Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN
PESERTA DIDIK
MANAJEMEN
PESERTA DIDIK
Penulis : Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
Desain Sampul : Tim SMI
Diterbitkan pertama kali oleh :
Salim Media Indonesia
(Anggota IKAPI)
Jl. H. Ibrahim, Lr. Budaya, No. 9 RT. 21 Rawasari,
Kec. Alam Barajo, Jambi 36361
Telp. 0741 3062851 / 0821 8397 4554
Email: [email protected]
www.salimmedia.com
Cetakan ke - I Januari 2016
Cetakan ke - II Maret 2017
Cetakan ke - III April 2018
Cetakan ke - IV April 2019
ISBN: 978-602-6785-11-4
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
penerbit.
Isi diluar tanggung jawab percetakan.
Ketentuan pidana pasal 72 undang-undang nomor 19 tahun 2002 :
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
PENGANTAR PENULIS
Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji dan syukur
penulis haturkan kepada Rabb, Tuhan yang Maha Esa.
Berkat Rahmat, Nikmat dan kekuatan dari-Nya, penulis
dapat menyelesaikan buku ini dengan baik.
Buku ini berjudul “Manajemen Peserta Didik”,
terdiri dari sepuluh bab yang meliputi: Bab 1
Pendahuluan; Bab II Konsep Manajemen Peserta Didik;
Bab III Perencanaan Peserta Didik; Bab IV Manajemen
Peserta Didik Di Kelas; Bab V Pembinaan Disiplin Peserta
Didik; Bab VI Pembinaan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (TIK) di Sekolah; Bab VII Layanan-Layanan
Khusus Peserta Didik; Bab VIII Layanan Ekstrakurikuler
Peserta Didik; Bab IX Promosi, Mutasi Dan Drop Out
Peserta Didik; dan Bab terakhir adalah Evaluasi Kegiatan
Peserta Didik.
Manajemen peserta didik merupakan penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik, dimulai sejak pertama kali mereka masuk
hingga mereka tamat dari sekolah tersebut.
Buku ini bagus untuk dibaca oleh semua civitas
yang bergelut di dunia pendidikan, khususnya kepala
sekolah, guru dan mahasiswa-mahasiswa kependidikan
lainnya.
Penulis menyadari buku ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan buku ini.
Jambi, April 2019
i
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN --- 1
A. Konsep Dasar Manajemen --- 1
B. Pengertian Peserta Didik --- 11
BAB II KONSEP DASAR MANAJEMEN
PESERTA DIDIK --- 14
A. Pengertian Manajemen Peserta Didik --- 14
B. Dasar Hukum Manajemen Peserta
Didik --- 16
C. Tujuan manajemen peserta didik --- 20
D. Fungsi Manajemen Peserta Didik --- 22
E. Prinsip manajemen peserta didik --- 23
F. Ruang Lingkup Manajemen Peserta
Didik --- 25
G. Pendekatan Manajemen Peserta
Didik --- 25
BAB III PERENCANAAN PESERTA DIDIK- 28
A. Pengertian Perencanaan --- 28
B. Kegiatan Perencanaan Peserta Didik --- 31
C. Penempatan Peserta Didik --- 40
D. Pencatatan dan Pelaporan --- 47
ii
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB IV MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI
KELAS --- 53
A. Pengertian Manajemen Kelas --- 54
B. Tujuan Manajemen Kelas --- 60
C. Fungsi Manajemen Kelas --- 63
D. Ruang Lingkup Manajemen Kelas --- 64
E. Pengaturan Siswa dalam Manajemen
Kelas --- 65
F. Faktor yang Mempengaruhi Manajemen
Kelas --- 68
G. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas --- 70
H. Pendekatan-pendekatan Manajemen
Kelas --- 73
I. Hambatan-hambatan Dalam Manajemen
Kelas --- 81
BAB V PEMBINAAN DISIPLIN PESERTA
DIDIK --- 84
A. Pengertian Disiplin --- 84
B. Tujuan Pembinaan Disiplin Peserta
Didik --- 87
C. Unsur-unsur Kedisiplinan --- 88
D. Teknik Pembinaan disiplin Peserta
Didik --- 89
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kedisiplinan --- 92
F. Usaha-usaha untuk Meningkatkan
Kedisiplinan ---93
G. Penanggulangan Pelanggaran
Disiplin --- 95
iii
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB VI PEMBINAAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI DI SEKOLAH -- 96
A. Pengertian --- 96
B. Fungsi Teknologi Informasi dan
Komunikasi --- 100
C. Peranan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam Dunia
Pendidikan --- 101
D. Kegiatan Pembinaan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) di Sekolah --- 102
BAB VII LAYANAN-LAYANAN KHUSUS
PESERTA DIDIK --- 108
A. Layanan Bimbingan dan Konseling --- 108
B. Layanan Perpustakaan --- 123
C. Layanan Koperasi Peserta Didik --- 129
D. Layanan Kantin Sekolah --- 129
E. Layanan Kesehatan Sekolah --- 137
F. Layanan Transportasi --- 141
G. Layanan Asrama --- 141
H. Layanan Keamanan dan
Perparkiran Sekolah --- 144
I. Layanan Laboratorium Sekolah --- 147
BAB VIII LAYANAN EKSTRA KURIKULER
PESERTA DIDIK --- 153
A. Pengertian Ekstra Kurikuler --- 153
B. Tujuan Kegiatan Ekstra Kurikuler --- 155
C. Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler --- 157
D. Ruang Lingkup Kegiatan
Ekstrakurikuler --- 158
E. Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler --- 159
iv
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
F. Jenis-jenis Kegiatan Ekstra
Kurikuler --- 160
G. Format Kegiatan Ekstra Kurikuler --- 177
BAB IX PROMOSI, MUTASI DAN DROP OUT
PESERTA DIDIK --- 178
A. Promosi Peserta Didik --- 178
B. Mutasi Peserta Didik --- 180
C. Drop Out Peserta Didik --- 192
BAB X EVALUASI KEGIATAN PESERTA
DIDIK --- 195
A. Konsep Evaluasi --- 195
B. Tujuan Evaluasi --- 198
C. Fungsi Evaluasi Peserta Didik --- 199
DAFTAR PUSTAKA
TENTANG PENULIS
v
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari
bahasa Inggris yaitu management. Akar kata tersebut
adalah manage atau managiare, yang memiliki makna:
melatih kuda dalam melangkahkan kakinya (Echols,
1985). Sedangkan secara terminologis, kata
manajemen dapat diartikan sebagai berikut:
1. Rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien;
2. Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh
suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan;
3. Kegiatan menggerakkan sekelompok orang dalam
sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan;
4. Bekerja dengan menggunakan/meminjam tangan
orang lain untuk mencapai tujuan tertentu;
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 1
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
5. Memfasilitasi atau melayani dan menggerakkan
orang lain dalam organisasi agar dapat bekerja
secara optimal dalam rangka mencapai tujuan
bersama secara efektif dan efisien.
Menurut James Stoner yang dikutip oleh
Kadarman (1997: 9) manajemen adalah “proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan berbagai upaya dari anggota organisasi
dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi
demi tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan”.
George R. Terry di dalam Efendy (1973)
mendefenisikan manajemen sebagai proses yang khas,
yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Andrew F. Sikula (1981) mengemukakan bahwa
“manajemen pada umumnya dikaitkan dengan
aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian,
komunikasi dan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan
suatu produk atau jasa secara efisien”.
Harold Koontz dan Cyril O’Donel
mendefinisikan manajemen sebagai usaha mencapai
suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi
atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
2 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian.
Prajudi Atmosudirdjo (1982:124) mengartikan
manajemen sebagai pengendalian dan pemanfaatan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian
(1997:5) manajemen adalah kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan
orang lain”. Dengan demikian dapat pula dikatakan
bahwa manajemen merupakan alat pelaksana utama
administrasi.
Manajemen juga sering diartikan sebagai ilmu,
kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena
manajemen dipandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha
mengetahui mengapa dan bagaimana orang bekerja
sama. Dikatakan sebagai kiat, karena manajemen
adalah cara-cara mengatur orang lain dalam
menjalankan tugasnya. Dan dipandang sebagai profesi
karena manajemen dilandasi dengan keahlian khusus
dan dituntut oleh suatu kode etik.
Dari beberapa pengertian di atas, secara implisit
ada dua macam pekerjaan dalam manajemen, yaitu:
1. Pekerjaan yang bersifat manajerial, yaitu pekerjaan
yang berkaitan dengan penataan, pengelolaan, dan
pengendalian.
2. Pekerjaan yang bersifat teknis atau pekerjaan
operasional, yaitu pekerjaan yang secara langsung
berhubungan dengan pencapaian tujuan lembaga
atau organisasi.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 3
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Dalam pelaksanaannya, pekerjaan manajerial
merupakan pekerjaan yang proses penyelesaiannya
dilakukan dengan menggunakan tangan orang lain;
sedangkan pekerjaan teknis merupakan pekerjaan
yang proses penyelesaiannya dilakukan dengan
menggunakan tangan sendiri. Dari sisi lain, dapat
dikemukakan, bahwa pekerjaan manajerial adalah
pekerjaan pimpinan atau atasan, sedangkan pekerjaan
teknis atau pekerjaan operasional merupakan
pekerjaan staf atau bawahan.
Dengan demikian, manajemen adalah proses
pengelolaan sumber daya organisasi melalui kerjasama
yang baik antara seseorang dengan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Kegiatan manajemen tidak
terlepas dari kegiatan merencana, mengorganisasi,
memimpin, dan mengendalikan organisasi dengan
segala aspeknya.
2. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar
yang selalu ada dalam proses manajemen. Fungsi-
fungsi tersebut menjadi acuan bagi manajer dalam
melaksanakan kegiatan manajemen.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi pertama dan
utama yang mesti dilakukan oleh seorang manajer.
Perencanaan adalah suatu proses penetapan tujuan-
tujuan organisasi, penentuan strategi, metode, dan
standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Fungsi perencanaan memberikan arah kepada
manajer untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai.
4 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Tanpa tujuan yang jelas, sebuah lembaga atau
organisasi tidak akan mendapatkan hasil yang jelas.
Selain itu, tanpa perencanaan akan menyulitkan
manajer untuk melakukan proses evaluasi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh pribahasa “fail to
plan is planning to fail” yaitu kegagalan membuat
rencana merupakan sebuah rencana menuju
kegagalan.
Aktifitas perencanaan mencakup:
1. Menetapkan tujuan;
2. Memilih tindakan untuk mencapai tujuan tersebut;
3. Melakukan aktifitas sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat;
4. Melakukan perencanaan ulang.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa
yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokkan, dan siapa yang bertanggung
jawab atas tugas tersebut.
Pengorganisasian meliputi:
1. Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi
atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-
hal tersebut ke arah tujuan.
3. Penugasan tanggung jawab tertentu.
4. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada
individu-individu untuk melaksanakan tugasnya.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 5
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
c. Memimpin (Leading)
Sumber daya manusia yang telah diorganisasikan
tersebut selanjutnya perlu diarahkan aktifitasnya agar
menghasilkan pencapaian tujuan organisasi. Hal ini
dilakukan melalui fungsi leading, yaitu suatu proses
memotivasi individu atau kelompok agar mereka dapat
bekerja dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam
proses manajemen. Pengawasan adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui apakah perencanaan
telah tercapai dengan baik atau belum. Kegiatan ini
sekaligus mengoreksi hambatan-hambatan yang
terjadi dan pemecahan masalah yang muncul.
Kegiatan pengawasan mencakup:
1) Menetapkan berbagai tujuan dan standar
2) Membandingkan kinerja yang sesungguhnya dengan
tujuan dan standar yang telah ditetapkan.
3) Mendorong keberhasilan dan mengoreksi
kelemahan serta kekurangan.
3. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Peranan adalah aktifitas yang wajib dilakukan
dan dimainkan oleh seseorang yang telah diberikan
kepercayaan kepadanya. Adanya peranan manajer
dalam sebuah lembaga atau organisasi karena
diberikan otoritas secara formal berbentuk surat
keputusan sekaligus dengan kedudukannya.
Untuk melaksanakan otoritas formal dan status
yang diberikan, setiap manajer termasuk kepala
sekolah yang ada di lembaga pendidikan mempunyai
6 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
tiga peranan penting, yaitu sebagai interpersonal,
informasional, dan pengambilan keputusan.
1. Peranan interpersonal, meliputi:
a. Figurehead
Figure artinya seorang manajer merupakan
simbol. Manajer harus berperan melakukan tugas
rutin yang berkaitan dengan tugas-tugas resmi dan
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sosial. Sebagai
contoh; memberi sambutan pada acara resmi,
membuka acara yang diselenggarakan industri,
menjadi penanggung jawab setiap kegiatan, dan
sebagainya.
b. Leader
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu
memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan
mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman
dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
c. Liaison
Peran manajer selanjutnya adalah sebagai
penghubung antar anggota atau sumber daya
manusia dan pihak eksternal. Untuk itu diperlukan
kemampuan komunikasi dari manajer agar dapat
menjalin hubungan yang harmonis antara anggota
organisasi dengan pihak eksternal.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 7
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2. Peranan Informasional
Peranan informasional meliputi:
a. Monitor
Yaitu sebagai orang yang memonitor. Seorang
pemimpin secara terus menerus memonitor
lingkungannya untuk memperoleh informasi.
b. Disseminator
Informasi yang diperoleh pemimpin harus
dimanfaatkan bersama (sharing) dan
didistribusikan kepada yang lain.
c. Spokes person
Yaitu sebagai juru bicara. Kepala sekolah sebagai
manajer mempunyai hak untuk menyampaikan
informasi yang dimilikinya kepada orang yang ada
di luar unit organisasinya.
d. Decisional
Peranan pengambilan keputusan.
Menurut Mintberg di dalam (Stoner&Freeman,
2000), peranan decisional meliputi:
1. Entrepreneur (sebagai wirausaha);
Seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu
memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan di mana organisasi
tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha,
seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide
baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika
dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang
dipimpinnya.
8 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2. Disturbance handler Role (pengendali gangguan);
Peran sebagai pengendali gangguan mengharuskan
pemimpin untuk merespon tekanan-tekanan yang
dihadapi oleh organisasi.
3. Resources Allocator Role (peran sebagai yang
mengalokasikan sumber daya).
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab
memutuskan siapa akan menerima apa dalam unit
organisasinya. Sumber daya terpenting yang
dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya.
Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki
akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan
dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil
keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk
mendesain struktur organisasi, pola hubungan
formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit
yang dipimpinnya.
4. Negotiator (peran sebagai negosiator);
Banyak studi mengenai kerja manajerial
mengindikasikan bahwa pemimpin menghabiskan
cukup banyak waktunya dalam negosiasi.
Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles,
negosiasi merupakan way of life dari seorang
pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan
kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi
tidak boleh dihindari. Negosiasi merupakan bagian
integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang
memiliki otoritas untuk bisa memberikan komitmen
sumber daya organisasi, dan hanya dia yang
memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan
dalam melakukan negosiasi penting.
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas
tambahan (Surat Keputusan Menteri Penertiban
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 9
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Aparatur Negara No. 0296: 1996). Sebagaimana telah
dijelaskan di atas bahwa kepala sekolah adalah
pemimpin atas manajemen suatu organisasi sekolah.
Selain kegiatan manajemen, ia harus dinamik, mampu
menjadi inisiator dan dinamisator yang baik sehingga
tercipta suasana sekolah yang mendorong guru,
peserta didik, tenaga administrasi, untuk mencapai
prestasi yang tinggi.
Menurut Terry (1993) ada sepuluh tugas
kepemimpinan yaitu:
1. Menetapkan visi dan misi
2. Menetapkan nilai
3. Menumbuhkan nilai
4. Memotivasi
5. Mengelola
6. Mencapai kesatuan kerja
7. Memberi penjelasan
8. Simbol pelayanan
9. Perwakilan kelompok
10. Pembaharu.
Berkaitan dengan manajemen peserta didik,
tanggung jawab kepala sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan peserta didik, orientasi peserta didik
dan pengelompokan peserta didik.
2. Kehadiran peserta didik di sekolah
3. Pembinaan peserta didik di sekolah, termasuk
pembinaan disiplin dan ekstra kurikulernya.
4. Program bimbingan dan konseling bagi peserta
didik
5. Program khusus bagi peserta didik yang
mempunyai kelainan.
6. Program kesehatan dan keamanan peserta didik.
10 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
7. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar peserta
didik.
B. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah sinonim dari peserta belajar,
siswa, murid, atau warga belajar. Secara umum peserta
didik berlaku untuk seluruh rentangan usia yang sudah
dapat mengikuti pendidikan, mulai dari anak-anak,
remaja, dewasa dan lansia. Menurut undang- undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang
yang terkait dengan proses pendidikan dan
pembelajaran di lembaga pendidikan formal maupun
non formal. Sedangkan peserta didik dalam arti sempit
adalah setiap siswa yang belajar di sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Oemar
H Malik (2008) mendefinisikan peserta didik sebagai
suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan,
sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
Menurut Suharsimi Arikunto (1986:12), peserta
didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek
didik di suatu lembaga pendidikan. Abu Ahmadi
berpendapat bahwa peserta didik adalah sosok
manusia sebagai individu/pribadi (manusia
seutuhnya). Individu diartikan “orang yang tidak
bergantung kepada orang lain, dalam arti benar-benar
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 11
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan
tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan
keinginan sendiri” (Tim dosen Administrasi UPI,
2009:205).
Peserta didik merupakan subjek yang menjadi
fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran. Peserta didik adalah sosok manusia
yang berusaha mengembangkan dirinya untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dan telah terdaftar dalam suatu
jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu.
Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta
didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan antara
lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan
pendekatan edukatif/pedagogis. Oemar Hamalik
(2008:3) menyatakan pendekatan-pendekatan
tersebut sebagai berikut:
a. Pendekatan sosial
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
sedang disiapkan untuk menjadi anggota
masyarakat yang lebih baik.
b. Pendekatan psikologis
Peserta didik adalah organisme yang sedang
tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki
berbagai potensi manusiawi, seperti bakat, minat,
kebutuhan, sosial emosional-personal, dan
kemampuan jasmaniah.
c. Pendekatan edukatif/pedagogis.
Peserta didik sebagai unsur penting, yang memiliki
hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan
menyeluruh dan terpadu.
12 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, setiap peserta didik pada suatu satuan
pendidikan mempunyai hak-hak sebagai berikut:
a. Mendapat perlakuan sesuai bakat, minat, dan
kemampuannya.
b. Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan
atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk
mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu
yang telah dibakukan.
c. Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau
bantuan lain sesuai persyaratan yang berlaku.
d. Pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang
tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan
penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan
yang hendak dimasuki.
Sebagai anggota masyarakat, peserta didik
mempunyai hak dan kewajiban. Hak peserta didik
adalah: 1) Menerima pelajaran, 2) Mengikuti kegiatan
yang diadakan sekolah, 3) Menggunakan fasilitas yang
ada, 4) Memperoleh bimbingan dan sebagainya.
Sedangkan kewajiban peserta didik yaitu; 1) Hadir di
sekolah tepat pada waktunya, 2) Mengikuti pelajaran
dengan baik dan tertib, 3) Mengikuti ujian atau
ulangan dan kegiatan-kegiatan yang ditentukan oleh
sekolah, 4) Mentaati semua tata tertib dan peraturan
yang berlaku di sekolah, 5) Menjaga nama baik
sekolah.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 13
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB II
KONSEP DASAR MANAJEMEN PESERTA DIDIK
A. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah akan sangat bergantung pada kegiatan
manajemen. Dalam penyelenggaraannya terdiri dari
berbagai komponen-komponen pendukung seperti
kurikulum, peserta didik, pembiayaan, tenaga
pelaksana, dan sarana prasarana. Pengelolaan setiap
komponen satu sama lainnya yang saling melengkapi
menjadi suatu indikator pencapaian keberhasilan
dalam proses pelaksanaan kegiatannya.
Salah satu komponen yang dianggap paling
penting dalam sebuah lembaga pendidikan adalah
komponen peserta didik; karena keberhasilan dalam
penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung
dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta
didik.
14 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Menurut Mulyono (2008:178) manajemen
peserta didik adalah “seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta
pembinaan secara kontiniu terhadap seluruh peserta
didik dalam lembaga bersangkutan agar proses
pembelajaran berjalan efektif dan efisien”.
Manajemen peserta didik merupakan upaya
untuk memberikan layanan sebaik mungkin kepada
peserta didik sejak proses penerimaan sampai saat
peserta didik meninggalkan lembaga pendidikan
karena sudah tamat/lulus mengikuti pendidikan pada
lembaga pendidikan tersebut (Tim dosen Adpen UPI,
2011).
Manajemen peserta didik juga dapat diartikan
sebagai suatu proses pengurusan segala hal yang
berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari
perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan yang
dilakukan selama siswa berada di sekolah, sampai
dengan siswa menyelesaikan pendidikannya di
sekolah. Dengan kata lain, manajemen peserta didik
merupakan keseluruhan proses penyelenggaraan
usaha kerjasama dalam bidang kesiswaan dalam
rangka pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah.
Manajemen peserta didik menurut Hendayat
Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah suatu
penataan atau pengaturan segala aktivitas yang
berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai
masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya
peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu
lembaga.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
manajemen peserta didik merupakan penataan dan
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 15
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai
dengan keluar dari suatu sekolah. Manajemen peserta
didik bukanlah dalam bentuk kegiatan-kegiatan
pencatatan/pengelolaan data peserta didik saja,
melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang secara
operasional dapat dipergunakan untuk membantu
kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
B. Dasar Hukum Manajemen Peserta Didik
Dasar-dasar hukum manajemen peserta didik
adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 mengamanatkan bahwa
pemerintah Negara Indonesia harus dapat
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
2. Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan pemerintah mewajibkan
setiap warga Negara untuk mengikuti pendidikan
dasar 9 tahun dan pemerintah wajib membiayai.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha
Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang tentu saja diatur dalam
undang-undang.
16 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
4. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan.
5. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional.
a. Pasal (1) ayat 1; dikemukakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. Sedangkan pada ayat 2
ditegaskan bahwa Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman, pada ayat 3 dikemukakan bahwa
sistem pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
b. Pasal (5) ayat 1: setiap warga Negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu, (ayat 4) Setiap warga Negara memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus, (ayat 5) setiap
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 17
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
warga Negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
c. Pasal (6) ayat 1: setiap warga Negara yang berusia
tujuh tahun sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar, ayat (2); setiap warga
Negara bertanggung jawab terhadap kelangsungan
penyelenggaraan pendidikan.
d. Pasal (12) ayat 1:
1) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidikan yang seagama.
2) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya.
3) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi
yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikan.
4) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikan.
5) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan
satuan pendidikan lainnya yang setara.
6) Menyelesaikan program pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing dan
tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu
yang ditetapkan.
e. Setiap peserta didik berkewajiban (pasal 12 ayat 2):
1) Menjaga norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses pendidikan.
2) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
18 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 tahun 1990
tentang Pendidikan Dasar yang menyatakan
bahwa:
4) Untuk dapat diterima sebagai siswa sekolah
dasar seseorang harus berusia sekurang-
kurangnya enam tahun (pasal 15, ayat 1).
5) Untuk dapat diterima sebagai siswa sekolah
lanjutan pertama seseorang harus telah tamat
sekolah dasar atau satuan pendidikan dasar yang
sederajat dan setara (pasal 15, ayat 2).
f. Siswa mempunyai hak:
1) Mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuan.
2) Memperoleh pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya.
3) Mengikuti program pendidikan yang
bersangkutan atas dasar pendidikan
berkelanjutan, baik untuk mengembangkan
kemampuan diri maupun untuk memperoleh
pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang
telah dibakukan.
4) Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa atau
bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
5) Pindah ke sekolah yang sejajar atau tingkatnnya
lebih tinggi sesuai dengan persyaratan
penerimaan siswa pada sekolah yang hendak
dimasuki.
6) Memperoleh penilaian hasil belajar.
7) Mendapatkan pelayanan khusus bila mana
penyandang cacat.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 19
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
g. Siswa berkewajiban untuk:
1) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan kecuali bagi siswa yang dibebaskan
dari segala kewajiban tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku.
3) Menghormati tenaga kependidikan.
4) Ikut memelihara sarana dan prasarana serta
kebersihan, ketertiban dan keamanan sekolah
yang bersangkutan.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 29
tentang pendidikan menengah pasal 16, 17, dan 18.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
8. Peraturan Menteri Agama RI nomor 16 tahun 2010
tentang pengelolaan agama pada sekolah.
9. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 17
tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan.
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan.
11. Peraturan direktur jenderal pendidikan Islam
nomor 12 tahun 2009 tentang penyelenggaraan
kegiatan ekstrakurikuler pendidikan agama Islam
(PAI) pada sekolah.
C. Tujuan Manajemen Peserta Didik
Menurut E. Mulyasa (2012:46) manajemen
peserta didik bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar,
20 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan
sekolah.
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah;
mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar
kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar
mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar
mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan
teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan
secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
psikomotor peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan
umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta
didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan, dan memenuhi
kebutuhan peserta didik.
4. Diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, dapat
belajar dengan baik, dan tercapai cita-cita
mereka.
Menurut penulis, tujuan manajemen peserta
didik adalah menata proses kesiswaan; dimulai dari
perekrutan peserta didik, proses belajar mengajar,
hingga mereka lulus dari lembaga pendidikan tersebut
bahkan hingga menjadi alumni. Dengan adanya
manajemen terhadap peserta didik, diharapkan proses
pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan teratur sehingga apa yang diharapkan
tercapai secara efektif dan efisien.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 21
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
D. Fungsi Manajemen Peserta Didik
Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai
wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri
mereka seoptimal mungkin, baik mengenai segi-segi
individualisme, segi sosial, dan segi potensial peserta
didik.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus
dirumuskan sebagai berikut:
1) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan
individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat
mengembangkan potensi-potensi individualitasnya
tanpa banyak hambatan. Potensi-potensi bawaan
tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan),
kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan
lainnya.
2) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan
fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik
dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya,
dengan orang tua dan keluarganya, dengan
lingkungan sosial sekolahnya, dan lingkungan sosial
masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat
peserta didik sebagai makhluk sosial.
3) Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi
dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik
dapat menyalurkan hobinya, kesenangan, dan
minatnya. Hobi, kesenangan, dan minat peserta
didik patut disalurkan karena juga dapat menunjang
perkembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.
4) Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah
agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
22 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Kesejahteraan demikian sangat penting karena
dengan demikian ia akan juga turut memikirkan
kesejahteraan sebayanya (Badrudin: 2014: 25).
E. Prinsip Manajemen Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah
sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan
tugas. Prinsip manajemen peserta didik mengandung
arti bahwa dalam rangka memenej peserta didik,
prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah
selalu dipegang dan dipedomani.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian
dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena
itu, harus mempunyai tujuan yang sama dan atau
mendukung terhadap tujuan manajemen secara
keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta
didik tetap ditempatkan dalam kerangka
manajemen sekolah. Tidak boleh ditempatkan di
luar sistem manajemen sekolah.
2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik
haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam
rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk
kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak
disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan
untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang
lainnya.
3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik
haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta
didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang
dan mempunyai banyak perbedaan. Perbedaan-
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 23
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
perbedaan yang ada pada peserta didik tersebut
tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara
mereka melainkan justru mempersatukan dan
saling memahami serta saling menghargai.
4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah
dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap
pembimbingan peserta didik. Oleh karena itu,
membimbing haruslah terdapat ketersediaan dari
pihak yang dibimbing yaitu peserta didik sendiri.
Tidak mungkin pembimbingan akan terlaksana
dengan baik manakala terdapat keengganan dari
peserta didik sendiri.
5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah
mendorong dan memacu kemandirian peserta didik.
Prinsip kemandirian akan bermanfaat bagi peserta
didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga
ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung
arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah
sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-
kegiatan manajemen peserta didik.
6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang
selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta
didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta
didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
Depdiknas (2000:87) mengemukakan prinsip
dasar dalam manajemen peserta didik sebagai berikut:
1. Siswa harus diperlukan sebagai subjek dan bukan
objek, sehingga harus didorong untuk berperan
serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
2. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi
fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat,
dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana
24 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki
wahana untuk berkembang secara optimal.
3. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka
menyenangi apa yang ia kerjakan.
F. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Ruang lingkup manajemen peserta didik
mencakup:
1. Perencanaan peserta didik
2. Penerimaan peserta didik
3. Pengelompokan peserta didik
4. Kehadiran peserta didik
5. Pembinaan disiplin peserta didik
6. Kenaikan kelas dan penjurusan
7. Perpindahan peserta didik
8. Kelulusan dan alumni
9. Kegiatan ekstra kurikuler
10. Tata laksana manajemen peserta didik
11. Peranan kepala sekolah dalam manajemen
peserta didik
12. Mengatur layanan peserta didik (Eka Prihatin:
2011:13-14).
G. Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Ada dua pendekatan dalam manajemen peserta
didik yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan
kualitatif. Kedua pendekatan ini akan penulis jabarkan
sebagai berikut:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan ini lebih menitikberatkan kepada
segi-segi administratif dan birokratik lembaga
pendidikan. Dalam pendekatan ini, peserta didik
diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 25
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat
peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini
adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan
mencapai keinginannya, manakala dapat memenuhi
aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang
diminta oleh lembaga pendidikannya.
Secara operasional pendekatan ini
mengharuskan:
1. Mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi
peserta didik di sekolah.
2. Memperketat presensi.
3. Penuntutan disiplin yang tinggi.
4. Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tepat
waktu.
Pendekatan demikian, memang teraksentuasi
pada upaya agar peserta didik menjadi mampu dan
tangguh dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai peserta didik di sekolah tersebut.
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan ini lebih memberikan perhatian
kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan
kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik
mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan
agar peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini
adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka
mereka dapat belajar dengan baik serta senang untuk
mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga
pendidikan tersebut. Pendekatan ini juga menekankan
perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan
menyenangkan bagi pengembangan diri secara
optimal.
26 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Di antara kedua pendekatan tersebut, dapat
diambil jalan tengahnya, atau disebut dengan
pendekatan padu. Dalam pendekatan padu ini, peserta
didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
birokratik dan administratif sekolah di satu pihak,
tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-
insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraannya. Di satu pihak peserta didik diminta
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berasal dari
lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim
yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau,
jika dikemukakan dengan kalimat terbalik, penyediaan
kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian
layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka
mendisiplinkan peserta didik dan penyelesaian tugas-
tugas peserta didik.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 27
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB III
PERENCANAAN PESERTA DIDIK
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal sebelum
melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Secara
filosofis, dalam kegiatan kehidupan sehari-hari
sebenarnya kita selalu penuh dengan perencanaan.
Akan tetapi sering tidak disadari bahwa kita telah
melakukan perencanaan. Sebagai contoh, “besok kita
mau ke mana? akan mengerjakan apa? bagaimana
caranya?” adalah beberapa pertanyaan untuk
perencanaan.
Perencanaan dapat juga didefenisikan dengan
persiapan menyusun atau suatu keputusan berupa
langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau
perencanaan suatu pekerjaan yang terarah pada
pencapaian tujuan tertentu. Dilihat dari fungsinya
perencanaan adalah suatu pemikiran yang mantap.
Kajian khusus terhadap suatu pekerjaan yang akan
dilakukan. Agar bentuk dan tahapan pelaksanaannya
dapat berjalan menurut garis yang telah ditentukan
dengan jelas baik sasaran maupun tujuannya.
28 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Sementara itu menurut Kaufman yang dikutip
oleh Harjanto mendefenisikan bahwa perencanaan
adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan
dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai yang
di dalamnya mencakup elemen-elemen:
a. Mengidentifikasikan kebutuhan.
b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang
diprioritaskan.
c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap
kebutuhan yang diprioritaskan.
d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap
pilihan.
e. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan yang dirasakan
f. Identifikasi strategi alternatif yang memungkinkan
dan alat untuk melengkapi tiap persyaratan dalam
mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya
merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi dan
alat yang dipakai (Harjanto: 2006: 2).
Perencanaan memerlukan pemikiran yang
cerdas. Setiap perencanaan harus dapat memilih dan
menentukan alternatif mana yang terbaik sesuai
dengan kondisi yang dihadapi. Merencanakan berarti
memikirkan serta membuat langkah-langkah yang
perlu dilakukan sebelum pelaksanaan kerja nyata
direalisasikan.
Perencanaan bertujuan untuk:
1. Standar pengawasan, yaitu untuk mencocokkan
pelaksanaan dengan perencanaannya.
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
suatu kegiatan.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 29
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat di dalamnya
(struktur organisasinya), baik kualifikasinya,
maupun kuantitasnya.
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk
biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak
produktif dan menghemat biaya, tenaga, dan waktu.
6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
kegiatan pekerjaan.
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub
kegiatan.
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal
ditemui.
9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Sedangkan manfaat perencanaan yaitu:
1. Standar pelaksanaan dan pengawasan.
2. Pemilihan berbagai alternative terbaik
3. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun
kegiatan.
4. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
5. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan.
6. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan
pihak terkait.
7. Alat meminimalkan pekerjaan tidak pasti.
Dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah
sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk
dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam
rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan
tidak dapat dilepaskan dari unsur pelaksanaan dan
pengawasan termasuk pemantauan, penilaian, dan
pelaporan.
30 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
B. Kegiatan Perencanaan Peserta Didik
Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut
perencanaan penerimaan siswa baru, kelulusan,
jumlah putus sekolah, dan kepindahan. Khusus
mengenai perencanaan peserta didik, akan langsung
berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses
pencatatan atau dokumentasi data pribadi peserta
didik, yang kemudian tidak dapat dilepaskan kaitannya
dengan pencatatan atau dokumentasi data hasil belajar
dan aspek-aspek lain yang diperlukan dalam kegiatan
kurikuler dan ko-kurikuler.
Kegiatan perencanaan peserta didik adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan Peserta Didik
Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan
peserta didik yang dibutuhkan oleh lembaga
pendidikan yang meliputi;
a. Merencanakan jumlah peserta didik yang akan
diterima
Besarnya jumlah peserta didik yang akan diterima
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Daya tampung kelas atau jumlah kelas yang
tersedia. Jumlah peserta didik dalam satu kelas
(ukuran kelas) berdasarkan kebijakan pemerintah
berkisar antara 40-45 orang. Sedangkan ukuran
kelas yang ideal secara teoritik berjumlah 25-30
peserta didik per satu kelas.
Rasio murid dan guru. Secara ideal rasio murid dan
guru adalah 1:30.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 31
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
b. Menyusun program kegiatan peserta didik
Penyusunan program kegiatan bagi siswa selama
mengikuti pendidikan di sekolah harus didasarkan
kepada:
Visi dan misi lembaga pendidikan (sekolah) yang
bersangkutan.
Minat dan bakat peserta didik.
Sarana dan prasarana yang ada.
Anggaran yang tersedia.
Tenaga kependidikan yang tersedia.
2. Rekruitmen Peserta Didik
Rekruitmen peserta didik merupakan tahapan
awal dalam manajemen peserta didik. Dalam konteks
dunia pendidikan, rekrutmen peserta didik memiliki
pengertian yang lebih khusus, terkait dengan
pencarian peserta didik yang akan menjadi anak didik
dan diberikan layanan pendidikan.
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga
pendidikan pada hakikatnya adalah proses pencarian,
menentukan, dan menarik pelamar yang mampu
menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah)
yang bersangkutan.
Langkah-langkah rekruitmen peserta didik:
1. Pembentukan panitia penerimaan peserta didik,
yang terdiri dari kepala sekolah, beberapa guru
yang ditunjuk, tenaga tata usaha, dan dewan
sekolah/komite sekolah. Panitia ini bertugas
mengadakan pendaftaran calon peserta didik,
mengadakan seleksi, dan menerima pendaftaran
kembali bagi peserta didik yang diterima atau yang
lulus seleksi.
32 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2. Pembuatan dan pemasangan pengumuman
penerimaan peserta didik yang dilakukan secara
terbuka. Pengumuman tersebut berisi hal-hal
sebagai berikut:
Gambaran singkat lembaga pendidikan (sekolah)
yang meliputi: sejarah, visi dan misi sekolah,
kelengkapan fasilitas sekolah, dan kependidikan
yang dimiliki.
Persyaratan pendaftaran peserta didik minimal
meliputi surat sehat dari dokter, ada batasan usia
yang ditunjukkan dengan akte kelahiran, SKKB,
salinan nilai dari sekolah sebelumnya, dan
melampirkan pas foto.
Cara pendaftaran.
Ada dua cara pendaftaran yaitu secara individual
oleh masing-masing calon peserta didik yang
datang ke lembaga pendidikan (sekolah) yang
dituju atau secara kolektif oleh pihak sekolah di
mana peserta didik sekolah sebelumnya.
Waktu pendaftaran, yang memuat kapan waktu
pendaftaran dimulai dan diakhiri.
Tempat pendaftaran.
Berapa uang pendaftarannya, kepada siapa uang
tersebut diserahkan, dan bagaimana melakukan
pembayarannya.
Waktu dan tempat seleksi, meliputi hari, tanggal,
jam, dan tempat seleksi.
Pengumuman hasil seleksi yang meliputi waktu
pengumuman dan di mana calon peserta didik
dapat memperolehnya.
Menurut Badrudin (2014:32) langkah-langkah
penerimaan peserta didik secara garis besar adalah
sebagai berikut:
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 33
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
1. Membentuk panitia
Panitia penerimaan peserta didik terdiri dari kepala
sekolah dan beberapa guru yang ditunjuk untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan,
yakni syarat-syarat pendaftaran, formulir
pendaftaran, pengumuman, buku pendaftaran,
waktu pendaftaran, dan jumlah calon yang diterima.
2. Menentukan syarat pendaftaran calon peserta didik.
Syarat pendaftaran calon peserta didik baru
biasanya sudah ditentukan dan diatur oleh Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang
berasal dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
3. Menyediakan formulir pendaftaran
Formulir pendaftaran dimaksudkan untuk
mengetahui identitas calon peserta didik dan untuk
kepentingan pengisian buku induk sekolah.
4. Pengumuman pendaftaran calon
5. Menyediakan buku pendaftaran
6. Menentukan waktu pendaftaran.
Menurut Asnawir (2005), persyaratan calon
peserta didik yang akan diterima pada suatu sekolah
tergantung pada jenis dan tingkatan sekolah yang
bersangkutan. Pada umumnya ada beberapa
persyaratan yang ditetapkan oleh sekolah yang
bersangkutan, antara lain:
1. Persyaratan yang bersifat administratif ini
Persyaratan yang bersifat administratif
meliputi:
a. STTB
b. Surat keterangan kelahiran.
34 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
c. Surat keterangan kesehatan.
d. Surat keterangan berkelakuan baik
e. Mengisi formulir pendaftaran
f. Pas photo
g. Biaya pendaftaran
h. Dan lain-lain yang dirasa perlu.
Meskipun demikian dalam kenyataannya tidak
semua sekolah menetapkan persyaratan yang sama
tergantung pada keadaan dan tingkatan sekolah
bersangkutan.
2. Persyaratan yang bersifat akademik
Persyaratan yang bersifat akademik berkenaan
dengan mutu yang harus dimiliki oleh calon peserta
didik. Untuk melihat mutu ini dapat diketahui dengan
beberapa cara antara lain memilih calon yang memiliki
prestasi yang baik ketika masih duduk di bangku
sekolah sebelumnya. Dapat pula dilakukan dengan
melalui tes di mana dari tes tersebut akan dapat
diketahui calon yang mempunyai prestasi baik dan
menggembirakan (tinggi).
3. Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik merupakan kegiatan
pemilihan calon peserta didik untuk menentukan
diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan
antara lain:
1. Melalui tes atau ujian, yaitu psikotest, tes jasmani,
tes kesehatan, tes akademik, dan tes ketrampilan;
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 35
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2. Melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya
berdasarkan pada prestasi yang diraih oleh calon
peserta didik dalam bidang olahraga atau kesenian;
3. Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.
Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 59), Seleksi
peserta didik didasarkan atas dua pertimbangan yaitu:
1. Atas pertimbangan target
2. Atas pertimbangan nilai atau tingkat kemampuan
yang telah ditetapkan.
Menurut Asnawir (2005), seleksi peserta didik
dapat berupa seleksi persyaratan administratif yang
harus dipenuhi oleh calon peserta didik. Semua bahan
yang ada kaitannya dengan persyaratan administratif
harus diperiksa. Bagi calon yang tidak dapat memenuhi
persyaratan administratif maka calon tersebut
dinyatakan gugur atau tidak dapat diterima. Setelah
seleksi persyaratan administratif selesai dilakukan,
maka seleksi selanjutnya berkenaan dengan
persyaratan yang bersifat akademik. Seleksi ini
biasanya dilakukan dengan banyak cara antara lain
melalui tes dan melalui non tes.
Cara non tes dapat dilakukan hanya dengan
melihat prestasi belajar calon peserta didik
sebelumnya dengan melihat STTB atau nilai rapor
terakhir yang mereka peroleh pada sekolah asal
mereka. Sedangkan melalui tes dapat dilakukan
dengan menggunakan tes yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu, atau dengan kata lain calon peserta
didik harus mengikuti ujian saringan. Mereka yang
diterima adalah mereka yang mendapat nilai yang
melewati batas lulus (Passing Level) sesuai dengan
36 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
yang telah ditetapkan dan juga sesuai dengan daya
tampung sekolah yang bersangkutan.
Setelah seleksi selesai dilakukan maka panitia
harus mengumumkan hasil dari seleksi tersebut.
Melalui pengumuman tersebut akan dapat diketahui
calon yang diterima dan yang tidak diterima. Calon
yang diterima tentu akan merasa gembira dan
sebaliknya calon peserta didik yang tidak diterima
akan merasa kecewa.
Hasil seleksi diumumkan melalui dua cara yaitu
secara terbuka seperti ditempelkan di tempat umum,
atau secara tertutup dengan mengirimkan hasil seleksi
kepada calon peserta didik tersebut.
4. Orientasi
Orientasi peserta didik merupakan kegiatan
untuk memperkenalkan situasi dan kondisi lembaga
pendidikan tempat peserta didik menempuh
pendidikan. Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah.
Orientasi peserta didik disebut juga dengan
perkenalan. Perkenalan peserta didik meliputi
perkenalan terhadap lingkungan sekolah seperti
gedung sekolah, fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh
sekolah, serta sarana dan prasarana lainnya yang
nantinya dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Dalam
kegiatan perkenalan tersebut, peserta didik juga
dikenalkan dengan lingkungan sosial sekolah yang
meliputi kepala sekolah, guru-guru yang mengajar,
pegawai-pegawai tata usaha, senior-senior, serta
pengurus OSIS.
Menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan FIP
IKIP Malang (1988:98), orientasi peserta didik baru
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 37
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
adalah kegiatan yang merupakan salah satu bagian
dalam rangka proses penerimaan siswa baru. Tujuan
diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain:
a. Agar peserta didik dapat mengerti, memahami, dan
mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah.
b. Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah.
c. Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya
yang baru baik secara fisik, mental dan emosional
sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses
pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada masa
orientasi ini antara lain adalah:
a. Perkenalan
Baik perkenalan dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial di sekolah.
b. Penjelasan tata tertib sekolah
Penjelasan tata tertib sekolah dilakukan pada awal
pendidikan atau awal tahun ajaran. Hal ini sangat
penting karena melalui tata tertib akan dapat
diketahui bagaimana prosedur atau ketentuan yang
berlaku di sekolah yang harus dipedomani oleh
setiap peserta didik, sikap dan disiplin yang sesuai
dengan ketentuan sekolah.
c. Penjelasan tentang fasilitas sekolah
Penjelasan mengenai fasilitas yang dimiliki sekolah
dimaksudkan agar peserta didik/murid mengetahui
fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah dan bagaimana
cara penggunaan fasilitas tersebut, serta aturan apa
yang harus ditaati dalam pemanfaatan fasilitas
dimaksud. Fasilitas-fasilitas yang ada tersebut perlu
diketahui oleh peserta didik seperti perpustakaan,
38 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
laboratorium, alat-alat UKS, alat-alat olahraga, dan
alat-alat yang dapat digunakan untuk memupuk
kreatifitas peserta didik di bidang kesenian dan
keolahragaan.
Tujuan orientasi peserta didik menurut Imron
(2011:74-75) adalah sebagai berikut:
1. Agar peserta didik mengenal lebih dekat mengenai
diri mereka sendiri ditengah-tengah lingkungan
barunya.
2. Agar peserta didik mengenal lingkungan sekolah,
baik lingkungan fisiknya maupun lingkungan
sosialnya.
3. Pengenalan lingkungan sekolah sangat penting bagi
peserta didik, yaitu dalam hubungannya dengan:
Pemanfaatan semaksimal mungkin terhadap
layanan yang dapat diberikan oleh sekolah.
Sosialisasi diri dan pengembangan diri secara
optimal.
Menyiapkan peserta didik secara fisik, mental
dan emosional agar siap menghadapi lingkungan
baru sekolah.
Sedangkan fungsi orientasi peserta didik adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik, orientasi berfungsi sebagai:
Wahana untuk menyatakan dirinya dalam
konteks keseluruhan lingkungan sosialnya.
Melalui wahana ini peserta didik dapat
menunjukkan inilah saya kepada teman
sebayanya.
Wahana untuk mengenal siapa lingkungan
barunya sehingga dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam menentukan sikap.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 39
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2. Bagi personalia sekolah atau tenaga kependidikan
orientasi berfungsi untuk:
Mengetahui siapa saja peserta didik barunya.
Layanan seperti apa yang akan diberikan kepada
mereka.
3. Bagi para peserta didik senior;
Dengan adanya orientasi, mereka dapat mengetahui
lebih jauh peserta didik penerusnya di sekolah
tersebut. Hal ini sangat penting terutama berkaitan
dengan kepemimpinan estafet organisasi peserta
didik di sekolah tersebut.
C. Penempatan Peserta Didik
Penempatan peserta didik atau pembagian kelas
yaitu kegiatan pengelompokan peserta didik yang
dilakukan dengan sistem kelas. Pengelompokan
peserta didik bisa dilakukan berdasarkan kesamaan
yang ada pada peserta didik yaitu jenis kelamin dan
umur. Selain itu juga pengelompokan berdasarkan
perbedaan yang ada pada individu peserta didik
seperti minat, bakat, dan kemampuan.
Pengelompokan bukan dimaksudkan untuk
mengkotak-kotakkan peserta didik, melainkan justru
bermaksud membantu mereka agar dapat berkembang
seoptimal mungkin. Dengan adanya pengelompokan,
peserta didik juga mudah dikenali. Sebab, tidak jarang
peserta didik di dalam kelas, berada dalam keadaan
heterogen dan bukannya homogen.
Alasan pengelompokan peserta didik juga
didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara
terus menerus bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu
dengan yang lain pasti berbeda. Agar perkembangan
peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta
40 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
didik yang lambat dan sebaliknya, maka dilakukanlah
pengelompokan peserta didik.
Menurut William A. Jeager, penempatan
/pengelompokan peserta didik dapat didasarkan pada
fungsi integrasi dan fungsi perbedaan. Fungsi
intergrasi yaitu pengelompokan yang didasarkan pada
kesamaan-kesamaan yang dimiliki peserta didik.
Pengelompokan integrasi ini didasarkan menurut jenis
kelamin dan umur. Pengelompokan berdasarkan
fungsi integrasi tersebut menghasilkan pembelajaran
yang bersifat klasikal.
Sedangkan fungsi perbedaan yaitu
pengelompokan peserta didik didasarkan pada
perbedaan-perbedaan yang ada dalam individu
peserta didik, seperti minat, bakat, dan kemampuan.
Pengelompokan berdasarkan fungsi perbedaan
menghasilkan pembelajaran yang bersifat individual.
Selain itu, pengelompokan peserta didik juga dapat
dilakukan dengan cara:
a. Berdasarkan kemampuan
Maksudnya adalah yang pintar digabungkan
dengan peserta didik yang pintar. Sedangkan yang
kurang pandai dikumpulkan dengan peserta didik yang
kurang pandai. Keuntungan pengelompokan ini
menurut Ali Imron (2011:110) adalah:
1. Guru akan mudah menyesuaikan pengajarannya
sesuai dengan kemampuan peserta didiknya.
2. Peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih
tinggi, tidak merasa terhambat perkembangannya
oleh peserta didik yang berkemampuan rendah.
3. Peserta didik yang mempunyai kemampuan sama
akan dapat saling mengisi, sehingga semakin
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 41
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
mempercepat perkembangan dan mempertinggi
kemampuan mereka.
4. Peserta didik yang berkemampuan rendah tidak
merasa tertinggal jauh dengan anggota
kelompoknya, hal ini bisa mencegah mereka
frustasi.
Sedangkan kelemahan pengelompokan ini
menurut Imron sebagai berikut:
1. Guru harus membuat persiapan yang berbeda-beda,
ada rancangan pembelajaran yang dikhususkan
untuk peserta didik berkemampuan rendah, dan ada
pula yang dikhususkan untuk peserta didik yang
berkemampuan tinggi.
2. Peserta didik merasa terganggu privacy-nya jika
dimasukkan ke dalam kelompok inferior.
3. Peserta didik yang masuk ke dalam kelompok
superior merasa dirinya lebih sombong serta suka
membanggakan diri.
b. Pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam
setting kelas.
Maksudnya adalah suatu pengelompokan peserta
didik pada masing-masing kelas, dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil. Pengelompokan ini juga
memberi kesempatan kepada masing-masing individu
untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok.
Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-
masing kelas dapat dibentuk berdasarkan karakteristik
individu.
c. Pengelompokan berdasarkan minat
Peserta didik yang mempunyai minat sama, baik
dalam kegiatan tertentu maupun pada materi tertentu
42 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I