The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E book ini ini berjudul “Manajemen Peserta Didik”, terdiri dari sepuluh bab yang meliputi: Bab 1 Pendahuluan; Bab II Konsep Manajemen Peserta Didik; Bab III Perencanaan Peserta Didik; Bab IV Manajemen Peserta Didik Di Kelas; Bab V Pembinaan Disiplin Peserta Didik; Bab VI Pembinaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) di Sekolah; Bab VII Layanan-Layanan Khusus Peserta Didik; Bab VIII Layanan Ekstrakurikuler Peserta Didik; Bab IX Promosi, Mutasi Dan Drop Out Peserta Didik; dan Bab terakhir adalah Evaluasi Kegiatan Peserta Didik.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rikaariyani857, 2021-07-22 12:46:46

Manajemen Peserta Didik

E book ini ini berjudul “Manajemen Peserta Didik”, terdiri dari sepuluh bab yang meliputi: Bab 1 Pendahuluan; Bab II Konsep Manajemen Peserta Didik; Bab III Perencanaan Peserta Didik; Bab IV Manajemen Peserta Didik Di Kelas; Bab V Pembinaan Disiplin Peserta Didik; Bab VI Pembinaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) di Sekolah; Bab VII Layanan-Layanan Khusus Peserta Didik; Bab VIII Layanan Ekstrakurikuler Peserta Didik; Bab IX Promosi, Mutasi Dan Drop Out Peserta Didik; dan Bab terakhir adalah Evaluasi Kegiatan Peserta Didik.

Keywords: e book Manajemen Peserta Didik

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Menurut F. Patty (1983) dalam Junaidi
menyebutkan beberapa fasilitas yang harus dimiliki
asrama sekolah sebagai berikut:

1. Memiliki kamar tidur yang cukup luas, yang dapat
menampung semua penghuni asrama beserta
pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah penghuni.

2. Memiliki kamar pakaian yang dilengkapi lemari

pakaian serta rak sepatu/ sandal yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila
tidak mungkin kedua kamar (kamar tidur dan

kamar pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar
tersebut dapat disusun menjadi satu kamar dengan
pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan dan
fungsi masing-masing.

3. Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan
meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah
penghuni yang menggunakannya.
4. Memiliki kamar mandi dan WC yang memadai
dengan jumlah pemakai (kira-kira 1/5 dari jumlah

penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang
sesuai dengan kebutuhan.
5. Memiliki kamar belajar yang cukup luas dan dapat
diselaraskan dengan kebutuhan belajar para

penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan
selokasi dengan sekolah, maka kegiatan belajar

dapat dilaksanakan atau menempati kelas-kelas
yang ada.

6. Memiliki tempat mencuci pakaian yang memadai
dengan kebutuhan para penghuninya, serta dengan
persediaan air yang cukup dan alat-alat yang
diperlukan.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 143

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

7. Memiliki halaman yang dapat dipergunakan untuk
sekedar rekreasi atau bersantai dikala istirahat
sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.

8. Memiliki lapangan olah raga atau bangsal olahraga,
yang juga dapat dipergunakan untuk latihan
kesenian, senam, dan kegiatan lainnya yang
memerlukan bangsal.

9. Memiliki tempat ibadah, yang disesuaikan dengan
kebutuhan beribadah para penghuninya.

10. Memiliki ruang untuk menerima tamu.
11. Memiliki perpustakaan beserta ruang baca yang

memadai.
12. Memiliki ruangan khusus untuk mereka yang

sedang menderita sakit untuk memudahkan
pelayanan dan memungkinkan penularan penyakit
dapat dicegah.

H. Layanan Keamanan dan Perparkiran Sekolah
(KPS)

Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan
disiplin sangatlah penting agar peserta didik dapat
mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat
menampilkan kinerja yang terbaik. Sekolah yang aman,
nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga
sekolahnya bebas dari rasa takut, kondusif untuk
belajar dan memiliki hubungan yang positif antar
warga sekolah.

Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin
menyediakan lingkungan fisik (gedung, kelas,
halaman) sekolah yang bersih dan aman. Selain aspek
keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim
sekolah, yaitu menyangkut atmosfir, perasaan,
lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional

144 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

sekolah juga harus diciptakan secara positif.

Faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau
iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan
antar warga sekolah, interaksi antar warga sekolah,
rasa saling mempercayai dan saling menghargai antar
warga sekolah. Bila keadaan faktor-faktor tersebut
tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.

Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu
sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap warga
sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang
tua, dan komite sekolah. Pada sekolah yang aman,
warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam
dalam menciptakan dan menjaga sekolah.

Layanan keamanan sekolah adalah suatu bentuk
layanan yang diberikan sekolah untuk mengamankan
lingkungan sekolah saat jam pelajaran berlangsung.
Layanan keamanan merupakan salah satu layanan
yang dibutuhkan oleh peserta didik karena rasa aman
saat berada di sekolah akan berdampak pada proses
belajar peserta didik. Salah satu bentuknya menurut
Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang
telah ditentukan terlebih dahulu melalui kegiatan
orang lain.

Tujuan keamanan di sekolah, yaitu:
1. Mengembangkan budaya sekolah yang positif dan

fokusnya adalah pada keamanan di lingkungan
sekitar sekolah.
2. Membangun komunitas sekolah dengan cara saling
menghargai, adil, menerapkan azas persamaan dan
inklusi agar tercipta suasana aman, tentram dan
damai di sekitar lingkungan sekolah.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 145

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
3. Mengatur dan mengkomunikasikan secara

konsisten perilaku yang diharapkan.
4. Mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku

sosial yang bertanggung jawab dan memberi
kontribusi terhadap komunitas sekolah.
5. Memecahkan masalah secara damai, menghargai
perbedaan, dan mengedepankan hak asasi manusia.
6. Bertanggung jawab dan bermitra dengan
masyarakat untuk memecahkan masalah
keamanan.
7. Merespon secara konsisten dan adil terhadap
berbagai insiden dan menggunakan intervensi
untuk memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis
dan memperkuat hubungan serta mengembalikan
rasa percaya diri.
8. Memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah
untuk meningkatkan keamanan sekolah.

Sedangkan fungsi keamanan sekolah;
1. Memberikan rasa nyaman terhadap seluruh warga

sekolah selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
2. Melatih siswa untuk hidup disiplin dan mandiri.
3. Menjaga sekolah agar tetap aman terhadap
ancaman bahaya dari luar.
4. Memberikan pengertian kepada peserta didik dan
warga sekolah untuk menjaga keamanan di
sekolah.
5. Para siswa bisa membantu untuk melaporkan
sirkulasi keadaan keamanan sekeliling sekolah
kepada kepala sekolah.

146 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

I. Layanan Laboratorium Sekolah
- Pengertian

Laboratorium adalah suatu ruangan tempat
melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang
ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat
laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium
yang lengkap. Menurut Ali Imron (1994: 177)
laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup
maupun terbuka yang dipergunakan untuk melakukan
penyelidikan, percobaan, pengujian, dan
pengembangan.

Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang
proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka
yang dipergunakan untuk melaksanakan dan bahkan
pembakuan.

Laboratorium ini bisa terbuka dan bisa tertutup.
Laboratorium terbuka misalnya kebun percobaan di
sekolah, kolam sekolah, masyarakat sekitar lingkungan
sekolah. Sedangkan yang tertutup adalah yang
umumnya dibatasi oleh empat dinding atau di dalam
gedung dan tidak tidak dapat dilihat secara bebas dari
luar.

Dalam mengikuti proses belajar mengajar di
sekolah peserta didik banyak mempelajari konsep-
konsep, teori-teori, mengujicobakan sesuatu,
mempraktekkan sesuatu, dan bahkan menirukan
sesuatu serta mengecek kebenaran sesuatu. Hal
demikian tidak akan cukup manakala sekedar
dilaksanakan di ruangan kelas yang segalanya serba
terbatas. Oleh karena itu, diperlukan sarana penunjang
yang disebut dengan laboratorium.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 147

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Peserta didik yang ingin mengenal lebih jauh
mengenai pemrograman komputer, tentu tidak cukup
sekedar diceritai oleh gurunya di kelas, melainkan
harus dipraktekkannya di laboratorium.

Tujuan umum laboratorium sekolah adalah
sebagai layanan khusus yang diberikan sekolah kepada
peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
Sedangkan tujuan khusus laboratorium sekolah adalah
sebagai berikut:

1. Menunjang penguasaan mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru.

2. Memupuk keberanian pribadi sesuai dengan hak
dan hakekat kebenaran dalam segala aspek yang
terdapat dalam lingkungan hidupnya.

3. Melatih dan mengembangkan keterampilan guru
dalam mengembangkan profesianya.

4. Melatih dan membiasakan siswa belajar secara
inovatif baik secara individual maupun kelompok.

Secara umum, fungsi laboratorium sekolah
yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai
metode pengamatan dan metode percobaan, sebagai
prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam
proses belajar mengajar.

Sedangkan fungsi laboratorium secara khusus
sebagai berikut:
1. Alat atau tempat untuk menguatkan dan

memberikan kepastian informasi
2. Alat atau tempat untuk menentukan hubungan

sebab akibat
3. Alat atau tempat untuk membuktikan benar

tidaknya faktor-faktor atau gajala-gejala tertentu.

148 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

4. Alat atau tempat untuk mempraktekkan sesuatu
yang diketahui.

5. Alat atau tempat untuk mengembangkan
keterampilan.

6. Alat atau tempat untuk memberikan latihan.
7. Alat atau tempat untuk membentuk siswa belajar

menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan
masalah
8. Alat atau tempat untuk melanjutkan atau
melaksanakan penelitian perseorangan atau
kelompok.

- Jenis-Jenis Laboratorium Sekolah

Jenis-jenis laboratorium yang ada di sekolah
sangat bergantung pada jumlah jurusan yang ada di
sekolah dan kemampuan sekolah untuk menyediakan
peralatannya. Pada sekolah-sekolah yang lebih banyak
jurusannya, tentu lebih banyak membutuhkan
laboratorium dibandingkan sekolah yang sedikit
jurusannya.

Berikut ini ada beberapa jenis laboratorium
sekolah di antaranya:

1. Laboratorium Komputer.
Laboratorium komputer merupakan salah satu

komponen instrumental input dalam melaksanakan
proses belajar mengajar yang efektif yang urgensinya
sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan, dan akhirnya
bermuara pada peningkatan mutu lulusan yang
optimal.

2. Laboratorium IPA

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 149

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kagiatan pembelajaran IPA secara
praktik yang memerlukan peralatan khusus.

3. Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa yaitu laboratorium yang

dibuat untuk mempermudah penyampaian materi
bahasa, baik bahasa Inggris, bahasa Indonesia, maupun
bahasa asing lainnya.

- Program Laboratorium Sekolah dan Kaitannya
dengan Peningkatan Belajar
Di dalam proses belajar mengajar sering

ditemukan guru hanya melaksanakan kegiatan
pengajaran dengan menggunakan metode ceramah dan
jarang melakukan praktikum di laboratorium.
Penggunaan metode ceramah mengakibatkan ide dan
keterampilan psikomotor siswa sulit disalurkan,
sehingga kemampuan siswa tidak berkembang dan
tujuan belajar yang dicapai kurang optimal. Dengan
demikian guru perlu merancang kegiatan belajar
mengajar yang lebih mengarah kepada keterlibatan
siswa baik fisik maupun psikis.

Hal ini sesuai dengan pendapat Rustaman
(2003:123-124) yang menyatakan bahwa penggunaan
metode ceramah membuat siswa kurang dirangsang
kreativitasnya dan tidak membuat siswa aktif
mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan
mencari dan mengolah informasi.

Kegiatan belajar mengajar yang dapat menuntut
keterlibatan siswa secara aktif di antaranya dengan
menggunakan metode mengajar eksperimen,

150 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

ekspositori/ pameran dan demonstrasi yang
merupakan kegiatan laboratorium. Dengan metode ini
siswa dapat belajar melalui pengamatan dan
pengalaman langsung peristiwa-peristiwa dan gejala-
gejala alam. Kegiatan Laboratorium juga dapat melatih
keterampilan berfikir ilmiah, mengikutsertakan mental
siswa dan bukan sekedar menerima ilmu saja. Di
samping itu siswa akan merasa dirinya berperan,
sehingga membangkitkan minat dan semangat belajar
mereka.

Senada dengan ini, DIKNAS (2003:12)
mengungkapkan bahwa “kita belajar hanya10% dari
apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar,
30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita
lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan
90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”. Jadi
persentase penyerapan pelajaran oleh siswa yang lebih
banyak adalah jika siswa melakukan sendiri yaitu
sebesar 90%, hal ini sama sifatnya dengan kegiatan
laboratorium yang juga meningkatkan daya serap
siswa terhadap apa yang dipelajari.

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah
Umum, suatu sekolah yang mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) hendaknya mempunyai
laboratorium, karena dalam pelajaran IPA siswa tidak
hanya sekedar mendengarkan keterangan dari guru,
tetapi harus melakukan kegiatan sendiri untuk
mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu yang
dipelajarinya. Oleh karena itu diperlukan ruang khusus
yaitu laboratorium.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 151

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Dengan adanya laboratorium, diharapkan proses
belajar mengajar dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

152 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

BAB VIII
LAYANAN EKSTRA KURIKULER PESERTA DIDIK

A. Pengertian Ekstra Kurikuler

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:
291) Ektrakurikuler adalah suatu kegiatan yang berada
di luar program yang tertulis di dalam kurikulum
seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.

Menurut Suryo Subroto (1997) ekstrakurikuler
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam
pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di
luar sekolah untuk memperluas wawasan atau
kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata
pelajaran.

Menurut Arikunto (1981:1) yang dimaksud
dengan program ialah sederetan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 153

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

tambahan di luar struktur program yang pada
umumnya merupakan kegiatan pilihan.

Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan
dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di
luar sekolah bertujuan agar siswa dapat memperkaya
dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat
dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan
dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan sebagai
wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti
kegiatan tersebut dan dapat membentuk sikap positif
terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.

Hamid Syarief (1995) mengemukakan “kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan
di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan
program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan
pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan
program intrakurikuler.

Kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik
diarahkan untuk memantapkan kepribadian peserta
didik dan untuk mengaitkan antara pengetahuan yang
diperoleh pada program intrakurikuler dengan
keadaan dan kebutuhan lingkungan.

Sedangkan menurut Rusli Lutan (1986: 72),
kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian internal
dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan
kebutuhan anak didik.

Antara kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan,
bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan,
pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk

154 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan
potensi anak didik mencapai taraf maksimum.

Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang menekankan pada
kebutuhan peserta didik supaya bertambah
wawasannya serta keterampilannya.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan nilai
tambah bagi peserta didik dan dapat menjadi
barometer perkembangan/ kemajuan sekolah yang
seringkali diamati oleh orangtua siswa maupun
masyarakat. Dengan adanya kegiatan ekstra tersebut
diharapkan suasana sekolah menjadi lebih hidup.

Biasanya kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
di luar jam pelajaran wajib karena kegiatan ini
memberikan keleluasaan waktu dan memberikan
kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan
jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat
mereka.

B. Tujuan Kegiatan Ekstra Kurikuler

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak
terlepas dari tujuan, karena suatu kegiatan yang
dilakukan tanpa tujuan yang jelas, maka kegiatan itu
akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.

Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan (1987:9) adalah:

1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 155

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

berbagai aspek, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotornya.
2. Mengembangkan bakat dan minat peserta didik
dalam upaya pembinaan pribadi menuju
pembinaan manusia seutuhnya.
3. Dapat mengetahui, mengenal, serta membedakan
antara hubungan satu pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya.

Tujuan umum kegiatan ekstra kurikuler yaitu
untuk menunjang pencapaian tujuan institusional
dalam upaya pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya berdasarkan Pancasila, yaitu:

1. Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur.

2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Kepribadian yang mantap dan mandiri.
5. Rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

Sedangkan tujuan khusus kegiatan
ekstrakurikuler yaitu:

1. Memberikan pengayaan kepada peserta didik yang
menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk menjadi manusia seutuhnya.

2. Menambah pengetahuan dan keterampilan peserta
didik untuk memanfaatkan potensi lingkungan
alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya.

3. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

dapat memanfaatkan kegiatan industri dan dunia
usaha (kewirausahaan).

156 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

4. Mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai
kemanusiaan, ketekunan, kerja keras, dan disiplin
melalui kegiatan ekstrakurikuler.

5. Menanamkan kemampuan dan keterampilan
melakukan tindakan dan perilaku hidup sehat
secara jasmani dan rohani.

6. Menanamkan kemampuan dalam meneliti dan
mengembangkan daya cipta untuk menemukan hal
yang baru.

7. Menanamkan nilai-nilai gotong royong, kerjasama,
tanggungjawab, dan disiplin melalui kegiatan
koperasi sekolah.

8. Memberikan bekal kemampuan berorganisasi
melalui kegiatan di sekolah dan di luar sekolah.

9. Memberikan bekal keterampilan praktis yang
diperlukan peserta didik untuk hidup di
masyarakat, mencukupi kebutuhannya sendiri
maupun membantu kebutuhan orangtuanya.

10. Menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab dalam
upaya melestarikan lingkungan alam

11. Menanamkan budaya kerja dan etos kerja yang
diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan.

12. Menanamkan dan menambah wawasan
kerohanian, mental, dan agama untuk hidup dalam
masyarakat, bangsa dan negara.

13. Memberikan bekal kemampuan berbakti dan
berpartisipasi dalam pembangunan daerah.

C. Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler dalam satuan
pendidikan:

1. Fungsi Pengembangan.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 157

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Kegiatan ekstra kurikuler berfungsi untuk
mendukung perkembangan personal peserta didik
melalui perluasan minat, pengembangan potensi,
dan pemberian kesempatan untuk pembentukan
karakter dan pelatihan kepemimpinan.
2. Fungsi Sosial
Kegiatan ekstra-kurikuler juga berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung
jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial
dikembangkan dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memperluas
pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial,
dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
3. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif maksudnya adalah bahwa kegiatan
ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks,
menggembirakan, dan menyenangkan sehingga
menunjang proses perkembangan peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan
kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang
dan lebih menarik bagi peserta didik.
4. Persiapan Karir
Persiapan karir yaitu bahwa kegiatan
ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan
kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas.

D. Ruang Lingkup Kegiatan Ekstra Kurikuler

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler:
1. Pengembangan pengetahuan dan penalaran siswa.
2. Pengembangan keterampilan melalui hobi dan

minat siswa.

158 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

3. Pengembangan sikap yang menunjang program
kurikuler dan kokurikuler.

Menurut Departemen Agama RI (2004) ruang
lingkup dari kegiatan eskul mencakup semua kegiatan
yang dapat menunjang dan mendukung kegiatan eskul
dengan cirri-ciri:

1. Lebih memperluas wawasan
2. Menerapkan penerapan berbagai mata pelajaran

yang pernah di pelajari
3. Memerlukan pengorganisasian tersendiri

mengingat tugas dan kegiatan yang kompleks
4. Dilakukan di luar jam pelajaran.

E. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler
Dengan berpedoman kepada tujuan dan maksud

kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, dapat ditetapkan
prinsip-prinsip program ekstrakurikuler. Menurut
Oteng Sutisna (1985:58), prinsip program
ekstrakurikuler adalah:

1. Semua murid, guru dan personel administrasi
hendaknya ikut serta dalam meningkatkan
program.

2. Kerjasama dalam tim adalah fundamental.
3. Pembatas-pembatas untuk partisipasi hendaknya

dihindarkan.
4. Proses lebih penting daripada hasil.
5. Program hendaknya cukup komprehensif dan

seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan dan
minat semua siswa.
6. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan
khusus sekolah.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 159

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

7. Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya
kepada nilai-nilai pendidikan di sekolah dan
efisiensi pelaksanaannya.

8. Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-
sumber motivasi yang kaya bagi pengajaran kelas,
sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga
menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi
kegiatan murid.

F. Jenis-Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Yudha M. Saputra (1998:33), jenis
program ekstrakurikuler meliputi: pengembangan
minat dan bakat, kegiatan rekreasi dan waktu luang,
program keagamaan, program politik dan sosial,
program pusat belajar, program ekonomi, program
budaya, program informasi atau kegiatan yang tidak
diorganisasi, dan program olahraga.

1. OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)
OSIS merupakan organisasi siswa yang resmi

diakui keberadaannya di setiap sekolah. Melalui OSIS
diharapkan siswa dapat mengatur dan melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler secara teratur dan secara
baik di bawah pengawasan sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan kegiatan
yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang
tercantum dalam susunan program pengajaran sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan
ekstrakurikuler ini juga merupakan kegiatan
pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan
program kurikuler (Asnawir, 2005).

Anggota OSIS adalah seluruh peserta didik yang
berada pada suatu sekolah tempat OSIS itu berada.

160 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya
untuk kemudian menjadi pengurus OSIS.

Di antara kegiatan-kegiatan OSIS tersebut antara
lain kegiatan diskusi, karya wisata, seminar, palang
merah, usaha kesehatan sekolah, pramuka, kesenian,
olahraga dan kegiatan-kegiatan lain yang
diselenggarakan dengan menggunakan waktu di luar
jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program
yang ada dalam kurikulum. Kegiatan-kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk menunjang proses belajar
mengajar dan juga untuk lebih mengaitkan antara
pengetahuan yang diperoleh dalam program
kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

Ada dua aspek yang berkaitan dengan OSIS, yaitu
aspek organisasi dan aspek kegiatan. Dalam aspek
organisasi perlu diarahkan mengenai:

1) Struktur OSIS mulai dari tingkat sekolah, jurusan
sampai ke tingkat kelas.

2) Unsur-unsur personalia dari siswa yang harus ada
dalam setiap tingkat organisasi dari OSIS tersebut.

3) Fungsi dan kewenangan serta jenis-jenis kegiatan
yang ditangani oleh masing-masing tingkat.

4) Cara penyusunan kepengurusan.
5) Cara menyusun rencana kerja OSIS.
6) Cara melaksanakan kegiatan OSIS sebagai kegiatan

organisasi.

Selanjutnya berkenaan dengan aspek kegiatan,
maka OSIS tersebut hendaklah diarahkan pada
kegiatan dalam mencapai tujuan pendidikan di
sekolah, yang meliputi:

1) Pengembangan pengetahuan dan kemampuan
nalar peserta didik.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 161

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2) Pengembangan keterampilan melalui lobi serta

minat peserta didik.
3) Pengembangan sikap terhadap diri sendiri,

terhadap masyarakat, dan sikap terhadap Tuhan.
Materi pembinaan (OSIS) mencakup:

1. Pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa

2. Pembinaan budi luhur atau akhlak mulia
3. Pembinaan kepribadian unggul, wawasan

kebangsaan, dan bela Negara
4. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau

olahraga sesuai bakat dan minat
5. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia,

pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan
toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural.
6. Pembinaan kreativitas dan keterampilan.
7. Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi
berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi.
8. Pembinaan sastra dan budaya.
9. Pembinaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK)
10. Pembinaan komunikasi dalam Bahasa Inggris.

Sedangkan perangkat OSIS terdiri dari:
- Pembina OSIS
- Perwakilan kelas
- Pengurus OSIS
- Anggota OSIS

Rincian dan Tugas Perangkat OSIS:
a. Pembina OSIS

162 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Pembina OSIS bertanggung jawab atas seluruh
pengelolaan, pembinaan dan pengembangan OSIS di
sekolah.

Rincian tugas pembina OSIS adalah:
 Bertanggung jawab atas seluruh pembinaan dan

pengembangan OSIS di sekolah
 Memberikan nasihat kepada perwakilan kelas dan

pengurus.
 Mengesahkan keanggotaan perwakilan kelas

dengan surat keputusan kepala sekolah.
 Mengesahkan dan melantik pengurus OSIS dengan

surat keputusan kepala sekolah.
 Mengarahkan penyusunan anggaran rumah tangga

dan program kerja OSIS.
 Menghadiri rapat-rapat OSIS
 Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas

OSIS

b. Perwakilan Kelas
1. Perwakilan kelas terdiri atas wakil-wakil kelas.

Setiap kelas diwakili oleh 2 (dua) orang siswa.
2. Perwakilan kelas bertugas memilih pengurus OSIS,

mengajukan usul-usul untuk dijadikan program
kerja OSIS dan menilai laporan
pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir
masa jabatannya.
3. Perwakilan kelas bertanggung jawab langsung
kepada pembina OSIS
4. Masa jabatan perwakilan kelas selama 1 tahun
ajaran.
5. Rincian tugas perwakilan kelas adalah :
- Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan

kelas

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 163

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

- Mengajukan usul kegiatan untuk dijadikan
program kerja OSIS

- Mengajukan calon pengurus OSIS berdasarkan
hasil-hasil rapat kelas.

- Memilih pengurus OSIS dan daftar calon yang
telah disiapkan.

- Menilai laporan pertanggungjawaban dan
segala tugas pengurus Osis pada akhir masa
jabatannya.

- Menyusun Anggaran Rumah Tangga.

c. Pengurus OSIS
Pengurus OSIS terdiri dari :

1. Ketua dan dua orang wakil ketua.
2. Sekretaris dan dua orang wakil sekretaris.
3. Bendahara dan satu orang wakil bendahara
4. Sepuluh orang ketua seksi yaitu :

a. Pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa

b. Pembinaan Budi Luhur atau Akhlak Mulia
c. Pembinaan kepribadian yang unggul,

berwawasan kebangsaan, dan bela Negara.
d. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau

olahraga sesuai bakat dan minat
e. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia,

pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan
dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat
plural.
f. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia,
pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan
dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat
plural.
g. Pembinaan kreativitas keterampilan dan
kewiraswastaan

164 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

h. Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi
berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi.

i. Pembinaan sastra dan budaya.
j. Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi

(TIK)
k. Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris.

d. Pembinaan Seksi:
Seksi I:
Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan YME, antara lain:
1. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan

agama masing-masing.
2. Memperingati hari-hari besar keagamaan;
3. Melaksanakan perbuatan amaliah sesuai dengan

norma agama;
4. Membina toleransi kehidupan antar umat

beragama;
5. Mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa

keagamaan;
6. Mengembangkan dan memberdayakan kegiatan

keagamaan di sekolah.

Seksi II:
Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia,
antara lain:
1. Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah;
2. Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti
sosial);
3. Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tata
krama pergaulan;
4. Menumbuhkembangkan kesadaran untuk rela
berkorban terhadap sesama.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 165

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

5. Menumbuhkembangkan sikap hormat dan
menghargai warga sekolah.

6. Melaksanakan kegiatan 7K (keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kedamaian,
dan kerindangan).

Seksi III:
Pembinaan kepribadian unggul, wawasan
kebangsaan, dan bela Negara:
1. Melaksanakan upacara bendera pada hari senin
serta hari-hari besar Nasional.
2. Menyanyikan lagu-lagu Nasional (Mars & Hymne).
3. Melaksanakan kegiatan kepramukaan
4. Mengunjungi dan mempelajari tempat-tempat
bernilai sejarah.
5. Mempelajari dan meneruskan nilai-nilai luhur,
kepeloporan, dan semangat perjuangan para
pahlawan.
6. Melaksanakan kegiatan bela Negara
7. Menjaga dam menghormati simbol-simbol dan
lambang-lambang Negara
8. Melakukan pertukaran siswa antar daerah dan antar
Negara.

Seksi IV:
Pembinaan prestasi akademik, seni, olahraga
sesuai dengan bakat dan minat:
1. Mengadakan lomba mata pelajaran/program
keahlian.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah
3. Mengikuti kegiatan workshop, seminar, diskusi
panel yang bernuansa IPTEK.
4. Mengadakan studi banding dan kunjungan (studi
wisata) ke tempat-tempat sumber belajar

166 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

5. Mendesain dan memproduksi media pembelajaran.
6. Mengadakan pameran karya inovatif dan hasil

penelitian.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan perpustakaan

sekolah.
8. Membentuk klub sains, seni, dan olahraga
9. Menyelenggarakan festival dan lomba seni
10. Menyelenggarakan lomba dan pertandingan

olahraga.

Seksi V:
Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia,
pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan
toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural,
antara lain:
1. Memantapkan dan mengembangkan peran siswa di
dalam OSIS sesuai dengan tugasnya masing-masing;
2. Melaksanakan latihan kepemimpinan siswa;
3. Melaksanakan kegiatan dengan prinsip kejujuran,
transparan, dan profesional;
4. Melaksanakan kewajiban dan hak diri dan orang
lain dalam pergaulan masyarakat;
5. Melaksanakan kegiatan kelompok belajar, diskusi,
debat dan pidato;
6. Melaksanakan kegiatan orientasi siswa baru yang
bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa
kekerasan;
7. Melaksanakan penghijauan dan perindangan
lingkungan sekolah.

Seksi VI: keterampilan dan
Pembinaan kreativitas,
kewirausahaan, antara lain:

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 167

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
1. Meningkatkan kreativitas dan keterampilan dalam

menciptakan suatu barang menjadi lebih berguna;
2. Meningkatkan kreativitas dan keterampilan di

bidang barang dan jasa;
3. Meningkatkan usaha koperasi siswa dan unit

produksi;
4. Meningkatkan kemampuan keterampilan siswa

melalui sertifikasi kompetensi siswa berkebutuhan
khusus.

Seksi VII:
Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi
berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, antara lain:
1. Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat;
2. Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS);
3. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (narkoba),
minuman keras, merokok, dan HIV/AIDS;
4. Meningkatkan kesehatan reproduksi remaja;
5. Melaksanakan hidup aktif;
6. Melakukan diversifikasi pangan;
7. Melaksanakan pengamanan jajan anak sekolah.

Seksi VIII
Pembinaan sastra dan budaya, antara lain:
1. Mengembangkan wawasan dan keterampilan siswa
di bidang sastra;
2. Menyelenggarakan festival/lomba, sastra dan
budaya;
3. Meningkatkan daya cipta sastra;
4. Meningkatkan apresiasi budaya.

168 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Seksi IX:
Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), antara lain:
1. Memanfaatkan TIK untuk memfasilitasi kegiatan
pembelajaran;
2. Menjadikan TIK sebagai wahana kreativitas dan
inovasi;
3. Memanfaatkan TIK untuk meningkatkan integritas
kebangsaan.

Seksi X:
Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris,
antara lain:
1. Melaksanakan lomba debat dan pidato;
2. Melaksanakan lomba menulis dan korespondensi;
3. Melaksanakan English Day;
4. Melaksanakan kegiatan berceritera dalam bahasa
Inggris (Story Telling);
5. Melaksanakan lomba puzzies words/scrabble.

Syarat Pengurus OSIS:

1. Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Memiliki budi pekerti luhur dan sopan santun

terhadap orang tua, guru, dan teman
3. Memiliki bakat sebagai pemimpin siswa
4. Memiliki kemauan, kemampuan, dan pengetahuan

yang memadai.
5. Dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya,

sehingga pelajarannnya tidak terganggu karena
menjadi pengurus OSIS.

2. Pendidikan Kepramukaan
Kata “pramuka” merupakan singkatan dari praja

muda karana, yang memiliki arti rakyat muda yang

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 169

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

suka berkarya. Sedangkan yang dimaksud
“kepramukaan” adalah proses pendidikan di luar
lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga
dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat,
teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam
terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan
metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya
pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.

Gerakan pramuka bertujuan untuk mendidik
anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-
prinsip dasar dan metode kepramukaan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan bangsa dan
masyarakat Indonesia dengan tujuan agar;
1. Anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian

dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi
pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
2. Anggotanya menjadi manusia yang tinggi
kecerdasan dan keterampilannya.
3. Anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat
fisiknya.
4. Anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga
negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan
patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia;
sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan
berguna, yang sanggup dan mampu
menyelanggarakan pembangunan bangsa dan
Negara.

Lambang pramuka Indonesia adalah tunas kelapa
yang dijahitkan di kerah kiri baju pramuka (untuk
wanita). Lambang Pramuka Internasional yang
dijahitkan di kerah kanan baju pramuka (untuk
wanita). Bagi pria, tunas kelapa berada di kantung

170 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

sebelah kiri, sedangkan lambang pramuka
Internasional dijahitkan pada sebelah kanan kemeja.
Emblem lokasi wilayah Gerakan Pramuka
(berdasarkan provinsi) dijahitkan di lengan kanan baju
Pramuka.

Prinsip dasar dan metode kepramukaan
bertumpu pada:
1. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa;
2. Kepedulian terhadap bangsa dan tanah air, sesama

hidup dan alam seisinya;
3. Kepedulian terhadap diri pribadinya;
4. Ketaatan kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup
seorang anggota gerakan pramuka, ditanamkan dan
ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan
oleh dan untuk diri pribadinya dengan dibantu oleh
pembina, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya
dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian,
kepedulian, tanggung jawab serta keterikatan moral,
baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

3. Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
Pasukan pengibar bendera sekolah adalah suatu

kegiatan ekstrakurikuler yang secara struktural berdiri
di bawah Osis. Ekstrakurikuler paskibra merupakan
salah satu program pembinaan kepribadian siswa
khususnya pembinaan kedisiplinan, kemampuan
bekerjasama dalam tim, mengolah emosi dan ego,
bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohani serta
masih banyak lagi sisi positif siswa yang dapat
dikembangkan.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 171

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Kegiatan ekstrakurikuler Paskibra ini juga
dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa-siswi untuk
dapat bersaing dalam mengikuti seleksi paskibraka,
baik tingkat Kabupaten, Provinsi bahkan tingkat
Nasional.

4. Palang Merah Remaja (PMR)
Palang Merah secara umum dikenal sejak tahun

1863 sebagai pergerakan Internasional dari Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah yang merupakan sebuah
organisasi Internasional yang bersifat kemanusiaan
dan berdiri sendiri di banyak negara di dunia.

Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah
pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI,
yang selanjutnya disebut PMR. Terdapat di PMI kota
atau kabupaten di seluruh Indonesia dengan anggota
lebih dari 5 juta orang, anggota PMR merupakan salah
satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga
bencana, mempromosikan prinsip-prinsip dasar
gerakan palang merah dan bulan sabit merah
Internasional, serta mengembangkan kapasitas
organisasi PMI.

Kebijakan PMI dan federasi tentang pembinaan
remaja bahwa:

1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam
keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan.

2. Remaja berperan penting dalam pengembangan
kegiatan kepalangmerahan.

3. Remaja berperan penting dalam perencanaan,
pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan
keputusan untuk kegiatan PMI.

172 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

4. Remaja adalah kader relawan.
5. Remaja calon pemimpin PMI di masa depan.

Palang Merah Remaja atau PMR adalah suatu
organisasi binaan dari Palang Merah Indonesia yang
berpusat di sekolah-sekolah ataupun kelompok-
kelompok masyarakat (sanggar, kelompok belajar, dll.)
yang bertujuan membangun dan mengembangkan
karakter kepalangmerahan agar siap menjadi relawan
PMI di masa depan.

5. Seni dan Budaya
Kegiatan ekstrakurikuler kesenian merupakan

salah satu wahana untuk mengembangkan kreatifitas
peserta didik untuk menyalurkan bakat serta potensi
seni yang mereka miliki, karena kehidupan manusia
tidak akan terlepas dari masalah kebudayaan dan
kesenian. Jenis kegiatan ekstrakurikuler seni budaya
dapat berupa tari-tarian, musik, drumband, paduan
suara, teater, vocal grup, dll.

6. Ekstrakurikuler Keagamaan
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan

kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap
muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah
untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari
oleh peserta didik dalam bidang studi Pendidikan
Agama Islam.

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
yang diselenggarakan sekolah bertujuan untuk
mencapai tujuan-tujuan kurikuler Pendidikan Agama
Islam yang mencakup 7 pokok bahan pelajaran, yaitu:

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 173

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

a. Keimanan
b. Ibadah
c. Al-qur’an
d. Akhlak
e. Muamalah
f. Syari’ah
g. Tarikh

Adapun jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler
pendidikan agama Islam di sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki kaitan

dengan bidang studi pendidikan agama Islam.
Kegiatan ini diarahkan kepada kegiatan pengayaan
dan penguatan terhadap materi-materi pembahasan
dalam bidang studi pendidikan agama Islam, seperti
program kegiatan ekstrakurikuler membaca al-
Qur’an (kursus membaca Al-Qur’an). Kegiatan ini
sangat penting dilakukan mengingat kemampuan
membaca al-Qur’an merupakan langkah awal
pendalaman dan pengakraban Islam lebih lanjut
2. Kegiatan ekstrakurikuler yang tidak memiliki kaitan
dengan bidang studi pendidikan agama Islam.

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat
berupa:

b. Kesenian
Seperti seni baca al-Qur’an, qasidah, kaligrafi, dan
sebagainya. Di samping memberikan keterampilan
kepada siswa, seni seperti dinyatakan oleh Wardi
Bachtiar “bisa membangun suatu perasaan
keagamaan atau mengganti perasaan yang telah
melekat dengan perasaan yang baru”.

174 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

c. Pesantren Kilat
Pesantren kilat adalah kajian dasar Islam dalam
jangka waktu tertentu antara 2-5 hari tergantung
situasi dan kondisi. Kegiatan ini dapat diadakan di
dalam atau di luar kota asalkan situasinya tenang,
cukup luas, dapat menginap dan fasilitas memadai.

d. Tafakur Alam
Tafakur alam adalah kegiatan yang bertujuan untuk
menyegarkan kembali jiwa yang penat sambil
menghayati kebesaran penciptaan Allah S.W.T. dan
menguatkan ukhuwah. Biasanya berlangsung 1-3
hari dan diadakan di luar kota: pegunungan,
perbukitan, taman/ kebun raya, pantai, dan lain
sebagainya.

e. Shalat Jum’at berjamaah.
Bagi sekolah yang memiliki fasilitas untuk
menyelenggarakan shalat jum’at berjamaah, bisa
menjadikan aktivitas ibadah ini sebagai bagian dari
program kegiatan esktrakurikuler. Dalam kegiatan
ekstrakurikuler ini, siswa tidak hanya sekedar
menjalankan shalat secara berjamaah, tapi juga
terlibat dalam penyelenggaraannya.

7. Ekstrakurikuler Jurnalistik
Ekstrakulikuler jurnalistik, dimaksudkan untuk

membangun kelompok-kelompok jurnalistik di tingkat
siswa. Hal ini merupakan upaya pensiasatan untuk
kalangan siswa mengisi waktu senggangnya selepas
kegiatan pendidikan wajib di sekolah.

Upaya ini juga berjalan beriringan dengan
program pendidikan Nasional, kurikulum berbasis
kompetensi. Kompetensi yang ditawarkan dalam
program ini adalah menulis. Ragam penulisan yang

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 175

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

sedemikian banyak bisa menjadi pilihan para siswa
untuk mengekspresikan dirinya. Membuat cerita
pendek, puisi, tulisan berita dan novel.

Biasanya, sekolah-sekolah memiliki media
majalah dinding atau majalah sekolah yang dikelola
bersama guru dan siswa. Hal ini merupakan kegiatan
yang sangat positif. Namun, kegiatan jurnalistik tidak
berhenti begitu saja setelah majalah dinding dikreasi
atau majalah sekolah diterbitkan. Ada banyak
pendalaman yang bisa dilakukan untuk lebih mengasah
bakat dan kemampuan jurnalistik seseorang.

Menurut Kris Budiman, jurnalistik bisa dibatasi
secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan,
penyuntingan, dan penyampaian berita kepada
khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik
mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada
penyebarannya kepada masyarakat.

Sedangkan maksud dan tujuan
diselenggarakannya ekstrakurikuler jurnalistik di
sekolah adalah sebagai berikut:

1. Mempererat hubungan antara peserta didik.
2. Memberi kesempatan untuk salig mengenal serta

menumbuhkan jiwa kompetitif secara intelektual di
kalangan peserta didik.
3. Membekali peserta didik dengan kemampuan life
skill (kecakapan hidup).
4. Sebagai media informasi dan promosi profil dan
prestasi sekolah.
5. Menjadi wadah bagi peserta didik untuk
menyalurkan bakat dan kemampuannya di bidang
seni menulis.

176 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

6. Menciptakan budaya kreatif, kritis dan inovatif di
tingkat siswa.

7. Mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia
kerja yang meliputi wirausaha media maupun
profesi jurnalis/ pers.

G. Format Kegiatan Ekstrakurikuler

Format kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk
sebagai berikut:

1. Individual
Yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
peserta didik secara perorangan.

2. Kelompok
Yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
oleh kelompok-kelompok peserta didik.

3. Klasikal
Yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta
didik dalam satu kelas.

4. Gabungan
Yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
peserta didik antar kelas/ antar sekolah/ Madrasah.

5. Lapangan
Yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan
dalam format yang diikuti oleh seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar
sekolah atau kegiatan lapangan.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 177

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

BAB IX

PROMOSI, MUTASI, DAN DROP OUT PESERTA DIDIK

A. Promosi Peserta Didik
Promosi dan mutasi merupakan salah satu fase

dalam pembinaan peserta didik. Promosi adalah
perpindahan peserta didik dari satu kelas ke kelas
yang lebih tinggi setelah memenuhi persyaratan
tertentu. Promosi ini dilaksanakan dengan
berpedoman kepada norma-norma kenaikan kelas
yang ditetapkan bersama antara guru-guru dan kepala
sekolah. Keputusan kenaikan kelas ini hendaklah
diambil dari landasan yang mewakili sosok murid
secara utuh, baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.

Tujuan utama kenaikan kelas adalah:
1. Agar murid dapat mengikuti pendidikan lebih

lanjut.
2. Merangsang murid-murid untuk belajar lebih baik.
3. Memberi hak kepada murid-murid untuk belajar
178 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

atau mengikuti program pendidikan di tingkat
berikutnya.

Mengingat betapa pentingnya kenaikan
kelas ini, maka setiap akhir semester sekolah
selalu mengadakan rapat kenaikan kelas yang
dihadiri oleh kepala sekolah dan dewan guru.
Dalam hal ini peran wali kelas sangat menentukan
naik tidaknya peserta didik dalam kelas tertentu.

Di samping nilai akhir mata pelajaran, ada
beberapa faktor yang dapat menentukan seorang
peserta didik berhasil atau tidak untuk naik
kelas, antara lain:

a. Kerajinan
b. Kedisiplinan
c. Tingkah laku

Dalam rapat kenaikan kelas ini dibicarakan
juga tentang peserta didik yang nyaris tidak naik
kelas, sehingga perlu mendapat pertimbangan dari
berbagai pihak dan juga peserta didik yang terpaksa
tidak naik kelas. Kepada peserta didik ini masih
diberi kesempatan untuk mengulang kelas atau
pindah ke sekolah lain.

Untuk penempatan peserta didik yang naik
kelas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Secara Vertical
Cara ini dilakukan apabila peserta didik selalu
mengikuti kelasnya dari kelas I sampai kelas
III.

b. Secara Horizontal
Pengelompokkan secara horizontal sebenarnya
berdasarkan prestasi peserta didik di kelas,

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 179

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

sehingga di dalam suatu kelas bervariasi
prestasinya. Hal ini akan mendorong peserta
didik untuk berkompetisi meningkatkan
prestasinya.

Ada beberapa prinsip promosi yang harus
diperhatikan oleh setiap guru yaitu:

1. Promosi dilaksanakan atas dasar pertimbangan
berbagai hal tentang murid secara pribadi.

2. Promosi harus mempertimbangkan aspek kognitif,
afektif, dan aspek psikomotor yang dicapai oleh
peserta didik.

3. Promosi harus mempertimbangkan laju
perkembangan prestasi yang dicapai murid.

4. Promosi harus mempertimbangkan mata pelajaran
yang akan dipelajari peserta didik di kelas yang
lebih tinggi (Asnawir, 2005).

B. Mutasi Peserta Didik
1. Pengertian Mutasi

Secara garis besar mutasi peserta didik
diartikan sebagai proses perpindahan peserta didik
dari sekolah satu ke sekolah yang lain atau
perpindahan peserta didik yang berada dalam
sekolah, contohnya kenaikan kelas.

Menurut Eka Prihatin (2014:142), Mutasi adalah
perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke
kelas lain yang sejajar, dan atau dari sekolah satu ke
sekolah lain yang sejajar. Sedangkan menurut Tim
Dosen Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang
(1989:118) mutasi adalah “perpindahan siswa bisa
juga disebut istilah mutasi siswa.

Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian

180 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

yaitu: perpindahan siswa dari suatu sekolah ke sekolah
lain yang sejenis dan perpindahan siswa dari suatu
jenis program ke jenis program yang
lain”. Perpindahan jenis ini pada hakikatnya ialah
perpindahan wilayah atau tempat. Jenis sekolah,
tingkat/ kelas dan jurusan atau program studi di
sekolah baru sama dengan jenis sekolah, kelas, dan
jurusan pada sekolah asalnya.

Mutasi atau perpindahan peserta didik pada
hakekatnya adalah berpindahnya kegiatan belajar
mengajar dari satu sekolah ke sekolah yang lain, baik
itu masih satu kabupaten/ kota atau luar kota. Proses
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa yang
melakukan mutasi itu sifatnya melanjutkan bukan
mengulang, jadi hal-hal yang berkaitan dengan siswa
tersebut baik itu berupa absensi atau penilaian
semuanya harus ada laporan ke sekolah barunya,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar tanpa ada halangan dalam proses
belajar baik itu tingkat SD, SMP dan SMA.

Siswa yang baru melakukan perpindahan sekolah
biasanya selalu dilakukan pengawasan yang ketat oleh
sekolahnya yang baru, dikhawatirkan siswa yang
besangkutan memiliki suatu permasalahan yang data
menggangu siswa lain dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar atau dengan kata lain siswa yang lain
selalu diberikan masa percobaan apakan siswa
tersebut dapat mengikuti kegiatan belajar yang
dilakukan sekolah barunya, dalam masa percobaan ini
sekolah berwenang memberikan suatu keputusan yang
mungkin suatu keputusan tersebut dapat berupa
mengalihkan sekolahnya ke sekolah yang dianggap
sebagai sekolah yang tarafnya di bawah sekolah

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 181

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

tersebut. Ini merupakan suatu komitmen yang biasa
dilakukan oleh sekolah yang baru mendapatkan siswa
yang telah melakukan proses mutasi.

Peserta didik yang akan melakukan mutasi
tentunya harus memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu yang ditetapkan oleh sekolah agar dapat
menghindari penumpukan peserta didik di sekolah-
sekolah tertentu. Jika persyaratan peserta didik telah
terpenuhi maka kemungkinan besar mutasi peserta
didik dapat dilaksanakan.

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 09 Tahun 2012 Tanggal 31 Januari
2012, persyaratan mutasi keluar peserta didik adalah
sebagai berikut:

1. Surat permohonan pindah keluar dari orang tua/
wali bermaterai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah).

2. Fotocopy raport lengkap dan asli yang dilegalisir
oleh kepala sekolah.

3. Surat keterangan pindah keluar (ditandatangani
oleh Kepsek, Ka. Seksi Dinas Pendidikan tingkat
Kecamatan, Ka. Dinas Pendidikan tingkat
Kotamadya) dan Tanda tangan Dinas Pendidikan
Setempat jika berasal dari luar Provinsi DKI
Jakarta.

4. Fotocopy daftar siswa
5. Fotocopy sertifikat akreditasi
6. Fotocopy ijin operasional (khusus sekolah swasta).
7. Surat keterangan tidak sedang menjalani sanksi.

Sedangkan persyaratan mutasi masuk yaitu:

1. Surat keterangan pindah keluar dari sekolah asal
2. Raport asli dan fotocopy yang dilegalisir kepala

sekolah asal

182 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

3. Surat keterangan tidak sedang menjalani sanksi
dari sekolah asal

4. Fotocopy sertifikat akreditasi dari sekolah asal.
5. Fotocopy ijin operasional dari sekolah asal (khusus

sekolah swasta)
6. Surat permohonan pindah masuk dari orang

tua/wali bermaterai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah).
7. Surat Keterangan pindah masuk (ditanda tangani

oleh Kepala Sekolah, Ka. Seksi Dinas Pendidikan
tingkat Kecamatan, Ka. Seksi Dinas Pendidikan
tingkat Kotamadya) dan tanda tangan Dinas
Pendidikan Setempat.

Sementara itu, peraturan pelaksanaan
perpindahan atau mutasi peserta didik adalah sebagai
berikut:

1. Pelaksanaan perpindahan peserta didik hanya bisa
dilaksanakan pada semester II (genap) setelah
menerima raport semester I (ganjil).

2. Peserta didik SD kelas VI dilarang berpindah pada
semester II (genap).

3. Laporan secara berjenjang ke Dinas Pendidikan
terkait peserta didik yang keluar dan/atau masuk
disampaikan kepala sekolah paling lambat 2 (dua)
minggu setelah peserta didik pindah.

4. Biaya yang diperlukan untuk perpindahan peserta
didik dibebankan pada APBN dan APBD.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 183

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

2. Macam-Macam Mutasi Peserta Didik

Menurut Imron (2012:153) Mutasi atau
perpindahan peserta didik dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:

1) Mutasi Intern
Mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh

peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri.
Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah
kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatannya sejajar.
Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang
sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.
2) Mutasi Ekstern

Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik
dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan
dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik
yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang
berlainan. Pada sekolah-sekolah Negeri hal demikian
menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta,
terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah
menjadi persoalan.

Menurut Suharsimi (2009:129), mutasi ekstern
adalah mutasi yang terjadi karena seseorang siswa
keluar dari sekolah disebabkan karena telah
menamatkan pelajarannya atau karena hal lain. Mutasi
ekstern tidak hanya terjadi pada akhir tahun ajaran
tetapi dapat juga terjadi di tengah-tengah tahun ajaran
berlangsung.

Jadi, mutasi ekstern adalah perpindahan peserta
didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain.
Perpindahan ini hendaknya menguntungkan kedua
belah pihak, artinya perpindahan tersebut harus
dikaitkan dengan kondisi sekolah yang

184 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

bersangkutan, kondisi peserta didik, dan latar
belakang orang tuanya, serta sekolah yang akan
ditempati.

Tujuan mutasi ekstern adalah:

a. Agar peserta didik dapat mengikuti pendidikan
sesuai dengan keadaan, kemampuan, dan
lingkungan yang mempengaruhinya.

b. Memberikan perlindungan kepada sekolah
tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar sesuai dengan keadaan,
kemampuan sekolah serta lingkunga n yang
mempengaruhinya.

3. Sebab-sebab Mutasi Peserta Didik
Ada banyak penyebab mutasi peserta didik.

Penyebabnya dapat bersumber dari peserta didik
sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan teman sebaya. Seperti yang disebutkan
Imron (2012:154) yaitu:
a. Sebab yang bersumber dari peserta diri sendiri

adalah:
1. Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti

pelajaran di sekolah tersebut
2. Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa

tidak cocok
3. Malas
4. Ketinggalan dalam pelajaran.
5. Bosan dengan sekolahnya.

b. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan
keluarga:

1. Mengikuti orang tua pindah kerja

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 185

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2. Dititipkan oleh orang tuanya di tempat nenek

atau kakeknya, karena ditinggal tugas belajar ke
luar negeri.
3. Mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar.
4. Orang tua meminta pindah.
5. Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang
harus dikeluarkan di sekolah tersebut.
6. Mengikuti orang tua pindah rumah.
7. Mengikuti orang tua transmigrasi.

c. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan
sekolah:

1. Lingkungan sekolah yang tidak menarik.
2. Fasilitas sekolah yang tidak lengkap.
3. Guru sering tidak masuk.
4. Kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan

berat oleh peserta didik.
5. Jarak sekolah yang jauh dan sulit dijangkau.
6. Sekolah dibubarkan karena alasan kekurangan

murid.
7. Sekolah dianggap tidak bermutu yang

diidentifikasi dengan rendahnya angka kelulusan
setiap tahun.

d. Sebab yang bersumber dari lingkungan teman
sebaya:

1. Bertengkar dengan teman
2. Diancam oleh teman.
3. Tidak cocok dengan teman.
4. Usia peserta didik lebih tua dibanding teman

sebayanya.
5. Peserta didik merasa rendah diri.

186 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

e. Sebab yang bersumber dari lain-lain:
1. Sekolah tersebut sering dilanda banjir.
2. Terjadi peperangan sehingga tidak
memungkinkan adanya aktifitas mengajar.
3. Adanya bencana alam di wilayah atau daerah
tempat sekolah tersebut berada.
4. Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk karena sudah
terlalu tua.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:131), sebab-
sebab mutasi peserta didik antara lain:

1. Tamat sekolah
2. Pindah ke sekolah lain menurut pilihan orang tua/

siswa yang satu tempat.
3. Pindah ke sekolah lain di lain tempat karena

mengikuti orang tua atau karena sebab lain.
4. Berhenti sekolah karena tidak mampu (kepandaian

atau ekonomi).
5. Karena meninggal dunia.

Peserta didik yang mutasi sebaiknya ditempatkan
sesuai dengan jurusan yang pernah diambilnya di
sekolah asal. Peserta didik yang mutasi karena tidak
naik kelas, hendaknya juga tetap berada pada kelas
di mana mereka tidak naik kelas. Hal ini dilakukan
untuk selalu menjaga kualitas pendidikan.

Bagi sekolah yang akan menerima hendaknya
juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum
menyatakan menerima. Sekolah harus meneliti
mengenai identitas, kelakuan/ kerajinan, prestasi
akademiknya, jurusan, atau program asalnya.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 187

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

4. Prosedur Mutasi Peserta Didik

Menurut Tim Dosen AP FIP IKIP Malang
(1989:96) mengenai perpindahan peserta didik dari
sekolah kesekolah lain ini biasanya ada pedoman-
pedoman peraturan yang harus diikuti. Pedoman-
pedoman tersebut antara lain menyangkut:

a. Pembatasan Wilayah
Peserta didik tidak diperkenankan pindah dari

sekolah ke sekolah lain dalam satu wilayah.
Perpindahan antar wilayah bisa dibenarkan apabila
didasarkan pada alasan yang cukup mendasar
misalnya orang tua pindah tempat kerja dan anak ikut
saudaranya dikota lain.

b. Status Sekolah
Peserta didik dari sekolah swasta walaupun

memiliki mutu yang lebih baik dari pada sekolah
Negeri, tidak diperkenankan untuk pindah ke sekolah
Negeri. Sekolah-sekolah Negeri hanya diperkenankan
siswa pindahan dari sekolah Negeri saja.

c. Jenis Sekolah
Sekolah Negeri atau sekolah menengah dapat

dibedakan dalam dua jenis sekolah, yaitu sekolah-
sekolah umum dan sekolah-sekolah kejuruan. Sekolah
kejuruan ada beberapa jenis pula, misalnya Sekolah
Teknologi Menengah (STM), Sekolah Menengah
Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Kesejahteraan Keluarga
Atas (SKKA), dll. Perpindahan siswa dari lain jenis
sekolah tidak diperbolehkan.

d. Pindah sekolah tidak naik kelas
Suatu sekolah tidak boleh menaikkan kelas

seorang siswa yang telah dinyatakan tidak naik kelas

188 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

oleh sekolah lain, walaupun sama-sama sebagai
sekolah negeri. Menaikan kelas seorang murid yang
telah dinyatakan tidak naik kelas oleh suatu sekolah
mungkin saja terjadi di sekolah-sekolah swasta.
Misalnya tidak naik kelas di sekolah negeri kemudian
pindah di sekolah swasta sejenis dengan dinaikan
kelasnya.

5. Alternatif Pencegahan, Pengurangan, dan
Pemecahan Masalah Mutasi

Mutasi perlu dicegah, agar terdapat
kesinambungan pengetahuan peserta didik yang
diterima sebelumnya dengan kelanjutannya. Oleh
karena itu, ijin mutasi hendaknya diberikan jika
disertai dengan alasan yang dapat diterima dan
sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu
sendiri.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya mutasi, jika seseorang
mau melakukannya khususnya seorang guru dalam
pengaturan peserta didik seperti dijelaskan Imron
(2012:156). Cara-cara tersebut seperti:

a. Melakukan tindakan preventif melalui jaminan
Jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri

peserta didik sendiri, maka langkah preventif yang
harus dilakukan adalah memberikan semacam jaminan
kepada peserta didik, bahwa kalau dapat
menyelesaikan studi di sekolah tersebut, peserta didik
nantinya akan mempunyai prospek tertentu
sebagaimana lulusan-lulusan lain dari sekolah
tersebut, agar mereka yakin benar dengan kebaikan
sekolahnya.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 189

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

b. Memberikan bimbingan dan motivasi kepada
peserta didik
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan

yang baik di sekolah tersebut, agar dapat
menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat
mengikuti pelajaran dengan baik. Penyesuaian diri
yang baik dan belajar dengan baik, ia tidak ketinggalan
dengan teman-temannya yang lain. Selain itu, peserta
didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan
belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana
tujuan belajar yang sudah disusun sebelumnya oleh
peserta didik tersebut. Oleh karena itu, dorongan dan
atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan
membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak
malas.

c. Memperbaiki kondisi sekolah
Jika sumber penyebab mutasi tersebut berasal

dari sekolah, tak ada alternatif lain kecuali
memperbaiki kondisi sekolah. Tentu saja tidak saja
sarana dan prasarana fisik sekolah, melainkan
sekaligus kondisi sekolah secara keseluruhan. Disiplin
guru perlu ditingkatkan, proses dan metode belajar
pembelajaran dibuat sevariatif mungkin, fasilitas dan
sarana yang ada difungsionalkan dengan baik.
Demikian juga layanan-layanan yang ada di sekolah,
diupayakan dapat memuaskan peserta didiknya.

d. Menjalin hubungan baik dengan orang tua peserta
didik
Jika sumber penyebab mutasi peserta didik

tersebut berasal dari lingkungan keluarga, maka
kerjasama antara sekolah dengan keluarga memang
perlu ditingkatkan. Jangan sampai hanya karena
persoalan sepele saja kemudian anak tidak sekolah

190 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

atau mutasi ke sekolah lain. Perlu ada komunikasi
yang intens antara sekolah dan keluarga sehingga
kedua belah pihak tidak mengalami miscommunication.

e. Memberikan alasan mengapa ingin melaksanakan
mutasi
Jika peserta didik memilih alasan untuk mutasi

maka hendaknya mereka diberi keterangan sesuai
dengan apa adanya. Tidak boleh dibaik-baikkan atau
dijelek-jelekkan.

Sebab, bagaimanapun juga, mutasi ke sekolah lain
adalah hak peserta didik sendiri. Keterangan-
keterangan yang lazim diberikan berkaitan dengan
peserta didik yang mutasi misalnya identitas anak, asal
sekolah, prestasi akademik di sekolah, kelakuan dan
kerajinan dan alasan-alasan yang bersangkutan mutasi.
Dengan demikian, sekolah yang dituju oleh peserta
didik tersebut, mendapatkan gambaran yang
senyatanya mengenai anak tersebut.
f. Meneliti peserta didik yang akan masuk ke sekolah

Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik
yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut
terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima.
Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai
identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya,
jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang
berangkutan mutasi. Peserta didik dapat diterima
tidaknya sekolah tersebut, juga harus didasarkan atas
ketersediaan fasilitas dan kesejajaran sekolah tersebut.
Ini sangat penting, karena tidak mungkin sekolah dapat
menerima peserta didik tanpa fasilitas dan menerima
peserta didik yang kemampuannya tidak sejajar
dengan teman-teman yang ada di sekolah tersebut.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 191

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Sebab kalau ini terjadi, akan memberatkan peserta
didik itu sendiri.

g. Mencatat mutasi
Dibuat buku mutasi yaitu buku yang

dipergunakan untuk mencatat siswa yang masuk,
pindah dan keluar pada tiap-tiap bulan. Buku ini juga
merupakan alat bantu untuk mengisi data mutasi pada
buku induk dan data statistik tentang keadaan siswa di
sekolah.

C. Drop Out Peserta Didik
1. Pengertian Drop Out Peserta Didik

Menurut Imron (2012:159) drop out adalah
keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum
lulus. Pencegahan drop out harus dilaksanakan karena
dapat menyebabkan pemborosan, selain itu
menunjukkan bahwa produktivitas pendidikannya
rendah. Untuk mencegah terjadinya drop out maka
perlu kerjasama antara sekolah dengan keluarga serta
masyarakat agar dapat menekan terjadinya drop
out agar tidak mengakibatkan hal yang negatif pada
peserta didik.

2. Sebab-sebab Drop Out Peserta Didik
Peserta didik yang melakukan drop out atau tidak

menyelesaikan pendidikannya dalam suatu lembaga
pendidikan tertentu disebabkan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor penyebab peserta didik melalukan
drop out menurut Imron (2012:159):
1. Ketidakmampuan dalam mengikuti pelajaran

menjadi penyebab peserta didik merasa berat untuk
menyelesaikan pendidikannya. Oleh sebab itu,

192 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I


Click to View FlipBook Version