The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Novel Romance Repository, 2023-10-25 22:38:25

BALI TO REMEMBER

BALI TO REMEMBER

99 mengulurkan kain lain dengan gambar gadis Bali di tengahnya. Takut membuat salah satu tersinggung, Kira tersenyum dan mengambil kedua kain tersebut dari tangan Dean dan Andros. Andros dan Dean berpandangan sengit sejenak, lalu cepat-cepat mengalihkan pandangan mereka ke barang-barang yang lain. ”Ra, ini bagus,” kata Dean sembari menyodorkan tempelan magnet aneka bentuk di tangannya. Belum sempat Kira memperhatikannya, Andros sudah menepuk pundaknya dan memperlihatkan ukiran kayu yang memukau. Seakan tak mau kalah, Dean memanggil Kira dan menunjukkan gantungan kunci yang lucu. Kira tersenyum pasrah. Ia merasa seperti orang bodoh karena sebentar-sebentar harus menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa sempat memperhatikan barang yang ditunjukkan padanya. Kira menghela napas dan tersenyum kecut pada penjual yang mulai tertawa kecil melihat tingkah Dean dan Andros. Tanpa terlalu peduli, Kira mengambil semua barang yang ditunjukkan padanya. Untung saja, memang banyak orang yang ingin diberinya oleholeh. Kalau tidak, mau diapakan barang-barang pilihan Andros dan Dean? Saat Dean maupun Andros ingin menunjukkan beberapa barang lain, Kira menatap mereka dengan www.facebook.com/indonesiapustaka


100 sengit. ”Gue bisa bangkrut kalau mengikuti gaya belanja kalian!” kata Kira pendek sebelum menanyakan total belanjaannya pada ibu penjual kerajinan tangan tersebut. ”Semua tujuh ratus ribu, Non,” kata ibu penjual kerajinan tangan itu ramah. ”Ah, mahal amat, Bu? Kurangin deh,” tawar Kira bersemangat. Selama lima menit Kira berdebat dengan ibu tadi sambil ditunggui tak sabar oleh Dean dan Andros. Begitu sampai pada kata sepakat, baik Andros maupun Dean serentak mengeluarkan dompet mereka. ”Mau apa kalian?” tanya Kira kesal. Andros dan Dean terdiam sejenak waktu Kira mengeluarkan dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang 50.000-an. Dean dan Andros terpaksa memasukkan dompet mereka masing-masing. Sebagai gantinya, mereka malah berebut membawakan belanjaan Kira. ”Hari ini kalian kenapa sih?” tanya Kira setengah marah saat mengambil kembali belanjaan yang sudah berhasil direbut Dean. ”Ra, biar gue yang bawa,” protes Dean saat bungkusan itu tak lagi berada di tangannya. ”Nggak perlu, gue bisa bawa sendiri. Lagian, kalian kenapa sih? Bikin malu aja!” www.facebook.com/indonesiapustaka


101 Kira melihat Dean dan Andros bertatapan sengit. ”Oke, kalian selesaikan masalah kalian, gue mau ke bus menunggu Mbak Teti dan Mbak Heti,” kata Kira sambil meninggalkan Dean dan Andros yang segera menyusulnya ke bus. *** Perjalanan ke Tanah Lot tampaknya membuat Dean dan Kira kembali akrab. Buktinya, begitu turun dari bus sesampainya di tempat pemujaan dewa-dewa laut itu, Kira dan Dean kembali berjalan berdua seperti di Besakih tadi. Andros terpaksa menahan kedongkolannya. ”Kita ke sana, Ra!” ajak Dean sambil menunjuk pura yang terletak di atas batu besar di laut. Kira mengangguk bersemangat. Dean mendahului jalan melalui batu-batu tak rata di atas laut ”Hati-hati, Ra, licin,” kata Dean pelan. Kira mengangguk mengerti dan melangkah lebih hati-hati. Tapi, karena terlalu cepat melangkah, hampir saja Kira terpeleset. Untung Dean cepat-cepat menahan tubuh Kira dengan tangannya. ”Gue bilang apa tadi, hati-hati!” kata Dean memperingatkan. Kira meringis. ”Iya, sori.” www.facebook.com/indonesiapustaka


102 Dean mengulurkan tangan pada Kira. ”Gandengan aja, biar nggak terpeleset.” Kira menggeleng, tapi Dean tak ambil pusing. Dengan cepat ia meraih tangan gadis itu sebelum melanjutkan langkahnya. Kira yang agak terkejut dengan tindakan Dean hanya bisa diam. Ia lebih berkonsentrasi menenangkan hatinya yang berdebar cepat. *** Kira sama sekali tidak bisa tidur malam itu. Berjamjam ia hanya membalikkan tubuh ke kanan dan kiri. Sebentar-sebentar ia tersenyum. Hari itu Kira memang sedang senang. Sejak di Tanah Lot, Dean selalu membuatnya tersenyum. Cowok itu selalu punya cara untuk memberi kejutan yang menyenangkan buat Kira. Belum puas mengajak Kira menikmati sunset dari puncak tertinggi yang dapat dicapai di Tanah Lot, Dean juga mengajaknya bermain di pantai. Kira harus mandi ekstralama karena tubuhnya penuh pasir. Gue nggak mungkin jatuh cinta pada Dean. Nggak mungkin! Gue kan baru ketemu dia lima hari. Dipotong dengan waktu bertengkar, berarti cuma tiga hari. Nggak mungkin kan gue segampang itu jatuh cinta pada Dean? batin Kira untuk kesekian kalinya malam itu. Jangankan beberapa hari, beberapa jam, bahkan pada www.facebook.com/indonesiapustaka


103 pandangan pertama, gue juga percaya, Kira teringat katakatanya sendiri pada Andros malam sebelumnya. Dan tampaknya, itu yang tengah terjadi padanya... Kira bangkit dari tempat tidur. Matanya sama sekali tak mengantuk. Sambil tersenyum setiap kali mengingat Dean, Kira mondar-mandir di kamar hotel. Karena merasa sangat butuh teman, Kira meraih ponsel dan menghubungi Aura. Hampir saja Kira menutup telepon karena lama tak diangkat ketika suara Aura menyapanya. ”Lo emang nggak tahu waktu ya kalau telepon! Sadar nggak sih, ini udah tengah malam? Gue baru aja tidur, Kira. Dan lo tahu sendiri, bagaimana sulitnya gue buat tidur!” sembur Aura dengan nada jengkel. Kira meringis. Lagi-lagi ia lupa waktu. ”Sori, Ra. Sori banget. Gue bener-bener nggak sadar udah tengah malam!” kata Kira penuh sesal. ”Ya udah, mau omong apa?” balas Aura pendek. Kira terdiam. Mau omong apa ya? Dia juga bingung mau ngomong apa pada sahabatnya. ”Jangan bikin gue nyesel karena udah ngangkat telepon lo,” ancam Aura. Kira mendongkol dalam hati. Temannya yang satu ini memang sangat tidak sabaran. ”Mmm, Aura... Gue rasa, gue lagi jatuh cinta...” Sejenak hening menyelimuti mereka. ”Terus?” tanya Aura bingung. www.facebook.com/indonesiapustaka


104 Kira agak kecewa mendengar respons sahabatnya. Yah, mungkin salahnya juga menelepon tengah malam dan mengganggu tidur sahabatnya. Namun paling tidak, Aura kan bisa menyambut pengumumannya dengan sedikit antusias. Bukankah selama ini Kira tidak pernah menyukai seseorang dengan serius? Seharusnya ini menjadi berita baru untuk Aura. ”Komentar lo hanya itu?” kata Kira pelan. ”Yah... lo maunya gimana? Wajar aja kan lo jatuh cinta? Mmm, tapi gue salut juga sih sama si An... Andri, eh, Andros. Cuma dalam waktu lima hari ternyata dia berhasil nyuri hati cewek yang selama ini agak dingin sama cowok!” Kira agak heran dengan celotehan Aura. ”Andros? Emang tadi gue nyebut nama dia, ya?” Sekarang Aura yang bingung. ”Yah, nggak sih... Tapi selain Andros, siapa lagi yang mungkin lo suka? Nggak mungkin Dean, kan?” Kira yang tidak menyahut membuat Aura yakin tebakannya benar. ”Ya ampun, jadi sama dia? Tuh kan, makanya jangan terlalu benci sama orang, Ra. Benci dan cinta bedanya tipis banget!” kata Aura bersemangat. ”Yah, walaupun gue agak sebel karena lo berpotensi ngerebut pujaan gue, gue relain deh... Gue dukung lo seratus persen!” Kira tak menanggapi. Ia malah setengah merenung. ”Gue jadi nyesel pernah maki-maki dia. Padahal dia www.facebook.com/indonesiapustaka


105 baik banget. Berkat dia, gue bisa lihat sunrise dan sunset di sini.” ”Ah, nggak usah kasih alasan ke gue. Yang jelas, Cecil dan Sandra kalah taruhan sama gue. Mereka bilang, lo nggak mungkin jatuh cinta sama Dean, tapi ternyata gue yang menang.” Kira membelalak kesal mendengar penjelasan sahabatnya. ”Elo jadiin gue bahan taruhan? Gila, temen macam apa kalian?” Aura masih tertawa senang. ”Terus, sekarang apa yang mau lo lakuin?” tanya Aura tidak memedulikan protes Kira. ”Lakuin apaan?” ”Yah, yang mau lo lakuin supaya bisa dapet perhatian Dean. Tapi bukan antara idola sama fans-nya lho, melainkan cowok ke cewek.” ”Apaan sih lo, Ra? Gue jadi nyesel ngomong ke lo.” ”Aduh, Kira, justru untung elo ngomong ke gue. Kalau lo ngomong ke Cecil atau Sandra, mereka juga nggak bisa omong apa-apa karena nggak percaya sama sekali lo bisa suka sama Dean,” kata Aura masih bersemangat. ”Elo jangan aneh-aneh deh. Gue nggak minat ngelakuin apa-apa. Kalau memang dia suka gue, gue pingin dia sukanya alami, bukan gara-gara usaha yang gue lakuin.” ”Naif lo, Ra!” www.facebook.com/indonesiapustaka


106 ”Biarin! Ah, udah deh, lo tidur lagi aja. Gue juga mau nyoba tidur lagi deh. Dah...” Sambil tertawa membayangkan Aura yang pasti akan mengomel, Kira menutup telepon tanpa menunggu persetujuan Aura. Ia meletakkan ponsel di samping tempat tidur, kemudian merebahkan diri sambil mencoba terlelap. *** Kira hanya sempat tidur beberapa jam. Subuh-subuh Kira sudah terbangun. Setelah yakin tidak bisa tidur lagi, Kira memutuskan untuk mandi dan berjalan sendirian ke Pantai Kuta yang sudah diakrabinya beberapa hari itu. Saat Kira tiba di pantai, sudah tampak beberapa orang yang bermain gembira. Kira menarik napas panjang dan berjalan pelan di pinggir pantai. Rasanya baru hari itu ia bisa merasakan kebahagiaan dan keberuntungan karena telah terpilih di antara ribuan peserta yang mendaftar untuk membawakan acara One Week Show. Kira menggulung celana jinsnya dan bermain dengan air laut yang membasahi kaki. Ia sengaja berjalan di kedalaman air hingga menggenangi mata kakinya. Baru ketika matahari mulai meninggi, Kira kembali ke hotel. www.facebook.com/indonesiapustaka


107 Kira berjalan cukup santai. Ia tahu, dengan langkah yang lambat seperti itu pun ia akan tetap menjadi orang pertama yang tiba di ruang makan pagi itu. Dengan penuh minat Kira melihat-lihat penjaja cendera mata yang mulai tampak di jalanan sekitar pantai dan hotel. Iseng-iseng, Kira mendekati seorang kakek yang sedang duduk dan tersenyum menawarkan dagangannya pada Kira. Kira menatap dagangan kakek tersebut. Dengan kagum, ia mengamati gambar yang diukir kakek itu pada permukaan sebilah kayu halus yang berfungsi sebagai gantungan kunci. ”Mau gambar apa, nanti saya buatkan,” sapa kakek itu. Kira kagum, tapi sebenarnya tak punya niat membeli. Namun karena tak ingin membuat kakek itu kecewa, Kira memesan tujuh buah gantungan kunci yang menggambarkan suasana Pantai Kuta dengan nama setiap anggota rombongannya. ”Khusus dua yang terakhir, tolong pilihkan suasana matahari terbit ya, Kek. Namanya, satu Kira, satu lagi Dean,” pinta Kira sambil mengamati tangan lincah pria tua yang mulai mengukir hasil karyanya dengan profesional. Untuk usia seperti kakek itu, lima belas menit adalah waktu yang relatif cepat untuk menghasilkan tujuh buah gantungan kunci dengan gambar yang www.facebook.com/indonesiapustaka


108 indah. Kira mengamati hasil karya kakek itu dengan kagum. Setelah membayar, Kira melangkah lebih cepat ke hotel. Rasanya dia sudah tidak sabar ingin memberikan gantungan kunci itu pada semuanya, terutama pada Dean… www.facebook.com/indonesiapustaka


109 SEMAKIN dekat Kira dengan kamar Dean, semakin berdebar-debar jantungnya. Entah mengapa, sejak Dean baik padanya, Kira jadi salah tingkah setiap kali mau bertemu Dean. Kira berhenti di depan kamar Andros, lalu menarik napas panjang. Ia melanjutkan langkahnya mendekati kamar Dean. Kira yang sudah gugup, semakin bertambah gugup saat melihat pintu kamar itu sedikit terbuka. Kira hampir mengetuk pintu saat mendengar namanya disebut-sebut. Dengan sigap, Kira mengurungkan niatnya dan mendekatkan telinganya ke daun pintu dengan perasaan bersalah. Dari nada suara yang terdengar, Kira tahu Dean dan Jimmy sedang terlibat pembicaraan serius. Sepertinya mereka sedang berselisih pendapat, dan itu Bab 7 www.facebook.com/indonesiapustaka


110 semakin membuat Kira merasa bersalah. Namun, tak dapat mencegah rasa penasarannya, Kira tetap bertahan di sana. ”Ingat, Dean, aku cuma menyuruhmu berbaik hati dan mengalah pada gadis itu, bukan mengajaknya melihat sunrise atau bermain semalaman seperti yang sudah kamu lakukan! Kamu pikir, apa yang akan mereka pikirkan? Saat semua orang masih terlelap, kamu berduaan dengannya. Saat orang akan istirahat, kamu juga masih berduaan dengannya. Aku memang tidak ingin orang menilaimu sebagai artis congkak, tapi aku lebih nggak ingin lagi ada gosip tentang kalian berdua. Kamu mengerti?” geram Jimmy. ”Tapi, Jim, sudah berapa kali aku bilang, aku bisa mengatur apa yang harus kulakukan. Aku tahu yang baik dan buruk. Lagi pula, bukankah sudah kujelaskan padamu, yang kulakukan juga untuk membuat Kira nggak marah lagi padaku? Kamu lihat sendiri, sikapnya sekarang. Dia sudah ramah, kan? Nggak seperti pertama kali kami bertemu. Setiap melihatku, dia seperti melihat musuh saja!” Terdengar suara Dean. ”Tapi aku nggak mau melihatmu terlibat terlalu dalam dengan gadis itu. Aku nggak mau ada cinlok dan semacamnya. Kamu tahu sendiri risikonya kalau penggemarmu tahu kamu punya pacar. Bukan nggak mungkin mereka akan meninggalkanmu dan beralih pada bintang muda yang masih baru.” www.facebook.com/indonesiapustaka


111 Dean terdiam sejenak. ”Kan tidak selalu seperti itu,” ucapnya lirih. ”Aku sudah bekerja di bidang ini selama lima tahun, Dean. Aku tahu apa yang terbaik untuk artisartisku. Mulai sekarang, jaga jarak dengan gadis itu. Bersikap baiklah padanya hanya untuk keperluan shooting, tidak lebih. Kalau ada acara bebas, kamu harus ikut denganku!” ”Kamu nggak perlu bertindak seperti itu padaku. Aku kan sudah bilang, aku cuma pura-pura baik padanya. Hubunganku dengan gadis itu nggak lebih dari sekadar idola dan fans. Lagi pula, dia cuma cewek biasa. Nggak mungkin aku jatuh cinta padanya.” ”Semoga benar seperti itu.” ”Kira....” Kira yang hampir tak dapat menahan air matanya begitu terkejut ketika mendengar seseorang membisikkan namanya. Dengan gugup Kira menoleh ke sumber suara dan menemukan Andros tengah menatapnya heran. ”Elo lagi ngapain?” tanya Andros penasaran. Kira benar-benar tak mampu menjawab. Ia hanya memilin ujung tas plastik yang tengah dipegangnya dengan tegang. ”Eh, gue... gue... gue cuma mau bagiin gantungan kunci ke kalian,” kata Kira agak gemetar hingga tak sengaja menjatuhkan kantong plastik pembungkusnya. www.facebook.com/indonesiapustaka


112 Kira menunduk dan mengambil plastik itu. Dengan cepat, diambilnya beberapa gantungan kunci dan dicarinya nama Andros. Tepat saat Kira menemukan nama Andros, Dean dan Jimmy muncul dari balik pintu dengan agak heran. Mungkin mereka terkejut mendengar suara Kira dan Andros. ”Kira? Elo ngapain?” tanya Dean ramah. Kira memilih tidak menatap Dean. Hatinya sakit begitu tahu suara ramah Dean ternyata hanya purapura. Setelah memberikan gantungan kunci ke Andros, Kira mencari hadiah yang akan diberikannya pada Dean dan Jimmy. ”Buat kalian,” kata Kira pendek sambil menyerahkan suvenir itu ke tangan Dean. Kira tidak menatap mata cowok itu sama sekali. ”Oke, gue ke kamar dulu, sampai ketemu nanti,” kata Kira sambil menarik kunci kamar dari jaket yang dipakainya. Ia membuka pintu dengan cepat. Kira langsung menutup pintu kamar begitu dirinya sudah berada di dalam. Air mata yang sedari tadi ditahannya langsung tumpah tak terbendung lagi. Kira menangis dalam diam. Berulang kali ia mencoba menghentikan tangisnya. Namun entah mengapa, semakin ia mencoba menghentikannya, semakin banyak air mata yang mendesak keluar. Baru kemarin Kira sadar ia jatuh cinta pada Dean. Tahu-tahu, hari ini ia harus menerima kenyataan www.facebook.com/indonesiapustaka


113 bahwa Dean bukan saja tidak menyukainya, tapi juga menipunya dan berpura-pura baik padanya demi meraih anggapan sebagai aktor yang ramah. Kira mengomeli dirinya sendiri. Kan dia sudah tahu Dean aktor. Pura-pura adalah pekerjaan aktor sehari-hari. Namun, mengapa dia tetap percaya pada cowok itu? Padahal, kalau dipikir-pikir dengan tenang, bukankah memang aneh jika cowok itu tibatiba berbalik baik kepadanya? Mungkin sudah sepuluh menit Kira menangis. Tak dipedulikannya ketukan di pintu kamarnya dan dering ponselnya. Ketika Kira sudah siap untuk bertemu rombongannya, matanya terlihat sembap. Kira berusaha menutupinya dengan memoleskan refreshing eye gel pada bagian tepi matanya. *** ”Elo kenapa, Ra? Habis nangis, ya?” tanya Andros yang sudah menunggu di depan kamar Kira begitu melihat gadis itu keluar. Kira tersentak menyadari kehadiran Andros. Sambil mengunci pintu kamar, Kira bertanya perlahan, ”Elo sendiri ngapain di sini?” ”Gue nungguin lo. Gue takut ada apa-apa sama lo, habis tadi lo pucat banget.” Kira menatap Andros dengan penuh terima kasih. www.facebook.com/indonesiapustaka


114 Ternyata masih ada juga orang yang memperhatikannya. Di saat seseorang mempermainkannya, ternyata telah disiapkan orang lain yang begitu peduli padanya. Kira jadi menyesal karena lebih memilih menghabiskan waktu bersama Dean, padahal Andros-lah orang yang benar-benar baik padanya. ”Ra, lo belum jawab pertanyaan gue,” desak Andros. Kira cepat-cepat menggeleng. ”Gue nggak pa-pa, Ndros.” ”Tapi mata lo sembap. Elo pasti habis nangis. Ada apa sih? Cerita aja ke gue.” Kira menggeleng lagi. ”Beneran, gue nggak pa-pa, Ndros. Mata gue kayak gini karena kurang tidur aja. Kalau kurang tidur, mata gue biasanya memang agak bengkak.” Andros terdiam agak lama. ”Ya sudah, terserah lo deh. Gue cuma mau bilang, kalau lo butuh orang untuk ngedengerin cerita lo, gue siap kok jadi orang itu.” Kira jadi lebih menyesal karena tidak jatuh cinta pada orang yang benar-benar tulus seperti Andros. Dengan pelan, Kira mengangguk dan melangkah ke lift hotel. Sebenarnya Kira enggan bertemu Dean, tapi dia juga ingin menunjukkan pada Dean bahwa cowok itu tidak bisa mempermainkannya begitu saja. www.facebook.com/indonesiapustaka


115 *** Kira pikir, mudah saja untuk tidak mengacuhkan Dean. Nyatanya, sulit sekali untuk menganggap Dean tidak ada dan tidak pernah singgah di hatinya. Sejak awal pertemuannya dengan Dean pagi itu, Kira harus memasang senyum ramah demi kepentingan acara. Kalau pada hari pertamanya bertemu dengan Dean sudah membuat Kira kesulitan, situasi sekarang malah dua kali lebih sulit. Di bus, Kira sengaja duduk di sebelah Andros. Tak lama kemudian, Mbak Teti, seperti yang sudahsudah, memintanya duduk di sebelah Dean. Kira terpaksa menurut. Dengan langkah berat, ia berdiri dari tempat duduk dan melangkah mendekati Dean yang tersenyum ramah padanya. Kira menahan diri untuk tidak memaki atau mungkin menampar Dean saat duduk di sebelah cowok itu. Untuk mencegah hal-hal yang mungkin akan dilakukannya, Kira sengaja memejamkan mata dan memusatkan pendengaran pada lagu-lagu yang ada di iPod-nya. ”Ra, lo marah sama gue?” tanya Dean setelah melepas salah satu earphone Kira. Kira menatap Dean dengan sengit. ”Nggak sopan banget sih lo?” desisnya marah. Dean menatap Kira dengan agak terkejut. Tangan- www.facebook.com/indonesiapustaka


116 nya melepaskan earphone yang tadi dipegangnya. ”Tiba-tiba lo marah sama gue, salah gue apa?” Kira benar-benar muak pada cowok itu. Bisa-bisanya ia bertampang sok polos seperti itu. Apa Dean nggak sadar bahwa Kira sudah mengetahui pembicaraan cowok itu dengan Jimmy? Tanpa menjawab pertanyaan Dean, Kira kembali memejamkan mata dan memasang earphone di telinganya. Dean kembali menarik earphone Kira. Kali ini Kira membelalak sangat marah padanya. ”Sekali lagi lo lakuin, nggak peduli apa kata Mbak Teti atau Mbak Heti, gue akan pindah dari sini!” Dean menatap Kira lirih. ”Elo masih nggak mau ngasih tahu kesalahan gue?” ”Nggak ada, kecuali bahwa lo pura-pura baik sama gue dan nggak mungkin jatuh cinta sama cewek biasa kayak gue,” jawab Kira pendek. Dean membeku mendengar perkataan Kira. Tibatiba matanya menyiratkan pemahaman sekaligus ketakutan. ”Elo denger semua pembicaraan gue dan Jimmy, ya?” bisik Dean lirih. Kira kembali memejamkan mata sambil pura-pura nggak peduli. Padahal hatinya terasa sakit. ”Ra, lo salah paham. Gue... Gue...” ”Elo lebih suka gue pindah?” tanya Kira dingin. Dean terpaksa diam. Kira kembali menikmati musik di earphone guna menahan rasa kecewanya, www.facebook.com/indonesiapustaka


117 sementara Dean hanya dapat memandangi Kira dengan pasrah. *** Kira nggak bisa ingat kegiatannya seharian itu. Pikiran dan jiwanya melayang entah ke mana saat ia mengikuti rombongan ke Gua Gajah, Gua Lawah, dan Sangsit. Fenomena Gua Lawah yang penuh kelelawar namun hanya tampak satu kelelawar putih, satu ayam hitam, dan satu bebek putih jika dilihat dari lensa kamera yang di-zoom, bahkan tidak mampu menarik minat Kira. Kira merasa tak betah di tempat itu. Keinginannya hanyalah pulang dan berada jauh-jauh dari Dean. Ia melihat pemandangan sambil lalu saja. Kira baru benar-benar sadar saat kamera Andros menyapanya. Sekalipun tidak seceria biasanya, Kira tetap tersenyum ketika menjelaskan berbagai hal yang diketahuinya tentang tempat itu. Sesekali ia terpaksa bertukar tawa dan kata-kata pada Dean. Dan setiap kali harus melakukan itu, hatinya terasa sakit. Semua kepura-puraan Dean membuat Kira lelah. Makanya, Kira senang sekali saat kembali ke kamar hotel. Tanpa memedulikan hal lain, Kira mengempaskan diri dan menangis sambil mendekap bantal, sebelum akhirnya tertidur dengan gelisah. www.facebook.com/indonesiapustaka


118 *** Kira terbangun dini hari karena mimpi buruk. Setelah mencoba dan ternyata gagal melanjutkan tidur, Kira beranjak dari tempat tidur dan memilih untuk membereskan semua barangnya. Seandainya belum tahu kepura-puraan Dean, Kira pasti tak rela meninggalkan Bali hari itu. Tapi, sekarang tak ada yang lebih diinginkan Kira selain cepat-cepat tiba di Jakarta dan berpisah dari Dean. Tepat pada saat Kira selesai mengecek semua barang, pintu kamarnya diketuk. Dengan enggan Kira beranjak dan membuka pintu, sebelum akhirnya mencoba menutupnya kembali begitu melihat Dean ada di hadapannya. ”Ra, gue butuh ngomong sama lo. Jangan begitu dong. Beri kesempatan ke gue buat ngejelasin semuanya,” pinta Dean setengah putus asa. ”Nggak ada yang perlu kita bicarain. Kita sudah sama-sama jelas dengan keadaan ini. Dan tolong, jangan ganggu gue. Gue mau siap-siap,” kata Kira sambil terus mencoba menutup pintu yang ditahan Dean. ”Ra, gue tahu lo marah sama gue. Namun, sungguh, gue bisa jelasin semuanya,” ujar Dean tak mau menyerah. ”Gue nggak pura-pura seneng pas lagi bersama lo. Gue nggak pura-pura baik buat naikin image gue di mata penggemar. Apa yang gue lakuin www.facebook.com/indonesiapustaka


119 selama ini murni karena gue pingin. Ini nggak seperti yang lo bayangin, Ra. Omongan gue ke Jimmy waktu itu karena gue...” Dean nggak sempat menyelesaikan ucapannya. Sebuah tangan yang kuat menariknya menjauh dan mendorongnya hingga membuatnya terhuyung. ”Jangan suka memaksa cewek, Bung!” teriak Andros dingin. ”Ini bukan urusan lo, Ndros!” balas Dean sama dinginnya. ”Elo mau bikin ribut di sini? Nggak malu?” Dean tak menanggapi Andros. Dia hanya menatap Kira yang melihat dari celah pintu yang masih terbuka. ”Suatu saat, lo harus dengerin gue, Ra. Ini semua nggak seperti yang lo bayangin...,” kata Dean sebelum melangkah cepat ke kamarnya, lalu menutup pintu kamarnya dengan gusar. ”Elo nggak pa-pa, Ra?” tanya Andros begitu Dean menghilang di balik pintu. Kira mengangguk tak bersemangat. ”Elo udah siap? Gue bantu bawain barang lo turun.” Kira mengangguk lemas dan membuka pintu untuk Andros yang segera membantunya mengangkat barang-barang. *** www.facebook.com/indonesiapustaka


120 Keindahan Ubud yang merupakan tempat peristirahatan yang diselingi sawah dan hutan serta dikelilingi jurang dan gunung mampu menghibur Kira. Dengan sedikit lebih bersemangat daripada sebelumnya, Kira berkeliling dan berceloteh riang di depan kamera Andros. Kali itu Kira mengabaikan Dean. ”Ndros, belajar nari yuk!” ajak Kira begitu melihat sekelompok orang yang sedang berkumpul dan menari di salah satu sudut ruangan yang sedang dimasukinya. Andros melongo sejenak sebelum menolak mentahmentah usul Kira. ”Yah, nggak seru ah... Ya udah, kita lihat pameran seni di sana aja,” ajak Kira sambil berjalan duluan tanpa menunggu Andros karena dia mencoba menghindari Dean yang menghampirinya. Kira terus berpura-pura amat tertarik dengan semua yang ada di sana. Sebenarnya, Kira memang tertarik dengan pemandangan Ubud, namun ia agak melebihlebihkannya dengan memperhatikan sesuatu secara mendetail dan lama. Semua dilakukannya untuk menghindari Dean. Nggak mungkin kan, Dean memaksa ngajak Kira bicara di tengah puluhan orang? *** Di perjalanan, baik perjalanan ke bandara maupun www.facebook.com/indonesiapustaka


121 saat di Bandara Ngurah Rai, Kira kembali terdiam. Bahkan di dalam pesawat pun Kira cuma bicara sedikit. Andros sengaja memilih kursi di sebelah Kira. Cewek itu tahu, hal itu membuat Dean gusar. Begitu sadar bukan dirinya yang akan duduk di samping Kira, wajah Dean cemberut tak keruan. Sampai rombongan tiba di Bandara SoekarnoHatta, Kira belum menampakkan tanda-tanda ingin bicara pada Dean. Saat Dean mendekatinya, Kira pura-pura sibuk berbicara dengan Andros dan lainnya tanpa menoleh sedikit pun pada Dean. Waktu Andros menyorotkan kamera, dengan sangat enggan Kira tersenyum pada Dean dan mengucapkan salam perpisahan. Begitu Andros mematikan kamera, wajah Kira kembali datar dan sibuk mengurus kopernya. ”Ra, gue mau ngomong bentar,” kata Dean gigih pada Kira yang tengah mengatur barang-barangnya. ”Ra, gue....” Ucapan Dean terhenti karena panggilan Jimmy yang menyuruhnya bergegas. Dean mengumpat pelan sekilas. Kira dapat menangkap raut kebingungan di mata cowok itu. Untuk sesaat, hanya untuk sesaat, dia melihat ada guratan hitam di bawah mata Dean sebagai tanda kekusutan cowok itu. Kira sempat yakin ia telah melakukan kesalahan dengan membenci cowok yang sempat membuat hatinya berbunga-bunga. Namun ketika otaknya kembali www.facebook.com/indonesiapustaka


122 normal, Kira mengenyahkan semua perasaannya, kecuali perasaan benci pada Dean. ”Suatu hari, gue akan jelasin semua ke lo. Gue janji. Gue nggak seburuk yang lo pikir,” tegas Dean. Keengganan Dean untuk meninggalkan Kira terlihat amat jelas, namun ia tak punya pilihan lain kecuali mengikuti manajernya. Dengan wajah diliputi kecewa, Dean meninggalkan Kira. ”Kalau dipikir-pikir, kasian juga ya Dean. Sudah capek seperti itu, masih ada shooting yang harus dilakukannya,” kata Mbak Teti yang entah kapan berada di samping Kira. Kira mengangguk lemah. ”Ya sudah, sekarang kita pulang. Makasih ya kerja sama kamu selama ini. Moga-moga kita bisa sering ketemu, Kira,” kata Mbak Teti sambil membantu membawakan tas Kira ke mobil yang sudah disiapkan untuk mereka. *** ”Kira, suer, gue kangen banget sama lo! Waktu nggak ada lo, anak-anak malah jadi suka ngerjain gue. Kalau ada lo, kan lo yang biasa dikerjain,” sembur Cecil saat Sandra, Aura, dan Kira berkumpul di kantin sekolah hari itu. www.facebook.com/indonesiapustaka


123 ”Ye, ngaco lo, Cil! Nyesel gue bawain oleh-oleh buat kalian!” kata Kira pura-pura marah. ”Tapi, oleh-oleh elo kok nggak seperti harapan kami, Ra? Yang kami mau kan foto dan tanda tangan Dean,” protes Aura yang diiyakan Cecil. Kira merengut ketika nama Dean disebut-sebut. ”Jangan ngomongin orang itu!” seru Kira pedas. Aura menatapnya penuh arti. ”Bukannya beberapa hari lalu lo bilang lagi jatuh cinta sama tuh orang? Jadi, apa yang membuat lo berubah gini?” tanya Aura tanpa basa-basi. Cecil dan Sandra menatap Kira dengan penasaran. Mereka sama ingin tahunya dengan Aura. Kira menghela napas. ”Gue lagi nggak minat cerita sekarang, tapi gue janji, lain kali pasti gue cerita. Udah ah, sekarang anterin gue ke tempat kerja gue ya.” Sebenarnya Aura masih penasaran dengan jawaban Kira, namun ia ikut berdiri begitu melihat sahabatnya berdiri. Begitu pula Cecil dan Sandra. Tanpa banyak cakap, Aura mendekati gerobak bakso untuk membayar pesanan mereka, lalu bergabung kembali dengan sahabat-sahabatnya. Mereka berempat berjalan menuju tempat mobil Aura diparkir sambil bercanda. Saat hampir sampai, tiba-tiba Cecil berhenti. Aura, Kira, dan Sandra menoleh ke arah Cecil. www.facebook.com/indonesiapustaka


124 ”Lo kenapa?” tanya Kira panik. Cecil nggak menjawab, melainkan menatap lekatlekat ke arah depannya. ”Sumpah, gals, tuh orang cakep banget.” Kira, Aura, dan Sandra mengikuti pandangan mata Cecil. Begitu tahu hal yang membuat Cecil berhenti, Kira menautkan alisnya heran dengan setengah melongo. Sesosok cowok yang sedang celingukan tersenyum kepadanya. Tanpa ragu, cowok itu berjalan mendekati Kira dan teman-temannya. Tanpa mengalihkan pandangannya pada cowok itu, Kira mendengar Cecil berteriak kecil dengan panik dan senang, ”Dia ke sini, gals!” Tanpa diberitahu pun, semua bisa melihat cowok itu berjalan ke arah mereka. Namun, beberapa meter sebelum si cowok mendekati Kira, seorang cewek menabraknya hingga buku-buku cowok itu terjatuh. Cewek itu setengah berlutut mengambil bukunya yang terjatuh sementara si cowok ikut membantunya. Kira menoleh ke arah sahabatnya sambil tersenyum jijik. Sahabatnya yang lain, kecuali Cecil, juga tersenyum sinis. ”Si Delia sengaja, gals. Astaga, baru tahu gue cara dia berkenalan dengan cowok,” gumam Cecil gusar. Kejadian barusan jelas disengaja. Kira heran setengah mati melihat Delia melakukan trik seperti itu. Kira melihat si cowok memberikan buku-buku ke www.facebook.com/indonesiapustaka


125 tangan Delia, lalu langsung bergegas meninggalkannya, bahkan sebelum Delia sempat mengucapkan terima kasih. Kira tersenyum ketika melihat tampang tak percaya Delia saat menoleh dan mendapati cowok yang tadi sengaja ditabraknya tengah berjalan ke arah Kira. Delia sebenarnya cantik, di atas rata-ratalah. Dia terkenal karena ikut tim cheerleader yang notabene merupakan kumpulan gadis-gadis paling ”wah” di sekolah mereka. Namun entah mengapa, Delia merasa tersaingi anggota geng Kira. Itu terlihat dari kesinisan Delia pada mereka berempat. Sebenarnya sih tidak mengherankan juga. Anggota cheerleader memang cantik-cantik, tapi belum ada yang mengalahkan kecantikan Aura. Selain cantik, Aura yang cool membuat banyak cowok mengejarnya dan bukan mengejar anggota tim cheerleader ataupun Delia. Kira pun demikian. Memang kecantikan Kira tidak seperti Aura, tapi kemampuannya membawa acara membuatnya menjadi satu-satunya MC di setiap acara yang diadakan sekolah. Cecil dan Sandra juga bukan termasuk cewek ”biasa” di sekolah itu. Cecil terkenal karena kemampuan menulisnya, sedang Sandra dengan prestasi akademis yang selalu di atas rata-rata. www.facebook.com/indonesiapustaka


126 Mereka berempat bergabung dan menjadi sahabat kental. Tanpa mereka mau, mereka sedikit menyaingi tim cheerleader. Mungkin itulah yang membuat Delia gusar dan benci setengah mati pada mereka. Untuk saat itu, Kira-lah sasaran iri hati Delia, karena cowok yang baru saja ingin digaetnya lebih tertarik menemui Kira daripada berbasa-basi padanya. ”Hai, Ra,” sapa Andros sambil tersenyum begitu tiba di hadapan Kira. Kira ikut tersenyum dengan dua alasan. Pertama, karena ia senang bisa bertemu kembali dengan Andros. Kedua, ia geli membayangkan keterkejutan Cecil saat tahu Andros mengenal Kira. ”Hai juga, Ndros. Kebetulan lewat atau sengaja mau ketemu gue?” goda Kira. Andros tersenyum malu. ”Dua-duanya.” Kedua alis Kira bertaut. ”Apa?” ”Eh, mmm... Gue lagi lewat sini dan tiba-tiba inget lo sekolah di sini.” Kira mengangguk mengerti. ”Oh iya, Ndros, kenalin. Ini sahabat-sahabat gue. Itu Cecil, Aura, dan ini Sandra.” Andros menyalami mereka satu per satu sambil tersenyum. Kira semakin geli saat melihat Cecil yang hampir tak bisa bicara saat bersalaman dengan Andros. www.facebook.com/indonesiapustaka


127 ”Ra, ada yang mau gue omongin sama lo. Lo mau kan pulang sama gue?” ajak Andros begitu selesai berkenalan dengan teman-teman Kira. ”Gue nggak langsung pulang, Ndros. Gue kan harus siaran.” ”Gue anterin deh. Gue lagi free hari ini. Mau, ya?” Kira menimbang sejenak. Lalu menoleh ke temantemannya. ”Udah, Ra, pergi aja. Lumayan, kan? Paling nggak, gue bisa absen nganterin lo hari ini,” kata Aura manis. Kira memukul pelan pundak Aura, lalu mengangguk setuju pada Andros. ”Naik motor nggak pa-pa kan, Ra?” ”Nggak masalah. Tapi gue nggak bawa helm, Ndros.” ”Gue udah siapin...” Kira menatap Andros curiga, lalu tersenyum lebar. ”Dan lo bilang tadi kebetulan ke sini?” gumamnya, menyindir Andros yang tersipu. www.facebook.com/indonesiapustaka


128 DERING telepon terdengar cukup lama sebelum Kira dengan rambut terbungkus handuk bergegas keluar dari kamar mandi dan cepat-cepat mengangkat telepon. ”Halo,” sapa Kira terengah-engah. ”Ra, gue lupa bilang ke lo tadi. Acara lo bakal mulai ditayangin minggu depan,” sapa Andros cepat. Bingung harus menjawab apa, Kira hanya mengiyakan perkataan Andros. ”Mmm, itu aja kok yang gue mau omongin. Elo cepet tidur, ya. Tidur yang nyenyak, Ra.” Kira menunggu Andros menutup teleponnya, baru ia mematikan ponselnya. Akhir-akhir ini Andros memang bersikap agak aneh padanya. Hari-hari terakhir mereka di Bali, Andros menunjukkan perhatian yang agak berlebihan. Setelah pulang, Andros malah Bab 8 www.facebook.com/indonesiapustaka


129 tiba-tiba muncul di sekolahnya dan rela menunggui Kira siaran sebelum mengantarnya pulang. Yang mem- buat Kira tak tenang hanyalah kekakuan Andros saat bicara padanya. Padahal, sebelumnya Andros tak pernah bersikap seperti itu pada Kira. Kayaknya nggak mungkin deh Andros suka gue, batin Kira sambil melepas lilitan handuk dari kepalanya dan melemparkannya begitu saja ke ranjang. Tanpa memedulikan rambutnya yang belum tersisir, Kira menyalakan komputer dan mengambil kamera dari laci. Dengan cepat, diraihnya kabel dan ditransfernya seluruh foto dari kamera ke komputer. Wajah Kira langsung membeku saat melihat foto dirinya dengan Dean. Hampir sebagian besar foto menampilkan dirinya dan Dean dalam berbagai pose. Di foto terlihat pancaran kebahagiaan mereka berdua. Hati Kira tiba-tiba pedih. Rasanya ingin menangis saat mengingat semua yang dilakukan Dean semata-mata hanya untuk kepentingan image cowok itu. Padahal Kira sudah mulai menyukai Dean… Ah, bukan hanya suka. Ia sudah jatuh cinta… Sebelum air matanya merebak, Kira segera menutup komputer. Niat awal untuk mengedit hasil jepretannya, lenyap entah ke mana. Kira merebahkan diri di kasur empuk. Kenapa dia nggak ngehubungin gue? pikir Kira yang langsung membantahnya sendiri. Gila, untuk apa gue www.facebook.com/indonesiapustaka


130 mikirin cowok kayak dia? Kalaupun dia berlutut minta maaf ke gue, belum tentu bakal maain dia! janji Kira pada dirinya sendiri. Kira meremas kesal guling di pelukannya. Dia tahu, sekalipun bertekad seperti itu, jika Dean benar-benar berlutut padanya, Kira tak yakin tidak akan memaafkan cowok itu… Kira bangkit dari tempat tidur, lalu meraih handuk kembali. Sambil berusaha mengenyahkan bayangan Dean dari kepalanya, Kira mengeringkan rambut dan berusaha tidur hingga akhirnya terlelap dua jam kemudian. *** ”Oke, sekarang cepet lo cerita tentang cowok itu. Lo udah bikin anak-anak penasaran, tahu! Pake acara nggak angkat HP segala semalam,” protes Aura saat Kira masuk ke mobilnya pagi itu. Kira tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. ”Pantes lo tiba-tiba nelepon dan maksa jemput gue pagi ini. Tapi untung juga sih, kebetulan nyokap gue juga nggak bisa anterin gue.” ”Intinya aja deh, Ra!” potong Cecil yang sama nggak sabarnya dengan Aura perihal Andros. ”Dia kameramen yang sempet lo bilang cakep itu, kan? Gimana ceritanya dia bisa jemput lo? Ada yang belum lo ceritain ke kami, ya?” sembur Aura sambil www.facebook.com/indonesiapustaka


131 melirik Kira dan melepaskan pandangannya sejenak dari jalan yang ada di hadapannya. ”Sabar dikit dong! Iya, dia kameramen yang gue ceritain. Nggak tahu juga kenapa dia jemput gue kemarin. Gue sama terkejutnya kayak kalian tentang itu,” jawab Kira sambil memasang safety belt dan mengatur posisi yang enak untuk duduk. ”Jadi, selama di Bali lo bergumul sama dua cowok cakep? Gila, gue juga mau seberuntung lo, Ra!” sambung Cecil bersemangat. Kira tiba-tiba manyun. ”Satu, Cil. Yang satu lagi bukan keberuntungan, tapi musibah.” Kira akhirnya menyerah dan menceritakan semua yang belum sempat dituturkannya pada teman-temannya. ”Ya ampun, Kira, gue pikir ada apa... Sebenernya yang dilakukan Dean wajar kok. Lo aja yang ngebesar-besarin,” kata Aura tenang. ”Nggak gitu, Aura. Dia... Dia udah bohongin dan mempermainkan gue. Tindakannya bener-bener bikin orang salah sangka. Harusnya dia nggak perlu seekstrem itu. Ngajak orang lihat sunset, sunrise, bawain dessert. Dia nggak seharusnya gitu,” keluh Kira memelas. Aura, Cecil, dan Sandra terdiam mendengar keluhan Kira. Setelah Kira selesai bicara, suasana menjadi hening hingga hanya suara AC mobil yang terdengar. www.facebook.com/indonesiapustaka


132 ”Ra, lo suka ya sama Dean?” tanya Aura memecah kesunyian. Kira cepat-cepat menatapnya. ”Barusan emang gue ngungkapin pernyataan cinta, apa?” Cecil menambahkan omongan Aura ketika melihat Kira melotot, ”Soalnya kalau nggak suka, seharusnya lo nggak perlu semarah tadi. Yang dilakuin Dean wajar kok. Sudah selayaknya bintang idola menyenangkan fans. Toh tanpa fans, mereka bukan apa-apa.” ”Kalian ini sebenernya temen siapa sih?” omel Kira. ”Gue nggak suka Dean, oke? Kalau gue mempermasalahkan sikap dia ke gue, itu semata-mata karena gue nggak suka orang munaik. Kalau memang dia nggak suka gue, bilang terus terang. Nggak perlu pura-pura kayak gitu. Gue juga nggak butuh kok kepura-puraannya. Gue lebih suka dia biasa-biasa aja ke gue, tapi itu bener-bener murni perasaannya.” Aura, Cecil, dan Sandra hanya mengangguk pasrah. Mereka tahu, nggak ada gunanya mengajak Kira berdebat sekarang. Mereka memahami latar belakang yang membuat Kira jadi sangat keras kepala.... *** ”Gals, please, jangan berisik!” kata Kira pada temantemannya sembari membalik catatan yang ada di hadapannya. Setelah istirahat usai, dan itu artinya www.facebook.com/indonesiapustaka


133 hanya sekitar sepuluh menit lagi, Kira harus menghadapi ulangan kimia. Celakanya, Kira belum sempat membaca seluruh catatannya. Semalam ia menemani Andros mencari peralatan kamera hingga lupa waktu. Setelah itu, bukannya menyelesaikan belajar, ia malah tertidur! Aura, Cecil, dan Sandra terpaksa diam sejenak dan memberi kesempatan pada Kira untuk mempelajari catatannya. ”Makanya, lain kali jangan pacaran melulu!” kata Cecil sambil menyuapkan sebutir bakso ke mulut Kira. Tentu Kira tak berkomentar. Ia sudah setengah putus asa melihat catatannya. Untung juga Kira terbiasa tekun mendengarkan penjelasan gurunya, jadi kalau ada masalah seperti itu, dia tidak blank sama sekali. ”Sudah, biar Kira belajar dulu deh!” kata Aura merasa kasihan melihat sobatnya. Kira mencoba kembali berkonsentrasi pada catatannya. Es jeruk yang ada di hadapannya belum disentuhnya sama sekali. Ketika sedang membalik buku catatan untuk kesekian kali, tiba-tiba seseorang menyenggolnya dan menumpahkan cairan oranye ke rok Kira. Kira releks berdiri. Begitu pula dengan teman-temannya yang sama terkejutnya dengan Kira. ”Sori, gue nggak sengaja. Lagian, kantinnya penuh banget,” kata Delia sinis. Kira melirik Delia dan www.facebook.com/indonesiapustaka


134 roknya secara bergantian. Hanya melihat raut wajah Delia sekilas, Kira langsung tahu cewek itu sengaja. ”Mau apa sih lo?” tanya Kira kesal. Belum selesai masalah ulangan susulannya, sekarang harus ditambah masalah rok basah. Menyebalkan! ”Aih, Ra, gue kan nggak sengaja. Jangan curiga gitu dong!” balas Delia keras. Kira memandang sekeliling. Astaga, rupanya suara keras mereka sudah menarik perhatian pengunjung kantin! Kayaknya seisi sekolah sudah tahu deh ketidakakuran Delia dan Kira cs, makanya begitu ada tontonan gratis kayak begini, mereka bukan melerai, malah antusias menonton. ”Ya ampun, Delia! Segitu irinya lo sama Kira, sampai-sampai pakai cara kotor kayak gini? Kenapa, lo marah karena Andros sama sekali nggak minat ngelihat lo waktu lo pura-pura jatuhin buku di hadapannya? Marah karena dia lebih milih ngedeketin Kira, bahkan sebelum lo sempet ngomong thank you? Atau tambah jengkel karena lo gagal lagi cari perhatiannya pas Andros jemput Kira di sekolah? Ck ck ck, malu-maluin aja sebagai cewek!” kata Cecil dengan agak emosi. Kira, Aura, dan Sandra menatap Cecil dengan setengah kagum. Mereka nggak menyangka Cecil memperhatikan hal sekecil itu. www.facebook.com/indonesiapustaka


135 ”Elo... Elo jangan sembarangan omong, ya!” kata Delia gelagapan. Cecil melangkah mendekati Delia. ”Emang kenapa? Ada yang salah dengan perkataan gue? Pengecut, bisanya cuma main kotor kayak gitu! Yang sehat dong kalau mau bersaing. Kalau kalah ya terima. Nggak sportif banget,” tantang Cecil. Delia kelihatan bingung. Namun demi mempertahankan harga dirinya di hadapan semua anak yang tengah menatap mereka, Delia menatap Kira dan meledek, ”Elo bisu, ya? Kenapa pake bodyguard segala sih?” Sejujurnya, Kira yang sudah sebal jadi bertambah sebal mendengar komentar Delia. Namun, dia purapura tersenyum lebar. Sambil bergerak kalem, Kira mengambil es jeruk yang belum disentuhnya, lalu menyiramkannya pada Delia. ”Elo minta gue ngomong, kan? Sekarang gue ngomong... Itu tadi buat omongan nggak sopan lo! Cecil sahabat gue, bukan bodyguard gue. Cewek kayak lo nggak pantes ngeritik gue ataupun sahabat-sahabat gue. Sekali lagi lo cari perkara, bukan cuma es jeruk yang bakal nongkrong di wajah lo!” kata Kira kesal. Aura, Cecil, dan Sandra tersenyum senang melihat Delia yang menyumpah-nyumpah. Kira yang ogah terpancing ulah Delia bergegas meninggalkan kantin yang penuh celotehan anak-anak. Tanpa dikomando, sahabat-sahabatnya mengikuti. www.facebook.com/indonesiapustaka


136 ”Ada-ada aja. Dasar cewek nggak tahu diri! Kalau nggak lagi pusing sama ulangan, gue bisa bikin dia lebih malu lagi!” omel Kira sambil menyeka roknya dengan air wastafel saat ketiganya berada di toilet. ”Ha ha ha...! Hari ini Kira dan Cecil cool banget. Gue masih nggak bisa berhenti ketawa ingat ekspresi Delia waktu Cecil mencecarnya tentang Andros. Tapi, Cil, lo tahu dari mana sih?” tanya Aura mulai penasaran. Cecil tersenyum nakal. ”Gue cuma asal ngomong kok. Gue nggak nyangka aja Delia tengik benarbenar salah tingkah kayak tadi,” jawabnya santai. Kira dan Aura tertawa terbahak-bahak. Pintar juga sahabatnya yang satu ini. ”Eh, Ra, kalau dipikir-pikir, mungkin Delia sengaja nyiram lo pake air jeruk soalnya dia tahu lo belum mandi,” canda Cecil. Kira langsung mencipratkan air ke wajah Cecil sambil mengomel tak keruan. Cecil dan Aura masih tertawa saat Sandra datang membawa rok ganti untuk Kira yang dibelinya di koperasi sekolah. ”Ada apa sih?” tanya Sandra heran melihat para sahabatnya tertawa ramai. ”Itu, si Delia ternyata tahu Kira belum mandi, makanya dia nyiram Kira pake air jeruk.” Sandra membelalak. ”Hah? Jadi lo nggak mandi pagi, Ra?” Aura dan Cecil tambah tertawa. Kira jadi mencak- www.facebook.com/indonesiapustaka


137 mencak. ”Ya nggak mungkinlah, San. Elo mau aja dikibulin cewek aneh ini.” Tanpa menggubris Cecil dan Aura yang masih belum bisa berhenti tertawa, Kira mengambil rok dari tangan Cecil, lalu bergegas masuk ke salah satu bilik toilet. ”Oh ya, gals, hari ini Andra bakal datang lho ke studio gue. Gue bakal berdua sama dia selama siaran. Asyik, kan?” kata Kira waktu dirinya keluar dari kamar mandi. ”Andra gitaris itu? Wuih, lumayan tuh... Kalau gitu, hari ini gue siap kok jadi sopir lo,” tawar Aura bersemangat. ”Nggak usah, Ra, hari ini lo boleh cuti,” cibir Kira setengah bercanda. ”Andros yang mau jemput gue. Gue udah nolak, tapi dia ngotot. Ya udah, daripada nggak enak, gue iyain deh,” lanjut Kira sambil melipat rok basahnya. ”Si Andros suka lo ya, Ra? Kok dia kayaknya bela-belain lo banget?” tanya Aura penasaran. Kira menggeleng cepat. ”Nggak mungkin dia suka gue.” ”Karena lo jelek, menjengkelkan, cerewet, dan keras kepala?” goda Aura. Kira membelalak menatap Aura. ”Karena gue sama dia baru kenal. Nggak mungkin dia bisa suka secepat itu.” www.facebook.com/indonesiapustaka


138 Aura tertawa dan setengah mencibir. Walau tidak jelas, Kira yakin Aura menggumamkan nama Dean dengan santainya. Kira berkata dalam hati, Memang bukan hal yang nggak mungkin Andros jatuh hati padanya secepat itu. Toh dia juga jatuh hati pada Dean hanya beberapa jam setelah Dean ”berubah”. ”Oke, gimana kalau masalah ini kita bahas nanti saja? Waktu gue udah kesita cewek cheers satu itu, dan gue nggak mau tersita lagi sama obrolan nggak penting kayak gini,” kata Kira berusaha mengalihkan pembicaraan. Namun, baru saja Kira menutup mulut, bel masuk berbunyi nyaring. Cecil, Sandra, dan Aura tersenyum kecut mendengar Kira menjerit panik sambil berusaha menyerap catatan kimianya untuk terakhir kali. *** ”Ra, gue ada urusan bentar di deket-deket sini, jadi gue nggak tungguin lo ya. Tapi gue pasti jemput lo lagi kok. Kalo gue telat, lo tungguin bentar. Nggak pa-pa, kan?” kata Andros saat menurunkan Kira di depan Blue Station sore itu. ”Nggak masalah, Ndros. Lagian hari ini ada bintang tamu di acara gue, jadi malah mungkin gue yang keluar agak telat,” balas Kira sambil tersenyum. ”Ya udah, nanti gue tunggu kalau gue yang selesai www.facebook.com/indonesiapustaka


139 duluan. Udah gih, masuk sana. Nanti telat. Good luck ya, Ra.” Kira mengangguk, lalu berjalan mundur menjauhi Andros. ”Sampai nanti,” kata Kira sebelum berbalik dan masuk ke Blue Station. *** Kira tengah menyiapkan headphone dan peralatan lain saat seseorang memasuki studio. Tanpa menoleh, Kira berkata pelan, ”Dimas, gue mau minta tolong. Kalau si Andra dateng, lo suruh dia langsung masuk aja, ya. Gue lagi ngeberesin barangbarang ini, soalnya lo juga sih, habis siaran main tinggal aja. Beresin dulu kek.” Karena nggak ada tanggapan, Kira menghentikan kegiatan beres-beresnya sejenak untuk menoleh ke arah pintu masuk. Betapa kagetnya dia saat melihat Dean berdiri di sana. ”Elo ngapain ke sini?” tanya Kira kasar, bahkan nyaris membentak. Dean tersenyum lemah. ”Ada yang bisa gue bantu?” tanyanya ramah. ”Gue tanya, ngapain lo ke sini?” Dean nggak menjawab, malah kembali berkata, ”Kalau ada, jangan sungkan, bilang aja. Kalau gue bisa bantu, gue bantu.” www.facebook.com/indonesiapustaka


140 Kira menatap Dean dengan jengkel. ”Oke, kalau lo mau bantu gue, tolong segera keluar dari ruangan ini! Lo ganggu gue banget!” Dean tersenyum tipis. ”Kalau yang itu, gue nggak bisa bantu. Maaf.” ”Bintang tamu gue mau dateng dan gue nggak pingin lo ganggu acara gue!” ”Bintang tamu lo udah dateng. Bintang tamunya gue.” Kira nggak mengerti maksud kata-kata Dean. Tapi dia nggak perlu menunggu lama untuk mengerti. Pintu kembali terbuka dan kali ini Doni yang menjulurkan kepala ke dalam. ”Ra, Andra berhalangan hadir. Hari ini Dean yang jadi bintang tamu. Katanya dia sudah datang, tapi...” Doni menghentikan kata-katanya saat melihat Dean. Sambil tersenyum, ia mendekati Dean dan mengucapkan selamat datang dengan ramah. ”Wah, kebetulan kalian sudah siap. Ya sudah, gue pamit dulu deh. Kalian silakan siap-siap,” kata Doni sambil meninggalkan studio. Begitu pintu ruangan ditutup, Dean berjalan mendekati Kira. ”Ra, lo harus dengerin gue. Peristiwa waktu itu benar-benar salah paham, Ra. Lo jangan marah lagi ya sama gue. Gue mau…” ”Dean, kalau lo mau ngebahas masalah pribadi, tolong jangan sekarang. Gue butuh waktu buat siap- www.facebook.com/indonesiapustaka


141 siap dan ngecek segalanya. Lo mending duduk, diam, dan jangan ganggu gue,” kata Kira sambil mencoba menetralkan perasaan benci, marah, sekaligus senang karena kedatangan Dean yang hampir seminggu ini tidak dilihatnya. www.facebook.com/indonesiapustaka


142 ”SELAMAT sore semua penggemar Kira di Blue Station 103,33 FM. Setelah 24 jam nggak ngedengerin suara Kira, akhirnya kamu-kamu bisa ngedengerin suara merdu Kira lagi. Ha ha ha, kelihatan banget ya Kira emang orang yang paling narsis di sini. Doni aja ngaku kalah tuh!” sapa Kira yang harus berusaha keras menenangkan hatinya karena Dean terus memandanginya lekat-lekat. ”Seperti janji Kira kemarin, hari ini Kira menghadirkan bintang tamu yang oke punya. Memang sih, kemarin Kira janji bakal ngehadirin Andra, tapi karena Andra berhalangan, dia nggak bisa deh nemenin kita di sini. Jangan khawatir. Bintang tamu yang Kira siapin buat ngegantiin Andra nggak kalah oke kok. Bagi kalian cewek-cewek, pasti bakal histeris kalau ngedenger suaranya. Udah penasaran Bab 9 www.facebook.com/indonesiapustaka


143 sama bintang tamu Kira? Oke deh, Kira kenalin ke kalian setelah lagu yang satu ini. Dari Ungu.” Kira melepas headphone dan berpura-pura sibuk dengan peralatan di depannya. Itu terpaksa dilakukannya karena Kira nggak mau Dean mengajaknya bicara. ”Ra, gue tahu dari tadi lo sengaja ngutak-ngatik alat itu biar nggak perlu ngomong sama gue. Nggak perlu begitu, Ra. Gue pasti akan ngomong ke lo walaupun bukan sekarang. Jadi lo nggak usah pura-pura sibuk di depan gue. Biasa aja,” kata Dean agak jengkel. Kira malu juga dibilang seperti itu. Ia memakai headphone kembali dan memilih mencorat-coret kertas yang ada di hadapannya daripada harus menatap Dean—yang ia tahu—sedang memandanginya tajam. ”Oke, guys, balik lagi sama Kira di sini. Nah, seperti janji Kira tadi, Kira bakal kenalin bintang tamu kita. Tapi, nggak seru ah kalau langsung Kira kasih tahu. Jadi, sekarang kita main tebak-tebakan berhadiah dulu. Bintang tamu kita sebentar lagi akan mengeluarkan suara kerennya dan kamu-kamu yang ada di rumah silakan dengerin, cermatin, lalu telepon ke sini untuk menyebutkan nama bintang tamu kita hari ini. Tiga penelepon pertama yang berhasil menjawab dengan benar akan Kira kasih hadiah yang menarik,” cerocos Kira. ”Yang mau telepon, seperti biasa, di www.facebook.com/indonesiapustaka


144 nomor 542664XX. Nah, sekarang untuk Mr. X, silakan perdengarkan suara kerenmu...” ”Ha ha, thanks, Kira. Waduh, Ra, kira-kira ada nggak ya yang bisa ngenalin suara gue?” sapa Dean tanpa melepaskan tatapannya dari Kira. Kira terus mencari objek lain untuk dipandang guna menghindari tatapan Dean yang membuatnya salah tingkah. ”Pasti bisalah. Kalau fans sejati, pasti bisa ngenalin suara lo. Oke, sambil nunggu telepon masuk, kita ngobrol aja deh. Gimana nih kabar aktor kita satu ini?” ”Baik. Sekarang sedang banyak kerjaan, jadi mudah capek. Tapi, secara keseluruhan gue baikbaik aja. Lo sendiri?” ”Waduh, kok jadi tanya balik? Kan gue yang lagi wawancara lo. Ha ha ha... Tapi seperti yang lo lihat, gue juga baik kok. Lanjut lagi deh ke lo. Sekarang lagi sibuk apa?” ”Cuma sibuk shooting untuk beberapa sinetron kejar tayang.” ”Oh, gitu... Oke deh, kita break dulu, sepertinya ada telepon masuk nih. Kita angkat ya... Halo...” Suara yang sangat dikenal Kira segera menyapanya. ”Hai, Kira. Gue udah tahu siapa yang jadi bintang tamu lo hari ini.” Kira menimbang sejenak sebelum berbicara. ”Aura, ya? Buset, mimpi apa ya gue semalem? Perasaan se- www.facebook.com/indonesiapustaka


145 lama gue siaran nggak pernah sekali pun lo nelepon gue...” ”Ya jelas karena daya pikat bintang tamunya lah. Kalau bintang tamunya bintang favorit gue, walau lagi sibuk pun, gue pasti sempetin telepon.” ”Sahabat yang aneh... Oh ya, sebelumnya mungkin Kira perlu ngomong dulu nih sama semua. Yang lagi telepon ini namanya Aura. Dia temen satu geng Kira. Namun, sumpah, Kira nggak KKN lho waktu nerima teleponnya. Kira juga kaget kenapa bocah satu ini bisa gampang banget telepon ke sini. Padahal biasanya susah banget kalau mau telepon ke acara gue.” ”GR! Ah, udah deh. Elo mau tahu jawaban gue nggak sih?” protes Aura. ”Iya, ngomong deh sekarang. Menurut lo, siapa bintang tamu gue ini?” ”Nggak mungkin salah. Pasti Dean Christian, kan? Gue hafal banget suaranya.” ”Gue nggak bakal bilang bener atau salah sekarang, tapi gue kasih lo kesempatan buat tanya-tanya ke orang yang lo pikir Dean. Silakan, Aura...” ”Dari tadi gue maunya juga gitu, Kira. Ha ha ha... Oke deh. Dean, gue mau nanya. Sebenernya, cewek idaman lo kayak apa sih?” ”Wah, wah, baru pertanyaan pertama udah panas nih!” Dean tertawa renyah. www.facebook.com/indonesiapustaka


146 Sempat melirik di saat Dean tertawa membuat Kira menyesal. Jantungnya langsung berdetak kencang. ”Cewek idaman, ya? Kayak apa ya? Mmm... yang kayak Kira deh. Orangnya rame, nggak jaim juga. Bisa cerewet sama siapa aja dan supel sama orang,” jawab Dean sambil tersenyum lembut pada Kira. Kira tersipu. Tapi ketika teringat kembali bahwa Dean mungkin sedang berpura-pura ketika bicara seperti itu, Kira kembali bersikap dingin. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan suara riang. ”Waduh, sebentar lagi gue nggak bisa keluar dari studio nih. Bayangin, aktor besar kayak lo ngidolain cewek kayak gue!” kata Kira sambil menatap kertas di depannya. ”Yeee, jangan GR dulu, Ra,” celetuk Aura. ”Kan yang diidolain cuma tipe cewek kayak lo, bukan lo... Oke deh, Dean, pertanyaan kedua. Sekarang, apa lo udah nemuin cewek idaman lo itu? Kalau belum, siapa tahu gue bisa daftar. Ha ha ha...!” Dean ikut tertawa, lalu terdiam sejenak. ”Wah, susah juga nih jawabnya. Mmm, mungkin sudah, mungkin belum. No comment dululah.” ”Jawaban aman tuh. Oke deh, Aura, kayaknya gue harus adil sama penelepon lain. Lo tutup dulu ya, gantian sama yang lain.” ”Oke, tapi besok lo nggak bakal selamet karena ngerahasiain Dean hari ini.” www.facebook.com/indonesiapustaka


147 Kira hanya menanggapi dengan tertawa getir. ”Besok gue bakal ngehindarin lo deh,” gurau Kira sambil mengangkat telepon yang kembali berdering. Telepon kedua tersambung dengan remaja SMP yang ngotot bahwa bintang tamu hari itu adalah Andra. Kira sampai setengah jengkel meyakinkan gadis itu. ”Oke deh, kalau begitu sabar aja. Setelah satu telepon lagi, Kira bakal ngasih tahu siapa bintang tamu kita hari ini. ”Oke, penelepon terakhir nih. Halo...,” sapa Kira sekian detik setelah menutup telepon remaja SMP tadi. ”Hai, Kak Kira. Masih inget aku?” sapa penelepon ketiga hari itu. Kira memutar otaknya sejenak dan berusaha mengingat-ingat, ”Ah, pasti Nindi dari SMAN 1, ya? Oke, apa jawabannya, Di?” ”Dean Christian.” ”Kok bisa yakin, Di?” ”Habis, setiap hari denger suaranya sih di TV.” ”Oke deh. Terus Nindi punya pertanyaan nggak buat cowok yang kamu pikir Dean?” ”Mmm, apa ya? Lanjut pertanyaan Aura deh. Kak Dean udah punya cewek belum?” Dean menjawab sambil menggoda, ”Maunya gimana?” www.facebook.com/indonesiapustaka


148 ”Yah, kok malah tanya balik, Kak? Nindi kan mau tahu.” ”Iya deh.. Kalau sekarang, belum punya...” Kira mendengarkan dengan amat cermat walaupun tampangnya sama sekali tak menunjukkan hal itu. ”Kalau gitu, udah ada calonnya belum?” Dean tertawa. ”Calon gimana maksudnya? Calon pacar? Wah, gimana ya? Mmm, nggak tahu juga kalau itu. Tapi yang jelas, kalau orang yang disukai memang ada sih.” Hati Kira mencelos mendengar pengakuan Dean. Apalagi saat mengatakannya, Dean menatapnya lekatlekat. Entah apa maksudnya. Tiba-tiba Kira jadi tidak bersemangat. Kenyataan bahwa Dean telah menyukai seseorang membuatnya terpukul. Ia sudah hilang harapan. Kira, lo gila, ya? Buat apa lo sedih gara-gara itu? Lo juga nggak suka kan sama Dean? Peduli apa dia mau punya calon pacar atau nggak? tegur Kira dalam hati. Tatapan Dean yang memandangnya sangat heran membuat Kira tersadar dari lamunannya. ”Kak Kira, kok Nindi dicuekin?” ”Ups, sori, bukan dicuekin, tapi kirain kamu masih mau ngobrol sama bintang tamu ini.” ”Udah selesai kok. Makasih ya, Kak.” www.facebook.com/indonesiapustaka


Click to View FlipBook Version