189 yang koruptif adalah sesuatu yang lumrah. Senada dengan ini, Boiliu mengatakan pembelajaran PAK dalam keluarga sangat penting untuk meningkatkan spiritualitas dan moralitas anak (F. M. Boiliu, 2020a). Artinya anak yang mendapatkan spiritual, moral dan karakter sejak dini akan memandang koruptif sebagai hal yang tidak baik di mata Tuhan dan manusia. Boiliu juga menegaskan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam keluarga untuk membentuk spiritual dan moral anak sejak dini. Sebab baik dan buruknya spiritual dan moral anak tergantung pada peran orang tua dalam keluarga (M. P. Fredik Melkias Boiliu, 2020a). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa edukasi PAK dalam keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar untuk mengantisipasi korupsi sejak dini dalam diri anak. F. Edukasi PAK di Gereja Antikorupsi Gereja memiliki tanggung jawab dalam memberikan edukasi antikorupsi melalui PAK sejak dini pada anak. Edukasi ini akan menjadi fondasi bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Boiliu mengatakan gereja hadir di tengah-tengah masyarakat untuk mewujudkan misi Allah dan ikut membangun dalam nilai-nilai kehidupan menusia dan memperjuangkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti masalah korupsi (M. M. P. Fredik Melkias Boiliu, 2020). Artinya persoalan korupsi di Indonesia bukan saja tanggung jawab pemerintah tetapi gereja juga bertanggung jawab akan maslah tersebut. Menurut Eka Adi Wibowo dan Heru Kristanto gereja seharusnya menunjukkan perannya dalam menekan angka korupsi melalui edukasi yang sesui denga firman Tuhan yang menjadi landasan gereja sebagaiman dijelaskan dalam kitab Keluaran 20:1,7 “jangan mencuri, dan jangan mengingini,……apa pun yang dipunuai sesamamu (Wibowo & Kristanto, 2017). Senada dengan ini, Bastian Simangunsong mengatakan bahwa gereja merupakan lembaga agama yang kaya akan ajaran-ajaran moral harus bertanggungjawab dengan memberikan pengajaran dan pemahaman sejak dini pada anak terkait persoalan korupsi yang terjadi ditengah
190 kehidupan bangsa, masyarakat, dan gereja (Simangunsong, 2018). Dalam hal ini, gereja selain memberikan eduksi pada anak bahwa tindak korupsi itu tidak sesuai dengan firman Tuhan, gereja juga perlu membangun sinergi dengan elemen bangsa untuk menumbuhkan kesadaran ditengah masyarakat dalam memahami korupsi dan bahayanya. Dengan demikian, edukasi antikorupsi melalui PAK di gereja sejak dini yang ditekankan adalah keterbukaan, kejujuran, keadilan yang merupakan nilai-nilai spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi pembiasaan sejak dini. Dalam hal ini, persoalan korupsi di Indonesia merupakan masalah yang dapat disejajarkan dengan masalah terorisme, sebab memiliki efek buruk yang sangat besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Agus Cornelius Tamawiwy Karundeng mengatakan gereja dan agama komunitas agama lainnya dapat juga melakukan pendidikan umat sejak dini tentang anti korupsi melalui narasinya masing-masing sebagai kekuatan untuk mengatasi persoalan korupsi di Indonesia (Karundeng, 2015). Menurut Boiliu gereja adalah lembaga kekeluargaan yang harus menjadi garda kejujuran, keadilan dan keterbukaan serta memberikan pemahaman dan menanamkan firman Tuhan sejak dini pada anak dalam kehidupan sehari-hari (F. M. Boiliu, Harefa, S, et al., 2021). Dengan demikian, gereja dalam membrikan edukasi pada anak usia dini harus sesuai dengan kebenaran firman Tuhan seperti takut akan Tuhan, jujur, mempunyai keberanian, menegakan keadilan dan melidungi hak orang lain. G. Edukasi PAK di Sekolah Antikorupsi Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting untuk memberika edukasi antikorupsi kepada siswa sejak dini melalui PAK. Dalam hal ini, yang bertanggung jawab untuk memberikan pembelajaran PAK di sekolah adalah guru PAK. Penerapan pembelajaran antikorupsi melalui PAK di sekolah adalah mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai Kristen kepada siswa sejak
191 dini berdasarkan kebenaran firman Tuhan. Selain itu, PAK antikorupsi dilakukan sejak dini di sekolah untuk mengubah sikap atau perilak antikorupsi pada anak. Menurut Ma‟a Sobirin pendidikan antikorupsi di sekolah merupakan wahana strategi untuk membekali generasi muda yang bebas korupsi.(Sobirin, 2014) Bagi Sobirin ada beberapa model yang perlu diterapkan dalam menanamkan nilainilai antikorupsi pada siswa di sekolah yaitu: model integrasi dalam mata pelajaran, model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktifitas dan suasana sekolah, model diluar pembelajaran melalui ekstrakurikuler dan model gebungan. Senada dengan ini, Maria Montessori mengatakan bahwa tujuan yang harus dicapai darai pendidikan antikorupsi di sekolah dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: pengetahuan tentang korupsi, pengembangan sikap, perubahan sikap, perspektif moral dan konvensional, dan pengembangan karakter anti korupsi (Montessori, 2021). Guru PAK memiliki peran penting untuk memberikan pemahaman dan menanamkan nilai-nilai Kristen pada siswa sejak didini untuk membentuk mereka menjadi pribadi yang antikorupsi. Sidik Suryanto mengatakan bahwa pendidikan antikorupsi pada anak usia dilakukan dengan metode dongeng yaitu memberikan cerita atau dongeng yang di dalamnya bermuatan pemahaman, sikap, dan perilaku yang anti terhadapa korupsi.(Suryanto, 2016) Artinya menanamkan dan membentuk siswa menjadi pribadi yang jujur dan tidak tamak. Senada dengan ini, Syurya Muhammad Nur mengatakan guru memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pemahaman mengenai tindakan korupsi dan menanamkan nilai-nilai kejujuran pada siswa sehingga berlaku selalu bertindak jujur dan melakukan kebohongan atau korupsi (Nur, 2021). Menurut Yuyuk Rahayu bertanggung jawab untuk mengajarkan pendidikan antikorupsi pada anak sejak dini di sekolah dengan menanam beberapa hal yaitu jujur, disiplin dan tanggung jawab (Rahayu, 2019). Selain itu juga ada beberapa hal yang perlu dikembangkan oleh guru pada siswa seperti:
192 1. Komunikasi dalam membangun citra diri yang positif 2. Membangun empati 3. Mengungkapkan perasaan dengan jujur 4. Pembiasaan-pembiasaan untuk menanamkan kejujuran 5. Meminta maaf, mengakui kesalahan dan memaafkan orang lain 6. Tidak berbuat curang menempati janji. Dengan demikian, guru PAK dalam mengajarkan PAK di sekolah, harus k memberikan pemahaman antikorupsi pada siswa sejak dini sesuai dengan kebenaran firman Tuhan sebagaimana dalam Galitia 5:22-23 “ kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetian, kelemahlembutan, penguasaan diri.”
193 15 Upaya Mengatasi Penyalahgunaan Narkoba A. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya (KBBI, 2008).”Secara etimologis, narkoba atau narkotika berasal dari bahasa Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan membius. Narkotika berasal dari bahasa Yunani narke atau narkam yang artinya dibius agar tidak merasa apa-apa Secara etimologis, narkoba atau narcotics berasal dari bahasa Inggris narcose atau narcosis yang artinya menidurkan dan membius. Dalam bahasa Yunani narkotika disebut narke atau narkam yang artinya dibius agar tidak merasakan apa-apa (Majid, 2019). Menurut
194 Santoso, narkotika berasal dari kata narcotic yang berarti sesuatu yang dapat menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan efek pingsan (A. Santoso, 2018). Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa narkoba adalah obat untuk menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, dan menidurkan (bisa memabukkan, sehingga dilarang dijual ke publik). Partodiharjo mengatakan narkoba memiliki banyak jenis, bentuk, warna, dan efek pada tubuh.”Bentuk-bentuk narkoba memiliki banyak kesamaan, antara lain sifat adiksi (ketergantungan), toleransi (kustomisasi) dan daya pembiasaan yang sangat tinggi (Subagyo Partodiharjo,2010).Artinya ciri-ciri tersebut membuat para pengguna narkoba susah untuk melepas dari “cengkeraman” nya.”Menurut Supriyanto, narkoba terdiri dari dua zat, yaitu narkotika dan psikotropika.”Secara khusus kedua zat ini memiliki pengertian, jenis (golongan) yang berbeda, dan diatur dalam undang-undang yang berbeda, yaitu narkotika diatur dalam UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009, sedangkan psikotropika diatur dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997.”Artinya kedua undang-undang ini merupakan langkah pemerintah Indonesia untuk meratifikasi United Nations Conference on Illegal Psychotropic Narcotics tahun 1988 (Supriyanto, 2018). Penjelasan BNN Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan, baik buatan maupun semi artifisial yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi rasa sakit, dan dapat menyebabkan ketergantungan (BNN, 2017). Menurut Sholihah, psikotropika dalam UU no. 5 Tahun 1997 pasal 1, didefinisikan sebagai “zat atau obat-obatan, baik alami maupun sintetik, bukan narkotika, yang mempunyai sifat psikoaktif melalui efek selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan karakteristik pada aktivitas mental dan perilaku”. Selaras dengan ini,”menurut Sholihah psikotropika dalam UU no. 5 tahun 1997 pasal 1 yang dimaksud dengan “zat atau obat-obatan, baik
195 alami maupun sintetik, bukan narkotika,”yang mempunyai sifat psikoaktif melalui pengaruh selektif terhadap susunan”saraf pusat yang menimbulkan perubahan ciri pada aktivitas mental dan perilaku.”Zat adiktif lainnya adalah”zat atau zat nonnarkotika dan psikoa lainnya yang mempengaruhi kerja otak dan dapat menciptakan”ketergantungan (Sholihah, 2015). Hawi mengatakan narkoba memiliki beberapa macam jenis, yaitu: opium, morpin, ganja, kokain, heroin, shabu-sabu, ekstasi, putaw, alkohol, sedativa/hipnotika (Hawi, 2018). Dengan demikian, narkoba dapat diatur dalam undang-undang dan narkoba juga memiliki berbagai macam jenis dengan kegunaannya masing-masing. Dari berbagai macam jenis narkoba, dalam pemakaiannya tentu ada bahayanya masing-masing. Murtiwidayanti menjelaskan beberapa hal bahaya dalam penggunaan narkoba yaitu:” 1. Otak dan saraf dipaksa bekerja melebihi kapasitas sebenarnya dalam kondisi yang tidak wajar 2. Sirkulasi darah dan jantung dirangsang untuk bekerja di luar tanggung jawabnya 3. Pernapasan tidak akan bekerja dengan baik dan cepat lelah 4. Menggunakan lebih banyak dari dosis yang dapat ditahan tubuh akan menyebabkan kematian yang mengerikan 5. timbul kecanduan baik secara rohani maupun jasmani sampai timbul kondisi yang serius akibat putus obat (Murtiwidayanti, 2018). Bagi Amanda dkk, Penyalahgunaan narkoba berdampak pada perubahan mental, perilaku, bahkan kecanduan (Maudy Pritha Amanda, Sahadi Humaedi, 2017). Dari penjelasan diketahui bahwa seseorang yang yang menyalahgunakan obat-obat terlarang atau narkoba akan berdampak mental, perilaku dan bahkan kecanduan. Artinya dampak dampak dari penyalahguna narkoba akan memberikan efek yang menyenangkan bagi pemakainya, tetapi kesenangan itu hanya sementara, dan penuh kepalsuan.
196 Menurut Refeiater seseorang yang sudah menjadi pecandu narkoba, akan sulit baginya untuk berhenti karena jika berhenti menggunakan narkoba, pecandu tersebut akan sangat menderita baik secara fisik maupun mental. Bagi dia, yang lebih mengkhawatirkan, akibat dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya buruk bagi pengguna tetapi juga bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Refeiater, 2011). Dapat diketahui bahwa dampak dari penyalahggunaan narkoba seseorang akan memberikan dampak pada fisik, mental dan mora, spiritual, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Muhammad Multazam dampak penyalahgunaan narkoba pada fisik seseorang, mengalami kerusakan organ dan menjadi sakit sebagai akibat langsung dari adanya obat dalam darah sehingga dapat merusak paru-paru, ginjal, hati, otak, jantung, usus dan sebagainya. Baginya, kerusakan jaringan pada organ tubuh akan merusak fungsi organ tersebut, dan timbul berbagai penyakit yang dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit menular seperti hepatitis, HIV AIDS, sifilis dan juga kuman atau virus yang mudah menular. masuk ke dalam tubuh (Harbia, Muhammad Multazam, 2018). B. Penyalahgunaan Narkoba Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap mental dan moral seseorang, semua penderita dialami akibat kerusakan jaringan organ tubuh. Dampak penyalahgunaan narkoba juga akan membawa perubahan sikap, sifat dan perilaku sehingga ia akan berubah menjadi pribadi yang tertutup karena malu pada dirinya sendiri, takut akan penyakitnya. Selai itu, takut akan kematian, atau takut tindakannya diketahui. Ramadan, Yuliatin mengatakan bahwa sifat jahat narkoba (kebiasaan, adiktif, toleran) bagi penyalahguna narkoba adalah berubah menjadi orang yang egois, paranoid, jahat dan bahkan tidak peduli dengan orang lain (Sahri Ramadan, Yuliatin, 2018).”Artinya penyebab dari penyalahgunaan narkoba merrusak mental dan moral sesorang sehingga banyak yang terjebak menjadi PSK,”penipu, penjahat, bahkan pembunuhan. Sulityorini
197 mengatakan bahwa”penyalahgunaan narkoba juga memberikan dampak pada spiritual seseorang. Menjadikan narkoba sebagai prioritas utama dalam hidupnya, malas berdoa, malas pergi beribadah dan semakin jauh dari Tuhan. Selain itu, menganggap bahwa Tuhan tidak ada saat mengalami masalah tetapi narkoba selalu ada (Dwi Sulityorini, 2009). Dampak penyalahgunaan narkoba bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.”Penyalahgunaan narkoba tidak hanya memberikan dampak buruk pada mental dan moral seseorang tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini, dampak penyalahgunaan narkoba memberikan dampak pada keluarga ketika ada anggota keluarga yang terkena narkoba maka akan muncul berbagai permasalahan dalam keluarga (Iredho Fani Reza, 2016). Permasalahan-permasalahan tersebut adalah 1. Terganggunya keharmonisan dalam rumah tangga akibat munculnya rasa malu pada diri sendiri, ayah, ibu, saudara, tetangga dan masyarakat.” 2. Masalah kerukunan dalam keluarga yakni keluarga tidak akan hidup rukun.” 3. Masalah ekonomi yakni keluarga mengalami kesulitan ekonomi sebab keluarga keluarga yang terjerumus akan malas bekerja.” 4. Masalah keuangan artinya banyak uang yang terbuang untuk pengobatan jangka panjang, dan banyak uang dan barang yang hilang karena dicuri atau dijual oleh anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkoba untuk membeli narkoba.” 5. Kekerasan dalam keluarga seperti perkelahian, pemaksaan, penganiayaan bahkan pembunuhan terhadap sesama anggota keluarga (Wati, 2016).” Penyalahgunaan Narkoba tidak hanya memberikan dampak pada keluarga tetapi juga pada masyarakat. Menurut Adam permasalahan yang terjadi di lingkungan keluarga kemudian merembet ke tetangga dan masyarakat luas mulai dari masalah narkoba kemudian masalah lain yang lebih luas dan berbahaya seperti kriminalitas, korupsi, dan terorisme (Adam, 2012).
198 Terkait dengan pembahasan di atasa, maka dapat di pahami bahwa narkoba merupakan obat-obatan yang baik ketika digunakan sesuai dosisnya atau anjuran dari dokter untuk kesehatan. Masalahnya adalah ketika seseorang menggunakannya tanpa indikasi medis atau tanpa petunjuk dokter karena penyakit atau hal-hal lain yang dianjurkan oleh dokter, menyebabkan kecanduan/ketergantungan.”Artinya tanpa indikasi (penggunaan) yang direkomendasikan oleh dokter atau tidak sesuai dengan dosis, akan berbahaya bagi kesehatan manusia dan bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak.”Purwatininsi mengatakan masalah penyalahgunaan narkoba (narkoba dan obat-obatan terlarang) di Indonesia merupakan kasus yang semakin hari semakin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Sri Purwatiningsi, 2001).Selaras dengan ini, Amand mengatakan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna narkoba dari berbagai kalangan (Maudy Pritha Amand, 2017).”Dengan demikian, penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini tidak hanya mengancam kelangsungan hidup dan masa depan para penyalahguna, tetapi juga masa depan bangsa dan negara, tanpa memandang strata sosial, ekonomi, usia atau pendidikan.”Artinya saat ini tingkat peredaran narkoba sudah merambah di berbagai tingkatan, tidak hanya di perkotaan tetapi sudah menyentuh masyarakat pedesaan. C. Kasus Penyalahgunaan Narkoba Hasil”penelitian”Badan Narkotika Nasional bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2017 tentang Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba, ditemukan proyeksi jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai 1,77% atau 3.367.154 orang.”Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengguna narkoba pada tahun 2017 dalam satu tahun terakhir (pengguna saat ini) berada pada kelompok usia 10-59 tahun (Marrini Patuwondatu, 2018). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) 2018 terhadap kelom-
199 pok”pelajar dan mahasiswa, ditemukan angka prevalensi penggunaan narkoba di kalangan pelajar sebesar 3,2% atau setara dengan 2.297.492 orang dari 15.440.000 orang.”Sementara itu, hasil penelitian pada kelompok pekerja menunjukkan angka prevalensi penggunaan narkoba di kalangan pekerja adalah 2,1% atau setara dengan 1.514.037 orang dari 74.030.000 pekerja formal (Indonesia Drugs Report 2019). Berdasarkan hasil penelitian”yang dilakukan BNN bersama Polri, TNI, Bea Cukai dan Imigrasi pada tahun 2019 untuk menekan pengurangan pasokan, mereka berhasil mengungkap 33.371 kasus”narkotika dengan sejumlah barang bukti.”Dari hasil penelitian ditemukan barang bukti yakni narkotika jenis ganja dengan total 112,2 ton, sabu seberat 112,2 ton.”5,01 ton, 1,3 juta butir ekstasi, dan 1,65 juta butir PCC”disita dari sejumlah tempat di seluruh Indonesia.”Dengan demikian, hasil penelitian Badan Narkotika Nasional dan Polri tahun 2019 berhasil menangkap 42.649 tersangka kasus narkotika. Selain itu, pada tahun 2019 BNN berhasil memetakan”98 jaringan sindikat narkotika, sebanyak 84 jaringan sindikat narkotika berhasil diungkap oleh BNN.”Dalam hal ini, ke-84 jaringan tersebut terdiri dari 27 jaringan sindikat narkoba internasional,”38 jaringan dalam negeri/jaringan baru dan 19 jaringan sindikat narkoba yang melibatkan narapidana/narapidana yang bertindak sebagai pengendali jaringan di 14 Lembaga Pemasyarakatan (BNN, 2019). Sesuai hasil”penelitian penyalahgunaan narkoba dalam tiga tahun terakhir (2017-2019),”terlihat bahwa narkoba semakin berkembang di Indonesia.”Dalam hal ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini meluas ke semua lapisan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga, pedagang, sopir angkot, anak jalanan, pekerja, dan sebagainya.”Oleh karena itu, masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah mencapai taraf yang”menurut Eleonara sangat mengkhawatirkan di Indonesia, fakta di lapangan menunjukkan bahwa 50% penghuni Lapas/Rutan disebabkan oleh kasus
200 Narkoba.”Selain itu, berita kriminal di media massa, baik media cetak maupun elektronik, diisi dengan berita tentang penyalahgunaan narkoba (Fransiska Novita Eleanora, 2011). D. Perspektif Alkitab terhadap Penyalahgunaan Narkoba Alkitab tidak mencatat secara langsung topik penyalahgunaan narkoba dan juga tidak ada larangan literal pada narkoba dan penggunaannya. Artinya, jika kita membaca seluruh Alkitab, kita tidak akan menemukan ayat-ayat yang secara gamplang menjelaskan penyalahgunaan narkoba. Namun, bukan berarti narkoba dan penyalahgunaan narkoba diperbolehkan. Oleh sebab itu, ada beberapa contoh ayat dalam Alkitab yang merupakan larangan Tuhan dalam penggunaan narkoba. Dalam Perjanjian Lama ada beberapa ayat sebagai contoh penyalahgunaan zat memabukkan antara lain dilakukan oleh kedua putri Lot untuk menyesatkan ayahnya agar dapat melanjutkan keturunannya. Artinya kesadaran moral sang ayah yaitu Lot hilang karena pengaruh alkohol yang membiusnya sehingga terjadi perzinahan yang memalukan (Kej. 19:30-38). Contoh lain hilangnya kesadaran diri seseorang yang dikendalikan oleh minuman keras adalah ketika nabi Nuh mabuk hingga telanjang karena terlalu banyak minum anggur. Ketelanjangan ini membuka pintu dosa bagi anak-anak untuk menertawakan ayahnya (Kej. 9:11-28). Hal ini menunjukkan suatu tindakan yang melaggar kekudusan hidup manusia yang ditentukan oleh Allah. Dalam Imamat 19:2 Allah berkata bahwa kuduslah kamu sebab Aku kudus. Artinya Tuhan tidak menginginkan kekudusan hidup yang tidak dijaga dengan baik, apalagi disia-siakan seperti dengan penyalahgunaan narkotika yang sama sekali tidak berguna bagi kehidupan bahkan merusak kehidupan manusia (Marvel Ed Kawatu, 2017).
201 Terkait dengan penyalahgunaan narkoba, dalam Kitab Perjanjian Baru ada beberapa ayat sebagai contoh yang menjelaskan tentang larangan terkait narkoba yaitu: 1. Efesus 5:18 “Dan janganlah kamu “mabuk” oleh anggur, karena anggur menimbulakan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan”Roh.” 2. 1 Korintus 5:11”Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya sudara, adalah orang cabul, lapar uang, penyembah berhala, pemfitnah dan”pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan”bersamasama” (Suanglang, 2020). Artinya "Alkitab tidak menjelaskan secara harfiah ada larangan minum minuman keras seperti bir atau bahkan wiski." Namun firman Tuhan dengan tegas melarang orang Kristen meminum minuman yang mabuk dan bergaul dengan orang yang suka minum dalam keadaan mabuk sebab hal ini merupakan kekejian bagi Tuhan (Johanis, 2019). Jadi, orang Kristen sebaiknya harus mengesampingkan kemungkinan menyalahgunakan narkoba,”dan memilih untuk tidak pernah terlibat di dalamnya.” E. Perspektif PAK terhadap penyalahgunaan Narkoba Merujuk dari permasalahan narkoba yang terus meningkat di Indonesia saat ini sehingga terjadi krisis moral dan spiritualitas. Dalam perspektif PAK, penyalahgunaan narkoba merupakan masalah sosial yang merusask spiritualitas dan moralitas generasi bangsa. Oleh sebab itu, PAK berperan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran.”Hardi Budiyana PAK merupakan pendidikan yang berisi ajaran tentang iman”Kristen dan juga berisi ajaran-ajaran kekristenan yang menekankan”pada tiga aspek yaitu kognitif afektif dan psikomorik (Budiyana, 2011).”Artinya
202 pendidikan agama Kristen (PAK) berperan untuk mengubah dan membentuk sikap/karakter seseorang dalam penerapan kehidupan sehari-hari.”Dalam hemat penulis, pendidikan agama Kristen memiliki peranan penting untuk mengantisipasi penyalahgunaan narkoba dalam kehidupan seharih-hari sehingga tidak berdampak pada karakter dan spiritual.” Selaras dengan ini,”Groom mengatakan PAK adalah”kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian”pada kegiatan”Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah”hadir diantara kita (Groom, 2010). Artinya PAK mendikotomi apa yang bersifat spiritualitual/religious dari hal-hal yang bersifat sosial/politis, jatuh ke dalam dikotomi yang keliru. Selaras dengan ini,”menurut Harianto GP PAK dapat mempengaruhi kepribadian seseorang yang berkaitan dengan seluruh kepribadiannya yakni pada pendidikan formal, maupun informal, kurang lebih menaruh perhatian untuk membentuk kepribadian (identitas pribadi) manusia (Harianto GP, 2012).Artinya PAK memiliki peran untuk membina spiritual dan moral manusia seutuhnya sehingga manusia memiliki hidup yang berkenan kepda Tuhan dan sesama.”Dalam hemat penulis, PAK memiliki pengaruh yang besar untuk memulihkan perilaku moral dan spirirtual seseorang yang sudah dirusak oleh penyalahgunaan narkoba.”Hal ini dilalukan melalui, pengajaran, pelatihan, pendampingan, motivasi dan konseling.” Perspektif PAK terhadap penyalahgunaan narkoba yang terus meningkat di Indonesia bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab tetapi pendidikan agama juga memegang peranan penting. PAK berperan untuk memberikan pengajaran, didikan, pendampingan dalam lingkungan masyarakat. Menurut Lisa Karyawati prinsip utama dalam PAKuntuk meningkatkan pengetahuan tentang Firman Tuhan, memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan diri dalam kehidupan sehari-hari dan memungkinkan mereka untuk dapat hidup bersama dengan orang
203 lain di lingkungan sekitarny. Bagi Karyawati PAK adalah sebuah pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai spiritualitas terhadap seseorang untuk hidup dengan menyatakan kasih ditengah masyarakat (Karyawati, 2019). Selaras dengan ini, Sagala menjelaskan bahwa PAK membawa perubahan dan memenuhi kebutuhan seseorang untuk dapat memahami dan menempatkan diri secara realistis, kritis, dan kreatif dalam setiap situasi yang dihadapi, termasuk bagaimana menempatkan diri sebagai orang beriman di tengah-tengah lingkungannya (Sagala, 2014). Boiliu menekankan bahwa PAK berperan dalam meningkatkan potensi spiritual dan membentuk manusia menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia, termasuk etika, budi pekerti dan akhlak sebagai perwujudan pendidikan agama. Bagi Boiliu PAK berperan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk kepribadia seseorang untuk menjadi manusia yang beriman dan taat kepada Tuhan sepenuhnya (F. M. Boiliu, 2021). Dengan demikian, penyalahgunaan narkoba adalah masalah sosial sehingga PAK hadir untuk mengantisipasi berbagai masalah yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. F. Peran Keluarga dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba Keluarga memiliki peran penting dalam mengantisipasi penyalahgunaan narkoba yang terjadi melalui PAK.”Menurut Homrighousen keluarga merupakan anugerah yang tak ternilai dari Tuhan dan keluarga Kristen memainkan perpaling penting dalam PAK, bahkan lebih penting daripada semua jalan lain yang digunakan gereja untuk pendidikan (Homrighausen, 2012b).”Selaras dengan ini, Lois E Lebar mengatakan orangtua Kristen memeliki kepedulian untuk anak-anak dapat bertumbuh secara rohani, seperti pertumbuhan fisik, kemasyarakatan maupun kecerdasan mereka.”Orangtua memiliki peran penting dalam keluarga untuk mengajarkan Alkitab pada anak-anak mereka (Lebar, 2016).”Boiliu & Samosir mengatakan PAK merupakan pendidikan yang
204 mengajarkan tentang iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menekankan pada ajaran moral, mental, dan spiritual seseorang.”Penekanan pendidikan mengarah pada tiga aspek pendidikan, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang terjadi dalam pengajaran (N. I. Boiliu & Samosir, 2019). Oleh sebab itu, PAK dalam kelurga memiliki peran penting untuk mengantisipasi penyalahgunaan narkoba pada anak-anak. Peran dalam keluarga adalah orangtua artinya orangtua memainkan perannya dalam keluarga dengan memberikan pengajaran, didikan, kasih sayang, kenyamanan, pendampingan, disiplin dan motivasi pada anak-anak. hal-hal ini ketika orangtua sadar dan melakukannya dengan efektif maka akan membentengi anak-anak dari penyelahgunaan narkoba. Menurut Boiliu keluarga Kristen merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak serta memegang peranan paling penting dalam PAK (Fredik Melkias Boiliu, Kaleb Samalinggai, 2020). Senada dengan ini, bagi Boiliu PAK dalam keluarga berperam penting untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba baik yang sudah terjadi saat dan yang akan terjadi di masa depan sebab keluarga adalah tempat berinteraksi antara anak dan orang tua.”Artinya melalui interaksi ini orang tua mengajar, mendidik, memotivasi, memberi teladan, kenyamanan dan kasih saying pada anak (F. M. Boiliu et al., 2019). Boiliu mengatakan bahwa”keluarga Kristen memiliki tanggungjawab untuk memberikan pengajaran PAK”pada anak dalam pembentukan spiritual dan moral mereka sejak dini sehingga mereka memiliki karakter dan kerohanian yang kuat untuk tidak terjerumusan ke halhal negatif (M. P. Fredik Melkias Boiliu, 2020a).”Artinya sikap karakter dan spiritual pada anak yang sudah terjerumus dalam penggunaan narkoba dan untuk mencegah anak sehingga tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.”Masalah penyalahgunaan narkoba pada anak juga menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua karena keluarga adalah unit dasar bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, keluarga kuat dan sehat, masyarakat umum akan
205 kuat atau keluarga bebas dari narkoba masyarakat umum akan bebas. Dalam hal ini, bagi Rahmadon sejak seorang anak lahir dan dibesarkan dalam keluarga pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak lepas dari apa yang diberikan oleh keluarga. Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadiannya. Oleh sebab itu, bagi Rahmadon sejak seorang anak lahir dan dibesarkan dalam sebuah keluarga, tumbuh kembang hidupnya tidak lepas dari apa yang diberikan oleh keluarga. Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadiannya (Elviza Rahmadon, 2014). Senada dengan itu, Reza menyampaikan bahwa orang tua sebagai bagian dari masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam memberantas ancaman generasi muda dari bahaya narkoba. Oleh karena itu, pemberantasan penyalahgunaan narkoba pada anak tidak hanya menjadi tugas pihak yang berwenang tetapi juga keluarga dan masyarakat (Iredho Fani Reza, 2016). Artinya diperlukan kerjasama semua pihak, termasuk peran orang tua. Dalam hal ini, orang tua berkewajiban menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh kembang anak yang sehat, yaitu suasana rumah yang harmonis, proses belajar mengajar yang baik di sekolah, dan kondisi sosial yang tidak rawan. Dengan demikian, ketika orang tua menyadari peran dan tanggung jawabnya untuk mengajar, mendidik, mendampingi anak dalam kehidupan seharihari, anak tidak akan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Terkait dengan peran keluarga dalam mengantisipasi penyalahgunaan narkoba, dalam penelitian asmoro dan malaniani tentang”pengaruh lingkungan keluarga terhadap penyalahgunaan NAPZA”pada remaja hasil penelitian menujukkan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang besar untuk mengantisapasi penyalah gunaan narkoba pada remaja melalui ibadah dalam keluarga (Asmoro & Melaniani, 2016). Artinya bahwa ibadah dalam keluarga
206 paling berpangaruh dalam keluarga untuk mengantisipasi penyalahgunaan narkoba pada remaja. Oleh karena itu, orang tua perlu menciptakan ikatan keluarga yang kuat melalui hubungan emosional dan empati kepada anak. Penelitian Bunsaman dan Krisnani, tentang”peran orangtua dalam pencegahan dan penanganan penyalahgunaan narkoba pada”remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba yang paling efektif adalah upaya pencegahan yang dilakukan oleh keluarga terutama orang tua. Karena orang tua dan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Bunsaman & Krisnani, 2020). Oleh karena itu, penting untuk memperkuat peran orang tua dalam mengantisipasi bahaya narkoba di lingkungan keluarga. Mengacu pada hasil penelitian di atas, dapat dibuktikan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam keluarga untuk mengantisipasi penyalahgunaan narkoba pada anak. Keluarga memiliki peran penting dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba melalui PAK melalui peran orang tua untuk mencegah anggota keluarga agar tidak terpapar bahaya narkoba. Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh orangtua, yaitu: 1. Mengajak semua anggota keluarga untuk meningkatkan iman mereka kepada Tuhan. 2. Memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada anak 3. Memperhatikan dan mengamati perubahan perilaku perilaku anak 4. Mendengarkandengan seksama saat anak bercerita tentang dirinya, teman atau pengalamannya 5. Menciptakan keluarga yang harmonis 6. Mengenal dan menghargai memperhatikan temannya 7. Menyalurkan hobi dan bakatnya secara positif 8. Memperhatikan kegiatan anak di waktu luangnya 9. Menanamkan rasa tanggung jawab pada anak
207 10. Memperlakukan semua anak dengan kasih sayang tanpa membeda-bedakan satu sama lain (Erfan Priyambodo, 2009). Hal-hal tersebut di atas ketika orangrtua dapat melaksanakannya dalam keluarga secara efektif maka anak pasti memiliki kehidupan yang baik secara spiritual dan moral sehingga tidak mudah terpengaruh oleh apa pun termasuk penyalahgunaan narkoba. Keluarga memiliki peran penting untuk menganstisipasi peyalahgunaan narkoba yang spiritualitas dan moralitas anak melalui PAK dalam keluarga. Boiliu mengatakan keluarga sebagai salah satu pusat pengembangan spiritualitas dan moralitas adalah yang pertama dan terutama bagi anak-anak. Orang tua memiliki fungsi dan peran yang sangat sentral dalam keluarga untuk mengembangkan spiritualitas dan moralitas anak. Boiliu mengatakan bahwa keluarga adalah salah satu pusat pertama dan utama untuk pengembangan spiritualitas dan moral bagi anak. Orang tua memiliki fungsi dan peran yang sangat sentral dalam keluarga untuk mengembangkan spiritualitas dan moralitas anak (Boiliu, Samalinggai, 2020). Selaras dengan ini, bagi Fatmawat orang tua sebagai landasan pembentukan spiritualitas dan moralitas anak. Artinya orang tua mendidik anak dengan pola asuh yang arif, positif, efektif, konstruktif dan transformatif dalam keluarga, sehingga terjamin perkembangan anak secara optimal spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari (Fatmawati, 2019). Dengan demikian, keluarga mempunyai peran yang sentral untuk membentuk dan mengembangkan spiritualitas dan moralitas anak. Keluarga memiliki tanggung jawab untuk mengantisipasi penyalahgunaan naekoba yang mempengaruhi perkembangan spiritulitas dan moralitas anak melalui pendidikan agama Kristen (Diana, 2019) yaitu: 1. Orangtua mendidik anak untuk pendewasan rohani 2. Orangtua mendidik anak tentang kasih dan keadilan 3. Orangtua membimbing anak hidup dalam kelompok
208 4. Orangtua melaksanakam pendidikan dengan teladan. Terkait dengan peran orangtua dalam keluraga untuk mengantisipasi penyalahgunaan narkoba pada anak melalui PAK.Wadi dan Selfina (Elsyana Nelce Wadi1, 2016) mengatakan bahwa peran orangtua dalam keluarga yaitu: (a) orangtua mengajar dengan membicarakannya berulang-ulang (Ul. 6:4-9) (b) orangtua mendidik anak sesuai kebenaran firman Tuhan (Ams.29:14) (c) orangtua memberikan disiplin pada anak (Ams. 3:11-12) (d) orangtua mengajar melalui keteladanan (Ams. 20:7). G. Peran Gereja dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba Gereja berperan penting dalam mengantisipasi penyalahgunaan narkoba melalui pembelajaran PAK di seluruh jemaat. Menurut Sianipar, PAK dilakukan oleh gereja melalui berbagai program pendidikan dan pengajaran untuk mematangkan iman seluruh anggota gereja agar dapat berperan di masyarakat (Sianipar, 2020b). Artinya PAK di gereja berperan untuk memberikan bimbingan mengenai pentingnya iman, dan spiritualitas.”Selaras dengan ini, Hasugian mengatakan tugas gereja untuk mendidik, termasuk mendidik orang dewasa. Tugas ini sebagai amanah mulia yang Tuhan memberikan untuk mendidik dan mengajar anggota gereja.”Artinya tugas mendidik anggota jemaat adalah bagian integral dari tugas pelayanan gereja lainnya. Dengan demikian, gereja harus sadar dan mahami akan hal ini sebab kehadiran gereja di dunia untuk bermakna dan dapat dirasakan lebih nyata (Hasugian, 2019). Terkait peran PAK di gereja untuk mengantisipasi penyalahgunaan narkoba dalam penelitian Eka Florenta Olivia Br Purba tentang”tindakan pencegahan gereja terhadap bahaya narkoba bagi remaja GBKP Runggun Suka Sipeduaken dari perspektif Maria Haris hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan preventif yang dilakukan gereja hanya melalui pendalaman Alkitab, ibadah, katekisasi, dan penyuluhan kepada kaum muda (Purba, 2016).”Merujuk penelitian Simon tentang peran gereja dalam
209 menghambat laju pertumbuhan pengguna narkoba, hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencegah pesatnya pertumbuhan pengguna narkoba, gereja memberitakan bahaya narkoba di mimbar dan bermitra dengan”Badan Narkotika Nasional sebagai garda terdepan pemberantasan pengguna narkoba,”serta mengunjungi tempat rehabilitasi dan mengoptimalkan peran keluarga sebagai pengawas (Simon, 2019). Dari hasil penelitian dapat membuktikan bahwa gereja benar-benar memiliki tanggung jawab untuk membantu pemerintah dalam memberantas penyalah-gunaan narkoba melalui peran pendidikan agama Kristen di gereja. Peran gereja sebagai bentuk pelayanan kepada dunia, dalam hal ini jemaat, adalah untuk mengetahui sejauh mana peran gereja dalam melihat masalah peredaran, penggunaan dan pencegahan narkoba. Hal ini dirasa perlu oleh pihak gereja karena masalah narkoba sangat berbahaya bagi keluarga kita, moral dan perilaku penggunanya. Dalam hal ini peran penting yang harus dikembangkan oleh gereja adalah membentuk fasilitas pelayanan, baik yang dikoordinir langsung oleh gereja maupun yang dilakukan oleh persekutuan Kristen di dalam jemaat. Jadi jika gereja ikut mempersoalkan “bahaya narkoba”, gereja tidak melenceng dari panggilannya, melainkan menjalankan perannya karena masalah narkoba merupakan penyakit sosial, yang mengancam seluruh lapisan masyarakat, termasuk anggota gereja.Oleh karena itu, anggota gereja perlu menyadari kekudusan hidup dalam diri mereka sendiri, dan menyadari kehadiran mereka sebagai alat Tuhan untuk melayani dan memelihara kehidupan orang lain. Hal-hal yang akan merusak kesucian hidup perlu dihindarkan, termasuk narkotika, yang walaupun tujuan penciptaannya baik, namun seringkali manusia melupakan manfaat yang baik, sehingga menjadi ketagihan dan merusak kehidupannya dan orang lain (Marvel Ed Kawatu, 2017). Dengan demikian, gereja harus memiliki peran yang sama besar dalam mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba. Selain pemerintah yang telah melakukan program pemberantasan narkoba, pihak gereja juga harus turut andil dalam hal ini.
210 16 Diagnostik Pembelajaran PAK A. Pendidikan Agama Kristen Pendidik Agama Kristen atau disingkat PAK adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk perilaku peserta didik dalam tiga kategori, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Iovan, 2010). Untuk ranah kognitif menekankan pada ingatan atau pengenalan fakta dan pengembangan ranah afektif bertujuan untuk mengubah minat, sikap dan nilai serta mengembangkan apresiasi dan penilaian. Sedangkan untuk ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan fisik, penanganan bahan dan benda. Ini merangkum tujuan umum dari pengajaran dan pembelajaran PAK di sekolah (Onovughe & Rev. Father, 2017). PAK merupakam salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah untuk mempersiapkan siswa hidup jujur secara moral (Ngussa & Makewa, 2018). PAK adalah pendidikan yang memperkenalkan Kristus kepada peserta didik agar mereka mengalami pertumbuhan rohani dengan menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan Yesus Kristus dan mampu
211 memberitahukan kepada orang lain. PAK adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengajarkan seseorang untuk melihat Tuhan dan hidup bahagia di dalamnya, fokus utama pembelajaran adalah perbuatan Tuhan dari awal yaitu penciptaan dan sampai karya keselamatan yang dianugerahkan melalui Kristus (Rivosa Santosa & Deak, 2021). Poin utama dari belajar PAK adalah tentang karya Tuhan dalam kehidupan manusia mulai dari penciptaan hingga penebusan dan kehidupan yang kekal disediakan melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Dalam proses belajar mengajar, guru PAK di sekolah bertanggung jawab untuk ini, baik untuk memberikan pembelajaran sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kurikulum. Selain itu, menyampaikan pembelajaran dalam rangka mencapai pengetahuan firman Tuhan secara optimal (Lilis Setyarini, 2018). Seorang guru PAK diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang baik dan mengajar secara efektif dan efesien serta berperan sebagai pendeta yang selalu membimbing siswa untuk hidup yang benar. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru PAK, selain sebagai pendidik juga merupakan orang tua kedua, motivator dan fasilitator bagi siswa. Oleh karena itu, guru PAK harus memiliki spiritualitas yang baik agar dapat menjadi panutan dalam mengajar siswa (D. Lase, 2021). Dalam proses belajar mengajar PAK di kelas seringkali dijumpai siswa yang malas acuh tak acuh sikap menentang guru dan mengganggu teman saat belajar. Hal ini merupakan problem dalam pembelajaran PAK di sekolah. Masalah yang dialami oleh siswa secara pribadi tentu mereka tidak dapat menyelesaikan dengan sendiri sehingga membutuhkan bantuan dari guru PAK. B. Tanggung Jawab Guru Guru PAK memiliki peran penting dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa, karena peran guru PAK sangat dibutuhkan oleh siswa. Dalam hal ini, jika kesulitan belajar siswa dalam PAK dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Kesulitan belajar siswa harus diketahui dan
212 dapat diatasi sedini mungkin agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Kesulitan dalam belajar PAK di sekolah tentunya tidak terlepas dari permasalah yang terjadi dalam dirinya. Sehingga hal ini akan berdampak kepada perilakunya Sentot Sadono, 2011 mengemukakan beberapa hal yang menjadi ciri bagi siswa yang bermasalah, yaitu: 1. Pemarah, agresif dan suka menantang/menentang. 2. Mencari perhatian dan suka mendominasi. 3. Kurang perhatian dan tidak suka memperhatikan/cuk. 4. Masa bodoh. 5. Suka dipuji-puji 6. Merasa rendah diri, minder, tidak percaya diri, cepat putus asa 7. Suka membolos. 8. Pencari kebenaran dan percaya relative, 9. Cepat emosi dan percaya kepada hal-hal yang sensitif. Terkait dengan diagnostik kesulitan belajar dan perilaku bermasalah siswa dalam pembelajaran PAK maka penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu untuk membanding temuan-temuan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dalam penelitian Ismail tentang diagnostik tentang kesulitan belajar siswa, (Ismail, 2016) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa harus segera diidentifikasi dan diatasi pada beberapa tahapan, yaitu: 1. Menetapkan siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar 2. Menentukan kesulitan belajar 3. Menentukan hal apa saja yang menyebabkan kesulitan belajar. 4. Menentukan cara untuk mengatasi kesulitan belajar 5. Pelaksanaan atau Tindakan untuk mengatasinya 6. Memenatau perkembangan atau perubahan. Sependapat dengan ini, hasil penelitian Samsir, 5 C.E terkait dengan diagnostik kesulitan belajar menunjukkan bahwa 1. Siswa mengalami kesulitan belajar pada saat ujian
213 2. Siswa belum menguasai pembelajaran yang dipelajari 3. Hasil belajar siswa tidak mencapai standar yang telah ditentukan. Soviana Dominggas Un Seran et al hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan belajar di masa pandemic Covid 19 (Seran et al., 2022). Mustikawati mengemukakan ada beberapa hal yang menyebabkan kesulitan belajar PAK, yakni: 1. Faktor secara umum seperti cara belajar, masalah pribadi, tidak merasa nyaman dengan lingkungan atau pembelajaran, dan fasilitas. 2. Faktor dalam diri dan diluar diri (Mustikawati, 2020). Sependapat dengan ini, Eirene Mary hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil analisis kesulitan belajar siswa terdiri dari dua bagian yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi kesulitan memahami, kurang fokus, kesulitan menghafal/sulit menghafal, hubungan sulit dengan kehidupan sehari-hari, kesulitan berkonsentrasi pada belajar, mengantuk. Sedangkan bagian kedua adalah kesulitan dari luar diri siswa misalnya guru yaitu penggunaan bahasa yang tinggi yang sulit dipahami, model pembelajaran yang monoton, alat pembelajaran yang kurang efektif (Mary, 2020). Berdasarkan beberapa hasil temuan dalam penelitian sebelumnya maka dapat diketahui bahwa penelitian-penelitian sebelum membahas tentang kesulitan belajar dan hasil penelitian menunjukkan hal-hal yang menyebabkan hasil belajar dan cara mengatasi faktor penyebab kesulitan belajar. Oleh sebab itu, tentu penelitian ini sangat berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu yang dimana penelitian membahas diagnostik kesulitan belajar dan perilaku bermasalah dalam pembelajaran PAK, dampak pada hasil belajar serta model pembelajaran dalam mengatasi kesulitan belajar dan perilaku siswa yang bermasalah. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan yakni untuk memberikan pemahaman kepada guru PAK dalam memperhatikan dan mengatasi kesulitan belajar dan
214 perilaku siswa yang bermasalah sebab hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya untuk memberikan pemahaman kepada guru PAK agar memiliki pemahaman dalam mengatasi kesulitan belajar dan perilaku bermasalah melalui pendekatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. C. Pembelajaran PAK di Sekolah Pembelajaran PAK yang dilakukan di sekolah untuk meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Stephen Akaranga mengatakan pembelajaran PAK di sekolah bertujuan untuk mengembangkan moral dan spiritual siswa (Akaranga, 2016) Dalam hal, Aggrey Ayub Walaba dan Joel Kipkemboi Kiboss menegaskan bahwa PAK di sekolah memiliki peran penting untuk mengembangkan moral dan spiritual siswa sehingga guru harus memperhatikan bagian ini dengan serius (Walaba & Kiboss, 2013). Baraka M. Ngussa mengatakan guru PAK dalam mengajarkan PAK di sekolah harus menggunakan media pembelajaran yang tepat sehingga mempermudah proses belajar mengajar (Ngussa, 2015). Sunday & Rev. Father, JF Mordi, mengatakan PAK sebagai mata pelajaran yang sangat penting di sekolah-sekolah. Dalam hal ini, PAK mencakup tujuan akademis, moral, dan spiritual. Dalam pembelajaran PAK di kelas mengarahkan siswa tentang cara hidup yang sesuai dengan kebenaran Tuhan. Artinya, untuk mempelajari prinsip-prinsip iman dan untuk hidup yang berkenan kepada Tuhan. Sehingga dapat dipahami bahwa PAK bukan hanya mata pelajaran yang harus dipelajari, tetapi juga pandangan hidup (Father & Mordi, 2017). Jarosław Horowski, mengatakan PAK di sekolah mengajarkan siswa agar memperoleh pengetahuan tentang dunia sekitarnya, aspek moral dari tindakan mereka sesuai kondisi keagamaan mereka. Selain itu, memberikan pengetahuan tentang agama-agama yang berbeda, memberikan perhatian khusus pada aliran yang dominan dalam masyarakat tertentu, dan menunjukkan hubungan antara agama dan moralitas (Horowski, 2020). Artinya PAK di sekolah
215 juga harus menekankan pada prinsip toleransi bagi orang yang berbeda agama, suku, dan budaya sehingga siswa saling mengasihi dan menghormati di tengah-tengah perbedaan. Hal ini menanamkan suatu sikap toleransi dalam diri siswa sehingga mampu bersosialisasi dalam kehidupan majemuk. D. Diagnostik Kesulitan Belajar PAK Kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari PAK merupakan salah satu kendala yang dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efektif (Mary,2020), sehingga hasil belajar PAK tidak mencapai tujuan seperti yang telah ditentukan. Ismail mengatakan kesilutan belajar siswa merupakan gangguan yang dapat bermanifestasi sebagai kesulitan dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Keterbatasan ini termasuk kondisi seperti gangguan persepsi, kerusakan otak, disleksia dan afasia perkembangan (Ismail, 2016). Sependapat dengan ini, Zamsir mengatakan untuk ketidakmampuan belajar adalah kesenjangan antara keberhasilan akademik yang diharapkan dan keberhasilan akademik yang dicapai. Oleh karena itu, siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa dengan kecerdasan normal, tetapi menunjukkan satu atau lebih defisit dalam proses belajar, baik dalam persepsi, memori, perhatian, atau fungsi motorik (Zamsir, 2014). Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar yang ditandai dengan ditemukannya hambatan-hambatan tertentu terhadap pencapaian hasil belajar. Hambatan ini mungkin tidak dirasakan oleh yang bersangkutan, dapat berupa dampak kondisi psikologis, sosiologis atau fisiologis terhadap proses pembelajaran (Risnawita & Rini, 2015). Artinya, kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sebagai keadaan dimana siswa tidak dapat belajar dengan baik, karena adanya ancaman, hambatan atau gangguan belajar (Angranti, 2016). Dengan demikian dapat dipahami bahwa kesulitan siswa dalam belajar dalam PAK merupakan gejala psikologis yang dihadapi siswa dan diwujudkan dalam berbagai bentuk perilaku,
216 kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat menghambat proses belajar, sehingga hasil belajar tidak dapat tercapai. Oleh sebab itu, untuk mengetahui akar penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa maka harus ada yang namanya diagnostik. Diagnosis bertujuan untuk mengetahui masalah terjadi dalam proses belajar mengajar PAK, hal ini disebut sebagai diagnosis ketidakmampuan belajar. Mendiagnosis ketidakmampuan belajar adalah proses memecahkan ketidakmampuan belajar. Artinya, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa, hendaknya guru lebih intensif dalam menghadapi siswa dengan meningkatkan pengetahuan, keterbukaan dan meningkatkan keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Mengatasi kesulitan belajar siswa dalam PAK dapat dilakukan dengan membuat diagnosis. Penegakan diagnosis memerlukan proses yang terdiri dari langkah-langkah tertentu dan sistematis yang bertujuan untuk menemukan jenis kesulitan belajar tertentu yang dihadapi siswa. Prosedur seperti inilah yang dikenal sebagai 'diagnostik' kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran PAK, di mana ditemukan gejala-gejala yang dialami siswa. Artinya, jika gejala telah teridentifikasi, maka guru atau pengajar PAK harus mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menemukan kesulitan belajar yang dialami siswa dan mencari solusinya. Dalam hal ini, kesulitan belajar siswa dalam PAK sebagaimana dikatakan Seran, Triposa, and Arifianto,2022 mengatasi kesulitan belajar siswa dalam PAK dapat dilakukan dengan membuat diagnosis. Penegakan diagnosis memerlukan proses yang terdiri dari langkah-langkah tertentu dan sistematis yang bertujuan untuk menemukan jenis kesulitan belajar tertentu yang dihadapi siswa. Artinya, jika gejala telah teridentifikasi, maka guru atau pengajar PAK harus mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menemukan kesulitan belajar yang dialami siswa dan mencari solusinya. Dalam hal ini, kesulitan belajar siswa dalam PAK dapat disebabkan oleh dua faktor, faktor internal disebabkan dalam diri siswa itu sendiri seperti tidak ada keinginan
217 atau motivasi untuk belajar, minat belajar yang rendah, rasa percaya diri kurangnya, disiplin diri yang rendah, kurangnya kemauan untuk merespon atau bereaksi. faktor eksternal atau faktor dari luar diri siswa itu yakni keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor penyebab dari sekolah misalnya metode pengajaran yang monoton dan kurang bervariasi, kurikulum yang diatur terlalu padat, hubungan antara guru dan siswa tidak baik, hubungan siswa dengan teman sebayanya kurang stabil, kurang disiplin di lingkungan sekolah, sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai. E. Perilaku Bermasalah dalam Belajar PAK Pembelajaran PAK di sekolah pada dasarnya memiliki peran penting untuk mengubah tingkah laku siswa. Artinya melalui proses belajar mengajar PAK yang dilakukan di sekolah siswa mengalami suatu perubahan misalnya yang tadinya karakternya tidak baik melalui pembelajaran karakternya terbentuk dan menjadi baik. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa berhasilnya pembelajaran PAK di sekolah tergantung pada perilaku pendidik dan peserta didik. Banyak sekali permasalahan terkait penyimpangan perilaku yang terjadi dikalangan siswa di sekolah. Perilaku menyimpang atau bermasalah sering juga disebut kenakalan remaja, yaitu Perilaku buruk (dursila) atau kejahatan/kenakalan siswa merupakan simbol problem yang diambil dari bentuk pengabaian sosial untuk menjadikan mereka kaya dalam bentuk perilaku menyimpang. Siswa yang melakukan penyimpangan atau kenakalan juga disebut sebagai anak cacat sosial, mereka menderita cacat mental yang disebabkan oleh pengaruh sosial di masyarakat (Kartini Kartono, , 2014). Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, kelompok yang paling rentan dalam proses perilaku menyimpang adalah remaja atau pelajar. Hal ini dapat diatasi jika keluarga berjalan dengan baik, karena keluarga merupakan fungsi sosialisasi dari anggota keluarga khususnya anak-anak, karena untuk pertama kalinya seorang anak mendapatkan didikan dalam keluarga yang merupakan lembaga pertama dan utama.Perilaku bermasalah
218 tidak hanya terjadi pada siswa berkemampuan rendah, tetapi juga pada siswa berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa dengan kemampuan rata-rata (normal) juga dapat mengalami perilaku bermasalah yang disebabkan oleh berbagai faktor (Musbikin, Imam, 2013). Oleh karena itu, terdapat berbagai faktor penyebab timbulnya masalah perilaku pada siswa, yaitu: 1. Faktor internal seperti ketidaknyamanan siswa untuk mencapai tujuan dan kompensasi negatif sebagai saluran tekanan internal untuk mencapai tujuan tersebut; Selanjutnya, pengendalian ego, atau ego yang lemah atau mungkin terlalu besar, mendorong siswa untuk bertindak sembarangan dan tidak sesuai dengan standar yang digariskan dalam standar masyarakat setempat. 2. Faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi perilaku bermasalah seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah (Syafwar, 2016). Handayani et al., 2020 mengemukakan berbagai hal yang dikategorikan sebagai perilaku bermasalah pada siswa, yaitu: 1. Mengganggu 2. Bullying 3. Emosional 4. Pembuat onar 5. Berkelahi 6. Ketidakhadiran 7. Berbicara kotor 8. Sibuk pada jam pelajaran 9. Tidak menaati peraturan 10. Sering keluar masuk kelas. F. Peran Guru PAK dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Guru PAK memiliki peran penting untuk mengatasi kesulitan belajar yang terjadi kepada siswa. Dalam mengatasi kesulitan belajar
219 PAK, tentunya guru harus menggunakan metode atau strategi yang tepat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sara Adrianti bahwa untuk mengatasi kesulitan belajar siswa guru harus mempersiapkan beberapa (Adrianti, 2018) hal, yaitu: 1. Menyiapkan sarana prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar 2. Menyediakan alat bantu audio visual dan literatur yang relevan, 3. Menciptakan kondisi emosional dan sosial yang bermanfaat bagi proses pembelajaran 4. Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih efektif. Sependapat dengan ini, Amurisi Ndraha et al Dikatakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, guru PAK harus meningkatkan perannya sebagai pendidik, pembimbing yang menanamkan nilainilai Kristen dengan memfasilitasi siswa untuk menerapkan pembelajaran, dan membangun kerja sama dengan orang tua untuk memberikan motivasi kepada siswa (Ndraha et al., 2022). Fadila Nawang Utami mengatakan upaya yang harus dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar, antara lain: identifikasi untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, diagnosis tentang hasil pengolahan data siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa, prognosis penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan belajar tersebut, yang terakhir memberikan bantuan atau pengobatan dalam bentuk tutorial (F. N. Utami, 2020). Dalam hal ini, kesulitan belajar dalam pendidikan agama Kristen harus didiagnosis dengan mengidentifikasi kasus, mengidentifikasi masalah, dan mengidentifikasi penyebab ketidakmampuan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam PAK dapat diprediksi dengan pembiasaan terus menerus sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan secara bertahap (F. M. Boiliu et al., 2022). Dalam hemat penulis, untuk mengatasi kesulitan belajar siswa maka guru harus memberikan hadiah dan hukuman sebagaimana dikatakan oleh Nuraeni, Syahna Apriani Syihabuddin, memberikan
220 stimulus stimulus pada anak untuk semangat belajar sehingga memperoleh nilai baik maka akan diberikan hadia (Reward), namun ketika nilainya tidak mencapai standar maka memberi hukuman (Punishment), Cara hukuman biasanya dapat menimbulkan persepsi negatif pada anak tentang kegiatan belajar (Nuraeni & Syihabuddin, 2020). Dapat dipahami bahwa memberikan hadiah dan hukuman ini harus guru sepakati dengan siswa sebelum pelaksanaan sehingga tidak menimbulkan hal negatif. Faizal Chan et al mengatakan untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam belajar, Guru hendaknya memilih strategi, pendekatan, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran (Chan et al., 2019). G. Peran Guru PAK dalam Mengatasi Perilaku Bermasalah Dalam pembelajaran PAK disekolah, guru PAK memiliki peran penting untuk mengatasi perilaku-perilaku siswa yang bermasalah. Lilis Madyawati hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peranan guru PAK memberi sumbangan yang cukup besar, atau ,29,8 % terhadap Perilaku Siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri 01 Ujungwatu Jepara. Sisanya (100 – 29,8 % = 61,2 %) di korelasi oleh faktor yang lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka guru perlu memperhatikan setiap perilaku siswa-siswinya sehari-hari dan selalu bijak dan bertindak terlebih dalam hal Peranan guru Agama Kristen.(Handayani, 2019) Peranan guru PAK sangat berguna dalam perubahan karakter dan perilaku siswa melalui pembelajaran PAK yang efektif sehingga siswa akan lebih dewasa dalam pemahaman tentang hidup rukun serta berkenan di hadapan Tuhan Peran guru PAK bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga penanaman iman kristiani sehingga tujuannya yaitu perubahan yang akan dicapai siswa dalam hidupnya. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan pengetahuan, sikap atau pendapat atau pemahaman dan
221 pada tingkat perilaku atau keterampilan. Peran guru selain melatih juga membimbing akhlak siswa agar menjadi lebih baik. Lilis ErmindyawatiHandayani, Peranan Guru PAK Terhadap Perilaku Siswa-Siswi.mengemukakan beberapa peran guru PAK, yaitu: 1. Penafsir iman, berperan untuk menguraikan dan menerangkan kepercayaan iman kepada siswa 2. Gembala bertanggung jawab untuk kehidupan rohani peserta didik dengan memberikan pembinaan, arahan, pendampingan untuk memajukkan iman mereka. 3. Penginjil, bertanggung jawab untuk membawa peserta didik mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan. Selain itu, guru PAK selain mengajar juga memiliki peran lain seperti: motivator,(F. M. Boiliu, Widjaja, et al., 2021a) fasilitator,(Syaiful Bahri Djamarah, 2013). sebagai mediator,(Fredik Melkias Boiliu and Yunardi Kriatian Zega,(2022). sebagai konselor,(Samosir et al., 2021) Dalam penelitian Josaphat Hendra Prijanto dan Kardila Oktavia Tindakan yang benar sebagai guru adalah menunjukkan perilaku kasih sayang dan tidak menggunakan kekerasan. Menggunakan kekerasan tidak akan mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik, tetapi akan membuat siswa menjadi lebih buruk. Sebagai seorang guru, harus kreatif dalam memecahkan masalah dan cerdas dalam memilih metode pembelajaran (Prijanto & Oktavia, 2021). Artinya, menjadi guru PAK harus menyadari bahwa mengajar adalah tugas dan tanggungjawab yang dipercayakanTuhan untuk mengembangkan misi Allah di muka bumi.(Widjaja, Pakpahan, et al., 2021) Oleh sebab itu, guru PAK harus menunjukkan sikap karakter disiplin sehingga siswa belajar untuk memiliki karakter disiplin, yaitu hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Hal ini tentu bertujuan untuk menuntun siswa agar hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.(L. R. Pelawi et al., 2016)
222 H. Mengatasi Kesulitan Belajar dan Perilaku Bermasalah Siswa Strategi pembelajaran PAK merupakan langkah atau tahapan yang harus dilakukan pendidik PAK untuk mengatasi siswa berkesulitan belajar dan perilaku bermasalah agar tercipta pembelajaran PAK yang efektif, efisien, dan meningkatkan interaksi siswa-siswa. Artinya, strategi dalam pembelajaran PAK adalah rencana rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Sayful mengatakan strategi pembelajaran itu harus dua arah, yaitu pengajaran dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan pembelajaran oleh siswa sebagai pembelajar (Syaiful Segala, 2012). Senada dengan hal tersebut, Uno mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dipilih untuk memfasilitasi atau membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Hamsa B Uno, 2012). Sayful Segala, 2012 mengkonseptualisasikan strategi pembelajaran dalam berbagai bagian, yaitu 1. Menetapkan standar dan kualifikasi untuk mengubah perilaku belajar 2. menetapkan pilihan yang terkait dengan pendekatan terhadap masalah belajar-mengajar 3. memilih proses, metode dan teknik belajar-mengajar 4. aturan dan kriteria keberhasilan pengajaran dan proses pembelajaran , proses. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa strategi PAK didasarkan pada penggunaan suatu pendekatan sehingga dapat mengidentifikasi teknik-teknik yang dianggap relevan dengan metode untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran PAK, perlu ditetapkan unsur-unsur strategi untuk memperlancar proses belajar mengajar. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran PAK, perlu dirancang dan diterapkan strategi yang efektif dengan mempertimbangkan elemen
223 kunci dan tahapan strategi. Syaiful Bahri Djamarah, 2010 menyarankan berbagai strategi, yaitu 1. Menentukan kualifikasi untuk mengubah perilaku siswa. 2. Memilih pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. 3. Memilih dan menetapkan metode, teknik, dan prosedur pembelajaran. Slameto, 2015 mengemukakan bahwa strategi pembelajaran meliputi 8 unsur perencanaan mengenai: 1. Sistem pembelajaran disiapkan oleh guru dan siswa baik di kelas, kelompok maupun individu yang akan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Pelaksanaan jadwal, bentuk dan lama pembelajaran ditentukan oleh guru. 3. Tugas pembelajaran yang akan dipelajari dan diidentifikasi, 4. Bahan pembelajaran, perangkat pembelajaran dan alat peraga disiapkan dan diorganisasikan 5. Data dan karakteristik siswa yang dikumpulkan diidentifikasi 6. bahan pelestarian dirancang 7. Metode dan teknik penyajian yang dipilih, misalnya ceramah, diskusi dan sebagainya. 8. Media yang digunakan. Supriyadi, 2013 menyarankan beberapa hal sebagai tindakan strategis guru, yaitu: 1. Pemilihan dan operasionalisasi tujuan pembelajaran 2. Pemilihan dan definisi konteks pembelajaran 3. Pengelolaan bahan ajar 4. Alokasi waktu 5. Penentuan format pembelajaran. kegiatan pembelajaran 6. Teknis metode dan proses pembelajaran 7. Penggunaan media pembelajaran 8. Penerapan prinsip pembelajaran
224 9. Penerapan pendekatan standar kegiatan pembelajaran 10. Pengembangan iklim pembelajaran 11. Pilihan penerapan pengembangan dan evaluasi. Dengan demikian, strategi pembelajaran PAK yang harus diperhatikan oleh guru PAK adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Selain itu, pelaksanaan metode, teknik, prosedur pembelajaran serta operasional taktik dalam penggunaan media dan sumber belajar. I. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar dan Perilaku Bermasalah Siswa 1. Strategi pembelajaran ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PAK. Strategi pembelajaran ini menekankan pada proses penyampaian materi secara lisan oleh guru kepada sekelompok siswa dengan tujuan agar siswa menguasai pelajaran secara optimal. Menurut Safriadi Pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran dimana guru dalam penyampaian materi pembelajaran berperan sangat dominan secara terstruktur agar siswa dapat memahami dan menguasai pembelajaran yang disajikan (Safriadi, 2017). Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Chalish bahwa metode ekspositori yaitu metode dahului dengan menerangkan definisi, prinsip dan konsep dari materi pembelajaran dalam berbagai bentuk mulai dari ceramah, demonstrasi, tanya jawab sampai penugasan dengan menggunakan berbagai contoh dalam pemecahan masalah. Bagi Chalish, metode ekspositori harus mengarah pada ketersampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung (Chalish, 2011). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran ekspositori dalam PAK merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses pemberian pembelajaran verbal oleh guru kepada sekelompok
225 siswa agar mereka mampu menguasai materi pembelajaran secara optimal. Misalnya untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran PAK dengan ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan tugas. Selain itu, penerapan strategi ekspositori dalam pembelajaran PAK, misalnya: guru PAK mempersiapkan siswa untuk menerima pembelajaran, mempersiapkan materi pembelajaran PAK yang mudah dicernah atau dimengerti oleh siswa, dan menghubungkan materi pembelajaran PAK dengan pengalaman siswa. 2. Strategi pembelajaran Inquiry Strategi pembelajaran PAK berbasis inquiri adalah suatukegiatan pembelajaran yang menekankan pada bagaimana siswa berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban atas masalah. Strategi pembelajaran PAK berbasis inquiri ini menunjukkan dimana siswa belajar bagaimana mencari dan menemukan sendiri jawaban atau permasalahan. Contoh guru memberikan topik pembahasan dan selanjutnya siswa yang memecahkan topik tersebut baik secara individu maupun kelompok. Lahadisi mengemukakan beberapa prinsip dalam strategi pembelajaran inquiry, yakni: (a) prinsip pembelajaran berorientasi pada pengembangan intelektual (b) prinsip pembelajaran menekankan pada interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru (c) prinsip pembelajaran menekankan pada diskusi, yaitu guru bertanya kepada siswa dan siswa memiliki kemampuan untuk menjawab (d) prinsip pembelajaran menekankan pada berpikir yang mana siswa diransang untuk berpikir (e) prinsip pembelajaran yang menekankan pada keterbukaan yakni guru memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan pendapatnya (Lahadisi & Inquiry,2014). Selaras dengan ini, Sanjaya merumuskan langkah-langkah strategi pembelajaran berbasisi inquiry, yakni (a) orientasi (b) merumuskan masalah (c) mengajukan hipotesis (d) mengumpulkan data (e) menguji hipotesis (f) merumuskan kesimpula (Wina Sanjaya, 2007). Dengan demikian, dapat
226 dipahami bahwa strategi pembelajaran PAK berbasis inquiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses siswa berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban atas suatu pertanyaan. 3. Strategi pembelajaran kooperatif Penerapan strategi kooperatif dalam pembelajaran PAK merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk membangun kerja sama dalam kelompok kecil atau saling membantu, misalnya dengan mengelompokkan siswa yang tidak mampu dan mampu. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Jauhar Fuad mengatakan strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan yang memiliki latar belakang kemampuan, jenis kelamin, selera atau suku yang berbeda (Fuad, 2013). Menurut Kusen melalui strategi pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar akan memberikan motivasi kepada siswa dan pembelajaran yang bernuansa kooperatif dilakukan dalam bentuk kelompok dengan jumlah 4 sampai 6 siswa untuk bekerja sama (Kusen, 2016). Senada dengan hal tersebut, Dewi Agustriani Triani mengemukakan beberapa konsep dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Rumusan tujuan pembelajaran siswa harus jelas b. Penerimaan siswa terhadap tujuan pembelajaran secara keseluruhan c. Ketergantungan positif d. Interaksi terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok heterogen g. interaksi positif sikap dan perilaku sosial h. partisipasi i. kepuasan dalam belajar (Triani, 2016).
227 Dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran koperatif dalam PAK bertujuan untuk mengembangkan kualitas diri siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 4. Strategi pembelajaran langsung Penerapan pembelajaran langsung dalam PAK adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada guru, namun bukan berarti guru memberikan ceramah dari awal sampai akhir pelajaran, tetapi disini guru hanya memberikan informasi kepada siswa. Pemberian informasi dalam pembelajaran PAK yang dimaksud di sini, misalnya dari awal pembelajaran dimulai, guru menyampaikan topik diskusi yang akan dibahas, mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dan memberikan arahan kepada siswa untuk diskusi kelompok Septiana Sri Wisudawati, Pradnyo Wijayanti mengatakan strategi pengajaran langsung adalah strategi yang menitikberatkan pada metode ceramah, pertanyaan pengajaran, pengajaran eksplisit, latihan dan demonstrasi (Wisudawati & Wijayanti, 2020). Sependapat dengan ini, Abdul Hakim et al mengatakan Strategi pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang diarahkan guru untuk secara bertahap membangun informasi dan keterampilan (Hakim et al., 2016). Nurli Rosmi mengatakan bahwa ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran langsung ini yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan c. Membimbing siswa d. Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik siswa e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang telah mereka peroleh (Rosmi, 2017).
228 Dengan demikian dapat dipahami bahwa penerapan model pembelajaran langsung dalam PAK guru hanya berperan sebagai fasilitator, mediator dan motivator. Artinya selama proses pembelajaran PAK berlangsung siswa akan lebih aktif. 5. Strategi pembelajaran tidak langsung Penerapan strategi pembelajaran langsung dalam PAK sebagai suatu pendekatan yang berupaya menanamkan dasardasar berpikir ilmiah pada siswa, membiasakan siswa belajar lebih mandiri, mengarahkan siswa mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah. Oleh sebab itu, dalam menerapkan strategi ini guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: a. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran harus menyelidiki, menggambarkan dengan memberikan kesimpulan atau memberikan hipotesis. b. Dalam proses pembelajaran guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator c. Pembelajaran sepenuh berpusat pada siswa d. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa dengan memberikan apresiasi (Naeimi & Foo, 2015). Artinya, strategi pembelajaran tidak langsung ini adalah pendekatan yang sepenuhnya berpusat pada peserta didik. Metode ini berbentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, atau tugas kelompok mengajar dan kolaborasi siswa dengan pesan. Idris mengatakan Pembelajaran interaktif merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan guru hanya berperan dalam menggali pertanyaan dari siswa. Guru menyiapkan media interaktif dengan memberikan kesempatan untuk menulis, mengajukan pertanyaan dan memberikan umpan balik (Idris, 2019). Selaras dengan ini Elfa Sumiyati mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran interaktif siswa akan lebih aktif karena suasana pembelajaran mengarah pada fokus siswa sehingga mudah dalam memahami materi ajar karena didukung oleh beberapa media pembelajaran (Sumiyati, 2017). Dengan demikian dapat dipahami bahwa
229 penerapan model pembelajaran langsung dalam pembelajaran PAK, dalam proses belajar mengajar di kelas full learning akan berpusat pada siswa. Guru hanya mengarahkan dan mengontrol siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, guru PAK akan memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa dalam PAK untuk mengetahui apakah mereka sudah mencapai tujuan atau belum. 6. Strategi pembelajaran mandiri Penerapan strategi belajar mandiri dalam PAK bertujuan untuk membiasakan siswa agar siap memiliki sikap inisiatif dan tanpa bantuan siapapun yang memiliki keinginan untuk belajar. Abdul Majid mengatakan Strategi belajar mandiri adalah strategi belajar yang ditujukan untuk membangun dan mengembangkan inisiatif individu, kemandirian dan peningkatan diri (Abdul Majid, 2014). Sependapat dengan ini, Oishi mengatakan bahwa belajar mandiri adalah kesiapan siswa untuk belajar secara mandiri sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan dalam proses pembelajaran yang diperlukan untuk memperoleh hasil belajar yang baik dan maksimal (Oishi, 2020). Hotmaulina Sihotang et al mengatakan bahwa belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motivasi siswa untuk menguasai pembelajaran dan dapat menyelesaikan semua masalah dalam belajar (Sihotang et al., 2020). Strategi pembelajaran mandiri juga bertujuan untuk mengembangkan metakognisi siswa sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengontrol aspek memori, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis dan evaluasi (R. A. Putra et al., 2017). Manfaat belajar mandiri adalah siswa belajar sesuai dengan keinginan, harapan dan motivasinya sendiri. Artinya melalui pembelajaran mandiri siswa dapat meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, cara mengambil keputusan, inovatif dan percaya diri. Oishi, 2020 menjelaskan beberapa cara agar siswa belajar mandiri, yaitu:
230 a. Mendefinisikan kegiatan awal sebagai proses pembelajaran. b. Menciptakan lingkungan belajar yang positif. c. Mengembangkan rencana pembelajaran. d. Mengidentifikasi kegiatan pembelajaran yang tepat. e. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan pemantauan. f. Mengevaluasi hasil pembelajaran individu untuk mengidentifikasi kelemahan dan area yang perlu diperbaiki.
231 17 Kesimpulan erkembangan teknologi yang pesat dan perubahan gaya hidup dan pembelajaran generasi saat ini menuntut adanya perubahan dalam PAK di era digital. Hal ini menjadi respons yang sangat penting agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran PAK dapat memberikan sejumlah manfaat yang signifikan. Salah satunya adalah meningkatnya akses untuk lebih banyak orang, serta kesempatan belajar yang lebih fleksibel dalam hal waktu dan lokasi. Selain itu, materi yang disampaikan dapat menjadi lebih interaktif dan menarik bagi para pelajar. Dengan memanfaatkan platform online, aplikasi mobile, dan media sosial, gereja dan lembaga pendidikan dapat mencapai audiens yang lebih luas dan menyediakan bahan pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Meski demikian, pemanfaatan teknologi juga menimbulkan sejumlah masalah yang tidak dapat diabaikan. Sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat pendukung, bukan sebagai pengganti, interaksi langsung dan kehadiran P
232 dalam komunitas rohani yang sangat penting bagi perkembangan iman Kristen. Oleh sebab itu, PAK harus terus memegang teguh nilai-nilai utama seperti solidaritas, bantuan komunitas, dan pembinaan spiritual yang mendalam. Dengan keseimbangan antara teknologi digital dan metode tradisional, kita dapat mencapai perubahan yang efisien dan komprehensif. Selain itu, transformasi PAK sangatlah vital untuk menjamin mutu dan keakuratan konten yang tersedia melalui media digital. Di zaman di mana informasi melimpah, ada risiko penyebaran ajaran yang tidak sejalan dengan ajaran Kristen. Maka, gereja harus terlibat secara aktif dalam pengawasan, pengumpulan, dan penyediaan sumber daya digital yang dapat dipercaya dan bermutu. Metode ini akan mendukung pertahanaan keaslian ajaran Kristen sambil tetap memanfaatkan teknologi untuk memperkaya proses belajar mengajar. Kerja sama antara gereja, sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting dalam mengubah pendidikan agama Kristen di zaman digital. Dengan berkolaborasi, semua pihak dapat merancang program pendidikan yang sesuai dan menyeluruh, serta saling mendukung dalam penggunaan teknologi yang cerdas. Dengan pendekatan yang menyelaraskan dan bekerja sama, pendidikan agama Kristen dapat terus maju dan memperkuat siswa dalam pengalaman rohani yang signifikan dan berlangsung lama, untuk siap menghadapi tantangan dan peluang dalam era digital.
233 Daftar Pustaka Abidin, Z., Hudaya, A., & Andani, D. (2020). efektivitas pembelajaran jarak jauh pada masa pandemic Covid 19. Research and Development Journal Of Education, 1(1), 131–146. Abineno, J. L. C. (2012). Garis-garis Hukum Gereja. BPK-Gunung Mulia. Adam, S. (2012). Dampak Narkotika Pada Psikologi Dan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Health And Sport, 5(2), 1-8. Adeney-Risakotta, B. (2015). Mengelola Keberagaman di indonesia. PT. MIZAN PUSTAKA. Adewumi Moradeke Grace. (2012). Olojo oludare Jethro, Falemu Funke Aina, “Roles Of Parent On The Academic Performance Of Pupils In Elementary Schools. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 2, 1, 197. Adrianti, S. (2018). Peran Guru PAK Sebagai Fasilitator Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Literasi. Jurnal Fidei, 1(1), 232–249. Adriarto Kapu Ebda. (2017). Pola Asuh Otoriter Dalam Mendidik Anak Di Keluargadi Gks Kambajawa: Suatu Analisis Pendidikanagama Kristen Dan Psikologis. SHANAN Pendidikan Agama Kristen, 1(1), 107. Aji, R. (2016). Digitalisasi, ERA Tantangan Media. Islamic Communication Journal, Vol(No 1), 44. Akaranga, S. (2016). Determinants of Secondary School Learners Performance in Christian Religious Education in Lelan Sub County Kenya. Journal of Education and Practice, 7(5), 125–130. Akhmadi, A. (2019). Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia. Jurnal Diklat Keagamaan, 13(2), 45–55.
234 Al-Ayouby, M. H. (2017). Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini. (Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar Lampung. Alia, T. (2018). Pendampingan Orang Tua pada Anak Usia Dini dalam Penggunaan Teknologi Digital. A Journal Of Language, Literature, Culture, And Education Polyglot, 14(1), 65–78. Amalia, A., & Sa‟adah, N. (2020). Dampak Pandemic Covid 19 terhadap Kegiatan Belajar Mengajar di Indonesia. Jurnal Psikologi, 13(2), 214–225. Amalia, R., Hendriana, B., & Vinayastri, A. (2021). Pengembangan Media Komik Elektronik untuk Mengurangi Bullying pada Siswa Anak Usia Dini. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 2392– 2401. Amrillah, H. M. T., Rahmaningtyas, A., Hartati, M., & Agustin, G. (2020). Peran Orang Tua di Era Digital. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 23–36. Anamofa, J. N. (2013). Studying Christian Spirituality. Jurnal UNIERA, Vol 2(No 2), 147. Angranti, W. (2016). PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR SISWA (Studi Kasus di SMP Negeri 5 Tenggarong). Germbang Etam, 10(1), 28–37. Anoraga, P. (2010). Ekonomi Islam Kajian Makro dan Mikro. PT. Dwi Chandra Wacana. Anthony. (2012). Foundations Ministry AN Introduction to Christian Education For A New Generation. Gandum Mas. Antoni, H. S. (2012). Peendidikan Kristiani Kontekstual. BPK Gunung Mulia. Antony, M. J. (2017). Fondasi Pendidikan Abad 21. Gandum Mas. Anugrahana, A. (2020). Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring selama Masa Pandemic Covid 19 oleh Guru Sekolah
235 Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(2), 282–289. Anwas, O. M. (2014). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Alfabeta. Arifin, D., & Darmawan, P. A. (2021). Pemecahan masalah pada pembelajaran Melalui Kreativitas Guru Selama Masa Pandemi. SCA:Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 17(1), 55–63. Aritonang, J. S. (2018). Teologi-Teologi Kontemporer. BPK Gunung Mulia. Arjana, G. B. (2016). Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Raja Wali Pers. Arsyad, J. H. (2017). Korupsi dalam Perspektif HAN. Sinar Grafika. Asmoro, D. O. S., & Melaniani, S. (2016). Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 5(1), 80–87. Astuti, M. (2021). Analisis efektivitas penyelenggaraan pembelajaran daring di Sekolah Dasar pada masa pandemi Covid 19. Journal of Integrated Elemenary Education, 1(1), 41–49. Atsani. (2020). Transformasi Media Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid 19. Al-Hikmah, 1(1), 82–93. Ayomi, H. V. (2021). Gereja Dan Korupsi: Analisis Isi Khotbah (Content Analisys) Terkait Praktek Korupsi Di Papua. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 7(1), 197–216. B. Mansyah. (2017). Fenomena Berita Hoax Media Sosial (Facebook) Dalam Menghadapi Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta Tahun. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan, (Jakarta: Universitas Pasundan,. Badan Narkotika Nasional. (2019). Jadikan Narkoba Musuh Kita Bersama. BNN. Basar, A. M. (2021). Problematika Pembelajaran Jarak jauh pada masa pandemic Covid 19 (Studi kasus di SMPIT Nurul FajriCikarang Barat-Bekasi) Edunesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(1),
236 107–118. Basar, M. A. M. (2021). Problematika Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemic Covid 19 (Studi kasus di SMPIT Nurul FAJRI-Cikarang Barat, Bekasi Indonesia). Edunesia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(1), 208-218. Benget Rumahorbo. (2015). Pendayagunaan Ilmu Teknologi Komputer Ditinjau Dari Sudut Iman Kristen. Jurnal Methodika, 1(1), 22. Bertens, K. (1993). Etika. Gramedia. Bertens, K. (2011). ETIKA. PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet ke-11,. Bevans, S. B. (2011). Contextual Theology for the Twenty-First Century,. Wipf & Stock Publishers. BM, S. A. (2014). Konfik Sosial dalam Hubungan Antar Umat Beragama. Jurnal Dakwah Tabligh, 15(2), 189–208. BNN. (201 C.E.). Advokad Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Petugas Lapas dan Rutan, diaksesdari situs resmi BNN. BNN. Boiliu, F. M. (2018). Model Pendidikan yang Cocok dalam Masyarakat Majemuk di Indonesia: Pendidikan Agama yang Inklusif dan Pendidikan Agama yang Multikultural. Prosiding Seminar Nasional Universitas Kristen Indonesia Jakarta, 178–190. Boiliu, F. M. (2019). Model Pendidikan Agama Yang Cocok Dalam Masyarakat Majemuk di Indonesia: Pendidikan Agama Yang Inklusif dan Multikultural. UKI Press. Boiliu, F. M. (2020a). Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga Di Era Digital. Te Deum: Junal Teologi Dan Pengembangan Pelayanan, 10(1), 107–119. Boiliu, F. M. (2020b). Pendidikan Agama Kristen Yang Antipatif Dan Hoaks Di Era Digital: Tinjauan Literatur Review. Gema Wiralodra, 11(1), 166. Boiliu, F. M. (2020c). Peran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
237 Sebagai Upaya Mengatasi Penggunaan Gadget Yang Berlebihan Pada Anak Dalam Keluarga Di Era Disrupsi 4.0. REAL DIDACHE: Journal of Christian Education, 1(1), 25–38. Boiliu, F. M. (2021). Dialektika Pendidikan dan Agama di Era Kontemporer. Litera. Boiliu, F. M., Boiliu, N. I., & Intarti, E. R. (2019). Pendidikan Agama Kristen Antisipatif Radikalisme Dalam Beragama Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Agama Kristen Regula Fidei, Vol 4(No), 130. Boiliu, F. M., Harefa, D., S, D. L., Lahagu, A., & Sinaga, S. (2021). Kajian Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Pendidikan Agama Kristen. ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial Budaya, 10(2), 243–256. Boiliu, F. M., Harefa, D., Simanjuntak, H., Waruwu, S., & Simanjuntak, I. F. (2021). Model Pendidikan Agama Kristen Berwawasan Majemuk dalam Membina Sikap Toleransi Beragama di Indonesia. KHARISMATA: Jurnal Teologi Pentakosta, 4(1), 84– 97. Boiliu, F. M., Purba, B. M. M., S, D. L., Lahagu, A., & Harefa, D. (2022). Anticipatory Christian Education in the Family in Era 4.0. Atlantis Press Proceedings of the International Conference on Theology, Humanities, and Christian Education (ICONTHCE 2021), 1–5. Boiliu, F. M., Widjaja, F. I., & Sidabutar, D. L. (2021a). The Role of Christian Religious Education as a Strategy in Dating Radicalism of Religion in Indonesia. ADI International Conference, 2, 137–144. Boiliu, F. M., Widjaja, F. I., & Sidabutar, D. L. (2021b). The Role of Christian Religious Education as aStrategy in Dating Radicalism of Religion in Indonesia. ADI International Conference Series, 2, 137–144. Boiliu, F. M., & Zega, Y. K. (2023). Orangtua dan Guru sebagai Pengembang Misi Melalui Pendidikan Agama Kristen.
238 SHANAN Pendidikan Agama Kristen, 6(1), 71–88. Boiliu, N. I., & Samosir, C. M. (2019). Manusia Sebagai Makhluk Moral Dalam Perspektif Teologia Pendidikan Johann Heinrich Pestalozzi. JDP, Vol 12(NO 3), 187–197. Brownlee, M. (2005). Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan. BPK Gunung Mulia. Budiningsih, A. (2004). Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa Dan Budayanya. Rineka Cipta. Budiyana, H. (2011). Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen. Berita Hidup Seminary. Bunsaman, S. M., & Krisnani, H. (2020). peran orangtua dalam pencegahan dan penanganan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 221 – 228. Camerling, Y. F., Lauled, M. C., & Eunike, S. C. (2020). Gereja Bermisi Melalui Media Digital Di Era Revolusi Industri 4.0. Visio Dei Jurnal Teologi Kristen, 2(1), 1–22. Candra, P. A. (2013). Penggunaan Internet pada Anak-anak Sekolah Usia 6-12 Tahun di Surabaya. Journal Health and Medicine, 2(1), 1–10. Celia Deane Drummond. (2001). Teologi dan Ekologi. BPK-Gunung Mulia. Chalish. (2011). Strategi Pembelajaran berbasis kompetensi. Bumi Aksara. Chan, F., Pamela, I. S., Sinaga, Sari, I., Mesriani, & Rica Oktarina, M. J. (2019). Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Di Sekolah Dasar. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 6(2), 173–182. Chandra, R. I. (2006). Pendidikan Menuju Manusia Mandiri. Generasi Infomedia. Charles E. P feiffer and Everett F Harrison. (2001). The Wycliffe Bible Comentary (Tafsiran Alkitab Wycliffe. Gandum Mas.