191 Kesimpulan Pentingnya infrastruktur dan fasilitas pariwisata tidak bisa diragukan lagi dalam memajukan industri pariwisata dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta keberlanjutan lingkungan. Dengan infrastruktur yang baik dan fasilitas yang memadai, destinasi pariwisata memiliki potensi untuk menarik lebih banyak pengunjung, memberikan pengalaman yang memuaskan, dan memperkuat daya saingnya dalam pasar global. Dibangunnya infrastruktur yang berkualitas dan fasilitas yang nyaman tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan sosial dan melestarikan lingkungan alam. Fasilitas yang baik seperti transportasi yang lancar, akomodasi yang nyaman, dan layanan yang ramah akan memberikan pengalaman positif bagi pengunjung, pada gilirannya akan mendorong mereka untuk kembali datang atau merekomendasikan destinasi kepada orang lain. Oleh karenanya, sangat penting untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur dan fasilitas pariwisata dengan berbagai cara, mulai dari partisipasi aktif dalam proses perencanaan hingga dukungan finansial dan promosi. Dengan keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat lokal, dan wisatawan sendiri, pembangunan pariwisata dapat berlangsung secara berkelanjutan dan berorientasi pada pengalaman pengunjung yang memuaskan.
192 Melalui upaya bersama dalam membangun dan merawat infrastruktur serta fasilitas pariwisata, kita dapat menciptakan destinasi pariwisata yang menarik, berkelanjutan, dan memberikan manfaat berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat. Dengan demikian, mari kita terlibat secara aktif dalam pembangunan pariwisata yang bertanggung jawab dan berorientasi pada pengalaman pengunjung yang memuaskan, sehingga destinasi pariwisata kita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di masa mendatang.
193 Dampak Pariwisata: Ekonomi, Sosial-Budaya Dan Lingkungan ariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian negara. Pengembangan pariwisata melibatkan banyak sektor, sehingga pengembangan pariwisata tidaklah berdiri sendiri. Hal ini diperkuat melalui pernyataan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) (2016) dalam Understanding Basic Glossary of Tourism yang menyatakan bahwa pariwisata merupakan fenomena sosial, budaya, dan ekonomi. Pernyataan UNWTO tersebut memperlihatkan bahwa pengembangan pariwisata secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dan memiliki dampak pada berbagai sektor seperti ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. P
194 Dampak pariwisata dapat diidentifikasi sebagai perubahanperubahan yang terjadi yang dirasakan masyarakat sebelum adanya kegiatan pariwisata dan setelah adanya kegiatan pariwisata. Dampak pariwisata menurut Godfrey & Clarke (2000) terjadi dalam berbagai bentuk baik pada ekonomi Masyarakat dan negara, perubahan sosial, perubahan budaya dan lingkungan. Menurut Swarbrooke (2002) dampak pariwisata dapat dilihat dari dua sisi yakni dampak positif dan dampak negative yang timbul dari kegiatan atau aktivitas pariwisata. Kreag (2001) kemudian mengelaborasikan dua teori yang berhubungan dengan dampak dari aktivitas pariwisata. Pertama dampak yang dapat dilihat dari sudut pandang divergen, dimana dampak pariwisata dapat dilihat melalui berbagai perspektif terhadap beragam aspek seperti dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari industry pariwisata. Pada sudut pandang Divergent dampak pariwisata dapat menghasilkan pemikirian berupa dampak positif seperti penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi local, dan pertukaran budaya yang terjadi di Masyarakat. Namun dapat pula menyoroti dampak negative seperti over-tourism, kerusakan lingkungan, dan masalah sosial dan komodifikasi budaya local. Kemudian yang kedua dampak pariwisata iwisata berdasarkan pemahaman Overlapping, yakni kehadiran indutri pariwisata dianggap hadir untuk melengkapi sektor lain. Melalui tulisan ini penulis mencoba memberikan gambaran bagaimana industry pariwisata memberikan dampak terhadap sektor ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Berikut penulis sampaikan secara singkat dampak sektor ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan akibat dari industry dan pengembangan pariwisata.
195 A. Dampak Pariwisata Terhadap Sektor Ekonomi Trend pengembangan pariwisata menjadi salah satu yang paling dominan dalam perencanaan pembangunan daerah. Tingginya jumlah pendapatan negara dan daerah yang dihasilkan dari sektor pariwisata menjadi alasan utama gencarnya pengembangan pariwisata baik yang dilakukan pihak pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan utama pengembangan pada sektor pariwisata. Sehingga dapat dikatakan pengembangan pariwisata tidak lepas dari keinginan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Beragam program pemerintah dalam pengembangan kepariwisataan termasuk salah satunya pertumbuhan dan pengembangan Desa Wisata dilakukan sebagai upaya pemerataan dan peningkatan kesejahteraan Masyarakat sampai ketingkat Desa. Upaya tersebut sepadan dengan pernyataan Febriana dan Pangestuti (2018) yang menyampaikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Desa dinilai relatif lebih rendah jika dibanding dengan masyarakat yang hidup di perkotaan. Pembangunan Sektor ekonomi selalu dikaitkan dengan adanya aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumi baik berupa barang maupun jasa. Dengan kata lain pengembangan pariwisata dengan tujuan peningkatan ekonomi Masyarakat dapat dipastikan akan mengubah pola dan perilaku serta aktivitas Masyarakat guna memenuhi kebutuhan barang atau jasa yang menjadi pendukung dan penunjang pengembangan pariwisata itu sendiri (oktaviani & Yulianti, 2023).
196 Perubahan kehidupan Masyarakat sebagai akibat perkembangan pariwisata diantaranya perubahan pekerjaan dan pendapatan, pola pembagian kerja, kesempatan kerja dan berusaha (Soekadijo, 1997). Peluang pekerjaan dan kesempatan kerja hadir bersamaan dengan hadirnya pula beragam aktivitas pengembangan penunjang pariwisata seperti pembangunan akomodasi penunjang seperti hotel, villa, dan homestay yang berada dilokasi atau dekat dengan destinasi wisata, pembangunan restoran, serta usaha penunjang pariwisata lainnya. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa pengembangan pariwisata akan memiliki dampak yang dapat ditimbulkan baik secara positif maupun negatif. Merujuk pada pernyataan Soekadijo (1997) dampak positif pengembangan pariwisata terhadap perekonomian masyarakat diantaranya: (1) terbukanya lapangan pekerjaan; (2) bertambahnya kesempatan berusaha; dan (3) adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Mill (1990) memaparkan bahwa kegiatan pariwisata memberikan dampak positif khususnya pada bidang ekonomi diantaranya: 1. Terbukanya lapangan pekerjaan baru 2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat 4. Mengingkatkan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang asing 5. Membantu menanggung beban pembangunan sarana prasarana 6. Meningkatkan kemampuan manajerial masyarakat
197 7. Meningkatkan kemampuan keterampilan masyarakat dalam kegiatan ekonomi 8. Memacu kegiatan ekonomi lainnya. Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa perkembangan dan pertumbuhan pariwisata memiliki dampak yang signifikan terhadap sektor ekonomi. Terciptanya lapangan kerja baru seperti pemandu wisata, pengemudi atau jasa transportasi, usaha souvenir, pekerja restoran dan pekerja hotel serta sarana akomodasi lain atau pekerjaan jasa penunjang lain pada sektor pariwisata (Mulia, 2021). Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan pariwisata dapat pula meningkatkan pertumbuhan sektor jasa penunjang pariwisata seperti jasa akomodasi, jasa transportasi, restoran dan tempat hiburan. Pertumbuhan sektor jasa imbas dari pengembangan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah yang dapat digunakan untuk pengembangan infrastruktur dan layanan publik. Anggraini (2021) menyatakan bahwa investasi infrastruktur seperti jalan dan sarana transportasi lainnya dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat lokal. Selain dampak positif dalam pertumbuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Pengembangan pariwisata dapat pula menghasilkan dampak negatif pada sektor ekonomi. Mill (1990) menyampaikan dampak negatif pada sektor ekonomi yang diperoleh melalui pengembangan pariwisata diantaranya: 1. Peningkatan biaya pembangunan sarana dan prasarana penunjang.
198 2. Meningkatkan harga barang-barang lokal 3. Meningkatkan harga bahan-bahan pokok 4. Naik turunnya pendapatan masyarakat 5. Aliran dana keluar negeri akibat tuntutan konsumen akan barang-barang impor untuk konsumsi tertentu. Selanjutnya Abdurrachmat & Maryani (1998) memberikan penjelasan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata secara ekonomi diantaranya: 1. Ketatnya persaingan harga antar sektor 2. Tingginya harga lahan 3. Mendorong timbulnya inflasi harga barang dan properti 4. Terdapat ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pariwisata yang rentan terhadap fluktuasi pasar 5. Meningkatnya kecenderungan impor sehingga menciptakan penambahan biaya pada penunjang. Mengingat dampak yang timbul atas pengembangan dan pertumbuhan sektor pariwisata terhadap sektor ekonomi bukan hanya berdampak secara positif namun terdapat pula dampak negatif, Mulia (2021) menyatakan bahwa pembangunan pariwisata harus direncanakan secara bijaksana dengan mempertimbangkan dampak ekonomi jangka panjang bagi masyarakat. Dampak negatif pariwisata terhadap sektor ekonomi harus dapat diantisipasi dan dikelola dengan baik oleh pemerintah, pemangku kepentingan dan masyarakat. Menurut Oktaviani & Yuliani (2023) salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif dari perkembangan pariwisata
199 terhadap sektor ekonomi adalah dengan menerapkan pengelolaan pengunjung. Pengelolaan pengunjung yang dimaksud yakni tindakan administratif untuk tetap menjaga keseimbangan kebutuhan wisatawan, kebutuhan masyarakat lokal, kebutuhan pengelolaan atau pemangku kepentingan serta situasi trend saat ini dan potensi yang dimiliki destinasi sehingga dapat menghasilkan kestabilan ekonomi, menjaga kehidupan sosial budaya serta menjaga kelestarian lingkungan. Pengelolaan pengunjung dapat pula digunakan sebagai upaya menghindarkan suatu daerah dari fenomena over tourism yang dapat mengancam faktor sosial budaya serta sistem nilai yang sebelumnya berlaku di masyarakat. Selain itu pengelolaan pengunjung dapat menghasilkan pemerataan ekonomi melalui upaya untuk mengalihkan kunjungan wisatawan ke destinasi yang jarang dikunjungi atau daerah yang baru dikembangkan sebagai destninasi wisata. Bali contohnya saat ini banyak destinasi baru yang dikembangkan dan menjadi alternatif kunjungan wisatawan selain pantau kuta, dan denpasar. Upaya ini selain mengurangi dampak negatif industri wisata terhadap sektor ekonomi dapat pula meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata disetiap daerah. Sehingga tujuan pengembangan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat tercapai. B. Dampak Pariwisata Terhadap Sosial dan Budaya Pengembangan pariwisata melibatkan tiga komponen yakni wisatawan, masyarakat dan hubungan antara wisatawan dengan masyarakat. Wahyudiono, A., & Imaniar,
200 D. (2021) menyatakan bahwa kehadiran wisatawan di daerah tempat kunjungan wisata memungkinkan terjadinya beragam perubahan pada pola kehidupan masyarakat itu sendiri. Perkembangan pariwisata bukan hanya memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi semata namun lebih jauh dapat berpangaruh terhadap aspek sosial dan budaya masyarakat khususnya di daerah kunjungan wisata. Widari (2022) memaparkan bahwa interaksi sosial antara wisatawan dengan masyarakat lokal memghasilkan dampak positif dan negatif tergantung pada manfaat yang diperoleh dari pengembangan pariwisata. Pada aspek sosial dan budaya dampak pengembangan pariwisata menurut Widari (2022) dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yakni dampak terhadap struktur demografis, dampak terhadap struktur masyarakat serta kehidupan sosial serta dampak terhadap budaya. Pada bagian ini penulis mencoba memaparkan bagaimana dampak pariwisata terhadap aspek sosial dan budaya. Intraksi sosial berfokus bagaimana para individu saling behubungan. Pada indutri pariwisata interaksi sosial bukan hanya terjadi diinternal masyarakat saja namun melibatkan pula hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan menurut Oktaviyanti (2014) dapat terjadi ketika wisatawan dengan masyarakat lokal melakukan transaksi dalam kegiatan wisata. Peristiwa interaksi ini terjadi ketika wisatawan menggunakan produk wisata yang disediakan oleh masyarakat lokal. Kemudian interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal dapat terjadi pula ketika
201 masyarakat lokal bertemu dengan wisatawan di lokasi atraksi wisata yang sama. Kebudayaan masyarakat lokal saat ini menjadi salah satu potensi wisata yang dikembangkan menjadi destinasi unggulan pariwisata di setiap daerah. Fauzi (2022) menyampaikan bahwa fokus pengembangan pariwisata saat ini adalah mengembangkan potensi budaya masyarakat menjadi destinasi unggulan yang melibatkan pula aktivitas masyarakat lokal sebagai atraksi wisata. Salah satu contoh pengembangan pariwisata yang melibatkan budaya dan aktivitas masyarakat lokal adalah pengembangan desa wisata sebagai destinasi wisata. Desa wisata sendiri menawarkan beragam kearifan lokal sebagai atraksi wisata bahkan wisatawan dapat berinteraksi dengan masyarakat lokal dan merasakan langsung kehidupan masyarakat di lokasi objek wisata tersebut. Dengan pengembangan wisata yang melibatkan interaksi langsung antara wisatawan dengan masyarakat tentu akan menghadirkan berbagai dampak baik positif mau negatif. Penulis melihat bahwa dampak sosial budaya muncul ketika adanya transaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, Kemudian dampak sosial budaya dapat hadir pula ketika sikap spontanitas masyarakat berubah menjadi transaksi komersial. Dan kemudian interkasi antara wisatawan dengan masyarakat akan menghasilkan pertukaran informasi atau ide yang dapat memunculkan ide-ide baru yang dapat mengubah pola kehidupan masyarakat. Wahyudiono, A., & Imaniar, D. (2021) menyampaikan bahwa dampak positif yang dapat diperoleh melalui
202 pengembangan pariwisata terhadap aspek sosial dan budaya masyarakat diantaranya meningkatnya kesadaran akan budaya lokal sebagai potensi peningkatan ekonomi masyarakat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat, dan terciptanya lapangan pekerjaan. Kemudian pengembangan pariwisata dapat pula memperkuat identitas budaya suatu daerah dan menjadi media pemertahanan budaya. Fauzi (2022) menyatakan bahwa melalui pengembangan pariwisata dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melindungi cagar budaya di suatu daerah. Namun pengembangan pariwisata dapat membawa dampak negatif. Widari (2022) menyampaikan bahwa dampak negatif terhadap sosial dan budaya imbas pengembangan pariwisata diantaranya terdapat komersialisasi budaya, kemudian perubahan pada kehidupan sosial masyarakat termasuk di dalamnya gaya hidup masyarakat lokal, selain itu pengembangan pariwisata dapat pula menimbulkan konflik antara kepentingan pariwisata dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan sosial yang kemudian merusak keberlanjutan budaya lokal. Sehingga dampak sosial budaya pariwisata harus dikendalikan dan dipantau secara terus menerus untuk memaksimalkan manfaat pariwisata bagi masyarakat. Penetrasi budaya luar yang dibawa oleh wisatawan yang datang dan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal dikhawatirkan dapat mengikis nilai budaya yang selama ini dijaga dan dipertahankan (Mulia, 2021). Beragam upaya harus dilakukan oleh pihak pemerintah dan pihak terkait
203 untuk mengelola pariwisata dengan bijaksana dengan mempertimbangkan dampak terhadap sosial dan budaya. Langkah-langkah seperti melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan pariwisata di daerah. Kemudian peningkatan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal dan melindungi cagar budaya sebagai warisan budaya leluhur yang secara tidak langsung menjadi bagian dari upaya peningkatan perekonomian masyarakat. Hal tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak negatif pariwisata. Selain itu perlu adanya edukasi kepada wisatawan untuk menghormati adat dan budaya masyarakat setempat, ikut menjaga dan melestarikan budaya lokal dan untuk tidak merusak cagar budaya. Dengan demikian diharapkan nilai-nilai budaya yang menjadi potensi pariwisata dapat tetap terjaga dengan baik. C. Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan Pengembangan pariwisata berbasis lingkungan alam saat ini menjadi trend pengembangan kepariwisataan dibeberapa negara termasuk Indonesia. Pariwisata seringkali bergantung pada keindahan alam dan kelestarian lingkungan untuk menarik pengunjung (Wahyundaria & Sunarta, 2020). Hal inilah yang membuat pariwisata dengan lingkungan memiliki hubungan yang sangat kompleks. Di satu sisi pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi suatu daerah, namun disisi lain pariwisata juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
204 Susilo & Dharmawan, (2021) menyampaikan bahwa banyak destinasi pariwisata yang bergantung pada keindahan alam, keragaman hayati dan menawarkan lingkungan yang bersih untuk menarik pengunjung. Pengembangan pariwisata berbasis lingkungan menurut Sudini & Arthanaya (2022) harus disertai dengan upaya pelestarian lingkungan agar dampak negatif dari perkembangan pariwisata terhadap lingkungan dapat dihindarkan. Penulis melihat bahwa pengembangan pariwisata berbasis lingkungan menjadi daya tarik tersendiri terutama bagi mereka yang suka akan petualangan, suka mengamati hayati dan satwa liar dihabitatnya langsung serta bagi mereka yang menginginkan suasana yang lebih asri, udara yang sejuk , suasana yang tenang dan nyaman. Seperti halnya telah disampaikan sebelumnya bahwa perkembangan pariwisata memiliki dampak yang signifikan bagi petumbuhan ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Pribadi et.al (2021) menyampaikan perkembangan pariwisata dapat berdampak positif jika dikelola dengan baik. Salah satu dampak positif pariwisata terhadap lingkungan adalah adanya daya dukung pada program konservasi lingkungan. Konservasi lingkungan terutama pelestarian habitat alam dan perlindungan satwa liar merupakan program yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sehingga melalui paket wisata alam yang berfokus pada koservasi lingkungan dan satwa liar dapat membantu terlaksananya program tersebut. Selain melalui pendapatan langsung dari kunjungan wisatawan, pendanaan program konservasi lingkungan, pelestarian alam, konservasi satwa liar dan taman nasional dapat
205 diperoleh melalui pajak pariwisata. Selanjutnya Sudini & Arthanaya (2022) memaparkan bahwa pariwisata dapat meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan pengunjung terhadap pentingnya perlestarian alam, sehingga mendorong konservasi dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Trend wisata alam menghadirkan pengembangan ekowisata dan pariwisata minat khusus di berbagai daerah. Hal ini merupakan salah satu dampak positif dimana perkembangan pariwisata berkelanjutan dapat mendorong perkembangan ekowisata yang menekankan pada pelestarian alam, pendidikan lingkungan sehingga dapat menanamkan kepedulian terhadap lingkungan dari sejak dini kepada masyarakat dan wisatawan, dan terdapat keterlibatan atau partisipasi masyarakat lokal dalam manajemen serta pengelolaan lingkungan sebagai penunjang pariwisata. Sudini, & Arthanaya, (2022) menyampaikan bahwa melalui pendekatan yang tepat pariwisata dapat menjadi alat dan media untuk mempromosikan pelestarian lingkungan, konservasi satwa dan perlindungan hayati serta sumberdaya alam lainnya, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal tanpa merusak lingkungan. pembangunan sektor kepariwisataan harus memperhatikan kaidah- kaidah pengelolaan lingkungan hidup mengingat salah satu unsur wisata adalah sumber daya alam yang merupakan bagian dari lingkungan hidup. Pengembangan sektor pariwisata yang tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup dapat berdampak negatif pada
206 perkembangan pariwisata itu sendiri pada masa yang akan datang. Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa pariwisata dengan lingkungan memiliki hubungan yang saling ketergantungan. Widyastuti (2010) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata pada umumnya bertujuan untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata, dalam pembangunan objek wisata dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup serta kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. Dengan demikian antara pariwisata dan masalah lingkungan mempunyai kedekatan yang tidak dapat dipisahkan atau dengan kata lain pariwisata harus dapat bermanfaat bagi lingkungan. Kunjungan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan nasional yang dapat digunakan untuk membiayai program perlindungan satwa, pelestarian alam yang dapat digunakan untuk keberlangsungan pariwisata. Namun hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya saling mendukung dan menguntungkan. Namun terkadang terdapat konflik antara kepentingan pariwisata dengan kebutuhan masyarakat terutama masyarakat lokal. Sehingga terkadang upaya konservasi dan perlindungan alam sering mendapat hambatan yang dihasilkan dari ketidak singkronan antara program pemerintah dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat lokal terhadap pemanfaatan alam. Perkembangan pariwisata selain menghasilkan dampak positif khususnys bagi pertumbuhan perekonomian
207 masyarakat tempat kunjungan wisata dapat menimbulkan dampak negatif baik bagi lingkungan bahkan terhadap objek wisata itu sendiri. Invironmental Impact memaparkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan dan objek wisata dapat diidentifikasi diantaranya: 1. Polusi Udara Pengembangan pariwisata tentu akan berhubungan dengan mobilitas wisatawan dari satu tempat ketempat lainnya. Perjalanan wisatawan dengan menggunakan transportasi baik darat, laut dan udara dapat menghasilkan polusi udara akibat emisi karbon kendaraan. Tingginya polusi udara akan berimbas pula pada berkurangnya kunjungan wisata. Selain dari emisi kendaraan polusi udara dapat hadir akibat proses konstruksi fasilitas pengembangan pariwiata seperti pembangunan jalan, hotel dan sarana penunjang destinasi lainnya. Polusi berupa debu dan emisi alat konstruksi dapat mengganggu kenyamanan baik wisatwan maupun masyarakat sekitar. Sehingga baik pemerintah maupun seluruh stakeholder pariwisata harus memiliki strategi untuk mengurangi tingkat polusi udara. Untuk mengurangi dampak polusi udara beberapa upaya dapat dilakukan seperti pariwisata ramah lingkungan dengan menghindari dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor seperti berjalan kaki atau penggunaan sepeda menuju objek wisata. Serta membatasi penggunaan kendaraan pribadi menuju destinasi wisata dan mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Selain itu penggunaan
208 energi terbarukan seperti kendaraan listrik, atau kendaraan tenaga surya. Serta secara masif melakukan kampanye sadar lingkungan untuk memberikan edukasi pada masyarakat serta wisatawan. Dengan beragam upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak polusi udara akbibat pengembangan pariwisata dan tetap menjaga keberlanjutan destinasi wisata. 2. Polusi Suara Pengembangan pariwisata dapat menghasilkan pula polusi suara. Aktivitas pariwisata berupa mobiltias kendaraan, gemuruh pesawat udara, bunyi deru mesin kendaraan, bunyi kelakson kendaraan menyebabkan kebisingan dan menyebabkan ketidaknyamanan baik bagi masyarakat sekitar dan wisatawan yang berkunjung serta menetap di lokasi tempat kunjungan wisata. Polusi suara juga dapat memberikan dampak negatif satwa didestinasi safari alam. Bunyi kendaraan akan mengakibatkan ketidaknyamanan hewan liar. Selain polusi suara akibat kendaraan, aktivitas berlebihan dari wisatawan serta kebisingan dari atraksi pariwisata juga dapat menghasilkan polusi suara dan dapat dianggap menggangu kenyamanan masyarakat sekitar, Membatasi akses kendaraan diarea sensitif lingkungan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi suara yang dapat menggangu ekositim dan kenyamanan hewan liar. Selain itu penetapan dan pengaturan jam operasional atraksi wisata dan aktivitas wisatawan dapat mengurangi polusi
209 suara sehingga meningkatkan kenyamanan baik bagi wisatawan itu sendiri maupun masyarakat sekitar. 3. Polusi Air Kehadiran aktivitas pariwisata dapat menghasilkan polusi Air. Hal ini dapat terjadi akibat dari pembuangan limbah dari fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran, kapal pesiar, dan alat transportasi air. Limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, limbah organik, sampah plastik dan limbah sisa makanan dapat mencemari sumber air, mencemari laut, danau dan sungai. Akibatnya air menjadi tercemar, merusak ekosistem air baik sungai maupun di laut dan menggangu kesehatan masyarakat. Imbas dari polusi air dapat mengurangi estetika perairan dan membahayakan kesehatan karena air laut yang tercemar akan menghasilkan makanan laut (seafood) yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu kenyamanan wisatawan yang menikmati wisata air akan terganggu. Wisatawan tidak dapat menikmati keindahan pantai, danau atau sungai yang lingkungannya tercemar akibat sampah atau limbah. Edukasi kepada masyarakat dan wisatawan untuk menjaga kebersihan lingkungan pantai dan perairan merupakan salah satu solusi untuk mengurangi polusi air akibat perkembangan pariwisata. Selain itu perlu adanya peningkatan dan penggunaan teknologi pengelolaan limbah cair dan padat di fasilitas pariwisata. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan wisatawan untuk ikut serta menjaga kebersihan lingkungan pantai, sungai dan danau. Hal ini dapat
210 dilakukan untuk menjaga keindahan objek wisata air sekaligus menjaga ekosistem air yang menjadi salah satu daya tarik wisata. 4. Ganguan dan Kerusakan Ekologis Pengembangan pariwisata selain menyebabkan polusi baik udara, air dan suara dapat pula menyebabkan gangguan dan kerusakan ekologis yang berdampak negatif pada lingkungan dan ekosistem. Kerusakan dan gangguan ekologi dapat berupa kerusakan lingkungan, ekosistem, tumbuhan, ekosistem hewan, pencemaran air dan udara. Eksplorasi sumber daya alam secara berlebihan untuk pemenuhan pengembangan pariwisata dapat menimbulkan dampak kerusakan ekologi. Pembangunan infrastuktur seperti hotel, dan resort diarea pantai dapat berpotensi mengakibatkan kerusakan pada habitat alami pantai dan terumbu karang. Kemudian pengembangan wisata alam seperti pegunungan dapat merugikan lingkungan gunung dan hutan seperti pembukaan jalur pendakian, pembangunan hotel di kaki gunung dan pembangunan fasilitas wisata lainnya dapat beresiko mengubah tatanan lingkungan pegunungan dan hutan sehingga hutan tidak lagi dapat menyerap air hujan sehingga dapat berakibat banjir dan rawan longsor serta erosi tanah dan menipisnya vegetasi pegunungan sehingga beresiko pula menghasilkan pula polusi visual. Selain itu aktivitas pariwisata di gunung dan hutan yang tidak terkendali dapat berimbas pada hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan habitat tumbuhan.
211 Kemudian aktivitas pariwisata yang melibatkan kehidupan satwa liar dapat mengganggu kehidupan satwa-satwa tersebut. Pemburuan hewan akan semakin marak akibat kebutuhan cinderamata. Selain itu akan terjadi eksploitasi hewan dan satwa liar untuk kepentingan pertunjukan dan fotografi. Ganguan ekologis akibat parwisata dapat mengakibatkan migrasi paksa satwa liar untuk mencari habitat yang lebih baik. Tergangunya repriduksi satwa liar dan adanya perubahan kecenderungan alami pada satwa seperti contohnya Komodo yang seharusnya hewan yang agresif menjadi satwa yang cenderung jinak dan tidak liar. Selain itu akan lebih sulit menemukan satwa liar pada habitat aslinya akibat terganggu dengan aktivitas manusia. 5. Kerusakan Arkeologi, Tempat Bersejarah dan Keagamaan. Pengembangan pariwisata dapat menyebabkan kerusakan pada situs arkeologi dan tempat bersejarah yang dijadikan destinasi wisata. Peningkatan jumlah wisatawan dapat menyebabkan kerusakan fisik pada struktur bangunan kuno, artefak dan situs arkeologi akibat sentuhan tangan manusia, dan vandalisme. Aktiivitas wisatawan dan lalu lintas kendaraan yang digunakan wisatwan dapat pula menyebabkan degradasi struktur bangunan kuno sehingga rentan akan kerusakan pada bangunan bersejarah yang seharusnya dijaga dengan baik. Kegiatan pariwisata pada situs arkeologi secara terbuka memungkinkan terjadinya pencurian artefak
212 oleh pihak yang tidak bertanggung jawab baik untuk koleksi pribadi atau untuk dijual di pasar gelap. Selain itu aktivitas pariwisata akan menimbulkan dan menyebabkan gangguan terhadap lingkungan sekitar situs bersejarah termasuk meningkatnya volume sampah dan ganguan terhadap kehidupan fauna lokal. Aktivitas pariwisata pada Situs budaya bersejarah yang berkaitan dengan keagamaan dapat mengganggu fungsi utama sebagai tempat yang disucikan. Komersialisasi terhadap tempat bersejarah terutama yang berkaitan dengan keagamaan dapat dianggap mengganggu aktivitas keagamaan yang dilakukan masyarakat sekitar. Selain itu eksploitasi secara berlebihan terhadap situs budaya dapat mengakibatkan kerusakan. Untuk mengurangi dampak negatif pariwisata berupa kerusakan pada situs arkeologi, situs budaya dan bersejarah penting kiranya untuk menerapkan perlindungan dan pengelolaan yang tepat. Pembatasan jumlah pengunjung dan pengawasan yang ketat terjadap aktivitas pengunjung merupakan salah satu upaya mengurangi kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Selain itu edukasi terhadap pengunjung tentang pentingnya melestarikan dan menjaga warisan budaya sebagai peninggalan sejarah yang penting bagi generasi berikutnya. Kemudian upaya pengembangan rencana pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan perlindungan situs bersejarah berupa konservasi dan preservasi serta
213 renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut. 6. Permasalahan Fungsi Lahan Pengembangan pariwisata tentu berhubungan dengan pembangunan dan pendirian fasilitas penunjang pariwisata seperti hotel, restoran, toko atau kios cinderamata, fasilitas wisata, lahan parkir dan pendirian bangunan lain yang dibutuhkan sebagai penunjang pariwisata di daerah tujuan wisata. Namun seiring dengan pengembangan destinasi wisata dan pembangunan fasilitas tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, meningkatnya jumlah kendaraan sehingga menghasilkan kepadatan lalu lintas. Pada satu sisi semakin banyak wisatawan yang datang ke satu destinasi wisata akan menghasilkan pendapatan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. namun tanpa disadari terdapat perubahan fungsi lahan menjadi lahan komersil. Peningkatan aktivitas pariwisata seingkali menyebabkan konversi lahan dari penggunanan tradisional seperti lahan pertanian dan perkebunan menjadi hotel, restoran dan fasilitas rekreasi. Untuk mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap permasalahan fungsi lahan maka perlu kiranya diimbangi dengan pengembangan rencana tata ruang sehingga menghindari polusi visual secara estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa aturan penataan yang benar). Selain itu perencanaan pengembangan harus berfokus pula pada pelestarian
214 lingkungan untuk tetap menjaga dan melindungi habitat alami. Kemudian perlu kiranya melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan perubahan dan penggunaan fungsi lahan sehingga manfaat perubahan penggunaan fungsi lahan untuk kepentingan pariwisata dapat dirasakan pula oleh masyarakat setempat. Dengan demikian untuk mengurangi dampak negatif dan menguatkan dampak positif pariwisata terhadap lingkungan dapat dilakuakn dengan menerapkan pariwisata berkelanjutan. Hal ini dapat berupa pengelolaan yang bijaksana terhadap sumberdaya alam, perlindungan terhadap habitat alami dan keaneka ragaman hayati, penggunaan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang baik serta pendidikan akan kesadaran terhadap lingkungan bagi wisatawan dan masyarakat setempat. Selain itu perlu adanya regulasi yang mengatur aktivitas pariwisata untuk tetap menjaga, melindungi, melestarikan dan menyelamatkan kekayaan alam, ekosistem, situs peninggalan sejarah dan budaya dari kerusakan. Perkembangan pariwisata memiliki dampak positif dan negatif terhadap sektor ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Pada sektor ekonomi pariwisata menjadi penyumbang devisa dan pendapatan terbesar bagi pembangunan nasional. Pengembangan pariwisata dijadikan salah satu fokus utama dalam rencana pembangunan Nasional dan daerah. Selain itu pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat langsung dalam pengembangan pariwisata. Namun tanpa
215 disadari pengembangan pariwisata dapat mengubah pola kehidupan masyarakat, gaya hidup, cara pandang dan perubahan kebutuhan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pariwisata berpengaruh pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat. kemudian kerusakan lingkungan merupakan salah satu dampak yang diperoleh jika pariwisata tidak dikelola dengan bijaksana. Pariwisata berkelanjutan merupakan upaya untuk mengantisipasi dan mengelola dampak yang timbul dari pengembangan pariwisata. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan pariwisata yang mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat, melestarikan warisan budaya dan melindungi lingkungan alam. Kesadaran akan dampak pariwisata penting dipahami oleh wisatawan, industri wisata dan pemerintah untuk memastikan bahwa pengembangan dan pembangunan pada sektor pariwisata dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
216 Tantangan dan Peluang dalam Industri Pariwisata ektor pariwisata adalah salah satu bidang yang memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memajukan pembangunan sosial, dan mengedepankan konservasi lingkungan di berbagai wilayah dunia. Walaupun demikian, seperti halnya bidang industri lainnya, pariwisata juga menghadapi sejumlah tantangan yang berdampak pada kelangsungan dan keberlanjutan kegiatan wisata. Dalam bagian ini, kita akan mengeksplorasi beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh industri pariwisata saat ini, mulai dari krisis kesehatan hingga konsekuensi lingkungan, serta isu-isu sosial S
217 dan budaya. Bagaimana tantangan-tantangan ini berpengaruh terhadap keseluruhan industri pariwisata. A. Krisis Kesehatan dan Keselamatan Tantangan utama dalam industri pariwisata adalah masalah krisis kesehatan dan keselamatan. Ini mencakup beragam isu, mulai dari insiden di tempat wisata hingga penyebaran penyakit yang dapat berdampak luas pada industri pariwisata. Sebagai contoh, wabah seperti COVID19 telah menganggu industri pariwisata global dengan pembatasan perjalanan, penutupan destinasi wisata, dan penurunan jumlah wisatawan (Ritchie & Jiang, 2019). Dampak dari krisis kesehatan dan keselamatan ini mungkin memiliki konsekuensi jangka panjang bagi industri pariwisata, khususnya karena dapat memengaruhi persepsi wisatawan terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan perjalanan. Selain itu ketika destinasi pariwisata terkait dengan kejadian atau penyebaran penyakit, hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran masyarakat mengenai risiko yang terkait dengan perjalanan ke lokasi tersebut. Dengan pertimbangan signifikasi masalah ini, penting bagi pihak-pihak yang terlibat, termasuk pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan lembaga kesehatan, untuk bersinergi dalam perancangan strategi dan kebijakan yang efektif untuk menangani serta mengatasi krisis kesehatan dan keselamatan di sektor pariwisata. Di samping itu kecelakaan di tempat-tempat wisata seperti insiden transportasi berpotensi mengancam keselamatan wisatawan. Menghadapi krisis kesehatan dan
218 keselamatan, diperlukan perencanaan dan manajemen yang baik dari pihak terkait guna menjamin keamanan dan kesejahteraan wisatawan serta para pekerja dalam industri pariwisata. Pentingnya manajemen krisis yang efektif tidak dapat dipandang remeh dalam menghadapi tantangan ini. Dibutuhkan perencanaan dan koordinasi yang teliti dari pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan organisasi kesehatan, guna memastikan keselamatan dan kesejahteraan bagi para wisatawan dan tenaga kerja dalam industri pariwisata. Hal ini melibatkan penyusunan protokol ketat terkait keamanan dan kesehatan, pengembangan sistem peringatan dini untuk mendeteksi potensi ancaman kesehatan, dan penyediaan fasilitas darurat di destinasi pariwisata. Dengan tindakan yang sesuai dalam menangani krisis kesehatan dan keselamatan, sektor pariwisata dapat memelihara reputasi dan kepercayaan wisatawan, serta menjamin kelangsungan kegiatan pariwisata dengan aman dan berkelanjutan. B. Dampak Lingkungan Industri pariwisata sering kali memberikan dampak yang merugikan terhadap lingkungan alam. Kegiatan pariwisata seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan jumlah wisatawan, dan kegiatan rekreasi dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, kerusakan ekosistem, dan berkurangnya keragaman hayati. Sebagai contoh, pembangunan resor atau hotel di daerah pantai yang rentan dapat merusak ekosistem pesisir dan mengancam kelangsungan hidup spesies laut. Di
219 samping itu, peningkatan emisi gas rumah kaca dari transportasi pariwisata, peningkatan sampah oleh para pengunjung, dan penggunaan air yang berlebihan di destinasi wisata juga menjadi dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengelola dan mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh industri pariwisata. Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh industri pariwisata merupakan salah satu aspek yang memerlukan perhatian serius karena berpotensi memberikan dampak negatif pada ekosistem alam. Kegiatan pariwisata, seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan jumlah wisatawan, dan kegiatan rekreasi, dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, kerusakan ekosistem, dan berkurangnya keragaman hayati (Buckley, 2012). Sebagai ilustrasi, pembangunan resor atau hotel di pantai-pantai dapat mengganggu ekosistem pesisir yang rentan dan mengancam kelangsungan hidup spesies laut yang berada di sekitarnya. Tidak hanya itu, peningkatan emisi gas rumah kaca dari transportasi pariwisata, pembuangan sampah oleh para wisatawan, dan penggunaan air yang berlebihan di destinasi pariwisata juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan (Hall & Lew, 1998). Emisi gas rumah kaca berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim yang memengaruhi lingkungan secara luas. Sampah yang dihasilkan oleh wisatawan, terutama jika tidak dikelola dengan baik, dapat mencemari lingkungan dan mempengaruhi kehidupan hewan dan
220 tumbuhan. Tingginya konsumsi air di destinasi pariwisata bisa menyebabkan penurunan ketersediaan air bagi penduduk lokal dan mengganggu ekosistem air di wilayah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang sungguhsungguh untuk mengatur dan mengurangi dampak lingkungan dari industri pariwisata. Langkah-langkah yang dapat diambil termasuk menerapkan praktik-praktik yang ramah lingkungan dalam pembangunan dan operasi fasilitas pariwisata, pengelolaan sampah yang efisien, penggunaan sumber energi terbarukan, dan pelestarian sumber daya alam yang sensitif. Selain itu, memberikan pendidikan kepada para wisatawan tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mendorong partisipasi dalam kegiatan konservasi juga dapat membantu mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan. C. Masalah Sosial dan Budaya Industri pariwisata juga kerap dihadapkan pada permasalahan sosial dan budaya di destinasi wisata. Ketidakpahaman atau kurangnya penghargaan dari wisatawan terhadap budaya lokal bisa menciptakan ketegangan antara wisatawan dan masyarakat lolal atau komunitas setempat. Selain itu, pariwisata dapat memperburuk disparitas ekonomi antara pihak yang terlibat secara langsung dalam industri pariwisata, seperti hotel dan restoran, dengan masyarakat lokal yang mungkin tidak merasakan manfaat yang sama. Isu lainnya meliputi kenaikan harga barang dan tanah di destinasi pariwisata, hilangnya identitas budaya, serta
221 meningkatnya permintaan untuk kegiatan wisata yang tidak etis seperti seks wisata atau tur budaya yang tidak bertanggung jawab. Permasalahan sosial dan budaya dalam industri pariwisata bukan hanya tantangan biasa, melainkan hal yang krusial karena berpotensi mengganggu hubungan antara para pengunjung dan komunitas setempat serta integritas budaya dari suatu tempat wisata. Ketika wisatawan kurang memahami atau tidak menghargai keberagaman budaya lokal, hal ini dapat menimbulkan ketegangan antara wisatawan dan masyarakat lokal (Hall & Lew, 1998). Sikap-sikap yang bisa menciptakan ketidakharmonisan antara lain perilaku kurang pantas, kurangnya penghargaan terhadap tradisi lokal, atau perilaku merendahkan masyarakat lokal. Sebagai contoh, tindakan-tindakan yang tidak sensitif terhadap budaya lokal dapat melanggar norma-norma setempat dan menimbulkan ketidaknyamanan di antara masyarakat. Lebih lanjut, sikap merendahkan atau sikap superioritas dari sebagian pengunjung bisa menciptakan ketidakseimbangan dan ketidakadilan dalam interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal, sehingga memicu ketegangan antar kedua pihak tersebut. Di samping itu, industri pariwisata mungkin menyebabkan ketidaksetaraan ekonomi antara pihak yang terlibat secara langsung dalam industri, seperti hotel dan restoran, dengan masyarakat lokal yang tidak selalu mendapat manfaat yang sama (UNWTO, 2018). Peningkatan harga barang dan properti di destinasi pariwisata juga berpotensi menyebabkan gentrifikasi dan mengusir
222 penduduk lokal dari wilayah tersebut. Permasalahan ini dapat memperdalam kesenjangan ekonomi dan sosial di dalam masyarakat lokal. Masalah lainnya yang perlu diperhatikan mencakup risiko terjadinya kehilangan identitas budaya karena proses komersialisasi dan homogenisasi destinasi pariwisata. Ketika destinasi pariwisata menjadi terlalu terfokus pada keuntungan komersial, aspek-aspek unik dari budaya lokal seringkali diabaikan atau bahkan diubah agar sesuai dengan selera pasar yang lebih luas. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya keberagaman budaya dan penggantian ciri khas lokal dengan bentuk-bentuk yang lebih seragam dan mengikuti tren wisata global. Selain itu, meningkatnya permintaan terhadap kegiatan wisata yang tidak etis seperti seks wisata atau tur budaya yang tidak bertanggung jawab juga merupakan permasalahan serius. Fenomena ini tidak hanya merusak integritas budaya dari masyarakat setempat, tetapi juga dapat menimbulkan dampak moral yang signifikan. Kegiatan-kegiatan semacam ini dapat memicu peningkatan tingkat eksploitasi dan penyalahgunaan di destinasi pariwisata, mengancam kesejahteraan dan martabat masyarakat lokal. Dengan memperhatikan secara mendalam tantangantantangan yang dihadapi, industri pariwisata memiliki peluang untuk mengembangkan strategi dan kebijakan yang lebih komprehensif. Langkah-langkah ini bertujuan untuk tidak hanya memastikan kelangsungan operasional industri, tetapi juga untuk mengurangi dampak negatif yang
223 mungkin timbul terhadap lingkungan, masyarakat lokal, dan keberagaman budaya di destinasi wisata. Melalui pemahaman yang mendalam terhadap masalah-masalah tersebut, industri pariwisata dapat merumuskan pendekatan yang lebih holistik dalam mengelola aktivitasnya. Hal ini mungkin melibatkan keterlibatan aktif dari berbagai stakeholders, termasuk pemerintah, pelaku industri, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas lokal. Strategi dan kebijakan yang disusun haruslah mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan, promosi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya setempat, hingga upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal. Dengan pendekatan yang holistik dan terintegrasi, industri pariwisata dapat menjadi kekuatan positif yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga integritas lingkungan dan budaya di destinasi wisata. Industri pariwisata di Indonesia sedang dihadapkan pada serangkaian tantangan yang kompleks seperti infrastruktur yang belum memadai, keberlanjutan lingkungan yang kurang, perubahan sosial dan budaya, serta persoalan keamanan dan keselamatan. Namun, di tengah tantangan-tantangan tersebut terdapat peluangpeluang yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat industri pariwisata seperti pertumbuhan ekonomi lokal, pelestarian budaya dan alam, peningkatan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
224 Dengan pemahaman yang mendalam terhadap dinamika tersebut, para pemangku kepentingan industri pariwisata, termasuk pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan masyarakat setempat, dapat bersinergi untuk merumuskan strategi yang efektif dalam menghadapai tantangan serta memanfaatkan peluang tersebut. Strategi-strategi tersebut mungkin meliputi pembangunan infrastruktur pariwisata yang berkelanjutan, promosi pariwisata berbasis budaya, investasi dalam pelatihan dan pendidikan bagi tenaga kerja pariwisata, serta peningkatan regulasi dan pengawasan terhadap keamanan dan keselamatan. Dengan demikian, langkah-langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri pariwisata Indonesia secara global, sambil tetap memastikan bahwa pertumbuhan industri tersebut berjalan secara inklusif dan berkelanjutan, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal dan upaya pelestarian lingkungan.
225 Daftar Pustaka Ashley, Caroline, et al. "Tourism and Sustainable Economic Development." United Nations Environment Programme, 2018. Ashley, C., Boyd, C., & Goodwin, H. (2000). Pro-poor tourism: Putting poverty at the heart of the tourism agenda. Ansett Airlines of Australia. (1977). Submission to Select Committee on Tourism. In House of Representatives Select Committee on Tourism. Canberra: Commonwealth Government Printer. Astuti, R. S., Warsono, H., & Rachim, A. (2020). Collaborative Governance: Dalam Perspektif Administrasi Publik. In Tim DAP Press, p. 140. Ahmad, U. S. (2022). Implementasi Pariwisata terhadap Perekonomian Indonesia. Al-DYAS, 1(1), 81-96. Anggarini, D. R. (2021). Dampak Sektor Pariwisata Pada Pertumbuhan Ekonomi Daerah Lampung. Jurnal Bisnis Darmajaya, 7(2), 116-122. Abdurrachmat, I & Maryani, E. (1998). Geografi Ekonomi. Bandung: Geografi FPIPS UPI Anggrahini W, Andromeda VF, Abritia RN, Sandika Putra IMW. Strategi Transportasi Laut Untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Di Karimunjawa. J Penelit Transp Laut [Internet]. 2022;24(1):11–20. Available
226 from: https://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnal laut/article/view/1947/1372 Biomantara K, Herdiansyah H. Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur Transportasi Wilayah Perkotaan. Cakrawala [Internet]. 2019;19(1):1–8. Available from: http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala Basiya R, Rozak HA. Kualitas Dayatarik Wisata, Kepuasan Dan Niat Kunjungan Kembali Wisatawan Mancanegara Di Jawa Tengah. Din Kepariwisataan [Internet]. 2012;11(2):1–12. Available from: https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/pdk1/issue/v iew/163 Bank, W., & Affairs, U. N. D. of E. and S. (2017). The potential of the blue economy: increasing long-term benefits of the sustainable use of marine resources for small island developing states and coastal least developed countries. World Bank. Beeton, S. (2006). Community development through tourism. Landlinks Press. Black, J. (2003). The Human Web: A Bird’s-Eye View of World History. History Today, 53(6), 56. Buckley, R., Shakeela, A., & Guitart, D. (2014). Adventure tourism and local livelihoods. Annals of Tourism Research, 48(C), 269–272. Buhalis, D., & Costa, C. (2006). Tourism management dynamics: trends, management and tools. Routledge.
227 Buckley, Ralf. "Sustainable Tourism: Research and Reality." Annals of Tourism Research, vol. 75, 2019, pp. 133-147. Buhalis, Dimitrios, and Carlos Costa. "Tourism Business Frontiers: Consumers, Products, and Industry." Butterworth-Heinemann, 2022 Buckley, R. (2012). Sustainable tourism: Research and reality. Annals of Tourism Research, 39(2), 528-546. Buhalis, Dimitrios, and Carlos Costa. "Tourism Business Frontiers: Consumers, Products, and Industry." Butterworth-Heinemann, 2022. Buultjens, Jeremy, and Eric Laws. "Tourism in South and Southeast Asia: Issues and Cases." ButterworthHeinemann, 2016. Beerli, A., & Martin, J. D. (657-681). Factors influencing destination image. Annals of Tourism Research, 31(3). Bramwell, B., & Lane, B. (2000). Sustainable tourism: An evolving global approach. Journal of Sustainable Tourism, 8(1), 1-4. Cohen, Erik. "Culture as Tourism Attraction: The Case of Destination Israel." Annals of Tourism Research, vol. 52, 2015, pp. 1-18. Diamond, J., & Renfrew, C. (1997). Guns, germs, and steel: The fates of human societies. Nature, 386(6623), 339. Damanik, D., & Wibowo, F. S. (2018). Implementasi Strategi 4P Dalam Meningkatkan Frekuensi Public Event di Harris
228 Hotel And Convention Bekasi (HHCB). National Conference of Creative Industry: Sustainable Tourism Industry for Economic Development (pp. 210-229). Jakarta: Universitas Bunda Mulia. Emery, F. (1969). Systems Thinking. Harmondsworth: Penguin Modern Management. Eddyono, F. (2021). Pengelolaan destinasi pariwisata. uwais inspirasi indonesia. Eddyono, F. (2023). Kebijakan dan Perencanaan Pariwisata. Uwais Inspirasi Indonesia. Endah Djuwendah, Tuhpawana PS, Yosini D, S. F. (2018). Kajian Potensi Ekowisata Dalam Menunjang Pengembangan Wilayah Pada Sub-Das Cikandung Dan Kawasan Gunung Tampomas Kabupaten Sumedang. Jurnal Agribisnis Terpadu, 11 Emrizal. DESTINATION BRANDING DALAM STRATEGI PEMASARAN DESTINASI (SEBUAH TINJAUAN TEORITIS). Polibisnis. 2016;8(2):1–10. Environmental Impacts, “Relationship Between Tourism and Environment”, Published by Van Nostrand Reinhold, 115 Fifth Avenue, New York, New York 10003. Fennell, David A. "Tourism and Animal Ethics." CABI, 2015. Fauzi, M. I. F. (2022). Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Samarinda. TOBA: Journal of Tourism, Hospitality and Destination, 1(4), 162-168.
229 Febriana, Y.E., & Pangestuti, E. (2018). Analisis Dampak Pengembangan Kepariwisataan Dalam Menunjang Keberlanjutan Ekonomi Dan Sosial Budaya Lokal Masyarakat (Studi pada Desa Wisata Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang) Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 4 Agustus 2018. Gössling, Stefan, and C. Michael Hall. "Tourism and Global Environmental Change: Ecological, Social, Economic and Political Interrelationships." Routledge, 2021. Gössling, Stefan, and Paul Peeters. "Employment and Income Effects of Tourism in Developing Countries: A Framework for Analysis." Journal of Sustainable Tourism, vol. 25, no. 7, 2020, pp. 987-1005. Gössling, Stefan, and Paul Peeters. "Tourism and Water: Interactions, Impacts, and Challenges." Channel View Publications, 2019. Gössling, Stefan, and Scott Cohen. "Tourism and Water." Channel View Publications, 2013. Gössling, Stefan, et al. "Tourism and Water." Channel View Publications, 2013. Gössling, S., Scott, D., & Hall, C. M. (2020). Tourism and water. Channel View Publications. (Vol. 40). Gössling, S., Hall, C. M., & Scott, D. (Eds.). (2015). Tourism and water: Interactions, impacts and challenges (Vol. 10). Channel View Publications.
230 Gursoy, D., & Rutherford, D. G. (2004). Host attitudes toward tourism: An improved structural model. Annals of Tourism Research, 31(3), 495-516. Giaoutzi, M., & Nijkamp, P. (2006). Tourism and regional development: New pathways. Ashgate Publishing, Ltd. Gilpin, A. (1973). Dictionary of Economic Terms. London: Butterworth. Godfrey, K.B., & Clarke, J.R. (2000). The Tourism Development Handbook : A Practical Approach to Planning and Marketing. Hibbert, C. (1974). The Grand Tour. London: Spring Book. Holloway, J. C., & Taylor, N. (2006). The Business of Tourism Seventh Edition. Essex: Pearson Education Limited. Herwandi, Upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya Nagari Minangkabau dalam Rangka Mewujudkan Wisata Budaya di Sumatera Barat, Universitas Andalas Press, Sumatera Barat, 2004, hal 1-5 Hall, C. M., & Lew, A. A. (1998). Understanding and managing tourism impacts: an integrated approach (Vol. 1). Psychology Press. Hall, C. M., & Lew, A. A. (2009). Understanding and managing tourism impacts: An integrated approach. Routledge. Hall, C. M., & Page, S. J. (2014a). The geography of tourism and recreation: Environment, place and space. Routledge.
231 Hall, C. M., & Page, S. J. (2014b). The geography of tourism and recreation: Environment, place and space. Routledge. Hall, C. M., & Williams, A. M. (2010). Tourism and regional development: New pathways. Routledge. Hall, D. R., & Richards, G. (2000). Tourism and sustainable community development. Routledge London. Hayden, B., & Villeneuve, S. (2010). Pathways to Power. New Perspectives on the Emergence of Social Inequality. Hitchcock, M. (2021). Heritage Tourism in Soithest Asia. Hall, C. Michael, et al. "Tourism and Change in Polar Regions: Climate, Environments and Experiences." Routledge, 2017. Hall, C. Michael, et al. "Tourism and Regional Development: New Pathways." Channel View Publications, 2018. Hall, C. Michael, et al. "Tourism and Regional Development: New Pathways." Channel View Publications, 2018. Hall, C. Michael, et al. "Tourism and Regional Development: New Pathways." Channel View Publications, 2018. Hall, C. Michael, et al. "Tourism and Sustainability: New Tourism in the Third World." Routledge, 2020. Hall, C. Michael, et al. "Tourism and Sustainable Community Development." Routledge, 2019. Holden, Andrew, and David Fennell. "The Routledge Handbook of Tourism and the Environment." Routledge, 2013.
232 Holden, Andrew. "Environment and Tourism." Routledge, 2016. Innov J Soc Sci Res [Internet]. 2023;3(6):154–69. Available from: https://jinnovative.org/index.php/Innovative/article/view/6102/ 4380 Jamilati N, Anshori MI, Salsabila SN. Penggunaan Teknologi Digital Untuk Meningkatkan Kinerja Pengelola Pariwisata Berkelanjutan Studi Kasus di Kabupaten Bangkalan. Ismayanti. (2020). Dasar-Dasar Pariwisata. Jakarta: Universitas Sahid Jakarta. Jafari, J. (2002). Encyclopedia of tourism. Routledge. JDIH BPK. (2009). Retrieved from DATABASE PERATURAN: https://peraturan.bpk.go.id/Details/38598/uu-no-10- tahun-2009 Jamal, T. B., & Robinson, M. (2012). The SAGE handbook of tourism studies. SAGE Publications. Jamal, Tazim, and Tazim Razack. "Tourism and Economic Development: A Survey." Journal of Development Economics, vol. 86, no. 1, 2019, pp. 45-58. Jamal, Tazim, and Tazim Razack. "Tourism in the Developing World: Promoting Peace and Reducing Poverty." Channel View Publications, 2017.
233 Jenkins, John M. "Tourism and Economic Development: Evidence from Asia and Latin America." Routledge, 2016. Kim, H, & Petrick, J. F. (2017). Resident perceptions of tourism and its impacts: A comparative analysis of two communities. Journal of Destination Marketing & Management, 6(3), 252-261. Kock, F., Josiassen, A., & Assaf, A. G. (2016). Advancing destination image: The destination content model. Annals of Tourism Research, 61, 28-44. Kashodkar, A. (2012). Tourism and social change in post-socialist Zanzibar. Lexington Books: Lanham. Kreag G. & University of Minnesota Minnesota Sea Grant. (2001). The impacts of tourism. Sea Grant Minnesota. Kartiasih F. Dampak Infrastruktur Transportasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Menggunakan Regresi Data Panel. J Ilm Ekon Dan Bisnis [Internet]. 2019;16(1):67–77. Available from: https://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view /2306/1514 Lee, T. H., & Crompton, J. L. (2017). Measuring novelty-seeking tourist behavior: A cross-cultural validation. Journal of Travel Research, 56(3), 369-383. Lee, T. H., & Jan, F. H. (2019). Motives and behavior responses of tourists to crisis situations: A framework and case illustration (Vol. 40). Tourism Management Perspectives.
234 Lambert, R. (1950). The Fortunate Traveller. London: Melrose. Leiper, N. (1979). The Framework of Tourism Towards a Definition of Tourism, Tourist,. Annals of Tourism Research, 390-407. Lowry, L. L. (2017). The SAGE International Encyclopedia of Travel and Tourism. SAGE Publication. Mill R. C. (1990). Tourism : the international business. Prentice Hall. Markovic, M., Satta, A., Skaricic, Z., & Trumbic, I. (2009). Sustainable Coastal Tourism: An integrated planning and management approach. United Nation Environmental Programme (UNEP): Milan, France. Mowforth, M., & Munt, I. (2015). Tourism and sustainability: Development, globalisation and new tourism in the third world. routledge. Murphy, P. (2013). Tourism: A community approach (RLE Tourism). Routledge. Medlik, S., & Middleton, V. (1973). The Tourist Product and Its Marketing Implications. International Tourism Quarterly, 28-35.Marpaung, H. (2002). Pengetahuan Kepariwisataan, Alfabeta: Bandung Myrna Sukmaratri. Kajian Objek Wisata Sejarah Berdasarkan Kelayakan Lanskap Sejarah Di Kota Palembang. Jurnal Planologi. Vol. 15, No. 2, Oktober 2018
235 Mulia, V. B. (2021). Memahami Dan Mengelola Dampak Pariwisata. Jurnal Kepariwisataan, 20(1), 75-85. Nobbs, J. (1975). Advanced Level Economics (Second ed.). Maidenhead: Mcgraw Hill. Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2006, hal. 11-15 Nunkoo, Robin, and Gurudas Nunkoo. "Tourism and Economic Growth: A Multi-Country Empirical Analysis." Journal of Travel Research, vol. 58, no. 1, 2021, pp. 102-115. Nyaupane, Gyan P., and David A. Fesenmaier. "Culture and Heritage Tourism in the Developing World: A Regional Perspective." Routledge, 2019. Oecd. (2016). The ocean economy in 2030. OECD. Oktaviyanti, S.S. (2013) Dampak Sosial Budaya Interaksi Wisatawan dengan Masyarakat Lokal di Kawasan Sosrowijaya. Jurnal Nasional Pariwisata. Volume 5. Nomor 3. Hal. 201 – 208. Oktaviani, A. B., & Yuliani, E. (2023). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat. Jurnal Kajian Ruang, 3(1), 1-17. Purwahita, A. R. M., Wardhana, P. B. W., Ardiasa, I. K., & Winia, I. M. (2021). Dampak Covid-19 terhadap Pariwisata Bali Ditinjau dari Sektor Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan (Sebuah Tinjauan Pustaka). Jurnal Kajian Dan Terapan Pariwisata, 1(2), 68-80.
236 Pribadi, T. I., Suganda, D., & Saefullah, K. (2021). Pariwisata Berbasis Masyarakat dan Dampaknya Terhadap Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan: Tinjauan Pustaka. Jurnal sosial dan sains, 1(2), 107-114.Page, J. S., & Connell, J. (2006). A modern synthesis. London: Thomson Learning. Pike, S., & Page, S. J. (2014). Destination Marketing Organizations and destination marketing: A narrative analysis of the literature. Tourism Management, 41, 202–227.Page, Stephen J. "Tourism Management: Managing for Change." Routledge, 2020. Page, Stephen J., et al. "Tourism and Employment: Perspectives and Prospects." Routledge, 2017. Pizam, A., & Mansfeld, Y. (1996). Tourism, crime, and international security issues. John Wiley & Sons. Page, Stephen J., et al. "Tourism: A Modern Synthesis." Cengage Learning, 2014. Pendit dalam Soebagyo, Jurnal Liquidity Vol 1. No.2 – Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia, Pancasila University Press, Jakarta, 2012, hal. 154 Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya (2019), Pujaastawa dan Ariana (2015), dan Pramana, Kusumastuti, & Putri (2017 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
237 Pitana, I. G., & Gayatri, P. G. (2005). Sosiologi Pariwisata: Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem, Dan DampakDampak Pariwisata. Yogyakarta: ANDI. Rahmi, A. N. (2020). Perkembangan pariwisata halal dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi Islam, 11(1). Ritchie, B. W., & Jiang, Y. (2019). A Review of Research on Tourism Risk, Crisis and Disaster Management: Launching the Annals of Tourism Research Curated Collection on Tourism Risk, Crisis and Disaster Management. Annals of Tourism Research, 79, 102812. Ratna Suranti, Pariwisata Budaya dan Peran Serta Masyarakat, Workshop Wisata Budaya Bagi Kelompok Masyarakat Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 2005, hal. 3-5 Ritchie, J. R. B., & Crouch, G. I. (2003). The competitive destination: A sustainable tourism perspective. CABI. Ramkissoon, H., Smith, L. D., & Weiler, B. (2013). Relationships between place attachment, place satisfaction and proenvironmental behaviour in an Australian national park. Journal of Sustainable Tourism, 21(3), 434-457. Richards, G. (2007). Cultural tourism: Global and local perspectives. Psychology Press. Rahmafitria F. ECO-RESORT DAN GREEN HOTEL DI INDONESIA : MODEL SARANA AKOMODASI YANG BERKELANJUTAN ECO-RESORT. J Manaj Resort Leis [Internet]. 2014;11(2). Available from:
238 https://ejournal.upi.edu/index.php/jurel/article/view/29 56/1982 Robinson, M., & Jamal, T. (2009). The SAGE handbook of tourism studies. The SAGE Handbook of Tourism Studies, 1–736. Scheyvens, R. (2002). Tourism for development: Empowering communities. Pearson Education. Soekadijo. (1997). Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata sebagai “Systemic Linkage”). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Smith, M. K. (2015). Issues in cultural tourism studies. Routledge. Sulistyadi, Y., Eddyono, F., & Hasibuan, B. (2017). Pariwisata berkelanjutan: Pengelolaan destinasi wisata berbasis masyarakat. Anugrah Utama Raharja. Sparks, B., & Pan, G. W. (2009). Chinese outbound tourists: Understanding their attitudes, constraints and use of information sources. Tourism Management, 30(4), 483- 494. Sharpley, Richard, and David Telfer. "Tourism and Development: Concepts and Issues." Channel View Publications, 2015. Sharpley, Richard. "Tourism and Development: Concepts and Issues." Channel View Publications, 2020.
239 Sharpley, Richard. "Tourism Development and the Environment: Beyond Sustainability?" Earthscan, 2017. Stroma Cole, Cultural Tourism in a Changing World: Chapter 6. Cultural Tourism, Community Participation and Empowerment, Multilingual Matters Ltd, USA, 2006, hal. 89-91 Suyatmin. (2014). Model Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Berbasis Kearifan Lokal untuk Memacu Daya Terik Wisata Budaya-Sejarah: Kasus di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta. Swarbrooke, J., & Page, S.J. (2001). Development and Management of Visitor Attractions. Routledge. https://doi.org/10.4324/9780080494500 Surahman, T., Sudiarta, I. N., & Suwena, I. K. (2020). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal Desa Wisata Sasak Ende, Lombok. Jurnal Analisis Pariwisata ISSN, 1410, 3729. Sudini, L. P., & Arthanaya, I. W. (2022). Pengembangan Pariwisata Berwawasan Pelestarian Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmu Hukum, 18(1), 65-76. Susilo, R. K. D., & Dharmawan, A. S. (2021). Paradigma pariwisata berkelanjutan di indonesia dalam perspektif sosiologi lingkungan. Jurnal Indonesia Maju, 1(1), 49-64. Sulistiyani, & Teguh, A. (2017). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.
240 Tukimun T. Analisis Kinerja Insfrastruktur Moda Transportasi Udara Di Provinsi Kalimantan Timur. J Kacapuri J Keilmuan Tek Sipil [Internet]. 2022;5(1):181. Available from: https://ojs.uniskabjm.ac.id/index.php/jurnalkacapuri/article/view/7395/3 963 Timothy, Dallen J., and Gyan P. Nyaupane. "Cultural Heritage and Tourism in the Developing World: A Regional Perspective." Routledge, 2020 Timothy, Dallen J., and Nyaupane, Gyan P. "Cultural Heritage and Tourism in the Developing World: A Regional Perspective." Routledge, 2020. Tribe, John. "The Economics of Recreation, Leisure and Tourism." Routledge, 2020. UNWTO. "Tourism Highlights." World Tourism Organization, 2021. UNWTO. (2018). Tourism Highlights 2018. UNWTO. (2020). Global guidelines to restart tourism. Madrid: UNWTO. UNWTO. (2018). Global Report on Adventure Tourism. United Nations World Tourism Organization. Valene L. Smith, Host & Guests, The Antropology of Tourism Second Edition, University of Pennsylvania Press, Unites States, 2012, hal. 4-6 Weaver, David B. "Ecotourism." John Wiley & Sons, 2016.