MANAJEMEN PESERTA DIDIK
dan didengar serta dianggap baik oleh siswa akan
masuk dan meresap ke dalam hatinya.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan
yang mempengaruhi perilaku anak setelah anak
mendapatkan pendidikan dari keluarga dan sekolah.
Pada awalnya seorang anak bermain sendiri, setelah
itu ia berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial. Karena masyarakat merupakan
faktor penting yang mempengaruhi disiplin anak,
terutama pada pergaulan dengan teman sebaya,
maka orang tua harus senantiasa mengawasi
pergaulan anak-anaknya agar senantiasa tidak
bergaul dengan orang yang kurang baik.
F. Usaha-Usaha Untuk Meningkatkan Kedisiplinan
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan
bahwa kedisiplinan bukanlah sikap yang muncul
dengan sendirinya, tetapi disiplin terbentuk melalui
sebuah proses. Adapun usaha-usaha yang merupakan
proses dalam meningkatkan kedisiplinan adalah
sebagai berikut :
1. Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin
dipandang penting bagi kebaikan dan keberhasilan
dirinya. Kesadaran diri akan menjadi motif yang
kuat bagi terwujudnya kedisiplinan.
2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah
penerapan atas peraturan-peraturan yang mengatur
perilaku seseorang. Hal ini sebagai lanjutan dari
adanya kesadaran diri. Tekanan dari luar dirinya
sebagai usaha untuk mendorong dan menekan agar
disiplin dilaksanakan pada diri seseorang, sehingga
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 93
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
peraturan-peraturan yang ada dapat diikuti dan
dipraktekkan.
3. Teladan
Perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya
dibandingkan hanya sekedar dengan kata-kata. Oleh
karena itu contoh dan teladan disiplin kepala
sekolah dan para guru sangat berpengaruh terhadap
kedisiplinan pada siswa. Mereka lebih mudah
meniru dari apa yang mereka lihat, dibandingkan
hanya sekedar mendengar. Lagi pula hidup banyak
dipengaruhi oleh peniruan-peniruan terhadap apa
yang dianggapnya baik dan patut ditiru.
4. Hukuman
Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan,
mengoreksi, dan meluruskan perilaku yang salah
sehingga anak kembali pada perilaku yang sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
5. Lingkungan Berdisiplin
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang. Bila seorang
anak berada pada lingkungan yang berisiplin,
kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak
yang disiplin.
6. Latihan Berdisiplin
Disiplin dapat juga dibentuk melalui proses latihan
dan kebiasaan. Artinya, mempraktikkan disiplin
secara berulang-ulang dan membiasakan dalam
prilakunya sehari-hari. Dengan latihan dan
membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk
pada diri siswa (Tulus Tu’u: 2004).
94 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
G. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin
Penanggulangan pelanggaran disiplin perlu
dilakukan secara hati-hati, demokratis, dan edukatif.
Cara-cara penanggulangan dilaksanakan secara
bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan
yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh
individu atau kelompok. Langkah tersebut dimulai dari
tahapan pencegahan sampai pada tahapan
penyembuhan.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 95
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB VI
PEMBINAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) DI SEKOLAH
A. Pengertian
Teknologi informasi dan komunikasi saat ini
sangat berkembang di masyarakat. Umumnya
teknologi informasi adalah sebuah teknologi yang
dipergunakan untuk mengelola data, meliputi di
dalamnya: memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai
macam cara dan prosedur guna menghasilkan
informasi yang berkualitas dan bernilai guna tinggi.
Perkembangan teknologi pun terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia.
Dengan adanya teknologi dapat memudahkan kita
untuk belajar dan mendapatkan informasi yang kita
butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa
saja.
96 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Teknologi informasi seakan telah mendarah
daging di dalam diri setiap manusia di era ini dan
mampu mencakupi segala aspek yang ada dalam
kehidupan. Kemajuan teknologi yang mengglobal telah
berpengaruh dalam segala aspek kehidupan baik di
bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan bahkan
di dunia pendidikan. Dalam bidang pendidikan,
teknologi banyak memiliki peranan.
Teknologi informasi dan komunikasi
menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi kian
berkembang dan berkembang. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi
kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan,
serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas
manusia.
Ditinjau dari susunan katanya, teknologi
informasi dan komunikasi tersusun dari 3 (tiga) kata
yang masing-masing memiliki arti sendiri. Kata
pertama, teknologi, berarti pengembangan. Kata kedua
dan ketiga, yakni informasi dan komunikasi, erat
kaitannya dengan data. Informasi berarti hasil
pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian
sekelompok data yang memberi nilai pengetahuan
(knowledge) bagi penggunanya. Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi
hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya.
Dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi
dan komunikasi adalah hasil rekayasa manusia
terhadap proses penyampaian informasi dan proses
penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain sehingga lebih cepat, lebih luas
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 97
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
Teknologi informasi dan komunikasi disebut juga
sebagai media atau alat bantu dalam memperoleh
pengetahuan antara seseorang kepada orang lain.
Menurut Puskur Diknas Indonesia, teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) mencakup dua aspek,
yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi.
a. Teknologi informasi meliputi segala hal yang
berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
b. Teknologi komunikasi meliputi segala hal yang
berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya.
Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada
teknologi komputer, tetapi juga mencakup teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi. Menurut
Williams dan Sawyer (2007) teknologi informasi
adalah teknologi yang menggabungkan komputasi
(komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan
tinggi yang membawa data, suara, dan video.
Banyak hal yang dapat dijadikan alasan mengapa
TIK sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, di
antaranya:
1. Sebagai media informasi
Peserta didik dapat mengeksplorasikan informasi
yang ada di seluruh dunia dengan lebih efisien dan
efektif hanya dengan mengakses internet.
2. Sebagai media informasi
Selain peran TIK sebagai media informasi,
perkembangan TIK dapat pula dimanfaatkan oleh
98 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
peserta didik sebagai media komunikasi. Misalnya,
memanfaatkan jaringan internet untuk chatting dan
mailing, peserta didik dapat berkomunikasi dan
saling bertukar informasi tentang apa yang sedang
dibahas. Tidak hanya komunikasi antara peserta
didik, peserta didik dengan guru tetapi komunikasi
dengan para ahli pun dapat dilakukan. Dengan cara
ini, peserta didik akan cepat mendapatkan ide dan
pengalaman dari berbagai kalangan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih efisien
Dengan adanya perkembangan TIK, proses
pembelajaran menjadi lebih efisien. Proses
pembelajaran tidak harus selalu dengan bertatap
muka seperti jaman dahulu. Proses pembelajaran
dapat dilakukan dengan memanfaatkan
perkembangan TIK yang ada, sehingga lebih efisien
dalam menggunakan waktu. Untuk di Indonesia
sendiri, disebabkan oleh kondisi geografis yang
merupakan negara kepulauan, TIK mampu menjadi
fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di
Indonesia, karena TIK memiliki kemampuan untuk
memungkinkan pembelajaran jarak jauh. Peserta
didik lebih termotivasi dengan metode belajar yang
menggunakan fasilitas multimedia daripada metode
belajar konvensional.
4. Mengelola institusi pendidikan
Perkembangan teknologi informasi juga berperan
dalam mengelola institusi pendidikan. Peran yang
dimaksud adalah memudahkan institusi pendidikan
untuk menyediakan layanan informasi untuk para
peserta didik, seperti informasi tentang biaya
pendidikan, kurikulum, pembimbing, dan
sebagainya. Serta untuk megelola manajemen
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 99
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
operasional dengan lebih efisien, efektif, dan
optimal.
B. Fungsi Teknologi Informasi Dan Komunikasi
(TIK)
Dengan memasukkan teknologi informasi dan
komunikasi di dalam kurikulum sekolah, akan
membantu siswa untuk belajar teknologi informasi dan
teknologi komunikasi, dan menggunakan segala
potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan
diri. Pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi
akan memberikan motivasi dan kesenangan kepada
siswa untuk belajar dan bekerja secara mandiri. Selain
itu penguasaan teknologi informasi dan komunikasi
akan meningkatkan proses pembelajaran pada semua
tingkatan atau jenjang, dengan menjangkau disiplin
ilmu mata pelajaran lain.
Tujuan teknologi informasi dan komunikasi
secara umum yaitu agar siswa memahami alat
teknologi informasi dan komunikasi secara umum
termasuk komputer (computer literate) dan
memahami informasi (information literate). Artinya
siswa mengenal istilah-istilah yang digunakan pada
teknologi informasi dan komunikasi dan istilah-istilah
pada komputer yang umum digunakan. Siswa juga
menyadari keunggulan dan keterbatasan komputer,
serta dapat menggunakan komputer secara optimal. Di
samping itu, siswa juga dapat memahami bagaimana
dan di mana informasi dapat diperoleh, bagaimana
cara mengemas/ mengolah informasi, dan bagaimana
cara mengkomunikasikannya.
100 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
C. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dalam Dunia Pendidikan
Peranan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dalam bidang pendidikan, antara lain:
1. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai
skill dan kompetensi.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
harus proporsional, maksudnya adalah teknologi
informasi bisa masuk ke semua lapisan masyarakat
tapi harus sesuai dengan porsinya masing-masing.
2. Teknologi informasi dan komunikasi sebagai
infrastruktur pembelajaran
- Tersedianya bahan ajar dalam format digital
- The network is the school
- Belajar di mana saja dan kapan saja
3. Teknologi informasi dan komunikasi sebagai
sumber bahan belajar
- Ilmu berkembang dengan cepat
- Guru-guru hebat tersebar di seluruh penjuru
dunia
- Buku dan bahan ajar diperbaharui secara
kontinyu
- Inovasi memerlukan kerjasama pemikiran
- Tanpa teknologi, pembelajaran yang up-to-date
membutuhkan waktu yang lama
4. Teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat
bantu dan fasilitas pembelajaran
- Penyampaian pengetahuan mempertimbangkan
konteks dunia nyata.
- Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu
pengetahuan untuk mempercepat penyerapan
bahan ajar
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 101
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
- Pelajar dapat melakukan eksplorasi terhadap
pengetahuannya secara lebih luas dan mandiri
- Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi
mahasiswa dan guru
- Rasio antara pengajar dan peserta didik sehingga
menentukan proses pemberian fasilitas
5. Teknologi informasi dan komunikasi sebagai
pendukung manajemen pembelajaran.
- Tiap individu memerlukan dukungan
pembelajaran tanpa henti tiap harinya
- Transaksi dan interaksi interaktif antar
stakeholder memerlukan pengelolaan back office
yang kuat.
- Kualitas layanan pada pengecekan administrasi
ditingkatkan secara bertahap
- Orang merupakan sumber daya yang bernilai
6. Teknologi informasi sebagai sistem pendukung
keputusan.
- Tiap individu memiliki karakter dan bakat
masing-masing dalam pembelajaran
- Guru meningkatkan kompetensinya pada
berbagai bidang ilmu
- Profil institusi pendidikan dapat diketahui oleh
pemerintah.
D. Kegiatan Pembinaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di Sekolah
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan, yakni:
1. Memanfaatkan TIK untuk memfasilitasi
kegiatan pembelajaran
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran dengan cara memanfaatkan
102 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
teknologi informasi dan komunikasi sebagai media
pembelajaran.
Media pembelajaran adalah alat bantu proses
belajar mengajar. Media pembelaran juga diartikan
sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
ketrampilan pembelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar.
Gagne dan Briggs (1975) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat
yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape
recorder, kaset, video camera, video recorder, film,
slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan computer. Jadi
dapat disimpulkan bahwasanya media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional dilingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Perkembangan teknologi dan informasi dan
komunikasi telah mempengaruhi penggunaan berbagai
jenis media sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran di kelas, para pengajar harus mampu
menggunakan alat-alat atau perlengkapan tersebut
secara efektif dan efisien.
Tetapi sisi lain, pengajar juga diisyaratkan untuk
menggunakan alat-alat yang murah, efisien, dan
mampu dimiliki sekolah baik yang dibuat oleh pengajar
sendiri, maupun alat-alat kompensional yang sudah
ada dan tidak menolak kemungkinan menggunakan
alat-alat yang sesuai dengan tuntutan perkembangan
kemajuan teknologi.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 103
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Ada beberapa macam media pembelajaran
berbasis teknologi informasi/ ICT;
1. Teknologi Komputer
Media pembelajaran berbasis komputer atau bisa
disebut pembelajaran berbantuan komputer (computer
assisted instructional/CAI) adalah salah satu media
pembelajaran yang sangat menarik dan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Penggunaan komputer sebagai media
pembelajaran interaktif dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk, di antaranya program Computer
Assisted Learning (CAL), konferensi komputer, surat
elektronik atau elektronik mail (email), dan komputer
multimedia yang kemudian disebut multimedia
pembelajaran interaktif. Pembelajaran melalui CAI ini
bersifat offline, sehingga dalam penggunaannya tidak
tergantung pada adanya akses ke internet.
Program pembelajaran berbantuan komputer ini
memanfaatkan seluruh kemampuan komputer, terdiri
dari gabungan hampir seluruh media, yaitu: teks,
grafis, gambar, photo, audio, video, dan animasi.
Seluruh media tersebut secara konvergen akan saling
mendukung dan melebur menjadi satu media yang luar
biasa kemampuannya. Salah satu keunggulan media
komputer ini yang tidak dimiliki oleh berbagai media
lain, ialah kemampuannya untuk menfasilitasi
interaktifitas peserta didik dengan sumber belajar
(conten) yang ada pada komputer (man and machine
interactivity).
104 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2. Teknologi Multimedia
Media pembelajaran yang termasuk ke dalam
teknologi multimedia adalah kamera digital, kamera
video, player suara, player video, dan lain-lain.
Multimedia sering diartikan sebagai gabungan
dari banyak media atau setidak-tidaknya terdiri lebih
dari satu media. Multimedia dapat diartikan sebagai
komputer yang dilengkapi dengan CD player, sound
card, speaker dengan kemampuan memproses gambar
gerak, audio, dan grafis dalam resolusi yang tinggi.
Program multimedia secara umum dapat
digolongkan dalam empat kategori, yaitu:
a. Hiburan (entertaiment), yaitu seperti game dan film
interaktif
b. Pendidikan, yakni untuk keperluan pendidikan
formal, non-formal, pengayaan, dan penyegaran.
c. Referensi, seperti ensiklopedia.
d. Bisnis, antara lain company profile, program
finansial dan lain-lain.
e. Teknologi telekomunikasi; seiring perkembangan
yang semakin pesat, teknologi komunikasi dituntut
agar mampu memberikan manfaat yang banyak
terhadap dunia pendidikan.
3. Teknologi Jaringan Komputer
Teknologi ini terdiri dari perangkat keras seperti
LAN, internet, wifi, dan lain-lain. Selain itu, juga terdiri
dari perangkat lunak pendukungnya atau aplikasi
jaringan seperti web, email, html, java, php, aplikasi
basis data dan lain-lain.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 105
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi
informasi untuk pembelajaran adalah pengembangan
e-dukasi.net yang berbasis internet. E-dukasi.net
adalah portal pendidikan yang menyediakan bahan
belajar, fasilitas komunikasi, dan interaksi antar
komunitas pendidikan. Situs atau portal pembelajaran
yang dikembangkan ini dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas penyediaan bahan belajar yang meliputi
seluruh mata pelajaran untuk seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, bimbingan belajar, bimbingan dan
penyuluhan atau konsultasi, tutorial, remedial, email,
forum diskusi, mailing list, dan lain-lain.
Dengan adanya teknologi internet ini sistem
penyampaian dan komunikasi atau (delivery system
and comunication) antara peserta didik dan guru, guru
dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik
lain, dan peserrta didik dengan sumber belajar dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik
secara bersamaan maupun tidak.
2. Menjadikan TIK sebagai wahana kreatifitas dan
inovasi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memunculkan
dan meningkatkan kreatifitas dan inovasi siswa dalam
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Contohnya: lomba desain blog, lomba pembuatan
animasi, lomba gambar 3 dimensi, dan lomba
pembuatan game online.
106 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
3. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk meningkatkan integritas
kebangsaan.
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan
integritas kebangsaan dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Contohnya adalah lomba weblog budaya daerah,
lomba weblog musik tradisional, lomba weblog
pahlawan Nasional, dan pembuatan milis pemuda
Indonesia.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 107
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
BAB VII
LAYANAN-LAYANAN KHUSUS PESERTA DIDIK
A. Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” yang memiliki beberapa arti, yaitu: a)
menunjukkan jalan (showing the way), b) Memimpin
(leading), c) memberikan petunjuk (giving instruction),
d) mengatur (regulating), e) mengarahkan (governing),
dan f) memberi nasihat (giving advice) (Tohirin,
2007:15-16).
Bimbingan adalah penolong individu agar dapat
mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat
mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar
Hamalik, 2000:193).
108 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Menurut M. Umar dan Sartono (2001) bimbingan
(guidance) berasal dari kata to guide, yang artinya
menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, dan
mengemudikan. Menurut Frank Parson, bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk
memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu
jabatan, serta mendapatkan kemajuan dalam jabatan
yang dipilihnya (Anas Salahudin, 2010:13).
D.K Sukardi (2002:19) mengemukakan bahwa
bimbingan dapat diartikan sebagai: “suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan supaya individu tersebut
dapat memahami diri sendiri, sehingga dapat
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga,
masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Prayitno (2004) mengemukakan bahwa
“bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan
pribadi, mengatasi masalah yang disebabkan oleh
kelainan yang disandang, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan. Bimbingan dapat diartikan
sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang atau ahli kepada seorang atau beberapa
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.”
Dalam PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Dasar, dan PP No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan
menengah digunakan istilah bimbingan. Pengertian
bimbingan menurut PP No. 29 Tahun 1990 BAB X pasal
27 yaitu bantuan yang diberikan kepada peserta didik
dalam rangka menemukan pribadi, mengenal
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 109
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Menurut Hendayat Soetopo (2005:210)
bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dengan memperhatikan
kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan
yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang
optimal, sehingga peserta didik memahami dan
mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai
dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat.
Bimbingan biasanya diberikan oleh guru
pembimbing atau konselor terkait dengan masalah
atau kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik.
bimbingan ini juga dapat menunjang kehidupan
mereka sebagai individu, pelajar dan anggota
masyarakat.
Sedangkan konseling yaitu proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (conselor) kepada individu (klien)
yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien
(Prayitno, 2009).
Menurut M. Surya, (2002:17) pada hakikatnya
konseling itu bersifat psikologis. Dari hakikatnya
sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai
proses psikologis, konseling memberikan pengalaman
belajar yang baru bagi klien.
Bagi peserta didik yang berada dalam rentangan
normal, konseling merupakan lingkungan yang dapat
memberikan pengaruh untuk mengurangi hambatan
ke arah perwujudan diri yang lebih baik. Bagi individu
110 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
yang menghadapi gangguan psikologis, konseling
dapat membantu memperbaiki keadaan, sehingga yang
bersangkutan kembali ke keadaan normal, dan lebih
baik. Dalam konteks global, konseling telah mengalami
perkembangan dalam berbagai aspek dan dimensinya
sebagai reaksi adaptasi terhadap berbagai
perkembangan dan tuntunan global.
Konseling merupakan bagian integral dari
bimbingan. Konseling juga merupakan inti dalam
bimbingan. Ada yang mengatakan bahwa konseling
merupakan “jantungnya” bimbingan. Sebagai kegiatan
inti atau jantungnya bimbingan, praktik bimbingan
meniscayakan adanya konseling.
Istilah konseling dahulu diterjemahkan dengan
“penyuluhan”. Penerjemahan penyuluhan atas kata
konseling ternyata menimbulkan kerancuan dan sering
menimbulkan salah persepsi. Dalam praktik pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah, konseling dengan
arti penyuluhan tidak dilakukan seperti halnya
penyuluhan pertanian, hukum, keluarga berencana,
dan lain-lain (Tohirin, 2007:21).
Sedangkan menurut Mungin Eddy Wibowo
(1986:39), konseling merupakan upaya bantuan yang
diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh
konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk
dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah
lakunya pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mampu
mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang
pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 111
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan
dan konseling juga merupakan proses pemberian
bantuan terhadap siswa agar perkembangannya
optimal sehingga mereka bisa mengarahkan dirinya
dalam bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan
dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Bimbingan dan konseling merupakan proses
bantuan atau pertolongan yang diberikan pembimbing
(konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik
antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan
atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya
serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau
proses pemberian bantuan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada konseli (peserta didik)
melalui pertemuan tatap muka dan hubungan timbal
balik antara keduanya untuk mengungkapkan masalah
konseli sehingga konseli mampu melihat masalah
sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai
dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri
masalah yang dihadapinya (Tohirin, 2007:26).
Latar belakang perlunya bimbingan dan
konseling berhubungan erat dengan pencapaian tujuan
pendidikan Nasional, yaitu: meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
112 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9)
ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan
bimbingan di sekolah yakni:
(1) Masalah perkembangan individu,
(2) Masalah perbedaan individual,
(3) Masalah kebutuhan individu,
(4) Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah
laku,
(5) Masalah belajar
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Fungsi bimbingan adalah membantu peserta
didik dalam memilih jenis sekolah lanjutannya,
memilih program lapangan pekerjaan sesuai bakat,
minat, dan kemampuan. Selain itu bimbingan dan
konseling juga membantu guru dalam menyesuaikan
program pengajaran yang disesuaikan dengan bakat
minat siswa, serta membantu siswa dalam
menyesuaikan diri dengan bakat dan minat siswa
untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Menurut Abu Bakar M. Luddin (2010) bimbingan
memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Fungsi pemahaman
2. Fungsi pencegahan
3. Fungsi pengentasan
4. Fungsi pengembangan
5. Fungsi penyaluran
6. Fungsi adaptasi
7. Fungsi penyesuaian
8. Fungsi pemecahan.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 113
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Menurut Tohirin (2007: 39) pelayanan
bimbingan konseling khususnya di sekolah memiliki
fungsi:
1. Fungsi pencegahan (preventif)
2. Fungsi pemahaman
3. Fungsi pengentasan
4. Fungsi pemeliharaan
5. Fungsi penyaluran
6. Fungsi penyesuaian
7. Fungsi pengembangan
8. Fungsi perbaikan (kuratif)
9. Fungsi advokasi.
Menurut Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan
bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi penyaluran (distributif)
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam
membantu menyalurkan siswa-siswa dalam
memilih program-program pendidikan yang ada di
sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis
sekolah lanjutan/sambungan ataupun lapangan
kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan
ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini
meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-
kegiatan di sekolah antara lain membantu
menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan
lain-lain.
b. Fungsi Penyesuaian (adjustif)
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam
membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian
pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik
bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa
dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-
114 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga
dapat membantu siswa dalam usaha
mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi Adaptasi (adaptif)
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam
rangka membantu staf sekolah khususnya guru
dalam mengadaptasikan program pengajaran
dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-
siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan
data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan
kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada
guru. Dengan data ini guru berusaha untuk
merencanakan pengalaman belajar bagi para
siswanya. Sehingga para siswa memperoleh
pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-
cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14).
Sedangkan menurut Tim Dosen Administrasi
Pendidikan UPI (2011), fungsi bimbingan di sekolah
ada tiga yaitu:
a. Fungsi penyaluran, membantu peserta didik dalam
memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih
program, memilih lapangan pekerjaan sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan cita-citanya.
b. Fungsi pengadaptasian, yaitu membantu guru atau
tenaga edukatif lainnya untuk menyesuaikan
program pengajaran yang disesuaikan dengan
minat, kemampuan, dan cita-cita peserta didik.
c. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik
dalam menyesuaikan diri dengan bakat, minat, dan
kemampuannya untuk mencapai perkembangan
yang optimal.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 115
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Gunawan undang sebagaimana dikutip Anas
Salahudin (2010:8) mengemukakan bahwa fungsi
bimbingan dan konseling di sekolah adalah tersedianya
pelayanan bimbingan di sekolah memberikan jaminan
terhadap hak anak didik dalam menuntaskan tugas
perkembangannya. Tantangan, kesulitan, dan
hambatan belajar anak didik cenderung dapat diatasi
dengan tersedianya pelayanan bimbingan di sekolah.
Problematika anak secara individu, misalnya masalah
kesulitan belajar, serta penyaluran minat dan bakat
merupakan salah satu fungsi pelayanan bimbingan.
Secara operasional, bimbingan dan konseling di
sekolah dapat berfungsi sebagai motivator, fasilitator,
dinamisator, konduktor, dan sebagai evaluator.
3. Tujuan Bimbingan Dan Konseling
Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan
pelayanan bimbingan dan konseling adalah membantu
peserta didik menemukan pribadinya dalam mengenal
kekuatan dan kelemahan diri, serta menerima dirinya
secara positif dan dinamis sebagai modal
pengembangan diri lebih lanjut (D.K Sukardi, 2002:37).
Menurut Tohirin (2007:35), tujuan bimbingan
dan konseling sudah bisa diketahui dalam rumusan
tentang bimbingan konseling. Peserta didik yang
dibimbing, merupakan individu yang sedang dalam
proses perkembangan. Oleh sebab itu, merujuk pada
perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan
bimbingan dan konseling adalah agar tercapai
perkembangan yang optimal pada individu yang di
bimbing. Dengan perkataan lain agar peserta didik
dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai
116 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu
dapat berkembang sesuai lingkungannya.
Menurut Asnawir (2005), tujuan bimbingan di
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
1. Mengembangkan pengertian dan pemahaman
terhadap diri mereka sehubungan dengan
kemajuan belajar yang dicapai.
2. Mengembangkan pengetahuan tentang dunia
kerja dan kesempatan kerja, serta tanggung
jawab memiliki kesempatan kerja tertentu sesuai
dengan tingkat pendidikan yang disyaratkan.
3. Mengembangkan kemampuan untuk memilih dan
mempertemukan pengetahuan dirinya dengan
informasi kesempatan yang ada secara tepat dan
bertanggung jawab.
4. Memberikan penghargaan terhadap kepentingan
dan harga diri orang lain.
b. Tujuan Khusus
1. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya
sendiri.
2. Mengatasi kesulitan dalam memahami
lingkungan
3. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi
pemecahan masalah yang dihadapi.
4. Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan
kemampuan dan bakat dalam bidang pendidikan
dan kemungkinan mendapatkan pekerjaan secara
tepat.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 117
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto
(2009:63) tujuan layanan bimbingan dan konseling
yaitu:
1. Mempunyai pengenalan yang jelas mengenai dirinya
(kemampuannya, kelebihan dan kekurangannya,
kemauannya, sifatnya, kebiasaannya,
kegemarannya), serta mengembangkan pemahaman
dirinya dan mampu mengaktualisasikannya.
2. Mempunyai pengenalan yang lebih baik tentang
situasi lingkungan sehingga mampu memilih dan
mempertemukan pengetahuan tentang dirinya
dengan informasi tentang kesempatan yang ada
secara tepat dan bertanggung jawab.
3. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berkaitan dengan pemahaman dirinya, pemahaman
lingkungan serta memecahkan masalah yang
dihadapinya misalnya belajar, masalah karier,
masalah pribadi dan masalah sosial.
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan
teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan
(Prayitno, 1997:219).
Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling
yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:
a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai
pencerminan dari segala kejiwaannya adalah unik
dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau
merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip
bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap
dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan
118 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai
atau tepat.
b. Tiap individu mempunyai perbedaan serta
mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karena itu,
dalam memberikan bimbingan perlu memilih
teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan
kebutuhan individu.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu
bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu
mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya
sendiri.
d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang
dibimbing harus aktif, mempunyai banyak inisiatif.
Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya
berpusat pada orang yang dibimbing.
e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan
perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah
yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah
(guru bimbingan). Untuk menangani masalah
tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau
lembaga lain yang lebih ahli.
f. Pada tahap awal bimbingan dimulai dengan
kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-
kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.
g. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan
secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang
dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.
h. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus
sejalan dengan program pendidikan pada sekolah
yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan
karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk
memperlancar jalannya proses pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 119
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
i. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh
seorang petugas/ guru yang benar-benar memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia
mempunyai kesanggupan bekerjasama dengan
petugas-petugas/ guru lain yang terlibat.
j. Program bimbingan dan konseling di sekolah
hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara
teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh
dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini,
sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan
konseling nampaknya masih sering dilupakan.
Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting
artinya, di samping untuk menilai tingkat
keberhasilan juga untuk menyempurnakan program
dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
(Prayitno, 1997:219).
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada
sembilan peran guru dalam kegiatan bimbingan
konseling, yaitu:
1. Informator
Guru adalah sumber informasi dalam kegiatan
akademik maupun kegiatan umum lainnya.
2. Organisator
Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran, dan lain-lain.
3. Motivator
Guru harus mampu merangsang dan memberikan
dorongan untuk mendinamisasikan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di
dalam proses belajar-mengajar.
120 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
4. Director
Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.
5. Inisiator
Guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-
mengajar.
6. Transmitter
Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
dalam pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator
Guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar.
8. Mediator
Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa.
9. Evaluator
Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi
anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah
laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Bimbingan konseling di sekolah dapat
mendampingi siswa dalam beberapa hal:
1. Dalam perkembangan belajar di sekolah atau
perkembangan akademisnya.
2. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-
kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang
maupun kelak.
3. Menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya,
serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai
tujuan-tujuan itu.
4. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu
belajar di sekolah dan terlalu mempersukar
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 121
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
hubungan dengan orang lain, atau yang
menguburkan cita-cita hidup.
Empat peran di atas dapat efektif jika bimbingan
konseling didukung oleh mekanisme struktural di
suatu sekolah.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Program bimbingan dan konseling hendaknya
dilakukan secara berkesinambungan.
b. Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus
didukung oleh data yang relevan dan cukup
memadai.
c. Program bimbingan dan konseling harus disusun
sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan.
d. Pembagian waktu bagi setiap unsur pelaksanaan
harus diatur dengan cermat.
e. Program bimbingan dan konseling harus
dilaksanakan sesuai dengan ciri masalah dan
kelayakan upaya menggunakan pemecahan masalah
yang sesuai.
f. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling sekolah hendaknya melakukan kerjasama
dengan lembaga-lembaga atau instansi di luar
sekolah.
g. Penanggung jawab tertinggi dalam perencanaan dan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah adalah kepala sekolah.
h. Perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan
dan konseling di sekolah sebaiknya diadakan
evaluasi secara berkala, sehingga dapat diketahui
122 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaannya
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Di samping itu, perlu juga diperhatikan dan
diusahakan data pendukung dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Data tentang pribadi siswa.
b. Data tentang latar belakang orang tuanya.
c. Data tentang partisipasi dan sikap kooperatif dalam
kelas waktu menerima pelajaran.
d. Data tentang tingkah laku yang dilakukan peserta
didik dalam kelas.
e. Data tentang sifat dan karakteristik tingkah laku
siswa di waktu menerima pelajaran.
f. Data tentang variasi masalah yang dihadapi peserta
didik.
g. Data tentang kedekatan hubungan dengan teman-
teman sepermainan baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
h. Data sebagai laporan hasil kunjungan ke rumah
orang tua peserta didik.
B. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan bagian integral di
sebuah lembaga pendidikan. Peranan perpustakaan
untuk membantu terselenggaranya pendidikan dengan
baik. Sasaran dan tujuan operasional dari
perpustakaan sekolah adalah untuk memperkaya,
mendukung, memberikan kekuatan, dan
mengupayakan penerapan program pendidikan yang
memenuhi setiap kebutuhan siswa. Di samping itu,
untuk mendorong dan memungkinkan siswa
mengoptimalkan potensi mereka sebagai pelajar.
Menurut IFLA (International of Library
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 123
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Associationsand Institutions) “Perpustakaan adalah
kumpulan bahan cetak dan non cetak atau sumber
informasi dalam komputer yang tersusun secara
sistematis untuk kepentingan pemakai.”
Menurut Sutarno NS (2003) “perpustakaan
adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/ bangunan,
atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi,
yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga
mudah dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-
waktu diperlukan untuk pembaca.”
Perpustakaan dalam bahasa Inggris disebut
library, juga berasal dari kata liber atau libri (latin)
yang berarti kulit dari batang pohon. Dalam bahasa
Perancis, perpustakaan disebut Bibliotheque. Dalam
bahasa Jerman dinamakan Bibliothek, dan dalam
bahasa Belanda dinamakan Bibliotheek. Kalimat-
kalimat tersebut berasal dari kata Biblos (Yunani) yang
berarti Papyrus (rumput yang ditumbuk, dikeringkan
menjadi bahan untuk ditulisi), kemudian berubah
menjadi Biblion yang artinya tempat. Jadi, Bibliotheke
berarti tempat atau kumpulan buku.
Lasa (2007:12) mengemukakan perpustakaan
sebagai kumpulan atau bangunan fisik untuk tempat
buku dikumpulkan dan disusun menurut sistem
tertentu atau keperluan pemakai.
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang
apa yang disebut perpustakaan atau library, tetapi
pada prinsipnya memiliki arti yang sama. Dalam
Encyclopedia Britania, dijelaskan bahwa perpustakaan
adalah koleksi buku-buku, baik yang dicetak ataupun
dalam bentuk tulisan. Dalam Encyclopedia Americana,
dijelaskan bahwa perpustakaan adalah kumpulan
buku-buku yang terdiri dari bermacam-macam nama
dan ditulis dalam bermacam-macam bahasa.
124 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Elizabeth H. Thomson dalam bukunya “ALA
Glassary of Library Terms”, mengatakan bahwa:
perpustakaan adalah suatu ruangan atau gedung
tempat menyimpan koleksi buku-buku dan sejenisnya,
yang diorganisir dan diadministrasi sebagai bahan
bacaan, memperoleh informasi, dan belajar.
Sedangkan Moxam dalam bukunya tentang ilmu
perpustakaan mengatakan perpustakaan adalah
tempat pengumpulan pustaka atau kumpulan pustaka
yang disusun dan diatur dengan sistem tertentu dan
tiap-tiap tulisan, sehingga sewaktu-waktu diperlukan
dapat diketemukan dengan mudah dan cepat.
Dengan demikian, bukan sembarang kumpulan
buku dapat kita sebut perpustakaan, dan bukan
sembarang tempat pengumpulan buku kita sebut
perpustakaan. Namun, kumpulan buku dan bahan
pustaka lainnya itu harus diatur dan disusun
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mempunyai
tujuan tertentu. Bahan pustaka dapat berupa buku,
naskah, gambar, foto, slide, film, dan sebagainya.
Menurut RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1
menyatakan perpustakaan adalah institusi yang
mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam,
mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi
kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui
beragam cara interaksi pengetahuan.
Fungsi perpustakaan sekolah, antara lain:
1. Fungsi pusat belajar mengajar
Perpustakaan sekolah mengandung arti bahwa
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
dengan peserta didik dapat dilakukan dengan
kelengkapan koleksi bahan pustaka yang berasal
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 125
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
dari perpustakaan sekolah. Fungsi ini juga
mengandung arti, bahwa ketika guru berhalangan
mengajar, peserta didik dapat ditugaskan mencari
materi-materi yang telah digariskan oleh
kurikulum melalui perpustakaan sekolah.
2. Fungsi penelitian dan telaah kepustakaan
Perpustakaan mengandung arti bahwa peserta
didik dapat mengadakan penelitian literatur di
perpustakaan dan mengadakan telaah pustaka.
Konsep-konsep dan teori-teori yang pernah peserta
didik terima termasuk yang diterima oleh gurunya
dapat di cek ricek, apakah telah benar, sesuai atau
berbeda dengan yang ia temukan. Dengan
demikian, peserta didik dapat memahami sesuatu
dari perspektif yang jauh lebih luas.
3. Fungsi pusat ilmu pengetahuan
Perpustakaan mengandung arti bahwa dalam
koleksi bahan pustaka yang tersimpan di
perpustakaan, tersimpan juga ilmu pengetahuan.
Dengan fungsi demikian, maka peserta didik akan
sadar sepenuhnya, bahwa pengetahuan yang
didapatkan dari guru mereka adalah sedikit dari
banyak ilmu pengetahuan yang sebenarnya ada di
perpustakaan.
4. Fungsi pusat rekreasi
Perpustakaan sebagai pusat rekreasi mengandung
arti bahwa peserta didik dapat memanfaatkan
koleksi bahan pustaka yang mempunyai muatan
rekreatif sebagai sarana rekreasi. Bacaan-bacaan
fiksi dan ringan, bacaan dengan nada humor,
sebenarnya dapat menghibur peserta didik di sela-
126 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
sela proses kegiatan belajar mengajar yang
mungkin di antaranya ada yang menegangkan.
Manakala peserta didik mau membaca bacaan-
bacaan demikian, tentulah sekaligus terhibur dan
dia sudah sama dengan rekreasi.
5. Fungsi pusat apresiasi
Perpustakaan mengandung arti bahwa dengan
mengkaji karya-karya yang ada di perpustakaan,
peserta didik akan dapat menghargai karya orang
lain. Ia yang mungkin tidak sejaman dengan
pengarangnya, dapat menyelam jauh ke belakang,
mengapresiasikan ide-ide yang ditampilkan dalam
koleksi bahan pustaka tersebut.
Perpustakaan sekolah yang dilengkapi secara
tepat hendaknya memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Rasa aman
2. Pencahayaan yang baik
3. Didesain untuk mengakomodasi perabotan yang
kokoh, tahan lama dan fungsional, serta memenuhi
persyaratan ruang, aktivitas dan pengguna
perpustakaan.
4. Didesain untuk mengakomodasi perubahan pada
program sekolah, program pengajaran, serta
perkembangan teknologi audio, video dan data
yang muncul.
5. Didesain untuk memungkinkan penggunaan,
pemeliharaan serta pengamanan yang sesuai
menyangkut perabotan, peralatan, alat tulis kantor
dan materi.
6. Dirancang dan dikelola untuk menyediakan akses
yang cepat dan tepat waktu.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 127
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
7. Dirancang dan dikelola sehingga secara estetis
pengguna tertarik dan kondusif dalam hiburan
serta pembelajaran, dengan panduan dan tanda-
tanda yang jelas dan menarik.
Layanan perpustakaan diperlukan untuk
memberikan layanan dalam menunjang proses
pembelajaran di sekolah, melayani informasi yang
dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif
melalui koleksi bahan pustaka. Keberadaan
perpustakaan sangatlah penting karena perpustakaan
juga dipandang sebagai kunci dalam pembelajaran
peserta didik di sekolah.
Perpustakaan dapat memperkaya dan
memperluas cakrawala pengetahuan peserta didik,
meningkatkan ketrampilan peserta didik, membantu
peserta didik dalam mengadakan penelitian,
memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan
subjek yang diminati, serta meningkatkan minat baca
peserta didik dengan adanya bimbingan membaca, dan
sebagainya.
Perpustakaan sekolah akan bermanfaat apabila
benar-benar memperlancar pencapaian tujuan proses
belajar mengajar di sekolah. Indikasi manfaat tersebut
tidak hanya berupa tinginya prestasi peserta didik,
tetapi lebih jauh lagi, peserta didik mampu mencari,
menemukan, menyaring dan menilai informasi, peserta
didik terbiasa belajar mandiri, menjadi terlatih ke arah
tanggung jawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya.
128 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
C. Layanan Koperasi Peserta Didik
Layanan koperasi mendidik peserta didik untuk
dapat berwirausaha. Hal ini sangat membantu peserta
didik di kehidupan yang akan datang.
Koperasi sekolah merupakan koperasi yang
dikembangkan di sekolah, baik sekolah dasar maupun
sekolah menengah, dan dalam pengelolaannya
melibatkan guru dan personalia sekolah. Sedangkan
koperasi peserta didik atau biasa disebut koperasi
siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah dan
dikelola oleh peserta didik, kedudukan guru di dalam
Kopsis adalah sebagai pembimbing saja.
Tujuan koperasi sekolah sebagai berikut:
1. Mendidik dan menanamkan kesadaran hidup
bergotong royong serta memupuk rasa setia kawan
di kalangan peserta didik.
2. Memupuk rasa cinta kepada sekolah dan menanam
sifat disiplin dikalangan siswa
3. Menanamkan rasa tanggung jawab di kalangan
siswa dan membiasakan hidup bergotong royong di
masyarakat
4. Mengembangkan dan mempertinggi pengetahuan
serta keterampilan para siswa dalam berkoperasi
5. Memelihara hubungan baik dan kekeluargaan di
lingkungan siswa
6. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi para siswa.
D. Layanan Kantin/ Kafetaria Sekolah
1. Pengertian
Layanan kantin atau kafetaria merupakan salah
satu bentuk layanan khusus di sekolah yang berusaha
menyediakan makanan dan minuman yang dibutuhkan
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 129
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
peserta didik atau personil sekolah.
Good (1959) dalam bukunya Dictionary of
Education mengatakan bahwa: “cafetaria a room or
building in which public school pupuils or college
student select prepared food and serve themselves”.
Kantin sekolah adalah suatu ruang atau bangunan yang
berada di sekolah maupun perguruan tinggi, di mana
menyediakan makanan pilihan/ sehat untuk siswa
yang dilayani oleh petugas kantin.
Keberadaan kantin sekolah diharapkan mampu
menyokong kelancaran proses belajar mengajar dari
sisi keperluan akan makanan bagi siswa. Menurut
Ester Pandiangan (2009) keberadaan kantin sekolah
tidak hanya sekedar kantin saja, melainkan salah satu
perangkat penting dalam sekolah yang berfungsi
memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa-
siswinya. Oleh karena itu, sekolah harus menaruh
perhatian khusus terhadap penyediaan panganan di
kantinnya. Tentunya aneka jajanan dan makanan yang
disajikan kantin setelah melalui proses seleksi baru
kemudian ditawarkan kepada peserta didik.
Layanan kantin peserta didik adalah layanan
makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta
didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar
di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik
(Imron, 1995:168). Makanan dan minuman yang
tersedia di kantin terjangkau dilihat dari jumlah uang
saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat
kebersihan dan cukup kandungan gizinya.
Kantin diperlukan di setiap sekolah agar
kebutuhan terhadap makanan yang bersih, bergizi dan
higienis tersedia sehingga kesehatan dapat terjamin
130 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
selama di sekolah. Guru bisa mengontrol dan
berkonsultasi dengan pengelola kantin dalam
menyediakan makanan yang sehat dan bergizi.
Peranan lain dengan adanya kantin di dalam sekolah
adalah anak didik tidak berkeliaran mencari makanan
dan tidak harus keluar dari lingkungan sekolah.
Tujuan layanan kafetaria secara umum adalah
tersedianya wahana bagi peserta didik untuk
memenuhi energinya pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Secara khusus, tujuan layanan
kafetaria peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan
makanan dan minuman yang terjamin kebersihan
dan kesehatannya serta memadai kandungan
gizinya.
2. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan
makanan dan minuman yang sesuai dengan daya
jangkau uang sakunya
3. Agar peserta didik terhindar dari efek-efek negatif
yang ditimbulkan atau sebagai akibat tersedianya
warung-warung di sekitar sekolah yang tidak dapat
dikontrol oleh sekolah
4. Agar peserta didik dapat bersama-sama dengan
teman sebayanya memanfaatkan kafetaria sekolah
sebagai wahana untuk belajar dan mendalami
materi-materi yang diajarkan.
5. Agar tersedia wahana bagi peserta didik guna
merancang kegiatan-kegiatan konstruktif untuk
mereka sendiri di luar wahana kelas
6. Agar peserta didik mengenal jenis makanan
sederhana dan murah harganya tetapi tinggi dan
memadai kandungan gizinya.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 131
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
7. Agar dapat dikembangkan cara-cara makan yang
sesuai dengan etika pergaulan setempat.
William H. Roe dalam bukunya School Business
Management menyebutkan beberapa tujuan yang
dapat dicapai melalui penyediaan layanan kantin di
sekolah:
1. Memberikan kesempatan kepada murid untuk
belajar memilih makanan yang baik atau sehat;
2. Memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi
secara nyata;
3. Menganjurkan kebersihan dan kesehatan;
4. Menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam
bekerja, dan kehidupan bersama;
5. Menekankan penggunaan tata krama yang benar
dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
6. Memberikan gambaran tentang manajemen yang
praktis dan baik;
7. Menunjukkan adanya koordinasi antara bidang
pertanian dengan bidang industri;
8. Menghindari makanan yang tidak bersih dan tidak
sehat.
Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka
kantin sekolah dapat berfungsi untuk:
1. Membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa
dengan jalan menyediakan makanan yang sehat,
bergizi, dan praktis;
2. Mendorong siswa untuk memilih makanan yang
cukup dan seimbang;
3. Untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
4. Memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi
berpengaruh pada kesehatan seseorang;
132 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
5. Memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi
secara nyata;
6. Mengajarkan penggunaan tata krama yang benar
dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
7. Sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-
pelajaran di sekolah, dan tempat menunggu apabila
ada jam kosong.
Selain itu layanan kantin/ kafetaria sekolah juga
meliputi fungsi normatif, edukatif, dan preventif.
Fungsi normatif layanan kafetaria sekolah meliputi hal-
hal sebagai berikut:
1. Melalui kantin sekolah peserta didik dapat dilatih
cara makan yang baik sesuai dengan etika
setempat.
2. Melalui kantin sekolah peserta didik dapat
memahami cara makan dan etika maka yang dianut
oleh peserta didik lain yang berlainan kultur
dengannya.
3. Melalui kantin sekolah peserta didik dapat dijaga
agar makan dan minum yang tidak terlarang
Fungsi edukatif kafetaria sekolah meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tahu
cara makan yang sehat.
2. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tahu
jenis makanan murah yang mempunyai kandungan
gizi yang memadai.
3. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat
dilatih makan dan minum dengan baik.
4. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat
mengembangkan keterampilan sosialnya sambil
makan dan diminum
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 133
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
5. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat
merancang kegiatan konstruktif.
6. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat
mendiskusikan materi pelajaran dalam rangka
pendalaman
7. Melalui kafetaria sekolah peserta didik
mendapatkan informasi dan pengetahuan baru
yang konstruktif dari temannya, dari koran, dan
dari kafetaria itu sendiri.
Fungsi preventif layanan kafetaria sekolah
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mencegah peserta didik agar tidak mengkonsumsi
makanan dan minuman yang tidak dapat dijamin
kebersihan dan kesehatannya.
2. Mencegah peserta didik agar tidak menjadikan
warung disekitar sekolah sebagai tempat untuk
melakukan pelanggaran-pelanggaran
3. Mencegah peserta didik untuk tidak mengkonsumsi
makanan dan minuman terlarang yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan
mereka.
4. Menempatkan peserta didik pada tempat yang
mudah pengontrolannya.
2. Prinsip-Prinsip Layanan Kantin/Kafetaria
Sekolah
Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani
dalam layanan kafetaria sekolah antara lain (Imron,
1995: 172):
1. Prinsip keterjangkauan.
Makanan dan minuman yang disediakan di kafetaria
sekolah haruslah terjangkau oleh uang saku peserta
didik dengan aneka ragam latar belakang ekonomi.
134 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Prinsip ini harus dipedomani, karena jika tidak bisa
bertentangan dengan misi layanan kepada peserta
didik.
2. Prinsip pendidikan.
Di mana layanan kafetaria yang disediakan kepada
peserta didik haruslah dalam kerangka pendidikan
kepada peserta didik. Berarti, layanan kafetaria
peserta didik tidak banyak diorientasikan ke profit
atau sekedar mencari keuntungan. Pedoman atas
prinsip pendidikan ini membawa implikasi luas
dalam pelayanan kafetaria. Ia harus senantiasa
menjadikan peserta didik semakin baik dilihat dari
sisi pendidikan dalam pengertian seluas-luasnya.
3. Prinsip kooperatif.
Penyelenggaraan layanan kantin sekolah haruslah
memungkinkan kerjasama yang baik antara peserta
didik dengan pengelola yang terdiri dari personalia
sekolah atau orang lain yang ditunjuk. Pedoman
prinsip ini, menjadikan penyebab harga-harga yang
ditawarkan oleh kantin kepada peserta didik
haruslah didasarkan atas kesepakatan-kesepakatan
yang dibangun sebelumnya. Kantin tidak
menentukan harga sepihak, sebaliknya peserta didik
juga tidak boleh mengadakan penawaran sepihak
yang menyebabkan kantin rugi dan tidak dapat
melanjutkan usahanya.
4. Prinsip membantu peserta didik.
Kafetaria yang diadakan oleh sekolah bermaksud
memberikan layanan kepada peserta didik. Jika
prinsip ini tidak dapat dijalankan dengan baik, maka
sebaiknya kafetaria ditiadakan.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 135
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
5. Prinsip kesehatan.
Prinsip ini menekankan agar makanan dan
minuman yang tersedia haruslah terjamin
kebersihan dan kesehatannya. Makanan yang
terjamin kesehatan dan kebersihannya dapat
menjadikan peserta didik terdukung kegiatan
belajarnya. Pedoman prinsip ini menjadikan
penyebab bahwa kafetaria sekolah tidak akan
menjual rokok, minuman keras dan yang
mempunyai kadar alkohol serta makanan lain yang
tidak baik untuk kesehatan.
Kantin sekolah tidak harus diadministrasikan
oleh sekolah, tetapi dapat diadministrasikan oleh
pribadi di luar sekolah atau oleh dharmawanita
sekolah. Namun kantin sekolah ini tidak boleh terlepas
dari perhatian kepala sekolah. Kepala sekolah harus
memikirkan atau mengupayakan kehadiran kantin
sekolah itu mempunyai sumbangan positif dalam
proses belajar-mengajar anak di sekolah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
administrasi kafetaria itu adalah:
1. Kafetaria sekolah juga harus menyediakan
makanan yang higienis dan tidak tercemar zat atau
bakteri yang membahayakan bagi kesehatan
seperti formalin, bakteri, air dan siklamat.
2. Makanan-makanan yang disediakan hendaknya
makanan yang bergizi tinggi, dan bilamana perlu
dapat menambahkan vitamin-vitamin yang
diperlukan siswa pada umumnya.
3. Lokasi kafetaria harus berjarak dari letak kamar
mandi dan juga pembuangan sampah.
136 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
4. Harga makanan-makanan hendaknya dapat
dijangkau atau sesuai dengan kondisi ekonomi
siswa.
5. Usahakan agar kantin sekolah tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berlama-lama
nongkrong. Kondisi yang demikian akan
menyokong munculnya perilaku-perilau negatif.
Dengan dimikian, keberadaan kantin di sekolah,
tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
makan dan minum siswa semata, namun juga dapat
dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa
tentang kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling
menghargai, disiplin dan nilai-nilai lainnya.
E. Layanan Kesehatan Sekolah
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk
dalam sebuah wadah yang bernama Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS).
Menurut Sujiono (2012), kualitas pendidikan
untuk anak berkaitan erat dengan sumber daya
manusia yang berkualitas pula. Sumber daya manusia
yang berkualitas adalah yang memiliki jasmani dan
rohani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas dan sehat antara lain dengan
melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992
pasal 45 tentang kesehatan ditegaskan bahwa
kesehatan sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik
dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 137
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat
menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Sumantri (2007), peserta didik itu harus
sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang
sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan
tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat. Dalam
proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran
berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan
dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan.
Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health)
sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand
dan health).
Sasaran utama UKS untuk meningkatkan atau
membina kesehatan siswa dan lingkungan hidupnya.
Program UKS sebagai berikut:
1) Mencapai lingkungan hidup yang sehat;
2) Pendidikan kesehatan;
3) Pemeliharaan kesehatan di sekolah.
Dengan demikian UKS merupakan perpaduan
antara pendidikan dengan upaya pelayanan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan
kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum
sekolah. Pelayanan kesehatan merupakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang
secara sehat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas belajar dan berprestasi belajar.
Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat
merupakan gabungan antara upaya pendidikan dan
upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam
lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta
didik.
138 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Kesehatan bagi peserta didik sangat menentukan
keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan
kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran secara terus menerus. Jika peserta didik
tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh
karena itu, ada tiga kualitas sumber daya manusia,
yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama
mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan
sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan
dengan daya beli.
Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya
berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya.
Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu
semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena
itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang
rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada
umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula
dengan sumber daya manusianya yang diharapkan
berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang
lebih keras lagi.
Ada enam ciri utama sekolah yang dapat
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu:
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan
masalah kesehatan sekolah, yaitu peserta didik,
orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun
organisasi-organisasi di masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan
yang sehat dan aman, meliputi sanitasi dan air yang
cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan,
bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan
zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan
pola asuh, rasa hormat dan percaya. Diciptakannya
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 139
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
pekarangan sekolah yang aman dan adanya
dukungan masyarakat sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan
mengembangkan kurikulum yang ada sehingga
mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta
didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat
mengembangkan berbagai keterampailan hidup
yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan
sosial.
4. Memberikan kesempatan untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan,
diagnosa dini, pemantauan dan perkembangan,
imunisasi, serta pengobatan sederhana. Selain itu,
mengadakan kerja sama dengan puskesmas
setempat, dan mengadakan program-program
makanan begizi dengan memperhatikan
‘keamanan’ makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya
di sekolah untuk mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang
didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dapat
menciptakan lingkungan psikososial yang sehat
bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan
berikutnya memberikan pelayanan yang ada untuk
seluruh peserta didik.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta
meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan cara
memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, sekolah sebagai tempat
berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi
140 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
“sekolah sehat”, yaitu sekolah yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya.
Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan
melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan
sekolah, melakukan pengadaan sarana sekolah yang
mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat
sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih
dan sehat, dan melakukan penataan halaman,
pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang
aman.
F. Layanan Transportasi
Sarana transportasi di sekolah merupakan salah
satu sarana yang dibutuhkan oleh peserta didik atau
guru untuk mempermudah akses ke dan dari sekolah.
Secara prinsip program layanan tranportasi sekolah
sangat baik karena untuk menunjang kesejahteraan
peserta didik.
Secara khusus, transportasi sekolah mempunyai
tujuan untuk meningkatkan tingkat keselamatan bagi
siswa.
G. Layanan Asrama
Asrama adalah tempat penginapan yang
ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya
murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan
sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat
ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya.
Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka
waktu yang lebih lama dari pada di hotel atau losmen.
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 141
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Alfin Toffler (dalam Kusmintardjo, 1993)
memberikan batasan asrama sekolah (school-house)
sebagai berikut: “The School House: That Is Only Place
Where Children Are Thaught During The Day Fulfills Its
Primary Function Only This Much” (Asrama adalah
suatu tempat tinggal bagi anak-anak di mana mereka
diberi pengajaran atau bersekolah).
Sedangkan Good (1959) dalam “Dictionary of
Education” memberikan batasan asrama sekolah
(boarding-school) sebagai berikut: “Boarding–school is
in educational institution at the primary or secondary
level in which pupils are recidence while enrolled in as
instruction program, as apposed to a school to which
pipils comute froms their homes, inchedes school which
offer reguler and or special educational curricula”
(asrama sekolah merupakan lembaga pendidikan baik
tingkat dasar ataupun tingkat menegah yang menjadi
tempat bagi para siswa untuk dapat bertempat tinggal
selama mengikuti program pengajaran).
Dengan demikian, asrama sekolah dapat
diartikan sebagai suatu tempat di mana para siswa
bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif
lama bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang
memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses
pengembangan pribadinya melalui proses
penghayatan dan pengembangan nilai budaya.
Pengembangan pribadi di sini disesuaikan
dengan bidang atau profesi yang sedang ditempuh di
sekolah yang bersangkutan. Hakekat kehidupan
asrama bukan sekedar pembentukan kebiasaan dan
kesan-kesan sensoris, namun juga suatu proses
pembentukan nilai-nilai hidup.
142 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I