The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-BOOK KONSERVASI FLORA DAN FAUNA YANG DILINDUNGI (1)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Khairul Hidayah, 2023-12-07 00:37:00

E-BOOK KONSERVASI FLORA DAN FAUNA YANG DILINDUNGI (1)

E-BOOK KONSERVASI FLORA DAN FAUNA YANG DILINDUNGI (1)

Keywords: Flora dan Fauna

Tumbuhan langka ini walaupun tidak terdaftar dalam IUCN Redlist namun melihat dari persebarannya yang endemik lokal dan tingkat kerusakan hutan yang semakin tinggi membuat populasi palem jawa terancam (Adquisiciones et al., 2019). LIPI dalam buku Seri Panduan Lapangan Tanaman Langka Indonesia yang memuat 200 spesies tumbuhan terancam dan langka di Indonesia memasukkan palem jawa sebagai salah satu tumbuhan langka. Selain itu pemerintah Indonesia juga telah menetapkan palem jawa sebagai salah satu dari 17 jenis palem yang dilindungi dalam PP Nomor 7 Tahun 1999. Status konservasi 95


Alasan perlunya Palem jawa harus tetap lestari meskipun rotan tersebut belum memiliki nilai secara ekonomi pada saat ini tetapi secara ekologi berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Given (1994) menyatakan bahwa terdapat alasan-alasan dilakukannya tindakan konservasi terhadap spesies tumbuhan yaitu nilai ekonomi tumbuhan, peran tumbuhan dalam pemeliharaan kelestarian lingkungan, nilai ilmiah dari tumbuhan, pilihan untuk masa depan, nilai budaya dan simbolik, inspirasi bagi masyarakat, nilai moral, dan hak tumbuhan untuk tetap hidup (Hermawan et al., 2012) . Konservasii Palem Jawa 96


Upaya konservasi Karena keberadaan palem jawa (ceratolobus glaucescens) yang teancam punah di alam, maka dilakukan upaya untuk menjaga atau dilakukan konservasi palem jawa (ceratolobus glaucescens) di luar habitat aslinya. Menurut damuri dalam buletin kew Vol. 34, budidaya palem jawa (ceratolobus glaucescens) mudah untuk dilakukan dan telah dilakukan upaya konservasi dengan cara mendistribusikannya ke seluruh kebun raya yang berada di dunia. Konservasi di luar habitat asli yang sudah dilakukan yaitu menabur benih palem jawa pada tahun 1971 di kebun raya bogor dan menghasilkan spesises palem jawa dengan tinggi satu meter pada tahun 1973 dan 1974. Palem jawa Ceratolobus glaucescens 97


Pemanfaatan Palem Jawa Keanekaragaman hayati di Indonesia yang tinggi merupakan peluang dalam mengembangkan penelitian etnobotani. Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan dalam etnobotani adalah palem yang termasuk dalam suku Arecaceae yang banyak tumbuh subur di kawasan tropis (Walujo, 1999). Arecaceae banyak dimanfaatkan dengan berbagai cara, seperti dianyam, diparut, dikeringkan, dan direbus. Daun, batang, buah dan bunga sering dimanfaatkan, sedangkan akar dan biji jarang dimanfaatkan (Nuryanti et al., 2019). Salah satu manfaat dari buah palem adalah bisa dijadikan sebagai obat cacing Palem jawa 98


Sayangnya palem jawa ini belum ditindaklanjuti dengan penelitian mendalam mengenai pemanfaatan dan pembudiyaan lebih lanjut. Semoga para cerdik pandai generasi selanjutnya tergerak untuk mengungkap manfaat dan cara menyelamatkan palem jawa dari kepunahan, mumpun tumbuhan endemik Jawa Barat nan langka ini belum punah. 99


Daftar Pustaka Adquisiciones, L. E. Y. D. E., Vigente, T., Frampton, P., Azar, S., Jacobson, S., Perrelli, T. J., Washington, B. L. L. P., No, Ars, P. R. D. a T. a W., Kibbe, L., Golbère, B., Nystrom, J., Tobey, R., Conner, P., King, C., Heller, P. B., Torras, A. I. V., To-, I. N. O., Frederickson, H. G., … SOUTHEASTERN, H. (2019). No Title. Duke Law Journal, 1(1). Hermawan, R., Hikmat, A., Kartono, A. P., Konservasi, D., Hutan, S., Fakultas, E., Institut, K., Bogor, P., Konservasi, B., Obat, T., Ekologi, B., & Satwaliar, M. (2012). ANALISIS FAKTOR EKOLOGI TUMBUHAN LANGKA ROTAN BEULA Ceratolobus glaucescens Blume DI CAGAR ALAM SUKAWAYANA SUKABUMI JAWA BARAT (Rare Plant Ecological Study of Rotan Beula Ceratolobus glaucescens Blume at Sukawayana Natural Reserve, Sukabumi, West Java). Agustus, 17(2), 94–110. Nuryanti, S., Linda, R., & Lovadi, I. (2019). Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae ( Palem-Paleman ) Oleh Masyarakat Dayak Randu Di Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi. Protobiont, 4(1), 128–135. https://alamendah.org/2011/04/27/palem-jawa-ceratolobus-glaucescens-rotan-endemik-jawa/ 100


Mengenal Hewan Kijang Dosen Pengampuh: Prof. Dr. Aceng Ruyani, M.S Nama : Pistira Npm : A1M021021 Kelas : 5 A TTL : Lais, 16 Desember 2002 Asal : Kaur Hobi : Membaca 101


Hewan kijang atau juga dikenal dengan nama rusa adalah hewan mamalia yang termasuk dalam keluarga Cervidae. Hewan ini umumnya ditemukan di berbagai belahan dunia seperti Asia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Afrika. Di Indonesia, hewan kijang banyak ditemukan di daerah hutan dan pegunungan. 102


Habitat Kijang Hewan kijang umumnya ditemukan di daerah hutan dan pegunungan dengan kelembapan yang cukup tinggi. Mereka membutuhkan habitat yang cukup luas dan beragam untuk mencari makanan dan berlindung dari predator. Di Indonesia, hewan kijang banyak ditemukan di berbagai daerah seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua. Mereka biasanya hidup di hutan-hutan yang masih alami dan belum terganggu oleh aktivitas manusia. Hewan kijang juga dapat ditemukan di beberapa taman nasional dan cagar alam di Indonesia, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Cagar Alam Way Kambas. Sebagai hewan herbivora, kijang membutuhkan berbagai jenis tumbuhan untuk mencari makanan. Oleh karena itu, habitat kijang juga harus menyediakan berbagai jenis tumbuhan seperti rumput, daun, tunas, dan buah-buahan. 103


Hewan kijang memiliki ciri khas berupa tanduk pada kepala yang tumbuh setiap tahun dan biasanya digunakan dalam ritual perang antar jantan dalam memperebutkan betina. Selain itu, hewan kijang juga memiliki bulu halus dan lembut yang sering dijadikan bahan pakaian atau hiasan. Kijang memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, tergantung pada jenis dan spesiesnya. Kijang jantan umumnya lebih besar dibandingkan dengan betina, dengan berat badan yang dapat mencapai 200 kg atau lebih. Sementara itu, kijang betina umumnya memiliki berat badan yang lebih kecil, yaitu sekitar 40-80 kg. Karakteristik Kijang 104


Hewan kijang merupakan hewan yang aktif di malam hari (nocturnal) dan menyukai lingkungan hutan dan pegunungan. Mereka adalah hewan herbivora yang biasanya makan rumput, daun, tunas, dan buah-buahan. Hewan kijang juga dikenal sebagai hewan yang lincah dan cepat dalam bergerak, sehingga sering dijadikan target berburu oleh para pemburu. Hewan kijang memiliki peran penting dalam ekosistem hutan, karena sebagai hewan herbivora, mereka membantu mengatur populasi tumbuhan dan memberikan sumber makanan bagi predator di hutan. Selain itu, hewan kijang juga sering dijadikan sebagai hewan peliharaan atau dibiakkan di kebun binatang. 105


Perilaku Hewan kijang dikenal sebagai hewan yang lincah dan cepat dalam bergerak. Mereka sering melompat-lompat ketika bergerak dan dapat berlari dengan kecepatan yang tinggi. Hewan kijang memiliki peran penting dalam ekosistem hutan, karena sebagai hewan herbivora, mereka membantu mengatur populasi tumbuhan dan memberikan sumber makanan bagi predator di hutan. 106


Perusakan habitat alami oleh aktivitas manusia seperti penebangan hutan, perkebunan, dan pemukiman manusia, telah mengancam kelangsungan hidup hewan kijang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikan habitat alami kijang agar mereka dapat bertahan hidup dan berperan penting dalam ekosistem hutan. Tantangan Konservasi 107


Organisasi internasional, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), menyatakan bahwa spesies kijang yang hidup dibeberapa negara termasuk satwa yang kurang mendapat perhatian dan belum tergolong sebagai satwa langka. Namun spesies kijang yang hidup di Indonesia telah berstatus dilindungi. Perlindungan terhadap kijang sebagai salah satu mamalia yang terancam punah, tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tanggal 27 Januari 1997 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi Status Konservasi 108


Konversi kawasan hutan kedalam bentuk perkebunan sawit sering dituduh sebagai salah satu faktor utama penyebab terjadinya deforestasi dan hilangnya keanekaragaman hayati di berbagai negara tropis (Donald, 2004). Ekspansi kebun sawit diduga akan terus berlangsung yang selanjutnya dapat mengakibatkan hilangnya hutan tropis (Wilcove & Koh, 2010). 109


Pemerintah Indonesia menetapkan kijang kuning sebagai spesies dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Kijang juga berpotensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan, karena menurut Semiadi (1986), kijang mempunyai prospek ekonomi yang baik. Meskipun perkembangan usaha peternakan kijang di Indonesia masih terbatas dibanding beberapa negara lainnya (Pattiselanno, 2003), tetapi mempunyai prospek yang menjanjikan 110


Hewan kijang memiliki ciri khas berupa tanduk pada kepala yang tumbuh setiap tahun dan biasanya digunakan dalam ritual perang antar jantan dalam memperebutkan betina. Selain itu, hewan kijang juga memiliki bulu halus dan lembut yang sering dijadikan bahan pakaian atau hiasan. Kijang memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, tergantung pada jenis dan spesiesnya. Kijang jantan umumnya lebih besar dibandingkan dengan betina, dengan berat badan yang dapat mencapai 200 kg atau lebih. Sementara itu, kijang betina umumnya memiliki berat badan yang lebih kecil, yaitu sekitar 40-80 kg. 111


Kesimpulan Kijang merupakan spesies satwa asli Indonesia, bersama anggota genus Muntiacus lainnya, dipercaya sebagai jenis rusa tertua. Kijang berasal dari dunia lama dan telah ada sejak 15–35 juta tahun yang lalu. Kijang memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga persistensi keanekaragaman hayati dan juga kestabilan ekosistem Hewan kijang merupakan hewan yang aktif di malam hari (nocturnal) dan menyukai lingkungan hutan dan pegunungan. 112


Daftar Pustaka Anwar, MN. 2015. Identifikasi Sistem Kopling Dan Transmisi Manual Pada Toyota Kijang Innova Tipe G. Tugas Akhir. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Hensen (1999) POLA PERILAKU HARIAN KIJANG (Muntiacus muntjak) DI KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA. S1 thesis, UAJY. https://faunatis.com/kijang Wilcove, David & Koh, Lian. (2010). Addressing threats to biodiversity from oil-palm agriculture. Biodiversity and Conservation. 113


Keajaiban Burung Rangkong: Penjaga Hutan yang Hebat 114


Biodata Nama : Ravilham Akbar Akbar Anugrah Karabet NPM: A1M021023 Kelas : 5A TTL : Girimula,10 Maret 2003 Asal : Girimulya,Bengkulu Utara Hobi : Fotografi 115


Keajaiban Burung Rangkong Nama Ilmiah :(Bucerotidae Nama Lokal : Rangkong Burung rangkong adalah penjaga hutan yang hebat. Mereka membantu menyebarkan biji-bijian dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Dengan paruhnya yang besar, mereka mampu membantu regenerasi hutan. 116


Paruh yang Kuat Paruh burung rangkong sangat kuat dan besar. Mereka mampu membuka buah-buahan yang sulit dijangkau oleh hewan lain. Dengan ini, mereka membantu menyebarkan biji-bijian ke seluruh hutan. 117


Penyebar Biji- Bijian Burung rangkong adalah penyebar biji- bijian yang efisien. Mereka memakan buah- buahan dan biji-bijian, lalu membuangnya di tempat lain. Hal ini membantu dalam regenerasi hutan. 118


Kerentanan Populasi Meskipun hebat, populasi burung rangkong rentan terhadap perburuan dan kehilangan habitat. Perlindungan terhadap mereka sangat penting untuk menjaga keseimbangan hutan. Burung rangkong (Bucerotidae) merupakan spesies dilindungi berdasarkan Undang-UndangNomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.119


Perlindungan hutan adalah kunci untuk melindungi burung rangkong. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem hutan, kita juga menjaga keberadaan burung rangkong dan biodiversitas lainnya. Burung rangkong (Bucerotidae) merupakan spesies dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Perlindungan burung rangkong 120


Kesimpulan Burung rangkong adalah penjaga hutan yang penting. Dengan peran mereka dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan, perlindungan terhadap mereka sangat diperlukan. 121


Mengenal Lebih Jauh Kodok Merah yang Dilindungi Nama Ilmiah : Leptophryne cruentata Nama Lokal : Kodok Merah 1 122


Biodata Nama : Aiza Sabina Putri Iskandar NPM : A1M021025 Kelas : 5A TTL : Manna, 13 April 2003 Asal : Manna, Bengkulu Selatan Hobi : Bersyukur 2 123


Kodok Merah (Leptophryne cruentata) 3 124


Kodok merah adalah salah satu hewan endemis Indonesia. Kodok merah termasuk hewan langka dan dilindungi karena keberadaannya sudah hampir punah. Kodok merah juga sering disebut dengan nama kodok darah. Nama "kodok merah" atau "kodok darah" diambil dari warna kulit kodok yang berwarna merah darah. Secara keseluruhan, warna kulit kodok darah adalah berwarna coklat tua dengan kombinasi bercak merah darah dan warna kuning terang. Tubuh kodok darah ramping. Panjang moncong lubang antara 25mm sampai 40mm pada kodok betina, sedangkan kodok jantan memiliki panjang moncon antara 20mm sampai 30mm. Habitat Kodok Merah (Leptophryne cruentata) 4 125


Status Konservasi Menurut (Mirza, 2013) Kodok merah (Leptophryne cruentata) sangat jarang dijumpai dan sudah termasuk kedalam daftar merah IUCN dengan status kritis. oleh karena itu status kodok merah di Indonesia dilindungi. Kodok merah hanya dapat ditemui di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 5 126


Peluang Penyebaran Kodok merah memiliki populasi yang jarang, endemik, habitatnya terbatas sehingga persebarannya sedikit. Kodok merah hanya dapat ditemui di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Sesuai dengan catatan Iskandar (1998) yang menyebutkan bahwa habitat Kodok Merah terdapat di sungai-sungai kecil atau sungai yang mengalir lambat di pegunungan. 6 127


Peluang Pemanfaatan Kodok merupakan sumber makanan yang diyakini bergizi tinggi juga lezat. Dengan jumlah protein sebesar 17,4 gr itu dipercaya bahwa kodok bisa menyembuhkan beberapa penyakit (Jazilatul Mu ’ awanah, 2019), seperti impostensipada pria, mencegah asma, sebagai antibiotic, mengobati kerusakan jantung, menjadi sumber protein hewani, bahkan bisa mengatasi kanker. 7 128


Tantangan Konservasi Adapun berbagai tantangan konservasi Kodok merah (Leptophryne cruentata) yang memengaruhi penurunan populasi kodok di antaranya adalah terdegradasinya habitat, infeksi jamur Batrachochytrium dendrobatidis dan perburuan untuk diperjual belikan. Kerusakan habitat berperan besar bagi keberlangsungan hidupnya, mengingat ia mendiami habitat spesifik yang sangat sesitif terhadap perubahan. 8 129


Kesimpulan Kodok merah merupakan salah satu hewan endemis Indonesia. Kodok merah termasuk hewan langka dan dilindungi karena keberadaannya sudah hampir punah, kodok merah sudah termasuk kedalam daftar merah IUCN dengan status kritis. Warna kulit kodok merah adalah berwarna coklat tua dengan kombinasi bercak merah darah dengan tubuh ramping panjang 25mm sampai 40mm. Jenis kodok merah biasa ditemui di daerah perairan dengan arus lambat serta aliran sungai kecil di pegunungan. 9 130


DAFTAR PUSTAKA Iskandar, D. T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi. Volume 2, Nomor 1. Mirza Dikari Kusrini.2013.Leptophryne cruentata di Selabintana, Tngp.Warta Herpeto Fauna.Volume VI, NO. 1. Mumpuni.2014.Keragaman Amfibi Dan Catatan Baru Katak Di Kawasan Wisata Guci, Provinsi Jawa Tengah.Jurnal Fauna Tropika. Volume 23, Nomor 1. Pramitama Bayu Saputro, Aldio Dwi Putra, Iwan Setiawan, Tedi Setiadi.2019.Potensi Distribusi Habitat yang Sesuai untuk Dua Spesies Endemik dan Sangat Terancam Dari Genus Leptophryne (Amphibia; Bufonidae) Di Jawa.Zoo Indonesia.Volume 28, Nomor 2. Salma Salfani, Wahyudin. 2022. Analisis Katak Sebagai Obat Kesehatan. Gunung Djati Conference. Vol. 8. 10 131


Terancamnya Badak Bercula Satu Dosen Pengampu :Prof.Drs. Aceng Ruyani, MS. 132


Biodata Nama : Khairul Hidayah NPM : A1M021027 Kelas : 5a TTL : Sukamaju, 22 februari 2002 Asal : Mukomuko, Bengkulu Hobi : Menonton Film 133


Badak Bercula Satu Rhinoceros sondaicus 134


Habitat Badak Jawa hidup di hutan-hutan tropis yang selalu hijau dengan curah hujan tinggi, di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah, dan dataran banjir yang luas dengan banyak kubangan lumpur. Badak jawa yang ada di Pulau Sumatera hanya ditemukan di hutan dataran rendah. Saat ini, Badak Jawa hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Tidak semua kawasan taman nasional menjadi habitat badak. Hewan ini hanya hidup di beberapa titik tertentu saja. Habitat yang terus berkurang mengakibatkan populasi badak ini semakin menurun. 135


Status Konservasi Internasional Badak bercula satu “ CR” Status Konservasi Nasional Badak bercula satu “ Terancam Kritis” Status Konservasi 136


Peluang Perbanyakan Taman Nasional Ujung Kulon Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan. Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di TamanNasional Ujung Kulon mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun 1820 dalam kutipan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2017(Rachman, 2022). 137


Lanjutan… Usaha Persiapan Habitat Kedua Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu merupakan habitat Badak Jawa. Jika habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, baik, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya. Habitat kedua bagi badak jawa harus didasarkan kepada preferensi habitat badak jawa di TNUK. Untuk mendapatkan.gambaran yang lebih jelas dan terperinci mengenai habitat.preferensi badak jawa perlu dilakukan analisis spasial. Statistika yang tepat. Dengan melakukan kedua analisis. tersebut akan diketahui keterkaitan badak jawa terhadap komponen habitat tertentu. Analisis tersebut dapat memberikan informasi yang penting dan akurat mengenai hahitat hadak jawa sehingga dapat mendukung pembuatan. keputusan yang baik. Selain itu, analisis tersebut tidak saja dapat pada menampilkan informasi mengenai kondisi habitat waktu tertentu tetapi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi terjadinya perubahan-perubahan berdasarkan. faktor ekologi dan sosial (Mamat Rahmat et al., 2012). 138


Peluang Pemanfaatan Banyak factor yang menyebabkan badak bercula satu mengalai penurunan jumlah populasi yang drastic, mulai dari factor alam (anomaly iklim,luasan hutan yang berkurang, habitat terganggu) dan factor manusia (perburuan dan pengambilan cula badak) Kulit badak sebagai baju baja dan penangkal racun Cula badak menjadi komoditas perdagangan sebagai obat tradisional Manfaat cula badak sebagai obat tradisional yaitu menjadi obat kanker dan obat kuat cukup dipercayai oleh masyarakat. Sayangnya anggapan tersebut belum dapat dibuktikan secara medis. Berdasarkan penelitan, cula badak mengandung manfaat kalsium dan melanin. Kandungan tersebut berdasarkan peneliti ilmiah menyatakan bahwa tidak ada yang istimewa. Kandungan itu mirip dengan yang dimiliki oleh kuku manusia. Jadi menurut penelitian yang dimuat Live Science, mengkonsumsi cula badak serupa dengan mengkonsumsi kuku manusia sehingga tidak memiliki sifat obat apapun. 139


Tantangan Konservasi Hilangnya habitat akibat lahan pertanian Habitat asli badak yang semakin hilang akibat pembukaan lahan pertanian yang semakin luas. Perburuan Liar Perburuan liar yang terus dilakukan oleh pemburu untuk diambil cula dan kulitnya tanpa memikirkan akibat kepunahan dari badak tersebut. Kekurangan Ruang Jelajah Ruang eksplore yang sempit akibat habitat yang semakin hilang. 140


Lanjutan… konservasi merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelestarian satwa.Tanpa konservasi akan menyebabkan rusaknya habitat alami satwa. Rusaknya habitat alami ini telah menyebabkan konflik manusia dan satwa. Konflik antara manusia dan satwa akan merugikan kedua belah pihak manusia rugi karena kehilangan satwa bahkan nyawa sedangkan satwa rugi karena akan menjadi sasaran balas dendam manusia (Rachman, 2022). Badak Jawa yang hidup berkumpul di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana alam dan lain sebagainya. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber akibat invasi tumbuhan langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng. Rentan penyakit, bencana alam akibat tinggal di satu kawasan Sumber akibat invasi tumbuhan langkap(arenga) Kompetensi dengan banteng Beberapa factor inilah yang menyebabkan populasi badak bercula satu semakin terancam. 141


Kesimpulan Badak Bercula Satu merupakan hewan yang “terancam keritis” Habitat Badak Bercula Satu sudak rusak dan populasi badak hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Peluang perbanyakan yang telah dilakukan dengan menjaga kelestarian taman nasional ujung kulon dan menyiapkan habitat keua bagi badak. Badak bercula satu punah akibat pemanfaatan cula badak yang dianggap dapat menadi obat tradisional serta kulit badak yang dimanfaatkan sebagai bahan baju baja untuk tantara. Tantangan konservasi yang dihadapi dalam kehidupan badak yaitu, hilangnya habitat badak, banyaknya perburuan liar, sempitnya ruang ekplore bagi badak, rentan penyakit dan bencana alam akibat tinggal di satu Kawasan, adanya akibat invasi tumbuhan langkap, serta persaingan benteng di satu Kawasan. Hal tersebut menyebabkan terancamnya populasi badak bercula.


Daftar Pustaka https://id.m.wikipedia.org/wiki/Badak_jawa Mamat Rahmat, U., Santosa, Y., Prasetyo, L. B., & Kartono, A. P. (2012). Habitat suitability modeling of javan rhino (rhinoceros sondaicus desmarest 1822) ujung kulon national park. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 18(2), 129–137. https://doi.org/10.7226/jtfm.18.2.129 Mujib, M. A., I, T. R. D., Hartono, D. P., Sumatera, B., Sumatera, B., Indochina, S., Sunda, S., Filipina, S., Selatan, B., Indochina, S., Rhino, I., Rhino, J., Rhino, S., & Rhino, J. (2016). ( a ) ( b ) ( c ) ( d ) ( e ). 1(1). Rachman, M. (2022). Konservasi Nilai Dan Warisan Budaya. Indonesian Journal of Conservation, 8(1), 30–39. Setiawan, H., & Tridjata, C. (2022). Javanese Rhino in Deformation Sclupture. 1(1), 6–12. Котлер, Ф. (2008). No TitleМаркетинг по Котлеру. 2(2), 282. 143


MENGENAL LEBIH DEKAT KETAM KENARI (Birgus Latro) HEWAN YANG DILINDUNGI PEMERINTAH INDONESIA Mata Kuliah : Pendidikan Konservasi Dosen Pengampuh : Prof. Aceng Ruyani 144


Click to View FlipBook Version