The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku konsep dan implementasi pembelajaran IPA SD/MI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nlutfiyan, 2022-09-15 10:10:48

Konsep dan Implementasi Pembelajaran IPA SD/MI

Buku konsep dan implementasi pembelajaran IPA SD/MI

Keywords: IPA SD/MI,Pembelajaran IPA,PGMI

lebih bersifat informal yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran.133

Aliran progresifisme menyatakan bahwa aliran seharusnya
berlangsung secara alami bukan artifisial (tidak alami).134 Aliran ini

beranggapan bahwa dalam proses belajar peserta didik seharusnya
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang bersifat problem solving.135

Menurut paham aliran konstruktivisme, menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil yang dibentuk sendiri oleh setiap individu

peserta didik yang menggunakan pengalaman langsung peserta didik
sebagai kunci utama untuk mencapai pembelajaran yang bermakna.136 Hal

ini sesuai dengan pengertian teori belajar konstruktivisme yang

menyatakan, bahwa konstruktivisme merupakan filosofi dari

pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan

pengetahuan, kita membangun dan mengkontruksi pemahaman kita
tentang dunia tempat kita hidup.137

Pembelajaran terpadu memperhatikan dan menyesuaikan dengan

tingkat perkembangan peserta didik atau biasa disebut Developmentally

Appropriate Practical (DAP). Dalam hal ini DAP menyatakan bahwa

kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia

peserta didik yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat dan

bakat siswa.

133 Indrawati, Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar Untuk Guru SD (Jakarta:
PPPPTK IPA, 2009), 27.
134 Uum Murfi’ah, “Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar” dalam Jurnal Pesona
Dasar (No. 5, Vol 1 April 2017), 62.
135 Rusydi Ananda dan Abdillah, Pembelajaran Terpadu Karakteristik, Landasan Fungsi,
Prinsip dan Model..., 38.
136 Asep Herry Hernawan, Novi Resmini dan Andayani, Pembelajaran Terpadu di
SD (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016), 1.10.
137 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung:
PT. Rosdakarya, 2014), 105.

93

Dalam pembelajaran terpadu ini juga dilandasi oleh Landasan
Normatif dan Landasan Praktis. Landasan Normatif menghendaki bahwa,
dalam pembelajaran terpadu diterapkan berdasarkan gambaran-gambaran
ideal yang ingin dicapai. Sedangkan dalam Landasan Praktis
mengharapakan pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang kemungkinan
berpengaruh terhadap pelaksanaannya dalam mencapai hasil yang
optimal.138 Hal-hal tersebut dilakukan guna memberikan pembelajaran
yang bermakna kepada peserta didik.

Selaras dengan tujuan dari pembelajaran terpadu, Ausubel
berpandangan melalui teori pembelajaran bermakna, ia menegaskan
bahwa pembelajaran bagi peserta didik akan bermakna apabila apa yang
dipelajarainya berhubungan langsung dengan apa yang pernah ia alami.139

E. Landasan Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu

Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus bisa
mempertimbangkan beberapa faktor-faktor, karena pada dasarnya
pembelajaran merupakan implementasi dari kurikulum. Oleh karenanya
diperlukan landasan-landasan yang kuat untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut. Pembelajaran memiliki posisi yang sangat
strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan utamanya pembelajaran.

Dengan posisi pembelajaran tersebut, maka diperlukan landasan-
landasan yang kokoh dan kuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) landasan berasal dari kata landas yang memiliki arti tumpuan, dan

138 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori.., 21
139 Wachyu Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema (Jakarta: Erlangga, 2014), 9.

94

landasan memiliki arti dasar tumpuan.140 Pada hakikatnya landasan-
landasan adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh seorang pendidik yaitu guru. Landasan tersebut
perlu diperhatikan pada saat merencanakan, melaksanakan, serta pada saat
menilai proses dan hasil pembelajaran. Landasan-landasan yang perlu
dipetimbangkan oleh pendidik pada saat pelaksanaan pembelajaran
terpadu adalah landasan filosofis, psikologis dan praktis.141 Berikut
penjelasan dari masing-masing landasan tersebut:

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis maksudnya adalah pentingnya

keberadaan aspek filsafat dalam kegiatan pembelajaran. Landasan

filsafat ini bahkan menjadi landasan yang paling utama yang

melandasi aspek lain- lainnya. Hal ini sebab, karena berfilsafat

merupakan kegiatan menganalisa secara hati-hati terhadap

penalaran-penalaran terkait suatu masalah dan penyusunan secara

sengaja dan sitematis atas sudut pandang yang menjadi dasar

tindakan.142 Hal-hal yang termasuk dalam landasan filsafat misalkan,

perumusan tujuan/kompetensi dan materi pada pembelajaran terpadu

tersebut.

140 Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 807-808.
141 Asep Herry Hernawan, Novi Resmini dan Andayani, Pembelajaran Terpadu di SD...,

1.9.
142 Louis O Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), 4.

95

2. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan suatu landasan yang erat
kaitannya dengan psikologi perkembangan peserta didik. Psikologi
perkembangan pada dasarnya lebih memfokuskan diri pada faktor-
faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan pada diri
peserta didik. Titik berat yang diberikan oleh para ahli psikologi
perkembangan terletak pada relasi antara kepribadian dan
perkembangan.143 Psikologi perkembangan sangat dibutuhkan
utamanya dalam menentukan materi pembelajaran terpadu yang tepat
kepada siswa dan bagaimana cara penyampaiannya kepada siswa,
agar tingkat pemahamannya sesuai dengan tahap perkembangan
peserta didik.144

3. Landasan Praktis

Landasan praktis merupakan suatu landasan yang berkaitan
dengan kondisi nyata saat pembelajaran, yang mengharapkan bahwa
pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi praktis yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan
pembelajaran supaya mencapai hasil yang optimal.145

Ketiga landasan tersebut sangat dibutuhkan guna mencapai
pembelajaran yang bermakna. Dalam pembelajaran bermakna
mensyaratkan pembelajaran yang tidak sekedar menyampaikan

143 F.J Monks, A. M. P. Knoers dan S. R Haditono, Psikologi Perkembangan Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), 4.
144 Asep Herry Hernawan, Novi Resmini dan Andayani, Pembelajaran..., 1.9.
145 Imron Rossidy, Pendidikan Berparadigma Inklusif (Malang: UIN Malang Press, 2009),
88.

96

pengetahuan faktual dan juga mensyaratkan pertanyaan-pertanyaan
yang bukan hanya menuntut siswa mengingat atau mengetahui
pengetahuan secara faktual saja.146

F. Model-Model Pembelajaran Terpadu

Model pembelajaran merupakan perencanaan yang yang dapat kita
gunakan untuk mendesain perangkat pembelajaran pada kegiatan
pembelajaran didalam kelas.147 Model pembelajaran juga mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang nantinya akan digunakan, yang meliputi
tujuan, tahap-tahap dari pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut
Robin Fogarty mengemukakan bahwa ada sepuluh model dalam
merencanakan pembelajaran terpadu, sepuluh cara tersebut sebagaimana
berikut:148 1) Fragmented; 2) Connected; 3) Nested; 4) Sequenced; 5)
Shared; 6) Webbed; 7) Threaded; 8) Integrated; 9) Immersed; 10)
Networked.

Menurut Feri Tirtoni model pembelajaran terpadu yang tepat
diterapkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut:149

1. Model Jaring Laba-Laba (Webbed)

Model webbed merupakan salah satu model pembelajaran
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik,
dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan menjadi

146 Lorin W anderson dan David R Krathwol, Kerangka Landasan Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 98.
147 Muqoyyanah, A. Rusilowati dan Sulhadi, “Efektivitas dan Efesiensi Model
Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Integrated Dalam Pembelajaran Tema Cahaya” dalam
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (No. 6, Vol. Januari 2010), 44.
148 Asep, dkk, Pembelajaran Terpadu di SD..., 1.21
149 Feri Tirtoni, Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar (Sidoarjo: Umsida Press, 2018),
90-94.

97

subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan
mata pelajaran lain. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari
model pembelajaran jaring laba-laba:

a. Kelebihan dari model pembelajaran terpadu tipe webbed adalah
sebagai berikut:

1) Pemilihan tema sesuai dengan minat sesuai dapat memotivasi
siswa untuk belajar
2) Lebih mudah diterpakan oleh guru yang belum berpengalaman
3) Memudahkan perencanaan kerja sama tim untuk
mengembangkan tema

b. Kekurangan dari model pembelajaran terpadu tipe ini adalah
sebagai berikut:

1) Sulit dalam menyeleksi tema
2) Cenderung merumuskan tema yang dangkal
3) Guru dapat menjaga misi kurikulum
4) Lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep

2. Model Keterhubungan (Connected)

Menurut Feri Tirtoni model keterhubungan merupakan salah
satu model pembelajaran terpadu yang secara sengaja
menghubungkan antar satu konsep dengan konsep yang lain, satu
konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu
keterampilan dengan keterampilan lain hingga tugas dan ide-ide yang
akan dipelajari baik dalam satu semester maupun semester berikutnya
dalam satu mata pelajaran. Sedangkan menurut Yanti, dkk model

98

pembelajaran conected secara nyata mengintegrasikan suatu konsep,
keterampilan atau kemampuan dalam satu pokok bahasan yang
selanjutnya dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan
pada pokok bahasan lain dalam satu bidang studi.150 Berikut adalah
kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran keterhubungan:

a. Kelebihan dari model pembelajaran terpadu keterhubungan
1) Siswa bisa memiliki gambaran yang luas
2) Konsep kunci yang ada dapat dikembagkan siswa secara terus
menerus sehingga terjadi internalisasi
3) Dengan mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran
memungkinkan siswa untuk mengkonseptualisasi dan
memperbaiki ide secara berangsur sehingga siswa mampu
memecakan masalah dengan baik

b. Kelemahan dari model pembelajaran terpadu keterhubungan:

1) Pemetakan berbagai mata pelajaran masih terlihat
2) Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehigga isi

materi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-
konsep serta ide-ide antar bidang studi
3) Dalam usaha memadukan ide-ide pada satu bidang studi dapat
mengabaikan usaha untuk mengembangkan keterhubungan
antar bidang studi.

150 Sitti Rahma Yunus, Husnul Khatimah Hadir, dan Ratnawaty Mamin, “Peningkatan
Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Pembelajaran IPA Terpadu Model Conected” dalam
Jurnal Sainsmat (No. 2, Vol. V September 2016), 185.

99

3. Model Keterpaduan (Integrated)

Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan antar mata pelajaran. Model keterpaduan berusaha
menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas
kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang
saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Hal ini
berbeda dengan model webbed yang menuntut pemilihan tema dan
pengembangannya sebagai langkah awal.

Menurut Halida model dalam keterpaduan ada berbagai prioritas
yang saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin ilmu,
keterampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama.151 Jacobs
mengemukakan pandangannya terkait keterpaduan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:152
a. Bentuk discipline based adalah bentuk keterpaduanyang bertolak

dari mata pelajaran tertentu.
b. Bentuk pararel adalah bentuk yang pembelajaran memadukan

tema-tema yang sama pada beberapa mata pelajaran
c. Bentuk multidisciplinary adalah bentuk pembelajaran yang

menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam sebuah tema
d. Bentuk integrated merupakan bentuk pembelajaran yang

memadukan sebuah konsep dari sejumlah mata pelajaran, yang
meliputi tujuan, isi, keterampilan, aktivitas dan sikap.

151 Halida, “Group Investigation Model (Pembelajaran Terpadu Anak Usia Dini)” dalam
Jurnal Pembelajaran Prospektif (No 2, Vol 1, 2016), 5.
152 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 123.

100

Model keterpaduan ini memiliki kelebihan dan
kelemahan sebagaimana berikut:

a. Kelebihan dari model keterpaduan (integrated)
1) Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitanndan
keterhubungan antar berabagai mata pelajaran
2) Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran
3) Mampu membangun motivasi

b. Kelemahan dari model keterpaduan (integrated)
1) Sangat sulit diterapkan secara penuh
2) Model ini menghendaki guru yang terampil, percaya diri dan
menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sangat
diprioritaskan
3) Model ini menghendaki antar mata pelajaran yang terkadang
sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

4. Model Sarang (Nested)

Menurut Forgaty pembelajaran terpadu model sarang (nested)
merupakan pengintegrasian kurikulum dalam satu disiplin ilmu
secara khusus yang meletakkan fokus pengintegrasian pada
keterampilan belajar yang hendak guru sampaikan kepada siswanya
dalam suatu unit pengetahuan untuk ketercapaian materi.153 Berikut
kelebihan dan kekurangan dari model sarang (nested):

a. Kelebihan dari model sarang (nested) adalah sebagai berikut:
1) Guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus
dalam suatu pembelajaran didalam satu mata pelajaran

153 Robin Forgaty, The Mindful School: How to Integrate the Curricula (Palatine, Illinois:
IRI/Skylight Publishing. Inc, 1991), 23.

101

2) Dapat memberikan perhatian pada berbagai bidang yang
penting dalam satu saat

b. Kekurangan dari model sarang (nested) adalah sebagai berikut:
1) Materi pembelajaran menjadi kabur daat guru kurang siap
dalam persiapan memadukan beberapa keterampilan yang
menjadi target dari kegiatan pembelajaran tersebut.
2) Siswa tidak bisa memahami materi secara spesifik
Menurut Hilda kelebihan dari model pembelajaran sarang adalah

mampu memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan kelemahannya
adalah model ini membuat siswa menjadi bingung dan kehilangan
arah terkait beberapa konsep utama.154
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran yang tepat digunakan di sekolah dasar adalah model jaring
laba-laba, model keterhubungan, model keterpaduan dan model sarang.

154 Halida, “Group Investigation Model (Pembelajaran Terpadu Anak Usia Dini)”..., 5.

102

BAB VIII

KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU
DALAM PEMBELAJARAN IPA

A. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, perantara atau pengantara. Dalam bahasa Arab media
adalah (‫ )و اس لئ‬atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.

Sedangkan menurut gerlach dan Ely mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Sedangkan menurut fleming mengatkan bahwa media yang sering
diganti dengan mediator yaitu penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.155

Seadangkan belajaran sendiri sudah sering di bahas yaitu sebuah
proses perubahan yang terjadi pada kemampuan manusia setelah
belajar secara terus menerus, perubahan tersebut bukan hanya karena
proses pertumbuhan saja.

Sedangkan pengertian media pembelajaran sendiri ialah saran fisik
untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film,
vidio dan sebgainya.

Jadi kesimpulannya media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pengajaran),

155 Ari Widodo dan Sri Wuryastuti, Pendidikan IPA di SD (Bandung: UPI Press, 2007), 6

103

sehingga dapat merangsa perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.156

B. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar, oleh karena itu
harus diperhatikan prinsip – prinsip penggunaanya antara lain:

1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang
sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran dan
bukan hanya sebagai tambahan yang berfungsi sebagai
tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya
dimanfaatkan sewaktu-waktu.

2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber
belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah
yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar.

3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik
dari suatu media pengajaran yang digunakan.

4. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya
pemanfaatkan suatu media pengajaran.

5. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara
sistematis bukan sembarang menggunakannya.

6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari
macam median maka guru dapat memanfaatkan multi media
yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar-

156 Iskandar, “Depdikbud & Dikti” dalam
https://arisbudiutami.blogspot.co.id/2013/05/media- pembelajaran-dan-alat-peraga diakses
pada 27 Februari 2008.

104

mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam
pembelajarannya.157
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan
media pengajaran dalam PBM, yakni :
1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat
dilihat atau didengar.
3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa
belajar.
4. Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu
siswa.
5. Media pengajaran tersebut merupakan perantara
(medium) dalam proses pembelajaran siswa.158
Dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu
melakukan hal-hal berikut, yaitu: memahami karakteristik siswa,
menentukan tujuan pembelajaran, menentukan jembatan atau penghubung
antara pengetahuan, keterampilan, dan prilaku siswa dengan tujuan
yang akan dicapai melalui pembelajaran, menentukan metode dan format
media yang cocok atau tepat, menggunakan media, melibatkan siswa
untuk berpartipasi dalam pembelajaran, dan melakukan evalusai dan
revesi terhadap pembelajaran.
Format media adalah bentuk fisik yang berisi pesan untuk
disampaikan atau ditunjukan, misalnya: berupa clip, slide, audio, film

157 Cecep kustandi, Pengembanagan media pembelajaran (Jakarta: kencana, 2020), 4
158 Arin Tentram Mawati & jamaluddin, Pengembanagan media pembelajaran (Bandung,
Yayasan Kita
Menulis, 2020), 53

105

vidio,atau komputer multimedia, yang dapat bersifat visual tidak bergerak,
visual bergerak, kata-kata yang tercetak, atau kata- kata yang disimpan
secara lisan.

Setiap format memiliki kelebihan dan kekurangannya oleh karna itu,
dalam pemilihan format kita harus memperhatikan:

1. Situasi atau seting pembelajaran (secara kelompok, atau
individu)

2. Variabel siswa (seperti kecenderungan sebagi pembaca,
bukan pembaca)

3. Sifat dari tujuan pembelajaran seperti kognitif, efektif,
psikomotor, atau interpersonal.159

Dalam menyediakan media pembelajaran, guru dapat dihadapkan
pada 3 kondisi yaitu:

1. Memilih dari bahan media yang sesuai, dengan kebutuhan,
dan tujuan dalam pembelajaran yang akan dilalukan.

2. Memilih bahan media yang kurang sesuai dengan tujuan
sehingga perlu dimodifikasi.

3. Merencang media baru.160
Untuk menggunakan media pembelajaran seorang guru haruslah
memperhatikan:

1. Memahami media yang akan digunakan dan dengan
menyajikan dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin
tentang media yang akan digunakan.

2. Menyiapkan media dan mencobanya sebelum digunakan
di depan kelas.

159 Ibid,.54
160 Bakhtiar Satria Adhitiya, Pengembangan Media Pembelajaran, (Jakarta: Bumi aksara,
2016), 16

106

3. Mengatur fasilitas dan lingkungan yang terkait dengan
penggunaan media, seperti tempat duduk, ventilasi,
penerangan, susunan dan kondisi kelas.

4. Menyampaikan siswa, misalnya dengan menyampaikan
garis besar materi pelajaran, latar belakangnya, keuntungan
mempelajarinya, atau penekanan terhadap hal-hal penting.

5. Menyedikan pengalaman belaja bagi para siswa.161
Dari segi teori belajar, berbagi kondisi dan prinsip-prinsip psikologi
yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan
media adalah sebagai berikut:

1. Motivasi

2. Perbedaan individual

3. Tujuan pembelajaran

4. Organisasi isi

5. Persiapan sebelum belajar

6. Emosi

7. Partisipasi umpan balik

8. Penguatan (reinforcement)

9. Latihan dan pengulangan
10. Penerapan.162

161 Usep Kustiawan, Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini (Malang:
Gunung Samudra, 2016), 8
162 Zainal Arifin, Pengembangan Media Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2010), 19

107

C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada banyak jenis media pembelajaran antara lain:
1. Media visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat,

seperti foto, gambar, poster, kartun, grafik dll.
2. Media audio: media yang hanya dapat didengar saja, seperti

halnya kaset, audio, mp3, radio.
3. Media audio visual: media yang dapat didengar sekaligus

dilihat, seperti : flim bersuara, vidio, televise, sound slide.
4. Multimedia: media yang dapat menyajikan unsur media

secara lengkap, seperti : animasi. Multimedia sering
diindentikan dengan
5. komputer, internet dan pembelajaran berbasis computer.
6. Media realiti : yaitu media nyata yang ada di lingkungan alam,
baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan,
seperti : bintang, spesimen, herbarium dll.163

Media yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD
biasanya menggunakan media seperti berikut:

1. Media kongkrit atau nyata

Dengan penggunaan benda konkrit siswa dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA karena siswa
tidak hanya belajar produk IPA saja akan tetapi juga
memperoleh pengetahuan IPA melalui keterampilan

163 M. Fadlilah, Pengembanagan Media Pembelajaran (Jokyakarta: Media, 2009), 9

108

proses, contohnya benda gas, rangkaian listrik, penda
padat, pesawat sederhana, dll.

2. Lingkungan alam

Lingkungan alam sangat cocok untuk dijadikan
tempat rekreasi maupun sebagai tempat untuk
mengamati objek yang akan dipelajari berada atau
hidup dalam lingkungan alam tersebut. Contohnya,
siswa mengamati bagian-bagaian tumbuhan air.

3. KIT IPA

KIT IPA adalah alat bantu belajar IPA yang sering
ditemui di laboraturium yang terdapat dalam peti, dan
dapat digunakan oleh guru untuk didemonstrasikan
atau dikerjakan oleh siswa-siswa. Jika siswa akan
melakukan pengujingan-pengunjingan maka siswa
tersebut biasanya menggunkan kit IPA untuk
mempermudah pengujian tersebut. Contohnya gelas
labu, tabung reaksi, corong, tetes obat dan lain-lain.

4. Chart, slide flim dan film.

Adalah alat guru dalam mempelajari pelajaran tentang
benda atau makhluk hidup yang jauh dari lingkungan
siswa, sehingga siswa mudah dalam mempelajar
makhluk hidup tersebut. Film dapat membantu siswa
untuk mengetahui ekosistem yangada di dunia yang

109

letaknya jauh dari lingkungan siswa. Contohnya adalah
flim-film.164

5. Flim animasi

Adalah alat bantu visualisasi tentang konsep-konsep
tersebut guna mempermudah siswa dalam
mempelajarinya. Alat bantu ini jika yang dipelajari sulit
diamati dengan penglihatan dan objek yang diteliti
sangat kecil. Contohnya adalah film animasi tentang
peredaran darah, proses pencernaan makan, proses
pembuatan energi, proses pembuatan DNA, dll.

6. Model

Model adalah gambaran yang berupa bentuk asli yang
berupa benda tiga dimensi yang dapat dioperasikan
oleh siswa agar mengetahui cara kerjanya dan
mempermudah dalam memahami pembelajaran.
Contohnya: model dari alat pernafasan manusia

7. Torso

Torso adalah model yang tidak asli berupa potongan
tubuh manusia yang digunakan untuk memper mudah
siswa dalam mempelajari anatomi tubuh manusi. Torso
ini terbuat dari bahan selain logam yang tidak
berbahaya bagi siswa dalam penggunaanya.

164 Mansur, Pengembangan Media Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 11

110

8. Globe

Adalah bola dunia, globe ini merupakan bentuk bumi
yang diperkecil dan digunakan untuk membantu siswa
dalam mempelajari ilmu pengetahuan bumi dan
antariksa (IPBA). Selain itu globe memiliki
manfaat yang lain seperti siswa mengerti posisi dan
kesatuan politik, perbedaan ras dan budaya antara
bangsa benua dan pulau. Selain itu global untuk
merangsang minat siswa untuk mengetahui tentang
penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis terhadap
manusia.

9. Infokus dan reflector

Peralatan ini sering digunakan guru untuk
membesarkan gambar dari benda transparant atau buku
dan menjadi kamera yang dapat menggambarkan
suaasana dalam kelas.165

10. komputer

komputer adalah alat elektronik yang saling
berhubungan, komputer ini dapat digunakan untuk
membantu siswa mencari informasi dari internt. Selain
internet, komputer dapat digunakan untuk mencari
bahan serta informasi tentang sains dari seluruh dunia.
Komputer juga dapt mempermudah siswa dalam
mempelajari pembelajaran IPA dan lian sebagainya.

165 Ibid., 12

111

11. mikroskop dan kaca pembesar

Adalah alat yang digunakan untuk mempermudah
mengamati objek- objek yang sulit diamati oleh mata
telanjang. Mikroskop biasanya untuk melihat sel-sel
tumbuhan maupun hewan. Sedangkan pada kaca
pembesar, kaca tersebut untuk melihat benda-benda
yang kurang jelas jika dilihat dengan mata telanjang
seperti spora.166

D. Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran

Dalam sebuah proses belajar mengajar, ada dua unsur yang
sangat penting yaitu adalah metode mengajardan media pembelajaran.
Keduanya ini saling berkaitan. Penggunaan satu metode pembelajaran
terntu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai,
meskipun masih ada beberapa aspek lainya yang harus diperhatikan
dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan
respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung,
dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun
demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media
pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata
dan diciptakan oleh guru.167

Menurut hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media
pengajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

166 Ibid., 12
167 Sanjanya, Pengembangan Media Pembelajaran ( Jakarta: Gaung Prasda Press, 2007), 8

112

membangkit motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Secara umumnya, manfaat dari media dalam proses
pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa
sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara
lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci.168

Seperti beberapa manfaat media dalam pembelajaran antra lain:

1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
3. Efisien dalam waktu dan tenaga
4. Meningkatkan kualitas hasil belajar
5. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana

saja dan kapan saja.
6. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap

materi dan proses belajar
7. Merubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.169

E. Fungsi Media Pembelajaran

Istilah media asal mulanya dikenal sebagai alat peraga,
kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pendengar
atau pandang). Setah itu dikenal sebagai materi belajar, dan kini dikenal
dengan media pendidikan atau media pembelajaran.170

Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi
yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak

168 Nur aisya, Pengembangan Media Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2008), 12
169 Nur Cahyani, Pengembangan Media Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 5
170 Saswanti, Pengembanagan Media Pembelajaran (Jakarta : cahaya, 2009), 3

113

atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga
pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih
sistematisdan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar
dapat meniapkan instruksi yang efektif.

Disamping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi
kebutuhan per individu siswa.171

171 Ibid,. 5

114

BAB IX

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
DALAM PELAJARAN IPA

A. Pengertian kompetensi Inti dan kompetensi dasar

1. Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah kualitas yang harus dimiliki peserta
didik yang diperoleh melalui pembelajaran yang diorganisasikan dalam
proses pembelajaran aktif. Kompetensi inti merupakan istilah yang
dipakai dalam kurikulum 2013 yang kedudukanya sama dengan standar
kompetensi yang digunakan pada kurikulum terdahulu yaitu KTSP.

Kompetensi inti menjadi kompetensi-kompetensi yang harus
dihasilkan menjadi saling berkaitan antara satu sama lain
menjalin hubungan guna mencapai hasil yang diinginkan. Kompetensi
inti merupakan istilah yang digunakan dalam kurikulum 2013 yang
merupakan perubahan dari standar kompetensi sebagai istilah yang
dipakai dalam KTSP. Kompetensi inti merupakan kerangka yang
menjadi gambaran dan penjelasan dasar pengembangan program
pembelajaran yang terstruktur. Gambaran mengenai kompetensi
utama dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan,dan
ketrampilan yang harus dicapai oleh peserta didik.172

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau
operasionalisasi standar kompetensi lulusan (SKL) dalam bentuk
kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan

172 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), 42.

115

pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu. Bisa diartikan sebagai gambaran mengenai kompetensi utama
yang dikelompokkan dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
atau yang sering disebut afektif, kognitif, dan psikomotor yang harus
peserta didik pelajari dibangku pendidikan sekolah.

Dalam setiap kompetensi inti yang dipelajari oleh peserta didik
memiliki gambaran yang memuat semua aspek pengetahuan yang
harus dimiliki dan dikuasai oleh peserta didik seperti, aspek kognitif
dalam bentuk pemahaman terhadap terhadap informasi yang
diterima, afektif dalam bentuk sikap yang bertujuan agar peserta
didik memiliki rasa tanggung jawab terhadap sikap yang lebih baik,
dan aspek psikomotor yang terarah kepada ketrampilan agar peserta
didik mampu menyalurkan berbagai kreativitas untuk mencipatakan
suatu hal yang baru.173

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan horisontal
kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar mempunyai arti
keterkaitan antara konten kompetensi dasar dari suatu kelas ke jenjang
kelas berikutnya sehingga dapat berkesinambungan dengan yang
dipelajari siswa. Sedangkan organisasi horisontal kompetensi dasar
artinya keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran
dan mata pelajaran lain yang berbeda sehingga dapat memperkuat
materi satu dengan yang lain.

173 E Mulyasa, Pengembangan dan Implemen Kurikulum 2013 ( Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2014), 174.

116

Kompetensi dirancang dalam empat kelompok yang saling
terkait, yaitu:

a. Kompetensi Inti 1, berkaitan dengan sikap spiritual
b. Kompetensi Inti 2, berkaitan dengan sikap sosial
c. Kompetensi Inti 3, berkaitan dengan pengetahuan
d. Kompetensi Inti 4, berkaitan dengan ketrampilan

Berdasarkan keempat kelompok tersebut menjadi acuan dari
kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa
pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan
spiritual dan sikap sosial diterapkan secara tidak langsung (indirect
teaching) ketika peserta didik belajar tentang KI yang berkaitan dengan
pengetahuan KI 4 yang berkaitan dengan ketrampilan.174

2. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar (KD) merupakan kompetensi setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti.
Kompetensi dasar berisi sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Didalam
setiap rumusan kompetensi dasar, terdapat unsur kemampuan berpikir
yang dinyatakan dalam kata kerja dan materi.

Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri
atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada

174 Ahmad Nursobah, Perencanaan Pembelajaran ( Kadur Pamekasan: Duta Creative,
2017), 23.

117

kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik, kompetensi
tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Berdasarkan pemaparan Soekoer (1994) untuk mengkaji
kompetensi dasar pelajaran sebagaimana tercantum pada pada isi
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan atau
tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan
yang ada di standar isi.

b. Keterkaitan antara Standar Kompetensi dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran.

c. Keterkaitan antara Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar
antar mata pelajaran.

Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang
operasional ataupun yang tidak operasional, karena setiap kata kerja
tindakan yang berada pada kelompok pemahaman dan juga
pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan kompetensi
dasar. Sehingga langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar
oleh Soekoer (1994) adalah sebagai berikut:

a. Menjabarkan Kompetensi dasar yang dimaksud
b. Tulislah rumusan kompetensi dasarnya
c. Mengkaji KD tersebut untuk mengidentifikasi indikatornya dan

rumuskan indikatornya yang dianggap relevan tanpa memikirkan
urutanya terlebih dahulu.
d. Kajilah semua indikator tersebut setelah mempersentasikan KD
nya

118

e. Lakukanlah analisis untuk menemukan indikator-indikator lain
yang kemungkinan belum teridentifikasi.

f. Tambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang
sudah teridentifikasi.

g. Mengubah rumusan yang kurang tepat dengan lebih akurat dan
pertimbangkan urutanya.175

Menurut suparman (2005) Perumusan kompetensi dasar
memiliki prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
merumuskanya, antara lain:

a. Meluas, artinya peserta didik memperoleh kesempatan yang luas
untuk mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai yang berkaitan pada saat
pembelajaran berlangsung.

b. Seimbang, artinya dimana setiap peserta, kompetensi perlu dapat
dicapai melalui alokasi waktu yang cukup untuk pembelajaran
berlangsung.

c. Relevan, artinya dimana setiap kompetensi terkait dengan
penyiapan peserta didik untuk meningkatkan mutu kehidupan
melalui kesempatan pengalaman.

d. Perbedaan, artinya upaya pengalaman individual dimana peserta
didik perlu memahami apa yang perlu untuk dipelajari, bagaimana
berpikir, bagaimana berbuat untuk mengembangkan kompetensi
serta kebutuhan individu masing-masing.

175 Soekkoer, Perumusan Tujuan Belajar ( Jakarta : Rajawali Pres, 1994 ), 35.

119

Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan
KD yang baik adalah sebagai berikut:

a. Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu
kepada perubahan tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa
sebagai peserta didik.

b. Rumusan KD harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu
tingkah laku yang dapat diamati dan diukur yang dirumuskan
dengan menggunakan kata-kata operasional.

c. Rumusan KD harus berisikan makna dari pokok bahasan atau
materi pokok yang akan diajarkan pada saat kegiatan belajar
mengajar.176

B. KI dan KD pembelajaran IPA di SD/MI

1. Kelas IV

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI

1 menerima, 1.1D. bAeSrtAamRbah keimananya

menjalankan, dan dengan menyadari hubungan

menghargai ajaran keteraturan dan komplesitas

agama yang dianutnya alam dan jagad raya terhadap

kebesaran tuhan yang

menciptakanya, serta

mewujudkanya dalam

pengamalan ajaran agama

yang dianutnya.

176 Asih Sugiarti, Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Inti (KI) dan Indikator
(“makalah”. UIN Walisongo Semarang, 2015)

120

2. Menunjukkan 2.1. Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, prilaku ilmiah (memiliki rasa
tanggung jawab, santun, ingin tahu, obyektif, jujur, teliti,
perduli, dan percaya diri cermat, tekun, hati-hati,
dalam berinteraksi bertanggung jawab, terbuka,
dengan keluarga, teman, dan peduli lingkungan) dalam
guru, dan tetangganya. aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap
dalam melakukan inkuiri
ilmiah dan berdiskusi

2.2. Menghargai kerja individu
dan kelompok dalam aktivitas
sehari- hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan
penelaahan fenomena alam
secara mandiri maupun
berkelompok.

121

3. Memahami 3.1 Menjelaskan bentuk luar

pengetahuan factual tubuh hewan dan tumbuhan

dengan cara mengamati beserta fungsinya

dan mananya 3.2 Mendeskripsikan daur hidup
beberapa jenis makhluk hidup
berdasarkan rasa ingin

tahu tentang dirinya,

makhluk ciptaan tuhan 3.3 Memahami hubungan antara

dan kegiatanya, dan gaya, gerak dan energi melalui

benda-benda yang pengamatan, serta

dijumpaianya di mendedkripsikan

rumah, di sekolah pemanfaatanya dalam

dan di tempat bermain. kehidupan sehari-hari

3.4 Membedakan berbagai bentuk

energi melalui pengamatan dan

mendeskripsikan

pemanfaatanya dalam

kehidupan sehari-hari

3.5 Memahami sifat-sifat bunyi
melalui pengamatan dan
keterkaitanya dengan indera
pendengaran

3.6 Memahami sifat-sifat cahaya
melalui pengamatan dan
mendekripsikan
penerapanya dalam kehidupan
sehari-hari

132.72 Mendeskripsikan hubungan
antara sumber daya alam

dengan lingkungan, teknologi,

dan masyarakat

4. Menyajikan 4.1 Menuliskan hasil

pengetahuan faktual pengamatan tentang bentuk

dalam bahasa yang luar (morfologi) tubuh hewan

jelas, sistematis dan dan tumbuhan serta fungsinya

logis, dalam karya 4.2 Menyajikan secara tertulis
hasil pengamatan daur hidup
yang estetis, dalam beberapa jenis makhluk hidup.

gerakan yang 4.3 Menyajikan laporan hasil
percobaan gaya dan gerak
mencerminkan anak menggunakan tabel dan grafik

sehat, dan dalam

tindakan yang

mencerminkan perilaku

anak beriman dan 4.4 Menyajikan hasil percobaan

berakhlak mulia atau observasi tentang bunyi

4.5 Membuat sebuah

karya/model yang

memafaatkan sifat-sifat cahaya

4.6 Menyajikan laporan tentang

sumber daya alam dan

pemanfaatanya oleh

masyarakat

4.7 Menyajikan laporan hasil

pengamatan tentang teknologi

yang digunakan di kehidupan

sehari-hari serta kemudahan

yang diperoleh oleh

masyarakat dengan

123memanfaatkan teknologi
tersebut.177

2. Kelas V Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti
3.1 Menjelaskan alat gerak
3. Memahami
pengetahuan factual dan pada hewan dan manusia
konseptual dengan cara
mengamati, menanya dan serta cara memelihara
mencoba berdasarkan
rasa ingin tahu tentang kesehatan alat gerak
dirinya, makhluk ciptaan
tuhan dan kegiatanya, manusia.
dan benda-benda yang
dijumapainya di rumah, 3.2 Menjelaskan organ
di sekolah dan di tempat
bermain pernafasan dan fungsinya

pada hewan dan manusia,

serta cara memelihara

kesehatan organ pernafasan

manusia

3.3 Menjelaskan organ

pencernaan dan fungsinya

pada hewan dan manusia

serta cara memelihara

kesehatan organ pencernaan

manusia.

3.4 Menjelaskan organ

peredaran darah dan

fungsinya pada hewan dan

manusia serta cara

memlihara kesehatan organ

peredaran darah manusia.

3.5 Menganalisis hubungan

antar komponen ekosistem

124

dan jaring-jaring makanan di

lingkungan sekitar

3.6 Menerapkan konsep

perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari- hari

3.7 Menganalisi pengaruh kalor

terhadap perubahan suhu dan

wujud benda dalam

kehidupan sehari-hari

3.8 Menganalisis siklus air dan

dampaknya pada peristiwa di

bumi serta kelangsungan

makhluk hidup

3.9 Mengelompokkan materi

dalam kehidupan sehari-

hari berdasarkan komponen

penyusunan (zat tunggal

dan campuran)

4. Menyajikan 4.1 Membuat model sederhana

pengetahuan factual dan alat gerak manusia atau

anak sehat, dan dalam hewan

tindakan yang 4.2 Membuat model sederhana

mencerminkan perilaku organ pernafasan manusia

anak beriman dan 4.3 Menyajikan karya tentang

berakhlak mulia konsep organ dan fungsi

pencernaan pada hewan atau

manusia

125

4.4 Menyajikan karya tentang

organ peredaran darah pada

manusia

4.5 Membuat karya tentang

konsep jaring-jaring

makanan dalam suatu

ekosistem

4.6 Melaporkan hasil

pengamatan tentang

perpindahan kalor

4.7 Melaporkan hasil percobaan

pengaruh kalor pada benda

4.8 Membuat karya tentang

skema siklus air berdasarkan

informasi dari berbagai

sumber

4.9 Melaporkan hasil

pengamatan sifat-sifat

campuran dan komponen

penyusunya dalam

kehidupan sehari-hari

126

3. Kelas VI Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2.1 Membandingkan cara

2. Memahami pengetahuan perkembangbiakan tumbuhan dan
factual dan konseptual hewan
dengan cara mengamati, 2.2 Menghubungkan ciri pubertas pada
menanya dan mencoba laki-laki dan perempuan dengan
berdasarkan rasa ingin tahu kesehatan reproduksi.
tentang dirinya, makhluk 2.3 Menganalisis cara makhluk hidup
ciptaan tuhan dan menyesuaikan diri dengan
kegiatanya, dan benda- lingkungan
benda yang dijumpainya 2.4 Mengidentifikasi komponen-
dirumah, disekolah, dan di komponen listrik dan fungsinya
tempat bermain. dalam rangkaian sederhana
2.5 Mengidentifikasi sifat-sifat magnet
dalam kehidupan sehari- hari
2.6 Menjelaskan cara menghasilkan,
menyalurkan, dan menghemat energi
listrik
2.7 Menjelaskan sistem tata surya dan
karakteristik anggota tata surya
2.8 Menjelaskan peristiwa rotasi dan
revolusi bumi serta terjadinya
gerhana bulan dan gerhana
matahari.

127

3. Menyajikan 3.1 Menyajikan karya tentang
perkembangbiakan tumbuhan
pengetahuan factual dan
3.2 Menyajikan karya tentang cara
konseptual dalam bahasa menyikapi ciri-ciri pubertas yang
dialami
yang jelas, sistematis,
3.3 Menyajikan karya tentang cara
logis, dan kritis, dalam makhluk hidup menyesuaikan diri
dengan lingkunganya, sebagai hasil
karya yang estetis, dalam penelusuran berbagai sumber

gerakan yang 3.4 Melakukan percobaan rangkaian
listrik sederhana secara seri dan
mencerminkan anak sehat, parallel

dan dalam tindakan yang 3.5 Membuat laporan hasil percobaan
tentang sifat-sifat magnet dan
mencerminkan perilaku penerapanya dalam kehidupan
sehari-hari
anak beriman dan
3.6 Menyajikan karya tentang berbagai
berakhlak mulia cara melakukan penghematan energi
dan usulan sumber alternatif energi
listrik

3.7 Membuat model sistem tata surya
3.8 Membuat model gerhana bulan

dan gerhana matahari.

128

BAB X

PENGEMBANGAN INDIKATOR DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
IPA

A. Pengertian Indikator

Menurut Mulyasa, Indikator merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon
yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.178 Indikator juga
dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Dalam
panduan pengembangan kurikulum indikator adalah perilaku yang
dapat diukur dan diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian pelajaran.

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur dan sudah mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan
yang dapat diobservasi.179 Menurut Darwin Syah Indikator adalah
karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang
dilakukan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa mereka telah
memiliki kompetensi dasar tertentu.180

178 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya ,2013), 13.
179 Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan pengembangan indikator (Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan, 2010), 3.
180 Darwin Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Gaung Persada
Press, 2007), 21.

129

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Indikator merupakan penanda
pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat
diukur dan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan dapat diobservasi. Indikator
merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran.
Keberadaan indikator akan menjadi acuan terhadap berhasil atau tidak
berhasilnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Dengan itu, guru sangat diharapkan dapat memahami tentang
indikator.

B. Fungsi Indikator

Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD.
Indikator berfungsi sebagai berikut: 181

1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
Indikator harus dirumuskan secara cernat agar dapat memberi
arahan dalam pengembangan materi pembelajaran yang
efektif dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi
dan kebutuhan peserta didik disekolah maupun lingkungan.

2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
Pembelajaran harus didesain secara efektif agar siswa bisa
maksimal dalam mencapai kompetensi. Pengembangam desain
pembelajaran harus sesuai dengan indikator karena, Indikator

181 Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan pengembangan indikator.,4.

130

dapat memberikan gambaran kegiatan yang efektif untuk
mencapai kompetensi.
3. Pendoman dalam mengembangkan bahan ajar
Guru harus mengembangkan bahan ajar agar dapat menunjang
pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar
tersebut harus sesuai dengan panduan yang ada dalam indikator
sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara
maksimal.
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil
belajar
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan,
serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian
memberikan acuan ddalam menentukan bentuk dan jenis
penilaian, serta pengembangan indikator penilaian.
Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada
indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan
tuntutan SK dan KD.

Jadi Perumusan indikator itu perlu karena dengan indikator
guru dapat dengan mudah memahami dengan jelas apa yang
diharapkan dari hasil suatu pembelajaran.182

182 Ibid, 5.

131

C. Cara Mengembangkan Indikator

Dalam mengembangkan indikator ada beberapa langkah yang
harus dilakukan yaitu:

1. Menganalisis tingkat kompetensi dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar.183 Hal ini diperlukan
untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang
dijadikan standar nasional. Tingkat kompetensi dapat dilihat
melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan
KD.

No Klasifikasi Tingkat Kata Kerja Operasional yang
Kompetensi Digunakan

1 Berhubungan Mendeskripsikan (describe)
dengan mencari Menyebutkan kembali (recall)
keterangan (dealing Melengkapi (complete)
with retrieval) Mendaftar (list)
Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)

Menceritakan (recite)
Menamai (named)

183 Abdu Gafur, langkah sistematis penyusunan Indikator dasar kegiatan belajar mengajar
(Solo: Tiga
Serangkai, 1986), 77.

132

2 Memproses Mensintesis (synthesize)
(processing) Mengelompokkan (group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan
(organize)
Meneliti/melakukan
eksperimen (experiment)
Menganalogikan (make
analogies)
Mengurutkan (sequence)
Mengkategorikan (categorize)
Menganalisis (analyze)
Membandingkan (compare)
Mengklasifikasi (classify)
Menghubungkan (relate)
Membedakan (distinguish)
Mengungkapkan sebab (state
causality)

133

3 Menerapkan dan Menerapkan suatu prinsip
mengevaluasi (applying a principle)
Membuat model (model
building)
Mengevaluasi
(evaluating)
Merencanakan
(planning)
Memperhitungkan/meramalkan
kemungkinan (extrapolating)
Memprediksi (predicting)
Menduga/Mengemukakan
pendapat/ mengambil
kesimpulan (inferring)
Meramalkan kejadian
alam/sesuatu (forecasting)
Generalisasi (generalizing)

134

Mempertimbangkan
/memikirkan kemungkinan-
kemungkinan (speculating)
Membayangkan
/mengkhayalkan/
mengimajinasikan
(Imagining)
Merancang (designing)
Menciptakan (creating)
Menduga/membuat
dugaan/kesimpulan awal
(hypothezing)

2. Menganalisis karakteristik Mata pelajaran, peserta didik dan
sekolah

Pengembangan Indikator mempertimbangkan
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah
karena indikator menjadi acuan dalam penilaian sesuai
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik
panilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai
berikut.184

Kelompok Mata Mata Aspek yang Dinilai

Agama PdaenlaAjakrhalnak Mulia PendidPieklaanjaArgaanma Afektif dan Kognitif

Kewarganegaraan dan Pendidikan Afektif dan Kognitif

Kepribadian Kewarganegaraan

184 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum.,139-141.

135

Jasmani Olahraga dan PJOK Psikomotorik,
Kesehatan
Estetika Afektif, dan Kognitif
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Seni Budaya Afektif dan

Matematika, IPA, APsfiekkotmif,oKtoorgiknitif,

IPS Bahasa, dan dan/atau Psikomotorik

TIK. sesuai karakter mata

pelajaran

Pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang
membedakan darimata pelajaran lainnya. Perbedaan ini
menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri
dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis
sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang
dominan pada aspek analisis logis.

Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai
karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan
indikator. Karakteristik matapelajaran dapat dikaji pada
dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK
serta KD masing-masing mata pelajaran.

Pengembangkan indikator memerlukan informasi
karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta
didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya
belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu
mengakomodir keragaman tersebut. Karakteristik sekolah
dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator
karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah

136

kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat
mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah
bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari
SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai
rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah
dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan
dalam mengembangkan indikator.

3. Menganalisis kebutuhan dan potensi

Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan
daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan
pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta
didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan
pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya,
termasuk tingkat potensi yang diraihnya.

Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong
peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang,
sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi
sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum
melalui pengembangan indikator.

4. Merumuskan indikator

Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan
beberapa ketentuan sebagai berikut :

137

a. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya
menjadi tiga indikator.

b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi
yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam
SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat
kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan
melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan peserta didik.

c. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan
susunan kompetensi

d. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua
aspek, yaitu tingkat kompentensi dan materi
pembelajaran.

e. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata
pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional
yang sesuai.

f. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi
beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.

5. Mengembangkan indikator penilaian

Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih
lanjut dari indikator (indikator pencapaian kompetensi).
Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan
pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun
evaluator di sekolah. Dengan demikian indikator penilaian
bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh

138

warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes
dan non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian.

Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih
terukur dibandingkan dengan indikator (indikator
pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian
memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat
dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk
soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau
produk, termasuk penilaian diri.

D. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi
tertentu.185 Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.186

Henry Ellington juga berpendapat bahwa tujuan pembelajaran
adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.187
Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.188

185 Ralph W. Tyler, Basic Principles of Curriculum and Instruction (Chicago : USA The
University Press, 2013), 32.
186 Jerrold Kemp E, Proses Perancangan Pengajaran. ( Bandung :Institut Teknologi
Bandung, 1994), 54
187 Henry Ellington, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 1984), 82.
188 Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta:
PT Bumi Aksara,

139

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran
yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama,
bahwa :

1. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan
perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.

2. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi
yang spesifik.

Menurut Kemp dan David E. Kapel perumusan tujuan
pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini
mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran
seyogyanya dibuat secara tertulis.

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan
manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih
Sukmadinata mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu:189

1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri.

2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan

media pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

2010), 74.
189 Nana Syaodih Sukmadinata, pengembangan Kurikulum (Bandung : PT Remaja
Rosdakaya, 2002), 46.

140

E. Cara Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Dalam perumusan tujuan haruslah memiliki ketentuan sebagai
berikut:

1. Leraner Oriented, yaitu berpatokan kepada perilaku siswa
bukan perilaku guru. Sehingga dalam perumusannya kata-
kata siswa secara eksplisit harus dituliskan. Selain itu
perilaku yang diukur harus mungkin dapat dilakukan siswa
bukan perilaku yang tidak mungkin dilakukan siswa.
Contoh: setelah mendengar penjelasan guru siswa Kelas 2
SD dapat memahami 4 Hewan yang merugikan manusia

2. Operational, yaitu rumusan tujuan harus dibuat secara
spesifik dan operasional sehingga mudah untuk mengukur
tingkat keberhasilannya. Dalam hal ini tidak terlepas dari
penggunaan kata kerja operasional menurut Bloom dan
Anderson. Sebab penggunaan kata yang masih umum
(banyak penafsiran) akan menghasilkan perilaku siswa
yang umum dan demikian sebaiknya penggunaan kata kerja
yang khusus akan menghasilkan perilaku yang khusus pula.
Contoh: Setelah mendengar penjelasan guru siswa Kelas 2
SD dapat memahami 4 Hewan yang merugikan manusia (
kata memahami adalah kata yang bersifat umum karena
masih memerlukan kata kerja operasional lain sebagai
indikator untuk menentukan bahwa siswa memahami,
misalnya menulis 4 hewan tadi atau mengingat 4 hewan
tersebut )

141

3. Formula ABCD (Adience, Behaviour, Conditioning, Degree)
Menurut Baker tujuan pembelajaran yang baik adalah
mengandung unsur Adience, Behaviour, Conditioning,
Degree, biasanya unsur Conditioning (C) berada diawal
kalimat tujuan, baru diikuti unsur yang lain.190 Adapun
penjelasan dari formula ABCD sebagai berikut:

A Audience, artinya sasaran sebagai pembelajar yang
perlu dijelaskan secara spesifik agar jelas untuk siapa
tujuan tersebut diberikan. Misalnya: Siswa kelas V MI,

B kBeelhaasvIiIoMurI,, adalah perilaku spesifik yang
diharapkan dilakukan atau dimunculkan siswa
setelah pembelajaran berlangsung. Behaviour ini
dirumuskan dalam bentuk kata kerja operasional.

Misalnya: Merinci, Membedakan,

Mengidentifikasi, Mengklasifikasikan, dan lainnya.

C Conditioning, yaitu keadaan yang harus dipenuhi atau
dikerjakan siswa pada saat dilakukan pembelajaran.

Misalnya: Dengan cara mengamati, Dengan berdiskusi,
Dengan menyimak penjelasan guru, Dengan membaca
buku sumber, Dengan menggunakan kamus, Dengan
menggunakan internet, dan lainnya.

190 Rudi Susilana.Cepi Riyana, Media Pembelajaran (Bandung :CV Wacana Prima, 2008),
26.

142


Click to View FlipBook Version