KONSEP DAN IMPLEMETASI
PEMBELAJARAN IPA SD/MI
i
Judul Buku:
KONSEP DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA SD/MI
Penyusun:
Syamsudin
Editor:
Lutfiyan Nurdianah
Desain cover:
Syamsudin
Layout:
Lutfiyan Nurdianah
ISBN: -
Penerbit:
STAI Al Fithrah Press
STAI Al Fithrah Jl. Kedinding Lor 30 Surabaya
E-mail: [email protected]
Web: www.alfithrah.ac.id
Cetakan Perdana: -
vi + 205 hlm; 18,2 x 25,7 cm
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi tanpa izin sah dari penerbit.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga
kita semua masih diberikan kekuatan iman dan kesempatan untuk selalu beribadah
dan menuntut ilmu di jalan-Nya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW dan para sahabatnya yang senantiasa
kita nantikan dan rindukan syafa’atnya di akhirat kelak.
Buku ini berisikan informasi tentang tentang teori dan pelaksanaan
pembelajaran di SD/MI. Kami berharap penyusunan buku ini dapat membantu
rekan-rekan dalam mencari sumber acuan untuk memahami evaluasi dalam
pembelajaran dan dapat mengembangkannya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian buku ini. Semoga dengan adanya buku ini dapat
meringankan para mahasiswa dari kesulitan mempelajari Pembelajaran sains
SD/MI serta menjadi modal dasar untuk studi selanjutnya. Kritik dan saran sangat
penulis harapkan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan untuk
perbaikan makalah yang akan datang.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga buku ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat menjadi bahan referensi kita dalam belajar. Akhirnya
kepada Allah jualah kita berlindung dan mengharapkan magfirah, taufiq, dan
hidayahNya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surabaya, Mei 2022
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
IDENTITAS BUKU ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I
HAKIKAT BELAJAR...................................................................................1
A. Belajar .................................................................................................1
B. Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif .............................................1
C. Belajar Menurut Teori Belajar Sosial .................................................4
D. Teori belajar behavioristik ..................................................................6
E. Belajar Menurut Teori Belajar Kontruktivisme ..................................9
BAB II
PEMBELAJARAN IPA...............................................................................15
A. Pembelajaran IPA .............................................................................15
B. Hakikat IPA ......................................................................................16
C. Pembelajaran IPA di SD/MI .............................................................17
D. Problematika dalam pembelajaran IPA ............................................19
E. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang Efektif ..............22
BAB III
MODEL PEMBELAJARAN.......................................................................28
A. Model pembelajaran..........................................................................28
B. Strategi pembelajaran........................................................................41
C. Pendekatan Pembelajaran .................................................................46
BAB IV
MATERI AJAR IPA....................................................................................54
A. Materi Ajar........................................................................................54
iv
B. Karakteristik Bahan Ajar ..................................................................54
C. Fungsi Bahan Ajar ............................................................................56
D. Materi/bahan ajar IPA SD/MI...........................................................57
BAB V
ALAT PERAGA IPA ..................................................................................58
A. Konsep Alat Peraga...........................................................................58
B. Pengembangan Alat Peraga IPA di SD/ MI......................................61
BAB VI
PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN IPA...............................................................66
A. Pengertian Penilaian..........................................................................66
B. Lingkup, Teknik dan Fungsi Penilaian .............................................67
C. Penilaian Dalam Kurikulum 2013 ....................................................72
D. Hasil Belajar......................................................................................73
E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...........................78
BAB VII
KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU
DALAM PEMBELAJARAN IPA...............................................................85
A. Konsep Pembelajaran Terpadu .........................................................85
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu.................................................87
C. Urgensi Pembelajaran Terpadu.........................................................91
D. Landasan Teoritis dan Empiris .........................................................92
E. Landasan Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu .................................94
F. Model-Model Pembelajaran Terpadu ...............................................97
BAB VIII
KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU
DALAM PEMBELAJARAN IPA.............................................................103
A. Pengertian Media Pembelajaran......................................................103
B. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media .....................................104
v
C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran .....................................................108
D. Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran.....................................112
E. Fungsi Media Pembelajaran............................................................113
BAB IX
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
DALAM PELAJARAN IPA......................................................................115
A. Pengertian kompetensi Inti dan kompetensi dasar..........................115
B. KI dan KD pembelajaran IPA di SD/MI.........................................120
BAB X
PENGEMBANGAN INDIKATOR DAN
TUJUAN PEMBELAJARAN IPA ............................................................129
A. Pengertian Indikator........................................................................129
B. Fungsi Indikator ..............................................................................130
C. Cara Mengembangkan Indikator.....................................................132
D. Tujuan Pembelajaran ......................................................................139
E. Cara Merumuskan Tujuan Pembelajaran........................................141
BAB XI
PERANGKAT PEMBELAJARAN...........................................................144
BAB XII
LEMBAR KERJA SISWA ........................................................................149
A. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) ..........................................149
B. Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS).................................................152
C. Komponen Lembar Kerja Siswa (LKS)..........................................155
D. Kelebihan dan Kekurangan Lembar kerja Siswa (LKS).................157
BAB XIII
CONTOH PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MI............................160
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................195
vi
BAB I
HAKIKAT BELAJAR
A. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam restoran pribadi
dan perilaku individu. Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha
sadar dan disengaja dari individu yang peduli. Begitu juga
dengan hasil-hasilnya, individu yang menyadari bahwa dalam dirinya
telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya atau keterampilannya
semakin meningkat dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses
belajar. Proses belajar itu terjadi karena interaksi antara seseorang dengan
lingkungan.
Oleh karena itu belajar dpat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau
sikapnya. Jika proses belajar diselenggarakan secara formal di sekolah-
sekolah, tidak ada fasilitas lain untuk mengarahkan perubahan pada diri
siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
B. Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif
Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
dan diukur. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh
1
orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,
yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.1
Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur
kognitif siswa. Belajar kognitif terkait dengan pemrosesan informasi
dalam benak siswa. Informasi yang diproses oleh otak pembelajaran
berupa pengetahuan yang dapat berupa konsep, prosedur dan prinsip-
prinsip. Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik,
teori belajar kognitif ini lebih mementingkan proses belajar dari hasil
belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar
yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi
saling berhubungan dengan seluruh konteks tersebut. Memisah-misahkan
atau membagi bagi situasi atau materi pelajaran menjadi komponen
kompenen yang kecil kecil dan mempelajari secara terpisah- pisah akan
kehilangan makna.2
Teori belajar menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan
suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme
biologis perkembangan sistem syaraf. Semakin bertambahnya umur
seseorang makin komplekslah susunan syaraf dan makin meningkat pula
kemampuannya.3
1 Mukminan, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta: P3G IKIP, 1997), 7.
2 Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan,, (Jakarta : PT. Asdy Mahasatya,2012), 18.
3 Esa Wahyuni, Teori belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), 36.
2
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering
disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau
membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses
pemahaman terhadap suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak.
Secara teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana
memahami struktur kognitif siswa. Dengan memahami struktur kognitif
siswa, maka dengan tepat pelajarannya. Contoh: Bahasa Arab disesuaikan
sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan
materi pelajaran bahasa Arab hendaknya disusun berdasarkan pola atau
logika tertentu agar lebih nudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran
bahasa Arab dibuat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke
kompleks. Hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak
hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang sedang
dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekadar menghafal
kosakata.4
Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar
atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses
membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar
juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir
yang sangat kompleks dan komprehensif.5
4 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009), 34.
5 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), 23.
3
1. Kelebihan teori kognitif
a. Dapat meningkatkan motivasi
b. Dapat melihat tingkat perkembangan siswa
c. Dapat mengenal siswa secara individu
2. Kelemahan teori kognitif
a. Sulit dipraktekkan secara murni.
b. Tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
c. Sulit dipahami dan pemahamannya.6
C. Belajar Menurut Teori Belajar Sosial
Teori sosial atau disebut juga Teori observasional atau Teori
belajar dari model. Teori belajar ini relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya dan merupakan perluasan dari teori
belajar perilaku (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Berbeda dengan penganut
Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku.
Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Teori belajar
sosial menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan
pada seseorang secara kebetulan, sebagaimana, (Kard,S, 1997:14) bahwa
6 ibid…, 30
4
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah
paling penting dalam pembelajaran terpadu.7
1. Kelebihan teori belajar sosial
a. Bersifat kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial. Siswa merasa senang, berinisiatif dalam
belajar. Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran
siswa.
b. Siswa yang berusaha untuk berusaha agar yang lambat laun yang
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya dan
mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan
budaya populer.
c. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis,
partisipatif-dialogis dan humanis.
d. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
e. Interaksi peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah.
2. Kelemahan teori belajar sosial
a. Individu yang bersifat, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak
ada motivasi dan lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan
dalam konteks yang lebih praktis.
7 Bell Gredler,Belajar dan Membelajarkan. (Jakarta: CV.Rajawali, 1991). 33
5
b. Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi
yang ada pada diri mereka.
c. Tidak bisa diuji dengan mudah.8
D. Teori belajar behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Aliran ini menekankan padaterbentuknya perilaku yang
tampak Teori behavioristik dengan model hubungan sebagai hasil belajar.
Stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu denganmenggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.9
Teori ini dikembangkan melalui eksperimen Pavlov dengan
menggunakan air liur anjing yang dapat dilihat melalui kulit luarnya.
Sebuah kapsul dipasang di pipinya untuk mengukur aliran air liurnya.
Laboratorium diatur sedemikian rupa sehingga bubuk daging dapat diisi
pada panci di hadapan anjing tersebut dengan remote control. Pengeluaran
air liur direkam secara otomatis. Pada tahap awal (sebelum pengondisian),
lampu dinyalakan. Anjing terlihat bergerak sedikit tetapi tidak
mengeluarkan air liur. Kemudian, kepada anjing tersebut diberikan serbuk
daging dan sambil makan terlihat air liur anjing tersebut keluar. Serbuk
daging disebut stimulus tidak terkondisi dan air liur disebut respon tidak
8 Sumadi Suryabrat, Psikologi Pendidikan .( Jakarta. : Rajawali Pers, 2014), 21
9 Adi Kunandar, Hasil Belajar Peserta Didik , (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada, 2013), 9.
6
terkondisi. Terjadinya respon ini bukan karena proses belajar tetapi karena
insting anjing.10
Menurut teori belajar perilaku dipandang sebagai perubahan tingkah
laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus – Respon, yaitu suatu
proses yang memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang datang
dari luar. Proses ini terdiri dari empat unsur yaitu:
1. Dorongan (drive) yaitu siswa merasakan adanya kebutuhan
terhadap sesuatu yang kemudian terdorong untuk berupaya
memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Rangsangan (stimulus) yaitu sesuatu yang diberikan atau
diperhadapkan kepada siswa.
3. Respon yaitu suatu reaksi yang muncul pada diri siswa sebagai
akibat adanya (diberikannya) stimulus.
4. Penguatan (reinforcement) yaitu tindakan yang perlu diberikan
kepada siswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk
memberikan respon lagi.11
Behaviorisme menekankan pada hasil belajar (berupa perubahan
tingkah laku) dan tidak memperhatikan pada proses berpikir siswa (karena
tidak dapat dilihat), Oleh karena itu, Galloway (1967), menganggap
proses belajar menurut behaviorisme sebagai suatu proses yang
bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang terjadi
di dalam diri siswa selama belajar berlangsung.12
1. Kelebihan behaviorisme
a. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan kebiasaan yang mengandung unsur-
10 Karwono Mularsih., Belajar dan Pembelajaran. ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012).18
11 Purwanto Ngalim. Psikologi Pendidikan.( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 ). 23.
12 Dimyati Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006). 13
7
unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan
daya tahan.
b. Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen,
tidak kreatif dan tidak produktif.
c. Membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu,
sehingga peserta didik untuk bisa bebas berkreasi dan
berimajinasi.13
2. kelemahan behaviorisme
a. Belajaran siswa yang berpusat guru bersifat meanistik, dan
hanya berorientasi hasil temuan yang diamati dan diukur.
b. Murid hanya mendengarkan dengan penjelasan tersier dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif.
c. Siswa baik verbal maupun fisik seperti kata - kata kasar,
ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
d. Tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks,
sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi
hubungan stimulus dan respon. Tidak mampu menjelaskan
alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus
dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang
diberikan dengan responnya. atau belajar yang tidak dapat diubah
menjadi hubungan stimulus dan respon.
e. Tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang
mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak
13 Hamalik Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. ( Bandung: Sinar Baru, 2006), 72
8
dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan
responnya.14
E. Belajar Menurut Teori Belajar Kontruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing
lagi bagi dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori
konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme
itu sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks
filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya
membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam
proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka
dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat
kecerdasannya. Merasa kurang lengkap untuk mengetahui dari pada
teori konstruktivisme sebelum mengetahui pendapat-pendapat dari
pada pakar ahli, diantaranya yaitu: Hill, mengatakan, sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu
makna dari apa yang di pelajari.15 Menurut hill konstruktivisme
merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu dari apa yang
dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana memadukan sebuah
pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam
kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.
14 Afis Burhanudin, Hakikat Pembelajaran, ( Jakarta : Erlangga. 2001). 30
15 Agus Cahyo, Panduan Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan Terpopuler,
(Jogjakarta, Divapres: 2013).33
9
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang
aktif, di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari
arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan
konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada
dimilikinya. 16
Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa
konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang
mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang
di ketahuinya kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan
sehari-harinya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat
sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme merupakan sebuah teori yang
memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan memberikan siswa
di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di ketahuinya
dalam kehidupannya.17
Teori konstruktivisme juga merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Teori pembelajaran konstruktivisme ini sama halnya dengan model
pembelajaran eksperimental, yaitu suatu model dimana, proses belajar
mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan
16 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga. 2006). 10
17 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori , (Jogjakarta: ArRuzz
Media,2013), 27.
10
dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Experiental
Learning adalah proses dimana pengetahuan diciptakan melalui
transformasi pengalaman. Hasil Pengetahuan dari kombinasi
menggenggam dan mentransformasikan pengalaman.18
Teori Konstruktivistik memandang bahwa belajar adalah
mengonstruksi makna atas informasi dan masukan-masukan yang masuk
ke dalam otak. Belajar yang bersifat konstruktif ini sering digunakan
untuk menggambarkan jenis belajar yang terjadi selama penemuan ilmiah
dan pemecahan masalah kreatif di dalam kehidupan sehari-hari. Pada teori
ini juga memandang peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa
informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada
dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat
digunakan lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.19
Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah
sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan
melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang
lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang
dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan
bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses
mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan
makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat
dalam setiap individu. Menurut Konstruktivisme, belajar merupakan
proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik,
dll. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan
18 Ahmad Syaifuddin, Makna Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : CI Pers, 1999), 45
19 Zainal Aqib, Belajar Pembelajaran, (Surabaya : Insan Cendikia.2002), 56
11
pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah
dimiliki siswa sehingga pengetahuannya berkembang.20
Konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar
mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun
pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya.
Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran.
Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap
suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka. Menurut
Werrington, dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan
kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun
mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara
mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa
memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa
jawabannya benar atau tidak benar. Namun guru mendorong siswa untuk
setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide
sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat masuk akal siswa.21
Di dalam kelas konstruktivis, para siswa diberdayakan oleh
pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi
dan penyelesaian, debat antara satu dengan lainnya, berfikir secara kritis
tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah. Beberapa
prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis diantaranya bahwa
observasi dan mendengar aktivitas dan pembicaraan matematika siswa
adalah sumber yang kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk kurikulum,
untuk cara-cara dimana pertumbuhan pengetahuan siswa dapat dievaluasi.
20 Syaiful Ahmad, Psikologi Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017), 37.
21 Zain Abdin, Hakekat Belajar dan Pembelajaran, ( Jogjakarta : Rajaali pers, 2001 ), 32
12
Dalam konstruktivis proses pembelajaran senantiasa ”problem
centered approach” dimana guru dan siswa terikat dalam pembicaraan
yang memiliki makna. Beberapa ciri itulah yang akan mendasari
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.
Kelebihan dan kelemahan belajar dalam teori konstruktivisme yaitu
sebagai berikut :
1. Kelebihan Konstruktivisme
a. Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru mengajar
berfikir untuk menyelesaikan masalah atau sebuah studi kasus dan
dapat mengembangkanya menjadi sebuah ide atau membuat
keputusan.
b. Faham dalam proses pembelajaran murid harus terlibat langsung
dalam mengembangkan sebuah pengetahuan baru, sehingga
peserta didik akan lebih faham dan boleh mengaplikasikanya
dalam sebuah situasi.22
c. Daya ingat pada anak-anak dalam proses belajar murid harus
terlibat langsung dengan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih
lama semua konsep yang ada. Dengan pendekatan sendi
kepahaman, mereka akan yakin dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
d. Kemahiran sosial dengan proses belajar harus seorang siswa
dengan guru dan rekan dalam membina pengetahuan baru.
e. Dalam proses belajar yang benar peserta didik akan terlibat
secara terus menerus dan semakin lama mereka akan faham, ingat,
dan lebih yakin dalam memutuskan sebuah pengetahuan baru.
22 Ade Suhendra, Implementasi Dalam Pembelajaran SD/MI, (Jakarta: Kencana,2019), 56.
13
f. Memiliki kebebasan dalam belajar. 23
2. Kekurangan Konstruktivisme
a. proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses
belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang
berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran struktur kognitif.
b. Peran guru menjadi lebih pasif dan menimbulkan pemikiran yang
berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya.24
23 Restu Desriyanti, Belajar dalam Pembelajaran, ( Yogyakarta : Devapers, 2017). 43
24 Maulana Arafat, Hasil Belajar dalam Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana 2000), 23
14
BAB II
PEMBELAJARAN IPA
A. Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan proses
mental siswa secara maksimal. Terdapat dua karakteristik dalam
pembelajaran yaitu, proses pembelajaran yang melibatkan proses mental
siswa secara maksimal, bukan hanya mendengar, mencatat dan melihat
saja namun yang difokuskan juga adalah adanya aktivitas berfikir pada
siswa. Karakteristik kedua adalah dalam pembelajaran haruslah
membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab yang terus menerus
terhadap siswa.
Siswa, pada kenyataannya terkadang kurang memahami apa yang
saat ini mereka pelajari dan apa pula tujuannya. Sehingga mereka kurang
termotivasi untuk memahaminya lebih lanjut. Hal ini menjadi tugas yang
serius bagi seorang pendidik. Terdapat beberapa faktor yang menjadi
penentu terhadap suksesnya kegiatan pembelajaran. Faktor tersebut saling
berhubungan dan berkaitan satu sama lain terkait kemampuan guru baik
dalam penguasaan materi, keterampilan dalam menggunakan pendekatan
dan dalam proses pemberian kesempatan siswa untuk belajar secara
individu maupun kelompok. Jika penyampaian materi oleh guru
tersampaikan dengan baik, maka tingkat pemahaman siswa terhadap
materi akan meningkat.
Pembelajaran IPA di SD/MI terkadang masih kurang diminati oleh
siswa. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun
faktor internal. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu adanya
15
pemilihan pendekatan-pendekatan dan model-model yang tepat, guna
menciptakan nuansa pembelajaran yang efektif.
Menurut Samatowa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu
ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang
sistematis, teratur dan berlaku untuk umum yang diperoleh dari kumpulan
observasi dan eksperimen.25 Berdasar hal tersebut tersebut kita bisa
memahami bahwa pembelajaran IPA di tingkat SD/MI memiliki peran
yang sangat penting, khususnya bagi bertambahnya wawasan pengetahuan
siswa.
B. Hakikat IPA
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan,
yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa. Bila
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam
pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar26.
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mempersiapkan
anak di masa depan. Oleh karenanya, sekolah mempersiapkan mereka
untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. IPA merupakan suatu
pengetahuan yang bisa diterima di Khalayak umum sebagai suatu produk
ilmu yang penemuannya melalui serangkaian penyelidikan panjang yang
terstruktur, yang keberhasilannya dalam melakukan penyelidikan ini
ditentukan oleh sikap ilmiah yang dimiliki. IPA sebagai produk ilmiah
berupa kumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta, konsep, dalil,
25 Usman Samatowa, Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2006), 16
26 Hajar Dewantoro, Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam
https://silabus.org/hakikat-pembelajaran-ipa-di-sd/ diakses pada 12 Maret 2019
16
prinsip, hukum, teori, dan model. IPA sebagai proses merupakan
kumpulan dari Hands-on activities, eksperimen, dan proyek yang
bertujuan untuk menyelidiki keajaiban dunia. Keterampilan proses
tersebut meliputi kemampuan mengamati, mengumpulkan data, mengolah
data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan.27
Banyak cara dalam pembelajaran yang telah dilakukan untuk
mencapai aspek yang terkandung di dalam hakikat IPA, namun belum
juga menunjukkan hasil yang memuaskan.28 Oleh sebab itu semestinya
siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan obyek
belajar, mengamati, mengembangkan pertanyaan, menghubungkan fakta
dengan sumber pengetahuan, mengambil kesimpulan dan
mengkomunikasikan alternatif solusi untuk perbaikannya.29 Jadi, Hakikat
IPA adalah ilmu yang mempelajari alam yang merupakan sikap, proses,
produk, dan aplikasi.
C. Pembelajaran IPA di SD/MI
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Dalam
pembelajaran terjadi komunikasi yang intensif antara guru dan siswa
27 Anatri Desstya, “Kedudukan dan Aplikasi Pendidikan Sains di Sekolah Dasar” dalam
Profesi Pendidikan Dasar (No. 2, Vol 1. Desember 2015), 194
28 Tursinawati, “Penguasaan Konsep Hakikat Sains Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada
Pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh” dalam Jurnal Pesona Dasar (No. 4, Vol 2.
April 2016), 72
29 Sumiyadi, et all, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri dan
Berwawasan Konservasi” dalam Journal of Innovative Science Education (No. 4, Vol. 1,
Agustus 2015), 2
17
dalam belajar sehingga terjadi kegiatan secara psikis dan fisik yang
dilakukan siswa dalam belajar dan guru dalam memfasilitasi siswanya
agar belajar dengan baik.30
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu pertama, proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan
hanya mendengar, mencatat dan melihat namun terjadi aktivitas berpikir.
Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses
tanya jawab terus menerus. Terdapat faktor penentu yang saling
berhubungan dalam pembelajaran yang secara sistemik menyangkut
kemampuan guru dalam penguasaan materi, keterampilan dalam
menggunakan berbagai pendekatan, dan proses pemberian kesempatan
siswa untuk belajar secara individu maupun kelompok.31
Menurut Sri Wuryastuti dalam artikelnya bahwa sudah lama orang
menyadari dan mempertimbangkan tentang rendahnya mutu pendidikan
IPA. Diantara indikator yang digunakan untuk menunjukkan rendahnya
mutu pendidikan IPA adalah laporan United Nation Development Project
(UNDP) yang menunjukkan bahwa dalam Human Development Index
(HDI), Indonesia menduduki peringkat ke 110 diantara berbagai negara di
dunia32 sedangkan aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak
dapat menyadari keterbatasan pengetahuannya, membangkitkan rasa ingin
tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan berdasarkan informasi yang
disampaikan guru.33
30 Sulthon, “Pembelajaran IPA yang Efektif dan MenyenangkanSh Bagi Siswa Madrasah
Ibtidaiyah MI)” dalam Elementary (No. 1, Vol. 4, Januari-April, 2016), 40
32 Sri Wuryastuti, “Inovasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar” dalam Jurnal Pendidikan
(No. 9, April, 2008), 1
33 Mujakir, “Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar” dalam
Lantanida Journal (No. 1, Vol. 3, 2015), 83
18
Agar pembelajaran IPA lebih efektif dan dapat mencapai hasil
maksimal, sebaiknya memperhatikan34
1. Proses berpikir
2. kreativitas, Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk
melakukan berbagai kreativitas
3. pengalaman siswa
4. pembentukan konsep, pada hakekatnya konsep yang dimiliki siswa
adalah hasil bentukan sendiri
5. aplikasi konsep, bahan pembelajaran hendaknya terpusat pada aplikasi
konsep
D. Problematika dalam pembelajaran IPA
Terdapat problematika dalam pembelajaran IPA dalam
pelaksanaannya, Pembelajaran IPA sendiri melibatkan keaktifan siswa,
dan berfokus pada siswa, yang berdasar pada pengalaman keseharian
siswa dan minat siswa. pembelajaran IPA tidak hanya pemahaman dan
penguasaan materi, tetapi dalam IPA yang perlu diajarkan yakni supaya
siswa dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan terampil
untuk mengaplikasikan secara logis konsep tersebut pada situasi lain yang
relevan dengan pengalaman kesehariannya35.
Siswa yang berminat pada IPA akan merasakan bahwa belajar IPA
itu menyenangkan sehingga akan antusias mengenai bagaimana pelajaran
IPA berimbas pada pengalaman kesehariannya36. Problematika
34 Sulthon, “Pembelajaran IPA yang Efektif dan MenyenangkanSh Bagi Siswa Madrasah
Ibtidaiyah MI)” dalam Elementary, 47
35 VINTA A. TIARANI, PEMBELAJARAN IPA di SEKOLAH DASAR, tersedia di
staffnew.uny.ac.id/upload/.../PEMBELAJARAN+IPA+di+SEKOLAH+DASAR.pdf, hal 1
diunduh pada 05 apri 2019
36 Murphy, C., & Beggs, J, Children’s Prceptions On School Science. (School Science
Review,2003). 84
19
pembelajaran IPA berdasarkan pelaku, yakni guru dan siswa. Pada saat
pembelajaran IPA banyak sekali masalah yang muncul yang dialami oleh
guru khususnya diantaranya:
1. Guru tidak siap mengajar, dalam arti terkadang guru belum memahami
konsep materi yang diajarkan.
2. Kesulitan memahami pelajaran, guru sering kesulitan dalam
memunculkan minat belajar anak.
3. Kurang optimal dalam penerapan metode pembelajran yang ada.
4. Kesulitan memilih dan menentukan alat peraga yang sesuai dengan
materi yang diajarkan.
5. Kesulitan menanamkan konsep yang benar pada siswa.
6. Tidak adanya media dalam penyampaian materi
7. Metode yang digunakan lebih banyak ceramah.
Sementara, pada siswa terdapat problematika yakni :
1. Pendekatan konstruktivisma dalam pembelajaran IPA tidak mudah
diimplementasikan.
2. Sistem Ujian Akhir Nasional yang sangat menekankan pada
pemahaman konsep.
3. Jumlah Siswa dalam kelas merupakan kendala utama pembelajaran
IPA. Jumlah siswa di atas 20 anak dalam satu kelas menyebabkan guru
kesulitan untuk mengatasi masalah perbedaan kemampuan individu.
4. Kurangnya minat baca oleh siswa
Problematika pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum
1. KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan
untuk mengatasi masalah yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia, yaitu
lemahnya proses belajar dan pelaksanaan pembelajaran yang masih
didominasi oleh guru (teacher centered). Kenyataan ini berlaku hampir
20
untuk semua mata pelajaran termasuk IPA. Terdapat tiga fokus utama
dalam pengajaraan sains di sekolah, antara lain.
a. pemberian berbagai pengetahuan ilmiah berupa konsep, teori dan
hukum-hukum alam dalam sains yang dianggap penting untuk
diketahui siswa. Dalam hal ini sains dipandang sebagai produk.
(problematika terdapat pada penanaman konsep yang kurang)
b. sains dipandang sebagai proses dan metoda pemecahaan masalah
untuk mengembangkan keahlian siswa dalam memecahkan masalah.
(problematika akan kurangnya media atau sebagainya yang menjadi
penyebab)
c. pandangan hidup, yakni membentuk siswa menjadi manusia yang
berkarakter, jujur, terbuka terhadap kritik, obyektif, tekun dalam
bekerja untuk menyelesaikan suatu persoalan.
Untuk inovasi pembelajaran maka guru menerapkan model
pembelajaran yang baru bahkan juga menggabungkan beberapa model
pembelajaran yang dianggap sesui dengan konteks atau materi pelajaran
dan biasanya aktivitas kelas didominasi oleh aktivitas guru, maka
perlu diubah menjadi didominasi oleh aktivitas siswa. Jadi dari belajar
menerima perlu diubah menjadi belajar menemukan.37
2. KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013, memang dikemas dengan sangat apik, agar siswa
dapat beajar aktif dalam beredukasi namaun, nyatanya pada
pelaksannaannya tidak sesuai dengan apa yang diharapka termasuk dalam
37 Tobin, K., Briscoe, C., & Holman, J.R. Overcoming contraints to effective elementary
science teaching. (Science Education:1990)., 74, 409-420
21
pembelajaran IPA yang salam kurikulum 2013 tidak berdiri sendiri namun
tertata berdasarkan subtema yang sudah dirancang.38
Kendala yang ada pada kurikulum 2013 lebih kepada kendala guru
dalam menerapkan kurikulum 2013:39
1. Hambatan guru adalah siswa tersebut malas menggunakan atau
berpikir karena mengunakan teknologi yang salah digunakan oleh
siswa tersebut
2. Dalam materi bukunya kurikulum 2013 tersebut masih ada yang
mengambang atau kurang jelas sehingga siswa tersebut malas dalam
memahami materi tersebut.
3. Materi ada yang kurang cocok atau tidak sesuai dengan kemampuan
anak.
Jadi, pada hakikatnya problematika dalam pembelajaran IPA lebih
mengarah pada pelaksanaan yang kurang siap dari segi bahan, guru,
maupun siwanya. Yangmana materi terlalu sulit untuk diterapkan, guru
yang kuran berinovasi dalam mengajar, baik media maupun proses
pelaksanaan, dan siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran.
E. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang Efektif
Pembelajaran memiliki dua karakteristik yang pertama yaitu, proses
pembelajaran yang melibatkan proses mental siswa secara maksimal,
bukan hanya mendengar, mencatat dan melihat saja namun yang
difokuskan juga adalah adanya aktivitas berfikir pada siswa. Karakteristik
kedua adalah dalam pembelajaran haruslah membangun suasana dialogis
38 Muktar B. Panjaitan, Mengerjakan Sains di Sekolah Menurut Hakikat Sains, tersedia di
https://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/FKIP/Muktar_Panjaitan/8%20Inovasi%20Pe
mbelajaran%20Sains%20sdi%20Sekolah.pdf. 2
39 Noviana Efrina, Kendala Guru Dalam Menerapkan Kurikulum 2013 di SD, tersedia di
https://www.academia.edu, 9
22
dan proses tanya jawab yang terus menerus terhadap siswa. Dalam
pembelajaran terdapat faktor penentu yang saling berhubungan secara
sistematik yang menyangkut kemampuan guru baik dalam penguasaan
materi, keterampilan dalam menggunakan berbagai pendekatan, dan
dalam proses pemberian kesempatan siswa untuk belajar secara individu
maupun kelompok.40
Menurut Samatowa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu
ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang
sistematis, teratur dan berlaku untuk umum yang diperoleh dari kumpulan
observasi dan eksperimen.41 Maksud dari sistematis tersebut adalah
pengetahuan tersebut tidak berdiri sendiri dan saling terkait satu sama lain,
sedangkan maksud dari berlaku untuk umum adalah pengetahuan bukan
hanya berlaku oleh sesorang atau untuk beberapa orang dengan cara
eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau
konsisten.
Menurut Darmojo dan Kaligis mengemukakan bahwa IPA sebagai
suatu proses adalah upaya manusia untuk memahami berbagai gejala
alam, sebagai suatu produk adalah upaya manusia untuk memahami
berbagai gejala alam yang berupa prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-
hukum, konsep-konsep maupun faktor-faktor yang kesemuanya ditujukan
untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam sebagai faktor IPA
sehingga mampu mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam
semesta.42
40 Undang-undang sistem pendidikan nasional no.20. tahun 2003 (Jakarta: Sinar Grafika,
2003)
41 Usman Samatowa, Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2006), 16
42 Darmodjo, Hendro, Pendidikan IPA (Jakarta: Depdikbud, 1993), 5
23
Dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 yang terdapat dalam buku
Sujana mengemukakan bahwa:
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi merupaakan suatu
proses penemuan.43
Berdasar dari berbagai pendapat tersebut IPA merupakan suatu
pengetahuan yang dibentuk melalui proses pengamatan yang sistematis,
teratur, rasional serta obyektif tentang berbagai gejala alam yang berlaku
untuk umum yang berupa kumpulan hasil dari observasi dan eksperimen
yang nantinya hasilnya berupa fakta, prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-
hukum, konsep-konsep maupun faktor-faktor yang kesemuanya ditujukan
untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam.
Untuk mewujudkan pembelajaran IPA yang aktif, efektif dan
bermakna bagi siswa maka dapat kita terapkan beberapa model
pembelajaran. Diantara model pembelajaran yang dapat diterapkan
adalah, seperti model inkuiri, model belajar konstruktivis dan model
terpadu. Ketiga model ini merupakan model yang dapat membantu tujuan
dari pembelajaran IPA tercapai. Berikut pengertian serta penerapan dari
ketiga model pembelajaran tersebut:
1. Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran yang
didasarkan pada pencarian dan penemuan yang melalui proses berpikir
yang sistematis.44 Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
43 Atep Sujana, Pendidikan IPA Teori dan Praktik (Bandung: Rizqi Press, 2012), 14-15
44 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Jakarta: Kencana, 2008), 119
24
sifatnya mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang harus
diselesaikan. Dalam perancangannya, pembelajaran dengan model inkuiri
ini dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang akan dibahas bukan menyiapkan
materiyang selanjutnya harus dihafalkan. Dalam model pembelajaran
inkuiri ini menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Dalam tahap
pembelajarannya, dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah
b. Pengumpulan data
c. Penyusunan hipotesis
d. Eksperimen
e. Mencatat hasil percobaan
f. Penarikan kesimpulan,
g. Mengkomunikasikan.45
2. Model Pembelajaran Konstruktivis
Model pembelajaran konstruktivisme merupakan model
pembelajaran yang bermula dari proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa dan dari pengalaman
siswa sendiri.46 Pembelajaran ini megutamakan siswa untuk aktif
membangun pembelajaran mereka sendiri secara mandiri dan
memindahkan informasi yang kompleks.
45 Anatri Desstya, “Kedudukan dan Aplikasi Sains di Sekolah Dasar” dalam Profesi
Pendidikan Dasar (Vol I, No 2, Desember 2014), 199
46 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi..., 118
25
3. Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Joni, T. R model pembelajaran terpadu merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu
maupun kelompok untuk bisa aktif dalam mencari, menggali dan
menemukan suatu konsep dan prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna dan otentik.47 Model pembelajaran terpadu sangatlah efektif
jika diterapkan pada pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan karakteristik
dari pembelajaran terpadu itu sendiri adalah holistik, bermakna, otentik,
dan aktif.
Menurut Tisno Hadi Subroto dan Ida pembelajaran terpadu
merupakan suatu pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan
lalu mengaitkannya dengan bahasan lain, suatu konsep dengan konsep
lain, baik dilakukan secara spontan maupun direncanakan baik dalam satu
bidang mata pelajaran atau lebih dengan belajar guna mendapat
pembelajaran bermakna.48
Sedangkan menurut Forgaty menyatakan bahwa pembelajaran
terpadu dikatakan sebagai pendekatan belajar yang melibatkan beberapa
mata pelajaran guna memberikan pembelajaran yang bermakna kepada
siswa.49
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran terpadu suatu pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
pelajaran dan saling mengaitkannya baik secara spontan maupun
terencana guna memberikan pembelajaran yang bermakna.
47 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007), 6
48 Tisno Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, Pembelajaran Terpadu di SD (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2004), 1.9
49 Isjoni, Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar
(Bandung: Falah Production, 2007), 133
26
Penerapan dari model pembelajaran terpadu dalam pembelajaran
IPA adalah sebagai berikut:
a. Menentukan serta memilih jenis mata pelajaran yang akan dipadukan
dan kajian materi serta sub keterampilan yang akan dipadukan
b. Pada tahap pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator bukan
menjadi Single Actor yang mana akan mengurangi peran siswa dalam
pembelajaran tersebut
c. Melakukan evaluasi baik dari proses, hasil dan psikomotorik.50
50 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.., 15-18
27
BAB III
MODEL PEMBELAJARAN
A. Model pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. model
pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang
menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu
model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan
guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru
dan siswa serta sistem penunjang yang disyaratkan.51
Menurut dewey model pembelajaran sebagai suatu rencana atau
pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas atau
pembelajaran tambahan di luar kelas. Dari definisi di atas dapat dipahami
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang
dapat diisi oleh beragam mata pelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kerangka dasar.52
Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang
dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, yang sesuai dengan
karakteristik kerangka dasarnya. Model pembelajaran dapat muncul dalam
51 Anonim , Model Pembelajaran di SD, Tersedia online di
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_IPA_DI_SD/BBM_5.pdf
,diakses pada tanggal 24 Februari 2019, Pukul 14: 09
52 Suyanto dan asep jihad, menjadi guru profesiona(Jakarta: erlangga,2013), hal 134
28
beragam bentuk dan variasi yang sesuai dengan landasan filosofis dan
pedagogis yang melatar belakangi.
2. Macam-macam Model Pembelajaran53
a. Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman,
dan pengembangkan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu
model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi
siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya.
Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan
dan reward mengacu pada derajat kerjasama atau kompetisi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif :
1) setiap anggota memiliki peran;
2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya;
4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok, dan
5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Fase Perilaku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pembelajaran yang ingin dicapai pada
memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
53 Trianto Ibnu Badar,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual
(Jakarta: Prenamedia Group,2015), 5.
29
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasi siswa ke bagaimana cara membentuk kelompok
dalam kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap agar
belajar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
belajar dan belajar tugas mereka.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
Terdapat juga tipe-tipe pembelajaran kooperatif:
1.) Pembelajaran kooperatif jigsaw
2.) Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Toghether)
3.) Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement
Division)
4.) Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated
Instruction)
30
5.) Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share
6.) Model pembelajaran kooperatif Picture And Picture
7.) Model pembelajaran kooperatif : Problem Solving
8.) Model pembelajaran kooperatif: Teams Games Tournament
(TGT)
9.) Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stay
10.) Model pembelajaran kooperatif: Cooperative Integrated Reading
and Composition
11.) Model pembelajaran kooperative : Group Investigation
12.) Model pembelajaran kooperative Inside Outside Circle
13.) Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Script
14.) Model pembelajaran kooperatif : Make A Match
15.) Model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing
16.) The williams
17.) Three-step interview (wawancara tiga langkah)
18.) Student team learning
19.) LT (learning together)
20.) Write around (menulis berputar)
b. Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri diartikan sebagai model pembelajaran
yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen
sendiri. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan proses sains siswa. Ciri-ciri
pembelajaran inkuiri adalah :
1) Menggunakan keterampilan proses
2) Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu
3) Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah
31
4) Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri
5) Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan
atau eksperimen.
6) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan
mengumpulkan data, mengadakan pengamatan, membaca atau
menggunakan sumber lain.
7) Siswa melakukan penelitian secara individu atau berkelompok
untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji
hipotesis tersebut.
8) Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan.54
Berikut contoh sintak:
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-
Observasi untuk kejadian atau fenomena yang
menemukan masalah memungkinkan siswa menemukan
masalah.
Tahap 2 Guru membimbing siswa
Merumuskan masalah merumuskan masalah penelitian
berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikannya.
Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk
Mengajukan hipotesis mengajukan hipotesis terhadap
54 Gebi Dwiyanti, pembelajaran Inkuiri, tersedia online di
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195612061983032-
GEBI_DWIYANTI/Model_Pembelajaran_Inkuiri.pdf diakses pada tanggal 7 februari 2019,
pukul 13.00
32
masalah yang telah
dirumuskannya.
Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk
Merencanakan pemecahan merencanakan pemecahan masalh,
masalah (melalui eksperimen membantu menyiapkan alat dan
atau cara lain) bahan yang diperlukan dan
menyusun prosedur kerja yang
tepat.
Tahap 5 Selama siswa bekerja, guru
Melaksanakan eksperimen membimbing dan memfasilitasi.
(atau cara pemecahan
masalah yang lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa melakukan
Melakukan pengamatan dan pengamatan tentang hal-hal yang
pengumpulan data penting dan membantu
mengumpulkan dan
mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa
Analisis data
menganalisis data supaya
menemukan suatu konsep.
Tahap 8 Guru membimbing siswa
Penarikan kesimpulan dan mengambil kesimpulan
penemuan berdasarkan data dan menemukan
sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.
33
c. Model pembelajaran berbasis masalah
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi
(analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi,
konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan
Orientasi
masalah siswa kepada pembelajaran, menjelaskan
logistic yang dibutuhkan,
memotivasi siswa untuk terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah
yang dipilihnya
Tahap 2 Guru membantu siswa
Mengorganisasi siswa untuk mendefinisikan dan
belajar mengorganisasi tugas belajar tugas
belajar yang berhubungan dengan
masalh tersebut
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
34
Membimbing penyelidikan sesuai, melaksanakan eksperimen,
individu maupun kelompok untuk mendapat penjelasan dan
pemecahan masalah
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam
Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan
menyajikan hasil karyanya karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model dan membantu
mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk
Menganalisis dan melakukan refleksi atau evaluasi
mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka atau
pemecahan masalah proses-proses yang mereka
gunakan
d. Model pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung adalah: salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat di ajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (arends,1997) antara
lain training model, active, active teaching model,mastery teaching,
explicit instructtion.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung (dalam kardi & nur, 2000:3)
adalah sebagai berikut:
35
1) adanya tujuan pembelajaran dan penaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian belajar
2) sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3) sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang di
perlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung
dengan berhasil.55
Tahap Peran Guru
Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
mempersiapkan siswa informasi latar belakang pelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan
siswa untuk belajar
Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan
keterampilan (pengertian dengan benar, atau menyajikan
procedural) atau informasi tahap demi tahap
mempresentasikan
pengetahuan (deklaratif)
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan
Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah
memberikan umpan berhasil melakukan tugas dengan baik,
memberi umpan balik
Membentuk kesempatan Guru mempersiapkan kesempatan
untuk pelatihan lanjut dan untuk melakukan pelatihan lanjutan,
penerapan dengan perhatian khusus pada
55 Trianto,Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
(Jakarta:Prestasi Pustaka,2007) 29
36
penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari
e. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM)56
Model pembelajaran STM merupakan model pembelajaran yang
menggunakan suatu ide yang tengah terjadi di masyarakat sebagai topik
pembelajaran. Tujuan dari model pembelajaran STM adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membandingkan antara sosial dan
teknologi serta menghargai bagian sains dan teknologi memberikan
kontribusi pada pengetahuan dan pengaruh baru. Berikut contoh sintak
pembelajaran STM:
Tahapan Peran Guru
Apersepsi Guru mengingatkan kembali mengenai
makluk hidup yang bernafas
Invitasi Guru mrengadakan tanya jawab dengan
siswa mengenai pengalaman siswa
sehari-hari yang berhubungan dengan
pencemaran udara
Eksplorasi • Guru memberikan pengarahan
dengan melihatkan gambar agar
siswa mendapatkan gambaran dari
pengalamnya.
• Guru membagi kelompok
56 Tim Dosen, Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (Sunedang:UPI Sumedang
Press,2015)137-139
37
Penjelasan dan solusi Guru meminta siswa mengarang secara
tindakan singkat berupa gagasan untuk
mencegah dan mengatasi masalah yang
di alami.
f. Model pembelajaran penemuan
Model pembelajaran penemuan sering kali dipakai di sekolah-
sekolah. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran harus dipandang
sebagai stimulus atau rangsangan yang dapat menantang siswa untuk
merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktifitas pembelajaran. Berikut
contoh sintak :
Tahap Peran Guru
Tahap 1 Guru menyajikan peristiwa-peristiwa
Observasi untuk atau fenomena yang memungkinkan
menemukan masalah siswa menemukan masalah.
Tahap 2 Siswa dibimbing untuk merumuskan
Merumuskan masalah masalah berdasarkan peristiwa atau
fenomena yang ada
Tahap 3 Siswa dibimbing untuk merumuskan
Mengajukan hipotesis hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskan
Tahap 4 Siswa dibimbing untuk merencanakan
Merencanakan percobaan guna memecahkan masalah
pemecahan masalah serta untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan
38
melalui percobaan atau
lainnya
Tahap 5 Siswa melakukan percobaan dengan
Melaksanakan bantuan guru
percobaan
Tahap 6 Siswa dibantu guru melakukan
Melaksanakan pengamatan terhadap hal-hal yang
pengamatan dan terjadi selama percobaan
pengumpulan data
Tahap 7 Siswa menganalisis data hasil
Analisa data percobaan untuk menemukan konsep
dengan bantuan guru
Tahap 8 Siswa menarik kesimpulan berdasarkan
Menarik kesimpulan data yang ia peroleh serta menemukan
atas percobaan yang sendiri konsep yang ditemukan
telah dilakukan atau
penemuan
g. Model pembelajaran interaktif
Model pembelajaran ini sering dikenal dengan nama pendekatan
pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan
kemudian guru menjawab.
Tahap Peran Guru
Tahap 1 Guru memilih topik dan menemukan latar
Persiapan belakangnya.
39
Tahap 2 Lebih melibatkan siswa pada topik yang
Kegiatan sedang dibahas
penjelajahan
Tahap 3 Guru mengundang pertanyaan untuk
Pertanyaan anak memancing siswa
Tahap 4
Penyelidikan Guru dan siswa memilih pertanyaan untuk
dieksplorasi selama 2-3 hari, dalam selang
Refleksi 3-4
Melakukan evaluasi untuk memantapkan
hal-hal yang terbukti dan memisahkan hal-
hal yang masih perlu diperbaiki
h. Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model yang
bersifat kerterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dibedakan menjadi
3 yaitu model dalam disiplin ilmu, model dalam antar bidang, model
dalam lintas siswa. Model pembelajaran terpadu juga biasa disebut dengan
suatu pola belajar mengajar dalam model pembelajaran terpadu
menggunakan payung untuk memadukan beberapa konsep IPA yang
terkait menjadi satu paket pembelajaran sehingga pemisahan antar konsep
tidak begitu jelas. Tujuan dari model pembelajaran terpadu adalah agar
siswa mengklasifikasi benda atau tumbuhan yang ada disekitarnya
berdasarkan kriteria tertentu. Ciri-ciri model pembelajaran terpadu :
1) Kebutuhan anak
2) Karateristik mata pelajaran
40
3) Lingkungan sebagai sarana belajar
4) Masing-masing kriteria memberikan dukungan tersendiri
Langkah-langkah dalam pembelajaran terpadu:
1) Mengkaji GBPP IPA untuk menganalisis konsep-konsep penting
yang akan diajarkan
2) Membuat bagan konsep yang menghubungkan konsep satu dengan
konsep lainnya
3) Memilih tema sentra yang dapat menjadi payung untuk memadukan
konsep-konsep tersebut
4) Membuat TPK dan deskripsi kegiatan pembelajaran yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan untuk setiap konsep57
B. Strategi pembelajaran
1. Pengertian
a. Pengertian Strategi
Strategi adalah rencana yang sudah disusun oleh para
guru yang fokus pada tujuan yang akan dicapai, sehingga
terbentuklah strategi yang disertai upaya bagaimana agar
tujuan tersebut bisa dicapai.
b. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
57 Tes Dosen, Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar…
41
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik.58
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang terjadi pada peserta
didik agar mendapatkan pemahaman dan ilmu yang baik dan
benar.
c. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh
dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman
umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.59
Berikut pendapat menurut para ahli:
1. J.R David, strategi pembelajaran adalah perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Kemp, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efesien.
3. Dick dan Carey, strategi pembelajaran adalah suatu set
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
bersama-sama untuk menumbulkan hasil belajar siswa.
4. Moedjiono, kegiatan guru untuk memikirkan dan
mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek
58 Antonim tersedia online di https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran diakses pada
tanggal 5 maret 2019, pukul 15.00
59 Abdul majid, strategi pembelajaran (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,2013) 7
42