41 Namun, terdapat juga peluang yang dapat dimanfaatkan, seperti: a. Diversifikasi Ekonomi: Mendorong diversifikasi ekonomi lokal untuk mengurangi risiko ketergantungan pada pariwisata. b. Pengembangan Inklusif: Memastikan bahwa manfaat ekonomi dari pariwisata tersedia untuk seluruh masyarakat lokal dan bukan hanya segelintir pihak. c. Pemberdayaan Lokal: Mengembangkan programprogram pemberdayaan ekonomi dan keterampilan untuk masyarakat lokal agar dapat mengambil peran lebih aktif dalam industri pariwisata. J. Pengembangan Industri Lain dan Diversifikasi Ekonomi: Pengaruh dari Industri Pariwisata 1. Pengembangan Industri Lain Pariwisata sering kali menjadi pendorong pengembangan industri lain di suatu destinasi. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan aktivitas ekonomi di sekitar destinasi pariwisata yang menciptakan peluang bagi pengembangan sektor-sektor terkait. Beberapa industri lain yang dapat berkembang secara bersamaan dengan pariwisata meliputi industri perhotelan, makanan dan minuman, perdagangan, transportasi, dan kerajinan lokal.
42 a. Industri Perhotelan Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang mengunjungi suatu destinasi, permintaan akan akomodasi juga meningkat. Hal ini mendorong pengembangan industri perhotelan dengan pembangunan hotel-hotel baru, vila, dan akomodasi lainnya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. b. Makanan dan Minuman Restoran, kafe, dan warung makan lokal juga mendapatkan manfaat dari industri pariwisata. Wisatawan sering mencari pengalaman kuliner lokal yang autentik, sehingga industri makanan dan minuman dapat berkembang dengan menyajikan menu-menu tradisional atau makanan khas daerah. c. Perdagangan dan Kerajinan Lokal Dengan meningkatnya jumlah pengunjung, permintaan terhadap produk-produk lokal juga meningkat. Hal ini menciptakan peluang bagi industri perdagangan dan kerajinan lokal untuk mengembangkan usahanya dengan menjual produkproduk lokal kepada wisatawan sebagai suvenir atau oleh-oleh 2. Diversifikasi Ekonomi Diversifikasi ekonomi merupakan strategi penting dalam mengurangi risiko ketergantungan ekonomi pada satu sektor saja, dalam hal ini pariwisata. Diversifikasi ekonomi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam perekonomian suatu daerah dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang
43 beragam dan tidak hanya bergantung pada satu sektor utama. a. Reduksi Risiko Diversifikasi ekonomi membantu dalam mengurangi risiko kerentanan ekonomi terhadap fluktuasi pasar pariwisata. Jika suatu destinasi hanya mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama, maka fluktuasi permintaan wisatawan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian lokal. b. Pemberdayaan Masyarakat Diversifikasi ekonomi juga dapat membantu dalam pemberdayaan masyarakat lokal dengan memberikan kesempatan kerja dan menciptakan lapangan usaha baru di sektor-sektor non-pariwisata. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan mengurangi disparitas ekonomi. Contoh nyata dari pengembangan industri lain dan diversifikasi ekonomi berkat adanya industri pariwisata adalah Bali, Indonesia. Bali awalnya dikenal sebagai destinasi pariwisata yang didominasi oleh sektor pariwisata, terutama pariwisata pantai. Namun, dengan berkembangnya industri pariwisata, sektor-sektor lain seperti industri kreatif, pertanian organik, manufaktur, dan teknologi informasi juga mulai tumbuh pesat.
44 Tujuan Wisata dan Motivasi Wisatawan alam menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar pariwisata global, pemahaman yang mendalam tentang tujuan wisata dan motivasi wisatawan tidak lagi sekadar menjadi kebutuhan, tetapi menjadi kunci utama dalam merencanakan dan mengembangkan destinasi pariwisata yang sukses. Wisatawan adalah motor penggerak utama dalam industri pariwisata, mereka adalah individu yang merencanakan perjalanan, menghabiskan uang, dan memberikan dampak ekonomi serta sosial bagi destinasi yang mereka kunjungi. Oleh karena itu, memahami apa yang mendorong mereka untuk melakukan perjalanan dan tujuan apa yang ingin mereka capai dari pengalaman tersebut adalah langkah awal yang sangat D
45 penting dalam merancang program pariwisata yang lebih efektif dan menarik. Sub bab ini bertujuan untuk menjelajahi lebih dalam berbagai tujuan wisata yang umum dan faktor-faktor motivasi yang menggerakkan perjalanan wisatawan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang motivasi dan tujuan ini, diharapkan para pengelola destinasi dapat merancang pengalaman wisata yang lebih berkesan, relevan, dan memuaskan bagi berbagai jenis wisatawan. Melalui penelusuran yang komprehensif tentang tujuan wisata dan motivasi wisatawan, diharapkan sub bab ini akan memberikan wawasan yang berharga bagi para akademisi, praktisi pariwisata, dan pembuat kebijakan dalam mengembangkan strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan inovatif. A. Teori Kebermaknaan Wisata Teori Kebermaknaan Wisata mengusulkan bahwa tujuan utama dari setiap perjalanan adalah pencarian akan makna. Wisatawan melakukan perjalanan dengan harapan untuk menemukan pengalaman yang memberikan makna, pengertian, dan signifikansi bagi kehidupan mereka. Makna ini bisa beragam, termasuk makna spiritual, budaya, emosional, intelektual, atau bahkan sederhana seperti hiburan dan kesenangan 1. Dimensi Makna Wisata Teori ini mengidentifikasi beberapa dimensi makna wisata yang menjadi tujuan utama bagi para wisatawan:
46 a. Makna Budaya : Wisatawan mencari pengalaman yang memperdalam pemahaman mereka tentang budaya dan tradisi lokal. b. Makna Spiritual : Beberapa wisatawan melakukan perjalanan untuk mencari keselarasan dengan alam atau untuk melaksanakan praktik keagamaan. c. Makna Emosional : Perjalanan dapat memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk mengalami emosi yang intens, seperti kebahagiaan, kekaguman, atau nostalgia d. Makna Sosial : Interaksi dengan orang baru dan pengalaman kolektif dapat memberikan makna sosial bagi wisatawan e. Makna Personal : Wisatawan mencari pengalaman yang memperkaya diri mereka sendiri, baik secara fisik, emosional, atau intelektual. 2. Pengaruh Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal seperti budaya, media, dan pengalaman sebelumnya dapat memengaruhi persepsi wisatawan terhadap makna dan tujuan perjalanan mereka. Misalnya, pengaruh media sosial dapat memperkuat persepsi wisatawan tentang destinasi yang menawarkan pengalaman yang berarti. 3. Tujuan Wisata a. Rekreasi dan relaksasi adalah salah satu tujuan utama wisatawan. Dalam dunia yang serba sibuk dan stres, liburan menjadi waktu yang berharga untuk melepaskan diri dari
47 tekanan sehari-hari dan menikmati ketenangan serta keindahan alam. Destinasi pantai, pegunungan, atau resor spa menjadi favorit bagi wisatawan yang mencari ketenangan dan ketentraman. b. Pendidikan dan Pengetahuan Sebagian wisatawan melakukan perjalanan untuk tujuan pendidikan dan pengetahuan. Mereka tertarik untuk mempelajari budaya, sejarah, dan keunikan setiap destinasi yang mereka kunjungi. Kunjungan ke museum, situs bersejarah, atau tur budaya menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman wisata mereka. c. Pengalaman Budaya Pengalaman budaya sering menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Mereka ingin merasakan kehidupan lokal, mencicipi kuliner khas daerah, dan terlibat dalam tradisi dan festival yang unik. Interaksi dengan penduduk setempat juga dianggap sebagai pengalaman berharga dalam memahami kebudayaan suatu tempat. d. Petualangan dan Tantangan Bagi sebagian wisatawan, perjalanan adalah tentang mencari petualangan dan tantangan. Mereka mencari pengalaman baru yang menantang batas-batas fisik dan mental mereka, seperti mendaki gunung, menyelam di perairan dalam, atau menjelajahi hutan belantara.
48 e. Berlibur dengan Keluarga Berlibur dengan keluarga menjadi tujuan utama bagi banyak wisatawan. Mereka ingin menciptakan kenangan yang tak terlupakan bersama orang-orang terkasih, menghabiskan waktu berkualitas bersama, dan memperkuat ikatan keluarga. B. Teori Motivasi Wisatawan 1. Teori Maslow Salah satu teori motivasi paling terkenal dalam konteks pariwisata adalah Hierarki Kebutuhan Maslow. Menurut Maslow, manusia memiliki hierarki kebutuhan yang perlu dipenuhi, dimulai dari kebutuhan fisik dasar hingga kebutuhan akan aktualisasi diri. 2. Teori Motivasi Berdasarkan Persepsi Mengacu pada persepsi dan harapan individu dalam mengenai pengalaman wisata mereka. Teori Ekspektasi Nilai (Expectancy-Value Theory) dan Teori Harapan-Realitas (Expectation-Confirmation Theory). a. Ekspektasi Nilai Teori Ekspektasi Nilai (Expectancy-Value Theory) mengemukakan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan (dalam konteks ini, perjalanan wisata) dipengaruhi oleh dua faktor utama: ekspektasi dan nilai. 1) Ekspektasi: Merujuk pada keyakinan individu tentang kemungkinan mencapai hasil yang
49 diinginkan melalui tindakan tersebut. Dalam konteks wisata, ini bisa berarti ekspektasi tentang pengalaman yang akan didapat di destinasi wisata tertentu. 2) Nilai: Merujuk pada pentingnya atau keinginan seseorang terhadap hasil yang diinginkan. Nilai dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan hal ini mencerminkan apa yang diprioritaskan oleh individu tersebut dalam pengalaman wisata mereka. Menurut teori ini, motivasi untuk melakukan perjalanan akan lebih tinggi jika seseorang memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pengalaman yang diinginkan dan juga memberi nilai tinggi terhadap pengalaman tersebut. Dalam praktiknya, destinasi atau aktivitas wisata yang menawarkan kombinasi tinggi antara ekspektasi yang tinggi dan nilai yang tinggi akan lebih mungkin menarik minat wisatawan b. Teori Harapan Realitas Teori Harapan-Realitas (Expectation-Confirmation Theory) fokus pada bagaimana persepsi seseorang terhadap pengalaman mereka mempengaruhi kepuasan akhir mereka. Teori ini terutama relevan setelah individu melakukan tindakan tertentu, dalam hal ini, setelah mereka melakukan perjalanan wisata. 1) Harapan: Merujuk pada harapan-harapan yang dimiliki individu sebelum melakukan perjalanan, seperti ekspektasi tentang destinasi, pengalaman, atau layanan yang akan mereka terima.
50 2) Konfirmasi: Merujuk pada tingkat di mana pengalaman yang sebenarnya sesuai dengan harapan yang telah dibentuk sebelumnya. Semakin besar tingkat konfirmasi, semakin tinggi kepuasan individu terhadap pengalaman tersebut. Menurut teori ini, kepuasan wisatawan dipengaruhi oleh sejauh mana pengalaman wisata mereka memenuhi atau melampaui harapan yang telah mereka bentuk sebelumnya. Jika pengalaman itu melebihi harapan, maka kepuasan akan tinggi, tetapi jika tidak sesuai dengan harapan, maka kekecewaan bisa terjadi. 3. Faktor – Faktor Motivasi Wisatawan a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik melibatkan dorongan internal, seperti rasa ingin tahu, eksplorasi, dan pencapaian pribadi. Beberapa wisatawan melakukan perjalanan untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang dunia, sementara yang lain mencari pengalaman yang memperkaya jiwa dan pikiran. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik berkaitan dengan faktor-faktor eksternal seperti penghargaan sosial, pengakuan, atau imbalan finansial. Beberapa wisatawan mungkin melakukan perjalanan untuk memenuhi harapan orang lain, seperti keluarga atau teman-teman, atau untuk mendapatkan pengalaman yang dapat meningkatkan status sosial mereka.
51 c. Motivasi Sosial Motivasi sosial melibatkan keinginan untuk membangun hubungan sosial dan menghabiskan waktu bersama orang lain. Wisatawan sering melakukan perjalanan untuk bersama keluarga, teman-teman, atau bahkan untuk memperluas jaringan profesional mereka. d. Motivasi Eksplorasi Motivasi eksplorasi mendorong wisatawan untuk menjelajahi dunia dan menemukan keunikan serta keindahan di setiap sudutnya. Mereka tertarik untuk mengalami hal-hal baru, menguji keterampilan mereka, dan memperluas pandangan mereka tentang dunia.
52 Jenis-Jenis Pariwisata: Pariwisata Alam, Budaya, Sejarah dan Lainnya ndustri pariwisata memiliki peran penting dalam kemajuan pembangunan dan perkembangan wilayah. Selain berdampak pada pertumbuhan ekonomi, pariwisata juga memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain seperti industri, perdagangan, pertanian, dan perkebunan. Melalui kontribusinya yang signifikan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, pariwisata merupakan salah satu komponen pembangunan yang penting. Dalam konteks industri pariwisata, pengembangan objek dan daya tarik wisata memiliki peran sentral. Hal ini dikarenakan upaya pemerintah untuk menjaga dan I
53 mempromosikan kearifan lokal serta kekayaan budaya sebagai bagian dari kekayaan nasional yang dapat dijadikan daya tarik bagi wisatawan baik domestik maupun internasional. Contohcontoh objek dan daya tarik wisata yang menarik bagi para wisatawan meliputi karakteristik alam yang unik, kekayaan budaya dan tradisi, serta kehidupan masyarakat yang otentik. Indonesia, yang terkenal dengan keanekaragaman hayati, keindahan alam yang memukau, serta beragam warisan sejarah dan budaya, menjadi negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat besar. Dengan demikian, keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia memiliki potensi yang signifikan sebagai objek dan daya tarik utama dalam wisata alam. Objek dan daya tarik wisata merupakan hasil dari berbagai aktivitas dan fasilitas yang terhubung satu sama lain, yang mampu menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk mengunjungi suatu daerah atau lokasi tertentu. Sebagai produk yang ditawarkan di pasar pariwisata, objek dan daya tarik wisata harus memiliki tiga komponen utama, yaitu daya tarik dari destinasi, fasilitas yang tersedia di destinasi, dan juga aksesibilitas destinasi tersebut. A. Wisata Alam Wisata alam jenis pariwisata yang menitikberatkan pada keindahan dan keunikan alam serta pengalaman yang diberikan oleh objek wisata alam tersebut. Destinasi wisata alam dapat meliputi berbagai jenis lingkungan alam, seperti pegunungan, pantai, hutan, danau, sungai, serta tamantaman alam. Pengertian Wisata Alam menurut (Kementerian Kehutanan, 2014) merupakan kegiatan perjalanan atau
54 sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam. 1. Ciri Khas Wisata Alam a. Keindahan Alam: Destinasi wisata alam menawarkan pemandangan yang indah dan menakjubkan, seperti gunung yang gagah, pantai dengan pasir putih, danau yang jernih, atau hutan yang hijau. b. Keanekaragaman Hayati: Wisata alam seringkali menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna yang unik dan eksotis, menarik minat para pengunjung yang tertarik dengan keanekaragaman alam. c. Aktivitas Outdoor: Pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas outdoor seperti hiking, camping, bersepeda, menyelam, snorkeling, dan berbagai kegiatan petualangan lainnya. d. Pelestarian Lingkungan: Pengelolaan destinasi wisata alam biasanya mengutamakan pelestarian lingkungan dan konservasi alam, sehingga para pengunjung diajak untuk menjaga kebersihan dan kelestarian alam selama berkunjung. e. Edukasi dan Penelitian: Wisata alam juga dapat menjadi sarana edukasi dan penelitian, baik bagi masyarakat umum maupun para ilmuwan dan peneliti yang tertarik dengan ekosistem alam dan keanekaragaman hayati.
55 2. Komponen Wisata Alam Wisata alam mempunyai beberapa komponen yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya seperti yang dijelaskan oleh (Cooper, 2008) seperti: a. Atraksi wisata, dimana aspek ini merupakan aspek terpenting baik berupa buatan manusia atau alam yang memiliki nilai jual bagi wisatawan. b. Fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan. c. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, namun juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan me mberikan kenangan pada lingkungan makanan setempat. Dan d. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) yaitu kemudahan wisataan untuk menuju ke lokasi wisata e. Faktor pendukung lainnya yang mencakup pemasaran, keamanan dan keselamatan bagi wisatawan di lokasi wisata. B. Wisata Budaya Wisata budaya adalah bentuk perjalanan wisata yang menitikberatkan pada pengalaman dan eksplorasi terhadap aspek-aspek budaya suatu daerah atau negara. Hal ini mencakup kekayaan sejarah, tradisi, seni, arsitektur, kuliner, dan berbagai aspek budaya lainnya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin memahami dan
56 mengalami kehidupan dan warisan budaya suatu komunitas. Wisata budaya merupakan jenis pariwisata yang menarik minat wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dalam wisata budaya, pengunjung dapat mengalami dan memahami kekayaan budaya serta sejarah suatu destinasi melalui berbagai kegiatan dan pengalaman yang disediakan. Pengertian wisata budaya menurut Pendit, wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan mempelajari keadaan, kebiasaan, adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni rakyat setempat. Wisata budaya juga merupakan tradisi dan budaya mengalir atau turun temurun yang dipasarkan untuk umum atau wisatawan. Jenis atraksi wisata budaya berupa tarian atau pertunjukan, rumah tradisional, upacara lokal, dan hasil kerajinan berupa ornamen dan segala pernak – perniknya. Objek dalam wisata budaya antara lain keterlibatan masyarakat dalam proses budaya, adanya orang asing atau wisatawan yang akan berinteraksi dengan budaya masyarakat lokal dengan segala konsekuensinya, adanya usaha pemberdayaan masyarakat lokal. Proses globalisasi budaya membawa konsekuensi terbentuknya homoginitas budaya di seluruh belahan bumi sementara proses globalisasi tersebut juga membutuhkan heterogenitas budaya sebagai faktor keunikan sehingga diperlukan proses lokalisasi yang sifatnya preservasi dan lestari. Pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi karena dapat menyediakan lapangan pekerjaan,
57 menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan konstribusi secara langsung bagi kemajuan – kemajuan dalam usaha – usaha pembuatan dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi, serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar. Wisata budaya juga dapat menjadi inspirasi untuk pengusaha di industri kreatif, seperti membuat produk yang sekaligus memperkenalkan ciri khas atau kesenian dari lokasi tertentu Sektor pariwisata sebagai sektor yang cukup menjanjikan untuk penambah devisa negara. Sehubungan dengan hal itu maka pemerintah juga mengembangkan berbagai jenis pariwisata yang akan diolah dan “dijual” kepada wisatawan. Usaha yang dapat dilakukan dalam pelestarian wisata budaya antara lain: 1. Perlu dilakukan inventarisasi aset-aset kebudayaan. Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat untuk menjaga aset kebudayaan. 2. Membangun kembali dan memperbaikan benda-benda atau bangunan yang telah runtuh dan rusak. 3. Menghidupkan kembali tradisi yang berhubungan dengan benda tersebut. Dalam hal ini erat hubungannya dengan wisatawan, karena biasanya mereka tidak hanya melihat benda saja, tetapi yang lebih menarik bagi mereka adalah, live tradition (tradisi
58 yang masih berjalan) yang masih berkembang di suatu masyarakat13 Adanya interaksi yang terjadi, baik antara manusia sebagai pengunjung, dengan manusia dan obyek budaya yang dikunjungi, wisata budaya meluas menjadi pariwisata budaya. Atraksi-atraksi wisata yang ditawarkan kepada wisatawan, khususnya jenis wisata yang memuat informasi atau mengandung pesan-pesan yang bersifat budaya. Atraksi-atraksi wisata ini dapat berupa peninggalanpeninggalan sejarah, pertunjukan kesenian, ritual keagamaan, pertunjukan keterampilan, dan lain-lain. Melalui kemasan tersebut wisatawan dapat memperoleh pengalaman kebudayaan dengan cara melihat sesuatu yang dirasa unik, berbeda, mengesankan, dan berbagai sensasi yang dibutuhkan untuk memperkaya kebutuhan spiritualnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, wisata budaya merupakan bentuk perjalanan pariwisata yang erat kaitannya dengan sejarah dan kebudayaan suatu daerah. Tujuan utama dari wisata budaya adalah untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya serta sejarah lokal kepada wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya, memiliki banyak destinasi wisata budaya yang menarik.
59 1. Komponen Wisata Budaya Adapun komponen Wisata Budaya produk wisata sejarah dan warisan budaya setidaknya mempunyai empat komponen, yaitu: a. Produk Budaya, meliputi objek-objek sejarah dan warisan budaya yang terindentifikasi, baik yang berupa objek-objek tangible (benda/berwujud) atau pun intangible (tak benda/tak berwujud). Produk warisan budaya tangible terdiri atas warisan budaya bergerak (moveable cultural heritage), seperti lukisan, patung, manuskrip dan lain-lain serta warisan budaya tak bergerak (immoveable cultural heritage), seperti monumen, situs arkeologis, bangunan bersejarah dan lain-lain. Sedangkan produk warisan budaya intangible antara lain: ekspresi lisan dan tradisi, seni drama, praktik sosial, festival, ilmu pengetahuan dan praktik tentang alam dan alam semesta, dan keahlian kerajinan tradisional. Objek-objek sejarah dan warisan budaya akan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan apabila mempunyai muatan atau content yang berkaitan dengan signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya. Signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya tersebut dapat berupa nilai sejarah, nilai sains, nilai spiritual, nilai estetika, dan nilai sosial. b. Produk Naratif, produk naratif merupakan interpretasi yang dikembangkan pada produk budaya terpilih. Interpretasi akan mengkomunikasikan berbagai hal yang penting tentang suatu
60 tempat atau destinasi (interpretation of places). Interpretasi dibutuhkan untuk menjelaskan bahwa objek atau tempat mungkin memiliki berbagai nilai dan makna yang penting bagi orang-orang yang berbeda. c. Produk Wisata, antara lain meliputi skenario perjalanan (yang terdiri atas “pola perjalanan” atau travel pattern, “jalur warisan budaya” atau heritage trail, serta durasi waktunya), pengemasan produk (dalam bentuk itinerary atau “rencana perjalanan”), serta pembagian peran untuk memposisikan menjadi pelaku budaya dan pelaku pariwisata. d. Produk Destinasi. Sementara itu, produk destinasi dapat terdiri atas layanan pendukung (yang meliputi: aksesibilitas, amenitas, serta infrastruktur pendukung) dan bentuk tata kelola wisata sejarah dan warisan budaya yang diperlukan untuk pengembangan produk destinasi wisata berupa forum pengelola dan rencana pengelolaannya Wisata budaya di Indonesia yang menarik dan terkenal 1. Tana Toraja di Sulawesi Selatan, yang terkenal dengan tradisi adat yang ketat dan beragam. Selain itu, Wae Rebo di Flores, Nusa Tenggara Timur, menampilkan arsitektur tradisional tujuh rumah adat Mbaru Niang yang unik. 2. Pura Uluwatu di Bali menawarkan pengalaman melihat matahari tenggelam sambil menikmati tari kecak yang memukau,
61 3. sementara Loncat Batu di Nias, Sumatra Utara, menghadirkan tradisi loncat batu yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Nias. 4. Festival Lembah Baliem di Wamena, Papua Barat, menggambarkan simulasi perang antar suku Dani, suku Lani, dan suku Yali, 5. sedangkan Keraton Yogyakarta menjadi pusat museum kebudayaan Jawa yang mengenalkan budaya Jawa era kerajaan kepada wisatawan. C. Wisata Sejarah Wisata sejarah adalah bentuk pariwisata yang fokus pada pengalaman dan penjelajahan aspek sejarah suatu tempat. Ini melibatkan kunjungan ke situs-situs bersejarah, monumen, museum, bangunan bersejarah, dan lokasi lain yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting. Wisata sejarah memiliki nilai edukatif yang tinggi karena memungkinkan wisatawan untuk belajar tentang berbagai aspek sejarah, budaya, dan tradisi suatu tempat. Ini juga berperan dalam pelestarian warisan budaya, karena pendapatan dari pariwisata sering digunakan untuk pemeliharaan dan restorasi situs-situs bersejarah. Menurut Suyatmin (2014), objek-objek sejarah yang dijadikan sebagai destinasi pariwisata memberikan peluang-peluang wisata yang unik bagi setiap daerah. Hal ini mengakibatkan perbedaan signifikan antara wilayah tersebut dengan wilayah lainnya, bahkan dapat menjadikannya sebagai tujuan wisata utama yang membedakan karakteristik wilayah tersebut. Pariwisata sejarah adalah salah satu tujuan wisata yang sangat menarik dan dapat dianggap
62 sebagai objek wisata yang menjadi motivasi utama bagi para wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata. Sementara itu, berbagai objek peninggalan sejarah dan lanskap sejarah terutama yang bernilai signifikan, harus dikonservasi karena merupakan fakta fisik dan arkeologi dari warisan sejarah dan budaya yang berkontribusi untukkepentingan ekonomi masyarakat. Karena menurut Spillane (1987 dalam Selvia, 2011) suatu objek budaya juga memberikan peran penting dalam memperkenalkan keragaman budaya seperti kesenian tradisional, uparaca adat, bangunan peninggalan sejarah yang dapat menarik perhatian wisatawan asing maupun lokal. UNESCO (2009) menyebutkan bahwa Organisasi Wisata Dunia (World Tourism Organization) mendefinisikan pariwisata pusaka sebagai kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian, filosofi dan pranata dari wilayah lain. Sementara, Badan Preservasi Sejarah Nasional Amerika (The National Trust for Historic Preservation) mengartikan sebagai perjalanan untuk menikmati tempat-tempat, artefak-artefak dan aktifitas-aktifitas yang secara otentik mewakili cerita/sejarah orang-orang terdahulu maupun saat ini. Sedangkan Spillane (1987 dalam Selvia, 2011) mengungkapkan bahwa pariwisata berbasis sejarah merupakan salah satu jenis pariwisata yang dilakukan karena dilatarbelakangi keinginan untuk mengetahui atau mempelajari adat istiadat, kelembagaan dan cara hidup masyarakat juga untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat kesenian, keagamaan maupun ikut serta dalam kegiatan kesenian rakyat.
63 D. Kelayakan Objek Wisata Sejarah 1. Keaslian Lanskap Sejarah Keaslian lanskap sejarah ini terdiri dari dua kriteria yakni penggunaan lahan dan juga bentuk bangunan. Kriteria penggunaan lahan dilihat dari seberapa besar perubahan penggunaan lahan di objek wisata sejarah tersebut, sedangkan kriteria bentuk bangunan dilihat dari seberapa besar elemen bangunan di objek wisata mengalami perubahan struktur, elemen serta karakter dan gaya arsitektur di masa lampau. 2. Daya Tarik Wisata Sejarah Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya Tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, nilai, dan kemudahan berupa keanekaragaman alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata sejarah diukur berdasarkan kriteria asosiasi kesejarahan, integritas, kelangkaan, serta kualitas estetik. Asosiasi kesejarahan merupakan keterhubungan lanskap dengan kesejarahan. Integritas adalah kesatuan karakter, struktur, dan fungsi elemen dengan lingkungan sekitar. Kelangkaan adalah kekhasan yang dimiliki oleh objek tersebut yang mencirikan jarangnya ditemukan di objek wisata sejarah lain, sedangkan kualitas ekstetik adalah karakter dan struktur elemen yang mewakili suatu periode sejarah tertentu.
64 3. Kemudahan Aksesibilitas Terdapat empat kriteria untuk mengukur kemudahan aksesibilitas yaitu: a. Kemudahan akses, ini berdasarkan tingkat kemudahan serta tingkat keamanan dalam menjangkau lokasi objek wisata b. Kapasitas, ini menilai kemampuan objek wisata dalam menampung kendaraan pengunjung di lokasi objek wisata. c. dan kejelasan akses berdasarkan tingkat kemudahan dalam menemukan petunjuk dalam perjalanan menuju objek wisata sejarah. 4. Tujuan Wisata Sejarah Tujuan utama dari wisata sejarah adalah: a. Memberikan pemahaman yang mendalam tentang masa lalu, budaya, dan peristiwa sejarah yang terjadi di tempat tersebut. Wisatawan akan mendapatkan pengetahuan baru tentang sejarah melalui kunjungan mereka. b. Untuk mempromosikan pemeliharaan dan pelestarian warisan budaya dan sejarah. Dengan memperhatikan pentingnya situs-situs bersejarah, masyarakat diharapkan dapat menjaga kelestarian tempat-tempat tersebut. Beberapa destinasi wisata sejarah menawarkan pengalaman interaktif kepada pengunjung, seperti pameran interaktif, peragaan budaya, atau tur yang
65 melibatkan partisipasi langsung dalam kegiatan bersejarah. Wisata sejarah dapat menarik minat beragam pengunjung, mulai dari penggemar sejarah yang serius hingga wisatawan yang mencari pengalaman budaya yang unik. Salah satu aspek penting dari wisata sejarah adalah kemampuannya untuk menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Hal ini dapat dilakukan melalui interpretasi sejarah yang memadukan narasi sejarah dengan konteks kontemporer. Wisata sejarah sering kali melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata tersebut, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat. Wisata sejarah mengajarkan pengunjung untuk menghormati dan menghargai warisan budaya, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan keberagaman budaya di seluruh dunia.
66 Destinasi Pariwisata: Pengelompokan dan Karakteristik Destinasi erorientasi ada tempat dan wilayah, destinasi pariwisata dapat didefinisikan sebagai tempat dan wilayah yang dikunjungi oleh wisatawan untuk tujuan liburan, rekreasi, atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan aspek budaya, alam, sejarah, atau hiburan (Jafari, 2002). Sementara, menurut UNWTO (2018), definisi destinasi pariwisata adalah sebuah tempat dan wilayah yang memiliki daya tarik tertentu bagi wisatawan dan seringkali menjadi tujuan utama bagi perjalanan wisata. Destinasi pariwisata mencakup berbagai elemen, termasuk atraksi alam, budaya, sejarah, hiburan, dan fasilitas pendukung lainnya. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan destinasi pariwisata merupakan tempat dan B
67 wilayah yang memiliki daya tarik tertentu seperti aspek budaya, alam, sejarah, dan fasilitas hiburan serta pendukung lainnya yang dikunjungi oleh wisatawan. Berorientasi pada karakteristik wilayah, terjadi perbedaan karakteristik alam dan budaya antar daerah dan wilayah yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk geografi, sejarah, demografi, dan interaksi antara manusia dan lingkungannya. Setiap daerah memiliki geografi yang unik, termasuk iklim, topografi, jenis tanah, dan sumber daya alam. Setiap daerah dan wilayah juga memiliki sejarah yang dapat memainkan peran penting dalam membentuk karakteristik budaya dan alamnya. Proses kolonisasi, migrasi, perang, perdagangan, dan interaksi budaya antar bangsa dapat membentuk pola-pola unik dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Perbedaan demografi, seperti kepadatan penduduk, komposisi etnis, dan agama, dapat mempengaruhi budaya dan struktur sosial suatu daerah. Cara manusia berinteraksi dengan lingkungannya pun, termasuk dalam hal pertanian, perburuan, dan pengelolaan sumber daya alam, dapat membentuk pola-pola budaya dan karakteristik alam suatu daerah (Black, 2003; Diamond & Renfrew, 1997; Hayden & Villeneuve, 2010). Barbagai karakteristik alam, budaya, kehidupan sosial, dan sejarah suatu daerah dan wilayah seringkali menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Keunikan dan keindahan alam, serta keberagaman budaya, dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat (C. M. Hall & Page, 2014a; C. M. Hall & Williams, 2010; Robinson & Jamal, 2009). Dengan demikian, destinasi pariwisata sering kali dikelompokkan untuk berbagai alasan, termasuk untuk memudahkan analisis, pengelolaan, pengembangan, dan pemasaran destinasi. Berikut beberapa
68 alasan mengapa destinasi pariwisata perlu dikelompokkan; dengan mengelompokkan destinasi pariwisata, para peneliti dapat menganalisis tren, karakteristik, dan potensi wisata dari setiap kelompok dengan lebih mudah. Ini membantu dalam pemahaman lebih baik tentang pasar dan kebutuhan pengunjung potensial. Mengelompokkan destinasi juga membantu pengelola pariwisata dapat berfokus pada kebutuhan dan tantangan yang spesifik, hal ini memungkinkan pengelola destinasi mampu mengembangkan strategi pengelolaan yang lebih efektif dan efisien. Pada akhirnya, dengan mengelompokkan destinasi pariwisata, pemasar dapat menyesuaikan pesan dan kampanye mereka dengan keunggulan dan daya tarik khusus dari setiap kelompok. Hal ini memungkinkan pengelola destinasi menjangkau target pasar dengan lebih tepat sasaran (Weaver & Oppermann, 2000). Pengetahuan tentang karakteristik destinasi pariwisata juga sangat penting untuk dipahami oleh para pemangku kepentingan, seperti pengelola pariwisata, pemerintah, dan pelaku industri pariwisata dalam upaya merencanakan, mengembangkan, dan mengelola destinasi dengan lebih efektif. Dengan memahami karakteristik destinasi pariwisata, pemangku kepentingan bisa mengidentifikasi potensi dan keunikan destinasi. Pengetahuan tentang karakteristik seperti atraksi alam, budaya, sejarah, dan infrastruktur lokal bisa dimanfaatkan dalam mengidentifikasi potensi dan keunikan sebuah destinasi. Hal ini memungkinkan pengembangan produk dan pengalaman wisata yang menarik bagi pengunjung secara spesifik yang disesuaikan dengan karakteristik destinasi. Pengetahuan tentang karakteristik destinasi memungkinkan pengelola pariwisata untuk mengembangkan infrastruktur dan
69 fasilitas pendukung yang diperlukan, seperti akomodasi, transportasi, dan sarana wisata lainnya. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pengunjung. Memahami karakteristik destinasi pariwisata memungkinkan para pemangku kepentingan untuk menyesuaikan strategi pemasaran destinasi secara spesifik sehingga mampu menjangkau target market wisata. Pengelola dapat menargetkan segmen pasar yang sesuai dengan keunggulan destinasi yang lebih spesik, serta mengkomunikasikan pesan yang relevan dan menarik bagi wisatawan potensial. Belakangan ini isu keberlanjutan, blue economy, dan teknologi memiliki peran yang penting dalam merumuskan karakteristik destinasi pariwisata karena adanya beberapa alasan-alasan berikut. Isu keberlanjutan lingkungan menjadi semakin penting dalam industri pariwisata karena dampak negatifnya terhadap lingkungan. Destinasi pariwisata yang mengadopsi praktik berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam, pengurangan limbah, dan perlindungan ekosistemnya akan lebih menarik bagi wisatawan yang peduli lingkungan. Selain itu, menjaga keberlanjutan lingkungan juga membantu menjaga daya tarik alam dan keunikan destinasi tersebut. Konsep blue economy menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya laut dan pesisir secara berkelanjutan. Destinasi pariwisata yang berbasis pada blue economy memperhatikan pelestarian lingkungan laut, konservasi satwa laut, dan pengembangan ekonomi berkelanjutan di sektor kelautan. Hal ini penting karena banyak destinasi pariwisata yang bergantung pada daya tarik alam laut dan pesisir, seperti pantai, snorkeling, serta diving.
70 Penggunaan teknologi dalam industri pariwisata pun telah menjadi kunci untuk meningkatkan pengalaman wisatawan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempromosikan destinasi. Destinasi pariwisata yang mengadopsi teknologi seperti kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), atau virtual reality dapat memberikan pengalaman yang lebih interaktif dan personal bagi pengunjung. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk memantau dan mengelola keberlanjutan lingkungan serta memperkuat konsep blue economy di destinasi tersebut. Dengan memperhatikan isu-isu keberlanjutan, blue economy, dan teknologi dalam merumuskan karakteristik destinasi pariwisata, destinasi tersebut dapat menjadi lebih berdaya saing, menarik lebih banyak wisatawan yang peduli lingkungan, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di wilayahnya. Pada akhirnya, memahami karakteristik destinasi pariwisata bisa membantu pengelola dalam merencanakan pengelolaan yang berkelanjutan, termasuk pelestarian lingkungan, pengelolaan lalu lintas wisata, dan perlindungan budaya dan warisan lokal melalui pemahaman karakter destinasi yang lebih spesifik. A. Pengelompokan destinasi pariwisata Pengelompokan destinasi pariwisata adalah proses klasifikasi atau pembagian destinasi pariwisata ke dalam kelompok atau kategori berdasarkan berbagai karakteristik atau kriteria tertentu. Pengelompokan ini bertujuan untuk memudahkan analisis, pengelolaan, pemasaran, dan pengembangan destinasi pariwisata. Berikut adalah beberapa jenis pengelompokan destinasi pariwisata yang umum.
71 1. Pengelompokan destinasi berdasarkan lokasi geografis Destinasi pariwisata dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi geografis, seperti destinasi pantai, pegunungan, dan perkotaan. Pengelompokan ini mempertimbangkan ciri khas geografis dan alamiah dari setiap destinasi. Pengelompokan pariwisata berdasarkan geografis merupakan pembagian destinasi pariwisata ke dalam kelompok atau kategori berdasarkan lokasi geografis atau ciri khas alamiahnya. Ini dapat mencakup berbagai jenis pengelompokan, seperti destinasi pantai, pegunungan, dan perkotaan, tergantung pada karakteristik geografis dari masingmasing destinasi. Contohnya, destinasi pantai didefinisikan oleh pantai-pantai yang menarik, aktivitas air, dan atraksi terkait laut. Disis lain, destinasi pegununganseringkali dikenal karena pemandangan alam yang menakjubkan, kegiatan seperti hiking atau ski, serta keberagaman flora dan fauna. Sedangkan destinasi perkotaan menekankan pada atraksi budaya, heritage, arsitektur, dan aktivitas perkotaan lainnya. Pengelompokan ini dapat membantu analisis, pengelolaan, dan pemasaran destinasi pariwisata dengan memahami ciri khas geografis dan daya tarik alamiah dari masing-masing destinasi (Buhalis & Costa, 2006). 2. Pengelompokan destinasi berdasarkan tema dan tipe wisata Pengelompokan pariwisata berdasarkan tema dan tipe pariwisata mengacu pada pembagian destinasi pariwisata ke dalam kelompok atau kategori berdasar-
72 kan tema atau jenis pengalaman wisata yang ditawarkan. Ini mencakup berbagai jenis wisata, seperti wisata budaya, sejarah, petualangan, belanja, kuliner, ekowisata, dan lain sebagainya. Misalnya, destinasi wisata budaya menyoroti warisan budaya, tradisi, seni, dan arsitektur dari suatu wilayah atau komunitas. Destinasi sejarah menawarkan pengalaman yang terkait dengan peristiwa sejarah atau situs bersejarah yang terkenal. Destinasi petualangan menekankan pada aktivitas seperti hiking, panjat tebing, atau olahraga air yang menantang. Sedangkan destinasi kuliner menampilkan kekayaan kuliner dan masakan khas suatu daerah. Pengelompokan ini mempertimbangkan minat dan preferensi wisatawan. Pengelompokan berdasarkan tema dan tipe pariwisata membantu para wisatawan dalam memilih destinasi yang sesuai dengan minat dan preferensi mereka, serta membantu para pengelola pariwisata dalam merancang produk dan pengalaman wisata yang sesuai dengan pasar target (Buhalis & Costa, 2006). 3. Pengelompokan destinasi pariwisata berdasarkan tingkat pengembangan Pengelompokan destinasi pariwisata berdasarkan tingkat pengembangan mengacu pada pembagian destinasi pariwisata ke dalam kelompok atau kategori berdasarkan kemajuan infrastruktur pariwisata, ketersediaan fasilitas pendukung, dan tingkat kesiapan untuk menerima wisatawan. Jenis pengelompokan ini sering mencakup tiga kategori utama yaitu destinasi
73 utama, destinasi berkembang, dan destinasi alternatif (C. M. Hall & Page, 2014b): a. Destinasi utama (major destinations) Destinasi ini merupakan destinasi pariwisata yang telah berkembang dengan baik dan memiliki infrastruktur pariwisata yang matang yang seringkali menarik jumlah wisatawan yang besar dan memiliki beragam fasilitas akomodasi, atraksi, dan layanan pendukung lainnya yang telah terintrasi. Pulau Bali merupakan contoh destinasi utama yang telah berkembang pesat dalam industri pariwisata. Pulau ini menawarkan pantai yang indah, budaya unik, serta beragam atraksi dan fasilitas wisata yang matang seperti hotel, restoran, dan tempat hiburan. Contoh lainnya kota Paris merupakan salah satu destinasi wisata paling terkenal di dunia, Paris menarik jutaan wisatawan setiap tahun dengan keindahan arsitektur, museum terkenal, dan kehidupan malam yang beragam. b. Destinasi berkembang (developing destinations) Destinasi ini merupakan destinasi pariwisata yang sedang mengalami pertumbuhan dan pengembangan infrastruktur pariwisata. Meskipun belum sepopuler destinasi utama, destinasi ini memiliki potensi untuk menarik jumlah wisatawan yang signifikan di masa depan. Contoh destinasi berkembang yang ada di Indonesia antara lain Raja Ampat. Meskipun semakin populer, Raja Ampat masih dianggap sebagai destinasi berkembang karena infrastruktur pariwisatanya yang masih terbatas. Namun, potensi pesona alam bawah
74 lautnya yang luar biasa dan keindahan pulau-pulau karang menjadikannya destinasi yang menjanjikan. Contoh di negara lain ada Luang Prabang di Laos. Luang Prabang merupakan kota yang sedang berkembang sebagai destinasi pariwisata. Dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, serta keindahan alam sekitarnya, Luang Prabang menarik minat wisatawan yang mencari pengalaman wisata yang lebih autentik. c. Destinasi alternatif (alternative destinations) Destinasi ini merupakan destinai pariwisata yang relatif belum dikembangkan dan belum dikenal secara luas. Destinasi ini sering menawarkan pengalaman yang unik dan autentik, serta memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk menjelajahi tempat-tempat yang tidak terlalu ramai dikunjungi. Faroe Islands destinasi yang berada di di antara Islandia dan Norwegia merupakan contoh destinasi alternatif yang mulai mendapat perhatian wisatawan yang mencari pengalaman yang berbeda. Dengan pemandangan alam yang dramatis dan lingkungan yang masih alami, Faroe Islands menawarkan pengalaman eksplorasi yang unik. Contoh lainnya Uzbekistan; negara Asia Tengah ini semakin dikenal sebagai destinasi alternatif dengan warisan budaya yang kaya, termasuk kota-kota kuno seperti Samarkand dan Bukhara. Wisatawan dapat menemukan arsitektur yang indah, pasar tradisional, dan jalan-jalan bersejarah di Uzbekistan, namu destinasi belum dikenal luas sepertnya layaknya Paris.
75 4. Pengelompokan destinasi berdasarkan segmentasi pasar Destinasi pariwisata juga dapat dikelompokkan berdasarkan segmentasi pasar, seperti destinasi yang menargetkan wisatawan keluarga, wisatawan muda, wisatawan berbudget rendah, dan sebagainya. Pengelompokan ini mempertimbangkan profil dan kebutuhan pasar. Pengelompokan destinasi berdasarkan segmentasi pasar membantu para pelancong dalam memilih destinasi yang sesuai dengan minat dan preferensi mereka, serta membantu para pengelola pariwisata dalam merancang produk dan pengalaman wisata yang sesuai dengan pasar target. Berikut beberapa contoh pengelompokannya: a. Destinasi keluarga Disneyland Resort, California, AS merupakan destinasi yang dirancang khusus untuk keluarga. Taman hiburan, wahana, parade, dan karakter Disney yang terkenal, destinasi ini menarik wisatawan dari berbagai usia, terutama keluarga dengan anak-anak. b. Destinasi wisata alam Banff National Park, Kanada merupakan destinasi alam yang menarik bagi penggemar alam terbuka. Dikelilingi oleh Pegunungan Rocky, taman ini menawarkan petualangan hiking, berkemah, bersepeda, dan menikmati pemandangan alam yang menakjubkan.
76 c. Destinasi wisata sejarah dan budaya Machu Picchu, Peru merupakan situs arkeologi Inca yang terkenal di pegunungan Andes Peru. Destinasi ini menarik wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan budaya, serta keindahan alam pegunungan. d. Destinasi wisata kuliner Provence, Prancis terkenal dengan masakan khas Prancisnya, anggur, dan pasar tradisionalnya. Destinasi ini menarik wisatawan yang tertarik dengan pengalaman kuliner, termasuk memasak kelas, tur anggur, dan menikmati hidangan lokal. e. Destinasi wisata petualangan Queenstown, Selandia Baru merupakan destinasi petualangan yang menawarkan berbagai aktivitas ekstrem seperti bungee jumping, paragliding, jet boat, dan skiing. Destinasi ini menarik pengunjung yang mencari pengalaman adrenalin dan petualangan yang menantang. 5. Karakteristik destinasi pariwisata Karakteristik dari destinasi pariwisata mengacu pada atribut-atribut khas yang membedakan suatu tempat sebagai tujuan wisata. Karakteristik destinasi pariwisata dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya, tergantung pada kondisi geografis, budaya, ekonomi, dan kebijakan pengelolaan destinasi. Seiring waktu, karakteristik ini dapat berubah sebagai hasil dari perkembangan infrastruktur, perubahan sosial, dan dinamika ekonomi lokal serta isu
77 global. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau dan memahami evolusi karakteristik destinasi pariwisata agar dapat mengembangkan strategi pengelolaan dan pemasaran yang sesuai. Karakteristik destinasi memiliki berbagai pandangan antara lain yang berorientasi pada konsep pemasaran, kebutuhan wisatawan, sumber ekonomi, letak dan kondisi geografis, berbasis bentang alam, berbasis budaya, komposisi penduduk, pembangunan berkelanjutan, sumber ekonomi masyarakat lokal, blue economy, dan Technology 5.0. 6. Karakteristik destinasi parwisata berdasarkan konsep pemasaran Karakteristik destinasi pariwisata sebagai industri jasa berbeda dengan produk industri atau jasa lainnya. Karakteristik destinasi pariwisata antara lain: a. intangible (tidak berwujud), yaitu orang tidak dapat melihat bentuk jasa pariwisata seperti apa sebelum wisatawan tersebut merasakan dam datang sendiri ke destinasi pariwisata; b. sulit diatur standar kualitasnya, dalam jasa terjadi hubunganl angsung antara pemberi dan pengguna jasa; c. terjadi proses simultan antara proses produksi dan konsumsi, jasa baru diproduksi apabila memang sudah dibeli oleh pengguna jasa sehingga terjadi proses yang bersamaan antara proses produksi dan konsumsi;
78 d. tidak dapat disimpan sebagai persediaan, misalnya kamar hotel yang kosong seminggu yang lalu akan hilang dan tidak dapat dijual pada hari ini atau hari berikutnya, e. tdak dapat dimiliki, karena tidak terwujud maka tidak ada suatu yang kemudian dimiliki oleh seorang yang telah membeli jasa tersebut. Untuk mewujudkan jasa tersebut wisatawan membeli cinderamata sebagai kenang-kenangan kalau ia pernah pergi atau terkesan dengan daerah tujuan wisata tersebut. Berorientasi pada konsep pemasaran, karakteristik destinasi pariwisata terdiri dari (Eddyono, 2021): a. Merupakan sektor yang peka, hal ini berarti mempertaruhkan citra dari destinasi tersebut. Misalnya ketidakpuasan wisatawan terhadap pelayanan hotel, maka akan dikaitkan dengan kualitas semua aspek di destinasi, kesalahan salah satu aspek kecil dapat mengakibatkan seluruh pelayanan dianggap kurang baik, dan seterusnya. b. Pariwisata terdiri dari banyak sub sektor, seperti hotel, restoran, agen perjalanan, transportasi, pusat-pusat kegiatan wisata dan pusat-pusat cinderamata. Di samping itu sektor pariwisata melibatkan sektor-sektor lainnya, seperti pertanian, perhubungan, industri, kesehatan, perdagangan, hukum, administrasi pemerintah, dan lainnya.
79 c. Destinasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan destinasi lainnya atau dengan kata lain memiliki atribut destinasi yang berbeda-beda tergantung dari ketersedian atribut atraksi di masing-masing destinasi. 7. Karakteristik destinasi yang berkembang Karakteristik destinasi pariwisata yang sudah berkembang utamanya pada fasilitas dan layanan dapat sangat bervariasi tergantung pada jenis destinasi dan segmentasi pasar yang dituju. Berikut adalah beberapa karakteristik yang sering ditemui (Pike & Page, 2014): a. Akomodasi; destinasi pariwisata yang berkembang biasanya menawarkan berbagai pilihan akomodasi mulai dari hotel berbintang, resort, vila, penginapan tradisional, hingga hostel atau kemping. Kualitas, harga, dan fasilitas yang ditawarkan dapat bervariasi untuk memenuhi kebutuhan beragam wisatawan. b. Restoran dan tempat makan; destinasi pariwisata yang berkembang memiliki beragam restoran dan tempat makan yang menawarkan masakan lokal, internasional, atau fusion. Berbagai jenis makanan dan suasana dapat ditemukan, mulai dari restoran mewah hingga warung pinggir jalan. c. Transportasi; destinasi pariwisata yang sukses biasanya memiliki akses transportasi yang baik, mulai dari bandara internasional, stasiun kereta, hingga terminal bus yang terintegrasi dengan baik. Selain itu, tersedianya transportasi lokal seperti
80 taksi, bus wisata, atau layanan ridesharing juga penting untuk memudahkan perjalanan wisatawan di dalam destinasi. d. Tempat wisata dan aktivitas; destinasi pariwisata menawarkan berbagai tempat wisata dan aktivitas rekreasi untuk menghibur wisatawan, mulai dari objek wisata alam, taman hiburan, museum, galeri seni, hingga acara budaya dan festival. e. Layanan panduan dan informasi; destinasi pariwisata yang berkembang biasanya menyediakan layanan panduan lokal, peta wisata, dan informasi tur yang membantu wisatawan untuk menjelajahi destinasi dengan lebih baik. Ini termasuk tur berbahasa, pemandu wisata, atau aplikasi mobile yang memberikan informasi tentang atraksi dan kegiatan di destinasi tersebut 8. Karakteristik destinasi berdasarkan kebutuhan wisatawan Karakteristik ini mencakup berbagai aspek, seperti keunikan budaya, keindahan alam, fasilitas akomodasi, aksesibilitas transportasi, serta pengelolaan dan promosi destinasi tersebut. Berikut adalah beberapa karakteristik utama destinasi berdasarkan kebutuhan wisatawan (Page & Connell, 2006): a. Keindahan alam dan lingkungan, destinasi pariwisata seringkali ditandai oleh keindahan alam yang unik, seperti pantai, pegunungan, danau, hutan tropis, atau cagar alam;
81 b. Warisan budaya dan sejarah, destinasi yang kaya akan warisan budaya dan sejarah seperti situs bersejarah, bangunan bersejarah, museum, dan festival budaya memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan; c. Infrastruktur pariwisata, ketersediaan fasilitas akomodasi, restoran, tempat perbelanjaan, dan sarana rekreasi merupakan faktor penting dalam menentukan daya tarik sebuah destinasi pariwisata; d. Aksesibilitas, destinasi yang mudah diakses melalui transportasi udara, laut, atau darat cenderung lebih diminati oleh wisatawan daripada destinasi yang sulit dijangkau; e. Keamanan dan kehati-hatian; destinasi yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung yang memiliki tingkat kejahatan yang tinggi atau ketidakstabilan politik; f. Keberlanjutan; destinasi pariwisata yang berkomitmen pada praktik keberlanjutan dan perlindungan lingkungan; g. Aktifitas wisata; ketersediaan beragam kegiatan wisata seperti snorkeling, hiking, menyelam, berkemah, atau wisata kuliner juga menjadi daya tarik utama suatu destinasi. h. Pengalaman wisata yang berkesan; destinasi yang mampu menyajikan pengalaman wisata yang unik dan berkesan bagi wisatawan.
82 9. Karakteristik destinasi berdasarkan sumber ekonomi Karakteristik destinasi pariwisata berdasarkan sumber ekonomi dapat dibagi menjadi beberapa aspek yang mencerminkan bagaimana aktivitas pariwisata memberikan kontribusi ekonomi bagi destinasi tersebut. Karakteristik ini dapat bervariasi tergantung pada konteks sosial, ekonomi, dan politik dari masingmasing destinasi pariwisata (Page & Connell, 2006). Berikut adalah beberapa karakteristik utama berdasarkan sumber ekonomi: a. Penghasilan utama; destinasi wisata ini merupakan sumber penghasilan utama bagi masyarakat dan pemerintah setempat. Contohnya adalah Maladewa, di mana pariwisata pantai dan pulau merupakan sumber utama pendapatan negara. b. Diversifikasi ekonomi; destinasi pariwisata yang memiliki perekonomian yang terdiversifikasi, di mana pariwisata merupakan salah satu sektor penting tetapi tidak menjadi satu-satunya sumber pendapatan. Misalnya, di beberapa kota besar seperti Paris atau New York, pariwisata merupakan bagian penting dari ekonomi, tetapi sektor lain seperti keuangan, teknologi, atau manufaktur juga memberikan kontribusi signifikan bagi pemerintah setempat. c. Pendapatan tambahan; destinasi pariwisata di mana pariwisata memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat, namun bukan sumber utama penghasilan. Contohnya adalah desa-desa
83 kecil di pedesaan yang menawarkan pengalaman wisata petani atau homestay kepada wisatawan sebagai sumber pendapatan tambahan. d. Penggerak ekonomi regional; destinasi pariwisata yang menjadi penggerak ekonomi bagi wilayah atau daerah tertentu, di mana industri pariwisata memberikan dampak ekonomi yang signifikan pada sektor-sektor terkait seperti transportasi, perhotelan, kuliner, dan kerajinan lokal. e. Pembangunan ekonomi; destinasi pariwisata yang menggunakan pendapatan pariwisata untuk membangun infrastruktur dan layanan publik yang memperbaiki kualitas hidup masyarakat setempat, seperti pembangunan jalan, sekolah, rumah sakit, atau taman kota. f. Keseimbangan ekonomi-sosial; destinasi pariwisata yang berupaya mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat lokal, dengan memperhatikan distribusi pendapatan, perlindungan hak tenaga kerja, dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. g. Pengembangan ekonomi berkelanjutan; destinasi pariwisata yang mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi berkelanjutan dalam pengembangan dan pengelolaannya, dengan memperhatikan dampak sosial, lingkungan, dan budaya dari aktivitas pariwisata.
84 10. Karakteristik destinasi pariwisata berdasarkan geografis Karakteristik destinasi pariwisata berdasarkan letak geografisnya dapat sangat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti iklim, topografi, dan keunikan geografis lainnya. Setiap karakteristik destinasi pariwisata memiliki daya tarik uniknya sendiri, yang menarik berbagai jenis wisatawan dengan minat dan preferensi yang berbeda Berikut adalah beberapa karakteristik yang sering terkait dengan letak geografis destinasi pariwisata (Pike & Page, 2014): a. Destinasi pantai; destinasi pantai menawarkan keindahan alam laut yang menarik, seperti pantai berpasir putih, terumbu karang, dan kegiatan air seperti snorkeling, selancar, atau menyelam. Contoh destinasi pantai terkenal termasuk Bali di Indonesia, Maldives di Samudera Hindia, dan Kepulauan Karibia. b. Destinasi pegunungan; destinasi pegunungan menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, udara segar, dan kegiatan luar ruangan seperti hiking, skiing, atau berkemah. Contoh destinasi pegunungan termasuk Swiss Alps, Rocky Mountains di Amerika Serikat, dan Pegunungan Himalaya di Nepal. c. Destinasi kota besar; destinasi kota besar menawarkan budaya, seni, sejarah, dan kehidupan malam yang kaya. Wisatawan dapat menikmati atraksi seperti museum, galeri seni, tempat belanja,
85 dan restoran internasional. Contoh destinasi kota besar termasuk New York City, Paris, dan Tokyo. d. Destinasi gurun; destinasi gurun menawarkan panorama gurun yang luas, eksotis, serta kehidupan liar yang unik. Wisatawan dapat menikmati kegiatan seperti naik unta, tur gurun, atau mengeksplorasi situs bersejarah. Contoh destinasi gurun termasuk Sahara di Afrika, Gurun Atacama di Chili, dan Gurun Gobi di Asia. e. Destinasi pulau; destinasi pulau menawarkan keindahan alam tropis, kegiatan air, dan relaksasi di pantai. Wisatawan dapat menikmati snorkeling, berjemur di pantai, atau mengunjungi tempattempat bersejarah dan budaya. Contoh destinasi pulau termasuk Hawaii, Maladewa, dan Kepulauan Yunani. 11. Karakteristik destinasi pariwisata berbasis bentang alam Destinasi pariwisata berbasis bentang alam memiliki karakteristik yang unik yang menarik wisatawan untuk menikmati keindahan alam dan aktivitas luar ruangan. Berikut adalah beberapa karakteristik dari destinasi pariwisata berdasarkan bentang alam (Buckley et al., 2014; C. M. Hall & Lew, 2009): a. Keindahan alam yang memukau; destinasi ini seringkali ditandai dengan keindahan alam yang spektakuler, seperti pegunungan yang megah, danau yang indah, pantai yang memikat, gurun
86 yang luas, atau hutan yang lebat. Contoh destinasi yang menawarkan keindahan alam yang memukau termasuk Grand Canyon di Amerika Serikat, Great Barrier Reef di Australia, atau Swiss Alps di Eropa. b. Aktivitas outdoor yang beragam; destinasi berbasis bentang alam menawarkan berbagai aktivitas outdoor bagi pengunjung, seperti hiking, camping, mountain biking, skiing, snorkeling, surfing, dan banyak lagi. Pengunjung memiliki kesempatan untuk menjelajahi alam liar, menikmati pemandangan yang indah, dan merasakan kegembiraan beraktivitas di alam terbuka. c. Keanekaragaman ekosistem, destinasi ini sering menawarkan keanekaragaman ekosistem yang menakjubkan, termasuk flora dan fauna yang unik. Pengunjung dapat melihat berbagai spesies tanaman dan hewan yang hidup di lingkungan alam tersebut, seperti hutan hujan tropis, padang rumput, atau terumbu karang. Contoh destinasi dengan keanekaragaman ekosistem yang luar biasa termasuk Taman Nasional Serengeti di Tanzania, Taman Nasional Amazon di Brasil, atau Taman Nasional Yellowstone di Amerika Serikat. d. Taman Nasional dan kawasan konservasi; destinasi berbasis bentang alam seringkali melindungi area penting melalui pembentukan taman nasional, kawasan konservasi, atau cagar alam. Destinasi memberikan perlindungan bagi ekosistem alami serta memungkinkan wisatawan untuk menikmati keindahan alam tersebut sambil menjaga
87 kelestarian lingkungan. Contoh taman nasional yang terkenal termasuk Taman Nasional Yosemite di Amerika Serikat, Taman Nasional Banff di Kanada, atau Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan. e. Edukasi lingkungan dan konservasi; destinasi ini sering menawarkan program pendidikan lingkungan dan konservasi bagi pengunjung untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. Pengunjung dapat belajar tentang ekologi lokal, upaya konservasi, dan cara mereka dapat membantu melindungi lingkungan alam. Contohnya program pendidikan lingkungan yang diselenggarakan di destinasi alam termasuk tur interpretatif, kunjungan ke pusat informasi lingkungan, atau kegiatan sukarela dalam proyek konservasi. 12. Karakteristik destinasi parwisata berbasis budaya Destinasi pariwisata yang berbasis budaya memiliki beberapa karakteristik yang khas dan membedakannya dari destinasi pariwisata lainnya. Berikut adalah beberapa karakteristik tersebut (Hitchcock, 2021; Richards, 2007; Smith, 2015): a. Warisan budaya yang kaya; destinasi pariwisata berbasis budaya seringkali memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk bangunan bersejarah, monumen, situs arkeologi, dan pusat seni tradisional. Misalnya, Angkor Wat di Kamboja atau Petra di Yordania.
88 b. Festival dan acara tradisional; destinasi ini sering menjadi tuan rumah festival dan acara tradisional yang unik, seperti festival musik, perayaan religius, atau pameran seni lokal. Contohnya adalah Carnaval di Rio de Janeiro, Brasil, atau Festival Naadam di Mongolia. c. Kuliner lokal yang khas, makanan dan minuman lokal menjadi bagian penting dari pengalaman wisatawan di destinasi berbasis budaya. Mereka dapat menikmati masakan tradisional, mencicipi makanan jalanan, atau mengunjungi restoran yang menyajikan hidangan khas daerah tersebut. Contohnya adalah sushi di Jepang, pasta di Italia, atau tapas di Spanyol. d. Kerajinan tangan dan seni rupa tradisional; destinasi ini seringkali dikenal dengan kerajinan tangan dan seni rupa tradisional yang indah dan unik. Wisatawan dapat membeli souvenir lokal, seperti kerajinan tangan, lukisan, atau tekstil tradisional sebagai kenang-kenangan dari perjalanan mereka. Contohnya adalah batik di Indonesia, kain tenun di Peru, atau perhiasan etnik di India. e. Perayaan budaya dan ritual; destinasi ini sering memiliki perayaan budaya dan ritual yang menarik untuk disaksikan oleh wisatawan. Ini bisa termasuk upacara adat, tarian tradisional, atau ritual keagamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Contohnya adalah upacara keagamaan di Varanasi, India, atau tarian hula di Hawaii.
89 f. Pendidikan dan kesadaran budaya; destinasi pariwisata berbasis budaya sering menyediakan kesempatan bagi wisatawan untuk belajar lebih banyak tentang budaya lokal, sejarah, dan tradisi. Mereka dapat mengunjungi museum, galeri seni, atau tur budaya yang dipandu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang destinasi tersebut. 13. Karakteristik destinasi pariwisata berdasarkan komposisi penduduk Karekteristik destinasi pariwisata dapat dibedakan berdasarkan komposisi penduduknyasehingga memiliki budaya, kehidupan sehari-hari, serta berbagai kearifan lokal yang bisa dijadikan pengalaman wisatawan. Setiap jenis destinasi memiliki daya tarik dan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan, tergantung pada minat dan preferensi mereka terhadap budaya lokal dan interaksi antarbudaya. Berikut adalah penjelasan karakteristik destinasi berdasarkan komposisi penduduknya: a. Destinasi etnis atau budaya khas, destinasi ini memiliki mayoritas penduduk dari satu etnis atau budaya tertentu, yang memungkinkan wisatawan mendalami dan mengalami budaya lokal dengan lebih mendalam. Contohnya adalah kota Marrakesh di Maroko yang kaya akan warisan budaya Arab-Berber dan Kyoto di Jepang yang terkenal dengan warisan budaya Jepangnya. b. Destinasi multikultural, destinasi ini memiliki populasi yang beragam etnis dan budaya,
90 menciptakan suasana multikultural yang kaya dan menarik bagi wisatawan yang ingin menjelajahi keanekaragaman budaya. Contoh destinasi ini adalah Singapura, New York City, atau London. c. Destinasi tradisional atau masyarakat adat, destinasi ini mungkin masih dipengaruhi oleh kehidupan tradisional atau masyarakat adat, dengan penduduk yang masih mempraktikkan tradisi dan gaya hidup khas mereka. Contohnya adalah Suku Maasai di Kenya atau masyarakat adat di Kepulauan Suku Asli di Australia. d. Destinasi kosmopolitan atau global, destinasi ini mungkin memiliki populasi yang terdiri dari wisatawan dan penduduk yang berasal dari berbagai negara atau latar belakang budaya. Ini menciptakan suasana kosmopolitan dengan berbagai bahasa, makanan, dan gaya hidup yang beragam. Contohnya adalah Dubai, Singapura, dan Ibiza. 14. Karakteristik destinasi pariwisata berbasis pembangunan berkelanjutan Karakteristik ini mencakup prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang memastikan pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan pemberdayaan sosial secara seimbang. Penting untuk memperhatikan bahwa pembangunan ekonomi pariwisata yang berkelanjutan harus diimbangi dengan perlindungan terhadap lingkungan, budaya, dan kesejahteraan sosial masyarakat lokal. Berikut ini beberapa aspek karakteristik destinasi pariwisata berbasis pembangun-