The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Novel Romance Repository, 2023-10-25 22:38:25

BALI TO REMEMBER

BALI TO REMEMBER

49 lo kayak tadi!” kata Kira setelah mengatasi kecanggungannya. Dean membuka mata dan menoleh ke Kira dengan santai. ”Apa gue minta terima kasih dari lo?” Dean tersenyum sinis dan kembali memejamkan mata. ”Pernah dengar yang namanya karma? Kalau gue boleh omong, yang tadi itu termasuk karma.” Kira ingin benar menampar cowok sombong itu. Tapi karena tak mungkin, Kira terpaksa memusatkan pikiran pada iPod-nya dan berusaha tidur. *** Matahari baru mulai bersinar saat Kira dan rombongan sampai di Lovina. Mereka bela-belain berangkat pagi karena selewat pukul tujuh jangan harap ada lumba-lumba yang muncul. Setelah bercuap-cuap sebentar di depan kamera Andros, Kira menyusul Mbak Heti dan yang lain ke tempat perahu. ”Aku sudah sewa perahu. Sekarang kita ke sana saja yuk, biar keburu lihat lumba-lumba dari dekat,” kata Tommi tak lama setelah kedatangan Kira, Andros, dan Dean. Meski masih mengantuk, begitu mendengar kata lumba-lumba, rombongan itu langsung tertarik dan bersemangat. Tapi, tetap saja nggak ada yang me- www.facebook.com/indonesiapustaka


50 ngalahkan semangat Kira. Dia memang suka lumbalumba. Nggak heran Kira kesenangan waktu tahu Pantai Lovina termasuk tujuan mereka di Bali. ”Kayak mau ketemu saudara aja!” bisik Dean yang berjalan di samping Kira. Nadanya sinis. Kira hanya melirik dan mencibir pada Dean, lalu mempercepat langkahnya. Lagi-lagi semua berpendapat, Kira harus bersebelahan dengan Dean. Buktinya, di perahu mereka telah menyediakan tempat khusus untuk keduanya. Dan, lagi-lagi Andros merekam adegan itu. Walaupun sedang tak berniat ramah atau berpura-pura akrab dengan Dean, Kira tak bisa menghindar. Ketika sampai di tengah laut, Kira asyik bermain dan memberi makan lumba-lumba sehingga lupa bersikap ketus pada Dean. *** ”Ini hari kedua Kira di Bali. Wow, Kira seneng banget karena hari ini main air terus. Kami baru aja meninggalkan Pantai Lovina. Karena masih pagi banget, kami bisa ngelihat lumba-lumba dari deket. Bagi yang belum tahu, Pantai Lovina sangat asri lho. Lumba-lumbanya banyak banget. Kalau pingin lihat mereka dari deket, kita cuma perlu nyewa perahu nelayan, lalu berlayar ke tengah. www.facebook.com/indonesiapustaka


51 ”Terus, tempat kedua yang bakal kami kunjungi adalah Air Sanih. Menurut legenda, di tempat itu ada permandian yang emang dikhususkan buat pasangan muda. Romantis banget, ya?” kata Kira sambil tersenyum ke arah kamera. Kira masih asyik bercerita pada Andros dan kameranya. Sebenernya sih Kira harus melibatkan Dean dalam percakapannya. Berhubung Kira masih dongkol karena peristiwa di mal semalam, dia jadi males ngomong sama Dean. Dean juga kelihatannya nggak keberatan nggak di-shoot kamera. *** Semangat Kira kembali saat dirinya tiba di Air Sanih. Kira memotret, kemudian mengenalkan Air Sanih pada Andros dan kameranya. Karena iseng, Kira diam-diam memotret Andros saat cowok itu tengah mengabadikan pemandangan di sekitar sana. Setelah dua kali tertangkap basah oleh Andros, baru Kira kapok dan tidak mencoba mencuri gambar Andros lagi. Kira melihat pemandangan dari kameranya. Begitu menangkap sosok Dean, cepat-cepat Kira mengarahkan kamera ke tempat lain. Tapi hanya untuk beberapa detik. Entah kenapa, Kira mengembalikan kamera ke posisi sebelumnya dan mengamati eks- www.facebook.com/indonesiapustaka


52 presi Dean yang sedang menikmati hawa sejuk. Kira merasakan debar jantungnya melonjak-lonjak. Raguragu, Kira mengabadikan pose Dean. Ini buat Aura dan yang lain, batin Kira lebih untuk menenangkan dirinya sendiri. Setelah puas memotret, Kira berjalan turun ke tempat permandian. Kebeningan air membuat Kira tergelitik untuk membasuh wajah. Suasana yang lengang semakin menguatkan niat Kira. Tanpa mengajak siapa pun, ia mengambil air dengan kedua tangan dan cepat-cepat membasahi wajahnya. Setelah merasa puas, Kira bangkit dan baru menyadari bahwa Dean juga melakukan hal yang sama. Hanya mereka berdua yang ada di tempat itu. Tak lama berselang, muncullah Mbak Teti dan Mbak Heti. Pasangan itu langsung menggulung lengan baju dan mulai menyiduk air. Andros masih membidik pemandangan di atas, sementara Tommi dan Jimmy sedang asyik mengobrol. Jantung Kira kembali berdebar cepat. Dengan kesal, ia memarahi dirinya sendiri. Tanpa memandang sekitarnya lagi, Kira berjalan cepat ke tempat Andros dan mulai berkonsentrasi membidik gambargambar yang indah untuk menambah koleksi fotonya. www.facebook.com/indonesiapustaka


53 KIRA dan rombongan kembali ke hotel dalam keadaan lelah. Seharian mereka berkeliling. Selain mengunjungi Pantai Lovina dan Permandian Air Sanih, mereka masih mampir ke Bedugul dan bermain sepuasnya di sana. Seperti biasa, Mbak Heti mendesak Dean dan Kira untuk bermain berdua, tapi Kira sudah lebih cerdik. Begitu tiba di sana, ia cepat-cepat menyewa berbagai jenis permainan air dan menghindari Dean maupun Mbak Heti dan Mbak Teti. Baru sekitar pukul 20.00 WITA rombongan itu sampai di hotel. Kira nggak punya alternatif lain kecuali segera tidur. Kalau dipikir-pikir, rasa puasnya hari itu cukup sebanding dengan lelahnya. ”Besok kita ke Sangeh, Garuda Wisnu Kencana, dan Pantai Jimbaran. Kita sekalian makan malam di sana. Sekarang istirahat saja, persiapan bertemu deBab 4 www.facebook.com/indonesiapustaka


54 ngan ’saudara’ besok!” canda Mbak Teti yang disambut senyuman anggota rombongan. Begitu tiba di kamar, Kira langsung mandi guna melenyapkan kotoran di tubuhnya. Karena kelelahan, sekalipun belum mengeringkan rambut, dia langsung tertidur pulas. *** Kira yang bangun paling pagi, tapi juga yang turun paling siang. Dari pagi Kira sudah mondar-mandir di kamar. Hanya dalam jangka waktu beberapa jam lagi dia akan bertemu dengan kera-kera Sangeh. Bukan apa-apa. Kira kecil pernah terjatuh dan amat ketakutan ketika merebut tas kesayangannya dari tangan para kera saat berkunjung ke Sangeh bersama kedua orangtuanya. Sejak itu Kira jadi takut kera, terutama kera Sangeh. Tapi, tentu saja dia tak mungkin menceritakan hal memalukan seperti itu ke anggota rombongan, apalagi kalau ada Dean. Kira masih bingung dan gelisah saat mendengar ketukan di pintu kamarnya. Setelah terdiam sejenak, dia cepat-cepat membuka dan menemukan Andros sedang berdiri di depannya. ”Elo udah ditunggu di resto. Turun yuk,” ajak Andros. ”Eh, elo sakit, ya?” tanya Andros sewaktu menyadari Kira agak pucat. www.facebook.com/indonesiapustaka


55 Kira hanya tersenyum kaku, lalu menggeleng. ”Nggak pa-pa kok. Mmm, tunggu sebentar ya, gue ambil tas dulu.” Kira langsung melesat ke dalam dan kembali hanya dalam waktu kurang dari satu menit. *** Dalam sekejap, Andros dan Kira telah bergabung dengan seluruh anggota rombongan. Kira mengambil nasi goreng dengan porsi yang sangat sedikit. Perut Kira bergejolak. Dia tidak bisa makan banyak pagi itu. Selera makannya benar-benar menguap saat mengingat sebentar lagi ia akan bertemu kera Sangeh. Baru akan memulai makan, Andros sudah beraksi mengambil gambar. Kira jadi lebih tak bersemangat untuk makan. ”Wah, kayaknya gue nggak bisa sarapan nih,” kata Kira sambil tersenyum singkat pada kamera Andros. Tapi demi profesionalitas, Kira cepat-cepat pasang wajah gembira, dan beraksi di depan kamera. ”Hai, semua! Sekarang Kira masih di hotel, tapi bentar lagi akan ke Sangeh, GWK, dan Pantai Jimbaran. Asyik, kan? Gini deh, biar yang di rumah tahu tempat-tempat yang akan kami kunjungin, Kira jelasin sekilas ya tentang ketiganya. Sekarang tentang Sangeh dulu. Kalau ada yang belum tahu, Sangeh berupa hutan www.facebook.com/indonesiapustaka


56 kecil di Bukit Sari tempat kera-kera dibiarkan berkeliaran bebas. Kera di sana menguasai tiga wilayah kerajaan. Konon, sewaktu Hanoman mengangkat Gunung Mahameru, sebagian gunung jatuh di Bukit Sari. Sejak saat itu kera-kera menguasai Bukit Sari,” jelas Kira panjang lebar. Dean duduk di samping Kira sehingga membuat Kira makin tak bersemangat. ”Kayaknya lo tahu banget ya tentang tempat wisata di Bali. Terus, kalau tentang GWK gimana? GWK kan katanya bakalan lebih tinggi daripada Patung Liberty di New York. Memang bener, ya?” Kira terpaksa menjawab, ”Setahu Kira juga gitu sih. Tapi itu kalo patungnya sudah rampung. Sekarang kan belum selesai. Namun begitu, GWK termasuk keajaiban dunia kedelapan. Buat Indonesia, keajaiban kedua setelah Borobudur. Yang jelas, kita bisa melihat galeri seni di situ. Oh ya, sampai lupa, patung GWK bisa menyeimbangkan kehidupan isik dan spiritual serta menjaga keseimbangan antara dunia maya dan nyata sehingga tercipta keharmonisan alam semesta. Luar biasa, ya?” ”Hebat... Lo tahu semua itu dari mana, Ra? Pengetahuan lo luas banget!” Kira sempat tersipu. Begitu ingat Dean hanya berpura-pura, Kira kembali dingin. ”Pekerjaan Kira kan menuntut banyak pengetahuan.” www.facebook.com/indonesiapustaka


57 ”Eh, emang lo kerja apaan? Gue kok belum tahu kerjaan lo?” Soalnya lo nyebelin, congkak, juga sombong. Bener juga dugaan gue, lo nggak mau ngeluangin waktu buat ngenal fans yang bakal lo temenin satu minggu. Dasar cowok egois! Sombong! Kira ingin mengucapkan itu semua, namun cepat-cepat ditahannya. Sebagai gantinya, Kira hanya menjawab pendek, ”Penyiar radio.” Dean mendecak kagum. Sayangnya Kira sangat yakin itu hanya pura-pura. ”Wah, pantas kalau begitu...,” gumam Dean sambil tersenyum. ”Pantas apa?” ”Pantas cerewet!” Kira terpaksa menanggapi Dean dengan mengomel campur tertawa. Coba kalau tidak ada Andros dan kameranya, pasti Kira sudah menghajar Dean! ”Oh ya, Ra, Pantai Jimbaran biar gue yang jelasin. Kalau yang satu itu, gue tahu banget” ”Oke, boleh dicoba.” ”Pantai Jimbaran memang indah. Tahu nggak, apa yang paling indah di sana?” Dean sengaja berhenti sebentar untuk memancing keingintahuan penonton. ”Yang paling indah adalah makanannya. Makanan lautnya, asli, enak banget!” Kira bersumpah ingin menyiram Dean dengan air minumnya saat itu juga! www.facebook.com/indonesiapustaka


58 *** Karena fobia pada kera, Kira agak diam sepanjang perjalanan dari hotel ke Sangeh. Nggak seperti biasanya, Kira tidak protes ketika harus duduk bersebelahan dengan orang yang paling dibencinya saat itu. ”Ra,” panggil Dean setelah mereka berdiam diri hampir tiga perempat waktu perjalanan. ”Mmm?” Dean menoleh ke Kira dengan raut wajah serius. ”Kenapa sih kita nggak bisa normal kayak fans dan idolanya?” ”Karena gue bukan fans elo.” ”Terus, kenapa lo pingin gue yang jadi bintang tamu lo?” ”Kesalahan teknis. Lebih tepatnya, kesalahan nyokap gue. Gue nggak tahu apa-apa tentang itu, dan begitu gue tahu bakal berdua lo, gue bener-bener kecewa.” Dean agak dongkol dengan jawaban Kira, tapi ia memilih tetap bicara. ”Okelah, anggap aja lo bukan fans gue...” ”Gue emang bukan fans lo, nggak perlu dianggapanggap segala,” potong Kira. Dean tambah dongkol, tapi tak begitu diperlihatkannya. ”Oke, lo bukan fans gue. Tapi, kenapa sih lo benci banget sama gue? Gue kan nggak punya salah www.facebook.com/indonesiapustaka


59 ke lo. Yah, kecuali di bandara waktu itu, tapi gue udah minta maaf, kan?” ”Dan seinget gue, gue nggak maain.” ”Nggak lapang dada banget sih jadi orang.” ”Suka-suka gue dong!” ”Jadi, lo lebih suka kita kayak gini terus? Kalau gue sih nggak. Tapi, kalau lo maunya gitu, oke, gue ikutin. Yang perlu lo tahu, gue baru pertama kali ketemu orang kayak lo, yang lebih suka cari musuh, bukan temen.” ”Kalau orangnya sombong dan congkak kayak lo, gue lebih suka kayak gini, tahu!” Dean yang semula berniat mengajak baikan, jadi kesal juga dikasari Kira. Apalagi pada dasarnya ia bukan termasuk tipe penyabar. ”Nggak bisa dikasih hati lo, ya.” ”Gue nggak minta!” Kali itu kali pertama Kira pingin menampar mulutnya sendiri karena telah beradu mulut dengan Dean. Ia cukup menyesal berlaku kasar pada Dean. Apalagi niat awal Dean kan untuk ngajak dia baikan. Tapi, sudah terlambat sekarang. Dean sudah kembali bersikap seperti biasa. Ia memejamkan mata dan menganggap ”sesuatu” di sebelahnya cuma kursi kosong. Kalau Kira disuruh minta maaf duluan, jelas nggak mau. Gengsi! Alhasil, mereka berdua nggak ngomongan lagi sampai bus itu berhenti di Sangeh. www.facebook.com/indonesiapustaka


60 *** Kira sadar banget kakinya bergetar cukup hebat waktu dirinya mengikuti rombongan kecil itu memasuki Sangeh untuk melihat kera. Buat meredam ketakutannya, Kira menggenggam tali tasnya eraterat. Mau ngomong ke Mbak Teti dan Mbak Heti soal rasa takutnya rasanya malu. Lagian, mereka pasti kesal karena Kira nggak bilang dari awal. Terpaksa Kira diam. Ia memilih berjalan paling akhir, di belakang Andros dan Tommi yang asyik bercerita tentang kamera. Kira menoleh ke kanan dan kiri dengan takuttakut. Begitu ada kera yang terlihat ingin mendekatinya, Kira cepat-cepat menjauh. Begitu seterusnya hingga ia semakin tertinggal di belakang. ”Elo kenapa sih?” tanya Dean yang nggak disadari Kira sengaja melambatkan langkahnya biar bisa berjalan bareng Kira. Kira menoleh cepat ke arah Dean, dan baru pertama kali itu ia merasa begitu gembira melihat cowok itu. Paling nggak, ada orang yang menemani dan menjaganya kalau sampai ada kera yang mengganggunya. Yah, sebenarnya nggak mungkin juga. Kera Sangeh memang nakal, tapi nggak jahat kok. Kira juga tahu itu, tapi menurutnya tetap lebih aman kalau ada yang menemani. ”Elo kenapa?” ulang Dean tak sabar. www.facebook.com/indonesiapustaka


61 Kira menggeleng dengan cepat sambil terus mengawasi sekelilingnya. ”Sakit?” Kira menggeleng lagi. ”Buset, lo ngomong dong. Bikin orang emosi aja.” Tepat pada saat itu, seekor kera mendekati Kira sehingga secara releks Kira mendekati Dean. Bahkan memegang lengan Dean kuat-kuat dengan wajah pucat. Tangan Kira dingin. ”Elo takut kera? Kenapa nggak ngomong dari tadi?” tanya Dean pelan. Kira nggak menjawab pertanyaan Dean. Begitu kera tadi sudah agak jauh darinya, barulah Kira melepaskan genggamannya dari lengan Dean. ”Lo pasti seneng banget ya bisa ngetawain gue karena gue takut kera,” kata Kira waswas karena rahasianya terbongkar. Dean mengernyitkan dahi. ”Kenapa gue harus ngetawain lo? Wajar aja kok lo takut kera. Tapi, lo tenang aja, kera di sini nggak bakal macem-macem kok kalau kita juga nggak macem-macem.” Walaupun tahu kera Sangeh nggak mungkin macam-macam, Kira nggak bisa mengusir perasaan takutnya begitu saja. Ia masih trauma dengan pengalaman waktu kecilnya dulu. Maka Kira terus menempel ke Dean sepanjang perjalanan. Kayaknya dia lupa bahwa dia membenci Dean. www.facebook.com/indonesiapustaka


62 ”Udah, neraka lo udah berakhir,” bisik Dean ketika rombongan mereka keluar dari Sangeh. Kira yakin wajahnya memerah. Diam-diam tadi dia merasa lega ditemani Dean. Kini ia kembali menjaga jarak dengan cowok itu. ”Thanks,” kata Kira pelan sebelum bergabung dengan Mbak Heti dan Mbak Teti. *** Hubungan Kira dan Dean lumayan membaik setelah kejadian di Sangeh. Paling nggak, Kira nggak sekasar sebelumnya dalam menjawab pertanyaan Dean pada saat tidak di-shoot kamera. Walaupun tetap tergolong jarang bicara, Dean dan Kira sadar, keduanya lebih akrab daripada sebelumnya. Bahkan di GWK Dean sempat berfoto bareng Kira. Yah, walaupun sebenarnya itu usulan Mbak Heti, tapi waktu melakukannya Kira ikhlas kok. Malah Kira juga heran, mengapa ia nggak keberatan sama sekali. ”Ra, lo bilang lo pingin lihat galeri seni. Ayo, gue temenin ke sana,” ajak Andros saat Kira sedang mengamati patung GWK. Kira menoleh ke arah Andros dan mengangguk cepat. ”Dean, ikutan yuk!” ajak Kira pada Dean yang ada di sampingnya. Sumpah, begitu selesai mengucapkan ajakannya, www.facebook.com/indonesiapustaka


63 Kira sangat terkejut. Ternyata bukan cuma Kira yang kaget, Andros juga. Wajah Andros langsung membeku mendengar ajakan Kira barusan. Dean yang nggak menyangka diajak Kira, sama kagetnya dengan Andros. Dikiranya Kira bakal meninggalkan dia luntang-lantung sendirian karena pergi dengan Andros yang sepertinya dikagumi gadis itu. Paling tidak, dari sorot mata Kira yang diam-diam sering diperhatikannya, Dean dapat melihat binar-binar kekaguman Kira pada kamerawan satu itu. ”Eh, boleh...,” jawab Dean ragu-ragu. ”Ya sudah, ayo jalan!” ajak Andros sembari melangkah mendahului mereka. Kira berusaha menyamakan langkah dengan Andros, tapi baru dua langkah, lengannya ditahan Dean. ”Nggak pa-pa nih gue gabung?” tanya Dean, yang segera disambut sorot mata bertanya dari Kira. ”Memang kenapa? Ya nggak pa-pa lah. Udah, ayo jalan!” jawab Kira sambil mengibaskan tangan Dean dari tangannya, sekaligus menghilangkan debar jantungnya yang tiba-tiba terpacu kencang karena tindakan Dean barusan. ”Ndros, tungguin kami dong!” kata Kira sambil berlari kecil menyusul Andros. Andros memperlambat langkahnya, menunggu www.facebook.com/indonesiapustaka


64 Kira menyamakan langkahnya. Dean mempercepat langkah sehingga mereka bertiga berjalan berdampingan. Ketiganya berjalan dalam hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Kira masih mencoba menenangkan hatinya yang berdebar-debar karena keberadaan Dean di sebelahnya. Andros sedang menghalau perasaan tak sukanya melihat hubungan baru Dean dan Kira. Dean merasa tidak enak karena mengganggu hubungan Kira dan Andros, namun di sisi lain dia merasa senang karena hubungannya dengan Kira membaik. ”Mmm, lo udah lama bekerja jadi kameramen, Ndros?” tanya Dean memecah keheningan. Andros menatap Dean sekilas. ”Yah, lumayanlah. Dari awal kuliah udah concern di sini. Kalau dihitung-hitung, udah tiga tahunan. Kenapa?” ”Nggak pa-pa, cuma pingin tahu aja. Wah, berarti sekarang tahun-tahun terakhir?” Andros mengangguk. ”Sekarang sedang nyambi skripsi. Kalau lo? Gue denger lo cuti, ya? Nggak pingin kuliah lagi?” Dean terlihat agak resah. ”Pingin sih, tapi dengan kesibukan gue sekarang, sepertinya nggak mungkin dalam waktu dekat.” Keduanya kembali terdiam. Namun hanya sebentar. Andros yang sejak tadi penasaran dengan apa www.facebook.com/indonesiapustaka


65 yang terjadi pada Dean dan Kira, segera menanyakan keheranannya. ”Kalian berdua kok tiba-tiba berbaikan? Gimana ceritanya?” tanya Andros pura-pura tak peduli. Kira menunduk malu. ”Gara-gara kera, Ndros.” Andros menatap Kira dengan pandangan tak mengerti. ”Kera?” Kira mengangguk. ”Dean nemenin gue waktu gue ketakutan ngelihat kera di Sangeh.” Wajah Andros tiba-tiba berubah kelam. ”Kalau lo takut kera, kenapa nggak bilang gue? Kan gue bisa nemenin elo.” ”Gue nggak mau ngerepotin siapa-siapa, Ndros. Lagi pula, tadi lo kan lagi ngomong serius sama Tommi.” Tanpa bisa memahami penyebabnya, Andros merasa agak dongkol. Nggak tahu sejak kapan, yang jelas Andros nggak suka melihat Kira baikan sama Dean. Andros iri sekali pada Dean saat melihat Kira dan Dean berduaan. Mengambil gambar keduanya untuk kepentingan acara saja sudah membuat Andros dongkol, apalagi melihat mereka menjadi akrab. Makanya Andros sengaja mengajak Kira ke galeri. Eh ternyata Kira malah mengajak Dean. Dean juga pakai mau, lagi! Andros menggeram perlahan. Dia heran bisa berpikir sepicik barusan. Nggak masuk akal juga sih www.facebook.com/indonesiapustaka


66 kalau dia cemburu. Namun, kalau bukan perasaan itu, apa dong? Waktu pertama kali ketemu Kira, Andros nggak punya perasaan apa-apa. Sikap Kira yang unik dan apa adanya, pelan-pelan bikin Andros betah dan pingin ngobrol terus sama cewek itu. Padahal, Andros kan tipe orang yang ngomong hanya kalau ditanya! ”Ndros, lewat sini, bukan?” tanya Kira membuyarkan pikiran Andros. Andros tersentak dan melihat sekeliling. ”Eh, iya. Itu galerinya sudah kelihatan. Lo sama Dean ke sana duluan deh, sebentar lagi gue nyusul. Gue mau ngeshoot gambar dulu.” Kira hanya mengangguk. ”Kita masuk duluan, Dean. Elo cepet nyusul ya, Ndros, gue tunggu di dalam,” kata Kira sebelum melangkah masuk bersama Dean. Andros mengiyakan permintaan Kira dan terus menatap gadis itu hingga hilang dari pandangan. *** Rombongan kecil itu tiba di Pantai Jimbaran lebih lambat dari jadwal. Setelah berkeliling sebentar, tibatiba Dean mengeluarkan kain hitam dan segera menggunakannya untuk menutup mata Kira. www.facebook.com/indonesiapustaka


67 ”Apaan sih, Dean?” tanya Kira tak senang. ”Udah, ikut aja. Gue nggak bakal nyelakain lo kok!” Kira terpaksa menurut. Lagian benar juga kata-kata Dean. Di sana kan banyak orang, jadi nggak mungkin Dean berbuat macam-macam padanya. ”Iya, tapi mau ngapain? Pake acara tutup mata segala, lagi!” tanya Kira penasaran. Dean nggak menjawab pertanyaan Kira, tapi langsung menggenggam tangannya. ”Ikut gue deh pokoknya.” Andros benar-benar kesal melihat adegan yang harus diambilnya itu. Dengan raut wajah tak keruan, dia mengikuti Dean yang mengajak Kira melewati pasir dan bebatuan. Dean tampak begitu hati-hati menuntun Kira. Sedangkan Kira, sekalipun mula-mulanya tampak sebal, perlahan berubah menjadi rileks dan menikmati perjalanan itu. Kenyataan itu membuat Andros lebih kesal daripada sebelumnya. Sama seperti Andros, jantung Kira pun berdebar nggak keruan. Bedanya, Kira berdebar senang, bukannya dongkol seperti Andros. Nggak tahu kenapa, sejak Dean baikan sama dia, Kira jadi agak salah tingkah setiap kali berada di dekat aktor satu itu. Padahal biasanya Kira salting hanya bila Andros ada di dekatnya. Sekarang malah sebaliknya. Pada Andros, Kira www.facebook.com/indonesiapustaka


68 mulai merasakan perasaan yang biasa saja. Detak jantungnya pun normal saat berada di dekat Andros. Dan semua itu mulai terjadi nggak lebih dari dua belas jam yang lalu. Setelah mereka berjalan lima menit, Dean berhenti. ”Sudah sampai!” serunya riang. Kira cepat-cepat melepaskan genggaman Dean dan berusaha membuka penutup matanya. Belum sempat melakukannya, tangan Dean sudah mencegahnya. ”Nanti dulu! Ntar gue yang bukain. Sekarang lo duduk dulu di sini!” Dean kembali menuntun Kira dan mendudukkannya di sebuah batu besar. Setelah itu Dean menyusul duduk di sampingnya. Hanya selang beberapa menit, Dean membuka penutup mata Kira. ”Jangan buka mata lo sebelum gue minta!” Lagi-lagi Kira menurut. Ia tetap menutup mata walau penutupnya tak lagi mengimpit kepalanya. ”Oke, sekarang buka mata lo!” seru Dean bersemangat. Sinar jingga gelap yang mulai menghilang ditelan cakrawala adalah pemandangan pertama yang menyapa mata Kira begitu matanya dibebaskan dari kegelapan. Kira terkagum-kagum melihat pemandangan matahari tenggelam hari itu. ”Bagus banget, Dean!!” serunya tertahan. Dean tersenyum mendengar seruan takjub Kira. Dia www.facebook.com/indonesiapustaka


69 senang bisa punya ide untuk mengajak gadis itu melihat sunset yang memang didambakannya. ”Mungkin ini nggak seindah sunset yang pernah lo lihat di Kuta, Ra.” Kira menatap Dean tak percaya. ”Jadi, lo yang nyiapin semua ini? Lo masih inget gue bilang suka sunset, ya? Makasih, Dean... Ini indah banget. Lebih indah daripada sunset mana pun yang pernah gue lihat,” kata Kira tulus dan ramah. Kira masih memandang Dean dengan tatapan yang lain daripada biasanya. Begitu sadar tingkahnya cukup memalukan, Kira kembali menatap sunset. Satu hal yang Kira tahu pasti, pandangannya pada Dean berubah 180 derajat. Kalau tadi pagi ia mulai respek pada Dean, sekarang ia malah sudah suka banget. Detak jantungnya bertambah cepat setiap waktu. Apalagi waktu Dean menatapnya sambil tersenyum. Kira berkonsentrasi menikmati pemandangan yang jarang bisa dilihatnya itu, sementara hati dan otaknya bekerja sama untuk mengatasi detak jantungnya yang tak mau kembali normal. *** ”Hari ini gue seneng banget, Ndros,” kata Kira riang saat berjalan bersama Andros di hotel. ”Kelihatan kok,” jawab Andros datar. www.facebook.com/indonesiapustaka


70 ”Nggak nyangka, ternyata Dean baik banget ya, Ndros.” Andros memilih tidak berkomentar. Dia terus berjalan menuju lift hotel. Kira sibuk dengan pikirannya sehingga tidak menyadari kebisuan Andros. Sambil terus tersenyum, ia masuk lift bersama cowok itu. Pikiran Kira masih melayang ke kejadian tadi sore sehingga ia baru menyadari keheningan yang ada saat tiba di lantai kamar mereka. ”Elo kok dari tadi diem aja? Sakit, ya?” tanya Kira khawatir. Andros hanya menggeleng tanpa suara. ”Bohong! Kelihatan kok lo agak diem hari ini. Kenapa? Lo ada masalah? Atau, jangan-jangan lo marah sama gue, ya? Gue ngelakuin kesalahan?” Andros menatap lorong kamar hotel itu. Dia kesal pada dirinya sendiri karena nggak bisa mengontrol hati dan pikirannya setiap kali melihat Kira berdekatan dengan Dean atau saat gadis itu antusias menceritakan perasaannya tentang Dean. ”Ndros, sori ya kalau gue salah. Tapi, jangan diem terus dong, Ndros!” Andros melirik Kira sekilas, lalu menggenggam tangan gadis itu. ”Ra, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Gue nggak marah kok, gue cuma...” Belum sempat Andros melanjutkan kata-katanya, pintu lift terbuka kembali. Dean dan Jimmy muncul. www.facebook.com/indonesiapustaka


71 Cepat-cepat Kira menarik tangannya dari genggaman Andros. Andros kecewa, tapi dengan cepat ia tersenyum pada Dean yang sedang menatap curiga. ”Nggak istirahat, Ra?” tanya Dean tanpa mengalihkan pandangan dari Andros. ”Ini juga mau istirahat. Ndros, besok baru dilanjutin deh,” kata Kira yang merasa tak enak dengan situasi yang diciptakan Andros tadi. ”Malam semua. Sampai ketemu besok,” lanjut Kira sambil bergegas masuk ke kamar. Andros dan Dean memperhatikan Kira hingga sosok gadis itu hilang dari pandangan. Tanpa saling memberi salam, kedua cowok itu masuk ke kamar masing-masing. www.facebook.com/indonesiapustaka


72 DERING telepon kamar hotel sangat mengejutkan Kira hingga membuatnya langsung terjaga. Dengan mata kembali terpejam, dirabanya meja di samping tempat tidur, dan dengan sebal disambarnya gagang telepon yang mengganggunya. ”Halo...,” sapa Kira tak bersemangat. ”Kira, gue Dean. Gue ada di depan kamar lo sekarang. Gue mau ngajak lo ke suatu tempat, jadi lo cepet siap-siap, ya!” kata Dean tanpa merasa bersalah karena telah mengganggu tidur Kira. Sambil berusaha membuka kedua mata, Kira meraih arloji dan melihat angka yang tertera. Begitu mengetahuinya, Kira nyaris muntah. ”Lo gila ya, Dean? Sekarang kan baru jam setengah lima pagi! Mau ke mana lo subuh-subuh gini? Gue nggak ikutan ah.” Bab 5 www.facebook.com/indonesiapustaka


73 ”Udah, turutin gue deh. Gue jamin lo bakal seneng.” ”Gue nggak mau!” ”Ayolah, Ra… Atau gini aja, andai nanti lo nggak suka, lo boleh minta apa aja yang lo mau dari gue.” Kira menimbang-nimbang sejenak. ”Apa aja?” ulangnya nggak yakin. ”Apa aja!” Kira tak punya pilihan selain menyetujui permintaan Dean. ”Ra, jangan lupa bawa kamera!” kata Dean bersemangat. ”Dan jangan lama-lama!” sambung Dean sebelum menutup sambungan telepon. Dengan setengah malas dan setengah penasaran, Kira menyibakkan selimut dan bergegas mengganti baju. Untuk menghilangkan kantuk, Kira membasuh wajah dengan air keran kamar mandi dan sikat gigi biar mulutnya segar. Begitu merasa sudah siap, Kira menuju pintu. Begitu membuka pintu, Kira terpana. Dia seakan tak sempat berkedip saat memandang Dean. Cowok itu berdiri dalam balutan kaus lengan panjang dan celana pendek. Santai, tapi amat tampan. Kira merasa malu dengan penampilannya yang agak berantakan jika dibandingkan Dean. Namun, sepagi itu jantung Kira sudah berdetak lebih cepat daripada biasanya. www.facebook.com/indonesiapustaka


74 ”Sudah kameranya?” tanya Dean mengingatkan Kira. Kira menepuk dahinya dan bergegas masuk ke kamar untuk mengambil kamera. ”Sudah…,” jawab Kira terengah-engah. Dean tersenyum melihat tingkah Kira. Dan itu semakin membuat jantung Kira berdetak cepat. ”Kita mau ke mana sih, Dean?” tanya Kira berusaha mengabaikan jantungnya yang berdebar-debar. Dean tidak menjawab dan hanya memberi isyarat agar Kira mengikutinya naik ke taksi yang sudah menunggu di depan lobi hotel. Kira menurut. *** Karena masih pagi, jalanan lengang. Kaca jendela taksi dibiarkan sedikit terbuka agar udara pagi yang sejuk bisa masuk. Tak terasa, mereka sudah sampai di Pantai Sanur. ”Sekarang lo udah bisa bilang kita mau apa?” tanya Kira yang mulai tak sabar begitu turun dari taksi. Dean tersenyum pada Kira. ”Bukannya lo pingin lihat sunrise dan sunset?” Kira ternganga mendengar kalimat Dean. Ia sama sekali tak menyangka mendapat kejutan seperti itu. Kalau ada hal nggak masuk akal yang terjadi pada- www.facebook.com/indonesiapustaka


75 nya, harusnya yah... pagi itu. Tak pernah terlintas di otaknya, bahkan setelah mereka berdua baikan, bahwa Dean merencanakan semua itu untuknya dan rela bangun sangat pagi. Kira ingin berterima kasih pada Dean, tapi saat itu ia sama sekali tak bisa bicara. Ia masih terkejut. Rasa penyesalannya muncul. Ia jadi heran. Kok bisa-bisanya ia pernah membenci orang sebaik Dean. Kira terdiam tanpa mampu mengucapkan kata apa pun. ”Sama-sama,” kata Dean. Kira menatap Dean dengan heran. Ia mengernyit tak mengerti. ”Gue tahu, lo mau ngomong terima kasih ke gue. Walau lo nggak bisa ngucapinnya, gue tahu kok,” kata Dean sambil menatap pantai. Kira hanya memandang Dean dengan heran. ”Kenapa lo tiba-tiba jadi baik banget?” tanyanya pelan. Dean mengalihkan pandangannya ke Kira. ”Lo nggak suka ya dibaikin orang?” ”Bukan gitu. Gue agak kaget aja. Gue nggak nyangka lo berbuat kayak gini ke gue.” Dean terdiam, tapi tetap tersenyum. ”Gue sendiri juga nggak tahu,” jawabnya sama pelan dengan Kira. Dean dan Kira tak sengaja saling tatap, namun dengan salah tingkah keduanya mengalihkan pandangan ke arah lain. www.facebook.com/indonesiapustaka


76 ”Eh, mmm... sepertinya kita kepagian, ya?” kata Dean saat memandang langit. Kira ikut menatap langit. ”Iya sih, tapi lebih baik begitu daripada kesiangan.” Dean mengangguk, lalu duduk di hamparan pasir. Tanpa ragu, Kira mengikuti tindakannya. Dinginnya pasir pagi tak dapat mengalahkan kehangatan hati Kira. Dia seakan menjadi orang yang paling bahagia saat itu. ”Boleh gue tahu, kenapa lo suka banget sama Bali? Padahal lo kan udah tiga kali ke sini?” tanya Dean mengejutkan Kira. Kira melirik Dean sekilas. ”Soalnya Bali punya kenangan indah buat gue. Kenangan tentang bokap gue.” ”Maksud lo?” ”Bokap dan nyokap gue bercerai waktu gue berumur sepuluh tahun. Liburan terakhir bareng mereka ya di Bali. Sejak perceraian, kalau gue liburan sama Nyokap, bokap gue milih nggak ikut. Begitu juga sebaliknya.” Dean terdiam dan merasa menyesal menanyakan hal itu saat ia menangkap sinar kesedihan di mata Kira. ”Sori, gue nggak bermaksud ngingetin lo ke soal itu.” www.facebook.com/indonesiapustaka


77 Kira tersenyum lagi. ”Nggak masalah, Dean. Gue nggak anti kok ngomongin bokap gue.” Dean ikut tersenyum lega. ”Lo masih sering ketemu bokap lo?” ”Udah nggak sesering dulu. Paling setahun cuma ketemu satu-dua kali. Bokap gue udah married lagi. Sekarang dia dan istri barunya tinggal di Surabaya.” Dean terdiam lagi. Ia menyesal telah melanjutkan topik tadi. ”Kalau lo sendiri gimana? Punya adik cewek kan, kalau nggak salah?” tanya Kira mengubah topik. Dean tersenyum. ”Iya, gue punya adik cewek. Tapi gue jarang banget ketemu dia. Waktu gue pulang, dia udah tidur. Giliran gue masih tidur, dia udah berangkat sekolah,” jelas Dean. ”Gue nggak nyangka, ternyata lo perhatian juga ya ke gue.” Kira salah tingkah. ”GR!” semburnya. ”Sekalipun gue nggak suka lo, sobat-sobat gue maniak sama elo. Jadi, yah... paling nggak gue pernah denger lah gosip tentang lo.” Dean tertawa ringan, lalu terdiam sejenak sebelum melanjutkan, ”Terus terang, gue masih nggak percaya lo benci gue cuma gara-gara masalah sepele di bandara.” Dean menatap Kira dengan pandangan ingin tahu. ”Mau menceritakan yang sesungguhnya?” Kira meringis, rada malu juga. Masa sih dia harus www.facebook.com/indonesiapustaka


78 jujur pada Dean? Setelah menimbang-nimbang sejenak, Kira pikir nggak ada salahnya juga cerita ke Dean. Toh cowok itu sudah baik sama Kira. ”Yah, emang bukan cuma itu sih. Sebenernya gue pernah ketemu lo di mal. Kayaknya waktu itu lo ngadain jumpa fans gitu deh. Nggak tahu gimana, gue sempet berhadapan sama lo. Gue senyumin lo, lo sama sekali nggak ngerespons, malah ngeloyor pergi dengan angkuh. Waktu bodyguard lo yang besar-besar itu nyerempet gue sampe gue hampir jatuh pun, lo nggak peduliin gue. Siapa yang nggak sebel, coba? Sejak itu gue benci banget sama lo. Waktu tahu gue bakal mandu acara ini bareng lo, rasanya dunia gue berakhir!” Bukannya merasa bersalah atau apa, Dean malah nyengir. Kira menatapnya dengan rasa ingin tahu. ”Jadi, dulu lo penggemar gue juga?” tanya Dean menggoda. Wajah Kira memanas. Ia yakin wajahnya memerah. Untung saja saat itu langit masih gelap, jadi ia bisa setengah berharap Dean tidak melihat wajahnya yang memerah. ”Si... siapa yang bilang? Gue cuma kebetulan kok ada di sana!” jawab Kira salah tingkah. ”Masa?” ”Nggak usah GR, ya!” ”Ya udah deh, lo memang cuma kebetulan. www.facebook.com/indonesiapustaka


79 Padahal gue bangga lho, disukai penyiar radio kayak lo!” Kira yakin wajahnya semakin merah. Kalau mau jujur, waktu itu Kira memang sengaja ke mal di tengah kesibukannya demi melihat langsung Dean Christian. Tapi, malu banget dong kalau Kira ngaku! ”Oh ya, soal sikap gue waktu itu, sori ya. Mungkin waktu itu gue lagi suntuk. Sebenernya gue juga nggak mau bersikap begitu, cuma kadang-kadang, pekerjaan yang maksa gue untuk gitu. Maksud gue, pekerjaan gue kadang begitu melelahkan hingga untuk tersenyum aja gue udah capek banget. Waktu pribadi gue juga terkuras, gue ngerasa nggak punya waktu untuk liburan. Saat orang seusia gue bisa kumpul sama temen-temennya, gue berkutat dengan naskah dan kamera. Kadang gue bosan, suntuk. Itu yang bikin gue jadi emosian dan nggak bisa mengatur sikap. ”Oh ya, satu lagi, sebenernya gue nggak sesombong itu kok,” lanjut Dean yang segera dicibiri Kira. ”Mana ada orang nggak sombong ngaku-ngaku?” Dean tertawa. ”Gue seneng lo udah nggak galak sama gue,” kata Dean serius. Keheningan menyusul perkataan Dean. Lagi-lagi mereka berdua saling tatap, dan untuk kedua kalinya kemudian saling membuang muka. www.facebook.com/indonesiapustaka


80 Dean mengubah posisi duduknya dan merebahkan diri di pasir. ”Ikutin gue, Ra. Bagus banget langitnya kalau kita ngelihat sambil tiduran kayak gini.” Kira hanya perlu waktu sedetik untuk mengikuti langkah Dean. Dengan santai, direbahkannya tubuhnya di samping Dean. ”Udah lama banget gue pingin santai dan tanpa beban kayak gini. Gue bahkan nggak inget, kapan terakhir kali gue liburan,” kata Dean lirih. ”Risiko jadi artis terkenal, ya?” Dean tersenyum kecut. ”Begitulah. Bahkan gue terpaksa menunda kuliah. Jimmy bilang, mumpung ada kesempatan, rezeki disambar aja. Lo tahu sendiri, persaingan di dunia artis ketat banget. Sebentar aja kita vakum, tahu-tahu muncul pendatang baru yang punya potensi dan bikin kita tergeser. Inilah yang diantisipasi Jimmy. Berhubung nama gue masih laku dijual, gue harus terjun total ke dunia ini. Efeknya, waktu gue habis gara-gara ini.” ”Itu namanya eksploitasi manusia, Dean.” ”Tapi demi kebaikan gue juga, kan?” ”Dia yang bilang gitu? Kalau gitu, gue nggak tahu deh siapa yang tolol!” ”Kira…” ”Seharusnya lo juga mikirin yang lain dong. Toh uang dan ketenaran bukan segalanya. Kalau diforsir kayak gitu, ntar lo sakit, siapa yang rugi?” www.facebook.com/indonesiapustaka


81 ”Itu udah keputusan kami berdua kok, Ra. Bukan masalah uang atau ketenaran, tapi gue sendiri juga pingin cepet-cepet beliin rumah buat bokap-nyokap gue. Gue pingin nabung yang banyak biar pendidikan adik gue terjamin. Gue pingin ngebahagiain mereka. Sebelum gue terjun ke dunia itu, duit gue pas-pasan. Sekarang gue pingin ngasih segala hal yang belum sempet dirasain nyokap, bokap, dan adik gue.” Kira benar-benar terharu mendengar keinginan Dean. Dia semakin sebal saja pada Jimmy. Memang sih, dengan menerima order sana-sini, Dean bisa cepat mewujudkan keinginannya. Tapi kan nggak perlu sampai seperti itu. Hampir setiap hari wajah Dean muncul di televisi sehingga Kira bisa membayangkan sibuknya aktor yang ada di sebelahnya itu. ”Ra, sebenernya lo pingin ke Bali sama siapa?” tanya Dean tiba-tiba. Kira menatap Dean dengan pandangan bingung. Cepat sekali cowok itu mengalihkan pembicaraan ke hal yang benar-benar tidak ada hubungannya dengan pembicaraan mereka sebelumnya. ”Maksud lo?” ”Kata lo, gue ada di sini karena kesalahan teknis?” Kira tersenyum tak enak. ”Sori. Gue bilang begitu soalnya lo nyebelin banget waktu itu!” www.facebook.com/indonesiapustaka


82 ”Jadi, lo aslinya bener-bener pingin gue yang ada di sini?” ”Yah... nggak gitu juga. GR amat sih lo?” ”Kalau begitu, bilang aja. Gue pingin tahu selera lo.” ”Kalau gue nggak mau kasih tahu?” ”Berarti lo cuma pura-pura dong waktu bilang gue di sini karena kesalahan teknis.” ”Astaga, lo bener-bener nggak bisa diperbaiki ya GR-nya? Oke deh, gue bilang. Gue sih sebenernya nggak pernah punya niat ikut acara ini. Tapi, kalau waktu itu gue punya kesempatan milih, gue berharap bareng penyiar radio kesukaan gue, Andre Sanusi.” ”Gue kenal Andre. Gue pernah diundang ke acaranya, dan sejak saat itu kami jadi deket. Sekarang kami agak jarang ketemu. Sama-sama sibuk...” ”Kalau gitu, lo datang aja ke acara dia akhir bulan ini. Gue agak lupa jamnya, tapi tempatnya di Kafe C.” Dean mempertimbangkan saran Kira sejenak. ”Lo mau pergi sama gue nanti?” Kira menatap Dean dengan cepat. Ia agak ragu dengan pendengarannya barusan. ”Hah?” ”Lo mau pergi sama gue ke acara Andre?” ulang Dean sambil tersenyum. ”Lo serius? Mmm, maksud gue, emang lo punya waktu?” www.facebook.com/indonesiapustaka


83 ”Bisa diatur. Gimana? Mau, kan?” Kira terdiam cukup lama sebelum akhirnya mengangguk pelan. Angin pagi menerpa wajah Kira dan membelainya lembut. Kira memejamkan mata sambil menikmati keheningan pantai. Perasaannya sedang bahagia. Kehadiran Dean saja sudah membuatnya senang, apalagi dengan ajakan Dean barusan. Sekalipun heran pada dirinya sendiri, Kira sama sekali tak bisa mengenyahkan rasa bahagia dari dirinya. Kira menarik napas dan menghirup udara pagi dalam-dalam. Rasanya baru sebentar ia memejamkan mata kala percikan air asin membasahi wajahnya dan membuatnya tersentak. ”Dean!” protes Kira sambil beranjak dari tempat berbaringnya dan berlari mengejar Dean yang tertawa riang mendekati air laut. Hanya dalam waktu beberapa menit, Kira dan Dean sudah saling memercikkan air ke tubuh masing-masing. Dalam sekejap, tubuh mereka sama-sama basah. Dean dan Kira mungkin belum mau berhenti jika tidak melihat semburat merah yang muncul di ufuk timur. Dean yang pertama kali melihat fenomena alam yang terjadi setiap hari itu segera menghentikan langkahnya dan menarik Kira kembali ke tempat duduk mereka semula. Dean mengempaskan tubuh sambil tertawa dan www.facebook.com/indonesiapustaka


84 menunjuk semburat merah yang sempat dilihatnya sekilas tadi pada Kira. Kira yang segera mengikuti arah tangan Dean langsung berseru tertahan melihat pemandangan tersebut. Tanpa mengalihkan pandangan, diraihnya kamera yang tergeletak di sampingnya untuk mengabadikan momen yang tidak bisa dilihatnya setiap hari itu. Setelah puas mengambil beberapa gambar, Kira beranjak dari tempatnya dan berlari kecil menjauhi Dean. Ia mulai mengatur posisi untuk mengambil gambar matahari terbit dengan Dean sebagai siluetnya. Dean hanya memandang Kira sekilas, lalu mulai beranjak dari tempatnya. ”Lo tetap di sana aja, Dean. Sudah bagus posisi tadi!” kata Kira cepat. Dean hanya tersenyum, lalu kembali duduk di tempatnya. Setelah puas menjepret, Kira kembali mengempaskan tubuh di pasir, dekat dengan posisi Dean. ”Gue seneng banget hari ini,” kata Kira perlahan. ”Makasih ya, Dean,” lanjut Kira sambil menatap Dean dengan berbinar. Dean membalas tatapan Kira dan mengangguk. Untuk kesekian kalinya hari itu, mereka saling bertatapan tanpa kata. Ketika debur ombak yang cukup besar memercikkan air laut ke tubuh mereka, Dean dan Kira baru tersentak dan buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain. www.facebook.com/indonesiapustaka


85 ”Mmm, eh, kita... kita kayaknya harus kembali ke kamar. Sebelum mereka semua mencari kita,” kata Dean enggan. Untuk menutupi rona merah di wajahnya, Kira mengangguk tanpa menatap Dean. Lalu dia segera berdiri. Dean menyusul Kira dan mereka berdua menyusuri pantai dalam diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. *** Ketika menyusuri lorong kamar hotel, Kira menatap Dean sekilas dan sekali lagi mengucapkan terima kasih pada cowok itu. Dean hanya mengangguk ramah. Kira masih tersenyum saat mendekati kamarnya. Ketika ia mengenali sosok yang tengah berdiri di depan kamarnya, barulah senyumnya berubah. Ia bergegas melangkah lebih cepat mendekati Andros. ”Ndros, ada apa?” tanya Kira agak khawatir. Andros menoleh ke arah Kira dengan salah tingkah. Begitu melihat Dean menyusul Kira, wajah Andros berubah kaku dan penuh curiga. Andros mengamati Dean dan Kira yang sama-sama basah dan penuh pasir, lalu bertanya, ”Dari mana, Ra?” Kira sebenarnya agak heran dengan nada dingin www.facebook.com/indonesiapustaka


86 Andros, tapi karena cemas pada hal lain yang mungkin akan disampaikan Andros, ia tak terlalu memperhatikan hal itu. ”Dari pantai. Lihat sunrise. Mmm, Ndros, kenapa lo nyari gue? Jangan bikin gue panik dong!” kata Kira cepat. Andros terdiam sejenak, seakan sulit menerima informasi yang dikatakan Kira barusan. Ketika Kira memanggil namanya lagi, barulah Andros tersentak dan buru-buru menjawab, ”Nggak, nggak pa-pa. Tadi gue pikir akan asyik kalau kita jalan-jalan sebentar di pantai, tapi kayaknya Dean udah ngeduluin gue. Lo mandi aja deh, sebentar lagi kita harus kumpul.” Tanpa menunggu jawaban Kira, Andros berbalik dan kembali ke kamarnya. Kira hanya menatap Andros dengan heran, lalu memandang Dean yang juga mengawasi Andros. ”Dia kenapa ya?” gumam Kira pelan. Dean mengangkat bahu sambil melangkah ke depan kamarnya. ”Sudahlah, nggak pa-pa. Memang nya cuma cewek yang susah ditebak?” ujar Dean sambil tersenyum lemah. ”Dasar cowok! Ya sudahlah, sampai ketemu nanti. Thanks ya, Dean,” kata Kira sambil membuka pintu kamar, lalu menghilang di balik pintu. *** www.facebook.com/indonesiapustaka


87 Kira dan Dean tampak tak terpisahkan hari itu. Dishoot kamera atau tidak, mereka hampir selalu berduaan sepanjang waktu. Jika biasanya Kira berusaha menghindari Dean, sekarang justru ia merasa lebih santai dan bahagia jika ada Dean di dekatnya. Tidak hanya waktu makan pagi atau di perjalanan, bahkan saat berada di kebun raya Eka Karya Bali pun mereka selalu berdua. Andros mati-matian harus menahan rasa tidak sukanya saat merekam aktivitas keduanya. ”Oke, penyiar, kali ini apa yang lo tahu tentang kebun raya ini?” tanya Dean yang direkam Andros dengan setengah hati. Kira tersenyum, lalu berceloteh tentang tumbuhantumbuhan yang ada di sana. ”Elo tahu, Dean, waktu pertama kali berdiri, luas kebun ini hanya lima puluh hektare lho. Sekarang sih luasnya paling tidak sekitar 157,5 hektare.” Dean mengangguk pelan dan mengajak Kira mengelilingi kebun tersebut. *** Kalau sudah larut dalam obrolan, Kira maupun Dean bisa lupa pada situasi di sekitarnya. Seperti kali itu. Selesai mengelilingi kebun raya, rombongan segera masuk bus guna melanjutkan perjalanan. Kira www.facebook.com/indonesiapustaka


88 dan Dean tenggelam dalam keasyikan bicara sehingga tidak memperhatikan tujuan selanjutnya. Makanya mereka heran saat tiba di Tampak Siring. Sama seperti di kebun raya, di sini pun Dean dan Kira berjalan berdua. ”Lama-lama kalian seperti orang pacaran saja. Seandainya dari awal seperti ini, Mbak nggak perlu buang-buang tenaga untuk memaksa kalian berdekatan,” gerutu Mbak Teti pura-pura sebal saat Dean dan Kira dipanggil berulang kali untuk pengambilan gambar. *** Pantai Dreamland merupakan tujuan terakhir hari itu. Walaupun masih terbilang sore, rombongan itu tidak terlalu lama berada di sana. Air pasang membuat Mbak Teti dan Mbak Heti memutuskan untuk cepat kembali ke hotel. Apalagi Jimmy dan Dean harus menghadiri acara makan malam dadakan. Sebelum petang, mereka bertujuh telah kembali ke hotel. Sekalipun agak kecewa, Kira tetap memasang raut wajah gembira. Setelah mandi dan beristirahat sejenak, rombongan itu—minus Dean dan Jimmy—makan malam di hotel. Baru kali itu Kira merasa kesepian. Entah mengapa, ketidakhadiran Dean membuatnya sulit tertawa. www.facebook.com/indonesiapustaka


89 Kira mengutuki dirinya sendiri. Ia benci sekali harus mengakui kesepiannya malam itu karena ketiadaan Dean di sampingnya. Ia juga heran, kok bisa secepat itu dia mengubah perasaannya pada bintang ilm satu itu. Kira mencoba tidur lebih awal. Ketika matanya sama sekali tidak mau diajak bekerja sama, Kira beranjak dari kamar, lalu berjalan pelan-pelan menuju Pantai Kuta yang masih ramai pada malam hari. www.facebook.com/indonesiapustaka


90 Karena hanya sendirian, Kira sengaja duduk menjauhi air laut. Dalam remang-remang cahaya lampu, sambil mendengarkan debur ombak, Kira melamun. Saking asyiknya, ia tak sadar ada seseorang yang kemudian duduk di sebelahnya dan tengah menatapnya lekat-lekat. ”Apa yang lo pikirin?” Pertanyaan orang itu menyentakkan Kira. Kira segera menoleh, dan tersenyum begitu mengenali orang yang menyapanya. ”Elo kok tahu gue di sini, Ndros?” tanya Kira pelan. ”Gue nggak sengaja lihat lo keluar hotel. Gue panggil, lo nggak noleh-noleh. Ya sudah, gue susul aja ke sini. Lagi mikir apa sih? Serius banget?” Kira menggeleng sebagai jawaban. ”Cuma lagi pingin lihat laut kok.” Andros diam saja walau nggak percaya dengan Bab 6 www.facebook.com/indonesiapustaka


91 jawaban Kira. Mengikuti pandangan Kira, Andros memandang ke arah laut dan deburan ombaknya. Mereka berdua memandang laut yang sangat gelap dalam keheningan. ”Elo kesepian karena nggak ada Dean?” tanya Andros datar setelah beberapa lama mereka terdiam. Kira salah tingkah mendengar pertanyaan yang tak diduganya itu. Tak ingin membuat Andros membaca perasaannya, Kira cepat-cepat berkilah, ”Ah, nggak.” ”Oke, gue percaya kok,” kata Andros dengan nada menenangkan Kira. ”Gue cuma agak terkejut ngelihat kalian berubah akrab hanya dalam waktu beberapa hari.” Kira tersenyum dan tak berkata apa-apa. Dalam hati, ia juga heran dengan keadaan itu. Betapa mudahnya ia melupakan pertengkaran dan kebenciannya pada Dean. ”Ra, lo percaya pada cinta yang tumbuh hanya dalam waktu beberapa hari?” tanya Andros memecah keheningan. Kira mengangguk-angguk sambil menatap kegelapan laut. ”Kenapa nggak, Ndros? Jangankan beberapa hari, beberapa jam, bahkan pada pandangan pertama, gue juga percaya.” ”Menurut lo itu nggak aneh? Apa itu wajar?” ”Hei, rasanya cinta bukan masalah wajar atau www.facebook.com/indonesiapustaka


92 nggak, aneh atau nggak. Cinta kan dari hati, Ndros. Gimana menilai kewajaran atau keanehannya? Memangnya kenapa sih, Ndros?” Kira menatap Andros dan menunggu jawaban cowok itu. Yang ditatap malah menatap laut tanpa merasa ada yang tengah menunggu jawabannya. Kira baru akan mengulang pertanyaannya saat Andros membuka mulut dengan ragu-ragu. ”Sepertinya, sepertinya... Gue jatuh cinta pada seseorang, Ra,” guman Andros pelan. Kira hampir tertawa, tapi cepat-cepat ditahannya. Ternyata itu yang membuat Andros melemparkan pertanyaan aneh tadi. ”Bagus itu, Ndros. Pasti rasanya menyenangkan.” Andros menatap Kira dengan pilu. ”Nggak sama sekali, Ra. Malah rasanya sakit banget,” kilahnya pelan. ”Cewek yang gue suka kayaknya nggak suka sama gue, Ra. Kayaknya dia suka cowok lain,” lanjut Andros. ”Andros, mana mungkin sih ada cewek yang nggak suka sama lo? Lagi pula, kalau lo belum nyoba, gimana lo tahu tuh cewek suka atau nggak?” Andros terdiam lagi. ”Kalau cewek itu elo, gimana?” Kira melotot memandang Andros. ”Kalau, Ra, kalau...” Kira menarik napas lega dan tertawa kecil. ”Mana www.facebook.com/indonesiapustaka


93 bisa lo nyamain gue sama tuh cewek. Beda dong, Ndros.” ”Tapi kalau emang lo?” ”Mmm... Elo baik banget. Gue... gue mungkin akan nyesel kalau sampe nolak lo!” Andros menunduk dan memaksakan tersenyum. Kira memang nggak menyatakan dengan gamblang tentang perasaannya, tapi Andros tahu pasti maksud jawaban tadi. ”Ra, kita balik aja yuk. Bahaya juga kalau kemalaman di sini. Besok kita harus bangun pagi, kan?” ajak Andros, berusaha menyembunyikan kepedihan hatinya. Sebenarnya Kira masih ingin berada di sana. Tapi untuk menemani Andros yang tampaknya sedang tak enak hati, Kira tidak membantah. Ia berdiri, lalu berjalan bersama Andros kembali ke hotel. *** Rasanya baru sebentar Kira memejamkan mata, suara bel di pintu sudah mengganggunya. Dengan setengah mengantuk, Kira menyibakkan selimut dan berjalan membuka pintu kamar. ”Gue ganggu tidur lo lagi nih!” kata Dean tanpa merasa bersalah. Walaupun sempat kesal karena acara tidurnya ter- www.facebook.com/indonesiapustaka


94 ganggu, Kira senang melihat Dean berdiri di hadapannya. Detak jantungnya mulai tak keruan saat menyadari betapa kerennya cowok itu dalam balutan kemeja putih lengan panjang dan celana hitam formal. ”Gue bawain dessert buat lo. Tadi gue coba, rasanya enak banget, jadi inget lo deh. Ini, gue beliin buat lo. Lo nggak takut gemuk kan, kalau makan malam-malam gini?” tanya Dean sambil menyerahkan kotak putih yang sedari tadi dipegangnya. Kira menggeleng pelan sambil mengambil kotak itu dengan setengah sadar. Ia sudah terlampau senang sampai nggak tahu lagi harus bilang apa pada Dean. ”Kok bengong sih?” tanya Dean heran. Kira tersentak dari lamunannya. ”Eh, nggak, cuma... cuma kaget aja. Salah lo juga bangunin gue. Lagian, kok tiba-tiba lo inget gue dan bawain ini ke gue?” Dean berpikir sejenak sebelum menjawab, ”Yah, itung-itung buat gantiin kesepian lo waktu nggak ada gue.” ”Ih, GR!” Dean tersenyum simpul. Walau terlihat agak enggan, Dean mengucapkan selamat tidur dan menyuruh Kira bergegas makan puding yang dibawanya. Kira baru menutup pintu kamarnya setelah Dean pergi. Kira memegang puding Dean dengan hati-hati www.facebook.com/indonesiapustaka


95 seakan benda pusaka. Dia tak bisa menghentikan senyum di bibirnya. Selama beberapa saat, Kira hanya memandangi puding tersebut dan tak tega memakannya sama sekali. Ketika ingat bahwa tak mungkin menyimpan puding itu, Kira baru memakannya pelan-pelan. *** ”Wuih, nggak terasa Kira dan Dean udah lima hari di Bali. Cepet banget ya waktu menghilang, padahal kayaknya baru kemarin kami sampai di Bali. Ya nggak, Dean?” sapa Kira riang saat Andros mengarahkan kameranya ke Kira. ”Bener banget, Ra. Gue udah betah sekarang, jadi nggak pingin pulang nih. Apalagi banyak tempat wisata yang belum sempat kita kunjungi,” sambung Dean sama riangnya dengan Kira. ”Oh ya, Ra, hari ini kita mau ke mana aja nih?” ”Jadwal kita hari ini, ya? Kita mau ke Besakih, Pasar Seni Sukawati, dan Tanah Lot. Seru, ya? Hari ini kita bakal ngelihat keindahan pura di Besakih dan bisa beli banyak kerajinan tangan di Sukawati. Sorenya, kita bisa main air di Tanah Lot. Wah, udah nggak sabar banget nih.” ”Ra, kayaknya lo kelupaan sesuatu soal Tanah Lot. Lo belum bilang ntar sore kita lihat sunset di sana.” www.facebook.com/indonesiapustaka


96 Kira hampir memekik kegirangan waktu Dean bilang begitu. Untung saja ia cepat sadar aksinya sedang direkam. ”Hari ini ada jadwal lihat sunset lagi, ya? Wah, kalau iya, gue harus bener-bener bilang makasih ke lo. Tambah nggak sabar aja nih. Kalau gitu, kita cepet berangkat deh. Guys, ikutin kami berdua, ya!” Kira dan Dean memasuki bus beriringan. Setelah keduanya menghilang ke dalam bus, Andros mematikan kamera dan menghela napas panjang. ”Tom, tolong gantiin gue ambil gambar mereka ya. Gue agak pusing,” kata Andros sambil menyerahkan kamera ke Tommi. Tommi segera mengambil kamera yang disodorkan padanya dan mengangguk mengerti. Andros menyusul Kira dan Dean dengan tidak bersemangat. Sekilas, Andros melihat Kira tersenyum padanya sambil mengisyaratkan agar dirinya duduk di sebelahnya. Namun, untuk pertama kalinya Andros memalingkan wajah, pura-pura tak melihat Kira. Ia mengambil tempat duduk terjauh dari Kira dan Dean agar tidak mendengar pembicaraan mereka. *** Kalau sebelumnya Kira sama sekali tak punya foto Dean, sekarang hampir semua jepretannya meng- www.facebook.com/indonesiapustaka


97 abadikan Dean. Bahkan kalau diingat-ingat, ada banyak juga foto mereka berdua di kamera Kira. Mbak Teti dan Mbak Heti termasuk getol meminta mereka foto berdua. Di antara semua anggota rombongan, hanya Andros yang tidak bersemangat. Sesekali ia memandang Dean dan Kira. Dan itu membuat semangatnya makin memudar. ”Dean, tunggu sebentar ya,” kata Kira setelah yakin Tommi tidak sedang merekam mereka berdua. Tanpa menunggu jawaban Dean, Kira berbalik dan melangkah lebar-lebar. Ia menghampiri Andros. ”Ndros, lo kenapa? Sakit?” tanya Kira agak cemas. Sejak tadi memperhatikan Andros, Kira yakin ada sesuatu yang tidak biasa pada cowok itu. Andros yang nggak menyangka bakal dihampiri Kira jelas kaget dan gelagapan. ”Eh, nggak pa-pa kok, Ra. Cuma pusing sedikit.” ”Kenapa nggak bilang dari tadi? Kan lo bisa istirahat di hotel.” Andros hanya tersenyum. Dalam hati ia lega. Paling tidak, Kira masih peduli padanya. ”Ada apa nih?” Dean tiba-tiba muncul di hadapan Andros dan Kira, sekaligus membuat kegembiraan Andros menguap. ”Andros lagi nggak enak badan, Dean. Kita temen- www.facebook.com/indonesiapustaka


98 in aja ya. Jadi kalau ada apa-apa, kita bisa tahu,” jawab Kira tenang. Andros tersenyum dalam hati mendengar jawaban Kira. Yah, daripada melihat Kira dan Dean berduaan, lebih baik begitu. Dari sudut matanya, ia bisa melihat kejengkelan Dean. Andros jadi berpikir, apa iya Dean juga jatuh cinta pada Kira? *** Andros, Dean, dan Kira tetap berjalan bertiga di Pasar Seni Sukawati. Andros hanya memisahkan diri dari mereka bila Tommi mau merekam aksi keduanya. Itu pun dilakukan dengan sangat berat hati. Setelah itu, ia tak membiarkan sedetik pun Dean berduaan dengan Kira. Mereka bertiga menyusuri deretan kios dengan santai. Sebentar-sebentar mereka berhenti di sebuah kios untuk melihat-lihat. Diam-diam, Kira bangga juga bisa berjalan dengan dua orang cakep seperti Dean dan Andros. Tanpa diberitahu, ia bisa merasakan tatapan iri para pengunjung wanita yang kebetulan memperhatikannya. ”Ra, kata lo, lo pingin ngasih sesuatu yang unik buat sahabat lo. Ini unik, Ra,” kata Andros sembari menyodorkan sehelai kain Bali dengan motif garisgaris yang indah. Hampir bersamaan, Dean juga www.facebook.com/indonesiapustaka


Click to View FlipBook Version