dan p en~ rrn a di Bl'. 1JungJn 1t u. S..:111cnt .ffa 1 u Hupa t i Pa... uruha n
<litud uh p ula mem punyai h1.1r1ung:1n gdap d ngJ n gtn1kan k rst:-
hut. ma.lab.an diseb u tbn pub b:ihwa terda pat sua tu jarin~Jn
perkom plotan ya ng melipuci dal.!nih Banyu d11gi. Kc<liri bag.ian
Selatan d an Madiun, di mw1a b1.:be rapa <rnggota 1iriyayi ikut
tcrlibat di dalamn ya. Sudah barang tentu ger.ikan ini mempunyai
hubungan dengan pemimpin-pemimpin aga m a b\.!scrta kmhaga-
nya, st:perti Ky ai Mohamad Rawi dari Banyu wa.ng1 dan pesantren
di Cepaka Gambaran yang mirip <lengan ge n kan m csia nistis ini
juga dapa t dilihat da lam pcristiwa Dietz, aitu suatu gerakan
mesianistis yang dipi.mpin oleh orang yang bemama Dietz yang
pengaruhnya meliputi daerah J awa Tenga h.
Gt:rak.an ini timbul pada sekitar tahun 19 18 dengan muncul-
nya orang y ang bernama Dietz, pemimpi.11 gerakan tersebut. Ia
mengaku sebagai satu-satunya putra Ratu Kedat on. permaisuri
Sultan Yogyakarta yang telah wafat. Hamengkubuwono V. la
dibu ang ke Mena<lo bersarna--sama dengan ibunya. di mana
kemudian 1a diangkat sebagai anak oleh pens1u nan opsir kesehat-
an Mayor Dietz, kan:na itulah ia kemudian dJSebut J engan nama
Dietz. Nama sebenarnya yalah Gusti Muham a<l dan k~ti ka berusia
15 tahun ia memakai narna Pangcra n Sur1c nga!u;;u 19 . Latar-
bt:lakang pemlidikannya dan pengalamannya dimul::..i. dari Euro-
peesche Lagere School, diikuti dengan perjal anann) ..i ke berbagai
negeri di Eropa. Agaknya calon raja ini ingin mcnuntut hak
penggantian takhta kraton Yogyakarta. dan m cmegang peranan
sebagai du kun dan gum ngelmu serta m en yebut dirinya sebagai
Gusti Moham ad Herutjokro . Dengan gelarnya itu ia be.rtujuan
untuk menjadi seorang juruselamat. Ia memp eroleh pengjkut dan
pengaruhnya yang luas, rupanya kanma ia rnemiliki kepandaian
da!am masa!ah pengoba tan dan ajaran misti kn ya yang terkenal
dengan nama ilmu kamuksaan. Karena gelar kebangsawanannya
yang tinggi it u pula ia dapat menarik beberapa pengik'llt di
lingkungan tertentu dari daerah Yogyakarta .
Disebut kan hahwa Dietz tinggal di desa Bergaskid ul. kurang-
lebih 30 km dari arah selatan Semarang. 20 Di sit u ia hidup
sebagai petani dengan memiliki sawah seluas 15 bahu. Selain itu
ia men diri kan rumah dengan model kraton J awa yang khas di
19 Lthat Sabad Suryengalagan (MS San a Budo·a . Yogya~rt a ) .
20 Lihat Lapo ran Raha>ia1 hmta n ~ g1m1kan Diet z. d1 dalam Verbul , t•nual 30
Desember 19 21, H 14 .
281
daerah kerajaan, seperti dengan rnernakai regol di sebelah utara
dan sebuah paseban yang terletak di sebelah selatan. Tempat
tinggalnya itu disebut dengan narna Kraton Tuk Puger, yang
didiaminya bersarna kedelapan orang istrinya dan anak-anaknya.
Tempat ini dimaksudkan sebagai bangunan untuk ditinggal,
apcibila ia ke.mudian pindah ke kratonnya di Ambarukm o.
Yogyakarta, yaitu sete lah ia mernproklamasikan diri sebag:ai
Sultan.
Dalarn gera.kannya itu ia mengumpulkan pengikut-pengikut-
nya dengan mengwnurnkan tlirinya scbagai Ratu Adil dan calon
pemegang tak.hta di Yogyakarta. Meluasnya gerakan ini ke
seluruh daerah Jawa Tengah Selatan, dilkuti dcngan meluasn ya
mitos tentang kepemimpinannya sebagai juruselarnat, c.lengan
segala ajaran dan petuah-petuahn}'·a kepada rakyat. Di daerah
Surakarta, misalnya tersebar berita bahwa pewaris kesultanan
yang sebcnamya adalah Pangeran Surjengalogo yang meninggal
dalam beberapa tahun sebelumnya, tetapi ia telah menjelma
kembali ke dalarn diri Gusti Muhamad Herutjokro yang akan
rnenjadi Rstu Adil dan akan mernbawa penyelarnatan umat.
Kedatangannya itu sebelurnnya akan didahului oleh suatu ben-
cana, oleh karena itu dianjurkan agar orang-orang mau menjadi
pengikut dari Gusti Muhamad agar dapat selarnat. Selain itujuga
terdapat kepercayaan bahwa dengan memakai minyak sampuma
yang dibawa oJeh tokoh Ratu Adil itu maka orang dapat
menyelamatkan diri dari bencana. Bahkan tersebar pula keper-
cayaan bahwa Gusti Muharnad itu seorang pemimpin balatentara
silurnan yang tidak dapat kelihatan. Gerakannya ini berhasil
rnernikat pengikut·pengikutnya dari daerah Semarang. Kedu,
Yogyalcarta dan Sura.karta. Tida.k terdapat catatan mengenai
aktivitas dan tmda.kan-tindakan dari gerakan ini secara terperinci,
hanya dapat disebutkan bahwa ketika ia tiba di Sura.karta ia
disambut oleh duaribu orang, dan ada pengerahan tenaga dari
Yogyakarta sebanyak duaratus orang, dan duaratus-Jimapuluh
orang lainnya dari tempat lain, yang dipekerjakan dalarn
pembangunan istananya. Selain itu di Klaten terdapat pengikut-
nya sebanyak tigaratus orang, dan di daerah Wonogiri sebanyak
seratus-limapuluh orang. Jadi dengan demikian karena adanya
nilai-nilai tradisionil yang terkandung dalam gerakan ini, yaitu
sebagai pewaris tak11ta kerajaan di Yogyakarta, ditambah dengan
282
aJaran mesianistis. maka kedudukan pemun pin gerakan tersebut
sangat d1perk uat.
Peng1 kut dari gcrakan Ratu Adil ini pada dasarnya terdiri
dari segolongan anggota bangsawan yang rendah, dan sejumlah
pcngikut-p engiku t yang be rasal dari golongan masyarakat yang
n. ndah atau orang kebanyakan. Dari gerakan yang tersebut
tt.:-.;khir mi tidak ada bu kti-bukti t enta.1g adanya hubungan
an tara r..iSa kekes:tlan ekonomis dan gernkan Dietz. Sekalipun
d~ m lkian hal im tidak berarti bahwa d sit u tidak terdapat
Lktor-faktor sosial-ekonomi yang melatarbelakangi sekelompok
golo ngan ~osial ~ ang mau mengambil bagiar dalam suatu gerakan .
Gerakan-ger:ikan mesianis tis lainn ya dapat disebutkan rnisal-
\ .;, gerak.an Nu Hakim dan Malangjuda yang terjadi berturut-
1rut pada tahun 1870 -7 1 dan 1885-86. Hampir bersamaan
..11:ngan gerakan tersebut. terdapat pula gerakan Rat:.; Adil yang
r 1detus Ji daerah lain yang terkenal dengan peristiwa Amat
\f"isa. Di daera.h Banyumas gerakan-gerakan semac1m ini juga
m:.;.ncul pada sekitar tahun 1920, di antaranya tim t-ulnya dua
buah gerakan mesianistis yang dapat dikatakan men 0 njol pada
waktu it u. Yang pertama adalah terjadi pada tahun 19 19, dengan
munculnya seorang pemimpin agama dari Prem bun yang bernama
Amadkosdi, dengan mengambil gelar Raru Gambir::nom, dan
mengajarkan serta menganjurkan perang m elawan orang kafir.
Gera.kannya itu dilakukan antaralain dengan mengada.kan penye-
rangan terhadap orang-orang Cina di Sidorejo dengan pengikut 50
orang. Gerakan yang kedua dipirnpin oleh Mohamad Sirad yang
memproklamasikan diri sebagai Imam M di. 21 Latarbelakang
dari gera.kan ini rupanya lebih dititikberatkan pada dua hal :
pertama penolakannya terhadap lum bung padi, dan kedua,
penolakannya untuk mengakui perkawinan menurut ·tatacara
Islam yang resmi. Sifatnya yang demikian itu menggambarkan
suatu kecenderungan yang kuat tentang rasa kebenciannya
terhadap golongan atau suatu lernbaga-yang sangat kuat keduduk-
annya dalam masyarakat, di sarnping itu juga m encenninkan
agitasi yang diarahkan untuk menentang pem bagian keriiakrnuran
yang tidak merata.
Gerakan mesianistis tidak hanya terdapat di daerah seperti
tersebut di atas, tetapi juga terdapat di Mojokerto. Pada tahun
21 Surat rosml Reaiden Banyumaa, tanaal :28 Januari 1920 , No . 18, dalam
Mallnpon No. I 35/20.
283
1923 seorang bemarna Bulkirn memproklamasikan diri sebagai
Ratu Adil dan mengarnbil gelar Suropati Ngalogo. 22 Pada tahun
yang sama juga muncul orang bernama Pak Djebrak yaog
mengaku sebagai keturunan Raja Darnarwulan, menyebarkan
ajaran-ajarannya dan mengaku memiliki apa yang terkenal waktu
itu yaitu pusaka wesi kuning (senjata keramat dari Menakjinggo.
yang berhasil direbut oleh Damarwulan dan dipergunak:mn ya
untuk me_plbunuhnya). Sebelum berkesempatan untuk merebut
kekuasaan pemerintah di Mojokerto dan tangan Ratu Wilhel-
mina, Pak Djebrak berhasil ditangkap dan ditawan kemudian
dikirim ke Lawang untuk diselidiki penyakitnya. Di daerah yang
sama dan dalarn tahun yang sama pu!a timbul gerakan yang
dipimpin oleh Murakat yang mengaku sebagai ·Imam Mahdi.
Gerakan ·ini bersifat anti- Belanda dan menganjur.kan orang agar
tidak mau mengakui pemerintahan serta tidak perlu tunduk
kepada pegawai pemerintah. Sebelum tokoh ini dapat menggerak-
kan rakyat untuk melancarkan serangan-serangannya, ia dapat
ditangkap dan ditawan.
Dari garnbaran munculnya gera.kan mesianistis tersebut
dapat dikatakan bahwa di dalam budaya Jawa. kepemimpinan di
dalam gerakan mesianistis bersumber pada wahyu suci, wisik atau
wangsit, di mana semuanya itu dinyatakan sebagai kekuatan-
kekuatan yang bersi"rat gaib misalnya, mempunyai kekuatan
magis, dapat menyembuhkan orang sakit, dan sebagainya. Selain
itu dapat ditunjukkan pu!a bahwa para pemimpin mesianistis
tersebut pada dasamya adalah memiliki pribadi yang dinamis,
yang memiliki komunikasi luas yang dapat melewati batas-batas
daerahnya lokal. Ide dan sikapnya sebenamya bersif~t tradisionil.
D. GERAKAN-GERAKANSEKTEKEAGAMAAN
Di luar arus perkembangan mesianisme yang berlangsung
selama abad ke 19 dan 20, terdapatlah pertumbuhan sekte-sekte
keagamaan yang baru, yang memuat berbagai tingkatan keper-
cayaan dan pandangan, baik dari tingkat kepercayaan Islam yang
orthodox maupun tingkat ide-ide yang rnencerminkan sikap yang
bertentangan dengan Islam. Dalam perturnbuhannya gerakan
22 Laporan As1sten Residen N11nn juk , 3 I Maret 1923, No . J 03, dalam Mai/report
360 / 23
milenaristis sangat menarik sekali bagi golongan petani pada
khususnya clan lapisan bawah pada umumnya. Dalam beberapa
hal munculnya gerakan ini merupakan suatu jawaban terhadap
situasi sosial yang diciptakan oleh dominasi koloniaJ . Pad<i
umumnya gerakan-gerakan agama seringkali n enunjukkan Lorak
umum dan gerakan pemberontakan lainn y.t. dan sering pu lJ
rnernuat unsur-unsur protes rakyat terhadap ~ kanan dan iwl on ;.:-
an yang berkuasa dan sepert1 halnya y<..ng termuat dalar.i
gerakan-gerakan kerusuhan laumya di pedesaa"'l.
Lahimya gerakan rnilenaristis ataupun g· rakan sektam tel all
rnenampilkan pemimpin-pemimpin karisma t s, seperti yang d:
duki oleh para guru, haji atau kyai dan memberikan tempat bag1
rakyat untuk bersatu dalam ikatan keagamaan. Anggota-anggota
geraJcan sckte mer~kan dirinya akan tenggelam dalam situasi
m~yara.kat yang tampak tengah mengalam i demoralisasi. oleh
karena itu berusaha untuk menarik diri dari lingkungan tersebut
dan selCtelah yang memberikan jalan pelariannya yaitu melalui
ajaran mistisisme yang penuh kerahasiaan Dengan kata lain
gerakan-gerakan itu telah memberikan suatu sistim kepercayaan
yang bulat beserta dengan kepemimpinann )'a terhadap mereka-
mereka yang sedang tergoncang dari pegangan kehidupan tradisi-
onilnya.
Bila dilihat, antara gerakan mesianisme dan gerakan sekte
terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya antara lain
yalah, bahwa kedua tipe gerakan tersebut d adukung oleh masya-
ra.kat lapisan bawah, kepernimpinannya ter~hri dari golongan elite
agama yang tidak termasuk dalam lingkungan birokrasi pemerin-
tahan kolonial, penolakan terhadap tatakemasyarakatan yang
berlaku, dan rnerniliki ideologi rnilenaristis yang lebih diarahkan
kepada persoalan kehidupan masa sekarang daripada kehidupan
di aJchirat.
Perkernbangan arus sektarianisme di Jawa hanya akan dapat
dipaharni di dalarn kerangka perubahan-perubahan sosial, ke-
.kacauan dan demoralisasi, yang muncul se bagai akibat daripada
proses westernisasi yang mendalarn. Untuk memahami hal ter-
sebut, ma.ka perlu diutarakan suatu deft9nis gerakan sekte. yaitu
yang menyatakan bahwa, sekte tidak lain adalah merupakan
expresi keagamaan dari peiasaan tidak puas ~u atu masyarakat dan
perasaan-perasaan untuk memberontak, ha.sil perjuangan kelas,
285
»rg;.inisasi aan kel .!s bawan. dan peralatan dari s1fat agresH
mer-::-ka. Oleh karcn:i !tu dupat dipahami bahwa mtlenarianisme
dan sektarianisme paling rn cndapat tempat di kalangan masyara-
kat yang tertindas, karena liianggap memperjuangkan hak-hak
mereka. Dalam situasi yang serba b]Jruk baik dalam kehidupan
ekonomi, sosial maupun politik, gerakan sektarianisme ataupun
milenarianisme muncul dengan membawa ajakan untuk mengada-
kan penertiban dan kehidupan kembali agama, serta memberi.kan
kepercayaan-kepercayaan yang dibutuhkan dalarn usaha memper-
oleh penyelarnatan.
Sektarianisrne di dalamnya mengandung 'unsur pertentang-
an' yang bersifat ganda. Di satu pihak sekte-sekte bertentangan
dengan golongan elite agarna, di lain pihak sekte-sekte juga harus
bertentangan dengan pernerintah kolonial dan elite birokratis.
Terhadap golongan agama yang berkuasa, sekte-sekte cenderung
untuk menyainginya karena dalam perkembangannya dapat
menarik pendukung-pendukungnya yang kebanyakan terdiri dari
kalangan orang-orang yang tertekan oleh golongan yang mem-
punyai kekuasaan. Proses perubahan dan sekularisasi yang
ditimbulkan oleh perkembangan westernisasi yang tepat dan
sistim pemerintahan kolonial telah rnembawa ancaman langsung
terhadap landasan pokok daripada peradaban Islam. Oleh karena
itu kekuatan perlawanan yang ada di dalarn masyarakat Islam
Jawa cenderung untuk membatasinya. Para pendukungnya ber-
usaha rnempertahankan pranata-pranata tradisionil dengan jalan
memperkuat kepercayaan dan praktek-praktek agarna Islam
tradisionil. Mereka rnengutuk para penguasa, di antaranya yalah
elite birokratis atau priyayi, karena golongan ini dianggap telah
jatuh ke jalan dosa sebab telah menjadi pembantu daripada
pemerintah kolonial yang menindas rakyat. Mereka juga meng-
anggap bahwa para penguasa dan agen-agennya tersebut adalah
kafir, sehingga tidak perlu berhubungan dengan mereka. Keben ci-
an terhadap Belanda dan para priyayi tertanam di dalam hati
rakyat dan mendalarn di dalam lubuk hati golongan petani.
Dengan mcl:tlui gerakan-gerakan revivaJistis para kyai dan haji
di Jawa membakar sentangat rakyat untuk menggiatkan kembali
kehidupan agama secara ketat dan memperkuat kembali pranata-
pranata masyarakat tradisionil untuk menghadapi tantangan
pemerintah kolonirri yang menyerang masyarakat tradisionil.
28 6
Dapatlah dipahami apabila gerakan-gerakan protes agama rneng-
ambil garis untuk meniadakan pranata sosial yang ada dan
bukannya mengadakan penyesuaian. Akibatn ya gerakan-gerakan
agama, baik geraka~ pemurnian ataupun gerakan semi-Islam
sering dianggap oleh pemerintah kolonial sebagai musuh pranata
sosial dan dise but "anti-Belanda". Apa yang ·dilakukan oleh
gerakan tarekat dalam menghidupkan kem bali ritus-ritus mistik
dan upacara-upacara keagamaan merupa..kan cara untuk menim-
bulkan revivalisme dan indoktrinasi agama, termasuk di dalamnya
ajakan untu k melakukan kewajiban-kewajiba, agama secara keta t.
di samping itu untuk menolak secara keras kecenderungan untu k
mengadakan kompromi dengan jiwa golongan berkuasa. Dalam
kenyataannya banyak gerakan-gerakan sektaristis berkecen-
derungan ke arah mistik.
Mengenai ciri umum yang berhubungan dengan sektarianis-
me dan m~anisme dapat dilihat di dalarn masalah peranan
pemimpin agama dan ajaran-ajarannya. Dari uraian terdahulu
mungkin terdapat dugaan bahwa pemimpin agama adalah orang
yang pertama bertanggungjawab terhadap lalurnya gerakan-gerak-
an agama, dirnana benih-benihnya telah ada di dalam susunan
sosial masyarakat Jawa. Penyelidikan mengenai berbagai masalah
sektarianisme akan menunjukkan bahwa selalu terdapat penggilan
pemimpin yang melahirkan gerakan yang terorganisasi sebagai
jawaban kolektif daripada rakyat. .Oi dalarn sejarah gerakan
mesianistis mengenai peranan pemirnpin agama sebagai penggera..k
pertama adalah sangat rumit. Namun dalarn gerakan sektarianis-
me terdapat perbedaan yang penting, yaitu sekalipun di situ
terdapat pemimpin yang karismatis, tetapi tidak ada amanat dan
tugas yang bersifat mesianistis. Dengan demikian pemimpin-
pemimpin sekte tidak menerima peranannya sebagai seorang
juruselamat, lagi pula tidak mengajarkan tentang akan datangnya
tokoh-tokoh suci.
Dari uraian di atas maka jelaslah bahwa d1 dalam kenyataan-
nya kepemirnpinan merupakan hal yang vital, di samping itu
situasi lingkungan juga arnat penting di dalam melahirkan gerakan
tersebut. Hal ini berarti bahwa masalah sebab-sebab ekonomi dan
sosial dalam gerakan-gerakan agama merupa kan suatu persoalan
yang penting pula. Sudah ba:rang tentu da lam membicarakan
gerakan agarna faktor-faktor agama, peranan pemimpin agama
l'-.·r pu · ~:1kaa:l
[1in·ttnra!: .. ·'·n~'·n:: "ln 1 1 287
l'c.: IP,). I •l \~\ ; /•)
dan iJeologinya tidak dapat dipandang rendah. Beberapa contoh
mengenai gerakan mesianistis telah menunjukkan bahwa sulitlah
untuk menentukan faktor-faktor ekonomi sebagai faktor penye-
bab bagi kelahiran gerakan secara khusus, sehingga penjelasan
yang berhubungan dengan sebab-sebab ekorwmi akan menjadi
kabur dan tidak mernuaskan. Demikian pula halnya dengan
gerakan sektarianisme. Apa yang perlu ditekankan dalam hal ini
yalah tentang adanya iklirn budaya yang memberikan tempat
yang baik bagi kelahiran seorang pemimpin agama, yang dapat
kemudian membawa serta terwujudnya gerakan agama
Dari segi - isi ideologinya, maka dapat diketahui tentang
adanya kemiripan yang terkandung di dalam gerakan mesianistis
dan gerakan sektaris. Gerakan agarna pada umumnya dan gerakan
sektaris khususnya merupakan gerakan prates, yang menempat-
kan dirinya sebagai lawan daripada masyarakat. Sikap kebencian
dan bennusuhannya tidak hanya clitujukan kepada penguasa
kolonial, tetapi juga terhadap golongan priyayi dan pula terhadap
pemimpin-pemimpin agama yang resmi. Kedudukan sebagai
penguasa itulah yang menitnbulkan perlawanan dari anggota-
anggota sekte. Mereka mengutuk pranata sosial yang ditimbulkan
oleh sistim pemerintah kolonial, malahan bila mampu akan
rnengusimya. Sikap semacam itu dalam beberapa hal diajarkan
secara khusus oleh pernimpin-pemimpin agama, Gerakan pemur-
nian, rnisalnya, merupakan salahsatu jawaban yang memungkin-
kan sekali terhadap situasi yang penuh pertentangan itu. Secara
jelas dapat terlihat dari sikap anti-asingnya yang tercennin dari
pemyataan atau tindakan dari gerakan tersebut.
Seperti halnya gerakan-gerakan mesianistis, maka tujuan
gerakan sektaris juga menjawab persoalan kebendaan yang
menantang anggota-anggotanya. Apa yang mereka cari sebenar-
nya yalah suatu kehidupan duniawi yang penuh kebahagiaan dan
ketenteraman. Hal ini dapat berwujud suatu kerajaan yang akan
diperintah secara adil, damai dan penuh kebahagiaan, ataupun
dalam bentuk suatu masyarakat agarna yang mumi, yaitu yang
tidak dikotori oleh orang kafir dan bebas dari kekuasaan
golongan yang telah lama berkuasa. Arahnya lebih ditujukan
untuk mengadakan perubahan atau pergantian yang ada dalam
lingkungan ma ~yankat mereka. Dengan kata lain, sifat ideologi
sc ktaris adal.ah 1.ltbt den gan ide9logi mesianisme yaitu berorien-
tasi kepada kehidupan duni~ sekarang. Perasaan kebencian
ataupun dendam terhadap kekuasaan dan agama bangsa asing,
yang diikuti dengan pengharapan-pengharapan akan kedatangan
jaman yang tenterarn dan damai (milleni1m). dalam gerakan
agama merupakan bagian yang penting. Da lam pcnyelidikan
gerakan agarna di Jawa terdapat petunjuk bah wa gerakan yang
tidak dilell]bagakan cenderung untuk me ncari tutujuan yan~
bersifat kebendaan dan keduniawian . Sebal1knya. gerakan yang
terlem bagakan cenderung untuk mengarahkan pandangan yang
jelas terhadap kehidupan di akhirat. ·
Pada umumnya di daJam gerakan agam a selama periode
abad ke 19 dan 20 terdapat petunjuk adanya suatu variasi yang
luas dalam bentuk dan arah pertentangannya dengan pranata-
pranata yang telah lama berlaku. Hal ini ter.;,ennin dari berbagai
kornbinasi dari. berbagai macarn corak yang berbeda. Oleh karena
banyaknya kelompok·kelompok sekta'tis ya ng tim buJ tenggelam
selama periode tersebut. maka hanya beberapa contoh sajalah
yang perlu dipilih untuk di.kemukakan. Sum ber-sumber mengenai
m~lah ini kebanyakan adal ah terpencar-pencar da n tidak
lengkap, maka dari itu dalam hal ini tidak akan <liadakan suatu
penggolongan yang tajam. Terbatasnya nilai penyajian data-data
tentang latarbelakang gerakan-gerakan yang berm acam-macam. itu
di dalarn catatan-catatan resmi telah menim bulkan. kesulit:m
dalam mempelajari sektarianisme di dalam masyarakat kolonial di
Jawa. Tidak sedikit gerakan sekte yang dapa t te.tap hidup karena
dilakukan secara rahasia atau dengan diam.d iam, oleh karenanya
gerakai'I semacam itu tidak terdapat di daJam dokumen pemcrin-
tah. Selain itu ada juga gerakan sekte yang tetap terbuka dan
hidup terus karena oleh pihak pemerintah kolonial dianggap
ti?ak berbahay~, atau karena sangat menekankan segi·segi rituil
saja dan karena ger-ctk.an itu lebih mcnckankan orientasinya pada
kehidupa n dunia baka. Sudah barangtentu ha l ini menyangkut
masalah tarekat yang dipandang kur.mg memiliki semangat
pemberontakan agama.23 Dapat dikatakan bahwa bilamana gerakan
itu ada di ba wah pengaruh pem impin yang revolusioner. maka
gerakan tiu a.kan menjadi berbahaya bagi pemerintah karena
memiliki landasan penting untuk melakukan pemberontaka.n.
23 Lihat t:dtaran Snouck Hurgroni<· pad:1 ran~gal 7 Jun1 81!9, di d abm F. . Gobee
dan C . Adriaanse (ed .), Ambtl!lijkl! a<fril!ze,, •"11n C S11 v1Kk H11rvu n1e.
lllJJ9 193ft, $-<;ravenhage . l~S7 - 190S , hal. 1980 -1 98 6 hal.1986· 199 9
289
Tetap1 selarn a gl!ra kan nu bersifat tenang dan dama.i. maka dJri
pihak pt:mt:rintah kolonial ti<lak menaruh perhatian yang penuh
terhadap gerakan tersebut, dan akibatnya sedik.itlah keterangan
mengenai gerakan itu yang masuk daJam catatan pcmerintah
kolonial.
Dn tuk mernahami sekte-sekte di Jawa rnaka penting!ah
k.iranya untuk diketahui tentang adanya perbedaan antara gcrak-
an-gerakan pcmumian-lslam di satu pihak, dan gerakan-gerakan
lslam-sinkretistis atau gerakan yang bertentangan dengan Islam di
lain pihak.
Sebagai suatu pernyataari protes, maka gerakan sektaris
tidak hanya menyalurkan perasaan kebencian atau dendam
yang descbabkan oleh kebobrokan, tetapi juga sanggup memberi-
kan jalan bagi anggota-anggotanya untuk mernperoleh identitas-
nya di dalam suasana perubahan sosial clan demoralisasi. Dapat
dikatakan bahwa kesadaran identitas golongan secar.a kuat
ditentukan oleh pengaruh sosi<rkulturil yang ada dari rnasing-
masing sekte. Oposisj mereka dalam beberapa ha1 ditujukan
kepada agama yang resmi. Unsur-unsur ideologi yang mendukung
sernangat ·r~vivalisme baru kebanyakan berasal dari anasir-anasir
budaya Jawa pra-Isl<:lm, yang dalam kehidupannya terletak di luar
Tradisi Besar Islam. Unsur-unsur ideologi inilah -yang sering
disebut sebagai ideologi abangan. ·
Di dalam kenyataannya berbagai macam sektarianisme yang
muncul di Jawa, terutama dalam abad ke 20, menunjukkan
adanya perpecahan agama dalam masyarakat Jawa, dan merupa-
kan suatu gejala sosial di daerah itu. Perbedaan sikap moral
antara satu sekte dengan yang lain rnemperjelas adanya ber-
macam-macam sektarianisme. Di satu pihak terdapat sekte yang
se<.:ara keras melancarkan propaganda menentang kekendoran
dalam menjalankan kehidupan agarna dan sekKJigus menganjur-
kan untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama secara ketat dalam
kehidupan sehari-hari. Di lain pihak terdapat golongan sekte yang
tampak memberikan kebebasan dan kelonggaran untuk tidak
melakukan dasar-dasar ajaran agarna secara ketat. Sebenamya
kedua sikap moral dari kedua golongan sekte ini menunjuldcan
adany a semangat pemberontakan keagamaan menentang mas)La-
ra kar yang ada. Golongan sekte yang pertama mencerrninkan
sikap perlawanannya te rhadap situasi yang dipandang korup atau
bo brok sebagai pem bawaan pemerintahan kafir, oleh kare--
290
nanya menganjurkan semangat pemurnian Islam. Golongan
yang kedua, muncul sebagai lawan daripada agama yang telah
lama diterima clan dianut umum dalam masyarakat. Dalam
be berapa hal kedua sikap moral itu hidup berdampingan.
Bercampurnya unsur-unsur Islam dan anasir-anasir pra-Islam
Jawa yang banyak terjadi di lingkungan pendud uk pedesaan
merupakan gejala sinkretisme. Sementara anggota sekte ada yang
sangat tebal kesadaran budayanya tradis10nil sehingga lebih
memperkuat warisan budaya Jawa kuna me reka daripada budaya
Islam. ~ungkin hal ini merupakan salah atu scgi dari reaksi
mereka terhadap Islam sebaga1 agama yang resmi. Latarbelakang
keagamaan pra-Islam Jawa. antara lain berisi unsur-unsur animis-
me, upacara-upacara magis dan kekerabatan, yang biasanya
disebut 'agama Jawa' atau abangan. Biasanya golongan yang
melaku kan protes ini dalam beberapa ha1 bertentangan dengan
Islam sc;bagai agarna resrni dan berkecenderungan kepada ahang-
an.
Salahsatu ciri lain daripada gerakan sekte yalah adanya
pengawasan yang kctat terhadap anggota-anggotanya . Sehagai
contoh yang jelas dapat dilihat di dalam tarekat. Sebagai syarat
mutlak setiap calon anggota yang hendak masuk ke dalam tarekat
itu harus mengucapkan sumpah setia terlebih dahulu secara
khidmat. Dengan melalui sumpah tersebu t, maka sekte dapat
mengawasi ketaatan anggota-anggotanya secara ketat. Hal ini
berbeda sekali dengan gerakan mesianistis di mana dalam gerakan
ini hanya terdapat ancarnan dari pihak pimpinan untuk menge-
luar1can anggotanya bila melakukan pengkhianatan . Sekalipun
dalarn hubungan sosial tidak ada larangan bagi anggotanya untuk
berhubungan dengan orang-0rang yang bukan anggota sekte dan
orang-0rang 'luar' lainnya, narnun daJarn sekte itu terdapat
pem batasan-pembatasan yang mengarah kepada pemisahan go-
longan tersebut sebagai kelompok tersendin. Sikap-sikap negatif
mereka terhadap masyarakat, seperti keinginan untuk menghan-
curkan lembaga yang telah ada dan mem bangun lem baga
sektenya mernperkuat rasa pemisahan din sebagai kelompok
tersendiri.
Sifat kerahasiaan yang menyelubungi kehidupan sekte bu-
kan hanya sebagai alat untuk mempertahan kan tali perhubungan
ke dalam sekte tersebut , tetapi juga sebagai alat perlindungan
terhadap hubungannya dengan dunia luar yang dianggapnya
291
sebap dun ia yang 'jahat' dan'bobrok'. Dengan demikian terdap:.it
suatu pola perneliharaan solidaritas di dalam sekte sekalipun
berbeda dengan yang berlaku di dalam pergerakan modern seperti
di dalam Sarekat Islam. Tetapi usaha untuk rnerahasiakan diri itu,
se benamya timbul karena adanya kecurigaan dari pihak yang
berkuasa terhadap gerakan-gerakan rahasia clan dicapnya sebagai
persekongkelan atau perkumpulan penjahat. Memang organisasi
sekte secara rahasia itu dalam beberapa hal rnirip dengan
organisasi dari kelompok masyarakat peajahat yang hidupnya
tergantung dari kegiatan yang rnelawan tatamasyarakat. Kecen-
derungan untuk meJarikan diri ke dalam sifat yang serba r..thasia
itu dengan sendirinya merupakan suatu jenis protes sosial.
Tidak seperti gerakan-genlkan sekte; tarekat kebanyakan
tidak perlu mengadakan kegiatan di · bawah tanah dan secara
rahasia karena mereka umumnya dapat diijinkan oleh pernerin-
tah. Hal ini tidak berarti bahwa tarekat tidak mungkin rnenjurus
menjadi suatu ger_?kan . yang membahayakan pemerintah. karena
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di daerah Banten Utara
pada sekitar pertengahan tahun 1880-an telah menunju.kkan
bahwa tarekat Naksibandiyah-Kadiriah menjadi suatu alat pen-
ting bagi perluasan gerakan pemberontakan yang dipimpin oleh
gu ru-guru tarekat. Malahan dalam beberapa puluh tahun berikut-
nya ada petunjuk bahwa gerakan semacam tarekat yang terdapat
di daerah i tu secara aktif berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
yang menjurus ke kejahatan.
Mengenai gerakan sekte yang sarnpat sekarang masih dapat
dikenal antara lain yalah sekte Budiah yang didirikan o1eh Haji
Mohamad Rifangi dari Kalisalak pada pertengahan abad ke 19.
Budiah ini merupakan suatu sekte pemurnian Islam yang menu-
rut pendirinya diadakan untuk melakukan perlawanan terhadap
kebobrokan agama yang dirasakan telah merayap ke dalam
masyarakat Islam di Jawa pada abad ke 19. Tujuannya yalah
untuk mengadakan pembaharuan Islam dengan kembali kepada
ajaran yang mumi. Ajaran-ajaran yang di berikan oleh Haji
Rifangi telah diterima secara luas oleh penduduk pedesaan. di
daerah keresidenan Pekalongan tlan Kedu. Satu hal yang menarik
yalah bahwa sekte Budiah sampai sekarang masih memiliki
pengi kut-pengikutnya di daerah Pekalongan, pada hal dalarn
sejarah gerakan agama jarang suatu gerakan sekte dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya di dalam pengejaran
292
pe merin tah kolo nial. terutam a sekal i padJ awal kehidupann ya,
terkecuali halnya dengan kehidu pan tarekat. Apa yang dapat
diketahui dari masa kelangsungan hidup sekte ini selama seratus
tahun dari sejarahnya hanya kegiatan-kegiatan dalam episode-epi-
sode tertentu saja. Dengan melalui catatan-catatan pemerintah
maka dapatlah diketahui tentang peristiwa-peristiwa penting yang
ada di sesekitar kehidupan pendirinya dan JUga sarnpai ditangkap
dan dibuangnya tokoh tersebut oleh pemenntah kolonial. ·
Menurut catatan itu Haji Mohamad Rifangi adalah seorang
putra dari seorang penghulu, dan dilahir.kan di Kendal (Se-
marang) pada tahun 1786_ Disebut.kan bahwa ia telah tinggal di
Mekah selama delapan tahun dan setelah kem bali ia berdiam di
tempat kelahirannya Setelah istrinya meniggal, ia kawin lagi
dengan seorang janda bekas Demang Kalisalak. Dikatakan pula
bahwa ia rne~dapi kesulitan dengan penguasa-penguasa ·agama
setempat yang menuduhnya telah rnelalru.kan kesalahan sehingga
ia dapat dirnasukkan ke dalain penjara. Setelah keluar ia pindab
ke Kalisala.k dan kemudian mendiri.kan -ebuah sekolah yang
memberikan pelajaran mernbaca Al Qur'an bagi anak-anak clan
orang dewasa. Dalam ajarannya ia menyerukan untuk kem bali
kepada keaslian dan kemumian ajaran Al Qur'an. Akhirnya
kegitannya segera dicurigai oleh pemerintah dan pejabat-pejabat
agama setempat, karena tujuan dan motif dari gerakannya makin
menunjukkan perlawanan terhadap pemertntah kafir dan juga
terhadap agama Islam yang resmi. Pejabat-pejabat agama resrni
menjadi marah karena dituduh telah mela kan penarnbahan dan
pemalsuan agama Islam dari ajaran yang sebenamya. Oleh karena
itu tidak mengherankan bila penguasa setempat mem benci Haji
Rifangi.
Un tuk memahami apa yang sebenamya diajarkan oleh Haji
Rifangi maka dapatlah kiranya ditunjukkan .karya-ka.rya serta
ajaran yang diberikannya. Di antaranya ia menulis tentang llmu
Hukum Islam, azas-azas kepercayaan, dan m IStisisme yang semua-
nya ditulis dalam bahasa Jawa dan dalam bentuk puisi. ~umpul
an dari karya-karyanya itu disebut kitab Tardjumah, yang pada
dasamya berisi terjemahan ke dalam bahasa Jawa dari apa yang
terdapat di daJam Kitab Suci yang berbahasa Arab. Meskipun
demi.kian semua nama-nama atau istilah-istilah yang berasal dari
bahasa Ara b masih juga dipertahankannya se perti nama-nama.
Husu nu lmata lib , Asnal-makasid, Jam 'ul-masa'il. Abjanul-
293
hawad'ij. 24 lsi pokok dari kitab tersebut telah diajarkan di
sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan agama, dan karena
Haji Rifangi telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Jawa
maka mudah dimengerti dan tersebar luas. Kitab Tar j umah karya
Haji Rifangi itu dapat dianggap sebagai suatu bunga rampai yang
berisi kumpulan berbagai masalah yang terpilih yang diam bi! dari
scjumlah kitab-k.itab penting. Dalam kenvataannya Haji Rifang1
tel ah be.rulang kali menghendaki perlunya suatu pcmbanaruan
dalam masyarakat Jawa agar supaya rakyatnya dapat men1alan ·
kan agamanya se.bagaimana yang diperintahkan oleh Tuhan dan
Nabinya. Pembaharuan apakah yang d1kehendakrnya?
Dalam salahSlitu karyanya, Nalam Wikayah. ia membahas
masalaji rnencari tingkat kesempurnaan jiwa yang tertinggi,
Menurut dia ha! ini dapat diperoleh dengan jalan melaksanakan
perintah Tuhan, bekerjasarna dengan sesama orang MusJimin
dalam mengamalkan kewajiban agamanya, dan dalam mengajar-
kan kepada rnereka yang bodoh serta memperingatkan kepada
mereka yang lalai. Sebagian besar yang ditekankan yalah tentang
kewajiban mengajar kepada masyarakat dan perseorangan. Selain
itu ia juga menyatakan bahwa orang .yang saleh, taat beribadat.
adil dan bijaksana adalah mereka yang akan memperoleh ke-
menangan tertinggi. Sampai di sini jelaslah bahwa ajarannya yang
penting adalah mengenai penyucian individu dan masyarakat,
dengan tujuan terakhir pemumian masyarakat Islam atau kaum
Mustimin. Sekarang bagaimanakah tema pokok daripada ajaran
dari Haji Rifangi?
M.enurut pandangannya kehidupan agama dari rakyat, dan
juga dari pemimpin-pemimpinnya, telah menyimpang dari petun-
njuk-petunjuk Tuhan. Selanjutnya dikemukakan bahwa penguasa
negara, bupati-bupati, kepala-kepala distrik dan kepala-kepala
desa semuanya berdosa. Demikian pula para penghulu adalah
bodoh dan tidak mau belajar~ mereka lebih suka rnelanggar
kebenaran dari pada menjalankan hukum dan amalan agama
sesuai dengan hukum-hukum Ilahi. Sebagian besar dari guru-guru
agarna banyak yang mengabaikan tl!gasnya mengajar murid-
muridnya, dan takluk terhadap adat-kebiasaan orang-orang kafir.
Tam bahan lagi para pemimpin atau kepala-kepala agama dicap
24 Catatan Snouck Hurgornjc ke pada Residen Kc:du. tangga l 29 Desember 1900 .
dalam Gobee dan Adr1aanse ( i 96S) , hal. 1936
294
seb;.igai ora ng kafir d:rn munafik, karen dianggapn ya mereka
mene rima pengetahuan hanya se~ara turn r temurun saja dan oleh
karenan ya hidup mereka penuh dosa. 0 eh sebab itu menurut
dia, mereka hams disadarkan bahwa praktck agama yang mereka
jalan kan tidak sah dan tidak benar, demi.kian pula perkawinan
mereka juga tidak berdasarkan hukum, maka oleh karena itu
anak yang dilahirkan oleh mereka menjad ti dak sah pula. Ia juga
menentang adat-kebiasaan yang banyak dil akukan orang, misal-
nya : pertunjukan wayang dan gamelan, pertemuan-pertemuan
dalam mana pria dan wanita duduk ersama, wanita yang
bepergian tanpa memakai kerudung kepala dan sebagainya.
Haji Rifangi menganggap bahwa ka ena pemimpin-pemim-
pin itu dalam keadaan bobrok maka beralasanlah untuk menolak
kesetiaan kepada mereka, bahkan dilarangnya orang-orang untuk
mengikuti pemimpin atau kepalanya. Para guru agarna dan haji
yang dianfgap setia kepada raja kafir dikutuknya pula. Rakyat
hanya dibenarkan untuk setia kepada seorang khalifah. dari Nabi
yang suci, yaitu suatu jabatan yang patut dihonnati, daripada
setia kepada priyayi. Dalam menanggapi mundumya kepercayaan
dan masyarakat kaum Muslimin ia berulang kali rnenekankan
tentang banyaknya praktek- praktek agama yang dijalankan
secara pura-pura. Dapat dikatakan beberapa bagian dari tulisan-
nya penuh dengan caci-makian terhadap penyelewengan dan
ketakhyulan yang meresap ke dalam Islam. Ia mengatakan bahwa
mereka yang tunduk kepada raja kafir daJam perkara agama tidak
lebih baik dari pada anjing-anjing atau babi. 25 Beberapa haji
telah menyirnpang dari ajaran agamanya karena tidak mengikuti
birn bingan Al Qur'an. Mereka yang men gikuti kepada dhniawi
adalah peng.khianat. Ia yakin bahwa kebobrokan Islam dapat
diperbaiki hanya apabila para pemimpinnya mau dibimbing oleh
petunjuk-petunjuk Tuhan.
Perlu ditambahkan bahwa dalam saJahsatu tambihnya Haji
Rifangi juga membahas rnasalah perang sabil yang dibicarakannya
secara iuas. Tetapi anehnya t idak disebutka n tentang perjuangan
melawan pemerintah kafir, hanya disebutkan tentang perjuangan
melawan raja kafir. Hal ini yang dim aksudkan biasanya yalah
perjua ngan dalam melawan dirinya sendiri
2S Sural resmi Residcn Pckalongan , tanual 31 Ju li 1924, No. S04 / ~h. . . dalam
Mailteport 14/25.
295
Selain kons~psi perjuangan melawan kejahatan, di dalam
kitab N i/am Wikay uh juga memasukkan kepercayaan tentang
akan datangnya suatu m ilenium . Dikatakan bahwa bila mereka
yang bodoh mau rnengik ut i bimbingan mereka yang memilik.i
kebijaksanaan dan berpengetahuan, maka Jawa akan menj ad i
makmur dan tidak akan a<la pencuri, perampok clan pernberon-
t a k.
Apa yang tersebut di atas merupakan sikap khas serta
cem1inan ideologi dari suatu sek.i:e peemurnian . Kemud ian
bagaimanakah gerakan itu mengambil bentuk pada tingkat-
tingkat perturnbuhannya dan hagaimana pula perubahan-
perubahan yang terjadi dalam perkem bangan sejarahnya·?
Salahsatu hal yang menarik yalah bahwa Ahmad Rifangi
rnulai mengac.lakan gerakan pemurniannya setelah ia kem bali diiri
Mekah. Ia merasa muak terhadap keadaan orang Islam di J~wa
yang dipandangnya sudah banyak menyelcweng dan tidak rnurni
lagi sebagai akibat daripada adanya percampuran antara Islam
dan budaya Jawa pra lsalm, serta akibat perluasan pengaruh
Barat. Kalisalak sebagai salahsatu desa yang menjadi pusat
gerakannya merupakan tempat di mana ia mendirikan sekolah
agama dan mengajarkan ajarannya, yang kemudian juga dikenal
sebagai 11gelmu Kalisalak. Pengikut-pengikutnya terutama sekali
datang dari lingkungan rakyat biasa khususnya yalah kaum
petani. Meskipun )umlah penganu t yang benar-benar terpercaya
tidak begitu besar, namun lingkaran pengikut-pengikutnya cukup
Juas, bahkan simpatisan-simpatisannya tersebar luas rneliputi
sejumlah daerah ker~sic.lenan di Jawa Tengah. Pengikut-pengikut-
nya yang terkenal juga sebagai :;antri Bud/ah dapat dikatakan
membentuk persekutuan-persekutuan hidup kecil c.li dalam ling-
kungan masyarakat Islam yang lebih besar, serta anggota-anggota-
nya mem bedakan <lirinya sccara tajarn dar.i orang-orang Islam
pada umumnya. Dalarn menjalankan ibadah sembahyang sehari-
hari dan menjalankan puasa. pengikut-pen~ikut Budiah sangat
teliti dan keras. Mereka <lilarang untuk mengunjungi pertunjukan-
pertunjukan yang menyenangkan , seperti wayang dan gamelan .
sebagai pertanda kecermatan dan kesederhanaan dalam menjalan-
kan cara hidup mereka. Mereka juga dilarang untuk bercampur-
gaul dengan orang-o rang yang bukan pengikut sckrenya. Ka um
wanitany a juga dil a ran g untuk muncul di tempat-tempat um um .
kecua11 bila keadaan memaksan ya dan mere ka diharuskan in c-
mak.ai kerud ung k~pala . T1dak mengheran k.an apabila sikap sekte
yang dernikia n itu kemu<lian menirnbul kan suatu sikap yang
meremehkan orang-orang yang bukan anggota sektenya, dan
sikap memisahkan diri dari masyarakat um umnya. Sikapnya yang
mengutuk adat-kebiasaan masyarakat yang berasal dari budaya
Jawa non-Islam dan semangat keagamaannya untuk rnembebas-
kan Islam dari keburukan-keburukan masyarakat Jawa, rneng-
akibatkan timbulnya fanatisme ataup un s1kap yang tidak kenal
ko m p romi.
Sifat gejala sektarianisme yang berupa sikap menarik diri
dari lingkungan masyarakat se.kitarnya, rnerupakan jawaban
terhadap situasi yang tidak dapat dipertahankan lagi. Dalam
situasi yang demikian itu ketegangan yang terjadi antara sekte
dan masyarakat tidak dapat dipecahkan. Tetapi sebaliknya
tirnbullah suatu keanehan yang menyolok, yaitu, bahwa dengan
adanya sikap menarik diri itu sekte Budiah dapat ·rnembuat
kemungkinan hidup berdampirigan secara ai dengan masyara-
kat yang le bih besar selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Hal
ini mernang dapat dipahami rnengingat masalah yang penting dari
gerakan ini adalah usaha untuk memwnikan individu dan
masyarakat yang dalam beberapa hal tidak secara langsung
mengancam masyarakat kolonial. Berbeda dengan gerakan mesia-
nistis, gerakan sekte ini tidak terasa adanya kehendak untuk
mengarahkan ke suatu milenium . Dalam keadaan yang demikian
itulah maka dalam perkembangannya sekte Budiah ma.kin lama
ma.kin menjadi tenang dan damai.
Di dalam segi-segi yang pokok sikap ekte Budiah terhadap
masyarakat sama dengan sikap yang dirniliki oleh anggota-
anggota gerakan mesianistis. Mereka semuanya menganggap
dirinya sebagai orang yang 'terpilih' dari artggota masyarakat
umumnya. Pemisahan golongannya dari dunia luar yang di-
anggapnya tidak beragarna atau kafir merupakan suatu keharusan
bagi usaha penyelamatannya. Tentang bagaimana cara yang
dilakukan oleh anggota sekte Budiah ·dalam mengasingkan dirinya
dari kehidupan masyarakat sekitarnya, dapatlah di~etahui di
dalam sebuah laporan dari Residen Pekalongan. Disebutkannya
bahwa anggota-anggota sekte Budiah ttdak mau melakukan
sembahyang bersama dengan orang-orang lain di mesjid-mesjid
umum , tetapi mereka melakukan ibad..h sembahyangnya di
tern pat atau mesjid mereka sendiri. Mereka tidak mau rnelakukan
297
perkawinan di muka penghulu, yaitu untuk pencatatan pernikah-
annya, tetapi mereka membentuk tatacara perkawinan sendiri.
Kehidupan sosialnya dibatasi dalam lingkungan pergaulan anggo-
ta-anggota sektenya saja dan dalam menjalankan keagamaann ya
berpegang pada kitab Tarjumah. Dilaporkannya pula bahwa
anggota-anggota sekte ini mempunyai perasaan antipati yang
dalam terhadap pejabat-pejabat pernerintah.
Bila diperhatikan rnaka jelaslah bahwa dalarn beberapa hal
golongan agruna yang ingin menolak lingkungan sosialnya ber-
beda dengan golongan politik yang merniliki perasaan yang sama
terhadap masyarakat sekitam'ya. Keduanya memang merupakan
suatu ancarnan bagi pranata-pranata yang berlaku, dan mungkin
juga keduanya dapat menirnbulkan pemberontakan. Karena di
dalam m~yarakat tradisionil Jawa di bawah pernerintahan
kolonial batas antara kedua gerakan itu tidak dapat dibedakan
secara jelas, maka timbullah kecenderungan untuk rnernberikan
cap terhadap gerakan agama sebagai suatu kegiatan yang bersifat
politik. Oleh karena itu apabila pejabat-pejabat Belanda memiliki
pengertian yang baik terhadap keadaan yang sebenamya dari
ger:akan-gerakan itu dan dapat membedakan secara jelas antara
gerakan-gerakan yang rnemang membahayakan dan yang tidak,
rnaka banyaklah pertumpahan darah yang dapat dicegah.
Selatna tahun 1850- an, yaitu sewaktu Ahmad Rifangi
tengah mencanangkan semangat reformasinya, pejabat-pejabat
pemerintah mencoba untuk rnernbiarkannya. Tetapi kemudian,
karena ia menyebarkan ide-ide anti pemerintah, maka Residen
Pe.kalongan dan Bupati Batang sering mengusulkan agar ia
ditangkap . dan dibuang. Demikian· pula pejabat-pejabat agama
setempat sangat marah kepadanya. Meskipun dernikian pemerin-
tah pusat tidak melakukan :tindakan sesuatu apa karena tidak
adanya bukti-bukti yang cukup untuk bertindak.
Sesungguhnya pertentangan yang terjadi antara sekte de-
ngan kaurn Muslirnin pada umurnnya bukanlah rnenyangkut
masalah perbedaan yang pokok dalam kepercayaan agama, m&
lainkan hanyalah menyangkut perbedaan-perbedaan kecil yaitu
masalah kebijaksanaan. Pertentangan antara kaum revivalis dan
kaum tradisionalis pernah terjadi secara dramatis, yaitu sewaktu
diadakannya perdebatan terbuka antara Ah~ad Rifangi dengan
Haji Penang, penghulu Batang. Menurut berita dari seorang bekas
Bupati, dalam perdebatan itu Haji Rifangi. mengalarni kekalahan ,
298
;..:1..:r: ~.:1 me nurunkan gambaran llmurn tt:rhdll ap dmn) a Lian jugii
. ara pengikut-pengikutnya. Perdebata:1 itu n encenninkan suatu
~o nfrontasi langsung antara dua oenteng pertahanan, yaitu di
1tu pthak Haji Penang mewakili para pt.;nghulu <lan pejabat-
pejabat agarna yang resmi. Pihak yang kedua ini sudah barang
tcntu didukung oleh penguasa kolonial. Dengan demikian garis
faksio nalisrne agama di lingkungan rnasyarakat Islam berjalan
sejajar dengna pembagian menurut garis politik, yang memisah-
kan lawan·lawan terkeras dari pemerintah kolonial dari mereka
yang akhirnya dapat diraihnya. Pola sem acam ini tampak
berulang kali sepanjang sejarcih politik kolonial dalam masalah
agama di Indonesia. Pemerintah kolonial selalu berpihak pada
golongan agama yang kurang :militansinya dan fanatismenya.
Pada akhirnya Hajj Rifangi ditahan pada tahun 1859 dan
kemudian dibuang ke Ambon. Sudah barangtentu hal ini merupa-
kan pukulan berat bagi gerakannya, meskipun demikiait dalam
kenyataannya gerakan tersebut dapat hidup terus hingga waktu
sekarang, meskipun pernimpinnya telah hilang. Hal ini terjadi
berkat kepandaian siasatnya dalam mengelakkan diri dari incaran
penguasa-penguasa pemerintah sehingga dapat lepas dari bahaya
kepunahan. Setelah Haji Rifangi dibuang, tidak ada ancaman
pemberontakan lagi atau tidak ada agitasi untuk melawan
pemerintah dan para pengikutnya bersifat kurang fanatik apabila
dibanding dengan sikap mereka pada waktu gerakan itu mencapai
puncaknya. Penguasa pemerintah kolonial sendiri pada akhir
abad ke 19 tarnpak sudah kehilangan perhatiannya terhadap
sekte ini, hanya pernah pada awal abad ke 20 dan pertengahan
tahun 1920- an perhatian tersebut timbul kem bali.
Berbeda dengan geraJcan sekte Budiah yang merupakan
contoh dari jenis gerakan pemurnian Islam, maka di lain pihak
terdapat gerakan yang bersifat semi-atau bertentangan dengan
Islam. Sebagai wakil gerakan yang tersebut terakhir ini yalah
gerakan Agama Jawa- Pasundan dan gerakan Islam Abangan.
Berlainan dengan gerakan Budiah, maka gerakan lgama Jawa-
Pasundan bermaksud untuk memperbaiki keaslian dari pada
tradisi Jawa. Gerakan ini sebenarnya rnerupakan reaksi terhadap
Islam ortodox dan dianggap sebagai kepercayaan yang diimport
dari luar. Sejumlah pengikut dari sekte ini terdapat di
Cirebon dan Priyangan. Dilaporkan bahwa J:;..tda tahun 1925
tcrjadilah suatu perselisihan antara anggota-anggota gerakan itu
299
dengan kaum Muslimin di Kuningan dan Tasikmalaya. Tersiarlah
desas-desus yang menyatakan bahwa anggota-anggota sekte ter-
sebut telah terlibat dalam peristiwa pelemparan born ke dalam
rumah kediaman Asisten .Residen dan Bupati Bandung. 26
Gerakan Agama Jawa- Pasundan didirikan oJeh Sadew~ atau
lebih terkenal dengan nama Madrais. Ia menuntut supaya diak ui
sebagai putra seorang pangeran dari kraton Cirebon. ya1tu
Pengeran Alibasa Kusuma Wijayaningrat. Menurut silsilahnya iJ
adalah kllturunan generasi kelima dari Sultan Muhamad Chaeridin
dari Cirebon. Ketika keturu nan kebangsawanannya diakui oleh
istana Cirebon ia rnengarobil nama ayahnya kembali yaitu
Pangeran Alibasa Kusuma Wijayaningrat. Keturunan kebangsa-
wanannya itu telah membantu dalam membentuk gerakannya,
ditambah dengan pi.kirannya yang ta]arn dan kepandaiannya
dalam meyakinkan orang lain untuk menjadi pengikutnya.
Dalarn menyebarkan ajarannya, Madrais mempergunakan
badal yang bertugas mempropagandakan gerakannya dan nienarik
pengikut-pengi.kutnya, di antaranya yalah orang-orang pegunung-
an. Ajarannya ditujukan untuk menghidupkan kembali unsur-
unsur budaya Jawa dan Sunda dan banyak menekankan kewajib-
an-kewajiban terhadap tanahairnya. Banyaklah upacara-upacara
magis dan animistis dari penduduk jarnan kuna diperkenalkan
kembali dalam upacara keagamaannya. Gerakan ini menganjur- .
kan kepada pengikutnya agar meninggalkan upacara dan hukum
Islam, bahkan menyatakan bahwa Islam adalah agama orang Arab
dan bukan dimaksudkan untuk orang Jawa. Oleh karena itu
pengikutnya menganggap dirinya bukan sebagai orang Islam.
Aturan-aturan sektenya juga . melarang pengikut-pengikutnya
untuk mempergunakan pejabat-pejabat agama · dalam upacara-
upacara perkawinan dan penguburan mayat. Akibat dari sikapnya
yang demikian itu maka gerakan ini harus berkonfrontasi dengan
par.1 kyai dan pejabat desa, terutama di daerah masyarakat Islam
yang kuat seperti di Tasikrnalaya dan Padalarang. Diusulkan pula
kepada penguasa setempat agar gerakan itu dikekang kegiatan-
nya.
Oleh karena banyak penipuan-penipuan dan keburukan-
keburukan yang dilakukan oleh para badal dalam usahanya
26 Su"t resmi Sekretaris Jenderal , tanqal 21 Oktobcr 1925 . No . 05/G/7 , d1lam
Mailnport 1091x /25.
300
menarik para pengikut. maka .22 orang bad al di Garut berhasil
ditahan, dan Madrais senuiri tidak luput uan penahanan karena
tuduhan yang sama. Setelah ditahan selama tujuh bulan ia
dibcbaska n dan kembalt ke desanya Cigugur. P~ristiwa itu
membawa akibat bahwa pengikut gerakan itu se makin berkurang.
Gerakan Igama Jawa-Pasundan tidak mend01pat tckanan dari
pihak pemerintah karena gerakan itu tidak m cngancam kctern ~~
an umum . Le bih-lebih dalam sala.hsatu aJdfannya antara lam
menye bu tkan, bersetia kepada Seri .\faha Bagin<la Putri R atu
Gouvernemen t Belanda (sic). Selam itu aja rJ. nnya mt>n) ebutkd11
_1uga bahwa orang harus pen:aya kepa<la TuhJn dan paruh kepada
hu kum Negara. Dengan demikian ajarann va dapat dikatakan
se bagai ajaran masyarakat damai. yang arah nya ditujukan kepada
soal pen yucian clan penyempumaan im.lt\'idu, dengan jalan
melalui p~ngendalian semua perasaan , kei nginan, kem auan d<J n
pi kiran. Dengan kata lain gerakan ini lebih herhubu ngirn di.: nga n
masalah keselamatan individuil daripada m asalah pem berontakan
secara kolektif. lagipula menghasilkan perusaan sabar Jan me-
nerima keadan <lan tatamasyarakat yang berl a ku.
Pada masa yang sama di daerah Klaten JUga terdapat g:erakan
se kte yang bercorak bertentangan <lengan Islam ra.ng Jisebut
gerakan lslam-Abangan. Pemimpin gera kan ini yala h R?no-
waskito dan Mangunatmodjo. Ide lslam-Abangan <lapat clipro-
pagandakan oleh Ronowaskito melalui pcrsc kutu;m Jesa 'Ru kun
Oesa' di ma.na ia aktif di <lalamnya. Dikata kan .bahwa ia menjadi
pengikut ajaran Syeh Siti Jcnar. yaitu salahseorang Jan
Wali Sembilan di Jawa yang tcrkenal telah mengajarkan ajaran
yang menyim pang dari ajaran agama Islam. Mangun atm odjo
adalah seorang bekas pamong desa, meskip u n <lemikian hu bung-
annya sangat luas, sepcrti dcngan anggota-anggota Sarekat Islam.
Sarekat Hijau dan Personeel Fabriek Boncl (PF B) , bahkan
hubungannya sampai juga dengan pemimpin-pemimpin nasional
seperti, Tjokroaminoto, Tjipto Mangunk usum o clan Haji Misbai.: h.
Ada pen tunjuk juga bahwa ia a<lalah ketua Sarekat Islam di
Delanggu. la adalah orang yang terus giat bergerak dan banyak
rnengadakan perjalanan ke desa-desa di distrik Delanggu. Sebagai ·
orang yang pandai pidato maka dengan m udah ia dapat menye-
barkan ajaran-ajaran lslam-Abangan-nya mclalui rapat-rnp at.
Pengaru hnya cukup luas pula . Dalam se ru annya :rntara lain ia
m enyata kan bahwa J a wa ad <i lah untuk o rang J;.nva. dengan
Jo:
persatt1 <.1 n maka Bela nda dap at dmsu. Pcng1ku t-pengiku tnyJ
dianjurkan untuk membentuk dcwan-dewan rak ya t dan mem -
buat hukum-hukumnya sendiri . ~fereka juga dianjurkan untuk
tidak tunduk kepada polisi. Agar memperoJeh upah yang tinggi
maka diserukan puJa untuk melancarkan pemogokan. Orang
tidak perlu membayar pajaknya atau melakukan kerja paksa.
Untuk memperkuat solidaritas mereka. maka perlu mem boikot
ormg-orang yang bukan anggota gerakannya dan siap untu.k
memberikan bantuan kepada sesama anggota sewaktu-waktu
diperlukan . Dalam waktu singkat gerakan Islarn-Abangan mem-
peroleh pengikut yang tidak sedikit jurnlahnya. Menurut laporan
Residen Surakarta, gerakan itu rnemiliki pengikut scbanyak
J20.000 orang daJah tahun 1920.
Pemimpin-pemirnpin gerakan ini mencoba untuk meya.k.in-
kan kepada rakyat bahwa mcreka adalah pernilik 1'nah yang
sesungguhnya, dan pemerintah adaJah penindas. Pengikut-
pengikutnya juga tidak boleh takut mati, karena menurut mereka
sebelum lahir dan sesudah mati tidak ada sesuatu. Karena itu
janganlah_mau uitakut-takuti dengan senjata pemerintah, sebab
it~ hanyalah dipergunakan sebagai ancamarr saja. Haji Misbach
memuji gerakan itu sebagai tindakan prajurit yang berani. ·
Bila diteliti latarbelakang dari gerakan ini rnaka tampak
hubungannya dengan sisti.m agraris yang ada di tanah Kejawen ,
yaitu karena adanya pernungutan pajak yang berat. banyaknya
kewajiban-kewajiban clan pekerjaan yang dibebankan kepada
penduduk pedesaan. Keadaan itu semakin menjadi buruk ketika
orang-orang Belanda pemilik ·perkebunan menuntut bagiannya
dalam penggarapan tanah dan pekerjaan di dacra.h-darerah pe-
desaan, sehingga menambah beban kaum petani.
Di daJam agitasinya lslam-Abangan sesungguhnya bernada
sekuler. Haruslah diingat bahwa pada ·waktu itu sebenarnya
masyarakat Indonesia ada dalam periode perkembangan pergerak-
an nasional, sehingga banyak ucapan-ucapan dan sem boyan-
sem boyan serta ide-ide yang dipergunakan gerakan lslarn-Abang-
an itu dapat diteliti kembaJi dalam bahasa politik yang banyak:
dipakai pada waktu itu. Bila diperhatikan ikut campurtangannya
Haji Misbach daJam keseluruhan gerakan itu adaJah cukup
menarik. Sikap keagamaan yang tampak daJam gerakan 1tu
mungkin mencerminkan pengaruhnya karena ia terkenaJ sebagai
seorang Marxis, jangan-jangan malahan sebagai seorang Haji
30 2
komunis. Tida k dapat diragukan lagi ba r wa corak pokok
daripada gerakan Islam-A bangan bersifat mate riil. Mu ngk.in tun-
bul suatu pertanyaan, tidakkah lslam-Abang.m itu merupakan
suatu cabang setempat dari sua tu organisas1 nasional? Hal ini
adaJah sulit untu k dipastikan karena sumbe -sumber yang ada
tidak mem berikan petunjuk-petunjuk yang J las. Hubungannya
dengan ajaran Syeh Siti Djenar dapat mem ben petunjuk menge-
nai kecenderungan gerakan itu ke arah mis t k, sekalipun tidak
dapat disamakan dengan sekte mistik. Sclain tu apa yang dapat
diketahui dari tokoh Syeh Siti Djenar ini antaralain yalah bahwa
ajaran bid 'ah yang diberikannya itu telah menim bulkan arus
abangan di kalangan penduduk Isla m di Jawa.
Dapat ditunjukkan pula bahwa pemimpm-pemimpin gerak-
an i.ni sering menyalah gunakan kedudukannya untuk memper<r
leh keuntungan pribadinya. Sebagai contoh dengan kedudukan-
nya sebapi pemimpin perserikatan 'Rukun Desa' mereka dapat
melalrukan pembelian padi secara besar-besaran dari para pemilik
sawah yang tidak sedikit jumlahnya untuk keuntungannya
sendiri, sehingga kegiatannya mengarah kepada suatu pemerasan.
Pada masa yang lalu selalu ada kemungkin an bahwa rasa
ketidak-puasan rakyat dapat disalurkan secara terbuka melalui
jaJan pem berontakan, tetapi dapat pula muncul dalam bentuk
yang lain seperti perbanditan, atau tindakan-tm dakan kelompok
yang mende.kati jenis kriminaJitas. Hal ini banyak terjadi ter-
utarna yaJah setelah tatatertib umum di bawah pemerin tah
kolonial semakin lama semakin efektif, sehingga kemungk.inan-
kemunglrinan untuk melancarkan pem berontakan secara terbuka
sebagai pernyataan protes sosialnya semakin terbatas. Dalam
suasana yang demikian itulah orang dapat tergoda unt uk melaku-
kan protesnya dalarn bentuk suatu berbuatan kejahatan ataupun
melakukan perbanditan. Hal ini berarti memberi petunjuk bahwa
dalam berbagai kondisi atau situasi apapun selalu ada kilasan
protes sosial yang muncul, baik daJam kelompok besar ataupun
secara individuil, bahkan ada yang timbul dalam bentuk suatu
gerakan kejahatan. Sehubungan dengan uraian tentang gerakan
sekte, maka dapat dit unjukk.an tipe terakhir dari gerakan tersebut
yaitu yang dalarn kegiatannya mirip dengan tind akan-tindakan
kriminil. DaJam usahanya untu k mempertahankan anggota-
anggotanya un tuk melancarkan perlawanannya terhada p tata-
303
masy arakat yang beri:lku, gerakan se kte yang tcralJ1ir i111
menggunakan cara-cara tertentu, yaitu dengan menakut-naku n
lawannya atau mengadakan pemerasan-pemerasan. Kedudukan
gerakan ini dapatlah dikatakan ada di tengah-tengah antara suatu
se kte mistik dan suatu gerombolan ..penjahat. Gerakan tersebut
memiliki upacara-upacara sendiri, organisasi dan sumpah-sumpah
rahasia sendiri. dan pergau!annya juga terbatas pada kalangan
anggotanya sendiri. Berbeda dengan gerakan sekte mistik ~ maka
gerakan ini tidak mempunyai tujuan untuk menganjurkan kesuci-
an bagi perseorangan, lagi pula tidak mempunyai tujuan sosial
yang khas. Kegiatannya ber.kisar dari melakukan perang sabtl
sampai ke berbagai macarn perbuatan krirninil seperti melaku.kan
pencurian, penipuan dan pembun~. Perlu dicatat bahwa
tindakan kejahatan semacam itu memiliki fungsi sosial untuk
dilakukannya.
Sebagai salahsatu contoh dari tipe gerakan itu dapatlah
ditunjukkan dalarn apa yang disebut gerakan sekte Oah yang
muncul di Sukabunti dan Cianjur. Dalarn suatu laporan disebut-
kan bahwa pada tahun 1921. sekte Oah memiliki 1.000 orang
anggota yang tersebar ke berbagai desa Kegiatan dari sekte ini
antara lain melakukan teror di daerah itu, di mana tiap
anggotanya terlibat dalarn peristiwa pencurian, penipuan dan
pembunuhan. Orang-orang yang ada di luar anggota sekte itu
selalu m udah diancarn dan ditakut-takuti, sedangkan orang yang
kaya diperas. Pernah pula mereka datang ke pasar untuk
memaksa orang-orang yang ada di pasar itu untuk memberibn
uang, dan apabila mereka tidalc mau mengabulkan peimintaan
itu maka pada malam harinya anggota sekte itu akan datang ke
rumahnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidalc di-
inginkan. Gerakan sekte ini antara lain dipimpin oleh Fadil, Bapa
Atna, Kosi, Arkam, Pak Tasik dan Ibrahim. Mereka itu dalam
kegiatannya dibantu oleh badal-badal, dan dalam organisasinya
juga memiliki cabang-cabang yang masing-masing dipimpin oleh
seorang "pahlawan bacok" (seorang jago berkelahi) dan memiliki
perkngkapan senjata sendiri. Sudah menjadi kebiasaan sekte Oah
ini untuk menyebarkan desas-desus tentang akan dilancarkannya
suatu perang sabil. Perkelahian dan pergulatan yang banyak sekali
mereka lakukan boleh dikata merupakan pekerjaan harian me-
reka. Kegiatan mere ka itu baru berkurang setelah pihak pemerin-
tah· melakukan tindakan pembersihan dengan kekerasan. DalaJn
304
~,, .J tu ak. ~1 pcm h · rs1han Kasim Jt!ngan 3 orang anggotanya
be rhasil d1 tangk..i p. maka tt:rnay:.ita mere ka mcmiliki s.:nj:1t a-
senpta b:rnya k d i antanin) a a<la yang be r uliskan huruf-huruf
Arab yang menurul kepercayaannya mempunyai kekuatan magis.
Sekte Oah ini dianggap mempunyai h.ubungan yang · erat
dengan apa yang dikenal dengan Sarekat Islam Afdeling B
(Bagian) , yaitu suatu gerakan teror yang bertugas untuk mdan-
carkan pertempuran dengan Belanda. Untuk masuk mcnjadi
anggota sekte Oah orang harus rnembayar uang pendaftaran
sekitar satu sampai sepuluh rupiah, <lan ~sudah itu aka n ditarik
uang iuran sebanyak 25 sen. Siapa-siapa ang masuk menjadi
anggota sekte itu tidak jelas termasuk golongan mana, maka
salahlah bila orang menganggap mereka sem uanya sebagai pen-
jahat atau perusuh. Perlulah dipahami bah wa sekte itu dapat
menjadi penyalur ketidak-puasan rakyat di sarnping Sarekat Islam
atau tarekat. Dapat dimengerti pula bahwa dalarn suasana yang
demikian itu maka fungsi teror merupakan suatu cara yang
sistimatis. Di daerah ini malahan beberapa cabang Sarekat Islam
mempunyai kegiatan yang berupa tindakan-tindakan teror ter-
hadap orang-orang desa serta mengadakan intimi<lasi terhadap
orang-orang yang bukan anggota gerakann ya. Oleh karena itu
tidak mengherankan apabila gerakan-gerakan sekte kemudian
juga mengikuti jejak yang semacam itu. D1 daerdh yang tenang
sekte-se kt e dapat memberikan tempat bagi perkembangan rasa
ben~i. merupakan saluran untuk menyatakar rasa ketic.lak-puasan
rakyat secara terbuka. Memang banyak aktiv1 tas dari kelompo k-
kelom pok daum penjahat di pedesaan um umnya lepas dari
perhati an pen~atatan , tetapi dengan melalu contoh-contoh ke-
giatan dari sekte Oah tersebut, c.lapatlah cJitu njukkan. fungsi Jan
arti dari kelomp ok terse but, yang jug" cen<lerung untuk mendiri·
kan suatu pertahanan kolektif terhadap tekanan yang dilancarkan
oleh masy ar-akat yang berkuasa scrta sekaligus mengam bil
kesempatan melancarkan perlawanannya. Bcrbe<la dengan con-
toh-con toh gerakan yang lain, maka gerakan Oah berkembang ke
arah sifat-sifat agresif dan kekerasan , tcta pi kekerasannya itu
tidak berbentuk suatu konfrontasi langsung dengan kek uasaan
kolonial seperti yang dijalankan dalarn gerakan-gerakan mesianis-
t is Scbua h w ntoh lain dapat ditunjukkan ten tang terbentuknya
sejenis per kumpulan rahasia di Banten Utara ang dapat dianggap
sc bagai su atu benih sekte krimini l yang se han rnya .
305
Pada pertengahan kedua dari tahun 1920 pejabat-pejabat
Banten telah dikejutkan oleh adanya suatu 'sekte kriminil
rahasia' yang muncul di distrik Cilegon. Gerakan itu terkenal juga
sebagai Sarekat Elmu (sic). 27 . dan pemimpinnya bernama Haji
Na wawi dari desa Mangkunegara. Menurut laporan pejabat.
tujuan sekte ini ada ~mpat rnai.:am. yaitu: (I) memaling (melaku-
kan pencurian) ; (2) mernmpok: (3) ngahegal (membega)): (4)
menentang kt!kuasaan kepala desa dan polisi. Pada waktu 1tu
daerah Banten Utara memang terkenal sebagai daerah yang su!it
untuk dipcrintah dan ada kecenderungan dari penduduk untuk
melakukan pemberontakan. Sclain itu terkenal juga sebagai
daerah .kaum petani yang masih percaya kepada takhyul dan kuat
dalarn kepercayaan agama yang ortodox. 28 . Pemirnpin-pemimpin
agarna memiliki kedudukan yang terpenting dalam masyarakat
terse but .
Pada waktu Haji Nawawi memimpin sektcnya. ia telah
berumur 54 tahun. la telah menjadi guru agama semenjak tahun
190 I. Ia juga terkenal sebagru seorang dukun dan rukang metangi
( peramal). ·1a membagi-bagikan jimat, di antaranya yang disebut
wafak yang terdiri dari kertas yang di atasnya di tulisi dengan
ayat-ayat suci, yang dapat dipergunakan untuk menolak penyakit
cacar dadan kolera dan apa yang disebut jambe alit clan
nurputih. Selain itu ia juga terkenal sebagai seorang pernuja
Syeh Abdulkadir Jaelani, tokoh besar pendiri tarekat Kadiriyah.
Pa<la tahun 1913 Haji Nawawi melanjutkail kegitannya
sebagai dukun dan dalam· tahun-tahun- berikutnya namanya
terkenal di seluruh daerah. Pada waktu San.~kat Islam mendirikan
cabangnya di Banten, Haji Nawawi mcnggabungkan diri ke dalam
organisasi tersebut dan bertugas untuk mengurus anak-cabangnya
seternpat. Ia juga banyak melakukan kegiatan dalam perkumpulan
gotong-royong di desanya selama empat tahun. Kegiatannya yang
hanyak itu mudah menimbulkan kecurigaan pada para pejabat.
lebih-lebih dalam aktivitasnya sehagai dukun dan guru ngelmu.
Hal-hal yang mencurigakan antara lain yalah, pembagian jampe
alit-nurputih. yaitu yang dipergunakan orang yang i.ngin dapat
2"7. L~por11n Bupati Serani:. tertan11al 11 Novem"er 1922, Nu . 70/ZG . dKl~m
:Hailr~porl 2S2x/l3 .
~8 Lihat A. ()jajadiningrat dalam H'rlnnerif'IKt!ft 'ia" PafWt!"an Achmad D1a/adin1n.1f~
r<Jr (Am;t•rda m dan Batavia . 1936).
menghilang (haiimun). untuk menolak penyakit, untuk dapat
berhasil baik dalam pekerjaan atau dalam percintaan (asihan).
dan juga untu k dapat membuat kedatangannya pada suatu
tempat tidak kedengaran (nyirep). Berbagai 1enis jimat. yang juga
disebut jampe sirep adalah sering kali dipergunakan oleh para
pencuri, oleh karena itu tidak mengheran ka n kalau ajarann:a
dicurigai oleh pejabat ·dan sektenya diangga p orang sebaga1 sud tu
gerom bolan pencuri.
Para pengikut ngelmu di daerah Banten Utara ini sebagian
besar adalah kaum petani dan neJayan. Tidak ada bukt1-bukt1
bahwa Haji Nawawi menarik pengikut-pengikutnya dan para
jawara, yaitu orang-orang yang tida.k memiliki pekerjaan pokok
yang sering terlibat dalarn kegiatan-kegiatan kejahatan. Rupanya
hubungan antara anggota-anggota agak bebas. tetapi terdapat
kewajiban bersama untuk sating bantu-membantu clan mem per-
tahankan rasa solidaritas kelompoknya. Sarekat Ilmu cenderung
untuk memusatkan diri pada pemimpin dan ngelmu yang
diberikan dalam perkumpulan itu. Sekalipun Haji Nawawi di-
curigai oleh para pejabat, tetapi dari penyelidikan yang dilakukan
oleh Bupati Serang tidak terdapat suatu keputusan untuk
menindak tokoh tersebut. Rupanya Bupati tersebut memaham i
tentang nilai-nilai dan kepercayaan rakyat, serta cukup memiliki
pengertian terhadap mereka, sehingga dapat m'elihat tare.kat
ngelmu di dalam perspektif yang sebenamya
Lahirnya banyak. golongan-golongan sekte pada dasamya
adalah merupakan cara memisahkan diri dan tradisi besar Islam.
Dalam menghadapi pengaruh-pengaruh modem sebagian dari
penduduk ada yang menunjukkan kecenderungan nativistis,
sehingga cenderung untuk memilih tempat di luar masyara.kat
modem. Dalam periode yang sama, kaum Muslimin Jawa
mengalami perubahan-perubahan intelektuil, moral dan sosial,
sehingga memungkinkan perkembangan bentuk-bentuk perlawan-
an yang modem. Dalam hal ini Sarekat Islam merupakan
salahsatu contoh dari jawaban yang bersifat modem itu.
E. GERAKAN-GERAKAN SAREKAT ISLAM DI DAERAH
PEDESAAN
Semenjak pergantian , abad di Iawa relah terjadi suatu
perubahan sosial yang cepat. Perubahan-perubahan sosial itu
307
tdah diikur i de ngan gejala desorganisasi sosiaJ dan kegelisahan
sosial. Pengaruh kekuasaan pemerintah Belanda mulai ter&sa
sekali di lingkungan masyarakat pedesaan, setelah ada perluasan
perkebunan-perkebunan, perkembangan sistim komunikasi mer
dern, pembentukan birokrasi kolonial dan meningkatnya ke-
cepatan proses urbanisasi. Nilai-nilaf tradisionil mengalami erosi
sebagai alcibat penetrasi ekonomi yang mendalam, pertumbuhan
administrasi dan pemerintahan yang semakin komplex, dan
perluasan pendidikan. Proses " proletarisasi" penduduk pedesaan,
pergantian petani menjadi buruh, desorganisasi kehidupan per·
tanian, dan berbagai tekanan keuangan scrta tuntutan-tuntutan
berat yang diberikan oleh penguasa-penguasa setempat, semuanya
telah menimbulkan kegelisahan di t_anah pertanian. Secara singkat
dapatlah dikatakan bahwa kerusuhan-kerusuhan, terutama yang
terjadi pada tahun-tahun 1912-14 memili.ki akamya di dalam
perubahan-perubahan sosial yang cepat itu.
Gerakan protes dari kaum petani tidak hanya merupakan
pernyataan tidak puas terhadap mereka yang herkuasa. tetapi
juga merupakan cenninan dari jawaban mereka terhadap suatu
masalah komunikasi yang mereka hadapi. Kaum petani tidak
memiliki saluran-saluran untuk menyatakan keluhan-keluhannya
mengenai apa yang menimpa mcreka. Dewan perwakilan yang
ada di tingkat keresidenan dan kotapraja. tidak marnpu menya-
lurkan tuntutan-tuntutan dari golongan itu, karena dewan ter-
sebut dianggap tidak patut untu k menjadi perwakilan politik
mereka. Dalam menghadapi masalah yang demikian itu kaum
petani belum sanggup merumuskan keinginan politik dan ekcr
nominya dan juga m~sih lemah untuk menuangkannya ·ke dalam
tindakan. Untuk itu diperlukan suatu kepemimpinan yang timbul
dari dalam elite. Munculnya Sarekat Islam dalarn situasi yang
demikian itu adalah penting karena dapat memberikan peralatan
yang berarti sekali dalam mewujudkan keinginan dan kekuatan
yang ada di lingkungan kaum petani mel alui salurJn ideologi .
kepe mim pinan , o rga nisasi d;rn lambang-lamhang dari orgamsasi
tcrse hut. Sarekat Islam telah me ndorong ke arnh proses rnobili-
:.asi politik secara modern d.1n kalanga n pe nduduk pedcsa:.in.
Berheda dengan gerakan-ge raka n yang terj adi pada masa-
ma·..i Sl'helumnya. gerak.an ) ang dibicarakJn ini menu nj u kkJn
su<tru pe rt umbuh:.in ke:>adaran) ang rc rj adi d i lin gkungan sebagian
p\;'.nduduk dat-r.1h p•.:naman. Oleh sel-cab itu lahirnya ge rakan
Sari:kat Islam haruslah dipandang sebaga1 bagian daripada ke-
bangunan umum dari penduduk pedesaan yang mulai sadar akan
kedudu kannya yang rendah dan adanya tmdakan diskriminatif
yang dilakukan terhadap mereka. Semua rasa dendarn dan tidak
puas rakyat yang tengah mencari jalan untuk melancarkan balas
dendarnnya, -telah memperoleh tempat penyalurannya yang baik
di dalam Sarekat Islam, yaitu dengan melalui aktivitas organisasi-
m assa tersebut. Karena itu dapatlah dipahami bila sejarah ge{akan
Sarekat Islam lokal selama tahun-tahun pertama ·dari kelahiran-
nya, selalu ditandai oleh agitasi-agitasi dan tindakan kekerasan
yang terjadi secara berkali-kali. Sebagian besar dari kerusuhan-
kerusuhan lokal yang didigerakkan oleh anggota-anggota Sarekat
Islam, tidak menunjukkan sesuatu tindakan yang berhubungan
dengan tujuan-tujuan yang lebih luas sebagaimana yang telah
digariskan oleh pemirnpin-pemirnpin nasionalnya, sekalipun da-
lam melancarkan kegiatannya . itu semuanya mempergunakan
panji-panji Sarekat Islam. Dalam situasi yang serba kacau waktu
itu, Sarekat Islam semata:-mata hanyalah menjadi organisasi yang
mencakup bagian-bagian penduduk pedesaan yang tengah meng-
alami ketidak-puasan dan ketegangan, sebagai akibat daripada
pertentangan kepentingan yang telah mengambil tempat per-
gumulannya di daerah pedesaan.
Penyelidikan tentang perkembangan Sarekat lsl:Jm pada
tingkat lo ka l, akan dapa t memberikan gambaran tentang bagaimana
gerakan itu berperanan sebagai penyalur protes lokal, dan
bagaimana gerakan itu kemudian menerim a sifat-sifat tradisionil
sebagaimana yang telah menjadi pertanda bagi pemberontakan
pe tani yang terjadi pada masa-masa yang lam pau.
Sejauh rnanakah Sarekat Islam yang bergerak di daerah
pedesaan Ja wa dapat dikatakan sebagai suat u gerakan 'modem'?
Di satu pihak memang terdapat hal-hal yang tidak dapat
di katakan modem, seperti masih adanya unsur-unsur magis,
mistisisme, mesianisme dan nativism~ yang masih berlangsung
sebagai anasir pcnting dari gerakan-gerakan lokal yang muncul
dengan bendera Sarekat Islam. Karena gerakan itu ada .di bawah
pengaruh buday a masyarakat Jawa, maka sifat-sifat trad isionil
ikut masuk ke dalam gerabn terseb ut. Di lain pihak Sarek:It
Islam dapatlah dikatakan seb::igai suatu gcra kan ya ng memiliki
sjfat yang modem, hal ini berdasarkan 'ork'1 tasi tuj uan' yang
jd;.is yang dimili ki organisasi tersebut. lagi .,uJa pro~ram-program
sosial serta tujuan-tujuan untuk mengadakan pern baharuan sosial-
ekonomi.
Gerakan-gerkan Sarekat Islam lokal dari tahun 1913 dan
191 4 telah memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana
perkembangan gerakan itu di bawah kepemimpinan yang datang
dari lingkungan luar daerah pedesaan. Gerakan-gerakan itu tidak
dipimpin oleh kaum petani tetapi oleh kaum yang berpendidikan.
yang di samping rnarnpu merumuskan tuntutan Islam , juga dapat
menyuarakan rasa dendam dan harapan dari kaum petani. Pada
saat yang sarna pengikut-pengikut dari kaum petani tidak dapat
mentafsirkan gerakan itu ke dalam pehgertian tradisionil. Mereka
cenderung, misalnya, untuk menafsirkan peranan pemimpin
organisasi itu secara mistik atau magico-re/igious. Sebagai contoh,
Tjok.roaminoto, sekalipun ia tidak mengakui memiliki kekuatan-
kekuatan gaib atau wahyu, namun ia dianggap sebagai seorang
nabi. Popµlaritas dan kekuatannya telah menimbulkan keper-
cayaan rakyat bahwa ia memang dianugerahi kekuatan-kekuatan
gaib. Malahan banyak dari pengikut yang menganggap Tjokro-
aminoto sebagai Ratu Adil yang akan mem bawa mereka ke arah
jaman keemasan. Ada yang menganggapnya sebagai Raja Jawa.
Dernikian pula pernimpin-pemimpin lainnya dianggap memiliki
. peranan mesianistis. Apapun yang dilakukan oleh pemimpin-
pemimpin itu akan memperkuat kekuasaan Karismatisnya. Ber-
campurnya sifat-sifat tradisionil dengan modern itu rnenyebat>-
kan Sarekat Islam dapat meluas secara cepat sekali di daerah-
daerah pedesaan. Sudah barangtentu kemajuan peralatan komuni-
kasi dan publikasi menciptakan situasi yang baik untuk meng-
gerakkan mll!&.. Sifatnya Islam juga mempennudah gerakan itu
untuk menarik para pengikutnya terutama pada tahun-tahun
pennulaan.
Pembatasan yang kemudian dilakukan oleh pemerintah
pusat telah menghambat perkembangan sentralisasi dan koordina-
si dari partai massa itu. Para penguasa melihat gerakan ini sebagai
ancaman terhadap mereka, karena dalarn kenyataannya perkem -
ban~an cabang Sarekat Islam lokaJ cenderung untuk menguasai
sejurnlah fungsi-fungsi sosial, agama. politik atau malahan fungsi
pengadilan dan polisi yang biasanya dipegang oleh adrninistrasi
kolonial. Oleh karena itu pemerintah Hindia Belanda berusaha
untuk mencegah Sarekat Islam menjadi partai massa yang efektif
dan berbasis pada kaum petani.
310
Seperti halnya dengan gerakan-gerakan sosial , Sarckat Islam
merupakan suatu gejala yang komplex dan bersegi banyak. Pada
tingkat lo kal organisasi gera kan itu men am pil kan berbagai pen-
cerminan yang luas variasinya. Bcberapa sifat penting dari
gt>rakan ini an tara lain yalah: (I) hersifat an ti-Cina : (2 ) sikapnya
yang agresi f terhadap penguasa pemerintah : ( 3) sifat menyendiri-
nya dan berm usuhnya terhadap orang-orang "luar"; dan (4 l
sifa tnya revivalistis yang penting. Berbagai segi dari sifat-sifat
tersebut be rhubungan erat dengan terjadinya rcntetan pcrsclisih-
Jn dan pcmberon takan yang b~rlangsung sel ama tahun-tahun
pertama dari hidupnya Sarckat Islam itu. Pergolakan-pergolakan
itu pada dasarnya merupakan jawaban terhadap kondisi yang ada
dalam masyarakat kolonial pada awal abad ke 20.
Pranata-pranata kolonial menggambarkan suatu perhubung-
an antar.t penguasa dan yang dikuasai, ya ng unggul dan yang
menjadi bawahan, dan perhubungan-perhubungan itu dilandasi
oleh prinsip rasial. Di dalam pranata semacam itulah orang-orang
Cina memiliki tempatnya. Pranata-pranata semacam itu pulalah
yang akan dihancurkan oleh Sarekat Islam . Ke ketatan rin tangan-
rintangan sosial adalah merupakan corak khas dari s~mua
ma5yarakat kolonial, dan Sarekat Islam men yerang ke unggJ.1 lan
Belanda dan Cina secara serempak. Kerusuhan-kerusuhan Sarekat
Islam mencenninkan beberapa macam pemisahan dal am mawa·
rakat Jawa, sekafipun satu-sama-lain saling melingkupi. Pembagi-
an keagamaan, yaitu pembagian Muslimin-kafir, scringkali ber-
samaan pula dengan pembagian rasial (Jawa- Cina) dan pembagi-
an yang berdasarkan ketidaksamaan kekayaan. Rasa bcrmusuhan
kadang-kadang muncul dari Sarekat Islam sendiri, yang mem -
bedakan antara kubu masyarakat yang masuk Sarekat Islam dan
kubu non - Sarekat Islam. Kadang-kadang pem bagian itu disesua·i:
lean dengan pembagian ekonomi juga.
Kebc ncian umum terhadap dominas1 modal asing yang
meluas secara cepat pada awal ahad itu, diteruskan dt:ngan
tuntutan-tuntutan untuk memberikan kesem patan yang lebih
bcsar kepada penduduk pribumi. Dalam hal ini Sarekat lslam
memiliki a.salnya dalam usaha untuk menghancurkan pcrsaingan
dari pihak kapitalis non-pribumi. Hal ini dapat dipandang sebagai
pemberontakan yang digerakkan oleh unsur-unsur pengusaha
masyarakat pribumi dalam perlawanannya terhadap dominasi
ekonom.i Jan politik modal asing. Modal ora ng Cina dal<Jlll hat ini
:3 I I
l;::JllLt::.Ld, ~ .ii;g 11l l'ilJ.idi :. a ~ .u.i11nya. D;.dam s t ru ktur ekon ')m1
ko lonial, or::mg-ora ng Cina tdah mem hen t uk suatu kegiatan
ekonomi perdaga ngan :ang penting. Mereka ini telah memegang
sduruh pen.lagangan ~ceran serta peminja1rnm uang, Jan pat.la
tahun-tahun awal abad im mereka mulai masuk ke bidang-bidang
sepcrti pcrusahaan batik yang semula dianggap sebagai perusaha-
an khas orang Jawa. Oh!h karena itu Sarekat Islam dilahirkan
sebagai hasil pen:obaan untuk .menghancurkan kekuatan per-
dagangan orang Cina. Pedagang-pcdagang kecil Jawa merasa
terancam oleh persaingan Cina itu. Karena yang menjadi ikatan
perkurnpulan Sarekat !slam itu adalah Islam, maka tidak dapat
~darkan Jagi bahwa rasa pennusuhannya terhadap Cina harus
dicari pula dalarn pernyataannya tentang pengertian-pengertian
agama.
Tidak mengherankan bahwa sejarah Sarekat Islam lokal di
Jawa harus <lihubungkan dengan sejumlah agitasi dan kadang-
ka<la.ng kekcrasan yang dilancarkan terhadap orang-or.mg Cina.
Hal ini tidak <lapal <lihindarkan lagi bahwa Sarekat !shun harus
menjadi ~la11Satu penyalur.,iz:i Pt:µiyataan . perasaan solidaritas
orang Jawa yang scdang tumbuh dalam menghadapi ancaman
dorninasi per~lagangan orang Cina. Pada permulaannya yang
m~b~ntuk inti gerakan anti -Cina bukan golongan petani tetapi
golongan kelas-mene.ngah bagian bawah. Pedagang-pedagang dan
pengusaha-pengusaha di Surakarta dan di mana-mana mcng-
imggap ornng Cina sebagai pesaing-pcsaing asing yang menyaingi
mereka di pasarnn yang sama. Mereka ptotes ketika orang-orang
Cina meluaskan daerah pl.!rsaingannya <lan mengancam kepenting-
an perdagangannya. Olch karena itu daJam perlawanannya
~rlrndap orang Cina, Sarekat Islam lebih menyatakan pcrmusuh-
an ekonomi dari pada permusuhan rasial. Orang Cina mcnjadi
sasaran rasa permusulla11' nasion al karena mereka menjadi peng-
halang bagi perkembangan ekonomi pribumi.
Seperti tdah tlisinggung di atas. maka dalam kcnyataannya
pertcntangan itu adalah bcrsamaan terjadinya dengan garis
pertentangan ·kelas. Sudah barang tentu pertentangan itu juga
bersamaan pula dengan terjadmya pemisahan Islam lawan non-
Islam. Apa yang 1mmjaJikan situasi menjadi kritis adalah karena
datangnya serentetan fa ktor-fakto r itu secara bersama-sama.
sc:perti semangat kei:.gamaan , per tt:ntangan ekonomi, dan pcrtum -
bu han kesaJaran n asi onal Ind onesia yang se lanjutn ya m t>ruwet -
312
kan perhubungan Cina-Indonesia. Sejumlah faktor-faktor berlaku
sccara kuat dalam menentang orang Cina dalam situasi kolonial
pada periode itu. Kebangunan nasional Indonesia dan perasaan
golongan nasional. memusatkan perhatiannya kepada sifat asing
orang Cina di dalam masy~kat yang homogin. Identifikasi orang
Cina sebagai suatu golongan asing itu didasarkan atas kekuasaan
ekonominya. Di pihak lain orang Cina, -e bagai minoritas yang
memiliki kekuasaan ekonomi, mencoba untuk menyamakan
dirinya dengan golongan yang memiliki kekuasaan politik yaitu
!Belanda. 2 Keinginan mereka untuk mem bedakan dirinya dari
golongan mayoritas golongan bawah, kemudian memberi.kan
perasaan pennusuhan dari bangsa Indonesia terhadap orang Cina
sebagai golongan. Akibatnya yalah pertemuan dua arus nasional-
isme, yaitu n~onalisme yang ada pada orang Cina dan kebang-
kitan nasionalisme pada ban~ Indonesia, telah menim bulkan
suatu kepelcaan politik yang sangat besar pada kedua belah pihak.
Pemberontakan-pemberontakan lo adalah semata-mata
pencenninan dari kenyataan bahwa rakyat telah menerirna
penatuan yang dibangun oleh Sarekat I lam dan program-pro-
gram sosialnya yang mulai dikembangkan. Dalam pembangunan
organisasinya, Sarekat Islam juga telah mem buat kode kelakuan
dalam lambang·larnbang sencliri. Setiap anggota Sarekat Islam
berkewajiban untuk membela dan melind ungi setiap anggota
" tenu~n" !ain, atau yang rnereka sebut 'saudara". Agar dapat
mernperkuat kesatuannya, gerakan menghenda.ki ukuran kepri-
badian dan semangat golongan yang tmggi. "Penganut yang
sejati" juga berusaha untuk mempertahan kan kepercayaan moril
mereka terhadap anggota-anggota dari masyarakat di luar Sarekat
Islam. Karena corak dari programnya yang demikian itu-men ye-
babkan Sarekat Islam terseret ke dalam pertentangan langsung
dengan masyarakat yang lebih besar.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa cin yang paling menonjol
dari gerakan Sarekat Islam yalah adanya unsur revivalistis. Karena
timbul pencurahan emosi yang extrirn maka revivalisme agama
mengubah gerakan-gerkan Sarekat Islam lokal ke arah gerakan-
gerakan yang explosif. Dasawarsa kedua dari abad ke 20 ditandai
pula dengan gejala mengalirnya arus re\livalisme. Tumbuh nya
Menscnai 1eraltan emanapul ocan1 Cina, Dhat P.H. Fro mber1 , Ver:rpreldt!
Gexhrl/ten. (Lefden , 192$).
313
semangat agarna yang baru itu temyata seiring dengan lah1rnya
Sarekat Islam. Semangat keagamaan yang baru itu tampak di
berbagai daerah dan tercermin dengan berbagai cara . Semangar
yang berkobar terarah kepada penghancuran pencurian . korupSl ,
pelacuran , mengutamakan kebajilcan dan kebenaran, kebijaksan a-
an, kesederhanaan dan rasa tanggungjawab terhadap sesamanya.
Anggota Sarekat Islam diharapkan untuk hidup sesuai dengan
semangat._ Islam, kuat dan bersikap jujur terhadap setiap orang.
Pecluasan sekuier, sekolah-sekolah tipe Barat, pertumbuhan cepat
dari misi-misi Kristen dan kebangunan nasional masyaraka t
orang-orang Cina. merupakan faktor-faktor yang di antaran ya
menjadi sebab kelahiran nasionalisme agama dalam Sarekat Islam
Dalam laporan pejabat-pejabat Belanda disebutkan bahwa
sebelum berdirinya Sarekat Islam ada hubungan baik antara
orang Jawa dan Cina, dan ditandai oleh rasa tolong-menolong dan
damai. Sebagai bukti dari sifat damai itu yalah dalarn kenyataan
bahwa sebelum adanya gerakan Sarekat Islam terdapat perserikat-
an atau kongsi orang Jawa dan Cina yang cliadakan di Surakarta.
Tujuan kongsi itu yang pokok adalah untuk memberikan
perlindungan kepada anggota-anggotanya terhadap serangan dan
luar. yaitu oleh perampok dan musuh-musuh lainnya. Agar dapat
menghindarkan dominasi Cina. Samanhudi mendirikan sebuah
organisasi yang sama dengan nama Rukun Rumekso. Berulang
kali terjadilah perselisihan antara dua partai itu dan pad<. waktu
itu pergolakan tersebut dipandang sengan pengeriian rasial
sebagai "kongsi Cina sedang berkelahi dengan kongsi Jawa".
Selama dua tahun, 1913. dan 1914, pertentangan komunal
menjadi suatu corak yang umum di berbagai tempat di Jawa.
Tahun-tahun itu boleh di.kata merupakan periode memuncaknya
agitasi anti-Cina.
Perkelahian di Surakarta pada awal tahun 1912 menjadi
tabir bagi kelahiran perkembangan ini. Kemudian pada tahun itu
pula perkelahian telah meluas ke daerah bagian utara Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. .Selarna pertengahan tahun 1913
kegelisahan juga terjadi di Tangerang, dan bergerak ke arah timur
~pai masuk ke daerah Batavia. Pendek kata, pada pertengahan
tahun 1913 arus lainnya bergerak mulai dari daerah pantai utara
Jawa Tengah dan meluas melalui Lasem dan Surabaya sampai ke
Pasuruan. Mengenai kerusuhan-kerusuhan anti-Cina dalam
periode itu akan diberikan beberapa contoh-contohnya.
314
Sduruh periO\.k dalam tahun 191 2 d n 1913 orang-o ra ng
Cma di satu pihak dan orang-orang Indonesia uan orang-orang
Arab di lain pihak, saling serang-menyerang, biasanya karena
bebernpa se bab seperti pelanggaran dalam lalulintas di jalan,
penyobekan bendera nasional, ketidak-coco kan tentang harga-
harga, dan lain sebagainya. Orang Cina dan orang Arab terseret
dalam berbagai perselisihan dan ketakutan umum disuarakan
dalam pers tentang kekacauan yang timbul ena kekerasan dan
terorisme. Pada tahun 1913 pertentangan antara orang Cina dan
Arab menurun, tetapi pertentangan antara orang Cina dan orang
Jawa berjalan terus. Perlu diketahui bahwa tidak ada petunjuk
tentang pertentangan antara orang Indonesia dan orang Arab,
mungkin sekali karena mereka memiliki kepercayaan yang sama.
Pergolakan anti-Cina pertarna-lama lel)adi pada bulan Juli
1912 di Surakarta, ketika terjadi perkelahian antara dua orang
anggota Legiun MangkuneganU1 dan sekelompok orang-orang
Cina. Pada hari berikutnya disusul dengan serangan terhadap
daerah orang Cina oleh sepasu kan kavaleri. Sejak itulah Surnkar-
ta diliputi oleh kerusuhan dan perselisihan secara komunal.
Malahan dalam laporan disebutkan pula bah wa perselisihan itu
terjadi juga di kalangan anak-anak bernpa perkelahian-perkelahi-
an. Di Semarang juga terjadi kerusuhan yang sama seperti di
Surakarta. Peristiwa itu terjadi karena kemarahan orang Jawa
terhadap pengotoran sebuah langgar uengan najis.
Sebuah faktor lain yang menyebab ketegangan yalah
bahwa dengan lahirnya Sarekat Islam , pedagang-pedagang Cina
yang kecil dan warung atau toko-toko mengalami kemunuuran
jurnlah langganannya. Di Brondongan, se buah kampung di
Semarang. berdirilah sebuah toko kecil yang dibuka dengan
gabungan dari anggota-anggota Sarekat Islam .30 Akibatnya se-
orang Cina, Lien Mo Sing, di kampung itu kehilangan banyak
langganannya Jan sudah banmgtentu menjadi marah te rhadap
Sarekat Islam sebagai pendukung persaingan itu. Menurut laporan
asal keributan yang kemudian terjadi, yalah bahwa Lien Mo Sing
dituduh telah melemparkan daging ba bi ke dalam langgar.
Laporan itu m enyebutkan juga bahwa beberapa orang, tern yata
orang Cina, telah mengadakan provokasi terhadap orang Islam,
30 Laporan Resi den Semarang , lanqal 3 April 1913, No 166/I. <Lola m Mollr<'pur:
846/13.
315
sehingga terjadilah kerusuhan-kerusuhan . Aksi-aksi provokas1 itu
misalnya, seperti pemukulan kaleng-kaleng waktu orang melaku-
kan sembahyang, aclalah aksi-aksi yang menambah ketegangan
antara kedua belah pihak. Akhirnya keributan-keributan terjad1
dengan mengakibatkan jatuhn ya korban sebanyak lima orang
Cina luka-luka dan salahseorang d1 an taranya menmggal ~ bera r:
hari kemudian . 31
Sek.Har tahun 1913 dan 1914 di daerah Tangeran!; ju g:.i
o·banyak timbu1 keributan-keributan. yang be rsifat komunal.
Tegalkunir terjadi perkelahian :m tara orang Cina dan orang·orar."
Indonesia, yang d'isebabkan karcna kejadian-kejadian kec1L Se-
orang pribumi dipukul oleh seorang Cina karena tidak mem bayar
beras yang telah dibelinya. Akibatnya yalah aksi pembalasan
yang meny-ebakan seorang Cina dan seorang Indonesia mati
terbunuh. sementara itu empat orang Cina dan duapuluh
orang Indonesia ditahan. Setelah peristiwa itu ketegangan tetap
berlangsung. Orang-orang Tegalkunir tidaJ< mau bekerja di sawah-
sawah yang· dimiliki orang Cina, sedang orang-Qrang Cina dari
Kebonbaru tidak mau kembali ke rurnahnya dari pengungsian di
kota. Situasi menjadi tenang .setelah kekuatan polisi dipusatka n
di Tegalkunir. Perlu diketahui bahwa di daerah ini sernenjak abad
ke 19 telah terjadi keributan-keributan. terutama di tanah
partikelir. yang terkenal keributan cuke. Keributan itu meningkat
dalam periode tersebut. Di daerah ini banyak dilaporkan mcnge-
nai adanya perselisihan-perselisihan dengan kekerasan pada wak-
tu-waktu tertentu.
Di Pemanukan juga terjadi keributan yang ditirnbulkan oleh
percekcokan tentang harga bahan mori antara seorang pernilik
toko dengan sekelompok orang santri. Segerombolan orang santri
menyerang toko-toko orang Cina. Ketika beberapa orang yang
menjadi pelaku kerusuhan itu ditahan, sepasukan anggota Sarekat
Islam berkurnpu1 untuk menuntut agar mereka dibebaskan
apabila tidak hendak dilepaskan maka semua orang Cina akan
dibunuhnya. Beberapa ratus orang demonstran juga mengancam
Wedana dan memukul seorang anggota polisi yang ada di situ.
Di Tuban kerusuhan-kerusuhan dirnulai ketika kaum buruh
menolak untuk bekerja pada orang Cina dengan upah yang terlalu
31 Lihar Lap•irun Reslden Semarang , canuat 1 Apri l 1913 . No. 8121 / 272 , dalam
\.Tur/report 546 ! I J
316
rendah. Petinggi (kepala desa) dipukuli karen tindakann ya yang
kasar dalam mengurus perselisihan itu. Karen itu maka Sarekat
Islam setempat mengarnbil langkah untuk menguasai urusan itu.
Hal ini merupakan contoh tentang cara-cara gerakan Sarekat
Islam lokal kadang-kadang bertindak untuk melakukan fungsi
yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah sendiri. Ken butan
lain tirnbul dari pembunuhan seekor kucmg 'keran1at " , kucing
wasiyat. oleh seorang Cina. Sege rombolan or<...ng-orang datangiah
berbondong-bondong ke muka rumah Cina it dengan mem bawa
berbagai macam senjata dan melakukan pe yerangan terhadap
dia. Asisten Wedana dan pejabat-pejabat lain . diancam dengan
pembalasan bila mereka melindungi Cina tersebut. Pejabat-
pcjabat dipaksa untuk memberi jalan clan memerintahkan agar
dua orang Cina meninggalkan desa it u. Pertu dicatat bah wa
!COl'Ulg Cina bernama Lie Hi Cong dapat meninggalkan desa
dengan aman, karena ia dengan diam-diam masuk menjadi
penganut Islam. 32
Peristiwa lain terjadi di Bulu ketika seorang wani ta pribumi
ditangkap basah di rumah seorang Cina. Didorong oleh adanya
perbuatan ini, anggota-anggota Sarekat Islam mulai membunyi-
kan kentungan. Dalarn waktu singkat berkum pullah segerombol-
an orang-orang di muka orang Cina itu dan menyerangnya dengart
melempar batu kepada korbannya.
Di desa Gebanghilir, termasuk wilayah distrik Losari yang
tidak jauh dari Cirebon, pada tanggal 23 Septern ber 1914 terjadi
pula ketegangan dan keributan dengan kekerasan. Suatu bentrok-
an terjadi antara seorang Cina dengan seorang anggota Sarekat
Islam yang kemudian menjalar menjadi bentrokan antara dua
golongan. Dua orang Cina datang ke tern pat seorang anggota
Sarekat Islam dan menantangnya (diaja k berkelahi). Karena itu
mab dengan segera datanglah segerombolan orang-orang, ter-
masuk anggota Sarekat Islam, untuk melancarkan serangan
terhadap tempattinggal orang Cina dan melakukan pembakaran
serta pengrusakan secara bebas. Semua orang-orang Cina melari-
kan diri untuk menyelamatkan hidupnya. D1katakan bahwa yang
~engatur penyeranpn itu adalah Haji Mohammad Umar. pemim -
pin Sarckat Islam cabang Gebanghilir. Anggota-anggota Sarekat
.ll Uhat Laporaa Raiden Remba n1. lanual JO Okt her 1913, No . 147. IUlam
M•ll,epof't 2065 /1 3 ; lihat Jup Warna Warta. 1913 Nl'I . 190
317
Islam yang tinggal di desa-desa tetangga itu juga menggabungkan
diri untuk tunlt me.lakukan penyerangan-penyerangan terhadap
sasaran yang sama. yaitu seperti yang terjadi di Sindanglaut dan
sekitarnya.
Tidak sedikit juga pertentangan antara tuan tanah dan para
penyewa di tanah partikelir di satu pihak, dan antara orang-orang
Cina dan orang Indonesia di lain pihak, memperhebat kekerasan-
kekerasan dalam beberapa peristiwa. Sebagai contoh, pada tahun
1913 tuan-tuan tanah di Tangerang memperhentik:an penyewa-
penyewa priburni yang menjadi anggota Sarekat Islam, karena
takut mereka akan- membawa kesulitan di daerah itu. . Di
Temanggung, Cina menolak untuk meminjamkan uang kepada
anggota-anggota Sarekat Islam. Hal ini merupakan contoh ten-
tang aksi pembalasan yang dilaJrukan oleh orang Cina.
Tahun 1913 barangkali adalah tahun yang paling buru.lc dari
masa kerusuhan-kerusuhan anti-Cina di seluruh sejarah lnd<>-
nesia. Laporan tentang perselisihan Cina-Jawa cukup banyak
dan menjadi berita-berita yang hangat dalam suratkabar-surat-
kabar pada · waktu itu, terutama yang terjadi _di daerah-daerah
seperti Surabaya, Surakarta, Semarang, Cirebon, Tangerang,
Bekasi dan lain-lainnya. Banyak desa-desa yang dipengaruhi oleh
ketegaangan-ketegangan kornunal. Mengenai jumlah orang-orang
yang terbunuh atau luka-luka dalarn kerusuhan-kerusuhan itu
tidak ada petunjuk yang pasti di dalarn sumber-sumber.
Tipe kedua dari keributan dan pergolakan yang dilakukan
secara komunal yalah keributan-keributan yang ditirnbulkan oleh
agitasi yang dipimpin oleh Sarekat Islam untuk menentang
penguasa kolonial. Perlu dicatat bahwa dalam perkem bangannya
Sarekat Islam menjadi terlibat dalam pertentangan-pertentangan,
perjuangan dan permusuhan lokal. Tujuan dari keributan-
keributan yang diatur oleh anggota-anggota Sarekat Islam adalah
bennacam-rnacarn. Dalam pandangan pemerintah pernberontakan
atau pergolakan itu dianggap sebagai hal yang membahayakan
apabila pergolakan itu ditujukan terhadap pejabat-pejabatt. Bila
gerakan prates itu tidak mengarah kepada penguasa-penguasa
sipil maka mereka tidak dianggap membahayakan. Tetapi bila
kelompok orang-orang yang melakukan protes itu berkonfrontasi
dengan pejabat-pejabat pemerintah, dengan membuat para pe-
jabat itu sebagai kambing hitam untuk segala penyakit masyara-
318
kat, maka aksi-aks.i mereka dianggap scbagai suatu penyerangan
langsung terhadap kekuasaan >ang syah da n pejabat loka.l itu.
Perlu diketahui pula bahwa sesungguhnya ke<lua gerakan-
gerakan tradisionil dan modern yang ada dalam Sarekat Islam
dalam hal ini mencerminkan suatu kelanJu tan ketidak-puasan di
daerah pedesaan. Perbedaan dalarn pergo.akan-.pergolakan pada
tahun 1912 dan 1913 terletak pada ken) ataan bahwa Sarekat
!slam tampak lebih realistis dalarn memberikan ide-1de massa
petani yang "revolusioner". Hal lain yang perlu dicatat pula yalah
adanya " jurang ideologi" antara organisa.1 Sarekat Islam pusat
dan Jokal. Selain itu terdapat juga suatu proses "saling memper-
kuat" anta.ra sifat kecenderungan rnembe rontak pada rakyat di
satu pihak, dan di pihak lain ketidak-mampuan pejabat-pejabat
dalam menanggapi gerakan-gerakan prate ~ yang sedang ~erkem
bang. Perlu diperhatikan bahwa kecakapan peJabat lokal sering-
kali merupakan faktor yang menenrukan dalam memasakkan
situasi. Kenyataan telah menunjuk.kan barwa kt:tidak-mampuan
dalam administrasi memberilum kesempatan perselisihan semakin
meluas, dan dalarn beberapa contoh p;;.ra pejabat sendirilah
kem udian yang menj adi korban d.ari kerusu "han-kerusuhan.
Petani di distrik Lasem mengeluh karena tambahan beban
untuk m em bantu pekerjaan mengklasifikas1 tanah yang dilakukan
oleh para mantri, dalam melak.sanakan peraturan tanah yang
baru. Sebagai reaksi terhadap beban pekerjaan itu mereka
menolak untuk memberikan keterangan·keterangan yang diperlu-
kan mer;;enai tanah itu'. Dalam hubungan ini Said Abdullah,
pemimrin Sarekat Islam Lasem dicuriga1 sebagai orang yang
melakukan agitasi, clan memang di situ terdapat bukti-bukti
bahwa beberapa pem i:npin Sarekat Islam menentang pelaksanaan
klasifikasi tanah. Tanda-tanda ketidak-puasan juga tampak di
d.esa Sulang dan Pamotan sehubungan dengan perkenalan sapi
pemerintah di daerah itu. Setiap desa diwa tbkan untuk memeli-
hara sapi pemerintah sebagai bibit mernperluas perkem bangan
ternak itu. Rakyat desa tersebut menolak pekerjaan tambahan
untuk pemeliharaannya dan rnenuntut pengembalian sapi itu
dengan uang tebusan.
Huru-hara terjadi dalam apa yang disebut Peristiwa Bu-
lusan. 33 Desa Bulusa n termasuk tanah partikelir Sayun, yang
)) Laporan Asisten Residen Demalt, 1anual II Novem ber 111111. No . 164jGeh .
dalam Mailreporr 4J6x /l 8.
319
terletak di sebelah timur Semarang. Sekelompok orang yang
menjadi anggota Sare.kat Islam mengancarn dan kemudian menye-
rang kepala desa dan cariknya, karena uang sewa empang
dinaikkan oleh mereka. Seorang penyewa ernpang bernama Kasan
menolak un tuk membayar uang sewa yang telah dinaikkan itu.
tetapi kemudian empang tersebut dtsewakan kepada kepala desa.
Kasan segera mencari dukungan orang-orang, terutama anggota-
an ggota Sarekat Islam. untuk mengadakan pem balasan
Kegaduh.:m di desa itu segera padam setelah penguasa dari Demak
Jatang mengambil tir1dakan.
Contoh lain yalah peristiwa di desa Pasir Gadung,. sebuah
desa di distrik Tangerang, sebagai pusat perjudian yang diatur
oleh seorang Indo dan beberapa orang Cina. Hal ini menjadikan
marah penduduk Islam di daerah itu. Karena itu pada tanggal 23
Mei 1923 seorang mantri polisi, dua orang agen polisi dan
deJapanbelas orang anggota Sarekat Islam berbaris menuju ke
Pasir Gadung dengan maksud akan menggerebeg pusat perjudian
itu. Kemudian orang-orang yang tidak sedikit jumlahnya dari
desa-desa Pesing dan Grendeng Karawaci menggabungkan diri
pada barisan itu. Keributan tidak dapat dihindarkim lagi. Akibat-
nya enam orang Cina dan tiga orang anggota Sarekat Islam
menderita luka-Juka clan enambelas orang ditahan, yaitu tigabelas
orang Cina dan tiga orang Indonesia. Menurut harian Cina Sin
Po kejadian itu disebabka.n polisi sebenarnya telah diperintah
oleh orang-orang yang menyatakan perang terhadap perjudian.
Karena tindakannya itu polisi tersebut dihukum oleh atasannya
dan diusulkan untuk dipindah ke Bogor.
· Peristiwa lain terjad.i .karena disebabkan oleh pertentangan
antara petani dan pejabat-pejabat di Punggursugih. 34 Penduduk
di desa ini menuntut uang sewa kepada firma pengangkutan milik
orang Cina, karena menggunakan jalan desa tersebut. Ketika uang
sewa dinaikkan sampai tigapuluh rupiah, orang Cina tersebut
menolak untuk membayarnya. Karena itu pemirnpin Sarekat
Islam di desa itu bersama-sama dengan tigapuluh orang anggota
Sarekat Islam lainnya beramai-rarnai menutup jalan tersebut .
Kemudian datanglah wedana, kepala polisi, dan sekelompok
kepala-kepala desi, untuk mernbujuk mereka supaya mernbuka
34 Surat res mi Asisten Res Iden Biota , ta.nggal 19 J uni I 916 , No . 543 7 / 4 , cfalam
Mail.repon 1451 / 16
:i20
jalan kembali untuk kepentingan lalulintas umum. Orang-orang
desa tersebut bukannya mendengarkan bujukan mereka, tetapi
malahan mengadakan serangan terhadap mereka itu. Pejabat-
pejabat lari tunggang-langgang untuk menyelamatkan hidupnya
dan yang tertinggal dipukuli dan disiksa. Hal ini merup akan
contoh perlawanan yang terang-terangan terhadap penguasa.
Selama tahun 1913 dan 1914 di daerah Bekasi sering juga
terjadi kerusuhan-kerusuhan, yang menunjukkan juga praktek-
praktek pengerahan kelompok orang-orang dan mengadakan
pembalasan dendam dengan kekerasan terhadap para penguasa.
Sebagai contoh pacla bulan Desember 1913 terjadilah kerusuhan
di tanah partikelir Calcung termasuk wilayah distrik Bekasi, yang
ditimbulkan oleh perselisihan tentang upah kerja di sawah-sawah
yang dimililci oleh tuan tanah Cina. 35 Rakyat tnenolalc untuk
bekerja dengan upah sebclas sen setengah sehari, dan menuntut
duapulij]i-lima sen karena harga beras telah naik. Anggota-
anggota Sarekat Islam terus melakukan kerja di sawah-sawah
kepunyaan orang Indonesia Tidak sedikit orang-orang Cina yang
kcmudian minta bantuan kepada mandor Saingkun dan Bojong-
rangkang, yang bukan anggota Sare.kat Islam. Orang-orang wanita
clari desa ini dikerahkan untuk bekerja di sawah milik Cina itu
dengan upah duabelas setengah sen sehari. Setelah melihat gelagat
yang demikian itu, maka pada hari Min tanggal 14 November
anggota-anggota Sarekat Islam · berkum pul di Ujungmenteng
dengan malcsud untuk menghalang-halangi orang yang. a.lean
bekerja di sawah orang Cina tersebut. Sepasukan agen polisi
dikerahkan ke tempat itu untuk mence terjadinya keributan.
Pacla sore harinya terdengarlah bunyi bedug (tabuh di mesjid)
sebaga.i tanda bagi orang-orang Sarekat Islam untuk mengadakan
serangan terhadap mandor Djahari dari Pondokkelapa, seorang
saudara dari mandor Saingkun. Saingkun segera bergegas pergi ke
Pondokkelapa bcrsama lima orang untuk: menyelamatkan Dja-
hari. Tidak dapat diragu.kan lagi perasaan anti-Cina yang tel~
lama membara meledak dalam pergolakan ini melalui pemisahan
garis Sarekat Islam clan non-Sarekat Islam secara tajam . Dalam
situasi yang tegang itu mudahlah rakyat meluapkan perasaannya
kc arah anti-pejabat.
Surat re.mi Asisten Raiden Mr. Cornells , tanqal 17 D esembcr 191 3, No .
7SllO/l, dalam MGilttport 105/14.
321
Tidak lama kemudian pemimpm Sarekat Islam cabang
kampung Cibening, yang ada dalam lingkungan tanah partikelir,
Pondokgede, pergi ke tempat Sapat yang terkenal sebagai
perampok dan tmggal di kampung Setu di tanah partikelir
Cakung. Dalarn waktu singkat berkumpullah segerombolan besar
orang-<>rang di Caku~g dengan men8ambil tempat panglcalannya
di langgar ayah Sapat. Mere.lea berseru unna menyerang polisi.
Pada hari Rabu berikutnya pekerja-pekerja dari Pondokkclapa
tidak berani bekcrja karena diancarn. Akhimya meletuslah
ketegangan antara dua golongan. yaitu golongan anggota Sarekat
Islam dan non-Sarekat Islam berupa keributan hebat.
Sesudah terjadinya perkelahian dengan mandor, seorang
desa dari kampung Setu mulai memukul tabuh dan tanda bahaya
ini d.iikuti pula oleh desa-desa tetangga. Berkumpullah perusuh-
perusuh dari berbagai tempat dan berbaris menuju Bojong-
rangkang. Sebelum bantuan militer datang, Wedana dengan
d.iikuti oleh beberapa orang pejabat polisi bergegas datang ke
tempat keributan, kira-kira pada jam sebelas malam. Mereka
melihat gerombolan orang besar sekali, semuanya lebihkurang
dua atau tigaribu, berkurnpul di kebun mandor Tumpang, yang
ternyata menjadi sasaran keributan itu. Yang me~gherankan
yalah bahwa ketika wedana menyapa gerom bolan dan menganjur-
k.an untuk bubar, mereka taat saja. Ketika beberapa orang
pemimpin ditanyai oleh wedana, mereka menyatakan bahwa
mereka dendarn terhadap mandor Saing~n. Mereka menuduh
bahwa ia telah dibayar oleh orang Cina untuk menimbul.kan
perlawanan terhadap Sarekat Islam, dan membantu orang Cina
untuk mencarikan penanarn padi. Mereka juga menuduh bahwa ia
bermaksud akan membunuh orang-orang dari Setu. Dikabarkan
juga bahwa Saingkun akan memimpin gerom bolan orang se-
banyak seratus orang, terrnasuk orang-orang Cina, yang akan
menyerang anggota Sarekat Islam di Pondokkelapa. Tetapi berkat
juragan Saiban dari Cakung kerusuhan itu dapat digagalkan.
SeJama periode itu daerah Bekasi menjadi daerah kegelisah-
an yang terus meningkat. Ketegangan yang terus-menerus meraja-
lela ditandai oleh serentetan penggerombolan orang-orang banyak
dan pecahnya huru-hara secara mendadak. Bunyi tabuh dalam ha!
ini merupakan alat yang efektif untuk menggerakkan orang
untuk berkumpul. Karena itu kemudian pemukulan tabuh di
Bekasi dilarang kecuali untuk kepenting:n atau tujuan ke aga11:1-
an. Contoh-contoh gerakan Sarekat Islam di Bekasi itu menun-
jukkan bahwa sesungguhnya gerakan it u mencari dasar dalam
keadilan sosial. Pada pokoknya ada dasar umum bagi anggota
Sarekat Islam untuk mcnemukan "musuh"nya, baik di antara
pejabat pemerintah, tuan tanah, oran -orang Cina maupun
orang-orang bukan anggota Sarekat l5ilam .
Tidak dapat diragukan pula bahwa perpecahan lokal dan
persaingan terjadi juga, ha1 mana terbuktl dari peristiwa perten-
tangan antara anggota Sarekat Islam dan orang-orang yang bukan
anggota Sarekat Islam di Bekasi. Keiom pok yang memusuhi
Sarekat Islam bukanlah membuat gerakan itu menjadi lemah,
tetapi malahan memberikan perangsang yang besar. Sekalipun
demikian Sarekat Islam sendiri dalam usaha untuk mencari
perbaikan keadilan, mu1ai terlibat dalam demonstrasi massa,
intimidasi dan ancaman. Gerakannya ·angat mengutama.kan
perlawanannya terhadap golongan yang ierkuasa yaitu pejabat
lo kal clan tuan-tuan tanah. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa
dalam peristiwa-peristiwa itu banyak orang-orang jahat yang
memboncengi gerakan itu, yang hanya akan mengambil kesem-
patan untuk mencari keuntungannya sendiri.
Berdampingan dengan perluasan Sarekat Islam gelom bang
revivalisme melanda juga daerah Jawa. Gerakan Sarekat Islam dan
gerakan revivalisme dalam kenyataannya memang saling memper-
kuat. Agitasi Sarekat Islam sebagian memang ditujukan juga
untuk memperkuat pelaksanaan keagam an dan memperkuat
semangat keagamaan. Dalam suasana semangat keagamaan yang
berkobar-kobar pada Sarekat Islam , mungkin dapat dilihat
gejala-gejala seperti berkurangnya pencurian, penutupan ru-
mah-rumah pelacuran , penghukuman bagi perbuatan z.ina oleh
umum, dan pemberantasan perjudian. Pem berantasan penyakit
masyarakat dari perbuatan tidak susila itu diikuti oleh dorongan
kuat untuk melaksanakan kewajiban agama seperti kejujuran ,
rasa bertanggungjawab terhadap usahanya, ketulusan hati, ke-
bijaksanaan, sehingga kadang-kadang melampaui batas to!eransi .
Sebagai contoh, di Indramayu beratus-ratus anggota Sarekat
Islam menyerang sebuah rumah yang sedang melangsungkan
suatu pesta keramaian , dengan mengha curkan gamelan dan
mengamaya para penarinya.
323
Gerakan Sarekat Islam pada tahun 1913 dan 1914 adalah
semacam protes keagarnaan. Banyak pergolakan yang dahsyat
merupakan suatu penyerangan keagamaan terhadap kekuasaan
pemerintahan kafir dan juga merupakan gerakan "sakit hati"
terhadap kedudukan tertindas daripada rakyat. Dengan demikian
sebagian dari Sarekat Islam mencerminkan suatu situasi perali han
di mana harapan-harapan ·rakyat sedang mengalarni perubaha;i.
Kebingungan dan kekusutan membuat rakyat tertarik kep ada
Sarekat Islam sedangkan revivalisme agama mampu rnemberikan
mereka suatu identitas. Tidak m~ngherankan apabila kegelisahan
sosial di daerah pedesaan telah mendorong kegiatan-kegiatan
Sarekat Islam lokal menyimpang dari arah yang sebenarnya.
Salahsatu ciri penting dari masa itu yalah peredaran desas-
desus. Suatu desas-desus yang tersebar antara lain menyebutkan
bahwa perang besar akan pecah, Ratu Wilhelmina akan mangka t
dan sesudah itu Tjokroaminoto, ketua Sarekat Islam pusat. nai k
ta.khta sebagai Raja Jawa. Kabar angin semacam itu sudah
barangtentu rnembantu harapan-harapan rakyat setempat ber-
pusat pada Tjokroaminoto sehingga bertambah kekuatan karis -
matisnya. Sementara itu juga ada desas-desus yang menyebarkan
berita-berita bahwa perang antara orang pribumi dan orang asing
akan pecah. sehingga akh.irnya orang Eropah dan 'Cina akan
terusir dari Jawa. 36 ' Desas-desus lainnya lagi malahan menyebut-
kan bahwa pemerintah Belanda akan jatuh dan Cina akan
memerintah Jawa. Kabar semacam ini pemah tersiar di Tuban
rnendahului pecahnya pergolakan tahun ·1913 di daerah itu.
Demikian juga ketika Susuhunan Surakarta kawin dengan putri
Sultan Yogyakarta tersiarlah kabar angin bahwa ramalan Jaya-
baya akan terlaksana, yaitu bahwa kedua kerajaan akan diper-
satukan dan akan berbentuk satu kerajaan. Kasak-kusuk lainnya
lagi menyatakan bahwa suatu gerakan akan dilancarkan oleh
Sultan Turki dan Susuhunan Surakarta untuk memperkokoh
kehidupan Islam. Dan masih banyak lagi kabar-angin yang tersiar
di kalangan rakyat banyak.
Hal yang menarik yalah bahwa ramalan mitos Jayabaya
akan dihidupkan kembali secara berulangkali. Pemugaran candi-
36 Lihot Laporan Bupati Surabaya , tanggal 10 Maret 1913 . No . 27 , d.1 !am
,\'fa/IN!p<"r 190 3 / 1J , Ju i;a Sura t resmi A•i5 ten Residen Mr . Corne li• . tangg«I 1 5
Mei l~lJ , "i o. C.9
candi serta perluasan teosofi dipandang se bagai tanda kehidupan
kem bali Kejawen, yaitu peradaban Jawa asli yang di dalarn
rarnalan Jayabaya membayangi kedatangan kerajaan. Mitos ten-
tang keruntuhan pemerintah Belanda berulangkali tersiar, lagi
pula sering rnenjadi unsur rnitos Jayabaya yang tersiar di berbagai
daerah. Sehubungan dengan ini perlu diperhatikan pula berita-
berita yang .\.te~._ ....tentang Tjokroarninoto sebagai jurusel8U'lat
atau Ratu Adil yang akan me~erintah Jawa. Hal itu berarti
bahwa dalaln masa teISebut terdapat aliran yang menuju kepada
nativisme dan revivalisme, yaitu suatu perkcmbangan pola keper-
cayaan yang menekankan nilai-nilai tradisionil dan mencermin-
kan kerinduan akan masalarnpau.
Perlulah dikemukan bahwa pemirnpin-pemimpin Sarekat
Islam tidak mempunyai tujuan untuk menyebarkan desas:-desus
semacam itu, tetapi desas-desus itu telah muncul serentak dari
kalangan rakyat sendiri. Anggota-anggota Sarekat Islam siap
untuk percaya kepada cerita-cerita tentang kedatangan kerajaan
karena mereka melihat itu sebagai pennulaan suatu jaman
keemasan. Diam masyarakat tradisionil suatu kerinduan kepada
jarnan keemasan pada masalampau selalu terus hidup. Sikapnya
terhadap orang luar tidak selalu berbentuk rasa pennusuhan
secara aktif, tetapi seringkali diselubungi dengan harapan-harapan
yang bersifat mesianistis. Apa yang dikhawatirkan oleh pihak
penguasa yalah bahwa desas-desus itu seringkali berakar pada
ketidak-puasa.n dalam politik. Dan dalam beberapa hal, desas-
desus itu cenderung untuk mencenninkan rasa pennusuhan
terhadap pemerinta11 kolonial.
Pemimpin-pernimpin pusat Sareka Islam meny<ltakan
bahwa tujuan politik gerakan itu tidak bertentangan dengan
kesetiaan kepada pernerintah kolonial. Tetapi pada tingkat lokal
desas-desus mengenai tujuan politik dilahirkan dalam perlam-
bangan mistik dan eskatologi atau tersembunyi dalam per-
lambangan tentang kedatangan kerajaan Ratu Adil, yang akan
didirikan setelah Belanda dan Cina terusir Di berbagai tempat ,
cabang Sarekat Islam menempuh jalan • crkembangan sendiri,
yang menyimpang dari program yang digariskan oleh pemimpin-
pemimpin pusat gerakan itu. Tidak mengherankan bahwa cabang
lokal ge ra kan itu mencerminkan unsur-u nsur pemikiran tradisi-
onil. Penting pula diperhatikan bahwa ada peranan yang di-
325
bayang.kan oleh rakyat bagi Sunan Surakarta dalam pergerakan
Sarekat Islam khususnya dan dalam gerakan keagamaan pada
umumnya.
Akhlrnya dapatlah. ditunjukkan beberapa hal yang penting
yang berhubungan dengan sifat khas dari pada gerakan Sarekat
Islam. Pada tingkat pennulaannya gerakan itu bolehlah dipan-
dang sebagai bentuk peralihan dari protes sosial yang terletak di
anta'ra sµatu gerakan tradisionil dan gerakan modern. Keperca ya-
an milenaristis merupakan penghubung antara gerakan pre-pohti k
dan gerakan politik. Hal itu juga menjadi penghubung cL:m
semangat keagamaan pra-modem ke arah gerakan modem yang
benar-benar revolusioner.
326
DAFTAR BIBLJOGRAFI
BUKU-BUKU DAN MAJALAH
Abdul Razak Daeng Pat unru , Sedjarah Gowa. Jajasan Kebudajaan
Sulawesi Selatan, 1969.
Adatrechtbwzdel~. XIV · Java en Madoera, 's-G ravenhage . 191 7
Adatrechtbundels. XVII : Celebes. 's-Gravenhage, 1919.
Altona, T ., "Over den oorsprong der Kalang" , Tijdschrift voor
lndische Taal-. Land en Vo/kenkunde, uitgegeven door
Bataviaasch Genootschap ~·an Kunsten en Wetenschappen
(TBGJ. Jilid LXll (1923), hal. 521 dan seterusnya.
Algemeen Overzigt J1an de Staatkundige Gesteldheid van Neder-
landsch-lndie' 011er 1852. (Arsip di Schaarsbergen, Neder-
land) .
Amir Hasan Kiai Bondan. Su/uh Sedjarah Kaiimantan . Banjar-
masin, 1953.
Allen. G .C. & A .G . Domithome. Western Enrerprise in Indonesia
and Malaya, George Allen & Unwin, 1957.
Babad Pacina.. MS Sanabudaya, No . A/2, 75a.
Babad Pakepung, MS Sanabudaya. No. 127. 7a.
Babad Suryenga/agan. Museum Sanabudaya, tanpa angka tahun.
Benda, Harry J., The Crescent and the Rising Sun : Indonesian
Islam under rhe Japanese Occupation. 1942 - 1945, The
Hague-Bandung, 1958.
Bendix , R .. Max Weber : An intellectual Potrait, New York,
!962.
Berg, L.W.C. van den . " Het Mohammedaansche godsdienst-
o n<lerwijs op J ava en Madoera, en de daarbij gebruikte
Arabische boeken ". TBG. Jilid XXXI (1886), hal. 518-5 5.
------- - ---- - - - - - -. "De Mohammedaansche vorsten in
Nederlandsch-Indie" . Bi1dragen tor de Taal- Land- en
Volkenkunde van Sederlandsch - Indie. uitgege ven do or her
Koninklz/k lnsti tiwr \ BK!) . ji!id LIII (1901). hal. 21 - '.25
328
Blumberger. J. Petrus , De Nationalistische Be.veging in Neder-
landsch /ndie. Haarlem , l 93 l .
Boal . J .M.. De Ch inese Immegratie naar Dell , n.i:.., 1903.
Brandes, J . 'l ets over een ouderen Dipanegara in verband met
een prototype van de voorspeJling van Jayabaya ", TB G. jilic.l
XXXII ( 1886). 268-430.
Brandes. J .. " Register op de proza omzettin ~ van de Ba bad
Tanah Djawi (uitgave van 1874)". Verhat•delingen ~·an her
BataJ'laasch Genootschap l'an Kunsten e Wetensclzappen
fVBGJ. jilid LI (1900).
Bratakesawa. ed .. Jangka Ranggawarsita. Yogya arta, 19 59.
Brumund, J .F.G.. Het Volksonderwij's onder de Jai:anen. Batavia,
I 857.
Buku isi Te tedakan Pranatan Da/em tuwin erat warni-warni
tumrap Nagari Surakarta, MS Radyapustaka, No. 165 .
Burger, D.H., De untsluiting J.'an Jai1a 's bin 11 en/and vour het
wereldverkeer, Wageningen . 1939.
- ------ ----. "Structuur-veranderingen m de Javaansche
sarnenleving", lndonesie. J ilid II (1 <i48-I949 ), hal.
381-48 ; 521 -- 237: Jili<l III (1949-1 950) , hal. 1--18:
101-23 ; 225-50;247- 350;381 - 89;51 2 34.
- - - - - - - -. Sejarah Ekonomis-Sosiologis Indo nesia~ Terjemah-
an Prof. Prajudi Atmosudirdjo, Jaka.rta, 19 57.
Cense, A.A., Kroniek van Bandjarmastn, Zantpoort, 1928.
Dagh-Register gehouden int Casiee/ Batavia van t passerende claer
ter plaetse ais vvet geheel Nederlandts-lndia. 31 jilid,
Batavia - Den Haag, 1888 - 1931.
"De Expeditie naar Bali in 1868", Mi/itair Tijdschrift. (1 873 ).
"Eenige reisen in de binnenlanden van Borneo, door eenen
Ambtenaar van het Gouvemement, in het jaar 1824",
Ti/dschrift voor Nederlandsch - Jndie' ( TN!), jilid II
(1838), hal. 81 - 102.
Delden, E. van, De Particultere Landerijen op Ja va, Leiden, '191 1.
Ojajadiningrat, A., Herinneringen van Pangeran Achmad Djaja-
diningrat, Amsterdam dan Batavia, 1936.
Drewes, G.W.J., Drie Javaansche Goeroe's: Hun Leven. Onder-
richt en Messias Prediking, Leiden . 1925 .
Encyclopedisch Bureau. Sumatra ·s Oostkusr Weltevred~n. 19 i q
Faes. T ., Geschiedenis van het parriculiere landbezit op West
Ja~·a. Batavia, 1893.
Fokkens. Jr., F., "Vrije De_ssa's o p Java en Madoera" . TB G. jilid
XXXI (1886). ha!. 4 75 - 517 .
Fromberg, P.H., Verspreide Geschriften. Leiden. 1925.
Furnivall, J.S .. Netherlands India : A Study of Plural Econom y.
Cambridge University Press, 1967.
Gee rtz. Clifford, Agricultural Im•olutian : The Process of
Ecological Change in Indo nesia, University of California
Press, 1963.
Gobee, E., dan C. Adriaanse (eds.), Ambtelijke adviezen van C.
Snouck Hurgrunje, 1889-1 936, 3 jilid, s-Gravenhage ,
1957-1 96 5.
Gonggrijp, G ., Schets ener economische geschiedenis J.'an Neder-
lands-Jndte:). Cetakan ke 3, Haarlem . 1949.
Graaf, H.J. de, · " De opkor,nst van Raden Troenodjojo", Djawa.
jilid XX ( 1940), hal. 74 dan seterusnya.
Groneman, .J. , De Garebeg 's te Ngayogyokarto. Den Haag, 1895.
Hageman, J., Geschiedenis 11an den oorlog op Ja1·a van 1825 tot
1830, Batavia, 1856.
Hoesein Djajadiningrat , "Critische overzicht van de in de Malae-
ische werken overvatte gegevens over de geschiedenis van
het Soeltanaat van Atjeh'', BK/,. jilid LXV (1911) .
Hoezoo , W., " Het Javaansch geschrift "Achiring Djaman ",
MNZG, Jilid XXVU (1883), hal. 1-42.
Hollander. J .J . de, Handleiding bij de beoefening derJavaansche
Taalen Letterkunde. Breda, 1848.
Hollander, J .J. de, Handleiding bij de beoefening d er Land en
Volkenkunde, J ilid I dan II, Breda, 1898.
Hooyer, G.B .. De Krijgsgeschiedenis ~·an Nederlandsch-Indte· van
1811 to_t 1894 , 3 jilid , Den Haag - Batavia, 1896.
Hotz, G .D .E .J ., Beknop r Geschiedkundig Oi•erztcht van den
A tjeh-Oorlog,·Breda, 1924 .
Idem a. H.A., " De Oorzaken van den opstand van Saparoea
in 181 7" . BK!. jilid LX XIX ( 1923 ). h al. 604 dan seterus-
nya.
330
Jacobi, E.H., Agrarian Unrest in Southeast As1u New York, 1949.
"Javaansche Titels" , TN!. jilid IV (1846). hal. 253 - 269 .
Jonge, J.K J . de, De Opkomst van het Nederlandsch gezag in
Oost-lndie"', Jilid V, Amsterdam-Den Haag, 1870.
Kemp, P.H . Van der. ''Dipanegara, een geschiedkundig Hamlet
type". BK.I, jilid XLVI (1896 ), hal. 201 dan seterusnya .
-
--- - - - ---. "Het herstel van het Nede rlandsch gezag in de
Molukken in 1817", BK!, jilid LXVI (1 9 12).
-------------, Java's Landelijk Stelsel, 's-Gravenhage,
1916
KieJstra., E.B., Beschrijving van den Atjeh - Oorlog, 's-Graven-
hage, 1883, jilid I.
----- ---, Beschrljving van den Atjeh-Oorlog, 3 jilid , 's-Gra-
venhage, 1885 .
--- ·- -- - . "S umatra's Westkust van 1819-1 825", BK!, jilid
XX.XVI 0887). hal. 7-163;
-- - ----- ---. "Sumatra's Westkust van 1826-1 832, BK!, jilid
XXXVII (1888), haJ. 216-380.
-- -------, "Sumatra's Westkust van 1832-1 83 5". BK!, jilid
XXXVIII (1889), hal. 162-379 ; 467-51 4
- - - ---, "Sumatra's Westkust van 1836-1 840, BAJ, jilid
XXXIX (1890), hal. 127 - 221.
-- - --- , " De ondergang van het Bandjermasinsche Rijk'', De
Indische Gids. Jilid II (1891), 1360 - 1386.
Klerck, E.S De, dan P.J .F. Louw, De Java Oorlog, 6 jilid, Batavia
s'Hage : Landsdrukkerij M. Nijhoff, 1897-1 905.
Lasker, Bruno, Human Bondage in Southeast Asia, Chapel Hill,
1950.
Legge, J.D .. Indo nesia. Prentice Hall, 1964.
Maassen, C.C.J., dan A.P.G. Hens, Agrarische R egelingen voor het
gouvernementsgebied van Ja~·a en Madoera, 2 jilid , Batavia,
1934.
Maaten, K van der, Snouck Hurgronje en i e Atjeh Oor/og. 2
jilid , Leiden. 1948. ·
331