AZAS-AZAS
MANAJEMEN
AZAS-AZAS
MANAJEMEN
Azas-azas Manajemen I
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 1
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setel ah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk ny ata tanpa mengurangi pembatas an
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pel anggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling bany ak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap O rang y ang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pel anggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pas al 9 ayat
(1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling l ama 3 (tiga) tahun dan/atau pi dana denda paling bany ak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap O rang y ang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pel anggaran hak ekonomi Pencipta sebagaiman a dimaksud dalam Pas al 9 ayat
(1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling bany ak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipi dana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
PENTING DIKETAHUI
Penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbi tkan sebuah buku. Bersama pengarang,
penerbit menciptakan buku untuk di terbitkan. Penerbit mempunyai hak atas penerbitan buku
tersebut serta distribusinya, sedangkan pengarang memegang hak penuh atas karan ganny a dan
berhak mendapatkan royalti atas penjualan buku-bukunya dari penerbit.
Percetakan adalah perusahann yang memiliki mesin cetak dan menjual jasa pencetakan.
Percetakan tidak memiliki hak apapun dari buku yang dicetakny a kecuali upah. Percetakan tidak
bertanggungjawab atas isi buku yang dicetaknya.
Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk di terbitkan di sebuah
penerbit. Pengarang memiliki hak penuh atas karangannya, namun meny erahkan hak penerbitan
dan dsitribusi bukunya kepada penerbit y ang ditunjuknya sesuai batas -batas yang ditentukan
dalam perjanjian. Pengarang berhak mendapatkan royal ti atas kary anya dari penerbit, sesuai
dengan ketentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit.
Pembajak adalah pihak yang mengambil keuntungan dari kepakaran pengarang dan kebutuhan
belajar masyarakat. Pembajak tidak mempunyai hak mencetak ti dak memiliki hak
menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku y ang di gandakannya karena tidak
dilindungi copyright ataupun perjanjian pengarang-penerbit. Pembajak tidak peduli atas jerih
payah pengarang. Buku pembajak dapat lebih murah karena mereka tidak perlu
mempersiapakan naskah mulai dari pemilihan judul, edi ting s ampai persiapan pracetak, tidak
membayar royalti, dan tidak terkait perjanjian dengan pihak manapun.
PEMBAJAKAN BUKU ADALAH KRIMINAL !
Anda jangan menggunakan buku bajakan demi menghargai jerih payah para pengarang yang
notabene adalah para guru.
Azas-azas Manajemen II
AZAS-AZAS
MANAJEMEN
Eva Suryany, S.Sos.,M.Si
Sinta Westika Putri, S.AP.,M.AP
PENERBIT STIKES SYEDZA SAINTIKA
Azas-azas Manajemen III
STIKES SYEDZA SAINTIKA 2021
Azas-azas Manajemen
Oleh : Eva Suryany, S.Sos, M.Si
Sinta Westika Putri, S.AP,M.AP
Editor : Niken, S.Pd.,M.Pd
Diterbitkan pertama kali oleh penerbit Stikes Syedza Saintika
Jl. Prof. Dr. Hamka No 228 Air Tawar Timur, Padang
Telepon : (0751) 442699
Desain kulit muka : Niken, S.Pd.,M.Pd
Hak cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun,
baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau
dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari
Penerbit.
Cetakan 2021
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Azas-azas Manajemen/ , Padang: Stikes Syedza Saintika,2021
Vi 200 hlm.;15,5 x 24 cm
ISBN 978-623-96634-6-9 .
1. Azas-azas Manajemen. I. Judul. II.
Penerbit dan editor tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau cedera
pada individu dan/ atau kerusakan properti yang terjadi akibat atau berkaitan
dengan penggunaan materi dalam buku ini.
Isi di luar tanggung jawab percetakan IV
Azas-azas Manajemen
Prakata
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Buku dengan judul “Azas-azas Manajemen”. Tujuan
pembuatan Buku ini agar pembaca memahami mengenai materi tentang
azas-azas manajemen secara luas dan mendalam. Buku ini diharapkan dapat
menjadi referensi, meningkatkan motivasi dan suasana akademik yang
menyenangkan bagi pembaca karena sistematika yang terstruktur sesuai dengan
konsep dan teori dari berbagai referensi.
Penulis berharap, semoga buku ini dapat bermamfaat bagi semua pihak.
Masukan dan saran yang kontributif selalu diharapkan untuk kesempurnaan
dimasa yang akan datang dan bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata hanya
kepada-Nya lah kita semua kembali, semoga kita semua mendapatkan karunia
dan ridho dari-Nya sehingga menjadi cendikiawan yang berguna, Amin.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Penulis
Azas-azas Manajemen V
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................... i
COVER LAYOUT......................................................................................................... ii
PRAKATA ..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I. Konsep Dasar Manajemen........................................................................................... 1
BAB II. Manajer Dan Lingkungan Organisasi............................................................... 16
BAB III. Perkembangan Teori Manajemen Dan Pendekatan Sistem ............. 29
BAB IV. Perencanaan Dalam Manajemen....................................................................... 52
BAB V. Pengorganisasian.......................................................................................................... 69
BAB VI. Komunikasi Dalam Manajemen......................................................................... 84
BAB VII. Kepemimpinan Dalam Organisasi ............................................................... 103
BAB VIII. Motivasi Dalam Manajemen........................................................................... 111
BAB IX. Koordinasi Dalam Manajemen......................................................................... 130
BAB X. Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi............................................... 140
BAB XI. Kekuasaan, Wewenang Dan Tanggungjawab Pemimpin Dalam
Organisasi ....................................................................................................................................... 151
BAB XI. Manajemen Konflik................................................................................................. 159
BAB XII.Pengawasan Manajemen .................................................................................... 186
DAFTAR PUSTAKA
Azas-azas Manajemen VI
Bab 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN
A. Pengertian Dan Ruang lingkup Manajemen
Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur. Karena
manajemen diartikan mengatur maka timbul pertanyaan what, why, who, where dan
how? Pengertian manajemen secara tradisional sering mengarah pada aktivitas (dan
grup) yang melibatkan empat fungsi manajemen yaitu planning (perencanaan),
organizing the resources (pengorganisasian sumber daya), leading (kepemimpinan), dan
controlling (kontrol) atau coordinating (koordinasi).
Dalam rangka menentukan apa yang harus diketahui oleh seorang manajer perlu
diberikan definisi tentang manajemen. Sebuah definisi yang sering dikutip adalah:
management is getting things done through other people, dan definisi ini khususnya
berlaku untuk manajemen di dalam suatu organisasi yang besar. Namun, definisi ini
masih perlu ditambah dengan kata-kata apabila ia memiliki rasa tanggung jawab untuk
melaksanakannya sebagai seorang pemimpin. Hal ini perlu agar setiap manajer merasa
bahwa ia bukanlah seorang yang dapat dengan seenaknya merasa seperti seorang ‘raja’
yang menginginkan orang-orang harus bekerja untuknya.
Beberapa penulis dan praktisi sering mengatakan bahwa dalam manajemen
dibutuhkan lebih dari sekedar memfokuskan pada kepemimpinan, namun juga dalam
menetapkan visi dan tujuan, mengomunikasikan visi dan tujuan tersebut, dan
mengarahkan untuk mencapainya. Mereka juga menegaskan bahwa kepemimpinan
harus lebih fasilitatif, partisipatif, dan memberdayakan, dalam hal bagaimana mencapai
dan melaksanakan visi dan tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut GR Terry Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang
Azas-azas Manajemen 1
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber dyaa manusia dan sumber-sumber lainnya
Harold Koontz dan Cyril O’donnel mengatakan Manajemen adalah usaha
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer
mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengadilan.
Malayu S.P Hasibuan mendefinisikan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber -sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses Manajemen
Menurut James A.F. Stoner, Edward Freeman dan Daniel R. Gilbert (1996), sejak
akhir abad kesembilan belas, biasanya manajemen didefinisikan dalam empat fungsi
spesifik dari manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan. Walaupun kerangka kerja ini masih terus diteliti, pada umumnya masih
diterima. Proses adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan
kegiatan atau metode sistematik dalam menangani aktivitas.
Merencanakan adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk
mencapai sasaran tadi. Manajer memikirkan dengan matang terlebih dahulu
sasaran dan tindakan serta tindakan mereka berdasarkan pada beberapa metode,
rencana, atau logika dan bukan berdasarkan perasaan.
Mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk
bekerja sama dengan cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau
beberapa sasaran. Proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang,
dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai
sasaran organisasi.
Memimpin adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau sebuah organisasi.
Meliputi mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk
melaksanakan tugas yang penting.
Azas-azas Manajemen 2
Mengendalikan adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya
sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Manajer harus yakin tindakan yan g
dilakukan oleh anggota organisasi benar-benar menggerakkan organisasi ke arah
sasaran yang telah dirumuskan.
Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen disebut oleh Luther Gullick meliputi Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting yang sering
disingkat menjadi POSDCORB. Sedangkan ahli lain, seperti Fayol, Terry dan lainnya
menyebut fungsi manajemen yang sama dengan istilah berbeda, seperti yang dapat di
lihat pada tabel berikut:
Tabel
Istilah Fungsi Manajemen menurut beberapa ahli
Henry Fayol Luther George Ernest Dale Koontz and James
Gullick Terry O’Donel Stoner
Planning
Organizing
Commanding Staffing Actuating Staffing Staffing Leading
Coordinating Directing Directing Directing
Coordinating Innovating
Reporting Representing
Controlling
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada fungsi planning, organizing, dan controlling
disebutkan oleh semua ahli, sementara fungsi yang lain merupakan istilah yang berbeda,
namun memiliki pengertian yang sama, yang pada intinya merupakan fungsi dari
staffing, directing, atau leading.
1. Perencanaan (Planning)
Manajemen selalu dimulai dengan perencanaan. Manajemen yang baik
memulai kegiatannya dengan rencana yang baik pula. Tanpa perencanaan yang
baik, manajemen tidak akan berhasil dengan baik. Yang pertama dilakukan oleh
Azas-azas Manajemen 3
seorang manajer adalah memutuskan apa yang ingin dicapai (tujuan) dalam
pekerjaannya. Ia harus menetapkan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang untuk organisasi, serta memutuskan alat apa yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Dalam rangka melakukan hal tersebut, ia harus meramalkan sejauh mana
kemungkinan tersebut dapat dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial,
maupun lingkungan politik, tempat organisasinya beroperasi serta dihubungkan
dengan sumber-sumber yang ada, membandingkan kekuatan dan kelemahan apa
yang dimiliki organisasinya untuk mewujudkan rencana tersebut. Semua
kemungkinan di atas, harus diperhitungkan untuk membuat suatu perencanaan
yang baik. Sebagai contoh, suatu rencana yang pada saat dibuat diperkirakan
akan berhasil, namun karena suatu keadaan tertentu seperti depresi misalnya,
dapat menyebabkan rencana tersebut sama sekali tidak dapat direalisasikan.
Perencanaan juga mencakup apa yang dimaksudkan oleh Gulick sebagai fungsi
budgeting karena budget merupakan rencana pengeluaran sejumlah uang untuk
melaksanakan suatu tujuan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah memiliki rencana, tentunya harus segera diwujudkan. Apakah
semua yang ada dalam perencanaan sudah siap untuk dilaksanakan oleh grup
atau organisasi? Apakah organisasi sudah dipersiapkan untuk melaksanakan dan
siap menjadi bagian dari pelaksanaan rencana tersebut? Seorang manajer harus
mengetahui kesiapan seluruh unsur yang terlibat dalam melaksanakan rencana
tersebut karena setiap tujuan yang hendak dicapai memerlukan keahlian sesuai
dengan bidangnya. Manajer juga harus bisa memastikan bahwa setiap orang tahu
peran dan pentingnya keberadaan mereka dalam meraih tujuan yang akan
dicapai.
3. Pengadaan Staf (Staffing)
Dalam pengorganisasian, manajer membuat posisi-posisi dan
memutuskan tugas serta tanggung jawab yang melekat pada setiap posisi
tersebut. Dalam pengadaan staf, manajer berusaha mendapatkan orang yang
Azas-azas Manajemen 4
tepat untuk setiap pekerjaan. Pada setiap perusahaan biasanya orang-orang
dicari setelah posisi-posisi tersebut ditentukan. Namun demikian, baik
pengorganisasian maupun pengadaan staf kebanyakan merupakan suatu
pekerjaan yang berkaitan. Perubahan dalam perencanaan dan tujua n sering
meminta penyempurnaan organisasi, yang kadang-kadang diikuti pula oleh suatu
reorganisasi total. Sebagai contoh pembuatan suatu unit baru di dalam
perusahaan. Tiap-tiap pekerjaan yang dilakukan oleh anggota memerlukan saling
berhubungan, yang pada akhirnya perlu disiapkan pula alat untuk
mengoordinasikannya. Dalam kenyataannya koordinasi merupakan hal yang
lebih penting di dalam organisasi dari pada yang lainnya. Oleh Gulick disebutkan
bahwa koordinasi merupakan fungsi tersendiri.
4. Pengarahan (Direction)
Ketika organisasi pekerjaan memastikan diri untuk memulai aktivitas,
manajer harus memberi tahu bawahannya apa yang harus dilakukan. Karena tak
seorang pun dapat meramal masalah apa atau kesempatan apa yang akan timbul
dalam pekerjaan sehari-hari maka biasanya tugas-tugas yang akan dilakukan
diuraikan dalam suatu daftar yang agak fleksibel. Manajer selanjutnya harus
mempersiapkan pengarahan (direction) dari hari ke hari kepada para
bawahannya. Ia harus yakin bahwa mereka (para bawahannya) mengetahu i
hasil-hasil yang diharapkan oleh organisasi, menolong mereka memperbaiki
keterampilannya dan dalam beberapa hal menjelaskan kepada mereka
bagaimana dan bilamana melaksanakan suatu tugas.
5. Pengawasan (Control)
Dalam melaksanakan kegiatan, manajer harus tetap mengawasi agar
semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Bila harus dilakukan
penyesuaian maka manajer seperti juga konduktor orkestra di atas, harus
menyesuaikan tempo atau ritmik yang harus dimainkan sehingga harmoni dalam
orkestra terebut dapat terus terjaga. Manajer harus selalu memberikan
pengarahan atau bimbingan, manajer menerangkan kepada anggota -anggota
Azas-azas Manajemen 5
organisasinya apa yang harus mereka kerjakan serta menolong mereka dalam
hal-hal yang belum mereka ketahui.
Dalam melakukan pengawasan (kontrol), manajer dapat melihat sejauh
mana pekerjaan telah dilaksanakan dan sejauh mana kemajuan telah dicapai
untuk mencapai tujuan. Ia harus tahu apa yang telah terjadi agar dapat
melangkah lebih lanjut, atau melakukan perbaikan/perubahan dalam organisasi
apabila terdapat penyimpangan dari pola yang telah ditentukan.
Fungsi pelaporan (reporting) menurut Gulick merupakan alat dari
pengawasan (kontrol) yang perlu dijadikan suatu fungsi tersendiri yang di
dalamnya telah menyangkut pekerjaan pengawasan. Laporan dibuat agar atasan
dan bawahan mengetahui apa yang telah terjadi, dan apa yang perludiperbaiki
ataupun ditambah. Begitu pula budget bukan hanya suatu rencana, tetapi juga
sebagai alat pengawasan (kontrol). Jika ternyata suatu budget meleset, hal ini
menandakan bahwa organisasi mengeluarkan biaya untuk sesuatu yang lebih
besar dari yang direncanakan, yang berarti pula suatu penyesuaian harus dibuat
untuk dapat menutup kekurangan tersebut.
6. Pembaharuan (Inovasi)
Banyak orang beranggapan bahwa fungsi-fungsi di atas masih belum
lengkap bila manajer hanya berusaha untuk melaksanakan sesuatu yang hanya
merupakan kegiatan rutin seperti apa yang pernah ia lakukan sebelumnya
karena hal tersebut hanya akan membuat organisasinya akan tetap statis
walaupun keadaannya tetap baik.
‘Memimpin usaha’ seperti yang dikatakan Peter Drucker: Janganlah
seperti suatu pekerjaan administrasi kantor yang melaksanakan tugas rutin saja,
tetapi haruslah lebih kreatif. Karena itu perlu menambahkan fungsi
pembaharuan dalam fungsi manajemen yang harus dilakukan manajer dengan
berbagai cara. Ia boleh menemukan ide baru, atau dapat mengombinasikan ide
lama dengan ide baru, dapat pula mengambil ide dari lapangan lain, serta
menerapkan dalam usahanya atau dapat pula bertindak sebagai katalisator dan
stimulator untuk merangsang timbulnya pembaharuan. Di sini dapat pula
Azas-azas Manajemen 6
diperdebatkan bahwa perencanaan (planning) juga mencakup pembaharuan
karena manajer harus merencanakan dengan penuh pemikiran serta ide bagi
kemajuan organisasinya pada masa mendatang.
7. Perwakilan (Representation)
Salah satu tugas manajer adalah mewakili organisasinya dalam
hubungannya dengan kelompok luar, pegawai pemerintah, serikat kerja,
lembaga, dan masyarakat umum. Kadang-kadang fungsi perwakilan mencakup
tugas-tugas yang berhubungan dengan perundingan-perundingan yang tidak
mungkin dihindari oleh setiap manajer. Seperti halnya seorang mandor yang
harus mewakili organisasinya dalam perundingan dengan serikat kerja, sampai
kepada seorang presiden/kepala negara yang harus berunding untuk mewakili
negaranya di sidang internasional.
Berbagai fungsi manajemen di atas, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengadaan staf, pengarahan, pengawasan pembaharuan, dan perwakilan
merupakan bagian dari keseluruhan pekerjaan manajer. Fungsi mana yang
terpenting sangat tergantung kepada kondisi, waktu, dan tempat yang berbeda.
Asas-asas manajemen menurut Henry Fayol
a. Division of work
Asas ini sangat penting karena terdapat limited factors, artinya ada
keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan
b. Authority and responsibility
Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan
bawahan. Wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab
c. Dicipline
Semua perjanjian dan peraturan yang telah ditetapkan serta perintah atasan
harus dihormati dipatuhi dan dilaksanakan sepenuhnya
Azas-azas Manajemen 7
d. Unity of command
Setiap bawahan hanya menerima perintah dari seorangatasan dan
bertanggungjawab hanya kepada seorang atasan pula. Tetapi atasan dapat
memebri perintah terhadap beberapa bawahan.
e. Unity of direction
Kesatuan rencana, arah, gerakan dan tindakan
f. Subordination of individual interest into general interest
Kepentingan umum diatas kepentingan pribadi
g. Remuneration of personnel
Hendaknya gaji dan jaminan-jaminan social harus adil, wajar dan seimbang
dengan kebutuhan karyawan maupun atasan
h. Centralization
Setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang
i. Scalar of chain
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas kebawah harus
merupakan tata rantai vertical yang jelas, tidak terputus dan dengan jarak
yang pendek.
j. Order
Keteraturan dan ketertiban dalam penempatan barang-barang (material
order) dan karyawan (social order) yakni penempatan karyawan sesuai
denga bidanng keahliannya
k. Equity
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawannya untuk
berinisiatif dengan memberikan kebebsan agar bawahan secara aktif
memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya
l. Initiative
Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan kesempatan kepada
bawahannya untuk berinisitif dengan memeberikan kebebasan agar
bawahan secara aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya
Azas-azas Manajemen 8
m. Esprit de crops
Kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina melalui system
komunikasi yang baik, sehingga terwujud teamwork dan timbul keinginan
untuk mencapai hasil yang baik
n. Stability of turn over personnel
Pemimpin perusahaan harus berusaha agar mutasi dan keluar masuknya
karyawan tidak terlalu sering karena akan mengakibatkan ketidakstabilan
organisasi, biaya semakin besar dan perusahaan tidak mendapat karyawan
tidak berpengalaman. Pemimpin perusahaan harus berusaha agar setiap
karyawan betah sampai pensiunnya.
B. MANAJEMEN SEBAGAI SENI, SEBAGAI PROSES DAN SEBAGAI PROFESI
Manajemen adalah melakukan sesuatu pekerjaan melalui orang lain (management
is getting done through other people). Definisi tersebut kelihatannya masih elum lengkap,
karena manajemen sebagai peneggak dalam organisasi itu untuk mencapai tujuan.
Disamping itu, perlu juga dijelaskan sebagaimana orang-orang lain itu mencapai tujuan
melalui kerja sama. Oleh karena itu, definisi yang kemudian berkembang adalah bahwa
“manajemen adalah proses mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan dan kerja sama
orang-orang lain.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Dalam arti lain manajemen adalah pengelolaan
usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya manusia dan sumber
daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran organisasi yang diinginkan
Menurut Terry manajemen adalah proses, yakni aktivitas yang terdiri dari empat
subaktivitas yang masing-masing merupakan fungsi fundamental. Keempat subaktivitas
itu yang dalam dunia manajemen sebagai P.O.A.C adalah planning, (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (penggiatan), controlling (pengawasan).
Azas-azas Manajemen 9
Secara lebih rinci pengertian manajemen dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagai suatu system, manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri
dari berbagai komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan dan
terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan.
2. Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang
diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya
semaksimal mungkin.
3. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu
interdispiliner dengan mengunakan bantuan ilmu sosial, filsafat, psikologi,
antropologi, dan lain-lain.
4. Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaaan atau
keahlian tertentu yang dapat disejajarkan dengan bidang kedokteran, hukum
dansebagainya.
5. Sebagai suatu fungsi, manajemen adalah proses fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Kaidah manajemen diatas
berlaku dalam bidang-bidang umum (perusahaan, organisasi, pemerintahan),
karena itu sifatnya universal.
Disamping itu, untuk mengartikan dan mendefisikan manajemen dari berbagai
literartur dapat dilihat dari tiga pengertian, yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3. Manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai seni
1. Manajemen Sebagai Suatu Proses
Melihat bagaimana cara orang mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat menurut:
George R.Terry
Manajemen adalah cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu
melalui kegiatan orang lain.
Azas-azas Manajemen 10
Haiman
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui orang lain,
mengawasi
usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
Stoner
Stoner mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi
dan sumber-sumber organisasi lainnya untuk mancapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Mary Parker Follet
Mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni untuk melakukan sesuatu melalui
orang lain
2. Manajemen Sebagai Suatu Kolektivitas
Yaitu merupakan suatu kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk untuk
mencapai tujuan bersama. Kumpulan orang-orang disini menunjukan adanya tingkatan
kepemimpinan (pimpinan atas, menengah dan bawah). Pendapat ini dikemukakan oleh
Henry Fayol.
3. Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni
Manajemen sebagai suatu ilmu karena telah dipelajari sejak lama dan menjelaskan
tentang gejala-gejala, gejala-gejala diteliti dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu
menggunakan bantuan disiplin ilmu lainnya seperti ilmu sosial, filsafat, matematik dan
statistic dan lain sebagainya.
Dalam praktek, istilah manajemen dipakai dalam organisasi yang lebih besar dan
berdiri
sendiri dan dapat dibedakan dengan jelas dari organisasi lain.
Menurut tingkatannya manajemen dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Manajemen Puncak (Top Management)
2. Manajemen Tengah (Middle Management)
Azas-azas Manajemen 11
3. Manajemen Bawah (Low Management)
Beberapa Contoh :
*Pada suatu departemen, maka tingkatan manajemennya adalah :
Manajemen Puncak adalah : Menteri
Manajemen Tengah adalah : para Direktur Jenderal
Manajemen Bawah adalah : para kepala bagian/bidang, subbagian/sub bidang.
*Pada suatu Kantor Balai Besar/Eselon II, maka tingkatan manajemennya adalah :
Manajemen Puncak adalah : Kepala Balai Besar
Manajemen Tengah adalah : para Kepala Bagian/Kepala Bidang
Manajemen Bawah adalah :para Kepala Sub Bagian/Bidang.
*Pada suatu UPT/Eselon III, maka tingkatan manajemennya adalah :
Manajemen Puncak adalah : Kepala UPT, Direktur
Manajemen Tengah adalah : para Kepala Sub Bagian
Manajemen Bawah adalah : para Kepala Urusan
Beberapa Tinjauan Manajemen
1. Segi Sifat Kerja
Dari sifat kerja manajemen dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Manajemen Administratif (MA)
Adalah manajemen atau pejabat /pimpinan yang kerjanya menitik
beratkan pada pemikiran kerja (suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai
ke tingkat paling bawah serta para pekerjanya). Dipelopori oleh Henry Fayol.
b. Manajemen Operatif (MO)
Adalah manajemen atau pejabat /pimpinan yang langsung memimpin
kerja ke arah tercapainya kerja yang nyata. Maksudnya adalah suatu
pendekatan dari pimpinan atas sampai ke tingkat paling bawah yang titik
beratnya pada efisiensi dan produktivitas. Dipelopori oleh F.W.Taylor.
Azas-azas Manajemen 12
c. Manajemen Administratif dan Manajemen Operatif (MA/MO)
Adalah manajemen atau pejabat /pimpinan yang dapat bertindak
sebagai manajemen administrative dan manajemen operatif (pejabat
interpretor), yakni dapat menterjemahkan manajemen administrative ke
manajemen operatif dan sebaliknya.
Peranan pejabat ini sangat penting, karena hasil karya manajemen
administrasi yang bersifat garis-garis besar (umum) dan berbentuk
kebijakan (policy=bahasa pikir). Untuk memudahkan dalam pelaksanaan
oleh pejabat pelaksana dalam tugas interpretor diberikan dalam bentuk kerja
praktis (operasional).
2. Segi Luasnya
Dilihat dari segi luasnya atau ruang lingkupnya, manajemen dapat di bagi
menjadi
a.Makro manajemen
Makro manajemen adalah manajemen dengan ruang lingkup yang
besar, pada umumnya terdapat dalam bidang kenegaraan dan perusahaan-
perusahaan besar.
b. Mikro manajemen
Mikro manajemen adalah manajemen dengan ruang lingkup yang
kecil/sempit/khusus (misalnya manajemen personalia, pergudangan,
financial, dan lain sebagainya).
Unsur-unsur Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, seorang manajer membutuhkan
sarana manajemen yang disebut dengan unsur manajemen. Menurut pendapat yang
dikemukakan oleh Manullang sebagaimana dikutip oleh Mastini tentang unsur manajemen
tersebut, terdiri atas manusia, material, mesin, metode, money dan markets, setiap unsur-
unsur tersebut memiliki penjelasan dan peranan bagi suatu memanajemen agar untuk
mengetahui bahwa manajemen memiliki unsur-unsur perlu dimanfaatkan unsur-unsur
manajemen tersebut.
Azas-azas Manajemen 13
Untuk mengetahui hal tersebut dapat dijelaskan unsur-unsur manajemen seperti di
bawah ini:
a) Manusia (Man).
Sarana penting atau sarana utama setiap manajer untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan oleh individu-individu tersendiri atau manusianya.
Berbagai kegaitan-kegiatan yang dapat diperbuat dalam mencapai tujuan seperti
yang dapat ditinjau dari sudut pandang proses, perencanaan, pengorganisasian,
staffing, pengarahan, dan pengawasan atau dapat pula kita tinjau dari sudut
bidang, seperti penjualan, produksi, keuangan dan personalia.
Man atau manusia ataupun juga sering diistilahkan dengan sumber daya
manusia dalam dunia manajemen merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan. Manusia yang merancang tujuan, menetapkan tujuan dan manusia
jugalah yang nantinya akan menjalankan proses dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan tersebut. Sudah jelas, tanpa adanya manusia maka tidak akan pernah
ada proses kerja karena manusia pada dasarnya adalah mahluk kerja.
b) Material (Material).
Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan matrial atau
bahan-bahan. Oleh karna itu, material dianggap pula sebagaialat atau sarana
manajemen untuk mencapai tujuan.
c) Mesin (Machine).
Dalam kemajuan teknologi, manusia bukan lagi sebagai pembantu mesin
seperti pada masa lalu sebelum Revolusi Industri terjadi. Bahkan, sebaliknya mesin
telah berubah kedudukannya menjadi pembantu manusia.
d) Metode (Method).
Untuk melakukan kegiatan secara guna dan berhasil guna, manusia
dihadapkan kepada berbagai alternatif metode cara menjalankan pekerjaan
tersebut sehingga cara yang dilakukannya dapat menjadi sarana atau alat
manajemen untuk mencapai tujuan.
Azas-azas Manajemen 14
e) Uang (Money).
Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedimikian rupa agar
tujuan yang diinginkan tercapai. Kegiatan atau ketidaklancaran proses manajemen
sedikit banyak dipengruhi oleh pengelolaan keuangan.
f) Pasar (Markets).
Bagi badan yang bergerak dibidang industri maka sarana manajemens
penting lainnya seperti pasar-pasar atau market. Untuk mengetahui bahwa pasar
bagi hasil produksi.jelas tujuan perusahaan industri tidak mustahil semua itu dapat
diurai sebagian dari masalah utama dalam perusahaan industri adalah minimal
mempertahankan pasar yang sudah ada. Jika mungkin, mencari pasar baru untuk
hasil produksinya. Oleh karena itu. market merupakan salah satu sarana
manajemen penting lainnya.
baik bagi perusahaan industri maupun bagi semua badan yang bertujuan untuk
mencari laba.
Dari beberapa unsur-unsur manajemen di atas dapat disimpulkan, bahwa manusia
adalah unsur dan sarana utama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berbagai
kegiatan yang dapat diperbuat dalam mencapai tujuan seperti dari sudut pandang proses,
perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan, dan pengawasan hanya dapat
dilakukan oleh manusia ataupun juga sering diistilahkan dengan sumber daya manusia
dalam dunia manajemen merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan
Azas-azas Manajemen 15
Bab 2
MANAJER DAN LINGKUNGAN ORGANISASI
A. PENGERTIAN
Dalam buku Ricky W. Griffin yang berjudul “Manajemen” (2004/7) tertulis bahwa
manajer adalah seseorang yang merencanakan dan membuat keputusan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan sumber daya-sumber daya
manusia, finansial, fisik, dan informasi. Manajer merupakan orang yang bertugas dan
berkewajiban serta bertanggungjwab mengatur pelaksanaan tugas-tugas dari satu
unit/bagian organisasi secara efektif dan dan mengalokasi sumber-sumber daya secara
efisien bagi pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan o rganisasi. Manajer menduduki
posisi khusus pada tingkat berbeda dari suatu organisasi sehingga tanggungjawab,
otoritas, status dan kegiata manajer setaraf dengan tingkat mereka dalam organisasi.
- Menurut Don Hellriegel dan John Slocum mengatakan bahwa manajer adalah
orang yang mengalokasikan sumber daya manusia dan material serta
mengarahkan kegiatan operasional dari departemen atau seluruh organisasi.
- Menurut Garet Jones manajer adalah karyawan yang bertanggungjawab
untuk mengkoordinasikan sumber daya dalam organisasi dan memastikan bahwa
organisasi berhasil mencapai tujuannya.
Seorang manajer memiliki beberapa cirri (Silalahi 2011:31) :
a. Manajer sebagai seorang pribadi yang diberkati dengan kemampuan dan
kreativitas lebih dari pada orang lain. Namun sebagai manusia, manajer juga
memiliki keterbatasan.
b. Manajer bekerja dalam organisasi. Dimana organisasi adalah kumpulan
orang-orang yang bekerja bersama dan mengkoordinasi tindakan-tindakan
mereka untuk mencapai tujuan atau hasil kerja akhir masa yang akan datang
yang diinginkan.
Azas-azas Manajemen 16
c. Manajer adalah orang yang bertanggungjawab mengelola (managing)
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya serta bertanggungjawab atas
pengelolaan tugas-tugas orang lain untuk mencapai tujuan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar organisasi yang dapat
memberikan pengaruh terhadap organisasi tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan menciptakan ketidakpastian bagi para manajer organisasi, dan
mereka harus menjawab dengan merancang organisasi tersebut untuk beradaptasi
dengan lingkungan atau mempengaruhi lingkungan. (Manajemen Edisi kelima “Richard
L. Daft”/ 89&99/2002)
Manajer juga harus terus-menerus memantau lingkungan sehingga mereka dapat
mengantisipasi bagaimana permintaan akan produknya atau biaya produksi produknya
berubah.
Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Keputusan Manajer
1. Faktor- Faktor Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur di luar organisasi, yang sebagian
besar tidak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh
manajer. Lingkungan eksternal mempunyai baik unsur-unsur yang berpengaruh
langsung (lingkungan eksternal mikro) dan yang berpengaruh tidak langsung
(lingkungan ekstern makro).
a. Lingkungan Ekstern Mikro
Lingkungan ekstern mikro terdiri dari :
Pesaing ( Competitor )
Lingkungan persaingan perusahaan tercermin dari tipe, jumlah dan
norma-norma perilaku organisasi-organisasi pesaing. Dengan pemahaman
akan lingkungan persaingan yang dihadapinya, organisasi dapat mengetah ui
posisi persaingannya, sehingga lebih mampu mengoptimalkan operasi-
operasinya.
Pelanggan ( Consumers )
Azas-azas Manajemen 17
Strategi, kebijaksanaan dan taktik-taktik pemasaran perusahaan
sangat tergantung pada situasi pasar dan pelanggan. Biasanya, manajer
pemasaran menganalisa profil pelanggan sekarang dan potensial serta
kondisi pasar dan mengarahkan kegiatan-kegiatan pemasaran perusahaan
berdasarkan hasil analisis. Alanisis pelanggan ini juga berguna untuk
mengantisipasi perubahaan perilaku pasar atau pelanggan dan mengarahkan
pengelokasian sumber dayanya sesuai kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Dalam situasi persaingan yang ketat, melalui pemuasan kebutuhan dan
keinginan pelanggan, perusahaan akan dapat menjaga kelangsungan
hidupnya, berkembang dan mendapatkan keuntungan.
Pasar Tenaga Kerja ( Labor Supply )
Organisasi memerlukan sejumlah karyawan (personalia) dengan
bermacam-macam keterampilan, kemampuan dan pengalaman, sehingga
organisasi perlu menggunakan banyak saluran untuk menarik dan
mempertahankan karyawan tersebut. Kemampuan menarik dan
mempertahankan karyawan dan cakap merupakan kebutuhan prasyarat bagi
perusahaan sukses.
Lembaga- Lembaga Keuangan
Organisasi-organisasi tergantung pada bermacam-macam lembaga
keuangan. Kebutuhan akan dana dari lembaga-lembaga keuangan tersebut
dalam jangka pendek untuk membelanjai operasi-operasinya, atau jangka
panjang untuk membangun fasilitas baru dan membeli peralatan baru.
Perusahaan perlu menjalin hubungan kerja yang baik dengan lembaga -
lembaga keuangan dengan memahami prosedur-prosedur perbankan,
mampu membuat transaksi yang berharga, mempunyai pembukuan yang
lengkap dan jaminan yang diperlukan.
Penyedia ( Suppliers )
Setiap organisasi sangat bergantung pada sumber daya-sumber
dayanya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku (mentah), bahan
pembantu, pelayanan, energi dan peralatan, yang digunakan untuk
Azas-azas Manajemen 18
memproduksi keluaran. Organisasi biasanya berhubungan dengan para
penyedia melalui agen-agen atau manajer pembeliannya. Manajer pembelian
senantiasa harus menilai kemampuan reputasi, pelayanan, harga, potongan
kuantitas, kualitas dan sebagainya dari para penyedia sehingga dapat
disesuaikan dengan karasteristik-karasteristik yang diinginkan perusahaan.
Perwakilan-Perwakilan Pemerintah
Hubungan organisasi dengan perwakilan-perwakilan pemerintah
berkembang semakin kompleks. Perwakilan-perwakilan pemerintah ini
biasanya menetapkan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi organisasi
dalam operasinya, prosedur-prosedur perijinan, dan pembatasan-
pembatasan lainnya untuk melindungi masyarakat. Di samping itu
perwakilan-perwakilan pemerintah sering merupakan atau menjadi para
penyedia dan kreditur besar bagi perusahaan.
b. Lingkungan Ekstern Makro
Lingkungan ekstern makro mempengaruhi organisasi dengan dau cara, yaitu :
Kekuatan-kekuatan di luar tersebut mempengaruhi suatu organisasi
secara langsung atau secara tidak langsung melalui satu unsure atau
lebih unsur-unsur lingkungan ekstern makro.
Unsur-unsur lingkungan makro menciptakan iklim. missal teknologi
tinggi, kedaan perekonomian cerah atau lesu dan perubahan-perubahan
sosial di mana organisasi ada dan harus memberikan tanggapan.
Lingkungan ekstern makro terdiri dari faktor-faktor teknologi, ekonomi,
politik, sosial, dan dimensi internasional sebagai kekuatan-kekuatan yang berada di
luar jangkauan perusahaan dan biasanya terlepas dari situasi operasional
perusahaan, dengan organisasi jarang memiliki kekuatan untuk memberikan
pengaruh balik yang berarti.
Azas-azas Manajemen 19
2. Perkembangan Teknologi
Dalam setiap masyarakat atau industri, tingkat kemajuan teknologi
memainkan peranan berarti pada penentuan produk dan jasa yang akan diproduksi,
peralatan yang akan digunakan, dan bagaimana macam-macam operasi akan
dikelola. Perubahan-perubahan teknologi, yang biasanya bersifat inovatif dan
menolak keusangan, dapat terjadi seketika dan dramatik dalam mempengaruhi
perusahaan dan situasi persaingan.
3. Variabel-variabel Ekonomi
Para manajer akan selalu terlibat dengan masalah-masalah biaya sumber
daya-sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Biaya-biaya ini berubah-ubah setiap
waktu karena pengaruh faktor-faktor ekonomi. Sehingga manajer senantiasa perlu
menganalisa dan mendiagnosa faktor-faktor ekonomi. Jadi, manajer-manajer
perusahaan harus mencurahkan waktu dan sumber daya-sumber daya untuk
melakukan peramalan-peramalan ekonomi dan antisipasi perubahan-perubahan
harga.
4. Lingkungan Sosial-Kebudayaan
Lingkungan sosial-kebudayaan suatu masyarakat merupakan pedoman
hidup yang menentukan bagaimana hampir seluruh organisasi dan manajer akan
beroperasi. Lingkungan ini mencakup kepercayaan, niali-nilai, sikap, pandangan
serta pola kehidupan yang dibentuk oleh tradisi, pendidkan, kelompok etnis,
ekologi, demografis, geografis, serta agama dan kepercayaan dari sekelompok atau
seluruh masyarakat tertentu.
5. Variabel-variabel Politik & Hukum
Politik dan hukum dalam suatu periode waktu tertentu akan menentukan
operasi perusahaan. Manajer tidak mungkin mengabaikan iklim politik, peraturan-
peraturan pemerintah maupun dampaknya terhadap pemerintah dalam pembuatan
keputusan. Pemerintah dapat berperan sebagai pencipta kesempatan, pemberi
perlindungan, dan penetap batasan-batasan.
Azas-azas Manajemen 20
6. Dimensi Internasional
Komponen internasional dalam lingkungan eksternal juga menyajikan
kesempatan-kesempatan dan tantangan-tantangan, serta mempunyai potensi
menjadi faktor yang berpengaruh langsung pada operasi perusahaan. Kekuatan-
kekuatan internasional ini berpengaruh melalui perkembangan politik dunia,
ketergantungan ekonomi, penularan nilai-nilai dan sikap hidup serta transfer
teknologi. Lebih sempit lagi, kekuatan-kekuatan ini berwujud, misalnya
ketergantungan sumber daya impor, persaingan dengan perusahaan-perusahaan
multinasional, perubahan pola kehidupan menjadi lebih materialistik dan
individualistik, tingkat pertukaran mata uang asing, dan sebagainya.
B. TIPE MANAJER
Manajer diklasifikasikan kedalam beberapa tipe berdasarkan: (1) jangkauan
kegiatan organisasional, (2) otoritas, (3) sistem manajerial, dan (4) sifat pekerjaan.
1) Menurut Tingkatan Organisasional
Orang yang menduduki jabatan dalam hierari (urutan tingkatan/jenjang
jabatan) organisasional disebut sebagai manajer. Dalam hierarki organisasional,
manajer dibedakan atas 3 tipe, yaitu manajer tingkat bawah, manajer tingkat
menengah, manajer tingkat puncak. Serta terdapat pula orang-orang diluar struktur
yang disebut sebagai kelompok nonmanagerial / pegawai/ karyawan seperti
sekretaris, pegawai bagian keuangan, pegawai bagian tatausaha, pegawai bagian
perlengkapan, pegawai bagian kebersihan dll.
a. Manajer Tingkat Bawah (lower level manager)
Disebut juga sebagai manajer lini pertama, pada organisasi privat
disebut sebagai supervisior merupakan orang yang secara langsung mengawasi
pekerjaan personalia, serta bertanggungjawab atas hasil kerja mereka. Ia
melaporkan pada manajer tingkat menengah sebagai atasan langsung.
Eckles, Charmicael dan Sarchet mengemukakan
bahwa supervisior adalah manajer yang secara langsung mengkoordinasikan
pekerjaan dari kelompok nonmanajerial atau personalia dan langsung
Azas-azas Manajemen 21
memanajemeni sumberdaya lain, termasuk mesin dan material. Sehingga
manajer lini pertama ini menjadi pemengang peranan penting dalam
organisasi modern, baik itu pada sektor publik maupun privat (bisnis). Ia
menjadi mediator antara kelompok pegawai (nonmanajerial) dengan manajer.
Sebagai manajer, ia menjalankan aktivitas manajemen, meskipun fungsi
utamanya adalah memimpin, mengkoordinasi dan menggerakkan
pegawai/karyawan secara tertib dan teratur kearah pencapaian tujuan
organisasi.
Seorang supervisior merupakan orang yang kompeten dan menjadi
posisi terbaik untuk mengetahui dan mengerti apa yang sedang terjadi dalam
unit kerja/departemen tertentu. Jadi, supervisior bertugas mengawasi,
mengontol kinerja karyawan, menjaga kualitas produk, mengenali potensi
masalah, mengambil tindakan korektif, dan menjadi wakil dari bawahannya
kepada organisasi.
Pada studi yang dilakukan oleh John Pearce II & Richard Robinsor, Jr
pada perusahaan McDonald menyebutkan kewajiban/keterampilan seorang
manajer lini pertama:
a. mengontrol aktivitas kerja
b. pemecahan masalah
c. perencanaan aktivitas kerja
d. komunikasi secara informal dan lisan
e. berkomunikasi dengan atasan
f. memberikan umpan balik untuk kinerja bawahan
g. melatih/membina bawahan
h. menulis surat dan memo
i. menciptakan dan memelihara suasana yang memotivasi
j. mengatur/mengelola waktu
k. menghadiri pertemuan
l. menggali dan mengembangkan diri
m. melakukan konseling karir dengan bawahan
Azas-azas Manajemen 22
n. mewakili perusahaan/organisasi
b. Manajer Tingkat Menengah (middle level manager)
Disebut sebagai manajer lini kedua. Kelompok manajer ini merupakan
kelompok manajer yang paling banyak dalam sebagian besar organisasi.
Manajer Tingkat Menengah ini adalah orang yang mengawasi dan menjadi
mediator antara manajer tingkat bawah dengan eksekutif / manajer puncak.
Ia bertugas melaporkan pada manajer puncak sebagai atasan langsung dan
mengatur kerja departemen atau divisi. Titel manajer tingat menengah ini
menunjuk orang pada level umumnya dikaitkan dengan nama departemen,
divisi, atau unit kerjanya dalam organisasi. Pada organisasi publik, level ini
misalnya Dekan Fakultas, Kepala Departemen, Manajer Operasional. Pada
Organisasi privat, manajer SDM yang memimpin departemen/unit SDM,
manajer keuangan yang memimpin divisi keuangan/ departemen keuangan,
manajer pemasaran memimpin departemen pemasaran.
Jika hierarki organisasional lebih dari 3, kadang sulit untuk membatasi
sampai pada tingkat mana peran manajer menegah. Meskipun demikian, orang
yang menduduki posisi ditingkat manapun dalam hierarki organisasi, kecuali
pada level puncak dan level bawah cenderung disebut manajer.
Yang jelas manajer ini bertanggung jawab atas divisi organisasi kepada
eksekutif dan menerima tanggungjawab sebagai penyelia/penghubung dari
unit/departemen yang dibawahinya, sehinggaa manajer menengah ini menjadi
subordinasi/bawahan dari manajer puncak/eksekutif.
c. Manajer Tingkat Puncak (top level manager)
Disebut sebagai manajer tingkat puncak merupakan orang yang
menduduki posisi puncak pada piramida organisasi dan menunjuk pada title
eksekutif seperti pada sektor privat disebut CEO, General Manager, Presiden,
wakil presiden sedangkan pada sektor publik seperti Kepala Dinas, Rektor
Universitas, Kepala Rumah Sakit / Direktur Rumah Sakit. Manajer puncak ini
memiliki tanggungjawab untuk kinerja organisasi secara keseluruhan. Ia
Azas-azas Manajemen 23
melakukan koordinasi secara keseluruhan dari organisasi dan menggerakkan
sponsor, klien dan komunitas pada tingkat bawah.
Jadi seorang manajer puncak memiliki tugas untuk menciptakan tujuan
organisasi, strategi keseluruhan, dan kebijakan operasional, ia juga secara
resmi menjadi wakil organisasi ke lingkungan luar seperti pihak pemerintah,
pihak eksekutif perusahaan lain, serta pihak lainnya. Manajer puncak memiliki
pekerjaan yang kompleks dan bervariasi, memiliki bayaran yang tinggi.
2) Menurut Otoritas,
Manajer juga dapat dibedakan menurut otoritas dan tanggung jawab yang
mereka miliki. Terdapat dua tipe otoritas dan tanggung jawab manajerial dalam
organisasi, yaitu otoritas lini dan otoritas staf.
a. Manajer Lini
Merupakan orang yang secara langsung bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan atau menghasilkan keluaran. Manajer Lini memiliki
otoritas komando atau memerintah di dalam domain/wilayah kekuasaan
mereka. Example dalam organisasi privat seperti manajer pemasaran,
manajer produksi sedangkan dalam organisasi publik seperti manajer SDM,
manajer keuangan. Jadi, manajer lini ini bertanggung jawab untuk kegiatan-
kegiatan kerja yang berkontribusi langsung untuk keluaran organisasi, baik
berupa barang maupun jasa pelayanan organisasi. Dengan kata lain, kegiatan
dan tanggung jawab dari manajer lini berpengaruh langsung atas produk dan
jasa dari organisasi.
b. Manajer Staf
Merupakan orang yang, dalam berbagai cara, mendukung kerja dari
kegiatan manajer lini, dan tidak ikut secara operasional atau tidak
memberikan kontribusi langsung untuk keluaran organisasi. Manajer staf
bertanggung jawab untuk fungsi spesialis seperti halnya perencanaan dan
memiliki kewajiban dalam membantu aktivitas dari manajer lini, serta
memiliki otoritas yang terbatas dalam memerintah. Manajer Staf
Azas-azas Manajemen 24
menggunakan keahlian teknis khusus untuk membantu dan mendukung
usaha-usaha dari bidang lini. Tipikal dari manajer ini adalah manajer
personalia, mereka mendukung kegiatan produksi dan pemasaran.
3) Menurut Sistem Manajerial (menurut Hellriegel & Slocum)
a. Manajer Tingkat Teknik
Memiliki tugas operasi dan produksi barang-barang dan jasa. Dalam
melaksanakan tugasnya, ia menggunakan teknik atau metode manajemen
ilmiah dan riset operasi (kegiatan organisasi), dengan titik pandang rekayasa
dan operasi dengan jarak waktu yang pendek. tergolong dalam manajer -
manajer tingkat bawah.
b. Manajer Tingkat Organisasional
Memiliki tugas mengkoordinasi aktivitas-aktivitas internal
organisasi (pekerja. kebijakan, keuangan, dll). Yang disebut sebagai manajer
organisasional adalah seperti manajer keuangan (kasubag keuangan),
pemasaran, manajer personalia (kasubag kepegawaian), kasubag umper,
kemahasiswaan atau manajer-manajer yang tergolong dalam manajer tingkat
menengah.
c. Manajer Tingkat Institusional
Memiliki tugas yang berhubungan dengan lingkungan eksternal
organisasi, baik input yang mendukung/mensuport kebuthan untuk
kehidupan dan pertumbuhan organisasi (seperti pemasok, pelanggan, publik),
maupun bagaimana output/keluaran sistem diterima oleh lingkungan (seperti
klien, pengguna, pemerintah). Manajer institusional ini seperti manajer puncak
(presiden direktur dll)
4) Menurut Sifat Pekerjaan (menurut Nadler)
a. Manajer Teknik
Merupakan seorang manajer yang menguasai penggunaan teknologi
tinggi dan diharapkan memiliki latar belakang kuat mengenai teknologi.
Azas-azas Manajemen 25
Pesatnya pengkembangan IPTEK, manajer dengan keahlian teknik menjadi
kebutuhan yang urgent.
b. Manajer Administratif
Merupakan seorang yang terampil dalam fungsi-fungsi administratif
dari manajemen. Manajer administratif cenderung bersifat umum. Manajer ini
membantu unit dalam cara yang terbaik untuk organisasi secara keseluruhan.
Manajer admnistratif biasanya ditempatkan sebagai kepala unit komputer,
namun tidak mewajibkan keterampilan mengoperasikan komputer, yang
terpenting adalah ia dapat memanfaatkan jasa komputer melalui operator atau
programmer yang menjadi subordinasinya/bawahannya dalam mengelola
masalah administrasi.
c. Manajer Konsultasi
Memang tidak memiliki unit khusus dalam manajemen, namun ia
terdapat pada berbagai tingkat organisasi untuk mendukung manajer -manajer
dan unit-unit, baik dalam hal isi kegiatan, proses ataupun keduanya.
C. FUNGSI DAN KETERAMPILAN MANAJER
Manajer memiliki cara-cara yang berbeda dalam menjalankan manajemen. Ada
yang memberikan kesempatan bagi orang lain dalam mengambil atau membuat
keputusan-keputusan yang kecil (minor), namun ada pula yang tidak mau orang lain
melakukannya sehingga hal-hal yang kecil pun harus diputuskannya sendiri. Demikian
pula ada yang suka pada prosedur yang ketat sehingga birokrasinya pun agak ketat pula,
tetapi sebagian lainnya lebih menyukai prosedur yang longgar.
Selain itu, bagian cara-cara manajer bekerja pun tidaklah sama, tetapi banyak
ditentukan oleh suasana lingkungan, tempat ia berada atau macamorganisasi apa yang
dipimpinnya. Ada organisasi yang mempunyai manajer yang baik sehingga di bawah
pimpinan dan cara bekerjanya, dapat dirasakan adanya sukses untuk waktu yang
panjang Robbins dan Coulter (2005) menjabarkan keahlian yang harus dimiliki oleh
seorang manajer, yaitu sebagai berikut:
1. Keahlian konseptual, yang meliputi:
Azas-azas Manajemen 26
a. kepandaian untuk menggunakan informasi untuk memecahkan masalah;
b. mampu mengidentifikasi peluang untuk inovasi;
c. menyadari permasalahan dan dapat mengimplementasikan solusinya;
d. dapat menyeleksi informasi yang penting dari seluruh data yang ada
e. mengerti teknologi bisnis;
f. mengerti model bisnis untuk organisasinya.
2. Keahlian komunikasi yang meliputi:
a. mampu mentransformasikan ide ke dalam kalimat dan perbuatan;
b. memiliki kredibilitas di antara kolega, teman seprofesi, dan bawahan;
c. mampu mendengarkan dan menjawab pertanyaan;
d. keahlian presentasi dan berbicara terformat;
e. keahlian presentasi secara tulis atau dengan format grafis.
3. Keahlian efektivitas yang meliputi:
a. berkontribusi untuk misi korporasi atau tujuan departemen;
b. fokus pada pelanggan;
c. multi tasking (bekerja pada banyak pekerjaan secara paralel);
d. keahlian bernegosiasi;
e. pengendali proyek;
f. me-review pekerjaan dan mengimplementasikan kemajuan;
g. menentukan standar dan memelihara performans secara internal dan
eksternal;
h. menentukan prioritas dan perhatian serta aktivitas;
i. membagi waktu.
4. Keahlian interpersonal meliputi:
a.coaching dan keahlian monitoring
b.bermacam keahlian sehingga dapat bekerja dengan bermacam orang dengan
beragam budaya
c.memiliki jejaring didalam organisasi maupun diluar organisasi
d. bekerja sama dalam tim
Azas-azas Manajemen 27
Menurut Handoko (1999) secara keseluruhan seorang manajer memiliki tugas-
tugas penting yang menyangkut hal-hal sebagai berikut.
1. Manajer melakukan pekerjaannya dengan dan melalui orang lain (baik bawahan,
atasan, dan sesama manajer).
2. Manajer harus menyelaraskan tujuan-tujuan yang mungkin saling bertentangan
dan menetapkan prioritas, di mana keputusan sulit harus diambil.
3. Manajer harus bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan apa yang
sudah dijalankannya dalam mencapai tujuan.
4. Dalam melakukan fungsinya seorang manajer harus berpikir secara analitis dan
konseptual.
5. Manajer adalah seorang mediator, politisi sekaligus diplomat, terutama dalam hal
menyelesaikan kondisi-kondisi tertentu, dan ketika melaksanakan fungsi
representasi.
Azas-azas Manajemen 28
Bab 3
PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN DAN
PENDEKATAN SISTEM
A. TEORI MANAJEMEN
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang disusun secara
sistematis. Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara
fenomena-fenomena yang ada. Setiap teori akan mengembangkan konsep-konsep yang
digunakan sebagai simbol fenomena tertentu. Secara singkat, teori manajemen bisa
membantu memajukan praktik manajemen. Kegiatan belajar ini akan membicarakan
perkembangan teori manajemen yang meliputi:
a. teori manajemen kuno,
b. teori manajemen klasik yang mencakup teori manajemen ilmiah dan teori
organisasi/administrasi klasik,
c. aliran perilaku,
d. aliran kuantitatif,
e. teori manajemen kontemporer.
B. TEORI MANAJEMEN KUNO
Manajemen telah dipraktikkan sejak zaman dulu meskipun saat itu teori
manajemen mungkin belum dirumuskan dengan komprehensif. Bahkan, barangkali
manajemen telah lahir sejalan dengan munculnya peradaban manusia. Sebagai contoh,
bangsa Mesir bisa membuat piramida, yaitu bangunan yang cukup kompleks dan han ya
bisa diselesaikan dengan koordinasi yang baik. Kekaisaran Romawi mengembangkan
struktur organisasi yang jelas serta sangat membantu komunikasi dan pengendalian.
Azas-azas Manajemen 29
Konsep-konsep manajemen juga sering dibicarakan oleh filsuf Yunani atau Arab
(Islam) pada Abad Pertengahan. Berikut ini kita bicarakan beberapa ilustrasi
manajemen pada zaman kuno.
1. Mesir Kuno
Peradaban Mesir Kuno menghasilkan warisan yang spektakuler, yaitu
piramida, Bangunan yang mungkin sudah Anda lihat dan kenal. Piramida
merupakan bangunan raksasa. Pembangunan piramida melibatkan ribuan orang (lebih
dari 100.000 orang) dan membutuhkan waktu sekitar 20 tahun untuk menyelesaikan
satu piramida (ada beberapa piramida yang dibangun). Untuk membangun konstruksi
raksasa tersebut, jelas dibutuhkan manajemen. Pasti ada manajer yang bertugas
merencanakan, mengorganisasi, mengoordinasikan, dan mengendalikan aktivitas,
manusia, dan sumber daya agar bangunan piramida tersebut bisa berdiri.
2. Machiavelli
Pemikir dari Italia merumuskan beberapa prinsip manajemen dalam bukunya
Discourses yang ditulis pada tahun 1531. Dia menuliskan beberapa prinsip yang relevan
dengan manajemen kontemporer seperti berikut:
1. Organisasi akan lebih stabil jika anggotanya mempunyai kebebasan untuk
mengemukakan perbedaan dan memecahkan konflik tersebut dalam organisasi.
2. Satu orang bisa mendirikan organisasi, tetapi organisasi akan lebih ‘langgeng’
(bertahan lama) jika menjadi urusan banyak orang dan ketika orang-orang tersebut
ingin mempertahankan organisasi tersebut.
3. Manajer yang lemah bisa memegang wewenang dengan mengikuti manajer yang kuat,
tetapi tidak mengikuti manajer yang lemah lainnya.
4. Manajer yang ingin mengubah organisasi yang mapan harus mempertahankan
setidaknya ‘bayangan’ tradisi lama (a shadow of the ancient customs).
3. Sun Tzu
Filsuf Cina, Sun Tzu, yang hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu, menulis buku The
Art of Wars (Seni Perang). Beberapa prinsip yang dikembangkan oleh Sun Tzu sebagai
berikut.
Azas-azas Manajemen 30
1. Jika musuh maju, kita mundur.
2. Jika musuh berhenti, kita memprovokasi.
3. Jika musuh berusaha menghindari perang, kita menyerang.
4. Jika musuh mundur, kita kejar.
Meskipun prinsip yang diajarkan tersebut ditulis untuk perang, kita bisa
mengadaptasi prinsip tersebut dalam konteks bisnis, misalnya strategi bisnis. Strategi
bisnis dalam tingkat tertentu akan berkaitan dengan strategi perang.
4. Adam Smith
Adam Smith merupakan ekonom klasik yang hidup pada abad ke-18. Pada tahun
1776, Adam Smith memublikasikan bukunya The Wealth of Nations. Dia berargumentasi
bahwa masyarakat seharusnya melakukan pembagian tenaga kerja (division of labor)
atau spesialisasi kerja (job specialization). Menurut Adam Smith, suatu tugas bisa
dipecah-pecah ke dalam bagian yang kecil. Kemudian, tugas tersebut bisa dilatih dan
dikerjakan berulang-ulang sehingga orang yang mengerjakan tugas tersebut menjadi
sangat ahli. Akibatnya, dia bisa mengerjakan hal tersebut lebih cepat sehingga
produktivitas akan meningkat. Teori spesialisasi tersebut mengilhami banyak kalanga n,
termasuk pemikir-pemikir manajemen yang hidup setelah masa Adam Smith.
Meskipun manajemen telah dipraktikkan dan dibicarakan pada zaman kuno,
kejadian semacam itu relatif sporadis dan tidak ada upaya yang sistematis untuk
mempelajari manajemen. Karena itu, manajemen selama beberapa abad kemudian
“terlupakan”. Ada alasan lain. Ilmu ekonomi berkembang terlebih dulu. Bisnis atau
perdagangan dimasukkan dalam disiplin ekonomi. Ekonomi biasanya mengasumsikan
manajemen yang sudah efisien. Karena itu, studi manajemen tidak berkembang.
Alasan lain, manajemen sering dianggap sebagai seni atau praktik, bukan ilmu.
Manajer yang baik tidak perlu mempelajari teori manajemen, tetapi dengan “magang”
atau terjun langsung ke lapangan. Status ilmu manajemen sama seperti keterampilan
mengetik. Semakin sering mengetik, semakin lancar kemampuan mengetiknya. Dengan
demikian, tidak perlu belajar “ilmu mengetik”. Pada akhir abad 19-an, perkembangan
baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius. Pada waktu industrialisasi
Azas-azas Manajemen 31
berkembang pesat, perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan raksasa.
Perusahaan besar, seperti IBM atau General Motors, mulai muncul pada awal abad ke -
20-an. Pekerja mencapai ribuan orang. Produksi dilakukan secara massal. Input masuk
dalam jumlah besar. Proses produksi harus dilakukan dengan cepat (efisien).
Pengelolaan perusahaan besar tentunya semakin kompleks.
Studi manajemen yang lebih serius semakin diperlukan.
C. TEORI MANAJEMEN KLASIK
1. Pendahulu/Pionir Teori Manajemen Klasik
a. Robert Owen (1771—1858)
Robert Owen merupakan manajer dan pemilik beberapa pabrik kapas (cotton) di
Inggris. Pada waktu itu, kondisi kerja di pabrik sangat buruk. Owen sampai pada
kesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaru (reformer). Ia melihat peranan
pekerja yang cukup penting sebagai aset perusahaan. Pekerja bukan hanya merupakan
input, tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Selanjutnya, dia
memperbaiki kondisi kerja pekerjanya dengan mendirikan perumahan (tempat tinggal)
yang lebih baik.
Ia mendirikan toko tempat pekerja bisa membeli barang kebutuhan di toko
tersebut dengan harga murah. Mengurangi jam kerja menjadi 10,5 jam per hari dari
sebelumnya sekitar 15 jam sehari dan menolak pekerja di bawah umur 10 tahun. Owen
berpendapat, dengan memperbaiki kondisi kerja atau investasi pada sumber daya
manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Manajer lain
pada waktu itu lebih senang melakukan investasi pada sisi teknis, seperti investasi pada
mesin, dan melupakan perbaikan/investasi pada sumber daya manusia.
Di samping itu, Owen memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan
setiap hari. Dengan cara semacam itu, manajer diharapkan bisa melokalisasi masalah
yang ada dengan cepat. Cara semacam itu juga membuat pekerja yang berprestasi
menjadi bangga karena namanya dikenalkan ke pekerja lain. Cara semacam itu
mendorong sistem feedback
yang banyak dibicarakan pada masa-masa berikutnya.
Azas-azas Manajemen 32
b. Charles Babbage (1792—1871)
Babbage merupakan profesor matematika di Inggris. Dengan latar belakang
kuantitatifnya, ia percaya bahwa prinsip-prinsip ilmiah dapat diterapkan untuk
meningkatkan efisiensi produksi, produktivitas naik, dan biaya operasi turun.
Kontribusinya terlihat dari bukunya On the Economy of Machinery and Manufactures . Ia
menganjurkan pembagian kerja (division of labor) sehingga kerja/operasi setiap
pabriknya bisa dianalisis secara terpisah.
Dengan cara semacam itu, training bisa dilakukan dengan lebih murah. Pekerja
yang melakukan pekerjaan yang sama secara berulang-ulang akan semakin terampil dan
berarti semakin efisien. Dia percaya bahwa metode kuantitatif bisa digunakan untuk
menganalisis persoalan perusahaan, seperti untuk mengefisienkan penggunaan bahan
baku atau fasilitas lain. Dengan ide-ide semacam itu, Babbage merupakan pionir
manajemen ilmiah.
2. Teori Manajemen Ilmiah
Teori manajemen ilmiah muncul karena kebutuhan meningkatkan produktivitas.
Pada awal abad ke-20, perusahaan raksasa bermunculan, sedangkan penawaran tenaga
kerja relatif kurang. Pendahulu-pendahulu teori manajemen juga membantu
memunculkan manajemen ilmiah.
a. Frederick Winslow Taylor (1856-1915)
Frederick Taylor disebut sebagai bapak manajemen ilmiah. Taylor memfokuskan
perhatiannya pada studi waktu untuk setiap pekerjaan (timeand motion study). Di
sebuah pabrik baja di Philadelphia, Taylor melihat pekerja yang melakukan praktik
soldiering sengaja memperlambat pekerjaan, lebih rendah dibandingkan dengan
kemampuan yang sebenarnya. Taylor kemudian mengembangkan analisis kerja.
Pekerjaan dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Waktu yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut ditentukan (biasanya dengan melihat
waktu yang dipakai oleh pekerja yang baik). Metode yang terbaik dan tercepat untuk
melakukan pekerjaan tersebut dipelajari.
Azas-azas Manajemen 33
Taylor kemudian memperkenalkan sistem pembayaran differential (differential
rate system). Dengan cara tersebut, karyawan akan memperoleh kenaikan upah apabila
berhasil melampaui standar yang telah ditentukan. Kenaikan upah tersebut dihitung
secara teliti berdasarkan perkiraan kenaikan keuntungan perusahaan kar ena kenaikan
produksi tersebut. Dengan cara semacam itu, upah menjadi fair karena ditentukan
secara ilmiah. Dengan cara semacam itu juga, baik perusahaan maupun pekerja akan
sama-sama memperoleh keuntungan. Pekerja yang tidak efisien tidak perlu takut
kehilangan pekerjaan karena penawaran tenaga kerja pada waktu itu masih kurang.
Karena teorinya tersebut, Taylor kemudian bekerja menjadi konsultan di
beberapa perusahaan. Dengan cara semacam itu, Taylor merasa dapat mengaplikasikan
idenya dengan lebih efektif dan melaporkan bahwa banyak perusahaan yang sukses
dengan menggunakan metodenya.
Sebagai contoh, di suatu pabrik, dengan menganalisis dan memecah pekerjaan,
dapat ditemukan metode yang lebih baik. Pekerja dapat dikurangi dari 120 menjadi
hanya 35 orang. Jam kerja dikurangi dari 10,5 jam menjadi 8,5 jam. Akurasi kerja dapat
meningkat dengan 2/3-nya. Upah naik 80 sampai 100 persen. Semangat kerja karyawan
juga naik.
Meskipun sukses menaikkan produktivitas, banyak tantangan yang muncul.
Pekerja mulai takut diberhentikan apabila perusahaan menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Taylor. Tantangan terhadap Taylor menyebabkan pemogokan pada
sebuah pabrik Watertown Arsenal di Massachussets, Amerika Serikat. Wakil rakyat
(anggota kongres) memanggil Taylor meminta penjelasan mengenai ide -idenya.
Penjelasan Taylor ditulis dalam dua buku: Shop Management dan The Principles of
Scientific Management.
Manajemen ilmiah, menurut Taylor, didasarkan pada beberapa langkah atau
prinsip sebagai berikut ini:
Azas-azas Manajemen 34
1. Mengembangkan ilmu (science) untuk setiap elemen pekerjaan dan untuk menggantikan
metode perkiraan yang tanpa didasari ilmu (rule-of-thumb).
2. Memilih karyawan secara ilmiah dan melatih mereka untuk melakukan pekerjaan seperti yang
telah ditentukan pada langkah 1.
3. Mengawasi karyawan untuk memastikan bahwa mereka mengikuti metode yang telah
ditentukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan (seperti langkah 1).Pengawasan dilakukan
secara ilmiah.
4. Kerja sama antara manajemen dan pekerja ditingkatkan. Persahabatan antara keduanya juga
ditingkatkan.
Gambar 1.6 Prinsip Manajemen Ilmiah
Taylor berpendapat bahwa agar prinsip tersebut sukses, diperlukan revolusi
mental yang menyeluruh, baik dari sisi manajemen maupun sisi pekerja. Daripada
bertikai memperebutkan keuntungan yang ada, lebih baik keduanya memfokuskan
peningkatan produktivitas dan keuntungan agar lebih besar. Keuntungan yang lebih
besar akan menguntungkan semuanya. Taylor percaya bahwa manajemen ataupun
pekerja mempunyai kepentingan yang sama untuk meningkatkan produktivitas.
b. Frank B. Gilberth (1868—1924) dan Lillian Gilberth (1878—1972)
Keduanya merupakan suami istri yang mempunyai minat yang sama terhadap
manajemen. Frank Gilberth melakukan studi pekerjaan tukang batu (bricklayer) dalam
melakukan tiga hal: mengajar tukang batu yang junior, bekerja cepat, dan kemudian
sengaja memperlambat kerjanya. Setelah melakukan studi, ia mengajukan metode kerja
yang lebih efisien.
Metodenya mengurangi pergerakan fisik dari 18 jenis menjadi hanya lima jenis
dan meningkatkan output 200-300 persen. Sukses tersebut mengarahkannya pada studi
Azas-azas Manajemen 35
gerak dan kelelahan. Menurutnya, pergerakan yang dapat dihilangkanakan mengurangi
kelelahan. Semangat kerja akan naik karena bermanfaat secara fisik pada karyawan.
Lilian Gilberth memberikan kontribusi pada lapangan psikologi industri dan manajemen
personalia. Ia percaya bahwa tujuan akhir manajemen ilmiah adalah membantu pekerja
mencapai potensi sepenuhnya sebagai seorang manusia.
Keduanya mengembangkan rencana promosi tiga tahap yang ditujukan sebagai
program pengembangan karyawan dan untuk menaikkan semangat kerja karyawan.
Ketiga tahap/posisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
M enyiapkan M elakukan M elatih
Promosi Pekerjaan Calon
Pengganti
Gambar 1.7 Tahapan Promosi Gilberth
Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa sambil
menyiapkan promosi karier dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian, pekerja
akan menjadi pelaksana: pelajar, yaitu menyiapkan karier yang lebih tinggi dan pengajar
dalam arti mengajari calon penggantinya.
c. Henry L. Gantt (1861—1919)
Gantt pernah bekerja dengan Taylor. Kemudian, dia bekerja sendiri dan
melakukan perbaikan metode Taylor. Dia melakukan perbaikan metode penggajian
Taylor (differential system) karena menurutnya metode tersebut kurang memotivasi
pekerja. Setiap pekerja yang dapat menyelesaikan beban kerja hari itu akan menerima
50 cents. Pengawas (supervisor) akan memperoleh bonus untuk setiap pekerja yang
berhasil memenuhi standar kerja pada hari itu. Pengawas juga akan memperoleh bonus
tambahan apabila semua karyawan dapat memenuhi standar yang telah ditentukan.
Dengan insentif semacam itu, pengawas diharapkan akan melatih pekerja dengan
lebih baik.Gantt juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka yang merupakan ide
Owen. Kemajuan pekerja dicatat dengan bagan kotak warna hitam apabila berhasil
memenuhi standar dan warna merah apabila tidak bisa memenuhi standar. Gantt chart
Azas-azas Manajemen 36
(bagan Gantt) kemudian populer dan digunakan untuk perencanaan, yaitu mencatat
skedul (jadwal) pekerjaan tertentu.
d. Sumbangan dan keterbatasan teori manajemen ilmiah .
Teori manajemen ilmiah memberikan beberapa sumbangan penting. Produksi
massal merupakan salah satu perwujudan teori manajemen ilmiah. Barang diproduksi
dengan cepat dan sebanyak-banyaknya, seperti proses produksi lini perakitan. Proses
produksi semacam itu sangat efisien. Ide massalisasi semacam itu bahkan memengaruhi
sektor lain, misalnya jasa. Rumah makan cepat saji (fast food restaurant), seperti
McDonald, mengikuti ide proses produksi lini perakitan. Desain pekerjaan, pemilihan,
dan pengembangan karyawan secara ilmiah juga merupakan hasil dari teori manajemen
ilmiah.
Manajemen ilmiah mendorong pendekatan rasional untuk memecahkan masalah.
Pendekatan semacam itu mendorong pendekatan ilmiah pada manajemen dan
mendorong pendekatan manajemen sebagai ilmu. Pendekatan semacam itu mendorong
profesionalisme manajemen. Teori manajemen ilmiah mempunyai beberapa
keterbatasan. Asumsi bahwa manusia (pekerja) akan berusaha memenuhi kebutuhan
ekonomi dan fisiknya tidak selalu benar. Tujuan produktivitas atau keuntungan
cenderung mengarah pada ekploitasi pekerja.
Asumsi universalitas pendekatan manajemen ilmiah bahwa manajemen dapat
dipakai untuk semua situasi dan di semua tempat tidak sepenuhnya tepat. Hal ini
disebabkan ada beberapa pendekatan yang cocok untuk waktu/tempat tertentu, tetapi
tidak cocok untuk waktu/tempat yang lain.
3. Teori Organisasi Klasik
Teori manajemen ilmiah memfokuskan pada upaya meningkatkan produktivitas.
Teori organisasi klasik (teori administrasi klasik) memfokuskan pada kebutuhan
“menyistematisasi” cara-cara pengelolaan organisasi yang semakin kompleks.
Azas-azas Manajemen 37
a. Henry Fayol (1841—1925)
Henry Fayol merupakan industrialis Prancis yan sering disebut sebagai bapak
aliran manajemen klasik karena upaya “menyistematisasi” studi manajerial. Pokok
pikirannya ditulis dalam bukunya yang berjudul General and Industrial Management.
Menurut Fayol, praktik manajemen dapat dikelompokkan dalam beberapa pola yang
dapat diidentifikasi dan dianalisis. Selanjutnya, analisis tersebut dapat diajarkan kepada
manajer lain atau calon
manajer.Fayol membagi kegiatan bisnis dalam enam kegiatan pokok yang saling
berkaitan:
(1) teknis - memproduksi produk,
(2) komersial - membeli bahan baku dan menjual produk,
(3) keuangan - mencari dan menggunakan dana,
(4) keamanan - menjaga karyawan dan kekayaan perusahaan,
(5) akuntansi - mencatat dan mengukur transaksi,
(6) manajemen.
Dari keenam kegiatan tersebut, Fayol memfokuskan pada manajemenkarena
menurutnya manajemen merupakan kegiatan yang paling terlupakan. Fayol merupakan
orang pertama yang mengelompokkan kegiatan manajerial, yaitu (1) perencanaan, (2)
pengorganisasian, (3) pengarahan, (4) dan pengendalian. Fayol percaya bahwa kegiatan
manajemen mencakup empat fungsi tersebut. Pengelompokan semacam itu cukup
berpengaruh sampai saat ini. Buku-buku manajemen biasanya ditulis berdasarkan
keempat fungsitersebut. Prinsip-prinsip praktik manajemen yang efektif, menurut Fayol,
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.14 Prinsip Manajemen Fayol
1. Pembagian kerja: spesialisasi membuat kerja lebih efisien. Lini perakitan merupakan
contoh spesialisasi.
2. Wewenang: manajer harus memberikan perintah agar bisa dikerjakan. Wewenang
formal memberikan hak untuk memerintah, tetapi wewenang personal juga harus
dicapai agar perintah lebih efektif. Contoh wewenang personal adalah keahlian yang
Azas-azas Manajemen 38
dimiliki oleh manajer atau pengetahuan yang melebihi pengetahuan karyawannya.
3. Disiplin: anggota organisasi harus mematuhi aturan dan perjanjian yang mengatur
organisasi. Disiplin dihasilkan dari kepemimpinan yang baik pada setiap tingkat
organisasi, perjanjian yang fair (misalnya prestasi akan dihargai lebih), dan hukuman
atas pelanggaran.
4. Kesatuan komando: setiap karyawan hanya menerima instruksi dari satu atasan.
Jika karyawan mempunyai beberapa atasan, konflik dan kekacauan akan terjadi.
5. Kesatuan pengarahan: kegiatan-kegiatan dalam organisasi yang mempunyai tujuan
sama harus diarahkan hanya oleh satu manajer dengan menggunakan rencana tunggal.
6. Kepentingan individu harus tunduk pada kepentingan organisasi: kepentingan
individu tidak boleh mengatasi kepentingan organisasi.
7. Penggajian: sistem penggajian harus fair, baik untuk manajer maupun karyawan.
8. Sentralisasi: manajer bertanggung jawab terhadap organisasinya (karena itu bisa
memberikan perintah kepada karyawan), tetapi pada saat yang bersamaan karyawan
harus diberi wewenang yang cukup untuk melaksanakan pekerjaannya. Dengan
demikian, tingkat sentralisasi dan desentralisasi yang optimal harus dicari.
9. Hierarki: garis wewenang dalam organisasi turun dari manajer puncak sampai
karyawan tingkat bawah dalam organisasi.
10. Perintah: sumber daya (materi dan manusia) harus dikoordinasikan sedemikian
rupa sehingga selalu siap pada waktu dan tempat yang diperlukan.
11. Persamaan: manajer harus fair dalam memperlakukan karyawan dan bersahabat
dengan karyawan.
12. Stabilitas staf: perpindahan kerja (turnover) yang tinggi harus dihindari karena
membuat organisasi tidak efisien.
13. Inisiatif: karyawan diberi kebebasan untuk berinisiatif melakukan pekerjaan.
14. Espirit de corps: kerja tim, semangat tim, rasa persatuan, dan kebersamaan harus
didorong dan dipelihara. Contoh cara mendorong semangat tim adalah menggunakan
bahasa verbal, bukannya bahasa tertulis.
Azas-azas Manajemen 39
Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan, tetapi diajarkan. Manajemen bisa
dipelajari dan dipraktikkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.
b. Max Weber (1864—1920)
Max Weber merupakan ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori
birokrasi. Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri atas ribuan anggota membutuhkan
aturan yang jelas untuk anggota organisasi tersebut. Adapun organisasi yang ideal
adalah birokrasi saat aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian
kerja disebutkan dengan jelas. Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional dan yang
dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang efisien. Keahlian teknis dan
evaluasi berdasarkan prestasi ditekankan.
Model birokrasi Weber dipakai untuk memahami pengelolaan organisasi besar,
seperti perusahaan multinasional yang mempunyai karyawan ribuan orang. Perhatikan
bahwa birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer. Orang
cenderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang
lamban dan tidak responsif terhadap perubahan.
c. Sumbangan dan keterbatasan teori organisasi klasik
Sistematisasi yang dilakukan oleh Fayol masih mempunyai pengaruh yang cukup
besar pada studi manajemen sampai saat ini. Sistematisasi tersebut memberikan
pandangan (insight) terhadap bidang-bidang yang harus dianalisis untuk meningkatkan
efektivitas manajemen. Sumbangan terhadap manajer praktis juga cukup signifikan.
Manajer disadarkan terhadap persoalan-persoalan yang sering kali muncul dalam
organisasi.
Teori organisasi klasik dikritik karena tampaknya teori tersebut lebih tepat untuk
lingkungan yang stabil dan tidak cepat berubah-ubah. Lingkungan bisnis saat ini cepat
sekali berubah-ubah sehingga validitas teori organisasi klasik dipertanyakan.
d. Mary Parker Follet (1868—1933)
Mary Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena
memasukkan elemen manusia dan struktur organisasi ke dalam analisisnya. Elemen
Azas-azas Manajemen 40
tersebut kemudian muncul dalam teori perilaku dan hubungan manusiawi. Follet
percaya bahwa seseorang akan menjadi manusia sepenuhnya apabila manusia menjadi
anggota suatu kelompok. Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen dan
pekerja mempunyai kepentingan yang sama karena menjadi anggota organisasi yang
sama. Selanjutnya, Follet mengembangkan model perilaku pengendalian organisasi,
yaitu seseorang dikendalikan oleh tiga hal:
1. pengendalian diri (dari orang tersebut),
2. pengendalian kelompok (dari kelompok),
3. pengendalian bersama (dari orang tersebut dan dari kelompok).
Di samping itu, Follet juga mengembangkan pengendalian dari beberapa bidang,
seperti politik, ekonomi, dan biologi. Di samping pengendalian individu dari tiap bidang
tersebut, ada pengendalian bersama, yaitu pengendalian biologi bertemu dengan
pengendalian politik, politik dengan ekonomi, dan seterusnya.
e. Chester I Barnard (1886—1961)
Chester I Barnard merupakan direktur New Jersey Bell, perusahaan telepon di
Amerika Serikat pada tahun 1927. Dengan pengalaman manajerialnya dan dengan
bacaan sosiologinya yang cukup luas, Barnard mengembangkan teori organisasi.
Menurutnya, orang datang ke organisasi formal (seperti perusahaan) karena ingin
mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendiri. Pada waktu mereka berusaha
mencapai tujuan organisasi, mereka juga akan berusaha mencapai tujuannya sendiri.
Organisasi bisa berjalan dengan efektif apabila keseimbangan tujuan organisasi dan
tujuan anggotanya dapat terjaga.
Barnard mengakui adanya kelompok informal dalam organisasi yang formal.
Kelompok formal dapat memenuhi tujuan individu. Manajer sebaiknya memanfaatkan
kelompok informal sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi dan individu. Barnard percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi
dan individu dapat dijaga apabila manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone
of acceptance), yaitu pekerja akan menerima instruksi atasannya tanpa
mempertanyakan otoritas manajemen. Jika wilayah penerimaan karyawan tersebut
Azas-azas Manajemen 41
semakin besar, semakin lancar kegiatan organisasi. Pemikiran Barnard yang
menyinggung kelompok (individu yang bekerja sama) membedakannya dengan teoretisi
manajemen klasik lainnya. Pemikiran tersebut juga menjadi pionir untuk aliran
selanjutnya yang memfokuskan pada manusia.
Contoh Kelompok Formal dan Informal
Berikut ini contoh kelompok formal.
Misalkan, suatu perusahaan akan meluncurkan produk baru. Tim yang akan meluncurkan
produk baru tersebut sudah dibentuk. Ketua adalah manajer pemasaran, sedangkan wakil
ketua adalah manajer keuangan. Anggota ada lima orang, yaitu dua orang dari departemen
pemasaran, satu orang dari departemen sumber daya manusia, satu orang dari departemen
keuangan, dan satu orang lagi dari departemen produksi. Surat ketetapan (SK) sudah
ditandatangani oleh direktur utama.
Berikut ini contoh kelompok nonformal (informal)
Di suatu perusahaan, karyawan yang beragama Islam sepakat untuk mengadakan
pengajian. Pengajian akan dilakukan rutin setiap hari Jumat setelah kantor tutup. Ketua
pengajian disepakati Pak Mardiyono, staf pemasaran. Tidak ada SK resmi dari direksi.
4. Aliran Perilaku
Aliran manajemen klasik tidak dapat menaikkan produktivitas sambil tetap
menjaga harmonisasi tempat kerja. Aliran klasik cenderung memandang organisasi
secara mekanistis. Teori perilaku kemudian muncul karena ketidakseimbangan teori
klasik dalam memandang organisasi. Mary Parker Follet dan Chester I Barnard
merupakan pionir dalam aliran perilaku.
a. Pendekatan hubungan manusiawi (human relations)
Hubungan manusiawi (human relations) pada umumnya mengacu pada
suasana kerja yang berasal dari hubungan antara manajer dan karyawan. Jika
hubungan manusia pada suatu organisasi efektif, suasana kerja akan mendorong
Azas-azas Manajemen 42
semangat kerja dan keharmonisan suasana kerja. Efektivitas kerja diharapkan akan
terjadi dari suasana kerja atau hubungan manusiawi yang baik.
b. Studi Hawthorne
Studi Hawthorne dilakukan di pabrik Western Electric Company dari tahun
1924—1933 di Hawthorne, dekat Chicago, Amerika Serikat. Studi disponsori oleh
General Electric, Co. Studi tersebut bertujuan melihat pengaruh tingkat cahaya
penerangan di tempat kerja terhadap produktivitas. Pada mulanya, karyawan dibagi
dalam dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu tingkat penerangan diubah-ubah.
Kelompok kedua merupakan kelompok pengendali (control group). Cahaya
penerangan untuk kelompok kedua tidak diubah-ubah.
Ketika tingkat cahaya penerangan dinaikkan, ada kenaikan produktivitas pada
kelompok pertama meskipun polanya tidak menentu. Ketika tingkat penerangan
diturunkan, produktivitas tetap cenderung naik. Bahkan, produktivitas pada
kelompok pengendali, yaitu tingkat penerangan tidak diubah, menunjukkan
kecenderungan kenaikan produktivitas. Hasil seperti itu tentu saja membingungkan.
Pada eksperimen selanjutnya, sekelompok pekerja ditempatkan di tempat terpisah.
Beberapa variabel yang berkaitan diubah-ubah, seperti upah, lamanya waktu
istirahat, dan hari kerja diperpendek. Bahkan, pekerja diperbolehkan memberi
saran/usulan perubahan. Hasil yang diperoleh tetap membingungkan. Produktivitas
cenderung naik meskipun tidak teratur polanya. Elton Mayo (1880—1949) bersama
beberapa koleganya, seperti Fritz J. Roethlisberger dan William J. Dickson, kemudian
masuk dalam tim penelitian.
Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa kenaikan produktivitas
tersebut terjadi karena kelompok kerja yang dijadikan studi dan juga kelompok
kendali merasa menjadi perhatian. Akibatnya, mereka termotivasi untuk bekerja
lebih baik. Para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa perhatian manajemen dapat
meningkatkan semangat kerja karyawan. Gejala seperti itu kemudian sering disebut
sebagai efek Hawthorne (Hawthorne effect). Para peneliti juga berkesimpulan bahwa
kelompok informal mempunyai pengaruh yang positif teradap produktivitas. Suasana
kerja di pabrik cukup membosankan dan membuat arti hidup menjadi “kurang
Azas-azas Manajemen 43