DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No. 10, Jakarta 12870 Indonesia Telp. : +62 - 21 8295608 Fax. : +62 - 21 8297642 Email : [email protected] Portal : https://www.minerba.esdm.go.id/ Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia dan Penyederhanaan Izin untuk Peningkatan Investasi Pedoman Pengusahaan Mineral dan Batubara Indonesia 2018
i Dengan senang hati kami sampaikan bahwa penerbitan Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia, 2018”, merupakan Edisi Kedua dari Buku yang telah diterbitkan pada tahun 2017. Kehadiran Buku ini tidak terlepas dari upaya kami – Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara – untuk menyebarluaskan data dan informasi subsektor pertambangan mineral dan batubara secara konsisten, berkesinambungan, dan terkini. Dengan terbitnya Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia, 2018”, kami berharap siapapun dapat terus mengikuti perkembangan yang terjadi pada subsektor pertambangan mineral dan batubara Indonesia, baik dalam konteks domestik maupun dalam kaitannya dengan pasar internasional. Dengan menyajikan data dan informasi terbaru yang diperoleh dari sumber data resmi (officials), serta analisis yang dibuat secara obyektif, kami yakin bahwa Buku ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi faktual subsektor minerba dalam lima tahun terakhir. Tak lupa, untuk melengkapi Buku ini kami sajikan pula informasi terkait penyederhanaan peraturan sampai dengan Agustus 2018. Hal ini penting kami sampaikan agar para pemangku kepentingan mengetahui kesungguhan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dalam memberikan pelayanan terbaik untuk kelancaran dan kemudahan, serta sekaligus dapat menjadi daya tarik bagi siapapun yang ingin berinvestasi di subsektor pertambangan mineral dan batubara. Semoga penerbitan buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia, 2018” ini dapat memberikan data dan informasi kepada para pemangku kepentingan mengenai kondisi dunia pertambangan mineral dan batubara Indonesia selama periode 2013 - 2017, serta mampu menjadi referensi bagi siapapun yang memerlukannya. Jakarta, 2018 Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Bambang Gatot Ariyono SAMBUTAN i Dengan senang hati kami sampaikan bahwa penerbitan Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” dan Buku “Pedoman Pengusahaan Mineral dan Batubara Indonesia, 2018” yang merupakan Edisi Kedua dari Buku yang telah diterbitkan pada tahun 2017. Kehadiran Buku ini tidak terlepas dari upaya instansi kami – Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara – untuk menyebarluaskan data dan informasi subsektor pertambangan mineral dan batubara secara konsisten, berkesinambungan dan terkini. Terbitnya Buku 1 terkait “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” dan Buku 2 terkait “Pedoman Pengusahaan Mineral dan Batubara Indonesia, 2018” memberikan informasi perkembangan yang terjadi pada subsektor mineral dan batubara Indonesia, baik dalam konteks domestik maupun dalam kaitannya dengan pasar internasional. Dengan menyajikan data dan informasi terbaru yang diperoleh dari sumber data resmi (officials), serta analisis yang dibuat secara obyektif, kami yakin bahwa Buku ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi factual subsektor mineral dan batubara dalam lima tahun terakhir dan memberi arah yang jelas bagi siapapun yang berminat menanamkan modalnya di subsektor mineral dan batubara di Indonesia. Tak lupa, untuk melengkapi Buku ini kami sajikan pula informasi terkait penyederhanan peraturan sampai dengan Agustus 2018. Hal ini penting kami sampaikan agar para pemangku kepentingan mengetahui kesungguhan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dalam memberikan pelayanan terbaik untuk kelancaran dan kemudahan, serta sekaligus dapat menjadi daya tarik bagi siapapun yang ingin berinvestasi di subsektor pertambangan mineral dan batubara. Semoga penerbitan Buku 1 “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” dan Buku 2 “Pedoman Pengusahaan Mineral dan Batubara Indonesia, 2018” dapat memberikan data dan informasi kepada para pemangku kepentingan mengenai kondisi dunia pertambangan mineral dan batubara Indonesia selama periode 2013-2017 dan dapat memberikan panduan investasi yang bermanfaat baik bagi para calon investor maupun bagi para pemangku kepentingan di subsektor mineral dan batubara, serta mampu menjadi referensi bagi siapapun yang memerlukannya. Jakarta, 2018 Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Bambang Gatot Ariyono
ii iii Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” memuat kondisi industri pertambangan mineral dan batubara Indonesia terkini, mulai dari aspek hulu (sumber daya dan cadangan) sampai dengan aspek hilir (pemasaran) berikut berbagai aspek yang terkait di dalamnya, seperti sumber daya manusia, lingkungan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan nilai tambah, regulasi, dan lain-lain. Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” ini merupakan edisi kedua, dengan tanpa mengalami banyak perubahan substansi dibandingkan edisi pertama. Edisi kedua ini hanya menambahkan data terbaru, berupa data tahun 2017, yang diikuti oleh analisis sesuai perkembangan yang terjadi. Tujuan penerbitan Buku juga tidak berubah dari edisi pertama, yaitu untuk melihat sampai sejauhmana pemanfaatan kekayaan sumber daya mineral dan batubara berkontribusi terhadap perekonomian nasional, perkembangan harga komoditas mineral dan batubara di pasar internasional berikut analisisnya yang memberi pengaruh kuat kepada tingkat produksi dan ekspor Indonesia, serta upaya-upaya apa yang telah dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dalam memberdayakan sumber daya mineral dan batubara untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut membantu, mulai dari pengumpulan data sampai penyusunan, sehingga Buku ini dapat selesai tepat waktu. Akhir kata, kami berharap agar Buku ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang memerlukannya. Kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi perbaikan Buku ini di masa mendatang. Jakarta, 2018 Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Muhammad Wafid A.N iii KATA PENGANTAR iii Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” memuat kondisi industri pertambangan mineral dan batubara Indonesia terkini, mulai dari aspek hulu (sumber daya dan cadangan) sampai dengan aspek hilir (pemasaran) berikut berbagai aspek yang terkait di dalamnya, seperti sumber daya manusia, lingkungan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan nilai tambah, regulasi, dan lain-lain. Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” ini merupakan edisi kedua, dengan tanpa mengalami banyak perubahan substansi dibandingkan edisi pertama. Edisi kedua ini hanya menambahkan data terbaru, berupa data tahun 2017, yang diikuti oleh analisis sesuai perkembangan yang terjadi. Tujuan penerbitan Buku juga tidak berubah dari edisi pertama, yaitu untuk melihat sampai sejauhmana pemanfaatan kekayaan sumber daya mineral dan batubara berkontribusi terhadap perekonomian nasional, perkembangan harga komoditas mineral dan batubara di pasar internasional berikut analisisnya yang memberi pengaruh kuat kepada tingkat produksi dan ekspor Indonesia, serta upaya-upaya apa yang telah dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dalam memberdayakan sumber daya mineral dan batubara untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut membantu, mulai dari pengumpulan data sampai penyusunan, sehingga Buku ini dapat selesai tepat waktu. Akhir kata, kami berharap agar Buku ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang memerlukannya. Kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi perbaikan Buku ini di masa mendatang. Jakarta, 2018 Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Muhammad Wafid A.N iii KATA PENGANTAR
ii Sesuai dengan sambutan Bapak Dirjen Mineral dan Batubara bahwa Buku 1 “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” memuat kondisi industri pertambangan mineral dan batubara Indonesia terkini, mulai dari aspek hulu (sumber daya dan cadangan) sampai dengan aspek hilir (pemasaran) termasuk berbagai aspek yang terkait di dalamnya, seperti sumber daya manusia, lingkungan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan nilai tambah, regulasi, dan lain-lain. Untuk Buku 2 yang menjelaskan “Pedoman Pengusahaan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” terkait peluang investasi di subsektor mineral dan batubara beserta dengan faktor-faktor pendukungnya dan dilengkapi dengan panduan tata cara berinvestasi sesuai dengan regulasi terbaru tahun 2018 yang diharapkan dapat memudahkan calon investor. Edisi tersebut merupakan edisi kedua yang menambahkan data terbaru, berupa data tahun 2017, diikuti analisis sesuai perkembangan yang terjadi. Tujuan penerbitan Buku juga tidak berubah dari edisi pertama, yaitu untuk melihat sampai sejauhmana pemanfaatan kekayaan sumber daya mineral dan batubara berkontribusi terhadap perekonomian nasional, perkembangan harga komoditas mineral dan batubara di pasar internasional berikut analisisnya yang memberi pengaruh kuat kepada tingkat produksi dan ekspor Indonesia, serta upaya-upaya apa yang telah dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dalam memberdayakan sumber daya mineral dan batubara untuk kesejahteraan masyarakat. Sedangkan buku Pedoman Pengusahaan Mineral dan Batubara Indonesia 2018 merupakan pemutakhiran dari edisi sebelumnya dengan penekanan pada proses deregulasi yang telah dilaksanakan oleh KESDM selama kurun waktu 2017-2018 dalam rangka penyederhanaan proses perijinan serta memotong mata rantai birokrasi untuk mendorong peningkatan investasi di Indonesia. Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut membantu, mulai dari pengumpulan data sampai penyusunan, sehingga Buku ini dapat diselesaikan. Akhir kata, kami berharap agar Buku ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang memerlukannya. Kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi perbaikan Buku ini di masa mendatang. Jakarta, 2018 Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Muhammad Wafid A.N iii Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” memuat kondisi industri pertambangan mineral dan batubara Indonesia terkini, mulai dari aspek hulu (sumber daya dan cadangan) sampai dengan aspek hilir (pemasaran) berikut berbagai aspek yang terkait di dalamnya, seperti sumber daya manusia, lingkungan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan nilai tambah, regulasi, dan lain-lain. Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” ini merupakan edisi kedua, dengan tanpa mengalami banyak perubahan substansi dibandingkan edisi pertama. Edisi kedua ini hanya menambahkan data terbaru, berupa data tahun 2017, yang diikuti oleh analisis sesuai perkembangan yang terjadi. Tujuan penerbitan Buku juga tidak berubah dari edisi pertama, yaitu untuk melihat sampai sejauhmana pemanfaatan kekayaan sumber daya mineral dan batubara berkontribusi terhadap perekonomian nasional, perkembangan harga komoditas mineral dan batubara di pasar internasional berikut analisisnya yang memberi pengaruh kuat kepada tingkat produksi dan ekspor Indonesia, serta upaya-upaya apa yang telah dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dalam memberdayakan sumber daya mineral dan batubara untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut membantu, mulai dari pengumpulan data sampai penyusunan, sehingga Buku ini dapat selesai tepat waktu. Akhir kata, kami berharap agar Buku ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang memerlukannya. Kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi perbaikan Buku ini di masa mendatang. Jakarta, 2018 Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Muhammad Wafid A.N iii KATA PENGANTAR iii Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” memuat kondisi industri pertambangan mineral dan batubara Indonesia terkini, mulai dari aspek hulu (sumber daya dan cadangan) sampai dengan aspek hilir (pemasaran) berikut berbagai aspek yang terkait di dalamnya, seperti sumber daya manusia, lingkungan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan nilai tambah, regulasi, dan lain-lain. Buku “Gambaran Pertambangan Mineral dan Batubara Indonesia 2018” ini merupakan edisi kedua, dengan tanpa mengalami banyak perubahan substansi dibandingkan edisi pertama. Edisi kedua ini hanya menambahkan data terbaru, berupa data tahun 2017, yang diikuti oleh analisis sesuai perkembangan yang terjadi. Tujuan penerbitan Buku juga tidak berubah dari edisi pertama, yaitu untuk melihat sampai sejauhmana pemanfaatan kekayaan sumber daya mineral dan batubara berkontribusi terhadap perekonomian nasional, perkembangan harga komoditas mineral dan batubara di pasar internasional berikut analisisnya yang memberi pengaruh kuat kepada tingkat produksi dan ekspor Indonesia, serta upaya-upaya apa yang telah dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dalam memberdayakan sumber daya mineral dan batubara untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut membantu, mulai dari pengumpulan data sampai penyusunan, sehingga Buku ini dapat selesai tepat waktu. Akhir kata, kami berharap agar Buku ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang memerlukannya. Kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi perbaikan Buku ini di masa mendatang. Jakarta, 2018 Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Muhammad Wafid A.N iii KATA PENGANTAR
iv
v SAMBUTAN............................................................................................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................................. iii DAFTAR ISI............................................................................................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .................................................................................................................................................................... viii RINGKASAN EKSEKUTIF.................................................................................................................................................. 1 DAFTAR ISTILAH................................................................................................................................................................. 2 1. PENDAHULUAN......................................................................................................................................................... 3 2. REGULASI SUBSEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA INDONESIA................... 5 3. SUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA INDONESIA ........................................... 7 A. Pengeluaran untuk Biaya Eksplorasi Mineral dan Batubara.......................................................... 7 B. Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia..................................................... 8 C. Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia..................................................... 9 D. Posisi Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia terhadap Dunia............................................ 20 4 TINJAUAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA INDONESIA.............................................. 23 A. Wilayah Pertambangan .................................................................................................................................. 23 B. Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang Clear and Clean, serta Izin Pertambangan Rakyat............................................................................................................................ 24 C. Kontribusi Pertambangan Mineral dan Batubara terhadap Perekonomian Indonesia.............................................................................................................................................................. 27 E. Investasi di Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara............................................................... 31 5. KOMODITAS PERTAMBANGAN UTAMA.......................................................................................................... 33 A. Peran Indonesia terhadap Produksi Mineral dan Batubara Global............................................. 33 B. Nikel ......................................................................................................................................................... 34 C. Timah....................................................................................................................................................... 37 D. Tembaga ................................................................................................................................................. 39 E. Bauksit, Alumina, dan Aluminium .............................................................................................. 41 F. Pasir Besi dan Bijih Besi.................................................................................................................. 43 G. Emas......................................................................................................................................................... 45 H. Perak........................................................................................................................................................ 46 I. Mangan.................................................................................................................................................... 47 J. Timbal ..................................................................................................................................................... 49 K. Batubara................................................................................................................................................. 50 6. SUMBER DAYA MANUSIA ....................................................................................................................................... 53 7. KESELAMATAN PERTAMBANGAN...................................................................................................................... 55 A. Jaminan Reklamasi ............................................................................................................................ 57 B. Jaminan Pascatambang.................................................................................................................... 57 8. LINGKUNGAN.............................................................................................................................................................. 57 9. PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ........................................................................ 59 10 PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL DAN BATUBARA.................................................................. 61 A. Penelitian dan Pengembangan .................................................................................................... 65 B. Pendidikan dan Pelatihan .............................................................................................................. 66 11. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN................................ 65 12. PENUTUP....................................................................................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................................. 71 DAFTAR ISI
vi Gambar 2.1. Bentuk Penyederhanaan Peraturan di Subsektor Mineral dan Batubara ......... 5 Gambar 3.1. Rencana dan Realisasi Biaya Eksplorasi Perusahaan Mineral dan Batubara .. 7 Gambar 3.2. Peta Sebaran Logam Komoditas Utama .......................................................................... 9 Gambar 3.3. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Nikel .......................................... 11 Gambar 3.4. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Timah........................................ 12 Gambar 3.5. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Tembaga .................................. 12 Gambar 3.6. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bauksit................................................ 13 Gambar 3.7. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi ............................................ 14 Gambar 3.8. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Logam Emas...................................... 14 Gambar 3.9. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Logam Perak..................................... 15 Gambar 3.10. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Mangan..................................... 16 Gambar 3.11. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Timbal ................................................. 16 Gambar 3.12. Perkembangan Sumber Daya Zirko ................................................................................... 17 Gambar 3.13. Peta Sebaran Batubara di Pulau Indonesia .................................................................... 18 Gambar 3.14. Perkembangan Sumber Daya Batubara Nasional 2015-2017................................ 19 Gambar 3.15. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Batubara PKP2B.............................. 20 Gambar 3.16. Persentase Cadangan Beberapa Komoditas Logam dan Batubara Indonesia terhadap Dunia........................................................................................................................... 21 Gambar 4.1. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDB Indonesia... 28 Gambar 4.2. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Subsektor Pertambangan Mineral dan Batubara............................................................................... 30 Gambar 4.3. Pajak Subsektor Mineral dan Batubara Tahun 2013 – 2017 .................................. 31 Gambar 4.4. Realisasi PNBP Subsektor Mineral dan Batubara 2013 – 2017 ............................ 31 Gambar 4.5. Realisasi Investasi Subsektor Mineral dan Batubara 2013-2017......................... 32 Gambar 5.1. Persentase Produksi Komoditas Logam dan Batubara Indonesia terhadap Dunia............................................................................................................................................... 33 Gambar 5.2. Harga Komoditas Logam Nikel Tahun 2014 – 2017................................................... 34 Gambar 5.3. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Bijih Nikel 2013 – 2017.... 35 Gambar 5.4. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Nikel Matte 2013 – 2017 . 35 Gambar 5.5. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Ferronikel 2013 – 2017.... 36 Gambar 5.6. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor NPI 2013 – 2017 ................. 37 Gambar 5.7. Harga Komoditas Logam Timah 2014 – 2017............................................................... 38 Gambar 5.8. Grafik Produksi dan Ekspor Logam Timah 2013 – 2017 ......................................... 38 Gambar 5.9. Harga Komoditas Logam Tembaga Tahun 2014 – 2017........................................... 39 Gambar 5.10. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Konsentrat Tembaga 2013 – 2017................................................................................................................................. 40 DAFTAR GAMBAR
vii Gambar 5.11. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor LogamTembaga 2013 – 2017................................................................................................................................. 40 Gambar 5.12. Harga Komoditas Logam Aluminium 2014 – 2017..................................................... 41 Gambar 5.13. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Bauksit 2013 – 2017 ......... 42 Gambar 5.14. Grafik Produksi dan Ekspor Alumina 2013 – 2017.................................................... 42 Gambar 5.15. Harga Patokan Ekspor Komoditas Besi 2014 – 2017 ................................................ 43 Gambar 5.16. Grafik Produksi dan Ekspor Bijih Besi dan Pasir Besi 2013 – 2017.................... 44 Gambar 5.17. Grafik Produksi dan Ekspor Konsentrat Besi 2013 – 2017..................................... 44 Gambar 5.18. Harga Komoditas Logam Emas 2014 – 2017................................................................. 45 Gambar 5.19. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Emas 2013 – 2017.............. 46 Gambar 5.20. Harga Komoditas Logam Perak 2014 – 2017................................................................ 46 Gambar 5.21. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Perak 2013 – 2017 ............. 47 Gambar 5.22. Harga Patokan Ekspor Komoditas Bijih Mangan 2014 – 2017.............................. 48 Gambar 5.23. Grafik Produksi dan Ekspor Mangan 2013 – 2017 ..................................................... 48 Gambar 5.24. Harga Komoditas Logam Timbal 2014 – 2017............................................................. 49 Gambar 5.25. Grafik Produksi dan Ekspor Konsentrat Timbal 2013 – 2017............................... 50 Gambar 5.26. Perkembangan Harga Acuan Batubara (HBA) Indonesia, 2011 – Awal 2018........ 51 Gambar 5.27. Grafik Produksi dan Penjualan Batubara 2013-2017................................................ 51 Gambar 6.1. Penyerapan Tenaga Kerja di SektorPertambangandan Penggalian, 2013 – 2017................................................................................................................................. 53 Gambar 7.1. Tingkat Kekerapan Kecelakaan (Frequency Rate) Tambang 2013 – 2017....... 55 Gambar 7.2. Jumlah Kecelakaan Tambang Tahun 2013 – 2017 ...................................................... 56 Gambar 8.1. Biaya Jaminan Reklamasi Sampai dengan Tahun 2017 ............................................ 57 Gambar 8.2. Biaya Jaminan Pascatambang Sampai dengan Tahun 2017.................................... 58 Gambar 9.1. Rencana dan Realisasi Biaya PPM Perusahaan Pertambangan Mineral, 2015 - 2017.................................................................................................................................. 59 Gambar 9.2. Rencana dan Realisasi Biaya PPM Perusahaan Batubara, 2015 - 2017............. 60 Gambar 10.1. Sebaran Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Indonesia ..................... 64
viii Tabel 2.1. Daftar Regulasi Hasil Deregulasi Bidang Mineral dan Batubara................................ 6 Tabel 3.1. Rincian Rencana dan Realisasi Biaya Eksplorasi Perusahaan Pertambangan Mineral................................................................................................................................................ 8 Tabel 3.2. Rincian Rencana dan Realisasi Biaya Eksplorasi Perusahaan Pertambangan Batubara Sumber Daya dan Cadangan Mineral................................................................. 9 Tabel 3.3. Neraca Sumber Daya dan Cadangan Komoditas Mineral Status 2017.................... 10 Tabel 3.4. Neraca Sumber Daya dan Cadangan Komoditas Mineral Bukan Logam Status 2017 ....................................................................................................................................... 10 Tabel 3.5. Data Sumber Daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Pulau, 2017 .................. 19 Tabel 3.6. Data Sumber Daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Kalori, 2017 ................. 19 Tabel 4.1. Jumlah IUP Mineral dan Batubara per Mei 2018.............................................................. 25 Tabel 4.2. Jumlah IUP Mineral dan Batubara sesuai Tahapan per Mei 2018............................. 26 Tabel 4.3. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)............................................................................................. 27 Tabel 4.4. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDB Indonesia (%)..... 28 Tabel 4.5. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDB Indonesia........ 29 Tabel 4.6. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Subsektor Pertambangan Mineral dan Batubara.................................................................................... 29 Tabel 4.7. Porsi Perimbangan Keuangan SDA Pertambangan Mineral dan Batubara............ 30 Tabel 5.1. Produksi Batubara Berdasarkan Pelaku Usaha, 2013 - 2017 ..................................... 52 Tabel 7.1. Capaian Kinerja Kekerapan Kecelakaan (Frequency Rate) 2015 – 2017............... 55 Tabel 9.1. Rencana dan Realisasi Biaya PPM Perusahaan Mineral Per Jenis Izin .................... 59 Tabel 9.2. Rencana dan Realisasi Biaya PPM Perusahaan Batubara Per Jenis Izin ................. 60 Tabel 10.1. Fasilitas Pemurnian Nikel*)....................................................................................................... 62 Tabel 10.2. Fasilitas Pemurnian Tembaga*)............................................................................................... 62 Tabel 10.3. Fasilitas Pemurnian Alumina*)................................................................................................ 62 Tabel 10.4. Fasilitas Pemurnian Besi*)......................................................................................................... 62 Tabel 10.5. Fasilitas Pemurnian Timbal dan Seng*)............................................................................... 63 Tabel 10.6. Fasilitas Pemurnian Mangan*)................................................................................................. 63 Tabel 10.7. Fasilitas Pemurnian Zirkon*).................................................................................................... 63 Tabel 10.8. Fasilitas Pemurnian Kaolin dan Zeolit*)............................................................................... 63 Tabel 11.1. Jenis Diklat Teknis dan Manajerial Tahun 2017................................................................ 67 Tabel 11.2. Jenis Sertifikasi Teknis dan Manajerial Tahun 2017....................................................... 68 DAFTAR TABEL
1 Selama periode 2013 – 2017, kondisi subsektor pertambangan mineral dan batubara Indonesia mulai menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari beberapa indikator, seperti produksi, penjualan dalam negeri, ekspor, investasi yang sudah beranjak naik pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2016. Faktor eksternal yang datang dari luar Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi dunia, terutama Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar produk komoditas tambang Indonesia, yang sudah membaik dan kebijakan berbagai negara yang berdampak positif pada peningkatan pemakaian produk hasil tambang, telah membuat pasar dunia lebih baik terutama dalam dua tahun terakhir. Sementara itu faktor internal yang muncul dari dalam negeri, antara lain penerapan kebijakan peningkatan nilai tambah mineral dan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, juga memberi ruang bagi peningkatan produk subsektor pertambangan mineral dan batubara pada khususnya dan pertumbuhan ekonomi nasional pada umumnya. Kontribusi subsektor pertambangan mineral dan batubara memang masih relatif kecil pada Produk Domestik Bruto Indonesia, yaitu di bawah 5% dan cenderung terus menurun hingga tahun 2016, namun mulai bergerak naik pada tahun 2017. Sebuah sinyal bagus bagi perkembangan subsektor pertambangan mineral dan batubara ke depan, yang tidak saja akan mampu memberikan sumbangan penerimaan negara, tetapi juga sangat bermanfaat bagi daerah-daerah penghasil komoditas tambang. Kenaikan kontribusi ini pada dasarnya tidak semata-mata disebabkan oleh faktor pasar – domestik dan internasional - yang terus menunjukkan tanda-tanda membaik, tetapi juga didorong oleh penyederhanaan regulasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sehingga mampu menarik minat calon investor untuk menanamkan modalnya di subsektor pertambangan mineral dan batubara. RINGKASAN EKSEKUTIF
2 DAFTAR ISTILAH uu = Undang-undang pp = Peraturan Pemerintah Permen ESDM = Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral KK = Kontrak Karya PKP2B = Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara IUP = Izin Usaha Pertambangan IUPOP = Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi IUPK = Izin Usaha Pertambangan Khusus IPR = Izin Pertambangan Rakyat IUJP = Izin Usaha Jasa Pertambangan WP = Wilayah Pertambangan WUP = Wilayah Usaha Pertambangan WPN = Wilayah Pencadangan Negara WPR = Wilayah Pertambangan Rakyat K3 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja PPM = Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat PNBP = Penerimaan Negara Bukan Pajak PMA = Penanaman Modal Asing BUMN = Badan Usaha Milik Negara PLTU = Pembangkit Listrik Tenaga Uap PNT = Peningkatan Nilai Tambah IPPKH = Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan PDB = Produk Domestik Bruto TKI = Tenaga Kerja Indonesia TKA = Tenaga Kerja Asing SDM = Sumber Daya Manusia IUP Daerah = Izin Usaha Pertambangan Daerah SKT = Surat Keterangan Terdaftar Smelter = Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian
3 S elama periode 2013 – 2017, perkembangan harga dan permintaan berbagai komoditas mineral dan batubara dunia menunjukkan grafik yang fluktuatif dengan kecenderungan tren menaik. Hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai memperlihatkan tanda-tanda membaik, terutama Tiongkok, yang disusul oleh keberhasilan beberapa negara dalam menerapkan kebijakan sebagai langkah antisipasi, yang pada akhirnya memberi efek pada peningkatan permintaan berbagai jenis komoditas mineral dan batubara secara global. Perbaikan ekonomi dunia secara otomatis memberikan dampak positif bagi Indonesia yang dikenal memiliki berbagai jenis sumber daya mineral dan batubara cukup besar, salah satu pemasok terbesar untuk komoditas mineral tertentu dan batubara bagi dunia, serta tengah berupaya membangun industri hilir berbasis mineral dan batubara dengan melaksanakan kebijakan peningkatan nilai tambah mineral. Artinya, pertumbuhan subsektor pertambangan mineral dan batubara di dalam negeri ikut mengalami peningkatan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari beberapa indikator yang memperlihatkan tren meningkat pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016, seperti aspek produksi, penjualan domestik, dan ekspor yang berujung peningkatan kontribusi subsektor pertambangan mineral dan batubara pada Produk Domestik Bruto (PDB), pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), investasi, dan lain-lain. Dengan kondisi ekonomi dunia yang diperkirakan akan membaik pada tahun 2018, maka Indonesia optimis pertumbuhan subsektor mineral dan batubara akan ikut terdorong untuk tumbuh dan berkembang lebih baik. 1. PENDAHULUAN
4
5 REGULASI SUBSEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA INDONESIA Sampai saat ini pengelolaan pertambangan mineral dan batubara masih menggunakan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 (UU No.4/2009) tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, meskipun harus sudah direvisi menyusul pemberlakuan UU No.23/2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU No.32/2004 perihal yang sama. Hal ini disebabkan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara telah mengalami perubahan; semula oleh pemerintah kabupaten/kota (UU No.32/2004), kini menjadi pemerintah provinsi (UU No.23/2014). Namun mengingat proses pergantian undang-undang memerlukan waktu yang cukup lama, maka Kementerian ESDM masih tetap memberlakukan UU No.4/2009 sepanjang tidak bertentangan dengan UU No.23/2014, khususnya Lampiran CC perihal Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Sub Urusan Mineral dan Batubara yang menghilangkan kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam mengelola pertambangan mineral dan batubara. Selama lebih dari delapan tahun sejak diberlakukannya UU No.4/2009, Pemerintah telah mengeluarkan berbagai Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM), terutama sebagai langkah penyesuaian terhadap undang-undang baru tersebut. Hal ini dimaksudkan agar usaha di subsektor ini memberikan kontribusi bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan pendapatan negara dan daerah dengan tetap memperhatikan kelestarian daya dukung lingkungan hidup. Khusus selama dua tahun terakhir, Ditjen Mineral dan Batubara memfokuskan diri untuk menyederhakan berbagai peraturan yang berlaku selama ini. Hal ini pada dasarnya tidak terlepas dari: 1) upaya memperbaiki pelayanan perizinan agar lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah sehingga mendukung iklim investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi; 2) percepatan menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi yang bersih melayani di lingkungan Ditjen Mineral dan Batubara dengan penataan peningkatan sistem pelayanan publik; 3) peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pemberian perizinan di bidang pertambangan mineral dan batubara. 01 . Penghapusan Izin Pengurangan Persyaratan Pencabutan Peraturan (Deregulasi) 03. 05 . 02. 04 . Penggabungan Izin Pengurangan Waktu Gambar 2.1. Bentuk Penyederhanaan Peraturan di Subsektor Mineral dan Batubara
6Terhitung sampai dengan April 2018, telah berhasil disusun tiga Permen ESDM dan sembilan Kepmen ESDM sebagai pedoman pelaksanaan yang terkait dengan pengelolaan pertambangan mineral dan Batubara (Tabel 2.1). Tabel 2.1. Daftar Regulasi Hasil Deregulasi Bidang Mineral dan Batubara No. Permen ESDM Mencabut Peraturan Kepmen ESDM (Pedoman Pelaksanaan) 1. Permen ESDM No.11/2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara* (Mencabut delapan regulasi dalam bentuk Permen, Kepmen, dan Perdirjen) *Diubah oleh Permen ESDM No.22 Tahun 2018 1. Kepmen ESDM No. 1453.K/29/MEM/2000 2. Permen ESDM No. 12/2011 3. Permen ESDM No. 28/2013 4. Permen ESDM No. 25/2016 5. Permen ESDM No. 15/2017 6. Permen ESDM No. 34 2017 7. Perdirjen Minerba No. 714.K/30/DJB/2014 8. Perdirjen Minerba No. 841.K/30/DJB/2015 1. Kepmen ESDM No. 1796 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan, Evaluasi, serta Penerbitan Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara 2. Kepmen ESDM No. 1798 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyiapan, Penetapan, dan Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan dan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus Mineral dan Batubara 3. Kepmen ESDM No. 1806 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja, dan Anggaran Biaya serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara 2. Permen ESDM No.25/2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara. (Mencabut sembilan regulasi dalam bentuk Permen dan Kepmen) 1. Permen ESDM No. 25/2008 2. Permen ESDM No. 34/2009 3. Permen ESDM No. 17/2010 4. Permen ESDM No. 33/2015 5. Permen ESDM No. 41/2016 6. Permen ESDM No. 05/2017 7. Permen ESDM No. 06/2017 8. Permen ESDM No. 28/2017 9. Permen ESDM No. 35/2017 1. Kepmen ESDM No.1823 K/30/MEM/2018 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, dan Pembayaran/Penyetoran PNBP 2. Kepmen ESDM No.1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) dan Pelaksanaan Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) 3. Kepmen ESDM No.1825 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pemasangan Tanda Batas WIUP/WIUPK Operasi Produksi 4. Kepmen ESDM No.1826 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pemberian Rekomendasi Ekspor Mineral Hasil Pengolahan dan/ atau Pemurnian 3. Permen ESDM No.26/2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara. (Mencabut enam regulasi dalam bentuk Permen dan Kepmen) 1. Permen ESDM No. 2/2013 2. Permen ESDM No. 7/2014 3. Permen ESDM No. 38/2014 4. Kepmen Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 5. Kepmen Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995 6. Kepmen ESDM No.1457K/28/MEM/2000 1. Kepmen ESDM No.1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik (Good Mining Practices). 2. Kepmen ESDM No.1828 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pengawasan Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan yang Dilakukan oleh Pejabat yang Ditunjuk. Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
7 SUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA INDONESIA A. Pengeluaran untuk Biaya Eksplorasi Mineral dan Batubara Sejak jatuhnya harga komoditas mineral pada tahun 2012, realisasi pengeluaran biaya eksplorasi pada periode 2013 – 2017, khususnya di daerah greenfield pada 32 perusahaan Kontrak Karya (KK), terus mengalami penurunan dari USD 77,1 juta pada tahun 2013 menjadi USD 875 ribu di tahun 2017 yang merupakan realisasi pengeluaran biaya eksplorasi terendah selama kurun tersebut (Gambar 3.1 A dan Tabel 3.1).Hal ini mungkin disebabkan industri pertambangan di Indonesia sedang berupaya meningkatkan efisiensi dengan memotong biaya pengeluaran operasional dan belanja modal, serta konsentrasi hanya kepada pengembangan cadangan mineral yang lebih mudah ditambang. Namun realisasi biaya eksplorasi untuk pengembangan (eksplorasi detil) meningkat tajam dari USD 44,6 juta pada tahun 2013 menjadi USD 88,9 juta pada tahun 2017. Realisasi terendah biaya eksplorasi detil terjadi pada tahun 2016 yakni sebesar USD12,3 juta, selanjutnya meningkat kembali di tahun 2017 (Gambar 3.1 A dan Tabel 3.1), sebagai dampak dari kenaikan harga beberapa komoditas mineral logam. Realisasi biaya eksplorasi dan pengembangan pada 48 perusahaan PKP2B pada periode 2013 – 2016, turun dari USD 49 juta menjadi USD 15,1 juta (Gambar 3.1 B dan Tabel 3.2). Hal ini disebabkan harga batubara mengalami penurunan pada tahun 2012 dan 2013, walau pada periode tersebut produksi batubara Indonesia tercatat meningkat. Selanjutnya realisasi biaya eksplorasi meningkat lagi pada tahun 2017 menjadi USD 38,8 juta, hal ini mungkin adanya peningkatan permintaan dari pembangkit listrik tenaga batubara (Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU) baru, dan kenaikan yang signifikan harga batubara termal di paruh kedua tahun 2016. Gambar 3.1. Rencana dan Realisasi Biaya Eksplorasi Perusahaan Mineral dan Batubara A B 160 114 81 36 115 122 92 148 27 90 - 50 100 150 200 2013 2014 2015 2016 2017 Juta USD Realisasi dan Rencana Biaya Eksplorasi Perusahaan Mineral Rencana Realisasi 78 19 18 34 71 49 15 13 15 39 0 50 100 150 200 2013 2014 2015 2016 2017 Juta USD Realisasi dan Rencana Biaya Eksplorasi Perusahaan Batubara Rencana Realisasi Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
8 Tabel 3.1. Rincian Rencana dan Realisasi Biaya Eksplorasi Perusahaan Pertambangan Mineral Tabel 3.2. Rincian Rencana dan Realisasi Biaya Eksplorasi Perusahaan Pertambangan Batubara B. Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia Sumber Daya dan Cadangan Mineral Berdasarkan hasil pemutakhiran data neraca sumber daya mineral logam oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi, Badan Geologi tahun 2018, terdapat penambahan jumlah lokasi potensi sebanyak 205 lokasi. Pemutakhiran jumlah lokasi potensi mineral logam sebanyak 1.658 lokasi pada tahun 2017, sedangkan pada tahun sebelumnya (2016) sebanyak 1.453 lokasi potensi mineral logam. Gambar 3.2 memperlihatkan sebaran beberapa jenis logam komoditas utama. Tabel 3.3.memperlihatkan sumber daya dan cadangan 11 komoditas mineral logam yang dianggap strategis dari 25 komoditas sumber daya mineral logam yang sudah dilakukan pemutakhiran data pada tahun 2017. Sementara Tabel 3.4.memperlihatkan sumber daya 11 komoditas mineral bukan logam yang dianggap strategis dari 56 komoditas yang dilakukan pemutakhiran data pada tahun yang sama. Tahun Rencana Biaya Eksplorasi & Pengembangan (USD) Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Sumber Daya Biaya Eksplorasi (Green field exploration) [USD] Biaya Pengembangan Sumber daya(Eksplorasi detail) [USD] Realisasi Biaya Eksplorasi + Pengembangan (USD) 2013 159,846,415.00 77,102,585.00 44,566,208.00 121,668,794.00 2014 114,012,818.00 45,562,509.00 46,889,821.00 92,452,329.00 2015 80,966,731.00 69,644,586.00 78,116,724.00 147,761,310.00 2016 36,146,264.00 15,182,673.00 12,282,414.00 27,465,088.00 2017 114,518,148.00 875,088.51 88,899,074.74 89,774,163.24 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018) Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018) Tahun Rencana Biaya Eksplorasi & Pengembangan (USD) Realisasi Biaya Eksplorasi & Pengembangan (USD) 2013 78,053,574 49,008,499 2014 18,498,175 15,519,893 2015 17,709,872 13,191,840 2016 34,413,240 15,076,509 2017 70,772,785 38,821,725
9 C. Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia Sumber Daya dan Cadangan Mineral Gambar 3.2. Peta Sebaran Logam Komoditas Utama Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018) Komoditi Mineral Logam / Metallic Mineral Commodities: ! Emas Plaser Placer Gold ( Emas Primer Primary Gold ! Perak Silver %U Platina Platinum " Bauksit Bauxite " Monasit Monazite " Air Raksa Mercury " Seng Zinc " Tembaga Copper " Timah Tin " Timbal Lead S Besi Laterit Laterite Iron S Besi Primer Primary Iron % Kobal Cobalt S Kromit Chromite %a Kromit Plaser Placer Chromite S Mangan Manganese S Molibdenum Molybdenum S Nikel Nickel S Pasir Besi Iron Sand " Titan Laterit Lateritic Titanium Titan Plaser Placer Titanium '] Xenotim Xenotime ']
10 Tabel 3.3. Neraca Sumber Daya dan Cadangan Komoditas Mineral Status 2017 Tabel 3.4. Neraca Sumber Daya dan Cadangan Komoditas Mineral Bukan Logam Status 2017 Sumber Daya dan Cadangan Bijih Nikel Selama periode 2013 – 2017, perkembangan sumber daya bijih nikel menunjukkan peningkatan; jika pada tahun 2013 jumlah sumber daya bijih nikel 3,5 miliar ton lebih, maka pada tahun 2017 meningkat mendekati 7 miliar ton. Sebuah kenaikan hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Peningkatan cadangan bijih nikel jauh lebih besar, hampir tiga kali lipat, dari 1,17 miliar ton (2013) menjadi kurang lebih 3,16 milar ton (2017) (Gambar 3.3). Peningkatan sumber daya dan cadangan ini diindikasikan seiring dengan meningkatnya harga rata-rata nikel dunia pada tahun 2016 – meskipun pada semester pertama tahun 2017 mengalami penurunan karena kelebihan pasokan – yang mendorong upaya untuk mencari dan menemukan sumber daya dan cadangan baru. Sebagai hasil dari pelarangan ekspor No. Komoditas Sumber Daya (ton) Cadangan (ton) Bijih Logam Bijih Logam 1 Nikel 6,853.85 92.45 3,159.50 62.35 2 Timah 3.23 0.30 0.90 0.10 3 Tembaga 12,555.53 44.88 2,857.82 24.22 4 Bauksit 3,047.26 1,387.22 1,604.23 732.21 5 Besi Laterit 3,348.22 1,184.68 531.44 137.61 6 Besi Primer 2,534.96 501.84 976.67 138.70 7 Besi Sedimen 2,899.24 1,311.48 - - 8 Pasir Besi 4,076.36 727.62 813.14 356.66 9 Emas Aluvial 1,608.88 0.0001 7.03 0.0000 10 Emas Primer 8,846.75 0.0068 4,670.13 0.0039 11 Perak 6,595.19 0.8392 2,842.91 0.0057 12 Mangan 61.63 28.30 87.24 43.13 13 Timbal 461.50 11.22 11.53 0.98 Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018) Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018) No. Komoditas Sumber Daya (Juta ton) Total Sumber Daya Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur (Juta ton) 1 Batugamping 555,957.23 107,344.18 7,141.26 2,297.26 672,739.93 2 Pasirkuarsa 18,715.57 169.21 619.79 117.61 19,622.18 3 Batuan kalium 99.50 1,707.17 306.25 31.45 2,144.37 4 Fosfat 19.11 0.06 4.13 0.03 23.33 5 Dolomit 2,433.84 666.96 4,837.11 - 7,937.91 6 Ultrabasa 42,420.12 51,220.48 15,167.92 - 108,808.52 7 Pasir zirkon 5.03 - 0.65 - 5.68 8 Kaolin 1,253.82 51.53 97.15 12.19 1,414.69 9 Felspar 5,689.88 4,321.03 427.59 1.50 10,440.00 10 Zeolit 236.08 113.10 136.61 27.00 512.79 11 Bentonit 501.19 279.06 58.25 - 838.50
11 bijih nikel Indonesia dan Filipina menutup hampir setengahnya tambang nikel, serta audit lingkungan di kedua negara tersebut, perlahan-lahan harga nikel pulih kembali pada paruh kedua tahun 2017, dan menggairahkan kembali kegiatan eksplorasi. Peningkatan eksplorasi juga dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan produksi stainless steel Tiongkok pada paruh kedua tahun 2017, selain adanya kendala pasokan dari Australia. Pengembangan kegiatan eksplorasi nikel di Indonesia akan menjadi salah satu kunci dalam menentukan pergerakan harga nikel di masa depan, karena Indonesia merupakan salah satu negara eksportir nikel terbesar di dunia. Dalam jangka panjang, harga nikel mungkin juga didukung oleh potensi peningkatan permintaan, seperti memenuhi pertumbuhan kebutuhan nikel untuk baterai penyimpan kendaraan listrik. Nikel sendiri adalah salah satu elemen kunci dalam pembuatan baterai yang dibutuhkan oleh sebagian besar produsen kendaraan listrik di dunia. Sumber Daya dan Cadangan Timah Sumber daya dan cadangan timah tercatat meningkat pada periode 2013 – 2017; sumber daya bijih timah meningkat hampir 1,5 kali lipat, sementara cadangannya meningkat cukup tajam, yakni lebih dari 3 kali lipat (Gambar 3.4). Peningkatan cadangan timah tidak terkait dengan pergerakan harga timah yang menunjukkan stagnan pada tahun 2016 – 2017, tetapi lebih karena faktor harga timah yang memang tinggi dibandingkan harga logam yang lain. Gambar 3.3. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Nikel 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 3.565,48 3.711,59 5.658,30 6.233,65 6.853,85 Cadangan 1.168,11 1.153,23 2.126,46 3.155,67 3.159,50 - 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 Juta ton Sumber Daya dan Cadangan Bijih Nikel Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
12 Sumber Daya dan Cadangan Tembaga Selama periode 2013 – 2017, sumber daya bijih tembaga mengalami penurunan sebesar 28%. Meski sempat naik pada tahun 2014, sumber daya terus turun sampai dengan tahun 2017. Cadangan bijih tembaga juga mengalami penurunan, dengan pola sedikit berbeda dibandingkan sumber dayanya; turun pada tahun 2014, cadangan kemudian naik pada tahun 2015 dan 2016, tetapi turun lagi pada tahun 2017 (Gambar 3.5). Hal ini mungkin akibat negosiasi yang berlarut-larut antara Freeport-McMoran – sebagai pemilik PT Freeport Indonesia dan penghasil konsentrat tembaga terbesar di Indonesia – dengan pemerintah mengenai divestasi saham dan perubahan perizinan dari Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan khusus (IUPK), sehingga menurunkan minat PT Freeport Indonesia untuk melakukan kegiatan eksplorasi. Gambar 3.4. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Timah Gambar 3.5. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Tembaga 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 2.259.286 2.608.606 2.777.409 2.974.583 3.226.741 Cadangan 272.847 281.956 572.349 905.995 897.615 0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 Ton Sumber Daya dan Cadangan Bijih Timah Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018) 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 17.517,8 18.284,5 15.938,5 13.697,4 12.555,5 Cadangan 3.133,00 2.719,65 3.031,95 3.076,25 2.857,82 - 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00 14.000,00 16.000,00 18.000,00 20.000,00 Juta ton Sumber Daya dan Cadangan Bijih Tembaga Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
13 Sumber Daya dan Cadangan Bauksit Pada periode 2013 – 2017, sumber daya dan cadangan bauksit mengalami peningkatan cukup besar; sumber daya meningkat 2,4 kali lipat, sementara cadangannya 2,7 kali lipat. Kenaikan sumber daya dan cadangan yang cukup fantastis terjadi pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 (Gambar 3.6). Rencana pembangunan pabrik alumina di dalam negeri dan stabilitas harga aluminium dunia menjadi faktor penyebab meningkatnya sumber daya dan cadangan bauksit di dalam negeri. Selain itu penangguhan larangan ekspor terhadap bauksit tercuci (washed bauxite) menggairahkan kegiatan eksplorasi sekaligus berdampak kepada peningkatan sumber daya dan cadangan mineral bauksit. Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Sumber daya dan cadangan bijih besi primer mengalami peningkatan pada periode 2013 – 2017. Setelah turun pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013, sumber daya dan cadangan terus meningkat cukup signifikan hingga tahun 2017 (Gambar 3.7). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya permintaan bijih besi untuk kebutuhan sektor konstruksi dan infrastruktur di dalam negeri, permintaan yang tinggi dari produsen baja Tiongkok, serta meningkatnya harga beberapa komoditas mineral logam dasar termasuk bijih besi. Tiongkok akan terus memainkan peran kunci atas permintaan mineral logam dasar tersebut, yang menyumbang lebih dari 50% konsumsi mineral logam dasar dunia. Gambar 3.6. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bauksit 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 1.264,70 1.347,64 3.617,77 3.787,35 3.047,26 Cadangan 582,62 585,72 1.257,17 1.282,49 1.604,23 - 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 4.000,00 Juta ton Sumber Daya dan Cadangan Bijih Bauksit Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
14 Sumber Daya dan Cadangan Logam Emas Selama periode 2013 – 2017, sumber daya logam emas mengalami sedikit penurunan dengan pola yang fluktuatif tidak terlalu besar. Sumber daya pada tahun 2017 merupakan kenaikan dibandingkan tahun 2016. Kondisi berbeda terjadi pada cadangannya yang mengikuti pola seperti busur; tinggi pada tahun 2013, kemudian turun dan mencapai titik terendah pada tahun 2015, tetapi bergerak naik pada tahun 2016 dan 2017 (Gambar 3.8). Sejauh ini PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara (sekarang PT. Amman Mineral Nusa Tenggara/PT AMNT) merupakan penghasil emas terbesar, selain juga berasal dari tambang emas kecil lainnya yang tersebar di berbagai wilayah. Gambar 3.7. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Gambar 3.8. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Logam Emas 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 1.879,73 712,46 1.397,07 2.079,30 2.534,96 Cadangan 424,15 65,58 279,35 898,31 976,67 - 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 Juta ton Sumber Daya dan Cadangan Besi Primer Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018) 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 7.215 7.455 6.613,00 6.484,00 6.774,53 Cadangan 3.527 2.575 2.537,00 2.566,00 3.888,00 - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 Ton Sumber Daya dan Cadangan Logam Emas Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
15 Sumber Daya dan Cadangan Logam Perak Setelah relatif stagnan selama selang waktu 2013 – 2016, sumber daya logam perak merosot tajam pada tahun 2017. Sementara itu, cadangannya relatif datar selama periode 2013 – 2017, dengan kecenderungan sedikit turun (Gambar 3.9). Ada hal anomali karena penurunan sumber daya justru di saat produksi dan ekspor perak Indonesia sedang naik. Selain berasal dari beberapa tambang kecil, PT Freeport Indonesia dan PT AMNT merupakan penyumbang terbesar sumber daya dan cadangan perak Indonesia. Sumber Daya dan Cadangan Bijih Mangan Pada periode 2013 – 2017, sumber daya bijih mangan mengalami lonjakan signifikan, yakni hampir tiga kali lipat. Lonjakan terbesar terjadi pada tahun 2015 yang meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan dengan tahun 2014. Lonjakan lebih besar terjadi pada cadangannya yang meningkat hampir 20 kali lipat pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014. Setelah itu perkembangan sumber daya dan cadangannya relatif datar (Gambar 3.10). Ada kemungkinan peningkatan sumber daya dan cadangan ini berbanding lurus dengan perubahan kebijakan peningkatan nilai tambah mangan yang membolehkan ekspor mangan dengan jenis dan spesifikasi lebih bervariasi, sehingga membuka peluang lebih besar untuk menambang dan kemudian mengekspornya. Gambar 3.9. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Logam Perak 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 832.010,6 834.994,4 837.606,8 839.271,3 372.448,3 Cadangan 14.056,50 14.047,40 13.029,44 13.651,32 12.629,70 0,00 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00 700.000,00 800.000,00 900.000,00 Ton Sumber Daya dan Cadangan Logam Perak Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
16 Gambar 3.10. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Bijih Mangan Gambar 3.11. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Timbal Sumber Daya dan Cadangan Timbal Selama periode 2012 – 2016, perkembangan sumber daya timbal relatif tidak banyak berubah, hanya naik sebesar 15%, sementara cadangannya terjadi peningkatan cukup tajam pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 (Gambar 3.11). Perbedaan jumlah sumber daya dengan cadangan yang sangat timpang kemungkinan menunjukkan kurangnya ketertarikan investor untuk menambang timbal. 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 15,49 15,56 60,89 61,63 61,63 Cadangan 4,43 4,43 87,24 87,24 87,24 - 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Juta ton Sumber Daya dan Cadangan Bijih Mangan Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018) 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber Daya Bijih 365,52 401,22 401,22 401,22 401,22 Cadangan Bijih 5,84 5,84 5,84 11,49 11,49 - 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 Juta Ton Sumber Daya dan Cadangan Bijih Timbal Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
17 Sumber Daya Zirkon Pada periode 2013 – 2017 sumber daya zirkon meningkat hampir 5 kali lipat. Peningkatan cukup besar ini hanya terjadi pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013. Setelah itu perkembangan sumber daya relatif tidak mengalami peningkatan (Gambar 3.12). Sulitnya bersaing dengan zirkon dari Australia dan adanya isu zirkon Indonesia mengandung radio aktif membuat produk zirkon Indonesia kurang mendapat tempat di pasar internasional. Sementara tidak adanya data cadangan menunjukkan bahwa penambangan zirkon banyak dilakukan oleh pengusaha kecil (tambang rakyat) dan/atau zirkon merupakan produk samping dari mineral lain. Gambar 3.12. Perkembangan Sumber Daya Zirko Sumber Daya dan Cadangan Batubara Sebagian besar batubara Indonesia terkonsentrasi di Pulau Sumatera dan Kalimantan dengan jumlah sumber daya mencapai 124.880 juta ton, atau 99,8% dari keseluruhan sumber daya batubara di Indonesia. Hal yang sama terjadi pada cadangannya yang seluruhnya berada di kedua pulau tersebut. Meskipun terdapat sumber daya di berbagai pulau selain Pulau Sumatera dan Kalimantan, tidak ada data terinci mengenai data cadangan di luar Pulau Sumatera dan Kalimantan (Gambar 3.13 dan Tabel 3.5). Dilihat dari segi kalori, sumber daya dan cadangan kalori tinggi hingga sangat tinggi Indonesia tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan kalori rendah hingga sedang yang sangat dominan di Indonesia (Tabel 3.6). Hal ini akan mempengaruhi sistem pengelolaan dalam pemanfaatannya sumber daya dan cadangan tersebut, agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu, kemajuan teknologi pemanfaatan batubara di dunia dapat diadopsi dan diterapkan di Indonesia, misalnya coal gasification, coal liquefaction, dan upgraded brown coal. 2013 2014 2015 2016 2017 Sumberdaya 1,19 5,13 5,13 5,17 5,68 0 1 2 3 4 5 6 Juta ton Sumber Daya Zirkon Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
18 Gambar 3.13. Peta Sebaran Batubara di Pulau Indonesia Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
19 Tabel 3.5. Data Sumber Daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Pulau, 2017 Tabel 3.6. Data Sumber Daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Kalori, 2017 Adanya penurunan sumber daya hipotetik pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 disebabkan karena lokasi penelitian telah berubah menjadi wilayah yang telah memiliki izin usaha pertambangan (IUP), serta adanya kenaikan tingkat keyakinan geologi dari sumber daya hipotetik menjadi sumber daya tereka dan/atau tertunjuk (Gambar 3.14). Gambar 3.14. Perkembangan Sumber Daya Batubara Nasional 2015-2017 19,47 36,46 29,31 40,04 4,53 44,39 38,95 40,18 4,52 43,53 37,45 39,67 - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Miliar Ton Sumber Daya Batubara 2015 2016 2017 Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018 Sumber: Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (2018)
20 Dilihat dari pelaku usaha, sumber daya batubara yang didominasi PKP2B turun 7,4% pada periode 2013 – 2017, yakni dari 45,09 miliar ton menjadi 42,49 miliar ton. Jumlah sumber daya terbesar terjadi pada tahun 2013 saat harga batubara sedang bergerak turun, kemudian sumber daya mengalami penurunan pada dua tahun berikutnya, tetapi naik kembali hingga tahun 2016 dan turun lagi pada tahun 2017. Kondisi cadangan batubara juga turun 18,6% pada periode yang sama. Cadangan terbesar dicapai pada tahun 2014, yang kemudian terus mengalami penurunan hingga tahun 2017 (Gambar 3.15). Penurunan ini tidak terlepas dari aktivitas kegiatan eksplorasi menyusul harga batubara yang belum membaik. Gambar 3.15. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Batubara PKP2B D. Posisi Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia terhadap Dunia Indonesia memiliki sumber daya mineral dan batubara yang relatif besar dan tersebar luas di berbagai wilayah/pulau, tetapi bukan termasuk ke dalam kategori top tiers melainkan kategori kecil hingga menengah (moderate) jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Artinya Indonesia hanya kaya dalam hal ragam sumber daya mineral, namun dari segi kuantitas hanya berada pada kondisi kecil sampai menengah. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2017, cadangan nikel Indonesia hanya sebesar 6% dari cadangan dunia, timah 17%, tembaga 3%, bauksit 3%, emas 5%, dan batubara hanya 2,2% (Gambar 3.17). 2013 2014 2015 2016 2017 Sumber Daya 45.091,90 40.702,60 41.238,60 44.512,70 42.490,71 Cadangan 11.580,80 11.859,50 11.632,20 10.391,70 9.522,18 - 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 Juta Ton Sumber Daya dan Cadangan Perusahaan PKP2B Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
21 Gambar 3.16. Persentase Cadangan Beberapa Komoditas Logam dan Batubara Indonesia terhadap Dunia Australia 26% Brazil Rusia 16% Kaledonia 10% Baru 0% Kuba 7% Filipina 7% Indonesia 6% Afrika Selatan 5% Kanada 4% Lainnya 19% Cadangan Nikel 2017 (metric tons of nickel content) China 23% Indonesia 17% Brazil 15% Bolivia 8% Australia 10% Rusia 7% Malaysia 5% Thailand 4% Kongo 3% Lainnya 8% Cadangan Timah 2017 (metric tons of tin content) Chili 21% Australia 11% Peru 10% Meksiko 6% AS 6% China 3% Indonesia 3% Congo 3% Zambia 3% Lainnya 34% Cadangan Tembaga 2017 (1000 metric tons of copper content) Guinea 25% Australia 20% Brazil 9% Vietnam 12% Jamaika 7% Indonesia 3% Guyana 3% China 3% India 3% Lainnya 15% Cadangan Bauksit 2017 (1000 metric dry tons) Australia 18% Rusia 10% Afrika Selatan AS 11% 6% Indonesia 5% Peru 4% Brazil 4% Kanada 4% China 4% Lainnya 34% Cadangan Emas 2017 (metric tons of gold content) AS 24% Rusia 16% Australia 14% China 13% India Jerman 9% 4% Ukraina 3% Polandia 3% Kazakhst an 3% Indonesia 2% Lainnya 9% Cadangan Batubara 2017 (Juta Ton) Sumber: United States of Geological Survey (2018); BP Statistical Review of World Energy (2018)
22
23 TINJAUAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA INDONESIA A. Wilayah Pertambangan Berdasarkan UU No.4/2009, Wilayah Pertambangan (WP) adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional. Selanjutnya, sesuai Pasal 13 UU No.4/2009, WP terdiri atas: 1. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) Batubara, Mineral Logam, Mineral Bukan Logam dan/atau Batuan, dan Mineral Radio Aktif, adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. 2. Wilayah Pencadangan Negara (WPN), adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. 3. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), adalah bagian dari WP tempat dilakukannya kegiatan usaha pertambangan rakyat. Untuk dapat memiliki IUP dan IUPK, sebelumnya harus mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) atau Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK). Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, untuk mendapatkan WIUP atau WIUPK mineral logam dan batubara harus melalui proses lelang.
24 B. Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang Clear and Clean, serta Izin Pertambangan Rakyat Berdasarkan UU No.4/2009, yang dijabarkan lebih lanjut dalam Permen ESDM No.11/2018, izin usaha di bidang pertambangan mineral dan batubara dikelompokkan menjadi: a. IUP Eksplorasi b. IUPK Eksplorasi c. IUP Operasi Produksi d. IUPK Operasi Produksi e. IUP Operasi Produksi Khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian f. IUJP (Izin Usaha Jasa Pertambangan). Selain itu, dikenal juga Izin Pertambangan Rakyat sesuai ketentuan sebagaimana tertuang dalam UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, khususnya pada Pasal 66 – Pasal 73. IUP Mineral dan Batubara Berdasarkan data per bulan Mei 2018, jumlah IUP mineral (radioaktif, logam, dan bukan logam) dan batubara sebanyak 6.067 buah. IUP logam terdiri atas antimoni, besi, bauksit, mangan, nikel, diatomite, emas, galena, hematit, ilmenit, khrom, kromit, laterit, logam dasar, magnetit, molybdenum, pirofilit, seng, silika, tembaga, timah, timbal, wolframit, dan zirkon; IUP bukan logam berupaball clay, batu gamping, batu kapur, bentonit, felspar, fosfat, kaolin, marmer, pasir kuarsa, yodium, dan zeolit; IUP batubara berupa aspal dan batubara. Sementara untuk mineral radioaktif belum ada yang mengajukan IUP, baik eksplorasi maupun IUP Operasi Produksi. IUP Mineral dan Batubara yang dikeluarkan Pemerintah Pusat (dalam hal ini Kementerian ESDM cq Ditjen Mineral dan Batubara) berjumlah 82 buah, terdiri atas 31 IUP mineral dan 51 IUP batubara. IUP yang dikeluarkan daerah (Pemerintah Provinsi) berjumlah 5.985 buah, yang tersebar pada 33 provinsi di seluruh Indonesia. IUP terbanyak terletak di Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 1.045 buah yang didominasi IUP batubara sebanyak 1.017 IUP, disusul oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 747 buah yang didominasi oleh IUP mineral logam, khususnya logam timah. Provinsi dengan IUP paling sedikit adalah DIY (1 buah) (Tabel 4.1). Untuk jumlah IUP (tidak termasuk IUP Batuan) berdasarkan tahapan yaitu 2.507 IUP (41%) merupakan tahap eksplorasi dan 3.560 IUP (59%) merupakan tahap Operasi Produksi (OP) (Tabel 4.2).
25 Tabel 4.1. Jumlah IUP Mineral dan Batubara per Mei 2018 NO PROVINSI MINERAL BATUBARA TOTAL CnC Non CnC CnC Non CnC 1 Pusat 3 28 4 47 82 2 Aceh 32 38 6 13 89 3 Bali 0 0 0 0 0 4 Banten 5 13 0 4 22 5 Bengkulu 0 8 1 33 42 6 DIY 0 1 0 0 1 7 Gorontalo 1 13 0 0 14 8 Jambi 0 13 14 132 159 9 Jawa Barat 84 63 2 0 149 10 Jawa Tengah 5 10 0 0 15 11 Jawa Timur 83 15 0 0 98 12 Kalimantan Barat 67 204 30 27 328 13 Kalimantan Selatan 66 33 291 287 677 14 Kalimantan Tengah 83 68 107 324 582 15 Kalimantan Timur 7 21 224 793 1045 16 Kalimantan Utara 2 11 13 41 67 17 Kep. Bangka Belitung 54 693 0 0 747 18 Kep. Riau 24 82 0 0 106 19 Lampung 0 24 0 3 27 20 Maluku 14 68 3 2 87 21 Maluku Utara 26 171 0 1 198 22 NTB 3 24 0 0 27 23 NTT 26 159 0 0 185 24 Papua 9 48 14 13 84 25 Papua Barat 4 14 14 6 38 26 Riau 0 6 1 29 36 27 Sulawesi Barat 9 8 1 4 22 28 Sulawesi Selatan 39 52 7 15 113 29 Sulawesi Tengah 50 231 1 2 284 30 Sulawesi Tenggara 43 239 5 46 333 31 Sulawesi Utara 35 61 0 0 96 32 Sumatera Barat 69 46 6 54 175 33 Sumatera Selatan 0 2 0 124 126 34 Sumatera Utara 2 9 0 2 13 TOTAL 845 2476 744 2002 6067 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018), diolah
26 Tabel 4.2. Jumlah IUP Mineral dan Batubara sesuai Tahapan per Mei 2018 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018), diolah NO PROVINSI TAHAP KEGIATAN (IUP) EKSPLORASI % OPERASI PRODUKSI % TOTAL 1 Pusat 15 18 67 82 82 2 Aceh 67 75 22 25 89 3 Bali 0 0 0 0 0 4 Banten 5 23 17 77 22 5 Bengkulu 8 19 34 81 42 6 DIY 0 0 1 100 1 7 Gorontalo 12 86 2 14 14 8 Jambi 56 35 103 65 159 9 Jawa Barat 27 18 122 82 149 10 Jawa Tengah 2 13 13 87 15 11 Jawa Timur 9 9 89 91 98 12 Kalimantan Barat 226 69 102 31 328 13 Kalimantan Selatan 234 35 443 65 677 14 Kalimantan Tengah 282 48 300 52 582 15 Kalimantan Timur 560 54 485 46 1045 16 Kalimantan Utara 36 54 31 46 67 17 Kep. Bangka Belitung 48 6 699 94 747 18 Kepulauan Riau 43 41 63 59 106 19 Lampung 2 7 25 93 27 20 Maluku 82 94 5 6 87 21 Maluku Utara 66 33 132 67 198 22 NTB 13 48 14 52 27 23 NTT 95 51 90 49 185 24 Papua 81 96 3 4 84 25 Papua Barat 27 71 11 29 38 26 Riau 7 19 29 81 36 27 Sulawesi Barat 11 50 11 50 22 28 Sulawesi Selatan 71 63 42 37 113 29 Sulawesi Tengah 189 67 95 33 284 30 Sulawesi Tenggara 79 24 254 76 333 31 Sulawesi Utara 78 81 18 19 96 32 Sumatera Barat 62 35 113 65 175 33 Sumatera Selatan 4 3 122 97 126 34 Sumatera Utara 10 77 3 23 13 TOTAL 2.507 41 3.560 59 6.067
27 Pertambangan Rakyat Sesuai semangat demokrasi yang mengakui partisipasi masyarakat, termasuk dalam pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara, maka Izin Pertambangan Rakyat (IPR) tetap mendapat perhatian dari pemerintah. Di beberapa daerah telah dikeluarkan IPR dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (Tabel 4.3). Mineral yang diusahakan oleh pemegang IPR adalah pasir besi, mangan, tanah urug, pasir dan batuan. IPR pasir besi terdapat di Provinsi Jawa Timur 18 buah dengan luas antara 0,43 ha – 5,00 ha dan Banten 1 buah yang diusahakan koperasi dengan luas 10 ha. IPR mangan di Sumatera Barat 4 buah, IPR emas di Kalimantan Tengah 1 buah, dan IPR mineral batuan lainnya tersebar di Jawa Timur, NTT, dan Sumatera Barat. Tabel 4.3. Izin Pertambangan Rakyat (IPR) C. Kontribusi Pertambangan Mineral dan Batubara terhadap Perekonomian Indonesia Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2018, kontribusi Pertambangan (Sektor ESDM) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional terdiri atas Pertambangan Migas, Pertambangan Batubara dan Lignit, Pertambangan Bijih Logam, dan Pertambangan dan Penggalian Lainnya berupa Mineral Bukan Logam dan Batuan. Selama periode 2013 – 2017,persentase kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian turun dari 11,01% menjadi 7,57% ditinjau dari harga berlaku. Namun pada tahun 2017 ada perkembangan yang bagus karena kontribusinya naik 0,39% dibandingkan tahun 2016. Khusus Subsektor Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), penurunan kontribusi pada PDB relatif kecil, yakni dari 5,56% pada tahun 2013 menjadi 4,70% pada tahun 2017. Hal ini terjadi akibat turunnya kontribusi pada Subsektor Batubara dan Lignit serta Subsektor Pertambangan Biji Logam (Tabel 4.4 dan Gambar 4.1) Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, 2018 No Provinsi Luas wilayah (ha) Tahapan kegiatan IPR Pasir Total Besi Emas Mangan Tanah Urug Pasir Batuan 1 Banten 10 Operasi Produksi 1 0 0 0 0 0 1 2 Jawa Timur 0,43 – 5,00 Operasi Produksi 18 0 0 8 5 0 31 3 Kalimantan Tengah 5 Operasi Produksi 0 1 0 0 0 0 1 4 NTT 0,40 – 3,74 Operasi Produksi 0 0 0 0 0 3 3 5 Sumatera Barat 4,65 – 5,00 Operasi Produksi 0 0 4 0 0 2 6 Total 19 1 4 8 5 5 42
28 Tabel 4.4. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDB Indonesia (%) Gambar 4.1. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDB Indonesia (%) Secara keseluruhan, Sektor Pertambangan dan Penggalian memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Ditinjau dari harga berlaku (acuan 2010), persentase kontribusi terbesar dicapai pada tahun 2013, sedangkan yang terendah pada tahun 2016. Sementara nominal angkanya (dalam bentuk rupiah), nilai tertinggi dicapai pada tahun 2013, sedangkan terendah pada tahun 2015. Khusus Subsektor Pertambangan Minerba – yang terdiri atas Pertambangan Batubara dan Lignit, Bijih Logam, serta Pertambangan dan Penggalian Lainnya, kontribusinya sedikit lebih besar daripada Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi (Migas). Bahkan pada tahun 2017, kontribusi Subsektor Pertambangan Minerba mencapai lebih dari 1,6 kali lipat dibandingkan Subsektor Pertambangan Migas (Tabel 4.5). 5,45% 4,82% 3,33% 2,94% 2,87% 5,56% 5,01% 4,31% 4,24% 4,70% 11,01% 9,83% 7,65% 7,18% 7,57% 0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Kontribusi Pertambangan dan Penggalian terhadap PDB Nasional (%) Pertambangan Migas Pertambangan Minerba Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumber : Badan Pusat Statistik (2018), diolah
29 Tabel 4.5. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDB Indonesia Ditinjau dari harga konstan (acuan 2010) selama periode 2013 – 2017, pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh positif, kecuali pada tahun 2015 yang tumbuh negatif sebesar -3,4%. Khusus Subsektor Pertambangan Minerba pada dua tahun terakhir, tidak mengalami pertumbuhan pada tahun 2016, dan tumbuh positif 3,7% pada tahun 2017. Subsektor Pertambangan Bijih Logam tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2017, sementara Subsektor Pertambangan/Penggalian Mineral Bukan Logam dan Batuan mencatat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2016. Berbeda dengan Subsektor lain yang tumbuh positif, Subsektor Pertambangan Batubara dan Lignit malah tumbuh negatif pada tahun 2016, meskipun kembali tumbuh positif pada tahun 2017 (Tabel 4.6 dan Gambar 4.2). Perlu diinformasikan bahwa pertumbuhan positif Subsektor Pertambangan Bijih Logam tidak terlepas dari pelaksanaan kebijakan peningkatan nilai tambah mineral yang berdampak positif bagi berkembangnya industri berbasis mineral, termasuk industri pemurnian dan pengolahan logam. Tabel 4.6. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Subsektor Pertambangan Mineral dan Batubara
30 Gambar 4.2. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Subsektor Pertambangan Mineral dan Batubara D. Pajak-pajak dan Pembayaran Lainnya untuk Pemerintah Secara garis besar, terdapat dua jenis penerimaan negara dari subsektor pertambangan mineral dan batubara, yaitu dalam bentuk penerimaan negara dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Penerimaan negara dari pajak terdiri atas: Pajak Penghasilan Badan, Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa, serta Pajak-pajak Lainnya. Sementara PNBP terdiri atas: Iuran Tetap (Landrent), Iuran Produksi (Royalty), Dividen Bagian Pemerintah, dan Penerimaan Lain-lain. Khusus untuk Iuran Produksi, porsi perimbangan keuangan yang berasal dari hasil usaha pertambangan mineral dan batubara telah diatur dalam UU No.33/2004 dan PP No.55/2005 (Tabel 4.7). Tabel 4.7. Porsi Perimbangan Keuangan SDA Pertambangan Mineral dan Batubara Secara keseluruhan, penerimaan pajak dari subsektor mineral dan batubara mengalami kenaikan 32,2% selama periode 2013 – 2017. Namun selama selang waktu 2013 – 2016, penerimaan tersebut sebenarnya menurun hingga mencapai titik terendah pada tahun 2016, dan baru naik lagi pada tahun 2017 yang merupakan penerimaan tertinggi (Gambar 4.3).
31 Gambar 4.3. Pajak Subsektor Mineral dan Batubara Tahun 2013 – 2017 Sementara itu realisasi PNBP mengalami kenaikan cukup tajam, yakni sebesar 43% pada periode 2013 – 2017. PNBP terendah dicapai pada tahun 2016, sedangkan tertinggi dicapai pada tahun 2017 (Gambar 4.4). Gambar 4.4. Realisasi PNBP Subsektor Mineral dan Batubara 2013 – 2017 E. Investasi di Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara Kegiatan investasi pertambangan skala besar dapat dipantau, khususnya investasi yang dilakukan oleh pemegang KK, PKP2B, dan BUMN, termasuk kegiatan investasi pada pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral serta pelaku usaha jasa usaha pertambangan nasional (IUJP). Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018) * Setoran yang dilakukan oleh PKP2B dari penjualan hasil tambang untuk penerimaan pusat Sumber: Direktorat Jenderal Pajak (2018) diolah kembali Keterangan: Tidak termasuk IUP Jasa Penambangan, IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan serta Pengolahan. 27,1 23,25 22,69 19,61 35,82 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2013 2014 2015 2016 2017 Triiun Rupiah Rekapitulasi Pajak Subsektor Minerba 2013 2014 2015 2016 2017 Penjualan Hasil Tambang 9.790 16.166 11.949 11.397 16.856 Royalti 18.027 18.493 16.734 15.351 23.247 Iuran Tetap 594 807 949 405 515 Total 28.410 35.466 29.632 27.153 40.618 28.410 35.466 29.632 27.153 40.618 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 Realisasi PNBP 2013-2017 Miliar Rupiah 27,1 23,25 22,69 19,61 35,82 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2013 2014 2015 2016 2017 Triiun Rupiah Rekapitulasi Pajak Subsektor Minerba 2013 2014 2015 2016 2017 Penjualan Hasil Tambang 9.790 16.166 11.949 11.397 16.856 Royalti 18.027 18.493 16.734 15.351 23.247 Iuran Tetap 594 807 949 405 515 Total 28.410 35.466 29.632 27.153 40.618 28.410 35.466 29.632 27.153 40.618 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 Realisasi PNBP 2013-2017 Miliar Rupiah
32 Selama periode 2013 – 2017, realisasi investasi mengalami fluktuasi yang relatif cukup besar, meskipun secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 19,7%. Setelah naik cukup tajam pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 – tertinggi selama periode 2013 - 2017, investasi turun yang juga cukup tajam. Investasi kemudian kembali naik-turun pada tahuntahun berikutnya. Investasi terbesar dipegang oleh pemegang IUJP dan SKT, sedangkan yang terkecil oleh pemegang IUP BUMN. Investasi oleh pemegang KK relatif stabil, sedangkan yang paling fluktuatif adalah pemegang PKP2B (Gambar 4.5). Realisasi investasi pada pembangunan smelter menarik untuk dicermati karena angkaangkanya mengalami fluktuasi selama periode 2013 – 2017. Setelah pada tahun 2014 turun dibandingkan dengan tahun 2013, investasi naik cukup tajam pada tahun 2015, hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2014. Investasi kemudian turun 42,6%, tetapi sedikit naik lagi pada tahun berikutnya. Fluktuatifnya realisasi investasi ini tidak terlepas dari upaya perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk pembangunan smelter pada tahap awal. Perubahan kebijakan pemerintah yang menunda pemberlakuan kebijakan ekspor dengan tetap membolehkan ekspor konsentrat mineral logam, juga memberi pengaruh cukup besar kepada perusahaan untuk menanamkan investasinya pada pembangunan smelter. Gambar 4.5. Realisasi Investasi Subsektor Mineral dan Batubara 2013-2017 2013 2014 2015 2016 2017 SMELTER 1.190,10 730,00 2.169,90 1.245,57 1.343,63 IUPJP & SKT 1.717,02 4.615,43 1.399,33 4.472,87 2.297,75 IUP BUMN 73,89 199,77 300,39 202,04 293,36 PKP2B 625,25 875,35 254,94 160,42 467,86 KK 1.520,00 1.739,32 1.137,35 1.200,98 1.735,43 TOTAL 5.126,25 8.159,87 5.261,91 7.281,88 6.138,03 - 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 Juta USD Realisasi Investasi Subsektor Mineral dan Batubara Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
33 KOMODITAS PERTAMBANGAN UTAMA A. Peran Indonesia Terhadap Produksi Mineral dan Batubara Global Gambar 5.1. Persentase Produksi Komoditas Logam dan Batubara Indonesia terhadap Dunia 5 Indonesia; 19,11% Filipina; 10,99% Kanada; 10,03% Kaledonia Baru; 10,03% Australia; 9,08% Rusia; 8,60% Brazil; 6,69% China; 4,68% Guatemala ; 3,25% Lainnya; 17,53% Produksi Nikel 2017 (metric tons of nickel content) China; 34,5% Indonesia; 17,2% Burma; 17,2% Brazil; 8,8% Bolivia; 6,2% Peru; 6,2% Australia; 2,4% Vietnam; 1,9% Kongo; 2,0% Lainnya; 3,6% Produksi Timah 2017 (metric tons of tin content) Chili; 27,1% China; 9,4% Peru; 12,1% AS; 6,4% Kongo; 4,3% Australia; 4,7% Mexico; 3,8% Zambia; 3,8% Indonesia; 3,3% Lainnya; 25,0% Produksi Tembaga 2017 (1000 metric tons of copper content) Australia; 27,6% China; Guinea; 22,6% 15,0% Brazil; 12,0% India; 9,0% Jamaika; 2,7% Rusia; 1,9% Kazakhstan ; 1,7% Saudi Arabia; 1,3% Indonesia; 1,2% Lainnya; 5,1% Produksi Bauksit 2017 (1000 metric dry tons) China; 14,0% Australia; 9,5% Rusia; 8,1% AS; 7,8% Kanada; AfSel, 4.6% Peru; 4,9% 5,7% Meksiko; 3,5% Uzbekistan ; 3,2% Indonesia; 2,5% Lainnya; 36,2% Produksi Emas 2017 (metric tons of gold content) China 46% India 9% AS 9% Australia 6% Indonesia 6% Rusia 5% Afrika Selatan 3% Jerman 2% Polandia 2% Kazakhsta n 2% Lainnya 10% Produksi Batubara 2017 (Juta ton) Sumber: United States of Geological Survey (2018); BP Statistical Review of World Energy (2018)
34 Untuk beberapa komoditas pertambangan, kontribusi Indonesia terhadap pasar global cukup besar. Menurut United States of Geological Survey, 2018 (Gambar 5.1), Indonesia berada di peringkat ke-1 untuk nikel, sebuah lonjakan dibandingkan tahun 2016 yang berada di peringkat ke-5. Hal ini disebabkan adanya perubahan kebijakan Pemerintah Indonesia yang memperkenankan ekspor nikel berkadar di bawah 1,7% Ni, sehingga nikel Indonesia akan membanjiri pasaran. Sementara untuk komoditas lain, kontribusi Indonesia pada tahun 2017 masih sama dengan tahun 2016, yaitu timah berada di peringkat ke-2, batubara peringkat ke-5, serta tembaga, emas, dan bauksit masing-masing berada di peringkat ke-9 B. Nikel Indonesia merupakan salah satu negara penghasil bijih nikel terbesar di dunia di bawah Filipina dan Rusia. Oleh karena itu kebijakan Pemerintah Indonesia yang melarang ekspor bijih nikel, cukup memberikan guncangan terhadap pasar global. a. Harga Secara umum pergerakan harga logam nikel mengalami penurunan selama periode 2014 – 2017. Setelah mengalami titik terendah pada awal tahun 2016, harga logam nikel cenderung naik hingga Oktober 2017 (Gambar 5.2).Kondisi ini tidak terlepas dari mulai meningkatnya permintaan nikel oleh Tiongkok serta melemahnya nilai dolar Amerika Serikat terhadap mata uang asing (market.bisnis.com, 26 Juli 2017). Gambar 5.2. Harga Komoditas Logam Nikel Tahun 2014 – 2017 Sumber: LME, LBMA, Asian Metal, ICDX, Direktorat Pengawasan Pengusahaan Mineral b. Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Bijih nikel Pasca pemberlakuan kebijakan pemerintah mengenai peningkatan nilai tambah yang melarang bijih nikel diekspor, produksi bijih nikel menurun drastis pada periode 2013 – 2014, yakni dari 52,8 ribu ton (2013) menjadi 4,8 ribu ton (2014). Pada tahun 2015 dan 2016 bahkan tercatat tidak memproduksi bijih nikel sama sekali. Pada tahun 2017, produksi - 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Okt-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Okt-15 Jan-16 Apr-16 Jul-16 Okt-16 Jan-17 Apr-17 Jul-17 Okt-17 USD/ton Harga Logam Nikel
35 kembali muncul menyusul perubahan kebijakan yang memperkenankan ekspor bijih nikel dengan kadar Ni di bawah 1,7% (Gambar 5.3). Gambar 5.3. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Bijih Nikel 2013 – 2017 Nikel matte Selama periode 2013 – 2017, perkembangan produksi dan ekspor nikel matte relatif stabil, berkisar antara 78 ribu – 82 ribu ton (Gambar 5.4). Pasar ekspor yang secara tradisional sudah terbentuk sejak lama, membuat ekspor nikel matte Indonesia tidak mengalami gangguan berarti. Gambar 5.4. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Nikel Matte 2013 – 2017 2013 2014 2015 2016 2017 produksi 52.877,20 4.792,99 - - 5.818,94 domestik 0 0 0 0 0 ekspor 52.877,20 3.865,57 - - 5.818,94 - 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 KTON Bijih Nikel Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018) 2013 2014 2015 2016 2017 produksi 78.073,80 80.341,40 82.440,32 78.748,13 78.007,05 domestik 0 0 0 0 0 ekspor 38.512,31 79.477,75 81.916,25 78.974,11 76.742,59 - 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 70.000,00 80.000,00 90.000,00 TON Ni + Co dalam Nikel Matte Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
36 Ferronikel Selama periode 2013 – 2017, produksi ferronikel mengalami peningkatan sangat tajam, terutama pada interval 2016 – 2017. Setelah stagnan antara tahun 2013 – 2016, produksi mulai naik tajam pada tahun 2017. Naiknya produksi ferronikel, selain karena faktor eksternal (harga membaik di pasar internasional), juga disebabkan mulai beroperasinya tiga produsen ferronikel di dalam negeri, yaitu Virtue Dragon Nickel Industry, PT COR Industri Indonesia, dan PT Tsinghan (https://ekonomi.kompas.com, 25 Januari 2017). Mengingat seluruh produksi ferronikel ditujukan untuk kepentingan ekspor, maka pola ekspor otomatis mengikuti pola produksi (Gambar 5.5). Peningkatan volume ekspor tidak terlepas dari naiknya permintaan yang secara otomatis diikuti kenaikan harga. Tiongkok menjadi faktor penentu atas kenaikan ekspor ferronikel Indonesia dan naiknya harga ferro nikel dunia, mengingat negeri ini akan membangun industri baja nirkarat serta pesatnya perkembangan industri mobil listrik di dalam negeri (www.dunia-energi.com, 4 September 2017). Gambar 5.5. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Ferronikel 2013 – 2017 Nickel Pig Iron Nickel pig iron (NPI) merupakan produk baru yang dihasilkan oleh perusahaan tambang nikel di Indonesia. Produksi pada tahun 2012 relatif kecil, tetapi terus bergerak naik hingga mencapai lonjakan fantastis pada tahun 2015 (naik lebih dari lima kali lipat dibandingkan tahun 2014), dan mencapai puncaknya pada tahun 2016 (naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun 2015). Namun demikian produksi menurun drastis pada tahun 2017, yakni hanya seperdelapan dibandingkan tahun 2016 (Gambar 5.6). Hal ini merupakan dampak langsung dari perubahan kebijakan yang membolehkan ekspor bijih nikel berkadar di bawah 1,7% Ni pada tahun 2017, sehingga banyak smelter nikel yang memproduksi NPI berhenti berproduksi (https://medium.com, 17 Juli 2017). 2013 2014 2015 2016 2017 produksi 18.249,00 17.771,59 19.411,22 17.885,83 54.702,14 domestik - - - - - ekspor 8.222,00 20.596,59 18.523,46 17.885,83 54.702,14 - 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 Ton Ni Ferronikel Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
37 Sebagai catatan, mengingat seluruh produksi NPI ditujukan untuk ekspor, maka pola ekspor otomatis sama dengan pola produksi. Gambar 5.6. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor NPI 2013 – 2017 C. Timah Pada tahun 2017, Indonesia merupakan produsen timah kedua terbesar di dunia setelah Tiongkok. Sementara PT Timah Tbk (TINS) adalah perusahaan produsen timah kedua terbesar di dunia di bawah Yunnan Tin dari Tiongkok. Ironisnya, hingga saat ini harga acuan komoditi timah masih ditentukan oleh London Metal Exchange (LME) di Inggris, negara yang memiliki tambang timah tetapi hanya dalam sejarah. a. Harga Harga logam timah selama periode 2014 – 2017 sedikit mengalami penurunan,dengan posisi Januari 2016 sebagai yang terendah (Gambar 5.7). Meningkatnya produksi timah Indonesia, stok cadangan logam timah di LME, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia mengakibatkan harga logam timah stagnan. Diperkirakan, harga logam timah belum akan membaik pada tahun 2018antara lain disebabkan olehrencana PT Timah Tbk (TINS) meningkatkan ekspor pada awal tahun, serta kekhawatiran atas ketidakpastian pencabutan pajak ekspor Tiongkok yang mengakibatkan produksi perusahaan Tiongkok membanjiri pasar internasional dan dapat menekan harga (https://investasi.kontan.co.id/news, 1 Januari 2018). 2013 2014 2015 2016 2017 produksi - 49.610,50 271.111,4 770.684,9 93.960,62 domestik - - - - - ekspor - 49.610,50 271.111,4 770.684,9 93.960,62 - 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00 700.000,00 800.000,00 900.000,00 Ton Nickel Pig Iron (NPI) Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
38 Gambar 5.7. Harga Komoditas Logam Timah 2014 – 2017 b. Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Pada periode 2013 – 2017, produksi dan ekspor logam timah mengalami fluktuasi. Setelah turun pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013, produksi dan ekspor bergerak naik turun pada tahun-tahun berikutnya. Tahun 2017 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2016, meskipum masih di bawah tingkat produksi dan ekspor pada tahun 2013 yang tercatat sebagai tertinggi selama periode 2013 – 2017 (Gambar 5.8). Penurunan atau kenaikan produksi dan ekspor tidak terlepas dari turun-naiknya harga logam timah di pasar dunia, sekaligus upaya dari negara produsen timah untuk mempertahankan harga logam timah dunia agar tidak mengalami penurunan. Gambar 5.8. Grafik Produksi dan Ekspor Logam Timah 2013 – 2017 - 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Okt-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Okt-15 Jan-16 Apr-16 Jul-16 Okt-16 Jan-17 Apr-17 Jul-17 Okt-17 USD/ton Harga Logam Timah Sumber: LME, LBMA, Asian Metal, ICDX, Direktorat Pengawasan Pengusahaan Mineral 2013 2014 2015 2016 2017 produksi 82.954,29 60.037,73 70.072,55 62.877,34 78.069,62 domestik - - - - - ekspor 82.954,29 60.037,73 70.072,55 62.877,34 78.069,62 - 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 70.000,00 80.000,00 90.000,00 Ton Logam Timah Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
39 D. Tembaga Indonesia hanya berada pada posisi ke-12 sebagai negara produsen tembaga terbesar dunia, tetapi PT Freeport McMoran, sebagai perusahaan induk PT Freeport Indonesia, adalah perusahaan tambang terbesar keempat di dunia (https://economy.okezone.com., 19 Februari 2014). Sampai saat ini, hampir seluruh hasil pertambangan tembaga dari Indonesia baruberbentuk konsentrat, hanya sedikit yang berbentuk logam. Satu-satunya penghasil logam tembaga adalah PT Smelting Indonesia yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. a. Harga Selama periode 2014 – 2017, harga logam tembaga mengalami fluktuasi dengan sedikit penurunan. Setelah mencapai titik terendah pada awal tahun 2016, harga logam tembaga menunjukkan tren meningkat hingga di penghujung tahun 2017(Gambar 5.9). Diperkirakan, harga akan terus membaik pada tahun 2018 disebabkan antara lain oleh dorongan akibat permintaan yang lebih cepat dan gangguan pasokan, termasuk penghentian beberapa pabrik di Tiongkok untuk menekan polusi, pelemahan mata uang dolar AS, dan peningkatan permintaan tembaga dari berbagai negara besar (market.bisnis.com, 4 Januari 2018). Meskipun secara keseluruhan masih di bawah harga tahun 2014, tren positif ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perkembangan usaha pertambangan tembaga di Indonesia. Gambar 5.9. Harga Komoditas Logam Tembaga Tahun 2014 – 2017 b. Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Konsentrat Tembaga Selama periode 2013 – 2017, produksi konsentrat tembaga turun 2,2%, penjualan domestik naik 140,5%, dan ekspor naik 172,3%. Penurunan produksi yang terjadi pada tahun 2014 disebabkan terhentinya operasi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) selama lebih dari enam bulan menyusul diberlakukannya kebijakan peningkatan nilai tambah. Produksi kembali naik setelah PT AMNT kembali beroperasi. Namun produksi menurun pada tahun 2017 akibat - 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Okt-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Okt-15 Jan-16 Apr-16 Jul-16 Okt-16 Jan-17 Apr-17 Jul-17 Okt-17 USD/ton Harga Logam Tembaga Sumber: LME, LBMA, Asian Metal, ICDX, Direktorat Pengawasan Pengusahaan Mineral
40 adanya masalah pada PT Freeport Indonesia. Pola yang hampir sama terjadi pada kegiatan ekspor yang menurun pada setahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan perekonomian di negara tujuan ekspor, yaitu Jepang, India, Korea Selatan, Tiongkok, dan Spanyol (Gambar 5.10). Gambar 5.10. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Konsentrat Tembaga 2013 – 2017 Logam Tembaga Pada dasarnya, penjualan domestik maupun ekspor logam tembaga memiliki pola yang mirip dengan produksinya. Sempat naik pada tahun 2014, produksi serta penjualan domestik dan ekspor turun drastis pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena adanya permasalahan di lingkungan PT Smelting yang merupakan produsen utama logam tembagaIndonesia, serta melemahnya permintaan pasar, baik domestik maupun dunia. Pada tahun 2016 dan 2017, produksi dan penjualan ekspor hanya sedikit naik, tetapi penjualan domestik malah bergerak turun (Gambar 5.11). Gambar 5.11. Grafik Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor LogamTembaga 2013 – 2017 2013 2014 2015 2016 2017 produksi 2.351,98 1.516,90 2.419,95 2.666,05 2.299,45 domestik 368,54 840,43 630,82 858,63 886,31 ekspor 534,41 785,21 1.722,96 1.761,99 1.455,11 - 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 KTon Konsentrat Tembaga Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018) 2013 2014 2015 2016 2017 produksi 521,03 617,84 197,63 246,16 247,18 domestik 87,49 339,76 116,37 97,01 86,08 ekspor 112,95 305,12 95,48 146,22 173,27 - 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 KTon Tembaga Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)