199 ”Elo baik-baik aja kan, Cil? Maksud gue, Andros nggak mungkin serius kok sama Delia. Mungkin Delia-nya aja yang keganjenan!” Kira mencoba menghibur Cecil. Cecil tertawa, tapi tampak dipaksakan. ”Elo ngomong apaan sih, Ra? Biar Andros mau sama Delia atau siapa pun, nggak ada hubungannya lagi sama gue. Udahlah, kalian gimana sih? Bukannya kita ke sini mau nyari Dean? Kok jadi ngebahas Andros sih?” kata Cecil cepat. ”Sudah, jangan buang-buang waktu. Sekarang kita berpencar saja buat cari Dean. Yang ketemu duluan, langsung ngehubungin Kira. Gitu aja, sekarang kita pencar!” lanjut Cecil yang langsung membalikkan tubuh dan meninggalkan sahabat-sahabatnya tanpa aba-aba. Aura, Kira, dan Sandra memandangi Cecil yang menghilang dalam kerumunan. ”Kasihan si Cecil. Padahal dia bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta, pada orang yang salah!” kata Aura gemas. Kira tak bisa berkomentar. Diliriknya Andros sekali lagi. Dalam hati dia kecewa. Sama sekali nggak menyangka Andros bisa secepat itu menggandeng cewek lain. Kira nggak berharap Andros patah hati atau menjauhi cewek, tapi kok secepat itu? Lantas, apa bedanya Andros dengan playboy? ”Kita ke toilet aja! Di sini terlalu ramai buat www.facebook.com/indonesiapustaka
200 ngobrol!” ajak Aura sambil menarik tangan Kira dan Sandra. Mereka bertiga berjalan dengan susah payah. Sebentar-sebentar harus berhenti untuk menghindari tabrakan dengan orang lain yang memadati kafe itu. Ketika tiba di toilet, barulah mereka bernapas lega. Aura segera mengecek bilik-bilik yang ada di toilet kafe. Begitu yakin hanya mereka yang ada di sana, Aura menatap kedua temannya dengan serius. ”Kita nggak boleh ngebiarin Cecil sedih kayak gini. Apalagi cuma gara-gara Andros dan Delia. Kita harus ngelakuin sesuatu!” Kira dan Sandra berpandangan tak mengerti. Saat ingin bertanya, tiba-tiba tiga cewek masuk dengan celoteh ramainya. ”Sial,” umpat Aura tertahan. Dengan dongkol dia memberi tanda pada Kira dan Sandra untuk mengikutinya. Mereka bertiga keluar dari toilet dan memilih lorong di depan toilet yang cukup sepi sebagai tempat bicara. ”Oke, sekarang dengerin gue. Kita nggak boleh ngebiarin Andros kayak gitu. Nggak bisa. Dia harus dibalas! Dan satu-satunya yang bisa bantu kita untuk ngebalas adalah Dean!” Kira membelalakkan mata. ”Kenapa Dean dibawabawa?” kata Kira panik. ”Andros pasti cemburu sama Dean, Ra. Elo cuma tinggal ngedeketin Dean, dan gue bakal mancing www.facebook.com/indonesiapustaka
201 Andros buat ngeliat kalian berdua. Dengan begitu, perhatiannya pasti beralih dari cewek genit itu! Gue jamin, Andros pasti bakal lebih merhatiin lo!” Sandra menggeleng tak yakin mendengar usul Aura. Kira sama tak yakinnya dengan Sandra. Kadangkadang usul Aura memang agak sulit diterima akal sehat! ”Gue nggak ngerti mesti ngomong apa,” keluh Kira. Aura menatap kedua sahabatnya dengan putus asa. ”Ini juga bukan gue lakuin buat diri gue, kan? Lagian, Ra, memangnya lo mau Andros jadian sama Delia? Nggak, kan?” ”Tapi, kasian Andros kalau dipermainkan kayak gitu, Aura!” kilah Kira. ”Gue jamin seratus persen, Andros pasti bakal berterima kasih kepada kita karena udah ngejauhin dia dari cewek kayak Delia!” balas Aura tak mau kalah. Kira menatap Sandra untuk meminta dukungan, tapi Sandra hanya pasrah. ”Tapi, kita kan nggak tahu keberadaan Dean sekarang?” elak Kira. ”Gue dan Sandra bakal langsung hubungin lo kalau salah satu dari kita ngeliat Dean. Dan lo sendiri, Ra, langsung hubungin gue begitu lo lihat Dean, biar gue juga bisa mancing Andros ke tempat lo!” jelas Aura percaya diri. www.facebook.com/indonesiapustaka
202 Terpaksa, Kira mengangguk lemah. ”Oke, sekarang kita berpencar aja!” perintah Aura. Baru saja mereka berjalan beberapa langkah menjauhi lorong tempat mereka bicara, Cecil tiba-tiba berhenti di hadapan mereka dengan wajah terkejut. ”Kalian bertiga ngapain kumpul di sini? Sudah ketemu Dean tadi? Kok dia mukanya kusut gitu? Dia lagi ada masalah, ya?” tanya Cecil penasaran. ”Elo ngomong apa sih, Cil? Kami nggak ngerti. Boro-boro ketemu Dean, nyari juga belom! Ini baru mau mulai,” kata Aura tak sabar. Cecil menggaruk kepalanya yang tak gatal. ”Tapi kok kebetulan banget sih? Tadi gue sempet ngelihat Dean berdiri di ujung lorong itu. Kelihatan serius banget, terus mukanya kusut. Begitu dia pergi, kalian muncul. Saking kagetnya ngelihat kalian, gue jadi lupa deh ngejar Dean.” Aura, Kira, dan Sandra membelalakkan mata mendengar penjelasan Cecil. Kalau semua yang dikatakan Cecil benar, berarti ada kemungkinan Dean telah mendengarkan percakapan mereka. Kira bertambah panik. ”Lo yakin tadi itu Dean? Nggak salah lihat?” ”Ya ampun, Kira, tiap hari gue lihat Dean di TV, jadi gue hafal banget postur tubuhnya meski tadi dia pake topi buat nutupin mukanya. Gue yakin sepuluh ribu persen, tadi emang Dean!” www.facebook.com/indonesiapustaka
203 Kira lemas. Perasaannya mulai tak enak. ”Ra, lo tenang dulu ya. Kita bisa jelasin semuanya ke Dean kok!” hibur Aura sambil menatap Kira tak enak. ”Astaga, ada apa sih ini?” tanya Cecil penasaran. ”Nanti aja ceritanya. Sekarang kita cari Dean dulu! Lo tadi lihat dia ke mana, Cil?” tanya Aura cepat. Cecil cepat-cepat menunjuk ke arah Dean menghilang. ”Oke, kalau begitu lo cepet ke sana, Ra. Gue sama anak-anak ke arah lain. Kalau kami nemuin Dean dulu, kami langsung hubungin lo.” Kira hanya mengangguk pasrah. ”Ra, percaya sama gue, semua pasti bakal baikbaik aja. Gue yang tanggung jawab kalau ada apaapa. Gimanapun juga, semua ini terjadi karena usul aneh gue. Maain gue ya, Ra,” kata Aura sambil memegang pundak Kira. ”Aura, lepasin deh. Kalau orang ngeliat ke sini, ntar kita dikira lagi ngapain, lagi. Lagi pula, gue nggak nyalahin lo kok. Siapa yang tahu bahwa Dean tukang nguping juga?” kilah Kira sambil mencoba menampilkan senyumnya. Kira memang kecewa malam itu. Namun, sama sekali tidak ada niat dalam dirinya untuk menyalahkan Aura atau temannya yang lain. Kira tahu, Aura juga nggak ada niat untuk membuat semua jadi ka- www.facebook.com/indonesiapustaka
204 cau seperti itu. Keadaan saja yang kurang menguntungkan. Siapa sangka Dean akan berdiri di ujung lorong dan mendengarkan semuanya? ”Oke, gals, gue cari Dean dulu. Moga-moga keadaannya nggak seburuk yang kita bayangin!” kata Kira sebelum melangkah meninggalkan ketiga temannya setelah mereka mengganguk mengiyakan. Kira sengaja berjalan di pinggir ruangan untuk menghindari lautan manusia. Kalau tidak sedang gelisah, Kira pasti akan takjub dengan fans Dean yang sebegitu relanya menunggu bintang idolanya tampil. Yakin bahwa Dean tak mungkin berada di ruangan itu, Kira menyelinap ke belakang panggung. Dengan jeli, dicarinya ruangan khusus tamu di koridor yang remang-remang itu. Begitu menemukan apa yang dicarinya, jantung Kira mulai berdebar tak tenang. Pintu ruangan itu tertutup rapat. Sambil menarik napas panjang, Kira meraih hendel pintu. Belum sempat menekan hendel pintu, Kira dikejutkan oleh suara di belakangnya. ”Mau apa lo ke sini?” Kira jelas tersentak. Releks, Kira melepaskan hendel pintu dan berbalik menghadapi pemilik suara yang menegurnya. ”Dean?” gumam Kira antara terkejut dan takut melihat raut wajah Dean yang sama sekali nggak bersahabat. www.facebook.com/indonesiapustaka
205 ”Mau apa lo ke sini?” ulang Dean dengan nada yang lebih dingin dan kasar daripada sebelumnya. Kira salah tingkah, namun cepat-cepat dikuasainya tubuhnya. ”Mmm... gue... gue mau ngomong sama lo,” jawab Kira pelan. Dean mencibir. ”Gue rasa, nggak ada yang perlu kita omongin! Lagi pula, lo tahu kan hari ini acara jumpa fans gue, jadi gue nggak punya waktu buat ngelayanin lo! Daripada lo ganggu jadwal gue, mending lo minggir dan urus urusan lo sendiri!” jawab Dean kasar. Kira kaget mendengar kesinisan Dean. Dia yakin, Dean telah mendengar pembicaraannya dengan sahabat-sahabatnya sehingga mengambil kesimpulan yang salah tentang itu! ”Dean, dengerin gue bentar aja. Gue ke sini mau minta maaf ke lo. Gue tahu elo denger pembicaraan gue sama temen-temen gue tadi. Namun, itu nggak seperti yang lo bayangin!” Dean terkejut mengetahui Kira tahu dirinya telah mendengar pembicaraan yang membuatnya meradang itu. Namun, ia mencoba tidak terpengaruh. ”Nggak ada yang perlu lo jelasin ke gue! Gue udah nggak peduli. Lagi pula, anggap saja kita impas. Lo nggak perlu jelasin apa-apa ke gue, dan gue nggak perlu jelasin apa-apa juga ke lo tentang masalah yang dulu-dulu.” www.facebook.com/indonesiapustaka
206 Kira diam sambil memandang Dean. ”Gue... gue udah ngerti. Gue udah ngeliat lo di TV beberapa hari yang lalu, dan gue percaya sama lo. Gue udah nggak butuh penjelasan lo. Lo nggak utang penjelasan apa-apa ke gue. Tapi, gue masih utang...” ”Oh, jadi lo lihat acara itu? Makanya lo begitu yakin bisa bikin Andros cemburu dengan lo deketdeket gue? Nggak nyangka ya, lo bisa kayak gitu, Ra. Gue salah menilai lo selama ini!” ”Dean, denger penjelasan gue dulu. Gue kan sudah bilang, ini nggak seperti yang lo bayangin. Gue emang salah udah berniat ngelakuin apa yang tadi lo denger, tapi gue nggak bermaksud mempermainkan lo. Gue sengaja ke sini buat ngomong sama lo, dengan atau tanpa dilihat Andros, makanya akhirnya gue setuju buat...” ”Gue akui lo pinter cari alasan, Ra. Sori, gue bukan orang bodoh yang mau diperdaya kata-kata lo. Lagian, seinget gue, selama ini lo nggak pernah mau gue ajak ngobrol, kenapa tiba-tiba lo berubah? Nggak masuk akal, Kira!” ”Dean, sori. Gue nggak pernah sadar lo benerbener tulus minta maaf ke gue sampai saat gue lihat wawancara lo itu. Maain gue ya, Dean.” ”Lupain wawancara itu. Gue udah nggak minat minta maaf kok. Pertama, gue pikir lo cewek yang beda sama cewek lain. Gue pikir lo nggak muna. www.facebook.com/indonesiapustaka
207 Gue pikir elo cewek yang ceplas-ceplos dan apa adanya. Gue nggak pernah berpikir lo bisa manfaatin orang demi kepentingan lo sendiri. Ternyata gue salah. Gue terlalu tinggi menilai lo. Gue nggak nyesel nggak jadi sama lo!” Dean bicara tanpa jeda. Hati Kira sakit. Dia nggak pernah nyangka Dean bisa bicara setegas dan setajam itu padanya. Memangnya, Dean pikir, dia saja yang menderita? Kira menyesal karena dulu tidak pernah memberikan kesempatan pada Dean untuk menjelaskan situasinya. Sekarang baru Kira sadar, betapa sulitnya berada pada posisi orang yang ingin meluruskan kesalahpahaman. Tapi, dirinya juga nggak rela dihina seperti itu oleh Dean. ”Pertama kali gue lihat lo di bandara, gue pikir lo orang yang sok, sombong, dan egois. Gue sempet terkecoh dengan kebaikan lo dan permintaan maaf lo saat wawancara di TV itu. Tapi sekarang gue sadar, penilaian awal gue terhadap lo itu nggak salah. Elo emang sok dan picik. Elo anggep lo yang paling bener, paling tahu! Oke, nggak masalah. Gue juga beruntung nggak gaul sama cowok kayak lo. Lupain aja kata-kata gue tadi. Anggap aja gue emang sengaja mau manfaatin lo. Sori udah ganggu waktu lo, Bintang Besar. Selamat tinggal!” Kira nggak bisa lama-lama menahan desakan air matanya. Karena tak ingin Dean melihatnya me- www.facebook.com/indonesiapustaka
208 nangis, Kira berjalan melewati Dean tanpa menoleh. Sambil menyeka air matanya, Kira berlari ke luar kafe dan pulang dengan taksi pertama yang ditemuinya. Bahkan tanpa sempat menemui sahabat-sahabatnya dulu. www.facebook.com/indonesiapustaka
209 PASCA kejadian di Kafe Royal, Kira nyaris kehilang- an semangat untuk melakukan aktivitas apa pun. Ke sekolah, setengah hati. Diajak ngobrol, kadang malah nggak memperhatikan. Ke Blue Station juga ogahogahan. Seperti hari itu. Kira berjalan gontai ke ruangannya. Sudah dua hari berlalu, namun Kira belum bisa mengenyahkan rasa kesal dan kecewanya pada Dean. Kira membuka ruangan studio dan menyiapkan properti. Beberapa menit kemudian, pintu ruangan kembali terbuka. ”Eh, lo udah nyampe, Ra?” tanya Doni setengah salah tingkah. Kira mendongak menatap Doni heran. Nggak biasanya temannya yang satu ini mampir ke ruangannya. ”Kenapa, Don? Ada masalah?” tanya Kira khawatir. Bab 14 www.facebook.com/indonesiapustaka
210 ”Hah? Ah, nggak. Cuma hari ini si Dimas nggak masuk, jadi gue yang bantuin lo ngurus line telepon,” kata Doni sambil melangkah ke tempat duduk Dimas. Kira mencoba mengingat-ingat sesuatu. ”Bukannya tadi si Dimas ada di bawah, ya? Seinget gue, gue ngeliat dia godain Rini...,” kata Kira setengah yakin. Doni tampak salah tingkah lagi. ”Tadi Dimas datang sebentar doang. Katanya ada urusan penting, gitu... Ah, sudahlah. Elo siap-siap deh, lima belas menit lagi kita on air.” Kira mengangkat bahu tak peduli, lalu kembali berkonsentrasi pada peralatannya tanpa melihat Doni yang menarik napas lega. *** ”Hai, hai, hai, para pendengar setia Blue Station! Ketemu lagi sama Kira di sini! Bagi kamu-kamu yang lagi sedih, bete, ataupun lagi happy, Kira bakal nyuguhin lagu-lagu ngetop. Sudah pasti yang sedih jadi gembira, yang bete jadi seneng, dan yang udah happy, jelas tambah happy. Nggak cuma itu. Seperti biasa, Kira bakal buka line telepon. Siapa aja yang pingin curhat, silakan telepon Kira beberapa menit dari sekarang. Oke, sebagai lagu pembuka, kita dengerin Perih dari Vierra!” sapa Kira sore itu. www.facebook.com/indonesiapustaka
211 Kira memutar lagu, lalu melepas headphone sambil ikut bersenandung. Sambil meregangkan tubuh, Kira melirik Doni yang tampak sibuk dengan ponselnya. ”Ngapain lo, Don? Ada urusan mendesak, ya?” tanya Kira heran melihat teman yang biasanya santai menjadi begitu sibuk. Doni tersentak mendengar sapaan Kira. ”Astaga, Ra, lo ngagetin gue aja! Nggak, nggak ada apa-apa. Cuma ada yang kelupaan tadi, jadi gue coba hubungin temen gue. Urusan kecil!” Kira manggut-manggut. ”Ada yang bisa gue bantu nggak, Don?” Doni cepet-cepat menggeleng. ”Nggak usah, Ra, lo konsen aja sama siaran lo. Oke?” Untuk kedua kalinya sore itu, Kira merasa ada yang janggal pada diri Doni. Sobatnya itu tampak menyembunyikan sesuatu. Namun, apa ya? Kira sama sekali nggak bisa menebak. Belum sempat berpikir terlalu jauh, Doni sudah memberi Kira tanda untuk on air kembali. Kira mengenakan headphone-nya dan melupakan kejanggalan Doni untuk sesaat. ”Wah, lagu Perih sudah abis, ya? Oke deh, setelah ngedengerin lagu, kita langsung ngobrol aja lewat telepon. Siapa aja yang mau curhat, buruan telepon Kira. Tentang apa aja boleh. Bagi yang cuma pingin www.facebook.com/indonesiapustaka
212 kirim salam atau minta lagu, boleh juga. Makanya, buruan telepon ya...” Baru saja Kira selesai bicara, Doni sudah memberi tanda dengan wajah masam bahwa satu penelepon masuk. Kira kembali heran. Kenapa Doni harus sebal pada penelepon pertama sore itu? Nggak seperti Doni yang biasa... ”Nah, ini dia penelepon pertama kita hari ini. Halo, siapa nih?” tanya Kira sambil terus memperhatikan Doni yang kembali sibuk, entah dengan apa. ”Hai, Kak Kira... Adel nih...” ”Mmm... Pasti yang dari SMA Clara, ya? Gimana nih kabarnya? Hari ini mau curhat, request, atau kirim salam doang?” ”Mmm, mau request aja deh, Kak. Curhatnya besokbesok aja...” ”Oke deh. Mau minta lagu apa, Del?” ”Untuk Pertama Kali-nya Kerispatih, Kak... Soalnya itu lagu wajibnya Adel sama pacar Adel.” ”Ha ha...! Gitu ternyata... Oke deh, Del, bentar lagi Kira puterin. Makasih ya udah telepon. Besok jangan lupa telepon lagi!” Belum sempat berbasa-basi, Doni sudah kembali memberi tanda pada Kira. Kali ini ekspresi Doni tampak lega. ”Wah, wah, sudah ada telepon yang masuk lagi nih. Oke, siapa ya?” www.facebook.com/indonesiapustaka
213 Sejenak tak ada jawaban. Belum sempat Kira mengulangi pertanyaannya, sebuah suara menyapanya, ”Hai, Ra...” Kira membeku. Hanya dengan dua kata tadi, Kira tahu orang yang tengah meneleponnya sekarang. Dean! Itu pasti Dean. Dalam hal ini, Kira nggak mungkin salah! Beragam perasaan muncul di dadanya. Ada perasaan senang karena bisa mendengar suara itu lagi, sekaligus perasaan marah dan kecewa karena tuduhan Dean waktu pertemuan terakhir. Kira menoleh cepat ke arah Doni, mencoba memberi isyarat agar Doni memutuskan sambungan telepon saat itu juga. Ketika tak sengaja mata mereka bertemu, Doni langsung menunduk dan pura-pura sibuk dengan peralatan di hadapannya. Kira menatap jengkel pada Doni. Ia mulai paham soal sikap Doni yang begitu aneh sesorean itu. Tampaknya semua sudah direncanakan Doni dan Dean. ”Kira, gue tahu lo masih marah sama gue. Gue udah denger semuanya dari temen-temen lo. Ternyata gue salah paham. Gue nyakitin lo lagi. Maain gue ya... Maaf karena gue udah kasar banget sama lo. Maaf karena gue nggak mau dengerin lo. Maaf ya, Ra,” kata Dean lembut. Kira mendengarkan Dean dalam diam. Kekesalannya agak berkurang mendengar kata-kata Dean. Tapi, masa dia harus langsung memaafkan Dean? www.facebook.com/indonesiapustaka
214 Enak sekali Dean, minta maaf dan langsung dimaafkan. Nggak sebanding dong dengan kekesalan dan sakit hati Kira. Sama sekali nggak sebanding! ”Dean cuma manusia biasa, Ra. Dia bisa salah. Sama saat lo salah paham ke dia dan nuduh dia macammacam. Kalau lo pikir baik-baik, lo bakal sadar Dean layak mendapat maaf dari lo.” Itu suara Aura! Kira melepas headphone, lalu menoleh untuk memastikan bahwa dia tidak sedang berkhayal. Ternyata memang benar. Ketiga sahabatnya berkerumun di dekat Doni dan tengah menatapnya serius. Kira nggak bodoh. Ia mulai sadar bahwa bukan hanya Dean dan Doni yang merencanakan semua ini, tapi juga ketiga sahabatnya... Kira menatap sahabatnya satu per satu, lalu menatap alat di hadapannya tanpa kata. Kira memejamkan mata. Memang sih, kalau dipikir-pikir, kata-kata Aura masuk akal. Selama ini, Dean yang selalu minta maaf tanpa memedulikan posisinya di mata orang lain. Dean nggak gengsi. Lalu, apa gue tega nggak memaafkan orang seperti Dean? Doni memberi isyarat agar Kira kembali memakai headphone. Setelah memasangnya, Kira kembali mendengar suara Dean. ”Ra, tolong maain gue. Gue janji nggak bakal bikin lo sakit hati lagi. Lain kali gue akan dengerin www.facebook.com/indonesiapustaka
215 lo dulu sebelum nuduh macem-macem. Lain kali gue akan lebih jujur ke lo supaya kesalahpahaman yang kita alami nggak terulang lagi. Jadi, maain gue ya...” Kira tersentak dari lamunannya, lalu tersenyum haru. Dari suaranya, Kira tahu Dean benar-benar tulus. Sesaat Kira merasa menjadi orang yang paling tidak tahu diri karena masih sulit memaafkan cowok satu ini. ”Gue maain lo. Lagian, itu juga bukan salah lo sepenuhnya. Gue juga salah. Lo mau maain gue, kan?” ”Udah gue main kok. Makasih, Ra,” ucap Dean dengan nada gembira. Kira mengangguk bersemangat. Matanya mulai kabur. Ternyata rasanya sangat menyenangkan bisa berbaikan dengan Dean! Kalau tadi air mata cuma nongkrong di mata Kira, sekarang semua malah berdesakan keluar. Kira sampai berulang kali mengusap air matanya dan berusaha agar air matanya tidak terus mengalir. Kira melirik ke teman-temannya dengan malu. Dari sudut matanya, Kira bisa melihat sahabatnya tertawa bahagia sambil berangkulan. Kira terharu dan merasa beruntung punya sahabat seperti mereka. Kira pun menatap Doni. Temannya yang satu itu sepertinya masa bodoh dengan Kira, tapi justru www.facebook.com/indonesiapustaka
216 dia yang memegang peranan penting pada hari itu. Kira kembali menyeka matanya. Dia bingung harus berkata apa. Apalagi tiba-tiba Dean buka suara kembali, ”Kirana Wijaya, maukah lo jadi pacar gue?” www.facebook.com/indonesiapustaka
217 ”RA, ayo ikut main! Jangan males-malesan gitu!” Cecil melepaskan kacamata hitam yang semula dipakai Kira. Sambil menghalangi matanya dari sinar matahari, Kira bangun dari posisi tidur-tidurannya. ”Ah, lo ganggu gue aja sih, Cil?” protes Kira. Cecil mencibir. ”Apa gunanya ke Bali kalau lo cuma mau tidur-tiduran dan kepanggang matahari kayak gitu? Gabung sama anak-anak yuk!” Kira menoleh ke tempat teman-temannya bermain. Dilihatnya Sandra dan Aura memberi isyarat untuk bergabung. ”Ayo ikut main, pemalas!” Tiba-tiba Dean muncul di samping Kira dan mengangkatnya hingga membuat Kira tak sempat berbuat apa-apa. Epilog www.facebook.com/indonesiapustaka
218 ”Dean, turunin! Malu dilihat orang!” Dean bergeming. ”Ini Bali, Kira. Kalau cuma begini, kita nggak bakal jadi pusat perhatian!” kilah Dean nakal. Wajah Kira memerah seketika. Apalagi saat melihat Cecil dan Andros yang tertawa geli di belakang mereka. Kira tak jadi berontak. Dia mencoba menikmati suasana liburan hari itu. Ini memang impiannya. Berada di pulau favoritnya dan dikelilingi orangorang yang ia sayang dan menyayanginya. Tak sadar, Kira tersenyum. Dia kembali mengingat berbagai kejadian yang mewarnai hidupnya beberapa bulan lalu. Mulai dari saat teman-temannya habishabisan membela Cecil ketika tahu Andros ada di Kafe Royal bersama Delia, saat Dean menyatakan perasaannya di Blue Station, hingga saat temantemannya mengusulkan liburan bersama ke Bali setelah ujian sekolah berakhir dengan memuaskan. Kira benar-benar bersyukur bisa menikmati akhir seperti itu. Soalnya, bisa mengalami yang seperti itu memang nggak mudah. Mulanya Jimmy berang pada Dean, tapi lama-lama manajer satu itu bisa juga menerima Kira sebagai pacar Dean. Malah, dia yang mengusahakan jadwal kosong Dean sehingga cowok itu bisa bergabung dengan Kira pada liburan kali ini. Sejak itu Kira selalu beruntung. Beberapa minggu www.facebook.com/indonesiapustaka
219 lalu, Andros memberitahukan bahwa Kira terpilih menjadi host suatu acara baru gara-gara penampilan apiknya di One Week Show. Kurang beruntung apa, ayo? ”Mikir apaan, Ra?” pertanyaan Dean membuyarkan lamunan Kira. Kira membuka mata dan langsung menatap Dean. ”Gue bukan orang kaya atau terkenal. Orangtua gue juga cerai. Tapi gue merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Gue punya nyokap yang bisa jadi bokap yang baik. Gue punya teman dan sahabat yang care banget sama gue. Dan, gue punya elo, pacar yang paling luar biasa menurut gue!” Dean tersenyum. ”Gue juga beruntung bisa ketemu orang kayak lo,” bisik Dean lembut. Mereka berdua tertawa bersama. Kemudian, mereka saling tatap dalam diam. ”Woi! Kalau kalian sudah selesai pandangpandangan kayak orang bodoh, cepet gabung ya! Tapi jangan kelamaan! Gerah juga yang nonton!” Kira dan Dean tersentak mendengar celetukan Aura. Dean salah tingkah. Dengan hati-hati, ia menurunkan Kira dari gendongannya. Beberapa saat kemudian, mereka sudah bergabung kembali dengan teman-teman mereka. ”Kira, Dean, dan Sandra satu kelompok. Gue, Cecil, dan Andros jadi lawan kalian. Yang kalah ntar www.facebook.com/indonesiapustaka
220 traktir makan siang!” kata Aura sambil mengisyaratkan setiap kelompok untuk mengambil posisi. Aura mengambil bola voli yang telah disiapkannya sedari tadi dan memulai servis. Bola melambung di atas net, namun dapat ditangkis Dean dengan mudah. Andros mengembalikan bola dengan cekatan. Kira tak mau kalah, bola yang dipukul Andros sengaja dikembalikan dengan pukulan pendek. Cecil mencoba memukul, tapi karena posisinya terlalu dekat dengan net, justru gadis itu yang terhuyung. Releks, Andros memegangi Cecil dan menjaga agar gadis itu tidak terjatuh. Kira, Aura, dan Sandra berpandangan dari kejauhan dengan senyum penuh arti. Mereka sudah tak seberapa peduli dengan permainan yang belum tiga menit mereka mainkan itu. Dari cara berpandangan Cecil dan Andros, dari salah tingkah mereka saat melepas pegangan masingmasing, dan dari kecanggungan mereka saat meminta permainan dilanjutkan, Kira, Aura, dan Sandra bisa mengambil satu kesimpulan. Paling tidak, akan ada satu lagi anggota geng mereka yang akan melepas masa jomblonya. Kira tak bisa berhenti tersenyum. Sambil mencoba memukul bola yang melaju ke arahnya, ia bersyukur. Tuhan memang punya cara tersendiri untuk membuat orang bahagia. www.facebook.com/indonesiapustaka
221 Dulu dirinya, sekarang Cecil. Dua-duanya karena Bali. Hidup memang indah.... www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
A Little ’Bout Author Erlin Cahyadi lahir pada 22 September 1986. Cewek asli Surabaya yang maniak warna ungu ini suka banget sama yang namanya baca dan nulis novel. Kalau sudah melakukan kedua aktivitas tadi (baca atau nulis), sulung dari tiga bersaudara ini hampir pasti tidak bisa diusik. Bali to Remember adalah teenlit keduanya. Saat ini, cewek yang juga hobi renang ini bekerja di salah satu perusahaan swasta di Surabaya. Jika ada yang ingin menuangkan unek-unek, kritik, atau saran, silakan e-mail ke: lin_maitreya@yahoo. com www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
”Berat lo berapa sih? Bikin oleng aja!” kata Dean keras, mencoba mengalahkan deru mesin jetski yang dinaikinya. ”Lo bilang gue berat? Ngaca dulu dong! Lo tuh yang gendut! Kasian juga ya lo, selebriti terkenal tapi nggak punya cermin di rumah!” balas Kira nggak mau kalah. ”Kalau lo ngomong yang nggak penting kayak gini, gue ceburin lo ke laut!” ”Berani lo? Gue nggak takut!” Gara-gara terpilih jadi host acara jalan-jalan bersama artis, hidup Kira jadi jungkir balik kayak jet coaster. Apalagi artisnya Dean Christian. Buat Kira, Dean itu kesialan terbesar di sepanjang hidupnya. Dean emang artis, tapi nyebelinnya minta ampun. Dean juga cakep, tapi kasarnya juga ampun-ampunan. Singkat kata, nggak mungkin deh Kira bisa baik atau bahkan suka sama cowok kayak Dean. Tapi... kalau selama seminggu full Kira jalan-jalan bareng Dean, di Bali pula, apa mungkin perasaan itu nggak bakal berubah? Apalagi waktu Dean tiba-tiba melakukan hal-hal ajaib yang nggak pernah Kira bayangkan sebelumnya.... www.facebook.com/indonesiapustaka