Pengantar Pariwisata Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Nicko Gana Saputra, S.ST, Par, M.M., Dr. Fauziah Eddyono, SE, MM., Rina Fitriana, S.Pd, M.M., Reni Sulistiyowati, S.Sos., MM., Yulianti, S.Kom., M.Hum., Dra. Maryetti, MM., Dr. FX Setiyo Wibowo, SE, MM., Dr. Derinta Entas, S.E, CHE, M.M., Eman Sulaeman, M.Pd., Ni Made Dwiyana Rasuma Putri S.E., M.M. ISBN: 978-623-8586-22-6 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, April 2024 x + 248, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v Kata Pengantar ami dengan bangga mempersembahkan pandangan holistik tentang keindahan dan kompleksitas industri pariwisata. Melalui bahasan yang mendalam, pembaca akan diantar dalam perjalanan yang menggugah pikiran mengenai nilai ekonomi, keberlanjutan, dan kekayaan budaya yang melingkupi dunia pariwisata. Buku ini diharapkan menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi para mahasiswa, akademisi, dan praktisi pariwisata dalam merespon tantangan dan peluang yang terus berkembang di era globalisasi ini. Terima kasih kepada semua kontributor yang telah menyumbangkan pemikiran dan waktunya untuk menghasilkan karya ini. Semoga buku ini dapat menjadi pijakan awal yang kokoh bagi pembaca untuk menjelajahi lebih dalam dunia pariwisata yang begitu dinamis dan menarik. Selamat membaca! K
vi Daftar Isi Kata Pengantar ................................................................. v Daftar Isi ........................................................................ vi Bab 1. Pengenalan Tentang Pariwisata .................................. 1 A. Definisi Pariwisata.......................................................... 2 B. Konsep Pariwisata .......................................................... 3 C. Peranan Pariwisata dalam Ekonomi ................................. 4 D. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pariwisata........................ 7 E. Pariwisata dalam Konteks Sosial dan Budaya .................... 8 F. Tantangan dan Peluang di Masa Depan ............................ 9 Bab 2. Sejarah Pariwisata dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat ... 11 A. Perkembangan Pariwisata ..............................................12 B. Pariwisata pada Masa Prarevolusi Industri.......................13 C. Perkembangan Pariwisata Modern..................................16 D. Penyebab Keberhasilan Thomas Cook .............................18 E. Pola Berwisata...............................................................23 F. Perkembangan Pariwisata di Negara-negara Berkembang.27 G. Perubahan Nilai, Norma, dan Gaya Hidup Akibat Pariwisata ....................................................................................31
vii H. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan sebagai Pengaruh dari Adanya Pariwisata................................................... 35 I. Dampak Ekonomi Langsung dan Tidak Langsung dari Pariwisata ..................................................................... 38 J. Pengembangan Industri Lain dan Diversifikasi Ekonomi: Pengaruh dari Industri Pariwisata................................... 41 Bab 3. Tujuan Wisata dan Motivasi Wisatawan ...................... 44 A. Teori Kebermaknaan Wisata .......................................... 45 B. Teori Motivasi Wisatawan .............................................. 48 Bab 4. Jenis-Jenis Pariwisata: Pariwisata Alam, Budaya, Sejarah dan Lainnya ......................................................... 52 A. Wisata Alam.................................................................. 53 B. Wisata Budaya............................................................... 55 C. Wisata Sejarah............................................................... 61 D. Kelayakan Objek Wisata Sejarah ..................................... 63 Bab 5. Destinasi Pariwisata: Pengelompokan dan Karakteristik Destinasi .............................................................. 66 A. Pengelompokan destinasi pariwisata............................... 70 Bab 6. Industri Pariwisata: Aktor dan Struktur Industri ......... 100 A. Elemen Geografikal Pariwisata ..................................... 101 B. Sumber Daya dalam Proses Pariwisata .......................... 103 C. Elemen Industrial........................................................ 106 D. Industrialisasi Sebagian ............................................... 108 E. Definisi Pariwisata....................................................... 112
viii F. Aplikasi/Implementasi................................................. 113 G. Struktur Industri Pariwisata.......................................... 115 H. Aktor Industri.............................................................. 118 Bab 7. Pemasaran Pariwisata: Strategi dan Promosi Destinasi .. 122 A. Pemasaran Pariwisata: Strategi dan Promosi Destinasi dengan Pendekatan User-Centric .................................. 126 B. Strategi Pemasaran Pariwisata yang Efektif.................... 128 C. Promosi Destinasi........................................................ 130 D. Faktor Internal dan Eksternal pada Strategi Pemasaran dan Promosi Destinasi........................................................ 134 E. Strategi Pemasaran dan Promosi Sebagai Tombak Eksistensi Sebuah Destinasi Wisata............................................... 137 Bab 8. Membangun Infrastruktur dan Fasilitas Pariwisata ...... 141 A. Memahami Infrastruktur Pariwisata.............................. 143 B. Jenis Infrastruktur dan Fasilitas Pariwisata .................... 150 C. Faktor-faktor penting dalam membangun Infrastruktur Pariwisata ................................................................... 166 D. Inovasi dan Teknologi dalam Infrastruktur dan Fasilitas Keberlanjutan Pariwisata ............................................. 178 E. Manajemen dan Pengelolaan Fasilitas Pariwisata ........... 181 F. Mengukur Keberhasilan Infrastruktur dan Fasilitas Pariwisata ................................................................... 185 G. Studi Kasus: Pengembangan Destinasi Wisata Pantai Merak .................................................................................. 187
ix Bab 9. Dampak Pariwisata: Ekonomi, Sosial-Budaya Dan Lingkungan ........................................................ 193 A. Dampak Pariwisata Terhadap Sektor Ekonomi............... 195 B. Dampak Pariwisata Terhadap Sosial dan Budaya............ 199 C. Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan..................... 203 Bab 10.Tantangan dan Peluang dalam Industri Pariwisata ...... 216 A. Krisis Kesehatan dan Keselamatan................................ 217 B. Dampak Lingkungan.................................................... 218 C. Masalah Sosial dan Budaya........................................... 220 Daftar Pustaka .............................................................. 225 Tentang Penulis ............................................................ 244
x
1 Pengenalan Tentang Pariwisata ariwisata adalah fenomena global yang telah menjadi salah satu kegiatan ekonomi dan sosial paling penting di dunia saat ini. Dari pantai eksotis hingga kota-kota metropolitan yang sibuk, pariwisata menawarkan pengalaman yang beragam dan memikat bagi jutaan orang setiap tahunnya. Namun, di balik keindahan dan kegembiraan, terdapat kompleksitas yang mendalam dalam industri ini yang layak untuk dipelajari dan dipahami. Pengenalan tentang pariwisata membawa kita pada sebuah perjalanan untuk memahami esensi dari fenomena ini. Dari definisi yang sederhana hingga konsep-konsep yang kompleks, pengenalan ini akan membuka pintu ke dalam dunia pariwisata P
2 yang luas dan menarik. Kami akan mengeksplorasi bagaimana pariwisata tidak hanya menjadi sarana untuk rekreasi dan perjalanan, tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi yang memengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan lingkungan di berbagai destinasi di seluruh dunia. Dalam pengantar ini, kita akan merenungkan definisi yang terus berkembang dari pariwisata, mengeksplorasi konsepkonsep kunci yang melandasi industri ini, dan menganalisis peranan penting pariwisata dalam perekonomian global. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang pariwisata, kita akan dapat menghargai dampaknya yang luas dan merencanakan masa depan industri ini secara bijaksana dan berkelanjutan. A. Definisi Pariwisata Pariwisata merupakan fenomena yang kompleks dan multidimensional yang telah menjadi salah satu kegiatan ekonomi dan sosial yang paling penting di dunia. Namun, mendefinisikan pariwisata bukanlah tugas yang mudah karena cakupannya yang luas dan beragam. Beberapa definisi umum yang sering dikutip meliputi: 1. Menurut World Tourism Organization (UNWTO), pariwisata didefinisikan sebagai "perjalanan dan kunjungan sementara orang-orang ke tempat-tempat di luar tempat tinggal mereka, untuk tujuan rekreasi, bisnis, atau lainnya". 2. Menurut Ritchie dan Crouch (2003), pariwisata adalah "aktivitas yang melibatkan perjalanan yang dilakukan orang ke luar tempat tinggal mereka dan menghabiskan waktu di luar lingkungan mereka untuk tujuan utama
3 bukan pekerjaan atau kegiatan dalam jangka waktu yang tidak lebih dari satu tahun berturut-turut". 3. Menurut Pizam dan Mansfeld (1996), pariwisata dapat dianggap sebagai "industri yang menghasilkan pengalaman yang disukai oleh pengunjung, serta menghasilkan penerimaan bagi komunitas tuan rumah". B. Konsep Pariwisata Konsep pariwisata melibatkan berbagai aspek, mulai dari motivasi individu untuk bepergian hingga dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari aktivitas pariwisata itu sendiri. Beberapa konsep utama yang perlu dipahami dalam konteks pariwisata meliputi: 1. Motivasi Wisatawan Memahami apa yang mendorong individu untuk melakukan perjalanan merupakan kunci dalam memahami dinamika pariwisata. Motivasi bisa bervariasi dari mencari relaksasi, petualangan, pendidikan, hingga motivasi spiritual. 2. Pengalaman Pariwisata Pengalaman wisatawan tidak hanya terbatas pada kunjungan fisik ke suatu tempat, tetapi juga mencakup interaksi dengan budaya lokal, makanan, aktivitas rekreasi, dan interaksi dengan sesama wisatawan. Pengalaman ini merupakan inti dari daya tarik pariwisata suatu destinasi. 3. Pengelolaan Destinasi Pengelolaan destinasi pariwisata menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan
4 lingkungan. Ini melibatkan perencanaan tata ruang, perlindungan lingkungan, pengembangan infrastruktur, dan pengelolaan dampak sosial budaya. C. Peranan Pariwisata dalam Ekonomi Pariwisata telah menjadi salah satu sektor ekonomi yang paling penting di banyak negara, memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan infrastruktur. Beberapa landasan teori yang relevan untuk memahami peranan pariwisata dalam ekonomi meliputi: 1. Teori Dampak Ekonomi Pariwisata Teori ini mencoba untuk memahami bagaimana aktivitas pariwisata mempengaruhi ekonomi suatu destinasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak ekonomi pariwisata dapat meliputi penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan lokal, dan pengembangan sektor lainnya seperti pertanian, perdagangan, dan transportasi. a. Penciptaan Lapangan Kerja Pariwisata sering kali menjadi sumber utama lapangan kerja bagi penduduk lokal. Misalnya, di sebuah destinasi wisata pantai, ada kebutuhan untuk staf hotel, restoran, penyedia tur, penyewa perahu, dan penyedia layanan lainnya. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, permintaan akan tenaga kerja di sektor-sektor ini juga meningkat. Sebagai contoh, pembukaan resor baru mungkin akan menciptakan ratusan pekerjaan baru, termasuk staf pelayanan, manajemen, dan pemeliharaan.
5 b. Peningkatan Pendapatan Lokal Wisatawan yang menghabiskan uang di destinasi pariwisata berkontribusi pada pendapatan lokal. Misalnya, ketika wisatawan memesan akomodasi, makan di restoran, membeli suvenir, atau menggunakan jasa lokal seperti transportasi atau tur, mereka mengalirkan uang ke dalam ekonomi lokal. Pendapatan ini kemudian dapat digunakan untuk mendukung bisnis lokal lainnya dan meningkatkan daya beli masyarakat setempat. c. Pengembangan Sektor Lainnya Aktivitas pariwisata juga dapat merangsang pertumbuhan sektor-sektor lain dalam ekonomi lokal. Misalnya, dengan meningkatnya jumlah wisatawan, kebutuhan akan bahan makanan dan produk lokal juga meningkat. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan perikanan di wilayah tersebut. Selain itu, adanya peningkatan permintaan akan barang dan jasa lain seperti transportasi lokal dan perdagangan juga dapat menguntungkan sektor-sektor terkait 2. Model Input – Output Model ini digunakan untuk menganalisis interaksi antara berbagai sektor ekonomi dalam suatu destinasi pariwisata. Dengan memahami hubungan antar sektor, pengambil kebijakan dapat merencanakan investasi dan pengembangan secara efektif. 3. Teori Keberlanjutan Pariwisata Dalam konteks keberlanjutan, penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari aktivitas
6 pariwisata terhadap lingkungan, budaya, dan ekonomi lokal. Teori ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan keadilan sosial. Contoh pada destinasi pariwisata gunung, Bayangkan sebuah destinasi pariwisata yang terkenal karena keindahan alamnya, terutama gunung yang menjadi daya tarik utama. Dalam konteks keberlanjutan, pemerintah setempat dan pemangku kepentingan lainnya harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari aktivitas pariwisata terhadap lingkungan, budaya, dan ekonomi lokal. a. Perlindungan Lingkungan Gunung tersebut memiliki ekosistem yang sensitif, termasuk hutan hujan, flora dan fauna endemik, dan sumber air. Aktivitas pariwisata seperti pendakian, camping, dan tur harus diatur dengan ketat untuk mengurangi jejak ekologisnya. Misalnya, pembatasan jumlah pendaki setiap hari, pemeliharaan jalur pendakian, dan pengelolaan limbah harus diterapkan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan. b. Pemeliharaan Budaya Lokal Komunitas lokal yang tinggal di sekitar gunung mungkin memiliki budaya dan tradisi yang kaya. Penting untuk melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan terkait pariwisata dan memastikan bahwa kehadiran wisatawan tidak merusak atau mengganggu kehidupan mereka. Inisiatif seperti pelatihan untuk pemandu lokal, promosi produk-produk kerajinan tangan lokal, dan pelestarian warisan budaya harus didukung untuk menjaga keberlanjutan budaya.
7 c. Keadilan Sosial Dalam pengembangan pariwisata, penting untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi dari industri ini didistribusikan secara adil di antara masyarakat lokal. Hal ini dapat mencakup penciptaan peluang kerja yang setara, akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan kesehatan, serta partisipasi dalam pengambilan keputusan terkait pariwisata. Masyarakat lokal harus memiliki suara dalam bagaimana pariwisata dikelola dan bagaimana manfaatnya didistribusikan. D. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pariwisata Perkembangan teknologi dan transportasi telah membuka pintu bagi globalisasi dalam industri pariwisata. Fenomena ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas ke destinasi yang lebih jauh, tetapi juga telah mengubah cara orang bepergian dan berinteraksi dengan lingkungan baru. Beberapa dampak globalisasi terhadap pariwisata antara lain: 1. Diversifikasi Pasar Globalisasi telah menciptakan pasar yang lebih beragam dengan meningkatnya minat untuk menjelajahi destinasi baru. Hal ini memicu diversifikasi dalam penawaran wisata yang mencakup pariwisata petualangan, ekoturisme, dan wisata budaya. 2. Pengaruh Teknologi Perkembangan teknologi, seperti internet dan media sosial, telah mengubah cara orang merencanakan, memesan, dan berbagi pengalaman perjalanan.
8 Platform daring seperti Airbnb, Booking.com, dan TripAdvisor telah menjadi integral dalam proses perjalanan modern. 3. Peningkatan Mobilitas Transportasi udara yang lebih murah dan efisien telah membuka aksesibilitas ke destinasi internasional bagi lebih banyak orang. Ini telah mengubah pola perjalanan dan meningkatkan jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan ke luar negeri. E. Pariwisata dalam Konteks Sosial dan Budaya Selain dampak ekonomi, pariwisata juga memiliki implikasi sosial dan budaya yang signifikan. Ketika wisatawan berkunjung ke suatu destinasi, mereka membawa serta nilai-nilai, norma, dan perilaku dari budaya mereka sendiri. Ini dapat menghasilkan interaksi yang kompleks antara wisatawan dan komunitas lokal. Beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam konteks sosial dan budaya meliputi: 1. Pengaruh Terhadap Identitas Budaya Pariwisata dapat memengaruhi cara komunitas lokal memandang dan mempertahankan identitas budaya mereka. Perubahan dalam pola konsumsi, gaya hidup, dan persepsi terhadap tradisi lokal dapat terjadi akibat interaksi dengan wisatawan. 2. Tantangan Terhadap Pelestarian Budaya Perubahan cepat dalam infrastruktur pariwisata dan kebutuhan akan akomodasi dapat menyebabkan kerusakan terhadap situs-situs bersejarah dan warisan
9 budaya. Perlindungan dan pelestarian warisan budaya menjadi tantangan penting dalam pengelolaan pariwisata. 3. Manfaat Sosial Meskipun ada potensi konflik budaya, pariwisata juga dapat memberikan manfaat sosial bagi komunitas lokal seperti penciptaan lapangan kerja, kesempatan pendidikan, dan pembangunan infrastruktur sosial. F. Tantangan dan Peluang di Masa Depan Saat kita melangkah ke masa depan, industri pariwisata dihadapkan pada berbagai tantangan dan peluang. Perubahan iklim, ketidakstabilan politik, dan perkembangan teknologi adalah beberapa faktor yang dapat membentuk arah industri ini. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang konsep dan landasan teoritis pariwisata, kita dapat menghadapi tantangan ini dengan cara yang berkelanjutan dan inovatif. 1. Perubahan Iklim Peningkatan suhu global dan perubahan pola cuaca dapat mengancam keberlanjutan destinasi pariwisata, terutama yang tergantung pada alam dan lingkungan. Diperlukan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi untuk menghadapi dampak perubahan iklim ini. 2. Pemanfaatan Teknologi Perkembangan dalam teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), realitas virtual (VR), dan blockchain memiliki potensi untuk mengubah cara kami merencanakan dan mengalami perjalanan. Integrasi
10 teknologi ini dalam industri pariwisata dapat meningkatkan efisiensi dan pengalaman pengguna. 3. Pengelolaan Overtourism Peningkatan jumlah wisatawan dalam beberapa destinasi populer telah menimbulkan masalah overtourism, yaitu ketidakseimbangan antara kapasitas tempat dan jumlah pengunjung. Pengelolaan yang cermat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan kualitas hidup komunitas lokal.
11 Sejarah Pariwisata dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat ariwisata merupakan fenomena sosial, ekonomi, dan budaya yang melibatkan pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan rekreasi, liburan, bisnis, atau kegiatan lainnya yang tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini mencakup perjalanan yang sifatnya sementara, yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam rangka mengunjungi suatu tempat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Definisi pariwisata tidak hanya mencakup perjalanan fisik semata, tetapi juga melibatkan aspek-aspek seperti penginapan, makanan, transportasi, hiburan, dan interaksi budaya antara P
12 wisatawan dan tuan rumah. Pariwisata dapat memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya di destinasi yang dikunjungi. A. Perkembangan Pariwisata Awal Mula Pariwisata Sejarah pariwisata dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno ketika orang-orang melakukan perjalanan jauh untuk tujuan perdagangan, keagamaan, dan penjelajahan. Di Eropa, Grand Tour pada abad ke-17 dan ke-18 menjadi awal dari perjalanan wisata aristokrat Eropa ke berbagai destinasi budaya di benua tersebut. Perkembangan transportasi seperti kereta api dan kapal uap membuka akses yang lebih luas bagi orang-orang untuk melakukan perjalanan. Perkembangan Industri Pariwisata Global Abad ke-20 menyaksikan perkembangan signifikan dalam industri pariwisata global. Penerbangan komersial yang terjangkau, infrastruktur pariwisata yang berkembang, dan promosi pariwisata yang intens telah mengubah pariwisata dari kegiatan eksklusif menjadi industri massal. Organisasi seperti UNWTO (World Tourism Organization) memainkan peran penting dalam mengatur dan mempromosikan pariwisata secara global. Perkembangan Pariwisata di Negara-negara Berkembang Pariwisata bukan hanya fenomena yang terjadi di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang. Negara-negara seperti Thailand, Indonesia, dan Brasil telah mengalami pertumbuhan pesat dalam industri pariwisata, membawa manfaat ekonomi yang signifikan
13 tetapi juga menimbulkan tantangan terkait pengelolaan sumber daya dan keberlanjutan. Tren Perkembangan Terkini Perkembangan terkini dalam industri pariwisata mencakup peningkatan popularitas pariwisata berkelanjutan, peningkatan penggunaan teknologi dalam pemasaran dan pengalaman wisata, serta pergeseran tren dalam preferensi wisatawan seperti meningkatnya minat pada pariwisata budaya, ekowisata, dan petualangan. Dampak Pandemi Covid-19 Pandemi Covid-19 secara drastis mempengaruhi perkembangan pariwisata global dengan menutup batas-batas negara, pembatalan perjalanan, dan penurunan signifikan dalam jumlah wisatawan. Industri pariwisata harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru, termasuk peningkatan protokol kesehatan dan adaptasi kepada tren perjalanan yang berubah. B. Pariwisata pada Masa Prarevolusi Industri 1. Kegiatan Wisata Sebelum Revolusi Industri (1760-1850), perjalanan banyak dilakukan untuk keperluan praktis dan pragmatais seperti perjalanan dinas, ziarah, dagang, dan sebagianya. Namun demikian, perjalanan yang dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu dan untuk keperluan yang bersifat rekreatif juga telah dilakukan sejak beberapa abad sebelum masehi. Contoh perjalanan unntuk memenuhi rasa ingin tahu, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh ratu Sheba
14 ke Jerussalem untuk berkunjung ke Raja (Nabi) Sulaiman. Perjalanan petualangan yang dilakukan oleh Dr. David Livingstone (1813-1852). Seorang penginjil dan dokter asal Skotlandia ke Afrika. Dr Livingstone melintasi Gurun Kalahari tahun 1841-1852, dari Bechuana ke wilayah Danau Ngami, dan menemukan Sungai Zambesi pada tahun 1851. Contoh klasik dari jenis perjalanan untuk keperluan yang bersifat rekreatif adalah perjalanan yang dilakukan untuk menyakitkan pertandingan Olympic (Olympiade). Ketika pertandingan tersebut untuk pertama kali diselenggarakan pada tahun 776 sebelum amsehi, orang-orang dari berbagai penjuru Eropa dan Timur Tengah berdatangan ke gunung Olympus untuk menyaksikannnya. Pada abad ke-4 sebelum masehi, Xenophon mengusulkan agar pemerintah Yunani mempergunakan uang negara untuk membangun sarana akomodasi (hotel) bagi para pengunjung kota Athena. 2. Wisata pada Zaman Romawi Kegiatan wisata untuk keperluan yang bersifat pragmatis maupun rekreatif juga terjadi pada zaman Romawi Kuno sekitar 200 tahun sebelum masehi hingga abad ke-5 Masehi. Wilayah Kekaisaran atau Kerajaan Romawi yang begitu luas, seluruh Eropa, Inggris (kecuali Scotlandia dan Irlandia), bagian utara Afrika, dan Sebagian wilayah Timur Tengah menimbulkan kebutuhan prasarana lalu lintas, sarana akomodasi, dan berbagai fasilitas lainnya.
15 3. Wisata pada Zaman Kerajaan di Indonesia Pembangunan sarana, prasarana, dan fasilitas untuk keperluan rekratif pada zaman dahulu juga terjadi di tempat-tempat lainnya seperti Tiongkok, Mesir, India, Mesopotania, dan Indonesia. Dari buku-buku Sejarah dapat dibaca tentang pembuatan sebuah kanal yang cukup besar. Pada abad ke-5 Masehi, Raja Tarumanegara membuat kanal tersebut untuk keperluan pengairan, transportasi, dan rekreasi. Begitu juga banyak raja-raja lain di Indonesia pada masa lampau membangun berbagai sarana untuk keperluan-keperluan yang bersifat rekreasi seperti berikut ini. Taman Narmada, yang dibangun pada abad ke-17 sebagai tempat peristirahatan raja-raja Lombok. Kolam Segaran di Trowulan, dekat Mojokerto, Jawa Timur, yang dibangun pada zaman kejayaan Kerajaan Majapahit untuk keprluan rekreasi, di samping untuk ketrsediaan air di musim kemarau. Tasik Ardi di Banten Lama, yang dibangun oleh Maulana Jusuf pada abad ke-16 untuk keperluan irigasi, persediaan air minum bagi Keraton Surosowan, dan untuk keperluan rekreasi. Gunongan yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk tempat istirahat dan bersantai bagi permaisurinya. Selain Pembangunan sarana, prasarana, dan fasilitas-fasilitas tersebut di atas, perjalanan untuk
16 keperluan rekreatif juga dilakukan, meskipun terbatas raja, bangsawan, dan orang kaya. 4. Wisata pada Zaman Ratu Elisabeth Tudor Kegiatan wisata (travel activities) mulai berkembang lagi di Eropa, khususnya di Inggris sejak Ratu Elizabeth Tudor naik tahta pada tahun 1558. Para hakim beserta rombongannya (termasuk para pengacara) berkeliling di seluruh negeri untuk menyelenggarakan sidang-sidang peradilan (circuit courts). Para pedagang berkeliling ke segala penjuru untuk mencari pasar bagi barang-barang dagangannya. Kaum muda dari seluruh pelosok Kerajaan berdatangan ke London untuk mengadu Nasib, membina, dan mengembangkan karir mereka. 5. Zaman Kereta Kuda Salah satu sarana yang sangat penting bagi kegiatan wisata adalah transportasi. Pada awal bab ini, telah dikemukakan bahwa pada zaman kejayaan Kerajaan Romawi, jaringan prasarana jalan raya banyak dibangun untuk keperluan dinas para pejabat Romawi. Kemudian dimanfaatkan oleh Masyarakat luas untuk keperluan perdagangan, ziarah, dan kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif. C. Perkembangan Pariwisata Modern 1. Sejarah Lahirnya Paket Wisata Pola perkembangan kepariwisataan yang terjadi sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari kreatifitas
17 Thomas Cook. Karena itulah maka ia diakui sebagai Arsitek atau Bapak Kepariwisataan Modern. 2. Usaha Thomas Cook Pada tanggal 5 Juli 1841, Thomas Cook menyelenggarakan apa yang sekarang dinamakan paket wisata atau inclusive tour yang pertama. Perjalanan pergi pulang dengan kereta api dari Leicester ke Loughborough untuk melihat sebuah pamaeran yang diselenggarakan di sana. Biaya yang dikenakan bagi pesertanya adalah satu shilling per orang. Berkat promosi yang dilakukannya melalui iklan, jumlah peserta paket wisata mencapai 570 orang. 3. Voucher Selain itu, Thomas Cook pada tahun 1867 juga memperkenalkan penggunaan nilai tukar yang dikenal dengan sebutan voucher, yaitu semaacam surat buktu pembayaran. Dengan membawa voucher yang dikeluarkan oleh sebuah Perusahaan perjalanan, orang yang bersangkutan dapat menikmati berbagai fasilitas. Misalnya, sarana akomodasi, makan, minum, dan semua yang tercantum dalam voucher tersebut tanpa membayar lagi. Semua biaya telah dibayarkan ke Perusahaan perjalanan yang mengeluarkan voucher yang bersangkutan. Perusahaan perjalanan itu akan mengirim biaya penggunaan fasilitas tersebut ke hotel, restoran, dan bidang usaha lain yang tercantum dalam voucher. Usaha Thomas Cook itu kemudian ditiru oleh orang-orang lain. Perusahaan-perusahaan perjalanan
18 baru bermunculan. Mula-mula di Inggris, kemudian menyebar pula ke daratan Eropa, Amerika, dan negaranegara lain termasuk Indonesia. Meskipun ada beberapa variasi, namun pada dasarnya pola yang dipergunakan oleh Perusahaan-perusahaan perjalanan itu adalah sama dengan yang dikembangkan oleh Thomas Cook. D. Penyebab Keberhasilan Thomas Cook 1. Revolusi Industri Keberhasilan Thomas Cook dikarenakan Revolusi Industri (1760-1850) dengan diketemukannya mesin uap. Hal ini mengakibatkan perubahan sosial budaya di Inggris yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Penemuan mesin uap yang menyebabkan terjadinya revolusi industry, membawa akibat-akibat sebagai berikut. Terjadinya perpindahan tempat kerja dari daerah agraris di pedesaan ke pusat-pusat industry di daerah perkotaan (urbanisasi). Peristiwa ini menimbulkan kebutuhan untuk melarikan diri dari kota yang sibuk ke desa yang lenggang dan santai. Terjadinya perubahan sifat dari masyarakat agraris, Dimana pekerjaannya lebih bervariasi, ke maasyarakat industri, dimana pekerjaannya lebih monoton. Apalagi jika dipergunakan system ban berjalan. Para pekerja tidak dapat menyaksikan dan tidak terlibat dalam keseluruhan perkembangan yang terjadi dalam proses perekayasaan seperti petani atau
19 peternak. Mereka hanya dapat mmelihat dan terlibat secara parsial. Sifat pekerjaan pada masyarakat industri itu mengakibatkan kebutuhan untuk melarikan diri dari rutinitas yang membosankan. Ada jadwal yang jelas dan tetap antara jam kerja (misalnya dari jam 08.00-jam 16.00) dan di luar jam kerja (sebelum jam 08.00 dan setelah jam 16.00). Dalam masyarakat agraris tidak dikenal jadwal seperti itu, yang ada adalah waktu bekerja dan waktu istirahat. Setelah lelah mengerjakan ladang/sawah dengan waktu yang tidak ditetapkan, petani dapat berhenti untuk beristirahat. Setelaha melepas Lelah, ia mulai bekerja lagi. Sebaliknya masyarakat industry mengenal aadanya waktu kerja dan waktu di luar jam kerja (leisure time). Makin besarnya pengaruh serikat buruh terhadap lembaga perwakilan rakyat dan para politisi, menghasilkan perbaikan nasib kaum buruh dan para pekerja. Dalam bentuk gaji yang lebih besar, jaminan sosial yang lebih baik dan jam atau hari kerja yang lebih singkat. Timbullah apa yang disebut dengan golongan menengah (middle class), sehingga ada kaum industrialis, pengusaha, dan pekerja. 2. Transportasi Kereta Api Dengan penemuan mesin uap, menimbulkan ide diciptakannya lokomotif dan kereta api pada tahun 1820-an. Jalur kereta api pertama dibuka pada tanggal 27 September 1825 antara Stockton dan Darlington. Sepanjang sebelas mill di bagian timur laut Inggris.
20 Jalur kereta api pertama di Amerika Serikat dibuka pada tahun 1830. Di Eropa jalaur kereta api pertama dibuka di Perancis pada tahun 1832. Kemudian menyusul Belgia dan Batavia pada tahun 1835, di Austria dan Prusia pada tahun 1838, di Italia dan negeri Belanda pada tahun 1839, di Denmark dan Spanyol pada tahun 1848. 3. Aspek Psikologis Masih ada satu factor psikologis, yang sangat menunjang keberhasilan paket wisata Thomas Cook, yaitu sifat kontroversial yang ada di dalam diri masingmasing orang. Sifat kontroversial taampil dalam bentuk pertentangan batin, yaitu keinginan untuk melihat dan mengalami hal-hal baru, di lain pihak cemas dan takut terhadap hal-hal yang tidak dikenalnya (the unknown) karena merupakan produk baru. Secara keseluruhan penyebab keberhasilan paket wisata yang dirintis oleh Thomas Cook, yaitu adanya hal-hal sebagai berikut. a. Adanya kebutuhan untuk melakukan kegiatan rekreasi b. Adanya waktu luang untuk memenuhi kebutuhan tersebut c. Adanya dan untuk membiayai pemenuhan kebutuhan tersebut d. Adanya sarana transportasi massal untuk melakukan kegiatan rekreasi dan wisata.
21 e. Adanya semacam jaminan keamanan yang bersifat psikologis. 4. Pariwisata Modern Dengan makin meluasnya jaringan jalur kereta api, baik di Inggris, Amerika, daratan Eropa, Asia, maupun di belahan dunia lainnya, maka makin berkembang pula keinginan wisata. Baik yang dilakukan secara perorangan maupun yang dilakukan dengan mengikuti paket-paket wisata. Salah satu kegiatan wisata dengan kereta api yang diberi nama Orient Express. Sejak beroperasi untuk pertama kali pada tanggal 4 Oktober 1883, sederetan nama-nama terkenal bepergian dengan Kereta Api Orient Express. Sir Conan Doyle (pengarang cerita dekettif Sherlock Holmes), sastrawan besar Amerika Ernest Hemmingway dan Joseph Conrad, Lord Baden Powel (pendiri dan bapak kepanduan seluruh dunia). Agatha Christie, pengarang cerita detektif pernah pernah mengabadikan kereta api Orient Express dalam salah satu buku karangannya berjudul Pembunuhan di Orient Express dan pernah difilmkan. 5. Transportasi Sarana Pendukung Dari uraian diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa sarana transportasi memang peranan yang besar sekali dalam perkembangan kegiatan wisata. Setelah Perang Dunia ke II usai, dengan perkembangannya transportasi udara maka kegiatan wisata internionalmakin meningkat pula. Terutama sekali setelah tahun 1950-an dengan diciptakannya pesawat-
22 pesawat udara. Mempunyai daya angkut besar dan orang bisa melakukan perjalanan dengan jarak yang lebih jauh. Jangka waktu lebih cepat, lebih aman dan nyaman, dengan biaya relative murah. Akibatnya, timbullah kepariwisataan massal atau mass tourism yang terus berkembang hingga dewasa ini. Akan tetapi, kegiatan wisata massal dengan mempergunakan pesawat udara menghilangkan romantisme selama perjalanan seperti yang mewarnai perjalanan dengan kapal laut dan kereta api. 6. Bidang Usaha Perjalanan Meskipun dengan jumlah wisatawannya jauh lebih besar, tetapi jenis-jenis produknya meningkat sangat bervariasi dann berkualitas. Adapun ciri-ciri khasnya sebagai berikut: a. Perjalanan atau kegiatan wisata dilakukan secara rombongan b. Keseluruhan kegiatan wisata itu pada dasarnya terdiri dari unsur-unsur; transportasi, akomodasi, makan dan minum (terbatas), kunjungan ke objek atau daya tarik wisata, dan jasa pemandu wisata atau pramuwisata c. Keseluruhan unsur dalam kegiatan dan biaya perjalanan yang telah ditetapkan.
23 E. Pola Berwisata 1. Latar Belakang Pada abad 20, dunia pariwisata sangat diwarnai oleh dua peristiwa besar, yaitu Perang Dunia I (1914- 1918) dan Perang Dunia II (1939-1945). Pengaruh Perang Dunia I pada perkembangan pariwisata disebabkan kendaraan bermotor (mobil) mendesak peranan kereta api. Pengaruh Perang Dunia II pada perkembangan pariwisata disebabkan pesawat terbang mendesak peranan kapal laut. Disamping itu, sebelum Perang Dunia I kegiatan wisata masih merupakan fenomena yang bersifat local. Dalam Peranh Dunia I dan Perang Dunia II banyak orang yang bertugas di negara-negara lain. Setelah perang usai, pengalaman-pengalaman yang diperolehnya di negara-negara lain dalam medan perang, menjadi dorongan bagi mereka untuk mengunjungi negara-negara tersebut. Kunjungan kali ini dilakukan bukan lagi sebagai tentara, tetapi sebagai orang-orang sipil untuk mengenang Kembali suka duka yang mereka alami selama perang. Mengunjungi penduduk setempat yang pernah dikenal atau yang pernah menolongnya. Periode diantara kedua Perang Dunia tersebut diwarnai fluktuasi. Antara peningkatan kemakmuran, depresi, pemulihan Kembali (recovery), dan disusul dengan depresi berat (Great Depression). Tahun 1929- 1931 di Indonesia dikenal dengan sebutan zaman malaise. Namun demikian, kegiatan wisata tetap
24 berkkembang. Paling tidak, bidang usaha kepariwisataan berupaya agar kegiatan wisata tetap berlangsung. Oleh karena itu, pada tahun 1924 didirikan sebuah organisasi Bernama International Union of Official Organizations for Tourism Propaganda. Kemudian, diubah menjadi International Union of Official Travel Organization atau IUOTO. Perkembangan pariwisata dari masa ke masa mencerminkan transformasi dalam cara manusia melakukan perjalanan, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan memanfaatkan keberagaman budaya global. Seiring dengan pertumbuhan jumlah wisatawan, industri pariwisata juga menghadapi tantangan seperti over-tourism, kerusakan lingkungan, dan masalah sosial-budaya. Oleh karena itu, pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab menjadi semakin penting dalam menjaga keseimbangan antara manfaat ekonomi dan keberlanjutan lingkungan serta kebudayaan. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang berkembang pesat di seluruh dunia. Perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, dan meningkatnya mobilitas global. Dalam lima halaman ini, kita akan menjelajahi secara mendalam tentang bagaimana industri pariwisata global berkembang dari waktu ke waktu, dampaknya terhadap berbagai aspek masyarakat, serta tantangan dan peluang yang dihadapinya.
25 2. Awal Mula Industri Pariwisata Industri pariwisata modern dapat ditarik kembali ke abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika perjalanan menjadi lebih terjangkau bagi kelas menengah. Perkembangan transportasi seperti kereta api dan kapal pesiar membuka pintu bagi perjalanan jarak jauh. Grand Tour di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18 juga menjadi titik awal bagi konsep pariwisata modern, di mana para aristokrat Eropa melakukan perjalanan ke berbagai kota budaya untuk pengalaman belajar dan hiburan. 3. Revolusi Transportasi dan Komunikasi Abad ke-20 menyaksikan revolusi dalam transportasi udara dengan munculnya penerbangan komersial yang terjangkau. Hal ini mengubah paradigma perjalanan internasional dan memungkinkan lebih banyak orang untuk menjelajahi tujuantujuan eksotis di seluruh dunia. Selain itu, perkembangan telekomunikasi, khususnya internet, juga berkontribusi besar dalam pertumbuhan industri pariwisata dengan memungkinkan pemesanan online, pemasaran global, dan pengalaman berbagi melalui media sosial. 4. Globalisasi dan Ekspansi Destinasi Pariwisata Globalisasi ekonomi telah memperluas jangkauan industri pariwisata dengan menghubungkan pasar dan destinasi dari berbagai belahan dunia. Negara-negara yang sebelumnya tidak terkenal sebagai destinasi pariwisata, seperti negara-negara Asia Tenggara dan
26 Timur Tengah, sekarang menjadi magnet wisata global dengan menawarkan pengalaman budaya, alam, dan hiburan yang unik. 5. Dampak Ekonomi dan Sosial Industri pariwisata tidak hanya menciptakan lapangan kerja langsung dalam sektor pariwisata itu sendiri, tetapi juga mempengaruhi sektor-sektor terkait seperti transportasi, perhotelan, restoran, dan kerajinan lokal. Hal ini berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi lokal serta memberikan peluang bagi pengembangan infrastruktur dan layanan publik. Namun, dampak industri pariwisata tidak selalu positif. Over-tourism, di mana destinasi populer mengalami peningkatan jumlah wisatawan melebihi kapasitasnya, dapat menyebabkan masalah lingkungan, kerusakan budaya, dan konflik sosial antara wisatawan dan masyarakat lokal. 6. Tantangan dan Inovasi Industri pariwisata global menghadapi berbagai tantangan seperti perubahan iklim, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan kebutuhan akan pengalaman wisata yang lebih autentik dan berkelanjutan. Inovasi dalam pengelolaan destinasi, promosi pariwisata bertanggung jawab, dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan pengalaman wisatawan menjadi kunci dalam mengatasi tantangan ini.
27 F. Perkembangan Pariwisata di Negara-negara Berkembang Pariwisata di negara-negara berkembang telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor seperti kemajuan infrastruktur, promosi pariwisata, dan minat global terhadap destinasi eksotis. Dalam lima halaman ini, kita akan menjelajahi perkembangan pariwisata di negaranegara berkembang, dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat lokal, serta tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. 1. Pertumbuhan Industri Pariwisata Negara-negara seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, Brasil, dan India telah menjadi tujuan pariwisata yang populer di kalangan wisatawan internasional. Pertumbuhan ini didorong oleh kekayaan alam, warisan budaya, dan keramahan masyarakat lokal. Seiring dengan meningkatnya aksesibilitas transportasi dan promosi pariwisata yang intens, jumlah wisatawan yang berkunjung ke negaranegara berkembang terus meningkat. 2. Manfaat Ekonomi Industri pariwisata memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi negara-negara berkembang. Hal ini termasuk penciptaan lapangan kerja di sektor pariwisata, peningkatan pendapatan dari pajak pariwisata, dan stimulasi pertumbuhan sektor-sektor terkait seperti perhotelan, transportasi, dan kerajinan lokal. Contoh kasus seperti Bali di Indonesia atau
28 Phuket di Thailand menunjukkan bagaimana pariwisata dapat menjadi motor ekonomi lokal. 3. Dampak Sosial dan Budaya Meskipun membawa manfaat ekonomi, industri pariwisata juga dapat memberikan dampak sosial dan budaya yang kompleks. Pertumbuhan pariwisata sering kali menyebabkan perubahan dalam gaya hidup masyarakat lokal, pergeseran nilai budaya, dan konflik antara kebutuhan wisatawan dan kebutuhan masyarakat lokal. Pengelolaan dampak sosial dan budaya ini menjadi penting untuk menjaga harmoni dalam destinasi pariwisata. 4. Tantangan Lingkungan Pertumbuhan pariwisata di negara-negara berkembang sering kali diiringi oleh tantangan lingkungan. Penurunan kualitas udara, kerusakan ekosistem alam, dan peningkatan limbah plastik menjadi masalah serius yang perlu diatasi dalam upaya menjaga keberlanjutan destinasi pariwisata. Pendekatan pariwisata berkelanjutan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan perlu diterapkan secara luas. 5. Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pemerintah, stakeholder pariwisata, dan masyarakat lokal di negara-negara berkembang semakin menyadari pentingnya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Langkah-langkah seperti pengelolaan yang baik terhadap destinasi pariwisata, promosi pariwisata bertanggung jawab, pembangunan infra-
29 struktur yang ramah lingkungan, dan pemberdayaan komunitas lokal menjadi fokus dalam upaya meningkatkan manfaat positif pariwisata sambil mengurangi dampak negatifnya 6. Dampak Positif Pariwisata terhadap Masyarakat Industri pariwisata memiliki dampak yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan di berbagai negara di seluruh dunia. Dalam lima lembar ini, kita akan menjelaskan bagaimana industri pariwisata berperan dalam menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan bagi masyarakat lokal, serta merujuk pada beberapa sumber yang relevan untuk mendukung penjelasan ini. a. Penciptaan Lapangan Kerja Industri pariwisata menciptakan berbagai jenis lapangan kerja mulai dari petugas hotel, pemandu wisata, sopir taksi, hingga pedagang lokal. Sektor ini menciptakan kesempatan kerja bagi beragam latar belakang pendidikan dan keterampilan, baik untuk pekerjaan yang memerlukan kualifikasi tinggi maupun pekerjaan yang memerlukan keterampilan yang lebih dasar. Misalnya, di sektor pariwisata, terdapat peluang bagi orang-orang untuk bekerja di bidang layanan pelanggan, manajemen destinasi, kegiatan petualangan, dan sektor-sektor terkait lainnya. b. Dampak Ekonomi dan Peningkatan Pendapatan Pariwisata membawa arus pendapatan baru ke dalam ekonomi lokal melalui berbagai cara. Pertama,
30 wisatawan yang menghabiskan uang untuk akomodasi, makanan, transportasi, belanja, dan aktivitas hiburan menciptakan multiplier effect yang merangsang pertumbuhan ekonomi. Pendapatan yang dihasilkan dari industri pariwisata juga memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan pajak bagi pemerintah daerah dan nasional. Selain itu, pariwisata juga mendorong perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor-sektor terkait seperti kerajinan lokal, kuliner tradisional, dan souvenir. 7. Dampak Sekunder Selain menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan, industri pariwisata juga memiliki dampak sekunder yang penting. Misalnya, perkembangan infrastruktur seperti bandara, jalan raya, dan sarana transportasi umum lainnya tidak hanya memberikan manfaat bagi wisatawan tetapi juga meningkatkan konektivitas dan mobilitas lokal. Hal ini berdampak positif pada pembangunan ekonomi dan sosial di sekitar destinasi pariwisata. 8. Tantangan dan Peluang Meskipun memberikan manfaat signifikan, industri pariwisata juga dihadapkan pada tantangan, terutama terkait dengan distribusi manfaat ekonomi yang tidak merata, kualitas pekerjaan, dan keberlanjutan lingkungan. Penting bagi pemerintah dan stakeholder pariwisata untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung inklusivitas, pemerataan pendapatan, pelatihan keterampilan, dan pelestarian lingkungan dalam pengembangan industri pariwisata.
31 G. Perubahan Nilai, Norma, dan Gaya Hidup Akibat Pariwisata 1. Perubahan Nilai Pariwisata tidak hanya membawa dampak ekonomi dan sosial, tetapi juga mengubah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lokal di destinasi pariwisata. Perubahan nilai ini bisa bersifat positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana pariwisata dielola dan diintegrasikan dengan budaya lokal. Pertama-tama, pariwisata sering kali memperkenalkan nilai-nilai baru kepada masyarakat lokal. Misalnya, konsep kebersihan, keramahan, dan pelayanan yang baik kepada pelanggan menjadi nilai yang semakin penting dalam destinasi pariwisata. Hal ini dapat memicu perubahan positif dalam sikap dan perilaku masyarakat lokal terhadap lingkungan dan orang lain. Namun, di sisi lain, pariwisata juga dapat menghadirkan nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya dan tradisi lokal. Contohnya adalah adopsi gaya hidup konsumerisme yang berlebihan, promosi citra tubuh yang tidak realistis, atau bahkan eksposur terhadap nilai-nilai individualisme yang bertentangan dengan nilai kolektivitas yang dianut oleh masyarakat tradisional. 2. Perubahan Norma Selain nilai, pariwisata juga dapat merubah normanorma sosial yang berlaku di masyarakat lokal. Norma-
32 norma ini mencakup aturan sosial, norma perilaku, dan tata nilai yang dianggap benar oleh masyarakat. Pertama, pariwisata dapat mempengaruhi normanorma terkait dengan penerimaan terhadap keberagaman dan toleransi terhadap budaya lain. Dengan adanya interaksi antara wisatawan dari berbagai latar belakang dengan masyarakat lokal, norma-norma inklusivitas dan toleransi seringkali semakin ditekankan. Namun, di sisi lain, pariwisata juga dapat menghadirkan perubahan norma-norma negatif seperti seksualisasi, komersialisasi budaya, atau bahkan masalah-masalah seperti prostitusi dan narkoba yang berkaitan dengan industri pariwisata yang tidak diatur dengan baik. 3. Perubahan Gaya Hidup Gaya hidup masyarakat lokal juga dapat berubah secara signifikan akibat adanya industri pariwisata yang berkembang di destinasi mereka. Perubahan gaya hidup ini dapat terjadi pada berbagai aspek, mulai dari pola konsumsi, aktivitas rekreasi, hingga preferensi kesehatan dan lingkungan. Salah satu dampak yang sering terlihat adalah perubahan pola makan dan konsumsi. Kehadiran wisatawan seringkali memicu permintaan akan makanan dan minuman yang sesuai dengan selera internasional, sehingga industri kuliner lokal sering mengalami adaptasi terhadap kebutuhan pasar baru ini.
33 Selain itu, pariwisata juga dapat memengaruhi aktivitas rekreasi dan gaya hidup aktif. Destinasi pariwisata seringkali menawarkan berbagai aktivitas seperti olahraga air, hiking, atau kegiatan ekowisata yang mempengaruhi cara masyarakat lokal menghabiskan waktu luang mereka. 4. Tantangan dalam Perubahan Nilai, Norma, dan Gaya Hidup Perubahan nilai, norma, dan gaya hidup akibat pariwisata tidak selalu berjalan mulus dan menghadirkan tantangan yang perlu diatasi. Beberapa tantangan tersebut antara lain: a. Konflik Nilai: Adanya konflik antara nilai dan norma tradisional dengan nilai-nilai yang diadopsi dari budaya wisatawan atau industri pariwisata. b. Komersialisasi Budaya: Risiko terhadap komersialisasi budaya lokal yang dapat mengubah karakteristik unik dari suatu destinasi. c. Keseimbangan Lingkungan: Perubahan gaya hidup dan norma yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti peningkatan sampah dan degradasi ekosistem. d. Kesejahteraan Masyarakat: Pentingnya memastikan bahwa perubahan-nilai-nilai tersebut tidak mengorbankan kesejahteraan masyarakat lokal, baik secara ekonomi maupun sosial. e. Interaksi Nilai-nilai: Selain memperluas pengetahuan dan wawasan, perjalanan-perjalanan tersebut dapat juga menimbulkan perubahan-
34 perubahan sikap dan perilaku itu disebabkan selama melakukan perjalanan terutama ke luar negeri. Perubahan sikap dan perilaku itu disebabkan selama melakukan perjalanan terjadi interaksi antara nilai-nilai sosial budaya yang dianut para wisatawan dan nilai-nilai sosial budaya yang dianut Masyarakat yang dikunjungi. Perubahan-perubahan sikap dan perilaku itu bisa bersifat positif ataupun negative, tergantung dari kepribadian wisatawan yang bersangkutan 5. Pariwisata dari Aspek Edukatif Kegiatan wisata international, yaitu perjalanan ke luar batas-batas wilayah negara. Mulai berkembang dan menampilkan suatu dimensi baru dalam kegiatan wisata, dengan masuknya aspek adukatif dalam kegiatan wisata. Justus Lipsius (1547-1606) menulis bahwa "sejak dulu sampai sekarang, orang-orang besar selalu melakukan perjalanan." Dengan melakukan perjalanan, pengetahuan dan wawasan orang-orang yang bersangkutan dapat diperluas dengan melihat lingkungan, perilaku, adat istiadat, dan seni budaya dari negara-negara dan Masyarakat yang mereka kunjungi. Cendekiawan lain yang menulis dan menyatakan bahwa kegiatan wiisata dapat memperluas pengetahuan dan wawasan adalah Voley. Dalam karya tulisnya yang berjudul Travels through Syria and Egypt (tahun 1780 an). Arthur Young, selama tiga tahun berturut-turut (1787-1789) berkunjung ke Perancis untuk mempelajari kekayaan sumber daya alam Kerajaan Perancis dan
35 cara-cara pendayagunaannya. Adam Smith, pada tahun 1776 menulis bahwa "Di Inggris telah menjadi kebiasaan yang makin popular unntuk mengirim kawula muda ke negara-negara asing. Untuk melakukan kegiatan wisata (to travel) segera setelah mereka menyelesaikan Pendidikan di bangku sekolah, tanpa mengirim mereka ke Perguruan Tinggi. Pada umumnya dapat dikatakan kawula muda tersebut Kembali ke negaranya dengaan mendapatkan kemajuan-kemajuan dari perjalanan itu (return home much improved by travel)." H. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan sebagai Pengaruh dari Adanya Pariwisata 1. Peran Pendidikan dalam Pariwisata Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam industri pariwisata karena berkontribusi pada pemahaman masyarakat, wisatawan, dan pihak terkait tentang pentingnya menjaga lingkungan dan budaya lokal. Melalui pendidikan, kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan lingkungan dapat ditanamkan, baik kepada generasi muda maupun kepada stakeholders pariwisata. Pendidikan dalam konteks pariwisata meliputi edukasi tentang aspek lingkungan, budaya, sejarah, dan sosial di destinasi pariwisata. Program-program edukasi ini dapat diselenggarakan di sekolah-sekolah, pusat informasi pariwisata, pusat kebudayaan, atau melalui kampanye-kampanye sosial yang melibatkan masyarakat luas.
36 2. Kesadaran Lingkungan dalam Industri Pariwisata Kesadaran lingkungan menjadi semakin penting dalam industri pariwisata karena dampak yang dihasilkan dari aktivitas pariwisata terhadap lingkungan. Wisatawan yang lebih sadar akan lingkungan cenderung memilih destinasi dan operator wisata yang berkomitmen pada praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan. Peran kesadaran lingkungan juga terlihat pada upaya pengelolaan destinasi pariwisata yang lebih berwawasan lingkungan, penggunaan teknologi hijau, pemulihan ekosistem yang terganggu, serta pengelolaan limbah dan energi yang lebih efisien. 3. Pendidikan Lingkungan di Sekolah Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran lingkungan adalah melalui program pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah. Sekolah dapat menyelenggarakan program-program pembelajaran tentang keberlanjutan, perlindungan lingkungan, konservasi alam, dan tanggung jawab sosial dalam konteks pariwisata. Dengan melibatkan siswa sejak dini, akan tercipta generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan dan lebih memahami pentingnya menjaga kelestarian alam, budaya, dan warisan lokal. 4. Kampanye Kesadaran Lingkungan Pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), dan industri pariwisata juga dapat mengadakan kampanye-kampanye kesadaran lingkungan.
37 Kampanye ini dapat berupa penyuluhan, workshop, acara publik, atau kampanye online yang mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam pelestarian lingkungan di destinasi pariwisata. 5. Peran Industri Pariwisata dalam Edukasi Industri pariwisata sendiri memiliki peran besar dalam edukasi dan penyuluhan tentang keberlanjutan. Hotel, restoran, agen perjalanan, dan operator wisata dapat menyelenggarakan program-program edukasi bagi karyawan dan wisatawan mengenai praktik berkelanjutan yang dapat dilakukan dalam perjalanan mereka. 6. Tantangan dalam Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan Meskipun pentingnya pendidikan dan kesadaran lingkungan diakui secara luas, masih terdapat tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah kurangnya perhatian dan sumber daya yang dialokasikan untuk program-program pendidikan dan kesadaran lingkungan di destinasi pariwisata. 7. Integrasi Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan dalam Pengelolaan Destinasi. Pendidikan dan kesadaran lingkungan harus diintegrasikan secara menyeluruh dalam pengelolaan destinasi pariwisata. Hal ini meliputi pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, promosi pariwisata bertanggung jawab, pengelolaan limbah, pemulihan ekosistem yang terganggu, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
38 I. Dampak Ekonomi Langsung dan Tidak Langsung dari Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang memberikan dampak signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian suatu destinasi. Dalam penjelasan ini, kita akan menguraikan dampak ekonomi langsung dan tidak langsung dari pariwisata beserta contoh-contoh yang relevan. 1. Dampak Ekonomi Langsung a. Pendapatan Wisatawan Dampak langsung yang paling terlihat dari pariwisata adalah pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran langsung wisatawan di destinasi tersebut. Pengeluaran ini meliputi biaya akomodasi, makanan, transportasi, belanja, dan aktivitas wisata lainnya. Pendapatan ini memberikan kontribusi langsung terhadap pendapatan nasional dan lokal. b. Pajak dan Retribusi Industri pariwisata juga memberikan kontribusi signifikan dalam bentuk pajak dan retribusi kepada pemerintah setempat. Pajak hotel, pajak pertambahan nilai (PPN) atas barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wisatawan, serta retribusi pariwisata langsung mengalir ke kas negara dan digunakan untuk pembangunan infrastruktur, layanan publik, dan proyek-proyek pembangunan lainnya.
39 2. Investasi Langsung Pengembangan industri pariwisata juga mendorong investasi langsung baik dari dalam maupun luar negeri. Investasi ini dapat berupa pembangunan hotel, restoran, atraksi wisata, serta infrastruktur pendukung lainnya seperti bandara, jalan raya, dan fasilitas transportasi. Contoh Dampak Ekonomi Langsung: Pendapatan hotel dan restoran dari wisatawan, Penerimaan pajak pariwisata yang masuk ke kas negara, Pembangunan infrastruktur pariwisata seperti bandara dan jalan raya. 3. Dampak Ekonomi Tidak Langsung a. Dampak pada Industri Terkait Industri pariwisata juga memberikan dampak tidak langsung pada industri terkait seperti pertanian, perikanan, kerajinan tangan, dan perdagangan lokal. Contohnya, permintaan akan produk pertanian dan makanan lokal meningkat karena kehadiran wisatawan yang memerlukan pasokan bahan makanan. b. Peningkatan Pekerjaan Dampak tidak langsung dari pariwisata juga terlihat dalam peningkatan kesempatan kerja di sektor-sektor terkait dan pendukung seperti transportasi, konstruksi, pelayanan kesehatan, dan lainnya. Hal ini menciptakan multiplier effect yang memperkuat ekonomi lokal. c. Pengembangan Keterampilan Pariwisata juga dapat mempengaruhi pengembangan keterampilan dan pelatihan tenaga kerja lokal.
40 Karyawan di sektor pariwisata dapat memperoleh pelatihan dalam bidang layanan pelanggan, manajemen hotel, kegiatan petualangan, dan bahasa asing untuk melayani kebutuhan wisatawan internasional. Contoh Dampak Ekonomi Tidak Langsung: 1) Peningkatan penjualan produk lokal seperti kerajinan tangan dan souvenir. 2) Penambahan lapangan kerja di sektor transportasi dan konstruksi. 3) Pengembangan keterampilan tenaga kerja dalam industri pariwisata. 4. Tantangan dan Peluang Dengan semua dampak ekonomi yang dimiliki industri pariwisata, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi dan peluang yang perlu dimanfaatkan. Tantangan tersebut meliputi: a. Over-reliance: Risiko ketergantungan ekonomi yang berlebihan pada pariwisata dan dampaknya terhadap kerentanan ekonomi lokal terhadap fluktuasi pasar pariwisata. b. Ketidakseimbangan Regional: Adanya ketidakseimbangan pembangunan antara destinasi pariwisata utama dan daerah-daerah pedesaan yang belum tersentuh pariwisata. c. Masalah Lingkungan: Dampak negatif terhadap lingkungan seperti peningkatan sampah, kerusakan ekosistem, dan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan.