Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 291 B. Bahan Bacaan Guru dan Peserta Didik MATERI K3LH 1. Konsep K3 Menurut konsep K3 ada aspek K3 diperuntukkan diantaranya: Pelaku/tenaga kerja (pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional), Lingkungan sekitar (baik orang, tanaman, binatang yang secara tidak langsung dapat terkena dampak dari resiko kecelakaan kerja dan jaminan keselamatan diatur di lingkungan tempat kerja) Alat kerja/managemen kerja (peralatan yang digunakan mengalami kerusakan/hilang saat digunakan dan terjamin aman dan effisien) Semua aspek tersebut perlu diadakan pembinaan noma-norma untuk mewujudkan dalam undang–undang yang memuat ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi dan pemerintah sebagai monitor agar undang–undang tersebut berjalan dan tidak ada pihak yang dirugikan. 2. Pengertian K3 A. Pengertian K3 Ada 3 pengertian K3: 1) Secara Etimologi: K3 adalah memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien. 2) Secara Filosofi: K3 adalah uatu konsep berpikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam mencapai adil, makmur, dan sejahtera.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 292 3) Secara Keilmuan: K3 adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja. 4) Secara institusi: a. Menurut Occupational Safety Health Administrasi (OSHA) K3 adalah kesehatan dan keselamatan kerja adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko keselamatan manusia dan properti baik dalam industri maupun bukan. Kesehatan keselamatan kerja merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri atas fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur, transportasi, penanganan material bahaya. b. Menurut International Labour Organization (ILO) K3 adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya. c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas pelaksanaan K3 di semua tempat kerja di mana terdapat tenaga kerja, hubungan kerja atau kegiatan usaha dan sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 293 d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 463/MEN/1993 Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta agar setiap produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 5) Menurut para ahli a. Mathis dan Jackson Menurut Mathis dan Jackson, gagasan K3 adalah sebuah kegiatan yang akan menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman bagi karyawan, menghindari gangguan fisik dan mental melalui pelatihan K3, mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas dari karyawan, serta memberikan bantuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah dan perusahaan tempat mereka bekerja. b. Flippo Menurut Flippo, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pendekatan menentukan standar yang sangat komprehensif dan spesifik bagi karyawan dengan menentukan kebijakan pemerintah tentang praktik perusahaan di tempat kerja dan menerapkannya melalui surat panggilan, denda, dan sanksi lainnya. c. Hadiningrum Menurut Hadiningrum, definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pengawasan terhadap sumber daya manusia (SDM), permesinan, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja sehingga pekerja tidak mengalami kecelakaan.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 294 d. Widodo Menurut Widodo, pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebuah bidang yang berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di suatu lembaga atau lokasi proyek. e. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) Menurut WHO (World Health Organization), definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat tertinggi kesehatan fisik, mental dan sosial bagi pekerja di semua jenis pekerjaan; pencegahan masalah kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja; serta perlindungan pekerja dari risiko pekerjaannya karena faktor-faktor yang merugikan kesehatan. B. Fungsi dan Tujuan K3 1) Fungsi K3 Dalam implementasinya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki cukup banyak fungsi dan manfaat, baik untuk perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah beberapa fungsi K3 secara umum: ● Sebagai pedoman untuk mengidentifikasi, menilai risiko dan bahaya untuk keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja. ● Membantu memberikan saran tentang perencanaan, proses pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan. ● Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan pekerja di lingkungan kerja. ● Memberikan saran tentang informasi, pendidikan, serta pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). ● Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program pengendalian bahaya. ● Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkahlangkah pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 295 Dari penjelasan dan definisi para ahli yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hal penting yang harus diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan amanat Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 87. Implementasi K3 di area kerja ditujukan untuk melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Fungsi K3 cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua perusahaan yang menjadi area kerja untuk sekelompok orang memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. 2) Fungsi K3 secara khusus adalah sebagai berikut: ● Sebagai alat untuk mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya keselamatan di tempat kerja. ● Sebagai alat untuk memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dalam praktik kerja, termasuk juga desain area kerja. ● Sebagai alat dalam memberikan informasi, pelatihan, dan edukasi terkait kesehatan kerja dan Alat Pelindung Kerja (APD). ● Dan sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaaan serta tindakan darurat lainnya. Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi sehingga dapat digunakan secara efektif. 3) Tujuan K3 Menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 296 Adapun tujuan dari K3 secara khusus adalah sebagai berikut: ● Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja. ● Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui promosi K3. ● Menjaga status kesehatan para pekerja pada kondisi yang optimal. ● Menciptakan sistem kerja yang aman. ● Mencegah terjadinya kerugian (loss) baik moril maupul materil akibat terjadinya kecelakaan kerja, dan ● Melakukan pengendalian terhadap resiko yang ada di tempat kerja. Tujuan menerapkan K3 adalah melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja, menjamin sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien, dan menjamin proses produksi berjalan lancar. C. Faktor ancaman risiko kecelakaan kerja Bahaya potensial di lingkungan kerja meliputi: Faktor Fisik Faktor Kimia (uap, gas, debu, asap) Faktor Biologi Faktor Fisiologis/Ergonomi Faktor Psikososial
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 297 Penjelasannya: 1) Faktor Fisik a. Suhu Suhu terlalu tinggi menyebabkan: Heat Stroke Heat Cramp Heat Exhaustion Suhu terlalu rendah menyebabkan: Frostbite Chilblain Trenchfoot b. Tekanan Tekanan udara tinggi Pada pekerja penyelam dan pekerja tambang Tekanan udara rendah Pada pekerja penerbang dan astronot c. Kebisingan Kerusakan indra pendengaran, kejiwaan, berdebar d. Pencahayaan Menyebabkan kelainan indra penglihatan e. Radiasi Radiasi sinar infra merah Radiasi sinar ultra violet Radiasi sinar rontgen f. Konstruksi bangunan dan lingkungan kerja Kecelakaan, terjatuh, tertimpa Penyakit Infeksi (ISPA)
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 298 Emosional/Psikis 2) Faktor Kimia a. Debu, dapat menimbulkan Pneumoconosis antara lain: Silicosis Stanosis Asbestosis Berryliosis b. Uap Uap logam, menimbulkan demam uap logam, dermatitis, keracunan. Gas, menyebabkan keracunan (gas Sianida, Asam sulfida, CO, dan lain-lain). Larutan, menyebabkan kerusakan pada kulit (Benzen, etanol, dan lain-lain). 3) Faktor Biologi: Bakteri, Jamur, Parasit, Virus 4) Faktor Fisiologis: Kelelahan karena tidak serasi alat kerja, frekuensi, beban, dan lain-lain). 5) Faktor Psikososial Hubungan sesama pekerja, stress kerja, shift, pasca kerja, dan lain-lain. KESULITAN DALAM PERHITUNGAN PAK (Penyakit Akibat Kerja) a. Banyak masalah yang kurang mendapat perhatian dari para ahli kesehatan dan institusi pendidikan serta perusahaan. b. Seorang pekerja biasanya tidak menyadari bahwa masalah yang mereka alami berhubungan dengan pekerjaan mereka. Bahkan meskipun hubungannya sudah jelas, mereka tetap akan mengabaikannya karena takut kehilangan pekerjaan.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 299 c. Kesadaran akan PAK sulit dicapai karena lamanya antara pajanan awal dengan gejala yang muncul pada saat pemeriksaan. d. Membuat hubungan sebab akibat sulit untuk diakses karena banyaknya jenis bahaya kerja yang dapat mengenai pekerja. e. Sejumlah masalah kesehatan yang dicurigai oleh ahli kesehatan sebagai PAK tidak dilaporkan lebih lanjut karena asosiasinya dengan pekerjaan masih samar dan karena syarat pelaporan tidak kuat. f. Bertolak belakang dengan penyakit yang bukan akibat kerja. Penyakit akibat kerja hampir selalu rentan terhadap pencegahan. UPAYA PENCEGAHAN Legislatif Control Administratif Control Engineering Control Medical Control dengan Pelayanan Kesehatan PENYAKIT & KECELAKAAN AKIBAT KERJA Disebabkan oleh pemajanan zat-zat berbahaya di lingkungan kerja, ada beberapa pendekatan perlindungan di antaranya: NAB Konsentrasi maksimum PENEGAKAN DIAGNOSA Annamnesa penyakit (keluhan, riwayat pekerjaan, dan penyakit) Hazard/faktor resiko pekerjaan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tempat kerja Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan timbulnya gejala dan penyakit
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 300 PELAYANAN KESEHATAN KERJA Pelayanan Paripurna: Pelayanan Promotif Pelayanan Preventif Pelayanan Kuratif Pelayanan Rehabilitatif Penjelasan: a. Pelayanan Promotif Pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja Pemeliharaan berat badan ideal Perbaikan gizi menu seimbang dan makanan sehat Pemeliharaan tempat, cara, dan lingkungan kerja yang sehat Konsultasi untuk perkembangan kejiwaan yang sehat Olah raga fisik dan rekreasi c. Pelayanan Preventif Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus: Imunisasi Kesehatan lingkungan kerja Perlindungan diri terhadap bahaya pekerjaan Penyerasian pekerja dengan mesin, alat kerja Pengendalian bahaya lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi, ergonomi) Suplemen gizi Survailance kesehatan kerja d. Pelayanan Kuratif Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. e. Pelayanan Rehabilitatif Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal. Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 301 MENURUT ILO (International Labour Organization) ASURANSI Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3. PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. 3. Praktik kerja yang aman A. Faktor yang menimbulkan potensi cedera atau penyakit akibat kerja Tidak ada orang yang ingin mengalami kecelakaan kerja, tapi kadang kala hal tersebut tidak terhindarkan. Selain perusahaan wajib menyediakan sarana keselamatan kerja, Anda juga sebaiknya mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang umum terjadi agar dapat menghindarinya. Kecelakaan kerja adalah insiden atau kejadian yang mengakibatkan seseorang menderita cedera fisik maupun mental. Kecelakaan ini terjadi karena hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya kecelakaan di tempat kerja atau di perjalanan saat Anda melakukan pekerjaan. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan pada 2019, total kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 77.295 kasus. Meski jumlah ini turun 33 persen dibanding 2018, angka tersebut masih cukup tinggi sehingga Anda patut waspada selama menjalankan tugas. Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena kombinasi beberapa faktor penyebab terjadinya insiden. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja itu sendiri dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 302 1) Faktor manusia Faktor ini merupakan tindakan yang diambil atau tidak diambil untuk mengontrol cara kerja di perusahaan. 2) Faktor material Penyebab kecelakaan kerja ini berupa ledakan, kebakaran, dan paparan tidak terduga dari zat beracun yang digunakan dalam industri yang bersangkutan, misalnya zat asam atau zat kimia berbahaya. 3) Faktor peralatan Faktor ini termasuk peralatan yang tidak terjaga dengan baik sehingga rentan mengalami kegagalan fungsi dan mengakibatkan kecelakaan kerja. 4) Faktor lingkungan Penyebab kecelakaan kerja ini mengacu pada keadaan tempat kerja, misalnya suhu, kebisingan, kualitas udara, maupun kualitas pencahayaan. 5) Faktor proses Ini termasuk ancaman yang muncul dari proses produksi, seperti debu yang beterbangan, uap, asap, hingga suara bising yang berhubungan dengan faktor produksi. Jenis cedera akibat kecelakaan kerja Tidak semua kecelakaan kerja menimbulkan korban cedera, meski tidak jarang juga hal ini justru mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Cedera akibat kecelakaan kerja sendiri dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkat keparahannya, yaitu: ● Cedera fatal (fatality): kecelakaan kerja yang sampai mengakibatkan seseorang meninggal dunia. ● Cedera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja (loss time injury): kecelakaan kerja yang mengakibatkan seseorang menderita cacat permanen atau kehilangan waktu produktifnya selama satu hari kerja atau lebih. ● Cedera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (loss time day): kecelakaan kerja yang mengakibatkan karyawan tidak bisa masuk kerja.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 303 ● Tidak mampu kerja atau kerja terbatas (restricted duty): kecelakaan yang mengakibatkan karyawan mengalami perubahan bagian atau jadwal/pola kerja. ● Dirawat di rumah sakit (medical treatment injury): kecelakaan kerja yang mengakibatkan seseorang harus dirawat inap di rumah sakit atau rawat jalan dengan pengawasan dokter. ● Cedera ringan (first aid injury): misalnya luka lecet, mata kemasukan debu hingga iritasi, dan lain-lain. ● Tidak menimbulkan cedera (non-injury accident): kejadian potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Namun, kebakaran, peledakan, dan pembuangan limbah tidak termasuk dalam cedera kategori ini. B. Undang–undang Keselamatan Kerja Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Tahun 2003, setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (UU Keselamatan Kerja) mengatur tentang prinsip-prinsip dasar yang berkaitan dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Tindakan harus diambil untuk mencegah kecelakaan dan ledakan; untuk mengurangi kemungkinan kebakaran dan untuk memadamkan api; dan setiap tindakan lain yang disebutkan sehubungan dengan tempat kerja. Undang-undang tersebut juga memiliki ketentuan terkait pintu keluar kebakaran; pertolongan pertama jika terjadi cedera, perlindungan dari polutan seperti gas, kebisingan, dan lain-lain; perlindungan dari penyakit akibat kerja; dan penyediaan alat pelindung diri bagi pekerja. Semua kecelakaan harus dilaporkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan. UU Keselamatan Kerja mencantumkan daftar industri yang memerlukan pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja. Pemeriksaan kesehatan tahunan juga harus dilakukan.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 304 Pihak pengusaha yang mempekerjakan 100 (seratus) atau lebih pekerja yang terlibat dalam pekerjaan/kegiatan berisiko tinggi, maka harus menetapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan persyaratan hukum. Perwakilan pekerja harus menyetujui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja; yang juga harus dijelaskan kepada semua pekerja, pemasok, dan pelanggan. Kementerian Ketenagakerjaan harus mengawasi penerapan sistem tersebut serta mengevaluasi dan menilai sistem tersebut secara berkala. C. Undang–undang Kesehatan Kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 Tahun 1964 tentang Persyaratan Kesehatan dan Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja, menetapkan persyaratan tertentu di tempat kerja yang sesuai. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah kebakaran, kecelakaan, keracunan, infeksi penyakit akibat kerja, penyebaran debu, gas, uap, dan bau yang tidak sedap. Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan peraturan baru melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja yang mencabut peraturan tahun 1964 di atas. Peraturan baru memberikan pedoman baru untuk nilai ambang batas kimia dan fisik, dan juga memberikan pedoman kualitas udara dalam ruangan untuk menciptakan tempat kerja yang layak. Bangunan harus menyediakan penerangan yang cukup, pengatur suhu, dan ventilasi; kebersihan, penyimpanan, dan pembuangan limbah secara berkala; bangunan harus dibangun dengan baik dan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar; pengecatan dinding dan langit-langit secara berkala setidaknya setiap 5 (lima) tahun sekali; WC terpisah untuk pria dan wanita (satu WC untuk setiap 15 karyawan); pengaturan higienis untuk kebutuhan personel; minuman dan makanan; penginapan personel (jika ada); stasiun kerja dan pengaturan tempat duduk; dan penerangan darurat pada malam hari di tempat kerja. Hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha dapat berakhir apabila pengusaha memerintahkan pekerja untuk melakukan pekerjaan yang membahayakan nyawa, keselamatan,
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 305 kesehatan dan atau moral pekerja, yang tidak diberitahukan atau diberitahukan kepada pekerja pada saat perjanjian kerja dibuat. D. Undang–undang Ketenagakerjaan Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya hukum ketenagakerjaan adalah untuk: ● memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; ● mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah; ● memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan ● meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja yang dibuat tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai hubungan kerja tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara pengusaha dan pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi dari UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum lainnya yang terkait. Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut diantaranya yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar apapun, hak untuk mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk beribadah
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 306 menurut agama dan kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upah atau penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak untuk mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan kerja. Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak terpenuhi dan diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut akan dapat menyebabkan perselisihanperselisihan tertentu antara pengusaha dan pekerja. Jika perselisihan itu terjadi, maka peraturan hukum di Indonesia telah mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut memiliki cara atau prosedur tersendiri untuk menyelesaikannya baik itu melalui perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial. Peraturan-peraturan terkait Ketenagakerjaan: ● Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ● Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial ● Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh ● Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial ● Undang-Undang No. 39 Tahun 200 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri ● Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan) ● Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No. 182 Concerning the Prohibition and
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 307 Immediate Action for Elimination of the Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO No. 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak) ● Undang-Undang No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 111 Concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan) ● Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 Pengesahan tentang ILO Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) ● Undang-Undang No. 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 105 concerning the Abolition of Forced Labour (Konvensi ILO mengenai Penghapusan Kerja Paksa) ● Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua ● Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun ● Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kerja dan Jaminan Kematian ● Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri ● Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing Serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping ● Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan ● Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan ● Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja ● Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2011 tentang Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 308 ● Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2013 tentang Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia ● Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan E. Simbol–simbol Keselamatan Kerja 1. Landasan Hukum a. Undang-undang No 1 Tahun 1970 Pasal 14b. ―Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja‖ b. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kriteria audit 6. 4. 4. Manfaat Pemasangan Rambu Menyediakan kejelasan informasi dan memberikan pengarahan umum Memberikan penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan kerja Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat Mengingatkan para pelaksana di mana harus menggunakan peralatan perlindungan diri sebelum memulai aktivitas di tempat kerja. - Menunjukkan di mana peralatan darurat keselamatan berada. - Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan. Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan anggota masyarakat tentang zat-zat berbahaya seperti asam atau untuk menunjukkan fitur-fitur keselamatan seperti keluar api. Mereka juga dapat memberikan informasi umum atau instruksi spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah yang ditunjuk. Yang dimaksudkan dengan rambu-rambu dalam
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 309 laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk: ● Gambar-gambar/poster ● Tulisan/logo/semboyan/motto ● Simbol-simbol Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari aturan kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko berbahaya. Adapun poster merupakan penjelasan yang menjelaskan suatu aktivitas dalam bentuk sebab dan akibat. Kesemua hal tersebut di atas teraplikasikan dalam rangka untuk mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan yang aman dan memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan undang–undang keselamatan kerja yang berlaku. Adapun rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah: ● Rambu Larangan ● Rambu Peringatan ● Rambu Pertolongan ● Rambu Prasyarat Keempat rambu tersebut di atas sangatlah penting untuk dipahami dan disosialisasikan. Di samping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum peserta memasuki areal tempat kerja. Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu–rambu di tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi, tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan bahkan suatu pertolongan. Oleh karena itu sangatlah perlu adanya penjelasan pengetahuan tentang simbol, kode tentang tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan standar internasional. Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu– rambu keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah asal pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang dilakukan dengan memperhitungkan:
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 310 ● Mengidentifikasi bahaya; ● Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan ● Menentukan jenis rambu dan indikator apa yang perlu digunakan. Rambu–rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa simbol atau kode yang menyatakan kondisi yang perlu mendapat atensi bagi siapa saja yang ada di lokasi tersebut. Guna mempertegas suatu tanda atau rambu, dalam pelaksanaannya dibedakan dalam bentuk warna–warna dasar yang sangat mencolok dan mudah dikenali. Warna yang dipasang pada setiap rambu berupa warna: ● Warna Merah–tanda Larangan (Pemadam Api) ● Warna kuning–tanda Peringatan atau Waspada atau berisiko bahaya ● Warna Hijau–tanda zona aman atau pertolongan ● Warna Biru–tanda wajib ditaati atau prasyarat ● Warna Putih–tanda informasi umum ● Warna oranye–tanda beracun Warna–warna tersebut di atas merupakan warna dasar sebagai latar belakang (background), sedangkan gambar atau logo/simbol di atas warna dasar tersebut merupakan warna kontras. Menurut standar yang berlaku secara internasional berupa warna putih atau hitam. Adapun bentuk–bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3 yang perlu dipahami adalah seperti dalam tabel sebagai berikut:
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 311 Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda–tanda atau simbol ada 3 (tiga) bentuk dasar yaitu: ● Bentuk Bulat–Wajib atau bentuk larangan ● Segitiga–tanda peringatan ● Segi Empat-darurat, informasi dan tanda tambahan Bentuk dasar rambu–rambu standar yang perlu dipahami c. Simbol keselamatan di tempat kerja Rambu K3 Peringatan biasanya memiliki latar belakang warna kuning sebagaimana yang telah menjadi panduan dalam standar internasional rambu keselamatan dan kesehatan kerja. Pyrani dan Reynolds dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pemberian rambu termasuk poster K3 memiliki efektivitas 51% setelah 2 minggu dan turun menjadi 11% setelah 4 bulan.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 312 Berikut ini rambu peringatan K3 di tempat kerja: No Keterangan Simbol 1 Rambu K3 Perlintasan Pejalan Kaki 2 Rambu Bahaya Overhead Crane 3 Rambu Peringatan Orang di Balik Pintu 4 Rambu Peringatan Mudah Terbakar 5 Rambu Peringatan Jalan Menurun 6 Rambu Jalan Menaik
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 313 7 Jaga Pintu tertutup 8 Rambu Awas Ada Anjing 9 Rambu Peringatan Zat Korosif 10 Rambu Bahaya Tegangan Tinggi 11 Rambu Bahaya Tabung Gas 12 Rambu Bahaya Suhu Rendah
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 314 13 Rambu Bahaya Radioaktif 14 Rambu Bahaya Radiasi NonPengion 15 Rambu Bahaya Permukaan Panas 16 Rambu Bahaya Pengisian Baterai 17 Rambu Bahaya Pekerjaan di Jalan 18 Rambu Bahaya Ledakan 19 Rambu Bahaya Kebisingan 20 Rambu Bahaya Biologis
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 315 21 Rambu Awas Lantai Licin 22 Rambu Area Jalur Kabel 23 Rambu Diawasi CCTV 24 Rambu Tegangan Listrik Tinggi 25 Rambu K3 Dilarang Membuat Api Terbuka 26 Rambu K3 Dilarang Makan dan Minum 27 Rambu K3 Bukan Air Minum 28 Rambu Dilarang Merokok 29 Rambu Dilarang Menggunakan Handphone
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 316 30 Rambu Dilarang Memotret Dan masih banyak lagi di atas hanya sebagian kecil ramburambu yang ada. d. Simbol Keselamatan Kerja di Laboratorium TKJ Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda–tanda yang dipasang di tempat kerja atau laboratorium guna mengingatkan atau mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan di sekeliling tempat tersebut terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 14b bahwa ―Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.‖ Yang dimaksudkan dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk: Gambar-gambar/poster, tulisan/logo/semboyan/motto, simbolsimbol. Rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah: Rambu Larangan, Rambu Peringatan, Rambu Pertolongan, Rambu Prasyarat. Keempat rambu tersebut di atas sangatlah penting untuk dipahami dan disosialisasikan. Di samping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum peserta memasuki areal tempat kerja. Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu–rambu di tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi yang jelas apa yang harus diketahui dan dipersiapkan pada daerah tersebut. Kita ketahui bahwa rambu-rambu keselamatan penting untuk ditaati dan dipatuhi agar kita semua terhindar dari kecelakaan. Berikut ini beberapa gambar dan penjelasan rambu-rambu.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 317 1) Rambu Larangan Rambu ini adalah rambu yang memberikan larangan yang wajib ditaati. Siapa saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada pengecualian. Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi yang terpasang (Unfallverhutung–sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu larangan yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna putih, dan logo berwarna hitam, dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai berikut: 2) Rambu Peringatan Rambu ini adalah rambu yang memberikan peringatan yang perlu diperhatikan kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan. Adapun peringatan yang perlu diikuti adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu peringatan yang sering ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang berwarna kuning, dan logo/gambar berwarna hitam, dengan bingkai berwarna hitam.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 318 3) Rambu Prasyarat/Wajib Dilaksanakan Rambu ini adalah rambu yang memberikan persyaratan dilaksanakan kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena prasyarat tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Adapun prasyarat yang perlu dilaksanakan adalah sesuai dengan rambu tergambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu prasyarat/kewajiban yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna biru, dan logo/gambar berwarna putih.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 319 4) Rambu Pertolongan Rambu ini adalah rambu yang memberikan bantuan/pertolongan serta arah yang ada di lingkungan itu karena arah/pertolongan tersebut merupakan petunjuk arah yang harus diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 320 Adapun rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut dipasang pada tempat yang strategis dan mudah terlihat. dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan logo/gambar warna putih.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 321 5) Strategi Penerapan Setiap dunia usaha sewajarnya memiliki strategi yang dapat memperkecil bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai kondisi tempat kerjanya. Strategi yang perlu diterapkan meliputi: Manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang K3 bersifat formal ataukah informal. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat penerapan K3 yang optimal sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. F. Proses kerja yang aman Setiap bidang pekerjaan haruslah memprioritaskan keselamatan kerja. Selain untuk menjamin keberlanjutan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, penerapan prosedur keselamatan kerja di tempat kerja ditujukan untuk menanggulangi kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Seperti yang kita ketahui bersama, tidak semua tempat kerja dapat memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan. Bahkan, cukup banyak bangunan tempat bekerja yang tidak laik untuk difungsikan. Misalnya saja keberadaan ventilasi dan pintu masuk atau keluar yang terbatas, struktur bangunan yang membahayakan, temperatur udara yang terlalu ekstrem, maupun tingkat kebisingan yang dapat berisiko terhadap rusaknya indra pendengaran. Perusahaan yang tidak dapat menjamin keselamatan dan kesehatan pekerjanya bukan hanya dapat mengakibatkan kecelakaan yang menyebabkan sakit atau cacat fisik saja, melainkan juga dapat menyebabkan masalah psikologis dan sosial seperti stres akibat jam kerja terlalu tinggi, kekerasan di dalam organisasi, atau masalah lainnya.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 322 5 Tips Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Agar keselamatan pekerja terjamin, maka terdapat beberapa tips yang dapat Anda terapkan di tempat kerja. Adapun 5 (lima) tips untuk menjamin keselamatan kerja di tempat kerja adalah sebagai berikut: 1. Patuhi prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bukan hanya diaplikasikan pada perusahaan yang memiliki risiko kecelakaan tinggi saja. Perusahaan dengan risiko kecelakaan rendah pun harus memperhatikan dan menerapkan standar keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja. Bahkan perusahaan dengan sektor jasa diwajibkan untuk melindungi pekerja, keluarga pekerja, dan orang lain yang juga terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Melakukan pengendalian terhadap risiko yang ada di tempat kerja. 2. Lakukan perawatan dan pemeliharaan alat kerja secara rutin Perawatan dan pemeliharaan peralatan kerja sangatlah penting untuk dijadwalkan secara rutin. Selain bertujuan untuk efisiensi usia mesin, peralatan kerja yang terawat dengan baik akan menjamin keselamatan dan keamanan bagi para pekerja yang akan menggunakannya. Kerusakan peralatan kerja seperti mesin-mesin produksi kerap terjadi karena buruknya perawatan. Dengan membuat catatan penggunaan mesin dan memantau aktivitas operasionalnya secara rutin, maka setiap kegiatan yang berhubungan dengan produksi tidak akan terganggu produktivitasnya. 3. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Adapun lokasi-lokasi pekerjaan yang wajib mengenakan APD di antaranya adalah sebagai berikut:
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 323 ● Tempat kerja dengan peralatan atau instalasi yang berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran maupun ledakan. ● Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah. ● Pekerjaan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran gedung atau bangunan lainnya termasuk juga bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah. ● Pekerjaan pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengelolaan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, dan lapangan kesehatan. ● Pekerjaan pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak, panas bumi atau mineral baik yang dilakukan di permukaan, di dalam, maupun di dasar perairan. ● Pekerjaan pengangkutan barang, binatang dan manusia yang dilakukan di daratan, melalui terowongan, permukaan air, di dalam air, maupun di udara. ● Pekerjaan bongkar muat barang di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, bandar udara, dan gudang. ● Pekerjaan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air. ● Pekerjaan pada ketinggian layaknya di bidang konstruksi bangunan gedung bertingkat. ● Pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah. ● Pekerjaan yang memiliki risiko tertimbun tanah, kejatuhan, terjatuh, hanyut atau terpelanting. ● Pekerjaan dalam ruang terbatas seperti tangki, sumur, atau lubang. ● Pekerjaan yang memiliki risiko terkena kotoran, api, asap, gas, sinar atau radiasi, suara atau getaran. ● Pekerjaan pembuangan atau pemusnahan limbah dan sampah. ● Pekerjaan di bidang pemancaran dan penyiaran televisi, radio, atau telepon.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 324 ● Pekerjaan di bidang pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang menggunakan alat berat, dan ● Pekerjaan yang menggunakan peralatan atau instalasi listrik dan mekanik. Adapun Alat Pelindung Diri yang wajib dikenakan saat memasuki area kerja seperti yang telah disebutkan di atas antara lain adalah sebagai berikut: - Alat pelindung kepala, yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan atau kejatuhan benda tajam dan keras. - Alat pelindung wajah, yang berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya maupun paparan partikel-partikel yang melayang di udara. - Alat pelindung telinga, yang berfungsi untuk melindungi telinga terhadap kebisingan atau tekanan suara yang berisiko merusak pendengaran. - Alat pelindung pernapasan, yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dari bahan kimia, mikroorganisme, maupun partikel kecil lainnya seperti debu, asap, dan gas beracun. - Alat pelindung tangan, yang berfungsi untuk melindungi tangan maupun jari-jari dari panas api, radiasi, bahan kimia, dan lainnya, dan - Alat pelindung kaki, yang berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau benturan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan berbahaya, dan lainnya. 4. Ikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi profesional Kompetensi merupakan suatu hal yang dikaitkan dengan kemampuan, pengetahuan/wawasan, dan sikap yang dijadikan suatu pedoman dalam melakukan tanggung jawab pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja. Dalam hal ini, mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi juga harus relevan terhadap pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi juga dapat menyiapkan pekerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang profesional
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 325 sehingga mereka siap untuk memberikan kontribusinya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 5. Penuhi persyaratan keandalan bangunan gedung Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan setiap pekerjaannya. Salah satu cara untuk menjamin keselamatan seseorang saat ia sedang bekerja di dalam bangunan gedung adalah dengan dilakukannya penilaian keandalan bangunan gedung. ―Sebagaimana yang disebutkan di dalam Pasal 16 UndangUndang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, bahwa keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan yang telah memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.‖ Bukti bahwa bangunan gedung telah andal dan laik secara fungsi dapat ditunjukkan dengan terbitnya Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Sertifikat ini diterbitkan oleh pemerintah daerah atas bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan teknis sesuai fungsi bangunan berdasar hasil pemeriksaan dari instansi maupun penyedia jasa SLF. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa dengan dimilikinya SLF, maka bangunan gedung yang digunakan sebagai tempat beraktivitasnya manusia telah terjamin keamanannya. Berikut adalah cara-cara bekerja dengan aman yang bisa menjadi acuan setiap pekerja dan juga perusahaan. 1) Staff Training Satu-satunya cara untuk dapat mengurangi kecelakaan kerja adalah dengan terus menerus memberikan penyuluhan atau program training tehadap semua pekerja. Tidak peduli sudah sejauh mana keahlian pekerja dalam mengoperasikan bidang tertentu. Yang jelas tetap harus terus diingatkan mengenai keselamatan kerja. cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak aman adalah selalu
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 326 melakukan penyuluhan agar karyawan semakin aware atau peduli terhadap keselamatan kerja. 2) Pekerja yang kompeten Karyawan yang diterima bekerja harus karyawan yang kompeten. Maksudnya adalah karyawan yang mempunyai kepedulian terhadap keselamatan kerja. Karyawan yang memiliki keahlian khusus dan tambah kompeten adalah karyawan yang bisa dikatakan dapat menunjang kemajuan perusahaan juga. 3) Selalu menggunakan alat keselamtan kerja sesuai standar Peraturan penggunaan alat keselamatan kerja harus wajib dipatuhi. Bahkan kalau bisa jika ada karyawan yang tidak menggunakan alat keselamtan kerja atau tidak mematuhi standar kerja dapat langsung diberikan surat peringatan. Jika masih membandel dapat juga langsung diberhentikan. Karyawan tipe seperti ini malah justru akan memicu karyawan-karyawan yang lain untuk tidak mematuhi aturan perusahaan. 4) Memberikan rambu-rambu Karyawan yang paling safety pun harus terus memperhatikan rambu-rambu dalam bekerja. Bukan sekadar mengingatkan, tapi retraining hal-hal yang berkaitan dengan kecelakaan kerja. 5) Perlengkapan kerja harus full service Jika perusahaan ingin mengurangi tingkat kecelakaan di perusahaannya, perusahaan harus memberikan fasilitas secara penuh. Contoh, memberikan sepatu safety yang berkualitas, memberikan jaket safety yang berkualitas, memberikan helmet yang berkualitas dan lain-lain.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 327 6) Tempat atau area kerja selau dalam keadaan bersih Faktor lain yang menyebabkan kecelakaan kerja adalah fakor kebersihan. Jika lingkungan kerja bersih maka secara otomatis pikiran para pekerja akan bersih juga. Hal ini sangat berkaitan jika kita kaitkan ke faktor psikologis. 7) Berikan reward kepada karyawan Perusahaan sebaiknya selalu memberikan penghargaan kepada karyawan-karyawan yang rajin dan selalu mematuhi aturan keselamatan kerja agar dapat memicu semangat dalam menjaga dan peduli terhadap keselamatan kerja bagi karyawan yang lainnya. G. Bahaya di tempat kerja a. Bahaya-bahaya di tempat kerja 1. Bahaya Kerja Ergonomi Bagi Anda yang berkecimpung di dunia kerja berkaitan dengan gadget, maka ada bahaya yang perlu diwaspadai. Risiko kerja ergonomi ini akan dialami bagi Anda yang banyak menghabiskan waktu di depan layar komputer. Istilah bahaya ini disebut dengan repetative stain injuries atau cedera akibat adanya gerakkan repetitif dalam waktu yang lama. Risiko kerja ergonomi merupakan cedera persendian karena kesalahan gerak atau ketegangan otot yang terjadi secara terus menerus. Untuk menghindari hal ini terjadi, maka Anda harus mengetahui posisi duduk yang benar saat seharian berada di depan komputer atau laptop. Pastikan menggunakan meja serta kursi pendukung dan meregangkan otot agar tidak terjadi bahaya tersebut.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 328 2. Bahaya Bekerja Pada Sektor Kimia Bagi Anda yang berkecimpung di lingkungan dengan zat kimia berbahaya dan beracun, maka tidak luput dari risiko kecelakaan kerja. Contoh bahaya di tempat kerja yang bisa Anda alami meliputi reaksi alergi di kulit, mata, hingga keluhan medis pada bagian pernapasan. Biasanya zat kimia yang beracun dapat menyebabkan seseorang mengalami fibrosis paru-paru. Untuk meminimalisir bahaya tersebut, maka pastikan Anda menggunakan semua perlengkapan keamanan yang diwajibkan. Apalagi jika Anda berkecimpung di area berbahaya tersebut dalam kurun waktu yang lama. Maka, sangat perlu tindakan pencegahan agar tidak mengalami risiko kecelakaan kerja yang berpengaruh buruk pada kesehatan Anda. 3. Bahaya Kerja Biologi Bahaya kerja biologis paling mengancam pada tenaga kesehatan. Bahaya ini berasal dari berbagai mikroorganisme, seperti tumbuhan maupun hewan yang mengancam kesehatan manusia. Terdapat berbagai macam penyakit akibat bakteri dan virus, seperti hepatitis B dan C, HIV atau AIDS, hingga tuberkulosis yang rentan menular ke tenaga kesehatan. Contoh bahaya di tempat kerja ini juga dapat mengancam kesehatan orang-orang yang bekerja dengan hewan. Para pekerja ini rentan terkena penyakit seperti antraks dan rabies. Untuk mencegah dan menurunkan resiko bahaya akibat mikroorganisme yaitu dengan cara vaksinasi. Meskipun tubuh terkena bahaya tersebut, namun tubuh memiliki imunitas yang mengurangi gejala penyakit yang timbul.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 329 4. Bahaya Kerja Fisik Pada Pekerja Jenis bahaya fisik yang bisa terjadi pada Anda dapat berupa suhu lingkungan bahkan vibrasi. Bising secara konstan dapat dirasakan oleh pekerja konstruksi bangunan dan menimbulkan efek yang buruk bagi telinga seperti ketulian. Sedangkan vibrasi akibat penggunaan mesin dalam waktu lama akan menyebabkan mual, nyeri otot, bahkan gangguan pembuluh darah. 5. Bahaya Kerja Psikologis Selain dapat memengaruhi fisik, lingkungan kerja juga dapat menyebabkan gangguan psikologis. Hal yang paling sering menyebabkan adalah stres akibat perubahan jenis pekerjaan, tanggung jawab, hingga lingkungan kerja. Gangguan psikologis yang termasuk ke dalam contoh bahaya di tempat kerja ini bisa diatasi dengan mengatur waktu dengan baik, dan beristirahat. Setiap pekerjaan memiliki risiko kesehatan masing-masing yang patut Anda waspadai. Untuk itu, Anda perlu mengatur waktu sebaik mungkin agar tempat kerja yang digunakan mencari nafkah tidak malah menjadi sumber penyakit. Selain itu, cobalah beristirahat dan refreshing agar terhindar dari bahaya kerja psikologis, fisik, biologi, kimia, dan ergonomi. b. Prosedur–prosedur dalam keadaan darurat Prosedur Peringatan Dini dan Keadaan Darurat adalah tata cara dalam mengantisipasi keadaan darurat. Adapun prosedur darurat yang ada di Mahkamah Syar‘iyah Sigli adalah sebagai berikut: 1. Apabila anda melihat keadaan tanda bahaya Tetap tenang; Bunyikan alat tanda bahaya/bel/alarm; Hubungi nomor telepon keadaan darurat.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 330 PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP KEBAKARAN ● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas Tanggap Darurat Gedung dan Petugas Tanggap Darurat Listrik. ● Petugas Tanggap Darurat Lantai memadamkan sumber api dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). ● Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya kebakaran kepada: ● Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Pidie ● Petugas Pelayanan Kesehatan ● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh penghuni ruangan untuk evakuasi melalui tangga darurat lantai. ● Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk mengetahui orang-orang yang turun bersamanya. ● Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni gedung tentang situasi keamanan gedung. PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP GEMPA BUMI ● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas Tanggap Darurat Gedung dan Petugas Tanggap Darurat Listrik. ● Petugas Tanggap Darurat Lantai mengumpulkan massa (penghuni gedung). ● Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya gempa bumi kepada: - Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Pidie - Petugas Pelayanan Kesehatan. ● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh penghuni ruangan untuk evakuasi melalui tangga darurat lantai atau tempat yang aman dari gempa. ● Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk mengetahui orang-orang yang turun bersamanya.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 331 ● Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni gedung tentang situasi keamanan gedung. ● Jangan berlindung di bawah tangga dan jauhi area tangga! 2. Apabila Anda mengalami keadaan darurat, maka: ● SEGERA: Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika diketahui/didengar terdapat tanda bahaya atau ketika Anda diminta untuk melakukannya; ● HINDARI: Kepanikan; ● IKUTI: Instruksi dan bekerja sama dengan mereka yang bertanggung jawab atas keadaan darurat; ● MATIKAN: Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup laci meja; ● JANGAN: Menunda untuk segera meninggalkan gedung dengan mencari barang-barang pribadi dan/atau orang lain; ● PERGI: Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan jangan menghalangi petugas dan peralatan mereka; ● JANGAN: Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada instruksi dari atasan, petugas atau pihak yang berwenang akan hal tersebut. ● Kita tidak pernah menginginkan musibah terjadi, namun paling tidak jika kita memahami prosedur peringatan dini dan keadaan darurat maka kita bisa mengambil langkah-langkah dan keputusan yang tepat sesuai prosedur jika suatu saat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran dan gempa bumi. H. Penerapan budaya kerja industri (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin) a. Pengertian Budaya Kerja Industri Budaya Kerja adalah falsafah yang didasari pada pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok yang tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Gering Supriyadi dan Tri Guno). Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 332 berbagai tantangan di masa yang akan datang. Pembentukan budaya kerja memerlukan proses yang panjang, dimulai dari karakter kerja individu yang baik yang menjadi kebiasaan dan akhirnya membentuk karakter kerja secara kolektif yang disebut budaya kerja. Budaya kerja di dunia terdapat faktor–faktor yang dapat memengaruhi manajemen SDM Global, yakni politik, ekonomi, budaya, dan hukum. Di dalam faktor–faktor yang memengaruhi manajemen SDM Global salah satunya adalah budaya. Budaya suatu organisasi yang menyosialisasikan orang Robbins (2003: 312 dalam Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76). Jadi budaya adalah suatu faktor yang dapat memengaruhi manajemen SDM yang dapat menjadi masalah apabila keadaannya terhalang pada suatu hal tertentu. Untuk itu manajemen SDM harus memperhatikan faktor terkait khususnya budaya, karena apabila kebiasaan terus dibiarkan akan merusak budaya yang ada pada suatu perusahaan khususnya pada manajemen perusahaan atau organisasi (Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76). Suatu budaya yang kuat akan mendesak lebih banyak pengaruh serta mendukung atau memengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan dengan dampak yang lebih besar pada budaya yang lebih kuat Robbins (2003: 308 dalam Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76). Banyak karyawan yang kurang memperhatikan standar operasional kerja, sehingga tercipta sebuah budaya kerja yang menurunkan produktivitas kerja. Budaya kerja yang diterapkan oleh karyawan dapat menjadikan suatu kebiasaan yang sulit diubah, sehingga memerlukan waktu untuk mengubahnya kembali. b. Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah perbandingan kegiatan antara efektivitas keluaran dengan efektivitas masukan, artinya sebagai sikap mental yang diperlukan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam setiap pekerjaannya (Muchdarsyah, 2010: 102 dalam Septiadi dan Zunaidah, 2014: 79). Produktivitas kerja mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 333 kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih baik dari hari ini (Sinungan, 2008: 2). c. Nilai–nilai dan Budaya Kerja Nilai dan budaya kerja merupakan bagian dari revolusi mental untuk mewujudkan manusia yang berintregitas. Mau bekerja keras dan semangat bergotong–royong. Terdapat lima nilai–nilai dan budaya kerja yang ditetapkan sebagai acuan para karyawan untuk dipahami dan diamalkan dalam bekerja, bersikap dan berkontribusi dalam pengembangan industri. 1. Intregitas Jack Weich, dalam bukunya yang berjudul ―Winning‖ mengatakan, ―intregitas adalah sepatah kata yang kabur (tidak jelas). Orang–orang yang memiliki intregitas mengatakan kebenaran dan orang–orang itu memegang kata– kata mereka. Mereka bertanggung jawab atas tindakantindakan mereka di masa lalu, mengakui kesalahan mereka dan mengoreksinya. Mereka mengetahui hukum yang berlaku dalam negara mereka, industri mereka dan perusahaan mereka, baik yang tersurat maupun yang tersirat dan menaatinya. Mereka bermain untuk menang secara bersih (benar), seturut peraturan yang berlaku. Berbagai survei dan studi kasus telah mengidentifikasi intregitas atau kejujuran sebagai suatu karakteristik pribadi yang paling dihasrati dalam diri seorang pemimpin (Jack Weich dan Winning, 2005). 2. Profesional David H. Maister (1998 : 56) mengatakan bahwa orang– orang profesional adalah orang–orang yang diandalkan dan dipercaya karena mereka ahli, terampil, punya ilmu pengetahuan, bertnggung jawab, tekun, penuh disiplin, dan serius dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Semua itu membuat istilah profesionalisme identik dengan kemampuan, ilmu atau pendidikan dan kemandirian.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 334 3. Produktif Produktif adalah sikap yang berkonsep pada hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini (Bambang Tri Cahyono, 1996: 283). 4. Kompetitif Kompetitif adalah sebuah kata yang menggambarkan situasi kerja saat ini. Jika dibandingkan dengan era yang terdahulu, lingkungan kerja saat ini jauh lebih kompetitif. Persaingan yang semakin ketat menuntut kita untuk terus memiliki sikap kompetitif. 5. Inovatif Inovatif adalah mencurahkan segala pikiran atau kemampuan diri dalam berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru bagi diri kita, masyarakat, dan lingkungan kerja. D. Budaya Kerja 5R Sering kita melihat, mendengar, bahkan mengalami kejadian yang mengakibatkan celaka di sekitar kehidupan kita. Misalnya kejadian di kantor, ada yang terpeleset, tersandung, tersengat listrik atau kejadian yang lebih serius lagi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kelihatannya hanya sepele, akan tetapi akan menjadi serius apabila menjadi perhatian bagi semua. Mengapa kejadian tersebut sepele? Karena kita semua tidak peduli, tidak menganggap penting atau tidak mencatat kejadian tersebut, apalagi menganalisisnya. Wooow. Seharusnya semua kejadian itu dapat dicegah dengan 5R atau 5 S.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 335 5R sering kali kita lihat di berbagai tempat pelayanan maupun di perkantoran. Baik berupa banner, logo ataupun poster. Lalu, bagaimana implementasinya? 5R merupakan kegiatan yang sangat sederhana dapat dilakukan oleh semua orang dan aplikatif, akan tetapi luar biasa hasilnya apabila dilaksanakan dengan baik. Sehingga 5R tidak hanya sebagai slogan saja akan tetapi dapat diimplementasikan. Mari kita bahas lebih lanjut secara singkat. Apakah itu 5S/5R? 5R atau 5 S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang bersal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan/tempat kerja secara menyeluruh. 5 S atau di Indonesia dikenal dengan 5R merupakan singkatan yang isinya adalah: ● SEIRI/Ringkas, merupakan kegiatan menyingkirkan barangbarang yang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja. ● SEITON/Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan. ● SEISO/Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik. ● SEIKETSU/Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi tahap sebelumnya (3 S/3 R). ● SHITSUKE/Rajin, pemeliharaan kedisiplinan pribadi masingmasing pekerja dalam menjalankan seluruh tahapan 5S/5R Penerapan 5S/5R harus dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya. Jika tahap pertama/Seiri/Ringkas tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya tidak dapat dijalankan secara maksimal dan seterusnya.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 336 Dimana 5R dapat diterapkan?? 5R dapat diterapkan di seluruh tempat kerja, bahkan di rumah kita sendiri karena pada hakikatnya semua orang senang dan nyaman bekerja di tempat yang bersih, rapi, aman dan nyaman. 5R merupakan teori yang sangat sederhana, mudah dimengerti oleh semua orang dan sangat mudah diterapkan. Lalu bagaimana cara menerapkan dengan baik? Mengapa 5R penting ? Sebenarnya filosofi melaksanakan 5R adalah untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang sangat tinggi. Efisiensi sangat berhubungan dengan biaya (cost) sedangkan efektif sangat berhubungan dengan waktu. Apakah itu sulit? Sebenarnya tidak, karena tidak membutuhkan biaya yang besar atau murah. Selain itu kalau diterapkan dengan baik akan memberikan citra yang positif. Selain itu 5R dilaksanakan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, rapi, aman, nyaman dan menyenangkan yang akan membentuk personal yang disiplin, sikap kerja yang positif, budaya positif, peka, dan kreatif yang selanjutnya akan membentuk budaya disiplin. Bagaimana cara menerapkannya? Meskipun mudah dan murah, akan tetapi kunci dari pelaksanaannya adalah komitmen dan kepedulian terhadap lingkungan kita. Komitmen tentu saja yang berhubungan dengan pimpinan, sedangkan kepedulian sangat berhubungan erat dengan seluruh karyawan yang ada di lingkungan pekerjaan dan terlibat aktif seluruhnya sehingga butuh kebersamaan dari seluruh karyawan. Implementasi 5R dibutuhkan struktur, sistem, dan sumber daya yang tersedia. Adapun tahapan-tahapan untuk melaksanakan 5R, sebagai berikut:
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 337 1. Persiapan ● Komitmen tertulis dari pimpinan; Sebelum 5R diterapkan di lingkungan kerja, yang terpenting pada awal adalah adanya komitmen yang kuat dari pimpinan tinggi. Karena tanpa komitmen tertulis akan sulit diterapkan. ● Pembentukan struktur organisasi pelaksanaan 5R yang melibatkan dari pejabat struktural dan karyawan. Struktur organisasi harus disusun lengkap dengan pembagian tugas dalam tim. ● Sosialisasi 5R kepada seluruh karyawan. Agar seluruh karyawan mendukung kegiatan 5R, dibutuhkan sosialisasi sebagai sarana pemberian informasi tentang 5R, misalnya tentang tujuan, struktur, dan kegiatan-kegiatan 5R. 2. Penerapan ● Pelatihan bagi tim 5R. Pelatihan singkat diperlukan bagi tim 5R agar memahami tugas, tujuan, dan kegiatankegiatannya. ● Promosi. Promosi perlu dilakukan agar 5R dapat diterima oleh seluruh karyawan bahkan sebagai media informasi bagi semua orang yang berkunjung ke tempat kerja, sehingga tempat kerja mendapatkan citra yang positif dari pengunjung. Promosi dibuat dengan berbagai media misalnya pembuatan leaflet, poster, banner, logo, sloganslogan, dan lain-lain. Selain itu juga dibuat lomba-lomba antar bagian/unit. ● Operasional awal, dengan membandingkan sebelum dan sesudah kegiatan. Misalnya:
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 338 Pada saat penerapan, dibutuhkan pembinaan langsung dari anggota tim agar hasilnya maksimal. Pelaksanaan 5R dari masing-masing bagian juga diperlukan kreativitas dan seni agar hasilnya baik dan lebih menarik. 3. Evaluasi Setelah R-1-2-3 (Ringkas, Rapi, Resik) diimplementasikan, maka dilaksanakan R-4 (Rawat) dengan menyusun standar perawatan. Sebelum dilakukan evaluasi, perlu dilaksanakan dahulu pembinaan secara berkala, misalnya setiap bulan sekali atau tiga bulan sekali. Pada saat awal pelaksanaan diperlukan pembinaan yang lebih sering agar seluruh karyawan memahami setiap tahapan dalam 5R. Untuk pelaksanaan pembinaan diperlukan instrumen pembinaan demikian pula untuk evaluasi dibutuhkan pula instrumen evaluasi, sehingga diperlukan penetapan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan 5R pada suatu bagian harus diintegrasikan dengan indikator kegiatan yang lain. 4. Pembudayaan Rajin/Shitsuke (R ke 5) akan terwujud apabila 5R sudah menjadi budaya. Untuk mewujudkan 5R menjadi budaya dibutuhkan tahapan-tahapan antara lain, setelah 5R dilaksanakan secara bertahap, akan menjadi kebiasaan melaksanakan 5R, selanjutnya dilakukan evaluasi berkelanjutan sehingga menunjukkan bahwa 5R sudah menjadi budaya kerja di tempat kerja.
Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Komunikasi 339 I. Pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat tinggi (pemanjatan) A. Menurut Kemnaker (2015), jumlah kecelakaan yang dialami pekerja konstruksi relatif tinggi, yaitu 31,9% dan 26% dari total kecelakaan akibat jatuh dari ketinggian. Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko tinggi dan menyumbang kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Kompleksitas pelaksanaan proyek konstruksi yang melibatkan pekerja, peralatan kerja, dan material dalam jumlah besar dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah kecelakaan kerja di ketinggian. Kecelakaan kerja di ketinggian yang dialami para pekerja baik di sektor konstruksi atau operasional struktur masih memprihatinkan karena jumlah kasusnya besar. Menurut Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI), kecelakaan kerja di ketinggian menempati urutan nomor dua paling besar setelah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan kerja pada ketinggian di sektor konstruksi ini banyak terjadi pada saat pembangunan gedung atau pekerjaan konstruksi layang. Sebetulnya ada beberapa bahaya bekerja di ketinggian, yakni terjatuh, terpeleset, tersandung, dan kejatuhan material dari atas. Dari bahaya-bahaya tersebut, faktor terbesar penyebab cedera serius dan kematian di sektor konstruksi adalah terjatuh dari ketinggian.
Pria Ade Prawono, S.Kom., Nur Fauji, S.Kom 340 Dilansir republika.co.id, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah kecelakaan kerja yang dialami pekerja konstruksi relatif tinggi, yaitu 31,9% dari total kecelakaan. Jatuh dari ketinggian (26%), terbentur (12%), dan tertimpa (9%). Sementara secara global, data International Labour Organization (ILO) tahun 2015 menyebutkan, dari 142 kematian akibat kecelakaan kerja, penyebab utamanya adalah jatuh dari ketinggian sebesar 45%. Kasus umum yang banyak terjadi di antaranya jatuh dari tangga, jatuh akibat tidak menggunakan alat pelindung jatuh/tidak menggunakannya dengan benar, ataupun jatuh akibat melakukan pekerjaan di atas perancah. Kecelakaan ini biasanya didominasi pekerja sementara yang sama sekali tanpa pengalaman, mengabaikan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi prosedur keselamatan, dan kurang peduli pada keamanan. 1. Peralatan Penting Bekerja di Ketinggian, Bagaimana Cara Menggunakannya dengan Benar? Pekerjaan konstruksi membutuhkan serangkaian peralatan khusus untuk bekerja di ketinggian dan itu membutuhkan pemeriksaan serta pemeliharaan agar fungsinya tetap optimal. Baik tangga, perancah, dan alat perlindungan jatuh perseorangan merupakan jantung dari program keselamatan sektor konstruksi yang baik.