dalarn gcn·_1;.i : pcnyediaan tcnai;a kerj<:i d;m pL•nnycrahan b<1il ;i11
mak.tn an -..:pcrti garam, ikan asin dan Jcndeng yang ti dal-;
dibayar. radahal paJa masa pcmcrintahan lnggris dibcri g;,int i
rugi. Dalam perundingan 1tu wakil rakyat juga ml'ng.harap agar
Jari Batavia dikirimkan Jua orang pcndda untuk kcpcntin~an
pcngajaran agama tli daerah itu. '
Schabis perundingan Ldnan Ellinghuysen dan Ldnan Chris-
tiaanscn kembali ke k.:ipal. Waktu itu Kapten Groot mcnerim a
surat permintaan dari kcpala-kcpala daerah lhamahu, ltawaka.
Nolot. Tuhaha dan Paperu, agar Christiaansen dikirim kc Saparua
untuk bcrunding dengan Matulessi . Untuk kepcrluan ini Chris-
tiaansen kcmudian <liperintahkan untuk berangkat menuju kc
Saparua. Surat dari fihak pclawan di Saparua mcngenai kesediu-
annya berunding oleh Kaptcn Groot telah dibcritahukan kcpaJa
penguasa Belanda di Amboina. Waktu Groot <kngan hebcrapa
perwira Belanda turun ke darat mereka menduga bahwa kesedia-
;m bcrunding dari fihak pelawan sebenarnya hanya mcrupakan
siasat untuk mcnangkap pcmimpin-pcmimpin militcr Bela11da
terse but, sehingga oleh karenanya mereka tergcsa-gesa kcm hali ke
kapaJ. Situasi menjadi genting kembali.
Kontak senjata rnulai tcrjadi lagi Jan dari kapal-kapaf
Belanda tembakan-tembakan meriam terus-menerus dilepask~rn .
Dari daratan kaum pelawan berusaha untuk mcngusir pasukan
Belanda yang mencoba melakukan pendaratan. Kcmajuan pa-
sukan Belanda dapat dihainbat dt:ngan adanya parit-parit pen-
jebak yang disiapkan oleh rakyat. Tetapi tembakan meriam yang
terus dilepaskan mempersukar rakyat untuk bcrgerak maju.
Setelah berhasil membakar desa-desa di daerah itu Belanda
mengundurkan diri menuju kembali ke kapalnya. Taktik pem-
bakaran desa-desa ini kemudian juga dilakukan oleh pasukan
Belanda di <laerah-daerah Saparua yang lain.
Dari fakta-fakta mengenai perkmpuran terscbut dapat
diketahui bahwa pengikut Thomas Matukssi cukup tersebar di
daerah-daerah. Meskipun demikian Belanda bcrpendapat bahwa
Saparua tctap menjadi pusat kekuatan pasukan Matulessi. Justru
karena inilah Belanda bcrusaha terus untuk sewaktu-waktu dapat
menyerang d;:ierah itu. Sejak siasat untuk menangkap pemimpin-
pemimpin militcr dalam expedisi Groot gagaL Thomas Matulessi
se benarnya telah memperhitungkan kemungkinan akan terjacli-
nya penyerangan BclanJa atas Sap:.i rua.
138
S, 111 11 1.ir-1 ia. p .i~uk.111 Gr ou t ~ ~·t ,i .s h ~ ..:L.:::..1 1 1:1e n,;;.1d_d ..1..
p..: ii ~ ,· 1.111 ~.in unruk kcdu..il\ .iliny . 1 tt.•rhJ,L HJtJ\\ Jn u ;rnt;;r:;
t ..t1 1g!_,'ai ~ i ...;1111p11i JI Jllli IXli. paJu tJ•1!!~ i i A~usrns p .rn.:K.:111
11u 11H:n1nggalka.n Ha{awano menuju ke 1bu Jrnta S;iparua. \frn-
J..! lang jam 4 sore tanggal 2 Agustus, pasukan Groot tdJh :s;,unpai
J1 panta1 d~kar S<tparua . P;,c,ukan ~latuh.:si\ 1 \ illlg tdah mcnget..i-
lrn i kedatangan musuh. hcrsiap-siap untuk m enghaJapinya. Tr:m-
bak-mcn~mbak segern h:rjadi antan.1 p;1sukan Matukssi yan~
h..: r"da d1 hcnteng Dw1,..,·1<-·de Jcngan pasu kan Bdamla yang
bcra<la d 1 kapal. Tembakan menam yang te us-meneru-; Jilepalt-
ka n dan tihak BdanJa mernaksa ~fatul~ssl mr:ngumlurkan Jiri.
l3..!ntieng ~ ang Jikosongkan okh Matulessi ak..h1rnya Jidutluki oh:h
pct)uk;m Bdando . Pa-.ubn M<1tulcs~i yang n ,.isih bl.:faJil.Ji da..:nih
sckit...Lr bente1ig br:rusaha memperlt"mah h.t> c.luJukan IllU!>llh Ji
bentt:ng. Pcnycrangan maupun pc11~egata u Jilakukan tqhadap
serdadu-serdadu yang akan mencan air tawa ke luar bentt"ng.
Teranglah bahwa meskipun benteng D1111rstede, tdah c.h-
rl· bu c. kl!JuJukun Belanda Jalam bi.!nt~n g sang:H sulit karena
ti.: rpis;1}1 dari Ja1.:n1h di luar bcntcng. s~ n cntarn itu rukyat Ji
J aerah-daerah lainnya tetap berada Ji fun k \tatulcssi . scpcrti
rJkyat d 1 hampir seluruh Jesa Ji Haroku. 1 us4tlaul J;..in lli.:sa-Je::.a
Ji bagian barat Amboina . Usah<t Grout un t 1k meminta hantuan
u1pasukan paua penguasa Belanua Am bJn Lidilk sei;t:rn ler-
penuhi . Baru pacta tanggal 3 September l I 7 bantuan pa~ukan
J iln Am boina Ji bawah Kapten Lisnet Ja t.rn g. 1Jenga11 bantuan
m iltter 111 1 keJuJukan Bdanda di Sa pa u a bertambah kuat .
..\1KC1llldn BelilnJa untuk membakar ha b s Jesa-JesJ apabila
rJ k:. at t1tbk mau m;.:ngh;:nrib n p~rlaw a1 <1 11 tiJak Jihiraukan
('l c' h ra kva r. Demduan ~i ub pe ngum um a Groot dan Lisnct
c.: nrang pl:lll b1.:nun haJ1C11l I 000 gu!Jc:u k.: 1a J.t siJpJ yang dapat
menang.kap M::illl16)i tlan 500 guldrn bai:J an~ J::ipat nl\:n) l:rai1-
l..an pem 1mpin pcrlawanan Lti nn~ a. ti dak il t'ndapat tan~ap an
dari rak} at.
Pcrlawanan rakyat masih tr:rus ber!Jng'> mg di daerah-daerah
L1rikt'. Uring. Limo . Asilulu dan Wa kasihu , '11 eskipun peralawan-
Jn terse b ut riuak :.t' k ua r p;:nla mas..i pe rm u .ian perang. Delan<la
pada tanggal 15 Oktober memberangkar k.111 expedisi lagi di
hJ wah MJ) \11 Meyer untuk me11g.int~n:-.1fk a n ·~.:nindasan terhadap
kaum p..:l awan. Usaha rakyat unt uk mereb l benlt'ng Bdam.la Ji
l:i rikc r..:rpa ksa gag;.il karr:na munrntn~ .1 :i r •1 aJa expcd1~1 Meye r
13 9
di situ. Berangsur-angsur daerah-daerah perlawanan seperti Asilu-
lu. Uring, Hila dapat Jikuasai Belanda. Pada expedisi selanjutnya
Belanda juga dapat menduduki Hatuasa dan Hulaliu.
Porto dan Haria jatuh ke tangan Belar:ida pada tanggal 8
November 1817 setelah rakyat berusaha keras untuk mengadak:l n
perlawanan, jemikian pula Tiow. Siri Sori. Ulat dan Ow
berturut-turut dapat dikuasai Be.landa. Suatu hal yang akhirn ya
melemahkan kekuatan kaum pelawan adalah tertawanny a r~
mimpin-pemimpin perlawanan seperti : Thomas Matulessi. Ant hL-"-
nie Rhebok, Thomas Pattiwael dan raja dari Tiow pada tangg J!
13 November 1817. Kecuali itu .iuga telah tertangkap Luc:is
Latumahina, Johannes Marulessi (saudara dari Thomas Matuless1 1
telah diketemukan oleh Belanda di bukit Haria dan di tangkap-
nya pada tanggal I 7 November 1817. Dengan tertangkapnya
Thomas Matulessi ciao pemimpin-pemimpin lainnya perlawanan
rakyat menjacli semakin lemah, meskipun di daerah--daerah untuk
sementara masih dilanjutkan perlawanan. Perlawanan rakyat di
Nusalaut telah dipatahkan samasekali oleh Belanda pada tanggil
I0 November, sedang perlawanan di daerah Seram Selatan barn
berakhir dalam bulan Desember 1817. Pengadilan Belanda di
, ,. 1 1I /
Ambon memutuskan menjatuhkan hukuman gantung terhadap
Thomas Matulessi dan kawan--kawannya. Dengan kcyakinan akan
kebenaran perjuangannya Thomas Matulessi menjalani hukum an
mati pada tanggal 16 Desem ber 181 7 jam 7 pagi di halarn an
muka gedung pengadilan di Ambon. Dari seluruh jalannya perang
yang berkobar di Saparua dan pulau-pulau lain, dapat diketahui
bahwa perla.wanan rakyat cli adaerah-daerah tersebut terhadap
kekuasaan Bel,anda cukUp.gigih.
3. Perlawanan Kaum Padri ( i821 - 1837)
Penyebaran agama Islam di alam Minangkabau terutarna
berkat kegiatan pusat pengajaran Islam di daerah Ula.kan, sebuah
kota kecil di sebelah utara Padang. Pusat pengajaran Islam ini
dipimpin oleh seorang ulama bemama S eh Burhanuddgi, murid
Abdurrauf tokoh Islam dari Singkel yang meninggal pada tahun
1704 M. Penyebaran agama Islam ke pelbagai daerah pedalaman
Minangkabau selanjutnya dilakukan oleh keempat murid dari
Tuanku Ulakan tersebut, di antaranya yang paling terkenal
adalah Tuanku Pemansiangan. Namun dalam tradisi Minangkabau
140
Syeh Burhanuddin tetap dipanuang sebaga1 ulama pertama yang
menyebarkan agarna Islam ke daerah pedalaman Minangkabau.
Dapat dibayangkan bahwa kedatangan Islam dalam masyara-
kat Minangkabau sedikit banyak membawa kegoyahan di kalang-
an kaum- adat. Meskipun demikian adat m asih tetap dipegang
teguh oleh golongan masyarakat yang kepercayaan nya Islam
masih tipis. Di kalangan mereka kebia,saan hidup lama masih
dibkukan, meskipun hal tersebut dilarang oleh ajaran Islam .
seperti kebiasaan minum minuman kenlS. berjudi dan menyabung
ayarn. Sam pai pada permulaan abad 19 kepercayaan menurut
Islam dan keyakinan menurut adat masih dapat hidup benlarn-
pingan dalam masyarakat Minangkabau. Namun pada pennulaan
abad 20 mulai nampak timbulnya perubahan-perubahan.
Kedatangan kembali tiga orang haji asal Minangkabau dari
Mekah, yalah Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang paua
tahun 1803, mernbawa perubahan baru dalam m asyar.tkat Mi-
nangkabau. -Ketiga haji tersebut, yang masmg-masing berasaJ dari
daerah Pandai Sikai, VIII Kota dan Tanah Datar, telah rnenyaksi-
kan kerasnya usaha kaum Wahabi di Me w1tuk membersihkan
agarna Islam dari tindakan·tindakan yang men yimpang dari ajar.m
Kur'an. 3 Dalam _pandangan mereka keadaan masyarakat Minang-
r kabau waktu itu telah menyim pang jauh dari apa yang diajarkan
agarna. Olen karenanya mereka bertekad untuk·m eluruskannya.
Di lain fihak golongan kaum adat yang tidak menginginkan
adanya gangguan terhadap kebiasaan yang berla.ku di kalangan
mereka, rnenjadi peka terhadap S;Ctiap usaha pembaharuan yang
dilakukan oleh ketiga orang haji terseb ut.
Gcrakan para haji ini, yang kemudian terkenal dengan
sebutan. gerakan ·Padri, terutarna bertujuan untuk ~ emperbaiki
masyarakat Minangkabau dan akan mengembalikannya pada
keadaan yang sesuai dengan ajaran Islam . Beberapa ulama lama
yang - telah berpengaruh dalam masyarakat karena kegiatannya
dalam bidang penyiaran agama menyam but idee kaum Pa<lri
dengan baik. Ulama-ularna ini kemudian muncul menjadi pemim-
pin-pemimpin yang berperanan dalam gerakan Padri. Ajaran
kaum Padri juga menarik perhatian sem entara kepala-kepala
3 Uraian mendalam meniienai konflik antara Acla t dan Islam di Minan&kabau,
periksa Taufik Abdull11h, "Ada! and Isla m : An t x~mi na!l on of Con flict In
Mina111kabau'" , lndone1ill, II, October 1966 (Modern Indonesia l'rojecr . Corni:ll
Un iversity, dan se l~usnya). ·
141
negeri di daerah pantai. Di dalarn pertentangan ·dalam daerah
Minangkabau yang kemudian terjadi, surnbangan dari kepala-
kepala negeri pada gerakan Padri cukup besar.
Sikap yang keras dari kaum Padri dalam memperjuangkan ·
cita-citanya menimbulkan ketegangan di kalangan k.aum adat.
Kebiasaan lama yang telah berak.ar dalam masyarakat Minang-
kabau tidak rnudah untuk dirubah dalam waktu singkat. Ganggu-
an terhadap kebiasaan penduduk tersebut mudah menimbulkan
reaski. Hal ini dapat dilihat ketika Haji Miskin mencoba rnelarang
penyabungan ayam yang dilakukan oleh penduduk di Pandai
Sikai. Reaksi segera tirnbul di kalangan penduduk. sehingga Haji
Miskin terpaksa menyingkir untuk menghindari kemarahan pen-
duduk pendukkung adat tersebut.
SetaJah terjadi keributan dalam pelarangan penyabungan
ayam di ·Pandai Sikai ini Haji Miskin meneruskan usahanya
dengan menghimpun para pengikut, terutama terdiri dari pen-
duduk yang menaruh simpati pada gerakan kaum Padri. Pertem-
puran antara kedua belah fihak rnulai meletus di Kota Lawas.
Perang ini -kemudian menjalat ke daerah-daerah lain. Di daerah-
daerah yang telah dipengaruhi oleh kaum Padri. rakyat mulai
mengangkat senjata untuk menggabungkan diri dalam perang. Di
daerah Alahan Panjang kedudukan kaum Padri telah kuat,
meskipun juga terdapat sementara penghulu yang tidak setuju
dengan kaum Padri. Nampaklah bahwa pengelompokan antara
fihak pro dan a~ti kaum Padri telah terjadi di pelbagai daerah.
Pertentangan mudah timbul antara kedua kelompok itu dan tidak
jarang menjurus ke arah pertempuran-pertempuran bersenjata. Di
Alahan Panjang misalnya kaum Padri di bawah pimpinan Datuk
.Bandaro telah bertempur melawan kaum adat yang dipimpin oleh
Datuk Sati.
Di antara kedudukan kawn Padri yang kuat adalah Bonjol .
Tuanku Imam Bonjol yang kemudian menggantikan kedudukan
Datuk Bandaro, yang dikabarkan meninggal karena terkena
racun. mengadakan pertahanan bersama pengikut-pengikutnya di
benteng Bonjol. Di daerah lain seperti di Tanah Datar terdapat
juga pertempuran antara kaum Padri yang dipirnpin oleh Tuanku
Pasaman dengan kaum adat. Dalam pertempuran ini pengikut
kaum adat terdesak, sehingga kaum Padri dapat berpengaruh di
142
daerah terse but. 4 Pertentangan intern antar golongan dalam
masyarakat Minangkabau yang disebabkan karena perbedaan
faham kepercayaan . dan keyakinan ini mengalam i perkem bangan
baru, setelah kekuasaan asing ke_mu dian mengadakan intervensi.
Kedatangan_Letnan Gubern ur Thomas Stamford Raffles di
Padang pada pertengahan bulan Juli 18 18 tidak lain untuk
mencoba menarik perhatian rakyat Minangkabau, berhubung
daerah tersebut seperti halnya daerah-daerah lainnya menurut
Konvensi London 1814 harus dikemba11kan pada Belanda.
Perlawatan Raffles ke Minangkabau juga mempunyai maksud
untuk mengetahui dari dekat situasi tera.khir di daerah tersebut.
Pertemuannya dengan kedua Tuanku di Suroaso dari keluarga
raja Minangkabau, berakhir dengan kesediaan Raffles un tuk
mengalrui mercka sebagai wak.il-wakil kera1aan Minanngkabau.
Pada waktu itu gerakan kawn Padri telah m ulai kuat di daerah
pedalam an. Kedua Tuanku Suroaso tersebut adalah putrcl dari
raja Muning Alamsyah yang telah terdesak oleh kaum Padri.
Pendebtan Raffles pada kaum adat berhasil, bahkan kaum adat
mengingin kan bantuannya dalam menghadapi kaum Padri. Se-
baliknya kaum Padri menunjukkan si.kap m enolak bekerjasama
dengan pihak lnggris 5
Waktu Belanda menerima penyerahan kembali daerah Su-
matra Barat dari lnggris, maka perlawanan ka um Padri akhirnya
juga diarahkan pada kekuasaan Belanda. Kaurn Pad ri m ulai
melakukan serangan-serangan terhadap pos-pos Belanda maupun
pencegatan terhadap pasukan patroli mereka. Pos penjagaan
Belanda di Semawang telah menjadi sasaran penyerangan dalam
bulan September 1821 . Soll Air dan Sipinang berkaJi-kali
mendapat gangguan dari kaum Padri. Tuanku Pasaman dengan
pasukannya melakukan operasi di sekitar Lintau. Usaha pimpinan
pasukan Belanda untuk berdamai dengan Tuanku Pasaman
dengan perantaraan seorang pendeta Knsten tida k berhasil.
Bahkan Tuanku Pasaman pada Wclktu itu telah mcngerahkan
sebanyak 20 a 25.000 orang pasukan Pad ri di sebcla h timur
Gurung. Pasukan besar ini diperlengka pi dcngan senjata-senjata
4 Pertbll E. B.Kiclatn , "'Sumatn'1 -tltUlt van 181 9 -- 1825 ... BICJ. XXXVI .
1111, 11.
s K1um Padri hany1 m.au beraekutu denpn lnuris. :ip.. bil,. lnggris m~u
meaib1ntu mcreb menyebVbn paham pe111b,.haruan, /bid., 12 .
143
~r:idisicnil, bendera-bendera pa sukan dan payung-payung besar
se bagai tanda pengenal pasukan.
Dalam pertempuran yang terjadi antara pasukan Tuanku
Pasaman clan pasukan Belanda yang terdiri dari 200 orang
serdadu Eropa yang diperlengkapi dengan meriarn 6 pon dan
meriam kodok (howitser), ditarnbah dengan 8 a 10.000 orang
pasukan bantuan terdiri dari orang bumiputra, telah meminta
banyak korban di kedua belah fihak. Tuanku Pasaman menderita
kerugian k:urang lebih 350 orang gugur, di antaranya anak
Tuanlcu Pasarnan sendiri. Demikian pula fihak Belanda tidak
sedikit kehilangan serdadunya yang tewas dan mendapat luka-
luka. Dengan sisa pasukannya Tuanku Pasaman kemudian meng-
undurkan diri ke Llntau, setelah berhasil menerobos rintangan-
rintangan dari pasukan musuh yang mencoba memutuskan jalan
yang menuju ke Lintau. Setelah berhasil menguasai seluruh
lembah Tanah Datar, Belanda mendirikan benteng di Batusangkar
(kelak diberi nama Fort Van Der Capellen).
Markas Tuanku Pasarnan di Lintau dijaga kuat oleh pasukan
Padri. Pasukan Belanda sebanyak 120· orang serdadu di bawah
pimpinan Raaff dan beberapa Kapten berusaha menyerang
markas Tuanku Pasaman, tetapi maksud tersebut ditunda setelah
mengetahui bahwa pasukan Tuanku Pasaman di Markas tersebut
cukup kuat. Setelah mendapat bantuan dari daerah lain sebanyak
150 orang serdadu, Raaff melanjutkan usahanya. Penunjuk jalan
yang mengantar Raaff menuju kc markas Tuanku Pasaman
ternyata orang yang pro Padri dan berhasil memasukkan pasukan
Raaff ke dalarn jebakan di daerah pertahanan kaun:i Padri yang
kuat. Karena kekalahan yang diderita, Raaff mengundurkan diri
ke Pagaruyung
Karena Tuanku Pasaman cukup berat untuk ditundukkan,
maka Belanda mencoba lagi untuk mendekatinya. Surat ajakan
untuk berdamai yang dikirimkan oleh Raaff kepada Tuanku
Pasarnan tidak mendapat jawaban dari Tuanku tersebut. Pasukan
Raaff yang bergerak di sekitar Tanjong Alam pada tanggal 10
Juni 1822 telah diserang oleh pasukan Padri. Di daerah lain
pasukan Padri juga aktif mengadkan penyerangan-penyerangan.
Di sekitar Baso pasukan Tuanku nan Renceh tanggal 14 A.gustus
1822 telah menyerang pasukan Belanda. Pasukan Belanda ter-
desak bahkan Kapten Goffinet yang memimpinnya menderita
Iuka berat. Pasukan kaum Padri yang lain dalam bulan September
144
1822 telah pula mengadakan operasi di dae ah Guguk Sigandang
dan Tanjong Alam dan mernbakar kampung-kampung penduduk
yang memihak kaum adat. Pasukan kaum Padri ini berjumlah
sekitar 20.000 orang ·
Dari beberapa pertempuran yang terjadi terlihat bahwa
pasukan kaum Padri cukup kuat dan terpencar di daerah-daerah.
Dalam pada itu hubungan kaum adat dengan Belanda dalam
mela wan kaum Padri juga makin erat. Raja Muning yang telah
lanjut usianya bersekutu dengan Belanda meskipun ia sudah
tidak mampu tampil sebagai pemimpin dalam pasukan. Dalam
hubungan pertentangan antara kaum Padri dan kaum adat
kedudukan Tuan.ku nan Tua sebenarnya berada di tengah-tengah
kedua fihak tersebut. Ia menginginkan jalan damai dalarn
menye barkan faham kaum-kaum Padri dan tidak menyetujui
tindakan-tindakan kaum Padri dengan ke rasan. Justru karena
sikapnya yang demikian ini maka Belanda tidak memusuhinya.
Bahkan pemah dengan menggunakan pengaruh Tuanku nan Tua
Belanda dapat melunakkan pendirian peoiikut Padri di Kapau.
Demikian pula dengan perantaraan Tuanku nan Tua kaum Padri
bersedia meninggalkan daerah Alahan Panjang clan Rau, sehingga
di daerah itu Belanda kemudian dapat mem perkuat diri.
Di Bonio pertahanan kaum Padri juga cukup kuat. Untuk
menghadapi kaum Padri ini pimpinan pasukan Belanda Letnan
P.H.Marinus memindahkan meriam-meriam dari pertahanannya
di Baruh Bukit ke pertahanan di dekat Bonio. Demikian pula
pasukan Belanda yang lain di hawah Kapten Brusse dengan
bantuan 1000 orang penduduk setempat telah dipergunakan.
untuk menghadapi kaum Padri di Bonio. Waktu pasukan Van
Geen bergerak sampai di dekat bukit di muka Bonio, pasukan
Padri segera turun dari bukit tempat pertahanannya dan menye-
rang pasukan musuh. Dalam pertempuran ini Letnan Mari.nus
meninggal. Setelah bertempur pasukan Padri segera mengundur-
kan diri ke dalam hutan-hutan di sekitamya.
Usaha selanjutnya dari pasukan Belanda untuk menaiki
bukit dengan maksud untu·k mendekati pertahanan kaum Padri di
Bonio te rsebut telah disambut oleh kaum Padri dengan lemparan
tombak, batu maupun batang-batang pohon dari atas. Dalam
medan pertempuran yang lain di Kapau pasukan Padr.i memben-
tuk garis pertahanan yang cukup panjang. Pasukan ini pada
tanggal 18 September l 8f3 telah mencoba mengep ung pasukan
145
Belanda yang berkekuatan l 00 oang sehingga pasukan musuh
cersebut harus menyingkir ke Kota. Tua. Sebagian pasukan Padri
mengejarnya, tetapi dalam pertempuran yang terjadi ternyata
pasuk.an Padri kalah .kuat sehingga mcngundurkan diri. Usaha
kaum Padri untuk melemahkan kedudukan musuh diteruskan
dengan- menutup jalan yang menghubungkan pos Belanda di Kota
Tua dengan Tanjong Alam.
Di daerah Agam pada tanggal 24 September 1823 pasukan
Padri telah menyerang pasukan Mayor Laemlin yang berkekuatan
170 orang. Dalam pertempuran ini fihalc Belanda menderita
kerugian 19 or.mg serdadu luka-luka. Namun persenjataan pasu-
kan Beland~ yang cukup lruat tclah berhasil mendesak-pasukan
Padri, bahkan akhirnya dapat mcrebut bcnteng pertahanan Padri
di daerah itu yang dijaga oleh 36,0 orang.
Dengan kcpergian Letnan Kolonel Raaff ke Padapg pada
tanggal 16 Desember 1823 untuk menggantikan kedudukan Du
Puy sebagai Residen..dan Kornandan Militer Belanda di Padang,
terjadilah perkembangan baru. Raaff merencanakan untuk meng-
adakan perundingan dengan fihak kaum Padri. Usahanya untuk
inendekati kaum Padri di Bonjol berhasil dan pada tangga1 22
Januari 1824 dapat diadakan perundingan perdamaian dengan
mereka. Setelah itu kaurn Padn di daerah VI Kota juga
mengadakan perdarnaian dengan Belanda. Adanya perundingan
ini sebenarnya hanya menguntungkan fihak Belanda untuk
menunda waktu guna memperkuat diri.
Pengirirnan pasukan-pasu.kan oleh Raaff pada tanggal 29
Februari 1824, terdiri dari 150 orang serdadu Eropa, 150 orang
Madura clan l 000 orang bumiputra setempat dengan perlengkap-
an meriam 3 pon dan howitser, ke daerah Pandai Sikai
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan apabila usahanya
untuk mengajak berdamai tidak mendapat sambutan dari kaum
Padri. Tuanku Damasiang, seorang pemirnpin Padri di Kota
Lawas. menalak untuk berdamai dengan Belanda, sehingga
kemudian rrtendapat serangan dari pasukan Belanda. Kata Lawas
dibakar oleh Belanda dan Tuanku Damasiang terpaksa menyerah
karena kepungan pasukan Belanda tersebut.
Pendudukan daerah VI Kata aleh pasukan Belanda menim-
bulkan kemarahan kaum Padri di Bonjol. Meninggalnya Letnan
Kalunel Raaff karena sakit pada tanggal I 9 April 1824 merupa-
146
ka.n kesempatan baik bagi m ereka untuk mengobarkan perang
lagi. . Nas.kah perjanjian perdarnaian dikirim kan kembali kepada
Belanda dan mereka mulai mengadak.an gerakan pasukan ke
sebelah tenggara Tanah Datar. Mereka kemudian melakukan
penyerangan terhadap pos Belanda di Suroaso. Pasukan Belanda
dengan kekuatan 120 orang serdadu pada tanggal 17 Juli 18 24
dikirimkan ke daerah ~ersebut dan berhasil membakar kampung
tempat m arkas pasukan Padri, tetapi ketika pasukan Belanda
tersebut akan kembali ke Suroaso di suatu lembah yang sempit
telah d.iserang dengan tiba-tiba oleh pasukan kaum Padri yang
cukup kuat. Dengan susah payah dan dengan kerugian 30 orang
serdadu tewas pasukan Belanda berhasil kem bali ke Suroaso.
Dalam tahun 1825 berhubung adanya perlawanan Dipo.
negoro d i Jawa, Pemerintah Hindia Belanda dihadapkan pada
kesulitan baru.: Sementara perlawanan kaum Padri belum dapat
dikalahkan, kekuatan militemya sebagian harus di kerahkan un-
tuk menghadapi perang baru itu. Di Tanjong Alam pasukan
Padri aktif mengadakan operdsi dan mengadakan gangguan
terhadap pengikut-pengikut kaum adat yang memihak Belanda.
Dalarn bulan April 1825 mereka telah mt.:lakukan perlawanan
terhadap pasukan Kapten Bauer yang menco ba mengusir mereka
dari Tanjong Alam. Demikian puJa sejumlah 7000 ka um Padri
telah terlibat dalarn pertempuran dengan pasukan Belanda di
Agarn, dekat Bukittinggi.
Kolonel Stt~ers, yang diangkat menjad1 penguasa sipii· dan
militer di Sumatra Barat sejak tanggal 2 November· 1824, pada
tanggal 29 Oktober 1825 telah berhasU m engadakan kontrak
perdarnaian baru dengan kaum Padri yang d1wakili oleh Tuanku
Keramat, yang isinya antara lain menyebutkan: Belanda aka n
mengakui kekuasaan Tuanku-Tuanku di Lintau, L Kata, Telawas
dan Agam ; kedua belah fihak akan melindungi orang-orang yang
sedang dalam perjalanan dan para pedagang, kedua belah fihak
akan melindungi orang-orang yang kembah dari pengungsian.
Perjanjian yang diadakan di Ujung Karang itu baru ditanda-
tangani di Padang pada tanggal 15 November 1825 .
Sudah tentu bahwa perdamaian antara Belanda dengan
kaum Padri ini mengecewak~ para pengiku t kaum adat. yang
sebelumnya telah mendapat kesanggupan dari Belanda untuk
men<lapat bantuan dalarn melawan kaum Padri. Dalam hubungan
ini Belanda rnempunyai perhitungan lain Gencatan senjata
147
dengan kaum Padri baginya sangat menguntung.kan, karena
dengan dernik.ian sebagian dari pasukannya di daerah ini dapat
dipergunakan untuk memperkuat pasukan Belanda di Jawa dalam
usahanya menindas perlawanan Diponegoro .
Waktu dalam bulan September 1826 serdadu-serdadu Belan-
da di Minangkabau sebanyak . 5000 orang beserta 17 opsir
beran8kat ke Jawa, kekuatan militer Bclanda di Minangkabau
tinggal 6 77 orang. Dengan kekuatan ini BeJanda harus menjaga
17 pos yang letaknya tersebar di daerah-daerah. Dengan demikian
terlihat bahwa kekuatan Belanda tidak mencukupi. Kelemahan
ini telah digunakan oleh sementara rakyat yang memihak kaurn
Padri untuk menentangnya. Penduduk kampung Mulik Padang
menentang waktu komandan Belan<la di daerah itu memaksa
mereka untuk membuat jalan. Dua detasemcn pasukan .Belanda
yang oleh De Stuers dikirim ke kampung Mulik Padang untuk
memaksa rakyat lagi. tt:rnyata mcndapat perlawanan bersenjata
dari merelea: sehingga· bcrcerai-berai.
Kauin. Pa<lri m_tmgarnbil kesernpatan yang baik itu untuk
n1emulai p~rlawanan lagi. Mereka mengadakan serangan terhadap
daerah-dacrah pengikut kaum adat seperti Suroaso dan Tanah
D·atar, schingga dcngan · kt!kuata~ yang ada Bclanda harus
menghadapinya. Scmentara itu kepala-kepala adat· dari daeral1
Xlll Kota dapat mcmpengaruhi penduduk XX Kota untuk
menentang Belanda dan tidak rnau mem bayar cu kai chm pajak
pasar yang dibebank.:m atas mereka. Ternyata bahwa perjanjian
perdama.ian tertanggal 15 November 1825 tidak ada artinya lagi.
Kl!c.:urigaan tahadap Belanda terutama terdapat pada kaum
P;idri di Bonjol yang dipimpin olch Tuanku Imam Bonjol dan
kawan-kawan seperjuangannya Tuanku nan Gapuk dan Tuanku
Hitum. Pengalamannya Jalam p!!rjanjian dengan Belanda di
Masang yang ditandatangani di Padang p?da tanggal 26 Januari
1825 yang akhirnya tidak ditepati sendiri oleh Belanda, adalah
mcrupakan sebab tidak adanya kepercayaan lagi pada Belanda.
Dal;im hubungan dengan perlawanan kaum Padri pcrlu
d1kctahui bahwa di antara pemimpin-pemimpin mereka tidak
selalu terdapat kesamaan pendapat. Sikap golongan Padri ya ng
tidak mcnginginkan jalan kekerasan Jalam menghadapi kaum
aclat ditcntang oleh golong:m Padri yang keras pendiriannya.
Sudah pasti bahwa perbedaan pcndirian ini menyt:!babkan tcr-
14.ls
pecahnya kek uatan kaum Padri sendiri. Meslopun demikian dalam
menghadapi kekuasaan Belanda nampak bahwa mcreka sama-
sama menunjukkan sikap penen tangan . Hal mi terlihat pada sikap
T uanku nan Gerang dan Tuanku Ibrahim yang meskipun lunak
terhadap kaum adat, tetapi tidak mudah pula diajak kerjasama
dengan pimpinan militer Belanda di Padang, D. L.Richemont .
Di daerah VII Kota di Pariaman pengikut Padri aktif
mengadakan operasi. Dalam pada itu di Naras pengaruh pemim-
pin Padri Tuanku nan Cerdik besar. Dalarn pertempuran yang
terjadi pada tanggal 12 Desember 1829 menghadapi pasukan
Belanda di bawah pimpinan Kapten De Richemont yang ber-
ke kuatan 130 orang serdadu dan 50 orang marine. Tuanku nan
Cerdik berhasil mengalahkannya sehingga menyebabkan kerugian
m usuh 5 serdadu tewas, di antaranya seorang Letnan-Jaut, dan 30
orang lainnya iu.ka-luka. Pimpinan pas Belanda terpaksa
menunggu lagi pasu1can bantuan.
Kele~an pdUkan Beland& di pelN1ai daerah pcrtempul"-
an membawa a.lcibat makin meluasnya perlawanan kaum Padri. Di
samping itu terlihat bahwa sernentara kaum adat yang kecewa
mulai melakukan perlawanan juga terhadap Belanda. Sebanyak
kira-kira 70 orang penghulu adat dengan bantuan penduduk XIII
Kota yang bersikap anti Belanda telah menyerbu Padang, tetapi
kem udian mengundurkan diri setelah kuranglebih I00 orang
serdadu Belanda melawannya. Sementara itu kaurn Padri yang
bergerak di se belah utara Pasa.man telah berhasil menduduki Ayer
Bangis. Ayer Bangis dijaga oleh pasukan Padri berkekuatan
sebanyak 300 orang, sedang dari arah laut· penjagaan dibantu oleh
perahu-perahu Aceh di bawah Sidi Mara.
Melihat situasi perang terscbut, nampak jelas bahwa kc-
dudu kan Belanda di Sumatra Barat cukup sulit. Residen Mac
Gi!Tavry demikian pula pemimpin militer De Richemont tidak
berhasiJ men galahkan samasekali perlawanan kaum Padri. Kaum
ad at tid ak seluruhnya memihak papanya, sedang kaum Padri
makin berani mengganggu daerdh-daerah yang telah dikuasai
Belanda. Gu bernur Jenderal Van Den Bosch karenanya meman-
dang perlu untuuk mengadakan mutasi pimpinan pemcrintah
Belanda di Sumatra Barat. Pada tanggal 4 Maret 183 I Kolonel
G. P.J.Elout diangkat menjadi Residen merangkap pimpinan
tertinggi mili ter di Sumatra Barat. Tugas pertama dari Elout
149
yalah untuk mematahkan perlawanan kaum Padri ·atau setidak-
tidaknya menghalang-haJangi meluasnya kekuasaan kaum Padri.
Kekuatan militer yang terbatas dari Elout sebenarnya tidak
memungkinkannya untuk mematahkan perlawanan kaum Padri.
Waktu itu Elout hanya mempunyai serdadu sebanyak 707 orang
dan 26 opsir. Separoh dari 707 orang serdadu tersebut adalah
orang bumiputra. Kekuatan militer ini harus dibagi untuk
menjaga sebanyak 18 pos militer. Dengan kekuatan yang ada ini
Belanda ingin mematahkan kekuatan kaum Padri. Tuanku nan
Cerdik yang waktu itu bermarkas di Naras menjadi sasaran
pertama dari Elout. Telah disebutkan bahwa pengaruh pemimpin
Padri ini di Naras·sangat besar. Serangan Belanda terhadap kaum
Padri di bawah pimpinan Tuanku nan Cerdik dilakukan dengan
tiba-tiba pada tanggaJ 6 Juni 1831, sehingga dalam pertempuran
yang terjadi pasukan Tuanku nan Cerdik terpaksa menyingkir ke
Bonjol.
Seme~t~ itu pasukan Padri_yang berad_a di sebelah utara
Muarapalarn pada tari'ggai 18 Agustus l 831 telah terliba t dalam
perternpuran dengan pasukan Belanda. Di daerah lain perternpur-
an masih terus berlangsung. Pertahanan kaurn Padri di Sijantang
pada tanggal J4 September 1831 mendapat serangan dari pihak
Gelanda dengan pasukan orang Bugis yang berjumlah 120 orang.
Pertahanan Padri di sini cukup kuat, sehingga Belanda harus
menantikan bantuan pasukan lain untuk menghadapinya lagi.
Baru pada tanggal 22 September 1831 pertahanan Padri di
Sijantang dapat dipatahkan oleh Belanda.
Tuanku nan Cerdik yang menyingkir setelah gagal dalam
mernpertahankan Naras mulai banyak beroperasi di daerah XII
Kota. Ia mengadakan kerjasama dengan Tuanku Imam Bonjol
.dalam penyerangan-penyerangan terhadap pos-pos Belanda. Da-
lam bulan Maret -1832 Tuanku nan Cerdik berhasil menghimpun
kekuatan di XII K6ta':untuk ·mempersiapkan penyerangan .ter·.
hadap pasukan Belanda yang berada di V Kota dari VII Kota..
Bersarna-sama dengan pasukan Tuanku Imam Bonjol yang terdiri
dari 4000 orang, pasukan Tuanku nan Cerdik y.ang bcrkekuatan
3000 orang mengadakan gerakan ke arah Tiku. Gerakan ini telah
menimbulkan kekhawatiran pimpinan militer Belanda. Pasukan
gabungan dari Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku nan Cerdik ini
berhasil mcnduduki Mengopo dan mernbuat markas di situ.
Dalam hubungan ini Belanda memberangkatkan pasukannya ya ng
150
berkedudukan di Priaman rnenuju ke arah Tiku dan kemudian
m enyerang pasukan Padri di Mengopo. Pertempuran seru yang
terjadi meminta banyak korban di kedua belah fihak.
Di d aerah Agam Tuank u Damasiang yang bermarkas di
sebelah selatan Kapau menipakan ancaman terhadap pertahanan
Belanda "di Fort De Kock. Dengan susah~payah pasukan ·Belanda
yang berkekuacin 250 setdadu dapat mematahkan perlawanan
pasukan· Tuanku Damasiang. Untuk menjaga perlawanan Padri
selanjutnya Belanda mendirikan pos penjagaan di Bulit Koriri di
Cilatang. Sementara Belanda berhasil menduduki beberapa tem-
pat di daerah Agam, pasukan Padri telah berhasil rnemperluas
daerah pengaruhnya kc daerah--daerah pantai sebelah utara
Padang.
Dalam hubungan ini Gubernur Jenderal Van Den Bosch
sebagai pemimpin tertinggi kekuasaan Belanda di Indonesia
menginginkan agar pcrsoalan di Sumatra Barat selekas mungkin
dapat diatasi, dalatn arti bahwa perlawanan kaurn Padri harus
segera dikalahkan samasekali, sehingga Beland a dapat berkuasa di
seluruh Sumatra Barat. Bantuan rniliter yang dikirim dari Batavia
telah tiba di Padang pada pertenga.han tahun 1832, berkekuatan
3 kompanyi dengan perlengkapan beberapa meriam dan mortir.
Di samping itu ikut pula legiun Ali Basyah Sentot Prawirodirdjo
yang terdiri dari 300 orclll& bersenjata. Pasu kan ini disebar di
pelbagai pos dan benteng Belanda dan sebagian .dipergunakan
untuk mengadakan operasi di daerah pedalarnan.
Pertahanan kaum Padri di sebelah utara Tanjong Alam pada
tanggal 22 Juli 1833 mendapat serangan dari pasukan Belanda.
Dalam pertem puran ini fihak Padri dapat _menewaskan antara lain
seorang Kapten. Dengan bantuan militer dari Jawa ini pasukan
Belanda bertambah kuat sehingga beberapa daerah yang dikuasai
kaum- Padri dapat didudukinya, seperti Tapi Selo bekas tempat
ke dudukan T uanku Pasaman. Di Kebon Belongkat yang terletak
di sebelah timur Muarapalam, demikian pula di Bua, Belanda
rnendirikan ku bu untuk menjaga daerah yang telah dikuasainya.
Perlu juga disebut perternpuran besar yang terjadi di Agarn.
Dalam pertempuran pada tanggal 29 Juli 183 3 ini pasukan Padri
yang berjumlah 2000 orang berhadapan dengan pasukan Belanda
yang membawa kerugian di fihak Belanda 8 te was dan 40 orang
Iuka-Iu ka, tetapi tidak sedikit pula korban di fihak kaum Padri.
ISl
Menyerahnya Tuanku nan Cerdik dalam bulan Agustus
1833 sudah pasti mengurangi kekuatan kaum Padri. Belanda
berhasil meminta keterangan dari Tuanku nan Cerdik, yang
waktu itu oleh Belanda diangkat sebagai Raja Bicala, tentang
kekuatan kaum Padri di Bonjol dan rencana kaum Padri Bonjol
untuk mengadakan serangan lagi ke daerah pantai. Oleh karena-
nya Belanda segera mengirimkan pasukan untuk menghalang-ha-
langi kemungkinan gerakan Padri Bonjol tersebut. Dengan meng-
ambil jalan lewat Tiku, Mengopo, Bevervoorde sampai di Lubo
Amba~ dan mendirikan kubu di situ.
Sementara itu pertempuran yang terjadi di sekitar jurang
antara Mantua dan Agam pada tanggal 10 September 1833
membawa kekalahan pada fihak kaum Padri, mesk.ipun mereka
dapat menewaskan beberapa serdadu Belanda, diantaranya se-
orang Letnan Kolonel. Beberapa distrik dan seluruh daerah VIII
Kota ·telah jatuh ke tangan Belanda. Penyerangan-penyerangan
pasukan Padri pada pos-pos maupun benteng-benteng Belanda
masih terus dilakukan, seperti penyerangan pada benteng Belanda
di Amerongen oleh Tuanku Tambusi pada pertengahan Januari
1833, penyerangan pos Belanda di Guguk Sigandang oleh Tuanku
Damasiang pada a.khir Mei 1833, penyerangan benteng Belanda di
Pantar pada tanggal 22 November 1833 dan benteng Belanda di
Amerongen lagi pada tanggal 21 Oktober 1833.
Baru pada akhir tahun 1834 Belanda dapat memusatkan
kekuatannya untuk menyerang Bonjol, setelah jalan-jalan yang
menghubungkan Bonjol dengan daerah pantai dikuasai oleh
Belanda. Pada akhir September 1834 pasukan Belanda telah
menyiapkan pasukan besar untuk menyerang Bonjol. Dilihat dari
gerakan-gcrakan militer yang .dilakukan Belanda mulai tahun
1835 · nampak jelas, bahwa kekuatan mi1.w.ny~ sebagian besar
dikerahkan untuk meruntuhkan kekuatan kaum Padri di Bonjol.
Untuk tujuan ini daerah-daerah sekitar · Bonjol dicoba untuk
dikuasainya. Hal ini nampak misalnya dalam persiapan Belanda
untuk beroperdSi ke daerah Alahan -Panjang, dengan mengerahkan
pasukan yang cukup · besar. Bonjol di dckati dari beberapa
jurusan. Pada tanggal 2l .April _1835 dua kolone pasukan i>danda
telah menyerang pertahiman kaum Padri di sek.itar Semawang
Ge<lang. Pasukan Padri setelah melakukan pertempuran ternnyata
tidak dapat mengatasi kekuatan musuh, sehingga terpaksa me-
nyingkir. Pasukan Belanda tersebut yang kemudiah bergerak
152
maju sampai di dekat Kumpolan Uarak kurang le bih IYi jam
perjalanan dari Bonjol) telah disambut oleh pasukan kaum Padri
yang berada di daerah tersebut. Kekuatan kaum Padri sebesar
12000 orang di daerah itu akhirnya dapat memukul mundur
pasukan Belanda, sehingga pemimpin pasukan Belanda merasa
perlu · mendatangkan bantuan pasukan yang sedang berada di
Batipo. Dalam menghadapi pasukan Belanda setelah mendapat
bantuan itu pasukan Padri temyata kalah kuat sehingga terpaksa
mundur. Pertahanan Belanda yang berada di Batu Bedindit
kernudian dikepung oleh pasukan Padri tersebut, tetapi usaha
ka um Padri untuk menduduki daerah itu tidak berhasil. Pada
tanggal 11 Mei 1835 benteng Padri di sebuah bukit dekat Bonjol
juga telah diduduki pasukan Belanda.
Kesulitan yang diderita oleh kaum Padri di Bonjol yalah
mulai ditutupnya jalan-jalan penghubung dengan da~rah lain oleh
pasukan Belanda. Pada tanggal 11 sanipai 16 Juni ·1g35 sayap
kanan pasukan Belanda telah berhasil menutup jalan yang
menghubungkan benteng Bonjol dengan daerah sebelah barat.
Gangguan-gangguan dari pasukan Belanda dilakukan untuk
mengacaukan penghuni benteng Bonjol. Pada tanggal 16 Juni
1835 benteng Bonjol telah ditembaki meriam Belanda dan
seterusnya pada tanggal 21 Juni kubu Belanda diajukan lagi
sehingga lebih mendekati benteng Bonjol. Dalam pertempuran
yang terjadi sejak tanggal 11 Juni 1835 Belanda telah kehilangan
23 serdadu tewas dan 139 Iuka-Iuka, sedang di antara pasukan
bantuan yang diperoleh Belanda telah terdapat korban 7 orang
tewas dan·85 orang luka-luka menjadi korban dalam pertempuran
te.rsebut. Pada tanggal 16 Agustus 1835 bukit yang terletak di
dekat bukit Terjadi telah jatuh ke tangan Bela.rida.
Pada tanggal 8 Pebruari 1835 Tuanku Imam Bonjol menya-
takan kepada Residen Belanda di Padang lcesediaannya untuk
mengadakan gencatan senjata. Untuk sementara waktu aktivitas
gerakan pasukan Belanda dihenti~an setelah adanya perjanjian
gencatan senjata itu. Waktu Belanda mendesak Tuanku Imam
Bonjol agar menyerah bersama pengilrutnya, mendapat jawaban
bahwa kaum Padri Bonjol mau menyerah apabila pasukan
Belanda ditarik dari daerah AJahan Panjang. Karena Belanda
tidak dapat menerima usul itu maka keadaan menjadi tegang
kembali. Pasukan-pasukan pengikut Tuanku Imam Bonjol yang
beroperasi di luar benteng pada tanggal 2 Juni 1835 mulai
153
mengadakan perlawanan lagi terhadap pasukan Belanda. Serdadu
Belanda pada tanggal 25 November 1835 telah berkumpul di
depan benteng Bonjol bersarna-sama dengan sejumlah 13.000
pasukan bantuan, baik terdiri dari pasukan-pasukan bumiputra
dari penduduk setempat maupun dari daerah lain. Dalain
pertempuran yang terjadi, benteng Bonjol masih dapat diper-
_tahankan oleh kaum Pad.ri.
Selama tahun 1836 kekuatan kaum Padri masih belum
dapat dikalahkan sarnasekali oleh militer Belanda. Untuk me-
matahlcm benteng Bonjol, Belanda telah mengerahkan lagi
pasukan-pasukannya di sekitar Bonjol, antara lain pasukan orang
Afrika. Pasukan ini digabungkan dengan pasukan-pasukan orang
Bugis yang sengaja dikerahkan oleh Belanda untuk mematahkan
perlawanan kaum Padri di Sumatra Barat.
Pada tanggal l 0 . Agustus 1837 Tuanku Imam Bonjol
menyatakan bersedia lagi untuk mengadakan· perundingan per-
damaian. Belanda mengharap bahwa pcrundingan tersebut akan
diikuti dengan kesediaan Tuanku Imam Bonjol untuk menyerah.
Tetapi Belanda menganggap bahwa kesediaan Tuanku Imam
Bonjol tersebut hanya merupakan siasat untuk memperoleh
wa1ctu guna menggall lubang y_ang menghubung.kan dalam dan
luar benteng; di samping itu juga untuk mengetahui musuh yang
berada di sekitar benteng Bonjol. Kegagalan usaha perdarnaian
menyebabkan timbulnya lagi pertempuran pada tanggal 12
Agllstus I 837.
Pasulcan Belanda yang bergerak dari arah utara tanggal 1 Juli
1837 telah menduduki Durian Tinggi dan Talu, dan kampung-
kampung di Lubuk Sikapin~ tangga1 3. Juli 1837. Dalarn
pertempuran bulan Oktober 1837 pcngepungan dilakukan oleh
pasukan-pasukan Belanda terhadap benteng Bonjol. Tembak-
menembak terjadi antara pasukan Belanda di luar benteng dan
pasukan Padri di dalam benteng. Meriam-meriam kaum Padri
tidak banyak menolong, karena musuh berada dalam jarak dekat.
Akhirny.t benteng Bonjol yang dipertahankan oleh kaum Padri
dengan sekuat tenaga dapat ~asuki olch pasukan Belanda.
Pasµkan Padri Bonjol tidak berdaya lagi berhadapan dengan
pasukan musuh yang lebih besar jumtahnya di samping senjata
yang lebih lengkap, sehingga terpaksa menyerah. Penyerahan
Tuanku Imam Bonjol beserta pasukannya terjadi pada tanggal 25
154
Oktober 1837 dan merupakan pukulan berat bagi perlawanan
kaurn Padri pada umumnya.
Dengan m enyerahnya Tuanku Imam Bonjol tidak berarti
bahwa perlawanan kaum Padri di daerah-daerah lainnya segera
berakhir. Dalam bulan November 1837 T uanku Tambusi masih
mengadakan perlawanan di dekat Angkola, dem ikian pula terjadi-
nya pemberontakan di Batipo dalam tahun 841 menunjukkan
bahwa sisa-sisa perlav.-anan terhadap Belanda masih tetap ber-
langsung.
4. h r lawanan Dtponegoro ( 1825 - I b30)
Kontak. yang berlangsung antara keku an kerajaan Ma ta-
ram di Jawa Tengah dengan k.ekuasaan Belanda sejak abad 17
sampai menjelang perlawanan Diponegoro membawa akibat
makin merosotnya kekuasaan bumiputra tersebut. Daerah-daerah
pantai wilayah kerajaan berangsur-angsur dianexasi oleh Belan<la,
seperti : .Krawang, Semarang (1 6 77), Cirebon, Rembang, Jepara,
Surabaya, Pasuruhan, dan Madura ( 1743).
Oleh lcarenanya pusat kerajaan makin dipisahkan dari
pantai. Kerajaan Mataram kem bali ke dalarn kegiatan agraris dan
mulai ·melepaskan tradisi perdagangan-pelayaran. Kekuasaan raja
yang kuat seperti pada masa Sultan Agung ( 16 23 - 1645), sejak
masa pemerintahan penggantinya (Arnangkurat I, 1645 - 1677)
te~menerus berkurang. Sebaliknya wilayah kekuasaan Kom-
peni Belanda semakin luas, sedang di bid~ng politik pengaruhnya
pada kerajaan juga semaki.n besar. Masalah-masalah pen ting dalam
keraP.an seperti pergantia:n takhta, pengangkatan pejabat-pejabat
tinggi kerajaan seperti patih dan bupati-bupat1, tidak lepas dari
pengawasan Belanda. Kegiatan raja dalam istana maupw1 pejabat-
pejabat tinggi dalam birokrasi kerajaan makin mudah dapat
diawasi, oleh Belanda, terutama setelah Belanda diizinkan men-
dirikan benteilg di dekat istana. Pada masa pemerin tahan
Pakubuwono II ( 1726 - 1749) di Kartasura, pengawasan Belanda
atas i.stana tidak hanya diperrnudah denga. adanya benteng
tersebut, tetapi juga dengan ditempatkannya serdadu-serdadu
Kompeni di dalam komplex istana. Oleh ra.ia serdadu-serdadu
tersebut dipandang sebagai kekuatan yang da pat melindunginya
terhadap setiap intrik dalam istana yang akan menentang raja,
155
tetapi sebaiiknya dari ti hak Belanda penempatan kekuataH
milik r Kompeni dalam istana dapat digunakan untuk mengawas1
kekuasaan raja dan golongan-golongan dalam istana yang bersikap
kont.ra terhadap Belanda.
Makin sempitnya wilayah kerajaan dan berkur.mgnya ke-
kuasaan raja membawa akibat makin sempitnya orientasi politik
penguasa kerajaan. Orientasi makin diarahkan ke dalam. Kele-
mahan ui bidang politik diimbangi dengan kegiatan di bidang
budaya, terutama dalam sastra. Intensifikasi lambang-lambang
status seperti bahasa, pakaian, gelar, tatacara penghormatan.
dilakuka n dengan tujuan untuk mempertegas jarak antara atasan
yang berkuasa dan rakyat umum.
Jarak ini dipertahankan agar kekuasaitn atasan tetap ter-
pelihara. Sistim birokrasi kerajaan dengan klasiilkasi fungsi dan
status yang terperinci tetap dipertahankan._Terdapatlah karena-
nya ketidakseimbangan antara jumlah pejabat denpn wilayah
yang diurusnya. Makin iuasnya expansi Belanda .ke. daerah
pedalaman berakibat mundumya k~kuasaan para banpawan.
Tanah-tanah apanage yang terlepas karena anexa,,i Belanda
rnenyebabkan merosotnya pengpasil:an para bangsawan pemcgang
tanah · apanage tetsebut. Makin sempitnya wil.iyah kerajaan
membawa juga ak.ibat berkurangnya penghas;ilap 0 kera.j.a~.,. Raja
makin tergantung pada uang peggganti dari fihak BelaJ.lda untu.k
membiayai aparatur pemerintahan kerajaan, di samping peng-
hasilan dari sisa daerah yang masih_d~uasainya.
Sumber penghasilan yang cliharaP~ . dapat menambah kas
kerajaan antara lain adalah pajak. Pcl~gai m.acam pajak dibeba~
kan pada rakyat seperti: pajak pasar, pajak barang dapngan,
pajak kepala, dan lainnya. Penambahan penghasilan kerajaan juga
didapat dari pernborongan cukai-cukai pada pemborong-pem-
borong, terutama orang-orang Cina, seperti cuJcai.:cukai jalan,
jembatan dan juga pemborongan sarang burung. Gejala yang
timbul dari periarikan cukai akibat pemborongan tersebut adalah
penyalahgunaan wewenang. Pemborong-pemborong mengambil
kesempatan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Penuntutan cukai yang tinggi oleh pemborong-pem borong mem-
beri beban yang berat pada rakyat.
Di samping itu kerja wajib untuk raja, kerig aji, dan untuk
kepala-kepala bumiputra tetap berlangsung.. Di daerah yang telah
diku asai Belanda, herendiensten untuk pembesar-pembesar Belan-
156
da seperti membangun gedung, membuat pagar halaman, mem-
bersihkan ke bun, demikian pula.kerja pancen. merupakan beban
yang tak dapat dielak.kan oleh rakyat. Beban tersebut masih
ditambah lagi dengan kerja wajib untuk bangunan-bangunan
um um seperti memperbaiki jalan. membuat jembatan, meme-
lihara pesanggrahan dan sebagainya.
Selain di bidang politik, di bidang ekonomipun pengaruh
Belanda cu kup besar. Dua aspek tersebut bergandengan erat
dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia. Khususnya di
Jawa Tengah usaha expansi wilayah dari Belanda tidak lepas dari
kepentingan ekonomis. Apabila dalam abad I 7 perhatian Kom-
peni Belanda sebagai badan perdagangan lebih dipusatkan pada
perdagangan laut disertai usaha untuk mendapatkan monopoli.
dalam abad 18 dengan berhasiJnya secara berangsur-angsur
menguasai daerah-daerah sepanjang pantai dan beberapa daerah
pedalam~. Belanda mulai menaruh perhatian pada penguasaan
sumber-sum ber produksi agraris. Di daerah-daerah yang telah
dilepask.an dari ikatan kekuasaan kerajaan tersebut Belanda
menggantikan kedudukan raja sebagai penguasa tertinggi.
Berhubung masih kuatnya struktur politt k secara tradisionil
dan kurangnya personalia dalam aparatur pemerintahan Belanda.
maka struktur yang ada dibiarkan tetap berlangsung. Jabatan-
jabatan trad isionil secara hierarkis pada pemerm tahan di daerah-
daerah tidak mengalami perubahan.' Untuk menjarnin agar tindak-
an penguasa-penguasa ·daerah, bupati-bupati, t1dak bertentangan
dengan kepentingan Belanda. maka diangkatlah kontrolir-
kontrolir untuk mendarnpingi kepala-kepala tersebut. Tugas yang
penting dari kepala-kepala daerah adalah memperl.ancar pengalir-
an produksi agraris ke gudang-gudang Kompem ·
Dalarn abad 19, mulai dari pemerintahan Daendels. Raffles
dan sclanjutnya, narnpak adanya kecenderungan makin merosot-
nya kedudukan bupati-bupati kepala Daerah Loyalitas kepala-
kepala desa pada atasannya·dimasu.kkan dal rangka melanca~
lean penyerahan hasil bumi dan pajak. Apabila di daerah-daerah
yang telah dikuasainya Belanda lebih leluasa bertindak, tidak
demikian halnya di daerah kekuasaan kerajaan. Dalam beberapa
hal raja masih diakui kekuasaannya. Perlen pan pemerintahan
kerajaan masih tetap bekerja. Raja te tap berfungsi sebagai
penguasa tertinggi, meskipun dalam hal-hal tertentu, seperti
15 7
d;:ilam masalah penggant1an takhta. µe ngangkata.n pe1aoac-pt:Jaoac
tinggi kerajaan, pengaruh Belamla tidak dapat d1hin<larkan.
Makin meluasnya pengaruh Belanda dalam urusan kcrajaa11
sebenarnya tidak terlepas dari faktor intern dalam kera1aan itu
sendiri, yaitu adanya gejala perterrtangan antar-bangsawan. Ke-
ricuhan istana, perebutan takhta. perang antar-bangsawan m eru-
pakan gejala kronis dadalarn sejarah kerajaan Mataram sam pai
abad 18. Nampa.k sekali bahwa gejala tersebut membawa akiba t
ma.kin lemahnya kekuasaan kerajaan, sebaliknya memperkua t
kedudukan BeJanda. Terpecahnya wilayah kerajaan setelah Per-
janjian Gianti pada tahun 1755 menjadi Surakarta dan Yogyakar-
ta, yang pada tahun 1757 dengan adanya Perjanjian Salatiga
ditambah dengan munculnya kekuasaan Mangkunegara dan pada
tahun 1813 dengan timbuJnya kekuasaan Pakualam, lebih mem-
permudah fihak Belanda untuk mengawasi dan mempengaruhi
kerajaan-kerajaan yang telah terpecah-pecah itu.
Pertentangan yang timbuJ di antara penguasa kerajaan-
kerajaan tersebut, seperti pertentangan . antara Surakarta dan
Yogyakarta dalam peristiwa Pakepung pada akhir a bad 18, ma.kin
memperbesar peranan kekuasaan Belanda dalam turut menyele-
saikan perersoalan-persoalan penguasa-penguasa bumiputra. Pe-
mihakan Belanda pada salahsatu fi.hak yang sedang bertentangan
didasarkan atas perhitungan untung-rugi. Penuntutan hak dan
wilayah adalah konsekwensi dari pemihakan itu. Penentangan
terhadap kekuasaan Belanda seperti yang dilakukan oleh Raden
Mas Said dan Pangeran Mangkubumi pada masa perang Gianti
adalah tercampur dengan pertentangan intern golongan bangsa-
wan.
Pada permulaan abad 19 pengaruh Belanda pada kerajaan-
kerajaan Surakarta dan Yogyakarta bertam bah kuat. Pada masa
Daendels ada usaha untuk mencampuri sedemikian jauh tatacara
di dalam istana. Khusus di Yogyakarta Daendels menuntut
persamaan derajat dl.!ngan Sultan dalam upacara kunjungan resmi,
seperti penghapusan keharusan menyajikan sirih untuk Sultan
bagi pembesar Belanda dan memperbolehkan pembesar Belanda
duduk sejajar dengan raj a. Tindakan Daendels ini menim bulkan
kekhawatiran sementara goiongan bangsawan dalam istana. Go-
longan ini rnemandang gejala tersebut sebagai tanda kemerosotan
martabat kerajaan. Raffles meneruskan cara yang telah dilakukan
oleh Daendels.
158
Sejajar dengan keretakan tradisi dalam 1stana . gejala barn
akibat kontak dengan kekuasaan asing Lim bul, yalah makin
meluasnya peredaran minuman keras baik di kalangan ba ngsawan
maupun rakyat umum.! Gejala ini oleh golongan agama dalam
istana dianggap membahayakan kehldupan csgama Islam. Golong-
an bangsawan yang taat menjalankan syari'at aga.ma, diantaranya
tennasuk Pangeran Diponegoro, menya.ksikan gejala tersebut
dengan kekhawatiran. Gelar kekhalifahan Sultan menjadi mero-
sot dalam pandangan golongan agama. Diponegoro mengeca.m
masyaraka t kerdjaan waktu itu dengan mengatakan, bahwa para
bangsawan telah mengabaikan ajardll agarna J an tidak menghor-
mati lagi para ulama. Raja Sultan Agung dibanggakannya sebagai
raja yang baik, karena taat mcnjalankan agama dai1 gemar
bertapa. Sultan Hamcngkubuwono IV yang memerintah waktu
itu (1814- 1822) dipandang tidak mempuny ai sifat-sifat 5eperti
Sultan Agung. 7 Dalam menghadapi kekuasaan Belanda sikap
Sultan dipandang lernah dan berada di bawah pengaruhnya.
Anggapan seperti ini merupakan latarbelakang tiJn bulnya
golongan kontra di dalarn istana. Golongan ini rneliputi sernenta-
ra bangsawan, ularna-ularna dan pejabat-pejabat birokrasi keraja-
an . Dalarn hubungan ini Diponegoro dipandang sebagai orang
yang mewak.ili golonga n kontra. Kedudukan Diponegoro sebagai
salahseorang anggota perwalian, waktu mendampingi Sultan
se belum dewasa, dianggap tidak ada artinya. Keluhan Diponegoro
bahwa ia tidak pernah dimintai nasehat dan ditinggalkan dalam
memutuskan hal-hal yang penting dalarn pem erintahan kerajaan,
menunjukkan adanya usaha penyingkiran atas dirinya. Lebih jauh
Diponegoro mengeluh bahwa kedudukanny a dalam pe~waJian
tidak lebih hanya sebagai seorang emban ·dalam arti biasa.8 Bagi
Belanda Diponegoro dianggap membahayakan, sehingga penga-
ruhnytt di batas.i..
Belanda mencari dukungan d..ari pejaba -pejabat tinggi istana
dari golongan pro. Di dalam pemerintahan kerajaan, f ungsi
patih-luar sangat besar kekuasaannya. Jabatan inilah yang mengu-
J.I. Vi6 n $4'\"CDhO\'CO , " De OOU:lken ,.~11 den 00 lo& op Ja~a . van J82S I OI
1830 ·. TN/, II. 1838, IOls ; periks&ju11a P.H. Van der K"mp, " Uipuner;oro, een.-
aes.:h iedku pdi&t Hamlett}'pe", BX/, XLVJ, I ft96, 306 .
7 >t.111.n ""'un11 diluotalun u.'•! mcnjishuik.in all"m• dan senani menaunjunii
tempat -tempat keramal ; pcriksa J.I. V:an Sevenhoven. Op .Cit . J 19 . 1lO .
8 E .B. K ielstr• . lndlxh~ A rc:hip~l. Haarlem , 191 7, 11
159
rusi perncrintahan kerajaan di luar istana Jan meiaksanakan
pcraturan-peraturan kerajaan. Belanda mendapat kekua.saan un-
tuk memilih personalia jabatan patih tersebut. Danurejo IV
sebagai patih-luar <lianggap memenuhi syaat untuk menduduki
jabatan itu justru karena kesetiaannya pada Belanda. Atas
dukungan Belanda Patih Danurejo mempunyai pengaruh besar
atas diri Sultan. Pengaruh Patih pacla Sultan Hamengkubuwono
IV antara lain nampak pada rencana pemungutan pajak. baru
dengan alasan untuk rnengisi kekosongan kas hrajaan . Pengang-
katan personalia pemungut-pemungut tersebut tetap dilaksana-
kan, rneskipun mendapal tentangan dari Pangeran Diponegoro.
Kekecewaan golongan anti-Belanda di dalarn istana menjadi
semakin besar. Benih-benih penentangan mak.in herkem bang.
Sikap acuh tak acuh Diponegoro terhadap urusan istan!i menun-
ju.kk.an kekecewaannya terhadap sikap raja dan pejabat-pejabat
tinggi pengikutnya. Sebaliknya kecurigaan Belanda tcrhadap
Diponegoro makin bertambah. Pengawasan terhadap orang-orang
yang dicurigai makin teliti dilakukan oleh pembesar-pembesar
Belanda. Dalarn pada itu golongan pro Belanda baik terdiri dari
bangsawan maupun pejabat birokrasi istana mendapat perlin-
dungan dari fihak Belanda.
Di luar kehidupan istana terdapat juga kekecewaan di
kalangan sebagian besar rakyat, khususnya para petani. Kekece-
waan terhadap pemerintah kerajaan selain dikarcnakan tekanan-
tekanan pajak dan kerja wajib, juga karena tindakan pemerintah
kerajaan yang mengizinkan penyewaan tanah kerajaan pada
onderneming-ondememing swasta asing. Penyewaan tanah berarti
penyewaan penduduknya juga. Para bangsawan yang menyewa-
kan tanah lunggulz mereka kepacla kaum pengusaha asing makin
menggantungkan penghasilan untuk hidupnya pada uang sewa
yang scbagian besar digunakan tidak secara produktif. Tak
mengherankan apabila pelarangan penyewaan tanah pada peng-
usaha swasta asing yang dikduarkan oleh Van der Capellen
menjelang rneletusnya perlawanan Diponegoro sangat meng·
goncangkan para bangsawan yang tersangkut dalam penyewaan
tanah.
Dalam pada itu penyewaan tanah ngarai pada·nndernemi11g-
ondememing swasta membawa akibat makin terdesaknya ·tan ah
persawahan. Gejala tersebut cukup menjelaskan mengapa pada
permulaan perlawanan Diponegoro perkebunan ondememing-
ondememing juga merupakan sasaran penghancuran dari laskar
petani dan mengapa banyek petani yang menggabungkan diri
pada Diponegori. Sebelum perlawanan dirn ulai, kekecewaan para
petani belum menjurus ke arah penentangan Derajat penentang-
an lapisan masyarakat bawah ini masih bersifat pasif. Mereka
hanya mengkhayalkan datangnya masa yang lebih baik, masa adil
dan makmur. tanpa ada penekanan pajak dan kerja wajib.
Seorang Ratu Adil diharapkan muncul sebagai pemirn pin ke a1ah
perbaikan itu. 9 Mereka tida k melihat kemunduran kekuasaan
tradisionil seperti yang dikhawatirkan oleh sementara bangsawan
dan pejabat-pejabat birokrasi kerajaan dari golonpn kontra, juga
tidak sadar akan adanya kemerosotan mental .keagamaan seperti
dibayangkan oleh golongan ulama. Faktor ekonomi lebih men-
dasari pandangan messianistis mereka.
Kekecewaan terhadap pcmerintah kerajaan, yang dalam
bidang poiitik banyak dipengaruhi oleh Belanda, adalah menjadi
sebab utarna mengapa Diponegoro lebih ban} ak tinggal di tempat
kediaman nenek.nya, Ratu Ageng, di Tegalrejo, daripada di istana.
Di tcmpat ini i.a kbih memusatkan perha tian pada soal-soal
agarna., pengetahuan tentang adat. sejarah maupun hal-hal yang
mengenai kero khanian. Kecintaan dan kesetiaan rakyat petani
Tegalrejo pada Diponegoro 10 nampak jelas terutama pada waktu
terjadi kericuhan mengenai pembuatan jalan mel_alui tanah desa
TegaJrejo tanpa seizin Diponegoro. Jalan yang akan dibangun
oleh Bclanda tersebut akan melintas tanah makam leluhur
Diponegoro, karena itu mendapat tentangan keras dari Pangeran.
lnsiden pemasangan tonggak jalan ya,ng terjadi pada tanggal 20
Juli 1825 tidak dapat didamaikan. 11 Belanda berkeras untuk
9 J .1. Van ~n hoven. Op.Cit.. 10 7 . Merek.t mencm •kan tokoh Ratu Adil atau
u u Cakra pacb diri Panaenn l>ipone1oro.
10 Oipone&Of"O pernah men1atakan : "'Untuk meniru "P" yan1 dilakukan oleh para
ulama. kami ltenpkali per1i ke Pa.sac Gede, lmogiri {J1 matan) , Gu ,,..,. L.anµc, ll• n
Selan>na. A p.bila ke Paar Gede dan lmogiri, kam i biau berjala n kllki. Tctapi
apabila ke Guwa Lanpe dan Sel•on1. kami naik kucb dcn1an banyak pcngiring.
Di luodua tempat terakhir ini kaml serin1 m41nolong petani menuai atllu
menanalll padi. Meman1 Hmestinya para pembes<lr menyenangkan hati ralr.yut
kedl" . Peri kia wawa1Karanya deonpn De Stuers , dalam J .I. Van Sevenhoven .
Op.Cit.• 110.
II Oipeoepra menplakan : "Halamao lr.ami di TegalreJO berbentuk tanah peneg1
119njan1 " . Denpn men1pmb• denpn jari di ;.itas m epo , ia melanj u1 un : "di situ
terda pat ku buran ncnek-moyan1 kam i. Oran1 ak.a n m embuat jalan menerobos
~lama n ltu dan me m as11n1 tonggak-tonggak . Maka ka mi menyuruh rakyat kam i
untu k men cabutnya ". l'eriku J.I . Van Sevenhuven , Op. Cir.. 11 S.
161
melaksanakan maksudnya, sedang Diponegoro juga tetap mem-
pertahankan haknya sebagai pemilik tanah Tegalrejo. Suasana
menjadi semakin tegang.
Dengan perantaraan Pangeran Mangkubumi, Residen A.H.
Smisaert meminta agar Diponegoxy bersedia datang ke rumah
Residen, narnun pennintaan itu ditolaknya. Usaha untuk kedua
kalinya dilakukan oleh Belanda dengan disertai peringatan pada
Pangeran Mangkubumi, bahwa apabila pangeran ini tidak berhasil
m~unakkan pendirian Diponegori, maka Belanda tidak berani
menangg4ng keselamatan dirinya. Dalam keadaan yang sulit ini
Mangkubumi aldiimya menentukan sikap untuk memihak Di?<r
negoro. Surat Residen yang dibawa oleh Mangkubumi sebenamya
akan dijawab oleh Diponegoro, namun pasukan Belanda telah
mendahului menembakkan meriamnya ketika surat balasan Dipo-
negoro sedang ditulis oleh Mangkubumi
Sejak Belanda dengan perantaraan Patih Danurejo IV
menyuruh pasang tonggak-tongak jalan, sebenamya para petani
penduduk Tegalrejo yang menyaksikan kejadian itu telah meng-
ambil sikap untuk berdiri di belakarig Diponegoro apabila
sewaktu-waktu . terjadi perarig. Ketika mereka mengajukan per-
tanyaan_ tanda apakah yang akan digunakan apabila perang
dimutai', jawaban yang diperoleh dari Diponegoro adalah: apabila
telitli terdengar bunyi meriam. Bunyi meriam Belanda yang
terdengar pada tanggal 20 Juli 1825 kuranglebih pukul 5 sore
hari m~gejutkan rakyat TegalrejO. Rakyat petani Tegalrejo
dalam waktu singkat membanjiri sekitar dtflem Tegalrejo dengan
membawa peralatan senjata yang ada . pada mereka seperti
tombak, lembing, umban pelempar batu. Mereka tidak menduga
bahwa penyerangan fihak Belanda akan terjadi dalam waktu
secepat itu. Perlawanan secara teratur sudah tentu tidak mungkin
dapat dilakukan dalam waktu yang mendadak itu.
Keadaan mendesak ini telah memaksa Diponegoro, setelah
berunding dengan Mangkubumi, mengambil keputusan untuk
menyingkir dari desa Tegalrejo. Keluarga Diponegoro, terutama
putri-putri, segera diungsi.kan ke desa Dekso. Selarong, bukit
yang terletak di sebelah barat-daya kota Yogyakarta dipilih
sebagai pusat pertahanan. Letak bukit Selarong dengan lem bah-
lembah di sekitarnya dipandang cukup strategis sebagai tempat
pertahanan. Berita tentang pecahnya pcrang melawan Belanda
cepat tersiar ke pelbagai desa sekitarnya. Penduduk desa yang
162
ml!naruh ~1111 pati pada Dipon~goro han yak yang datang meng-
gabungkan Jiri. Demik.ian pula sementara bangsawan dan ulama-
ulama yang memihak Diponegoro mulai berkumpul di Selarong.
Dalam hubungan ini perlu disebut kedatangan Kyi Mojo,
seorang ulama terkenal dari desa Mojo, daerah Surakarta. Atas
saran Kyai Mojo inilah maka terbentuklah k!!kimpok-ke lompok pa-
sukan. 12 Dasar keagamaan s~gera ditanam kan di kalangan para
pengikut. Semboyan Perang Sabil disiarkan, baik di kalangan
rnerek.a y ang telah berkumpuJ di Selarong, m aupun merek.a yang
baru datang dari daerah-daerah. Propaganda per.mg mela wan
kafir juga dilakukan di luar daerclh Yogyakarta dan mendapat
sambutan baik dari rakyat. Kyai Kasan Besari mendapat tugas
dari Dipom:goro untuk mempropagandakan perang sabil di
ka1angan rakyat di daerah Kedu.13 Dari jalannya perang nampak
jelas bahwa pada rnasa pcnnulaan perang, kekuatan militer
Belanda tidak begitu besar, sehing,ga be~rapa daerah dengan
rnud ah dapat dire but oleh pasukanDiponegoro, seperti misalnya:
Pa<..;tan pada ·tanggal 6 Agustus 1825 dan Purwadadi pada tanggal
28 Agustus 1825.
Kedatangan Jenderal de Kock di Semarang pada tanggal 29
Juli 1825 bertujuan untuk segera dapat mernadamkan perJawan-
an Diponegoro; Untuk keperluan ini ia mengharapk.a!l pasukan-
piIBukan bantuan dari daerah-daerah lain yang telah dikuasai
"Belanda. Pasu kan Belanda yang telah kem bali dari perlawatan
expedisi militer di daernh Sulawesi Selatan dan tiba di Semarang
pada pertengahan l.iulan Septemb.?r 1825, segera juga ditugaskan
untuk menghadapi perlawanan Diponegoro. Pasukan ini pada
tanggal 11 September 1825 tdah terlibat dalam perternpuran
sengit dengan pasukan Pangeran Serang. Dalarn pertempuran ini
pasukan Pangeran Serang terdesak dan alabatnya kota Serang
dapat direbut oleh Belanda.
Daerah pertempuran makin lama mak n meluas. Di daerah
Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang dan Madiun telah
12 Nam~n1111»9 oiar~ kelompok pasl11utn s.:ca l'll tcrp ·ind 1erd1pat cblam G.8.
~O )Of', Dt1 krijgsgnchi11dt1nis """ :V11dula11cf3ch - Indit1 van llJl I rut / 8J14 , I,
58.
13 P.J .F. Lou w, Vt! J1rnJ OorlvK van 1815 rur 1830. I, 8;itavi1a, 1894 , lampcran
XL V II. l'<'r1k.sa ju,a surat Oiponc goro yan1 J1b;,o\\.a P:.nieran Surodilogo dan
l'.aniicran Suriudinin11rat dat~m propaganda pe ng su~i (J.Hagem3n, Jez,
Gtt1<·hl<'cl~11u 1•,111 de11 oor/01 " P .fa•-a "a" 18':!5 rot l!UO. &tavta, 11156, 9 3).
Penng Sud julj:a Jilakuk"n di diurik·distrik. \\ irosari , Gro bo1an , juga di
l'urw udadi; periku G.B. Hoorcr. Op.Cir . 71.
163
berkobar pula perlawanan terhadap Belanda. Di dekat Kertosono
pasukan rakyat yang dipimpin oleh Bupati Kertosono pada
tanggal 28 Oktober 18:!5 telah mdakukan penyerangan te.rhauap
pasukan Belanda di <laerah itu. Di daerah Banyumas perlawanan
pasukan rakyatpun cukup kuat. sehingga pirnpinan pasukan
Belanda setempat terpaksa rneminta bantuan pada pasukan lain
yang sedang mengadakan operasi di daerah Tega! dan Pekalongan .
Pasukan bantuan ini pa<la tan~.gal 28 Oktober 18 25 tclah
maldapat serangan dari pasukan fih ak Diponegoro ya ng dipimpin
oleh Pangeran Suriatmojo.
Di medan pertempuran lain di daerah Madiun pasukan fi hak
Diponegoro di bawah pimpinan Bupati Kertodirjo berhasil
menggabungkan diri dengan pasukan Pangcran Serang untuk
bersama-sama melakukan penyerangan terhaclap pasukan Belan-
da. Dalam pertempuran yang terjadi pad.a tanggal 9 Desem ~r
1825 pasuk.an Kertodirjo dan Pangeran Sl.!rang terdesak. Pasukan
Kertodirjo terkejar oleh musl!h dan Kerto<lirjo scndiri akhirnya
tertangkap di. atas gunung Lawu. Sementar.:1 itu Panger.m Serang
berhasil meJoloskan dari tangkapan musuh.
Di daerah Pleret pcrtahanan pasukan Oiponegoro cukup
kuat. Pimpinan pasukan antara lain dipegang oleh Kertopengalas-
an. Pertahanan ini pada tanggal 16April 1826 mcndapat serangan
dari pasukan Belanda di bawah seor.ing Jenderal. namun tetap
dapat bertahan. Serangan Belanda untuk kedua kalinya atas
Pleret di bawah pirnpinan scorang koloncl , pada tanggal 9 J uni
1826, yang <libantu oleh p·asuk:m dari Mangkunt!goro, juga ~idak
berhasil mcmatahkan pertahanan Kcrtopengalasan. Di <l·aerah
perternpunm lain pasukan Alibasah Sentot Prawiro<lirdjo. salah
seorang pemimpin ulung Pasukan Diponegoro, pada tanggal 28
Juli 1826 telah herhasil melakukan penyergapan terhadap pa-
sukan Belanda di sekitar <lesa· Kasuran. Pasukan yang <lipimpin
oleh Diponegoro sendiri pada tanggal 9 Agustus 1826 telah pula
berhasil memukul sebuah pasukan Bdanua.
Pertcmpuran sengit yang terjadi pada tanggaI-3.0 · J~tli 18~6
di dekat Lengkong mcmhawa akibat tewasnya seorani Ietnan
Belanda dan <lua orang wali dari Sultan Hamengkubuwono V.
yalah Pangeran Mur<laningrat dan Pangentn Panul ar. Menurur
surat Pangeran Mangkubumi kepada Sultan Hamengkubuwono II ,
yang sejak tanggal 17 Agustus 1826 diangkat kem bali menjadi
raja. discbutkan bahwa kt:dua pang:eran terscb11t gugur bukan
16 4
karena kesalahan lihak Oiponegoro. tetapi karena mercka ikut
serta dalam pasukan Belanda memerangi pa~ukan Diponegoro.
Sementar.t itu dalam pertempuran yang ten adi di daerah De-
langgu pad a tanggal 28 Agustus 18::!6. pasukan Dipom:goro
bcrhasil mendesak pasukan musuh dart ml'.nd uduki daerah ter-
se but.
Xesulitan-kesulitan yang dialami selan a periode perang
1825-1 8 26 telah mendorong pimpinan m ili kr Bclanda untuk
menggu nakan ~iasat bani, ialah Benteng Std sd atau Sistim
Benteng. 14 Sistim ini mulai dilaksanakan o lc 1 Jenderal De KoLk
dalam pcrio de perang sejak tahun 1827. T ujuan dari Be111e11g
Stefod adalah untuk mcmpersempit ruang ge rak pasukan Dipo-
negoro dengan jalam mendirikan pusat-pusat pertahanan herupa
benteng-benteng di daerah-daer.ih yang telah dikuasai okh
Beland.a. Pelaksanaan Bcnteng Ste/<;e/ j uga dimaksud untuk
mengadaka.n tekanan pada Diponegoro a~ar bersedia segcra
menghentikan perlawanan. Suaru hat yang sangat dirasakan oleh
fihak Belanda yalah pembiayaan yang cukup bcsar untuk
mengadakan peranll itu. Untuk mempcrcepat selesainy<t pcrang.
Beland.a juga berusaha untuk mendekati pe mimpin-pemimpin
pasukan Diponegoro. Dalam perundingan yang diadakan dt'ngan
fihak Diponegoro pada tanggal 9 Agustu~ 1827 Beland·" mencoba
untuk melunakkan pendiriannya. Pend~k~tan d ilanjutkan dcngan
diadakannya perundingan pada tanggal 23 Agustlis. 182 7 <li
Cirian, daerah Klateh. Dalam penmdinga n ini fihak Oiponegoro
diwakili dleh Kyai Mujo dan Pangeran Ngabci Abuulrahman.
namun _usaha perdamaian tidak juga bt:rhasil.
Karena kegagalan dalam perundingan itu pasukan-pasukan
Diponegoro makin giat melakukan perlawana n. Suatu hal yang
mcnyebabkan makin lemahnya pasukan-pasukan • Diponegoro
adalah meningkatnya jumlah pemimpin-pemim pin pasukan yang
tertangkap oleh Belanda. Panger.m Suryomatararn dan Ario
Prangwadono telah tertangkap pada tanggal 19 Januari 1827.
se<lang Panger.m Scrang dan Pangeran NotoproJO tertangkap pa<la
tanggal 21Iuni1827. Penyerahan kcdua pangeran ini diikuli uleh
anggota pasukannya sebanyak 850 orang.
Usaha Belanda untuk mengadakan perumh ngan pada tang.gal
I0 Oktober 1827 dcngan fiha.k Diponcgoro juga !idak mem bawa
H""""'·14 G .H. Op Cir.. I, &2 . Mcn~cll ;a1 le1:1k h ~nl n ,.t>~11 t o.·11i; .t.n pt>~- pos
1•crtah:an:a n 8elanda. pcriksa lhtd . 'IY . I O!r.
I (i5
haisil. W11kil fillak Diponegoro Jalam p;.;rundingan itu, Tumeng-
~ung Maugunprawiro, menolak anjurall dari wakil Belanda unluk
menyerah. Kegagalan dalam perundinga.n ini membawa akibat
berkobarnya pertempuran lagi. Markas Diponegoro yang bcrada
di Banyumencng pada tanggal 25 Oktober 1827 mendapat
serangan dari pasukan Belanda. Sebaliknya pasukan fihak Dipo-
negoro yang berada di daenlh-daerah lain mela.kukan serangan
terhadap pos-pos Bclanda. Dengan pimpinan RaJen Tumenggung
Ario Sosrodilogo pada tanggal 28 November 1827, rakyat
Rembang mcngadakan perlawanan terhadap pasukan Belanda di
Rajegwesi. Sebua.h pasukan rakyat yang mernihak Diponegoro
pada tanggal 5 Desember 1827 berhasil menduduki Padangan dan
sebmjutnya bergcrak ke kota Ngawi.
hrlawanan rakyat di daerah Tuban pada tanggal 16
~mber 1827 cuJr.-up berat bagi Bdanda, sehingga untuk
m~nghadapinya ~elancbl wrpa.ba mendatangkan bantuan pa-
sukan dari daerah lain. Baru pad.a tanggal 7 Maret 1828
perlawanan rakyat Rernbang dapat dipatahk.an.
. .Sampai taraf demikian Belanda masih bel"um dapat mema-
tahkan kekuatan militer Diponcgoro. Kota Magelang yang ter-
l~ta k di tengah-tengah daerah per.mg., oleh De Kock dijadikan
pusat kekua£an milirernya. Kekuatan pasu.kan-pasukan Sultan,
Pakualarn dan Mangkun~goro oleh Belanda digunakan untuk
menghalang-halangi gerakan pasuk....n inti Diponegoro ke arah
timur, sedang pasukan Belanda yang bennarkas di Magelang
digunakan untuk menutup jala.ri yang mtmghubungkan daerah
opcrasi Diponegoro di Yugyakarta dengan daerah-daerah di
sebelah utara dan barat. Adanya bupati-bupati daera.h yang
memihak Belanda cukup menyukarkan hubungan pasukan-pa-
sukan Diponegoro dari daerah satu ke daerah yang lain. Perlawan-
zn di dacrah-daerah menjadi terp~h satu dengan yang lain dan
sulit untuk diadakan koordinasi.
Tamba.hn~· a kckuatan pasukan Belanda dengan datangnya
bantuan pasukan dari daerah-daerah lain rnt:rupakan salahsatu
sebab makin terdesaknya pa::.ukan Dippnegoro di pelbagai medan
pertempuran. Sl.'.mc11tara itu Belanda juga makin giat berusaha
untuk mendekati pemimpu1-pcmimpiJ1 pasukan dengan maksud
agar mereka mau memihak Bdandu. Seorang putra Mangk.u.bumi
be:rnama Pangeran Notodiningrat bersam;.i-sama dengan istri.
ibunya dan sebanyal.. kuranglebih '.20 orang pengikut telah
166
rn enyeran pada tanggal 18 April 1828; Pangeran Aria Papak
menyerah dalam bulan Mei 1828, sedang Sosrodilogo yang
merupakan tokoh berperanan dalam mengobarkan perlawanan di
daerah Rembangjuga menyerah pada tanggal 3 Oktober 1828.
Pasukan Ali Basah Sentot Prawirodirdjo yang berhadapan
dengan pasukan Belanda terpaksa mundur sampai tepi sungai
Progo. Pasukannya pada akhir September 1828 kemudian b«!_r-
gerak ke arah barat. Tekanan dari pasukan Belanda yang inakin
berat merupakan. salahsatu sebab Kyi Mojo menulis surat kepada
Belanda pada tanggal 2 Oktober 1828, yang memuat kesediannya
untuk mengadakan perundingan. Adanya kesediaan tersebut
memang diharap-harapkan oleh Belanda, karena Kyai Mojo
dipandang sebagai salahsatu tulangpunggung kelruatan perang
Diponegoro. Dalam perund.ingan pada taraf pertama pada tanggal
31 Oktober 't 828 belum terdapat persesuaian pendapat, sehingga
dianggap perlu adanya perundingan taraf kedua.
Menurut wawancara De Stuers dengan Diponegoro pada
akhir perang, waktu Oiponegoro sedang dalam perjalanan ke
tempat pembuangan, dikatakan bahwa sebelum perundingan di
Mlangi ini sebenamya pemah juga diadakan perundingan di
Sambiroto. 15 Dalam perundingan ini Diponegoro juga mewakil-
kan Kyai Mojo, tetapi perundingan tersebut tidak membawa hasil
se perti yang diharapkan. Perundingan Mlangi menurut Dipo-
negoro adalah atas kemauan Kyai Mojo sendiri. Dikatakan bahwa
waktu itu Kyai Mojo mernbawa serta 500 a 600 orang pasukan
Bulkia, sedang dalam perundingan ia didarnpingi oleh ulama-
ulama dari Pajang.
Dengan situasi demikian Sentot Prawirodirjo masih terus
aktif melakukan perlawanan di rnedan pertempuran sebelah barat
daerah Yogyakarta. Pada tanggal 20 Desember 1828 ia mengada-
kan penyerangan atas benteng Belanda di daerah Nanggulan dan
mernperoleh kemenangan. Dalam pertempuran tersebut Kapten
Van lngen dan Pangeran Prangwadono tewas. Dalam pandangan
Belanda, Sentot tetap merupakan musuh y ang berbahaya, oleh
karenanya Belanda berusaha mencari jalan untuk mendekatinya
sehingga ia mau menyerah. Usaha telah dilakukan oleh Jenderal
De Kock untuk mengirirnkan surat tertanggal 11 Februari 1829
IS J .L V1tn Sevenhoven, Op.Cit., 12:2 .
167
kepada Sentot yang isinya menganjurkan supaya menghentikan
perlawanan, tetapi Sentot menolaknya.
Pada tanggal 28 Juni 1829 Residen Van Nes juga mengirim
surat kepada Mangkubumi berisi saran agar Pangeran tersebut
bersedia menghentikan perang, tetapi saran inipun ditolak.
·Kebimbangan mulai timbul pada diri Mangkubumi setelah pada
tanggal 23 Juli 1829 salahseorang istrinya bt!serta 3 orang
putranya bemama Wiryokusumo. Wiryoatmojo dan Suradi mc-
nyerah --pada Belanda. Pada tanggal 25 Septern ber 18 29 Belanda
telah menyuruh putra-putra Mangkubumi yang lain, yalah Atmo-
diwiro dan Reksoprojo, untuk mencari ayahnya dan membuju k-
nya supaya menyerdh. Usaha Belanda baru berhasil setelah
Notodiningrat,_putra Mangkubumi yang lain lagi. pada tanggal 27
September 1829 dapat. menemukan ayahnya di desa Wonopeti
dan dengan bujukan berhasil mengantarkannya untuk mcnycrah
pada Residen Van Nes.
Pada tanggal 27 Juli 1829 Van Nes juga mengirim surat
kepada Sentot Prawirodirjo berisi ajakan untuk beradamai.
Belanda menyanggupi untuk menjamin keselarnatan diri Sentot
dan akan memberi perlakuan maupun kedudukan yang baik.
Dalam hubungan ini Komisaris Jenderal Du Bus telah mcmberi
instruksi kepada Jenderal De Kock agar memaksa Diponegoro
untuk menghentikan perlawanan dan supaya mengancam akan
membunuh anaknya, Diponegoro Anom, apabila Diponegoro
menolaknya.
Untuk mendekati Sentot lagi Belanda menggunakan Pange-
ran Arjo Prawirodiningrat, Bupati Madiun yang masih kerabat
dengan Sentot sendiri. Prawirodiningrat diminta oleh Belanda
untuk melunakkan pcndirian Sentot agar rnau menghentikan
perlawanan. Pendekatan Belanda pada d.iri Sentot untuk ber-
damai seperti yang telah dikemukakannya dalam perundingan di
Imogiri pada tanggal 17 Oktober J829 dapat disetujui oleh
Belanda. Syarat-syarat ·itu antara lain berisi: agar Sentot diper-
bolehkan tetap memeluk agamanya, agama Islam; agar pasukan-
nya- tidak dibubarkan dan ia tetap menjadi pemirnpinnya, agar ia
dan seluruh anggota pasukannya diperbolehkan tetap memakai
serban. Sebagai ·kelanjutan dari persetujuan itu Sentot dan
pasukannya pada tanggal 24 Oktober 1829 memasuki ibukota
kerajaan Yogyakarta untu k menyerahkan diri.
16 8
Ba~ D1ponegoro penyerahan Senco t m ru pakan puku lan
berat. Dalam p:ida itu Panger;rn Joyokusu io yang bany ak
membantu dalam bidang taktik, tdah gu gur sc.bu lan ~ebelnm itu
dalarn suatu pe rtempuran . Mcrosotn ya keku<1L1n perang Dipn11c-
goro ma ki n n ampak setelah !ll<1kin ban:• ak >rang-orang yang
berperanan mcnyerah pa<l<1 Belanda . Pangl'. ran .\rio S uriokusumo
menyerah pad a tanggal l November 1829 Kerto pengala<.an
menycrah pada pertcngahan bu lan Novem lPr 1829. Jisusul
kemudian oleh Joyosudirgo pada pertengah C1r bulan Dcsem ber
1829, Pangeran Dipokusumo (putra Viponcgo o ) pada tanggal 8
Januari 1830 dan Patih dari Diponegoro st:nd1 i pada tanggal IX
Januari 1930.
Usaha Belanda untuk mt.:mpercepat seksa 1nya pernng ant ara
lain juga dilakukan dengan cara pengurnuman pembcrian hadiah
sc banyak 20.000 ringgit kepada siapa pun yang d apat menangkap
Diponegoro. Pengumuman yang tclah dikelua kan sejak tanggal
21 Septem ber 1829 hingga akhir tahun itu m asih bdum juga
berhasil. Pendekatan akhirnya tercapai juga de ngan diadakannya
pertemuan antara Kolonel ·Cleere ns dengan D1poncgoro di <lesa
Romo Kam al pada ranggal 16 Februari i 830. Dalam p1:ru11Jingan
p ada hari beri kutny3 di Kecawang Rel:m <la rrcnyarankan pada
Diponegoro un tuk mel:rnjutkau pcrundin ga n d Magelang dengan
jaminan ia a kan mendapat perlakuan juj ur, dal am arti apabila
perundinga n gaga!,· ia diperbolchkan kt:rn bali ke m edan perahg.
Dengan kepercayaan akan janji Cleerens, D ponegoro dengan
pasukannya pada tanggal 21 Fcbruari I 83'0 td ?h tiba di bu kit
Menoreh da n seterusnya pada tanggal 8 Maret memasuki kota
Magelang. Berh ubung pada waktu itu bertepa an dcngan bulan
Ramadhan, maka Diponegoro mcm inta agar p'rundingan ditun-
da.
Sementara itu Jenderal Ve Kock yang bar ti ba di Semarang
setelah beberapa waktu lamanya be.ra<la di B t avia. mendcngar
berita bahwa usaha Cleerens untuk m t:nd'-kati Dipo negoro
berhasiL Pada tanggal 25 Maret 1830 Jenderal De Kock di::ngan
secara rahasia memberi instruksi untuk m cnar gkap Diponcgoro
apabila peru ndi ngan gaga!. Penundaan perund 1gan se lam a kira-
kira 20 hari dalam bulan Ramadhan mcmbcrt kesempatau pada
Belanda untuk mercncanakan pcnangkapannya. Pcrundingan
ya ng Jia da kan pada tanggal 28 \Iaret 1830 +ernyata bc rnkhir
Jengan kegagal an. Di rumah R t::,idcn Keuu ya r g mcn1adi tern pal
perunJ1;~~ ... :1 1tc1!... n Dq'v'i-:::1..r,_ J1t..i:1gh.up. Dc ng,rn pcn ~ ngh.~ ;·_,·
D1pun ~~VJ') i~·1..· r::trt1 !_'.;it'-\~: i. ... I:.i!llj i.; t~rt1ng.gi pt: ilaYran:.!~ 1 UJJ.k.
ada lag.i . Kegiatann perlawanan ,It daerah-dat..:rah yang stjak awal
ta_hun 1830 telah menurun menJadi semakin lemah dan akh1rn ya
tidak bcraru lag.i.
Bagi Belanda penangkapan Diponegoro berarti pembebasan
da.ri beban pemb1ayaan perang yang semakin b~sar. Berdasarkan
keputusan Pemerintah Belanda di Batavia pada tanggal 30 April
1830, Diponegoro akan disingkirkan ke Menado. Diponegoro
kem uJian uiangku t Jengan kereta ke Semarang dengan penjagaan
serdadu-serdadu $eianda. 10 Setelah dia.ngkut dengan kapal kt:
Batavia sclanJUt1i1a µada tanggal 3 Mei 1830 ia diangkut
dengan kapal korvet Pullux ke Menado. Dalam perjalanan sampai
di Jakarta dalam rangka pengasingan ke Menado. Diponegoro
<.hkawal okh Kapten Roeps Jan Letnan De Stuers. Karena di
Menado penjagaan atas Diponegorodirasa kurang kuat maka pada
tahun 1834 BelanJa meminJahkannya ke tempat pembuangan di
Makas!lr. Di sinilah Oiponegoro tinggal sampai saat rneninggalnya1
pa<la tang~a1 8 Ja1wan 185 5 Jalam usia lebihkurang 70 tahun. 17
. Allbasah Sentut Prawirotlirjo yang telalr menyerah dikirim
ke Sumatra Barat untuk memerangi kaum Padri. Pengiriman
Sentot dengan pasukannya ke Sumatra Barat adalah tennasuk
rangka penggunaan tenaga bumiputra oleh Belanda untuk merne-
rangi sesarna orang Indonesia d1 daerah lain . Kecurigaan yang
kemudian timbul atas diri Sentot yang ditutluh rnengadakan
pt:"rsekutuan rahasia Jengan kaum Padri menyebebakan Belanda
menariknya kembali ke Jawa, kemudian ditang.kap dan diasing-
kan ke Cianjur. Beberapa waktu kemudian pengasingan Sentot
dipindahkan ke Bengkuiu sampai saat meninggalnya pada tanggal
16 Dik..tdk& n , bahwa waktu umpai di Unpran, ro mbonga.n berhenti sebentar. Pada
saat ltu D1poneiioro meminta izin untult bcrsembahyan1. La peril ke dindiog
b<lnteng dan melakuk~n $hoh1C, den11an pen1awuan datl serd.adu pengawal
Delanda : ~riksa J .l. Van Sevenboven , Op.Cit.. 1J1
17
Untuk bi:iya ltidup Diponegoro dalam penpsingsn di Menado , Pemerintah
Hindia Bclanda menyediikMn ( 600,- hap bulun. Perilua A(gemun Ovenigt .-an
de Sraarkw1dige Gesreldheid van Nederlandsch - Jndie over 1852 (Anlp di
Sch01ar$bersen, Nederl3ndJ, 2 79 . Pada 13hun 1833 Dipones;oro diplndah ke
bent~ng Rotter<lam d i Maklloar . Kmt-kira p•dJJ t•hun 1837. b••Y• hidup
D1pcJn<11uru d1kur:in1111 111en,adi f ..350 , -. Pada uhun 1850 biay,. tersebu1
.:11e1d110::11 :n enirsJ1 f . 500 ,-. U1luukan bahwa )'!nS 1ku1 Diponegoro dalam
P"ll ¥::.11111:~n uJ,.h1h J ..ri lrn~ku n f&ll ktluarc• ddalah Jua <>ra ng laki-laki . dua
u fdnll wauita Ja11 cmpat uran11 ~nak; ddri abJi pcnfikut ad aJah tica <>ra niJ
laJd -laki , Je lapil.n o rang \•<anH~ dan dclapan orani onak . Periic,,a Ibid . 281
170
; 7 ,\p~ .. l ::3 55.K} .ii ~1oj<; yang aias111gb11 e \ii;1Jhasa rnem ngg,d
r1ad a t anggal 20 Desember 1849.
Belanda yang merasa telah membant u pemerintah Kasultan-
an dan Kasunanan rnengajukan tuntutan penguasaan daerah
Mancanegara yang masih dimiliki oleh ke dua kerajaan itu. Sunan
Pakubuwono VI yang menyingkir dari istana ke pantai Selatan
karena suatu sengketa. ditangkap dan diasingkan ke Ambon.
D:ui seluruh uraian d1 atas dapat dike tah ui, bahwa pertawan-
an Diponegoro cukup besar pengaruhnya di daerah-daerah di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bagaimana pun hasil yang dicapai
dalarn perlawanan tersebut. perlawanan Diponegoro dan pe ng-
ikutnya merupakan bentuk reaksi terhadap kekuasaan Belanda
dan sekutunya. Bagi Belanda perlawanan Diponegoro cukup
banyak memakan biaya. Untuk itu Belanda harus mengeluarkan
biaya sebanyak lebih dari 20 juta rupiah Belanda (gulden), di
samping kehilangan serdadu Eropa sebanyak 8000 orang dan
serdadu bumiputra sebanyak 7000 orang, belum terhitung
kebun-kebun onderneming yang dirusak oleh pasukan Dipo-
negoro selarna perang.
5. Perlawanan di Sulawesi Selatan (sampai !:. 1825).
Sejak Belanda berhasil mendirikan kantor dagang 01 Makasar
pada tahun 1607, kontak mereka dengan penguasa tradisionil
setempat dapat dilakukan lebih intensif. Kepentingan perdagang-
an Belanda yang tercermin dalam kontrak-kontrak dagang dengan
kerajaan Makasar, bertugas untuk memperkecil kekuasaan dagang
penguasa tradisionil tersebut. Namun nampak pula bahwa kon-
trak-kontrak tersebut tidak selalu . ditepati oleh penguasa-
penguasa tradisionil, seperti misalnya sikap Sultan Hasanuddin,
yang menganggap bahwa kekuasaan dagang Belanda di Makasar
sangat merugikan perdagangan bumiputera. Kontak bersenjata
antara pasukan Sultan Hasanuddin dan pasukan Speelman pada
tahun 1666 tidak lain merupakan bukti sikap perlawanan
penguasa tersebut terhadap kekuasaan asing. Bah\Va dalam
peperangan ini Belanda juga menarik ban tuan dari sementara
penguasa bumiputera yang bersekutu dengan mereka. adalah cara
yang biasa dilakukan oleh Belanda dalam rangka menundukkan
perlawanan-perlawanan penguasa bumiputera. Dalam pertempur-
an melawan pasukan Hasanuddin, disamping serdadu-serdadu
171
Eropa. Belanda juga mempergunakan serdadu-scrdadu Bumi-
putera yang telah masuk dalarn dinas kemiliteran mere.ka,
disarnping pasukan-pasukan bantuan dari penguasa-penguasa
bumiputera te~ebut. Dalam menghadapi perlawanan kerajaan
Makasar, Belanda juga menggunakan pasukan-pasukan bantuan
dari Bontain dan Tanette. Perjanjian Bonggaya pada tahun 166 7
memberikan kesempatan, Kompeni Belanda untuk berkuasa
didacrah Sulawesi Sclatan.
Proses perluasan kekuasaan Belanda berjalan terus. Pengaruh
raja Aru Palaka, yang .bersekutu dengan Belanda dan telah
diangkat menjadi raja di Bontain, digunakan oleh Belanda untuk
memaksa l.amuru, Mario, Soppeng dan Wajo mengakui kekuasaan
Belanda. Bahwa .penpkuan itu hanya tcrpaksa, dapat dibuktikan
adanya ·perlawanan-perla.wanan yang timbul, apabila kekuasaan
Belanda pada suatu waktu nampak lemah. Meninggalnya Aru
Palaka telah digunakan oleh r.tja Wajo untuk mengadakan
perlawanan. Dalam tahun 171 Odengan bantuan bajak-bajak taut,
pasukan raja Wajo telah · muncul diperairan dekat Makasar dan
mendarat untuk selanjutnya bergerak sarnpai Maros. Setelah
mendapat pukulan dari pasukan..Belanda, pasukan Wajo meng-
undurkan diri dan bergerak kejurusan lain. Kerajaan kecil
Cenrana diserbunya dan dengan bantuan orang-orang Bone telah
merusak karnpung-kampung disitu.
Meskipun telah dalam pengaruh kekuasaan Belanda kerajaan
Makasar masih juga berusaha untuk mengadakan perlawanan
terhadap Belanda. Karenanya dalatn tahun 1776 pimpinan
Kompeni Belandct di Batavia mengirimkan ekspedisi militer untuk
menghaftcurkan Gowa. Terbatasnya kekuatan Belanda tidak me-
mungkinkannya untuk menguasai dan mengawasi secara langsung
daerah-daerah yang telah direbutnya. Daerah-daerah yang telah
dikalahkan terpaksa diserahkan kembali kepada raja setempat
sebagai tanah pimjaman. Hal inilah yang memungkinkan rctja-raja
terse but memperkuat lagi kedudukannya. Diantara raja-raja yang
diberi status penguasa tanah pinjaman oleh Belanda adalah raja
Bone. la adalah raja yang berpengaruh, dan dapat mempengaruhi
raja-nya lainnya untuk melakukan penentangan terhadap Belan-
da. Kerajaan Bone dengan bantuan kerajaan-kerajaan lain melaku-
kan pemboi.kotan terhadap perdagangan budak dari Kompeni
Belanda dan berusaha sewaktu-waktu akan menghancurkan ben-
teng Belanda "Rotterdam" .
172
I .. rr. '
f'i ra' l r
,,
I .'' 1 • •,
'
' I 1!a, I ____J
Situasi di Sulawesi Selatan pada masa 1endudukan Inggris
pada tahun 181 1 tidak bembah. Pertt::ntanga r y ang se ring terj adi
antara kerajaan satu dengan lamnya juga Ji pcrguna kan oleh
lnggris untuk memperkuat kedudukannya. I 1ggris mcngadakan
kerja sama dengan raja Soppeng untuk mena klukkan kcrajaan
Bone. KcraJaan Bone pada waktu itu memang ltmnasuk kerajaan
y ang keras dalam pertentangannya terhada p kekuasaan asing..
Sikap ini masih tidak berubah waktu Bclanda menerima kembali
kekuasaan di Sulawesi Selatan dari tangan In gris. Pasu kan Bone
berhasil memasukkan dacrah La muru ke d a am kekuasaannya.
Tanettc pada tahun 1814 juga memihak pada Bone dan mcngada-
kan ekspedisi ke daerah-daerah sebelah ut ara hingga sampai detca t
Maros.
Apabila Bone menunjukkan sikap m nentang terhadap
kekuasaan Belanda, sebaliknya kcrajaan Gow waktu itu bersikap
lunak tcrhadap Belanda. Dalam pada itu ke ajaan Soppeng dan
Wajo mcnya takan diri sebagai kerajaan-keraja an mcrdcka . Ke11ya-
taan ini m enunjukkan bahwa kekuasaan Belanda di Sulawesi
Selatan tidak cukup mampu untuk menekan :,ama sekali kekuasa-
an raja-raja bumiputcrn. Situasi di Sula wesi St'latan cukup su lit
untuk dikuasai oleh Belanda. Waktu Gubem u r Jendral Van dc.r
Capellen tiba di Makasar pada bulan Agustus 1824, ia menyaksi-
kan bahwa kekuatan Belanda disitu hanya terdiri <lari 30 orau.g.
opsir dan 731 ornng serdadu. Kekuatan mih ter ini mru;ih harus
dibagi-bagi di pclhagai pos yang terse bar di daerah-daerah.
Belanda berusaha untuk mendapat kekuatan tam bahan dari
raja-raja .yang bersedia memihak padanya. Didalam perkm puran
untuk mcninjau kcmbali ketcntuan-ketentuan dari perjanjian
Bonggaya. raja-raja Gowa dan Sidenreng tu.rut menghadirinya.
Dalam pada itu raja-r.!ja Bone. Suppa chm T anette menghalang-
halangi maksud mereka, untuk menanamkan kekuasaannya di
seluruh Sulawesi Sclatan. Adanya sikap penen angan tl ari raja-raja
inilah. maka Belanda m cng:iri mka n ckspcdisi militcr kc daerah
terse but.
Dalam tahun 1824 Belanda mulai mer girimk.an ekspedi'i
untuk menaklukkan kcrajaan Suppa dan Tan rte. dcmikian pula
untuk menduduki kembali daerah sehelah utara Maros. Tanette
yang mempunyai kekuatan kurang lebih 3000 urang akan
ditundukkan o leh Belanda dengan jalan kekerasan. Palla tanggal
16 Juli 18 24 pasukan De Stuers telah m~ndarat di dekat Ance .
sebelah utara muara sungai Pancana. Pasukan raja Tam:tce
mencoba mcmpertahankan daerahnya dari serangan pasukan
Belanda yang lt::bih kuat dan mempunyai persenjataan yang lebih
baik. Dalam pertempuran yang terjadi nampaklah, bahwa kekuat-
an pasukan Tanette tidak dapat mengimbangi kekuatan Belanda,
meskipun mereka dapat menewas.kan sebanyak 3 orang serdadu
musuh. diantaranya Letnan Burger. Wa.ktu mengetahui bahwa
pasukan Belanda telah mendekati tempat pertahanannya, ma.lea
raja Tanette meloloskan diri. Tanette diduduki oleh pasukan
Belanda. Untuk menjaga kemungkinan timbulnya perlawanan
Jagi, Belanda mendirikan pos-pos penjagaan dan benteng-benteng,
seperti pos di pantai sebelah selatan sungai Pancana dan
benteng-benteng di Mandalle dan Segeri.
Didaerah Suppa, pasukan raja telah pula bersiap-siap untuk
menyambut serangan pasukan-pasukan Belanda dibawah Kapten
Letnan Laut Buys yang pada tanggal 4 Agustus 1824 telah
mendarat di -Pare-pare. Pasukan Suppa melepaskan tcmbakan
pada pasukan patro·li Belanda sebanyak 25 orang yang mencoba
mendekati perkampungan mereka. Pasu~an patroli tersebut
terpukul ·dan mengundurkan diri kembali ke kubu mereka. Kubu
Belanda, yang terletak di lereng bukit itu, dikepung oleh pasukan
· pelawan. Dari atas bukit ini pasukan Belanda men em baki
kampung Suppa dengan meriam. Dalam pertempuran ini Belanda
berhasil menerirna bantuan pasukan dari raja Didenreng yang
mengambil tempat kedudukan disebelah kanan Kubu BeJanda
tersebut. Dalam pada itu pasukan Suppa yang berjumlah 4000
orang infanteri dan 300 orang bcrkuda siap untuk menghadapi
pasukan musuh, pasukan Belanda dibawah Letnan Kolonel
Reeder yang mencoba mendekati sebuah kampung telah men-
dapat serangan dengan secara tiba-tiba oleh sepasukan orang
Suppa. Mereka terpukul mundur dengan meninggalkan 2 orang
opsir dan 11 orang serdadu biasa meninggal beserta 31 orang
luka-luka.
Dari jalannya pertempuran tersebut terlihat, bahwa pasukan
kerajaan Suppa cukup kuat. Kekalahan yang diderita oleh
pasukan Belanda pacla pertengahan bulan Agustus 1824 rupanya
menyadarkan pimpinan militer Belanda di Makasar, bahwa
pasukan Suppa jauh kbih besar kekuatannya dari pada kekuatan
pasukan expedisinya. Pimpinan militer Belanda kemudian meng-
174
him pun pasukan-pasukan dari kerajaan Go wa dan Sidenreng dalam
jumlah lebih bt:sar, untuk di berangkatkan ke Suppa.
Dalam pertempuran yang terjadi pada pertengahan bulan
Agustus 1824, kelihatan sekali kelemahan pasukan Belanda.
Dengan kekuatan yang hanya terdiri dari 270 orang De Stuers
harus mem pertahankan kubunya. Namun serangan dari pasukan
Suppa atas kubu Belanda dapat dipukul mundW' oleh pasuka.n
Stuers, yang dibantu oieh pasukan Sidenreng dibawah pimpinan
rajanya sendiri. Dalarn pertempuran tersebut Belanda harus
kehilangan beberapa orang opsir tewas dalam pertempuran, yaitu
Letnan Bauff, Van Pelt dan Banhoff. Dengan bersembunyi
didalam lobang-lobang dan parit-parit, anggota pasukan Suppa
sewaktu-waktu mengadakan gangguan ·terhadap pasukan Belanda
yang berada dipos-pos ataupun yang sedang berpatroli.
Meskipun kerajaan Suppa tidak begitu besar, tetapi per·
lawanan yang dilakukan cukup menyulitkan pasukan ekspedisi
Belanda. Oleh karenanya Pemimpin militer Belanda mengirimkan
pasukan bantuan untuk memperkuat pasukan ekspedisi tersebut.
Pada tanggal 23 Agustus 1824 sebuah kapal perang yang
membawa 110 orang serdadu infanteri dengan dipersenjatai 10
meriarn ukuran besar dan kecil tiba diteluk Pare-Pare. Usaha
penutupan Suppa dari daerah utara dilakukan pada tanggal 26
Agustus oleh Gabungan dan pasukan Sidenreng yang berkekuatan
2000 orang dan 70 orang serdadu Belanda. Pasukan Suppa
mencoba untuk mengusir pasukan musuh dan berhasil menewas-
kan sementara anggauta pasukan rnusuh. Karena seorang anak
dari salah seorang kepala Sidenreng menderita Iuka-Iuka, maka
pasukan bantuan Sidenreng mengundurkan diri. Dengan demi-
kian usaha Belanda untuk menghancurkan Suppa tidak berhasil,
meskipun beberapa benteng Suppa telah dapat diduduki oleh
Belanda.
Usaha selanjutnya dilakukan oleh pasukan Belanda untuk
mengadakan serangan gabungan dengan pasukan Sidenreng pada
tanggal 30 Agustus 1824. Perlawanan yang dilakukan oleh
pasukan Suppa cukup berat bagi Belanda. Belanda telah memper-
gunakan 300 orang serdadu tambahan dengan pasukan dari
Sidenreng, dengan perlengkapan meriam-rneriam pasukan artileri,
yang ditem patkan diatas bukit didekat pertahanan pasukan
Suppa. Rupanya pasukan Sidenreng . yang berkumpul di 5
benteng mereka tidak begitu bersemangat Jagi untuk mern bantu
175
pasukan Belanda, sehingga dalam pertempuran tersebut Belanda
terpaksa harus bersandar pada kekuatan serdadu-serdadunya
sendiri untuk menghadapi pasukan Suppa yang jauh lebih besar
jumlahnya. Akibatnya · pasukan Belanda dapat dipukul mundur
oleh pasukan Suppa <lan dalam pertempuran tersebut De Stuers
· telah kehilangan 22 orang tewas, diantaranya seorang Letnan dan
71 orang serdadu la.innya Iuka-Iuka. Usaha yang tidak berhasil ini
memaksa De Stuers untuk kembali ke Makasar pada tanggal 6
Oktober 1824. Untuk pengawasan daerah Suppa ditinggalkannya
sebanyak 100 orang serdadu.
Dengan pasukan yang cukup besar jumlahnya Bone juga
mengadakan serangan terhadap pos Belanda di Pangkajene dan
selanjutnya menghancurkan sama sekali pos Belanda di Labak-
kang. ·selanjutnya pasukan Bone berhasil menduduki Tanette dan
mengangkat kembali raja yang telah dipecat oleh Belanda.
Pasukan Bone sebesar 3000 orang telah mendesak satu detasemen
kecil pasukan Belanda yang berada di Pancana. Pasukan kecil
Belanda ini tentu akan hancur, seandainya tidak segera ditolong
oleh tembakan sebuah kapal perang Belanda yang sengaja
dikirimkan ke pantai Bone.
Dalam bulan Oktober pasukan Bone menyak.sikan gerakan
dari pasukan Belanda yang dipirnpin oleh Kapten Le Clerq,
komandan militer Belanda di Maros, yang berkekuatan 7 orang
opsir, 173 buah meriam dan l 0 orang sedadu berkuda. Pasukan
ini bergerak dan mengambil kedudukan di Bulu Sepong, kira-kira
24 km dari Makasar. Dide.kat Maros pasukan Bone berusaha
menghindari pertempuran dengan pasukan induk Belanda.
Mereka kemudian mengambil jalan lain untuk menghantam
sayap-sayap pasukan Belanda. Setelah berhasil memukul sayap-
sayap pasukan musuh tersebut, pasukan Bone berganti menye-
rang pasukan induk.. Dalam pertempuran ini pasukan Bone
mendapat.kan kemenangan. Tentara Belanda dengan meninggal-
kan korban 2 orang opsir dan 53 orang serdadu biasa tewas. Dua
pucuk meriam dirampas oleh pasukan Bone. Karena kemenangan
ini -pasukan Bone dapat menguasai jalan yang menghubungkan
antara Maros dan Makasar.
Kekuatan pasukan Bone adalah sangat besar dalam fase
peperangan ini. Kepala-kepala daerah yang diangkat oleh Belanda
telah diusir dari daerah Segeri. Ekspedisi militer Bone terus
176
dilaku.kan dan telah mendekat pos-pos Belanda disebelah Selatan
Bontain dan Bulukomba. Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh
semenanjung Sulawesi Selatan jatuh kedalam kekuasaan Bone.
Dengan demikian pusat kedudukan Belanda di Makasar menjadi
terjepit. Situasi yang sulit bagi Belanda ini mendorong Gubernur
dan Komandan militer Belanda di Makasar untuk berusaha
mengerahkan kekuatan militer yang masih ada padanya. Pos-pos
yang masih ada diperkuat dengan tambahan Sf'rdadu dan perleng-
kapan. Direncanakan dalam musim hujan akan diadakan serangan
terhadap benteng-benteng Bone yang berada diantara Leong-
Leong dan Semangi. Untuk mengawasi jalan yang menghubung-
kan daerah itu dengan Makasar, disitu didirikan 3 buah benteng
yang diperkuat dengan pasukan-pasukan bantuan, sedang benteng
Belanda di Maros yang berada dibawah pimpinan Mayor Van
Coeshoors diperkuat dengan 253 or.mg serdadu.
Dari ·kenyataan ini nampak bahwa Bone merupaka.() lawan
yang cukup berat bagi Belanda. Tidak mustahil bahwa Belanda
berusaha kercts untuk dapat mengadakan c pedi,Si besar-besaran
untuk dapat menundukkan perlawanan Bone tersebut. Dari
kenyataan ini pula terlihat bahwa raja Bone bcrusaha kuat untuk
mematahkan keku'asaan Belanda yang <lianggap membahayakan
bagi kemerdekaa'i( ICerajaan-kerajaan bum1putera di Sulawesi
Selatan. Dalam hubun'gan ini pimpinan pusat pemerintahan
kolonial Belanda di 'Batavia berusaha untu k dapat menghancur-
kan _kckuatan kerajaan Bone yang dipandangnya sebagai peng-
hambat ekspa~sinya di Sulawesi Selatan. Jendral Mayor Van
Geen telah diangkat untuk mengepalai pasukan ekspedisi besar
yang terdiri dari gabungan kckuatan militer angkatan darat dan
angkatan taut. lnstruksi yang diberikan kepada Van Geen adalah
memperbesar kekuatan pasu kan Belan.da dan menari~ bantuan
kerajaan-kerajaan setempat yang mau menjadi sekutunya:·untuk
menghadapi perlawanan kerajaan Bone. Pada tanggal 20 Januari
1825 Van Geen telah berada di Makasar dan menyiapkan rencana ·
pemberangkatan pasukan ekspedisi. Rencana penyerangan diatu r
sebagai berikut: sebagian pasukan akan didaratkan dipelbagai
tempat dan akan dilakukan tembakan-tem bakan meriam ter-
hadap daerah kedudukan p~u kan Bone, sebagian pasukan yang
lebih akan diberi tugas untuk melindungi pos-pos Belanda,
setelah itu baru akan dilakukan operasi kedaerah pedalaman
177
dengan maksud agar daerah pantai Bone dapat diduduki oleh
Belanda.
Sementara masih menunggu pasukan yang didatangkan dari
Malulcu dan Madura, Van Geen telah mengumpulkan 46 orang
opsir clan 853 serdadu biasa di- Makasar. Dalam persiapan
ekspedisi ini temyata Van Geen mengalami kesulitan, karena
disamping perlengkapan sangat terbatas juga karena tidak sedi.kit
diantara anggauta pasu.kannya terserang penyakit. Kesulitan yang
lain ialah adanya perbedaan faham antara Van Geen sebagai
pemirnpin ekspedisi dan Van Schelle maupun Tobias sebagai
komisaris-komisaris pemerintah Belanda di Makasar.
Telah disebut dimuka bahwa kerajaan-kerajaan yang me-
lalcukan perlawanan terhadap Belanda adalah Tanette, Suppa dan
Bone. Diantara ketiga kerajaan itu Bone yang terkuat didalam
meJaku.kan perlawanan. Kedua komisaris Belanda tersebut diatas
mengingjn.kan agar ekspedisi pertama-tama harus ditujukan untuk
mengalahkan Tanette dan Suppa. dan setelah itu berhasil, baru
menghantam Bone. Dalam hal ini Van Geen rnernandang sebalik-
nya. Bagi dia Bone sebagai -rnusuh Belanda yang terkuat, harus
dikalahkan dahulu dan apabila telah berhasil, akan lebih mudah
untuk menaklukkan kedua kerajaan kecil lainnya atau mung.kin
kerajaan-kerajaan ini akan menyerah dengan sendirinya.
Meskipun komisaris pemerintah BeJanda tersebut tetap
memandang perlu untuk mendahulukan penyerangan terhadap
Tanette .dan Suppa. dalam prakteknya Van Geen lebih rnemen-
tingkan penyerangan terhadap Bone dahul~ Hal i~ terbukti
bahwa Van Geen cepat--cepat telah mengirirnkan Mayor Van Der
Wijck ke Maros untuk melihat situasi pertahanan Belanda disitu.
Dalam pada itu pasukan-pasukan Bone telah bersiap-siap di
pegunungan didekat Leong-Leong. Jalan yang menghubungkan
Leong-Leong dengan Semangi diawasinya dengan ditempatkan-
nya benteng-benteng disitu yang dijaga oleh kira-kira 600 orang.
Dari daerah sebelah utaranya pasukan Bone yang berjumlah 6000
orang telah pula siap, apabila diperlukan untuk penyerangan.
Pasukan Van Geen yang bergerak kedaerah utara telah
berhadapan dengan pasukan Bone yang berkedudukan di Bon-
tain. Dalam pertempuran yang terjadi pasukan Bone terdesak
oleh pasukan Belanda. Demikian pula pertahanan Bone di
Bulukom ba terpaksa ditinggalkan dan diduduki oleh pasukan
178
Belanda. Pertempuran terjadi pula waktu pasukan Bone }'ang
berkeduduk;m di benteng-benteng Kajang dan Sinjai mendapat
serangan Belanda . Pasukan Bone dengan sekuat tenaga mencoba
mempertahankan benteng-benteng itu, namun karena persenjata-
a!l musuh · 1ebih kuat, terpaksa mereka melepaskan benteng-
benteng tersebut. Untuk menjaga benteng-benteng yang telah
diduduki, Belanda mempergunakan tenaga pasu.kan bantuan yang
didapat dari Gowa dan pasu.kan yang didatangkan dari Maluku.
Salah satu hal yang mengurangi kekuatan fihak penentang
Belanda ialah perobahan sikap dari raja Tanette, yang telah
menyerahkan kekuasaan kerajaan kem ba.li kepada raja wanita
yang pro pada Belanda Sikap ini mungkln sekali disebabkan
karena ia mcngctahui kekalahan-kekalahan pasukan Bone yang
terkenal kuat dibeberapa medan pertempuran dalam menghadapi
pasukan Bclanda yang diperkuat itu. Kejadian ini sangat mengun-
tun&kan fihak Belanda, karena dengan demikian T anette dapat
dimasukka.n menjadi sekutu Belanda la8i. Dengan kerajaan-keraja-
an sekutunya yaitu Sidenrcng clan Tanette Be~anda mengharap-
kan dapat mengirnbangi kekuatan raj~raja yang masih melakukan
perlawanan disamping Bone, yaitu Suppa, Segeri, Labakkang dan
Pangkajene.
Pertahanan pasukan Bone di Bulukomba sangat kuat.
.Daerah ini diperlengkapi dengan 50 benteng-benteng. Untuk
mematah kan kekuatan Bone ini Belanda pada tanggaJ 5 Pcbruari
1825 telah memberangkatkan serdadu-serdadunya bersama-sama
pasukan bantuan dari raja-raja bumiputera, melaJui laut ke
Bontain dan selanjutnya dengan menggunakan perahu-perahu
kecil terus menuju Bulukomba.
Untuk segera menguasai dataran tinggi yang memisahkan
antara Bontain dan Bulukomba, Van Geen rnenyuruh mendarat-
kan 600 orang serdadu infanteri, kavaJeri dan artileri, dengan
perlengkapan meriam-meriam dan dibantu oleh pasukan-pasukan
bantuan. Ternyata pasukan Bone yang berada di dataran rendah
ini telah ditarik kembali dan dipusatkan di Bulukomba. Benteng-
benteng Bone di daerah Bulukomba lebih diperkuat. Tiap-tiap
pimpinan pasukan dalam benteng diinstruksikan untuk segera
mernukul pasu.kan Belanda yang mencoba mendekatinya dan
segera memberi tahu pada benteng-benteng lain untuk dapat
mem beri bantuan yang diperlukan.
179
Perlawanan pada dasarnya krus berkobar sampai akhir abad
ke I <J, sckalipw1 dalam bentuk yang kedl.
6. Pcrlawa11a11 cli Kalimantan Se.Iatan ( 1859 - 1905)
Kontak pertama-tama antarJ kerJ.jaan Banjar dan Belanda
terjadi pada permulaan abau 17. Pedagang-pedagang Be.Janda
yang tcrhimpun Jalam voe datang di Banjannasin dengan tujUdli
untuk memperoieh hasil bumi yang dapat diperdagangkan seperti
Jada, rotan. damar maupun hasil tam bang seperti emas dan in tan .
Usaha Belanda untuk rnendekati penguasa kerajaan Banjar mula-
mula mendapat kesulitan. Baru pada masa pemerintahan Sultan
Rahmatullah pada dasawarsa ketiga abad 17. Belanda Jiizinkan
mendirikan. kantor dagang di Banjarmasin. Pem berian izin ini
tidak lepas dari siasat Sultan Banjar untuk memperoleh sekutu
guna mcncegah ekspedisi kekuasaan raja Mataram Sultan Agung.
Lepas dari kepentingan politik penguasa kerajaan Banjar.
kegiatan penlagangan Kompeni Belanda di daerah itu oleh
pedagang-peJagang Banjar dipandang sebagai saingan yang mcru-
gikan. Bangwasan-hangsawan Banjar yang kebanyakan mem-
punyai kcpenringan dalam perdagangan menganggap bahwa
aktivitas Belanda untuk mendapatkan barang Jagangan di daerah
tersebut dapat mengurangi sumber keuntungan mcreka. Hal
semacam juga uirasakan okh para haji yang sebagian besar ak.tif
dalam hi clang penlagangan.Perang yang timbul pa<la tahun 1638
antara penguasci kerajaan Banjar, yang didukung olch para
bangsawan dan pard ulama. dengan Belanda adaiah puncak dari
ketegangan itu. Dapat <likatakan bahwa usaha Belanda untuk
memperoleh fasilitas penlagangan di Banjarmasin pada masa itu
tidak bt:rjalan lancar.
· Paua sckitar dasawarsa ketiga. abad 18 Belanda melakukan
kegiatan lagi di Banjarmasin. Apa yang dilakukan oleh pedagang-
pedagang lnggris di Banjarmasin sdama periode berhentinya
aktivitas Belanda, mendapat sambutan serupa dari raja maupun
rakyat Banjarmasin. Penyerangan-penyerangan yang dilakukan
oleh rakyat Banjar terhadap kantor .tlagang atau pun kapal-kapal
Inggris membuktikan, bahwa kegiatan pedagang asing Ji situ
bcrtentangan dengan kepentingan rakyat Banjar. Usana Erelanda
yang dilakukan lagi sejak dasawarsa ketiga abad 18 lebih
memperoleh kemajuan daripada sehelumnya. Pada taraf ini
!XO
Bclanda berha.sil mendekati Sultan Tahlili llah. sehingga tercapai-
lah suatu perjanjian pada tahcrn 1734, ang hcrisi pemberian
fasilitas perdangan pa<la pcdagang-pedagani. Bdanda .
Sullah p<1sti bahwa pcrti.:nt;1ngan intern anlar-hangs;iwan
ya ng scrmg terja<li memheri kesi!mpalan puda Bela nd.; L<:1ruk
melakukan intervcnsi dalam urusan intt' r l kerajaan. K..·~ulit<lll
yang uihad api oleh Sultan Tahmi<lillah II Jalam huhun~dn
Jeng.an perlawanan Pangcnrn Amir telah '11l'ndorongnya untuk
memi nta ban tuan pa<la Rcsiden Belanda \\ <1l beck. Bant uan yang
<liberi kan oleh Belanua. sehingga Pangeran .\mir Japat ditangkJr
olch pasukan Belanda. harus dibalas dengan penyerahan sebag:1an
wilayah kerajaan Banjar kcpa<la Belanda Di dalarn perjanjian
y ang diadakan pada tang:gal 13 Agustus ·J 78 7 discbu rkan. bahwa
sebagai balas jasa Sultan Banjar harus mcn yerahkan ~bagian dari
wilayahnya anrara lain daerah-daerah Pcgata.n, Pasir. Kutai,
Bulongan dan Kotawaringin.
Di sini mutai nampak bahwa usaha Be amla tidak lagi hanya
sekedar untuk memperoleh fasilitas dalan perdagangan, tetapi
telah menjurus ke arah perluasan w iJay ah kt'kuasaan. Bukti
aJanya usaha pcngluasan wilayah antara la.n juga tlapar ditunjuk
isi dari perjanjian haru yang uibuat pada t anggal I Januar~ 181 7.
setelah Belanda menerima kcmbali daerah-<.laerah ~engan1hn ya
dari lnggris. Pemerintah Belanda yang <l1 wakili olch J . Van
B~t:kholst berhasil meru~adakan perjanjian dengan St1ltan Stilei-
man, pengganti Sultan Tahmidi'Uah II. yang isinya antara lain
mcny ebu t tambahan tanah-tanah kerajaah yang <list:rahk.an ke-
pada Belanda antara lain : tanah Dayak. Sampit. Sintang. Bakum -
pai. Tanah Laut dan heberapa lainnya.
Selain pcrtentangan antar-bangsawan. kl~ ricuhan yang terjadi
di· d~ercth · m:1jaao juga Jijadikan alasan o lch Bdanda untuk
mengadakan intervcnsi. seperti kericuhan ) ang terjadi di daerah
Bakompai (Marabahan) dan Tanah Dusun pada tahun
1824-·· 18 25 yang dipimpin okh Pem~ kal Kendel. AJanya
kericuhan ini, setelah dapat uipaJamkan oleh Belanua, dija~ikan
alasan untuk mengancxasi lla~rah tersebut.
Oari adanya kejadian yang berupa pcnc tangan ini membuk-
tikan. ba hwa lli daerah-daerah tenlapat u <rng-ora11g yang ber-
sikap anti krha<lap Belanda. Pendirian benteng di Bakompai okh
Belanda setelah kejadian tersebut climaksu lkan unluk 1111:111aga
kemungkinan timbulnya p~rlawanan lagi. Kontak baru yang
uiallakan antara Sultan ,Adam Alwa~ikh Billah ( 18:?5 ·- 1857.l.
pengganti Sultan Suleiman, dengan Belanda pada tanggaJ 4 Mei
1826, memberi kesempatan paJa Belanua w1tuk mernperoleh
daerah yang lebih luas. Sebagian besar daerah kerajaan, kecuali
daerah Hulu Sungai. Martapura dan sebagian daerah inti Banjar-
masin. rnasuk dalarn kekuasaan BeJanda. KccuaJi penyerahan
wilayah kekuasaan, di dalam kontrak itu juga disebut pemberian
hak kepada Belanda untuk menentukan personalia dalam peng-
angkatan Pangcran Ratu (Sultan Muda atau Putra Mahkota).
Demikian pula hak untuk menentukan personalia dalam pengang-
katan Mangkuburni, yang sejak kontrdk itu ditandatangani,
peranannya dalam melaksanakan pemerintahan kerajaan menjadi
lebih besar dari semula.
PenganaJcatan Pangeran TamjidiJtah menjadi Sultan pada
tahun 1857 sebapi pengganti Sultan Adam, menimbulkan
kekecewaan di ~angan semt!ntard bangsawan. •a_- Demikian pula
kckecewaan terdapat di kalangan rakyat yang menganggap bahwa
Pangeran Hidayat dianggap lebih berhak untuk menjadi Sultan,
lhm mempunyai sifat-sifat yang lebih baik: Banyaknya par~
bangsawan dan pejabat kerajaan yang kemudian rnenggabungkan
diri pada fihak Pangeran Hidayat dalarn perang yang kem utliau
terjadi, cukup membuktikan bahwa kekecewaan terdapat di
kalangan mereka.
Kekecewaan di kalangan rakyat di Batang Balangan rnem-
peroleh saluran, sete1ah Penghulu Ab<lulgani dengan terang-te-
rangan mcngecam pengangkatan Pangeran Tainjidillah. Pengang-
kata11 orang yang tidak berhak menjadi raja c.lipandang menyim-
pang tlari adat dan sebagai tanda kemerosotan kerajaan. Mereka
Jebih rnenaruh simpati pada Pangeran Hidayat, sebaliknya Belan-
da memandang pengangkatan Pangeran Tamjidillah lebih rneng-
untungkan baginya.
Kedudukan Pangeran Hidayat sendiri sejak ia menjatli
Mangkubumi. dalam tahun 1856 adalah sulit . Waktu Pangeran
Tamjidillah menggant1kan Sultan Adam menjadi Sultan pada
tahun 1856, Pangeran Hidayat telah merasa disisihkan. Pend1rian-
18. MenJcnHi persolakan polilik di dalam Kerajaun a:injar pada masa Sultan Adatn
dan l'l:OQ11nlin}"11. Sull"n T"mjidi"llah. pcrik:su £: .ll . l\icl>lra , "'Oc ondcraang v11n
het Bandjermasinsche Rijk ' ', V, D' lndische Gids, jilid II, Leiden, 1891, 1360
dan sct..,rusnya.
182
nya yang selalu bertentangan dengan pendirian Pangeran Tamji-
dillah juga menyulitkan kedud ukan nya sebagai Mangkubum i.
Pangeran Prabu Anom yang waktu it u dicurigai oleh Beland a,
telah dapat ditangkap oleh Belanda dengan menggunakan penga-
ruh Pangeran Hidayat. Namun pembua11gan Prabu Anom ke Jawa
menim bulkan kekecewaan pada diri Pangeran Hidayat, karena
menurut kesanggupan_ Residen Belanda, Pangeran Prabu Anom
hanya akan ditahan di Banjarinasin.
Pemerintah Belanda di Batavia beru a untuk mencampuri
kericuhan dalam kerajaan Banjarmasin. Kolonel Andresen dikirim
ke Banjarmasin untuk mengetahui dari dekat sebab-sebab keri-
cuhan itu, Andresen berkesimpulan bahwa Pangeran Tarnjidillah
yang tidak disenangi rakyat adalah sumber dari kericuhan itu.
Sultan Tarnjidillah kemudian diturunkan dari takhta dan ke-
kuasaan kerajaan Banjarmasin .diambil~alih oleh Belanda. Penen-
tangan rakyat terhadap Sultan Tamjidillah kemudian diarahkan
secara langsung ke pada Pemerintali Belanda. Dalarn situasi
demikian Pangeran Hidayat akhimya condong rnernihak pada
perlawanan rakyat.
Perlawanan rakyat terhadap Belanda berkobar di daerah-
daerah, dipimpin oleh Pangeran Antasari yang berhasil menghim-
pun pasukan sebanyak 3000 orang dan menyerbu pos-pos
Belanda. Pos-pos Belanda di Martapura dan Pengaron diserang
oleh An tasari pada tanggal 28 April 1859. Di samping itu
kawan-kawan seperjuangan Pangeran Antasari juga telah meng-
adakan penyerangan terhadap pasukan-pasukan Belanda yang
dijumpainya. Pada saat Pangeran Antasari mengepung benteng
Belanda di Pengaron, Kyai Demang Lem an dengan pasukannya
telah bergerak di sekitar Riam Kiwa dan rn engancam benteng
Belanda setempat. Bersama-sama dengan Haji Nasrun pada
tanggal 30 Juni 1859 ia menyerbu pos Belanda yang berada di
istana Martapura. Dalarn bulan Agustus 1859 bersama-sama
dengan Haji Buyasin dan Kyai Langlang, Kyai Demang Leman
berhasifmere but benteng Belanda di Tabanio.
Pada tanggal 27 September 1859 pertempuran juga terjadi
di benteng Gunung Lawak yang dipertahankan oleh Kyai
Demang Lem an dengan kawan-kawan terhadap serangan Belanda.
Dalam pertempuran ini kekuatan pasukan Demang Le man
temyata lebih kecil dibanding dengan · kekuatan musuh, sehingga
183
ia tcrpaksa mengudurkan diri dari benteng tersebut. Karena
penyerangan secara gerilya dilakukan berkali-kali oleh rakyat.
maka Bclanda setelah beberapa waktu lamanya . menduduki
benteng tcrsebut, kemudian mcrusak benteng tersebut dan
meninggalkannya. Waktu meninggalkan benteng pasukan Belanda
mendapat juga serangan dari pasukan Kyai Demang Leman yang
masih aktif melakukan perang gerilya di sekitarnya.
Semeptara itu Tumenggung Surapati yang telah menyang-
gupi Belanda untuk membantu menangkap Pangeran Antasan,
setelah mengadakan perundingan di atas kapal Onmsc pada
bula11 Desember 1859, ia dengan anak buahnya berbalik menye-
rang serdadu-serdadu Belanda yang berada di atas kapal tersebut,
kemudian merebut senjata mereka dan menenggelamkan kapal
tersebut · Benteng pertahanan Tumenggung Surapati di Labang
mendapat serangan dari Belanda dalam bulan Pebruari 1860.
Serbuan yang kuat dari pasukan Belanda mcnyebabkan Tumeng-
gung Surapati rneninggalkan benteng tersebut.
Tumenggung Jalil yang mcngadalcan perlawanan di daerah
Arnuntai dan Negara mendapat serangan dari pasukan Belanda
dengan bantuan Adipati Danureja, yang sejak semula setia pada
Belanda. Atas jasanya dalam turut mengalahkan Tumenggung
Jalil, Danureja dijadikan Kepala Daerah Benua Lima Nampaklah
bahwa dalam perang ini Belanda menggunakan pejabat kerajaan
yang pro padanya untuk menindas perlawanan.
Karena sikapnya yang memihak perlawanan rakyat, Pange-
ran Hidayat oleh Belanda telall diturunkan kedudukannya.
sebagai ~ngkubumi,. Desakan Bclanda melalui surat tertanggal 7
Maret 1860 kepada Pangcran Hidayat yang berisi permintaan
supaya ia menyerah dalarn waktu duabelas hari, mendapat
jawaban tegas dari Pangeran bahwa ia tidak akan menyerah
dengan demi.kian Belanda menganggap Pangeran Hidayat benar-
benar telah memberontak terhadap kekuasaan Belanda.
Dengan kosongnya jabatan Sultan dan Mangkubumi dalam
kerajaan Banjar, maka pada tanggal 11 Juni 1860 kerajaan Banjar
dihapuskan dan dimasukkan ke dalam ·kekuasaan pemerintah
Belanda. Karena itu di samping perlawanan-perlawanan yang
telah berlangsung, di daerah-daerah timbul pemberontakan-
pemberontakan baru, seperti di daerah Hulu Sungai, Tanah Laut,
Barito dan Kapuas Kahayan. Sementara itu Tembarang, Muning,
184
Amawang, Gadung dan Barabai dijadiakan pusat-pusat perlawan-
an untuk daerah Hulu Sungai, sedang di Tanah Laut pusat
pemberontakan antara lain terda pat di Riam Kiwa. Riam Kanan
dan Tabanio.
Sudah terang bahwa dengan meluasnya perlawanan rakyat
ini penguasa Belanda di Banjarmasin menghadapi kesuJitan.
Perlawanan rakyat yang tersebar tersebut menyukarkan Belanda
untuk menghadapinya. Belanda berusaha untuk membatasi ma-
kin meluasnya pengaruh pemberontak di kalangan rakyat. Ke-
pala-kepala daerah dan para ulama diperingatkan agar mereka
menunjukkan sikap setia pada pemerintah Belanda dan rnenge-
cam kaum pemberontak. Peringatan terse but disertai dengan
ancaman hukuman berat bagi siapa yang tidak mengindahkan.
Dengan adanya pengurnuman itu kecemasan mulai timbul di
kalangan kepala-kepala daerah maupun ulama-ulama daerah.
Meski pun demikian kebanyakan di antara mereka tidak mau
mengindahkan ancaman tersebut Mereka melarikan diri dan
menggabungkan diri pada fihak pelawan. Dalam pada itu Pange-
ran Hidayat melakukan perlawanan dari : daerah satu ke daerah
lainnya dengan diikuti oleh orang-orang yang setia .kepadanya.
Pada tanggal 16 Juni 1860 Pangeran Hidayat terlibat dalam
pertempuran selama seminggu lamanya di Ambawang dan ke-
mudian terpaksa mengundurkan 9iri karena persenjataan Belanda
temyata lebih kua.t. Pasukan Pangeran Hidayat yang telah
terpukul dalam pertempuran di Ambawang itu kemudian rnuncul
kembali di daerah Wang Bangkai. Setelah rnengetahui hal ini,
maka pada tanggal 2 Juli 1860 Belanda segera memberangkatkan
pasu kannya yang berada di Martapura untuk seterusnya menuju
ke Wang Bang kal dengan mengambil jalan le wat Mangapan terus
ke Amalang. Dalam pertempuran yang terjadi ini pun pasukan
Pangeran Hidayat terdesak dan terpaksa mengundurkan diri.
Gangguan terhadap pasukan-pasukan Belanda berupa penyergap-
an secara gerilya terus dilakukan oleh rakyat. Baru pada tanggal
10 Juli 1860 pasukan Pangeran Hidayat pindah ke lain daerah
setelah mendapat pukulan berat dari pasukan musuh.
Di daerah lain pasukan di bawah pirnpinan Pangeran
Antasari masih giat melakJ.lkan serangan terhadap pos-pos Belan-
da. Dalam permulaan bulan Agustus 1860 pasu kan Antasari telah
berada di Rin gkau Katan . Pada tanggal 9 Agustus 1860 kontak
18 5
bersenjata antara pasukannya dengan pasukan Belanda tak dapat
dihindarkan. Pasukan Belanda be.rkekuatan 225 orang serdadu
bersenjatakan senapan berbayonet <lan dibantu oleh 125 orang
hukuman yang dipersenjatai, di samping itu masih ada 10 orang
penembak meriam. Setelah dapa~ membunuh dan melukai
beberapa orang serdadu musuh dalam pertempuran yang sengit,
Pangeran Antasari segera mengundurkan diri dari Ringkau
Katan. Untuk mengawasi kemungkinan merembesnya kem bali
pasukan pelawan ke daerah itu, Belanda mendirikan pos penjaga-
an di Tameang Layang. Kemenangan pasukan Belanda dalam
pertempuran ini terutama juga disebabkan karena Balabantuan
yang bergerak dari Arnuntai melalui Awang menuju Ringkau
Katan.
Gerakan yang cepat dari pasukait Panger.m Hidayat dari satu
daerah ke daerah lain cukup menyulit.kan Belanda untuk meng-
hadapinya. Waktu Belanda mendengar bahwa Pangeran Hidayat
beserta pasukannya pada tanggal 10 Juli 1861 berada di Gunung
Mandela, maka segera dikirimkannya serdadu-serdadu bersenjata-
kan senapan berbayonet sejumlah 140 orang dari pantai Amba-
wang ke Gunung Mandela. Maksud untuk menangkap Pangeran
Hidayat tidak berhasil, karena Pangeran tersebut telah meninggal-
kan Gunung Mandela menuju ke Haroman. Dua kelompok
pasukan lain pada tanggal 20 Juli 1861 oleh Belanda juga telah
dikirimkan. Pasukan ini bergerak menuju Haroman dengan
rnaksud untuk rnencari Pangeran Hidayat, namun tidak juga
berternu. ·Oleh karenanya Belanda mengumumkan ancaman
ditujukan kepada Pangeran Hidayat supaya mau men.yerah di
dalam waktu yang singkat. Apabila tidak mau memenuhinya
Pangeran Hidayat akan tetap dianggap sebagai pem berontak dan
akan ditindas.
Menyerahnya Kyai Demang Leman atas kemauannya sendiri
pada Belanda pada tanggal 2 Oktober 1861 sedikit-banyak
memperlernah fihak pelawan. Panangkapan atas diri Pangeran
Hidayat, yang kemudian diasingkan ke Jawa, pada tanggal 3
Pebruari 1862 menimbulkan kekesalan pada diri Kyai Demang
Leman dan juga di kalangan rakyat yang masih melakukan
perlawanan. Tuntutan untuk pembatalan pengasingan itu tidak
mendapat perhatian dari fihak Belanda. Kyai Demang Leman
melarikan d.iri dari lingkungan Belanda dan mengadakan per-
lawanan lagi.
186
Semcn rar<i itu Pangi:ran Ant:isari makin giat melakukan
palawanan, temtama setelah mendengar kabar tentang pen~
asingan Pangeran Hidayat. saudara sepupunya, ke Jawa. Rakyar
menaruh kepercayaan pada Pangeran Antasari untuk meneruskan ·
perlawanan. Kemahiran dalam pertempuran cukup memberi
kepercayaan pada para pengikut atas kepemimpinannya, seperti
misaln ya waktu ia mempertahankan benteng Tundakan pada
tanggal 24 September 1861 bersama-·sama dengan kawan-kawan
seperjuangann ya, ialah Pangeran Miradipa dan Tumenggung
Mancancgara. Demikian pula waktu ia bersama-sama dengan
Gusti Umar dan Tumenggung Surapati bertempur mempertahan-
kan benteng di Gunung Tongka pada tanggal 8 November 1861.
Karena kepercayaan ini pada tanggal 14 Maret 1_86 2 rakyat
mengangkat Pangeran Antasari sebagai Pemimpin Tertinggi
Agama dengan Gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Muk-
rninin. Sudah tentu gelar tersebut sangat besar pengaruhnya bagi
kepemimpinan Pangeran Antasari. Ia masih terus memimpin
perlawanan terhadap Belanda sampai pada sa'at meninggalnya
pa<la tanggal 11 Oktober 1862 di Hulu Teweh, tempat pertahan-
nya yang cukup kuat.
Dengan meninggalnya Pangeran Antasari perlawanan rakyat
masih terus berlangsung dan dipimpin oleh teman-teman seper-
juangannya, juga oleh putra-putranya. Kyai Demang Leman
masih terus mengadakan perlawanan secara gerilya di sekitar
Martapura. Aminullah memusatkan operasinya_ di per batasan
Pasir, sedang Pangeran Prabu Anom bergenlya di daerah Aman-
dit. Demikian pula sekitar Kahayan Atas tetap tidak aman bagi
Belanda karena gangguan dari para gerilyawan.
Belanda mengetahui bahwa kekuatan para pelawan hanya
dapat di patahkan, apabila pemirnpin-pemim pin mereka dapat
ditangkap atau ditewaskan. oleh karenanya dengan pelbagai jalan
Belanda berusaha untuk mendekati, menangkap atau membunuh
pemimpin-pemimpin tersebut. Hal ini dapat dilihat sepertinya
dalam usahan ya untuk menangkap Kyai Demang Leman. Belanda
menggunakan Pangeran Syarif Hamid sebagai alat un tuk menang-
kap Kyai Demang Leman yang beroperaSI di perbatasan Bat u
Licin. Pangeran Syarif Hamid diberi janji akan diangkat menjadi
r~a di Batu Licin apabila usahanya berhasil. Dengan bantuan
kepala orang-orang pelarian suku Jawa, Pangeran Syarif HarniLI
dapat menem ukan tempat persembunyian Ky ai Demang Leman,
18 7