The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Manajemen risiko, baik di sektor perbankan maupun perusahaan, merupakan pendekatan terstruktur yang esensial dalam mengidentifikasi, mengukur, mengelola, dan memonitor risiko yang mungkin dihadapi. Teori manajemen risiko mencakup langkah-langkah seperti

identifikasi risiko, penilaian risiko berdasarkan dampak dan probabilitas, pengembangan strategi pengelolaan risiko, serta implementasi langkah-langkah pengendalian. Dalam konteks bank, risiko dapat berasal dari aspek pasar, kredit, dan likuiditas, sementara perusahaan mungkin menghadapi risiko operasional, reputasi, dan keuangan. Penerapan manajemen risiko membantu organisasi memitigasi risiko, meningkatkan daya tahan mereka terhadap ketidakpastian, dan mencapai tujuan dengan lebih efisien.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-01-26 11:56:58

Manajemen Risiko Bank DAN Perusahaan

Manajemen risiko, baik di sektor perbankan maupun perusahaan, merupakan pendekatan terstruktur yang esensial dalam mengidentifikasi, mengukur, mengelola, dan memonitor risiko yang mungkin dihadapi. Teori manajemen risiko mencakup langkah-langkah seperti

identifikasi risiko, penilaian risiko berdasarkan dampak dan probabilitas, pengembangan strategi pengelolaan risiko, serta implementasi langkah-langkah pengendalian. Dalam konteks bank, risiko dapat berasal dari aspek pasar, kredit, dan likuiditas, sementara perusahaan mungkin menghadapi risiko operasional, reputasi, dan keuangan. Penerapan manajemen risiko membantu organisasi memitigasi risiko, meningkatkan daya tahan mereka terhadap ketidakpastian, dan mencapai tujuan dengan lebih efisien.

139 dilaporkan secara harian kepada pihak yang berkepentingan sebagaimana diatur dalam kebijakan internal Bank. b. Untuk pemantauan Risiko suku bunga pada banking book, laporan pemantauan Risiko IRRBB yang digunakan paling sedikit mencakup asumsi penting yang digunakan seperti perilaku non maturity deposit dan informasi prepayment maupun datadata ekonomi. 4. Mengkomunikasikan Risiko Pasar Mengkomunikasikan profil risiko pasar kepada pihak-pihak terkait, termasuk manajemen eksekutif, dewan direksi, dan pemangku kepentingan lainnya. Transparansi dalam profil risiko membantu dalam pengambilan keputusan yang informasional dan berbasis fakta.


140 Bank Sentosa, sebuah lembaga keuangan yang memiliki portofolio investasi yang signifikan, menghadapi risiko pasar yang meningkat akibat fluktuasi harga aset, suku bunga, dan nilai tukar mata uang. Bank ini memiliki beragam instrumen keuangan, termasuk obligasi, saham, dan portofolio mata uang asing. Meningkatnya ketidakpastian di pasar global memicu kekhawatiran tentang potensi dampak negatif terhadap kesehatan finansial bank. 1. Bagaimana fluktuasi harga, suku bunga, dan nilai tukar dapat mempengaruhi nilai portofolio Bank Sentosa? 2. Apa saja parameter dari Matriks Indikator Penilaian Risiko Pasar yang paling relevan untuk digunakan dalam kasus ini, dan bagaimana hasil pengukuran risiko dapat diinterpretasikan? 3. Berdasarkan hasil stres testing, sejauh mana Bank Sentosa dapat bertahan dalam kondisi pasar yang ekstrim? 4. Apa strategi manajemen risiko yang direkomendasikan untuk mengurangi eksposur terhadap risiko


141 pasar? Bagaimana strategi tersebut dapat diimplementasikan? 5. Bagaimana laporan risiko pasar yang efektif dapat memberikan wawasan kepada manajemen dan dewan direksi Bank Sentosa? Apa elemen kunci yang harus disertakan dalam laporan tersebut?


142 Bab Risiko Hukum bertujuan untuk mencapai sejumlah Learning Outcomes yang kritis dalam pemahaman dan aplikasi konsep risiko hukum. Pertama, kita diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang konsep Risiko Hukum, mampu menjelaskan secara jelas potensi konsekuensi hukum yang mungkin dihadapi oleh organisasi. Selanjutnya, kita diharapkan memiliki keterampilan Manajemen Risiko Hukum, termasuk kemampuan merancang


143 strategi manajemen risiko yang efektif untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko hukum dengan tepat. Kemudian, sub bab Profil Risiko Hukum memungkinkan kita untuk menganalisis karakteristik dan tingkat risiko yang mungkin dihadapi organisasi dalam domain hukum. Terakhir, dengan memahami dan menggunakan Matriks Indikator Penilaian Risiko Hukum, kita diharapkan dapat mengukur dan memantau risiko hukum organisasi melalui parameter-parameter kritis. Secara keseluruhan melalui bahasan ini, kita akan memiliki dasar yang kuat dalam manajemen risiko hukum yang dapat diterapkan dalam konteks organisasi modern. Risiko Hukum adalah potensi terjadinya konsekuensi negatif akibat ketidaksesuaian atau pelanggaran terhadap peraturan, norma, dan hukum yang berlaku. Menurut para ahli, risiko hukum dapat diartikan sebagai kemungkinan timbulnya sanksi hukum, tuntutan hukum, atau kerugian finansial yang dapat dikenakan pada suatu entitas karena pelanggaran terhadap peraturan hukum. Menurut Henry Peter Brougham, seorang politikus dan filsuf hukum, risiko hukum adalah ketidakpastian yang melekat dalam segala urusan manusia; setiap tindakan yang diambil manusia membawa risiko tertentu, dan dalam masalah hukum, risiko ini melibatkan ketidakpastian hasil dari sebuah kasus. Sementara itu, para ahli manajemen risiko, seperti James Lam, mendefinisikan risiko hukum sebagai "kemungkinan terjadinya tuntutan hukum atau perubahan dalam lingkungan hukum yang dapat berdampak pada tujuan dan


144 operasi organisasi." Ini menekankan pentingnya memahami bahwa risiko hukum tidak hanya terbatas pada potensi pelanggaran hukum, tetapi juga mencakup perubahan dalam regulasi atau interpretasi hukum yang dapat memengaruhi entitas. Secara umum, pengertian risiko hukum mencakup dua dimensi: kemungkinan adanya pelanggaran hukum yang dapat mengakibatkan konsekuensi negatif, dan ketidakpastian terkait perubahan dalam lingkungan hukum yang dapat memengaruhi keberlanjutan dan kesuksesan organisasi. Risiko hukum adalah jenis risiko yang dapat timbul sehubungan dengan ketidak pastian yang ditimbulkan akibat suatu tindakan hukum dan penggunaan atau intepretasi dari suatu atau berbagai pembuatan kontrak, peraturan maupun perundangan yang berlaku. Sedangkan berdasarkan Surat Edaran OJK Nomor 34/SEOJK 03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko Hukum timbul antara lain karena: 1. Tuntutan hukum atau litigasi; 2. Kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna; 3. Ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung; Mencakup juga kemungkinan adanya risiko hukum yang ditimbulkan oleh produk atau aktivitas baru serta kesesuaian dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Hukum adalah untuk memastikan bahwa proses Manajemen Risiko


145 dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari kelemahan aspek yuridis, ketiadaan dan/atau perubahan peraturan perundang-undangan, dan proses litigasi. Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Hukum diterapkan baik bagi Bank secara individu maupun bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Hukum disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha bank. Profil Risiko Hukum mencerminkan karakteristik dan tingkat risiko yang mungkin dihadapi oleh suatu organisasi sebagai akibat dari ketidaksesuaian atau pelanggaran terhadap peraturan hukum. Profil ini memberikan pandangan mendalam tentang jenis-jenis risiko hukum yang mungkin timbul dan sejauh mana entitas terpapar terhadap potensi konsekuensi hukum. 1. Identifikasi Jenis Risiko Pelaksanaan identifikasi untuk Risiko Hukum mengacu pada cakupan penerapan secara umum serta ditambahkan penerapannya sebagai berikut: a. Pelaksanaan identifikasi Risiko Hukum secara berkala b. Tersedianya metode atau sistem untuk melakukan identifikasi Risiko Hukum pada seluruh produk dan aktivitas bisnis Bank c. Proses identifikasi Risiko Hukum dilakukan dengan menganalisis seluruh sumber Risiko Hukum yang paling sedikit dilakukan terhadap Risiko Hukum dari produk dan aktivitas Bank serta memastikan bahwa Risiko Hukum dari produk dan aktivitas baru telah


146 melalui proses Manajemen Risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan. d. Bank harus mencatat dan menatausahakan setiap kejadian yang terkait dengan Risiko Hukum termasuk jumlah potensi kerugian dalam suatu administrasi data. Pencatatan dan penatausahaan data tersebut disusun dalam suatu data stastistik yang dapat digunakan untuk memproyeksikan potensi kerugian pada suatu periode dan aktivitas tertentu Bank. Mendeskripsikan secara rinci jenisjenis risiko hukum yang mungkin dihadapi oleh organisasi, termasuk pelanggaran kontrak, perubahan regulasi, dan potensi tuntutan hukum dari pihak ketiga. Risiko Hukum dapat bersumber antara lain : a. Kelemahan aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh Bank, b. Ketiadaan dan/atau perubahan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan suatu transaksi yang telah dilakukan Bank menjadi tidak sesuai dengan ketentuan, c. Proses litigasi baik yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap Bank maupun Bank terhadap pihak ketiga. Ketiga sumber risiko hukum diatas ini harus dianalisis pada seluruh produk dan aktivitas bank terhadap pihak ketiga agar tidak menimbulkan risiko hukum. Sesuai SEOJK No.14 /SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dalam menilai risiko inheren atas risiko hukum parameter yang digunakan digunakan adalah (lihat Gambar 23) : (1)


147 Faktor Litigasi; (ii) Faktor Kelemahan Perikatan; dan (iii) Faktor Ketiadaan atau Perubahan Peraturan PerundangUndangan Gambar 23. Parameter Risiko Inheren Hukum 2. Mengukur Risiko Hukum Dalam melakukan pengukuran risiko hukum, Bank wajib memperhatikan metode pengukuran untuk risiko hukum yang memadai dan terintegrasi dengan kerangka manajemen risiko Bank, baik dengan menggunakan pendekatan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penetapan metode pengukuran risiko hukum dipilih sesuai dengan strategi bisnis bank. Bank dapat memilih metode pengukuran risiko hukum dengan pendekatan kuantitatif apabila sudah memiliki model yang terbukti handal dan mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Apabila belum memiliki model pengukuran risiko hukum secara


148 kualitatif biasanya Bank memakai pengukuran risiko hukum dengan pendekatan kualitatif. Sebelum melakukan pembahasan tengan pengukuran Risiko Hukum, perlu dipahami dua hal penting yang mempengaruhi signifikasi risiko hukum, yakni: 1. Frekuensi – seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi 2. Dampak – jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian risiko hukum Metode pengukuran yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan, karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha masing-masing bank serta visi, misinya. Metode pengukuran Risiko dapat dilakukan secara kuantitatif dan/atau kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat berupa metode yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, maupun metode yang dikembangkan sendiri oleh Bank yang sudah disetujui oleh pengawas bank. Sesuai dengan SEOJK Nomor 14/SEOJK.03/2017 Tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum, dalam menilai Risiko Inheren atas Risiko Hukum Bank dapat menggunakan parameter atau faktor-faktor berupa: a. Faktor litigasi, b. Faktor kelemahan perikatan, c. Faktor ketiadaan atau perubahan peraturan perundang-undangan.


149 3. Memantau Risiko Hukum Menjelaskan dampak potensial risiko hukum terhadap pencapaian tujuan organisasi. Ini mencakup risiko reputasi, risiko keuangan, risiko operasional dan seluruh risiko inheren bank yang mungkin timbul akibat ketidaksesuaian hukum. Sesuai SEOJK nomor 34/seojk.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum untuk pemantauan Risiko Hukum Bank dipersyaratkan minimal sebagai berikut: a. Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan Risiko Hukum yang antara lain mencakup pemantauan Risiko Hukum terhadap besarnya eksposur Risiko hukum, toleransi Risiko hukum, kepatuhan limit internal, dan hasil stress testing maupun konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. b. Pemantauan dilakukan baik oleh unit pelaksana maupun oleh SKMR. c. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan kepada pihak manajemen Bank dalam rangka mitigasi Risiko Hukum dan tindakan yang diperlukan. d. Bank harus menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan Risiko Hukum dan melakukan pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap sistem back-up tersebut.


150 4. Mengkomunikasikan Risiko Hukum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Umum Konvensional (BUK) menyusun dan menyampaikan Laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan secara lengkap, akurat, kini, utuh, dan dapat diperbandingkan. Laporan sebagaimana dimaksud terdiri atas: (i) Laporan terstruktur, Laporan terstruktur mencakup Laporan berbasis formulir yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan; dan (2) Laporan tidak terstruktur. Untuk Laporan Pengelolaan Risiko Hukum termasuk dalam bentuk Laporan Terstruktur. Profil Risiko Hukum diperlukan sebagai landasan kritis dalam manajemen risiko organisasi. Dengan merinci dan menggambarkan jenis-jenis risiko hukum yang mungkin dihadapi, profil ini memberikan pandangan mendalam tentang sumber-sumber potensial konsekuensi hukum. Keberadaannya memberikan keuntungan dalam pengambilan keputusan, memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi risiko awal, mengambil tindakan preventif, dan merancang strategi manajemen risiko yang efektif. Selain itu, Profil Risiko Hukum memberikan dasar bagi organisasi untuk menjaga kepatuhan hukum, mengelola reputasi, dan mempertimbangkan risiko hukum dalam perencanaan investasi dan strategi bisnis. Dengan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan, profil ini membantu organisasi untuk tetap adaptif terhadap perubahan lingkungan hukum, menjaga kesesuaian, dan mengelola risiko


151 hukum secara holistik untuk mencapai keberhasilan jangka panjang. Perusahaan Dana, sebuah perusahaan yang beroperasi di sektor teknologi, menghadapi risiko hukum yang signifikan terkait kepatuhan peraturan dan perlindungan konsumen. Perusahaan ini baru-baru ini menghadapi tuntutan hukum dari sejumlah konsumen yang merasa bahwa produk-produk terbarunya tidak memenuhi standar keamanan yang dijanjikan. Tuntutan ini menyebabkan perusahaan menghadapi potensi kerugian finansial yang besar dan dampak negatif terhadap reputasinya. 1. Apakah langkah-langkah yang telah diambil oleh perusahaan dalam mengevaluasi dan meningkatkan kepatuhan produknya sesuai dengan standar keamanan yang berlaku?


152 2. Bagaimana perusahaan merespons tuntutan hukum terkait kepatuhan dan kualitas produk dengan meningkatkan kebijakan internalnya? 3. Dalam meningkatkan pelatihan karyawan terkait kepatuhan dan kualitas produk, sejauh apa perusahaan berhasil meningkatkan pemahaman pegawai terhadap risiko hukum? 4. Apakah langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan dalam memperkuat sistem pelaporan internal untuk mendorong keterbukaan pegawai terkait risiko hukum dan kepatuhan? 5. Dalam menghadapi perubahan lingkungan hukum, bagaimana perusahaan memanfaatkan tim pemantauan hukumnya dan sejauh apa mereka berhasil menyesuaikan strategi bisnis dengan perubahan tersebut?


153 Risiko Kepatuhan dalam buku ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang risiko yang terkait dengan ketidakpatuhan terhadap peraturan dan kebijakan yang berlaku. Dalam bab ini, kita akan diarahkan untuk memahami pengertian dasar dari Risiko Kepatuhan, termasuk bagaimana manajemen risiko dapat diterapkan secara efektif untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko tersebut. Selanjutnya, pembahasan


154 mengenai Profil Risiko Kepatuhan akan mencakup karakteristik dan sumber-sumber potensial risiko yang mungkin dihadapi oleh suatu organisasi dalam konteks kepatuhan. Matriks Indikator Penilaian Risiko Kepatuhan akan diperkenalkan sebagai alat yang penting dalam menilai sejauh mana kepatuhan organisasi terhadap peraturan. Melalui studi kasus dan evaluasi, kita akan diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam situasi nyata, serta mengembangkan kemampuan evaluatif mereka terkait strategi dan tindakan yang dapat diambil dalam mengelola Risiko Kepatuhan Kepatuhan atau compliance is the act or process of complying to a desire, demand, proposal, or regimen or to coercion conformity in fulfilling official requirements (https://www.merriam-webster.com). Kepatuhan menurut Notoatmodjo (2003) merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Kepatuhan adalah kesediaan untuk mengikuti batasan-batasan yang telah ditetapkan baik yang bersifat wajib maupun yang bersifat mandiri. Kepatuhan melindungi perusahaan dari berbagai risiko yang muncul akibat pelanggaran hukum atau ketentuan yang berlaku. Fungsi Kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), serta memastikan kepatuhan Bank terhadap


155 komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia dan/ atau otoritas pengawas lain yang berwenang (PBI No.13/2/PBI/2011 pasal 1 ayat 6). Secara harfiah, pengertian Risiko Kepatuhan mengacu pada kemungkinan terjadinya kerugian atau dampak negatif yang diakibatkan oleh ketidakpatuhan terhadap berbagai peraturan dan norma yang mengatur operasional sebuah organisasi. Ini mencakup aspek hukum, regulasi industri, etika, serta kebijakan internal yang telah ditetapkan oleh organisasi itu sendiri. Risiko Kepatuhan dapat muncul ketika organisasi tidak mematuhi standar kepatuhan yang berlaku, baik secara tidak sengaja maupun disengaja, dan dapat berdampak pada reputasi perusahaan, pembiayaan, serta kinerja keseluruhan. Secara lebih luas, Risiko Kepatuhan juga mencakup aspek keberlanjutan operasional dan strategis suatu entitas. Ketidakpatuhan dapat merugikan hubungan dengan pelanggan, mitra bisnis, dan pihak-pihak terkait lainnya. Lebih dari itu, dampaknya juga bisa melibatkan sanksi hukum, penurunan nilai saham, atau bahkan hilangnya lisensi operasional. Oleh karena itu, pengelolaan Risiko Kepatuhan menjadi esensial untuk memastikan bahwa organisasi dapat beroperasi sesuai dengan aturan yang berlaku, menjaga reputasi, dan menghindari potensi kerugian yang dapat mengancam kelangsungan bisnisnya. Manajemen Risiko Kepatuhan melibatkan beberapa aspek kunci yang merangkum strategi dan tindakan untuk mengelola risiko terkait dengan kepatuhan. Strategi Manajemen Risiko Kepatuhan disusun dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:


156 1. Perkembangan ekonomi dan industri serta dampaknya pada Risiko Kepatuhan Bank; 2. Organisasi Bank termasuk kecukupan sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung; 3. Kondisi keuangan Bank termasuk kemampuan untuk menghasilkan laba, dan kemampuan Bank mengelola Risiko yang timbul sebagai akibat perubahan faktor eksternal dan faktor internal; dan 4. Bauran serta diversifikasi portofolio Bank. Profil Risiko Kepatuhan adalah gambaran komprehensif yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merinci karakteristik serta sumber-sumber potensial risiko yang terkait dengan ketidakpatuhan terhadap peraturan, norma, dan kebijakan yang berlaku dalam suatu organisasi. Profil ini mencakup berbagai aspek, termasuk jenis-jenis risiko, tingkat keparahan, probabilitas terjadinya, dan dampaknya pada operasional serta reputasi organisasi (Fadillah et al., 2020). 1. Mengidentifikasi Risiko Kepatuhan Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa proses Manajemen Risiko dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari perilaku Bank yang menyimpang atau melanggar standar yang berlaku secara umum, ketentuan, dan/atau peraturan perundang-undangan. Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Kepatuhan disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha bank. Secara umum dalam prinsip penerapan Mana-


157 jemen Risiko untuk Risiko Kepatuhan paling sedikit mencakup: a. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris b. Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko serta Penetapan Limit Risiko c. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko, serta Sistem Informasi Manajemen Risiko Kepatuhan d. Sistem Pengendalian Internal yang menyeluruh Pelaksanaan identifikasi untuk Risiko Kepatuhan mengacu pada cakupan penerapan secara umum, serta melakukan identifikasi dan analisis terhadap beberapa factor yang dapat meningkatkan eksposur Risiko Kepatuhan, antara lain: a. Jenis dan kompleksitas kegiatan usaha Bank, termasuk produk dan aktivitas baru; dan b. Jumlah atau volume serta materialitas ketidakpatuhan Bank terhadap kebijakan dan prosedur intern, ketentuan dan/atau peraturan perundangundangan, serta praktik dan standar etika bisnis yang sehat. Risiko Kepatuhan dapat bersumber antara lain dari perilaku kepatuhan yaitu perilaku atau aktivitas Bank yang menyimpang atau melanggar dari ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan dan perilaku organisasi, yaitu perilaku atau aktivitas Bank yang menyimpang atau bertentangan dari standar yang berlaku secara umum. Dalam hal Bank memiliki kantor cabang yang berkedudukan di luar negeri, Bank harus memastikan


158 memiliki tingkat kepatuhan yang memadai terhadap peraturan perundang-undangan di negara kantor cabang Bank. 2. Mengukur Risiko Kepatuhan Bank dapat memilih metode pengukuran risiko kepatuhan dengan pendekatan kuantitatif apabila sudah memiliki model yang terbukti handal dan mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Apabila belum memiliki model pengukuran risiko kepatuhan secara kuantitatif biasanya Bank memakai pengukuran risiko kepatuhan dengan pendekatan kualitatif. Sebelum melakukan pembahasan tengan pengukuran Risiko Kepatuhan, perlu dipahami dua hal penting yang mempengaruhi signifikasi risiko Kepatuhan, yakni: a. Frekuensi – seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi b. Dampak – jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian risiko kepatuhan Metode pengukuran yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan, karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha masing-masing bank serta visi, misinya. Metode pengukuran Risiko Kepatuhan dapat dilakukan secara kuantitatif dan/atau kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat berupa metode yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, maupun metode yang dikembangkan sendiri oleh Bank yang sudah disetujui oleh pengawas bank. Sesuai SEOJK Nomor 14 /SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. parameter


159 Risiko atas Risiko Kepatuhan, dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan Bank dapat menggunakan parameter atau faktor-faktor berupa: a. Jenis dan Signifikansi Pelanggaran yang dilakukan b. Frekuensi Pelanggaran yang Dilakukan atau Track Record Ketidakpatuhan Bank c. Pelanggaran Terhadap Ketentuan atau Standar Bisnis yang berlaku umum untuk Transaksi Keuangan Tertentu Berdasarkan lampiran II SEOJK Nomor 14 /SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dijelaskan bahwa tingkat risiko inheren untuk risiko kepatuhan terbagi dalam lima tingkatan, yaitu low, low to moderate, moderate, moderate to high, dan high. Matriks penetapan tingkat risiko inheren untuk risiko kepatuhan pada tingkatan low mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko kepatuhan tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu pada masa datang. 3. Memantau Risiko Kepatuhan Eksposur risiko kepatuhan harus dianalisis sesuai ketentuan yang berlaku. Sesuai SEOJK nomor 34/seojk.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum untuk pemantauan risiko kepatuhan Bank dipersyaratkan minimal sebagai berikut: a. Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan risiko kepatuhan yang antara lain mencakup pemantauan risiko kepatuhan terhadap besarnya eksposur risiko kepatuhan, toleransi risiko kepatuh-


160 an, kepatuhan limit internal, dan hasil stress testing maupun konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. b. Pemantauan dilakukan baik oleh unit pelaksana maupun oleh SKMR. c. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan kepada pihak manajemen Bank dalam rangka mitigasi risiko kepatuhan dan tindakan yang diperlukan. d. Bank harus menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko kepatuhan dan melakukan pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap sistem back-up tersebut Hal-hal yang perlu dianalisis terhadap eksposur risiko kepatuhan adalah: a. Bagaimana menurunkan frekuensi terjadinya risiko kepatuhan b. Bagaimana menurunkan dampak dari terjadinya risiko kepatuhan c. Bagaimana memitigasi agar eksposur risiko kepatuhan dapat dikendalikan sesuai dengan risk appetite 4. Mengkomunikasikan Risiko Kepatuhan Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Umum Konvensional (BUK) menyusun dan menyampaikan Laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan secara lengkap, akurat, kini,


161 utuh, dan dapat diperbandingkan. Laporan sebagaimana dimaksud terdiri atas: (i) Laporan terstruktur; dan (ii) Laporan tidak terstruktur Laporan terstruktur mencakup Laporan berbasis formulir yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Laporan tidak terstruktur mencakup seluruh Laporan yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor perbankan, selain Laporan terstruktur dimaksud. Untuk Laporan Pengelolaan Risiko Kepatuhan termasuk dalam bentuk Laporan Terstruktur. Dengan merinci profil risiko kepatuhan, organisasi dapat memahami lebih baik bagaimana faktor internal dan eksternal dapat memengaruhi kepatuhan mereka. Profil ini juga mencakup penilaian terhadap tingkat efektivitas kontrol dan strategi manajemen risiko kepatuhan yang sudah diterapkan. Dengan memiliki Profil Risiko Kepatuhan yang solid, organisasi dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk meminimalkan risiko dan memastikan kepatuhan yang berkelanjutan.


162 Perusahaan KITA, sebuah perusahaan teknologi yang mengelola data pelanggan untuk berbagai layanan, menghadapi risiko kepatuhan yang berkaitan dengan privasi dan keamanan data. Sebuah insiden keamanan baru-baru ini menyebabkan kerentanan data, memicu kekhawatiran terkait privasi. Perusahaan ini berusaha untuk menangani risiko kepatuhan ini dengan serius. 1. Bagaimana Perusahaan KITA mengidentifikasi risiko kepatuhan terkait dengan privasi dan keamanan data setelah terjadinya insiden keamanan? 2. Apakah Perusahaan KITA telah menilai tingkat probabilitas dan dampak dari risiko kepatuhan yang diidentifikasi? 3. Apa langkah-langkah konkret yang diambil oleh Perusahaan KITA dalam mengelola risiko kepatuhan terkait privasi dan keamanan data setelah insiden keamanan? 4. Sejauh mana Sistem Manajemen Risiko Perusahaan KITA terintegrasi dengan kebijakan internal yang mengatur privasi dan keamanan data?


163 5. Bagaimana Perusahaan KITA memantau secara berkala implementasi kontrol baru dan mengukur efektivitasnya dalam mengelola risiko kepatuhan?


164 Bab Risiko Strategi bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang konsep risiko strategi, strategi manajemen risiko, profil risiko strategi, dan alat evaluasi risiko strategi, termasuk penerapan melalui studi kasus dan evaluasi. Bab ini dimulai dengan menguraikan Pengertian Risiko Strategi, yang mencakup identifikasi, penilaian, dan pengelolaan risiko yang terkait dengan keputusan dan langkah strategis dalam konteks organisasi.


165 Dilanjutkan dengan Manajemen Risiko Strategi, yang membahas metode dan proses dalam merencanakan serta melaksanakan strategi yang tangguh. Profil Risiko Strategi membahas bagaimana organisasi dapat mengidentifikasi dan memahami risiko yang mungkin terkait dengan implementasi strategi mereka. Selanjutnya, Matriks Indikator Penilaian Risiko Strategi memberikan kerangka evaluasi yang terstruktur untuk mengukur efektivitas dan keberlanjutan strategi yang diadopsi. Bab ini dilengkapi dengan Studi Kasus dan Evaluasi untuk memberikan ilustrasi praktis tentang bagaimana risiko strategi dapat muncul dalam konteks nyata dan bagaimana organisasi dapat belajar serta memperbaiki pendekatan mereka terhadap risiko strategi. Melalui pembahasan ini, diharapkan pembaca dapat mengembangkan pemahaman yang kokoh tentang risiko strategi dan keterampilan untuk mengelolanya secara efektif. Risiko Stratejik merupakan salah satu bagian dari kategori risiko governance (tata kelola), yang merupakan jenis risiko yang tidak mudah untuk dilakukan kuantifikasi, namun dapat terjadi bersamaan dengan jenis risiko yang lain serta lintas aktivitas operasional perusahaan/ perbankan. Secara karakteristik, risiko stratejik merupakan risiko inheren/ melekat pada berbagai tindakan perusahaan, baik berupa informasi yang meliputi publikasi negatif tentang bank, kondisi lingkungan bisnis, strategi berisiko rendah, strategi berisiko tinggi, posisi bisnis bank, dan pencapaian rencana bisnis bank.


166 Dalam Surat Edaran Nomor 34/SEOJK 03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Stratejik adalah untuk memastikan bahwa proses Manajemen Risiko dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari ketidaktepatan pengambilan keputusan stratejik dan kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis Pengertian Risiko Strategi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya ketidakpastian atau gangguan dalam mencapai tujuan organisasi akibat implementasi keputusan dan langkah-langkah strategis. Dalam perspektif para ahli, para ekonom seperti Peter Drucker menggarisbawahi bahwa risiko strategi muncul dari ketidakpastian di lingkungan bisnis dan dari ketidakmampuan organisasi untuk merencanakan masa depan secara akurat. Michael Porter, seorang ahli strategi bisnis, menekankan bahwa risiko strategi dapat timbul dari ancaman pesaing, perubahan dalam kebijakan pemerintah, atau perubahan kebutuhan pelanggan (Fachryana, 2020). Dari aspek operasional, risiko strategi melibatkan potensi gangguan dalam pelaksanaan rencana dan strategi yang telah ditetapkan. Secara finansial, risiko ini bisa mempengaruhi kinerja keuangan organisasi, seperti fluktuasi pasar, volatilitas mata uang, atau perubahan suku bunga yang tidak terduga. Dengan demikian, pengelolaan risiko strategi menjadi kunci dalam merancang dan melaksanakan strategi


167 organisasi, memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang dinamis dan menciptakan nilai jangka panjang. Dalam konteks manajemen risiko strategi, para ahli seperti Kaplan dan Norton menyoroti pentingnya keseimbangan antara risiko dan reward dalam setiap strategi bisnis. Mereka mengemukakan konsep Balanced Scorecard untuk mengukur dan mengelola kinerja organisasi seiring dengan risiko strategi yang diambil. Menurut R. Simons, risiko strategi juga dapat berasal dari kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengelola konflik antarunit bisnis atau antarbagian di dalam organisasi. Dalam sebuah organisasi, pemahaman mendalam tentang Pengertian Risiko Strategi adalah krusial. Hal ini membantu pengambil keputusan untuk merancang strategi yang tangguh, mempertimbangkan semua aspek ketidakpastian yang mungkin muncul. Dengan mengenali dan memahami risiko strategi, organisasi dapat mengoptimalkan peluang pertumbuhan sambil tetap memitigasi potensi ancaman, menciptakan fondasi yang kuat untuk keberlanjutan dan keberhasilan jangka panjang. Profil Risiko Strategi mencerminkan gambaran terinci tentang risiko-risiko yang dihadapi oleh organisasi sehubungan dengan implementasi strategi bisnisnya. Profil ini mencakup identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko strategis yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.


168 1. Mengidentifikasi Risiko Stratejik Pelaksanaan identifikasi untuk Risiko Stratejik mengacu pada cakupan penerapan secara umum sebagai berikut : a. Bank harus mengidentifikasi dan menatausahakan deviasi ata penyimpangansebagai akibat tidak terealisasinya atau tidak efektifnya pelaksanaan strategi usaha maupun rencana bisnis yang telah ditetapkan terutama yang berdampak signifikan terhadap permodalan Bank. b. Bank harus melakukan analisa Risiko terutama terhadap strategi yang membutuhkan banyak sumber daya dan/atau berisiko tinggi, seperti strategi masuk ke pangsa pasar yang baru, strategi akuisisi, atau strategi diversifikasi dalam bentuk produk dan jasa. Bank wajib menerapkan Manajemen Risiko secara efektif, baik untuk Bank secara individu maupun untuk Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Identifikasi risiko Stratejik dilaksanakan dengan cara menganalisis risiko secara berkala secara keseluruhan. Hal yang diidentifikasi meliputi seluruh produk, kegiatan bisnis yang ada pada bank, dan menganalisis sumber risiko dari aktivitas-aktivitas dari bank tersebut. Sifat dari identifikasi risiko yaitu untuk antisipatif di seluruh kegiatan operasional bank. Risiko Stratejik dapat bersumber antara lain dari : a. kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, b. sistem informasi manajemen yang kurang memadai,


169 c. hasil analisa lingkungan internal dan eksternal yang kurang memadai, d. penetapan tujuan stratejik yang terlalu agresif, e. ketidaktepatan dalam implementasi stategi, dan f. kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Keenam sumber risiko Stratejik diatas ini harus dianalisis pada seluruh produk dan aktivitas bank terhadap pihak ketiga agar tidak menimbulkan risiko stratejik. Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Reputasi, sesuai 14 /SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, parameter atau faktor-faktor yang digunakan adalah: a. kesesuaian strategi bisnis dengan lingkungan bisnis; b. strategi berisiko tinggi dan strategi berisiko rendah; c. posisi bisnis; dan d. pencapaian Rencana Bisnis Bank (RBB). 2. Mengukur Risiko Stratejik Dalam melakukan pengukuran Risiko Stratejik, Bank wajib memperhatikan metode pengukuran untuk Risiko Stratejik yang memadai dan terintegrasi dengan kerangka manajemen risiko Bank, baik dengan menggunakan pendekatan secara kuantitatif maupun kualitatif. Bank dapat memilih metode pengukuran Risiko Stratejik dengan pendekatan kuantitatif apabila sudah memiliki model yang terbukti handal dan mendapat


170 persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Apabila belum memiliki model pengukuran Risiko Stratejik secara kuantitatif biasanya bank memakai pengukuran Risiko Stratejik dengan pendekatan kualitatif. Sebelum melakukan pembahasan dengan pengukuran stratejik, perlu dipahami dua hal penting yang mempengaruhi signifikasi Risiko Stratejik, yakni : a. Frekuensi – seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi b. Dampak – jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian Risiko Stratejik Metode pengukuran yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan, karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha masing-masing bank serta visi, misinya. Metode pengukuran Risiko dapat dilakukan secara kuantitatif dan/atau kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat berupa metode yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, maupun metode yang dikembangkan sendiri oleh Bank yang sudah disetujui oleh pengawas bank. Sesuai dengan SEOJK Nomor 14 /SEOJK.03/2017 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum, dalam menilai Risiko Inheren atas Risiko Stratejik Bank dapat menggunakan parameter atau faktor-faktor berupa : a. Faktor Kesesuaian Strategi Bisnis dengan Kondisi Lingkungan Bisnis b. Faktor Strategi Berisiko Tinggi dan Strategi Berisiko Rendah c. Faktor Posisi Bisnis d. Faktor Pencapaian Rencana Bisnis Bank (RBB)


171 Direksi mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyusun kebijakan, strategi, dan kerangka Manajemen Risiko secara tertulis dan komprehensif termasuk limit Risiko Stratejik secara keseluruhan dengan memperhatikan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance) sesuai kondisi Bank serta memperhitungkan dampak Risiko terhadap kecukupan permodalan, setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris. Dalam menetapkan toleransi Risiko Stratejik, Bank perlu mempertimbangkan strategi dan tujuan bisnis Bank serta kemampuan Bank dalam mengambil Risiko (risk bearing capacity). 3. Memantau Risiko Stratejik Sesuai SEOJK nomor 34/seojk.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum untuk pemantauan Risiko Stratejik Bank dipersyaratkan minimal sebagai berikut: a. Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan risiko stratejik yang antara lain mencakup pemantauan risiko stratejik terhadap besarnya eksposur risiko stratejik, toleransi risiko stratejik, kepatuhan limit internal, dan hasil stress testing maupun konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. b. Pemantauan dilakukan baik oleh unit pelaksana maupun oleh SKMR. c. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan kepada pihak manajemen Bank dalam rangka mitigasi risiko stratejik dan tindakan yang diperlukan.


172 d. Bank harus menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko stratejik dan melakukan pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap sistem back-up tersebut. Hal-hal yang perlu dianalisis terhadap eksposur risiko stratejik adalah: a. Bagaimana menurunkan frekuensi terjadinya risiko stratejik baik per event kejadian maupun akumulasi event per tahun b. Bagaimana menurunkan dampak dari terjadinya risiko stratejik baik per event kejadian maupun akumulasi event per tahun c. Bagaimana memitigasi agar eksposur risiko stratejik dapat dikendalikan sesuai dengan risk appetite dan masih dibawah risk tolerance 4. Mengkomunikasikan Risiko Stratejik Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Umum Konvensional (BUK) menyusun dan menyampaikan Laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan secara lengkap, akurat, kini, utuh, dan dapat diperbandingkan. Laporan sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. Laporan terstruktur; dan b. Laporan tidak terstruktur. Laporan terstruktur mencakup Laporan berbasis formulir yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Laporan tidak terstruktur mencakup seluruh Laporan yang disampaikan kepada Otoritas Jasa


173 Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor perbankan, selain Laporan terstruktur dimaksud. Untuk Laporan Pengelolaan Risiko Stratejik termasuk dalam bentuk Laporan Terstruktur. Perusahaan Jaya sebuah perusahaan teknologi yang sukses di pasar lokal, memutuskan untuk melakukan ekspansi global untuk memperluas jangkauan produk dan meningkatkan pendapatan. Namun, keputusan ini membawa sejumlah risiko strategis yang perlu dievaluasi dengan cermat. Pertama, risiko mata uang menjadi perhatian karena fluktuasi nilai tukar dapat berdampak pada marjin keuntungan perusahaan selama ekspansi internasional. Selain itu, risiko kebijakan pemerintah di negara-negara tujuan ekspansi juga perlu dipertimbangkan, mengingat perubahan kebijakan dapat mempengaruhi biaya operasional dan persyaratan bisnis. Evaluasi mendalam terhadap risikorisiko ini diperlukan untuk mengidentifikasi langkah-langkah mitigasi yang efektif dan memastikan kesuksesan ekspansi global Perusahaan Jaya.


174 1. Bagaimana Anda akan menilai potensi dampak fluktuasi nilai tukar mata uang terhadap keuntungan perusahaan dalam konteks ekspansi global? 2. Apa langkah-langkah konkrit yang dapat diambil oleh perusahaan untuk memahami dan mengantisipasi perubahan dalam kebijakan pemerintah di negara-negara tujuan ekspansi? 3. Bagaimana Anda akan merancang strategi manajemen risiko mata uang yang efektif untuk melindungi keuangan perusahaan dari fluktuasi nilai tukar? 4. Apa elemen kunci yang harus disertakan dalam rencana kontingensi global perusahaan untuk merespons perubahan cepat dalam kondisi pasar dan kebijakan pemerintah? 5. Bagaimana Anda melihat integrasi manajemen risiko dengan proses pengambilan keputusan strategis dan sejauh mana hal tersebut dapat meningkatkan respons perusahaan terhadap perubahan pasar?


175 Pembahasan mengenai Risiko Imbal Hasil pada Bank Syariah melibatkan beberapa capaian kompetensi yang bersifat holistik. Pertama-tama, capaian kompetensi berfokus pada pengertian Risiko Imbal Hasil (RIH). Dalam konteks ini, kita diharapkan memahami secara menyeluruh konsep dan karakteristik dari Risiko Imbal Hasil, khususnya dalam


176 konteks operasional dan prinsip-prinsip syariah yang berlaku. Selanjutnya, capaian kompetensi mencakup pemahaman terhadap Manajemen Risiko Imbal Hasil. Peserta didik diarahkan untuk memahami strategi dan metode yang dapat diterapkan dalam mengelola Risiko Imbal Hasil secara efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang mengatur aktivitas perbankan. Profil Risiko Imbal Hasil menjadi fokus berikutnya dalam capaian kompetensi. Kita diajak untuk menganalisis dan mengidentifikasi profil risiko ini, melibatkan pemahaman mendalam terhadap aspek-aspek yang memengaruhi dan terkait dengan Risiko Imbal Hasil pada Bank Syariah. Selain itu, capaian kompetensi juga menekankan pada pengembangan Matriks Indikator Penilaian Risiko Imbal Hasil. Kita diharapkan mampu merancang dan mengimplementasikan matriks indikator penilaian yang relevan untuk mengevaluasi dan mengukur tingkat Risiko Imbal Hasil yang dihadapi oleh Bank Syariah. Secara keseluruhan, pembahasan mengenai Risiko Imbal Hasil pada Bank Syariah dalam capaian kompetensi tersebut menggambarkan pendekatan yang komprehensif, memungkinkan peserta didik untuk tidak hanya memahami konsep dasar dan teoretis tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam konteks praktis dalam industri perbankan syariah. Sesuai ketentuan POJK Nomor 65 /POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah dinyatakan bahwa Risiko Imbal Hasil


177 (rate of return risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank. Proses munculnya risiko imbal hasil pada Bank Umum Syariah (BUS) adalah akibat adanya skema bagi hasil pada nasabah pendanaan. Hampir sebagian besar produk pendanaan BUS adalah berbasis bagi hasil yakni mudharabah, hanya sebagian kecil saja dalam bentuk wadi’ah (titipan). Dampak yang ditimbulkan dari skema bagi hasil ini dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24. Faktor Penyebab Risiko Imbal Hasil Secara umum Risiko Imbal Hasil dipengaruhi oleh berbagai faktor internal (antara lain jenis prinsip bagi hasil dan akad yang diterapkan) dan faktor eksternal (antara lain perubahan kondisi ekonomi dan kondisi pasar imbal hasil dana serta ekspektasi nasabah. Gambar 23 mengilustrasikan secara singkat kedua faktor tersebut. Setiap bank syariah harus dapat mengidentifikasi Risiko Imbal Hasil yang melekat pada seluruh produk dan aktivitas. Identifikasi Risiko Imbal Hasil tersebut merupakan hasil


178 kajian terhadap berbagai data dan informasi yang terkait dengan karakteristik Risiko Imbal Hasil yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu seperti efektivitas kinerja penyediaan dana atau penyaluran dana kepada nasabah debitur dan penempatan pada bank lain yang berdampak pada imbal hasil dari imbal hasil yang ditempatkan bank dan selanjutnya berdampak pada imbal hasil yang diberikan Bank kepada nasabah, sehingga mempengaruhi perilaku nasabah terhadap Bank. Risiko Imbal Hasil dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan Bank syariah akibat ditinggalkan nasabah dana dan keterkaitannya dengan risiko Bank lainnya. Dengan demikian, kemampuan Bank untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Imbal Hasil serta mencadangkan modal secara cukup bagi Risiko Imbal Hasil menjadi suatu hal yang mutlak. Kita perlu memahami bahwa Risiko Imbal Hasil pada Bank Syariah memiliki dimensi syariah yang perlu dijaga agar sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Oleh karena itu, pengelolaan risiko ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap prinsip syariah dalam segala aspek operasional dan investasi yang dapat mempengaruhi hasil keuangan bank. Dengan memahami risiko ini secara menyeluruh, bank dapat mengimplementasikan strategi manajemen risiko yang efektif untuk menjaga keberlanjutan operasional dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Investasi Investasi, sesuai Sesuai POJK Nomor 65/ POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, parameter atau faktor-faktor yang digunakan adalah:


179 1. Perilaku nasabah 2. Tingkat pendapatan Bank 3. Faktor-faktor eksternal Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) timbul antara lain karena adanya perubahan perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank yang disebabkan oleh perubahan ekspektasi tingkat imbal hasil yang diterima dari Bank. Perubahan ekspektasi bisa disebabkan oleh faktor internal seperti menurunnya nilai aset Bank dan/atau faktor eksternal seperti naiknya return/imbal hasil yang ditawarkan bank lain. Perubahan ekspektasi tingkat imbal hasil tersebut dapat memicu perpindahan dana nasabah dari Bank kepada bank lain. Profil Risiko Imbal Hasil (Khusus Bank Syariah) mencakup gambaran mendalam tentang karakteristik risiko yang dapat memengaruhi hasil atau keuntungan bank. Profil risiko ini melibatkan identifikasi dan analisis risiko dari berbagai aspek, seperti risiko pasar, risiko operasional, dan risiko syariah yang mungkin terjadi. Aspek-aspek ini mencakup ketidakpastian dalam pasar, perubahan regulasi, serta faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi performa keuangan bank. 1. Mengidentifikasi Risiko Imbal Hasil Identifikasi Risiko pada Risiko Imbal Hasil (Khusus Bank Syariah) merupakan langkah awal dalam memahami dan mengelola potensi fluktuasi hasil atau keuntungan. Identifikasi terhadap ekspektasi dan perubahan perilaku nasabah merupakan hal penting


180 dalam Risiko Imbal Hasil. Perubahan ekspektasi tingkat imbal hasil yang diterima dari Bank ini dapat menimbulkan displaced commercial risk akibat tekanan kompetisi di industri perbankan syariah, dimana nasabah dapat memindahkan dananya ke Bank lain. Identifikasi Risiko Imbal Hasil dapat diilustrasikan secara singkat pada Gambar 25. Gambar 25. Identifikasi Faktor Risiko Imbal Hasil Dalam pengendalian Risiko Imbal Hasil terdapat konsep yang dikembangkan oleh Islamic Financial Services Board (IFSB) disebut Profit Equalization Reserve (PER). PER adalah merupakan sejumlah dana yang disisihkan oleh bank dari pendapatan bruto, sebelum dialokasikan ke mudharib untuk mempertahankan imbal hasil. Dasar perhitungan PER harus ditetapkan terlebih dulu sesuai kesepakatan nasabah dan disetujui oleh dewan komisaris. PER adalah instrumen yang digunakan untuk pengendalian Risiko Imbal Hasil denga cara mengantisipasi kerugian dari aset yang diimbal hasilkan, baik bagi bank maupun pemilik rekening simpanan/ shohibul maal. Tujuan PER adalah untuk memberikan


181 ekspektasi yang lebih tinggi atas tingkat imbal hasil kepada nasabah dan profit bagi Bank. Mengacu pada dua kemungkinan benchmark rate yang terjadi, yakni naik atau turun, ilustrasi mitigasi Risiko Imbal Hasil dapat disajikan pada Gambr 26, sebagai berikut: Gambar 26. Strategi Mitigasi Risiko Imbal Hasil Bank harus pula memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern Risiko Imbal Hasil, antara lain: a. total aset, b. jenis produk dan jasa, c. kompleksitas operasional, d. jaringan kantor, e. profil Risiko dari setiap kegiatan usaha, dan f. ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Mengukur Risiko Imbal Hasil Pendekatan pengukuran Risiko digunakan untuk mengukur eksposur Risiko Bank sebagai acuan untuk melakukan pengendalian Risiko. Proses pengukuran Risiko harus dilakukan secara berkala terhadap kegiatan usaha, produk, dan layanan Bank. Dalam melakukan


182 pengukuran risiko investasi, Bank wajib memperhatikan metode pengukuran untuk risiko investasi yang memadai dan terintegrasi dengan kerangka manajemen risiko Bank, baik dengan menggunakan pendekatan secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran risiko investasi ini ditujukan untuk 2 kepentingan Bank, yaitu: a. Pengukuran risiko investasi yang diperuntukkan untuk menetapkan profil risiko investasi Bank. b. Pengukuran risiko investasi yang diperuntukkan untuk mengukur kecukupan modal Bank dalam mengantisipasi risiko investasi. Metode pengukuran yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan, karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha masing-masing bank serta visi, misinya. Metode pengukuran Risiko dapat dilakukan secara kuantitatif dan/atau kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat berupa metode yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, maupun metode yang dikembangkan sendiri oleh Bank yang sudah disetujui oleh pengawas bank. Sesuai POJK Nomor 65/ POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, parameter atau faktor-faktor yang digunakan dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Imbal hasil Imbal hasil, adalah: a. Komposisi Dana Pihak Ketiga b. Strategi dan Kinerja Bank Dalam Menghasilkan Laba/Pendapatan c. Perilaku Nasabah Dana Pihak Ketiga


183 Ketiga parameter penilaian tingkat Risiko Imbal Hasil tersebut di atas secara inheren dapat diuraikan sebagaimana tampak pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Parameter Penilaian Tingkat Risiko Imbal Hasil Risiko Imbal Hasil pada perbankan Syariah hampir serupa dengan Risiko Suku Bunga di Banking Book pada perbankan konvensional. Sementara itu perbankan konvensional dalam mengukur risiko suku bunga (banking book) menggunakan metode analisis repricing gap dan analisis duration gap. Pendekatan tersebut bisa dijadikan salah satu benchmark pengukuran untuk Bank Syariah di masa mendatang. 3. Memantau Risiko Imbal Hasil Pemantauan Risiko Imbal Hasil dilakukan untuk mengetahui apakah Risiko Imbal Hasil yang terjadi telah melampaui limit yang ditetapkan Bank sesuai dengan Risk Appetite dan Risk Tolerance. Dalam pemantauan Risiko Imbal Hasil Bank haru melaksanakan administrasi data dan informasi kejadian Risiko Imbal Hasil yang terjadi dengan baik. Data dan informasi ini penting untuk melakukan simulasi berdasarkan berbagai skenario No. PARAMETER PENILAIAN TINGKAT RISIKO IMBAL HASIL I. Komposisi Dana Pihak Ketiga 1 Non Core Deposit / Total Dana Pihak Ketiga II. Strategi dan Kinerja Bank Dalam Menghasilkan Laba/Pendapatan 1 Pembiayaan Berbasis Utang Piutang / Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil 2 Pembiayaan Bermasalah / Total pembiayaan 3 Laba Sebelum Pajak / Rata-rata Total Aset III. Perilaku Nasabah Dana Pihak Ketiga 1 Korelasi Antara Tingkat Imbalan Deposito Mudharabah dengan Tingkat Bunga Deposito 2 Realisasi Bagi Hasil Deposito Bank Sesuai dengan Jangka Waktu terhadap Bagi Hasil Deposito/Bunga dari Bank Syariah Lainnya/Bank Konvensional 3 Realisasi Bagi Hasil Deposito Bank terhadap Instrumen lainnya


184 munculnya Risiko Imbal Hasil masa kini dan masa yang akan datang. Data dan informasi yang perlu dipantau antara lain adalah: a. Dana pihak ketiga (core dan non core deposit) b. Kinerja pembiayaan c. Kinerja bank d. Informasi tingkat imbalan/rate deposito e. Kondisi eksternal Dalam rangka pemantauan Risiko Imbal Hasil Bank mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur yang komprehensif untuk memantau komposisi dan kondisi pihak lawan (bank dan nonbank) terhadap seluruh portofolio pembiayaan Bank. Sistem tersebut harus sejalan dengan karakteristik, ukuran, dan kompleksitas portofolio Bank. Prosedur pemantauan harus mampu mengidentifikasi aset pembiayaan bermasalah ataupun transaksi lain untuk menjamin bahwa aset yang bermasalah tersebut mendapat perhatian, termasuk tindakan penyelamatan serta pembentukan cadangan yang cukup. Pemantauan eksposur Risiko Imbal Hasil tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan dengan cara membandingkan Risiko Imbal Hasil aktual dengan limit Risiko Imbal Hasil yang ditetapkan sesuai dengan Risk Appetite dan Risk Tolerance Risiko Imbal Hasil Bank. 4. Mengkomunikasikan Risiko Imbal Hasil Proses komunikasi dalam penerapan manajemen risiko pada dasarnya merupakan salah satu dari pencerminan budaya risiko. Dalam pengembangkan budaya Manajemen Risiko pada seluruh jenjang organisasi, Direksi dan SKMR harus mengembangkan sistem komunikasi yang memadai mengenai seluruh


185 prinsip dan kebijakan serta strategi penrapan manajemen risiko, termasuk penerapan manajemen risiko untuk mengelola Risiko Imbal Hasil. Pengkomunikasikan kebijakan, strategi, dan prosedur Manajemen Risiko (termasuk limit risiko) harus dilakukan secara efektif, baik secara internal kepada seluruh jenjang organisasi yang relevan agar dipahami secara jelas maupun kepada pihak eksternal yang terkait. Secara internal di dalam Bank Direksi harus memastikan bahwa kebijakan, strategi, dan prosedur Manajemen Risiko (termasuk limit Risiko Imbal Hasil yang sesuai dengan Risk Appetite dan Risk Tolerance yang ditetapkan) telah dikomunikasikan dapat dipahami dan diterapkan oleh seluruh jenjang organisasi Bank. Dengan memiliki profil risiko yang komprehensif, bank dapat mengambil langkah-langkah preventif dan korektif yang lebih tepat guna dalam manajemen risiko. Profil risiko Imbal Hasil menjadi dasar bagi bank untuk merancang strategi manajemen risiko yang efektif dan dapat meningkatkan daya tahan bank terhadap ketidakpastian di pasar dan lingkungan operasional. Sebagai bagian integral dari manajemen risiko, profil risiko Imbal Hasil memberikan gambaran yang jelas dan terinci untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan bank syariah.


186 Sebuah Bank Syariah sebagai lembaga keuangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah, menghadapi berbagai risiko dalam operasionalnya. Dalam mengelola ketidakpastian dan fluktuasi hasil atau keuntungan, bank ini menerapkan strategi manajemen risiko imbal hasil yang komprehensif. Risiko pasar, operasional, dan syariah diidentifikasi melalui evaluasi menyeluruh, dan berbagai alat pengukuran risiko seperti Value at Risk (VaR) dan simulasi Monte Carlo digunakan untuk mengukur dampak potensial risiko. Manajemen risiko operasional terfokus pada pengidentifikasian dan pengelolaan risiko dalam proses operasional, teknologi, dan kebijakan internal. Dalam upaya mengurangi risiko, bank merancang instrumen keuangan syariah-compliant, termasuk instrumen derivatif. Pemantauan berkala dilakukan terhadap portofolio investasi dan kinerja keuangan, dengan evaluasi rutin untuk menilai efektivitas strategi manajemen risiko. Laporan transparan disusun dan disampaikan kepada regulator, pemegang saham, dan pihak berkepentingan untuk memastikan komunikasi yang efektif terkait kondisi risiko dan upaya manajemen risiko yang telah dilakukan. Studi kasus ini mencerminkan komitmen Bank Syariah tersebut dalam


187 menjalankan operasionalnya dengan aman, stabil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 1. Bagaimana Bank Syariah tersebut mengidentifikasi dan mengelola risiko operasional dalam proses operasional, teknologi, dan kebijakan internalnya? 2. Apa saja alat dan metode pengukuran risiko yang digunakan oleh bank untuk mengevaluasi potensi dampak risiko Imbal Hasil, seperti Value at Risk (VaR) dan simulasi Monte Carlo? 3. Bagaimana bank merancang instrumen keuangan syariah-compliant untuk mengelola Risiko Imbal Hasil, terutama instrumen derivatif? 4. Bagaimana proses pemantauan dan evaluasi berkala dilakukan oleh Bank Syariah tersebut terhadap portofolio investasi dan kinerja keuangan, dan apa hasil evaluasi tersebut? 5. Bagaimana bank memastikan laporan yang transparan dan jelas terkait Risiko Imbal Hasil disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak terkait, serta bagaimana komunikasi efektif terkait kondisi risiko dan upaya manajemen risiko dijaga?


188 Pada bagian ini membahas tentang Risiko Investasi (Khusus Bank Syariah) bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai aspek-aspek terkait risiko investasi dalam konteks perbankan syariah. Capaian pembelajaran dari bab ini melibatkan pemahaman yang mendalam terkait definisi Risiko Investasi, kemampuan dalam menerapkan Manajemen Risiko Investasi, serta profil risiko yang dapat muncul dalam konteks investasi pada Bank


Click to View FlipBook Version