The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku konsep dan implementasi pembelajaran IPA SD/MI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nlutfiyan, 2022-09-15 10:10:48

Konsep dan Implementasi Pembelajaran IPA SD/MI

Buku konsep dan implementasi pembelajaran IPA SD/MI

Keywords: IPA SD/MI,Pembelajaran IPA,PGMI

dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana
untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.
5. Wina Sanjaya, merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
Dari pendapat para ahli dapat di simpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu rancangan yang dibuat dengan
tujuan untuk mencapai hasil yang di inginkan, seperti contoh:
seorang guru yang mengharapkan hasil yang baik dari peserta
didik dengan strategi yang sudah dirancang.
Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan oleh
Newman dan logan bahwa unsur strategi dari setiap usaha itu
ada 4 yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus
dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama
(basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah
(steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan
sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria)
dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan
menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.60

60Anonim , pendekatan, strategi, teknik dan taktik pembelajaran, tersedia online di
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112001-

43

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat
unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan
pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi
peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah
atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran
keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

2. Jenis-jenis strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran dikembangkan atau diturunkan dari

model pembelajaran. Jenis-jenis strategi pembelajaran yaitu:
a. Strategi pembelajaran langsung

Merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru.
Bahan pelajaran disajikan dalam bentuk jadi dan siswa
dituntut untuk menguasai bahan tersebut. pembelajaran
langsung biasanya bersifat deduktif.
b. Strategi pembelajaran tidak langsung
Strategi ini sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan penemuan.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik, guru hanya sebagai
fasilitator, dan pengelola lingkungan belajar, peserta didik
diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam proses

IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf
diakses pada tanggal 27 Februari 2019,Pukul 14:13

44

pembelajaran. Contoh : pada bab tumbuhan, disitu guru dapat
menyuruh siswa mengmati tanaman
c. Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran ini menekankan pada diskusi dan sharing
diantara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi
kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan,
pengalaman, pendekatan, pengetahuan guru atau teman
sebaya serta untuk membangun cara berfikir dan merasakan.
d. Strategi pembelajaran empirik (experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,
berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
e. Strategi pembelajaran mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif
individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
3. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran bisa disebut juga seperangkat kebijakan
yang dipilih, yang ditelah dikaitakan dengan faktor yang
menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu:
a. Pemilihan materi pembelajaran (guru atau siswa)
b. Penyajian materi pelajaran (perorangan atau kelompok atau
belajar mandiri)
c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif,
analisis atau sistensis, formal atau non formal)

45

d. Sasaran penerima materi pelajaran (kelompok, perorangan,
heterogen atau homogen)61

C. Pendekatan Pembelajaran

1. Pengertian
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi

yang berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu
pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat-sifat
dan ciri khas suatu pokok pembahasan yang diajarkan. Dalam
pengertian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar
psikologi dan latar pedagogis dari pilihan metode pembelajaran
yang akan digunakan dan diterapkkan oleh guru. Dalam
pengertian pendekatan pembelajaran, para ahli mengembangkan
konsep tersebut melalui kajian psokologi dan pedagogis berupaya
mencapai kesepakatan dengan para praktisi dan pemerhati
pembelajaran tentang begaimana seharusnya membelajarkan.
Contoh: pendekatan lingkungan, pendekatan expository,
heuristic, kontekstual, konsep, keterampilan proses, deduktif,
sains lingkungan teknologi masyarakat, STM, pendekatan
kompetensi, holistic.62
2. Macam-macam pendekatan

Ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk
mengajar IPA di sekolah dasar yaitu:

61 Sofan Amri, pengembangan dan model pembelajaran (Jakarta: PT. Prestasi Remaja
Pustakaraya), 3.
62 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung:PT.
Rosdakarya,2011)18-1

46

a. Pendekatan tujuan pembelajaran
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa

dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan
dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan
itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan
teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses
belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan,
untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok
bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan
pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar
pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya
tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
b. Pendekatan Kontektual

Pendekatan kontektual merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan anatara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilihi dengan
penerapan dalam kehidupan mereka. Dalam pengajaran
kontektual memungkinkan terjadinya 5 bentuk belajar antara
lain sebagai beikut :
1) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan

merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan
strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,

47

mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru
dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet
memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang
realistic dan relevan.
4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering
tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya,
siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa
mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia
nyata.
5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam
pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan
hafalan.
c. Pendekatan konsep

Pendekatan Konsep adalah suatu ide yang
menghubungkan beberapa fakta. Dalam pencapaian atau
pembentukan konsep biasanya peserta didik memerlukan
benda-benda konkrit untuk diotak-atik, eksplorasi fakta-fakta
dan ide-ide secara mental. Pendekatan konsep memerlukan

48

lebih dari sekedar menghafal, lebih menunjukkan gambaran
yang lebih tepat tentang IPA.
d. Pendekatan lingkungan

Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar, untuk mengembangkan kebiasaan dalam
menggunakan dan memperlakukan lingkungan secara
bijaksana dengan memahami faktor politis, ekonomis, sosial-
budaya, ekologis, mengembangkan sikap dan perilaku peduli
dan mencintai lingkungan dan mengembangkan keterampilan
untuk meneliti lingkungan.
e. Pendekatan inkuiri

Pendekatan ini merupakan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
percaya diri.

Cara kerja pendekatan inkuiri dalam Ilmu
Pengetahuan Alam, yaitu pertama membuat perumusan
hipotesis, kedua mengkaji hipotesis itu. Jadi apabila menemui
suatu masalah yang perlu jawaban, tidak begitu saja dijawab,
tetapi memakai langkah-langkah pencarian untuk menemukan
jawaban yang benar.
Pendekatan inkuiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa

secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya,
pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar.

49

2) proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima materi pelajaran melalui penjelasan guru secara
verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri
inti dari materi pelajaran itu sendiri

3) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu
yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru
bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih
diposisikan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

4) pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya
jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru
dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat
utama dalam melakukan inkuiri .

5) Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas
mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman
yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan
merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi
kemudahan bagi kerja kelompok.

6) Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam
pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu
50

dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara
optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
f. Pendekatan proses

Pendekatan ini sama dengan pendekatan inkuiri,
karena pedekatan ini menginginkan kreatifan siswa dan juga
guru tidak dominan dalam proses pembelajaran, tetapi
bertindak sebagai organisator dan fasilitator saja.
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri khusus :
1) Ilmu pengetahuan tidak dipandang sebagai produk semata

tetapi sebagai proses.
2) Siswa dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan

memproses informasi dalam pemikirannya.
g. Pendekatan pemecahan masalah

Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan
bersikap dalam suatu masaah. Pemecahan masalah adalah
proses, cara, perbuatan, memecah atau memecahkan. Masalah
dapat diartikan setiap hal yang menggundang keragu-raguan,
ketidak pastian atau kesulitan yang harus di atasi dan
diselesaikan, yang biasanya masalah terjadi dilapangan.

Sedangkan pendekatan pemecahan masalah sendiri
adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu
ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang
actual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki
dengan memperhatika prosedur pemecaha yang sistematis.

51

h. Pendekatan Konstrutivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan

dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat
kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan
pada pengetahuan. Pada dasarnya pendekatan
konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam
pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah
maupun dalam lingkungan masyarakat.

Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru
hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi
yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara
pribadi.63

Secara umum yang disebut konstruktivisme
menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas
individu dan sosial
i. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang berupa
penemuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan strategi

63 Angga dkk tersedia online di
https://www.academia.edu/8884013/PENDEKATAN_DAN_METODE_DALAM_PEMB
ELAJARAN di akses pada tanggal 25 maret 2019, pukul 18.00

52

seperti pembelajaran kontekstual. Pendekatan ini
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik untuk mengetahui, memahami, mempraktekkan apa
yang sedang dipelajari secara ilmiah. oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran ini peserta didik akan mencari tahu dari
berbagai sumber melalui pengamatan, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan di
komunikasikan.64
Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan
pendekatan saintifik:

1) Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan
rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder)

2) Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage
observation)

3) Melakukan analisis (Push for analysis)
4) Berkomunikasi (Require communication)

64 Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center,2015)38

53

BAB IV

MATERI AJAR IPA

A. Materi Ajar

Materi/Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran
yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.

Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari
kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan
topik/subtopik dan rinciannya

Maka, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru dalam
merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan
keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar.65

B. Karakteristik Bahan Ajar

Ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah
maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku
praktikum, bahan ajar, dan buku teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut
tentunya digunakan untuk mempermudah peserta didik untuk memahami
materi ajar yang ada di dalamnya. Sesuai dengan penulisan modul yang
dikeluarkan oleh Direktorat Guruan Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

65 Ruhimat, Karakteristik Bahan ajar dalam Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
(No. 5, Vol. X Desember 2011), 152

54

Nasional Tahun 2003, bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu
self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly66

1. self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu
membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan.
Untuk memenuhi karakter self instructional, maka di dalam bahan
ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan
akhir maupun tujuan antara. Selain itu, dengan bahan ajar akan
memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan memberikan materi
pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang
lebih spesifik.

2. self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit
kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam
satu bahan ajar secara utuh. Jadi sebuah bahan ajar haruslah memuat
seluruh bagian-bagiannya dalam satu buku secara utuh untuk
memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.

3. stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan
tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar lain. Artinya sebuah bahan ajar
dapat digunakan sendiri tanpa bergantung dengan bahan ajar lain.

4. adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahan ajar harus
memuat materi-materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan
pembaca terkait perkembangan zaman atau lebih khususnya
perkembangan ilmu dan teknologi.

66 Andi prastowo, Karakteristik Bahan ajar dalam Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan (No. 5, Vol. X Desember 2011), 167.

55

5. user friendly yaitu setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil
bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan
keinginan. Jadi bahan ajar selayaknya hadir untuk memudahkan
pembaca untuk mendapat informasi dengan sejelas-jelasnya.

C. Fungsi Bahan Ajar

Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan
ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam
pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran
kelompok. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain: 67

1. Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan
pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif
dan belajar sesuai kecepatan siswa dalam belajar).

2. Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang
diselenggarakan.
a. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:
1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.
2) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi
proses peserta didik dalam memperoleh informasi.
3) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.
b. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:
Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar
kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakan
materi, onformasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam

67 Jufriadi.S, BAB II bahan ajar dalam
https://www.academia.edu/35103471/BAB_II_LANDASAN_TEORI_2.1_Pengertian_Bah
an_Ajar diakses pada 19 Juli 2019, 25.

56

pembelajaran kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran
kelompoknya sendiri. Sebagai bahan pendukung bahan belajar
utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa, maka dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.

Bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar yakni, buku
ajar, lembar kerja siwa, lembar penilaian pengetahuan, dan modul.

D. Materi/bahan ajar IPA SD/MI

1. Ciri-ciri khusus pada hewan dan tumbuhan
2. Usaha-usaha pelestarian sumber daya alam
3. Rantai makanan
4. Hubungan dua makhluk hidup yang tidak sejenis disebut Simbiosis
5. Kedudukan makhluk hidup dalam sebuah ekosistem
6. Bagian-bagian tumbuhan
7. Peran zat gizi pada makanan
8. Upaya pencegahan penyakit
9. Jenis-jenis perubahan wujud
10. Pengaruh suhu terhadap benda
11. Bentuk-bentuk energi
12. Cara menghemat energi listrik
13. Jenis-jenis perubahan energi listrik
14. Jenis-jenis energi alternatif
15. Gaya
16. Pesawat sederhana
17. Sifat-sifat cahaya
18. Macam-macam sumber daya alam
19. Pemanfaatan sumber daya alam
20. Upaya pelestarian sumber daya alam
21. Gerakan Bumi

57

BAB V

ALAT PERAGA IPA

A. Konsep Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga menurut Iwan Falahudin adalah alat atau benda yang

digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur
tertentu supaya tampak lebih nyata/konkret.68Sedangkan menurut Arsyad

dalam penelitian Dharis Dwi Apriliyanti dkk yaitu segala sesuatu yang

bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat

supaya dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat,
dipandang dan dirasakan.69 Sedangkan Education Association (NEA)

mendefinisikan yaitu sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar, dan dibaca yang digunakan dalam pembelajaran.70 Alat peraga

merupakan perantara pesan pembelajaran, dengan demikian alat peraga

yang digunakan dalam pembelajaran berarti mengoptimalkan fungsi

seluruh panca indra siswa untuk efektifitas dan keefisienan dengan cara
mendengar, melihat, merasakan dan meraba.71

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

alat peraga merupakan suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan

suatu konsep dari yang bersifat abstark menjadi lebih nyata untuk

68 Iwan Falahudin, “Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran” dalam Jurnal Lingkar
Widyaiswara (Vol1, No 04, Oktober-Desember 2014), 109.
69Dharis Dwi Apriliyanti dkk, “Pengembangan Alat Peraga Ipa Terpadu Pada Tema
Pemisahan Campuran Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains” dalam Unnes
Science Education Journal (Vol 4 No 2, 2015), 836.
70 Sefi Khasanah, Penggunaan Alat Peraga Edukatif Dalam Pembelajaran IPA Materi
Pesawat Sederhana Di Kelas V SDN 1 Pasinggangan Kecamatan Banyumas Kabupaten
Banyumas Tahun 2017/2018 ”PDF” (Skripsi. IAIN Purwokerto, 2018), 18.
71 A. Widiyatmoko dkk, “Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Menembangkan Alat Peraga
IPA Dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai” dalam Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
(Vol 1 No 1, 2012), 52

58

memudahkan pemahaman siswa, yang mana benda tersebut dapat
dimanipulasi karena untuk lebih mudah dilihat, diraba, dan dirasakan.
Seperti alat peraga biologi torso mata (lihat gambar di bawah ini).

Gambar 1.1 alat peraga torso mata

Alat peraga tidak hanya memberikan pengalaman konkret yang
memudahkan siswa belajar, seperti untuk penguasaan, mengingat dan
memahami simbol-simbol yang abstrak, namun alat peraga juga
membantu seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
secara efektif dan efisien.72 Alat peraga tidak harus berupa benda riil
(nyata), namun juga dapat berupa sebuah gambar atau diagram.

2. Jenis-Jenis Alat Peraga
Adanya peraga membuat siswa lebih mudah untuk memahami

pelajaran sehingga minat siswa untuk belajar IPA lebih menyenangkan,
tertarik terhadap pengajaran yang disampaikan. Banyak ragam jenis alat
peraga IPA yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di SD/MI.
Digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Media audio, yaitu alat peraga yang didengar
b. Media visual, yaitu alat peraga yang dapat dilihat seperti gambar,

poster, slide , dll.

72 Rusmawati, “Penggunaan Alat Peraga Langsung Pada Pembelajaran Matematika Dengan
Materi Pecahan Sederhana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan Sosial, Sains, dan Humaniora (Vol 3 No 2, Juni 2017), 309.

59

c. Media audio visual, yaitu alat peraga yang dapat didengar dan
dilihat seperti film,video, dll.

Namun alat peraga jika dilihat dari sumbernya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:

a. Alat peraga ilmiah (Natural), yaitu alat peraga yang sesuai dengan
benda aslinya di alam misalnya hewan, tumbuhan, danau, gunung.

b. Alat peraga buatan (Artificial), yaitu alat peraga hasil modiikasi
atau meniru benda aslinya, misalnya model alat pernafasan,
model jantung manusia, torso.

Selain itu juga dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk
penyajiannya, yaitu:

a. Alat peraga yang tidak di proyeksi (non-projected) yaitu alat
peraga dua dimensi dan tiga dimensi, seperti model, gambar,
grafik, foto, peta

b. Alat peraga yang diproyeksi (projected) seperti film, slide, dll
3. Karakteristik Alat Peraga

a. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat)
b. Bentuk dan warna yang menarik
c. Sederhana dan tidak rumit, sehingga mudah dijangkau oleh siswa
d. Ukurannya sesuai dengan fisik anak (seimbang)
e. Sesuai dengan konsep
f. Menumbuhkan partisipasi siswa73
4. Fungsi Alat Peraga

Alat peraga memiliki fungsi dalam proses pembelajaran, sebagai
berikut:

73 Siti Annisah, “Alat Peraga Pembelajaran Matematika” dalam Jurnal Tarbawiyah (Vol 11
No 1, Januari-Juli 2014), 4.

60

a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
efektif.

b. Sebagai penyaji untuk membantu peserta didik dalam menerima
penjelasan dari guru.

c. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kemandirian pada setiap peserta didik.

d. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan sistematis.
e. Dapat menumbuhkan minat dan peserta didik dalam belajar.74

B. Pengembangan Alat Peraga IPA di SD/ MI
Terwujudnya tujuan proses pembelajaran dengan baik, tidak hanya

berfokus pada strategi, model dan pendekatan yang digunakan oleh guru,
namun alat peraga yang sesuai juga mendukung untuk terwudunya
kegiatan belajar siswa. Sehingga peran alat peraga penting dalam

pembelajaran IPA, hal ini sangat dikhusukan pada tingkat Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, yakni tahap dimana fase golden age itu

berada.
Sehingga guru mata pelajaran IPA haruslah dapat memberikan

contoh yang konkret pada siswa SD/MI agar nampak korelasi antara apa
yang dipelajari siswa dari teori dan praktiknya. Semua ini diperlukan agar
siswa dapat sampai pada tingkat pemahaman yang sebenarnya.75 Hal
tersebut sesuai dengan teori belajar kognitif yang memahami bahwa

belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi
untuk memperoleh suatu pemahaman.76

74 Ulya, “Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) dengan Pemanfaatan Alat
Peraga”pdf. Tersedia online die prints.walisongo.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Mei 2019.
75 Abdullah dkk, “Penggunaan alat peraga dari bahan bekas dalam menjelaskan sistem
respirasi manusia di MAN Sawang Kabupaten Aceh Selatan” dalam Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi (Vol 3 No 2, Desember 2011), 55.
76 Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), 73

61

Peran alat peraga sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan
tujuan pembelajaran. Selain alat peraga, peran guru juga dibutuhkan
dalam proses pembelajaran, sehingga setiap guru perlu memahami
kegiatan belajar yang dilakukan siswa, karena guru tidak hanya dituntut
bisa dan mampu menggunakan alat peraga, namun dituntut juga untuk bisa
mengadakan alat peraga sederhana yang sesuai dengan perkembangan
siswa.

1. Peranan alat peraga dalam pembelajaran IPA di SD/MI
IPA yang merupakan sebuah pengetahuan, gagasan dan konsep

yang terorganisasi tentang alam di sekitar kehidupan, yang diperoleh
dengan sebuah pengalaman seperti: pengamatan, penyelidikan,
penyusunan hipotesis yang diikuti oleh beberapa gagasan. Maka dari
itu untuk memahamkan pelajaran IPA apalagi di kalangan SD/MI maka
perlu adanya sebuah alat peraga, adapun peranan alat peraga dalam
proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Dapat mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam kegiatan pembelajaran

b. Merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa
untuk mendorong proses pembelajaran sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman yang bermakna

c. Membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa, sehingga
perhatian siswa berpusat pada bahan pelajaran yang disampaikan
oleh guru.

d. Memberikan sebuah pengalaman yang nyata yang dapat
menumbuhkan kemandirian dikalangan siswa

62

2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Alat Peraga
Dalam membuat alat peraga dalam pembelajaran juga terdapat

prinsip-prinsip penggunaan alat peraga. Prinsip-prinsip tersebut sebagai
berikut:77

a. Menentukan jenis alat peraga yang tepat, yaitu guru memilih
terlebih dahulu alat peraga yang sesuai denag tujuan serta bahan
ajar yang diterangkan oleh guru.

b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, yaitu
perlu adanya pertimbangan apakah pengguanaan alat peraga
tersebut sesuai dengan tingkatan kematangan atau kemampuan
siswa

c. Menyajikan alat peraga yang tepat, teknik dan metode
penggunaan alat peraga dalam suatu pembelajaran haruslah
sesuai dengan tujuan, metode, waktu dan sarana yang ada.

d. Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga, pada waktu,
tepat dan situasi yang sesuai.
Keempat prinsip tersebut harus diperhatikan oleh guru saat

menggunakan alat peraga dalam proses mengajar. Adapun langkah
yang harus ditempuh pada saat menggunakan alat peraga sebagai
berikut :

a. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga,
dalam langkah tersebut hendaknya guru merumuskan tujuan
yang akan dicapai

77 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2005).104

63

b. Persiapan guru. Fase ini guru memilih dan menetapkan alat
peraga seperti apa yang akan digunakan yang sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan oleh guru.

c. Persiapan kelas. Siswa maupun kelas harus mempunyai
persiapan, yaitu kesiapan siswa dan kelas yang kondusif dalam
proses belajar dengan mengguanakan alat peraga sehingga siswa
dapat menilai , menganalisis serta menghayati pembelajaran
dengan alat peraga

d. Langkah penyajian pelajaran dengan peragaan. Dalam langkah
ini perlu memperhatikan tujuan utama untuk mencapai sebuah
tujuan yang baik, sedangkan alat peraga hanya alat pembantu,
jadi guru harus memfokuskan tujuan pencapaian pembelajaran
yang sudah dirancang dengan bantuan alat peraga yang
memudahkan untuk tercapainya tujuan tersebut.

e. Langkah kegiatan belajar. Dalam langkah ini peran siswa untuk
mengadakan kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga
dapat dilakukan dalam kelas ataupun luar kelas

f. Langkah evaluasi pelajaran dan keperagaan. Proses akhir dalam
kegiatan belajar dengan dilakukannya sebuah evaluasi
pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang
dicapai dan juga dapat mengetahui sejauh mana pengaruh alat
peraga sebagai penunjang keberhasilanproses belajar. Hasil
evalauasi pun dapat dijadikan dasar atau bahan dalam proses
belajar berikutnya.

64

3. Keuntungan dan kelemahan penggunaan alat peraga
Kelebihan dan kekurangan alat peraga dalam pengajaran anatara

lain sebagai berikut:
a. Kelebihan penggunaan alat peraga
1) Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi
lebih menarik
2) Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih
mudah memahaminya
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak
akan mudah bosan
4) Membuat lebi aktif melakukan kegiatan pembelajaran
seperti: mengamati, mendemonstrasikan.
b. Kekurangan alat peraga
1) Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak
menuntut guru
2) Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan
3) Perlu kesediaan berkorban secara meteril78

4. Manfaat alat peraga
Manfaat alat peraga dalam proses pembelajaran siswa yaitu:

a. Memusatkan perhatian siswa
b. Meningkatkan motivasi belajar
c. Mempermudah penguasaan materi
d. Merangsang daya pikir dan nalar siswa
f. Meningkatkan kreatifitas siswa79

78 Muhammad Anas, “Alat Peraga & Media Pembelajaran” tersedia online di
https//books.google.co.id. Diakses pada tanggal 20 Mei 2019.
79 Honest Umi Kulsum, “Pemanfaatan Alat Peraga Edukatif Sebagai Media Pembelajaran
Bahasa Inggris Sekolah Dasar” dalam THE 5 THUrecol Proceding (Februari, 2017), 860.

65

BAB VI

PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN IPA

A. Pengertian Penilaian

Kata penilaian berasal dari kata nilai yang memiliki arti harga.
Kata penilaian dengan adanya awalan pe dan an menjadi kata penilaian
yan memiliki arti proses menilai. Menurut Ummi Salamah penilaian
merupakan suatu proses pengumpulan sekaligus pengelolaan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa yang mencakup penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, UH (Ulangan
Harian), UTS (Ulangan Tangah Semester), UAS (Ulangan Akhir
Semester), ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, dan ujian sekolah/madrasah.80

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
tahun 2016 Tentang Standar Penilaian, mengemukakan bahwa penilaian
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.81

Penilaian yang baik harus didukung dengan adanya prinsip-prinsip
penilaian, Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.

2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

80 Ummi Salamah, “Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan” dalam Evaluasi (Vol. 2, No. 1
Maret 2018), 274.
81 Salinan Peraturan Menteri Aama Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016

66

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.

4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian,
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkahlangkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.82

B. Lingkup, Teknik dan Fungsi Penilaian

1. Lingkup Penilaian
Dalam Kurikulum 2013, peraturan untuk bidang penilaian

lebih tegas dan menyeluruh dibanding dengan pelaksanaan penilaian
pada Kurikulum 2006. Pelaksanaan dalam kurikulum 2013 secara
eksplisit meminta guru untuk menilai tiga ranah domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor dengan seimbang dan sesuai dengan
tujuan yang hendak dinilai. Penekanan pada ketiga ranah tersebut

82 BSPN, “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. (Jakarta, 2017) 7-8.

67

memberikan perubahan yang baik dibanding kurikulum
sebelumnya.83 Lingkup penilaian peserta didik oleh pendidik meliputi
aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan, sedangkan
untuk lingkup penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.
2. Teknik Penilaian
Dalam teknik penilaian terbagi menjadi 3 macam yaitu:
b. Penilaian sikap

Penilaian sikap yang dimaksud adalah penilaian terhadap perilaku
peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi:
1) Sikap spiritual

Sikap spiritual masuk pada KD (Kompetensi Dasar) dari KI- I,
aspek yang akan diamati meliputi menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2) Sikap sosial

Penilaian aspek sosial termasuk dalam KD dari KI-2 yang
didalamnya ada beberapa perilaku yang diamati, diantaranya
adalah jujur, disiplin, tanun jawab, santun, peduli dan percaya
diri baik dalam berinteraksi antar keluarga, teman, guru dan
masyarakat sekitar.
Teknik penilaian yang digunakan dapat berupa observasi baik
melalui wawancara atau melalui catatan tertentu seperti penilaian
dari guru kelas, penilaian dari guru mata pelajaran, penilaian diri
dan penilaian antar teman.

83 Hari Setiadi, “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013” dalam Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan (No. 2, Vol. XX Desember 2016), 167.

68

c. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan bagian dari KD KI-3 yang

dalam penerapannya adalah dengan cara mengukur kemampuan
peserta didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognisi. Jenjang yang dinilai adalah
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
megevaluasi dan mencipta. Teknik penilaian terhadap
pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan.84
d. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan merupakan penilaian KD dari KI-4,
yang didalamnya dilakukan dengan penilaian kinerja (praktik),
proyek dan portofolio. Pada penilaian kinerja, penekanannya dapat
dilakukan pada proses atau produk. Penilaian Proyek merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan
dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan sampai pelaporan. Teknik
penilaian pada aspek keterampilan ini dapat melalui penilaian
kinerja, proyek dan portofolio.85
3. Fungsi Penilaian86

Menurut Sudijono (Uno dan Satria, 2012) mengemukakan
bahwa secara umum, penilaian sebagai suatu tindakan atau proses
setidak-tidaknya memiliki tiga fungsi, yaitu:

84 Alimuddin, “Penilaian Dalam Kurikulum 2013” dalam Prosiding Seminar Nasional, (No.
1, Vol. I 2014), 24-25.
85 Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jendral..., 10-15.
86 Anonym, TIJAUAN PUSTAKA dalam
http://digilib.unila.ac.id/15253/14/bab%202%20%288-29%29.pdf diakses pada 19 Juli
2019. 8

69

a. mengukur kemajuan

b. menunjang penyusuan rencana

c. memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.

Selain itu, menurut Uno dan Satria (2012) fungsi penilaian,
“ yaitu Fungsi penilaian pendidikan bagi guru adalah untuk

(a) mengetahui kemajuan belajar peserta didik, (b) mengetahui
kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam
kelompoknya, (c) mengetahui kelemahan-kelemahan cara belajar-
mengajar dalam proses belajar mengajar, (d) memperbaiki proses
belajar-mengajar, dan (e) menentukan kelulusan murid. Sedangkan
bagi murid, penilaian pendidikan berfungsi untuk (a) mengetahui
kemampuan dan hasil belajar, (b) memperbaiki cara belajar, dan
(c) menumbuhkan motivasi belajar. Fungsinya bagi sekolah adalah
(a) mengukur mutu hasil pendidikan, (b) mengetahui kemajuan dan
kemunduran sekolah, (c) membuat keputusan kepada peserta didik,
dan (d) mengadakan perbaikan kurikulum.”

Selain fungsinya, dijelaskan pula tujuan asesmen oleh

Sudjana (2005) yaitu sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang

studi atau mata pelajaran yang ditempuh;

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang

diharapkan;

c. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen, yakni melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan

pengajaran serta strategi pelaksanaannya;

d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak

sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena

itu, penggunaan jenis assessment yang tepat akan menentukan

70

keberhasilan dalam memperoleh informasi yang berkenaan
dengan proses pembelajaran.
Menurut Suryabrata (1983), tujuan evaluasi pendidikan dapat
dikelompokkan dalam tiga klasifikasi, yaitu :
a. Klasifikasi berdasarkan fungsinya evaluasi bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan
1) Psikologik, evaluasi dapat dipakai sebagai kerangka acuan

kemana dia harus bergerak menuju tujuan pendidikan;
2) Didaktif/instruksional, tujuan evaluasi memotivasi belajar

kepada peserta didik, memberikan pertimbangan dalam
menentukan bahan pengajaran dan metode mengajar serta
dalam rangka mengadakan bimbinganbimbingan secara
khusus kepada peserta didik;
3) Administrative/manajerial, bertujuan untuk pengisian buku
rapor,menentukan indeks prestasi, pengisian STTB, dan
tentang ketentuan kenaikan siswa.
b. Klasifikasi berdasarkan keputusan pendidikan, tujuan evaluasi
dapat digunakan untuk mengambil
1) Keputusan individual;
2) Keputusan institusional;
3) Keputusan didaktik instruksional;
4) Keputusan-keputusan penelitian.
5) Klasifikasi formatif dan sumatif
a) Evaluasi formatif diperlukan untuk mendapatkan

umpan-balik guna menyempurnakan perbaikan proses
belajar-mengajar;
b) Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur
keberhasilan seluruh program pendidikan yang

71

dilaksanakan pada akhir pelaksanaan proses belajar-
mengajar (akhir semester/tahun).

C. Penilaian Dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 tak sedikit menuai banyak perbincangan dikalangan
pendidik, utamanya guru. Selain pendekatan dalam pembelajaran yang ada
perubahan, bagian penilaian pun juga ada sedikit perubahan. Fakta dari
adanya perubahan ini adalah dengan adanya penilaian otentik terhadap
peserta didik. Penilaian dalam kurikulum 2013 bukanlah penilaian sebatas
ranah kognitif saja, akan tetapi juga afektif dan psikomotorik selama
proses pembelajaran berlangsung.87 Penilaian ini biasa dikenal dengan
penilaian autentik. Menurut Nurjanto dan Kusmono penilaian autentik
pada kurikulum 2013 memiliki perbedaan dengan penilaian tradisional
yang hanya cenderung memili respon, sedangkan penilaian autentik lebih
memilih penilaian pada peserta didik dalam mengerjakan maupun
menampilkan tugas atau proyek.88

Penilaian otentik menurut Mulyasa merupakan suatu penilaian yang
mulanya berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi
berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian
output secara utuh dan menyeluruh.89

Menurut Utsman Penilaian otentik merupakan suatu penilaian yang
menilai penampilan siswa dari berbagai aktifitas, yang nantinya akan
diperoleh informasi yang akurat untuk meliat perkembangan siswa.90

87 Wuri Wuryani dan Muhammad Irham, “Penilaian Dalam Prespektif Kurikulum 2013”
dalam Insania (No. 1, Vol. 19 Januari-Juni 2014), 182-183.
88 Nurjanto dan Kusmono, “Pengembangan Penilaian Instrumen Autentik untuk Mengukur
Kompetensi Peserta Didik Materi Senyawa Hidrokarbon” dalam Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia (No. 2, Vol. 9, 2015), 1576
89 Mulyasa, Pengembanan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Cimahi: Rosda, 2013), 66.
90 Utsman, Penilaian Utentik Dalam Kurikulum 2013 (Semarang: , 2014), 2.

72

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian
autentik merupakan suatu penilaian yang mengukur proses dan hasil
belajar siswa secara utuh.

Pendekatan dan metode penilaian yang dapat digunakan untuk
mendukung program penilaian otentik menurut Kemendikbud, dari ranah
sikap (afektif) dapat dinilai menggunakan instrumen observasi, penilaian
diri, penilaian antarteman, dan jurnal. Dalam menilai ranah pengetahuan
(kognitif), biasanya menggunakan teknik tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Adapun dalam ranah keterampilan (psikomotorik) teknik yang
biasanya digunakan antara lain performance atau kinerja, produk, proyek,
dan portofolio.

Penilaian yang berkualitas akan mencerminkan pendidikan dan
lulusannya yang berkualitas. Untuk itu, lembaga pendidikan harus
mempraktikkan penilaian secara komprehensif dalam rangka
menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik. Komprehensif
yang dimaksud adalah penilaian tidak hanya terbatas pada penilaian
kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotorik selama proses
pendidikan dan secara berkesinambungan. Hal ini karena menurut Fajar,
penilaian berfungsi melacak kemajuan dan mengecek keterampilan serta
kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu, seorang guru harus mempunyai
pemahaman yang benar tentang prosedur dan cara bagaimana melakukan
penilaian yang berkualitas.

D. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yakni “hasil” dan “belajar”,

dari segi bahasa dalam KBBI kata hasil memiliki beberapa arti yakni

73

sesuatu yang diadakan oleh usaha, pendapatan; perolehan; buah.91
Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.92

Sedangkan hasil belajar menurut para ahli, dalam Sudjana
menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Mulyasa
menjelaskan hasil belajar adalah prestasi belajar siswa secara
keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan
perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasi siswa
perlu dinyatakan sebagai wujud hasi belajar siswa yang mengacu pada
pengalaman langsung. Suprijono menjelaskan pengertian hasil belajar
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek
potensi kemanusian saja. Winkel menjelaskan hasil belajar adalah bukti
keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang 93

Hasil belajar merupakan peranan penting dalam proses
pembelajaran karena tujuan utama yang ingin dicapai dalam
pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar dijadikan tolak ukur
tercapainya siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dengan adanya
hasil belajar guru dapat mengetahui kemampuan setiap siswa.94 Hasil
belajar yang diterima oleh siswa apabila memberi kepuasan pada

91 Tim Penyusun Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Bahasa
Indonesia…, 408.
92 Ibid., 121.
93 Anonim, “II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian”
tersedia online di digilib.unilaac.id. Diakses pada tanggal 27 Februari 2019.
94 Arianti, “BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Belajar” tersedia
online di http://digilib.unimed.ac.id/6312/6/109111021%20BAB%20I.pdf. Diakses pada
tanggal 27 Februari 2018.

74

kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.95 ataupun dapat
dilihat dari ciri-ciri belajar itu sendiri yakni:

a. Proses terjadinya tingkah laku tersebut kearah yang lebih baik,
b. Perubahan tersebut dilakukan secara sadar, artinya indivudu

tersebut menyadari adanya perubahan yang dialami,
c. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat permanen dan

berkesinambungan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku baik dari segi
pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri siswa yang dihasilkan
setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan hasil
yang diperoleh oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran, yang
mana sebelumnya sudah diberikan evaluasi terlebih dahulu setelah
proses pembelajaran.
2. Teori hasil belajar

Teori hasil belajar menurut Howard Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar, yakni: a.) Keterampilan dan kebiasaan. b.)
Pengetahuan dan pengertian. c.) Sikap dan cita-cita. Masing-masing
jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar,
yakni: a.) Informasi verbal. b.) Keterampilan intelektual. c.) Strategi
kognitif d.) Sikap. e.) Keterampilan motorik.96 Adapun Benyamin

95 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 31.
96 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensido,
1998), 46.

75

Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga bidang
yakni bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotorik.97

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar yang diinginkan sesuai tujuan dalam pendidikan karena
mengingat tujuan pendidikan nasional merujuk pada pendapat
Benyamin Bloom maka hasil belajar berupa:

a. Ranah Kognitif (Pengetahuan)
Ranah ini berkaitan dengan perilaku yang menekankan aspek
intelektual yang mana meliputi:
1) Pengetahuan yakni berkenaan dengan siwa agar dapat
mengingat atau mengenali informasi.
2) Pemahaman, siswa dapat menyatakan data dengan
menggunakan bahasa sendiri.
3) Penerapan, siswa dapat menggunakan pengetahuan
sebagai respon pada kenyataan.
4) Analisis, siswa dapat menemukan asumsi.
5) Sintesis, siswa dapat menghasilkan teorinya sendiri
6) Evaluasi, siswa dapat menilai informasi98

b. Ranah Afektif (Sikap)
Pada ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai

meliputi:99

97 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
130.
98 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), 167.
99 Prasetya, “BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A ... - repo
unpas” tersedia online di http://repository.unpas.ac.id/30890/1/BAB%20II.pdf. Diakses
pada tanggal 3 Maret 2019.

76

1) Reciving yakni siswa memiliki rasa semacam kepekaan dan
kesadaran diri siswa dari gejala, masalah dan situasi yang
datang.

2) Responding yakni reaksi atau jawaban yang diberikan siswa .
3) Valuing yakni siswa dapat penerimaan nilai terhadap masalah.
4) Organisasi yakni siswa dapat pengembangan dan

menghubungkan nilai-nilai yang ada.
5) Karakteristik yakni siswa dapat memadukan semua nilai yang

dimiliki orang, yang mempengaruhi pola kepribadiaannya.
Sehingga dapat dijadikan sebuah pedoman untuk dirinya.100
c. Psikomotorik
Pada aspek psikomotor menitikberatkan pada unjuk kerja
siswa untuk ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat
keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil.101
Dengan demikian kriteria yang dapat dinilai untuk mengukur
hasil belajar pada siswa yang mana ketiganya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga untuk dapat
mengetahui tercapai tidaknya dalam tujuan pendidikan tersebut
maka diperlukan adanya tindakan usaha penilaian, yang pada
dasarnya memberikan kriteria yang dapat dipertimbangkan untuk
menentukan hasil belajar, karena hasil belajar merupakan bentuk
dari hasil yang diperoleh dari penilaian. Oleh sebab itu tindakan
tersebut dinamakan penilaian hasil belajar. 102

100 Urip Sutrimo, “9BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar” tersedia
online di repository.ump.ac.id. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019.
101 Fuad, “7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Belajar” tersedia online di
eprints.walisongo.ac.id/6844/3/BAB%2011.pdf. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019.
102 Sudji Munadi, “Penilaian Hasi Belajar.pdf- Staff UNY” tersedia online di
staff.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019

77

3. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar harus disiapkan alat ukur (tes/non tes)

kemudian diadakan pengukuran untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran. Dalam penyajian hasil belajar terdapat dua macam yakni
secara kualitatif dan kuatitatif. Secara kualitatif hasil belajar dapat
diungkapkan dengan pernyataan sangat baik, baik, sedang, kurang dan
sebagainya. Sedangkan secara kuantitatif hasil belajar dapat di
nyatakan dengan angka-angka.

Tercapainya hasil belajar yang diinginkan pada siswa, guru
berkewajiban untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
mampu menunjang, mendorong dan menarik siswa untuk
mengembangkan segala potensi yang ada secara optimal, sehingga
keberhasilan itu dapat diperoleh siswa agar tercapai dengan baik. Selain
faktor dari guru untuk upaya meningkatkan hasil belajar, namun ada
banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar.

E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar disebabkan adanya
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Faktor-faktor hasil belajar menurut Ngalim Purwanto dibedakan menjadi
dua golongan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal (yang
berasal dari dalam siswa) di bedakan menjadi dua yaitu: fisiologis
menyangkut kondisi fisik dan panca indra dan psikologi menyangkut
minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.
Sedangkan faktor eksternal/ luar (yang berasal dari luar siswa) di bedakan

78

menjadi dua yaitu lingkungan sosial dan alami dan intrumental meliputi
kurikulim, pendidik, sarana & prasarana dan manajemen.103

Sedangakan menurut Dalyono bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar ada dua yakni factor internal dan factor
eksternal. Faktor internal, yang meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat,
minat dan motivasi, cara bekerja dan faktor eksternal, yang meliputi
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.104

Selanjutnya menurut Muhibbin Syah menyatakan bahwa faktor
utama yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik dibedakan menjadi
tiga yakni faktor internal, factor eksternal, dan factor pendekatan belajar.
Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik,
faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi di sekitar peserta
didik misalnya lingkungan dan faktor pendekatan belajar, yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
guru untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pembelajaran.105

Adapun Noehi Nasution dan kawan-kawan berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga dibagi menjadi empat
yaitu faktor lingkungan, faktor instrumental, faktor fisiologi dan faktor
psikologi. Faktor lingkungan alami yakni kondisi lingkungan tempat
tinggal siswa yang mengalami pencemaran baik polusi, suhu udara serta
tidak kondusif dalam kelas atau lingkungan di sekolah yang tidak
menyejukkan, dan lingkungan sosial budaya yakni adanya interaksi

103 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
107.
104 Ahmad Syarifuddin, “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya” dalam Ta’dib (Vol XVI, No 01, Juni 2011), 120.
105 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 1995), 129-136.

79

sesama antara siswa dengan masyarakat sekitar termasuk dalam keluarga.
Faktor Intrumental meliputi kurikulum,yang mana kurikulum tersebut
merupakan unsur subtansial dalam pendidikan, program yang disusun di
setiap sekolan yang bertujuan untuk meningkatkan kemajuan pendidikan.
sarana dan fasilitas serta guru. Kondisi fisiologi, anak-anak yang
kekurangan gizi, jasmaninya tidak bugar akan mempengaruhi belajar
mereka. Kondisi Psikologi yakni minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan
kemampuan kognitif.106

Berbeda dengan pendapat Syekh Az Zarnuji bahwa syarat yang
dapat mendukung keberhasilan dalam belajar ada enam yakni kecerdasan,
semangat, sabar, biaya, petunjuk guru dan waktu.107

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua
kategori faktor yaitu:
1. Faktor berasal dalam diri siswa meliputi:

a. Kondisi Fisiologi
Kondisi fisik atau jasmani peserta didik yang kurang sehat akan

mempengaruhi hasil belajar seperti kurangnya makan-makanan bergizi
akan mudah letih dan mengantuk sebab pola makan dan istirahat yang
cukup sangat penting.108
b. Kondisi Psikologi/psikis jiwa, meliputi:

1) Bakat
Bakat merupakan kemampuan potensi bawaan sejak lahir,

yang perlu dikembangakan dan dilatih untuk dapat terwujud. Siswa

106 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 176.
107 Az Zarnuji, Syarah Ta’lim Muta’allim (Surabaya: Nurul Hidayah), 15.
108 Bisri Musthofa, Psikologi Pendidikan, Pendekatan, Orientasi dan persepektif Baru
Sebagai Landasan Pengembangan Strategi dan Proses Pembelajaran ( Teori dan Praktik)
(Yogyakarta: Parama Ilmu, 2015), 179.

80

yang belajar sesuai bakat yang dimilikinya akan meningkatkan
gairah belajar sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya. Dalam
penilitian Ahmad Fadillah pada siswa kelas VII SMPN 18
Tanggerang menyimpulkan bahwa bakat memiliki hubungan yang
signifikan tantara bakat dengan hasil belajar dan menunjukkan
bahwa bakat siswa berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika.109
2) Minat

Minat adalah rasa kertertarikan yang mendorong untuk
melakuakan objek tertentu. Adanya pengaruh minat terhadap hasil
belajar, dibuktikan oleh Suwardi dalam penilitiannya pada siswa
SMK Negeri 1 Sengkang, yang menyimpulkan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan pada minat belajar PAI terhadap prestasi
belajar siswa tersebut, dengan harga 83,284 dan harga koefisien
regresi sebesar 0,058 yang menyatakan bahwa setiap penambahan
skor minat belajar akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,058
dengan asumsi faktor lainnya konstan.110
3) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan anugerah pemberian dari Sang
Pencipta, yang mana setiap siswa memiliki kecerdasan yang
berbeda- beda dan tidak hanya memiliki satu kecerdasan saja,
karena pada dasarnya setiap siswa memiliki delapan macam
kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematis, visual-
spisial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musikal, kecerdasan

109 Ahmad Fadillah, “Analisis Minat Belajar dan Bakat Terhadap Hasil Matematika Siswa”
dalam Jurnal MATHLINE (Vol I, No 02, Agustus 2016), 121.
110 Suwarda, Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Sengkawang Kabupaten Wajo (Tesis. UIN
Alaudin Makasar, 2012), 103.

81

naturalis, dan kecerdasan interpersonal serta
intrapersonal.111sehingga siswa memiliki kemampuan yang

bervariasi.

Adanya faktor kecerdasan ini telah dibuktikan hasil penelitian

oleh Huri Suhendri, bahwa terdapat adanya pengaruh positif yang

signifikan kecerdasan matematis-logis terhadap hasil belajar

matematika, melalui nilai koefisien korelasi sederhana yang positif,

uji signifikan korelasi dengan Sig. < 0.05, dan uji koefisien regresi
dengan Sig. < 0.05.112

4) Motivasi

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, menggarahkan dan merdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu.113

Faktor ini telah dibuktikan hasil penilitian oleh Ghulam Hamdu dan

Lisa Gustin terhadap 26 siswa kelas IV SDN Tarumanagara

kecamatan Tawang, Tasikmalaya. Bahwa interprestasi tingkat

reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap
prestasi belajar IPA yakni sebesar 48, 1%.114

2. Faktor berasal luar diri siswa meliputi:

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik.

Dalam lingkungan tersebut, peserta didik berinteraksi dengan

111 Udin S. Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014), 5.3-5.5.
112 Heri Suhendri, “Pengaruh Kecerdasan Matematis–Logis dan Kemandirian Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika”dalam Jurnal Formatif 1(1): 29-39 ISSN: 2088-351X.
38.
113 Rohmanila Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 28.
114 Ghulam Hamdu dan Lisa Agustina, “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Hasil Belajar IPA di Sekolah Dasar” dalam Jurnal Pelitian Pendidikan (Vol XII,
No 01, April 2011), 85.

82

sekitarnya, yang mana dalam lingkungan yang dimaksud ini
dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial meliputi lingkungan masyarakat, teman,

dan keluarganya. Lingkungan yang suasana tenang jauh dari
kebisingan dan jauh dari moral yang buruk serta peran keluarga
sangat mendukung seperti perhatian, segi ekonomi, keharmonisan
dan kasih sayang.

Faktor keharmonisan keluarga sangatlah berpengarung seperti
yang telah dibuktikan dengan penelitian oleh Indrati Endang
Mulyaningsih terhadap siswa SMK Negeri 5 Surakarta, bahwa
adanyafaktor tersebut berpengaruh positif signifikan yang
berdasarkan hasil koefisien determinasi sebesar 0,485.115
2) Lingkungan non-sosial

Kondisi lingkungan hidup siswa yang kondisi alam yang dapat
mempengaruhi hasil belajar seperti suhu udara, kelembaban udara,
cuaca, musim, termasuk di dalamnya kejadian alam yang ada.
Belajar dalam keadaan tersebut akan mempengaruhi dalam hasil
belajar siswa.

b. Intrumental
Setiap sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai, untuk

mengarahkan tujuan diperlukan adanya seperangkat kelengkapan
dalam berbagai bentuk dan jenisnya, yaitu:

115 Indrati Endang Mulyaningsih, “Pengaruh Interaksi Sosial Keluarga, Motivas Belajar,
dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar” dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan (Vol XX, No 04, Desember 2014), 447.

83

1) Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.116
2) Pendidik/ Guru

Kinerja guru sangat mempengaruhi belajar siswa, karna
seberapa besar penyampaian materi yang disampaikan siswa
sangatlah kuat, mulai dari kesiapan guru, metode, strategi
maupun pendekatan yang digunakan guru dalam mendesain
suatu pembelajaran.117
3) Sarana dan Prasarana

Dalam lingkungan pendidikan yang dapat dukungan
lingkungan fisik berupa sarana dan prasarana serta fasilitas yang
ada dimana jenis jumlah dan kualitas akan sangat mendukung
dalam berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.118
Faktor tersebut yang mempengaruhi hasil belajar baik bersifat
internal maupun eksternal, dan mendukung upaya pencapaian
serta peningkatan hasil belajar. Sehingga kegiatan pembelajaran
dapat tercapai dengan dan sesuai yang diharapkan.

116 UU No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 9
117 Sobirin, Kepala Sekolah, Guru dan Pembelajaran (Bandung: Nuansa, 2018), 120.
118 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003), 5.

84

BAB VII

KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU
DALAM PEMBELAJARAN IPA

A. Konsep Pembelajaran Terpadu

Menurut Joni, T. R pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun
kelompok untuk bisa aktif dalam mencari, menggali dan menemukan
suatu konsep dan prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan
otentik. Model pembelajaran terpadu sangatlah efektif jika diterapkan
pada pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan karakteristik dari
pembelajaran terpadu itu sendiri adalah holistik, bermakna, otentik, dan
aktif.119

Menurut Tisno Hadi Subroto dan Ida pembelajaran terpadu
merupakan suatu pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok
bahasan lalu mengaitkannya dengan bahasan lain, suatu konsep dengan
konsep lain, baik dilakukan secara spontan maupun direncanakan baik
dalam satu bidang mata pelajaran atau lebih dengan belajar guna mendapat
pembelajaran bermakna.120

Menurut Saud, dkk menyatakan bahwa pembelajaran terpadu
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya
mengaitkan dan memadukan suatu mata pelajaran atau antar mata
pelajaran dengan semua aspek perkembangan peserta didik.121

119 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori.., 6.
120 Tisno Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, Pembelajaran Terpadu di SD (Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka, 2004), 1.9.
121 U. S Saud, A. Rukmana dan Novi Resmini, Pembelajaran Terpadu (Bandung: UPI
Press,
2006), 5.

85

Menurut Anatri Desstya pembelajaran terpadu merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran guna
memberikan pembelajaran yang bermakna kepada peserta didik, yang
menunjukkan keterkaitan antar unsur-unsur konseptual, baik didalam
maupun antar mata pelajaran. Hal ini mampu memberikan peluang
terjadinya pembelajaran yang bermakna dan efektif.122

Menurut Joni Pembelajaran terpadu merupakan sistem pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok bisa aktif mencari, menggali dan menemukan konsep
keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.123

Menurut Forgaty menyatakan bahwa pembelajaran terpadu
dikatakan sebagai pendekatan belajar yang melibatkan beberapa mata
pelajaran guna memberikan pembelajaran yang bermakna kepada
siswa.124

Dari pendapat-pendapat tadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa
pembelajaran terpadu suatu pembelajaran yang melibatkan beberapa
mata pelajaran dan saling mengaitkannya baik secara spontan maupun
terencana, guna memberikan pembelajaran yang bermakna terhadap
siswa dan menciptakan suatu pembelajaran yang efektif. Pengertian dari
terpadu dalam pembelajaran IPA adalah keterkaitan yang tertuang dalam
Kompetensi Dasar IPA yang dapat menghasilkan suatu tema

122 Anatri Desstya, “Kedudukan dan Aplikasi Sains di Sekolah Dasar” dalam Profesi
Pendidikan Dasar (No. 2, Vol. I Desember 2014), 199.
123 Rusydi Ananda dan Abdillah, Pembelajaran Terpadu Karakteristik, Landasan Fungsi,
Prinsip dan Model (Medan: LPPPI, 2018), 4.
124 Isjoni, Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar
(Bandung: Falah Production, 2007), 133.

86

pembelajaran. Keterpaduan tersebut dimaksudkan guna menciptakan
pembelajaran IPA yang bermakna, efektif dan efisien.125

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai
suatu pendekatan belajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.
Kebermaknaan tersebut diperoleh dari memahami konsep-konsep dalam
pembelajaran tersebut melalui suatu pengalaman langsung yang pernah
mereka hadapi. Pembelajaran terpadu memiliki kecenderungan khusus
pada praktek yang signifikan dengan kebutuhan perkembangan anak.126
Menurut Nur Hidayat kebermaknaan dalam pembelajaran bagi peserta
didik, perlulah ada penyesuaian dengan usia perkembangan dari peserta
didik. Oleh karenanya ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:

1. Materi yang akan diajarkan

2. Cara penerpaduan

3. Penerapan pemaduan

4. Waktu pelaksanaan

5. Unsur pemicu keterpaduan.

B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Belajar merupakan sebuah aktivitas sadar yang dilakukan oleh
seseorang, berkaitan langsung dengan adanya proses transfer

125 Soesy Sri Wulandari, dkk, “Profil Pembelajaran Terpadu Pada Mata Pelajaran
IPA Disekolah Menengah Pertama” dalam Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 7.
126 Uyoh Sadulloh, “Pelatihan Pembelajaran Terpadu Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pembelajaran di Sekolah Dasar” dalam http://jurnal.upi.edu/file/Uyoh_Sadulloh.pdf
diakses 02 Mei 2019.

87

pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.127 Pembelajaran terpadu
sebagai bagian dari suatu kegiatan pembelajaran juga memiliki
karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Berikut adalah karakteristik
pembelajaran terpadu menurut beberapa tokoh.

Menurut Hendrick pembelajaran terpadu atau biasa disebut dengan
pembelajaran tema memiliki karakteristik khas jika dibandingkan dengan
pembelajaran lainnya. Karakteristik dari pembelajaran terpadu adalah
sebagai berikut:128

1. Menyediakan pengalaman langsung tentang objek-objek nyata bagi
anak yang bisa diperoleh dengan semua inderanya, yaitu melihat,
menyentuh, mendengar, meraba dan merasa.

2. Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua
pemikirannya, kegiatan-kegiatan yang dapat menantang anak untuk
mengembangkan semua pemikirannya

3. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan mina peserta didik

4. Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya yang didasarkan pada hal-hal yang telah
diketahuinya.

5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk
mengembangkan semua aspek perkembangan kognitif, sosial,
emosional, fisik afeksi, dan estetis, dan agama

127 Imanuel Sairo Awang, Strategi Pembelajaran Tinjauan Umum Bagi Pendidik (Sintang:
STKIP Persada Khatulistiwa, 2017), 1.
128 Siti Aisyah, dkk, Pembelajaran Terpadu (Tangerang Selatan: Universtas Terbuka,
2014), 25

88

6. Menyediakan kebutuhan yang diperlukan peserta didik untuk
melakukan aktivitas fisik, interaksi sosial, kemandirian, dan
mengembangkan harga diri yang positif

7. Memberikan kesempatan bermain sebagai wahana dalam belajar

8. Menghargai perbedaan individu baik dalam perbedaan latar belakang
budaya dan pengalaman yang dibawa peserta didik dari keluarganya

9. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga peserta
didik.

Sedangkan menurut Depdikbud, pembelajaran terpadu
memiliki beberapa karakteristik yaitu:129

1. Holistik

Karakteristik dari pembelajaran terpadu yang pertama adalah holistik,
yang dapat memungkinkan siswa bisa memahami suatu fenomena dari
segala sisi. Hal ini juga berguna untuk membuat siswa supaya lebih arif
dan bijak dalam menghadapi kejadian yang ada disekitar mereka.

2. Bermakna

Keterkaitan antar konsep-konsep yang dibahas bisa berdampak pada
kebermaknaan materi yang disampaikan. Rujukan dan bukti yang
nyata pada peserta didik serta keterkaitannya dengan konsep-konsep
yang diajarkan terhadap peserta didik akan menambah kebermaknaan
dari kegiatan pembelajaran tersebut.

129 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori.., 15-14.

89

3. Otentik

Dalam pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk bisa
memahami secara langsung prinsip dan konsep yang akan dipelajari
bersama melalui kegiatan belajar secara langsung. Hasil belajar yang
diperoleh oleh siswa bukan hanya dari informasi yang diberikan oleh
guru, melainkan dari kegiatan memahami dari hasil belajarnya sendiri.

4. Aktif

Penerapan pembelajaran terpadu sangat menekankan pada keaktifan
siswa baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosionalnya. Hal
tersebut dilakukan guna mencapai tujuan dari kegiatan belajar tersebut
dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa supaya
bisa termotivasi untuk terus belajar.

Sedangkan menurut Rudy sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu
memiliki memiliki karakteristik tertentu, yaitu:

1. Pembelajaran berpusat pada anak, pembelajaran terpadu memberikan
keluasan kepada siswa baik individu maupun kelompok, sehingga
siswa dapat secara aktif mencari, menggali informasi dan menemukan
konsep sakaligus prinsip-prinsip dari pengetahuan yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan perkembangannya

2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan,
kebermaknaan dalam pembelajaran menjadi tujuan utama dari
pembelajaran terpadu. Keterkaitan antar konsep-konsep antar satu
sama lain dalam setiap mata pelajaran menjadikan pembelajaran lebih
bermakna bagi peserta didik

90

3. Belajar melalui pengalaman langsung, dalam pembelajaran terpadu
peserta didik akan memahami hasil dari belajarnya sesuai dengan
fakta yang mereka hadapi

4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil, dalam pembelajaran
terpadu proses menjadi lebih perhatian khusus, karena pembelajaran
terpadu dikembangkan dengan pendekatan (discovery inquiry)

5. Sarat dengan muatan keterkaitan, pembelajaran terpadu lebih
memusatkan perhatiannya pada pengamatan dan pengkajian suatu
gejala dari beberapa mata pelajaran secara sekaligus.

C. Urgensi Pembelajaran Terpadu

Dalam mencapai suatu tujuan setiap individu pasti memiliki alasan-
alasan tertentu. Utamanya dalam bidang pendidikan yang secara falsafati
memiliki makna seabagai suatu proses yang panjang dan
berkesinambungan guna menjadikan peserta didik menjadi manusia yang
sesuai dengan tujuan penciptaannya, yakni bermanfaat bagi dirinya,
sesama, alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya.

Pembelajaran terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam
kegiatan belajar mengajar yang fokus ingin memberikan pembelajaran
bermakna kepada peserta didik dengan melibatkan beberapa mata
pelajaran.130 Dalam hal ini pembelajaran terpadu sangat memperhatikan
tingkat perkembangan peserta. Oleh karenanya pembelajaran terpadu ini
sangatlah tepat diterapkan pada setiap tingkatan utamanya tingkat SD/MI.

130 Ni Made Sri Mulyani, “Pentingnya Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar” dalam
https://www.researchgate.net/publication/315382699_Pentingnya_Pembelajaran_Terpadu_
D i_Sekolah_Dasar. Diakses 6 Maret 2019

91

Berikut urgensi pembelajaran terpadu pada pendidikan dasar menurut
Trianto:131

1. Dunia anak lebih nyata
2. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep lebih teratur
3. Pembelajaran terpadu lebih bermakna
4. Pembelajaran terpadu memberikan siswa peluang

guna mengembangkan kemampuan dirinya
5. Kemampuan yang diperoleh peserta didik dapat saling

memperkuat antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lain.
6. Waktu yang digunakan menjadi lebih efisien.

D. Landasan Teoritis dan Empiris

Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran
Progresifisme, konstruktivisme, Developmentally Appropriate Practical
(DAP), Landasan Normatif dan Landasan Praktis.132 Dalam pembelajaran
terpadu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensinya secara seimbang, optimal dan terpadu.
Pembelajaran terpadu juga membantu peserta didik untuk mampu
mengembangkan apa yang ia ketahui secara utuh, melalui pengalaman
yang nyata. Dalam pendekatan pembelajaran terpadu mencoba untuk
menjadikan pembelajaran relevan dan bermakna, proses belajar mengajar

131 Citra Dewi, Implementasi Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Ar-Risalah Surakarta (Tesis, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010), 34.
132 Bobbi Deporter, Mark Reardon dan Sarah Singger Nourie, Quantum Teaching
(Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas) (Bandung: Kaifa, 2003), 7.

92


Click to View FlipBook Version