koperasi konsumsi dan koperasin kredit. Di       korbannya. Hal yang sama juga dialami saat
sini Sinoman menyediakan kebutuhan sehari-       pertempuran ١٠ November ١٩٤٥. Karena yang
hari dan membantu pengusaha kecil dengan         tampil selalu anak-anak muda yang berjuang
kredit dengan bunga rendah.                      dan bekerja dengan sukarela, disebutlah
                                                 kelompok anak muda itu “poro nom-noman”,
     Sinoman pada zaman Belanda itu, muncul      lalu menjadi “Si Nom-an” atau kumpulan anak
di kampung-kampung. Antar kampung yang           muda yang suka bergotong-royong untuk
berdekatan mendirikan “Raad Sinoman”.            kepentingan bersama.
Seperti Raad Sinoman kampung Plampitan,
Peneleh, Pandean, jagalan, Undaan, Genteng,              Warga Surabaya, ternyata mampu
Bubutan, Maspati, Kawatan, Koblen, Tembok        membuktikan ketahanan masyarakatnya
dan sebagainya. Tidak kurang dari 20 Raad        membendung dan melakukan antisipasi
Sinoman waktu itu di Kota Surabaya. Kata         terhadap gejala global itu. Sinoman
“Raad” berasal dari bahasa Belanda, yang         mengalami kemajuan dengan adanya
artinya: dewan. Waktu itu, masyarakat Belanda    peremajaan dan periodesasi kepengurusan. Ini
di Kota Surabaya mendirikan “Gemeente            memperlihatkan, bahwa organisasi sinoman
Raad”, yaitu “Dewan Kotapraja”. Gemeente         sudah menjadi bagian dalam kehidupan
Raad itu menentukan pajak-pajak yang harus       masyarakat Surabaya.
dibayar oleh rakyat di kampung-kampung
yang disetorkan ke kantor Gemeente atau                  Secara organisasi, sinoman dapat
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Agar          menanamkan sendi-sendi berorganisasi.
rakyat Surabaya tidak diperlakukan sewenang-     Ini dapat dilihat dengan adanya kesadaran
wenang, maka Raad Sinoman dibentuk untuk         membayar iuran dan sumbangan sukarela
mengimbangi dan melawan Gemeente Raad.           pada saat tertentu. Dalam wujud nyata,
                                                 sinoman yang di zaman pra-kemerdekaan
     Di zaman penjajahan Belanda ini pula,       sempat melibatkan diri dalam kegiatan politik,
sinoman sempat menjadi “musuh” warga             sekarang “sudah bersih” dari pengaruh itu dan
keturunan Cina, karena mereka senang             murni menjadi paguyuban sosial.
berlindung di balik penguasa. Waktu itu warga
pribumi mulai dirangsang dan bangkit untuk              Semangat sinoman Surabaya tumbuh
merdeka. Kebencian terhadap Belanda, juga        subur di Jakarta akibat adanya urbanisasi
menimbulkan antipati terhadap etnis Cina.        besar-besaran kedaerah metropolitan
Warga keturunan ini diasumsikan sebagai          tersebut. Sedang kultur masyarakat Surabaya
warga a-sosial, sosialisasi kerakyatannya lemah  tidak bisa begitu saja hilang ketika mereka
dan cenderung tidak mau tahu persoalan yang      telah jauh meninggalkan tempat lahirnya.
berkembang di luar diri dan etnisnya. Tidaklah   Sehingga kemudian para perantau yang berasal
mengherankan, kalau William H.Frederick,         dari Surabaya ternyata berhasil membentuk
melontarkan kalimat “Cina singkek” untuk         paguyuban Sinoman Suroboyo bernama
warga keturunan yang masa bodoh terhadap         “Sinoman Keluarga Besar Surabaya Jawa
lingkungan sekitar itu. Konotasinya memang       Timur”. Hingga pada 1970-an, diciptakanlah
jelek, sehingga dalam hal tertentu sering        lagu berjudul “Sinoman Suroboyo” Lagu
dijadikan bahan ejekan.                          dan syair ini adalah karya H.Nur Azhar yang
                                                 diciptakannya pada bulan Maret 1979 di
     Di zaman Jepang, Sinoman dipaksa untuk      Jakarta. Inilah lirik dan syair lagu “Sinoman
membantu peperangan. Sekalipun dipaksa           Suroboyo” tersebut:
menjadi “Tonarigumi”, yaitu Rukun Tetangga,
namun usaha membela rakyat menghadapi                 Sinoman Suroboyo Rek – paguyuban
penindasan Jepang terus dikobarkan. Di balik     kanggu kepentingan amal ; kumpulanne sing
itu ada hikmahnya, karena di zaman Jepan         nduweni timbang roso. Tinggalane wong tuwo
itulah, Sinoman atau “Tonarigumi” dapat          Rek – ayo kudu diterusno. Sinoman Suroboyo
mendirikan pos-pos pemadam kebakaran             Cak – gotongroyong sing dadi tujuan utomo.
terhadap bom-bom yang jatuh dan menolong         Mulane ojo’ lali Cak – iku prilaku sing mulyo, iku
492 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kepribadian bongso.                                yang biasanya menjadi bagian dari kegiatan
                                                   sinoman yang sepenuhnya bersifat sosial, ada
     Kaping pisan: tulung tinulung, kaping pindo:  yang sudah beralih menjadi “ajang” bisnis atau
ndaweg sing rukun, kaping telu: tambah sedulur,    sekurang-kurang bernuansakan pamrih. Salah
kaping papat: ojo’ sok mbeda’-beda’no. Kabeh       satu contoh yang sangat mencolok adalah
mau margo Sinoman – ilingo sing kerepotan –        kegiatan pemakaman. Kalau dulu, setiap orang
kapan maneh urip ning ndonyo – sing sok ngadoh     terpanggil dan berebut untuk menggotong
– mburine tibo nelongso. Pancen apik seneng        keranda jenazah atau “penduso”, kini banyak
bergaul – semboyane mangan ndak mangan nek         yang berpangku-tangan, menyerahkan
kumpul.                                            kegiatan itu kepada perusahaan yang
                                                   mengurus penguburan.
     Sinoman Sidomulyo Rek – sing nom-
noman jo’ sembrono. Sinoman Margorukun                  Tidak hanya di Surabaya, tradisi sinoman
Cak – sing mbegedut musti getun. Sinoman           juga terdapat di Jawa Tengah bagian selatan
Sidorame Ning – sing emanan isin dewe.             yaitu di Kabupaten Batang. Seperti yang
Sinoman Sukolilo Wak – abot enteng lakonono.       dipaparkan pada asal mula sinoman kegiatan
                                                   sinoman di kabupaten Batang pun hampir
     Demikian lirik, irama yang syahdu dapat       sama yaitu gotong royong manakala ada
membangkitkan semanat persatuan, kesatuan          tetangga yang sedang mempunyai hajatan
dan guyub untuk bergotongroyong dalam              seperti pernikahan atau khitanan. Salah
nyanyian berbahasa Jawa dialeg Surabaya itu.       satu hal yang unik dari tradisi sinoman di
                                                   kabupaten Batang adalah biasanya para
     Pada tahun 1996 Sinoman Surabaya              sinoman memakai seragam. Dulu sinoman
digunakan untuk sosialisasi politik                menggunakan atasan berupa kemeja/hem
kepentingan oleh Sunarto ketika ia ingin           berwarna putih dan bawahan berupa celana/
terpilih lagi menjadi Walikota Surabaya.           rok berwarna hitam. Hal ini digunakan agar
Pendekatan Budaya yang dilakukan Sunarto           para sinoman mudah dikenali oleh pemilik
sama dengan yang dilakukan pemerintah              acara hajatan, panitia dan juga para tamu.
Jepang ketika negara itu menginginkan              Tetapi seiring dengan perkembangan zaman
dukungan warga masyarakat Kota Surabaya            sekarang model atasan bawahan putih hitam
untuk mendukung dan mensukseskan                   digantikan dengan atasan batik dan bawahan
program mobilisasi masa di kota Surabaya           hitam atau biasanya juga seragam disediakan
pada tahun 1942-1945. Peran penting                dari yang mempunyai hajatan.
yang dimainkan Sinoman pada masyarakat
kampong di antaranya pada kegiatan sunatan              Hal unik lainnya adalah sinoman
massal, perayaan hari keagamaan, kerja             dilakukan secara sukarela. Tidak ada kewajiban
bakti kampung, syukuran hari jadi kampung,         bagi pemilik acara hajatan untuk membayar
konser dan aktivitas social kampong lainnya.       para sinoman meskipun terkadang ada yang
Sebaliknya Sinoman mengalami kemunduran            berbaik hati memberikan kompensasi berupa
aktivitasnya di saat situasi masyarakat kota       uang atau rokok. Pekerjaan sinoman ini
Surabaya stabil secara social ekonomi. Hal         murni dilakukan untuk menolong tetangga
ini terjadi pada tahun 1980-1996 disebabkan        kita yang tengah membutuhkan bantuan
munculnya industrialisasi dan urbanisasi yang      saja. Salah satu imbalan yang diberikan oleh
mengakibatkan munculnya budaya instan dan          para pemilik acara hajatan biasanya adalah
individual dengan menyerahkan semua urusan         para sinoman dibebaskan untuk mengambil
pada penyedia jasa yang sebelumnya peran itu       makan dan minuman sepuasnya. Sebelum
dilaksanakan oleh para sinoman kampung.            acara hajatan digelar biasanya si pemilik hajat
                                                   mengumpulkan remaja-remaja yang akan
     Kegiatan Sinoman terus berkembang dan         dimintai tolong untuk sinoman atau menjadi
juga berubah. Pola tradisional yang hidup di       juru laden saat acara hajatan digelar atau
kampung-kampung dalam Kota Surabaya,               sering di sebut dengan rapat sinoman. Dan
mulai dipengaruhi gaya hidup masyarakat
kota Metropolitan. Kegiatan kemasyarakatan
                                                   Edisi Budaya | 493
jika acara hajatan sudah selesai sang pemilik   karna mata pencaharian sebagian besar
hajatan juga mengumpulkan remaja-remaja         masyarakat Jawa adalah petani. Kedua,
sinoman lagi di rumahnya pada beberapa hari     sinoman dana dan sambatan membangun
setelah hajatan digelar yaitu untuk mbubarne    rumah, karena membangun rumah biasanya
sinoman. Pada acara mbubarne sinoman            membutuhkan banyak biaya, maka mereka
tersebut orang yang punya hajat mengucapkan     menabung terlebih dulu dengan tradisi
terima kasih kepada remaja-remaja atas segala   sinoman ini. Tetangga yang mendirikan
tenaga dan waktu yang telah disumbangkan        rumah terlebih dahulu dibantu oleh tetangga
demi terselenggaranya acara hajatan tersebut    lain dengan menyumbangkan apa-apa yang
sehingga acara hajatan dapat berjalan lancar    dibutuhkan oleh orang yang mendirikan rumah
dari awal hingga akhir.                         tersebut. Ketiga, sinoman pindah rumah,
                                                ketika sebuah keluarga akan memisihkan
     Meskipun tradisi ini sudah mulai di        diri dari induk keluarganya, maka biasanya
tinggalkan pada masa modern seperti ini         dalam tradisi di Jawa dirayakan dengan besar-
khususnya dikota-kota namun tidak jarang        besaran, dengan upacara selamatan, prosesi
juga masih ada yang menggunakan tradisi ini     pindahan dengan diiringi tetangga sekitar dan
dalam acara pernikahan atau hajatan lainnya.    mereka menjenguk orang yang baru pindahan
Dalam tradisi sinoman di kabupaten Batang       tersebut. Keempat, sinoman mempunyai hajat
ini walaupun tingkat partisipasi pemudanya      mantenan dan sunatan.
tidak sebanyak pada tahun-tahun yang dulu
tetapi dalam setiap acara pernikahan di              Tradisi sinoman sudah melekat pada
kabupaten Batang selalu mengikutsertakan        masyarakat Jawa, terutama setiap aktivitas
pemuda dalam partisipasinya sebagai sinoman     dan kegiatan yang membutuhkan banyak
dari mulai yang bertugas melayani tamu          orang. Menurut Kasdi, sinoman mempunyai
undangan hingga yang mengatur keamanan          makna yang sangat penting, yaitu: pertama,
demi terselenggaranya acara hingga selesai.     makna sosial. Tradisi sinoman dijadikan
Hal ini dilakukan agar tradisi jawa yang sudah  sebagai media mempertemukan antar anggota
mulai tergerus oleh perkembangan zaman ini      masyarakat. Ditinjau dari dimensi sosial,
tetap lestari.                                  masyarakat Jawa meyakini bahwa sinoman
                                                mampu menjadi perekat sosial. Sinoman dapat
Memaknai Tradisi Sinoman                        mempertemukan masyarakat tanpa melihat
                                                status sosial dan mempertemukan mereka
     Dengan demikian dapat dikatakan            dalam satu kepentingan. Tidak ada perbedaan
sinoman bagi masyarakat Jawa adalah             antara yang kaya dan yang miskin.
aktivitas memberikan sumbangan atau nitip
barang dan menagihnya kembali ketika                 Kedua, semangat gotong royong. Hal ini
sedang membutuhkan. Aturan mengenai             dapat diamati dari praktik sinoman itu sendiri,
sinoman memang hampir tidak tertulis,           dimana setiap anggota masyarakat saling
tetapi tidak pernah terjadi pengingkaran        membantu, tanpa melihat status seseorang.
dan selalu terpenuhi ketika si penyimpan        Dengandemikian,suatupekerjaandankegiatan
membutuhkannya (Abdurrahman Kasdi,              yang awalnya berat dan membutuhkan dana
2009). Tradisi seperti ini merupakan            banyak, bisa menjadi ringan. Tidak ada suatu
bagian dari upaya masyarakat dalam              kegiatan yang tidak terlaksana hanya gara-gara
mengorganisasikan diri, menata kehidupan        tidak ada dana atau tenaga yang membantu.
bersama dan menginternalisasikan budaya         Tradisi sinoman ini sejalan dengan semangat
dalam kehidupan sehari-hari.                    bangsa Indonesia, yakni semangat gotong
                                                royong. Bila tradisi ini dihidupkan terus maka
     Menurut Abdurrahman Kasdi, sinoman         akan mengurangi tingkat kemiskinan dan bisa
yang biasa dipraktikkan oleh masyarakat Jawa    mengikis kesenjangan sosial.
mempunyai banyak bentuk. Di antaranya
adalah pertama, sinoman menggarap sawah,             Ketiga, makna ekonomi. Ketika BBM
                                                naik yang dibarengi dengan kenaikan harga,
494 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kebutuhan masyarakat semakin naik juga.        Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan
Keempat, makna spiritual. Masyarakat Jawa      Hulu Riau Sumatera yang masyarakatnya
mempunyai pandangan bahwa melaksanakan         memiliki suatu tingkat saling tolong menolong
sinoman dapat mendekatkan diri pada            dan toleransi yang tinggi di masyarakat. Mereka
agama. Tradisi sinoman yang dilakukan oleh     tidak hanya hidup bersama dalam suatu desa
masyarakat Jawa merupakan bagian dari          namun mereka juga saling membantu antara
kearifan lokal yang menunjukkan khasanah       masyarakat yang satu dengan masyarakat
budaya bangsa. Budaya seperti ini patut kita   yang lainnya. Apalagi jika ada salah satu
lestarikan bahkan dikembangkan karena selain   anggota masyarakat yang akan melaksanakan
mempunyai muatan lokal, tradisi sinoman        pesta pernikahan. Masyarakat akan serta-
juga mempunyai makna yang signifikan dalam     merta membantu dan meringankan biaya
kehidupan bermasyarakat (Abdurrahman           dalam bentu bahan makanan dalam persiapan
Kasdi, 2009).                                  prosesi pesta pernikahan yang nantinya akan
                                               membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di
     Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan   masyarakat desa Pasir Jaya ini saya melihat
bahwa tradisi sinoman merupakan tradisi yang   ada suatu tradisi sinoman atau masyarakat
memupuk rasa kekeluargaan, kebersamaan,        sekitar sering menyebut nyinom yang artinya
serta gotong royong di masyarakat. Hal         membantu. Arti nyinom itu sendiri berbeda-
ini menunjukkan bahwa masyarakat kita          beda tergantung pemaknaan yang berkembang
masih menjaga tradisi tersebut, dan hal ini    di masyarakat tesebut dimana dia mereka
patut dilestarikan, karena tradisi daerah      berada.
seperti tradisi sinoman merupakan akar dari
kebudayaan nasional, yang merupakan buah            Tradisi ini muncul di masyarakat desa
mahakarya Indonesia (Bahrul Ulum, 2015).       Pasir Jaya ini karena dibawa oleh masyarakat
                                               suku Jawa yang bertransmigrasi ke desa
Tradisi Sinoman dan Perekonomian               ini. Pada awalnya tradisi ini dilakukan
Rakyat                                         oleh sekelompok kecil masyarakat suku
                                               jawa dan mulai berkembang sesuai dengan
     Tidak hanya di Jawa, di luar Jawa juga    perkembangan zaman. Pengertian sinoman itu
ada tradisi Sinoman sepeti di desa Pasir Jaya  sendiri sebenarnya kalau diartikan ke dalam
                                               bahasa jawa adalah kelompok muda-mudi yang
                                               Edisi Budaya | 495
bekerja sama dengan sukarela, juga disebut       pertukaran (exchange).Pertukaran semacam
pramuladi untuk membantu penyelenggaraan         ini tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi,
dan pelaksanaan upacara pernikahan adat          dalam arti memenuhi kebutuhan akan hidup,
jawa.                                            tetapi juga mempunyai fungsi hukum, moral,
                                                 keindahan, keagamaan dan sebagainya.
     Bentuk bantuan beragam jenisnya,            Pastinya kegiatan pertukaran seperti inilah
namun ditunjukkan hanya berbentuk barang         yang menggerakkan seluruh sistem sosial
tanpa berbentuk uang, bentuk bantuannya          suatu masyarakat. Fungsi dan makna dari
yaitu seperti rokok, minyak goreng, daging       pertukaran dalam suatu masyarakat hanya
ayam, daging sapi, mihun, telur dan bahan        dapat dipahami, kata Marcel Mauss dalam
makanan lainnya yang diperlukan keluarga         buku klasiknya Gift (1925), jika masyarakat
yang akan menggelar pernikahan. Pertukaran       tersebut di pandang sebagai satu keseluruhan
ini berbentuk bahan makanan yang nilai           yang kompleks, dimana setiap unsur dalam
ekonomisnya sangat tinggi dan cukup              keseluruhan tersebut berkaitan satu sama lain
membantu. Jumlah sinoman yang akan               secara fungsional (Amri Marzali, 2005: 150-
diberi pun bermacam-macam tergantung             151)
semampu seseorang ingin membantunya
dan tergantung tingkat ekonomi seseorang.             Masyarakat desa Pasir Jaya ini
Bantuan yang diberi sekarang akan berbalik       menganggap tradisi sinoman sebagai suatu
lagi dengan jumlah yang sama walaupun harga      tabungan buat masa depan ketika suatu saat
dahulu lebih murah ketimbang harga saat ini.     masyarakat akan menggelar pesta pernikahan.
Walaupun begitu namun masyarakat suku            Sedikit demi sedikit mereka kumpulkan untuk
jawa tidak merasa rugi dan malah mereka          menaruh ke tetangga jika ada tetangga yang
sangat terbantu dengan adanya tukar menukar      menggelar pernikahan. Biasanya ibu-ibu yang
ini dan masyarakat juga menilai bahwa tradisi    memikirkan jika suatu saat nanti mereka akan
sinoman sebagai suatu tabungan dimasa yang       menikahkan anaknya, apalagi jika anak mereka
akan datang dan akan digunakan ketika akan       banyak, pastinya sangat membutuhkan
menggelar pernikahan.                            biaya yang besar untuk menggelar pesta
                                                 pernikahan. Tradisi sinoman ini berfungsi
     Setiap pernikahan yang dilangsungkan        untuk pemenuhan perlengkapan persiapan
di desa ini, masyarakat secara bersama-sama      pesta pernikahan.
bergotong royong dan bekerja sama untuk
kepentingan individu atau dari kita untuk dia.        Dalam proses pertukaran ada suatu
Karena itu tolong menolong dalam pelaksanaan     perjanjian yang tidak mungkin diingkari oleh
pernikahan selalu ada dan yang punya             masyarakat, apabila perjanjian itu diingkari
hajat (gawe) selalu meminta tolong dengan        makan masyarakat mendapat hukuman dari
sopan santun yang tetap, seperti dikatakan       masyarakat berupa cemooh dan tidak di percaya
Koentjaraningrat, karena yang punya hajatan      lagi oleh masyarakat, sehingga mereka enggan
pernikahan itu meminta kesediaan orang           untuk saling tukar menukar. Dan hal itu nyata
lain untuk membantunya, meskipun dalam           terlihan dan dengan sendirinya masyarakat
kesempatan lain pertolongan itu akan di balas    berasumsi seperti itu. Sinoman ini biasanya
secara setimpal (Kolff. 1936). Asas Recipocity   berupa bahan makanan pokok yang nilai
atau Timbal Balik, dengan menggunakan asas       ekonomisnya sangat tinggi seperti telur, gula,
ini kita akan melihat perbedaan antara gotong    minyak, daging ayam, daging sapi, rokok serta
royong, artinya siapa yang pernah menolong       bahan pokok lainnya. Jumlahnya biasanya
tentu akan menerima pertolongan balik dari       tergantung kondisi masyarakat, kebanyakan
pihak yang menolongnya.                          masyarakat menaruh per 10 kg setiap tetangga
                                                 sekitar akan menggelar pernikahan dan barang
     Sama halnya dengan pelaksanaan              tersebut akan kembali lagi dengan jumlah yang
pernikahan kita menolong orang yang              sama kepada kita ketika kita akan menggelar
mempunyai hajatan tentu kita akan di tolong      pernikahan, walaupun harga dahulu jauh
kembali. Biasanya di kategorikan ke dalam jenis
496 | Ensiklopedi Islam Nusantara
berbeda dengan jaman sekarang namun tetap     mereka masih punya tabungan di tetangga-
mereka tidak keberatan dengan hal itu.        tetangganya jika suatu saat akan menikahkan
                                              anaknya. Dengan demikian, tradisi sinoman
     Masyarakat di desa ini tidak memikirkan  telah menjadi suatu pertukaran sosial yang
untung dan rugi, yang mereka fikirkan         mempunyai nilai ekonomis yang sangat
hanyalah sinoman itu untuk tabungan di masa   tinggi yang sangat berguna masyarakat dan
depan ketika akan menggelar pernikahan        sangat membantu sekali dalam pelaksanaan
anaknya. Dengan adanya tradisi sinoman        pernikahan.
ini masyarakat sedikit bernafas lega karena
                                                                                              [Zainul Milal Bizawie]
                                            Sumber Bacaan
Abdurrahman Kasdi, Memaknai Tradisi Sinoman, Koran Suara Merdeka 3 Oktober 2009
Bakhrul Ulum, Tradisi Sinoman Sebagai Mahakarya Indonesia, Indonesiakaya,com 24 Juni 2015.
Drs. Imam Sutardjo, M. Hum. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: FSSR UNS.
Iman Firdaus. 2012. Pesta Adat Pernikahan Di Nusantara. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.
Iwan Swandi. 2008. Dalam skripsi sistem perkawinan masyarakat minangkabau. Jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial
         dan ilmu politik Universitas Riau.
Linda Retno Tri Ambarwati dan Hesti Asriwandar, Tradisi Sinoman Sebagai Sistem Pertukaran Sosial Di Dalam Pelaksanaan
         Pesta Pernikahan Adat Jawa (Studi Pada Masyarakat Transmigrasi Di Desa Pasir Jaya Kecamatan Rambah Hilir
         Kabupaten Rokan Hulu)
M. Ikhsan Alkhariri. 2012. Upacara Pernikahan Adat Jawa di Tinjau dari Sudut Pandang Etika dan Relevansinya Terhadap
         Gaya Hidup Remaja. Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.
Maryono Dwiraharjo, Dkk. 2006. Kamus Istilah Perkawinan Adat Jawa Gaya Surakarta. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah
         Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Miko Saputra. 2011. Dalam skripsi Perubahan Tata Cara Perkawinan Pada Masyarakat Sungai Pinang kecamatan hulu
         kuantan kabupaten kuantan singingi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Purwadi, Enis Niken. 2007. Upacara Pengantin Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta.
Sri Wahyuni Aldani. 2008. Tata Cara Perkawinan Di Kanagarian Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam
         Provinsi Sumatra Barat.Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Sumarsono. 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Jakarta: PT. Buku Kita.
Zesladesrani. 2010. Sistem Adat Perkawinan Pada Masyarakat Di Kenegrian Rokan Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten
         Rokan Hulu. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.
                                              Edisi Budaya | 497
Sorogan
Sebuah sistem pendidikan pasti                    mana kemampuan dan penguasaan santri
       mengandaikan keberhasilan proses           terhadap kitab tersebut. Metode pengajaran
       belajar mengajar yang dijalankan. Dalam    sorogan menekankan pada pengajaran
dunia pendidikan klasik seperti pesantren, alat   individual (individual learning), belajar tuntas
ukur keberhasilan atau capaian pendidikan         (master learning) dan belajar berkelanjutan
tidaklah diukur dengan angka –angka yang          (continuous progress).
dihasilkan dari teori dan dapat dibunyikan.
Suatu keberhasilan dilihat dari apa yang dilihat       Pengajian sorogan biasanya dilakukan di
oleh pengajar/kyai, kepada anak didiknya          ruang kelas, masjid, atau pendopo rumah kiai.
dengan cara atau ala pesantren.                   Biasanya di situ terdapat tempat duduk kiai
                                                  atau ustadz dan meja kecil menghadap santri.
      Salah satu metode yang digunakan oleh       Para santri berkumpul di ruangan tersebut
lembaga pendidikan yang paling tua, pesantren     dengan membawa kitab masing-masing. Satu
adalah metode sorogan dan bandongan atau          persatu santri diundang menghadap kiai
bandungan. Sorogan berasal dari kata sorog        atau ustadz dengan membawa kitab yang
dalam bahasa Jawa artinya menyodorkan.            sudah ditentukan. Kemudian kiai atau ustadz
Maksudnya seorang santri menyodorkan diri         menyuruh santri tersebut untuk membacakan
kepada kyai atau ustadz untuk menyimak            salah satu bab dalam kitab tersebut sekaligus
bacaan kitabnya. Lawan dari sorogan adalah        disuruh mengartikannya. Sang kiai hanya
Bandongan dalam bahasa Sunda disebut juga         menyimak dan memperhatikan bacaan dan
Bandungan. Bandongan artinya Berbondong           pemahaman santri. Jika ada bacaan atau
bonding mendatangi pengajian kyai. Metode         pemahaman santri yang salah maka akan
ini lawan dari Sorogan, karena sorogan bersifat   dibetulkan dan diluruskan oleh kiai.
individual sementara Bandongan bersifat
kelompok.                                              Sorogan juga bisa dilakukan secara
                                                  individual maupun kelompok kecil santri.
      Sorogan berasal dari bahasa Jawa “sorog”    Mereka berkumpul mengelilingi kiai atau
yang artinya “menyodorkan” (Imam Banawi,          ustadz dengan menyodorkan kitab pelajaran.
1993: 97). Dalam pengajaran “sorogan”             Kiai atau ustadz membacakan naskah kitab
para santri satu persatu menghadap dan            tersebut, mengartikannya kalimat demi
membacakan kitab di hadapan kiai atau             kalimat, serta menerjemahkan kata demi kata.
ustadz. Kiai atau ustadz langsung mengecek        Sebab, pada umumnya, kiai mengajarkan kitab
keabsahan bacaan santri, baik dalam konteks       gundul (tanpa harakat). Maka, mula-mula
makna maupun bahasa (Affandi Mochtar,             yang harus dipelajari adalah cara membacanya,
2009:35). Sorogan artinya belajar secara          intonasinya. Sehingga, mau tak mau santri
individual di mana seorang santri berhadapan      harus belajar dan menguasai tata bahasa
dengan seorang guru, terjadi interaksi            Arab. Dalam metode sorogan, perhatian
saling mengenal antara keduanya (Mastuhu,         dan pengasuhan kiai sangat kuat. Kiai dapat
1997:61).Tujuannya untuk mengetahui sejauh        memengaruhi dan mengontrol kemajuan
498 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Suasana para santri yang sedang antri sorogan.  masing-masing santri berbeda-beda sesuai
                                                dengan tingkat kemampuan dan bakat santri
Sumber: http://www.mzbach.com/                  bersangkutan. Karena itu, keberagaman materi
                                                dan tingkat kemampuan santri tercermin
                                                dalam pola pembelajaran kitab kuning dengan
                                                metode pembelajaran ini. (Fathan, 1998:71 )
                                                     Metode ini hingga ini dianggap cara yang
                                                efektif untuk mengevaluasi bacaan santri.
                                                Sebagaimana kita ketahui, dalam pesantren
                                                dimana pengajaran dengan membaca kitab
                                                kitab kuning sangat ditekankan, kemampuan
                                                membaca dan menggunakan literature itu
                                                sangatlah ditekankan.
santri terkait dengan kemajuan belajar dan      Sorogan Bandungan dan Musyawarah
pengetahuannya tentang tata bahasa Arab.        atau Munadharah
Sebaliknya, santri hanya bisa menerima
pelajaran secara pasif, mencatat terjemahan          Dalam pembelajaran di pesantren
atau keterangan kiai secara singkat dan         sebagaimana disebut di atas, biasanya kyai
sederhana. (Zimek, 1986:168)                    membacakan kitab tertentu. Sang Kyai lalu
                                                memberi makna atau arti dari kitab –kitab
     Kemajuan pelajaran dinilai menurut         berbahasa Arab itu. Selain memberi arti,
jumlah naskah dasar berbahasa Arab (kitab       Kyai juga menerangkan makna-makna atau
kuning) yang dikuasai oleh seorang santri.      kandungan dalam isi kitab itu. Dari situlah
Metode pelajaran individual ini memberikan      kita bisa mendengarkan keluasan ilmu kya,
kebebasan kepada para siswa untuk mengikuti     karena nanti santri atau murid bisa mendapat
pelajaran menurut prakarsa dan perhitungan      isi yang lebih luar dari apa yang tertulis di
sendiri, menentukan bidang jurusan dan          teks. Keterangan kyai itu biasanya lalu disebut
tingkat kesukaran buku pelajarannya sendiri     mensyarahi, jika tekun sang santri dapat
serta mengatur intensitas belajar menurut       mengumpulkan syarah ini yang dia tulis dalam
kemampuan menyerap dan motivasinya              kitab pegangannya sendiri, menjadi sebuah
sendiri.                                        kitab karya kyai. Bandongan banyak diikuti
                                                orang, itulah mengapa disebut Bandongan
     Manfaat langsung yang didapat dari         karena orang-ornag berbondong bondong
metode ini adalah setiap santri memperoleh      datang ke tempat pengajian. Bandongan
perlakuan dan perhatian berbeda dari seorang    disebut juga wetonan, dari kata weton, karena
kiai atau ustadz. Perlakuan dan perhatian       hanya waktu waktu tertentulah pengajian
ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan        bandongan itu digelar (tidak smeua pesantren
santri, sehingga bisa memberikan kesempatan     atau lembaga pendidikan sejenis) .Kalau hanya
kepada santri untuk mengembangkan               mengalamai dan ikut ngaji bandongan, tidak
kemampuannya masing-masing berdasarkan          yang tahu apapkah snag santri mendengar
kerja keras dan kesungguhan setiap santri.      kyai mencatat makna-maknanya tau
                                                mendnegarkan dengan seksama Yang jelas
     Interaksi personal-individual antara       ketika sorogan dijalankan, maka kyai dapat
santri dan kiai ini merupakan ciri khas         menyimak dan memeriksa langsung tingkat
pola pembelajaran sorogan. Dalam pola           kepandaina membaca kitab kuning atau kitab
pembelajaran ini tampak adanya transformasi     klasik itu. Biasanya dalam sorogan itu para
nilai-nilai kesabaran kiai atau ustadz juga     kyai atau ustdaz akan memanggil santri-snatri
keteladanan seorang kiai atau ustadz bagi       untuk menghadapinya dan langsung membaca
santri-santrinya. Kitab-kitab yang dipelajari
                                                Edisi Budaya | 499
halaman kitab . kuningnya. Pada penyimaan          meninggakn dan mengevaluasi kemampuan
individual, verifikasi yang ketat untuk            santri; sorogan dan musyawarah.
dievaluasi adalah penggunaan alat baca dalam
bahasa Arab; nahu shorof atau grammatical          Pembelajaran metode sorogan
benar-benar ditegakkan oleh kyai. Drai sini
Kyai tahu bagaimana kemampuan sang santri               Pada dasarnya metode sorogan merupakan
teks Arab yang kelak snagat membutuhkan            bentuk aplikasi dari dua metode yang sangat
kitab –kitab, akan tahu bagaimana hasilnya.        berkaitan, yaitu metode membaca (reading
Saat Sorogan inilah saat intim relasi antara Kyai  method) dan metode gramatika terjemah
dan santri. Kalau sang murid mampu berarrti        (gramer translation method) yang disajikan
dia berhak menjadi utusan atau duta pondok         dengan sistem tutorship dan mentorship.
keluar madrasah, mislanya perlombaab.              (Acep Hermawan, 2011: 193)
     Pembacaan kitab atau sorogan namapknya        a. Metode membaca (reading method)
seperti tanpa atnrian. Para santri cukup
hormat dan tahu diri terhadap kyai. Sorogan             Metode membaca merupakan suatu
menjadi seperti ulangan lisan pada ulangan              metode pengajaran bahasa yang
harian.                                                 menyajikan materi pelajaran yang diawali
                                                        dengan mengutamakan aspek membaca,
     Adapun sorogan memnag benar-benar                  yakni guru mula-mula membacakan topik-
untuk mengecekk bacaan snatri. Dulu sorogan             topik bacaan kemudian diikuti oleh siswa
itu dipakai juga di Langgar atau Meunasah.              anak didik. Tapi terkadang guru menunjuk
Tidka hanya untuk membaca kitab kuning tapi             langsung anak didik untuk membacakan
juga untuk mengaji al-Quran.                            pelajaran tertentu lebih dulu, dan siswa
                                                        lain memperhatikan dan mengikutinya.
     Jika ia dinyatakan mahir dan dapat
dipertanggungjawabkan baca kitabnya, maka               Metode membaca selain menekankan
snag snatri bisa direkomendasikan untuk ikut            kemampuan membaca, juga memandang
lomba –lomba, yang biasanay diadakan di luar,           penting kemampuan mengucapkan
skalao local, daerah dan nasional. Kegiatan             yang benar. Sehingga kemampuan ini
ini sejalan dengan MQK, Musabaqah Qiroatul              dipandang dapat membantu para pelajar
Kutub.                                                  dalam pengungkapan lisan
     Selain sorogan dan bandongan, ada             b. Metode gramatika terjemah (gramer
juga cara kegiatan di pondok yang disebut               translation method)
musyawarah atau munadzarah. Di Jawa
Tengah biasanya dikenal musyawarah atau                 Metode gramatika terjemah merupakan
bahtsul masail.                                         kombinasi antara metode gramatika
                                                        dan metode terjemahan. Yaitu metode
     Musyawarah dalam pesntren sangat                   pembelajaran bahasa Arab yang terfokus
diperlukan selain untuk memecahkan masalah-             pada pengkajian kaidah-kaidah tata
masalah kebekuan dna tantangan umat Islam,              bahasa dan penerapannya di dalam
biasanay dikemas dengan cara seperti bahtsul            penerjemahan suatu paragraf bacaan
masail. Jadi ada soal-sioal atau maslah di              dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
sekitar kita yang perlu jawab lalua dhimun.             Ba’labaki menjelaskan bahwa dasar
Dan allau diusulkan kepada kyai dna santri              pokok metode ini adalah hafalan kaidah,
untuk memutskan amana masail yang akan                  analisa gramatika terhadap wacana, lalu
dipiajukan dalam musyawrah. Musyawarah                  terjemahannya ke dalam bahasa yang
yang diikuti anak-anak snatri biasnaya untuk            digunakan sebagai pengantar pelajaran.
latihan. Sebab nanti biasanay ada musyawarah
antar pondok.                                           Terdapat dua aspek penting dalam
                                                   metode gramatika terjemahan: pertama,
     Hingga hari dan sejak pondok pesnatren        kemampuan menguasai kaidah tata bahasa,
ada, metode ini dianggap efektif untuk
500 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dan kedua, kemampuan menerjemahkan.             Termasuk metode pengajaran sorogan.
Dua kemampuan ini adalah modal dasar
untuk mentransfer ide atau pikiran ke dalam          Bila dipandang dari segi waktu dan tenaga
tulisan bahasa asing dan modal dasar untuk      mengajar, metode sorogan dianggap kurang
memahami ide atau pikiran yang dikandung        efektif, karena membutukan waktu yang
tulisan dalam bahasa asing yang dipelajarinya.  relatif lama, apalagi santri yang belajar sangat
                                                banyak. Tentunya akan membutukan waktu
Secara  teknis,  Ditpekapontren,                yang sangat panjang dan banyak mencurahkan
                                                tenaga untuk mengajar. Metode sorogan hanya
Departemen Agama RI (2003: 73-86)               efektif ketika jumlah peserta didik tidak terlalu
                                                banyak. Keterbatasan jumlah pengajar akan
menguraikan teknik pembelajaran dengan          menjadi kendala dalam penerapan motede ini.
metode sorogan sebagai berikut:                      Metode sorogan banyak menuntut
                                                kesabaran, kerajinan, ketekunan, keuletan,
1. Seorang santri yang mendapat giliran         dan kedisiplinan pribadi seorang kyai (ustadz).
     menyoroggkan kitabnya menghadap            Tanpa ada sifat-sifat tersebut di atas, maka
     langsung secara tatap muka kepad kiai      proses pembelajaran dengan menggunakan
     atau ustadz pengampu kitab tersebut.       metode sorogan tidak akan tercapai secara
     Kitab yang menjadi media sorogan           maksimal.
     diletakkan di atas meja atau bangku kecil
     yang ada di antara mereka berdua.               Sistim sorogan dalam pengajaran
                                                ini merupakan bagian yang paling sulit
2. Kiai atau ustadz tersebut membacakan         dari keseluruhan sistim pendidikan Islam
     teks dalam kitab dengan huruf Arab         tradisional.
     yang dipelajarinya baik sambil melihat
     (bi nadhar) maupun secara hapalan (bil          Namun demikian, metode pengajaran
     ghaib), kemudian memberikan arti atau      sorogan memiliki sisi keunggulan. Salah
     makna kata per kata dengan bahasa yang     satunya untuk mengukur kualitas individu.
     mudah dipahami.                            Kemajuan individu lebih terjamin karena
                                                setiap santri dapat menyelesaikan program
3. Santri dengan tekun mendengarkan             belajarnya sesuai dengan kemampuan
     apa yang dibacakan kiai atau ustadznya     individu masing-masing. Dengan demikian
     dan mencocokkan dengan kitab yang          kemajuan individual tidak terhambat oleh
     dibawanya. Selain mendengarkan             keterbelakangan santri yang lain. di camping
     dan menyimak, santri terkadang juga        itu, metode sorogan memungkinkan perbedan
     membuat catatan-catatan seperlunya.        kecepatan belajar para santri, sehingga
                                                ada kompetisi sehat antar santri. Juga
4. Setelah selesai pembacaannya oleh kiai       memungkinkan seorang guru mengawasi dan
     atau ustadz, santri kemudian menirukan     membimbing secara maksimal kemampuan
     kembali apa yang telah disampaikan         seorang murid dalam menguasai pelajarannya.
     di depan, bisa juga pengulangan ini
     dilaksanakan pada pertemuan yang                Sorogan juga memiliki ciri penekanan
     selanjutnya sebelum memulai pelajaran      yang sangat kuat pada pemahaman tekstual
     baru. Dalam peristiwa ini, ustadz          atau literal. Dan, sistim ini terbukti sangat
     atau kiai melakukan monitoring dan         efektive sebagai taraf pertama bagi seorang
     koreksi seperlunya atas kesalahan atau     santri untuk belajar ilmu agama.
     kekurangan bacaan santrim
                                                     Meskipun metode ini sangat klasik,
Kekurangan dan Kelebihan Metode                 pengajaran menggunakan sistem sorogan
Sorogan                                         terbukti sangat efektif dan terbukti berhasil.
                                                Ternyata, sistem pendidikan pesantren yang
     Tidak ada sister stay metode pendidikan    tradisional ini, yang biasanya dianggap sangat
di manapun yang sempurna. semuanya pasti
memiliki kekurangan dan kelebihan, baik
sistem atau metode klasik maupun modern.
                                                Edisi Budaya | 501
statis dalam mengikuti sistem sorogan dan       Sistem ini bertujuan untuk memberikan
bandongan dalam menerjemahkan kitab-            latihan khusus kepada santri dan membantu
kitab islam klasik ke dalam bahasa Jawa,        mereka mengembangkan dan mendalami
dalam kenyataannya tidak hanya sekadar          pengetahuan atau keahlian tertentu
membicarakan bentuk (form) dengan
melupakan isi (content) ajaran yang tertuang         Kerangka acuan yang digunakan oleh
dalam kitab-kitab tersebut. Para kiai sebagai   para kiai untuk melaksanakan evaluasi
pembaca dan penerjemah kitab tersebut,          pada umumnya tidak menggunakan angka-
bukanlah sekadar membaca teks, tapi             angka sebagaimana dikenal dalam lembaga
juga memberikan pandangan-pandangan             pendidikan formal yang menganut sistem
(interpretasi) pribadi, baik mengenai isi       persekolahan (schooling). Para kiai tidak
maupun bahasa pada teks. Dengan kata lain,      pernah menilai kemajuan santri dengan
para kiai juga memberikan komentar atas         seperangkat nilai hasil belajar. Pada umumnya,
teks sebagai pandangan pribadinya. Oleh         mereka memberikan evaluasi dari metode
karena itu, para penerjemah tersebut haruslah   sorogan ini dengan mengadakan lomba baca
menguasai tata bahasa Arab, literatur dan       Kitab Kuning yang diselenggarakan setiap
cabang-cabang pengetahuan agama Islam yang      akhir tahun, biasanya sebelum masuk bulan
lain. (Zamakhsyari, 2011:88)                    Ramadhan.
     Sistem sorogan merupakan bagian paling          Dalam lomba tersebut akan terpilih secara
sulit dari keseluruhan metode pendidikan        objektif beberapa santri pembaca kitab yang
Islam tradisional, sebab menuntut kesabaran,    dianggap kompeten dan bisa digolongkan
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari  sebagai pembaca (qari’) yang baik. Dengan
santri. Dalam metode ini, santri yang pandai    pola evaluasi seperti ini, mereka yang merasa
mengajukan sebuah kitab kepada kiai untuk       belum pandai tidak akan berani mengikuti
dibaca di hadapan kiai tersebut. Kalau dalam    lomba tersebut.
membaca dan memahami kitab tersebut
terdapat kesalahan, maka kesalahan tersebut          Selain sistem sorogan, di pesantren
langsung akan dibenarkan kiai. (ensiklopedia    juga menggunakan sistem bandongan dan
NU, 2014: 124)                                  khalaqah. Bandongan artinya belajar secara
                                                kelompok yang diikuti oleh seluruh santri.
     Biasanya metode ini diikuti oleh santri    Biasanya kiai menggunakan bahasa daerah
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, dan     setempat dan langsung menerjemahkan
kiai menjelaskan isi kitab secara detil. Untuk  kalimat demi kalimat dari kitab yang
mempercepat pemahaman santri, seorang kiai      dipelajarinya. Sedangkan halaqah artinya
seringkali menyuruh santri yang bersangkutan    diskusi untuk memahami isi kitab, bukan
untuk membaca kajian sebelumnya, sebagai        mempertanyakan kemungkinan benar
semacam pasca ujian kepada santri. Ini adalah   salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab,
bagian dari cara kiai dalam mempersiapkan       tetapi untuk memahami apa maksud yang
seorang santri untuk menjadi seorang kiai.      diajarkan oleh kitab. (Mastuhu,1994:61)
                                                                    [Ala’i Nadjib dan Jamaluddin Muhammad]
                                            Sumber Bacaan
Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren, (Bekasi: Pustaka Isfahan, 2008)
A. Khoirul Anam dkk, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren, (Jakarta: Mata Bangsa dan
         PBNU, 2014)
Ach. Fathan, Model Pengajaran Sorogan, (Malang: FPK, 1998)
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Rosda Karya, 2011)
Dr. Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986)
Imam Banawi, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS: 1994)
Zamachsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP٣ES ٢٠١١)
502 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sowan
Definisi dan Latar belakang sejarah                  Sowan pada mulanya merupakan
                                                perilaku berkunjung bagi masyarakat Jawa
Sowan, merupakan tradisi yang tetap             kepada seseorang yang dianggap lebih (dalam
       terjaga selama beribu-ribu tahun dan     hal ini dukun) dengan budaya animisme-
       dilakukan oleh masyarakat Indonesia      dinamismenya. Baru setelah agama Budha-
khususnya Jawa. Sowan berasal dari bahasa       Hindu masuk, perilaku ini berubah menjadi
Jawa Verba (kata kerja) yang atinya menghadap;  perilaku berkunjung kepada resi-resi di
bertamu; berkunjung (kepada orang yang          biara yang juga dilakukan oleh para raja-
dianggap harus dihormati, seperti raja, guru,   raja terdahulu (Lombard, 2005, 64). Ketika
atasan, orang tua)(KBBI, ٢٠١٤). Sowan adalah    agama Islam masuk, maka perilaku ini juga
berkunjung ke seseorang yang dihormati atau     mengalami perubahan menjadi berkunjung
lebih tua. Berkunjung memberikan makna          kepada Kyai yang pada saat itu merupakan
bahwa seseorang menjalin dan menjaga ikatan     tokoh dan sosok yang berpengaruh bagi
antar manusia, yang pada praktiknya untuk       perkembangan Islam di Jawa (Bashori,2014).
mewujudkan harmoni dan keseimbangan             Hal tersebut membuat istilah Sowan ini
hubungan antarumat manusia yang lebih baik.
Para santri sowan ke kediaman KH. Maimun Zubair, Sarang, Jawa Tengah.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.
                                                                       Edisi Budaya | 503
mengalami penambahan menjadi Sowan Kyai,        menjaga hubungan antar sesama manusia
karena perilaku berkunjung yang semula          (Abdurrahman, 2009, h.1). Dua istilah yakni
kepada dukun/resi, menjadi kepada Kyai.         Sowan dan Silaturrahmi, akhirnya menjadi
Pengaruh Kyai yang begitu besar dengan          satu pemaknaan dalam masyarakat Jawa.
sebuah lembaga Pesantren yang dipimpinnya,      Hadirnya sebuah pesantren karena adanya
membuat perilaku ini juga menjadi tradisi para  santri dalam pengertian sowan, membuat dua
Santri yang ingin memohon petunjuk kepada       istilah ini menjadi satu pemaknaan.
Kyainya.
                                                     Dalam sejarah Islam, peristiwa isra’ mi’raj
     Sebagai tradisi yang telah dilakukan       adalah napak tilas Nabi kepada para Nabi
turun-temurun oleh masyarakat Jawa, dalam       sebelumnya dengan ziarah sekaligus visualisasi
ilmu komunikasi, sowan memiliki nilai           umat dahulu dan masa mendatang. Oleh sebab
spiritual dalam hubungan antar manusia ini      itu, sowan juga dilakukan para santri dan
telah ada bahkan sebelum agama Hindu-Budha      umat Islam kepada ulama dan tokoh agama
masuk dalam wilayah Nusantara. Karenanya,       dalam arti berziarah ke makam auliya’. Sebab
di kerajaan-kerajaan Jawa dikenal tradisi       kisah isra’ dan mi’raj mencontohkan itu. Dan
Pisowanan.                                      yang paling mulia adalah, para Nabi sangat
                                                sayang kepada Muhammad dan umatnya
     Pisowanan adalah sebuah tradisi dalam      sehingga menghasilkan hikmah berkurangnya
kerajaan-kerajaan Jawa, di mana bawahan-        shalat yang asalnya 50 menjadi 5 waktu.
bawahan raja/sultan datang (sowan) ke           Itulah hikmah dari berziarah atau sowan serta
istana untuk melaporkan perkembangan            tawadlu’ kepada para Nabi sebelumnya atau
daerah yang dipimpinnya. Pisowanan              para kekasih Allah.
boleh dikatakan merupakan sebuah wujud
pertanggungjawaban pemimpin-pemimpin            Sowan, Pesantren dan Cium Tangan
daerah kepada raja. Setelah mendengarkan
laporan dari para bawahannya, raja/sultan            Sekalipun Sowan merupakan budaya
biasanya akan memberikan nasihat, teguran,      masyarakat Jawa, ternyata Islam melihat
ataupun perintah (titah) bagi masing-masing     budaya ini sebagai suatu perilaku yang juga
pemimpin daerah.                                diperintahkan dengan nama Silaturrahim.
                                                Said (2014) menyatakan bahwa Sowan pada
     Namun, pada perkembangannya sebagai        dasarnya berasal dari sabda nabi Muhammad
salah satu sarana komunikasi pisowanan          Shalallahu alaihiwassalam yang berbunyi :
menjadi melebar dan jauh dari konteks
aslinya. Hal ini dapat terlihat dari peristiwa       “Barang siapa beriman kepada Allah dan
Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta pada          hari akhir, hendaklah ia bersilaturahim” [H.R.
tanggal 28 Oktober 2008 ketika Sri Sultan       Bukhari dari Abu Huraira]
Hamengkubuwono X menyatakan dirinya siap
maju sebagai calon presiden. Hal ini membuat         Perintah tersebut merupakan sebuah
pisowanan yang awalnya adalah sebuah            perintah wajib agar setiap muslim
warisan tradisi Jawa menjadi sebuah peristiwa   menyambung tali silaturrahmi dengan sesame
politik.                                        manusianya. Hal ini pun juga dipertegas dalam
                                                Al-Qur’an surah An-Nisaayat 36 yang artinya
     Sedangkan sowan dalam budaya Islam
di Nusantara dikenal sebagai tradisi santri          Sembahlah Allah dan janganlah kalian
berkunjung kepada kyai dengan harapan           mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
mendapatkan petunjuk atas sebuah                Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua,
permasalahan yang diajukannya, atau             karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
mengharapkan doa dari kyai atau sekedar         miskin, tetangga dekat, tetanggajauh, teman,
bertatap muka silaturahim saja (Ubudiyah,       musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki.
2012). Padahal Silaturahim merupakan            Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong
suatu istilah dalam Islam yang bermakna         dan membanggakan diri (Q.SAn-Nisa’:36)
504 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Di beberapa daerah tradisi sowan                                                                                                           manusia pada umumnya. Karena itulah para
memiliki momentumnya ketika idul fitri tiba.
Sowan ini menjadi salah satu daya tarik atau                                                                                                    santri sangat mengharapkan do’a dari para
alasan utama dalam tradisi mudik yang telah
menjadi tradisi khas masyarakat muslim di                                                                                                       kyai. Karena do’a itu niilainya lebih dari
Nusantara. Biasanya, seorang kyai sengaja
mempersiapkan diri menerima banyak tamu                                                                                                         segudang harta. Inilah yang oleh orang awam
yang sowan kepadanya. Mereka yang sowan
tidaklah sebatas para santri yang pernah                                                                                                        banyak diisitilahkan dengan tabarrukan,
berguru kepadanya, namun juga masyarakat,
tetangga dan bahkan para pejabat yang tidak                                                                                                     mengharapkan berkah dari do’a kyai yang
pernah berguru langsung kepadanya. Mereka
datang dengan harapan mendapatkan berkah                                                                                                        mustajab karena kezuhudannya, ke-wirai-
dari kealiman seorang kyai. Pada bulan syawal,
sowan kepada kyai merupakan sesuatu yang                                                                                                        annya dan kealimannya. Dengan demikian
utama bagi kalangan santri. Hampir sama
pentingnya dengan mudik untuk berjumpa                                                                                                          optimism dalam menghadapi kehidupan
keuarga dan kedua orang tua. Karena kyai
bagi santri adalah guru sekaligus berlaku                                                                                                       dengan berbagai macam permasalahannya
sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali
mereka yang kembali pulang dari perantauan                                                                                                      merupakan nilai posittif yang tersimpan
menjadikan sowan kepada kyai sebagai alasan
penting mudik di hari lebaran. Bagi santri yang                                                                                                 di balik tradisi sowan. Sowan model inilah
telah jauh berkelana mengarungi kehidupan,
kembali ke pesantren dan mencium tangan                                                                                                         yang dianjurkan oleh Rasulullah saw yang
kyai merupakan momen mengisi ulang energi
(recharger) untuk menghadapi perjalanan                                                                                                         dilestarikan dalam tradisi Islam Nusantara.
hidup ke depan. Seolah setelah mencium
tangan kyai dan bermuwajjahah dengannya                                                                                                         أَ ْن  َﻋﻠَ�ْﻪ ِ َو َﺳﻠَّ َﻢ َﻗﺎ َل َﻣ ْﻦ أَ َﺣ َّﺐ    َأَ�ُﺒَّْن َﺴ َرَ ُﻂﺳﻮَ َُ�ل ِﻓاﻲ َّ ِرِﺑ ْزﻗِ َ ِﻪﺻﻠَّ َوﻰ ُﻳﻨاْ ََّﺴ ُﺑﺄ
semua permasalahan di depan pasti akan                                                                                                                    َ ُ� ِﻓﻲ أَﺛَ ِﺮ ِه ﻓَﻠْ�َ ِﺼ ْﻞ َرﺣِ َﻤ ُﻪ
teratasi. Semua itu berlaku berkat do’a orang
tua dan kyai.                                                                                                                                   “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya
                                                                                                                                                dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia
                                                                                                                                                menyambungkan tali persaudaraan” (H.R.
                                                                                                                                                Bukhari-Muslim).
                                                                                                                                                اََوَُ�ﻗَ ُﻻْﷲَﻦﺗو ُ َﻗ ْأَﺸَﺎﻋ ِ َﻠَِﺮل��ْ ُاِكﻪَﻛ�َُّّﺠَﺑوِِﻮﺒَِﻪﺳَُّﻲ َّﻠب ََﻢﺷََرﻴﺻأَْﺌًِﻠَّﺎْﺧﻰ َِﺒ�اَْﺮواِﺗُﻳ ُِﻰﻘﷲ�ُﷲﺑِ َُﻢَﻋﻌﻠَََﻤﻗا�ْﻟﻨٍْ ِﻞﻪُﻪَّ�ُﺼ َأوَ َْﺪََّﺳﻼن َِّﻠَةﺧ ََﻠُرﻢ َِﻨوُأَﺟﺗُﻲ ًَرْﺆاﻼٌِﺗﻟبﻲْﺠََﻗ َّﺎﻨ َﻣاََﺔﻟﺎل ََّﺰَﻗُﻟ�ِﻛﺎَﻠﺎَ َﻳَّﻨلَة ِْﻌﺒ َِّﺒُﻣﻲَوﺎ ُﺗﺪَ َ َُِا�ﺻﺼﻠََّﻣُ َﷲﻞﻰﺎ
                                                                                                                                                                           . رواﻫﺎﻛﺨﺎري. “اﻟ َّﺮ ِﺣ َﻢ
     Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan                                                                                                   Dari Abu Ayyub Al-Anshori r.a bahwa ada seorang
Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh Ibn                                                                                                       berkata kepada Nabi saw., “Beritahukanlah
Hajar al-Asqolani dalam fathul Bari                                                                                                             kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan
                                                                                                                                                aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia?
ﻟ ُﺰ ْﻫ ِﺪ ِه َو َﺻ َﻼ ِﺣ ِﻪ     اْاﻟ َُّﻻﺮ ُﻣُﺟ ْﻮ ِ ِﻞر  ﺗﻘ ِﺒ�ْ ُﻞ �َ ِﺪ  ِﻮ:ْﻗَوﺎ َﻋلﻠْ ِاﻤ ِﻪ ِﻻاََﻣ ْﺎو ْمﺷ اَﺮﻓَِّﺠ ِﻪَﻮااَ ِو ْو ْﻧَيﺤ  Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah
ا ِّ��ْ ِﻨ َّ� ِﺔ َﻻ�ُ ْﻜ َﺮ ُه                            ذاﻟِ َﻚ ِﻣ َﻦ                                                                        dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada
                                                                             .ﺑَﻞ ﻳ ُ ْﺴﺘَ َﺤ ُّﺐ
“Imam Nawawi berkata : mencium tangan
seseorang karena zuhudnya, kebaikannya,
ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama
adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan,
bahkan hal yang demikian itu disunahkan.”
     Tradisi sowan ini berlangsung hingga                                                                                                              Gus Dur ketika Sowan kepada Abah Anom
sekarang. Para santri meyakini benar bahwa
seorang kyai yang alim dan zuhud jauh lebih                                                                                                            Sumber: http://www.gusdurfiles.com
dekat kepada Allah swt dibandingnkan
                                                                                                                                                                                                       Edisi Budaya | 505
Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan         Sowan dan Budaya Komunikasi Politik
sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat,
dan ber-silaturahimlah.” (Bukhari).                    Sowan dalam pemaknaan Silaturrahim
                                                  menjadi perilaku yang dianjurkan dalam
     Artinya hanya silatrrahim yang bernilai      ajaran Islam, agar umat Islam tetap menjaga
positiflah yang akan diganjar oleh Allah          hubungan dengan sesama manusia dengan
sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam           janji pahala yang melimpah (Abdurrahman,
kedua haditsnya. Bukan silaturrahim yang          2009, h.1). Dalam hubungan sesama manusia
bernilai negatif yaitu silaturrahim yang          tersebut tentu terdapat proses interaksi
melanggar aturan syariat Islam. Dengan            dimana komunikasi memiliki fungsi sosial
demikian, di dunia pesantren, sowan               (Mulyana, 2007, h.6). Adanya interaksi dan
merupakan tradisi santri berkunjung kepada        hubungan sosial dalam perilaku Sowan Kyai,
kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk          membuat perilaku Sowan Kyai memiliki
atas sebuah permasalahan yang diajukannya,        dimensi komunikasi karena adanya proses
atau mengharapkan doa dari kyai atau sekedar      interaksi. Ilmu yang berasal dari perspektif
bertatap muka silaturrhim saja. Tradisi ini       barat ini, tentu belum menjelaskan bagaimana
merupakan ejawantah dari anjuran Rasulullah       dan mengapa Sowan (yang dalam prakteknya
saw bahwa bersilaturhim dapat menjadikan          terjadi antara orang yang dituakan dengan
umur dan rizqi bertambah panjang. Sowan           murid atau masyarakat lain) mampu terjadi
dapat dilakukan oleh santri secara individu       dan terjaga dalam masyarakat Jawa hingga
atau bersama-sama. Bisanya seorang kyai           saat ini.
akan menerima para tamu dengan lapang
dada. Bagi wali santri yang hendak menitipkan          Chu dalam Hair (2014, h.3) menjelaskan,
anaknya di pesantren, sowan kepada kyai           “Teori komunikasi barat bersifat
sangat penting. Karena dalam kesempatan           individualistik. Hal ini bertolak belakang
ini ia akan memasrahkan anaknya untuk             dengan perilaku orang-orang timur yang
dididik di pesantren oleh sang kyai. Begitu       cenderung kolektif.“ Adanya penjelasan
pula dengan calon santri, inilah kali pertama     tersebut, membuat perspektif teori komunikasi
ia melihat wajah kyainya yang akan menjadi        Barat tentu saja bisa berubah karena belum
panutan sepanjang hidupnya. Sowan tidak           mampu menjelaskan praktek komunikasi
hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar    yang ada dalam kehidupan masyarakat timur
di pesantren. Banyak santri yang telah hidup      khususnya Jawa. Hadisuprapto (2010, h.66)
bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi         menjelaskan bahwa konsep dan penunjukkan
kyainya hanya sekedar ingin bersalaman            kasih sayang dalam budaya Jawa berdasarkan
semata. Atau sengaja datang membawa               norma dari sebuah interaksi yang tidak ada
permasalahan yang hendak ditanyakan               dalam masyarakat Barat, sebagai kepercayaan
kepada kyai tentang berbagai masalah yang         yang diinternalisasi melalui kasih sayang dan
dihadapinya. Hal ini menjadikan bahwa             interaksi satu sama lain. Inilah yang akhirnya
hubungan kyai santri tidak pernah mengenal        para sosiolog menyimpulkan bahwa Perilaku
kata putus. Kyai tetap menjadi guru dan santri    politik dipengaruhi oleh faktor budaya yang
tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren        dianut serta proses komunikasi politik yang
istilah alumni hanya menunjuk pada batasan        dilaluinya (Muhtadi, 2008, h.21).
waktu formal belaka, dimana seorang santri
pernah belajar di sebuah pesantren tertentu.           Adanya perintah dalam Islam yang sesuai
Tidak termasuk di dalamnya hubungan               dengan perilaku masyarakat Jawa, membuat
guru-murid. Meskipun telah manjadi alumni         perilaku Sowan Kyai mengalami sebuah
pesantren A, seseorang akan tetap menjadi         akulturasi dalam perkembangannya. Hal
santri atau murid Kyai A.                         tersebut terjadi karena adanya pandangan
                                                  masyarakat Jawa yang melihat kehidupan
                                                  orang-orang Islam menjadi lebih baik, sehingga
                                                  mereka berbondong-bondong masuk Islam
506 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dan melakukan perintah ini pula. Didukung         menggunakan simbol-simbol dan perilaku
dengan sosok Kyai yang kharismatik, berilmu       yang terintegras itersebut, juga memunculkan
tinggi, dan dianggap sebagai seseorang yang       suatu budaya dan tradisi yang dianggap efektif
lebih dekat dengan Tuhan pula, Sowan Kyai         dan efisien untuk mendapatkan dukungan dan
menjadi sebuah budaya yang melekat kuat bagi      kepercayaan masyarakat.
masyarakat Islam-Jawa. Sehingga Kyai dengan
segala kelebihannya, sangat berpengaruh                Mendefinisikan Komunikasi Politik
terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat      sebagai komunikasi yang diarahkan kepada
Jawa.                                             pencapaian suatu pengaruh sedemikian
                                                  rupa, sehingga dapat mengikat semua
     Pengaruh yang begitu besar akan sosok        warganya. Sowan sebagai budaya yang ada di
Kyai terhadap masyarakat Jawa, tentu              masyarakat, dengan besarnya pengaruh kyai
menjadi peluang besar bagi dunia politik di       pada masyarakat Indonesia khususnya Jawa,
Indonesia. Bahkan, kondisi politik pun juga       membuat budaya ini juga digunakan para
dipengaruhi oleh sosok Kyai ini. Terbentuknya     pelaku politik untuk mendapatkan dukungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah        tersebut. Sehingga, Sowan dalam perilaku
kemerdekaan 17 Agustus 1945, memunculkan          politik juga menjadi tradisi yang terus dilakukan
banyak aktor politik-aktor politik handal yang    hingga saat ini. Lebih lanjut Kasyfurrahman
pada prinsipnya menggunakan segala cara           (2009,h.28) menjelaskan bahwa komunikasi
untuk mendapatkan dukungan, simpati, dan          politik pada dasarnya merupakan bagian dari,
kepercayaan dari masyarakatnya. Hal ini pun       dan dipengaruhi oleh, budaya politik suatu
juga tak lepas dari tradisi Sowan Kyai yang juga  masyarakat. Pada saat yang sama, komunikasi
memiliki esensi tersendiri bagi masyarakat        politik juga dapat melahirkan, memelihara
Indonesia khususnya Jawa. Keterlibatan para       dan mewariskan budaya politik. Sehingga
Kyai dalam proses pemilihan Kepala Daerah         dengan memperhatikan struktur pesan serta
secara langsung tidak bisa dihindarkan,           pola-pola komunikasi politik yang diperankan
karena mereka adalah potensi lokal yang dapat     masyarakat, maka dapat dianalisis budaya
memberikan kontribusi atau memberi warna          poltik suatu masyarakat (Kasyurrahman,
tersendiri bagi perpolitikan (Wafa, 2012,         2009, h.30).
h.64).
                                                       Budaya yang ada dalam komunikasi
     Indonesia, yang mengalami transisi           politik tersebut, tentu tidak akan lepas dari
pemerintahan mulai dari Orde Lama, Orde           suatu tujuan untuk mendapatkan simpati,
Baru, Reformasi ini, tentu membuat banyak         kepercayaan, dan dukungan masyarakat.
perubahan makna pada perilaku berbudi luhur       Manajemen Komunikasi Politik sebagai
khususnya Sowan dalam rangka mendapatkan          komponen penting, tentu juga diharapkan
tujuan yang diinginkan bagi para calon            membentuk kesan yang akan muncul pada
penguasa. Fenomena komunikasi politik yang        masyarakat. Perilaku Sowan Kyai yang
dilakukan oleh para calon pemimpin dalam          dilakukan para calon pemimpin untuk maju
perilaku sowan kepada Kyai, pada akhirnya         dalam pemilu, merupakan sebuah simbol yang
menjadi tradisi wajib ketika menjelang Pemilu.    semata-mata untuk memperoleh kesan di
                                                  masyarakat bahwa sosok tersebut telah diakui
     Komunikasi Politik sebagai bagian            oleh Kyai sebagai sosok yang amanah. Banyak
terpenting dalam perkembangan Politik             orang di Indonesia (terutama pejabat), yang
suatu negara, tentu memunculkan suatu             memandang kekuasaan sebagai riil, nyata,
perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para        objektif, bagaikan barang nyata yang bisa
pelaku politik didalamnya. Sumarno dalam          dipindah-pindah, atau diwariskan, seperti
Kasyfurrahman (2009, h.28) mengatakan             dalam kekuasaan raja-raja di Jawa, sehingga
bahwa Komunikasi politik adalah suatu sikap       banyak orang memperebutkan kekuasaan
dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam   tersebut dengan berbagai cara (Mulyana, 2013,
suatu system politik dengan menggunakan           h.7).
simbol-simbol yang berarti. Dengan
                                                  Edisi Budaya | 507
Biasanya menjelang Pemilu tradisi sowan          Para Kyai sebagai sosok yang lebih tinggi
kepada kyai mengalami penyemputan makna          dan diagungkan, memiliki pemaknaan yang
sebagai bentuk pencarian dukungan karena         berbeda dalam perilaku Sowan Kyai ini.
adanya pengaruh sosok Kyai yang besar            Para Kyai memaknai perilaku ini sebagai
di masyarakat. Dalam praktiknya, Sowan           sebuah perilaku ibadah karena adanya nilai-
Kyai yang digunakan untuk mendapatkan            nilai yang juga diperintahkan dalam ajaran
dukungan dilakukan dengan berbagai etika         Islam. Kyai sebagai seseorang yang ilmu
dan tata cara layaknya seorang Santri.           agamanya lebih tinggi dari masyarakatnya,
Sehingga dalam Sowan Kyai ini, perilaku untuk    tentu akan berperilaku dengan niat untuk
mendapat dukungan berjalan bersama dengan        menjalankan nilai-nilai agamanya. Sowan Kyai
aturan, nilai dan norma yang ada di dalamnya     yang didasarkan pada nilai-nilai Islam, tetap
(dalam hal ini Islam). Terdapat berbagai aspek   dijalankan oleh para Kyai meskipun terdapat
pemaknaan yang ada dalam pemaknaan para          kepentingan-kepentingan politik di dalamnya.
Caleg ini, yakni adanya sebuah ikatan budaya di  Kepentingan-kepentingan politik yang ada
masyarakatnya, sebuah penentu kemenangan,        dalam Sowan Kyai menjelang Pemilu tersebut
kepercayaan-kepercayaan yang bersifat            dihiraukan dan nilai-nilai agama dijadikan
ketokohan dan mistisisme Islam, sebagai          sebagai acuan dalam berperilaku. Sehingga
modal untuk kampanye dan perlawanan black        dalam perilaku ini terdapat sebuah hubungan
campaign, dan sebagai persiapan mental dan       spiritual sekalipun untuk kepentingan politik.
spiritual. Nilai, norma, dan aturan-aturan
dalam perilaku Sowan Kyai ini menunjukkan             Komunikasi Politik sebagai sebuah perilaku
adanya sebuah hubungan assimetris bagi           komunikasi untuk tujuan-tujuan politik, pada
para pelakunya. Sehingga dalam praktiknya,       akhirnya sangat dipengaruhi oleh budaya
terdapat sebuah hubungan yang lebih tinggi       yang ada dalam masyarakatnya. Islam sebagai
dan lebih rendah.                                agama yang berpengaruh bagi masyarakat
                                                 Jawa, juga mempengaruhi perilaku-perilaku
            Sowan para santri ke kediaman Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) Rembang.
                   Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.
508 | Ensiklopedi Islam Nusantara
masyarakatnya terutama Sowan Kyai. Para          silaturrahmi. Sowan Kyai menjelang Pemilu
Calon Legislatif di Jawa Timur sebagai pelaku,   ini, menghasilkan dua proposisi tentang
memaknai perilaku Sowan Kyai ini sebagai         konsep Sowan Kyai menjelang Pemilu.
bentuk pencarian dukungan sekaligus mencari      Proposisi pertama, terdapat hubungan spiritual
doa dan keberkahan dari Kyai.                    pada perilaku Sowan Kyai dalam konteks
                                                 Komunikasi Politik. Sedangkan proposisi
     Sowan Kyai sebagai perilaku komunikasi      kedua, terdapat dimensi hubungan assimetris
masyarakaat Jawa, memiliki perbedaan             antara seseorang dengan orangyang ilmu
pemaknaan dari para pelaku Sowan Kyai            spiritualnya lebih, sehingga memunculkan
ketika dilakukan pada masa Pemilu (yakni para    simbol-simbol tertentu dalam perilaku Sowan
calon pemimpin dan para Kyai). Para Calon        Kyai menjelang Pemilu ini. Seseorang yang
Pemimpin memaknai perilaku ini sebagai           memposisikan lebih rendah dari orang yang
suatu bentuk pencarian dukungan, dengan          lebih tua dan ilmu spiritualnya lebih, menjadi
tetap mengakomodasi aspek etika, norma,          suatu dimensi yang kuat dalam perilaku Sowan
dan nilai-nilai spiritual dalam Islam dan Jawa.  Kyai ini.
Sedangkan para Kyai memaknai perilaku
ini sebagai bentuk perilaku ibadah, dengan                                                       [Zainul Milal Bizawie]
dasar ajaran Islam untuk menyambung tali
                                            Sumber Bacaan
Muhammad Alfien Zuliansyah, BUDAYA SOWAN KYAI, SEBUAH STRATEGI DALAM KOMUNIKASI POLITIK
         (Komunikasi Politik Calon Legislatif di JawaTimur), Penelitian di Universitas Brawijaya.
Abdurrahman, Syaikh Khalid binH usain bin.(2009). Silaturahim, Keutamaan, dan Anjuran Melaksanakannya. (M.I Ghazali,
         Terjemahan). Indonesia, Islamhouse
Al – Qur’an Terjemah. (2005). Jakarta: Al– Huda
Astuti.(2014,24April). Minta Doa Kiai, Kalau Betul–Betul “Nyalon” Bismillah. Jakarta. Diakses padaSenin 11 Agustus
         2014, dari http://www.nefosnews.com/ post/berita-analisa/minta-doa-kiai-kalau-betul-betul-nyalon-bismillah
Hadisuprapto, P. (2010). Attachmentand Deliquency in Javanese Society. Universitas Diponegoro Semarang
Hair, A. (2014). Taqqiyah, Strategi Komunikasi dalam Penghindaran Isolasi (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2014)
Herusatoto,B. (2008).Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Jakarta : Indonesia, tersedia dalam :http://kbbi.web.id/sowan
Kasyfurrahman, Z. (2009). Komunikasi Politik Kyai (Skripsi, Universitas Islam Negeri Malang,2009)
Lombard,D.(2008). Nusa Jawa: Silang Budaya (Bagian III: Warisan Kerajaan–Kerajaan Konsentris). Jakarta: Gramedia
Muhtadi,A.(2008).Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana,D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ubudiyah.(2012). Sowan dan MenciumTangan Kyai.Diaksespad aRabu17Juli2014,dari http://m.nu.or.id/a,public-
         m,dinamic-s,detail-ids,10-id,39396-lang,id-c,ubudiyah-t,Sowan+dan+Mencium+Tangan+Kyai-.phpx
Wafa,M.(2013).Peran Politik Kyai di Kabupaten Rembang Dalam PemiluTahun1994-2009. Journal ofIndonesian History
         Vol.1. Universitas Negeri Semarang.
                                                 Edisi Budaya | 509
Suroan
Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai         II telah membuat penyesuaian antara sistem
        awal tahun Jawa dianggap sebagai bulan   kalender Hirjiyah dengan sistem kalender
        yang sakral atau suci, bulan yang tepat  Jawa pada waktu itu.
untuk melakukan renungan, tafakur, dan
introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang             Waktu itu, Sultan Agung menginginkan
Maha Kuasa.                                      persatuan rakyatnya untuk menggempur
                                                 Belanda di Batavia, termasuk ingin
      Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat         “menyatukan Pulau Jawa.” Oleh karena itu,
Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan,         dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi
lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan      disebabkan keyakinan agama. Sultan Agung
tuguran (perenungan diri sambil berdoa).         Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok
Bahkan sebagian orang memilih menyepi            santri dan abangan. Pada setiap hari Jumat legi,
untuk bersemedi di tempat sakaral seperti        dilakukan laporan pemerintahan setempat
puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di   sambil dilakukan pengajian yang dilakukan
makam keramat.                                   oleh para penghulu kabupaten, sekaligus
                                                 dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam
Sejarah Suroan                                   Ngampel dan Giri. Akibatnya, 1 Muharram (1
                                                 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi
      Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat     ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap
Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung        sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari
(1613-1645 Masehi). Saat itu masyarakat          tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah,
Jawa masih mengikuti sistem penanggalan          dan haul.
Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu.
Sementara itu umat Islam pada masa Sultan             1 Syura adalah awal tahun Muharam,
Agung menggunakan sistem kalender                tahun Islam yang telah ditranskulturisasi
Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran         dengan tradisi ritual Jawa kuno. Karaton
Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung       Mataram menerima dan mengembangkan ide
memadukan antara tradisi Jawa dan Islam          transkulturasi terutama sejak Sultan Agung
dengan menetapkan 1 Muharram sebagai             dari Karaton Yogyakarta. 1 Syuro menjadi
tahun baru Jawa.                                 bagian penting dari sebuah siklus kehidupan
                                                 manusia.
      Dalam Islam, latar belakang dijadikannya
1 Muharam sebagai awal penanggalan                    Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai
Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab,            awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan
seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi     yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk
Muhammad wafat. Awal dari afiliasi ini, konon    melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi
untuk memperkenalkan kalender Islam di           untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.
kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H
atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada jaman           Cara yang biasa digunakan masyarakat
pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri          Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan
                                                 lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.
510 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul          Islam dan sekaligus juga menjadikannya
24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan     sebagai awal perjuangan umat Islam melalui
secara serempak di Kraton Ngayogyakarta        wadah kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat
kebudayaan Jawa.                                    Momentum tanggal 1 Muharram selalu
                                               dijadikan penyemangat untuk membangun
Tradisi Suroan Dalam Islam                     kesadaran akan kejayaan Islam di masa lalu.
                                               Bagi kebanyakan umat Islam yang memiliki
     Sebagai awal tahun, bulan Muharram        kesadaran sejarah Islam di masa lalu, selalu
memiliki makna yang sangat mendalam bagi       menjadikan Muharram sebagai bulan untuk
kaum muslimin. Bulan Muharram merupakan        kembali mengingat tentang peradaban Islam
bulan yang memiliki makna perjuangan           di masa lalu yang agung luar biasa. Makanya,
umat Islam. Bulan Muharam menandai awal        tanggal 1 Muharrom selalu saja dimaknai
perjalanan Umat Islam bersama Rasulullah       adanya keinginan yang kuat dari umat Islam di
saw untuk memperjuangkan Islam. Bulan          seluruh dunia untuk bangkit dari keterpurukan
Muharram menandai hijrahnya Nabi               dan membuka kembali kontribusi dunia Islam
Muhammad saw ke Madinah dan menandai           bagi peradaban dunia.
awal perjuangan Islam dalam kancah
kehidupan umat manusia.                             Di Nusantara, Perayaan 1 Muharram,
                                               rasanya telah menjadi simbol ritual tahunan
     Hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah      yang ditandai dengan berbagai upacara
ke Madinah merupakan titik balik bagi          penyambutan dan hingar bingar kegiatan
perkembangan umat Islam. Jika di Mekkah        di masyarakat Indonesia. Sekali lagi, bahwa
Nabi dimusuhi dengan berbagai cara agar        tanggal 1 Muharram dianggap sebagai simbol
Muhammad saw menghentikan dakwahnya            kebangkitan umat Islam. Namun demikian, ada
untuk menyebarkan Islam sebagai agama yang     sebuah pertanyaan yang kiranya dapat menjadi
hanif. Muhammad saw mendakwahkan Islam         renungan kita semua. Pertanyaan itu adalah
kepada kaum non Muslim di Mekkah dalam         bagaimana menjadikan Muharram sebagai
rentang waktu yang cukup lama. Akan tetapi     kebangkitan hakiki umat Islam. Bukan hanya
perkembangan Umat Islam tidak sebanding        simboliknya yang mengedepan, akan tetapi
dengan upaya yang dilakukan Nabi Muhammad      adalah makna hakikinya yaitu umat Islam
saw dan para sahabat-sahabatnya. Setelah Nabi  sudah mengedepankan Islam sebagaimana
Muhammad saw ditinggalkan oleh istrinya        yang diinginkan Nabi Muhammad saw, yaitu
yang sangat mencintainya (Khadijah RA) yang    Islam yang damai, sejahtera, berkemajuan dan
sangat mendukung usaha-usaha dakwahnya,        memberikan berkah bagi umat manusia.
lalu juga ditinggalkan oleh Pamannya (Abu
Thalib), maka posisi dakwah Nabi Muhammad           Tentu ada perbedaan dalam menentukan
Saw., dalam nuansa genting. Beliau tidak lagi  kapan tanggal 1 Muharram tersebut. Ada yang
memiliki pendamping dan pendukung dari         menggunakan hitungan tahun Saka, ada yang
Bani Quraisy yang terkemuka. Dari sinilah      menggunakan hitungan tahun Aboge, dan
sesungguhnya hijrah Nabi Muhammad saw ke       sebagainya. Namun demikian di antara mereka
Madinah dapat dilihat ulang.                   yang berbeda pendapat tersebut tidak saling
                                               mencaci dan merendahkan. Mereka semua
     Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw        memahami bahwa perbedaan adalah bagian
inilah yang kemudian ditahbiskan sebagai       dari sunnatullah yang harus dipahami secara
awal tahun baru Islam. Sehingga tanggal 1      mendalam.
Muharram ditetapkan sebagai hari dalam
tahun pertama untuk menandai hijrah Nabi            Orang Jawa ada yang mengikuti hitungan
Muhammad saw yang sangat fenomenal             tahun baru Islam sebagaimana hitungan hisab
tersebut. Hijrah Nabi Muhammad saw ke          dan rukyat, sementara yang lain menggunakan
Madinah merupakan awal bagi penyebaran         hitungan tahun Saka dan juga Aboge. Orang
                                               Jawa memang memiliki tradisinya sendiri di
                                               Edisi Budaya | 511
dalam merayakan tahun baru Islam atau bulan     oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking
Muharram. Orang Jawa menyebutnya sebagai        Lampah. Kebo Bule merupakan hewan
bulan Suro. Di bulan inilah sesungguhnya        kesayangan Susuhunan yang dianggap
orang Jawa melakukan berbagai macam             keramat. Konon kerbau ini bukan sembarang
upacara yang intinya untuk memohon agar         kerbau. Dalam buku Babad Solo karya Raden
Allah swt memberikan perlindungan dari          Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah
segala mara bahaya yang bisa saja hadir di      hewan klangenan atau kesayangan Paku
tahun berlangsung. Dengan demikian, bagi        Buwono II. Maka dari itu, kebo bule ini
orang Jawa bahwa bulan Suro bukanlah bulan      dianggap sebagai pusaka keraton. Adapun
untuk bersenang-senang, akan tetapi bulan       kirab itu sendiri berlangsung tengah malam,
untuk merenung dan bermunajat kepada Allah      tergantung ‘kemauan’ dari kebo Kyai Slamet.
agar keselamatan terus menyelimuti bumi         Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya
(Nursyam; 2009).                                adalah para putra Sentana Dalem (kerabat
                                                keraton) yang membawa pusaka, kemudian
     Pada Orang Jawa banyak hal yang            diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti
bisa dicermati dan dikaji terkait dengan        Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri.
bulan Muharram atau wulan Suro. Orang
Jawa memiliki tradisinya sendiri di dalam            Uniknya, dalam kirab ini, orang-orang
merayakan bulan Muharram atau bulan Suro.       sekitar Keraton akan berjalan mengikuti kirab.
Berbeda dengan umat Islam pada umumnya          Merekasalingberebutdanberusahamenyentuh
yang merayakan bulan Muharram, misalnya         tubuh kebo bule. Tak cukup menyentuh,
dengan Puasa, Baca doa, Baca Yasin atau Baca    bahkan orang-orang tersebut terus berjalan
Surat Al Ikhlas, sampai sedekah kepada fakir    di belakang kerbau, menunggu sekawanan
miskin dan anak yatim, maka Orang Jawa          kebo bule buang kotoran. Bila kotoran jatuh,
menyelenggarakan upacara Suroan dengan          mereka saling berebut mendapatkannya.
tradisi yang lebih unik.                        Orang-orang itu beranggapan bahwa kotoran
                                                tersebut sebagai tradisi ngalap berkah, atau
Ritual Suroan di Jawa                           mencari berkah Kiai Slamet.
     Satu suro biasanya diperingati pada malam       Sedangkan ritual di Yogyakarta berbeda
hari setelah magrib pada hari sebelum tanggal   lagi. Di istana Sultan Hamengkubuwono, itu
satu biasanya disebut malam satu suro, hal      setiap malam satu Suro digelar acara mengarak
ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada    benda pusaka mengelilingi benteng keraton
saat matahari terbenam dari hari sebelumnya,    yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan
bukan pada tengah malam. Satu Suro memiliki     sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng
banyak pandangan dalam masyarakat Jawa,         beteng tidak diperkenankan berbicara seperti
hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh    halnya orang sedang bertapa. Inilah yang
pada jumat legi. Untuk sebagian masyarakat      dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng
pada malam satu suro dilarang untuk ke          beteng.
mana-mana kecuali untuk berdoa ataupun
melakukan ibadah lain.                               Tapa Bisu atau mengunci mulut dilakukan
                                                dengan cara diam, tidak mengeluarkan kata-
     Cara yang biasa digunakan masyarakat       kata selama ritual. Mereka melakukan untuk
Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan        memohon perlindungan dan keselamatan
lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.         kepada Allah SWT dengan harapan diberikan
Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul           yang terbaik untuk Kota Yogyakarta. Tapa
24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan      Bisu, atau mengunci mulut yaitu tidak
secara serempak di Kraton Ngayogyakarta         mengeluarkan kata-kata selama ritual ini. Yang
dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat         dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas
kebudayaan Jawa. Di Kraton Surakarta            diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya
Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin         selama setahun penuh, menghadapi tahun
                                                baru di esok paginya.
512 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Selain di Kraton, ritual 1 Suro juga        Jawa sepanjang bulan Suro.
diadakan oleh kelompok-kelompok penganut
aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak          Salah satu ritual paling popular malam
dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut           satu Suro adalah ngumbah keris (membersihkan
datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan       keris). Ritual ini adalah tradisi mencuci/
atau selamatan. Tirakat dari kata ‘Thoriqot’     membersihkan keris pusaka bagi orang yang
atau Jalan, yang dimaknai sebagai usaha          memilikinya. Dalam tradisi masyarakat Jawa,
mencari jalan agar dekat dengan Allah.           ngumbah keris menjadi sesuatu kegiatan
Tirakatan ini digelar setiap malam satu Suro     spiritual cukup sakral. Tiap malam satu Suro
oleh kelompok-kelompok penganut aliran           kebanyakan orang Jawa atau para kolektor
kepercayaan Kejawen yang masih banyak            pusaka selalu ‘ngumbah gaman/keris’ karena
dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut           1 Muharram adalah malam penuh keramat,
datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan       malam penuh dengan kekuatan magis.
atau selamatan.                                  Karena pusaka-pusaka itu juga dikeramatkan,
                                                 makanya perlu dirituali di malam 1 Suro, agar
     Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa        kekuatan gaibnya bertambah.
meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan
waspada. Eling artinya manusia harus tetap            Tradisi lainnya adalah Kungkum atau
ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya      berendam di sungai besar, sendang atau sumber
sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada         mata air tertentu, Yang paling mudah ditemui
berarti manusia juga harus terjaga dan waspada   di Jawa khususnya di seputaran Yogyakarta
dari godaan yang menyesatkan. Karenanya          adalah Tirakatan (tidak tidur semalam suntuk)
dapat dipahami jika kemudian masyarakat          dengan tuguran (perenungan diri sambil
Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan        berdoa) dan Pagelaran Wayang Kulit. Di antara
selama bulan Suro.                               tradisi tersebut ada juga sebagian masyarakat
                                                 yang menggunakan malam satu suro sebagai
     Terlepas dari mitos yang beredar dalam      saat yang tepat untuk melakukan ruwatan.
masyarakat Jawa berkaitan dengan bulan
Suro, namun harus diakui bersama bahwa           Dialeketika Tradisi Islam dan Jawa
introspeksi menjelang pergantian tahun
memang diperlukan agar lebih mawas diri.              Memang, masih ada sekelopompok orang
Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat    yang membedakan antara Islam dan Jawa.
Kebo Bule Kyai Slamet Keraton Solo ketika diarak sewaktu acara Suroan.
Sumber: https://bagusdikalasenja.wordpress.com
                                                                        Edisi Budaya | 513
Bagi mereka Jawa dan Islam merupakan dua        (pembuat keris) seperti Empu Gandring
entitas yang masing-masing berdiri sendiri-     dalam cerita Kerajaan Tumapel, atau Empu
sendiri. Islam adalah suatu hal tersendiri,     Supo dalam cerita Walisongo dan sebagainya.
demikian juga Jawa adalah sesuatu hal yang      Bahkan di setiap wilayah juga menyimpan
lain. Sebagai entitas kebudayaan, maka Islam    tradisi senjata-senjata sakti, seperti Rencong
dan Jawa merupakan suatu hal yang berbeda.      di Aceh, Tombak dan Keris di Jawa, dan
Sementara itu juga ada sebagian masyarakat      sebagainya.
yang menyatakan bahwa Islam dan Jawa
merupakan dua entitas yang sudah menjadi             Kedua, Tradisi melakukan puasa-puasa
satu. Keduanya telah lama membangun             khas. Misalnya pada bulan Suro penganut
dialog kebudayaan yang saling memberi dan       Islam Jawa melakukan puasa patigeni, puasa
menerima. Pandangan kedua inilah yang           mutih, puasa ngrowot, puasa ngebleng dan
kiranya menjadi arus utama akhir-akhir ini.     sebagainya. Puasa patigeni dilakukan dengan
                                                cara tidak memakan makanan hasil perapian,
     Dengan demikian, antara Islam dan Jawa     puasa mutih artinya hanya makan nasi putih
sudah merupakan suatu entitas kebudayaan        dan air putih saja saat berbuka, puasa ngrowot
yang menyatu, dan tidak terpisahkan. Ibaratnya  dilakukan dengan hanya memakan buah-
mata uang koin, maka sisi yang satu adalah      buahan, puasa ngebleng dilakukan dengan
Islam dan sisi lainnya adalah Jawa. Jadi tidak  menanam dirinya di tanah dan sebagainya.
bisa dipisahkan. Dalam pandangan seperti        Puasa-puasa ini tentu saja dilakukan dengan
ini, maka Islam dapat berkolaborasi dengan      tujuan untuk melatih kejiwaan dan kekuatan
tradisi Jawa, sehingga Islam dan Jawa dapat     batin agar dekat dengan Allah sing agawe
membangun demokrasi dan kemoderenan.            urip (Tuhan yang mencipta kehidupan).
Keduanya saling memberikan sumbangannya         Urip iku urup artinya bahwa hidup itu adalah
dalam satu kesatuan untuk membangun             pengabdian kepada Tuhan untuk kepentingan
peradaban yang agung dan mendunia.              kemanusiaan.
     Islam dan Jawa memang merupakan                 Bulan Suro di kalangan Orang Jawa
entitas budaya yang dapat memberikan            dikenal sebagai bulan tirakatan. Tirakat yang
warna khusus Islam dibanding dengan Islam       dilakukan oleh Orang Jawa tentu agak berbeda
di tempat lain. Kekhususan itu terletak pada    dengan tarekat dalam pengertian organisasi
berbagai upacara yang dalam banyak hal tidak    kaum sufi. Tirakatan artinya adalah tindakan
dijumpai pada praktek Islam di tempat lain,     untuk pendekatan khusus kepada Allah swt,
bahkan di pusat sumber orisinalitas Islam       melalui puasa, berdzikir atau eling kepada
di Timur Tengah. Makanya, ada beberapa          Allah, melanggengkan ritual-ritual khusus
hal yang kiranya dapat dipahami mengenai        yang dianggap sebagai cara atau jalan agar bisa
perilaku Orang Islam Jawa, terkait dengan       berdekatan dengan Tuhan.
perayaan tanggal 1 Muharram atau 1 Suro
Nursyam, 2009).                                      Ketiga, Tradisi memandikan pusaka yang
                                                dianggap memiliki kesaktian. Mungkin ada di
     Pertama, Tradisi mencintai dan             antara kita yang tidak meyakini bahwa pusaka
menghormati keris atau benda-benda pusaka       (keris, tombak, bahkan batu akik) memiliki
lainnya. Keris atau benda-benda pusaka          kekuatannya sendiri. Kekuatan khusus yang
lainnya tentu bukanlah tradisi genuine          hanya dimiliki oleh benda-benda tersebut.
Islam. Hampir di semua kerajaan Islam           Kekuatan itu adalah anugerah Allah kepada
dijumpai benda-benda pusaka. Bahkan para        alam. Ada keistimewaan yang dimiliki oleh
Wali juga memiliki benda-benda pusaka. Di       benda-benda tersebut karena sesungguhnya
dalam cerita, misalnya Kanjeng Sunan Giri       adalah representasi dari kekuasaan Allah.
memiliki Kyai Kolomunyeng, kemudian Raja        Orang Jawa meyakini bahwa ada representasi
Mataram memiliki Kyai Sengkelat, ada juga       kekuasaan Allah pada benda-benda di alam ini.
Kyai Nogososro Sabuk Inten dan sebagainya.
Ini tentu melengkapi kehebatan para empu             Menurut Nursyam, keyakinan tersebut
514 | Ensiklopedi Islam Nusantara
tidak sama dengan konsep dinamisme di dalam     semakin banyak. Ritual ziarah makam suci
agama-agama primitive, yang beranggapan         dilakukan dengan harapan bahwa Allah akan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan            memberikan keselamatan dan keberkahan
sehingga bisa disembah. Di dalam tradisi        hidup selama setahun berlangsung. Mereka
Islam-Jawa, bahwa benda-benda itu adalah        mempercayai bahwa para Waliyullah adalah
representasi Tuhan untuk menunjukkan            washilah yang baik agar doanya diterima oleh
tentang tanda-tanda kebesaran Allah bisa        Allah. Mereka bukan berdoa kepada arwah
terdapat di antara kita semua. Bukan untuk      Waliyullah, akan tetapi menjadikan orang suci
disembah, akan tetapi dijadikan sebagai bukti   ini sebagai perantara yang baik untuk doa yang
bahwa Allah itu maha kuasa dan berkuasa         dilantunkannya kepada Allah swt.
untuk menjadikan benda atau apa saja bisa
memiliki ciri khas yang berbeda dengan               Kelima, Tradisi sedekah juga mewarnai
lainnya.                                        bulan Suro. Ada keyakinan bahwa bulan
                                                Muharram adalah bulan yang sangat baik
     Para empu yang membuat keris atau          untuk sedekah. Orang yang banyak sedekah
tombak atau senjata lainnya tentu tidak hanya   kepada orang miskin dan anak yatim akan
menggunakan kekuatan fisikalnya, akan tetapi    dihindarkan oleh Allah dari marabahaya.
dengan lelaku atau tirakat atau riyadhah yang   Mereka meyakini bahwa melalui sedekah
sangat mendasar. Mereka mencipta pusaka         kepada anak yatim pada tanggal 10 Muharram,
tersebut dengan semedi (upacara-upacara         maka Allah akan menurunkan keselamatan
khas) untuk meminta kepada Allah agar yang      dan keberkahan kepada yang melakukannya.
diciptakannya menjadi penjaga alami bagi        Itulah sebabnya, banyak orang yang berlomba-
yang memilikinya. Di dalam tradisi Jawa, maka   lomba mengeluarkan sedekah pada bulan
pembuatan pusaka-pusaka istimewa dilakukan      Muharram ini.
sampai berbulan-bulan karena banyaknya
upacara ritual yang harus diselenggarakan.           Bulan Suro atau Bulan Muharram
Orang Jawa sangat menghargai prosesi itu,       merupakan bulan yang dianggap sebagai
sehingga memuliakannya.                         bulan keramat. Makanya, orang Jawa banyak
                                                melakukan ritual-ritual untuk memperoleh
     Keempat, Tradisi Ziarah kubur para Orang   keselamatan dan keberkahan.
Suci. Ziarah kubur sekarang sudah merupakan
bagian dari tradisi Islam Indonesia. Tidak           Kita tentu tidak bisa memvonis apakah
hanya Orang Jawa yang melakukan ritual          pelaksanaan upacara-upacara ini memiliki
ziarah kubur para wali atau penyebar Islam.     dalil naqli atau tidak, akan tetapi satu hal
Akan tetapi makin banyak orang yang             yang penting adalah adanya keyakinan bahwa
melakukan ziarah Wali. Di Jawa dikenal ziarah   di bulan Suro ini segala keprihatinan dan
Wali Songo ( Wali Sembilan). Wisata ziarah ini  tirakatan harus dilakukan. Keyakinan tersebut
dilakukan secara berjamaah. Meskipun dewasa     terus dijaga oleh Orang Jawa yang tentu
ini ziarah Maqam Wali tidak terbatas pada       menggambarkan bahwa Orang Jawa memang
bulan-bulan tertentu, namun demikian khusus     memiliki ritualitas yang menarik untuk
bulan Muharram kuantitas peziarahnya            dicermati.
                                                                                                [Zainul Milal Bizawie]
Sumber Bacaan
Nursyam, Tradisi Muharram (Suroan) di Nusantara, Kumpulan opini tahun 2009-2016 di situs pribadi Nursyam.
Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979)
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998)
                                                Edisi Budaya | 515
Surau
Perjalanan Islam ke berbagai wilayah telah      pelengkap rumah gadang, adat. Bangunan ini
        melahirkan bentuk bentuk baik cara      fungsinya untuk bertemu, berkumpul, rapat
        beribadah maupun tempat – tempat suci,  serta tempat tidur bagi anak anak lakl-laki
kedatangan Islam yang menjadi perdebatan        yang sudah akil baligh dan kaum lakil-laki
soal asal, waktu dan agen ke Indonesia, telah   yang sudah udzur. Anak laki-laki yang sudah
melahirkan Islam Indonesia yang sangat          akil baligh itu dianggap memalukan jika masih
unik dan berbeda-beda performance-nya.          tidur di rumah.
Salah satunya adalah tempat ibadah dan
tempat pendidikan. Orang Arab atau Timur             Istilah surau ini juga dikenal di
Tengah hanya mengenal Masjid sebagai pusat      Semenanjung Malaya Malaysia. Di sana
peribadatan di mana sholat Jumat dan hari       perbedaan fungsi antara surau dan masjid
raya diselenggarakan. Di sana tempat untuk      tidak begitu terang. Ada pembedaan, tetapi
shalat di tempat publik namanya masjid,         administratie saja, surau besar dan surau kecil.
tidak dikenal turunannya (Badri yatim: 2010).   Fungsinya hampir sama dengan masjid di
Adapun di Indonesia kita mengenal, ,rangkang,   Indonesia. Yang besar untuk fungsi keagamaan
langgar, surau, meunasah tajuk, dan lain-lain.  yang lebih besar. Tapi bukan untuk pendidikan
yang juga sebagai tempat ibadah publik. Semua   Islam. Adapun yang kecil dipakai belajar agama
istilah itu menggambarkan betapa kayanya        agama yang dasar. Patani (Thailand Selatan)
keragaman Islam lokal di Indonesia.             pun menggunakan istilah surau sebagai bagian
                                                dari pusat keagamaan.
      Mini masjid, karena punya fungsi yang
terbatas dari masjid, terutama tidak digunakan       Sementara di Minangkabau, Tanah Batak,
untuk Sholat Jumat menjelma menjadi bentuk      Sumatera Tengah, Sumatera Selatan pun surau
langgar. Kata ini banyak digunakan di Jawa,     melegenda. Di Minangkabau, surau dibedakan
Madura dan Kalimantan. Adapun Surau,            berdasarkan daya tampung kapasitasnya.
lebih dikenal di Minangkabau Sumatra Barat.     Surau kecil, bisa dipakai 20 murid; surau
Sedangkan Istilah Rangkang dan Meunasah         sedang, kapasitasnya sampai 80 murid; dan
lazim digunakan di Aceh.                        yang besar antara 100 sampai 1000 orang.
Arti Kata                                            Fungsi surau kecil itu kira-kira sama
                                                dengan langgar di Jawa atau di Minangkabau.
      Istilah surau sendiri sudah muncul        Surau besar dan sedang yang ada di Malaysia
sebelum Islam datang ke Indonesia Menurut       bisa dikatakan berfungsi seperti pesantren
AA. Navis fungsi surau pada waktu itu adalah    di Indonesia dalam hal penyelenggaraan
tempat belajar dan menginap anak-anak laki-     pendidikan. Ia bisa menjadi atau berfungsi
laki yang sudah baligh.                         seperti masjid karena ada khatib, imam, bilal
                                                dan lain-lain.
      Surau sebenarnya juga berarti bangunan
kebudayaan (semacam balai) bagi masyarakat      Surau dalam Lintasan Sejarah
setempat di mana masyarakat berkumpul
sebelum kedatangan Islam. Tempat itu bagi            Seperti dikatakan di atas, di mana surau
masyarakat adalah milik kaum atau suku,         sudah dikenal sebelum Islam, seiring dengan
516 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kedatangannya, peran dan fungsi surau mulai     ulama ulama Minangkabau. Surau ini
diperluas. Ia tidak lagi hanya menjadi pusat    nantinya akan menjadirpusat pendidikan di
kegiatan menekuni ilmu pengetahuan dan          Minangkabau. Tempat ini dianggap sebagai
ketrampilan tetapi juga pengembangan Islam      tempat penyebaran ilmu pengetahuan yang
di mana anak didik tinggal.                     lebih teratur. Dari surau ini, lahirlah ulama-
                                                ulama yang dikader Syekh Burhanudin dan
     Surau, menurut Badri Yatim, dalam hal      mendirikan tempat serupa di daerah asalnya.
ini mengalami Islamisasi. Yang hanya untuk      Mereka terus menyempurnakan kekuarang
menginap anak lajang sekarang menjadi tempat    dan melengkapi fungsi surau ini. Salah satu
pengembangan Islam, seperti pengajaran al-      contoh penting itu adalah murid beliau,
Quran. Sehinggn guna dan fungsinya seperti      Tuanku Mensiangan Nan Tuo. Ia mendirikan
masjid mini. Meski kecil, surau amatlah         surau serupa di kampungnya, Paninjauan.
penting bagi orang Minangkabau.
                                                     Seiring zaman, surau terus berkembang,
     Ada aktor penting yang membawa             perkembangan pertama adalah dalam soal
Islamisasi surau ini, yaitt Syekh Burhanudin    kependidikan, Syekh Abdarrahman (1777-
Ulakan (1641-1691), murid Abdur Rauf al-        1899) mendirikan surau besar di Batuhampar
Singkili. Al-Singkili, waktu itu, menjabat      Payakumbuh. Ia mendirikan model baru surau.
sebagai qadi dan mufti kesultanan Aceh          Setelah 48 tahun mengembara mencari ilmu,
Darussalam. Ketika kembali dari belajar ilmu    Sang syekh di usianya yang ke 63, beliau
di Kutaraja Aceh, Syekh Burhanudin Ulakan       mendirikan surau besar. Mengapa? Karena
mendirikan surau di kampungnya, Ulakan          suara ini dikelilingi oleh surau-surau kecil. Jadi
Pariaman. Di Surau inilah ia menakader ulama    surau besaa semacam surau induk. Jadi fungsi
dan mengembangkan ilmu-ilmu keIslaman           pendidikan sangat menonjol dalam bangunan
yang kelak akan saagat berpengaruh buat         ini.
Surau di Solok Sumbar yang dibangun pada 1657.
Foto diambil oleh M. Jihad Hizbullah
                                                Edisi Budaya | 517
Pendidikan di surau Syekh Abdurrahmai         ibunya, kecuali sedang sakit. Meunasah selain
dimulai dari membaca al-Quran dan kemudian         tempat bermusyawarah juga tempat menginap
tilawahnya dengan berbagai irama. Karena           uleebalang, jika bepergian bersama pangeran
keahlian beliau itu, surau ini mendatangkan        Sagi. Ketika Islam datang, fungsinyaiberubah
daya tarik bagi masyarakat di luar Payakumbu.      menjadi tempat ibadah. Seperti untuk shalat
Seperti Bengkulu, Pelembang, Bangka, riau          dan belajar ilmu agama. Karenanya kepala
dan Jambi. Konskuensinya, surau tak lagi           meunasah mestilah seorang yang tahu ilmu
basa menampung para peminat ilmu itu.              agama, ia memimpin penunaian zakat, sunat,
Syekh Abdurrahman lalu membangui komplek           pernikahan, memandikan jenazah dan lain-
surau lagi, tak tanggung-tanggung, 30 surau        lail. Ia disebut Teungku.
berukuran 7 x 8 meter, bertingkat dua dan
lokasinya mengelilingi bangunan induk. Nama             Selain surau, masyarakat Aceh punya
surau-suaru itu pun disesuaikan dengan             Dayah. Namun dayah lebih mirip pesantren.
daerah asal para murid yang mendiaminya.           Meskipun di meunasah diajarkan juga ilmu
Seperti Surau singkil Surau Riau dan lain-         agama, tetapi pelajaranid ayah lebih tinggi
lail. Dalam konteks Jawa, fenomena ini mirip       materinya. Dayah didirikan tanpa tiang, tetapi
dengan gothaan (ruang/kamar) di pesantren.         pondasi temboknya ditinggikan dan di atasnya
                                                   diberikan turapan semen. Hamzah Fansuri,
     Sementara itu materi pengetahuan yang         Syamsuidn as-Sumatrani, Nurudin al-Raniri,
diajarkan di surau pun meningkat, tidak            Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf al-Singkili
hanya baca tulis al-Quran tetapi juga fikih,       adalah tokoh-tokoh Dayah. Dayah ing kelak
tauhid, tasawuf dan tarekat. Jika di pesantren,    berkembang menjadi pusat pendidikan tinggi
para pencari ilmu disebut santri, para pelajar     Islam.
di sura, disebut urang siak. Kebanyakan
mereka menginap di surau. Pemilik surau                 Karena Dayah menjadi pusat penyebaran
yang sekaligus pemimpinnya disebut syekh.          ilmu dan banyak yang datang dari luar kota,
Gelar yang menunjukkan derajat keulamaan           maka dibangunlah tempat menginap atau
nan ketinggian ilmu yang tertinggi. Jika di        asrama yang disebut rangkang. Rangkang
pesantran ada sorogan dan bandongan, maka          dibuat sederhana tidak seperti umumnya
di surau disebutnya halaqah. Sang Syekh            rumah orang Aceh yang memiliki tiga lantai.
biasanya memberikan pendidikan secara lisan,       Ia hanya satu lantai dengan kamar kamar
semantara urang siak duduk menggilininya,          kecil yang bias ditempati satu sampai tiga
melingkar. Materinya ditentukan saag Syekh,        orang. Rangkang itu dipimpin oleh seorang
tetap diiesuaikan deegan para urang siak.          teungku rankang yang menjadi guru bantu
Biasaaya sesuai umurnya. Meskipun berbagai         dan pembimbing murid. Teungku ini semacam
pelajaran agama diajarkan sebagaimana              lurah pondok kalau di pesantren.
disebut di atas, tetapi fikih amatlah ditekankan.
Karena itu secara praktis sangat dibutuhkan             Istilah yang hampir sama fungsinya
oleh masyarakat.                                   adalah Langgar. Langgar yang selama ini
                                                   dikenal sebagaidmasjid mini di Jawa –Madura
     Tempat seperti surau banyak terdapat          (tidak untuk sholat Id dan Jumatan) ternyata
di daerah lain, tetapi dengan nama yang            terdapat juga di Kalimantan Selatan. Di
berbeda, misalnya Meunasah. Meunasah               Kerajaan Banjar, lembaga pendidikan pertama
lebih dikenal di Aceh atau Samudra Pasai.          itu disebut langgar. Adalah Syekh Muhammad
Sejak abad XIV Meunasah sebagai tempat             Arsyad al-Banjari, yang dikenal pertama kali
menginap pria dewasa dan tidak menikah di          menjalankan fungsi pendidikan di dalamnya.
gampong (kampung). Meunasah juga untuk             Beliau adalah ulama berpengaruh di Banjar
pria dari luar kampung tersebut atau yang          yang pernah belajar beberapa tahun di Mekah.
ibunya tinggal di gampong lain. Intinya,           Lokasi langgar yang didirikan beliau terletak
semua pria tidak boleh menginap di rumah           di pinggiran ibu kota kerajaan. Daerah ini
lain yang bukan istrinya, meski itu rumah          kemudian terkenal denga nama kampung
                                                   dalam pagar. Dan sebagaamana alumni surau
518 | Ensiklopedi Islam Nusantara
serta dayah, para murid yang belajar di Langgar  untuk ulama nusantara dan meninggalkan
pun mereka setelah pulang mendirikan langgar     sejarah yang tak dapat dilupakan hingga kini.
langgar di kampungnya
                                                      Menguatkan tentang kedudukan surau di
     Kesamaan nama langgar dengan yang ada       Minangkabau, Azyumardi Azra mengatakan
di Jawa dan di banyak tempat lain, mungkin       bahwa surau disana sudah seperti pesantren
juga karena jaringan para ulama yang dahulu      di Jawa. Pasca kemerdekaan, eksistensinya
kala berlajar di Haramain seperti Syekh Arsyad   berangsur surut karena lembaga pendidikan
yang belajar dan mengajar selama 25 tahun        Islam di Indonesia tunduk pada aturan
di Mekah dan 5 tahun di Madinah.Sebutan          pemerintah.
Ulama Jawi bagi para perantau Indonesia dan
ulama yang disegani disana sebagai sebutan                                                                   [Ala’i Nadjib]
                                            Sumber Bacaan
Azyumardi Azra, (1985). Surau Di Tengah Krisis: Pesantren Dalam Prespektif Masyarakat. Jakarta: PM3
Azyumardi Azra, (1999). Pemikiran Islam Tradisi dan Modernitas Menuju Milinium Baru. Ciputat: Logos.
Mohammad Kosim, Langgar Sebagai Institusi Pendidikan Keagamaan , Jurnal Tadrîs. Volume 4. Nomor 2. 2009 STAIN
         Pamekasan
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern Jakarta; LP3ES, 1994
Badri Yatim, Surau dalam Arus Besar Sejarah Indonesia, dalam Indonesia dalam Arus Sejarah Fakta dan Indeks. Jakarta,
         Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta; Delta Pamungkas, 1997),
Azyumardi Azra, Surau; Pendidikan Islam Tradsional dalam Transisi dan Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003
                                                 Edisi Budaya | 519
Syair
Syair merupakan puisi Melayu klasik.             dengan rubai Persia. Rubai Persia merupakan
       Istilah syair berasal dari bahasa Arab,   puisi yang berdiri sendiri, sedangkan pola
       yakni syi’r, yang berarti puisi. Berbeda  rubai dalam syair Hamzah Fansuri keempat
dengan istilah “syair” dalam bahasa Arab yang    larik syair merupakan bagian dari rangkaian
berarti penyair, istilah syair dalam tradisi     puisi Melayu yang panjang, yang jumlahnya
kesusastraan Melayu justru berarti karya         baitnya bervariasi antara 13 dan 21 bait.
puisi yang dikarang oleh penyair. Dari segi
kaidah dan konvensinya, syair terdiri atas            Dalam perkembangannya, bentuk
sejumlah bait; setiap bait terdiri atas empat    syair yang diciptakan oleh Hamzah Fansuri
larik; sedangkan dari jumlah suku kata setiap    mendapat penerimaan yang luas dari kalangan
larik dalam satu bait terdiri atas 9 hingga 12   penyair Melayu untuk menulis puisi dengan
suku kata. Adapun dari segi jumlah kata, satu    berbagai kecenderungan tematiknya. Dalam
larik terdiri atas empat kata. Sementara itu,    konteks ini, penyebaran syair di dunia Melayu
berkaitan dengan pola rima, syair Melayu         itu tampaknya dipengaruhi, pertama, oleh
berpola a-a-a-a, b-b-b-b, c-c-c-c, dst.          kegiatan kaum sufi yang berlangsung intensif
                                                 pada abad ke-16 dan ke-17, dan kedua oleh
      Secara historis, syair tumbuh dan          kenyaaan bahwa syair memiliki kemiripan
berkembang di dunia Melayu pada abad ke-16;      bentuk dengan puisi rakyat Melayu.
dalam hal ini sufi dan penyair besar Melayu,
yakni Hamzah Fansuri, dinilai sebagai pencipta        Perkembangan syair Melayu dan
genre syair Melayu. Latar belakang intelektual   penerimaannya yang luas di dunia Melayu
Hamzah Fansuri yang mengenal dengan baik         dengan sendirinya membawa implikasi pada
tradisi intelektual Arab dan Persia serta akar   perkembangan bentuk persajakan syair Melayu
etimologis kata “syair” yang berasal dari Arab   jika diukur dengan bentuk persajakannya pada
menimbulkan beragam hipotesis mengenai           tahap awal kemunculannya. Tahap awal, atau
sumber kesastraan yang menjadi dasar             tahap Hamzah Fansuri, berlangsung dari
penciptaan syair Melayu; sebagian pendapat       akhir abad ke-16 hingga paruh pertama abad
melihat bahwa puisi Persia, yakni Rub’i,         ke-17, sedangkan tahap kedua, tahap pasca-
menjadi prototipe syair Melayu; sebagian         Hamzah Fansuri, berlangsung dari akhir abad
pendapat melihat puisi Arab-lah yang menjadi     ke-17 hingga abad ke-19. Perbedaan bentuk
prototipenya; dan sebagian berpendapat           persajakan syair tersebut dapat dilihat dari
bahwa puisi lisan Melayu, yang dikenal dengan    tingkat isosilabisme dalam larik, jenis rima
sebagai “nyanyi”, merupakan prototipe syair      yang ada, dan kekhasan rima yang sering
Melayu.                                          digunakan dalam syair. Pada tahap pasca-
                                                 Hamzah Fansuri, umumnya kecenderungan
      Meskipun sebagai pencipta syair Hamzah     isosilabisme lebih mencolok daripada tahap
Fansuri menyebut puisinya sebagai rubai,         Hamzah Fabsuri karena pertimbangan
tetapi pola rubai yang digunakan oleh Hamzah     kesadaran estetik yang didasarkan atas
Fansuri dalam syair karangannya tidak sama       kesamaan jumlah suku kata. Selain itu, pada
520 | Ensiklopedi Islam Nusantara
tahap pasca-Hamzah Fansuri, jenis rima juga         tumbuh-tumbuhan, seperti ikan, burung,
mengalami perubahan yang nyata, dari rima           bunga, dan buah-buahan. Penggunaan cerita
berselang ke rima bersinambung.                     binatang dan tumbuh-tumbuhan tersebut
                                                    merupakan kiasan dari peristiwa tertentu,
     Terlepas dari aspek bentuk persajakan          seperti Syair Ikan Terubuk untuk menyindir
dan perkembangannya, dari segi isinya               peristiwa anak Raja Malaka yang meminang
syair Melayu dapat dikelompokkan menjadi            putri Siak; Syair Burung Pungguk untuk
lima kelompok: syair panji, syair romantis,         menyindir pemuda yang ingin mempersunting
syair kiasan, syair sejarah, dan syair agama.       seorang gadis yang jauh lebih tinggi status
Meskipun demikian, pengelompokan tersebut           sosialnya.
tampaknya merupakan pengelompokan
sederhana, yang tidak didasarkan atas ciri-ciri          Berbeda dengan tiga jenis syair Melayu
puitiknya, dan bahkan lebih didasarkan atas         tersebut di atas, syair sejarah merupakan puisi
pengamatan para pakar sastra Melayu, dan            Melayu yang didasarkan atas peristiwa sejarah,
oleh karena pengelompokan tersebut sifatnya         termasuk peristiwa peperangan, baik yang
eksternal.                                          terjadi di kawasan Melayu maupun di kawasan
                                                    lain. Syair Perang Mengkasar merupakan syair
     Sebagai kelompok syair Melayu, syair           yang menceritakan peperangan yang terjadi
panji sebagian besar berasal dari karya prosa,      di Makassar antara tahun 1668-1669; Syair
seperti Syair Panji Semirang yang merupakan         Kaliwungu merupakan syair yang menceritakan
olahan dari Hikayat Panji Semirang; Syair           perang yang terjadi di Semarang tahun
Anggreni yang merupakan saduran dari Panji          1763; Syair Perang Palembang merupakan
Anggreni. Di antara kelompok syair panji,           syair yang menceritakan serangan Belanda
Syair Ken Tambuhan merupakan syait yang             terhadap Palembang pada tahun 1819-1821
paling popular sehingga menarik perhatian           yang menyebabkan kejatuhan Kesultanan
sejumlah sarjana untuk menilitinya. Syair           Palembang.
tersebut banyak menyerap kata-kata Jawa
Kuna dan unsur-unsur mitologis agama Hindu.              Di antara kelopok syair Melayu, syair
Penyerapan unsur-unsur Jawa Kuna dan                agama merupakan kelompok syair yang
mitologi Hindu dalam Syair Ken Tambuhan itu         dinilai paling penting. Dalam konteks ini,
tidak mengherankan mengingat cerita yang            Hamzah Fansuri merupakan dinilai sebagai
terkandung dalam syair tersebut memang              orang pertama yang mengarang syair, yang
berasal dari Jawa; dalam hal ini adalah cerita      kemudian diikuti oleh penyair-penyair lainnya.
mengenai negeri yang dikalahkan oleh Ratu           Dilihat dari muatan isinya, syair agama dapat
Kuripan yang berlomba-lomba memberikan              dibagi ke dalam beberapa jenis yang berkaitan
persembahan kepada Sang Ratu.                       dengan ajaran agama Islam itu sendiri: syair
                                                    tentang akidah, syair tentang syariat, syair
     Syair romantis merupakan jenis syair yang      tentang tasawuf, dan syair tentang tentang
sangat digemari di Melayu sebagai puisi naratif     eskatologi Islam.
yang termasuk dalam cerita penglipur lara.
Syair Bidasari, Syair Yatim Nestapa, Syair Abdul          Syair Perahu, Syair Dagang, Syair Bahr an-
Muluk, Syair Sri Banian, Syair Sinyor Kosta, Syair  Nisa’, Syair Kiamat, Syair Ta’bir Mimpi, dan Syair
Cinta Berahi, Syair Mambang Jauhari, Syair Tajul    Raksi merupakan contoh-contoh syair Melayu
Muluk, Syair Sultan Yahya, dan Syair Putri Akal     yang masuk dalam kelompok syair agama. Syair
merupakan contoh-contoh dari syair romantis         Perahu menggambarkan kehidupan manusia
Melayu.                                             seperti perahu yang berlayar di tengah lautan
                                                    dengan berbagai rintangan yang dihadapinya,
     Sebagai karya sastra Melayu,                   seperti ikan hiu dan ikan paus serta badai angin
perkembangan syair Melayu juga ditandai             topan. Syair Dagang menceritakan nasib anak
dengan berkembangnya syair kiasan atau syair        dagang yang mencari emas di negeri rantau
simbolik. Dalam hal ini cerita yang terdapat        dengan berbagai suka-dukanya; jika sedang
dalam syair dikisahkan melalui binatang dan
                                                    Edisi Budaya | 521
mendapat emas banyak, ia pun banyak didekati      pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak
orang, sedangkan jika sedang sulit mendapat       dan syair Melayu di pihak lain.
emas, ia dijauhi orang. Syair Bahr an-Nisa’
menggambarkan perkawinaan sebagai lautan,              Pertautan singir dengan syi’r Arab
sehingga orang yang ingin melangsungkan           tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa
perkawinaan seperti berlayar di lautan, dan       pertumbuhan dan perkembangan singir di
oleh karena itu pasang-surut gelombang            kalangan masyarakat santri dan pesisiran
niscaya akan ditemuinya dalam pelayarannya        berbanding lurus dengan pengajaran ilmu
di lautan. Syair Kiamat menceritakan tanda-       prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh
tanda datangnya hari kiamat dan berbagai          di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain
perisriwa yang akan terjadi pada hari kiamat.     itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren
Syair Ta’bir Mimpi berisi mengenai uraian         pun sebagian di antaranya berbentuk puisi
mengenai tafsir atas mimpi yang dialami           atau nazam. Dengan demikian, komunitas
oleh seseorang. Adapun Syair Raksi berisi         pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi
prediksi mengenai peristiwa yang akan terjadi     puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau
berkaitan dengan perjodohan.                      syi’r.
3. SINGIR                                              Tidak berbeda dengan puisi Arab dan
                                                  ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh
     Singir merupakan bentuk puisi Jawa baru      masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu,
yang berkembang di kalangan masyarakat            baik dalam genre puisi maupun prosa, juga
santri, terutama di daerah pesisiran. Dilihat     sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah
dari namanya, singir merupakan derivasi           pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu
dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti puisi.  digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Meskipun demikian, akar etimologis kata           Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan
singir yang berasal dari bahasa Arab tersebut     pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton
tidak berarti sumber kesastraannya singir         Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri
berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan berasal    Jawa sudah lama mengenal syair Melayu.
dari puisi Melayu yang dikenal sebagai syair.
Kemunculan singir tersebut dalam panggung              Pengenalan masyarakat santri Jawa
sejarah kebudayaan Jawa telah memberi warna       terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut
tersendiri bagi perkembangan kesusastraan         di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola
Jawa yang sebelumnya telah mengenal               singir Jawa sebagian memang mengikuti pola
kakawin, geguritan, parikan, dan tembang          syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti
macapat.                                          pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian
                                                  singir Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat
     Dalam konteks sejarah perkembangan           dari segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni
puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan          tiap bait terdiri atas empat larik, tiap larik
singir termasuk baru jika dibandingkan dengan     umunya terdiri atas 12 suku kata, dan dengan
puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan           pola rima a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti
macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang       pola syi’r Arab, yakni tiap bait terdiri atas
pada periode pra-Islam, sementara macapat         dua paruh bait (syatr) dengan pola rima a-a-
diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak          b-b, yang dikenal sebagai rima muzdawij yang
abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti         umumnya digunakan sebagai rima nazam
tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa        Arab. Perubahan dan perkembangan singir
pada abad ke-19. Adapun terkait dengan            dari yang semula mengikuti pola syair Melayu
sumber kesastraannya, jika kakawin berakar        ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang
dari tradisi puisi India, sementara macapat       terlihat pada bentuk singir pada abad akhir
merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai    ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari
dengan namanya, tampak memperlihatkan             perkembangan pesantren sebagai institusi
                                                  pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui,
                                                  pesantren merupakan lembaga pendidikan
522 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Islam yang berakar pada kebudayaan lokal          ilmiah keagamaan, seperti singir tentang
Nusantara, tetapi berorientasi internasional.     tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern
Dari yang semula tampak sebagai padepokan         atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini,
atau peguron, dalam perkembangannya,              singir seperti itu serupa dengan nazam Arab
seperti yang tampak pada abad ke-18               yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam
dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai            Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang
kemapannnnya sebagai pusat transmisi              menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di
tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk         Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran
ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal        di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam
ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu-     bentuk nazam, terutama yang masuk dalam
ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat,     kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan,
seperti nahwu, sharaf, dan balaghah.              bahkan untuk pesantren tertentu wajib
                                                  dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan
     Terlepas dari perbedaan dua pola             guru atau kyai pesantren. Dengan demikian,
singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi       pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan
masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial     merupakan tradisi pesantren yang tetap
sebagaimana umumnya fungsi sosial karya           bertahan sampai sekarang.
sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi
menghibur terletak pada pola singir yang               Hal yang menarik, di tengah kehidupan
terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan       yang semakin modern, tradisi pembacaan
pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam        singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap
prosen pembacaan secara bersama-sama oleh         bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren,
kalangan santri. Pembacaan singir tersebut        maupun di majlis taklim untuk masyarakat
dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca     luas.OJumlah bait singir yang tidak terlalu
sebelum memulai pengajian, dan untuk singir       panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi
tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca    seperti yang terlihat pada pola rima, baik
sebelum shalat berjamaah di masjid atau di        pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir
musalla sambil menunggu kedatangan imam           mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh
shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik      karena itu, tidak mengherankan jika singir
dalam singir terletak pada gagasan atau isi       digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi
yang terkandung dalam singir, seperti cerita      sosial singir yang menghibur dan sekaligus
atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat       mendidik tampaknya menjadi faktor yang
kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi  membuat tradisi pembacaan singir tetap
didaktis singir semakin dominan jika isi yang     bertahan sampai sekarang.
terkandung dalam singir adalah pengetahuan
                                                                                                            [Adib M Islam]
Daftar Bacaan
A Teeuw, Indonesia antara Kelisanan dan Keberakasaraan. 1994,
Braginsky, Yang Indah, Berfaedah, dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-9, 1988, hlm. 226-231.
A. Teeuw, hlm. 55; Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik, 2011, hlm. 564
Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa,
         2002, Pusat Rujukan Persuratan Melayu, link online di http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=perenjis
Suwira Putra, Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar pada Pernikahan Adat Melayu Riau di Desa Pematang Sikek, Kecamatan
         Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, e-journal Jurusan Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu
         Komunikasi, FISIPOL, Universitas Riau, 2014,
Ria Mustika, Analisis Tepuk Tepung Tawar pada Prosesi Pernikahab Adat Melayu Desa Dendun, Kabupaten Bintan, artikel
         e-journal, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung
         Pinang, 2013,
Tenas Effendy, Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu, hlm. 15-16, http://malaycivilization.ukm.
         my/idc/groups/portal_tenas/documents/ukmpd/tenas_42867.pdf
Akmal, Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam), Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, Desember 2015:
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen; sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa (Jogjakarta, Narasi,
         2006)
http/www.insklopedia.com/Pemkab Klaten
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, 1984, hlm. 411
                                                  Edisi Budaya | 523
Syawalan
Istilah Kata                                          masing-masing keraton. Mereka tiba di sana
                                                      masih dengan pakaian resmi keraton. Sekembali
Tradisi Syawalan, atau lebih dikenal oleh             darirziarah, kerumunan orang berusaha
        masyarakat sebagai lebaran ketupat            menjabat tangan mereka. Sultan Kanoman
        (Bakdo Kupat), yang digelar tujuh hari        dan keluarganya, khususnya, mengadakan
setelah Idul Fitri pada setiap tahua, merupakan       slametan yang dihadiri oleh penjaga Astana.
salah satu tradisi yang masih bertahan dan            Kegiatan tahunan ini biasanya dihadiri
berlangsung semarak di berbagai daeraa                sekitar 150.000 orang yang datang dan pergi
di Indonesia. Istilah syawalan umumnya                dari pemakaman, alun-alun, masjid, Makam
merujuk pada sebuah tradisi silaturahmi               Gunung Jati, ataupun di jalan. Mayoritas
antar-masyarakat Islam sebagai kelanjutan             masyarakat yang mengikuti acara Syawalan
darn idul fitri. Bila silaturahmi di hari idul fitri  ini, selain melakukan ziarah dan berdoa,
hanya terbatas di lingkungan keluargg, maka           lebih menyukai untuk memanfaatkannya
silaturahmi di lebaran syawalan (atau lebaran         dengan berekreasi menikmati kebersamaan
ketupat) bisa sampai antar-daerah.                    dan melihat panorama pantai yang indah
                                                      dari puncak Gunung Jati. Kehadiran Sultan
     Dalam tradisi Syawalan ini hubungan              di acara Syawalan memang menarik perhatian
antara agama dan budaya sangat tampak                 masyarakat untuk turut mengikuti acara ini.
jelas. Syawalan yang pada mulanya ditujukan           Akan tetapi yang lebih penting adalah dua
sebagai media silaturahmi ini pada gilirannya         lawang pungkur (pintu belakang) di sayap kiri
memiliki cakupan makna yang lebih luasg di            dan kanan yang menuju komplek makam
antaranya adalah mewujudkan kerukunan                 Ka atau Nyi Gede. Kedua lawang ini dibuka,
umat manusia. Tradisi ini terjadi di berbagai         sehingga masyarakat bisa naik dan turun
daerah di Nusantara dengan sebutan                    di sekitar komplek pemakaman di Gunung
bermacam-macam; Syawalan, Kupatan, Bakda              Sembung dari satu lawang pungkur di sayap
Ketupat, dan lain sebagainya. semuanya                timur ke pintu lainnya di sayap barat. Oleh
memiliki kesamaan, yaitu perayaan umat                karena itu, masyarakat yang datang ke
Islam di hari ketujuh setelah idul fitri dengan       Astana Gunung Jati di hara Syawalan ini juga
berbagai macam bentuknya.                             bertujuan untuk melakukan ziarah di tiga
                                                      makam: makam Sunan Gunung Jati, Ki/Nyi
     Di Cirebon, misalnya, tradisi syawalan           Gede di Gunung Sembuung, dan kemudian
ini juga merupakan bagian dari kegiatan               menyeberang ke jalan utama yang mendaki
yang dilakukan oleh keraton yang melibatkan           ke pegunungan Jati, menuju makam Syaikh
masyarakat dalam perayaannya. Tradisi                 Datuk Kahfi, guru Sunan Gunung Jati yang
Syawalan di Cirebon dilaksanakan pada                 dikenal sebagai juru dakwah Islam pertama di
hari kedelapan di bulan Syawwal dengan                Cirebon. (Muhaimin AG, )
mengunjungi astana gunung jati (Makam Sunan
Gunung Jati) untuk melakukan ziarah. Pada                  Tidak jauh berbeda dengan tradisi
hari Syawalan ini, makam Sunan Gunung Jati            Syawalan di Cirebon, perayaan Syawalan di
dibuka untuk memberi jalan bagi tiga Sultan           daerah Kendal Jawa Tengah juga dilakukan
dari Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan              oleh masyarakat setempat dengan melakukan
beserta keluarga untuk melakukan ziarah               ziarah ke makam Kyai Guru Asy’ari, desa
ke makam Sunan Gunung Jati. Ziarah ini                Protomulyo, Kaliwungu. Di bukit Kuntul
dilakukan setelah menghadiri upacara di
524 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Melayang atau Tegal Syawalan tempat jasad            wisata alam sendang Bulus Jimbung. Konon,
kyai Guru dimakamkan, terdapat komplek               menurut cerita penduduk, sejak dahulu kala
pemakaman suci para ulama dan tokoh                  tidak di sebut tanggal dan tahunnya) ada
penyebar agama Islam di Kaliwungu seperti            upacara getekan di Rowo Jombor tersebut
Sunan Katong, Kyai Mustofa, dan wali                 yang bertepatan dengan upacara Syawalan di
Musyafa’.                                            Sendang Bulus Jimbung.
     Syawalan di Boyolali Jawa Tengah                     Acara dilaksanakan dengan melaksanakan
dilakukan dengan mengadakan kenduri di               kirab ketupat menuju jombor yang terletak
masjid-masjid terdekat dengan membawa                di Bukit Sidhoguro. Prosesi kirab melibatkan
ketupat. Ketupat-ketupat itu kemudian                puluhan orang termasuk perangkat desa dari
dibawa kembali ke rumah. Mereka kemudian             dua desa tersebut. Ketupat tersebut setelah
bersilaturahim ke rumah-rumah tetangga.              didoakan kemudian disebar kepada warga
Warga mengeluarkan sapi atau kambing                 masyarakat yang berebut mendapatkannya.
milik mereka ke jalan. Beberapa di antaranya         Syawalan diramaikan pula berbagai pagelaran
dikalungi ketupat dan diberi makan ketupat.          pertunjukan kesenian seperti tari-tarian
Menurut warga setempat, hal tersebut                 tradisional dan hiburan lainnya.
dilakukan karena sapi di Boyolali sudah berjasa
banyak dalam kehidupan. Di sentra-sentra             Syawalan di Kawasan Jatim
sapi di Kabupaten Boyolali, pada hari ketujuh
setelah Lebaran warga mengadakan syawalan                 Tujuh hari setelah Idul Fitri, masyarakat
dan mengarak sapi-sapi mereka ke luar rumah.         di wilayah Jawa Timur merayakan Hari Raya
                                                     Ketupat. Perayaan Hari Raya Ketupat ditandai
     Masyarakat Klaten khususnya yang                tradisi “ather-ather” atau mengantar makanan
bermukim di dua desa dan dua kecamatan               ke rumah tetangga dan saudara. Setiap
(Desa Krakitan, Kecamatan Bayat dan Desa             makanan yang diantar harus menyertakan
Jimbung, Kecamatan Kalikotes) masih                  satu ketupat. Sementara di Ngawi, Jawa Timur,
memegang teguh tradisi sebar ketupat yang            puluhan warga merayakan syawalan dengan
konon diyakini membawa berkah dari para              terlibat perang nasi. Tujuannya mensyukuri
leluhurnya atau para pendahulunya di lokasi          hasil panen dan bersilaturahmi saat Lebaran.
sendang. Dalam pelaksanaan tahun-tahun               (http://berita.liputan6.com/read/245566/
berikutnya di dipindahkan ke Bukit Sidhoguro,        posting_komentar).
tak jauh dari Rowo Jombor, Jimbung yang oleh
masyarakat Klaten juga dikenal sebagai obyek                      Tradisi Syawalan di Luar Jawa
         Garebek Joko Tingkir di Puncak Acara Pekan                    Walau tradisi Syawalan identik
         Syawalan di TSTJ Solo.                                   dengan masyarakat Jawa, tetapi di
                                                                  daerah lain di Indonesia ternyata
               Sumber: http://solo.tribunnews.com/                terdapat juga budaya Syawalan
                                                                  ini. Warga Desa Mamala dan
                                                                  Desa Morela, Kecamatan Laihitu,
                                                                  Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
                                                                  misalnya. Mereka memiliki tradisi
                                                                  unik berupa ritual Pukul Sapu yang
                                                                  berlangsung sejak ratusan tahun
                                                                  silam dan dilaksanakan secara
                                                                  turun-temurun. Budaya ini digelar
                                                                  sebagai simbol kemenangan setelah
                                                                  melaksanakan ibadah puasa selama
                                                                  sebulan dan puasa 7 Syawal. Tradisi
                                                     ini juga dimaknai sebagai peringatan untuk
                                                     mengenang perang Kapahaha yang dipimpin
                                                     Edisi Budaya | 525
Kapitan Achmad Leakawa alias Telukabessy                 Grebeg syawalan jadi simbol kemenangan usai
pada zaman penjajahan dulu.                              ramadan di Solo.
     Tradisi Syawalan yang cukup unik justru                   Sumber: http://soloevent.id/
terjadi di Palembang, Sumatera Selatan.
Ratusan pengantin remaja asal Kayuagung         menggunakan daun kelapa muda dan dibentuk
ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)      seperti prisma segi empat, lalu ditanak sampai
dengan iringan musik Tanjidor melakukan         masak seperti halnya memasak lontong.
kirab dengan berjalan kaki sejauh 5 km.         Tradisi kupatan dipercaya oleh masyarakat
Tradisi yang disebut dengan midang morge siwe   sebagai tradisi warisan wali songo, penyebar
ini konon telah digelar secara turun temurun    ajaran Islam di Tanah Jawa yang terkenal
oleh sembilan marga masyarakat Kayuagung.       dengan dakwah kulturalnya.
Tradisi ini memberikan pertanda telah
berakhirnya status mereka sebagai seorang            Beberapa orang memberikan makna-
bujang dan gadis untuk diketahui secara luas    makna filosofis terhadap tradisi kupatan.
oleh masyarakat setempat. Dengan status         Di antaranya adalah bahwa kupat dikaitkan
mereka yang baru tersebut sebagai pasangan      dengan makna simbolik yang diambil dari
suami-istri, diharapkan tingkah laku mereka     bahasa Arab; kafa-kufat yang bermakna cukup.
harus terjaga.                                  Ketupat juga kadang dimaknai dengan simbol
                                                dari bahasa Jawa, ngaku lepat, yang berarti
     Di Kampar tradisi Syawalan dilaksanakan    mengaku salah atau mengakui pernah berbuat
melalui pelestarian tradisi, seperti di         salah. Karena saling mengaku salah, maka
Kamparkiri, Kabupaten Kampar, Riau,             mereka harus saling memaafkan.
warganya memeriahkan Idul Fitri dengan
menghelat acara pacu sampan antarsuku.               Sedangkan dalam cara perayaannya,
Kegiatan semacam ini pun rutin digelar setiap   lebaran kupat memiliki perbedaan di setiap
tahun. Dalam pelaksanaan lomba, setiap          daerah. Sebagian daerah merayakan lebaran
sampan maksimal diisi enam pendayung dan        kupat dengan berkumpul di masjid dengan
wajib berasal dari satu suku. Kegiatan pacu     membawa ketupatnya kemudian berdoa
sampan ini diikuti oleh tujuh suku. Yakni Suku  bersama. Di tempat lain, upatan dirayakan
Melayu Daek, Suku Piliang, Suku Mandailing,     dengan cara membagi ketupat yang dibikinnya
Suku Caniago, Suku Patopang, Suku Domo,         kepada saudara dan tetangga-tetangganya
dan Suku Melayu                                 sebagai bentuk dari sedekah dan berbagi
                                                kepada sesamanya.
Definisi, cakupan dan kompleksitas
istilah                                                                                               [M Idris Mas’udi]
     Lebaran ketupat merupakan penamaan
lain dalam tradisi Syawalan. Dinamakan
dengan lebaran ketupat, sebab di hari raya
Syawalan ini sejumlah masyarakat di daerah
merayakannya dengan membuat ketupat.
     Ketupat berasal dari bahasa Jawa, kupat.
Kupat atau ketupat adalah makanan yang
terbuat dari beras yang dibungkus dengan
                                            Sumber Bacaan
Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal
Ensiklopedia NU
http://www.beritaindonesia.co.id/budaya/memaknai-tradisi-syawalan
http://ramadan.okezone.com/read/2011/09/04/335/498597/lomba-pacu-sampan-antar-suku-tradisi-syawalan
http://berita.liputan6.com/read/245566/posting_komentar
regional.kompas.com/read/2011/09/07/10160615/Warga.Antusias.Ikuti.Syawalan.Sapi
526 | Ensiklopedi Islam Nusantara
T
       Tab ayun
         Tabut
       Tadarus
         Tahlil
  Takbir Keliling
        Tarekat
        Tarhim
       Tasrifan
      Tawajjuh
     Tawassuth
      Tawazun
      Tembang
Tembang Macapat
   Tepung Tawar
        Tirakat
        Topeng
Tabayun
Kegiatan untuk melakukan penjelasan,              kontradiksi ini tidak lazim digunakan dalam
         klarifikasi atas berita untuk kebenaran  konteks kehidupan manusia, termasuk di
         suatu peristiwa atau pemikiran.          Indonesia.
Biasanya, istilah ini digunakan ketika berita
yang disampaikan bernada fitnah, hasutan,              Kata lain tabayun dalam bahasa Arab,
atau sesuatu yang diragukan kebenarannya          dengan huruf ya bertasydid, tabayyun berarti
atau kurang jelas apa yang dimaksudkannya,        penjelasan, klarifikasi. Kata tabayun terakhir
bahkan berita palsu. Dalam konteks Indonesia      inilah yang sering digunakan dalam peristiwa-
saat ini, istilah tabayun lebih dikenal lagi      peristiwa di Indonesia, termasuk yang akhir-
karena terkait dengan pemberitaan melalui         akhir ini didengungkan oleh semua orang
media sosial, terutama WA, Facebook, twitter,     Islam di Indonesa, termasuk Ketua Umum
dan semacamnya yang sering disebut dengan         PBNU, KH. Said Aqil Siradj tentang berita
berita sampah, berita tidak jelas asal usulnya    palsu, fitnah, hoax, dan provokasi melalui
atau hoax. Perselisihan dan perbedaan             media massa.
pendapat oleh beberapa tokoh publik atau
masyarakat awam dengan sesamanya, metode               Oleh karena itu, orang Islam harus
tabayun dapat digunakan untuk melerai atau        kembali pada ajaran yang termaktub dalam Al-
sebagai solusinya, supaya terdapat titik temu     Qur’an surah al-Hujurat: 6;
di antara mereka. Padahal secara historis,
tabayun juga sudah pernah digunakan dalam          َ  ٍ َﻓﺘَﺒَ َّ� ُﻨﻮا  إَِﻓﺘُن ْﺼ َِﺟﺒﺎ ُءﺤﻮا ُﻛ َﻟْﻢَﺒﻓَﺎَﻣﺎِﺳ ٌَﻓﻖ َﻌﻠﺑِْﺘُﻨَ َﺒْﻢﺄ  ا َّ ِ�� َ� آ َﻣﻨُﻮا     �َﺎ َﻛ ُّﻓ َﻬﺎ
Al-Quran.                                         أن  ﻧَﺎ ِد ِﻣﻴ َﻦ                                                                      َﻗ ْﻮﻣﺎً ِﺑ َﺠ َﻬﺎﻟَ ٍﺔ  ﺗُ ِﺼ�ﺒُﻮا
Tabayun dalam Kamus dan                                                  “Wahai orang-orang yang
Al-Qur’an                                                                beriman; jika seseorang
                                                                         yang fasik datang kepadamu
Tabayun, demikian asal                                                   membawa suatu berita, maka
                                                                         telitilah kebenarannya, agar
kata dari bahasa Arabnya,                                                kamu tidak mencelakakan
                                                                         suatu kaum karena kebodohan
dengan huruf ba berharakat
                                                                         (kecerobohan), yang akhirnya
panjang. Dalam kamus bahasa                                              kamu menyesali perbuatanmu
                                                                         itu”.
Arab-Indonesia, Al-Munawwir
dan kamus Arab-Inggris, A                                                  Kata fatabayyanu
                                                                      menjadi istilah penting,
Dictionary of Modern Written                                          yaitu tabayun, dalam hal
                                                                      penerimaan suatu berita bagi
Arabic, kata tabayun diartikan                                        orang yang beriman. Ayat ini
                                                                      jelas menyebutkan, wahai
perbedaan    (difference),                        orang yang beriman dan agar kamu tidak
berlawanan, kontradiksi,
unlikeness,  dissimalirity,
disparity.   Penggunaan
kata tabayun dengan arti perbedaan atau
                                                                         Edisi Budaya | 529
mencelakakan suatu kaum. Selanjutnya, dalam       serta pesantren. Tabayun Gus Dur pertama
ayat itu juga disebutkan bahwa tindakan           tentang pendirian forum demokrasi, adakah
orang tersebut adalah fasiq dan karena            hubungannya dengan Pemilu 1992? Terakhir,
kebodohannya, setelah itu akan disesali           tabayun tentang NU ke depan, mulai dari
perbuatannya.                                     keikutsertaannya pada BPR, hingga sastra
                                                  Islam dan sastrawan-sastrawannya. Akhirnya,
     Dengan kedua arti di atas, Kamus Besar       dengan membaca buku Tabayun Gus Dur, kita
Bahasa Indonesia juga mengartikan tabayun         dapat memahami pemikiran progressif Gus
dalam dua arti pertama, penjelasan dan            Dur dan kita dapat meneladaninya.
pemahaman; kedua, perbedaan, kontradiksi,
ikhtilaf. Adapun klarifikasi dalam Kamus          Tabayun dan Implikasi Kebangsaan
Besar Bahasa Indonesia diartikan penjernihan,
penjelasan, dan pengembalian kepada apa                Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan
yang sebenarnya.                                  bahwa kemunculan istilah tabayun memang
                                                  untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya.
Pentingnya Tabayun                                Dalam konteks kemanusiaan dan kebangsaan,
                                                  kita dapat mencontoh model tabayun Gus Dur.
     Pada tahun 2012, ada sebuah buku yang        Dalam kaitan dengan Islam Nusantara, tentu
dapat menjelaskan istilah “tabayun” ini,          saja, istilah tabayun menjadi sesuatu yang
berjudul Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam,      khas dan menarik, baik dalam pengembangan
Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural. Buku ini,  bahasa Indonesia, maupun etika pergaulan.
berisi tentang kumpulan hasil wawancara KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari berbagai              Dengan menjadikan tabayun sebagai
sumber, seperti majalah Detik, Tempo, D&R,        metode dalam hubungan sosial kemanusiaan
dst.                                              dan kebangsaan, semestinya hubungan sesama
                                                  manusia dan sesama anak bangsa maka tidak
     Dari sub judul buku saja kita dapat          ada lagi penyesatan pada organisasi Islam dan
mengetahui apa saja yang akan diberikan           kebangsaan. Pada dasarnya Islam mengajarkan
penjelasan oleh Gus Dur, yaitu tentang tema-      umat manusia untuk berhati-hati dalam
tema kontroversial pada masa itu, dan mungkin     menerima informasi, apakah sumbernya dapat
juga masih kontroversial untuk saat ini bagi      dipercaya atau tidak, begitupun dengan isi
bangsa Indonesia. Walaupun sebenarnya             beritanya, perlu ada dicek lagi, apalagi terkait
karena diungkapkan dengan wawancara maka          dengan warga negara dan bangsa.
bahasan yang diulas cukup luas, seperti sepak
bola, calon presiden RI, pengganti Soeharto,                                                            [Mahrus el Mawa]
forum demokrasi, dan perkembangan NU
                                            Sumber Bacaan
Abdurrahman Wahid, Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural, Yogyakarta: LKiS, 2012
530 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Tabut
Banyak orang meyakini bahwa istilah              mereka, seraya meratap menyebut Ali! Ali!
        tabut di daerah Pariaman Sumatera        Husain! Husain!
        Barat disebut dengan tabuik, sementara
di daerah Bengkulu disebut dengan tabot,              Ketika perayaan berlangsung, sekumpulan
berasal dari kata bahasa Arab  ﺗﺎﺑﻮﺕyang secara  anak laki-laki dan terkadang juga perempuan,
literal sebagaimana dijelaskan di dalam Kamus    menggeluyur di jalanan, meniupkan bunyi
Lisan al-Arab berarti menyerupai kotak (peti:    ledakan di dalam bambu yang berlobang,
trunk atau peti kayu: crate) tempat menyimpan    yang lain didahului oleh pemain drum
barang, dengan kata lain bahwa barang            dan disiapkan secara fantastis, meminta
tersebut tertulis dan ditempatkan di dalam       sumbangan dari penjaga dan pemilik toko.
kotak tersebut.                                  Pada hari berikutnya, bentuk prosesi menjadi
                                                 baru secara umum di waktu pagi. Antusiasme
      Namun sumber lain menyebutkan bahwa        di waktu malam menguap di bawah sinar
ia berasal dari ritual kesedihan atau duka cita  matahari. Tabut kemudian dibawa ke tepi laut
mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad            atau pinggiran sungai kemudian dilemparkan
SAW di Karbala, Husain. Beberapa hari sebelum    ke air.
perayaan dimulai, para tukang kayu sibuk
membangun kuburan tiruan dari bambu, yang             Memang istilah tabut ini muncul di dalam
nantinya ditutupi dengan kertas perak (tinsel)   Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 248 yang
dan warna-warni, Di India utara ini disebut      artinya:
dengan ta’ziyah, sementara di India barat
ini disebut dengan tabut. Ini dimaksudkan             “Dan Nabi mereka mengatakan kepada
sebagai gambaran dari kuburan para syuhada.      mereka: Sesungguhnya tanda ia akan menjadi
Kemudian sebuah kain surban halus dan baju       raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di
baja mahal diletakkan di belakang untuk          dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu
mewakili kebesaran dan kemuliaan Husain          dan sisa dari peninggalan keluarga Musa
yang dibunuh di tanah penuh darah, Karbala.      dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh
                                                 Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian
      Sebuah bangunan untuk perayaan selama      itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang
sepuluh hari (Asyura Khana) didirikan. Setiap    yang beriman.”
malam selama perayaan, khalayak ramai
berkumpul dalam majelis atau pertemuan                Menurut tafsir Ibnu Katsir dengan
duka cita, di mana sebuah kelompok musik         mengutip berbagai sumber, makna “sisa dari
menyanyikan Marsiya, puisi penghormatan          peninggalan keluarga Musa dan keluarga
untuk Husain. Seorang pemimpin kemudian          Harun” itu adalah tongkat Nabi Musa dan
membacakan dengan gaya yang syahdu cerita        tongkat Nabi Harun, juga jubah Nabi Musa
kematian Husain yang tragis dan menyedihkan,     dan Nabi Harun serta serta potongan papan
sementara para hadirin menggoncangkan            yang memuat Taurat.
tubuh mereka dan memukul-mukulkan dada
                                                      Lain halnya di dalam tradisi Syiah
                                                 seperti yang diceritakan di atas, tabut erat
                                                 Edisi Budaya | 531
kaitannya dengan peti mati (coffin) yang             perubahan makna dan bentuk tabut dari yang
mempresentasikan kembali peti jenazah                disebutkan oleh Al-Qur’an yang kemudian
Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Peristiwa            ditransformasikan ke dalam perubahan
yang terjadi pada tahun 680 bertepatan dengan        makna dan bentuk di dalam tradisi Syiah,
10 Muharam tahun 61 Hijriah yaitu perang             yang kemudian akhirnya menjadi tradisi di
Karbala di Irak antara Yazid dari Bani Umayyah       Sumatera Barat (tabuik) dan Bengkulu (tabot).
dengan Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad
saw. Perang yang tidak seimbang ini atau lebih            Dalam praktiknya, perayaan tabut yang
tepat disebut sebagai pembantaian terhadap           terjadi di Indonesia tidak semata-mata
Husain dan rombongannya, meninggalkan                dikarenakan peristiwa perang Karbela, namun
duka yang mendalam bagi penganut Syi’ah.             sudah bercampur dengan tradisi lokal orang
                                                     Nusantara. Bahkan bagi masyarakat Pariaman,
     Kebesaran nama dan penghormatan                 perayaan tabut ini tidak menjadi suatu masalah
terhadap Husain dilakukan oleh umat Islam            keyakinan atau akidah, tapi hanya semata-
Syi’ah di seluruh dunia, dan tak terkecuali juga     mata merupakan upacara memperingati
dari umat Islam Sunni di berbagai kawasan            kematian Husain. Bahkan, tabuik sudah
Asia Tenggara, termasuk di berbagai tempat           dijadikan sebagai peristiwa budaya dan pesta
di Indonesia yang didasarkan kepada kekuatan         budaya Anak Nagari Piaman (Pariaman).
budaya lokalnya, seperti yang masih dapat
dijumpai di kawasan pantai barat Sumatera.                Walaupun masyarakat Pariaman
                                                     penganut Islam Sunni, namun bagi penganut
     Di Pariaman dan Bengkulu, peringatan            Sunni, mencintai keluarga Rasulullah bukan
kematian tragis cucunda Nabi tersebut yang           saja menjadi hak para penganut Syi’ah, tetapi
diperingati pada 1-10 Muharam ditandai               juga berlaku bagi semua umat Islam, tanpa
dengan mengusung tabut, yaitu berupa artefak         kecuali, hanya saja cara untuk melakukannya
dalam berbagai bentuknya sesuai dengan               tidak sama. Dengan demikian, masyarakat
tradisi masing-masing daerah. Upacara tabut          Pariaman tidak mempermasalahkan mengenai
merupakan upacara tradisional masyarakat             asal muasal Tabuik Piaman dari kalangan
Pariaman dan Bengkulu yang diadakan untuk            Islam Syi’ah, yang penting bagi mereka adalah
mengenang kisah kepahlawan Husain bin Ali            bagaimana Tabuik dijaga dan dilestarikan
bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW,              sebagai warisan budaya.
yang wafat dalam peperangan di padang
Karbala, Irak.                                            Lebih lanjut, menurut Asril, di Pariaman
                                                     tabuik divisualisasikan dalam bentuk upacara
     Dari segi sejarah asal-usul tradisi tabut ini,  dengan mengusung dua benda berbentuk
beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi            menara setinggi 10-12 meter. Sementara di
tabut atau tabot dibawa oleh para pekerja Islam      Bengkulu tabot ditafsir dari mimpi seorang
Syi’ah dari Madras dan Bengali, India bagian         leluhur keturunan tabot di Karbala. Ia melihat
selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris            bangunan istana raja berbentuk piramida.
untuk membangun Benteng Marlborough                  Mimpi itu kemudian diwujudkan dengan
(1713-1719). Mereka kemudian menikah                 bentuk artefak seperti menara setinggi
dengan penduduk setempat dan meneruskan              sekitar 4-8 meter, yang memiliki unsur seperti
tradisi ini hingga ke anak-cucunya. Sementara        piramida.
tabuik yang ada di Pariaman, menurut satu
sumber, berasal dari tradisi tabot Bengkulu.         Waktu Prosesi Tabut
Imam Senggono alias Syekh Burhanuddin
yang berasal dari India membawa tradisi ini ke            Menurut Asril, waktu prosesi tabut baik
Bengkulu. Kadar Ali, seorang pemuka agama            di Pariaman dan Bengkulu dilaksanakan
Islam lainnya, kemudian membawa tradisi ini          pada bulan Muharram, dengan sedikit
dari Bengkulu ke Pariaman.                           perbedaan waktu. Di Bengkulu, waktu prosesi
                                                     dilaksanakan pada tanggal 1-10 Muharram,
     Dengan demikian, jelas telah terjadi
532 | Ensiklopedi Islam Nusantara
sedangkan di Pariaman dilaksanakan pada               Selain kerangka menara ini, artefak
tanggal 1-11,12,13, dan 14 Muharam, dengan       keduanya adalah daraga sebuah istilah dari
memperhitungkan bahwa puncak prosesi             Hindustan yang berasal dari Persia, bermakna
dilaksanakan bertepatan pada hari Minggu.        peti mati. Di dalam daraga terdapat bangunan
Pertimbangan praktis lebih mengemuka             berbentuk makam atau pusara yang kira-
di balik terjadinya pergeseran waktu ini         kira berukuran 1x1 meter yang setiap sisinya
baik karena kepentingan penyelenggara            di pagari dengan bambu-bambu kecil, pada
(pemerintah, tokoh masyarakat, dan pemilik       bagian atas pusara dibentangkan kain putih
tabuik) dan kepentingan masyarakat penikmat.     sebagai penutup.
Prosesi Tabut di Pariaman                             Dalam proses pembuatan tabut, sebagai
                                                 fase awal dari keseluruhan prosesi tabut,
     Dikarenakan tradisi tabut ini terjadi di    tabut dibuat dalam tiga bagian: bagian dasar,
dua daerah yang berbeda, maka deskripsi          bagian tengah, dan bagian atas. Selanjutnya
bagaimana prosesi kedua tradisi ini              dipasangkan kerangka Buraq yang dilapisi
berlangsung menjadi tidak terelakkan.            dengan kain berudu yang berwarna. Untuk
                                                 kepala Buraq dipasangkan sebuah kepala
     Di Pariaman, prosesi tabut terdiri dari     boneka berwajah perempuan dengan rambut
beberapa rangkaian acara di antaranya            terurai yangtelah dipakaikan kerudung untuk
pembuatan tabut, mengambil tanah,                penutup kepalanya. Bangunan tabut ini secara
mengambil batang pisang, maantam, mangarak       keseluruhan merupakan gambaran dari artifak
jari-jari, mangarak sorban, tabut naik pangkek,  kendaraan yang dipercaya membawa Husain
maoyak tabut dan tabut dibuang ke laut.          ke langit.
     Tabut yang digunakan dalam tradisi ini           Fase kedua berupa pengambilan tanah
berjumlah dua: yaitu tabuik pasa dengan pusat    di sungai yang dilakukan pada tanggal 1
aktivitasnya di Kampung Perak, Pasir, dan        Muharram setelah shalat Ashar sebagai simbol
pasar Pariaman (nagari Pasar Pariaman), dan      kelahiran dan kesyahidan Husain, juga sebagai
tabuik subarang dengan pusat aktivitasnya di     simbol pengambilan jenazah Husain yang
Kampung Pondok, Kampung Jawa, Kampung            tertinggal di Karbela.
Cina, dan Jawi-Jawi (nagari Lima Koto Air
Pampan). Kedua tabut ini menggambarkan                Fase ketiga berupa pengambilan batang
dua kelompok yang sedang berseteru, yang         pisang yang dilakukan pada tanggal 5
dianalogikan dengan pasukan Husain dan
pasukan Yazid yang sedang berperang di                     Hari terakhir upacara, tabuik dibuang ke laut
Karbala.
                                                                 (sumber Asril, 2013: 314)
     Prosesi dilaksanakan selama 10 hari,
dimana 5 hari merupakan kegiatan inti,
sedangkan hari-hari lain merupakan kegiatan
pembuatan tabut. Sebelum hari pelaksanaan,
para panitia dan masyarakat setempat sudah
menyiapkan peralatan atau perlengkapan
yang diperlukan untuk berjalannya tradisi ini
berupa pembuatan bangunan tabut berbentuk
menara dengan tinggi yang beragam, namun
antara 6 sampai 15 meter. Bagian kerangkanya
terbuat dari bambu, kayu, rotan, kain, dan
kertas warna warni. Kerangka bangunan tabut
itu sebenarnya terdiri atas dua bagian yaitu
bagian atas dan bagian bawah.
                                                 Edisi Budaya | 533
Muharram yang kemudian dibawa ke daraga.       13.00 setelah shalat Zuhur yang merupakan
Mengambil batang pisang bertujuan untuk        acara puncak dari tradisi tabut. Mahoyak tabut
melindungi pusara atau kuburan dari sengatan   di tandai dengan musik gandang dengan lagu
matahari selain itu juga menggambarkan         hoyak tabut. Lagu ini dimainkan dengan musik
kejadian di Padang Karbela saat Husain         tempo cepat guna untuk membangkitkan
dipancung oleh tentara Yazid.                  semangat para pembawa tabuik dan pendukung
                                               tabut lainnya. Para pembawa tabut melakukan
     Fase keempat disebut dengan maatam        atraksi dengan menggoyang-goyayangkan,
dilaksanakan pada tanggal 6 Muharram. Fase     merebahkan, membawa tabut berlari menuju
kelima disebut dengan mengarak jari-jari yang  tabut lawan sambil berkata hoyak Husein,
dilaksanakan pada tanggal 7 Muharram.          hoyak Husein, hoyak Husein, yang dilakukan
                                               berulang-ulang kali dengan suara yang keras
     Fase keenam berupa mengarak sorban        dan serempak. Mahoyak tabut ini dilakukan
dilaksanakan pada tanggal 8 Muharram           oleh kedua pembawa tabut, yaitu tabut pasa
sebagai simbol dari gambaran kekejaman         dan tabut subarang secara bergantian. Dalam
pasukan Yazid yang tega memenggal              pelaksanaan mahoyak tabut ini terjadi unsur
kepala Husein. Kegiatan ini berlasung di       saling menyerang yang diiringi oleh lagu hoyak
sekeliling kota dengan mengarak sorban         tabut sehingga sering kali terjadi bentrok fisik
yang diletakkan dalam sebuah peti kecil yang   antara kedua belah pihak.
terbuat dari kayu. Mengarak sorban bertujuan
untuk menciptakan semangat yang dapat          Prosesi Tabot di Bengkulu
mengangkat harkat martabat serta harga diri
dan mendorong keinginan untuk membela               Adapun ritus-ritus yang terdapat dalam
kebenaran yang ditujukan kepada Husein         Upacara Tabot menurut Hamidy (1991/1992:
dalam memperjuangkan atas haknya.              66-73) sebagai berikut:
     Fase ketujuh tabut naik pangkek yang           “(1) Mengambik tanah (mengambil
dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram          tanah). Tanah yang diambil adalah tanah yang
ini merupakan kegiatan menggabungkan           dianggap mengandung nilai magis; (2) Duduk
antara dua bagian tabut, bagian atas dan       penja (jari-jari). Penja adalah benda berbentuk
bagian bawah yang masing-masingnya             telapak tangan manusia lengkap dengan jari-
berukuran 6-7 meter, sehingga menjadi satu     jarinya.
bagain dengan mencapai ketinggian 12-15
meter. Kegiatan tabut naik pangkek ini juga         Penja disebut juga dengan jari-jari. Penja
merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu        menurut keluarga Sipai adalah benda keramat
oleh para pengunjung, karena kegiatan ini      yang mengandung magis, maka harus dicuci
merupakan kegiatan yang sangat sulit dan       dengan air bunga dan air limau [jeruk] setiap
banyak mengakibatkan resiko yang buruk.        tahunnya. Setelah dicuci penja diletakkan di
Oleh karena itu, pada ketika penggabungan      gerga; (3) Menjara artinya mengandun atau
pangkek atau bagian tabut disatukan, pangkek   saling berkunjung mendatangi kelompok tabot
bagian atas diangkat secara gotong royong      lain untuk beruji dol (bertanding membunyikan
untuk disatukan pada pangkek bagian bawah,     musik perkusi dol); (4) Meradai, berjalan
dengan menggunakan alat bantu seperti tiang-   mengitari kampong dilakukan oleh anak-anak
tiang, tali yang diikatkan pada bagian tabut,  usia 10-12 tahun dalam rangka pengumpulan
yang kemudian ditarik secara bersamaan dari    dana untuk pembuatan tabot. Peserta meradai
berbagai arah. Jika penggabungan itu gagal     disebut jola. Meradai dilaksanakan pada
dilaksanakan seperti jatunya pangkek atas,
maka bagian dari tabut tersebut akan hancur         tanggal 06 Muharam dari pagi sampai
dan tidak dapat dipakai lagi.                  sore; (5) Arak penja: atau disebut juga arak jari-
                                               jari dilaksanakan pada tanggal 08 Muharam
     Fase kedelapan mahoyak tabut yang         mulai pukul 19.00- 21.00 dengan menempuh
dilaksanakan pada tanngal 10 Muharram jam      rute yang telah ditentukan. Acara dimulai di
534 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Tabuik di Pariaman dihoyak pada upacara           Arak-arakan tabot di Bengkulu pada
       puncak dari siang sampai sore hari                puncak acara 10 Muharram
            (sumber Asril, 2013: 314)                         (sumber Asril 2013: 316)
lapangan Merdeka Bengkulu (lapangan Tugu         arakan ini disebut dengan arak gedang (pawai
Provinsi) dan selesai kembali di lapangan Tugu   akbar). Di lapangan Merdeka, tabot-tabot itu
Peovinsi. Pelaku upacara adalah anak-anak dan    dibariskan seperti bershaf, sehingga disebut
remaja; (6) Arak serban: dilakukan pada tanggal  pula dengan tabot besanding (tabot bersanding).
09 Muharam pada malam hari dari pukul 19.00-     Upacara dimulai pada pukul 19.00-21.00.
21.00. Arak serban berupa prosesi membawa        Selama upacara tabot besanding berbagai
serban (sorban) putih yang diletakkan pada       hiburan dan kesenian rakyat ditampilkan
tabot coki (tabot kecil), dilengkapi dengan      untuk menghibur para pengunjung; (9) Tabot
bendera atau panji-panji berwarna putih, h       tebuang: upacara tabot tebuang dimulai dari
au atau biru yang bertuliskan “Hasan dan         lapangan Merdeka, sekitar pukul 11.00 arak-
Husen” dengan kaligrafi Arab; (7) Gam: yaitu     arakan tabot menuju Padang Jati dan berakhir
masa tenang yang ditentukan tidak boleh          di kompleks pemakaman umum, Karabela.
ada kegiatan apapun yang berkaitan dengan        Di lokasi ini dimakamkan Imam Senggolo,
tabot. Gam dimulai dari pukul 07.00-16.00;       pelopor upacara tabot. Upacara tabot tebuang
(8) Arak gedang: yaitu prosesi kelompok tabot    dipimpin oleh dukun tabot dan dipandang
yang dimulai dari markas masing-masing           bernilai magis.Selesai ritual tabot tebuang,
menuju lapangan Merdeka. Menyatunya              tabot-tabot itu dibuang di sekitar makam”.
kelompokkelompok tabot dalam satu arak-
                                                                                                           [ Ismail Yahya]
                                            Sumber Bacaan
Ibnu al-Manzur, Lisan al-‘Arab.
Lucia C. G. Grieve, The Muharram in Western India, hlm. http://opensiuc.lib.siu.edu/ocj/vol1910/iss8/3/
Tafsir ibnu Katsir,
Asril, Perayaan Tabuik dan Tabot: Jejak Ritual Keagamaan Islam Syi’ah di Pesisir Barat Sumatra, Jurnal Panggung,
         Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung,
         2013, http://simlitmas.isbi.ac.id/e-jurnal/index.php/panggung/article/view/144/144
Endang Rochmiatun, Tradisi Tabot pada Bulan Muharram di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi, 3024, hlm. 49. Lihat
         link:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/download/131/116.
Maezan Kahlil, Tradisi Tabuik di Kota Pariaman, JOM FISIP Vol. 2, No.2 Oktober 2015
Asril, Dinamika Kebelangsungan Tabuik Pariaman, http://journal.isi-padangpanjang.ac.id
Lidya Lestari, Peranan Pemerintah dan Masyarakat Mempertahankan Perayaan Tradisi 10 Muharram di Pariaman 1992-
         2013, Skripsi, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
         Jakarta, 2014
                                                 Edisi Budaya | 535
Tadarus
Kegiatan membaca Al-Qur’an, terutama              Ngaji dan Nderes Al-Qur’an
         pada bulan Ramadhan, baik secara
         perorangan maupun secara bersama-             Ada sedikit perbedaan antara mengaji
sama. Tiada hari dalam bulan Ramadlan tanpa       atau ngaji Al-Qur’an dan nderes atau tadarus
melakukan tadarus. Bagi para santri di pondok     Al-Qur’an. Ngaji Al-Qur’an itu berarti sedang
pesantren, orang Islam lelaki dan perempuan       belajar membaca Al-Qur’an dengan seorang
baik di rumah atau tempat lainnya untuk           guru khusus Al-Qur’an. Karena belajar Al-
selalu tadarus al-Qur’an. Istilah tadarus sering  Qur’an, maka kita harus mengetahui nama
disebut juga nderes (bahasa Jawa) Al-Qur’an.      huruf hijaiyahnya, hukum membaca huruf
Maksud dari tadarus yang nderes ini adalah        satu dengan huruf lainnya, baik hukum bacaan
untuk melancarkan bacaan dan menjaga              tanwin, tasydid, nun/mim mati, termasuk
hafalan Al-Qur’an-nya. Waktunya juga tidak        panjang pendeknya huruf dalam kata Al-
harus nunggu bulan Ramadlan, tetapi setiap        Qur’an. Pembelajaran semacam itu disebut
hari dan waktu-waktu khusus.                      dengan ngaji tajwid.
Arti dan Konteks Tadarus                               Berbeda lagi dengan nderes atau tadarus
                                                  Al-Qur’an, karena untuk dapat tadarus,
      Tadarus berasal dari bahasa Arab, tadarasa  orang harus sudah dapat membaca Al-Qur’an
dengan huruf dal berharakat fathah dibaca         terlebih dahulu. Praktik tadarus terbagi dalam
panjang, yang berarti mempelajari bersama.        beberapa kategori, yaitu personal-one man
Hal itu sesuai dengan definisi tadarus            show dan kolektif-subtitutif. Dalam kategori
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu          personal, biasanya dari segi bacaan tajwid
pembacaan Al-Qur’an secara bersama-sama           dan kelancaran membacanya sudah tidak
(pada bulan puasa).                               diragukan lagi. Dia sudah dapat mengajarkan
                                                  ke yang lainnya. Adapun kategori kolektif-
      Bagi orang Islam, membaca Al-Qur’an         subtitutif, yaitu tadarus yang dilakukan secara
adalah suatu “kewajiban”. Sebab, tanpa            bersama-sama, saling bergantian bacaannya
membaca Al-Qur’an rasanya sulit sekali untuk      sesuai dengan kesepakatan, misalnya satu
dapat menjalankan ibadah, terutama ibadah         kaca (lembaran) untuk setiap pembaca Al-
shalat sehari lima waktu. Dalam setiap shalat,    Qur’annya. Kategori kedua inilah yang sering
setiap rakaat harus membaca Surah atau ayat-      dilakukan pada saat bulan Ramadlan di
ayat tertentu dari Al-Qur’an. Apabila umat        mushalla, masjid, majlis taklim atau pondok
Islam tidak dapat membaca Al-Qur’an dan           pesantren. Makna tadarus yang sesungguhnya
menghafalkannya, maka sungguh sulit untuk         itu kategori kedua tersebut.
dapat mendirikan shalat setiap waktu. Tadarus
adalah salah satu cara untuk dapat menghafal      ODOJ: Pola Baru Tadarus
ayat-ayat Al-Qur’an. Jika orang membaca
Al-Qur’annya terus-menerus, maka dengan                One day one juz (odoj) adalah fenomena
sendirinya orang akan hafal sendiri.              baru di kalangan umat Islam menengah dan
                                                  di kota sebagian umat Islam Indonesia. ODOJ
536 | Ensiklopedi Islam Nusantara
termasuk gerakan baru dalam dunia baca Al-     dalam bis kota atau kereta commuter line
Qur’an di Indonesia. Pola ODOJ ini memang      beberapa orang sambil berdiri atau duduk
lebih fleksibel dibanding dengan tadarus yang  sambil membaca Al-Qur’an dengan model
selama ini berkembang. Umat Islam yang         ODOJ. Pola ODOJ yang seperti itu tentu
ikut dalam kegiatan ODOJ lebih terorganisir    saja mempunyai kelemahan, yakni tidak ada
dan sistematis. Akan tetapi, tetap saja ada    orang yang bisa memberikan koreksi jika ada
kekurangan di dalamnya.                        kesalahan bacaannya. Belakangan, ODOJ juga
                                               mulai memasuki program di pondok pesantren
     Dari segi sosiologis, tadarus Al-Qur’an   khusus tahfizh (hafal al-Qur’an). Sehingga,
dilakukan bakda shalat maktubah, antara lain   ODOJ menjadi bagian tak terpisahkan dari
bakda magrib, bakda isya atau bakda subuh,     program tahfizh pesantren tertentu.
sedangkan gerakan ODOJ tidak mengenal
waktu, dan tempat. Seringkali terlihat di                                                           [Mahrus el-Mawa]
                                               Edisi Budaya | 537
Tahlil
Istilah kata                                         tahlil juga tidak hanya dilakukan di masjid
                                                     atau tempat ibadah lainnya seperti mushalla
Tahlil secara istilah berasal dari suku              ataupun langgar. Ia juga dikerjakan oleh
        kata dalam bahasa Arab yang bermakna         seseorang yang melakukan ziarah kubur, atau
        membaca kalimat La ilaha illa Allah.         dalam upacara selametan yang diadakan di
Sedangkan dalam konteks masyarakat Islam             rumah-rumah duka atau dalam rangka haul.
Indonesia tahlil bukan hanya pembacaan
kalimat la ilaha illa Allah saja, melainkan                Tahlil adalah salah satu ritual yang tidak
sebuah amalan yang mengandung bacaan baik            asing bagi kelompok Islam tradisional yang
ayat-ayat al-Quran (seperti surat al-ikhlas,         berada di lingkungan pedesaan. Meskipun
surat yasin, dll), kalimat la ilaha illa Allah atau  demikian, bukan berarti masyarakat kota dan
tahlil, kalimat alhamdu lillah atau tahmid,          modern tidak mengamalkan tahlil. Sebab,
kalimat subahana Allah wabihamdihi atau              di kota-kota besar juga tidak sulit untuk
tasbih, astaghfirullahal Adzim atau istighfar,       menemukan acara tahlilan sebagaimana
maupun dzikir-dzikir lainnya.                        di kampung-kampung. Salah satu yang
                                                     membedakan tahlil di kampung dan kota
     Membaca tahlil, membaca surat Yasin,            mungkin adalah dalam proses mengundang
terutama ditujukan kepada orang tua atau             ke acara tahlilannya di mana acara tahlil di
sanak kerabat dan jamaah Islam yang sudah            kampung terlihat sangat guyub antar tetangga
meninggal adalah tindakan terpuji. Anak salih        satu dengan yang lainnya. Hal ini sulit
yang mau mendoakan kepada orang tuanya               ditemukan di daerah-daerah kota.
yang telah meninggal adalah idaman bagi
orang Islam. (Nur Syam, 250)                              Ditilik secara kebahasaan, kata tahlil
                                                     memiliki dua arti, yakni “pengucapan la
     Meskipun ritual tersebut tidak hanya            ilaha illallah” dan “ekspresi kesenangan” atau
pembacaan tahlil (kalimat la ilaha illa Allah)       “ekspresi keriangan”. Umat Islam Indonesia
saja melainkan juga terdapat ragam bacaan            memaknai tahlil pada definisi pertama.
lainnya, namun ritual ini dinamakan tahlil.          Kegiatan tahlil yang meliputi pembacaan
Hal ini karena melihat bahwa bacaan tahlil-          yasin, ayat kursi, lantunan tasbih, tahmid dan
lah yang paling banyak dibaca. Sebagaimana           istighfar memiliki keterikatan dengan struktur
tasbih dalam penamaan sebuah shalat sunnat,          sosial khususnya masyarakat pedesaan. Tahlil
dinamakan tasbih karena dalam salat tersebut         bagi masyarakat pedesaan memilliki makna
yang paling banyak adalah bacaan tasbih.             religious dan makna sosial pedesaan.
Selain itu, penamaan ini juga didasari bahwa
kalimat tahlil merupakan zikir yang paling           Dzikir Kematian
utama. (Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri,
Pustaka Pesantren, 2009: 2-3)                             Ritual tahlil biasanya dilakukan pada hari-
                                                     haritertentusetelahkematiananggotakeluarga
     Pembacaan tahlil dilakukan oleh                 di masyarakat. Bagi masyarakat di Jawa Timur,
masyarakat Islam di Indonesia tidak hanya            misalnya, ritual tahlilan ada yang dilakukan
sebagai amalan yang dilakukan secara                 sejak hari pertama wafatnya anggota keluarga
individual, melainkan juga sebuah amalan
yang dikerjakan secara berjamaah. Amalan
538 | Ensiklopedi Islam Nusantara
foto : foto.detik.com                            meninggal dengan cara memberi bantuan
                                                 amal saleh berupa bacaan-bacaan dan doa-
selama tujuh hari berturut-turut. Tahlil         doa dalam Tahlilan. Dengan kata lain, Tahlilan
juga dapat diselenggarakan setelah tiga hari     adalah upaya untuk memperingan perjalanan
kematian (nelung dino), kemudian dilanjutkan     orang yang meninggal menuju persinggahan
pada hari ke tujuh (mitung dino). Pada empat     terakhir.
puluh hari kematian pihak keluarga biasanya
juga menyelenggarakan tahlil kembali (matang          Kegiatan yang turut mengiringi tahlil
puluh), dilanjutkan dengan pelaksanaan tahlil    adalah ziarah kubur. Baik tahlil maupun ziarah
di hari ke-100 (nyatus). Setelah melewati hari   kubur, biasanya dilakukan oleh masyarakat
ke-100, anggota keluarga menyelenggarakan        sebagai medium refleksi dan evaluasi diri.
ritual tahlil kembali pada peringatan haul (1    Bahwa semua makhluk yang bernyawa di
tahun) kematian dan diakhiri dengan tahlil di    dunia ini akan mengalami kematian. Bahwa
hari ke-1000 (nyewu).                            kematian adalah pintu masuk kehidupan
                                                 baru. Ibarat kita bepergian jauh, pun dengan
     Menurut Syaukanie (2010), kalangan          kematian juga harus dipersiapkan.
Islam tradisional di pedesaan meyakini adanya
prosesi perjalanan yang harus dilalui oleh       Dari Tahlil ke Aksi Sosial
seseorang setelah kematiaannya. Prosesi
pertama adalah ujian di liang kubur. Pada             Sosiolog asal Prancin Emile Durkheim
prosesi ini seorang hamba akan ditanyakan        jauh-jauh hari telah mengemukakan tesisnya
seputar keimanan oleh Malaikat (man rabbuka      tentang agama dan solidaritas social dalam
= siapa tuhanmu, man nabiyuka = siapa nabimu     ranah ilmu social. Jika dilihat dari proses
dan lain sebagainya). Usai prosesi ini dilalui,  ritualnya, tahlil dapat dikategorikan seremonl
seorang hamba akan melewati “jembatan            keagamaan seperti dimaksudkan oleh Emile
lurus” (sirathal mustaqim). Gambaran sirathal    Durkheim. Ketika penulis melakukan studi
mustaqim dijelaskan seperti helai ramput         lapangan di daerah Kabupaten Jombang
dibelah tujuh. Di bawah jembatan yang            Jawa Timur (Januari 2012), ritual keagamaan
panjangannya tak bisa dipikirkan manusia         dalam tradisi tahlil dalam perjalanannya
itu adalah bara api yang suhunya melebihi        telah membuahkan aksi social. Ritual tahlil
permukaan matahari, itulah neraka jahanam.       merekatkan setiap anggota masyarakat. Dalam
                                                 istilah sosiologi kerekatan disebut solidaritas,
     Adanya prosesi pasca kematian tersebut,     yang terbentuk atas dasar perasaan moral,
tahlilan dan kirim doa oleh sanak keluarga       keyakinan serta pengalaman emosional yang
yang ditinggalkan dimaksudkan memperingan        sama.
perjalanan menuju persinggahan terakhir.
Kaum muslim tradisional berpegang pada                Tiap kali mendengar kabar kematian,
hadit nabi yang menyatakan bahwa ketika          secara sepontas anggota masyarakat
seorang hamba meninggal dunia maka               pedesaan “melayat” dan pada malam harinya
semua amal ibadah akan terputus kecuali          menggelar acara “tahlilan”. Berbondong-
doa anak sholeh. Kaum Muslim tradisional         bondong masyarakat datang ke keluarga yang
mencoba memperingan perjalanan orang yang        anggotanya meninggaa dunia. Mereka datang
                                                 dengan membawa hasil bumi. Dari bahan-
                                                 bahan mentah, anggota masyarakat memasak
                                                 secara bersama-sama untuk suguhan para
                                                 pelayat dan jam’ah yang ikut tahlil di malam
                                                 hari. Di beberapa tempat bahkan tidak sedikit
                                                 anggota masyarakat yang membawa makanan
                                                 siap saji, ada kue dan juga lauk pauk. Ada
                                                 semacam “sangsi social” jika hal ini dilanggar.
                                                 Dalam konstruk fungsionalisme structural,
                                                 Edisi Budaya | 539
ritual tahlil telah membentuk semacam norma            Rangkaian bacaan tahlil pada umumnya
yang mengikatkan anggota masyarakat.              diawali dengan membaca surat al-fatihah yang
Selain takut adanya “sangsi social”, budaya       dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW
spontanitas muncul juga karena menyadari          dan keluarganya, sahabat Nabi, para tabi’in,
bahwa di waktu yang lain mereka akan              tabiut tabi’in, para ulama salafussaleh, dan
mengalami kematian. Ada pengharapan yang          orang tua yang telah wafat. Kemudian secara
tinggi akan adanya aksi timbal balik jika ada di  khusus bacaan al-fatihah ditujukan kepada
antara anggota keluarga meninggal dunia.          orang yang dimaksud secara khusus dalam
                                                  acara tahlilan (bila sedang berziarah, maka
     Ritual tahlil dalam beberapa komunitas       yang dikhususkan adalah ahli kubur yang
telah membentuk semacam kelembagaan               sedang diziarahi, dan bila dilakukan di rumah
lokal. Bahkan di daerah Jombang Jawa Timur,       orang yang mengadakan tahlilan maka yang
kegiatan tahlil tidak semata dilakukan untuk      dikhususkan adalah orang yang dimaksud oleh
waktu-waktu tertentu seperti termaktub di         tuan rumah, dan seterusnya).
atas. Kelembagaan tahlil menjadi bagian dari
kehidupan social masyarakat. Tahlil qubro              Selepas pembacaan surat al-fahihah,
misalnyaa ini dilaksanakan setahun sekali oleh    biasanya dilanjut dengan pembacaan surat
ribuan jam’ah majlis ta’lim. Dalam pelaksanaan    al-ikhlas, surat al-muawwidzatain, ayat ke
tahlil qubro, setiap jam’ah menyumbangkan         1 sampai 6 surat al-baqarah lalu ayat kursi.
rizkinya. Tidak ada patokan dalam besaran         Setelah itu baru membaca tahlil; la ilaha illa
uang sumbangan. Besaran minimal sumbangan         Allah, dilanjut membaca tasbih; subhanallah
yang diberikan anggota masyarakat ketika          wabihamdihi subhanallahil adzim, istighfar;
studi lapang ini dilakukan adalah Rp. 1000,-      astagfirullahal Azhim. Kemudian diakhiri
. Tidak ada inisiator dalam kegiatan tahlil       dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh
qubro kecuali anggota masyarakat yang             seorang kiai dan diaminkan oleh para jamaah.
mempercayakan Muslimat NU sebagai                 Susunan tahlil ini tidak mesti sama. Terkadang
organisasi social keagamaan sebagai fasilitator   bisa berbeda-beda sesuai dengan kiai yang
yang mengumpulkan ribuan umat Islam dalam         memimpinnya. Biasanya perbedaan susunan
ritual pembacaan doa-doa tahlil.                  tahlil disebabkan transmisi (jalur) penerimaan
                                                  sanad tahlil dari guru-guru kiai tersebut yang
     Bak rapat akbar, ritual tahlil qubro         berbeda. Meski demikian, secara umum, pola
menjadi momentum gerakan social. Dana             tahlil tidak ada perbedaan.
yang terkumpul dari sumbangan suka rela
diserahkan langsung oleh masyarakat secara             Bacaan-bacaan dalam rangkaian tahlil
simbolis untuk pembangunan fasilitas publik.      dinilai sebagai ibadah, sebab bacaan tersebut
Ketika studi lapang dilakukan, ada dua fasilitas  merupakan rangkaian dari ayat-ayat al-Quran,
publik yang telah terbangun yakni Rumah           dzikir, dan doa. Beberapa bagian bacaan
Sakit Nahdlatul Ulama dan Panti Asuhan,           tahlil bahkan diperintahkan untuk dibaca
keduanya berdomisili di Kabupaten Jombang         dalam kondisi dan waktu tertentu. Misalnya,
Jawa Timur. Kedua fasilitas public tersebut       soal pembacaan surat al-Ikhlas sebagaimana
di bangun di atas tanah yang juga didapatkan      diriwayatkan oleh Imam Daruquthni, “barang
dari sumbangan (wakaf) anggota masyarakat.        siapa melewati kuburan kemudian membaca qul
Dari sini kita dapat belajar, kuatan social       huwa Allah Ahad (surat al-Ikhlas) sebelas kali,
dalam ritual tahlil kini tak lagi digandrungi     maka Allah akan berikan pahala sebanyak orang
oleh muslim tradisional pedesaan semata.          mati.” (Ensiklopedia NU, 156)
                                                                     [M Idris Mas’udi]
                                   Sumber Bacaan
Madchan Anies, Tahlil dan Keduri, YogyakartaPustaka Pesantren, 2009
Nur Syam, Islam Pesisir, Jogjakarta: LKi,
A.Khoriul Anam, dkk, Ensiklopedia N, Jakarta : PBNU, 20
540 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Takbir Keliling
Lantunan takbir pada malam lebaran                halaman makin menggebu. Seruan untuk
       dengan nada dan irama khasnya terasa       mengagungkan kebesaran Allah SWT pada
       mendayu meluluhkan kalbu. Diselingi        malam Idul Fitri dan Idul Adha dijalankan
tabuhan beduk yang menderu, suara takbir          dengan menyemarakkan malam takbiran.
bergema, bersahutan dari berbagai masjid          Tak cukup di masjid dan mushalla, semarak
dan mushalla di bebagai sudut desa dan            takbiran juga digelar dengan cara takbir
kota. Berbagai kanal televisi pun diramaikan      keliling.
beragam acara takbiran.
                                                       Takbir keliling adalah seremoni
      Hati bergetar, bercampur suka cita dan      mengumandangkan takbir secara kolektif
kesedihan. Gembira lantaran Idul Fitri segera     pada malam lebaran, dengan cara berkeliling
tiba esok hari. Silaturahim dengan kerabat        desa atau kota, menyusuri jalanan utama dan
dan tetangga dalam suasana gembira ria            pinggiran. Ada yang berjalan kaki sembari
langsung terbayang. Namun terlntas pula           menenteng obor. Ada pula yang mengendarai
perasaan sedih karena kesyahduan Ramadhan         kendaraan bermotor. Takbir keliling adalah
jadi terasa singkat dan cepat berlalu, sembari    pengembangan kreasi malam takbiran. Tidak
penuh harap, bisa jumpa kembali Ramadhan          sekedar berdiam di masjid atau mushalla,
tahun depan.                                      tetapi dengan bergerak di luar, berkililing,
                                                  sehingga syiarnya lebih bergema.
      Bunyi lafaz takbiran adalah:
                                                       Takbiran dilakukan baik pada malam
اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ أﻛﺒﺮ ﻻ ﻟﻪ إﻻ اﷲ اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ     Idul Fitri maupun Idul Adha. Tapi takbir
                                                  keliling sedikit sekali terjadi pada malam
                                   أﻛﺒﺮ وﷲ اﻟﺤﻤﺪ  Idul Adha, lebih marak diselenggarakan pada
                                                  malam Idul Fitri. Masyarakat dengan suka
“Allah Maha besar, Allah Maha Besar, Allah Maha   cita berbondong-bondong mengikuti takbir
Besar, tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah    keliling. Takbir keliling biasanya dimulai
Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji      setelah shalat isya atau sekitar pukul 20.00
hanya milik Allah.”                               waktu setempat.
      Pengulangan lafadz takbir dalam takbiran,        Takbir keliling dapat mempererat tali
ada yang tiga kali. Ada pula yang hanya dua       persaudaraan antar anggota masyarakat. Pada
kali. Kalangan Nahdliyin menggunakan tiga         mulanya, takbir keliling dilaksanakan dengan
kali dengan mengacu Imam Syafi’i. Sementara       cara sederhana. Warga bertakbir keliling
elemen Islam yang lain, baik yang bermadzhab      desa dengan hanya membawa obor, alagt
maupun tidak, biasanya hanya dua kali             penerangan yang terbuat dari bambu. Bahan
mengulang takbir. Selain pengulangan, tidak       bakarnya dari minyak tanah yang dimasukkan
ada perbedaan.                                    dalam lobang bambu. Sumbunya berupa sabut
                                                  kulit kepala atau kain dari pakaian bekas.
      Mereka yang jauh dari keluarga, sedang
di perantauan, tengah studi atau bekerja di            Obor menjadi salah satu ciri khas
luar negeri, takbiran pada malam lebaran          takbiran keliling. Obor digunakan sebagai
membuat rindu pada keluarga dan kampung
                                                  Edisi Budaya | 541
