The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pelestarian Sungai merupakan bagian dari upaya mempertahankan ekosistem yang mempuni dalam siklus kehidupan manusia. Sebab manusia sangat membutuhkan ekosistem sungai untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga perlunya menjaga kelestarian sungai disekitar.
Berikut buku yang membahas tentang upaya pelestarian aliran sungai dengan program Ecovillage yang mudah dilakukan oleh masyarakat untuk di implementasikan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhammadisnan0212, 2023-02-08 18:58:38

Strategi Pelestarian DAS CITANDUY di Kawasan Hulu Sungai : Program Ecovillage Kawasan Hulu Sungai CITANDUY Desa Guranteng

Pelestarian Sungai merupakan bagian dari upaya mempertahankan ekosistem yang mempuni dalam siklus kehidupan manusia. Sebab manusia sangat membutuhkan ekosistem sungai untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga perlunya menjaga kelestarian sungai disekitar.
Berikut buku yang membahas tentang upaya pelestarian aliran sungai dengan program Ecovillage yang mudah dilakukan oleh masyarakat untuk di implementasikan.

STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 45 D. Metode Penelitian Ahman Sya (2011:49) “Kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu masalah atau keadaan berdasarkan fakta-fakta yang ada”. Sedangkan penelitian kuantitatif menurut Arikunto (2002:10) “penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, dan penampilan dari hasilnya”. Kegiatan penelitian ini menggunakan konsep geografi yaitu konsep lokasi dan konsep nilai guna. Konsep lokasi berkaitan dengan tempat penelitian yang melaksanakan Program Ecovillage. Sedangkan konsep nilai guna berkaitan dengan wilayah pelestarian Sungai Ci Tanduy oleh masyarakat di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Pendekatan geografi yang digunakan adalah pendekatan keruangan dan kelingkungan. Pendekatan keruangan berkaitan dengan kondisi Sungai Ci Tanduy yang di upayakan agar lestari melalui Program Ecovillage di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan pendekatan ke lingkungan berkaitan dengan interaksi masyarakat yang menerapkan Program Ecovillage dengan lingkungan. Penelitian ini membahas tentang implementasi Program Ecovillage sebagai


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 46 upaya pelestarian Sungai Ci Tanduy di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. E. Pembahasan Lapangan 1. Kondisi Geografis Daerah Peneltiian Lokasi Desa Guranteng secara astronomis terletak pada koordinat 7°05’53” LS - 108°11’40” BT. Secara administrasi Desa Guranteng termaksud kedalam wilayah Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya, dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka. b. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Ciamis. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjungkerta dan Desa Puteran Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nanggewer Kecamatan Pageregeung Kabupaten Tasikmalaya. Desa Guranteng memiliki luas wilayah secara keseluruhan yaitu 1953,611 Ha terbagi sebelas dusun yaitu Dusun Guranteng, Dusun Harentang, Dusun Parung, Dusun Leuwihalang, Dusun Cijamaka, Dusun Cisema, Dusun


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 47 Tewel, Dusun Picung/Cikadu, Dusun Cikerenceng, Dusun Ciguha, dan Dusun Kupa. Gambar Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Tasikmalaya. Gambar Peta Administrasi Kecamatan Guranteng


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 48 Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 49 Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Pagerageung


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 50 Gambar 3. Peta Administrasi Desa Guranteng


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 51 2. Kondisi Fisikal a. Kondisi Geologis Kondisi geologis merupakan suatu kondisi yang didasarkan pada struktur geologi yang berkaitan dengan keadaan lingkungan secara keseluruhan. Kondisi geologis didasarkan pada komposisi batuan yang berada di setiap wilayah. Lapisan yang ada di Indonesia berkaitan dengan persebaran Gunung api aktif disebabkan adanya pertemuan tiga lempeng aktif yaitu lempeng eurasia, lempeng pasifik dan lempeng indoaustralia. Sistem pegunungan di Indonesia hampir semuanya termaksud kedalam pegunungan lipatan muda yang mempunyai sifat-sifat pada bagian puncaknya runcing, masih dalam proses keseimbangan (bergerak), umumnya tinggi dan mempunyai lereng curam (Eva Banowati, 2014: 48). Daerah Indonesia bagian barat dilalui oleh deretan pegunungan muda mediterania yang merupakan bagian dari Pegunungan Himalaya dengan sifat batuannya basa, dan Indonesia bagian tengah dan timur merupakan berasal dari Pegunungan Sirkum Pasifik yang batuannya bersifat asam. Jawa Barat terletak antara garis penghubung Kepulauan Seribu dengan Teluk Pelabuhan Ratu sampai garis penghubung antara Cirebon-Pulau Nusakambangan (Selatan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 52 Segara Anakan). Secara rinci keadaan fisiografi jawa menurut Van Bemmelen (1970: 26) dalam Sriyono (2017:85) dibagi menjadi empat fisiografi Jawa Barat sebagai berikut: 1) Daratan aluvial utara (daratan Jakarta), lebarnya kurang lebih 40 km, yang terbentang dari Serang Banten) sampai Cirebon. Daerah ini sebagian besar terdiri dari endapan aluvial sungai dan lahar vulkan-vulkan di pedalaman. 2) Zona Bogor, yaitu disebelah selatan dataran aluvial dengan ditandai adanya bukit-bukit dan pegunungan yang lebarnya sekitar 40 km. perbukitan ini merupakan sebuah antiklinorium dari lapisan neogen yang terlipat kuat dengan disertai intrusi-intrusi vulkanis. Bagian timur jalur ini terturup oleh vulkan muda seperti Bukit Tunggul, Bukit Tampomas dan Gunung Ciremai. 3) Zona Bandung, yaitu merupakan jalur memanjang dari depresi antar pegunungan. Jalur ini membentang dari teluk pelabuhan ratu melalui lembah Ci Mandiri, dataran tinggi Cianjur, Bandung garut, lembah Ci Tanduy, dan berakhir di Segara Anakan, dengan lebar antara 20-40 km. Zona ini merupakan puncak geantirklinal jawa yang telah hancur selama pelengkungan akhir tersier. Batas antara zona Bogor dan zona Bandung terdapat sederet vulkan-vulkan kwarter


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 53 seperti Gunung Kendeng, Gunung Kiaraberes-Gagak, Gunung Salak, Gunung Pangrango, Gunung Gede, Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Parahu, Bukit Tunggul, Gunung Calancang, dan Gunung Cakrabuwana. Sedangkan batas zona Bandung dengan Pegunungan Selatan ditandai dengan vulkan-vulkan Kendeng, Patuha, Tilu, Malabar, Papandayan, dan Cikuray. Garut terdapat dua busur vulkan yaitu kelompok Gunung Guntur, Gunung Mandalawangi, dan kelompok Gunung Telaga Bodas, Gunung Sadakeling. Sedangkan Gunung Sawal merupakan vulkan padam yang terisolir pada lembah Ci Tanduy. Zona Bandung sebagian terisi oleh endapanendapan vulkanis muda dan endapan aluvial yang terpotong oleh bukit bukit batuan tersier. Ditanah rendah Ci Tanduy terdapat Gunung Sakur di bagian barat, dan pegunungan-pegunungan rendah dibagian timur laut dan membujur arah tenggara sejak dari Wanareja sampai Maos (Sungai Serayu). Pegunungan ini terdiri dari lapisan neogen bawah dan batuan vulkanis. 4) Pegunungan priangan selatan (Pegunungan Selatan), yang membentang dari teluk Pelabuhan Ratu sampai Pulau Nusakambangan (Selatan Segara Anakan) dengan lebar


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 54 rata-rata 50 km. seluruh daerah ini merupakan sisi selatan geantiklinal jawa. Jalur ini dapat dibedakan menjadi tiga seksi yaitu : a) Bagian barat seksi Jampang, mengalami erosi permukaan dengan sisa-sisa yang resistan berupa volcanic neck, b) Bagian tengah seksi Pangalengan, yang ditutupi oleh beberapa vulkan padam yang hancur akibat patahan dan, c) Bagian timur seksi Karangnunggal, yang berupa pegunungan rendah. Berdasarkan kriteria tersebut maka wilayah penelitian secara fisiografis daerah termasuk ke dalam zona Bandung bagian selatan yang dimana adanya Sungai Ci Tanduy. Zona bandung bagian selatan merupakan zona depresi antar pegunungan. Jalur zona Bandung membentang dari Pelabuhan Ratu sampai Segara Anakan dan jalur ini merupakan daerah Gunung api. Zona ini merupakan zona depresi yang diapit oleh dua zona yaitu zona Bogor di utara dan zona Pegunungan Selatan di bagian selatan. Untuk gambaran lebih jelas mengenai pembagian zona fisiografis


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG pada daerah Jawa Barat menurut Van Bemellen dapat dilihat pada Gambar Gambar 4. Fisiografi Jawa Barat m Bemellen, 1949 Wilayah Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya secara keseluruhan jenis batuan geologis nya pada peta geologi Kabupaten Tasikmalaya merupakan jenis batuan Breksi Hasil Batuan Gunung Batuan breksi merupakan batuan sedimen klastik yaitu terbentuk dari pelapukan batuan beku memiliki butiran fragmen. Batuan breksi terjadi dari pembatuan atau litifikasi hancuran batuan lain atau litifikasi hasil reaksi kimia atau biokimia. sedangkan sedimen klastik merupa STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 55 pada daerah Jawa Barat menurut Van Bemellen dapat dilihat Fisiografi Jawa Barat menurut Van Bemellen, 1949 Wilayah Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya secara keseluruhan jenis batuan geologis nya pada peta geologi Kabupaten Tasikmalaya merupakan jenis batuan Breksi Hasil Batuan Gunung api. batuan sedimen klastik yaitu terbentuk dari pelapukan batuan beku memiliki butiran fragmen. Batuan breksi terjadi dari pembatuan atau litifikasi hancuran batuan lain atau litifikasi hasil reaksi kimia atau biokimia. sedangkan sedimen klastik merupa-kan batuan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 56 sedimen yang tersusun oleh hasil hancuran (fragmen) batuan lain yang sudah ada lebih dahulu (Soetoto, 2013: 38). b. Kondisi Geomorfologi Kondisi geomorfologi merupakan gambaran bentukan alam di permukaan bumi. Bentukan alam terdiri dari berbagai macam dengan keadaan dan ciri serta sifat-sifat yang berbedabeda, tergantung dari proses pembentukan dan evolusinya. Perubahan bentuk permukaan bumi dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam bumi (endogen), kecepatan gaya dan proses tersebut. Gaya dan proses geomorfologi ada dua jenis, pertama gaya dan proses menghasilkan bentuk-bentuk yang dibangun (The Construkctional landform) seperti benua, pegunungan, lipatan, patahan dan vulkan, kedua gaya eksogen merupakan proses dari luar yang sifatnya lebih merusak yakni menghancurkan bentuk-bentuk yang dibangun oleh gaya dan proses asal dalam (The Destructional Landform) (Suharini, Abraham 2014: 12). Bentukan di permukaan bumi sangat beragam yaitu pegunungan, perbukitan, lembah, cekungan, dan daratan. Bentukan lahan tersebut setiap wilayah memiliki keberagaman yang berbeda dengan wilayah lainnya, bentukan lahan tersebut dapat dijadikan sebuah potensi dalam pengembangan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 57 suatu wilayah dan dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Pemanfaatan potensi alam tersebut berbeda beda seperti wilayah daratan dapat dijadikan lokasi perkembangan industri, lokasi perekonomian masyarakat meliputi pasar, perkantoran, lokasi pesawahan, dan perikanan sedangkan pada wilayah pegunungan dan perbukitan dapat dijadikan sebagai tempat perkembangan budidaya perkebunan, lokasi peternakan, dan lokasi objek pariwisata. Secara umum morfologi Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya berada pada dua wilayah pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian ±700 Mdpl. Kondisi morfologi ini menjadikan perbedaan dalam penggunaan lahan. Pada wilayah pegunungan masyarakat memanfaatkan lahan sebagai tempat untuk menanam pohon seperti pohon albasia, pohon pala, pohon suren, pohon mengkudu, kopi, alpukat dan jambu sebagai tempat konservasi kawasan hulu Sungai Ci Tanduy. Pada wilayah lainnya yang lebih rendah masyarakat memanfaatkan lahan tersebut sebagai tempat persawahan, permukiman, peternakan sapi perah dan lainnya di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 58 c. Kondisi Cuaca dan Iklim Cuaca dan iklim merupakan gejala atau peristiwa alam yang terjadi di permukaan bumi sebagai sebuah siklus yang terjadi secara berkala. Cuaca merupakan kondisi atau keadaan udara yang terjadi di suatu daerah atau wilayah dalam periode tertentu. Cuaca terjadi dengan periode waktu yang singkat dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan kelembaban udara yang terjadi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Dapat disimpulkan bahwa cuaca dapat berbeda tempat dan berbeda waktu. Iklim merupakan kondisi atau keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas yang meliputi segala gejala-gejala cuaca di daerah tertentu dan kurun waktu yang lama (minimal 30 tahun). Iklim suatu tempat atau daerah ditentukan oleh sejumlah unsur iklim seperti suhu, lengas udara, curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran, matahari dan sebagainya (Daldjoeni 2014: 10-11). Kondisi iklim di setiap wilayah yang berbeda dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari diantaranya, pertanian, peternakan, kehutanan, kepariwisataan, perekonomian, dan perilaku masyarakat. Pengaruh iklim pada bidang pertanian yaitu sensitif terhadap kelebihan dan kekurangan air serta


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 59 adanya pergeseran musim dimana saat ini musim hujan dan kemarau tidak dapat diperkirakan karena adanya perubahan kondisi iklim secara global, ancaman yang terjadi dapat berupa banjir, kekeringan dan angin kencang serta adanya ledakan hama sehingga faktor tersebut dapat menjadi penurunan produktivitas dan ancaman lainnya yaitu gagal panen. Pengaruh iklim bagi peternakan yaitu dapat diketahui terhadap bentuk tubuh, insulasi pelindung atau kulit dan bulu, warna, tubuh bagian dalam/internal dan kesehatan serta produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diserap oleh ternak dari makanan, produksi panas dan disipasi panas hewan ternak kepada lingkungannya. Pengaruh iklim bagi kehutanan yaitu dapat mengubah kondisi hutan tersendiri seperti pengaruh suhu yang semakin tinggi mengakibatkan pohon-pohon kekurangan cadangan air sehingga kondisi pohon semakin lama semakin kering dan dapat mempengaruhi munculnya api dari daun dan batang pohon yang kering. Pengaruh iklim bagi kepariwisataan yaitu sangat erat hubungannya dengan lingkungan. Perubahan iklim akan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 60 memberikan pengaruh besar dalam pariwisata baik preferensi wisatawan akan daerah tujuan wisata manapun, berubahnya daya tarik wisata yang dimiliki destinasi berakibat juga pada perubahan pengelolaan destinasi pariwisata. Pengaruh iklim bagi perekonomian masyarakat yaitu adanya perubahan mata pencaharian masyarakat dimana masyarakat yang bertani karena faktor iklim yang berubah dan tidak dapat diprediksi seperti tahun sebelumnya sehingga adanya perubahan dan tidak dapat bertani maka beralih profesi lain selain tani, hal tersebut mempengaruhi perekonomian di masyarakat yang berubah. Iklim di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya tidak jauh berbeda dengan kondisi iklim di wilayah Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya. Sesuai dengan kondisi geografisnya, Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya termaksud kedalam kategori iklim tropis dengan suhu rata-rata harian mencapai 20°C - 27°C. Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia, karena curah hujan ini sangat mempengaruhi seluruh aktivitas manusia terutama dalam setiap kepala keluarga yang


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 61 membutuhkan sumber daya air. Memperjelas uraian tentang curah hujan di Desa Guranteng Kecamatan Pageurageun Kabupaten Tasikmalaya penulis menyajikan data curah hujan pada Tabel Penelitian ini menggunakan klasifikasi iklim berdasarkan pada klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson. Klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson sering disebut dengan Q model yang didasarkan atas indeks nilai Q, yang hanya menggunakan variabel curah hujan dengan rumus = − − ℎ 100% Keterangan : Bulan basah curah hujan > 100 mm Bulan kering curah hujan < 60 mm Bulan lembab curah hujan 60 – 100 mm Klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson dalam Daldjoeni (2014:159) di Indonesia terbagi menjadi 8 tipe iklim, yaitu diantaranya : 1) Iklim A, Kategori sangat basah dengan nilai Q = 0 – 14,3 % 2) Iklim B, Kategori basah dengan nilai Q = 14,3 – 33,3% 3) Iklim C, Kategori agak basah dengan nilai Q = 33,3 – 60% 4) Iklim D, Kategori sedang dengan nilai Q = 60 – 100%


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 62 5) Iklim E, Kategori agak kering dengan nilai Q = 100 – 167% 6) Iklim F, Kategori Kering dengan nilai Q = 167 – 300% 7) Iklim G, Kategori sangat kering dengan nilai Q = 300 – 700% 8) Iklim H, Kategori luar biasa kering dengan nilai Q = >700% Dengan demikian penulis dapat menentukan iklim di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya sebagai berikut : = − − ℎ 100% = , , 100% = 36,6% 36,6%


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG Grafik Klasifikasi Iklim berdasarkan banyaknya curah hujan pada setiap bulan (Schmidt-Ferguson) STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 63 Grafik Klasifikasi Iklim berdasarkan banyaknya curah hujan Ferguson)


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 64 Berdasarkan perhitungan pada Gambar diatas maka dapat diketahui iklim di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya tidak jauh berbeda dengan iklim di Kecamatan Cisayong termasuk dalam iklim C yaitu kategori agak basah dengan nilai Q = 36,6%. d. Kondisi Hidrologis Kehidupan manusia tidak dapat jauh dari sebuah salah satu elemen yaitu air. Air dapat tersedia secara alami melalui sebuah siklus yaitu siklus hidrologi dimana terdapat proses terjadinya sebuah perputaran air di udara hingga turun ke permukaan secara berkala sehingga air dalam keadaan tetap untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Air mengalir di permukaan melalui suatu lembah yaitu sungai maupun air yang keluar dari dalam tanah disebut mata air. Air dapat di dapat melalui sebuah pengeboran atau penggalian tanah pada kedalaman tertentu tergantung karakteristik sumber air tanah di suatu wilayah. Ilmu yang mempelajari tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui beberapa komponen yaitu


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 65 presipitasi, kondensasi, evaporasi/transpirasi dam infiltrasi/- perkolasi (Syarifudin 2017:1). Komponen siklus hidrologi tersebut diawali dari presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hutan batu (hail) yang berasal dari kumpulan awan. Awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus udara. Proses berikutnya yaitu kondensasi merupakan pengembunan uap air yang mengembang, mendingin, kemudian terkondensasi, biasanya ada pada partikel-partikel debu kecil di udara. Kondensasi dapat berubah menjadi cair kembali atau langsung berubah menjadi padat (es, salju, hujan dan batu (hail). Proses berikutnya yaitu evaporasi/transpirasi merupakan proses penguapan ketika air yang ada di laut, daratan, sungai, tanaman dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfer. Proses setelahnya yaitu infiltrasi atau perkolasi yaitu proses masuknya air kedalam tanah. Air bergerak kedalam tanah melalui celah-celah, pori-pori tanah dan batuan menuju permukaan tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler dan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 66 air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah sehingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Kondisi air di suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya sesuai dengan kondisi wilayah tersebut. Perbedaan ketersediaan air di suatu wilayah mencirikan suatu kehidupan masyarakat di wilayah tersebut. Kondisi air suatu wilayah dapat berupa perairan permukaan dan perairan bawah permukaan atau disebut air tanah. Kondisi hidrologi suatu wilayah berkaitan dengan kondisi topografi dan bentuk lahan. Kondisi tersebut mempengaruhi kekuatan suatu lahan dalam menerima, menyerap, menampung maupun mengalirkan air. Selain itu, kondisi air dengan adanya kondisi cuaca dan iklim di suatu wilayah dapat berpengaruh. Karena curah hujan sangat mempengaruhi intensitas debit keluaran air sungai maupun kondisi tanah. Sungai merupakan suatu sumber utama dalam kehidupan masyarakat di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti pengairan sawah, perkebunan, pertanian, dan lainnya.


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 67 Air permukaan dapat berbentuk sungai, danau, mata air, dam kolam/tegalan. Terdapat banyak air di Desa Guranteng yang digunakan untuk kebutuhan sehari hari. Desa Guranteng memiliki Hulu Sungai Ci Tanduy yang tepatnya berada pada Dusun Cikadu. Hulu Sungai Ci Tanduy yang berada pada Dusun Cikadu terdapat suatu bangunan tanggul air untuk menampung debit air yang berasal dari sumber mata air yang mengaliri Sungai Ci Tanduy. Tanggul tersebut dipergunakan sebagai sumber air, mengaliri air melalui saluran air untuk kebutuhan masyarakat hingga untuk pengairan sawah masyarakat. Aliran air Sungai Ci Tanduy pada wilayah lebih landai dibentuk beberapa saluran irigasi untuk persawahan dan aliran Sungai Ci Tanduy di pergunakan untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro Pesantren Suryalaya. Pemanfaatan air tanah di daerah Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya mempunyai kedalaman yang bervariasi yaitu sekitar kedalaman 5 meter sampai 10 meter dari permukaan tanah. Air tanah tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dengan cara pembuatan sumur galian ataupun sumur bor. Pengambilan air dilakukan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 68 dengan cara di timba atau menggunakan pompa air tenaga listrik. Sumber air yang berada di Desa Guranteng untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel. Tabel Sumber Air Bersih di Desa Guranteng No Sumber Air Jumlah 1. Mata Air 10 2. Sumur bor 635 3. Sungai/Anak sungai 11 Jumlah 656 Sumber : Data Monografi Desa Guranteng, 2019 e. Kondisi Tanah Tanah merupakan suatu elemen yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan secara mekanik, kimiawi maupun biologi. Menurut Utomo (2016) proses pelapukan batuan memiliki beberapa tahap yaitu: 1) Proses mekanik, faktor yang mempengaruhi proses mekanik yaitu suhu, erosi atau abrasi dan akar tanaman. Mineral penyusun batuan mempunyai respons yang berbeda terhadap suhu, yaitu respons pemuaian atau penyusutan. Perubahan suhu naik turun yang berulangulang dan dalam kurun waktu yang lama menyebabkan mineral-mineral saling memisahkan diri, sehingga batuan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 69 pecah. Semakin besar amplitudo perubahan suhu, maka semakin mudah faktor suhu memecah batuan. Proses pemuaian dan penyusutan permukaan batuan yang berulang-ulang dan dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan lapisan permukaan batuan akan terpisah dari bagian dalamnya, proses ini disebut eksfoliasi. 2) Proses kimiawi, proses ini terjadi pada mineral-mineral penyusun batuan. Proses kimiawi yang berperan dalam pelapukan adalah pelarutan, hidrasi, hidrolisis, karbonasi dan protonasi, reaksi pengkhelatan serta oksidasi dan reduksi. Ketahanan mineral terhadap proses kimia berbeda-beda antar mineral. Ada mineral yang tahan pelapukan yang dikenal sebagai mineral resistan, dan ada mineral yang tidak tahan pelapukan yang dikenal dengan mineral mudah hancur. Proses pelarutan lebih mudah terjadi pada batuan yang mudah larut seperti batu kapur disebabkan karena adanya intensitas curah hujan yang terus menerus menyebabkan batu kapur mudah larut sedangkan pada daerah kering batu kapur tidak mudah hancur. Proses tersebut dinamakan proses hidrasi dimana merupakan beraksinya air dengan mineral yang ada di


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 70 dalam tanah, proses ini menyebabkan mineral menjadi lunak. 3) Proses biologi merupakan proses adanya makhluk hidup bisa membantu dan mempercepat proses pelapukan mekanik maupun kimia. Sebagai contoh lumur lumutan tumbuh diatas batuan dapat menghasilkan lingkungan mikro yang lebih basah sehingga proses pelapukan kimiawi lebih dipercepat. Makhluk hidup termaksud lumut dan akar tumbuhan dapat menghasilkan senyawa khelat dan senyawa asam yang mampu memacu proses pelapukan kimiawi (Brady dan well, 2008 dalam Utomo 2016: 28- 31). Dari proses pelapukan batuan tersebut melalui beberapa tahapan seperti tahapan pelapukan dengan proses mekanik, kimiawi dan biologis. Faktor pembentukan tanah yaitu meliputi iklim, batuan induk, organisme, relief, dan waktu. Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari jenis tanah yaitu tanah alluvial dan latosol. Peta Jenis Tanah di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Gambar


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 71 Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang berasal dari suatu pasir halus yang mengalami suatu pengendapan (sedimentasi) yang disebabkan oleh aliran sungai. Tanah alluvial dikategorikan sebagai tanah muda karena masih belum mengalami proses perkembangan lebih lanjut dari bahan induknya yang terkikis melalui aliran sungai. Tanah alluvial di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dipengaruhi oleh adanya sumber mata air aliran sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, lahan pesawahan dan pemukiman. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang sering kali dijumpai pada daratan di Indonesia, terbentuk karena adanya pelapukan batuan beku yang bersumber dari gunung selain itu dapat terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf secara kimiawi, secara fisika ataupun secara organik oleh organisme hidup yang membantu proses pelapukan tersebut hingga menjadi tanah. Tanah latosol di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dipengaruhi oleh letak geografis yang berada pada kawasan Gunung Cakrabuana dan pemanfaatan tanah latosol di Desa Guranteng oleh masyarakat untuk menanam tanaman


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 72 palawija, albasia maupun tanaman lain seperti kopi, alpukat, jampu dan mengkudu. STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG palawija, albasia maupun tanaman lain seperti kopi, alpukat,


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 73 F. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Karakteristik Responden a. Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel. Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Laki-Laki 15 37,5% 2. Perempuan 25 62,5% Jumlah 40 100 Sumber: Hasil penelitian penulis, 2020 Berdasarkan Tabel dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jumlah responden dalam penelitian yang dilakukan di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yaitu perempuan dengan jumlah 25 responden dengan persentase 62,5% dan jumlah responden laki-laki sebanyak 15 responden atau dengan persentase 37,5%. Perbandingan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar.


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 74 Gambar Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin b. Berdasarkan Usia Karakteristik responden berdasarkan usia di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya, dengan jumlah usia produktif dan usia tidak produktif responden. Berikut merupakan data karakteristik responden berdasarkan usia pada Tabel. Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia Jumlah Frekuensi Persentase (%) 1. 25-29 2 5 2. 30-34 3 7,5 3. 35-39 10 25 4. 40-44 15 37,5 Laki-Laki 37% Perempuan 63% Laki-Laki Perempuan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 5. 45-49 5 12,5 6. 50-54 2 5 7. 55-59 3 7,5 Jumlah 40 Sumber : Hasil penelitian penulis, 2020 Tabel dapat disimpulkan bahwa responden menurut karakteristik umur mayoritas merupakan umur 40 dengan persentase 37,5% dan responden dengan persentase terkecil yaitu pada usia 25-29 tahun dengan persentase 5% dan usia 50-54 tahun dengan persentase 5%. Perbandingan karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar Gambar Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 5% 37% 13% 5% 8% 25-29 30-34 35-39 40-44 45 STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 75 12,5 7,5 100 ber : Hasil penelitian penulis, 2020 dapat disimpulkan bahwa responden menurut karakteristik umur mayoritas merupakan umur 40-44 tahun dengan persentase 37,5% dan responden dengan persentase 29 tahun dengan persentase 5% 54 tahun dengan persentase 5%. Perbandingan karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 7% 25% 45-49 50-54 55-59


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 76 c. Berdasarkan Mata Pencaharian Karakteristik responden berdasarkan mata pencaharian di Desa Guranteng, terdapat beberapa karakteristik mata pencaharian yaitu ibu rumah tangga, pedagang, petani, peternak, guru, dan PNS. Mata pencaharian tersebut yang menjadikan sebuah usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan dalam kontribusi aktivitas di masyarakat. Mata pencaharian responden di Desa Guranteng dapat dilihat pada Tabel dan Gambar. Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Ibu Rumah Tangga 15 37,5 2. Pedagang 8 20 3. Petani 10 25 4. Peternak 3 7,5 5. Guru 1 2,5 6. PNS 3 7,5 Jumlah 40 100 Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2020


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 77 Gambar Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Berdasarkan Tabel dan Gambar dapat diketahui mata pencaharian masyarakat dengan persentase dominan yaitu ibu rumah tangga dengan jumlah 15 responden dan persentase sebesar 37,5%. Responden petani dengan jumlah 10 responden dengan persentase 25%. Responden pedagang dengan jumlah 8 dengan persentase sebesar 20%. Responden peternak dan PNS dengan banyak masing-masing 3 dan persentase sebesar 7,5%. Responden guru dengan jumlah 1 responden dan persentase sebesar 2,5%. e. Berdasarkan Status Kependudukan Karakteristik responden di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan status kependudukan yang diterbitkan oleh Dinas yang mempunyai kekuatan Hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan 37.5 20 25 7.5 2.5 7.5 Ibu Rumah Tangga Pedagang Petani Peternak Guru PNS


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 78 dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil meliputi KTP, KK Biodata, Surat kependudukan dan Akta pencatatan sipil dapat dilihat pada Tabel dan Gambar. Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan N o Status Kependudukan Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Penduduk Asli 37 92,5 2. Penduduk Pendatang 3 7,5 Jumlah 40 100 Sumber : Hasil penelitian penulis, 2020 Gambar Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan Berdasarkan Tabel dan Gambar dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk responden merupakan penduduk asli Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah 37 responden dan persentase 92.5 7.5 Penduduk Asli Penduduk Pendatang


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 79 sebesar 92,5%. Penduduk pendatang dengan jumlah sebanyak 3 responden dan persentase sebesar 7,5%, masing-masing berasal dari Bandung dan Kecamatan Ciawi dan menetap di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya baru ±1-10 tahun. f. Berdasarkan Pendidikan Terakhir Karakteristik responden di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel. Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Status Pendidikan Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. SD/Sederajat 25 62,5 2. SMP/Sederajat 7 17,5 3. SMA/Sederajat 6 15 4. Perguruan Tinggi (S1) 2 5 Jumlah 40 100 Sumber : Hasil penelitian penulis, 2020 Berdasarkan Tabel bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir yaitu Sekolah Dasar (SD)/Sederajat berjumlah 25 responden dengan persentase sebesar 62,5%. Responden Pendidikan Sekolah Menegah Pertama


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 80 (SMP)/Sederajat berjumlah 7 responden dengan persentase 17.5%. Responden Pendidikan terakhir Sekolah Menegah Atas (SMA) berjumlah 6 responden dengan persentase sebesar 15%. Responden Pendidikan Perguruan Tinggi (S1) berjumlah 2 responden dengan persentase sebesar 5%. Persentase perbandingan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar Gambar Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir f. Pengetahuan Responden Terhadap Program Ecovillage Pengetahuan responden tentang ProgramEcovillage di Desa Guranteng dapat dilihat pada Tabel dan Gambar. 62.5 17.5 15 5 SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 81 Tabel Pengetahuan Responden terhadap ProgramEcovillage No Alternatif Jawaban Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Mengetahui 15 37,5 2. Kurang mengetahui 19 47,5 3. Tidak tahu sama sekali 6 15 Jumlah 40 100 Sumber: Hasil penelitian penulis,2020 Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan yaitu 40 responden. Terdapat 15 responden dengan persentase 37,5% mengetahui Program Ecovillage. Responden kurang mengetahui adanya Program Ecovillage berjumlah 19 responden dengan persentase47,5% kurang mengetahui adanya program Ecovillage, masyarakat mengikuti program yang dilaksanakan namun kurang mengetahui kegiatan yang dilakukannya merupakan bagian dari program Ecovillage. Kemudian responden yang tidak tahu sama sekali dengan adanya Program Ecovillage yaitu sebesar 6 responden dengan persentase 15%. Perbandingan pengetahuan responden terhadap program Ecovillage dapat dilihat pada Gambar.


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 82 Gambar Pengetahuan Responden terhadap Program Ecovillage g. Alasan Responden yang tidak mengetahui Program Ecovillage Alasan responden yang tidak mengetahui tentang Program Ecovillage di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yaitu karena beberapa faktor, yaitu dapat dilihat pada Tabel Tabel Alasan Responden Tidak Mengetahui Program Ecovillage No Alternatif Jawaban Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Kurang sosialisasi 2 33,3 2. Tidak mau tahu 0 0,0 3. Lainnya : Tidak tau penyebutan nya 4 66,7 Jumlah 6 100 Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2020 37,5% [VALUE]% [VALUE]% 0 10 20 30 40 50 Mengetahui Kurang mengetahui Tidak tahu sama sekali


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG Berdasarkan Tabel bahwa jumlah responden yang tidak mengetahui tentang Program Ecovillage responden. Alasan tidak mengetahui Program responden dengan persentase 33,3% beralasan kurangnya sosialisasi dan 4 responden beralasan tidak tahu penyebutan nya namun masyarakat mengetahui tentang kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh pengurus Ecovillage di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Perbandingan al tidak mengetahui Program Ecovillage Gambar. Gambar Alasan Responden Tidak Mengetahui Program Ecovillage 33.3 66.7 0.00% STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 83 Berdasarkan Tabel bahwa jumlah responden yang tidak Ecovillage sebanyak 6 responden. Alasan tidak mengetahui Program Ecovillage, 2 responden dengan persentase 33,3% beralasan bahwa kurangnya sosialisasi dan 4 responden beralasan tidak tahu penyebutan nya namun masyarakat mengetahui tentang kegiatan yang diprogramkan oleh pengurus di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Perbandingan alasan responden Ecovillage dapat dilihat pada Alasan Responden Tidak Mengetahui Program 0.00% Kurang sosialisasi Tidak mau tahu Lainnya : Tidak tau penyebutannya


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 84 h. Keaktifan Responden dalam Mengikuti Program Ecovillage Keaktifan responden dalam mengikuti Program Ecovillage dapat dilihat pada Tabel dan persentase keaktifan responden dalam mengikuti kegiatan Program Ecovillage dapat dilihat pada Gambar Tabel Keaktifan Masyarakat dalam Mengikuti Program Ecovillage No Alternatif Jawaban Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Ya, aktif 25 62,5 2. Kurang aktif 15 37,5 3. Tidak aktif sama sekali 0 0 Jumlah 40 100 Sumber: Hasil penelitian penulis, 2020 Berdasarkan Tabel bahwa jumlah responden berjumlah 40 responden. Responden aktif berjumlah 25 responden dengan persentase 62,5%. Kemudian responden kurang aktif berjumlah 15 responden dengan persentase 37,5% dan tidak ada sama sekali yang tidak mengikuti Program Ecovillage.


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 85 Gambar Keaktifan Responden dalam Mengikuti Program Ecovillage i. Lamanya Responden Mengikuti Program Ecovillage Lamanya responden mengikuti Program Ecovillage di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel dan Gambar Tabel Lamanya Responden Mengikuti Program Ecovillage No Alternatif Jawaban Jumlah Frekuensi (F) Persentase (%) 1. 2017 34 85 2. 2018 5 12,5 3. 2019 1 2,5 Jumlah 40 100 Sumber: Hasil penelitian penulis,2020 62.5 37.5 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Ya, aktif Kurang aktif Tidak aktif sama sekali Sales


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 86 Gambar Lamanya Responden Mengikuti Program Ecovillage Berdasarkan Tabel dan perbandingan responden dengan lamanya responden mengikuti Program Ecovillage pada Gambar. Dengan jumlah responden yaitu 40 responden, lamanya responden mengikuti Program Ecovillage yaitu, 34 responden dengan persentase 85% mengikuti sejak tahun 2017. Responden yang mengikuti sejak tahun 2018 sebanyak 5 responden dengan persentase 12,5%. Responden yang mengikuti Program Ecovillage sejak tahun 2019 sebanyak 1 responden dengan persentase 2,5%. j. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan proses suatu pelaksanaan lingkungan binaan, suatu kolaborasi hubungan antara lingkungan alam dan lingkungan manusia. Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk kegiatan dalam pemanfaatan lahan. 85 12.5 2.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2017 2018 2019


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 87 Pemanfaatan lahan dapat meliputi persawahan, perkebunan, pemukiman, perkantoran, peternakan dan lainnya. Penggunaan lahan memiliki perbedaan setiap wilayahnya, seperti contoh penggunaan lahan di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya berbeda dengan di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya akan berbeda, karena memperhatikan kebutuhan masing-masing wilayah. Penggunaan lahan di pedesaan digunakan untuk kehidupan interaksi sosial masyarakat dan pertumbuhan perekonomian. Kehidupan interaksi sosial masyarakat diantaranya seperti pemukiman, perkantoran, sekolah, peribadatan, rekreasi, olahraga dan organisasi. Sedangkan kehidupan pertumbuhan perekonomian masyarakat diantaranya seperti perdagangan, perniagaan, pertanian, perkebunan, dan peternakan. Adapun jenis-jenis penggunaan lahan di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya meliputi permukiman, pertanian, perkebunan, peternakan, rekreasi, hutan fasilitas sosial dan sebagainya dapat dilihat pada Tabel


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 88 Tabel Penggunaan Lahan di Desa Guranteng No Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 1. Permukiman 83,082 4 2. Hutan 473,977 21 3. Sawah 227,892 10 4. Perkebunan 91,96 5 5. Ladang 183,566 8 6. Semak Belukar 984,733 37 7. Rekreasi/wisata 7,30 0,1 8. Fasilitas Umum 25,70 0,13 9. Embung/Kolam 2,40 0,01 Jumlah Luas Lahan 1953,611 100 Sumber : Data Potensi Desa Guranteng, 2019 Tabel menunjukkan bahwa penggunaan lahan semak belukar dan hutan yang paling besar yaitu sebesar 37% dan 21% hal tersebut terjadi karena Desa Guranteng secara topografi merupakan kawasan pegunungan dan kemiringan lereng curam sehingga pemanfaatan lahan paling cocok yaitu untuk kawasan hutan dan semak belukar, kawasan hutan ini dikelola oleh Perhutani dan sebagian wilayah di kaki gunung dikelola oleh masyarakat. Pemanfaatan lahan lainnya terdapat pada kondisi daratan yang landai seperti sawah dengan persentase 10% sesuai dengan jenis tanah yang subur dan mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah petani, ladang dengan


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 89 persentase 8% ini terjadi karena jenis tanah yang cocok untuk ditanami oleh tanaman buah ataupun sayuran, perkebunan dengan persentase 5% mencakup perkebunan kopi, dan kelapa, permukiman dengan persentase 4% hal ini terjadi karena Desa Guranteng memiliki wilayah yang lebih landai untuk dapat dimanfaatkan menjadi bangunan. Pemanfaatan lainnya yaitu fasilitas umum sebesar 0,13% meliputi berbagai jenis fasilitas seperti diantaranya sekolah, puskesmas, posyandu, masjid, kantor desa, jalan, tempat pemakaman, lapang, dan lainnya. Pemanfaatan lainnya yaitu adanya rekreasi/wisata dengan persentase sebesar 0,1% yang terdapat di Desa Guranteng, hal tersebut dikarenakan Desa Guranteng secara morfologi berada pada wilayah pegunungan sehingga memiliki ketampakan alam yang indah dan dapat dijadikan lokasi rekreasi/wisata yang masih dalam tahap berkembang. Kemudian di pemanfaatan terakhir adalah embung dengan persentase 0,01%, di Desa Guranteng terdapat embung/kolam, embung terdapat di Dusun Tewel yang digunakan untuk menahan laju erosi yang terjadi karena adanya aliran air sungai disebabkan kondisi morfologi berada pada wilayah pegunungan dengan kemiringan lereng yang


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 90 tinggi dan sebagai tempat menampung air untuk ketersediaan konsumsi masyarakat dan terdapat kolam dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari Perbandingan persentase penggunaan lahan di Desa Guranteng dapat dilihat pada Gambar Gambar Persentase Penggunaan lahan di Desa Guranteng 2. Kondisi Demografi dan Sosial Ekonomi Demografi merupakan dinamika penduduk akibat dari perubahan-perubahan dalam jumlah, persebaran dan komposisi akibat dari peristiwa fertilitas, mortalitas, dan migrasi, perilaku penduduk secara kelompok bukan individu, perubahan perubahan penduduk disajikan dalam bentuk data statistik 4 21 10 8 5 37 0.1 0.13 0.01 STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG tinggi dan sebagai tempat menampung air untuk ketersediaan konsumsi masyarakat dan terdapat kolam-kolam kecil yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. n lahan di Desa Persentase Penggunaan lahan di Desa Guranteng Demografi merupakan dinamika penduduk akibat dari perubahan dalam jumlah, persebaran dan komposisi ibat dari peristiwa fertilitas, mortalitas, dan migrasi, perilaku penduduk secara kelompok bukan individu, perubahanperubahan penduduk disajikan dalam bentuk data statistik Permukiman Hutan Sawah Perkebunan Ladang Semak Belukar rekreasi Fasilitas Umum Embung/Kolam


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 91 (Siswono 2015:4). Kondisi demografi dan sosial ekonomi di daerah penelitian meliputi : a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk yang tinggal di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya adalah 7.562 jiwa. Dengan berdasarkan jenis kelamin, penduduk Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah 3.753 jiwa laki-laki dan jumlah penduduk perempuan dengan jumlah 3.809 jiwa. Luas wilayah Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yaitu 1953,611 Ha. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, maka dapat dihitung kepadatan penduduk di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Kepadatan penduduk menunjukkan arti bahwa banyaknya penduduk dalam suatu wilayah. Perhitungan kepadatan penduduk di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebagai berikut: 1) Kepadatan Penduduk Kasar Kepadatan penduduk kasar merupakan jumlah penduduk pada suatu wilayah dibagi dengan jumlah luas wilayahnya.


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 92 = Jumlah penduduk Luas wilayah = 7.562 jiwa 1953,611 Ha = 3,87 (dibulatkan menjadi 4 jiwa/Ha) Jadi kepadatan penduduk kasar di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yaitu ±4 jiwa/Ha, atau 4 orang penduduk dalam setiap 1 hektar (Ha) lahan. 2) Kepadatan Penduduk Fisiografis Kepadatan penduduk fisiografis adalah jumlah penduduk yang dapat dijamin kehidupannya oleh tiap kesatuan luas lahan heaktar (Ha) lahan produktif. = Jumlah penduduk Luas lahan pertanian = 7.562 jiwa 227,892 Ha = 3,3 (dibulatkan menjadi 3 jiwa/Ha) Jadi kepadatan penduduk fisiografis di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yaitu ± 3 jiwa/Ha, atau 3 orang penduduk setiap satuan hektar lahan pertanian.


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 93 3) Kepadatan Penduduk Agraris Kepadatan penduduk agraris merupakan jumlah penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan yang tersedia. = Jumlah Petani Luas Lahan Pertanian(sawah) = 2.423 227,892 Ha = 10,6 (dibulatkan menjadi 11 jiwa /Ha Jadi jumlah kepadatan penduduk agraris di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar ± 11 jiwa/Ha lahan pertanian. b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu secara umum (Siswono 2015 : 32). Komposisi penduduk Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan klasifikasi biologis yaitu jenis kelamin dan umur sebagai berikut :


STRATEGI PELESTARIAN DAS CI TANDUY DESA GURANTENG 94 1) Berdasarkan Usia Penduduk usia belum produktif di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 1.886 jiwa atau sekitar 25% dari jumlah penduduk di Desa Guranteng. Usia produktif di Desa Guranteng sebanyak 4.997 jiwa atau sekitar 66% dari jumlah penduduk di Desa Guranteng. Usia tidak produktif di Desa Guranteng sebanyak 679 jiwa atau sebanyak 9% dari jumlah penduduk di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Komposisi penduduk Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dapat diketahui pada Tabel dan Gambar Tabel Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia No Komposisi Usia Jumlah Persentase 1. 0-5 810 11 2. 6-12 542 7 3. 13-15 534 7 4. 16-19 528 7 5. 20-24 507 7 6. 25-29 514 7 7. 30-34 494 7 8. 35-39 498 7 9. 40-44 502 7 10. 45-49 483 6


Click to View FlipBook Version