The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini menjelaskan perkembangan terbaru dalam media pembelajaran modern, menyajikan metode-metode yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan efektivitas pembelajaran. Dari konsep desain multimedia hingga implementasi teknologi terkini, buku ini menjadi panduan berharga bagi pendidik dan pengembang kurikulum yang ingin memanfaatkan potensi media modern dalam proses pembelajaran.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-06-15 04:20:41

Media Pembelajaran Modern

Buku ini menjelaskan perkembangan terbaru dalam media pembelajaran modern, menyajikan metode-metode yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan efektivitas pembelajaran. Dari konsep desain multimedia hingga implementasi teknologi terkini, buku ini menjadi panduan berharga bagi pendidik dan pengembang kurikulum yang ingin memanfaatkan potensi media modern dalam proses pembelajaran.

Media Pembelajaran Modern 39 antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu control instrument yang berasal dari lingkungan. Beberapa tokoh aliran teori ini adalah: a. Ivan P. Pavlov Teori ini dikembangkan oleh Pavlov (1927) dengan melakukan percobaan kepada anjing. Pada saat seekor anjing diberi makanan dan lampu, anjing mengeluarkan respon berupa keluarnya air liur. Demikian juga dalam pemberian makanan tersebut disertai dengan bel, maka pada saat bel atau lampu yang diberikan, anjing tersebut juga mengeluarkan air liur. Teori Pavlov dikenal dengan respondedconditioning. Menurut Pavlov, pengkondisian yang dilakukan pada anjing tersebut dapat juga berlaku pada manusia. b. Edwin Guthrie Teori conditioning Pavlov kemudia dikembangkan oleh Guthrie (1935-1942). Ia berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dapat diubah, tingkah laku baik dapat menjadi buruk dan sebaliknya. Teori Guthrie berdasarkan atas model penggantian stimulus satu ke stimulus yang lain. Respons atas situasi cenderung diulang, bila mana individu menghadapi situasi yang sama. Inilah yang disebut dengan asosiasi. Guthrie mempercayai bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses belajar, sebab jika diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang. Tiga metode pengubahan tingkah laku itu adalah:


40 Media Pembelajaran Modern 1) Metode respon bertentangan. Contoh, jika anak takut terhadap ayam, maka letakkan permainan anak dekat dengan ayam. Dengan mendekatkan ayam dengan permainan anak, lambat laun anak tidak takut lagi pada kucing, namun kegiatan ini harus dilakukan berulang-ulang. 2) Metode membosankan. Contoh, seorang anak sedang bermain game, minta kepadanya untuk bermain terus sampai bosan; setelah bosan, ia akan berhenti bermain game dengan sendirinya. 3) Metode mengubah lingkungan. Bila anak bosan belajar, ubahlah lingkungan belajarnya dengan suasana lain yang lebih nyaman dan menyenangkan sehingga membuat ia menjadi lebih betah. c. Skinner Skinner mengembangkan teori conditioning dengan menggunakan tikus sebagai percobaan., menurutnya, suatu respon sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Dari hasil percobaannya, Skinner membedakan respon menjadi dua yaitu: (1) respons yang timbul dari stimulus n_ln_hno ^[h (2) ‚ij_l[hn (chmnlog_hn[f) l_mjihm_‛, yang timbul dan berkembang karena diikuti oleh perangsang tertentu. Teori Skinner dikenal dengan ‚ij_l[hn ]ih^cncihcha‛ , dengan enam konsep berikut:


Media Pembelajaran Modern 41 1) Penguatan positif negatif 2) Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang mendekati tingkah laku yang diharapkan. 3) Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, hingga respons pun sesuai dengan diisyaratkan. 4) Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat ditiadakannya penguatan. 5) Chaining of response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain. 6) Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi. Sechh_l m[ha[n g_gj_l][s[c j[^[ ‚j_hao[n h_a[nc`‛ s[ha nc^[e m[g[ ^_ha[h boeog[h. Perbadaanya terletak bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang timbul berbeda dari dari yang diberikan sebelumnya, sedangkan penguat negative (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi kuat. Contohnya, seorang peserta didik perlu dihukum untuk suatu kesalahan yang dibuatnya, jika ia masih bandel, maka hukuman harus ditambah. Tetapi jika peserta didik membuat kesalahan dan dilakukan pengurangan terhadap sesuatu yang mengenakkan baginya (bukan malah ditambah), maka pengurangan ini mendorong peserta didik untuk memperbaiki kesalahannya. Inilah yang disebut deha[h ‚j_hao[n h_a[lc`.‛


42 Media Pembelajaran Modern 2. Teori Belajar Kognitivistik Teori belajar ini lebih menekankan proses daripada hasil. Bagi para penganut aliran kognitif belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Belajar adalah melibatkan proses berpikir yang tidak sederhana. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengna lingkungan. Proses tidak berjalan secara terpisah-pisah, namun melalui proses yang ,mengalir, bersambung dan menyeluruh. Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha tersebut dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktikkan sesuatu untuk mencapai tujuan. Para penganut psikologi ini menyakini bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari pengetahuan baru. Berikut tokoh ahli dalam aliran kognitivisme: a. Robert M. Gagne Gagne memandang bahwa belajar sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Pembelajaran dapat memunculkan peristiwa belajar dan proses kognitif. Peristiwa tersebut antara lain: 1) Membangkitkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik menerima pelajaran.


Media Pembelajaran Modern 43 2) Mengkomunikasikan tujuan belajar agar peserta didik mengetahui apa yang diharapkan dalam pembelajaran. 3) Hafalan konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya merupakan prasyarat. 4) Penyediaan bahan pelajaran. 5) Memberikan petunjuk atau bimbingan belajar. 6) Menghasilkan kinerja bagi peserta didik. 7) Memberikan umpan balik atas kebenaran tugas kinerja (penguatan). 8) Mengevaluasi hasil belajar. 9) Meningkatkan memori dan transfer pengetahun. Teori Gagne tersebut dikenal dengan Sembilan peristiwa pembelajaran (G[ah_’m Nch_ P_^[aiac][f Event Model) yang merupakan peristiwa untuk dirancang oleh pendidik guna memudahkan proses belajar peserta didik (Imani, 2023). b. Jean Piaget Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi adalah penyesuain kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik. Ada empat tahap, pertama tahap sensorimotor (anak usia 1,5–2 tahun),


44 Media Pembelajaran Modern kedua tahap praoperasional (2-8 tahun), ketiga tahap operasional konkret (usia 7/8 tahun – 12/14 tahun). Dan empat tahap operasional formal (14 tahun atau lebih). Proses belajar yang dialami oleh seorang anak berbeda tahap yang satu dengan yang lainnya. Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Karena itu, guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya, serta memberi materi, metode, media pembelajaran yang sesaui dengan tahapn tersebut. 3. Teori Belajar Humanistik Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus berhulu dan berhilir pada manusia. Dari teori-teori belajar yang ada, teori belajar humanistik bisa dikatakan yang paling abstrak, karena mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Teori ini bersifat eklektik, artinya teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Beberapa contoh ahli teori humanistic: a. Carl Rogers Peserta didik yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas, peserta didik diharapkan dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya. Rogers mengemukakan lima hal penting dalam proses belajar humanistik, yaitu: 1) Hasrat untuk belajar 2) Belajar bermakna 3) Belajar tanpa hukuman


Media Pembelajaran Modern 45 4) Belajar dengan inisatif sendiri 5) Belajar dan perubahan. b. Abraham Maslow Teori Maslow yang sangat terkenal adalah teori kebutuhan. Kebutuhan pada diri manusia selalu menuntut pemenuhan, tahapan-tahapan kebutuhan tersebut antara lain: 1) Physiological needs: kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum , pakaian dan tempat tinggal. 2) Safety/Security needs: kebutuhan akan rasa aman secara fisik dan psikis. 3) Social needs: Kebutuhan sosial dibutuhkan manusia agar ia dianggap sebagai warga komunitas masyarakat. 4) Esteem needs: kebutuhan ego termasuk keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise. 5) Self actualization needs: kebutuhan aktualisasi untuk membuktikan dan menunjukkan dirinya kepada orang lain. 4. Teori Belajar Konstruktivistik Teori ini memahami belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh pembelajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Beberapa pemikiran teori belajar konstruktivistik: Driver dan Oldham (1994) mengemukakan ciriciri belajar kontruktivisme, ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:


46 Media Pembelajaran Modern a. Orientasi, yaitu peserta didik diberik kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi. b. Elitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya denegan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. c. Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru. d. Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi. e. Review, yaitu dalam mengapliasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah. Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Teori pembelajaran konstruktivisme berpendapat bahwa orang menghasilkan pengetahuan dan membentuk makna berdasarkan pengalaman mereka. Dalam konstruktivisme, pembelajaran direpresentasikan sebagai proses konstruktif di mana siswa membangun ilustrasi internal pengetahuan, inter-


Media Pembelajaran Modern 47 pretasi pengalaman pribadi. Pengajaran konstruktivisme didasarkan pada pembelajaran yang terjadi melalui keterlibatan aktif siswa dalam konstruksi makna dan pengetahuan. Lev Vygotsky merupakan tokoh dari teori belajar konstruktivistik yang menekankan bahwa manusia secara aktif menyusun pengetahuan dan memiliki fungsi-fungsi mental serta memiliki koneksi social. Beliau berpendapat bahwa manusia mengembangkan konsep yang sistematis, logis dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang yang dianggap ahli disekitarnya. Jadi dalam teori ini orang lain (social) dan bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif manusia. Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang di pelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar kokontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar yangtitik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Teori yang juga disebut sebagai teori konstruksi sosial ini menekankan bahwa intelegensi manusia berasal dari masyarakat, lingkungan dan budayanya. Teori ini juga menegaskan bahwa perolehan kognitif


48 Media Pembelajaran Modern individu terjadi pertama kali melalui interpersonal (interaksi dengan lingkungan sosial) intrapersonal (internalisasi yang terjadi dalam diri sendiri). Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berfikir akan menyebabkan terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang. D. Media Pembelajaran K[n[ M_^c[ \_l[m[f ^[lc \[b[m[ L[nch ‚M_^com‛ yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Pengertian Media menurut para ahli sebagai berikut: 1. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. 2. Briggs (1970), berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. Contoh: buku, film, kaset, dan lain sebagainya. 3. NEA (National Education Association) mengatakan, media merupakan sebuah perangkat dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca beserta instrument yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, serta dapat memengaruhi efektivitas program instruksional. 4. Antero menjelaskan media merupakan perantara penyalur informasi atau pesan yang dapat merangsang peserta didik supaya memiliki minat atau rasa ingin belajar (Ramadani, et al., 2023).


Media Pembelajaran Modern 49 Berdasarkan definisi ahli diatas, maka media merupakan bentuk atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada penerima yang kemudian mampu mendapatkan rangsangan yang positif sehingga muncul pengetahuan baru. Dalam konteks pendidikan maka media dapat dikaitkan dengan pembelajaran, dengan tujuan membantu guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan efektif. Seperti yang disampaikan Hamka dalam Daniyati dkk (Daniyati, et al., 2023) bahwa Media Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun non fisik yang sengaja dibuat digunakan sebagai perantara antara tenaga pendidik dan peserta didik dalam memahami materi pelajaran supaya lebih efektif dan efisien. Sehingga menarik minat peserta didik untuk belajar lebih lanjut. Media pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan seperangkat persyaratan dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik, dengan memperhatikan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah. 2. Membantu peserta didik memperoleh bahan ajar selain buku pelajaran yang sediakan atau yang tidak ada di sekolah. 3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.


50 Media Pembelajaran Modern E. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Menurut Wahid dalam Wulandari dkk (Wulandari, et al., 2023) dari sudut sejarah terdapat dua fungsi media pendidikan (yang sekarang disebut media pembelajaran) yaitu sebagai berikut: Pertama, fungsi AVA (Audio Visual Aids atau Teaching Aids) berfungsi untuk memberikan pengalaman yang konkret kepada peserta didik. Pada dasarnya bahasa bersifat abstrak, maka guru perlu menggunakan alat bantu berupa gambar, model, benda konkrit dalam menyajikan suatu pelajaran tertentu, sehingga peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Inilah fungsi pertama media, yaitu sebagai alat bantu agar dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru, karena kalau tidak menggunakan media, maka penjelasan guru akan bersifat sangat abstrak. Kedua, Fungsi Komunikasi. Fungsi ini berada di antara dua hal, yaitu menulis dan membuat media (komunikator atau sumber) dan orang yang menerima (membaca, melihat, mendengar). Orang yang membaca, melihat, dan mendengar media dalam komunikasi disebut audience. Sedangkan media yang dibuat (ditulis dalam bentuk modul, film, slide, OHP, dan yang memuat pesan yang akan disampaikan kepada penerima. Dalam komunikasi tatap muka, pembicara langsung berhadapan dalam menyampaikan pesannya kepada penerima tanpa adanya perantara yang digunakan.


Media Pembelajaran Modern 51 Fungsi lain dalam proses pembelajaran, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi menurut Nurhasana (Nurhasana, 2021). Antara lain yaitu: 1. Fungsi komunikatif. Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. 2. Fungsi motivasi. Dengan menggunakan media pembelajaran, diharapkan peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar. Dengan demikian, pengembangan media pembelajaran tidak hanya mengandung unsur artistik saja akan tetapi juga memudahkan peserta didik mempelajari materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan gairah belajar peserta didik. 3. Fungsi kebermaknaan. Melalui penggunaan media, pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi. Bahkan lebih dari itu dapat meningkatkan aspek sikap dan keterampilan. 4. Fungsi penyamaan persepsi. Melalui pemanfaatan media pembelajaran, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap peserta didik, sehingga setiap peserta didik memiliki


52 Media Pembelajaran Modern pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan. 5. Fungsi individualitas. Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda. Sudjana dan Rivai dalam Nurdin (Nurdin & Adriantoni, 2016) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu: a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatikan peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan belajar. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. d. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melalukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.


Media Pembelajaran Modern 53 F. Jenis-jenis Media Pembelajaran Klasifikasi media pembelajaran menurut Ramli (Ramli, 2012) ada lima jenis, yaitu: 1. Media tanpa proyeksi dua dimensi (ukuran panjang dan lebar) contoh: Gambar bagan, grafik, poster, peta. 2. Media tanpa proyeksi tiga dimensi (ukuran panjang, lebar, dan tinggi) contoh: benda sebenarnya, boneka. 3. Media audio (alat yang didengar) contoh: radio, recorder. 4. Media dengan proyeksi, contoh: film, slide, proyektor. 5. Televisi dan Video Tape Recorder. Pada dasarnya jenis-jenis media menurut para ahli pada pembagiannya memiliki persamaan. Berikut macam dari media pembelajaran: 1. Media Visual: media yang hanya bisa dilihat saja, dinikmati dengan penglihatan dan tidak bergerak dan tidak bersuara. 2. Media audio: media yang bisa digunakan dengan hanya lewat pendengaran saja. Seperti voice note, radio, music dan tape recorder. 3. Media audio visual: media yang bisa digunakan dengan indera penglihatan dan pendengaran. Seperti video, film, TV, slide show dan proyektor.


54 Media Pembelajaran Modern Daftar Pustaka Ahmadi, A. & Supriyono, W., 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Anderson & Krathwohl, 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. USA: Addison Wesley Longman, Inc.. Daniyati, A. et al., 2023. Konsep Dasar Media Pembelajaran. Journal of Student Research (JSR), 1(1), pp. 282-294. Imani, R. O., 2023. Teori Kognitif Gagne: Pengembangan Kemampuan Pemahaman dan Langkah-langkah Penting dalam Proses Pembelajaran. [Online] Available at: http://www.kompasiana.com [Accessed 22 Mei 2024]. Imanulloh, H., 2022. Teori Belajar Gagne. [Online] Available at: http:www.tripven.com [Accessed 7 Mei 2024]. Juniardi, W., 2023. 4 Macam Teori Belajar yang Wajib Guru Ketahui. [Online] Available at: http://www.quipper.com/id/blog/infoguru/teori-belajar [Accessed 15 Mei 2024]. Nurdin, S. & Adriantoni, 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Media Pembelajaran Modern 55 Nurhasana, I., 2021. PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA MATA BAHASA ARAB. AL-FIKRU: JURNAL PENDIDIKAN DAN SAINS, 2(2), pp. 217-229. Presbianti, Y. R., 2021. Pengertian, Jenis, dan Contoh Belajar. [Online] Available at: http://www.kompasiana.com [Accessed 7 Mei 2024]. Ramadani, A. N., Kirana, K. C., Astuti, U. & Marini, A., 2023. PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN (STUDI LITERATUR). Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora, 2(6), pp. 749-756. Ramli, M., 2012. Media dan Teknologi Pembelajaran. Banjarmasin: IAIN Antasari Press. Siregar, E. & Nara, H., 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Cet. 4 ed. Bogor: Ghalia Indonesia. Wahid, A. M., 2022. TAKSONOMI TUJUAN PEMBELAJARAN PSIKOMOTORIK. [Online] Available at: http://www.mikompurwokerto.ac.id [Accessed 15 Mei 2024]. Wulandari, A. P. et al., 2023. Pentingnya Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar. Journal on Education, 05(02), pp. 3928-3936.


56 Media Pembelajaran Modern Tentang Penulis Heru Prasetyo, M.Pd lahir di Campur Sari, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan pada 17 Februari 1996. Putra dari pasangan bapak Sriyono dan Ibu Eni Hastuti telah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Campursari dan melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Campursari, kemudian melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1 Model Lubuklinggau, dan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi PGMI dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2018; kemudian mengambil Program Magister di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada tahun 2020. Saat ini penulis sebagai dosen tetap di Universitas Islam Nusantara Al-Azhaar Lubuklinggau. Buku ini merupakan buku ke lima yang sebelumnya telah terbit buku chapter berjudul Pengembangan Materi IPS MI, Manajemen Pendidikan, Pendidikan Anti Korupsi, dan Ilmu Administrasi Pendidikan.


Media Pembelajaran Modern 57 Desain Instruksional untuk Media Pembelajaran unia Pendidikan berada pada zaman di mana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bertransformasi dengan cepat dan sangat masif. Beragam tantangan dan peluang menjadi hal yang perlu diraih demi memajukan pendidikan yang bermutu di mana salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Sehingga, hasil belajar siswa dapat diraih sesuai atau bahkan melebihi tujuan pembelajaran yang diharapkan. Komponen yang memiliki peran penting dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Perancangan media pembelajaran harus se-efisien dan se-efektif mungkin guna membantu guru dalam menjelaskan konsep-konsep sulit D


58 Media Pembelajaran Modern kepada para siswa. Selain itu, media juga harus mampu mengemas informasi semenarik mungkin dan mudah dipahami serta menyenangkan hingga peserta didik selalu termotivasi untuk mempelajarinya. Pada kenyataannya, tidak banyak media pembelajaran yang efektif digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak bisa membantu siswa memahami konsep-konsep abstrak dan seringkali membuat mereka bingung yang akhirnya menghambat proses kegiatan belajar. Maka dari itu, penting bagi para pendidik untuk mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan prinsip-prinsip pada desain instruksional dalam pengembangan media pembelajaran (Khalil and Elkhider, 2016). Pemahaman bahwa desain instruksional adalah sebuah langkah-langkah sistematis yang dapat diterapkan dalam pembuatan dan pengembangan media merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap pendidik. Desain instruksional sangat membantu guru untuk mengetahui karakteristik siswa, pemilihan media yang sesuai, pengembangan konten dan tampilan media, serta pendistribusian dan evaluasi media pembelajaran. Bahkan, hingga kegiatan revisi yang didasarkan pada hasil evaluasi pun dapat dilakukan (Banathy, 1987). Setidaknya ada beberapa manfaat yang sangat besar dalam penerapan desain instruksional untuk media pembelajaran. Kualitas media pembelajaran yang diberikan kepada siswa tentunya lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak menerapkan desain instruksional di dalamnya. Efektifitas dan efisiensi media pembelajaran tentunya akan memudahkan


Media Pembelajaran Modern 59 siswa dalam memahami materi pelajaran (Adri, 2007). Sehingga, peningkatan hasil belajar mereka akan terwujud. Desain instruksional tentu saja bisa diterapkan pada kegiatan yang melibatkan proses pembelajaran. Diantaranya adalah pembelajaran online yang menarik untuk siswa, pelatihan dan pengembangan untuk karyawan, siswa di perguruan-perguruan tinggi negeri dan swasta, serta pengembangan media pembelajaran seperti modul, video, simulasi, dan game edukasi guna mendukung proses pembelajaran (Siagian and Wau, 2014) yang akan kita bahas pada bab ini. Berikutnya, ada tiga dari banyak model desain instruksional yang sering kali digunakan oleh para pengembang media pembelajaran. Model yang pertama adalah model ADDIE yang memiliki 5 tahapan dalam pengembangannya (Vivien Pitriani, Wahyuni and Gunawan, 2021). Tahap pertama adalah analyze yakni menganalisa berbagai aspek yang dibutuhkan agar produk media yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa seperti karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, dan sumber daya yang ada di sekitar (Higgins and Igoe, 1989). Tahap kedua adalah design atau mendesain media pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik berdasarkan pada hasil analisa. Perancangan media mencakup penentuan jenis, konten atau isi, dan tampilan media. Tahap ketiga adalah develop yaitu kegiatan lanjutan dari tahap mendesain, pengembang mengembangkan produk media pembelajaran sesuai dengan desain yang telah dirancang sebelumnya. Tahap selanjutnya adalah implement yakni implementasi media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Terakhir adalah tahap evaluate dimana media


60 Media Pembelajaran Modern pembelajaran dievaluasi guna mengetahui tingkat efektivitasnya dalam membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model yang kedua adalah model Dick and Carey di mana fokus model ini adalah pada pengembangan dan sistem pembelajarannya (Almazyad and Alqarawy, 2020). Ada tujuh tahap yang tercakup di dalam model pengembangan media ini. Tahap pertama adalah identify instructional goals di mana pada tahap ini pengembang menentukan tujuan pembelajaran dengan terjun ke lapangan secara langsung untuk melihat kebutuhan apa yang diperlukan untuk menentukan tujuan produk media pembelajaran. Setelah mendapatkan hasil dari tahap pertama, pengembang media lalu melakukan conduct instructional analysis atau menganalisis kegiatan pembelajaran. Pada langkah ini, ada beberapa hal yang akan dianalisis untuk menentukan komponen utama, proses-proses, dan prosedur dalam mencapai tujuan pembelajaran seperti melihat pengetahuan dan kemampuan siswa. Langkah ketiga adalah analyze learners and context atau menganalisa dua hal utama dalam pembelajaran yakni karakteristik peserta didik dan konteks pembelajarannya. Berikut yang perlu menjadi perhatian para pengembang dalam menganalisis karakter siswa yakni dengan melihat pengetahuan, kemampuan, motivasi, dan sikap mereka terhadap proses pembelajaran yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam mendesain produk media pembelajaran. Selanjutnya adalah menganalisis konteks pembelajaran dengan cara menganalisa materi atau konten yang diberikan kepada murid beserta strategi apa yang kiranya sesuai untuk menyampaikan materi tersebut.


Media Pembelajaran Modern 61 Tahap keempat adalah write the performance objectives yang berarti saat akan mendesain produk media, pengembang perlu melakukan perumusan tujuan performansi proses pembelajaran. Maksudnya adalah, tujuan tersebut harus bersifat spesifik beserta rangkaian prosedur dan proses untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan yang diharapkan dari proses pembelajaran. Tahap kelima adalah develop assesment instrument yaitu langkah yang berisi pengembangan instrumen penilaian yang bersifat langsung dan berkaitan erat dengan tujuan spesifik. Penyusunan instrumen didasarkan pada indikator-indikator tertentu demi mengukur dan menentukan apakah produk media yang dikembangkan sudah sesuai atau belum. Selanjutnya adalah develop instructional strategy atau proses pengembangan strategi instruksional yang mana fokus pengembang pada strategi in adalah mempromosikan dan memberikan presentasi kepada peserta didik tentang produk media yang dikembangkan. Strategi lainnya adalah, pengembang menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan untuk murid. Tahap ketujuh pada model pengembangan media Dick and Carey ini adalah develop and select instructional materials yakni langkah penting yang dilakukan pengembang dalam mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran seperti materi dikembangkan sejak awal penyusunan perencanaan pembelajaran agar membantu guru dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Materi ini harus berisi panduan dan prosedur penggunaan, konten pembelajaran, dan alat atau bahan penunjang lainnya.


62 Media Pembelajaran Modern Langkah selanjutnya adalah design and conduct formative evaluation of instruction atau proses perancangan dan pengadaan evaluasi formatif yang dilakukan selama proses pengembangan produk media pembelajaran sedang berlangsung. Evaluasi formatif dapat dilakukan melalui uji coba perorangan untuk memperoleh data awal, uji coba kelompok kecil guna melihat efektivitas produk yang diubah, dan uji coba lapangan yang bertujuan untuk melihat efektivitas perubahan dari hasil uji coba kelompok kecil. Tahap kesembilan adalah revise instruction yang bertujuan untuk mendapatkan produk yang valid, layak, praktis, dan efektif sehingga media pembelajaran dapat diproduksi dan diimplementasikan bagi para peserta didik. Langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan seluruh kritik dan saran serta mengolah hasil observasi lapangan dari produk yang dikembangkan. Selanjutnya, revisi pun dilakukan berdasarkan data yang diperoleh. Langkah terakhir pada model pengembangan ini adalah design and conduct summative evaluation yang berarti merancang dan melakukan evaluasi sumatif terhadap produk yang telah melewati tahap formatif dan tahap revisi. Evaluasi sumatif ini perlu dilakukan jika pengembang ingin agar produk yang dikembangkan tersebut dapat digunakan oleh lebih banyak lagi pengguna. Model terakhir yang disajikan di bab ini adalah model pengembangan media Ivers & Barron yang lebih dikenal sebagai model DDD-E yang mencakup decide, design, develop, dan evaluate (Abdillah, 2022). Pada tahap awal, pengembang media menentukan tujuan dan konten atau materi pembelajaran serta dilanjutkan dengan mendesain media


Media Pembelajaran Modern 63 mulai dari perancangan visual seperti tampilan, kerangka isi, flowchart dan storyboard produknya. Tahap perancangan ini sangat penting untuk dilakukan dengan teliti dan tepat sasaran agar data yang dihasilkan pada kegiatan ini akan memudahkan pengembang dalam menyelaraskan proses-proses selanjutnya. Kemudian pada tahap mengembangkan, pengembang melakukan kegiatan produksi media pembelajaran yang mencakup berbagai komponen seperti video, teks, animasi, audio, dan grafik. Penyusunan media dengan beberapa komponen tersebut harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan hasil dari proses menentukan banyak hal di tahap awal. Tahap terakhir pada model ini adalah mengevaluasi hasil media yang telah dikembangkan. Seluruh kegiatan mulai dari proses keseluruhan dan pengembangannya harus dievaluasi. Jika pada proses evaluasi ini didapatkan temuan yang mengandung beberapa kekurangan dari media pembelajaran, maka pengembang dapat melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Desain instruksional untuk pengembangan media pembelajaran berperan sangat penting dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas karena kesesuaian antara materi atau konten pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik akan terpenuhi. Selain itu, media pembelajaran yang dikembangkan dengan penerapan prinsip-prinsip desain instruktsional akan sangat membantu dalam mengoptimalkan pengetahuan, kemampuan, tingkat interaktifitas, dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Sebagai kesimpulan dari bab ini, penulis ingin menyampaikan bahwa pemahaman tentang desain instruksional


64 Media Pembelajaran Modern sangatlah penting untuk dimiliki oleh setiap guru sebagai ujung tombak pembelajaran di dalam kelas. Kemampuan guru dalam menerapkan desain instruksional adalah sebuah hal yang baik dilakukan sehingga media pembelajaran yang diciptakan dan dikembangkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran secara optimal. Selain itu, media pembelajaran yang dikembangkan akan dengan sangat efektif dan efisien membantu guru meningkatkan kualitas proses pembelajaran.


Media Pembelajaran Modern 65 Daftar Pustaka A\^cff[b, T.R. (2022) ‘P_ha_g\[ha[h M_^c[ P_g\_f[d[l[h Ihn_l[enc` M_haaoh[e[h M_ni^_ Ip_lm &[gj; B[llih’, Jurnal TIKA, 7(2), pp. 179–188. Available at: https://doi.org/10.51179/tika.v7i2.1321. Adri, M. (2007) ‘Snl[n_ac P_ha_g\[ha[h Mofncg_^c[ Ihmnlo]ncih[f D_mcah’, Jurnal Invotek, 8(1), pp. 1–9. Afg[ts[^, R. [h^ Afk[l[qs, M. (2020) ‘Tb_ ^_mcah i` Dc]e [h^ C[l_s gi^_f’, ch Society for Information Technology & Teacher Education International Conference. Association for the Advancement of Computing in Education (AACE), pp. 544–547. B[h[nbs, B.H. (1987) ‘Ihmnlo]ncih[f msmn_gm ^_mcah. ^[hm RM Gagné (dir.), Instructional technology: Foundations (pp. 85–112)’. Hcffm^[f_: Elf\[og. Higgins, N. and Igoe, A. (1989) ‘Ah [h[fsmcm i` chnocncp_ [h^ model-directed media-m_f_]ncih ^_]cmcihm’, Educational Technology Research and Development, 37(4), pp. 55–64. Kb[fcf, M.K. [h^ Efebc^_l, I.A. (2016) ‘Ajjfscha f_[lhcha theories and instructional design models for effective insnlo]ncih’, Advances in physiology education [Preprint]. Sc[ac[h, S. [h^ W[o, M.Y. (2014) ‘D_p_fijg_hn i` chn_l[]ncp_ gofncg_^c[ f_[lhcha ch f_[lhcha chmnlo]ncih[f ^_mcah’, Development, 5(32).


66 Media Pembelajaran Modern Vivien Pitriani, N.R., Wahyuni, I.G.A.D. and Gunawan, I.K.P. (2021) ‘P_h_l[j[h Mi^_f A^^c_ D[f[g P_ha_g\[ha[h Media Pembelajaran Interaktif Menggunakan Lectora Inspire Pada Program Studi Pendidikan Agama Hch^o’, Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3), pp. 515– 532. Available at: https://doi.org/10.37329/cetta.v4i3.1417.


Media Pembelajaran Modern 67 Tentang Penulis Siti Mualiyah adalah mahasiswa magister (S2) prodi Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sleman Yogyakarta Indonesia prodi Teknologi Pembelajaran. Ia sudah berkecimpung di dunia pendidikan sejak 2017 sesaat setelah ia menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) nya di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Selama studi, ia banyak belajar tentang teori belajar dan strategi pembelajaran serta terlibat dalam berbagai proyek pengembangan media pembelajaran. Ia melihat desain instruksional memiliki hubungan yang erat tidak hanya dengan perancangan materi pembelajaran tetapi juga dengan kebutuhan siswa, penggunaan teknologi, dan konsistensi dalam mengevaluasi proses pembelajaran hingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Silahkan menghubunginya melalui email di [email protected].


68 Media Pembelajaran Modern Mobile Learning (Pembelajaran Berbasis Mobile) A. Pengenalan Pembelajaran Berbasis Mobile: Transformasi Pendidikan dalam Era Digital Pendidikan telah mengalami perubahan yang signifykan seiring dengan kemajuan teknologi, khususnya dalam penggunaan perangkat mobile seperti smartphone dan tablet. Pengenalan pembelajaran berbasis mobile telah mengubah paradigma tradisional pembelajaran, menghadirkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam akses, interaktivitas, dan fleksibilitas belajar. Dalam bab ini, dijelaskan secara komprehensif tentang konsep pembelajaran berbasis mobile, termasuk definisi, karak-


Media Pembelajaran Modern 69 teristik, manfaat, serta tantangan yang terkait dengan implementasinya. Definisi Pembelajaran Berbasis Mobile. Pembelajaran berbasis mobile, juga dikenal sebagai m-learning, merujuk pada proses pembelajaran yang menggunakan perangkat mobile seperti smartphone, tablet, dan perangkat wearable sebagai sarana untuk mengakses, berinteraksi, dan menghasilkan konten pembelajaran. Menurut Kukulska-Hulme dan Traxler (2005), m-learning dapat didefinisikan sebagai "pembelajaran yang mendukung setiap situasi yang memungkinkan pembelajar untuk memanfaatkan layanan dan sumber daya pembelajaran di mana saja, kapan saja". Dengan kata lain, pembelajaran berbasis mobile memungkinkan pembelajar untuk belajar secara mandiri tanpa terikat oleh batasan ruang dan waktu tradisional. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Mobile. Pembelajaran berbasis mobile memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakannya dari pendekatan pembelajaran konvensional. Salah satu karakteristik utamanya adalah aksesibilitas yang tinggi. Melalui perangkat mobile, pembelajar dapat mengakses konten pembelajaran kapan saja dan di mana saja, tanpa terikat oleh lokasi fisik atau jam belajar yang tertentu. Selain itu, pembelajaran berbasis mobile sering kali menekankan interaktivitas, memanfaatkan fitur-fitur seperti multimedia, gamifikasi, dan diskusi online untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi pembelajar. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivis yang menekankan pentingnya interaksi aktif


70 Media Pembelajaran Modern antara pembelajar dengan konten pembelajaran (Sharples et al., 2007). Manfaat Pembelajaran Berbasis Mobile. Pembelajaran berbasis mobile menawarkan sejumlah manfaat yang signifikan bagi pembelajar, instruktur, dan lembaga pendidikan secara keseluruhan. Salah satu manfaat utamanya adalah fleksibilitas. Dengan memungkinkan akses pembelajaran di mana saja dan kapan saja, mlearning memungkinkan pembelajar untuk belajar sesuai dengan jadwal dan preferensi mereka sendiri, yang pada gilirannya meningkatkan partisipasi dan retensi pembelajaran (Looi et al., 2009). Selain itu, pembelajaran berbasis mobile juga dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan pembelajar melalui penggunaan fitur-fitur interaktif dan gamifikasi (Crompton, 2013). Tantangan dalam Implementasi Pembelajaran Berbasis Mobile. Meskipun memiliki potensi yang besar, implementasi pembelajaran berbasis mobile juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah aksesibilitas dan kesenjangan digital. Meskipun perangkat mobile semakin umum digunakan, masih ada sebagian masyarakat yang tidak memiliki akses yang memadai ke perangkat dan infrastruktur internet yang diperlukan untuk pembelajaran berbasis mobile (Ally, 2009). Selain itu, masalah keamanan data dan privasi juga menjadi perhatian penting dalam penggunaan aplikasi dan platform pembelajaran berbasis mobile (Cochrane, 2019)


Media Pembelajaran Modern 71 B. Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Mobile: Fondasi untuk Inovasi Pendidikan Pembelajaran berbasis mobile merupakan bidang yang menarik perhatian dalam dunia pendidikan modern. Landasan teori yang kokoh menjadi pondasi yang penting untuk mengembangkan dan memahami praktik pembelajaran berbasis mobile dengan lebih baik. 1. Teori Konstruktivis. Teori konstruktivis menekankan bahwa pembelajaran adalah proses aktif di mana individu secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka melalui pengalaman, refleksi, dan interaksi dengan lingkungan (Jonassen, 1999). Dalam konteks pembelajaran berbasis mobile, teori konstruktivis menekankan pentingnya interaksi aktif antara pembelajar dengan konten pembelajaran melalui penggunaan fitur-fitur interaktif seperti simulasi, diskusi online, dan pemberian umpan balik langsung (Sharples et al., 2007). Melalui pengalaman belajar yang aktif dan reflektif, pembelajar dapat membangun pemahaman yang lebih dalam dan berarti tentang materi pembelajaran. 2. Teori Kognitif. Teori kognitif menekankan peran proses kognitif dalam pembelajaran, termasuk pemrosesan informasi, pengorganisasian pengetahuan, dan konstruksi pemahaman (Sweller et al., 1998). Dalam konteks pembelajaran berbasis mobile, teori kognitif dapat diterapkan untuk merancang aplikasi dan konten pembelajaran yang memfasilitasi pemrosesan informasi yang efektif dan efisien.


72 Media Pembelajaran Modern Misalnya, penggunaan multimedia dalam aplikasi pembelajaran mobile dapat membantu memperkuat pengorganisasian pengetahuan melalui representasi visual dan auditif yang beragam (Mayer, 2001). Selain itu, penggunaan fitur-fitur interaktif seperti pemberian umpan balik langsung dan pengulangan dapat membantu meningkatkan retensi dan transfer pembelajaran (Kalyuga et al., 2003). 3. Teori Pembelajaran Berbasis Teknologi. Teori pembelajaran berbasis teknologi menekankan peran teknologi dalam mengubah cara kita belajar dan mengajar. Teori ini mengakui bahwa teknologi dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan aksesibilitas, interaktivitas, dan fleksibilitas pembelajaran (Ally, 2009). Dalam konteks pembelajaran berbasis mobile, teori ini menyoroti peran perangkat mobile sebagai sarana untuk mengakses, berinteraksi, dan menghasilkan konten pembelajaran di mana saja dan kapan saja. Dengan memanfaatkan fitur-fitur seperti konektivitas internet, sensor perangkat, dan kemampuan multimedia, pembelajaran berbasis mobile dapat menghadirkan pengalaman pembelajaran yang kaya dan mendalam bagi pembelajar. Memahami landasan teori pembelajaran berbasis mobile memiliki implikasi praktis yang signifikan dalam pengembangan dan implementasi aplikasi dan konten pembelajaran mobile. Dengan memahami bagaimana pembelajar memproses informasi dan membangun pengetahuan, pengembang aplikasi dapat merancang pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan


Media Pembelajaran Modern 73 dan preferensi pembelajar. Selain itu, pemahaman tentang teori konstruktivis dan kognitif dapat membimbing desain instruksional yang efektif, termasuk penggunaan fiturfitur interaktif, pemberian umpan balik, dan strategi pembelajaran yang aktif dan reflektif. C. Desain Instruksional untuk Pembelajaran Berbasis Mobile Desain instruksional yang efektif menjadi kunci dalam mengembangkan aplikasi dan konten pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajar di era digital, termasuk dalam konteks pembelajaran berbasis mobile. Dalam bagian ini, akan dijelaskan secara komprehensif tentang desain instruksional untuk pembelajaran berbasis mobile, termasuk tahapan desain, prinsip-prinsip desain yang relevan, serta strategi implementasi yang efektif. Tahapan Desain Instruksional untuk Pembelajaran Berbasis Mobile: 1. Analisis Kebutuhan: Tahap ini melibatkan identifikasi tujuan pembelajaran, kebutuhan pembelajar, serta konteks penggunaan aplikasi atau konten pembelajaran mobile. Analisis kebutuhan yang komprehensif akan membantu memastikan bahwa desain instruksional memenuhi kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. 2. Perancangan: Perancangan instruksional melibatkan pengembangan struktur dan konten pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran berbasis mobile, perancangan


74 Media Pembelajaran Modern harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti interaktivitas, responsivitas, dan aksesibilitas perangkat mobile. 3. Pengembangan: Tahap pengembangan melibatkan pembuatan konten pembelajaran sesuai dengan desain yang telah dirancang. Pengembangan konten harus memperhatikan kebutuhan teknis dan kegunaan perangkat mobile, serta memastikan bahwa konten dapat diakses dan dinavigasi dengan mudah oleh pengguna. 4. Implementasi: Implementasi melibatkan peluncuran aplikasi atau konten pembelajaran mobile ke dalam lingkungan pembelajaran yang sesuai. Selama tahap ini, penting untuk memastikan bahwa pengguna memiliki akses yang memadai ke perangkat dan jaringan internet yang diperlukan untuk menggunakan aplikasi atau konten pembelajaran. 5. Evaluasi: Evaluasi adalah tahap penting dalam siklus desain instruksional yang melibatkan penilaian terhadap efektivitas dan efisiensi pembelajaran berbasis mobile. Evaluasi dapat dilakukan melalui penggunaan data analitik, kuesioner, dan uji coba lapangan untuk mengidentifikasi area-area yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Prinsip-Prinsip Desain Instruksional untuk Pembelajaran Berbasis Mobile 1. Responsif: Desain instruksional harus responsif terhadap berbagai jenis perangkat mobile dan ukuran layar yang berbeda. Konten pembelajaran harus dapat


Media Pembelajaran Modern 75 menyesuaikan diri dengan ukuran layar dan orientasi perangkat untuk memastikan pengalaman pengguna yang optimal. 2. Interaktif: Interaktivitas adalah kunci untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi pembelajar dalam pembelajaran berbasis mobile. Desain instruksional harus memasukkan fitur-fitur interaktif seperti simulasi, kuis, dan aktivitas kolaboratif untuk mendorong partisipasi aktif dari pembelajar. 3. Personalisasi: Pembelajaran berbasis mobile memungkinkan untuk personalisasi pengalaman pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pembelajar. Desain instruksional harus memperhatikan karakteristik individu pembelajar dan menyediakan konten yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan minat mereka. 4. Keterjangkauan: Desain instruksional harus memastikan keterjangkauan konten pembelajaran bagi semua pembelajar, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan aksesibilitas atau teknologi. Konten harus dirancang dengan memperhatikan aksesibilitas dan dukungan bagi pembelajar dengan berbagai kebutuhan. Strategi Implementasi yang Efektif 1. Pelatihan Pengguna: Memberikan pelatihan dan panduan kepada pengguna tentang cara menggunakan aplikasi atau konten pembelajaran mobile dengan efektif. Ini termasuk pembelajaran tentang fitur-fitur


76 Media Pembelajaran Modern aplikasi, navigasi, dan cara memanfaatkan konten secara optimal. 2. Dukungan Teknis: Menyediakan dukungan teknis yang memadai bagi pengguna yang mengalami masalah teknis atau kesulitan dalam menggunakan aplikasi atau konten pembelajaran mobile. Ini dapat meliputi pusat bantuan online, forum diskusi, atau layanan dukungan pelanggan langsung. 3. Iterasi dan Pembaruan: Melakukan iterasi dan pembaruan reguler terhadap aplikasi atau konten pembelajaran mobile berdasarkan umpan balik dari pengguna dan evaluasi yang dilakukan. Ini memastikan bahwa konten tetap relevan, akurat, dan responsif terhadap perubahan dalam kebutuhan pembelajar." D. Implementasi Teknologi dalam Pembelajaran Berbasis Mobile Implementasi teknologi dalam pembelajaran berbasis mobile menjadi kunci utama dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang interaktif, responsif, dan efektif di era digital saat ini. Dalam bagian ini, dijelaskan secara komprehensif tentang implementasi teknologi dalam pembelajaran berbasis mobile, termasuk berbagai teknologi yang digunakan, tantangan yang dihadapi, dan peluang masa depan. Aplikasi mobile menjadi salah satu teknologi utama dalam pembelajaran berbasis mobile. Aplikasi ini dapat dikembangkan untuk berbagai tujuan pembelajaran, mulai


Media Pembelajaran Modern 77 dari penyampaian materi pembelajaran hingga kuis interaktif dan simulasi. Aplikasi pembelajaran mobile dapat diakses melalui smartphone atau tablet, memungkinkan pembelajar untuk belajar di mana saja dan kapan saja sesuai kebutuhan mereka (Crompton, 2013). Platform pembelajaran berbasis cloud menyediakan infrastruktur untuk menyimpan, mengelola, dan mengakses konten pembelajaran secara online. Dengan menggunakan platform ini, instruktur dapat mengunggah materi pembelajaran, mengelola tugas dan ujian, serta berinteraksi dengan pembelajar secara real-time. Beberapa contoh platform pembelajaran berbasis cloud termasuk Google Classroom, Moodle, dan Canvas (Ally, 2009). Teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). Teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) menawarkan pengalaman pembelajaran yang immersif dan interaktif. Dengan menggunakan perangkat mobile yang dilengkapi dengan sensor dan kamera, pembelajar dapat berinteraksi dengan lingkungan belajar yang virtual atau augmented. Contoh penerapan teknologi AR dan VR dalam pembelajaran berbasis mobile termasuk simulasi medis, tur virtual, dan eksplorasi interaktif (Dunleavy et al., 2009). Tantangan dalam Implementasi. Meskipun memiliki potensi yang besar, implementasi teknologi dalam pembelajaran berbasis mobile juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah aksesibilitas dan kesenjangan digital. Masih ada sebagian masyarakat yang tidak memiliki akses yang


78 Media Pembelajaran Modern memadai ke perangkat dan infrastruktur internet yang diperlukan untuk pembelajaran berbasis mobile (Ally, 2009). Selain itu, masalah keamanan data dan privasi juga menjadi perhatian penting dalam penggunaan aplikasi dan platform pembelajaran berbasis mobile (Crompton, 2019). Peluang Masa Depan. Meskipun dihadapkan pada tantangan, implementasi teknologi dalam pembelajaran berbasis mobile juga membuka berbagai peluang masa depan. Salah satu peluang tersebut adalah pengembangan aplikasi dan konten pembelajaran yang lebih responsif dan adaptif. Dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan analitik data, aplikasi pembelajaran dapat menyesuaikan pengalaman pembelajaran dengan preferensi dan kebutuhan individu pembelajar secara otomatis (Siemens, 2013). Selain itu, integrasi teknologi blockchain juga memiliki potensi untuk meningkatkan keamanan dan validitas sertifikat dan kredensial pembelajaran dalam pembelajaran berbasis mobile (Ally, 2017)." E. Evaluasi dan Pengukuran Pembelajaran Berbasis Mobile Evaluasi dan pengukuran merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, termasuk dalam konteks pembelajaran berbasis mobile. Dalam esai ini, kita akan menjelaskan secara komprehensif tentang evaluasi dan pengukuran pembelajaran berbasis mobile, mencakup metode evaluasi yang digunakan, alat-alat pengukuran yang relevan, serta pentingnya penggunaan data untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran. Penjelasan ini akan didukung oleh penelitian terkini dan diakhiri dengan


Media Pembelajaran Modern 79 daftar pustaka yang relevan. Berikut ini metode evaluasi pembelajaran berbasis mobile: 1. Analisis Data Analitik: Data analitik dapat digunakan untuk melacak aktivitas pembelajar, pola interaksi, dan kemajuan belajar. Melalui analisis data analitik, instruktur dapat memperoleh wawasan yang berharga tentang keberhasilan pembelajaran dan identifikasi area-area yang perlu ditingkatkan (Wong et al., 2015). 2. Kuesioner dan Survei: Kuesioner dan survei dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik dari pembelajar tentang pengalaman pembelajaran mereka. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat berkaitan dengan kepuasan pembelajar, persepsi tentang efektivitas materi pembelajaran, dan saran perbaikan (Nikou & Economides, 2017). 3. Uji Coba Lapangan: Uji coba lapangan melibatkan pengujian aplikasi atau konten pembelajaran mobile di lingkungan pembelajaran nyata. Melalui uji coba lapangan, instruktur dapat mengamati interaksi pembelajar dengan aplikasi atau konten, serta mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang mungkin muncul (Laurillard, 2002). Alat Pengukuran yang Relevan 1. Tingkat Partisipasi: Tingkat partisipasi mengukur seberapa aktif pembelajar terlibat dalam penggunaan aplikasi atau konten pembelajaran mobile. Ini dapat diukur melalui jumlah interaksi dengan konten, frekuensi masuk, dan waktu yang dihabiskan di aplikasi (Wong et al., 2015).


80 Media Pembelajaran Modern 2. Kinerja Belajar: Kinerja belajar mengukur kemajuan pembelajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ini dapat diukur melalui hasil tes, proyek, atau tugas yang diberikan dalam aplikasi atau platform pembelajaran (Nikou & Economides, 2017). 3. Kepuasan Pengguna: Kepuasan pengguna mengukur tingkat kepuasan dan kepuasan pembelajar terhadap pengalaman pembelajaran mereka. Ini dapat diukur melalui kuesioner dan survei yang menanyakan pendapat dan persepsi pembelajar tentang kualitas aplikasi atau konten pembelajaran (Laurillard, 2002). Pentingnya Penggunaan Data untuk Meningkatkan Pembelajaran. Penggunaan data evaluasi dan pengukuran pembelajaran berbasis mobile sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Dengan menganalisis data, instruktur dapat mengidentifikasi pola-pola belajar, kebutuhan pembelajar, dan areaarea yang perlu ditingkatkan dalam desain dan pengiriman pembelajaran berbasis mobile (Wong et al., 2015). Selain itu, data evaluasi juga dapat digunakan untuk menyesuaikan pembelajaran secara individual sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pembelajar, meningkatkan keterlibatan dan motivasi pembelajar (Nikou & Economides, 2017).


Media Pembelajaran Modern 81 F. Tantangan dan Peluang dalam Pembelajaran Berbasis Mobile Pembelajaran berbasis mobile telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, menghadirkan sejumlah tantangan dan peluang yang perlu dihadapi oleh para pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan. Dalam bagian ini, dijelaskan secara komprehensif tentang tantangan dan peluang dalam pembelajaran berbasis mobile, termasuk faktor-faktor yang memengaruhi implementasi, dampaknya terhadap pembelajaran, serta langkah-langkah untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang tersebut. Berikut in beberpa tantangan dalam pembelajaran berbasis mobile: 1. Kesenjangan Akses dan Teknologi: Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran berbasis mobile adalah kesenjangan akses dan teknologi. Meskipun perangkat mobile semakin umum, masih ada sebagian masyarakat yang tidak memiliki akses yang memadai ke perangkat dan infrastruktur internet yang diperlukan untuk pembelajaran berbasis mobile (Ally, 2009). 2. Keterbatasan Layar dan Interaksi: Layar perangkat mobile yang relatif kecil dan keterbatasan interaksi dapat menjadi hambatan dalam menyajikan konten pembelajaran yang kompleks dan interaktif. Desain aplikasi dan konten pembelajaran perlu memperhatikan keterbatasan ini untuk memastikan pengalaman pembelajaran yang optimal (Crompton, 2013).


82 Media Pembelajaran Modern 3. Keamanan Data dan Privasi: Implementasi pembelajaran berbasis mobile juga dihadapkan pada tantangan terkait keamanan data dan privasi. Penggunaan aplikasi dan platform pembelajaran mobile dapat mengancam kerahasiaan data pribadi pembelajar dan memunculkan risiko keamanan cyber (Crompton, 2019). Peluang dalam Pembelajaran Berbasis Mobile antar lain adalah: 1. Aksesibilitas dan Fleksibilitas: Salah satu peluang utama dalam pembelajaran berbasis mobile adalah aksesibilitas dan fleksibilitas. Pembelajaran berbasis mobile memungkinkan pembelajar untuk mengakses konten pembelajaran di mana saja dan kapan saja, sesuai dengan jadwal dan preferensi mereka sendiri (Ally, 2009). 2. Interaktivitas dan Keterlibatan: Pembelajaran berbasis mobile dapat meningkatkan interaktivitas dan keterlibatan pembelajar melalui penggunaan fiturfitur interaktif seperti simulasi, kuis, dan diskusi online. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi pembelajar dalam proses pembelajaran (Crompton, 2013). 3. Personalisasi Pembelajaran: Pembelajaran berbasis mobile memungkinkan untuk personalisasi pengalaman pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan preferensi individu pembelajar. Penggunaan data analitik dan kecerdasan buatan (AI) dapat membantu menyajikan konten pembelajaran yang disesuaikan


Media Pembelajaran Modern 83 dengan tingkat pengetahuan, minat, dan gaya belajar masing-masing pembelajar (Siemens, 2013). Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang sebagi berikut: 1. Penyediaan Akses dan Infrastruktur: Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk menyediakan akses yang memadai ke perangkat dan infrastruktur internet, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu. Program-program subsidi perangkat dan akses internet dapat membantu mengurangi kesenjangan akses dan teknologi (Ally, 2009). 2. Pengembangan Desain Instruksional yang Responsif: Pengembang aplikasi dan konten pembelajaran perlu memperhatikan desain instruksional yang responsif, yang memperhitungkan keterbatasan layar dan interaksi pada perangkat mobile. Desain yang responsif akan memastikan pengalaman pembelajaran yang optimal bagi pembelajar (Crompton, 2013). 3. Penggunaan Teknologi untuk Personalisasi Pembelajaran: Pendidik dan pengembang aplikasi perlu memanfaatkan teknologi seperti data analitik dan kecerdasan buatan untuk personalisasi pembelajaran. Dengan memahami profil pembelajar secara individual, konten pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing pembelajar (Siemens, 2013).


84 Media Pembelajaran Modern G. Kesimpulan Dalam konteks pembelajaran berbasis mobile telah membahas pengenalan konsep, landasan teori, desain instruksional, implementasi teknologi, dan evaluasi pembelajaran. Melalui analisis ini, disadari bahwa pembelajaran berbasis mobile menawarkan fleksibilitas, interaktivitas, dan aksesibilitas yang besar bagi pembelajar. Namun, tantangan seperti kesenjangan akses, keamanan data, dan keterbatasan teknologi juga perlu diatasi. Meskipun demikian, peluang masa depan dalam pengembangan teknologi dan integrasi ke dalam pembelajaran berbasis mobile menjanjikan peningkatan efektivitas dan efisiensi pembelajaran di era digital. Dengan kesadaran akan tantangan yang dihadapi dan peluang yang ada, pembelajaran berbasis mobile dapat menjadi solusi yang inovatif dan berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat modern.


Media Pembelajaran Modern 85 Daftar Pustaka Ally, M. (2009). Mobile learning: Transforming the delivery of education and training. Athabasca University Press. Ally, M. (2017). Blockchain and distributed ledgers: Implications for mobile learning. In Z. L. Berge & L. Y. Muilenburg (Eds.), Handbook of mobile learning (pp. 325-338). Routledge. Cochrane, T. (2019). Critical success factors for transforming pedagogy with mobile Web 2.0. British Journal of Educational Technology, 50(3), 1295-1309. Crompton, H. (2013). A historical overview of mobile learning: Toward learner-centered education. In Z. L. Berge & L. Y. Muilenburg (Eds.), Handbook of mobile learning (pp. 3-14). Routledge.. Dunleavy, M., Dede, C., & Mitchell, R. (2009). Affordances and limitations of immersive participatory augmented reality simulations for teaching and learning. Journal of Science Education and Technology, 18(1), 7-22. Jonassen, D. H. (1999). Designing constructivist learning environments. In C. M. Reigeluth (Ed.), Instructionaldesign theories and models: A new paradigm of instructional theory (Vol. 2, pp. 215-239). Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Kalyuga, S., Chandler, P., & Sweller, J. (2003). When redundant on-screen text in multimedia technical instruction can


86 Media Pembelajaran Modern interfere with learning. Human Factors, 45(3), 440- 449. Kukulska-Hulme, A., & Traxler, J. (2005). Mobile learning: A handbook for educators and trainers. Routledge. Laurillard, D. (2002). Rethinking university teaching: A conversational framework for the effective use of learning technologies. Routledge. Looi, C. K., Seow, P., Zhang, B. H., So, H. J., Chen, W., & Wong, L. H. (2009). Leveraging mobile technology for sustainable seamless learning: A research agenda. British Journal of Educational Technology, 40(1), 154- 169. Mayer, R. E. (2001). Multimedia learning. Cambridge University Press. Nikou, S. A., & Economides, A. A. (2017). Mobile-based assessment: A literature review of publications in major referred journals from 2009 to 2016. Computers & Education, 109, 1-18. Pachler, N., & Daly, C. (2009). Key issues in mobile learning: Research and practice. Routledge. Sharples, M., Taylor, J., & Vavoula, G. (2007). A theory of learning for the mobile age. In R. Andrews & C. Haythornthwaite (Eds.), The Sage handbook of elearning research (pp. 221-247). Sage.


Media Pembelajaran Modern 87 Tentang Penulis Penulis lahir di Rasau Jaya tanggal 3 Oktober 1988. Penulis adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhamamdiyah Pontianak. Ketertarikan penulis terhadap ilmu pendidikan dimulai pada tahun 2006 silam. Hal tersebut membuat penulis memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dan berhasil menyelesaikan studi S1 di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan studi S2 di Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Tanjungpura, dan lulus pada tahun 2014. Ditahun 2019, penulis berhasil lulus pada program studi S2 Kimia FMIPA Universitas Tanjungpura. Saat ini, penulis sedang melanjutkan kuliah S2 di Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak. Penulis memiliki kepakaran dibidang pendidikan kimia, teknologi pendidikan, kimia lingkungan, dan pendidikan agama islam. Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi. Selain peneliti, penulis juga aktif menulis buku dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat tercinta ini.


88 Media Pembelajaran Modern E-Learning dan Pembelajaran Daring dalam Pembelajaran Pancasila embelajaran Pancasila memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai kebangsaan siswa di Indonesia (Nur, R.A.P., et al. 2023). Di era digital yang terus berkembang, integrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan telah membuka jalan bagi metode pembelajaran yang lebih fleksibel dan efektif. Salah satu inovasi besar dalam bidang pendidikan adalah e-learning atau pembelajaran daring, yang telah memberikan berbagai peluang baru dalam mengajar dan belajar. P


Click to View FlipBook Version