Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ajar 4 mahasiswa dapat
menggunakan struktur paragraf yang digunakan untuk
penulisan karya ilmiah.
INDIKATOR
1. Mampu menggunakan bermacam-macam paragraf
dalam menulis.
2. Mampu menggunakan syarat-sayat pembentukan
paragraf denagan kesatuan dan kekoherensian, dan
3. Mampu manyusun struktur pengembangan paragraf
yang baik dalam penulisan karya ilmiah.
A. Pengertian Paragraf
Sebuah paragraf atau alinea adalah sebuah satuan
pikiran yang membahas satu gagasan melalui sebuah
rangkaian kalimat yang saling berhubungan. Gagasan yang
85
terdapat dalam paragraf diuraikan pula oleh uraian-uraian
tambahan untuk memperjelas gagasan utama.
Panjang sebuah paragraf tidak pasti karena panjang
pendeknya sebuah paragraf ditentukan oleh kejelasan dan
ketuntasan uraian yang berhubungan dengan gagasan
utama paragraf.
Contoh (1)
Lukisan yang menggambarkan keindahan pemandangan
yang digantungkan di dinding berwarna putih atau warna
terang, bisa memberikan suasana yang amat teduh. Suasana
seperti itu ditemui di lobi hotel atau restoran. Banyak
dinding hotel dihiasi lukisan yang menggambarkan seni dan
budaya Indonesia.
Manfaat sebuah paragraf pertama-tama adalah
untuk memudahkan orang mengerti dan memahami
sebuah tema. Selain itu, sebuah paragraf bermanfaat untuk
memisahkan sebuah tema dari tema yang lain dan untuk
memberikan penekanan pada satu tema.
Dalam sebuah karya tulis dapat kita bedakan tiga
jenis paragraf, yakni paragraf pembuka, paragraf isi, dan
86
paragraf penutup. Paragraf pembuka adalah paragraf yang
terdapat di awal karya tulis dan merupakan bagian yang
mengantar pokok pikiran yang terdapat dalam karya tulis
tersebut. Paragraf isi merupakan paragraf yang
menguraikan inti permasalahan dalam sebuah karya tulis,
dan paragraf penutup merupakan bagian dari sebuah karya
tulis yang menyimpulkan atau mengakhiri sebuah karya
tulis.
B. Syarat Pembentukan Paragraf
Sebuah paragraf yang baik dan efektif memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Setiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran
atau gagasan utama. Pikiran-pikiran lainnya dalam
sebuah paragraf hanya melengkapi pokok pikiran
utama tadi.
b. Setiap paragraf harus memiliki kesatuan. Maksudnya
dalam sebuah paragraf tidak boleh terdapat
penjelasan-penjelasan yang saling bertentangan.
c. Setiap paragraf harus memiliki koherensi dan
kesinambungan. Agar ada pengembangan yang baik
87
dalam sebuah paragraf harus dipelihara keeratan
hubungan antarkalimat serta tidak terdapat loncatan-
loncatan pikiran yang dapat membingungkan pembaca
atau penyimpangan dari pokok pikiran utama.
C. Ciri-ciri Paragraf
Adapun ciri-ciri paragraf yang baik adalah sebagai
berikut:
a. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi
untuk jenis tulisan ilmiah formal, misalnya: makalah,
proposal penelitian/skripsi, tesis dan disertasi. Tulisan
berbentuk lurus yang tidak bertakuk (block style)
ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi
lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
b. Paragraf menggunakan gagasan utama (pikiran utama)
yang dinyatakan dalam kalimat topik.
c. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik
dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang
berfungsi menjelaskan, menguraikan, menerangkan
pikiran utama yang ada dalam kalimat topik, dan
88
d. Paragraf menggunakan pikiran penjelas yang
dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi
detail kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat-
kalimat topik. Paragraf hanya bersisi satu kalimat topik
dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas
berisi detail yang sangat spesifik, dan tidak mengulang
pikiran penjelas lainnya.
D. Kalimat Topik
Gagasan utama diuraikan dalam sebuah kalimat
yang disebut kalimat topik. Kalimat topik mengungkapkan
maksud pokok uraian paragraf. Kalmat-kalimat lainnya
berfungsi sebagai kalimat penjelas.
E. Peletakan Kalimat Topik
Ada 3 (tiga) macam cara penempatan kalimat topik,
diantaranya sebagai berikut:
a. Kalimat topik di awal paragraf, contoh:
Landasan yang dapat didarati pesawat jet Fokker F28
dan sejenisnya akan ditambah tiga buah lagi pada tahun
89
2004. Dari 55 landasan yang dibina oleh Dirjen
Perhubungan Udara, dewasa ini hanya 23 saja yang
sanggup menampung pesawat Fokker F28. Di antaranya
ialah Lapangan Udara Panasan di Solo, Ahmad Yani di
Semarang, dan Supadio di Pontianak, yang semua
diresmikan awal tahun ini. Sekarang landasan Blang
Bintang di Banda Aceh, Sentasi di Jayapura, dan Penfui
di Kupang sedang diperpanjang dan diperluas. Pada
akhir tahun ini, perbaikan ketiga landasan itu
diharapkan sudah selesai, dan pesawat jet jenis Fokker
F28 dapat mendarat di sana dan memperluas jaringan
lalu-lintas udara di tanah air kita.
b. Kalimat topik di akhir paragraf, contoh:
Setiap malam berpuluh ribu tikus menyerbu desa-desa di
Kecamatan Pagelaran. Segala macam tanaman, hingga
pohon petai cina yang sudah tua, habis digerogoti tikus.
Binatang peliharaan seperti ayam, kambing, dan kerbau
tidak luput dari serangan yang ganas itu. Apalagi bahan
makanan. Memang itu yang dicari. Habis tandas ditelan
tikus. Bahkan penduduk beberapa desa terpaksa
diungsikan karena ketakutan. Sampai sekarang masih
90
ada orang yang tidak mau pulang ke kampung
halamannya. Memang dahsyat sekali serangan hama
tikus yang melanda Pandeglang pada tahun 2010-2012.
c. Kalimat topik di awal dan di akhir paragraf, contoh:
Pemerintah bukannya tidak tahu bahwa rakyat
Indonesia haus akan rumah yang sehat dan kuat.
Kementerian Perumahan Rakyat sudah lama menyelidiki
hal itu. Dicarinya bahan rumah yang kuat dan murah.
Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari batu-batuan
gunung berapi menarik perhatian. Bahan itu tahan api,
tahan air, dan tahan suara. Karena berlimpah-limpah di
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.
harganya dapat ditekan menjadi murah. Lagi pula, perlit
dapat dicetak menurut kemauan kita. Itulah sebabnya
mengapa pemerintah berusaha membayar ratusan ribu
rumah murah yang kuat dan sehat untuk memenuhi
kebutuhan rakyat.
F. Unsur-unsur Kebahasaan Pembangun Paragraf.
91
Unsur-unsur kebahasaan pembangun paragraf,
diantaranya:
1. Penunjukan, yakni penggunaan kata-kata untuk
menunjukkan atau mengacu kata-kata atau suatu acuan
yang sudah disebutkan, misalnya: kata itu, ini, tersebut,
demikian.
2. Penggantian, yakni penanda hubungan kalimat yang
berupa kata-kata yang menggantikan kata-kata yang
lain yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya
dengan kata ganti orang (dia, mereka, dan lain-lain), hal
itu, itulah, itu, ini, sana, sini, situ, begitu, begini.
3. Pelesapan, yakni ada unsur kalimat yang tidak
dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya
dan kehadiran unsur itu dapat diperkirakan atau
dipulihkan.
4. Perangkaian, yakni ada kata-kata yang merangkaikan
kalimat satu dengan yang lainnya dengan: seperti:
sebaliknya, sesudah itu, dengan demikian, oleh karena
itu, walaupun demikian, namun.
92
5. Pengulangan, yakni ada kata-kata yang diulang dengan
tujuan mendapat penekanan atau pementingan, atau
pengulangan bentuk atau imbuhan.
G. Pola Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragraf yang dipakai seorang
penulis untuk mengembangkan tema tulisannya adalah
dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Penambahan
Pola pengembangan paragraf dengan cara
penambahan dilakukan seperti dalam contoh berikut ini.
Persoalannya mereka khawatir setelah renovasi
mereka tidak dapat berdagang di lokasi itu. Di
samping itu, mereka juga mengharapkan dapat
menjadi pelaksana renovasi pasar tersebut.
2. Urutan Waktu dan Peristiwa
Pola pengembangan paragraf dengan cara urutan
peristiwa dan waktu tanpak seperti dalam contoh berikut
ini.
93
Baru-baru ini Dr. Osofsky mengatakan, “Bayi-bayi
yang cerdik itu lebih banyak memandang kepada
ibunya untuk mengatakan sesuatu. Kemudian, sang
Ibu akan tersenyum pada bayinya, mengusap pipinya,
dan dengan cepat mendekapnya.
3. Perlawanan dan Pertentangan
Pola pengembangan paragraf dapat juga dilakukan
dengan cara perlawanan dan pertentngan seperti dalam
contoh berikut ini.
Dr. Monaki menekankan, mereka menghadapi krisis
energi, kekurangan tenaga kerja, miskinya sumber
daya alam, dan pasar dalam negeri yang terbatas.
Walaupun demikian, pengusaha Jepang tidak
menyerah dan mengupayakan semua potensi untuk
bisa bertahan.
4. Peningkatan
Paragraf berikut dikembangkan dengan cara
peningkatan menjadi lebih dari pernyataan sebelumnya.
Jadi jelas, jika data yang diberikan oleh South ini
sahih, penduduk Jakarta sebenarnya sedang
mengalami krisis air minum. Bahkan, majalah itu
94
juga menyebutkan bahwa hanya sepuluh persen saja
penduduk Jakarta yang bisamenikmati air bersih.
Selebihnya bisa jadi menikmati yang sarat dengan
bakteri coli itu.
5. Sebab-akibat
Cara pengembangan paragraf yang paling sering
dilakukan adalah pengembangan dengan menyusun
peristiwa dalam urutan sebab-akibat. Contoh berikut
memperlihatkan hubungan itu.
Menurut pakar pendidikan, dalam keadaan sekarang
jika sekolah hanya boleh dipakai pada pagi hari, akan
banyak anak usia sekolah yang tidak tertampung.
Karena itu, katanya, masalah ini harus dilihat sebagai
masa transisi.
6. Syarat
Paragraf dapat pula dikembangkan dengan
mengemukakan syarat, seperti dalam contoh berikut.
Dengan kekuatan ekonominya saat ini, masyarakat
Amerika menganggap Jepang berusaha
menghancurkan ekonomi mereka. Jika demikian
halnya, benarkan peringatan 55 tahun serangan
95
terhadap Pearl Harbor dilakukan untuk
menggaungkan kembali kesan bahwa Jepang tetap
musuh Amerika yang berbahaya?
7. Cara
Contoh berikut memperlihatkan pengembangan
paragraf yang mengemukakan cara.
Kebanyakan penduduk yakin, Moskow yang berjarak
delapan ribu kilometer dari wilayah itu (Kepulauan
Kuril) telah menyerahkan kepulauan itu kepada
Jepang. Dengan itu, mereka berharap, Jepang akan
membayar beberapa juta yen yang akan sangat
berguna untuk membantu perekonomian Rusia yang
lumpuh ketika itu.
8. Kesimpulan
Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan
mengemukakan seluruh kesimpulan. Contoh.
Hakim dengan menggunakan hukum acara perdata
sebagai “aturan permainan” melalui putusan-
putusannya menciptakan hukum. Dengan demikian,
hakim seperti halnya pembentuk undang-undang
adalah pembentukan hukum juga.
96
9. Kegunaan
Salah satu yang dapat ditempuh untuk
mengembangkan paragraf ialah dengan menyebutkan
kegunaan, seperti dalam contoh berikut ini.
Menurut Syahrir, program pemerataan
pembangunan memang sulit dipacu karena
pemerintah menghadapi persoalan yang cukup berat,
yakni menipisnya anggaran dana pembangunan.
Untuk itu, katanya, sebaiknya kebijakan pemberian
saham 1-5 persen dari BUMN dan swasta kepada
koperasi dialihkan untuk membantu program-
program inpres.
10. Contoh
Untuk mengembangkan sebuah pokok pikiran yang
sulit sebaiknya dipakai cara pengembangan melalui contoh,
seperti terlihat dalam contoh berikut ini.
Saat ini pelbagai upaya pemerataan itu sudah
dilakukan. Misalnya, program-program inpres,
kemitraan usaha antara bapak angkat dan anak
angkat, serta penyebaran proyek pembangunan di
semua daerah. Hal yang lebih baru dan mendasar
adalah pengalihan saham dari perusahaan besar dan
97
sehat kepada koperasi serta penyediaan kredit usaha
kecil oleh perbankan.
11. Perbandingan
Pengembangan paragraf melalui perbandingan
sering dipakai dalam sebuah karya tulis, contoh.
Walaupun jelas berbeda dalam hal panjang, dari segi
bangunnya paragraf dan esai itu sama. Misalnya,
paragraf diawali dengan kalimat topik. Dalam esai,
paragraf pertama merupakan pendahuluan yang
memperkenalkan bahan bahasan dan menetapkan
fokus topik. Begitu pula tubuh esai terdiri atas
rangkaian paragraf yang memperluas dan
menunjang gagasan yang dikemukakan dalam
paragraf pendahuluan. Akhirnya penyudah, baik
berisi penegasan kembali, kesimpulan, ataupun
pengamatan mengakhiri sebuah paragraf. Esai juga
mempunyai sarana yang membawa gagasanya
kepada ketuntasan. Walaupun dalam tulisan modern
yang tercipta terdapat kekecualian atas rampatan di
muka, kebayakan paragraf dan esai paparan
memiliki bangun yang serupa.
12. Ibarat
98
Paragraf dapat pula dikembangkan dengan sebuah
ibarat, seperti dalam contoh berikut ini.
Lelaki tua itu menerangkan sedikit, menurut agama,
setengah permulaan hidup seseorang berupa
pendakian, dan setengah sisanya penurunan. Pada
penurunan, hidup orang tidak lagi menjadi miliknya
karena dapat diambil sewaktu-waktu.
13. Daftar
Yang dimaksud dengan pengembangan paragraf
melalui daftar adalah pengembangan seperti dalam contoh
berikut.
Pola susunan sebab-akibat dipakai dalam tulisan
ilmiah atau keteknikan untuk berbagai keperluan,
antara lain untuk (1) mengemukakan alasan dengan
logis, (2) memberikan suatu proses, (3) menerangkan
mengapa sesuatu terjadi demikian, dan (4)
meramalkan runtutan peristiwa yang akan datang.
14. Definisi
99
Dalam sebuah karya ilmiah seringkali dipakai
pengembangan paragraf dengan definisi seperti dalam
contoh berikut ini.
Pembangunan tidak pernah, dan tidak akan dapat,
didefinisikan dengan memuaskan bagi semua orang.
Secara umum, pembangunan menunjuk kepada
kemajuan yang diinginkan di bidang sosial dan
ekonomi, tetapi manusia selalu berbeda-beda
pendapatnya tentang apa yang diinginkannya. Sudah
tentu pembangunan harus berarti perbaikan hidup,
dan untuk itu pertumbuhan ekonomi dan
industrialisasi sangat menentukan.
15. Pertanyaan
Paragraf dapat dikembangkan pula melalui sebuah
pertanyaan seperti dalam contoh berikut.
Tahun 1961 David McClelland, seorang psikolog
Universitas Harvard,menerbitkan The Achieving
Society, sebuah upaya dengan ambisi yang luar biasa
untuk mengetahui mengapa kebudayaan tertentu
lebih berhasil dari yang lain. Mengapa di kalangan
suku Afrika Barat, kaum Asyani dan Ibo begitu
dominan dalam segi ekonomi? Mengapa begitu
banyak perdagangan di Asia tenggara dikuasai oleh
orang Cina perantau? Mengapa imigran Yahudi di
100
Amerika Serikat maju lebih pesat dari kelompok yang
lain?
16. Gambaran
Variasi pengembangan paragraf dapat dilakukan
dengan sebuah gambaran seperti dalam contoh berikut.
Perikanan menduduki tempat penting dalam
ekosistem dunia, baik dalam bidang ekonomi dunia
maupun makanan manusia, dengan menyumbangkan
23 persen dari seluruh komsumsi protein hewani. Di
beberapa negara berkembang, seperti juga di
beberapa negara industri, ikan merupakan sumber
protein hewani. Industri perikanan dilihat dari segi
ekonomi juga penting. Bank Dunia memperkirakan
bahwa dua belas juta buruh di seluruh dunia hidup
dengan menangkap ikan atau bertani ikan; jutaan
lebih terlibat dalam pengangkutan, pengolahan, dan
pemasaran tangkapan mereka.
17. Perincian
Dalam tulisan ilmiah sering kali dipakai paragraf
dengan perincian seperti terlihat dalam contoh berikut.
101
Di hutan Kalimantan hidup kera tak berekor, yang
jika berdiri tingginya mencapai 1,14 meter dan
disebut orang utan. Hanya anaknya yang mirip
manusia. Dahi orang utan dewasa miring ke
belakang. Di atas matanya yang jeluk terdapat
pinggiran tulang yang menganjur. Hidung pesek,
sementara sekat rongga hidungnya menganjur keluar
cuping hidung. Mulutnya menganjur monyong, dan
bibir tipis dan pendek. Dagu tidak ada; leher pendek
dan memiliki kantung leher. Si Jantan biasanya
berjanggut merah.
18. Penggolongan
Jika dalam sebuah tulisan ada beberapa fenomena
yang harus dikelompokkan maka cara pengembangan
paragraf dengan penggolongan banyak dipakai. Contoh.
Dunia tumbuhan terbagi atas empat divisi yang
besar, yakni tumbuhan daun (talofita), lumut
(briafita), paku-pakuan (pteridofita), dan tumbuhan
bunga (spermatofita). Setiap divisi itu terbagi lagi
atas kelas, kelas atas bangsa, bangsaa tas marga, dan
marga atas jenis. Setiap jenis mempunyai satu
varietas atau lebih.
102
19. Klimaks
Pengembangan paragraf melalui cara klimaks
dilakukan melalui peningkatan kepentingan atau perhatian
terhadap gagasan-gagasan. Gagasan bawahan diurutkan
sedemikian rupa sehingga gagasan yang berikutnya lebih
tinggi daripada gagasan sebelumnya, seperti dalam contoh
berikut.
Segala kungkungan kini tak terasa lagi. Beban telah
terlepas. Keterikatan tak lagi menyiksa. Kita bebas
berbicara. Merdekalah kita sebenar-benarnya
merdeka.
H. Hubungan Logis Antar Kalimat
Hubungan logis dalam paragraf adalah hubungan
dalam rangkaian kalimat-kalimat yang ditata dengan baik
dan masuk akal sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Dalam hubungan logis antarkalimat, pada dasarnya, kata
sambung yang digunakan harus mengacu ke kalimat
terdahulu. Perlu dicatat bahwa tidak semua kata sambung
dalam kalimat dapat digunakan untuk menghubungkan
kalimat-kalimat dalam paragraf. Kata sambung
103
antarkalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan
paragraf yang satu dengan yang lain. Di dalam
penulisannya, kata sambung antarkalimat harus disertai
koma.
Hubungan antarkalimat yang sering dipakai dalam
tulisan adalah sebagai berikut.
a. Hubungan akibat menyatakan akibat. Hubungan
tersebut dimarkahi oleh: akibatnya, walhasil, alhasil,
karena itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu,
sebagai akibatnya.
b. Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan
konsekuensi ditandai oleh kata sambung dengan
demikian, maka.
c. Hubungan sebab ditandai oleh kata sambung
alasannya, sebabnya.
d. Hubungan tujuan ditandai oleh kata sambung untuk itu,
untuk keperluan itu, dan untuk tujuan itu.
e. Hubungan perlawanan/konsesif ditandai kata sambung
meskipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu,
kendati demikian/begitu, bagaimanapun, akan tetapi,
dan namun.
104
f. Hubungan pertentangan/ kebalikan ditandai oleh kata
sambung sebaliknya, sementara itu.
g. Hubungan waktu dapat dibedakan atas:
Hubungan keserempakan yang ditandai oleh kata
sambung sementara itu, dalam pada itu, pada saat
itu, pada saat yang bersamaan, ketika itu.
Hubungan anterioritas yang ditandai oleh kata
sambung sebelumnya, sebelum itu.
Hubungan posteroritas yang ditandai oleh kata
sambung sesudahnya, sesudah itu, setelah itu,
kemudian.
h. Hubungan syarat ditandai oleh kata sambung jika
demikian halnya, kalau begitu.
i. Hubungan urutan ditandai oleh kata sambung
selanjutnya, demikian pula, pertama, … kedua, … ketiga,
… terakhir,…. atau pertama-tama, … kemudian, …
akhirnya,…
j. Hubungan penambahan ditunjukkan oleh kata
sambung selain itu, tambah lagi, lagi pula, di samping
itu.
105
k. Hubungan keinklusifan dan keeksklusifan dinyatakan
oleh kata sambung kecuali itu, tanpa itu, di satu pihak…,
di pihak lain…
l. Hubungan penegasan ditandai oleh kata sambung
malahan, bahkan, memang, apalagi, terlebih lagi,
dangan kata lain, singkatnya, singkat kata.
m. Hubungan penyimpulan ditandai oleh kata sambung
jadi, kesimpulannya, demikianlah maka.
n. Hubungan pembenaran dinyatakan oleh kata sambung
sesuangguhnya, bahwasannya, sebenarnya.
__________________
Sumber:
Effendi, S. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan
Benar. (Jakarta: Pustaka Jaya, 2010), hh. 161-178.
Hasan, Alwi. Paragraf: Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia.
(Jakarta: Depdiknas, 2001), hh. 4-6.
H.P., Achmad. Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta: Universitas
Negeri Islam Syarif Hidayatullah, 2008), h. 42.
106
Keraf, Gorys. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran
Berbahasa (Ende Flores: Nusa Indah, 1989), hh.62-81.
Tarigan, Djago. Membina Keterampilan Menulis Paragraf
dan Pengembangannya. (Bandung: Angkasa, 1981),
hh. 29-34.
Wiyanto, Asul. Terampil Menulis Paragraf. (Jakarta: PT.
Grasindo, 2004), hh.32-40.
Widaghdo, Djoko. Bahasa Indonesia: Pengantar Kemahiran
Berbahasa di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994), hh.83-100.
107
LATIHAN 4:
Isilah pertanyaan di bawah dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan pengertian paragraf dan ciri-ciri paragraf!
2. Sebutkan tiga syarat pembentukan sebuah paragraph
yang baik!
3. Buatlah suatu contoh tulisan dengan menggunakan
paragraf pembuka!
4. Apa sebabnya dalam sebuah paragraf tidak boleh
terdapat beberapa pokok pikiran?
5. Buatlah contoh sebuah paragraf yang mengandung tiga
pokok pikiran, kemudian pisahkan menjadi tiga
paragraf!
Tingkat Penguasaan = Jumlah jawaban yang benarx 100%
5
108
MATERI AJAR 5
DIKSI (PILIHAN KATA)
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ajar 5 mahasiswa dapat
memahami dan menggunakan kriteria pilihan kata meliputi
ketepatan, kecermatan, dan keserasian yang digunakan
untuk menulis karya ilmiah.
INDIKATOR
1. Mampu mengunakan pemilihan kata dalam menulis
ilmiah.
2. Mampu mengembangkan kriteria pemilihan kata dalam
menulis ilmiah.
109
3. Mampu memberikan contoh-contoh penggunaan diksi
dalam menulis ilmiah
A. Pengertian Diksi
Diksi adalah pemilihan dan penggunaan kata atau
pemilihan yang bermakna tepat dan selaras (cocok
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan dan
pokok pembicaraan, peristiwa, dan khayalak atau
pendengar.
Ada dua istilah pengertian diksi yang berkaitan
dengan masalah ini, yaitu pemilihan kata dan pilihan kata.
Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat,
sedangkan pilihan kata adalah hasil dari proses atau
tindakan tersebut. Bandingkan misalnya, dengan istilah
penulisan dan tulisan. Penulisan merupakan proses atau
tindakan menulis, sedangkan tulisan merupakan hasil dari
proses menulis.
Dalam kegiatan berbahasa, pilihan kata merupakan
aspek yang sangat penting karena pilihan kata yang tidak
110
tepat selain dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa
yang digunakan, juga dapat mengganggu kejelasan
informasi dan rusaknya situasi komunikasi juga tidak
jarang disebabkan oleh penggunaan pilihan kata yang tidak
tepat. Pilihan kata yang tepat dan selaras penggunaannya,
baik bahasa tulis maupun bahasa tutur. Ketepatan dan
keselarasan penggunaan kata juga harus memperhatikan
aspek nonkebahasaan yaitu, situasi, pembicaraan pemirsa,
para pembaca maupun para pendengar. Ide atau gagasan
yang baik sekalipun tidak dapat tersampaikan sesuai
dengan sasaran apabila kaidah-kaidah di atas diperhatikan.
Selanjutnya, masalah pemilihan kata hendaknya
benar-benar diperhatikan oleh para pemakai bahasa agar
bahasa yang digunakan menjadi objektif dan mudah
dipahami sebagaimana yang kita maksudkan. Untuk
mengetahui kriteria pemilihan kata, baik lisan maupun
tulisan pemakai bahasa hendaknya dapat memenuhi
kriteria dalam pemilihan kata. Kriteria itu adalah (1)
ketepatan, (2) kecermatan, dan (3) keserasian.
1. Ketepatan
111
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan
kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara
tepat pula oleh pembaca dan pendengarnya. Dengan kata
lain, pilihan kata yang digunakan harus mampu mewakili
gagasan secara tepat dan dapat menimbulkan gagasan yang
sama pada pikiran pembaca dan pendengarnya.
Ketepan pilihan kata semacam itu dapat dicapai jika,
pemakai bahasa mampu memahami perbedaan: (1) kata-
kata yang bermakna denotatif dan konatatif; dan (2) kata-
kata yang bersinonim.
Berikutnya, selain dituntut mampu memahami
perbedaan makna denotasi dan konotasi, pemakai bahasa
juga dituntut mampu memahami perbedaan makna kata-
kata yang bersinonim agar dapat memilih kata secara tepat.
Apabila telah memahami benar perbedaan makna kata
yang bersinonim, pemakaian kata diharapkan dapat
memilih salah satu kata yang bersinonim itu untuk
digunakan dalam konteks yang tepat. Dengan demikian, ia
diharapkan tidak mengalami kesulitan dalam menemukan
kata yang akan digunakan.
112
2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitana
dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar
diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Untuk
itu, pemakai bahasa harus mampu memahami bahasa
secara cermat, kata-kata yang mubazir atau kata-kata yang
kehadirannya dalam konteks tertentu tidak diperlukan.
Dengan memahami kata-kata yang mubazir, pemakai
bahasa dapat menghindarinya dalam pemakaian kata yang
tidak tepat.
Sehubungan dengan masalah tersebut, perlu pula
dipahami adanya beberapa penyebab timbulnya
kemubaziran itu, antara lain: (a) penggunaan makna
jamak/ganda, (b) penggunaan kata yang mempunyai
kemiripan makna atau fungsi secara berganda, dan (c)
konteks kalimatnya.
Berdasarkan beberapa keterangan tersebut,
kecermatan dalam pemilihan kata dapat dicapai jika,
pemakai bahasa mampu memahami makna kata-kata yang
113
bersinonim, kata yang bermakna denotasi dan konotasi,
dan mampu pula memahami kata-kata yang pemakaiannya
mubazir.
3. Keserasian
Keserasian dalam kata berkaitan dengan
kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan
konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian yang dimaksud
dalam hal ini erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan
nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan pemilihan kata, antara lain: (a)
hubungan makna antara yang satu dengan kata yang lain;
dan (b) kelaziman penggunaan kata-kata tertentu.
Hubungan makna antara kata yang satu dengan kata
lain dalam sebuah kalimat, misalnya dapat kita perhatikan
pada penggunaan kata di mana, dan yang mana.
Berdasarkan konteks kalimatnya, penggunaan kata-kata
penanya itu tidaklah tepat karena kata penanya itu
seharusnya digunakan untuk mengungkapkan pertanyaan,
114
sedangkan hubungan makna antarkata dalam kalimat yang
menggunakan kata di mana dan yang mana tidak
memerlukan kehadiran kata penanya. Oleh karena itu,
dalam kalimat berita (bukan kalimat tanya) pemakaian
kata-kata penanya itu hendaknya dihindari.
Selanjutnya, faktor kebahasan yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan kata menyangkut
kelaziman kata-kata yang harus dipilih. Dalam hal ini, yang
dimaksud kata lazim adalah kata yang sudah biasa
digunakan dalam berkomunikaksi, baik lisan maupun
tulisan. Kata yang lazim juga berarti kata yang sudah
dikenal atau diketahui secara umum. Dengan demikian,
penggunaan kata yang lazim dapat memudahkan
pemahaman pembaca terhadap informasi yang
disampaikan. Sebaiknya, penggunaan kata yang
tidak/kurang/belum lazim dapat mengganggu kejelasan
informasi yang disampaikan karena pembaca atau
pendengar belum memahami benar maknanya. Oleh karena
itu, penggunaan kata yang tidak lazim hendaknya dihindari.
Atau jika, kata itu akan digunakan, penggunaannya harus
disertai keterangan penjelas. Jika perlu, keterangan
115
penjelas ini dapat dicantumkan pada cacatan kaki agar
penjelasannya dapat lebih leluasa.
Beberapa faktor nonkebahasaan yang telah di atas,
sebagai bagian dari tradisi yang melingkupi kehidupan
masyarakat, mau tidak mau terpengaruh pula dalam
pemakaian bahasa karena bahasa pada dasarnya juga
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Dengan
demikian, faktor-faktor nonkebahasaan itu baik yang
menyangkut situasi, lawan bicara, maupun sarana
pemakaiannya, harus pula dipertimbangkan dalam
pemilihan kata khususnya dan pengguna bahasa pada
umumnya.
B. Syarat Ketepatan Pemilihan Kata
Kemahiran memilih kata terkait erat dengan
penguasaan kosakata. Seseorang yang menguasai kosakata,
selain mengetahui makna kata, ia juga harus memahami
perubahan makna. Agar dapat menjadi pemilih kata yang
akurat seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan
lagi, diantaranya ada enam syarat yang dianjurkan untuk
melatih ketajaman, yaitu:
116
(1) Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
Contoh:
a. Bungamelati hanya tumbuh di tempat yang tinggi
(gunung)
b. Jika bungabank tinggi, orang enggan mengambil
kredit bank.
(2) Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh:
a. Siapa pengubah peraturan yang memberatkan
pengusaha?
b. Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu
adalah peubah peraturan yang selama ini
memberatkan pengusaha.
Kata-kata lain yang bersinonim, ialah:
Agung, besar, raya.
Mati, wafat, meninggal.
Cahaya, sinar.
Ilmu, pengetahuan.
117
(3) Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip
dalam ejaannya.
Contoh: - insentif
intensif - kartun
karton - koperasi
korporasi - inferensi
interferensi - proposisi
preposisi
(4) Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata
abstrak
Contoh:
Keadilan, kebahagiaan, keluhuran,
Kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan.
(5) Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan
secara tepat.
Contoh:
Pasangan yang salah Pasangan yang benar
antara … dengan … antara … dan …
118
tidak … melainkan … tidak … tetapi …
baik … ataupun … baik … maupun …
bukan … tetapi … bukan … melainkan …
Contoh pemakaian kata penghubung yang salah.
(1) Antara hak dengan kewajiban karyawan haruslah
berimbang.
(2) Korban PHK itu tidak menuntut bonus, melainkan
pesangon.
(3) Baik dosen ataupun mahasiswa ikut
memperjuangkan reformasi.
(4) Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang tidak
suka.
Contoh pemakaian kata penghubung yang benar.
(1.a) Antara hak dan kewajiban karyawan haruslah
berimbang.
(2.a) Korban PHK itu tidak menuntut bonus, tetapi
pesangon.
119
(3.a) Baik dosen maupun mahasiswa ikut
memperjuangkan reformasi
(4.a) Bukan aku yang tidak mau, melainkan dia yang
tidak suka.
(6) Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan
kata-kata yang khusus.
Contoh:
Kata melihat adalah kata umum yang merujuk pada
perihal mengetahui sesuatu melalui indera mata. Kata
melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan
membuka mata serta menunjuk ke objek tertentu,
tetapi juga untuk mengetahui hal yang berkenaan
dengan objek tersebut.
Contoh:
Kata umum: melihat
Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling,
mengintai, mengintip, memandang, menatap,
memperhatikan, mengamati, mengawasi, menonton,
meneropong.
120
Contoh lain:
Perbandingan Kata Indonesia-Inggris dalam Upaya
Mendapatkan Diksi yang Tepat.
Indonesia Inggris
Perencanaan Planning
Rencana Plan
Jadwal Schedule
Program Program
Agenda, acara Agenda
Rancangan, desain Design
Blangko Blank
Nihil Nil, nought
Kosong Empty
Hanpa, vakum vacuum
C. Majas (Gaya Bahasa)
Majas atau gaya bahasa adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat
121
dipakai untuk menyampaikan sesuatu. Ada cara yang
memakai perlambang (majas metafora, personifikasi); ada
cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme,
litotes); dan masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua
itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa atau
retorika untuk menimbulkan kesan tertentu pada mitra
berkomukasi kita.
Ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan
berbahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi
dengan komunikannya, yaitu:
(1) Cara dan media komunikasi: lisan atau tulis, langsung
atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik;
(2) Bidang ilmu: filsafat, sastra, hokum, teknik, kedokteran,
dan lain-lain;
(3) Situasi: resmi, tidak resmi, setengah resmi;
(4) Ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah, pidato;
(5) Khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak,
remaja, orang dewasa); jenis kelamin (laki-laki,
perempuan); tingkat pendidikan (rendah, menengah,
tinggi), status sosial; dan
122
(6) Tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi, humor,
informasi.
Beberapa majas yang terpenting, adalah (1) majas
perbandingan, (2) majas pertentangan, (3) majas pertautan,
untuk lebih jelas dapat lihat di dalam bagan di bawah ini.
Majas
Perbandingan Pertentangan Pertautan
-perumpamaan -hiperbol -metonimi
-kiasan -litotes -sinekdot
-penginsanan -ironi -kilasan
-eufemisme
a. Majas Persamaan atau Simile
123
Majas persamaan atau simile adalah persamaan dua
hal. Kedua hal itu dapat disela oleh kata seperti, ibarat,
atau bagai.
Contoh:
Gadis itu seperti bunga melati di kampung kami.
Ia manis seperti putri dari kayangan.
b. Majas Perumpamaan
Majas hampir sama dengan dengan simile, tetapi
perumpamaan tidak mempunyai unsur yang
disamakan. Apabila rumus simile A = B, rumus
perumpamaan Ø = B.
Contoh:
Bagai air di daun talas.
Seperti bunga kembang petang.
c. Majas Metafora
Metapora adalah majas yang mengimplisitkan
persamaan. Metapora menyatakan sesuatu secara
langsung dua benda yang sama. Kalau simile
124
mengungkapkan: Gadis itu seperti bunga melati,
metafora mengungkapkan dengan cara lain, yaitu: Aku
bertemu dengan bunga melati kampung kami.
Dua hal yang diperbandingkan itu dapat berupa
beririsan sehingga membentuk suatu majas metafora.
Kalau kita mempertentangkan atau menyamakan sifat
raja dengan sifat matahari, kita juga menemukan raja
siang untuk sebutan matahari.
Contoh:
Ia sampah masyarakat
Ia berkenanlan dengan bintang film.
Beberapa kata lain yang termasuk metafora ialah anak
emas, mata jarum, dan sebagainya.
d. Majas Metonimia
Metonimia adalah majas yang berorientasi pada bagian
kecil suatu benda. Metonimia anggota himpunan yang
besar. Melati adalah metonimia bunga; avanza adalah
metonimia mobil, Sampurna adalah metonimia rokok.
125
Untuk menyebutkan sesuatu, cukup disebutkan bagian
metonimianya saja agar makna kalimat itu lebih jelas.
Contoh:
Ia datang dengan Avanza
(maksudnya mobil)
Ia sedang membentul
(maksudnya merokok)
Dia hanya mendapat perak
(maksudnya medali)
e. Majas Personifikasi
Personifikasi adalah majas penginsanan. Majas ini
adalah majas pemanusiaan alam. Alam dianggap
manusia, dapat berbicara, bertindak, dan bergerak
seperti manusia.
Contoh:
Catatan itu dapat memperlihatkan kepada kita tentang
kejamnya tindakan hitler pada masa-masa silam.
126
Pembangunan kini membelah desa dan kota.
f. Majas Litotes
Litotes adalah majas yang merendahkan diri secara
berlebih-lebihan.
Contoh:
Ia berjuang dengan menitikkan darahnya ke persada
tanah tercinta ini.
Engkau menganggap ceritaku hanya angin lalu.
g. Majas Hiperbol
Hiperbol adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu
dengan cara meninggikan hal-hal yang tidak
semestinya.
Contoh:
Harga-harga sekarang mencekik leher.
Ia mengabadikan keluarga itu.
h. Majas ironi
127
Majas yang menyatakan makna yang bertentangan,
dengan maksusd berolok-olok. Maksud itu dapat
dicapai dengan mengemukakan (1) makna yang
berlawanan dengan makna sebenarnya, (2)
ketaksesuaian antara harapan dan kenyataan, dan (3)
ketaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan
kenyataan yang mendasarinya.
Contoh:
Bukan main bersihnya di sini, di mana-mana ada
sampah.
Laporanmu terakhir waktu Lebaran yang lalu, bukan?
Maklum kita sibuk sekali. (atasan yang menantikan
laporan yang tidak kunjung dating).
Sudah pulang engkau, baru pukul dua malam. (ayah
yang dengan kesal menunggu-nunggu anak gadisnya
pulang).
i. Majas Sinekdoke
128
Sinekdoke adalah majas yang menyebut nama bagian
sebagai pengganti nama keeluruhannya, atau
sebaliknya.
Contoh:
Tiga atap (rumah).
Kesebelasan (Jakarta) melawan (kesebelasan) Bandung.
j. Majas Eufemisme
Eufemisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai
pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang
dianggap merugikan, atau tidak menyenangkan.
Contoh:
Meninggal, tunakarya, tinja, Penyesuaian harga,
kemungkinan kekurangan makan, membebastugaskan,
dan lain-lain.
k. Majas Kilasan
Kilasan majas menunjuk secara tidak langsung ke suatu
peristiwa atau tokoh berdasarkan pranggapan adanya
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang
129
dan pembaca dan adanya kemampuan pada pembaca
untuk menangkap pengacuan itu.
Contoh:
Apakah peristiwa G.30 S/PKI akan terjadi lagi? (kilasan
yang mengacu ke pemberontakan kaum komunis).
Tidak usah menjadi Sidik untuk membongkar korupsi
itu. (kilasan yang merujuk ke peristiwa ketika Menteri
PAN menyamar sebagai orang kebanyakan).
D. Hal-hal yang harus dihindari dalam pemilihan kata
Hindari pemakaian kata ambigu.
Contoh:
Istri Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Banten yang baru itu akan meluncurkan buku
berjudul Sehat itu Mahal.
(Catatan: Siapa yang baru? Istri wakil direktur atau
pak wakil direktur yang baru menjabat?).
Hindari pemakaian kata slang
130
Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan
rahasia. Artinya ini digunakan oleh kalangantertentu
yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh
kalangan di luar kelompok itu. Oleh karena itu,
kosakata yang digunakan dalam slang ini selalu
berubah-ubah.
Contoh:
Ada mangsa (bahasa rahasianya penjahat artinya
barang)
Dapat daun (bahasa rahasia pencuri artinya uang)
Hindari pemakaian kata jargon
Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara
terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu.
Ungkapan yang digunakan seringkali tidak dapat
dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat di
luar kelompoknya.
Contoh:
131
Bahasa kelompok montir atau perbengkelan ada
ungkapan-ungkapan seperti: roda gila, didongkrak,
dices, dibalans, dan dipoles.
Bahasa kelompok tukang batu atau bangunan ada
ungkapan, seperti: disipati, diekspos, disiku, dan
ditimbang.
Hindari pemakaian kata kolokial
Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Kolokial berarti bahasa
percakapan, bukan bahasa tulis. Juga tidak tepat
kalau kolokial ini disebut bersifat kampungan atau
bahasa kelas bawah, sebab yang penting adalah
konteks dalam pemakaiannya.
Contoh:
Dok (=dokter)
Prof (=professor)
Let (=letnan)
Ndak ada (=tidak ada)
Trusah (=tidak usah), dan sebagainya.
132
__________________
Sumber:
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa
Indonesia (Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa,
1988), hh. 142-149.
Chaer, Abdul, dan Leone Agustina. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hh.
142-149.
Djajasudarma, T. Fatimah. Semantik 2 Pemahaman
IlmiMakna. (Bandung: PT. Refika Aditama, 1999), hh.
18-22.
Finosa, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. (Jakarta:
Diksi Insan Mulia, 2001), hh. 93-97.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama), hh.
133
LATIHAN 5
I. Pilihan jawaban untuk soal nomor 1-5 memiliki
cakupan makna yang sepadan.
1. Forum komunikasi ilmiah merupakan … perdebatan
para intelektual.
a. arena
b. ajang
c. sarana
d. medan
2. Angkatan udara mengempur … pertahanan musuh
a. basis
b. dasar
c. fondasi
d. alas
3. Sekalipun disiksa, pejuang sejati itu tidak mau …
kepada negerinya.
a. membelot
b. murtad
c. berkhianat
134