STRATEGI PELESTARIAN DAS CITANDUY DI KAWASAN HULU SUNGAI: PROGRAM ECOVILLAGE KAWASAN HULU SUNGAI CI TANDUY DESA GURANTENG Muhammad Isnan Hadi, S.Pd PENERBIT CV. DEWA PUBLISHING
STRATEGI PELESTARIAN DAS CITANDUY DI KAWASAN HULU SUNGAI: PROGRAM ECOVILLAGE KAWASAN HULU SUNGAI CI TANDUY DESA GURANTENG Penulis: Muhammad Isnan Hadi, S.Pd ISBN: 978-623-99530-3-4 Editor: Dewi Retno Puspitosari, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep Desain Cover: Ulfawati Meri Fitriana Layout: Arinda Tri Rahayu Penerbit CV. Dewa Publishing Redaksi: Desa Kalianyar RT 003/RW 002, Kec. Ngronggot, Kab. Nganjuk, Jawa Timur Email: [email protected] Phone: 0819-1810-0313 Cetakan Pertama: Maret 2022 @Hak Cipta Dilidungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan cara apapun juga tanpa seijin editor dan penerbit.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG KATA PENGANTAR Pencemaran lingkungan merupakan sebuah harus diperhatikan untuk dapat tidak lingkungan wilayah sungai khususnya yang harus bagi seluruh masyarakat dan pemerintah. Wilayah sungai alami mengalami regenerasi yang baik menjadikan sebuah sumber daya alam bagi keberl manusia. Permasalahan yang sering terjadi pada keruh, bau, sampah menumpuk dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi sebuah stigma didalam masyarakat adalah tempat sampah berjalan. Hal-hal dampak dari adanya pencemaran air sungai tersebut banyak tidak langsung oleh masyarakat terkhusus diwilayah sungai maupun masyarakat yang menggunakan sungai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam strategi menjaga kelestarian aliran yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh sebuah program maupun kebijakan untuk kelestariannya.Program Ecovillage yaitu program desa ramah lingkungan yang diterapkan pada wilayah Provinsi Jawa Barat untuk lingkungan yang sudah berlaku dan berjalan banyak kategori wilayah Ecovillage yang dinaunginya terbukti berhasil dan dapat menjaga kelestarian wilayah Provinsi Jawa Barat. Program Ecovillage di wilayah Kawasan DAS Ci menjadi sasaran terlaksananya kegiatan Ecovillage STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG iii KATA PENGANTAR sebuah permasalahan yang terjadi. Permasalahan khususnya yang harus menjadi perhatian pemerintah. Wilayah sungai secara dan tentunya dapat keberlangsungan hidup wilayah sungai yaitu dan lain sebagainya. Hal tersebut masyarakat bahwa aliran sungai dampak buruk yang terjadi banyak dirasakan secara diwilayah pinggiran aliran masyarakat yang menggunakan sumber baku air aliran sungai banyak upaya oleh pemerintah dalam kelestariannya.Program lingkungan yang diterapkan Jawa Barat untuk menjaga kelestarian berjalan secara baik. Terdapat yang dinaunginya danternyata kelestarian lingkungan di Kawasan DAS Ci Tanduy yang Ecovillage. DAS Ci Tanduy
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG iv menjadi sebuah sungai lintas provinsi yaitu antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah. Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya memiliki sumber mata air dari DAS Ci Tanduy yaitu 0 Km Ci Tanduy berada di wilayah tersebut yang berpusat pada Kawasan Gunung Cakrabuana Provinsi Jawa Barat. Dengan terdapatnya titik sumber mata air sungai Ci Tanduy, maka program yang dilakukan yaitu disesuaikan dengan kondisi alamnya untuk tetap dapat menjaga kelestarian aliran sungai Ci Tanduy dikawasan Hulu sungai dan menjadi hal penting untuk aliran di wilayah lainnya. Penulis berterima kasih kepada pihak yang selalu mendukung dalam pelaksanakaan dan penulisan hingga peneltian ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga pembaca dapat mengambil manfaat dan dapat mengetahui upaya yang dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan disekitar wilayah lainnya. Mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan dari penulisan karya ini. Terima kasih. Penulis
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................ DAFTAR ISI ................................................................ A. Latar Belakang ................................ B. Landasan Teoretis ................................ 1. Geografi Lingkungan................................ 2. Lingkungan................................................................ 3. Sungai ................................................................ 4. Program Ecovillage................................ 5. Pengelolaan Benih Pohon................................ 6. Pengelolaan Sampah/Bank Sampah................................ 7. KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) C. Kerangka Penelitian ................................ D. Metode Penelitian ................................ E. Pembahasan Lapangan ................................ 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian 2. Kondisi Fisikal ................................ a. Kondisi Geologis................................ b. Kondisi Geomorfologi................................ c. Kondisi Cuaca dan Iklim................................ d. Kondisi Hidrologi ................................ e. Kondisi Tanah ................................ F. Deskripsi Hasil Penelitian ................................ 1. Deskripsi Karakteristik Responden................................ 2. Kondisi Demografi dan Sosial Ekonomi 3. Deskripsi Program Ecovillage................................ 4. Implementasi Program Ecovillage Sebagai Upaya Pelestarian Sungai Ci Tanduy di Desa Gurante Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya a. Konservasi Hulu Sungai Ci Tanduy STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG v ......................................................... iii ........................................ v ............................................................. 2 ........................................................ 7 ........................................................ 7 ...................................... 8 ............................................ 12 .......................................................... 23 ............................................... 28 ................................ 33 KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)........................ 38 ....................................................44 .......................................................45 ................................................46 Kondisi Geografis Daerah Penelitian.............................. 46 ............................................................... 51 ..................................................... 51 ............................................. 56 ......................................... 58 ................................................... 64 ........................................................ 68 ...........................................73 ................................. 73 Kondisi Demografi dan Sosial Ekonomi......................... 90 ........................................ 103 Sebagai Upaya Pelestarian Sungai Ci Tanduy di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya......... 118 Konservasi Hulu Sungai Ci Tanduy ...................... 118
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG vi b. Bank Sampah........................................................ 126 c. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) .............. 138 5. Manfaat Program Ecovillage di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya......... 151 a. Perubahan Perilaku Peduli Lingkungan ................ 151 b. Pemanfaatan Lahan............................................... 157 c. Peningkatan Pembangaunan ................................. 164 G. Pembahasan ............................................................. 168 1. Implementasi Program Ecovillage Sebagai Upaya Pelestarian Sungai Ci Tanduy di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya......... 168 a. Konservasi Hulu Sungai Ci Tanduy...................... 170 b. Bank Sampah........................................................ 172 c. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) .............. 177 2. Manfaat Program Ecovillage Sebagai Upaya Pelestarian Sungai Ci Tanduy di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya........................... 180 a. Perubahan Perilaku Peduli Lingkungan ................ 180 b. Pemanfaatan Lahan............................................... 181 c. Meningkatkan Pembangaunan.............................. 183 H. Analisis Geografi Terhadap Program Ecovillage Sebagai Upaya Pelestarian Sungai Ci Tanduy di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya ....... 186 1. Analisis 5W+1H .......................................................... 186 2. Analisa Kondisi Sungan Ci Tanduy di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya......... 193 I. Analisis Kesesuaian Kebijakan Implementasi Program Ecovillagedi Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya ............................................ 203 J. Simpulan ................................................................. 210 K. Saran ....................................................................... 214 DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 216 TENTANG PENULIS ..................................................... 223
STRATEGI PELESTARIAN DAS CITANDUY DI KAWASAN HULU SUNGAI ECOVILLAGE KAWASAN HULU SUNGAI CI TANDUY DESA GURANTENG STRATEGI PELESTARIAN DAS CITANDUY DI KAWASAN HULU SUNGAI: PROGRAM KAWASAN HULU SUNGAI CI TANDUY DESA GURANTENG
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 2 A. Latar Belakang Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada diluar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme (Irwan, 2014: 108). Segala sesuatu yang terdapat dialam dan dapat dimanfaatkan oleh manusia disebut sumber daya alam (SDA). Sumber daya alam merupakan semua tatanan lingkungan biofisik yang potensial untuk digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Manusia memanfaatkan lingkungan dengan menggunakan bahan dari alam yang bersifat alamiah. Namun dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA) sering kali menimbulkan kerusakan lingkungan. Jatmiko, Bambang P. “Kerusakan lingkungan di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat, berdasarkan data terakhir Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat telah terjadi lebih dari 300 kasus lingkungan hidup seperti kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, pelanggaran hukum, dan pertambangan.” (National Geographic, 24 Oktober 2012). Permasalahan kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah maupun masyarakat
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 3 sehingga perlu adanya pelestarian. Salah satu bagian dari lingkungan yang harus dilestarikan adalah sungai. Sungai memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan kehidupan di permukaan bumi. Sungai terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir. Sungai bagian hulu memiliki karakteristik umumnya pada dataran tinggi atau pegunungan dengan aliran sangat deras dan terdapat banyak jeram serta air terjun. Sungai bagian tengah memiliki karakteristik lembah-lembah besar dengan aliran air yang tidak begitu besar, serta banyak ditemui batu-batu guling. Biasanya sering menjadi daerah pertanian karena memiliki dataran banjir. Sungai bagian hilir memiliki karakteristik dasar lembah yang umumnya tertutup pasir, dengan lembah berkelok-kelok (meander). Sungai memiliki fungsi yaitu mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lainnya. Fungsi sungai dapat untuk dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Pemanfaatan sungai yaitu untuk pertanian, irigasi, sarana transportasi, pembangkit listrik tenaga air, keperluan masyarakat sehari-hari dan kebutuhan lainnya. Selain itu sungai juga dapat sebagai tempat kehidupan biota air di dalamnya. Manfaat dan keuntungan dari sungai, terdapat juga hal-hal yang harus diperhatikan dari DAS yaitu dapat menimbulkan masalah.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 4 Permasalahan yang ditimbulkan sungai adalah kerusakan sungai. Kerusakan sungai meliputi aspek biofisik maupun kualitas air. Aspek biofisik berkaitan dengan aspek ekosistem sungai, ditandai dengan terganggunya kehidupan organisme, pendangkalan dasar sungai, fluktuasi debit sungai dan sebagainya. Aspek kualitas air berkaitan dengan baku mutu dan kelayakan air untuk dimanfaatkan. Permasalahan lingkungan di DAS Ci Tanduy tidak lepas dari kondisi lahan yang mulai terdegradasi yang ditunjukkan oleh semakin menyusutnya penutup lahan yang berupa hutan. Adanya degradasi lahan pada DAS Ci Tanduy ditunjukkan dengan semakin memburuknya kondisi kualitas perairan baik dari segi fisik maupun kimianya. Tingkat kekeruhan air sungai yang berwarna hitam mengidentifikasikan semakin buruknya kualitas fisik perairan DAS Ci Tanduy hasil pengamatan pada Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya (Bambang Arifanto, Pikiran Rakyat 19 November 2019). Faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan permasalahan sungai diantaranya disebabkan oleh adanya aktivitas manusia. Manusia memiliki andil besar atas kerusakan sungai yang terjadi. Kerusakan dan pencemaran sungai diantaranya terjadi akibat dari penggunaan bantaran sungai dengan tidak memperhatikan
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 5 ekosistem sungai, pembuangan sisa-sisa aktivitas rumah tangga dan limbah sisa hasil aktivitas industri di sekitar atau kedalam aliran sungai menyebabkan terganggunya ekosistem daerah aliran sungai tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan pertanian, penebangan hutan, limbah rumah tangga maupun industri dan lain-lain. Aktivitas tersebut mengakibatkan terganggunya kualitas bahkan kuantitas air. Berdasarkan pengamatan di lokasi pada bagian tengah Sungai Ci Tanduy yang dilakukan oleh BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Ci Tanduy terhadap 3 lokasi yang berada di DAS Ci Tanduy yaitu Pataruman, Tunggilis dan Panumbangan selama pemantauan, tidak satu lokasipun yang kualitas airnya memenuhi kriteria baku mutu air kelas II, karena tingginya kandungan koli tinja. Parameter lainnya yang tidak memenuhi kriteria umumnya adalah kadar BOD (Biological Oxygen Demand). Demikian halnya dengan pengamatan yang dilakukan oleh BBWS Ci Tanduy yang disampaikan dalam rencana pola pengelolaan sumber daya air wilayah Sungai Ci Tanduy (2008) menyebutkan bahwa Sungai Ci Jolang Bantarheulang, Sungai Ci Tanduy Hulu, Sungai Banjar, Sungai Ci Tanduy Pataruman dan Sungai Ci Seel Bantarloa memiliki kualitas air yang sudah tidak sesuai untuk digunakan. Dari permasalahan tersebut dibutuhkannya sebuah program untuk menanggulangi
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 6 bahkan merevitalisasi Sungai Ci Tanduy dan merubah pola aktivitas masyarakat sekitar agar dapat lebih peduli terhadap lingkungan Sungai. Upaya pelestarian Sungai dapat dilakukan melalui program lingkungan yang dicetuskan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bertujuan untuk mencegah kerusakan lingkungan. Salah satu program berbasis lingkungan yaitu program EcovillageTahun 2015. Program tersebut mewujudkan desa/kampung berbudaya lingkungan yaitu masyarakatnya mampu mengelola lingkungannya sesuai dengan kaidah keberlanjutan meliputi konservasi, pemanfaatan dan pemulihan lingkungan. Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya, merupakan desa/kampung berbudaya lingkungan (Ecovillage) yang terdaftar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Program tersebut diberlakukan di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya, karena masyarakat sadar akan peduli lingkungan dan dapat mencegah dari kerusakan lingkungan di daerahnya melalui beberapa program terkait lingkungan. Dengan terdapatnya hulu Sungai Ci Tanduy di Desa Guranteng yang menjadi awal aliran sungai dan masih terjaga kelestariannya maka masyarakat Desa Guranteng berupaya untuk menjaga kelestarian aliran air Sungai Ci Tanduy yang banyak digunakan oleh
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 7 masyarakat terutama pada daerah aliran sungai (DAS) Ci Tanduy wilayah hulu, wilayah tengah hingga hilir yang berada pada wilayah Provinsi Jawa Tengah. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi yang membaca dan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi suatu masukan bagi pemerintah setempat dalam melakukan suatu kebijakan program tentang konservasi di wilayah hulu Sungai Ci Tanduy, pelestarian Sungai Ci Tanduy dan pembangunan wilayah. B. Landasan Teoretis 1. Geografi Lingkungan Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup (termaksud manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perilaku disiplin dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Hermon, 2018:163) Geografi lingkungan dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar. Adanya permasalahan tersebut maka diperlukannya sebuah pemahaman akan awal mula terjadi nya suatu permasalahan, dampak yang akan terjadi serta solusi untuk penanggulangannya.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 8 Pemahaman tersebut sangat diperlukan sebagai penunjang pengetahuan dalam pengelolaan lingkungan. Geografi lingkungan adanya pemahaman tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumber daya yang berlebihan. Geografi lingkungan memberikan kombinasi yang kuat berkaitan dengan hal tersebut.Geografi lingkungan mencakup geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. 2. Lingkungan Lingkungan merupakan kombinasi antara unsur-unsur fisik dan makhluk hidup. Unsur fisik dapat berupa keadaan sumber daya alam seperti sinar matahari, air, angin,mineral. Sedangkan makhluk hidup mencakup flora dan fauna yang hidup di darat maupun laut, serta manusia di dalamnya. Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada diluar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme (Irwan, 2003:108). Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup “Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termaksud manusia dan perilakunya, yang
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 9 mempengaruhi alam itu sendiri, prikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan yaitu terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem (Moh Soerjani 1987:3). Menurut Sembel (2015:2) lingkungan hidup dapat diartikan dalam beberapa bentuk, diantaranya: a. Lingkungan fisik, yaitu mencakup faktor-faktor fisik seperti tanah, iklim dan air. b. Lingkungan biofisik, yaitu kombinasi faktor fisik dan biologisyang berinteraksi dengan faktor kimiawi c. Sistem lingkungan, yaitu sistem fisik yang ada di sekitar yang dapat berinteraksi dengan sistem melalui proses seperti adanya energi. d. Lingkungan alami, yaitu semua makhluk hidup yang yak hidup e. Lingkungan sosial, yaitu tempat manusia hidup berinteraksi. Lingkungan terdapat dua unsur yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan biotik merupakan lingkungan makhluk hidup yaitu hewan, tumbuhan, dan manusia. Sedangkan lingkungan abiotik yaitu benda tak hidup seperti tanah, air, udara, batu. Dua unsur tersebut berada pada dalam satu kesatuan ruang yang dapat digunakan oleh kebutuhan manusia. Khusus
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 10 bagi manusia yaitu terdapat lingkungan sosial yang berkaitan dengan adanya sebuah interaksi manusia. Manusia yang makhluk hidup memiliki tempat untuk hidup yaitu lingkungan hidup. Lingkungan hidup terbagi atas 3 jenis, sebagai berikut : a. Lingkungan hidup alami Lingkungan hidup alami merupakan lingkungan hasil bentukan alam yang terdiri atas berbagai sumber daya alam dan ekosistem serta komponen-komponennya, baik fisik maupun biologis. Lingkungan hidup bersifat dinamis karena memiliki perkembangan dan heterogenitas (keanekaragaman) secara biologis yang tinggi. b. Lingkungan hidup sosial Lingkungan hidup sosial kaitan adanya interaksi sosial dalam masyarakat. Lingkungan hidup sosial di masyarakat dapat membentuk lingkungan hidup binaan tertentu yang mencerminkan manusia sebagai makhluk sosial. c. Lingkungan hidup binaan Lingkungan hidup binaan mencakup lingkungan buatan manusia yang dibangun dengan bantuan manusia atau teknologi. Lingkungan hidup binaan bersifat kurang beranekaragam dalam populasinya karena keberadaannya selalu melaraskan dengan kebutuhan manusia.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 11 Fokus kajian geografi lingkungan yaitu kondisi lingkungan, kondisi makhluk hidup dan timbal baliknya. Geografi lingkungan melibatkan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Geografi lingkungan tidak berdiri sendiri melainkan adanya membutuhkan ilmu lain yaitu ekologi. Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup (Irwan, 2014:6). Lingkup ekologi memiliki tingkatan yaitu organisme kecil atau sel, hingga skala besar seperti biosfer. Ekosistem bersifat berubah ubah, mengalami perubahan cepat atau bisa berjangka waktu ribuan tahun. Ekosistem merupakan tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Prinsip-prinsip utama yang dianut oleh ekologi yaitu: a. Interaksi (interaction) b. Saling ketergantungan (interdependention) c. Keanekaragaman (diversity) d. Keharmonisan (harmony) e. Kemampuan berkelanjutan (sustainability)
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 12 3. Sungai Sungai adalah massa air yang secara alami mengalir pada suatu lembah (Suharini dan Abraham 2014:145). Sungai adalah aliran air dalam alur kecil atau besar searah dengan lereng ke tempat yang lebih rendah (Sapiie, dkk. 2006:25). Dapat disimpulkan bahwa sungai merupakan aliran air yang mengalir pada suatu tempat (lembah) dari hulu ke hilir. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air, wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2000 km². Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sungai merupakan aliran air yang mengalir pada suatu daerah yang berada pada daerah tinggi ke daerah rendah pada cekungan yang memanjang. Sungai dibedakan menjadi beberapa macam menurut kriteriakriteria tertentu sebagai berikut: a. Sungai subsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya tegak lurus dengan konsekuen. b. Sungai konsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya searah dengan kemiringan lerengnya.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 13 c. Sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawanan dengan sungai konsekuen. d. Sungai resekuen adalah sungai yang arah aliran airnya tidak mengikuti perlapisan batuan sehingga arahnya tidak sejajar dengan sungai konsekuen. e. Sungai insekuen adalah sungai yang arah aliran airnya tidak mengikuti perlapisan batuan sehingga arahnya tidak tertentu. f. Sungai anteseden adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. g. Sungai reverse adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya tidak mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Sehingga karena pengangkatan, arah aliran sungai ini berkelok menuju tempat lain yang lebih rendah. Sungai merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari mulai hulu hingga hilir yang dinamakan daerah aliran sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah yang berpelepasan ke sungai yang bersangkutan beserta anakanak sungainya (Tisnasomantri 1998:62). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu daerah yang terdiri dari kesatuan induk sungai dan anak-
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 14 anak sungai dari hulu hingga hilir.Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut: a. Daerah aliran hulu, Pada daerah ini aliran erosi vertikal memegang peranan penting. Daerah ini umumnya bergunung-gunung dengan aluran air yang deras, dan dijumpai banyak jeram bahkan air terjun biasanya terdapat di daerah ini. Dasar daerah hulu biasanya berbatu-batu. b. Daerah aliran tengah, yang menunjukkan kurang lebih erosi vertikal dan erosi lateral sama kuatnya, lembah-lembah bertambah besar dengan aliran air yang tidak begitu deras lalu serta dasar lembah dijumpai batu-batu guling, secara keseluruhan daerah aliran ini miring melandai ke arah muaranya. c. Daerah aliran hilir, ditandai dengan aliran sungai yang melambat. Dasar lembah umumnya tertutup pasir, dengan lembah berkelok-kelok (Meander) yang berarti daerah alirannya adalah datar. Dalam Geomorfologi, sungai merupakan suatu gaya dan proses dalam membentuk lahan dengan tiga aktivitas yang saling berkaitan yaitu, pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan. Pengikisan sungai merupakan pengerukan berupa bahan hancuran baik pada dasar sungai maupun pada tebing sungai
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 15 tersebut dengan cara pengangkutan di dasar (tenggelam), melayang, larut maupun secara terapung (Suharini dan Abraham 2014:152). Kualitas air sungai terus mengalami perubahan seiring dengan berjalannya waktu serta kesadaran dari masyarakat di lingkungan daerah aliran sungai. Kualitas air sungai dapat terjadi pencemaran air yang disebabkan oleh gabungan berbagai jenis komponen alam baik organisme organik maupun non organik. Zat pencemar tersebut dapat memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya dengan melalui udara, percikan, limpasan, tanah, aktivitas manusia di sekitar sungai, dan limbah. Akibat pencemaran tersebut yang terjadi di sungai, kehidupan di dalam sungai dapat terganggu. Terganggunya kehidupan di dalam sungai dapat mematikan diantaranya organisme sungai, binatang-binatang dan vegetasi di sungai karena oksigen larut dalam air akan habis dipakai untuk dekomposisi aerobik dari zatzat organik yang banyak terkandung dalam air buangan. Pencemaran air menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya: a. Konsentrasi zat-zat beracun, dapat merubah kondisi kualitas maupun kuantitas lingkungan air. Akibatnya mengganggu biota air.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 16 b. Kandungan lumpur meningkat, kandungan lumpur meningkat disebabkan oleh aliran air yang mengendap dan menghasilkan kedangkalan lembah sungai. Akibatnya cahaya yang masuk ke permukaan air terhalang untuk berfotosintesis. Akibat dari kandungan lumpur berlebih maka dapat meningkatkan pertumbuhan gangga atau tanaman air, sehingga dapat mengurangi dan mengganggu kehidupan biota air sungai lainnya seperti ikan dan kerang-kerangan. c. Lumpur hasil erosi sungai, disebabkan oleh kualitas tanah di sepadan sungai sudah tidak optimal dan mudah terkikis oleh aliran sungai sehingga dapat menciptakan kedangkalan lembah sungai dan merugikan biota air sungai yang hidup di dalamnya. d. Limbah yang mengandung bahan kimia, limbah tersebut mengandung bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kualitas air. Apabila limbah kimia yang mengandung asam tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan biota air bahkan manusia yang memanfaatkan air sungai tersebut dapat membahayakan kesehatannya. e. Air sungai yang mengalir secara berlebihan ke perairan pantai dapat membawa berbagai material sehingga membentuk lapisan yang menghalangi pertukaran massa air.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 17 Untuk mengatasi berbagai dampak dari kerusakan sungai, maka diperlukannya suatu bentuk pelestarian sungai dapat dilaksanakan melalui berbagai hal sebagai berikut: a. Perilaku Masyarakat Skinner’s (1953) dalam Goddard Murray J (2017), book Science and Human Behavior, menyarankan bahwa ilmu perilaku manusia berpotensi memiliki dampak negatif, maupun positif, pada kesejahteraan manusia. Menurut skinner dalam Notoadmodjo (2001:21), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus Skinner membedakan perilaku menjadi dua: 1) Perilaku tertutup (covert Behavior), merupakan respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 18 menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka (overt Behavior), merupakan respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Berdasarkan bentuk batasan dari Skinner tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perilaku merupakan fasilitas dari suatu proses mental secara internal, yang dapat di ukur dengan berbagai cara, baik secara langsung, observasi, maupun tidak langsung. Perilaku dapat diberi batasan yaitu tentang suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari luar maupun dari dalam individu. Terdapat bentuk perilaku manusia terbagi menjadi dua macam yaitu: 1) Perilaku tertutup, merupakan respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atai tertutup (convert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum biasa diamati secara jelas oleh orang lain.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 19 2) Perilaku terbuka, merupakan respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice). Pembentukan perilaku dibagi mejadi 3 cara sesuai keadaan yang diharapkan, yakni: 1) Cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan conditioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk dapat berperilaku sesuai yang ingin diharapkan, maka pada akhirnya terbentuk suatu perilaku tersebut. 2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight). Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. 3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Pembentukan perilaku menggunakan model yaitu pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Contoh pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. b. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan bagian dari bentang alam yang dapat digunakan bagi kehidupan manusia baik yang sudah dikelola maupun belum dikelola. Di Indonesia bentuk
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 20 hak kepemilikan lahan diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yaitu 1. Hak milik, 2. Hak guna usaha, 3. Hak guna bangunan, 4. Hak Pakai, 5. Hak sewa, 6. Hak membuka tanah, 7. Hak memungut hasil hutan dan 8. Hak-hak lain yang tidak termaksud dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dalam undang-undang dan hak-hak yang sifatnya sementara. Menurut Sitorus (2016:15) “penggunaan lahan sekarang pada dasarnya merupakan hasil dari berbagai faktor penyebab, sebagian diantaranya berhubungan langsung dengan keadaan dan jumlah sumber daya lahan yang tersedia, dan sebagian lainnya berhubungan dengan keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dari masa yang lampau serta perkembangan hingga sekarang”. Oleh karena itu, sangat jarang penggunaan lahan merupakan hasil pengaruh mempengaruhi (interplay) antara keadaan sekarang sumber daya lahan dan keadaan masyarakatnya. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan menurut berbagai cara, secara umum penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi dua menurut Sitorus (2016:17) yaitu:
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 21 1) Penggunaan lahan pedesaan dalam arti yang luas, termaksud pertanian, kehutanan, cagar alam dan tempat rekreasi. 2) Penggunaan lahan perkotaan dan industri, termaksud kota, kompleks industri, jalan raya, dan pertambangan. Uraian tersebut pengelompokan maka dapat disimpulkan bahwa, penggunaan lahan berbeda beda di setiap wilayahnya dibatasi oleh kemampuan suatu wilayahnya sebagai contoh wilayah administrasi desa dan kota. Penggunaan lahan merupakan wujud interaksi manusia dengan lingkungannya. Fokus lingkungan dimaksudkan yaitu lahan, sedangkan interaksi manusia berupa sikap dan tanggapan kebijakan manusia terhadap lahan yang menentukan langkah-langkah dalam pemanfaatan lahan tersebut sesuai dengan kaidah ekologi, ekonomi dan lainnya. Aktivitas penggunaan lahan akan meninggalkan bekas diatas lahan sebagai bentuk penggunaan lahan maka dari itu perlu adanya sifat tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan sehingga pembangunan dan alam tidak mengalami kerusakan/degradasi.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 22 c. Pelestarian Lingkungan Dasar dari kata pelestarian merupakan berasal dari kata lestari, yang berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, bertahan kekal. Pelestarian lingkungan merupakan upaya sadar terencana berupa proses, cara perbuatan melestarikan, perlindungan, dari kerusakan atau kemusnahan, pengawetan dan konservasi. Upaya pelestarian juga dapat berupa pembangunan dan pengelolaan memperhatikan aspek ekologis, contohnya yaitu pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat digunakan dengan pemanfaatan secara bijaksana dan berkesinambungan dengan tetap menjaga kelestariannya dan dapat meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragaman nya. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Bab 1 poin 5 menjelaskan bahwa kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 23 Dengan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelestarian alam yang berada di darat maupun di perairan yang memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk dapat dimanfaatkan dan menjaga kelestariannya secara keseluruhan. Upaya pelestarian lingkungan diantaranya dapat dilakukan yaitu: 1) Menjaga agar tidak merusak lingkungan 2) Memelihara dan mengembangkan Sumber Daya Alam (SDA) tetap tersedia. 3) Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna 4) Tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian ekosistem 5) Penggunaan Sumber Daya Alam (SDA) untuk keberlangsung kehidupan dimasa depan. Upaya pelestarian tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila dilakukan secara swadaya yaitu berhubungan dengan seluruh Stakeholder yang ada dan tingkat konsisten yang baik sehingga terjaga secara berkelanjutan. 4. Program Ecovillage Desa atau kampung berbasis lingkungan (Ecovillage) mulai diperkenalkan pada bulan september tahun 1991 dalam suatu seminar Graia Thrust Thy Denmark, disusun oleh Diane dan
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 24 Robert Gilman dari Context Institute di Seattle(dalam Selayang Pandang Kegiatan Komunitas Ecovillage Ci Tanduy di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis: 2018) . Konsep Ecovillage dikembangkan sebagai upaya untuk memperbaiki perpecahan struktur budaya dan spasial. Selain itu, konsep Ecovillage dikembangkan sebagai tanggung jawab agar berkurangnya praktik-praktik yang merusak lingkungan. Dapat diartikan bahwa Ecovillage adalah desa berwawasan lingkungan. Desa merupakan permukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berjiwa agraris (Daldjoeni, 2014:49). Program Ecovillage ini lebih menekankan pada produktivitas masyarakat Desa dalam pembangunan berwawasan lingkungan sehingga masyarakat dapat berkembang dan dapat mandiri memanfaatkan serta membenahi dari permasalahan yang ada di desa. Program desa/kampung berbudaya lingkungan (Ecovillage) merupakan program solusi dari pengurangan permasalahan lingkungan DAS di Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengembangan Desa/kampung berbudaya (Ecovillage) dilaksanakan pada tahun 2015 pada 65 Desa di 9 Kecamatan, 8 Kecamatan Kabupaten Bandung, Pasirjambu, Pangalengan, Cimaung, Bojongsoang, Baleendah, Ciparay, Solokanjeruk, dan Cicalengka Kabupaten
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 25 Bandung serta satu Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang (Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, 2015). Permasalahan yang terjadi pada DAS diharapkan dapat terurai dengan adanya Program Ecovillage dengan memberikan sebuah pemahaman untuk pelestarian DAS dan berkelanjutan (sustainable). Program Ecovillage dinilai potensial dalam mengurangi pencemaran sungai di lingkungan Provinsi Jawa Barat. Program ini setiap tahunnya menerima pendaftaran wilayah untuk dapat memiliki gelar desa/kampung berbudaya dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan gelar yang didapat pada suatu daerah desa maka daerah tersebut menjadi sebuah pelopor dalam pelestarian lingkungan di wilayahnya. Dengan adanya Program Ecovillage, BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Jawa Barat, senantiasa dapat menciptakan perilaku masyarakat dalam mewujudkan lingkungan lebih baik serta dapat membangun masyarakat untuk memiliki rasa dan sikap mandiri melalui swadaya masyarakat yang ada tanpa tergantung program pemerintah. Program Ecovillage ini menjadi sebuah kunci dari permasalahan lingkungan pada ruang lingkup terkecil yaitu dalam sebuah wilayah pedesaan. Dengan adanya Program
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 26 Ecovillage dapat mendasarkan masyarakat tentang arti pentingnya sebuah pengelolaan lingkungan hidup untuk menjaga pelestariannya. Adapun syarat untuk mendaftarkan wilayahnya menjadi kawasan Ecovillage oleh Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat yaitu: a. Adanya kampung percontohan b. Pengelolaan sampah c. Penataan sempadan sungai/kali/parit/irigasi d. Penanaman pohon e. Persemaian bibit f. Konservasi air, dan lainnya Ecovillage mengintegrasikan berbagai aspek desain ekologis, teknologi tanaman, bangunan yang bersifat ekologis, produksi hijau, energi alternatif dan sebagainya. Terdapat 4 aspek utama dalam pelaksanaan Ecovillage yang menjadi ruang lingkup Ecovillage menurut Tim EXCIT Ecovillage Ci Tanduy, diantaranya sebagai berikut: a. Aspek Ekologi, meliputi: 1) Pengendalian dan Pengelolaan sampah, limbah dan polutan
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 27 2) Perbaikan dan lingkungan alam melalui kegiatan konservasi 3) Produksi dan konsumsi pangan lokal organik b. Aspek Ekonomi dan Manajemen, meliputi: 1) Usaha Pengelolaan sampah yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat serta menguras pencemaran lingkungan. 2) Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu penggunaan lahan rumah untuk dijadikan lahan produktif yaitu meliputi daun bawang, kacang, tomat, cabai, kumis kucing, terong, jahe, dan lainnya). c. Aspek Sosial budaya, meliputi: 1) Pengembangan dan implementasi indikator Eco-Self (individu berbudaya lingkungan), Eco-Family (Keluarga berbudaya lingkungan) serta adanya pengembangan EcoSociety (komunitas berbudaya lingkungan) dalam rangka menuju Ecovillage. d. Aspek Spiritual, Melestarikan kreativitas masyarakat atau pemuda pemudi desa, nilai seni, budaya, keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan yang dihargai di wilayah DAS Ci Tanduy.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 28 Tujuan khusus yang ingin dicapai dari program Ecovillage Sungai Ci Tanduy yaitu: 1) Adanya penyadaran, respek, kepedulian serta perubahan perilaku masyarakat setempat terhadap agenda proses pembangunan berkelanjutan dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup 2) Dapat mengurangi persoalan ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat setempat. 3) Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Memiliki sifat sukarela tanpa mengharap imbalan apapun. 4) Mengandung arti saling membantu yang dilakukan demi kebahagiaan dan kerukunan hidup masyarakat. 5) Sebagai sifat dasar bangsa indonesia yang menjadi unggulan bangsa dan tidak dimiliki bangsa lain. 5. Pengelolaan Benih Pohon Sebelum pohon-pohon berkembang dengan baik maka tahap awal yaitu pembenihan bibit pohon. Pembenihan bibit pohon dapat dilakukan dengan berbagai cara supaya bibit dapat berkembang dengan optimal sesuai dengan karakteristik pohon tersebut.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 29 Benih merupakan bagian yang digunakan untuk perbanyakan atau perkembangbiakan, baik berupa biji ataupun bagian tanaman lainnya (Mulawarman, dkk. 2002 :2). Dimulai dari benih yang tersedia maka benih tersebut diupayakan pengelolaan untuk dapat berkembang dengan optimal. Perkembangan pohon dapat tumbuh dengan baik jika mempunyai sifat genetik yang baik, tumbuh pada lingkungan baik atau sifat genetik dan lingkungan sama-sama baik akan tetapi yang diwariskan dari induk ke turunannya hanyalah sifat genetik sedangkan faktor lingkungan tidak di turunkan. Terdapat kriteria pemilihan pohon benih disesuaikan dengan tujuan penanaman menurut Mulawarman dkk, (2002 : 9): a. Untuk pohon penghasil kayu 1) Pertumbuhan tinggi dan diameter diatas rata-rata 2) Batang lurus 3) Batang bebas cabang tinggi 4) Tajuk normal sesuai dengan karakter jenis 5) Bebas hama dan penyakit 6) Sudah berbunga 7) Mutu kayu baik 8) Cukup tua
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 30 b. Untuk pohon penghasil makanan ternak, pupuk hijau dan pagar hidup 1) Pertumbuhan cepat 2) Produksi daun tinggi 3) Daun cukup bergizi 4) Daya pangkas tinggi 5) Mudah diperbanyak secara vegetatif 6) Bebas hama penyakit 7) Pendek 8) Tahan kering 9) Cukup tua c. Untuk pohon penghasil buah 1) Pertumbuhan baik 2) Buah lebat, manis dan besar 3) Bebas hama dan penyakit 4) Percabangan pendek sehingga mudah dipanjat 5) Cukup tua Setelah benih diketahui kriterianya maka tahap selanjutnya yaitu dengan melakukan sortasi buah, ekstraksi benih, pembersihan benih, sortasi benih, pengeringan benih, dan distribusi benih.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 31 a. Sortasi buah/polong Yaitu buah yang cukup tua tetapi belum benar-benar matang bisa dieram dulu bila diperlukan b. Ekstraksi biji Ekstraksi biji adalah proses pengeluaran biji dari buah/polongnya, cara ekstraksi berbeda-beda tergantung jenis pohon ada yang akan keluar dengan sendirinya bila sudah kering (benih kaliandra), ada yang benih harus dikeringkan dan dipukul-pukul (benih gamal), ada yang digosok dan dicuci (benih gmelina), ada yang dibelah (benih mahoni). c. Pembersihan dan sortasi benih 1) Benih yang sudah di ekstraksi masih mengandung kotoran berupa sekam, sisa polong, ranting, sisa sayap, daging buah, tanah dan benih yang rusak 2) Kotoran harus dibuang untuk meningkatkan mutunya 3) Pembersihan dapat dilakukan secara manual dengan tampi. d. Pengeringan benih Benih yang di ekstraksi masih mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga tidak baik untuk disimpan, sebelum disimpan harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam benih ada yang dilakukan dengan jangka waktu yang lama dan singkat. Benih
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 32 seperti ini disebut benih ortodoks, contohnya ampupu, akasia, dan gamal. Benih ortodoks akan berkecambah bila diberi kondisi yang baik untuk berkecambah. Sebaliknya ada benih yang tidak dapat dikeringkan dan sehingga tidak bisa disimpan lama misalnya meranti, mimpa dan mahoni. Benih seperti ini disebut benih rekalsitrans, benih ini akan mati bila dikeringkan sampai kadar air rendah. e. Penyimpanan benih Penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba, penyimpanan benih juga harus dilakukan oleh pengada/pengumpul benih sebelum ditanam atau di distribusikan. Menjaga ketersediaan benih maka diperlukannya penyimpanan dan lama benih dapat disimpan tergantung pada jenis benih. Benih dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu benih rekalsistrans dan benih orthodoks. Benih rekalsistrans tidak dapat diketingkan sampai kadar air yang rendah dan hanya dapat disimpan secara singkat. Benih tersebut harus segera disemaikan setelah di ekstraksi. Contoh benihnya yaitu benih nangka benih ini berkecambah bila pada kelembaban tinggi.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 33 Benih orthodoks dapat bertahan hidup bila dikeringkan sampai kadar air yang rendah (sampai 5%) dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Contoh benih adalah benih jati, sengon, dan gamal. Benih orthodoks dapat disimpan sampai 1 tahun bahkan ada yang lebih dan tetap baik. 6. Pengelolaan Sampah melalui Program Bank Sampah Bank sampah sebagai program nasional yang tercantum di dalam peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang mengamanatkan pengelolaan sampah dengan prinsip 3-R (Reuse, Reduce, Recycle). Peraturan tersebut ditunjukkan kepada masyarakat untuk mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah. Dengan peraturan tersebut dapat mengubah perilaku masyarakat yang berawal dengan pendekatan kumpul-angkut-buang diganti dengan pemilahan-pengumpulan-pengangkutan-pengolahanpemrosesan, pemerintah menjadikan Bank sampah sebagai strategi penerapan 3-R. Konsep Bank Sampah mengadopsi manajemen Bank pada umumnya. Selain bisa sebagai sarana untuk melakukan gerakan
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 34 penghijauan, pengelolaan sampah juga dapat bisa menjadi sarana pendidikan gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Program Bank sampah juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan lingkungan. Terdapat klasifikasi sampah secara umum yaitu terbagi menjadi dua bagian yaitu sampah organik dan sampah nonorganik. Pemilahan sampah untuk dapat digunakan dalam program Bank sampah yaitu menggunakan sampah pada kategori non-organik, dikarenakan sampah tersebut yang berasal dari bahan hasil olahan manusia serta dapat di daur ulang. Yang termaksud kedalam kategori sampah non organik yaitu sampah kaca, sampah metal, sampah kertas dan sampah plastik, untuk sampah dengan bahan dasar dari Styrofoam. Menurut Eka Utami (2013) dalam buku Panduan Sistem Bank Sampah terdapat beberapa tahapan dalam pendirian serta pengembangan sistem Bank Sampah yaitu: a. Sosialisasi awal Sosialisasi awal dilakukan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar mengenai Bank sampah kepada masyarakat. Pemahaman tentang manfaat Bank sampah juga bisa disampaikan pada tahap sosialisasi. Gagasan Bank sampah bisa datang dari masyarakat atau lembaga swadaya
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 35 masyarakat. Inisiatif berasal dari masyarakat sendiri maka hendaknya meminta bantuan pada organisasi ke masyarakat setempat. Institusi inilah yang akan membantu memberikan penjelasan tentang Bank sampah pada saat sosialisasi, pelatihan teknis hingga pendampingan agar pelaksanaan Bank sampah berjalan sesuai dengan standar. Kegiatan yang dilakukan pada tahap sosialisasi ini meliputi, pemahaman Bank sampah tentang program nasional, penjelasan umum tentang pengertian Bank sampah, penjelasan alur pengelolaan sampah pada sistem Bank sampah dan pembagian hasil pengelolaan sampah. b. Pelatihan teknis Pelaksanaan teknis bertujuan untuk memberikan penjelasan detail kepada masyarakat mengenai tatacara pelaksanaan sistem Bank sampah. Pemberian materi pada saat pelatihan teknis bisa dilakukan oleh aktivis lembaga swadaya masyarakat. Stakeholder setempat telah mengikuti sosialisasi awal dan pelatihan terlebih dahulu sehingga dapat menjadi contoh bagi masyarakat di daerahnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelatihan teknis meliputi; (1) penjelasan sistem Bank sampah, sistem tersebut meliputi sampah yang sudah dipilah dari rumah, sarana
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 36 pengumpulan sampah berupa glangsing atau plastik, pengurus Bank sampah, Jadwal pengumpulan yang disepakati, sistem pencacatan, kerja sama dengan pengepul dan kesepakatan jadwal pengambilan sampah oleh pengepul. (2) musyawarah persetujuan, musyawarah mendapat persetujuan warga setempat untuk pelaksanaan sistem Bank sampah dan penentuan nama Bank sampah, bila musyawarah tidak mencapai mufakat maka diputuskan dengan voting. (3) pembentukan pengurus Bank sampah meliputi pengurus Bank sampah yang terdiri dari manajer Bank sampah, bendahara, divisi administrasi, divisi penimbangan, divisi pencatatan, divisi pengepakan. (4) musyawarah operasional meliputi hasil lokasi Bank sampah (kantor pusat dan kantor cabang), pengepul yang ditunjuk, pengelompokan sampah yang bisa disetorkan berdasarkan kategori, jenis dan sebagainya, berat minimum sampah yang disetorkan, jadwal penyetoran dan pengangkutan sampah, dan jangka waktu penarikan tabungan. (5) penetapan target merupakan target omzet sampah bulanan pertama dan proyeksi untuk pencapaian bulan berikutnya sesuai dengan kondisi yang telah disepakati. (6) membuat tolak ukur yaitu tingkatan keberhasilan Bank sampah dengan parameter berdasarkan data
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 37 nasabah, reduksi sampah dan omzet dengan indikator keberhasilan diukur dengan peningkatan keberhasilan lingkungan, peningkatan kesehatan masyarakat, besaran penghasilan tambahan bagi masyarakat dan besaran potensi pendapatan asli daerah. c. Pelaksanaan sistem Bank sampah Persiapan yang harus dilakukan terbagi menjadi dua yaitu pengurus dan nasabah. Pengurus membuat daftar dara nasabah beserta keterangan lengkapnya. Sedangkan untuk nasabah terdapat buku tabungan tercantum kolom kredit, debut dan keseimbangan untuk mencatat transaksi yang dilakukan. Terdapat dua jenis lembaran yaitu lembaran yang memuat data global tabungan nasabah dan lembaran yang memuat data detail tabungan di setiap penjualan. d. Pemantauan dan evaluasi Pertemuan untuk evaluasi oleh pengurus dan nasabah setelah sistem Bank sampah berjalan satu bulan sejak pelatihan teknis dan sudah dilakukan penjualan. Seluruh pengurus harus hadir, sementara kehadiran nasabah boleh diwakilkan oleh minimal 50% dari jumlah nasabah. Pertemuan ini dilakukan untuk menilai pelaksanaan Bank
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 38 sampah yang sudah dilakukan dengan tolak ukur berupa jumlah nasabah, reduksi sampah dan omzet. e. Pengembangan Pada saat sistem Bank sampah berjalan dalam waktu yang signifikan, potensi ekonomis yang dimiliki Bank sampah teramat besar dengan pengelolaan keuangan yang baik,Bank sampah memiliki potensi pengembangan yaitu sebagai unit usaha simpan pinjam, unit usaha sembako, koperasi Bank sampah, dan pinjaman modal usaha. 7. KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) Kementerian Pertanian menginisiasikan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep rumah pangan lestari (KRPL), RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumber daya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam (Kementrian Pertanian, 2011). Program ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat terutama ibu rumah tangga yang dapat membantu menambah pendapatan serta ketersediaan pangan di rumah. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 39 wanita untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga (Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan). Konsep kegiatan KRPL (Kawasan Rumah Pangan lestari) yaitu potensi luas lahan pekarangan dan lahan sekitar tempat tinggal yang belum dimanfaatkan relatif besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan keluarga. Masyarakat berperan dalam peningkatan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Untuk itu dalam kegiatan KRPL menggunakan konsep pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan melibatkan seluruh anggota keluarga dan anggota kelompok (padat karya). Kegiatan kawasan rumah pangan lestari memiliki beberapa komponen dalam Petunjuk Teknis Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui KRPL (Kementrian Pertanian, 2018) yaitu: a. Kebun bibit sebagai penyedia bibit tanaman dan untuk menjamin keberlanjutan kegiatan KRPL
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 40 b. Demonstrasi plot (demplot) sebagai laboratorium lapangan sarana edukasi bagi anggota kelompok dalam mengembangkan kebun pekarangan dan lahan sekitar tempat tinggal. c. Pengembangan lahan pekarangan dan lahan sekitar tempat tinggal sebagai penyedia sumber pangan keluarga d. Pengembangan kebun sekolah sebagai sarana edukasi bagi anak-anak sekolah untuk mengenal berbagai jenis tanaman sebagai sumber pangan dan mempelajari cara budidaya tanaman yang mudah e. Pengelolaan hasil pekarangan dan lahan sekitar tempat tinggal dengan konsep B2SA (Pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman) sebagai edukasi bagi anggota kelompok dalam mengolah hasil pekarangan dan lahan sekitar tempat tinggal menjadi menu keluarga yang memenuhi syarat B2SA (Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan model KRPL, terdapat tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (Kementerian Pertanian, 2011), yaitu: a. Persiapan: (1) pengumpulan informasi awal tentang potensi sumber daya dan kelompok sasaran, (2) pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 41 calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan dinas pertanian dan dinas terkait lainnya di kabupaten/kota, (4) memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. b. Pembentukan kelompok: kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu rukun tetangga, rukun warga atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipasi, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri. c. Sosialisasi: menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait. d. Penguatan kelembagaan kelompok: dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok, (1) mampu
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 42 mengambil keputusan bersama melalui musyawarah, (2) mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama, (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi, (d) mampu untuk bekerja sama dalam kelompok (sifat gotong royong) dan (4) mampu bekerja sama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. e. Perencanaan kegiatan: melakukan perencanaan/rancangan bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran, obat keluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja untuk satu tahun, kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas terkait. f. Pelatihan: Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapangan. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, pembenihan dan pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga.
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 43 g. Pelaksanaan: pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh penyuluh dan petani andalan. Secara bertahap, dalam pelaksanaannya menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan peningkatan kesejahteraan. h. Pembiayaan: bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah daerah dan pusat, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dana lain yang tidak mengikat. i. Monitoring dan evaluasi: dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok
STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 44 C. Kerangka Penelitian