Manajemen Risiko
Teori dan Implementasi
MANAJEMEN RISIKO BANK DAN PERUSAHAAN Teori dan Implementasi Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si. ISBN: 978-623-88884-2-9 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Januari 2024 xii+ 212, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v aya merasa terhormat untuk memperkenalkan buku ajar "Manajemen Risiko Bank dan Perusahaan: Teori dan Implementasi" kepada para mahasiswa, akademisi, dan praktisi yang berkecimpung di dunia manajemen dan keuangan. Buku ini dirancang tidak hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai panduan praktis dalam menghadapi dan mengelola risiko di sektor perbankan dan korporat. Sebagai akademisi dan praktisi kita memerlukan pemahaman yang mendalam tentang berbagai jenis risiko, teknik pengukuran, dan strategi mitigasi. Buku ini menyediakan kerangka kerja teoritis yang solid serta studi kasus dan aplikasi praktis yang relevan, memungkinkan pembaca untuk memahami konsepkonsep kompleks dengan cara yang lebih aplikatif dan kontekstual. Oleh karena itu, pemahaman tentang manajemen risiko tidak hanya penting bagi mereka yang bekerja di sektor keuangan, tetapi juga bagi siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan strategis di perusahaan. Saya berharap buku ini dapat menjadi referensi yang berharga dan alat bantu yang efektif untuk mengembangkan kemampuan analitis dan strategis Anda dalam manajemen risiko. S
vi Mari kita gunakan ilmu pengetahuan ini untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam dunia bisnis dan keuangan. Terima kasih dan selamat belajar. Jakarta, Januari 2024 Prof. Harries Mardiistriyanto, S.Hum. M.Si Kaprodi Magister Manajemen Universitas Mitra Bangsa
vii egala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi umat manusia. Buku ini, yang berjudul "Manajemen Risiko Bank dan Perusahaan: Teori dan Implementasi," merupakan suatu upaya untuk menggali lebih dalam dalam dunia manajemen risiko yang menjadi aspek krusial dalam menjalankan bisnis perbankan dan perusahaan pada umumnya. Seiring dengan dinamika perkembangan dunia usaha, pengelolaan risiko menjadi semakin penting, dan pemahaman yang mendalam terhadap teori dan implementasi manajemen risiko sangat diperlukan. Penulis merasa terhormat dapat menyajikan buku ini sebagai sumbangan dalam literatur manajemen risiko. Buku ini disusun dengan tujuan memberikan panduan komprehensif bagi para pembaca yang ingin memahami konsep dasar hingga implementasi nyata manajemen risiko dalam konteks perbankan dan perusahaan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini. Terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan inspirasi, bimbingan, dan S
viii dukungan, serta kepada tim redaksi yang telah membantu menyempurnakan isi buku ini. Harapannya, buku ini dapat memberikan kontribusi positif dan menjadi sumber rujukan yang bermanfaat bagi para pembaca, terutama mereka yang berkecimpung dalam dunia perbankan dan perusahaan. Semoga ilmu yang disajikan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai manajemen risiko, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menghadapi tantangan bisnis di era yang terus berkembang ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Wassalamu'alaikum wr. wb. Jakarta, Januari 2024 Penulis
ix Kata Pengantar ...................................................................... v Prakata<.<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<.vii Daftar Isi ............................................................................. ix Bab 1. Pengantar: Risiko dan Manajemen Risiko........................ 1 A. Learning Outcomes .........................................................1 B. Memahami Proses Bisnis .................................................2 C. Ketidakpastian Vs Risiko ................................................ 12 D. Risiko dan Pencapaian Kinerja Perusahaan...................... 17 E. Proses Manajemen Risiko............................................... 19 F. Studi Kasus dan Evaluasi ................................................ 22 Bab 2. Manajemen Risiko Perusahaan .................................... 24 A. Learning Outcome......................................................... 24 B. Identifikasi Risiko.......................................................... 25 C. Pengukuran Risiko ........................................................ 37 D. Pemetaan Risiko............................................................ 38 E. Mitigasi Risiko............................................................... 38
x F. Manajemen Risiko Bisnis UMKM ....................................41 G. Studi kasus dan Evaluasi.................................................49 Bab 3. Tingkat Kesehatan Bank.............................................. 52 A. Learning Outcomes........................................................52 B. Prinsip Umum...............................................................53 C. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ..................................56 D. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan............................58 E. Kerangka Laporan Tingkat Kesehatan .............................64 F. Studi kasus dan Evaluasi.................................................66 Bab 4. Manajemen Risiko Perbankan ..................................... 68 A. Learning Outcomes........................................................68 B. Konsep Dasar Manajemen Risiko Perbankan ...................70 C. Proses Bisnis Bank Konvensional dan Bank Syariah..........73 D. Risiko Inheren...............................................................81 E. Hubungan Risiko dan Permodalan Bank (Two Prong).......84 F. Mengelola Risiko Inheren...............................................86 G. Studi Kasus dan Evaluasi ................................................90 Bab 5. Risiko Kredit ............................................................. 92 A. Learning Outcomes........................................................92 B. Aktiva Produktif ............................................................93 C. Kualitas Kredit...............................................................95 D. Profil Risiko Kredit ........................................................97 E. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 107
xi Bab 6. Risiko Likuiditas ....................................................... 108 A. Learning Outcomes ..................................................... 108 B. Perhimpunan Dana Masyarakat.................................... 109 C. Parameter Likuiditas ................................................... 110 D. Profil Risiko Likuiditas................................................. 111 E. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 122 Bab 7. Risiko Operasional .................................................... 124 A. Learning Outcomes ..................................................... 124 B. Operasional Risk Bank ................................................. 125 C. Profil Risiko Operasional.............................................. 127 Bab 8. Risiko Pasar ............................................................. 131 A. Learning Outcomes ..................................................... 131 B. Pengertian Risiko Pasar................................................ 132 C. Profil Risiko Pasar ....................................................... 133 D. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 140 Bab 9. Risiko Hukum .......................................................... 142 A. Learning Outcomes ..................................................... 142 B. Pengertian Risiko Hukum ............................................ 143 C. Profil Risiko Hukum .................................................... 145 D. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 151 Bab 10. Risiko Kepatuhan .................................................... 153 A. Learning Outcomes ..................................................... 153 B. Pengertian Risiko Kepatuhan........................................ 154
xii C. Profil Risiko Kepatuhan................................................ 156 D. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 162 Bab 11. Risiko Strategi ......................................................... 164 A. Learning Outcomes...................................................... 164 B. Pengertian Risiko Strategi............................................. 165 C. Profil Risiko Strategi .................................................... 167 D. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 173 Bab 12. Risiko Imbal Hasil (Khusus Bank Syariah) .................. 175 A. Learning Outcomes...................................................... 175 B. Pengertian Risiko Imbal Hasil....................................... 176 C. Profil Risiko Imbal Hasil .............................................. 179 D. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 186 Bab 13. Risiko Investasi (Khusus Bank Syariah) ...................... 188 A. Learning Outcomes...................................................... 188 B. Pengertian Risiko Investasi........................................... 189 C. Profil Risiko Investasi................................................... 192 D. Studi Kasus dan Evaluasi .............................................. 200 Daftar Pustaka ................................................................... 202 Glosarium ......................................................................... 207 Indeks< ............................................................................ 209 Tentang Penulis ................................................................. 211
1 Bab ini bertujuan untuk memberikan fondasi yang kokoh bagi pemahaman konsep risiko dan peran krusial manajemen risiko dalam konteks bisnis. Melalui pemahaman proses bisnis, maka akan membuka wawasan kita terkait dengan bagaimana risiko dapat memengaruhi berbagai aspek operasional bisnis, yang pada akhirnya memberi dampak negatif kepada capaian kinerja suatu organisasi. Berbagai
2 kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi operasional perusahaan memaksa kita untuk lebih memahami suatu kondisi apakah itu merupakan tentang ketidakpastian atau kondisi itu merupakan risiko yang harus dimitigasi. Pemahaman mengenai ketidakpastian dan risiko akan membuka mata kita terhadap dinamika lingkungan bisnis yang selalu berfluktuasi. Selanjutnya, kita akan mengulas hubungan erat antara risiko dan pencapaian kinerja perusahaan, memberikan perspektif bagaimana manajemen risiko yang efektif dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan perusahaan dalam bahasa yang sesuai dengan pemahaman kita. Untuk menciptakan konseptual yang jelas, memberikan pemahaman tentang esensi dan cakupan disiplin ini, kita juga akan mempelajari tentang pengertian manajemen risiko di bab ini. Kemudian, dalam proses manajemen risiko, kita akan dipandu melalui langkah-langkah konkrit yang perlu diambil untuk mengelola risiko secara sistematis. Terakhir, melalui Studi Kasus dan Evaluasi, kita akan diajak untuk menerapkan pemahaman mereka dalam situasi nyata, memperkuat konsep-konsep yang telah dipelajari dan merangkum pentingnya manajemen risiko dalam konteks praktis yang relevan dengan kemampuan kita. Pemahaman terhadap proses bisnis memiliki peran sentral dalam kesuksesan seorang profesional di dunia korporat. Proses bisnis merujuk pada serangkaian aktivitas atau langkah-langkah terstruktur yang dijalankan dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini melibatkan transformasi input menjadi output dengan melibatkan berbagai elemen, seperti orang,
3 teknologi, informasi, dan sumber daya lainnya. Tujuan dari suatu proses bisnis dapat bervariasi, termasuk peningkatan efisiensi operasional, pengembangan produk atau layanan baru, peningkatan kualitas, atau mencapai target keuangan (Hasibuan, 2023). Secara sederhana proses bisnis menggambarkan sejumlah aktivitas yang merubah sejumlah input menjadi sejumlah output dalam bentuk barang & jasa kepada konsumen/orang lain sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Proses Bisnis Sederhana Proses bisnis adalah serangkaian langkah atau aktivitas terstruktur dalam organisasi yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Langkah-langkah ini dijalankan berurutan dan diorganisir dengan tujuan transformasi input menjadi output yang diinginkan. Berikut adalah definisi proses bisnis menurut beberapa ahli: 1. Michael Hammer dan James Champy Menurut konsep "Business Process Reengineering" oleh Hammer dan Champy, proses bisnis adalah suatu pendekatan
4 strategis untuk merancang, mengevaluasi, dan mengoptimalkan ulang proses bisnis dalam suatu organisasi. 2. Peter F. Drucker Drucker mendefinisikan proses bisnis sebagai "suatu rangkaian langkah-langkah yang mengubah input menjadi output dengan menambahkan nilai." 3. Tom Davenport Davenport, seorang pakar dalam bidang manajemen bisnis, menyatakan bahwa proses bisnis adalah "suatu rangkaian kegiatan yang diorganisir dengan tujuan menghasilkan suatu output yang bernilai bagi pelanggan." 4. W. Edwards Deming Ahli manajemen kualitas ini menggambarkan proses sebagai "suatu aktivitas yang menerima input dan menghasilkan output, dan jika dilakukan dengan baik, hasilnya dapat diramalkan." Setiap definisi ini menyoroti esensi proses bisnis sebagai suatu alur kerja yang memiliki tujuan transformasi, penciptaan nilai, dan pengaturan aktivitas untuk mencapai hasil yang diharapkan. Setiap organisasi dapat memiliki kombinasi unik dari tujuan ini, dan keberhasilan proses bisnis seringkali diukur dengan sejauh mana tujuan-tujuan ini tercapai. Dengan memahami variasi tujuan tersebut, organisasi dapat merancang dan mengelola proses bisnisnya agar lebih responsif dan relevan dalam mencapai keberhasilan jangka panjang.
5 Memahami proses bisnis dan tipe bisnis adalah langkah fundamental dan krusial dalam manajemen risiko suatu usaha. Ini tidak hanya membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko yang dihadapi tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih efisien, berinovasi, dan tetap kompetitif dalam pasar yang dinamis. Sumber risiko suatu usaha dapat dianalisis dari setiap fase proses bisnis pada satu siklus usaha. Dengan demikian untuk memahami risiko usaha diperlukan pemahaman atas proses bisnis, untuk melihat fase-fase kritis dari bisnis tersebut untuk kemudian segera dilakukan proses mitigasi risiko. Secara umum terdapat 4 tipe usaha berdasarkan proses bisnis, sebagaimana terlihat pada Gambar 2 Gambar 2. Tipe Bisnis Berdasarkan Proses Bisnis Risiko utama yang dihadapi oleh setiap usaha berbedabeda tergantung kepada jenis atau tipe bisnis. Setiap jenis bisnis harus mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko yang relevan dengan operasinya untuk meminimalisir dampak negatif terhadap kegiatan usahanya. Ini melibatkan strategi mitigasi risiko yang baik dan rencana kontinjensi untuk menghadapi ketidakpastian. 1. Manufakturing (Manufaktur/Pabrik) Bisnis manufacturing atau bisnis manufaktur adalah jenis usaha yang berfokus pada penggunaan mesin, alat, dan tenaga kerja untuk mengubah bahan mentah
6 menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Proses ini meliputi berbagai tahap, termasuk desain produk, pemilihan bahan, perencanaan produksi, pengolahan, perakitan, dan pengujian produk akhir. Kegiatan bisnis manufaktur dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kegiatan Proses Bisnis Manufaktur Kegiatan bisnis manufaktur bisa sangat beragam, tergantung pada jenis produk yang dihasilkan dan teknologi yang digunakan. Industri ini sangat penting dalam ekonomi karena menciptakan barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat dan industri lain, serta memberikan lapangan kerja yang luas. Contoh perusahaan manufaktur meliputi: a. Toyota Motor Corporation: Salah satu produsen mobil terbesar di dunia, yang memproduksi berbagai jenis kendaraan. b. General Electric: Perusahaan yang beroperasi di berbagai sektor, termasuk pembuatan peralatan kesehatan, mesin jet, dan energi. c. Nike, Inc.: Terkenal dengan produksi sepatu, pakaian, dan peralatan olahraga. d. Apple Inc.: Dikenal sebagai produsen elektronik, termasuk iPhone, iPad, dan komputer Mac.
7 e. Siemens AG: Perusahaan global yang berfokus pada bidang industri, energi, kesehatan, dan infrastruktur. Perusahaan-perusahaan ini menggunakan proses manufaktur yang canggih dan terus mengembangkan inovasi untuk meningkatkan efisiensi produksi, kualitas produk, dan memenuhi permintaan pasar yang terus berubah. Secara umum risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan manufaktur adalah terkait dengan risiko pada faktor produksi, yaitu terkait risiko 3 M + E (Money, Man & Metheod) + Enterpreneurship risk. 2. Trading (Perdagangan) Bisnis trading atau perdagangan adalah aktivitas membeli dan menjual barang atau jasa, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual. Bisnis ini bisa melibatkan berbagai jenis produk, mulai dari barang konsumsi sehari-hari atau dikenal sebagai consumer goods. Bisnis trading dalam cakupan lebih luas dikenal sebagai bisnis fast moving consumer good (FMCG). Trading tidak melibatkan proses produksi seperti di bisnis manufacturing, melainkan fokus pada distribusi barang atau jasa dari produsen ke konsumen atau antarpelaku bisnis lainnya. Kegiatan bisnis manufaktur dapat dilihat pada Gambar 4.
8 Gambar 4. Kegiatan Usaha Pedagangan Risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan perdagang biasanya menyangkut risiko pasokan barang dagangan, inventori/stok, risiko penjualan (marketing) dan risiko penagihan piutang. Ada dua jenis utama bisnis perdagangan: a. Perdagangan Grosir (Wholesale): Melibatkan penjualan barang dalam jumlah besar kepada pengecer atau pelaku usaha lainnya, bukan langsung kepada konsumen akhir. b. Perdagangan Eceran (Retail): Melibatkan penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir. Contoh perusahaan dalam bisnis trading meliputi: a. Alibaba Group: Platform perdagangan online yang memungkinkan produsen dan distributor untuk menjual barang langsung ke bisnis atau konsumen di seluruh dunia. b. Transmart: Salah satu jaringan ritel terbesar di Indonesia, menjual berbagai produk konsumsi dari berbagai produsen kepada konsumen akhir. c. Amazon.com, Inc.: Awalnya dimulai sebagai toko buku online, kini telah berkembang menjadi salah satu pengecer online terbesar, menjual berbagai produk dari elektronik hingga pakaian.
9 Perusahaan-perusahaan ini biasanya memiliki jaringan distribusi yang luas, dan seringkali menggunakan teknologi informasi untuk mengelola inventaris, pesanan, dan logistik untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas operasi perdagangan mereka. 3. Service (Jasa) Bisnis jasa adalah jenis usaha yang aktivitas utamanya adalah menyediakan layanan atau kinerja kerja, bukan produk fisik, kepada konsumen atau bisnis lainnya. Layanan ini bisa berupa pengetahuan, keahlian, tenaga kerja, atau fasilitas. Perbedaan utama antara bisnis jasa dan bisnis barang adalah tidak adanya inventaris fisik dan seringkali, layanan tersebut dikonsumsi pada saat yang sama saat mereka diproduksi. Bisnis jasa lebih fokus kepada aset yang bersifat intangible asset (aset tidak berwujud) atau yang dikenal dengan modal intelektual (intellectual capital). Kegiatan bisnis jasa atau layanan beserta risiko utama yang dihadapi bisnis jasa dapat dilihat pada Gambar 5 Gambar 5. Kegiatan Usaha Jasa
10 Contoh perusahaan berbasis service atau jasa antara lain: a. Perusahaan Konsultasi (konsultan manajemen), seperti McKinsey & Company, Deloitte, dll , Menyediakan layanan konsultasi manajemen, strategi, keuangan, dan teknologi kepada perusahaan lain. b. Perusahaan Teknologi Informasi (IBM, Accenture): Menyediakan layanan pengembangan perangkat lunak, manajemen data, dan konsultasi teknologi. c. Bisnis Pendidikan dan Pelatihan, seperti Universitas Indonesia, IPB University, Universitas Mitra Bangsa (UMIBA) Menawarkan layanan pendidikan tinggi, kursus online, dan pelatihan profesional. Dalam menghadapi risiko ini, bisnis jasa perlu melakukan manajemen risiko yang efektif, termasuk membangun reputasi yang kuat, investasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan, mematuhi regulasi, merespons dengan cepat terhadap perubahan permintaan, dan mengadopsi teknologi yang relevan. Ini akan membantu mereka untuk tidak hanya mengurangi risiko tetapi juga menciptakan keunggulan kompetitif di pasar. 4. Special Business Perusahaan kategori "special business" seperti pertambangan dan perkebunan adalah jenis usaha yang berkaitan erat dengan ekstraksi dan pengolahan sumber daya alam. Bisnis-bisnis ini memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari industri lain, termasuk kebutuhan akan akses ke sumber daya alam,
11 ketergantungan pada kondisi geografis dan lingkungan, serta skala operasi yang sering kali besar dan kompleks. Perusahaan kategori special business kadangkala mencakup seluruh kegiatan yang bersifat manufaktur, perdagangan dan jasa sekaligus. Perusahaan ini sangat tergantung kepada pengelolaan value chain. Kegiatan bisnis kategori special business dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kegiatan Usaha Kategori Special Business Perusahaan jenis ini memiliki kompleksitas risiko yang sangat tinggi dibandingkan dengan jenis bisnis lain. Mengingat risiko yang signifikan ini, perusahaan kategori special business seperti industri pertambangan dan perkebunan harus mengadopsi praktik manajemen risiko yang kuat. Ini termasuk investasi dalam teknologi ramah lingkungan, strategi relasi masyarakat dan pemerintah yang efektif, diversifikasi operasi untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber pendapatan, serta pemantauan dan adaptasi terhadap perubahan pasar dan regulasi secara aktif. Menjaga
12 hubungan baik dengan komunitas dan pemangku kepentingan serta mematuhi standar lingkungan dan sosial yang ketat menjadi kunci dalam operasi jangka panjang yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Istilah dan pengertian ketidakpastian dan risiko sering dicampuradukkan. Sebagian orang mengganggap keduanya memiliki pengertian yang sama dan sebagian lagi menganggap keduanya memiliki pengertian berbeda. Namun dalam ilmu manajemen risiko, istilah ketidakpastian dan risiko memiliki pengertian yang berbeda. Ketidakpastian mengacu kepada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko mengacu kepada kejadian risiko yang diperkirakan (expected risk). Dalam dunia bisnis, konsep ketidakpastian dan risiko memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan strategis. Ketidakpastian mengacu pada ketidaktahuan atau ketidakmampuan untuk memprediksi secara pasti apa yang akan terjadi di masa depan. Sementara itu, risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat berdampak negatif, dan risiko sering kali dapat diukur dan dinilai. Ketidakpastian dapat berasal dari berbagai faktor, termasuk perubahan pasar, perubahan regulasi, atau kejadian tak terduga lainnya. Di sisi lain, risiko adalah hasil dari ketidakpastian tersebut, di mana dampak dan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dianalisis. Pengelolaan risiko melibatkan identifikasi, evaluasi, dan pengendalian risiko-risiko yang mungkin terjadi.
13 Dalam konteks bisnis, pemahaman perbedaan antara ketidakpastian dan risiko penting untuk pengambilan keputusan yang bijak. Sementara ketidakpastian adalah realitas tidak dapat dihindari, pengelolaan risiko memberikan organisasi alat untuk menghadapi ketidakpastian tersebut dengan lebih terstruktur dan efektif. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap kedua konsep ini memungkinkan organisasi untuk merencanakan strategi yang adaptif dan responsif terhadap lingkungan bisnis yang selalu berubah (Spillane, 2021). 1. Ketidakpastian Uncertainty atau ketidakpastian sering diartikan sebagai keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian (event) dan setiap keadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Namun, secara kuantitatif kita tidak mengetahui tingkat kemungkinan terjadinya atau probabilitas kejadian. Dalam konteks manajemen risiko, "ketidakpastian" merujuk pada keadaan atau kondisi di mana hasil atau konsekuensi dari suatu kejadian, tindakan, atau keputusan tidak dapat diprediksi atau diukur dengan tepat. Ketidakpastian ini sering kali disebabkan oleh kurangnya informasi, perubahan yang cepat dan tidak terduga dalam lingkungan eksternal, atau kompleksitas dari situasi itu sendiri. Konsep ini sangat penting dalam manajemen risiko karena mempengaruhi bagaimana organisasi mengidentifikasi, menilai, dan merespons risiko. Berdasarkan uraian di atas, dalam konteks manajemen risiko kita dapat melihat perbedaaan antara
14 pengertian ketidakpastian dan risiko, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Risiko vs Ketidakpastian Berikut adalah beberapa contoh ketidakpastian: a. Perubahan Iklim: Perubahan iklim global menyebabkan ketidakpastian yang signifikan dalam berbagai sektor, termasuk pertanian, asuransi, dan manajemen sumber daya alam. Misalnya, pola cuaca yang tidak terduga seperti banjir, kekeringan, atau badai yang lebih sering atau lebih intens dapat secara dramatis mempengaruhi operasi bisnis, biaya, dan pendapatan. b. Perubahan Regulasi dan Kebijakan: Pemilihan umum, perubahan pemerintahan, atau peristiwa politik lainnya bisa menghasilkan perubahan kebijakan atau regulasi yang tidak terduga. Misalnya, perusahaan mungkin menghadapi ketidakpastian yang signifikan jika negara tempat mereka beroperasi tiba-tiba mengubah kebijakan perdagangan, perpajakan, atau lingkungan. c. Inovasi Teknologi: Kemajuan teknologi yang cepat sering kali menciptakan ketidakpastian. Misalnya, munculnya teknologi baru seperti kecerdasan buatan atau blockchain dapat mengubah lanskap
15 industri secara fundamental, menyebabkan ketidakpastian tentang strategi bisnis, model operasional, atau kebutuhan keterampilan tenaga kerja. d. Pandemi dan Wabah Penyakit: Kejadian seperti pandemi COVID-19 adalah contoh ketidakpastian yang ekstrem, di mana sebagian besar negara dan industri di seluruh dunia tidak dapat memprediksi dampak, durasi, atau konsekuensi ekonomi dan sosial yang tepat dari pandemi tersebut. e. Krisis Keuangan: Krisis keuangan global 2008 adalah contoh ketidakpastian yang menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan dan ekonomi. Ketidakpastian tentang stabilitas pasar, likuiditas, dan solvabilitas lembaga keuangan menciptakan lingkungan yang sangat sulit bagi pengambilan keputusan dan manajemen risiko. Dalam menghadapi ketidakpastian, organisasi sering kali harus mengembangkan strategi yang fleksibel dan adaptif, menginvestasikan dalam pengumpulan informasi dan analisis, serta membangun kapasitas untuk merespons dengan cepat dan efektif terhadap perubahan yang tidak terduga. Manajemen risiko yang efektif dalam kondisi ketidakpastian memerlukan pemahaman yang baik tentang lingkungan eksternal, pemantauan yang terus-menerus, dan kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dari pengalaman. 2. Risiko Setelah kita memahami pengertian ketidakpastian, dan bisa membedakan dengan pengertian risiko kita perdalam mengenai pengertian risiko. Pengertian dasar
16 risiko adalah terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Kita dapat menghitung tingkat ketidakpastian apabila bisa memperoleh informasi, data, metodologi berdasarkan kejadian empiris. Sehingga yang membedakan antara risiko dan ketidakpastian adalah adanya informasi dan data. Ketidakpastian hanya akan menjadi risiko manakala ketidakpastian itu mempengaruhi tujuan, sehingga ‛Risks are uncertainties that matter‛ (Hillson & MurrayWebster, 2007). Dengan demikian semua keadaan adalah ketidakpastian, namun tidak semua ketidakpastian itu adalah risiko. Contoh sederhana terkait pengertian risiko dan ketidakpastian dikaitkan dengan skenario usaha pada kondisi terjadi Pemilu tahun 2024, sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Risiko Usaha Menjelang Pemilu 2024 Berasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 2, kita sudah dapat mengidentifikasi tingkat risiko. Hal itu terjadi karena kita mendapatkan informasi untuk menghitung probabilitas kejadian masing-masing
17 kejadian sesuai skenario, maka ketidakpastian tersebur berubah menjadi risiko. Informasi dapat diperoleh memalui riset yang menggunakan berbagai metode, misalnya menggunakan data historis mengenai Pemilu dan perilaku masyarakat pemilih; atau dengan melakukan wawancara dan obeservasi, atau dengan melakukan benchmarking terhadap negara lain berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu, dan kemudian dilakukan penyesuaian untuk menghitung tingkat probabilitas untuk Indonesia. Dengan demikian risiko dapat didefinisikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitasnya atau ketidakpastian yang bisa dikuantifikasikan yang dapat menyebabkan kerugian. Hubungan antara risiko yang dihadapi perusahaan dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri sangat erat dan kompleks. Risiko secara inheren terkait dengan semua aspek operasional dan strategis perusahaan dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Risiko dan pencapaian kinerja perusahaan merupakan dua elemen yang saling terkait dalam dunia bisnis. Risiko, sebagai potensi terjadinya peristiwa yang dapat berdampak negatif, dapat memengaruhi kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Di sisi lain, pencapaian kinerja perusahaan dapat menjadi hasil dari seberapa baik risiko tersebut diidentifikasi, dielola, dan dimanfaatkan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang hubungan
18 antara risiko dan pencapaian kinerja perusahaan adalah kunci untuk mengambil keputusan strategis yang cerdas. Perusahaan yang mengelola risiko dengan baik mampu meminimalkan dampak negatif risiko dan sekaligus memanfaatkannya sebagai peluang. Pemahaman risiko yang baik memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi titik-titik kritis dalam operasinya yang dapat terpengaruh oleh ketidakpastian. Dengan mengelola risiko tersebut, perusahaan dapat menjaga stabilitas operasional dan menjauhkan diri dari potensi kerugian. Pencapaian kinerja perusahaan, di sisi lain, tidak hanya mencakup aspek finansial, tetapi juga melibatkan aspek operasional, reputasi, dan keberlanjutan. Risiko yang dielola dengan efektif dapat mendukung pencapaian kinerja yang optimal. Pemahaman terhadap risiko finansial, operasional, atau reputasi membantu perusahaan merancang strategi yang adaptif dan responsif terhadap dinamika pasar dan lingkungan bisnis. Dalam konteks risiko dan pencapaian kinerja perusahaan, penting untuk membangun budaya risiko yang kuat di seluruh organisasi. Ini melibatkan partisipasi aktif dari semua tingkatan dalam organisasi untuk secara proaktif mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko seiring dengan upaya mencapai tujuan strategis. Dengan demikian, integrasi pengelolaan risiko ke dalam praktik sehari-hari perusahaan menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan dan ketahanan dalam menghadapi ketidakpastian bisnis (Hasan et al., 2022). Mengelola risiko dengan efektif memungkinkan perusahaan untuk lebih percaya diri dalam mengejar tujuannya, dengan memastikan bahwa potensi hambatan
19 telah diidentifikasi dan diminimalisir dan bahwa perusahaan siap untuk merespons secara efektif terhadap perubahan yang tidak terduga. Di sisi lain, mengabaikan risiko bisa mengakibatkan kerugian yang signifikan atau bahkan kegagalan bisnis. Oleh karena itu, manajemen risiko harus diintegrasikan ke dalam perencanaan dan strategi perusahaan untuk memastikan kesuksesan jangka panjang. Proses manajemen risiko adalah serangkaian langkah yang sistematis dan terstruktur untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengelola, dan memantau risiko yang mungkin mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Proses ini melibatkan berbagai tahapan yang membantu organisasi dalam merespons dan mengelola ketidakpastian dengan lebih efektif. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam proses manajemen risiko, seperti telihat pada Gambar 7. Gambar 7. Proses Manajemen Risiko
20 1. Identifikasi Risiko Langkah awal dalam proses manajemen risiko adalah mengidentifikasi semua potensi risiko yang mungkin memengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Risiko dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk lingkungan eksternal, proses internal, atau bahkan faktor manusia. 2. Analisis/ Pengukuran Risiko Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk menilai probabilitas terjadinya dan dampaknya terhadap tujuan organisasi. Ini membantu menentukan risiko mana yang harus diprioritaskan dan dikelola dengan lebih intensif. Analisis risiko selain bertujuan untuk memahami sifat, sumber, dan potensi dampak dari setiap risiko terhadap operasi bank, juga memudahkan untuk melakukan pengukuran risiko, baik menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. 3. Mitigasi Risiko Dalam konsep manajemen risiko perbankan, "risk mitigation" merujuk pada proses dan tindakan yang diambil oleh bank untuk mengurangi, mengontrol, atau mengeliminasi dampak negatif dari risiko yang telah diidentifikasi. Ini adalah bagian penting dari strategi manajemen risiko yang bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan kerugian atau dampak negatif terhadap bank akibat berbagai risiko. Risk mitigation dalam perbankan sangat penting untuk menjaga stabilitas keuangan bank, melindungi
21 aset dan kepentingan stakeholder, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan standar industry. 4. Implementasi Tindakan Mitigasi Tindakan mitigasi yang dipilih kemudian diimplementasikan. Ini melibatkan perubahan dalam proses operasional, penerapan kontrol keamanan, atau penggunaan instrumen keuangan untuk mentransfer risiko. 5. Pemantauan dan Pengendalian Risiko Proses manajemen risiko melibatkan pemantauan dan pengendalian berkelanjutan terhadap risiko. Organisasi perlu memantau perubahan dalam lingkungan bisnis dan memastikan bahwa tindakan pengendalian risiko tetap efektif seiring waktu. Mengimplementasikan kontrol internal dan prosedur untuk mengurangi frekuensi dan dampak risiko. Ini bisa termasuk kebijakan dan prosedur operasional, teknologi keamanan, dan sistem pengawasan. 6. Pelaporan dan Komunikasi Penting untuk memiliki sistem pelaporan dan komunikasi yang efektif dalam proses manajemen risiko. Informasi mengenai risiko, tindakan mitigasi, dan perkembangan terkini harus dikomunikasikan secara tepat waktu kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal.
22 Perusahaan ABC, yang sebelumnya hanya beroperasi di pasar domestik, memutuskan untuk melakukan ekspansi pasar global guna meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan. Namun, tantangan risiko muncul seiring dengan ketidak-pastian pasar internasional, perubahan nilai mata uang, dan peraturan yang berbeda di setiap negara tujuan. Tantangan utama yang dihadapi mencakup risiko pasar, seperti fluktuasi nilai tukar dan perubahan kondisi pasar global; risiko operasional, melibatkan kesulitan dalam menyesuaikan rantai pasok global dan risiko gangguan operasional; serta risiko kepatuhan, yang terkait dengan perbedaan regulasi di setiap negara yang dapat mempengaruhi kepatuhan perusahaan. Untuk mengatasi risiko-risiko tersebut, perusahaan menerapkan strategi pengelolaan risiko yang terarah. Penggunaan instrumen keuangan, seperti hedging melalui kontrak mata uang, menjadi langkah penting dalam melindungi perusahaan dari fluktuasi nilai tukar. Selain itu, diversifikasi rantai pasok menjadi fokus untuk mengidentifikasi pemasok alternatif dan mengurangi risiko operasional. Pemahaman mendalam tentang regulasi setiap
23 negara dan pengembangan prosedur kepatuhan menjadi landasan untuk mengelola risiko kepatuhan. Dalam implementasi tindakan mitigasi, pelatihan karyawan menjadi kunci untuk memastikan pemahaman mereka terhadap perubahan dalam operasional dan kemampuan mengidentifikasi risiko potensial. Kemitraan lokal dengan perusahaan setempat juga menjadi strategi efektif untuk mendukung pemahaman kondisi pasar setempat. 1. Sebutkan dua risiko utama yang dihadapi oleh Perusahaan ABC selama ekspansi pasar global! 2. Jelaskan strategi pengelolaan risiko yang digunakan perusahaan untuk mengatasi risiko pasaran! 3. Bagaimana pelatihan karyawan dapat berkontribusi pada mitigasi risiko operasional? 4. Apa langkah-langkah pemantauan yang dapat diambil perusahaan untuk memastikan efektivitas strategi pengelolaan risiko? 5. Apa hasil yang dapat diukur dari ekspansi pasar global, dan apa pembelajaran yang dapat diambil oleh perusahaan dari pengalaman ini? 6. Bagaimana keterlibatan karyawan dapat meningkatkan efektivitas strategi manajemen risiko dalam konteks ekspansi global?
24 Dalam eksplorasi konsep Manajemen Risiko, mahasiswa akan melalui serangkaian tujuan pembelajaran yang mencakup berbagai aspek kritis. Pertama, dalam Identifikasi Risiko, kita akan mengembangkan keterampilan mengenali dan mengklasifikasikan potensi risiko yang dapat memengaruhi perusahaan. Kemudian, tahap Pengukuran Risiko akan membimbing kita dalam menilai dampak dan proba-
25 bilitas risiko, menggunakan alat dan teknik pengukuran risiko untuk mengidentifikasi risiko-risiko signifikan. Selanjutnya, dalam Pemetaan Risiko, kita akan memahami pentingnya menyusun pemetaan risiko yang mencakup semua elemen yang telah diidentifikasi. Proses ini membantu perusahaan memahami kompleksitas hubungan antar-risiko dan memetakan ketergantungan antara satu risiko dengan yang lain. Setelah pemetaan, fokus berpindah ke tahap Mitigasi Risiko, di mana kita akan merancang strategi pengelolaan risiko yang efektif. Tahapan berikutnya mencakup Pelaporan dan Komunikasi, dimana kita akan belajar cara menyajikan informasi risiko secara jelas dan efektif kepada pihak-pihak terkait. Dilanjutkan dengan Manajemen Risiko Bisnis UMKM yang akan memperkenalkan kita dengan strategi dan prinsip manajemen risiko yang dapat diadaptasi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Terakhir, kita akan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari melalui Studi Kasus dan Evaluasi. Melalui pendekatan ini, harapannya kita dapat menghubungkan teori manajemen risiko dengan situasi praktis, membangun pemahaman mendalam, dan mengasah keterampilan dalam penilaian risiko bisnis. Identifikasi risiko merupakan langkah awal dalam proses manajemen risiko. Identifikasi risiko perusahaan adalah proses mengenali dan memahami potensi peristiwa atau kondisi yang dapat mempengaruhi tujuan, operasi, dan hasil perusahaan. Proses ini bertujuan untuk memahami dan mengenali potensi ancaman serta peluang yang dapat mempengaruhi berbagai aspek operasional dan strategis perusahaan. Dengan mengeksplorasi lingkungan eksternal,
26 internal, dan variabel-variabel seperti kondisi pasar, regulasi, dan perubahan teknologi, perusahaan dapat melindungi dirinya dari ancaman yang mungkin mengganggu operasi atau menyebabkan kerugian finansial. Identifikasi risiko juga memberikan wawasan yang mendalam kepada manajemen, memungkinkan pengambilan keputusan strategis yang lebih baik dengan mempertimbangkan potensi dampak dan peluang yang terkait dengan setiap keputusan. Selain itu, proses ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola sumber daya dengan lebih efisien, mengoptimalkan peluang bisnis, dan meningkatkan ketahanan operasional dan finansial. Selaras dengan itu, pemahaman risiko membantu perusahaan menjaga kepatuhan terhadap hukum dan regulasi, serta memitigasi risiko reputasi yang dapat memengaruhi hubungan dengan pemangku kepentingan (Faisal et al., 2021). Dengan melakukan langkah-langkah ini, perusahaan dapat memahami dan mengidentifikasi risiko-risiko potensial yang dapat mempengaruhi kesuksesan dan kinerja perusahaan, serta selanjutnya dapat merancang strategi pengelolaan risiko yang efektif. Proses identifikasi risiko dalam manajemen risiko perusahaan adalah hal yang paling krusial dan merupakan critical point, karena menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam proses manajemen risiko selanjutnya. Dengan melakukan identifikasi risiko yang tepat, perusahaan dapat mitigasi risiko yang tepat pula. Sebagaimana telah disampaikan pada Bab I mengenai hubungan antara risiko dan jenis usaha, bahwa memahami proses bisnis dan tipe bisnis sebagai sumber utama risiko adalah langkah fundamental dan krusial dalam manajemen
27 risiko suatu usaha. Memahami seluruh proses bisnis tidak hanya membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko yang dihadapi tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih efisien, berinovasi, dan tetap kompetitif dalam pasar yang dinamis. Cara paling mudah untuk mengidentikasi risiko usaha adalah dengan memahami siklus usaha melalui asset convertion cycle (ACC) atau siklus konversi aset, yang biasa juga disebut cash covertion cycle (CCC). Prinsip konsep ACC atau CCC sangat sederhana, yang menggambarkan bagaimana suatu usaha itu berjalan sejak awal sampai dengan modal yang digunakan dalam bentuk cash akan menjadi cash kembali dalam satu sikus usaha. Siklus konversi aset dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Siklus Konversi Aset Siklus konversi aset pada Gambar 8 memperlihat siklus konversi aset perusahaan industri/manufaktur. Proses konversi cash/asset diawali dengan penggunaan cash sebagai
28 modal, baik modal sendiri ataupun modal pinjaman dari bank yang digunakan investasi pembangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatan pendukung lainnya. Proses konversi aset tahap kedua diawali untuk pembelian bahan baku (raw material), untuk kemudian akan diproses di pabrik dengan menggunakan mesin-mesin yang sudah ditentukan. Proses konversi aset akan berlanjut melalui proses bahan baku, menjadi barang setengah jadi (on going process) pada tahap ketiga dan selanjut akan diproses menjadi bahan jadi (finished good) pada tahap keempat. Sampai dengan tahap keempat pada proses konversi aset dari perusahaan manufaktur, aset perusahaan yang awalnya berbentuk cash sudah berubah menjadi barang jadi yang siap untuk dijual (finished good). Tahap akhir proses konversi aset perusahaan manufaktur adalah menjual barang jadi ke konsumen. Namun harus diingat bahwa penjualan barang jadi dapat dilakukan secara tunai atau tidak tunai dengan menggunakan credit term yang disepakati. Manakala penjualan dilakukan secara tunai, maka selesailah proses konversi aset dari cash menjadi cash kembali (cash to cash cycle). Dan bila pembayaran penjualan barang dilakukan dengan credit term, satu siklus usaha baru dianggap sempurna bila pembayaran dari konsumen telah diterima oleh perusahaan. Titik kritis yang menjadi risiko utama dari perusahaan manufaktur dapat diidentifikasi pada setiap fase konversi, mulai dari konversi tahap awal pembangunan pabrik dan pembelian pembelian bahan baku, sampai dengan tahap akhir dari proses konversi aset yaitu proses konversi melalui tagihan piutang sebagai sumber cash perusahaan. Risiko penagihan piutang dikenal sebagai collection risk.
29 Proses konversi aset pada perusahaan perdagangan (trading company) memiliki perbedaan mendasar dengan proses konversi aset perusahaan manufaktur. Perbedaan mendasar tersebut adalah tidak adanya proses konversi aset melalui proses produksi yang merubah bahan baku (raw material) menjadi barang jadi (finished good). Proses konversi aset perusahaan perdagang dapat dilihat pada Gambar 9. Sebagaimana dengan perusahaan manufaktur, titik kritis yang menjadi risiko utama dari perusahaan perdagangan dapat diidentifikasi pada setiap fase konversi, mulai dari konversi tahap awal pembelian barang jadi -baik secara tunai atau pun hutang- sampai dengan tahap akhir dari proses konversi aset yaitu proses konversi hasil penjualan dengan credit term menjadi cash kembali. Gambar 9. Proses Konversi Aset Usaha Perdagangan
30 Sebagaimana sudah dijelaskan titik kritis yang menjadi risiko utama suatu usaha dapat diidentifikasi pada setiap fase konversi, baik bagi perusahaan manufaktur maupun perusahaan perdagangan. Secara umum terdapat minimal lima risiko utama yang menjadi perhatian untuk mengidentifikasi risiko perusahaan, sebagaimana terlihat pada Gambar 10. Gambar 10. Risiko Perusahaan Berdasarkan ACC Lima risiko utama yang dapat menggagalkan konversi aset pada suatu perusahaan adalah: 1. Supply risk 2. Production risk 3. Demand risk 4. Collection risk, dan 5. Business risk
31 1. Supply risk Risiko pasokan bahan baku pada perusahaan manufaktur, atau juga risiko pasokan barang jadi pada perusahaan perdagangan, meliputi 4 (empat) aspek yaitu: (i) aspek supplier; (ii) aspek bahan baku; (iii) aspek kontinuitas bahan baku; dan (iv) aspek sifat bahan baku. Supply risk terkait aspek supplier, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Siapa supplier utama bahan baku? b. Berapa jumlah supplier? Apakah supplier tunggal? c. Jika supplier utama keluar, apakah ada supplier pengganti yang dapat memberikan bahan baku dengan harga dan kualiatas yang sama? d. Sanggupkah supplier mengirim bahan baku? e. Kejadian-kejadian apa saja yang dapat menggagalkan pengiriman bahan baku? Supply risk terkait aspek bahan baku, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Faktor apa saja yang memengaruhi harga bahan baku? b. Bagaimana situasi harga dimasa yang akan datang? c. Adakah bahan baku pengganti (subtitusi)? d. Adakah pengaruh bahan baku pengganti terhadap biaya produksi, kualitas produksi dan permintaan produk akhir? Supply risk terkait aspek continuity, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Adakah kejadian-kejadian potensional yang dapat menggagalkan supplier mendapatkan bahan baku?
32 b. Apakah supplier dapat menjamin pengiriman bahan baku bila terjadi pemogokan buruh, terputusnya jalur transportasi, ataupun adanya perubahan peraturan dan kebijakan. Supply risk terkait aspek sifat bahan baku, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Bagaimana karakteristik bahan baku, mudah rusak (perishable) atau non-persihable? b. Apakah bahan baku memiliki perlakuan khusus untuk penyimpanannya? 2. Production Risk Risiko produksi hanya ada pada perusahaan manufaktur, meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: (i) Hubungan buruh; (ii) Kualitas pabrik, mesin dan peralatan; dan (iii) Kemampuan manajemen Production risk terkait aspek hubungan buruh/karyawan, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Bila perusahaan bersifat labour intensive, risiko apa yang terjadi bila buruh yang diperlukan tidak tersedia? b. Adakah kemungkinan terjadi pemogokan? c. Adakah buruh dengan status kontrak yang akan jatuh tempo? d. Bagaimana pengalaman perusahaan berkaitan dengan masalah perburuhan?
33 Production risk terkait aspek kualitas pabrik, mesin dan peralatan, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Bagaimana tehnologi yang digunakan oleh pabrik, usang atau modern? b. Bagaimana kondisi umum pabrik dan tata letak mesin-mesin? c. Bagaimana dengan pemeliharaan mesin dan peralatan? d. Sumber energi utama apa yang digunakan oleh pabrik? e. Bagaimana dengan tata kelola lingkungan yang dilakukan? Production risk terkait aspek kemampuan manajemen, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Bagaimana track record dan pengalaman manajemen dalam mengelola pabrik? b. Bagaimana efisiensi yang telah dilakukan dalam proses produksi? c. Bagaimana manajemen mengatasi problem dan perubahan industri? d. Berapa lama manajemen bekerja di perusahaan, berapa umur key person? 3. Demand Risk Risiko permintaan terdapat baik pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan perdagangan. Deman risk, meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: (i) aspek sales & marketing; (ii) aspek produk; (iii) aspek buyer; dan (iv) aspek persaingan (competitor).
34 Demand risk terkait aspek sales and marketing, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Apakah perusahaan memiliki competitive advantage atau sebaliknya? b. Apakah Perusahaan memiliki niche market? c. Sistem penjualan Perusahaan melalui sistem distributor atau independent wholesalers? d. Apakah strategi penjualan perusahaan memiliki slaes force atau agen? e. Apakah proses pemasaran sudah menggunakan digital marketing? Demand risk terkait aspek product, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Apa jenis produk yang dijual perusahaan? Barang primer atau barang mewah? b. Apakah barang yang dijual ada penaruh fashion atau trend terkait tehnologi? c. Bagaimana life cycle produk, apakah produk bersifat cyclical dan apakah masih bertumbuh atau sudah menurun? d. Bagaiman strategi promosi produk? Menggunakan garansi atau tidak? Demand risk terkait aspek buyer, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Siapa target market perusahaan? b. Apakah konsumen membeli langsung atau distributor? c. Dimana area geografi paling besar dari pembeli? d. Adakah kejadian potensial yang dapat memengaruhi kemampuan perusahaan menjual produk?
35 Demand risk terkait aspek competeitor, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Siapa pesaing utama perusahaan? b. Bagaimana posisi pesaing, apakah follower atau market leader? c. Berapa pangsa pasar (market share) Perusahaan dibandingkan pesaing di industri sejenis? d. Bisakah kompetitor menggantikan perusahaan dalam pasar? 4. Collection Risk Risiko penagihan dapat terjadi pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan perdagangan yang memberikan credit term pembayaran bagi konsumen nya. Collection, meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: (i) Kriteria konsumen; (ii) Pola pembayaran; dan (iii) Pencadangan tagihan macet. Collection risk terkait aspek kriteria konsumen, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Siapa konsumen utama, berapa banyak? b. Adakah konsentrasi piutang pada beberapa perusahaan atau satu lokasi geografi? c. Bagaimana kualitas piutangnya? d. Sudah berapa lama menjadi konsumen perusahaan? e. Apakah konsumen mempunyai sejarah pembayaran buruk? Collection risk terkait aspek pola pembayaran, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Bagaimana kebijakan yang dipakai perusahaan dalam pemberian pembayaran secara kredit?
36 b. Apakah perusahaan memiliki kriteria khusus konsumen yang diberi pembayaran secara kredit? c. Apakah perusahaan memiliki aging schedule terkait proses penagihan? Collection risk terkait aspek pencadangan macet, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Bagaimana kebijakan perusahaan bila pembayaran macet? b. Apakah perusahaan memiliki ketentuan pencadangan tagihan macet? c. Berapa sering cadangan macet digunakan dan setelah periode mana terjadi tunggakan? d. Berapa besar limit pencadangan yang dibentuk perusahaan? e. Berapa banyak konsumen yang diberikan hapus buku? f. Bagiamana strategi penagihan kepada nasabah yang macet? 5. Business Risk Risiko bisnis atau risiko kondisi makro ekonomi dapat terjadi pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan perdagangan. Business risk, meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: (i) hard competition; (ii) Product life cycle; dan (iii) Low economic growth. Business risk terkait aspek hard competition, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Apakah ada model bisnis baru yang menyebabkan persaingan semakin ketat? b. Apakah pesaing merubah strategi pemasaran dan promosi?
37 c. Apakah mulai bermunculan pesaing-pesaing baru? Business risk terkait aspek product life cycle, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Apakah Perusahaan melakukan riset terkait siklus produk yang dijual? b. Apakah produk masuk kategori sedang berkembang atau sudah menurun? c. Apakah ada rencana perbaikan produk untuk membuat siklus produk baru? d. Apakah siklus penjualan sedang menaik atau menurun? Business risk terkait aspek low economic growth, memiliki titik kritis risiko terkait dengan hal: a. Bagaimana kondisi ekonomi makro negara saat ini? b. Apakah kondisi inflasi naik atau menurun? c. Bagaimana kondisi daya beli konsumen, menurun atau menarik? d. Apakah sedang terjadi perubahan kondisi politik (pemilu, pilpres, dll)? Pengukuran risiko merupakan tahapan penting dalam manajemen risiko yang bertujuan untuk menilai sejauh mana dampak dan kemungkinan terjadinya risiko tertentu. Proses pengukuran risiko membantu organisasi dalam mengidentifikasi risiko yang paling signifikan dan merancang strategi pengelolaan yang tepat. Beberapa langkah dalam pengukuran risiko melibatkan evaluasi dan kuantifikasi risiko yang telah diidentifikasi (Naseem et al., 2020).
38 Pemetaan risiko adalah sebuah tahapan penting dalam manajemen risiko yang memberikan fondasi visual jelas dalam menggambarkan dan menganalisis risiko-risiko yang mungkin mempengaruhi keberhasilan suatu proyek, organisasi, atau kegiatan. Proses ini dimulai dengan identifikasi risiko utama dan penentuan faktor-faktor pengaruh yang dapat memengaruhi munculnya risiko. Metode pemetaan yang digunakan, seperti matriks risiko atau diagram pohon risiko, dipilih berdasarkan kompleksitas dan kebutuhan kontekstual. Melalui pemetaan probabilitas dan dampak, peta risiko menggambarkan tingkat risiko dengan warna atau kode tertentu, memudahkan pemangku kepentingan dalam mengidentifikasi risiko yang paling signifikan. Selain itu, pemetaan juga menyoroti hubungan antar-risiko, memperlihatkan bagaimana satu risiko dapat mempengaruhi atau memperkuat risiko lainnya. Pemetaan risiko yang disesuaikan dengan siklus hidup proyek atau organisasi memberikan konteks temporal yang berharga. Penting untuk secara berkala memutakhirkan pemetaan risiko guna menjaga relevansi dan ketepatan analisis risiko seiring perkembangan proyek atau perubahan dalam lingkungan bisnis. Melalui pemetaan risiko, organisasi dapat mengoptimalkan pemahaman risiko, mendukung pengambilan keputusan yang terinformasi, dan merancang strategi pengelolaan risiko yang efektif (Abbas et al., 2021). Mitigasi risiko adalah tahap kritis dalam manajemen risiko yang bertujuan untuk mengurangi atau mengendalikan dampak negatif dari risiko dan meningkatkan kemungkinan kesuksesan proyek, organisasi, atau kegiatan. Proses mitigasi