592 | Ensiklopedi Islam Nusantara
W
     Wali
Walimahan
  Wangsit
  Wayang
    Wirid
Wali
Wali merupakan                                  di tempat makam para
             sebutan                            Walisongo tersebut,
             untuk orang                        mulai dari Cirebon,
suci dalam dunia Islam.                         Demak, Kudus, Tuban,
Rinkes (1996) menyebut                          Lamongan,                   Gresik,
ada sembilan orang                              hingga Surabaya. Tradisi
suci di Jawa (nine saints                       ziarah bagi umat Islam
of Java). Hanya saja,                           Indonesia, senyatanya,
sembilan orang suci ini,                        tidak hanya dilakukan
berbeda dengan nama-                            kepada para Walisongo
nama yang disebut                               saja, tetapi juga para
dalam  Walisongo,                               orang suci lainnya,
antara lain masuk juga                          seperti Mbah Kuwu
Syaikh Abdul Muhyi                              (Pangeran Cakrabuana)
dari Pamijahan, Ki                              di Cirebon, Syaikh Abdul
Pandan Aran, dst. Dalam                         Muhyi di Pamijahan,
konteks lebih luas, di                          Tasikmalaya,                dan
dunia Islam, Chamber-                           tempat-tempat para
Loir dan Guillot (2010)                         mursyid tarekat di
juga menyebutkan                                tempat lainnya.
badSdnyeiakabr-eNiieknrpahaaebplArasaewbemndbiyapauamgulhaQaa.inawa,dhasillreiipasyulea-rfnJitagidilZaahntantpi:oi/n/mrdaaajaeblnins,aglmdausndaauwnawcaijrFau,ha.sgbletoagipsmpwoet.craaot.hlidii/2014/05/mwpm(an2raauq0aiblsk-1isuyte0dliikmahk-arcbazdieunilbt-aq.aurdaiarkt-IahaluI-j)aude,lLaineiZ.hahticmtaaualnrslaytedhaad&neasdpBWsaeeamari2nalianthsdgoaidkrmaaaDnntausgnnlietasemunIctosdialnaanddmrgeii
Dari kedua buku tersebut, sebutan Nusantara yang disebut dalam buku tersebut,
wali yang dikenal secara popular selama yaitu Sunan Gunung Jati di Cirebon Jawa Barat
ini ternyata mempunyai perbedaan makna dan Kyai Telingsing atau Sunan Sungging di
dan pemahaman. Akan tetapi, ada juga Kudus di Jawa Tengah.
kesamaannya, yaitu bahwa salah satu bentuk
kewalian yang diakui umat Islam adalah selalu   Asal Kata dan Istilah Wali
dikunjungi makamnya oleh para peziarah.
     Kekhasan sebutan wali di Indonesia, salah       Dalam bahasa Indonesia, kata wali
satunya disebut dengan Walisongo (Sembilan      mempunyai arti sangat banyak dengan
wali). Walisongo ini memang dikenal hanya       konteks yang berbeda-beda. Dalam Kamus
di Jawa, tetapi penyebarannya dikenal juga di   Besar Bahasa Indonesia, wali yaitu orang
seluruh Indonesia, atau di Nusantara. Hampir    yang menurut hukum (agama, adat) diserahi
setiap saat selalu ada peziarah yang datang     kewajiban mengurus anak yatim, sebelum
                                                            Edisi Budaya | 595
anak itu dewasa; orang yang menjadi penjamin                                                  arti sebagai kesetiakawanan antarsesama umat
dalam pengurusan dan pengasuhan anak;                                                         Islam, dan perlindungan yang diberikan Allah
orang yang berhak menikahkan anaknya pada                                                     kepada umat. Dalam Alquran juga dibedakan
saat pernikahan; orang saleh (suci); penyebar                                                 kata awliya’ Allah (QS. Yunus: 62), yakni
agama; dan kepala pemerintahan. Oleh karena                                                   mereka yang tidak akan pernah mengalami
itu dalam bahasa Indonesia, bermunculan                                                       “ketakukan ataupun kesedihan”, dari awliya’
kata-kata wali seperti, wali Allah, wali hakim,                                               asy-syaithan (kawan-kawan setan, QS. an-
wali kelas, wali kota, wali mujbir, wali murid,                                               Nisa: 76. Dengan kata “wali Allah” awliya’
wali Negara, wali negeri, dan wali rumah. Hal                                                 Allah tersebut, seringkali ditafsirkan hanya
itu belum lagi jika kata wali disandingkan                                                    diberikan kepada kelompok elite spiritual,
dengan kata depan dan belakang, seperti                                                       sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi,
perwalian, mewalikan, atau memperwalikan.                                                     “Ketahuilah bahwa di antara hamba-hamba
Sehingga, kata wali itu sangat bergantung                                                     Allah ada juga bukan nabi, bukan syuhada’,
dengan konteksnya. Penjelasan kata wali dalam                                                 dan bahwa para nabi dan syuhada iri karena
bahasa Indonesia tersebut sudah menjadi kata                                                  mereka dekat dengan Allah (…) itulah awliya’-
serapan dari bahasa Arab.                                                                     awliya’Allah. Penjelasan sistematis tentang
                                                                                              wali yang sering dikutip orang, antara lain
     Mempertimbangkan kata-kata wali dalam                                                    pemikiran dari Ibn ‘Arabi (1165-1240) tentang
Bahasa Indonesia dan mengacu pada arti wali                                                   “kewalian”. Akan tetapi, pemahaman Ibn
seperti yang sudah disebut sebelumnya, maka                                                   ‘Arabi ini lebih dikenal dalam kajian tasawuf
kata wali berasal dari bahasa Arab, terdiri dari                                              atau tarekat dalam Islam.
tiga huruf, w-l-y dengan kata jamakn awliya’.
Kata wali yang berasal dari bahasa Arab ini                                                        Dengan demikian, sebagai suatu istilah
juga ternyata tidak tunggal artinya, seperti                                                  yang berkembang di masyarakat Indonesia,
disebut dalam Alquran. Adapun makna dasar                                                     wali dikenal tidak hanya dalam tradisi tasawuf,
w-l-y adalah kedekatan. Dalam konteks w-l-y                                                   fiqih, tapi juga dalam kehidupan sosial dan
dengan walayah disebut 2 (dua) kali, QS. al-                                                  pendidikan kemasyarakatan. Dalam bahasan
Anfal: 72 dan QS. al-Kahfi: 44, dan mempunyai                                                 ini, tentu saja konteks wali sebagai orang suci,
http://news.okezone.com/read/2016/06/09/510/1410634/mengungkap-fakta-lain-tentang-wali-songo
596 | Ensiklopedi Islam Nusantara
bukan hanya diukur dari kuburannya yang          berbeda-beda, sebagaimana dalam naskah
dikeramatkan, petilasan atau pasujudan-nya       kuno Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh
juga dikeramatkan, seperti pasujudan Sunan       dalam bahasa Sunda dengan aksara pegon.
Bonang.                                          Sebelum Sunan Gunung Jati menyebarkan
                                                 Islam di Jawa Barat, sudah ada para guru
     Istilah-istilah serupa dengan wali atau     agama Islam, seperti Syekh Nurjati atau Syekh
orang suci dalam dunia Islam antara lain         Qura di Karawang yang masuk dalam istilah
mrabet, siyyid, sunan, shalih, syaikh, pir, dan  wali. Syekh Siti Jenar juga termasuk dalam
shah. Penamaan itu bergantung pada daerah        orang suci Sembilan di Jawa, seperti dalam
atau negeri di mana para orang suci dilahirkan   buku Nine Saints of Java.
dan dibesarkan. Sebab, tidak sedikit para
wali atau pendakwah Islam juga berasal dari           Tipologi wali di dunia Islam pada setiap
negeri China atau sebangsanya. Begitu pula       daerah atau negara atau bangsa juga berbeda-
dengan para pendiri tarekat atau sufi-sufi       beda, sebagaimana istilah yang digunakannya.
besar yang termasuk dalam kategori wali,         Secara istilah kata waliyullah dalam Islam tidak
atau orang suci. Hal serupa juga terjadi di      ada perbedaan, sebab istilah ini lebih dekat
Indonesia, di mana para pendiri pesantren        kepada para pendakwah atau mubalig dalam
yang keilmuannya diakui, seperti Hadratusy       penyebaran Islam yang lebih mudah dikenal
Syaikh Hasyim Asy’ari. Dalam tradisi para        masyarakat, dan buktinya adalah dengan
wali dikenal pernyataan, la ya’rif al-wali illa  adanya makam yang kerap diziarahi setiap
al-wali, yaitu hanya para wali saja yang tahu    waktu. Para muballig dalam kategori waliyullah
seseorang disebut wali. Para muballig dan wali   ini memang lebih dekat kepada istilah yang
di Nusantara, hampir dipastikan mempunyai        digunakan dalam tarekat atau sufisme, meski
tempat mengajar untuk para santri atau umat      sebenarnya kurang tepat. Sebab waliyullah
Islam, apakah berbentuk pondok pesantren,        dapat diperoleh oleh siapa saja atas kehendak
pesanggrahan, mushalla, masjid, pendopo,         Allah dan diabadikan oleh umat Islam setelah
ataupun nama lainnya.                            meninggalnya melalui ziarah kubur.
Waliyullah di Nusantara dan Dunia Islam               Tradisi ziarah kepada para wali, dalam
                                                 perkembangannya tidak hanya dilakukan di
     Dalam buku Tarikh al-Awliya’ (1942) yang    makamnya saja, tetapi juga tempat-tempat
berbahasa Jawa dengan aksara pegon, Kiai         penting persinggahannya, seperti pasujudan
Bisri Mustafa menyebutkan bahwa kehadiran        Sunan Bonang, Pangeran Pesarean, Sunan
para Walisongo tidak dapat dilepaskan dari       Kali Jaga, dst. Ziarah pada pasujudun itu juga
kerajaan Champa sekitar tahun 1300-an            bagian dari ngalap berkah dan mengenang
Masehi. Di antara keterikatan itu antara lain    perjuangan dakwah Islam para wali atau
adanya seorang tokoh ulama penyebar Islam        ahli agama pada masanya. Hal itu berbeda
bernama Ibrahim Asmaraqandi atau masyhur         dengan para penggagas khilafah di Indonesia,
dengan nama Ibrahim Asmara di Champa.            misalnya, ketika menjelaskan Walisongo dalam
Dalam dakwahnya itu ternyata Raja/Ratu           analisisnya sebagai titisan dari khilafah yang
Champa masuk agama Islam. Pernikahannya          pernah berkembang di Timur Tengah atau
dengan keturuan Ratu Champa, Asmaraqandi         daerah Arab. Perspektif khilafah semacam ini
mempunyai tiga putra; Raja Pendeta, Raden        dapat “menyesatkan” informasi yang sudah ada
Rahmat, dan Siti Zaenab. Raden Rahmat            dan berkembang di masyarakat serta berbagai
inilah yang dikenal sebagai Sunan Ampel.         literatur di dunia Islam dan Nusantara. Para
Silsilah Walisongo yang terkenal itu tidak       waliyullah tidak pernah menjadi “utusan”
dapat dilepaskan dari keturunan Ibrahim          khusus dari suatu pemerintahan Islam di
Asmaraqandi.                                     dunia, apalagi dengan istilah by design untuk
                                                 pendirian khilafah di Jawa atau Nusantara.
     Seperti disebut di awal, dan disebutkan     Dengan demikian, tradisi ziarah yang sangat
pada beberapa buku, nama Walisongo juga          kultural di mata masyarakat dapat pula
                                                 Edisi Budaya | 597
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasujudan_Sunan_Bonang  politik, budaya, dst. Oleh karena itu, di tengah
                                                      era krisis global, karena penyalahgunaan
menangkis analisis para pejuang khilafah di           informasi tentang Islam melalui media
Indonesia.                                            sosial, praktik ziarah ke makam orang-orang
                                                      suci dapat menjadi salah satu pembelajaran
     Para peziarah lebih percaya pada                 penting untuk mengetahui langsung silsilah
suatu hadis, al-ulama’ warasah al-anbiya’,            dan sejarah para pendakwah Islam di dunia
dibandingkan dengan ulama sebagai penerus             Islam, khususnya Nusantara. Paket wisata
khilafah. Keberkahan ulama yang menjadi               religi belakangan ini, selain ziarah Walisongo,
pewaris Nabi dianggap lebih mulia, karena             juga paket umrah dengan ziarah ke makam-
hanya untuk kepentingan dakwah Islam. Fakta           makam orang suci, seperti makam Imam
lainnya, para wali di Nusantara hanya sedikit         Syafi’i, Syekh Abdul Qadir Jailani, Imam al-
saja yang bersentuhan dengan pemerintahan             Ghazali, dst. dapat menjadi alternatif penting
atau keraton.                                         untuk mengikis pemahaman kurang tepat
                                                      tentang para wali dan orang-orang suci.
     Sejalan dengan fenomena ziarah ke
makam orang-orang suci, sebenarnya bukan                                                                   [Mahrus el-Mawa]
semata-mata untuk kepentingan spiritual
saja, tetapi juga ada faktor sejarah, ekonomi,
                                            Sumber Bacaan
Bisri Mustafa, Tarikh al-Awliya’, Tarikh Wali Sanga, Kudus: Menara Kudus, 1952
H.E. Badri Yunardi, Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
         Depag RI, 2009
Henri Chambert-Loir & Claude Guillot (penyunting), Ziarah & Wali di Dunia Islam, (Judul asli, Le Culte des Saints dans le
         Monde Musulman), Depok: Komunitas Bambu, 2010.
Rachmad Abdullah, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404-1482 M.), Solo: al-Wafi, 2016, cet. II
Rinkes, D.A., Nine Saints of Java, Malaysia: MSRI, 1996
Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa, Bandung: Mizan, 1995.
598 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Walimahan
(URS, KHITAN, SAFAR)
Istilah Kata Dan Ragam Walimah                 3. Walimatussafar
Kata walimah adalah kata serapan               Walimatussafar adalah perjamuan
         dari Bahasa Arab yang makna           makan yang disediakan oleh pihak tuan
         asalnya adalah jamuan makan yang      rumah kepada para tamu dalam rangka
disediakan untuk para tamu sebagai bentuk      tasyakuran acara pemberangkatan haji.
rasa syukur. Sedangkan dalam Kamus Besar       Tujuan diadakannya walimatussafar ini
Bahasa Indonesia, kata walimah memiliki        agar orang yang hendak berangkat haji ini
arti perjamuan dalam rangka tasyakuran         didoakan oleh masyarakat agar selamat
pernikahan, khitanan, maupun karena pergi      dalam perjalanan dan memperoleh haji
haji. Jadi, makna dasar walimah sendiri masih  mabrur.
sangat umum.
                                               4. Walimah Wakirah
      Kemudian untuk mengkhususkan
makna yang masih umum tersebut ditambah        Walimah wakirah adalah perjamuan makan
keterangan di belakang kata walimah.           yang disediakan oleh pihak tuan rumah
                                               kepada para tamu undangan dalam rangka
1. Walimatul Urs                               tasyakuran acara penempatan rumah atau
                                               bangunan yang baru didirikan. Tujuan
      Walimatul urs adalah perjamuan makan     diadakannya walimah jenis ini adalah juga
      yang disediakan oleh tuan rumah untuk    sebagai rasa syukur atas rumah baru yang
      para tamu. Pada sebuah acara pesta       akan ditempati.
      pernikahan. Tujuan dari walimah ini di
      samping untuk memberitahu khalayak            Sebenarnya masih terdapat beberapa jenis
      juga untuk mendoakan kedua mempelai      walimah lain, hanya saja keempat walimah
      sekaligus bentuk rasa syukur keluarga    ini yang berlaku di masyarakat secara umum
      kedua mempelai atas berlangsungnya       ddﻧِ ِﻪiaاsَﺮnْeأَﻗbﻲuk ﻓth َّﺰkَﻋuasْﺪnuَﻗsﺎdﻫnَ aَّﺪylَﻋaam ْﻦd َﻣni*a ٍﺪIdِﺣnzاda َوmo ْﻊn( َﻣessyiaa.ir)S: ٌةe َﺮb ْﺸa َﻋgﻢaَ ِﺋiﻻmَ ْ َﻮaاﻟn َّنaِإ
      pernikahan tersebut.
                                               َﻓﺎﻟ ْﺨُ ْﺮ ُس إِ ْن ﻧُ ِﻔ َﺴ ْﺖ َﻛ َﺬا َك َﻋ ِﻘ�ْ َﻘ ٌﺔ * ﻟِﻠ ِّﻄ ْﻔ ِﻞ َواْ َﻷ ْﻋ َﺬا ُر ﻋﻨ َﺪ ِﺧﺘَﺎﻧِ ِﻪ
2. Walimatul Khitan                             ﻟِﺤَ ْﺬﻗِ ِﻪ َو َﺑ َ�ﺎﻧِ ِﻪ،َوﻟِ ِﺤ ْﻔ ِﻆ ﻗُ ْﺮآ ٍن َوآ َدا ٍب ﻟَ ْﻘ ْﺪ* ﻗَﺎ َل اﻟ ِْﺤ َﺬا ُق
                                                َﻓﺎ ْﺣ ُﺮ ْص َﻟ َﺒ إِ ْﻋ َﻼﻧِ ِﻪ،ُﻋ َّﻢ اﻟْ ِﻤ َﻼ ُك ِﻟ َﻌ ْﻘ ِﺪ ِه َو َو ِ�ْ َﻤ ٌﺔ * ِﻓﻲ ُﻋ ْﺮ ِﺳ ِﻪ
      Walimatul khitan adalah perjamuan makan  َو َﻛ َﺬا َك َﻣﺄْ ُدﺑَ ٌﺔ ﺑِ َﻼ َﺳﺒَ ٍﺐ �ُ َﺮى * َو َو ِﻛ ْﻴ َﺮ ٌة ِ ِﻛﻨَﺎﺋِ ِﻪ ﻟِ َﻤﻜَﺎﻧِ ِﻪ
      yang disediakan oleh tuan rumah kepada   َو َﻋ ِ ِﺘﺿ ْﻴ�ْ َﺮ َﻤٌة ٌﺔ**ﺟِﻣﺎ َْءﻦ أَْتﻗْ ِﺮ ُﻫَﺑﺎ ِﺪِء�ْاﻟَْﺖَﻤ ِّ� َﻛ ِ َﺬﺖاأَﻟِ ْو ِﺮ ْﻓ ِﺟَﻌ ْﻴ ِﺔَﺮاﻧَِﺷ ِﻪﺄْﻧِ ِﻪ
      para tamu dalam rangka tasyakuran acara                                                                                                                               َو ﻧَ ِﻘ�ْ َﻌ ٌﺔ ِﻟ ُﻘ ُﺪ ْو ِﻣ ِﻪ َو  َو
      khitanan. Tujuan diadakannya walimatul                                                                                                                                ِ َﻷ َّو ِل اﻟ َّﺸ ْﻬ ِﺮ ا َﻷ َﺻ ِّﻢ
      khitan adalah untuk mendoakan anak yang
      dikhitan agar menjadi anak yang saleh         Artinya:”Sesungguhnya macam-macam
      serta sebagai ritual yang menandakan     Walimah itu ada 10 ditambah satu. Siapa saja
      anak-lelaki telah berani menghadapi
      tantangan kehidupan. Sebab, khitanan
      adalah lambang keberanian seorang anak
      laki-laki. (Nur Syam, 2005: 174)
                                                                   Edisi Budaya | 599
yang menghinggakannya, maka ia sungguh         SAW berikut:
mulia di kalangan teman-temannya. 1.
Walimah al-Khurs ketika wanita nifas, 2.        ِﻨا َﻛ�َﺑْﻧﺎَّ ِ ُُءﻪﻦ،ُﻬﺑﺎ ا ََﻗﻋﻨَِْﻷﻦُﻪ ْﻏ،َ ﻧَ َرﺎ�ُ ِ ْﺪ َﻣ َ َﺎﻋ�ﻟِاﻰ ٌﻟََّﻚ،ﻟ ُﻫَﻮأََِﺮ�ﻳْ ْﺧََﻤﺮَﺒ َةِﺔَﺮ،ﻦﺎ ِم َ�ﻗُ َﻮْﻃﻦ ُ َﺳﻌأَﺎَِ ُم�ﻒا،ُﺒِْﻦُ»ﺪاَﺷا َُّﻷﺮ َّ ْﻋاِﺑﻟَﺮ َّ ِﻄْﻧج َﻌ:ﻮ ُ ََلﻗﻋ،ﻛََِﺷﺎﺣ َﻬََّﺪنﺎ َﻋ َﻓٍﻨَﺎُبﻘ
Walimah Aqiqah bagi anak, 3. Walimah I’dzar    �ُ َ  َو َﻣ ْﻦ ﺗَ َﺮ َك ا َّ� ْﻋ َﻮ َة َﻓ َﻘ ْﺪ َﻋ َ� ا َّ َﺑ َو َر ُﺳﻮ،َو ُﻳ ْﺘ َﺮ ُك اﻟ ُﻔ َﻘ َﺮا ُء
waktu mengkhitannya, 4. Walimah hafal
Alquran, dan adab sungguh dikatakan oleh                        َﺻﻠَّﻰ ا ُﷲ َﻋﻠَ�ْ ِﻪ َو َﺳ َﻠّ َﻢ« روه اﻛﺨﺎرى
para ulama cerdik, 5. Walimah Hizaq untuk
kecerdikan dan menjelaskan Alquran, 6.         Artinya: Abdullah bin Yusuf telah menceritakan
Walimah Milak untuk akad nikah, 7. Walimah     kepada kami dan Malik memberitakan
Ursi pada resepsinya bersemangatlah dirimu     kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari A’raj, dari
untuk mengumumkannya, seperti demikian         Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa
yang ke-8 Walimah Ma’dubah walimah tanpa       sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
sebab yang diketahui, 9. Walimah Wakirah       “Seburuk buruk makanan adalah makanan
untuk bangunan rumah yang ditempati, 10.       walimah (pesta) di mana yang diundang hanyalah
Walimah Naqi’ah yaitu untuk kedatangan dari    orang orang kaya sedangkan orang orang fakir
seseorang yang berpergian jauh, 11. Walimah    tidak diundang, siapa yang tidak memenuhi
Wadhi’ah yaitu karena mendapatkan musibah      undangan walimahan, maka ia durhaka kepada
dan jamuannya dari tetangganya.”               Allah dan Rasulnya”. (H.R. Bukhari)
Hukum Mengadakan dan Menghadiri                     Sedangkan para ahli fikih berbeda
Walimah                                        pendapat terkait hukum menghadiri
                                               undangan walimah apakah ia merupakan suatu
     Konsep walimah urs setidaknya telah       kewajiban yang bersifat individual (fardhu ‘ain)
dijelaskan cukup rinci dalam buku-buku         atau kewajiban yang bersifat komunal (fardhu
fikih. Baik dari segi hukum mengadakan,        kifayah). Adapun udzur atau halangan untuk
hukum mendatangi, maupun hukum memberi         menghadiri walimah yang diperbolehkan
amplop bagi mempelai. Bahkan cukup banyak      secara syar’i adalah bilamana di acara tersebut
pula kitab-kitab yang telah ditulis oleh para  terdapat hal-hal yang diharamkan. Bahkan
ulama baik ulama masa lalu hingga ulama        hukum mendatangi acara walimah bisa menjadi
kontemporer yang membahas tentang etika        haram bila terdapat faktor-faktor yang bisa
mengadakan walimah.                            mendatangkan kemafsadatan atau bila pihak
                                               tuan rumah misalnya secara diskriminatif
     Dalam hukum fikih Islam, hukum            hanya mengundang orang-orang tertentu.
mengadakan walimah adalah sunnah muakkadah     (Ibn Rushdi, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar al-
(kesunahan yang sangat dianjurkan). Hal        Fikr, tt ) Vol.2, hlm. 45
ini merujuk pada apa yang telah dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW dan juga                       Walimatul Ursy
perintah beliau kepada para sahabatnya
yang hendak melangsungkan pernikahan
untuk mengadakan walimah. Dalam sebuah
hadis riwayat Imam Bukhari, Nabi bersabda;
“Selenggarakanlah walimah meski hanya dengan
seekor kambing.”
     Fikih juga mengatur perihal undangan
kepada orang-orang yang diundang dalam
acara walimah. Di antaranya adalah tidak
diperkenankan melakukan diskriminasi dalam
membuat undangan. Misalnya hanya orang-
orang kaya saja yang diundang dalam walimah.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad
600 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Walimah di Indonesia                                      Walimah Safar
     Dalam tradisi sebagian masyarakat Islam      anak yang hendak dikhitan dimandikan
di Indonesia, walimah bukan hanya sekadar         dan dipakaikan baju kebangsawanan atau
sebuah pesta pernikahan. Ia merupakan             baju Muslim yang bagus. Ia diperlakukan
acara permohonan doa dan restu dari seluruh       seperti seorang raja atau pengantin, yang
masyarakat sebagai rasa syukur atas karunia-      disebut dengan penganten sunat. Kemudian,
Nya. Bahkan di beberapa tempat, acara             dengan dipimpin oleh seorang sesepuh, anak
walimah ini biasanya dipungkasi dengan acara      didudukkan di punggung kuda atau kadang
tahlil bersama dan barzanjian (lihat dalam entri  juga becak hias yang akan dipakai untuk
Barzanji) untuk mendoakan pengantin secara        mengunjungi dan menabur bunga (ngembang)
berjamaah. Tidak dapat diketahui secara pasti     sekaligus ziarah ke makam keluarga ayah dan
sejarah awal walimah di Indonesia. Meski          ibunya. Pada kesempatan ini, ketika pergi dan
demikian, yang jelas, walimah adalah salah        pulang dari kompleks pemakaman, si anak
satu dari ajaran dan tradisi Islam. Dengan        dipertontonkan kepada masyarakat umum
demikian, sejarah awal walimah tidak bisa         dengan arak-arakan, biasanya diringi dengan
dilepaskan begitu saja dari sejarah masuk dan     tetabuhan (genjring) atau lainnya. Seperti
berkembangnya Islam di Nusantara.                 pawai, sang penganten sunat ini diarak dan
                                                  diiringi oleh teman-teman sebayanya. Untuk
     Meskipun hukum mengadakan walimah            meramaikan suasana, biasanya keluarga
adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam       menyiapkan uang recehan yang kemudian
ajaran agama Islam, namun mengenai prosesi        ditaburkan di sepanjang jalan sebagai bentuk
gelaran walimah tidak diatur secara rinci oleh    sedekah. Umumnya, acara khitanan dilakukan
syariat. Dalam hal ini, Islam memberikan          pada malam hari setelah “ngembang” atau
keluasan kepada para pemeluknya untuk             ziarah ke makam keluarga ayah dan ibu sang
mengadakan walimah sesuai dengan adat             anak atau juga pagi hari keesokan harinya.
dan tradisi yang berlaku di masyarakat.           Ketika itu, pertama-tama anak dimandikan,
Kendati demikian, acara walimah tidak mutlak      dipakaikan baju dan ditempatkan di tempat
dibebaskan begitu saja. Sebagaimana dijelaskan    khitanan. (Muhaimin AG, 210)
di atas, acara prosesi atau perayaan walimah,
baik walimah ursy, walimah khitan, maupun              Sedikit berbeda dengan perayaan walimah
yang lainnya tidak boleh bertentangan dengan      khitan, dalam upacara walimatul ursy, setelah
aturan-aturan syariat seperti misalnya dengan     akad nikah selesai, kedua mempelai dirias lalu
mengadakan pesta meminum minuman keras            ditempatkan di tempat yang telah disediakan,
dan lain sebagainya.                              kemudian para tamu undangan yang hadir
                                                  berbaris untuk memberikan ucapan selamat
     Tradisi walimah khitan di Nusantara sendiri  dan mendoakan kedua mempelai.
sepertinya memiliki keunikan yang mungkin
tidak ditemuikan di daerah lain. Di Cirebon,           Pada malam hari tepatnya setelah Magrib,
misalnya, setelah keluarga telah sepakat dalam    di beberapa daerah di Indonesia biasanya
penentuan tanggal perayaan walimah khitan,
maka seminggu sebelum acara, pihak keluarga
yang akan mengadakan walimatul khitan
memberitahu dan mengundang tetangga dan
sanak famili untuk datang di acara walimatul
khitan. Setelah mereka mendapatkan
pemberitahuan dan undangan tersebut,
tetangga dan kerabat datang beberapa hari
sebelum hari-H untuk memberikan bantuan
berupa bahan pokok seperti beras, gula,
minyak goreng, telor, dan lain sebagainya.
Menjelang sore, sehari sebelum khitanan,
                                                  Edisi Budaya | 601
mempelai pria diarak keliling kampung di mana  Dan untuk prosesi walimatussafar terbagi
walimatul ursy digelar. Arak-arakan biasanya menjadi dua. Ada yang melakukan walimah
dimulai dari masjid desa diiringi oleh pawai sebelum keberangkatan haji. Adapula yang
lampu, obor, dan lain sebagainya serta diiringi melakukan walimatussafar seusai pulang
dengan tetabuhan seperti genjring atau rebana. dari tanah suci. Dasar pijakan dari tradisi
Dari masjid, acara arak-arakan pengantin pria walimatussafar ini adalah hadis yang menjadi
ini menuju tempat acara walimatul ursy dan dasar kesunahan I yang salah satunya
disambut oleh keluarga mempelai wanita diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat
dan pengantin wanita. Hiburan-hiburan khas Jabir RA.bahwa Rasulullah SAW ketika pulang
masyarakat Islam seperti gambus, rebana dari Madinah melakukan penyembelihan
dan sejenisnya biasanya disediakan oleh tuan kambing atau sapi.
rumah untuk menghibur kedua mempelai dan
para tamu undangan.                            Sumbangan dan Hadiah Walimah
     Keesokan harinya, baik dalam walimatul         Salah satu hal unik lain dalam tradisi
ursy maupun walimatul khitan, diadakan         walimah baik walimatul ursy, walimah khitan
selametan atau kenduri (lihat dalam entri      dan walimatussafar, kecuali walimah wakirah,
kenduri), dengan hanya mengundang tamu pria    adalah memberikan hadiah atau sumbangan
yang berasal dari tetangga-tetangga terdekat   kepada pengantin (walimatul ursy), penganten
dan sanak saudara. Dalam acara tersebut        sunat (walimatul khitan), dan calon haji
diadakan pembacaan tahlil dan barzanjian       (walimatussafar), yang hingga kini masih
secara bersama-sama untuk mendoakan baik       berlangsung. Uang sumbangan atau dalam
pengantin walimatul ursy maupun penganten      istilah lain disebut kondangan ini sempat
sunat dalam walimatul khitan.                  menjadi pembicaraan yang menarik di kalangan
                                               para sarjana Islam. Apakah status sumbangan
         Sedangkan untuk acara walimah         tersebut adalah sedekah, hutang atau
wakirah atau walimah yang diadakan sebagai     pinjaman? Dalam tradisinya uang sumbangan
tasyakuran dalam menempati rumah baru          atau kado yang diberikan saat acara walimah
ini biasanya juga mengundang para tetangga     itu nantinya akan dikembalikan lagi kepada
dan kerabat untuk ikut mendoakan rumah         pemberi pada saat si pemberi mengadakan
yang akan ditempati. Jika rumah yang hendak    walimah. Sisi negatif dari tradisi ini kadang
ditempati ini masih dekat atau satu kampung,   uang sumbangan menjadi beban bagi orang
biasanya dilakukan dengan jalan kaki. Orang    yang diundang. Terlebih bila yang diundang
yang dianggap sesepuh kampung memimpin         sedang tidak memiliki uang yang cukup untuk
rombongan dengan diikuti oleh para tetangga    membeli kado atau memberikan amplop berisi
dan kerabat dengan membawa sejumlah            uang kepada yang menggelar acara walimah.
makanan. Tetua atau sesepuh kampung yang       Sisi negatif lainnya adalah bila barang serupa
memimpin acara pindahan rumah itu berada       atau uang dengan nilai serupa yang sudah
di depan rombongan dengan membawa damar        disumbangkan tadi tidak dikembalikan pada
atau lampu. Sesampainya di rumah baru yang     saat si pemberi mengadakan walimah. Dan
hendak ditempati itu kemudian dilakukan        hal ini tidak jarang memicu konflik atau
doa bersama agar rumah yang akan ditempati     keretakan dalam hubungan persahabatan atau
tersebut membawa keberkahan. Setelah           kekeluargaan.
prosesi doa selesai dilanjutkan acara makan
bersama.
                                   Sumber Bacaan                 [M Idris Mas’udi]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Ibnu Rushdi, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar al-Fikr, tt
Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal, Tangerang Selatan: Logos, 2002, cet. II
Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS, 2005, cet. I
http://www.sarkub.com/macam-macam-walimah/
http://www.nu.or.id/post/read/69905/ini-dasar-hukum-tradisi-walimatus-safar-haji
602 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Wangsit
Arti kata wangsit dalam Kamus Besar               Semedi Upaya Memperoleh Wangsit
         Bahasa Indonesia adalah pesan
         atau amanat gaib. Sementara dalam             Salah satu upaya memperoleh wangsit
Baoesastra Djawa, istilah ‘wangsit’ mempunyai     adalah dengan melakukan laku spiritual
arti pitoedoeh, piweling, wedaraning dewa         bernama semedi atau bersamadi. Sebuah laku
lan sapiturute sing diwisikake, yang berarti      spiritual yang dilakukan dengan cara menyepi
petunjuk bisikan yang berasal dari para dewa      di sebuah tempat tertentu dan biasanya
dan sebagainya.                                   tempat keramat, sembari melakukan wirid-
                                                  wirid tertentu. Untuk memperoleh wangsit
     Wangsit sering pula diistilahkan sebagai     yang diinginkan tentunya si pelaku harus
ilham, petunjuk, sabda, tuntunan atau dhawuh      khusyuk dalam persemediannya.
(perintah), juga wisik (bisikan) gaib dari Tuhan
Yang Maha Esa. Wangsit diterima seseorang              Berbicara mengenai hasil semedi, hasil
saat sedang melaksanakan sujud menyembah          yang diperoleh antara satu orang dengan yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak sembarang       lainnya tidak selalu sama. Tujuan setiap orang
orang dapat menerima wangsit. Hanya mereka        dalam melakukan semedi pun tidak sama.
yang terpilih yang mampu menerimanya.             Namun, tidak setiap pelaku semedi selalu
Orang terpilih tersebut umumnya adalah orang      berhasil mencapai tujuan semedinya tersebut.
yang tekun menjalankan apa yang diistilahkan      Berhasil atau tidaknya, semua tentu kembali
dengan laku, yaitu menjalankan berbagai           kepada kuasa Sang Pencipta. Manusia hanya
bentuk puasa seperti tidak makan dan minum        bisa berdoa dan berusaha. Pelaku semedi yang
untuk jangka waktu tertentu, mutih (puasa         telah berhasil melakukan hubungan kontak
dengan berbuka hanya makan nasi putih             batin biasanya akan diberi isyarat-isyarat atau
dan air putih), ngrowot (hanya makan buah-        wangsit tertentu dan yang diinginkan. Isyarat-
buahan), dan lain-lain (Ening Herniti, 2012).     isyarat tersebut dapat berupa sebuah mimpi
                                                  atau tanda-tanda khusus lainnya. (Sirilin
     Dalam komentarnya atas buku Wangsit          Megaluh, 2012: 80)
Prabu Siliwangi karya Rokajat Asura (2016),
Peter Carey mengatakan bahwa wangsit                   Selain melalui semedi di tempat-tempat
sebagai petunjuk atau nasihat sudah lama          keramat, upaya memperoleh wangsit juga
dikenal dalam sejarah Indonesia. Hidup orang      dapat diperoleh melalui perantara para wali.
bijak dan pelopor bangsa seperti Pangeran         Sebagaimana dijelaskan oleh Gus Nuril
Diponegoro dibentuk dan diarahkan oleh            (2010) bahwa makam wali yang dianggap
petunjuk.                                         sebagai pembawa berkah karena hal itu
                                                  berkaitan dengan isi mistik Islam-Jawa yang
                                                  Edisi Budaya | 603
terdiri dari wahyu atau wangsit, kasekten,      diterimanya dari Mbah Petruk mengenai
dan keramat. Wahyu, yang dalam Islam-           prediksi akan terjadinya bencana alam berupa
Jawa disebut wangsit, diadopsi dari bahasa      meletusnya Gunung Merapi.
Arab wahy. Dengan wahyu, seseorang dapat
berkomunikasi dengan para nabi yang menurut          Peristiwa meletusnya Gunung Merapi
tradisi Islam-Jawa menurun kepada para wali.    menyisakan banyak peristiwa. Sebelum
Para wali inil merupakan kekasih Allah, yang    Gunung Merapi meletus, ada seorang warga di
dengan perantaraan para wali inilah, biasanya   lereng Merapi, terutama di wilayah Kawasan
wahyu (wangsit) turun.                          Rawan Bencana (KRB) III di Dukuh Takeran,
                                                Desa Tlogolele, Selo, Boyolali, mengaku diberi
Wangsit dan Mitologi Orang Jawa dan             wangsit oleh Mbah Petruk (seorang tokoh yang
Sunda                                           dianggap penjaga Merapi). Wangsit tersebut
                                                didapat melalui mimpi, untuk memprediksi
     Sistem berpikir orang Jawa, menurut        hal-hal yang akan terjadi. Menurut wangsit
Dawami dalam Suwardi (2003:6) suka              dari Mbah Petruk, warga setempat harus
dengan mitos. Segala perilaku orang Jawa,       menggelar kenduri agar selamat dari bahaya
seringkali memang sulit dilepaskan dari aspek   Merapi. Dalam mimpi tersebut, Mbah Petruk
kepercayaan kepada hal-hal tertentu. Itulah     meminta agar kenduri dilengkapi dengan
sebabnya sistem berpikir mistis akan selalu     berbagai ubarampe, seperti sega cagak atau
mendominasi perilaku hidup orang Jawa.          tumpeng nasi tawar, tumpeng nasi gunung
                                                atau nasi jagung, palawija, jajan pasar, dan
     Sementara dalam lingkaran pandangan        tumpeng kendhit. Di samping itu, warga juga
dunia Jawa, menurut Magnis (1993: 84), dunia    diminta untuk membaca Surat Yasin, tahlil,
luar dihayati sebagai lingkungan kehidupan      dan doa untuk keselamatan warga sekitar
individu yang homogen, di dalamnya ia           (Ening Herniti, 2012: 12).
menjamin keselamatan dengan menempatkan
diri dalam keselarasan terhadap dunia itu.           Soma menjelaskan bahwa Niti
Dunia itu terlebih adalah dunia petani, tetapi  memperoleh wangsit dari Mbah Petruk yang
juga pada umumnya dunia orang sederhana         saat itu mengenakan jubah serba putih. Dalam
yang jika pun tinggal di kota besar biasanya    mimpi tersebut, Mbah Petruk meminta agar
masih mempunyai hubungan erat dengan            kenduri dilengkapi dengan berbagai ubarampe,
daerahnya. Ciri-ciri pandangan dunia ini        seperti sega cagak atau tumpeng nasi tawar,
adalah penghayatan terhadap masyarakat,         tumpeng nasi gunung atau nasi jagung,
alam dan aalam kodrati sebagai kesatuan yang    palawija, jajan pasar dan tumpeng kendhit.
tak terpecah-belah. Dari kelakuan yang tepat    Selanjutnya, ubarampe itu dibawa sebagai salah
terhadap kesatuan ini, tergantung keselamatan   satu ritual dalam kenduri yang harus diikuti
manusia.                                        oleh seluruh warga Takeran.
     Salah satu tradisi mistis masyarakat Jawa       Sementara bagi orang Sunda, wangsit
yang berkaitan dengan dunia luar (gaib) adalah  memiliki keterkaitan dengan sejarah dan
wangsit. Wangsit yang sering pula diistilahkan  tradisi masyarakat mereka, terlebih dengan
dan disepadankan dengan ilham, dalam            salah seorang tokohnya yang terkenal yakni
mitologi orang Jawa memiliki kedudukan          Prabu Siliwangi. Kisah mengenai wangsit
yang cukup tinggi. Artinya, di samping orang    Prabu Siliwangi ini dikenal dengan Uga Wangsit
yang memperoleh wangsit adalah orang yang       Siliwangi. Uga Wangsit Siliwangi jika dijabarkan
berkedudukan tinggi dan mempunyai laku          secara harfiah adalah petunjuk atau wasiat
spiritual khusus, penerimaan orang Jawa         terakhir Prabu Siliwangi sebelum akhirnya
terhadap isi atau berita dari wangsit juga      “ngahiang” atau tiada. Wasiat itu merupakan
sangat besar. Hal ini sebagaimana tergambar     tulisan berbahasa Sunda Buhun (kuno) yang
dalam penerimaan wangsit yang diperoleh         bagi masyarakat Sunda merupakan petuah dan
oleh seorang penduduk Desa Tlogolele yang       menyiratkan makna yang sangat luhur serta
604 | Ensiklopedi Islam Nusantara
memiliki relevansi antara masa lalu dengan      ia berhenti mengunjungi pesantren dan
masa kini.                                      meninggalkan kawasan berpenduduk untuk
                                                menempuh kehidupan dengan cara menyepi
     Mengenai Uga wangsit berisi mengenai       dan bersamadi. Pada saat itu dimulailah suatu
ramalan jalan kehidupan politik dan             tahap yang sangat menentukan perkelanaan
pemerintahan negara kita, dimulai dari          Diponegoro tatkala ia mencari tempat-tempat
hilangnya Padjajaran sampai hari ini. Di        keramat dan suci yang berkaitan dengan
dalam Uga ini kita semua akan menyaksikan       Wangsa Mataram. Penampakan perdana
bagaimana keluhuran ilmu Prabu Siliwangi,       terjadi pada saat Pangeran Diponegoro
Raja Padjajaran, yang bisa “melihat ke masa     bersamadi di Gua Song Kamal di daerah
depan” dan mengetahui mengenai berbagai         Jejeran arah Selatan Yogya. Sunan Kalijogo,
peristiwa yang akan terjadi terhadap            seorang di antara wali sembilan, muncul
masyarakat Sunda khususnya dan bangsa           di hadapan Pangeran Diponegoro dalam
Indonesia umumnya. Bagaimana sikap kita,        bentuk seseorang “yang bersinar bagai bulan
apakah harus mempercayai Uga ini atau tidak?    purnama”. Penampakan itu memberitahu
Mengenai hal ini tergantung kepada pribadi      pangeran bahwa, sudah ditentukan oleh Allah
masing-masing. Tapi yang harus kita pikirkan,   SWT, suatu waktu nanti ia akan menjadi raja
Uga ini adalah salah satu warisan luhur         (ratu). Sesudah menyampaikan ramalan ini,
budaya –terutama budaya Sunda– yang sangat      penampakan tersebut menghilang.
berharga dan dapat dijadikan cermin bahwa
kita yang hidup di jaman sekarang sedikitnya         Wangsit-wangsit yang diterima oleh
harus mengakui bahwa ilmu leluhur ternyata      Pangeran Diponegoro bukan hanya datang
tidak kalah dengan ilmu modern.                 dari salah satu Walisongo, seperti yang
                                                diperolehnya dari Sunan Kalijogo. Melainkan
Wangsit Pangeran Diponegoro                     juga datang dari Ratu Kidul, sebagaimana
                                                penuturannya dalam Babad Diponegoro yang
     Cerita-cerita mengenai wangsit yang        dikutip oleh Peter Carey (174):
diperoleh Pangeran Diponegoro dituturkan
sendiri olehnya dalam Babad Diponegoro.              Seusai perjumpaan pertama dengan Ratu
Sebagaimana diulas dengan baik oleh Peter       Kidul yang membuatnya terperangah di Gua
Carey bahwa selama beberapa kali masa           Langse, Diponegoro menggambarkan dalam
laku spiritualnya, Pangeran Diponegoro          babad karyanya bagaimana ia turun ke tepi
melakuka ziarah ke sejumlah tempat yang di      laut dan berjalan kembali sepanjang pantai
antaranya adalah Pantai Selatan, tepatnya di    Parangtriris di mana ia mandi dalam gua sumber
Parangkusumo.                                   air tawar. Ia kemudian tidur di Pangkusumo,
                                                boleh jadi di pondok kecil terbuka yang
     Di usianya yang terbilang masih relatif    didirikan oleh Sultan kedua. Malam harinya
muda, Pangeran Diponegoro sudah menjalani       Pangeran Diponegoro kembali mendapatkan
laku spiritual di Parangkusumo Pantai Selatan,  suara gaib yang menunjukkan suatu bentuk
di mana saat itu ia berusia dua puluh tahun.    “wangsit” yang barangkali datang dari Sunan
Dalam tidurnya ia mendengar suara gaib          Kalijogo itu, dan berisi pemberitahuan
yang terdengar nyaring: Engkau sendiri hanya    tentang akan datangnya penghancuran kota
sarana, namun tidak lama, untuk disejajarkan    Yogyakarta dan awal keruntuhan Tanah Jawa
dengan leluhur (Carey, 84). Suara gaib pertama  “wiwit bubrah tanah Jawa” tidak sampai
diperolehnya saat usianya masih cukup belia,    tiga tahun lagi. Dalam wangsit itu, Pangeran
dan kemudian berlanjut dengan wangsit-          Diponegoro diminta untuk mengubah nama
wangsit lainnya di tengah proses tirakatnya.    agamisnya dari Ngabdurahim (Abdurrahim)
                                                ke Ngabdulkamit (Abdul Hamid) dan suatu
     Sebagaimana diceritakan pula oleh Peter    tanda akan diserahkan kepadanya berupa
Carey (154) bahwa Pangeran Diponegoro           panah Sarutomo. Panah ini segera tampak
dalam babad karyanya menyatakan bahwa           olehnya berupa selarik kilatan cahaya yang
                                                Edisi Budaya | 605
menembus batu sandarannya begitu ia bangkit         Artinya: (Tidak ada yang lain/ Engkau
dari limbungnya. Kemudian suara itu berakhir  sendiri Cuma sarana/ namun tidak lama/
dengan pernyataan yang sarat teka-teki: Tan   hanya untuk disejajarkan dengan leluhur/
ana malih-malih/ nanging sira srananipun/     Ngabdulkamit, selamat jalan, engkau harus
mapan iku tan dawa/ nanging kinarya leluri/   pulang ke rumah!
Nagdulkamit wus porna sira muliya
                                                                                                    [M Idris Mas’udi]
                                            Sumber Bacaan
Ening Herniti, Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Wangsit, Dan Roh Menurut Perspektif Edwards Evans-
         Pritchard, Jurnal ThaqafiyyaT, Vol. 13, No. 2, Desember 2012
E. Rokajat Asura, Tafsir Wangsit Siliwangi dan Kebangkitan Nusantara, Depok: Imania, 2016
Frans Magnis Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: Gramedia, 1993
Gus Nuril Soko Tunggal dan Khoerul Royadi, Ritual Gus Dur dan Rahasia Kewaliannya, Yogyakarta: Galangpress, 2010
Peter Carey, Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855, Jakarta: Kepustakaan
         Populer Gramedia dan KITLV, 2002
Sirilin Megaluh, Makna Ritual Semedi dalam Budaya Jawa: Studi Kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen, Depok:
         Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
Suwardi Endrasaswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, Yogyakarta:
         Narasi, 2003
http://www.solopos.com/2010/10/22/peroleh-wangsit-mbah-petruk-warga-takeran-gelar-kenduri-65069
http://indonesiana.merahputih.com/budaya/2016/03/10/hubungan-uga-wangsit-siliwangi-terhadap-bangsa-
         indonesia/39122/
606 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Wayang
Wayang merupakan seni pertunjukan                   Di tangan para pendakwah Islam awal,
             klasik masyarakat Nusantara yang  wayang menjelma menjadi medium dakwah
             tumbuh dan berkembang sebagai     yang efektif dengan gubahan cerita yang
sarana penyampaian pesan, ritual kepercayaan   kreatif dan sarat pesan-pesan sufistik. Aspek
serta hiburan. Dalam kesenian tradisional ini  mistik yang yang melekat dalam pertunjukan
terkandung falsafah hidup masyarakat yang      dan lakon wayang telah diolah menjadi
disampaikan melalui cerita dan penuturan       ajaran-ajaran sufistik yang mengarahkan
sang dalang yang digali dari berbagai sumber   audiens kepada pesan-pesan simbolik
cerita rakyat, wiracarita populer maupun       untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
naskah gubahan. Pementasan wayang juga         Tanpa kreativitas, kearifan dan penguasaan
memiliki dimensi keagamaan yang berbasis       wacana keislaman yang mendalam dari para
pada kepercayaan lama yang dikaitkan dengan    penganjur Islam Nusantara, sulit rasanya
keberadaan roh nenek moyang, peristiwa         mempertemukan praktik budaya lokal yang
penting dalam hidup ataupun ungkapan           telah mengakar dalam kehidupan masyarakat
rasa syukur atas keberhasilan seseorang.       dengan kebutuhan adanya media dakwah yang
Perpaduan berbagai unsur seni di dalamnya      paling familiar dengan kehidupan mereka.
telah menjadikan wayang sebagai hiburan        Perubahan fungsi dan bentuk wayang selama
rakyat yang adiluhung dan bersifat mendidik.   berabad-abad menjadi bukti transformasi
                                               keagamaan dan budaya masyarakat Nusantara
     Sebagai “budaya asli” Nusantara,          yang terus menerus mencari bentuknya.
wayang telah menunjukkan pola adaptasi
dan modifikasi yang berlangsung selama         Pengertian
berabad-abad. Perubahan ini pada dasarnya
merefleksikan watak masyarakat Nusantara            Secara etimologi, ‘wayang’ berasal dari
yang memiliki kemampuan adaptasi yang          kata ‘wewayangan’ yang artinya bayangan.
tinggi dan inovasi yang terus menerus          Akar katanya adalah ‘yang’, seperti dalam
dilakukan dalam menyikapi tantangan zaman.     kata ‘layang’ yang bermakna terbang. Hal itu
Keunikan watak ini tidak hanya menghasilkan    menggambarkan bahwa ia tidak stabil, tidak
unsur-unsur “budaya asli” yang khas ketika     pasti, tidak tenang, terbang, kian-kemari. Kata
menghadapi lingkungan sekitar, tetapi juga     wayang juga diduga berasal dari kata “hyang”
pada tahap tertentu, memperkaya unsur-         atau “dahyang” yang merujuk pada roh-roh
unsur budaya asli. Dalam hal ini, pengaruh     yang dipuja-puja nenek moyang masyarakat
budaya dari luar terbukti tidak akan diterima  Nusantara. Pemujaan ini didasarkan atas
begitu saja, tetapi diolah dan disesuaikan     kepercayaan bahwa roh atau arwah orang
dengan keadaan. Dalam wayang ini tidak         yang meninggal tetap hidup dan bisa memberi
hanya tergambar kepiawaian para pelaku         pertolongan pada mereka yang masih hidup.
budaya menyerap anasir-anasir budaya luar,     Para hyang ini dalam perkembangannya
tetapi juga kemampuannya menggubah anasir      dimanifestasikan dalam bentuk gambar,
budaya luar ke dalam wujud kenusantaraan.      patung atau tiruan-tiruan sejenisnya.
                                               Edisi Budaya | 607
telah ada di Jawa sebelum
                                                 masuknya                           peradaban
                                                 Hindu yang memberikan
                                                 pengaruh kuat terhadap
                                                 pembentukan budaya
                                                 masyarakat Nusantara.
                                                 Pertunjukan                        wayang
                                                 dimulai sekitar sebelum
                                                 tahun 400 M, yaitu ketika
                                                 animisme Jawa asli masih
                                                 mempunyai pengaruh
                                                 yang tidak hanya terbatas
                                                 di Jawa dan saat itu belum
                                                 bercampur dengan unsur-
                                                 unsur Brahmanisme atau
                                                 Budhisme (Mulyono, 51).
Sumber: http://tourdeasean.blogspot.co.id/       Namun dalam bentuk yang
     Istilah wayang juga didasarkan pada         paling sederhana, seni pertunjukan wayang
kenyataan pergelaran wayang kulit di mana
penonton hanya menyaksikan gerakan               diperkirakan muncul pada 1500 SM yang
wayang melalui bayangan yang jatuh pada
kelir atau secarik kain yang dibentangkan        berkaitan dengan ritual animisme.
memanjang sebagai layar yang menangkap
bayangan wayang. Drama pertunjukan                    Masyarakat asli Nusantara mempercayai
ini menggunakan kelir sebagai pembatas           bahwa roh atau arwah orang yang meninggal
antara dalang yang memainkan wayang dan          tetap hidup dan bisa memberi pertolongan
penonton yang berada di balik kain putih         pada mereka yang masih hidup. Mereka
tersebut. Pada masa pembentukan wayang           menyebut roh-roh yang dipuja dengan sebutan
awal, pertunjukan seni ini hanya diiringi oleh   “hyang” atau “dhayang”. Para hyang ini oleh
seperangkat gamelan sederhana yang terdiri       masyarakat setempat diwujudkan dalam
atas saron, todung (sejenis seruling) dan        bentuk patung atau gambar. Melalui pemujaan
kemanak (gending). Pesinden dan gamelan lain     inilah pertunjukan wayang bermula (Solichin,
belum ada (Bambang Harsrinuksmo, 1991:           2013:4).
275). Dr. Hazeau berpendapat bahwa wayang
berarti walulang inukir (kulit yang diukir) dan       Tidak ada satu datapun yang mendukung
dilihat bayangannya pada kelir, sebagaimana      dugaan bahwa pertunjukan bayang-bayang
adanya dalam pertunjukan wayang kulit. Dari      Jawa mengambil alih unsur kebudayaan asing.
sisi pergerakannya, wayang mengandung            Di lain pihak tidak pula ada alasan untuk
pengertian “berjalan kian-kemari, tidak          menolak hipotesa bahwa wayang sepenuhnya
tetap, sayup-sayup (bagi substansi bayang-       diciptakan oleh orang Jawa, baik mengenai
bayang), (Mulyono:h. 11). Seni wayang kulit      tatanannya maupun namanya.
dipahami masyarakat sebagai gambaran atau
tiruan orang dan sejenisnya yang dibuat dari          Sebagian pengamat budaya menganggap
kulit untuk mempertunjukkan suatu lakon.         bahwa pertunjukan bayang-bayang atau
Pertunjukan tersebut dihantarkan dengan          wayang bukanlah semata-mata sesuatu
teratur oleh instrumen gamelan terutama          yang dangkal. Mereka sepakat bahwa aspek
slendro.                                         keasliannya ini bukan hanya berpijak pada
                                                 hiburannya belaka, tetapi juga mempunyai
Sejarah                                          arti keagamaan atau suatu upacara yang
                                                 berhubungan dengan kepercayaan.
     Banyak pihak berkeyakinan bahwa wayang
                                                      Sebagai media penyampai pesan, wayang
                                                 telah mengalami perubahan yang sangat
                                                 dinamis sesuai perubahan tatanan sosial,
608 | Ensiklopedi Islam Nusantara
politik dan keagamaan. Pertunjukan seni       penyebaran Islam, hingga zaman merdeka dan
masyarakat ini berubah dari waktu ke waktu    pasca kemerdekaan. Dinamika pewayangan ini
mengikuti arus masuknya berbagai peradaban    juga menunjukkan daya tahan dan daya kreasi
dunia. Pada masa animisme, wayang berfungsi   yang tinggi.
sebagai upacara menyembah arwah nenek
moyang, di zaman Hindu menjadi sarana         Perubahan Wayang: Refleksi Perubahan
menyebarkan agama Hindu. Begitu pula pada     Tatanan Politik
masa masuknya Islam ke Nusantara melalui
Demak, wayang Kulit Purwa dikembangkan             Menurut Prof. Poerbacaraka, pengaruh
oleh para wali untuk sarana dakwah Islam      kebudayaan Hindu pada wayang hanyalah
(Solichin, 2013:12).                          berjalan kurang lebih 500 tahun, kalau tidak
                                              boleh dikatakan “hanya merupakan lapis kulit
     Sejak abad ke 11 M, keberadaan wayang    luar belaka” (Mulyono, 75).
telah dibuktikan dengan munculnya Kakawin
Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa. Kitab              Runtuhnya kerajaan Majapahit
ini ditulis pada masa keemasan kerajaan       mengakibatkan semua paralatan kerajaan
Kahuripan di bawah pemerintahan Raja          diboyong ke Demak, termasuk wayang
Erlangga. Saat itu wayang sudah menjadi       (Mulyono, 78).
tontonan yang amat digemari masyarakat,
sehingga menjadi sarana transformasi nilai-        Para penguasa Demak gemar menggelar
nilai moral. Dari catatan sejarah yang lebih  kesenian daerah sehingga secara aktif mereka
awal, ada indikasi bahwa wayang dipentaskan   mengadakan penyempurnaan dan perubahan
untuk menghormati para leluhur. Prasasti      bentuk, cara pertunjukan dan alat pertunjukan
Canggal yang ditulis pada masa pemerintahan   pada wayang kulit Purwa yang berasal dari
Raka I Panangkaran tahun 973 menyebutkan      Majapahit. Mengingat sikap dan pandangan
bahwa Sigaligi mementaskan lakon Bima         keagamaan Muslim serta kreativitas para
Kumara sebagai bentuk penghormatan kepada     pegiat seninya, dunia pewayangan mendapat
roh leluhur .                                 pengaruh yang signifikan antara lain:
     Setelah zaman Hindu berlalu, wayang      1. Bentuk wayang dibuat pipih menjadi dua
mengalami perubahan besar pada masa                dimensi dan digambar miring sehingga
Kesultanan Demak. Semula wayang dan                tidak menyerupai relief candi. Selain itu,
gamelan disejajarkan dengan lukisan, patung        polesan artistik dengan cita rasa tinggi
dan piranti karya seni lain, yang dianggap         yang dibentuk oleh para seniman handal
bersifat syirik. Namun atas upaya Sunan            telah memperindah penampilan wayang
Kalijaga, wayang dapat diterima menjadi            saat itu. Perkembangan ini terjadi sekitar
sarana dakwah yang penting. Di tangan              tahun 1518-1521 M.
budayawan yang mumpuni dalam fikih dan
tasawuf, wayang menjadi seni budaya yang      2. Wayang dibuat dari kulit kerbau yang
berjasa dalam proses Islamisasi Nusantara.         ditatah dengan halus.
Padahal sebelumnya, Sunan Giri dan Bonang
menentang seni budaya wayang sebagai sarana   3. Kulit bahan wayang diberi warna dasar
dakwah. Namun kemudian mereka berbalik             dan ditaburi bubuk tulang (gerusan balung)
mengikuti jejak Sunan Kalijaga dengan              yang berwarna putih sedangkan gambar
mengapresiasi budaya lokal.                        pakaian diberi warna hitam.
     Seni perwayangan ini merefleksikan etos  4. Gambar muka wayang dibuat miring
budaya Nusantara yang setia mempertahankan         dengan tangan masih menjadi satu
tradisi lama sambil terus menerus menyerap         dengan badan (irasan), diberi gapit untuk
nilai maupun bentuk-bentuk baru. Watak             menancapkan pada kayu yang diberi
budaya ini nampak pada perkembangan                lubang khusus untuk itu.
wayang dari zaman Hindu dan Budha, zaman
                                              5. Bentuk dan gambar wayang pada
                                                   umumnya meniru gambar wayang dari
                                              Edisi Budaya | 609
wayang beber Majapahit. Tetapi kemudian           dan juga memakai celana.
     gambar-gambar tersebut dipisah, satu
     persatu untuk dapat disimpan pada            2. Aneka senjata diciptakan sebagai asesoris
     kanan-kiri dalang.                                yang menarik bagi pementasan, antara
                                                       lain; gada, bindi, alugara dan sebagainya.
6. Penyempurnaan bentuk wayang dilakukan
     pada tahun 1521 sambil menambah              3. Perubahan jadwal pertunjukan yang
     jumlahnya sehingga dapat dipergunakan             sebelumnya banyak dilakukan malam
     untuk memainkan cerita Ramayana                   hari, pada masa ini, wayang dipentaskan
     maupun Mahabarata selama semalam                  pada waktu siang hari.
     suntuk. Tambahan wayang yang dimaksud
     antara lain: Wayang Ricikan, yang berupa          Pada masanya Sunan Kudus telah
     gambaran binatang, perampokan dan            menciptakan wayang yang terbuat dari kayu
     gunungan. Juga tambahan peralatan            berbentuk pipih yang disebut Wayang Purwa.
     seperti kelir, kotak, gedebog pisang, lampu  Wayang jenis ini persis seperti wayang kulit,
     blencong. Selain itu wayang disimpan         tetapi bentuk tangannya tetap dibuat dari
     pada bagian kanan-kiri dalang. Pada saat     kulit. Pertunjukan ini tidak memakai kelir,
     ini, sulukan-sulukan dan patetan mulai       hanya memakai gawang saja. Wayang ini
     diatur secara lebih rapih. Wayangan dibuat   kemudian disebut Wayang Krucil atau Wayang
     semalam suntuk dengan gamelan Slendro.       Golek Purwa.
     Pada masa transisi kekuasaan kerajaan             Pada masa Sutawijaya yang bergelar
Islam dari Demak ke Pajang, wayang juga           Senopati Ing Ngalaga, ada sedikit penambahan
mengalami perubahan. Sekitar tahun 1556,          wayang yaitu: binatang-binatang hutan,
Jaka Tingkir bersama dengan seniman-              tatahan wayang yang disempurnakan, rambut
seniman lokal membuat wayang yang lebih           wayang ditatah gempuran serta Wayang Gedog
kecil ukurannya dari wayang yang biasa            ditambah memakai keris.
dipentaskan. Wayang jenis ini disebut dengan
“Wayang Kidang Kencanan”. Setelah itu                  Pada masa Pangeran Seda Krapyak,
muncul Wayang Gedog dengan cerita Panji yang      muncul wayang baru dengan babon Wayang
dibuat oleh Sunan Giri. Wayang ini dibuat pada    Kidang Kencana dan membuat Wanda
tahun 1563 dan pementasannya menggunakan          Arjuna yang disebut Wanda Jimat. Selain itu
gamelan Pelog.                                    diciptakan wayang-wayang dagelan. Dari segi
                                                  pembuatannya, wayang mulai digapit secara
     Sultan Pajang menaruh perhatian yang         lebih baik. Ada tambahan senjata yaitu panah,
cukup besar terhadap pertunjukan wayang           keris dan senjata tajam lainnya. Mulai saat
dengan memberikan sentuhan-sentuhan gaya          ini, Murwakala mempergunakan wayang kulit
dan perlengkapan yang membuat pementasan          Purwa.
semakin menarik. Modifikasi yang dilakukan
antara lain:                                           Pada masa pemerintahan Sultan
                                                  Agung Hanyakrakusuma, berbagai macam
1. Berbagai macam pakaian diperkenalkan           penyempurnaan dilakukan, antara lain:
     untuk membedakan masing-masing               wanda dan mata wayang dibedakan. Ada mata
     kelas. Misalnya raja memakai “makuta/        kedondong, mata liyepan dsb. Diciptakan
     tropong”, sedangkan satria mengenakan        Arjuna Wanda Mangu. Setelah Wayang Arjuna
     gelung atau ngore, terkadang “kain dodot”    ini jadi, disebut Kyahi Mangu.
                                                                                                                 [Hamdani]
                                Sumber Bacaan
Mulyono, Sri, Wayang: Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya, Jakarta: Gunung Agung, 1982.
Solichin, Gatra Wayang Indonesia, Jakarta: Sena Wangi, 2013.
Stange, Paul, Politik Perhatian:Rasa Dalam Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: LKiS, 1998.
Suseno, Dharmawan Budi, Wayang Kebatinan Islam, Bantul: Kreasi Wacana, 2009.
610 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Wirid
Secara etimologi, wirid berasal dari bahasa– ﻳﹶ ﹺﺮﺩﹸﻭﹶﺭﹶﺩﹶkepada Allah dalam kondisi apapun. Seorang
Arab warada-yaridu-wirdan/–       sampai      ke      hamba yang hatinya selalu mengingat dan
 ﹺﻭﺭﹾﺩﺍﹰyang berarti antara lain                      wushul kepada-Nya, maka ia akan menjadi
sumber air (QS. Al-Qashash: 23), sebagian             pribadi yang tenang dan bahagia. Wajar jika
                                                      kemudian Alquran kerap mengajak manusia
waktu malam yang digunakan untuk salat,               untuk selalu mengingat Allah SWT, seperti
                                                      yang terekam pada QS. Âli ‘Imrân [3]: 190-191;
dan bagian dari Alquran atau bacaan zikir yang        QS. Al-Baqarah [2]: 152; QS. Ar-Ra’d [13]: 28;
                                                      QS. Al-Ahzab [33]: 41; QS. Al-Munâfiqûn [63]:
dirapal. Jika kata wird dimaknai semacam              9 dan masih banyak lagi.
ini maka bentuk jamaknya adalah aurâd/ﺃﹶﻭﹾﺭﹶﺍﺩﹲ.
Kata al-wird juga diartikan dengan al-wushûl               Dalam rangka mengimplementasikan
                                                      perintah tersebut, baginda Rasul SAW dalam
(sampai) dan ad-dukhûl (masuk) sebagaimana            sepanjang hidupnya tidak pernah lepas dari
                                                      membaca wirid berupa do’a-do’a dan amal
dalam QS. Hûd: 98. Dalam Kamus Besar                  saleh. Abdullah bin Umar berkata: “Saya
                                                      mendengar Rasul Saw membaca do’a tiap petang
Bahasa Indonesia, wirid diartikan sebagai             dan pagi tanpa putus hingga beliau meninggal
                                                      dunia”. Doa yang dimaksud adalah:
kutipan-kutipan Alquran yang ditetapkan
                                                      ��  اﻟﻠﻬﻢ،��اﻟﻠﻬﻢ �� أﺳﺄﻟﻚ اﻟﻌﺎ��� ﻓﻲ ا���ﺎ وا�ﺧ
untuk dibaca; dzikir yang diucapkan sesudah
                                                      ،أﺳﺄﻟﻚ اﻟﻌﻔﻮ واﻟﻌﺎ��� ﻓﻲ ��ﻨﻲ و���ﺎ� وأﻫﻠﻲ وﻣﺎﻟﻲ
salat; dan pelajaran (ilmu keagamaan).
                                                       اﻟﻠﻬﻢ اﺣﻔﻈﻨﻲ ﻣﻦ ﺑﻴﻦ،�� وآﻣﻦ �و،�اﻟﻠﻬﻢ اﺳﺘﺮ ﻋﻮ�ا
     Sementara secara terminologis, istilah
wirid biasanya digunakan untuk menyebut               ،� وﻣﻦ �ﻮ، وﻋﻦ ﺷﻤﺎﻟﻲ، وﻋﻦ �ﻤ�ﻨﻲ، وﻣﻦ ﺧﻠﻔﻲ،���
kegiatan zikir (mengingat Allah) yang dilakukan
secara mudâwamah (rutin) dan istiqâmah                                 .وأﻋﻮذ ﺑﻌﻈﻤﺘﻚ أن أﻏﺘﺎل ﻣﻦ ﺗﺤﺘﻲ
(kontinu/terus menerus). Pengertian seperti
ini mirip dengan kata hizib, di mana keduanya         “Ya Allah, aku mohon kesehatan di dunia dan
mengandung unsur mudâwamah dan istiqâmah.             akherat. Ya Allah, aku mohon ampunan dan
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan              kesehatan pada agamaku, duniaku, keluargaku
bahwa wirid adalah kumpulan zikir, do’a,              dan hartaku. Ya Allah, tutuplah auratku,
dan bimbingan amaliah yang telah dirangkai            jauhkanlah dari rasa takut. Ya Allah, jagalah aku
sedemikian rupa untuk mendekatkan diri                dari depan, dari belakang, dari kanan, dari kiri,
kepada Allah SWT, berlindung agar dijauhkan           dari atas dan aku berlindung kepada keagungan-
dari keburukan dan kejahatan, memohon                 Mu agar aku tidak diserang dari bawah.” (HR.
kebaikan, memohon tumbuhnya berbagai                  Abu Daud, an-Nasa’I, Ibn Majah, Ibn Hibban,
ilmu dan pengetahuan, dengan menyatukan               al-Hakim dan Ahmad)
hati kepada Allah SWT secara konsisten dan
kontinu. Kegiatan melakukan amaliah wirid                  Bahkan dalam riwayat lain beliau
disebut dengan wiridan.
     Tujuan utama wiridan adalah agar hati
menjadi tenang, dekat kepada Allah SWT dan
tetap kuat di dalam keimanan. Secara spiritual,
wiridan akan menjadikan hati seorang selalu
ingat (zikir) dan wushûl (sampai/connected)
                                                      Edisi Budaya | 611
bersabda:                                                                         Dengan demikian, tradisi wirid memiliki
                                                                             akar sejarah yang cukup kuat dari agama
( )رواه اﻛﺨﺎري.أَ َﺣ ُّﺐ ا َﻷ ْﻗ َﻤﺎ ِل إﻟﻰ اﷲ أَ ْد َو ُﻣ َﻬﺎ َوإ ْن َﻗ ّﻞ  Islam. Bahkan menjadi bagian yang inheren
                                                                             dalam diri setiap Muslim, karena kesadaran
“Amal yang paling dicintai Allah adalah amalan                               yang mendalam bahwa kebahagiaan hakiki
yang dilakukan secara kontinu (istiqamah)                                    bagi seorang Muslim adalah ketika ia mampu
kendati ia sedikit (jumlahnya).” (HR. al-Bukhari)                            mendekat dan ber-’âsyiq ma’syûq dengan Dzat
                                                                             yang Menciptakannya, Allah SWT.
     Karena itulah maka para sahabat, tabi’in
dan generasi setelah mereka melakukan wiridan                                     Di Indonesia sendiri, wirid/wiridan sudah
secara konsisten dan kontinu, baik berupa                                    menjadi tradisi sebagain besar umat Islam dari
amal saleh seperti salat, zakat, puasa, sedekah                              generasi ke genarsi. Wiridan kerap dilakukan
maupun berupa lantunan do’a dan zikir. Tidak                                 sesudah salat fardhu dengan membaca
berlebihan kiranya jika ulama seperti Ibn Hajar                              berbagai macam do’a-do’a dan zikir. Saking
al-Asqallani pernah mengatakan: “Konsisten                                   pentingnya wiridan bagi umat Islam Indonesia,
melakukan amal kebaikan walaupun nilainya kecil                              bahkan muncul pameo, jika seseorang setelah
itu jauh lebih utama daripada melakukan amal                                 salat kemudian langsung pergi tanpa terlebih
yang nilainya besar tapi tidak dilakukan secara                              dahulu membaca wirid dan zikir, maka kelak
konsisten.” Bahkan menurut kesaksian Ibn al-                                 di alam kubur ia akan menjadi seekor monyet.
Qayyim, Ibn Taimiyah –yang dikenal sebagai                                   Terlepas dari benar tidaknya pameo itu,
tokoh kontra tasawuf- pernah mengatakan:                                     yang jelas, hal itu menunjukkan pentingnya
“Barangsiapa membiasakan diri melantunkan                                    membaca wirid pasca salat fardhu.
[yâ hayyu yâ qayyûm lâ ilâha illâ anta] tiap hari
antara salat fajar dan Subuh, maka Allah akan                                     Adapun lafaz-lafadz wirid setelah salat
menghidupkan mata hatinya.”                                                  fardhu banyak sekali bentuknya, di antaranya
                                                                             yang paling popular adalah membaca basmalah,
     Karena itu, terutama di kalangan sufi,                                  ta’awwudz, istighfar (3 x), surat al-Fatihah, ayat
wirid dipercaya sebagai instrumen awal untuk                                 Kursi (QS. Al-Baqarah:255), membaca surat
mendatangkan wârid. Warid adalah hidayah                                     al-Ikhlâsh, al-Falaq dan an-Nâs, lalu membaca
yang diturunkan dalam hati seseorang tanpa                                   tasbih (33 x), tahmid (33 x), takbir (33 x), tahlil
diminta. Pengarang kitab al-Qirthâs Syarh                                    (33 x) dan do’a-do’a lainnya.
Râtib al-‘Aththâs, Habib Ali bin Hasan al-
Aththas, mendefinisikan wârid sebagai sesuatu                                     Selain itu, ada juga wirid-wirid khusus yang
yang datang kepada batin seorang hamba yang                                  biasa diamalkan dan dirapal oleh umat Islam
terdiri dari perasaan yang amat halus, cahaya,                               di seantero Nusantara, antara lain membaca
sirr (rahasia), dan kasyf (penguakan tabir-                                  2 ayat terakhir dari surat at-Taubah:128-129,
tabir), hingga hatinya merasa lapang, tenang,                                membaca salawat-salawat kepada Nabi
bermandikan cahaya Ilahiyah dan rahasia-                                     SAW seperti salawat nariyah, munjiyat, dan
Nya. Orang yang melalaikan wirid tidak akan
mendapat warid.                                                              Sumber: https://alkarsani.wordpress.com
     Dalam konteks ini, tidak berlebihan bila
Imam an-Nawawi menganjurkan kepada
mereka yang lalai terhadap bacaan wirid atau
amalan yang biasa dilakukan agar segera
men-qadla’-nya. Senada dengan itu, Imam
asy-Syaukani juga mengatakan bahwa para
sahabat-pun ketika lalai membaca zikir-zikir
yang biasa dilakukan, mereka segera meng-
qadla’-nya. Data dan fakta di atas semakin
mempertegas posisi wirid bagi para pencari
(murid) mahabbah dan makrifat Allah.
612 | Ensiklopedi Islam Nusantara
thibbil qulub, membiasakan tahlilan, yasinan,   banyak keistemewaan. Kitab yang anonym
membaca Wirid Sakran yang diajarkan oleh        ini tidak hanya memuat doa-doa harian yang
Imam Abu Bakar as-Sakran bin Abdurrahman        dibutuhkan sejak kanak-kanak hingga dewasa,
Assegaf, Wirdul Lathîf dan Râtib al-Haddâd      kitab ini juga menyajikan bacaan-bacaan suci
yang dikarang oleh Habib ‘Abdullah bin ‘Alawi   untuk amalan-amalan khusus pada waktu-
al-Haddad.                                      waktu tertentu. Singkat kata, Majmu’ Syarif
                                                adalah kitab panduan beribadah malalui
     Wirid lisan berupa do’a sebagaimana        lantunan doa bagi umat Islam sepanjang
disebutkan di atas adakalanya diperoleh dari    zaman di wilayah Nusantara.
ijazah langsung (simâ’ dan qira’ah) dari guru
atau kiai, ada pula yang diperoleh melalui           Jika karya-karya di atas berisi tentang
ijazah bil munâwalah (pemberian) atau bil       wirid lisan, maka di Jawa ada sebuah kitab
kitâbah (tulisan) dari buku-buku seperti dari   yang berisi tentang wirid amalan, yaitu Serat
kitab Miftâh as-Sa’âdah wa al-Falah fî Adzkâr   Wirid Hidayat Jati karya Ranggawarsito. Buku
al-Masâ‘ wa ash-Shabâh, dan An-Nubdzah ash-     ini menjelaskan nasehat-nasehat luhur dari
Shughrâ fî Adzkâr ash-Shabah wa al-Masâ‘        para wali di tanah Jawa, sepeninggal Kanjeng
karya Habib ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad.     Susuhunan ing Ngampel Denta (Sunan Ampel).
Kendatipun kumpulan wirid tersebut berasal      Sesuai dengan namanya, karya ini berisi wirid
dari Yaman, namun umat Islam Nusantara          (pengetahuan) sekaligus amalan-amalan yang
kerap memakainya dan mengamalkan isinya.        dapat mengantarkan seorang murîd (pencari
                                                Tuhan) mencapai ilmu makrifat. Karya
     Selain buku di atas, dikenal juga sebuah   itu diawali dengan doa-doa yang menjadi
kitab yang berisi kumpulan do’a dan amalan-     intisari nasehat para wali yang di dalamnya
amalan ibadah tertentu yaitu Kitab Majmu’       menggambarkan ilmu kesempurnaan yang
Syarif. Selama berabad-abad Majmu’ Syarif       kesemuanya disusun berdasarkan dalil-dalil
telah menjadi kitab do’a yang paling banyak     hadis, ijma’ dan qiyas.
digunakan umat Islam di seantero Nusantara.
Kendati belakangan mulai banyak dikritisi oleh                                                              [M Ulinnuha]
banyak orang, namun buku ini tetap memiliki
                                            Sumber Bacaan
al-‘Asqallani, Ibn Hajar. Fath al-Bârî, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2004)
Eka Widianto, Zikir dalam Pustaka Centini, (Yogyakarta: Fak. Ushuluddin UIN SUKA, 2005)
Endraswara, Suwardi. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, (Yogyakarta:
         Narasi, 2006), Cet. IV
Ibn al-Qayyim, Madârij as-Sâlikîn, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2005)
Mulyanti, Siti. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006)
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Krapyak, 1984).
Musthafa, Ibrahim. dkk. Al-Mu’jam al-Wasîth, (Kairo: Majma’ al-Lughah al-Arabiyah, 2004).
an-Nawawi, Syarafuddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, al-Adzkâr, (Kairo: Dâr at-Turats, 1999).
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2006)
al-Shiddiqy, Hasbi. Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982)
asy-Syaukani, Muhammad bin Ali. Tuhfat adz-Dzâkirîn, (Kairo: ats-Tsaqafiyah, 1988).
Thalib, Muhammad. Seratus Do’a dalam al-Qur’an dan Penjelasannya, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1998).
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Kemdikbud, 2008)
Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Wirid Harian: Sejarah, Nasihat Dan Amalan-Amalannya, (Jakarta oleh Lentera, 2008)
Sumber: alkarsani.wordpress.com
Sumber: http://www.alnabaa.net/607488
                                                Edisi Budaya | 613
614 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Y
Ya Qowiyu
Ya Qowiyu
Pendahuluan                                      percaya pada roh-roh nenek moyang.
Salah satu tradisi yang keberadaannya                 Di antara Walisongo tersebut terdapat
       terus dikembangkan oleh masyarakat        Sunan Kalijaga yang memiliki pemikiran dan
       Jatinom Kabupaten Klaten, Provinsi        sikap sangat akomodatif terhadap budaya lokal.
Jawa Tengah adalah tradisi upacara “Ya           Dalam keyakinan masyarakat Jawa, Sunan
Qowiyu”. Inti upacara ini adalah peringatan      Kalijaga inilah Walisongo yang merupakan
hari meninggal dunianya (haul) Ki Ageng          asli keturunan orang Jawa, bukan Arab, sebab
Gribig, tokoh penyebar Islam di wilayah itu.     wali yang lain merupakan keturunan Arab
Tetapi dalam perkembangannya kegiatan            dari Timur Tengah. Tradisi slametan, sekaten,
ini menjadi ritual penyebaran kue apem dan       nyadran, wayang, gending Jawa banyak
diperebutkan oleh pengunjung yang hadir.         dihubungkan sebagai karya Sunan Kalijaga
Acara ini diadakan rutin setiap tahunnya,        di dalam mengembangkan dakwah Islam di
pada hari Jumat yang paling dekat dengan         tanah Jawa. Legenda yang berkembang di
tanggal 15 bulan Safar pada penanggalan          masyarakat Jawa, Sunan Kalijaga inilah yang
Hijriah. Tujuan utama dari upacara ini adalah    berhasil mengislamkan Raja Amarta yang
memperingati haul Ki Ageng Gribik, ulama         memiliki senjata Jamus Kalimasada.
yang diyakini sebagai tokoh yang sangat berjasa
bagi masyarakat Jatinom, Klaten. Dengan haul          Dalam pewayangan Jawa diceritakan
tersebut diharapkan masyarakat Jatinom bisa      bahwa Raja Amarta Prabu Puntadewa
meneladani kesederhanaan, kemuliaan budi         merupakan raja yang sangat alim dan
pekerti, kebijaksanaan dan keteladanan hidup     bijaksana, raja yang sangat jujur dan ikhlas.
dari Ki Ageng Gribik.                            Raja Puntadewa merupakan raja yang
                                                 menyimpan senjata Jamus Kalimosodo, sebuah
Sejarah                                          senjata yang tidak ada lawannya. Ketika perang
                                                 Baratayuda telah selesai dan usianya telah tua,
      Walisongo merupakan majelis para wali di   ia tidak juga meninggal dunia. Dalam sebuah
tanah Jawa yang terdiri dari sembilan ulama      cerita, ia baru akan meninggal dunia jika
terkenal yaitu Sunan Maulana Malik Ibrahim,      senjatanya Jamus Kalimosodo sudah dibaca
Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri,           orang. Akhirnya raja bijak ini bertapa, setelah
Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung        ribuan tahun baru kemudian bertemu dengan
Jati, Sunan Derajat, Dan Sunan Muria.            Sunan Kalijaga yang diminta membacakan
Kesembilan mubaligh ini mengajarkan agama        pusaka Jamus Kalimosodo tersebut. Isi senjata
Islam di tengah masyarakat Jawa yang saat itu    itu adalah dua kalimah syahadat: Asyhadu alla
masih beragama Hindu dan Budha. Bahkan           ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar
banyak di antara masyarakat Jawa waktu itu       rasulullah. Setelah dua kalimah syahadat
yang masih menganut kepercayaan dinamisme        tersebut dibaca maka meninggalah sang raja
atau percaya pada benda-benda keramat yang       bijak ini. Cerita rakyat ini telah menjadi cerita
memiliki kekuatan gaib dan animisme atau         yang turun temurun sampai sekarang.
                                                 Edisi Budaya | 617
Termasuk juga ceritra rakyat yang sampai           SEBARAN APEM - Warga berebut apem dalam
sekarang dipercaya masyarakat Jawa yang erat            sebaran apem di Oro-oro Tarwiyah, Jatinom di Klaten.
kaitannya dengan Sunan Kalijaga antara lain
legenda Sunan Pandan Arang, Syeh Dumbo,                       Sumber. Joglosemar.com
Syeh Siti Jenar dan legenda Sunan Geseng.
Semua cerita rakyat tersebut menegaskan         Kalijaga kemudian memerintahkan santrinya
betapa pentingnya posisi Sunan Kalijaga         untuk membakar semak belukar tersebut.
dalam mengkonstruksi budaya Jawa yang           Setelah itu terlihatlah tubuh Ki Cokrojoyo
berkembang sampai dengan saat ini.              yang hangus atau dalam bahasa Jawa geseng
                                                (gosong) terbakar. Ki Cokrojoyo masih dalam
     Kisah Ya Qowiyu ini berawal dari salah     kondisi sujud sambil terus berzikir kepada
seorang ulama yang diyakini masyarakat          Allah SWT sebagaimana yang dipesankan
sebagai seorang waliyullah murid dari Sunan     oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga
Kalijaga. Ulama tersebut bernama Sunan          membangunkannya dan memberinya nama
Geseng yang nama aslinya adalah Ki Cokrojoyo.   Sunan Geseng. Kemudian oleh Sunan Kalijaga,
Ki Cokrojoyo ini pekerjaannya setiap hari       Sunan Geseng diutus untuk menyebarkan
adalah penyadap nira untuk dijadikan            agama Islam di Desa Jatinom sekarang, sekitar
gula kelapa. Dikisahkan, dalam sebuah           10 kilometer dari kota Klaten arah ke utara.
perjalanannya, Sunan Kalijaga mendengar
orang membawakan gending dengan sangat               Sunan Geseng oleh penduduk Jatinom
indah. Sunan Kalijaga tertarik dan mencari      juga disebut dengan nama Ki Ageng Gribik.
orang tersebut, dan bertemulah sang Sunan       Nama ini diambil dari pilihan Sunan Geseng
dengan Ki Crokrojoyo yang bernyanyi merdu       untuk tinggal di rumah beratap gribik yaitu
sambil menyadap nira. Sunan Kalijaga            anyaman daun kelapa. Hal ini berbeda dengan
menghampiri Ki Cokrojoyo dan mengatakan         kebiasaan masyarakat yang menggunakan
bahwa suara Ki Cokrojoyo sangat bagus.          genting dari tanah atau siarab kayu sebagai
Sunan Kalijaga meminta Ki Cokrojoyo juga        genting rumahnya. Ki Ageng Gribik lebih
melantunkan zikir kepada Allah, Tuhan Yang      senang menggunakan anyaman daun kelapa,
Maha Esa yang hanya Dia-lah yang pantas         sebab sebelum menjadi murid Sunan Kalijaga
untuk disembah dan diagungkan. Namun Ki         ia pernah menjadi penyadap nira. Selama
Cokrojoyo sempat menolak hal tersebut, sebab    bertahun-tahun Ki Ageng Gribik dengan sabar
Ki Cokrojoyo tidak beragama Islam.              dan tekun menyebarkan ajaran Islam bagi
                                                masyarakat Jatinom. Suatu hari masyarakat
     Sunan Kalijaga terus meyakinkannya,        Jatinom Klaten mengalami kekeringan yang
dan ketika Ki Cokrojoyo berzikir, mendadak      panjang sehingga banyak sawah yang tidak
gula yang ia buat dari nira itu berubah jadi    bisa ditanami padi. Wabah kelaparan dan
emas. Petani ini sangat keheranan dan takjub,   penyakitpun mulai berjangkit.
akhirnya ia ingin berguru kepada Sunan
Kalijaga. Sunan Kalijaga bersedia menjadi guru       Saat itu Ki Ageng Gribik baru pulang
Ki Cokrojoyo dengan syarat: teguh hatinya dan
sabar. Sebagai ujian pertama untuk menguji
keteguhan dan kesungguhan hati Ki Cokrojoyo,
Sunan Kalijaga memintanya bersujud dan
terus berzikir tanpa berhenti sampai Sunan
Kalijogo datang menghentikannya.
     Setahun kemudian Sunan Kalijaga berniat
membangunkan Ki Cokrojoyo dari zikirnya,
namun Sunan Kalijaga terkejut sebab tempat
yang dulu digunakan berzikir oleh Ki Cokro
telah berubah menjadi hutan dan banyak
ditumbuhi rumput dan alang-alang. Sunan
618 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dari menunaikan ibadah haji. Ia menyaksikan      upacara nyekar kemudian dilanjutkan dengan
penduduk Jatinom banyak yang meninggal           pengajian di Masjid Gede.
karena kelaparan dan kekurangan air. Ki Ageng
Gribik kemudian berikhtiar membagikan                 Puncak acara Ya Qowiyu diawali dengan
apem yang dibawanya dari Mekkah kepada           semua warga masyarakat desa Jatinom
penduduk yang kelaparan. Apem adalah             Klaten berkumpul di Masjid Gede untuk
makanan yang dibuat dari beras, mirip seperti    melaksanakan salat Jumat bersama. Salat
roti. Anehnya semua penduduk kebagian apem       Jumat ini dimulai tepat tengah hari atau jam
dan memakannya sampai kenyang. Ketika            12.00 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB.
membagikan apem Ki Ageng Gribik meminta          Setelah salat Jumat selesai, dua gunungan
warga yang kelaparan memakan apem seraya         apem yang telah dipersiapkan yaitu gunungan
mengucapkan zikir Ya Qowiyyu (Allah Yang         lanang, dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan
Mahakuat).                                       gunungan wadon, dikenal dengan nama Nyi
                                                 Kiyat, yang sebelumnya telah disemayamkan
     Atas kejadian tersebut masyarakat           semalaman di dekat masjid diarak menuruni
kemudian menghidupkan legenda Ki Ageng           tangga menuju panggung di lapangan Sendang
Gribik itu dengan menyelenggarakan upacara       Plampeyan. Sendang Plampeyan berupa tanah
‘’Ya Qowiyu’’ pada setiap bulan Safar. Tradisi   lapang yang berada di pinggir Kali Soka,
ini terus berlangsung dengan beberapa            terletak di selatan masjid dan makam Ki Ageng
perubahan. Pada masa lalu, perayaan Ya           Gribig.
Qowiyu belum menggunakan gunungan
apem yang sangat besar. Masyarakat hanya              Di Sendang Plampeyan ini telah didirikan
merayakannya dengan tumpengan dan jumlah         dua panggung yang tingginya mencapai 5
apem tidak terlalu banyak, hanya cukup untuk     meter, digunakan sebagai tempat membagi
dibagi bagi para masyarakat di sekitar yang      apem kepada para pengunjung. Pangung ini
hadir. Baru pada tahun 1974, bersamaan           juga dihiasi dengan berbagai dekorasi dari
dengan dipindahnya lokasi sebaran apem dari      janur (daun kelapa yang masih muda) dengan
halaman Masjid Gede ke sendang Plampeyan         berbagai motif. Nantinya di panggung ini
di sebelah selatan masjid dan makam Ki Ageng     akan ditempati beberapa orang yang bertugas
Gribik, acara ini menggunakan gunungan           membagikan apem kepada masyarakat.
apem yang sangat banyak.                         Masyarakat sendiri berada di bawah panggung
                                                 tersebut untuk memperebutkan apem yang
Prosesi                                          dibagai dengan cara melemparkannya kepada
                                                 pengunjung.
     Upacara Ya Qowiyu dilaksanakan setiap
tahunnya pada hari Jumat terakhir pada bulan          Penyusunan gunungan diatur seperti
Safar. Upacara ini dilaksanakan setelah selesai  sate yaitu apem disusun menurun 4-2-4-4-3
salat Jumat di depan Masjid Gede peninggalan     maksudnya seperti jumlah rakaat dalam salat
Ki Ageng Gribik. Rangkaian acara Ya Qowiyu       Isya, Subuh, Zuhur, Asar, dan Maghrib. Di
diawali dengan berbagai persiapan di hari        antara susunan itu terdapat kacang panjang,
Kamis, sehari sebelum hari pelaksanaan.          tomat, dan wortel yang melambangkan mata
Pada hari Kamis tokoh-tokoh masyarakat,          pencaharian masyarakat sekitarnya yang
ulama, melakukan upacara ziarah kubur            hidup dari pertanian. Di puncak gunungan
atau nyekar (menabur bunga) dilanjutkan          terdapat mustaka (seperti mustaka masjid)
dengan pembacaan Yasin, tahlil dan doa di        yang di dalamnya berisi ratusan apem. Dalam
makam Ki Ageng Gribig. Hal ini dimaksudkan       bentuknya ada perbedaan antara gunungan
sebagai permohonan kepada Allah SWT akan         lanang dan wadon. Gunungan wadon lebih
keselamatan, kesejahteraan dan doa untuk         pendek dan berbentuk lebih bulat. Gunungan
Ki Ageng Gribik khususnya dan masyarakat         lanang lebih tinggi dan di bawahnya terdapat
Jatinom pada umumnya. Setelah selesai            replika kepala macan putih dan ular.
                                                      Upacara ini dimulai dengan arak-
                                                 Edisi Budaya | 619
Sumber: https://i.ytimg.com/vi/CY6j-It_-Vg/maxresdefault.jpg  untuk selalu menyembah Allah SWT,
                                                              menjalankan kewajiban salat, berpuasa,
arakan dari masjid Ki Gede yang terdiri dari                  bersedekah, mencari rezeki yang halal dan
peraga (pemeran) Ki Ageng Gribig, Bupati,                     menolong sesama manusia. Sebagai murid dari
Muspida, kedua gunungan, Putri Domas, dan                     Sunan Kalijaga, wali yang memiliki toleransi
para pengawal. Kemudian peraga Ki Ageng                       sangat tinggi terhadap budaya Jawa, Ki Ageng
Gribig yang biasanya diperankan oleh ulama                    Gribik juga sangat toleran terhadap aspek
setempat memimpin doa bersama yang berisi                     budaya lokal, namun mengisinya dengan nilai-
permohonan kepada Allah untuk keselamatan,                    nilai yang Islami. Beberapa budaya lokal yang
kesejahteraan dan keberkahan hidup bagi                       dikembangkan oleh Ki Ageng Gribik adalah
masyarakat Jatinom khususnya dan seluruh                      tradisi slametan dan nyekar. Slametan di masa
masyarakat Indonesia pada umumnya.                            lalu merupakan upacara persembahan kepada
Selanjutnya, peraga Ki Ageng Gribik ini                       makhluk halus, jin dan roh leluhur. Namun di
menyerahkan apem yang ditempatkan dalam                       tangan Ki Ageng Gribik di “Islamkan” menjadi
panjang ilang (keranjang terbuat dari janur)                  upacara sedekah mendoakan para leluhur, agar
kepada Bupati Klaten atau pejabat daerah yang                 diberi ampunan dan kebaikan oleh Allah SWT.
hadir dalam upacara ini. Bupati mengawali
upacara penyebaran dengan melempar apem                            Slametan juga dimaksudkan sebagai doa
dalam panjang ilang kepada pengunjung.                        untuk orang yang masih hidup agar diberi
Kemudian, petugas penyebar yang berada                        keselamatan, kekuatan dan keberkahan dalam
di dua menara segera mengikutinya dengan                      hidup. Sebagaimana slametan, nyekar juga
melemparkan ribuan apem. Suasana rebutan                      dijadikan sebagai media mengingat kematian.
apem benar-benar meriah, tidak sampai satu                    Sebab dengan selalu mengingat mati orang
jam apem yang sangat banyak itu dilemparkan                   akan lebih berhati-hati dalam menjalani hidup
dan diperbutkan oleh para pengunjung.                         dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Jadi,
                                                              nyekar bukan memberi makanan pada jin atau
Makna                                                         leluhur yang telah meninggal dunia.
     Semua simbol dalam upacara Ya Qowiyu                          Secarakhusus,maknasimbolisdariupacara
berasal dari ajaran hidup Ki Ageng Gribik.                    ini antara lain; apem merupakan makanan
Sebagai seorang Muslim yang saleh Ki Ageng                    yang dulu pernah dibagikan oleh Ki Ageng
Gribik mengajarkan masyarakat Jatinom
620 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Gribik ketika masyarakat Jatinom mengalami      kesuburan yang mereka dapatkan di daerah
kekurangan pangan, sehingga masyarakat          Jatinom Klaten ini.
ingin mengenang peristiwa tersebut. Apem
yang disusun menyerupai gunungan dengan         Nilai
susunan seperti sate melambangkan makna
bahwa manusia harus selalu ingat pada Allah          Aspek positif dari upacara Ya Qowiyu
yang menciptakan (menitahkan) manusia.          ini adalah; pertama upacara tersebut bisa
Cara mengingat Allah itu dilakukan dengan       menjadi media dakwah secara kultural kepada
cara menjalankan kewajiban salat lima waktu:    masyarakat Jawa dalam menerima Islam
Isya, Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib. Puncak dari  sebagai agama mereka. Kedua, masyarakat Jawa
gunungan adalah lancip ke atas, mengandung      sangat menghormati leluhurnya, orang yang
makna bahwa kepada Allah-lah kita semua         berjasa pada dirinya. Oleh sebab itu, upacara Ya
akan menuju atau kembali. Sedangkan             Qowiyu bisa menjadi media mengenang jasa Ki
sayuran, wortel dan lainnya merupakan simbol    Ageng Gribik dan orang orang setelahnya yang
dari kehidupan masyarakat yang memiliki         menyebarkan ajaran Islam di daerah Jatinom,
budaya agraris (pertanian). Masyarakat          Klaten. Ketiga, dengan upacara ini diharapkan
Jatinom mengeluarkan sedekah berupa bahan       bisa menjadi usaha memperkuat kerukunan di
makanan dari hasil pertanian, sebagai wujud     masyarakat. (Ismail Yahya)
syukur kehadirat Allah atas keberkahan dan
                                                                                                           [Ismail Yahya]
                                            Sumber Bacaan
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen; sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa (Jogjakarta, Narasi,
         2006).
http/www.insklopedia.com/Pemkab Klaten
                                                Edisi Budaya | 621
622 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Z
 Zapin
Ziarah
Zapin
Zapin adalah seni hiburan khas Melayu                  Dalam pengertiannya yang parsial, zapin
        yang merupakan perpaduan dari unsur       juga merujuk pada seni musik Melayu tanpa
        musik, tari dan teks/lirik yang menyatu   melibatkan pementasan tari. Pola menabuh
dalam sebuah pementasan. Seni hiburan rakyat      gendang marwas dilakukan dengan tiga
ini seringkali dipentaskan dalam berbagai acara   kali pukulan, sedangkan pukulan keempat
seperti upacara perkawinan, khitanan, festival,   sifatnya mengisi kekosongan. Terkadang
hari besar agama Islam dan pesta budaya           pengisian ini mengarah pada teknik singkopasi
lainnya. Instrumen pengiringnya terdiri atas      dan menengah. Perpaduan tiga pukulan ini
dua alat musik yang utama yaitu alat musik        melahirkan bunyi yang harmonis. Dari tiga
petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh       bentuk pukulan yang dikenal, ada pukulan yang
gendang kecil yang disebut marwas. Gerakan        sering disebut sebagai ‘senting’ atau ‘dogoh’
tarinya sangat beragam antara satu daerah         dan ‘angkat’. Ketiga istilah ini lazim digunakan
dengan daerah lain berdasarkan konteks            oleh pemain atau penabuh marwas yang dari
alam dan suasana kehidupan masyarakatnya.         sudut teori musik, pukulan klimaks ini disebut
Tari zapin biasa dilakukan oleh rakyat pesisir    forte atau fortesismo. Pukulan puncak ini
Timur dan Barat Sumatera, Kepulauan Riau,         hanya terdapat pada marwas saja, sedangkan
Semenanjung Malaysia, pesisir utara Jawa,         pada alat musik perkusi tradisi lainnya tidak
pesisir Kalimantan, Sarawak dan Brunei            menggunakan sebutan ini. Peran gambus
Darussalam. Daerah-daerah pesisir tersebut        dalam musik zapin juga memberikan warna
merupakan wilayah pengaruh Islam ketika           dan corak yang khas serta berfungsi sebagai
gelombang Islamisasi memasuki kawasan             melodi. Bentuk gambus yang menggelembung
Nusantara.                                        sedemikian rupa menyebabkan nada-nada
                                                  yang terkandung dalam musik gambus
     Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu         cenderung bernada minor. Misalnya dalam
“zafn”, yang mempunyai arti pergerakan kaki       lagu ‘Bismillah’, ‘Sahabat Laila’ dan ‘Pulut
cepat mengikut rentak pukulan. Kata tersebut      Hitam’.
kemungkinan juga berasal dari kata ‘zaffa’,
yang berarti gerakan mempelai laki-laki ketika    Sejarah Perkembangan
membimbing mempelai wanita dalam prosesi
pernikahan. Spekulasi yang lain mengatakan             Seni zapin dibawa oleh para pedagang
bahwa zapin berasal dari kata ‘zafah’, yang       Arab yang berlayar memasuki Nusantara
bermakna perkawinan atau ‘zafana’ yang            pada sekitar abad ke-15 M. Mengikuti rute
berarti tarian dalam perkawinan. Menurut          penyebaran Islam, kesenian Arab Hadramaut
Jähnichen, bisa jadi zapin berasal dari kata      ini diterima dengan tangan terbuka oleh
‘yazfinun’ yang bermakna menari dengan            rakyat pesisir kepulauan di Nusantara.
menggerakkan kaki ke depan dan belakang.          Perkembangan zapin ini tidak bisa dilepaskan
Istilah ini telah tersebar di seluruh dunia Arab  dari watak masyarakat pesisir yang reseptif
terutama atas jasa para pedagang Hadramaut        terhadap gagasan dan budaya baru untuk
Yaman yang diduga menjadi agen penyebar           memperkaya atau menciptakan kesenian baru
zapin ke Nusantara.
                                                  Edisi Budaya | 625
yang ditempa melalui proses pribumisasi.        hiburan dan sebagai media mengajak pada
Dengan meminjam musik dan instrumen Arab        jalan agama (dakwah). Pola yang pertama
seperti ‘ud’ (gambus asli), tambur dan dok      seringkali mengambil inspirasi tariannya dari
(gendang) serta marwas, masyarakat pesisir      kehidupan alam sekitar misalnya gemuruh
Nusantara menciptakan kembali tradisi tari      ombak di laut, kehidupan nelayan dengan
baru melalui penggabungan estetika Melayu       samudera, gambaran manusia disengat hewan
dan musik Arab. Penerimaan dan adaptasi         berbisa, kegiatan masyarakat mengangkut air
yang beragam terhadap seni pertunjukan ini      dan lain sebagainya. Sedangkan pola kedua
dibuktikan dengan penyebutan istilah zapin      sarat dengan nasihat-nasihat keagamaan,
secara berbeda, dari mulai Jipin, Jepin, Zafin  pesan-pesan yang mengingatkan kepada
dan bahkan Dana.                                Tuhan serta pesan moral lainnya. Pola ini
                                                kerapkali berbentuk aktivitas riyadhah yang
     Meskipun awalnya dipentaskan oleh          dilakukan di rumah-rumah pengajian Alquran
penari laki-laki, saat ini sudah jarang         atau hari-hari besar dalam kalender Islam.
ditemukan pertunjukan zapin dilakukan
oleh sepasang penari laki-laki. Trend yang           Karakter dasar tari zapin adalah gerakan
berkembang adalah kelompok tari yang            yang gemulai sekaligus enerjik sehingga
dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dalam    cocok dengan karakteristik anak muda
formasi yang berpasangan. Penari perempuan      yang cenderung bergerak aktif. Ekspresi
mengenakan baju kurung atau sarung kebaya       persaudaraan antarpemain serta antara
dengan hiasan selendang. Kadang mereka          pemain dengan pemusik menciptakan tarian
menggunakan hiasan rambut atau bunga            yang bergairah dan penuh energi. Inti dasar
di kepala. Pemakaian hiasan kepala dalam        gerakannya bukan berpusat pada tangan dan
perkembangannya juga bergeser menjadi           pinggul, tetapi berporos pada kaki sehingga
jilbab seiring dengan perkembangan busana       menggerakkan bagian pinggul hingga kepala.
Muslim yang merambah ke hampir semua            Musik pengiringnya pun merupakan alat
lapisan masyarakat. Pakaian penari laki-laki    sederhana yang terdiri dari dua alat utama,
antara lain songkok dengan baju Melayu atau     yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah
baju Teluk Belanga.                             alat musik tabuh gendang kecil yang disebut
                                                marwas.
     Lagu yang dibawakan dalam seni zapin
pada mulanya banyak didominasi oleh lagu-            Struktur zapin konvensional terdiri dari
lagu berbahasa Arab. Dalam perkembangannya,     tiga bagian. Pertama, taksim yaitu improvisasi
lagu-lagu tersebut juga diisi oleh lirik dalam  atau penampilan musik gambus solo (tunggal)
bahasa Melayu. Dimulai dengan lagu puji-        yang mengawali sebuah pementasan.
pujian, diikuti oleh nyanyian dan pantun-       Bagian ini membuka acara dengan petikan
pantun masyarakat serta lirik yang sarat        gambus yang bernuansa padang pasir
dengan pesan kasih sayang. Beberapa lagu        dengan ‘Sistem Maqam’ yaitu sistem melodi
zapin berbahasa Melayu yang cukup populer       yang memiliki sejumlah aturan komposisi
antara lain lagu Anak Ayam Turun Sepuluh,       tertentu. Kedua, permainan melodi dengan
Lancang Kuning, Ya Ladan dan sebagainya.        kopak, yaitu gendang marwas yang berfungsi
                                                menyambungkan ritme dengan suara nyaring
Karakter Zapin Nusantara                        atau terdengar sambung menyambung. Ketiga,
                                                wainab atau tahtim yang merupakan bagian
     Sejak masyarakat Nusantara menerima        penutup dengan memberikan porsi permainan
kehadiran zapin, seni tradisional ini           melodi yang cukup lama dan pola gendang
dikembangkan berdasarkan kepentingan,           kopak yang riuh.
konteks kehidupan dan kondisi alam
masyarakat setempat. Paling tidak ada dua       Macam-macam Zapin
pola gagasan yang muncul dari pengembangan
seni rakyat ini yaitu dalam rangka memberikan        Berbagai macam zapin yang berkembang
626 | Ensiklopedi Islam Nusantara
di Nusantara sangat dipengaruhi oleh karakter      laki-laki secara sejajar atau bershaf yang
daerah setempat, misalnya zapin Riau,              melambangkan kedudukan manusia yang
Kalimantan, Siak, Deli-Serdang, Palembang,         setara satu dengan yang lain. Sebagaimana
Jambi, Sarawak, Sumatera Utara, Johor dan          zapin lain, zapin Siak dimulai dengan salam atau
Singapura.                                         sembah pembuka yang ditujukan kepada orang
                                                   yang dihormati di antara penonton. Posisi
     Zapin Riau ditarikan dalam bentuk             penari di tengah-tengah dikelilingi penonton
gerak yang banyak menitikberatkan pada             yang menyaksikan dalam bentuk lingkaran
langkah kaki. Sedangkan gerakan tangan             atau berbentuk telapak kuda. Gerakan tarinya
kurang ditonjolkan. Diawali dengan gerak           mengikuti hitungan satu sampai delapan di
alif sembah, melambangkan huruf alif dalam         mana hitungan satu dan lima, ujung kaki
hijaiyah yang mengingatkan orang pada ajakan       jinjit dan pada hitungan keenam, kaki yang
mempelajari Al-quran. Tema tariannya bisa          sama dilangkahkan. Pada hitungan empat dan
juga tentang deburan ombak laut, sebagaimana       delapan, langkah kaki mendapat tekanan yang
tercermin dalam zapin ranggam tongkah yang         disesuaikan dengan suara gendang marwas
menggambarkan sebuah perahu melawan                pada bunyi “tung”. Selanjutnya para penari
arus ombak dan seorang nelayan yang hidup          mengikuti tahapan gerak ragam atau bunga
bersama laut. Gerakan kaki dalam tarian ini        tari zapin yang akan dibawakannya, misalnya
menggunakan hitungan delapan, sedangkan            ragam alif menyambar, mata angin ataupun
gerakan tangan kurang ditekankan. Posisi           ragam pecah lapan.
tangan kiri membentuk siku, dirapatkan di sisi
dada sebelah kiri dan jari tangan digenggam             Zapin Deli-Serdang banyak bertumpu
sejajar dengan dada. Sedangkan posisi tangan       pada gerakan kaki dengan memindahkan
kanan bebas bergerak sesuai dengan gerak kaki      berat badan dari kaki yang satu ke kaki yang
yang melangkah. Pertunjukan tari diakhiri          lain dengan meninggi-rendahkan posisi
dengan isyarat gerakan yang menunjukkan            badan melalui tekukan kaki. Dalam tata cara
ragam ‘minta tahto’ sebagai penutup.               pementasannya, tarian ini dimulai dengan
                                                   gerakan alif sebagai pembuka, kemudian
     Zapin Kalimantan dimulai dengan tahtim        gerakan yang sama secara berlawanan
(salam), sebagai gerakan pembuka maupun            sebagaimana layaknya orang bercermin. Bila
penutup. Salah satu ragam gerak langkah            yang satu memulai dengan tangan kanan dan
zapin khas Kalimantan adalah sembada, yaitu        kaki kiri, maka penari pasangannya melakukan
gerakan yang menyerupai sengatan serangga          gerakan yang sama dengan tangan kiri dan
berbisa. Gerakannya seperti memijak paku           kaki kanan. Biasanya pergerakan dimulai pada
yang runcing atau penari kelihatan seperti         posisi berjongkok bersikap seperti memberi
melompat-lompat di atas bara api. Pesan moral      hormat kepada penonton. Kemudian berdiri
dari tarian ini adalah makhluk sekecil apapun      dan melakukan gerakan alif sambil mundur
jika diganggu, pasti akan memberikan reaksi        atau maju. Kemudian mereka melakukan
untuk mempertahankan martabat dan harga            gerakan secara bersama-sama maju atau
dirinya. Selain zapin tradisional, ada juga zapin  mundur. Setelah itu baru penari berpisah,
kreasi baru yang kurang menitikberatkan pada       baik ke hadapan dan ke belakang maupun
gerak. Aspek penamaannya justru dikaitkan          ke kiri dan ke kanan masing-masing. Seperti
dengan nama properti tarinya. Jika menari          zapin pada umumnya, musik pengiringnya
menggunakan kipas, maka disebut Jepin Kipas.       gambus. Perkusinya gendang kecil yang
Jika mengunakan tempurung kelapa, maka             disebut marwas. Selain itu ada juga suling,
dinamakan Jepin Tempurung Kelapa.                  harmonium, akordion, tamborin dan marakas.
                                                   Lagu yang biasa mengiringi tarian ini antara
     Zapin Siak ditampilkan dengan iringan         lain: Lancang Kuning, Salabat Laila, Naam
musik gambus yang terdiri dari sebuah              Saidi dan sebagainya.
gambus, lima buah atau lebih gendang marwas
dan sering pula dilengkapi dengan tamborin              Zapin Jambi dikenal dengan sebutan
dan mandolin. Ditarikan oleh dua orang
                                                   Edisi Budaya | 627
tari Dana. Spekulasi yang berkembang             zapin Serawak banyak menegaskan kepada
menyebutkan bahwa istilah Dana berasal dari      pergerakan kaki. Pada dasarnya, gerakan kaki
kata ‘din’ yang berarti agama. Bisa jadi karena  lebih aktif dari pada gerakan tangan. Misalnya
tarianiniberhubunganeratdenganmisidakwah         dalam tarian Pak Haji Kombok, gerakannya
Islam di tanah Melayu. Seni pertunjukan ini      dibuat seakan-akan badan melambung.
berfungsi sebagai tari pergaulan dan hiburan     Peranan sebelah kaki yang terletak pada lantai
rakyat yang diajarkan oleh para orang tua        menggerakkan teknik ini. Hal ini dilakukan
bersamaan dengan seni bela diri. Awalnya,        dengan mengangkat tumit kaki tersebut lalu
gerak tari Dana sangat sederhana. Hanya          diayun ke depan ketika kaki sebelah lagi ikut
bergerak maju, mundur, ke samping kiri dan       terangkat tanpa memberi kesan yang kasar
kanan serta gerakan berputar. Gerak langkah      pada keseluruhan gerak. Dalam keadaan kaki
yang ditampilkan mirip dengan gerak langkah      menyilang gerakan ini dilakukan. Gerakan
silat Melayu Jambi. Ragam gerak tarinya          tangan digunakan untuk penyeimbang badan
dilakukan secara berulang-ulang dengan cara      dan kaki. Dengan melihat perkembangan
menari di tempat secara berhadapan atau          berbagai macam zapin di daerah Kampung
sama-sama menghadap atau membelakangi            Sindang, Kampung Badarsah, Kampung
penonton. Adakalanya sama-sama maju              Sebat, Kampung Melango dan Kampung Hiir,
ke arah penonton dan sama-sama mundur            nampak paling tidak ada tiga komponen inti
kembali ke tempat semula. Setiap akhir gerak     yang menjadi bagian penting dalam tarian
maju dan mundur dilakukan putaran badan.         zapin yaitu: bagian sembah, bagian pokok
Pada saat tertentu penari berhadapan dan         dan bagian waina wailid atau waina tahtim
melakukan gerak berselisih, bertukar tempat,     (penutup). Lagu yang populer dinyanyikan
kemudian kembali ke tempat semula dengan         dalam tari zapin Sarawak antara lain: Anak
langkah mundur. Dalam perkembangannya,           Ayam, Lagu Nasib, Lela Majnun, Taman Cabai,
gerakan-gerakan tari Dana lebih bervariasi       Aduh Lanang, Air Pasang, Air Surut, Alai ya
dalam berbagai macam kreasi seperti Gerak        Solai, Selamat Sultan, Air Amboi, Lagu Panjang
Lian Pintu Empat, Sembah, Timbuk Upih,           dan masih banyak lagi.
Si Alang-alang, Si Amang Bejulat, Salimpat
Empat, Salimpat Lapan dan Tahto. Dengan          Aspek Spiritual Zapin
menggunakan ‘tor’ (sejenis rebana), kemudian
juga gendang, marwas, gambus, biola dan               Dalam dunia tasawuf, hampir semua
akordion lagu-lagu tradisional dilantunkan       aspek kehidupan bisa dijadikan sarana untuk
seperti lagu Anak Ayam, Dendang Beranyut,        mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apa
Cerai Kasih, Dana dan Apo Dayo.                  yang dianggap dapat menjauhkan manusia
                                                 dari Tuhan, justru bisa bermakna sebaliknya
     Zapin Serawak dinamakan tarian Zapin        di kalangan pelaku sufi. Aktivitas tari yang
Asli. Sebagaimana pola tarian zapin lain,        oleh para praktisi syari’at dihindari, oleh para
                                                 sufi justru didekati. Karena melalui gerak
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/           tari, manusia bisa menemukan kekhusyu’an
                                                 bersama-Nya dalam nuansa dan sensasi
                                                 yang lebih menyenangkan. Tidak heran jika
                                                 sejumlah tarekat menggunakan tari zapin
                                                 sebagai media zikir yang cukup digandrungi.
                                                 Kaum Ba’lawi di Hadramaut, misalnya,
                                                 telah lama mempraktekkan zikir ala Tarekat
                                                 Alawiyah melalui Zapin Arab. Di Asia Tenggara,
                                                 praktek zikir dengan zapin juga dilakukan
                                                 oleh para pengamal tarekat Naqsyabandiah
                                                 di wilayah sekitar Selat Malaka mulai dari
628 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Langkat, Deli dan Serang di Sumatera Utara     meniatkan gerakan tubuhnya atau bunyi
hingga kepulauan Riau, termasuk sebagian       musik sebagai untaian zikir yang diucapkan
Semenanjung Melayu yang merupakan wilayah      secara pelan. Itu dilakukan sambil berzapin
tarekat Khalidiyyah-Naqsyabandiyah.            tanpa terganggu dengan gerakan tubuh yang
                                               mengalir di mana pinggang bagian atas harus
     Meski demikian, tidak semua penari zapin  tetap tegap dengan posisi tangan di belakang
mempraktekkan zikir saat mementaskan           atau di depan perut penari laki-laki, sambil
tariannya. Sebab praktek menari zapin          membiarkan tangan yang lain bergerak bebas.
sambil berzikir memerlukan skill dan latihan   Bagian yang paling penting ditandai, dengan
tersendiri. Intinya, saat berzapin penari      tidak adanya gerakan pada pukulan gendang
mengingat Tuhan melalui zikir dengan           marwas nada tinggi yang pertama. Gerakan
menyebut nama-Nya dan membaca syahadat         tari hanya bisa dimulai pada pukulan rampak
secara berulang-ulang menekankan aspek         kedua yang memberikan nada rendah karena
batin memikirkan keberadaan Tuhan dan          ia menimbulkan bunyi kinemik. Gerakan
Kuasa-Nya, membentuk korpus penguatan          dimulai dengan kaki kiri yang melangkah
zikir tauhid dalam zapin. Namun, ia tetap      ke depan sejajar di bagian tengah, diikuti
merupakan praktik esoterik yang diamalkan      oleh langkah kaki kanan ke arah depan kiri
dengan cara zikir sunyi atau tak bersuara.     bagian tengah pada pukulan gendang ketiga
Menurut Anis MD Nor, nuansa tampilan           dan diakhiri dengan gerakan kaki kiri yang
Melayu-Islam sangat jelas terlihat pada zapin  diulang seperti di awal. Ucapan zikirnya tidak
Melayu Selat Malaka melalui perwujudan         terdengar orang lain yang juga membacanya. Ia
artistik yang mudah diakui telah menyerap      dilakukan sebagai zikir sunyi ketika lagu-lagu
dan mengabadikan gagasan tauhid, esensi        zapin atau qasidah dinyanyikan oleh satu dari
ajaran Islam yang menegaskan keesaan Allah     dua penyanyi. Pola penari empat ketukan dari
SWT, Sang Maha Kuasa dan Pencipta, serta       bunyi bacaan zikir menyusun unit tarian dasar
Penguasa, terlihat dalam manifestasi artistik  yang diiringi oleh suara musik instrumen
pribumi/lokal berdasarkan pada penggabungan    seperti gendang marwas dan gendang dok. Pola
konsep abstraksi, penyesuaian dengan zaman,    ritme berulang dari tiga atau lebih pukulan
dan pengulangan yang dipersonalisasi melalui   marwas disahut oleh gendang dok sebanyak 16
abstraksi (mujarad).                           pukulan membentuk motif tarian.
     Menari atau bermain musik zapin bisa                                                                     [Hamdani]
menjadi zikir yang tersembunyi jika pelakunya
                                              Bahan Bacaan
Berg, Birgit, “Presence and Power of the Arab Idiom in Indonesian Islamic Musical Arts,” Conference Paper on Music in
         the world of Islam, Assilah, 8-13 August 2007.
Capwell, Charles, Contemporary Manifestations of Yemeni-Derived Song and Dance in Indonesia, Yearbook for Traditional
         Music, Vol. 27 (1995), h. 76-89.
Jähnichen, Gisa, “Al-Gahazali’s Thoughts on the Effects of Music and Singing upon the Heart and the Body and their Impact
         on Present-Day Malaysian Society”, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 2 No. 9, May 2012.
Muhammad Takari Bin Jilin Syahrial, “Zapin Melayu Dalam Peradaban Islam:Sejarah, Struktur Musik, dan Lirik.” ???
Nor, Mohd Anis Md, “The Spiritual Essence of Tawhid (Oneness-Peerlessness) in Zapin Dance Performance by The
         Beholders of The Tariqat Naqsabandiah in Southeast Asia”, Jati, Vol. 14, Desember 2009.
--------- (ed), Zapin Melayu di Nusantara, Johor Baru: Yayasan Warisan Johor, 2010.
--------, Zapin, folk dance of the Malay world, Singapore, New York: Oxford University Press, 1993.
                                                                                                  Edisi Budaya | 629
Ziarah
Ziarah berasal dari bahasa Arab, ziyarah        penghormatan dan doa. Sebagian mereka
        yang artinya mengunjungi. Ziarah dalam  percaya bahwa arwah orang shaleh atau wali
        adat masyarakat Indonesia berorientasi  Allah ketika meninggal dunia, sesungguhnya
mengunjungi makam atau kuburan seseorang        masih menetap di kuburnya. Sehingga peziarah
yang memiliki hubungan dekat/khusus atau        yang memanjatkan doa untuk para wali Allah
orang yang dianggap suci. Aktivitas ziarah      berharap wasilah (perantara) dalam doa yang
dalam kebiasaan masyarakat Jawa juga disebut    mereka sampaikan.
nyekar, yang berarti menabur bunga di atas
makam. Di kalangan masyarakat Madura,           Etika dan Aktivitas Ziarah
tradisi ziarah ini dikenal dengan sebutan
nyalase.                                             Saat memasuki gerbang atau komplek
                                                pemakaman, seorang peziarah atau
     Selain dilakukan secara individual,        pengunjung makam dianjurkan untuk
ziarah kubur juga sering dilakukan secara       menyampaikan salam kepada para penghuni
berkelompok. Di kalangan masyarakat             kubur. Hal ini juga berlaku ketika seseorang
tradisional, ziarah ke makam Walisongo          yang sedang berkendaraan melewati komplek
menjadi pilihan favorit yang memiliki daya      pemakaman. Ucapan salam yang biasa
tarik tersendiri. Rangkaian kunjungan ke        dilafalkan adalah “Assalamu’alaikum ya ahlal
makam para wali yang tersebar di Jawa Timur,    kubur”. Ditambah dengan doa memohon
Jawa Tengah dan Jawa Barat telah menjadi        ampunan bagi penghuni kubur. Etika ini
wisata rohani yang masih tetap lestari.         menjadi pengetahuan dasar seorang Muslim
                                                kaitannya dengan adab mengunjungi makam.
     Dalam konteks ibadah mahdhah, baik
umrah ataupun haji, ziarah ke makam Nabi             Doa-doa yang dipanjatkan seseorang
Muhammad dan situs-situs bersejarah lain        dalam aktivitas ziarah bermacam ragamnya.
menjadi salah satu unsur penting yang           Di kalangan masyarakat Muslim tradisional,
memiliki makna religius bagi pelakunya.         membaca tahlil sudah menjadi praktik yang
Ziarah ke tanah suci merupakan kunjungan        lumrah di atas kubur. Bacaan tahlil yang
spiritual ke makam orang-orang suci yang        dimaksud meliputi kombinasi sejumlah
memiliki jasa besar bagi pembentukan serta      bacaan ayat Alquran, kalimat tayyibah, tasbih,
penyebaran agama Allah.                         tahmid, shalawat dan doa untuk penghuni
                                                kubur. Sebagian orang juga membacakan surat
     Tradisi ziarah tetap bertahan dalam kurun  Yasin yang diniatkan sebagai hadiah penyejuk
waktu yang lama karena memang masyarakat        bagi arwah yang didoakan.
tradisional memiliki kepercayaan kuat
mengenai interaksi manusia dengan arwah              Aktivitas doa yang dilakukan seorang
nenek moyang atau orang-orang yang sudah        Muslim di atas kuburan tentunya memiliki
meninggal. Di kalangan masyarakat Jawa,         maksud dan tujuan. Selain merupakan
ziarah ke makam wali atau orang suci dilakukan  interaksi antara yang hidup dan yang mati,
untuk mengharap keberkahan melalui              mendoakan seseorang yang telah meninggal
630 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Ziarah ke makam KH. Imam dan KH. Cholil (tokoh NU) di  dengan keberadaan makam tersebut. Misalnya
 Wonokromo, Yogyakarta.                                 di makam Sunan Gunung Jati Cirebon, para
                                                        peziarah cenderung meningkat pada hari
   Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017          ke-7 bulan Syawal atau bulan ke-10 dalam
                                                        kalender Hijriah. Hal yang sama juga terjadi
dunia tentunya berharap pahala yang sangat              di makam Sunan Kalijaga di Kadilangu
dianjurkan dalam agama.                                 Demak. Di komplek pemakaman ini, peziarah
                                                        menunjukkan antusiasmenya yang tinggi pada
     Dalam sebuah penelitian etnografi,                 10 Dzulhijjah.
ditemukan sejumlah motif peziarah yang sangat
beragam. Mereka melakukan ziarah dengan                      Para peziarah di sejumlah pemakaman juga
motif tidak hanya terkait ahli kubur seperti            mengalami peningkatan pada bulan Ruwah
mengenang kehidupannya, mendoakan, dan                  atau Sya’ban atau satu bulan sebelum puasa
mengadukan masalah kepada penghuni kubur,               Ramadhan. Pada bulan ini aktivitas ziarah
tetapi juga hal lain yang dianggap relevan.             di sejumlah daerah disebut dengan sadranan
Sebagian peziarah berharap berkah dan                   atau nyadran, yakni sebuah kepercayaan yang
menjadikan wasilah dalam menyampaikan doa               diduga berasal dari kebiasaan masyarakat
serta terhindar dari malapetaka. Mereka juga            Hindu di mana seorang yang berkasta Sudra
meniatkan ziarahnya sebagai refleksi tentang            dianjurkan oleh Brahmana untuk melakukan
kematian atau alam akhirat. Selain itu, banyak          ziarah dan mengirim sesaji ke makam para
juga ziarah yang didasarkan pada motif wisata           leluhur. Dalam ajaran Hindu kepercayaan
rohani.                                                 ini disebut Sraddha. Meski demikian, proses
                                                        Islamisasi menyebabkan pemaknaan terhadap
Pilihan Waktu Ziarah                                    aktivitas mengunjungi makam ini bergeser
                                                        menjadi aktivitas yang diisi dengan doa-doa
     Di kalangan masyarakat Jawa, pilihan               dan ritual yang bersumber dari ajaran Islam.
waktu berziarah menjadi faktor yang penting
untuk menjadi perhatian. Malam Jumat                         Malam Satu Sura atau awal bulan
pada umumnya dianggap waktu yang baik                   Muharam biasanya juga menjadi pilihan para
untuk berziarah ke makam. Masyarakat                    peziarah. Harapan mereka didasarkan pada
Jawa Timur cenderung memilih Jumat Legi,                keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan
sedangkan masyarakat Jawa Tengah Jumat                  keselamatan dan keberkahan hidup selama
Kliwon. Pilihan Jumat Kliwon di kalangan                setahun ke depan. Mereka juga percaya bahwa
sebagian masyarakat Jawa, didasarkan atas               para wali atau orang yang disucikan adalah
kepercayaan bahwa pada hari itu para arwah              wasilah yang baik agar doanya diterima
diberi kebebasan pulang ke rumah mereka                 oleh Allah. Tetapi mereka bukan berdoa dan
masing-masing.                                          memuja para waliyullah. Mereka menjadikan
                                                        orang-orang suci ini sebagai perantara yang
     Tetapi pada intinya setiap tempat                  baik untuk doa yang dipanjatkan kepada Allah
memiliki hitungan tersendiri yang terkait               SWT.
                                                             Waktu lain yang dianggap penting adalah
                                                        pada hari lebaran atau 1 Syawal. Masyarakat
                                                        yang mudik ke kampung halaman biasanya
                                                        menyengaja untuk mengunjungi makam orang
                                                        tua, keluarga atau kerabat sebagai bentuk bakti
                                                        dan penghormatan kepada mereka yang telah
                                                        berjasa atau mewarnai kehidupan mereka.
                                                        Interaksi dengan orang-orang yang telah
                                                        meninggal dunia pada hari lebaran ini menjadi
                                                        salah satu kegiatan yang dianggap penting di
                                                        kalangan masyarakat nusantara.
                                                        Edisi Budaya | 631
Ziarah: Ngalap Berkah                             sebagai hasil yang didapat setelah melakukan
                                                  ziarah. Ia diyakini berasal dari Tuhan, baik
     Ada konsep yang berkembang di kalangan       langsung maupun melalui perantara, yaitu para
muslim tradisional terkait dengan ziarah,         wali. Berkah dianggap sebagai sesuatu yang
yaitu ‘ngalap berkah’. Konsep ini merujuk         suci dan bisa jadi diperoleh dengan cara yang
pada persepsi seseorang untuk mendapatkan         tidak kasat mata. Dalam meraih keberkahan,
kebaikan atau kemaslahatan yang lebih besar       para peziarah juga melibatkan simbol-simbol
dalam berbagai bentuk, baik material maupun       yang digunakan dalam aktivitas ziarah, seperti
spiritual. Ia bisa berupa kekayaan, kesuksesan    bunga, air dan kemenyan (dupa). Keberadaan
dan prestasi keduniaan lainnya, walaupun bisa     kemenyan dalam praktik ziarah di kalangan
juga berbasis kepuasan rohani atau ketenangan     sebagian masyarakat dipahami sebagai
batin. Praktik ‘ngalap berkah’ ini menjadi salah  pewangi dan pengusir serangga yang banyak
satu tujuan penting di kalangan peziarah          berkeliaran di sekitar makam. Sebagian
untuk mendapatkan keinginan-keinginan             lain menganggap bahwa kemenyan menjadi
yang menjadi sasarannya.                          perlambang ajaran bagi manusia bahwa
                                                  memanjatkan doa haruslah menengadah
     Dalam kebuntuan pendekatan rasio,            ke atas, sebagaimana dilambangkan asap
masyarakat nusantara seringkali memilih           kemenyan yang membumbung ke udara.
pendekatan supra rasional yang diharapkan
memberikan jalan atas suatu masalah. Pada              Kisah ngalap berkah dari suatu makam
titik ini, ‘ngalap berkah’ dari kunjungan ke      keramat sering menjadi kisah yang dijadikan
suatu makam menjadi pilihan yang populer.         bukti empiris di kalangan masyarakat yang
Keberkahan yang dimaksud biasanya meliputi        menghubungkan sebuah kesuksesan pasca
kemudahan dalam memecahkan masalah,               kunjungannya ke suatu makam. Sebagaimana
petunjuk penting yang mencerahkan, ataupun        kisah peziarah di makam Nyi Mas Gandasari
hal-hal lain yang tidak terduga.                  di Cirebon yang merasa keinginannya terkabul
                                                  setelah berziarah ke makam tokoh penting
     Berkah atau barakah biasanya dipahami
       Para peziarah sedang berkhidmat mendo’akan Kiai Hasyim bin Yahya
       bin Umar, Pekalongan.
           Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.
632 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dalam sejarah pembentukan Islam Cirebon         makam para wali adalah manifestasi silang
tersebut. Atas keberkahan yang diperolehnya,    budaya Jawa dan Islam yang dalam hal ini
ia kemudian memberikan sumbangan yang           mengandung nilai spiritualitas yang dianggap
sangat besar bagi proyek renovasi makam.        bagian dari pemenuhan kebutuhan spiritual
                                                masyarakat. Sebagai sebuah tradisi spiritual,
     Menurut James Fox, tradisi ziarah          praktek ziarah orang-orang suci juga bisa
absah sebagai budaya Islam karena ritual        ditemukan di berbagai negara di dunia, mulai
kultural ini dikawal dengan prosesi yang        dari Timur Tengah, Afrika Selatan, Balkan,
serba Islami, kecuali beberapa hal yang masih   Asia Selatan, Cina hingga Asia Tenggara.
bisa diperdebatkan. Tradisi ‘ngalap berkah’ di
                                                                                                               [Hamdani]
                                            Sumber Bacaan
Henri Chamber dan Claude Guillot, Ziarah dan wali di Dunia Islam (terj.) (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 1995).
Jamhari, “The Meaning Interpreted: The Concept of Barakah in Ziarah” dalam jurnal Studia Islamika, Vol.8, No.1/2001.
J.J. Fox, “Ziarah Visit To The Tombs of Wali, The Founder of Islam on Java” dalam M.C. Ricklefs (ed), Islam in Indonesian Social
         Context (Melbourne: CSEAS Monash University, 1991).
Muhaimin, Abdul Ghaffir, The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and Adat Amon Javanese Muslims, Disertasi di
         Department of Antropology, The Australian National University, 1995.
Nor Syam. Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKIS, 2006).
                                                Edisi Budaya | 633
634 | Ensiklopedi Islam Nusantara
