The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by SMPN 1 PURWAKARTA, 2021-09-09 01:08:53

Sejarah nasional indonesia

Sejarah nasional indonesia

Di belakang bangunan ini dibuatkan parit yang berisi air atau
lumpur. Cara ini dimaksudkan untu k mengamankan peluru
meriarn musuh ya ng ditem bak kan secara vertikal tcrha da p
benteng. Peluru ataupun granat musuh tersebut diharapkan akan
menggelincling melewati atas a tap yang miring itu dan jatuh
kedalarn air atau lumpur parit dan tidak mem bahayakan. Jalan
yang me nuju ke benteng ditanami dengan borang. tanaman
berduri, atau dibuatkan tintanga n berupa lub;:ing-lubang.41

Waktu a kan menyerang kerajaan Buleleng, Beland.a menyak-
s!kan rentetan kubu-kubu pasukan Bali yang kuat dan bernkuran
besar. Empat buah kubu yang letaknya berjejer dan timur ke
barat itu dihubungkan satu sarna lain dengan parit-parit . Kubu
yang paling barat terletak berdekatan dt.:nga n jurang curam yang
berbatasan dengan sebuah sengai d.i Sangsit . Kubu-kubu tersebut
berukuran bcsar, dengan dinding setinggi 2,25 m dan setebal 2,5
rn , dibuat dari tanah liat. Dinding terse but dikelilingi oleh parit
selebar 5,5 m d an sedalam 5,5 ·m. Di t epi luar dari parit diberi
pagar dari pohon dadap berduri yang diika t dengan ba tang·
batang ba mbu dan dianyami dengan ran ting--ranting be rduri. Pada
dinding kubu terdapat 3 lubang dari bum bung barn bu yang
letaknya berderet dari atas ke bawah untuk dipergunakan s.obagai
lubang penem bak senapan. Sepanjang dinding ini juga terdapat
atap miring dari .barnbu untuk melincirkan grdnat yang jatuh· di
atasnya.42

Dalam menghadapi perlawanan·perlawanan bumiputra di
pelbagai <laerah di Indonesia, Belanda juga mengadakan sistim
perbenteng.an. Tentu saja sistim perbentcnga n tersebut discsuai-
kan dengan situasi daerah dimana te rjadinya perlawanan. Per-
lawanan yang terjadi di dl!erah ngarai seperti di J awa Tengah.
berbeda dengan perlawanan di pedalaman di mana banyak
terdapat hu tan-bel ukar dan rawa-rawa se perti di Kalimantan
Selatan. Luas dan terpencamya daerah pertempuran mem-
pengaruhi penentuan jumlah atau letak ben teng-benteng yang
dipergunakn.

Dalam menghadapi perlawanan Diponegoro. mengj.nga t
daerah operasi pasukan ini te rpencar dan ke banyakan di tanah
ngarai, Beland.a sejak tahun 1827 mengguna kan apa yang disebut

41 A.W. P. Weih~I . Op CTt., JO .
42 I h id , 8 4 - 8 S.

sisum B..:nteng. Daerah y.rng Sl!mula telah diduduk1, tetapi
kcmudian ditinggulkan untuk melanju tkan gera.kan militernya,
akhirnya diduduki kembaH oleh pasukan Diponegoro. Maksud
sistim Bentcng adalah untuk mempersempit ruang gerak pasukan-
pasukan Diponcgoro dcngan cara mendirikan benteng di daerah-
dacrah yang telah ilidudukinya. Jalan-jalan yang menghubung.kan
benceng-btmteng tersebut dijaga oleh serdadu-serdadu patroli.
sedang untuk menghadapi pasukan Diponegoro yang bergerak di
luar daerah itu Belanda mengirimkan pasukan gerak-cepat.

Di samping benteng-benteng pennanen yang teJah ada, yang

dibangun dalam abad 18 seperti di kota Surakarta, Yogyakarta.
K.laten. Salatiga dan Ungaran, dibangunlah benteng-benteng baru

seperti yang terdapat di Karangturi, Malangjiwa. Minggir, Panjer
dan Mcrdcn. Di samping itu didirikan pos-pos pertahanan yang
tcrpencar di daerah-daerah. Pos-pos pertahanan ini berupa .kubu-
kubu segi empat, berpagarkan batang-batang pohon .kelapa
sctinggi 2,30 m dengan gundukan tanah sebagai penguat pagar. Di
depan. sepanja.ng ·pagar kubu. terdapat parit. Pos-pos pertahanan

semacam ini berjurnlah 38 buah dan letaknya tersebar, di daerah
-daerah Banyumas, Yogya.karta, Surakarta. Kedu> Demak dan
.Ma<liun. Pos~pos pertithanan ti<lak selalu tetap Ietaknya, tetapi
setiap waktu dapat dipindahkan mengikuti perkembangan daerah
periempuran.

Pus-pus perlahanan Belant..lu yang meliputi uaerah Yogya-
karta. Kedu, Pajang dan Pekalongan masing-masing dipimpin oleh
;,,corang kumandan. Pos pertahanan untuk seluruh daerah Yogya-
karta dibawah komando Cochius. untuk daerah Kedu dibawah
Du Perron, untuk daernh Pajang dipegan oleh Le Bron de Vexela,
sedang untuk <laerah Pekalongan di bawah komando Michicls. Di
tiap-tiap daerah komando itu terdapt pos-pos pertahanan yang
tersebar di pelosok·pelosok yang jumlahnya masing-masing tidak
sama. Di daerah komando Yogyakarta terdapat 13 pos pertahan-
an yang leta.knya menyilang antara Tempel, Kalasan clan
Kotagede. Di daerah komando Pajang terdapat 12 pos pertahanan,
antarn Jain yang tcrd2pat di Oelanggu dan Kalitan. Daerah
Kornando Kedu mempunyai I0 pos pertahanan antaranya ter-
dapat di Menor~h. Borobudur, Trayem, Grabak, Blabak dan
Magelang. Daerah komando Pekalongan mempunyai 7 pos
pertahanan , ;.1ntara lain tcrlctak di Wanasaba dan Serang.43 -

43

Benteng-benteng juga clidirikan oleh Belanda dalam meng-
hadapi perlawanan kaum Padri, misalnya bentcng yang kemudian
diberi nama Fort De Kock, dan juga benteng benteng lain yang
dibangun di pelbagai daerah seperti benteng d Batusangkar yang
kemudian dtberi nama Fort van der Capellen. Benteng-benteng ini
digunakan untuk menghalang-halangi rnerem b- snya pasukan Pa-
dri dari daerah satu ke daerah yang lain, di sam ping untuk tempat
pemusatan kekuatan dalam rangka mengadakan serangan-serang-
an terhadap tempat kedudukan kaum Padri Di samping itu
didirikan pula pos-pos penghubung. Di sebe ah selatan Bonjol
misalnya Belanda telah mendirikan 5 buah pos ;Jenghubung yaitu
di Kurnpolan, Semawang Gedang, Pisang, Ma ang dan Banbang.
Jalan yang rnenghubungkan Kurnpolan dengan Bonjol diawasi
oleh pasukan Belanda yang mendirikan pos-pos pengawasan.

Di Aceh di mana perlawanan juga tersebar di daerah-daerah,
Belanda mempunyai banyak benteng dan pos-pos pertahanan.44
Kotaraja dan Ule-le dijadikan pusat pertahanan Belanda. Di
daerah Aceh Besar yang telah dikuasai Belanda, didirikan
benteng-benteng dan pos-pos dengan maksud untuk menghalang-
halangi merembesnya perlawanan-perlawanan yang masih terus
berlangsung di daerah-daerah. Deretan pos-pos pertahanan itu
antara lain adalah sebagai berikut : di daerah :XXV Mukim
terdapat pos-pos pertahanan di Kotaraja, Ule-le, Bukit Sebun dan
Ketapan Dua; di daerah XXYI Mukirn pos-pos terdapat di

Tungkup, Lampinnei, Pakan Krung Cut, Larnyong dan Ole

Karang~ di daerah XXII Mukirn terdapat pos-pos di Lam baru
Anaga-Lueng, Senelop, Bayon, Montasok, Lepong Ara, Pantai
Karang, Cot Basetul, Long Lemoh, Gle Karn bmg, Indrapura dan
Jerir. Pos-pos tersebut dijaga oleh serdadu-serdadu baik infanteri,
kavaleri, artileri maupun zeni. Pos-pos pertahanan tersebut juga
clapat dipindah-pindahkan sesuai dengan perkem bangan daerah
yang telah diduduki. Pada akhir tahun 187 5 Belanda mempunyai
deretan pos-pos berderet dari pantai melewati. Musapi, Lamprit,
Kota Alam, Long Batah. Tetapi dalarn bulan Oktober 1877,
pos-pos tersebut diajukan melalui garis: Kuala Giging, Pakan
Krung Cut, Larnyong, Ole Karang, Pango, Lam baru, Atuh, Bilul
terus ke Bukit Barisan. Pos-pos tersebut merupakan 1ini pertahan-
an untuk melindungi markas besar tentara Belanda yang berada

44 Heldrtn1, "Hee Atjch Vraaptuk". TN!, II. 1883, 14 dst.

233

di de ka t istana Sultan Aceh. Gambaran tentang kekuatan
tiap-tiap pos dapat dikemukakan beberapa contoh sebagai ber-
ikut: Pos di Ole Karang dijaga oleh I orang opsir dengan 52 orang
serdadu, Pakan Krung Cut dengan kekuatan 2 orang opsir dan
104 orangserdadu.

Di daerah Kalimantan Selatan, mengingat daerahnya yang .
berlainan, yaitu terdiri dari hutan belukar, sungai-sungai dan
rawa-rawa, rnaka Benteng Stelsel tidak dipergunakan. Di daerah
ini dalam menghadapi perlawanan fihak bumiputra benteng-
benteng yang didirikan Belanda lebih berfungsi hanya sebagai
ternpat-ternpat singgah (etappe-plaatsen) atau gudang bahan
makan bagi pasu.kan-pasukan patroli yang mengadakan operasi di
daerah-daerah hutan dan rawa-rawa di sekitarnya. Berbeda pula
dengan di Jawa Tengah dan Sumatra Barat, di dalarn operasi ke
daerah pedalaman kalimantan, pasukan-pasukan patroli Belanda
banyak membutuhkan bantuan dari pefahu-perahu angkatan
lautnya, oleh karena sungai-sungai merupakan jalan lalulintas
utama.

Demikian pula dalam menghadapi perlawanan raja-raja di
Sulawesi Selatan pasukan angkatan laut turut membantu dengan
prahu-prahunya untuk mengangkat pasukan-pasukan Belanda
yang akan menyerang fihak pelawan dari arah pantai. Kecuali
benteng Rotterdam yang telah ada di Makasar, Belanda juga
membuat kubu-kubu pertahanan seperti yang terdapat di dekat
Uang dan Malangkerit. Waktu Tanette diduduki pasuakan Belan-
da, setelah raja Tanette berhasil meloloskan ·diri, untuk menjaga
kemungkinan timbulnya perlawanan dari rakyat Tanette, Belanda
mendirikan benteng-benteng di Mandala dan Segeri, di samping
mendirikan pos penjagaan di pantai yang terletak di sebelah
selatan sungai Pancana. Kubu Belanda di daerah kerajaan Suppa
yang berkekuatan 27p orang, pada pertengahan bulan Agustus
I 824 pernah mendapat serangan dari pasukan Suppa.

Benteng-benteng Belanda di daeriih Maluku s~benarnya
rnerupakan benteng yang telah ada sejak lama. Benteng Duurste-
de di Saparua yang menjadi sasaran penyerbuan pasukan Patti-
mura sebenarnya didirikan pada tahun 1691. Den-ii.kian pula
benteng Zeelandia di Haruku dan benteng Nieuw Victoria di
Ambon.

234

3. Peral.atan dan taktik

Di dalam perlawanan-perla.wanan bumipt.. tra terhadap Belan-

da di daerah-daerah di Indonesia terlihat JC las bahwa senjata

tradisionil merupakan senjata utama. Senjata senapan sementara

atla yang telah dibuat oleh orang bumiput ra. demikian pula obat

mesiunya, tetapi sebagian besar senjata ap termasu k meriam

didapat se bagai hasil rampasan dari pasukan Be landa. Di daerah

kerajaan, pasukan istana yang kemudian m mihak pada kaum

pelawan adakalanya membawa se.rta senapan-um asnya.

Waktu Diponegoro menyingkir ke Selan_, 1g setelah Tegalrejo

men<lapat serangan dari pasukan Bela.nda, akyat yang meng-

ga.bung pada Diponegoro keban yaka.n hany membawa senjata

seadanya, seperti bandil (pelempar batu) dan tongka t kayu. Baru

kemudian menggabung pula sebagian dari pa ukan istana. seperti

pasukan Marttrijero, Daeng, Mandung, Ketanggung dan Patang-

puluh yang membawa serta juga senapan. Senjata tradisionil

lainnya kemudian juga banyak digunakan seperti tombak, keris.

pedang, dan panah. T ombak itu panjangnya l 0 a 15 kaki; di

samping senapan, pasukan Diponegoro kemud1an juga mengguna-

kan meriam. Obat mesiu untuk senapan dan meriam dapat dibuat

oleh perusahaan bumiputra sendiri. ·

Senjata tradisionil juga digunakan oleh kaum Padri sep~rti

tombak berbagai macam bentuk, klewang, uban tali_ pelempar

batu, juga senapan lantak buatan sendiri. Di sini pun meriam , bila

dipergunakan kebanyakan ctidapat dari ha r_ampasan selama

pertempuran. Kaum pelawan di Kalimantan Selatan sebagian

besar bersenjatakan tombak, klewang, parang atau mandau,

sum pitan, panah dan pedang. Adakalanya tangkai· tombak di-

gu.nakan., juga sebagai lubang untuk meniup sumpitan. Dalam

pertempuran, mereka biasa juga menyandang tabung (telep atau

to/or) sebagai tempat menaruh sumpitan yang berbi.sa. Perisai

juga digunakan di samping senjata tombak.

Dalam perlawanan Aceh, senjata tradis1onil ya ng banyak

digunakan adalah rencong, pedang dan tom bak. Di sam ping itu

perisai juga digunakan. Menurut Hooyer, b1asanya uleebalang

mernbawa perisai bundar tersebut dari lapisan logam, sedang

panglima mem bawa perisai dari anyaman rotan atau barn bu .

Di dalam perlawanan-perlawanan, pasukan-pasukan bumi-

putra menggunakan pelbagai macam cara unt k dapat melemah-

235

kan musuh atau pun untuk me nghindarkan diri dari tangkapan
musuh. T uanku nan Cerdik tokoh dalam perlawanan .kaum Padri
telah memasang tali-tali rotan melintasi sebuah sungai untuk
melarikan diri waktu bentengnya di Mengopo jatuh ke tangan
Belanda pada sekitar bulan Agusft.ls 1832. Dalarn pada itu
melakukan penyerangan secara gerilya adalah lazirn bagi pasukan-
pasukan bumiputra. terutama apabila pasuk.an musuh lebih kuat.
Dalam perlawanan di Aceh terdapat juga fakta-fakta mengenai
taktik gerilya tersebut. Waktu seorang serdadu Belanda bemarna
Beckers pada tanggal 18 Maret 1876 ke luar dari markasnya di
Pagar Ayer dan masuk ke dalarn hutan di dekatnya untuk
mernetik buah-buahan, tiba-tiba ia disergap oleh seorang gerilya
Aceh clan dibunuh. Jenazahnya diketemukan oleh patroli Belan-
da dalam hutan dalaJn keadaan rusak.45

Fakta lain menunjukkan, bahwa seorang istri serdadu yang
nekad sendirian pergi dari Mesji(l Longbata ke Mesjid Pagar Ayer
pada tangga1 4 April 1876 telah dicept dan dibunuh oleh
gerilyawan Aceh. Dua orang pelayan opsir.Bclanda pada tanggal
16 April 1876 telah ke luar daii pertahanan Belanda di Ketapan
Dua. Dalam perjalanan dari gampong Krueng Daru ke Arun ia
tiba-tiba diserang oleh dua orang gerilyawan Aceh. Pelayan yang
seorang terbunuh, sedang yang lain melarikan diri. Pada tanggal
13 April 1876 sebuah patroli Belanda berangkat dari Bukit Sebun
menuju ke Krueng Raba dengan diantar oleh seorang kontrolir.
Di dekat sebuah sungai di gampong Krueng Raba seorang serdadu
ke luar dari barisan, masuk beberapa langkah dari jalan ke dalarn
semak untuk berhajat, tetapi sekonyong-konyong ia · dipukul
dengan klewang oleh seorang gerilyawan Aceh.46

Di medan pertempuran di daerah kerajaan Banjar, pejuang-
pejuang menggunakan pelbagai macam cara untuk dapat meng-
hambat kemajuan musuh. Markas Haji Buyasin yang terletak di
antara Batu Tungku dan Sabuhur dikelilingi dengan ranjau dan
lubang perangkap dengan tujuan untuk menghalang-halangi mu-
suh yang akan mendekatinya. Cara lain yang digunakan yalah,
dengan memotong batang pohon besar di tepi jalan dengan diberi
sisa sedikit, kemudian di bagian atas batang pohon itu diikatkan
tali yang ujungnya berada di tempat persembunyian para

4S G .B. Hooycr , Ibid., jilid I, 15 7. H .F. Me l;er , " De G uerilla in At ieh " , 2 82 .
46 I b Id. , 2113.

236

pelawan. Apabila tali itu ditarik pohon besar tersebut dengan
m udah tumbang dan merintangi ataupun menjatuhi pasukan
musuh yang berjalan di bawahnya.

Keadaan alarn yang masih berupa rim ba-raya dan rawa-rawa
memperm ud ah pasukan para pejuang menggunakan taktik perang
gerilya. Pasukan expedisi Belanda yang ak n memasuki daerah
pedalaman Kalimantan hanya menggunakan prahu-prahu kecil
melalui sungai-sungai . Ranjau-ranjau yang dipasang di tempat-
tempat yang diduga akan dilalui pasukan Belanda, di sarnping
lu bang-lubang penjebak penuh duri yang tertutup dengan daun-
daunan di atasnya, sangat membahayakan bagi serdadu-serdadu
Belanda yang bergerak mendekati daerah kaum pejuang. Pengin-
taian terhadap pasukan Belanda yang alcan mendekat dilakukan
oleh para gerilyawan dengan · memanjat pohon-pohon tinggi di
dalam hutan.

Cara lain untuk memberitahu para gerilyawan tentang
kedatangan pasukan juga digunakan. Di dalam perlawanan rakyat
Saparua misalnya, pemberitahuan itu dilakukan dengan cara
memasang kentongan dari bambu beserta alat pemukulnya dari
rotan di atas pohon-pohon, mulai dari hutan sampai di tepi laut.
Kentongan-kentongan itu dirangkai satu dengan lainnya dengan
seutas tali. Apabila gerilyawan yang mengawasi dari pohon yang
tinggi mengetahui kedatangan musuh. ia menarik tali itu,
sehingga semua kentongan tersebut berbunyi 4 7

Seperti halnya di daerah-daerah lain , cara berperang dengan
mengamu k, orang Belanda menyebutnya amok , juga terdapat di
Bali. Di samping cara mengarnuk yang biasa terjadi, seperti
apabila sudah terjepit olch rnusuh, di Bali terdapat cara menga-
m uk yang telah direncanakan yang men um t tradisi Bali disebut
µuputan. Apabila kepala-kepala atau penguasa akan mengadakan
puputan. untuk mengadakan perlawanan terhadap musuh, mere-
ka mengenakan pakaian serba putih. Sebelum mengamuk mereka
membunu h le bih dahulu istri dan anak-ana k mereka. Seorang raja
yang sangat dicintai oleh rakyatn ya dalarn melakukan puputan
ada kalanya diikuti oleh sejurnlah 250 sam pai 00 orang pellgikut,
yang turu t mengamuk sampai meninggal di medan pertem puran.

Di Bali, seperti haln ya di Jawa, apabila pasukan raja berbaris
dengan tombak terhunus. berarti bahwa mereka akan mengada-

47 P.H. va n d• Kemp, Op Ot., 44.

237

kan perang. Suatu fakta historis di Bali menunjukkan kejadian
ter.;ebut. Waktu raja Buleleng dan Karangasem pada tanggal 13
April l 848 menemui Ajudan Van Capellen, kedua raja tersebut
diiringkan oleh banyak pengikut dengan membawa tombak
terhunus. Belanda baru menyadari tanda melawan dari tombak
terhunus itu setelah kemudian perang meletus. D1 medan
pertempuran terbuka biasanya pasukan Bali dibagi menjadi
beberapa bagian, yalah pasukan pelopor, pasukan induk dengan
kedua sayap pasukan dan pasukan belakang.Penyerangan dimulai
dari pasukan pelopor yang mengamuk dan sengaja mati dalarn
perang. 48 Sorak-sorai t~rdengar sebagai tanda kemenangan atau
untuk membuat panik musuh. Waktu pasukan Belanda sebagian
besar terpaksa ditarik dari Jagaraga ke Sangsit, karena pasukan
tersebut menderita kekurangan air rninum, terdengarlah teriakan
tiga kali dari pasukan Bali yang menyaksikannya. Demikian pula
teriakan dari ribuan orang pasukan Bali di Kusurn ba terdengar
waktu mereka berhadapan dengan pasukan Belanda.

A.W.P. Weitzel, op. clr.• 10 , 76, ha! . II · 9.

238

B .·1 B I' r---
. '. .

lJ." ,.1 .' ('.•....•'

1

I ('! l ,, 'J ~ .._ .

L~:·~-~

A. PE ~DAHULUA~

Selama abaJ ke I 9 dan 20 di Indonesia terus-menerus

timbul pem berontakan-pemberontakan, kc:rusuhan, kegnduhan.

bran<lalan dan sebagainya, yang semuanya 1tu cukup menggon-

cangkan masyarnkat dan pemerintah pada waktu itu. Peristiwa-

perisLwa tersebut terutama seka.li banyak tcrjadi Ji daerah

pedesaan . Boleh clikata hampir setiap cahun di salahsatu ctaerah

terjadi pergolakan dan kerusuhan, yang sering diwujudkan

sebagai tindakan-tindak.an yang hcrsifat abrresif dan radikal. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa pergolakan sosial menjadi

endemis sifatnya. Gerdk.an-gerakan itu tern yata merupak.an ke-

kuatan sosial yang besar untuk <laerah pedesaan. Timbulnya

pergolakan nu dapat dianggap sebagai suatu ledakan daripada

ketegangan-ketegangan , permusuhan atau pe rtentangan yang ter-

dapat di dalam masyarakat pedesaan. Sikap rakyat dalarn

mengambil bagian <la.lam gerakan-gerakan sangat radikal, karena

digerakkan oleh harapan-harapan yang Jitimbul kan oleh ajar-

an-ajanm mesianistis atau milenaristis dan juga dengan pandangan

eskatologi yang bersifat revolusioner. Sebagai aktifitas kol~ktif.

gerakan sosial yang clidukung oleh rakya t petani bertujuan

hendak mewujudkan ataupun sebaliknya m cmolak suatu perubah-

an dari susunan masyarakat. Dalam usaha untuk melaksanakan

tujuannya itu sering kali ditempuh jalan ·yang radikal dan

revolusioner. ·

Tidak dapat disang.kal lagi, bahwa dominasi. Barat beserta

perub~ha n-perubahan sosial yang mengiku tmya telah mencipta-

kan kondisi-kond.isi yang memungkinkan ra.kyat untuk berkecen-

derungan melakukan pergolakan sosiaL Dominasi ekonomi, po-

litik dan kulturil yang terjadi pada masa kolonial telah meng-

a kibatkan timbulnya desorganisasi di k.alangan masyarakat trad1-

sionil beserta lt:mbaga-Jem baganya. Dengan ciimasuk.kannya sis-

tim ekonomi-uang. maka beban rakyat menjadi tambah berat.

Sistim ekonomi-uang ini telah mernungkin kan bagi pelaksanaan

sistim pemajakan, peningkatan perdagangan hasiJ bumi. rimbul-

239

nya buruh upahan , dan masalah pemilikan dan penggarapan
tanah. Dengan adanya subordinasi ekonomis itu maka pengerah-
an tenaga dan kon disi kerja menjadi tergantung pada pihak
penguasa kolonial. Selain itu dengan adanya perkembangan
perdagangan dan inclustri-pertanian mak.a timbulJah diferensiasi
strukturil di da1am masyarakat Indonesia, sehingga tirnbul pula
peranan-peranan sosia1 baru, yang diperoleh dengan cara yang
berlainan dengan peranan tradisionil. Dalam bidang politik
timbul banyak ketegangan-ketegangan dan ketidak-stabilan se-
bagai akibat meluasnya penetrasi sistirn administrasi yang bersifat
legal rasionil yang dibawa oleh pemerintah kolonial. Sementara
itu lembaga-lembaga politik tradisionil menjadi semakin terdesak.
Dernik.ian pula penguasa-penguasa tradisionil merosot keduduk-
annya menjadi alat birokratis yang sepenuhnya ditempatkan di
bawah pengawasan kekuasaan kolonial, yaitu sebagai akibat
timbulnya proses birokratisasi menurut nilai dan ukuran Barat.
Tirnbulnya ide baru mengenai kehidupan sosial, mak.a bangunan
tradisionil semakin diperlernah. Dengan adanya perubahan-
peru bahan itu golongan-golongan sosial ditempatkan di luar
kerangka sosial dan merongrong kekuatan norrna-norrna tradisi-
onil sebagai pedoman hidup. Dalam situasi yang demikian itu
maka timbullah kecenderungan bagi masyarakat untuk mencari
pegangan-pegangan lama; antara lain dengan menghidupkan
kem bali nilai-nilai tradisionil.

Dalam menghadapi pengaruh penetrasi budaya Barat yang
memiliki kekuatan desintegratif, masyarakat Indonesia mem-
punyai cara-cara untuk membuat reaksi sendiri. Karena di dalarn
sistirn kolonial tidak terdapat lembaga-lembaga untuk menyalur-
kan perasaan tidak puas atau kekuatan oposisionil, maka ja1an
yang dapat ditempuh adalah dengan mengadakan gerakan sosial
sebagai protes sosial. Dalarn perwujudannya gerakan prates sosial
itu seringkali diperkuat oleh perasaan keagamaan clan menjadi
gerakan sosial-politik. Kekuatan-kekuatan yang tirnbul dari ke-
percayaan agarna yang berakar dalarn tradisi rakyat untuk
melawan expansi kolonial adalah sangat rnem bahayakan. Dalam
situasi yang demikian itu timbullah harapan akan kedatangan
seorang mesias atau ratu adil yang diharapkan dapat memberikan
pertolongan kepada mereka. Konsepsi kehadiran ratu adil itu
antara lain berisi 'harapan akan kemba1inya susunan masyarakat
lama atau datangnya jarnan keemasan , ya ng biasanya hal itu

240

mcm buat gerakan protcs mcnjadi sangat radikal serta revolusi·
oner sifatnya. Dcngan demikian protes sosial yang mengarnbil
jalan kckerasan yaitu dengan melancarkan pem berontakan secara
aktif dapat dibenarkan oleh tradisi mesianistJs.

Gerakan-gerakan rakyat itu umumnya dianggap sebagai
gcrakan yang bersifat arkais, oleh karena organisasinya, prograrn-
nya, strategi dan taktiknya masih terlah... sederhana apabila
dibanding dengan gerakan sosial modern , seperti yang dilancar-
kan oleh komunisme, sosialisme, fasisme d n sebagainya. Oleh
sebab itu pem berontakairpern berontakan yang dilakukannya
mu<lah sekali diti ndas oleh kekuatan militer kolonial. Pada
umumnya gerakan-gerakan semacarn itu um urnya sangat pendek
atau abortif, dan merupakan pergolakan lokal atau regional. yang
tidak ada koordinasi satu sama lain. Dalam peristilahan kolonial .
peristi wa-peristiwa munculnya aksi gerakan sosial itu sering
digolongkan dengan sebutan-sebutan sebaga1 "gangguan keten-
tcraman " , " huru-hara'' , "kerusuhan '' ata u ''gerakan rohani".
Pergola kan-pcrgolakan itu kesemuanya tida ~ tennasuk kategori
dari peristi wa perang-per.rng besar seperti Perang Diponegoro,
Perang Pad ri ataupun Perang Aceh. Selain s fa tnya yang tr.1di.si·
onil-arkais, gerakan so~ial juga memiliki onc ntasi tujuan yang
masih kabur, pengikut atau pelaku-pelakunya tidak mempun_yai
gambaran yang jelas tentang bagaimana taia-masyarakat dan
tata-pemerintahan yang akan direalisasikan an<laik.ata perjuangan-
nya itu dapat mencapai kemenangan. Sifat1 1a tradisionil-arkais
juga ten.:ermin antara lain bahwa gerakan te~b ut seringkali tidak
dapat dipisahkan dari segi-seginya rcligio-mag1s. Dalam lingkung·
an sosio-kulturil pada masa itu loyalitas dan sentimen pokok
tidak ada fain ke(.;uali . sentimen keagamaan, maka dari itu
agitasi-agitasi atau reaksi yang dilancarkan terhadap .tantangan
Barat p_ada hak~kat nya . adalah be~ifat keagamaan.

Dapat ditunjukkan bahwa selama perio<le abad ke 19 dan 20
hampir setiap daerah mengenal masa·masa· rergolakan clan ter-
cennin dalam bentuk gerakan-gerakan sosial dengan segala
perkembangannya. Secara luas gerakan-gerakan itu pada hakekat-
nya dapat di golong-golongkan menjadi em pa t golongan, sesuai
dengan landasan-landasan pu kok yang mendorong tirn bulnya
gerakan tersebut. Pertarna, adalah jenis gerakan melawan keadaan
atau peraturan yang tidak adil. Dalam hal mi 1 eologi ya ng po ko k

241

yan ;; n~:..::r:d,)rong ti1nbulny:.1 ger~:tkJ.n ltu a J1 aJah adJnya r1~J
den•hm terhadap kondis1 sosrnl-e.kcnom1' yang kurang memhen
tempat yang bebas bagi k0hidupan para pcndukungnya . Gotong-
an y;mg keuua, aual ah 3cn.is gcrakan Ratu Adil, yaitu suatu
gerakan yang bersifat mesianistis yang memuat harapan akan
ke<latangan Ratu Adil atau imam Mahdi sebagai juru se!amat
rakyat. Kategori kdiga a<lalah jenis gerakan-gerakan sekte ke-
agamaan, yang memuat kegiatan-kegiatan yang bertujuan agar
rakyat Jebih rajin menjalankan kewajiban agamanya. Sebagai
bukti yang nyata dari gerakan ini, maka sejak tahun 1860 ban yak
didirika11 mesjid-mcsjid, pesantrcn-pcsantren, di samping itu
tenlapat pertumbuhan pesat dari tarekat-tarekat, seperti tarekat
Kadiriyah tcmtama di Bant~n, tarekat Naksibandiyah di Priyang-

an Barat, tarekat Syatariya.h di Banyumas. Golongan yang

terakhir aJalah gerakan Sarekat lslam di Jae.rah-daerah, yang
mcncakup semua gerakan protcs petani di daerah-daerah pedesaan
yang dip~ngaruhi oleh Sarekat lslam sebagai organisasi pergerak-
an nasional yang modern .

Uraian beserta contoh-contoh yang !11Cmuat fakta-fakt<1

detail m;ngr;;nai gt:rakan sosial bi::rikut ini, akan dapat mem beri-
kan gam baran ten tang ciri-ciri penting dan gerakan sosi;;l
rersebut, tlan juga tentang pola-pola kepemirnpinan iJ.eologi serta
bentuk-bentuk organisasinya.

B. GERAKAN Ml::LAWAN PEMERASAN

Agitasi kaum petani yang timbul di tanah partikdir (Parri-
culicre Landerije n) sepanjang :-JhaJ 19 dan 20 mcrupakan suatu
gejala historis daripada masynrakat pribumi. Pada umumnya
hampir ~en1L1a kt:rusuhan-kerusuhan yang terjaoi di tanah parti-
kelir itu mcrupabn akih3t rlari adanya pungutan pajak yang
tinggi clan tuntutan pclayaiian kerja yang berat terhadap kaum
petani di daerah itu. 01eh karena itu kerusuhan-kerusuhan
tcrscbut sering disebut kerusuhan cuke, 5esuai dengan nama jenis
pungutan pajak di Jaerah itu. Kerusuhan cuke itu pada hakekat-

n:r:i tiak hanya mempunyai ciri-ciri umum sebagai gerakan sosial .

tetapi juga memuat ciri-ciri khusus sebagai gerakan agam a.
Berbeda dengan g:erakan sosial lai.nn ya, pcrgolakan di tanah
partikdir 1tu lebi.h terar::ih secara khusus pa ~l a sua tu rasa dendarn

242

tcrtentu. Selai.n itu gerakan tersebut juga m emiliki sifat magico-
religious seperti yang tercermin d'alam tujuan nya ya ng bersifat
milenaristis atau mesianistis. Oleh karena adanya harapan yang
milenaristis itu, mak.a kerusuhan-kerusuhan di tanah partikelir
dapat dianggap sebagai contoh pergolakan yang dijiwai oleh
semangat keagarnaan. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi itu
kadang-kadang tidak hanya bersifat sporadis tetapi tidak jarang
juga muncul sebagai pemberontakan yang teratur. Untuk cJapat
memahami tentang sebab-sebab timbulnya kerusuhan-kerusuhan
di tanah partikelir. maka perlulah kiranya lebih dahulu diutara-
kan sedikit tentang terjadinya tanah partikelir dan keadaan di
dalamnya.

Tanah partikelir timbul sebagai akibat da ri praktek penjual-
an tanah yang dilakukan oleh orang Belamla semcnjak permulaan
jaman VOC sampai perempatan pertama abad ke 19. Tanah
semacam itu terdapat di sekitar Batavia. di se bagian besar daerah
peda.laman antard. Batavia dan Bogar, dar:i di daerah Banten,
Krawang, Cirebon, Semarang dan Surabaya. Mengenai sebab-
sebab dijualnya tanah itu adalah berbeda-beda . Pada permulaan
jaman Kompeni tanah itu dihadiahkan kepada orang-orang yang
bertanggungjawab atas keamanan dan ketenteraman daerah di
sekitar Batavia; kemudian dalam jumlah yang kecil ada yang
diberikan kepada kepala pribumi. Semailtara 1tu tanah yang ada ·
di daerah Bogor menjadi milik pribadi para Gubemur Jenderal
secara berturut-turut. Mereka yang menerima tanah dari pemerin-
tah itu kemudian bertindak sebagai tuan tanah yang memiliki hak
untuk menguasai penduduk yang hidup di atas tanah tersebut
dan menuntut penyerahan tenaga beserta hasil tanahnya, bahkan
dapat minta apa saja yang dikehentlaki. Sam pai awal abad ke 19
pemcrintah tidak dapat mencegah kecurangan yang dilakukan
oleh para tuan tanah, sekalipun pemerintah berhak untuk
campurtangan untuk melintlungi kaum petani, namun dalam
kenyataannya pemerintah terlalu lemah untuk bertindak demi-
kian. Pada masa Daendels dan Raffles telah diadakan perbaikan,
yaitu dengan adanya larangan kepada para tuan lanah untuk
menerima sepersepuluh dari hasil tanah atau memungut penye-
rahan · tenaga kerja yang berat. Dalarn peraturan Pemcrintah
tahun 1836 pemerintah juga mempunyai kekuasaan untuk
melindungi pa ra pet ani dan juga mengatur peradilan di tanah
partikelir. Meskipun demikian timlakan sewen ang-wenang terap

243

juga bcrl..1kl; J .:'.n rup,:;n:;...1 tdah h .rabr bcgnu dalam . )~hrn~:.J
akibatn:. ;i menimbulkan kegehsa nan d1 kalangan par;i petam.
akhirnya mdetus dalam bentuk kerusuhan-kerusuhan yang ter·
jadi berulang kali. Secara berturut-turut pada tahun 1845, 1886
dan 1892 terjaJilah kerusuhan yang sengit di Candi UJik, Ciornds
dan Campea. Dari tahun 1913 pergolakan-pergolakan semakm
menjadi lebih urnum dan mendalarn , terutama sekali dengan
berkembangnya Sarekat Islam dan organisasi-organisasi nasional
telah memperkuat rasa dendam penduduk di tanah partikelir.

Pada tahun 1915 di Jawa terdapat 582 tanah partikelir,
yang meliputi luas tanah sekitar 1,3 juta bau dan dengan
penduduk sebanyak kurang lebih 1,8 juta jiwa. ! . Beberapa di
antaranya ada yang merupakan daerah yang luas dengan pen-
duduk 75.000 jiwa (bahkan ada yang meliputi 175.000 jiwa).
Sebagian besar tana11 itu dimiliki oleh persekutuan usaha ber-
sama, oleh tuan-tuan tanah bangsa Eropa yang tinggal di luar
Indonesia dan oleh orang-or-ctng Cina. Tanah partikelir di timur
Sungai Cimanuk yang tidak begitu luas dikuasai oleh orang-orang
Ona dan orang-orang asing non-Eropah. Sejak semula yang
·menjadi tujuan pokok dari parci tuan tanah adalah untuk
memperoleh penghasilan dari tanah yang dikuasainya. Cara
rnengusahakannya antara lain dengan jalan menarilc hasil secara
Jangsung. mengumpulkan uang sewa dan bagian panen, dan ada
pula yang memungut pajak beserta penyerahan tenaga kerja dari
petani-petani yang menanami tanah tersebut. Untuk menyeleng-
garakan exploatasi kekayaannya itu para .tuan tanah mengangkat
pegawai administrasi, pengawas dan pernungut pajak. Selain padi
para tuan tanah juga mengusahakan tanahnya untuk ditanami
tanarnan yang meng.hasilkan bahan export seperti kopi. teh
atau coklat.

Sebagian besar hak-rnilik para penanam adalah tidak tetap.
Mereka scsungguhnya telah kehilangan otonomi dalam kehidupan
ekonominya: sekalipun menurut hukum mereka masih tetap
orang bebas. Sedikit-banyak mereka itt: adalah merupakan buruh
sewaan yang hidupnya tergantung pada tuan-tuan tanah. Sebalik-
nya sebagai orang yang berkuasa para tuan tanah dapat bertindak
sewenang-wcnang, seperti (a) dapat memaksakan segala macam

Li har kar~n~an tt nra n g t u na h (>3rt1kehr (part1 c 11t1ere lariduij~n ) di dabm ENI
111 , l 9 I 'l . h a I. J4 S • JS (l

244

h::..:nu..i ..n) a. lb) mcnuntu t p1:nycr.11..1:1 tc:n.1 .,;a kl.,'.r_i ,.1. dan ii:l
rnl!ngusir p..ua petani apabila merck.1 lH.la k. dapat llll! ll1b<.1yar
huta ngn ya atau memenuhi pekerjaan yang d1111int a. ~t:rta mem·
bayar pajak sebagaimana mestin ya.

Pada po koknya para petani bertanggungja wab dalam urusan
pem bayaran cuke, pajeg atau contingent Jumlah cuke yang
dibayarkan sebesar seperlima dari hasil panen. Ketentuan jumlah
cuke atau pajeg biasanya ditetapkan untuk satu periode yang
lamanya antara lima atau sepuluh tahun dan dilakukan mclaJui
perjanjian antara tuan tanah dengan para petani dan kepala
desanya. A khirnya penyerahan besar kecilnya jumlah conti11ge11r
ditetapkan pada waktu menjelang panen yaitu sewaktu padi
tengah menguning.

Selain itu para petani masih dibebani berbagai macam tugas
pekerjaan. Mereka yang mengolah tanah berkewajiban untuk
melakukan kerja kompenian (kerja paksa) selarna lirna hari setiap
bulannya. Para tuan tanah menuntut pekerjaan itu kc paua para
petani sebagai . gantinya untuk pemerintah. PeJayanan kt:rja
lainnya yang harus diserahkan antara lain yaitu . seperti kerja
garol (tiga hari setiap bulan), kroyo (untu k setiap or:1 ;;~ laki-laki
yang masih kuat). dan tugas kemit (peron daan des;i 1 .\.1eskipun
dem ikian para petani tidak mendapat jaminan perlind ungan pa<la
m asa-m asa terjadinya bencana alam , kegagal an panen, sakit dan
halangan lainnya, malahan sebaliknya para tuan tan ah t:end eru ng
untuk meningkatkan penindasannya dengan ca ra sewenang-
wenang. Kontrol tuan tanah terhadap kau m petani ham pir tid ak
terbatas, sedangkan kaum petani dalam prak tckn ya ti dak mem·
punyai sarana hukurn yang efektif unt uk melindu ngi dirinya
terhadap ke tidak adilan. Meskipun secara resmi ada badan
pengadilan, tetapi pengadilan itu terlalu lemah ka rena ada di
bawah pengaruh kaum tuan tanah. Satu-satunya yan g dapat
mem berikan perlindungan semestinya adal ah pegawai-pegawai
lo kal. !fetapi kebanyakan mere ka tida k tertarik kepada tugas
semacam itu ata u mereka tt:rJaJu bany ak tergantung pacla
ke baikan hati para tuan tanah, sehingga tidak mau men ga m hil
tin dakan-tin dakan hukum terhadapnya. O leh sebab itu pintu
penindasan dan korupsi di tanah partikelir ter buka le bar.

Pengawasan pemerintah terhadap tanah partikelir memang
sulit . Pengawas dan kepala-kepala daerah setem pat telah diangkat

245

oleh pemerintah untuk tugas tersebut. tetapi dalarn pengangkat-
annya itu biasanya atas persetujuan dengan tuan tanah. Karena
bt!sarnya pengaruh tuan tan ah , maka di da1am prakteknya kepala
daerah setempat tersebut -- demang. pancalang atau cutak -
banyak berpihak kepada tuan tanah.

Salahsatu ciri yang terpenting daJam bangunan masyarakat
di tanah partikelir a<lalah hilangnya persekutuan hidup di dalam
desa. Di Jawa Tengah, pe rsekutuan hidup di desa kecil diikat
bersama oleh ikatan-ikatan tradisionil yang memberikan ra~a
aman dan tenteram. Di tanah partikelir. sebaliknya sekelompok
desa inti yang dikelilingi oleh sekelompok besar petani-petani
yang tidak tetap dan merupakan tempat kediaman bagi suatu
masyarakat yang mengambang. Dengan adanya sistirn tanah
partikelir. maka terdptalah ber.tuk kehidupan organ.isasi desa
yang lepas dan rneletakkan para tuan tanah menjadi lebih kuat
dalam kedudukan yang berkuasa serta menguatkan cengkernman-
nya atas kaum petani. 2

Karena . adanya semua sebab-sebab itulah, maka tidak
mengherankan apabila tanah partikelir menjadi arena pergolakan
yang terus-menerus. Komunikasi yang jelek membuat polisi sulit
untuk menjaga keamanan, sehingga situasi menjadi semakin
memburuk. Tujuan pokok dari tiap-tiap pergolakan adalah
berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lainnya sesuai
dengan kekhususan timbulnya rasa dendarn yang ada di berbagai
daerah. Tetapi hampir di mana·mana terdapat rasa kebencian
terhadap pungutan cuke, dan juga terhadap tuntutan kerja paksa
yang juga mernpakan penyebab timbulnya pergolakan di samping
sebab-sebab lainnya. Berlakunya peraturan baru tentang tanah
partikelir, ditandai dengan permulaan suatu periode agitasi petani
untuk menentang tuan tanah dalam usahanya mempraktekkan
~raturau baru yang dalam pelaksanaannya tidak menguntungkan
petani. Berkembangnya pergerakan nasional yang modern telah
dapat membcrikan suatu bentuk kepemirnpinan baru terhadap
agitasi rakyat, maka pergolakan·pergolakan bukan lagi semata-
mata suatu jawaban terhadap ketidak-puasan petani. tetapi lebih
merupakan protes terhadap sistimnya itu sendiri. Peristiwa
Ciomas dalarn hubungan ini dapat menjadi suatu contoh tentang

2 l.1h~t P.H . Hn d<!r K,.mp d.ilam J.J1•a's l..rndeliilc Stelsel. s-Gra,•en hage . 19l6.

!iol ~'l'l

246

le dakan pergolakan.
T anah partikelir Ciomas y ang t erle t:ik di ler~ng gunung

Salak Bagian utara dijual oleh Gubernur Jen<leral Daendds.

Tanah tersebut meliputi daerah seluas 9. 000 bau ( l bau = 0,8

hektar) <lan berpenduduk lebih kurang 15 000 jiwa. Daerah ini
memiliki scjanih pergolakan yang berulang kali dalam menentang
cuan tanah. Kerusuhan di Ciomas yang tel)a<li pa<la tahun 1886
merupakan suatu pi.:rtentangan antara petanL tuan tanah dan
pemerintah. dan dengan jelas menampilkan situasi yang ricuh.
Patut dicatat bahwa luas dan tingkat exploatasi di tanah Ciomas
sangat meningkat setelah para tuan tanah berusaha mengintensif·
kan produksinya un tuk kepentingan pasaran di luar desa.

Beberapa hal yang mcnggambarkan keadaan politik dun
e konomi daerah Ciomas sebelum meletusnya kerusuhan-k~rusuh­
an a ntara lain ac.lalah sebagai bcrikut : ( 1) Para petani di daerah
itu sangat benci terhadap pungutan cuke Praktek umum yang
terjadi yalah bahwa untuk rnenuai panen . parn petani haru :;
menunggu wakl:u yang ditentukan o leh tuan tanah . Unt uk
mcngawasi panen itu tuan tanah menunjuk petugas pengawas dan
pen_i~ig;.i y ang ditempatkan di sawah-sawalr Jan karena pt::tuga5-
pt!l ugas itu tidak diawasi langsung oleh tuau tanah, maka mereka
cenderung untuk menyalahgunakan kt:dudukannya. Bila di t1.:m-

pat·tem pat lain terdapat kebiasaan bahwa yang diperbolehkan
untuk menuai panen adalah orang-ora ng y ang tiriggal di <lalam
daerah itu saja, tetapi di Ciomas orang-orang dari luar c.liperboleh·
k.:in iku t rnenuai panen c.li daerah itu. Hal ini berarti bahwa
sebagian dari hasil panen lari ke tempat lain , dan mengurangi
pend.i patan orang setempat. (:2) Ketidak-adilan tefjadi bcrulang
kali ya ng berhubungan d~ngan salahsatu praktek perbudakan.
misalny a. mewajibkan petani untuk rnengangkut hasil panen
mili k t uan ta nah dJri sawah-sawah ke tern pat lumbung-lumbung
y;.u:g jarak.nya 10 sampai 12 paal (15 sampai 18 km). (3)
Perb ud akan yang le bih berat yalah kerj a paksa yang banyak
cliprakt ek.k<1 n Ji kebun-kebun kopi atau dt pabrik-pabrik ko pi.
Peraturan-peraturan yang keras clitera pkan te rhadap mereka yang
ti<la k hadir atau yang da tang rerlambat da n sering juga t~rjadi
bahwa pengiriman orang lain sebagai wakil ditolak : (4) Kewajiban
seje nis } ang melampaui ba tas. antara lain pe nyerahan dua butir
kdapa untu k setiap pohon , sebatang bam bu untuk ti ap se petak

sawah, seluruh hasil pohon enau dan kopi yang diwajibkan untuk
ditanam di kebun petani sampai mencapaijumlah 250 batang: (5)
Expor padi, kerbau dan has.H·hasil burni lainnya dilarang; (6) Bila
petani tidak dapat membayar hutangnya, malca tanah. rumah dan
kerbaunya disita ; ( 7) Perluasan kekuasaan tuan tanah sampai j uga

pada pengawasan penjualan ternak, rumput d.an kayu dan

penebangan pohon-pohon~ (8) Wanita dan anak-anak diharuska n
pula untuk bekerja selama sembilan hari setiap bulannya.

Dari situasi yang demikian itu maka tidak berlebih-le bih-
anlah bila dikatakan bahwa dominasi, ekonomi , politik dan sosial
dari tuan tanah terhadap golongan petani telah menimbulkan
situasi yang buruk dan pada ak.hirnya sarnpai rnencapai situasi
konflik yang tajam.

Salahsatu akibat dari berlangsungnya praktek-prdktek explo-
atasi adalah timbulnya migrasi dari daerah itu. Menjelang
pecahnya pemberontakan banyak orang yang mcninggalkan
daerah Ciomas untuk menghindarkan beban pemungutan pajak
yang berat. Mereka itu adalah orang-orang yang ternncam oleh
kehancuran ekonomi dan oleh karenanya tak sanggup untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya. " Pelarian " <lari daerah

Ciomas tersebut sampai mencapai jumlah 2.000 orang. Akibat

lain yaJah timbulnya penolakan para petani untuk bekerja paksa
di perkebunan kopi dan ketidak-puasan mereka mulai meldus
sebagai perlawanan yang terbuka dan yang penuh kekc:ra san .

Ada yang beranggapan bahwa "fanatisme agama .. menjadi
penggerak utama. Tetapi pandangannya itu mengabaikan kcnya-
taan adanya pergolakan petani yang terjadi hampir di segala
tanah partikclir disebabkan oleh karena adanya keric.:uhan cuke .
Pendapat lain yang kurang beralasan menyatakan bahwa pem-
berontakan Ciomas itu didalangi oleh sekelompok pegawai
pemerintah yang mengadakan persekongkelan untuk mengusir de
Sturler sebagai tuan tanah. Dengan memperhatikan permasalah-
an ini, maka dapatlah ditinjau hal-hal yang lebih pokok dari
pergolakan-pergolakan itu, antara lain tentang masalah kepemim-
pinan, organisasi dan ideo!ogi.

Ketidak-puasan para petani mengambil bentuk pemberon-
takan secara langsung pada bulan Februari 1886, yaitu ketika
Camat Ciomas. yang bernama Haji Abdurrachim dibunuh. Pada
bulan y ang sama Arpan dan kawan-kawannya mund ur ke Pasir
Paok. di mana mereka menolak untuk menyerah kepada militcr.

248

Sebulan sebelum pecahnya pemberonta an tl1 Ciomas itu.
Mohammad Idris telah mengun durkan di ri ke Gunu ng Salak.
Dilahirkan di Ciomas, Idris kemtitlian pindah la ri satu h:mpat ke
tempa t lainnya. misalnya ke Suka bumi tl,111 ·ampea. lJ sang;.it
marah kepada tuan tanah dan agen-ag1.:nn ya. \fakin lama makin
banyaklah orang yang mcngga bungkan din kepaJa nya. ya itu
orang-orang pelaria n dari daerah tanah rartikt' 1r ya ng tidak t<1han
penindasa n dari tuan tanahnya. Akhirnya pada suatu perft!muan
besar di pondu k keciJnya . Idris dan pcngikut-pe ngikutnya meren-
canakan u ntuk menyerang Ciomas . da n kp t p;1da hari Rabu
malarn, tanggal 19 Mei 1886, Idris Jan kawan-kawannya melak-
sanakan rencananya yaitu menduduk1 dae rah Ciomas bagian
selatan. Mereka tida.k m~rampok gudang-gu da ng di Sukamanti.
Gado k dan Watongloa. Sebaliknya . mereka menyatakan bahwa
serangannya dilancarkan hanya untuk di tujukan kepada pribadi
tuan tanah dan buka n kekayaan nya. Oleh kare na itu tujuan yang
terutama yalah rumah tuan tanah. Kemud ian pada tanggal 20 Mei
cli Gadok diselenggarakan upacara sedekah bumi ya ng <1ihad iri
oleh semua pegawai tuan tanah. Sebenarnya upacara ltu merupa-
kan perayaan tahunan, yang dilengkapi denga'l pennainan musik,
dansa-dansi, dan lain sebagain ya. Melihat agt:n-agen tuan tanah,
yang telah menjadi age n-agen penindasann a. maka beberapa
pcngikut Idris dengan penuh kemarahan mcny erang mereka itu
secara membabi-buta. Pesta itu diakhiri dengan penyem belihan
besar-besaran, dengan korban empatpuluh orang terbu nuh dan
t ujuh puluh orang lainn~a Iuka-Iuka. Pada ·waktu itu t uan tanah
clan kefoarganya tida k hadir dan dapat menyem bunyi ka n dirinya
dengan selamat.

Gerakan petani ini menganggap bahwa yang menjadi musuh-
nya adalah pegawai pemerin tah , baik asing maupun pribumi, tu an
tanah, pedagang-pedagang dan lin\ah-darat Mereka itu yang
dijadikan sasaran utama bagi rasa dendam rakyat .

Suatu ciri yang penting dari pem berontakan Ciom as ya lah
adanya spontanitas wak tu tim bul dan selam a perkem bangann ya.
Memang benarlah telah terj adi rentetan kejadian yang men-
dahuluinya, seperti misalnya, peristiwa Arpan pada bulan Fe-
bruari 1886, dan juga adanya iklim politik yang telah dipersiap-
kan benar-benar bagi timbulnya kerusuhan. Sudah barang tentu
peristiwa-peristiwa itu tida k mungkin dapa t berkem bang tan pa
adanya rasa kebencian yang mendaJam da i golongan pe tani

249

h:rli.i.u.ip pL111~til.i11 p.i_t ..tk } ..in.:; b..:r.1l Jari rnan tan..tn . S~K.i. l 1 pun
J(!miban pensuwa kerusuhan p:.iJa t:rnggal 19 Mei 1tu teoacl i
ub.::i-t1ba.

Dalam peristiwa Ciomas itu ma~ahnya cukup jdas. Petani
merasakan tckanan Jari pungutan pajak dan beban kerja yang
herat. Tet<Jpi pertenrangan itu akhirnya menyatakan dirinya
dalarn ide·ide keagamaan : tcrutama sekali aJalah iJe perang jihad
telah memain kan peranan yang penti.ng daJam pembentukan llan
pengarahan jiwa petani·petani, dan ide itu pula yang memper-
ccpat tum buhnya semangat juang.

J(eptm;ayaan agama yang mendasarinya mendorong gerakan
itu 'd.alam pembentukan ke suatu tingkat persatuan tertentu,
terutama sekali dalam melakukan tindakan bersama.: Kepercaya-
an ini juga yang rnemberikan suatu rasa persatuan tujuan, yang
daJam hal ini merupakan ciri dari pada kepemimpinan yang
digunakan dalam gerakan iiu. Kepernimpinan di Ciomas tidaklah
datang dari luar golongan petani, tetapi dari dalarn golongan
susial itu sen<liri Arpan sebagai salahseorang pemimpin pem-
beronta.k. menerima peranannya sebagai Imam Mahdi dan mene-
riakkan pekik perang jihad. Pemirnpin pem berontak lainnya,
yaitu Mohammad Idris, ketika ia sedang inundur di daerah
partikelir Campea, telah mengambil _gelar Panembahan, yaitu
suatu gclar yang khas dari aliran·aJiran mesianistis di dalam
gerakan sosial di Jawa. Semua or,mg yang berkumpul di
rumahn ya menyemhah dia, seakan-akan menyatakan kesetiaan
kepadanya sebagai seorang raja. Pada suatu waktu ketika per-
golakan sosial merajalela dan kemarahan pctani yang ditimbulkan
oleh tuntutan-tuntutan yang tinggi dari tuan tanah meluas,
ideologi-ideologi yang bersifat milenaristis atau ide perang jihad
sangat berpengaruh di kalangan golongan petani. Bahkan ketika
gerakan Ciumas ini membuat tuntutan-tuntutannya tentang

kco,· : ': ,igan ekonomi, dasamya yalah ideologi agama yang

mem:kankan pada pengertian yang luas mengenai susunan suatu
masyarakat Islam.

Untuk memahami gerakan-petani di tanah partikelir di Jawa
Barat ada tiga hal yang perlu diperhati.kan. Pertama, yaitu
mengenai jenis lingk.Llngan budaya di rnana ideologi geraka.n itu
berakar. T radisi rnesianistis yang khas mengenai kedatangan Ratu
Adil. yang mengambil tempat yang luas di sebagian terbesar
gernkan-g~rakan petani di Jawa Tengail dan Jawa Timur, tidak

250

dijumpai di sini. Jelaslah bahwa tanah partikelir dalam hal ini
terletak di luar daerah lingkungan Tradisi Besar Jawa tempat
berakamya kepercayaan Ratu Adil.

Hal yang kedua, yaitu bahwa dengan jelas kepemimpinan
terle tak di tangan orang "awam", yaitu bu pemirn pin agama,
seperti para haji dan kyai. Hal ini dapat diartikan bahwa sifat
budaya dari tanah partikelir tidak terletak di pusat daerah Islam
di Jawa. Mungkin karena itulah "organisasi" gerakan nampak
lemah. Kerusuhan-kerusuhan di tanah partikelir merupakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di tempat-tem pat yang terpencar.

Ketiga, sangat menari.k perhatian peranan yang dimainkan
oleh pelaku-pela.ku magico-religious (du kun ) dalam perkembang-
an pemberonta.kan. Kepada mereka larilah orang-orang yang
hendak mencari keselarnatan dan ketenteraman. Di samping
melakukan kekuatan·kekuatan yang dapat menyem buhkan orang
sa.k:it dan kekuatan-kekuatan gaib, orang-orang itu bahkan tidak
hanya ·memberikan jimat-jimat dan mantra-mantra, tetapi mereka
itu juga men&hidupkan kembali legenda-legenda kuno.

Pada tahun 1913 tampaklah gelombang kerusuhan-kerusuh-
an baru yang meluas secara berturut-turut di berbagai tanah
partikelir. Di Carnpea terdapat huru-hara pada awal tahun itu. 3
Suatu pergantian pemilik diikuti dengan pengangkatan pegawai
yang baru. Pemili.k yang baru itu tanpa pen tahuan yang cukup
tentang keadaan setempat mencoba untuk membuat peraturan-
peraturan baru guila menjamin hak tuan tanah. Para petani
menginginkan peraturan-peraturan lama dipertahanlcan. Mereka
juga melancarkan ancaman terhadap seorang pengawas baru
bernama Sastrakusuma, yang telah menuduh mandor bekerja-
sama dengan ra.kyat. Pada malam hari tan 14 Januari sebuah
mobil dihancurkan dan beberapa ekor kuda dilukai. Pada hari
berikutnya berkumpullah kira-kira duaratus orang yang datang
dari lima desa untuk mengadakan protes terhadap peraturan-
peraturan baru di muka rumah wedana. Disebutkan bahwa
pertemuan-pertemuan rahasia telah diadakan di Ciomas. Untuk
menghindari pertumpahan darah lagi, ma.ka pemerintah mengada-
kan pengamanan secara militer untuk mengendalikan kerusuhan.

l Sunl r-1 (.M"'11PC) dui Kealden Boa:or kepeda Gubernur Jendenl. tanual 16
Febrwri 191 J, No. 210$(4, da1aJn Maill'Cport SS 1f ll

251

Beberapa bulan kemudian gerakan it u merem bes ke tanah

parti ke lir di Pemanukan dan Ciasem, <li mana agitasi raky at

menentang pungutan cuke yang meningkat tinggi mendapat

tempat yang lebih luas. Tambahan lagi dengan diadakannya

pengukuran kembali sawah-sawah, kebem:ian terhadap pungutan

cuke bertam bah besar. ~

Pada bulan Mei 1913 kuranglebih 400 orang pct :mi beramai-

ramai datang ke tempat Bupati Purwakarta untuk mengajukan
permintaan keringanan <lari be ban pungutan cuke y;mg berat. 4

Mereka segera bubar setelah Bupati menjanjikan akan memper-

hatikan tuntutan~tuntutan mereka. Tetapi gerakan itu tidak

berhenti, malahan meluas selama bulan-bulan berikutnya ke

desa-desa di tanah partikelir. Sebagai contoh pada tanggaJ 7 Juni,

350 orang dari enam desa mengajukan tuntutan tentang Pe-

mecahan masalah yang mendesak. Pada tanggal 23 Agustus

segerombolan besar orang-orang dari Babakansawah dan sekitar-

nya di bawah pimpinan Bapa Eming datang berkumpul untuk

mengajukan protes terhadap pengukuran kembali sawah. Hatj

berikutnya Bapa Erning bersama dengan 230 orang menghadap

Kontrolir untuk minta pertanggungjawaban atas perilakunya

yang keliru. Sehari kemudian polisi datang ke rumahnya untuk

menangkapnya, dan ketika rumahnya digeledah ternyata terdapat

beberapa senjata dan jimat-jimat.

Kerusuhan-kerusuhan semacam juga terjacli di tanah parti-

kelir Slipi (Tanah Abang) pada tanggal 22 Juli 1913. Dalarn

penyelidikan tentang masalah ini ternyata cuke memang telah

dinaikkan sampai duaratus persen, dan tuan tanah sebenarnya

telah melanggar haknya. yaitu seperlima dari hasil panen.

Kenaikan yang mendadak itu disebabkan karena faktor-faktor

sebagai berikut :

( 1) hasil panennya lebih baik dari tahun 1912:
(2) perbaikan sistim irigasi secara umum telah menaikkan pro-

duksi;
(3) kenaikan areal tanah yang tidak wajar sebagai hasil pengukur-

an kembali~
(4) pengawasan ketat selarna panen mencegah praktek-praktek

yang buruk.

4 Sunit ream! Aststen Raiden Krawana kepada Resid•n Bata'Via, t:ancaaJ 13 Junl
1913, No. 5410/4, di dalam Moilrepon 1897/13.

252

Faktor-faktor tersebut sebenarnya telah cukup jelas untuk
menerangkan tentang kenaikan itu. tetapi menurut kenyataannya
petani-petani tetap tidak menyukainya dan menolaknya. Apa
yang sebenamya mereka ingin.kan yalah penggantian cuke dengan
pajak tanah seperti yang dipraktekkan di daerah-daerah yang ada
di bawah administrasi pemerintah. Ketidak-puasan lain yang erat
hubungannya dengan hal ini ' yalah bahwa peraturan-peraturan
yang berlainan dipakai dalarn mcnentukan penafsiran ladang-
ladang dan dalam menentukan cuke. Apalagi rakyat menjadi
lebih curiga ketika mereka mengetahui bahwa penim bangan padi
dilakukan dengan tidak jujur dan dengan demikian merasa
diperas.

Sudah selayaknyalah Qahwa kesengsaraan wnum tidak
hanya akan mendorong rakyat untuk mengadakan pertem uan-
pertemuan yang menggoncangkan, tetapi juga mengadakan tidak-
an-tindakan kekerasan dan sabotase yang dilakukan pada waktu-
waktu tertentu, seperti merintangi jalan dengan batang pohon.
Peristiwa kekerasan itu mcncenninkan akibat dari ketidak-sabar-
an para petani dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang berat.

Corak agitasi petani yang khas menunjukkan rasa benci yang
meluap-luap. Bahwasanya tuan-tuan tanah yang menjadi sasara_n
utama dari pennusuhan itu tercennin daJam pekikan-pekikan dan
ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka. Sebagai cqn-
toh terdengar tcria.kan, "patahkan lehemya tuan tanah satu". 5
Sikap pennusuhan juga ditujukan kepada para pengawas dan
pena"rsir, tetapi buka.n terhadap pemeririt • clan pegawainya.
Perlu dicatat bahwa para penafsir memain kan peranan yang
penting; dan mcrekalah yang membuat pcnafsiran berulang-ulang
terhadap tanah sehingga rakyat mengancam mereka.

Selain masalah cuke yang rnenjadi penyebab kemarahan
umum, masih banyak lagi masalah-masalah yang dapat meng-
akibatkan bergeraknya rakyat untuk bertindak misa)nya yalah
masalah tentang kerja paksa, pentafsiran pajak kepala dan
sebagainya. Sebagai contoh mengena.i yang terak.hir ini yalah
peristiwa kerusuhan yang terjadi cli tanah partikelir Slipi dan
Cakung. ·

Berbeda dengan peristiwa pergolakan-pergolakan di daerah
tersebut di atas, maka peristiwa pergolakan d1 tanah partikelir di

s Surat reami Realden Batavia kep.~ Gubcrnur-Sendcnl. tanspJ Jo September

1913. No . 367/J , di dalam Maittpor1 191 J/13

253

S1:rar :1y ;1 fHGJ ::.; h ;;1 19 i e mcmpun> .J.1 ~ i Lll ~ ..rng i-.ha~. :- a1t1.1
r&dI~: al J.tJ.u ma!JJ1 ~tn r~·\:~_:i !P·:i~·i : ::..:r Pcrg1.:.dJ.ka n in1 bc-rtt:jua n
u n r uk 1n•:nghancurkan m~tilt•~i [;iiiJh r·~ini ~:elir. termasuk sebg~l
macam kewajiban-kewaj1ban } ..mg uibdiankan kcpaJa penduduk-
ny:-t. Agit;1shigit:!'>i yang terdahulu tidak mt"nyangkut pcrnyataan-
perny:itaan pokok yang membahayabn. Di dalam pt>ristlwa
Surabaya, nampaknya rakyat telah diindoktrinas.i dengan i<le
yang menyatakan bahwa tanah adalah milik petani dan karena-
nya mereka ti<lak perlu mcmbayar sewa untuk tanah yang
mereka tana.mi a tau mereka diami, clan juga tak perlu mela.kukan
pdayanan kerja. Adapun yang menghJsut para pctani untu k
mdakukrn pemberontak<in adalah seorang lx:mama Sadikin . Ia
menganjurkan agar rakyat rnenolak untuk melak.ukan kompe11 i-
a11. membayar sewa atau cuke. Untuk memperkuat tuntutan
mereka, para petani melakukan ancaman-ancaman, intimidasi dan
rintangan-rintangan. Hal yung penting di sini adalah ~ngabaian
sepenuhnya hak-hak tuan tanah dan kewajiban-kewajiban P'!·
namunnya. Mereka tak perlu minta ijin untuk memwai menuai
panennya, untuk menebang pohon. mend.irikan rumah, atau
untuk 1i1c::mlia..mi dan menguasai tanahnya. Secara keseluruhan
iatarbdak..ang da..-ri agitasi pidani Jl:flam hal ini sangat penting,
karena menunjukkan bahwa gerakan petani di tanah partikelir cli
daerah Surabaya itu mungkin telah dipengaruhi oleh radikalisme
dari pergeraLrn nasiunal modern, terutama Sarekat Islam. Sejau.h
manakah kerusuhan·kerusuhan itu dipengarur..i oleh agen·agen
Sarekat ·1siarn ? Di dalam sumber-sumber tidak banyak diberikan
keterang:rn yang cukup mengenai hal ini. Apa yang dapat
diketahui ya iah Jd:mya suatu perernb1.:san kerusuhan-kerusuhan
ke sc.:jum lah besar ta.nah partikelir. seperti. di Kaputran Kidul.
Kaputrnn Lor, Sawahan, Bagong, Ke<longanyar. Kembang Ku-
ning. Crudo, dan lain sebagainya, yang dalarn beberapa ha!
berl.H:!tla dengan apa yang terjadi di tanah partikelir Jawa Barat.
Di sini rakyat berhactapan dengan masalah penguasaan tanah, dan
menjawatnya dengan rnenggabungkan diri dalam gerakan serta
merl'but ta.nah dari tuan-tuan tanah rnereka .

Ci.ri khas lainnya dari gerakan ini yalah bahwa gerakan itu
tampak bersifat sekuler dalam pengertian bahwa tidak acbr.ya
tamb-t:rnda ide agama atau upacara-upacara keagamaan. Pada hal
pr:rnglah :.bpat Jikt'tcmukan gcrakan ydng bt'.tul-!>etul sckuler cii
daLim S(;j:-m1h per_?O[Jk.an SOSial tradisioniJ-tradisioniJ di J..1wa.

254

Mayoritas dari gerakan-gerakan itu bersifat keagamaan. Agitasi
petani di tanah partikelir di Pamanukan dan Ciasem adalah lebih
bersifat sekuler daripada bersifat keagamaan, tetapi meskipun
demikian di situ.ada bukti digunakannya jimat dan pusaka.

Lebih sensasionil dari pernberontakan di Surabaya adalah
pemberontakan di Condet. ~buah desa d1 tanah partikelir
Tanjong Oost, yang tennasuk kecamatan Pasar Rebo. Pemberon-
ta.kan itu tidak berlangsung Jama dan rnengikuti pola sebagian
besar dari gera.kan protes tradisionil. Tetapi dalarn pusat keruwet-
an kejadian-kejadian masih jelas tarnpak adanya perjuangan
antara petani kecil melawan tuan tanah. Kaum petani telah
menderita dan memeras keringat untuk kepentingan tuan tanah.
Karena itu pemberontakan mencenninlcan adanya kesulitan-
kesulitan dan ketegangan-ketegangan di tanah partikelir.

Dengan berlakunya peraturan baru tentang tanah partikelir
tahun . 191 2, para tuan tanah melakukan pengadilan terhadap
petani-petani yang tidak dapat membayar pajak kepadanya. Pada
tahun 191 3 telah dilakukan pengadilan pula terhadap 2.000
perkara mengenai kegagalan dalam pembayaran sewa atau pajak
pekarangan ataupun penebusan pekerjaan kompenian. Hal yang
sama juga dilakulcan pada tahun 1914 terhadap 500 buah perkara
dan 300 buah pada tahun 1915. Akibatnya banyak kaum petani
yang mengalami kebangkrutan, karena harta milik mereka ter-
paksa disita dan dijual, ataupun ·dihakar. Sudah barang tentu hal
ini menimbulkan rasa dendam dan kebencian yang menclalarn .

Rasa dendam itu menjadi semakin membara karena tuan tanah

selain melakukan pengadilan tersebut, juga menaikkan pungutan
pajaknya.

Peristiwa pertama terjadi pada tanggal 14 Mei 1916, yaitu
dengan diadilinya seorang bemama Taba dari desa Batu Ampar di

tanah partikelir Tanjong Oost. Pengadilan dilakukan di Landraad

(pengadilan distrik) Meester Cornelis. dan memutuskan kepada
Taba untuk membayar f 7,20 dan ongkos-ongkos perkaranya.
Pada tanggal 15 ia diperingatkan bahwa apabila ia tidak bisa
membayamya maka pihak yang berwajib akan menjual barang-
barangnya yang disita. Akibat dari tindakan-tindakan itu maka
rakyat menuduh para kepala setempat mengabdi kepada kepen-
tingan orang Kristen, oleh karena itu harus dibunuh. Ketika
petugas-petugas dari yang berwajib datang ke tempat Ta ba untuk
melaksanakan keputusan hukumannya, yaitu pada tanggal 7

·L:··l\:·1·1·.·. 255

Dirt!.fors,
f\·111:'' '

...·1

Maret 1916, maka banyaklah orang-orang yang berkumpul di
rumah Djaimin, yang terletak di sebelah utara Taba. Maksud
mereka akan mencegah para petugas untuk melaksanakan tindak-
annya. Di.katakan bahwa Entong Gendut ada di antara gerombol-
an orang-orang itu. Suara-suara pe9ghinaan dan doa-doa ter-
dengar, tetapi tidak sampai terjadi kerusuhan lebih lanjut. Rumah
Taba dijual seharga f 4,50 dan dibeli oleh mandor Pi.run pada
tanggal 15 Maret 1916.

Di Batu Ampar penduduk memasu.ki perkumpulan bela diri,
yang berrnaksud untuk dipergunakan dalam melakukan pen-
cegahan terh.adap pegawai-pegawai pemerintah yang akan melak-
sanakan keputusan-keputusan pengadilan distrik. Menurut lapor-
an pemimpin-pemimpinnya adalah Entong Gendut, Maliki dan
Modin, ketiga-tiganya berasal dari Batu Arnpar. Delapan orang
wazir dan dua orang prajurit diangkat. Dalam perkumpulan itu
telah terdaftar kuranglebih empatratus orang anggota, di antara-
nya Haji Amat Awab, Said Keramat dan Dulah. Nampak juga
beberapa orang Arab mempunyai hubungan rahasia dengan
perkumpulan itu, yaitu Said Taha bin Akhinad Alhadat dan Said
Muksin bin Akhmad Alatas dari Cawang, dan Said Umar bin
Alaydrus dari Cililitan. 6

Peristiwa yang kedua terjadi pada tanggal 5 April, yaitu
ketika Entong Gendut rnemimpin segerombolan orang-orang
berkerumun di depan Villa Nova, rumah Lady Rollinson , pemilik
tanah partikelir Cililitan Besar. Pada waktu itu di sana ada
pertunjukan tarian topeng Pada sore harinya t uan tanah Tanjong
Oost, Ament, tcl ah di1empari dengan batu ketika ia sedang naik
mo bil melalui bar:.:h!aya se buah jem batan. Semantara itu per-
tunjukan toper.g terus berlangsung tanpa ada gangguan sampai
kirci-kira jam sebelas yaitu ketiga terdengar perintah-perintah
untuk menghe ntikan pertunjukan. Entong Gendutlah yang m~
nyuruh orang-or:mg supaya bubar dan pulang ke rumah. Gerom-
bolan itu bub:n tanpa menimbulkan kerusuhan.

Wedan::i S0 ¥era memerintahkan bawahannya untuk memang-
gil Entong Gendut menghadap dia di Meester Cornelis. Ketika
asisten Wedana P~1r Rebo dan Mantri polisi datang ke Batu
Ampar untuk melaksanakan panggilan 1tu, mereka menemukan

6. Laporan A.sist.,n Wedana Pasar Rebo . tanggal 10 ApTil 1916 . di dalam Ma llrepo n
1181/16.

256

Entong Gendut di rumahnya sedang berkum pul dengan sekelom-
pok anggota-anggota perkumpulannya, di antaranya Haji Amat
Awab dan Maliki. Ketika ditanya tentang alasannya menghenti-
kan pertunjukan topeng, maka Haji Amat Awab menjawab
bahwa ha1 itu dilakukan demi kepentmgan agama Entong
Gendut menarnbahkan bahwa hal itu juga dimaksudkan untuk
mencegah perjudian. Selanjutnya ia menyatakan rnengapa rakyat .
menentang polisi, ka.rena menurut dia polisi itu rnemba·ntu
kepentingan orang Kristen, yaitu dengan menjual rumah rakyat
dan kadang-kadang membakarnya. Sementara itu perdebatan
berlangsung terus. Entong Gendut juga mengutuk orang-orang
kam pung yang telah minum aer srani (air Kristen). Sambil
berdebat itu Entong Gendut memegang keris di tangannya, dan
mengentak-ngentak.kan kakinya. Ia menyatakan juga bahwa
kedua orang itu. asisten wedana dan mantri polisi, adalah
pengikutnya dan ia akan membcintu mereka. Serentak ia meng-
ucapkan, : "Saya jejak bumi dan bumi mcnjadi laut", maka
berdatanganlah orang-orang banyak dari semak-semak, semuanya
siap dengan senjatanya dan siap mengikuti komando Entong
Gendut, yang memproklamasikan diri sebagai Raja Muda. Karena
keadaan yang demik.ian itu maka usaha petugas untuk menawan
Entong Gendut gaga}.

Pada tanggal 9 dan I0 · April rumah Entong Gendut
digerebeg lagi oleh sepasukan petugas pemerintah di bawah
pimpinan Wedana untuk menangkapnya. Setelah diminta untuk
ke luar dari rumah, maka Entong Gendut segera menampakkan
diri sarnbil membawa benda panjang yang dibungkus dengan kain
putih - mungkin tombak -, keris dan bendera merah dengan
garn bar bintang sabit berwarna putih. Kemudian deng~ suara
lantang ia mengatakan bahwa ia adalah raja dan ia tidak perlu
tunduk kepada siapapun, baik kepada sesuatu hukum atau
kepada Belanda. Setelah ia memberi aba-aba panggilan kepada
anak buahnya, maka berdatanganlah beberapa gerombolan orang-
orang yang ke luar dari semak-semak, dan mereka terus menyer-
bu petugas-petugas pemerintah yang mengepung mereka~ Dalam
kerusuhan itu akhirnya wedana tertangkap dan ditawan. Di
hadapan wedana itu Entong Gendut mengatakan bahwa ia merasa
kasihan sekali kepada orang-orang sekampung yang kehilangan
rumahnya karena mereka tidak dapat rnem bayar hutangnya. Ia
menyatakan pula bahwa ia, Entong Gend ut, adalah Imam Mahdi

257

yang cliharapkan kehadirannya di Jawa. la akan memerangi
bangsa Jepang yang akan menaklukkan Jawa dan alam melem-
parkan mereka ke laut.

Tidak lama kernuclian bantuan pasukan dari Asisten Residen
segera datang untuk menyelarnatkan Wedana dan menyerbu
tempat bgerombolan itu. Kedatangan pasukan ini segera disam-
but dengan teriakan-teriakan: "Sabilu'llah, tidak takut" oleh
gerombolan anakbuah Entong Gendut yang datang berdu-
yun-du ~~'...ln sambil membawa bendera merah dan main silat.
Setelah kaum pemberont~k tidak mengindahkan peringatan dari
pasukan pernerintah, maka terjadilah pergulatan seru. Kerusuhan
berakhir setelah para pemberontak lari menyelarnatkan diri,
sedangkan Entong Gendut sendiri jatuh tertem bak dan akhirnya
meninggal karena Iuka parah.

Tidak dapat cliragukan lagi bahwa kemiskinan dan kemela-
ratanlah yang menyebabkan petani-petani di Condet bergerak di
bawah pa.rtji Entong Gendut. Kerusuhan ini menarnpakkan gejala,
di satu pihak adanya tanda-tanda meningkatnya pungutan pajak
dan keuntungan besar bagi tuan tanah, di lain pihak adanya
beribu-ribu petani kehilangan hak rnilik tanahnya, tidak mem-
punyai rumah, serta kesengsaraan dan kejahatan yang merajalela.
Sistim pemilikan tanah pertikelir dalam masyarakat modern,
dengan meluasnya sistim ekonomi-uang, maka telah melum-
puhkan kehidupan petani. Oleh karenanya adanya kemelaratan
maka kejahatan meningkat. Meningkatnya perampokan, mi-
salnya, dapat dihubungkan dengan meningkatnya protes sosial
yang tidak terorganisasi.

Dalam kerusuhan di Tanjong Oost itu masih ada selubung
rahasia mengenai ada tidaknya sifat politik daripada kerusuhan-
kerusuhan tersebut. Keterangan-keterangan dalarn sum ber tidak
menyebutkan tentang adanya hubungan antara bendera merah
dengan bintang sabit putih dengan suatu aliran politik, misalnya
Sarekat Islam.

Sifat keagamaan dari gerakan ini tampak dari adanya
proklamasi Entong Gendut sebagai lmah Mahdi, sem boyan-
se!riboyan "Sabilu'llah", upacara membawa bendera. ucapan man-
tra-mantara magis, penggunaan jimat-jimat dan lain sebagainya.
Sulitlah kiranya untuk menyebutkan apakah peristiwa itu benar-
benar suatu gerakan agama, atau suatu peristiwa yang berdasar-
kan pada konflik ekonomi, yang di dalamnya terdapat perjuang-

an kelas yang berselimut agama. Tetapi ya ng jeJas yalalt, bahwa di
dalam ma:;;·arakat tra..foionil Jawa, hampir -.em ua gerakan-gerak-
an mempu nyai wama keag.amaan . Di dal<1 n1 gerakan Fntnng
Gendut motif-motif ekonomi berjali.nan d ngan motif-m o tif
:igam a dan kedua segi tc~c but saling mcmperkuat. Demi kian puia
sukar un t uk mcngu ngkapkan <;ehab-sebab t'kon omi dalam pc ri:;
ti -w a ya ng lain, :i.~pt:rti yang terjadi d 1 T an g~ ra ng padJ l:ihun
1924 .

Secara luas peristiwa kerusuhan di TJ.ngt:r;.ing ya ng rneh:. t U$
pada tahun 1924 tidaklah disebabkan oleh tekanan o.;konomi.
Keadaan pecani di tanalt partikelir Tangcrang riJak menim bLtl k,m
dasar-d asar ketidak-puasan. Tetapi hi<lupnya kembali pergolakan
di Tangerang yang mengarnbil hentuk Jrarn atis telaJ1 cukup
rnenggoncangkan pemcrintah dan khalayak ram ai.

Tangerang merupakan dataran yang penuh dcngan sawah-
sawah tli mana kehidup:1n ckonomi pendud uknya berhasis pada
pertanian. Mata pencahari.an tambahanny a yaia h dari pcrdagang-
an kccil d:i n pen jw1lan tenaga. Hampir seluruh dacrah itu tenliri
dari tanah-tana h partikelir yang dimiliki oleh orJ.ng-orang Cina.
Jumlah orang Cina besar dan mereka hidu r l~r~cbar di antara
p•.:!nduduk priburni . Di tempat pusat te!]adin ya kcrusuhan, yaitu.
Pangka1an, 30% tana.hnya mcnjadi milik lmngsi, 40% milik
pendu<luk prib umi, 30':Yo milik peneor•.mgau orang-orang Ci11a. Di

tanah partikelir ini juga. be~laku pemunguta o cuke, scwa tanal1

<lan pck.arangan , pcngerahan tenaga kt:rja. te rutama yalah kompe-
nian yang dapat dibeli. Kompenia'1 rakyat T itllgerang ini diguna-
kan di perusahaan pembuatan genting. Dalam pcnggarapan tanah
petani juga harus mt:nyerahkan seperlim a dari hasil panen kcpada
tuan tanah nya. Sepanjang tahun petani tergantung pada tuan
tanah. I>isebutkan b'ahwa beberapa perubahan telah terjadi cli
antara tuan tanah Cina sejak munculnya Sarekat Islam pada
tahun 1913. Mereka tampak tidak berlebih-lebih dalam penarikan
cuke, sewa tanah dan pekarangan serta ko mpenian. Dihanqing
dengan tanah partikdir di Meester Cornelis <lan dacrah Bogor,
tekanan di Tangerang dirasakan kbih lemah. Sdama periode
1921 .. 1923 tidak ada daftar pengaduan mengenai kegagalan
pemba yarnn bebas kerja ko mpenW.11 ke pe ngadilan. Bahkan
pemim pin pem berontakann ya sendiri, Kaiin , rlalam tahun-tahun

1922 uan 1923 masih mempunyai hu tang kepada tuan tanah

259

Pangkalan, tetapi tidak ad:.i tuntutan. Tuntutan terhaJap kegagal-
:m pembayaran kumpenian tampaknya hanya dalam jumlah kecil.

Dengan Jt:rnikian ~ilua~i ~konumi <li Tangerang ~mumnya
tidak begitu jelek. Harga beras tidak begitu mahal, demikian juga
harga-harga bahan makanan lainnya rendah bil.l dibanding dengan
tahun-tahun sebelumnya. Keluhan umum yang terjadi pad&
waktu itu mengenai sukarnya mencari uang dan uang terasa
jarang. Sebuah lapor.m dari peinerintah menganggap peristiwa
kerusuhan di Tangerang adalah sebagai gentkan Ratu Adil, tetapi
anehnya di dalam ideologi ~era.lean itu tidalc tampak adanya
konsep Ratu Adil. Yang ada yalah sernacam fa.ham nativisme,
yaitu kerinduan terhadap kembalinya kerajaan lama Sudah
barangtentu dalam sifat mesianistis ataupun nativistis unsur-unsur
agama tractisionil tentu ada di dalamnya. Memang dapat dikata-
kan bahwa peristiwa Tangerang adalah merupakan fenomena
.:konomi dan agama. Gerdkan protes golongan petani · di t
terhadap tuan . tanah atau pemerintah, dapatlah dilihat dari
latarbelakangnya mengenai adanya pertentangan golongan. Be~
rapa gambaran tentang suasana lingkungan. tersebut dapatlah
dili.hat dalam kepercayaan-kepercayaan agamanya, sistim dan
praktek-praktek yang rnencerrninkan ideologi gerakannya dan
sebagainya.

Pertama, b~bcrapa pernimpin gerakan itu disatukan oleh
satu pemujaan terhadap orang kercllilat yang ada dalam kuburan
Manggadua di Batavia, yai_tu makarn Pangeran Blongsong dan
!bu Mas Kuning. Menurut rnimpi yang cliterima oleh Kaiin orang
yang di ma.karn itu adalah orangtuanya sendiri yang sesungguh-
nya menja<li pemilik tanah-tanah partikelir di Tangerang. Me-
nurut impiannya itu tanah tersebut dahulu hanyalah disewakan,
dan sejak periode penyewaannya telah habis ma.ka tuan-tuan
tanah itu harus diusir. Oleh karenanya kemudian Kaiin mem-
proklamasikan diri sebagai raja di tanah itu dengan ge1ar Pangeran
Arjuna.

Kedua, Kalin berguru pada Sairin, alias Bapa Cungok <lari
C:.nvang, mengenai ilmu kawedukan dan ilmu keslametan. Sairin
inilah yang dapat dianggap sebagai dalang dari se]uruh gerakan
itu. la terkenal sebagai seorang dukun dan memiliki sifat khas
dari abang Berawi. la pernah juga terkenal sebagai pukrul bambu
Jan pernah ikutserta dalam kerusuhan di Tanjong Oost tahun

~60

1916. se bagJl p-:mbt.!n 1111w1 rcri :.id_,p p eng t- ut-peng1ku t Enl11I1g
Gendut. Sel.aln it u ia JUg;1 diken;ji ~..:bagai "l 1r::ing ~u rn ilmu ilnrn
re rsebut, JUga dalam :>aa1-soal g;lib . ~ep ert i !l t!liiallg.gil m ~ndun~
dan banjir dan juga hujan darah . di samping tlapat menghilang
serta berganti rupa.

Ket4ga, adanya harapan terhadap restorasi daripada Kesul-
tanan Banten. Menurut uga ( tradisi) setem pat salahseorang
keturunan Maulana Hasanudin pada suatu keUka akan menjadi
raja Bantcn. Sesudah pro.klarnasinya sebagai raja. rakyat akan
berkurnpul di Banten untuk mendirik:m kembali mesjiu besar.
istana dan salurnn-saluran air. Hanya rnereka yang dapat menun-
jukkan "kartu" silsilah dan cap Haji Kamul a kan dibebaskan dari
kewajiban kerja paksa. Ide yang nath-istis ini uis~barkan oleh lbu
Melati, seorang dukun yang terkenal, yang disamping mem bagi-
-bagi "kartu" silsilah itu, ia juga menjuaJ ,Jimal dalam bentu k
sebuah 'kitab suci' yang memuat sejarah kenunat Banten. Jbu
Melati yang terkenal karena ilmunya seperti ilmu kawedukan dan
ilrnu kateguhan.

Keempat , adanya ideologi milenaristis dan es.katologis yang
didukung oleh pengikut-pengikut Katin. Ilm u yang diajarkan oleh
seorang guru bernama Raden Mangunsaria, m engajarkan tentang
kedatangan seorang wali yang akan rnengajarkan suatu ilmu yang
" tinggi'', Dirarnalkan juga akan adanya banjir besar yang akan
menghancurkan umat manusia, kecuali mereka yang telah rneng-
i.kuti ajaran baru itu . Mereka yang selamat akan diberi sawah dan
rumah gedung, dan yang tiuak pen;aya aka n mati sepcrti kerbau.

Kellina, berhubungan dt!ngan ideologi milenarianisme dan
es katologi ini terdapat pula harapan mesianistis tentang kedatang-
an Imam Mahdi, yaitu tokoh juruselaniat dalam tradisi Islam .
Tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi itu J igambarkan dengan
turunnya Nabi Isa di Gunung Serandil , seorang anak membawa
bendera akan dikenal sebaga.i lmam Mahu1. Orang bt:sar akan
kehilan_gan kekuasaannya, rakyat akan rnengam bilalih pemerin-
tahan dan orang-orang Islam akan menggantikan orang-urn.ng
Belanda.

Selanjutnya dapat diketahui pula bahwa upacara-upacar<:1
rituil yang dilakukan oleh para pemberontak mirip dengan ritus
inisiasi dari perkumpulan-perkumpulan m1stik, seperti mand i
<lengan air suci sebagai upacara untuk m em eoe rsihkan diri setelah

26 J

beberapa hari berpuasa Jan berdoa atau bersemaui. Terdapat
juga k.epercayaan tcntang penjelmaan kt:m hali tokoh-tokoh mit is
sepi::rr.i Prabu Siliwangi, rtlja Mesir. Bnnten, Surakarta. thm
Cirebon. Dernikian pula jimal Jan benda-benda kernmat memarn-
kan peranan penti.ng di daJarn kerJdupan peng1kut-pcngiku t
gerakan itu.

Dalam peristiwa T angera ng ini tampak adan ya prns!!•·
trnnsformasi, dimana pro tes ekonomi drr umuskd.n c.li Jclla.i~
bataSdn-batasan ke,agamaan. Berhu bung:iil dengan ini Japa t J1tun-
j ukkan pula ten tang goiongan-g(1l011gan ,;0~ia l vang :i.Ja d1 da I:; rp
gerakan itu. Menurut penydidikan, bahwa bcrdasarkan ke·
dudukan sosialnya maka dari uuapuluh ~mpat or;.; !lg_ yang
clitawan, empat orang iliantaranya adalah orang miskin, scdang-
kan sisanya · adalah teimasuk or.mg kaya, yaitu orang yan~
memiliki rumah, tanah, temak clan surnber-sumber kehidupan
atau pendapatan lainnya. Orang-orang itu ju~a selalu m1.~111 bayar
pajaknya secara teratur. Mereka itu adalah berasal dari desa-desa
di distrik Kebayoran, kuranglebih dwipwuh paa1 dari Pangkalan
(± 30 km), yaitu pusat pembcrontakan. Tokoh·tokoh gerakan itu
dapat disebutkan misalnya yalah pertarna-tama pernimpin pem-
berontakan yaitu Katin Bapa Kaiah, yang pac.la waktu pem-
berontakan berlangsung adalah seorang dalang. Semwa berasal
dari seorang kuli n.vawah (buruh tani) yang hanya merniliki
sebuah rumah yang didirikan di pekarangan saudara percm-
puannya. Selelah berturut-Lunat menjadi mandor, pembantu
polisi dan pembantu dalang., kemudian menjadi dalang. Pa<la saat
pemberontakan ia dipandang sebagai dalang· yang haik. Setclah
kawin <lengan Tan Teng Nio ia menjadi l~bih makmur.

Tokoh berikutnya yaJah Haji Riun dari Kalidcres, yang
memiliki rumah yang haik. hidup sebagai gum ngaji Qur 'an.
pedagang hasil bumi <lan sebagai syeh. Pemimpin yang ketiga
yalah Merin dari Parungkured. Oleh Kaiin ia ditunjuk sebagai
pahlawan (panglima). la juga termasuk orang berada. Selanjutnya
Aneong dari Karang Tengah. seorang pelani dan juga seorang
dukun, cliangkat sebagai patih. Tokoh kelima yalah Sirah hapa
Sarnbut juga seorang petani yang makmur; dan yang terakhir
yalah Mirin dari Kampong Melayu. Dengan dcmikian dapat
dikatakan bahwa golongan pcmimpinnya ter<liri dari pc-
tani-petani yang bcrada. Dcnga n IC:1 t arhelakang yan g terpe ri nci

26 ~

seperti yang tersebut di atas, maka dapatlah dilihat lebih jelas
mula sebab terjadinya peristiwa pemberonta kan itu sendiri.

Katin bapa Kaiah, atau Bapa Dalang sejak tahun 1922
seringkali mengunjungi makam keramat di Manggadua. dt!ngan
d.itemani Haji Riun dan Sairin. Ia juga sermgkali berziarah ke
ujung keramat di rumah lbu Edja da n ia berkenalan dengan
Merin, Raden Mangunsaria dan Abdulmurad dari Gang Betet di
Batavia lama. Tanda-tanda penting sebelum terjadinya pem-
berontakan tampak sewaktu Bapa Dalang mengunjungi Kyai
Moham ad Santri dari Girijaya di lereng G unung Salak. Orang
menganggap kyai itu sebagai pendeta ke ram at yang Japat
memeberi.kan rakhmat.

Pertemuan pengikut-pengikut penting dari gerakan 1tu ter-
jadi pada bulan Oktober di rumah Merin di mana waktu itu
sendang dilangsungkan upacara pesta perkawinan. Pada saat
ituJah terjadinya perubahan pada Kaiin. Pesta perkawinan itu
dirarnai.kan dengan pertunjukan wayang yang menyajikan ceritera
Penggiring Sari dan Suklawidjaja, keduanya keturunan Prabu
Siliwangi yaitu cerita legendaris tentang raja dari kerajaan Sunda.
Pada suatu ketika Kalin sekonyong-konyong jatuh tidak sadar
dan berkata kepada para pengunjung bahwa ceritera Suklawidjaja
sebenarnya sejarah hidupnya sendiri. la juga menerangkan bahwa
ia adalah keturunan raja dan akan dino batkan sebagai raja
dengan gelar Ratu Rabul-alamin atau Sangh yang Tunggal. Lagi-
pula ia mengatakan bahwa ia telah menyelesaikan tapanya selama
tujuhbelas tahun dan waktunya telah tiba untuk mendirikan
kerajaannya. Ia rnengajak para hadirin untuk turut serta bergerak
ke arah Gunung Salak.

Dalarn beberapa bulan terakhir sebelum rneletusnya pern-
berontakan, kaum pemberontak mengadakan pertemuan-per-
temuan dan rnembuat perjalanan ke ternpat· tempat keramat. di
Manggadua dan Parangkored. Rakhrnat orang-orang keramat itu
diharapkan untuk menjamin berhasilnya usaha dalam merebut
kembali negeri Pulo Jawa. Pengikut-pengikut Katin rnelihat ke
depan dengan harapan untuk memiliki tanah cukup luas yang
direbut dari tuan tanah Cina, sesuai dengan i.lham yang diterirna-
nya bahwa tanah-tanah di Tangerang sebenarnya milik nenek-
moyangnya.

Sesuai dengan anjuran Sairin serangn harus dimulai pada
tanggal 10 Fe bruari 1924, atau tanggal em pat bulan Rajab dalam

263

penanggalan Jawa. Beberapa minggu sebelum melancarkan se-
rangan. merupakan masa yang penuh menggetarkan, di mana
banyak dilakukan ziarah-ziarah dan pem bagian jimat-jimat. Pu n-
cak acara sebagai persiapan terakhir yalah upacara pem bersihan
diri yang dilakukan di rurnah Sairin 1.mtuk memperoleh kekebal-
an bagi para anggota pemberontak Pada waktu yang teJah
ditentukan mereka diharuskan memakai celana putih dan topi
barn bu buatan Tangerang.

Setelah dekat pada harinya para pemberontak dikumpulkan
di rurnah Kaiin. Kaiin memproklamasikan dirinya sebagai orang
keramat yang terakhir dan meramalkan bahwa pada han serangan-
nya, dunia akan diliputi oleh kegelapan. Oleh karenanya ra.kyat
dianjurkan agar tinggal di rurnah. Mungkin di situ akan terjadi
perang kecil atau perang besar.

Pada tanggal 19 Februari, Kaiin memimpin pengikut-peng-
i.kutnya menuju ke tempat tuan tanah di Pang.kalan dan
menyerang penghuninya serta harta-miliknya. Kantor tuan tanah
Karnpong Melayu dirampok dan buku-buku dibakar. Kemudian
gerombolan itu menuju ke rumah Asisten Wedana Teluknaga
untuk memberitahukan bahwa mereka akan menuju ke Batavia
untuk rnenghancurkannya. Asisten Wedana itu menasehati agar
tidak melanjutkan maksudnya dan berhasil menenangkan serta
mengajak rnereka minum teh dengan dia. Sementara itu ia
mengirimkan berita tentang adanya gerombolan itu kepada
Kontrolir Tangerang. Tidak lama kemudian polisi digerakkan ke
Teluknaga. Kemudian pada siang harinya gerombolan bergerak ke
arah Batavia dengan diikuti oleh polisi. Perjalanan ini bera.khir
sarnpai di Tanah Tinggi di mana mereka dihujani tembakan-
tembakan sehingga sembilanbelas pemberontak terbunuh dan
duapuluh orang lainnya tertangkap. Setelah pertempuran ber-
darah ini terjadi maka gerakan itu lenyap dan kemudian tidak ada
beritanya lagi. 7

Bila dilihat gerakan di Tangerang ini sedikit bukti-bukti
yang menunjuk.kan adanya hubungan dengan pertumbuhan na-
sionalisme modem misalnya dengan Sarekat Islam , tetapi sudah
barangtentu beberapa pemimpinnya telah memiliki suatu tingkat
kesadaran politik. Di antara pernyataan-pernyataan politik yang
tercermin dari mereka yalah tujuannya untuk mengembalikan

7 Laporan Asuten Reslden Mr . Cornelu . tan111al Io Maret 1924 .

~64

ranah kepada rakyat atas dasar orang-orang asing tidak mem-
punyai hak untuk memilikinya, sebagaimana yang tergambar dari
ungkapan-ungkapan mereka seperti "dari asal pulang ke asal ".
Satu ciri penting dari gerakan di Tangerang ini yalah tuntutan
penghapusan tanah partikelir dan pengUSlI'an terhadap orang-
orang asing. Hal ini menunjukkan adanya tuntutan ekonomi yang
khusus dengan disertai tuntutan politik yang luas.

Tentu saja lahimya nasionalisme dapat diharapkan penga-
ruhnya dalam gerakan-gerakan protes dari daerah agraris. Hal ini
tampak semenjak tahun 1913 banyak . kegiatan-kegiatan yang
bersifat kolektif terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti
adanya sistim tolong-menolong dalam kematian, pem bicaraan
tentang masalah sehari-hari dalam per.kwnpulan-perkumpulan,
beberapa bentuk organisasi perkuropulan seperti yang tercennin
dalarn perkurnpulan rodat yang meningkatkan rasa ~olong­
menolong dan lain sebagainya. Pemberontakan di Tange.rang ini
mernang tidak mempunyai afiliasi yang bersifat nasional dan
diorganisasi melalui garis kekerabatan serta pengelompokan
dalarn upacara.

Tetapi dalam gerakan yang terj adi di Demak pada tahun
1918 dan 1935 tampak adanya tingkatan modernitas yang !ebih
luas dalam ke pemirnpinan maupun organisasinya. Perist~wa Bu-
lusan yang terjadi tahun 1918 misalnya, diorganisasi oleh ketua
Sarekat Islam dari Demak dan Semarang yang bemama Suharja
dan Semaun. Gerakan pemberontakan dimulai dengan diadakan-
ny a serentetan rapat-rapat di cabang-cabang Sarekat Islam yang
merurnuskan tuntutannya sebagai berikut: ( I) penghapusan pajak
kepala (sebagai ganti kerja paksa); (2) penghapusan lumbung
desa dan pem bagian padi kepada orang ke :tl; (3) pengembalian
tanah sawah komunal kepada orang kecil, dan akhimya; (4)
pembelian tanah partikelir oleh pemerintah secepat mungkin.
Bila tuntutan ini tidak diindahkan rakyat akan berontak.

Tidak dapat diragukan lagi bahwa dcsa-desa siap untuk
menjadi arena propaganda protes dengan tujuan yang bersifat
nasional dan sekuler. Banyak orang-orang desa menjadt radi.l\.al
dan siap untuk melakukan kegiatan politik, seperti yang terjadi di
empat desa wilayah kecamatan Wasalam. Mereka menolak untuk
menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah dengan alasan
peng~tahuan yang diterima itu tidak bernilat Rakyat di Karang-
rawa dan Klitik Hilir menolak untuk menghadap Asisten Wedana

265

dan melalcukan kerja paksa. Di mana-mana rakyat lebih kuat

kesetiannya kepada pemirnpin Sarekat Islam dari pada kepada

para pegawai.

Kerusuhan lain terkenal yalah peristiwa Genuk pada tahun
1935 di daerah Demak.8 Timbulnya pemberontakan ini terjadi di

lingkungan para kusir gerobag. yang menolak untuk mem bayar

pajak kepada pemerintah kotapraja Semarang. Mereka sebenar-

nya menolak untuk membayar pajak dua kali, yaitu ke Kabupa-

ten Demak dan Semarang. Pada tanggal 4 Februari 1935

pemberontakan meletus . ketika kusir-kusir gerobag mengadakan

perlawanan terhadap polisi di Kaligawe yang sedang memeriksa

setiap kendaraan yang akan masuk ke kota. Dalarn pergumulan

yang singkat rnaka tiga orang terbunuh dan lainnya banyak yang

Iuka-Iuka. Peristiwa ini mengalcibatkan memuncaknya ketegang-

an-ketegangan yang lebih sengit di berbagai tempat dalarn

menolak pungutan pajak yang berat.

Kerusuhan di Genuk ·ini menurut laporan diorganisasi oleh

Sukaemi dan Raden A.khmad yang menjadi anggota cabang

Sarekat Kusir Indonesia. Gerakan protes di Genuk ini juga beri.si

unsur-unsur agarna· seperti yang tampak dengan adanya prokla-

masi dari Sukaemi sebagai Sunan Kali Jaga, yaitu suatu keinginan

agar diakui sebagai pemimpin y~g keramat. Selain itu ia juga

membagi-bagikan · karcis seharga lima sen sebagai tanda bebas

masuk kota, karena ia menganggap yang memiliki kekuasaan

dalain mengawasi pemasukan itu.

Dari kerusuhan·kerusuhan tersebut di atas maka jelaslah

bahwa rakyat masuk dalarn arus pemberontakan lcarena mereka

menginginkan berakhimya kebObrokan ekonomi mereka. Tuntut·

an-tuntutan ekonomi jelas menonjol harnpir di segala pem beron-

tak.an di tanah partikelir seperti di Cikandi Udik, 1845; Pondok

Gedeh, 1864; Bekasi, 1869; Cibarus, 1870; Cam~, 1892;

Tanjong Oost, 1916, Bulusan, 1918. Faktor ekonomi yang

mereka jadikan alasan yang menonjol adalah masajah pungutan

cukai. .

lde-ide agama, terutama sekali ide perang jihad, penting

sekali dalam memberikan dukungannya terhadap gerakan-gerakan

petani, sehingga merupakan pembantu dalarn pemberontakan

8 Surat resmi R.iden Semaran1, pad.a tanlPI 14 Februari 1935, No. 187/ 27 ,
dalamM•illTpol"f 195/351.

266

t1dalll . GL'L1 k::111 St>ll1 aL·;im it u Li..q>Jl iJll 111uh.-''' r;11~ •..in~ ,1 L'I

..blam : Pt"rililiwa Cikg<.lfl . 1888 : P~:ri~:ti 'q C..:dJ11g;-H1. 190-+ .
:•t: risl i \1-'.1 De:mrndjai~ J ljQ7 dan Peristm ' lj.:rur . l ~1 Y Luhir
np S;.m~ ka t !:shun juga rdal; lianyak nH.:rn b1,;rikan pengaruhn ya
Ja1am gerakan protes scperti yang terjadi di Lasem cta n Tuba n.
1913: Rem bang, 1916 : Surabaya. Cirebon 1918 : Kudus , 1918
J an Garut, 1919. Pada tahun-tahun itu terjadilah mobilisasi
m assa petani secara cepat dan luarbiasa. Gt:rakan-gerakan prot ~~
sdanjutnya tercem1in dalam gerakan lain } ang lebih merupakan
gerakan mesianistis, gerakan "sektarianistis" daJam gerakan
agama.. Jan j uga dalam gerakan yang tenn;isuk dalam nasionalis-
me modern.

C GERAKAN RATU ADIL

Seperti gerakan sosial tradis.ionil la innya kerusuhan-kerusu.h-
an mesianistis di Jawa merupakan peris t1wa pt'rgolakan yang
pendek urnumya dan tt:rbatas kmpalnya. misalnya pada sebuah
<lesa atau suatu kelompok pc~kurna.n hidup . Gerakan itu
umumnya berasal dari seseorang yang ment:rima pcranan scbagai
pemimpin agama, nabi auu juru selanrnt. dan diikuri oleh
scgoloi11:4all orang·\)f<Ulg yang percaya k~padany.L Gerakan ini
sdalu bersandar pada segi-segi ga.ib dan umumnya menjdma
dalam sc::gi-scgi eskatologis dan milenaristis. Memang gera.kan icu
haruslah dipa11dang sebagat gerakan yang bersifat revolusioner
dalam pengertian bahwa gerakan itu mengh endaki suatu perubah-
an mutlak. Sei.:ara singkat gerakan itu menghendaki munculnya
sua tu milenium , yaitu harapan terhadap Ja tangnya jama.11 ke-
t:m asan yang tidak mt:ngi::nal penderitaan rakyat dan waktu
scmua kc t..:gangan s~rta kdiJak-;:.dilan telah lenyap .

f\fosianisme yang timlrnl di Jawa T e ngah dan Jawa Timur
i.:endcrung un tuk menyatakan dirinya dalam gerakan Ratu Adil.
yang dalam beberapa hal jenis gerakan ini m asih dapat dijumpai
di daerah te rsebut. Di Jawa Barat. di daerah Sunda , ger;..kan
serna(;am itu juga terdapat pula scperti halnya dafam Gerakan
Ratu Su nda. 9 Di Jawa Tengah gerakan Ra tu Adil muncul di

Tenta ng co ntoh-contoh dari gerakan Ratu Sunda . misalnya , pada t8hun 1 IU9 ,
16J2 . 1841 , 1853 , 1863 : lihat Surat r.sm i Re siden f'ri ~· angan . tani;;al rn
Desember I 871 . La A . Gt'heim. contoh lain lihat pula dalam " Ratu Sun;.la ··.
dalam Weekblad van lndie, Tl ( l 905 -1 900) . ha l. 22

26 7

dalatn periode yang panjang. Gerakan Mesianistis yang tertua,

adalah terkenal dalarn apa yang disebut pemberontakan Dipo-
negoro (yang lebih dahulu) pada sekitar tahun 1720. 10 Selama

abatl ke 19 gerakan semacam itu tersebar luas ke seluruh daerah

Jawa di mana gerakan itu muncul dalarn bentuk yang berbeda-

beda. Selama pertengahan pertama dari abad itu secara berturut-

turut muncu1 secara lokaL sehingga dalam Japoran tertu!is jelas

menunjukkan bahwa harapan mesianistis merupakan faktor yang

penting dalam pandangan mata pemerintah. 11 Sifat nativistis dari
·

gerakan itu tercennin dalam harapan-harapannya akan kembal i-

nya kerajaan pribumi. Selama pertengal1an kedua dari abad itu

pula ide mesianistis semakin menja<li lebih tampak.

Keltidupan kembali daripada harapan-harapan yang mesia-

nistis serin~ diikuti oleh kehidupan kembali dalamm kehidup-

an keagamaan, nativisme, atau milenarianisme. Sudah barang-

tentu di samping menunjukkan ciri-ciri khas yang tertentu ,

gerakan ini juga memiliki bentuk yang berbeda-beda dari waktu

ke waktu dan dari tempat ke tempat.

Pada sekitar tahcm 1920-an gerakan-gerakan mesianistis

menampakkan dirinya dalam berbagai-bagai bentuk. Tidak meng-

herankan pergolakan tradisionil yang menggoncangbn itu meluas

di Jawa berdampingan dengan gerakan nasionalisme modern. Hal

ini sejalan dengan belum meratanya pengaruh dari Westernisasi.

Sebagian masyarakat Jawa masih mempertahankan tradisi, seperti

iliuam pemujaan nenek.:moran&.' drai'tg-orang'·keramat ilan ke-

kuatan-kekuatan magis, sedangkan sebagian masyarakat lain -

yaitu sebagian besar masyarakat kota - telah mengalami suatu

tingkatan modernisasi.

· Sifat agama dari gerakan-gerakan prates tradisionil umum-

nya dihasilkan oleh kenyataan bahwa masyarakat tradisionil

10 Perikn J. Brandes, " Ida over oud«cn Dlpanepra In verband met een
P£Ototypc nn de voorspellin1 wen Jayabaya ", TBG, Jilid XXXXXll (I 889). hal .

268-43U.
11 Oaftar keruauhan-kerUJuhall aclama periode ini dapar dilihat dalam E. de Wul,

Onu Ind/Kii~ FiMnclm. jilid I (1876), hal. 219-lll, btber•P• di antaranya
dap1t dilebutkan ddini anta,. lain yalah: 191'111cao Y•lll dlpimpin oleh Basua
Ojedlk alias Plndlta P.nemb•h•n Syeh aatau Tekowari di Suraltarta pad• tahun
1839 ; poi~ 1ahun 1840 kerusuhan di Yosy•karta dtserakan .oleh Sarip
Prawirosentoaodan jup adanya 1craka11 Baudjmja di Semwans; pada tahun 1842
ceukan Kyai Hasan Maulanl: periatiwa Achmed Darla JMda i.hun I «J ;
PeristiW'9 Sinptruna pada tahun 1841; llhst pula Mlanjutnya Laiioran Potitlk.
1839-1849 , cl.dam Exhibihlm . JI Janu~ri 1851. No . 27, bis .

268

urnumnya mem buat reaksi terhadap perubahan sosial yang
bersifat keagarnaan, semata-mata karena perubahan itu tidak
membawa diferensiasi di antara berbagai segi kehidupan. Akibat-
nya gerakan-gerakan agama cenderung untuk menjadi revolusi-
oner sifatnya, bertujuan untuk mengadakan perubahan secara
mutlak dan radikal. Gerakan mesianistis sela.l u menunjukkan
penghancuran secara mutlak terhadap tatamasyarakat yang telah
ada, terutama sekali menolak secara mutlak adanya orang-orang
Eropah . Semen tara gerakan ini muncul de ngan sifat keagamaan-
nya, gerakan-gerakan mesianistis menunjukkan segi politik. Peris-
tiwa Gedangan pada tahun 1904 dan peristiwa Dermadjaja pada
tahun 1907 menggambarkan secara jelas hubungan an tara gerak-
an mesianisme dcngan pcnghancuran pemerintah an asing.

Unsur-unsur nativistis dari pada segi keagam aan gerakan ini
yalah kehidupan kembali mitos-mitos lama atau suatu kerinduan
terhadap kembalinya jaman keemasan pada masalampau. Kerin-
duan rakyat untuk menemukan kembali jaman keem(!.San yang
mitis itu, ditunjuk.kan dalam rarnalam-ramalan mesianistis. se-
dangkan rakyat melahirkan rasa dendamnya terhadap pemerin tah
asing, serta keinginan mereka untuk mengusirnya, tergam bar
dalam penghidupan kembali harapan-harapan mereka akan ke-
datangan Ratu Adil. Tetapi harapan-harapan itu selalu memuat
diagnose terhadap ke.l;tidupan sosial dan ekonomi yang telah
rusak serta mencekik penduduk pedesaan.

Tujuan pokok dari gerakan ini merubah kehidupan profan
dari masyarakat secara mutlak dan radikal, tan pa mengarahkan
ke tujuan-tujuan dunia baka. Karena sifat tujuannya yang profan
dan praktis, maka gerakan ini tidak mem persoalkan masalah
kehidupan di akhirat, akan tetapi yang dipersoalkan yalah
mmalah sekarang, dan oleh karenanya tidak membuat renungan
tentang nasib akhir daripada manusia. Oleh karena itu gerakan-
gerakan ini dapat dibedakan dari gerakan-gerakan agama yang_
mumi. Tetapi sebagian besar gerakan mesianistis di Jawa bersifat
sinkretistis, sehingga sukar untuk membedakan antara gerakan
yang bercorak profan dan gerakan agama. Banyak gerakan-gerak-
an ini bersandar pada perkumpulan-perkumpulan Sufi, sehingga
tujuan akhirat kadang-kadang ikut juga menjadi suatu unsur. Ide
Perang Jihad juga mernbawa serta janji-janji tentang kehidupan
yang bahagia di alarn baka nanti. Mesianisme mem bagi tekanan-

._., .p.)

nya pada sifat-kedur.1awi-annya de ngan rnilen Jrianisme dau sifat

spirituil dcngan mendasarkan kepercayaan tentang penyelamatan

dari kekuatan-kekuatan gai b. Un tuk mernahami sifat khas dari-

pada gerakan mesianistis di Ja wa, perlulah kiranya dik erahui

lebih dahulu tentang latarbdakang budaya tempat gerakan itu

~~rnru~ '

Untuk mengeta.h ui iklim budaya dan masyarakat daripada

pedesaan Jawa hendaklah diperhatikan kehidupan Islam dan

terutama sekali tentang reaksi dari lingkungan kaum Muslimin

terhadap pengaruh pemerintahan Belanda. Reaksi dasar dari

kaum Muslimin yalah sikapnya yang bermusuhan . Sikap meiawan

dari kaurn Muslimin ini kadang-kadang dinyatakan dengan

cara-cara kekerasan, yaitu dalam bentuk pemberontakan me-

lawan suaru kekuasaan. Bersamaan dengan perluasan expansi dan

pengaruh yang besar dari kekuasaan Barat selama perempatan

akhir daripada abad ke 19 dan bagian pertam a dari abad ke 20 ,

api semangat Islam juga diperhebat. Dalam suasana kebangkitan

kembali agarna ini, Islam menjadi tem pat pemersat u karena

memiliki daya-tarik yang luas bagi rakyat secara keseluruhan.

Kata agama menjadi pentirig dalam perkembangan gerakan

perlawanan terhadap Belanda. Kekuatan perlawanan yang ber-

padu di dalam lingkungan m asyarakat Islam adalah terpusat

dalam lembaga-lem baga Islam seperti dalam pesantren dan

tarekat, ide jihad atau perang sabil. dan dalain pemim pin-

pemirnpin agarn a yang rn encoba untuk mengasingkan dan m enge-

balkan diri terhadap kekuatan-kekuatan baru. Tempat yang

strategis mereka itu menjadikan pusat kekuatan penggerak dalarn

menggerakkan peralatan kelembagaan dalarn melancarkan gerak-

an-gerakan perlawanan.

Praktek-praktek agama Islam yang umum di pedesaan Jawa

selalu dipenuhi dengan unsur-unsur non-lslam - seperti mistik,

kekuatan-kekuatan magis, dan pola-pola adat-kebiasaan lama

yang diserap- tetapi semua unsur-unsur ini tidak memper1emah

sifat keagamaannya. Sebagai suatu sistim, " agarna rakyat Jawa"

memiliki kekuatan yang lain daripada yang lain dalam meng-

asimilasikan unsur-unsur asing yang dapat memperkaya isi ideo1o-

ginya dan memperkuat kekuatannya dalam menghidupkan massa.

Mengenai ini dapat ditunjukkan, misalnya: pem ujaan orang-orang

keramat seperti yang tercennin dari banyaknya makam-makam
keramat, dari para wali, punden, t empat-tempat berziarah ;

270

--·-.-~•t -. _,u

irrl-ior:1• 1,,. ·, ·: 1.-::, c ,,

[l't .nhina:in •' · .i/ ~ \1 ..
-'"-'r,j~trnh f't1 ,. . . 'J

.

upacara selamatan atau sedekah. penggunaa n kekuatan magis

dalam pengobatan tradisionil. · penggunaan perhitungan dalam

menentukan waktu yang baik untuk mela kukan sesuatu yang

penting dalam kehidupan seperti perka winan, perjalan an , atau-

pun usaha pt!rdagangan dan sebagain ya.

Pesantren dan tarekat mempunyai peran an penting dalam

perkembangan gerakan mesianistis. Keduany a mem berik:ln dasar

organisasi yang kuat bagi pergerakan sosial dan mem berikan

kekuatan yang pokok dalam melakukan tindakan-tindakan po-

liti k. Pesantren merupakan lembaga re nting da lam pembentukan

pola kehid upan sosial, budaya dan agama bagi pt;nduduk kaum

Musiirnin. Tarekat mempunyai peranan yang .lmat bagi gerakan

keagamaan , dan banyak memberikan keku aran dalam gerakan
ke bangkitan kembali agama dalam abad ke 19. 11 Ikatan per-

hubungan antara guru dan murid yang terben tuk dalam pesantren

dan tarekat merupakan landasan pembentukan organisasi yang

efektif dan menjadi inti bagi pembentukan solidaritas. Oleh

karena adanya perhubungan itulah maka besar kemungkinan nya

dalam me ngalihkan tarekat ke dalam sel-sel atau pusat kebangkit-

an kembali agama, dan juga mudah untuk melibatkannya dalam

pemberontakan. Lebih-lebih adanya bai'a atau sumpah st1:ia

murid kepada guru merupakan landasan kua t bagi terwujudnya

disiplin golongan.. Lembaga keagamaan itulah yang menjadi

saluran jaringa n-jaringan perhubungan, perluasan ideologi dan

semangat agama. Karena adanya kenyataan itulah maka beberapa

gerakan agama dapat meluas sampai jauh melanipaui batas-batas-

nya lokal, bahkan Belanda sangat m encungai pesantren dan

tarekat sebagai tempat pembentuk kesat uan yang meliputi

seluruh bangsa, dan sebagai pusat sik.ap anti-Belanda, serta

tempat persekongkelan para haji.

Pesantren bukan hanya berfu ngsi se baga i lembaga pendidik-

an agama, tetapi juga sebagai ternpat penanaman kader-kader

pemimpin agama. Beberapa pesantren yang terkenal dari ujung ke

ujung ]awa pada bagian kedua abad ke 19 antara lain yalah,

pesantren Lengkong (Cirebon), .Krapyak ( Yogyak.arta), Tegalsari

(Ponorogo), Sidacenna (Surabaya). Sud ah merupakan hal yang

1 2 Suatu conto h yalah pemberontakan Banten, pada u h un 1818 : lihilt Sarto no
K utodirdjo, Tht Pft.14nts RtYOlt of Bant~n in 1888. Jrs Conditiont, C()uru. and

Stqw•L A Cos• Srudy of SocJQJ Me 11•ments in lndonuta. ( The H ague. l 966) ,
teruu ma b11b V dan VI.

umum bagi par:i santn yang belapr dan saru pesantren ke
pesantren I<i.mn ya daIam men can. pe ngeta h.uan yang mem au.ai.. I J
Okh :>i.:bah it u tide1 k. nH.:n~hc r <t n kanle1h apa bi la kepern im pi nan
dari gerakan·gerakan a~am a banyak muncul <lari lingkungan
tarekat dan pesamren.

Banyak pernimpin agama yang merasa terpanggil untuk
mernproklamasikan diri sebagai pt.:mirnpin mesianistis sebagai
akibat dari penetrasi Barat yang semakin mendalam. Dengan
melalui perluasan penempatan pegawai pamong praja. pemerintah
kolonial dapat membuat jalan raya hagi penetrnsinya ke daerah
pedesaan. dan <lengan demikian sel'.ara langsung mengam:am
ke<ludukan elite agama yang a<la di daerah krsebut. Akibatnya
dengan sikap yang bermusuhan, maka pcmirnpin agama mulai
menggerakkan pesantren dan tarekat <lalam gerakan pem beron-
takan untuk melawan Belanda. Mereka mengutuk pemerintahan
Belancla atas dasar lanJasan politik dan agama. Pc:rtama.· dalam
pandangan kepercayaan kaum Muslimin pemcrintahan kafir
haruslah ditolak Kedua. mereka takut kehilangan hak·hak
isti:rnewan ya. kedudukannya dan pengaruhnya terhadap pen-
duquk pedesaan. Permusuhan ini <lipertajam ; sdama masa pc::r-
alihan ini, kan.:na <lalam kc11yataa11nya elite agama dan pengikut-
pengikutnya harus berhadapan dengan elite golongan lain, yaitu
elite birokratis (priyayi), yang hidup berdamai dengan Belanda.
Oleh karenanya poJa umum dari gerakan agama menunjukkan
bahwa elite birokratis (telah menjadi sasaran bagi sikap ber-
musuhan rakyat, karena mereka dianggap bekerjasama dengan
Belanda. Dengan demikian muncullah "kelas" pernimpin agama
yang hert'ungsi menjadi pemcW1ara ideologi tradisionil, dan dapat
dianggap sebagai endapan sosial yang mem beku, selama ke·
bangunan kernbali agama da lam abad ke 19. Di bawah kepemim-
pinan dan dengan basis kdembagaan pesantren dan tarekat,
kerangka iueologis Islam dapat menyatukan masyarakat pedesaan
Islam dan mengadakan perlawanan terhadap penetrasi Barat yang
modern.

F aktor penting yang ber!aku umum di sebagian besar
geraka n me!'i ·1nis tis yalah ba h wa gerakan itu tersusun dari

1 3 Mni g ~ n ai r~s•n tr e n - p e,a n tren }' ang terkf'na l. lihat J.F .G . Brumun . Het Vo lks -
ona. •· w i1s v t1d<' r d' Ja.,Jnen ( 185 7), )u!(a L.W .C . Berl? dalam . " het Mo ha m -
m ":J, , mch e c ' d s d1e ns hnderv.iis op Ja"e e n \1adnera .- en de d a .rb1J >l<'bruikk
A. r.o 1;c h• " "< ' .~n ". f'f:!· 1, ...J XX X I ( 1S~61 bl 51 8 555

7.72

golongan-golongan keluarga. Pengumpulan pengikut dilakukan
melalui garis kekerabatan, sekalipun pengikut dari luar ikatan itu
juga terdapat. Perk.awinan dalam ha! ini merupa kan cara memper-
temukan berbagai macarn kduarga dalam satu sistim persekut u-
an. Anggota-anggota gerdkan agama juga mengem bangkan soli-
daritas persaudaraan yang melampaui hubungan-h ubu ngan kc'
kerabatan. lkatan sumpah setia mencipta kan juga sem :u.:am
semangat kekerabatan yang dapat mencaku p orang-orang }Jn!!
ada di luar jaringan ikatan antar-keluarga Seringkali di si t .i
terd apat semacam inti keluarga Kyai yang menjadi tulang-
punggung ikatan kekerabatan tersebut yang dikelilingi olell
pengikut-pengikutnya.

Ledakan-ledakan mesianisme telah men unjukkan bahwa di
. dalamnya termuat tuntutan mengenai penyelamatan masyarakat.
yang menjelrna dalam ide kedatangan Ratu Adil dan Imam
Mahdi. Di dalam mites Ratu Adil yang di lingkungan masyaraka t
Jawa sering juga disebut Erucakra , terdapat harapan akan
kedatangan seorang raja yang mem bawa pemerintahan yang
penuh dengan keadilan. Rakyat akan dibebaskan dari kejahatan ,
pcrmusuhan. kesakitan dan kelapardn. Kebangkitan kem bali Raja
Tanjung Putih terjadi pada tahun 1800 (~aka) sedangkan
Erucakra disebutkan akan memerintah di Ketangga pada tahun
1900 ():aka). 14 Mitos semacarn ini merniliki variasi yang ber-
rnacam-rnacam sesuai <lengan lingkungan setem pat. Sebagai con-
toh dapat dilihat dalam ramalan Achrnad Ngisa, pemimpin
gerakan mesianisme pada tahun 1871. Ia rneramalkan kedatangan
Pengeran Erucakra, yang diikuti oleh pasukan rniliternya, yang
terdiri dari hantu-hantu, syaitan, dan binatang-binatang berbisa.
Erucakrd akan melawan pemerintahan asing <lan akan mengusir-
nya dari negerinya, mereka boleh kembali asalkan mereka mau
masuk Islam dan hanya dibatasi kegiatan untuk berdagang.
Setelah orang-orang asing diusir, tiga kekuasaan akan muncul,
pertama berasal dari Majapahit, kedua dari Pajajaran dan ketiga
berasal dari KaJisaJak (Pekalongan). lbukota Banyumas akan
pindah ke Daing dan ibukota Banjarnegara ke Batur. T eta pi
setiap orang akan tinggal di tempat kelahirannya masing-masing.

Tradisi mesianistis Islam masuk juga ke dalam mesianism e
Jawa. dan Mahdisme dapat dibedakan dalam beberapa aliran

14 Lihat J.J. de Holl•nder <hllam • . Hand~idlng bij de beoefenvrKd<tr Ja"'Ja nsctu
Taal-en Ltttte•kunde.( Breda . 1848) nal. 173 -1 83.

gerakan agama di Jawa. Mesianisme Islam yan g masu k ke dalam
mesianisme Jawa itu umumnya tercermin dalam bentuk eskato-
loginya.

Tradisi Mahdistis menyebutkan tentang akan terjadinya hari
terakhir (hari kiyamat) yang didahuloi dengan kehancuran alam
semesta. Penderitaan dan penindasan akan diakhiri oleh kedatang-
~ Imam Mahdi sebagai pembawa kententeraman dan raja dari
kerajaan yang terakhir. Kerajaan itu akan dihancurkan oleh
Dadjal, syaitan yang kernudian akan dikalahkan oleh Nabi Isa.
Dengan demikian keadilan akan· dibangun kembali. Kepercayaan
mesianistis Islam ini bercampur dengan mesianisrne Jawa, yang
sebagaian besar mengendap dalam ramalan Jayabaya. Tradisi ini
merupakan unsur penting dalam pembentukan alam pikiran
rakyat di daerah pedesaan Jawa. Bilamana rakyat mengalarni
penindasan atau penderitaan yang berat, maka ide Ratu Adil
cenderung akan muncul. Sudah barangtentu penindasan kolonial
bukanlah satu-satunya swnber kelahiran gerakan mesianistis.
Dalam sejarah Indonesia banyak mencakup pemberontakan
ra.kyat yang diarahkan kepada penguasa pribumi maupun kepada
kekuasaan asing. Sementara itu unsur-unsur nativistis dari gerak-
an itu jelas menunjukkan rasa kebencian terhadap. kekuasaan
asing dan mencerminkan semacam perasaan proto-nasional.

Persamaan dan perbedaan mengenai gerakan mesianistis ini
dapat diperjelas melalui bel;>erapa contohnya yang muncul di
dalam lingkungan budaya Jawa. Perlu difekankan bahwa skala
gerakan itu mungkin mencakup lingkungan kecil, namun masalah
yarig dilahirkan cukup luas.

Pada tahun 1903 seorang kyai dari desa Samentara di
kabupaten Sidoharjo, bernama Kasan Mukmin, mulai bertindak
sebagai orang yang menerima wahyu dan mengaku sebagai
penjelmaan Imam Mahdi yang akan mendirikan sebuah kerajaan

baru di Jawa Ia berkhotbah bahwa perang jihad akan diumum-

kan untuk melawan pemerintah Belanda. Sebdum memprokla-
masikan diri sebagai juru selamat, Kasan Mukmin telah mengum-
pulkan sekelompok pengikut di sekelilingnya. Ia mem bagi-bagi-
kan jimat dan menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan untuk
menyembuhkan penyakit. Tetapi pengetahuannya tentang ajaran
Islam tampak kurang, sedangkan menurut seorang penasehat

274

Beland.a pengetaJrnan 11gel111u-nya tent ang m asalah-m asalah Islam
sangat meragukan. l 5

Mengenai masa muda Kusan Mukmin kurang diketahui. la

dilahirkan di sebuah desa Gatakpesantren, dekat Muntilan, pada
l<lra-kira tahun 1854. Setelah perceraian orangtuanya ia dipungut
oleh Kyai Muktaran. Karena ia berd agang pennadani, maka ia

banyak melakukan perjalanan , rum seringkali mengunjungi Se-

mar.mg dan Pekalongan. Pada waktu itu ia teJah berhubung-.in
dengan scorang guru tarekat yang terkenal Kyai NgabduliusuJ,
yang lebih dikenal scbagai Kyai Krapyak. Dalam perjalai1an
tahull-'tahun berikutnya ia banyak mengunjungi pesantren-pesan-
tren serta guru-guru yang terkenal, seperti pesantren Plotegan
(Mojokerto), Kyai Haji Idris, pesantren di Tirem (Mojokerto),
dan yang terakhir pesantren Sidodermo (Surabaya). Perkawinan-
nya dengan kemenakan Haji Mohammad Tahir mcmbawanya ke
dalarn lingkungan pemimpin-pemimpin agama yang terkenal di
daerah itu. Setelah perceraiannya ia m ulai berpraktek di bidang
pengobatan, membagi-bagikan jimat dan mem berikan isyarnt bagi
nelayan dan petani. Sampai meninggalnya, Kasan Mukmin tetap
tinggal di Samentara. ia pemah meninggalkan tempat itu hanya

sewaktu ia mengunjungi Kyai Krapyak untu k memasuki tarekat
Naksibandiyah. Berbeda dengan Kyai-kyai lain, Kasan Mukmin

tidak men dirikan langgar sendiri. dan menolak publisitas menge-
nai prakteknya sebagai guru. Ia mengajarkan ngelm unya secara
rahasia. Tidak setiap orang diperbolehkan untuk menyaksikan-
nya. Pengikut-pengikutnya mengikuti ajaran guru dcngan melalui
rapal-rapal.

Setelah kunjungannya ke Kyai Krapy ak, ia menjadi semakin
~rpengaruh . Selama pertemuannya kedua pemimpin ·itu rupanya
telah membahas masalah ramalan Jayabaya, ramalan mengenai
milenium di bawah pemerin tahan Erucakra, dan mengenai
harapan-harapan kaum Muslimin akan keda tangan Imam Mahdi.
Hasil pertem uan ini mcyakinkan Kasan Mukmin untuk meng-
urnumkan dirinya sebagai Imam Mahdi. Semula yang diberitahu
teman karibn ya, kemudtan secara diam-diam kepada orang lain,
dan akhirnya dalam pertemuan-pertemuan dengan pengikut-
pengikutnya. Beberapa minggu sebelum meletusnya pemberon-

15 Catalan Sno uck Huri:ronje , appendix di.ti L•poran II. ~ •den Sura baya , tan nal 10
Junl 1904, no. 189/Geh.

275

takan. persekongkelan dibentuk. dan rapat-rapat rahasia diada-
kan. antara lain di desa Damari, Kurek, Wagir dan Keboanpasar.
Keboanpasar kemudian d1pilih sebaga1 pusat pertemuan dan
gera.kan, mungkin desa ini sangat sesuai ik.Jimnya untuk gerakan
1tu karena disebutkan bah wa desa tersebut temoat or1H1g-orang
pern buat onar dan kekacauan. T erdapat laporan dari pihak resm 1
ba hwa sebelum tef]a<lmya pemberontakan. Kasan ;\fukmm sem:.c
f1e rhubungan deng..m \\eJana J1 Bulan!l. Raden DJ.iJJ-
ad iningrat . 16

Beberapa hari raakhir mcnjt!lang t1mbulnya pemberontakan
ditandai olch kegiatan-kegiatan besar. Orang banyak dikumpul-
kan dan mereka yang menolak untuk bergabung dengan gerakan-
nya diancam. Kasan Mukmin mcngatakan bahwa kemenangan
akan ada pada mereka.. dan senapan-senapan Belanda akan macet,
sedangkan mereka akan menjadi kebal terhadap peluru. Diterang-
kan juga bahwa mereka yang mati dalam pertempuran nanti akan
dapat naik ke sorga. karenanya tidak perlu khawatir untuk
meninggalk~ anak-isterinya. mereka nanti akan terpelihara.

Menurut rencana sernula. pemberontakan akan dilakukan
pada hari Minggu tanggal 29 Mei atau Ahad Legi, tanggal 14
Mulud, kemudian diajukan pada hari Jum 'at tanggal 27 ~~i
hertepatan dengan Garebeg Mulud . yaitu perayaan har'i kelahiran
Nabi. Di tcngah-tengah sawah yang tcrlctak di sebelah utara
Kebo:rnpasar dikibarkan sebuah panji yang terdiri atas tiga warna,
yaitu putih. biru dan putih. dan dilekati pita dari daun pisang
kering. sebagai lamb:ing kekcrsangan. Pada pagi hari Jum'at
tanggal 27 Mei diadakan upacara sembahyang subuh, dengan
disertai upal:ara mandi suci. dan pembagian minuman air suci.
yaitu air jam-jam. sedangkan pada malam sebelumnya tdah
<liadakan upacara dikir semalam suntuk yang dipimpin oleh Haji
Abdulgani. Sesudah itu Kasan Mukmin dengan murid-muridnya
pergi ke lapangan, <li mana rombongan lain telah siap di bawah
pimpinan Haji Abdulgani, Kyai Wagir. dan Pak Rupijah, menantu
kyai. yang kuranglebih rombongan itu herjumlah seratus orang.
Dari tempat ini pembrontak bergerak ke Keboan.

Setelah mendengar adanya kegiatan gerakan pemberontakan
itu maka Bupati Sidoharjo segera pergi ke Gedangan dengan

16 SurKI '"•ml Rt"51den Suub3y;i·. ta nsjµJ 19 Scp1embei: 1904, no. J25 : periksa 1up
trn~~al IS Okolb"r 1904 . n « J6S

dikawal sepasukan polisi bersenjata, untuk menunggu bantuan
pasukan militer yang dikirimkan oleh Res1<l~n Surabaya. IJi
tempat itu telah terjadi keributan, dan diberi takan oleh seseorang
yang baru saja lolos dari tawa.nan pemberontak bahwa wedan~
dan lurah Ge<langan telah ditawan pemberontak dan seorn.ng
anggota polisi terbunuh. Bupati dan pasukannya kemudian
bergerak men uju kit arah tempa.t kaum p~mberontak dan
akhirnya bertemu di 1embatan Keboanpasa.r. Kaum pem berontak,
tidak meng.mda.hkan peringatan-peringatan dari pasukan pcmcrin-
tah dan terus melancarkan serangan terha da p mereka dengan
sen1ata pedang, tombak dan kcris. sehingga terja<li pertempuran
sengit. Pertem punm berakhir dalarn waktu smgka t Jan pem bt!-
rontak dalarn keadaan ketakutan melarikan diri untuk menghifi.:"
dari tembakan-tembakan dari pasukan pernerintah . Dalam per-
tempuran itu resideQ menderita Iuka-Iuka dan meninggalkan
korban sejumlah 40 ornng ma ti dan 20 orang lainnya Iuka-Iuka.·
Sejumlah orang-orang yang dicurigai dan pernberontak yang
dikenal, ditangkap. Kasan Mukmin sendiri akhirnya tt:rbunuli
karena menolak untuk ditawan. Jumlah orang yang ditawan ada
83 orang. 17

Sekalipun pemberontakan telah ditumpas dengan mu~ah
tetapi dalarn beberapa waktu pegawai-pegawai pemerintah merasa
tidak aman. Demikian pula rnasyarakat orang Eropah mera3a
tidak tenteram dim takut kalau-kalau perse kongkdan para h<eji
itu a.kan mengadakan pembunuhan besar-bcsaran terhada p orang-
or.mg Eropa se perti yang telah dirarnalka n se belumnya.

Di dalain peristiwa Gedangan ini terdapat sumber-~umbe r

yang menunju kkan bahwa terdapat beberapa agitasi yang secara
khusus berhubungan dengan rasa dendam dan ketida k-puasa n
rakyat. Mcnurut sumber-sum ber itu penyerangan dalam pem·
berontakan yang dilaku kan itu secara khusus ditujukan un tu k
menggulingkan pemerintahan setempat. Alasan yang po kok dari
tindakan merek.a adalah berhubungan dengan penyelewengan-
penyelewengan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Bukti-
bukti juga menunjukkan bahwa pemberontakan itu juga dijiwai
oleh keinginan untuk membalas dendam yang disebabkan karena
adanya perselisihan antara kaum petani dengan pengu rus per-
kebunan teb u. Menurut fakta-fakta dari hasil pem eriksaan.

1 7 Lap<>r•n R..siJ cn Sur•h•~4. t ~rtant.!!al 10 Jum 1904 . no. 189. Gc h .

peni bt: ron tabn it u tim but '>d :iagai jawahan terhadap kondisi
pcny cwaan tanah y ang Lidak waja1 . pengerahan tenaga buruh.
masalah ynng berhubungan dengan sistim pengairan, dan pungut-
an pajak di daerah-daerah pcdesaan. Rakyat ju8Jl membenci
pegawui-pegawa.i pemerintah karena mereka tidak mampu atau
enggan untuk ikut memecahkan perselisihan soa1 tanah. Mem~g
salaluiatu scbab penting dari ketidak-puasan rakyat yang terjadi
pada awal aball ke 20 yalah adanya peraturan tahun 1899, yang
mcngat1,1r masalah peminjaman tanah kepada perusahaan-per-
usahaan gula. Menurul peraturdn itu pihak pabrik gula mengaua-
kan perjanjian kolektif dengan setiap desa, ill mana pihak p~brik
gula harus mernbayar seluruhnya jumlah sewa tanah yang
menjadi hutang ue:;a kepada pemerintah, sebagai gantinya seper-
tiga dari tanah desa diserahkan kepada pihak pabrik gula untuk
kepentingan penanaman tebu. Tetapi di dalam prakteknya
pernturan itu membuat sumber-sumber kcsulitan bagi orang-
orang tlcsa, karena banyak hal yang tidak wajar dala.m pelaksana-
annya.

Selain rasa dendam yang dibangkitkan oleh masalah peng-
gunaan tanah, masih terdapat rasa dendam Iain yang tercermin
dalam agitasinya yang tajam , sepcrti, ( 1) pemerintahan kafir telah
membawa penderitaan dan kcsengsaraan rakyat; (2) air dikatakan
telah menjadi kotor atau beracun karena kena air yang diperguna-
kan untuk mempermandikan orang-orang Kristen; (3) tanah clan
buruh telah diperas untuk kepentingan perusahaan asing; (4)
pegawai dikatakan telah melakukan pencemaran tempat-tempat
sul.:i <lt::ngan mengadakan pembongkaran makam-makam keramat ;
( 5) pt:ngotor.in garam oleh benda-benda "tidak murni"; dan (6)
tindakan sewenang-wenang dari pegawai lokal.

Gerakan mesianisme pada masa berikutnya muncul pada
tahun 1907 di dcsa Bendungan wilayah Kabupaten Berbek di
Karesidenan Kediri. Pemimpin dari gerakan ini ~rnama Denno-
djojo, seorang petani kaya dari desa Bendungan yang berumur 60
tahun. Di sarnping memiliki sawah seluas 30 bahu, laJang 7 ballU,
sejumlah ternak, ia juga memiliki dua perangkat gamelan, dua
perangkat wayimg, gerobak sapi dan tcmpat pande besi . 18 Nama
aslinya yalah Bagus Talban , dan lahir di sebuah Jesa dekat Kudus
yaitu dcsa Gebog. Ia diasuh oleh ibunya dan ayah tirinya

18 L•po ra n p"r ist1wa Der modjo10 dalam Mailreport No. JS I /0 7

278

Trunodiko. Semasa kanak-kanak banyak ceri ta-cerita yang ajaib
mengenai dirinya. Dikatakan bahwa pada suatu malam seorang
pekerja pabrik melihat sinar yang ke luar dari tubuh anak itu.
lblinya juga heran karena bilik yang-ditempati bayi itu kelihatan
terang sekalipun tidak ada lampu. yang menyala dan sinar itu
ternyata ke luar dari jantung bayi itu. Setelah besar ia kemudian
menjadi seorang santri yang berkeliling dari satu pesantren ke..
pesantren lain, untuk memperoleh bimbingan dari guru-guru
agama yang terkenal di pusat-pusat pengajaran agama yang
penting. Secara berturut-turut ia belajar· pada Haji Tuan Sanap,
Haji Dulkamid, Kyai Bardogi, Haji Dulwahab, Haji Sajang dan
juga Haji Mohamad Umar, guru di pesantren terkenal Sidoceilll O
di Surabaya. Ia juga pernah belajar di pesantren Mojokerto dan
pemah pula be~guru pada pesantren dari Kyai Kasanbesari selama
tiga tahun. Di dalam pesantren yang terakhir ini ia ·banyak
mendapat pengaruh yang tidak sedikit dari Kyai Kasanbesari. Di
samping mendapat pengetahuan mistik, ia juga memperoleh
pengetahuan tentang ramalan Jayabaya, harapan tentang ke-
datangan Ratu Adil dan memperoleh pusaka yang bernama
Rojom uko dari kyai tersebut. Sesudah dari pesantren ia kemudi-
an banyak berhubungan pula dengan orang-orang pcnting ter-
masuk para bupati di Jawa Timur. Menurut berita ia telah lebih
dari sepuluh kali berpindah tempat sebelum berdiarn di Bendung-
an, di rnana ia mernbuka tanah persawahan dan menjadi kaya.

Dermodjojo sebagai seorang suami dan empat orang istri,
dan ayah dari 19 orang anak, telah berhasil dalam hidupnya
karena ia terkenal tidak hanya sebagai seorang dukun, tetapi juga
sebagai "penasehat" dalam soal-soaJ pertanian (guru tetanen) dan
seorang guru ngelmu (mistik), sehingga ia disegani oleh ·orang-
orang desa. Para priyayi juga banyak yang berhubungan dengan
dia karena ia memiliki pengetahuan prirnbon dan pengetahuan
ngelmu. Mengenai cita-cita politikn ya terlihat dari kehendaknya
untuk rnenjadi kepala desa pada tahu~· 1896, tetapi gagal dalam
memperoleh jabatan itu. Ia pernah juga menyuap ~Wedana
Warujayang agar mau mengulangi pemilihan Iurah tersebut dan ia
juga pernah terlibat dalam masalah penjualan kayu jati gelap.

Mengenai kapan gerakan itu dimulai tidak dapat diketahui,
tetapi yang jelas setelah Dermodjojo mempro klamasikan dirinya
sebagai Ratu Adil. la bermimpi bahwa ia.telah ditakdirkan untuk

279

menjadi Ratu Adil clan hal ini diperkuat dengan cerita-cerita
orang lain yang memimpikan dia akan menjadi tokoh tersebut. lsi
dari ramalan mimpi itu pada umurnnya berkisar pada soal-soal
yang berhubungan dengan: proklamasi kyai sebagai Ratu Adil.
perjuangan meJawan musuh-musuhnya, kedudukan dari pengikut-
pengikut penting dan kemenang-.tn terakhir yang baik. Prok1amas1
Dermodjojo sebagai Ratu Adil terjadi pada bulan Januari I907.
yaitu ketika diadakan perayaan untuk menyambut pengumuman-
nya itu yang jatuh pada tanggal 23 bulan Besar (bulan J awaJ
Sesudah itu ia banyak memberikan indoktrinasi kepada peng1kt.4t-
pengikutnya tentang kepercayaan bahwa Togog dan Semar akan
datang untuk membebaskan rakyat. Dua tokoh ini membawa air
suci yang disebut tirta wilayat yang dapat menghidupkan orang
yang telah meninggal. Kepercayaan ini memperkuat keyakinan
para pengi.kut Dennodjojo dalam melancarkan serangan terhadap
musuhnya

Setelah tersiar berita bahwa Dennodjojo sedang mengurn-
pulkan pengikut-pengikutnya untuk merencanakan suatu pem- -
berontakan, maka pada tanggal 29 Januari 1907 Bupati Nganjuk
bersama-sama sepasukan polisi bergerak menuju ke desa Ben-
dungan untuk kemudian mengepung rumah Dennodjojo. Da1am
situasi tegang akhirnya terjadilah perkelahian antara kedua belah
pihak yang mengakibatkan beberapa orang menderita Iuka-Iuka,
tennasuk asisten residen dan wedana Berbek. Bantuan militer
dari pihak pemerintah segera didatangkan dari Surabaya, yang
tiba di tempat kerusuhan tersebut pada sore harinya. Pertempur-
an yang kedua segera terjadi dalam waktu yang singkat, dan
meninggalkn korban sebanyak J-8 orang meninggaL di antaranya
Dermodjojo ·sendiri beserta anaknya, dan 49 orang ditawan
beserta 9 orang lainnya Iuka-Iuka. Pemberontakan segera padam,
sctdah berlangsung selama tidak kur-dng dari satu hari.

Dilaporkan bahwa pemberontakan itu tidak dijiwai oleh
perasaan tidak puas dari pihak rakyat pedesaan, melainkan
merupakan hasil dari sifat ketaatan yang membabi buta dari
pengikut-pengikut Dermodjojo -dalam peranannya sebagai Ratu
-Adil. Sebagaimana dengan ger.1kan-gerakan petani lainnya, gerak-
an ini juga merupakan kejadian lokal yang mumi. Beberapa
pegawai pemerintah Belanda menganggap bahwa gerakan ini
mempunyai komplotan Juas dengan segolongan aristokrat. Dalam
hubungan ini bekas wedana Kertosono diangga p sebagai d.alang

280


Click to View FlipBook Version