BAHAN AJAR
Menulis Ilmiah
BAHASA INDONESIA
Dr. Sobri, M.Pd.
i
Menulis Ilmiah
BAHASA INDONESIA
Penulis : Dr. Sobri, M.Pd
ISBN : 978-623-6497-23-4
Editor : Dema Tesniyadi
Desain Sampul : Tim Desain Media Edukasi
Layout : Pitriyani
Cetakan Pertama, September 2021
vii + 196 hlm. ; 14.8 x 21 cm
Penerbit:
Media Edukasi Indonesia (Anggota IKAPI)
Jalan Lingkar Caringin Cisoka Tangerang
Banten Kode Pos 15730
Email: [email protected]
WhatsApp Only: 087871944890
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun
juga tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii
KATA PENGANTAR
Bahan ajar menulis ilmiah bahasa Indonesia ini
disusun dengan menggunakan pendekatan komunikatif,
artinya lebih menekankan pada kemampuan dalam
menggunakan bahasa dan bukan kemampuan menguasai
unsur-unsur bahasa. Di samping itu, kurikulumKKNI dan
Rencana Pembelajaran Semester (RPS) disusun
berdasarkan pada analisis kebutuhan yang dilanjutkan
dengan penyusunan bahan ajar menulis ilmiah bahasa
Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dosen
dan mahasiswa pada mata kuliah bimbingan penulisan
karya tulis ilmiah bahasa Indonesia dengan mencari model
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Adanya RPS yang
dijadikan sebagai acuan, agar standar kompetensi yang
i
harus dicapai oleh mahasiswa melalui berbagai indikator.
Indikator itu sendiri dimaksudkan sebagai rambu-rambu,
ukuran, dan ciri-ciri yang harus dilakukan, dikerjakan,
dicapai oleh mahasiswa dalam menguasai dan
menggunakan dalam mengembangkan kemampuannya.
Tiap topik dalam bahan ajar menulis ilmiah bahasa
Indonesia dikembangkan dengan lima komponen, yaitu:
1. Capaian pembelajaran
2. Indikator
3. Uraian materi
4. Sumber
5. Latihan dan tugas.
Secara garis besar, isi bahan ajar menulis ilmiah ini
diuraikan dalam tiap topik.
Topik 1, (A). Struktur menulis ilmiah,topik ini
mencakup: (1) judul, (2) kata pengantar, (3) pendahuluan,
(4) perumusan masalah, (5) metode dan hasil pemecahan
masalah, (6) kesimpulan dan saran, (7) daftar pustaka, dan
(8) tata cara pengutipan. (B) Ciri-ciri Bahasa Ilmiah, dan (C)
Manfaat penulisan karya ilmiah
ii
Topik 2, Penalaran ilmiah,topik ini mencakup: (a)
penalaran induktif, (b) penalaran deduktif, dan (c) salah
nalar.
Topik 3, Kalimat,topik ini mencakup: (a) struktur
kalimat, dan (b) Jenis kalimat, yang terdiri atas: (1) jenis
kalimat menurut bentuknya, (2) jenis kalimat menurut
struktur gramatikanya, (3) jenis kalimat menurut bentuk
retorikanya, (4) keefektifan kalimat.
Topik 4, Pengembangan paragraf,topik ini mencakup:
(1) pengertian paragraf, (2) syarat pembentukan paragraf,
(3) ciri-ciri paragraf, (4) kalimat topik, (5) peletakan
kalimat topik, dan (6) unsur-unsur kebahasaan pembangun
paragraf, (7) pola pengembangan paragraf, dan (8)
hubungan logis antar kalimat.
Topik 5, Pemilihan kata (diksi),topik ini mencakup:
(a) pengertian diksi, (b) syarat ketepatan pemilihan kata,
(c) majas (gaya bahasa), dan (d) hal-hal yang harus
dihindari dalam pemilihan kata.
Bahan ajar menulis ilmiah bahasa Indonesia ini telah
disempurnakan berdasarkan hasil perbaikan dengan
teman-teman dosen maupun pakar. Hasil perbaikan
iii
tersebut menjadi masukan dan pertimbangan dalam
penyempurnaan bahan ajar menulis ilmiah bahasa
Indonesia ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih banyak atas dorongan moril bapakFarid Ibnu Wahid,
M.Pd., (Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Untirta). Dr. Dase Erwin Juansah, M.Pd., (Dekan FKIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa).Prof. Dr. Ilzamudin
Ma’mur, M.A. (Guru Besar Tetap UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten), dan kepada semua pihak yang turut
membantu penerbitan modul bahan ajar Menulis Ilmiah.
Semoga bahan ajar menulis ilmiah ini bermanfaat bagi
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan mahasiswa dalam
memahami dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan menulis ilmiah.
Serang, September 2021
Dr. Sobri, M.Pd.
NIDN. 0011046808
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... v
MATERI AJAR 1 STRUKTUR MENULIS ILMIAH................ 1
A. Struktur Penulisan Ilmiah..............................................2
B. Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah ................................................. 29
C. Manfaat Penulisan Karya Ilmiah............................... 40
MATERI AJAR 2 PENALARAN...............................................45
A. Penalaran Induktif ......................................................... 46
B. Penalaran Deduktif ........................................................ 47
C. Salah Nalar ........................................................................ 49
D. Salah Nilai Atas Penyebaban...................................... 51
v
E. Analogi yang Salah ......................................................... 52
F. Penyampingan Masalah ............................................... 53
H. Argumentasi lawan Hominim.................................... 54
I. Himbauan pada Keahlian yang Disangsikan........ 55
J. Non Seguaiter................................................................... 55
MATERI AJAR 3 KALIMAT ....................................................58
A. Struktur Kalimat ............................................................. 59
B. Jenis Kalimat..................................................................... 59
MATERI AJAR 4 PENGEMBANGAN PARAGRAF ..............84
A. Pengertian Paragraf....................................................... 85
B. Syarat Pembentukan Paragraf................................... 87
C. Ciri-ciri Paragraf ............................................................. 88
D. Kalimat Topik................................................................... 89
E. Peletakan Kalimat Topik.............................................. 89
F. Unsur-unsur Kebahasaan Pembangun
Paragraf.............................................................................. 91
G. Pola Pengembangan Paragraf.................................... 93
H. Hubungan Logis Antar Kalimat.............................. 103
MATERI AJAR 5 DIKSI (PILIHAN KATA) ....................... 109
A. Pengertian Diksi........................................................... 110
vi
B. Syarat Ketepatan Pemilihan Kata.......................... 116
C. Majas (Gaya Bahasa) .................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 143
vii
MATERI AJAR 1
STRUKTUR MENULIS ILMIAH
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari topik materi ajar 1 mahasiswa dapat
menggunakan struktur penulisan ilmiah yang digunakan
untuk menulis ilmiah.
INDIKATOR
1. Mampu menjelaskan struktur penulisan ilmiah
2. Mampu menuliskan ciri-ciri penulisan ilmiah, dan
3. Mampu menjelaskan manfaat penulisan karya ilmiah
1
A. Struktur Penulisan Ilmiah
Struktur penulisan ilmiah yang dimaksud dalam
materi ajar ini, terbagi ke dalam: bagian awal, yang terdiri
atas: (a) Judul; (b) kata pengantar; (c) daftar isi; (d) daftar
tabel (jika ada); dan daftar gambar (jika ada). Selanjutnya,
bagian inti, yang terdiri atas: (a) pendahuluan; (b)
perumusan masalah; (c) metode dan hasil pemecahan
masalah; (d) kesimpulan dan saran. Serta bagian akhir,
yang terdiri atas: (a) daftar pustaka; dan (b) lampiran-
lampiran.
Berkaitan dengan tujuan penulisan ilmiah yang telah
dipaparkan, maka pada lampiran dituliskan: (a) nama
lengkap; (b) pendidikan; (c) riwayat mengajar; (d) karya-
karya ilmiah yang pernah ditulis; (e) pertemuan-
pertemuan ilmiah yang pernah diikuti; dan (f) penghargaan
ilmiah yang telah diperoleh. Tetapi, dalam materi ajar
struktur penulisan ilmiah ini hanya sampai pada bentuk
proposal penelitian untuk skripsi, yang meliputi bab 1
sampai dengan bab 3 dan daftar pustaka.
2
1. Judul
Judul sebuah karya ilmiah hendaknya singkat,
namun dapat menggambarkan secara keseluruhan isi karya
ilmiah tersebut. Disarankan agar panjang judul tidak
lebih dari 14 patah kata atau paling banyak terdiri atas 90
ketukan mesin tik. Oleh karena itu, dalam pemilihan judul
hendaknya dipilih kata dan istilah yang padat makna, tidak
mengandung kata klise (misalnya, penelitian mengenai,
gagasan mengenai, dan penelaahan terhadap), dan
seyogyanya tidak memgandung singkatan atau akronim
(kecuali singkatan atau akronim itu telah dikenal baik oleh
banyak orang). Judul sebaiknya juga tidak dimulai dengan
kata kerja.
2. Pengantar
Pengantar sering disebut kata pengantar, namun
pada penulisan ilmiah ini dipilih istilah pengantar untuk
memberi makna bahwa pada bagian ini tidak hanya terdiri
dari sebuah kata. Pengantar memuat hal-hal yang dianggap
penting untuk disampaikan, misalnya ucapan syukur,
tujuan penulisan, isi singkat karya ilmiah, dan harapan-
harapan. Agar para pembaca mempunyai gambaran-
3
gambaran tertentu tentang hasil penelitian yang
dilakukannya.
Dalam era sekarang ini ketika kesalingterkaitan
disiplin menjadi pola umum pendekatan, sering kali terjadi
bahwa suatu kegiatan (misalnya penelitian) tidak mungkin
dilaksanakan tanpa bantuan pihak lain. Oleh karena itu,
pada pengantar perlu dicantumkan ucapan terima kasih
atas segala bentuk bantuan yang memungkinkan
terlaksananya suatu kegiatan. Namun, pihak yang diberi
ucapan terima kasih hendaknya dibatasi hanya orang atau
badan yang secara nyata memberikan pertolongan atau
kontribusi yang berarti.
3. Pendahuluan
Pendahuluan umumnya memuat dua hal pokok,
yaitu: (1) latar belakang masalah, dan (2) pentingnya
masalah tersebut dicarikan pemecahannya.
Pada dasarnya, masalah atau permasalahan ada
kalau terjadi kesenjangan antara das sollen dan das Sein,
ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang
ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa
yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan sejenis
4
dengan itu. Oleh karena itu, penyelesaian permasalahan
pada dasarnya adalah suatu usaha untuk menutup atau
setidak-tidaknya dapat memperkecil kesenjangan itu.
Karena masalah yang diungkap dalam suatu tulisan
diharapkan marupakan masalah yang riil terjadi, maka
akan lebih baik kalau dalam bagian ini dikutipkan data-data
(atau fakta-fakta riil) yang merupakan pemicu adanya
masalah tersebut. Misalnya, seorang penulis yang akan
membicarakan mengenai rendahnya mutu pengajaran
bahasa Indonesia di sekolah, seyogyanya menampilkan
bukti-bukti empirik mengenai hal itu. Data tentang raport
yang dikutip dari suatu laporan resmi merupakan salah
satu bukti empirik tadi.
Latar belakang masalah yang diungkapkan (sebagai
prolog suatu tulisan) hendaknya tidak terlalu jauh dari
masalah yang sebenarnya. Tidak selayaknya untuk
membahas masalah rendahnya mutu pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah, dimulai dengan mengemukakan
mukadimah UUD 1945, misalnya sifat tulisan yang lugas,
terus terang, to the point, dan semacamnya menjadi ciri
yang perlu diperhatikan dalam penulisan pendahuluan.
Pendahuluan perlu juga dimuat pentingnya
5
penyelesaian masalah yang dilakukan. Dalam
mengemukakan pentingnya masalah dapat dituliskan letak
masalah yang dibicarakan dalam konteks permasalahan
yang lebih besar. Pengemukaan pentingnya penyelesaian
permasalahan tersebut secara implisit juga memuat
manfaat dari penyelesaian masalah tersebut dan sekaligus
akan menentukan kadar kemanfaatan karya ilmiah itu
sendiri. Manfaat tersebut dapat merupakan manfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
pemecahan masalah pembangunan, atau pengembangan
kelembagaan.
4. Perumusan Masalah
Dalam bagian ini dikemukakan rumusan masalah
yang muncul berkaitan dengan latar belakang masalah yang
ditulis pada pendahuluan. Permasalahan hendaknya
dirumuskan dengan jelas. Biasanya permasalahan
dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, misalnya agar
siswa dapat mengarang dengan baik, metode apakah yang
efektif dalam mengajar bahasa Indonesia?, namun boleh
juga tidak dalam bentuk kalimat tanya.
Untuk memperjelas (atau membatasi)
6
permasalahan, dapat pula diuraikan pendekatan dan
konsep untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan,
definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan
penelitian.
5. Metode dan Hasil Pemecahan Masalah
Jika permasalahan yang dikemukakan telah dicari
jawabanya lewat suatu penelitian, maka judul metode dan
hasil pemecahan masalah yang dipilih. Namun, apabila
pemecahan masalah yang diusulkan baru dalam tahap
teoretik (gagasan-gagasan), maka judul pembahasan
masalah yang dipilih.
a. Metode dan Hasil Pemecahan Masalah
Bila judul ini yang dipilih, maka bagian ini terdiri
dari: (a) metode pemecahan masalah, dan (b) hasil
pemecahan masalah. Pada metode pemecahan masalah
diuraikan: (a) lokasi penelitian, (b) tempat penelitian,
(c) sampel penelitian dan cara pengambilana sampel,
(d) metode pengumpulan data, (e) bahan dan alat yang
dipakai, dan (f) teknik analisis yang dipakai.
Sedangkan, pada hasil pemecahan masalah diuraikan:
(a) data penelitian, (b) hasil analisis, dan (c)
7
pembahasan hasil.
b. Pembahasan Masalah
Bila judul ini yang dipilih, maka pada pembahasan
masalah ini diuraikan tentang gagasan-gagasan yang
diusulkan untuk menyelesaikan permasalahan yang
telah dikemukakan. Gagasan-gagasan yang dituangkan
hendaknya berdasarkan kepada argumentasi-
argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah
satu cara untuk memperlihatkan bahwa tulisan itu
berdasarkan kepada argumentasi yang baik ialah
dengan mengacu kepada buku-buku pustaka atau
jurnal-jurnal ilmiah yang relevan. Disarankan agar
buku-buku atau jurnal yang diacu diterbitkan dalam
kurun waktu kurang dari sepuluh tahun dihitung dari
saat karya ilmiah itu ditulis.
Argumentasi yang berdasarkan kepada
pengalaman seseorang dapat juga dipakai sebagai
landasan, namun disarankan untuk tidak terlalu
mendominasi. Hal ini karena pengalaman seseorang
kadang-kadang masih bersifat subjektif, yang belum
tentu benar untuk orang lain. Apabila argumentasi
8
berdasarkan kepada pengalaman, seyogyanya
ditampilkan bukti-bukti empirik dari pengalaman
tersebut.
6. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini disampaikan kesimpulan dari seluruh
uraian yang telah dikemukakan. Berdasarkan kesimpulan
tersebut dituliskan saran yang perlu dikemukakan oleh
penulis.
Kesimpulan memuat rumusan yang menjawab
permasalahan yang telah dikemukakan, oleh karenanya
kesimpulan tidak perlu terlalu panjang. Kesimpulan
sebaiknya hanya terdiri dari satu atau dua paragraf saja.
Atau, seperti yang banyak dilakukan, butir-butir yang
menjadi kesimpulan suatu tulisan disampaikan dengan
sistem penomoran. Sebaiknya dihindari kesimpulan yang
sudah merupakan pengetahuan umum (sudah diketahui
oleh khalayak).
Saran berisikan harapan penulis mengenai tindakan
apa yang dapat dilakukan berkaitan dengan kesimpulan
yang dikemukakan. Oleh karena itu, saran sebaiknya berisi
rumusan tindakan konkrit. Seperti pada kesimpulan, saran
9
hendaknya tidak menyarankan sesuatu yang sudah
dikerjakan orang atau menyarankan sesuatu yang secara
umum selalu dinasehatkan oleh banyak orang. Saran agar
siswa belajar giat supaya naik kelas merupakan contoh
saran yang tidak perlu ditulis. Kecuali, pada saran perlu
dijelaskan kepada siapa (atau lembaga apa) saran itu
disampaikan.
7. Daftar Pustaka
Ada dua prinsip yang perlu diingat dalam memilih
buku (pustaka), sumber dalam suatu penulisan, yaitu:
relevansi dan kemutakhiran. Prinsip relevansi mempunyai
makna bahwa pustaka sumber yang dipilih adalah yang
benar-benar relevan dengan permasalahan yang diangkat
dalam karya ilmiah. Sedangkan, prinsip kemutakhiran
mengacu kepada pengertian bahwa pustaka sumber yang
digunakan hendaklah yang mutakhir (up to date). Kecuali
pustaka yang berkaitan dengan bidang kesejarahan, pada
umumnya sumber yang telah lama memuat teori-teori atau
konsep-konsep yang sudah tidak berlaku lagi karena
kebenarannya telah dibantah oleh teori atau konsep yang
lebih baru.
10
Ada dua jenis sumber pustaka, yaitu sumber acuan
umum dan sumber acuan khusus, Teori-teori atau konsep-
konsep pada umumnya dapat diketemukan sumber acuan
umum, misalnya dalam buku-buku teks, dan ensiklopedia.
Sedangkan, yang dimaksud dengan sumber acuan khusus
yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, penelitian, tesis,
disertasi, dan semacamya.
Salah satu tolak ukur dari kualitas karya ilmiah
adalah seberapa banyak pustaka acuan yang dipilih
merupakan pustaka yang berkualitas. Oleh karena itu,
akurasi pemilihan pustaka acuan benar-benar diperlukan,
tidak sekedar menulis sederet buku namun jauh
relevansinya dengan permasalahan yang dibahas.
Hanya pustaka (buku-buku atau jurnal-jurnal) yang
benar-benar dipakai untuk menulis karya ilmiah saja yang
dicantumkan pada daftar pustaka. Sesuai dengan prinsip
kemutakhiran, hendaknya daftar pustaka yang dipakai
tidak lebih dari sepuluh tahun umurnya, dihitung dari saat
karya ilmiah disusun. Hendaknya dihindari menuliskan
buku-buku acuan demikian banyak, namun buku-buku
tersebut tidak pernah digunakan, atau bahkan tidak pernah
11
dibaca oleh penyusun karya ilmiah.
Salah satu fungsi pencantuman pustaka dalam suatu
karya ilmiah yaitu agar pembaca dapat mencari sendiri
pustaka sumber tersebut karena mungkin pembaca ingin
membaca secara lengkap pustaka sumber tersebut. Oleh
karena itu, aturan penulisan pustaka wajib diikuti oleh
penulis untuk memungkinkan pembaca mencari pustaka
acuan yang ditulis dalam daftar pustaka.
Daftar pustaka ditulis dengan menggunakan sistem
nama-tahun, yang pada dasarnya ditulis dengan
berdasarkan urutan alfabet nama pengarang, tahun
penerbitan, judul buku, kota penerbit, dan tahun
penerbitan.
Judul buku ditulis dengan huruf tebal atau huruf
miring (jika menggunakan komputer). Gelar kesarjanaan
dan gelar akademik nama pengarang (misalnya: Drs., Dra.,
M.Sc. Dr., PhD, dan Prof) tidak perlu ditulis. Contoh:
Thomson. The Writer Harbrace Handbook: Brief
2nd.ed. Boston: Thomson Place. 2005.
Alek A., dan H. Achmad, H.P. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2010.
12
Jika pada buku tersebut tidak dicantumkan nama
pengarang, maka lembaga yang menerbitkan dapat
dianggap sebagai pengarang. Misalnya seperti berikut:
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman
Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
2005.
Jika pengarangnya tiga orang atau kurang, maka
keseluruhan nama penulis ditulis semuanya. Jika,
pengarangnya terdiri dari empat orang atau lebih, maka
ditulis nama pengarang pertama (utama) disambung
dengan kata dkk. Misalnya pada contoh berikut:
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad, dan Sakura H.
Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1988.
Alwi, Hasan, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa
Indonesia. Cet. Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
2003.
Artikel dari Suatu Jurnal. Jika yang dikutip adalah
sebuah artikel dalam suatu jurnal, prosiding, bulletin, dan
semacamnya, maka ditulis seperti pada contoh berikut ini.
Amiek Sumindriatmi. 1987, April. “Penyuluhan dan
13
Bantuan Hukum bagi Masyarakat”.
Sumbangsih. 8: 29-31.
Pada contoh tersebut, jurnal Sumbangsih yang diacu
mempunyai nomor penerbitan 8 dan diterbitkan pada
bulan April.
Artikel dari Surat Kabar, untuk menuliskan daftar
pustaka yang bersumber dari suatu artikel di surat kabar,
ditulis seperti pada contoh berikut.
Hermawan Kertajaya. 1998, 24 Juli. “Informal
Meeting di Pulau Bundar”. Jawa Pos: 4.
Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Penulisan daftar
pustaka yang bersumber dari makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi, mengacu kepada penulisan pustaka acuan yang
bersumber dari buku. Sebaiknya, untuk makalah, dituliskan
pada forum apa makalah tersebut disampaikan dan kapan
forum tersebut dilaksanakan. Misalnya pada contoh-contoh
berikut ini.
Anton M Moeliono. 1990. Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa: Suatu Ancangan Alternatif.
Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Asim Gunarwan. 1988. Sekolah dan Perencanaan
14
Bahasa di Indonesia. Makalah pada Kongres
Bahasa Indonesia V. Jakarta, 28 Oktober-2
November 1988.
Soecipto, 1991. Keterlibatan Dunia Kedokteran dalam
Pengembangan Ilmu Olahraga di Indonesia.
Makalah. Solo: JPOK FKIP UNS.
Untuk lebih jelasnya teknik penulisan daftar pustaka
dapat dilihat pada tabel di bawah ini, berikut adalah cara
penulisan daftar pustaka dengan format MLA (The Modern
Language Association) dan APA (American Psychological
Association)
15
16 No. Jenis Rujukan Format M
1. Satu Penulis
Emzir. Metodolog
2. Dua Penulis Pendidikan (Ku
Kualitatif). Jaka
3. Tiga Penulis Grafindo Persad
H.P., Achmad
Abdullah. Lingu
(Sebuah Anca
memahami Ilm
Jakarta: FITK Pr
Akhadiah, Sabarti
Arsyad, dan
Ridwan.
Kemampuan
bahasa Indone
Penerbit Erlang
MLA Format APA
gi Penelitian Emzir. (2007) Metodologi
uantitati dan
arta: PT. Raja Penelitian Pendidikan
da, 2007.
(Kuantitati dan Kualitatif).
dan Alek
uistik Umum Jakarta: PT. Raja Grafindo
angan Awal
mu Bahasa). Persada.
ress, 2009.
H.P., Achmad dan Alek
i, Maidar G.
Sakura H. Abdullah. (2009). Linguistik
Pembinaan
Menulis Umum (Sebuah Ancangan
esia. Jakarta: Awal memahami Ilmu
gga, 1989.
Bahasa). Jakarta: FITK
Press.
Akhadiah, Sabarti, Maidar G.
Arsyad, dan Sakura H.
Ridwan. (1989). Pembinaan
Kemampuan Menulis
bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
4. Lebih dari Tiga Alwi, Hasan, el.al.
Penulis Baku Bahasa
Jakarta: Depdik
Atau
Alwi, Hasan, dkk.
Baku Bahasa
Jakarta: Depdik
5. Lebih dari Satu Sugono, Dendy.
Edisi Indonesia denga
Rev. Jakarta: P
2002.
6. Penulis dengan Keraf, Gorys.
beberapa buku Sebuah
MLA : Kemahiran Berb
pencantuman buku Flores: Nusa Ind
17
Tata Bahasa Alwi, Hasan, el.al. (1993) Tata
Indonesia.
Bahasa Baku Bahasa
kbud, 1993.
Indonesia. Jakarta:
Depdikbud.
Tata Bahasa Atau
Indonesia.
Alwi, Hasan, dkk. (1993). Tata
kbud, 1993.
Bahasa Baku Bahasa
Berbahasa
an Benar. Ed. Indonesia. Jakarta:
Puspa Swara,
Depdikbud.
Komposisi:
Pengantar Sugono, Dendy. (2002).
bahasa. Ende
dah, 1997. Berbahasa Indonesia
dengan Benar. Ed. Rev.
Jakarta: Puspa Swara.
Keraf, Gorys. (1982).
Argumentasi dan Narasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
18 didasarkan urutan ---, Argumentasi
tahun terbit. Jakarta: Grame
Utama, 1982.
APA: pencantuman
buku didasarkan Atau
abjad judul buku.
Keraf, Gorys. Argu
Narasi. Jakarta
Pustaka Utama,
…, Komposisi:
Pengantar
Berbahasa. En
Nusa Indah, 199
7. Penulis Tidak PPs. Universita
Diketahui/Lembaga Jakarta. Buku
Penulisan T
Disertasi. Jakar
Pascasarjana, 2
dan Narasi. Keraf, Gorys. (1997)
edia Pustaka
Komposisi: Sebuah
Pengantar Kemahiran
Berbahasa. Ende Flores:
Nusa Indah.
umentasi dan
a: Gramedia
, 1982.
: Sebuah PPs. Universitas Negeri
Kemahiran Jakarta. (2012). Buku
Pedoman Penulisan Tesis
nde Flores: dan Disertasi. Jakarta:
97. Program Pascasarjana.
as Negeri
u Pedoman
Tesis dan
rta: Program
2012.
8. Buku Terjemahan Creswell, John W
Design
Approaches. Te
III dan IV KIK
sama deng
Khabibah.
Chryshnanda
Bambang
Jakarta: KIK Pre
Atau
DI, Chryshnan
Bambang Hast
Desain
Pendekatan Ku
Kuantitatif, ter
Cresswell. Jak
Press, 2002.
19
W. Research Creswell, John W. (2002).
Quantitative
Research Design
erj. Angkatan
K-UI bekerja Quantitative Approaches.
gan Nur
Terj. Angkatan III dan IV
Eds.
DI, dan KIK-UI bekerja sama
Hastobroto.
ess, 2002. dengan Nur Khabibah. Eds.
Chryshnanda DI, dan
Bambang Hastobroto.
Jakarta: KIK Press.
Atau
nda, dan Creswell, John W. (2002).
tobroto, Eds.
Research Design
Penelitian,
ualitatif dan Quantitative Approaches.
rj. dari John
karta: KIK (Terj. Angkatan III dan IV
KIK-UI bekerja sama
dengan Nur Khabibah).
Jakarta: KIK Press.
20 9. Buku dengan Ihromi, T.O., pe
Penyunting/Editor Pokok Antropo
Jakarta: PT.
1981.
Atau
10. Serial/Berjilid Ilromi, T.O., ed.
11. Jurnal Antropologi
Jakarta: PT.
1981.
Sadie, Stanley, ed
Grave Dictiona
and Musicians
London: Macmi
Molnar,
“Kemajemukan
Flores: Suatu Pe
eny. Pokok- Ihromi, T.O., (peny). (1981).
ologi Budaya. Pokok-Pokok Antropologi
Budaya. Jakarta: PT.
Gramedia, Gramedia.
Atau
Pokok-Pokok Ilromi, T.O., (ed). (1981).
Budaya.
Pokok-Pokok Antropologi
Gramedia,
Budaya. Jakarta: PT.
d. The New
ary of Music Gramedia.
s. Vol. 15.
illan, 1980. Sadie, Stanley, (ed). (1980).
Andrea. The New Grave Dictionary of
Budaya
endahuluan.” Music and Musicians. Vol.
15. London: Macmillan.
Molnar, Andrea. (1998).
Kemajemukan Budaya
Flores: Suatu Pendahuluan.
Antropologi In
(1998): 13-19.
12. Majalah Syifaa, Ika Nurul. “
Perlukah
Femina. No. 30
2004, 54-55.
13. Surat Kabar “Potret Industri N
Berdaya Dihan
Komponen da
Pasar.” Kompa
1995. 13.
14. Dokumen Biro Pusat Statist
Pemerintah Ongkos Usaha T
Palawija 1990.
1993.
15. Naskah yang Belum Ibrahim, M.D., P. T
Diterbitkan dan Y. Slamek
Network of
21
ndonesia 56 Antropologi Indonesia 56,
13-19.
“Klub Profesi, Syifaa, Ika Nurul. (2004, 22-28
Dimasuki?” Juli). Klub Profesi, Perlukah
Dimasuki?”Femina. No. 30,
0, 22-28 Juli 54-55.
Potret Industri Nasional: Tak
Nasional: Tak Berdaya Dihantam Impor
ntam Impor Komponen dan Disortasi
an Disortasi Pasar. (1995, Desember 23)
as, 23 Des Kompas, 13.
Biro Pusat Statistik. (1993).
tik. Struktur Struktur Ongkos Usaha Tani
Tani Padi dan Padi dan Palawija 1990.
Jakarta: BPS, Jakarta: BPS.
Ibrahim, M.D., P. Tjitropranoto,
Tjitropranoto, dan Y. Slameka. (1993).
ka. “National National Network of
Information
22 Services in In
Design Study.
tidak diterbitka
(Cheryl Glenn, et.al., Writer’s Harbrace Hand
hh.203-239.
ndonesia: A. Information Services in
.” Makalah Indonesia: A. Design Study.
an, 1993. Makalah tidak diterbitkan.
dbook, (Boston:Thomson Wadsworth, 2005),
Selain mengutip sumber-sumber tercetak, sekarang
ini penulis juga dapat mengumpulkan data dan referensi
dari internet atau WWW (World Wide Web, Jaringan Jagad
Jembar). Aturan penulisan referensi sama saja dengan
rujukan buku, hanya tempat, nama, dan tanggal terbitan
ditulis berbeda. Artinya, unsur-unsur itu mengikuti tata
cara penulisan di Internet. Unsur-unsur yang dicantumkan
dalam referensi Internet adalah sebagai berikut:
a) Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama
keluarga;
b) Judul tulisan diletakkan di antara tanda kutip;
c) Judul karya tulis keseluruhan (jika ada) dengan huruf
miring (italics);
d) Data publikasi berisi protokol dan alamat, path, tanggal
pesan, atau waktu akses dilakukan.
Berikut ini contoh pengutipan rujukan dari Internet:
1. Dari WWW (World Wide Web)
Walker, Janice R. “MLA-Style Citations`of Electronic
Sources.” Style Sheet. http://www.cas.usf.edu/english/
walker/mla/html. (10 Feb.1996).
23
2. Dari ratron (Surat Elektronik, e-mail)
Bruckman, Amy S .“MOOSE Crossing Proposal.”
[email protected]. (20 Desember 1994).
3. Dari komunikasi lisan sinkronis (chatting), nama teman
chatting menggantikan nama penulis, jenis komunikasi
(misalnya, wawancara pribadi, alamat ratron (jika ada),
tanggal komunikasi dalam tanda kurung.
Marsha S_Guest. Personal Interview. Telnet
daedalus.com. 7777 (10 Februari 1996).
Format penyusunan daftar pustaka bukan hanya
format MLA dan APA, masih ada format lain, misalnya
format Turabian, format Chicago (The Chicago Manual
Style), format Dugdale. Setiap format harus dipelajari.
Sebaiknya, dipilih salah satu format dan digunakan secara
konsisten dalam daftar pustaka, termasuk format yang
dipakai oleh masing-masing lembaga perguruan tinggi
dengan gaya selingkung bidang.
8. Tata Cara Pengutipan
Dimaksudkan dengan kutipan adalah pendapat
24
orang lain yang diambil (dikutip) dan dimasukkan ke dalam
naskah kita. Kutipan disebut juga sitasi (Citation). Mengutip
harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan
kalimatnya, kata-katanya, ejaan maupun tanda bacanya.
Bahkan juga kesalahan-kesalahan bahasa dan ejaan yang
dibuat pengarang aslinya. Kutipan dilakukan apabila
penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang
mantap.
Penggunaan kutipan memiliki beberapa manfaat,
diantaranya:
1. Untuk menegaskan isi uraian;
2. Untuk membuktikan kebenaran dari sebuah
pernyataan yang dibuat oleh penulis;
3. Untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan
teori yang digunakan penulis;
4. Untuk mengkaji interprestasi penulis terhadap bahan
kutipan yang digunakan;
5. Untuk menunjukkan bagian atau aspek topik yang akan
dibahas, dan
6. Untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan
tulisan orang lain sebagai milik sendiri.
25
Ada beberapa cara mengutip yang dapat diterapkan
secara bervariasi dalam tulisan ilmiah. Jenis kutipan itu
diantaranya yaitu: kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat
dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat
demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan
tidak langsung adalah pinjaman pendapat seorang
pengarang atau tokoh terkenal berupa intisari atau ikhtisar
dari pendapat tersebut.
Adapun prinsip mengutip langsung mencakup:
1. Tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli
yang dikutip;
2. Harus menggunakan tanda [sic!], jika ada kesalahan
dalam teks asli;
3. Menggunakan tiga titik berspasi […], jika ada bagian
dari kutipan yang dihilangkan;
4. Mencantumkan sumber kutipan dengan sistem MLA,
APA, atau sistem yang berlaku sesuai dengan
selingkung bidang.
Ada dua cara melakukan kutipan langsung, yaitu
kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang.
26
Contoh: Kutipan Langsung Pendek (tidak lebih dari tiga
baris)
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantau
dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta
menggunakan perasaan-perasaan itu untuk “memandu
pikiran dan tindakan”.1
___________________
1. Joseph LeDoux, The emotional Brain (New York: Simon &
Schuster, 1996), h. 143.
Contoh: Kutipan Langsung Panjang (lebih dari tiga baris)
Nurgiyantoro mendefiniskan keterampilan berbicara sebagai
berikut:
Keterampilan berbicara merupakan kemampuan yang
bersifat menghasilkan dan menyampaikan gagasan, pikiran,
dan perasaan oleh pihak pembicara (aktif-produktif);
menyampaikan bahasa kepada pihak lain secara lisan; dan
pada saat hampir bersamaan pembicara memberikan
gagasan-gagasan kepada lawan bicara sekaligus mengambil
gagasan dari lawan bicara tersebut.2
___________________
2. Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra (Yogjakarta: BPFE, 1995), h. 273.
27
Tata cara pengutipan dalam teks seperti pada contoh
di atas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
…, seperti diuraikan oleh Nurgiyantoro (1995:273) …,
atau
Nurgiyantoro (1995:273) menyatakan bahwa …
Pada contoh di atas, buku yang diacu adalah
karangan Burhan Nurgiyantoro, tahun penerbitannya
adalah tahun 1995, dan yang diacu terdapat pada halaman
273.
Kutipan tak langsung, untuk dapat melakukan
kutipan jenis ini, pengutip harus memahami intisari dari
bagian yang dikutip secara tidak langsung. Kutipan tidak
langsung dapat dibuat secara panjang maupun pendek
dengan cara sebagai berikut: (1) diintegrasikan dengan
teks, (2) diberi jarak antarbaris yang sama dengan teks, (3)
tidak diapit tanda kutip, dan (4) dicantukan sumber
kutipan dengan sistem MLA, APA, atau selingkung bidang.
28
B. Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia keilmuan merupakan ragam
bahasa Indonesia yang memiliki ciri-ciri kuhusus. Ciri-ciri
khusus itu terdapat pada berbagai aspek, seperti: cendikia,
lugas dan jelas, memiliki gagasan, formal dan objektif, dan
penggunaan istilah teknis. Aspek-aspek tersebut akan
diuraikan berikut ini.
1. Cendikia
Bahasa Indonesia keilmuan bersifat cendikia dengan
pengertian bahwa bahasa Indonesia keilmuan itu mampu
digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis
secara tepat. Bahasa Indonesia yang cendikia itu mampu
membentuk pernyataan yang tepat, seksama, dan abstrak.
Kalimat-kalimatnya mencerminkan ketelitian yang objektif
sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi
logika. Jika, sebuah kalimat digunakan untuk
mengungkapkan dua buah, dan masing-masing gagasan itu
memiliki hungungan kausalitas, dan proposisi berserta
hubungannya itu harus tampil secara jelas dalam kalimat,
sebagaimana pada contoh berikut ini.
(a) Pada era globalisasi itu dikhawatirkan akan terjadi
pengeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
29
terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk
ke Indonesia.
(b) Kemajuan informasi pada era globalisasi itu
dikhawatirkan akan terjadi pengeseran nilai-nilai
moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh
budaya barat yang masuk ke Indonesia yang
dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan moral bangsa Indonesia.
Kadang-kadang perbedaan kecermatan pikiran pada
kedua kalimat begitu sedikit sebagaimana terdapat contoh
di bawah ini.
(a) Pergeseran nilai-nilai budaya bangsa terjadi karena
pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.
(b) Terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya bangsa
disebabkan oleh pengaruh budaya barat yang masuk ke
Indonesia.
(c) Terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya bangsa karena
pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.
Contoh (a), dan (b) mengikuti proposisi. Di samping
mengandung keterangan, kedua kalimat tersebut
30
mengandung pokok dan sebutan. Kalimat (c) tidak
mengikuti proposisi karena tidak mengandung sebutan.
Kalimat (c) itu hanya mengandung pokok dan keterangan.
Di samping itu, terdapat perbedaan gagasan yang
terungkap dengan kalimat (a) dan (b). Perihal pokok yang
terungkap dengan kalimat (a) adalah pergeseran nilai-nilai
budaya bangsa, sedangkan yang terungkap dalam kalimat
(b) adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya bangsa.
Perihal pokok pada kalimat (a) diungkapkan segi
terjadinya, sedangkan pada kalimat (b) diungkapkan dari
segi sebabnya. Segi-segi redaksi pengungkapan yang
mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan itu
merupakan hal yang perlu ada dalam bahasa Indonesia
kelimuan.
2. Lugas dan Jelas
Bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk
menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Hal
ini dapat direalisasikan jika, setiap gagasan diungkapkan
secara langsung. Makna yang diungkapkan dalam bahasa
Indonesia keilmuan adalah makna lugas. Pengungkapan
31
secara kias tidak dibenarkan. Perhatikan contoh kalimat
berikut ini.
(a) Para dosen yang kadangkala kena getahnya oleh ulah
sebagian mahasiswa mempunyai tugas yang tidak
ringan.
(b) Para dosen yang kadang-kadang atau bahkan sering
terkena akibat ulah sebagian mahasiswa mempunyai
tugas yang berat.
Kalimat (a) tidak bermakna logis. Ungkapan kena
getahnya dan tidak ringan merupakan ungkapan yang tidak
mampu mengungkapkan makna secara langsung. Kedua
ungkapan itu masing-masing dapat diganti terkena akibat
dan berat sebagaimana tampak pada kalimat (b) gagasan
telah diungkapkan secara langsung.
Di samping kelugasan, aspek lain yang perlu dimiliki
bahasa Indonesia keilmuan adalah kejelasan. Bahasa
Indonesia keilmuan berfungsi sebagai alat penungkap
gagasan keilmuan secara jelas. Agar gagasan yang
diungkapkan jelas, bahasa yang digunakan juga harus jelas.
Bahasa yang jelas itu hanya membantu penulis untuk
mengungkapkan gagasan-gagasannya secara jelas pula.
32
Karena itu, pembaca akan lebih mudah memahami gagasan
yang jelas daripada memahami gagasan yang tidak jelas.
Dengan kalimat (a) gagasan tidak dapat diungkapkan
secara jelas, sedangkan kalimat (b) gagasan dapat
diungkapkan secara jelas.
(a) Buku itu membicarakan sistem ekonomi negara-negara
yang sedang berkembang.
(b) Yang merasa kehilangan barang harap diambil di
kantor sekretariat.
Gagasan pada kalimat (a) dan (b) tidak terungkap
secara jelas, ketidakjelasan pada kalimat tersebut,
akibatnya satuan-satuan informasi yang terkandung dalam
kalimat juga tidak tertata secara teratur. Ketidaklogisan
terletak pada makna leksikal kata buku yang menduduki
jabatan subjek dalam kalimat aktif. Sesuai dengan
fungsinya, maka kata buku tersebut mempunyai makna
gramatikal yang melakukan pekerjaan (membicarakan).
Padahal buku merupakan suatu benda mati yang tidak
dapat melakukan apa-apa, melainkan suatu benda yang
seharusnya menjadi sasaran dari suatu perkerjaan atau
perbuatan. Seharusnya, kalimat tersebut dapat ubah
menjadi:
33
(1a) Di dalam buku itu, pengarangnya membicarakan
sistem ekonomi negara-negara yang sedang
berkembang.
Atau:
(1b) Pengarang membicarakan sistem ekonomi negara-
negara berkembang dalam buku itu.
Ragam kalimat (b) letak ketidaklogisannya pada
fungsi kelompok kata yang merasa kehilangan barang dan
bentuk kalimatnya, maka kelompok kata tersebut lah yang
dikenai pekerjaan diambil, bukan barangnya yang hilang.
Padahal mereka yang merasa kehilangan barang lah yang
harus mengambil barang itu di sekretariat. Jadi, kalimat
tersebut seharusnya berbunyi:
(2a) Yang merasa kehilangan barang, harap mengambilnya
di kantor sekretariat.
3. Gagasan
Bahasa Indonesia keilmuan digunakan dengan
orientasi gagasan. Hal ini berarti bahwa penjelas diarahkan
pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan, tidak pada
34