The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Novel Romance Repository, 2023-10-25 22:38:25

BALI TO REMEMBER

BALI TO REMEMBER

www.facebook.com/indonesiapustaka


www.facebook.com/indonesiapustaka


www.facebook.com/indonesiapustaka


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana: Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai mana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). www.facebook.com/indonesiapustaka


Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2010 www.facebook.com/indonesiapustaka


Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan BALI TO REMEMBER oleh Erlin Cahyadi GM 312 01 10 0056 © Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Barat 29–37 Blok I, Lt. 5 Jakarta 10270 Desain & ilustrasi cover oleh eMTe Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, Jakarta, Desember 2010 224 hlm; 20 cm ISBN: 978 - 979 - 22 - 6444 - 9 www.facebook.com/indonesiapustaka


A Little Interruption Akhirnya… teenlit keduaku terbit… J Wuahhhh, rasanya lega ‘n seneng banget waktu teenlitku ini akhirnya bisa ikut meramaikan rak di toko-toko buku. Hehe. Dan untuk semua ini, aku ucapkan suwun, terima kasih, thank, arigato, xie-xie, kamsa hamnida, etc, to: • Tuhan… karena ini semua bisa terwujud hanya karena-Nya. • Mama, Papa, Merry, Nita, Bobo, QQ, Qme, Denny, Donna, Ce Indrawati, dan semua keluarga besarku (maaf banget nggak bisa disebutin satu per satu. Thank for everything! Love you all! • Nicky, Sonya, Irene, Acar, Robert, Mar2, Sab2, Met2, dan semua temen-temen (yang lagi-lagi nggak bisa disebutin satu per satu) mulai dari VER(2)FA, WU’s Crew, temen-temen kerja, temen- www.facebook.com/indonesiapustaka


6 temen sekolah ‘n kuliah, temen-temen hang out, semuanya deh. Thank udah jadi bagian dari hidupku. Hoho… • Gramedia Pustaka Utama, mulai dari Mbak Vera, editor yang udah “menyulap” naskahku jadi buku kayak gini, sampai Mbak Michelle yang udah sering direpotin dengan telepon-teleponku. Thanks banget sudah membantu mewujudkan cita-citaku. Dan sebelum semuanya bosan ngebaca sedikit interupsi ini, aku juga mau ngucapin banyak terima kasih buat semua yang sudah ngerelain waktu, tenaga, dan uang buat ngedapetin dan ngebaca novel ini. Thanks banget… J With love, Erlin www.facebook.com/indonesiapustaka


7 Bab 1 ”LUSA lo ke Bali?” Suara kor ketiga sobat kentalnya membuat Kira menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. ”Kok mendadak banget sih, Ra?” protes Aura sambil membelokkan mobil ke tikungan tajam jalan di hadapannya. Kira menatap teman-temannya sambil mendengus, ”Gimana cara gue kasih tahu kalian kalau gue juga baru tahu kemarin?” Kira memanyunkan bibir beberapa senti ke depan. ”Nyokap gue asal banget. Masa dia ngirim curriculum vitae gue ke panitia One Week Show tanpa tanya-tanya dan minta persetujuan gue? Nah, sekarang giliran dipanggil, masa gue tolak kesempatan itu? Nggak mungkin, kan? Sebelnya lagi, ternyata nyokap gue udah tahu sejak minggu lalu!” www.facebook.com/indonesiapustaka


8 Aura, Cecil, dan Sandra sama sekali nggak menganggap nyokap Kira keterlaluan. Mereka sebenarnya iri dan dengan senang hati rela menggantikan posisi Kira. Huuu... Kira tambah sebel melihat reaksi teman-temannya. Sebenarnya, wajar saja kalau mereka iri. Siapa sih yang nggak tahu kepopuleran acara One Week Show? Acara yang katanya dapat rating tertinggi di antara reality show sejenis itu memang menarik minat yang nonton maupun yang bercita-cita jadi bintang. Gimana nggak? Acara itu setiap bulan menampilkan satu orang beruntung buat dijadikan host. Si pemenang akan bertugas mengenalkan seluk-beluk kota pilihannya.Asyiknya lagi, orang beruntung tadi nggak sendirian waktu memandu acara. Dia bakal ditemani bintang idolanya. Dan, tentu saja seluruh kisah perjalanan si pemenang dengan bintang pujaannya akan disiarkan di stasiun TV tersebut. Coba, apa nggak keren tuh? Seleksi untuk mendapatkan orang yang beruntung sudah pasti ketat dan sulit. Sejak acara itu dimulai enam bulan lalu, Aura sudah lima kali mengirim CV-nya. Sampai sekarang nggak pernah ada kabar dari panitia One Week Show. ”Terus, Ra, bintang tamunya siapa? Cakep?” tanya Cecil penasaran. Kira menoleh ke jok belakang, tempat Cecil dan www.facebook.com/indonesiapustaka


9 Sandra duduk, sambil melotot jengkel pada mereka. ”Bintang tamunya Dean Christian!” ”Dean Christian?” pekik ketiga sahabatnya bersamaan begitu Kira selesai menyebutkan nama bintang ilm keren itu. Bahkan saking terkejut, Aura sampai mengerem mobil. Untung saja sore itu jalanan lagi sepi, jadi nggak ada yang terganggu ulah Aura barusan. ”Astaga, Aura, gue belum mau mati!” protes Kira sambil memelototi Aura yang kini menjalankan mobil sambil cengar-cengir. ”Iya, lo gimana sih? Kepala gue sama Sandra benjol nih!” protes Cecil sambil memijat dahinya yang terbentur belakang sandaran kursi jok Aura. ”Iya, gals, sori banget. Gue nggak sengaja, lagi. Lagian, kalau mau nyalahin orang, salahin Kira tuh. Dia nggak tahu waktu kalau ngasih berita. Kan lo semua tahu, gue suka banget sama Dean. Eh, sekarang dia pamer ke gue soal dia bisa seminggu penuh bareng Dean. Yang bener aja! Gue udah lima kali berjuang ngirim CV, belum pernah dipanggil. Eh, ini, boro-boro ngirim, cuma santai-santai, ternyata Kira malah bisa ketemu Dean. Iri banget dong gue!” ”Wah, jangan cari kambing hitam dong! Lagian, siapa yang bilang gue seneng bisa seminggu bareng idola lo itu? Gue malah sebel, tahu! Kesempatan www.facebook.com/indonesiapustaka


10 pergi ke kota favorit gue kok malah sama orang sombong kayak Dean? Lagaknya itu lho, bikin orang sebel aja!” protes Kira nggak terima. ”Inilah contoh orang yang dikasih hati minta jantung!” sambung Sandra. ”Sekadar pemberitahuan, Ra, banyak banget yang mau gantiin posisi lo sekarang. Jangan jauh-jauh deh, kami mau kok gantiin lo. Lagian, bohong banget kalau ada yang bilang nggak suka Dean. Dia cool banget.” Kira tambah manyun mendengar ungkapan antusiasme para sohibnya. Memang sih, Dean keren banget. Boleh dibilang, dia aktor yang paling digilai sekarang. Dulu Kira sempet suka sama Dean, tapi gara-gara Dean sombong banget waktu ketemu Kira, cewek itu jadi benci. Nggak kuat sama kesombongan Dean! ”Kalo dipikir-pikir ya, Ra, nyokap lo pinter banget sih milih cowok buat elo. Bener-bener beruntung lo, Ra!” sembur Aura. Kira cuma mengangkat bahu nggak peduli. ”Omong-omong, Ra, siaran radio lo gimana? Lo tinggal gitu aja nggak pa-pa, ya? Terus sekolah lo? Emang kepsek kita tercinta bakal ngebolehin lo izin seminggu? Dia kan ketat banget nyuruh kita ikut bimbingan belajar tiap hari. Gue sampe hafal katakata ceramah dia. ’Anak-anak, kalian sudah kelas dua belas, jadi nggak boleh santai-santai lagi. Tiap www.facebook.com/indonesiapustaka


11 hari kalian wajib ikut bimbel biar nilai ujian kalian bagus. Jangan malu-maluin nama sekolah, bla, bla, bla...’ Bete gue kalau inget!” Kira tersenyum mendengar kata-kata Cecil. Senyumnya tambah lebar waktu ingat pertanyaan Cecil tadi. ”Itu dia hebatnya. Gue nggak perlu repot-repot ngurus izin ke sekolah atau ke atasan gue di Blue Station. Nyokap gue udah ngurus semuanya. Gue tinggal beres-beresin barang dan pergi. Gila banget, kan?” Cecil dan Sandra menatap Kira dengan kagum sementara Aura geleng-geleng tak percaya. ”Asli, nyokap lo keren banget, Ra. Gue juga mau punya nyokap kayak gitu,” kata Aura yang segera diiyakan Cecil dan Sandra. Kira jelas bangga pada mamanya. Walaupun papanya memilih bercerai lalu meninggalkan mereka berdua, Mama terbukti mampu menghidupi Kira. Beliau bisa menjadi sosok ibu sekaligus ayah bagi Kira. Sekalipun sibuk dengan pekerjaannya sebagai manajer pembelian di sebuah perusahaan besar di Jakarta, Mama selalu meluangkan waktu untuk Kira sehingga jarang sekali Kira merasa kesepian. ”Oke, Manis, bentar lagi lo sampe ke tempat kerja lo,” kata Aura, membuyarkan lamunan Kira. ”Inget ya, besok kita harus jalan-jalan dulu karena lo bakal www.facebook.com/indonesiapustaka


12 nggak ketemu kami seminggu. Oh ya, satu lagi, jangan lupa mintain foto dan tanda tangan Dean, ya!” kata Aura sambil membelokkan mobil memasuki halaman stasiun radio tempat Kira kerja. ”Ogah. Amit-amit deh minta tanda tangan orang sombong kayak gitu!” balas Kira sambil membereskan tas dan melepas safety belt-nya. ”Taruhan, Ra. Begitu lo pulang, nggak mungkin lo benci lagi sama Dean. Soalnya, kata sepupu gue yang pernah ketemu Dean, tuh cowok orangnya baik banget, nggak sombong kayak cerita lo,” sambung Cecil. Kira mengangkat bahu, lalu cepat-cepat keluar ketika mobil itu berhenti di depan pintu masuk Blue Station. ”Thanks ya, gals. See you tomorrow!” *** ”Hai, semua pendengar setia Blue Station 103,33 FM. Kembali lagi nih sama Kira yang superbaik, lucu, and imut. Hehehe... Kalian pasti udah kangen kan, denger suara Kira yang merdu ini? Huaaa, hari ini Kira narsis banget, ya?” sapa Kira kepada pendengarnya. ”Oh ya, hampir aja Kira lupa bilang. Topik kita hari ini tentang impian. Nanti Kira bakal buka line telepon, biar kamu-kamu bisa cerita tentang impian terbesar dalam hidup kamu. Cerita yang paling www.facebook.com/indonesiapustaka


13 keren bakal dapet hadiah istimewa dari Blue Station. Tapi, sebelum kita mulai, Kira mau pamit nih. Mulai Senin depan, Kira absen seminggu dulu, ya. Ada urusan mendesak. Hehehe... Nanti waktu siaran lagi, Kira kasih tahu deh urusannya. Dan, sebelum kita bener-bener mulai, dengerin suara merdu Melly Goeslaw dulu, ya. Menyentuh banget nih liriknya!” Kira melepas headphone dan mulai bersenandung kecil mengikuti suara Melly Goeslaw. Sejak kecil Kira memang doyan banget sama yang namanya ngomong. Cita-citanya jadi penyiar profesional. Nggak heran, waktu Kira mencoba ikut tes penyiar tahun lalu—tepatnya pas kelas sebelas—dan keterima, dia senang banget. Bahkan, setelah setahun bergelut di bidang itu, nggak pernah sekali pun Kira merasa bosan. Setiap pulang sekolah, tepatnya sesudah mengikuti bimbel yang diwajibkan di sekolahnya, Kira langsung meluncur ke Blue Station untuk siaran selama satu jam. Saat gilirannya selesai, langit malam telah menyelimuti Jakarta. Seperti saat itu. ”Dijemput kan, Ra?” sapa Doni, teman seperjuangan Kira saat tes masuk penerimaan penyiar. Kira yang sedang berdiri di depan pintu masuk Blue Station segera menoleh cepat ke Doni. ”Nggak, Don, lagi nunggu taksi. Nyokap gue nggak bisa jemput.” www.facebook.com/indonesiapustaka


14 ”Kalau gitu, ikut gue aja, Ra. Kita kan searah,” ajak Doni. ”Yakin nggak pa-pa, Don?” ”Alaa... pake sungkan segala. Ayo, ikut aja. Elo tunggu di sini, gue ambil mobil dulu di sana,” kata Doni yang tanpa menunggu jawaban Kira segera berlari mengambil mobil dan kembali dalam waktu kurang dari lima menit. ”Elo beneran mau cuti buat ikut One week Show, ya? Mendadak banget, Ra,” tanya Doni sambil menjalankan mobil di tengah keramaian lalu lintas malam itu. Kira menoleh dan tersenyum pada Doni. ”Gue taunya juga mendadak, Don. Oh ya, katanya elo ya, yang bakal gantiin siaran?” ”Iya, lo nambah-nambahin kerjaan gue aja!” protes Doni pura-pura kesal. ”Eh, gue denger, orang-orang yang bener-bener berbakat di One Week Show, kemungkinan besar bakal direkrut jadi host acara entertainment lain. Kayak si Donna yang muncul di One Week Show kedua. Dia sekarang mulai laris lho.” Kira mengangguk menyetujui. ”Terus kenapa?” ”Yah, nggak pa-pa sih. Gue cuma mau bilang, peluang lo nyusul Donna gede lho, Ra!” ”Wah, wah, ada angin apa lo muji gue, Don? Tapi, gue lebih suka kerja di balik layar kayak sekarang, Don.” www.facebook.com/indonesiapustaka


15 ”Kenapa? Minder?” Kira membelalak pada Doni sambil pura-pura tersinggung. ”Enak aja, tampang gue kan enak dipandang, Don!” ”GR!” sembur Doni. ”Mau makan dulu nggak, Ra?” Kira menggeleng sungkan. ”Lain kali aja ya, Don. Gue lagi capek nih. Lagian, gue belum siapin barangbarang buat ke Bali lusa.” ”Lho, bukannya udah disiapin nyokap lo, Ra?” Kira menatap jengkel pada Doni yang sedang menyeringai. ”Sialan lo, Don. Lo pikir gue anak kecil?” ”Emang bukan?” Kira pura-pura merengut dan membiarkan Doni menggodanya hingga dia sampai di rumah. *** ”Kira, handuknya sudah? Sikat gigi dan alat mandi lain sudah ada?” tanya mama Kira Senin subuh itu. Kira yang dibangunkan secara paksa beberapa menit yang lalu hanya bisa mengangguk tak bersemangat menjawab pertanyaan mamanya. ”Mandi gih sana. Jangan sampai kru TV datang, kamu belum apa-apa.” Kira menyambar beker yang ada di sisi tempat tidur www.facebook.com/indonesiapustaka


16 dan langsung membelalak begitu melihat angka yang ditunjukkan si jarum pendek. ”Mama, baru jam lima, kan? Kira dijemput jam tujuh, Ma. Kira tidur bentar lagi, ya. Masih ngantuk banget nih, Ma.” Mama cepat-cepat menahan tubuh putri semata wayangnya yang hampir kembali mengempaskan diri ke tempat tidur. ”Kamu harus cek travel bag-mu sekali lagi. Kenapa kamu keluyuran seharian kemarin dan nggak mengurus bawaanmu? Cepat, mandi dulu, terus sarapan bareng Mama.” Bibir Kira langsung maju dua senti. Dengan ogahogahan ia melangkah mendekati lemari dan mengambil baju yang sudah disiapkan kemarin. Ketika Kira sudah masuk kamar mandi, barulah Mama beranjak dari kamar putrinya. Beliau tahu, kalau tidak diawasi seperti itu, dalam hitungan menit Kira pasti akan kembali ke alam mimpi. Baru setengah jam kemudian Kira bergabung dengan mamanya di ruang makan. Rambut panjangnya yang masih setengah basah dibiarkan tergerai dan membasahi kaus pink yang dikenakannya. ”Sudah kamu cek barang-barangmu? Nggak ada yang ketinggalan, kan?” tanya Mama sambil menyendokkan nasi goreng ke piring Kira. ”Habis makan baru Kira cek, Ma,” jawab Kira sambil tersenyum bersalah. ”Kira, sampai kapan kamu mau Mama ingetin www.facebook.com/indonesiapustaka


17 terus? Nanti kalo kamu sendirian, nggak ada Mama yang nemenin, gimana?” ”Yah, Mama juga sih. Masa ngirim CV Kira nggak pake acara bilang-bilang dulu?” ”Tapi kamu seneng, kan? Jarang-jarang ada kesempatan begini.” ”Ya, sebenarnya Kira seneng, cuma nggak seneng di bagian Dean-nya. Mama nggak tahu sih, Kira benci banget sama orang sombong satu itu.” ”Mana Mama tahu, Ra? Seinget Mama, kamu ngefans banget sama dia. Jadi waktu mau ngisi nama bintang tamunya, ya Mama tulis aja: Dean Christian. Udah deh, sekarang makan dulu.” Tanpa disuruh dua kali, Kira mengunyah habis nasi goreng buatan mamanya. Selanjutnya dia bergegas memeriksa travel bag karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. *** Asli, begitu melihat Andros, kameramen One Week Show, Kira nggak bisa mengalihkan pandangannya kepada tiga kru lain. Sejak masuk mobil pada awal perjalanan, setiap ada kesempatan Kira tak henti mencuri pandang ke arah Andros. Cowok itu memang keren. Cakep banget sih nggak, tapi kesan www.facebook.com/indonesiapustaka


18 dingin yang kelihatannya irit bicara itulah yang justru disukai Kira. Tunggu aja sampe anak-anak tahu, pasti mereka bakal lebih iri lagi sama gue, batin Kira waktu memandang Andros untuk kesekian kalinya. Selain Andros, ada Tommi yang jadi asisten Andros, juga ada saudara kembar—Mbak Heti dan Mbak Teti—yang bakal menemani Kira di Bali selama seminggu. ”Wah, sori ya, Ra. Sebenarnya Dean juga pingin ikut ke sini. Tapi berhubung dia ada urusan, kita ketemu di bandara aja ya. Nggak apa-apa ya, Ra,” kata Mbak Heti—atau mungkin Mbak Teti—yang bertugas mengurus segala keperluan rombongan itu. Kira yang lagi curi-curi pandang ke Andros jadi tersentak dan baru menyadari bahwa Dean memang nggak ada di antara mereka. Tiba-tiba Kira jadi jengkel. Bukan karena tidak bisa ketemu Dean, tapi dia muak dengan sikap Dean yang sok sibuk seperti sekarang. ”Ah, nggak pa-pa kok, Mbak. Sama aja,” jawab Kira cepat, sambil tersenyum pada kedua saudara kembar itu. *** Bandara Soekarno-Hatta tampak sangat lengang www.facebook.com/indonesiapustaka


19 pagi itu. Selain rombongan Kira, ada beberapa orang yang duduk di ruang tunggu bandara. Sambil mengutak-atik kamera yang sengaja dibawanya, Kira mengalihkan pandangan ke sekeliling sembari mencari objek foto yang bagus. Selain hobi di bidang broadcasting, Kira memang suka memotret. Memang sih, dia jarang melakukan hobinya yang satu itu karena sibuk sama urusan sekolah dan kerjaan. Kira mulai bosan dengan suasana di sekelilingnya. Sewaktu melirik arloji, tahu-tahu rasa kesal menyergap Kira. Lima belas menit lagi mereka harus masuk ke pesawat, tapi Dean belum kelihatan batang hidungnya. Kira jadi kasihan sama Mbak Heti dan Mbak Teti yang lagi mondar-mandir dan sibuk menelepon dengan wajah cemas. Selain Kira, kayaknya cuma Andros dan Tomi yang bisa santai. Andros kelihatannya sedang mengajari teknik-teknik tertentu pada asistennya. ”Mbak, saya ke toilet dulu ya. Titip kamera dan tas ya, Mbak,” kata Kira saat berdiri dan mendekati kedua saudara kembar itu. Serentak mereka tersenyum dan mengiyakan. Kira berjalan santai ke toilet dan sengaja berlama-lama di sana. Ketika Kira berjalan keluar toilet sambil mengeringkan kedua tangan dengan tisu, tak sengaja dirinya menabrak seseorang. www.facebook.com/indonesiapustaka


20 ”Maaf,” kata Kira sambil menahan tubuhnya agar tidak terhuyung. Terdengar geraman tak senang terhadap respons Kira. Kira menatap orang yang ditabraknya, dan begitu menyadari siapa cowok itu, Kira jadi jengkel. Belagu, umpat Kira dalam hati. Tanpa menoleh pada Kira, Dean melangkah menjauhi Kira sambil mengibaskan sisi pakaiannya yang tadi bersentuhan dengan Kira. Sementara itu, seorang cowok berusia tiga puluh tahunan yang berada tepat di belakang Dean, tersenyum minta maaf pada Kira. Dengan langkah berat dan menahan kejengkelan yang mulai memuncak, Kira berjalan menuju tempatnya semula. Ternyata dia telah ditunggu enam pasang mata saat dirinya kembali ke tempat duduk. Begitu melihat Dean dan mengingat tingkahnya barusan, mood Kira langsung hilang. Manajer Dean tersenyum kaku pada Kira. Sedangkan Dean hanya menoleh sekilas pada Kira, lalu langsung sibuk dengan bawaannya sendiri. Bahkan untuk tersenyum sebagai perkenalan saja Dean nggak mau, gumam Kira dalam hati dengan perasaan yang bertambah jengkel. ”Ayo, Ra, kita hampir terlambat,” ajak entah Mbak Heti atau Mbak Teti. Dengan dongkol Kira mengikuti mereka memasuki pesawat. www.facebook.com/indonesiapustaka


21 MBAK HETI dan Mbak Teti mengatur tempat duduk di pesawat bagi setiap anggota rombongannya. Salah satu dari mereka memanggil Kira untuk mendekat dan menunjukkan bangku kosong di depannya, tepat di sebelah jendela. Kira tak bisa membayangkan tempat yang lebih baik daripada itu. ”Kamu di sini ya, Ra. Nanti Dean di sebelahmu. Mbak dan yang lain ada di dua baris di belakangmu. Kalau ada perlu, panggil saja ya, nggak perlu sungkan,” kata Mbak Teti sambil tersenyum. Kegembiraan Kira langsung menguap saat menyadari Dean akan duduk di sampingnya. Apalagi jika mengingat kesombongannnya tadi. ”Senang kan, nanti bisa ngobrol dengan idolamu? Manfaatkan kesempatan itu, ya,” lanjut Mbak Teti ramah. Bab 2 www.facebook.com/indonesiapustaka


22 Kira tersenyum kaku dan cepat-cepat duduk menghadap jendela. Dia hanya sempat menikmati kesendiriannya selama satu menit. Satu menit berikutnya, Dean sudah duduk dengan malas di samping Kira dan melepas kacamata hitam yang sedari tadi dipakainya. ”Hai,” sapa Dean ramah. Kira menoleh ke arah Dean dengan agak terkejut. Terus terang, ia agak heran menyadari Dean ternyata bisa ramah juga pada orang lain. Namun begitu, Kira tetap tidak mengacuhkan tangan Dean yang terulur di depannya. ”Hai, gue Dean. Elo?” ulang Dean sama ramahnya dengan tadi. Terpaksa Kira mengulurkan tangan guna membalas uluran tangan Dean. Dia kan nggak mau dibilang nggak sopan. ”Kirana Wijaya,” ucap Kira pendek. ”Nama yang bagus,” puji Dean. Kira mendengus pelan. Terlalu basa-basi, pikirnya tak senang. Baru saja Kira ingin melanjutkan kegiatannya melamun menghadap jendela, Dean sudah mengganggunya lagi. ”Baru pertama kali ke Bali atau gimana?” tanya Dean akrab. Kira menggeleng kesal. ”Ini yang keempat,” jawabnya sinis. Dean tampaknya akan bicara lagi, tapi Kira ber- www.facebook.com/indonesiapustaka


23 syukur karena saat itu pramugari mulai berbicara di mikrofon, mulai dari memberi ucapan selamat datang hingga menjelaskan cara menggunakan pelampung dalam keadaan darurat. Begitu pramugari selesai bicara, Kira segera memejamkan mata agar cowok sombong di sebelahnya tidak mengganggunya. Tapi entah karena bebal atau apa, meski melihat Kira menutup mata, Dean tetap mengajaknya bicara. ”Elo suka mabuk kalau naik pesawat?” Kira sengaja tak menggubris Dean. ”Ayolah, gue tahu lo nggak lagi tidur. Lo masih jengkel ya, karena gue kasar waktu lo nabrak gue tadi?” Kira langsung membuka mata dan menatap Dean. Jujur saja, ia memang agak terkejut dan tidak menyangka Dean mengenali dirinya. ”Jadi lo tahu itu gue? Terus, kenapa nggak minta maaf atau apalah gitu?” Dean menatap Kira dengan bingung. ”Bukannya tadi elo yang nabrak gue?” ”Iya, tapi gue kan udah minta maaf. Nah elo? Bukan bilang nggak apa-apa atau apa kek, malah ngeloyor angkuh. Belagu, tahu?” Dean tersenyum. ”Ternyata benar dugaan gue, lo marah gara-gara yang tadi. Iya deh, gue ngaku salah. Tadi gue emang lagi nggak mood. Banyak pikiran, jadi www.facebook.com/indonesiapustaka


24 bawaannya cepat marah. Sori ya, Ra. Elo mau kan maain gue?” Kira mendengus dan memalingkan muka. Perhatiannya terpusat pada hamparan awan di langit biru yang ada di balik jendela. Dean tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Kira hingga membuat Kira terkejut. ”Dimaafkan, ya?” ”Nggak! Udah, jangan ganggu gue! Diam aja deh lo!” kata Kira agak kasar karena terkejut dengan tindakan Dean. Kayaknya memang Dean bukan orang yang sabaran. Soalnya, nggak sampai sedetik Kira mengakhiri kalimatnya, raut muka Dean sudah berubah. Dari wajah yang memelas jadi dingin banget. ”Ya udah kalau nggak mau. Tapi, jadi cewek jangan kasar dong! Lembut dikit kek.” Kira jelas dongkol dibilang seperti itu. Ia menoleh pada Dean. Namun yang ditoleh malah sedang memejamkan mata dan membelakanginya. Nggak mau dituduh sedang mencari perhatian, terpaksa Kira kembali melihat hamparan awan dengan jengkel. *** Hingga pesawat mendarat, bahkan sampai semua rombongan selesai mengurus bagasi, Kira dan Dean belum bicara lagi. Keduanya sama-sama memaling- www.facebook.com/indonesiapustaka


25 kan muka setiap kali tak sengaja pandangan mereka bertemu. Mereka sama-sama mencari kesibukan sehingga tak sampai perlu berbincang. ”Ra, sebentar lagi kita mau ambil gambar. Cuma adegan perkenalan sama Dean dan memberitahukan bahwa kamu udah sampai di Bali,” kata Mbak Teti. Kira yang sedang mengamati pasangan kembar itu cepat-cepat mengangguk. Mmm, Mbak Heti dan Mbak Teti punya perbedaan kok. Mbak Heti punya tahi lalat kecil di mulut, sedangkan Mbak Teti nggak, begitu hasil investigasi saksama Kira. Kini Kira melirik Andros dan Tommi yang mulai sibuk menyiapkan peralatan tanpa memedulikan pandangan ingin tahu orang-orang yang ada di sekitar mereka. Kira menarik napas sambil menenangkan debar jantungnya yang mulai aneh lagi begitu melihat Andros. Gara-gara itu, Kira sampai sempat gelagapan saat di-shooting di rumahnya tadi, saat perkenalan diri ke penonton. Mengingat-ingat kejadian itu, Kira malu juga. Apalagi dia yakin, semua anggota rombongannya pasti sudah tahu pekerjaannya sebagai penyiar radio. Seharusnya dia tidak perlu mengulangi perkenalannya sampai tiga kali seperti tadi. Sama sekali nggak boleh. ”Kenapa? Gugup? Mau kugantikan dulu?” tanya Dean yang tiba-tiba berada di samping Kira dan menatapnya sambil menyeringai sinis. www.facebook.com/indonesiapustaka


26 Kira balas menyeringai judes. ”Kita lihat aja nanti!” Kira memilih memperhatikan Andros sambil merapikan rambutnya yang agak berantakan. Waktu Andros bertanya tentang kesiapannya, Kira gelagapan lagi. Tanpa perlu melihat, Kira tahu Dean sedang menertawakan kegugupannya. Kira menarik napas lagi. Biasanya dia nggak pernah gugup melakukan sesuatu yang merupakan hobinya. Yah, tanpa kehadiran Andros tentunya. Ayolah, Kira, kamu harus bisa menampilkan performa terbaikmu. Jangan sampai mempermalukan diri lagi. Apalagi ada orang sombong yang tak tahu diri seperti Dean, Kira mencoba menyemangati dirinya sendiri. ”Siap? Action!” seru Andros sambil menyorotkan kamera pada Kira. Kira tersenyum dan mulai berkata-kata dengan lancar, ”Hai, semua! Kembali lagi bersama Kira. Wuih, seneng banget, Kira baru aja sampai di Bali. Oh ya, rombongan kami bertambah dua orang lho. Kalian pasti seneng banget kalau tahu orangnya. Penasaran? Ayo, ikutin Kira.” Dean ternganga melihat kelancaran Kira di hadapan kamera, namun cepat-cepat tersenyum ketika Kira menghampirinya. ”Ta da! Inilah dia... Dean Christian!” Andros mengarahkan kamera ke arah Dean yang www.facebook.com/indonesiapustaka


27 segera melambaikan tangan dan tersenyum amat lebar, sebelum mengarahkannya kembali pada Kira. ”Pasti tambah seneng ya, tahu Dean ada di sini. Eits, nggak cuma Dean lho. Di sini ada Jimmy, manajer Dean. Itu dia orangnya… Wah, Kira dikelilingi banyak cowok ganteng di sini. Hahaha... Oke deh, cukup perkenalannya. Sekarang kami mau ke hotel dulu. Letaknya di dekat Pantai Kuta lho. Asyik, kan? Kayaknya bakal terwujud nih keinginan Kira buat lihat sunset di Kuta. Asal tahu aja ya, matahari terbenam di Kuta emang terkenal indah banget. Sudah tiga kali Kira ke sini, tapi nggak pernah bosen ngelihatnya. Oke, sekarang kami ke hotel dulu, ya.” Andros mengacungkan jempol tangan kiri dan menghentikan rekamannya. Mbak Heti dan Mbak Teti mendekati Kira sambil tersenyum lebar. ”Ini baru keren. Sekali take udah oke banget,” puji Mbak Teti riang. Kira tersenyum dan bernapas lega. Diliriknya Dean yang sedang memandang ke tempat lain. Kira mendekati Dean dan menyeringai. ”Gimana?” tanya Kira menantang. Dean tampak nggak mau kalah. ”Baru gitu aja udah bangga!” Kalau bisa menampar cowok angkuh itu, Kira pasti sudah melakukannya. Sambil menahan emosi, Kira menjauhi Dean. www.facebook.com/indonesiapustaka


28 Apa gue bilang, dia nggak mungkin bisa ngehargain orang lain. Bahkan dia nggak mau capek-capek ngelihat CV gue. Dasar sombong! Kalau ngelihat CV gue, pasti dia tahu gue penyiar sehingga wajar dong gue bisa cuapcuap kayak tadi, teriak batin Kira luar biasa jengkel. Dan itu tampak di wajahnya yang cemberut. ”Halo, penyiar! Kesal sama siapa?” sapa seseorang di belakang Kira. Kira tersentak dan langsung menatap cowok yang menyapanya. Andros. Malu benar Kira. ”Gue agak heran waktu ngeliat lo agak gagap di rumah lo tadi,” kata Andros. ”Menurut gue, harusnya lo nggak bakal kesulitan kalau cuma disuruh jadi host. Yah, paling nggak, gitu yang gue tangkep dari siaran-siaran lo yang biasa gue denger,” lanjut Andros. Kira benar-benar pingin berteriak kesenangan. Pertama, Andros ngajak dia ngomong. Kedua, Andros tersenyum padanya. Ketiga, dan yang paling penting buat Kira, Andros ternyata mendengarkan siarannya! Asli, Kira senang banget. ”Eh, Andros... Tadi gue kesal bukan sama elo kok,” kata Kira agak malu. Andros tersenyum lagi. ”Gue tahu... sama dia, kan?” balas Andros sambil menunjuk Dean dengan gerakan mata. Kira mengangguk cepat. ”Keliatan banget, ya?” www.facebook.com/indonesiapustaka


29 Andros tersenyum lagi dan mengangguk. ”Lumayanlah... Tapi, bukannya dia idola lo? Kok keliatannya lo nggak seneng ketemu dia?” ”Amit-amit. Siapa yang ngidolain dia? Kalau bukan gara-gara Mama yang nulis nama orang sombong itu, gue pasti bisa berpasangan dengan Andre Sanusi atau siapalah!” ”Oh, Andre penyiar Global 93,5 FM, ya?” ”Eh, elo tahu juga? Benerin nih, suka ngedengerin radio?” Andros tersenyum dan mengangguk. ”Yah, lumayan...” Sebenarnya Kira masih pingin ngobrol banyak sama Andros, tapi karena Mbak Heti sudah memberi isyarat buat masuk ke bus mini yang cukup buat lima belas orang, terpaksa Kira menurut. Di bus, lagi-lagi Kira duduk di sebelah Dean. Andros duduk tepat di depan mereka. ”Ra, bentar lagi gue mau take. Lo siap-siap, ya,” kata Andros sambil mencari posisi yang pas buat nge-shoot Kira dan Dean. Kira mengatur posisi dengan malas. Bibirnya manyun terus. Saat Andros menyalakan peralatannya, barulah Kira pasang tampang pura-pura senang. ”Nah, sekarang Kira udah di bus. Lihat, Kira duduk di sebelah siapa? Di sebelah Dean! Wah, pasti yang di rumah pada iri ya. Apalagi temen-temen Kira. www.facebook.com/indonesiapustaka


30 Hai, guys... Hehehe... Buat ngobatin rasa iri kalian, Kira gantiin ya ngobrol sama Dean...” Dean tersenyum mendengar perkataan Kira. ”Hai, semua! Sama kayak Kira, gue seneng bisa liburan seminggu di Bali. Di sini asyik ya, Ra. Begitu keluar dari pesawat, udaranya udah lain,” kata Dean sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. Kira mengganguk setuju sambil tersenyum lebar. ”Bener banget, Dean. Selain udaranya, jalanan di sini juga asri banget. Jadi nggak sabar nih, pingin cepetcepet jalan-jalan.” ”Bener, bener... Habis dari hotel, kami mau ke Tanjung Benoa. Dulu gue pernah ke sana, tapi waktu itu cuma sempat main sebentar. Makanya sekarang gue pingin cepat-cepat ke sana lagi.” ”Oh ya? Emang sayang banget kalau ke sana nggak dipuas-puasin. Di sana banyak permainan air. Tapi, omong-omomg, lo bisa berenang nggak nih?” ”Tenang aja, gue lumayan jago berenang.” ”Oke deh, percaya. Di sana nggak cuma permainan airnya lho yang asyik. Ada Pulau Penyu. Bagus banget.” ”Kalau begitu, nggak boleh kita lewatin tuh. Ntar kita foto yang banyak, ya...” ”Pasti deh, ini kamera udah siap... Ya udah, sekarang Kira dan Dean mau ajak kamu lihat pemandangan. Yuk!” www.facebook.com/indonesiapustaka


31 Andros mematikan kamera dan lagi-lagi mengacungkan jempol sambil tersenyum. ”Oke banget, Ra. Sekarang lo udah bisa menyesuaikan. Ntar gue ambil gambar lo tanpa bilang-bilang dulu, jadi bisa terlihat lebih natural. Oke?” Kira hanya mengangguk putus asa. Kalau begitu caranya, bukankah sama saja Andros menyuruhnya bermanis-manis pada Dean sepanjang perjalanan? Kira mengambil iPod dari tas ransel kecilnya dan bermaksud menyalakan radio. Tapi belum sempat Kira melakukannya, Mbak Teti sudah menyuruhnya mengobrol dengan Dean. ”Aneh kan, kalau fans lebih milih ngedengerin iPod daripada ngobrol sama idolanya waktu idolanya ada di sebelahnya,” begitu alasan Mbak Teti. Mau nggak mau, Kira menyimpan kembali iPodnya. ”Jangan lo pikir gue suka ya ngobrol sama lo,” bisik Kira pada Dean sambil pura-pura tersenyum agar Mbak Teti yang masih ada di dekatnya bisa puas melihatnya dan cepat-cepat meninggalkan mereka. Dean balas tersenyum. ”Gue juga punya pikiran yang sama, munaik!” ”Siapa yang munaik? Justru lo harus berterima kasih sama gue. Kalau nggak begini, citra lo bisa tercoreng, tahu!” www.facebook.com/indonesiapustaka


32 ”Apa hubungannya?” ”Kalau sampai fans lo tahu gue nggak suka sama lo, gue yakin, mereka juga bakal il-il sama lo!” ”Pendendam banget ya lo? Bukannya tadi di pesawat gue udah minta maaf?” Dan beralasan. Kira masih menampilkan senyum walaupun katakata yang dilontarkannya sama sekali tak bersahabat. ”Sebenarnya, kenapa lo benci banget sama gue? Emang salah gue separah itu?” ”Iya!” jawab Kira ketus. ”Dan pada dasarnya, gue emang nggak suka cowok congkak dan sombong kayak lo!” ”Oh, terus kenapa lo pingin ke Bali? Bukannya lo udah tiga kali ke Bali?” Pertanyaan Dean jelas membuat Kira bingung. Kayaknya bukan itu yang sedang mereka bicarakan. Tapi, waktu Kira melihat Andros sudah menyiapkan kameranya, Kira paham dan buru-buru bersikap manis pada Dean. ”Yah, gimana ya, Bali punya kenangan tersendiri sih di hati gue. Elo udah berapa kali ke Bali?” ”Mmm, beberapa kali sih, tapi yang bener-bener liburan cuma dua kali. Omong-omong, apa yang paling pingin lo lakuin di Bali kali ini?” ”Gue pingin banget lihat sunset di Kuta. Asli, www.facebook.com/indonesiapustaka


33 sunset terindah yang pernah gue lihat ya di Kuta. Dan, kalau bisa gue...” ”Siapa peduli!” potong Dean ketus sambil memalingkan wajah ke jendela. Ia tidak memedulikan Kira yang melongo karena perkataannya dipotong begitu saja. ”Sumpah, gue benci banget sama lo!” geram Kira luar biasa jengkel. ”Sama!!!” balas Dean sinis. www.facebook.com/indonesiapustaka


34 RASA jengkel Kira benar-benar memuncak sewaktu mengetahui kamar Dean berada tepat di depan kamarnya. Mbak Heti dan Mbak Teti menempati kamar di sebelah kamar Kira, sementara Andros berdua Tommi serta manajer Dean menempati kamar di kanan dan kiri kamar Dean. ”Kita masukkan barang-barang ke kamar dan istirahat sejenak. Tiga puluh menit lagi kita ketemu di lobi, lengkap dengan topi dan jaket. Panas sekali di luar, jadi lebih baik pakai topi dan jaket. Siapkan baju ganti kalau nanti kalian ingin main air,” kata Mbak Heti setelah membagikan kunci pada semua anggota rombongan. ”Sebelum ke Tanjung Benoa, kita makan siang di restoran khas Bali, ya,” lanjut Mbak Heti. Setelah semua mengangguk mengerti, rombongan Bab 3 www.facebook.com/indonesiapustaka


35 kecil itu naik ke lift yang untungnya sedang kosong. Begitu tiba di kamar, Kira langsung merebahkan tubuh di ranjang. Hua, rese banget tuh orang. Ganggu kesenangan orang aja! maki Kira dalam hati. Tanpa mengubah posisi, ia menyambar ponsel dari ransel dan menekan nomor Aura. Kira bertambah jengkel ketika telepon Aura tidak kunjung diangkat. Ketika Kira mau mematikan telepon, terdengar suara Aura marah-marah. ”Gue tahu lo lagi liburan, tapi kira-kira dong, ini kan masih jam sekolah, Ra! Gue sampai lari-lari ke toilet buat jawab telepon lo. Awas aja kalau lo nggak bawa berita penting! Ada apaan?” Kira melirik arloji dan langsung merasa bersalah. ”Ups, sori teman, gue nggak sadar ini masih jam sekolah.” ”Ya udah, cepetan, lo mau ngomong apa? Kalau beneran nggak penting, balik Jakarta lo bakal gue lumat!” ”Gue lagi pingin maki-maki orang nih!” ”Terus, kenapa lo telepon gue? Telepon Stella atau Delia kek!” ”Aura, gue lagi serius nih!” ”Sama… gue udah bela-belain keluar kelas, eh ternyata sobat gue cuma pingin maki-maki gue. Yang bener aja dong, Ra!” www.facebook.com/indonesiapustaka


36 ”Bukan gitu... Gue lagi sebel banget nih sama Dean. Asli, belagu banget tuh orang. Kalau begini, gue jadi kangen rumah deh.” ”Kenapa lagi sih memangnya?” ”Gue nggak sengaja nabrak dia waktu di bandara. Gue udah minta maaf, tapi dia malah ngeloyor sambil menepis bajunya yang kesenggol gue. Bete banget, kan?” ”Ah, masa? Nggak mungkin deh Dean kayak gitu. Sepupu gue yang pernah ketemu dia pas lagi ada acara jumpa fans bilang, Dean ramah banget... Jadi, sampai sekarang dia belum minta maaf?” Kira terdiam sejenak. ”Mmm... Sebenernya, akhirnya dia minta maaf juga sih, tapi gue nggak mau maain dia. Habis, gue masih sebel banget. Sekarang kami musuhan. Nggak ngomong kalau nggak butuh.” ”Kalau gitu ya salah lo sendiri. Udah, sekarang nggak usah pake gengsi segala, minta maaf gih sama dia, biar kalian bisa lebih akrab, gitu. Kalau udah akrab, yang untung kan gue juga. Hahaha...” ”Ogah. Amit-amit minta maaf sama dia! Iya kalau dimaain, kalau nggak? Tengsin banget, kan? Lagian, bukan gue yang salah kok.” ”Terserah lo sih kalau lo mau masalahnya nggak selesai-selesai. Lagian, suka banget sih musuhan sama orang? Orang secakep Dean, lagi! Coba kalau www.facebook.com/indonesiapustaka


37 gue yang di sana sekarang, udah pasti pulang-pulang gue bikin lo iri sama cerita-cerita romantis kami berdua!” ”Norak lo! Salah telepon juga nih gue. Ya udah deh, gue mau siap-siap dulu. Gue mau ke Tanjung Benoa. Juga mau makan. Untung banget ya gue bisa ke mana-mana, nggak kayak lo yang harus ngedengerin ocehan Pak Don jam-jam segini!” ”Dasar lo, Ra!” Kira masih tertawa saat Aura menutup telepon dengan pura-pura sebal. Setelah itu, tanpa membuang waktu, Kira mencuci muka dan membongkar tas untuk mengambil topi dan jaket sebelum bergabung dengan rombongan di lobi hotel. *** ”Oke, sekarang Kira dan Dean lagi mau makan. Banyak banget menunya. Jadi bingung nih mau makan apa,” kata Kira ketika sedang di-shoot berdua dengan Dean di restoran. ”Sama, Ra, gue juga bingung. Punya rekomendasi?” sambung Dean sambil membalik buku menu. ”Mmm, suka makanan pedas nggak, Dean?” ”Lumayan. Ada rekomendasi makanan pedas?” ”Ada. Gimana kalau kita coba makan be sisit aja?” ”Apa tuh? Namanya lucu.” www.facebook.com/indonesiapustaka


38 ”Be sisit itu daging ayam yang disuwir dan dimasak pedas. Enak deh. Dulu Kira pernah coba.” ”Mmm, boleh deh... Wah, kayaknya lo tahu banget ya makanan yang ada di Bali. Mungkin gara-gara sudah terlalu sering ke Bali, ya?” Kira tersenyum kecil. ”Kira nggak tahu banyak kok. Cuma beberapa aja. Yang Kira tahu pasti, makanan di Bali biasanya didominasi bumbu rempahrempah beraroma tajam. Ntar kita buktiin, ya!” Begitu Andros mematikan kamera, Kira menarik napas lega. Baru hari pertama, Kira sudah capek. Ternyata, pura-pura suka sama orang yang sebenarnya kita benci susahnya bukan main. Melelahkan banget. Apalagi Kira harus selalu siap untuk mengubah sikap saat Andros beraksi dengan kameranya. Nggak lucu kan kalau penonton melihat host musuhan sama bintang tamunya. Perasaan Dean juga sama kayak Kira. Kalau lagi nggak di-shoot, wajah Dean langsung keruh, kayak mau makan orang aja. ”Kalian nggak apa-apa, kan?” tanya Mbak Heti yang duduk di samping Kira sambil memandang Kira dan Dean yang tampak lelah. Kira cepat-cepat menoleh ke Mbak Heti dan menggeleng. ”Emang kenapa, Mbak?” ”Nggak apa-apa juga. Cuma, selama mandu acara www.facebook.com/indonesiapustaka


39 ini, Mbak nggak pernah lihat pasangan yang sediem kalian. Apalagi kamu kan hobi banget ngomong.” Kira cuma tersenyum. ”Masih jetlag aja, Mbak. Bentar lagi juga saya cerewet. Lagian, dari tadi saya udah ngobrol banyak sama Dean, jadi agak kehabisan bahan obrolan nih. Ya kan, Dean?” Dean tersenyum dan menggangguk cepat. ”Ya sudah kalau gitu. Nanti di Tanjung Benoa kalian main berdua ya, biar kesannya akrab, gitu.” Kira dan Dean hanya tersenyum hambar. Mereka sama-sama berubah pikiran, dari yang awalnya semangat ke Tanjung Benoa jadi sama sekali nggak mengharapkan jalan-jalan ke sana. *** Suer, sebenernya Kira lebih suka memotret suasana di Tanjung Benoa daripada bermain permainan air seperti yang sedang dilakukan Dean. Namun, tatapan Mbak Heti membuatnya terpaksa menitipkan kameranya pada Andros. ”Kalau gue lagi sama Dean, jangan foto gue. Nanti kalau gue lagi nggak sama Dean, baru titip motret ya,” bisik Kira yang segera dibalas senyuman singkat Andros. Kira menatap orang-orang yang tengah bermain dan dengan mudah menemukan sosok Dean, yang www.facebook.com/indonesiapustaka


40 jujur saja, tampak keren saat bermain jetski. Kira sempat terpana sebelum otaknya mengingatkan dirinya tentang sikap Dean yang sombong. Kira menunggu Dean di dekat pintu masuk penyewaan jetski. Begitu Dean mendekat, perut Kira mendadak mulas. Mbak Heti sih aneh, masa dia disuruh naik jetski berdua Dean? Tapi untuk menolak permintaan itu, rasanya Kira tidak berani. Mbak Heti kelihatan galak juga walaupun Kira belum pernah dimarahinya. Apa boleh buat, Kira terpaksa mengikuti keinginan Mbak Heti. Kini, di lautlah mereka berada. Kira dan Dean. Berdua di tengah air. ”Berat lo berapa sih? Bikin oleng aja!” kata Dean keras setelah yakin suaranya benar-benar teredam deru mesin jetski. ”Elo bilang gue berat? Kalau gitu, ngaca dulu dong. Elo tuh yang gendut! Kasian juga ya lo, terkenal tapi nggak punya cermin di rumah!” ”Kalau lo ngomong yang nggak penting kayak gini, gue bisa ceburin elo dan bilang itu kecelakaan!” ”Berani lo? Gue nggak takut! Dan perlu lo inget, gue sebenarnya nggak suka boncengan kayak gini sama lo!” ”Jawab aja pertanyaan lo sendiri! Tapi yang juga perlu lo tahu, banyak kok cewek yang mau gantiin posisi lo sekarang.” www.facebook.com/indonesiapustaka


41 ”GR banget sih lo? Nyebelin, tahu nggak?” ”Elo juga, tahu!!” ”Rese, belagu, sok cakep!” Dean sengaja mempercepat laju jetski sehingga membuat Kira releks memeluk tubuh cowok itu. Begitu laju jetski sudah normal kembali, cepat-cepat Kira melepaskan pelukannya dengan mimik jijik. ”Ternyata lo takut juga, kan? Makanya jangan cerewet!” kata Dean mengejek. ”Ternyata gitu ya cara lo curi-curi kesempatan sama cewek!” ”Kayaknya sekarang elo deh yang nggak punya cermin di rumah!” Kira dan Dean sama-sama dongkol. Kira nggak bisa merasakan asyiknya melawan air dengan jetski karena pikirannya terus berpusat pada Dean dan sebisa mungkin dia tidak mau kalah berargumentasi dengan cowok sombong itu. Sesampainya di darat, cepat-cepat Kira menjauhi Dean dengan berpura-pura serius mencoba permainan lain sebelum Mbak Heti keburu menyuruhnya berduaan lagi dengan Dean. Kira baru bertemu lagi dengan Dean saat keduanya ada di perahu yang membawa mereka ke Pulau Penyu. Kekesalan Kira sempat lenyap begitu melihat keindahan Pulau Penyu. Dengan bersemangat, dicerita- www.facebook.com/indonesiapustaka


42 kannya keadaan pulau itu di hadapan Andros dan kameranya. ”Kira mau cerita sedikit tentang penyu. Tahu nggak, penyu mampu bertelur sampai 120 butir. Dan menariknya, jenis kelamin embrio penyu ternyata dipengaruhi suhu pasir lho. Tahu sendiri kan, telur penyu biasa dipendam di pasir. Perbedaan suhu 3–4 derajat Celsius aja bisa menghasilkan jenis kelamin yang berbeda. Suhu pasir yang dingin menghasilkan embrio berjenis kelamin jantan, sedangkan suhu yang sebaliknya membuat embrio berjenis kelamin betina. Pada suhu 27 derajat Celsius perbandingan jumlah embrio jantan dan betina seimbang.” Walau lagi perang, Dean salut sama pengetahuan Kira. ”Wah, Ra, gue kagum sama lo. Gue baru tahu suhu pasir ternyata bisa memengaruhi jenis kelamin embrio penyu,” kata Dean sungguh-sungguh. Memangnya lo siapa? Einstein? geram Kira dalam hati sambil berusaha menampilkan senyum terima kasih. Nggak tahu kenapa, begitu mendengar suara Dean, Kira jadi kembali bete. Untunglah keindahan Pulau Penyu sangat menarik minatnya. Tanpa memedulikan Mbak Heti yang terus merecokinya agar berdekatan dengan Dean, Kira sibuk mengabadikan kemolekan Pulau Penyu bersama Andros. www.facebook.com/indonesiapustaka


43 *** Rombongan kecil itu memilih berjalan-jalan ke mal di dekat hotel mereka. Mungkin karena tidak ada yang terlalu spesial, Andros tidak memegang kamera sesering siang tadi. Untung bagi Kira, karena dengan begitu ia tak perlu terlalu sering berpura-pura akrab dengan Dean. Kira sengaja berjalan menjauhi Dean. Sebenarnya sih dia nggak perlu begitu, karena hampir setiap menit ada saja fans yang mendatangi Dean sehingga menyita perhatian cowok itu. ”Dia terkenal banget, ya,” kata Andros sambil mengamati Dean. Kira ikutan melihat Dean. Cowok itu sedang tersenyum ramah sambil memberikan tanda tangan pada beberapa fans. ”Tapi dia nggak seramah yang bisa dilihat mereka. Dasar munaik!” gumam Kira. Andros yang semula memperhatikan Dean kini beralih menatap Kira dengan heran. ”Gue masih nggak ngerti, kok lo bisa benci banget sama dia,” kata Andros singkat. ”Gue nggak suka orang munaik kayak dia!” ”Hati-hati, Kira. Kata orang, benci dan cinta tipis bedanya.” www.facebook.com/indonesiapustaka


44 Kira melirik Andros dengan membelalak. ”Amitamit...” Andros tersenyum dan kembali menatap Dean. ”Ndros, waktu pertama kali lihat lo, gue pikir lo pendiem banget. Ternyata nggak juga,” kata Kira sambil tersenyum. Andros menoleh lagi untuk menatap Kira. ”Kalau gue, pertama kali lihat lo, gue pikir lo cerewet, ternyata gue keliru...” Kira menatap Andros yang sengaja menggantung kata-katanya. ”Elo bukan cerewet, tapi udah sampai tahap amat sangat cerewet!” Kira releks memukul bahu Andros sambil tersenyum kecil. Debar jantung Kira berdetak lebih cepat dibanding sebelumnya. Yah, nggak secepat waktu ia pertama kali melihat Andros sih. Kira melayangkan pandangan ke sekitar mal sambil masih tertawa. Begitu matanya bertumbukan dengan mata Dean yang tengah menatapnya aneh, hati Kira tiba-tiba berdesir. Entah kenapa. Cepat-cepat Kira mengalihkan pandangannya ke Andros. ”Gue seneng, ternyata lo bisa diajak bercanda, Ndros.” ”Tapi gue nggak seneng, ternyata lo bisa marah juga.” www.facebook.com/indonesiapustaka


45 ”Wah, Ndros, lo nggak tahu sih. Kalau gue udah marah sama seseorang, gue akan....” Kira nggak benar-benar berniat menyelesaikan ucapannya. Tiba-tiba Dean muncul dan menggenggam tangan Kira yang langsung ditepis pemiliknya. ”Apaan sih?” tanya Kira galak. Tanpa merasa bersalah, Dean menatap Kira serius. ”Ayo, ke konter aksesori itu. Gue butuh cewek untuk milihin beberapa barang.” Kira menatap Dean dengan sinis. ”Kenapa nggak minta salah satu fans lo aja? Mereka pasti dengan senang hati menemani.” ”Oh, jadi lo cemburu?” Kira menatap Dean dengan pandangan supersebal. ”Kalau ngomong yang bener ya. Gue nggak mau nemenin lo, pergi aja sendiri. Terserah lo mau ajak siapa!” ”Wah, wah, lo jangan GR dulu dong. Kalau nggak disuruh sama Mbak Heti, lo pikir gue mau ngajak lo ke konter itu? Mimpi aja deh lo!” Tanpa menunggu balasan Kira, Dean membalikkan badan dan mulai berjalan. Baru dua langkah, Dean berbalik lagi. ”Jadi cewek jangan galak-galak. Kalau ngeliat perangai lo yang kayak gitu, gue nggak heran lo nggak laku-laku juga sampai sekarang!” Kira mengentakkan kaki dengan geram saat Dean meninggalkannya. www.facebook.com/indonesiapustaka


46 ”Nah, sekarang lo lihat sendiri kan, gimana menyebalkannya dia?” ujar Kira pada Andros yang masih terpaku melihat kejadian barusan. ”Ada apa sih dengan kalian berdua?” gumam Andros heran. Kira mengangkat bahu dan mengajak Andros berjalan mendekati rombongan mereka. Setelah itu, tak sekali pun atau sepatah kata pun yang dikatakan Dean atau Kira. Keduanya bersikap pura-pura tak kenal satu sama lain. Kebisuan itu masih berlangsung hingga mereka kembali ke hotel. *** Hari kedua. Dini hari, beberapa jam selewat tengah malam... Karena ingin merekam suasana Kira dan Dean sedang bermain dengan lumba-lumba, pagi-pagi buta rombongan sudah meninggalkan hotel. Di dalam bus yang membawa rombongan tersebut ke Pantai Lovina, Kira sengaja duduk sendirian di dekat jendela. Ia mengambil iPod sambil setengah berharap Andros akan duduk di sampingnya, bukan Dean yang tampak sedang berjalan ke arahnya. Apalagi setelah Kira mulai banyak berbincang dengan Andros kemarin. Tapi, ternyata harapannya tidak terkabul... www.facebook.com/indonesiapustaka


47 Bruk...! Kira langsung menoleh ke bangku di sebelahnya begitu terdengar suara empasan tubuh yang cukup keras. ”Mau apa lo di sini? Pergi sana. Gue yang duduk di sini duluan, dan gue sama sekali nggak mau duduk sama orang congkak kayak lo!” kata Kira sambil menjaga volume suaranya agar tidak terdengar oleh siapa pun di dekat mereka. Dean melirik Kira sekilas, lalu memejamkan mata. ”Pertama, lo harus tahu, sebenernya gue juga terpaksa duduk di sebelah cewek yang nggak beda sama nenek sihir kayak lo. Kalau nggak disuruh pasangan kembar itu, jangan harap gue mau duduk bareng lo. Kedua, jangan dekat-dekat gue, soalnya mata gue sakit banget ngelihat elo! Ketiga, tolong jangan bersuara, karena hawa di sekitar lo udah bikin gue pusing, jadi jangan nambah kepusingan gue dengan suara lo. Oke?” Kira menggeram. Belum pernah dia merasa begitu jengkel pada seseorang seperti itu. Dengan segera ia bangkit dari tempat duduk dan sengaja menginjak kaki Dean sebelum melangkah melewatinya. ”Ups, sori...,” kata Kira sambil tersenyum manis ketika melihat Dean meringis kesakitan. ”Mau ke mana, Ra?” tanya Mbak Heti yang segera membuat senyum Kira lenyap. www.facebook.com/indonesiapustaka


48 ”Eh, mmm... mau ke Andros, Mbak. Ada yang mau saya tanyain,” sahut Kira cepat. ”Nanti saja, Kira, busnya juga sudah mau jalan. Duduk lagi, ya!” Ketegasan suara Mbak Heti menciutkan niat Kira. Wanita satu itu memang baik, tapi tegasnya juga luar biasa. Kalau sedang marah, judesnya juga ampunampunan. Tidak menurutinya berarti mencari masalah. Dan untuk saat itu, mencari masalah dengan Mbak Heti bukan termasuk rencana Kira. Kira terpaksa mengurungkan niatnya. Kira sudah berniat menginjak kaki Dean lagi saat Dean tiba-tiba menyingkirkan kakinya, hingga tak sengaja mengenai kaki Kira. Cewek itu tidak dapat menjaga keseimbangannya. Hampir saja ia jatuh terjembap jika tangan Dean tidak menangkap lengannya. Begitu berhasil menguasai diri, Kira cepat-cepat menepis tangan Dean, lalu duduk di kursinya. Sesaat, mereka berdua sama-sama terdiam. Samasama terkejut dengan kejadian barusan. Kemudian Dean kembali memejamkan mata. Sementara itu, di tempat duduknya, Kira merasa wajahnya memerah. Dia tadi dekat sekali dengan Dean dan entah mengapa itu sempat membuatnya berdebar. ”Jangan pikir gue mau berterima kasih ke lo! Gue nggak mungkin jatuh kalau lo nggak ngejulurin kaki www.facebook.com/indonesiapustaka


Click to View FlipBook Version