap tahun ribuan turis
asing berdatangan untuk menikmati eloknya pulau-pulau di provinsi NTB.
Sesuatu yang sangat membanggakan tentunya bagi masyarakat NTB bahwa
pulau yang mereka diami adalah salah satu surga keindahan di dunia. Namun,
mungkin tak banyak dari kita – masyarakat NTB – yang menyadari bahwa
keindahan laut dunia tengah terancam.Ancaman itu bukan berasal dari
peristiwa alam dengan kekuatan merusak yang besar namun berasal dari
material-material kecil yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Sampah
plastik – material yang digunakan untuk banyak kegiatan manusia – kini
menjadi sebuah ancaman bagi laut, yang pada akhirnya akan berdampak pada
manusia.
Setiap tahunnya ada ribuan ton sampah plastik dihasilkan manusia
diseluruh dunia.Sebagian sampah plastik tersebut terbawa hingga ke laut.Laut
kini tidak hanya berisi ikan, cumi, udang, plankton dan berbagai bentuk
kehidupan laut lainnya – namun juga berisi ribuan ton sampah plastic. Bahkan
saat ini rasio perbandingan plastik dan plankton adalah 1 : 2. Apabila kita tidak
melakukan tindakan yang efektif untuk mencegah pertumbuhan sampah
plastik di laut maka diperkirakan pada tahun 2050 jumlah palstik akan lebih
banyak dibandingkan ikan. Setelah kita mengetahu fakta tersebut, lalu apa
berikutnya? Apa yang bisa kita – satu manusia kecil – bisa lakukan untuk
menghentikan pertumbuhan sampah plastik.
Setiap orang, dapat berkontribusi, walau sekecil apapun bagi sebuah
gerakan menyelamatkan laut dari sampah plastik.Setiap orang, sesuai dengan
latar belakang pribadinya – pendidikannya, pekerjaannya –dapat melakukan
sesuatu.Demikian juga dengan penulis – dengan profesi penulis sebagai guru
185
sekaligus kepala sekolah – maka ada hal-hal yang dapat penulis lakukan sebagai
kontribusi untuk menyelamatkan laut.
Penanaman Karakter Peduli Lingkungan
Salah satu sebab terancamnya lingkungan bumi – termasuk laut –
adalah adanya paradigma yang keliru tentang lingkungan hidup.Dikotomi
manusia dan lingkungan menjadi suatu pemahaman yang jamak dalam
masyarakat, termasuk para generasi muda.Lingkungan jarang sekali dipandang
sebagai bagian penting dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia.Pada
tataran kelas atas, dikotomi lingkungan dan manusia tampak pada upaya
mencari keuntungan sebesar-besarnya dari eksploitasi lingkungan tanpa
memperdulikan dampak negatifnya.Pada tataran menengah dan bawah,
dikotomi manusia dan lingkungan tampak pada sikap acuh dan tak peduli pada
lingkungan.
Pola pikir, pola pandang adalah hal yang akan mempengaruhi tindakan
manusia. Demikian halnya dengan hubungan antara manusia dan
alam.Pandangan yang memisahkan manusia dengan alam melahirkan pola
tindak acuh dan tak peduli, bahkan pola tindak penguasaan terhadap alam.
Sebaliknya pola pikir dan pola pandang bahwa manusia dan alam adalah satu
kesatuan sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, akan
melahirkan pola tindak yang lebih perduli pada masalah-masalah lingkungan.
Penanaman pengetahuan mengenai hubungan antara manusia dan
alam dilakukan dengan bekerjasama dengan para guru di sekolah.Para guru
diminta dapat menyisipkan pengetahuan mengenai lingkungan pada mata
pelajaran yang mereka ampu. Melalui pelajaran biologi, guru akan
menyempaikan gambaran tentang bumi beserta segala makhluk, benda, daya
dan energy yang ada di dalamnya adalah satu kesatuan sistem yang saling
mempengaruhi. Melalui pelajaran agama, guru akan menyampaikan mengenai
makna peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Melalui pelajaran aqidah
akhlak, guru akan menyampaikan bagaimana akhlaq seorang muslim terhadap
makhluk hidup lainnya serta lingkungan hidup. Melalui pelajaran kimia, guru
akan menyampaikan bagaimana dampak negatif dimasukkannya material-
material pencemar ke dalam lingkungan. Melalui pelajaran kwn, guru akan
186
menyampaikan bagaimana seorang warganegara dengan berlandaskan nilai-
nilai pancasila dan ketentuan dalam UUD 1945 harus turut serta dalam upaya
menciptakan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Demikian dengan mata-
mata pelajaran lainnya.
Selain pemberian pengetahuan, penumbuhan karakter perduli
lingkungan dilakukan melalui pembiasaan pola tingkah ramah lingkungan.Siswa
dibiasakan untuk mengurus sampah mereka sendiri karena disekolah tidak
disediakan petugas kebersihan.Siswa diminta untuk mengurangi konsumsi air
minum kemasan dengan membawa wadah air sendiri.
Pengelolaan Sampah Sendiriserta Pengelolaan Bank Sampah Mandiri
Sebagai bagian dari upaya mengurangi sampah plastik serta
menanamkan kebiasaan pengelolaan sampah sendiri, sekolah membuat
program pengelolaan sampah sendiri melalui bank sampah mandiri.Melalui
program ini, siswa didorong untuk mengumpulkan sampah plastik yang ada di
dalam lingkungan sekolah.Setiap minggu sampah plastik yang telah
dikumpulkan tersebut ditabung pada bank sampah mandiri milik sekolah.
Setiap kilogram sampah plastik yang dikumpulkan dinilai sebesar Rp 2000,-.
Uang tersebut disimpan di bank sampah sebagai kas kelas,Nama programnya
Madani zero waste.
Selain disetorkan pada bank sampah, sampah-sampah plastik juga
diolah kembali menjadi barang-barang yang bermanfaat.Ecobrick adalah salah
satu hasil pemanfaatan sampah botol minuman kemasan. Ecobrick tersebut
dimanfaatkan untuk mempercantik taman sekolah. Sebagian sampah plastik
juga dimanfaatkan untuk membuat bunga-bunga imitasi untuk menghias ruang
sekolah.
Masalah sampah di lingkungan sekolah bukan hanya berasal dari
sampah plastik namun juga sampah organik. Sampah-sampah organik apabila
tidak dikelola dengan benar juga akan menimbulkan masalah lingkungan.
Lingkungan sekolah yang kotor dan bau adalah beberapa dampak dari tidak
dikelolanya sampah organik. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi
kenyamanan siswa dan guru dalam aktivitas di lingkungan sekolah. Menyadari
187
hal tersebut, maka sekolah membuat program pengelolaan sampah organik
menjadi kompos.Sisa-sisa makanan dan dedaunan dari pohon-pohon yang ada
di lingkungan sekolah dikelola sendiri oleh siswa bersama guru menjadi
kompos.Sampah organik yang telah diubah menjadi kompos tersebut
digunakan untuk menjadi pupuk aneka sayuran pada greenhouse sekolah.
Aneka sayuran itu sendiri nantinya akan dikonsumsi bersama oleh seluruh
warga sekolah. Hal ini secara tidak langsung mengajarkan siswa tentang proses
daur ulang dalam lingkungan.
Program Sahabat Pohon -Tanam dan Rawat Pohon Sendiri
Guna menyempurnakan kesadaran siswa tentang lingkungan, selain program-
program persampahan, sekolah juga membuat program sahabat pohon.Pohon
adalah penyangga kehidupan di bumi. Apabila manusia tidak bersahabat
dengan pohon – menanam dan merawat – maka keseimbangan kehidupan di
muka bumi akan terganggu. Melalui program sahabat pohon, setiap kelas
ditugaskan untuk menanam pohon.Kelas tersebut juga harus bertanggung
jawab untuk menjaga dan memelihara pohon tersebut.
Persembahan dari Sekolah Untuk Laut NTB Tercinta
Saat Neil Armstrong menjejakkan kakinya di bulan ia berkata “ ini adalah
sebuah langkah kecil seorang manusia tetapi merupakan sebuah lompatan
besar bagi manusia”. Ini adalah yang memotivasi penulis, bahwa meskipun
langkah yang kami lakukan di sekolah tampak seperti sebuah langkah yang
begitu kecil dibandingkan besarnya masalah sampah palstik di dunia, namun
langkah kecil kami adalah bagian dari sebuah langkah kemanusiaan.Bahwa
sekecil apapun kontribusi kami dalam upaya mengurangi sampah plastik, ini
adalah persembahan kami bagi laut di negeri yang kami cintai.
188
Zulfikri, lahir di Praya, 6 November 1979, Desa Aikmual, Kecamatan Praya,
Kabupaten Lombok Tengah, NTB.Latar belakang pendidikan penulis adalah
Sarjana Pendidikan dari IKIP Mataram dan saat ini tengah melanjutkan
pendidikan pada jenjang Magister di UNDIKMA.Kegiatan keseharian penulis
adalah sebagai kepala sekolah MA Darul Aminin NW Aikmual. Penulis pernah
mewakili Madrasah Swasta se-kabupaten Lombok Tengah untuk mengikuti
DIKLAT ADIWIYATA di kantor wilayah Kementerian Agama provinsi NTB.
Sebagai tindak lanjut DIKLAT, penulis kemudian menyusun program MADANI
ZERO WASTE, Membangun Bank Sampah Mandiri di sekolah untuk 3R yang
berkelanjutan menuju NTB GEMILANG BERSIH BEBAS SAMPAH 2023. Untuk
memperluas wawasan penulis mengenai program ADIWIYATA Sekolah, penulis
melakukan study banding ke sekolah-sekolah lain yang telah memperoleh
penghargaan ADIWIYATA, yaitu MAN Bangkalan Madura dan SMKN 5 Bandung.
Pada Oktober 2019 penulis berkesempatan untuk mengikuti kegiatan
JAMBORE INDONESIA BERSIH BEBAS SAMPAH (JIBBS) 2019di Margarana Bali.
Penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan berkaitan dengan
program persampahan,forum Adiwiyata Nasional, diantaranya penulis adalah
sebagai peserta seminar dan Jambore Asosiasi Bank Sampah bulan Desember
2019 yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan HUT NTB ke-61. NTB
Bersih dan Bebas Sampah 2023. Ayo bergerak.
189
SEKOLAH, AGEN PEMBAHARU
GENERASI CINTA LINGKUNGAN
MENUJU MASA DEPAN NTB BEBAS SAMPAH
Oleh Eris Nurhayati
Guru SMA Negeri 3 Mataram
Pengelolaan sampah di Indonesia masih kurang efektif. Menurut data
statistik pada tahun 2016, jumlah penduduk yang tercatat sebanyak
261.115.456 orang dan memproduksi sampah sebanyak 65.200.000 ton
sampah setiap tahunnya sebanyak 85.000 ton diantaranya merupakan sampah
plastik (Hidayat, 2019). Data statistik tersebut senada dengan yang terjadi di
seluruh bagian Negara Kepulauan Republik Indonesia, termasuk Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB).
Sejalan dengan program Zero Waste yang menjadi salah satu program
unggulan Provinsi NTB, SMA Negeri 3 Mataram sebagai salah satu Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang berada di bawah garis koordinasi Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi NTB turut berkomitmen mendukung program dari
pemerintah daerah tersebut. Menyadari bahwa sekolah, sebagai salah satu
komunitas yang mempunyai banyak massa, maka SMA Negeri 3 Mataram yang
dimotori oleh Kepala Sekolah Kun Andrasto berkomitmen berpartisipasi aktif
dalam menggerakkan seluruh elemen sekolah untuk mendukung ‘Gerakan
Bebas Sampah’. Sebagai wujud dari dukungan terhadap program ‘zero waste’
tersebut, SMA Negeri 3 Mataram membuat berbagai program sebagai upaya
pengelolaan sampah di lingkungan SMAN 3 Mataram.
Sampah merupakan sesuatu yang tidak berguna, hasil buangan dari
aktivitas manusia yang secara fisik memiliki kandungan yang sama dengan yang
terdapat pada produk yang berguna (White et al., 1995). Menurut Dixon &
Jones (2005), sampah secara fisik dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
sampah padat, sampah cair dan sampah gas. Yang menjadi masalah utama di
NTB sebagai wilayah yang jauh dari area industri, maka sampah padat menjadi
masalah utama, karena volumenya yang memerlukan ruang.
190
Sampah padat dibagi menjadi 2, yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang dapat membusuk atau
dapat terurai kembali dengan bantuan bakteri. Sampah organik merupakan
sampah yang mudah dimanfaatkan kembali dan tidak berbahaya bagi bumi.
Namun, apabila sampah organik tidak dikelola dengan baik, maka akan
menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengganggu pandangan. Sampah
anorganik adalah sampah yang tidak bisa diurai oleh mikroorganisme. Salah
satu contohnya adalah plastik, yang waktu ratusan tahun untuk
terdekomposisi (Eubeler et al., 2010). Sungguh sesuatu yang sangat
mencengangkan karena menurut data yang ada, Indonesia merupakan negara
penyumbang sampah plastik terbesar peringkat ke-2 di dunia
(www.liputan6.com).
Plastik adalah salah satu material yang paling banyak digunakan.
Plastik berasal dari bahasa Yunani, plastikos, yang artinya mudah untuk
dibentuk atau dilelehkan menjadi suatu bentuk yang diinginkan. Setelah
ditemukannya plastik, karena berbagai keunggulannya itulah plastik
dipergunakan secara meluas di hampir semua aspek kehidupan. Plastik dapat
kita temukan pada bahan kemasan, botol, furniture, baju, bangunan otomotif,
sampai dengan perangkat medis.
SMAN 3 Mataram sebagai sekolah yang mewakili Provinsi NTB dalam
ajang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional, mengusung beberapa program
unggulan dalam rangka implementasi ‘zero waste’. Program pertama adalah
pembiasaan menggunakan tumbler air minum. Saat ini, dalam kegiatan rapat di
lingkungan pendidik maupun tenaga kependidikan di lingkungan SMAN 3
Mataram, tidak lagi disediakan minuman dalam kemasan botol plastik. Sebagai
gantinya, di hampir setiap ruang disediakan gallon air minum untuk mengisi
tumbler yang dibawa oleh masing-masing sivitas SMAN 3 Mataram baik
kalangan siswa maupun guru.
Kedua, mengenalkan kode bahan plastik ke siswa baru saat Masa
Orientasi Pengenalan Lingkungan Siswa (MPLS), yaitu masa peralihan dari
jenjang SMP ke jenjang SMA. Masa ini, adalah saat yang penting untuk masa
penanaman aturan di lingkungan sekolah dan cikal bakal penerapan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Kegiatan ini penting untuk dilaksanakan, agar siswa
191
mengetahui jenis-jenis plastik dan bahayanya. Contohnya adalah informasi
yang menjelaskan bahwa tidak semua jenis plastik bisa digunakan sebagai
pembungkus makanan, namun hanya jenis tertentu (Gambar 2).
Ketiga, budaya pembiasaan diri untuk berusaha memilah jenis sampah
organik dan anorganik sebelum membuangnya ke tempat sampah. Pemilahan
kedua jenis sampah tersebut penting dilakukan, sebab setelah tahapan
pemilahan sampah dengan klasifikasinya tersebut akan diolah ke tahap
selanjutnya. Untuk kelompok sampah anorganik selanjutnya akan dikelola oleh
Bank Sampah. Sedangkan sampah organik yang berupa dedaunan akan diolah
menjadi pupuk kompos serta menjadi bahan isian pipa biopori beserta sisa-sisa
makanan.
Keempat adalah pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Kegiatan ini merupakan salah satu program unggulan SMAN 3 Mataram dalam
program ‘zero waste’. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa siswi dengan
bimbingan guru pendamping. Pupuk kompos hasil pengolahan sampah organik
tersebut selanjutnya dikemas untuk didistribusikan ke para guru. Uang yang
diperoleh dari penjualan pupuk kompos selanjutnya disimpan sebagai uang
kas. Kegiatan ini mengajarkan siswa untuk berusaha mencintai lingkungan dan
mulai menanamkan jiwa entepreunership di kalangan siswa.
Kelima, pembuatan lubang serapan biopori. SMAN 3 Mataram
memiliki area tertentu yang lebih rendah posisinya sehingga saat curah hujan
tinggi, terjadi genangan air yang lama surutnya. Untuk mempercepat proses
agar air segera surut , maka dibuatlah lubang serapan biopori. Lubang biopori
dibuat oleh siswa KIR SMAN 3 Mataram dengan menggunakan pipa paralon
yang diberi lubang di sepanjang sisi-sisinya, pipa-pipa tersebut lalu ditanam ke
dalam tanah dan ke dalamnya dimasukkan sampah organik berupa dedaunan
dan/atau sisa makanan. Sampah organik dimasukkan ke dalam lubang biopori
agar terurai oleh cacing dan bakteri di dalam tanah dan menjadi kompos,
sehingga menyuburkan tanah yang ada di sekitar lubang biopori.
192
Keenam, program pengelolaan sampah plastik. SMAN 3 Mataram mempunyai
Bank Sampah yang siap menerima sumbangan berupa sampah plastik, baik
yang diperoleh secara internal maupun
dari luar lingkungan sekolah. Sampah
jika diolah dengan daya kreativitas yang
serius bias menghasilkan produk yang
memiliki nilai estetika. Contohnya
sampah plastik yang berasal dari botol
minuman bekas didalamnya diisi
dengan kantong kresek bekas dan Hasil kreativitas olah sampah plastik
bungkus permen, kemudian disusun menjadi barang yang bermanfaat
secara teratur dan hasilnya bisa
menjadi sebuah gapura yang eksotik
(Gambar 5). Wadah bekas kemasan
minuman gelas juga bisa diubah
menjadi berbagai aksesoris yang bisa
dipergunakan kembali, bahkan memiliki nilai jual lebih tinggi seperti tas wanita
atau topi.
Ketujuh, pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif
melalui metode pirolisis. Yaitu proses dekomposisi hidrokarbon rantai panjang
pada sampah menjadi rantai lebih pendek menggunakan pemasanan baik
dengan maupun tanpa oksigen, hasil dari proses ini dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan bahan bakar alternatif. Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi
program percontohan proses penanganan sampah yang lebih holistic, karena
berupaya mengatasi dua masalah dalam satu langkah, yaitu tingginya volume
sampah dan tingginya kebutuhan akan pasokan sumber energi. Namun
demikian, program ini masih dalam tahapan penjajakan yang rencananya
dilaksanakan untuk tahap selanjutnya.
Pengolahan sampah di SMAN 3 Mataram telah mengalami
peningkatan yang signifikan. Pengolahan sampah anorganik melalui Bank
Sampah dan metode 3R (reduce, reuse, recycle) telah mengalami peningkatan
baik dalam pelaksanaannya ataupun hasil yang diperoleh. Namun peningkatan
ini masih belum optimal jika dibandingkan dengan potensi daur ulang sampah
di lingkungan SMAN 3 Mataram yang belum digarap.
Kegiatan daur ulang sampah baik organik maupun anorganik,
setidaknya mepunyai nilai – nilai positif, diantaranya: (1) mengatasi masalah
193
butuhnya ruang untuk membuang sampah; (2) mengurangi pencemaran
limbah plastik ke lingkungan; (3) menciptakan lingkungan yang lebih bersih; (4)
menghemat biaya ,misalnya pemanfaatan sampah organik sebagai kompos; (5)
menyuburkan lahan dengan pemakaian kompos; dan (6) menumbuhkan jiwa
entepreunership di kalangan siswa.
Program ‘zero waste’ di SMAN 3 Mataram, tidak akan berarti apabila
tidak dilakukan secara kontinyu. Perlu kerjasama seluruh pihak agar program
tersebut dapat terus berjalan. Dalam skala yang lebih luas, perlu jika dibentuk
forum pertemuan antar sekolah agar semua sekolah kompak dan solid
melaksanakan program ‘zero waste’ secara konsisten. Forum ini bias menjadi
ajang komunikasi, diskusi dan ajang studi banding untuk berbagi pengalaman
dan menularkan strategi terbaik dalam menciptakan iklim generasi muda yang
peduli terhadap lingkungan. Dorongan dan ketegasan pemegang regulasi juga
menjadi faktor penting, dengan mekanisme reward and punishment dalam
upaya mensukseskan program ‘Zero Waste di Provinsi NTB’. Tanpa kerjasama
semua pihak tentunya apa yang diharapkan hanyalah sebuah cita-cita yang
tidak pernah tercapai.
194
ERIS NURHAYATI, lahir di Kota Malang pada tanggal 20 April
1980. Lahir dari rahim seorang Ibu pejuang tangguh berasal
dari kota Kediri dan Bapak dari Nganjuk yang sudah pergi
mendahului sekitar 3 tahun yang lalu. Mengenyam
pendidikan formal dari SD sampai kuliah di Malang. SD
sempat pindah dari SD Penanggungan II ke SD Sumbersari
IV, lanjut ke SMPN 1 Malang dan SMAN 1 Malang. Setelah
itu, menempuh jalur UMPTN pada tahun 1999, dan berhasil
diterima di Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang (UM). Saat itu belum ada
cita-cita menjadi guru, sehingga mengambil jurusan Kimia non pendidikan.
Karena darah perantau yang diturunkah oleh kedua orangtua, setelah
lulus kuliah, tahun 2004 hijrah ke Tangerang. Berkesempatan mengajar di
bimbingan belajar Primagama di Kabupaten Tangerang. Setelah merasakan
bahwa mengajar itu menyenangkan, kemudian melanjutkan studi di program
studi akta IV di Universitas Islam Syekh Yusuf Kota Tangerang (tahun 2006, saat
itu akta IV belum dihapuskan oleh pemerintah). Menikah pada awal tahun
2007 dengan suami berdarah Sunda dan di tahun yang sama terlahir anak
pertama, Fatir Fachry Muazzam. Atas dukungan suami tercinta, pada tahun
2008 mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil, untuk menjadi guru SMA di
Kabupaten Tangerang. Alhamdulillah, berkat doa suami dan rezeki anak saya
yang kedua (Fatih Fakhiri Mumtaz) yang saat itu masih berada di dalam
kandungan.
Mengajar di daerah perbatasan 3 wilayah, Bogor, Rangkas dan
Kabupaten Tangerang. Tidak jarang ketika mengajar, menempuh jarak antar
kota antar provinsi (bak bis malam). Membesarkan 2 orang buah hati
berjauhkan dari suami (karena tugas di luar pulau Jawa) tidaklah mudah.
Hingga akhirnya pada akhir tahun 2018 berkesempatan pindah, boyongan
bersama anak-anak untuk mengikuti suami yang dinas di Lombok, NTB.
Di Lombok, mendapatkan kesempatan mengajar, di salah satu SMA
Negeri di Kota Mataram. Rasanya bangga dan bahagia sekali bisa tetap
mengajar dan mendedikasikan diri untuk berkarya dan belajar di luar daerah.
Alhamdulillah, mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Magister
MIPA Pasca Sarjana Univerrsitas Mataram hingga saat tulisan ini dibuat. Penulis
bisa dihubungi di Kantor SMA Negeri 3 Mataram atau bersurat elektronik di
[email protected].
195
CELENGAN DEDORO
GERAKAN ANTI SAMPAH BERBASIS ZERO WASTE
DI YAYASAN TAHFIZ DAARUSSOMAD KERONGKONG
KECAMATAN SURALAGA LOMBOK TIMUR
Oleh HAMDAN
Guru SMPN 4 Pringgabaya Kab. Lotim
PENDAHULUAN
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008
menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
dari proses alam yang berbentuk padat. Selain itu, sesuai dengan ketentuan
pasal 5 UU Pengelolan Lingkungan Hidup No.23 Th.1997 menegaskan bahwa
masyarakat berhak atas Lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Membangkitkan kesadaran dalam pengelolaan limbah dan sampah
tentu sangat penting bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang masih/kurang
kesadarannya dalam menjaga kebersihan lingkungan. Tentunya pemerintah
perlu melakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang baik serta
memberikan informasi tentang dampak negatif sampah bagi masyarakat dan
lingkungan, sehingga mereka dapat menyadari bahaya sampah. Itulah
sebabnya kepedulian dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap sampah
masih rendah, termasuk di daerah Nusa Tenggara Barat. Padahal sejak 2018
perintah provinsi sudah memprogeramkan bebas sampah (zero waste).
Sebenarnya ber-zero waste tidaklah seutopis namanya. Istilah ini
diperuntukkan bagi gaya hidup di mana kita sebisa mungkin mengurangi
penggunaan bahan atau material yang mencemari lingkungan. Zero waste ini
gaya hidup, tentu saja butuh proses karena masyarakat sudah terlanjur
nyaman dengan kepraktisan yang ditawarkan bahan sekali pakai, maka zero
waste bisa jadi sangat sulit untuk memulainya.
Sementara itu, Yayasan Tahfiz Daarussomad yang berada di wilayah
Lombok Timur memiliki kearifan terhadap penanganan sampah asramanya,
yaitu dengan terobosan bahwa setiap santri menyetor tabungan segelas
celengan sampahnya sendiri dengan istilah celengan dedoro. Lalu seperti
196
apakah segelas celengan dedoro dapat menjadi gerakan anti sampah berbasis
zero waste di yayasan Tahfiz Daarussomad Kerongkong Kecamatan Suralaga
Lombok Timur tersebut ? Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah untuk
mengetahui bentuk implementasi celengan dedoro di yayasan sebagai awal
gerakan anti sampah itu sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Celengan Dedoro Santri
Dedoro sinonim dengan sampah baik sampah organik maupun
anorganik. Celengannya berasal dari bekas air gelasan, maka selama belum full
gelas tersebut belum boleh disetor oleh santri. Bebas Sampah mengacu pada
pengelolaan sampah dan pendekatan perencanaan yang menekankan
pencegahan sampah sebagai lawan dari pendekatan pengelolaan end of pipe.
Ini adalah pendekatan sistem yang menyeluruh yang menyasar perubahan
besar-besaran pada bagaimana material mengalir melalui masyarakat,
termasuk lingkungan asrama sehingga tidak ada yang sia-sia.
Bebas sampah mencakup lebih dari menghilangkan sampah melalui
daur ulang dan penggunaan kembali, berfokus pada merancang ulang sistem
produksi dan distribusi untuk mengurangi limbah. Namun di Yayasan Tahfiz ini
tak mungkin untuk melakukan kegiatan sejauh itu karena sarana dan prasarana
yang tidak ada. Itulah sebabnya santri terlihat sekadar ingin berusaha untuk
bebas dari sampah saja.
Oleh karena itu, bebas sampah lebih merupakan tujuan atau cita-cita
daripada target yang sulit dicapai. Bebas sampah harus menyediakan prinsip-
prinsip pemandu untuk upaya penghilangan sampah secara terus menerus. Ini
harus menjadi bahan pemikiran indistri sawsta atau pemerintah agar jangan
semata-mata steril dari sampah. Memang harus diakui bahwa mennghilangkan
sampah dari awal memerlukan keterlibatan yang intensif terutama dari
industri dan pemerintah, karena mereka mermiliki posisi yang lebih kuat
daripada individu ataupun geliat kultural ketimbang oleh sebuah yayasan.
Maka menjadi sebuah asusmsi bahwa bebas sampah tidak akan
mungkin terwujud tanpa upaya dan tindakan signifikan dari industri dan
197
pemerintah. Industri memiliki kontrol atas desain produk dan kemasan,
manufaktur proses dan penentuan bahan yang digunakan. Sedangkan
pemerintah memiliki kemampuan untuk membuat kebijakan dan memberikan
subsidi untuk desain proses produksi yang lebih baik dan kemampuan untuk
mengembangkan/menerapkan strategi pengelolaan sampah yang
komprehensif yang dapat menghilangkan sampah daripada sekadar
mengelolanya.
Mencermati uraian di atas, maka yang bisa dilakukan pada lingkungan
Yayasan Daarussomad adalah menumbuhkakan kesadaran dan partisifasi santri
terhadap pentingnya hidup sehat tanpa sampah. Menurut Sastropoetro jenis
partisipasi meliputi (1) Pemikiran; (2) Tenaga; (3) Pemikiran dan Tenaga; (4)
Keahlian; (5) Barang; (6) Uang. Pada Yayasan poin 4 tak sepenuhnya termiliki.
Oleh karena itu iklim yang mungkin dapat tercipta pada lingkunan
santri minimal meliputi (1) tanggung jawab berupa kewajiban santri untuk
nabung dan setor dedoro (sasak : sampah) dengan gelas bekas air minum, (2)
Kesediaan memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan, yaitu fihak
yayasan sebisanya memberi gelas air minum terhadap santri yang
berbelanja/tidak dan (3) Kesediaan mereka terlibat seminggu sekali di dalam
berusaha memilih dan memilah sampah organik dan nonorganik.
Berdasarkan hasil wawancara di Yayasan Tahfiz Daarussomad, maka
mobilisasi sampah per bulan lalu dihargai sejumlah nominal rupiah, maka hasil
dari penjualan celengan dedoro terlihat seperti grafik 01 di bawah ini.
Sampah anorganik per bulan rata-rata terkumpul 500 kg. Jika dikalikan
dengan tiga ribu rupiah akan menghasilkan uang sebanyak sejuta lima ratus
ribu rupiah dan jika dikalikan dua belas bulan terkumpul uang delapan belas
juta rupiah setahun.
Sampah organik sama sekali tidak dapat dimanfaatkan oleh para santri
atau yayasan. Berdasarkan hasil observasi, jenis pengelolaan sampah organik
biasanya langsung pembakaran. Inilah yang mesti harus dibenahi oleh
pemerintah dan fihak swasta/industri dalam rangka mengoptimalkan partisifasi
dan kesadaran masyarakat terhadap bebas sampah tersebut.
Sebagian dari santri tumbuh telah persepsinya bahwa masalah
sampah ternyata bisa menyangkut/terkait dengan estetika sekaligus etistik,
198
yaitu pemandangan menjadi terganggu, berbau tidak sedap, asrama kotor,
tidak enak & tidak nyaman. Mereka juga berpersepsi bahwa kepedulian
terhadap sampah dapat menjadi pemicu banjir parit/drainase, sungai dan
terganggunya irigasi sawah sekitar asrama. Santri pun ingin terhindar dari
anggapan masyarakat bahwa pencemaran yang muncul di sekitar penduduk
bukan karena ulah santri namun karena sampah kiriman masyarakat hulu parit
yang tidak memperhatikan pengelolaan sampahnya.
Para santri pun yakin bahwa sampah memang berbahaya dan asap
pembakarannya dapat menimbulkan penyakit. Pencemaran lingkungan karena
asap hasil pembakaran dipersepsikan sebagai sampah yang salah olah dan
salah urus. Mereka pun sadar bahwa antara lain guna sampah adalah untuk
kompos sebagai pupuk. Maka untuk membangun persepsi yang baik tentang
sampah perlu partisivasi dari seluruh warga asrama bersama masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian, partisiasi santri
dalam setor celengan dedoro dapat terbaca melalui tebel 02 di bawah ini.
Tabel 02: Partisivasi Santri Setor Celengan Dedoro
Rata-Rata Setoran Sampah Perkiraan
Santri Harga Jual
Nama Jumlah di Asrama/kg/Bulan Sampah
Sekolah Santri Anorganik
Organik/2 Anorganik 2 Santri
kg/orang kg/bulan Rp.3.000/kg
SD Islam 120 orang 240 kg 240 kg 720.000,-
SMP Islam 225 orang 450 kg 450 kg 1.350.000,-
SMK Islam 128 orang 256 kg 256 kg 768.000,-
Jumlah 473 orang 946 kg 946 kg 2.838.000,-
Jumlah Harga Jual Sampah Anorganik Santri Per Bulan
Jumlah Sampah Organik Anorganik Penjualan
Asrama/Bulan/kg 1.892 kg 1.892 kg 2.838.000,-
Jumlah Penjualan Sampah Santri dan Asrama/Bulan/Rp. 5.676.000,-
Jumlah Penjualan Sampah Santri dan Asrama/Tahun/Rp. 29.012.000,-
Sumber Data : Tata Usaha dan Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK
199
Merevitalisasi Persepsi Positif Santri tentang Zero Waste
Jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton
per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun. Secara makro, manajemen
pengelolaan sampah beberapa wilayah di Indonesia seperti di Surabaya
melibatkan warganya untuk mengelola bank sampah dan rumah kompos.
Program zero waste Pemprov NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup telah
membentuk 50 bank sampah dan pemanfaatan black soldier (lalat hitam)
untuk mengurai sampah organik. Kota Mataram menghasilkan 314 ton sampah
per hari, 273 ton di antaranya masuk ke TPA dan 15 ton didaur ulang. Hanya 15
ton sampah atau lima persen yang belum dikelola dengan baik. Lombok Barat
membuang sampah 333 ton perhari dan KLU 149, 2 setiap hari. Lombok
Tengah berada di bawah Lombok Timur produksi sampah di NTB, yaitu 645 ton
per hari dengan rincian sekitar 12 persen sampah masuk TPA dan 97 persen
tidak terkelola. Kota Bima membuang sampah 70 ton perhari, Dompu 40 ton
per hari, Kabupaten Sumbawa 186, 64 ton per hari serta KSB 60,44 ton per
hari.
Mencermati sajian data di atas, terlihat begitu lemahnya kemampuan
pemerintah. Hal ini di sebabkan kurangnya sarana dan kemampuan unitcors
beaya yang dimiliki pemerintah provinsi. Sampah yang dapat didaur ulang rata-
rata tidak begitu jelas prosentasenya dari masing-masing kabupaten/kota,
maka sisanya bisa jadi sampah organik akan beralamat pembakaran atau
dikubur. Selanjutnya, data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB,
dari 10 kabupaten/kota, Lombok Timur ternyata tercatat sebagai penghasil
sampah terbesar dengan produksi 801 ton sampah per hari.
Dari keseluruhan sampah itu, baru 15 ton saja yang masuk TPA,
sementara 78 ton atau 98 persen lainnya tidak terkelola. Apakah yang 98
persen ini juga alamatnya kepada api, tanah ataukah industri seperti pabrik
daur ulang?
Berikut ini disajikan tiga besar kabupaten/kota di Nusa Tenggara yang
menjadi penyumbang sampah yang ditampilkan dalam bentuk grafik seperti
terlihat di bawah ini.
200
Lalu bagaimana dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah ini ?
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di masing-masing kabupaten/kota di NTB
terdapat di Kebon Kongok seluas delapan koma empat puluh satu hektare
untuk Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat. TPA Pengengat seluas
sepuluh hektare di Lombok Tengah, TPA Ijo Balit dengan luas delapan hektare
di Lombok Timur, TPA Jugil seluas delapan hektare di Lombok Utara dan TPA Oi
Mbo seluas tujuh hektare di Kota Bima. Selain itu ada TPA Waduwani di
Kabupaten Bima dengan luas tujuh hektare, TPA Lune di Dompu seluas
sembilan hektare, dan TPA Batu Putih di Sumbawa Barat seluas lima hektare.
Sementara Kabupaten Sumbawa memiliki dua TPA, yakni TPA Raberas seluas
enam hektare dan TPA Lekong seluas sembilan hektare.
Manajemen dalam pengelolaan sampah yang baik dan penuh
tanggung jawab perlu ditingkatkan dengan mengindahkan peraturan yang
berlaku serta saling bekerja sama dan saling mendukung dengan pihak lain
yang memiliki kontribusi dalam masalah sampah.
Pengelolaan limbah domestik harus dilakukan secara terpadu oleh
semua pihak, tidak hanya pemerintah, masyarakat, LSM, dan Perguruan tinggi.
Manajemen dalam pengelolaan sampah domestik menurut Dilla, dan kawan-
kawan adalah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Masyarakat
memiliki tanggung jawab yang tidak kalah besarnya dalam menangani sampah
yang ditimbulkannya. Dalam penanganan sampah di desa secara kelembagaan
dapat dilakukan oleh lembaga desa.
Berharap Daur Ulang dan Vitalisasi Kompos
Pengelolaan sampah berarti adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material
sampah. Pengelolaan sampah yang baik tentu dapat mengurangi dampak
negatifnya pada kesehatan, lingkungan, dan keindahan, selain sebagai
pencegahan kumuh.
Kebijakan pemerintah dapat berupa pengalokasian sampah yang ada
di kabupaten/kota ke suatu tempat yang sesuai. Tempat yang sesuai harus jauh
dari permukiman penduduk. Jarak tempat sampah dengan sumber mata air
201
bersih juga harus menjadi perhatian, karena sampah-sampah yang dibuang
dapat mencemari sumber air bersih. Berbagai penyakit dapat disebabkan oleh
sumber air yang tercemar, semisal sakit perut. Dan, yang tidak kalah
pentingnya, tempat sampah harus jauh dari daerah pertanian dan perkebunan.
Sampah yang tidak terurai non biodegradable dapat menyebabkan padatnya
tanah dan menutup permukaan tanah. Kedua hal ini mengurangi kesuburan
tanah sehingga daerah pertanian tidaklah mampu lagi menghasilkan dengan
baik.
SIMPULAN
Celengan dedoro adalah upaya awal dari gerakan sterilisasi sampah di
Yayasan Darussomad. Sekali sepekan sampah disortir antara sampah organik
dengan sampah anorganik. Sampah organik keseringan dibakar sedangkan
yang anorganik ditimbang dan dijual. Membakar atau mengubur sampah
merupakan slah satu langkah dalam pengelolaan sampah. Metode ini sangatlah
popular di seluruh belahan dunia. Pembakaran sampah dapat dilakukan
langsung di wilayah yayasan sedangkan penguburan sampah dapat dilakukan di
lubang alam/untuk dikomposkan.
Suatu tempat penguburan yang dikelola dengan baik menghasilkan
tempat pembuangan yang hegenis dan murah. Penguburan sampah
menghindarkan kontak sampah dengan lapisan atmosfer. Sampah yang
terekspos langsung dapat menimbulkan bau tak sedap, pemandangan yang
tidak menarik dan sarang untuk berbagai jenis mikroorganisme dan
makrorganisme penyebab dan pembawa penyakit. Selain menimbulkan bau tak
sedap, membuang sampah menimbulkan penyakit, memicu terjadinya
pencemaran lingkungan hingga menjadi penyebab banjir.
SARAN
Banyak hal yang bisa dipakai untuk mengatasi masalah zero waste di
Nusa Tenggara Barat asalkan masyarakat mau menyadari dan siap
memulainya. Ketika masyarakat mau bekerja, pemerintah dan industri harus
siap juga memfasilitasi mekanisme pengolahan agar tidak berujung kepada
202
pembakaran penguburan. Hargailah jerih payah sebagaimana negara-negara
lain menghargai inisiatif penanggulangan sampah. Antara sekolah/pondok
pesantren, masyarakat swasta dan pemerintah mesti bersinergi melawan
gurita sampah yang terus mengancam umat manusia.
Nama Hamdan, alamat Gegurun Desa Pohgading Timur
Kecamatan Pringgabaya. Merupakan Alumni Sarjana
Pendidikan Sejarah Tahun 1997 di STKIP HAMZANWADI
Selong Lombok Timur. Kini Menjadi PNS dengan Alamat
Instansi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Mengajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas Sembilan dan mendapat
Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah sejak Tahun
2009 di SMP Negeri 4 Pringgabaya pada Kecamatan Pringgabaya Kabupaten
Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB) Kode Pos 83654 E-Surat :
[email protected] HP Nomor : 081997833745
203
SAMPAH MERENGGUT NURANI
Oleh Kurnia Alwani
Siswa SMAN 2 Narmada
Dalam masyarakat terdapat orang perorangan yang saling terjalin dan
terhubung satu sama lain, mereka bersinergi secara alami membuat suatu
keseimbangan dalam hubungan tersebut baik internal maupun eksternal.
Dalam setiap individu memiliki suatu proteksi alami yang bekerja pada alam
bawah sadar untuk menghindarkan diri dari bahaya. Kemampuan tersebut
yang menjadikan keseimbangan itu tercipta. Disamping ada seseorang yang
berpikir kejahatan dapat melindungi dirinya dari kelaparan namun disisi lain
juga ada seseorang yang berfikir melakukan banyak sedekah agar tuhan tidak
menjadikannya fakir. Hal tersebut akan timbul dengan sendirinya untuk
menghindarkan diri dari keadaan yang akan merugikan. Tidak jauh berbeda,
begitupun dengan hubungan eksternal manusia yaitu dengan alam, manusia
akan berusaha sebisa mungkin untuk menyeimbangkan diri dengan kekuatan
alam, mereka menciptakan banyak teknologi teknologi yang luar biasa. Kini tak
ada lagi binatang buas yang dianggap ganas walau semenyeramkan apapun
mereka jika dilihat hanya dari fisik karna manusia dan teknologinya jauh lebih
ganas dari hal tersebut.
Lalu Apa hubungan hal tersebut dengan sampah?. Saat seseorang
berupaya menjaga dirinya dari keadaan yang membuatnya tak nyaman pada
saat sekarang, maka tentu prioritasnya adalah kondisinya disaat itu juga. Karna
bagaimana ia bisa memfokuskan masa depan sedang kondisinya sekarang
sangat buruk, Sehingga timbul ego, ego yang dapat merugikan dia dan orang
disekitarnya. Saat semua orang berlomba menciptakan berbagai kemudahan
dengan semakin memajukan teknologi, bukan hanya teknologi mesin dan
elektronik namun juga menciptakan atau semakin memperbaharui alat alat
sederhana di masyarakat agar lebih praktis, efisien, terjangkau, dan mudah
didapat. Salah satu bahan yang masuk katagori tersebut adalah plastik. Plastik
mendominasi seluruh barang kebutuhan yang digunakan manusia baik dari
yang paling sederhana sampai barang barang yang lebih kompleks. Hal itu
dilakukan bukankah untuk menghindarkan kita dari kondisi kondisi yang
204
membuat kita tidak nyaman, kesusahan, dan rumit sehingga dapat merugikan
kita dari segi tenaga, waktu, dan lain lain.
Dampak sekarang yang dirasakan adalah kehidupan yang jauh lebih
mudah dan praktis. Namun, ego tersebut perlahan menghilangkan nurani kita
akan lingkungan, manusia merusak alamnya sendiri hanya karna kepuasan
memenuhi hasrat hidupnya, hanya karna upaya mereka melindungi diri dari hal
yang membuat dirinya sulit beradaptasi. Semakin zaman berkembang,
kemampuan kita untuk menyeimbangkan diri juga akan menyesuaikan. Tidak
mungkin disaat sekarang semua orang menggunakan kantong plastik yang jauh
lebih ringan dan praktis untuk menampung barang barang belanjaan atau
sebagainya, kita masih menggunakan kendi seperti orang zaman dahulu,
dibayangkan saja itu sudah sangat merepotkan. inovasi inovasi yang semakin
merombak kebudayaan lama membuat kita merasa nyaman dengan hasilnya.
Tapi, besarnya rasa nyaman tersebut tidak disampingi dengan besarnya
perhatian terhadap lingkungan.
Plastik mengambil alih nurani kita terhadap mirisnya lingkungan
tempat kita menaung ini. Karna penggunaanya yang semakin difavoritkan dan
bahkan menjadi bagian dari kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan. Hasilnya
adalah sampah plastik yang semakin membeludak, yang secara pelan pelan
menjadi suatu kekuatan yang esok akan menyerang manusia sendiri. Dan
bahkan dimasa yang akan datang alam akan memaksa memaksa manusia
menyeimbangkan diri dengannya dengan kerusakannya dengan cara yang
brutal. Hal itu bahkan sudah mulai terlihat, bagaimana banjir melumpuhkan
mobilitas masyarakat, bagitu juga krisis air bersih karna pencemaran kali dan
sumber mata air, serta pemanasan global. Pada akhirnya, semua akan kembali
seimbang, dan pada akhirnya juga manusia mulai kembali berupaya
membebaskan diri dari keadaan yang membuat dirinya terpuruk. Tapi,
mungkin dengan cara yang lebih baik agar tidak terulang hal tersebut kembali.
Daripada kita memperbaiki setelah terjadi, bukankah lebih baik
mencegah dan menanggulangi agar tidak terjadi?. Kita tidak bisa melenyapkan
plastik dan stop tidak menggunakan plastik sama sekali, karna bagaimanapun
kehidupan kita tak bisa lepas dari benda tersebut. Tapi ada hal bahkan banyak
sekali yang bisa kita lakukan untuk tetap menjaga kenyamanan kita tanpa
205
merusak lingkungan. Langkah awalnya adalah dengan stop pemborosan plastik,
gunakan plastik seadanya dan seperlunya saja, bahkan jika bisa kantong plastik
blanjaan yang kita dapat saat berbelanja disimpan dan pada saat berbelanja
lagi plastik tersebut kita bawa dan digunakan kembali. Setidaknya kita dapat
mengurangi produksi sampah plastik setiap harinya. Bayangkan jika semua
orang menerapkannya, maka tidak di ragukan lagi masalah sampah plastik
dapat ditanggulangi perlahan.
Produksi sampah plastik yang merugikan dapat diolah menjadi sesuatu
yang menguntungkan dengan pemberdayaan masyarakat. Menciptakan Rumah
industri kecil kecilan yang dapat mengolah sampah plastik menjadi barang yang
memiliki nilai guna kembali dengan harga jual yang lumayan. Jadi tidak hanya
mengupayakan kenyamanan pada masa sekarang tapi juga kita sudah
berinvestasi pada masa yang akan datang.
206
PEMBERDAYAAN PENGOLAHAN SAMPAH
BAGI GENERASI MENDATANG
Oleh Muhamad Zohri
Siswa SMAN 2 Narmada
Sekilas pemikiran
Di dalam sebuah kehidupan yang nyata kita sebagai mahluk sosial
tidak akan pernah bisa terbangun dari kehidupan kita tanpa adanya bantuan
dari orang lain. Begitu juga dengan orang lain.. merekapun tidak akan pernah
bisa hidup tanpa bantuan kita. Begitu juga dengan presiden dia tidak akan
pernah menjadi seorang presiden jikalau tidak ada rakyat yang seharusnya
mendukung. Para pegawai Mentri yang mempunyai mobil sampai lima... Tanah
Beratus - ratusan hektar dengan rumahnya yang tinggi bertingkat lima. Namun
dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang yang hebat jika tanpa adanya
dukuang kita. Sama pula seperti kita yang mungkin tidak akan pernah merasa
aman jika tidak ada seorang pemimpin yang membimbing perjalanan kita.
Mustahil bagi seorang manusi jika mereka bisa melepaskan diri dari tali
persatuan tersebut.
Begitu juga dengan pemerintah yang mempunyai suatu program -
program yang tujuannya tidak lain untuk menjadikan negara kita ini sebagai
negara yang bersih aman, nyaman, damai, dan tentram. Oleh sebab itu
pemerintah berusah menciptakan lingkungan yang asri dengan di adakanya
perogram "zero waste."
Namun kita kembali kepada tema di atas, jika seseorang tidak
mempunyai suatu ikatan dengan program tersebut maka perogram tersebut
tidak akan pernah berjalan dengan lancar. Tanpa adanya dukungan dari kita
semua maka program tersebut hanya bayangan - bayangan yang terlintas di
pikiran kita. Karena seorang pemimpin tidak pernah bisa berjalan tanpa adanya
dorongan dari kita semua.
Ide dan gagasan utama
207
Di dalam perogram zero waste ini pemerintah berupaya untuk
menjadikan Nusa tenggara barat ( NTB ) ini menjadi wilayah yang bersih dan
nyaman dari gangguan sampah - sampah plastik yang bisa membahayakan diri
kita pada suatu saat di masa yang akan datang nanti. Mungkin sekarang kita
tidak pernah tau dan mungkin tidak akan mau tau. Sebab - sebab dari sampah -
sampah plastik yang kita buang pada hari ini.
Namun ternyata kita tidak menyadari bahwa ternyata kita semua
menabung... Menabung dalam artian mempersiapkan diri kita untuk terkena
dampak negatif sampah yang kita buang tersebut. Oleh sebab itu pemerintah
NTB mempersiapkan kita semua supaya bisa menghindari hal tersebut.
Dalam mewujudkan misi Nusa tenggara barat ( NTB ). Di tahun 2023
pemerintah berusaha mewujudkan NTB bebas sampah. Kembali ke atas semua
hal tersebut tidak akan pernah bisa terwujud tanpa adanya campur tangan dari
kita semua. Untuk mewujudkan misi NTB tahun 2023 ini dengan sama - sama
memperhatikan dan mempelajari semua jenis - jenis sampah yang ada di dalam
kehidupan kita ini. Salah satunya adalah jenis - jenis sampah plastik yang
mungkin puluhan tahun ke depan baru bisa di daur oleh tanah. Lalu
pertanyaanya puluhan tahun ke depan kita masih bernapas atau tidak?
Mungkin pertanyaan tersebut akan terlintas di dalam pikiran kita semua. Tentu
kita berfikir buat apa kita melakukan hal tersebut.??
Dan tanpa kita sadari bahwa di dalam perkataan kita. kita semua
adalah orang - orang yang egois yang tidak pernah mau melihat ke belakang.
Kita tidak memikirkan bahwa sekarang kita yang mengotorkan. Tanpa sadar
akan merusak pikiran anak - anak penerus masa depan selanjutnya. Kita juga
mungkin tidak menyadari bahwa anak - anak penerus masa depan yang di
maksud adalah anak - anak kita, cucu - cucu kita. Darah daging kita sendiri.
Oleh sebab itu pemerintah Nusa Tenggara Barat ( NTB ) ini bermaksud
untuk menjadikan para generasi - generasi penerus bangsa menjadi para
generasi pecinta perubahan yakni bebas dari sampah. Yang nantinya
membawa nama baik Nusa Tenggara Barat ini.
Untuk mewujudkan semua itu tentu kita semua harus sadar tentang
segala bahaya yang di timbulkan oleh sampah - sampah tersebut. Mulai dari
mengenali segala jenis - jenis sampah yang ada di bumi kita ini. Seperti yang
208
saya jelaskan di atas bahwa sampah - sampah yang di madsud adalah sampah -
sampah plastik. Di balik semua itu jika kita mau memusnahkan sampah -
sampah tersebut. Banyak orang - orang yang merasa rugi bahkan kita semua
juga akan ikut rugi. Mengingat sampah - sampah plastik yang banyak sekali
mengandung manfaat bagi kita semua.
Kembali lagi ke laptop kata tukul arwana, jika seandainya sampah -
sampah tersebut akan di musnahkan maka ikatan yang saya bahas di atas tadi
itu akan terlepas. Dan membuat ketidak seimbangan antara diri kita dengan
sampah - sampah plastik tersebut. Dan mungkin jika ikatan tersebut sudah
terlepas. Maka kita tidak akan bisa kembali berikatan lagi dengan hal - hal
tersebut atau dengan sampah - sampah tersebut.
Kalau kita semua sudah bisa membedakan segala perbedaan dari
sampah - sampah yang ada. Seperti organik, an organik, dan limbah. Hal yang
harus kita lakukan adalah berusaha untuk menjadikan sampah - sampah
tersebut. Menjadi sampah - sampah yang bermanfaat bagi kehidupan kita
maupun kehidupan orang lain. Supaya kita bisa mencontohkan hal tersebut
kepada para calon - calon pemimpin peradaban suatu saat nanti. Mungkin kita
semua tidak bisa memperbaiki. Namun saya yakin terhadap diri saya dan
semuanya kalau kita bisa menjaga dan bisa mengolahnya kembali.
Saran atas semua tanggapan maupun argumentasi
Mari kita sama - sama menjaga lingkuan kita ini dengan
memperhatikan segala sampah - sampah yang ada di lingkungan ini.
Mari kita sama - sama berusaha untuk bisa menjadikan sampah -
sampah tersebut menjadi sampah - sampah yang berguna pada suatu saat
nanti khususnya pada kalangan para calon - calon pemimpin pradaban. Yang
akan lahir suatu saat nanti. Melalui program pemerintah ini mari kita sama -
sama mewujudkan NTB yang bebas dari sampah. Mulai dari diri kita pribadi.
Dan mungkin suatu saat nanti bisa menyadarkan orang - orang yang
ada di dekat kita. Mulai dari memilah dan membedakan segala sampah -
sampah yang berbau organik, an organik, maupun limbah.
209
Dengan memilah sampah - sampah tersebut berarti kita mau melihat.
Anak - anak kita suatu saat nanti maupun para cucu - cucu kita suatu saat
nanti. Menjadi orang - orang yang bisa bermamfaat bagi dirinya pribadi
maupun orang lain.
Supaya ikatan yang saya jelaskan di atas tadi terus terpelihara dan
tidak akan pernah terputus selama kita masih berada di atas muka bumi ini.
Kesimpulan dari segala masalah tersebut
Mulai dari sekarang mari kita sama - sama
membangun negara kita ini dengan bersama-
sama. Menumbuhkan rasa nasionalisme kita
semua melalui sampah. Sebab kalau kita peduli
dengan sampah - sampah yang ada di muka
bumi kita ini. Berarti kita semua juga peduli
akan Negara kita tercinta ini. Kita bangun segala
peradaban kita ini dengan sama - sama mengerti akan pentingnya perogram
zero waste ini. Oleh sebab itu marilah kita sama - sama melangkah perlahan
demi perlahan demi bisa, sedikit demi sedikit supaya NTB ini menjadi wilayah
yang tangguh dan bersih.
Karena kalau bukan kita yang mengupayakan lalu siapa lagi.
210
ZERO WASTE INDIKATOR SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA)
MENUJU KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK (KLA)
Oleh: Halil Subagiono, Sekwil IGI/Fasnas SRA
Untuk menjaga masa depan ekosistem, diperlukan perubahan besar, salah
satunya dengan menerapkan gaya hidup zero waste alias bebas sampah
Bebas sampah dengan bahasa milenialnya adalah zero waste yang
dipopulerkan oleh Palmer tahun 1973. Zero waste adalah filsafat yang
mendorong perancangan ulang daur sumber daya dari sistem
linier menuju siklus tertutup sehingga semua produk dapat digunakan kembali.
Dengan kata lain bahwa tidak ada sampah yang dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Definisi bebas sampah yang diakui secara internasional yang digunakan oleh
Zero Waste International Alliance (ZWIA) adalah Bebas Sampah adalah tujuan
etis, ekonomis, efisien, dan visioner, untuk memandu masyarakat dalam
mengubah gaya hidup dan praktik-praktik mereka dalam meniru siklus alami
yang berkelanjutan, semua material yang tidak terpakai lagi dirancang untuk
menjadi sumber daya bagi pihak lain untuk digunakan. Bebas Sampah berarti
merancang dan mengelola produk dan proses untuk secara sistematis
menghindari dan menghilangkan jumlah dan daya racun limbah dan material,
melestarikan dan memulihkan semua sumber daya, dan tidak membakar atau
menguburnya.
Bebas sampah mengacu pada pengelolaan sampah dan pendekatan
perencanaan yang menekankan pencegahan sampah sebagai lawan dari
pendekatan pengelolaan end of pipe. Ini adalah pendekatan sistem yang
menyeluruh yang menyasar perubahan besar-besaran pada bagaimana
material mengalir melalui masyarakat sehingga tidak ada yang sia-sia. Bebas
sampah mencakup lebih dari menghilangkan sampah melalui daur
ulang dan penggunaan kembali, berfokus pada merancang ulang sistem
produksi dan distribusi untuk mengurangi limbah.
211
Menghilangkan sampah dari awal memerlukan keterlibatan semua lapisan
masyarakat yang dimulai dari hilir ke hulu yakni dari diri sendiri menuju
masyarakat, lembaga terkait terutama dari industri dan pemerintah karena
mereka memiliki posisi yang lebih kuat dari pada individu. Untuk mengatasi hal
itu diperlukan upaya kampanye pengelolaan dan gotong royong bebas sampah
dengan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran agar memproduksi
sampah dapat berada diposisi nihil sesuai amanah Undang-undang Nomor 18
tahun 2008 tentang persampahan.
Pemerintah semestinya mengedepankan penanganan sampah dengan
konsentrasi pada peningkatan kapasitas masyarakat termasuk mengembalikan
karakter warisan nenek moyang bangsa yakni semangat gotong royong. Bukan
sekadar menambah peralatan pengumpulan sampah belaka. Mengingat
kondisi sampah secara nasional diperkirakan hanya 60% s.d. 70% dari total
sampah perkotaan yang dapat diangkut ke TPA atau landfill oleh instansi
pemerintah berwenang sementara sisanya tersebar diberbagai tempat dengan
aroma yang busuk dan menyengat. Hal itu dapat berpotensi mengurangi raihan
predikat Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak.
Gerakan SRA Bebas Sampah Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak
Bebas sampah atau zero waste menjadi salah satu program prioritas
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan target 70% pengelolaan dan
30% pengurangan sampah di tahun 2023. Program unggulan zero
waste Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, ke depan memiliki multiplier
effect jika diimplementasikan dengan cermat dan tepat sasaran. Untuk
mewujudkan hal tersebut, maka semua elemen masyarakat harus terlibat dan
mengambil peran nyata untuk mengendalikan dan mengelola sampah.
Pengendalian zero waste tidak hanya dilakukan pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota, bahkan pemerintah pusat tetapi juga para tokoh agama,
ormas, komunitas pemuda dan wanita, perguruan tinggi serta peserta didik
212
dari jenjang PAUD, TK/SD, dan SMA/MA/SMK/SLB sebagai bentuk tanggung
jawab dan kemandirian bersama. Hal ini merupakan harapan pemerintah
sebagai pusat informasi zero waste di lingkungan masing-masing. Tidak kalah
pentingnya adalah dimulai dari diri sendiri dengan jalan melakukan perubahan
karakter perilaku hidup sehat, bersih, dan peduli melalui penerapan gaya
hidup zero waste.
Sekolah Ramah Anak bagian dari hal tersebut berkomitmen untuk
memberikan kemerdekaan belajar dan berinovasi kepada peserta didik agar
dapat menyikapi, mengolah, dan memberdayakan sampah sebagai
keterampilan edukatif. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara membebaskan
sampah dari predikat gunjingan atau makian. Selama ini sampah selalu
dijadikan sebagai musuh bukan dijadikan sahabat yang dapat diperlakukan
menjadi produk seni yang ramah, sehat, aman, dan memiliki nilai ekonomis.
Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat SRA adalah satuan pendidikan
formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan
berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-
hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan
salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan,
kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait
pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.
Program SRA dalam mewujudkan satuan pendidikan yang aman, bersih dan
sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup bebas sampah atau menihilkan
sampah (zero waste) dimulai dengan membangun komitmen dan komunikasi
sesuai tiga pilar SRA yakni komunikasi pihak sekolah, peserta didik, dan orang
tua. Selain itu, penguatan kedisiplinan yang dimulai dari diri sendiri (peserta
didik), kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan sebagai ujung
tombak keteladanan.
Program Bebas Sampah (Zero Waste) di Lingkungan Sekolah
213
Jika setiap kebijakan dirumuskan dan disepakati bersama dengan
mengedepankan Disiplin Positif maka segala kebijakan pun akan berjalan sesuai
harapan dan impian baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun di
lingkungan sekolah. Program alternatif pihak sekolah dalam upaya menihilkan
sampah (Zero Waste) di sekolah sebagai berikut:
a. Peserta didik membawa makanan sehat atau tempat makanan dan
botol isi ulang dari rumah
Pihak sekolah membuat kesepakatan bersama dengan peserta didik
dan orang tua untuk membawa makanan sehat atau tempat makanan
dan botol isi ulang yang sudah disiapkan oleh orang tua masing-
masing. Praktik baik ini bertujuan untuk mengurangi produk sampah
plastik di lingkungan sekolah dan memberikan edukasi kepada peserta
didik mengenai bahaya penggunaan plastik. Bagi sekolah penerima
sertifikat piagam bintang satu keamanan pangan kantin sekolah dari
Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pihak sekolah dapat
bekerja sama dengan pengelola kantin untuk mengurangi penggunaan
bungkusan menu makanan dan minuman berbahan plastik dan
menggantinya dengan alternatif lain yang ramah lingkungan, seperti
daun pisang. Pengelola kantin dapat memberikan pelayanan bagi
peserta didik yang membeli nasi untuk sarapan atau makan siang yang
membawa tempat makanan sendiri dan minuman dengan botol isi
ulang, bisa berupa tupper ware atau media lain yang sederahana dan
murah namun terpenuhi standar kesehatan. Jika hal ini bisa berjalan
baik, sampah yang bisanya setiap hari menggunung dengan bungkusan
sampah plastik dihiasi dengan lalat akan nihil, yang ada hanyalah
kertas-kertas, daun-daun dan ranting-ranting pohon yang dapat
dijadikan kompos atau pupuk organik.
b. Gerakan Sarapan Bersama (GBS)
Sarapan memiliki fungsi ganda yakni meningkatkan daya konsentrasi
belajar dan keamanan kesehatan lambung. Sehubungan dengan hal
tersebut pihak sekolah harus memberikan perlakuan dan kebijakan
214
khusus tentang sarapan. Upaya mengatasi hal tersebut adalah
Gerakan Sarapan Bersama (GBS). Gerakan Sarapan Bersama
merupakan program sekolah untuk mengubah perilaku kurang baik
peserta didik dalam memilih tempat sarapan. Sekolah yang belum
memiliki kantin yang layak, kebiasaan peserta didik selama ini adalah
membawa makanan dan minuman ke ruang kelas. Hal ini sulit
dihindari dan tidak ada pilihan lain. Peserta didik setelah selesai
sarapan atau makan kebiasaan buruknya adalah membuang atau
menyimpan sampah bekas bungkusan makanan dan minuman dalam
kolom meja belajar sehingga menimbulkan bau tidak sedap sehingga
berdampak kondisi belajar menjadi tidak nyaman. Untuk mengatasi
perilaku buruk seperti itu, pihak sekolah harus melakukan alternatif
yang berpihak kepada kebaikan peserta didik dengan mewujudkan
program Gerakan Sarapan Bersama (GBS). Gerakan Sarapan Bersama
dilaksanakan di halaman sekolah atau teras sekolah atau ditempat
yang nyaman dan rindang selama 15 menit sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai. Kegiatan ini dimulai dari cuci tangan, berdoa
sebelum makan, makan bersama, doa setelah makan, dan cuci tangan
setelah makan. Setelah itu, peserta didik membuang bekas atau
sampah makanan dan minuman ke bak sampah yang disediakan
sekolah sesuai jenis sampahnya organik atau nonorganik.
c. Gerakan Jumat Bersih (GJB)
Gerakan Jumat Bersih (GJB) merupakan gerakan kepedulian
lingkungan dalam bentuk gotong royong. Tujuan utama adalah untuk
menumbuhkembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan sekolah agar terwujud lingkungan yang ramah, indah,
aman, asri, bersih, inklusif, nyaman, dan sehat sesuai tujuan Sekolah
Ramah Anak (SRA). Mengingat peserta didik menghabiskan 1/3
waktunya berada di sekolah. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 B
juga menjamin hak peserta didik yang berbunyi: “Setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
215
Gerakan Jumat Bersih dapat diprogramkan oleh pihak sekolah setiap
Jumat pada minggu terakhir bulan bersangkutan atau tergantung
kesepakatan yang melibatkan peserta didik. Dalam penentuan
kebijakan ini dengan tidak menyampingkan program Imtaq setiap hari
Jumat. Adapun bentuk kegiatan ini adalah pembersihan lingkungan
sekolah secara bergotong royong yang melibatkan peserta didik,
tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan dengan objek sasaran ruang
kelas, halaman depan dan belakang kelas, kamar mandi/wc, tempat
ibadah, selokan, tempat wudlu, halaman sekolah, kebun/taman
sekolah, dan menyingkirkan benda-benda berbahaya bagi keamanan
dan keselamatan peserta didik.
d. Mengembangan Daya Kreativitas Peserta Didik
Produksi sampah plastik memang tidak mungkin hilang begitu saja,
namun sangat bisa untuk dikurangi. Misalnya memandang sampah
bukan sebagai musuh tetapi memerdekan sampah dari objek
pembicaraan negatif. Bagi sekolah yang memproduksi sampah plastik
dalam jumlah yang tinggi dan tidak pernah selesai ditangani dapat
memberdayakan kreativitas dan inovasi peserta didik untuk mendaur
ulang limbah sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat,
menjadi produk seni yang ramah, aman, nyaman, sehat, dan memiliki
nilai jual. Agar program ini dapat berjalan dengan serius dan
bermanfaat seyogyanya dimasukkan dalam kurikulum dan dijadikan
materi pembelajaran pada Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan.
e. Program Bank Sampah
Program Bank Sampah lebih diberdayakan sesuai tujuannya dengan
sistem manajemen pengelolaan yang dapat dipercaya. Pengembangan
Bank Sampah dapat dilakukan dengan pengumpulan/pengepulan
sampah baik organik maupun nonorganik yang ada di sekolah. Setiap
kelas pada akhir jam pelajaran diwajibkan menyetorkan sampahnya
yang telah dipisahkan sesuai jenisnya menggunakan tempat yang telah
216
disediakan. Selanjutnya sampah-sampah tersebut disimpan di tempat
penyimpanan sementara yang dikelola langsung oleh pengurus Osis
bersama MPK (Majelis Perwakilan Kelas) sembari diambil oleh pihak
pengelola Bank Sampah.
Hasil penjualan sampah tersebut ditransfer langsung ke rekening kas
pengurus Osis. Dana yang terkumpulkan dapat dialokasikan untuk
kegiatan program osis seperti dana Kesehatan dan Sosial (Kessos), dan
kegiatan lain yang tidak terdapat pada anggaran Biaya Operasional
Sekolah (BOS).
Hal ini menunjukkan bahwa peran sekolah sebagai Sekolah Ramah Anak
sebagai indikator menuju Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) akan terwujud.
Apabila sulit terwujud karena kesepakatan terabaikan maka dapat ditempuh
melalui evaluasi dan penerapan Disiplin Positif. Disiplin positif yang dimaksud
adalah membangun nilai kedisiplinan tanpa kekerasan terhadap peserta didik
dan berpihak pada hak-hak peserta didik. Tujuan utama adalah agar peserta
didik memahami atau sadar akan tingkah lakunya sendiri, bertanggung jawab
atas tindakannya, serta menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain.
Dengan kata lain, disiplin menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif
sepanjang hidup anak.
Pandangan masyarakat selama ini terhadap sampah kerap dianggap sebagai
barang tidak berguna. Pandangan seperti ini hal yang keliru, jika masyarakat
menyadari betapa sampah mempunyai nilai (velue) selain berkontribusi
merusak lingkungan. Untuk itu, jadikan sampah bukan sebagai musuh yang
menjijikkan dan merdekakan sampah di sekitar kita sebagai gaya hidup zero
waste. Sampah ada karena perilaku manusia. Jika sampah disikapi dengan
ramah dan dijadikan sebagai bahan dasar karya seni akan mampu memberikan
kontribusi positif bagi manusia. Baik di rumah, sekolah, maupun di tempat-
tempat umum. Jika hal ini disikapi bersama maka Nusa Tenggara Barat bebas
sampah (zeto waste) tahun 2023 sesuai target NTB Gemilang dan pandangan
Zero Waste Life style atau Bumi Makin Tidak Layak Huni akan tidak terdengar
lagi bahkan lenyap dan musnah ditelan bumi.**
217
Data Referensi
https://www.google.com/search?q=definisi+bebas+sampah+menurut=ZWIA
https://id.wikipedia.org/wiki/Bebas_sampah
https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/menerapkan-gaya-hidup-zero-waste
peraturan kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 8 tahun 2014 tentang Sekolah Ramah Anak
Biodata Penulis
Nama : Halil Subagiono, S.Pd., M.M.
Tempat, tanggal lahir : Ketangga, 14 Juli 1968
Pengalaman:
a. Sekretaris Wilayah Ikatan Guru Indonesia NTB
b. Penulis Soal Ujian Nasional, Puspendik
c. Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak
(Fasnas SRA) Kementerian PPPA
d. Penyuluh Anti-Korupsi (PAK), KPK
Alamat Rumah : BTN Puyung Indah Blok A/8 Puyung, Lombok Tengah,
NTB
218
DIET KANTONG PLASTIK DAN PEMILAHAN SAMPAH
MENUJU NTB BEBAS SAMPAH 2023
Oleh Dwi Citra Amalia Juniannaba’
NTB merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menghasilkan
sampah plastik dalam jumlah banyak untuk setiap harinya. Plastik memang
salah satu benda yang sering digunakan oleh manusia, karena selain murah
plastik juga mudah dibawa karena ringan dan praktis. Namun, perlu diketahui
disamping penggunaan plastik yang mudah terdapat banyak dampak yang
dihasilkan terutama bagi lingkungan.
Sampah plastik merupakan sampah anorganik yang sulit untuk diurai
oleh tanah, bahkan tidak bisa. Jika bisapun itu akan memakan waktu berjuta
tahun. Hal ini akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar kita, karena tanah
yang menjadi tempat sampah plastik ditimbun akan tercemar dan tidak
menjadi subur, sehingga banyak kerugian yang didapat dari hal tersebut.
Seperti, tanaman mati, air didalam tanah tercemar, dan kerusakan lainnya.
Maka dari itu perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya dari
penggunaan sampah plastik yang berlebih guna kelestarian lingkungan.
Saya pernah memiliki pengalaman berharga yang tidak terduga ketika
sedang berbelanja di salah satu sebuah minimarket dikota saya, mendengar
percakapan seorang ibu dengan anaknya yang berusia sekitar 10 tahun, sang
ibu menunjukkan salah satu minuman dengan kemasan untuk anaknya,
kemudian sang anak berkata “ibu, jangan membeli minuman itu”, “kenapa
nak?” jawab sang ibu, “ibu tahu tidak?, minuman ini tidak pro terhadap orang
utan, minuman ini berkemasan plastik, sampah-sampahnya sudah mencemari
lingkungan, sudah berapa juta orang utan yang mati? Berapa puluh ribu hewan
laut yang mati?”. Jawab sang anak. Ibu tersebut pun tersenyum. Betapa
malunya kita, ketika seorang anak kecil saja memiliki pemahaman dan
kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan, terhadap lingkungan. Lalu, apa
yang bisa kita buat sebagai generasi muda negeri ini?.
219
Berdasarkan informasi yang saya baca dari salah satu artikel di situs
Republika yang diposting pada tanggal 28 Juni 2019. Di sana disebutkan bahwa
volume sampah di 10 kabupaten/kota di NTB mencapai 3.388 ton dan sampah
yang dibuang per hari mencapai 76 ton dan sebanyak 2.695 atau 80 persen
dari total sampah di NTB tidak terurus dengan baik.
Mesti kita akui bahwa kita banyak memproduksi benda-benda dari
bahan plastik. Oleh sebab itu, tidak menutup kemungkinan apabila daerah kita
kaya dengan sampah plastik.
Secara bahasa, sampah dapat diartikan sebagai benda yang sudah
tidak digunakan lagi dan merupakan bahan sisa.
Sampah plastik di Indonesia mungkin akan semakin banyak, seiring
dengan meningkatnya angka kelahiran penduduk.
Apabila jumlahnya terus meningkat, ini tentunya akan menyebabkan
permasalahan yang cukup serius. Mulai dari pencemaran lingkungan,
banyaknya penyakit, hingga lebih jauhnya dapat menyebabkan penurunan
populasi makhluk hidup akibat pencemaran lingkungan oleh sampah plastik
tersebut.
Saat ini tentunya kita sudah mendapat materi sekolah tentang
lingkungan hidup, bukan?
Dalam pelajaran tersebut kita mempelajari banyak hal mengenai
pencemaran lingkungan baik di darat atau pun di air.
Apa yang terjadi ketika daratan dan perairan tercemar oleh sampah
plastik?
Ya, kelangsungan hidup makhluk hidup yang menempati tanah dan air
bisa terganggu.
Tidak hanya itu. Ketika hujan tiba, sampah plastik dapat menampung
air, dan itu bisa menjadi media berkembangnya nyamuk penyebab DBD,
Malaria, dan sebagainya.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan?
Gubernur Nusa Tenggara Barat memiliki Visi Misi NTB Gemilang salah
satunya yaitu NTB Bersih dan Melayani, melalui visi tersebut warga NTB giat
melakukan program Zero Waste atau Nol Sampah, melalui pengurangan
konsumsi makanan dan minuman berkemasan plastik dengan menggunakan
220
Tumbler sebagai wadah minuman dan pada beberapa tempat umum
disediakan gallon yang dapat digunakan warga untuk mengisi ulang Tumbler
mereka.
Kita tidak perlu mengambil sampah jauh-jauh dari wilayah lain, cukup
dengan mempedulikan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita sendiri, maka
itu sudah menjadi bentuk tanggung jawab terhadap kebersihan.
Kita hidup di society dengan barang-barang yang sekali pakai dan
seakan-akan kita terpisah dari sampah kita. Marketing dan pasar pun
mendorong bahwa manusia perlu terus-menerus membutuhkan banyak
barang untuk menjadi bahagia. Tanpa kita sadari, tempat pembuangan sampah
mulai meluap, lautan tercemar, dan landfill ditinggalkan dengan miliaran ton
sampah yang tidak dapat terurai selama ratusan tahun dan tidak dapat didaur
ulang. Kita telah mencapai titik di mana gerakan zero waste benar-benar
dperlukan untuk menjaga masa depan ekosistem kita.
Saat orang pertama kali mendengar ‘zero waste’, reaksi yang paling
sering terdengar adalah “mana mungkin, nggak akan bisa hidup tanpa
membuat sampah”. Dan memang benar, di society kita memang tidak mudah
untuk tidak membuat sampah. Tidak mudah menemukan makanan tanpa
plastik di supermarket walaupun itu sayur dan buah. Kita semua adalah bagian
dari aliran limbah ekonomi. Banyak miskonsepsi yang terjadi mengenai zero
waste lifestyle yang membuat orang yang mendengar kata itu bertanya-tanya
dan bahkan berubah menjadi pesimis.
Zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi
mendorong siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan
kembali. Zero waste juga soal menjauhi single use plastic atau plastik yang
hanya digunakan sekali. Tujuannya adalah agar sampah tidak dikirim ke landfill.
Jadi zero waste itu tidak hanya mengenai recycle atau mendaur ulang. Ini
miskonsepsi yang umumnya terjadi. Padahal sebenernya zero waste itu dimulai
dari Refuse, Reduce, and Reuse. Saat benar-benar sudah tidak memungkinkan
untuk 3 hal tadi, baru dilakukan Recycle dan Rot.
Intinya zero waste menantang kita semua untuk mengevaluasi gaya
hidup kita dan melihat bagaimana sesuatu yang kita konsumsi bisa berdampak
negatif terhadap lingkungan. Kenyamanan yang berbentuk dengan produk
221
murah, material yang tidak bisa didaur ulang merusak kesehatan planet kita
dan berkembangnya manusia dan spesies hewan di seluruh dunia. Bea Johnson
dari Zero Waste Home mempopulerkan 5 R ini: “Refuse, Reduce, Reuse,
Recycle, Rot” atau di dalam bahasa indonesia “Menolak, Mengurangi,
Menggunakan Kembali, Daur Ulang, Membusukkan.”. 5R ini menjadi pegangan
untuk mengarah kepada gaya hidup tanpa limbah sehingga dapat menciptakan
lebih sedikit limbah dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
Tidak ada kata sempurna dari zero waste lifestlye dan
ketidaksempurnaan ini jangan dijadikan alasan untuk tidak memulainya. Jangan
juga saling menjudge satu sama lain saat mereka mengklaim berhidup zero
waste tapi masih menggunakan plastik, mungkin mereka sedang mencoba.
Zero waste bukanlah tujuan, tapi proses. Dan mari kita bersama-sama
menjalani proses ini.
Pada akhirnya, gaya hidup sampah zero waste dimulai dengan
keinginan untuk mengubah kebiasaan konsumsi dan berinvestasi di masyarakat
demi masa bumi dan anak cucu kita.
Indonesia telah memiliki Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, yaitu
perkumpulan nasional yang memiliki misi untuk mengajak masyarakat agar
lebih bijak dalam menggunakan kantong plastik. Diet memiliki makna “BIJAK
dalam mengonsumsi”. Kampanye ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan
kantong plastik yang berlebihan. Kampanye ini bukanlah kampanye yang
melarang penggunaan kantong plastik secara total, karena pasti akan memiliki
dampak sosial dan ekonomi yang secara sistematis perlu kita pertimbangkan
dengan baik. Namun kita perlu mengetahui pengaruh apabila kita
menggunakan kantong plastik secara tidak bijak, dapat berdampak buruk untuk
lingkungan dan manusia juga pada akhirnya.
Sudahkah kita belanja di minimarket akhir-akhir ini? Sudahkah kita
terbiasa untuk membawa tas belanja ketika hendak melakukan pembelian di
minimarket? Mulai sekarang kita perlu membiasakan diri untuk mulai
membawa tas belanja ketika hendak melakukan pembelian di minimarket. Ini
karena kantong plastik yang disediakan di minimarket telah berbayar.
222
Dalam pengelolaan untuk mencapai zero waste, proses pemilahan
dan pengolahan harus dilakukan di sumber sampah, baik bersamaan maupun
secara berurutan dengan pewadahan sampah.
Pengelolaan sampah diawali di lokasi timbulan sampah atau
produsen sampah. Sampah dipisahkan antara sampah anorganik dan sampah
organik, lalu ditempatkan dalam wadah sampah yang berbeda pula. Sampah
organik biasanya dimanfaatkan untuk menjadi kompos, dan sampah anorganik
di daur ulang maupun dimanfaatkan kembali. Selanjutnya baik pengumpulan,
pemindahan maupun pengangkutan sampah yang telah terpilah di haruskan
untuk tidak tercampur kembali karena berfungsi untuk meningkatkan efisiensi
pengolahan sampah.
Dalam penerapan konsep zero waste, sistem terpadu yang di lakukan
hanya sebatas proses pengolahan sampah, sehingga penggunaan lahan di TPA
dapat berkurang bahkan di hilangkan. Pemilahan sampah yang dilakukan akan
mengurangi beban pada sistem pengelolaan secara keseluruhan, sehingga
akan terjadi pengurangan biaya pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan
sampah.
Jalan terbaik untuk menangani sampah harus dimulai dari diri sendiri
dan lingkungan paling kecil yaitu keluarga. Menurut Supardiyono Sobirin,
seorang pemerhati lingkungan, sudah saatnya setiap keluarga menggalakan
“Zero Waste” bagi sampah rumah tangga yang dihasilkannya setiap hari.
Sekilas, hal tersebut nampak tidak mungkin. Namun dengan sedikit wawasan
dan kreativitas, setiap anggota keluarga dapat menjadi penyelamat lingkungan
terdekatnya.
Konsep Zero Waste pada intinya melarang membuang sampah
rumah tangga keluar rumah melainkan harus diproses sendiri. Jika konsep Zero
Waste ini telah berjalan, akan mengurangi problem sampah hingga 50 persen.
Hal termudah yang dapat dilakukan setiap orang adalah memilah
sampah rumah tangga setiap harinya. Produksi sampah normal rata-rata 1-2 kg
per hari, dan hanya membutuhkan waktu paling lama 30 menit untuk
menyeleksi jenis sampah-sampah tersebut. Sampah harus dipisahkan antara
sampah organik (sisa makanan atau sayuran), anorganik plastik, dan anorganik
kertas.
223
Banyaknya sampah anorganik tiap hari rata-rata seperempat dari
total sampah rumah tangga. Jika telah menyeleksi sampah anorganik plastik,
sampah harus dicuci bersih dan dijemur hingga kering sebelum diolah untuk
meminimalisir timbulnya penyakit. Sampah-sampah itu kemudian dapat
disimpan dalam tong untuk diproses menjadi pelet plastik atau seni kriya
lainnya seperti tas, sandal, dan payung yang terbuat dari bungkus deterjen.
Sedangkan sampah anorganik kertas dapat dijadikan bubur kertas
dalam tong untuk kemudian diproses menjadi kertas daur ulang. Beberapa
waktu terakhir, kriya dari jenis sampah anorganik banyak diminati masyarakat
lokal bahkan hingga ke luar negeri. Dan disinilah daya kreativitas diperlukan
untuk mengubah sampah menjadi barang berguna ataupun menjadi komoditas
produksi.
Sampah organik rata-rata berjumlah tiga perempat dari total sampah
rumah tangga harian. Dan penanganannya melalui pengomposan sudah
banyak diketahui masyarakat. Namun yang belum diketahui masyarakat adalah
beragamnya cara untuk membuat kompos itu sendiri. Sebaiknya, membuat
kompos dari sampah rumah tangga tidak memakan biaya cukup besar dan
mudah dilakukan setiap anggota keluarga. Dengan demikian kita dapat menjadi
agent of change dan ikut menjadi bagian dari pengurangan sampah yang ada di
NTB demi kebaikan bersama.
Perlu diingat, bahwa kebersihan adalah tanggung jawab kita bersama.
Meski demikian, namun pada praktiknya dapat kita lakukan masing-masing.
Dengan begitu, kita sudah berpartisipasi menjaga lingkungan tetap bersih.
Lakukan walau hal yang kecil, karena dunia ini sangat luas, kau tak
mampu bekerja sendiri. Heal The Earth, Heal Our Future!.
224
ZERO WASTE
ALA SMANSAGARI
Oleh Mansur
Guru SMAN 1 Gunungsari KLB
"The end of waste: Zero waste by 2020" dipopulerkan pertama kali
pada tahun 2002 oleh W. Snow & J. Dickinson warga Negara New Zealand.
Pada tahun 2002 Selandia Baru menjadi negara pertama di dunia yang
mengadopsi kebijakan nasional Zero Waste. Melalui visi “Menuju Selandia
Baru Bebas Sampah dan Selandia Baru yang Berkelanjutan”, kegiatan ekstensif
yang dipimpin oleh masyarakat, setelah 10 tahun telah menghasilkan 38 dari
74 kota di Selandia Baru memenuhi target Zero Waste. Sangat mungkin
Selandia Baru akan bebas sampah pada 2020 nanti.
Fenomena Bebas Sampah ini terus berkembang meliputi teori,
praktik, dan pembelajaran individu, keluarga, bisnis, komunitas, dan organisasi
atau pemerintah. Berbagai kegiatan untuk merespons krisis dan kegagalan
dalam pengelolaan sampah ini berkembang ke seluruh dunia. Inisiatif gerakan
Eropa bebas sampah melibatkan pemerintah, perusahaan dan kelompok
masyarkat untuk mendorong semua negara anggota uni eropa untuk
menghilangkan limbah residu dari tingkat hulu, sehingga mengakhiri praktik
pengelolaan sampah landfill dan insenerator.
Sebagai negara berkembang, Indonesia justru memiliki
permasalahan sampah yang sangat rumit. Lahan untuk Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) semakin berkurang. Aktifitas penimbunan dan pembakaran
sampah tidak lagi dipandang sebagai alternative penyelesaian. Dalam sepuluh
tahun terakhir, berbagai aktifis pemerhati lingkungan mulai resah dan
mendesak pemerintah untuk turut serta dalama gerakan zero waste. Secara
khusus, pemerintah telah mengembangkan konsep dan implementasi bebas
sampah dengan meningkat keterlibatan masyarakat, perkantoran , maupun
sekolah.
SMA Negeri 1 Gunungsari (Smansagari) Lombok Barat adalah
sekolah dengan luas 3 hektar lebih, sebenarnya memiliki lahan yang cukup
225
untuk tempat pembuangan sampah. Dulu sampah yang di hasilkan dari seluruh
warga sekolah dibuang/ditimbun/dibakar di belakang sekolah. Namun sejak
digalakkan program zero waste di Indonesia khususnya NTB, Smansagari terus
berbenah. Beberapa tahun lalu sudah menerapkan sistim bak sampah terpisah
untuk sampah organic dan non organik. Dalam penanganan berikutnya sampah
organik masih di timbun sedangkan yang non organik di berikan ke pemulung.
Program zero waste ala Smansagari kemudian berkembang dari
sekedar gerakan partisipatif pengelolaan sampah kesadaran kolektif untuk
mengurangi sampah. Hal ini tergambar dari beberapa kebijakan sekolah dalam
tata laksana pengelolaan sekolah. Penyelenggaraan kegiatan sekolah, proses
belajar mengajar, kegiatan evaluasi, maupun kegiatan lainnya diatur sesedikit
mungkin meninggalkan sampah, atau setidaknya menghindari penggunaan
bahan-bahan habis pakai yang berpotensi meninggalkan sampah yang tidak
ramah lingkungan.
Program pertama adalah mewajibkan para siswa mengumpulkan
seluruh sampah plastik sisa belanjanya di kantin. Kegiatan ini dipadukan
dengan pemanfataan bahan plastik untuk pembelajaran Prakarya. Praktik
Prakarya telah menghasilkan ribuan ecobricks yang digunakan untuk menghias
taman-taman sekolah. Untuk lebih meningkatkan kesadaran siswa dalam
program ini, guru juga menugaskan siswa untuk membuat ecobrick di rumah
dan harus mengumpulkan 1 buah ecobricks setiap minggunya. Kegiatan ini
telah berjalan cukup baik dan hasilnya SMAN 1 Gunungsari terpilih sebagai
juara III Sekolah Sehat di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pemanfataan plastik dan botol bekas minuman ini tidak sekedar
untuk ecobricks tetapi untuk berbagai bentuk bunga maupun hiasan. Untuk
lebih mengapresiasi keterlibatan para siswa dan guru dalam kegiatan di atas,
SMAN 1 Gunungsari juga menyediakan ruang pameran untuk menampung
hasil karya siswa dan guru. Secara tidak langsung program zero waste ini juga
dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilan siswa. Di pihak lain dapat
mengasah potensi dan kreasi seni dikalangan siswa.
Kedua, sekolah telah menetapkan bahwa untuk semua kegiatan
yang membutuhkan konsumsi, tidak lagi disediakan dalam kotak. Hampir
semua kegiatan mulai dari jamuan tamu, kegiatan siswa, guru dan Tata Usaha
226
harus menghindari penggunaan kotak maupun jenis-jenis makanaan yang
berbungkus plastik. Sekolah menyediakan piring dan gelas untuk kegiatan yang
memerlukan makan dan minum. Bahkan selalu menyajikan makanan-makanan
tradisional, atau dalam bentuk kue olahan yang dibungkus daun. Ada satu yang
khas adalah adalah untuk tamu-tamu dinas akan disediakan minuman tuak
manis, bukan air mineral.
Kebiasaan tersebut telah berhasil mengurangi sampah yang biasanya
menjadi masalah setelah kegiatan berakhir. Disamping itu, program ini juga
dapat meningkatkan rasa kersamaan di antara warga sekolah. Bahkan
beberapa tamu baik perorangan maupun kedinasan sering kali memberikan
tanggapan positif dan kesan yang mendalam. Kebanyakan tamu merasa lebih
nyaman dan puas dengan kebersamaan yang mereka rasakan ketika
berkunjung atau mengadakan acara bersama kami.
Ketiga, kebijakan paperless dalam penyelenggaraan administrasi dan
pembelajaran. Dimulai dari kebiasaan untuk menggunakan undangan
rapat/pertemuan melalui aplikasi pesan di android. Pengumuman ke siswa juga
sering diberikan melalui group chat kelas. Penyebaran bahan dan paparan
rapat melalui dokumen elektronik yang nanti dapat di presentassikan saat
pertemuan. Pelaksanaan ulangan dengan cara Computer base Test (CBT)
maupun berbasis Android. . bahkan Penggunaan e-modul dalam pembelajaran
dan terakhir penggunaan e-raport untuk penilaian.
Kebijakan tersebut telah berhasil mengurangi penggunaan kertas di
sekolah. Seperti kita ketahui, kertas merupakan sampah terbanyak di sekolah.
Apalagi sehabis ulangan semester. Sampah kertas selalu berserakan, dari bekas
lembaran soal maupun lembar coret-coretan siswa. Meskipun selama ini dapat
segera di atasi dengan di bakar, tapi tentu saja pembakaran (insenerasi) tidak
sejalan dengan program zero waste. Pembakaran juga dapat mengganggu
kehidupan biota di sekitarnya, asapnya dapat menimbulkan pencemaran
udara, bahkan residu yang tertinggal akan menimbulkan pencemaran
lingkungan.
Keempat, sekolah juga menjalin kerjasama dengan komunitas
pengolah sampah dari Desa Kekait Kecamatan Gunungsari. Pelibatan
komunitas ini lebih di harapkan untuk memberikan contoh dan wawasan
227
kepada siswa dan warga sekolah lainnya tentang cara pengelolaan sampah.
Khususnya kepada siswa, komunitas ini mengajarkan beberapa cara
pengelolaan sampah organik, sampah plastic biasa maupun sampah-sampah
bentuk lain.
Melalui pelibatan komunitas pengolah sampah ini, warga sekolah
juga diberikan perkenalkan dengan jenis-jenis dan pengelompokan sampah.
Selanjutnya di berikan pemahaman tentang cara penanganan sampah sesuai
pengelompokannya. Komunitas ini juga menunjukkan alat-alat sederhana
untuk pengolahan sampah beserta bahan-bahan atau cairan yang diperlukan
guna memepercepat proses pengolahan sampah. Pembuatan pupuk kompos
secara langsung juga dilatihkan kepada beberapa siswa untuk kemudian
ditularkan kepada siswa yang lain.
Demikian, bebas sampah (zero waste) harus dipahami sebagai
sebuah adalah filsafat yang mendorong perancangan ulang daur sumberdaya,
dari sistem linier menuju siklus tertutup, sehingga semua produk digunakan
kembali. Tentu saja untuk sampai kepada tidak ada sampah yang dikirim ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan insinerator atau teknologi termal lainnya
(gasifikasi, pirolisis) mungkin elum tercapai. Tetapi usaha terus menerus dan
dukungan berbagaai pihak akan membuat program zero waste 2020 dapat
tercapai.
Sebagai bukti keseriusan pemerintah, Pemprov NTB telah
menaikkan anggaran program unggulan NTB Zero Waste menjadi dua kali lipat
pada RAPBD 2020 mendatang. Tahun depan, Pemprov telah mengalokasikan
anggaran sebesar Rp31,40 miliar untuk program zero waste. Bahkan NTB Zero
Waste merupakan program prioritas yang ada di RPJMD 2019-2023. Melaui
anggaran ini pemerintah provinsi NTB menunjukkan keseriusaannya untuk
mendukung program NTB Zero Waste yang harapannya tidak sekedar gerakan
masyarakat bebas sampah tetapi akan menyentuh pemberdayaan aparatur
pemerintah peningkatkan sumber daya manusia NTB.
-o0o-
228
Mansur, S.Pd, Lahir pada tahun 1971 di Lombok Tengah. Setelah menempuh
pendidikan SD dan SMP di Lombok Tengah kemudian melanjutkan ke SMA 2
Mataram Th. 1989. Pendidikan Sarjana di Pendidikan Kimia IKIP Malang Th.
1994 dan masih menempuh pendidikan Magister Administrasi Pendidikan di
Universitas Mataram. Tahun 1995 diangkat menjadi guru di SMAN 1 Matauli
Sibolga Sumatera Utara, dan sekarang menjadi Guru di SMAN 1 Gunungsari
Lombok Barat. Pengalaman menulis berupa Buku Bunga Rampai Feature
Pendidikan Karakter: Walau Digetar Sampai Terkapar Tak Kan Hilang Jiwa-Jiwa
Pembelajar, LPMP NTB, dan menulis di Harian Lombok Post.
229
PARADIGMA ZERO WASTE
DAN IMPLEMENTASI DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
DALAM KETAHANAN PANGAN DI SMK NEGERI 1 PRINGGASELA
Oleh Pranti Dwi Astuti, S.T.P.
Guru SMK Negeri 1 Pringgasela
“Progress is impossible without change, and those who cannot change their minds cannot
change anything” (George Bernard Shaw)
Bebas sampah secara literasi (bahasa Inggris: zero waste) adalah
filsafat yang mendorong perancangan ulang daur sumberdaya, dari sistem
linier menuju siklus tertutup, sehingga semua produk digunakan kembali
(Anonim, 2019). Awalnya zero waste dikenal sebagai no waste atau ekspresi
aspirasi aktivis tentang kegiatan pendaur-ulangan sampah pada tahun 1995.
Selama sepuluh tahun kemudian no waste berubah menjadi total recycling
dengan dampak pengelolaan Australia terhadap Amerika untuk
memaksimalkan sisa material dan meminimalkan sampah. Hingga pada
akhirnya pada tahun 2000 gaung zero waste mulai menjadi gerakan
internasional (ILSR, 2016).
Pada level nasional, pemerintah telah menetapkan sepuluh program
prioritas 2018 dengan lima fokus utama, yaitu Revolusi Mental, Kesetaraan
Gender, Pembangunan Berkelanjutan, Perubahan Iklim, dan Tata Kelola
Pemerintahan. Selaras dengan semangat pemerintah, Aliansi Zero Waste
Indonesia mengadakan adaptasi program zero waste cities untuk kelola
sampah dalam kawasan pada 29 Juni-9 Juli 2019 di Bandung. Delapan Kota
Kabupaten yang melaksanakan pilot project program zero waste adalah
Denpasar, Gresik, Surabaya, Medan, Kepulauan Seribu, Cimahi, Bandung, dan
Kabupaten Bandung, yang sebelumnya pada 2017 telah ada pengenalan
program zero waste pada tiga kota yakni Bandung, Cimahi dan Kabupaten
Bandung (Anonim, 2019). Zero Waste Cities adalah program pengembangan
model pengelolaan sampah berwawasan lingkungan, berkelanjutan, dan
terdesentralisasi di kawasan pemukiman. Program Zero Waste Cities diinisiasi
oleh Mother Earth Foundation di Filipina.
230
Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada tahun 2023 menargetkan 70%
pengelolaan dan 30% pengurangan sampah, bahkan menjadi program prioritas
(Novita, 2019). Penerapannya meliputi seluruh elemen, baik pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota, tetapi juga para tokoh agama, Para Da'i, Ormas,
Pemuda dan Wanita. Termasuk SMA/SMK/SLB harus menjadi pusat informasi
Zero Waste di lingkungan masing - masing. Gerakan memasifkan program ini
dapat dituangkan dalam bentuk video, leaflet, poster yang menarik,
mengedukasi dan mudah dipahami. Wadah edukasi yang mungkin dan efektif
dilakukan adalah pada tataran SMA/SMK/SLB, pasalnya peserta didik
merupakan cikal bakal penerus bangsa yang sepuluh tahun kemudian akan
menentukan kendali bangsa, sehingga habituasi yang tertanam akan
memberikan memori yang kuat sebagai bentuk karakter.
Secara khusus, Sekolah Menengah Kejuruan merupakan vokasi dari
Sekolah Menengah Atas yang mempersiapkan lulusan menjadi tenaga kerja
ataupun sebagai wiraswasta. Animo masyarakat terhadap Sekolah Menengah
Kejuruan agaknya cukup sumbang dibandingkan dengan Sekolah Menengah
Atas, yang akhirnya akan berekses kepada sumber daya Sekolah Menengah
Kejuruan. Pencanangan program zero waste secara total akan menjadi kendala
apabila program ini harus berlangsung beralur dari pengurangan sampah
hingga pengelolaan sampah yang baik. Program zero waste akan
membutuhkan sekian sarana prasarana baik berupa leaflet, poster maupun
pendirian bank sampah. Meskipun arah dan prioritas program ini akan
menyasar pada tujuan tersebut. Sehingga penulis menawarkan implementasi
sederhana program zero waste.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pringgasela, terletak di kaki
Gunung Rinjani, tepat di Desa Pringgasela, Lombok Timur. Mata pencaharian
orang tua atau wali peserta didik mayoritas adalah sebagai petani, sehingga
potensi alam berupa hasil bumi atau pangan lokal menjadi penyokong utama
biaya sekolah peserta didik. Dengan kondisi sekolah yang berada dalam
kawasan yang tidak dilalui oleh transportasi umum sehingga menyulitkan
peserta didik untuk dapat menimba ilmu. Dengan beberapa kondisi tersebut,
alternatif program zero waste sederhana yang ditawarkan adalah dengan
menanamkan paradigma zero waste kepada warga sekolah dan limplementasi
231