The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E book ini ini berjudul “Manajemen Peserta Didik”, terdiri dari sepuluh bab yang meliputi: Bab 1 Pendahuluan; Bab II Konsep Manajemen Peserta Didik; Bab III Perencanaan Peserta Didik; Bab IV Manajemen Peserta Didik Di Kelas; Bab V Pembinaan Disiplin Peserta Didik; Bab VI Pembinaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) di Sekolah; Bab VII Layanan-Layanan Khusus Peserta Didik; Bab VIII Layanan Ekstrakurikuler Peserta Didik; Bab IX Promosi, Mutasi Dan Drop Out Peserta Didik; dan Bab terakhir adalah Evaluasi Kegiatan Peserta Didik.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rikaariyani857, 2021-07-22 12:46:46

Manajemen Peserta Didik

E book ini ini berjudul “Manajemen Peserta Didik”, terdiri dari sepuluh bab yang meliputi: Bab 1 Pendahuluan; Bab II Konsep Manajemen Peserta Didik; Bab III Perencanaan Peserta Didik; Bab IV Manajemen Peserta Didik Di Kelas; Bab V Pembinaan Disiplin Peserta Didik; Bab VI Pembinaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) di Sekolah; Bab VII Layanan-Layanan Khusus Peserta Didik; Bab VIII Layanan Ekstrakurikuler Peserta Didik; Bab IX Promosi, Mutasi Dan Drop Out Peserta Didik; dan Bab terakhir adalah Evaluasi Kegiatan Peserta Didik.

Keywords: e book Manajemen Peserta Didik

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

dimasukkan pada satu kelompok. Adapun keuntungan
sistem pengelompokan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara psikologis, kebutuhan peserta didik

terpenuhi, karena tidak pernah dipaksa untuk
melaksanakan sesuatu yang dia sendiri tidak bisa,
tidak suka, dan tidak mampu.
2. Peserta didik tidak bosan, oleh karena pengajaran
yang diberikan disesuaikan dengan minat dan
kemampuannya.
3. Peserta didik akan dapat dibantu sesuai dengan
tingkat dan kecepatan perkembangannya.
4. Peserta didik akan puas, oleh karena apa yang ia
dapatkan sesuai benar dengan apa yang mereka
inginkan.
5. Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik
dengan gurunya, karena di antara mereka tidak
terjadi perbedaan interpretasi (mis-intepretation).
6. Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan
pendidikan yang terbaik. (Ali Imron, 2011)

Di samping kelebihan-kelebihan tersebut,
pengelompokan jenis ini juga memiliki kekurangan-
kekurangan:

1. Sangat sulit melakukan administrasiannya, karena
harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik yang berbeda-beda.

2. Menyulitkan peserta didik untuk mutasi ke sekolah
lain, terutama jika peserta didik harus pindah ke
sekolah lain yang menggunakan sistem. Tidak hanya
itu, peserta didik juga akan sulit mutasi jika di
sekolah lain tersebut, jenis pengelompokannya tidak
sama dengan sekolah asal.

3. Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga,
dan ruang kelas yang banyak. Tenaga yang tersedia

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 43

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

bukan didasarkan atas jumlah kelas atau tingkat
yang ada, melainkan berdasarkan banyaknya
kelompok yang relative lebih banyak jumlahnya.
4. Membutuhkan guru yang tinggi tingkatan komitmen
dan tingkat kecermatannya, sebab hanya demikian
akan dapat mengetahui karakteristik peserta didik
secara individual.
5. Karena segalanya banyak bergantung kepada
peserta didik, maka sulit mengharapkan tercapainya
kompetensi yang diharapkan. Sebab, kompetensi
haruslah dirancang berdasarkan seperangkat
pengalaman belajar tertentu. (Ali Imron, 2011).

Menurut Regan (1996), ada beberapa macam
pengelompokan peserta didik, yaitu:

1. SD Tanpa Tingkat (The Non Grade Elementary
School).
The Non Grade Elementary School adalah sekolah
dasar tanpa tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk mengambil mata pelajaran
berdasarkan kemampuan masing-masing individu
peserta didiknya. Bahkan peserta didik dapat
mengambil mata pelajaran yang mungkin sama
dengan mereka yang angkatan masuknya tidak
sama. Sistem sekolah dasar tanpa tingkat ini,
menggunakan sistem pengajaran secara kelompok,
di mana seorang melayani kelompok-kelompok
yang anggota kelompok tersebut mempunyai
kemajuan, keinginan dan kebutuhan yang sama.
Mereka mempunyai kesamaan demikian, tidak saja
yang berada satu angkatan melainkan dapat juga
dari angkatan tahun yang berbeda-beda.

44 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

2. Pengelompokkan Kelas Rangkap (Multigrade And
Multiage Grouping)
Multigrade and multiage grouping adalah
pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia.
Pengelompokan demikian dapat terjadi pada
sekolah-sekolah yang menggunakan sistem tingkat.
Pada pengelompokan ini, peserta didik yang
berbeda usia dikelompokkan dalam tempat yang
sama. Mereka berinteraksi dan belajar bersama-
sama.

3. Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The Dual
Progress Plan Grouping).
The Dual Progress Plan Grouping adalah sistem
pengelompokan kemajuan rangkap. Sistem
pengelompokan ini dimaksudkan untuk mengatasi
perbedaan-perbedaan kemampuan individual di
setiap umur dan setiap tingkat. Masing-masing
peserta didik diberi kesempatan untuk mengerjakan
tugas-tugas guru sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.

4. Penempatan Sekelompok Siswa Pada Seorang Guru
(Self-Contined Classroom).
Self Contined Classroom adalah penempatan
sekelompok peserta didik pada guru sementara, dan
sekelompok peserta didik yang lainnya ditempatkan
pada guru lainnya.

5. Pembelajaran Beregu (Team Teaching).
Team Teaching adalah suatu pengelompokan yang
di dalamnya ada sekelompok peserta didik
dibelajarkan oleh guru secara tim. Dalam
pembelajaran ini, guru lebih membatasi diri pada
kapasitas keahliannya, dan sama sekali tidak
mengajarkan apa yang ada di luar keahliannya.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 45

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

6. Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan (Ability
Grouping).
Ability Grouping adalah pengelompokan
berdasarkan kemampuan peserta didik. Peserta
didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang
sama ditempatkan pada kelompok yang sama.
Peserta didik yang sama-sama tinggi
kemampuannya ditempatkan pada kelompok yang
kemampuannya tinggi, sementara peserta didik
yang kemampuannya rendah ditempatkan dalam
kelompok peserta didik yang berkemampuan
rendah.
Sedangkan Hendayat Soetopo (1982)

mengemukakan dasar pengelompokan peserta didik,
sebagai berikut:
1. Pengelompokan Berdasarkan Kesukaan Memilih

Teman (Friendship Grouping).
Friendship Grouping adalah pengelompokan peserta
didik didasarkan atas kesukaan memilih teman.
Masing-masing peserta didik diberi kesempatan
untuk memilih anggota kelompoknya sendiri serta
menetapkan orang-orang yang dijadikan sebagai
pemimpin kelompoknya.
2. Pengelompokan Berdasarkan Prestasi (Achievement
Grouping).
Achievement Grouping adalah suatu pengelompokan
yang didasarkan atas prestasi peserta didik.
3. Pengelompokan Berdasarkan Bakat (Aptitude
Grouping).
Aptitude Grouping adalah suatu pengelompokan
peserta didik yang didasarkan atas kemampuan dan
bakat mereka.
4. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Attention Or
Interest Grouping).

46 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Attention Or Interest Grouping adalah
pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas
perhatian mereka atau minat mereka.

5. Pengelompokan Berdasarkan Kecerdasan
(Intelegent Grouping).
Intelegent Grouping adalah pengelompokan yang
didasarkan hasil tes kecerdasan atau intelegensi.

D. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai

sejak peserta didik diterima di sekolah sampai dengan

tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan
tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga
mampu melakukan bimbingan yang optimal pada
peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai

bentuk tanggung jawab lembaga dalam perkembangan
peserta didik di sebuah lembaga.

Data peserta didik mempunyai arti penting bagi
sekolah karena dapat dipergunakan untuk berbagai
kepentingan antara lain;

a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan.

b. Bila terjadi kecelakaan pada siswa dapat dihubungi
dengan mudah.

c. Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan
saran kepada orang tua/wali tentang kemajuan
belajar anak mereka.

d. Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengambil

keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan.
e. Dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi bila

siswa tersebut telah lulus dan ingin melanjutkan
studi atau melamar pekerjaan.

f. Dapat digunakan sebagai bahan informasi jika siswa
tersebut pindah ke sekolah lain.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 47

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

g. Sebagai bahan pertimbangan apabila sekolah akan
memberikan penghargaan atau hukuman.

Adapun pencatatan yang diperlukan untuk
mendukung data mengenai peserta didik sebagai
berikut:

a. Buku Induk Peserta Didik
Buku induk merupakan kumpulan daftar nama

peserta didik sepanjang masa dari sekolah itu. Buku
induk peserta didik berisi catatan tentang peserta
didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan
disertai dengan nomor induk peserta didik/nomor
pokok. Buku induk peserta didik disebut juga dengan
buku pokok.

Catatan dalam buku induk harus lengkap
meliputi data dan identitas peserta didik. Dalam hal ini,
sebagian data dapat diambil dari formulir pendaftaran
yang telah ada. Di samping identitas peserta didik,
dalam buku induk juga berisi prestasi belajar peserta
didik (daftar nilai rapor) dari tahun ke tahun selama
belajar di sekolah tersebut. Selain itu, catatan dalam
buku induk harus bersih dan jelas, dan merupakan
tanggung jawab kepala sekolah yang penggarapannya
bisa diserahkan kepada pegawai sekolah (Suryo
Subroto, 2004:79-80).

Buku induk ini merupakan buku paling penting
untuk sekolah dan tidak pernah dimusnahkan. Jika
seseorang pernah mengikuti pelajaran, walaupun
sudah berpuluh tahun datanya tetap masih ada.

b. Buku Klapper.
Buku klapper yaitu buku pelengkap buku induk

yang dituliskan menurut abjad dan berfungsi untuk
membantu petugas dalam mencari data dari buku

48 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

induk. Dengan menuliskan nama anak menurut abjad
pada lembar-lembar khusus akan dapat diketahui
dengan cepat nomor induk anak tersebut.

c. Daftar Presensi
Daftar presensi atau daftar hadir peserta didik

merupakan hal yang harus ada, karena dengan daftar
hadir tersebut dapat diketahui peserta didik yang tidak
hadir, yang suka bolos, termasuk peserta didik yang
sakit.

Daftar presensi digunakan untuk memeriksa
kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah. Daftar
presensi atau daftar hadir dimaksudkan untuk
mengetahui frekuensi kehadiran peserta didik di
sekolah sekaligus untuk mengontrol kerajinan belajar
peserta didik. Daftar hadir ini dapat disebut sebagai
daftar hadir bulanan atau daftar hadir mingguan. Pada
daftar hadir bulanan dicantumkan nama peserta didik
pada satu sisi dan tanggal pada sisi yang lain. Tugas
guru atau petugas yang ditunjuk adalah memeriksa
dan memberikan tanda tentang hadir atau tidaknya
seorang murid/ peserta didik satu kali dalam satu hari
(Suryosubroto, 2004:84).

d. Daftar Catatan Pribadi.
Daftar catatan pribadi peserta didik berisi data

setiap peserta didik beserta riwayat keluarga,
pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini
mendukung program bimbingan dan penyuluhan di
sekolah. Buku catatan pribadi tersebut biasanya
dipegang oleh guru Bimbingan Konseling (BK) di
sekolah.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 49

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

e. Catatan Tata Tertib Sekolah
Catatan tata tertib sekolah yaitu catatan atau

peraturan yang bukan hanya diperlukan bagi peserta
didik saja, tetapi juga untuk guru dan karyawan lain.
Tata tertib peserta didik merupakan suatu peraturan
untuk mengatur sikap dan tingkah laku peserta didik di
sekolah.

Di sekolah, terdapat dua jenis tata tertib yaitu
tata tertib yang dikeluarkan oleh departemen
pendidikan dan kebudayaan dan tata tertib yang
dibuat sendiri oleh sekolah yang bersangkutan. Tata
tertib yang dibuat sendiri oleh sekolah harus
berdasarkan hasil rapat kepala sekolah dan guru-guru.

Tata tertib yang dibuat berfungsi untuk
perbaikan sikap dan tingkah laku peserta didik agar
lebih baik dan dapat mengikuti proses pembelajaran di
sekolah. Selain itu, tata tertib juga berfungsi untuk
mengatur pergaulan di sekolah sehingga tidak terjadi
kekacauan.

Isi tata tertib mencakup:
a. Aturan-aturan lahiriah, seperti kebersihan badan,

pakaian, dan alat-alat pelajaran.
b. Aturan-aturan tingkah laku, berupa: sikap terhadap

kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, dan lain-
lain.
c. Aturan-aturan ketertiban, seperti: kehadiran,
mengikuti upacara setiap senin pagi, dan upacara-
upacara lainnya.

Menurut Asnawir (2005), tata tertib yang dibuat
di sekolah mengatur tentang:

a) Waktu pelajaran dimulai dan diakhiri sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan, serta pemberian
toleransi waktu yang diberikan kepada

50 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

siswa/peserta didik, berapa lama siswa/peserta
didik boleh terlambat atau meninggalkan pelajaran.
b) Kegiatan-kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam menunjang pendidikan di sekolahnya,
termasuk di dalamnya pemanfaatan waktu-waktu
kosong.
c) Akhlak pergaulan selama berada di sekolah.
d) Aturan berpakaian di sekolah.
e) Keamanan dan kebersihan lingkungan di sekolah.
f) Sanksi-sanksi yang dapat diberikan apabila peserta
didik melakukan pelanggaran terhadap aturan tata
tertib yang telah dibuat.

f. Daftar Catatan Prestasi Peserta Didik
Daftar catatan prestasi peserta didik dibagi

menjadi beberapa macam yaitu:
1. Buku Daftar Nilai

Yaitu buku tempat mencatat nilai hasil belajar
peserta didik secara langsung dari kertas pekerjaan
ulangan atau hasil ujian lisan. Masing-masing guru
mempunyai buku daftar nilai ini untuk mengetahui
kemajuan belajar peserta didik. Nilai tersebut juga
akan berfungsi sebagai bahan pengisian rapor.
2. Buku Leggier (buku kumpulan nilai)
Jika dalam buku daftar nilai hanya terdapat satu
nilai untuk bidang studi, maka dalam buku leggier
dapat dilihat semua nilai untuk semua bidang studi
yang diajarkan sekolah tersebut untuk satu periode.
3. Buku Rapport
Buku rapport adalah sebuah buku yang memuat
hasil belajar peserta didik selama peserta didik
tersebut mengikuti suatu pelajaran di sekolah. Buku
rapport biasanya diserahkan di akhir semester dan

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 51

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
juga memuat tentang sikap dan tingkah laku siswa
selama satu semester.

52 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

BAB IV
MANAJEMEN PESERTA DIDIK

DI KELAS

Salah satu hal yang tidak bisa diabaikan dalam
manajemen peserta didik adalah manajemen kelas.
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang
sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru,
guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman,
karena calon guru, guru baru, dan guru yang telah
berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik
dapat belajar dengan optimal. Dalam artian, guru
mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat
diterima oleh peserta didik dengan baik. Guru yang
professional salah satu cirinya adalah guru yang
mampu mengelola kelas dengan baik.

Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian
dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas
merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 53

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan
baik.

Dalam kelas segala aspek pembelajaran
berproses, guru dengan segala kemampuannya yang
dimilikinya, murid dengan segala latar belakang dan
potensi dimilikinya. Manajemen kelas diperlukan
karena dari hari ke hari, bahkan dari waktu ke
waktu tingkah laku dan perbuatan peserta didik selalu
berubah. Hari ini peserta didik dapat belajar
dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu.
Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, sebaliknya di masa mendatang boleh jadi
persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis
dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental,
dan emosional siswa.

A. Pengertian Manajemen Kelas

Manajemen kelas merupakan gabungan dari kata
manajemen dan kelas. Sebagaimana yang telah dibahas
sebelumnya, manajemen yaitu suatu proses
perencanaan, pengorganisasian dan pengevaluasian
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan kelas adalah ruangan belajar atau
rombongan belajar.

Kelas dalam kamus umum bahasa Indonesia
(2007:545) diartikan sebagai ruang tempat belajar di
sekolah. Pengertian umum mengenai kelas, yaitu
sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Kelas dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu
pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi
siswa.

54 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Nawawi memandang kelas dari dua sudut:
1. Kelas dalam arti sempit

Yaitu sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat
dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian ini, mengandung sifat statis karena
sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut
tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan
pada batas umur kronologis masing-masing.

2. Kelas dalam arti luas
Yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu
kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara
dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Abdurahman (1994: 42), kelas meliputi
berbagai komponen, antara lain: ruangan, siswa,
kegiatan pembelajaran, alat dan media
pembelajaran, serta segala hal yang berkenaan dengan
suasana lingkungan.

Manajemen kelas dipandang dari komponen-
komponennya dapat dikelompokkan menjadi
pengelolaan kelas yang menyangkut siswa dan
pengelolaan kelas yang menyangkut non-siswa (alat
peraga, ruangan, lingkungan kelas).

Manajemen kelas merupakan tingkah laku
kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara
suasana sehingga pembelajaran berjalan dengan
optimal untuk mengembangkan potensi murid.
Menurut Hamalik “kelas adalah suatu kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama yang
mendapat pengajaran dari guru”. Sedangkan Sulaeman

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 55

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

(2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum
menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa
yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam
arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang
sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang
sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit
kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan.

Menurut Hamiseno (2009), kelas adalah ruangan
yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang
efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas
adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan
berkembangnya potensi intelektual dan emosional.
Mengingat urgensi kelas, hendaknya kelas harus
dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar
merupakan tempat belajar yang nyaman dan
menyenangkan.

Syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi, bersih,
sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang
meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot
dalam keadaan baik, cukup jumlah dan ditata dengan
rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
pengertian kelas, yaitu sebuah ruangan yang
disediakan untuk belajar, dan dapat pula diartikan
sebagai kelompok belajar pada mata pelajaran yang
sama dan guru yang sama. Selanjutnya, penulis
kemukakan tentang pengertian manajemen kelas.

56 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Manajemen kelas dikenal juga dengan
pengelolaan kelas. Masing-masing guru harus mampu
mengelola kelas dengan baik. Tanpa pengelolaan kelas
yang baik dan efektif, proses belajar mengajar akan
menjadi kacau sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai sebagaimana mestinya. Oleh karena itu,
seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai
materi atau bahan pelajaran saja, tetapi juga harus
mampu menguasai kelas.

Manajemen kelas yaitu keterampilan yang
dimiliki guru dalam menciptakan suasana belajar yang
nyaman dan kondusif sehingga peserta didik dapat
belajar dengan baik dan tenang sehingga tujuan
pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.

Pengertian manajemen kelas menurut Weber W.
A. (1988) adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar yang efektif dan
menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat
belajar dengan baik. Arikunto, (2006) mendefinisikan
manajemen kelas sebagai suatu usaha yang dilakukan
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan
maksud agar tercapai kondisi belajar yang optimal,
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti
yang diharapkan. Sedangkan Mulyasa (2006)
mendefinisikan manajemen kelas sebagai
keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika
terjadi gangguan dalam pembelajaran.”

Selain definisi di atas, ada lima defenisi
manajemen kelas menurut informasi Pendidikan
Nasional yaitu sebagai berikut:

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 57

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

1. Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif
Yakni seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.

2. Pengelolan kelas yang bersifat permisif.
Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah
memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa
bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya.
Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau
menghalangi perkembangan anak secara alamiah.

3. Pengelolaan kelas yang berdasarkan prinsip-
prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral
modification).
Behavioral modification yaitu seperangkat kegiatan
guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa
yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan
tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat,
guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah
laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip
yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).

4. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim
sosio-emosional yang positif di dalam kelas.
Pandangan ini mempunyai anggapan dasar bahwa
kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal
di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana
hubungan interpersonal yang baik antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk
terciptanya suasana seperti ini guru memegang
peranan kunci. Peranan guru ialah mengembangkan
iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui
pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat.
Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah
seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan

58 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-
emosional kelas yang positif.
5. Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan
bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan
proses kelompok (group process) sebagai intinya.
Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa
pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan
suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas
sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh
yang amat berarti terhadap kegiatan belajar,
meskipun belajar dianggap sebagai proses
individual. Peranan guru ialah mendorong
berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas
yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas
ialah seperangkat kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan memertahankan organisasi
kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).

Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk
mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara
sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan
bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi
proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu,
sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik
dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Menurut Made Pidarta (dalam Djamarah,
2005:172) “Manajemen kelas adalah proses seleksi dan
penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan
situasi kelas”. Guru bertugas menciptakan,
memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi
kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-
tugas individual.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 59

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Jadi, manajemen kelas merupakan usaha sadar
untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis yang mengarah pada penyiapan
sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, serta
mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar
mengajar sehingga dapat berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai sebagaimana yang
diharapkan.

B. Tujuan Manajemen Kelas

Keberhasilan sebuah kegiatan dapat dilihat dari
hasil yang dicapainya. Tujuan adalah titik akhir dari
sebuah kegiatan dan dari tujuan itu juga sebagai
pangkal tolak pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Keberhasilan sebuah tujuan dapat dilihat dari
efektivitas dalam pencapaian tujuan itu serta tingkat
efisiensi dan penggunaan berbagai sumber daya yang
dimiliki.

Dalam proses manajemen kelas, keberhasilannya
dapat dilihat dari tujuan apa yang ingin dicapai. Oleh
karena itu, guru harus menetapkan tujuan apa yang
hendak dicapai dengan kegiatan manajemen kelas yang
dilakukannya.

Suharsimi Arikunto (2004), berpendapat bahwa
tujuan manajemen kelas adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Selengkapnya Arikunto menguraikan rincian tujuan
manajemen kelas berikut ini :

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok
belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk

60 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

dapat mengembangkan kemampuan semaksimal
mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot
belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional,
dan intelek siswa dalam belajar.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-
sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen, 1996).

John W. Santrock (2004) berpendapat bahwa
manajemen kelas yang efektif bertujuan untuk
membantu menghabiskan lebih banyak waktu untuk
belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak
diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan
mencegah siswa mengalami problem akademik dan
emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak
hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti,
tetapi juga membantu mencegah berkembangnya
problem emosional dan akademik. Kelas yang dikelola
dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan tugas
yang menantang dan akan membuat siswa termotivasi
belajar, mamahami aturan, dan regulasi yang harus
dipatuhi.

Dalam kelas yang demikian itu, kecil
kemungkinan siswa mengalami masalah emosional
dan akademik. Sebaliknya kelas yang dikelola dengan
buruk, problem emosional dan akademik akan menjadi
makin tidak termotivasi. Siswa yang pemalu akan
menjadi reklusif dan siswa yang bandel akan makin
kurang ajar.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 61

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib
adalah apabila:

a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak
ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas
yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan
tugas yang diberikan kepadanya.

b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja
secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang
walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya,
tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan
mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut
dikatakan tidak tertib.

Jadi, secara keseluruhan tujuan manajemen kelas
adalah sebagai berikut:

 Agar tercipta situasi dan kondisi kelas yang nyaman.
 Agar peserta didik dapat leluasa mengembangkan

kemampuan mereka secara maksimal.
 Tersedia fasilitas belajar yang mendukung proses

belajar mengajar.
 Memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan

tenang sehingga terwujud proses belajar mengajar
yang efektif.
 Mengurangi berbagai hambatan yang muncul dalam
kegiatan belajar mengajar.
 Terwujudnya interaksi belajar mengajar sehingga
dapat meningkatkan intelektual peserta didk.
 Membina dan membimbing peserta didik sesuai
dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya.

62 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

C. Fungsi Manajemen Kelas

Selain memberikan arti penting bagi tercipta dan
terpeliharanya suasana dan kondisi kelas yang optimal,
manajemen kelas juga berfungsi:

1. Melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas
seperti; membantu kelompok dalam pembagian
tugas, membantu pembentukan kelompok,
membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-
tujuan organisasi, membantu individu agar dapat
bekerjasama dengan kelompok atau kelas,
membantu prosedur kerja, dan merubah kondisi
kelas.

2. Untuk memelihara agar tugas-tugas itu dapat
berjalan dengan lancar.

3. Untuk menghindari masalah-masalah yang terjadi di
kelas. Biasanya masalah yang terjadi di kelas dapat
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok.

Menurut J. M Cooper (1977), fungsi manajemen
kelas sebagai berikut:

1. Sebagai proses untuk mengendalikan atau
mengontrol prilaku siswa di dalam kelas.

2. Sebagai upaya menciptakan kebebasan bagi diri
siswa.

3. Sebagai proses pemodifikasian prilaku peserta
didik.

4. Sebagai proses menciptakan sosio-emosioanal yang
positif dalam kelas.

5. Upaya pemberdayaan (empowering) sebuah sistem
sosial atau proses kelompok sebagai intinya.

Dengan demikian, fungsi manajemen kelas adalah
sebagai upaya dalam menciptakan lingkungan belajar

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 63

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
yang kondusif bagi peserta didik untuk mencapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

D. Ruang Lingkup Manajemen Kelas
1. Manajemen Kurikulum

Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang
digunakan oleh seorang guru sebagai pedoman yang
akan dicapai di dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan manajemen kurikulum adalah sebuah
perencanaan atau pengarahan untuk menyelesaikan
kurikulum tersebut.
2. Manajemen Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian,
manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan
yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja
serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh
peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang
bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan
efektif dan efesien, UUSPN (2003).
3. Kegiatan Akademik

Kegiatan akademik dikategorikan sebagai
kegiatan PBM (proses belajar mengajar/teaching), di
antaranya membuat persiapan sebelum mengajar,
melaksanakan pengajaran yang telah dipersiapkan,
serta menilai sejauh mana pelajaran yang disajikan
tersebut berhasil dikuasai peserta didik.

64 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

4. Kegiatan Administratif
Kegiatan administratif dikategorikan sebagai

kegiatan "non-teaching" yaitu kondisi-kondisi yang
perlu diperhatikan guru demi kelancaran proses
belajar mengajar seperti kegiatan-kegiatan prosedural,
dan kegiatan organisasional.

Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya ruang
lingkup manajemen kelas dapat diklasifikasikan
menjadi dua:

a. Fisik; pengelolaan kelas yang memfokuskan pada
hal-hal yang bersifat fisik, mencakup pengaturan
siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot
kelas.

b. Non fisik; pengelolaan kelas yang memfokuskan
pada aspek interaksi siswa dengan siswa lainnya,
siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau
sekolahnya sebelum, selama, dan setelah
pembelajaran. Atas dasar ini, aspek psikologis,
sosial, dan hubungan interpersonal perlu
diperhatikan.

E. Pengaturan Siswa Dalam Manajemen Kelas

Pengaturan siswa dikelompokkan ke dalam dua
kategori yaitu masalah individual dan masalah
kelompok. Suharsimi Arikunto (1986) membedakan
dan meninjau pengaturan siswa atas dua sudut
pandangan sehingga ada dua jenis pengelolaan siswa;
Pertama, pengelolaan siswa dalam arti sempit, yang
selanjutnya disebut pengelolaan atau manajemen
kelas. Kedua, pengelolaan siswa dalam arti luas yaitu
pengelolaan siswa termasuk juga urusan di luar
kegiatan belajar.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 65

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Tindakan manajemen kelas yang dilakukan oleh
seorang guru akan efektif apabila ia dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang
dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih
strategi penanggulangan secepatnya.
Munculnya masalah individu didasarkan pada
anggapan dasar bahwa semua tingkah laku individu
merupakan upaya mencapai tujuan tertentu yaitu
pemenuhan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok
atau masyarakat dan untuk mencapai harga diri. Lebih
lanjut Dreikurs menyatakan bahwa akibat dari tidak
terpenuhinya kebutuhan tersebut akan terjadi
beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti berikut:
1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian
oranglain. Gejala yang nampak dari tingkah laku ini
adalah siswa membadut dikelas atau dengan
berbuat serba salah sehingga perlu mendapat
pertolongan ekstra.
2. Tingkah laku yang ingin menunjukan kekuatan.
Gejalanya adalah siswa selalu mendebat, kehilangan
kendali emosional, marah-marah, menangis, atau
selalu lupa pada aturan-aturan penting dikelas.
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.
Gejala yang mucul dari tingkah laku ini adalah
tindakan menyakiti orang lain seperti mengata-
ngatai, memukul, menggigit, dan sebagainya.
4. Peragaan ketidakmampuan. Gejalanya adalah dalam
bentuk sama sekali tidak mau mencoba melakukan
apapun, karena beranggapan bahwa apapun yang
dilakukan kegagalanlah yang dialaminya.

66 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Dreikurs dan Cassel (1968) menyarankan adanya
penyikapan terhadap tindakan para peserta didik
sebagai berikut:

1. Apabila seorang guru merasa terganggu oleh
perbuatan seorang siwa, maka kemungkinan tujuan
siswa adalah untuk mendapatkan perhatian.

2. Apabila seorang guru merasa dikalahkan atau
terancam, maka kemungkinan tujuan siswa yang
bersangkutan adalah ingin menunjukan kekuasaan.

3. Apabila seorang guru merasa tersinggung atau
merasa disakiti, maka kemungkinan tujuan siswa
untuk membalas dendam.

4. Apabila seorang guru benar-benar merasa tidak
mampu berbuat apa-apa dalam menghadapi ulah
siswa, maka kemungkinan yang dihadapinya adalah
peragaan ketidakmampuan.

Dari empat cara atau tindakan yang dilakukan
individu tersebut mengakibatkan terbentuknya empat
pola tingkah laku yang sering nampak pada anak usia
sekolah yaitu:

1. Pola aktif konstruktif, yaitu pola tingkah laku yang
ekstrim ambisius untuk menjadi super star di
kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk
membantu guru dengan penuh vitalitas dan
sepenuh hati.

2. Pola aktif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang
diwujudkan dalam bentuk membuat bayolan, suka
marah, kasar, dan memberontak.

3. Pola pasif konstruktif, yaitu pola yang menunjuk
kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban
dengan maksud supaya selalu dibantu dan
mengharapkan perhatian.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 67

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

4. Pola pasif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang
menunjuk kemalasan (sifat pemalas) dan keras
kepala.

Tindakan-tindakan yang digunakan untuk
mengontrol kelas ialah antara lain; a) Hukuman dan
ancaman, b) Pengubahan situasi dan pendapat, c)
Dominasi atau pengaruh, dan d) Kerja sama atau
partisipasi

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen
Kelas

Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan
dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi
fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh
faktor non-fisik (sosio-emosional) yang melekat pada
guru.

Untuk mewujudkan manajemen kelas yang baik,
ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara
lain:
1. Kondisi Fisik

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai
pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi
syarat minimal, mendukung meningkatnya intensitas
belajar dan mempunyai pengaruh positif terhadap
pencapaian tujuan pengajaran. Kondisi fisik yang
dimaksudkan meliputi: a) Ruangan tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar, b)
Pengaturan tempat duduk, c) Ventilasi dan pengaturan
cahaya, d) Pengaturan penyimpanan barang-barang.

68 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah
kebersihan dan kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa
turut aktif dalam membuat keputusan mengenai tata
ruang, dekorasi dan sebagainya (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia: 112).

Perlengkapan sekolah juga menjadi faktor di
dalam manajamen kelas. Secara garis besar, ada dua
jenis perlengkapan di sekolah, yaitu sarana dan
prasarana sekolah. Sarana sekolah adalah semua
perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah. Sedangkan prasarana sekolah adalah semua
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah
(Ibrahim Bafadal, 2004:24). Dengan sarana dan
prasarana yang lengkap akan sangat menunjang dalam
keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas.

2. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional dalam kelas mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar
mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya
tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional meliputi:
a. Tipe kepimimpinan
b. Sikap guru
c. Suara guru
d. Pembinaan hubungan baik (Tim Dosen Administrasi

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: 113).

Seorang guru memiliki peran yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Seorang

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 69

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

guru harus mampu mengendalikan emosionalnya. Di
kelas, guru berperan sebagai seorang demonstrator,
sebagai motivator, sebagai fasilitator, sebagai pengatur
kelas, dan juga sebagai evaluator.

3. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional

dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah
akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas.
Kegiatan rutin yang diatur secara jelas dan
dikomunikasikan kepada semua peserta didik, akan
membentuk kebiasaan yang baik pada diri peserta
didik. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain: a)
Pergantian pengajaran, b) Guru berhalangan hadir, c)
Masalah antar siswa, d) Upacara bendera, dan e)
Kegiatan lain.

4. Faktor Situasi
Yang dimaksud situasi di sini adalah suasana

belajar. Termasuk dalam pengertian ini suasana yang
berkaitan dengan peserta didik, seperti; kelelahan dan
semangat belajar yang menurun. Begitu pula dengan
keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan kelas-kelas
pengajaran yang berdekatan yang mungkin
mengganggu atau terganggu karena penggunaan suatu
metode (Ahmad Rohani, 2004:120).

Didalam faktor situasi, iklim kelas juga sangat
berpengaruh. Iklim kelas yaitu segala sesuatu yang
muncul akibat hubungan guru dan peserta didik dan
mempengaruhi proses belajar mengajar.

G. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas

Prinsip manajemen kelas merupakan pegangan
atau acuan yang dimiliki sebagai pokok dasar berfikir

70 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

atau bertindak dalam usaha menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal serta
mengembalikan kondisinya bila terjadi gangguan
dalam proses pembelajaran.

Djamarah (2006:185) menyebutkan, “dalam
rangka memperkecil masalah gangguan dalam
manajemen kelas ada beberapa prinsip yang dapat
digunakan. Prinsip-prinsip manajemen kelas yang
dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut:

1. Hangat dan antusias

Hangat dan antusias merupakan salah satu
prinsip yang diperlukan dalam proses belajar dan
mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik
selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktifitasnya. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
antusisme berarti gairah, gelora semangat, atau minat
yang tinggi. Antusiasme bersumber dari dalam diri,
secara spontan atau melalui pengalaman terlebih
dahulu.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau
bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan
gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang.

3. Bervariasi

Penggunaan media dan metode mengajar yang
bervariasi akan meningkatkan perhatian peserta didik
terhadap pelajaran. Begitu juga dengan gaya mengajar,
pola interaksi antara guru dan peserta didik akan
mengurangi munculnya gangguan dalam proses belajar

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 71

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
mengajar. Kevariasian ini merupakan kunci untuk
tercapainya manajemen kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah
strategi mengajarnya dapat mecegah kemungkinan
munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim
belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran
dapat mencegah munculnya gangguan seperti
keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak
mengerjakan tugas, dan sebagainya.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik
guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan
menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang
negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu
penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku
siswa yang positif dari pada mengomeli tingkah laku
yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang
dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari manajemen kelas adalah agar
peserta didik dapat mengembangkan disiplin diri.
Untuk dapat mewujudkan kedisiplinan tersebut, guru
harus menerapkannya terlebih dahulu agar peserta
didik dapat mengikutinya.

72 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

H. Pendekatan-Pendekatan Manajemen Kelas

Pendekatan dalam manajemen kelas yang dipilih
guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik. Pendekatan pada dasarnya
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendekatan
manajerial dan pendekatan psikologikal. Secara lebih
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendekatan Manajerial
Pendekatan manajerial merupakan upaya

penyelenggaraan pembelajaran dengan menitik
beratkan pada upaya guru untuk mengatur dan
mengorganisasi peserta didik sesuai dengan persepsi
guru terhadap peserta didik, dengan kata lain
pendekatan ini dipilih berdasarkan orientasi guru dan
ketercapaian target kurikulum yang harus
diselesaikan. Pendekatan ini meliputi:

a. Pendekatan Otoriter

Pendekatan ini memandang, bahwa manajemen
kelas adalah proses mengendalikan perilaku peserta
didik. Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah
mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin
di dalam kelas. Dalam pendekatan ini guru
menempatkan peranan menciptakan dan memelihara
ketertiban kelas dengan menggunakan strategi
pengendalian. Apabila timbul masalah-masalah yang
merusak ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka
perlu adanya pendekatan otoriter.

Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi
yang dapat diterapkan dalam manajemen kelas, yaitu:

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 73

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
1. Menciptakan dan menegakkan

Yaitu proses mendefinisikan dengan jelas dan
spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta
didik. Maksud peraturan ini adalah menuntun dan
membatasi perilaku peserta didik.
2. Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan.
Yaitu strategi guru dalam mengendalikan perilaku
peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu
yang diinginkan guru.
3. Menggunakan teguran ramah
Yaitu strategi yang digunakan guru dengan cara
lemah lembut dalam memberikan teguran kepada
peserta didik yang berprilaku tidak sesuai atau
peserta didik yang melanggar aturan.
4. Menggunakan pengendalian dengan mendekati
peserta didik.
Saat ada peserta didik yang berprilaku menyimpang
di kelas, guru harus cepat mendekatinya. Hal ini
dilakukan untuk mencegah berkembangnya situasi
yang mengacaukan.
5. Menggunakan pemisahan dan pengucilan.
Strategi ini dapat dilakukan guru dalam merespon
perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat
penyimpangannya cukup berat.

b. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan ini juga memandang manajemen

kelas sebagai proses mengendalikan perilaku peserta
didik, hanya saja pada pendekatan ini tampak lebih
dilandasi oleh asumsi bahwa perilaku peserta didik
paling baik dikendalikan oleh perilaku buruk. Peran
guru di sini adalah menggiring peserta didik

74 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

berperilaku sesuai dengan keinginan guru sehingga
mereka merasa takut untuk melanggarnya.

Pendekatan intimidasi adalah penekanan
pendekatan yang memandang manajemen kelas
sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik.
Berbeda dengan pendekatan otoriter yang
menekankan perilaku guru yang manusiawi,
pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku
mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi seperti
hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan,
ancaman, serta menyalahkan.

Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi
tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran
keras adalah perintah verbal yang diberikan pada
situasi tertentu dengan maksud untuk segera
menghentikan perilaku peserta didik yang
menyimpang. Sekalipun pendekatan intimidasi sudah
dipakai secara luas dan ada manfaatnya, tetapi
terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini.

Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat
pemecahan masalah secara sementara dan hanya
menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu
sendiri. Kelemahan yang timbul dari penerapan
pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan
dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta
didik.

c. Pendekatan Permisif

Pendekatan permisif yaitu pendekatan yang
menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan
siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa,
kapan, dan di mana juga guru hendaknya membiarkan
peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 75

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan
kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan
membantu pertumbuhan secara wajar. Pendekatan ini
bertentangan dengan pendekatan intimidasi. Esensi
pendekatan permisif terletak pada peran guru
memaksimalkan kebebasan peserta didik, membantu
peserta didik merasa bebas melakukan apa yang
mereka mau. Jika hal itu tidak dilakukan maka yang
terjadi adalah proses menghambat perkembangan
peserta didik.

d. Pendekatan Instruksional

Pendekatan ini mengacu pada tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Peranan guru dalam
pendekatan ini adalah merencanakan dengan teliti
pembelajaran di kelas dan menyesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan strategi pendekatan ini adalah:

1. Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan
cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara
empiris sebagai penangkal perilaku menyimpang
siswa di dalam kelas

2. Menerapkan kegiatan yang efektif sehingga
mencegah siswa melalaikan tugasnya

3. Menyiapkan kegiatan rutin kelas
4. Memberikan pengarahan yang jelas
5. Memberikan dorongan yang bermakna.
6. Merencanakan perubahan lingkungan, yaitu proses

mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam
menghadapi perubahan-perubahan situasi.
7. Mengatur kembali struktur situasi di kelas, yaitu
strategi manajerial kelas dalam memulai suatu

76 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang
berbeda.

e. Pendekatan Transaksional

Dalam pendekatan ini, pembelajaran lebih
bersifat fleksibel, sebab pembelajaran dikelola
bersama guru dan peserta didik dalam bentuk
pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh
mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai
pengembangan konsep belajar siswa aktif. Keaktifan
yang dimaksud adalah keaktifan sosial, emosi, dan
intelektual peserta didik.

2. Pendekatan Psikologikal

Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan
pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat
dikelola dengan suatu pendekatan tertentu. Menurut
Suparno (1998:92) ada tiga pendekatan dalam
manajemen kelas, yaitu:

a. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan perubahan tingkah laku diartikan
sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
peserta didik. Peranan guru dalam pendekatan ini
adalah mengembangkan tingkah laku peserta didik
yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang
baik.

Menurut pendekatan ini, tingkah laku yang baik
atau positif harus dirangsang dengan memberikan
pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan
senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang
kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 77

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku
tersebut akan dihindari.

b. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional

Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa
pengelolaan kelas yang efektif dan pengajaran yang
efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan
siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim
sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila
hubungan antar pribadi yang baik berkembang di
dalam kelas.

Dalam hal ini guru merupakan kunci dalam
hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru
mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk
terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif,
maka guru harus mempunyai sikap mengerti dan sikap
mengayomi serta melindungi.

Prinsip utama komunikasi guru yaitu berbicara
pada situasi, bukan pada kepribadian dan karakter
siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang
tidak diinginkan, guru disarankan untuk
mendeskripsikan apa yang dilihatnya, apa yang
dirasakannya, baru kemudian merefleksikan mengapa
siswa berperilaku seperti itu dan memikirkan apa yang
perlu diperbuat.

c. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan ini, peran guru adalah
mendorong perkembangan dan kerjasama kelompok.
Pengelolaan kelas dengan proses kelompok
memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan

78 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok
menjadi kelompok yang produktif. Selain itu, guru juga
harus mampu menjaga kondisi itu agar tetap baik.

d. Pendekatan Keterlibatan Aktif

Karena belajar merupakan hasil interaksi
individu dengan individu, lingkungan, materi, maka
proses interaksi hendaknya dapat dikelola sehingga
menjadi interaksi yang produktif. Interaksi yang
produktif menuntut individu terlibat aktif dalam
interaksi tersebut.

Berbagai bentuk kegiatan belajar aktif yang dapat
dikembangkan:

1) Kegiatan penyelidikan; membaca, wawancara.
2) Kegiatan penyajian; laporan, membuat grafik dan

chart.
3) Kegiatan latihan mekanis; digunakan jika kelompok

menemui kesulitan sehingga perlu diadakan
ulangan-ulangan dan latihan-latihan.
4) Kegiatan apresiasi; seperti mendengarkan musik,
dan memperhatikan gambar.
5) Belajar dalam kelompok; latihan dalam tata kerja
demokratis.
6) Percobaan; belajar cara-cara mengerjakan sesuatu
7) Kegiatan mengorganisasi dan menilai; mengatur
dan menilai pekerjaan yang mereka kerjakan.

e. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis menekankan pada
potensialitas, kreativitas, dan inisiatif guru dalam
memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut
juga dengan pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 79

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan
secara efektif dan efisien. Guru memilih dan
menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut
sesuai dengan kemampuan, selama maksud dan
penggunaannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas.

Selain pendekatan manajerial dan psikologikal,
ada beberapa pendekatan lain, yaitu:

1. Pendekatan Konseling

Dalam pendekatan ini, siswa digiring kesadarannya
untuk tumbuh menjadi calon profesional,
membangun tanggung jawab atas perilakunya, dan

mengembangkan rencana-rencana untuk
mengurangi kecenderungan tindakan-tindakan yang
tidak produktif. Guru berusaha mengidentifikasi
faktor-faktor penyebab perilaku siswa yang
menyimpang, sekaligus mencari jawaban untuk

memecahkan masalah tersebut secara konsepsional
dan praktis.

2. Pendekatan Penelitian Keefektifan Guru

Fokus utama pendekatan ini terletak pada perilaku
efektif guru dalam mengelola perilaku peserta didik,
khususnya yang berkaitan dengan:

a. Keterampilan guru dalam mengorganisasikan
dan mengelola aktivitas kelas;

b. Keterampilan guru dalam menyajikan materi
belajar;

c. Hubungan guru-siswa.

80 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

3. Pendekatan Kontingensi

Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah
mengidentifikasi teknik tertentu yang paling cocok
diterapkan pada situasi tertentu dalam mencapai
tujuan organisasi karena tidak ada satu pun teknik
manajemen yang universal yang dapat diterapkan
dalam setiap situasi dan kondisi.

I. Hambatan-hambatan dalam Manajemen Kelas

Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai
faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang
dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga,
ataupun karena faktor fasilitas. Dari uraian di atas
tampaklah bahwa kewenangan penanganan masalah
pengelolaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori, yaitu:

a. Masalah yang ada dalam wewenang guru

Ada sejumlah masalah dalam manajemen kelas yang
ada dalam ruang lingkup wewenang guru untuk
mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang guru
yang sedang mengelola proses pembelajaran
dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan
dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi
belajar mengajar yang menguntungkan, sehingga
peserta didik berkesempatan untuk mengambil
manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang
dilakukan.

b. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah sebagai
lembaga lembaga pendidikan;

Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan
ditemukan masalah pengelolaan yang lingkup
wewenang untuk mengatasinya berada di luar

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 81

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

jangkauan guru. Masalah ini harus diatasi oleh
kepala sekolah sebagai pimpinan suatu lembaga
pendidikan.

c. Masalah yang ada di luar wewenang guru dan
sekolah
Dalam mengatasi masalah semacam ini yang harus
terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang
ada dalam masyarakat, para pengusaha, dan
lembaga-lembaga pemerintahan setempat.

Selain masalah di atas ada beberapa faktor yang
menjadi penghambat dalam manajemen kelas;

1. Faktor guru
Faktor penghambat yang datang dari guru yaitu:

a. Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
b. Format pembelajaran yang tidak bervariasi

(monoton)
c. Kepribadian guru yang tidak baik
d. Pengetahuan guru yang kurang
e. Kurangnya pemahaman guru terhadap peserta

didik.
f. Kurangnya kesiapan guru baik secara fisik

maupun non-fisik
g. Kurangnya komunikasi antara guru dan peserta

didik.
h. Guru terlalu banyak kegiatan di luar sekolah

untuk mencari tambahan biaya hidup.

2. Faktor peserta didik
Faktor peserta didik yaitu: kekurangsadaran peserta
didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai
anggota kelas dalam suatu sekolah. Hal ini tentu
menjadi masalah dalam pengelolaan kelas.

82 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

3. Faktor keluarga.
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas
merupakan pencerminan keadaan keluarganya.
Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah
laku peserta didik yang agresif atau apatis.

4. Faktor fasilitas
Faktor ini meliputi:

a. Jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu
banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas.

b. Besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan
dengan jumlah peserta didik.

c. Ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan
jumlah peserta didik yang membutuhkannya.

Menurut Made Pidarta, faktor-faktor penyebab
munculnya hambatan dalam manajemen kelas adalah
antara lain: a) Pengelompokan (pandai, sedang,
bodoh), b) Karakteristik individual, c) Kelompok yang
pandai merasa terhalang oleh teman-teman yang
berbeda dengannya.

Pengelolaan kelas tidak akan berjalan dengan
lancar apabila terdapat masalah-masalah pada
pendidik ataupun peserta didik, masalah-masalah yang
muncul harus diatasi dengan cepat agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
sebagaimana mestinya.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 83

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

BAB V
PEMBINAAN DISIPLIN PESERTA DIDIK

A. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan aspek yang sangat penting

dalam melakukan pembinaan terhadap peserta didik.
Disiplin adalah suatu keadaan di mana sikap,
penampilan dan tingkah laku murid harus sesuai
dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku di sekolah/kelas di mana mereka berada.

Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu
“disciplina” yang artinya mengajar. Dalam bahasa
Inggris disebut “disciple” yang berarti seseorang yang
belajar secara suka rela mengikuti apa yang ditugaskan
oleh seorang pimpinan/pemimpin. Prawirosentono
(1999:31) mengemukakan bahwa secara umum
disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang
berlaku.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin
dapat diartikan sebagai:
1. Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb);
2. Ketaatan/kepatuhan pada peraturan;
84 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

3. Bidang studi yang memiliki objek, sistem, dan
metode tertentu.

Disiplin juga dapat diartikan sebagai suatu
kesadaran dan kepatuhan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, atau sikap dan
tingkah laku yang sesuai dengan aturan yang berlaku
di suatu lembaga tertentu. Menurut Suradinata
(1996:150), disiplin pada dasarnya mencakup
pelajaran, patuh, taat, kesetiaan, hormat kepada
ketentuan/peraturan/norma yang berlaku.

Dari beberapa pengertian disiplin tersebut,
dikenal juga dengan istilah kedisiplinan. Kedisiplinan
dapat diartikan sebagai suatu ketaatan pada peraturan
yang berlaku. Orang yang berdisiplin akan berperilaku
apa yang seharusnya diperbuat, tidak mengada-ada,
tidak dilebih-lebihkan tetapi juga tidak dikurangi dari
keadaan yang sebenarnya. Diam tepat pada pijakannya,
melangkah tepat gerakannya, melaju sesuai arahnya.
Sikap disiplin dapat dilakukan untuk setiap perilaku,
seperti disiplin dalam belajar.

Kedisiplinan adalah mentaati tata tertib di segala
aspek kehidupan, baik agama, budaya, pergaulan,
sekolah, dan lain-lain. Dengan kata lain, kedisiplinan
merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku individu yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban. Hal ini berdasarkan pada
pengertian dalam Kamus besar Bahasa Indonesia
(1988:208), yang berasal dari kata “disiplin” berarti
ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib
dan sebagainya.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 85

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Westra (1977:96), mengemukakan pengertian
kedisiplinan sebagai suatu keadaan tertib di mana
orang-orang yang tergabung di dalam organisasi
tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan
rasa senang hati. Pendapat itu menunjukkan bahwa
disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan pada
peraturan yang dilakukan dengan rasa senang hati,
bukan karena dipaksa atau terpaksa.

Dari beberapa pendapat di atas terlihat jelas
bahwa pengertian kedisiplinan mengandung beberapa
unsur yakni ketaatan, pengetahuan, kesadaran,
ketertiban dan perasaan senang di dalam menjalankan
tugas dan mematuhi atau mentaati segala peraturan-
peraturan yang berlaku.

Kedisiplinan dapat dilatih dengan menekankan
pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali
diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya.
Kedisiplinan yang perlu dikembangkan di sekolah
adalah kedisiplinan preventif dan korektif. Disiplin
preventif yakni upaya menggerakkan peserta didik
untuk mengikuti dan mematuhi peraturan yang
berlaku. Dengan demikian, peserta didik dapat
berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan yang ada. Sedangkan disiplin korektif yakni
upaya mengarahkan peserta didik untuk tetap
mematuhi peraturan. Bagi peserta didik yang
melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran.

Kedisiplinan peserta didik dapat dilihat dari
ketaatan dan kepatuhannya terhadap aturan (tata
tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah,
yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah,
kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa

86 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya.
Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya
adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di
sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di
lingkungan luar sekolah.

B. Tujuan Pembinaan Disiplin Peserta Didik

Rimm (2003) mengemukakan bahwa tujuan
pembinaan disiplin pada peserta didik adalah untuk
mengarahkan peserta didik agar mereka belajar
mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi
mereka menuju masa dewasa. Diharapkan kelak
disiplin diri akan membuat mereka hidup bahagia,
berhasil, dan penuh kasih sayang.

Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa
tujuan disiplin di sekolah yakni:

1. Memberi dukungan agar terciptanya perilaku yang
tidak menyimpang.

2. Mendorong peserta didik melakukan yang baik dan
benar.

3. Membantu peserta didik memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah

4. Agar peserta didik dapat belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat
baginya serta lingkungannya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah
merupakan salah satu faktor dominan dalam
membentuk dan mempengaruhi perilaku peserta didik.
Di sekolah, peserta didik berinteraksi dengan para
guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan,
perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 87

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

didengar serta dianggap baik oleh peserta didik dapat
meresap masuk ke dalam hati sanubarinya dan
dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari
orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang
ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan
bagian dari upaya pendisiplinan peserta didik di
sekolah.

Dengan demikian, tujuan pembinaan kedisiplinan
di sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan
kenyamanan lingkungan sekolah, terutama lingkungan
belajarnya. Jika tidak ada kedisiplinan suasana kelas
akan terganggu sehingga kelas menjadi kurang
kondusif untuk melakukan proses belajar mengajar
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi
belajar siswa.

C. Unsur-Unsur Kedisiplinan
Disiplin diharapkan mampu mendidik peserta

didik untuk berperilaku sesuai dengan standar yang
ditetapkan sekolah. Elizabeth, H menjelaskan bahwa
disiplin harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:
1. Peraturan

Ada disiplin pasti ada peraturan. Peraturan adalah
pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Tujuannya
untuk membekali anak dengan pedoman perilaku
yang disetujui dalam situasi tertentu.

2. Hukuman
Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau
yang ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang
(orang tua, guru, dan lainnya) sesudah terjadi
pelanggaran atau kesalahan. Hukuman dapat

88 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

berfungsi untuk menghindari pengulangan tindakan
yang tidak diinginkan, mendidik, memberi motivasi
untuk menghindari perilaku yang tidak diterima.

3. Penghargaan
Penghargaan yaitu segala sesuatu yang
menyenangkan perasaan dan diberikan kepada
peserta didik karena mendapatkan hasil baik yang
telah dicapai dalam proses pendidikannya.
Penghargaan dapat diwujudkan dalam bentuk
pujian, penghormatan, hadiah dan lain sebagainya.

D. Teknik Pembinaan Disiplin Peserta Didik

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan
dalam membina kedisiplinan peserta didik, antara lain:

1. Adanya aturan yang jelas.
2. Konsisten dalam menjalankan disiplin.
3. Adanya hukuman dan ganjaran bagi yang melanggar

kedisiplinan.

Sedangkan teknik yang dapat digunakan dalam
meningkatkan kedisiplinan yakni:

1. Teknik yang bersifat otoriter.
2. Teknik yang bersifat permisif.
3. Teknik yang bersifat demokratis (Asnawir, 2005).

Pada teknik yang bersifat otoriter, disiplin
ditegakkan secara kaku. Penerapan hukuman pada
peserta didik bertujuan untuk memperkuat kepatuhan
peserta didik terhadap aturan-aturan yang telah
ditetapkan. Bila peserta didik melakukan pelanggaran
terhadap aturan tesebut, maka ia akan dihukum. Dalam
penerapan teknik ini hanya sedikit atau bahkan tidak

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 89

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

ada sama sekali penguatan positif seperti senyuman,
pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan.

Guru punya otoritas yang sangat tinggi dalam
menetapkan perilaku yang harus ditampilkan,
walaupun peserta didik sering tidak paham mengapa
harus berperilaku seperti itu. Dalam hal ini, peserta
didik tidak diberikan kesempatan untuk belajar
bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri.

Sedangkan teknik permisif merupakan lawan dari
teknik otoriter. Pada teknik ini guru memberikan
kebebasan kepada peserta didik dalam
mengembangkan perilakunya. Dalam hal ini campur
tangan guru yang berlebihan dianggap suatu hambatan
bagi peserta didik dalam menentukan segala
tindakannya dalam berperilaku.

Teknik ini tidak mengarahkan peserta didik
untuk berperilaku yang sesuai dengan aturan dan
kebiasaan yang ada dalam kelompoknya. Peserta didik
diperbolehkan untuk melakukan apa saja. Teknik ini
dapat menimbulkan kesulitan bagi peserta didik untuk
memutuskan sesuatu karena tidak ada patokan sama
sekali dalam berperilaku. Pemahaman peserta didik
yang masih rendah dan minimnya pengalaman serta
pengetahuan mereka membuat mereka bingung untuk
berperilaku yang pantas. Hal ini mengakibatkan
tumbuhnya rasa cemas dan takut yang berlebihan.
Sebaliknya mereka akan menjadi agresif, karena
sedikit sekali pengawasan yang diberikan, sehingga
mereka merasa tidak takut melakukan tindakan
berdasarkan kemauan sendiri.

Sementara itu, teknik disiplin demokratis yaitu
menekankan pada pemberian kesempatan pada

90 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

peserta didik untuk tumbuh dan berkembang secara
wajar. Dasar pemikiran dari teknik ini adalah
mengembangkan kendali tingkah laku sehingga
peserta didik mampu melakukan hal yang benar tanpa
harus diawasi dengan ketat.

Dalam penerapan teknik ini peserta didik berhak
untuk mengeluarkan pendapat, usulan, dan inisiatif,
namun dalam penentuan keputusan peserta didik akan
dibantu oleh guru. Oleh karena itu, guru harus sering
memberikan penjelasan, diskusi dan mengemukakan
alasan-alasan dalam mengajarkan siswa berperilaku.

Dalam penerapan teknik disiplin, guru bisa saja
berpindah dari satu teknik ke teknik yang lain. Di
sinilah letak kearifan guru dalam menanamkan
disiplin.

Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di
lingkungan sekolah.

1) Datang kesekolah tepat waktu;
2) Rajin belajar;
3) Mentaati peraturan sekolah;
4) Mengikuti upacara dengan tertib;
5) Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat

waktu;
6) Melakukan tugas piket sesuai jadwalnya;
7) Memotong rambut jika kelihatan panjang;
8) Harus berdoa sebelum memulai pelajaran dan

masih banyak lagi.

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I 91

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

1. Faktor dari dalam (Intern)
Faktor dari dalam ini berupa kesadaran diri yang
mendorong seseorang untuk menerapkan disiplin
pada dirinya.

2. Faktor dari luar (Ekstern)
Faktor dari luar ini berasal dari pengaruh
lingkungan, yang terdiri dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a. Lingkungan Keluarga

Faktor keluarga sangat penting terhadap
perilaku seseorang termasuk tingkat
kedisiplinannya. Karena keluarga merupakan
lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang
dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi.
Keluarga sebagai lingkungan pertama kali sebelum
anak mengenal dunia yang lebih luas, maka sikap
dan perilaku seisi keluarga terutama kedua orang
tua sangat mempengaruhi pembentukan
kedisiplinan pada anak. Tingkah laku orang tua dan
anggota keluarga lainnya akan lebih mudah
dimengerti anak apabila perilaku tersebut berupa
pengalaman langsung yang bisa dicontoh oleh anak.

b. Lingkungan Sekolah

Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi
perilaku siswa termasuk kedisiplinannya, di sekolah
seorang siswa berinteraksi dengan siswa lain,
dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya
serta pegawai yang berada di lingkungan sekolah,
sikap, perbuatan dan perkataan guru yang dilihat

92 Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I


Click to View FlipBook Version