The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by SMPN 1 PURWAKARTA, 2021-09-09 01:08:53

Sejarah nasional indonesia

Sejarah nasional indonesia

nanaman paksa tanaman-dagangan. Jika sc:mula saldo untung
ya ng besar disebabkan ba1k oleh jumlah penerimaan yang tingg1
yang diperoleh pemerintah kolonial dari Sistim Tanam-paksa
maupun oleh jumlah pengeluaran pemerintah yang rendah. maka
dalam tahun-tahun terakhir dari Sistim Tanam·paksa saJdo
untung hanya masih bisa dipertahankan karena pengeJuaran-
pengeJuaran dapat ditekan sampai tingkat serendah-rendahnya.
sedangkan penerimaan pemerintah koJonial yang tcrutama di-
peroleh dari Sistim Tanam·paksa tidak mengalami kenaikan lagi .

Saldo untung ini baru mulai turun dalam tahun t 86 7
sewaktu parlemen Belan<la menghendaki bahwa pemerintah
kolonial mengadakan pengeluaran yang lebih besar untuk pem-
bangunan prasarana di Indonesia. Setelah tahun 1870, yaitu
setelah Sistim Tanam-paksa, saldo untung malahan mulai lenyap
sebagai akibat meningkatnya pengeluaran pernerintah kolonial
berkenaan dengan perang yang dilakukan di Aceh.

Penilaian mengenai Ststim Tanam-paksa

Sistim Tanam-paksa pada dasarnya merupakan suatu sistim

exploatasi yang sama seperti pernah dilakukan oleh voe
sebelumnya. Dalam sistim exploatasi ini baik voe maupun

pemerintah kolonial memanfaatkan ikatan-ikatan feodal dan
tradisionil yang terdapat di Jawa antara rakyat dan penguasa-
penguasanya untuk kepentingan sendiri. Seperti telah diterang-
kan dalam bab pertama, experimen dengan penanaman bebas
oleh para petani yang dilakukan di bawah Sistim Pajak Tanah
mengalami kegagalan, sehingga dalam tahun 1830 pemerintah
kolonial merasa terpaksa untuk kembali lagi ke sistim exploatasi

yang pernah dipraktekkan oleh Voe. Meski pun demikian antara

sistim-sistim exploatasi dari Sistim Tanam Paksa dan VOC
terdapat juga beberapa perbedaan. Misalnya, dalam melaksanakan

sistim exploatasinya voe berhubungan dengan raja-raja dan

bupati-bupati, sedangkan dalam Sistim Tanam-Paksa pemerintah
kolonial terutama berhubungan dengan kepala-kepala desa untuk
melaksanakan penanarnan paksa oleh penduduk. Dengan demi-
kian maka pengaruh pernerintah kolonial atas kehidupan sehari-
hari dari penduduk Jawa jauh lebih mendalam daripada selama

zaman voe. 18

18 Ibid, '229 - '230

88

Karen a pengaruh yang mendalam ini, n aka Sistim Tanam-
paksa menimbulkan berbagai perubahan dalam peri kehidupan
masyarakat Jawa dengan beberapa akibat yang tidak diinginkan,
khususnya desintegrasi struktur sosial masyarakat Jawa. Desinte·
grasi ini terutama disebabkan oleh makin meresapnya ekonomi
dan lal ulin tas uang yang sebelumnya tidak dikenal dalam
masyara kat Jawa. Perkembangan ekonomi dan laluJintas uang ini
terutama discbabkan oleh meluasnya pekerjaan upah dan penye-
waan tanah pare! petani kepada pengusaha-pengusaha Belanda
yang dibayar dalam bentuk uang.

Selama tahun-tahun pertama. Sistim Tanam-paksa membuk-
tikan diri sebagai suatu sistim exploatasi yang efisien yang
berhasil meningkatkan penerimaan pemerintah kolonial dan
melalui batrg slot dalam anggarannya berhastl menutupi defisit
yang diderita pemerintah Belanda sendiri rnaupun meningkatkan
tingkat kemakmurnn bangsa Belanda. Di lain pihak keuntungan
yang diperolch Sistim Tanam-paksa pada umumnya tidak meng-
untungkan rakyat Indonesia scndiri. malahan sebaliknya sering
menim bulkan penderitaan dan kesengsaraan yang besar.

Kemaj uan-kemajuan tertentu yang terh hat selama Sistim
Tanam-paksa berlangsung, misalnya perluasan jaringan jalan raya,
tidak disc babkan oleh keinginan pemerin tah kolonial untuk
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia, te tapi terjadi karena
kepenti ngan pemerintah kolonial itu sendiri. Dalarn tahun-tahun
terakhir makin jelas bahwa Sistim Tanam-paksa sebagai suatu
sistim exploatasi kolonial tidak begitu efisien. Oleh sebab ini dan
pula oleh keinginan pihak swasta Belanda untuk mernegang
peranan utama dalam exploatasi sumber-sum ber alam Indonesia,
akhimya sekitar tahun 1870 Sistim Tanam-paksa dihentikan dan
terbukalah peluang bagi modal swasta Belanda untuk memasuki
Indonesia.

C. ZAMAN LIBERALISM£ ( 1870 - 1900)

1. Pendahu/uan

Masa antara tahun-tahun 1870 dan 1900 di Indonesia pada
umurnnya disebut zaman Liberalisme.9engan mi dimaksud bahwa
pada masa itu untuk pertama kaJi dalam sejarah kolonial
Indonesia ke pada usaha dan modal swasta diberikan peluang

89

sepenuhnya untuk menanamkan modal mereka idalam berbagai
usaha kegiatan di Indonesia khususnya perkebun:m-perkebunan
besar di Jawa maupun di daerah-daerah luar Jawa. Selama masa
ini modal swasta dari Belanda dan negara-negara Eropa lainnya
telah mendirikan berbagai perkebunan kopi, teh, gula. dan k.ina
yang besar di Deli di Sumatra Timur. Pembukaan perkebunan-
perkebunan besar ini diinungkinkan oleh Undang-undang Agraria
(A grarische Wet) yang diundangkan dalam tahun 1870 dan yang
bertujuan untuk melindungi petani-petani Indonesia terhadap
kehilangan hak-milik atas tanah mereka kepada orang-orang asing.
Di lain pihak Undang-undang Agraria ini membuka peluang
kepada orang-orang asing, artinya orang-orang bukan pribum i
Indonesia, untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia.

Zaman Liberal ini menyaksikan penetrasi ekonomi uang
yarig lebih dalam lagi ke dalam masyara.kat Indonesia, khususnya
di Jawa. Hal ini terutama disebabkan oleh penyewaan tanah
penduduk di Jawa kepada perusahaan-perusahaan swasta Belanda
untuk dijadikan perkebunan-perkebunan besar. Penyewaan tanah
ini tidak saja terbatas kepada tanah-tanah kosong, tetapi meliputi
juga tanah-tanah sawah yang disewa.kan kepada perkebunan-
perkebunan gula. Seperti telah diter2llgkan dalam seksi ter-
dahulu, tebu gula di tanam silih musim. Ini juga disebabkan oleh
kesempatan yang diberikan kepada para petani di Jawa untuk
bekerja di perkebunan-perkebunan besar sebagai buruh harian
atau buruh musirnan.

Meluasnya pengaruh -ekonomi Barat dalam masyarakat
Indonesia selama zaman Liberal tidak saja terbatas pada pena-
narnan tanaman-tanaman pcrdagangan di perkebunan-perkebunan
besar a.kan tetapi juga meliputi ·import barang-barang jadi yang
dihasilkan oleh industri-industri yang sedang berkem bang di
negeri Belanda. Import barang-barang jadi ini, yang untuk
sebagian besar terdiri atas barang-barang konsumsi ringan, mem-
punyai akibat-akibat yang buruk bagi usaha-usaha kerajinan
rakyat Indonesia, karena pada umumnya hasil-hasil produksi
mereka, baik dalam harga maupun mutu tidak dapat bersaing
dengan barang-jadi hasil industri-industri Barat itu. Misalnya,
import bahan-bahan textil dari daerah industri Twente di Negeri
Belanda mengakibatkan matinya usaha-usaha kegiatan penenunan
yang dila.kukan oleh penduduk di pulau Jawa. 19

19 W. F .Wertheiru, lndonenan Society In Transition . The Hague. 1956, 93 .

90

Ak.1but Jari pcrkcmbanp n yang me n! cdihkan ini aJ ala:h
bahwa pendu duk Jawa lebih banyak lagi didorong ke dalam
ekonomi-uang. karena hil angny a matapencahman mereka yang
tradisionil mema}(sa mereka untuk mencari pekerjaan pada
perkebunan-perkebunan besar yang dimiliki oleh Belanda dan
tain-lain orang Eropa. Meskipun demikian, pada umumnya
respons penduduk di Jawa terhadap meluasnya ekonomi-uang
adaJah pasif, artinya mereka untuk sebagian besar tetap ter-
gantung dari matapencaharian di bidang pertanian, dan hanya
berusaha un tuk melengkapi pendapatannya yang diperoleh <lari
hasil-hasil pertanian jika pendapatan ini tidak mencukupi.20 Jika
petani ini t erpaksa mencari pekerjaan di perkebunan besar untuk
melengkapi pendapatannya, maka ia pun akan berusaha untuk
meninggalkan pekerjaan tambahan ini jika tidak dirasakan perlu
lagi.

Perluasan produksi tanaman-dagangan untuk export yang
dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar yang telah didiri-
kan oleh modal swasta Barat serta import barang-barang konsum-
si ringan dari negara-negara industri Barat yang meningkat.
mengakibatkan perdagangan intemasionaJ y ang makin r am ai
an tarn Indonesia dan negara~negani lainnya Perkem b:mgan per-
dagangan internasional ini juga mendorong perkem bangan per-
dagangan perantara di daerah pedalaman pulau Jawa. Perdagang-
an perantara ini pada umumnya terdiri atas dua fungsi, yaitu
perdagangan distribusi dan perdagangan koleksi. Perdagangan
distribusi ini terut.ama menyebarkan barang-barang konsumsi
yang <liimport daii luar negeri di antara penduduk di daerah
pedesaan, sedangkan perdagangan koleksi terutama bertugas
untuk mengumpulkan hasil-hasil tana~an-d agangan dari para
pe tani dan meneruskann ya kepada para p edagang besar.

Kesempatan-kesempatan ekonomi yang baru terhuka ini
pada umurnnya tidak dirnanfaatkan o leh pendudu k di Jawa.
tetapi oleh orang-orang yang tennasuk golo ngan T imur Asing,
khususnya orang-orang Cina. Seperti tdah dikatakan oleh
Wertheim, sebagai orang-orang yang berasal lari negara lain atau
berketurunan dari orang pendatang, golongan ini tidak bt:git u
terikat pada tradisi-tradisi dan norrna-nonn a agraris yang m asih
dianut oleh penduduk di Jawa, sehingga m ereka berada dalam

20 Ibid, . 94 .

91

kedudukan yang Jebih baik untuk memenuhi fungsi perdagangan-
antara. Seperti telah dikemukakan di atas, para petani di Jawa
juga mulai mencari pekerjaan di luar bidang pertanian, akan
tetapi hal ini hanya rnereka lakukan jika diperlukan, misalnya
untuk membayar pajak tanah ·atau untuk membeli barang-barang
konsumsi import. Akan tetapi pada urnumnya respons para
petani ini terhadap meluasnya ekonomi uang adalah pasif, artinya
mere.ka tidak secara aktif memanfaatkan kesempatan-kesempatan
ekonomi yang baru untuk .keuntungan materiil mereka sendiri
dan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. akan tetapi mereka
hanya rnenyesuaikan diri secara pasif dengan keadaan yang baru
dan hanya bcrusaha untuk memperoleh sekadar tambahan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka_yang
minimal.

Salahsatu aldbat lain yang penting dari penetrasi Barat yang
makin dalam-di Jawa adaJah pertumbuhan penduduk yang makrn -
pesat. Pertumbuhan penduduk yang pesat ini disebabkan oleh
menurunnya angka kernatian sedangkan angka kelahiran tetap
tinggi. Faktor-faktor yang turut mengakibatkan menurunnya
angka kematian adalah tindakan-tindak.an dalam bidang kesehat-
an rakyat yang diambil oleh pemerintah Hindia Belanda, seperti
vaksinasi terhadap berbagai penyakit menular, perbaikan dalam
sistim distribusi bahan makanan kepada rakyat, antara ~ain
melalui perbaikan jaringan jalan raya, dan lain-lainnya. Karena di
lain pihak angka kelahiran tidak menurun, maka penduduk Jawa
mulai tumbuh dengan pesat dalam abad ke sembilanbclas. Hal ini
jelas kelihatan dari angka-angka yang berikut :

Pertumbuhan jumiah penduduk Jawo. dan Madura

1781 2,029,915 ( taksiran Radermacher)
1795 3,500,000 ( taksiran Nederburgh)
1815 4.499,250 ( penghitungan pertama)

1846 9,542,045 ( perkiraan Bleeker)
1880 19,794,505 ( perhitungan adrninistratiO
1905 30.360,667 ( sensus penduduk).21

21 David Joel Steinberg, et.al.. ln Search of Southt!a.st A.na: A Modt!nt History
O~ford UniH~ity Press 1971. 21 l.

92

Angka di at a~ jeia~ mcnu nJLLk kall L..d1 wa pertumbuhan
pc! nduduk berjalan dcngan lebih pesac selama zarnan Liberal .

2. A zas-azas Libera/isme

Seperti juga di negara-negara lain, maka para pengikut aliran
Liberalisme di negeri Belanda berpendapat bahwa negara (baca:
pemerintah) sepatutnya tidak campurtangan dalam kehidupan
~konomi, tetapi membiarkannya kepada kekuatan-kekuatan pa-
sar. Sama dengan Adam Smith, para pengikut aliran Liberalisme
berpendapat bahwa satu-satunya tugas negara adalah untuk
memelihara ketertiban umum dan menegakkan hukurn , agar
dengan demikian kehidupan ekonomi dapat berjalan dengan
lancar. Agar hal ini dapat diwujudkan, para pengikut aliran
Llberalisme menghendaki agar segala rintangan yang sebelumny~
telah diadakan olch negara, dihapuskan. · tangan-rintangari ini
menghambat kelancaran kehidupan ekonomi dan oleh karena itu
perlu ctisingldrkan.

Setelah orang-orang Liberal mencapai kemenangan politik di
negeri Belanda setelah tahun 1850, maka rnereka juga ingin
m:!nerapkan azas-azas Llberalisme di koloni koloni mereka, khu-
susnya di Indonesia, sedikit-dikitnya di wilayah-wilayah yang
berada di bawah kekuasaan mereka. Karena negara tidak boleh
carnpurtangan dalam kehidupan ekonom i maka orang-orang
Liberal juga berpendapat bahwa koloni Hmdia Belanda mereka
tidak memerlukan suatu rencana pembangunan. Perkembangan
ekonomi Hindia Belanda akan terjadi dengan sendirinya jika
diberikan peluang sepenuhnya kepada kekuatan-kekuatan pasar
untuk bekerja sebagairnana mestinya. Dalatn praktek hal ini
berarti kebebasan berusaha, yang dalam konteks Hindia Belanda
khususnya berarti kebebasan sepenuhnya bagi usaha dan modal
swasta - Belanda untuk rnengembangkan yapnya di Hindia
Belanda dalam berbagai usaha kegiatan ekonomi.

Usaha kegiatan ekonomi yang mengalami perkemoongan
yang paling pesat selama zaman Liberalisme di Hindia Belanda
adalah ·industri-industri export, yang terdiri atas perkebunan-
perkebunan besar dan tambang-tambang. Industri-industri export
ini rrterupakan motor penggerak utama bagi kehidupan ekonorni
di Hindia Belanda sejak zaman Liberal dan pula sangat mem-
pengaruhi pola perkernbangan sektor-sektor lainnya. Perkem-

93

bangan pesat dari industri-industri export ini dicetuskan oleh
perminlaan yang meningkat di pasaran dunia akan hasil-hasil
pertanian <lan pertambangan dari Hindiia Bclanda . seperti gulJ.
kopi. tembakau dan lain-lainnya. Perkembangan !ebih rcs;it
dcng:m mum;ul11y;i kapal-kapal uap yang sangat rncnurunkan
biay a pengangkutan antara <.hterah-dacrah rr<~Jduksi d<lll pasaran
clunia. 2 ~ Di samping ini pembukaan Tcrusan Sua dalarn t~1hun
1869 amat memperrsingkat jarak antara negara-negara penghasii
bahan mentah di Asta · Tenggarn. tcrmasuk Indonesia. dengan
neg<H<1-ni.:gara konsumi:n di Eropa, suatu ha! yang turut menurun-
kan biaya pengangkut::in.

Waiau pun para pengikut Libcralismc di Ncgcri ~elanda
tdah mengecam peranan negara (baca: pemerintah Hindia Bel<m-
da) selama zamau Sistim Tanam-paksa. m1mnn mcrcka pula
memandang Hindia Belanda sebagai suatu "pcrusahaan" yang
perlu menghasHkan laba. Perbedaan mcreka dcngan orang-orang
sepe rti Van den Bosch dan lain-lain pendukung Sistim Tanam-
paks~i hanya terletak dalam gambaran mereka tcntang koloni
mt'rcka. Jika van den Bosch memandang Hindia Belanda sebagai
::-ua tu ;>crusallaan ncgara. maka para Leberal mcnganggap koloni

m1.·reka sebagai suatu perusaha<Jn swasta. n Akan tetapi kedu..i-
duanya mcnghend<:1ki bahwa ' perusahaan' ini menghasilkan !aba

atau saldo surplus (batig slot) yang dapat ditransfer ke Negeri
Belan<la.

Namun demikian d{ antara orang-Or<!ng Liberal sendiri
terdapat perbcdaan pcndapat mcngenai keharusan akan saldo
surplus yang besar. Misalnya. para pcngusaha Belanda yang
t!nggal di lndom:sia ·menghendaki bahwa pemerintah Hindia
Be Janda melaksanakan pelbagai pekerjaan um um. seperti jalan-
jalan raya, fasilitas-fasilitas irigasi, jem batan-jem batan, ya.ng dapat
menunjang perkembangan industri-industri export mereka. Di
samping itu men:ka juga mcngingini sekolah·sckolah b;;igi anak-
anak mereka serta penyediaan fasilitas-fasilitas kesehatan b:igi
keluarga mereka mau pun buruh yang bekerja pada perusahaan-
perusahaan rncri:ka. Sudah barangtentu pem bangunan prasarnna-

.?1 ··.\'in>ld l<'-!I Steinheq1.. er.al.. In Search uf Sa11rheast Asia. A Mudcrn Hisfon·.

Ox/Uni !:11i 1Trs1ry Press !'171 . ::1 I
2J J.S. Furnivall.Nnh,.rlar1cis lttdfa· A Srud.v of Pl11ral £conom ..-, Ca mhr1<l~ e

L'nivcrsil; Press . (Qb7 . 11.; . J 7<

prasarana ini mcmerlukan pem biayaan yang hanya dapat <li-
tanggung oleh pemerin tah Hin<lia Belan<la. Dapat dimengerti
bahwa pengeluaran-pe ngeluaran pemcrin tah yang meni ngkat da-
pat banyak mengurnngi jumlah saJdo surplus ang dapa t ditrans-
fer ke ncge ri Bclanda. Perlu dikcmukakan <11 sini bahwa pem-
bangunan pr.1sara na oleh negara tidak berla wanan de ngan azas
azas Li beraJisme yang justru membenarkan pem bangunan pra-
sarana yang dapat memperlancar kegiatan·kegiatan ekonom i
swasta.

Orang-Drang Liberal berkeyakinan bal wa perkembangan
ekonomi yang pcsat yang dicetuskan o h kegia lan usaha
swasta akan pula mem bawa kcsejahteraan yang lcbih besar rakyat
Indonesia tanpa tin dakan khusus dari pihak pemerintah Hindia
Belanda. Dengan lain perkataan, mere ka berkeyakina n bahwa
antara perturn buhan ekonomi dan kesejahte raan rakyat ba1~yak
terdapat suatu hub u ngan yang langsung. Dt lam piha k kaum
Uber.tl mernperingatkan bahwa campurtangan dari piha k peme-
rintah d.alam kehidupan ckonomi dengan tuj uan untuk memaju-
kan kesejahteraan ra kyat malahan dalam jangka panjang akan
mempunyai efek yang , buruk atas kesej ahteraan rakyat. 24 Satu-
satunya tindakan yang diperl ukan adalah mem be rikan per-
lindungan dasar kepada orang-orang Indonesia agar keduch.: ..,
lem ah mereka tidak d isalah-gu nakan sehingga merugikan ke-
pentingan-kepentingan mereka. Perlindungan dasar ini adalah
Undang-undang Agraria dari tahun 1870 yang menegaskan
hak-milik dari penduduk pribumi atas tanahnya dan melarang
pcrpindahan hak-milik ini kepada orang-orang bu kan Indonesia.
Jika lau . pengusaha-pengusah a Barat memerlu kan tanah, misalnya
untuk membu ka per kebunan besar, maka mereka paling banyak
dapat menyewa tanah dari penduduk.

Pemerintah Hindia Belanda juga diwajibkan untuk menjaga
agar tanah pertanian rctkya t · yang mereka perlukan unt uk
meninam tanaman-t anaman makanan bagi rnereka sendiri tidak
disewakan kepada pengusaha-pengusaha Baral Di samping Undang-
ondang Agrari a ini pemerintah Hindia Belanda juga mengeluar-
kan perat uran-peratu~n mei:igenai perburuhan yang menegaskan
kondisi-kondisi pekerjaan yang layak bagi orang-orang Indonesia,
misaln ya mengenai tingkat upah minimal yang harus dibayar

24 .
l. D . Lege, lndon~sf4. Prentice-Ha ll. 1964

95

kepada buruh-buruh Indo nesia. Perlu dikcmukakan di sini hahwa
dalam kenyataan peraturan-peraturan dan perundang-undangan
mcngenai perburuhan, terutama yang menyang.lcut keadaan pe-
kerjaan yang layak., sering dilanggar sehingga sangat merugikan
buruh-buruh Indonesia.

Walau pun zarnan Liberalisrne di Hindia Belanda telah
dimulai dengan harapan-harapan besar mengenai keunggulan
sistirn Liberal dalarn meningkatkan perkernbangan ekonomi
koloni ini, sehingga dapat menguntungkan kesejahteraan rak.yat
Belanda maupun rakyat Indonesia, namun pada akhir abad
kesembilanbelas sudah ternyata bahwa rakyat Indonesia sendiri
tidak mengalarni tingkat kemakmuran yang lebih baik daripada di
masa yang lampau. Meski pun produksi, khususnya produksi
untuk export. rneningkat dengan pesat antara tahun-tahun 1870
dan 1900, narnun pada akhir abad kesembilan-belas ada pertanda-
pertanda jelas bahwa orang-orang Indonesia, khususnya di puJau
· Jawa, telah mengalarni kemerosotan dalam tingkat hidup mereka.
sehirigga menimbulkan kritik-kritik yang tajam di ncgeri Belanda
sendiri yang agak inirip dengan kritik-kritik yang dilontarkan
terhadap Sistim Tanam-pak.sa kuranglebih setengah abad yang
lalu. ·

J. Perkembangan Ekonomi selama Zaman Liberalisme

Kaum Liberal tel.ah mengharap.kan t>ahwa·· pembebasan
kehidupan ekonorni dari segala campurtangan pemerintah serta
penghapusan segala unsur paksaan dari kehidupan ekonomi akan
mendorong perkembangan ekonomi Hindia Belanda. Ternyata
bahwa harapan mereka ini tercapai, khususnya dalam haJ
perkembangan industri-industri export yang berjalan dengan
pesat sekali. Di bawah Undang-undang Agraria tahun 1870, para
pengusaha Belanda dan Eropa lainnya dapat menyewa tanah dari
pendu<luk Jawa atau dari pemerintah Hindia Belanda untuk
mendirikan perkebunan-perkebunan besar. Yang meqgalami per..
kem bangan yang pesat adalah gula, yang tennasuk barang.
dagangan export yang penting dari Hindia Belanda pa<la waktu
itu. Dengan tersedianya modal swasta dalam jumlah yang besar,
maka perkcbunan-perkebunan gula dan perkebunan-perkebunan
lainnya dapat mengirnport mesin dan perlengkapan lainnya, hal

96

mana te lah meningkatkan proJuktivitas pe rke~nan -pe rkebun:rn

ini.
Misalnya, dalam hal perkebunan-perkebunan gula perluasan dan
kem ajuan-kemajuan teknis yang diintroduksi dalam industri ini
telah mengakibatkan kenaikan produksi yang pesat, seperti
ternyata dari angka-angka yang berikut. Dalam tahun I870 luas
tanah di pulau Jawa yang ditanami gula berjumlah 54. 176 bahu,
sedangkan dalam tahun 1900 luas ini telah meningkat sampai
128.301 bahu. Di lain pihak produksi gula telah meningkat
dengan lebih pesat lagi, yaitu dari 2.440.000 pikol ~alam tahun
1870 hi.ngga 12.050,544 pikol dalam tahun 1900. 25 Demikian
pula perkebunan-perkebunan teh mengal i perkembangan yang
pesat, terutarna setelah perkebunan-perkebunan teh ini mulai
menanam teh Asam. Tanarnan export lain yang .mengalami
kenailcan pesat dalam produksi adalah tembakau. Tembakau ini
sebenamy a sejak dahulu kala di tanam di erah-daerah Yogya-
karta da.R'·s·oto-.. .Selama zaman ·Liberalisme pengusaha-pengusaha
Bclanda mendirikan pula perkebunan-perkebunan tern bakau di
sekitar Besu.ki di Jawa Timur yang kernudian mengalami perkem-
bangan y ang· pesat. Perkebunan-perkeb.unan tern bakau di Besu.ki
ini bekerjasarna erat dengan penduduk sekitarnya yang juga
menanam tembakau yang kemudian disortir dan · diolah seJanjut-
nya di perkebunan-perkebunan besar. Di samping ini modal dan
usaha Belanda pula mendiri)c~n__perkebu~an-perkebu.nan tern ba-

kau yang be~ disekitar Deli di Sumatra T imur.

Tanaman-tanaman perdagangan lainnya yang dihasilkan
perkebunan-perkebunan besar yang telah mengalami perkem-
bangan pesat selama masa ini adalah teh, ko pra dan kina. Selam :>

masa ini Indonesia malahan menjadi negara penghasiJ kina ·yang

paling terkemuka di dunia, karena hamprr 90 persen. uari kina

yang_digunakan di dunia pad.a waktu it\l berasal darfi>erkebunan·
perkebunan kina di Jawa. u~· Di lain pihak .kopi tidak mengala.mi
perkem bangan begitu pesat seperti selama Sistim Tanam-paksa
masih berlaku.

Perkebunan-perkebunan gula, kopi1 tcm bakau dan tanaman-
tanaman perdagangan lainnya men&alarm perkem bangan yang
paling pesat antara tahun 1870 dan 1885 Selama masa ini para

lS.
G .Gonggrijp, Op.Cit., 149 .

16. Ibid., I SO.

97

pengusaha perkebunan-perkebunan memperoleh keuntungan-
keuntungan yang besar sekaH dari penjualan tanaman-dagangan
ini di pasaran dunia. Untuk sebagian hesar perlcem bangan pesat
ini disebabkan oleh pembukaan Terusan Suez dalam tahun 1869
yang sangat mengurangi jat-dk antara negara penghasil tanaman·
dagangan ini dan pasaran·pasaran dunia yang terpenting di Eropa
Barat.

Setelah tahun 1885 perkembangan tanaman dagangan mulai
berjalan agak seret yang ·clisebabkan oleh jatuhnya harga-harga

fopi dan gula di pasaran dunia. Dalam tahun 189 I harga

tembakau di pasaran dunia juga jatuh dengan pesat sehingga
membahayakan kelangsungan hidup perkebunan-perkebunan
tembakau di Deli. Jatuhnya harga gula di pasaran dunia terutama
disebabkan oleh penanarnan gula bit atau beet sugar yang mulai
di tanam di berbagai negard Eropa selama masa ini, sehingga
negara-negara ini tidak mcmerlu.kan lagi gula dari Indonesia.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi berbagai perkebunan be-
sar sebagai akibat "krisis di pasaran dunia juga mempunyai
irnplikasi-i~plikasi atas cara pembiayaan usaha-usaha kegiatan
ini. Pada umumnya kegiatan-kegiatan perkebunan·perkebunan
besar ini dibiayai oleh apa yang dinamakan bank-bank perkebun-
an (cu/tuurbanken) yang merupakan lembaga-lembaga keuangan
yang bergerak secara otonom. Sebelum krisis terjadi sekitar tahun
1885, kegiatan perkebunan-perkebunan besar ini bersifat risk.an,
karena · para pengusaha perkebunan·perkebunan ini tidak ber-
usaha untuk mengurangi risiko mereka dengan cara membentuk
perseroan-perseroan terbatas, tetapi menjalankan perkebunan-
perkebunan ini atas usaha sendiri. Jika mereka memerlukan
_tan;ibahan pembiayaan, maka hal ini mudah diperoleh mereka
dari Bank-bank perkebunan yang disebut di atas. Akan tetapi
bank-bank ini sering betSedia meminjamkan kredit kepada
perkebunan-perkebtinan ini tanpa jaminan-jaminan yang kuat.

Krisis yang melanda perkebunan-perkebunan besar di Indo-

nesia sebagai akibat turunnya harga-harga dari berbagai tanaman
perdagangan di pasaran dunia juga memukul berbagai bank-bank
perkebunan yang telah meminjamkan uang kepada perkebunan-
perkebunan ini. Krisis sekiLiif tahun 1885 mengakibatkan suatu
reorganisasi yang penting dalam kehidupan ekonomi Hindia
Belands pada waktu itu. Menjadi jelas bahwa perkebunan-

98

perkebunan besar ti<lak btsa tlijalan kan lag i s~bagai usaha dall
rn thk perorangan. tctap1 perlu <lm:o rganisas1 sc bagai pcrseroan-
pt!rscruan terbatas. Perkcbunan-perkcbunan 1111 sdanjutnya ud:..ik
dip impin langsung olch pemlliknya, akan tdapi oleh seorang
manager, artinya seorang pegawai yang d1g:Jji dan langsung
bercanggungjawab kepada direksi perkebunan- perkebunan ter-
sebut yang biasanya dipilih dan diangkat oleh para pemegang
sah arn. Di lain pihak bank-bank perkebunan tetap melanjutkan
usaha pem berian kredit kepada perkebunan-perkebunan ~esar,
akan tetapi setelah krisis. tahun 1885 inereka juga mengadakan
pengawasan atas operasi perkebunan-pcrkebunan besar. 21

Hal ini dirasakan perlu agar salah-urus ketiadaan efisiensi
dalam opernsi perkebunan-pcrkebunan besar dapat <lihindarkan
di kemudian hari. Di Jain pihak bank-bank perkebunan sendiri
tida~ berd iri otonom lagi, akan tetapi mcnjadi bagian dari
bank-bank yang berkedudukan di negeri Belanda yang tidak
memberikan banyak peluang lagi kepada ban k.-bank perkebunan
untuk bertindak sesuka hati.

ferkembangan-perkembangan baru ini yang terjadi pada
a.Id.tr abad kesembilanbelas manandak.an suatu tahap baru dalam
seiarah ekonomi Hindia Belanda di mana azas-azas Li beralisme
li. urni yang menjunjung tinggi usaha swasta dan persaingan bebas
lambat-laun mulai ditinggalkan untuk kemud1an diganti dengan
suatu tatasusunan ekonomi yang lebih bersi fa t terpim pin. Art1-
nya, kehidupan ekonomi Hindia Belanda, kh ususnya di Jawa.
mulai lebih banyak dikendalikan oleh kepentingan-kepentingan
ind ustriil dan finansiil di negeri Belanda send iri dan tidak la~i
<liserahk.an kepada pemimpin-pemimpin perkebunan-perkebunan
bcsar sendiri yang berkedudukan di Jawa. Dnegan demikian
ekonorni Hindia Belanda makin dikuasai Jleh kepentingan-
ke pentingan kapitalis-finansiil di negeri Belanda, sedang kan para
pionir yang telah merintis pembukaan Hindia-Belanda bagi usaha
dan modal swasta kuranglebih d ua dasawa.rsa yang lalu mulai
J icaplo k oleh kepentingan-kcpen tingan kapi t..ilis besar di negeri
Be!anda. Sebagai pengganti pengusaha-pe ngu. aha perornngan rni
<>ete la h tah un 1885 mulai bennunculan perusahaan-perusahaan

J.S Fur nivall. Op.Ctr. 19 0 -<l'l

r~u.sasa yang berbc:m uk perseroan-perseroan cerbata.s v;, ng , r ..
nu1a saling berkai[.J.n_ ~ ·

'.•Ltr.K..l" bi: <,<lf perusat1,,an-perusahaa'1 rJ K·>as;1. ,,~,-

•,e·.J'"uL~ .-in ·i; f"'el!..:n Bc:anua. teldPl l-..an.ing-Kaua11~ : ,_

.:-iegara-negarn Eropa IJJnnya. 0·.;!npn uem1klail ::Konorn

Bdanda tiUJk l.lgi bersitat 11:J1v1dualis. waiau Pun ma>ir.
oersir'at !cwnai.13. malahan ~crsi fat lebin bpitc'.J1S. J·.1;.'.),.' d
:il~i'ur abad KesemoJ.lanbeias proses perombakan ek.ononL _-· .L,

l3eianda dari suatu s1stim merkantilisme-negara Kc s1su1i' .ner' c
uhsme-perusallaan oesar dapar J1i<at:ikan telan s~k:.3i

4. Keadaan EKonomi Pendw.wk inaonesza

Jika perkebunan-perkeounan besar di Jawa berkemoan,,;
dengan pesat di dalam a1am L1 beral, yang sangaI men gun rung k;n,
pihak swasta Befanda mau pun pemenntah kolomaL mak::. .:]1 1:.u ,,
pihak tmgkar kesejahteraan orang-orang Indonesia <.ii Jawa maiu. .
munJ.ur. Pada akhir masa Liberal menJad1 semak.in 1e!as ban\.\. ..
ram alan dan harapan penganut-penganut Liberal bahwa s1sr ~1,
ckonomi Liberal akan membawa kemakmuran yang iebin tmgf:,J
bagi orang-orang Indonesia. tidak tervn1jud , meskipun mere;.,,
kuranglebih setcngah abad y ang Ialu telah mengecam denga ;"
oedas sistim tanam·paksa sebagai suatu sistim yang han·,
rnembawa kemelaratan dan kesengsaraan bagi penduduk di J ;rn-2.
Penelitian Widjojo Nitisastro mengenai pertumbuhan pendu,iur:.
di Indonesia te lah memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk Jawa setelah tahun J880 telah menurnn dibam1in£T
dengan rnasa sebelurr.n y:i. 30

Akan tetapi di lam pihak :ingka-angka yang tersedia m ecge-
nai produksi bahan makanan memperlihatkan bahwu kenaikar.
produksi ini malahan lebih rendah lagi dari pada kenaikan jun1!al1
penduduk. Di lain pihak perkembangan pesat dari perkebunari·
perkebunan besar Barat te!ah menjamin bahwa produks1 tan am·
an-tanaman export meningkat secara mantap

- t'. Cuffflrt.1 (;.eeni:~ .4 gr:culluraJ ln.voluti<.Jn, L;n1\lers1ty uf t.:ilifo r not Y!C::-i!i l -1t-._•
34 - ~·

-~

_.,_

j ·•"':..,:

'I

Pcn u· .buhan nenau-iuk 11uJau J ;i wa '.•an:; beri-il;in lehih
G1' .it Ll:m · . ia :iern .1r.:O ulun nrodt!ks1 h::l·.rn maKana r•. khusus-

-~'~!i ~ rnt rc1r ~·'Ln2.11·r1 e-)\,.r.;o un:n 1 --~~; 1r S\.'k f i1 r~-:1··un ~~5 j l.L.!'1

'"c•n r .1w .t "en21 r ::i1 1'ur.1k b.111.J o~n·.1udu< l l\'-J ;;..t re1 i 1 renvc..,--
r·t~1:·1 orer:~\t perl-.cbu n an-perk.~1.'·1nan tm ·'•. ~·,ni p•:l:J ;'c'ii\Llilr~:'
~:1 i':::m::nas •1:::;, ra1ll pernJnci c.il, fow a . l1:11k • .n ;: "1-?r i r.i .• ~).1h b':-1

'\, ...~:...:!J3(lr .. l kt~K e i'UlL! 1 '\ lil,i U ,~ltl! \'J.n g Ct' ~· J St..' W'.1 ,. ....1~111 . J1;·, .!.

r-: nUUdU"-. J..i wa Se l'J fJ rata-rata !Tlemperr>!c 1 ['t::mi-ay·.J.r,.rn U11L •.
~e wa tanan -:ehanyak f.-+2.4X L•ntuk saru ·.itrn ~ebm 1 Sish·1
Tanarn-pa K-;a, maka pada tahun ! LJQO ar:f.!KJ ir.i rda11 mennr-1n
sampai f. 25 untuk s:.>ru bahu. 11

Dem1kian pl:'.J up:fr tebi: mcr.urun .e n;J..:: p ·.-~.ir ~et•.:Lth
k.ns1s tah un 1885. seperti terbu~ti pula J . ri h:..sil suatu peny,'-

lid ik:rn yari::: telah J il<Jkubn oleh .l-fznder e Hiefm::.rts Commissic
( Panitya Kemakmur:rn · .t rg t.Iah menuru:i ~uaru pan1tya resn i
yang telah di tunjuk oleh pernaintah kolo n :il untuk rnen ydid iki
keadaan k\:!sei.'.lhteraan r:endud11k fawJ.

i.Ji samping pcndaparan yang be rku ru ·!< d <:in peker.iaan Ji
perk('t: 1Jnan-per kebunan besar dan penye waan t.mah kep;;Ju
oerkebunan-perkebunan im. pen<luduk J..i wa JUga m~ngnfarn i
peni..:1utan dalam penghasi1an yang diperold 1Lm ke g1a Ldn-kq~ut­
-:tr. traJisionil. seperti kerajinan rangan . ~ba~ai ak1bar tmp<Jrt
bJ rang-bar:rng Jan luar negen yang leb . L.:;1~gul d.m ~!a lh
hasil-k~':iil kerajin3n Langan. Di .~<im ping rn1 peni bangun'..l r j;:Jan-
:..;lan i-..eretd·api Lli pulau Jawa juga ITil!l1gJ kibaIK311 rcnClU(d!l
J.liam pengilasiJan yang diperoleh penduJUK Jawa Jari f'ellgan~­

ku tan barang-barang Jengan gerobag. Kerruskrnan yang ,iide-rit.i
penduduk Ja wa dengan demikian untuk s~ o a~ian besar 1..hsebab-
kan oleh penganggur:rn Jan kckurangan kesempalan keri:J y:rng
altcrnatif.

Kemakmuran yang li:oih renda h dari p< 1dud uk J:.t •,1,-·a antar:.t
i.un dapat Jilihat d:i.n angka~angka import t1J ang-b:irang k·) nsurn -
s1. ':il!Pert1 barang-baran g textil. yam; relah b·'rkurang pauJ akhi r
.J naJ kc<;crn bil:Jn be, c:.s di :, :11~ d 1n ~ ,L: rn~J n t ,_, u n-un ll ll ,,.•• '-, l•_:1 i,

nya. Demikian puJa import ba han makanan, terutama beras . Lelah
banyak berkurang diban<ling dengan perkngahau abad k.esern-
b1lanbelas. Hal ini jelas dari angka-angka bcrikul. Dalarn tahun
! 875 import bahan textil (kapas) dan beras berJUmlah f. 59 .9
ju ta, akan tetapi <la1am tahu~ 1900 import kedua barang i.m-
hanya ~rjumiah f. 53 juta wa1aupun penduduk orang-orang
Indonesia telah mcningkat dengan kuranglebih I 0 juta sdama
seperempat abad ini. Di lain pihak import barang-barang bagi
penduduk Eropa sclama masa yang sama telah mening:.kat dari f.
5.9. juta sampai f. 26./ juta. 3 ~

Menurut penyelidikan yang dilakukan olel:!.. Mindere Wel-

vaarts Cummissie ditaksir bahwa pada awal abad k!!uuapuluh

pendapatan rata-rata dari suatu rumahtangga di Jawa hanya
berjumlah f.80 untuk satu tahun. Dari jumlah ini kurang lebih
f.16 harus dibayar kepada pemcrintah sebagai pajak.

Kemakmuran yang telah menurun dari penduduk Jawa
disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama-tarna. kita melihat
bahwa jumlah penduduk Jawa telah meningkat dengan sangat
pesat dalam abad kesembilanbelas. Pertumbuhan pendu<luk yang
pesat ini relah mengaki0atkan bahwa perbandingan antara jurnlah
pendudu.k (faktor produksi tanah) yang terbatas di lain pihak
tidak lagi seirnbang, sehingga akhirnya sebagai akibat "hukum
pertambahan hasil yang makin berkurang" (law of diminishing

·returns) , kenaikan produksi pertanian berkurang. Perkembangan

produksi pertanian yang tidak rnenguntungkan ini juga tidak
dapat diubah dengan penggunaan peralatan pertanian yang lebih
efisien berhubung para petani rata-rata sangat kekurangan modal
sebagai aldbat kemiskinan mereka. Lagi pula, sebagai sistim
tanam-paksa dan pekerjaan rodi yang sering harus dilakukan
untuk pejabat-pejabat pemerintah kolonial maupun untuk para
kepala mereka sendiri. para petani tentu saja tidak mempunyai
motivasi kuat untuk bekerja keras karena mereka tahu bahwa
hasil pekerjaan keras ·mereka akhirnya tidak dapat mereka
nikmati se ndiri, :ikan tctapi akan diambil oleh pemerintah
kolonial atau kepa1a-kepa1a mereka sendiri. Faktor ketiga yang
dapat menerangkan kemiskinan penduduk Jawa pada akhir
zarnan liberal adalah politik pemeri.ntah kolonial terhadap pulau
Jaw a.

l b~t.1 . :~ t 5 16 .

10~

Seperti telah dikemukakan oleh Gonggr11 p, maka selama
abad .kesembiJan belas Jawa harus menanggung burden of em pire.
artinya Jawa harus menanggung beban finans1il untuk daerah-
daerah lain di kepulauan Indonesia yang clikuasai Belanda. 33
Selama abad kesembilanbelas pemerintah Hind1a Belanda meng-
anut politik 'tidak campurtangan' (onthoudingspolitick) krhadap
daerah-daerah di luar ]lfwa yang berada di bawah kekuasaannya.
Sebagai aki bat politik ini beban finansiil untuk mcmerintah
dacrah-daerah ini, walaupun dilakukan secara tidak langsung,
terpaksa ditanggung oleh Jawa, haJ mana berarti bah wa pen-
duduk Ja walah yang harus menanggung segJla · beban untuk
mengatur dan memerintah daercth-daerah koloni di luar Jawa.
Dengan demikian dana-dana yang te~edia dari penghasilan.
export tanaman-tanaman Jawa tidak diperguna an oleh pernerin-
tah Hindia Belanda untuk kesejahteraan pendud uk Jawa sendiri,
akan tetapi untuk membiayai biaya pemcri ntahan daerah-daerah
koloni di luar Jawa. Di samping ini pada hake katnya pemluduk
Jawa juga membiayai segala perang koloniaJ yang <lilakukan oleh
pemerintah Hindia Belanda unt uk menguasai daerah-daerah
lainnya di kepulauan Indonesia yang belum di kuasat Belanda.
khususnya Aceh. Perang koloniaJ terhadap Aceh memakan biaya
yang berjum lah jutaan gulden yang untuk se bagian terbesar
ditanggung oleh penduduk Jawa. Dapat dibayangkan bagaimana
efeknya terhadap kesejahteraan rakyat di Jawa andaikata j.umlah
dana yang besar. ini dipergunakan pemerintah Hindia Belanda
untuk mcningkatkan kesejahteraan penduduk Jawa ·ctan bukan
un.tuk tujuan-tujuan destruktif. seperti perang koloniaJ.

Faktor keempat yang dapat menerangkan kemiskinan pen-
duduk Jawa pada akhir abad kesem bilanbelas adalah sistim
perpajakan yang sangat regresif. artinya sangat" memberat.kan
golongan yang berpendapatan rendah, yang untuk bagian yang
tcrbesar terdiri dari orang-orang ·Indonesia pribwni, akan tetapi di
lain pihak sangat meringankan golongan yang berpendapatan
tinggi, yang untuk sebagian besar terdiri atas orang-orang Eropa.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki perkebunan-perkebunan
besar di Jawa.. tidak membayar banyak pajak meskipun meFeka
memperole.h la~ ya~g tinggi- dari penjualan tanaman-dagangan

33. G.Gongrijp: Op.Ch., 156.

103

lndonc~ia <li pasaran dunia. Demikian pula peg;.iwai-pegawai

pcmerintahan kolonial tidak atau hanya scdikit membayar pajak

pendapatan. Satu-satunya golongan yang diwajibkan mernbayar

pajak langsung kepada pemerintah kolonial adalah para petani

yang merupa.kan golongan terbesar. Dengan demikfan bukan

pemerintah kolonial yang berbuat sesuatu untuk kesejahteraan

rakyat Indonesia, akan tetapi justru sebaliknya rakyat Indonesia

dipaksakan untuk mernbantu pemeri.ntah kolonial dalam men-

jalanlan politik kolonisasinya di Indonesia. Lagi pula, seperti

telah dikemukakan di atas penghapusan tanam-paksa di Indonesia

sekitar tahun 1870 tida.k berarti penghapusan kebijaksanaan

saldo untung tbarig slot) dari pemerintah Hindia Belanda.

Artinya, surplus dalam anggaran belanja pemerintah Hindia

Belanda tidak digunakan untulc meningkatkan kesejahteraan

rakyat di Jawa, akan tetapi seperti sediakala ditransfcr ke Negeri

Belanda. Misalnya antan1. tahun 1867 dan 1877 pemerintah

Hindia Belanda telah mentransfer tidak kurang dari f. 151 juta ke

Negeri Belanda, suatu jumlah yang sangat tinggi untuk waktu
itu. 34

Dana~dana pemerintah kolonial yang dapat digunakan untuk

membangun prasarana-prasara.na, seperti waduk-waduk untuk

irigasi, terbatas sekali karena dana~dana yang tersedia diperguna-

kan untuk tujuan-tujuan lain, seperti pembiayaan perang Aceh,

sedangkan surplus penerimaan atas pengeluaran pemerintah

ko!onial ditransfer ke luar negeri.

Faktor kelima yang telah menyebabkan kemak.muran yang

berkurang dari penduduk Jawa adalah krisis yang telah dising-

gung di atas, yaitu yang te1ah me1anda perkebunan-perkebunan

besar sekitar tahun 1885. Seperti telah dikemukakan di atas,

kejadian ini telah mendorong perkebunan-perkebunan besar di
Jawa untuk m~ngadakan penghematan-penghematan drastis yang

dicari dalam penekanan upah dan sewa tanah sampai tingkat yang

serendah mungkin. Hal ini mudah dilaksanakan karena golongan

yang terkena tindakan-tindakan penghematan ini, yaitu pen-

.duduk Jawa, secara ekonomis dan politik tidak berada dalam

kedudukan yang baik untuk mengadakan perlawanan. Paling

banyak mereka hanya dapat menyesuaikan diri dengan keadaan

yang sangat merugikan mereka. ··

34. I b Id, I 56 .

104

5. Pembangunan Prasarana

Selama zaman liberal pemerintah Hindia Belanda telah
membangun banyak prasarana untuk menunjang produksi tanam-
an-dagangan untuk export salahsatu prasarana yang terpenting
dalam hal ini adalah wadulc-waduk dan saluran-saluran irigasi
untuk peningkatan produktivitas tanah. Sebelum krisis tahun
1885 pemerintah Hindia Belanda relatif t1dak mcngeluarkan
banyak uang untuk pembangunan prasarana ini karena tidak
ingin mengunmgi saldo surplus (batlg slot) yang <lapat ditransfer
ke Negeri Bclanda. Akan tetapi setelah krisis menjadi jelas sekali
bahwa pemerintah kolonial perlu bertindak lebih giat untuk
membantu perkebunan-perkebunan besar yang terkena krisis ini.
Salahsatu tindakan penting dalam hal ini adalah pem~ngunan
sarana-sarana irigasi di pulau Jawa yang ditangarti oleh Departe-
men Pekerjaan Umum. Waiau pun sar.ma rrigasi ini terutama
dibangun untuk kepentingan perkebunan-perkebunan besar, na-
mun penduduk Jawa mcmang turut pula menarik manfaat dari
pembangunan sarana-sarana irigasi ini, khususnya di daerah:..
daerah pcrkebunan gula yang mcnyewa tanah dari para petani
atas dasar rotasi.

Di sam ping pembangunan sarma-sarana irigasi ini, selama
masa ini pcmerintah kolonial juga telah gia membangun jalan-
jalan raya. jaringan kereta-api. dan jembatan-jembatan. Pemba-
ngunan pekerjaan umum ini untuk sebagian besar dilaksanakan
dengan mcwajibkan penduduk setempat untuk melakukan peker-
jaan rodi. Jadi walau pun selama masa liberal pembangunan
sarana-s~rana irigasi mau pun sarana-sarana pengangkutan me-
mang berjalan dengan pcsat. namun di lain pihak beban pekerjaan
rodi yang harus dilakukan oleh penduduk Jawa adalah sangat
berat, malahan lebih berat lagi jika dibanding dengan masa-masa
sebelumnya. Di lain pihak pembangunan prasarana-prasarana ini
selama zam an liberal juga dilakukan atas skal a yang jauh lebih
besar dari pada sewaktu masa sistim tanam paksa, ferutama
sarana-sarana iriglfsi. Setelah tahun 1885 Departemen Pekerjaan
Umum dari pcmerintah Hindia Belanda men drrikan suatu bagian
khusus yang dinamakan 'Brigade Irigasi' yang merencanakan dan
mela.ksana kan program pembangunan .sarana-sarana irigasi di
pulau Jaw a yang bcrskala besar. Di sam ping pembangunan

105

sarana-sarana irigasi yang baru. 'Brigade lrigasi' ini juga ditugas-
kan untuk memperbaiki sarana-sarana irigasi yang sudah tua. 3 ~

Jalan-jalan kercta api yang pertarna dibangun antara Se-
marang dan daernh kcsultanan ( Vorstenlanden) serta antara
Batavia dan Bogor. Pembangunan kedua jalan kereta api yang
pertarna ini diselesaikan dalam tahun 1873 dan tcrutama di-
maksud.kan untuk membuka daerah-daerah pedalaman Jawa dan
menghubungi dacrah perkebunan besar yang kebanyakan terletak
di dacra~ pedalanlan clcngan kota-kota pelabuhan yang terdekat .
yaitu Batavia di Jawa Barat dan Semarang di Jawa Tengah.
Demikian pula dalarn tabun 1873 pemcrintah Hindia Belanda
memulai dengan pembangunan jaJan kereta-api antara Surabaya
dan kota Malang yang merupakan pusat penting dari perkebun-
an-perkebunan besar di daerah Jawa Timur. JcJaslah kiranya
bahwa ·pembangunan jaringan jalan-jalan kereta-api di pulau Jawa
terutama terdorong oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi;
khususnya kepentingan-kepentingan perkebunan-perkebunan be-
sar. Perkembangan jaringan kereta-api ini berjalan dengan pesat
sekali, seperti terlihat dari angka-angka berikut. Kedua jalan
kereta api yang pertama dibuka dalam tahun 1873 seluruhnya
hanya meliputi jarak kurangJebih 250 km, akan tetapi pada akhir
zaman liberal seluruh jaringan jalan kereta-api, baik yang di-
bangun oleh pemerintah kolonial maupun oleh pihak swasta.
yaitu p~usahaan-perusahaan Eropa. telah meliputi jarak kurang
lebih 3.000 km. 36

Sementara jaringan kcreta api sedang dibangun di Jawa.
pcmerintah kolonial juga sibuk membangun jaringan jalan ke-
reta-api di beberapa daerah di luar Jawa yang berada di bawah
kekuasaannya, atau yang ingin clikuasainya, seperti di Aceh dan
Sumatra Barat. Dalam hal pembangunan jaringan ]alan kereta-api
ini pemerintah kolonial tidak saja terdorong oleh pertim bangan
ekonomi, tetapi juga oleh pcrtimbangan-pertim bangan politik
dan militer, khususnya dalam hal Act:h yang ingin ditaklukkannya
secepat mungkin. Dalam hal Sumatra Barat pertim bangannya
lebih bersifat ekonomi, karena. jalan kereta-api dibangun untuk
menghubungi kota Padang dengan tam bang-tam bang batubara di
- Ombilin, Sumatra Barat. Di daerah perkebunan-perkebunan besar

35 I b i d, I 59
36 . J.S . Furnivall.Op Cit.. 32 9

106

di Sumatra Timur yang telah <libuka sejak t ah un 1863. maskapai
Tem oakau Deli ((Deli Tabak J!aat.~cha111,ij) yang telah mcng-
usaha kan pe rkeb unan-perkebunan tembakau di daerah tersebut
juga mengambil prakarsa untuk membangun jalan kereta-api
<lalam tahun I 883 .

Dengan dcmikian pada akhir tahun zam an liberal di bcbe-
rapu daerah pula u Sumatra telah dibangun janngan jalan kereta
api yang seluruhnya mcliputi jarak kurang Jebih 400 km . 37

Pembangunan jalan kcrcta-api di Sumatra 111i cukup menge-
sankan, waJau pun masih jauh terbe!akang dibailding dengan
pembangunan jalan kereta-api di Jawa. Di pulau-pulau lain tidak
dilakukan pcrnbangunan jalan kcrcta-api.

Perdagangan export yang makin meningkat dari Hindia
Belanda telah mendorong pula pengangkutan Jaut dan dengan
demikian tda h meningkatkan pula kebutuhan akan suatu armada
kapal yang dengan cepat dapat mengangkut barang-barang export
lmlonesia ke pasaran dunia maupun dapat m engurus lalulintas
barang yang ma kin meningkat antara berbaga1 daerah di Indo-
nesia. Sungguhpun demikian pihak Bdanda Ja m bat sckali dalam
m\!mbangun suatu armada kapal yang dapat mcmdihara pcr-
hubungan taut di perairan lndom:sia dan lcbih su ka men!?gantung-
kan diri pada kapal· kapai lnggris. Baru dala m tahu11 1888
pemerintah Ilind ia Belanda mcndirikan scbuah perusahaan ya ng
mengunis pt!rhulrungan laut antar-daerah di Indonesia. y'afru
Koninklijke Paketmart Maatscha11pij ( KPM ) yang kemi.tdian
memperolch monopoli untuk pengangkutan la u t di Indonesia . ]8

P.engangkutan laut yang makin meningka t telah menimbul-
kan pula kebutulian akan pelabuhan-pelabuhan laut· yang modern
dan etisien. Dalam tahun 18 72 pemerintah Hindia Belanda mulai
dcngan pembangunan suatu pdabuhan laut yang baru di Tanjung
Priok yang baru selesai dalam tah un 1893. Demikian pu la di
tempat-tempat lain dibangun pelabuhan-pelabuhan baru, seperti
Belawan di Sumatra Timur. Emmalza~'L"'1l (Te!uk Bayur) di
Padang, Sumatra Barat clan Cilacap di pantai Selatan, Jawa
Tengah.

J 7 I ro id.. .12~
Ji\ l;. l Allen &. :\.l;.ounnoclwrn~. Western En terprise ill /11do11eslu Jnd .~fala.1·a.

107

LJ, :o. •.i!nplllg. pc- mbangunan prasarana fis1k, pemerintah Hm-
du .Bci;rnda :,..:lama zai1!i:ill libtral juga lebih giat mengusaha.kan
pemb;mgumrn prasarana sos1dl, khususnya lembaga-lernbaga pen-
di<likun bagi pemluduk Indonesia. Memang sebelum zaman
liberal, pemerintah HinJia Belanda secara terbatas telah mem-
buka beberapa sekolah bagi anak-anak para bupati dan pejabat
tinggi lainnya. Di sampmg usaha pemcrintah kolonial, missiona-
ris-mis:ilonaris Kristen Protestan dan Roma-Katolik dari Negeri
Belanda telah membuka sekoJah-s\!kolah bagi penduduk Ind~
nesia, akan tetapi hanya di Jaerah-daerah di mana penduduk
tidak menganut agama Islam. seperti di daerah kepulauan Maluku
Jan Nusatenggara Timur. Pernerintah koloni..l tidak mengizinkan
missi-missi K;risten Protestan dan Katolik untuk mem buka
sckolah-sc: kolah bagi pcnduduk Indonesia di daerah-daerah pen-
duduk beragama lslam, karena takut menimbulkan kesulitcµi-
kcsulitan dan pertentangan agama.

Barn selarna .z<1man liberal sistim pendidikan bagi penduduk
InJoncsia rnengalami p·erkcmbangan yang lebih pesat, suatu hal
yang memang mem.:t:rminkan sikap Kaum Liberal menge!lai
pt!nlingnya penyebaran pendidikan bagi kalangan luas di masya-
rakat. Dengan dibukanya jabatan-jabatan yang Jebih tinggi dalarn
administnisi pc1ncrintahan kolonial bagi orang·orang Indonesia
pribumi maupun orang-orang lndo-Eropa. maka kebutuhan akan
lembaga-lembaga p1..:ndidikan yang dapat memberikan latihan-
Jatitian dan pendii.likan scp.:rlunya bagi calon-calon· pegawai
pcmerintah, terus m~ningkat . Salahsatu perkembangan penting
yang mencerrninkan perhatian yang lebih besar dari pemerintah
kolonial terhadap pendidikan bagi golongan Indonesia priburni
a<lalah pengangkatan st:orang lnspektur bagi Pendidikan Pribumi,
yang kemudian Jiikuti oleh pendirian suatu Departemen Pendi-
dikan , Agama da~ Industri dalam tahun 1867. 39

Pengg:ibungan biclang-bidang Pendidikan tlan lndustri juga
mencem1inkan kayakinan pemerintah Hindia Bdanda bahwa
tcrdapat suaiu hubungan yang erat antara pendidikan dan
pc:rkemb:.rngan ekunomi si;:suatu negara. Pada mulanya sekolah-
sekolah yan)! i.libuka untuk murid-murid dari para bupati dan
pcm h2sar Indonesia Jainnya. namun secara lambat-laun pendidik-

J9.

• .turrn·.Jll,Op.LI/., Jib J -;

IUb

an juga meluas kepada anak-anak yang bukan berasal dari
kalangan ningrat dan pembesar-pem besar Indonesia. Perkem bang-
an pendidikan di Indonesia antara lain ternya a dari angka-angka
jumlah sekolah di Indonesia dalam tahun 882 yang khusus
diperuntukkan rnurid-murid Indonesia. yaitu urang le bih 300 di
Jawa dan kurana lebih 400 di daerah-daerah luar Jawa. Jurnlah
murid yang menghadiri sekolah-sekolah ini ad alah kuranglebih
40.000. 40

Meskipun secara sepintaslalu angka ini kelihatan banyak,
namun diband.ing dengan jumlah penduduk Indonesia yang
menjelang akhir zaman liberal berjumlal1 kurang lebih 30 juta,
angka di atas tidak mengesankan. Di samping be berapa ribu orang
Indonesia yang bisa membaca dan menulis, mayoritas terbesar
dari rakyat Indonesia adalah buta huruf. Jum lah murid-murid
Indonesia yang diperkenankan untuk menghadiri sekolah-
sekolah, yang sebenarnya hanya terbuka untuk murid-murid
Eropa lebih kecil lagi, yaitu hanya 2.000 orang dalam tahun
1900. Dengan dernikian orang-orang Indonesia yang sanggup
membaca dan berbicara bahasa Belanda hanya terbatas sekali.
Setelah tamat sekolah-sekolah Eropa ini, merekapun paling-paling
dapat mengharapkan kedudukan yang relatif rendah dalam
hierarki pemerintahan Hindia Belanda.

6. Expansi Belanda ke Daerah-daerah Luar Jawa

Selama dasawarsa-dasawarsa pertama dari abad ke 19
pemerintah Hindia Belanda pada umumnya tidak·meli batkan diri
dengan -Oaerah-daerah di luar Jawa, terkecuali beberapa daerah
yang memang lebih dahulu jatuh di bawah kekuasaan Belanda,
seperti kepulauan Maluku, daerah kecil sekltar Ujungpandang
Sulawesi Selatan, daerah sekitar kota Banjarmasin, Bengkulu
yang telah diserahkan oleh Inggris kepada Belanda dalam tah,un
1824 dalarn rangka perjanjian London, dan Sumatra Barat di
mana . perlawanan golongan Padri terhadap agresi Belanda dapat
dipatahkan oleh Belanda dalam tahun 183 7 Salahsatu faktor
penting ·yang dapat menerangkan keengganan pemerintah Hindia
Belanda un tuk melibatkan diri terlalu banyak dengan daerah-
daerah luar Jawa adalah pengalarnannya yang buruk selama
Perang Jawa (1 825 - I 830) yang mengajarkan kepadanya untuk

40 fl>id., 220.

I:- •l

tiuak melakukan usaha-usaha untuk merubah tatasusunan masya-
rakat~masyarakat Indonesia. Di samping pertimbangan ini Belan-
da memang tidak begitu berrninat untuk mengadakan expansi
teritorial ke daerah-daerah luar Jawa karena ingin mernusatkan
segala perhatian kepada Jawa yang sejak tahun 1830 telah
menjelma sebagai suatu daerdh koloni yang menghasilkan banyak
keuntungan bagi Belanda. Keterlibatan dengan daerah-daerah luar
Jawa hanya terjacli secara insidentil, misalnya jika diadakan
expedisi militer terhadap beberapa daerah untuk menumpas
perompakan di laut.

Keterlibatan Belanda yang lebih intensif dalam urusan-urus-
an daerah luar Jawa ba.ru terjadi setelah mereka menyadari bahwa
suatu politik yang hanya mengutamakan kedauJatan nominal
Belanda atas daerah-daerah luar Jawa akhirnya dapat mengancam
kedudukan dan hegemoni Belanda di kepulauan Indonesia.
Kejadian yang rnencetuskan kekhawatiran Belanda adalah·kegiat-
an Raja Brooke, seorang petualang Inggris, di Sarawak yang
mengangkat dirinya menjadi raja dari Sarawak.

Akan tetapi faktor terpenting yang akhirnya mendorong
Bel.anda untuk melepaskan 'politik tidak campurtangan' dalam
urusan-urnsan daerah luar Jawa dan rnemulai dengan expansi
teritorial ke daerah-daerah ini adalah penemuan bahan-bahan
mineral yang berharga di daerah-daerah ini, seperti misalnya

timah di pulau-pulau Bangka. Belitung dan Singkep, batubara di
daerah Ombilin, Sumatra Barat, emas di K:ilimantan Barat, dan
Batubara di Kalimantan Tenggara. 41

Bahan-bahan mineral ini menjadi penting dalam abad ke 19
bertalian dengan proses industrialisasi yang sedang berjalan di
negara-negara Eropa Barat, termasuk negeri Belanda dan peng-
gunaan bahan-bahan mineral ini sebagai bahan baku bagi produk-
si berbagai macam barang jadi.

Usaha militer Belanda yang terpenting dalam daerah-daerah
luar Jawa adalah usaha penaklukan kesultanan Aceh yang dimulai
dalam tahun 1873. Di samping pertimbangan-pertimbangan
politik dan militer untuk mena.klukkan Aceh, Belanda juga
terdorong oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi, k.hususnya
pengamanan kepentingan pengusaha-pengusaha yang telah mem-

W. F . W~ r:he 1 m. Op Cit.. 6 3 .

l J0

buka perkebunan-perkebunan tembakau yang besar di daerah
Deli, Sumatra Timur, sejak tahun 1863. Daerah ini dalam waktu
yang relatif singkat berkembang menjadi daerah perkebunan yang
terbesar dan terpenting di seluruh wilayah Hindia Belanda, dan
oleh karena itu tidak mengherankan bahwa Belanda mempun yai
kepentingan besar dalam menjamin agar daerah penghasil penda-
patan export tidak diganggu-ganggu oleh ancaman orang-orang
asing Iainnya maupun orang-orang lndones~a. Dengan penak1ukan
Aceh pada akhir abad ke 19 Belanda kuranglebih telah berhasif
mencapa.i supremasi di kepulauan Indonesia yang .da pat tliper-
tahankan sampai serangan Jepang c.l alam ta u n 1942.

7. Perkembangan Daerah Perkebunan di Su matra Timur

Mesk.ipun Belanda menjelang akh ir abad ke 19 telah mul.:1 i
membu ka berbagai daerah di luar Jawa untuk exploatasi ekono-
mi, namun di antara berbagai daerah ini 1dak ada satu daera h
yang berkembang begitu pesat seperti Jaerah Pantai rimur

sSumatra, yang selama zaman kolonial ter ken a1 s~ bagai S11 mutra

Oostkwt. Berhubung dengan hal ini da...Im halaman-halam an
yang berikut akan dituturkan secara ~i n kat scjarah ekonomi

Sumatra Timur sebagai suatu daerah pro t o type koloni y a1.1 g
dieksploatasi secara khusus untuk kepen tin an m od al Bar::it.

Pada pertengahan abad ke 19 daerah yang kem udian
menjadi tersohor sebagai daer.th Pantai Timur Sumatra masih
merupakan suatu daerah terpencil dan terbelakang yang tidak
dikenal samasekali. Tidak mengherankan bahwa. pa<la waktu itu
tidak ada sesuatu orang pun yang akan me nduga bahwa daerah
ini dalarn waktu kurang dari setengah abad akan mengalami
perkembangan yang demikian pesat sehingga orang sering menye-

but daerah ini "Amerika Hindia" (lndie 's Amerika). 42

PermuJaan perkembangan ekonomi uang pesat terjadi se-
waktu Jacob Nienhuis, seorang pengusaha perkebunan Belarida,
mengunjungi pantai timur Sumatra Utara untuk menyelidik.i
kemungkinan-kemungkinan untuk menanam tern bakau di daerah

41 Uralan aeltlnjutn ya men1enai perkemba ngan Sum atra Timur ini di~sarkan ala•
tesis Thee Klan Wi•. P1411mtton Agrtculru,.., '""' E x pvrl Growth : An El'onomic
Hlztory of Eut Sutn11t"1. 1863 - 1942, (Ph.O.the•i.1. University or Wisconsin .
19&9 , tidak diterbitbn) Li hat juga ; F,ncyclo pedisch Bureau , Sumatera 's
Oo:trluut, W•ltevr.den 19 I 9 - 1l 7.

1JI

ini Perusahaan yang mempekerjakan Nienhuis telah mendengar
dari Abdullah, seorang Arab yang bekerja pada Sultan Deli.
bahwa mutu tembakau yang ditanam oleh penduduk setempat
adalah tinggi sekali Dalam kunjungan yang pertama ke Sumatra
Timur Nienhuis telah melihat bahwa Abdullah tidak membesar-
besarkan mutu tembakau tersebut, artinya ia telah mendapati
bahwa mutu tembakau yang ditanam oleh penduduk Deli
memang tinggi ·sekali. Meskipun demikian Nienhuis juga cepat
menyad'ari bahwa jumlah ternbakau yang ditanam penduduk
setempat terlarnpau kecil untu.k mengadakan perdagangan tem-
bakau yang menguntungkan. Oleh sebab ini Nienhuis berusaha
untu.k menanam sendiri tembakau setelah ia rnemperoleh suatu
konsensi tanah dari Sultan Deli.

Kesulitan pertama yang dihadapi Nienhuis dalam rnenanam
tembaka\l adalah masalah tenaga kerja. Berbeda dengan keadaan
di Jawa di mana perkebunan-perkebunan besar dengan rnudah
dapat menarik penduduk setempat u.ntuk bekerja pada perkebun-
an-perkebunan tersebut, Nienhuis mengalami banyak kesulitan
dalarn menarik tenaga kerja yang bersedia bekerja pada perkebun-
~unya. Oleh sebab itu Nienhuis terpaksa pergi ke Penang untuk
rnempekerjakan orang-orang Cina. Kunjungan ini berhasi1 dan
dalam tahun 1865 Nienhuis sudah berhasil untuk memperoleh .
hasil panen sebanyak 189 bal daun tembakau yang dapat dijual
dengan mudah di negeri Belanda dengan harga yang tinggi.

Keberhasilan Nienhuis dalam rnenanam tembakau di Deli
atas dasar kornersiil dengan cepat menarik perhatian kalangan-
kalangan pengusaha di Eropa dan beberapa perusahaan besar di
negeri Belanda mulai merencanakan untuk m·enanam modal
mere.lea dalam perkebunan-perkebunan tembakau di Deli. Per-
usahaan Dagang Nederland (Nederlandse Handel Maatschappij
atau NHM) yang telah didirikan oleh Raja Willem I menaruh
perhatian besar pada usaha Nienhuis dan dalam tahun 1869
perusahaan ini menanarn modalnya dalarn suatu perusahaan baru
yang diberi . nama Perusahaari Deli (Deli Maatschappij) yang
- dikepalai oleh Nienhuis sendiri. Perusahaan-perusahaan lain ke-
mudian juga menyusul karena mereka terutama tertarik oleh
harga tinggi yang dapat diperoleh tern bakau Deli di pasaran
dunia. Oleh karena tanah di daerah Sumatra Timur dapat
diperoleh dengan mudah dari para sultan daenh tcr:·:-t..;t .t:.s

i1 )

,l~

das:1r ko nsesi , maka harga yang t ing_~ yang dapat diperokh
tembakau Deli di pasaran dunia dapa t menjamin keuntunga n
yang besar bagi perusahaan-perusahaan yang menanam mo<lal
mereka dalam perk-ebunan-perkebunan tembakau ini. Sultan-
sultan Me layu di daerah Sumatra Tim ur dengan mudah dapat
menyediakan tanah atas dasar konsesi kepada perkebunan-
perkebunan besar karena daerah Sumatra Timur adalah suatu
daerah yang untuk sebagian besar terdin atas hutan lebat yang
hanya didiarni oleh sedikit orang. Tidak mengherankan bahwa
dengan demikian para sultan bersedia mem berikan konsesi-
konses1 tanah dengan pernbayaran suatu JUmlah tertentu sebagai
im.balan dari perkebunan-perkebunan besar.

Penanaman ternbakau yang rnenguntung.kan sekali serta
tersedianya tanah yang murah berhasil m enarik main banyak
modal, sehingga Sumatra Timur mengalami suatu perkembaJJgan
yang sangat pesat dan mungkin unik dalam sejarah kolonial mana
pun juga. Kuranglebih duapuluh lirnat ahun setelah Nienhuis
untuk pertama kali mcmbuka perkebunan tembakau di Deli,
topografi Sumatra Timur berubah sarnasekali dari keadaan
se mula, dan telah menjelma menjadi suatu uaerah perkebunan
besar yang menyusur pantai Sumatra T im ur sepanjang 200 km .4 3

Pengalaman yang diperoleh perke bunan-perkebuna n tem-
bakau tel ah menunjukkan bahwa mutu tinggi dari tembakau
da un Deli yang tersohor di pasaran du nia memerlukan kondisi
tanah yang baik yang hanya dapat dipertahankan jika tanah yang
ditanami itu hanya dipakai selama satu tahun dalam suatu sikJus
penanaman ternbakau dari dclapan tah un atau kadang-kadang
lebih lama lagi jika keadaan tanah tidak begitu baik. 44

Dengan demikian perke bwian-perkebu nan temb~kau, seper-
ti juga halnya dengan para petani setempat, mel aksana kan
pertanian ladang (shifting cultivation ), di mana perusahaan
tembakau tiap tahun berpindah ke suatu bidang tanah yang baru
untuk menanam tanaman tern bakau yang baru . Hal ini berarti
bahwa perkebunan-perkebunan tembakau juga mem erlukan luas
tanah yang paling sedikit delapan kali Jebih luas dari pada bidang
tanah yang ditanam dalam suatu tahun .tertentu. 45

4J R V3n de W3al , Richtli;n~n ooor een Omwilckt! lmgsplan 1·oor ar Ovostkust van
Stt,,,.~ra,. ( dlHrusi pa.da Sekolah T1n~g1 Per tania n Waacn mgcn 1959). J .

44 Allen & Dornithurn<" . Op. Cit.. 97 - 98 .
45 Karl Pdzer . " T he Agrarian Confli ct of Ea~t Su11J<1tra!', Pac1/k Affairs, June I 9 S 7.

hal. I SS .

113

Dengan dernikian penanaman tembakau rnerupakan suatu
sistirn pertaruan yang sangat extensif yang hanya dapat dilakukan
di suatu daerah yang relatif kosong dengan jumlah penduduk
yang kecil seperti halnya di Sumatra Timur pada abad ke 19.

Sistim pertani~n ternbakau yang sangat extensif itu menye-
babkan bahwa tanah di Sumatra Timur yang cocok untuk
penanaman tembakau lambat-laun rnenjadi langka, sehingga
prospektor-prospektor tanah mulai rnenjajagi kemungkinan-
kemungkinan penanaman tembakau di daerah-daerah di luar
daerah Deli, Serdang dan Langkat yang merupa.kan daerah inti
dari perkebunan-perkebunan iembakau di Sumatra Timur. Di
samping daerah-daerah sebelah selatan dan sebelah utara dari
daerah pantai timur Sumatra Utara, para prospektor tanah juga
menjajagi kemungkinan penanaman tembakau di Sumatra Se-
la.tan. Kalimantan Barat bahkan di Sabah. Akan tetapi segera
ternyata· bahwa keadaan tanah daerah-daerah ini tidak begitu
cocok untuk penanarnan tembakau Deli dengan sifatnya yang
khas itu, clan bahwa hanya daerah Pantai Timur Sumatra,
khususnya Deli, memiliki sifat tanah yang palL"'lg cocok untuk
tern bakati Deli. 46

8. Krisis Tembakau dari Tahun 189I
Selama dasawarsa delapan puluhan makin banyak perkebun-

an ternbakau dibuka di daerah-daerah Deli, Langkat, dan Ser-
dang. Dalam pada itu produksi ternbakau Deli meningkat dengan
pesat sebagai akibat harga-harga yang menguntungkan di pasaran
dunia. .Meskipun demikian pada akhir dasawarsa delapanpuluhan
mulai nampak tanda-tanda adanya kelebihan pro<luksi, terlebih-
lebih dalam tahun 1891 sewaktu panen tembakau ternyata
berjumlah 50.000 bal lebih banyak daripada tahun sebelumnya.
Sebagai akibat kelebihan produksi ini terjadi suatu krisis yang
mengakibatkan bahwa harga di pasaran dunia jatuh dengan lebih
dari 50 persen di bawah tingkat harga tahun sebelumnya.

Beberapa faktor dapat menerangkan krisis ini. Pertama-
tarna, pasaran dunia mengalarni kelebihan penawaran tembakau,
terutama karena kenaikan produksi tembakau Deli . Kedua,
dengan adanya undang-undang tarif bea masuk M<.;.Kinley, tarif

46 W .H .M . Schadee, Geschledenu van SumJJtra 's OoSTku.Jt.. Vol. II . Amsterdam ,
Ou•lkusr "an Sumatra lnstltut , 1918, 18'2 .

I 14

b~a llliVS uk ata:> import ccmbakau ke Am en b Serikat J inaik bn
J engan banyak, sehingga dalam tahun 1891 pe.mbdian tembakau
oleh Amerika tida.k terjadi. Dengan auanya ~rs~diaan tern bakau
di satu fihak dan pcngurangan pembelian tembakau di lain fihak
ti dak mengherankan bahwa suatu k.risis t em bakau bi.sa t~rjadi.

Salahsatu akibat dari krisis tahun 189 1 adalah ditutupnya
berbagai perkebunan tembakau. Antara tahun-tahun 1890 dan
1894 ti<lak kurang dari 25 perusahaan tem bakau yang memiliki
banyak perkebunan dibubarkan yang mcncapai tingkat rekord
dalam tahun 1890 dengan jumlah 236.323 bal jatuh sampai
tingkat produksi 144.689 bal dalam tahun 1892. 47

Krisis tahun 1891 menandakan berakhirnya tahap pertama
dari sejarah ekonomi Pantai Timur Sumatra. suatu tahap yang
dicirikan oleh pertumbuhan pesat dari produksi tembakau,
demikian pesat sehingga beberapa orang menggarn barkannya
sebagai pertumbuhan yang abnormal. Setelah krisis, suatu tahap
barn dimulai yang dapat digambarkan sebagai tahap konsolidasi.
Para spekulan yang banyak bcrgiat dalam perusahaan-perusahaan
tembaka u selarna tahap pertama meninggalkan Sumatra Timur
dan perke bunan-perkebwtan tembakau yang tetap bertambah
hanya dipimpin oleh pengusaha-pengusaha yang benar-benar
hanya berkepentingan dalam investasi yang sehat dalam per-
kebunan-perkebunan tembakau. Pengusaha-pengusaha ini ke-
mudian gi at berusaha untuk mengadakan rasionalisasi dalam
penanaman tembakau. antara lain dengan perbaikan metode-
metode produksi dan dengan mengada.kan penelitian ilmiah yang
ditujukan untuk memperbaiki mutu tembakau Deli yang memang
sudah tersohor rnutunya. Penelitian yang diada.kan untuk lebih

memperbaiJO mutu tembakau Deli dilakukan oleh Lernbaga
Penelitia.n Deli (D~lt Proef Station) yang didirikan oleh perhlrn-
punan Pengusaha-penguiaha perkebunan Deli (Deli Planters '
Vereniging) yaitu perhimpunan para pengusaha perkebunan

tern ba.kau di Sumatra Timur. Krisis t ahun 1891 juga telah
rnenyadarkan para pengusaha perkebu nan tem bakau bahwa
tembakau Deli hanya dapat ditanarn di beberapa daerah saja di
Deli, khususnya Deli, Langkat, dan Serdang, yang memiliki
kom binasi iklim dan tanah y ang khas yang tidak terdapat di

47 W .Wcs ierman , ~ Tabalcscu.ltuur op Sumatra's Ogsrlrust, Amsterd11m : J .M. .:le
Bussy. 1904, 4 .

115

tempaMempat lain di Sumatra Timur. Penanaman tembakau Deli
di tempat lain telah rnemeperlihatkan merosotnya mutu tem-
bakau Deli, sehingga tidak rnemiliki lagi sifat-sifat yang unggul
yang tersohor di seluruh dunia. Salahsatu akibat yang penting
dari krisis tahun 1891 adalah dikuranginya luas tanah yang
ditanami dengan tembakau.

9. Perkembangan Perkebunan-perkebunan Karel

Salahsatu akibat penting dari krisis tembakau tahun I 891

adalah peningkatan usa.ha untuk menanam tanaman-tanarnan

perdagangan baru yang mempunyai prospek export yang baik di

pasaran dunia. .Krisis tahun 189 I telah memcperlihatkan bahaya-
nya dari suatu ekonorni yang hanya tergantung dari satu-tanaman

saja (monoculture economy). Mula-mula diadakan usaha untuk

menanam kepi di daerah Serdang, akan tetapi persaingan dari

kopi Brasil mengakibatkan bahwa penanaman kopi tidak begitu

menguntungkan, sehingga setelah beberapa tahun dihentikan

samasekali.

Penanaman kopi juga tidak kelihatan menarik karena justru
itupada w~t~
pengusaha-pengusaha perkebunan besar seda:ng

me.~ .tl ai rnenanarn karet jenis Hevea Brasiliensis di perkebunan-

perk "~ i .._man mereka yang ternyata mempunyai prospek yang baik

seka11. Sewaktu penanaman karet ternyata menguntungkan se-

kali, banyak perkebunan kopi kemudian dijadikan perkebunan

kareL Daerah yang kemudian menjelma sebagai pusat penanaman

karet adalah daerah Serdalig, seperti juga Deli merupakan pusat

penanaman tembakau. Selama awal abad ke 19 berkem bang

dengJ.n sangat pesat, sehio_gga karet mt>njadi motor penggerak

ekonomi ctaerah .Sumatra r·iinur seperti juga halnya tern bakau

D~l{ .p.ernal'( menjad( motor penggerak daerah ini beberapa

dasawarsa yan~ lalu.

10. Masalah Tenaga Kerja
Suatu pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi Su-

matra Timur tidak bisa lcngkap tanpa pembahasan masalah
persediaan tenaga kerja yang J ihadapi pc rke bunan-perke bunan
besar di Sumatra Timur mulai sejak Jaer:ih ini t.libuka untuk
modal dan usaha Barat. Seperti telah disinggung di atas, Nienhuis
sen<..'.1ri ::-11dah mcngalam1 betapa sukarnya mem re roleh tenaga

1 l f)

l h1 1:. . •

kerja bagi perkebunan tembakau yang baru di bukanya, karena
penduduk setempat pada umurnnya tidak bersedia untuk bekerja
pada perkebunannya. Ditinjau dari segi eko nomi, keenganan
penduduk setempat untuk bekerja sebagai buruh perkebunan
dapat dimenge rti, karena dengan jumlah penduduk yang kecil
dan tersedianya tanah yang luas tidak terdapat perangsang
ekonorni. yang besar bagi mereka ini untuk menarnbah nafkahnya
dengan bekerja pada perkebunan-perkebunan besar sebagai buruh
tetap. Hal ini jelas berbeda sekali dengan kt.:adaan di Jawa di
mana tekanan penduduk Jawa untuk mencan tam bahan nafkah
dengan bekerja pada perkebunan-perkebunan besar.

Kekurangan tenaga kerja yang rnula-m ula <lialami oleh
Nienhuis dan para pengusaha perkebunan lainnya yang kernudian
menyusulnya, mendorong para pengusaha ini untuk menarik
tenaga kerja dari daerah-daerah lain. Selama tah un-tahun pertama
pengusaha-pengusaha perkebunan Deli berhasil menarik tenaga
kerja Cina yang diambil dari Penang dan Singapura melalui
perantara-perantara (broker) Cina. Usaha unt uk mempekerjakan
buroh-buruh Cina ini berhasil sekali sehingga dalam tahun 1871,
yaitu hanya delapan tahun setelah daeral1 Sumatra Timur dibuka
untuk investasi modal Barat, perkebunan-perke bunan tem bakau
di Deli sudah mempekerjakan kurang lebih 3.000 buruh Cina.

Dalarn pada itu usaha pengerahan tenaga kerja dengan sistim
perantara temyata mempunyai kelema.han dean kekurangan
karena menimbulkan banyak penyelewengan pada pihak per·
antara, yang sering menculik atau mem bujuk 1. alon buruk dengan
janji yang muluk-muluk untuk pergi ke Sumatra Timur tanpa
mer~ka. mengetahui keadaan sebenarnya di sa na. Di samping ini
pen.ge;ahah tenaga kerja melalui perantara juga mahal sekali,
karena perantara~'t>e·rantar.a ·ini' menuntut uang komisi yang
tinggi sekali untu k 'jasa' mereka.

Berhubung dengan kesulitan-kesulitan ini para pengusaha
perkeb~nan di Sumatra Timur mengambil keputusan untuk
mencari sendiri pekerja-pekerja di Negeri Cina. Seperti telah
<likemukakan di atas, para pengusaha perke bunan tembakau di
Sumatra Timur dalam tahun 1879 telah menggabungkan dir!
dalam Perhim punan Pengusaha-pengusaha Perkebunan Deli (Deli
Planters Vereniging atau DP V) dengan tujuan agar Perhimpunan
ini dapat menggarap berbagai masalah yang dihadapi pengusaha-

11 7

pcngusaha perkebuna11 ini. khususnya mengenai masalah t.:naga
kerja. Dalam Ital illi DPV dal.un tahun 1888 nH.:nllirikan suatu
Biro {migrasi (immigratte Bureau) untuk mcngurus secara lang-
sung seleksi calon pekerja di Ncgeri Cina dan pula pengangkutan
pckerja-pekerja yang diseleksi itu dari Negeri Cina ke Sumatra
Timur. Di samping ini Biro Imigr.is.i mcngurus alokasi ( pe.m bagi-
an) pekerja-pekerja yang baru tiba itu di antara berbagai
perkebunan tembakau dan pula memberikan pertolongan da!am
rransfer simpanan dari pekerja-pekerja ini ke kelu.a.rga merek.a di
Negeri Cina. Transfer sirnpanan ini sangat dianjurkan oleh Biro
lrnigrasi, karena mempakan suatu faktor insentif yang kuat biigi

pekerja-pekerja ini untuk bekerja pad<a perkebunan-perkebunan

di Sumatra Timur.
Sebagai hasil pekerjaan Biro Imigrasi ini pekerja-pekerja

yang <lirekrut di Negeri Cina bertambah <lengan pesat. seperti
terlihat dari · ang.ka-ang.ka yang berikut. Misalnya, dal~ t ahun
1888. I. 152 pekerja dtdatangkan dari Negeri Cina. akan tetapi
setahun kemudian angka ini sudah meningkat dengan hampir
lima kali lipat sampai 5.167. untuk seterusnya meningkat lagi
-..anipai 6.6q6 dalarn tahun 1890. 48

Dalam tahun-tahun berikutnya ribuan pekerja lagi didatang-
kan dari Negeri Cina. sedangkan dari pekerja-pekerja yang telah
m.enyelesaikan maSJkerjanya hany·a sebagian kecil saja pulang
kembali ke tanahair maeka. Bagian terbesar dari pekerja-pekerja
yang telah meng.habisi masakerjanya kernudian memperpanjang
kontrak-kerja mereka <1tau memutuskan untuk terus menetap di
Sumatra Timur.

Tenaga kerja untuk perkt:bunan-perkebunan Sumatra Timur

madidatangkan d:.1ri Negeri Cina tli bawah sistim kontrak. Myint

mendefinisikan sistim kctja kuntrak sebagai berikut: .. "Suatu
sistim di mana pihak majikan membayar biaya pengangkatan
pekerja-pt:kerja -dari tempat asal mereka ke tempat pekerjaan.
sedangkan p<ira pekerja mengikat diri untuk bekerja untuk masa
bebera tahun dengan upah tertentu". ~9

Mengingat kesulitan besar dan biaya tinggi yang perlu
dibayar oleh perkebumm-perkcbunan Sumatra Timur untuk
mcndatangkan pekerja-pekcrja ke Sumatra Timur. nampaknya

48 J .M. Buul. De Clii11eu Imm~rarie na.ir DeU, n.p., 1903, 76 . 77.
49

Hla Myint , The Economics of the ~•·elopmg CounrrieJ, New York , 6'.2 63 .

I l8

mernang cukup beralasan bahwa perkebunan mengharuskan
calon-calon pekerja untuk menandatangani kontrak-kcrja dulu
yang dapat memberikan jaminan bahwa para pekerja akan tetap
bekerja di sana sedikit-dikitnya untuk suatu masa tertentu. Perlu
diingat bahwa penjualan budak-budak di m uka umum telah
dilarang oleh pemerintah Hindia Bdanda dalam tahun 1854,
sedangkan dalam tahun 1860 peraturnn-pera tu ran telah dikeluar-
kan untuk menghapus samsekali sistim perbudakan di Hirn.lia
Belanda. 50

Tidak mengherankan bahwa dalarn keadaan demikian sistim
kerja-kontrak kelihatan se bagM jalan yan g paling logis bagi
perkebunan-perkebunan Sumatra Timur untu k memperoleh ja-
rninan bahwa mereka dapat memperoleh cla n menahan pekerja-
pekerja sedikitnya untuk beberapa tahun. Di lain pihak para
pekerja tentu saja berhak atas perlindungan yang memadai karena
mereka pergi ke suatu tempat yang samasekali asing bagi mereka.
Mereka berhak atas keadaan kcrja dan keadaan hidup yang layak
dan berhak pula atas jaminan bahwa mercka tidak akan dikelu<ir-
kan begitu saja dari pekerjaan. sehingga alum terlantar begitu saja
di hutan rimba Sumatra Timur. 51 ·

Dalam tahun 1888 pemerintah Hindia Belanda mengeluar-
kan peraturan pertama mengenai persyara ta n huhungan kerja
kuli-kontrak di Sumatra Timur yang disebut Koelie Ordunn:antie.
Koelie Ordonnatie ini, yang mula-mula ha nya berlaku untuk
Sumatra Timur, tetapi kemudian berlaku unntuk.semua witayah
Hindia Belanda di luar Jawa, memberikan jaminar1-jaminan
tertentu kepada majikan terha<lap kemungkrnan bahwa pekerja-
pekerja melarikan diri sebelum ma!>akerja mereka menurut
kontrak-kerja ha bis. Di lain pihak perlu juga diada kan peraturnn-
peraturan yang melindungi para pekerji:i terhad ap tindakan se-
wenang-sewenang dari sang majikan. Untuk memherikan kekuat-
an kepada peraturan-peraturan dalam Koelie Ordonnafllie. di -
masukkan pula peraturan mengenai hukuman-hukuman yang
dapat dikenakan terhadap pelanggaran baik dari pihak majikan
maupun dari pihak pekerja. Dalam kenyataa n krnyata bahwa

50 Virgin ia Thom1>5on , /A/)Qr hoblems in Southt:as t A sia. New Hav.en : Yalr
Univenily Pre$$ 194 7, I 51.

51 Cecil Rothe, Arbeid In dt! Landbouw: Dt! L andbo uw In dt· lndis<ire Ar.-l11pel.
vol. I , Den Haag. 318 .

1!9

an 12 arr,;:; ;~ nu~:td,,.in y<.i,;:c .iJ .i:·dt Ji"'c11..: .!11 t
ma_iikan Jun ya meru pak;.i n pe r:itur~in Ji .1L.~ h.c:rt _ . - ·
a tau tid:ik pernah dilaksanaka n. Deng.an de m ik :.• :1 u;~:.im .i..
hukwnan untuk pelanggaran-pelanggaran hany a Jatuh d.1 ,itas
pundak pihak pekerja-pekerja perkebunan.

Ancarnan hukuman yang dapat dikenakan ter hadap ::;eker-
ja-pekerja perkebunan yang melanggar ketentuan-ketentu:m ko n-
trak kerja kemudian terkenal sebagai poenale sanc.:rie. Poenale
san crie ini memuat ketentuan bahwa pekerja-pekerja yan g melari-
kan diri dari perkebunan-perkebunan Sumatra Timur ua pac
ditangkap oleb polisi dan dibawa kembali ke perkebunan dengan
kekerasan jika mereka mengadakan perlawanan. Lain-lain hukum -
an dapat berupa kerja-paksa pada pekerjaan-pekerjaan umum
tanpa pembayaran atau perpanjangan masa-kerja yang melebihi
ketentuan-ketentuan kontrak-kerja. 52

Koelie Ordunnantie. yang pertama kemudian diikuti oleh
Ordonnantie-ordonnantie dari tahun 1884 dan 1893. Yang mem-

berikan kepada . para majikan hak pengawasan hukurn atas
kuli-kuli kontrak mereka. Di samping puenale sanctie. pcngusaha-
pengusaha ·perkebunan mempunyai cara-cara Jiµn untuk rnenahan
pekerja-pekerja mereka. Salahsatu cara adalah mem beri kesem -
patan judi bagi para pekerja pada hari pembayaran gaji. Cara ini
tetnyata berhasil sekali, karena pekerja-pekerja sering mendapat
hutang yang begitu bcsar jika mereka kalah judi, sehingga mereka
terpaksa menandatangani kontrak-kerja baru dengan majikan-
maj.ikan mereka yang memperpanjang masakerja mereka.53

Menjelang akhir abad ke 19 di Negeri Belanda mulai timbul
kontroverse yang hangat rnengenai poenale sanctte. Perdebatan
ini berlangsung lama sekali dan barn mulai merecla selam a
dasawarsa tigapuluhan; poenale s1.mctie akhirnya dihapuskan
samasekali. Hal yang rnenyebabkan tiln bulnya kontroverse me-
ngenai poenaie sanctie adalah penerbitan suatu parntlet yang
·berjudul De Millioenen van Deli (Jutaan-jutaan dari Deli) yang
dikarang oleh J. van den Brand, seorang pengacara Belanda.
Dalam tulisan ini van den Brand mengungkapkan kepada rakyat
Belanda keadaan kerja yang buruk sekali di Sumatra Timur.
yang disamakannya dengan keadaan yang tidak banyak berbeda
dengan perbudakan . Van den Brand mengutip banyak conroh-

52 lb Id haL 3 18 - · 20.
53
W.F \\ertheim . Up.Cit., 145

120

contoh yang konkrit mengenai perlakuan yang tidak berperi-
kemanusiaan terhadap pekerja-pekerja yang m elarikan diri dari
pekerjaan mereka di perkebunan.

Pamflet van den Brand telah menimbulk..n kemarahan yzng
besar d1 kalangan masyarakat Belanda, se mgga pemerint::h
HmdJa Beianda terpaksa mengadakan usaha- 1saha untuk mem-
perbaiki keadaan lingkungan kerja pekerja-pekerja perkebunan di
Sumatra Tunur. Waiau punpun berjajalan lan bat . namun dalarn
abad ke 20 perlakuan terhadap pekeI)a-pc. kerja perkebunan
mengalami perbaikan berkat usaha ini, khu ·usnya pengawasan
yang lebih ketat dari pernerintah Hinctia Belanda.

11. Perkembangan Ekonomi Daerah Suma. ra Timur Suatu
Ikhtisar

Walaupun daerah Sumatra Timur pada pertengahan abad ke
19 masih merupakan suatu daerah terpencil yang tidak banyak
dihuni orang, namun pada akhir abad ke 19 daerah Pantai Timur
Sumatra ini berhasil menjadi salahsatu daerah yang terpenting
bagi ekonomi Hindia Belanda, khususnya jika ditinjau dari segi
penerimaan pendapatan export. Di antara daerah-daerah luar
Jawa maka Sumatra Timur dalam beberapa dasawarsa saja
berkembang menjadi daerah perkebunan yang terpenting dan
terbesar.

Perkembangan pesat daerah Sumatra Tunur ini mula-mula

dicetuskan oleh penanaman tembakau jenis Deli yang mutunya
tinggi di perkebunan-perkebunan besar. Karena mutunya ya11g
tinggi tembakau jenis Deli ini dalam waktu yang singkat
memperoleh kedudukan monopolistis di pa.saran dunia dan oleh
karena itu bisa dijual dengan harga yang sangat tinggi. Meskipun
demikian oleh berbagai faktor extern harga di pasaran dunia
dalam tah un 1891 jatuh dengan pesat, sehmgga menimbulkan
suatu krisis pada perkebunan-perkebunan te :n bakau di Sumatra
Timur. Krisis ini jelas memperlihatkan bah a penanaman tem-
bakau di Sumatra Timur, terlampau besar s hingga perlu diper-
sempit kem bali. Akibat terpenting dari krisis tahun 1891 ad alah
konsolidasi dalam penanaman tem bakau , tn tara lain dcnga.n
menghent1 kan penanaman tembakau di lu ar laerah Deli, kar ena
ternyata bab wa hanya iklim dan tan ah d! Jaerah Deli cocok

.~!

untuk menghasilkan tembakau dari jenis Deli yang khas 1tu. Sejak
krisis tahun 1891 perkebunan-perkebunan tern bakau di Sumatra
Timur berusaha mempertahankan kedudukan monopolitas di
pasaran dunia Jengan meningkatkan mutu tembakau meialu1
penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Balai Peneirnan
Ilmiah yang didirikan oleh Perhimpunan Pengusaha-pengus:1ha
Perkebunan Temba.kau Deli (DPV).

Karena perkebunan-perkebunan tembakau di Deli menern u1
banyak kesulitan d.alam mernperkerjakan buruh ctari pendudu k
setempat. mereka terpaksa mencari pekerja-pekerja dari negara-
negara lain. Mula-mula diam bil tenaga kerja Cina dari Penang dar.

Singapura, tetapi tidak lama kemudian pengusaha-pengusan a
perkebunan mencari ten~ga kerja di Negeri Cina sendiri yang
diatur oleh Biro lmigrasi, suatu badan yang didirikan mereka
khusus untu_k tujuan ini..

Oleh karena sistirn pengerahan tenaga ker;a dari luar negeri
ini begitu mahal, para pengusaha perkebunan menghendaki
kepastian bahwa pekerja-pekerja yang didatangkan itu tidak
melarikan dii:i sebelum masakerja mcreka habis menurut kontrak.
Melalui pengaruh mereka atas pemerintah Hindia Belanda,
kemudian dikeluar.kan peraturan yang disebut Koelie Ordurma11-
tie yang memberikan jaminan kepada pengusaha-pengusaha per-
kebunan terhadap pelarian diri pekerja-pekerja mereka. PekerJ J.-
pekerja yang melarikan diri dikenakan poenale sanctie. yaitu
hukuman keras terhadap mereka yang melarikan diri dari
perkebunan. Berkat tulisan van den Brand dan tulisan orang-
orang lain menjelang akhir abad 19 masyarak.at Belanda akhirnya
mulai mengeta.hui keadaan kerja yang burnk di Sumatra Timur
yang ~ering menyerupai perbu<lakan. Prote.s-protes yang tim bul di
kalangan luas masyarakat Belanda rnaupun faktor-faktor ekono-
rni akhirnya pendorong pengusaha-pengusaha perkebunan untuk
mernperbaiki nasib pekerja-pekerja mereka.

I 22

BAB IV

Pt'RLAWANAN- PERLAWANAN BE:,AR TERIJADAP
KOLONJALISME BELANDA DALAM ABAD 18 DAN 19

A. PROSESPERLAWANAN

I. Pendahu luan.

Proses hubungan antara kekuasaan burn iputra clan kekuasa-
an Belanda dalarn abad 18 dan 19 menunjukkan dua gejala yang
berbalikan, di satu fihak nampak ma.kin rneiuasnya kekuasaan
Belanda, sed.ang di lain fihak terlihat ma.kin '11 erosotnya kekuasa-
an tr.Hlisionil bumiputra. Pengaruh hubungan Jengan kekua.saan
Barat tersebut menyangkut pelbag~i segi kehidupan : politik.
sosial,-ekonomi dan buctaya.

Di bidang politik pengaruh Belanda m akin mcnja<l.i kuat
berkat intervensi yang secara intensif dilakukan <lalam persoalan-
persoalan intern kekuasaan tradisionil. seperti misalnya daJam
pergantian takhta, pcngangkatan pejabat-pe abar birokrasi keraja-
an maupun partisipasinya dalam menentu kan k.ebijaksanaan
politik kerajaan. Dengan uemikian dalam .1dang politik pengu-
asa-penguasa rradisionil makin tergantung pada kekuasaan asing,
sehingga ke bebasan dalam menentukan soal-soal pemerintahan
m~nipis. Di samping itu anexasi wilayah yang dil.akukan oleh
penguasa asing sejak akhir abad 1,7 beraJa bat makin kurangnya
penghasilan penguasa-penguasa tradisionil.

Di bidang sosial-ekonomi kontak dengan Barat berakibat
p ula makin lcmahnya kedudukan kep~a-kepafa Ul!erah bumi-
putra. Kekuasaan mereka berangsur-angsur uikurangi dan lebih
jauh ditempatkan di bawah pengawasan pejabat-pejabat asing,
sedang tenaga kerja mereka dilibatkan da,am sistim exploitasi
ekonom i koJoniaJ. Sudah pasti keadaan seix:rti ini sedikit banyak
menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan kepala-kepala. bumi-
putra. Khususnya di daerah Jawa faktor-faktor produ.ksi pertani-
an, baik yang menyangkut tanah rnaupun tenaga kerja diatur
menurut sistim koJonial. Para petani dibebani tugas mengolah
sebagian dari tanahnya untuk ditanami dent;an tanaman-tanaman
export dan diharuskan men yum bangkan tenaga kerjanya st:~ara
paksa pada penguasa kolonial.

Di daerah-daerah lain di Indonesia di mana perdagangan laut
merupakan sumber penghidupan pokok dari penduduk, seperti
misalnya daerah Maluku, penguasaan daerah pantai clan tindaka n
_monopolistis dalam perdagangan yang dilakukan oleh Belanda,
ditambah dengan penguasaan daerah produksi tanaman ex port.
merupakan hambatan besar bagi penduduk setempat untuk
memperoleh penghasilan. Tidak mengherankan apabila tindakan
penguasa-penguasa asing tersebut menimbulkan rasa antipati di
kalangan penduduk bumiputra, yang pada saat-saat semakin kntis
dapat menuju ke arah timbulnya perlawanan.

Pendesakan pembuatan perjanjian-perjanjian oleh penguasa
Belanda terhadap penguasa bumiputra, dengan mengabaikan
nilai-nHai, tradisi yang berlaku di daerah-daerah setempat, di
sarnping tun~utan untuk mengakui souvereinitas asing di daerah
tersebut, dipandang oleh fihak bumiputra sebagai gangguan
kedaulatan mereka. Apabila kekuasaan bumiputra di daerah
tersebut itu cukup kuat, kekecewaan tersebut dapat menjurus ke
arah penentangan bersenjata. Di dalam keadaan kurang kuat
penguasa bumiputra terpaksa tunduk pada kekuasaan asing dan
ke kuasaan mereka ditempatkan di bawah kekuasaan kolonial.

'< .unpak jelas bahwa usaha Belanda untuk memperluas wilayah

Ke kuasaan selama ini mempunyai latarbelakang politis juga
mempunyai tujuan keuntungan ekonornis. Oleh Belanda peng-
luasan ·wilayah tersebut diharapkan dapat memperlancar pemu-
ngutan hasil produksi dan memperoleh tenaga kerja yang murah,
di sarnping dapat memperlancar usahanya di bidang perdagangan.

Di bidang budaya terutama dalam .abad 19 nampak makin
melu8$nya pen~ ·kehidupan Barat dalam lingkungan kehidup-
an tradisionil. Di kalangan sementara penguasa bumiputra timbul
kekhawatiran bahwa pengaruh kehidupan Barat dapat merusak
nilai-nilai kehidupan -tradisionil. Tentangan yang kuat terutama
datang dari pemimpin-pemimpin agama yang memandang ke-
hidupan· Barat bertentangan dengan norma-norma dalam ajaran
agama Islam. Orientasi keagamaan seperti ini terdapat juga di
kalangan para bangsawan dan pejabat-pejabat birokrasi kerajaan
yang patuh pada agama. Di dalarn suasana kritis pandangan
keagamaan ini dijadikan dasar ajakan untuk melakukan penen-
tangan.

Di sarnping gcj ala-gejala baru sebagai akibat pengaruh .Barat
di pclbagai segi kchidup an tersebut , gejala kronis yang scrrng

1'•

: -- -f

muncul dalam kalangan para penguasa tradisw nil turut menam-
bah komplexnya keadaan. Yang dimaksud di sini yalah gejala
pertentangan in tern antar-bangsawan seperti terlihat dalam kera-
jaan Jawa Tengah, Banten dan Banjar, maupun pertentangan
antar-golongan dalam masyarakat scpert i di Sumatra Barat.
Pertentangan an tar-hangsawan umumnya mem punyai motif pe-
rebutan kekuasaan, sedang pertentangan antar-golongan dalam
masyarakat yang terjadi di Sumatra Barat. lebih bern1otifkan
perebutan pengaruh atas dasar keyakinan dan kepercayaan.
Bahwa adanya gejala pertentangan intern bum1putra ini memper-
mudah masuknya intervensi asing dalarn persoalan in tern tidak
sulit dibayangkan. lntervensi ini berjalan sejajar dengan tujuan
expansi wilayah yang direncanakan oleh Belanda dalarn rangka
kolonialismenya. Sudah pasti intervensi asing dengan pemihakan
pada salahsatu fthak yang sedang bertentangan dapat menimbul-
kan kekccewaan dan reaksi pada fihak yang lain, yang bahkan
dapat memancing ke arah perlawanan. Sebagai akibatnya per-
lawanan dari salahsatu fihak yang bertent~mgan tidak lagi
diarahka.n pada lawan intern, tetapi juga pa<la kekuasaan asing.

Selama situasi kritis terlihat gejala pengelompokan fihak pro
dan kontra kekuasaan asing, baik di kalanga n penguasa, bangsa-
wan maupun sementara golongan dalam masyarakat. Di <laerah
kerajaan ajakan penentangan terhadap kekuas-aan asing dati para
bangsawan ataupun ulama yang berpengaruh dengan mudah
mendapat sambutan baik dari kelompok rakyat, _y ang karcna
tekanan-tekanan hidup yang mereka alarni m enunj~kan sikap
antipati terhadap kekuasaan asing. Dala,m h u bungan ini ikatan
tradisionil dalam bentuk ketaatan pada atasan merupakan faktor
kuat terpenuhinya ajakan penentangan. Di sampmg itu pen,galam-
an pahit yang pernah dirasakan oleh rakyat <li daerah-daerah
selarna kontak dengan kekuasaan asing dapat memperkuat
semangat penentangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
kondisi di daerah-daerah selama kontak dengan kekuasaan Barat
cukup subur untuk timbulnya perlawanan. Oleh karena · bagi
tiap-tiap daerah intervensi maupun intensitas kontak dari keku- /,
asaan Belanda tidak bersamaan waktu terjadin ya, maka timbul- v
nya perlawanan fihak bumiputra terhadap kekuasaan asing
tersebut juga tidak sama waktunya. Perlawanan-perlawanan itu
baik berupa perlawanan besar, berupa pem brontakan maupun
hanya merupakan kericuhan-kericuhan.

125

:\kngin~Ltr ban:nkn~ · a jumlail pt:rL.rnan.rn bc~.1r ~ .1L:! lc IJu.•'
di dacrah-daerah Ji ln<lonesia sdama aba<l 18 J:in 19 ll :m t1 ,_uf.:
mungkin untuk Jiuraikan seluruhnya dahm haian1111 yan~
ternat:is. mak:i di "ini ak:m diamhil heherap:.i <;ap d:ihm ur:ii:in.
yan~ uiharapkan ldah <lapat m~wakili s1:1.:ara k.:sduruh;rn b..:ntuk
reaksi berupa perlawanan besar dari fihak bumiputra terhadap
kekuasaan Belamla. Pc-ngarn bilan hanya bebt:rapa pcrfawan;rn di
sementara daerah ini tiJak berarti mengabaikan perlaw:man-
pl.!rlawanan lain yang pernah bl.!rkobar di dai:rnh krtentu. sl!pl!rti :
pcrlawanan yang .:ukup !?i~ih di Bunten, per!awanan Ji SumatrJ
Selatan. periawanan di Tapanu!i. di Kalimantan 13urat. di Sula·
we.si Utara dan di thu:rah-da~nth di Indotiti!>ia illl-'f:Ujlaka11 hl'ntuk.
reaksi tcrhadap kekuasaan koloniaJ Belanda, d;:m mempun: ai
saham bl•rharga dalam pcrjuangan untuk. mempcroleh k~mt>nkk.a­
an ban~a.

., Perluwanun Thomas Matttleui ( / 8 I 7J

Kontak . antara rakyat Maluku <lcnga n llclamla ti:rjadi scjak

;.ibad kc XVII. Keka.vaan daaah Maluku akan llasii C,:~1(•kd1 . J~n

pala mcrupakan pcndonrng utama Jntangnyil pcdagang-pe,l:Jgan~

~t Ji ~Liluku, ~i.:p~rti bang~a Portugis, Spunyol tlun BdanJa.

Sejak ketiatangan pt°lhg:tng Bd:rnda di M:1luku pada sckir:ir
permulaan :.ib;.id kc XVll dacrah ini klah rni:narik pcrlialim1
mereka. Usaha Kompcni Bclanda untuk memperokh hak-hak
monopolt mulai dilakukan. Di daerah \faluku Sebtan. Bdamb
mencoba untuk menJcsakkan pengarnhnya pada penguasa-pengu-
asa bumiputra. Kckuatan militcr Bclam.la yang mengikuti perahu-
perahu Kompcni dip3kai untuk mcnakut-nakuti ataupun untuk
menc.lt.:sakkan ltintutannya palia p~ilgua:;.a-p i:: uguasa bumiputra.
Larnbat-laut daerah-daerah Ji kepula uan ~ku Sdata!! dapat
dikuasai Bel:indJ . Kcunrungan yang besar dari per<lagangan inihh
antard lain yang m1,;111.luru;1g Kon1peni lklandu untuk tctap
menduduki daerah tetsebut.

Untuk .mcndapatkan kcunrungan scbanyak-banyaknya da-
larn perdagangan rempah-rempah itu. Bclanda mclakukan tinciak-
an-tindakan yang cukup mcmbcratkan hcban rakyat. 1 Perintah

.\1en~rn .1 1 t-tkllnJn·te ~:an3.n rrnguJ-,J H·: land:.i ;·un i m1.·mb...·riJ( ka n I ;j k ~ J( . [1.:r
utiimd ffit.'flJt"JJO):. t1111t:ui11} .. p c 1 IJ\\.i.l1..lr1 r...ti-\ > Jt ~1.iluku Selatdn . p t>rik ~J HA
!J1:in~. " Oc 1;1-irtJ;.:i;r-. _,ri .:!?ri. \..'·,L1ncJ • :lr. ".)J r:;r o("a 1n 1~1,. &r,·1 ! \ \ i \
~-:)2 .l 60~ th.in ... ~t~ru !ln-,.;,,i

126

penebangan pohon-pohon cengkeh apabila harga cengkeh di
pasaran turun dan penanarnan lagi secara serentak apabila harga
cengkeh mcningkat, adalah cara yang dilakukan Kompeni untuk
mencari keuntungan. Dalarn hubungan dengan itu kita kenal
pelayaran Hongi untuk memaksa penduduk menuruti kehendak
Kompeni tersebut. Behan lain yang dipi.kulkan pada rakyat yalah
sistim pcnyerahan wajib hasil rempah-rempah kepada Kompeni;
dengan pernbayaran mcnurut ketetapan fi Korilpeni. Kccuali
pembayaran untuk penyerahan itu jumlahnya sangat rendah,
tidak jarang pembayaran Kompeni kepada rakyat tertunda-tunda
atau bah1tan tidak terbayar samasekali.

Keadaan seperti ini telah banyak menimbulkan kegelisahan
di kalangan rakyat. Pendudukan Inggris ch Maluku menimbulkan
harapan baru bagi rakyat Maluku Selatan. Raffles berusaha untuk
menari.k hati penduduk dengan meringankan beban-beban yang
selarna ini menimpa mereka. Penyerahan paksa dihapuskan,
sedang kewajiban rodi di.kurangi. Pembongkaran muatan barang-
barang dagangan oleh Inggris berupa kain cita, alat-alat perkakas
buatan Eropa dan lainnya dimaksud untuk mem bantu penduduk
rnemenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal lain yang perlu disebut
yalah pernbentukan kelompok pasukan yang terdiri dari orang-
orang Ambon. Pasukan ini mendapat latihan militer dan men-
dapat perlengkapan dan jaminan yang cukup dari pemerintah
lnggris.

Keadaan menjadi berobah setelah Belanda menerima kemba-
li kekuasaan atas Maluku sebagai akibat dari keputusan Konvensi
London tahun 1814. J.A. van Middelkoop salahseorang anggota
Komisi penerimaan kembali kepulauan Maluku dari tangan
Inggris kemudian diangkat menjadi gubernur Maluku. Usaha
pemerintah Belanda untuk mengembalikan wibawa pada rakyat
tidak berhasil. Baik Komisaris I Engelhard maupun Middelkoop
bukanlah orang-orang yang cocok untuk dapat menarik hati
rakyat dalarn masa peralihan itu. Rakyat M.tluku waktu itu masih
te ringat pada penderitaan yang pernah dialami pada masa'lnereka
berada di bawah Pemerintah Kompeni.

Tekanan-tekanan yang berat di b1dang ekonomi telah_
menimbulkan kekecewaan di kalangan rakyat. Di antara tekanan
ekonomi tersebut antara lain adalah : pengharusan kerja blandong
dan penyerahan atap dan gaba-gaba, penyerahan ikan asin,

127

dendeng dan kopi. Hal ini masih diperberat dengan keharusan
penduduk untuk membuat gararn dan penanarnan pohon pala.

Mengenai tekanan-tekanan ekonomis yang memberatkan
rakyat ini "(homas Matulessi, pernah mengatakan: "Kita diharus-
kan bekerja berat untuk gubernur, tetapi tidak pernah mendapat
bayaran. Dari pemerintah Inggris dahulu kita selalu mendapat
bayaran. Sekarang Residen menyuruh kita membuat garam dan
menyerahkan ikan asin. Kita sudah disuruh mengusahakan kebun
cengkeh dan kopi, toh masih diperintahkan untuk membuka
kebun pala"..2- Dari kata-kata yang dikeluarkan oleh Matulessi
terlihat -bahwa kegelisahan terdapat di kalangan rakyat Maluku
Selatan, terutama di pulau Saparua.

Masih perlu disebut kegelisahan yang terjadi di kalangan
rakya.t mengenai peredaran uang kertas. Matulessi pemah menga-
takan, bahwa rakyat tidak dapat rnenggunakan uang kertas itu
untuk keperluan sehari-hari. Kalau menolak menerirnanya dari
gubemur, rakyat dihukum, tetapi kalau uang kertas itu diguna-
kan untuk membeli di toko-toko textil, ditolak. Waktu itu ada
desas-desus di kalangan rakyat Ambon, bahwa pemerintah
Belanda akan mengurangi jurnlah gereja dan sekolah. Dalam
hubungan ini Matulessi rnengatakan, bahwa pernerintah tentu
akan mengadakan pernecatan terhadap guru-guru sekolah. Rasa
tidak puas terhadap kekuasaan Belanda tersebar di kalangan
rakyat.

Kegelisahan ini ditarnbah dengan berita-berita bahwa orang-
orang Maluku akan dipaksa untuk menjadi serdadu dan akan
dikirirn kc Batavia. Residen Saparua, Van den Berg, rupanya
tidak cepat menangkap kesan kekecewaan rakyat yang terjadi
waktu itu. Pemberitahuan Pieter Matheus Suhoka, seorang yang
setia pada Belanda, tentang keadaan yang semakin genting di
Saparua tidak dipercaya oleh Residen, bahkan Suhoka dianggap
sebagai pengacau dan mendapat hukurnan. Demikian pula lapor-
an dari kepala dari Siri Sori, Johanes Salomon Kirauly kepada
para komisaris di Arnbon, dan pemberitahuan dari Latukomma
Oma, bekas raja Pelau, kepada residen Uijtenbroek di Haruku
tidak diperhatikan. Laporan dan pemberitahuan orang-orang
tersebut kepada Belanda pada garisbesarnya mengatakan bahwa
benih-benih dan tanda penentangan telah nampak di kalangan

2 H.A. Idema, Op.Cir.• 605

128

ru!-..~ .1t LJCul-.••mm<i Om a m..::ngata kan b,,• ·'• a r::ipJt rah:..is1...1 rdall \.....-"
,!i..1J.ik..ir ill J.icr:li1 iili ta11 L i:1ng d~ng.m .hadliri olch ki ra-kira
I00 orang.. Pertemuan-pertemuan semacam itu juga Jiadakan d1
daerah lain. scperti m isalnya di daerah No ot. Rakyat telah mulai
mempersiapkan senjata-senjata yang sewaktu-waktu akan diguna-

kan untuk mengadakan perlawanan.
Enam orang terkemuka yaitu Johannes Matulessi, Nii;olaas

Pt!tinasaram, Jeremias Tamaela, Marawael Hattuw, Bastian Latu-
perissa, Hermanus Latuperis~ tdah berkeJiling ke rumah-rumah
pendud uk di Haria dan memanggil pend uduk laki-laki untuk
berkum pul di sebuah hutan di Haria yang bernama Wachaum .
guna m enentukan sikap berhubung dengan adanya desas-desus
bahwa Kom peni akan mema.ksa orang lak 1-laki menja~i serdadu
untu k <likirim ke Batavia. Di daJam rapat yang dikunjungi oleh
kira-kira 100 orang itu semua hadlirin m engucapkan sumpah
setia. Setelah Hermanus Latuperissa m ern buka rapat dengan
bersembahyang, rapat mcmperoleh sepakat akan mengadakan
serangan terhadap benteng BeJanda di Saparua, Duurstede, dan
akan membunuh semua penghuninya. Barangsiapa berkhianat
terhadap putusan itu, ia beserta keJuargany a akan dibunuh.

Pada tanggal 9 Mei 1817 keenam toko h tersebut memanggil
rakyat lagi untuk berkumpul di tempat yang sama. Di dalam
rapat kedua yang juga dihadliri kira-kua 100 orang. sidang
menanyakan siapa yang akan menjadi pemirnpinnya. Thomas
Matuless1 men yang.,,aupkan diri menjadi Kapten d~ am perlawan-
an : ia berjanji akan menghimpun armada terdiri dari perahu-
perahu orembai, akan menyerang dan m enghancurkan benteng
Dcmrstede dan membunuh pengh uninya. Rapat selanjutnya juga
menyetujui untuk membunuh raja Siri Sori dan Patih Haria.
karena ke<lu a orang tersebut tiap hari terh.hat selalu menghadap
Residen . Sc=telah itu masih diadakan panggilan lagi pada semua
ora~ laki·laki untuk berkum pul di sebuah hutan kay u putih di
Saparua, di perbatasan antarct Siri Sori dan Tuhaha. D alam rapat
ketiga yang diadakan pada tanggal 14 Mei 1817 ini telah
diadakan ke bulatan tekad untuk segera mcm ulai perlawanan.

Me ngen ai diri Thomas Matulessi yan diserahi tugas unt uk
memimpm perlawanan dapat disebutkan bahwa ia berum ur
le bihkurang 34 tahun , kelahiran Ambon , be ragama Protestan ,
menjadi pe nduduk Saparua. Pada masa pemerintahan lnggris ia
m asuk Jalarn dinas Militer dengan pang at Sersan Mayor. la

l 29

mempunyai p1.:rc.1\·Vakun ~ang t1.: gap . H.111ipir r::ip hari ia kl'l1ilarJn
berpakaian uniform 11.'ntara d;.i11 dJri m:1-.~· ;u·abt 111n11pl'r<1k i1
julukan: "P1.111/111/11 Pa11;..:.t'ru11::. d1 ~1111, ; 111/u /f~:11i11111u . lfur /lf..1 1.

iVusafu11J . A11ii111 1·.•"icn1111 . dan /,1111 _u111g iit'r1A11f .. ( b11g linic;
Pe.rang Jari keµulaua 11 HL•11irn:1. Harul-.u . ~u~:ilaul. .-\111 hu1l.
S~ram dan Jacrah-J.ier<.d1 pant1i sckit.rr11~ .11. P('11 g..t!Jm ..rnn~ ..1
dalam . ilinas milikr. k.~ l)e ranian . pcndi,Li k.11mya >ang. b..11 k.
kecakapannya Ja:larn rnc>rnl'3L"a d an ml'nuli~ nH:rupaJ..an 1·..iht<.>r-
faktor yang menimbulkan kcpercay;.iJn r~1 k~ ;.ir Jtas kcpi.:mi mp1il-

annya.
Selesai rapat. kua-k.irJ pm q mJlJm m..:11 j1..·lang langg.d ; 5

Mei i 817 aksi perlawamrn mului dda111..:arka11 dt:nga!l pl:'.t ldllla-
tama rnenghancurkan pcrahu 1~s Bc::landa \·'<llH! ix:rada di Pmt() _
Dengan bersenjatakan.parang. pasukan rakyaf dcng;m me11•1ri-nar i

menumti irama pukulan Li!i! samhil hat..:riak-teriak hcrharis

menuju Porto. Sementa.ra itu pcndu<luk d1 sepanjang jalan

mcnggabungkan Jiri pa<la baris;.111. Bahwa orang-orang ter~ebu r
berasal dari rclhagai c.laerah <la.pat diketahui dari bahasa-bJhasa
uiale k yang mcr~ka pergun:.1kan dalarn pcrcakapan seperti dialck
Hata\\·.:1no. Siri Sori . lJl<1 t . Ow d,111 Boi. Waktu berita menge nai
penghan curan perahu o rcm bai di Porto telah sarnpai pact:.i
~n__hn den B~rg . Res1den scgera berangkat naik kuda dari
Saparua 1-\c Portu d1.:nga11 maksud untuk melunakkan hati raky at.
Waktu 1<1 s<irn pa1 Ji Hari..t i<l smggah dahulu di rum ah Pa tih Haria.
Tdapi krnyata li;.il iw;.i rumah Patih tcrscbut tdah dikepung okh
rakyat. Deng...1n demikian Residen terkurnng di Jalarn rum ah
Patih . P.1tih m.:n:.:sd:;itk..tn ::f!a..r Residen menggunabn pengaruh

Rissako tta. si:oran g guru ~..:kolah. untuk semenrara d:1pJt men) ·.:!-
iarnatkai1 diri dari k.:nH1rJl1J11 rakya t. Waktu Res1de11 1i11 pind..lil

k.e rumah Ri~~ak. utta. td .tl1 datang ~corang bernarna J0h ;111e~
Rajawanga drngan mabuJ untuk mt>mbunuh R esidcn. TctJ pi
cntah karcna apa niat or.111g tcrsebut tid<1k jadi diiJkubn.

Waktu berit;.i ~1c' i1 JWJ!1an Resid en samr;.ii di SapJrll<L juru-
tulis Ornek dcn~an h:bcrJpa penp.ikut berangkat ke Po rto den~ an
maksud untuk membeb .bkan Residcn. Sementara it u raky Jt yanL:
1111.:ngt'l;!hlli Ornek ,11 d.:kat H1tope. o;;eg.:ra 11lCl1\ _im hut11:- .1
uc np n tLmbakail :,i..:il<.J li Jll. -.ellrn~g a Ornek leq1akS J kcmllali k.:
S:1paru;1. l·1i!td, ~l ci .•1 k.di1 1\ a Orn..: k p1..·rg,i kc Po rto Jci:s•. ;1
pcn~ii-:ut ' :ran \ ·i k ::: 0 cJ r..rng. terd 1ri Jan :> <:UfJll;,; Kc 11r::l l~Jl \

i1r:1n~-<,r . ! 1 '. ~ J;1v, n :i1'~ :il ' .'. •... !' lll J1 Hiropc JJ JU '...::.l .~ 1 l . .:-_:~~· ·,:..: ·..!i ,:h

l .1 C.1

J.. jum pt'IJ Wi.ln . Ser<111gi.ln ka um pclawan JersenJata yang bi.l nyak
jum lahn ya. td:.i h mcmaksa Ornek unt Jk pulang k1:mbali ke
Saparua. Seorang dari pengikutnya menuapat Iu ka-Iuka karena
tcrkena peluru senapan di tangannya. Atas pertimbangan para
pelawan. termasuk Matulessi , Residen Van den Berg akhirnya
diperbolehkan kernbali ke Saparua pada ta nggal 15 Mei itu juga.
Van <lcn Berg diantar oleh Leihoto dan Strudiek sampai di tangga
masuk benteng. Pa<la hari itu juga di sekeliling benteng terlihat
pasukan besar rakyat sedang beniap-siap. Kegentingan suasana ini
telah mendorong istri Van den Berg rnengirirn utusan kc Ambon
untuk menyampaikan sun1t pemberitahuan kepada pamannya,
Kornisaris Engelhard, discrtai juga surat Ornek kepada Gubemur
Middelkoop. Dikatakan dalam surat istri Van den Berg bahwa di
Saparua telah timbul pemberontakan, orang-or.mg Eropa di-
bunuh oleh p'enduduk dan Residen telah tertangkap olet~ mereka.
Maka Nyonya tersebut meminta agar Engelhard segera rnengirim
bantuan tentara untuk menindas perlawanan tersebut.

Suasana pada malam menjelang tanggal 16 Mei 1817 di
sekitar benteng Duurstede sangat panas. Pasukan-pasukan rakyat
telah siap scdia untuk mcnyerbu sewaktu-waktu terdengar
komando. Scbaliknya penghuni bcntcng pada malam itu sangat
gelisah. Pagi-pagi bcnar pada tanggal 16 Mei 181 7 kira-kira
sejumlah 50 or.mg wakil raky.at mengadakan rapat di belakang
tembok rumah Rcsidcn untuk mcncntuk seseorang yang akan
mcmim pi n penyerbuan benteng. Dengan suara bulat rapat telah
menyetujui Thomas Matulcssi atau Pattimura memimpin penyer-
buan. Kare na Matukssi waktu itu sedang berada di Porto maka
uiputuskan untuk mengirim 4 orang utusan ke Porto untuk
membcritahukannya. Penunjukan atas dinny a menjadi pemimpin
penyerangan ditc rima baik oleh Thomas Matulessi.

Tanggal 16 Mei itu juga jam 6 pagi Pattim urd menuju ke
Saparua untuk mempersiapkan serangan Tangga-tangga telah
disiapkan untuk mernanjat bcnteng. ·Waktu Residcn menampak-
ka.11 diri di pagar benteng dcngan melambai.kan saputangan putih,
seorang pelawan menyambutnya denga tembakan ~ senapan.
Re5iden teikcna peluruh pahanya dan jatuh ke dalam benteng ; 12
orang serdadu Jawa yang menj;,ldi penghuni benteng mengira
bahwa Residen telah menemui ajalnya, maka sereka berusaha
melarikan diri, tetapi pard pejuang berhasil menangk.ap dan
mcmbunuh mercka.

131

Rakyat segera memanjat benteng da:R menyerbu ke dalam .
Jurutulis Ornek yang melarikan diri ke pa:ntai dan haik ke dalarn
sebuah perahu dapat terkejar oleh ra.kyat dan dibawa kem bali ke
pantai, kemudian dibunuh. Van den Berg yang kelihafan masih
hidup kemudian dibawa ke dekat ti.ang lonceng benteng, diikat,
kemudian diternbak mati. Istri Van den Berg ang diketemukan
bersembunyi di gudang cengkeh juga ditangkap, dibawa ke dekat
jenazah ..sucunmya, kemudian juga ditem bak. Mengalami nasib
serupa yalah seorang sersan kornandan benteng, 2 orang kopral
dan seorang penembak meriam bangsa Eropa.

Pagi harinya pada tanggal ) 7 Mei 1817, Matulessi memanggil
semua Raja (kepala kampung) dan Patih untuk datang ke Saparua
guna membereskan penguburan jenazah-jenazah tersebut. Ben-
teng Duurstede telah jatuh ke tangan rakyat sejak tanggal 16 Mei
1817. Sementara itu surat jurutulis Ornek dan istri Van den Berg
telah sa.mpai Ambon. Pertemuan antara pernbesar-pem besar
Belanda di Arnbon baik sipil maupun militer telah mernutuskan
untuk mengirimkan satu detasemen tentara berkekuatan 200
orang, terdiri dari gabungan antara 120 orang marine terrnasuk
opsir-opsirnya, 30 orang serdadu Eropa dan 50 orang serdadu
bumiputra. Atas pertimbangan para komisaris, Mayor Beetjes
ditugaskan untuk memimpin pasukan tersebut. Untuk pengang-
kutan pasu;"rn expedisi ini dibutuhkan perahu orembai sebanyak
10 buah, terdiri dari 2 buah berukuran besar dan 8 buah
berukuran kecil. Satu di antara perahu yang besar itu kecuali
dipersenj atai, juga akan dip.akai untuk menyimpan bahan rnakan
sebagai be kal expedisi. Kekuatan pasukan inilah yang akan
digunakan untuk menindas kaum pelawan, yang oleh Bdanc:i
diperk.irah.n berjumlah 800 sampai 1000 orang.

ExpeJisi yang dipimpin Beetjes ini telah meninggalkan kot:i.
Am bon pada tanggal I 7 Mei 181 7. Pasukan gabungan ini
bergerak men uju Baguala. Untuk mencapai pulau Haruku expe-
disi mendapat kesukaran untuk mendapatkan tambahan perahu-
perahu. Musquetier diperintahkan untuk membawa satu detase-
men. kecil pasukan untuk mendahului mencapai pulau Haruku,
sedang Beetjes dengan pasukannya berjalan menuju ke ujung
timur Laut Amboina dengan harapan dapat memperoleh tambah-
an perahu. Baru setelah berj alan dengan susah payah akhirnya
pasukan expedisi ini sampai di sebuah negeri dekat pantai dan di
situlah dapat diperoleh tambahan perahu-perahu. Pcng3ngkutan

132

pasukan ke Haruku dipersiapkan. Expedisi baru sarnpai di
Haruku pada tanggal 19 Mei 181 7 setelah mengalami perjalanan
yang memayahkan. Di Haruku pasukan ini berhenti sejenak dan
mengadakan persiapan untuk pendaratan di Saparua nanti.
Sebenarnya tugas Musquetier mendahului ke Haruku adalah
dimaksudkan untuk membantu kelancaran peI"Slapan itu.

Sementara itu pada tanggal 18 Mei Thomas Matulessi telah
datang di Hulaliu, kota di pantai Timur pulau Haruku yang
berhadapan dengan pulau Saparua. Ia memerintahkan kepada
raja-raja maupun patih-patih dari Buang Bessi untuk mengadakan
penyerangan terhadap benteng Belanda Zeelandia di Haruku.
Tetapi tiba-tiba penduduk Hulaliu memberiat hu kepada Thomas
Matulessi bahwa expedisi Belanda dari Am bon telah tiba di
Haruku, sehingga rencana penyerangan terhadap benteng Zeelan-
dia tidak jadi dilakukan. Waktu Belanda mendapat berita bahwa
rakyat Haruku sebagian besar juga memihak pada Thomas
Matulessl, maka sejumlah detasemen sejurnlah 55 orang diserahi
tugas untuk mengawasi mereka di bawah pim pinan Musquetier.
Expedisi yang akan bergerak ke Saparua d1bagi menjadi dua ·
bagian, sebagian melalui laut dan sebagian dengan jalan kaki
menuju ke Pulau yang terletak di ujung pantai utara pulau
Haruku.

Pada malam hari rnenjelang tanggal 20 Mei I817 expedisi
berangkat dari Pelau menyeberangi.selat an tara pulau Haruku dan
Saparua. Dengan menyusuri pantai utara Haru ku expedisi ber-
maksud akan terus menuju kota Saparua. Pada tanggal 20 Mei
jam 7 pagi seluruh expedisi telah sampai di telu k kota Sap arua.
Mungkin karena mengira bahwa sebagian besar pelawan berada di
dekat be nteng Duurstede, maka Beetjes m~merintahkan agar
expedisi meneruskan pelayaran ke arah timur menuju ke Wai
Hanaia, seperempat jam perja1anan se belah timur benteng Duur-
stede. Sebagai tempat untuk mendarat dipilih Way Sisi, sebuah
sungai kecil di antara Tiow dan Paperu.

Waktu mengetahui gerak-gerik musuh ini pasukan rakya t
pengikut T homas Matulessi sejumlah antara 800 sampai 1000
orang bersenjata, di antaranya terdapat raky at dari pulau Seram
dan Alfur yang berada di dekat Tiow, segera mela kukan ~e rangan
dari belakang. Serangan r.akyat ini berhasil mendesak musuh,
sehingga pasukan Beetjes kembali lagi ke perahu, untuk selanjut-
nya bergerak menuju ke arah pan tai yang terletak di sebelah kiri

133

benkng Duurs kdc. -I crnyat.1 h..!ll\\ a p.i~ui..Jn r..ik:yat y=ing u1p1m- V
pin oleh Matulcssi dan Rh t:ho k tclah menunggu Ji bcl akang
scmak-semak yang mcmanjang dari darat ke arah Jaut dan sc'gcra
mcnyambut pendaratan pasukan Bdanda dengan tcmbakan-
tembakan. Di antafa peluru pelawag a<la yang bcrhasil mengenai
Letnan II Munter yang scdang memberi komando pendaratan
dari dalam orembainya.

Pasukan rakyat tetap siap menghadapi gerak-gcrik musuh.
Pasukan cxpedisi yang mendarat dipcl:ah menjadi hga bagian dan
masing-masing bergerak dari arah yang berlainan menuju benteng
Duur,>tedc. Pa<1l.ikan yang dikepalai Verbruggen dalam perjalanan
menuju ke bentcng mencoba mcmasuki hutan di dckatnya untuk
menpdakan pembcrsihan. Karena hujan pt!luru yang ditcmhak-
kan oleh kaum pelawan, pasukan Vefbruggen hanya dapat sampai
di Haturnarhu dan tak berhasil mendekati benteng Duurstede.
Usaha Verbruggcn dua kali untuk mengalahkan serangan rakyat
tidak juga berhasil. Aba-aba dari pimpinan ata~n untuk mundur
terdengar waktu Vcrbruggen mcncoba untuk mclawan serangan
rakyat untuk kctiga kalinya.. Kcmunduran pasukan Verbruggcn
ini diikuti sorak-soT'di dari pasukan pelawan. Semcntara itu
scpasukan rakyat yang lain telah mcnycrang satu ddascmcn
serdadu Jawa di bawah pimpinan Letnan Abdulmana yang b<:rada
di sebelah kiri benteng Duurstede. Demikian pula scbagian
pasukan rakyat yang lain telah mcnyerang pasukan Beetjes dan
mendesaknya sampai kc tepi laut. Sebuah pduru pelawan telah
berhasil mengenai kepala Bcetjes waktu akan menaiki perahunya,
sehingga Beetjes mcninggal. Dengan demikian usaha expedisi
Beetjes untuk merebut Duurstede tidak berhasil dan pasukan
rakyat tetap mcnguasai benteng tersebut.

Kekalahan Belanda dalam expcdisi ini mem besarkan se-
mangat perlawanan rakyat. Perlawanan tidak hanya bcrkobar di
Pulau Saparua tetapi juga merembes ke pulau-pulau lain. Di pulau
Scram, dcmikian pula di paulau Ambon berlrobu pula pcrlawan-
an rakyat. Di Hitu perlawanan rakyat dipimpin oleh Ulupaha.
Karena usianya telah 80 tahun dan tidak dapat berjalaIT lagi ia
memimpin pe·rJawanan dari atas tandu. Dalarn pertempuran yang
sengit, ia diusung dari tcmpat satu ke tempat lain untuk memberi
instruksi pada pasukannya.

Pac.la perm ulaan bulan Juni 1817 pos-pos Belanda di Larike
<.Ian Hjllt, Jiscrang olch pelawan. Demikian pula pusat pertahanan

134

Belanda di Lubu. tcrldak Ji ujung h..ira t-d ,1~~1 ,i,d,fli s~·r:1rn. p:1,l:1
akhir bulan Juli tel;.ih diser'a;_~ r;_ikyat d1 r.1·,•::ti: riill('in:1n
orang-oran g H1tu. Pcrlawanan rakyat <11 HJruk khh d iti1. ik.h:·r,1 l-
ka11 untuk mc-ngh~uKurkan b\? nte ng Zeclan cta . Scm:.:ntara itu
pa::.ubn Mu..,qu,:t1tr scb,rnyak 50 ;;erdadu .ing olct' [h~ctics

d1t1JH!l!a lka 11 di bcnkng Zet'landia paJa r rmul:i;;n L' 'i'cdi~i

her.it.la dal..im kc;.iJ..ian lemah dan mcn1, e 1h kan Dik1!:1bn

ba1rn;.i h;.m:pir tid;.ik ;.:JJ bgi 1111..'narn ) J1::: ,L1 pat ·.iigun:ika!!.
seJ~mg permintaan tambahan '>enladu ke A1rlio 11 n:...:~kip un d1 -
k~1b1ilka n, t1dak hcg1tu h:rart1 u11tuk 111e11111e tahankJ.n l'1..'11teng

[c !':1..' b LI l

Pcrlu Llisehutkan t'ahwa d<.dam 111e11:;:i'Jd api r erl..!Wil!lan-
pcrlawanan yang tnt'llla~ itu Bl.'lalllh1 maki 11 mcr:1,:1k;in aka11
kekurangan perahu-perJbu. kruLtmJ pernhu , cn~Jn~ku t. Untuk
mi:mcnuhi kt!h utuhan itu l:klandJ tcbll mcn)- 1. Wa pcrallu Jn~gris.
~l.·p1.:rri nusalny;-1 untuk pc11g:rnt?kt1t:111 pii.:.uk;i 1-h;inttwn kc Haru-
ku pad:.i. l:rnggal 23 ,\k1 ldah Lltgun;.i!..an 1.: r:.dw lnggm Tl1c
S11·a1iull'. Komisaris Engdhard mengJtJb!l. ');_ilrn a kedat1.1ngan
T/;c .\11"a/lr111 Ji HJruku p:.icla t;.inggal 23 \ki lh.' ngai.1mi bJny;.ik
kL·-;uJit:i;1, l)ai " l..:ir.:n.1 ..:tucJ ~ .111µ h1ruk 1n.Hif'U!1 brcl!J
a1K•.u11an pcnJuduk sdt:mp;.;.l.

St!mcntara itu kckuatall pa::.uka11 kalll 1 pc_ilioll.~ makm
bcrtambah be-:-a r ~krd;;i bn,i<1p-~ia1' untuk ~c\v:.iktu-waktu
mt·nycrang h..:ntc n~ Zcclandi.i . Ilul,1liL1 c..1kl r;1k~ ;ii dij.1dib11
kmpat pen :.usun:in kckuJt;rn p;1~uk;111. Pi mµ1 1J !l pasuLrn rJky;.it
yang .1ka11 h,·ra ngbt rnen}.:r:.in~ H:.iruku ukh Tho m as .\Lltukssi
Jipc:rcay <.1ka11 p<J.Lla f\.Jpten Lu;.,.1-. Scl.:no. Aron dan Pa!t i Sab
Pasukan ra !...yar ini hcrgt:rcik 111c11> u,ur p;.into.11 uta1"°' da n llul;1li<i
menuju Pe !Ju. kiru L:rnudi:111 1 'c1 ~..:r:.ik ke inh panLti br::t
mcnuju Lab .i u. kir;t-ktrJ I jJm per_1<1 la11a11 li;iri f.l1 ta H.1rnk:1.

Pasukan rak:,.at yall,!; hn<1:-t<:'.k.it p,1da tJ ; k'.Jl 25 ~ki IS I -
rd,1h sa111pu1 di dl.'.kJt 1bukuL.: HJruku p;;.d..1 t:rng.gJI JU ~Ie1.
Dcng;rn ~ gera ra~li \..:i 11 rokya t ~ Jllf! bakd;u~1t;rn 700 !)I ,I n;:t
melakukan serangan terhaJap l1enleng. Kap tdi v;.in Dric-i. y:int<
;;ejak kcpergian ResiJen \:in Lijtc11broek ke Ambon m~ng:.imhl­
..ihh kckuasuan di Haruku. r--·rpab.i l't>ru~:i!Li 1 c11gh.1d,ip1 ;;erang-
.m rni. Karena serangan ini Bel3ndJ kl'!1il ;rng.rn 2 or,111g: ~erdadu
s..:ti..igai kur ban. Scr<lllg.un kcdu:i pasukan '.\Lite .c !:>~i ~an::; ducnc<i-
1u\...an Jkan JilJ.kukan p1.1da lcl!Tf~,,I : l;i;1i 1~·1 - .rn:.lrJ J.llT: ! ::'..00

- 15.00 llcn~ an kck .."'"lr:&n s~b.Jny:J}. 2000 ur:.tng. te L1ll J1kct~iitdi
<..llch Rcianda~ ka.rena ditH H.:ork.ln ol~h Andri~·tctn Kaj D.\\:iL.-!~ seor..ing
mata-rnata fihak pclawun yang tertangkap oleh Belanda. Karena
disakiti Andriaan Rajawan terp a.ksa mernbt:.ritahu semua ren cana
penyerangan itu. Dikatakan bahwa pasukan rakyat itu terdiri dari
orang-orang Alfur );ang herada di Serarn, orang Honimoa dan
Harnku. Mereka bersenjatakan st:napan, tombak, klt:wang. busur
dan anakpanah.

Mengenai rancangan serangan ra.kyat ini Kapten van Driel
tdah memberitahu kepaua Gubernur Middelkoop tfoiertai per-
minta:m agar diberi bantuan militer. Pi::m1intaa11 itu disetujui dan
dengan tambahai1 pasukan-bantuan itu pcnghuni benLe.ng Z~clan­
dia menjadi 200 orang. Serangan pasukan rakya t dalam jumlah
yang besar baru dilakukan pada tanggal 3 Juni 1817. Sebelum
mcnyerang mereka menarikan tarian perang dengan rnembawa
klewa.ng dalam formasi :retengah lingkaran di depan benteng.
Pada saat itulah Belanda menernbakinya sehingga banyak korban
jatuh di kalangan pasukan rakyat. Setelah pertempuran sengit
terjadi s~lama 3 jam pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri
k.t: bukit. ·

Usa.ha penyerangan pasukan rakyat terhadap Haruku pada

tang.gal 10 Jurij tidak berhasil, demikian pula ptmyerangan
h<lm1-kalinya yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 1817 mulai
pagi sampai jam 12 siang. Kekalahan-kekalahan pasukan rakyat
dalam pertempman di Haruku sangat mengecewakan Thomas
Matukssi. Meskip un demi kian per1awanan tt:rus dilakukan. Ke-
kuatan pasukan pdawan di pulau Saparua masih cukup besar
untuk menghadapi Belanda.

Bela11da merencanakan untuk mengadakan expedisi ke
Saparua <ll!ngan tujuan melemahkan pusat kedudukan pasukan

Th(11nas Matulessi. Expe<li:si tt:rst:but dilalo..'1..lkan pada tanggal 25
Juni 1817 dengan menggunakan kapal Reygersbergm. Iris dan
satu kapal yang dist:w a Jari lnggris yabil Th e Swallow. Masih
diLarnbah lag1 dengan Lipal Dispatch y ang datang dari Batavia

dengan memhawa perbek:tlan heras dan garam . Tujuan expedisi
i11i adalah untuk mdcmahkan kekuatan pcrang Matukssi dengan
jalan menguasai lebih dahulu daera.h-daerah yang rakyatnya turnt
rnengadakan perlawanan. Benteng Duurstede masih ·retap di·
kuasai oleh Matulessi dan merupakan pusat dari kekuatan

136

pasukan pelawan. Inilah sebabnya Belanda J alam expedisi lebih
dahulu tida.k akan menyerang kota Saparua.

Sasaran pertama dari expedisi adalah Hatawano, sebuah
daerah yang terleta.k di pantai timur-laut pulau Saparua. Pada
tanggal 9 Juli 1817 mulai jam 10 pagi, J elanda melepaskan
tembakan meriam ke arah pantai Hatawano Penduduk laki-laki
setempat segera ke luar dengan membawa senjata mereka
masing-masing, seperti senapan, klewang can perisai, kernudian
bergerak menuju pantai. Pada hari itu Belanda masih tetap berada
di kapal mereka. Mere.lea menembakkan meriamnya ke arah
pantai un tuk menggelisahkan para pelawan, yang dibalas dengan
tembakan-tembakan senapan oleh ra.kyat. Wa.ktu itu terdengar
rakyat berteria.k-teria.k : "Mari di darat". Maka kesempatan lain
terdengar pula teriakan : " .... . .turunlah ke pantai, hadiah
telah menanti kalian ........ " Pemboman yang dila.kukan oleh
Belanda seja.k tanggal 9 sampai 12 Juli tidak mem bawa hasi1
seperti yang diharapkan. Rakyat tida.k menunjukkan keta.kutan,
tetapi bah.lean bersikap menantang.

Setelah berunding dengan dua perwtra lainnya Kapten
Groot menggunakan siasat baru yalah dengan jalan mencoba
mengajak berunding rakyat Hatawano. Surat aja.kan yang di-
masukkan dalam bu1uh bambu panjang disampaikan kepada
penduduk, setelah lebih dahulu dikibarkan bendera putih di atas
kapal. Seorang penduduk berseru, agar Belanda tidak melepaskan
tembakan lagi, hal mana disanggupi oleh Belanda. Di antara
rakyat · bersenjata yang datang ke pantai nampak juga kepala
daerah Hatawano, yang karena sudah tua ta dipikul di dalarn
kadera-pikol (kursi usungan). Pendekatan antara kedua belah
fi..ha.k mulai diadakan. Surat yang ditandatangani oleh kepala-
kepala dari pulau Seram, Saparua dan Nusalaut telah dikirimkan
pada tanggal 13 Juli dengail cara mengikat surat itu pada tiang
bendera putih yang dicampakkan di pasir pan tai. Belanda telah
mengambil surat itu dan pagi harinya, tanggal 14 Juli, perunding-
an dimulai.

Dalam perundingan itu pertama-tama wa.kil rakyat mengaju-
kan keluhan mereka terhadap perla.kuan penguasa Belanda,
seperti: tindakan penguasa Belanda yang merintangi rakyat dalam
menjalankan agama; adanfa peredaran uang kertas yang menyu-
litkan, baik un tuk pembayaran maupun untuk keperluan dan a di

13 7


Click to View FlipBook Version