BISNIS
DIGITAL
TRI ENDI.A.PS, BSc, SE, MM, CPM ,CPIT
ENI SUHARTI, SE, M.Akun
Dengan Pendekatan "Smart EDISI
Strategy" Di Era Revolusi KHUSUS
Industri 4.0
Editor:
FEBPublishing Hustna Dara Sarra
BISNIS DIGITAL
EDISI KHUSUS
PENDEKATAN SMART STRATEGY DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Penulis
Tri Endi. A, B.Sc, SE, MM,CPM
Eni Suharti, S.E, M.Akun
Editor
Hustna Dara Sarra
Penerbit
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Tangerang
2021
ii
FEB-UMT
BISNIS DIGITAL:
PENDEKATAN SMART STRATEGY DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
xi + 153.; 8,5’ x 11’
ISBN: 978-602-53740-6-7
Penulis : Tri Endi. A, B.Sc, SE, MM,CPM
Eni Suharti, S.E, M.Akun
Editor : Hustna Dara Sarra
Tata Letak : FEB-UMT
Cover : Tim Publishing-FEB UMT
Cetakan I : Agustus 2020
Cetakan II : Desember 2021
Dilarang keras mengutip, menjiplak, meniru, menggandakan atau
memperbanyak dalam bentuk apapun, baik sebagian atau keseluruuhan isi
buku ini, serta memperjual belikan tanpa izin dari Penerbit FEB-UMT
Copyright © 2020 by Penerbit FEB-UMT
All rights reserved
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002
Diterbitkan oleh :
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Tangerang
iii
“ Teknologi tidak pernah menciptakan
zaman. Tapi siapa pun yang tidak
beradaptasi dengan teknologi,
maka ia akan terusir dari zaman “
-Father tri “sang”-
iv
Prakata
Alhamdulilllah, Segala pujji hanya bagi Allah yang Maha bijaksana lagi Maha
Pemurah yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa ilmu dan kesempatan.
Sholawat dan salam tercurah keharibaan junjungan seluruh umat rasulullah SAW.
Teknologi dan informasi hadir dan tampil seiring dengan perkembangan peradaban
manusia. Pada perkembangannya teknologi dan informasi meluas hingga keseluruh
aspek dan bidang kehidupan. Dan secara keilmuan ekonommi Mengalami
perkembangan hingga mendorong mnunculnya berbagai kajian-kajian
perekonomian yang disandingkan dengan berbagai perkembangan teknologi
informasi. Pada akhrnya mendorong lahirnya e-commerce dan pada akhirnya pula
menuntut suatu standar, acuan dan aturan-aturan tentang pembayaran, pola dan
cara pembayaran, alat pembayaran. Dari hal tersebut mendorong suatu kajian
yang mengupas Teori dan praktek yang ada di dalamnya melalui kajian dan
penerapan Bisnis Digital. Pada buku ini memuat tentang asal mula munculnya
ecommerce sebagai tulang punggung bisnis digital, perkembangan ecommerce,
langkah-langkah memasuki bisnis digital hingga opsi strategi bisnis digital. Semoga
pemaparan, kajian dan pembahasan yang ada di dalamnya membbawa manfaat
yang luas terutama dalam hal pengembanngan keilmuan secara akademis yang
berkelanjutan,
Buku ini adalah revisi dari cetakan pertama dan dikemas dengan konsep semi-
dinamis, dimana selain disajikan dengan konsep teks dan gambar, didalamnya juga
disajikan filler dan video sebagai bahan literasi dinamis kepada pembaca. Kami
sangat berharap semoga buku ini dapat berguna dan bermanfaat dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dinamika bisnis yang
berbasis digital dan aspek-aspek yang berkembang di dalamnya serta bermanfaat
bagi penerapan dalam dunia usaha dan Pengembangan yang berkelanjutan.
Tangerang, Desember 2021
Penulis
v
Daftar Isi
Halaman Judul ………………………………………………………………………. ii
Lembar Identifikasi …………………………………………………………………. iii
Pesan Moral Penulis ……………………………………………………………….. iv
Prakata …………..……………………………………………………………… v
BAB 1 EKSISTENSI DAN IMPLEMENTASI E-COMMERCE DALAM
BISNIS DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
a. Pengertian E-Commerce …………...……………………….. 1
b. Benefit Implementasi E-Commerce Dalam Bisnis .………. 2
c. Histori Munculnya E-Commerce ……………………………. 4
d. Jenis E-Commerce
1) Business to Business (B2B) ..…………………….……… 6
2) Business to Customer (B2C) …………………………..… 8
BAB 2 PERKEMBANGAN MODEL BISNIS E-COMMERCE
a. Perkembangan E- Commerce …………………………….… 15
b. Klasifikasi Model Bisnis E-commerce
1) B2B e-Commerce …………………………………..………… 18
2) B2C e-Commerce……………………………………..……….. 19
vi
3) C2C e-Commerce ……………………………………………….. 22
4) C2B e-Commerce ………………………………………………. 22
5) E-Commerce Administrasi Publik/Pemerintah (B2G & C2G)
i. B2G / B2A e-Commerce ……………………………………. 23
ii. C2G / C2A e-Commerce ……………………………………. 24
c. Model Fulfillment Bisnis E-commerce
1) Dropshipping …………………………………………………….. 25
2) Wholesaling dan Warehousing ………………………………... 26
3) Private Label dan White Label ………………………………… 28
4) Subscription e-commerce ……………………………………… 29
BAB 3 OPTIMALISASI DIGITAL MARKETING
a. Perbedaan Digital Marketing dengan Marketing Tradisional
1) Target Pemasaran ………………………………………………… 34
2) Waktu dan Biaya ………………………………………………... 35
3) Cara Komunikasi ………………………………………………... 36
b. Alasan Menerapkan Digital Marketing
1) Menyediakan Kesempatan yang Sama untuk Semua Bisnis ... 37
2) Lebih Murah dan Lebih Efektif Dibanding ………………….…. 37
3) Meningkatkan Revenue Secara Efektif ……………………….. 37
4) Memungkinkan Terhubung dengan Audiens Spesifik ………. 38
5) Lebih Efektif untuk Pengguna Perangkat Mobile ………….… 38
6) Membangun Reputasi Brand …………………………………. 38
c. Perkembangan Dan Tren Digital Marketing ……..…. 39
vii
BAB 4 STRATEGI BISNIS DIGITAL
a. Memulai Digital Business
1) Menentukan Tujuan Pemasaran ……………………………… 47
2) Menentukan Target Pasar …………………………………….. 47
3) Memilih Platform Digital Marketing …………………………... 48
4) Menentukan Budget …………………………………………... 48
5) Menerbitkan Konten yang Menarik ………………………….… 49
b. Segmentasi Pasar pada Bisnis Digital ………………….… 55
c. Opsi Strategi Digital Business
1) SEO ………………………………………………………... 63
2) Optimalisasi Content marketing ……………………………..... 63
3) Social Media Marketing …………………………………….… 64
4) Pay Per Click ……………………………………………….. 64
5) Affliate Marketing …………………………………………..... 64
6) Email Marketing …………………………………………..… 65
7) Googling ( Google Bisnis) ………………………………….. 66
8) Riset keyword …………………………………………….…..… 67
d. Strategi Merangkul Kaum Milenilal Di Era
Revolusi Industri 4.0 …………………………………………... 69
BAB 5 MEDIA BISNIS DIGITAL
a. Media Baru Pada Bisnis Digital ……….…………………..… 67
b. Opsi Media Bisnis Digital
1) Platform Market Place …………………….………………..… 78
2) Optimasi Website …………………………….……………..… 82
3) Optimasi E-mail ……………………………………..………..… 88
viii
4) Social Media Empowering …………………………………..… 89
5) Optimalisasi SMS Marketing ……………………………….… 93
BAB 6 IMPLEMENTASI INBOUND MAKETING
a. Konsep Digital Marketing …………………………………..… 97
b. Dimensi Digital Marketing …………………………………..… 99
c. Implementasi Inbound Marketing …………...……………..… 104
BAB 7 DIGITAL FINANCIAL
a. Konsep Dan Instrumen Financial Digital ………..………..… 113
b. E-Payment ……………………………………………..……… 120
c. Financial Technology ……………………………………….…. 127
BAB 8 ETIKA BISNIS DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
BERBASIS DIGITAL
a. Tinjauan Etika Bisnis Berbasis Digital ………………….…. 132
b. Pertimbangan Dalam Membangun Etika Bisnis
Berbasis Digital …………………………………………….… 132
c. Literasi Digital Dan Tantangan Penerapan Etika Bisnis
Di Era Digital …………………………………………………… 140
LATIHAN PRAKTIK ………………..………………………………..… 149
SUMBER PUSTAKA …………………………………………………… 152
DAFTAR GAMBAR ………………..………………………………..… x
DAFTAR TABEL ……………………………….………………..… xii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 E-commerce dan aspek bisnis lain
Gambar 1.2 Pola bisnis B2B E-Commerce
Gambar 1.3 Pola Hub Connecting dalam B2B E-Commerce
Gambar 1.4 Pola bisnis pada B2C E-Commerce
Gambar 2.1 Hasil Riset pertumbuhan e-commerce Indonesia
Gambar 2.2 Model Bisnis yang di tawarkan oleh blibli.com
Gambar 2.3 Grafik pertumbuhan Volume pembayaran B2C
Gambar 2.4 Alur model fulfillment dropshipping
Gambar 2.5 Alur model fulfillment Wholesaling
Gambar 2.6 Alur model fulfillment White label and private label
Gambar 3.1 Perkembangan digital marketing
Gambar 3.2 Konsep Automatisasi Marketing oleh Niagahoster
Gambar 4.1 Langkah Menentukan Segmenasi Pasar
Gambar 4.2 Contoh Profil Business Manager
Gambar 5.1 Tebaran Aplikasi Marketplace Terbaik Di Indonesia
Gambar 5.2 Alur Langkah Optimalisasi Website
Gambar 5.3 Tebaran Pengguna Media Sosial Di Indonesia tahun 2021
Gambar 6.1 Tebaran Dimensi Digital Marketing
Gambar 6.2 Model Komunikasi Marketing Konvensional
Gambar 6.3 Alur Perumusan Inbound Marketing
Gambar 6.4 Tahapan Metodologi Inbound Marketing
Gambar 7.1 Tebaran Objek Layanan Keuangan Digital
Gambar 7.2 Tampilan Fitur e-Wallet Gopay
Gambar 7.3 5 aplikasi e-Wallet Terpopuler Di Indonesia
Gambar 8.1 Disrupsi Pada Era Digital
x
Gambar 8.2 Infografis Efek Negatif teknologi Digital Pada Anak
Gambar 8.3 Dimensi Penetapan Etika
Gambar 8.4 Ruang Lingkup Etika
Gambar 8.5 Infografis Program Gerakan Literasi Digital Nasional
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian reputasi layanan pada model binis B2C
Tabel 5.1 Tebaran Jumlah Pengunjung Marketplace Pada Q2 Tahun 2021
Tabel 5.2 Tinjauan Kelebihan Dan Kelemahan Pemanfaatan Marketplace
Tabel 5.3 Tebaran Pengguna Media Sosial Di Dunia tahun 2021
Tabel 7.1 Keuanggulan Dan Kelemahan Pemanfaatan Digital Financial
Tabel 7.2 Kelebihan Dan Kelemahan Dompet Digital (E-wallet)
Tabel 8.1 Area Dan Indikator Kompetensi Digital Menurut Japelidi
Tabel 8.2 Area Dan Indikator Kompetensi Digital Menurut Kemenkominfo,
Siberkreasi & Deloitte
xii
LEMBAR SUPLEMEN BUKU
TOPIK : DIGITAL MARKETING TOOLS
INSERTASI : BAB 5 - MEDIA BISNIS DIGITAL
xiii
BAB 1
EKSISTENSI DAN IMPLEMENTASI E-COMMERCE
DALAM BISNIS
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
A. PENGERTIAN E-COMMERCE
Perkembangan teknologi informasi tidak dapat dipisahkan dari Situasi dan
kondisi revolusi indistri 4.0, dimana seluruh aspek kehidupan umat manusia serta
perangkat yang mendukung didalamnya telah disandarkan pada teknologi.
Dalam bidang bisnis tertama di bidang pemasaran khususnya online
marketing mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berdasarkan beberapa
kajian sebelumnya yang membahas tentang e-commerce terdapat beberapa
makna dari e-commerce itu sendiri..
Secara etimologi dapat diartikan bahwa e-commerce adalah e-commerce
is dynamic set of technologies, applications, and business process that link
enterprises, customers, and communities through electronic transactions and
elecreonic exchange of goods, servicesm and information” (Baum, 1999). Di sisi
lain e-commerce dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang
secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet dimana
terdapat website yang menyediakan layanan “get and deliver”.
Secara langsung, pihak-pihak yang terlibat di dalam e-commerce
mengalami metamorphosis dan harus menyesuaikan dengan kondisi yang
diprasyaratkan yang ada di dalamnya. Adapun pihak-pihak yang mengalami
metamorphosis adalah produsen yang berperan sebagai e-mercant yang
menawarkan suatu produk atau jasa kepada pihak e-costumer, konsumen yang
diperankan oleh netizen sebagai e-customer yang menggunakan atau membeli
barang atau jasa yang ditawarkan. Sementara instrument yang ada di dalam
pasar secara struktur dan prinsip mengalami pergeseran, dimana di dalam e-
1|Page
commerce etalase berubah menjadi display figure. Komunikasi bisnis berubah
menjadi virtual communication sehingga menghilangkan salah satu proses
transaksi yaitu tawar-menawar. Dalam perkembangannya, e-
commerce berperan sebagai tempat berlangsungnya komunikasi dan sekaligus
sebagai tempat berlangsungnya penyerahan media tersebut.
B. BENEFIT IMPLEMENTASI E-COMMERCE DALAM BISNIS
Pada era digital saat ini, banyak pelaku usaha yang memanfaatkan
teknologi sebagai sarana promosi dan penjualan, salah satunya berjualan secara
online atau sering disebut e-commerce. Pertumbuhan pengguna internet
mendorong peningkatan transaksi melalui e-commerce sehingga menyadarkan
perusahaan akan peluang yang disediakan internet . Transaksi melalui e-
commerce menawarkan kemudahan dan kepraktisan dibandingkan dengan cara
konvensional. Selain itu, cakupan penjualan pun semakin besar, tidak hanya di
tingkat lokal namun dapat menjangkau nasional dan bahkan internasional.
Fenomena ini berawal dari hadirnya situs media sosial/medsos yang telah
memfasilitasi ruang digital bagi publik untuk berkomunikasi satu sama lainnya.
Memasuki akhir dekade pertama Abad 21, medsos menjadi fenomena baru
yang mengubah lingkungan bisnis beroperasi. Pengusaha yang menggunakan
medsos bisa mendapatkan sumber daya yang tidak tersedia di pasar
konvensional. Memasuki Akhir dekade kedua abad 21, peran medsos
mengalami degradasi. Hal ini diawali dengan semakin canggihnya perangkat
teknologi komunikasi (gadget) dengan menghadirkan konsep one-touch dan
ditambah lagi dengan berkembangnya penyedia open-source system digital
mulai dari Google Search, Blackberry, Apple hingga Android yang menawarkan
berbagai kemudahan akses yang ada di dalamnya. Hal ini dapat dirasakan
dengan berpindahnya komunikasi dan interaksi bisnis dari medsos ke aplikasi
2|Page
digital yang dapat dijalankan dan diunduh melalui perangkat dan system
tersebut.
Pemanfaatan e-commerce telah mendorong peningkatan kualitas bisnis
secara taktis. Dimana hadirnya aplikasi e-commerce telah mempersingkat
proses Pemasaran/marketing sehingga interaksi pasar lebih terdorong kepada
proses Penjualan langsung (direct selling) yang lebih simpel. Beberapa
tantangan tersebut adalah terbatassnya edukasi secara teknis dan non-teknis
bagi produsen maupun konsumen sehingga terkendala dalam hal
implementasinya, kurangnya kebijakan privasi, tidak ada kesepakatan yang baik
dalam kebijakan pengiriman barang, pemasaran dan promosi kurang, harga
produk lebih mahal dari pasar tradisional, tidak bertemunya penjual dengan
pembeli secara langsung sehinnga menyusahkan komunikasi, dan lain
sebagainya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan minat pengguna aplikasi
online untuk tetap bertransaksi dalam e-commerce, bahkan saat ini e-commerce
dirasakan hampir mendominasi seluruh aspek bisnis sehingga menimbulkan
berbagai keresahan terutama bagi penyedia produk atau bisnis yang masih
bertahan dengan pola konvesional sehingga dirasakan berpotensi menimbulkan
gesekan sebagai akibat pertemuan pasar/market-match yang tidak seimbang .
3|Page
Gambar 1.1
E-commerce dan aspek bisnis lain
Sumber : Sasongko, 2019
C. HISTORI MUNCULNYA E-COMMERCE
Pada awalnya, internet merupakan koperasi komputer yang tidak dimiliki
siapapun. Internet lahir pada tahun 1969 ketika sebuah kelompok peneliti di
Departemen Pertahanan Amerika berhubungan dengan empat komputer di
UCLA, Stanford Research Institute, Universitas Utah, dan Universitas California
di Santa Barbara. Hubungan ini dilakukan untuk menciptakan sebuah jaringan
untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain mengenai proyek-proyek
pemerintah. Jaringan ini dikenal dengan istilah ARPAnet- ARPA merupakan
singkatan dari Advanced Research Project Agency yang merupakan bagian dari
Departemen Keamanan AS. Tiga tahun kemudian, lebih dari lima puluh
universitas dan agensi-agensi militer telah terhubung bersama-sama dalam
jaringan (network), dan jaringan komputer yang lain mulai muncul di sekitar
negara bagian (country) dan dunia. Seiring dengan perkembangan ARPAnet,
yang diikuti pula dengan kerjasama jaringan antara militer dan kaum pendidik,
4|Page
dan eksperimen NASA mengenai jaringan komputer, jaringan ini mulai
terhubungkan satu dengan yang lain (interconnected), inilah awal mula dipakai
istilah “Internet”.
Perkembangan Teknologi Informasi telah berhasil menciptakan
infrastruktur informasi baru. Internet memiliki beberapa daya tarik dan
keunggulan bagi para konsumen maupun organisasi, misalnya dalam hal
kenyamanan, kecepatan data, akses 24 jam sehari, efisiensi, alternatif ruang dan
pilihan yang tanpa batas, personalisasi, sumber informasi dan teknologi yang
potensial dan lain lainnya. Dalam konteks bisnis, internet membawa dampak
transformasional yang menciptakan paradigma baru dalam dunia bisnis berupa
‘Digital Marketing’ Pada awal penerapan e-commerce yang bermula di awal
tahun 1970-an dengan adanya inovasi semacam Electronic fund Transfer (EFT).
Saat itu penerapan sistem ini masih sangat terbatas pada perusahaan berskala
besar, lembaga keuangan pemerintah dan beberapa perusahaan menengah
kebawah yang nekat, kemudian berkembang hingga muncullah yang dinamakan
EDI (Electronic Data Interchange). Bermula dari transaksi keuangan ke
pemprosesan transaksi lainnya yang membuat perusahaan-perusahaan lain ikut
serta, mulai dari lembaga-lembaga keuangan hingga ke manufacturing, ritel, jasa
dan lainnya. Kemudian terus berkembang aplikasi-aplikasi lain yang memiliki
jangkauan dari trading saham sampai ke sistem reservasi perjalanan. Pada
waktu itu sistem tersebut dikenal sebagai aplikasi telekomunikasi. (Ibid)
Awal tahun 1990-an komersialisasi di internet mulai berkembang pesat
mencapai jutaan pelanggan, maka muncullah istilah baru Electronic
Commerce atau lebih dikenal E-Commerce. Riset center e-Commerce di Texas
University menganalisa 2000 perusahaan yang online di internet, sektor yang
tumbuh paling cepat adalah E-Commerce, naik sampai 72% dari $99,8 Milyar
menjadi $171,5 Milyar. Di tahun 2006 pendapatan di Internet telah mencapai
angka triliunan dollar,. Salah satu alasan pesatnya perkembangan bisnis online
adalah adanya perkembangan jaringan protokol dan sofware dan tentu saja yang
5|Page
paling mendasar adalah meningkatnya persaingan dan berbagai tekanan
bisnis.( Ibid).
D. JENIS E-COMMERCE
Pada awalnya, kita dapat mengklarifikasikan e-commerce menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Business to Business (B2B)
Business to business e-commerce umumnya menggunakan
mekanisme Electronic Data Interchange (EDI). Sistem ini relatif masih sangat
mahal dan standar yang digunakan seringkali menyulitkan interkomunikasi
atas pelaku bisnis. B2B Merupakan sistem komunikasi bisnis online antar
pelaku bisnis yang mengikatkan dirinya di dalam suatu kegiatan untuk
melakukan suatu usaha dengan pihak pebisnis lainnya. Adapun karakteristik
dari bussines to bussines ini adalah :
a. Trading partner yang sudah saling mengetahui diatara mereka terjalin
hubungan yang cukup lama. Pertukaran informasi hanya terjadi diantara
mereka dan karena mereka telah saling mengenal, maka pertukaran
informasi dilakukan atas dasar kebutuhan.
b. Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berkala dengan
format data yang telah disepakati. Sehingga servis yang dilakukan antara
kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standar yang sama pula.
c. Salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka lainnya untuk
mengirim data.
d. Model yang umum digunakan adalah model peer to peer,
dimana processing intelligent dapat di distribusikan di kedua pelaku bisnis.
Prinsip utama dari perlindungan konsumen dalam transaksi B2B tersebut
adalah :
6|Page
a. Konsumen yang ikut serta dalam transaksi e-commerce haruslah
mendapatkan perlindungan yang transparan dan efektif yang sifatnya
tidak boleh lebih rendah dari perlindungan terhadap perdagangan di
luar e-commerce.
b. Pebisnis yang masuk di dalam perdagangan elektronik harus
memperhatikan kepentingan konsumen yang bertindak berdasarkan
usaha bisnis, pemasaran, dan iklan yang adil.
Untuk memahami liratur konsep B2B dapt dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 1.2
Pola bisnis B2B E-Commerce
Sumber : Sasongko, 2017
Pola bisnis B2B mendorong pola bisnis lainnya pada mata rantai usaha,
dimana dengan diimplementasikan pola bisnis berbasis teknologi maka
mendorong aspek lainnya untuk menyesuaikan pola bisnisnya. Hal ini terjadi
secara umum di level bisnis turunan, seperti: distributor, pedagang besar
(wholesale) hingga agent. Lebih lanjut dapat dilihat pada gambar berikut:
7|Page
Gambar 1.3
Pola Hub Connecting dalam B2B E-Commerce
Sumber : Sasongko, 2018
2. Business to Customer (B2C)
Business to Customer e-commerce memiliki permasalahan yang berbeda.
Mekanisme untuk mendekati pelanggan pada saat ini menggunakan
bermacam-macam pendekatan seperti dengan menggunakan konsep portal.
Berbeda dengan bussines to bussines, banyak cara digunakan untuk
melakukan pendekatan dengan pihak konsumen, antara lain dengan
mekanisme toko online electronic shopping mall atau bisa juga menggunakan
sistem portal. Toko online memanfaatkan website untuk menjajakan produk
dan jasa pelayanannya. Para penjual menyediakan semacam storefront yang
berisikan catalog produk dan pelayanan yang diberikan. Para pembeli bisa
melihat-lihat barang apa saja yang akan dibeli dan pembeli dapat melakukan
kapan saja tanpa dibatasi jam buka toko.
Adapun karakteristiknya adalah :
8|Page
a. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara umum.
b. Servis yang digunakan juga bersifat umum, sehingga mekanismenya dapat
digunakan orang banyak. Servis yang diberikan adalah berdasarkan
permintaan, konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus siap
memberikan respon atau tanggapan terhadap konsumen tersebut.
c. Sering dilakukan sistem pendekatan client-server, dimana konsumen
dipihak client menggunakan sistem yang minimal dan penyedia barang atau
jasa berada pada pihak server.
Lebih lanjut untuk memahami pola bisnis pada B2C, dapat dilihat pada Gambar
berikut :
Gambar 1.4
Pola bisnis pada B2C E-Commerce
Sumber : Instantech, 2020
Beberapa bentuk keuntungan e-commerce yang didapatkan dari
penggunaannya yaitu:
9|Page
a. Revenue Stream (aliran pendapatan) baru yang mungkin menjanjikan, yang
tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional.
b. Dapat meningkatkan Market Exposure.
c. Menurunkan tingkat biaya operasional (Operating Cost).
d. Melebarkan jangkauan perusahaan (Global Reach).
e. Meningkatkan Customer Loyality.
f. Meningkatkan Supplier Management.
g. Memperpendek waktu produksi.
h. Meningkatka Value Chain (Mata rantai pendapatan).
Dalam perkembangan, e-commerce telah menjangkau hubungan bisnis
antar konsumen yang di sebut dengan Consumer to consumer (C2C).
Transaksi bisnis pada consumer to consumer dilakukan antar konsumen
secara online untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan terjadi pada saat
tertentu. Model transaksi ini lebih khusus karena transaksi ini dilakukan antar
konsumen dengan bertukar informasi atas suatu barang dan jasa. Informasi ini
dapat tersebar luas melalui komunitas-komunitas tertentu, misalnya komunitas
fotografi.
Dalam informasi bisni yang berlangsung di dalam e-comerce seharusnya
menyediakan informasi yang akurat, jelas, dan dapat mudah diakses, misalnya:
a. Identifikasi dari bisnis tersebut.
b. Komunikasi yang efektif, tepat waktu, mudah dan efektif antara konsumen
dan pengusaha.
c. Penyelesaian masalah yang tepat dan efektif.
d. Proses pelayanan hukum yang baik.
e. Domisili hukum pengusaha yang jelas
Electronic commerce atau selanjutnya disebut E-commerce merupakan
salah satu hasil dari perkembangan teknologi internet. Pengertian E-
10 | P a g e
commerce itu sendiri adalah suatu proses berbisnis dengan menggunakan
teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan, konsumen, dan
masyarakat dalam bentuk transaksi elektonik. Dengan demikian pada
prinsipnya bisnis dengan E-commerce adalah bisnis tanpa
warkat paperless trading. (Munir Fuady, 2002)
E-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut
konsumen (consumers), manufaktur (manufactures), service providers dan
pedagang perantara (intermediateries) dengan menggunakan jaringan-jaringan
komputer (computer network)yaitu internet. Hal ini disebabkan internet
merupakan jaringan komputerisasi yang sifatnya sangat global, yakni dapat
diakses di seluruh belahan dunia pada waktu yang tak terbatas atau dengan
kata lain on-line 24 jam setiap hari tanpa batas. Segala informasi dapat diakses
kapanpun, di manapun dan saat apapun, sehingga dengan kecanggihan
jaringan komputer hestanto.web.id yang dinamakan internet ini dikreasikan
oleh para usahawan dan provider dari internet untuk memanfaatkan lahan ini
sebagai ajang komersialisasi, yakni menarik keuntungan sebesar-besarnya.
Walaupun dalam hal ini dapat dikatakan klise namun para usahawan
maupun provider menyikapinya dengan sangat kreatif yakni berbelanja ataupun
melakukan transaksi di dunia maya yang dikenal dengan belanja internet.
Berbelanja di dunia maya atau internet inilah yang disebut dengan istilah E-
commerce.
Sebagaimana di dalam bukunya Abdul Halim Barkatullah yang dikutip dari
kamus Black’s Law Dictionary Seventh Edition, E-commerce didefinisikan :
E-commerce : The practice of buying and selling goods and services trought
online consumer service on the internet. The e, a shortened from of electronic,
has become a popular prefix for other term associated with electronic
transaction.( Ibid., hlm. 12.)
11 | P a g e
Maksud dari pengertian e-commerce di atas adalah pembelian dan penjualan
barang dan jasa dengan menggunakan jasa konsumen online di internet.
Model transaksi yang demikian disebut juga dengan electronic transaction.
Terdapat 6 (enam) komponen dalam Kontrak Dagang Elektronik, yaitu:
(Mariam Daruz Badrulzaman, Op. Cit, hlm. 284.)
1. Adanya kontrak dagang
2. Kontrak tersebut dilaksanakan dengan media elektronik (digital)
3. Kehadiran fisik para pihak tidak diperlukan
4. Kontrak terjadi dalam jaringan public
5. Sistemnya terbuka yaitu dengan internet atau www (World Wide Web)
6. Kontrak terlepas dari batas yuridiksi nasional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengertian e-commerce adalah
pembelian dan penjualan barang, jasa dan informasi dengan menggunakan
jasa konsumen melalui jaringan Komputer yang melingkupi internet dan
transaksi internal dalam sebuah organisasi. Sehingga e-commerce meliputi
segala transaksi elektronik.
Dalam menjalankan usaha dengan berbasis teknologi informasi memang
memiliki Keuntungan dan kerugian. Berikut ini adalah uraian beberapa
keuntungan dan kerugian implementasi e-commerce:
a. Keuntungan
Ada beberapa keuntungan yang dapat diambil dengan
adanya ecommerce, yaitu:
1. Revenue (aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih menjajikan yang
tidak bisa ditemui di sistem transaksi pasar tradisional, dapat
meningkatkan market share (pangsa pasar).
2. Menurunkan biaya operasional (operating cost).
3. Melebarkan jangkauan pasar (global reach).
12 | P a g e
4. Meningkatkan loyalitas konsumen (Customer loyality).
5. Meningkatkan supplier management.
6. Memperpendek waktu Produksi dan meningkatkan mata rantai
pendapatan (value chain).
b. Kerugian
Meskipun e-commerce merupakan sistem yang menguntungkan karena
dapat mengurangi biaya transaksi bisnis dan dapat memperbaiki kualitas
pelayanan, namun sisitem e-commerce ini beserta semua infrastruktur
pendukungnya memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Mudah sekali untuk disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
2. Bisa jadi kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul melalui berbagai
cara kerusakan hebat yang terjadi pada semua element yang berkaitan
dengan sistem.
3. Kehilangan segi financial secara langsung karena kecurangan hingga
berpotensi terjadi kehilangan kesempatan bisnis karena ganguan
pelayanan dan kehilangan kepercayaan dari para konsumen ditambah
lagi dengan kerugian-kerugian yang tak terduga.
Beberapa faktor yang paling sering terjadi dalam kecurangan sistem adalah:
1. Pencurian informasi rahasia yang berharga.
2. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak..
Seiring dengan waktu, e-commerce Mengalami berbagai perkembangan
dan kemajuan baik dari aspek teknologi ataupun praktek bisnis yang ada di
dalamnya. Pada Chapter berikut akan dibahas mengenai perkembangan dan
13 | P a g e
peranan e-commerce dalam perekonomian sehingga dapat menjadi khazanah
dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan praktek bisnis secara modern.
Lebih lanjut untuk mengetahui praktek e-commerce bagi pemula, silahkan scan
QR code di bawah ini :
POST TEST # 1
E-COMMERCE
1. Jelaskan apa itu e-commerce !
2. Jelaskan peran e-commerce dalam
perdagangan ?
MARI KITA BAHAS….. !!
14 | P a g e
BAB 2
PERKEMBANGAN MODEL BISNIS E-COMMERCE
A. Perkembangan E- Commerce
Sepanjang tahun 2015 hingga tahun 2019 dapat dikatakan adalah tahun emas
bisnis digital dengan model e-commerce yang berkembang. Diperkirakan puncak
emas model bisnis ecommerce akan semakin meroket di tahun 2020. Diperkirakan
nilai transaksi dari sektor ini mencapai Rp 3000 triliun (US$ 21 Miliar) pada tahun
2019 atau naik 15 kali lipat dibanding transaksi e-commerce Indonesia pada 2015
yang nilainya Rp 200 triliun. Tentunya nilai ini ditaksir akan Mengalami peingkatan
di tahun 2020.
Hampir semua bidang bisnis dan hapir seluruh lini layanan kini hadir dengan
konsep digital dengan mengusung keunggulan yang menjadi uniqueness, yakni
mempermudah segala sesuatu yang awalnya rumit dan membutuhkan banyak
waktu. Bisnis ritel tidak luput dari internet. Bisnis ini beralih menjadi layanan bisnis
digital yang kita kenal sebagai e-commerce. Konsumen bisa membeli sesuatu
dalam jumlah banyak sekaligus tanpa harus melihat langsung, cukup dari komputer
atau ponsel. Menurut laporan terbaru yang dirilis oleh PPRO melalui http://
www.ppro.com , suatu perusahaan layanan pembayaran terkemuka di dunia
tentang pembayaran dan perdagangan online tahun 2019, menyatakan Indonesia
memiliki pertumbuhan e-commerce mencapai 38% per tahun. Angka ini memag
masih di bawah Malaysia yang Mengalami pertumbuhan sebesar 100%. Negara
lainnya untuk top five pertumbuhan pasar tertinggi adalah Meksiko 59%, Filipina
51%, Kolombia 45%, dan Uni Emirat Arab (UEA) 33%.
15 | P a g e
Gambar 2.1
Hasil riset pertumbuhan e-commerce Indonesia
Sumber: PPRO, 2020
Selain pertumbuhan belanja online, laporan tersebut juga memaparkan
bagaimana pertumbuhan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan pasar belanja
online. Infrastruktur yang dimaksud, seperti jumlah pengguna kartu kredit, jumlah
masyarakat dengan rekening bank, termasuk pertumbuhan jumlah pengguna
internet dan smartphone, hingga jual beli online yang dilakukan melalui perangkat
mobile. Selain itu, dijelaskan bagaimana kondisi makro ekonomi suatu negara. Ini
meliputi jumlah penduduk dengan usia di atas 15 tahun, PDB, pendapatan per
kapita, hingga rata-rata pengeluaran untuk belanja online. Yang tidak kalah penting
untuk diketahui adalah nilai transaksi belanja online dan porsinya terhadap total
retail suatu negara, hingga pertumbuhan pada berbagai kelompok produk yang
diminati.
Banyak pelaku usaha yang tergiur dan ingin terlibat dalam tren perdagangan
elektronik ini, namun sebelum terjun langsung ke dalam model bisnis ini perlu bagi
pelaku usahan untuk menguasai ilmu dasarnya. Bisnis e-commerce yang sedang
booming ini membutuhkan intuisi, pengetahuan tentang pasar, rencana bisnis yang
solid, dan penelitian yang cermat tentang produk dan Model Bisnis e-Commerce.
16 | P a g e
Banyak calon pelaku bisnis e-commerce tidak tahu cara mengatur bisnis e-
commerce, juga pilihan model bisnis dan produk apa yang tersedia bagi mereka.
Hingga saat ini e-commerce telah emngalami perkembangan dari sisi model bisnis,
berikut ini adalah klasifikasi atas perkembangan e-commerce berdasarkan model
bisnis, type revenue e-commerce, dan Model produk revenue. Untuk klasifikasi e-
commerce berdasarkan model bisnis nya adalah sebagai berikut
1. B2B e-commerce
2. B2C e-commerce
3. C2C e-commerce
4. C2B e-commerce
5. B2G Pemerintahan/Administrasi Publik e-commerce
Sedangkan untuk perkembangan e-commerce berdasarkan type revenue dapat di
klasifikasikan sebagai berikut:
1. Drop Shipping
2. Wholesaling dan Warehousing
3. Private Labeling dan Manufacturing
4. White Labeling
5. Subscription E-commerce
Untuk perkembangan e-commerce berdasarkan model produk revenue, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Model Produk Tunggal
b. Tunggal
c. Multiple Kategori
d. Afiliasi
e. Hibrida [Afiliasi + Kategori Tunggal]
17 | P a g e
B. Klasifikasi Model Bisnis E-commerce
Perdagangan elektronik atau ecommerce mencakup semua pasar online yang
menghubungkan pembeli dan penjual. Internet digunakan untuk memproses semua
transaksi elektronik. Hal pertama yang perlu dipikirkan adalah jenis transaksi bisnis
yang akan kita lakukan pada saat ingin menjalani bisnis ecommerce, ada
beberapa pertanyaan yang harus kita jawab secara mandiri, yaitu :
a. siapa target pasar Anda?
b. Apakah Model Bisnis e- Commerce itu ?
c. Apakah kita sudah memiliki ide untuk jenis bisnis e-commerce yang Anda
inginkan?
d. Apakah kita familiar dengan akronim-akronim tersebut ?
Untuk menjawab beberapa hal tersebut, terlebih dahulu kita pelajari model-model
paling umum yang terjadi di perdagangan online seperti uraian di bawah berikut.
1. B2B e-Commerce
Model B2B fokus pada penyediaan produk dari
satu bisnis ke bisnis lainnya. Meskipun banyak bisnis ecommerce di area ini
adalah penyedia jasa/layanan, Anda juga akan menemukan perusahaan
software, perusahaan supplier dan pemasok perabot kantor, perusahaan
hosting, dan berbagai model bisnis ecommerce lainnya dari sektor ini. Contoh e-
commerce B2B (business to business) Indonesia yang mungkin Anda kenal
adalah Ralali.com, IndoTrading.com, Kawan Lama, Electronic City, Indonetwork,
dan Mbiz. Bisnis tersebut memiliki platform ecommerce yang khusus menyasar
perusahaan dan bekerja dalam lingkungan tertutup.
Di Indonesia, model bisnis e-commerce B2B belum tergarap maksimal
oleh para pelaku bisnis. Padahal Model bisnis ini mendorong klien korporasi
bisa langsung mengakses ke vendor-vendor yang terdaftar perusahaan dengan
18 | P a g e
melakukan proses bidding. Konsep e-commerce multi vendor berbasis web ini
memungkinkan klien melakukan e-procurement kapan saja dan dimana saja
sesuai dengan SOP masing-masing. Ambil contoh saat ini Saat ini adalah
perusahaan Start-up MBiz, dengan konsep layanan-layanan B2B berbasis web
perusahaan ini berhasil membukukan net merchandise value sebesar Rp 1,3
triliun dengan nilai rata-rata kontrak transaksi Rp 312 juta.
Dalam suatu tinjauan, customer di Indonesia sudah lebih dulu terbiasa
dengan layanan e-commerce B2C, mereka memahami kemudahan dan
keuntungan yang ditawarkan. Ketika kami hadir dengan platform e-commerce
B2B maka mereka tidak perlu waktu lama untuk memahaminya (Hermawan,
2019). B2B adalah pangsa pasar yang belum tersentuh di Indonesia, sehingga
peluangnya masih sangat besar. Namun, tantangannya juga tidak sedikit. Hal ini
senada dengan pemaparan yang digagas DailySocial bersama Jakpat Mobile
Survey Platform dengan laporan riset bertajuk “A Study of B2B Commerce
Services in Indonesia 2018″. Dimana terdapat beberapa poin yang dibahas
dalam laporan tersebut:
a. Potensi pangsa pasar B2B di Indonesia, melihat tren pertumbuhan global.
b. Pemahaman masyarakat tentang B2B commerce.
c. Karakteristik dan ragam fitur B2B commerce yang telah beroperasi.
2. B2C e-Commerce
Sektor e-commerce B2C (business to consumer) adalah model bisnis
yang lazim dilakukan di pasar ecommerce. Bahkan sektor B2C adalah model
bisnis yang selalu ada dipikiran orang saat mendengar kata ‘e-commerce’.
Transaksi e-commerce B2C menyerupai model ritel tradisional, di mana bisnis
menjual jasa/produk kepada individu, namun bisnis dijalankan dengan platform
online hampir sama dengan toko fisik. Contoh pemain e-commerce B2C di
Indonesia adalah Blibli, Jd.id, dan Lazada. Namun, dari
laporan DailySocial mengindikasikan adanya peleburan batas antara e-
19 | P a g e
commerce B2C dan C2C yang dilihat dari penilaian reputasi. Penilaian terhadap
reputasi umumnya didasarkan pada kepercayaan konsumen yang terbentuk dari
beberapa faktor, diantaranya jaminan produk, kualitas layanan, hingga efektivitas
sistem yang disajikan. Gambaran penilai reputasi layanan bisnis e-commerce
B2C dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Penilaian reputasi layanan pada model binis B2C
Sumber : Indocom, 2017
Dari penilaian reputasi, masing-masing memiliki angka yang cukup
berimbang, Blibli dan Tokopedia mendapati angka tertinggi. Dari tabel penilaian
di atas, Shopee memiliki peringkat teratas dalam urusan produk murah dan biaya
pengiriman gratis. Sedangkan JD.id menguatkan brand dengan jaminan produk
jualannya asli. Meleburnya kategori C2B dan B2C juga ditengarai hadirnya
“Official Store” di online marketplace –sebagai contoh brand tertentu memiliki
tempat khusus di Bukalapak untuk menjual produk dari distributor resminya.
Implikasinya justru menguatkan SKU produk yang dimiliki C2C, hal tersebut
sekaligus tervalidasi dalam penilaian kelengkapan produk dengan persentase
tertinggi didapat oleh Tokopedia.
20 | P a g e
Gambar 2.2
Model Bisnis yang di tawarkan oleh blibli.com
Sumber : blibli.com, 2017
Namun demikian salah satu keuntungan yang dapat dioptimalkan oleh
para pemain B2C ialah seputar pengalaman pelanggan. Beberapa aspek yang
mulai dieksplorasi misalnya menekankan pada kualitas produk, peningkatan
layanan logistik –misalnya Lazada mengakomodasi layanan e-Logistics secara
mandiri atau bekerja sama dengan layanan on-demand untuk one-day-delivery,
opsi pembayaran yang lebih beragam –memungkinkan adanya mekanisme
seperti cash-on-delivery. Dengan demikian pelaku usaha model B2C berpeluang
untuk mendapatkan cash on-hand dengan lebih cepat dan berpeluang pula pada
perputaran uang dan modal yang cepat dan tinggi. Lebih lanjut, dapat dilihat
pada Gambar berikut:
21 | P a g e
Gambar 2.3
Grafik pertumbuhan Volume pembayaran B2C
Sumber : Indocom, 2017
3. C2C e-Commerce
Model bisnis ecommerce ketiga adalah C2C (consumer to consumer),
yang kemudian terbagi lagi menjadi dua model yaitu marketplace dan
classifieds/P2P. Dalam kategori C2C e-commerce ini, konsumen individu dapat
menjual maupun membeli produk dari konsumen lainnya. Bukalapak, Shopee,
dan Tokopedia merupakan beberapa contoh marketplace yang paling dikenal di
Indonesia. Selain melalui marketplace, kegiatan jual beli juga juga dapat
dilakukan secara langsung antar individu, tanpa adanya termasuk dari pihak
ketiga. Beberapa contoh platform dengan model bisnis ini adalah OLX, Kaskus,
hingga melalui Instagram.
4. C2B e-Commerce
Customer to business (C2B) adalah model bisnis dimana konsumen
atau end-use menyediakan produk atau layanan ke perusahaan. Ini adalah
model kebalikan dari B2C, di mana bisnis menghasilkan produk dan layanan
22 | P a g e
untuk konsumsi konsumen. Contoh platform C2B, yakni istockphoto.com yang
menjadi media bagi para fotografer individu untuk mendapatkan royalti apabila
ada yang menggunakan fotonya.
Dalam model bisnis ini, individu menawarkan untuk menjual produk atau layanan
kepada perusahaan yang siap membelinya. Misalnya, jika Anda adalah software
developer, maka Anda dapat menunjukkan demo software atau keterampilan
yang Anda miliki di situs-situs seperti freelancer, upwork, dll. Jika perusahaan
menyukai software atau keterampilan Anda, maka perusahaan akan langsung
membeli software langsung dari Anda, atau mempekerjakan Anda.
5. E-Commerce Administrasi Publik/Pemerintah (B2G & C2G)
Model-model yang tercantum di atas adalah model umum yang banyak
dijalankan di pasaran, tetapi ada jenis e-commerce lain yang melibatkan
administrasi publik/pemerintah.
a. B2G (business to government), juga disebut B2A (business to
administration), adalah model bisnis yang merujuk pada bisnis yang menjual
produk, layanan, atau informasi kepada pemerintah atau lembaga
pemerintah.
Sistem B2G menyediakan kesempatan bagi perusahaan swasta untuk
mengajukan tender pada proyek, produk pemerintah yang mungkin
dibeli/dibutuhkan pemerintah untuk perusahaan mereka. Pemerintah
membuka tender lewat proses e-procurement, dimana sektor publik dapat
melakukan tender secara online dan transparan. Sistem e-procurement di
Indonesia lebih dikenal dengan LPSE atau Service Pengadaan Dengan
Elektronik. Salah satu contohnya adalah Qlue.co.id, yang menyediakan
layanan CRM untuk lembaga pemerintah.
23 | P a g e
b. C2G (consumer to government), juga disebut C2A (consumer to
administration): adalah transaksi elektronik yang dilakukan oleh individu ke
pemerintah atau administrasi publik. Contohnya, seorang konsumen dapat
membayar pajak penghasilannya secara online. Transaksi tersebut adalah
transaksi C2G.
Contoh dimana konsumen memberikan layanan kepada pemerintah belum
banyak diimplementasikan, karena ini bukan pendekatan yang populer dan
bisa dibilang sangat jarang. Contoh yang mungkin bisa terjadi adalah ketika
seorang hacker menawarkan jasanya kepada pemerintah untuk pertahanan
terhadap terorisme cyber.
POST TEST # 2
1. Jelaskan klasifikasi perkembangan e-
commerce!
2. Apa perbedaan mendasar dari model
bisnis B2C dan model bisnis C2C?
24 | P a g e
C. Model Fulfillment Bisnis E-commerce
Hal terpenting berikutnya untuk di pikirkan adalah bagaimana Anda ingin
menangani manajemen persediaan dan sumber produk. Beberapa orang lebih
memilih untuk mengurus inventaris produk mereka sendiri, dan yang lain tidak ingin
memiliki garasi yang penuh dengan barang jualan.
1. Dropshipping
Dropshipping adalah model e-commerce paling sederhana. Model
dropshipping memberi Anda kebebasan untuk membuka toko tanpa memiliki
barang di gudang, karena urusan inventaris diurus oleh supplier. Dropshipping
adalah salah satu bentuk impementasi dari model bisnis B2C, namun model ini
lebih focus kepada proses pengiriman/ distribusi produk langsung dari produsen
atau grosir ke customer. Ketika seseorang memesan dari suatu toko online,
maka pebisnis mengirimkan pesanan ke pedagang grosir dan mereka langsung
mengirimkannya ke pemesan. Dengan dropshipping, pebisnis tidak akan
kelebihan stok karena anda hanya membeli stok saat pelanggan memesan.
Gambar 2.4
Alur model fulfillment dropshipping
Sumber : sofwareseni, 2019
25 | P a g e
Kekurangan dari model ini adalah pebisnis tidak memiliki kendali atas
pengiriman dan fulfillment, dan tidak menutup kemungkinan supplier tidak
memberikan layanan sesuai harapan sehingga mengecewakan. Hal lain yang
berpotensi terjadi adalah fraud-order, yaitu jika supplier ternyata memanfaatkan
akses bisnis antara pebisnis dengan customer maka tidak tertutup kemungkinan
supplier yang pada akhirnya mengambil alih pasar dan transaksi. Oleh karena,
pebisnis harus pintar-pintar menjaga reputasi dan lebih ekstra mengeluarkan
energi dalam mennjaga kualitas layanannya. Disamping itu , karena pebisnis
tidak menyimpan inventaris/ stock barang maka pebisnis tidak selalu tahu atas
ketersediaan barang. Kemungkinan yang sering terjadi adalah , pebisnis terlanjur
menjual dan pada saat mendapatkan order dan diteruskan kepada supplier
ternyata persediaan barang sudah habis. Oleh karena itu, pebisnis dituntut agar
hati-hati dalam menawarkan produk dan pebisnis harus cermat dalam
mendapatkan informasi ketersediaan produk yang terkini, namun kadang kala
upaya untuk mendapatkan informasi/traccing atas ketersediaan produk tidak
berjalan dengan muls seperti yang diharapkan.
Kelebihannya adalah, pebisnis berpotensi menjadi pemegang kendalai
pasar terhadap supplier. Hal ini dapat terjadi jika pebisnis merasa supplier yang
ditunjuk tidak memenuhi standar yang ditetapkan, hal yang cukup mudah
dilakukan pebisnis adalah keluar dari kontrak dropshipping. Hal lain adalah aset
yang dimiliki oleh pebisnis sepenuhnya digital. Jauh lebih mudah untuk beralih
ke bisnis e-commerce yang menggunakan dropshipping sebagai model fulfilment
dibandingkan jika harus memiliki gudang yang penuh dengan produk, sehingga
biaya operasional dapat direduksi dengan maksimal.
2. Wholesaling dan Warehousing
Wholesaling (perdagangan grosir) dan warehousing (pergudangan) dalam
bisnis e-commerce membutuhkan banyak investasi sejak awal - Anda perlu
mengelola inventaris dan stok, melacak pesanan pelanggan dan informasi
pengiriman, dan berinvestasi di ruang gudang itu sendiri. Dengan model ini Anda
26 | P a g e
dapat membeli produk dalam jumlah besar dan menyimpannya di gudang di
suatu tempat. Biasanya orang yang lebih suka model ini untuk menjual produk
dalam volume besar. Orang paling sering menggunakan ini di pasar B2B sebagai
kebalikan dari model B2C.
Gambar 2.5
Alur model fulfillment Wholesaling
Sumber : sofwareseni, 2019
Dengan model ini pebisnis bisa mendapatkan harga jual yang lebih
kompetitif, karena pebisnis membeli dalam jumlah besar dibandingkan membeli
dalam jumlah sedikit seperti model dropshipping. Jika pebisnis membeli dalam
jumlah besar dan menjual barang secara eceran melalui situs yang ter-publish
langsung pada konsumen, maka pebisnis akan memiliki margin yang lebih baik
dibandingkan jika Anda melakukan dropshipping.
Namun jika pebisnis melakukan seperti kebanyakan orang menggunakan
model ini, pebisnis menjual secara grosir ke bisnis yang menjual kepada
konsumen, dengan mengambil margin lebih rendah agar tetap kompetitif. Dalam
sebagian besar bisnis grosir, pebisnis perlu membuat target volume penjualan
27 | P a g e
yang cukup untuk mengganti margin yang kecil. Model ini juga membutuhkan
investasi awal yang tinggi untuk membeli dan menyimpan produk.
3. Private Label dan White Label
Private label dan white label mungkin adalah dua istilah yang paling sering
disalah gunakan dan membingungkan dalam dunia e-commerce. Keduanya
mengacu pada produk-produk yang di-rebranding oleh retailer, namun ada
perbedaan tipis di antara keduanya. Dengan white label, produk generik dibuat
oleh pabrik diperuntukkan bagi banyak retailer. Misalnya, produsen white label
akan menjual sabun generik ke 10 pengecer berbeda. Setiap pengecer dapat
memberi branding produk sesuai dengan keinginan mereka.
Dengan model bisnis white label, setiap retailer menjual sabun yang sama
dan tanpa modifikasi. Sabun hanya diganti nama dan dipasarkan sebagai produk
pengecer sendiri. Ini adalah cara cepat untuk masuk ke pasar, tetapi produk
Anda akan sama dengan pengecer lainnya. Tanpa banyak memberi diferensiasi
pada produk Anda, Anda harus bekerja keras untuk terlihat di pasar. Sedangkan
private label, produk dibuat eksklusif oleh satu retailer. Seperti contoh sabun,
pengecer private label kemudian akan memiliki opsi untuk memodifikasinya agar
sesuai dengan standar dan strategi branding mereka. Sabun dimodifikasi
eksklusif untuk retailer tertentu, dan dilengkapi dengan logo, nama, dan identitas
brand mereka. Ini akan memakan waktu lebih lama daripada model white label,
tetapi itu akan membuat Anda memiliki produk yang unik untuk bisnis Anda.
28 | P a g e
Gambar 2.6
Alur model fulfillment White label and private label
Sumber : sofwareseni, 2019
Dengan memilih model white label atau private label, pebisnis tidak harus
melakukan uji coba dan kerepotan dalam proses produksi suatu produk. Tanpa
harus investasi di desain dan kreasi produk sehingga pebisnis akan menghemat
banyak waktu dan uang. Lebihh lanjut pebisnis hanya akan fokus pada strategi
marketing dan branding produk serta merumuskan konten yang kreatif dan
menarik dan menggundang hasrat (desire) konsumen pada saat di-publish.
4. Subscription E-commerce
Berbeda dengan Model Bisnis e-Commerce secara umumnya di mana
konsumen melakukan pembelian sesekali, model
bisnis subscription (berlangganan) menawarkan konsumen dengan opsi untuk
berlangganan produk atau layanan secara teratur. Keuntungan yang didapat
pelanggan dari subscription adalah penghematan dan kenyamanan. Pelanggan
cukup memesan satu kali, dan produk akan dikirimkan langsung ke mereka
secara teratur, umumnya sebulan sekali. Pelanggan mendapatkan diskon untuk
berlangganan; semakin banyak mereka berlangganan atau semakin lama
29 | P a g e
mereka berlangganan, semakin banyak penghematan yang mereka lakukan.
Kelemahan dari model ini adalah tidak semua jenis produk yang dapat di-
subscribe. Umumnya produk yang dapat di-subscribe adalah produk
obat/suplemen, makanan jenis tertentu dan produk yang paling umum dikemas
dengan konsep subscribe adalah produk jasa, seperti jasa kesehatan,
kecantikan, jasa konsultan dan lain sebagainya.
Laporan McKinsey & Company menunjukkan bahwa sekitar 15%
konsumen online telah mendaftar untuk satu atau lebih layanan berlangganan
untuk menerima produk secara berulang, seringkali dalam rentang waktu satu
bulanan. Dari laporan yang sama menyebutkan, pasar subscription ecommerce
telah tumbuh lebih dari 100% per tahun selama lima tahun terakhir. Retailer
terbesar seperti Amazon menghasilkan lebih dari $2,6 miliar dalam penjualan
pada 2016, naik dari $57 juta pada 2011. Didorong oleh investasi venture-capital,
banyak startup meluncurkan bisnis ini dalam berbagai kategori, termasuk bir dan
anggur, produk anak dan bayi, lensa kontak, kosmetik, produk feminin,
perlengkapan makan, makanan hewan peliharaan, pisau cukur, pakaian dalam,
pakaian wanita dan pria, video game, dan vitamin.
Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan subscription e-commerce
adalah churn. Churn adalah istilah yang digunakan saat bisnis ecommerce
kehilangan konsumen. Dalam kasus subscription ecommerce, churn adalah
ketika konsumen tidak berlanjut berlangganan. Model bisnis ini bergantung pada
hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Perusahaan harus pintar dalam
mengembangkan user experiences untuk menghindari tingkat churn yang tinggi,
serta untuk mempercepat pertumbuhan dan profitabilitas.
Kembali kepada perencanaan bisnis (business plan) di awal, pilihan ada di tangan
pebisnis untuk memulai usaha dengan memberdayakan teknologi informasi berikut
dengan fasilitas dan perangkat yang ada di dalamnya. Untuk menghindari kebingungan/
ambigue bagi para pebisnis pemula , disini kembali di urai beberapa hal yang perlu
30 | P a g e
dipersiapkan terutama jenis produk apa saja yang akan dipasarkan sebelum pebisnis
memasuki pasar e-commerce. Keistimewaan dari e-commerce adalah Anda bisa
menjual hampir apa saja di lini bisnis ini. Anda dapat menjual produk fisik (pakaian,
sepatu, buku,dll), produk digital (ebooks, website, software, aplikasi, dll), atau jasa
(layanan babysitting atau home cleaning).
a. Produk Fisik
Ini adalah komoditas yang paling umum dijual di toko ecommerce. Produk fisik
(hampir semua hal yang membutuhkan packing, shipping, dan delivery) seringkali
mencapai angka penjualan tertinggi. Dalam hal ini pebisnis harus melakukan
filterisasi terlebih dahulu atas kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan selera
(taste) konsumen. Untuk itu perlu bagi konsumen untuk mengeksplorasi secara
demographis dan sosiologis atas kommunitas calonkonsumen yang akan dituju.
Seperti contoh penelusuran adalah : Apakah Anda suka mobil? Bagaimana kalau
menjual suku cadang dan aksesori mobil? Apakah Anda suka buku? Mengapa
tidak memulai toko buku online? Bisnis online memberi Anda peluang sempurna
untuk mengubah hobi Anda menjadi bisnis yang menguntungkan.
Analisis segmentasi atau niche market yang Anda pilih. Ini mencakup semua aspek
dari industri-industri yang kurang terjamah. Serta, cobalah untuk menganalisis pain
points dari target pasar Anda. Selanjutnya, lakukan riset kata kunci (keyword
research) untuk produk yang ingin Anda jual. Dengan cara ini, Anda dapat
menentukan berapa banyak permintaan untuk membantu Anda merencanakan
inventaris dan mengatur arus kas.
b. Produk Digital
Ada banyak produk yang dapat dikirimkan ke pelanggan online. Apakah kita
seorang desainer web, penulis konten, atau desainer grafis? Kita dapat membuat
toko online di sekitar produk hal penting lain yang harus diperhatikan adalah
31 | P a g e
masalah FAQ dan aturan legal yang mencakup mekanisme pengiriman produk dan
status hak cipta / Intellectual Property Ownership dari produk yang dimiliki.
c. Jasa
Jika Anda memiliki tim tukang kayu yang terampil, atau asisten rumah tangga, atau
Anda adalah penata rambut yang menawarkan untuk mengunjungi rumah klien,
mengapa tidak membuat website untuk menjual layanan ini secara online? Dengan
demikian, Anda secara signifikan dapat meningkatkan permintaan dengan
membuat bagian FAQ yang komprehensif dan bagian Legal yang merinci dengan
tepat apa yang Anda tawarkan dan apa yang pelanggan harapkan.
Seperti yang sudah diuraikan di atas, ada beberapa Model Bisnis e-Commerce
(B2B, B2C, C2C, C2B, B2G) yang tersedia, masing-masing memiliki manfaatnya
sendiri. Hal yang benar untuk dilakukan adalah menganalisis model bisnis dan
kemudian memilih model yang tepat. Kita juga telah mengetahui ada beberapa jenis
model fulfillment toko online, serta produk apa saja yang bisa dijual. Saat ini yang
diperlakukan adalah action dan optimalisasi potensi dan sumber daya untuk memulai
memasuki kancah pasar yang ada di e-commerce. Lebih lanjut untuk menambah
khazanah ide kreatif terkait dengan ide produk yang berpotensi diasarkan melalui e-
commerce, silahkan scan QR code di bawah ini :
32 | P a g e
POST TEST # 3
1. Jelaskan jenis model fulfillment e-
commerce !
2. Apa kelemahan dari model
dropshipping dan wholesaling ?
Latihan Soal /Test Case
Seorang pengusaha selama ini bergerak dibidang industri rumah
tangga dengan memproduksi MOL, yaitu bahan dasar pembuat
pupuk organic. Si pengusaha mendapatkan bantuan modal dari
invenstor dan bermaksud mulai memasrkan produknya melalui
pasar e—commerce. Namun si pengusaha merasa tidak
memiiliki jaringan pasar yang memadai. Jika anda diminta
membantu pengusaha tersebut untuk mengembangkan usahanya
melalui e-commerce, pilih lah jenis model bisnis dan model
fulfillment yang tepat dan Jelaskan alasan nya .
Gambarkanlah alur model bisnisnya !
33 | P a g e
BAB 3
OPTIMALISASI DIGITAL MARKETING
Di era digital seperti saat ini, tren marketing terus berkembang seiring dengan
berkembangnya teknologi yang semakin canggih dengan hadirnya dunia
internet. Sudah saatnya bagi setiap pemilik bisnis untuk menguasai digital marketing.
Keharusan untuk menguasai digital marketing berlaku baik bagi perusahaan besar,
usaha menengah, maupun usaha kecil. Semua bisnis membutuhkan digital marketing.
Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia sudah
terhubung dengan internet dan bergantung kepada perangkat elektronik seperti laptop
dan smartphone. Digital marketing hadir sebagai suatu inovasi baru dalam
dunia marketing. Digital marketing merupakan proses pemasaran suatu produk atau
jasa melalui digital atau internet.
Di Indonesia, digital marketing sudah sangat berkembang mengingat pengguna
internet di Indonesia yang semakin meningkat. Menurut survey yang dilakukan
oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa penetrasi
dan perilaku pengguna internet di Indonesia yang selalu meningkat 10% tiap tahunnya.
Di tahun 2017, tercatat sebanyak 143,25 juta penduduk telah menggunakan internet.
Tidak heran apabila digital marketing dapat berkembang secara pesat dalam
memasarkan produknya di Indonesia.
A. Perbedaan Digital Marketing dengan Marketing Tradisional
Pada dasarnya keduanya sama-sama bertujuan untuk memasarkan. Pemasaran
bertujuan untuk memperkenalkan sebuah produk kepada masyarakat atau calon
konsumen menggunakan berbagai macam strategi. Tujuan utamanya adalah untuk
memikat calon konsumen agar menggunakan produk yang dipasarkan dan
34 | P a g e
memaksimalkan funnel marketing bisnis Anda. Jadi tidak hanya fokus pada
pengenalannya saja namun juga bagaimana memilih strategi yang tepat untuk
menarik calon konsumen. Agar lebih memahami perbedaan digital marketing dan
pemasaran yang biasa, berikut beberapa perbedaan yang dibagi menjadi tiga
kategori.
1. Target Pemasaran
Ada beberapa media pemasaran yang sudah kita kenal sejak lama. Kita
biasa mendapatkan iklan dari televisi dan radio. Ketika dalam perjalanan kita
terbiasa melihat baliho, papan reklame. Saat membaca surat kabar kita jumpai
beberapa iklan. Beberapa contoh diatas merupakan pemasaran secara
tradisional yang menargetkan orang-orang di area tertentu. Berbeda dengan
pemasaran tradisional, digital marketing memiliki target pemasaran yang sangat
luas. Tidak hanya satu daerah saja, Anda dapat memiliki target pemasaran
nasional bahkan internasional. Dengan memanfaatkan internet sebagai media
pemasaran maka jangkauan yang didapat dari digital marketing lebih terbuka
lebar. Siapapun yang menggunakan internet dapat menjadi target pemasaran
Anda.
2. Waktu dan Biaya
Pemasaran secara tradisional banyak memakan waktu dan biaya.
Mengapa demikian? Seperti yang Anda tahu proses yang digunakan untuk
mengurus iklan sangat rumit, terkadang harus menunggu antrian atau waktu
beriklan sudah digunakan oleh pengiklan lain. Dari segi biaya yang dikeluarkan
cukup besar dan Anda harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memproduksi
iklan Anda. Berbeda dengan pemasaran tradisional, melalui digital marketing
proses pembuatan iklan lebih cepat. Anda dapat menentukan sendiri kapan
waktu beriklan, berapa lama Anda beriklan tanpa menunggu antrian dan proses
pembuatan iklan dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Anda juga dapat
mengatur berapa budget iklan Anda dan menentukan sendiri jangkauan iklan
35 | P a g e
Anda. Dengan digital marketing semua dapat dilakukan secara efektif dan
efisien.
3. Cara Komunikasi
Interaksi yang terjadi pada marketing secara tradisional hanya bersifat
satu arah. Misalnya saja Anda beriklan pada salah satu saluran televisi nasional
maka sesorang yang sedang melihat iklan Anda di televisi tidak dapat
memberikan respon terhadap iklan Anda. Bagitu juga dengan media pemasaran
seperti koran, radio, reklame dan media pemasaran tradisional lainnya. Yang
terjadi adalah Anda menawarkan produk kepada kepada banyak orang tanpa
mengetahui apa reaksi dan tanggapan orang yang melihat iklan Anda. Apakah
mereka tertarik? Apakah mereka senang? Apakah mereka menyukainya? Anda
tidak akan pernah tahu.
Inilah mengapa digital marketing dikatan metode pemasaran yang efektif
dan efisien. Anda dapat mengetahui respon orang-orang yang melihat iklan
Anda. Jika hasilnya tidak memuaskan Anda dapat melihat apa kelemahan iklan
Anda untuk diperbaiki dan dipasarkan ulang untuk memperoleh hasil yang
memuaskan.
B. Alasan Menerapkan Digital Marketing
Tidak perlu dipungkiri bahwa saat ini mayoritas penduduk Indonesia sudah
terhubung internet dan hal tersebut merupakan peluang yang tidak boleh
dilewatkan oleh semua pemilik bisnis. Selain itu, ada beberapa alasan lain
mengapa Anda harus memanfaatkan digital marketing. Berikut enam alasan utama
mengapa digital marketing saat ini dirasakan penting:
36 | P a g e
1. Menyediakan Kesempatan yang Sama untuk Semua Bisnis
Digital marketing memungkinkan semua skala bisnis untuk terjun ke
dalamnya, baik itu perusahaan besar, usaha menengah, maupun usaha kecil.
Bahkan digital marketing pun bisa diterapkan oleh pemilik bisnis yang baru
memulai bisnisnya. Semua skala bisnis bisa memanfaatkan digital marketing
karena alat-alat yang diperlukan untuk digital marketing mudah diperoleh siapa
saja. Cukup berbekal laptop dan koneksi internet, Anda bisa menerapkan digital
marketing, dari content marketing sampai social media marketing.
2. Lebih Murah dan Lebih Efektif Dibanding Marketing Tradisional
Selain tidak membutuhkan alat-alat yang rumit, digital marketing juga
relatif lebih murah dibandingkan dengan marketing tradisional. Berdasarkan
survey Gartner’s Digital Marketing Spend Report, pelaku usaha kecil menengah
yang menerapkan digital marketing bisa menghemat anggaran marketing hingga
40 persen. Tidak hanya hemat, digital marketing juga menghasilkan performa
lebih baik dibanding marketing tradisional. Survey dari Gartner juga
menunjukkan 28 persen pelaku usaha kecil menengah berencana untuk
memindahkan alokasi marketing tradisional ke digital marketing. Perpindahan
tersebut menunjukkan digital marketing lebih efektif dibanding marketing
tradisional.
3. Meningkatkan Revenue Secara Efektif
Dengan metode marketing yang lebih efektif, Anda juga bisa
meningkatkan pendapatan lebih efektif. Berdasarkan laporan Google, pelaku
bisnis yang memanfaatkan digital marketing berhasil meningkatkan pendapatan
2.8 lebih besar dibanding bisnis yang hanya mengandalkan marketing
tradisional.
37 | P a g e