JALAN MASIH PANJANG 93tersedu-sedu karena teringat bapaknya. Ia sangatsedihsekali. Sampai-sampai tangisan itu terdengar olehibunya,Bu Lia langsung memasuki kamar Azahra dan memeluknya."Ada apa nak?Kamu kenapa sayang?Cerita samaibu.Kamu mimpi apa? Tanya ibu penasaran. ""Azahra mimpiin bapak Bu, bapak...." jawabAzahrasambil terus menangis. "Mimpi bapak, coba cerita sama ibu nak" ujaribu.Azahra pun menceritakan semua kejadian dalammimpiitu, ibunya sangat terkejut dan begitu sedih. "Sudah,…sudah,… kamu jangan sedih, do'akansajabapakmu. Ini masih malam. Sebaiknya kamu tidur lagi."Setelah Azahra tertidur Bu Lia pun kembalikekamarnya. Ia begitu kepikiran terhadap apayangdiceritakan anaknya. Ia berniat untuk pergi kedukunbesok karena sudah lama, semenjak suaminya meninggalia tidak menemui dukun yang biasa ia dan suaminyatemui.Pagi hari pun tiba, ia bergegas ke dukunitu.Sesampainya di dukun itu, Bu Lia menceritakan kejadiandalam mimpi anaknya. Namun, dukun itu hanya tersenyum dan berkata,"Sudah lah Lia itu hanya mimpi sekarang saya punyasatupermintaan padamu," kata dukun itu. "Permintaan apa Mbah?" tanya Bu Lia. "Saya ingin tumbal anak gadis, tolong kamucarikanmalam ini juga," perintah Mbah dukun sambil tersenyum.Bu Lia pun sangat kebingungan karena mbahdukunmemberinya waktu hanya satu malam. Setelah pulangdaridukun, malam harinya Bu Lia memanggil putrinyakekamar. Namun, tiba-tiba putrinya tak sadarkandiri.Bu Lia pun bergegas menelpon dokter. Tak lama kemudiandokter pun sampai di rumah Bu Lia. Setelahdokter
94 Antologi Cerpen dan Puisi memeriksa Azahra, ternyata Azahra telah meninggaldunia. Bu Lia pun kaget, dia pun terjatuh lemas. "Apa?... Ini ga bener,…pasti ga bener,…dokanaksaya dok, … anak saya" tangis Bu Lia pecah saatitujuga. Pengumuman kematian putri Bu Lia pun terdengardispeker masjid, betapa terpukulnya Bu Lia saat itu."Baru satu tahun aku di tinggal suamiku sekaranganak ku" teriak Bu Lia Saat pagi hari, pemakaman putrinya pundilangsungkan. Tiba-tiba ruh Azahra bertemudenganbapaknya di alam jin dan dia sangat kebingunganmengapaia tidak merasakan di solatkan, padahal diasudahmeninggal dunia. Saat itu Azahra langsung memelukbapaknya, "Pak kenapa bapak bisa ada di sini, kenapabapakbegitu terlihat sangat lelah dan itu pakkk …lihattangan dan mulut bapak bercucuran darah, “ujarAzahra.“ Ia nak, sebenarnya dulu waktu di duniabapaksama ibu pergi ke dukun. Bapak sangat bingung,saatbapak ga bisa biayain kuliah kamu. Jadi bapakmencobauntuk menjalani semua perintah dukun itu dan ternyataitu adalah pesugihan. Bapak sangat menyesal," kataPakAidil terbata-bata. Tangis haru pecah saat Azahra mendengar itusemuadan tiba-tiba raja jin pun datang langsung membentakAzahra. "Heyyyy kamuuuuuu jangan membuang waktumu, kamudisini buat melayani saya" perintah raja jinsambilmencambuk Azahra hingga meringis kesakitan. PakAidilsangat sedih dan menyesal karena perbuatannya,putri
JALAN MASIH PANJANG 95semata wayangnya ikut mempertanggungjawabkanperbuatannya. Hari demi hari Bu Lia lalui dengan rasa sepi.Uangsudah tersusun rapi setiap dia membukalemaripakaiannya. Namun, ia sangatlah tidak bahagia.Saat melamun di depan televisi ia teringatpadaperkataan dukun yang menginginkan tumbal anakgadis.Dalam keadaan sedih dan kesal ia pun langsungmenemuidukun itu dan ia protes kenapa yang di jadikantumbalanaknya. Ia sangat marah kepada dukun tersebut."Hahahaha terserah saya, kamu kan sudah menikmatihasilnya. Uang yang raja jin kirimkan, kamu nikmati.Sudahlah, kamu jangan banyak protes nikmati sajasemuaitu," jawab dukun itu sambil tertawa senang, karenaraja jin bangga padanya. " Tidak aku tidak ingin itu semua, akuingintobat," teriak Bu Lia. "Terserah kamu jika kamu ingin bertaubat, silakan.Namun, kamu akan kembali jatuh miskin." Bu Lia pun berlari begitu kencang, meninggalkandukun itu. Sesampainya di rumah, Bu Lia pun tiba-tibamelihat seisi rumahnya menghilang. Lalu ia berlarimenuju berangkas dan benar saja perkataan dukunitulangsung ia rasakan. Akhirnya, Bu Lia pun bertaubattidak akan mengulangi kesalahan. Saat iaakanmelaksanakan shalat setelah sekian lama ia tinggalkan,tiba-tiba api menyambar rumahnya dan ikut terbakar dan di temukan dalam kondisisudahmeninggal dunia.
96 Antologi Cerpen dan Puisi Selayang Pandang Nurhalimah, Tepat tanggallahirGarut, 01 Juli 2003. Statussebagaimahasiswa di Insitut PendidikanIndonesia Prodi PendidikanBahasadan Sastra Indonesia. Penulis memiliki hobybulutangkis, membaca karya fiksidanmenulis. Selain itu, pernahmenimbailmu di SDN Pasanggrahan 4,SMPN1Cilawu dan SMAN 8 Garut. Ini adalah cerpen perdana, mungkin ke depannyapenulis akan lebih banyak melahirkan karya-karyanya.Aamiin e-mail [email protected], Hp 085156815112
JALAN MASIH PANJANG 9711. BUNGKAM ITU KALAH Suci Amelia Masih sama ternyata, udara yang kuhirupsetiapharinya. Udara pagi yang tidak ada bedanya denganyangkuhirup pada siang atau sore hari. Suara klaksonmotor,mobil, bus semuanya ada di kota ini, bisingmenggambarkan keserakahan manusia yang tidakadahabisnya. Namaku Anna, Anna Seika Nantara. sama sepertimanusia serakah lainnya di kota Jakarta ini. Bedanya,aku serakah untuk menyambung hidup, supayadapatbertemu esok hari, bukan untuk terus memperkuatdirisupaya dapat melangkahi manusia lain di bawahnya.Akubekerja disalah satu perusahaan di kota ini,tidakterlalu besar, 8 tingkat tingginya, jika dibandinggedung yang menghimpit tempat kerjaku ini. Samasepertigedung ini jabatanku pun tidak tinggi, hanya stafbiasayang menunggu keajaiban Tuhan. Tiba-tiba namakuadadiselembaran staf yang dipromosikan jabatannya.Tapi zaman sekarang, jika tidak punyauangsetidaknya cantik dilihat orang, malangnya akutidakmemiliki beauty pripillage itu. Artinya, akuharusterbiasa dengan ketidakadilan yang akan terussepertiitu sampai aku memiliki hal yang membuatkudapatdihargai. Sudah cukup lama aku bekerja di sini, tahuninimenjadi tahun ke-4. Bukan karena senang, tapimencaripekerjaan bukan hal yang mudah sekarang ini,karenaterkadang kita harus mengenyampingkan kemauandiri,untuk memenuhi kebutuhan diri. Benar begitu?Ruang
98 Antologi Cerpen dan Puisi kerjaku cukup luas, untuk kapasitas 4 orangsaturuangan, dengan posisi dua meja bersebelahan danduabersebrangan. Aku bersebelahan dengan temankuMizel,nama lengkapnya Mizella Kananta, nama yang cantiksamadengan wajahnya, karena itulah dia dapat bergabungdenganku diposisi ini dengan cepat, hanya dengan6bulan kerja saja. Padahal dulu, untuk ada diposisiku sekarang,2tahun lebih aku bekerja keras. Lagi-lagibeautypripillage itu nyata dan terasa. Tapi meski begituakusama sekali tidak dendam kepada Mizzel, tidakapa-apaitu mungkin kelebihan yang diberikan Tuhan untuknya,aku tidak berhak menghakimi atas itu. Lagi puladiateman yang baik, selama aku berteman dengan Mizelakulebih merasa percaya diri dengan kemampuan diriku,iabilang aku pandai dan pekerja keras, sesekali iabilangiri kepadaku karena itu, padahal aku yang semestinyairi pada Mizel. Jam dinding menunjukkan pukul 11.54 tersisa6menitlagi menuju istirahat makan siang. “Coba liat Anna, kertas ini masih numpuk saja,”Mizel menggerutu kepadaku. “ Kayaknya cuman kamu liatin ya dari pagi?,”tanyaku, menggoda. “ Enak aja, kamu ga liat dari tadi aku ganapasngerjain ini saking fokusnya”“Mati dong ha,…ha,…ha,…ha,…”Aku menertawakanperkataan Mizel. “Bu Dian memang bener-bener gak suka deh samaakuAn, masa berkas sekilo harus beres besok, lemburdikantor deh malem ini, ” keluh Mizel. “Aku temenin deh, 5 menit tapi, ”godaku.
JALAN MASIH PANJANG 99“ Mending pulang aja An dari sekarang, gakbutuhdeh” ucap Mizel sambil membalikkan badan. “Yah,… ngambek dech, ngambek deh,…Akutraktirice cream sebrang jalan deh,”kataku membujuk.“Yaudah hayu” Mizel membalikkan badan kembalikearahku. Kami pun tertawa, setelah mengobrol sebentar.Akhirnya waktu istirahat siang pun tiba,kamilangsung keluar mencari makan karena bosan sudah2harimakan bekal di kantor, sambil membeli ice creamdisebrang jalan sana, untuk membujuk Mizelyangsebenarnya pura-pura marah kepadaku. Bu Dian manajer perusahaan kami memang sepertiitu,senang sekali merepotkan, memberi tugas yangtidakkira-kira hingga kami terpaksa harus lembur di kantor.Sama seperti CEO kantor ini, Pak Beni. BukanCEOtampan yang masih bujangan tetapi CEO menyebalkandansudah tua. sebenarnya belum terlalu tua, mungkinumur30-an. Tapi karena sikapnya yang menyebalkan itu,yangmembuat wajahnya 10 tahun lebih tua. Setelah makan dan mampir ke toko ice creamtadi,aku dan Mizel kembali ke kantor. Di perjalanankamisedikit berbincang tentang ibu dan bapak penjualicecream ini. “ Zel kamu tahu, ibu dan bapak penjual icecreamini sebelum pindah ke ruko, mereka berjualan ditamankota menggunakan sepeda, ” kataku. “Oh ya? Tahu dari mana kamu? ”tanya Mizel“ Ibuku. Dulu waktu kecil aku dan Ibuseringberjalan-jalan di taman kota, dan membeli ice creaminirasanya masih tetap sama, enak. Setelah aku SMPkelas3mereka pindah ke ruko tadi.”“ Hebat mereka, bisa bertahan sampai sekarang,”ucap Mizel
100 Antologi Cerpen dan Puisi “ Yang hebat itu mereka bisa berkembang,suksesmembuka toko ice cream sebesar itu, tidak stuckdisitu-situ aja. Ga kaya aku, rasanya susaaahhhh,…bangettt mau promosi naik jabatan, ”kataku tersenyummiris.“Huss. Kata siapa An, kamu keren tau. Kerjapalinggiat gak pernah ngeluh. Belum An, percaya dehpastibakal ada saatnya. Aku udah seyakin ini sama kamu,masakamu gak yakin sama diri kamu sendiri? ”ucapMizelyang sebenarnya itu hanya kata-kata penenang bagiku.Setibanya di kantor kami bekerja kembali.Sambilsesekali tertawa membicarakan khayalan kami bertemujodoh di tempat kerja sampai memiliki CEO tampandanmasih muda seperti di drakor yang biasa kamitonton.Tapi kehidupan seperti itu sepertinya memang hanyaadadi drama saja, kenyataannya jauh sekali. Duniakerjayang perlu sekali kesabaran dalam menjalaninya.Kami pulang pukul 17.00 saat Jakarta sedangmacetmacetnya menuju malam. Tapi hari itu, aku yang biasanyapulang bersama dengan Mizel sekarang harus pulanglebihdulu, karena pekerjaan Mizel yang masih banyakdanterpaksa harus lembur. Aku bukannya tidak mau menemani,tapi memang tugas dari Bu Dian sudah bergiliranpastisaja semuanya kebagian lembur setiap minggunya.Jadi,Mizel pun juga tidak apa-apa malah menyuruhkuuntuksegera pulang, ia tahu Ibuku selalu menungguku pulang.Saat kami sedang bersiap-siap untuk pulang,tibatiba Pak Beni masuk ke ruangan kami “Mizelsebelumpulang kamu ke ruangan saya dulu, ada berkas yangperlukamu cek,” ucap Pak Beni. “ Baik Pak, kebetulan saya lembur malam ini,”Mizel mengiyakan.
JALAN MASIH PANJANG 101“ Maaf Pak, jika ada harus dikerjakan biarsayabantu, takutnya gak keburu soalnya tugas dariBuDianuntuk Mizel masih banyak, ”ucapku menawarkankarenamerasa kasihan dengan Mizel. “Kalau seperti itu kamu tolong kerjakan tugasdariBu Dian saja, kamu bawa pulang tidak apa apa,biarMizel mengerjakan berkas saya,”ucap Pak Beni.Sebenarnya aku mau menemani Mizel di sinitapibagaimana lagi, pak Beni sudah cukup berbaikhatikepadaku untuk tidak membuatku lembur malam ini.“Baik pak kalo begitu, biar saya kerjakanberkasdari bu Dian” kataku. “ Okey, terimakasih Anna. Mizel nanti keruangansaya ya, kamu kalo mau istirahat dulu,…makandulu,…boleh.” “Baik pak, terimakasih”ucap Mizel. Pak Beni pun keluar dari ruangan kami, teman-temansatu ruangan kami pun ikut menyusul keluar,merekaberpamitan pulang lebih dulu. Kini hanya tersisaakudan Mizel. “ An, beneran gakpapa kamu jadi harus ngerjainberkas bu Dian?” tanya Mizel “ Gapapa ko, santai saja. Aku minta maafmalahgakbisa nemenin kamu ngerjain di sini, ”ucapku.“Dih,… gapapa lah malah aku makasih banget,besokgantian deh aku yang traktir ice cream.”“Janji ya, aku tagih besok janjimu itu, ”ucapkusambil berdiri dari kursi, membawa berkas Bu Diandarimeja Mizel, “Okey janji” Mizel tersenyum. “ Yaudah aku duluan ya, selamat lembur teman,”kataku sambil melambaikan tangan.
102 Antologi Cerpen dan Puisi “Isshh,… ngeledek kau, ”Mizel berteriak kepadaku.Aku berjalan menyusuri lobby kantor menujulift,walaupun ruanganku di lantai 3 tetap sajacukupmelelahkan bila tidak menggunakan lift. Jakarta hari itu turun hujan, maka terpaksaakuharus memesan grab mobil dari kantor. Biasanya,untukmenghindari macet aku memesan gojek menuju stasiun,menggunakan KRL juga lebih menyenangkan. Tapikarenahari itu hujan, tidak mungkin aku naik gojek dulu,jaditidak apa-apa sepertinya memang harus bertemumacetmalam ini. Setelah beberapa saat menunggu di depankantor,akhirnya grabku datang, mobil xenia warna hitam.Akududuk melihat keluar jendela kaca mobil, menyaksikanriuh manusia yang tak surut meski hujan turun,jalananini tetap macet. Pengguna sepeda motor puntidakberkurang, banyak dari mereka yang mengendaraimotordengan rasa rindu terhadap keluarga di rumah,hujantidak menghalangi jalan pulang mereka. Setengah jam berlalu, jam tangan dipergelangantanganku menunjukkan pukul 18.47 wib. Sialnyakeberuntungan tidak berpihak padaku hari ini.Sudahsetengah jalan sebenarnya, tapi ternyata saatakumembuka tas, berkas Bu Dian yang ku ambil di mejaMizellupa ku masukkan Ke dalam tas. Dengan berberathati,akupun berputar arah kembali ke kantor. Masihdengankeadaan jalanan yang macet, dan hujan yang terusturun.Sekitar pukul 19.30 wib aku sampai di kantor.Kantor malam itu terlihat sepi, yang terlihathanyasatpam yang berjaga malam. Aku bergegasmenujuruanganku, menggunakan lift. Saat monitorliftmenunjukkan angka 3, akupun keluar kemudian berjalanmenuju ruanganku di sudut paling kanan.Karena
JALAN MASIH PANJANG 103ruanganku paling akhir, maka melewati beberaparuangantermasuk ruangan Pak Beni CEO kantor kami. Saat berjalan di depan ruang Pak Beni, aku berhentitersontak kaget dengan apa yang ku dengar. Aku mengintip di sela-sela kaca pintu, terlihatpakBeni yang duduk di dekat temanku Mizel. Mataku terbelalak melihat apa yang coba dilakukanpak Beni pada Mizel, “Tidak apa apa Mizel, sayajanjiakan mempromosikan kamu untuk naik jabatan. Asalkamumau pulang bersama saya malam ini, ”ucap pakBenimembujuk Mizel “ Ma … maksud bapak? mengantarkan saya pulangkerumah?” tanya mizel terbata-bata. “Ya, pulang ke rumah saya,”ucap Pak Beni.“ Maaf Pak tidak usah, ”Mizel menjawabdenganketakutan. Mendengar penolakan Mizel, Pak Beni malahsemakinmendekat, perlakuannya sudah kelewatan. “Kamu tidak perlu takut Mizel, katamu inginnaikjabatan. Susah loh saya mempromosikan langsung,kesempatan tidak datang dua kali”ucap Pak Benisambilberusaha memegang tangan Mizel. “ Saya bilang tidak usah, maaf Pak sayakeluardulu,” kata Mizel. Aku langsung bersembunyi di balik koridoryangmenghalangi antara ruangan Pak Beni denganposisitempatku saat ini. Mizel keluar dari ruangan Pak Beni dengantergesagesa, ia berlari ketakutan, “Mizel, …Mizel,…heiii,… dengar saya!!! Jangan lari!!!”teriakPakBeni.“Heii tunggu!!!” kali ini Pak Beni ikutberlarimengejar Mizel.
104 Antologi Cerpen dan Puisi Aku berdiri menyaksikan semuanya, tapi akuhanyadiam. Semuanya terlalu cepat hingga aku kebingunganmencerna semua ini. Aku takut, kakiku tidakbisabergerak. Kekuasaan yang di atas segalanya itusepertimengikat diriku seluruhnya. Mizel temanku,tapipekerjaanku juga sama berharganya. “Maaf Mizel,akukalah” gumamku. Pagi yang berat, setelah menyaksikan kejadiansemalam. Rasa bersalahku pada Mizel terus mengguncangpikiranku semalaman. Meski aku berusaha melupakannya,demi kebaikanku dan Mizel juga. Aku berusahatetaptenang pagi itu, sambil menunggu Mizel datang,akusendiri pun tidak tahu dia akan masuk atau tidak.“ Pagi Anna, ” Mizel datang dengan senyumannya.Tidak bisa ku sembunyikan wajah keherananku saatitu,mengapa bisa ia tersenyum pagi ini? Setelah kejadiansemalam. “Pagi Mizel, kamu sehat?”tanyaku. “ Hahaha Aneh sekali pertanyaanmu itu, ”jawabMizel.“ Ya nanya aja, … kan sudah lembur, ”kataku,berusaha biasa saja. “Ohhh itu, sehat ko,… aman,”jawab Mizellagi.“ Eh ini berkas Bu Dian udah beres, cekdulusaja, ” kataku. “ Wah, thanks An. Baik banget siiiih, ”Mizelmenyubit pipiku. Mizel pandai menyembunyikan semuanya. Tapi akutahubetul, ada perasaan khawatir dan gelisah di dadanya.Bibirnya mungkin tersenyum, akan tetapi rasatakutbeberapa kali ia samarkan.
JALAN MASIH PANJANG 105Melihat itu aku semakin merasa bersalah. PakBenijuga bersikap biasa saja seperti tidak ada apapun.Akusemakin muak dengan semua ini. Aku berjalan menuju ruangan Pak Beni. Dadakutegap,menguatkan diri untuk percaya pada diriku sendiri.“ Aku punya Tuhan, ia menciptakan semuanyasama.Mengapa harus takut?” gumamku. itulah kalimat yang membuatku yakin untuk datangkeruangan Pak Beni. “ Permisi Pak, boleh bicara sebentar? ”katakusambil mengetuk pintu “Ya masuk, ” ucap Pak Beni. “Oh Anna, silahkan duduk. Ada apa?”Sambungnya.“Terimakasih Pak, ”kataku. “ Saya ingin berbicara terkait yang sayalihatkemarin malam.” Pak Beni mengerutkan keningnya.“Hah? Apa maksudmu? Memang apa yang kau lihat?”ucap Pak Beni “Saya melihat Bapak dan Mizel kemarin malam.Ya,saya melihat semuanya. Saya melihat apa yangBapaklakukan terhadap Mizel. Dan Bapak tahu? Yang cobaBapaklakukan terhadap Mizel adalah tindakan pelecehanseksual, saya bisa menuntut Bapak”. Wajah Pak Beni memerah, ia geram dengan perkataankumungkin.. “Lancang sekali kamu, memang kamu punya bukti?”bentak Pak beni. “ Saya bisa membuat Mizel membuka suarauntukmenuntut apa yang telah Bapak lakukan.”Seketika wajah geram Pak Beni berubah menjadiketakutan “ Tolong Anna, jangan lakukan itu.Bilangsaja, apa yang bisa membuat kamu diam, akansayalakukan, ”pinta Pak Beni.
106 Antologi Cerpen dan Puisi “Promosikan saya untuk naik jabatan,”jawabku.Pak Beni diam sebentar, kemudian tertawa kencang,menertawakan perkataanku barusan. Wajah takutnyaseketika berubah, “Hahaha Anna,…Anna punya apakau?Silakan saja laporkan, bukti apa yang kau punya?Mizelakan membuka suara? Dia ketakutan sekarang, jangankanmembuka suara melawan saja dia tidak berani. TapiAnna,saya tidak melarang kamu. Malah saya senangakanmendapatkan pegawai baru yang lebih cantik darikamu.Pikirkan baik-baik, saya akan melupakan semuaini,begitupun juga kamu. Sana kembali ke ruangan kamu,sayasibuk.” Seperti disambar petir mendengar ucapan PakBeni.Memang benar Tuhan adil, semua manusia diciptakannyasama. Akan tetapi takdir setiap manusia berbeda.Kenyataannya hidup akan lebih mudah jika kita memilikiuang, jabatan, kekuasaan. Akupun keluar dari ruangan Pak Beni dan kembalikeruanganku. Mizel melihatku penuh makna, seakan tahuapayang barusan terjadi, “Kita kalah,”ucap Mizel.
JALAN MASIH PANJANG 107Selayang Pandang Suci Amelia Lahir di Garut pada 06 November2003. Penulis lulusan dariSDNMaripari 6, MTs Maripari, MAN1Garutdan kini sedang menempuh pendidikandi Institut Pendidikan IndonesiaProgram Studi Pendidikan BahasadanSastra Indonesia. Selain sedang menempuh pendidikan,penulis sekarang mengabdi menjadiguru honorer di MTs Karya Pembangunan.Mulaiberkecimpung dalam bidang penulisan sejak disekolahdasar melalui genre puisi. Beberapa kali mengikutilomba menulis dan kesastraan lainnya, dan sekarangsedang menekuni kembali untuk dapat menghasilkanlebihbanyak karya. Alamat email [email protected]. 085860211098
108 Antologi Cerpen dan Puisi 12. REDUP ASAL JANGAN PADAM Yulis Rahmawati Langit menjadi saksi tentang kisah yang dimilikinya.Aluna Senja Lesmana wanita hebat di dunia,tidakmengenal rasa lelah walau harus melalui takdiryangmenjadi miliknya. Keluarga yang begitu sederhanamenjadikan Aluna sebagai harapan keluarga, pundakkecilseorang anak perempuan pertama menjadi tanggungjawabdirinya. Kadang, orang-orang selalu menganggapremehkeluarga dan dirinya. Cacian, hinaan dan omongankasarterlontar dari orang-orang yang tidak memilikiakalpikiran dan juga hati. Aluna sebenarnya tidak mau seperti ini kalaumemangtakdir bisa dipilih. Aluna pekerja keras sepertiinisetelah lelaki yang ia banggakan terlebih dahuludipanggil oleh Tuhan. Ayah merupakan lelaki pertamayangAluna cintai. Lelaki pertama yang menjadikanpanutanuntuk terus berusaha dan selalu kuat. Ibunyatidakmemaksa Aluna untuk bekerja keras seperti ini.Namun,keinginan Aluna atau mungkin takdir Aluna yangmemilihmembantu ibunya bekerja demi sesuap nasi danjugamenyekolahkan adik-adiknya. Aluna tidak mausosokwanita yang berharga di dunia ini kecapean.Biarkandirinya yang harus lebih berjuang karena kalaubukandirinya siapa lagi. Aluna bekerja di toko bunga. Selain itu, iajugabekerja part time di cafe dan juga minimarket.Alunatidak bisa bekerja di kantoran yang gajinyabesarkarena pendidikannya kurang menunjang. Dia harusputuskuliah di tengah jalan. Aluna tidak bisa mengejar
JALAN MASIH PANJANG 109beasiswa yang sangat sulit di taklukkan dansainganyang begitu banyak. Aluna tidak peduli jika sekarangiaharus berhenti kuliah, yang penting adik-adiknyabisasukses dan kuliah melebihi dirinya. Aluna memiliki dua adik. Adik pertama perempuanbernama Nasya Rembulan Lesmana sekarang Nasyabarumenduduki bangku kuliah dan adik yang kedua ArkanaLangit Lesmana ia merupakan adik terakhir danlelakikedua setelah ayahnya. Arkana masih sangat kecil,iabaru duduk di bangku SD. Arkana masih membutuhkankasih sayang dan didikan yang lebih baik. Kalauditanyatentang Ibu Aluna kerja dimana, Ibu Aluna bekerjaditempat orang. Yah,… bisa dianggap sebagai pembantu.Namun, Aluna dan adik-adiknya tidak pernahmindermengetahui pekerjaan ibunya. Kenapa harus minder?pekerjaan pembantu itu layak dan halal, apa salahnya?"Kerja terus gak capek apa?, "tanya seoranglelakitampan bertubuh tinggi. "Mau gimana lagi, harusnya begini yah dijalanisaja, "jawab Aluna. "Nanti pulang barengkan? " tanya lelaki itu."Iya bawel,… husss ganggu kerja aja," candaAluna.Raditya Lintang Pramoedya sosok lelakiyangbertanya barusan. Sosok lelaki yang pertamakalimenjadi teman Aluna. Mungkin pertemuan yangselalutidak di sengaja membuat mereka menjadi dekat.Radityaseorang lelaki tampan,tinggi dan baik hati. Diaorangyang sama, yang sering menolong Aluna saatsedangkesusahan. Sebenarnya Aluna tidak masalah bertemandengannya. Namun, rasanya kurang enak karena nyatanyasosok Raditya adalah pemilik cafe tempat Aluna bekerja.Dia pun merasa tidak enak kalau sering berinteraksi
110 Antologi Cerpen dan Puisi dengannya, takut tanggapan orang tidak baik terhadapAluna. Pulang malam menjadi salah satu rutinitas,bukanuntuk apa-apa mengingat pekerjaan yang begitupadatmembuat Aluna harus menerima keadaan. Tapi kebanyakanorang salah mengartikan, pandangan tetanggaAlunasangat buruk. Bahkan ada yang menuduh Alunasebagaiwanita malam, padahal Aluna kerja halal. Tidakpeduliapa yang dikatakan orang-orang, tidakpedulimendapatkan cacian, hinaan, Aluna sudah sangatkebaldalam hal ini. Pagi ini Aluna berjalan santai. Ia tidakmemakaisepeda hari ini dikarenakan ban sepedanya harusmintadi ganti. Maka ia akan berjalan kaki saja ke tokobungaitung-itung olahraga pagi. Saat sedang di jalantibatiba lengan Aluna di tarik. "Awww," ringis Aluna. "Lo ngapain di sini, lepasin gak,"kata Alunasebarinada marah. "Hay lo makin cantik aja Aluna, gimanakabarnya,"tutur orang tersebut. "Lepasin gak, tangan gue sakit, "tutur Alunasebariberusaha untuk melepaskan tangan orang tersebut."Lo gak kangen gue apa Lun, gue udah bebasdaripenjara sekarang, lo gak mau balikan lagi sama gue?""Apaansih gak jelas banget, lepasin sakit,"teriakAluna. "Jawab dulu pertanyaan gue sayang," tutur laki-lakiitu terus memegangi pergelangan Aluna bahkan sekaranglebih kencang. Laki-laki itu adalah Davin orangdimasalalu yang sering menyakiti Aluna. Davin orang pertama yang Aluna cintai danorangpertama yang membuat Aluna jatuh hati padanya,
JALAN MASIH PANJANG 111sehingga ia terjebak dalam dunia pacaran. HubunganAluna dan Davin terbilang cukup lama mereka menjalanihubungan selama satu tahun lamanya saat SMA.Awalnyahubungan mereka sangat romantis dan tidak adakatatoxic lama kelamaan hubungan yang baik-baik sajakinimemburuk. Davin selalu menyiksa Aluna saat sedangmarahmenamparnya, mengguyurnya dengan air, menendangnya.Davin seperti itu karena ia sering mabuk-mabukanmeminum hal yang seharusnya tidak dilakukan sehinggapelampiasan kepada Aluna. Lebih parahnya lagiDavinpacaran dengan Aluna karena taruhan dengantemantemannya siapa yang bisa mendapatkan hati Alunamakaiaakan mendapatkan hadiah yang sangat menarik. Tangan Aluna semakin di cengkram bahkan Davinterusmembawa Aluna. "Davin lepas!... sakit, tolong, "lirih Aluna."Diam jadi cewek berisik amat lo, "Davinterusmembawa Aluna. "Woyyy berhenti, "teriak salah satu seorangPria,ternyata itu Raditiya. "Cek jangan urus kehidupan orang lo, "kataDavinkepada Raditya. "Lepasin gak atau gue laporin lo ke polisi,"kataRaditya mengancam Davin. Akhirnya cengkraman tangan Davin terlepasdarilengan Aluna. Namun, Davin tiba-tiba menonjok Raditya.Pada akhirnya mereka saling tonjok menonjok,Alunabingung harus melakukan apa. "Stop!" kata Aluna sambil menangis. Raditya dan Davin berhenti mereka saling menatapkearah Aluna.
112 Antologi Cerpen dan Puisi "Heyy Dav makasih untuk semuanya. Hubungankitasampai di sini saja jujur aku gak kuat terusmenerusdihinakan oleh kamu. Aku tidak akan memintakamukembali lagi. Aku tidak akan membuat semuanyasepertidulu lagi. Kali ini cukup sampai di sini aku tidakakanmempertahankan lagi. Jika suatu saat nanti akuataukamu yang lebih bahagia terlebih dahulu, tolongmenjadiorang baik. Tolong pertahankan Davin, …yangpertamakali aku kenal baik dan penyayang. Berbahagialahdengan kehidupan baru kamu, dari hubungan yangkitajalani kemarin tolong jadikan itu sebagai kesalahandanpelajaran untuk ke depannya. Sungguh akupernahmencintai kamu sebegitu hebat nya, mati-matianmempertahankan hubungan yang jelas salah. Terimakasihtelah datang di hidup aku sehingga aku tauorangseperti apa yang layak untuk dicintai, dan hubunganapayang layak untuk di pertahankan. Selamat tinggaldansemoga diantara kita bertemu titik terbaik menuruttakdir, "tutur Aluna panjang lebar sehinggamembuatDavin membeku di tempat. Aluna berjalan melawan Davin membawa tanganRadityauntuk menjauh dari tempat itu. "Lun Are you okay?, " tanya Raditya. "Gue gak papa makasih yah udah bantuin gue,wajahlo jadi babak belur begini, " tutur Aluna. "Gak papa santai aja, nanti juga sembuh,"kataRaditya. "Nanti gue obatin yah, mau ikut gue dulu ketokobunga? nanti gue obatin yah di sana, "ajakAlunaterhadap Raditya. "Boleh,… Ayo, "jawab Radit. Lagi-lagi Raditya yang selalu menjadi pahlawandikehidupan Aluna. Apakah Tuhan mempertemukan Raditya
JALAN MASIH PANJANG 113kepada Aluna agar selalu menemani dan melindungiAlunaagar tidak selalu kuat sendirian. *** Perjalanan malam yang sangat melelahkan.Namunharus tetap semangat karena menuju istirahat danmenujukasur kesayangan. Seperti biasa saat pulang Alunaakanbersama Raditya menjadi rutinitas mereka setelahberteman cukup lama. Perbincangan random di dalammobilsesekali diselingi canda tawa ringan. Tiba-tiba ponsel Aluna berdering menandakanadanyapangilan. Aluna mengangkat telepon ternyata ituadalahadiknya Nasya. "Lo kenapa Lun keliatan panik, "Raditya khawatirmelihat Aluna tiba-tiba panik. "Ehm, … Dit boleh putar balik gak anteringuekerumah sakit. Ibu gue kecelakaan, "cemas Alunamatanyaberkaca-kaca. Raditya menjalankan mobilnya dengan kecepatantinggi dia juga panik melihat Aluna yang sudah menangisdi dalam mobilnya. Aluna dan Raditya berlari menyusurirumah sakit untuk menemukan di mana Ibu Aluna berada.*** "Dek kenapa Ibu bisa begini?, "tanya Alunapadaadiknya, Nasya. "Ibu kecelakaan saat pulang kerja kak, Nasyajugadi telepon oleh pihak rumah sakit, " tutur Nasya."Ya ampun semoga Ibu gak kenapa-napa." Aluna langsung memeluk kedua adiknya. Iaharuskelihatan kuat agar adiknya tidak khawatir terhadapibunya. Waktu terus berlalu, tak lama kemudian dokteryangmenangani ibunya keluar. "Dengan keluarga pasien?, "tanya dokter.
114 Antologi Cerpen dan Puisi "Iya dok, saya anaknya," jawab Aluna. "Ada beberapa hal yang membuat pasien terbaringkoma. Pertama benturan tabrak lari di kepalasangatkeras sehingga pasien belum tersadarkan dan yangpalingparahnya kaki pasien harus segera di operasikarenaterjadi keretakan di bagian lututnya yangdapatmengakibatkan kelumpuhan, sehingga harus cepatditangani." "Deggg… " Hati Aluna sangat sakit wanita berharganyaharusseperti ini. Nasya dan Arkana mereka menagissalingberpelukan, Raditya menanangkan mereka. Alunapergibersama dokter untuk membicarakan terkait ibunya."Dok,… Ibu saya bakal baik-baik saja kan?"tanyakucemas. "Berdoa saja yah De, semoga Allah memberikankesembuhan, kami akan berusaha semaksimal mungkinuntuk kesembuhan pasien." "Untuk masalah operasi kira-kira harus adauangberapa Dok?, "tanya Aluna. "Sekitar 50 juta karena kaki pasien sangatparah,"jelas dokter. Mengapa kenyataan seperti ini yang harusAlunaterima. Bagaimana ia mengumpulkan uang sebanyakitudalam waktu dekat. Aluna sangat bingung, sekarangiamenangis di taman sendirian. Tiba-tiba sosokRadityadatang menenangkan Aluna. "Semua pasti akan baik-baik saja Lun, "Radityamengusap punggung Aluna untuk menenangkannya. "Apa yang terjadi hari ini, biarlah,…itumenjadicerita untuk hari ini saja Lun. Janji, …untuktidakberhenti di hari ini, ya? Karena masih ada hariesok,
JALAN MASIH PANJANG 115dan barangkali esok lebih baik. Let's live forallthelittle things, Lun. Let's live, " suara hati Raditya.Operasi ibu Aluna akan tetap dilanjutkankarenaRaditya telah membayar uang operasi ibu Aluna.Memangsudah takdir seperti ini, tidak ada yang tahukedepannya bagaimana. Tuhan pasti akan mengirimsosokpelindung. Sosok yang mengayomi di saat sedihmaupunsusah. Pastinya rencana Tuhan akan lebih baik.Tidaksemua orang di dunia ini jahat. Masih banyak manusiadibumi ini yang peduli, salah satunya seperti Raditya."Maaf Dit gue gak enak sama lo, lo sering bantuguedan keluarga gue, "ujar Aluna. "Lun selagi gue bisa kenapa engga, gue jugagakkeberatan buat bantu lo. Lo lakuin semuanya sendiriantanpa mempedulikan diri lo sendiri. Lo juga harusjagakesehatan diri lo, jangan terus-terusan sepertiini,"kata Raditya. Perkataan Raditya sangat benar. Alunatidakmementingkan tubuhnya, Aluna terlalu memaksakan.Kini Aluna menangis di hadapan Raditya karenasudahtidak tahan lagi. Raditya mendekati Alunadanmemberikan pelukan hangat serta membiarkan dadanyamenjadi sandaran bagi Aluna yang sedang rapuh. “ Menjadi independent woman bukan berartibisamengatasi semuanya sendiri. Walaupun aku terlihatsangat kuat, jujur saja aku rapuh, sangatrapuh,terkadang aku hanya butuh pelukan. Aku tidak keberatanjika tidak ada orang membantuku menyelesaikan masalah,hanya saja terkadang aku butuh tempat untuk bersandar,hanya untuk menangis, sebentar saja. Aku akan menangismalam ini, besok aku akan menjadi wanita yang kuatlagi,sungguh Dit, "tutur Aluna.
116 Antologi Cerpen dan Puisi "Menangis Lun, menangislah sepuasnya, jikakauingin menangis lagi besok malam juga tidak apa-apa.Akumasih di sini, tempat dimana kamu bisa bersandar,"hiburRaditya *** Goesan sepeda membawa Aluna menyusuri jalan,tanpahenti roda terus berputar sesuai dengan hembusananginkencang menjadikan oksigen untuk bernafas.Titiktujuanpun tiba, makam seorang Ayah yangsudahmeninggalkan nya di dunia. "Hay Ayah." "Maaf Ayah Luna baru nengokin Ayah lagi,Ayahpasti bahagia di sana, Ayah pasti gak ngerasasakitlagi. Ayah banggakan lihat Aluna, Ayah maaf bolehAlunangeluh? boleh Aluna mengucap kata capek? sejujurnyaAluna tidak kuat, sejujurnya Aluna capek. MengapaAlunaharus menjalani hari-hari seperti ini. Ibu kecelakaanyah, Aluna harus berjuang untuk kesembuhan Ibu.Alunagak mau kehilangan ibu seperti Aluna kehilanganAyah.Kalau bisa Aluna mau ikut saja ke Ayah, Alunasudahtidak kuat. Bahu Aluna sudah rapuh, kaki Alunasudahcapek untuk melangkah. Begitu banyak cobaan yangAlunahadapi. Begitu banyak duri yang sudah Alunainjak.Namun, kalau Aluna tidak seperti ini bagaimanadenganadik-adik bagaimana dengan Ibu? Ayah percayakanpadaAluna bahwa Aluna bisa melewati semuanya ini?Ayahpercayakan setelah ada hujan pasti ada pelangi?Alunasedang menunggu pelangi itu datang di kehidupanAluna.Namun sampai kapan Aluna harus menunggu?, "keluhAluna.Aluna akhirnya meninggalkan makam Ayahnya.Selainmengutarakan isi hati Aluna juga mendo'akanAyahnyaagar di tempatkan di tempat yang terbaik.
JALAN MASIH PANJANG 117Semenjak kejadian semalam, Aluna menjadilegakarena masih ada orang yang begitu peduli pada dirinya.Tuhan mengirimkan sosok Raditya untuk adadalamhidupnya. Menjadikan sosok Raditya jadi penopangdirinya. Ibu Aluna telah menjalani operasidenganselamat dan sedang menunggu pemulihan. Selain biayaibudi rumah sakit, biaya kuliah Nasya pun sudah dibayarsepenuhnya sampai akhir oleh Raditya. Raditya,…benerbenar sosok pangeran berhati emas ini. Aluna sudh menceritakan tentang Radityasejakibunya berangsur pulih. Dia menceritakan jikaRadityasudah banyak membantu keluarganya mulai pekerjaannya,biaya operasi ibunya hingga biaya kuliah adiknya.Begitupun halnya dengan Raditya, dia punsudahmengenalkan sosok Aluna kepada keluarganya.BahkanRaditya telah meminta izin kepada Ibu Alunauntukmenjadikan anak sulungnya itu menjadi pendampinghidupnya. Ibu Aluna pun mengizinkannya. SemogasosokRaditya lah orang yang dapat menyinari hari- hariAlunanantinya. Seperti saat ini Raditya tiba-tiba mengajakAlunauntuk ke pantai melihat senja. Mereka duduk diataspasir melihat lautan yang begitu luasnya anginsepoisepoi menjadi pemandu suasana. "Kenapa ngajak kesini?, " tanya Aluna. "Ada hal yang perlu di bicarain. Kamu maukalaumenjadi pendamping Aku?, " tanya Raditya tiba-tiba.Hati Aluna berdetak kencang. Laki-laki ini mengajakserius pada dirinya. Sungguh ini sangat tidaktidakmasuk akal. Karena Aluna dan Raditya bagaikanlangitdan bumi. Raditya berasal dari keluargaberadasementara itu Aluna hanyalah pekerja Raditya.
118 Antologi Cerpen dan Puisi Aluna menjawab dengan anggukan menandakanpersetujuan atas pertanyaan Raditya. Merekasalingmenatap dan tersenyum. Suara ombak menjadi pemecahkeheningan. "Dit terima kasih telah datang ke dalam kehidupanku.Meskipun kita awal bertemu karena ketidaksengajaan,Akutidak menyangka akan seperti ini akhirnya. Terimakasihuntuk semuanya. Aku tidak tahu kalau tidak mengenalmu,akan seperti apa sekarang, " kata Aluna. "Jangan berterima kasih kepadaku, berterimakasihlah pada Sang Kuasa yang telah menjadikandirimukuat dan bertahan sejauh ini, yang telah mengabulkanapa yang selama ini kamu panjatkan dalam do'a,"jawanRaditya. "Kamu tahu, sumber kuatku selain IllahiRabbyadalah kamu. Kamu yang selalu mengingatkanuntukberhenti sesaat. Kamu yang selalu marah apabiladiriini lupa, lupa untuk membayangkan diri sendiri.Kamutahu aku sering goyah dan kerap dengan mudahnyamengucap kata lelah," kata Aluna sembari memandangkearah depan. "Janji padaku, jangan sedih karena semuainiterjadi ya? Jangan pula menyalahkan dirimu. Apalagimenghukumnya. Ini bukan titik, hanya koma. Inibukanujung, masih di pertengahan. Sebab Tuhanbegitusayangnya padamu, kamu begitu berharga bagi-Nya.Kamuadalah terang dan berkat yang dipercaya-Nyauntukbanyak orang, yang dekat dan yang jauh. Makadenganalasan yang tidak kurang dari itu, kamu diberikanjeda.Jeda untuk memulihkan diri kamu sendiri, menguatkandiri kamu sendiri, sebelum kembali menopang banyakdipundakmu. Sejatinya tidak ada manusia yang selaludansepenuhnya kuat. Kita kuat, iya, hanya tidakselalu.
JALAN MASIH PANJANG 119Kita diberi senang, sedih, lelah, dan sakitjuga.Kenapa? Karena memang begitu kita dicipta-Nya.Aku,kamu, semua makhluk di bumi, bahkan benda langitpunjuga. Tidak ada yang terus menerus. Ada kalanyasiang,ada juga malam, ada kalanya bangun, juga ada tidur.Adasehat,ada sakit. Sekalipun kakimu kuat, dan masihinginterus berjalan, tidak peduli seberapa jauh pun disuatusaat waktu akan berhenti juga. Dimana, kapan,lama,atau sebentarnya tidak ada yang tahu, hanya itupasti.Tapi semua itu tak apa, memang begitu adanya,memangbegitu seharusnya. Sementara ini biarlah hujanturundulu. Biarlah juga kita menunggu, menunggu mataharikembali bersinar terang. Matahari yang kita kenalhanyasedang redup, tapi tidak akan pernah padam." Tuturkatayang diucapkan oleh Raditya membuat tangisanAlunapecah,laki-laki ini adalah penerangan baginya. Banyak cobaan yang di lalui, banyak rintanganyangharus di basmi. Sejatinya akan ada kebahagiaandibaliknya, baik itu hal kecil atau hal besar.Memangcapek untuk dilalui, tapi di balik itu pastiadahikmahnya. Karena hidup tidak selalu berjalan baikadabanyak rintangan yang harus dihadapi. Akan adasaatnyaredup namun akan ada saatnya kehidupan itu ada penerang.
120 Antologi Cerpen dan Puisi Selayang Pandang Yulis Rahmawati. LahirdiGarut, 22 Agustus 2004.Lulusandari Tk Nurul Huda, SDN 03Cisero,SMPN 01 CISURUPAN, SMAN 16GARUTsedang menempuh pendidikandiInstitut Pendidikan Indonesiatahun masuk 2022. Hobi membaca karyafiksi,menulis cerita bahkanpuisi.Menulis fiksi modern seperti Au (Alternatif Univers).Twitter bernama @zeyizeyy, email [email protected]. Hp. 085703226575
JALAN MASIH PANJANG 12113. MERASUK Salimah Nurhasanah DOR! Suara tembakan menggema keras di udara.Sebuahpeluru terbang menembus tepat di bagian jantungseorangwanita paruh baya. Malang!... Darah merembes dibalikbajunya, bahkan ada beberapa tetesan yang terlemparketanah. Sakit rasanya. Wanita paruh baya itu memegangidadanya berharap rasa sakit itu berkurang. Matanyaterpejam, giginya menyatu dengan kuat. Tetapsaja,sakitnya tak berkurang sehelai rambut pun. Ia merintih,ia mengerang lalu terkulai jatuh ke tanah. Seorang wanita muda berdiri kaku tak jauhdariposisi mereka. Wanita muda itu bernama Arumi.Iamemperhatikan dengan nanar ibu mertuanya yang bergerakgerak kesakitan di tanah serta seorang lelakiyangberdiri beberapa meter di depannya. Di tangannyaterdapat pistol masih terarah ke wanita tua yangmalangitu. Kalung tegkorak yang seharusnya menggantungdileher malah dililitkan di jemari kanannya. Iahanyamenatap raga yang tengah merintih itu seakantakterjadi apa-apa. Arumi tadi terbangun karena ingin mengambilairminum. Namun, saat melewati kamar ibu mertuanya,Arumimelihat pintunya terbuka. Wanita berusia 20 tahunituhendak menutup kamarnya. Ia berpikir, mungkin mertuanyalupa. Tapi, Arumi terkejut mendapati ibu mertuanyatakada di kamar. Ia sudah menelusuri seluruh rumahdankini pencarian terakhirnya di halaman belakang rumahnya
122 Antologi Cerpen dan Puisi yang luas. Benar saja, Arumi mendengar suaraledakandari arah yang dicurigainya. Tanpa berkata apa-apalagi,ia langsung berlari ke sana. Setibanya di halaman belakang, tenggorokanArumiseketika tercekat melihat ibu yang sudah iaanggapsebagai ibunya sendiri terkapar bersimbah darah.Iamenatap marah lelaki yang sudah dengan tega melepaskanpelatuknya. “ Hey! ” seru Arumi sambil berjalan cepatkearahnya, membuat sang lelaki berjaket hitam itumenoleh.Di balik masker hitam yang dikenakannya, ia menyeringai.Rambutnya pun tak terlihat karena tertutupitudungjaket. Selain itu, perawakannya tersamarkan olehwarnagelap langit malam hari. Meski begitu, Arumimelihatlelaki itu memiliki badan yang tinggi. Arumi menghampiri dengan tergesa. Bukannyalarikarena sudah tertangkap basah, lelaki itu malahdiamsaja. Entah apa rencananya? Begitu Arumi hampirtibabeberapa senti lagi, tiba-tiba lelaki bermaskeritumemindahkan pistol dari tangannya ke tanganArumi.Setelahnya, ia berbalik dan kabur meloncatitembokmenjulang di belakangnya. Arumi refleks menggerakkanbadannya hendak mengejar. Sayangnya lelaki itulebihdulu menghilang di balik tembok. Hanya selang beberapadetik, seruan kemarahan orang yang memanggilnamanyamembuat Arumi tersentak. “ARUMI!” Arumi menoleh. “MAU KABUR KEMANAKAMU,HAH?! ” Sosok lelaki berbeda orang dari sebelumnya,melangkah penuh amarah ke arah Arumi. Ia mengenakansetelan formal khas orang kantoran. Ia yanglelahsehabis bekerja, justru disambut oleh pemandangantakmengenakan ini. "BERANINYA KAMU MEMBUNUH IBUKU!"pekikPadma penuh emosi. Ia adalah suami Arumi.
JALAN MASIH PANJANG 123Arumi menggeleng tak terima sang suami menuduhnya.Tidak! Bukan ia pelakunya. Ia tak mungkin berbuatsekejam itu. Padma salah paham padanya. Ia hanyainginmengejar pembunuh itu, bukan ingin kabur. "Mas,bukanaku. Orang itu yang membunuhnya." "JELAS-JELAS PISTOLNYA ADA DI TANGAN KAMU!"Arumilangsung memandang benda yang dimaksud Padmadenganbergetar. Ia refleks melemparnya. Padma beralihmemandang ibunya yang terkapar tak berdaya.Iamenghampiri dan memangku kepalanya. Darah terusmenguartiada henti dari dada sang ibu. "Bu, Bu, bertahanlah!""S-sakit, ” lirih wanita tua itu sambil memegangdadanya. Ia masih setengah sadar. "PANGGILKAN AMBULAN CEPAT!" Arumi segera melakukan intruksi itu. Taklamakemudian, ambulan datang. Padma segera membopongtubuhibunya. Sebelum masuk, ia memandang Arumidengantatapan membunuh. "Kalau terjadi sesuatu dengan ibuku, demi Tuhanakutak akan memaafkanmu!" Arumi tak bisa berkata apapun selain menangis,meluapkan apa yang dirasakannya. Ia merasakanfirasatburuk akan menimpa dirinya sebentar lagi. Ditambah,pandangan beberapa orang tadi di luar rumahsemakinmembuatnya tak mampu berkata-kata. Mereka menatapnyapenuh kebencian. Kejadian itu berlangsung padatengahmalam. Dalam diam Arumi berharap semoga firasatnyatidak benar. *** Di sebuah rumah sakit pusat kota, terdapatduaorang berbeda gender menanti dengan khawatir diluarruangan. Padma duduk di kursi sambil menunduk,sementara Arumi mondar-mandir di luar pintu. Sesekali
124 Antologi Cerpen dan Puisi ia menggigit kukunya dengan derai air mata danterusmemandang ke arah jendela. Tak lama kemudian,dirinyaberjengit kaget karena cengkraman kuat di pergelangantangannya. Ia memandang Padma sendu. Entah sejakkapanlelaki itu berdiri dari duduknya? "Kenapa kamu tega melakukan hal sekeji ini?!""Bukan aku, Mas. Percaya sama aku." "Mau ngelak lagi? Jelas-jelas cuman kamu yangadadi sana!” "Aku tak ngelak, memang bukan aku. Sosokserbahitam itu yang melakukannya. Dia tiba-tiba menembakIbudan menyerahkan pistol itu padaku. Lalu dia laribegitusaja sebelum kamu datang. Dia kabur lewattembokbelakang." Kepalang marah, Padma beralih mencengkramdaguArumi hingga membuat wanita itu meringis."Dapatdongeng dari mana kamu, hah?!”“Aku bicara jujur. Percayalah padaku.”Padma semakin menekan rahang Arumi membuat istrinyaitu berteriak spontan. “ Kalau sampai ibukukenapakenapa, kamu yang tanggung akibatnya!" Ia menghempaskandengan kasar dagu Arumi. Arumi hanya bisa menangis sesenggukan menanggapitingkah kasar suaminya. Pertama kalinya ia menyaksikanPadma semarah ini. Yang ia kenal adalah sosokPadmayang lemah lembut dan tak pernah meninggikannadabicaranya apalagi sampai bermain fisik. Arumibingungharus bagaimana lagi menjelaskannya? Tak lama kemudian, dokter keluar menyampaikankabaryang membuat kedua orang itu merasa dunianyaruntuhdalam sekejap. Ibu mereka telah kehilangannyawa.Dokter sudah berusaha semampu mereka. NamunTuhanberkata lain. Luka akibat peluru itu sangatdalam
JALAN MASIH PANJANG 125hingga berhasil menciptakan lubang di jantung.Detikitu juga Arumi mendapatkan tatapan penuh artidariPadma. *** Padma tak terima ibunya meninggal dalamkeadaanmengenaskan. Apalagi, cinta pertamanya itu matiditangan istrinya sendiri. Detik itu juga setelahselesaipemakaman, Padma menceraikan istrinya dan membawakasustersebut ke jalur hukum. Polisi segera mengusut kasus tersebut. Parapetugastak menemukan hal janggal di TKP selain sebuahpistolyang dijadikan sebagai barang bukti. Kasus tersebutsangat rumit, hingga dibawa ke pengadilan.Sidangpertama dan kedua terlaksana. Berdasarkan barangbuktiyang ada, untuk sementara waktu Arumi dijadikansebagaitersangka. Padma mempekerjakan pengacara terbaikuntukmenjatuhkan Arumi. Lelaki itu sangat puas melihatpenderitaan mantan istrinya. Cinta yang ia milikitelahkalah oleh rasa benci yang mulai menggerayangi hatinya.Tak ada saksi mata. Semua bukti yangadamemberatkan Arumi. Arumi sudah menceritakansemuasesuai dengan yang ia alami, namun tak ada seorangpunyang mempercayainya. Arumi yang rapuh menelansemuasendirian. Tak hanya oleh mantan suaminya, iajugadikecam oleh banyak orang. Kebanyakan darimerekaberpendapat, pengakuannya hanyalah alibi. Banyakmediameliput kasus tentangnya. Namanya terkenal di mana-mana.Bukan karena prestasi, melainkan karena suatu halyangtak pernah ia lakukan. Ujaran-ujaran kebencian mengenaidirinya terus menusuk telinga setiap waktu.Wanitamalang itu menjadi takut keluar rumah, meskisekadarpergi ke warung depan.
126 Antologi Cerpen dan Puisi Sidang terakhir tiba. Arumi dan pengacarayangmembantunya belum juga menemukan titik terang.Arumitak berhasil mencari sesuatu yang dapat meringankannya.Persidangan berlangsung sengit. Padma menuntutnyahabis-habisan. Ia kalah di persidangan itu danresmidinyatakan bersalah. Wanita muda itu mendapatkanhukuman selama 20 tahun penjara atas kasus pembunuhan.Mulai dari sanalah kehidupan dan tujuan hidupnyaberubah. Tak hanya raganya saja yang terjebak dibalikjeruji besi, tapi jiwanya juga turut terkurung.Selamamendekam di dalam penjara, ia menjalani kehidupannyadalam kemarahan, bahkan hingga hari kebebasannyatiba,amarah itu tak pernah pudar sedikitpun. *** 15 tahun kemudian "Akhirnya aku bebas," ucap seorang wanitasambilmenghirup udara segar di pagi hari. Arumi,wanitaberusia 35 tahun itu baru dibebaskan dari penjara.Polisi memberikan keringanan masa tahanannya.Hukumannya dipercepat karena ia selalu berperilakubaikselama berada di sana. Tiba-tiba sekelebat ingatan menusuk dadanya.Lukalama itu terus menghantui, membuat air matanyamenetessetiap hari. Mutiara bening itu menjadi saksibisuratapan ketidakadilan baginya. Ia tak memiliki siapapun.Selama di penjara tak ada yang menjenguknya.Satusatunya orang yang Arumi punya hanya Padma, sedangkanPadma tak sekalipun menampakkan batang hidungnyadidepan Arumi. Meski begitu, harapan akan kedatanganPadma tak memudar setiap wakt. Itu artinya di sisilain,Arumi harus siap terjatuh karena ekspetasinya sendiri.Kedua tangannya terkepal di samping badan.Lukasayatan itu membangkitkan amarahnya. Hinaan,
JALAN MASIH PANJANG 127ketidakadilan, dan tuduhan, semuanya sudah cukupsampaidi sini. Arumi bertekad mencari pelaku sebenarnya.Iamasih ingat sekali pelaku serba hitam itu memilikikalung yang ia sematkan di jemari tangan kanannya.Iatak pernah lupa akan hal itu. Kini tujuan hidupnyahanya satu, membalaskan dendam atas segala penderitaanyang dirasakannya selama ini. *** Arumi bingung harus ke mana dirinya sekarang.Iatelah mendatangi rumah tempat dulu tinggal sebelummenjadi istri Padma, tapi para wargatakmenginginkannya. Mereka terlanjur membenci Arumimeskikejadian tersebut sudah berlalu. Jadilah sekarangiaberdiri kaku di depan pagar menjulang yangtelahberkarat. Rumah ini masih tetap sama. Hanya kondisinyasaja yang tak terawat. Arumi berharap semogaPadmamasih tinggal di rumah itu. Di hati terdalamnya,Arumimasih mencintai Padma. Rasa rindunya kian menggebudariwaktu ke waktu. Maka dengan ia mendatangimantansuaminya, berharap bisa sedikit mengobati perasaanyangbergejolak selama 15 tahun lamanya. Helaan napas keluar dari mulut sebelum akhirnyakaki Arumi terdorong untuk masuk. Syukurlah pagaritutidak dikunci. Wanita ber-sweater biru dongkeritumemandang halaman sekitar depan rumah. Tak banyakyangberubah selain beberapa tanaman yang sudah layudankering. Setelah kakinya berhasil mendarat diterasrumah, ia termenung. Sepercik keraguan timbul,antaraingin mengetuk atau tidak. Jujur ia sedikittakutdengan respon mantan suaminya. Apa ia akan terkejut?Bagaimana jika nanti Padma marah besar dan mengusirnya?Arumi menggeleng, berusaha mengenyahkan pikirannegatifnya. Tidak, ia tak boleh takut. Ia terlanjur
128 Antologi Cerpen dan Puisi datang ke mari. Lama bergulat dengan dirinya sendiri,Arumi akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu itu."Mas?" Tak ada jawaban. Apa mungkin Padmasedangkeluar? Arumi mengetuk pintu itu sekali lagi. "Mas?" "Rumi." Suara lirih seseorang terdengar samar.Arumi mendekatkan telinganya ke pintuuntukmemastikan pendengarannya tak salah. “Mas?”“Rumi ... tolong.” Suara lirih itu terdengarlagi.Sontak saja wanita itu diliputi rasa khawatir. Duk duk duk "Mas?!" Arumi menyentuh knop pintu dan mendorongnyaperlahan. Ia bersyukur pintu itu tak terkunci.Begitupintu terbuka, wanita itu terkejut bukanmainmenyaksikan pemandangan mengerikan di depannya.Padmatergeletak di lantai disertai cairan kental merahyangmembentuk danau kecil. Padma mengerang kesakitansambilmemegang perutnya. Arumi segera menghampiri dan memangku kepalanya.Walaupun Padma yang telah membuatnya dipenjara,namunia tetap merasa sakit melihat Padma dalam kondisitakberdaya. Arumi tak dapat menahan bendungan air matanya."Siapa yang melakukan ini?" ujarnya sambil menangis."Ma-af. Aku ... tak percaya ... padamu."Padmamenatap mantan istrinya lemah. "Mas," lirih Arumi. "Dia ... su-sudah mengatakannya. Dia pelakunya...b-bukan kamu. Dia d-dendam." "Sudahlah jangan bicara lagi. Aku akan memanggilambulan. Bertahanlah!" Arumi baru saja inginmelepaskepala Padma dari pangkuannya, namun suara lelakiyang
JALAN MASIH PANJANG 129tengah terluka itu terlebih dulu menerobos membuatnyamembatalkan niat. "Tak u-sah. Waktuku tak ... lama ... lagi.""Nggak, Mas." "Ma ... af." Tepat setelah mengatakan itu,Padmamenutup matanya. Arumi mengecek napas dan nadimilikPadma. Tanda-tanda kehidupan Padma telah hilang.Nyawayang diberikan Tuhan telah Dia ambil. Arumi berteriaksekencang mungkin, menyuarakan beban yang dikandungnya.Ia merasa Tuhan telah bersikap tak adil. ** "Keparat kau!" ucap seorang wanita sambil melemparsebilah pisau ke sebuah lukisan bergambarsiluetseorang lelaki. Seminggu berlalu sejak kepergianPadma,kesedihan sekaligus kemarahannya tak pernah pudar.Di sebuah ruangan yang minim pencahayaan,Arumiterus menatap nyalang sketsa tubuh seorang priadalamlukisan. Arumi menggambar sosok berpakaian hitamitusesuai yang dilihatnya bertahun-tahun lalu. Takadawarna selain hitam, terkecuali sebuah kalung tengkorakdi jemari tangan kanannya, juga backround berwarnamerah seperti darah. Arumi melukisnya begitudetail.Hanya itulah satu-satunya petunjuk yang mengungkappelaku pembunuhan almarhum ibu mertua sertamantansuaminya. Petualangannya akan segera dimulai. "Demi Tuhan, aku akan membalaskan kematiansuamidan ibuku!" Bahkan setelah apa yang dilakukanPadmapadanya, Arumi masih menyebut lelaki itu suaminya.*** Arumi tampak awet muda. Banyak yang mengiraiamasih berusia 20-an karena wajahnya yang baby faceitu.Di hari libur, Arumi ingin mengalihkan pikirannyasesaat dengan ber-jogging di taman kota. Hal itumemang
130 Antologi Cerpen dan Puisi sudah menjadi kebiasaannya selama beberapamingguterakhir ini. Sudah lima belas menit dirinya memutariseluruh taman. Beberapa bulir peluh menetes di dahinya.Ia beristirahat sejenak di bangku taman, lantasmeminumair yang sempat dibelinya tadi. "Hai." Arumi menoleh sekilas pada sang penyapatanpaberniat membalasnya. Seorang lelaki berbadan tegapdantinggi itu tiba-tiba duduk di sampingnya. TatapanArumitetap lurus ke depan, seakan pemandangan di depannyalebih menarik dibanding pria di sampingnya. "Sendirian aja?" "Hmm," balas Arumi tanpa menoleh. "Aku Abian." Lelaki itu tiba-tiba menyodorkantangannya. Arumi memandang tangan itu dan menggerakkanmatanya mengikuti jalur tangan Abian. Bola matanyaterhenti di leher lelaki itu. Ada kalung menggantungpersis seperti milik sang target pencarian. Bagaimanamungkin ia tak menyadarinya padahal tadi Arumisempatmenoleh? Seketika Arumi mengubah mimiknya menjadi ramahdanpenuh ceria. Ia membalas tangan Abian antusias."Arumi." Abian mengangguk. "Ternyata kamu gak seburukyangaku pikir," kata Abian seraya tersenyum. "Namakamujuga cantik, kayak orangnya." "Makasih," balasnya sambil menyunggingkan bibir.Usai perkenalan itu, Arumi dan Abiansalingbercerita tentang diri masing-masing juga pengalamanhidup mereka. Mereka berdua cepat sekaliakrab.Pembawaan Abian yang humoris dan Arumi yangterbukamembuat keduanya merasa nyaman. Segala halyangberkaitan dengan Padma, terutama tragedi 15 tahunlalu
JALAN MASIH PANJANG 131tak Arumi ceritakan. Saking serunya obrolan mereka,takterasa waktu menunjukkan pukul 12 siang. "Ternyata ngobrol sama kamu seru juga. Kukirakamubakal jutek sama aku." Arumi sontak tertawa. “Makanya jangannilaiseseorang dari luarnya aja." "Habisnya liat muka kamu kayak jutek gituakuperhatiin. Kalau tau gitu mah dari kemarin-kemarinakudeketin kamu." "Kemarin-kemarin?" "Aku memperhatikanmu dari lama." Arumi membalasnya dengan senyum penuharti.Setelahnya, ia berpamitan untuk pulang. *** Manusia adalah makhluk sosial, tak bisahidupsendiri tanpa orang lain. Sama halnya seperti ArumidanAbian. Mereka sering menghabiskan waktu bersamauntukmengisi kehampaan di hidup mereka masing-masing.Bahagia selalu mengisi hari-hari dua insan itu.Meskibegitu, Arumi tak pernah melupakan kejadian menyakitkanbelasan tahun silam. Namun bersama Abian, pikirannyabisa teralihkan atau lebih tepatnya …berpura-pura?Tekadnya tak pernah padam. Dendam yang menjadisatusatunya tujuan hidup Arumi saat ini, akansegeraterlaksana. Pasir waktu terus berjatuhan mengisi ruangkosongdi bawahnya. Arumi tak henti-henti memandang bendaitu.Sebentar lagi, pasir di atasnya akan habis. Ituartinyapembalasan akan tiba. Tangannya memainkan sebilah pisau yang selaluiaasah setiap hari. Arumi mengayunkan pisau itu kedepandan menancap tepat di dada kiri lukisan sesosoklelaki
132 Antologi Cerpen dan Puisi serba hitam. Ia melakukan itu tanpa melihatkarenamatanya terus tertuju ke pasir waktu. Arumi mengangkat pandanganya lantas menyeringai."Tepat sasaran. Di sanalah aku akan menusuknya."Iakembali menatap pasir waktu. "Saatnya mengakhiripermainan." *** "Arum." Begitulah Abian memanggil Arumi. Saatini,lelaki itu tengah berdiri di depan pintu rumahwanitayang dekat dengannya dua bulan terakhir ini. Tangannyamenenteng keresek putih besar berisi buah-buahanpesanan Arumi. Pintu terbuka menampilkan sosok Arumi yangsedangmenyuggingkan senyum manisnya ke arah Abian.Iamempersilahkan masuk dan menyuruh temannya itu dudukdisofa ruang tengah. "Pesanan kamu," kata Abian sambil menyimpankeresekyang dibawanya ke meja. Arumi melihat isi keresek itu sebentar."Makasih.” Ia menatap Abian lagi. “Maaf merepotkamuterus." "Kayak sama siapa aja. Oh, ya, kamu sendiriandirumah sebesar ini?" "Seharusnya tidak. Dulu aku tinggal bersamaibumertua dan suamiku." Sontak pupil mata Abian membesar. Arumi takpernahbercerita soal itu. Abian juga tak pernah tauusiaArumi yang sebenarnya. "Kamu pernah menikah?" "Ya." "Aku kira kamu masih tingting. Mereka kemanaemang?” “Mereka ... sudah meninggal.”
JALAN MASIH PANJANG 133Seketika Abian diliputi rasa bersalah,”Maaf,akugak-” “ Tidak apa-apa," pangkas Arumi sambil tersenyum.Hening menyelimuti mereka selama beberapa saat.“ Aku boleh tanya sesuatu? ”tanya Abianmemecahsunyi.“Tanyakanlah.” “ Jangan marah, ya. ” Abian terdiam sebentar.Iabahkan sempat menelan ludahnya sebelum berbicara.“Apakamu masih mencintai ... suamimu?”tanya Abianhatihati. Arumi tertegun mendapati pertanyaan itu.Entahkenapa ia bingung? Padahal sudah jelas dirinyamencintai Padma. Mendapati tak adanya respon,Abianhendak menyuarakan maafnya. Sayangnya, suaraArumimenyela terlebih dahulu. “Ya ... mungkin." "Kamu terlihat ragu.” "Entahlah," jawab Arumi bingung sendiri. "Kamumaumakan sesuatu? Aku akan ke belakang sebentaruntukmembuatnya,” tambahnya mengalihkan pembicaraan."Sebenarnya gak mau, tapi kalau kamu maksa,ya,bolehlah." Arumi mendelik. "Dasar." Abian menanggapinyadengantawa yang menyembur begitu saja. Arumi beranjakdanmeninggalkan Abian yang masih sibuk tergelak. Hari ini pembalasan dendam Arumi akansegeraberakhir. Ia telah merencanakan semuanya denganmatang.Arumi yakin bahwa Abian adalah pelakunya.Kalungtengkorak itu jelas milik Abian. Ia tak pernahmelihatorang lain memiliki kalung serupa. Di satu sisi, entah kenapa, Arumi merasaberat.Tetapi lagi-lagi, rasa benci terhadap Abianyangmendorongnya melakukan itu. Bayang masa lalu,ujaran
134 Antologi Cerpen dan Puisi kebencian masyarakat, tatapan menjijikkan yangiadapatkan, serta kematian dua orang yang disayangimembuat gejolak api dalam dadanya semakin besar.Arumi benar-benar membuatkan makanan enakuntukAbian. Anggap saja, ini adalah hari terakhir lelakiitubisa menikmati dunia. Ia merasa berbaik hatikarenamemperlakukan istimewa orang yang akan mendekatiajalnya. Seringai di bibirnya tercipta sebelumArumimembawa nampan makanan yang telah ia dibuat. "Lama?" tanya Arumi mengalihkan perhatianAbiandari ponselnya. "Lumayan. Memangnya apa yang kamu buat?" Arumi meletakkan nampan berisi dua piringnasigoreng dan minuman rasa jeruk. "Wuih, kayaknya enak, nih," serunya semangat.“ Sebentar, masih ada lagi. ”Arumi berlarikedapur. Tak lama kemudian, ia kembali bersamamakananlain sebagai pencuci mulut. Abian menatap penuh binar semua hidangan dimeja.Ada pie susu, pain mozarella, sop buah, puding stoberi,nasi goreng, dan minuman jeruk. Abian memandangArumitak percaya. "Seriusan kamu buat ini? Dalam rangka apa?""Perayaan kebebasanku hari ini." "Hah?" Abian mengernyit tak paham maksud Arumi.“Sudah,kita langsung makan saja. Aku lapar,nih.”Mereka berdua menyantap makanan itu sambil sesekalimengobrol santai. Tak lama kemudian, hidanganitutandas tanpa sisa. Abian yang lebih banyakberkontribusi menghabiskannya. “Kenyangnya,” kata Abian sambil mengusap perutnyayang membuncit. “ Lain kali aku bakal mintakamumembuatkannya lagi.”
JALAN MASIH PANJANG 135“Aku punya kejutan buat kamu.”“Kejutan apa? Kenapa kamu mau kasih aku kejutan?”"Jangan banyak tanya. Kamu cuma perlu mengikutiintruksiku saja. Oke?" Abian mengangguk patuh. Ia menantiArumimengucapkan sesuatu lagi. "Berdiri dan diam ke samping …di sini."Arumimenunjuk poisi tak jauh dari sofa tempat Abian duduk."Oke, terus?" "Rentangkan tanganmu seperti ini." Arumimemperagakannya. Dengan bodohnya, lelaki itumalahmengikuti tanpa curiga. Ia tak tau Arumi berniatjahatpadanya. "Kamu mau ngajak aku senam apa gimana?" tanyaAbianheran. "Ikutin aja pokoknya." "Pejamkan matamu." "Buat apa?" "Kamu mau tau kejutannya kan? Ini tahap terakhir.""Iya, iya," pungkas Abian, lantas matanya tertutuprapat. "Tapi tangannya emang harus gini segala?""Yaudah turunin aja kalau pegel," balasArumisantai. Abian seketika berdecak sebal. "Terus?" tanya Abian tanpa membuka mata. Takadajawaban. "Arum?" "Bentar. Jangan buka mata sebelum aku perintahkan."Arumi pergi meninggalkan Adrian. Selang beberapasaat, ia kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.Sebuah pisau mengkilap bergagang hitam, ia pegangeratdi tangan kananya. Kulit telapak tangan Arummitaklangsung bersentuhan degan pisau itu. Tangannyadibalutdengan sarung tangan. "Kamu siap?" tanya Arumi sambil menyeringai.
136 Antologi Cerpen dan Puisi "Aku udah boleh membuka mata?" "Aku hitung mundur. Dalam hitungan ke satu,bukalahmatamu." "Lima ... empat ... tiga ... dua …,"Arumimenggantungkannya cukup lama. Entah kenapa iamerasaragu. Namun, Arumi segera mengenyahkan keraguanitu.Iatelah lama menantikan hari ini. Arumi menghela napas. "Satu." Tepat dihitunganterakhir, wanita itu melempar pisau dan mengenaidadakiri Abian. Hanya berselang sepersekian detik,Abianmembuka matanya dalam keadaan melotot. Ia tak menyangkaakan mendapatkan hal seperti ini dari wanitayangdicintainya. "A...ru...mi, k-kamu … ," ucapannya menggantungdiudara. Abian ambruk ke lantai. DilihatnyaArumiberjalan menghampiri. Lelaki yang sedang terlukaitumemberikan tatapan tak menyangka pada sosok Arumiyangmenjulang. Bukannya merasa bersalah, Arumi malahmemperlihatkan senyum culas serta tatapan matapenuhkepuasan. Dengan sadis, Arumi menekan pisau itukuatkuat membuat Abian semakin mengerang kesakitan.Cairankental berwarna merah terus menerus keluar.Lelakimalang itu tak bisa menghentikannya. "Gimana rasanya? Enak, hah? Ini yang dirasakansuami dan ibu mertuaku! Karena kamu, aku kehilanganduaorang yang paling aku cintai! "A...pa mak...sud...mu?" Abian berbicaradengansusah payah. Ia benar-benar sesak. Tak hanyaraganyayang kesakitan, tapi hatinya juga turut memberikanluka.Akibatnya, tak hanya darah, air mata juga ikutsertamemperlihatkan kehadirannya.
JALAN MASIH PANJANG 137"Kamu membunuh mereka!" Mata Arumi mengkilatpenuhemosi. Sungguh saat ini, ia telah menjelma menjadiiblis. Tak ada belas kasih di hatinya. Ia dibutakanoleh dendam. "A...ak-aku . … " Belum sempat Abian menyelesaikankalimatnya, Tuhan memerintahkan malaikat mencabutnyawanya detik itu juga. Tuhan tak mengijinkan halitu.Arumi tertawa sarkas. "Hahaha! Penderitaankuberakhir!" Setelahnya, Arumi membereskan segala kekacauanitu.Mulai dari darah berceceran di lantai, wadah-wadahkotor, hingga jasad Abian. Ia menguburnya dihalamanbelakang rumah. Beruntung, rumahnya memilikitembokmenjulang tinggi, sehingga tak ada seorangpunyangmelihat perbuatannya, kecuali Tuhan. Setelah kejadian itu, Arumi menjalankan harinyaseperti biasa seolah tak terjadi apa-apa. Meskidisisilain, ia merasa kesepian entah karena apa? Dua minggu berlalu, di suatu pagi,Arumimengunjungi supermarket untuk belanja kebutuhanrumahnya. Ia berjalan santai sambil menentengkeresekbelanjaan di kedua tangannya. Tiba-tiba langkahnyaharus terhenti karena bajunya terkait ke pagarkawatyang ia lewati. Arumi menyimpan bebannya terlebihdahulu dan berusaha menarik kaitannya itu. Ia bersusahpayah untuk melepaskannya. "Permisi, Mbak, saya mau tanya. Mbak liatorangini?" Suara bariton seorang lelaki terdengar ditelingaArumi. Arumi tak sedikitpun menoleh karena masihsibukdengan kegiatannya. "Sebentar, Mas." Beberapa detik setelah mengatakanitu, kaitan tersebut terlepas. Arumi menghelanapas
138 Antologi Cerpen dan Puisi lega. Ia bersyukur kaitan itu tak terlalumenyusahkannya. Wanita itu menegakkan badannya dan menolehkesamping. Ia tersentak saat matanya bersitatapdenganfoto yang disodorkan lelaki yang tadi menanyainya.Fotoitu adalah … Abian? Abian yang ia bunuh beberapawaktulalu. Bagaimana mungkin? Siapa orang di depannya.Perlahan kepalanya terangkat. Wajahnya menjadipucatpasi kala melihat benda menggantung di leher lelakiitu.Kalung itu sama persis seperti milik Abian. Siapaorangini? Apa mungkin salah satu keluarganya? Jika dilihatlihat wajah mereka memang hampir mirip. "Kenapa Mbak terlihat kaget? ”tanya lelakiituheran melihat respon Arumi. “Ini adik saya yangtelahlama menghilang. Saya khawatir sama dia." Tanpa mengucap apapun, Arumi bergegaspergimeninggalkan lelaki itu. Ia ketakutan. "Mbak, kok pergi? ” teriak lelaki itu. Arumitakmempedulikannya. “Mbak!” Ia tak menyerah. "Mbak, ada apa?!" Arumi masih tak mendengarnya.“Arumi Ayudya!” Dua kata itu menghipnotis pergerakan Arumi.Iabergeming di tempatnya. Kejutan apa lagi ini? Bagaimanalelaki itu mengetahui namanya? Jantung Arumi berdetakcepat tatkala mendengar suara langkah mendekat.Iasemakin takut saat lelaki dengan tinggi menjulangitukini berada di depannya. "Kok kaget?" Lelaki itu menyeringai. "Kamugakkenal aku?" Arumi menatap bingung manusia di depannya.Tibatiba tenggorokannya terasa tercekat. "Siapa kamu?""Apa kamu lupa?" Lelaki itu memutar bolamatanyamalas. "Belasan tahun lalu, ada seoranglelaki
JALAN MASIH PANJANG 139berpakaian serba hitam dengan kalung tengkorakditangannya … ," ia menghela napas. “Tanpa kulanjutkankamu pasti tau.” Perasaan Arumi campur aduk. Antara kaget,sedih,tak menyangka, dan … menyesal. "J-jadi kau?" Lelaki itu membungkukkan badannya, lantasmengarahkan bibirnya ke telinga Arumi. "Kausalahsasaran. Aku menantangnya untuk mendekatimu…,"badannya kembali tegak. "Dan si bodoh itu malahjatuhcinta padamu. Coba kau pikir, memangnya ada orangyangmelilit kalung di tangannya?" Arumi melemas. Ia rasanya tak sanggup menopangbeban tubuhnya. "Kenapa kamu lakukan ini? Apa yangkamuinginkan dariku?" "Penderitaan dan ... kematianmu." Pandangan Arumi mengabur karena bendungandimatanya. "Siapa kamu? Aku bahkan tak mengenalmu?"Lelaki berkalung tengkorak itu membalasnyadengansenyum miring penuh makna. Setelahnya, ia meninggalkanArumi dalam kondisi pikiran yang kacau. Arumi melangkah sempoyongan. Ia merasa tak memilikiruh. Belanjaannya ia tinggalkan begitu saja. Sesampainya di rumah, Arumi meluapkan seluruhemosiyang menggelegak di dadanya. Ia menangis sejadi-jadinya.Barang-barang pun menjadi sasaran luapan kemarahanwanita itu. Arumi diselimuti rasa bersalah dan penyesalan.Iatelah membunuh orang yang tak seharusnya. PadahalnamaAbian telah tersemat dalam hatinya. Ya, Arumi mencintaiorang itu. Selama ini ia selalu menyangkalnya.Namun,semua sudah terlanjur terjadi. Arumi kalap, pikirannyamenjadi gelap. Yang ada di kepalanya saat iniadalah
140 Antologi Cerpen dan Puisi kematiannya. Hanya itu satu-satunya cara penebusandosakarena telah membunuh Abian. Arumi sudah tak peduli lagi dengan dendam,meskipelaku sebenarnya telah diketahui. Rasa bersalahnyalebih besar dari itu. Ia berlari menuju balkonlantaidua. Arumi menatap ke bawah dan menyebut namaAbian.Tanpa pikir panjang, Arumi melompat begitu saja.Iajatuh dalam posisi telungkup. Kepalanya terbenturdengan keras, darah mengucur dari kepalanya.Meskimatanya terbuka, namun napasnya sudah tak ada. Seminggu kemudian, rumah Arumi dipadati polisidanwarga setempat. Berita kematian Arumi begitucepatmenyebar. Semua bermula saat salah seorangwargamencium aroma tak sedap dari rumah Arumi ketikalewat.Warga tersebut menemukan jasad Arumi yangsudahmembusuk. Lelaki berkalung tengkorak langsungmendatangi TKP saat mendengar kabar tersebut.Banyakmedia yang meliput tentang kematian Arumi. Sontaksajahal itu menimbulkan asumsi di kalangan publik. Sebagianbesar dari mereka berpendapat Arumi depresikarenakematian suaminya. Lelaki berkalung tengkorak itu memandangjenazahArumi yang diangkut petugas. "Arumi Ayudya,kaubertanya siapa aku? Akulah si jelek, hitam, gendut,dansi dekil yang membuatmu jijik. Seperti katamu,akuadalah si arang hidup yang tak pantas bersandingdenganmu. Bahkan setelah yang kau lakukan, rasacintaitu masih ada sejak kita duduk di bangku SekolahDasarhingga sekarang. Aneh, bukan? ”Ia terkekehmiris.“ Kesalahan terbesarmu selain hinaan itu, kautidakmencintaiku. Jika aku tak bisa memilikimu, makatakadaorang lain yang berhak untuk itu, sekalipunadikkusendiri. Kisah kita selesai sampai di sini."
JALAN MASIH PANJANG 141Selayang Pandang Salimah Nurhasanah, kelahiranGarut 23 Juni 2004. Saatinitengah menempuh pendidikandiInstitut Pendidikan Indonesiajurusan PBSI. Menekunihobimenulis sejak tamat SMA.Darihobinya tersebut, penulistelahberhasil mencetak 5 buku antologi.Penulis berharap melaluitulisannya, dapat memberikanmanfaat bagi banyak orang. Penulis menuangkantulisannya melalui platform. Jika ingin mengontakpenulis kunjungi alamat ini: [email protected] https://www.wattpad.com/user/KepompongTidur18 Hp. 085753238916
142 Antologi Cerpen dan Puisi 14. KETINGGIAN SELALU MEMPERTEMUKANSyifa Purwati Sabtu, 29 Desember 2020. Hari, tanggal, bulandantahun itu masih sangat membekas di hati dan pikiranku.Sebuah perjalanan yang mengesankan, di mana akubisamenemukan karya Tuhan yang amat menawan. Semuaituberawal dari sebuah mimpi yang terpendam. Sudah sangat lama aku ingin mendaki dan menaklukkansebuah ketinggian. Layaknya saudara-saudaraku,darimulai kakakku, pamanku dan juga bibiku. Merekasemuaadalah seorang pendaki sejati. Para pecandu ketinggianyang setiap liburan selalu berakhir di pegunungan.Makadari itu aku sebagai anggota keluarga termudaselalutergiur dengan cerita yang mereka bawa pulang danhasiljepretan-jepretan panorama yang mereka suguhkandisosial media. Aku selalu ingin seperti mereka yang bebaspergikemana saja untuk menikmati alam yang begitumegah.Tapi sayang seribu sayang, aku malah selalu direpotkandengan mengurus berbagai pengajuan perijinankepadaibundaku tercinta dan pada akhirnya aku selalukalahsetelah mendengar pidato panjangnya, yang awalnyahanyamembahas kekhawatiran lalu berujung pertanyaanapakahaku menyayanginya atau tidak.”Hah....”dan akutentusaja mengalah dan kembali mengurungkan niat kuuntukmenikmati keindahan di atas sana yang selalu akuidamidamkan. Ayahanda ku tercinta juga hanya dapat diamdanmenyaksikan harapan di mata anaknya hilang. Meskidia