The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by perpustakaansmakpenabur, 2022-05-11 02:50:46

OUR ALTERNATE ENDING - AMANDA CHRISTABEL (12 IPS)

NOVEL#FICTION

OUR

ALTERNATE
ENDING

PROLOG

“I never let you go, every trouble that we
have, I never let you go”

Kata-kata itukah yang selalu membuatku
percaya bahwa kamu memang di takdirkan
untukku?. Tak ada yang pernah percaya kalau
sudah benar-benar pergi dari hidupku.
Kamu dulu memang dunia ku, dunia yang
selalu ingin ku tinggali selamanya.
Kalau kamu memang beneran mimpi,
haruskah aku terbangun untuk menyadari
kalau hal itu tidak akan bertahan
selamanya?.

BAB 1

Terlihat banyak mobil mewah berjejer di
sepanjang gerbang SMA Saint Dalton. Di
pagi yang indah dan dingin ini, pak supir
sedang membukakan pintu untuk anak
majikkannya. Sambil berkata selamat pagi.
Pemandangan seperti itu sudah menjadi hal
yang biasa dalam rutinitas anak-anak
konglomerat yang bersekolah disini.

Yup!, SMA Saint Dalton memang sudah
menjadi incaran bagi anak-anak kaya dan
orang-orang yang berotak seperti Enstein.
SMA ini sudah didirikan sejak jaman
Belanda, karena itu bangunan ini terlihat
sangat khas dengan arsitektur nya yang tua.

Mobil mewah berderet di sepanjang gerbang
SMA Saint Dalton, seorang gadis cantik
turun dari sebuah mobil hitam. Dia yang
banyak dibicarakan oleh seluruh penjuru
sekolah belakangan ini. Dia adalah Reina.

Reina seorang murid pindahan dari Bandung.
Ke salah satu SMA di Jakarta. SMA Saint
Dalton. Setelah sampai di sekolah, aku segera
mencari ruang guru. Sampai akhirnya nanti
dipanggil untuk masuk ke kelas

Setelah bel berbunyi aku segera mengikuti
salah satu guru untuk ke kelas. Namanya Bu
Saras, umurnya sekitar 45 tahunan. Saat
pertama kali melihatnya, sepertinya dia orang
yang baik. Tapi dia memang tegas saat ada
anak yang melanggar peraturan sekolah.

***

“Selamat Pagi bu Saras”, kata seisi kelas
“Anak-anak, kita hari ini kedatangan murid
baru, dia murid pindahan dari Bandung”, ujar
Bu Saras. “Silahkan Reina perkenalkan diri”,
lanjut Bu Saras sambil menatap ke arahku,
dan itu sudah cukup memberiku isyarat untuk
aku maju dan memperkenalkan diri kedepan
kelas.

“Selamat pagi, namaku Reina Carina Darwin,
panggil aja Reina. Aku murid pindahan dari
Bandung. Semoga kita bisa jadi teman yang
baik.”, ujar Reina

“Reina kamu bisa duduk di sebelah Bryan.
Dia ketua kelas jadi kamu bisa nanya apa aja
tentang sekolah ini sama dia”, ujar Bu Saras

“Hai!, nama gue Reina”, ujar Reina sambil
menjulurkan tangannya
“Bryan”, ujar Bryan sambil membalas
jabatan tangan
Reina
Aku tak menyangka, ternyata dia anak yang
baik. Tidak seperti yang aku bayangkan, atau
seperti tokoh-tokoh yang aku baca di novel,
ternyata Bryan berbeda. Saat ku melihatnya,
kayaknya gak asing ,saat ku teliti, dia adalah
anak yang tadi pagi aku temui saat dia
dimarahi sama Bu Saras tadi yang di ruang
guru, dan aku memberanikan diri untuk
bertanya.

“Bryan…”, ujar Bu Saras
“Ya Bu?”, jawab
Bryan
“Kamu bisa bawa Reina buat school tour
gak?, kamu kenalin dia sama tempat-tempat
di
sekolah”
“Apa?, ooh, oke”

***

“Ehmm.., Yan, elu anak yang tadi pagi di
ruang guru ya?, yang dimarahin bu Saras
karena te…”, perkataan Reina terputus
karena Bryan tiba-tiba menutup
mulutnya
“Shutt.., jangan keras-keras ngomongnya
nanti reputasi gue ancur”, kata Bryan
“Hahh?! Ancur?. Maksudnya?”, tanya Reina
bingung
“Jadi, disini gue dikenal sebagai pemain
basket, ketua osis, ganteng, berkharisma,
tinggi, pokoknya most wanted lah jadi kalau
lu ngomong kaya gitu, nanti image gue
sebagai most wanted itu jelek udah di black
list “, jelas Bryan sambil membanggakan
dirinya
“Pede banget lu..”
“Tapi ngomong-ngomong, iya yang di ruang
guru tadi itu memang
gue…”

Tapi, sebenernya yang dibilang sama Bryan
itu bener sih, walaupun dengan nada yang
ingin ku tampol, tapi itu emang kenyataan.
Buktinya, waktu istirahat tadi ada banyak

banget segerombolan anak-anak cewek yang
ngikutin dia kemana-mana, tapi tampaknya
dia enggak merasa risih atau terganggu.

“Tapi emang fakta kan…”, jawab
Bryan
“Iyain aja gue mah…”, kata Reina
“Dah, dah ngomong nya , jadi sekarang gue
jelasin, ini itu lapangan sekolah. Biasanya
kita disini buat upacara setiap hari Senin, abis
itu disebelahnya ada deretan kelas 10 SMA,
abis itu diatas ada aula, biasanya kalau adain
acara di situ, itu adalah bel masuk kelas atau
pulang sekolah, biasanya bel itu dipukul sama
Pak Man, dia biasanya yang mukul bel”, jelas
Bryan panjang lebar, seraya melambaikan
tangannya ke arah Pak Man, yang kebetulan
sedang berjaga.
“Ooo..”

“Teng..Teng..Teng…”, bel istirahat berbunyi,
semua anak-anak berlari keluar dari kelas
mereka

“Ke kantin yok.., gue laper, lu laper gak?
Tapi kantin dimana?”, ajak Reina
“Ooo…, Udah istirahat ya?, sini ikut

gue…Gue tunjukkin kantinnya”, kata
Bryan

Sesampainya di kantin,setelah kami memilih
tempat duduk, dan kami udah pesan
makanan. Di saat itulah, omongan Bryan
dibuktikkan. Segerombolan cewek-cewek
berteriak dan mengahampiri Bryan dengan
agak barbar. Mereka jumlahnya sekitar lima
sampai tujuh orang. Mereka terdiri dari
Brenda, Brenda ternyata satu angkatan sama
gue tapi beda kelas, bisa dibilang dia ratu
atau Queen be di SMA Saint Dalton, banyak
orang bilang kalau dia saingan gue tapi gue
gak pernah merasa dia saingan sih, dan dia
tergila-gila sama Bryan, abis itu ada
Clara,Berlin, Cindy,Stella,Alexa, mereka
anak-anak famous di sekolah, karna mereka
jadi anggota cheers. Mereka atau “fans nya
Bryan”, mereka dikenal dengan komunitas
“Bryan lovers”, agak alay sih. Mereka berdiri
dan mengelilingi Bryan, sampe gue gak bisa
makan, sangking sumpeknya. Dan yang bikin
gue kaget adalah Bryan gak merasa risih atau
emosi sama sekali, kayaknya Bryan
menikmati deh jadi pusat pehatian. Kayaknya
kalau gue jadi dia gue udah emosi dan

ngamuk-ngamuk sendiri deh. Fans nya

Bryan, kayaknya adek kelas gue, soalnya dia

manggil Bryan

kakak.

“Kak, ini ada hadiah buat kakak, semoga

kakak suka
ya…”
“Iya makasih…”, kata Bryan seraya

mengambil hadiahnya
“Omaygad kak Bryan ganteng banget!!,kyaa”
“Iya ganteng banget”
“Kak, itu yang disebelah siapa, anak baru
ya?, soalnya gak pernah liat”
“Oh iya, dia anak baru di kelas gue, namanya
Reina”, jelas Bryan
“Tapi cantik tau.., kayaknya cocok deh sama
Kak Bryan”
“Enak aja!, kak Bryan itu cocok nya sama
gue…”
“Dih!, pede amat lu..”

“Udah,udah…, gak usah berantem, gue mau
makan dulu…”, sela Bryan

Karena Bryan udah bilang mau makan,

sepertinya itu sudah menjadi isyarat bagi

mereka untuk pergi

“Banyak ya fans lu…”, kata Reina
“Iya dong…, kaya gitu tuh enaknya jadi most
wanted di sekolah, sering dapet hadiah”,
jawab Bryan seraya mengambil hadiah dan
berencana ingin membukanya
“Dapet apa tuh?”, tanya
Reina
“Dapet jam, lumayan lah, gue suka design
nya”,
“Enak juga ya lu, jadi artis di sekolah, dapet
hadiah pula, pengen juga gue jadi terkenal
kayak lu”,

“Lu mau terkenal?, gue tau caranya. Jadi
pacar gue aja gimana?, kan tadi kata mereka
kita cocok, ya kali lu berminat”, sahut Bryan
asal

Deg. Tiba-tiba Reina tersentak dengan kata-
kata Bryan, walaupun itu cuman bercanda.
Tapi tetep aja dia meleleh. Walaupun begitu,
tetep gengsi dan harga diri harus dijaga, gak
boleh ge-er atau baper, calm down.

“Lu panas ya?, periksa gih. Apa perlu gue
beliin lu termometer terus kirim ke rumah
lu?”
“Boleh!, kebetulan di rumah gue gak ada

termometer. Tapi lu nya mau gak…?”
“Enak aja lu!.., baru aja kenal”, bantah Reina
“Becanda kali…, gak usah nge-fly gitu…,
gue itu emang suka buat orang baper”, ledek

Bryan membanggakan dirinya sendiri
“Lu pikir orang sakau nge-fly”, jawab Reina

Mereka bercanda dan tertawa, sepanjang

mereka makan. Walaupun mereka baru kenal,

mereka keliatan sudah sangat akrab. Seperti

orang yang lama sahabatan dan setelah sekian

lama baru ketemu lagi. Mungkin karna Reina

dan Bryan tipe orang yang gampang bergaul.

Sejak saat itu mereka jadi teman dekat. Tapi

disekolah yang lama, Reina menjadi most

wanted di sekolahnya sama kayak Bryan.

Tapi status ini juga berlaku di sini.

“Sebenernya kak Reina itu siapa sih?, kok
kayaknya deket banget sama kak Bryan?”
“Gak tau tuh, mereka kayaknya akrab
banget”
“Kayaknya mereka ada apa-apa deh diantara
mereka”
“Tapi mereka kayaknya cocok deh…”
“Enak aja!, gilak ya lu!..., kayak cabe gitu..”
“Iya lu nih, bukannya dukung kita…, gak
solid lu..”

Itu adalah sebagian dari percakapan fans nya
Bryan, mereka sedang asik menghibah di
pinggir lapangan, sambil melihat dan
memperhatikan Bryan sedang makan di
kantin bersama Reina. Dan tentunya mereka
punya fanpage di instagram namanya
@Bryanlovers terus belakangnya ada
emoticon love nya tiga. Sumpeh merinding
gue liatnya..

“Teng…Teng…Teng…”, bel masuk kelas
pun berbunyi, tugas Pak Man sudah selesai
sekarang,untuk memukul
bel
“Ishh…, Pak Man ini cepet banget loh..,
mukul bel nya. Lagi asik ghibah juga..”
“Udahlah ayok masuk, daripada telat”

Brenda sebagai ketua, segera berdiri dan
melenggang ke kelas, sedangkan teman-
temannya hanya mengikutinya dari belakang.
Setelah mendengar bel berbunyi Reina segera
ke kelas, dan meninggalkan Bryan yang
sepertinya sedang asik mengorbol dengan
Rendy.

“Yan, yang tadi siapa?”, tanya Rendy yang
tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Bryan

“Oo, itu tadi anak baru, namanya Reina, Bu
Saras nyuruh gue bawa dia keliling sekolah”,
jawab Bryan
“Oo, namanya Reina, cantik juga…”
“Emang lu mau deketin?, silahkan”
“Boleh…, kalau lu gak mau, tapi jangan
nyesel”, kata Rendy
“Oke..” “Udahlah coy, balik kelas aja..”,
lanjut Bryan

BAB 2

Reina memahami bahwa Bryan membiarkan
dia kembali ke kelas duluan. Reina segera
melenggang pergi meninggalkan Bryan.
Reina berjalan tenang menyusuri koridor
sekolah dan menuju ke kelas. Di kelas terasa
sangat berisik dan sumpek, bukan hanya
karena anaknya yang banyak, tapi juga kelas
nya kecil. Di kelas Reina bertemu dengan
teman baru yang sampai sekarang menjadi
sahabatnya.

Namanya Audrey, dia punya saudara di kelas
12-IPA 1 juga, namanya Rendy. Dan
kebetulan Rendy itu sahabatnya Bryan, kata
Audrey mereka sahabatan dari kecil. Jadi

karena Audrey sama Rendy saudaraan dan
Rendy juga sahabatnya Bryan jadi Reina
otomatis mejadi lebih dekat dengan Bryan.
“Nama gue Audrey, salam kenal ya…”, kata
Audrey sambil menjulurkan tangannya
“Gue Reina “, Reina membalas juluran
tangan Audrey dengan senyuman tersungging
di bibir Mereka sambil mengbrol dan tertwa
sekali-kali. Tapi percakapan mereka terhenti,
karena pelajaran sudah dimulai. Reina segera
berjalan menuju kursi nya dan Audrey segera
duduk dibelakang Reina dan disertai oleh
kedatangan Bryan dan Rendy

Saat Bu Endang masuk, menjadi isyarat
untuk membuat semua kegaduhan itu diam,
dan kedatangan Bu Saras disertai salam dari
satu kelas IPA 1
“Selamat pagi Bu Endang”
“Selamat pagi anak-
anak”
Sesampainya di kelas, Bu Endang segera
menuliskan sesuatu di papan tulis, yang
membuat satu kelas
terkejut

“Anak-anak, hari ini kita ulangan!, selesai
tidak selesai kumpulkan!”, seru Bu Endang
dengan nada tinggi, seketika yang membuat
seisi kelas kaget.
“Aduh.., Bu jangan main dadakan dong
ulangannya”
“Aduh gimana nih!.., mana gue belom
belajar!..”
“Bantuin gue dong
ngerjainnya…”

Seisi kelas dibuat heboh dengan ulangan
dadakan ini, berbeda dengan ketua osis dan
anak baru kita. Siapa lagi kalau bukan Reina
dan Bryan, mereka terlihat tenang, dan segera
mencatat soal ulangan.
Walaupun orangnya kepedean banget, tapi
tidak bisa dipungkiri otaknya Bryan emang
encer

“Ya..,yan.., gue nyontek elu ya…”, bisik
Rendy dari belakang, dan kebetulan Rendy
duduk di belakang Bryan
“Iyee.., emang kapan sih elu gak nyontek
gue?!”, jawab Bryan
“Lop, lop”, seru Rendy
“Najis! Lu”, balas Bryan

“Rei.., gue juga nyontek lu juga yaa…”,
bujuk Audrey
“Doain aje ye..”, jawab Reina
Setelah menego-nego dan berhasil , akhirnya
Rendy dan Audrey segera mencatat soal
ulangan mereka

“Yan.., nomor 1-15 apa Yan, lempar Yan
jawabannya, pake sticky note aja “, bisik
Rendy
“Nih,nih” Bryan seraya melempar sticky note
yang sudah ia tulis jawabannya
“Makasih beb..”, jawab Rendy
Bryan menggidikan bahunya merinding

Setelah mendapat jawabannya, Rendy secara
gercep mencatat jawabannya.
“Ren…, udah dapet belom jawabannya?,
bagi-bagi gue dong…”, bisik Audrey seraya
menadahkan tangannya untuk menangkap
kertas contekkannya
“Audrey…, itu kenapa itu nunduk-
nunduk?!”, tegur Bu Endang dari meja guru
“Gak papa bu.., hehe..”, jawab Audrey yang
hampir aja kegep sama Bu Endang

“Waktu ulangan sudah habis…, selesai tidak
selesai kumpulkan!...”, seru Bu Saras

Kata-kata Bu Saras menjadi cara yang jitu,

seluruh anak 12-IPA 1 segera mengumpulkan

jawaban mereka

“Makasih Yan.. jawabannya, sumpeh lu baek
banget!..”, seru Audrey
“Yan sumpeh lu emang temen terbaik gue!,

kalau ada rekor temen terbaik, pasti elu yang
menang Yan sumpeh”, kata Rendy

asal
“Haha, lucu lu Ren” sahut

Bryan
“Iya dong.., kalau gak ada gue lu mau nyotek

siapa coba?, makanya bersyukur lorang ada
gue”, jawab Bryan membanggakan diDreyya
“Pede amat lu..”,seru Rendy
“Tapi kan emang fakta.., makanya otak lu tuh

di microwave in. Biar otak lu tuh dilatih biar

gak terlalu beku-beku amat
“Ye…, lu pikir otak gue frozen food ?!,

makanya Drey.. kita jangan terlalu pinter,

nanti kalau kita terlalu pinter, ujung-ujung
nya nanti kita error kaya die”, kata Rendy

seraya menunujuk Bryan
“Bener banget tuh Ren.., yang bagus itu

bukan pinter tapi cerdas, kalau jaman
sekarang itu harus cerdas bukan pinter!”,

seru Audrey
“Eh Rei.., kok lu tadi gak bantuin gue sih?..”,
tanya
Audrey
“Ya elu, emang tadi elu manggil gue?, elunya
gak manggil ngapain gue jawab.., hadeh..”,
jawab
Reina

Reina…, kenalin nama gue Rendy”, kata
Rendy sambil menjulurkan tangannya ke arah
Reina
“Oo iya, udah tau, tadi dikasih tauin sama
Audrey”, jawab Reina seraya membalas
uluran tangan Rendy
“Ciee.., kayaknya ada yang mau PDKT
nih…”, goda Bryan
“Bilang aja lu cemburu…, cie cemburu…”,
goda Audrey

***

Hari pertamaku di sekolah ini tidak buruk,
tapi saat tadi aku pulang sekolah. Aku keluar
dan menuju gerbang sekolah untuk
menunggu jemputan. Aku berjalan bersama
Audrey, Rendy, dan Bryan, karena hanya
merekalah yang aku kenal. Saat kami sedang

jalan ke gerbang sekolah, aku melihat banyak
anak perempuan dari sekolah lain yang

berbaris, yang sepertinya menunggu kami
pulang.

“Drey, mereka ngapain baris kaya gini?,
nungguin siapa?”,

tanyaku
“Mereka nungguin Bryan pulang sekolah”,

jawab Audrey
“Udah biasa itu mah”, sahut

Rendy

Aku tidak menyangka, kalau yang Audrey
bilang itu beneran, aku kira dia bercanda.

Saat kami sampai di gerbang sekolah, mereka
segera mengahampiri Bryan dan memberi

hadiah yang mereka bawa.
“Kak.., ini ada coklat buat
kakak”
“Bryan ganteng banget…!”
“Bryan kok bisa ganteng banget sih?!”
“Iyalah kan Bryan belasteran Indonesia-
Jerman-Surga”
“Fix!, Bryan bukan manusia…, tapi
malaikat!”
“Indah banget ciptaan Tuhan, diabetes gue

lama-lama liatin Bryan”
“Makasih ya..”, jawab
Bryan
Bryan bak artis yang abis aja meet and greet
sama fans nya

“Drey…, itu Bryan tiap hari gak diabetes
apa?, dikasih coklat sebanyak itu?”, tanya
Reina
“Gak tau dah…, gue bukan emaknya”, jawab
Audrey
“Biasanya hadiah kaya begitu, sama Bryan
dikasih ke pembantu nya di rumah”, sela
Rendy
“Ooo”, jawab Reina, aku hanya bisa bero ria
sekaligus takjub dengan kejadian yang dia
liat barusan

Bryan kembali menghampiri teman-temannya
dengan membawa banyak coklat dan hadiah
di
tangannya.
“Gile banyak banget hadiah lu…”, kata
Reina
“Iya dong…, anak famous dan most wanted
emang kaya gini biasa…, dapet banyak
hadiah”, jawab Bryan

“Idih..!, kepedean amat lu jadi orang”, sahut
Audrey
“Udahlah bilang aja lorang bangga punya
temen kaya gue ini”, kata Bryan dengan
kepedean yang tingkat
akut
“Enggak!”, jawab Audrey,Rendy,dan Reina
bersamaan
“Santai dong bro, gak usah ngegas

Mobil kijang tua datang dan berhenti tepat di
depan Reina, kali papa Bayu menjemputnya
“Audrey,Bryan,Rendy, gue balik duluan
ya…, udah di jemput”, kata Reina
“Hati-hati Rei…, byeee..”, jawab Audrey
seraya melambaikan tangannya
Reina segera masuk, dan mobil Kijang tua itu
berjalan membelah jalan Jakarta
“Gimana tadi sekolahnya?”, tanya Bayu
“Baik-baik aja kok pa…, Reina seneng punya
temen baru…”, jawab Reina
“Good job…”, kata Bayu seraya mengelus
kepala anaknya

Mobil kijang tua itu telah sampai di salah
satu kawasan perumahan elite di Jakarta.
Sesampainya di rumah, Reina segera menuju

kamarnya dan merebahkan diDreyya di kasur
queen size nya. Setelah berbaring cukup
lama, Reina segera beranjak dari kasur nya,
mengambil handuk, dan segera menuju
kamar mandi. Setelah cukup lama berada di
kamar mandi, Reina keluar dari kamar mandi
memakai piama pink miliknya. Selesai
mandi, Reina segera duduk di kasurnya, dia
mengambil handphone berwarna putih
miliknya di atas meja.

423 notification

“Gile banyak amat…, kayaknya udah seabad
gue gak buka nih handphone”, gumam Reina

Reina membukan satu per satu pesan di

handphone nya, dia tampak sibuk dengan

benda pipih itu “Reina…, ayok

turun makan malem dulu”, teriak mama

Reina dari bawah

Mama Reina terdengar memanggil untuk

makan malam. Karena jam sudah

menunjukkan pukul enam sore, dan itu

menandakan jam makan malam sudah mulai.

Reina segera meletakkan handphone nya dan

turun ke lantai bawah. Disana Icha sudah

duduk manis menunggu makan malam.

“Lama amat turunnya, kaya penganten lagi
dipingit, udah laper tau…”, sahut Icha dari

meja makan
“Namanya juga cewek…, mandi nya kan
lama”, kata Reina sambil menuruni tangga
“Gue juga cewek, tapi mandi nya gak selama
itu”, jawab Icha
“Elu cewek jadi-jadian kali…”, kata

Reina
“Eh.., Reina ngomong sama adik nya gak
boleh gitu…”, sela mama menyudahi

pertengkaran mereka
“Tuh…, dengeDrey kata mama, love you
mom”, kata Icha, seraya menjulurkan

lidahnya untuk meledek Reina
“Iya ma”, kata Reina dan kembali membalas

ejekkan dari adiknnya itu, Reina pasti sudah

berhenti bertengkar kalau mamanya sudah

turun tangan
“Udah ayukk makan…, udah jam makan
malem…”, ajak mama

Mereka semua pun makan bersama. Selesai

makan, Reina segera membantu mamanya

membereskan piring setelah makan malam.

Setelah itu mereka bersantai di ruang

keluarga menonton tv. Waktu sudah

menunjukkan pukul sepuluh malam. Reina
segera pergi ke kamarnya, membersihkan
diriny dan pergi tidur, karena besok dia akan
sekolah

***

Reina segera menyibakkan selimutnya,
karena alarm sudah menunjukkan pukul 5.00
pagi. Benda pipih itu sudah mengusik nya
dan suara alarm itu memenuhi seluruh
penjuru kamar Reina. Dengan mata yang
masih 5 watt dan roh yang belum ngumpul,
Reina pergi ke kamar mandi dan bersiap
untuk pergi ke sekolah

Reina yang sudah siap memakai seragam
sekolahnya pun turun untuk sarapan
“Good morning, ma, pa, Icha”, sapa Reina
sambil menuruni tangga
“Morning…”, jawab mama
“Reina sarapan gih, abis itu kamu naik taksi
ke sekolah, soalnya papa gak bisa anter”, kata
mama
“Yahhh..”, jawab Reina seraya memajukan
bibirnya
“Reina, kamu hari ini jangan lupa bimbel,
dan malam kamu juga jangan lupa belajar”

“Iya
pa…”

Reina segera menghabiskan sarapannya,
berpamitan dengan orang tuannya, dan pergi

sekolah
“Reina pergi dulu ya…, byee”, kata Reina
“Iya hati-hati ya…”, kata mama Reina
“Okay…”, sahut Reina

Pagi ini Reina harus naik taksi karena
papanya gak bisa anter, jadi dia harus naik

taksi. Tapi kalau mau naik taksi harus ke
depan perumahan dulu biar dapet. Reina
berjalan menjauhi rumahnya dan menuju

depan perumahan. Di dalam perjalanan,
Reina mendengar suara motor dari belakang

mendekatinya
“Eh Reina…, elu tinggal di perumahan ini
juga?”, tanya Bryan sambil memelankan laju
motornya, agar menyamai langkah kaki

Reina
“Oo, Hai Bryan, iya gue tinggal disini, gue

tinggal di cluster 3, lu di cluster berapa
ngomong-ngomong?”, tanya Reina balik
“Gue di cluster 2, eh lu kok jalan kaki, mau
bareng gue aja gak?, kan kita searah…”,
tawar Bryan

“Ehmm, gak papa?, gak ngerepotin?”, tanya
Reina
“Gak papa lah, santai…”, jawab
Bryan
Akhirnya Reina menaiki motor ninja milik
Bryan,pagi ini motor Bryan membelah jalan
Jakarta dengan kecepatan sedang. Perjalanan
pagi ini diiDreygi oleh keheningan dari
mereka berdua. Tak perlu waktu lama, motor
Bryan sampai di parkiran sekolah, Bryan
segera mencari parkiran yang kosong dan
memakirkan motornya disitu.

Kedatangan Bryan menjadi pusat perhatian
seluruh murid sekolah yang sedang berada di
parkiran sekolah. Terutama fans nya Bryan,
siapa lagi kalau bukan
Brenda,Clara,Alexa,Berlin, Stella, dan Cindy.
Mereka terlihat sinis ketika Bryan datang
dengan Reina, iyalah siapa yang gak terima
kalau tiba-tiba idola nya jalan sama cewek
lain.
“Bryan kok jalan sama Reina?!”
“Bryan Reina, Bryan Reina mulu…, males
gue liatnya!”
“Awas aja Reina…, gue gak setuju Bryan
sama Reina!”

“Tapi mereka cocok kok, gue dukung mereka
kalau mereka jadian”
“Bener!, gue juga dukung…, yang penting
Bryan seneng…”
“Bryan, gue merasa diliatin…, apalagi fans
lu, ngeliatin gue kaya ngeliatin apa aja…, gue
merasa di kelilingin paparazzi tau gak sih…”,

kata Reina
“Santai aja, namanya juga lu lagi jalan sama
idola sekolah…”,jawab Bryan
“Aduh kumat lagi deh pedenya…, tapi gak
nyaman tau…”, kata Reina
“Nanti pas lu udah jadi pacar gue, lu juga
terbiasa diliatin”, jawab Bryan
“Hah?!, maksudnya…?”, sontak Reina

Reina seraya berlari mengejar Bryan yang

sudah pergi duluan ke kelas, Reina berhasil

mengejar Bryan dan menyamai

langkahnya.
“Ciee…, kayaknya ada yang berangkat
berdua nih…”, sahut Audrey dari belakang,

dia baru saja datang sama Rendy
“Apasih Drey…, ngagetin aja!...”, jawab

Reina
“Pj, mana nih pj…”, sahut

Audrey

“Belom juga pacaran…”, jawab Bryan
“Tapi akan pacaran kan…?”, goda Audrey
“Udahlah…, capek gue ngomong sama lu….

Eh Ren, lu kan diem aja..?, lagi error ya otak
lu?”, tanya Bryan
“Oo, gak papa bro.., yok ke kelas”, jawab

Rendy seraya berjalan ke kelas meninggalkan

mereka

Sedangkan Bryan, Reina, dan Audrey

mengikutinya dari belakang.

BAB 3

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan
malam, Bryan terlihat berbaring di atas kasur
king size nya. Bryan terlihat senang saat
melihat foto di benda pipih hitam miliknya,
dia senyum-senyum sendiri. Ya, yang dia liat
itu adalah Reina, Reina Carina Darwin.
Cewek yang membuat nya gila karena semua
perilakunya. Dia terlihat senang melihat foto
Reina di ponselnya, Bryan mendapat foto itu
dari Audrey, dia minta tolong Audrey buat
fotoin Reina. Dan dia juga senang bisa
berangkat bareng Reina ke sekolah. Bryan
tidak sadar kapan semua rasa ini muncul,
yang dia tau sekarang, dia ingin rasanya
berbalas.

“Lah gue kok jadi senyum-senyum sendiri?,
mulai error nih otak gue…, kayaknya
ketularan Rendy deh gue”, Bryan tersadar
dari lamunannya, dia melihat jam dan sadar
kalau hari sudah malam. Dia segera
membaringkan tubuhnya, matanya terasa

berat, dan Bryan segera berada di alam
mimpi.

Pagi itu, Bryan dibangunkan oleh alarm yang
memenuhi seluruh penjuru kamar nya. Dia
segera bangun, bersiap ke sekolah, dan
menjalankan niatnya. Bryan segera
mengendarai motornya dan menuju sebuah
rumah bercat putih.

“Reina…, permisi…”, sahut Bryan dengan
agak berteriak
“Eh Bryan…, ngapain lu pagi-pagi disini?”,
tanya Reina
“Mulai sekarang gue yang jemput lu…, Izin
ya om…”, jawab Bryan, seraya minta izin ke
papa nya Reina, papanya Reina hanya
mengangguk yang artinya setuju
“Hah?!, lu tau darimana rumah gue?”, tanya
Reina lagi
“Dari satpam…, udah ayok cepet naik, gak
usah banyak nanya”, kata Bryan
“Okay…, bentar gue ambil tas dulu”, jawab
Reina, Reina segera mengambil tas nya dan
berpamitan dengan papanya yang setia
menunggu di depan pintu. “Reina pergi dulu
ya pa…,byee..”, lanjut Reina

Setelah mendapat persetujuan dari calon
mertua, Bryan setelah menghidupkan
motornya dan berjalan membelah jalan
Jakarta yang sudah ramai. Mereka terlihat
sibuk, ada yang berangkat sekolah, berangkat
kerja, atau hanya berolahraga pagi. Banyak
sekali orang yang berlalu lalang padahal
waktu belum menunjukkan pukul enam
pagi.

“Bryan…, lu gak papa jemput gue setiap
pagi?, gak ngerepotin apa?”, tanya Reina
“Sebenernya ngerepotin sih…”, jawab Bryan
“Terus kenapa mau?”, tanya Reina lagi
“Ya gak papa, gue gak mau liat lu kecapekan
harus ke depan perumahan dulu cari taksi,
jadi lebih baik gue aja yang capek, lu
jangan…”, jawab Bryan
Kata-kata Bryan membuat Reina mematung
tak bisa berbuat apa-apa, dan muka Reina
memerah.

Setelah pematungan ini, mereka sudah
sampai di parkiran sekolah, dan sama seperti
kemarin. Mereka kembali menjadi pusat
perhatian SMA Saint Dalton, Reina kembali
mendapat tatapan paparazzi dari mereka yang

sedang berjalan di parkiran sekolah. Reina
yang merasa tidak nyaman segera naik ke
kelas dan Bryan menyusul dari belakang.
Bryan memahami kalau Reina memang tidak
nyaman menjadi pusat perhatian dan diliatin
orang seperti itu. Karena sudah mau jam
masuk, Pak Man segera membunyikan bel
masuk, yang membuat semua anak di
parkiran lari masuk kelas karena gak mau
telat.

***

Empat jam pelajaran pertama sudah berjalan
dengan baik. Bel istirahat pun berbunyi...
Reina dan Audrey terlihat menghampiri meja
Rendy dan Bryan
“Rendy, Bryan, ke kantin yukk…, tapi aku
sama Reina mau ke toilet dulu jadi kalian
duluan aja…”, ajak Audrey
“Yoii, kita duluan ya…”, kata Bryan seraya
pergi menuju kantin
“Ayukk Rei”, ajak Audrey seraya menarik
tangan Reina dan berjalan menuju toilet
Bryan dan Rendy berjalan duluan menuju
kantin dan mencari tempat yang kosong dan
duduk di situ, setelah itu mereka memesan

minum.
“Yan, gue mau ngomong sama lu…”, kata
Rendy serius
“Kenapa sob?, ngomong aja”, tanya Bryan
seraya meminum es jeruk yang ia pesan tadi
“Gue suka sama Reina, jadi mulai sekarang
gue mau deketin dia, dan elu gak boleh
deketin dia ”, kata Rendy

“Gue tarik kata-kata gue yang waktu itu!, gue
gak memperbolehkan lu suka sama Reina!,

karena mulai sekarang gue suka sama Reina,
jadi lu gak usah deket-deket sama Reina!” ,
kata Bryan, seraya menarik kerah baju
Rendy, disertai kepalan tangannya yang
kapanpun siap untuk menghajar Rendy

“Gak boleh gitu dong!, kan kemaren kita
udah deal”, sela Rendy
“Enggak!, gue berubah fikiran” , jawab
Bryan
“Oke!, sekarang kita main fair mulai
sekarang gue bakal buktiin kalau Reina itu
suka sama gue!, bukan sama lu!. Dan gue
yakin, yang bakal dapetin Reina itu gue!”,
tawar Rendy
“Oke!, gue pegang omongan lu”, kata Bryan

dengan nada tinggi dan meninggalkan Rendy
sendiri di kantin
Percakapan mereka tadi cukup membuat
anak-anak di kantin heboh, dan jadi bahan
gossip, di sekolah
“Itu tadi Bryan kenapa?”, tanya Reina yang
baru saja datang sama Audrey dan enggak
ngerti apa-apa
“Ooh…, gak papa, ayok duduk, Rei, ini
minuman kesukaan lo. Tadi gue udah
pesenin”, kata

Rendy seraya menyodorkan minuman yang
tadi dia pesan
“Ooh, thanks Ren”, jawab Reina
“Rei lu mau makan apa?”, tanya Audrey

Reina segera memesan makanan dan makan
makanannya dengan cepat
“Drey, Ren, gue duluan ya…”, kata Reina
setelah dia selesai menghabiskan
makanannya
“Kok cepet amat Rei, lu makannya?”, tanya
Audrey
“Gue mau ke kelas, mau nemuin Bryan,
kalian makan aja disini, gue duluan ke kelas”,
kata Reina dan segera ke kelas

“Oo, okay…, bye”, kata Audrey
Mendengar kata-kata Reina, Rendy hanya
pasrah dan mendengus sebal

Di meja sang Queen be, terjadi percakapan
seru tentang kejadian yang heboh tadi
“Eh itu tadi kenapa ribut-ribut di meja
Bryan?”
“Oh My God?!, emang tadi my baby, honey,
bunny sweety, kenapa?”, tanya Brenda
“Gue gak tau pastinya gimana, tapi kayaknya
tadi Bryan berantem kecil gitu sama
Rendy…, tapi gue gak tau masalahnya apa”

Di kelas, Bryan duduk di kursi nya dengan
muka yang merah padam. Dia cukup marah
dengan kata-kata Rendy tadi, yang
sebernernya gak harus terlalu
dipermasalahkan, tapi kayaknya Bryan hari
ini agak emosional.

“Yan, lu tadi kenapa berantem sama Rendy?,
gue tadi denger dari anak-anak yang lain”,
tanya Reina yang tiba-tiba datang dan duduk
di sebelah Bryan
“Eh Reina…, tadi matematika lu nyatet gak?,
gue pinjem dong, tadi gue gak nyatet”, kata
Bryan mengalihkan topik, dia kayaknya

belum mau membahas masalahnya dengan
Rendy
“Yan…, gak usah ngalihin topik deh…, gue
nanya loh…”, jawab Reina
“Ehmm…, tadi gak ada apa-apa kok, itu
urusan laki-laki…”, kata Bryan
“Yan, gue tau lu orangnya gak suka cari
masalah, tapi tadi lu tuh berantem, lu bisa
cerita sama gue…”, jawab Reina
“Ini belom saat yang tepat buat lu harus tau
masalah ini ”, kata Bryan dengan senyuman
yang dipaksakan

“Okay…, tapi tadi gak ada yang luka kan?,
kalau ada, ayok kita ke UKS sekarang”,
Reina reflek memegang pipi Bryan dan

mengecek apakah ada yang luka
Bukannya melepas tangannya Reina Bryan

malah membalas memegang tangan Reina,
dengan tatapan yang membuat Reina semakin
gugup “Sekhawatir itu ya lu sama gue”

“E- enggak kok, enggak, gue gak khawatir”,

Reina segera melepas tangannya dari pipi
Bryan dan mengutuki dirinya sendiri karena

bertindak ceroboh. Dia sangat malu karena

sudah bertindak
ceroboh

“Aduhhh Reina, lu bego amat sihh”, batin
Reina, Reina menunduk malu
“Are you sure?”, goda Bryan sambil
memandangi Reina yang membuatnya
kembali salah tingkah
“You are so cute!, malu kaya gitu”, lanjut
Bryan
“Iya beneran, yaudah gue balik ke kursi gue
dulu, soalnya jam pelajaran udah mau mulai”,
Reina berjalan menuju kursinya, karena
terlalu gugup dia hampir menambrak meja
yang membuat Bryan tertawa.

***

“Pelajaran hari ini sampai disini saja,
silahkan membereskan barang-barang kalian
dan pulang dengan selamat”, kata Bu
Endang

Perkataan Bu Endang menyudahi pelajaran
hari ini, karena Pak Man juga sudah
membunyikan bel pulang sekolah. Sesudah
membereskan barang mereka berjalan turun
dan menuju gerbang sekolah.

Di gerbang sekolah, Reina terlihat sedang

menunggu taksi nya datang
“Hai, Rei, kok belom pulang. Nungguin taksi

ya?”, tanya Rendy

“Hai, iya gue lagi nungguin taksi tapi belom
dateng-dateng”, jawab Reina
“Gimana kalau pulang sama gue?, gue bawa
motor, gimana?”, tawar Rendy
“Ehmm, gak usah Ren, gak papa, gue naik
taksi aja”, kata Reina

“Gak papa, daripada nunggu taksi nya

kelamaan, gak papa bareng gue aja”, jawab

Rendy “Iya, gak papa,

paling bentar lagi dateng”, kata Reina

“Okay…, lu ati-ati ya disini. Gue pulang

dulu, byee”, kata Rendy

“Iya, byee”, jawab Reina

Setelah beberapa lama Rendy pergi, Bryan

menghampiri Reina.

“Hai Rei!” Bryan menghampiri Reina dan

duduk di sebelah Reina
“Oh hai
Bryan!”
“Gimana sekolah
disini?”
“Enak kok!, temen-teman disini baik-

baik”
“Bagus dong!, udah ada yang disuka?”
“Kalau sekarang sih belom…”
“Ooo, kalau aku sih
ada!”
“Siapa?”
“Elo…” Reina tersentak sama kata-katanya
Bryan

Reina tersenyum mendengar kata-kata Bryan,
karena dia pikir itu bercanda, walaupun
sebenernya dia seneng

“Gak ada orang yang cuman dijawab dengan
senyuman, tapi dengan kepastian Rei”, jawab
Bryan yang artinya ambigu
“Bryan gue pulang duluan ya…, taksi gue
udah dateng, byeee”, Reina segera masuk ke
dalam taksinya
“Byee Rei…”

***

Setelah makan malam, Reina segera naik ke
kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul
20:00 malam, dia berencana untuk belajar,
dia segera mengambil bukunya, mencari
posisi yang nyaman, dan belajar.

“Tapi kalau dipikir-pikir gue goblok banget

sihhh, ceroboh bangett, ngapain coba gue

pake megang-megang pipi nya Bryan segala,
aduhhh, Reina lu begoo banget. Tapi…,

kapan lagi gue bisa mandangin muka Bryan

sedeket itu, idahnya ciptaan Tuhan”, kata

Reina menghayal “Aduhh

gue kenapa sihh?, sadar Reina sadarr”, kata

Reina setelah sadar dari lamunannya

Lamunan Reina seketika buyar, ketika dia

mendengar handphone nya berdering. Disana

tertera nama Bryan, Reina seketika kaget

sekaligus bingung
“Aduhh Bryan nelfon lagi, dia mau ngapain

ya?, apa dia mau ngomongin yang tadi?,
aduhhh matilah gue. Angkat gak ya…?, gue
angkat aja deh”, kata Reina, setelah bergelut

dengan fikirannya sendiri, akhirnya Reina

memutuskan untuk memencet tombol hijau
“Halo…”, kata Reina dalam

telfon
“Kok lama angkat nya?, grogi ya di telfon
sama gue?”, goda Bryan
“E-enggak kok, enggak sama sekali bahkan”,

jawab Reina menutupi kegugupan nya. Tapi

itu sepertinya tidak berhasil, karena Bryan

sudah bisa membaca gerak-gerik
nya
“Ooo,iyain aja deh, Rei, gue besok gak bisa
nganterin lu ke sekolah”, kata Bryan
“Gak papa kok Yan, gue juga gak enak kalau
misalnya dianterin lu tiap pagi”, jawab Reina
“Okayy, yaudah gue telfon cuman mau
ngomong itu aja, yaudah lu tidur gih udah
malem” , kata Bryan
“Iyaa”, jawab

Reina
“Tapi jangan lupa mimpiin gue yaaa”, goda
Bryan
“Semoga, bye”, jawab Reina
“Byee, good night, sweet dream”, kata Bryan

Tapi maksud Bryan yang tadi apa ya?, aduhh
bingung gue!, tapi yaudahlah lebih baik gak

usah tebak-tebak, lebih baik jadi kejutan yang
susah ditebak tapi menyenangkan.

Hati mereka berdua berbunga-bunga,
sepertinya Reina sudah bisa membuka hati

untuk Bryan. Tapi tak ada yang tau kapan
Bryan akan menyatakan perasaannya, kita

tunggu saja tanggal mainnya.

Setelah menenangkan pikiran dan hati setelah
ditelfon Bryan. Akhirnya Reina untuk
memutuskan untuk melanjutkan belajarnya.
Ia belajar sampai larut malam.

***

satu hari setelah kejadian kemarin, kejadian
yang membuat Reina salah tingkah.

Hari itu hujan, ada anak-anak yang memakai
payung untuk pulang, atau ada yang dijemput
orang tua nya, atau mereka menerobos hujan.
Saat itu Reina sedang berada di depan
gerbang sekolah, menunggu taksi datang.
Reina terlihat sedang menadahkan tangannya
di bawah hujan sambil tersenyum. Dia suka
saat hujan turun. Rendy sedang melihat Reina
dari kejauhan dan memandanginya. Rendy
memandang gadis itu dengan pandangan
yang sulit diartikan, dia senang melihat Reina
tertawa.

“Rei, lu manis, kayak anak kecil. Gue suka,
apapun yang lu lakuin gue suka Rei”, batin
Rendy
Setelah berdiam lama memandangi Reina,
Rendy segera menemuinya.

“Rei, lu ngapain?, belom pulang?”, tanya
Rendy yang tiba-tiba datang
“Hai Ren, iya gue lagi nungguin taksi yang
gak dateng-dateng. Kayaknya kalau bentar
lagi taksinya belom dateng gue terobos ujan
pergi ke halte”, jawab Reina, dan segera
menghentikan aktivitasnya

“Lu jangan terobos ujan, nanti kalau lu sakit
gimana?, nih gue ada payung, gue pinjemin”,
kata Rendy seraya menyodorkan payung nya
“Lu nya gimana?, kan lu cuman punya
payung satu”, tanya Reina
“Gak papa, lu pake aja, gue mah laki. Kena
ujan juga gak bakal sakit”, jawab Rendy
Reina akhirnya mengambil payungnya Rendy
dengan seribu tanda tanya di kepalanya
sambil melihat Rendy berlari menerobos
hujan yang menuju ke halte bus.

“Hai Rei…”, sapa Bryan yang tiba-tiba
nongol dibelakangnya
“Hai Yan…, lu gak bawa motor?”, tanya
Reina
“Iya, kan semalem gue bilang kalau gak bisa
jemput lu, karna motor gue lagi dibawa ke

bengkel kalau lu. Lu ngapain disini?”, jawab
Bryan
“Gue lagi mau ke halte bus, mau pulang”,
kata Reina
“Sama dong…, gue boleh bareng gak ke halte
bus?, kan lu ada payung”, tanya Bryan
“Oooh boleh-boleh”, jawab Reina

Mereka akhirnya pergi bersama-sama ke
halte bus dengan payung yang Rendy kasih.
Kejadian itu dilihat oleh Brenda dan dia
berdecak sebal.
“Awas aja lu Reina, kalau lu deket-deket
sama Bryan lu berhadapan dengan gue. Gue
bakal bales lu!, awas aja”, tekad
Brenda

Sesampainya di halte bus, mereka segera
menaiki bus yang datang, bus yang mereka
naiki kelihatan penuh dan
sesak

“Pak buat dua orang ya”, kata Bryan seraya
menelpelkan kartu elektronik nya “Rei lu
duluan gih…, nyari tempat duduk”,lanjut
Bryan
“Oke”, jawab Reina, seraya pergi mencari
tempat duduk

Sesudah membayar, Bryan segera

menghampiri Reina

“Bryan kursi nya tinggal satu yang kosong

soalnya lagi rame, jadi gue dudukin”, kata

Reina “Ooo gak papa,

gue tau lagi rame”, jawab Bryan, Karena

tidak ada kursi Bryan segera berdiri

menghadap Reina
“Udah lu duduk manis aja, nanti gue liatin

kalau ada yang mau apa-apain lu, kalau perlu
gue hajar nanti”, kata Rendy

Melihat perlakuan Bryan, Reina hanya

mengangguk polos, padahal dalem hati dia

ingin sekali teriak kegirangan

Melihat ada kursi kosong di sebelah Reina,
Bryan segera mendudukinya, karena orang
sebelumnya sudah turun

"Thank you ya Yan, tadi lu udah bayarin

gue”, kata Reina

“Santay…, itung-itung gue bales budi karna

lu udah pinjemin gue payung…”, jawab

Bryan “Iya”, kata Reina

“Duduk disini aja nek…, jangan berdiri nek”
perhatian Reina tertuju pada nenek-nenek
yang sedang kesulitan mencari bangku yang

kosong, Reina segera berdiri dan membiarkan
nenek itu duduk di sebelah
Bryan.

“Makasih ya nak…”, jawab nenek itu, Reina
hanya tersenyum manis menanggapi nenek
itu “Kayaknya gue gak
salah milih cewek deh, pilihan yang tepat
Bryan”, batin Bryan

Sesampainya di halte depan perumahan
mereka, Bryan dan Reina segera turun. Dan
Bryan menghantar Reina pulang yang
didepan
rumahnya.
“Thanks Bryan, Byee, see you tomorrow”,
kata Reina seraya melambaikan tangannya
“Byee”, jawab
Bryan
Bryan segera pulang dengan wajah
sumDreygah karena telah mengantarkan
calon pacarnya

Reina terlihat berbaring di kasur queen size
nya
“Yaampun Teddy tadi Bryan baik banget…,
abis itu abis itu…, gentle banget lagi!”, kata
Reina, sambil memeluk boneka beruangnya

“ARGGGHH, jadi melting liat nya…”, teriak

Reina
“Kak!, lu kenapa sih teriak-teriak, kesurupan
ya?”, tanya Icha yang tiba-tiba berada di

depan pintu kamar Reina
“Bisa gak sih…, kalau mau masuk itu ketok

pintu dulu, Oh iya tadi lu bilang gue apa?,

kesurupan?. Enak aja!, cantik-cantik gini kok

dibilang kesurupan, lu udah rabun lu ya
”,jawab Reina
“Hihhh, kepedean banget lu!, udah cepetan lu

kebawah dipanggil mama tuh, suruh makan
katanya ”, kata Icha
“Oke, gue ke bawah”, jawab

Reina
“Eiittss, lu pasti belomm mandi kan…,. Gila
lu jorok amat!, mandi gih bau tau gak”, sahut

Icha
“Enak aja bau, gue mah mau gak mandi juga
tetep wangii”, jawab Reina
“Udah-udah cepetan lu mandi, abis itu lu

turun makan, capek gue ngomong sama
lu…”, kata

Icha
“Iyee, iyee”, jawab Reina.

BAB 4

“Semua rasa bahagia yang kamu lalui,
cuman bisa aku lihat dari jauh, tanpa bisa
meraihmu lebih lagi. Karna dunia ini hanya

menjadikanku sebagai pemeran pengganti di
hidup mu”

Bunyi alarm yang besar dan suara nya
memenuhi penjuru kamarnya. Yang
menganggu Reina dari alam mimpinya. Reina
segera mencari sumber suara yang membuat
terganggu itu dan mematikannya. Reina
menyibakkan selimutnya, dan segera menuju
kamar mandi dan bersiap ke sekolah. Setelah
30 menit, Reina segera keluar memakai
seragam olahraga nya, karena pelajaran
pertama hari ini adalah olahraga. Sesudah ia
bersiap Reina segera turun sarapan dan pergi
ke sekolah. Seperti biasa Reina pergi menaiki
taksi yang ada di depan perumahannya, dia
tidak dijemput sama Bryan kaya kemarin,
karna dia gak enak sama Bryan.

Sesampainnya di sekolah, Reina segera
menuju ke kelas nya. Karena hari ini gak ada
paparazzi yang mengintai. Karena Reina gak
pergi sama sang idola sekolah, siapa lagi
kalau bukan Bryan. Saat sampai dikelas,
ternyata Audrey sudah duduk manis
dibangkunya.


Click to View FlipBook Version