MANAJEMEN PESERTA DIDIK
mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus yang
berbeda dengan peserta didik kebanyakan.
2. Peserta didik yang tidak memiliki biaya sekolah. Hal
ini banyak terjadi di daerah-daerah pedesaan dan
kantong-kantong kemiskinan. Padahal semakin
tinggi tingkatan dan jenjang pendidikan yang akan
ditempuh oleh peserta didik, semakin banyak pula
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.
3. Sakit parah. Peserta didik yang mengalami sakit
parah tidak dapat masuk sekolah sampai dengan
batas waktu yang ditentukan. Hal ini menyebabkan
peserta didik tertinggal jauh pelajaran di sekolah
sehingga peserta didik lebih memilih tidak
melanjutkan sekolah.
4. Anak-anak terpaksa bekerja. Pada negara-negara
berkembang jumlah pekerja anak sangat banyak.
Anak-anak ini tidak jarang bekerja pada sektor
formal yang terikat oleh waktu dan peraturan di
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, lambat laun ia
tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena harus
bekerja.
5. Membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris,
anak laki-laki dipandang sebagai pembantu
terpenting oleh ayahnya untuk bekerja di ladang.
Membantu di ladang dibutuhkan waktu yang relatif
banyak sehingga menyita waktu belajar dan peserta
didik tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah.
Karena merasa peserta didik tidak dapat mengikutui
tersebut, peserta didik drop out.
6. Peserta didik di-drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi
karena yang bersangkutan memang sudah tidak
mungkin dapat dididik lagi. Faktor ini disebabkan
karena kemampuan belajarnya yang rendah, atau
dapat juga yang bersangkutan tidak mau belajar.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 193
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
7. Peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan
tidak mau sekolah. Pada peserta didik demikian,
memang tidak dapat dipaksa untuk sekolah
termasuk orang tuanya sendiri.
8. Kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah
pasti. Pidana yang dialami oleh peserta didik untuk
beberapa tahun, bisa menjadikan yang
bersangkutan akan drop out dari sekolah.
9. Sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik.
Mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja.
Kasus-kasus drop out demikian, memang tidak
selamanya dapat dipecahkan. Dalam pengertian, ada
beberapa kasus peserta didik drop out yang dapat
dicegah dan yang tak dapat dicegah. Pada peserta
didik drop out karena alasannya biaya, masih dapat
dicarikan jalan keluarnya dengan memberikan
beasiswa, mencarikan orang tua asuh dan sebagainya.
Sedangkan kasus peserta didik drop out karena yang
bersangkutan tidak mau lagi bersekolah, sangat sulit
pemecahannya. Oleh karena itu, amanat wajib belajar,
dengan memberikan sanksi bagi orang tua yang anak-
anaknya tidak sekolah, bisa dijadikan sebagai sarana
untuk menekan angka drop out.
194 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB X
EVALUASI KEGIATAN PESERTA DIDIK
A. Konsep Evaluasi
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari
bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian
atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily:
1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1988)
mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of
delineating, obtaining, and providing useful information
for judging decision alternatives” artinya evaluasi
merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk
merumuskan suatu alternatif keputusan.
Secara umum evaluasi diartikan sebagai proses
menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat
dicapai. “Evaluation is a process which determines the
extent to which objectives have been achieved (Sukardi,
2011:1).
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 195
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Suchman memandang evaluasi sebagai sebuah
proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan (Suharsimi dan Cepi, 2010:1).
Evaluasi merupakan proses yang menentukan
kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat dicapai.
Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai “setiap
usaha atau proses dalam menentukan nilai”. Secara
khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai
proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif
hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan
keputusan.
Sedangkan Anne Anastasi (1978) mengartikan
evaluasi sebagai “a systematic process of determining
the extent to which instructional objective are achieved
by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu
aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara
terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan
yang jelas.
Dalam evaluasi selalu mengandung proses.
Proses evaluasi harus tepat terhadap tipe tujuan yang
biasanya dinyatakan dalam bahasa prilaku. Undang-
undang RI No. 20 pasal 58 ayat (1) tahun 2003 tentang
sisdiknas menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar
peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Menurut Wand dan Brown (dalam Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002; 57), evaluasi
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar
196 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan
hasil belajar siswa baik yang berupa kegiatan
kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstra-kurikuler.
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan
materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai
dengan tujuan- tujuan yang telah ditetapkan.
Edwint Wandt dan Gerald W, Brown (1997)
berpendapat bahwa evaluasi itu menunjuk kepada atau
mengandung pengertian “suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”. Secara
singkat evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau
proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berbicara tentang pengertian evaluasi
pendidikan di Indonesia, lembaga administrasi negara
mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan
sebagai berikut:
1. Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan
pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan
balik (feedback) bagi penyempurnaan pendidikan.
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan
penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda
(indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu
dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah
proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria
baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya),
pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu
proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi
suatu nilai.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 197
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik
bagi peserta didik, pengajar, maupun manajemen.
Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah
dicapai selama mengikuti pendidikan. Peserta didik
juga akan lebih termotivasi untuk meningkatkan
prestasinya.
Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan
sebagai umpan balik untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti
kegiatan menilai proses dan hasil belajar peserta didik
baik berupa kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, maupun
ekstrakurikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan
untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam
hal penguasaan materi pengajaran yang telah
dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
B. Tujuan Evaluasi
Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, (2002:58), menyatakan
bahwa:
1. Tujuan umum dari evaluasi peserta didik adalah :
a. Mengumpulkan data-data yang membuktikan
taraf kemajuan peserta didik dalam mencapai
tujuan yang diharapkan
b. Memungkinkan pendidik/ guru menilai aktifitas/
pengalaman yang didapat
c. Menilai metode mengajar yang digunakan.
2. Tujuan khusus dari evaluasi peserta didik adalah :
a. Merangsang kegiatan peserta didik
198 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
b. Menemukan sebab-sebab kemajuan atau
kegagalan belajar peserta didik
c. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan dan bakat peserta
didik yang bersangkutan untuk memperbaiki
mutu pembelajaran, cara belajar, dan metode
mengajar.
C. Fungsi Evaluasi Peserta Didik
Berdasarkan tujuan penilaian hasil belajar
tersebut, ada beberapa fungsi penilaian yang dapat
dikemukakan antara lain:
1. Fungsi selektif
Dengan mengadakan evaluasi, guru mempunyai
cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian
terhadap peserta didiknya.
Evaluasi dalam hal ini bertujuan untuk:
a. Memilih peserta didik yang dapat diterima di
sekolah tertentu,
b. Memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau
tingkat berikutnya,
c. Memilih siswa yang seharusnya mendapat
beasiswa,
d. Memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan
sekolah, dan lain-lain.
2. Fungsi Diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi
cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat
hasilnya, guru dapat mengetahui kelemahan peserta
didik. Di samping itu, diketahui pula penyebabnya. Jadi
dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru
melakukan diagnosis kepada peserta didik tentang
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 199
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya
sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari
cara untuk mengatasinya.
3. Fungsi Penempatan
Pendekatan yang lebih bersifat melayani
perbedaan kemampuan peserta didik adalah
pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan
dengan pasti kelompok mana seorang peserta didik
harus ditempatkan.
4. Fungsi pengukur keberhasilan program
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi,
yaitu tes dan non tes. Dalam penggunaan alat evaluasi
yang berupa tes, hendaknya guru membiasakan diri
tidak hanya menggunakan tes obyektif saja tetapi juga
diimbangi dengan tes uraian. Tes adalah penilaian yang
komprehensif terhadap seorang individu atau
keseluruhan usaha evaluasi program.
Dalam suatu kelas, tes mempunyai fungsi ganda,
yaitu untuk mengukur keberhasilan peserta didik dan
untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur
keberhasilan peserta didik, ada tiga jenis tes, yaitu:
1. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik
sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat
dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
Kedudukan diagnosis terletak pada menemukan letak
kesulitan belajar peserta didik dan menentukan
kemungkinan cara mengatasinya dengan
200 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan belajar.
2. Tes formatif
Tes formatif atau evaluasi formatif dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah
terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
Jenis penilaian ini juga berfungsi untuk memperbaiki
proses belajar mengajar.
3. Tes Sumatif
Tes sumatif atau evaluasi sumatif dilaksanakan
setelah berakhir pemberian sekelompok program atau
pokok bahasan. Jenis penilaian ini berfungsi untuk
menentukan angka kemajuan hasil belajar peserta
didik.
Hasil evaluasi peserta didik tersebut selanjutnya
ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik. Ada
dua kegiatan dalam menindaklanjuti hasil penilaian
peserta didik, antara lain:
- Program remedial
Belajar tuntas merupakan kriteria keberhasilan
kegaiatan belajar mengajar. Maksud utama konsep
belajar tuntas adalah upaya agar dikuasainya bahan
secara tuntas oleh sekelompok peserta didik yang
sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas.
Tingkat ketuntasan ini bermacam-macam dan
merupakan peryaratan (kriteria) minimum yang
harus dikuasai peserta didik. Batas minimum ini
kadang-kadang dijadikan dasar kelulusan bagi peserta
didik yang menempuh bahan tersebut. Biasanya
dipersyaratkan penguasaan bahan pelajaran
bergerak antara 75% sampai 90%.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 201
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Biasanya penanganan masalah kesulitan belajar,
secara metodologis dapat dilakukan melalui
pendekatan pengajaran remedial, bimbingan dan
penyuluhan, psikoterapi atau dengan pendekatan
lainnya.
Dalam hal pengajaran remedial, kegiatan ini
dilakukan dengan beberapa alasan, antara lain:
a. Masih banyak peserta didik yang menunjukkan
belum dapat mencapai prestasi belajar yang
diharapkan.
b. Guru bertanggung jawab atas keseluruhan proses
pendidikan, yang berarti bertanggungjawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui pencapaian
standar kompetensi yang diharapkan
c. Pengajaran remedial diperlukan dalam rangka
melaksanakan proses belajar yang sebenarnya,
yaitu sebagai proses perubahan tingkah laku secara
keseluruhan
d. Pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk
pelayanan bimbingan dan penyuluhan melalui
interaksi belajar mengajar.
Pengajaran remedial adalah suatu bentuk khusus
pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau
memperbaiki sebagian atau keseluruhan kesulitan
belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Perbaikan
di arahkan kepada pencapaian hasil belajar yang
optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing
melalui perbaikan keseluruhan proses belajar
mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik.
Adapun tujuan pengajaran remedial adalah:
a. Secara umum pengajaran remedial bertujuan agar
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan
202 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
melalui proses penyembuhan atau perbaikan, baik
dalam segi kepribadian peserta didik maupun segi
proses belajar mengajar.
b. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar
peserta didik :
1) Memahami dirinya sendiri, hal ini menyangkut
prestasi belajarnya dari segi kekuatan,
kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya
2) Dapat mengubah atau memperbaiki cara-cara
belajar ke arah yang lebih sesuai dengan
kesulitan yang dihadapinya.
3) Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara
tepat
4) Dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi
latar belakang kesulitannya
5) Dapat mengembangkan sikap-sikap dan
kebiasaan yang baru yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang lebih baik
6) Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang
diberikan.
Pengajaran remedial merupakan salah satu
tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka
pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan
rangkaian kegiatan lanjutan yang logis dari usaha
diagnostik kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah
dalam pengajaran remedial, antara lain:
a. Penelaahan kembali kasus dan permasalahannya
b. Menentuakan alternative pilihan tindakan
c. Melaksanakan layanan bimbingan dan
penyuluhan/ psikoterapi
d. Melaksanakan pengajaran remedial
e. Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
f. Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 203
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Sasaran akhir kegiatan remedial identik dengan
pengajaran biasa pada umumnya yaitu membantu
setiap peserta didik dalam batas-batas normalitas
tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal
mungkin sehingga dapat mencapai tingkat
penguasaan atau ketuntasan tertentu, sekurang-
kurangnya sesuai dengan batas criteria keberhasilan
yang dapat diterima.
204 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,
1994.
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, Manajemen
Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta:
Rajawali, 1986.
. Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Teknoogi dan Kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1993.
. Pengelolaan Kelas Dan Siswa: Sebuah
Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Rajawali Press,
1986.
. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Atmosudirjo, Prajudi, Administrasi Dan Manajemen
Umum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 205
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Asnawir. Administrasi Pendidikan. Padang: IAIN IB
Press, 2005.
Bustari, Meilina. Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta:
FIP UNY. 2005.
Badrudin, Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT.
Indeks, 2014.
Bafadal, Ibrahim, Manajemen Perlengkapan Sekolah:
Teori dan Aplikasinya, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2004.
Depdiknas. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta, 2000.
Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta, 2005.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Echols, John M dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris
Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1995.
Fattah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004
Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
Imron, Ali. Manajemen peserta didik berbasis sekolah.
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
. Proses Manajemen Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
206 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
John M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus bahasa
Inggris-Indonesia. Surabaya, 1983.
Kadarman, A. M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi
Pendidikan. Yogyakarta, Ar Ruzz Media Group,
2008.
Minarti, S. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga
Pendidikan Secara Mandiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Oemar Hamalik, Proses Belajar mengajar, Jakarta: PT
Bumi Aksara 2001.
Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung:
Alfabeta, 2011.
Permendiknas Nomor 34 tahun 2006 tentang
Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
Istimewa.
Permendiknas Nomor 39 tahun 2008 tentang
Pembinaan Kesiswaan.
Prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Robbins dan Coulter, Manajemen, edisi ke-6, Jakarta:
PT. Prenhallindo, 1999.
Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004.
Rahman, Maman. Manajemen Kelas. Jakarta :
Depdikbud, 1998.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 207
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Sikula, Andrew F. Personel Administration and Human
Resources Management. New York : 4 Wiley
Trans Edition, By John Wiley and Sons Inc.
1981.
Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi. Jakarta : PT
Toko Gunung Agung, 1997.
Stoner, James A. F, R. Edward Freeman, dan Daniel R.
Gilbert JR, Manajemen, Jilid Kedua,
Diterjemahkan oleh Alexander Sindoro, Jakarta:
Prenhalindo, 2000.
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis
Dan Praktek Professional. Bandung: Angkasa,
1993.
Suryosubroto, B. Manajemen Pendidikan di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung:
CV Pustaka Setia, 2010.
Soetopo, Hendayat & Wasty Soemanto, Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional, 1982.
Suryosubroto, B. Manajemen Pendidikan Di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
T. Hani, Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber
daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit BPFE,
Yogyakarta, 2000.
Terry, W. R. Autentic leadership: Courage In action. San
Francisco: Inssey Bass Publisher, 1993.
208 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Indonesia. Manajemen Pendidikan. Bandung:
AlfaBeta 2011.
Tu’u, Tulus, Peran Disipiln Pada Perilaku Dan Prestasi
Siswa, Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2004.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah : PT
Grafindo Persada. Jakarta, 2007.
Terry, George R., Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta:
Bumi Aksara, 1993.
Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik Dan Riset
Pendidikan, cet ke-I, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
Grapindo Persada, 1999.
William H. R and Drake, L. Thlebert, The Principalship,
New York: Macmillan Publishing, Inc. 1980
William, A. Administration and The Pupil. New York:
Hapers and Brother, 1949.
Winarno, Hamiseno. Pengelolaan Kelas dan Siswa.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Westra, Pariata, et al. Ensiklopedi Administrasi. Jakarta:
Gunung Agung, 1977.
Y. Padmono, Media Pembelajaran. Kebumen:
Universitas Sebelas Maret, 2011.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 209
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
lahir pada tanggal 08 Januari
1987 di Kabupaten Bungo.
Putri sulung dari H. Mastibi,
Z, S.Pd dan Nurhayati.
Alamat rumah: CitraRaya
City, Cluster Bukit Hijau Blok
A. 11 No. 05 Mendalo-Jambi.
Riwayat Pendidikan:
Memperoleh gelar Doktor
(S3) Manajemen Pendidikan Islam dari Universitas
Negeri Islam (UIN) STS Jambi pada tahun 2018.
Magister Pendidikan Islam dari IAIN STS Jambi pada
tahun 2013. Sarjana Pendidikan Islam dari IAIN Imam
Bonjol Padang pada tahun 2010. Memperoleh ijazah
Madrasah Aliyah (2005) dan Madrasah Tsanawiyah
(2002) dari Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi,
dan memperoleh ijazah sekolah dasar (SD) pada tahun
1999.
210 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Karya Ilmiah:
Karya ilmiah, antara lain dia pernah menulis
buku dengan judul “Manajemen Laboratorium
Komputer: Aplikasi Keterampilan Teknologi Informasi”
yang diterbitkan oleh Pustaka Maarif pada tahun 2018.
Menulis buku “Manajemen Peserta Didik” yang
diterbitkan oleh Salim Media Indonesia” pada tahun
2016. Jurnal al-Afkar Universitas Indragiri Vol 5. No 1
(2017) tentang: “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Pengembangan Profesionalisme Guru”. Jurnal An-
Nahdhah STAI Maarif Jambi Vol 11, No 1 (2017)
tentang: Implementasi Total Quality Management
(TQM) Di Lembaga Pendidikan Tinggi Islam. Artikel
literasi STAI Maarif Jambi tentang: “Membangun
Budaya Menulis untuk Mewujudkan Dosen Professional”
tahun (2017). Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan
Keagamaan STAI Syekh Maulana Qori Bangko Jambi
Vol. 4. No. 1 Maret 2015 tentang: “Pentingnya
Manajemen di Lembaga Pendidikan Islam” . Jurnal
Numuwwah Vol. IV No.7 edisi Januari-Juni 2014
tentang: “Manajemen Laboratorium TIK Di Madrasah
Aliyah Laboratorium Kota Jambi”. Opini “Membangun
Budaya Menulis Dosen” yang diterbitkan oleh Media
Lokal Jambi Independent (2017).
Pengalaman Kerja:
Pengalaman kerja, yaitu Dosen Tetap
Manajemen Pendidikan Islam STAI SMQ Bangko sejak
2014-sekarang. Guru Produktif Multimedia SMK Negeri
3 Muara Bungo tahun 2014-2015. Guru Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) SDIT Almuthmainnah
Kota Jambi tahun 2013-2014. Guru BAMA SDIT At-
Taufik Kota Jambi tahun 2012-2013.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 211