The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Prosiding Industri Hijau 2021 - BSKJI Kemenperin

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by boejanxelana, 2021-09-26 20:43:31

Prosiding Seminar Industri Hijau

Prosiding Industri Hijau 2021 - BSKJI Kemenperin

Keywords: industri,hijau

Kultivasi Botryococcus braunii dengan optimasi intensitas cahaya …….Kartika Inderiani, et al.

environmental protection : A review. Renewable and Sustainable Energy Reviews,
15(3), 1513–1524. https://doi.org/10.1016/j.rser.2010.11.037
Rahmat, T. A., S, R. D. D. W., Soetrisnanto, D., Kimia, J. T., Teknik, F., Diponegoro, U.,
Soedarto, J. P., & Fax, T. (2013). Kultivasi Botryococcus Braunii Memanfaatkan Air
Dadih ( Whey ) Tahu Sebagai Potensi Biodiesel. 2(4), 72–83.
Raj, G. P. A. S., Elumalai, S., Sangeetha, T., Singh, D. R., & Kanna, G. R. (2016).
Botryococcus braunii as a potential candidate for the waste water treatment and
hydrocarbon accumulation. International Journal of Scientific & Engineering
Research, 7(6), 917–935.
Schreffan, J., & Battaglini, A. (2011). Climate and conflicts : the security risks of global
warming Climate and conflicts : the security risks of global warming. Regional
Environmental Change, 11(March 2014). https://doi.org/10.1007/s10113-010-0175-8
Silvia, Mega. (2016). Studi kultivasi dan ekstraksi lipid dari mikroalga Botryococcus
Braunii dengan metode maserasi, sokhletasi, perkolasi, osmotik dan autoklaf.
Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
Singh, S. P., & Singh, P. (2015). Effect of temperature and light on the growth of algae
species: A review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 50, 431–444.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.05.024
Suzuki, R., Ito, N., Uno, Y., Nishii, I., Kagiwada, S., Okada, S., & Noguchi, T. (2013).
Transformation of lipid bodies related to hydrocarbon accumulation in a green alga,
Botryococcus braunii (race B). PLoS ONE, 8(12).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0081626
Tanabe, Y., Okazaki, Y., Yoshida, M., Matsuura, H., Kai, A., Shiratori, T., Ishida, K. I.,
Nakano, S. I., & Watanabe, M. M. (2015). A novel alphaproteobacterial ectosymbiont
promotes the growth of the hydrocarbon-rich green alga Botryococcus braunii.
Scientific Reports, 5(April), 1–11. https://doi.org/10.1038/srep10467
Thurakit, T., Pumas, C., Pathom-Aree, W., Pekkoh, J., & Peerapornpisal, Y. (2018).
Enhancement of biomass, lipid and hydrocarbon production from green microalga,
botryococcus braunii AARL G037, by UV-C induction. Chiang Mai Journal of
Science, 45(7), 2637–2651.
Venkata Mohan, S., Rohit, M. V., Chiranjeevi, P., Chandra, R., & Navaneeth, B. (2015).
Heterotrophic microalgae cultivation to synergize biodiesel production with waste
remediation: Progress and perspectives. Bioresource Technology, 184, 169–178.
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2014.10.056
Venkatesan, S., Swamy, M. S., Jayavel, D., & Senthil, C. (2013). Effects of nitrate and
phosphate on total lipid content and pigment production in Botryococcus Braunii
Kutzing KM-104. J.Acad.Indus.Res., 1(May), 820–824.
Vijayavenkataraman, S., Iniyan, S., & Goic, R. (2012). A review of climate change ,
mitigation and adaptation. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 16(1), 878–
897. https://doi.org/10.1016/j.rser.2011.09.009.
Widyastuti, C. R., & Dewi, A. C. (2014). Sintesis biodiesel dari minyak mikroalga Chlorella
Vulgaris dengan reaksi transesterifikasi menggunakan katalis KOH. Jurnal Bahan
Alam Terbarukan, 3(1), 29–33. https://doi.org/10.15294/jbat.v3i1.3099
Zhan, J., Rong, J., & Wang, Q. (2017). Mixotrophic cultivation, a preferable microalgae
cultivation mode for biomass/bioenergy production, and bioremediation, advances
and prospect. International Journal of Hydrogen Energy, 42(12), 8505–8517.
https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2016.12.021.
Zhang, X., Chen, H., Chen, W., Qiao, Y., He, C., & Wang, Q. (2014). Evaluation of an oil-
producing green alga Chlorella sp. C2 for biological DeNOx of industrial flue gases.
Environmental Science and Technology, 48(17), 10497–10504.
https://doi.org/10.1021/es5013824.

H a l | 133

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 125 - 134

Hal | 134

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai alternative………..Zulham Yusuf, et.al

Review

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif
pengganti energi fosil di masa depan

Development and efficiency of using bioenergy as an alternative energy
to replace fossil energy in the future

Zulham Yusufa,*, Amna Rizkya, Lamposma Lumban Gaolb, Albert Alzendro Mb
a Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung

Jl. Soekarno Hatta KM. 1, Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Indonesia
b Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
Jl. Sisingamangaraja No. 24 Medan, Indonesia
E⃰ mail: [email protected]

ABSTRAK

Sumber energi baru dan terbarukan atau yang biasa disingkat EBT seringkali
disebut sebagai solusi dalam menghadapi masalah krisis energi, mengingat
ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil masih tinggi. Naskah ini membahas
tentang sejauh apa pengembangan bioenergi dan efisiensi penggunaannya dalam
kehidupan sekarang ini. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
Indonesia mempunyai kapasitas pembangkit sumber energi sebesar 70,96 Giga Watt
(GW). Jumlah tersebut, berasal dari batubara sebanyak 35,36 persen; gas bumi 19,36
persen, minyak bumi 34,38 persen, dan EBT sebesar 10,9 persen. Melihat fakta tersebut
Indonesia mutlak membutuhkan penggantian sumber energi fosil menjadi EBT. Namun
sebagai negara yang kaya akan sumberdaya, Indonesia masih belum mengeksplorasi
sumber daya alternatifnya secara maksimal. Padahal Indonesia memiliki berbagai macam
sumber energi alternatif yang melimpah. Salah satunya adalah bioenergi yaitu sumber
energi terbarukan yang berasal dari makhluk hidup, seperti biomassa dan biofuel. Dengan
banyaknya keanekaragaman hayati di Indonesia ini, maka sudah selayaknya penggunaan
dan pemanfaatan sumber bioenergi menjadi prioritas dalam pencarian sumber energi
baru dan terbarukan di Indonesia.

Kata Kunci : energi baru dan terbarukan, sumberdaya energi alternatif, bioenergi

ABSTRACT

New and renewable energy sources commonly abbreviated NRE are often called as
solutions in coping with the problem of energy crisis, considering Indonesia’s dependence
on fossil fuel is still high. This article discusses the development of bioenergy and the
efficiency of bioenergy uses nowadays. According to the Ministry of Energy and Mineral
Resources, Indonesia has limited capability of energy resource generators of 70,96 Giga
Watt (GW). From that energy capacity, about 35.36 percent energy from coal; natural gas
about 19.36 percent; petroleum 34.38 percent, and NRE 10,9 percent. Considering this
fact, Indonesia absolutely needs to replace fossil energy with NRE. Indonesia is rich in
resources, but Indonesia has not yet explored its alternative energy resources optimally.
In fact, Indonesia has various kinds of abundant alternative energy sources, such as
bioenergy, which is a renewable energy source that comes from living things, for example,
biomass and biofuel. With the large amount of biodiversity in Indonesia, it is appropriate
that the use and utilization of bioenergy sources becomes a priority in the development of
new and renewable energy sources in Indonesia.

Keywords: new and renewable energy sources, alternative resources energy, bioenergy

H a l | 135

Created with PDFBear.com

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 135 - 148

I. PENDAHULUAN

Permintaan energi untuk masyarakat Indonesia terus bertambah mengikuti
pemenuhan gaya hidup manusia yang semakin banyak membutuhkan energi, jumlah
kendaraan dan perkembangan industri, serta terjadinya penambahan jumlah penduduk
yang terus naik setiap tahunnya. Pemenuhan kebutuhan energi tersebut sebagian besar
berasal dari energi bahan bakar fosil, seperti minyak, batubara, dan gas bumi.
Berdasarkan data dari Dewan Energi Nasional, kebutuhan energi Indonesia mencapai
290 Juta ton pada tahun 2020 (Dewan Energi Nasional, 2020). Akibatnya, ancaman
kelangkaan sumber energi pada tahun 2050 mendatang menjadi mimpi buruk bagi kita.
Masalah baru pun akan muncul tatkala kita tidak mampu menemukan sumber energi
baru, yaitu mengorbankan kelestarian lingkungan, serta adanya biaya investasi peralatan
dan operasional yang mahal. Fungsi lingkungan yang pasti akan dikorbankan saat
mengeksplorasi sumber minyak dan gas adalah kehilangan fungsi hutan, pencemaran
sungai dan laut.

Pada sisi lain, peningkatan pengeluaran modal dan biaya operasional akan
berdampak pada harga bahan bakar yang semakin mahal dan resiko beban kerugian
akan semakin meningkat. Belum lagi dampak bencana alam yang mengancam. Hal ini
membuat kita harus beralih dengan mencari sumber energi baru yang ramah lingkungan
dan terbarukan. Beruntungnya, Indonesia dikelilingi oleh beragam sumber energi dari
alam yang ramah lingkungan. Namun potensi ini belum tergali dengan baik. Berbagai
sumber energi tersebut diantaranya adalah biomassa, energi matahari, panas bumi,
angin, dan gelombang dan arus laut.

Ancaman krisis energi dimasa mendatang pun bisa kita persiapkan dengan matang
dari sekarang. Dalam keadaan internasional pun berdasarkan kajian Badan Energi
Internasional (Intenational Energy Agency-IEA) pemanfaatan energi baru dan terbarukan
masih sangat terbatas pada tahun 2010. Energi terbarukan menyumbang pasokan energi
dunia sebesar 16,7%. Kontribusi terbesar berasal dari energi biomassa yaitu 12,4%, yang
berasal dari etanol, biodiesel, biomassa panas, dan biomassa untuk listrik (Nur & Jusuf,
2014).

Pemanfaatan energi alternatif di Indonesia sangat gencar dilakukan belakangan ini,
sebab untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi di masyarakat yang setara dengan 23
juta kL bensin pada tahun 2010. Sementara itu, Pertamina hanya mampu menyediakan
sekitar 16 juta kL/tahun dan cenderung stabil, padahal kebutuhan masayarakat Indonesia
terus meningkat sekitar 10% setiap tahunnya. Dampaknya, pemerintah kewalahan dalam
memenuhi kebutuhan BBM untuk masyarakat. Selain itu, semakin menipisnya cadangan
energi fosil dan meningkatnya emisi karbon menjadi salah satu faktor penyebab
percepatan pemanfaatan energi alternatif. Menurut Kementerian Energi dan Sumber
Daya Alam (ESDM), cadangan minyak bumi akan habis 9 tahun lagi apabila tidak
ditemukan sumber cadangan baru. Untuk gas bumi diperkirakan akan habis 22 tahun
mendatang. Sedangkan cadangan panas bumi dan gas sekitar 65 tahun lagi. Oleh karena
itu, Indonesia diharapkan cepat tanggap dalam menemukan sumber-sumber energi
alternatif yang baru dan ramah lingkungan atau Indonesia akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan energinya. Naskah ini membahas tentang pengembangan
bioenergi dan efisiensi penggunaannya di Indonesia.

II. ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

Berdasarkan oleh proses terbentuknya dan ketersediaan sumbernya di alam, energi
dibedakan menjadi dua, yaitu energi fosil yang tidak terbarukan dan energi terbarukan.
Energi tidak terbarukan adalah energi yang ketersediaan sumbernya terbatas di alam dan
membutuhkan proses yang sangat lama dalam pembentukannya. Contoh dari energi ini
adalah energi fosil, diantaranya bahan bakar minyak, batubara dan gas bumi. Energi fosil

H a l | 136

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif ………….Zulham Yusuf, et.al

disebut pula sebagai energi konvensional yang telah mendominasi bauran energi global
maupun nasional sejak pertengahan abad 19.

Masyarakat dunia kini menyadari bahwa energi fosil tidak terbarukan dan
menimbulkan pencemaran lingkungan, sehingga perlu diseimbangkan dengan
penggunaan energi bersih dan terbarukan. Karena mulai menipisnya cadangan energi
fosil di dunia seperti minyak bumi sekitar 9 tahun, gas bumi sekitar 22 tahun, dan
batubara sekitar 65 tahun (Dirjen EBTKE, 2020), maka saat ini dibutuhkan penyeimbang
untuk menutupi kekurangan daripada energi fosil tersebut, yakni Energi Baru dan
Terbarukan.

Energi baru dan terbarukan adalah energi yang melimpah jumlahnya tak terbatas,
dan energi ini bersifat permanen karena dapat terus diproduksi berkelanjutan dan sangat
ramah lingkungan. Asal dari energi ini adalah unsur-unsur abiotik dan biotik di alam
sekitar kita yaitu arus air, tumbuhan, cahaya matahari, tenaga angin, dan sebagainya.
Energi terbarukan menjadi alternatif yang sangat efisien untuk memenuhi kebutuhan
energi dalam kehidupan manusia pada masa ini yang populasinya semakin naik. Diikuti
dengan kenaikan penggunaan segala perangkat elektronik dan mesin-mesin industri yang
membutuhkan sumber energi, sehingga mengurangi jumlah energi fosil yang tersedia
saat ini, yang akan semakin habis persediaannya karena tidak dapat melakukan
pembaharuan dalam waktu singkat.

2.1. Energi Panas Bumi

Gambar 1. Pembangkit listrik tenaga panas bumi (Sastriadi, 2021)

Energi panas bumi adalah energi alam yang berasal dari inti bumi juga dari kalor
yang dihantarkan dari matahari ke bumi. Contoh pembangkit listrik tenaga panas bumi
dapat dilihat pada Gambar 1. Indonesia diketahui mempunyai 40% potensi sumber daya
panas bumi di dunia, diperkirakan mencapai 28,000 Megawatt (Allard, 2010), dan
menempatkannya pada posisi kedua dibawah Amerika Serikat dalam hal menghasilkan
energi panas bumi (Richter, 2020). Sebagai ilustrasi 10 negara penghasil energi panas
bumi dapat dilihat pada Gambar 2. Sumber energi panas bumi dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi pembangkit listrik untuk keperluan rumah tangga.

H a l | 137

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 135 - 148

Gambar 2. Top 10 Negara Penghasil Panas Bumi (Aland,2010)
2.2. Energi Matahari

Gambar 3. Panel surya (Surya, 2016)
Energi ini didapatkan langsung sinar matahari, yaitu melalui cara dihimpun melalui
media khusus berupa panel (Gambar 3), sehingga energi yang dihasilkan biasa disebut
dengan tenaga surya. Pemanfaatan energi surya akan dibatasi oleh wilayah, karena sinar
matahari tidak selalu menjangkau semua wilayah. Energi surya dapat diperoleh pada
tempat-tempat yang disinari oleh matahari secara langsung. Aplikasi yang paling sering
ditemui diantaranya adalah pada lampu jalan, traffic light, yang dapat ditempatkan panel
surya di luar ruangan dan terkena sinar matahari secara langsung. Tenaga surya supaya
dapat digunakan lebi lama biasanya disimpan dalam baterai, sehingga energi yang
tersimpan dapat tetap digunakan pada malam hari. Aplikasi lainnya diantaranya untuk
pemanas air di suatu bangunan, pemanas gedung, pemanas oven, pengisi daya mobil
dan sebagainya. Potensi energi matahari di Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 4.8
KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru
sekitar 10 MWp saja (Kementerian ESDM RI, 2012).

H a l | 138

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif ………….Zulham Yusuf, et.al

2.3. Tenaga Angin

Gambar 4. Kincir angin pembangkit listrik (Anonim, 2020)
Tenaga angin ini dihasilkan lewat terdapatnya perbandingan temperatur hawa udara
sehingga dihasilkan angin. Kecepatan angin ini dimanfaatkan sebagai sumber tenaga
lewat turbin atau motor yang digerakkannya. Kekuatan serta kecepatan angin sangat
mempengaruhi putaran turbin yang dipakai untuk menghasilan tenaga. Energi gerak pada
turbin ini yang kemudian diubah menjadi energi listrik. Contoh kincir angina pembangkit
listrik dapat dilihat pada Gambar 4. Negara yang telah menggunakan tenaga angin
sebagai pembangkit listrik diantaranya adalah Amerika dan Belanda. Kondisi wilayah di
kedua negara ini yang dapat diterapkan pembangkit tenaga angin adalah daerah yang
terbuka serta mempunyai kecepatan angin yang sesuai keperluan, misalnya di dataran
tinggi ataupun di tepi laut lepas, dengan kecepatan angin yang kuat. Indonesia sendiri
memiliki potensi tenaga angin sebesar 978 MW, dan potensi yang terbesar saat ini ada di
wilayah Sidrap dan Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang bisa menghasilkan energy listrik
lebih dari 200 MW (Notosudjono, 2017).
2.4. Tenaga Air

Gambar 5. Pembangkit listrik tenaga air (Anonim, 2021)
Tenaga air adalah tenaga yang diperoleh dengan mengubah energi potensial air
menjadi energi mekanis oleh turbin. Energi mekanis kemudian diubah menjadi energi
listrik oleh generator dengan memanfaatkan tinggi dan kecepatan aliran air. Salah satu
pemanfaatan tenaga ini adalah dengan memanfaatkan bendungan untuk menghasilkan
listrik (Gambar 5). Success story di China yang merupakan produsen pembangkit listrik

H a l | 139

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 135 - 148
tenaga air terbesar di dunia, pembangkit listrik tenaga air mampu menyumbang 16,9%
dari kebutuhan listrik negaranya. Indonesia memiliki potensi tenaga air sebesar 75.000
MW yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia, tetapi yang dimanfaatkan saat ini baru
sekitar 10,1% saja atau sekitar 7.572 MW (Ferial, 2014).

2.5.Biomassa
Sumber energi ini bersumber dari tumbuh-tumbuhan dan binatang, yang dibedakan

dalam bentuk dan sifatnya yang dipakai untuk energi.

2.5.1 Biomassa padat
Biomassa padat dapat berasal dari kayu, tumbuhan atau sisa-sisa biomassa lainnya

sepeti tempurung kelapa atau cangkang sawit. Bahan-bahan tersebut biasanya
digunakan dalam proses pembakaran langsung dikarenakan sifatnya yang keras dan
serta mempunyai nilai kalor yang tinggi. Contoh aplikasinya pada pabrik sawit biasanya
memanfaatkan limbah cangkang dan serat buah sawit sebagai bahan baku untuk tenaga
uap dan listrik pabrik tersebut. Gambar 6 menunjukkan contoh briket padat.

.

Gambar 6. Briket Padat (Anonim, 2018)

2.5.2 Biomassa cair
Biodiesel merupakan salah satu contoh biomassa cair. Biodiesel dapat dihasilkan

dari tumbuhan seperti kelapa sawit, tebu, jagung, dan lain-lain. Kelemahan dari biodiesel
adalah akan berubah menjadi sabun apabila tercampur dengan basa. Apabila hal ini
terjadi akan mengakibatkan terjadinya pembakaran tidak sempurna. Aplikasinya sangat
diperlukan penyaringan untuk membersihkan logam-logam karena dapat mengikis karet
dan merusak. Biodiesel kurang berkembang di Indonesia, karena saat ini bahan bakar
minyak dan gas harganya masih lebih terjangkau di pasaran. Contoh biodiesel dan pabrik
bioethanol dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 7. Biodiesel B30 (Sorta, 2020)

H a l | 140

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif ………….Zulham Yusuf, et.al

Gambar 8. Pabrik bioetanol berbahan baku tetes tebu di Kediri (Ahmad, 2015)

2.5.3 Biomassa gas (Biogas)
Jenis biomassa yang berasal dari gas pembuangan dari kotoran hewan dan

sampah dapur rumah tangga yang dihimpun dalam sebuah reaktor penampungan gas
yang diolah dan disalurkan melalui pipa penyalur dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar
untuk memasak bahkan lampu penerangan. Contoh pemanfaatan biogas pada rumah
tangga dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Ilustrasi pemanfaatan biogas (Anonim, 2021)

III. PERKEMBANGAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN BIOENERGI SEBAGAI
ENERGI ALTERNATIF MASA DEPAN
Bioenergi merupakan energi terbarukan yang banyak dikembangkan di Indonesia

karena sumber bahan bakunya mudah ditemukan, beraneka ragam serta lengkap.
Bioenergi ini tidak hanya digunakan sebagai energi listrik tetapi bisa juga sebagai bahan
bakar. Saat ini Indonesia sendiri sedang mengembangkan biofuel/biodiesel yang
sekarang sudah sampai B30, ada juga biogas yang akan menggantikan peran gas bumi,
kemudian biomassa yang rencananya akan digunakan pada pembangkit tenaga listrik.

Pengembangan bioenergi saat ini sudah pada generasi keempat, yaitu mengganti
vegetable oil serta biodiesel menjadi gasoline. Pada awal pengembangannya, bioenergi
ini dinilai kurang etis karena berkompetisi dengan bahan pangan sehingga menimbulkan
kekurangan bahan baku. Generasi kedua menggunakan bahan diluar pangan serta pakan
antara lain pemakaian limbah serta tumbuhan yang didedikasikan untuk pengembangan
tenaga, yang mengganti biomassa menjadi liquid technology. Pengembangan bioenergi
generasi ketiga, merupakan pengembangan biofuel oligae. Yaitu pemanfaatan alga
sebagai sumber energi. Bahkan, pengembangannya telah sampai pada pemanfaatan
untuk bahan bakar pesawat terbang.

H a l | 141

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 135 - 148

Pada tahun 2005, negera-negara di benua Amerika bagian Selatan sudah
memproduksi 16,3 milyar ethanol, menyumbang 33,3 persen produksi dunia yang
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dari ethanol sebanyak 42% (Azahari, 2008). Dengan
berkembangnya teknologi hybrid, di Brazil tidak terdapat lagi kendaraan yang murni
memakai gasoline, namun setidaknya sudah memakai 20- 25% ethanol( E25). Serta dari
informasi yang terdapat, sebanyak 3 juta mobil di Brazil yang beroperasi sudah memakai
100% bioethanol serta 6 juta mobil berteknologi hybrid (Lemos, 2007). Diagram yang
mengilustrasikan negara penghasil ethanol dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Produksi ethanol dunia berdasarkan negara (Anonim, 2019)

Indonesia nampaknya telah menetapkan substitusi bahan bakar fosil yang diawali
dengan pengembangan biofuel. Pangsa bioenergi dalam bahan bakar terbarukan
mencapai 51,1 persen yang selanjutnya menurun bertahap namun tetap tinggi, yakni
sekitar 39 persen pada tahun 2050. Jika dilihat dari bentuknya, bahan bakar terbarukan
didominasi oleh energi listrik yang mencapai 75 persen. Energi terbarukan dalam bentuk
bahan bakar minyak ditargetkan sekitar 25 persen dari total kebutuhan 75,27 Juta kilo liter
(kl) angka total kebutuhan tersebut berdasarkan dari perkiraan Kementrian Energi dan
sumber daya alam RI. Biofuel yang tidak berupa bahan bakar minyak termasuk biogas
dan biomassa padat, keduanya dapat digunakan untuk bahan baku listrik. Berikut
diuraikan alasan-alasan kenapa biofuel pilihan terbaik sebagai prioritas pengembangan
solusi energi masa depan untuk Indonesia dan untuk dunia secara umum. Seperti yang
diuraikan berikut ini, ada paling sedikit ada lima argumen keunggulan biofuel
dibandingkan dengan sumber energi lainnya yaitu, (1) mampu mensubstitusi bahan bakar
fosil yang mendominasi bauran energi saat ini, (2) terbarukan, (3) berdaya saing ekonomi,
(4) ramah lingkungan, serta (5) aman bagi kesehatan dan keselamatan manusia.

Gambar 11. Biodiesel (Kasih, 2018)

H a l | 142

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif ………….Zulham Yusuf, et.al

Sebagian besar peralatan dan mesin yang ada saat ini dirancang dan dibuat
berdasarkan asumsi menggunakan bahan bakar fosil. Dengan demikian, pilihan strategi
energi masa depan ialah mengembangkan bahan bakar yang dapat menggantikan
langsung bahan bakar fosil dengan atau tanpa menyesuaikan peralatan atau mesin
pengguna terlebih dahulu. Sudah pasti, penggantian bahan bakar fosil dimaksud bisa
melalui pencampuran bahan bakar fosil dengan bahan bakar penggantinya (blending)
sebagian atau seluruhnya dengan menggunakan bahan bakar pengganti murni, yakni
tanpa dicampur dengan bahan bakar fosil.

Secara teknis, biofuel adalah subsitusi terbaik bagi bahan bakar fosil dengan
beberapa alasan. Pertama, molekul kimia bahan bakar fosil dan biofuel sama-sama
berbasis hidrokarbon karena keduanya berasal dari bahan organik. Kedua, wujud fisik
bahan bakar fosil dan biofuel sebanding, keduanya bisa dalam wujud padat, cair (minyak),
dan gas. Ketiga, kemajuan teknologi telah memungkinkan aneka jenis biofuel yang
sepadan dengan bahan bakar fosil baik dalam hal sifat kimiawi maupun sifat fisika.
Sebagai gambaran, kemajuan teknologi kini telah memungkinkan pembuatan biodiesel
untuk menggantikan petrodiesel maupun bensin (gasoline). Bahan baku biofuel kini telah
meluas ke penggunaan biji-bijan berminyak seperti kelapa sawit, kedelai, rapeseed, dan
bunga matahari. Banyak negara sudah melegalkan produksi dan penggunaan biofuel
secara komersial dengan ketentuan dan standar tertentu.

Penggunan biofuel yang semakin meluas dan meningkat di banyak negara,
termasuk negara-negara maju, merupakan bukti bahwa biofuel dapat langsung digunakan
untuk menggantikan bahan bakar fosil tanpa penyesuaian alat dan mesin. Kini disepakati
dan diterima secara umum bahwa pencampuran biofuel dengan bahan bakar fosil hingga
perbandingan 30: 70 (B30) dapat menggantikan solar murni tanpa penyesuaian peralatan
dan mesin. Praktik yang umum dilakukan saat ini ialah berupa pencampuran (blending).
Bahan bakar fosil seperti petrodiesel dan bensin dicampur dengan minyak nabati murni
dengan komposisi tertentu. Sebagai bagian dari strategi sosialisasi serta penyesuaian
bertahap agar berjalan mulus, penggunan biofuel dilakukan sebagai campuran bahan
bakar fosil dimulai dengan kadar rendah (misalnya 5 persen) dan kemudian ditingkatkan
menjadi 10 persen, 20 persen atau bilangan lainnya. Indonesia kini sudah menerapkan
B30 sebagai mandator sejak 2020. Kebijakan mandatori biodiesel itu merupakan salah
satu bukti tekad Indonesia untuk menjadikan biofuel sebagai sumber energi utama di
masa depan. Contoh biodiesel 20 dapat dilihat pada Gambar 11. Kelebihan biodiesel B30
dapat dilihat pada Gambar 12.

Biodiesel B30 telah diluncurkan oleh Bapak Presiden Jokowi sejak akhir Desember
2019 Biodiesel ini berbahan dasar dari solar dan minyak kelapa sawit yang dicampur
melalui blending.

Pada dasarnya, penggunaan sumber energi terbarukan seperti halnya bioenergi,
bukan saja untuk menggantikan energi fosil yang sudah menipis, tetapi juga untuk
mengatasi dan mengurangi pencemaran (air, udara, dan sebagainya), membantu
terciptanya lingkungan yang sehat/mengurangi kerusakan lingkungan, menjaga
kelestarian alam karena kerusakan yang diakibatkan oleh penambangan energi fosil,
bahkan hingga menghemat pengeluaran baik masyarakat ataupun industri. Misalnya saja
biogas, yang merupakan sumber energi terbarukan yang bersih, yang dapat menjaga
peralatan dapur tetap bersih dan baik, karena tidak menghasilkan asap. Biogas dikatakan
sebagai pengganti gas alam. Bahkan masyarakat ataupun petani dapat menghasilkan
biogas dari limbah tanaman dan kotoran ternak yang mereka pelihara.

H a l | 143

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 135 - 148

Gambar 12. Kelebihan Biodiesel B30 (Ramadhan,2018)

Secara sederhana, efisiensi dari penggunaan bioenergi sebagai subsitusi bahan
bakar fosil yang umum digunakan sekarang ini salah satunya adalah dari nilai ekonomi.
Contoh kecilnya adalah perbandingan harga satu tabung gas elpiji (LPG) dengan minyak
tanah. Satu Tabung gas elpiji 12 kg dihargai sekitar 90 ribu rupiah, sedangkan harga
minyak tanah sekitar 15 ribu per liter. Jika satu keluarga menggunakan 1 tabung elpiji
12kg untuk satu bulan, maka pengeluaran per hari sekitar 3000 rupiah. Sangat jauh jika
dibandingkan penggunaan minyak tanah yang digunakan 1 liter per hari. Simulasi
perhitungan biaya penggunaan bahan bakar fosil dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Simulasi perhitungan biaya penggunaan bahan bakar fosil

Kebutuhan Minyak Tanah Gas LPG
Banyak penggunaan harian @1 Liter per hari @0,4 Kg Perhari
Banyak penggunaan bulanan @0,4 x 30 = 12 kg/ Bulan
Harga Bahan Bakar @30 Liter Per bulan Rp.90.000/Per 12 Kg
Total Pengeluaran 1 bulan Rp.15.000-/Perliter Rp.90.000/Per 12 Kg
Rp.450.000(15x30)

Menurut Widianto (2020), masyarakat lereng Semeru yang sebelumnya
menggunakan kayu bakar mampu mewujudkan desa mandiri energi dengan
memanfaatkan biogas yang bersumber dari kotoran sapi ternak mereka sendiri, yang
ditampung dalam sebuah reaktor penampungan untuk pengolahan biogas. Ilustrasi

H a l | 144

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif ………….Zulham Yusuf, et.al

pemanfaatan biogas untuk keperluan memasak dapat dilihat pada Gambar 13. Berikut ini
adalah efisiensi keuntungan yang diperoleh dari penggunaan bioenergi sebagai energi
terbarukan, yaitu:
1. Efisiensi Pengolahan, yaitu prosesnya relatif lebih mudah dan mengurangi volume

limbah;
2. Efisiensi Energi, yaitu menghasilkan energi yang bersih dan dapat diperbaharui;
3. Efisiensi Lingkungan, yaitu mengurangi emisi gas dan karbon; dan
4. Efisiensi Sosial dan Ekonomi, yakni mengurangi pengeluaran masyarakat karena

sumber dan harganya yang relatif lebih murah dan terjangkau (Elisabeth & Rusdiana,
2011). Peranan informasi juga sangat dibutuhkan untuk menunjang penggunaan
bioenergi di masyarakat dan industri menjadi lebih maksimal, salah satunya dengan
cara memberi pengarahan, penyuluhan dan pelatihan agar masyarakat dan industri
terutama IKM mampu menguasai pengaplikasian bioenergi sederhana, sehingga
usahanya menjadi lebih menguntungkan. Pemanfaatan bioenergy dapat dilihat pada
Gambar 14.

Gambar 13. Pemanfaatan biogas oleh seorang ibu rumah tangga (Ramli, 2021)

Gambar 14. Ilustrasi contoh pemanfaatan bioenergi (Garsoni, 2019)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan perkembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai
energi alternatif masa depan di Indonesia dapat ditarik kesimpulan bahwa ketersediaan
sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia masih banyak yang belum termanfaatkan

H a l | 145

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 135 - 148

dengan baik. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan memang sudah gencar
dilaksanakan di Indonesia namun sebagian besar masih bergantung dari sumber-sumber
abiotik seperti panas bumi, panas matahari, arus air, dan tenaga angin, sementara untuk
bioenergi masih terbatas. Adapun saran yang bisa penulis berikan adalah pemanfaatan
bioenergi di Indonesia harus lebih dikembangkan lagi mengingat masih melimpahnya
sumber energi tersebut di lingkungan sekitar masyarakat kita, terutama di daerah
pedesaan yang tersedia kotoran-kotoran hewan yang bisa digunakan sebagai bahan
sumber dari Biogas. Kemudian produk pemanfaatan biodiesel B30 selayaknya bisa lebih
di galakkan ketersediaanya di SPBU milik pertamina agar lebih dikenal dan digunakan
oleh masyarakat tanpa harus menyesuaikan dengan mesin kendaraan masyarakat
umum. Kebanyakan mesin kendaraan yang dipasarkan di Indonesia umumnya kurang
compatible dengan biodiesel karena hanya dibuat untuk bahan bakar fosil, sehingga
penggunaan biodiesel masih harus dicampurkan dengan bahan bakar fosil dengan
komposisi tertentu. Produk kendaraan yang mampu menggunakan bahan bakar hybrid
hendaknya mendapat perhatian baik dari segi pengembangannya maupun
pemasarannya, sehingga suatu saat Indonesia tidak perlu bergantung lagi dengan bahan
bakar fosil yang makin terbatas.

UCAPAN TERIMAKASIH

Tim penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan-rekan yang telah
banyak membantu dalam penyusunan artikel review ini. Penyusun juga berterimakasih
kepada Ibu Dra. Prima Yudha Hayati, M.T.A. dan Bapak M. Nilzam, ST, M.A. untuk
dukungan dan bantuannya dalam penyusunan artikel ini. Dan kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada tim panitia Seminar Industri Hijau yang telah memberikan kami
kesempatan untuk membuat artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Faizal (2015, February 2) Pabrik Bioetanol Berbahan baku tetes tebu dibangun di

Kediri. Ramesia. Retrived from

https://regional.kompas.com/read/2015/02/16/20014961/Pabrik.Bioetanol.

Berbahan.Baku.Tetes.Tebu.Dibangun.di.Kediri

Aland. (2020, Agustus 15). Think geo energy research. Retrived from

https://www.thinkgeoenergy.com/tag/2020/

Allard, T. (2010). Indonesia’s hot terrain set to power its future. Sydney: The Sydney

Moning Herald.

Anonim. (2020, Agustus 03). Mega turbin angin lepas pantai pertama akan dibangun di

perairan Malaysia. Tribunnews. Retrived from

https://www.tribunnews.com/sains/2020/08/03/mega-turbin-angin-lepas-pantai-

pertama-akan-dibangun-di-perairan-malaysia

Anonim. (2020, Mei 23). Listrik Investor boleh bangun plta skala besar ini syaratnya.

Listrik Indonesia. Retrived from:

https://www.listrikindonesia.com/investor.boleh.bangun.plta.skala.besar.ini

.syaratnya.55777.html .

Anonim. (2018, February 15). Cara membuat briket dan peluang usahanya yang

menjanjikan. Situs Berita Rerived from https://majalah.ramesia.com/briket/

Anonim. (2020). Fixed doom. Biru. Retrived from www.biru.or.id/fixed-dome

Anonim. (2020, Maret 9). US tops as number one ethanol Producer consumer and

explorter. Retrived from https://bioenergyinternational.com/markets-finance/us-tops-

as-number-one-ethanol-producer-consumer-and-exporter.

H a l | 146

Pengembangan dan efisiensi penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif ………….Zulham Yusuf, et.al

Azahari, D.H. (2008). Pengembangan industri biofuel (Tantangan baru untuk sektor
pertanian). Makalah disampaikan pada seminar Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
dan Analisa Kebijakan Pertanian. Bogor, 11 April 2008.

Dewan Energi Nasional. (2020). Laporan kajian penelaahan neraca energi nasional.
Jakarta: Sekretariat Jenderal Dewan energi Nasional.

Direktorat Jendral EBTKE. (2020). Siaran Pers Nomor: 311.Pers/04/SJI/2020 tanggal 22
Oktober 2020.

Elizabeth, R. & Rusdiana, S. (2011). Efektifitas pemanfaatan biogas sebagai sumber
bahan bakar dalam mengatasi biaya ekonomi rumah tangga di pedesaan. Prosiding
Seminar Nasional Era Baru Pembangunan Pertanian: Strategi Mengatasi Masalah
Pangan, Bioenergi dan Perubahan Iklim. Bogor.

Ferial. (2014, Juli 2). Kebijakan Pengembangan Tenaga Air. Retrived from
https://ebtke.esdm.go.id/post/2014/07/02/628/kebijakan.pengembangan.tenaga.air.

Garsoni, S. (2019, September 1). Penanganan sampah kawasan komersial. Posko Hijau.
Retrived from http://www.sampah.biz/2019/09/penanganan-sampah-kawasan-
komersial.html

Kasih, L. (2018, September 12). Empat point kesepakatan penggunaan biodiesel ini
aturan mainya. Joss.id. Retrived from https://joss.co.id/2018/09/empat-point-
kesepakatan-penggunaan-biodiesel -ini-aturan-mainnya

Kementerian ESDM RI. (2012, Juni 19).Matahari untuk PLTS di Indonesia. Kementerian
ASDM RI. Retrived from https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-
berita/matahari-untuk-plts-di-indonesia.

Lemos, W. (2007, November 12). Brazil’s flex fuel car production rises, boosting ethanol

consumption to record high. ICIS. Retrived from

https://www.icis.com/explore/resources/news/2007/11/12/9077311/brazil-s-flex-fuel-

car-production-rises-boosting-ethanol-consumption-to-record-highs/

Notosudjono, D. (2017). Teknologi energi terbarukan. Bogor: UNPAK Press.

Nur, S. M., & Jusuf, J. (2014). Biomassa bahan baku dan teknologi konversi untuk energi

baru dan terbarukan: Kajian pustaka dan gagasan aplikasi di Indonesia. Bogor: PT

Insan Fajar Mandiri Nusantara.

Ramadhan, F. M. (2019, 19 Desember). Ini keunggulan bahan bakar campuran biodiesel

B30 saat uji coba. Majalah Online Tempo. Retrieved From

https://grafis.tempo.co/read/1922/ini-keunggulan-bahan-bakar-campuran-biodiesel-

b30-saat-uji-coba

Ramli, R. R. (2021, Maret 23). Sudah 12 tahun berjalan ini perkembangan program

biogas rumah. Kompas..com. Retrived from

https://money.kompas.com/read/2021/03/23/192756626/sudah-12-tahun-berjalan-

ini-perkembangan-program-biogas-rumah

Richter, A (27 Januari 2020). The top 10 geothermal countries 2019 – based on installed

generation capacity. Think GeoEnergy - Geothermal Energy News. Retrived from

"The Top 10 Geothermal Countries 2019 – based on installed generation capacity

(MWe)".

Sastriadi, A. (2021, Februari 27). PLTP Ulubelu pasok 20 persen listrik untuk Lampung.

Radar Lampung Online. Retrieved from https://radarlampung.co.id/pltp-ulubelu-

pasok-20-persen-listrik-untuk-lampung/

Sorta, T. (2020, 13 Februari) Berbagai klaim dan masalah pemakaian bahan bakar B30.

Katadata. Retrieved From https://katadata.co.id/sortatobing/ekonomi-

hijau/5e9a495c5e495/berbagai-klaim-dan-masalah-pemakaian-bahan-bakar-b30

Surya. (2016, Maret 04). Energi tenaga surya Indonesia. Blog Lingkungan. Retrived from

http://suryautamaputra.co.id/blog/2016/03/04/energi-tenaga-surya indonesia/

Widianto, E. (2020, Oktober 17). Biogas jadi katalisator perbaikan lingkungan di Desa

Lereng Semeru Ini. Mongabay. Retrieved from

H a l | 147

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 135 - 148
https://www.mongabay.co.id/2020/10/17/biogas-jadi-katalisator-perbaikan-
lingkungan-di-desa-lereng-semeru-ini/

H a l | 148

Pemanfaatan limbah septik-tank sebagai potensi sumber energi biogas.….A K Nugroho, et al.

Pemanfaatan limbah septik-tank sebagai potensi sumber energi biogas
Septic-tank waste utilization as potential of biogas energy resource

A K Nugroho1, M N Abdillah1,A P Retno2, S T Silalahi2
1 Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
Jl. Perindustrian II No. 12,
2 Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
Jl. Sisingamangaraja No.24,
*[email protected]
*[email protected]

ABSTRAK

Energi sangat dibutuhkan manusia agar dapat beraktifitas. Kebutuhan energi
diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Biogas
merupakan sumber energi terbarukan yang penting sebagai substitusi kebutuhan bahan
bakar rumah tangga. Biogas merupakan bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahan-bahan organik seperti tinja manusia dan kotoran ternak.
Fermentasi terjadi dengan bantuan bakteri anaerob (bakteri yang hidup di lingkungan
tanpa oksigen). Bakteri anaerob menghasilkan biogas dengan memfermentasikan zat
organik menjadi gas metana, karbondioksida, hidrogen, serta hidrogen sulfida. Gas yang
digunakan sebagai sumber bahan bakar adalah gas metana. Tujuan penulisan review ini
adalah untuk mengkaji potensi pemanfaatan limbah septik-tank untuk tujuan pemanfaatan
sumber energi bagi masyarakat umum skala kecil dan menengah, dan menentukan
sistem instalasi yang optimal berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada.
Penerapan biodigester komunal pada program pemanfaatan rumah subsidi yang
diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain dapat membantu
masyarakat dalam menghemat pengeluaran, dapat sebagai energi alternatif pengganti
LPG, dapat menghasilkan energi listrik, mengurangi pencemaran lingkungan, dan hasil
ampas atau buangan tersebut bisa digunakan untuk pupuk.

Kata Kunci: biogas, energi terbarukan, septik-tank

ABSTRACT

Energy is needed by humans in order to be active. Energy needs are obtained from
renewable and non-renewable sources. Biogas is an important renewable energy source
as a substitution for household fuel needs. Biogas is a type of alternative fuel obtained
from the fermentation process of organic materials including human faeces and animal
dung. Fermentation process was held by anaerobic bacteria (bacteria that live in an
environment without oxygen). Anaerobic bacteria work by fermenting organic substances
into methane, carbon dioxide, hydrogen, and hydrogen sulphide. The gas that used as a
fuel source is methane. The purpose of writing this review is to examine the potential
utilization of septic-tank waste for the purpose of utilizing energy sources for the general
public on a small and medium scale, and to determine the optimal installation system
based on existing studies. The subsidized housing utilization program is intended for low-
income communities (MBR). Besides being able to help the community in saving
expenses, it can be used as an alternative energy to replace LPG, can produce electrical
energy, reduce environmental pollution, and the results of the dregs or waste can be used
for fertilizer.

Keywords: biogas, renewable energy, septic tank

H a l | 149

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 149 - 158

I. PENDAHULUAN

Penduduk Indonesia pada tahun 2020 berjumlah 270,2 juta jiwa dan diperkirakan
akan terus bertambah (Badan Pusat Statistik, 2020). Mayoritas penduduk Indonesia
menggunakan LPG (Liquified Petroleum Gas) dalam melakukan aktivitas memasak, hal
tersebut tidak lepas dari keberhasilan program konversi minyak tanah ke LPG yang telah
dilakukan pemerintah. Hal tersebut menimbulkan permasalahan baru yang berkaitan
dengan pasokan selanjutnya. LPG berasal dari gas alam yang tidak menentu
persediaannya saat ini, karena proses pembentukannya sendiri memerlukan jutaan tahun
dari penguraian organisme hidup (Tuti, 2006). Sebanyak 50% dari penggunaan tersebut
masih berasal dari impor. Meningkatnya kebutuhan konsumsi mendesak diperlukannya
energi baru dan terbarukan. EBT di Indonesia masih belum terkelola dan maksimal
penggunaannya, walaupun memiliki potensi beragam. Potensi energi tersebut contohnya:
bioenergy, energi angin, energi surya, panas bumi, gas, energi nuklir, dan sumber energi
nabati.

Berdasarkan RPJMN 2015-2019, rencana jumlah tempat hunian layak yang akan
dikembangkan oleh pemerintah adalah sebanyak 2,2 juta unit selama 5 tahun. Banyaknya
jumlah hunian ini, tidak terlepas dari masalah sanitasi yang memadai. Sanitasi yang
masih menjadi permasalahan berkaitan dengan pengelolaan limbah tinja manusia.
Limbah ini dihasilkan secara alami oleh proses pencernaan tubuh manusia. Survei
Ekonomi Nasional pada tahun 2006 menunjukkan bahwa pengguna septik-tank hanya
sebanyak 40,67% dari total jumlah rumah tangga, terlebih di pedesaan hanya 24,37%
yang memiliki tangki septik. Padahal, sanitasi tinja manusia yang tidak terkelola akan
mengakibatkan polusi pemandangan dan penciuman serta pencemaran air tanah dan
tanah (Talakua, 2019). Sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kesadaran yang
rendah terhadap pembuangan kotoran. Dengan pemanfaatan biogas, diharapkan dapat
membantu percepatan transisi penggunaan energi alternatif pengganti BBM (Rianawati et
al., 2021).

Selain untuk pemeliharaan kualitas lingkungan, pengelolaan limbah septik-tank
dapat menghasilkan manfaat yang memiliki daya guna bagi manusia. Limbah tinja atau
limbah septic tank mengandung kadar organik tinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai
penghasil biogas yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan rumah tangga (terutama
pada sektor rural), sebagai sumber energi alternatif biogas pengganti bahan bakar elpiji
(Yadvika, Santosh, Sreekrishnan, Kohli, & Rana , 2004). Biogas adalah salah satu jenis
bahan bakar alternatif yang didapatkan dari hasil proses fermentasi bahan-bahan organik
termasuk tinja manusia oleh bakteri anaerob (bakteri yang tidak membutuhkan oksigen
untuk beraktivitas). Biogas ketika dipakai untuk memasak, tidak menimbulkan asap
sehingga alat-alat masak tetap bersih, berbeda ketika memasak menggunakan kayu atau
arang atau minyak tanah. Biogas dapat dikategorikan sebagai bahan bakar bersih yang
unggul sebagai substitusi bahan bakar minyak atau gas alam. Tidak hanya tinja manusia
yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan energi, urine juga memiliki nilai
tambah sendiri yang bisa dimanfaatkan sebagai fertilizer pada kultivasi tanaman kubis
(Pradhan, Nerg, Sjöblom, Holopainen, & Heinonen-Tanski, 2007). Urin mengandung
bahan organik tinggi nutrien (N, P, dan K) untuk dijadikan pupuk yang menyuburkan
tanaman (Rofiqoh, 2010).

Teknologi yang tepat untuk digunakan dalam pengelolaan limbah tinja manusia saat
ini adalah digester tipe anaerobik karena prosesnya menggunakan sumberdaya yang
sedikit, baik itu energi, nutrisi, dan volume reaktor, terlebih lagi menghasilkan sedikit
limbah (Metcalf & Eddy, 2003). Produksi biogas memerlukan instalasi reaktor biogas
(digester) yang rapat dan kedap dari udara sehingga proses dekomposisi bahan-bahan
organik dapat berjalan optimal (Wahyuni Suryahad, & Saleh, 2008). Produksi biogas
mencapai nilai optimal saat pH campuran input berkisar antara 6-7 (Wardahni & Marsono,
2011). Produksi gas optimal terjadi saat mesofilik antara suhu 25°-35°C (Price &

Hal | 150

Pemanfaatan limbah septik-tank sebagai potensi sumber energi biogas.….A K Nugroho, et al.

Cheremisinoff, 1981). Produk utama hasil dari digestif reaktor adalah gas metana yang
berkarakteristik tidak berbau, tidak berwarna, dan memiliki nilai bakar tinggi pada
hidrokarbon.

Menurut Wahyuni (2011) biogas dapat menyala dengan energi 6400 – 6600
kcal/m3. Sebanyak 1 m3 biogas setara dengan energi 0,62 liter minyak tanah, 0,46 kggas
elpiji, kemudian 0,62 liter minyak solar, 0,08 liter bensin dan 3,5 kg kayu bakar (Monika,
2013). Penerapan teknologi biogas dapat mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga
untuk pembelian bahan bakar (Oktavia & Firmansyah, 2016). Selain itu, biogas
mempunyai keuntungan dan manfaat bagi lingkungan, karena pengelolaan limbah
sebagai bahan baku biogas dapat membantu mencegah pencemaran lingkungan dan
penyebaran penyakit. Keuntungan lain penggunaan biogas antara lain: mengurangi efek
rumah kaca, mengurangi polusi bau, sebagai fertilizer, dan produksi daya serta panas
(Darma, 2015).

Tujuan penulisan review ini adalah untuk mengkaji potensi pemanfaatan limbah
septik-tank untuk tujuan pemanfaatan sumber energy bagi masyarakat umum skala kecil
dan menengah, dan menentukan sistem instalasi yang optimal berdasarkan penelitian-
penelitian yang sudah ada.

II. PROSES PEMBUATAN BIOGAS
Pembuatan biogas pada prinsipnya memanfaatkan hasil dari dekomposisi bahan

organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) berupa gas metana dan karbon
dioksida. Suhu yang baik untuk proses tersebut sekitar 30-55°C. Pada suhu tersebut,
mikroorganisme dapat memproses material organik secara optimal. Media utama untuk
biogas adalah digester yang berfungsi untuk memproses dekomposisi organik dan
menampung gas metana. Digester model continuous feeding merupakan digester yang
paling banyak digunakan. Digester tipe ini pengisian bahan organiknya dilakukan secara
kontinyu atau terus menerus. Pengisian yang berkelanjutan ke dalam sistem digester
yang tersambung dengan kloset toilet akan terus berjalan sesuai prinsip mekanika fluida
(Triatmojo, 2003). Apabila kotoran masuk ke dalam septik tank maka sisa yang berlebih
akan keluar menuju kolam pembuangan.

Pada penelitian Talakua (2019) dan Wardahni & Marsono (2011) digunakan jenis
biodigester Fixed Dome Reactor. Digester tipe ini dianggap cocok untuk skala komunal.
Model septik-tank menggunakan bahan semen cor yang bisa didapatkan di toko bahan
bangunan. Desain septik-tank sentral menggunakan contoh model digester yang
dilengkapi dengan reaktor biogas model Fixed Dome Reactor (Gambar 1). Dimensi
volumenya dibuat dua kali dari volume septik-tank resapan. Hal ini untuk menyesuaikan
kapasitas digester komunal yang tentunya lebih besar.

Gambar 1. Reaktor Biogas Model Fixed Dome (Talakua, 2019)

H a l | 151

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 149 - 158
Reaktor biogas tipe fixed dome tersebut dipilih karena memiliki beberapa kelebihan

diantaranya umur pemakaian lama dapat mencapai 18-20 tahun; menggunakan bahan-
bahan lokal yang mudah didapat, pemakaian model konstruksi dome dianggap mampu
menahan beban dari dalam maupun atas permukaan tanah sehingga tidak rawan roboh,
suhu bahan di dalam reaktor biogas dapat terjamin kestabilannya, lahan yang digunakan
lebih hemat, perawatan relatif mudah dan murah, dan operasional alat lebih mudah(Kholiq
& Muharom, 2015).

Pada umumnya, reaktor biogas letaknya tidak jauh dari rumah warga agar dapat
langsung di salurkan untuk dimanfaatkan. Bentuk ilustrasi rancangan alat biogas digester
untuk pemanfaatan tinja manusia ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi konsep pembuatan digester biogas

Pembuatan biogas dari tinja diawali dengan mencampur tinja dengan air sampai
terbentuk lumpur, lalu dialirkan kedalam digester. Setelah digester penuh, digester ditutup
supaya terjadi proses fermentasi. Energi biogas umumnya didominasi oleh gas metan
(60-70%), karbondioksida (30-40%) dan beberapa gas lain dalam jumlah yang lebih kecil
(Febrianto & Priyono, 2012). Pada hasil di lapangan Gas pada hari ke-1 sampai ke-8
dibuang kerna gas tersebut adalah gas CO2. Lalu hari ke-10 baru terbentuk gas metan.
Komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas sudah bisa digunakan. Pada hari ke-14
gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas, dan
menghasilkan energi yang terbarukan (Erlita, 2016).

Proses pemanfaatan hasil biodigester juga perlu melalui penyaringan untuk
mencegah kandungan racun yang dapat mempengaruhi manusia di sekitar serta
meminimalisir kesulitan dalam proses digesting. Metode yang digunakan bisa
menggunakan perlakuan fisik sebelum pemrosesan (pre-treatment), dekompresi cepat,
autohidrolisis, perlakuan asam atau alkali, pelarutan leaching, superkritis, pre-treatment
oksidasi atau biologis, maupun kombinasi gasifikasi dan fermentasi (Patinvoh, Osadolor,
Chandolias, Horvath, &Taherzadeh, 2017).

III. PERENCAAN INSTALASI BIODIGESTER SKALA KOMUNAL
Penelitian Talakua (2019) menampilkan pemanfaatan bioenergi alternatif dari tinja

manusia, memfokuskan pada perancangan sistem instalasi septic-tank yang
tersentralisasi pada lingkup tahap perancangan perumahan. Bagi pemerintah daerah,
program perumahan subsidi dirasa layak untuk dikembangkan untuk mewujudkan
pemanfaatan sumber energi terbarukan. Dari tahap perencanaan, dilakukan identifikasi
untuk menentukan rancangan digester yang dibutuhkan untuk skala RT (rukun tetangga).

Hal | 152

Pemanfaatan limbah septik-tank sebagai potensi sumber energi biogas.….A K Nugroho, et al.

Instalasi biodigester skala komunal ini menggunakan beberapa unit septik-tank yang
mewakili septik-tank rumah tangga dalam satu blok RT dengan dimensi tertentu. Hasil
pengamatan yang dilakukan berupa pengukuran tekanan gas yang dihasilkan biodigester
selama beberapa minggu. Penggunaan gas hasil fermentasi dari biodigester untuk satu
blok RT menggunakan instalasi pipa tersentralisasi yang berpusat pada reaktor biogas di
bagian akhir (Gambar 3). Hasil dari fermentasi berupa biogas kemudian dapat dialirkan ke
masing-masing rumah menggunakan pipa-pipa.

Gambar 3. Denah Perumahan yang Mengaplikasikan Metode Instalasi Tersentralisasi
(Talakua, 2019)

Hasil pengukuran tekanan gas pada salah satu sampel periode (per minggu)
ditampilkan dalam grafik peningkatan tekanan pada reaktor biogas pada Gambar 4.

25 22.91

20 17.07

N/m2 15 11.63

10 23 4
6.24 Minggu ke-

5

0
1

Gambar 4. Grafik Tekanan Gas pada Reaktor Biogas per Minggu (Talakua, 2019)

H a l | 153

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 149 - 158

Berdasarkan salah satu contoh data hasil pengukuran level tekanan gas pada
reaktor per minggu, dapat disimpulkan bahwa terjadi akumulasi tekanan gas yang
berbanding lurus dengan volume sampel dan jangka waktu fermentasi. Penambahan
akumulasi level tekanan gas menunjukkan bahwa penerapan sistem instalasi pipa septik-
tank tersentralisasi dapat meningkatkan volume gas yang dihasilkan dari tinja.
Berdasarkan perhitungan limbah dari buangan kotoran tinja per RT setiap harinya, biogas
yang dihasilkan bisa mencapai 3,54 m3. Dengan kapasitas dimensi rancangan awal
reaktor biogas, didapatkan volume 4 m3. Kapasitas tersebut diasumsikan mencukupi
kebutuhan ketersediaan biogas untuk perkiraan penggunaan 1 RT. Hasil pemanfaatan
pengolahan limbah kotoran manusia menjadi biogas dapat menghemat pengeluaran
bahan bakar rumah tangga hingga Rp 2,5 juta per bulan (Deddy, 2014). Pemanfaatan
biogas skala rumah tangga dapat terus dikembangkan hingga menjadi skala menengah
hingga besar (perkotaan), dengan kenaikan permintaan energi terbarukan yang semakin
terlihat khususnya wilayah padat penduduk (Mao, Feng, Wang, & Ren, 2015).

IV. BIODIGESTER TINJA MANUSIA DAN KOTORAN TERNAK

Pada penelitian (Wardahni & Marsono, 2011), dilakukan perhitungan investasi
instalasi biodigester komunal untuk skala rumah warga yang berbasis di Kecamatan
Ngancar, Kabupaten Kediri. Pemanfaatan tinja sebagai bahan dasar biogas Kecamatan
Ngancar berawal dari terbatasnya dana untuk pemeliharaan kamar mandi dan WC umum.
Hal tersebut membuat warga untuk memutar otak supaya tinja dapat dimanfaatkan.
Terlebih lagi, masih ada warga di Kecamatan Ngancar yang belum memiliki WC pribadi
(45%), sehingga banyak perilaku buang air besar sembarangan (BABS). Pemanfaatan
limbah kotoran feses tidak hanya dari manusia saja, tapi bisa dikombinasikan dengan
kotoran ternak di lingkungan pedesaan yang umumnya memiliki kandang sapi atau
kambing (Oman, 2003). Potensi kotoran ternak cukup besar, sebagai contohnya pada
ternak sapi perah dengan berat 450 kg dapat menghasilkan kotoran dan urin sekitar 25
kg/ekor/hari (Wahyuni, 2010).

Berbeda dengan riset Talakua (2019), penelitian Wardahni & Marsono (2011)
dilakukan dengan mengumpulkan data berupa perhitungan debit air limbah dari toilet
terpisah tinja dan debit kotoran ternak sapi perah di Kecamatan Ngancar, Kabupaten
Kediri. Rata-rata total tinja manusia/blackwater yang dihasilkan sebesar 10 liter/orang/hari
dengan berat kering 30-60 gram/hari (Richard, David, Hemda, & Mara, 1980), dan kotoran
ternak 21 liter/ekor/hari. Terdapat 3 (tiga) perlakuan yang dilakukan dalam penelitian,
yaitu Tipe 1 (2KK (kepala keluarga) + 4 ekor sapi); Tipe 2 (5KK+10 ekor sapi); dan Tipe 3
(10KK+20 ekor sapi).

Sistem digester untuk ketiga tipe memiliki spesifikasi dimensi yang berbeda-beda
untuk penyesuaian. Setiap sistem digester untuk ketiga tipe dilengkapi dengan alat-alat
sebagi berikut:

- Bak penampung blackwater yang volumenya disesuaikan dengan banyaknya limbah
yang dihasilkan setiap hari.

- Bak penampung slurry untuk proses pencampuran dari pembanding komposisi subtrat
yang diinginkan. Bak ini dilengkapi dengan blade (pengaduk).

- Digester tipe anaerobik model fixed-dome dapat dibuat dari beton campuran batu bata
merah.

- Penampung gas yang terbuat dari plastik polyethylene.
- Bak penampung residu yang berfungsi untuk menampung hasil sampingan yang

terbuat dari batu bata merah dan semen.
- Bak slurry pond sebagai penampungan substrat hasil dari biogas yang telah melalui

proses anaerobik. Untuk contoh denah instalasi biodigester ditunjukkan pada Gambar
5.

Hal | 154

Pemanfaatan limbah septik-tank sebagai potensi sumber energi biogas.….A K Nugroho, et al.

Gambar 5. Contoh denah instalasi Tipe 1 Biodigester Tinja Manusia dan Kotoran Ternak
Skala Komunal Rumah Tangga (Wardahni & Marsono, 2011)

Berdasarkan analisis perhitungan produksi limbah pada Tipe 1 didapatkan
komposisi 100 liter blackwater yang dihasilkan oleh 2 keluarga dicampur dengan 84 liter
kotoran sapi perah yang berasal dari 4 ekor sapi. Pada Tipe 2 yaitu 5 keluarga dan 10
sapi dihasilkan 250 liter blackwater dan 210 liter kotoran sapi, sedangkan Tipe 3 yaitu 10
keluarga dan 20 ekor sapi didapatkan 1000 liter blackwater dan 420 liter kotoran sapi.
Perhitungan gas metana dikonversikan sebagai COD teremoval dalam digester sehingga
didapatkan gas metana sebesar 525 liter/hari. Cukup untuk memenuhi kebutuhan
memasak rata-rata per hari yaitu 330 liter/hari selama 1 jam. Produksi biogas tiap
komposisi limbah ditampilkan pada Tabel 1. Sebagai pembanding, pemanfaatan limbah
feses dari tempat lainnya seperti toilet di Pasar Prabumulih didapatkan produksi biogas
sebesar 3,5 m3/hari yang setara dengan elpiji 1,61 Kg (Riyawan & Pudyastuti, 2019).

Tabel 1. Produksi Biogas dan Kemampuan per KK

Tipe Produksi Kebutuhan Kemampuan Kemampuan
Digester penggunaan
Komposisi Biogas Biogas lama masak
Tipe 1 (KK)
Tipe 2 (liter/hari) (liter/hari) (jam/hari) 2
Tipe 3
2 KK + 4 Sapi 525 330 1,6 3

5 KK + 10 Sapi 1127 330 3,4 7

10 KK + 20 Sapi 2371 330 7,2

Sumber : Wardahni & Marsono (2011)

Rencana Anggara Biaya (RAB) juga diperhitungkan untuk keperluan pembuatan
alat yang direncakanan. Total perhitungan RAB biodigester tinja manusia dan kotoran
ternak ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Investasi Instalasi Biodigester Komunal

Tipe Investasi Investasi Total Investasi Jumlah Total
Digester Biodigester Jamban Sehat KK Investasi
per KK
Tipe 1 Rp 4.165.000 Rp 757.750 Rp 4.900.000 2 Rp 2.450.000
Tipe 2 Rp 11.680.000
Tipe 3 Rp 15.490.000 Rp 1.007.000 Rp 12.700.000 5 Rp 2.540.000

Rp 1.587.750 Rp 17.100.000 10 Rp 1.710.000

Sumber : Wardahni & Marsono (2011)

H a l | 155

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 149 - 158

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Proses dekomposisi bahan organik berupa tinja manusia serta kotoran ternak
memiliki potensi pemanfaatan energi terbarukan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat umum. Dengan menggunakan konstruksi dan instalasi yang teratur dan
terencana dengan baik, biogas dengan bahan produk metana dapat dimanfaatkan untuk
alternatif substitusi elpiji rumah tangga. Instalasi pipa tersentralisasi bisa digunakan untuk
skala rumah tangga untuk beberapa kepala keluarga hingga Rukun Tetangga pada
perumahan. Selain itu, instalasi tersebut juga bisa diterapkan untuk skala yang lebih
besar seperti perkotaan yang memiliki lahan minimal. Lahan perkotaan yang sempit untuk
pengelolaan limbah rumah tangga bisa diatasi dengan sentralisasi septik-tank untuk bisa
dimanfaatkan menjadi biogas

Biodigester ini sangat disarankan di instalasi untuk pemukiman perumahan subsidi
pemerintah, kerna di peruntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
sehingga dapat membantu mengurangi pengeluaran rata-rata penduduk dan juga dapat
membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Dalam penggunaan sistem biodigester,
reaktor sebaiknya dibangun dalam kondisi yang aman sehingga tidak terjadi kebocoran
gas hasil dekomposisi organik. Gas metana yang bersifat mudah terbakar dapat
membahayakan apabila tidak diawasi dan diatur dengan baik. Kebocoran gas pada
reaktor dapat mengakibatkan ledakan besar yang berpotensi melukai orang dan merusak
fasilitas-fasilitas umum yang ada di sekitarnya, terutama di daerah pemukiman padat
penduduk. Oleh karena itu, disarankan untuk mempertimbangkan lebih lanjut sisi safety
dan keberlangsungan media biodigester reaktor anorganik serta memperhatikan lebih
detail pada tahap perencanaan dan konstruksi instalasi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Tim penyusun mengucapkan terimakasih untuk rekan-rekan yang sudah membantu
dalam menyusun artikel review ini, penyusun juga berterimakasih kepada bapak Eddy
Lybrech Talakua dan ibu Wardahni beserta tim untuk artikel yang sangat hebat sehingga
sangat banyak membantu tim penyusun dalam menyelesaikan tulisan ini. Dan juga tim
penyusun berterima kasih kepada tim panitia industri hijau yang sudah memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2021). Hasil sensus penduduk 2020. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Darma, A. (2015). Pengaruh laju alir umpan serta waktu tinggal dalam pemanfaatan air

limbah industri tahu menjadi biogas melalui fermentasi anaerob dengan sistem

batch (Tesis Master). Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang, Indonesia.

Deddy, S. (2014, November 28). Di Indonesia, gas kotoran manusia bisa untuk memasak.

CNN Indonesia: Sains. Retrieved from

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141128151509-199-14547/di-indonesia-

gas-kotoran-manusia-bisa-untuk-memasak.

Erlita, Y. (2016, Januari 21). Cara membuat biogas dari kotoran ternak. Pemerintah

Provinsi Sumatera Barat: Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan. Retrieved from

https://sumbarprov.go.id/home/news/6643-cara-membuat-biogas-dari-kotoran-

ternak.html.

Febrianto, E.Y. & Priyono, S. (2012). Studi pemanfaatan feses (kotoran manusia) sebagai

bahan baku alternatif energi terbarukan. TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi, 30, 19-24. ISSN: 0125-9121. Retrieved from http://lipi.go.id/.

Kholiq, I. & Muharom, M. (2015). Analisis perencanaan reaktor biogas kap 16 m3 dengan

pemanfaatan kotoran manusia. Jurnal of Engineering and Management in Industrial

Hal | 156

Pemanfaatan limbah septik-tank sebagai potensi sumber energi biogas.….A K Nugroho, et al.

System Universitas Brawijaya, 3(2), 133-139.

http://dx.doi.org/10.21776/ub.jemis.2015.003.02.11.

Mao, C., Feng, Y., Wang, X., & Ren, G. (2015). Review on research achievements of

biogas from anaerobic digestion. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 45,

540-555. https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.02.032.

Metcalf & Eddy. (2003). Wastewater engineering: treatment, disposal, and reuse (4th ed.).

New York: McGraw-Hill Education.

Monika, F. (2013). Analisis kelayakan aspek ekonomi dan kapasitas biodigester model fix

dome plant (studi kasus biodigester di Botokenceng, Yogyakarta). Jurnal Ilmiah

Semesta Teknika, 16(2), 108-116.

Oktavia, I. & Firmansyah, A. (2016). Pemanfaatan teknologi biogas sebagai sumber

bahan bakar alternatif di sekitar wilayah operasional PT. Pertamina EP Asset 2

Prabumulih Field. Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (CARE), 1(1),

32-36.

Oman. (2003). Kandungan nitrogen (N) pupuk organik cair dari hasil penambahan urine

pada limbah (sludge) keluaran instalasi gas bio dengan masukan feces sapi (Skripsi

Sarjana). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Patinvoh, R.J., Osadolor, O.A., Chandolias, K., Horvath, I.S., & Taherzadeh, M.J. (2017).

Innovative pretreatment strategies for biogas production. Bioresource Technology,

224, 13-24. https://doi.org/10.1016/j.biortech.2016.11.083.

Pradhan, S.K., Nerg, A.M., Sjöblom, A., Holopainen, J.K., & Heinonen-Tanski, H. (2007).

Use of human urine fertilizer in cultivation of cabbage (Brassica oleracea)--impacts

on chemical, microbial, and flavor quality. Journal of Agricultural and Food

Chemistry, 55(21), 8657-8663. doi:10.1021/jf0717891.

Price, E.C. & Cheremisinoff, P.N. (1981). Biogas Production & Utilization. Michigan: Ann

Arbor Science Publisher.
Rianawati, E., Sagala, S., Hafiz, I., Anhorn, J., Alemu, S., Hillbert, J., … Hoffman, F.

(2021). The potential of Biogas in Energy Transition in Indonesia. IOP Conference

Series: Materials Science and Engineering, 1143, 012031. doi:10.1088/1757-

899X/1143/1/012031.

Richard, G.F., David, J.B., Hemda, G., & Mara, D.D. (1980). Appropriate for water supply

and sanitation. Washington DC: The World Bank.

Riyawan, A. & Pudyastuti, P.S. (2019). Pemanfaatan biogas dari limbah MCK umum di

pasar Prabumulih (Skripsi Sarjana). Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta.

Rofiqoh, Y.L. (2010). Studi potensi urin manusia hasil composting toilet dalam sistem

ecological sanitation (Ecoscan) (studi kasus: Pusdakota-Ubaya Surabaya) (Skripsi

Sarjana). Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Talakua, E.L. (2019). Pemanfaatan Tinja Manusia sebagai Bio Energi Alternatif Melalui

Perancangan Sistem Instalasi Pipa Pembuangan Septic Tank Tersentralisasi pada

Perencanaan Pembangunan Perumahan. Jurnal Tecnoscienza, 3(2), 177-194.

Triatmojo, B. (2003). Hidraulika II. Yogyakarta: Beta Offset.

Tuti, H. (2006). Biogas: limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternatif.

Wartazoa, 6(3), 160-169.

Wardahni, E.K. & Marsono, B.D. (2011). Perencanaan biodigester tinja manusia dan

kotoran ternak skala komunal rumah tangga di Kecamatan Ngancar, Kaupaten

Kediri (Skripsi Sarjana). Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Wahyuni, S. (2011). Menghasilkan biogas dari aneka limbah. Jakarta: PT Agro Media

Pustaka.

Wahyuni, S. (2010). Biogas. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Wahyuni, S., Suryahad, & Saleh, A. (2008). Analisis kelayakan pengembangan biogas

sebagai energi alternatif berbasis individu dan kelompok peternak. MANAJEMEN

H a l | 157

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 149 - 158
IKM: Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, 4(2), 217-224.
https://doi.org/10.29244/mikm.4.2.217-224.

Yadvika, Santosh, Sreekrishnan, T.R., Kohli, S., & Rana, V. (2004). Enhancement of
biogas production from solid substrates using different techniques––a review.
Bioresource Technology 95(1), 1-10. https://doi.org/10.1016/j.biortech.2004.02.010.

Hal | 158

KEBIJAKAN IKLIM USAHA
UNTUK MENDORONG

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN



Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)……………..Yudi Setianto, et al.

Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)
pada era new normal covid 19 di Indonesia

Sustainable development goals (SDGs) policy at the new normal era of covid-19 in
Indonesia

Yudi Setiantoa, Seri Astinab, Noor Fadlilahc, Feby Danimastharid
a.c Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Kebijakaan Jasa Industri
Jalan Gatot Subroto No. Kav No. 52-53 Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Indonesia

b.d Balai Riset Standarisasi Industri Palembang
Jalan Perindustrian II, No. 12 KM 9 Sukarami, Palembang, Indonesia
*E-mail : [email protected] ; [email protected] ;
[email protected] ; [email protected]

ABSTRAK

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang menjaga pencapaian
kesejahteraan ekonomi masyarakat secara bertahap. Tahun 2020 merupakan tahun
Covid-19, Indonesia merasakan dahsyatnya pandemi ini dalam berbagai aspek
pengembangan. Perekonomian Indonesia selama tahun berjalan melambat menjadi
minus 5,3 persen pada kuartal kedua tahun 2020 dan pertumbuhan agregat minus 2,1
persen pada tahun 2020. Target perencanaan pembangunan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah/RPJMN) 2020-2024 direvisi melalui pemutakhiran Rencana Kerja Pemerintah
(Rencana Kerja Pemerintah/RKP) tahun 2020, dengan prioritas utama penanggulangan
Covid-19. Kemudian, pembangunan mulai digencarkan pada tahun 2021 untuk mengejar
target prioritas nasional yang terbengkalai akibat pandemi Covid-19. APBN 2020
mengalokasikan dana sekitar Rp 937,42 triliun untuk pencegahan Covid-19, termasuk
akumulasi APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) sebesar Rp 86,32 triliun,
sehingga defisit pembiayaan tahun itu mencapai Rp1.226,8 triliun. Berbagai kendala
dalam pembangunan di masa pandemi yang dihadapi Indonesia berakhir dengan
keluarnya beberapa kebijakan pemerintah yang berdampak positif maupun negatif
terhadap sektor ekonomi dan pembangunan.

Kata Kunci : pembangunan berkelanjutan, ekonomi, covid-19, kebijakan, APBN

ABSTRACT

Sustainable development is development that maintains the gradual achievement of
the economic welfare of the community. 2020 is the year of Covid-19, Indonesia feels the
enormity of this pandemic in various aspects of development. The Indonesian economy
during the year slowed down to minus 5.3 percent in the second quarter of 2020 and in
aggregate growth was minus 2.1 percent in 2020. The target of development planning in
the National Medium Term Development Plan (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah/RPJMN) 2020-2024 was revised through the updating of the Government
Work Plan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP) in 2020, with the main priority of overcoming
Covid-19. Then development began to be intensified in 2021 to pursue national priority
targets that were abandoned due to Covid-19. The 2020 State Budget allocates around
IDR 937.42 trillion for the prevention of Covid-19, including the accumulated APBD
(Regional Revenue and Expenditure Budget) IDR 86.32 trillion, which makes the deficit
financing for that year reach IDR 1,226.8 trillion. There are many obstacles in
development during the current pandemic faced by Indonesia which ended with issuing
several government policies that had either positive and negative impacts on the
economic and development sectors.

Keywords : sustainability development, economy, covid-19, policy, APBN

H a l | 159

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 159 - 172

I. PENDAHULUAN
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan lahan, kota, bisnis dan

kehidupan masyarakat yang dapat berarti “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan” (menurut Laporan
Brundtland dari PBB, 1987). Pembangungan berkelanjutan merupakan komitmen global
dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat yang mencakup 17 tujuan
yaitu: (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera;
(4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7)
Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9)
Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan
Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab;
(13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16)
Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; dan (17) Kemitraan untuk
Mencapai Tujuan.

Pembangunan berkelanjutan menjadi prioritas pembangunan nasional di Indonesia
yaitu dalam hal koordinasi pada kebijakan perencanaan daerah di Indonesia. Indonesia
berperan aktif dalam program Pembangunan Berkelanjutan yang dicanangkan oleh
organisasi dunia. Peran Indonesia dalam pembangunan adalah mengurangi garis
kemiskinan, program Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), penghentian tambang liar,
restorasi gambut, serta pembangunan kendaraan listrik.

Pandemi Covid-19 menghancurkan sendi-sendi perekonomian dunia di tahun 2020,
dan sepertinya akan berlanjut pada tahun 2021. Worldometer per 22 April 2021 merilis
data bahwa kasus harian positif Covid-19 mencapai lebih dari 892 ribu orang dengan
jumlah kumulatif tidak kurang dari 145 juta orang terinfeksi di seluruh dunia, dan lebih dari
3 juta di antaranya meninggal dunia. Pandemi ini telah menjadi ancaman signifikan bagi
kesehatan fisik dan mental manusia dan secara dramatis mempengaruhi kehidupan
sehari-hari dengan implikasi psikososial skala global. Dampak pandemi Covid-19 pada
kesehatan masyarakat benar-benar di luar jangkauan imajinasi semua orang. Pandemi
telah melanda lebih dari 210 negara, dan sebagian besar dari negara-negara tersebut
masih berada dalam tahap pengendalian infeksi seperti penguncian, karantina, wajib
menggunakan masker, dan menjaga jarak (Wang C. et al., 2021). Pandemi Covid-19
telah membawa dunia ke jurang resesi ekonomi terburuk dalam 50 tahun terakhir dalam
sejarah ekonomi dunia. Pada tahun 2020, ekonomi dunia tumbuh sebesar minus 3,5 %
seperti dikutip oleh Dana Moneter Internasional (IMF) melalui "The World Economic
Outlook" (2021). Angka ini lebih buruk daripada krisis keuangan global tahun 2009 dan
krisis moneter Asia tahun 1998. Saat ini, pemerintah di seluruh dunia masih berjuang
melawan pandemi melalui pemberian vaksin kepada warga negaranya. Selama program
vaksin dijalankan, pemerintah mengeluarkan berbagai program untuk menurunkan angka
korban Covid-19 diantaranya kebijakan lockdown negara serta karantina dan pembatasan
kegiatan masyarakat. Kebijakan lockdown dan pembatasan kegiatan masyarakat
berdampak besar bagi perekonomian negara dan menghambat pembangunan.

Indonesia terus berjuang melawan pandemi Covid-19 dengan mengeluarkan
berbagai kebijakan yang menggabungkan penanggulangan pandemi tanpa
mengorbankan perekonomian. Data pemerintah Indonesia melalui Komite Penanganan
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), per 22 April 2021, menunjukkan
jumlah harian kasus meningkat menjadi 6.243 orang, secara kumulatif jumlah kasus
positif telah mencapai lebih dari 1,6 juta, dan lebih dari 44 ribu di antaranya meninggal
dunia. Perekonomian Indonesia di tahun 2020 tidak kalah suram dengan perekonomian
dunia. Setelah perekonomian tumbuh positif pada triwulan I-2020 sebesar 3 %,
perekonomian pertumbuhan terjun bebas dalam 3 kuartal berikutnya berturut-turut minus
5,3 %, minus 3,5 %, dan minus 2,2 %. Secara kumulatif pada tahun 2020, Indonesia
tumbuh minus 2,1 % (BPS, 2021). Hal tersebut perlu diapresiasi mengingat perekonomian
Indonesia pada tahun 1998 turun sebesar minus 13,3 %. Dari sisi keuangan negara,

H a l | 160

Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)……………..Yudi Setianto, et al.

kondisi tersebut juga mengubah peta APBN. Pada Juni 2020, melalui Menteri Keuangan
Sri Mulyani, pemerintah memotong anggaran kementerian dan lembaga lalu
direalokasikan untuk Covid-19 yaitu sekitar Rp 695,2 triliun. Pada akhir tahun 2020, audit
BPK merilis angka bahwa pemerintah telah mengalokasikan Rp 1,035 triliun untuk
penanganan pandemi Covid-19. Dana tersebut berasal dari APBN sebesar Rp 937,42
triliun, dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebesar Rp 86,36
triliun dan dari sektor moneter sebesar Rp. 6,50 triliun. Akibatnya pemerintah terpaksa
merevisi semua target pembangunan pada tahun 2020 dan memotong APBN tahun 2020
secara signifikan untuk penanggulangan pandemi Covid-19. Pemerintah terpaksa
merevisi target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020 untuk
mendorong pencapaian pembangunan pada tahun 2021 dan sesudahnya.

II. PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI COVID-19
2.1 Pandemi Covid-19 di Indonesia

Panji Hadisoemarto dalam Majalah Tempo edisi 30 Mei 2020 menyatakan bahwa
ketika Covid-19 kembali merebak ke seluruh dunia artinya masyarakat dunia akan hidup
dengan Covid-19, atau secara lugas akan hidup di bawah ancaman Covid-19 dalam
keadaan apapun (Muhyiddin, 2020). Seperti negara berkembang lainnya, Indonesia
sangat rentan terhadap pandemi Covid-19 (Barbier et al., 2020). Hal ini antara lain
disebabkan oleh adanya dukungan internasional dalam setiap permasalahan
pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs). Saat pandemi Covid-19 melanda, negara-
negara donor disibukkan dengan urusan dalam negerinya masing-masing, mengingat
pandemi ini juga sangat sulit untuk dibendung. Negara besar seperti Amerika Serikat juga
kewalahan sehingga kasus positif dan kematian akibat terinfeksi Covid-19 di Amerika
Serikat termasuk yang tertinggi di dunia. Dengan minimnya tes yang dilakukan di
Indonesia, penyebaran virus sulit dipantau.

Sekitar 15 bulan setelah ditemukannya kasus pertama Covid-19 di Indonesia, kurva
kasus infeksi masih fluktuatif dan trennya terus meningkat. Setelah Covid-19 varian delta
yang berasal dari india mulai diidentifikasi pada awal juni, kasus Covid-19 di Indonesia
melonjak tajam. Kasus Covid-19 terus berkembang seiring dengan kebijakan yang tidak
sinkron antara penanggulangan Covid-19, penyelamatan ekonomi, dan kebijakan yang
berdampak besar pada agenda politik, mobilitas penduduk, dan banyak hal-hal dasar
seperti protokol kesehatan yang kurang diperhatikan oleh semua pihak.

Gambar 1. Peningkatan Drastis Kasus Covid-19 Harian

H a l | 161

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 159 - 172

Pada gambar 1 terlihat bahwa beberapa poin krusial dalam peningkatan kasus
Covid-19 terjadi karena tidak sinkronnya kebijakan pemerintah itu sendiri. Peningkatan
drastis kasus harian terjadi satu bulan setelah Idul Fitri (Idul Fitri), dimana pada tanggal 30
juni meningkat hampir dua kali lipat dari bulan sebelumnya dengan kasus harian
mencapai 21.807 kasus. Akumulasi ini terjadi akibat adanya hari raya (bersamaan dengan
kontroversi mudik dan pulang kampung) serta dicanangkannya era normal baru oleh
pemerintah.

Sparrow, Dartanto, dan Hartwig (2020) mencatat bahwa Indonesia kurang tanggap
di awal Covid-19. Sementara banyak negara di Asia dan Eropa Barat telah memperketat
arus masuk dan keluar orang untuk mencegah Covid-19, Indonesia belum menerapkan
kebijakan yang signifikan dengan terus memberlakukan arus masuk manusia normal dari
luar negeri. Berbeda dengan Singapura, misalnya, saat mengidentifikasi penyebaran
virus, Singapura merespons dengan melakukan penyaringan ketat terhadap pelancong
yang masuk, pembatasan perjalanan, dan pelacakan kontak yang kaku. Meskipun
langkah-langkah ini pada awalnya efektif, pada bulan April saat infeksi mulai meningkat,
Singapura mendorong penguncian, menutup sekolah, universitas, dan tempat kerja untuk
mengurangi jumlah kasus harian. Thailand, Vietnam, dan Malaysia juga telah
memberlakukan lockdown dan berhasil meratakan kurva Covid-19 dan meminimalkan
infeksi baru.

Pada pertengahan tahun lalu, angka kasus harian terus meningkat dari Juni 2020
hingga awal Februari 2021 dengan berbagai akumulasi alasan. Alasan tersebut antara
lain klaster pasca mudik lebaran, pelonggaran PSBB, proklamasi new normal, dan
klimaks masa kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada)13 hingga pilkada serentak
Desember 2020. Kebijakan PSBB terlihat seperti kebijakan yang hanya di atas kertas,
tetapi tidak dilaksanakan. Kasus harian terus meningkat hingga akhir Januari 2021,
dengan kasus harian mencapai 14.000 orang positif Covid-19.

2.2 Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian
Berdasarkan studi dan laporan yang dihimpun dari lembaga yang menganalisis

dampak pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia, hampir seluruh negara di
dunia mengalami perlambatan ekonomi. Menurut United Nations Conference on
Trade and Development (UNCTAD, 2020), negara berkembang akan merasakan
dampak nyata dari pandemi Covid-19 walaupun negara-negara tersebut telah berjuang
jauh sebelum pandemi melanda dalam penanganan krisis utang yang menjebak. Hal
tersebut diperparah lagi dengan perubahan kebijakan yang simultan dalam
kepemilikan saham baik publik dan swasta. membuat investor asing bisa masuk lebih
dalam ke pasar obligasi domestik.

Dampak nyata lainnya yang dirasakan oleh negara berkembang adalah
penambahan angka kemiskinan. Dilansir dari CNBC, penambahan angka kemiskinan
diprediksi mencapai 49 juta jiwa di dunia. Pemutusan hubungan kerja dan hilangnya mata
pencaharian masyarakat mengubah tatanan kehidupan social masyarakat. Kemampuan
pemerintah sebagai suatu negara yang bergerak dalam penanganan dampak ekonomi
akibat pandemi yang terbatas juga menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada
kehidupan masyarakat khususnya pada negara berkembang. Selain dampak
meningkatnya angka kemiskinan, pandemi juga berdampak pada daya beli dan konsumsi
masyarakat yang menurun sehingga mengakibatkan perputaran ekonomi cenderung
stagnan bahkan menurun secara signifikan.

Meningkatnya angka kemiskinan dan menurunnya daya beli masyarakat
menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat dan penerimaan negara menurun. Pengaruh
perekonomian global yang memburuk serta adanya pandemi Covid-19 telah memberikan
dampak besar terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah
menjadi semacam nebula yang menawarkan dua kemungkinan: potensi perbaikan dan
potensi kemunduran. Hal tersebut akan terjadi apabila kebijakan yang diterapkan oleh

H a l | 162

Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)……………..Yudi Setianto, et al.

pemerintah tidak bersinergi lurus dengan kenyataan yang terjadi. Dukungan masyarakat
akan kebijakan yang diterapkan pemerintah menjadi hal mutlak yang harus dilakukan
untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 serta perbaikan dalam perekonomian
nasional karena peran dari dua elemen ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

2.3 Kebijakan Penyesuaian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Era
New Normal
Indonesia memberlakukan fase tanggap darurat terhadap penanganan Covid-

19 sejak Maret 2020. Lalu dilanjutkan dengan peninjauan kebijakan atas karantina
wilayah di PSBB Jakarta dan beberapa wilayah satelit di Jakarta mulai 10 April
2020. Hasilnya menunjukkan bahwa tanda-tanda infeksi cenderung meningkat
secara signifikan. Meski kebijakan PSBB belum dilaksanakan secara serentak di
semua daerah, dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat terasa di seluruh
Indonesia.

Jakarta adalah episentrum wabah Covid-19 di Indonesia. Pemerintah kota
Jakarta bekerja sama dengan banyak instansi, membuat kebijakan penutupan
sekolah, membatasi transportasi umum milik pemerintah daerah, dan menutup
kantor-kantor pemerintah daerah. Pemerintah mendorong instansi pemerintah pusat
serta swasta untuk bekerja dari rumah atau dikenal sebagai work from home (WFH)
dan masih banyak kebijakan lainnya yang berada di bawah kendali pemerintah
daerah.

Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia
merupakan kebijakan yang berbeda dengan kebijakan karantina wilayah. Melalui
kebijakan ini diharapkan dapat terus mendorong perekonomian Indonesia yang
sebelumnya sempat menurun. Kebijakan tersebut juga diharapkan menjadi cara
terbaik untuk memutus rantai virus Covid-19. PSBB diterapkan melalui penutupan
kompleks wisata/rekreasi dan komersial, dan penetapan kebijakan bekerja dari
rumah di kantor yang tidak berlokasi di area penting serta pembatasan lain yang
diperlukan untuk mencegah penyebaran wabah korona.

Berdasarkan pengamatan Parady et al. (2021), terdapat beberapa hal yang
penting dalam pelaksanaan PSBB. PSBB merupakan memiliki fungsi intervensi kepada
masyarakat atas mobilitas yang terjadi dan dinilai akan efektif dalam mempengaruhi
angka penyebaran reproduksi Covid-19. Namun, pemberlakuan PSBB tersebut masih
tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh masih adanya mobilitas antar lokasi dan antar
provinsi baik di Jawa maupun di luar Jawa serta melalui mobilitas beberapa tenaga
kerja.

Hingga Oktober 2020, angka positif covid-19 di Indonesia masuk dalam kategori
relatif tinggi, yaitu 13,6%. Nilai tersebut 2,7 kali lebih tinggi dari nilai yang ditargetkan
WHO. Menurut analisis yang dibuat oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia (FKM UI), dalam periode april hingga September terdapat peningkatan
proporsi jumlah penduduk yang berada dirumah pada saat masa PSBB pertama
dilaksanakan dan berbanding terbalik dengan jumlah peningkatan kasus baru Covid-19
di Indonesia. Pada saat proporsi penduduk di rumah mencapai 40 persen, peningkatan
kasus berada dalam rentang 500 kasus baru perhari. Sementara apabila proporsi
tersebut bernilai kurang dari 40 persen, setiap satu persennya diperkirakan akan
menambahkan 500 kasus baru. Oleh karena itu, proporsi orang yang tinggal di rumah
harus lebih tinggi dari 55%. Berdasarkan hasil analisis tersebut direkomendasikan agar
pembatasan sosial diperketat kembali guna menekan laju atas penyebaran Covid-19.

Di daerah lainnya, terkecuali DKI Jakarta yang menerapkan PSBB, laju
penyebaran virus Covid-19 belum berhasil ditekan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya peningkatan kasus Covid-19 yang pesat pada periode triwulan ketiga 2020, yaitu
dengan terdapatnya tambahan 50.000 kasus baru dalam kurun waktu kurang dari
sebulan di Indonesia. Akibatnya sejak 14 September 2020 hingga 11 Oktober 2020,

H a l | 163

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 159 - 172

pemerintah DKI Jakarta menerapkan PSBB kedua berdasarkan instruksi Gubernur DKI
Jakarta Nomor 959/2020 tentang Pemberlakuan Penerapan PSBB Dalam Penanganan
Covid-19. Pemberlakuan PSBB kedua ini didasari atas angka peningkatan kasus baru
Covid-19 yang tinggi sehingga menyebabkan ketersediaan ruangan rawat inap/bed
occupancy rate di rumah sakit yang hampir penuh, kurangnya SDM Nakes perawatan,
dan akibat dari tingkat positif (positivity rate) yang melebihi angka yang telah ditetapkan
oleh WHO. Dalam kebijakan PSBB kedua untuk DKI Jakarta, terdapat lima faktor utama
yang menjadi perhatian, yaitu: 1) Keterbatasan kegiatan social , ekonomi, agama,
budaya , pendidikan dan lainnya; 2) Kontrol mobilitas; 3) Rencana isolasi yang
terkendali; 4) Pemenuhan kebutuhan dasar; dan 5) Penegakan sanksi.

Pelaksanaan PSBB dan pemberlakukan penerapan sanksi progresif selama lebih
dari sebulan ternyata tidak memberikan dampak signifikan terhadap kepatuhan warga
DKI Jakarta dalam menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah untuk menekan laju
virus Covid-19. Hal ini dapat terlihat dari tingkat kepatuhan warga dalam menggunakan
masker pada saat melaksanakan kegiatan sehari hari dalam situasi pandemi masih
rendah. Sebagaimana kajian yang dilakukan oleh FKM UI, kepatuhan warga DKI Jakarta
masih berada di bawah standar yaitu berkisar pada angka 70 persen sedangkan standar
minimal berada pada kisaran angka 85 persen. Penerapan kebijakan PSBB dinilai belum
efektif dalam mendorong perilaku masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan situasi
pandemi. Hal ini diperparah pula dengan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
protokol Kesehatan, tidak adanya sanksi hukum yang jelas bagi para pelanggar PSBB
dan kurangnya alternatif persiapan penanganan pandemi.

Perubahan kebijakan penanganan Covid-19 juga ditandai dengan pergantian
menteri kesehatan pada akhir tahun 2020 serta berfungsinya Komite Penanganan
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang dibentuk pada Juni 2020
dan berada di bawah koordinasi menteri koordinator perekonomian. Salah satu
kebijakan baru yang ditetapkan adalah berakhirnya PSBB dan perubahan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). PPKM dicanangkan oleh
Ketua KPCPEN pada 7 Januari 2021 dengan lokus implementasi fase pertama di Jawa
dan Bali. Pemerintah mulai membatasi aktivitas masyarakat akibat tingginya kasus
Covid-19 pada rentang11-25 Januari 2021 di pulau Jawa dan Bali.

Seperti PSBB, PPKM juga dievaluasi setiap 2 minggu dan dapat diperpanjang
selama 2 minggu. Pemerintah Indonesia terus memperpanjang masa berlaku PPKM
hingga April 2021. Pemerintah Indonesia menyatakan PPKM cukup berhasil menahan
laju penambahan kasus Covid-19. Dalam konferensi pers yang dilakukan oleh Kepala
KPCPEN per 18 Maret lalu, angka kasus aktif di Indonesia sebesar 9,12 persen, lebih
baik dari rata-rata dunia yakni sebesar 17,23 persen. Angka kesembuhan yang
mencapai 88,16 persen juga lebih baik dari angka kesembuhan global yakni 80,56
persen. Sementara itu, angka kematian mencapai 2,71 persen, sedikit lebih tinggi dari
rata-rata dunia yang sebesar 2,21 persen.

Kebijakan PSBB dan PPKM sudah berjalan kurang lebih satu tahun dan berbagai
kendala mulai bermunculan. Mengingat Indonesia tidak pernah memberlakukan
kebijakan lockdown, otomatis keberhasilan penanganan Covid-19 sangat bergantung
pada kebijakan PPKM tersebut. Sementara itu, dalam perkembangannya penyebaran
virus covid-19 memasuki semester kedua 2021 dimana peningkatan kasus harian
mencapai 20 ribu kasus, kebijakan PPKM sesuai dengan Inmendagri Nomor 15 Tahun
2021 berganti nama menjadi PPKM Darurat (Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat
Darurat Covid-19). Hal ini merupakan dampak yang telah diprediksi akan terlihat pasca
mudik lebaran 2021 yang tengah disoroti walaupun dalam pelaksanaannya telah
dikeluarkan kebijakan peniadaan mudik sesuai dengan SE nomor 13 Tahun 2021
tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri 1442H.

H a l | 164

Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)……………..Yudi Setianto, et al.

2.4 Perencanaan Pembangunan Indonesia
Pandemi Covid-19 telah memaksa semua negara di dunia untuk

menyesuaikan kembali rencana pembangunannya masing-masing. Sasaran
disesuaikan dengan kenyataan, asumsi diubah sesuai dengan situasi saat ini
dan prioritas program jangka pendek terutama difokuskan untuk penanganan
Covid-19. Kebijakan pembangunan padat modal seperti infrastruktur ditunda
dan akan diterapkan kembali setelah pengumuman berakhirnya masa darurat
Covid-19.

Dampak sosial dan ekonomi dari pandemi ini di Indonesia telah
memaksa pemerintah di semua tingkat baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah untuk meninjau kembali rencana pembangunannya.
Rencana pembangunan harus dimasukkan dalam dokumen perencanaan dan
anggaran, dengan mempertimbangkan bahwa tidak ada pertimbangan kondisi
pandemi Covid-19 pada saat perubahan. Koordinasi yang tepat dan kebijakan
yang terukur untuk penanganan pandemic Covid-19 dapat menjadi titik awal
pemulihan.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020 – 2024 baru selesai ketika pandemi Covid-19 melanda dan menyebar ke
seluruh dunia seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 18
tahun 2020 tertanggal 14 Februari 2020. Dokumen yang merupakan pedoman dalam
perencanaan pembangunan 5 tahun ke depan bagi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah t er sebut itu disusun pada saat kasus Covid-19 di Indonesia
belum terdeteksi atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan keadaan normal.
Dokumen tersebut menyebutkan bahwa terdapat tiga kebijakan pembangunan yang dipilih
dan menjadi prioritas serta dijadikan sebagai strategi terpadu dalam rangka
percepatan pembangunan daerah yang ada dalam RPJMN 2020-2024. Pertama,
percepatan dalam pembangunan daerah didorong oleh pendekatan dua koridor yang
merupakan koridor pertumbuhan yang akan menekankan pada pembangunan.
Pertumbuhan pusat berdasarkan keunggulan daerah yang dapat meningkatkan nilai,
devisa dan penyerapan tenaga kerja lokal serta pertumbuhan ekonomi di wilayah
serta koridor pemerataan yang akan mendorong pengembangan pada wilayah
penyangga (hinterland) di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
serta pemenuhan hak-hak dasar masyarakat sesuai dengan prinsip dan tujuan dalam
Pembangunan Berkelanjutan /Sustainable Development Goals ( TPB/ SDGs). TPB
bertujuan untuk tidak meninggalkan satupun kelompok masyarakat (no one left
behind). Prioritas Kedua, pembuatan kebijakan dan pembangunan aktif yang
bertujuan untuk mempercepat pembangunan pada daerah tertinggal, tingkat
kecamatan, daerah perbatasan prioritas serta pulau terpencil. Kebijakan tersebut
dapat dijabarkan dalam hal peningkatan akses pelayanan kesehatan serta pendidikan
dasar, perumahan dan infrastruktur, air bersih serta sanitasi lingkungan, pasokan
listrik, peningkatan konektivitas, dan pengembangan dalam sektor jaringan
telekomunikasi serta informasi yang akan menjadi fondasi terhadap ekonomi digital,
dan perluasan di bidang kerjasama dan investasi, pemasaran, promosi, dan
perdagangan. Ketiga, pengembangan desa terpadu sebagai pilar penting yang
bertujuan untuk mendorong pembangunan terhadap 62 daerah tertinggal dalam
kurun waktu periode 2020-2024. Sebagai bentuk dukungan program prioritas
nasional yang termuat dalam RPJMN tahun 2020-2024, pemerintah berkomitmen
untuk mendukung pembangunan daerah dalam rangka mengurangi ketimpangan
dan menjamin pemerataan. Kementerian Bapenas telah menetapkan 62 daerah
tertinggal yang akan menjadi prioritas. Berbagai rencana program pembangunan
yang dibiayai oleh Sistem Anggaran Kementerian/Lembaga dan Sistem Dana
Alokasi Khusus (DAK) akan memprioritaskan daerah aktif sebagai bentuk
koordinasi pemerintah dalam konteks mendorong percepatan pembangunan

H a l | 165

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 159 - 172

pada 62 daerah tertinggal sesuai tujuan yang akan dilakukan. Strategi yang akan
diterapkan dalam rangka percepatan pembangunan pada 62 daerah tertinggal
tersebut juga akan mengoptimalkan kerangka kebijakan utama dalam RPJMN
periode 2020-2024.

Namun dalam perkembangannya, berbagai perencanaan pembangunan
tersebut akan ditunda sementara sampai dengan pandemi mereda. Dalam
pelaksanaannya, anggaran yang ada dilakukan refocusing untuk penanganan
Covid-19. Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pemerintah akan
meningkatkan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
untuk program di bidang kesehatan dan perlindungan sosial. Langkah tersebut
ditempuh setelah pemerintah memutuskan penerapan PPKM Darurat seiring
naiknya kasus Covid-19 di Indonesia (Tempo, 2021). Hingga saat ini refocusing
sudah direncanakan untuk tahap ketiga yaitu sebesar Rp.32,2 T. Adapun pada
tahap sebelumnya sudah dilakukan refocusing tahap pertama sebesar Rp. 34,1 T
dan refocusing tahap kedua Rp. 12.1 T.

III. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI COVID-19 TERHADAP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

3.1 Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)Terhadap Pembangunan Berkelanjutan

PSBB merupakan kebijakan yang diharapkan efektif dalam rangka menekan angka
penyebaran Covid-19. PSBB diimplementasikan karena kasus baru yang bertambah
dengan cepat, ketersediaan yang menyusut dari ruang ranap (rawat inap) dirumah sakit,
kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) untuk pengobatan, dan akibat dari tingkat positif
yang lebih tinggi dari angka yang diberikan oleh WHO. PSBB diharapkan dapat
memperlambat mobilitas dari masyarakat dan kemudian dapat mepengaruhi angka
penyebaran dari Covid-19. Namun, kebijakan PSBB tersebut dinilai belum efektif. Hal ini
disebabkan oleh masih tingginya mobilitas dari para pekerja, mobilitas antar daerah, dan
provinsi di luar Jawa maupun di Jawa.

Hal ini terbukti dengan angka positif di Indonesia yang tetap relatif tinggi, yaitu
sebesar 13,6% atau 2,7 kali lipat dari target WHO sampai dengan Oktober 2020 (41
minggu pasca pandemi). Kemudian, meskipun angka kematian secara kumulatif
cenderung turun, tetapi sampai minggu ke 41 masih cukup tinggi (3,5%). DKI Jakarta dan
beberapa daerah lain yang sudah menerapkan PSBB pada periode Juni hingga
September 2020 masih belum berhasil menekan laju penyebaran dari Covid-19. Kasus
positif dari Covid-19 di Indonesia masih meningkat pesat, dengan tambahan hampir
50.000 kasus baru dalam waktu kurang dari sebulan. Akibatnya, DKI Jakarta kembali
memberlakukan PSBB kedua pada 14 September 2020 hingga 11 Oktober 2020 menurut
keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 959 / 2020 tentang 2020 Pemberlakuan PSBB guna
Penanganan Covid-19.

Implementasi kebijakan PSBB tidak berjalan dengan efektif karena perilaku dari
masyarakat. Salah satu faktor penentu adalah tidak adanya tindak hukum yang jelas pada
pelanggar, sosialisasi yang kurang pada masyarakat, dan belum tersedianya alternatif
yang disediakan oleh pemerintah.

Seperti PSBB, PPKM merupakan kebijakan dari Pemerintah yang mulai
diberlakukan sejak awal 2021 guna menangani pandemi Covid-19. PPKM diberlakukan
pertama kali pada tanggal 11 sampai dengan 25 Januari 2021. Perbedaan mendasar dari
PPKM dan PSBB adalah dari sisi pengambilan keputusan, inisiasi dari PSBB dari
pemerintah daerah, sedangkan PPKM dari pemerintah pusat. Saat ini, pemerintah terus
memperpanjang masa berlaku PPKM hingga 20 Juli 2021. Dengan diberlakukannya
PPKM ini diharapkan dapat menekan mobilitas dari aktivitas masyarakat. Namun
demikian, penambahan kasus harian Covid-19 masih fluktuatif dan cenderung kurang

H a l | 166

Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)……………..Yudi Setianto, et al.

efektif. Pada 5 Juli 2021, persentase kasus aktif sebesar 6,28%, sedangkan pada 7 Juli
2021, persentase kasus aktif naik menjadi 7,03% dan turun kembali pada 11 Juli 2021
sebesar 5,92%.

Secara umum kebijakan PSBB dan PPKM yang sudah berjalan lebih dari satu tahun
masih terdapat banyak kendala dan belum efektif. Kegiatan PSBB dan PPKM pun secara
langsung berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi masyarakat dan tertahannya
pemulihan ekonomi Indonesia. Hal ini menyebabkan pemerintah terpaksa melakukan
revisi APBN guna penanganan Covid-19 dan tertundanya pembangunan berkelanjutan di
Indonesia.

3.2 Program Vaksin Nasional
Salah satu upaya pemerintah dalam mencari jalan keluar dalam penanganan

pandemi Covid-19 guna memulihkan ekonomi nasional adalah dengan pelaksanaan
program vaksin nasional. Pemerintah berharap vaksinasi akan menjadi game-changer
yang menjadi kunci penentu penanganan Covid-19. Orang dapat bekerja lagi, dan anak-
anak dapat belajar di sekolah lagi, kembali beribadah dengan tenang, dan segera
menghidupkan kembali perekonomian nasional. Pemerintah berencana memberikan
vaksin gratis kepada seluruh masyarakat Indonesia dengan harapan dapat mengurangi
penularan Covid-19, menurunkan angka sakit dan kematian akibat Covid-19, dan
mencapai herd immunity. Herd immunity dalam masyarakat hanya dapat terbentuk jika
cakupan vaksinasi sudah tinggi dan merata di seluruh wilayah. Pemerintah membagi
vaksinasi ke beberapa tahap. Pertama, kelompok sumber daya manusia yang bergerak di
bidang Kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, serta tenaga medis dan penunjang
personel di fasilitas kesehatan. Kedua, Aparatur Sipil Negara (ASN), baik di pusat dan
daerah, bersama dengan kelompok penduduk lanjut usia. Kelompok 1 dan 2 diharapkan
akan tercapai dalam waktu 3 bulan antara Januari dan April 2021 dan mencakup hampir
40 juta orang. Target pelaksanaan vaksin untuk dapat mencapai herd immunity adalah
pada sebesar 70% penduduk Indonesia atau sekitar 181,5 juta jiwa.

Dari sisi ekonomi, upaya pemulihan ekonomi di Indonesia di tengah pandemi Covid-
19 khususnya di tahun 2020 tidak mudah. Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pada
tahun lalu (2020) sebesar -2,07%. Namun demikian, diantara negara anggota G-20, laju
peningkatan ekonomi Indonesia berada di peringkat keempat pada tahun 2020 setelah
Tiongkok, Korea Selatan, dan Turki. Ekonomi mengalami pemulihan yang terus berlanjut
di Q1 2021 dimana terjadi kontraksi ekonomi sebesar -0,74. Hal tersebut didukung oleh
permintaan pasar, dimana konsumsi pemerintah, impor dan ekpor berangsung ke arah
positif.

Melalui program vaksin ini, ekonomi nasional diharapkan segera pulih. Pandemi
Covid-19 menuntut pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang lebih produktif dan
efisien dengan menemukan inovasi kebijakan agar tetap produktif di tengah terbatasnya
mobilitas fisik. Kebijakan yang diharapkan adalah adanya program sederhana tetapi
implementatif dan efektif dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi dan pembangunan
berkelanjutan.

3.3 Progres Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Pemerintah memberlakukan kebijakan dengan menerapkan protokol kesehatan

berupa menjaga jarak dan pembatasan sosial dalam rangka mencegah peningkatan
penularan dari wabah Covid-19 yang lebih luas. Kebijakan ini memang dapat meratakan
kurva penyebaran covid-19 tetapi disisi lain dapat mempertajam kurva resesi ekonomi.
Kebijakan tersebut secara signifikan mengurangi mobilitas masyarakat dan aktivitas
bisnis, menyebabkan perekonomian terus melambat dan menjadi resesi. Dalam rangka
mencegah resesi yang lebih dalam, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang dapat
menstimulus perekonomian. Kebijakan memprioritaskan kepada langkah-langkah untuk
mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat dan dunia usaha agar tidak mengarah

H a l | 167

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 159 - 172

pada kebangkrutan. Kebijakan untuk menstimulus pasar diharapkan dapat mencegah
penurunan kesejahteraan dari perekonomian masyarakat.

Sepanjang pandemi Covid-19 dalam survei yang dilakukan BPS (2020a) terdapat
penurunan pendapatan perusahaan yang cukup drastis yaitu lebih dari 80%. Dunia bisnis
mengalami penurunan pendapatan di berbagai sektor. Namun, dampak yang paling
signifikan paling dirasakan oleh UKM dan perusahaan kecil. Penurunan pendapatan UKM
turun sampai 50% dibandingkan perusahaan besar yang turun sekitar 29 % (Eka Chandra
Buana, dkk., 2021).

Untuk menghadapi dampak dari pandemi Covid-19, pemerintah menempuh
beberapa kebijakan dan langkah strategis, agar upaya pemulihan ekonomi cepat
dirasakan. Langkah strategis untuk menangani pandemi Covid-19 dituangkan dalam
PERPPU (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang) No. 1 Tahun 2020,
disahkan menjadi UU No. 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan. Beberapa kebijakan atau langkah yang diambil oleh
Pemerintah antara lain mengevaluasi fokus dan alokasi anggaran untuk kegiatan non-
prioritas dan memberikan stimulus penanganan untuk dampak pandemi dan pemulihan
ekonomi nasional. Berbagai stimulus diberikan seperti insentif pada pajak, tambahan
belanja negara, dan pembiayaan anggaran untuk mengatasi permasalahan sosial,
kesehatan, dan dukungan di dunia usaha dan pemerintah daerah.

Pemerintahan mencanangkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021 dalam
rangka percepatan pembangunan yang terganggu oleh pandemi Covid-19 sejak tahun
2020. RKP 2021 mengambil tema “Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Reformasi
Sosial" dengan enam fokus pembangunan, yang secara umum fokus pemulihan sektor
industri, investasi, dan pariwisata kemudian memperkuat sistem ketahanan pangan,
reformasi sistem kesehatan nasional, reformasi sistem perlindungan sosial, reformasi
sistem ketahanan bencana, dan penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan
maupun vokasi. RKP 2021 oleh pemerintah ini juga ditargetkan menjadi titik untuk
mendorong sosial reformasi, baik dalam aspek perubahan struktural ataupun perubahan
budaya, pola pikir, dan paradigma. Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan di 2021
juga untuk memberikan pelayanan publik prima. Upaya pemulihan ekonomi pada tahun
2021 terus dilakukan dengan mengaktifkan kembali mesin penggerak perekonomian,
yaitu industri, pariwisata, dan investasi, melalui perbaikan dalam berbagai aspek.

Untuk mempercepat perekonomian Indonesia, khususnya untuk keluar dari jebakan
negara berpenghasilan menengah, transformasi ekonomi diperlukan, karena tidak
mungkin untuk mengembalikan produk bruto domestik ke angka sebelum terjadi pandemi.
Kunci transformasi ekonomi adalah dengan mengoptimalkan struktur perekonomian dari
sektor berproduktivitas rendah menjadi sektor yang tinggi produktivitasnya. Pembangunan
infrastruktur yang mendukung pembangunan yang berkelanjutan, termasuk transformasi
digital, sangat penting dalam mendorong perekonomian, terutama perdagangan,
pendidikan, dan kegiatan kesehatan. RKP 2021 juga dinyatakan sebagai salah satu
langkah dalam menciptakan transformasi ekonomi untuk mengubah Indonesia menjadi
negara maju sebelum tahun 2045. Oleh karena itu, pemerintah telah mengadopsi enam
strategi transformasi ekonomi Indonesia. Pertama SDM (Sumber Daya Manusia) yang
kompetitif, yang termasuk sistem kesehatan, pendidikan, serta penelitian dan inovasi.
Kedua, sektor ekonomi yang produktif meliputi industrialisasi, UMKM, dan modernisasi
pertanian. Ketiga, ekonomi hijau meliputi karbon rendah ekonomi, dan transisi energi
yang ditujukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi, membuka peluang kerja
hijau yang lebih berkelanjutan, dan mendukung minimalisasi emisi gas rumahkaca.
Strategi keempat, transformasi digital yang terdiri dari infrastruktur digital, pemanfaatan
digital, dan penguatan enabler. Kelima, integrasi ekonomi domestik mencakup kekuatan
ekonomi yang berfokus pada konektivitas infrastruktur: superhub, hubungan laut,
hubungan udara, dan rantai nilai domestik. Keenam, menciptakan sumber pertumbuhan
baru dan penyeimbang perekonomian dengan memindahkan Ibu Kota.

H a l | 168

Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)……………..Yudi Setianto, et al.

Meskipun pandemi Covid-19 telah dipengaruhi oleh lingkungan, perspektif sosial,
dan ekonomi, pencapaian SDGs Indonesia harus dihargai karena Indonesia merupakan
satu dari enam negara dengan voluntary terbaik dalam Perumusan Tinjauan Nasional.
Indonesia pun berhasil mencatatkan Goal 16 Report, yang terdiri dari keadilan,
perdamaian, dan institusi yang kuat sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Berdasarkan pelaporan pelaksanaan SDGs Indonesia 2019, dari 280 indikator, terdapat
52 persen yang sudah mencapai target yang ditetapkan pada Aksi Nasional 2017-2019
Plan (RAN), 18% memperlihatkan tren yang membaik, dan 30 persen yang membutuhkan
khusus perhatian. Perhatian terkait pencapaian SDGs meliputi: (a) tingkat pengentasan
kemiskinan yang semakin lambat; (b) prevalensi stunting; (c) limbah padat; (d) kurangnya
zat gizi mikro yang cukup tinggi pada balita; (e) kebutuhan meningkatkan kualitas belajar
dan mengajar; (f) efisiensi pada energi; (g) celah pengurangan; (h) mengelolah
konservasi laut yang tidak efektif; (i) serta ketersediaan data berkualitas untuk
mendukung perencanaan dan pembuatan kebijakan yang tepat. 29 provinsi di Indonesia
memiliki Rencana Aksi Daerah SDGs. Lebih dari 100 perusahaan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia juga telah memberikan Laporan Keberlanjutan sebagai bentuk tanggung jawab
dalam pelaksanaan SDGs. SDGs memberikan kepastian terhadap pembangunan
berkelanjutan, menitikberatkan pentingnya harmoni antara ekonomi dan melestarikan
lingkungan. Pemerintah mengklaim bahwa transformasi ekonomi mencakup ekonomi
hijau dan rendah karbon yang melindungi jangka panjang kemakmuran. Ekonomi hijau
menekankan pada penciptaan peluang pekerjaan (green jobs) dan peluang investari
(investasi hijau), mendorong peningkatan kegiatan rendah karbon disektor ekonomi, dan
peningkatan dukungan terhadap SDM dan lingkungan. Strateginya yang dilakukan
meliputi pengembangan energi baru dan terbarukan, membangun fasilitas pengolahan
limbah dan B3, merestorasi lahan berkelanjutan, dan pembangunan berkelanjutan pada
sector pertanian.

IV. KESIMPULAN

Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang perjalanan pemerintah Indonesia untuk
menanggulangi Covid-19 sejak Maret 2020 yang merusak perencanaan pembangunan
yang telah ditetapkan di RPJM 2020-2024, RKP 2020 dan RKP 2020, yaitu :
1. Pandemi Covid-19 masih terus meningkat, angka positif pada kisaran yang relatif

tinggi dan lagi angka kematian yang disebabkan Covid-19 cukup besar. Oleh karena
itu, kebijakan terkait protokol kesehatan harus tetap diperketat. Kerjasama
pemerintah yang menetapkan kebijakan dengan masyarakat yang menjalankan
kebijakan tersebut akan sangat mempengaruhi hasil kebijakan yang ditetapkan.
Pemerintah perlu kehati-hatian dalam menyikapi perihal Covid-19, mengingat
perlunya mendorong kebijakan dalam pemulihan ekonomi yang dapat
melongggarkan protokol kesehatan.
2. Selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia, pemerintah telah membuat beberapa
kebijakan diantaranya: Kebijakan karantina wilayah (lockdown) dimodifikasi menjadi
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sepanjang tahun 2020 mengalami
keberhasilan dan kegagalan, saat PSBB dilakukan secara tepat, jumlah penularan
Covid-19 dapat ditekan, namun saat pemerintah mengendorkan PSBB, penularan
Covid-19 menjadi semakin meningkat; Pengganti kebijakan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) menjadi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM) ini memiliki fungsi yang sama. Pada kebijakan PPKM dilakukan
lebih ketat sehingga angka kasus covid-19 dapat dikurangi; Program Vaksinasi yang
sudah berjalan dan terjadwal harus terus dilaksanakan secara konsekuen sehingga
tercapainya herd immunity dapat cepat diselesaikan. Namun, pemerintah tidak boleh
lengah dengan kesehatan protokol. Kombinasi program vaksinasi dengan kebijakan
PPKM harus berjalan beriringan. Apalagi dengan munculnya varian Covid-19 terbaru

H a l | 169

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 159 - 172

yang menyebabkan serangan gelombang ketiga di Eropa dan Indiia, pemerintah
harus merespon dengan tepat dan cepat.
3. Program pembangunan yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2020
sebagaimana tertuang dalam RKP Tahun 2020 dan RPJMN 2020-2024 mengalami
kendala yang cukup banyak dengan hadirnya Covid-19. Pemerintah bertekad untuk
menyelesaikan ekonomi yang belum selesai target akselerasi pada 2020 dengan
menggesernya ke 2021 dan seterusnya. Dengan satu tahun pengalaman dengan
Covid-19, pemerintah seharusnya mengerti bagaimana menerapkan program
pemulihan ekonomi dengan baik dan mempercepatnya tanpa mengorbankan
kesadaran Covid-19

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan jurnal ilmiah ini, peneliti mendapatkan arahan dan bimbingan dari
banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Heru Kustanto, M.Si., selaku Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan
Teknologi Industri dan Kebijakaan Jasa Industri

2. Syamdian, ST., M.Si., selaku Kepala Baristand Industri Palembang
3. Tim Penyusun jurnal ilmiah yang telah membantu dalam penyusunan jurnal ilmiah

ini
4. Keluarga atas support yang telah diberikan selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Athika Rahma. (2021). Pemotongan THR dan Gaji Ke-13 PNS untuk Penanganan

Covid-19.https://www.merdeka.com/uang/pemotongan-thr-dan-gaji-ke-13-pns-

untuk-penanganan-covid-19.html. Dipublikasikan Merdeka edisi 12 Juli 2021,

diakses pada tanggal 17 Juli 2021.

Badan Pusat Statistik. (2020a). Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku

Usaha. B. P. Indonesia, Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku

Usaha, 5.

Badan Pusat Statistik. (2020b). Ekonomi Indonesia Triwulan II 2020 Turun 5, 32 Persen.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Baldwin, R., & Di Mauro, B. W. (2020). Economics in the time of COVID-19: A new

eBook. VOX CEPR Policy Portal.

Bappenas Official Website. (2020). Rencana Kerja Pemerintah 2021: Penguatan

Industri, Pariwisata, Dan Investasi Diusung.

https://www.bappenas.go.id/id/berita- dan-siaran-pers/rencana-kerja-

pemerintah-2021-penguatan-industri-pariwisata- dan-investasi-diusung/.

Diakses pada tanggal 17 Juli 2021.

Bappenas Official Website. (2020). Menteri Suharso Tegaskan Komitmen Bappenas

Realokasi Anggaran IKN 2020 untuk Percepat Pemulihan Sosial-tfkonomi

Indonesia. https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/menteri-suharso-

tegaskan-komitmen-bappenas-realokasi-anggaran-ikn-2020-untuk-percepat-

pemulihan-sosial-ekonomi-indonesia/ . Diakses pada tanggal 17 Juli 2021.

Bappenas Official Website. (2020). Menteri Suharso Jabarkan Strategi Bappenas

untuk Percepatan Pembangunan62 Daerah Tertinggal.

https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/menteri-suharso-

jabarkan- strategi-bappenas-untuk-percepatan-pembangunan-62-daerah-

tertinggal/ . Diakses pada tanggal 17 Juli 2021.

Bappenas. (2020). Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2021: Paparan Menteri

PPN/Kepala Bappenas di Lemhanas RI. Jakarta.

H a l | 170

Kebijakan sustainable develoments goals (SDGs)……………..Yudi Setianto, et al.

Bappenas. (2021a). Laporan Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia

Triwulan

IV 2020. Jakarta. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

https://www.bappenas.go.id/id/profil-bappenas/unit-kerja/deputi-

bidangekonomi/direktorat-perencanaan-makro/contents-direktorat-

perencanaanmakro/perkembangan-ekonomi-indonesia-dan-dunia/.

Bappenas. (2021b). Ringkasan Pertumbuhan Ekonomi Q4 2020. Jakarta. Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Bappenas. (2021c). Kilas Balik Indonesia 2020. Jakarta. Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Bappenas.

https://www.bappenas.go.id/files/4315/8589/4350/16032020_Kilas_Balik_2019_

Compile _MFH_hh_Final_Outlook_Revisi.pdf.

Barbier, E. B., & Burgess, J. C. (2020). Sustainability and development after COVID-

19. World Development, 135, 105082.

Buana, E. C., et al. (2021). Bab 7: Pengelolaan Ekonomi. Buku: Studi Pembelajaran

Penanganan Covid-19. Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/Bappenas.

https://www.bappenas.go.id/files/9116/1479/0631/Buku_Studi_Pembelajaran_Pen

anganan_COVID-19_BAPPENAS.pdf

Doarest, Aufa; Kamphuis, Bertine. (2020). How COVID-19 is Affecting Firms in

Indonesia :

Results from the 1st Round of the COVID-19 Business Pulse Survey, June 15,

2020-

June 23, 2020. Indonesia COVID-19 Observatory Brief;No. 4. World Bank,

Washington, DC. © World Bank.

https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/34742 License: CC BY 3.0

IGO.

Economist Inteligence Unit. (2020). The next calamity: The coronavirus could

devastate poor countries. https://www.economist.com/leaders/2020/03/26/the-

coronavirus-could- devastate-poor-countries. Dipublikasikan The Economist

pada 26 Maret 2020, dan diakses pada tanggal 17 Juli 2021.

Egger, D., Miguel, E., Warren, S. S., Shenoy, A., Collins, E., Karlan, D., ... & Vernot, C.

(2021). Falling living standards during the COVID-19 crisis: Quantitative evidence

from nine developing countries. Science advances, 7(6), eabe0997.

Ekarahendy, E., Izzatiet F., et al. (2020). Mengubur Pundi di Tengah Pandemi:

Kerentanan

Pekerja Lepas di Tengah Krisis Covid-19. Sindikasi. Jakarta.

https://lpmsukma.org/wpcontent/uploads/2020/04/SurveyFreelanceCovid_Content

_200415.pdf

Kementerian Keuangan. (2020). Nota Keuangan APBN 2021.

https://www.kemenkeu.go.id/media/16834/buku-ii-nota-keuangan-beserta-apbnta-

2021.pdf.

Kementerian Keuangan. (2021). APBN Kita.

https://www.kemenkeu.go.id/media/17266/apbn-kita-februari-2021.pdf.

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. (2021). Menko

Airlangga; Pengawasan Intern yang Efektif, Jadi Solusi Percepatan Pemulihan

Ekonomi Nasional. https://ekon.go.id/publikasi/detail/3020/menko-airlangga-

pengawasan-intern-yang-efektif-jadi-solusi-percepatan-pemulihan-ekonomi-

nasional.

McKinsey and Company. (2020). Covid-19 Briefing Note: Global Health and Crisis

Response. https://www.mckinsey.com/featured-insights/coronavirus-leading-

through-the-crisis. Dipublikasikan 17 Juli 2021.

H a l | 171

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 159 - 172

Muhyiddin, & Dharendra Wardhana. (2020). Covid-19 Outbreak and Development
Planning in Indonesia. The Indonesian Journal of Development
Planning, 4(1). https://doi.org/10.36574/jPP.V4I1.108.

Muhyiddin, M. (2020). Covid-19, New Normal, dan Perencanaan Pembangunan di
Indonesia. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of
Development
Planning, 4(2), 240-252.

Muhyiddin., Nugroho, H. (2021). A Year of Covid-19: A Long Road to Recovery and
Acceleration of Indonesia’s Development. Jernal Perancangan Pembangunan The
Indonesian Journal of Development
Planning, , 5 (1), 1-19. https://doi.org/10.36574/jpp.v5i1.181

Panji Hadisoemarto. (2020). Preokupasi R(T) dan Hidup Zaman Normal Baru.
https://majalah.tempo.co/read/kolom/160591/kolom-statistik-rt-dan-
penggunaan nya-dalam-kebijakan-publik-tentang-normal-baru.Dipublikasikan
Majalah Tempo edisi 30 Mei 2020, diakses pada tanggal 17 Juli 2021.

Parady, V. A. et al. (2021). Bab 4: Promotif – Preventif. Buku: Studi Pembelajaran
Penanganan Covid-19. Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas.
https://www.bappenas.go.id/files/9116/1479/0631/Buku_Studi_Pembelajaran_Pen
anganan_COVID-19_BAPPENAS.pdf

Pratama, Akhdi Martin. (2021, July 13). Ini Dampak Ekonomi Jika PPKM Darurat
Diperpanjang Hingga 6 Minggu. Kompas.
https://money.kompas.com/read/2021/07/13/111500426/ini-dampak-ekonomi-jika-
ppkm-darurat-diperpanjang-hingga-6-minggu

Sparrow, R., Dartanto, T., & Hartwig, R. (2020). Indonesia under the new normal:
Challenges and the way ahead. Bulletin of Indonesian Economic Studies,
56(3), 269-299.

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). (2020). From
the Great Lockdown to the Great Meltdown: Developing Country Debt in the
Time of Covid-19,
https://unctad.org/en/PublicationsLibrary/gdsinf2020d3_en.pdf.
Dipublikasikan tanggal 23 April 2020, diakses pada tanggal 17 Juli 2021.

Velarosdela, Rindi Nuris. (2021, July 14). PPKM Darurat Belum Berhasil Tekan Kasus
Covid-19 di Bekasi dan Bogor. Kompas.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/14/13420821/ppkm-darurat-belum-
berhasil-tekan-kasus-covid-19-di-bekasi-dan-bogor?page=all

Wang, C., Wang, Z., Wang, G., Lau, J. Y. N., Zhang, K., & Li, W. (2021). COVID-19 in
early
2021: current status and looking forward. Signal Transduction and Targeted
Therapy, 6(1), 1-14.

World Bank. 2020. “East Asia and Pacific in the Time of COVID-19” East Asia and
Pacific Economic Update (April), World Bank, Washington, DC. Doi:
10.1596/978-1-4648- 1565-2. License: Creative Commons Attribution CC BY
3.0 IGO

World Health Organization (WHO). (2020). Public health criteria to adjust public
health and social measures in the context of COVID-19,
https://www.who.int/publications- detail/public-health-criteria-to-adjust-public-
health-and-social-measures-in-the- context-of-Covid-19. Dipublikasikan 12 Mei
2020, diakses pada tanggal 17 Juli 2021

Yilmazkuday, H. (2020). Fighting Against COVID-19 Requires Wearing a Face Mask by
Not Some but All. Available at SSRN 3686283.

H a l | 172

Quality assurance berbasis industri hijau pada ikm pangan…….Andito Nugraha Candraningrat, et al.

Quality assurance berbasis industri hijau pada ikm pangan
Green industry based quality assurance in small and medium food industries

Andito Nugraha Candraningrat a, Arinda Ahlakul Karimab, Damayc,
Danny Indrayanad, Lingkwan Marpanungc

a Sekretariat Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, Jakarta
b Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan, Medan

c Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda, Samarinda
d Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak, Pontianak
[email protected]

ABSTRAK

Industri pangan adalah industri yang mengolah bahan baku menjadi produk
makanan dan minuman. Pertumbuhan industri pangan selalu mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan perubahan
keinginan konsumen, terutama terkait mutu produk pangan. Seiring peningkatan tersebut,
kualitas produk pangan juga harus diperhatikan agar dapat bersaing dengan produk
pangan sejenis. Quality Assurance sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas produk
guna menambah kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk. Metode penyelesaian
masalah Quality Assurance ini yaitu dengan metode pengujian kegagalan (Failure
Testing), Statistical Process Control (SPC), dan Total Quality Management (TQM).
Penerapan Quality Assurance di IKM pangan ini diharapkan dapat menghasilkan produk
IKM yang berkualitas tinggi, meminimalkan jumlah produk cacat sehingga limbah yang
dihasilkan juga berkurang. Hal ini diharapkan mendorong keterlibatan IKM dalam gerakan
industri hijau mulai dari pemilihan bahan baku hingga menghasilkan limbah yang lebih
ramah lingkungan.

Kata Kunci : quality assurance, industri hijau, ikm pangan

ABSTRACT

The food industry is an industry that processes raw materials into food and
beverage products. The growth of the food industry is increasing every year. This is
happen due to the increase in population and changes in consumer desires, especially the
quality of food products. Along with this increase, the quality of food products must also be
considered in order to compete with other similar products. Quality Assurance is needed
to improve product quality in order to increase consumer confidence in our products. The
method of solving this Quality Assurance problem is by using the method of failure testing
(Failure Testing), Statistical Process Control (SPC), and Total Quality Management
(TQM). The implementation of Quality Assurance in food SMEs is expected to be able to
produce high quality products, minimizing the number of defective products so that the
waste generated is also reduced. This is expected to help SMEs become part of the green
industry movement starting from the selection of raw materials to environmentally friendly
waste.

Keywords : quality assurance, green industry, small and medium food industry

I. PENDAHULUAN

Industri pangan adalah industri yang mengolah bahan baku menjadi produk
makanan dan minuman. Industri pangan merupakan salah satu sektor industri yang
sangat potensial untuk terus berkembang dan dapat memberikan kontribusi besar bagi
perekonomian nasional. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan
perubahan keinginan konsumen, terutama mutu produk pangan.

H a l | 173

Quality assurance berbasis industri hijau pada ikm pangan…….Andito Nugraha Candraningrat, et al.

H a l | 174

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 173 - 180

Jumlah industri pangan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Industri
pangan di Indonesia sebagian besar merupakan industri kecil dan menengah. Menurut
data publikasi Badan Pusat Statistik (2020), jumlah industri kecil dan menengah sebagian
besar didominasi oleh industri pangan yaitu sebesar 1,59 juta unit usaha dengan 3,26 juta
pekerja atau sekitar 36,23% dari keseluruhan jumlah industri kecil dan menengah.

Seiring dengan pertumbuhan industri yang meningkat, keinginan konsumen
terhadap produk yang berkualitas pun semakin meningkat. Konsumen semakin pintar
dalam memilih produk yang baik dan berkualitas serta ramah lingkungan. Untuk itu
industri pangan perlu meningkatkan kualitas produknya sesuai keinginan konsumen.

Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan menerapkan strategi industri
hijau dan quality assurance. Industri hijau adalah industri yang mengutamakan efisiensi
dan efektivitas penggunaan sumber daya pada kegiatan produksi secara berkelanjutan,
sehingga dapat menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta memberikan manfaat bagi masyarakat (Undang-Undang No. 3,
2014). Quality Assurance sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas produk guna
menambah kepercayaan konsumen terhadap produk kita. Quality Assurance adalah
suatu bagian pada perusahaan yang bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan
proses produksi agar dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang ditetapkan
serta melaksanakan penelitian dan pengembangan produk yang bertujuan untuk
mencapai peningkatkan kepuasan konsumen (Insani, et al., 2011). Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada bagian Quality Assurance antara lain penelitian dan pengembangan
produk baru, pengawasan dan pengendalian produksi dari bahan baku, proses produksi
hingga menghasilkan produk, serta pengawasan dan pengujian produk sebelum
dipasarkan.

Quality Assurance akan dapat menghasilkan produk dengan minimum cacat,
produk yang berkualitas tinggi serta dapat mengontrol jumlah limbah yang nantinya akan
dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan tujuan industri hijau yaitu mewujudkan
industri yang efisien dan efektif dalam penggunaan sumber daya sehingga akan mampu
menjaga kelestarian fungsi lingkungan. Oleh karena itu, review ini bermaksud untuk
membahas tentang bagaimana penerapan Quality Assurance yang berbasis industri hijau
di industri kecil dan menengah pangan.

II. METODOLOGI

Metode penulisan ini menggunakan metode telaah pustaka (literatur review) dengan
melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya hasil penelitian yang
dihasilkan sebelumnya tentang penerapan Quality Assurance pada industri kecil
menengah pangan di Indonesia. Metode penulisan ini menggunaan telaah pustaka dari
berbagai artikel ilmiah tentang penerapan quality assurance pada IKM olahan pangan di
Indonesia dan data – data sekunder dari Badan Pusat Statistik. Pada penulisan ini juga
menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode yang menyusun data yang
didapatkan kemudian diinterpretasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan
informasi untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

III. QUALITY ASSURANCE DAN JENISNYA

Quality Assurance adalah aturan baku suatu usaha atau industri yang dijadikan
sebagai acuan perusahaan untuk memutuskan apakah produk atau layanan yang
dihasilkan sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Quality assurance akan
memastikan bahwa produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas dan memuaskan
konsumen. Tujuan utama dari penerapan quality assurance pada suatu usaha adalah
untuk membangun kepercayaan konsumen terhadap produk dan menjadi metode untuk
optimalisasi proses kerja serta efisiensi sistem agar mampu bersaing dengan industri
sejenis lainnya.

P a g e | 174

Quality assurance berbasis industri hijau pada ikm pangan…….Andito Nugraha Candraningrat, et al.

Manfaat penerapan quality assurance antara lain memberikan motivasi dan arahan
agar dihasilkan produk dan layanan yang sesuai kebutuhan, harapan, serta tuntutan dari
konsumen. Melalui penerapan quality assurance, produk akan dihasilkan dengan kualitas
tinggi sehingga loyalitas dan kepercayaan konsumen meningkat. Quality assurance juga
dapat mencegah timbulnya produk cacat sehingga pengeluaran proses produksi dapat
diminimalisir.

Quality Assurance dapat diwujudkan dengan metode antara lain: Failure Testing
(Pengujian Kegagalan) yaitu metode yang digunakan dengan cara pengujian terus
menerus terhadap produk untuk dapat menentukan kegagalan dan kerusakan produk
yang dihasilkan, Statistical Process Control (SPC) yang dilakukan dengan pengendalian
dan pengelolaan produksi produk secara statistic serta telah diterapkan di berbagai
industri seperti industri keripik apel (Berek, 2020) dan industri sarden (Rofoqie, 2018) dan
Total Quality Management (TQM) yang akan melibatkan partisipasi seluruh anggota
perusahaan dengan pendekatan manajerial berdasarkan kepuasan konsumen pada
industri olahan ikan pindang (Berniati, et al., 2018),.

IV. CARA PRODUKSI PANGAN OLAHAN YANG BAIK (CPPOB) DAN HAZARD
ANALYSIS OF CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)

Dalam rangka peningkatan kualitas dan kemanan pangan, pemerintah berupaya
menetapkan regulasi keamanan pangan berupa undang-undang, regulasi dari
kementerian perindustrian serta kementerian kesehatan. Dalam peraturan tersebut,
keamanan pangan yang wajib dimiliki oleh IKM selain P-IRT adalah penerapan Cara
Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dan Hazard Analysis of Critical Control
Point (HACCP) (Aurin Owen, et al 2020).

Dalam Penerapan CPPOB ada banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari
kegiatan penerimaan bahan baku, kegiatan produksi, hingga produk akhir dan dapat
didistribusikan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk penerapan CPPOB ini antara lain
bangunan dan fasilitas pabrik, lingkungan pengolahan, peralatan produksi, fasilitas serta
proses sanitasi, pengendalian hama, higieni karyawan, managemen, pengendalian
proses, serta dokumentasi.

Pada penerapan HACCP, industri harus melaksanakan lima tahapan persiapan dan
tujuh kegiatan HACCP. Lima tahapan persiapan yaitu membentuk tim, menetapkan jenis
produk, mengidentifikasi pengguna, membuat alur proses dan alur tata letak peralatan
produksi. Untuk tujuh kegiatan HACCP antara lain membuat daftar bahaya, menentukan
titik kendali kritis, menentukan batas kritis, menentukan system pemantauan untuk setiap
titik kendali kritis, melaksanakan perbaikan, melaksanakan verifikasi, pencatatan serta
menyimpan dokumentasi (Aurin Owen, et al 2020).

Penerapan CPPOB pada IKM pangan seperti toko roti atau kue dilakukan dengan
menjaga kebersihan lokasi produksi termasuk memenuhi standar lantai keramik yang
tidak boleh pecah, cat dinding yang tidak terkelupas dan tidak bernoda. Potensi resiko
yang muncul akibat masalah yang mungkin timbul dari lantai, dinding dan lingkungan
secara keseluruhan harus ditangani untuk meningkatkan kebersihan dan kelayakan lokasi
produksi (Aurin Owen, et al 2020). Selain itu, pada produksi took roti dan kue, titik kritis
terdapat pada tahapan penerimaan telur, tahap pencampuran bahan, dan tahap
pendinginan kontaminasi dengan debu dan kotoran. Penerapan HACCP nantinya akan
dapat membantu meningkatkan utu produk dan kepercayaan konsumen (Sena Fadjar
Rochman, et al, 2020).

Penerapanan HACCP pada industri minuman mampu menggambarkan titik kritis
proses yaitu pada proses penggilingan, pemasakan, pendinginan dan pengemasan. Hal
ini memperlihatkan kondisi aktual proses mulai dari analisis bahaya, tindakan dan usulan
perbaikan hingga dokumentasi perancangan metode yang sesuai untuk digunakan.

H a l | 175

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 173 - 180

Metode tersebut seperti penggunaan APD, pembersihan peralatan dan lingkungan kerja
sebelum dan sesudah proses produksi (Didi Asmadi, et al., 2020).

Hasil riset Grace Eloita Pratidina, et al. (2018) menunjukkan bahwa terdapat 9 titik
kritis yang harus diperhatikan pada usaha pembuatan kerupuk ikan. Titik kritis tersebut
adalah bahan baku ikan, penyedap rasa, air, proses penerimaan bahan baku, pemasakan
adonan, pendinginan adonan, pemotongan, dan penjemuran. Perbaikan perlu dilakukan
dengan melakukan monitoring bahan baku, monitoring suplai air, penataan ruang dan
fasilitas, monitoring karyawan, pemberantasan hama, dokumentasi secara rutin,
monitoring kebersihan alat sebelum dan sesudah proses, monitoring peralatan kerja,
melengkapi fasilitas cuci tangan dan sanitasi ruangan kerja, serta monitoring kesehatan
pekerja.

Dari beberapa riset yang dilakukan, IKM pangan rata-rata belum memiliki
pengetahuan mengenai penerapan CPPOB dan HACCP. Sosialisasi dan pelatihan perlu
dilakukan terhadap IKM pangan mengenai pentingnya penerapan CPPOB dan HACCP.
Dengan penerapan CPPOB, mutu produk pangan yang dihasilkan akan semakin
meningkat dan mampu bersaing dengan produk sejenis lainnya.

V. METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)

Adanya Statistical Process Control (SPC) dilatarbelakangi perbedaan kualitas suatu
produk sejenis (quality dispersion) dari proses produksinya sama, dihasilkan dari mesin
yang sejenis, dan lingkungan kerja dan operator yang sama. Biasanya hal ini terjadi pada
perusahaan dengan kapasitas produksi yang besar. Pengendalian kualitas dengan
metode SPC berguna untuk pengawasan tingkat efisiensi. Metode SPC dapat digunakan
untuk mendeteksi dan mencegah kerusakan pada produk yang dihasilkan (Suarni Norati
& Zulher, 2019). Statistical Process Control (SPC) terdiri dari tujuh alat yaitu check sheet,
histogram, control chart, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram dan
diagram proses (Much.Djunaidi, 2016).

Mutu yang kurang baik dari produk suatu perusahaan akan memberi dampak
negatif untuk keberlangsungan usaha. Hal ini akan mempersulit persaingan dengan
produk yang lebih berkualitas dan pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya
pendapatan perusahaan (Putra, 2016). Produk cacat sering kali terjadi pada perusahaan.
Hal ini harus segera ditangani dengan efektif dan efisien sehingga mutu produk dapat
dijaga dengan konsisten dan tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Setiap perusahaan telah menetapkan kualitas pada masing-masing produk yang
dihasilkan termasuk batas toleransi kecacatan pada produk. Jika terjadi hal diluar batas
toleransi tersebut, maka perusahaan harus menangani masalah agar tidak menyebabkan
kerugian. Penyebab dari masalah pada proses produksi biasanya berasal dari peralatan
kerja, tenaga kerja dan lingkungan kerja. Jika sudah ditemukan penyebabnya maka harus
segera diselesaikan sesuai dengan penanganan masing-masing permasalahan. Apabila
masalah terjadi pada peralatan produksi maka harus segera dilakukan perbaikan atau
pemeliharaan peralatan. Begitu pula apabila terjadi pada tenaga kerja dan lingkungan
kerja maka harus segera dilakukan perbaikan sesuai dengan masalahnya masing-masing
(Rendykaban, 2014).

Pada hasil penelitian studi kasus IKM keripik singkong, terdapat produk gagal diluar
spesifikasi. Hal ini disebabkan oleh pemilihan bahan baku, metode pengolahan, peralatan
dan karyawan. Pada pemilihan bahan baku, perbaikan dilakukan dengan melakukan sortir
bahan baku sebelum proses produksi berjalan. Pada metode pengolahan dapat dibuat
SOP peralatan dan karyawan mengenai cara pengolahan dan penggunaan peralatan
pada setiap tahapan dan jenis produksinya (Esti Tri Pusparini, et al, 2017). Pada IKM
pangan toko roti, produk cacat yang dihasilkan antara lain line tidak simetris, sobek,
keriput, warna pudar dan kotor. Berdasarkan analisa fishbone diagram, masalah
disebabkan oleh setup mesin yang tidak sesuai, line mesin goyang, material kurang baik,

P a g e | 176

Quality assurance berbasis industri hijau pada ikm pangan…….Andito Nugraha Candraningrat, et al.

operator lelah dan penempatan mesin yang tidak sesuai. Perbaikan yang dapat dilakukan
antara lain melakukan pengecekan mesin dan penjadwalan maintenance mesin,
melakukan uji bahan baku dan pengecekan bahan baku, melakukan penilaian kinerja
untuk motivasi, melakukan evaluasi SOP pada setiap proses produksi (Rika Gracia dan
Arfan Bakhtiar, 2015). Penerapan quality assurance dengan metode Statistical Process
Control (SPC) akan membantu menurunkan jumlah produk cacat dan meminimalisir
limbah yang dihasilkan.

VI. METODE TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

Total Quality Management (TQM) adalah suatu metode yang dapat meningkatkan
mutu suatu produk. Mutu produk merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
memasarkan produk. Total Quality Management (TQM) digunakan untuk menganalisis
hubungan antara praktek manajemen mutu dan kinerja organisasi (Das et al., 2006).
Pendekatan TQM dapat dilaksanakan dengan enam konsep dasar yaitu: (1) manajemen
yang berkomitmen secara penuh untuk mendukung organisasi dari atas hingga bawah,
(2) fokus kepada konsumen secara terus-menerus, (3) melibatkan seluruh karyawan
secara efektif, (4) melakukan perbaikan terus-menerus dari seluruh proses, (5)
menjadikan pemasok (supplier) sebagai mitra kerja, (6) menentukan sistem pengukuran
pada setiap proses (Novianto, et al. 2014).

Kualitas kinerja adalah hasil dari suatu usaha yang didapatkan oleh perusahaan
sesuai dengan target dan harapan konsumen untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.
Salah satu cara untuk menunjukkan keunggulan suatu usaha adalah dengan memberikan
layanan atau kualitas produk yang tinggi untuk memenuhi keinginan konsumen. Variabel
TQM diukur dengan eleman utama yaitu pada proses, tenaga kerja, budaya kualitas, dan
prinsip manajemen yang focus kepada kepemimpinan, pelanggan, pemberdayaan
karyawan, perbaikan berkelanjutan, pelatihan dan pengembangan, reward, fleksibilitas,
peralatan dan teknik penggunaan, perencanaan strategi dan tim kerja yang solid.Hal-hal
tersebut akan meningkatkan kinerja dan kualitas produk (Muhmad Sil, et al, 2018).

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan Quality Assurance pada IKM pangan sangat diperlukan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi serta peningkatan kualitas produk. Di
Indonesia, IKM pangan mulai melakukan perubahan perbaikan untuk peningkatan kualitas
dengan penerapan CPPOB dan HACPP. Selain itu juga sebagian IKM juga telah
melakukan perbaikan dengan Statistical process Control dan Total Quality Management.
Dengan Quality Assurance ini diharapkan IKM akan dapat menghasilkan produk
berkualitas tinggi, meminimalkan jumlah produk cacat sehingga limbah yang dihasilkan
juga berkurang. Metode penerapan yang sesuai untuk penerapan di IKM pangan ini
adalah dengan metode SPC karena dengan metode tersebut IKM pangan dapat melihat
titik kritis tempat perbaikan yang harus dilakukan dengan jelas dan penyebab hal tersebut
terjadi akan mudah ditemukan. Hal ini diharapkan akan membantu IKM berpartisipasi
dalam gerakan industri hijau mulai dari pemilihan bahan baku hingga menghasilkan
limbah yang lebih ramah lingkungan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan Karya tulis ilmiah ini, selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa
Industri, bapak Doddy Rahadi, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mempelajari tentang kebijakan iklim usaha industri menuju pembangunan berkelanjutan.
Terima kasih juga disampaikan untuk segenap panitia penyelenggara seminar Industri

H a l | 177

Prosiding Seminar Industri Hijau Vol. I, No.1, 2021: 173 - 180
Hijau dari Baristand Industri Banjarbaru serta seluruh teman-teman CPNS dilingkungan
Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri.

DAFTAR PUSTAKA

Berek, Y. A. D. (2020). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Keripik Apel Dengan
Menggunakan Metode Statistical Process Control (SPC) Pada UKM Gapura Di
Kota Batu (Skripsi Sarjana). Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang.

Prasetyaningtyas, N. Y. (2020). Analisis Pengaruh Hubungan Variabel Total Quality
Management Terhadap Kinerja UKM Bakpia Pathuk Di Yogyakarta (Skripsi
Sarjana). Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Kassiavera, S., & Sil, M. (2018) Analisis Total Quality Management Terhadap Kinerja
Manajerial Pada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Dalal Era Globalisasi.
Proceeding The National Conferences Management and Business (NCMAB) 2018
Pemberdayaan dan Penguatan Daya Saing Bisnis Dalam Era Globalisasi.
Universitas Terbuka, Yogyakarta.

Owen, A., Defiana, Tjota, H., Handoko, V., Stefhanie, Pakpahan, N., & Kiyat, W.E. (2020).
Evaluasi Sanitasi Pangan pada Produksi Brownies Skala Industri. Jurnal Teknologi
Pengolahan Pangan, 2(1), 21-27.

Asmadi, D., Ilyas, & Nadhilah, E. (2020). Perancangan Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Produk Dengan Metode HACCP. Jurnal Teksakgro, pp. 1-33.

Pratidina, G. E., Santoso, H. Prastawa, H. (2017). Perancangan Sistem Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP) dan Sistem jaminan Halal Di UD. Kerupuk Ikan
Tenggiri Dua Ikan Jepara. Universitas Diponegoro, Semarang.

Rochman, S. F., & Nurmaydha, A., Pratama, G. R. (2020). Penerapan Sistem Hazard
Critical Control Point (HACCP) Pada Industri Roti. Agroindustrial Technology
Journal 04 (01), 53-64.

Setyaningsih, R., Solichatum, & Purwoko, T. (2019). Sosialisasi Hazard Critical Control
Point (HACCP) dan Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) Pada
Industri Pangan Kecil Di Sidumulyo, Ampel, Boyolali. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Purwanggo, B., Pujitomo, D., & Triyanni, T. R. ( 2017). Analisis Persiapan Penerapan
Sistem Manajemen Hazard Critical Control Point (HACCP) dan penyususnan
Rencana HACCP Pada Industri Pembuatan Tahu. Universitas Diponegoro,
Semarang.

Nirani, S., & Zulher. (2019). Analisis Pengendalian Mutu Produk Roti Manis Dengan
Metode Statistical Process Control (SPC) Pada Kampar Bakery Bengkinang.
Menara Ekonomi, 2407-8565.

Merjan, A., Ayu, S., & Arifin, Z. (2019). Penerapan Sistem GMP (Good Manufacturing
Practice) Pada Proses Produksi Untuk Meningkatkan Kualitas Kerupuk Ketumbar
Di UKM Kerupuk Berkah). Profisiensi, Vol.7 No.1 , 46-54.

Rofiqie, A. (2018). Analisis Pengendalian Kualitas Cacat Produk Kaleng Sarden 155 gram
Dengan Metode Statistical Process Control (SPC). (Skripsi Sarjana). Universitas
Jember, Jember. Indonesia.

P a g e | 178

Quality assurance berbasis industri hijau pada ikm pangan…….Andito Nugraha Candraningrat, et al.

Kramadibrata, A. M., Widyasanti, A., & Pusparini, E. T. (2018). Rekayasa Sistem
Pengendalian Mutu Produk Olahan Singkong Dengan Metode Proses Kontrol
Statistik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. Vol. 4.

Tanjaya, Y. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Dalam Upaya Mengurangi
Tingkat Kerusakan Produk Pada Perusahaan Jadoel Bakery. Jurnal Manajemen
dan Star-Up Bisnis, Vol. 2.

Bakhtiar, A., & Gracia, R. (2015). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Bakery Box
Menggunakan MetodeStatistical Process Control. Universitas Diponegoro,
Semarang.

Putri, A. S., Haryani, A. S., & Pratiwi, M. A. (2021). Analisis Pengendalian Mutu Dengan
Statistical Quality Control (SQC) Produk Siput Gong-Gong Pda CV. Kriya Mandiri.
Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 2.

Dewi, A. R. R., Cahyadi, E. R., & Hubeis, M. (2019). Strategi Peningkatan Mutu
Keamanan Pangan Olahan Pertanian Melalui Penerapan Good Manufacturing
Practices pada UMKM Berdaya Saing di Kota Bandung. Manajemen KM. 127-133.
Retrieved from http://journal.lpb.ac.id/index.php/jurnalmpi/

Purwatiningrum, I. (2013). Teknologi Pengolahan Pangan & Hasil Pertanian. Universitas
Brawijaya, Malang.

Pardede, E. (2012). Kajian Tentang Konsep Dan Perkembangan Hazard Analysis critical
Cntrol Point (HACCP) Sebagai Sistem Penjaminan Keamanan Pangan. Jurnal
Teknologi Pangan. Vol. 20. 2. 934-944. Universitas HKBP Nommensen, Medan.

Ahmadi, K., Harijono, & Estiasih, T. (2018). Implementasi Penjamin Mutu Pada Proses
Minuman Jahe Instan Skala Industri Kecil Menengah. Jurnal teknologi Pangan.
Vol.9 (2). 140-149.

Yulfiah. (2018). Mempersiapkan Usaha Kecil Menengah Menuju Industri Hijau. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan VI. Institut Teknologi Adhi Tama,
Surabaya.

Mamuja, C. F. (2016). Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan. Unsrat Press.
Agustin, M. (2016). Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Pada Usaha

Pembuatan Bawang Goreng. Universitas Borobudur.
Suzantho, F., & Hadi, W. (2019). Perumusan Strategi Perbaikan Manajemen UKM Menuju

Industri Hijau Studi Kasus Pada Empat UMK di Surabaya. Seminar Nasional
Inovasi dan Aplikasi Teknologi Industri. 162-166.
Darmawan, D., Komariyati, Lestari, O. A., Dewi, Y. S. K. (2019). Peningkatan Mutu
Kerupuk Pangan Lokal Pada Usaha Rumah Tangga Lingga, Kubu Raya. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 3 No. 1. 47-54.

H a l | 179


Click to View FlipBook Version