91 an berkelanjutan (Eddyono, 2023; Kashodkar, 2012; Mowforth & Munt, 2015): a. Perlindungan lingkungan - destinasi pariwisata yang berkelanjutan memprioritaskan perlindungan lingkungan alam dan budaya, dengan mengurangi dampak negatif seperti polusi, kerusakan habitat, dan degradasi lingkungan; b. Pengelolaan sumber daya - destinasi pariwisata yang berkelanjutan melakukan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana, termasuk pengelolaan air, energi, limbah, dan biodiversitas, untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang; c. Pemberdayaan komunitas lokal - destinasi pariwisata berkelanjutan yang memberdayakan komunitas lokal dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, serta mempromosikan keberagaman budaya dan warisan lokal; d. Kesejahteraan sosial - destinasi pariwisata yang berkelanjutan memperhatikan kesejahteraan sosial masyarakat lokal, termasuk akses terhadap pendidikan, kesehatan, perumahan, dan layanan publik lainnya; e. Pengembangan ekonomi inklusif - destinasi pariwisata berkelanjutan yang memastikan bahwa manfaat ekonomi dari industri pariwisata didistribusikan secara adil di antara masyarakat lokal, dengan meningkatkan kesempatan bagi
92 pelaku usaha kecil dan menengah serta meminimalkan ketimpangan ekonomi. f. Pendidikan dan kesadaran wisatawan - destinasi pariwisata berkelanjutan yang mempromosikan kesadaran lingkungan dan budaya di antara wisatawan, serta mendorong perilaku wisata yang bertanggung jawab, seperti penggunaan sumber daya yang hemat energi dan menghormati budaya lokal. g. Partnership dan kerjasama - destinasi pariwisata berkelanjutan mendorong kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi non-pemerintah untuk mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan secara bersama-sama. 15. Karakteristik destinasi pariwisata berdasarkan sumber ekonomi masyarakat lokal Karakteristik destinasi pariwisata berdasarkan sumber ekonomi masyarakat lokal mencerminkan bagaimana aktivitas pariwisata berkontribusi pada perekonomian dan kesejahteraan penduduk setempat. Berikut adalah beberapa karakteristik utama berdasarkan sumber ekonomi masyarakat lokal (Giaoutzi & Nijkamp, 2006): a. Penghasilan dari usaha mikro dan kecil (UMK) - masyarakat lokal dapat mengambil manfaat dari destinasi pariwisata dengan membangun UMK seperti toko suvenir, warung makan, homestay,
93 atau jasa transportasi lokal seperti ojek atau perahu wisata; b. Partisipasi dalam rantai pasok lokal - destinasi pariwisata dapat memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam rantai pasok lokal, misalnya dengan menyediakan bahan makanan organik bagi restoran, produk kerajinan lokal untuk dijual kepada wisatawan, atau jasa pandu wisata lokal; c. Pekerjaan langsung dan tidak langsung - pembangunan dan pengembangan destinasi pariwisata sering kali memberikan pekerjaan langsung kepada masyarakat lokal dalam sektorsektor seperti perhotelan, restoran, transportasi, dan atraksi wisata; d. Pengembangan keterampilan dan pelatihan - pembangunan dan pengembangan destinasi pariwisata dapat memberikan peluang bagi pelatihan dan pengembangan keterampilan kepada masyarakat lokal dalam berbagai bidang seperti pelayanan pelanggan, manajemen bisnis, atau kerajinan tangan, meningkatkan kapasitas mereka untuk berpartisipasi dalam ekonomi pariwisata; e. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas - pembangunan destinasi pariwisata seiring dengan membangun infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih, sanitasi, dan listrik yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal;
94 f. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan - pembangunan dan pengembangan destinasi bisa bermanfaat untuk masyarakat lokal dapat memperoleh manfaat ekonomi jangka panjang dari sumber daya alam mereka melalui pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, seperti ekowisata atau agrowisata, yang mempromosikan konservasi lingkungan dan budaya; g. Pemberdayaan komunitas - pembangunan dan pengembangan destinasi ariwisata dapat menjadi alat untuk memberdayakan komunitas lokal dengan memberikan kontrol atas pengelolaan sumber daya dan pengambilan keputusan terkait pembangunan pariwisata di destinasi mereka. 16. Karakteristik destinasi pariwisata berbasis community based tourism Destinasi pariwisata berbasis komunitas (Community Based Tourism/CBT) merupakan jenis pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif dan manfaat langsung bagi komunitas lokal dalam pengembangan dan pengelolaan destinasi wisata. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari destinasi pariwisata berbasis komunitas (Ashley et al., 2000; Beeton, 2006; D. R. Hall & Richards, 2000; Murphy, 2013; Scheyvens, 2002; Sulistyadi et al., 2017): a. Partisipasi komunitas lokal; dalam CBT, komunitas lokal memiliki peran sentral dalam mengelola dan memperoleh manfaat dari pariwisata. Mereka terlibat dalam pengambilan keputusan,
95 perencanaan, dan pelaksanaan program-program pariwisata. b. Penghargaan terhadap budaya dan tradisi lokal; destinasi CBT sering menekankan penghormatan terhadap budaya dan tradisi lokal. Ini bisa termasuk promosi dan pelestarian kesenian, kerajinan, bahasa, dan praktik budaya lainnya. c. Pembangunan berkelanjutan; CBT memberikan peran untuk mempromosikan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan bagi komunitas lokal. Ini mencakup pengembangan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja lokal, dan pemeliharaan lingkungan alam. d. Pendidikan dan kesadaran wisatawan; destinasi CBT sering menekankan pendidikan dan kesadaran wisatawan tentang kehidupan lokal, budaya, dan lingkungan. Wisatawan diberi kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang kehidupan sehari-hari masyarakat lokal dan cara mereka menjaga lingkungan. e. Pengalaman wisata yang uutentik; CBT menawarkan pengalaman wisata yang lebih otentik dan mendalam, karena wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan penduduk lokal, terlibat dalam kegiatan budaya dan sosial, dan tinggal di akomodasi yang dimiliki oleh komunitas. f. Pendekatan berbasis kemitraan; destinasi CBT melibatkan kemitraan antara komunitas lokal, pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah,
96 dan operator pariwisata. Ini memastikan bahwa manfaat pariwisata didistribusikan secara adil dan berkelanjutan. 17. Karekteristik destinasi pariwisata berbasis blue economy Destinasi pariwisata berbasis blue economy atau ekonomi biru menekankan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di sekitar sumber daya laut dan pesisir. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari destinasi pariwisata berbasis blue economy (Bank & Affairs, 2017; Markovic et al., 2009; OECD, 2016): a. Pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir; destinasi pariwisata blue economy memanfaatkan potensi sumber daya laut dan pesisir secara berkelanjutan, seperti wisata laut, pelayaran, olahraga air, dan penangkapan ikan bertanggung jawab. b. Konservasi dan pelestarian lingkungan; destinasi ini menekankan pentingnya konservasi dan pelestarian lingkungan laut dan pesisir. Upayaupaya dilakukan untuk melindungi terumbu karang, ekosistem laut, dan habitat satwa liar lainnya. c. Pengembangan ekowisata; destinasi blue economy sering mengadopsi model ekowisata yang mempromosikan pengalaman wisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Ini dapat mencakup snorkeling di terumbu karang yang terjaga, observasi satwa liar, atau tur pesisir.
97 d. Pendidikan lingkungan; destinasi ini sering menawarkan program pendidikan dan kesadaran lingkungan untuk wisatawan dan komunitas lokal. Ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya perlindungan lingkungan laut dan upaya-upaya pelestariannya. e. Pemberdayaan oomunitas lokal; blue economy menekankan pemberdayaan komunitas lokal yang tinggal di sekitar destinasi pariwisata. Hal ini termasuk memberikan peluang kerja dan pelatihan kepada penduduk setempat, serta memastikan bahwa keuntungan ekonomi dari pariwisata disebarkan secara adil di antara mereka. f. Diversifikasi ekonomi; destinasi pariwisata blue economy berusaha untuk mendiversifikasi basis ekonomi mereka di luar sektor pariwisata, termasuk pengembangan industri lokal seperti perikanan, pertanian laut, dan pengolahan produkproduk laut. g. Inovasi dan teknologi ramah lingkungan; blue economy mendorong adopsi teknologi dan inovasi yang ramah lingkungan dalam semua aspek pariwisata, mulai dari transportasi laut yang lebih efisien hingga penggunaan energi terbarukan di fasilitas akomodasi. h. Pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan; destinasi pariwisata blue economy membangun infrastruktur yang memperhitungkan dampak lingkungan, seperti bangunan ramah lingkungan,
98 sistem pengelolaan limbah yang efisien, dan transportasi umum yang berkelanjutan. 18. Karakteristik destinasi pariwisata berbasis Technology 5.0 Teknologi 5.0 merupakan konsep yang mengintegrasikan teknologi digital dengan kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), komputasi awan (cloud computing), big data, dan teknologi lainnya untuk menciptakan pengalaman pariwisata yang lebih personal, interaktif, dan terhubung. Berikut adalah beberapa karakteristik destinasi pariwisata berdasarkan konsep Teknologi 5.0 (UNWTO, 2020): a. Personalisasi pengalaman wisatawan; destinasi pariwisata menggunakan teknologi untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang preferensi dan perilaku wisatawan, sehingga dapat menawarkan pengalaman yang disesuaikan secara individual. Contohnya aplikasi perjalanan yang memberikan rekomendasi berdasarkan minat dan riwayat perjalanan pengguna. b. Interaktivitas yang ditingkatkan; teknologi 5.0 memungkinkan destinasi pariwisata untuk menciptakan pengalaman interaktif yang lebih mendalam bagi pengunjung. Contohnya adalah penggunaan augmented reality (AR) atau virtual reality (VR) untuk memberikan tur virtual, dan sistem informasi interaktif di tempat-tempat wisata yang memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi dengan informasi secara langsung.
99 c. Keterhubungan yang meningkat; destinasi pariwisata menggunakan teknologi untuk menciptakan ekosistem digital yang terhubung, yang memungkinkan berbagai pemangku kepentingan dalam industri pariwisata (seperti hotel, restoran, atraksi wisata, dan transportasi) untuk berkolaborasi dan berbagi informasi secara efisien. d. Pembangunan destinasi pintar; destinasi pariwisata memanfaatkan teknologi IoT dan big data untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan infrastruktur dan layanan publik, seperti manajemen lalu lintas, pengelolaan limbah, dan pengaturan energi. Ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan nyaman bagi pengunjung. e. Pengalaman wisata berbasis sensor; destinasi pariwisata menggunakan sensor untuk mengumpulkan data real-time tentang kondisi lingkungan, cuaca, dan aktivitas pengunjung. Informasi ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan pengalaman wisatawan, seperti memberikan peringatan tentang kondisi cuaca buruk atau mengarahkan pengunjung ke area yang kurang ramai.
100 Industri Pariwisata: Aktor dan Struktur Industri ebelum kita melangkah ke sub tema industri pariwisata, terlebih dahulu kita memahami tentang apa yang dimaksud dengan sistem pariwisata. Tujuan dari sub bab ini adalah: 1. Mahasiswa mampu mendefinisikan sistem pariwisata dengan baik dan jelas 2. Mahasiswa memahami pentingnya sistem pariwisata dikaitkan dengan bisnis pariwisata 3. Mahasiswa mampu menjelaskan keterkaitan sistem pariwisata dengan industri pariwisata 4. Mahasiswa mampu mendefinisikan industri pariwisata, aktor, dan struktur S
101 Sistem pariwisata didefinisikan oleh (Lowry, 2017) adalah jaringan kompleks hubungan manusia, geografis, dan kelembagaan. Selain titik fokus manusia adalah wisatawan, destinasi merupakan pendorong utama dalam industri pariwisata. Sementara itu, (Leiper, 1979) menyatakan bahwa pariwisata yang didefinisikan dalam kerangka sistem akan memungkinkan setiap aspek dasarnya untuk diidentifikasi. Mereka sebagai elemen dari sistem adalah wisatawan, komponen geografis, komponen industri, dan berbagai interaksi dengan lingkungan yang lebih luas. Jika mengacu pada pengertian di atas, maka sistem pariwisata bisa didefinisikan sebagai kerangka kerja yang menghubungkan beberapa elemen dasar, yaitu wisatawan, komponen geografis, komponen industri dan berbagai interaksi dengan lingkungan yang lebih luas. A. Elemen Geografikal Pariwisata 1. Wisatawan (Elemen manusia) Wisatawan didefinisikan seseorang yang membuat keputusan untuk melakukan perjalanan dan minimal menginap semalam. 2. Elemen geografi Secara spasial, pariwisata melibatkan tiga unsur. Ada daerah asal atau penghasil wisata, tempat dimulai dan berakhirnya wisata. Ada daerah tujuan wisata, di mana wisatawan tinggal sementara. Ketiga, adanya wilayah atau jalur transit yang menghubungkan keduanya dan yang dilalui wisatawan.
102 Gambar 1. Elemen geografikal pariwisata Leiper (1979) Daerah penghasil wisatawan (tourist generating region) dapat didefinisikan sebagai basis pemukiman permanen wisatawan, tempat dimulai dan berakhirnya perjalanan, dan khususnya ciri-ciri kawasan yang secara kebetulan menyebabkan terjadinya arus keluar sementara. Definisi ini mencakup pengaturan geografis dasar, bersama dengan faktor perilaku yang diperlukan berkaitan dengan motivasi. Daerah penghasil merupakan lokasi pasar dasar industri pariwisata, sumber potensi permintaan pariwisata. Dengan demikian, fungsi pemasaran utama dalam industri pariwisata dilakukan meliputi promosi, periklanan, grosir, dan eceran. Daerah tujuan wisata (tourist destination region) dapat didefinisikan sebagai lokasi yang menarik wisatawan untuk tinggal sementara, dan khususnya fitur-fitur yang secara nyata berkontribusi pada daya tarik tersebut. Ini juga merupakan lokasi dari banyak bagian dari bisnis wisata meliputi penyediaan akomodasi, layanan, hiburan dan fasilitas rekreasi. Jalur transit (transit routes) adalah jalur yang menghubungkan daerah penghasil wisata dengan daerah tujuan wisata, bersama dengan perjalanan wisatawan. Mereka termasuk titik persinggahan yang
103 mungkin digunakan untuk kenyamanan atau karena adanya atraksi. Jalur transit merupakan elemen sangat penting dalam sistem. Efisiensi dan karakteristiknya mempengaruhi kualitas akses ke destinasi tertentu dan karenanya mempengaruhi ukuran dan arah arus wisatawan. Mereka juga merupakan kasus khusus dari dampak pariwisata, yaitu ketika terjadi perubahan timbul dari transportasi angkut yang lebih cepat atau lebih lama menyebabkan titik persinggahan dilewati. Jalur transit merupakan lokasi komponen transportasi utama bagi industri wisatawan. B. Sumber Daya dalam Proses Pariwisata Dengan menganalisis proses pariwisata, maka urutan pengalaman wisatawan dan sifat sumber daya yang terlibat dapat diidentifikasi. Beberapa proses dapat dibedakan, terjadi di tiga elemen geografis: 1. Di wilayah penghasil, pra-perjalanan, terdapat stimulasi dan pengenalan motivasi, perencanaan dan pengorganisasian 2. Di jalur transit terdapat perjalanan dan kadang-kadang, interaksi dengan atraksi dan penggunaan layanan dan fasilitas 3. Di daerah tujuan terdapat interaksi dengan atraksi utama, atraksi insidental, penggunaan layanan dan fasilitas 4. Pasca-perjalanan, kembali ke daerah penghasil, ada kenangan, dan penyesuaian kembali dengan gaya hidup normal
104 Sumber daya yang beragam berkontribusi pada proses pariwisata. Mereka dapat dilihat sebagai input atau sisi penawaran dari persamaan permintaan/penawaran dasar ekonomi pariwisata. Untuk tujuan analisis ini, sumber daya dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori: (1) waktu luang, (2) organisasi wisatawan, sumber daya sosial, budaya dan material, (3) sumber daya yang melekat dan bebas, sumber daya alam, (4) industri insidental, dan (5) industri pariwisata. 1. Waktu luang (leisure time) biasanya dikenali sebagai faktor penting yang berkontribusi terhadap permintaan pariwisata dan rekreasi. Waktu luang sama pentingnya sebagai faktor yang berkontribusi terhadap penawaran. Ini adalah antisipasi waktu luang yang operasional sebagai faktor permintaan, sedangkan penggunaan waktu luang berikutnya adalah faktor penawaran. Waktu senggang adalah input sumber daya mendasar yang dikonsumsi dalam proses pariwisata. 2. Masukan pengorganisasian dan perencanaan (organizational and planning) untuk beberapa tur sepenuhnya berasal dari para peserta, para wisatawan. Beberapa tur melibatkan masukan tambahan dari berbagai sumber informasi, dalam beberapa perencanaan dan pengorganisasian sebagian besar dilakukan oleh perusahaan komersial seperti grosir tur dan agen perjalanan, tetapi kontribusi wisatawan sendiri. 3. Sumber daya alam dan inheren yang bebas sangat penting bagi sebagian besar bentuk pariwisata. Kategori ini mengacu pada item seperti iklim, lanskap, pantai,
105 sumber daya air, pemandangan umumnya, flora dan fauna, dan masyarakat lokal yang memberikan keramahan bagi pengunjung secara kebetulan dan sukarela. Termasuk di sini adalah banyak faktor yang berkontribusi pada suasana lokal suatu destinasi seperti orang-orang yang ramah, pertunjukan adat dan budaya yang tidak disengaja, penyediaan akomodasi rumah pribadi untuk mengunjungi kerabat dan teman. 4. Industri insidental (incidental industries) melayani keinginan dan kebutuhan wisatawan dalam banyak cara. Ada banyak jenis perusahaan bisnis, organisasi, dan fasilitas yang datang dalam berbagai industri yang melayani wisatawan secara kebetulan. Contohnya termasuk banyak toko, restoran, layanan publik, fasilitas rekreasi, dan sejenisnya, yang klien atau penggunanya adalah masyarakat luas, sebagian besar penduduk setempat dan pelancong harian. 5. Industri pariwisata (tourist industries), kategori kelima dan terakhir dari sumber daya yang melayani wisatawan adalah koleksi yang beragam dan terfragmentasi secara geografis. Beberapa komponen serupa dengan yang ada di industri incidental seperti toko, restoran, fasilitas umum dan sejenisnya, dapat diklasifikasikan dalam salah satu kategori. Industri pariwisata memiliki peran unik dalam proses pariwisata, hubungan khusus dengan semua bagian dari sistem pariwisata, dan dalam hal ini berbeda dari input sumber daya lainnya.
106 C. Elemen Industrial Industri pariwisata terdiri dari semua perusahaan, organisasi, dan fasilitas yang dimaksudkan untuk melayani kebutuhan dan keinginan khusus wisatawan. Industri dapat digambarkan dan didefinisikan lebih lanjut dengan membaginya menjadi enam sektor fungsional. Keenam sektor tersebut adalah pemasaran, operator, akomodasi, atraksi, aneka layanan, dan regulasi. 1. Pemasaran Pariwisata memberikan stimulasi dan fasilitasi hubungan komunikasi antara elemen-elemen tertentu dalam sistem pariwisata, meliputi wisatawan, daerah tujuan, dan berbagai unit dalam industri pariwisata. Terletak terutama di daerah penghasil wisata, dalam bentuk agen perjalanan, pedagang grosir wisata, kantor promosi badan pariwisata nasional dan daerah, penulis perjalanan dan penerbit literatur perjalanan, dan berbagai organisasi nirlaba yang memberikan bimbingan dan informasi untuk wisatawan. 2. Operator wisata menyediakan transportasi umum ke dan dari tujuan wisata. Lokasi mereka terutama di jalur transit. Termasuk di sini adalah komponen layanan penumpang atau "perusahaan" (dalam penggunaan ekonomi) di dalam maskapai penerbangan, kereta api, bus dan jalur pelayaran, di mana pun perusahaan tersebut dipasarkan terutama untuk wisatawan. 3. Akomodasi wisata menyediakan penginapan sementara dan layanan terkait seperti makanan, terutama di tempat tujuan tetapi juga di tempat persinggahan
107 transit. Ini meliputi hotel, villa, penginapan, pondok wisata, tempat berkemah, di mana pun perusahaan tertentu dipasarkan terutama untuk wisatawan. 4. Atraksi wisata dalam industri adalah pemandangan, festival, dan fasilitas yang berorientasi pada pengalaman bagi wisatawan. 5. Layanan wisata lainnya termasuk layanan bebas bea, souvenir, dan toko khusus wisata lainnya, asuransi perjalanan dan restoran-restoran, taksi dan sejenisnya yang mengkhususkan diri dalam pasar wisata. Layanan ini terletak di ketiga elemen geografis dalam sistem. 6. Peraturan pariwisata menyediakan mekanisme untuk membantu kelancaran operasi industri secara umum maupun secara khusus, tetapi secara tidak langsung, melayani wisatawan. Termasuk di sini adalah asosiasi perusahaan sektoral, regional atau industri internasional, beberapa aspek badan pemerintah dan antar pemerintah, dan institusi pendidikan kejuruan. Industri ini dapat dilihat sebagai rantai yang terhubung, membentang di seluruh wilayah penghasil, jalur transit, dan destinasi. Hubungannya beragam, termasuk hubungan informal ketika konsumen memperoleh layanan dari perusahaan dan fasilitas independen, koneksi formal diantara unit-unit yang bekerja sama melalui hubungan prinsipal-agensi dan melalui kesepakatan grosir, dan hubungan formal melalui kepemilikan bersama atas unitunit dalam sektor yang berbeda. Menambahkan bahwa industri pariwisata merupakan elemen ketiga dalam sistem pariwisata yang menyediakan jasa, daya tarik, dan sarana wisata. Industri ini terdapat di daerah asal wisatawan,
108 daerah transit, dan daerah destinasi. Biro perjalanan wisata (BPW/APW) terdapat di daerah asal wisatawan, penerbangan terdapat di daerah transit, dan akomodasi (hotel, homestay, restoran) terdapat di daerah destinasi (Ismayanti, 2020). D. Industrialisasi Sebagian Istilah "tingkat industrialisasi" dapat digunakan untuk mengacu pada ketergantungan arus wisata tertentu pada industri pariwisata. Telah ditunjukkan bahwa lima kategori input sumber daya digunakan dalam proses pariwisata dan hanya satu dari kategori ini yang merupakan industri pariwisata. Pariwisata kontemporer kemudian menjadi fenomena sebagian industri. Pada tahun-tahun sebelumnya pariwisata relatif non-industri, sebelum pertengahan abad ke-19 peserta memiliki beberapa perusahaan dan fasilitas yang secara khusus melayani keinginan dan kebutuhan mereka (Hibbert, 1974); (Lambert, 1950); (Wykes, 1973). Industri pariwisata telah muncul sejak saat itu, terutama sejak tahun 1950, dan sekarang menjadi sumber daya paling dinamis yang mempengaruhi pola kegiatan wisata. Tren jangka panjang menuju peningkatan derajat industrialisasi pariwisata adalah bagian dari tema yang lebih luas, industrialisasi waktu luang. Fenomena itu berhasil, perkembangan pabrik-pabrik yang menggantikan pekerjaan rumahan di fase awal revolusi industri, dapat dianggap sebagai industrialisasi tenaga kerja. Dalam konteks ini, pariwisata tidak biasa karena beberapa alasan, pertama karena tren umum tidak konstan. Tingkat industrialisasi telah berfluktuasi. Dengan setiap
109 fluktuasi, bentuk dan struktur industri telah berubah secara radikal. Faktor ekonomi, sosial, budaya dan teknologi telah membawa perubahan dalam tingkat industrialisasi dan telah mendorong bentuk-bentuk industri baru. Fitur kedua yang tidak biasa dari pariwisata adalah bahwa tingkat industrialisasi sangat bervariasi diantara segmen pasar. Pariwisata domestik Australia sebagian besar non-industri; sebagian besar wisatawan menggunakan kendaraan pribadi untuk transportasi dan tidak bergantung pada operator tur, agen perjalanan dan sejenisnya, dan setengah dari penggunaan pasar akomodasi rumah pribadi. Ketiga, pariwisata tidak biasa karena kecenderungan umum ke arah yang lebih besar industrialisasi memiliki faktor pembatas. Berbagai kategori sumber daya nonindustri sangat penting dan akan terus berlanjut di negara itu. Pariwisata tidak unik dalam hal ini. Tapi fenomena industri sebagian lainnya (misalnya olahraga, pendidikan) memiliki garis pembatas yang lebih jelas. Karakteristik sebagian industri adalah akar dari banyak masalah yang dihadapi manajemen di industri, pemerintah, masyarakat tuan rumah yang peduli dengan dampak pariwisata, dan wisatawan individu. Paradoksnya, solusi untuk masalah ini tidak dapat ditemukan di lebih banyak industrialisasi, karena banyaknya batasan pada tren itu. Pada awal bagian yang membahas sumber daya dalam proses pariwisata, satu masalah telah diidentifikasi, yaitu terkait spesifikasi jumlah industri yang secara intrinsik terlibat dalam elemen industri. Apakah enam sektor yang disebutkan di atas merupakan satu "industri" ganda?
110 Ekonomi dasar menggambarkan industri bila produknya homogen. "Secara khusus, industri terdiri dari semua kegiatan yang diarahkan pada produksi kelas barang tertentu" (Gilpin, 1973). Dalam ekonomi modern yang kompleks, produk biasanya beragam dan definisi dasar tidak selalu berlaku untuk "semakin jauh seseorang bergerak dari industri primer ke sekunder dan tersier, semakin tidak homogen dan semakin terdiferensiasi produknya .... Suatu industri dapat dianggap sebagai klasifikasi perusahaan. Klasifikasi dimungkinkan dengan mengelompokkan perusahaan menurut kesamaan karakteristik yang dimiliki" (Nobbs, 1975). Nobbs mengumpulkan lima karakteristik yang dapat menentukan industri di mana sebuah perusahaan akan dimasukkan. Pertama adalah homogenitas produk, kriteria ekonomi dasar. Dalam bisnis pariwisata digunakan istilah "produk" ketika mengacu pada apa yang dijual oleh perusahaan individu seperti kursi di pesawat, menginap di kamar hotel, pemesanan untuk tur inklusif. Secara sekilas memang terlihat produknya tidak homogen, akan tetapi jika dikaji secara menyeluruh, setiap layanan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan "produk yang dibeli mencakup pengalaman lengkap dari saat wisatawan meninggalkan rumah hingga saat kembali, produk tersebut merupakan campuran dari banyak komponen" (Medlik & Middleton, 1973). Wisatawan mengkonsumsi dan menggunakan spektrum komponen, beberapa diantaranya dibeli dari perusahaan dalam bisnis pariwisata, beberapa dari
111 perusahaan di industri lain, dan beberapa diperoleh tanpa biaya langsung. Produk akhir dari spektrum itu, keluaran dari proses pariwisata, adalah efek bersih dari perjalanan (tour). Ini dapat dianggap sebagai jumlah dari perubahan kualitatif yang dibawa oleh wisatawan oleh pengalaman kolektif dari tur tersebut. Ini dapat mencakup faktor-faktor seperti rekreasi fisik dan mental, peningkatan pengetahuan, pemahaman, kemampuan bersosialisasi, harga diri dan status. Dengan demikian, produk akhir dari berbagai perusahaan di enam sektor adalah homogen. Variasi efek kualitatif, tercermin dalam perbedaan produk yang berasal dari berbagai kombinasi komponen (termasuk destinasi yang berbeda) analog dengan variasi nilai dalam produk homogen dari industri primer. Dalam konteks ini, industri pariwisata tunggal adalah konsep yang valid. Alasan ini diperkuat dengan mempertimbangkan kriteria Nobbs lainnya untuk menggambarkan suatu industri, apakah perusahaan terlibat dalam satu industri untuk memecahkan masalah dasar yang sama? Perusahaan, fasilitas dan organisasi di enam sektor industri pariwisata dapat dilihat terlibat dalam memecahkan berbagai bagian dari masalah dasar yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan. Pandangan bahwa kecenderungan menuju integrasi vertikal adalah fakta (Ansett Airlines of Australia, 1977). Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, disebutkan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
112 bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (JDIH BPK, 2009). E. Definisi Pariwisata Setelah memahami pariwisata sebagai industri tunggal, maka sekarang dimungkinkan untuk mengusulkan definisi baru pariwisata. Pariwisata adalah sistem yang melibatkan perjalanan bebas dan tinggal sementara dari orang-orang yang jauh dari tempat tinggal mereka yang biasanya selama satu malam atau lebih, kecuali tur yang dibuat untuk tujuan utama mendapatkan remunerasi dari poin dalam perjalanan. Unsur-unsur sistem tersebut adalah wisatawan, daerah penghasil, jalur transit, daerah tujuan, dan industri pariwisata. Kelima elemen tersebut tersusun dalam hubungan spasial dan fungsional. Memiliki karakteristik sistem terbuka, organisasi lima elemen beroperasi dalam lingkungan yang lebih luas meliputi fisik, budaya, sosial, ekonomi, politik, teknologi yang berinteraksi dengannya. Kerangka pariwisata dapat dinyatakan secara diagramatik. Gambar 1 di atas mewakili unsur-unsur geografis. Pada Gambar 2 elemen perilaku (yaitu turis) dan industri telah ditambahkan, dan lingkungan yang lebih luas diwakili, untuk menggambarkan kerangka keseluruhan. Gambar 2 merupakan simbol dari pengaturan berbagai elemen dan aspek pariwisata meliputi geografis, perilaku, industri, lingkungan. Unsur perilaku, wisatawan (consumer behavior), direpresentasikan meninggalkan daerah penghasil, bepergian ke dan tinggal di tempat destinasi, dan pulang ke rumah. Elemen industri pariwisata terwakili dalam ketiga elemen geografis. Juga simbolis adalah
113 representasi bagian dari elemen wisata di luar elemen industri, menandakan karakteristik proses industrialisasi yang sebagian. Gambar 2. Elemen dan Aspek Pariwisata Sumber: Leiper 1979 F. Aplikasi/Implementasi Pendekatan sistem untuk pengetahuan pariwisata memiliki implementasi potensial di beberapa bidang dan di banyak tingkat analisis. Dalam penelitian akademis dapat dijadikan sebagai acuan bagi kajian umum dan khusus. Strukturnya, dan penekanan pada hubungan yang ada diantara dan di dalam berbagai elemen sistem, dapat digunakan dalam penelitian untuk studi bisnis dan dampak. Dalam pendidikan kejuruan, kerangka memberikan dasar metodologis untuk merancang kurikulum bagi program studi.
114 Dalam dunia bisnis, kerangka tersebut memiliki implementasi potensial di beberapa bidang manajemen industri pariwisata, terutama dalam perusahaan multisektor besar yang beroperasi di beberapa lokasi. Ini mungkin sangat berguna untuk perencanaan pemasaran, sebagai alat untuk mengidentifikasi hubungan spasial dan fungsional. Pekerjaan rinci lebih lanjut pada aspek teori sistem bisa menjadi yang paling produktif di sini, karena "analisis karakteristik perusahaan sebagai sistem, tampaknya memiliki signifikansi strategis untuk memajukan pemahaman kita tentang masalah industri. Semakin banyak yang kita ketahui tentang sistem ini maka semakin kita mampu mengidentifikasi apa yang relevan dengan masalah tertentu dan untuk mendeteksi masalah yang cenderung terlewatkan oleh kerangka konvensional analisis masalah" (Emery, 1969). Pendekatan ini tampaknya sangat relevan sebagai panduan untuk merencanakan dan menilai kebijakan pemerintah di beberapa bidang pariwisata. Pemerintah tertentu dapat menggunakan kerangka kerja untuk mengenali hubungan konstituen geografisnya dalam sistem pariwisata. Banyak pertanyaan yang dapat diangkat dari tema ini, apa signifikansi relatif dari konstituen sebagai penghasil wisatawan, jalur transit, dan tujuan?, daerah mana saja yang terlibat, dan bagaimana?, bagaimana berbagai arus wisata, bervariasi sesuai dengan tingkat industrialisasi?, adakah manfaat, biaya dan cacat dalam sistem yang berasal dari komponen industri atau nonindustri?
115 Ringkasnya, kerangka kerja ini memberikan pendekatan bebas nilai kepada pemerintah terhadap kebijakan pariwisata. Ini tidak terstruktur dari perspektif salah satu elemen dalam sistem dan karena itu dapat berfungsi sebagai dasar analitis untuk pembentukan kebijakan kreatif di situasi yang sangat berbeda. G. Struktur Industri Pariwisata Jika mengacu pada sistem pariwisata Leiper (1979) yang terdiri dari elemen geografikal, sumber daya pariwisata dan implementasinya, maka industri pariwisata sebagai salah satu sektornya, dapat dikaji struktur di dalamnya. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa karakter sebuah industri adalah menghasilkan produk yang homogen dan semuanya berorientasi untuk melayani kebutuhan wisatawan. Kategori industri pariwisata juga memiliki kemiripan dengan pelayanan insidental atau sementera di destinasi wisata seperti yang dilakukan oleh toko souvenir, coffeeshop, warung makan, namun demikian keunikan yang membedakannya adalah terfragmentasi di berbagai area geografi yang luas, tidak hanya di satu destinasi wisata bahkan lintas negara atau benua, sebagai contoh di bidang akomodasi, industri perhotelan telah memiliki chain hotel yang tersebar di berbagai negara, berorientasi pada pelayanan terhadap wisatawan dan diproduksi dalam jumlah besar dengan produknya yang homogen, yaitu jasa pelayanan selama wisatawan menginap baik di wilayah transit atau di daerah destinasi. Dalam sistem kepariwisataan menurut Leiper (1979), maka salah satunya, industri perhotelan menghasilkan
116 produk jasa wisata meliputi jasa akomodasi mulai dari menginap, Food & Beverages Product & Services, jasa laundry, dan jasa lainnya termasuk kebutuhan Events dan Banquet (Damanik & Wibowo, 2018). Jika mengacu Gambar 3, maka akan dapat diidentifikasi berbagai industri pariwisata yang saling terkait satu sama lainnya. Mulai dari wilayah asal wisatawan terdapat industri travel agent, industri outbound tour operators, industri financial services (jasa penukaran uang asing, transaksi perbankan), dan industri information services (tourist information services, badan promosi pariwisata, tourism boards). Gambar 3. Industri Pariwisata dalam Sistem Kepariwisataan Leiper (1979) Selanjutnya dalam wilayah rute dan transit perjalanan, terdapat industri sektor transportasi meliputi industri
117 penerbangan, industri jasa perkapalan, industi otobus, dan jasa perkeretaapian. Selanjutnya ketika di wilayah destinasi terdapat industri atraksi wisata baik alam, buatan atau budaya, industri akomodasi dan hospitality services dengan pelayanan F&B services, industri financial services (faslilitas transaksi perbankan), industri information services (rental motor, mobil, papan surving, tiket kapal, pemandu wisata, layanan villa, paket perjalanan, pusat souvenir, pusat kuliner), industri infrastruktur (transportasi di destinasi, kebutuhan wisatawan selama tinggal sementara di destinasi). Dalam struktur industri pariwisata tidak bisa dipisahkan dari terjadinya proses chain business atau rantai pemasaran yang mengarah terbentuknya integrasi atau linkaged. Hal ini dilakukan untuk menggabungkan sumber daya sehingga mampu menghasilkan proses bisnis yang efektif sehingga menghasilkan output yang banyak dan berkualitas di satu sisi, sedangkan di sisi lain mampu menekan harga produksi, sehingga produk bisa dijual dengan harga yang lebih ekonomis (skala ekonomi). Tour operator atau biro perjalanan wisata atau BPW dan APW berfungsi sebagai perantara (intermediary) antara pelanggan (wisatawan) dengan penyedia layanan utama seperti hotel, penerbangan, kapal pesiar dan destinasi wisata. Tour operator bersama-sama penyedia layanan utama mempromosikan produk tur yang telah disusun oleh biro tur dan telah mengemas kebutuhan akomodasi, tiket perjalanan hingga tiket ke destinasi dalam sebuah paket tur (Wibowo, academia.edu, 2023) (Holloway & Taylor, 2006).
118 H. Aktor Industri Industri pariwisata sebagai salah satu komponen dalam sistem pariwisata menunjukkan banyak sekali aktor yang terlibat dan berperan di dalamnya. Para pelaku tersebut, baik perorangan maupun kelompok, disebut juga sebagai insan pariwisata yang eksis di berbagai sektor yang berkaitan dengan pariwisata. Mereka dikelompokkan menjadi tiga pilar antara lain: (1) masyarakat, (2) sektor swasta, dan (3) pemerintah. Komunitas adalah masyarakat umum pada suatu destinasi atau lokasi wisata, sebagai pemilik sah berbagai sumber daya yang merupakan modal pariwisata, salah satunya kebudayaan, antara lain tokoh masyarakat, intelektual, Organisasi Swadaya Masyarakat, dan media massa. Pilar berikutnya adalah pihak swasta, yaitu asosiasi pengusaha pariwisata dan pengusaha yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pariwisata. Terakhir adalah pemerintah yang mempunyai kewenangan di berbagai wilayah administratif, mulai dari pemerintah pusat, negara bagian, provinsi, kabupaten, dan sebagainya (Pitana & Gayatri, 2005). Hal ini didukung oleh Sulistiyani dan Teguh sebagai Konsep Triple Helix yang mempengaruhi jalannya pembangunan pariwisata (Sulistiyani & Teguh, 2017). Namun, saat ini konsep tersebut telah berkembang menjadi Penta Helix dengan Akademisi dan Media di dalamnya (Wibowo, Mahendra, Wiranatha, Suryawardani, & Parantika, 2022). Dan kini berkembang lagi menjadi konsep Hexa Helix dengan Hukum atau DPR dimasukkan di dalamnya sebagai pembuat kebijakan (Astuti, Warsono, & Rachim, 2020).
119 1. Sistem pariwisata bisa didefinisikan sebagai kerangka kerja yang menghubungkan beberapa elemen dasar, yaitu wisatawan, komponen geografis, komponen industri dan berbagai interaksi dengan lingkungan yang lebih luas 2. 3 unsur dalam elemen geografikal pariwisata, yaitu daerah penghasil wisata, daerah tujuan wisata dan jalur transit 3. Daerah penghasil wisata (generating tourist region) adalah basis pemukiman permanen wisatawan, tempat dimulai dan berakhirnya perjalanan 4. Daerah tujuan wisata (tourist destination region) adalah lokasi yang menarik wisatawan untuk tinggal sementara, dan khususnya fitur-fitur yang secara nyata berkontribusi pada daya tarik tersebut 5. Jalur transit (transit routes) adalah jalur yang menghubungkan daerah penghasil wisata dengan daerah tujuan wisata, bersama dengan perjalanan wisatawan 6. Sumber daya dalam pariwisata meliputi (1) waktu luang, (2) organisasi wisatawan, sumber daya sosial, budaya dan material, (3) sumber daya yang melekat dan bebas, sumber daya alam, (4) industri insidental, dan (5) industri pariwisata 7. Enam sektor dalam industri pariwisata meliputi pemasaran, operator, akomodasi, atraksi, aneka layanan, dan regulasi 8. Tiga hal yang menyebabkan pariwisata merupakan industri yang tidak biasa adalah pertama, karena tren
120 umum tidak konstan, kedua, bahwa tingkat industrialisasi sangat bervariasi diantara segmen pasar, dan ketiga, karena kecenderungan umum ke arah yang lebih besar, industrialisasi memiliki faktor pembatas 9. Pariwisata adalah sistem yang melibatkan perjalanan bebas dan tinggal sementara dari orang-orang yang jauh dari tempat tinggal mereka yang biasanya selama satu malam atau lebih, kecuali tur yang dibuat untuk tujuan utama mendapatkan remunerasi dari poin dalam perjalanan 10.Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata 11.Aktor industri pariwisata adalah insan pariwisata yang eksis di berbagai sektor yang berkaitan dengan pariwisata, mereka dikelompokkan dalam tiga pilar, meliputi masyarakat, swasta, dan pemerintah
121 Latihan 1. Sebutkan definisi sistem pariwisata! 2. Sebutkan tiga unsur dalam elemen geografikal pariwisata Leiper! 3. Gambarkan elemen geografikal pariwisata Leiper! 4. Jelaskan pengertian tiga unsur dalam element geografikal pariwisata Leiper! 5. Sebutkan 2 manfaat pendekatan sistem terhadap pengetahuan pariwisata! 6. Sebutkan definisi industri pariwisata! 7. Sebutkan dan jelaskan siapa saja aktor industri? 8. Jelaskan struktur industri pariwisata!
122 Pemasaran Pariwisata: Strategi dan Promosi Destinasi trategi dan promosi destinasi pariwisata terdiri dari serangkaian langkah yang menjadi landasan bagi strategi promosi efektif. Ini termasuk pemahaman atau review strategi pemasaran destinasi pariwisata, analisis situasi promosi, pemilihan taktik promosi, dan pengembangan metode komunikasi. Strategi pemasaran pariwisata yang efektif meliputi pemasaran digital, kerjasama dengan influencer dan blogger, dan kampanye pemasaran yang dilakukan dengan melibatkan komunitas lokal dan event khusus. Promosi dan pemasaran desa wisata juga berperan penting dalam mencapai kesuksesan pariwisata, dengan menggunakan strategi yang sesuai untuk S
123 meningkatkan visibilitas, menarik minat wisatawan, dan meningkatkan ekonomi lokal. Pemasaran pariwisata melalui strategi promosi objek wisata alam, seni, dan budaya juga dapat berperan dalam meningkatkan kesuksesan destinasi pariwisata Merancang strategi pemasaran pariwisata yang efektif memerlukan pemahaman yang mendalam tentang pasar, destinasi, dan dinamika industri pariwisata. Langkah pertama yang penting adalah melakukan penelitian pasar yang menyeluruh untuk memahami dengan baik siapa target audiens potensial dan bagaimana perilaku mereka terhadap perjalanan. Ini mencakup analisis demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pendapatan, serta faktor psikografis seperti minat, nilainilai, dan preferensi perjalanan. Pemahaman yang mendalam tentang profil pengguna menjadi dasar untuk merancang strategi pemasaran yang relevan dan terarah. Setelah pemahaman pasar tercapai, penetapan tujuan dan sasaran menjadi langkah berikutnya yang krusial dalam proses merancang strategi pemasaran. Tujuan pemasaran haruslah spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu (SMART). Misalnya, tujuan dapat berfokus pada peningkatan jumlah wisatawan, perpanjangan durasi kunjungan, atau peningkatan belanja perjalanan. Sasaran pasar yang jelas juga perlu ditetapkan untuk mengetahui dengan pasti kepada siapa pesan dan promosi akan ditujukan. Pengembangan citra destinasi merupakan langkah selanjutnya yang tidak kalah pentingnya. Citra destinasi yang kuat dan unik menjadi kunci untuk membedakan diri dari pesaing dan menarik perhatian wisatawan. Ini melibatkan pengidentifikasian nilai-nilai inti dan pesan yang ingin disampaikan kepada calon wisatawan. Destinasi harus mampu
124 menonjolkan keunikan dan keistimewaan yang dimiliki untuk menarik perhatian pasar. Selanjutnya, pemasaran digital dan konten berkualitas menjadi elemen penting dalam menjangkau dan terlibat dengan calon wisatawan. Media sosial, situs web, dan kampanye pemasaran online menjadi kanal utama untuk berinteraksi dengan audiens. Konten yang menarik seperti video, artikel blog, atau panduan wisata diperlukan untuk membangun keterlibatan dan minat wisatawan terhadap destinasi. Selain itu, pemasar harus mampu memanfaatkan teknik-teknik SEO (Search Engine Optimization) dan SEM (Search Engine Marketing) untuk meningkatkan visibilitas destinasi wisata di internet. Kemitraan industri, promosi acara dan festival, serta pemasaran berkelanjutan juga merupakan komponen penting dari strategi pemasaran pariwisata yang efektif. Kolaborasi dengan agen perjalanan, maskapai penerbangan, hotel, dan perusahaan lainnya dapat membantu menciptakan paket wisata yang menarik dan menjangkau pasar yang lebih luas. Promosi acara dan festival dapat meningkatkan kesadaran tentang destinasi serta menarik perhatian wisatawan dengan minat khusus. Terakhir, pemasaran berkelanjutan yang mempertahankan minat wisatawan dalam jangka waktu yang lebih lama menjadi kunci untuk kesuksesan jangka panjang dalam industri pariwisata. Dengan mengadopsi strategi yang komprehensif dan terarah, destinasi pariwisata dapat meningkatkan daya tarik dan kunjungan wisatawan, serta mencapai tujuan pemasaran yang telah ditetapkan. Dalam pemasaran pariwisata, pendekatan yang berfokus pada pengguna atau user menjadi kunci untuk mencapai
125 kesuksesan. Pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan, preferensi, dan perilaku pengguna adalah landasan untuk merancang strategi pemasaran yang efektif. Dalam konteks ini, user-centric marketing berarti mengidentifikasi siapa target audiens potensial dan bagaimana mereka berinteraksi dengan informasi wisata. Pertama-tama, penting untuk melakukan penelitian pasar yang komprehensif untuk memahami siapa pengguna potensial destinasi wisata tersebut. Ini termasuk analisis demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pendapatan, serta faktor psikografis seperti minat, nilai-nilai, dan preferensi perjalanan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang profil pengguna, strategi pemasaran dapat dirancang secara lebih terarah dan relevan. Selanjutnya, pengguna juga harus dipahami dalam konteks digital. Dengan semakin meningkatnya penggunaan internet dan media sosial, platform digital menjadi kanal utama untuk berinteraksi dengan calon wisatawan. Oleh karena itu, strategi pemasaran harus mencakup pembangunan konten yang menarik dan relevan untuk platform online, serta memanfaatkan teknik-teknik SEO (Search Engine Optimization) dan SEM (Search Engine Marketing) untuk meningkatkan visibilitas destinasi wisata tersebut di internet. Selain itu, user-centric marketing juga melibatkan interaksi langsung dengan pengguna melalui pengalaman yang disesuaikan dan personalisasi. Ini bisa meliputi pemberian rekomendasi wisata yang disesuaikan dengan minat pengguna, penggunaan teknologi seperti augmented reality untuk memberikan pengalaman virtual tentang destinasi, atau
126 penyediaan layanan pelanggan yang responsif dan ramah pengguna. Dalam keseluruhan strategi pemasaran, fokus pada pengguna juga berarti memonitor dan mengevaluasi respons mereka terhadap kampanye pemasaran, baik secara langsung melalui umpan balik maupun melalui analisis data. Dengan demikian, pemasar dapat terus mengadaptasi dan meningkatkan strategi mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna dengan lebih baik. Dengan pendekatan user-centric ini, pemasaran pariwisata dapat menjadi lebih efektif dalam mempromosikan destinasi dan meningkatkan kunjungan wisatawan. A. Pemasaran Pariwisata: Strategi dan Promosi Destinasi dengan Pendekatan User-Centric Pemasaran pariwisata saat ini telah mengalami pergeseran signifikan menuju pendekatan yang lebih berfokus pada pengguna atau user-centric. Pendekatan ini mengakui pentingnya memahami secara mendalam kebutuhan, preferensi, dan perilaku pengguna dalam merancang strategi pemasaran yang efektif. Dalam konteks ini, user-centric marketing membawa perubahan dalam paradigma pemasaran pariwisata, menggeser fokus dari produk atau destinasi itu sendiri ke pengguna yang menjadi target pasar. 1. Pemahaman Mendalam tentang Pengguna Pentingnya memahami pengguna secara mendalam menjadi dasar dari strategi pemasaran pariwisata yang sukses. Penelitian pasar yang komprehensif diperlukan untuk mengidentifikasi siapa
127 target audiens potensial destinasi wisata tersebut. Ini mencakup analisis demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pendapatan, serta faktor psikografis seperti minat, nilai-nilai, dan preferensi perjalanan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang profil pengguna, strategi pemasaran dapat dirancang secara lebih terarah dan relevan. 2. Pengguna dalam Konteks Digital Interaksi dengan pengguna dalam konteks digital menjadi semakin penting di era digital saat ini. Dengan semakin meningkatnya penggunaan internet dan media sosial, platform digital menjadi kanal utama untuk berinteraksi dengan calon wisatawan. Oleh karena itu, strategi pemasaran harus mencakup pembangunan konten yang menarik dan relevan untuk platform online, serta memanfaatkan teknik-teknik SEO (Search Engine Optimization) dan SEM (Search Engine Marketing) untuk meningkatkan visibilitas destinasi wisata tersebut di internet. 3. Personalisasi dan Pengalaman Pengguna User-centric marketing juga melibatkan interaksi langsung dengan pengguna melalui personalisasi dan pengalaman yang disesuaikan. Ini bisa meliputi pemberian rekomendasi wisata yang disesuaikan dengan minat pengguna, penggunaan teknologi seperti augmented reality untuk memberikan pengalaman virtual tentang destinasi, atau penyediaan layanan pelanggan yang responsif dan ramah pengguna. Dalam hal ini, personalisasi menjadi kunci untuk meningkat-
128 kan keterlibatan pengguna dan membangun hubungan jangka panjang dengan mereka. 4. Analisis dan Pengukuran Respons Pengguna Dalam keseluruhan strategi pemasaran, penting untuk terus memonitor dan mengevaluasi respons pengguna terhadap kampanye pemasaran. Hal ini dapat dilakukan melalui umpan balik langsung dari pengguna, analisis data tentang perilaku pengguna, dan evaluasi kinerja kampanye pemasaran. Dengan demikian, pemasar dapat terus mengadaptasi dan meningkatkan strategi mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna dengan lebih baik. B. Strategi Pemasaran Pariwisata yang Efektif Membuat strategi pemasaran pariwisata yang efektif melibatkan beberapa langkah yang dapat dilakukan, seperti: 1. Pemahaman atau review strategi pemasaran destinasi pariwisata Dilakukan untuk menganalisis lingkungan di mana destinasi berada, mengetahui kebutuhan dan keinginan wisatawan, dan memilih yang berkualitas baik saja 2. Analisis situasi promosi Dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program promosi, termasuk faktor internal (kemampuan destinasi, evaluasi program promosi sebelumnya, dan kemampuan sumberdaya) dan eksternal (karakteristik target pasar, program promosi pesaing, dan keadaan lingkungan eksternal)
129 3. Menganalisis taktik promosi Dilakukan untuk menetapkan dan memahami sasaran audiens, tujuan, dan target promosi, serta merancang strategi komunikasi yang efektif 4. Memilih taktik promosi Dilakukan untuk memilih cara-cara untuk menjangkau konsumen akhir melalui saluran distribusi yang pada akhirnya mendorong transaksi 5. Mengurangi jumlah produk Dilakukan untuk memilih yang berkualitas baik saja dan menunda penawaran yang tidak sesuai 6. Strategi harga Dilakukan untuk menetapkan harga yang bersaing berdasarkan biaya transportasi, tarif kamar hotel, biaya local tour, dan biaya barang-barang cenderamata 7. Strategi distribusi Dilakukan untuk menetapkan posisi destinasi yang diinginkan dan mengatur pengaturan dan pengelolaan serta mengatur strategi yang sudah ditetapkan 8. Strategi produk Dilakukan untuk membuat produk atau layanan pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan 9. Layanan pelanggan Dilakukan untuk meningkatkan kepuasan dan pengalaman wisatawan selama berlibur
130 10. Tanggung jawab sosial Dilakukan untuk menjaga lingkungan alam dan budaya, serta membantu masyarakat lokal dalam meningkatkan kualitas hidup mereka Strategi pemasaran pariwisata yang efektif juga dapat dilakukan melalui pemasaran digital, kerjasama dengan influencer dan blogger, dan kampanye pemasaran yang dilakukan dengan melibatkan komunitas lokal dan event khusus. C. Promosi Destinasi Promosi destinasi dalam konteks pariwisata memerlukan pendekatan yang mendalam dan terencana untuk menarik perhatian calon wisatawan serta memperkuat citra destinasi tersebut. Langkah pertama yang penting adalah membangun identitas yang kuat dan memikat untuk destinasi tersebut. Identitas ini mencakup elemen-elemen seperti keunikan alam, budaya, sejarah, dan pengalaman wisata yang dapat ditawarkan oleh destinasi. Pengembangan citra destinasi ini memainkan peran penting dalam menarik wisatawan, karena mereka tertarik pada pengalaman unik dan memuaskan. Selanjutnya, pembuatan materi promosi yang efektif menjadi kunci dalam memperkenalkan destinasi kepada calon wisatawan. Materi promosi, seperti brosur, pamflet, video promosi, dan situs web destinasi, harus dirancang dengan cermat untuk mencerminkan keindahan, keunikan, dan daya tarik destinasi tersebut. Konten yang menarik, informatif, dan visual yang kuat akan membantu menarik
131 perhatian calon wisatawan dan memicu minat mereka untuk mengunjungi destinasi. Pemasaran digital juga memainkan peran yang semakin penting dalam promosi destinasi. Media sosial, situs web, dan kampanye pemasaran online memberikan platform yang luas untuk menjangkau audiens yang lebih besar secara global. Penggunaan foto dan video berkualitas tinggi untuk memperlihatkan pesona destinasi kepada calon wisatawan sangat dianjurkan. Selain itu, kolaborasi dengan influencer atau tokoh terkenal yang memiliki pengikut yang besar di media sosial juga dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan visibilitas destinasi. Partisipasi dalam pameran dan event pariwisata merupakan cara lain untuk memperluas jangkauan promosi destinasi. Melalui pameran pariwisata lokal, nasional, atau internasional, destinasi dapat menarik perhatian calon wisatawan, memperluas jaringan industri, dan meningkatkan visibilitasnya di pasar pariwisata. Selain itu, promosi acara khusus dan festival yang diadakan di destinasi tersebut juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi calon wisatawan yang mencari pengalaman unik. Keseluruhan, promosi destinasi memerlukan pendekatan yang holistik dan terencana, melibatkan berbagai elemen seperti identitas destinasi, materi promosi, pemasaran digital, partisipasi dalam event pariwisata, dan promosi acara khusus. Dengan merancang promosi yang efektif dan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi yang tersedia, destinasi pariwisata dapat menarik wisatawan, memperkuat citra mereka, dan mencapai tujuan pemasaran yang telah ditetapkan.
132 Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk merancang promosi destinasi yang efektif: 1. Pembangunan Identitas dan Citra Destinasi: a. Sebelum memulai promosi, penting untuk membangun identitas dan citra destinasi yang kuat dan konsisten. b. Identifikasi keunikan dan daya tarik utama dari destinasi tersebut, baik itu keindahan alam, warisan budaya, atau pengalaman unik yang ditawarkan. 2. Pengembangan Materi Promosi: a. Buat materi promosi yang menarik dan informatif seperti brosur, pamflet, video promosi, dan situs web destinasi. b. Pastikan materi promosi mencerminkan keindahan dan daya tarik unik dari destinasi tersebut serta memberikan informasi yang jelas dan berguna kepada calon wisatawan. 3. Pemasaran Digital: a. Manfaatkan media sosial, situs web, dan kampanye pemasaran online untuk menjangkau audiens yang lebih luas. b. Gunakan foto dan video berkualitas tinggi untuk memperlihatkan pesona destinasi kepada calon wisatawan. c. Pertimbangkan untuk menggunakan influencer atau tokoh terkenal yang memiliki pengikut yang
133 besar di media sosial untuk mempromosikan destinasi tersebut. 4. Partisipasi dalam Pameran dan Event Pariwisata: a. Ambil bagian dalam pameran pariwisata lokal, nasional, atau internasional untuk meningkatkan visibilitas destinasi Anda. b. Gunakan kesempatan ini untuk berinteraksi langsung dengan calon wisatawan, menjelaskan daya tarik destinasi, dan menawarkan paket promosi khusus. 5. Kolaborasi dengan Agen Perjalanan dan Industri Pariwisata: a. Bentuk kemitraan dengan agen perjalanan, maskapai penerbangan, hotel, dan operator pariwisata lainnya untuk menciptakan paket wisata yang menarik dan terjangkau. b. Tawarkan insentif atau diskon khusus kepada agen perjalanan dan mitra industri untuk mendorong promosi destinasi. 6. Promosi Acara Khusus dan Festival: a. Organisasi acara khusus, festival, atau kegiatan lainnya di destinasi tersebut untuk menarik perhatian wisatawan. b. Gunakan acara ini sebagai kesempatan untuk menonjolkan keunikan budaya, kuliner, atau hiburan lokal dari destinasi Anda.
134 7. Program Promosi dan Diskon: a. Buat program promosi dan diskon untuk menarik wisatawan selama musim liburan atau periode tertentu. b. Gunakan diskon atau paket promo untuk menarik perhatian wisatawan potensial dan mendorong mereka untuk mengunjungi destinasi Anda. 8. Pengukuran Kinerja Promosi: a. Terakhir, penting untuk terus memantau dan mengevaluasi kinerja kampanye promosi. b. Gunakan data dan analisis untuk mengukur efektivitas promosi, termasuk peningkatan kesadaran, jumlah kunjungan, dan pendapatan pariwisata. D. Faktor Internal dan Eksternal pada Strategi Pemasaran dan Promosi Destinasi Faktor internal meliputi aspek-aspek yang terkait langsung dengan destinasi pariwisata itu sendiri. Salah satu faktor internal utama adalah keunikan dan daya tarik destinasi. Destinasi harus memiliki elemen unik atau pesona yang membedakannya dari destinasi lainnya, seperti keindahan alam, warisan budaya, atau pengalaman wisata yang unik. Selain itu, kualitas layanan dan fasilitas di destinasi tersebut juga menjadi faktor internal penting. Layanan yang ramah, infrastruktur yang baik, dan kualitas akomodasi yang memadai akan meningkatkan pengalaman wisatawan dan memperkuat citra positif destinasi. Selain itu, faktor internal seperti kebijakan manajemen, sumber
135 daya manusia, dan kemampuan operasional destinasi juga memengaruhi kemampuan destinasi untuk merancang dan melaksanakan strategi pemasaran yang efektif. Di sisi lain, faktor eksternal mencakup aspek-aspek yang berada di luar kendali langsung destinasi, tetapi tetap memiliki dampak signifikan pada strategi pemasaran dan promosi. Salah satu faktor eksternal utama adalah kondisi pasar dan tren industri pariwisata. Perubahan dalam preferensi wisatawan, kondisi ekonomi global, atau tren perjalanan dapat memengaruhi permintaan terhadap destinasi pariwisata tertentu. Oleh karena itu, destinasi perlu memantau dan menyesuaikan strategi pemasaran mereka sesuai dengan perkembangan pasar dan tren industri yang terkini. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti kondisi politik, lingkungan, dan keamanan juga perlu dipertimbangkan. Peristiwa politik atau bencana alam dapat memiliki dampak signifikan pada kunjungan wisatawan dan persepsi tentang destinasi tersebut, sehingga perlu diantisipasi dalam merancang strategi pemasaran. Dalam menyusun strategi pemasaran dan promosi destinasi pariwisata, penting untuk mempertimbangkan baik faktor internal maupun eksternal tersebut. Dengan memahami keunikan dan daya tarik destinasi serta kondisi pasar dan tren industri, destinasi dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai untuk meningkatkan daya tarik, kesadaran, dan kunjungan wisatawan ke destinasi tersebut. Faktor internal dan eksternal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pemasaran dan promosi destinasi pariwisata meliputi:
136 1. Faktor Internal a. Kepentingan Destinasi: Kepentingan destinasi pariwisata dalam menarik minat wisatawan dan membantu meningkatkan daya saing b. Visi dan Misi: Visi dan misi destinasi pariwisata harus ditetapkan agar organisasi pengelola destinasi pariwisata dapat menjalankan fungsinya. c. Tujuan dan Sasaran Pemasaran: Tujuan dan sasaran pemasaran destinasi pariwisata harus ditetapkan agar organisasi pengelola destinasi pariwisata dapat menjalankan strategi pemasaran yang efektif. d. Fasilitas Pariwisata: Kualitas fasilitas pariwisata, seperti kamar hotel, restoran, dan fasilitas lainnya, dapat mempengaruhi kepuasan wisatawan. e. Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dan kelemahan organisasi pengelola destinasi pariwisata dapat mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran 2. Faktor Eksternal a. Lingkungan Eksternal: Lingkungan eksternal, seperti perubahan politik, ekonomi, sosial, dan teknologi, dapat mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran destinasi pariwisata b. Pesaing: Pesaing destinasi pariwisata dapat mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran destinasi pariwisata
137 c. Karakteristik Target Pasar: Karakteristik target pasar, seperti kebutuhan dan keinginan wisatawan, dapat mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran destinasi pariwisata d. Biaya Transportasi: Biaya transportasi dari tempat asal ke destinasi pariwisata dapat mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran destinasi pariwisata e. Harga Pesaing: Harga pesaing dapat mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran destinasi pariwisata Strategi pemasaran pariwisata yang tepat dapat membantu meningkatkan keunggulan bersaing destinasi pariwisata, meningkatkan pendapatan destinasi pariwisata, dan mengatur kesejahteraan masyarakat setempat. E. Strategi Pemasaran dan Promosi Sebagai Tombak Eksistensi Sebuah Destinasi Wisata Strategi pemasaran dan promosi memainkan peran kunci dalam menjaga eksistensi sebuah destinasi wisata di benak calon wisatawan serta memastikan daya tariknya di pasar pariwisata yang kompetitif. Sebuah destinasi wisata yang sukses harus mampu membangun citra yang kuat dan menarik, serta terus berinovasi dalam strategi pemasaran untuk tetap relevan dan diminati oleh wisatawan. Pertama-tama, strategi pemasaran destinasi harus berfokus pada pengembangan citra yang positif dan berbeda dari pesaing. Ini melibatkan identifikasi keunikan dan daya tarik utama dari destinasi tersebut, seperti
138 keindahan alam, warisan budaya, atau pengalaman wisata yang unik. Dengan mempertahankan citra yang kuat dan konsisten, destinasi dapat membedakan dirinya dari destinasi lainnya dan meningkatkan daya tariknya di benak calon wisatawan. Selanjutnya, promosi menjadi kunci dalam menjangkau dan menarik perhatian calon wisatawan. Strategi promosi haruslah beragam dan mencakup berbagai saluran komunikasi, mulai dari media tradisional seperti iklan cetak dan televisi hingga pemasaran digital melalui media sosial, situs web, dan kampanye online. Melalui promosi yang efektif, destinasi dapat menciptakan kesadaran yang lebih besar tentang keunikan dan daya tariknya, serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Selain itu, strategi pemasaran dan promosi haruslah berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan kondisi pasar dan tren industri pariwisata. Destinasi perlu terus memantau dan mengevaluasi kinerja strategi pemasaran mereka, serta berinovasi dalam pendekatan pemasaran untuk tetap relevan dan menarik bagi wisatawan. Hal ini dapat mencakup pengembangan konten promosi yang inovatif, kolaborasi dengan influencer atau tokoh terkenal, atau penggunaan teknologi terbaru seperti virtual reality untuk memberikan pengalaman wisata yang lebih mendalam. Strategi pemasaran dan promosi merupakan pilar utama dalam menjaga eksistensi sebuah destinasi wisata di industri pariwisata yang terus berubah dan kompetitif. Pertama-tama, langkah krusial adalah pengembangan citra destinasi yang kuat dan memikat. Destinasi perlu meng-
139 identifikasi keunikan dan daya tarik utamanya, baik itu berupa keindahan alam, warisan budaya, atraksi wisata unik, atau pengalaman lokal yang autentik. Citra destinasi yang kuat membantu membedakan destinasi tersebut dari yang lainnya, memperkuat kesan di benak calon wisatawan, dan menarik minat mereka untuk mengunjungi. Selanjutnya, promosi menjadi kunci untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan menarik perhatian wisatawan potensial. Strategi promosi haruslah beragam, mencakup berbagai saluran komunikasi seperti media tradisional, media digital, dan kampanye pemasaran langsung. Iklan cetak, televisi, dan radio dapat digunakan untuk mencapai audiens yang lebih luas, sementara pemasaran digital melalui media sosial, situs web destinasi, dan kampanye online membantu menjangkau generasi yang lebih muda dan terhubung secara digital. Selain itu, penting untuk memperhatikan kesinambungan dan adaptabilitas dalam strategi pemasaran dan promosi. Pasar pariwisata terus berubah, demikian juga dengan perilaku dan preferensi wisatawan. Oleh karena itu, destinasi perlu memantau tren industri pariwisata, memahami kebutuhan dan keinginan wisatawan, dan terus berinovasi dalam pendekatan pemasaran mereka. Hal ini bisa dilakukan melalui penggunaan teknologi terbaru, pengembangan konten promosi yang kreatif, atau kolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti influencer atau mitra perjalanan. Tidak hanya itu, evaluasi kinerja juga penting dalam menjaga efektivitas strategi pemasaran dan promosi. Destinasi perlu terus memonitor hasil kampanye promosi
140 mereka, menganalisis data, dan mendapatkan umpan balik dari wisatawan untuk memahami apa yang berhasil dan apa yang perlu ditingkatkan. Dengan cara ini, destinasi dapat terus memperbaiki dan mengoptimalkan strategi pemasaran mereka untuk mempertahankan eksistensi dan daya tariknya di pasar pariwisata yang dinamis. Dengan pendekatan yang komprehensif, adaptif, dan terus-menerus dalam strategi pemasaran dan promosi, destinasi wisata dapat memastikan bahwa mereka tetap relevan dan diminati oleh calon wisatawan, sehingga menjaga eksistensi mereka dalam industri pariwisata yang terus berkembang. Dengan demikian, strategi pemasaran dan promosi berperan sebagai tombak eksistensi sebuah destinasi wisata dengan memastikan bahwa destinasi tersebut tetap terlihat dan diminati oleh calon wisatawan. Melalui pendekatan yang komprehensif, kreatif, dan berkelanjutan dalam pemasaran, sebuah destinasi wisata dapat mempertahankan eksistensinya di pasar pariwisata yang dinamis dan kompetitif.