an, pawai mulai menggunakan kendaraan dan                Penglepasan Peserta Didik dan Samenan Tahun
menampilkan beberapa kreasi hasil buatan                 Pelajaran 2011/2012
warga sekitar.
                                                               Sumber: http://islamiyah-mi.blogspot.co.id/
     Dilanjutkan dengan acara pidato dari
anak-anak atau ngaleseng. Ngaleseng dilakukan        Di acara samenan ini orang tua siswa
oleh murid-murid satu persatu dimulai           biasanya menyediakan uang yang berlebih
dari kelas satu sampai kelas enam tanpa         untuk menyawer yaitu memberikan uang dan
menggunakan teks. Biasanya naskah lesengan      menyebarnya di atas panggung ketika ada
berisi dakwah-dakwah. Kadang mengutip           yang tampil dan mereka sukai. Penampilan
ayat-ayat Al-Quran, diselingi hadist Nabi atau  di panggung didahului dengan penampilan
syair Arab dan qaul ulama. Hampir selama 15     anak-anak. Anak-anak perkelas dilatih untuk
menit murid berdiri di atas panggung yang       membawakan penampilan khusus kemudian
sedang ngaleseng. Menjelang sore atau setelah   biasanya saat penampilan anak-anak mereka
Ashar, para siswa kelas enam menggelar acara    mereka akan maju keatas panggung dan
perpisahan sebagai tanda perpisahan karena      menyebar uang di sekeling anak itu. Anak-anak
mereka telah lulus dari madrasah dan akan       ada yang menampilkan drama, menampilkan
menjadi alumni, biasanya acara ini diselingi    tari kreasi dan biasanya mereka bernyanyi dan
dengan nyanyian-nyanyian khas daerah Sunda      diiringi penari latar dari teman-temannya,
seperti, pileuleuyan dan sapu nyere peugat      ini membuat acara samenan menjadi meriah,
simpai. Acara ini berlangsung khidmat dan       anak-anak disulap bak artis yang kemudian
bercampurnya rasa sedih dan bahagia bagi        menghibur dan menghidupkan panggung.
anak murid kelas enam.                          Uang itulah kemudian menjadi apresiasi
                                                kepada guru-guru. Uang saweran yang
     Samenan di beberapa tempat merupakan       terkumpul tidak tanggung-tangung bisa
tradisi pengambilan raport dan perpisahan       mencapai 10 juta. Samenan seakan menjadi
kelas enam. acara ini sebagai bentuk apresiasi  pesta rakyat, orang yang bekerja di kota
kepada guru-guru yang telah mengajar selama     biasanya pulang untuk meramaikan samenan
setahun dan kegiatan ini pula sebagai bentuk    ini, mereka akan mendukung sanak familinya
perpisahan kelas atas. Pengambilan raportpun    untuk menyawer, disini prestise dari keluarga
setahun sekali yang dihadiri orang tua adalah   si anak juga menjadi taruhan dalam besaran
pada saat samenan ini. Berbeda waktu ketika     saweran yang dia keluarkan.
orang tua datang setiap semester untuk
mengambil raport, disini masyarakat hanya            Namun dalam faktanya Acara samenan ini
sekali datang untuk mengambil raport yaitu      ternyata bukan hanya sekedar pesta rakayat
setiap samenan, adapun pembagian raport         saja akan tetapi mempunyai makna yang cukup
setiap pertengahan semester biasa diberikan     dalam yakni memberikan semangat belajar
langsung kepada murid-murid saja yang
kemudian dibawa pulang untuk ditunjukkan
ke orang tua mereka.
     Samenan merupakan kegiatan rutin
tahunan yang diselenggarakan oleh semua
sekolah. Dalam kegiatan samenan itu banyak
ditampilkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
menghibur, pendidikan dan tausiah-tausyiah.
Dalam kegiatan ini merupakan tolak ukur
siswa selama dia belajar 1 tahun ke belakang,
untuk mengukur kemampuan si anak, apakah
dia berhasil atau tidak. Samenan diadakan
sebagai hadiah penghibur bagi mereka yang
mendapatkan kesuksesan dalam belajarnya.
442 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kepada para siswa. Seperti acara samenan yang    sibuk bekerja dapat menyempatkan waktunya
dilaksanakan di Madrasah Diniyah Awaliyah        untuk datang ke sekolah menyaksikan anaknya
mengadakan samenan di Kampung Cipining           tampil di atas pentas atau mendampingi
dengan spirit samenan anak-anak mau              anaknya pada saat pembagian raport, pada
bersekolah dengan sungguh, mendalami ilmu-       saat pembagian raport ini pula orang tua
ilmu agama dan kelak dipraktikkan sehingga       dapat bertanya secara leluasa kepada gurunya
menjadi generasi bisa dibanggakan dan Islami.    tentang perkembangan anaknya di sekolah.
                                                 Tradisi samenan ini sejatinya menunjukan
     Hingga saat ini masyarakat masyarakat       semangat silaturahmi di antara kelurga dan
masih sangat antusias dalam melaksanakan         antar warga desa yang kuat. Para orang tua yang
acara samenan, terbukti misalkan dengan          bangga melihat aksi dan prestasi para anak-
terganggunya arus lalu lintas di daerah          anaknya. Dalam samenan pula nilai gotong
Sukabumi. Acara kegiatan kenaikan kelas di       royong di antara murid, sekolah, orang tua,
seluruh tingkat sekolah dasar (SD), madrasah     dan masyarakat sekitar sekolah makin terlihat
ibtidaiyah (MI) dan diniyah takmiliyah           jelas dan tegas. Tanpa semangat gotong royong
awaliyah (DTA) wilayah kabupaten Sukabumi        hajat samenan mustahil bisa terlaksana.
menjadi agenda tahunan masyarakat. Bahkan,
dalam acara tahunan ini sejumlah sekolah              Meskipun demikian, dalam prosesnya
melaksanakan acara dengan hiburan yang           kegiatansamenan dari masa ke masa mengalami
mengakibatkan arus lalu lintas terganggu.        perubahan baik dalam waktu pelaksanaannya
                                                 maupun dalam teknis pelaksanaannya itu
     Acara utama samenan ini sebetulnya          sendiri, diantara perbedaan itu terlihat dari
pembagian raport pendidikan selama setahun.      jika dahulu samenan Pati diawali dengan
Saat yang menegangkan bagi semua murid.          kegiatan arak-arakan atau pawai pada zaman
Apakah dirinya naik atau tinggal kelas,          sekarang samenan lebih sering dilaksanakan
kalaupun naik rangking berapa tahun ini. Dan     kepada acara hiburan, selain itu jika pada
sebagai peringkat 1 sampai 3 biasanya si anak    zaman dulu diadakan kegiatan saweran yang
maju ke panggung untuk menerima hadiah.          memang dikhususkan dengan secara sengaja
Banyak hikmah yang diambil dari samenan ini      mengumpulkan dana saweran pada saat ini hal
karena dengan berkumpulnya masyarakat yang       itu mulai ditinggalkan, terkadang saweran itu
terkonsentrasi di sekolah akan menambah tali     diganti dengan pemberian hadiah berupa alat
silaturahim di antara mereka. Dengan adanya      tulis atau piagam penghargaan.
kegiatan samenan ini tali silaturahim antar
guru dengan orang tua siswa akan terjalin,            Di luar kebudayaan Sunda bisa jadi
atau hubungan atara orang tua siswa dengan       kegiatan samenan juga dilaksanakan dengan
siswa yang lainnya, bahkan hal ini juga menjadi  cara dan bahasa yang lain, namun demikian
momentum timbulnya hubungan interaksi di         kegiatan seperti ini layaknya diapresiasi dan
antara mereka.                                   dilestarikan sebagai salah satu bentuk kearifan
                                                 local (local wisdom) bagi bangsa Indonesia.
     Kegiatan samenan juga dapat menjadi
ajang orang tua dalam memberikan apresiasi                                                                   [M Ulinnuha]
kepada anaknya dimana mereka yang biasanya
                                            Sumber Bacaan
Dava, “Meriahnya Samenan di Madrasah Diniyah al-Fahrurroziyah’’, di akses dari http://bogorpos.com/2015/05/31/
         meriahnya-samenan-di-madrasah-diniyah-al-fahruroziyyah/, pada tanggal 15 november 2016 pukul 13.00.
Reza Azhari, ‘’Samenan Sebagai Tradisi Hari Kenaikan Kelas Madrasah’’, diakeses dari http://reazhari.blogspot.
         co.id/2013/08/artikel-samenan-sebagai-tradisi-hari.html, tanggal 15 november 2016 pukul 13.00.
Eko Budi Wibowo, ‘’Samenan’’, diakses dari https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/eko-wibowo/samenan, tanggal 15
         November 2016.
Wardan Amins, ‘’Samenan MDA Darun Najah Cipining Meriah’’, diakses dari http://darunnajah.com/samenan-mda-
         darunnajah-cipining-meriah/. Tanggal 15 November 2015 pukul 14.00.
Ren, “Acara Samenan Bikin Sukabumi Utara Macet’’, diakses dari http://radarsukabumi.com/kabsukabumi/2016/05/28/
         acara-samenan-bikin-sukabumi-utara-macet/, tanggal 15 November 2016 pukul 14.50.
                                                                                                  Edisi Budaya | 443
Sanad
Definisi Sanad dan Ilmu Rijal                      adalah seseorang yang menyibukan dirinya
                                                   dengan mempelajari ilmu hadits, baik hadits
Dalam tradisi belajar-mengajar di                  diroyah atau hadits riwayah serta mempunyai
          kalangan umat Islam khususnya di         pengetahuan mendalam tentang berbagai
          pesantren, sanad ilmu menjadi salah      riwayat dan derajat rawinya. Adapun al-hafid
satu unsur utama. Disiplin ilmu keislaman apa      secara definitif memiliki dua arti, yang pertama
pun, sanadnya akan bermuara kepada Nabi            adalah menurut mayoritas ulama hadits bahwa
Muhammad SAW. Sanad merupakan mata-                al-hafid adalah murodif dari al-muhaddits;
rantai transmisi yang berkesinambungan             yang kedua adalah bahwa derajat al-hafid
sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Ilmu              lebih tinggi dari al-muhadddits berdasarkan
hadits bermuara kepada beliau, begitupun           bahwa pengetahuannnya tentang berbagai
dengan ilmu tafsir, tasawuf, dan sebagainya.       thobaqot, tingkatan rawi lebih banyak dari
Sanad keilmuan secara umum berarti latar           yang tidak diketahuinya. Sedangkan al-hakim
belakang pengajian ilmu agama seseorang            menurut sebagaian ulama adalah seseorang
yang bersambung dengan para ulama setiap           yang menguasai mayoritas hadits riwayah dan
generasi sampai kepada generasi sahabat yang       diroyah.
mengambil pemahaman agama yang shahih
dari Rasulullah SAW.                                    Sedangkan musnad secara etimologi
                                                   adalah isim maful dari sanada yang bermakna
      Dalam pembahasan sanad, terdapat             menyandarkan sesuatu. Sedangkan secara
tiga istilah yang berkaitan erat dengannnya,       terminlogi adalah hadits yang sanadnya
yaitu isnad, musnad, dan musnid. Isnad,            bersambung sampai Rasul saw atau nama satu
sebagaimana ditulis Mahmud Thohan dalam            kitab hadits yang ditulis berdasarkan tartib
bukunya, Taisir Mustholah hadits mempunyai         nama-nama para sahabat rawi hadits, seperi
dua makna, yang pertama ﻋﺰﻭ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﺍﻟﻰ ﻗﺎﺋﻠﻪ        kitab Musnad Imam Ahmad.
 ﻣﺴﻨﺪﺍartinya mengasalkan hadits kepada
orang yang mengatakan. Yang kedua adalah                Penggunaan isnad ini sebenarnya telah
 ﺳﻠﺴﻠﺔ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺍﳌﻮﺻﻠﺔ ﻟﻠﻤﱳArtinya: Silsilah orang-  ada di masa sahabat Rasulullah shallallohu
orang yang menghubungkan hadits kepada             alaihi wasallam yaitu bermula dari sikap
matan. Jika kita memperhatikan definisi            taharri (kehati-hatian) mereka terhadap berita
kedua yang dijelaskan Mahmud Thohan, maka          yang datang kepada mereka. Hanya saja makin
istilah isnad adalah murodif dari sanad.           banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan
                                                   makin intensnya orang meneliti dan memeriksa
      Musnid, sebagaimana pendapat                 isnad, itu mulai terjadi setelah terjadinya fitnah
Jamaluddin Al-Qosimi adalah seseorang yang         Abdullah bin Saba dan pengikut-pengikutnya
meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik          yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman
dia mengerti apa yang diriwayatkannya atau         bin Affan r.a. dan penggunaan sanad terus
tidak. Berdasarkan penjelasan Jamaluddin           berlangsung dan bertambah seiring dengan
al-Qosimi tentang musnid, maka derajat             menyebarnya para Ashabul-ahwaa (pengikut
musnid lebih rendah dari muhaddits, hafid, dan     hawa nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin,
hakim. Karena secara definitif, al-muhadits
444 | Ensiklopedi Islam Nusantara
juga banyaknya fitnah yang mengusung                    tingkatan rijal) yang mencakup 4 thabaqat
kebohongan sehingga orang-orang tidak mau               (sahabat, taabi’un, atbaa’ut tabi’in dan
menerima hadits tanpa isnad agar supaya                 taba’ul atba’)
mereka mengetahui perawi-perawi hadits
tersebut dan mengenali keadaan mereka.             2. Kitab-kitab Ma’rifah Ash Shohaabah
                                                        melahirkan ilmu tentang ma’rifatush
     Imam Muslim meriwayatkan dengan                    shohabah (pengenalan tentang sahabat-
isnadnya dari Muhammad bin Sirin bahwasanya             sahabat Rasulullah shallallohu alaihi
beliau berkata, “Dahulu orang-orang tidak               wasallam)
pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah
terjadi fitnah maka dilihat hadits Ahli Sunnah     3. Kitab-kitab al jarh wat ta’dil melahirkan
lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’         ilmu tentang al jarh wat ta’dil
lalu tidak diterima (ditolak)”.
                                                        Ketiga jenis kitab rijal ini pertama kali
     Dalam konteks inilah muncul sebuah ilmu       muncul di sekitar penghujung abad II H dan
Rijal yang merupakan buah dari berkembang          pertengahan abad III H, setelah itu menjadi
dan menyebarnya penggunaan isnad serta             banyak dan meluas berkembang Kitab-kitab
banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap        Tawarikh al Mudun (sejarah kota-kota/negeri-
zaman, maka makin banyak dan panjang               negeri), yang memuat biografi para ruwaat
jumlah perowi dalam sanad. Maka perlu              (rijaalul hadits) pada suatu negeri/kota
untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut          tertentu. Ilmu ini mulai muncul pada paruh
dan memisah-misahkannya, apalagi dengan            kedua dari abad III H. Juga muncul kitab-kitab
munculnya bid’ah-bid’ah dan hawa nafsu serta       Ma’rifatul Asmaa wa Tamyiizuha (pengenalan
banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena          terhadap nama-nama perowi dan cara
itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan           membedakannya). Dan muncul kitab-kitab
suatu keistimewaan ummat ini di hadapan            biografi rijaal al hadits yang terdapat pada
ummat-ummat lainnya.                               suatu kitab hadits atau beberapa kitab hadits
                                                   tertentu. Kitab-kitab ini muncul belakangan
     Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal    dan mulai meluas setelah abad V H.
nanti muncul setelah pertengahan abad-2. Dan
karya tulis ulama yang pertama dalam hal ini            Sedangkan Thobaqat dalam istilah
adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits  Muhadditsin adalah suatu kaum yang
bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang      berdekatan dalam umur dan isnad, atau dalam
disusun oleh Imam Abdullah bin Mubarak             isnadnya saja, yang mana syuyukh (guru) dari
(wafat 181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan        seseorang adalah syuyukh juga bagi yang lain
bahwa Al Walid bin Muslim (wafat 195 H) juga       atau mendekati syuyukhnya yang lain. Asal
memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu       mula pembagian perowi berdasarkan thabaqat
secara berturut-turut muncul karya-karya           adalah dari tuntunan Islam sendiri, dimana
tulis dalam ilmu ini, dimana sebelum masa          dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
kodifikasi ini pembahasan tentang perowi           dari Imran bin Hushain radhiyallohu anhu,
hadits dan penjelasan hal ihwal mereka             bahwasanya Rasulullah shallallohu alaihi
hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer       wasallam bersabda: “Sebaik-baik ummatku
sedemikian rupa oleh para ulama dari masa ke       yang ada di zamanku, kemudian yang datang
masa.                                              sesudah mereka, kemudian yang datang
                                                   sesudah mereka…” Kata Imran radhiyallohu
     Para penyusun kitab-kitab dalam ilmu          anhu, “Saya tidak tahu apakah ia menyebut
Rijal pada masa-masa awal menempuh                 sesudah masanya dua masa atau tiga” (HR.
beberapa metode sehingga hal ini melahirkan        Bukhari)
percabangan dalam ilmu rijal al hadits,
diantaranya:                                            Penyusunan kitab-kitab yang berkaitan
                                                   dengan ilmu ini terus berlanjut dan
1. Kitab-kitab tentang Thobaqat ar Rijal           berkembang hingga akhir abad-9 H. Bahkan
     melahirkan ilmu thobaqaat (tingkatan-         muncul system pembagian thobaqat dalam
                                                   Edisi Budaya | 445
bidang keilmuan yang lain. Misalnya thabaqaat    dipakai dalam periwayatan Alquran, seperti
al qurra, thobaqaat al fuqahaa, thobaqaat ash    yang terlihat dari keharusan para perawinya
shufiyah, thobaqaat asy syu’ara dan sebagainya.  mencampai jumlah sepuluh orang dalam
Ada empat thabaqat yang pokok bagi ruwaat/       setiap generasi. Dalam ungkapan lain, para
rijaalul (para perawi) hadits, yaitu Thobaqah    perawinya harus mencapai tingkat mutawatir.
Sahabat, Thobaqah At Taabi’un, Thobaqah          Berbeda dengan Alquran, jumlah perawi Hadis
Atbaa’ut Taabi’in, dan Thobaqah Taba’ul Atbaa’.  tidak harus mencapai mutawatir dalam setiap
                                                 generasinya. Dengan demikian, jumlah perawi
Sejarah istilah Sanad                            Hadis bisa hanya tiga, dua, atau bahkan hanya
                                                 satu orang dalam setiap generasinya. Jumlah
     Istilah sanad pada mulanya muncul           perawi yang tidak sampai jumlah sebanyak
di kalangan ahli hadis. Secara etimologis,       mutawatir disebut dengan ahad.
kata sanad berarti al-Mu’tamad (tempat
bersandar). Hal ini karena sanad merupakan            Setelah Rasulullah wafat, para sahabat
tempat bersandarnya sebuah Hadis. Selain         satu dengan yang lain saling meriwayatkan
itu, sanad juga dijadikan sebagai sandaran       Hadis. Demikian juga yang berlangsung di
oleh ahli Hadis untuk menilai kualitas hadis     kalangan sahabat yang meriwayatkan Hadis
sahih (valid) atau daif (lemah). Adapun secara   kepada para tabiin. Sebelum terjadi peperangan
terminologis, sanad didefenisikan sebagai        di antara para sahabat, urgensi sanad belum
urutan para rawi yang kemudian berlanjut         terlihat nyata. Akan tetapi, setelah terjadi
kepada matan, atau rangkaian mata rantai         peperangan antarsahabat, terutama setelah
perawi yang meriwayatkan Hadis dari satu         terbunuhnya sahabat Utsman, kepentingan
perawi kepada perawi lainnya hingga sampai       politik yang mengatasnamakan Nabi menjadi
pada sumbernya. Posisi sanad dalam Hadis         alasan penting adanya sanad Hadis yang dapat
terbilang sangat penting mengingat dengan        dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
adanya sanad dapat diketahui apakah Hadis        Ibnu Sirin dari kalangan tabiin menyatakan:
yang termaktub dalam kitab maupun yang           “Mereka tidak pernah bertanya mengenai
kita dengar berasal dari Nabi atau bukan.        validitas sanad. Namun ketika terjadi fitnah
Dengan kata lain, sanad merupakan salah          (pertikaian di antara generasi awal Islam),
satu cara bagaimana seorang pengkaji Hadis       mereka mengatakan: “Sebutkanlah para perawi
dapat memastikan validitas Hadis yang            Hadis yang kalian riwayatkan. Jika mereka
ditelitinya. Setelah validitas perawi yang ada   ahli Sunah, maka kami akan menerima Hadis
dalam rangkaian sanad sudah dipastikan           tersebut. Akan tetapi, jika mereka ahli bidah,
kredibilitasnya, maka seorang pengkaji Hadis     maka tentu kami akan menolaknya.”
dapat mengatakan bahwa, misalnya, sanad
ini sahih, hasan, atau daif. Dalam tradisi            Al-Dhamini menjelaskan bahwa
agama samawi, sanad diklaim hanya dimiliki       pernyataan yang dinisbahkan kepada orang
agama Islam. Melihat betapa pentingnya           lain tidak akan berguna (bernilai) apabila
sanad, Ibnu al-Mubarak menegaskan bahwa          tidak ada bukti yang menunjukan bahwa kita
sanad merupakan bagian dari agama. Dengan        memang mendengar langsung dari orang
demikian, jika tidak ada sanad, maka siapa pun   tersebut, baik bukti sejarah (imkân al-liqâ’,
dapat berbicara seenaknya mengenai hadis         kemungkinan bertemu antar perawi, misalnya)
sebagai sumber primer agama Islam.               maupun sanad. Hadis yang diriwayatkan oleh
                                                 seorang rawi tidak akan memiliki nilai apa-apa,
     Meskipun pada awalnya sistem sanad          jika hadis tersebut tidak memiliki sanad. Selain
tampak khas dalam ilmu hadis, ada suatu          itu, sanad yang dinilai valid harus memenuhi
sistem yang mirip dengan sistem sanad dalam      syarat dan kriteria yang telah diformulasikan
menyusun buku, seperti yang terdapat dalam       oleh ulama hadis, seperti rawi bukan pendusta,
kitab Yahudi, Mishna, dan penukilan syair-       kuat hafalan atau lengkap catatan mengenai
syair jahiliyah. Selain itu, sistem sanad juga   Hadis yang diriwayatkannya (dhabith),
                                                 ‘adâlah (kridibel), dan lain sebagainya. Oleh
446 | Ensiklopedi Islam Nusantara
karenanya, sebelum masuk kepada kajian           Ada empat pendekatan yang dapat digunakan
matan (teks hadis), sanad hadis harus diteliti   untuk menentukan ke-ittishal-an sebuah
terlebih dahulu agar diketahui bahwa hadis itu   sanad. Pertama, keterangan ahli hadis bahwa
memang berasal dari Rasulullah Saw.              A adalah murid B (al-tanshîh), kedua, data lahir
                                                 atau wafat perawi (târikh wafayât al-ruwât),
     Menilai positif dan negatifnya perawi       ketiga, data tempat tinggal atau perjalan studi
Hadis yang terdapat dalam sanad disebut          perawi (mawâthin al-ruwât wa rihlatuhum) dan
dengan ‘Ilm al-Jarh wa al-Ta’dil. Upaya mencari  keempat, redaksi periwayatan Hadis (shîgat
informasi mengenai para perawi Hadis bisa        al-tahdîts). Keempatnya dapat digunakan
didapatkan dalam kitab-kitab tarajum (biografi   secara bersamaan atau terkadang hanya salah
para perawi), dan kitab-kitab jarh wa al-        satu diantara keempat pendekatan tersebut.
ta’dil. Sekilas, tentu ada orang yang merasa     Informasi keempat pendekatan tersebut dapat
berkeberatan terhadap upaya pembukaan latar      kita temukan di buku-buku tarâjum (buku
belakang para perawi yang terkesan membuka       biografi para perawi Hadis).
aib seorang Muslim di hadapan orang lain.
Tetapi jika dilihat bahwa sebenarnya al-Jarh          Terkait redaksi periwayatan Hadis,
wa al-Ta’dil itu tidak dimaksudkan untuk         implikasi perbedaan antara haddatsani ()ﺣﺪﺛﻨﻲ
memojokkan seorang perawi, melainkan             terminologi yang digunakan ketika perawi
untuk menjaga kemurnian dan otentisitas          mendapatkan hadis dari gurunya dengan
agama Islam dari campur tangan para              metode mendengarkan (sama/bandongan),
pendusta. Selain meneliti pribadi para perawi,   akhbarani ( )ﺃﺧﺒﺮﻧﻲterminologi yang digunakan
upaya memastikan ketersambungan antara           perawi ketika ia mendapatkan hadis dari
satu perawi dengan perawi lainnya itu juga       gurunya dengan metode qira’ah, belum begitu
menjadi suatu kewajiban. Dengan kata lain,       diperhatikan oleh para sahabat, tabiin, dan
ketersambungan antara satu perawi dengan         ulama salaf. Hal ini disampaikan oleh al-
perawi lainnya disebut dengan itishal al-sanad.  Bukhari yang mengutip al-Humaidi, bahwa
                                                 Ibnu ‘Uyainah tidak membedakan terminologi
                                                 haddatsana, akhbarana, anba’ana, sami’tu.
                                                 Namun demikian, menurut Ibnu Hajar, ulama
                                                 salaf lainnya, seperti al-Syafi’i dan Muslim bin
                                                 al-Hajjaj lebih memilih membedakan implikasi
                                                 perbedaan redaksi tersebut yang tercantum
                                                 dalam sanad Hadis. Terlepas dari perdebatan di
                                                 atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa sanad
                                                 para ulama Hijaz dalam meriwayatkan Hadis
                                                 lebih utama dibandingkan sanad yang diterima
                                                 dari ahli Hadis di wilayah lain. Hal ini karena
                                                 ulama Hijaz lebih ketat menerapkan syarat
                                                 dan ketentuan yang berlaku secara ketat.
                                                      Dalam perkembangan ulama generasi
                                                 berikutnya, metode menerima (tahammul
                                                 al-hadits) hadis berimplikasi pada redaksi
                                                 periwayatan Hadis (ada’ al-hadits) yang
                                                 terdapat dalam sanad. Azami menyebutkan
                                                 ada delapan metode menerima Hadis.
                                                 Pertama, sama (seorang murid mendengar
                                                 hadis dari redaksi seorang guru). Dalam
                                                 tradisi pesantren Jawa, metode ini disebut
                                                 dengan metode Bandongan. Kedua, ‘ard atau
                                                 qira’ah (seorang murid membacakan hadis
                                                 Edisi Budaya | 447
di hadapan seorang guru). Dalam konteks         Tsauri mengatakan, “Penuntut ilmu tanpa sanad
pesantren Jawa, metode ini disebut dengan       bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah
sorogan. Ketiga, ijazah (memberi kewenangan     tanpa tangga.” Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-
pada seseorang untuk menyebarkan hadis atau     Bustamiy, quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-
kitab yang sanad dimiliki oleh seorang guru).   Kahfi: 60); “Barangsiapa tidak memiliki susunan
Keempat, munawalah (penyerahan materi           guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi
hadis atau sebuah tulisan dari seorang guru     niscaya gurunya syetan” (Tafsir Ruhul-Bayan
pada muridnya untuk disebarluaskan). Kelima,    Juz 5 hal. 203). Ibnul Mubarak berkata :”Sanad
kitabah (seorang guru menuliskan hadis untuk    merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan
para muridnya). Keenam, i‘lam (seorang guru     karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa
memberitahukan hadis atau kitab kepada          saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya
muridnya bahwa ia telah mendapatkan izin        (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan
meriwayatkan hadis yang dimilikinya). Ketujuh,  oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah
washiyyah (seorang guru mempercayakan           kitab Shahihnya 1/47 no:32). Imam Malik
muridnya untuk meriwayatkan kitabnya).          ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu
Kedelapan, wajadah (menemukan kitab atau        (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau
hadits yang di tulis seseorang dalam bentuk     ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad
manuskrip yang tersimpan di perpustakaan        ilmu)” Al-Hafidh Imam Attsauri rahimullah
tertentu atau di mana pun berada).              mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad
                                                adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap
Urgensi Sanad                                   rumah tanpa tangga”. Sedangkan di antara
                                                ulama masa belakangan yang sangat banyak
     Pada perkembangan selanjutnya, sanad       mengumpulkan sanad adalah Syaikh Yasin
tidak hanya terkait dengan ilmu hadis,          Al-Fadani, yang digelari “Musnid Ad-Dunya”
melainkan juga digunakan dalam keilmuan         karena begitu banyak sanadnya.
lainnya. Berdasarkan kepentingan sanad
keilmuan inilah, para ulama menghimpunkan            Maka jelaslah, tradisi menyusun sanad-
sanad-sanad keilmuan mereka dan merangkum       sanad keilmuan serta ijazah keilmuan, baik
ilmu-ilmu agama dari sudut riwayah maupun       secara umum maupun khusus, baik ijazah
dirayah, dari sudut manqul (yang dinukilkan)    riwayah maupun dirayah atau kedua-duanya,
maupun ma’qul (yang dapat dipahami secara       ijazah tadris wa nasyr (izin untuk mengajar
akal), dan sebagainya, dalam kitab-kitab        dan sebagainya), adalah untuk menjaga tradisi
mereka. Sebagian ulama menyusun latar           amalan para ulama terdahulu dan dalam
belakang keilmuan mereka, yaitu sanad           masa yang sama menjelaskan latar belakang
keilmuan, dalam bentuk mu’jam asy-syuyukh,      keilmuan mereka. Bahkan, tradisi tersebut
yang menyenaraikan riwayat hidup dan latar      adalah tradisi amalan para ulama mu’tabar
belakang keilmuan para guru mereka. Sejarah     yang tidak dapat diperselisihkan lagi, karena
penyusunan nama-nama guru atau syekh            ia terpelihara dari masa ke masa. Ukuran
didapati pada kurun ketiga hijrah, seperti Al-  kelayakan keilmuan yang sebenarnya dalam
Mu’jam Ash-Shaghir oleh Imam Ath-Thabarani,     neraca pembelajaran dan pengajaran ilmu-
lalu terus berkembang seperti Mu’jam Syuyukh    ilmu agama yang murni bukanlah pada ukuran
Abi Ya’la Al-Mushili dan lainnya.               akademis modern, yang merupakan acuan dan
                                                ukuran tradisi Barat, tetapi ukuran sebenarnya
     Begitu pentingnya sebuah sanad, Ibn        adalah pada sandaran keilmuan seseorang
Abdil Bar meriwayatkan dari Imam Al-Auza’i      yang mengajar ilmu agama, baik sanad ilmiy,
bahwasanya ia berkata, “Tidaklah hilang ilmu    ijazah tadris, maupun yang lainnya, yang
(agama) melainkan dengan hilangnya sanad-       menjadi asal rujukan.
sanad (ilmu agama tersebut).” Imam Syafi’i
ramimahullah mengatakan, “Tiada ilmu tanpa           Dengan demikian, sanad ilmu atau
sanad.” Sedangkan Al-Hafizh Al-Imam Ats-        sanad guru sama pentingnya dengan sanad
                                                hadits. Sanad hadits adalah otentifikasi atau
448 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kebenaran sumber perolehan matan atau            Silsilah tarekat berkesinambungan satu
redaksi hadits dari lisan Rasulullah. Sedangkan  sama lain ke atas sampai kepada Nabi saw
sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi   atau bahkan sampai kepada Malaikat Jibril
atau kebenaran sumber perolehan penjelasan,      dan Allah swt yang merupakan sumber dari
baik al-Qur’an maupun as-sunnah, dari lisan      segala pengetahuan spiritual. Sebagaimana
Rasulullah. Konsep sanad tidak terbatas pada     halnya sanad dalam hadis, silsilah yang
ilmu hadits. Namun, konsep sanad meluas          berkesinambungan merupakan salah satu
dalam bidang-bidang ilmu agama yang lain.        syarat terpenting bagi kesahihan otoritas
Ilmu-ilmu agama, khususnya yang melibatkan       dalam keilmuan dan penerimaan tasawuf
sudut dirayah, juga sangat memerlukan latar      atau tarekat sehingga tarekat tersebut dapat
belakang keilmuan atau sandaran keilmuan         dipandang sah (mu‘tabarah). Silsilah tarekat
bagi seseorang yang berbicara tentang agama.     ini juga turut membentuk jejaring ulama dan
Karena, tanpa berguru dengan guru, seseorang     keilmuan dalam Islam.
tidak layak mengaku sebagai ahli ilmu atau
ulama, walaupun sudah membaca banyak                  SANAD hadis dan silsilah tarekat
kitab. Adanya jalur sanad menunjukkan            mempunyai peranan signifikan dalam
betapa Allah menjaga agama Islam dari upaya      menghubungkan para ulama yang terlibat
menghilangkan dan mengubahnya. Hal ini           dalam jejaring. Melalui telaah-telaah hadis,
sebagai realisasi dari janji Allah SWT dalam     para guru dan murid-murid dalam jejaring
menjaga adz-dzikr yang diturunkannya,            ulama terkait satu sama lain. Demikian pula,
sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Hijr,      organisasi tarekat, melalui silsilah yang
ayat 9.                                          berkesinambungan, menjadi sarana untuk
                                                 menghubungkan ulama satu sama lainnya.
     Lebih jauh, pembentukan jejaring            Selain itu, dalam tradisi tahfidz juga dikenal
ulama dan keilmuan dalam Islam tampaknya         sanad yang juga berjejaring dengan sanad
tidak dapat dipisahkan dari sistem jejaring      hadis dan silsilah tarekat. Persinggungan
sanad (isnâd). Oleh karena itu, dalam proses     di antara sanad-sanad keilmuan tersebut
penyebaran dan transmisi keilmuan terbentuk      semakin memberkuat otoritas keilmuan dan
sebuah jejaring yang dikenal dengan “jalur       otentitasnya.
sanad” (al-thuruq), yakni suatu jalinan yang
menghubungkan antara guru dan murid.                  Lepas dari pentingnya sanad dan silsilah
Sistem jejaring sanad (isnâd), dengan demikian,  sebagai faktor penting yang menimbulkan
mendorong terbentuknya jejaring ulama.           keterpaduan dalam jejaring ulama, pada
                                                 dasarnya jejaring ulama yang terbentuk dan
     Dalam perspektif sejarah ilmu-ilmu          berkembang sepanjang sejarah Islam tidaklah
keislaman, sistem jejaring sanad (isnâd)         terorganisasi secara formal, apalagi menjadi
ini juga diterapkan dalam berbagai cabang        sebuah organisasi formal tertentu. Jejaring
keilmuan, seperti tafsir, fiqh, dan sejarah      antara mursyid dan wakil mereka memang
Islam. Sebagai misal, dalam bidang tafsir        seringkali terjalin melalui kerangka organisasi
terdapat sebuah corak penafsiran yang lebih      tarekat, tetapi jejaring antar mereka tidak
mementingkan mata-rantai transmisi, yang         terorganisasi secara formal. Karenanya jejaring
dikenal dengan tafsîr bi al-ma’tsûr atau tafsîr  ulama lebih merupakan ikatan yang bersifat
bi al-riwâyah. Demikian pula, dalam studi        longgar dan informal, tetapi karena berbagai
sejarah Islam, ditemukan model historiografi     faktor ikatan itu menjadi cukup solid dan
dengan al-riwâyah. Sementara itu, studi fiqh     efektif dalam mencapai tujuan keilmuan Islam
pada masa awalnya juga sangat mengandalkan       khususnya dan penyebaran Islam umumnya.
sanad karena fiqh semula memang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari hadis.               Fenomena jalinan kelindan ini ditengarai
                                                 oleh Azyumardi sebagai determinan
     Selain itu, penggunaan sanad yang lebih     perkembangan intelektualisme Islam di Timur
luas ditemukan dalam tarekat. Sistem jejaring    Tengah dan Nusantara. Sebagai murid dari
sanad dalam tarekat disebut dengan “silsilah”.   al-Kurani sewaktu belajar di Mekkah (1640)
                                                 Edisi Budaya | 449
membawa al-Sinkili masuk dalam jejaring             perorangan melalui guru tertentu, kalaupun
ulama Timur Tengah. Sebagaimana telah               ada yang melalui lembaga, lembaga itu bukan
diketahui al-Kurani adalah guru sufi al-Singkili.   khusus tahfizhul Qur’an, tapi sebagai pesantren
Dalam tradisi sufisme otoritas penyebaran ilmu      biasa yang secara kebetulan terdapat guru
oleh seorang murid bisa dimiliki hanya atas         (kiai) yang hafal Al Qur’an. Akan tetapi ada
dasar “ijazah” yang diberikan oleh sang guru.       beberapa ulama yang merintis pembelajaran
Oleh karena itu, setelah menerima “ijazah”          tahfidz dengan mendirikan pesantren khusus
dari guru sufinya itu, al-Sinkili berkewajiban      tahfidzul Qur’an seperti Pesantren Krapayak
menyebarkan ilmu sesuai dengan rangkaian            (Al Munawir) di Yogyakarta dan al-Hikmah di
perawi yang saling kait-mengkait. Salah satu        Benda Bumiayu.
mata rantai perawi itu adalah Jalaluddin al-
Suyuti, sehingga al-Sinkili diharapkan lebih             Tradisi tahfidz dengan sanadnya tidak jauh
dapat memilih Tafsir Jalalain dari pada karya-      beda dengan tarekat, bahkan keduanya saling
karya tafsir yang lain. Kecenderungan untuk         bersinggungan. Tarekat menurut bahasa
bersandar pada ulama dalam “jejaring” ini           mempuyai arti jalan. Sedangkan menurut
juga terlihat jelas dari karya-karya al-Sinkili di  istilah tasawuf, tarekat bisa diartikan jalan yang
bidang fiqh, kalam dan tasawuf.                     ditempuh seorang hamba (al-‘abdu) menuju
                                                    Ridlo Alloh SWT. Mubaya’ah (baiat) dalam
Mekanisme  “jejaring”              dalam            arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid
                                                    kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia)
pengembangan ilmu-ilmu keislaman di                 seperti yang dilakukan oleh Rasulullah kepada
                                                    sahabat-sahabatnya dalam Bai‘at ar-Ridhwan,
Timur Tengah dan Nusantara ini setidaknya           atau baiatnya seorang rakyat kepada imam
                                                    atau kepala negara terpilih seperti baiatnya
memiliki dua akar historis yang menjadi             para shahabat yang mengangkat Sayyidina
                                                    Abu Bakar menjadi khalifah Rasulallah. Sebab,
pijakannya. Pertama, tradisi oral (dakwah           mubaya’ah dalam tarekat sufi adalah bentuk
                                                    talqin dzikir seperti yang dilakukan Rasulallah
bil lisan) pada masa Rasulullah hingga masa         yang mentalqin dzikir para sahabatnya.
                                                    Adapun mubaya’ah para sahabat yang baru saja
tabi’in telah menciptakan mata rantai perawai       disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia
                                                    menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk
(da’i) yang saling berhubungan satu dengan          patuh kepada imam terpilih.
lainnya. Kedua, fragmentasi sosial-keagamaan             Dalam perspektif ahli sejarah, para
                                                    penyebar Islam di Nusantara hampir
pada masa sahabat, khususnya pada era               seluruhnya adalah pemimpin-pemimpin
                                                    tarekat. Berbagai kualitas tarekat yang
kekhalifahan Utsman dan Ali, menyebabkan            mampu menyerap pengikut dari bermacam-
                                                    macam tingkatan kesadaran Islamnya,
jejaring antar perawi tersebut bercirikan           merupakan ujung panah yang sangat efektif
                                                    bagi penyebaran Islam di Nusantara (Dhofier:
“ideologi” dan menjadi dogmatis. Itu sebabnya       223). Sebagai urad nadi penyebaran Islam di
                                                    Nusantara, tentu saja pengajaran Islam tidak
mengapa terjadi “jejaring ulama” sesuai dengan      bisa dipisahkan dari kiprah para ahli tarekat
                                                    yang juga hafidz al Qur’an. Tarekat adalah
madzhab atau aliran dalam bidangnya masing-         kelompok-kelompok pengikut ajaran tasawuf
                                                    yang menekankan praktik-praktik ibadah
masing. Peter G. Riddel (2001: 9) mengatakan        dan zikir secara kolektif yang diikat oleh
                                                    aturan-aturan tertentu, di mana aktifitasnya
bahwa transmisi dan respon terjadi karena di        bersifat duniawi dan ukhrawi. Dengan kata
kalangan muslim Malaysia-Indonesia terdapat
apa yang disebut dengan westward-facing
orientation, yaitu bahwa Arab sebagai daerah
pusat kelahiran Islam, sudahlah wajar jika
Mekkah dan sekitarnya atau Timur tengah
dipandang sebagai “pusat” dunia Islam, apalagi
peran Mekkah sebagai kiblat umat Islam.
     SALAH satu usaha nyata dalam proses
terjaganya sanad adalah tradisi pemeliharaan
menghafal Al-Qur’an (tahfidz). Nusantara
merupakan salah satu negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Tradisi
menghafal telah lama dilakukan di berbagai
daerah di Nusantara. Usaha menghafal
al Qur’an pada awalnya dilakukan oleh
450 | Ensiklopedi Islam Nusantara
lain, ia dapat dipahami sebagai suatu hasil        yang bersambung ke penulis kitab tersebut,
pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh     jika tidak ditemukan bukti historis lainnya
para murid, menurut aturan/cara tertentu           yang menyatakan bahwa kitab itu adalah milik
yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri        penulisnya.
kepada Allah SWT. Karenanya, dalam tarekat
kedudukan mursyid sangat penting terutama               Sanad kitab ini didapatkan dengan
dalam ketersambugan sanad /silsilah sampai         metode ijazah setelah para santri atau murid
Nabi Muhammad SAW.                                 mengkhatamkan kitab yang diajarkan oleh
                                                   guru atau kiainya. Kiai Hasyim Asy’ari
     Mursyid adalah seorang guru pembimbing        mendapatkan dua sanad kitab Sahih al-
dalam tarekat. Menjadi guru tarekat (mursyid)      Bukhari dari Kiai Mahfudz Termas dengan dua
tidak semudah seperti menjadi guru pada            metode, sama (bandongan) dan qira’ah atau
umumnya. Seorang mursyid harus memiliki            ‘ardh (sorogan). Jumlah perawi sanad kitab
kualifikasi khusus. Syekh Hasyim Asy`ari           lebih banyak daripada sanad Hadis. Dalam
menetapkan syarat-syarat guru tarekat              kasus sanad Sahih al-Bukhari yang didapatkan
adalah alim atas perintah-perintah syara`,         Kiai Hasyim Asy’ari, perawi yang sampai
mengamalkannya, tegak di atas adab-adab            pada penulis kitab Sahih al-Bukhari tersebut
tarekat serta berjalan di dalamnya, sempurna       mencapai 23 orang. Hal ini berbeda jauh
pengetahuannya tentang hakekat dan sampai          dengan jumlah perawi yang terdapat dalam
pada hakekat itu serta ikhlas dalam semua hal      sanad Hadis, yang maksimal tidak lebih dari 7
tersebut. Syekh Hasyim Asy’ari juga mengutip       orang. Kiai Mahfudz Termas sendiri menulis
ungkapan Imam Al-Junaidi ra, “Ilmu kita ini        sanad kitab yang didapatkannya dari guru-
(tarekat) terikat oleh Al-Qur`an dan Assunnah.     gurunya dalam bidang ilmu tafsir, fikih, hadis,
Siapa saja yang belum belajar Al-Qur`an dan        gramatikal Arab, usul fikih. Buku sanad kitab
As-Sunnah dan tidak pula pernah duduk di           itu bernama al-Mustafid lima ‘ala min al-Asanid.
depan para ulama (untuk menuntut ilmu)             Selain Kiai Mahfudz, Syekh Yasin Padang juga
orang tersebut tidak boleh diikuti di dalam        menuliskan sanad kitab dalam berbagai bidang
tingkah laku tarekat ini.                          keilmuan dalam bukunya al-Iqd al-Farid min
                                                   Jawahir al-Asanid.
Sanad Kitab
                                                        Tujuan adanya sanad Hadis untuk diteliti
     Pascakodifikasi Hadis dalam kitab-kitab       validitas sebuah Hadis yang dinisbatkan
induk Hadis yang berjumlah enam kitab (kutub       kepada Rasulullah, sahabat, atau tabiin. Hal
al-sittah), atau kitab hadis lainnya, periwayatan  ini berbeda dengan sanad kitab yang tidak ada
Hadis secara lisan hampir tidak diperlukan         kaitannya sama sekali dengan validitas sebuah
kembali. Hal ini karena semua sanad Hadis          kitab tersebut. Al-Qasimi menyebutkan
sudah tercatat dengan baik dalam kitaab-           pendapat Ibnu Shalah yang menyatakan
kitab hadis tersebut. Meskipun demikian,           bahwa melestarikan sanad kitab yang jauh dari
metode penerimaan dan periwayatan Hadis di         era salaf merupakan menjaga tradisi sanad
atas ternyata berpengaruh pada tradisi sanad       yang merupakan salah satu keistimewaan
kitab; dalam hal ini, kitab yang dimaksud          yang diberikan pada umat Nabi Muhammad
bukan hanya kitab hadis saja, melainkan juga       Saw. Selain itu, al-Qasimi menyebutkan
kitab fikih, tafsir, gramatikal Arab, yang mata    beberapa manfaat menjaga tradisi sanad kitab
rantai periwayatannya sampai pada penulis          ini, di antaranya termotivasi untuk terus
kitab tersebut. Tradisi sanad kitab tidak          menjaganya agar tidak lupa atau pun hilang,
seketat seperti sanad Hadis. Dengan demikian,      diajarkan kepada masyarakat umum ataupun
keterputusan periwayatan dalam sanad kitab         terbatas, termotivasi terus untuk mengkajinya,
tidak berimplikasi pada penolakan terhadap isi     mengharagai jerih payah para pendahulu, dan
kitab. Keterputusan periwayatan dalam sanad        lain sebagainya.
kitab dapat berimplikasi terhadap penisbatan
                                                   Edisi Budaya | 451
Sanad Tarekat                                    seorang mursyid juga termasuk dalam kategori
                                                 sanad tarekat.
     Sebagaimana sanad hadis, sanad tarekat
juga memiliki mata rantai yang bersambung             Di Nusantara, sanad tarekat menjadi salah
hingga ke Rasulullah. Mata rantai semua sanad    satu legitimasi bahwa tarekat yang diajarkan
tarekat di Nusantara dan dunia bersambung        bersambung hingga ke Rasulullah Saw. Dalam
sampai ke Rasulullah melalu sahabat Ali,         perkembangannya, tarekat-tarekat yang
kecuali sanad tarekat Naqsyabandiyah yang        diakui di Nusantara lazim disebut dengan
bersambung sampai ke Rasulullah Saw. melalui     tarekat muktabarah. Misalnya saja, Jamiyyah
sahabat Abu Bakar. Meskipun demikian,            Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyyah
terdapat perbedaam mendasar antara sanad         (JATMAN) mencatat bahwa jumlah tarekat
hadis dan sanad tarekat. Paling tidak, ada tiga  muktabarah di Indonesia saat ini berjumlah
perbedaan di antara keduanya. Pertama, sanad     sekitar 45 tarekat. Di antara tarekat yang
tarekat tidak mengharuskan ketersambungan        banyak diikuti oleh umat Muslim di Indonesia
mata rantai di antara perawinya dengan           adalah tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyyah,
bertatap langsung. Artinya, seseorang mursyid    Syatariyyah, Syadziliyyah, dan lain sebagainya.
yang mempunyai pengalaman spritual yang          Sanad tarekat Qadiriyah di Nusantara didapat
tinggi, kemudian bermimpi bertemu Rasulullah     melalui Syekh Ahmad Khatib al-Sambasi.
Saw. sudah dapat dibenarkan validitasnya.        Sementara itu, sanad tarekat Syattariyah
Menurut mereka, mimpi bertemu Rasulullah         ulama Nusantara di antaranya didapatkan dari
Saw. merupakan hal yang tidak dapat diserupai    Syekh Abdurrauf al-Sinkily. Padahal teman
oleh setan. Ketersambungan sanad dalam           seperguruannya, Syekh Yusuf al-Makasary
metode ulama Hadis tidak membenarkan hal         justru menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah.
demikian. Kedua, sanad tarekat tidak begitu      Menurut Syekh Abdurrauf, tarekat Syattariyyah
memperketat pilihan redaksi penerimaan           lebih tinggi derajatnya, berlandaskan Alquran
(tahammul) dan periwayatan (ada) sebagaimana     dan Hadis, lebih mudah diamalkan, dan
dalam sanad Hadis. Ketiga, sanad tarekat tidak   dilakukan oleh banyak sahabat Nabi. Sedangkan
terlalu memperhatikan urutan awal sanad          sanad tarekat Syadziliyah di Nusantara
dan akhir sanad sebagaimana dalam sanad          berasal dari Syekh Maulana Abdul Qadir
Hadis. Dalam sanad Hadis, mata rantai awal       Khairi As-Sakandari, seorang ulama asal dari
itu sahabat, dan akhirnya adalah perawi kitab    Iskandariyyah Mesir yang kini dimakamkan di
hadis (mukharrij). Sanad-sanad doa, hizib,       makam auliya Desa Tambak, Kelurahan Ngadi,
wiridan yang didapatkan para murid dari          Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur.
                                                                      [Zainul Milal Bizawie dan Adib M Misbah]
                                            Sumber Bacaan
Abdurrahman Wahid, Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan, dalam kumpulan tulisan Gus Dur, Kyai Nyentrik Membela
         Pemerintah, (Yogyakarta: LKIS, 2000).
al-Bukhari, Jami’ al-Shahih al-Bukhari, (Cairo: Dar al-Hadits, 2004).
Al-Dhamini, Maqâyis Naqd Mutun al-Sunnah, (Riyadh: tt, 1983).
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008).
As’ad, Aly, dkk, KH M. Moenawir, Yogyakarta: Pondok Krapyak Yogyakarta, 1975.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana Prenada
         Media Group, 2007.
Barsani (al), Noer Iskandar. Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi. Jakarta: Grafindo Persada, 2001.
Damanhuri, ‘Umadah al-Muhatajin: Rujukan Tarekat Syattariyah Nusantara, Jurnal Studi Kesilaman, Volume 17,
         Nomor 2, Desember 2013.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982.
Fata, Ahmad Khoirul, Tarekat, Jurnal al-Ulum, Volume 11, Nomor 2, Desember 2011.
Fathurahman, Oman. Tarekat Sattariyah di Minangkabau. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Fathurrahman Karyadi, Mengkaji (Budaya) Sanad Ulama Tanah Jawa, Jurnal Thaqafiyyat, Vol. 14, No. 1, 2013.
Fathurrohman, M. Mas’udi, Romo Kyai Qodir: Pendiri Madrosatul Huffadh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
         Yogyakarta, Sleman: Tiara Wacana, 2011.
452 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Hadi, Murtadho, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa: Abuya Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih Mranggen,
         Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011.
Hafiduddin, Didin. Tinjauan Atas Tafsir al-Munir Karya Imam Muhammad Nawawi Tanara, dalam Ahmad Rifa’i Hasan,
         Warisan Intelektual Islam Indonesia. Bandung: Mizan Press, 1987.
HS, Matuki dan M. Isham El-Shaha (edt). Intelektualisme Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2003.
HS, Muchayyar. KH. Muhammad Saleh Darat al-Samarani, Studi Tafsir Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik al-
         Dayyan. Yogjakarta: Disertasi Program Paska Sarjana IAIN Sunan Kalijogo, 2000
Ibnu Hajar, Fath al-Bâri syarh Shahîh al-Bukhâri, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1379 H).
Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, (Beirut: Darul Fikr, 1988).
Jalal al-Din al-Qasimi, Qawa’id al-Tadits min Funun Mushtalah al-Hadits, (Beirut: Dar al-Nafais, 1987).
M.M.Azami, Studies In Hadith Metodology And Literature, (Canada: Islamic Teaching Center Indianapolis, Indiana
         M.S.A., tth).
Mahfudz al-Turmusi, al-Mustafid Lima ‘ala min al-Asanid, (Ttp: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, 2008).
Mahmud al-Thahan, Taisir Musthalah al-Hadits, (tt: Dar al-Fikr, T.th). --------- Mahmud al-Thahan, Ushul al-Takhrij
         wa Dirasah al-Asanid, (al-Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1991).
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia: Survey Historis, Geografis, dan Sosiologis (Bandung:
         Mizan, 1996)
Mas’ud, Abdurrahman. Dari Haramain Sampai ke Nusantara, Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta: Prenada Media,
         1996.
Muhammad Aliy al-Shâbûniy, al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, (Beirut: „Âlam al-Kutub, 1405 H/1985 M)
Muhammad Husain al-Dzahabiy, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Kairo: Maktabat Wahbah, 1424 H/2003 M), juz I
Mulyati, Sri dkk. Memahami dan Mengenal Tarekat-Tarekat Mu’tabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Ihya al-Turats al-‘Arabiy, T.th).
Nuruddin al-‘Itr, Manhaj al-Naqd fi Ulûm al-Hadîts, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997).
Rosehan Anwar dan Muchlis, Biografi KH M Arwani Amin, Jakarta: Proyek Penelitian Keagamaan Depag, 1987.
Soffandi, Wawan Djunaidi, Mazhab Qiraat Asim Riwayat Hafsh di Nusantara; Studi Sejarah Ilmu, Tesis Program Pasca
         Sarjana Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004.
Sri Mulyati et al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005)
Syatibi AH, M. “Potret Lembaga Tahfiz Al-Qur’an di Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran Tahfiz,” Suhuf Vol. 1, No. 1,
         2008
Tim Peneliti, Laporan Akhir Penelitian Biografi Huffaz, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009 - 2010.
Tim Penyusun, KH. M. Moenauwir Al-Marhum: Pendiri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Yogyakarta: Pondok
         Pesantren Al-Munawwir Krapyak,t.th.
Van Bruinessen, Martin, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1995.
Yasin al-Fadani, al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid, (Surabaya: Dar al-Saqaf, 1401).
Yunal Isra, Tradisi Periwayatan Umat Islam: Studi Atas Sanad Hadis, Sanad Kitab, dan Sanad Doa, Jurnal Ulumul
         Hadis, Volume 1 (Ciputat: Darus Sunnah, 2015).
Yusuf S, Bunyamin, Pendidikan Tahfizul-Qur’an Indonesia-Saudi Arabia, Yayasan AlFirdaus, Jakarta, 2006
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1994)
                                                                                                  Edisi Budaya | 453
Santri
Kata santri menunjukkan seseorang                  masalah keagamaan pada masyarakat karena
         yang sedang belajar ilmu agama. Bila      situasi yang berubah –ubah. Santri memiliki
         ditanya apa kata yang sangat popular      potensi yang besar, karenanya selagi santri ia
dan melekat dalam dunia pendidikan Islam,          layak menyandang wakil yang tepat.
mungkin kata santri inilah yang sangat popular.
Kata santri sudah sangat lama digunakan                 Adapun huruf T, berarti tarkul ma’ashi
seiring denga kata pesantren yang menunjuk         (meninggalkan kemaksiatan). Diharapkan
pada lembaga pendidikan. Pada mulanya kata         dengan pelajaran keagamaan yang diterimanya,
melekat pada orang yang tinggal di lembaga         seorang santri bisa konsisten mengamalkan
itu dan mengikuti kyai. Tak pelak bahwa            agamanya dan menjauhi maksiat. arena sudah
kemudian beberapa orang dan cendekiawan            mendapatkan pelajaran
mencoba mengartikan apa makna filosofi
kanta santri ini,                                       Definisi yang lain datang juga dari KH
                                                   Hasani Nawawie, pengasuh Pesantren Sidogiri
      Terdapat beberapa rumusan yang dapat         Pasuruan Jawa Timur
kita baca dari kata santri itu. Misalnya
almarhum, KH.Sahal Mahfudz pernah                  Santri itu...
menyampaikan bahwa kata santri berasal dari
bahasa Arab yang berarti santaro dan jamaknya           Definisi Santri yang tidak pernah berubah
sanaatiir kata itu terdri dari huruf sin, nun, ta  sepanjang zaman
dan ra’. Huruf-huruf itu mengandung makna,
sebagai berikut;                                                                           اﻟﺴﻨﺘﺮي
      S = satrul aurah (menutup aurat) santri      ِﺪﻓَﻘُﻲَولِﺔ َﻳ ُﻛاﺘََِّّْوِﺒﻟﻞ ُﺤَﻊَﻻﺎَوُﻓ ِﻗْلَﺳﻐ َّﻨَّﻴٍ َُﺮﺔﺖ،َّْ� َﻓﺑِاََوﺎ ْﻌﻟ ْﻋَﺘ َﻻِّﻠَﺴِ ُ�َْﻢﻴﺼ َِﺮﻤُﺑِﻢ ِة�ْﻨَ ُِﺑْﻔﻞََﺤواِﺒُْﻓﻟ ِ ْْﻤﺲﻞﺤَ َﻨِااﻘْ ًﺔ�ْ ََﻻﻘ َِﷲو ِْﻣﺔاْ ِﻟﺮَﻻﻳ َُﻤ ََﻻوِْﺘﺴ َْﻴَﺣُﻓﺮِ ِﺒَﻦًةﻘ،َواََْﺣﺣَﻫﺎ َﻻِِﺪَِﺬِﻣ�ْﻓاْﻴًﺜ ُِﻫﺎﻦَﻣَﻮ َْوﻌاَﻨَﻣﺎﷺ ُْهﻦُﷲ،ﺑاِﻗََوﻟ ََِِّﺪﺸﺮﺣﺎْﻓُْﺳﻴ ًٍِﻤﻫْﻮﻦﺎ ِﺪِل
sebagaimana kita lihat pastu berpakaian
yang menutup auratnya. Aurat itu disini bisa       ”Santri, berdasarkan peninjauan tindak
bermakna dhahir dan batin. Menutup aurat           langkahnya adalah orang yang berpegang teguh
dhahir alah gambaran yang kita lihat, misalnya     dengan al-Qur‘an dan mengikuti sunnah Rasul
tercermin pada pakaian santri. Adapun secara       SAW serta teguh pendirian“.
adalah batin makna yang terus dieksplorasi
karena batin adalah apa yang tidak nampak,              Ini adalah arti dengan bersandar sejarah
tersirat.                                          dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan
                                                   diubah selama-lamanya. Dan Allah-lah Yang
      Sementara Nun diartikan sebagai na-ibul      Maha Mengetahui atas kebenaran sesuatu dan
ulama (wakil ulama). Berbeda dengan ulama          kenyataannya.”
yang merupakan pewaris Nabi, al-ulama
warasatul anbiya. Dalam konteks sebagai wakil,          Namun cendekiawan Nurcholish Madjid
santri harusnya mencerminkan sikap-sikap           mempunyai pendapat lain, Menurutnya, kata
yang dimiliki oleh ulama. Seperti peka dan
respon terhadap keadaan sekeliling. Mengikuti
perkembangan zaman, karena ulama
diantaranya harus memutuskan masalah-
454 | Ensiklopedi Islam Nusantara
santri itu asalnya dari bahasa Sansekerta, yakni                      dengan majlis taklimnya. Santri sebenarnya
sastri yang artinya orang yang bisa membaca.                          lebih pada kondisi seseorang seperti yang
Kedua, berasal dari bahasa Jawa, yaitu “cantrik”,                     dicerminkan dalam batasan arti kamus besar
artinya seseorang yang mengikuti kyai di mana                         bahasa Indonesia di atas. Jadi maknanya tidak
pun ia pergi dan menetap untuk menguasai                              dimonopoli oleh hanya mereka yang tinggal
suatu keahlian tersendiri.                                            atau menetap di pesantren.
     Dari banyak yang mengartikan, baik dari                               Sesungguhnya santri pun tidak hanya
bahasa Inggris, Arab maupun Sansekerta KBBI                           punya satu kyai saja, karena ia bisa berkeliling-
memberi makna santri yang kontekstual.                                keliling, berguru atau mondok dari satu kyai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; Kata                            ke kyai lain. Mereka biasanya dipanggil sebagai
santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia                           kyai kelana. Ini karena kekhasan setiap kyai
(KBBI) berarti (1) orang yg mendalami agama                           terhadap ilmu tertentu. Jadi orang kalau mau
Islam; (2) orang yang beribadat dengan                                memperdalam ilmu hadits beliau pergi ke
sungguh-sungguh (orang yg saleh); (3)Orang                            KH. Hasyim Asy’ari, kalau mau belajar ilmu
yang mendalami pengajiannya dalam agama                               alat; nahu shorof pergi ke Kyai Manaf Lirboyo
islam dengan berguru ketempat yang jauh                               atau Cholil Bangkalan. Sedangkan belajar al-
seperti pesantren dan lain sebagainya                                 Quran kepada kyai Arwani Kudus atau Kyai
                                                                      Munawwir Krapyak. Sementara fiqih kepada
Santri Kekinian                                                       Kyai Zubair Sarang Rembang dan lain-lain.
     Jika dimaknakan bahwa santri adalah
                                                                           Santri sekarang banyak dikelompokkan
orang yang menetap pada satu pesantren                                pada asal tempat mereka mondok, itulah
kyai. Realitasnya tidak demikian, karena                              yang kemudian disebut alumni pesantren A /
sejatinya dari dulu ada yang disebut santri                           mutakhorijin atau mutakhorijat. Dulu orang
kalong, Yakni orang yang mengaji pada ahli                            berpindah – pindah dari satu kyai ke kyai untuk
agama atau kyai namun tidak menetap di                                memperdalam dan memperluas ilmunya. Salah
pesantren, istilahnya ia pulang pergi. Banyak                         satu Kyai alim yang mempunyai banyak guru
para kyai atau yang mengajar ilmu agama pun,                          dan adalah Kyai Abbas bi abdul Jmail yang
tidak mempunyai pesantren, namun santri                               lebih dikenal dengan Kiyai Abbas Buntet.
kalongnya jumlahnya ribuan. Beliau bisa
mengajar di rumah, di musholla atau di masjid.                             Santri sekarang berbeda dengan di masa
Bahasa orang sekarang, ia punya jamaah                                lalu, ini tentu karena perubahan dan peran-
                                                                      peran pesantren yang mulai bergeser. Mayoritas
         Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada                pesantren punya sistem klasikal dalam
         Deklarasi Hari Santri Nasional, di Masjid Istiqlal, Jakarta  pembelajarannya. Dan sistem klasikalnya
         pada 22 Oktober 2015.                                        mengikuti kurikulum pemerintah. Perubahan
                                                                      ini tentu juga mempengaruhi output atau
               Sumber: http://setkab.go.id/                           kualitas santri, karena adanya batasan waktu
                                                                      dan jenjang pendidikan. Walapun sebenaarnya
                                                                      pesantren tidak membatasi waktu mereka
                                                                      untuk tinggal di pesantren. Dengan adanya
                                                                      sekolah yang menempel pada pesantren,
                                                                      keilmuan di pesantren menjadi berbatas.
                                                                      Kecuali pada pondok-pondok salaf. Banyak
                                                                      santri yang pesantrennya ada sekolahnya,
                                                                      sudah menamatkan pondok pesntrennya usai
                                                                      pelajaran mereka selesai, entah pada tingkat
                                                                      menengah pertama atau menengah atas.
                                                                      Fenomena ini emnjadi lebih banyak santri
                                                                      yunior yang menghuni pesantren daripada
                                                                      santri-santri tuwek yang tinggal.
                                                                      Edisi Budaya | 455
Hari Santri                                               Para santri memperingati hari santri
                                                          dengan mengadakan Kirab .
     Namun apapun model santri, santri
kelana atau santri alumni, mereka mempunyai     sanitasSuimbeyr hattpn://gwww.grepaubtliakal.c-og.ida/ tal dan sarung-saung
kontribusi besar dalam mendirikan dan           kumal serta tangan yang tak berhentik
membangun negeri ini.                           mengaruk2 bila gatal. Pondok juga sekarang
                                                banyak dibangun system dan uang infaq yang
     Santri semakin menjadi pembicaraan         wah, bahkan ada yang ada kolam renangnya
ketika Presiden Jokowi mengeluarkan Keppres     di dalam.. Tentu saja ini merubah seseorang
No.15 tahun 2015. Kaum santri dicatat sejarah   yang dikirm nyantri untuk belajar mandiri
telah berperan besar dalam kemerdekaan          dan prihatin, tapi justru malah pindah
Indonesia. Menurut ketua RMI Abdul Ghaffar      rumah saja. Sikap-sikap itu sekarang sudah
Rozien, pada saat NU berusia 10 tahun dari      terkikis dengan budaya konsumerisme. Mesti
berdirinya dan 9 tahun sebelum kemerdekaan,     mungkin pondok menerapkan peraturan beda,
kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep       tapi anak-anak butuh support yang luar biasa.
negara yang memberi ruang bagi berbagai         Fenomena lain juga Nampak dari peluang yang
macam kelompok agar dapat hidup bersama         santri dapat, Santri banyak mendapat peluang
dan itu konsep yang luar biasa. Maka            beasiswa baik untuk ilmu agama maupun ilmu
memperjuangkan dan mempertahankan               eksakta
kemerdekaan itu adalah sesuatu yang niscaya.
                                                     Apa yang lebih 30 tahun lalu dikotak-
     Dengan Keppres itu, 22 Oktober             kotakkan oleh Clifford Gertz bahwa masyarakat
ditetapkan sebagai hari santri. Tanggal itu     (Jawa) itu terdiri dari tiga kelompok ; santri,
dipilih menandai komando para kyai yang         abangan dan priyayi, nampaknya sudah tidak
dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari untuk jihad     cocok dipakai sebagai alat analisa, karena
melawan penjajah Belanda. Semangat inilah       definisi itu sudah melebur. Gertz nampaknya
yang kemudian meletuskan perlawanan 10          hanya melihat Kediri tanpa melihat kampung
November yang menggelora dan enyahnya           santri yang lain,padahal santri banyak
Belanda dari Indonesia. Peristiwa yang heroik,  variannya. Santri itu bisa priyayi sekaligus
, monumental dan menandai babak baru untuk      atau sebaliknya. Jadi pengkategorian tiga
mengisi kemerdekaan Indonesia merdeka.          masyarakat Jawa di atas mereduksi makna dan
Hari itu pun ditetapkan sebagai hari Pahlawan.  peran santri secara keseluruhan. Lebih drai
Pada kontek ini, Indonesia mengapresiasi dan    segala yang diuraikan di atas, santri adalah
berterima kasih terhadap perjuangan para        salah satu soko / pilar bangsa.
santri dan kyai terhadap bangsa dan negara
ini. Karenanya setiap tanggal 22 Oktober, hari                                                                [Ala’i Najib]
santri nasional diperingati.
     Sekarang ini kecenderungan beragama
meningkat. Walau harus ada daya ukurnya,
kecenderungan masyarakat ini bisa dilihat
dari maraknya simbol-simbol agama dan
meningkatnya politik identitias. Menjadi
santri kini sepertinya kebanggaan, pretise.
Dulu ia identik dengan kejorokan system
                                            Sumber Bacaan
Ragam Ekspresi Islam Nusantar, Wahid Institute, Jakarta 2008
Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa , Mizan, Bandung, 1995
Martin Van Bruinesaan, Kitab Kuning,Pesantren dan Tarekat, Yogyakarta, Gading Press, 2012
Ensiklopedia Nahdlatul Ulama (4), Sejarah Tokoh dan Khazanah Pesantren, Mata Bangsa-PBNU, Jakarta 2014
456 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sarung
Sarung sudah lekat dengan ciri khas             masyarakat Muslim di Semenajung Arab
       masyarakat muslim di Indonesia. Walau    sangat tinggi. Tak heran, jika industri tekstil di
       sesungguhnya pemakaian sarung tak        era Islam memiliki pengaruh yang sangat besar
menunjuk pada identitas agama tertentu.         terhadap Barat.
Karena sarung juga digunakan oleh berbagai
kalangan di berbagai suku yang ada.                  Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan,
                                                sarung telah menjadi pakaian tradisional
      Dalam pengertian busana internasional,    masyarakat Yaman. Sarung diyakini telah
sarung (sarong) berarti sepotong kain lebar     diproduksi dan digunakan masyarakat
yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang      tradisional Yaman sejak zaman dulu. Hingga
untuk menutup bagian bawah tubuh (pinggang      kini, tradisi itu masih tetap melekat kuat.
ke bawah).                                      Bahkan, hingga saat ini, futah atau sarung
                                                Yaman menjadi salah satu oleh-oleh khas
      Kain sarung dibuat dari bermacam-         tradisional dari Yaman.
macam bahan: katun, poliester, atau sutera.
Penggunaan sarung sangat luas, untuk santai          Orang-orang yang berkunjung ke Yaman
di rumah hingga pada penggunaan resmi           biasanya tidak lupa membeli sarung sebagai
seperti ibadah atau upacara perkawinan. Pada    buah tangan bagi para kerabatnya. Sarung
umumnya penggunaan kain sarung pada acara       awalnya digunakan suku Badui yang tinggal
resmi terkait sebagai pelengkap baju daerah     di Yaman. Sarung dari Yaman itu berasal
tertentu.                                       dari kain putih yang dicelupkan ke dalam
                                                neel yaitu bahan pewarna yang berwarna
      Menurut catatan sejarah, sarung berasal   hitam. Sarung Yaman terdiri dari beberapa
dari Yaman. Di negeri itu sarung biasa disebut  variasi, diantaranya model assafi, al-kada, dan
futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar,   annaqshah.
wazaar atau ma’awis. Masyarakat di negara Oman
menyebut sarung dengan nama wizaar. Orang            Sebenarnya di dunia Arab, sarung
Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaar.       bukanlah pakaian yang diidentikkan untuk
                                                melakukan ibadah seperti sholat. Bahkan di
      Penggunaan sarung telah meluas, tak       Mesir sarung dianggap tidak pantas dipakai ke
hanya di Semenanjung Arab, namun juga           masjid maupun untuk keperluan menghadiri
mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika,   acara-acara formal dan penting lainnya. Di
hingga Amerika, dan Eropa. Sarung pertama       Mesir, sarung berfungsi sebagai baju tidur
kali masuk ke Indonesia pada abad ke-14,        yang hanya dipakai saat di kamar tidur.
dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat.
Dalam perkembangan berikutnya, sarung di             Di Indonesia, sarung menjadi salah satu
Indonesia identik dengan kebudayaan Islam.      pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai
                                                kesopanan yang tinggi. Tak heran jika sebagian
      Ahmad Y. al-Hassan dan Donald R. Hill     masyarakat Indonesia sering mengenakan
dalam bukunya bertajuk Islamic Technology:      sarung untuk sholat di masjid. Laki-laki
An Illustrated History Tekstil menyebutkan      mengenakan atasan baju koko dan bawahan
bahwa tekstil merupakan industri pelopor        sarung untuk sholat, begitu pula wanita
di era Islam. Pada era itu, standar tekstil
                                                Edisi Budaya | 457
mengenakan atasan mukena dan bawahan             tersebut berasal dari daerah yang berbeda di
sarung untuk sholat.                             Indonesia.
Identitas bangsa saat zaman perang                    Bahan yang terbuat dari tenun, lebih
                                                 dikenal berasal dari area Indonesia Timur
     Pada zaman penjajahan Belanda, sarung       seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusat
identik dengan perjuangan melawan budaya         Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, dan Bali.
barat yang dibawa para penjajah. Para santri di  Sedangkan songket, sangat identik dengan ciri
zaman kolonial Belanda menggunakan sarung        khas adat Minangkabau dan Palembang, Ulos
sebagai simbol perlawanan terhadap budaya        khas Sumatera Utara. Sementara tapis, kita
Barat yang dibawa kaum penjajah. Kaum santri     mengenal bahan ini berasal dari Lampung.
merupakan masyarakat yang paling konsisten
menggunakan sarung di mana kaum nasionalis            Sarung tradisional tidak bermotif kotak-
abangan telah hampir meninggalkan sarung.        kotak. Sarung yang terbuat dari tenun,
                                                 diciptakan paling sederhana. Cenderung lebih
     Sikap konsisten penggunaan sarung juga      bermain warna, dibanding motif yang ‘ramai’.
dijalankan oleh salah seorang pejuang Muslim     Sedangkan tapis dan songket, sekilas terlihat
Nusantara yakni KH Abdul Wahab Chasbullah,       sama.
salah satu tokoh sentral di Nahdhatul Ulama
(NU). Suatu ketika, Abdul Wahab pernah                Hanya, motif tapis memiliki unsur alam,
diundang Presiden Soekarno. Protokol             seperti flora dan fauna. Sedangkan motif
kepresidenan memintanya untuk berpakaian         songket, terlihat lebih meriah dengan motif
lengkap dengan jas dan dasi. Namun, saat         yang mengisi seluruh isi bahan. Ada kesamaan
menghadiri upacara kenegaraan, ia datang         diantara tapis dan songket, yaitu keduanya
menggunakan jas tetapi bawahannya sarung.        terbuat dari benang emas dan perak.
Padahal biasanya orang mengenakan jas
dilengkapi dengan celana panjang.                     Mengapa motif sarung kotak-kotak?
                                                 Nilai filosofis motif sarung kotak-kotak
     Sebagai seorang pejuang yang sudah          mengartikan, setiap melangkah baik ke
berkali-kali terjun langsung bertempur           kanan, kiri, atas ataupun bawah akan ada
melawan penjajah Belanda dan Jepang, Abdul       konsekuensinya. Lihat gradasi bermotif
Wahab tetap konsisten menggunakan sarung         papan catur seperti sarung bali. Saat kita
sebagai simbol perlawanannya terhadap            berada di titik putih, melangkah ke manapun,
budaya Barat. Ia ingin menunjukkan harkat        perbedaan menghadang. Sedangkan cara
dan martabat bangsanya di hadapan para           amannya adalah melangkah secara gontai ke
penjajah.                                        arah diagonal. Dampaknya, bukannya maju ke
                                                 depan malahan menjauhi target. Jadi orang
     Abdul Wahab menunjukkan pentingnya          yang berani menghadang cobaan adalah orang
menggunakan sarung sebagai warisan               yang akan cepat menuai harapannya.
budaya dan identitas nasonalisme. Rupanya
perjuangan berat kaum pesantren untuk            Beberapa kain sarung khas dari
menegakkan identitas sarung sebagai simbol       Indonesia
perlawanan terhadap budaya kaum kolonialis
Belanda membuah hasil. Saat ini, sarung          Sarung Poleng Bali
menjadi simbol kehormatan dan kesopanan
yang sering digunakan untuk berbagai macam            Sarung tenun Poleng (Kain Poleng)
upacara sakral di tanah air.                     sudah menjadi bagian dari kehidupan religius
                                                 umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan
     Yang membedakan sarung Indonesia            untuk keperluan sakral dan profan. Di pura
dengan sarung negara lain adalah sarung khas     digunakan untuk tedung (payung), umbul-
Nusantara terbuat dari kain tenun, songket,      umbul, untuk menghias palinggih, patung,
dan tapis. Masing-masing jenis bahan sarung      dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon
                                                 di pura pun banyak dililit kain poleng.
458 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Menurut penelitian, bentuk saput poleng    sudah ada beberapa perajin sutera yang
beraneka ragam. Misalnya dari segi warna,       meninggalkan Alat Tenun Bukan Mesin
ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya,           (ATBM), karena alasan mengejar produksi.
bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya.       Dari 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, 10
Berdasarkan warnanya, ada kain poleng           kecamatan di antaranya seperti Kecamatan
yang disebut rwabhineda (hitam dan putih),      Tempe, Tanasitolo, Majauleng, Sabbangparu,
sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu  Pammana, dan Sajoanging, sebagian besar
(putih, hitam, merah).                          masyarakatnya menggantungkan hidup dari
                                                hasil usaha persuteraan.
     Kain poleng ini muncul dan digunakan
umat Hindu dalam kehidupan religius.                 Produksi sarung sutera yang dalam
Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada      bahasa Bugis-Makassarnya lipa sabbe, dipasok
dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng     dari empat daerah masing-masing Majene,
rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain     Polewali, Wajo dan Soppeng. Namun yang
poleng sudhamala dan tridatu.                   lebih terkenal baik dalam skala lokal maupun
                                                nasional, bahkan mancanegara adalah sarung
     Perkembangan warna ini juga                sutera dari Kabupaten Wajo. Pasalnya,
mencerminkan tingkat pemikiran manusia,         baik corak maupun kualitasnya memiliki
yakni dari tingkat sederhana menuju             keunggulan yang lebih dibanding produksi
perkembangan yang lebih sempurna. Masing-       daerah lainnya.
masing warna memiliki makna filosofisnya
sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna.   Sarung Ulos Khas Suku Batak
Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu
juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50           Ulos atau sering juga disebut kain ulos
persen dan unsur hitam 50 persen.               adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos
                                                secara turun temurun dikembangkan oleh
     Namun pada dasarnya tetap hanya ada        masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa
dua unsur warna yaitu hitam dan putih.          asalnya, ulos berarti kain.
Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan,
baik-buruk. Kenapa kain poleng ini hanya             Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk
dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti    menghangatkan badan. Tetapi kini Ulos
sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang        memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain
lainnya dalam pewayangan? Tokoh-tokoh ini       dalam segala aspek kehidupan orang Batak.
disimbolkan sebagai seorang yang bersifat       Contoh, Ulos dianggap sebagai pengikat kasih
jujur, terbuka, lugas, dan trasparan.           sayang diantara sesama. Ulos tidak dapat
                                                dipisahkan dari kehidupan orang Batak.
     Karena kontras hitam dan putih bermakna    Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri,
suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya.        artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan
Sedangkan warna abu-abu mengandung              hubungan dengan hal atau benda tertentu.
makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu
terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar          Dikalangan orang batak sering terdengar
yang sama, walau pada permukaannya tak jelas    mengulosi yang artinya memberi Ulos,
atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi  atau menghangatkan dengan ulos. Dalam
mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu    kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi)
keserakahan dan kepentingan ego. Ada juga       pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki
sarung tradisional Bali lainnya seperti sarung  yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat
model jumputa.                                  kejantanan dan kepahlawanan, dan orang
                                                perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan
Sarung Sutera Bugis                             untuk melawan guna-guna dan kemandulan.
     Awalnya, tradisi tenun dikembangkan             Warna dominan pada ulos adalah merah,
secara manual dan tradisional, namun kini       hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam
                                                Edisi Budaya | 459
tenunan dari benang emas atau perak.               daratan Afrika dan Timur Tengah dari berbagai
Mulanya ulos dikenakan dalam bentuk                corak dan ragam sarung tenun goyor.
selendang atau sarung saja. Kerap digunakan
pada perhelatan resmi atau upacara adat            Sarung Tenun Betawi
Batak. Dalam hal mengulosi, ada aturan yang
harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh           Sarung khas Betawi sarung yang
mengulosi mereka yang menurut kerabatan            kebanyakan orang betawi asli bermotif kotak-
berada dibawahnya. Misalnya orang tua boleh        kotak dengan motif warna yang soft (lembut)
mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh            dan ada juga motif lainnya.
mengulosi orang tua.
                                                        Bagi orang-orang betawi sarung mereka
     Jadi dalam prinsip kekerabatan Batak yang     biasa dikalungkan pada leher, dan itu sudah
disebut dalihan na tolu, yang terdiri atas unsur-  ada sejak ajaran Islam masuk ke tanah Jawa
unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha.         khususnya Betawi. Misal pada zaman kolonial
Seorang boru sama sekali tidak dibenarkan          Belanda dulu tokoh pencak silat seperti, si
mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan        pitung, abang jampang, dan tokoh-tokoh yang
dalam mengulosi tidak boleh sembarangan,           lainnya, mereka selalu mengenakan sarung di
baik dalam macam maupun cara membuatnya.           pundak atau melingakar di leher mereka.
Sarung khas Gresik                                      Hingga sekarang pun kaum lelakinya selalu
                                                   mengenakan pakaian adat Betawi dengan kain
     Sarung tenun tradisional khas Gresik          sarung yang selalu melingkar di leher mereka.
Jawa Timur dikenal kaya motif dan corak.
Dengan mempertahankan proses penenunan             Sekilas tentang Batik
yang masih tradisional, sarung tenun tersebut
memiliki tempat tersendiri di kalangan                  Batik merupakan warisan budaya asli
masyarakat                                         Nusantara. Bahkan saat ini batik telah
                                                   dikukuhkan oleh UNESCO sebagai salah satu
     Seni kerajinan sarung tenun yang              Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan
berwarna warni dan kaya akan motif ini masih       dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral
dikerjakan secara tradisional. Motif dan corak     and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2
khas sarung tenun Gresik adalah warnanya           Oktober 2009 lalu (kini dikenal sebagai Hari
timbul dengan corak beragam diantaranya            Batik Nasional). Bukan hanya oleh orang Jawa,
corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga       kain batik ternyata kini telah dikenakan oleh
corak laut biru dengan tiga jenis kain, yakni      hampir seluruh masyarakat Indonesia.
sutera, fiber dan sisir.
                                                        Kain batik dianggap sebagai pakaian
     Pembuatan sarung dengan peralatan             semi resmi yang cocok dikenakan dalam acara
tradisional ini menciptakan hasil yang             apapun. Di sini batik memang identik dengan
maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun           kain. Karena proses membatik dilakukan di
ini adalah pada kualitas benang serta nilai seni   atas kain. Batik juga banyak melekat di dalam
yang tetap memperlihatkan ciri khas natural        sarung, terutama sarung yang digunakan oleh
berupa motif kembang dan hiasan alam               perempuan.
lainnya.
                                                        Menilik sejarah, asal usul batik bermula
Sarung Tenun Goyor                                 sejak abad ke-17 Masehi. Pada masa itu, corak
                                                   batik ditulis-lukiskan pada daun lotar dan
     Sarung Tenun Goyor, Dari desa sederhana       papan rumah adat Jawa. Awalnya, pola atau
yaitu desa Troso di Kecamatan Pecangaan,           motif batik hanya didominasi oleh gambar
Kabupaten Jepara. Sarung tenun goyor yang          tanaman atau binatang. Para pengrajin corak
dihasilkan warga troso mampu mencapai              batik juga masih sangat terbatas jumlahnya.
                                                   Mereka hanya membuat corak batik sebagai
460 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Presiden RI Jokowi menikmati matahari terbit dengan memakai       Terkait dengan teknik pembuatannya,
    sarung duduk di pinggir pantai Raja Ampat.                   pada masa itu batik tulis merupakan satu-
                                                                 satunya teknik yang digunakan. Dalam
      Sumber: https://www.merdeka.com                            proses pengerjaannya, pewarnaan pun masih
                                                                 menggunakan bahan pewarna alami yang
wujud pelampiasan hasrat seni dan keisengan                      dibuat dari sendiri menggunakan tanaman-
yang dilakukan untuk mengisi waktu luang.                        tanaman seperti daun jati, tinggi, mengkudu,
                                                                 pohon nila, dan soga. Sedangkan untuk
     Pada perkembangannya, asal usul batik                       bahan sodanya, para pembatik masa itu
mulai menarik perhatian pembesar kerajaan                        menggunakan soda abu dan tanah lumpur.
Majapahit. Motif-motif abstrak, motif candi,
awan, wayang beber, dan lain sebagainya                               Penggunaan kain batik yang sebelumnya
mulai dikembangkan pada masa itu. Penulisan                      hanya terbatas di lingkungan keraton, lambat
batik pun mulai ditujukan pada media yang                        laun mulai dikembangkan oleh rakyat jelata. Hal
berbeda. Kain putih atau kain-kain berwarna                      ini membuat corak batik kian beragam sesuai
terang menjadi pilihan utama karena dianggap                     dengan minat dan jiwa seni para pembuatnya.
lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk                        Asal usul batik juga tak lepas dari perkembangan
pemanfaatan yang lebih banyak.                                   teknologi. Pada masa sebelumnya teknik batik
                                                                 tulis menjadi satu-satunya cara yang bisa
     Kepopuleran kain batik kian bersinar.                       dilakukan untuk membuat motif batik, setelah
Pembesar-pembesar kerajaan Majapahit,                            Perang Dunia I atau setelah modernisasi kian
Mataram, Demak, dan kerajaan-kerajaan                            menjamur, teknik batik cap dan batik printing
setelahnya menjadikan kain batik sebagai simbol                  pun mulai dikenal. Kedua teknik batik ini
budaya. Khusus pada masa pengaruh Islam,                         sendiri dianggap sebagai teknik pembatikan
motif batik yang berwujud binatang ditiadakan.                   yang sangat efisien dan tidak memakan banyak
Penggunaan motif ini dianggap menyalahi                          waktu, meskipun secara kualitas dinilai kurang
syariat Islam sehingga tidak diperkenankan                       memiliki nilai estetis.
kecuali dengan menyamarkannya menggunakan
lukisan-lukisan lain.                                                 Sejarah perkembangan batik tidak hanya
                                                                 berhenti sampai di situ. Di era sekarang,
                                                                 batik bukan hanya dikenal sebagai corak
                                                                 pakaian semata. Berbagai pernik pelengkap
                                                                 penampilan dalam kehidupan sehari-hari
                                                                 seperti tas, sepatu, dasi, hingga helm, juga
                                                                 sudah menggunakan batik sebagai motifnya.
                                                                 Bahkan, pakaian-pakaian sekolah, kedinasan,
                                                                 dan lain sebagainya juga menggunakan motif
                                                                 ini sebagai pilihan utama.
                                                                                                                        [Fathoni Ahmad]
Sumber Bacaan
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta:
         LP3ES, 2011.
Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986.
Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: IIman. 2012.
Bruinesses, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995.
Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2007.
LTNNU Jawa Timur. Sarung dan Demokrasi: Dari NU untuk Peradaban Keindonesiaan. Surabaya: Khalista, 2008.
Nailal Fahmi. Di Bawah Bendera Sarung. Bandung: Pustaka Iman, 2014.
Rosinta. 65 Setelan Cantik Kain Sarung, Batik Encim, & Kebayanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016.
Fitri, Putri. Kamus Sejarah dan Budaya Indonesia. Jakarta: Nuansa Cendekia, 2014.
Saifullah, Sejarah dan Kebudyaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Kartodirjdo, Sartono, dkk. Sejarah Sosial: Konseptualisasi, Model, dan Tantangannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.
                                                                 Edisi Budaya | 461
Sedekah Bumi
Sedekah Bumi merupakan upacara                              Kirab Tumpengan Hasil Bumi pada acara Sedekah Bumi
       tradisi yang dilakukan sebagai wujud                 di Desa Brumbung Batangan Pati Jawa Tengah.
       rasa syukur kepada Tuhan atas hasil
bumi yang telah diperoleh pada tahun-tahun                          Sumber : http://www.wartaphoto.net/
sebelumnya sebagai rizki, sekaligus bentuk
permohonan para kepada Tuhan agar hasil          mereka. Maka meskipun dengan cara yang
bumi pada periode yang akan datang berhasil      sederhana biasanya mereka melakukan dengan
dengan baik.                                     cara “pamer” hasil bumi yaitu dengan karnaval
                                                 keliling desa dengan mengarak hasil bumi
      Upacara tradisi Sedekah Bumi banyak        berupa ketela pohon, mangga, jagung dan
ditemuipadamasyarakatpulaujawa,khususnya         sebagainya, tegantung hasil bumi yang mereka
daerah pantai utara (Pantura). Upacara ini       peroleh dari tanah yang mereka tanami.
biasanya dilakukan oleh masyarakat yang          Seiring dengan perkembangan zaman, upacara
berprofesi sebagai petani atau berladang yang    tidak lagi didominasi dengan arak-arakan hasil
menggantunggkan hidupnya dan keluarganya         bumi, tetapi seringkali dengan sedekah “nasi
dengan memanfaatkan kekayaan alam yang           tumpeng” sebagai wujud rasa syukur.
ada di bumi untuk mencari rezeki.
                                                 Sejarah
      Pada masyarakat petani, Sedekah Bumi
bisanya diselenggarakan di sawah demplot              Upacara tradisi Sedekah Bumi
(Inderamayu, Jawa Barat) yaitu sawah             merupakan upacara tradisional masyarakat
percontohan milik perorangan yang dikelola       Jawa yang sudah berlangsung lama secara
secara bersama-sama.Jika suatu desa tidak        turun-temurun. Hal ini tidak terlepas dari
memiliki sawah demplot, maka upacara             kepercayaan dari nenek moyang. Menurut
Sedekah Bumi diselenggarakan di sawah            cerita dari para nenek moyang orang jawa
yang letaknya strategis yaitu di pinggir jalan,  terdahulu, tanah merupakan pahlawan yang
pematangnya yang luas, dan hasil sawahnya        sangat besar bagi kehidupan manusia di
baik. Selain di tempat tersebut, tempat lain     muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi
yang digunakan adalah pendopo desa yaitu         penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual
tempat dilaksanakannya keramaian berupa          sedekah bumi inilah yang menurut mereka
pertunjukan wayang kulit purwa. Pertunjukan      sebagai salah satu simbol yang paling dominan
wayang kulit purwa ini sebagai isyarat atau      bagi masyarakat jawa khususnya para petani
pengumuman kalau sudah waktunya para             untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan
petani bersiap-siap untuk mengerjakan
sawahnya masing-masing.
      Melalui sedekah bumi, mereka percaya
bahwa dengan bersyukur maka Allah SWT
akan menambahkan kenikmatan-kenikmatan
lagi. Allah akan menambah hasil-hasil panen
mereka dan Allah akan menghilangkan
paceklik atau kegagalan panen hasil bumi
462 | Ensiklopedi Islam Nusantara
sebagai penghargaan manusia atas bumi yang      wayang kulit lakon yang dibawakan dalam
telah memberi kehidupan bagi manusia.           acara sedekah Bumi ini adalah Bhumi Loka,
                                                kemudian pada dipagi harinya diadakan
     Upacara adat sedekah bumi ini berkaitan    ruwatan. Dalam lakon Bhumi Loka diceritakan
erat dengan kepercayaan orang-orang zaman       tentang dendam Arjuna atas kematian
dahulu jauh sebelum pengaruh Hindu dan          ayahnya yaitu prabhu Nirwata Kwaca.
Budha masuk di Nusantara, kita mengenal         Terjadilah peperangan dengan putra Pandawa
kebudayaan dan kepercayaan Kapitayan            yang dipimpin Gatotkaca. Prabu Kresna dan
yang sebagian besar dianut oleh penduduk        Semar mengetahui putra Gatotkaca mendapat
Nusantara lebih-lebih di tanah Jawa. Mereka     kesulitan untuk dapat mengalahkan mereka,
percaya bahwa pada tiap-tiap segala sesuatu     bahwa para putra manik Iman-imantaka tidak
yang menyangkut hajat hidup manusia             dapat mati selama menyentuh bumi. Maka
dikuasahi dan di jaga oleh dewa-dewa            semar menasehatkan agar dibuatkan Anjang-
(Sang Hyanng Bahureksa). Keyakinan atas         anjang di angkasa, dan menyimpan mereka
adanya para dewa atau roh penjaga tersebut      yang telah mati agar tidak dapat menenyentuh
diwujudkan dalam bentuk upacara sesaji di       bumi. Prabu Kresna memerintahkan Gatotkaca
tempat-tempat yang mereka percayai sebagai      untuk membuat Anjang-anjang tersebut di
tempat tinggal mereka. Dengan begitu mereka     angkasa dan menyerang mereka dengan ajian
berharap terhindar dari malapetaka alam yang    Bramusti. Mereka semua akhirnya terbunuh
murka dan kemudian mencapai hasil-hasil         oleh Gatotkaca , diatas Anjang-anjang yang
usahanya.                                       telah dipersiapkannya. Bhumi Loka mati
                                                terbunuh kemudian menjadi Gludug lor dan
     Pada sekitar abad ke 13, setelah pengaruh  Gludug kidul. Lokawati terbunuh menjadi
Islam masuk ke Nusantara, dan khususnya         Udan Grantang. Loka Kusuma terbunuh
setelah abad ke-15 setelah masa Wali Sanga,     menjadi Kilap, loka sengara mati terbunuh
tradisi atau ritual menyembah dewa-dewa dan     menjadi Gledeg dan Lokaditya mati terbunuh
roh nenek moyang tersebut tidak serta merta     menjadi Gelura. Habislah para putra Manik
dihapus dari tengah-tengah masyarakat Jawa.     Imantaka terbunuh oleh Gatotkaca dan
Beberapa bentuk kearifan lokal kemudian         kematian mereka menjadi penyebab datangnya
dimanfaatkan sebagai media dakwah untuk         musim penghujan.
menyampaikan ajaran Islam secara efektif.
Kepercayaan akan para dewa dan roh suci              Dari mitos cerita di ataslah maka
digantikan dengan iman kepada Tuhan.            Sedekah Bumi dijadikan oleh kepercayaan
Menurut Islam, hanya Allah yang patut           masyarakat untuk menyambut datangnya
disembah. Aktivitas persembahan dalam           musim penghujan. Upacara adat Sedekah
kepercayaan terdahulu tidak dibuang sama,       Bumi sendiri dibuka dengan acara Srakalan,
dengan mengubah substansinya. Dalam             pembacaan kidung yang dilakukan oleh
usaha-usaha mengalihkan keparcayaan itulah      pemuka adat. Kemudian acara berikutnya
terbentuk upacara baru, yang dikenal dengan     adalah ritual pencungkilan tanah sebagai
sedekah bumi.                                   simbol bahwa mereka mencintai tanah sebagai
                                                tempat penghidupan sekaligus juga sebagai
     Upacara adat Sedekah Bumi di Cirebon       ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta
misalnya, ditandai dengan Srakalan,             yang telah menganugerahi tanah yang subur.
pembacaan kidung, pencungkilan tanah,           Dan menjelang siang, acara dilanjutkan
kemudian diadakan arak-arakan yang diikuti      dengan arak-arakan yang melibatkan seluruh
oleh seluruh lapisan masyarakat dengan segala   lapisan masyarakat. Araka-arakan ini sendiri
bentuk pertunjukan yang berlangsung di Alun-    berfungsi sebagai ajang pesta rakyat di mana
alun Gunung Sembung, misalnya kesenian          segala lapisan masyarakat ikut berpartisipasi
rentena, reog, genjring, terbang, brahi,        dengan berbagai pertunjukan kesenian
berokan, barongan, angklung bungko, wayang,     yang beragam. Dan seperti lazimnya sebuah
bahkan sekarang ini ado pertunjukan tarling     pesta rakyat, maka segala jenis pertunjukan
modern organ tunggal. Dalam pertunjukan
                                                Edisi Budaya | 463
kesenian ditampilkan di sini oleh rakyat dan    3) Pembacaan doa-doa dan upacara inti. Doa-
untuk rakyat. Kemudian pada pagi berikutnya          doa dipimpin oleh pemuka adat / agama
barulah dilaksanakan upacara ruwatan sebagai         setempat untuk memohon keselamatan
acara inti sekaligus juga sebagai penutup dari       agar warga masyarakat dijauhkan dari
seluruh rangkaian upacara Sedekah Bumi.              segala malapetaka, dimudahkan rezekinya,
                                                     serta diberikan kebajikan-kebajikan untuk
Rangkaian Upacara Penting                            semua warga. Setelah doa-doa selesai,
                                                     dilakukan upacara inti yaitu menanam
     Sedekah bumi dilaksanakan setiap tahun          bibit padi secara simbolik dengan prosesi-
sekali, biasanya pada sekitar bulan Mulud            prosesi tertentu yang dapat berbeda
atau dapat disepakati secara bersama. Upacara        antara satu daerah dengan daerah lainnya.
ritual adat ini umumnya dilakukan di Balai           Menjadi bagian dari prosesi inti ini pula
Desa, lapangan RW, atau tempat strategis             ritual simbolik membereskan irigasi.
lainnya yang menjadi tempat berkumpulnya
masyarakat sekitar. Adapun rangkaian upacara    4) Pesta rakyat. Prosesi ini biasanya
adat Sedekah Bumi yang saat ini sering               merupakan bagian yang paling ditunggu.
ditemukan saat ini adalah:                           Pesta rakyat dalam Sedekah Bumi
                                                     umumnya dilakukan dengan pergelaran
1) Sebelum menginjak ke pelaksanaan                  wayang kulit semalam suntuk. Pergelaran
     upacara, pemuka desa bermusyawarah              wayang kulit dianggap tepat karena di
     untuk membicarakan pelaksanaan                  dalamnya mengandung nasehat-nasihat
     upacara menjelang tanam padi. Usai              yang berkaitan dengan kehidupan
     musyawarah melakukan pengumpulan                manusia, khususnya yang berkaitan
     dana sumbangan sukarela dari warga,             dengan kearifan hidup bertani.
     tergantung kemampuan masing-masing.
2) Setelah waktu disepakati dan dana            Bagi masyarakat umum, keberadaan
terkumpul, dilakukan pembuatan Sedekah Bumi saat ini lebih dipandang
perlangkapan pokok yaitu sesajen sebagai perayaan budaya sehingga banyak
(sesajian). Pada umumnya masyarakat pertunjukan dipergelarkan pada upacara adat
tradisional, sesajen ditempatkan di ini. Adapun bagi masyarakat pengusungnya
tempat-tempat penting di areal sawah Sedekah bumi lebih dipandang sebagai ajang
atau ladang yang dipandang sakral. sedekah. Warga masyarakat secara antusias
Tetapi, seiring dengan bermunculannya membuat tumpeng beserta lauk-pauknya dan
tuduhan musyrik terhadap budaya ini dan setelah selesai doa bersama, tumpeng tersebut
munculnya kesadaran akan nilai-nilai dibagikan kepada hadirin yang lain yang ikut
yang lebih bersifat sosial, ritual sesajen dalam acara tersebut.
sudah mulai ditinggalkan pada sebagian
masyarakat.                                                       [A. Ginanjar Sya’ban]
                                   Sumber Bacaan
Dinas Pariwisata Jawa Barat. Alam dan Seni Budaya Jawa Barat. Bandung: Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Ekadjati, Edi Suhardi (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka.
Ma’mun, Titin Nurhayati, dkk. (2012). Inventarisasi dan Dokumentasi Upacara Ritual Adat: Manifestasi Sistem Religi
         Orang Sunda di Provinsi Jawa Barat. PPKM-FIB Unpad.
Medikomonline (2011). Lestarikan Budaya Adat, Masyarakat Desa Larangan Gelar Sedekah Bumi [online], diakses melalui
         medikomonline.wordpress.com
Prawirasuganda, A. (1982). Upacara Adat di Pasundan.Bandung: Sumur Bandung.
Proyek Sasana Budaya (Indonesia) (1977). Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat.Jakarta: Departemen Pendidikan dan
         Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Rostiyanti, A. (1995). Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini. Yogyakarta: Departemen
         Pendidikan dan Kebudayaan.
Solikhin, Mat (2013). Kesalehan Sosial Ritual Nyadran. Semarang: Jurnal Dewaruci Jurnal Dinamika Islam dan Budaya
         Jawa, edisi 21, Juli-Desember 2013.
Widyantoro, Bambang (1989). Pandangan Masyarakat Jawa Kuno Terhadap Lumbung dan Pemujaan Kepada Dewi Kesuburan,
         Yogyakarta.
464 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Selametan
Selametan sejatinya adalah sebuah                Misalnya setelah dua kepercayaan itu dan
       budaya yang sudah berlangusng lama        sebelum Islam datang, ada agama yang dipeluk
       di Indonesia. Acaranya biasanya           oleh orang Indonesia yaitu Hindu atau Budha.
memanjatkan doa keselamatan dan diakhiri
makam bersama. Selamatan menandakan                   Namun selametan sendiri adalah
keunikan Islam di Indonesia. Meski sudah ada     sesuatu yang tidak dilarang dalam Islam dan
dan dijalankan sebelum Islam berkembang          mempunyai titik temu dalam perbuatan-
di Indonesia, selamatan tetaplah bukanlah        perbuatan baik yang dianjurkan dalam Islam.
bentuk baru dalam ritual Islam. Selametan        Terkait dengan itu, jika melihat perayaan, atau
sebagai kembang dari peradaban Islam di          adat istiadat atau selametan di Indonesia,
Indonesia sesungguhnya punya nilai yang          maka ada beberapa kategori yaitu;
agung dan sangat dibutuhkan oleh manusia.
                                                      Selametan biasanya dilakukan dalam
      Kata selametan, sebagaimana banyak         berbagai bentuk dan penanda; 1) Selametan
bahasa Indonesia lain berasal dari bahasa        karena kelahiran, kematian dan perkawinan.
serapan, Arab; salamah yang berarti selamat,     2) Selametan karena adanya suatu peristiwa
tidak dalam bahaya.                              yang berkaitan dnegan hari besar Islam 3)
                                                 Selamatan karena mempunyai barang – barang
      Selamatan sendiri, meski sering dikaitkan  baru atau peristiwa –peristiwa besar dalam
dengan tradisi sebelum Islam datang dalam        hidupnya
berbagai bentuknya; ruwahan, suronan dan
sebagainya tetaplah tidak melanggar syariat           Dalam konteks ini kita bisa melihat
Islam itu sendiri. Bahwa ada bentuk bentuk       bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat
yang sinkretisme atau akulturasi budaya yang     yang guyub, suka berkumpul, terbukti dengan
belum bisa memisahkan atau meninggalkan          banyaknya kegiatan atau acara selametan sejak
sama sekali –unsur-unsur animism seperti         seseoarng itu masih dalam kandungan sampai
kepercayaan – kepercayaan pada ruh, mungkin      beberapa tahun dari kematiannnya. Satu hal
masih ada, mengingat itu semuanya tidak          yang harus diingat adalah bahwa selametan
melulu berasal dari dinamisme dan animism.       dalam kontek ini bersifat sunnah, boleh dan
                                                 bukan merupakan suatu kewajiban. Sebab,
       Ilustrasi Selametan zaman dulu.           selametan itu terkait bebrapa hal; makanan
                                                 yang harus disediakan oleh orang yang
           Sumber: http://www.kangrudi.com/      mempunyai hajat selametan; waktu, tempat,
                                                 makanan dll.
                                                      Selamat sebagai penanda hidup bisa kita
                                                 lihat ;
                                                 1. Selamatan 4 bulanan atau tingkeban
                                                      7 bulanan
                                                      Proses penciptaan manusia memang luar
                                                 biasa, dimulai dari saat pembuahan hingga
                                                 kelahirannya. Karena itu, amatlah sangat
                                                 Edisi Budaya | 465
dimengerti ketika manusia memanjatkan doa       (menikah). Yang terakhir dalam proses hidup
memohon keselamatan akan tahapan-tahapan        itu adalah kematian, saat itu memang banyak
itu. Dalam bentuk janin, bulan ke-4 adalah      orang datang untuk takziah tapi bukan
waktu Tuhan meniupkan roh kepada sang           merayakan seperti pada walimah-walimah
jabang bayi. Pada saat inilah kehidupan akan    sebelumnya. Jika mereka gembira karena
dimulai. Umumnya masyarakat terutama Jawa       kehadirannya, sekarang mereka menangis
mengadakan slametan 4 bulan ini dengan nama     karena kepergiannya. Disitulah doa doa
ngupati (bulan ke 4). Mungkin di daerah lain    dipanjatkan, dengan penuh pengharapan,
juga beda namanya seperti lolos atau nglolosi   bahwa perjalanannya dalam keabadian
di Jabar. Keragaman nusantara akan tradisi      diberikan ampunan dan kemudahan. Setelah
baik ritual upacara atau makananannya akan      kematian itu aka nada doa-doa yang disebut
terlihat sekali dari makanan yang dimasak,      tahlil dan biasanya ditandai hari; ke-3, ke-7,
dihidangakan atau di antar ke keluarga.Dari     40, 100, setahun (haul) dan seribu harinya.
mulai bentuk nasi tumpeng maupun bubur
atau aneka macam rujak. Intnya mereka           2. Selametan yang Berkaitan dengan
bersyukur dan berdoa atas keberlangsungan            Hari Besar Islam
janin yang sudah berusia 4 bulan dengan
mengundang tetangga atau saudara bersama             Biasanya peringatan ini berkaitan
–sama berdoa dan sepulangnya diberi berkat.     dengan peristiwa-peristiwa besar yang ada
                                                hubungannya dengan kerasulan dan juga hari
     Setelah 4 bulanan, ada juga tradisi        raya. Misalnya peringatan 27 Rajab, isra mi’raj
tingkeban atau mitoni. Saat itu kehamilan       Nabi Saw. 1 Muharram, tahun baru Hijariyah.
memasuki usia 7 bulan, 7 daam bahasa Jawa       Ataupun 10 Muharam , yakni selamatnya
adalah pitu. Maka selametan bulan ke-7          kapal Nabi Nuh dan umatnya dari banjir
diharapkan dapat pitulungan atau pertolngan     bah dan ditandai dengan selametan bubur
dari Allah. Inilah waktu dimana janin           merah. Peristiwa atau perayaan yang tak kalah
sudah semakin kuat dan sudah dekat waktu        besarnya adalah pada tanggal 12 Rabiul Awal,
kelahiran. Dalam tingkeban biasanya ada         yakni peringatan hari lahir Nabi. Itulah Maulid
upacara siraman atau mandi dengan salin atau    Nabi yang dirayakan dengan kegembiraan
ganti 7 kain dengan berbagai motif batik yang   seluruh umatnya di dunia, kecuali yang tidak
menandakan symbol untuk doa kepada sang         mau mengingatnya dengan cara itu: membaca
jabang bayi kelak misalnya; batik dengan motif  riwayat hidupnya, bershalawat dan bersedekah
Parangkusumo                                    untuk terus meneladani kehidupannya yang
                                                mulia. Berbagai cara yang unik dilakukan orang
     Parangkusumo mengandung makna              sedunia dalam mengingatnya sang uswatun
bahwa kelak si bayi akan tumbuh menjadi         hasanah ini terutama dalam mendekorasi
anak yang memiliki kecerdasan bagai tajamnya    tempat maupun makanannya. Misalnya
parang, tangkas bagai parang yang sedang        masyarakat Kudus Jawa Tengah menamaka
digunakan oleh pesilat tangguh. Dan kelak       perayaan mauled dengan nama muludan atau
anak ini juga bisa mikul dhuwur mendem jero,    golok golok menthok, utamanya jika yang
yaitu menjunjung harkat dan martabat orang      merayakannya adalah anak-anak. Pada hari
tua dan mengharumkan nama keluarga.             muludan itu mereka membawa nanya –nanya
                                                (wadah makanan terbuat dari anyaman bambu
     Setelah 4 bulan dan nujuh bulan. Kelak     dan dihias kertas warna warni) atau cobek kecil
kalau sang jabang bayi lahir, ia masih akan     dari tanah ynag juga dihias kertas berisi aneka
diselameti atau selametan dalam berbagai        makanan dan membawanya ke masjid atau
bentuk yang dalam 10 tahun terakhir ini         mushola lalu mereka saling berbagi dnegan
mengambil bahasa serapan arab, walimah          teman-temannya setelah acara mauled selesai.
(aqiqah): seperti walimatul aqiqah (perayaaan
atau tasyakuran kelahiran anak), lalu kalau          Peringatan hari besar lain dalam Islam
laki –laki walimatul khitan (sunat) dan
puncaknya sementara adalah walimatul ursy
466 | Ensiklopedi Islam Nusantara
yang ditunggu tunggu juga adalah Hari           Nanya sebelum dihias  Nanya yang sudah dihias
Raya: Idul Fitri dan Idul Adha. Inilah dimana                         dan diisi makanan
umat Islam merayakan kemenangan setelah
menjalankan puasa sebulan penuh dan             dan pergi belajar ke luar negeri pun juga
Idul Adha juga adalah saat hari umat Islam      lazim diadakan selametan. Jika ada peristiwa
mengenang perintah Allah kepada Ibrahim         yang menyangkut keberhasilan seperti
dan pada saat yang sama kaum muslim dari        suksesnya panen pun, masyarakat pun ada
berbagai penjuru dunia berkumpul melakukan      yang mengadakan syukuran dengan makan
ibadah haji. Pada ibadah itu terjadi peristiwa  bersama. Bukan itu saja, ada juga bulan –
–peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Dari     bulan tertentu dimana mereka mengadakan
pertemuan Nabi Adam dan Hawa sampai masa        selametan; seperti ruwahan, suronan
bayi Nabi Ismail. Peristiwa Haji sangat heroic  syawalan, sedekah bumi, kenduri, selamatan
sehingga untuk pergi kesana, biasanya warga     nadhar, selametan weton (hari pasaran) dll.
membuat selametan, minta maaf kepada
tetangga dan saudara agar lancar semua               Demikian lah khasanah kekayaan
ibadahnya.                                      nusantara dalam berbagai bentuknya.
                                                Bila dilihat keseluruhannya, kita dapat
3) Selamatan karena mempunyai                   menyimpulkan bagaimanapun asal usulnya
     barang – barang baru atau peristiwa        dan bentuk kegiataannya, sesungguhnya
     –peristiwa besar dalam hidupnya.           warga nusantara adalah mereka yang pandai
                                                bersyukur, menyadari kekuasaan yang ghaib
     Selametan jenis ketiga ini biasanya        dan suka berderma. Seiring datangnya Islam,
diadakan karena rasa syukur dan tolak balak     semua tradisi tetap diakomodasi, ipelihara dan
(menghindari musibah). Sedekah sebagaimana      diisi dengan ruh Islam.
disabdakan Nabi Saw, memang dapat
mencegah musibah. Selametan ini wujudnya                                                                      [Ala’i Najib]
bermacam-macam, mislanya saat kelulusan
anak-anak dari masa belajarnya. Naik kelas,
naik pangkat dsb. Orang Indonesia memang
kaya akan tradisi dan budaya. Selametan juga
diadakan saat pindah atau menghuni rumah
baru. Seorang anak yang mendapt beasiswa
                                            Sumber Bacaan
Ach.Nadlif dan M.Fadlun, Tradisi Keislaman , Surabaya; Al-Miftah tanpa tahun.
Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis, Kompas: Jakarta 2010
M.Hariwijaya, Islam Kejawen, Gelombang Pasang, Yogyakarta 2004
Zaini Muhtarom. Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Salemba Diniyah , Jakarta:2002
Mufijatul Hasanah, M.Sidqi , Selametan Tujuh Bulan / Tingkeban, STAI Pandanaran Yogyakarta, 2014 (tidak diterbitkan)
                                                                      Edisi Budaya | 467
Semakan
Secara terminologis kata semakan berasal          naskan itulah semakan ini dikenal dengan
       dari nomina sam’an yang berarti kegiatan   istilah semakan bil gaib. Istilah semakan bil gaib
       mendengarkan, dengan bentuk verba          ini kemudian menjadi petanda khusus untuk
sami’a yang berarti sudah mendengar, yasma’u      semakan Al-Qur’an, bukan hafalan teks yang
sedang mendengarkan. Semakan merupakan            lain. Sehingga jika dikatakan semakan bil gaib
kegiatan mendengarkan satu bacaan secara          maka yang dimaksud adalah kegiatan semakan
seksama dengan tujuan tertentu. Dalam             hafalan Al-Qur’an. Lain lagi istilahnya apabila
bahasa Indonesia kata ini berubah menjadi         semakan ini dilakukan terhadap pembacaan
simak yang diartikan dalam KBBI dengan            Al-Qur’an, maka disebut dengan bin nadhar.
mendengarkan baik-baik apa yang diucapkan         Yaitu kegiatan mendengarkan secara seksama
atau dibaca orang. Maka dalam semakan             pembacaan Al-Quran. Di sini pembaca sangat
harus ada yang dibaca dengan bersuara, orang      tergantung pada naskah Al-Quran itu sendiri.
yang membaca (yang disemak), orang yang           Baik semakan bil gaib ataupun bin nadhar,
mendengarkan (penyemak).                          keduanya mentargetkan pembacaan Al-Quran
                                                  secara penuh, tiga puluh juz. Pada dasarnya
      Dalam tradisi islam di indonesia, semakan   semakan Al-Qur’an ini dilakukan untuk
memiliki banyak ragam. Dari sisi sifatnya         menjaga kesalahan ataupun kealpaan dalam
ada semakan hafalan dan semakan bacaan.           bacaan.
Sementara dari sisi objek yang disemak, ada
semakan Al-Quran dan semakan lainnya.                  Meskipun secara mayoritas kata
Sedangkan dilihat dari fungsinya dapat dibagi     semakan ditujukan terhadap Al-Qur’an,
menjadi dua, fungsi praktis sebagai bentuk        tetapi dalam perkembangannya semakan
ujian atau metode pembelajaran. Dan fungsi        juga diterapkan untuk hafalan dan bacaan
sosial yang berhubungan dengan tradisi dan        selain Al-Quran. Biasanya yang harus dihafal
kebudayaan. Berbagai klasifikasi ini bisa saling  adalah materi pelajaran yang referensinya
beririsan antara satu dan lainnya. Sebagaimana    berbentuk nadhaman seperti kitab ‘aqidatul
akan diterangkan berikut ini.                     awam, maqsud, alfiyah, lathaif isyarat dan
                                                  lain sebagainya. Di sebagian pesantren
      Dilihat dari sifat pembacanya semakan       yang mensyaratkan hafalan pelajaran bagi
bisa dikategorikan menjadi dua, yakni semakan     para santri, kata semakan digunakan untuk
terhadap hafalan dan semakan terhadap             kegiatan menyemak hasil hafalan para santri
bacaan. Yang dimaksud dengan semakan              tersebut. Di dalam pesantren istilah semakan
terhadap hafalan adalah mendengarkan              juga digunakan untuk kegiatan menyimak
dengan seksama hafalan seseorang. Artinya         pembacaan kitab kuning (lihat entri kitab
dalam hafalan ini seorang pembaca tidak lagi      kuning). Seorang santri secara individual
membutuhkan kehadiran teks secara fisik.          meminta kepada kiai untuk menyimak dan
Di sini pembaca sebagai orang yang disemak        membenarkan jika terjadi kesalahan. Santri
tidak lagi menggantungkan bacaannya pada          sendiri akan berusaha membaca dengan baik
sebuah naskah. Karena teks naskah itu telah       dan benar, suai ketentuan tata bahasa Arab
berpindah dalam memorinya. ketidak hadiran
468 | Ensiklopedi Islam Nusantara
yang telah di pelajarinya. Sistem pembelajaran      keberkahan. Karena di situlah seorang kiai akan
di pesantren semacam ini disebut juga dengan        memberikan berkahnya kepada santri. Dalam
istilah sorogan (lihat entri sorogan).              prosesi ujian itulah limpahan-limpahan berkah
                                                    dari kiai mengalir dalam diri santri. Mereka
     Di beberapa pesantren yang menggunakan         tidak begitu peduli dengan nilai yang diperoleh
sistem kelas, semakan kitab difungsikan             dari banyaknya kesalahan dalam membaca dan
sebagai bentuk ujian akhir, yang dikenal            memahami teks, karena keberkahan adalah
dengan tes kitab. Tes kitab adalah ujian            tujuan utamanya. Sehingga apapun hasil
akhir yang menentukan kelulusan seorang             akhirnya akan diterima dengan lapang dada.
santri dari satu tingkat menuju tingkat             Inilah beberapa fungsi praktis dalam semakan
berikutnya. Artinya, tes kitab tidak diujikan       yang berlaku di beberapa pesantren. Sebagai
pada semua santri, hanya santri yang berada         evaluasi dari sistem pembelajaran yang ada.
di kelas terakhir dari tingkat tertentu yang
harus melewati tes kitab. Seperti santri kelas           Adapun fungsi sosial semakan juga
terakhir tingkat ula (dasar) yang akan menuju       dilakukan oleh para kiai secara bersama-sama.
tingkat wustha (menengah), santri kelas             Di beberapa daerah seperti di wilayah Sukaraja,
terakhir tingkat wustha (menengah) yang             semakan dilakukan ketika para kiai berkumpul
akan beranjak menuju tingkat ulya (atas),           dalam satu pengajian terbuka. Di depan para
dan begitulah seterusnya. Setiap pesantren          jamaah, seorang kiai yang didampingi oleh
memiliki sistem pengkelasan yang berbeda-           beberapa kiai lainnya membaca kitab tertentu,
beda dalam setiap tingkatnya. Ada pesantren         lalu menerangkan isinya. Sedangkan kiai
yang membagi setiap tingkat dalam tiga kelas,       yang lain akan menyimak dengan sekasama
ada juga yang empat kelas atau dua kelas.           dan memberikan masukan dan tambahan
                                                    bila di rasa perlu. Semua dilakukan dengan
     Dalam tes kitab ini seorang kiai berlaku       penuh kebijakan, kebersamaan dan saling
sebagai penguji yang berhak menentukan teks         menghormati. Sementara para jamaah yang
yang akan diujikan kepada santri. Pemilihan         lain mengikuti pengajian dengan penuh hikmat
teks dilakukan secara spontan di depan santri       mendengarkannya dengan seksama. Semakan
yang diuji. Sebelumnya, pihak panitia ujian         semacam ini sesungguhnya lebih berfungsi
telah menyiapkan setumpuk kitab di ruang            sebagai media jejaring yang dapat memperat
ujian untuk dipilih secara acak oleh kiai. Setelah  hubungan silaturrahim antar kiai, juga
menentukan teks ujian pun dimulai. Kiai             merupakan pelajaran tentang keterbukaan
menyimak dengan seksama bacaan santri kata          untuk saling menghormati dan menghargai.
perkata lengkap dengan arti dan kandungan
maknanya sesuai tata bahasa Arab yang selama             Menyimak atau semakan yang merupakan
ini dipelajarinya. Apabila terjadi kesalahan,       bentuk lain dari membaca dan mendengarkan
kiai akan membenarkannya secara langsung.           adalah inti dari tindakan pembelajaran.
Dan di akhir ujian kiai telah mengantongi nilai     Membaca dan mendengarkan menjadi alat
dari hasil semakan ini yang akan menentukan         ukur seberapa dinamiskah perkembangan
lulus tidaknya seorang santri. Tes kitab adalah     sebuah lembaga pendidikan. Semakin waktu
momen penting bagi seorang santri. Karena           penuh dengan kegiatan menyimak semakin
di sinilah hasil pembelajaran selama ini akan       dinamis sebguah lembaga pendidikan. Begitu
terbukti secara nyata. Seberapa jauhkah             juga sebaliknya.
penguasaan mereka terhadap teks Arab yang
menjadi sumber pengetahuan Islam? Dan                    Mengatasi itu semua, istilah semakan
sedalam apakah pemahaman mereka terhadap            sendiri menjadi sangat populer di Indonesia
teks tersebut?                                      dengan diadakannya kegiatan semakan Al-
                                                    Qur’an Jantiko Mantab pada 1986 oleh KH
     Namun demikian bagi sebagian santri            Hamim Jazuli, yang lebh dikenal dengan
tes kitab bukanlah sekedar ujian pembuktian         sebutan Gus Miek. Dia adalah putra KH Jazuli
kwalitas. Mereka meyakini bahwa tes kitab           Usman, pengasuh pondok pesantren Al-Falah
merupakan momen sakral yang penuh                   Ploso Kediri yang dipercayai oleh masyarakat
                                                    Edisi Budaya | 469
pesantren sebagai salah satu wali Allah swt.    masyarakat luas. Anti koler menjadi sesuatu
Pada mulanya kegiatan ini berlangsung secara    yang harus diterangkan kepada masyarakat
bergilir bergantian dari rumah satu jamaah      secara menerus. Karena itulah kemudian
ke jamaah yang lain setiap hari ahad pon dan    isitilah Jantiko oleh Gus Mik diganti dengan
jumat pon. Kegiatan pembacaan Al-Quran          kata Mantab yang berasal dari bahasa Arab
ini dilakukan oleh para penghafal Al-Quran      Man Taaba yaitu jamaahnya orang-orang yang
(hiffadz) dan disemak secara seksama oleh       bertaubat. Kini setelah berjalan lebih dari tiga
para jamaah yang hadir. Kegiatan semaan         puluh tahun, Semakan Jantiqo diikuti oleh
ini dimulai dengan shalat subuh berjama’ah      ribuan orang dan dilaksanakan tidak hanyan
hingga selesai pembacaan Al-Qur’an 30 juz,      sebatas wilayah kediri dan sekitar Jawa Timur.
lalu disambung dengan doa dan bebrapa wirid     Tetapi telah merambah ke Jawa Tengah,
yang telah di tentukan.                         Yogyakarta, Jakarta, Bantn dan daerah-daerah
                                                lainnya.
     Selama semakan berlangsung semua
jama’ah dianjurkan untuk ikut menyibukkan            Kegiatan semakan Al-Quran semacam ini
diri dengan al-Qur’an, baik menyimak,           memiliki akar sejarah panjang dalam Islam.
membaca ataupun sekedar mendengarakn            Inilah salah satu tradisi yang diwariskan oleh
dengan khusuk sesuai kemampuannya. Semua        Rasulullah saw. Sebagaimana keterangan satu
jamaah diharuskan mengikuti shalat lima         hadis yang menggambarkan bahwa Rasulallah
waktu secara berjamaah di lokasi. Setelah       saw gemar menyimak bacaan Al-Quran dari
shalat Magrib berjamaah, semua peserta harus    para sahabat Beliau. Salah satunya Ibnu Mas’ud,
mengamalkan Dzikrul Ghofilin (rangkaian wirid   yang Beliau perintah untuk membacakan Al-
yang disusun oleh tiga serangkai, Gus Miek,     Quran sementara Beliau menyimak bacaannya
KH Ahmad Shiddiq, dan KH Hamid Pasuruan)        (HR Bukhari – Muslim).
lalu disambung dengan sholat ‘Isya berjamaah.
Karena zikir inilah, nama semakan Jantiko            Kilasan sejarah ini menjadi satu motivasi
Mantab kemudian dikenal juga dengan Jamaah      tersendiri bagi jama’ah peserta semakan.
Dzikrul Ghafilin. Selanjtunya, acara ditutup    Selain itu para jama’ah memaknai semakan ini
dengan bacaan doa bersama, bermunajat           sebagai semakan khusus. Semakan istimewa,
memohon kepada Allah untuk semua orang,         bukan seperti umumnya semakan membaca
yang telah meninggal, yang masih hidup, dan     Al-Qur’an. Para jama’ah memposisikan
bahkan yang belum dilahirkan, yaitu semua       kegiatan semakan ini sebagai ruang spiritual
keturunan anak-cucu (dzurriyah), saudara        yang sangat sakral. Dalam ruang spiritual
sebangsa, rakyat Indonesia, muslimin dan        ini (selama kegiatan berlangsung) tidak
muslimat sedunia dan dan seluruh umat nabi      dibenarkan seorang jamaah menyibukkan diri
Muhammad..                                      selain untuk mengingat dan berzikir kepada
                                                Allah swt. Semakan Jantiko Mantab ini
     Istilah ‘Jantiko’ sendiri merupakan        menjadi ruang bagi para jamaah untuk rehat
sigkatan dari Jamaah Anti Koler. Koler          sejenak (hampir 20 jam) dari alam duniawi dan
adalah bahasa lokal yang berarti roboh atau     menyerahkan segala urusannya kepada Yang
ambruk. Anti koler, berarti tidak ambruk atau   Maha Kuasa. Suasana semakin mendukung
tahan banting, gagah dan tegar tidak mudah      dengan adanya lantunan al-Qur’an yang dibaca
putus asa dalam menghadapi kehidupan.           para huffadz, pembacaan zikrul ghafilin dan
Jantiko sebagai sebuah nama mencerminkan        doa khatmil qur’an. Keadaan seperti inilah
semangat kegigihan para anggotanya dalam        yang mampu merubah kondisi jiwa jamaah
menyongsong kehidupan, baik di dunia            dari jiwa gersang menjadi sejuk. Mereka
maupun di akhirat. Pada masa-masa awal          yang datang rasa gundah kudian akan pulang
istilah ini sangat tenar di wilayah kediri dan  dengan membawa hati tentram dan jiwa
sekitarnya. Tetapi setelah Semakan Jantiko      penuh semangat ketuhanan. Bagi jamaah,
berkembang pesat, istilah anti koler menjadi    semakan Jantiko Mantab berlaku sebagai
sesuatu yang tidak mudah difahami oleh          ruang pengisian kembali ruh ketuhanan
470 | Ensiklopedi Islam Nusantara
(recharging) setelah mengalami penurunan         semata. Selain itu kegiatan semakan ini
karena kehidupan duniawiyah sehari-hari.         harus disertai dengan husnul khuluq, kahlaq
                                                 mulia, sopan santun baik lahir maupun batin.
     Hingga kini keadaan seperti ini tetap       Mengingat kegiatan ini selalu melibatkan
terjaga, meskipun terjadi beberapa perubahan     banyak pihak. Dan yang terpenting adalah
secara tehnis. Hal ini dikarenakan para penerus  nilai kesederhanaan. Yaitu kegiatan yang
yang selalu berpegang teguh pada wasiat Gus      tetap fokus kepada ibadah, tidak perlu banyak
Miek selaku pendiri Jantiko Mantab Dzikrul       unsur yang tidak penting, karena hal itu dapat
Ghafilin bahwa mereka yang terlibat dalam        memalingkan niat yang seharusnya.
kegiatan ini harus memiliki bersemangat
ikhlas. Semua dilakukan hanya karena Allah                                                                  [Ulil Hadrawi]
                        Sumber Bacaan
Saifuddin Zuhri, 2008. Guruku Orang-Orang Pesantren. Yogyakarta: LkiS
Mastuhu, 1994.Dinamika Sistem Pendidikan Pesanten. Jakarta:INIS
                                                                       Edisi Budaya | 471
Serat
Secara etimologis, kata serat berarti            dari kawasan pesisiran, yaitu Tuban, seperti
       tulisan, sementara penulisnya disebut     yang ditunjukkan oleh keberadaan dua naskah
       sebagai panyerat. Dengan demikian,        tentang nasihat Sunan Bonang dan primbon
aktivitas nyerat berarti aktivitas menulis atau  Islam. Kedua naskah tersebut ditulis dalam
membuat buku. Dalam tradisi tulis Jawa,          bahasa Jawa tengahan dan bergenre prosa.
kata serat digunakan untuk menyebut semua        Naskah pertama menceritakan tokoh Syaikh
tulisan, baik dalam genre prosa maupun puisi.    Barri yang menyampaikan petuah kepada
Selain itu, kata serat juga berlaku umum untuk   sahabatnya mengenai prinsip-prinsip suluk
menyebut semua jenis karya tulis, baik yang      atau jalan menuju Tuhan, yang didasarkan atas
sifatnya sebagai karya asli sang pengarang       kitab Ihya Ulumiddin dan kitab tentang tauhid.
maupun karya tulis hasil salinan orang lain.     Sementara itu, naskah kedua berisi uraian
Dengan demikian, panyerat atau penulis           mengenai beberapa ajaran pokok agama Islam.
serat dengan sendirinya tidak serta-merta
merupakan pengarang sebuah serat, tetapi bisa              Selain dalam genre prosa, pada
jadi merupakan penyalin naskah.                  periode pertengahan ini juga ditulis karya
                                                 sastra Jawa Islam dalam genre puisi yang
           Dalam konteks sejarah perkembangan    menggunakan tembang kuna, seperti
sastra Jawa, penulisan serat atau buku-buku      ditunjukkan oleh keberadaan naskah Suluk
kesusastraan Jawa mengalami beberapa             Sukarsa, yang berisi uraian mengenai ajaran
beberapa periode: Periode Jawa Kuna, periode     tasawuf. Berbeda dengan Suluk Sukarsa yang
Jawa pertengahan, dan periode Jawa Baru.         menggunakan tembang kuna, naskah Kodja-
Dalam konteks ini, istilah serat tampaknya       kodjahan yang juga ditulis pada periode Jawa
muncul pada periode pertengahan seiring          pertengahan menggunakan tembang macapat.
dengan perkembangan sastra pesisiran             Berbeda dengan suluk yang orientasinya
sebagai dampak perkembangan agama Islam di       sufistik, naskah Kodja-djadjahan merupakan
kawasan Jawa, baik di kawasan pesisir pantai     puisi naratif yang menceritakan seorang patih
utara Jawa maupun di kawasan pedalaman.          Kodja-djadjahan yang taat kepada rajanya,
                                                 rajin beribadah, serta adil dan bijaksana.
           Sebelum periode Jawa baru, agama
Islam memainkan peran penting dalam                        Sementara itu, jatuhnya Malaka ke
perkembangan sastra Jawa. Berawal dari           tangan Portugis pada tahun 1511 membawa
jatuhnya kekuasaan Majapahit, kaum cendika       pengaruh penting bagi perkembangan sastra
pada saat itu banyak yang masuk agama Islam,     Jawa. Sebagai pusat kerajaaan Melayu, Malaka
dan kemudian memberi kontribusi penting          dengan sendirinya menjadi pusat perdagangan
bagi lahirnya kebudayaan Jawa-Islam dan          yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan
terbentuknya pusat kebudayaan Jawa-Islam         atara Gujarat dan Benggala di Barat dan Cina
tersebut. Dalam hal ini kawasan pesisir          di timur. Ketika Jawa menjadi pemasok beras
menjadi pusat persemaian dan pertumbuhan         bagi lalu lintas perkapalan internasional,
sastra Jawa Islam. Beberapa naskah Islam         sementara Maluku menjadi pemasok rempah-
Jawa tertua yang berhasil ditemukan              rempah. Kejatuhan Malaka tersebut membawa
menunjukkan asal produksinya yang berasal        dampak perpindahan sejumlah pedagang
472 | Ensiklopedi Islam Nusantara
muslim dari Arab, Persia, India, dan Melayu         dikenal sebagai suluk, sebuah puisi yang berisi
dari Malaka ke kawasan pesisir Jawa. Pada           gagasan mengenai pokok-pokok ajaran mistik-
waktu itu kontak kebudayaan, sebagaimana            sufistik yang ditulis dalam tembang macapat,
tercermin dalam kesusastraan antara Jawa            seperti yang terlihat dalam penulisan Suluk
dan Melayu di pantai barat dan timur selat          Malang Sumirang.
Malaka semakin intensif.
                                                              Seiring dengan berdirinya kerajaan
          Pada perkembangannya, penyebaran          Mataram Islam, tradisi penulisan sastra terus
Islam di kawasan pesisir pantai utara Jawa          berlanjut pada periode Mataram, terutama
itu membawa dampak pada intensitas                  pada periode Sultan Agung. Politik ekspansi
penulisan karya sastra Islam di daerah-             Sultan Agung yang berhasil menaklukkan
daerah yang menjadi kawasan pemukiman               kawasan pesisir Surabaya dan Gresik membawa
orang-orang muslim, seperti daerah kauman,          implikasi pada pertemuan budaya pesisir dan
dan daerah yang menjadi pusat pendidikan            pedalaman. Sebagai hasilnya, berkembanglah
Islam, seperti pesantren. Oleh karena itu,          tradisi yang khas Mataram sebagai konsekuensi
tidak mengeherankan jika dalam konteks              dari pertemuan dua kebudyaan tersebut.
penulisan sastra, karya sastra pesisiran            Sebagai raja yang ingin mengukuhkan
itu memperlihatkan sifatnya yang non-               legitimasinya, Sultan Agung mengambil
aristokratik, sehingga untuk konsumsi               inisiatif untuk mengembangkan kesuastraan
masyarakat luas ditulislah sejumlah teks prosa      yang dapat mendukung pemerintahannya.
yang banyak mendapat inspirasi dari Arab-           Oleh karena itu, teks-teks didaktis yang berisi
Persia. Serat Anbiya, Serat Raja Pirangon, Serat    ajaran untuk menghormati, orang tua, guru,
Johar Manikam, Serat Ahmad Muhammad,                dan pemerintah banyak ditulis pada periode
Serat Baginda Seh Mardan, Serat Abunuwas            Mataram. Sultan Agung sendiri bahkan disebut
merupakan sejumlah teks prosa yang ditulis          sebagai penulis Sastra Gending yang berisi
dan berkembang di kawasan pesisir Jawa              ajaran didaktis-moralistik dan Nitipraja, yang
sebagai dampak dari kontak kultural antara          berisi tuntunan hidup bagi para raja, pejabat,
Jawa, Melayu, Arab dan Persia. Beberapa teks        dan rakyat. Selain itu, kehadiran Pangeran
naratif dalam bentuk puisi yang memadukan           Pekik dari Surabaya juga ikut mewarnai
unsur-unsur romantis dan keagamaan juga             perkembangan kesusastraan Jawa. Dalam hal
banyak ditulis, seperti Serat Yusuf yang ditulis    ini, Pangeran Pekik menulis Serat Jayalengkara
dalam tembang macapat, Serat Raden Saputra,         Wulang yang berisi cerita petualangan yang
yang memadukan Jawa dengan Persia, juga             sarat dengan unsur-unsur didaktis-moralistik.
ditulis dalam tembang macapat.. Selain itu,         Selain itu, Pangeran Pekik juga menulis
juga muncul cerita petualangan dengan unsur         naskah suluk di samping juga memprakarsai
didaktis dalam bentuk dialog mengenai               penggubahan cerita Melayu tentang Iskandar
asketisme yang menonjolkan unsur Jawa,              Zulkarnain ke dalam bahasa Jawa.
seperti yang terlihat pada Serat Jatikusuma.
                                                              Pada periode Kartasura, tradisi
          Selain memperlihatkan sebagai             tulis sastra Jawa semakin berkembang, yang
belles-letteres, karya sastra yang berasal          ditandai dengan penulisan kembali khazanah
dari kawasan pesisir juga menunujukkan              sastra, baik yang berasal dari warisan pra-
sifatnya sebagai sebagai potret terhadap            Islam maupun yang berasal pesisir, seperti
dinamika Islam di kawasan Jawa. Penulisan           Serat Kandaning Ringgit Purwa, Serat Menak,
Serat Musawaratan Para Wali dalam bentuk            Serat Rengganis, Serat Kuda Narawangsa,
puisi merupakan cermin diskusi yang hangat          Panji Murta Smara, Serat Sewaka, Praniti Raja
di kalangan muslim Jawa mengenai segi-              Kapa-kapa, Serat Jayabaya, Serat Manikmaya,
segi teologis dan sufistik berkaitan dengan         Serat Yudanegara, dan beberapa karya yang
hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya. Lebih            berkaitan dengan dunia tulis-menulis, seperti
jauh lagi, tradisi tulis sastra di kawasan pesisir  Serat Caraka Basa dan Serat Dasanama.
juga memunculkan genre sastra baru yang
                                                              Perkembangan berikutnya tradisi
                                                    Edisi Budaya | 473
tulis sastra Jawa berlangsung pada periode       bagian menulis karya sastra. Sementara itu,
Surakarta. Berawal dari kemusnahan               dari kalangan pujangga kraton, muncul nama
perpustakaan dan sejumlah naskah koleksi         Carik Bajra, Yasadipura dan keturunannya
pribadi akibat perang Tionghoa, upaya            yang membentuk dinasti kepujanggaan Jawa.
menghidupkan penulisan sastra Jawa kembali       Karya-karya sastra yang dihasilkan pada
dihidupkan. Beberapa pujangga kraton, seperti    periode Surakarta beragam, yang mencakup
Carik Bajra dan Yasadipura, memainkan peran      penulisan kembali khazanah sastra Jawa Kuna,
penting dalam upaya menghidupkan kembali         seperti Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha,
sastra Jawa tersebut melalui penulisan dan       Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi
penyalinan khazanah sastra Jawa. Teks-           tua cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra;
teks historiografi, seperti Babad Tanah Jawi,    penulisan kembali khazanah sastra Islam
Babad Giyanti, Babad Palyan Negari, dan Babad    yang berasal dari pesisir, seperti Serat Imam
Kartasura, ditulis. Demikia juga khazanah        Nawawi, Serat Tajus Salatin, Serat Anbiya,
sastra Jawa Kuna warisan pra-Islam, seperti      dan Serat Iskandar; teks-teks historiografi,
Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha,            seperti Babad Tanah Jawi, Babad Giyanti, Babad
Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi tua      Paliyan Negari, dan Babad Kartasura; cerita-
cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra, juga   cerita romantis dan petulangan, seperti Panji
ditulis ulang.                                   Priyambada, Serat Paniba, Serat Panji Angreni,
                                                 Serat Panji Dadap, Serat Panji Sekar, dan Serat
          Di samping penulisan ulanag            Panji Raras; karya-karya didaktis-moralistik,
khazanah sastra Jawa Kuna, pada periode          seperti Serat Cabolek, Serat Wulangreh dan
Surakarta juga banyak karya sastra yang ditulis  Serat Wedatama; dan karya ensiklopedik Jawa,
oleh pujangga atau penulis yang berasal dari di  seperti Serat Centini
lingkaran kraton Surakarta sendiri, bahkan
beberapa raja Surakarta juga ikut ambil                                                                    [Adib M Islam]
                              Sumber bacaan
T.E. Behrend, Serat Jatiswara: Struktur dan Perubahan di dalam Puisi Jawa 1600-1830,
Poebatjaraka dan Tardjan Hadidjaya, Kepustakaan Djawa, 1952,.
J.J. Ras, Masyarakat dan Kesusastraan Jawa, 2014,
474 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Seserahan
   (HANTARAN)
Seserahan merupakan salah satu ritual             seserahan membuktikan bahwa tradisi
       atau acara yang paling penting di acara    ini bukan hanya simbolik semata, tetapi
       pernikahan. Baik pernikahan tradisional    substantif. Nilai (value) inilah yang membuat
maupun modern, karena acara ini merupakan         masyarakat tetap mempertahankan tradisi
warisan nenek moyang yang diturunkan              tersebut sehingga menjadi sebuah budaya.
secara turun menurun hingga bertahan              Tradisi seserahan di seluruh daerah di
saat ini. Seserahan sendiri merupakan acara       Indonesia mempunyai istilah-istilah yang
simbolik yang dilakukan dari pihak mempelai       berbeda, tetapi secara substansi sama. Bahkan
laki-laki sebagai bentuk tanggung jawab ke        dalam tradisi orang Indonesia yang beretnis
keluarga calon pengantin permpuan. Tradisi ini    Tionghoa, tradisi ini juga dipertahankan.
dipraktikkan dalam rangkaian acara pernikahan
di Pulau Jawa, dan daerah-daerah lain.                 Berikut adalah beberapa barang yang pada
                                                  umumnya disiapkan sebagai barang-barang
      Seserahan biasanya dilangsungkan malam      untuk acara seserahan:
hari sebelum akad nikah dilaksanakan pada
acara midodareni untuk adat Jawa sedangkan        1. Alat sholat: Bagi pasangan muslim, ini
untuk adat Sunda sendiri di namakan ngeyeuk            merupakan barang yang selalu ada pada
seureuh. Tetapi tak menutup kemungkinan                daftar urutan pertama, dan menjadi
bahwa acara seserahan ini juga dilakukan               simbol bahwa dalam hubungan rumah
atau dilangsungkan pada saat acara resepsi             tangga harus berpegang teguh pada ajaran
pernikahan dimulai. Namun, saat ini prosesi            agama dan juga bisa dijadikan simbol
seserahan telah berkembang mengikuti                   sebagai pengingat kepada Tuhan.
perkembangan zaman. Terkadang justru pihak
dari mempelai wanita sendiri yang memilih         2. Cincin nikah: Ini merupakan hal yang juga
barang apa saja yang akan dimasukkan ke                tidak bisa dilepaskan. Dengan bentuk yang
dalam prosesi seserahan itu sendiri.                   bulat tanpa akhir, cincin dijadikan simbol
                                                       bahwa makna cinta kedua pasangan
      Sejarah dimulainya tradisi ini masih belum       tersebut tidak akan putus dan merupakan
diketahui sejak kapan. Tidak ada tulisan yang          simbol pengikat bahwa hubungan kedua
menjelaskan asal muasal tradisi ini dimulai.           pasangan akan terjalin selamanya hingga
Diperkirakan sebelum agama Islam masuk ke              ajal memisah.
Pulau Jawa, tradisi ini sudah dimulai oleh para
nenek moyang kita. Setelah agama Islam masuk      3. Perhiasan: Biasanya, perhiasan yang
pun, tradisi atau prosesi simbolis ini masih           digunakan dalam acara seserahan ini
dipertahankan karena menyimpan nilai yang              berupa emas. Namun tak terbatas
luhur dan moral tanggung jawab yang tinggi             pada emas saja, Anda juga bisa
dalam mengarungi bahtera rumah tangga ke               menggunakan intan atau berlian yang
depannya. Itu mengapa tradisi simbolis ini             bersinar. Bersinarnya perhiasan ini juga
masih dipertahankan hingga saat ini.                   mengharapkan bahwa sang wanita akan
                                                       terus selalu bersinar dalam hubungan
      Nilai yang terkandung dalam tradisi              rumah tangga.
                                                  Edisi Budaya | 475
4. Pakaian wanita: pakaian yang dimaksud           ditentukan. Dalam acara ini, pihak laki-laki
     di sini biasanya adalah busana wanita         biasanya membawa berbagai macam barang,
     tradisional, seperti batik dan jarik. Ini     pakaian, uang bahkan perabot rumah tangga
     memiliki makna bahwa setiap pasangan          beserta ternak yang dimilikinya sebagai bahan
     suami istri harus menjaga rahasia             pesta pernikahan.
     keduanya dari orang lain.
                                                        Mereka datang beramai-ramai dengan
5. Buah: Buah yang digunakan biasanya              mambawa barang yang sudah dihias
     adalah buah pisang yang mana buah ini         sedemikian rupa agar terlihat bagus dan
     selalu menjadi simbol kasih sayang dan        indah. Adapun acara seserahan ini banyak
     cinta bagi adat Jawa.                         yang dilakukan seminggu, sehari, atau bahkan
                                                   sekarang ini banyak yang melakukannya pada
6. Makanan tradisional: Makanan tradisional        saat atau bersamaan dengan hari pernikahan.
     ini adalah makanan yang terbuat dari beras    Acara seserahan tersebut intinya adalah
     ketan seperti wajik, jenang, kue lapis, atau  serah-terima calon pengantin dari pihak calon
     jadah. Ini memiliki makna agar cinta dari     pengantin laki-laki yang diterima oleh pihak
     kedua pasangan ini selalu lengket seperti     calon perempuan dan sebaliknya.
     makanan tradisional tersebut.
                                                        Adat istiadat seserahan di Priangan
7. Suruh ayu: Suruh ayu adalah daun sirih          lazimnya adalah menyerahkan calon pengantin
     yang mana daun sirih sendiri memiliki         laki-laki dengan bahasa atau silib siloka yang
     makna keselamatan dan kebahagiaan dari        disamarkan untuk memanifestasikan si calon
     kedua pengantin.                              secara keseluruhan (jasmani dan rohani),
                                                   mulai dari kepala hingga telapak kaki yang
8. Makeup: Makeup di sini berarti sang suami       biasanya disampaikan dengan bahasa yang
     bersedia menjaga penampilan istrinya.         disamarkan, ti luhur sabihas/sausap rambut ti
                                                   handap sausap dampal.
9. Sepatu: Sepatu dalam seserahan juga
     dijadikan simbol bahwa pasangan suami              Demikian juga dari pihak perempuan
     istri ini nantinya siap untuk menjalani       (sebagai penerima serta menyerahkan calon
     kehidupan baru mereka.                        pengantin perempuannya) dengan jawaban yang
                                                   disamarkan pula. Untuk acara ini, dibutuhkan
     Sembilan barang di atas merupakan             keahlian berbahasa dan tata krama yang baik
barang yang biasanya wajib disediakan di           dari orang yang menyerahkan dan menerima
acara seserahan. Namun, mempelai juga bisa         calon pengantin. Dengan kata lain, tidak
menambahkan barang lain sesuai dengan selera       sembarangan orang yang dijadikan perantara
dari calon istri. Menurut tradisi yang sudah       untuk menyerahkan calon pengantin tersebut.
berjalan turun temurun, jumlah seserahan
haruslah ganjil. Filosofi ganjil ini mempunyai     Seserahan Adat Padang/Minang
korelasi khusus terhadap penjelasan ayat Al-
Qur’an yang menyatakan bahwa Allah SWT                  Didalam adat minang, ketika calon
menyukai kebaikan dengan jumlah ganjil.            mempelai pria ingin memberikan seserahan
                                                   itu disebut acara Babako-Babaki. Yang disebut
     Seserahan yang cukup populer saat ini         bako/baki ialah seluruh keluarga dari pihak
memang berasal dari tradisi Jawa. Namun            ayah. Sedangkan pihak bako ini menyebut
demikian, masyarakat penting untuk                 anak-anak yang dilahirkan oleh keluarga
mengetahui tradisi klasik penuh makna              mereka yang laki-laki dengan isterinya
ini yang dilakukan oleh suku-suku lain di          dari suku yang lain dengan sebutan anak
Indonesia. Berikut beberapa di antaranya:          pusako. Tetapi ada juga beberapa nagari yang
                                                   menyebutnya dengan istilah anak pisang atau
Seserahan dalam Adat Sunda                         ujung emas.
     Seserahan dilakukan setelah acara
meminang telah selesai dan tanggal telah
476 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Disinilah pada acara babako-babaki,         benda yang bernilai ekonomis yang diberikan
terlihat kehidupan bergotong royong di antara    pihak keluarga calon pengantin perempuan
masyarakat hukum adat berlangsung secara         (anak daro) kepada pihak calon pengantin laki-
meriah, bahwa melepas seorang gadis menuju       laki (marapulai) pada saat acara penjemputan
mahligai rumah tangga didukung oleh segenap      calon pengantin pria (manjapuik marapulai).
kerabat baik kerabat dari pihak ibu maupun
pihak ayah. Barang yang dibawa untuk                  Tradisi bajapuik. Tradisi ini bersumber
keperluan acara babako adalah:                   dari kisah pernikahan Rasulullah SAW.
                                                 Rasulullah dulunya merupakan pemuda
1. Sirih lengkap dalam carano                    miskin yang bekerja dengan pedagang besar,
                                                 yaitu Siti Khadijah. Karena Muhammad
     Di masa lalu daun sirih terkenal di         memiliki sifat mulia, dan mendapat gelar al-
kalangan wanita karena khasiatnya sebagai        amin atau orang terpercaya, Siti Khadijah pun
antiseptik pembersih organ intim wanita.         menaruh hati padanya. Akhirnya Siti Khadijah
Tidak hanya bermanfaat bagi organ yang satu      meminta temannya untuk menanyakan pada
itu, di desa-desa seperti pedalaman Sumatera,    Muhammad apakah bersedia menjadi suami
sirih dikonsumsi terutama oleh wanita paruh      Khadijah, namun Muhammad merasa kurang
baya untuk menyirih.                             enak, karena ia hanya pemuda miskin yang tak
                                                 punya apa-apa, mana mungkin dapat menikahi
     Menyirih diambil dari kata sirih yang       Siti Khadijah yang kaya raya.
mewakili komponen yang termasuk dalam
komposisi menyirih yang terdiri dari daun             Namun Siti Khadijah berniat menghormati
sirih tentunya, gambir, buah pinang, dan         Muhammad, ia pun memberikan sejumlah
rajangan daun tembakau kering. Ke semua          hartanya pada muhammad agar Muhammad
bahan-bahan tersebut dikunyah bersamaan,         dapat mengangkat derajatnya dari seorang
kecuali rajangan daun tembakau kering yang       pemuda miskin menjadi pemuda yang setara
digunakan untuk membersihkan gigi dari           dengan Siti Khadijah. Akhirnya Siti Khadijah
sempilan daun sirih, serta untuk menyerap air    dan Muhammad pun menikah. Siti Khadijah
liur yang berwarna merah.                        pun setelah menikah sangat menghormati
                                                 suaminya dengan memanggil gelarnya,
2. Nasi kuning singggang ayam                    junjungannya.
     Hal ini mengisyaratkan hubungan kerja       Seserahan dalam Adat Betawi
sama antara suami istri harus selalu saling
menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali           Sehari sebelum upacara perkawinan
dengan kedua pengantin berebut mengambil         dilangsungkan, diadakan suatu acara yang
daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi       disebut seserahan. Seserahan adalah upacara
kuning. Bagian tubuh ayam yang terambil          mengantar bahan-bahan yang diperlukan
menandakan peranan masing-masing dalam           untuk keperluan pesta pada esok harinya dari
rumah tangga. Kepala ayam artinya dominan        pihak si pemuda. Antaran tersebut berupa
dalam perkimpoian. Dada ayam artinya             beras, ayam, daging, kambing, sayur-mayur,
berlapang dada dan penyabar. Paha dan sayap      bumbu-bumbu dapur, dan sebagainya.
berarti menjadi pelindung keluarga dan anak-
anaknya.                                              Selain kambing dan ayam, semua barang
                                                 antaran ditempatkan di dalam peti kayu
     Selain dua barang seserahan tersebut, juga  yang disebut shie. Dalam perkembangan
masih banyak lagi barang-barang seserahan        selanjutnya, shie diganti dengan bentuk
lain seperti lazimnya barang-barang seserahan    parsel. Tiap macam bawaan dikemas dalam
dalam tradisi Jawa, dan lain-lain.               satu parsel. Oleh karena itu, semakin banyak
                                                 barang yang dibawa maka parselnya semakin
     Satu lagi yang menarik dari pernikahan      banyak.
adat minang yaitu ada tradisi yang namanya
uang japuik. Uang jemputan (Uang Japuik)
adalah sejumlah pemberian berupa uang atau
                                                 Edisi Budaya | 477
Kambing dituntun dan ayam ditempatkan      pihak mempelai wanita.
dalam keranjang. Peti-peti tadi kemudian
dipikul beramai-ramai sambil diarak.                 Acara Sangjit biasanya dilakukan setelah
Maksudnya agar orang mengetahui berapa          lamaran dan sebelum upacara pernikahan,
jumlah shie untuk seserahan tersebut.           atau biasanya antara sebulan sampai minggu
                                                sebelum acara pernikahan secara resmi.
     Upacara seserahan merupakan kewajiban      Waktu pelaksanaan prosesi Sangjit umumnya
bagi pihak keluarga pengantin laki-laki untuk   berlangsung pada siang hari.
membantu peralatan pesta yang berlangsung di
rumah pengantin wanita. Sementara itu, calon         Berikut tata cara dalam prosesi Sangjit:
pengantin wanita mulai dipingit di rumah dan
dirias oleh seorang perias perempuan, serta     1. Calon mempelai laki-laki biasanya
dihibur oleh orang-orang tua khususnya kaum          mengenakan kemeja berwarna merah
ibu. Selain menghibur calon pengantin wanita,        (atau terkadang mengenakan Cheongsam
kaum ibu juga memberi nasihat sebagai bekal          laki-laki), dan untuk calon mempelai
bagi kelangsungan hidup calon pengantin              perempuan mengenakan dress berwarna
tersebut.                                            merah.
     Dalam tradisi seserahan masyarakat         2. Wakil keluarga perempuan beserta para
Betawi, tak kalah pentingnya bahkan wajib            penerima seserahan (biasanya anggota
yaitu roti buaya. Roti buaya adalah hidangan         keluarga yang telah menikah) menunggu
Betawi berupa roti manis berbentuk buaya.            di depan pintu rumah.
Roti buaya senantiasa hadir dalam upacara
pernikahan dan kenduri tradisional Betawi.      3. Dipimpin oleh anggota keluarga yang
Suku Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin          dituakan, rombongan pria pun datang
sekali dengan pasangannya; karena itu roti ini       membawa seserahan ke rumah si
dipercaya melambangkan kesetiaan dalam               perempuan. Rombongan ini biasanya
perkawinan.                                          wakil keluarga yang belum menikah yang
                                                     menjadi pembawa nampan seserahan.
     Pada saat pernikahan, roti diletakkan           Dalam beberapa adat kebiasaan lain, orang
di sisi mempelai perempuan dan para tamu             tua laki-laki tidak ikut dalam prosesi ini.
kondisi roti ini melambangkan karakter               Teman terdekat diizinkan untuk ikut
dan sifat mempelai laki-laki. Buaya secara           dalam prosesi ini apabila kekurangan
tradisional dianggap bersifat sabar (dalam           wakil dari keluarga.
menunggu mangsa). Selain kesetiaan, buaya
juga melambangkan kemapanan. Roti buaya ini     4. Seserahan diberikan satu per satu secara
wajib ada saat pernikahan Betawi. Belakangan,        berurutan, mulai dari seserahan untuk
selain roti buata juga ada roti kepiting yang        kedua orang tua mempelai perempuan,
mengantarkan calon mempelai pria ke rumah            lalu untuk mempelai wanita, dan
wanita.                                              seterusnya.
Seserahan (Sangjit) dalam Budaya                5. Barang seserahan yang sudah diterima
Tionghoa                                             oleh pihak mempelai wanita, langsung
                                                     dibawa ke dalam kamar untuk diambil
     Sangjit adalah salah satu prosesi               sebagian.
pernikahan dalam budaya Tionghoa. Sangjit
dalam bahasa Indonesia berarti proses           6. Setelah itu dilanjutkan dengan ramah
seserahan atau proses kelanjutan lamaran             tamah. Biasanya pihak keluarga mempelai
dari pihak mempelai pria (dengan orang tua,          perempuan menyiapkan makan siang.
saudara dan teman dekatnya yang masih
single) dengan membawa persembahan ke           7. Pada akhir kunjungan, barang-barang
                                                     seserahan yang telah diambil sebagian
                                                     diserahkan kembali pada para pembawa
                                                     seserahan. Dan sebagai balasannya,
                                                     keluarga wanita pun memberikan
478 | Ensiklopedi Islam Nusantara
seserahan pada keluarga pria berupa              diambil jumlah belakang/ekornya saja,
     manisan dan berbagai keperluan pria              sisanya dikembalikan. Misalnya uang
     (baju, baju dalam, dan lain-lain).               pesta diberikan sebesar: Rp. 13.000.000
                                                      yang diambil hanya Rp. 3000.000. Apabila
     Kenapa diserahkan kembali sebagian?              keluarga perempuan mengambil seluruh
     Apabila keluarga wanita mengambil                uang pesta, artinya pesta pernikahan
     seluruh barang yang ada, artinya                 tersebut dibiayai keluarga perempuan.
     mereka menyerahkan pengantin wanita
     sepenuhnya pada keluarga pria dan tak       3) Nampan masing-masing berisikan
     akan ada hubungan lagi antara si pengantin       18 buah (apel, jeruk, pir atau buah
     wanita dan keluarganya. Namun bila               yang manis lainnya sebagai lambang
     keluarga wanita mengembalikan separuh            kedamaian, kesejahteraan dan rezeki).
     dari barang-barang tersebut ke pihak pria        Nanti ini dikembalikan sebagian kepada
     artinya keluarga wanita masih bisa turut         pihak mempelai pria.
     campur dalam keluarga pengantin.
                                                 4) Sepasang lilin merah yang diikat dengan
8. Wakil keluarga wanita juga memberikan              pita merah sebagai simbol perlindungan
     Angpao ke setiap pembawa seserahan,              untuk menghalau pengaruh negatif.
     maksudnya mendoakan agar para                    Biasanya yang dipakai lilin dengan motif
     pembawa seserahan supaya enteng jodoh            naga dan Burung Hong. Pihak wanita
     dan segera menyusul.                             nanti mengambil 1 pasang, dan 1 pasang
                                                      lagi dikembalikan kepada pihak pria.
     Dengan semakin berkembangnya zaman,
orang orang cenderung menginginkan               5) Makanan kalengan yang berjumlah 8-12
sesuatu yang simpel dalam persiapan untuk             kaleng dan 6-12 kaleng kacang polong.
pernikahan mereka. Karena itu, Sangjit pun
telah mengalami modernisasi, sehingga Sangjit    6) Senampan berisikan kue mangkok
yang ada sekarang ini sudah tidak sekompleks          berwarna merah sebanyak 18
seperti dahulu.                                       potong, sebagai lambang kelimpahan
                                                      dan keberuntungan. Ini pun akan
     Sesuai dengan tradisi Suku Hakka,                dikembalikan sebagian ke pihak pria.
nampan isi brides’s daily things ditukar dengan
groom’s daily things, yang artinya perhiasan     7) Senampan berisikan dua botol arak
dari pihak mempelai wanita, ditukar dengan            atau champagne. Pihak mempelai wanita
perhiasan dari pihak mempelai pria. Tradisi           mengambil semuanya, dan ditukar dengan
pihak pria yang akan membawa nampan dan               dua botol sirup merah dan dikembalikan
pihak wanita yang akan menukar isi nampan/            ke pihak mempelai pria.
mengambil sebagian isi nampan.
                                                 Catatan lain mengenai prosesi Sangjitan:
     Adapun barang-barang yang umumnya
dipersiapkan pihak mempelai pria biasanya        1. Untuk nomor 3-7 di atas diambil sebagian
berisi:                                               oleh pihak perempuan dan sisanya dibawa
                                                      pulang oleh pihak laki laki.
1) Pakaian atau kain untuk mempelai wanita.
     Maksudnya adalah segala keperluan           2. Pada saat dibawa pulang sekalian diberikan
     sandang si gadis akan dipenuhi oleh si           juga seperangkat pakaian untuk mempelai
     pria.                                            pria, termasuk dompet, belt, dan lain-lain.
                                                      Disertakan juga kue-kue, permen atau
2) Uang angpao (ada juga yang bilang uang             coklat (manisan) untuk diberikan ke pihak
     susu) dan uang pesta (masing-masing di           laki laki untuk dibawa pulang.
     amplop merah). Pihak mempelai wanita
     biasanya hanya mengambil uang angpao        3. Untuk para pembawa nampan dari pihak
     (uang susu) secara penuh/keseluruhan,            laki laki, ibu dari mempelai wanita akan
     sedangkan untuk uang pesta hanya                 memberikan/membagikan angpao untuk
                                                      hoki/keberuntungan. Kalau misalnya
                                                 Edisi Budaya | 479
akan melangkahi kakak dari mempelai        barang-barang seserahan akan diletakkan
     wanita, maka pihak laki-laki juga harus    ataupun dikemas dalam nampan-nampan
     membawa barang pelangkah, seperti 1 stel   yang berjumlah genap, biasanya maksimal
     pakaian.                                   berjumlah 12 nampan. Pemilihan barang-
                                                barang serahan juga tergantung dengan aturan
4. Ada pula mempelai wanita menyertakan         yang dianut oleh masing-masing keluarga.
     pakaian untuk orang tua, tetapi bisa juga
     pakaian orang tua diberikan pada saat tea       Hal yang menarik dari proses Sangjit ini
     pai.                                       adalah setiap hal yang dipersiapkan dan proses
                                                yang dijalankan memiliki maknanya masing-
5. Dalam beberapa acara seremony sangjit        masing. Tradisi Sangjit diatas hanyalah
     yang sangat lengkap, dalam hantaran        sekadar tradisi saja. Dilakukan atau tidak,
     juga ikut disertakan beberapa pasang       juga sebenarnya tidak menjadi permasalahan;
     kemeja dan celana (untuk para pembawa      mengingat sekarang zaman sudah semakin
     nampan, jumlahnya disesuaikan dengan       modern, yang menuntut orang untuk
     jumlah pembawa nampan), sepasang           melakukan segala sesuatu dengan simple/
     sepatu (mempelai wanita), sepasang         praktis. Apalagi jika salah satu pasangan
     sandal (mempelai pria), dompet (diisi      pernikahan bukan berasal dari etnis tionghoa,
     uang nantinya), belt/gesper, seperangkat   bisa menjadi rumit apabila tetap dipaksakan
     kosmetik, parfum, jam tangan, sepasang     untuk diterapkan.
     baju papa + sandal, sepasang baju mama
     + sepatu. Cuma agar lebih memudahkan,           Sebagai catatan, hal-hal yang dipersiapkan
     kadang biasanya diganti dengan             dalam tradisi Sangjit ini kadang berbeda satu
     bungkusan Angpao saja.                     sama lain. Mengikuti kebiasaan/adat daerah
                                                masing-masing, juga kadang tergantung
     Sebelum keluarga calon pengantin pria      kemauan dan kemampuan dari keluarga
memutuskan barang apa uang akan dibawa          kedua mempelai. Jadi, segala macam item dan
dalam hantarannya nanti, ada baiknya            perlengkapan dalam list diatas hanya sebagai
didiskusikan bersama pihak pengantin            contoh syang umum saja dan tidak bersifat
wanita terlebih dahulu. Setelah ditentukan,     mutlak.
                                                                                                       [Fathoni Ahmad]
                                            Sumber Bacaan:
Agoes, Artati. Sukses Menyelenggarakan Pernikahan. Jakarta: Garmedia Pustaka Utama, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sikap Kepercayaan dan Prilaku Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan,
         1999/2000.
Ghazali, Adeng Muchtar, Antropologi Agama, Bandung: Alfabeta, 2011.
Gitosaprodjo, R.M.S. Pedoman Lengkap Acara dan Upacara Perkawinan Adat Jawa. Surakarta: Cendrawasih, 2010.
Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar
         Maju, 1990.
HMA. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Pres, 2010.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Purwadi. Upacara Tradisional Jawa Barat, Menggali Untaian Kearifan Lokal. Bandung: Pustaka Pelajar, 2005
Raga, Rafarl. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Soekanto, Soerjono. Intisari Hukum Keluarga. Bandung: Sitra Aditya Bakti, 1992.
Suryani, Elis. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung: Ghalia Indonesia, 2010.
Yatmana, R.M.A. Sudi. Upacara Pengantin: Tata Cara Kejawen. Semarang: Aneka Ilmu, 2001.
480 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sewelasan
Tidak diketahui secara pasti kapan               sirri (batin). Ketika zikir mereka terdengar
        dan bagaimana ide serta gagasan          mirip dengungan, orang-orang itu seperti
        penyelenggaraan tradisi sewelasan ini    ekstase. Jari tangan tak henti memetik butir
bermula. Namun secara antropologis dan           tasbih. Ketika jari berhenti, zikir dilanjutkan di
sosiologis memperoleh pembenaran dengan          dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan”
semakin banyaknya orang yang merasa              dengan Yang Maha Esa. Suluk ini merupakan
membutuhkan penyelesaian masalah-masalah         sarana bagi jemaah untuk menyatukan
di dalam kehidupannya, seperti permasalahan      diri dengan Tuhan. Lewat suluk ini akan
ekonomi, religiositas, kejiwaan dan lain-lain.   mempertebal keyakinan kepada Allah SWT
Dalam acara sewelasan ini berisi kegiatan        sehingga terjadi manunggaling raos dumateng
membaca manaqib serta doa-doa yang dalam         Gusti.
hal ini mereka mengharapkan suatu barakah
dalam persepsi mereka masing-masing.             Sejarah Sewelasan
     Sewelasan adalah sebutan untuk                   Ritual Suluk Sewelasan itu dinyatakan
pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir              sebagai meneruskan tradisi sejak zaman para
Jailani R.A. yang dilakukan atau berlangsung     wali. Mereka mengaku sebagai ”Jawa deles”
setiap bulan pada tanggal 11 (sebelas), adapun   (sejati) karena itu mereka memakai bahasa
susunan acara dari sewelasan tersebut selain     Jawa dalam salawatan sebab bahasa Jawa
pembacaan manaqib yang dibaca secara             dianggap lebih bisa mengartikulasikan gerak
bergantian antar anggota jam’iyah sewelasan      batin mereka. Adapun surat Al Quran dan hadis
(manaqiban) juga ditambah dengan pembacaan       menggunakan bahasa Arab. Suluk Sewelasan
tahlil dan mendo’akan orang-orang yang telah     diawali Dedalane slamet iku ana lima/Sapa kang
meninggal (arwah) dari ahlul bait (tuan rumah    nglakoni iku bakal beja/ Kaping pisan taat Allah
) yang ditempati untuk penyelenggaraan acara     Kang Kuasa/Kaping pindo taat maring Nabiira/
sewelasan ( manaqiban ) tersebut dan tempat      Kaping telu tunduk prentahe negara/Prentahe
penyelenggaraannya pun dilakukan secara          kang ora nglanggar ing agama/Kaping papat budi
bergilir dari rumah anggota satu ke rumah        luhur tata krama/Kaping lima ilmu amal kang
anggota yang lain sampai merata / urut hingga    piguna//.
kesemua rumah anggota jam’iyah sewelasan (
manaqiban ) tersebut .                                Salawat di atas maknanya adalah pedoman
                                                 bagi umat Islam; taat kepada Allah, taat kepada
     Tradisi Sewelasan tergolong ritual yang     Nabi, tunduk kepada negara, berbudi luhur
sudah langka dalam tradisi budaya Islam          dan tata krama, serta mengamalkan ilmu yang
di Jawa. Tradisi yang dibawa dari Persia ini     bermanfaat bagi kehidupan.
untuk memperingati hari lahir Syekh Abdul
Qadir Jaelani, tokoh sufi dari Baghdad, Irak,         Tradisi budaya Islam di Jawa banyak
yang jatuh pada tanggal 11 (sewelas). Suluk      yang memakai bahasa Jawa sebagai media
ini, dalam bahasa Jawa dan Arab, terdiri dari    komunikasi. Bahasa Jawa yang digunakan
salawat dan zikir—zikir zahir (fisik) dan zikir  cenderung sederhana dan merefleksikan
                                                 Edisi Budaya | 481
pemahaman tentang agama yang tak kelewat        pembacaan kitab Nur al Burhan fî Manaqib al-
muskil, tetapi justru menjelma menjadi          Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani, yaitu saduran
penghayatan yang personal.                      dari kitab al-Lujjayn al-Dani yang berisi kisah
                                                perjalanan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani (w
     Islam yang beradaptasi dengan              .1166) (Mujib, 2009: 20-49).
kebudayaan Jawa itu dirintis Sunan Bonang
lalu dilanjutkan oleh Sunan Kalijaga. Islam          Sewelasan merupakan sistem ta‘lim
yang berkembang di Indonesia kebanyakan         yang digunakan kiai untuk trans-formasi
beraliran sufi atau tasawuf karena itu memang   nilai, pengetahuan, dan pengalaman, pada
lebih mengena dengan kultur masyarakat          santri/jemaah. Nilai-nilai diperoleh dari sirah
setempat, terutama di Jawa. Dalam bentuk        (biografi) Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani dan
seni musik, adaptasi Islam dalam Jawa           para awliya’ lainnya. Demikian juga, materi
itu juga terekspresikan lewat santiswaran       pengetahuan dielaborasi dari sumber bacaan
(lagu puji-pujian), yang merupakan paduan       buku manaqib. Sementara itu, pengalaman kiai
antara hadrah dan karawitan Jawa sehingga       dalam menapaki suluk (per-jalanan) menuju
menghasilkan musik yang indah.                  Allah seringkali dipaparkan dalam sewelasan.
                                                Di samping itu, sewelasan digunakan sebagai
     Sewelasan (Manaqib) adalah Budaya yang     media latih dzikrullah secara bersama-
sejak lama telah berlangsung dan berjalan       sama. Media simbol, cerita tentang kisah
hingga sampai saat ini masih terus dilakukan.   perjalanan seorang Sufi, dialog, dan Tanya
Di suatu desa tidak hanya terdapat satu         jawab digunakan untuk menyampaikan materi
jam’iyah sewelasan ( Manaqiban ) saja tetapi    dalam sewelasan.
banyak sekali karena setiap RT terdapat satu
bahkan ada yang tidak hanya terdapat satu       Makna Tradisi Sewelasan
saja teapi ada juga yang terdapat dua jam’iyah
sewelasan (Manaqiban) dan yang kesemua               Tradisi Sewelasan Sebagai Tradisi Ritual
itu pelaksanaannya dilaksanakan serentak        Keagamaan merupakan tradisi keagamaan
pada tanggal sebelas setiap bulan Qomariyah     yang keberadaannya terbentuk secara turun
dan anehnya jam’iyah ini tidak pernah libur     temurun. Bentuk peringatan tradisi ini
meskipun tanggal 11 bulan Syawwal yang          merupakan suatu wujud penghormatan
artinya masih berdekatan dengan hari raya       terhadap seorang tokoh sufi yang berjasa
Idul Fitri dan tanggal 11 bulan dzul hijjah (   dalam penyebaran agama Islam. Kegiatan
besar ) yang masih termasuk pada kategori       yang berlangsung setiap satu tahun sekali ini
hari tasyrik (11,12 dan 13 bulan dzul hijjah )  memberikan pengaruh positif terhadap para
dan masih berdekatan dengan Hari raya Idul      santri secara khusus dan masyarakat di sekitar
Adlha.                                          pesantren secara umum.
     Waktu pelaksanaann acara sewelasan              Tradisi sewelasan atau lebih jelasnya
(manaqiban) pun selalu dilaksanakan setelah     peringatan haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani
selesai melaksanakan sholat isya’ atau sekitar  ini memberikan makna yang Islamis terhadap
pukul 21.00 WIB dan biasanya berlangsung        pelakunya. Dalam prakteknya, kegiatan ini
sampai denga pukul 22.00 WIB, setelah acara     melakukan berbagai amalan yang berorientasi
sewelasan (manaqiban) tersebut selesai tidak    pada ritual peribadatan guna meningkatkan
kesemua annggotanya yang langsung pulang        keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
menuju rumah masing – masing, ada yang          Selain itu, peringatan haulyang pada dasarnya
bercengkrama dengan teman satu jam’iyahnya      arti haulmerupakan suatu peringatan atas
dan ada pula yang langsung pulang menuju        wafatnya seorang tokoh agama Islam, hal ini
rumahnya masing-masing.                         memberikan suatu makna terhadap pelaku
                                                tradisi sewelasanyang mana setiap manusia
     Majlis Sewelasan ini menurut Suwito NS     pada akhirnya akan kembali kepada yang maha
(2011) yang selalu diikuti oleh hampir seribu   kuasa dan mempertanggungjawabkan segala
jemaah. Majlis ini berisi rangkaian acara
482 | Ensiklopedi Islam Nusantara
perbuatannya selama di dunia. Secara tidak                   Acara Sewelasan di Pondok Pesantren Nurun Najih
langsung, kegiatan ini akan mengingatkan                     Mangkang Semarang.
akan adanya tahap kematian pada manusia.
Dengan mengingat terhadap adanya kematian,                          Sumber: http://nurunnajihmangkang.blogspot.co.id/
setidaknyamanusia akan senantiasa berhati-
hati dalam melakukan segala sesuatu, serta            Dari pernyataan hadits diatas sudah jelas,
selalu berbuat kabajikan dan senantiasa          bahwa kita dianjurkan untuk beramal dan
beribadah kepada Allah SWT.                      menginfakkan sebagian harta kita walaupun
                                                 hanya sedikit, selain itu dengan kita beramal
     Di dalam kegiatan sewelasan, terdapat       maka Allah akan memberikan imbalan kepada
beberapa amalan keagamaan yang pada              kita berupa rezeki yang setimpal.
hakikatnya bernilai ibadah yang berguna
untuk peningkatan keimanan terhadap sang              Dalam agama Islam, sedekah merupakan
pencipta. Di antaranya yaitu pembacaan           ibadah yang sangat dianjurkan, dimana
manaqib serta doa-doa yang ditujukan kepada      kita bisa saling membantu orang-orang di
sang pencipta Allah SWT, menganjurkan pada       sekitar kita yang membutuhkan. Selain itu
hambaNya untuk senantiasa beribadah dan          dalam hadits juga telah disebutkan bahwa
berdoa agar ditunjukkan jalan kebenaran,         pahala sedekah atau amal jariah merupakan
seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat    salah satu dari ibadah yang pahalanya
Al-Baqarah ayat 186:                             akan tetap mengalir walaupun orang yang
                                                 mengerjakannya sudah meninggal dunia. Nabi
     Artinya: Dan apabila hamba-hamba-           SAW bersabda: “Apabila manusia mati, maka
Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka           terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara,
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.         yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat
Aku mengabulkan permohonan orang yang            dan anak sholeh yang mau mendoakan kedua
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka        orang tuannya.”
hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman        Tradisi Sewelasan Sebagai Perekat
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam       Masyarakat
kebenaran.(Q.S. Al-Baqarah, 186).
                                                      Indonesia merupakan Negara kesatuaan
     Tradisi sewelasan juga mengandung unsur     yang terdiri lebih dari tujuh belas ribu pulau,
sedekah. Bagi para santri kalongan yang ikut     lebih dari lima belas ribu suku yang mempunyai
dalam kegiatan ini masing-masing membawa         keragaman budaya, dan terdiri dari enam
berkat (sajian) dari rumahnya. Berkat itu        agama resmi dan beragam kepercayaan.
berupa nasi dan lauk ayam kampung.               Keragaman ini menjadikan Indonesia
                                                 sebagai Negara yang besar dan keragaman
     Membawa makanan tersebut bertujuan
untuk mendapat berkah atas amal yang telah
dilakukan. Selain itu, kita juga diharamkan
untuk bersifat bakhil antar sesama, karena
bakhil dapat mempersempit rezeki, seperti
yang disebutkan dalam hadits:
     Dari Asma’ binti Abu Bakar RA, dia
berkata, “Saya telah berkata, ‘Wahai Rasulullah
SAW, saya tidak memiliki sesuatu apapun
kecuali apa yang telah Zubair berikan pada
rumah tangganya, apakah aku memberikan
sebagiannya? “ Beliau bersabda, “Maka
infakkanlah, dan janganlah kamu bakhil,
sehingga Allah akan mempersempit rezeki-
Nya kepadamu. “(shahih, Muttafaq Alaih)”.
                                                 Edisi Budaya | 483
budaya tersebut menjadi tanda jati diri          menghilangkan kebudayaan aslinya.
bangsa. Kedatangan Islam di nusantara dan
penyebarannya kepada golongan bangsawan               Perlu dipahami bahwa agama merupakan
dan rakyat umumnya dilakukan secara damai.       sistem keyakinan yang dianut dan diwujudkan
Jika terdapat peperangan antar kerajaan, hal     oleh penganutnya dalam tindakan-tindakan
itu bukan karena persoalan agama namun           keagamaan di masyarakat dalam upaya
karena dorongan politis untuk menguasai          memberi respon dari apa yang dirasakan dan
kerajaan-kerajaan di sekitarnya.                 diyakini sebagai sesuatu yang sakral. Tradisi
                                                 sewelasan merupakan salah satu tindakan
     Sewaktu Islam masuk ke tanah Jawa,          keagamaan yang diyakini oleh masyarakat
masyarakat telah memiliki kebudayaan yang        dan keberadaannya dianggap sakral. Agama
mengandung nilai dari agama sebelumnya           mengandung ajaran dari nilai-nilai sosial
seperti agama animisme, dinamisme, hindu,        pada penganutnya sehingga ajaran agama
dan budha. Maka dengan masuknya islam            tersebut merupakan suatu elemen yang
ke indonesia kususnya tanah Jawa terjadi         membentuk sistem nilai budaya. Sama halnya
perpaduan unsur-unsur pra hindu, budha, dan      dengan tradisi sewelasan yang secara tidak
islam.                                           langsung membentuk nilai budaya santri dan
                                                 masyarakat disekitarnya.
     Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-
saluran Islamisasi yang berkembang ada                Agama juga di pahami sebagai sistem
enam, yaitu saluran perdagangan, saluran         yang mengatur hubungan antar manusia dan
perkawinan, saluran tasawuf, saluran             tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan
pendidikan, saluran kesenian, saluran politik.   manusia dengan lingkungannya, yaitu dalam
Pengajaran-pengajaran tasawuf atau para sufi,    bentuk pranata-pranata agama. Adapun
mengajarkan teosofi yang bercampur dengan        budaya dimaknai sebagai pola bagi kelakuan
ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat   yang terdiri atas serangkaiaan aturan-aturan,
Indonesia. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam        resep, rencana, dan petunjuk yang di gunakan
yang diajarkan kepada penduduk pribumi           manusia untuk mengatur tingkah lakunya.
mempunyai persamaan dengan alam pikiran          Jadi kebudayaan bukanlah sesuatu yang
mereka yang sebelumnya menganut agama            hadir secara alamiyah, melainkan ia disusun
Hindu, sehingga agama baru itu mudah             oleh manusia itu sendiri. Manusia yang
dimengerti dan diterima.                         menciptakan ide, tingkah laku, dan pranata
                                                 sosial itu sendiri.
     Dalam hal ini sudah terbukti dalam
catatan sejarah bahwasannya masyarakat                Tradisi sewelasan diciptakan oleh
telah mengalami proses penerapan keyakinan.      beberapa guru terdahulu. Dari adanya tradisi
Keyakinan tersebut berakulturasi dengan          ini kemudian membentuk tingkah laku santri
kebudayaan yang kemudian menjadi pegangan        dalam mengatur hubungannya dengan Allah
hidup bagi masyarakat. Sama halnya dengan        dan manusia lain disekitarnya. Unsur budaya
tradisi sewelasan. Tradisi ini telah berefolusi  yang terdapat dalam tradisi ini dapat dilihat
menjadi keyakinan yang berakulturasi dengan      dari simbol-simbol sajian yang terdapat dalam
kebudayaan yang kemudian dipegang oleh           tradisi sewelasan. Dalam tradisi ini diharuskan
para santri.                                     membuat sajian berupa nasi dan lauk berupa
                                                 ayam kampung yang dimasak utuh (tidak
     Akulturasi budaya diartikan sebagai         dipisahkan antara kepala, sayap, badan dan
suatu proses perubahan sebuah kebudayaan         kaki). Tidak ada ketentuan dalam Islam
karena kontak langsung dalam jangka waktu        mengenai jenis sajian yang diperuntukkan
yang cukup lama dan terus menerus dengan         dalam upacara haul. Akibat dari tradisi yang
kebudayaan lain atau kebudayaan asing            ada secara turun temurun menjadikan hal
yang berbeda. Kebudayaan tadi dihadapkan         tersebut menjadi keharusan dalam tercapainya
dengan unsur-unsur lain yang lambat laun         kesempurnaan dalam prosesi tradisi sewelasan.
diterimanya sebagai kebudayaan sendiri tanpa
484 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Tradisi Sewelasan Sebagai Media                     laki-laki bertugas dalam pemotongan dan
Sosialisasi                                         pembersihan bulu-bulu ayam sedangkan bagi
                                                    santri perempuan bertugas memasak nasi
     Manusia tidak dapat hidup dalam                dan memasak ayam yang sudah dipotong dan
lingkungan ini secara sendiri, antara satu          dibersihkan tersebut. Terdapat ratusan ekor
dengan yang lain pasti memiliki hubungan            ayam kampung yang dimasak dalam acara
timbal balik yang tidak dapat dipisahkan.           ini sehingga membutuhkan kerja sama yang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan           tinggi guna menyelesaikannya sebelum acara
hidup tanpa adanya bantuan orang lain, dan          sewelasan dimulai.
kita sering tidak sadar bahwa hidup kita
didapat dari pemberian orang lain. Selain itu,           Makna sosial lain yang terkandung
manusia juga tidak dapat dipisahkan dengan          dalam tradisi sewelasan ini yaitu nilai saling
lingkungannya. Oleh sebab itu manusia               mengasihi dengan kegiatan beramal. Bagi
dikatakan sebagai satu kesatuan yang terpadu        santri kalongan, untuk hidangan berupa nasi
atau yang biasa dikatakan sebagai sosial            dan lauk ayam kampung tersebut mereka bawa
kemasyarakatan.                                     sendiri dari rumahnya, itu sama halnya dengan
                                                    beramal untuk para santri lain yang kondisi
     Tradisi sewelasan ini juga mengandung          ekonominya kurang terpenuhi. Jadi tradisi
nilai-nilai sosial. Pengertian dari sosial sendiri  sewelasansecara tidak langsung mengajarkan
adalah segala sesuatu mengenai masyarakat,          pada para santri terhadap kepedulian antar
dan peduli terhadap kepentingan umum.               sesama.
Secara tidak langsung tradisi sewelasan ini
dapat menumbuhkan rasa persaudaraan                 Transformasi Ide Kiai Terhadap Para
bersama di lingkungan masyarakat. Bukti             Santri
konkritnya adalah dengan berkumpulnya para
santri dan masyarakat guna melakukan prosesi             Tradisi sewelasan muncul di pesantren
tradisi sewelasan tersebut. Ketika mereka           berdasarkan atas transformasi yang diberikan
berkumpul dalam satu tempat, tidak menutup          oleh gurunya ketika beliau menimba ilmu di
kemungkinan bagi mereka untuk melakukan             suatu pesantren, kemudian diterapkan kepada
kontak antara satu dengan yang lain. Para           para santrinya sekarang. Dengan adanya
santri berkumpul menjadi satu dari berbagai         penurunan ide kiai terhadap santri tersebut
daerah dan berbagai lapisan masyrakat, guna         menjadikan tradisi sewelasan dapat bertahan
mengikuti prosesi kegiatan tradisi sewelasan        dan lestari keberadaannya hingga sekarang.
ini. Dengan berkumpulnya mereka tersebut            Dalam bukunya Islam Pesisir, Prof. Dr. Nur
maka hubungan sosial antara mereka dapat
terjalin.
     Dalam kenyataan lain, tardisi sewelasan
ini juga mengandung nilai sosial yaitu
gotong royong. Ketika acara belum dimulai,
pagi hingga sore hari para santri bergotong
royong memasak untuk digunakan sebagai
hidangan ketika acara dilaksanakan. Bagi
santri kalongan ada yang membawa masakan
dari rumahnya dan bagi santri menetap juga
menyiapkan masakan bersama-sama di dalam
pesantren. Tak heran jika kegiatan gotong
royong itu dilakukan, karena hidangan yang
dimasak sangatlah banyak.
     Hidangan yang dimasak yaitu nasi
dengan lauk ayam kampung. Bagi santri
                                                    Edisi Budaya | 485
Syam mengatakan tentang pelestarian suatu         pegang dan ia jalani selama ini menjadi
tradisi sebagai berikut:                          tradisi yang diwajibkan. Berpegang pada
                                                  tradisi, dalam bahasa Jawa nguri-uri tradisi,
     Setiap tradisi dilestarikan melalui proses   pada suatu masyarakat menjadi tanda
pelembagaan yang dilakukan oleh kaum              kuatnya ikatan pada hal-hal yang selama ini
elitnya. Dalam pelembagaan tradisi tersebut,      mereka jalankan. Dapat kita sadari bahwa
sesungguhnya dimaksudkan agar tradisi yang        kebudayaan merupakan sesuatu yang tidak
memiliki rangkaian panjang dengan tradisi         mudah berubah. Jika setiap pedoman bagi
sebelumnya tidak hilang begitu saja, akan         kehidupan tersebut berubah, maka kehidupan
tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari        manusia akan menjadi kacau. Mekanisme yang
generasi ke generasi berikutnya. Inilah yang      menahan perubahan-perubahan kebudayaan
disebut sebagai pewarisan nilai, kebiasaan,       tersebut adalah nilai-nilai budaya itu sendiri.
moral, dan ajaran-ajaran suci yang diabsahkan     Sebab, nilai-nilai budaya tersebut berisikan
melalui proses transformasi, sosialisasi, dan     keyakinan-keyakinan yang menjadi pedoman
enkulturasi.                                      bagi kehidupan masyarakat. Dan, bertahan
                                                  atau tidaknya suatu nilai budaya disebabkan
Dari definisi di atas dapat diartikan             oleh kuat dan mendalamnya keyakinan-
                                                  keyakinan keagamaan yang mengejawantah
bahwa suatu tradisi akan dapat tetap eksis jika   dalam bentuk kebudayaan, karena pada
                                                  saat nilai-nilai budaya suatu kebudayaan itu
terdapat pihak yang dinilai dapat berpengaruh     berintikan atau berasaskan keyakinan agama,
                                                  ia bersifat sakral dan suci.
kepada masyarakat yang mampu memberikan
                                                       Dalam hal kebudayan, sebenarnya selalu
kesadaran terhadap mereka agar tradisi            ada kemungkinan bahwa kebudayaan atau
                                                  ideologi yang lebih tinggi akan mempengaruhi
tersebut tetap dilakukan dan dapat lestari dari   kebudayaan atau ideologi yang kurang kuat dan
                                                  ideologi yang kuat akan merubah ideologi yang
generasi ke generasi. Terdapat beberapa media     kurang kuat. Namun hal ini bergantung pada
                                                  situasi saat itu. Sama halnya dengan budaya
sebagai alat transformasi suatu tradisi dari      tradisi sewelasan. Karena kuatnya ideologi
                                                  yang ditransformasikan oleh kiai terhadap
kiai terhadap para santri. Di antaranya yaitu     santri tentang makna tradisi sewelasan
                                                  ini, kemudian menjadikan mereka merasa
melalui forum pengajian ketika di pesantren.      bahwa peringatan sewelasan ini perlu untuk
                                                  dilaksanakan dan dilestarikan agar budaya ini
Dalam pengajian tersebut, seoarang guru/          tidak hilang atau berubah.
kiai dapat menjelaskan kepada santri tentang           Islam menggalakkan para pemeluknya
                                                  agar selalu mengadakan barang yang belum
seberapa penting tradisi tersebut harus           ada, merintis jalan yang belum ditempuh,
                                                  membuat inisiatif dalam hal keduniaan
dilakukan serta berbagai manfaat yang             yang memberi manfaat kepada masyarakat.
                                                  Meskipun kita mengerti dan pernah melakukan
ditimbulkan dari melakukan tradisi itu. Melalui   suatu tradisi dalam kebudayaan, namun tidak
                                                  menutup kemungkinan untuk kita seleksi
penjelasan dalam pengajian tersebut kemudian      apakah tradisi tersebut berkontribusi positif
                                                  atau tidak. Seperti yang disebutkan oleh
menimbulkan  penguatan-penguatan                  Endang Saifuddin dalam bukunya “Agama dan
                                                  Kebudayaan” tentang sikap yang seharusnya
(reinforcement) terhadap adanya suatu tradisi.    dimiliki para muslim terhadap kebudayaan:
Melalui proses penguatan yang dilakukan
secara berkali-kali kemudian menjadikan hal
tersebut sebagai tindakan yang disadari akan
arti penting serta maknanya bagi kehidupan.
Selain itu, pemberian pengalaman kepada para
santri (enkulturasi) juga dapat berpengaruh
terhadap eksisnya suatu tradisi. Ketika para
santri terlibat dalam prosesi tradisi sewelasan,
maka secara langsung atau tidak langsung akan
memberikan pengalaman terhadap para santri
tentang anggapan pentingnya pelaksanaan
sewelasan.
     Ketika para santri sudah mengerti
akan makna tradisi sewelasan serta telah
mempraktekkannya, maka hal itu akan
menimbulkan pada sesuatu yang telah ia
486 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Pertama, umat Islam memelihara                Islam harus menyelenggarakan Islamisasi
unsur-unsur, nilai-nilai dan norma-norma           kebudayaan.
kebudayaan yang sudah ada yang positif; Kedua,
umat Islam menghilangkan unsur-unsur, nilai-            Dengan memahami secara benar, dari
nilai dan norma-norma kebudayaan yang              segi ilmiah dan dari segi akidah-dieniyah,
sudah ada yang negatif; Ketiga, umat Islam         tentang agama Islam dalam kaitannya dengan
menumbuhkan unsur-unsur, nilai-nilai dan           kebudayaan (dan peradaban), berarti kita
norma-norma kebudayaan yang belum ada yang         memelihara kesejatian dan orisinalitas agama
positif; Keempat, umat Islam harus bersikap        Islam sebagai agama wahyu, dan menempatkan
receptive, selective, digestive, assimilative dan  secara proposional kedudukan agama dan
transmissive terhadap kebudayaan umumnya;          kebudayaan pada posisinya sendiri-sendiri,
Kelima, umat Islam harus menyelenggarakan          mendudukkan nisbah, relasi dan relevansi
pengudusan atau penyucian kebudayaan,              antara agama dan kebudayaan menurut garis
agar kebudayaan tersebut sesuai,sejalan, atau      akidah Islam.
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan
norma-norma Islam sendiri; tegasnya: umat                                                          [Zainul Milal Bizawie]
                                            Sumber Bacaan
Ardus M Sawega , Seni Budaya Islam, Transformasi Tradisi dan Indahnya Beragama, Koran KOMPAS, Senin, 5 Oktober
         2009
Suwito NS, TRADISI SEWELASAN SEBAGAI SISTEM TA‘LIM DI PESANTREN, STAIN Purwokerto
Mas’ud, Abdurrahman. 2004. Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi. Yogyakarta: LKiS.
Mujib, Ahmad. 2009. “Tuhan, Alam, dan Manusia: Telaah atas Ajaran T asawwuf Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani”. Disertasi.
         Jakarta: PPs UIN Syarif Hidayatullah.
Nizami, Khalid Ahmad. 2003. “Tarekat al-Qadiriyyah” dalam Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas
         Islam: Manisfestasi. Terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Penerbit Mizan.
Wahid, Abdurrahman. 1999. “Pondok Pesantren Masa Depan” dalam Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
         Transformasi Pesantren, dalam Marzuki Wakhid dkk (Ed.). Bandung: Pustaka Hidayah.
Achmad Sunarto, Bekal Juru Dakwah, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1984)
Kuntowijoyo dkk, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Penerbit Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial
         Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003)
Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Shalahuddin Press dan Pustaka Pelajar, 1994)
Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979)
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), 22.
                                                   Edisi Budaya | 487
Singir
Singir merupakan bentuk puisi Jawa baru             itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren
       yang berkembang di kalangan masyarakat       pun sebagian di antaranya berbentuk puisi
       santri, terutama di daerah pesisiran.        atau nazam. Dengan demikian, komunitas
Dilihat dari namanya, singir merupakan              pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi
derivasi dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti  puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau
puisi. Meskipun demikian, akar etimologis           syi’r.
kata singir yang berasal dari bahasa Arab
tersebut tidak berarti sumber kesastraannya              Tidak berbeda dengan puisi Arab dan
singir berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan       ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh
berasal dari puisi Melayu yang dikenal sebagai      masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu,
syair. Kemunculan singir tersebut dalam             baik dalam genre puisi maupun prosa, juga
panggung sejarah kebudayaan Jawa telah              sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah
memberi warna tersendiri bagi perkembangan          pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu
kesusastraan Jawa yang sebelumnya telah             digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa
telah mengenal kakawin, geguritan, parikan,         Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan
dan tembang macapat.                                pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton
                                                    Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri
     Dalam konteks sejarah perkembangan             Jawa sudah lama mengenal syair Melayu.
puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan
singir termasuk baru jika dibandingkan dengan            Pengenalan masyarakat santri Jawa
puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan             terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut
macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang         di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola
pada periode pra-Islam, sementara macapat           singir Jawa sebagian memang mengikuti pola
diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak            syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti
abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti           pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian singir
tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa          Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat dari
pada abad ke-19. Adapun terkait dengan              segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni tiap
sumber kesastraaannya, jika kakawin berakar         bait terdiri atas empat larik, tiap larik umunya
dari tradisi puisi India, sementara macapat         terdiri atas 12 suku kata, dan dengan pola rima
merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai      a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti pola syi’r
dengan namanya, tampak memperlihatkan               Arab, yakni tiap bait terdiri atas dua paruh
pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak        bait (syatr) dengan pola rima a-a-b-b, yang
dan syair Melayu di pihak lain.                     dikenal sebagai rima muzdawij yang umumnya
                                                    digunakan sebagai rima nazam Arab.
     Pertautan singir dengan syi’r Arab
tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa                  Perubahan dan perkembangan singir dari
pertumbuhan dan perkembangan singir di              yang semula mengikuti pola syair Melayu
kalangan masyarakat santri dan pesisiran            ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang
berbanding lurus dengan pengajaran ilmu             terlihat pada bentuk singir pada abad akhir
prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh         ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari
di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain         perkembangan pesantren sebagai institusi
                                                    pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui,
488 | Ensiklopedi Islam Nusantara
pesantren merupakan lembaga pendidikan            ilmiah keagamaan, seperti singir tentang
Islam yang berakar pada kebudayaan lokal          tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern
Nusantara, tetapi berorientasi internasional.     atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini,
Dari yang semula tampak sebagai padepokan         singir seperti itu serupa dengan nazam Arab
atau peguron, dalam perkembangannya,              yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam
seperti yang tampak pada abad ke-18               Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang
dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai            menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di
kemapanannnya sebagai pusat transmisi             Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran
tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk         di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam
ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal        bentuk nazam, terutama yang masuk dalam
ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu-     kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan,
ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat,     bahkan untuk pesantren tertentu wajib
seperti nahwu, sharaf, dan balaghah.              dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan
                                                  guru atau kyai pesantren. Dengan demikian,
     Terlepas dari perbedan dua pola              pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan
singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi       merupakan tradisi pesantren yang tetap
masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial     bertahan sampai sekarang.
sebagaimana umumnya fungsi sosial karya
sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi                Halyangmenarik,ditengahkehidupan
menghibur terletak pada pola singir yang          yang semakin modern, tradisi pembacaan
terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan       singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap
pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam        bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren,
prosen pembacaan secara bersama-sama oleh         maupun di majlis taklim untuk masyarakat
kalangan santri. Pembacaan singir tersebut        luas. OJumlah bait singir yang tidak terlalu
dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca     panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi
sebelum memulai pengajian, dan untuk singir       seperti yang terlihat pada pola rima, baik
tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca    pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir
sebelum shalat berjamaah di masjid atau di        mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh
musalla sambil menunggu kedatangan imam           karena itu, tidak mengherankan jika singir
shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik      digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi
dalam singir terletak pada gagasan atau isi       sosial singir yang menghibur dan sekaligus
yang terkandung dalam singir, seperti cerita      mendidik tampaknya menjadi faktor yang
atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat       membuat tradisi pembacaan singir tetap
kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi  bertahan sampai sekarang.
didaktis singir semakin dominan jika isi yang
terkandung dalam singir adalah pengetahuan                                                                  [Adib M Islam]
                                            Sumber Bacaan
Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa,
         2002, hlm. 39-40.
                                                  Edisi Budaya | 489
Sinoman
Definisi Sinoman                                 tujuan kebersamaan dan kegotong-royongan
                                                 membantu sesama. Sedangkan dalam kamus
Sebelum membicarakan sinoman lebih               Jawa atau “Bausastro Jawi”, karangan WJS
       lanjut, maka ada baiknya mengetahui arti  Poerwadarminta, kata “Sinom”, artinya:
       atau definisi dari sinoman. Ada beberapa  pucuk daun, daun asam muda, bentuk rumah
versi dari pendefinisian arti kata ‘sinoman’     limas yang tinggi dan lancip, nama tambang
itu sendiri sebagai bentuk keanekaragaman        mocopat, dan nama bentuk keris. Tetapi,
opini masyarakat Jawa. Namun pada akhirnya       jika kata Sinom mendapat tambahan akhiran
kesemuanya itu akan membentuk, mengerucut        “an”, menjadi “Sinoman”, maka maknanya
pada satu kesimpulan yang sama, satu             menjadi: anak muda yang menjadi peladen
pengertian atau esensi yang sama. Pertama,       di kampung saat acara hajatan, peladen
bila dirujuk langsung pada pembentuk kata itu    pesta atau perhelatan, tolong menolong saat
sendiri sebagai kata dasar, ‘nom’ yang dalam     mendirikan rumah, kerukunan atau gotong-
bahasa Jawa berarti muda, maka kata sinoman      royong. Tetapi di balik semua makna itu,
bisa diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan    terkandung suatu potret budaya yang amat
dengan para pemuda. Kedua, bila menilik          luhur dan terpuji. Sebab, kegiatan sinoman itu
atau mengambil versi dari salah satu tembang     adalah bekerjasama, bergotong-royong yang
macapat ‘sinom’, dalam serat Purwakara           dilakukan secara sukarela untuk kepentingan
diartikan sebagai seskaring rambut yang berarti  orang lain dan bersifat komunal.
anak rambut. Selain itu, sinom juga diartikan
‘daun muda’ sehingga kadang-kadang diberi             Sesuai dengan asal-muasal kata
isyarat dengan lukisan daun muda.                “Sinoman” adalah kumpulan anak muda yang
                                                 suka bergotongroyong, maka di sini kegiatan
      Ketiga, bila dilihat dari bentuk kata      amal dan sosial harus diutamakan. Artinya,
kerjanya yaitu ‘nyinom’, maka kurang lebih       kegiatan sinoman, harus bertujuan untuk
artinya adalah sebuah perkumpulan atau           membantu sesama dan demi kepentingan
organisasi yang terdiri para pemuda untuk        bersama. Kecuali itu, kegiatan sinoman harus
membantu orang lain dalam mempunyai              mampu menghadapi tantangan zaman yang
hajat. Pendapat lain ada yang menyatakan         serba komersial dan bernuansa bisnis.
bahwa ‘sinom’ ada kaitannya dengan upacara-
upacara bagi anak-anak muda zaman dahulu.             Berdasar catatan sejarah yang ada,
Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat      sinoman pada awalnya memang sekedar wadah
diambil kesimpulan sebagai pendefinisian         untuk menampung keinginan sekumpulan
‘sinoman’ itu sendiri yaitu sebuah kegiatan      anak muda. Mereka ini ingin memperoleh
yang dilakukan para pemuda dalam sebuah          pengakuan sebagai insan yang dipercaya dalam
desa untuk membantu tetangganya yang             bidang sosial. Karena kegiatan gotong-royong
sedang mengadakan hajatan atau syukuran,         merupakan panggilan hati nurani, maka hal
baik syukuran pernikahan, sunatan, ataupun       ini tidak sulit untuk diwujudkan. Walaupun
kematian.                                        demikian, perlu ada pendorong yang mampu
                                                 menjadi pelopor sebagai penggerak. Jelas di
      Sinoman memiliki pengertian sing para      sini, sinoman sebagai kegiatan anak muda,
nom-noman atau para pemuda yang memiliki         maka motor penggeraknya pun harus para
490 | Ensiklopedi Islam Nusantara
pemuda. Sudah menjadi hukum alam, bahwa          Dalam bahasa Jawa atau Sansekerta, kuat
kaum muda merupakan tulang punggung              karena rukun dan rukun karena kuat, disebut:
penggerak kegiatan dalam masyarakat. Tidak       “Dharma Eva, Hato Hanti”. Kuat karena
hanya di bidang sosial dan rumahtangga,          bersatu dan bersatu karena kuat. Jadi, motto
tetapi lebih jauh lagi, yakni sebagai patriot    “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,
pembela bangsa dan negara.                       adalah sebuah kenyataan. Dan semua aspek
                                                 kerukanan,persatuan dan kegotong-royongan
     Sinoman mempunyai beberapa tujuan           telah terwakili dengan adanya perkumpulan
yang baik dalam hubungan antar sesama            sinoman tersebut.
masyarakat. Pertama, Meringankan beban
orang lain yang mempunyai hajatan. Kedua,             Pada tahun 1930-an di Surabaya kegiatan
Mewujudkan suatu bentuk gotong royong atau       sinoman sudah tertata rapi. Mempunyai
sebuah kebersamaan bagi warga masyarakat         pengurus tetap dan banyak inventaris.
di daerah tersebut. Ketiga, Merperkokoh tali     Barang-barang milik sinoman itu diperoleh
silaturahmi antar warga masyarakat. Keempat,     dari sumbangan dan bantuan warga secara
Memperluasjaringanbersosialisasiantar warga      sukarela, maupun dibeli dengan uang kas.Jadi
masyarakat. Kelima, Menumbuhkan semangat         dalam hal ini dapat dipahami bahwa sumber
kepemudaan bagi para sinoman itu sendiri.        pendanaan organisasi ini adalah murni dari
Kelima, Membudayakan tradisi tersebut bagi       iuran sukarela para anggotanya.
generasi muda agar kegiatan ‘sinoman’ tidak
luntur seiring dengan perkembangan zaman              Sinoman memiliki posisi sentral dalam
yang semakin modern ini (Imam Sutardjo:          kehidupan masyarakat kampung. Seorang
2008).                                           kepala sinoman atau pemimpin sinoman
                                                 merupakan jabatan yang lebih elite dan
Sejarah dan Perkembangannya                      prestisius bila dibandingkan dengan kepala
                                                 kampung dalam pandangan masyarakat
     Istilah sinoman muncul pertama kali abad    Surabaya. Sehingga memperoleh jabatan
14 di daerah pesisir utara dengan pembatasan     sebagai kepala sinoman merupakan suatu
daerah dari Tuban sampai dengan Pasuruan.        kebanggaan tersindiri meskipun dalam
Kemudian tradisi ini mulai tumbuh di setiap      menjalankan kewajiban tersebut tidak digaji
kampung di Surabaya dengan memiliki              dan bersifat sukarela. Seorang kepala sinoman
kegiatan membantu warga yang tertimpa            dipilih secara umum, demokrasi, terbuka
musibah seperti kematian ataupun warga yang      berdasarkan atas kemampuan kepemimpinan,
memiliki hajatan dengan menjadi peladen atau     berjiwa leadership serta dapat memahami
pelayan dan sekaligus meminjamkan alat-          persoalan-persoalan dalam masyarakat.
alatnya seperti keranda jenazah, gelas, piring,
kursi, meja, tenda dan sebagainya. Kegiatan           Sejalan dengan perkembangan tradisi
lain Sinoman adalah penjagaan keamanan           sinoman dalam masyarakat kampung di
kampung atau pos ronda, acara keagamaan,         Surabaya, sinoman mengalami pasang surut
peringatan hari kemerdekaan Indonesia,           yang terasa lazim terjadi. Sebagai sebuah
kursus-kursus peningkatan kapasitas warga        perkumpulan yang berisi para pemuda-pemudi,
kampung di Surabaya.                             sinoman tidak terlepas dan terpangaruh
                                                 sistem perpolitikan. Perkembangan sinoman
     Wujud dari kegiatan sinoman ini             di Surabaya dipengaruhi oleh situasi sosial,
adalah bentuk kegotongroyongan sosial.           ekonomi dan politik. Sinoman mengalami
Tujuannya untuk membina dan meningkatkan         kemajuan dan merasa dibutuhkan
kerukunan. Semboyannya adalah: “Rukun            keberadaannya ketika masyarakat Indonesia
Anggawe Santoso” yang berarti rukun untuk        (Jawa-Surabaya) mengalami krisis dan ini
menumbuhkan kesentosaan. Kita bisa kuat          terjadi pada tahun 1930-an sampai tahun 1960-
kalau kita rukun. Sebaliknya, bangsa yang        an. Sekitar tahun 1930-an, sewaktu gerakan
jiwanya kuat dapat membangun kerukunan.          toko-toko koperasi muncul di mana-mana,
                                                 Sinoman pun ikut bergerak dalam kegiatan
                                                 Edisi Budaya | 491
