The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Novel Romance Repository, 2023-10-25 22:38:25

BALI TO REMEMBER

BALI TO REMEMBER

149 Kira memutus sambungan telepon dan mulai bercuap-cuap lagi. ”Oke, sekarang saatnya kita tahu bintang tamu kita sebenarnya. Tapi, kita dengerin dulu lagu dari Rossa.” Kira kembali melepas headphone begitu suara Rossa mengalun. ”Apa yang lo pikirin tadi?” tanya Dean memecah kesunyian di antara mereka. ”Bukannya lo sendiri yang bilang nggak akan ngajak gue ngobrol sekarang?” ”Oke. Basa-basi juga nggak boleh?” ”Apalagi itu!” ”Oke...” Mereka berdua kembali terdiam. Menjelang lagu berakhir, Kira kembali memasang headphone-nya. ”Oke semua, balik lagi sama Kira di sini. Sekarang, biarin deh bintang tamu kita yang satu ini ngenalin diri.” ”Wah, wah... Ternyata penyiar satu ini pinter bikin orang penasaran, ya. Oke, hai semua, gue Dean Christian. Tadi Aura dan Nindi berhasil ngejawab tebakan Kira dengan tepat banget. Emang hadiahnya apaan, Ra?” ”Wah, itu surprise buat mereka. Yang jelas, hadiahnya bisa diambil mulai besok di sini saat jam kerja. Oke, sekarang kita terima telepon lain dari semua yang masih pingin ngobrol sama Dean.” www.facebook.com/indonesiapustaka


150 *** Kira sengaja membereskan peralatannya selambat yang dia bisa. Dia setengah berharap Dean akan bosan menunggu hingga memutuskan untuk meningggalkan dirinya. Namun begitu melirik Dean, Kira tahu harapannya sia-sia. Dean tampak begitu sabar dan santai menunggu Kira. Sadar bahwa Dean tidak akan mungkin pergi sebelum berbicara dengannya, Kira membereskan meja dengan kasar dan sekenanya. ”Udah malam, gue mau pulang. Terserah lo mau ngapain di sini!” kata Kira tanpa memandang Dean sekali pun. Kira berjalan mendekati pintu, namun sebelum sempat memegang kenop pintu, Dean menarik tangan Kira dan menahannya. ”Please, Ra, izinin gue ngejelasin hal itu ke lo. Paling nggak, kasih gue waktu lima menit aja.” Kira menepis tangan Dean dengan kasar. Sama sekali tidak digubrisnya permintaan Dean. Saat Dean menyentuh tangannya lagi, Kira baru berhenti berjalan dan menepisnya dengan kasar. ”Baiklah, tapi hanya lima menit!” Kira melangkah gusar ke bangku yang ada di ruangan tersebut. Dean ikut melangkah dan raguragu duduk di samping Kira. Dengan cepat, Kira menggeser posisi duduknya menjauhi Dean. www.facebook.com/indonesiapustaka


151 Dean duduk dengan gelisah. Namun hanya sekian detik, karena detik berikutnya Dean berdiri di hadapan Kira. ”Kira, dengarkan. Gue minta maaf karena ucapan gue tentang lo ke Jimmy. Perlu lo tahu, semua adalah kata-kata bohong.” Kira mendengus dan memalingkan wajah. ”Gue tahu terdengar gombal, tapi gue nggak pernah ngomong seserius ini, Ra. Waktu itu gue tertekan. Gue terpaksa ngomong gitu ke Jimmy supaya dia nggak ngelarang gue deket sama lo. Gue nggak tahu Jimmy tahu dari mana, yang jelas dia memperingatkan gue untuk menjaga jarak dengan lo sejak kita lihat sunrise. Dan asal lo tahu, dia nyuruh gue janji nggak bakal nemuin lo sehabis acara di Bali. Gue tahu itu nggak mungkin, Ra, makanya gue terpaksa ngomong kayak gitu. Sungguh, Ra, gue terpaksa...” Dean menghentikan kata-katanya untuk menarik napas. ”Kalau lo mau tahu perasaan gue yang sebenarnya, gue bakal bilang bahwa gue nggak pernah nganggep lo sebatas fans gue. Gue baik sama lo karena gue memang pingin kenal lo lebih deket. Gue...” ”Lima menit lo udah habis!” potong Kira sambil bangkit dari tempat duduknya. Dean tampak sangat terpukul dengan tindakan Kira. ”Lo nggak percaya gue?” tanya Dean lemah. www.facebook.com/indonesiapustaka


152 Kira tersenyum lemah. ”Elo tahu sendiri, gue nggak pernah janji mau percaya lo, kan? Gue cuma ngasih waktu lima menit, dan itu pun sudah lo habiskan. Sekarang gue mau pulang. Jangan ganggu gue lagi.” Dean cepat-cepat menghalangi langkah Kira. Dihadang seperti itu, Kira terpaksa berhenti dan melotot geram melihat tingkah Dean. ”Kenapa sih lo nggak bisa percaya gue?” Kira memilih tidak menjawab dan melangkah mendekati pintu. Saat telah membuka pintu, baru Kira berbalik menatap Dean. ”Karena lo artis yang bisa bersandiwara kapan pun dan di mana pun lo mau. Kalau lo mau gue percaya lo, mendingan cari cara yang lebih efektif daripada nyuruh gue ngedengerin omongan lo.” Kira melangkah meninggalkan Dean yang segera menyusulnya. ”Ra, tolong bilang ke gue cara ngembaliin hubungan kita supaya bisa baik kayak dulu lagi. Gue janji bakal ngelakuin apa pun yang gue bisa asal lo nggak kayak gini ke gue.” Kira mendengus tanpa berhenti melangkah. ”Gue nggak inget kita pernah punya hubungan baik. Tapi sudahlah, sekarang gue mau pulang. Elo jangan ikutin gue lagi. Ngerti?” Dean tidak jadi menjawab. Dia tersenyum pada Doni yang mendekati mereka. www.facebook.com/indonesiapustaka


153 ”Ra, lo pulang sama siapa? Tumben pacar lo yang biasanya setia nungguin nggak keliatan hari ini. Lagi marahan, ya?” tanya Doni ngablak. Kira memukul Doni dengan buku yang dipegangnya. ”Pertama, Andros bukan pacar gue. Sekali lagi lo ngegosipin dia sama gue, gue nggak bakal lagi mau nraktir lo! Kedua, dia tetep jemput gue kok. Lo nggak perlu khawatir.” ”Gila juga nih cewek. Siapa juga yang khawatirin lo? Yang ada, gue khawatirin orang yang nganterin lo. Kok bisa-bisanya ya Andros tahan nganterin cewek cerewet dan galak kayak lo?” Kira kembali memukul Doni dengan buku. Dean hanya meringis sopan melihat candaan Kira dan Doni. ”Duh, daripada babak belur, mending gue duluan, ya!” pamit Doni pada Kira dan Dean. Begitu Doni meninggalkan mereka, Dean kembali mengikuti Kira dan buka suara, ”Lo sama Andros masih sering ketemu, ya?” ”Bukan urusan lo!” Dean terdiam, namun tetap mengikuti Kira. ”Lo kenapa sih ngikutin gue terus?” ”Lo nggak mau gue anterin pulang?” ”Lo nggak denger tadi gue bilang ke Doni bahwa Andros bakal jemput gue?” Dean terdiam lagi. Ia mengikuti Kira sampai ke www.facebook.com/indonesiapustaka


154 pintu keluar. ”Kalau begitu, gue bakal temenin lo sampai jemputan lo datang.” ”Nggak perlu! Gue bete kalau ngelihat lo.” ”Gue cuma pingin mastiin lo aman, Ra. Sekarang kan sudah malam, sedangkan lo cewek, sendirian pula.” ”Justru gue butuh dijaga kalau ada orang kayak lo!” ”Elo emang pinter bikin orang emosi, Ra!” ”Bagus lo tahu! Makanya, mendingan lo cepet pergi dari sini supaya nggak jadi sasaran amukan gue.” ”Tapi, itu salah satu yang bikin gue suka sama lo, Ra!” Kira membelalak. Dean tengah menatapnya sendu. Ketika mata mereka bertemu, Kira merasakan detak jantungnya benar-benar tak menentu. Kenangan singkat namun indah yang sempat dirasakannya bersama Dean mengusik pikirannya. Betapa ingin Kira mengulang saat itu. Entah mengapa, Kira merasakan dorongan kuat untuk memaafkan Dean. Ingat, Kira, dia artis. Kalau dia bisa menyiapkan sunset dan sunrise untuk menarik simpati lo, omongan seperti ini juga bukan hal yang sulit buat dia. Jangan bodoh, Kira! tegas Kira pada dirinya sendiri. Kira buru-buru mengalihkan tatapannya pada Dean. ”Jangan mainin perasaan orang, Dean. Hal seperti itu bukan untuk dibuat main-main!” Dean menatap Kira tak percaya. Astaga Kira, gue www.facebook.com/indonesiapustaka


155 nggak serendah itu. Gue nggak mungkin ngomong kayak gitu ke lo kalau gue nggak punya perasaan istimewa. Gue... Dean otomatis menghentikan lamunannya dan mengalihkan pandangan pada Andros yang baru saja datang. ”Dean? Ngapain lo di sini? Terus lo, Ra, nggak kelamaan kan nunggu gue?” Sebelum sempat dilihat Andros, Kira memalingkan wajahnya dan cepat-cepat menghapus air mata yang mulai berdesakan keluar dari matanya. ”Nggak ada masalah kok, Ndros, tenang aja!” jawab Kira sambil berusaha tersenyum. Andros tersenyum lega. Cepat-cepat dialihkannya pandangannya pada Dean. ”Lo belum jawab pertanyaan gue tadi. Lo ngapain di sini?” ”Gue habis jadi bintang tamu acara Kira,” jawab Dean tak sabar. Andros menatap Kira. ”Bukannya lo bilang hari ini si Andra yang jadi bintang tamu?” Kira mengangkat bahu. ”Nggak penting deh, Ndros. Kita pulang yuk. Gue capek.” Tanpa disuruh dua kali, Andros berjalan mendahului Kira. Tapi ketika ia mendengar Dean memanggil Kira dan berusaha menahan gadis itu, Andros berbalik dan menggandeng tangan Kira tanpa memedulikan Dean yang gusar. www.facebook.com/indonesiapustaka


156 ”ADUH, gals, sori, gue lama banget, ya?” tanya Kira begitu membuka pintu kamarnya malam itu. Tiga sosok gadis yang tengah tertawa serentak mendongak dan menghentikan aktivitas mereka. Setelah Kira melempar tasnya dan mengendurkan otot-otot kakunya, Aura, Cecil, dan Sandra kembali melanjutkan kegiatan mereka. Aura dengan majalah mode yang tengah dibacanya di ranjang Kira. Cecil dan Sandra dengan komputer Kira. Biasanya, minimal seminggu sekali, Kira dan gengnya berkumpul di salah satu rumah mereka. Dan biasanya rumah Kira-lah yang dijadikan markas. Pertama, karena lokasi rumah Kira ada di tengahtengah rumah mereka berempat. Kedua, karena di antara mereka, Kira-lah yang punya jadwal paling padat sehingga dengan memilih rumah gadis itu, mereka dapat mempercepat waktu bertemu. Bab 10 www.facebook.com/indonesiapustaka


157 ”Ngapain aja lo sampe jam segini? Untung tadi gue sempet ketemu nyokap lo. Kalau nggak, bisabisa gue baru masuk rumah pas lo dateng!” protes Aura sambil terus membaca majalah. Kira menoleh ke arah Aura dengan wajah capek. ”Emang nyokap gue pergi ya, Ra?” Aura cuma mengangguk singkat. ”Akhir-akhir ini nyokap gue sering keluar malam nih. Tambah sibuk kali, ya?” ”Iya, kali. Terus, lo sendiri kenapa lama banget hari ini?” ”Aduh, gals, sori banget... Tadi gue lama soalnya nunggu Andros jemput gue. Dia juga sama kayak Nyokap, akhir-akhir ini kelihatannya makin sibuk aja. Udah beberapa kali dia ngotot mau jemput gue, tapi telat jemputnya.” ”Yee, paling nggak lo kan bisa hubungi kami. Bosen tahu, nunggu lo sampe hampir satu jam!” ”Hehe... sori deh, gals. Tapi, tadi gue lama garagara beli terang bulan buat kalian.” ”Tukang sogok lo!” Kira tertawa dan bangkit dari ranjang. Dengan setengah hati, ia melangkah ke lemari pakaian. ”Terang bulannya gue taruh di meja makan. Kalian ambil sendiri ya. Gue mandi dulu.” Tanpa menunggu jawaban teman-temannya, Kira melangkah ke kamar mandi. Ketika gadis itu keluar www.facebook.com/indonesiapustaka


158 dari kamar mandi lima belas menit kemudian, Kira penasaran pada apa yang sedang dilihat serius oleh Aura, Cecil, dan Sandra di depan komputer. ”Kalian ngeliat apa sih? Serius banget?” tanya Kira sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk. Begitu tahu apa yang dilihat teman-temannya, Kira membeku. Ternyata mereka tengah memandangi foto-foto Kira dan Dean yang belum sempat Kira hapus dari komputer. ”Ra, sumpah, kalian kelihatan akrab banget di sini. Masa sih sekarang kalian nggak saling ngomong?” tanya Cecil sambil menatap Kira lekat-lekat. ”Iya, Ra, di foto kalian akrab banget. Gue masih nggak percaya kalian bisa diam-diaman,” tambah Sandra. Kira mengangkat bahu. ”Begitulah kalau artis ketemu calon artis. Nggak kelihatan sandiwaranya,” jawab Kira seenaknya. Aura menatap Kira dalam diam. Kira sadar, Aura sedang memaksanya mengakui perasaannya dengan tatapan menyelidik seperti itu, namun Kira sama sekali tidak berniat membahas Dean dengan siapa pun hari itu. ”Lo kenapa? Nafsu sama gue?” tanya Kira pada Aura, yang menarik perhatian Cecil dan Sandra. ”Gila lo, amit-amit deh!” balas Aura sambil me- www.facebook.com/indonesiapustaka


159 lempar bantal kecil ke Kira. Kira tertawa dan kembali melempar bantal itu ke Aura sebelum merebahkan diri di ranjang. ”Lo masih nggak mau ngaku suka Dean?” tanya Aura santai. Cecil dan Sandra yang mulanya lebih tertarik pada gambar di komputer Kira, kini bergabung dan duduk di samping Kira. ”Elo jangan mulai ngaco deh, Aura sayang!” kata Kira santai. ”Kira sayang, lo inget nggak kita udah temenan tiga tahun? Gue tahu banget siapa lo dan gimana lo. Kalau lo emang nggak punya perasaan apa-apa pada Dean, harusnya lo nggak perlu semarah itu sama dia. Harusnya lo nggak perlu mendadak jadi pendiem sejak lo siaran bareng Dean. Lo seharusnya ngaku aja ke kami, siapa tahu kami bisa bantu sesuatu.” ”Tunggu. Tunggu. Kok gue nggak tahu sih soal Kira siaran barengan Dean? Kapan?” potong Sandra. ”Aduh, San, nggak penting deh kayaknya. Salah lo sendiri, keseringan deket-deket pacar baru lo itu sih!” kilah Cecil tak sabar. Sandra hanya tersenyum malu dan kembali memusatkan perhatian pada Kira. Kira menatap teman-temannya dengan putus asa. ”Gue nggak suka Dean! Terserah kalian mau percaya atau nggak.” www.facebook.com/indonesiapustaka


160 Aura, Cecil, dan Sandra memang nggak bicara apa-apa, namun Kira tahu banget nggak satu pun dari sahabatnya itu yang percaya pada perkataannya barusan. ”Koleksi foto lo kok ngomong lain, Ra? Andros yang katanya lo suka malah hampir nggak ada fotonya di kamera lo. Lagian, Ra, lo sama Dean kayak pasangan yang lagi jatuh cinta, gitu. Mesra banget kelihatannya!” cerocos Cecil tak mau kalah. Kira tersenyum getir mendengar kata-kata Cecil. Dean suka padanya? Oh, yang benar saja... ”Cuma gue kok yang suka sama Dean. Dean-nya sendiri nggak,” gumam Kira pelan. Aura, Cecil, dan Sandra tersenyum simpul. Kira menutup mulutnya begitu sadar dirinya telah membuka perasaannya sendiri tanpa sengaja. Padahal Kira sama sekali nggak berminat membicarakan soal itu ke teman-temannya. Bukannya nggak percaya, tapi Kira malas menghadapi pembahasan tentang Dean oleh teman-temannya. ”Jadi, lo bener-bener suka Dean?” tegas Aura. Kira tersenyum putus asa. Sudah kepalang basah, Kira tak punya pilihan selain mengaku. Dia mengangguk perlahan. ”Bukannya lo udah yakin banget, bahkan sebelum gue ngomong?” ”Kira, gue serius!” ”Sama...” www.facebook.com/indonesiapustaka


161 ”Jadi, lo suka sama Dean?” ”Positif! Makanya waktu tahu dia cuma pura-pura baik sama gue, gue rasanya sakit hati banget...” Aura, Cecil, dan Sandra serentak memeluk Kira, mencoba menghibur sahabat mereka. ”Hoi, kalian apa-apaan sih? Meski patah hati, gue nggak mau ngubah minat ke cewek kok!” seru Kira. Aura yang paling cepat melepaskan pelukannya. ”Dasar ngaco! Gue pikir lo bakal nangis waktu inget Dean.” ”Sori aja, udah cukup gue nangis gara-gara cowok nggak berarti kayak gitu. Sekarang gue nggak mau peduli lagi sama yang namanya Dean Christian.” Sandra mengacak-acak rambut Kira. ”Nah, ini baru Kira yang gue kenal. Tenang aja, Ra, kalau Dean jahat sama lo, yang rugi juga dia kok. Lagi pula, kan masih ada Andros...,” kata Sandra sambil tersenyum menggoda. ”Astaga, bukannya gue udah bilang berulang kali, gue dan Andros nggak ada apa-apa. Kok nggak percaya sih?” ”Yah, nggak mungkinlah kalau nggak ada apaapa. Tiap hari dia jemput lo. Kalau nggak ada perasaan ke lo, ngapain dia bela-belain jemput lo tiap hari?” ”Dia sahabat gue, sama kayak gue dan kalian...” ”Iya deh, terserah lo aja... Tapi, kok gue belum www.facebook.com/indonesiapustaka


162 tahu cerita tentang Dean yang siaran bareng lo, ya? Ceritain dong, Ra!” ”Nggak ada yang spesial. Dia jadi bintang tamu acara gue karena Andra nggak bisa datang. That’s it...” ”Terus, lo sama dia ngapain?” ”Ya nggak ngapa-ngapainlah, San. Dia cuma sempet minta maaf ke gue.” ”Terus lo maain?” ”Nggak...” ”Yah, kenapa? Siapa tahu dia bener-bener tulus minta maaf ke lo!” ”Gue udah nggak bisa percaya sama dia, San.” ”Mungkin dia sungguh-sungguh. Elo bakal nyesel lho kalau udah punya pikiran buruk tentang dia.” Kira mulai memasang wajah jengkel. Aura dan Cecil cepat-cepat menyuruh Sandra diam dengan isyarat mata mereka. Sandra sebenarnya masih mau berkomentar tentang sikap Kira, tapi daripada dikira pro-Dean atau malah mau bersikap sok romantis gara-gara baru jadian, dia memilih tutup mulut. ”Udah, udah, kita makan terang bulan dulu yuk. Lapar nih!” kata Aura sambil berdiri lalu berjalan cepat menuju pintu kamar Kira. ”Oh ya, gals, besok kita jadi kan ke Kafe C?” Inget akan acara yang sudah ditunggunya beberapa hari terakhir, Kira mengangguk bersemangat. www.facebook.com/indonesiapustaka


163 ”Cuma hujan badai yang bisa membuat gue nggak nonton acara Andre Sanusi besok!” ”Oke, gue jemput jam tujuh. Nggak pake telat.” *** Suasana kafe cukup ramai ketika Kira dan temantemannya tiba. Untung saja mereka bisa menemukan tempat duduk yang strategis walau agak jauh dari panggung. Malam itu Andre didaulat jadi host acara nonton bareng Liga Italia di kafe itu. Walau nggak suka bola, Kira and the gank rela meluangkan waktu di sana. Kira datang demi mendengar dan melihat salah satu panutannya dalam gaya membawakan acara. Aura, Cecil, dan Sandra demi menemani Kira. Yah, sekalian nongkrong. Mereka berempat asyik ngerumpi saat pengunjung lainnya tengah memperhatikan jalannya pertandingan. Mereka baru akan meneguk lemon tea saat Aura memberi isyarat pada Cecil dan Sandra untuk mengikutinya. Walaupun nggak mengerti maksud Aura, Cecil dan Sandra tetap beranjak dari tempat duduk mereka. ”Lo nggak ngajak gue nih?” tanya Kira pada Aura dengan agak dongkol. ”Kami cuma mau ke toilet kok. Kalau lo ikut, siapa dong yang jaga tempat kita?” www.facebook.com/indonesiapustaka


164 Kira merengut dan meneguk lemon tea-nya sambil berpura-pura kesal. ”Jangan lama-lama ya!” kata Kira pasrah. Hanya selang beberapa detik, Kira mengerti alasan teman-temannya meninggalkan dirinya. Kira melihat sosok Dean yang berjalan ke arahnya. Meskipun Kira pura-pura tak melihat Dean dengan mengalihkan pandangannya pada layar besar yang menampilkan pertandingan malam itu, toh tak bisa dimungkiri ada yang berdebar dalam dadanya. Dengan mantap Dean duduk di kursi kosong di sebelah Kira. Kira nggak bisa pura-pura nggak melihat Dean saat itu. ”Bangku itu sudah ada orangnya!” kata Kira ketus sambil mengalihkan pandangannya dari televisi besar yang memang disiapkan pihak kafe. ”Gue akan pergi begitu pemiliknya kembali.” Kira terdiam dan memilih nggak meladeni Dean. Toh dia juga nggak tahu jawaban yang harus diberikan ke Dean saat itu. ”Gue bingung harus berbuat apa lagi buat ngeyakinin lo. Kenapa sih lo nggak bisa percaya sama gue? Lo pikir deh, andai kata-kata gue ke Jimmy tempo hari itu bener, menurut lo, apa gue bakal repot-repot berusaha ketemu dan ngejelasin ke elo fakta yang sebenernya? Kalau lo nggak istimewa buat gue, lo pikir gue mau ngemis-ngemis ke Andra www.facebook.com/indonesiapustaka


165 supaya dia mau gue gantiin pas lo siaran? Kalau gue nggak peduli sama lo, lo pikir gue rela ngabisin waktu istirahat gue dan berusaha kabur dari Jimmy hanya untuk ketemu bentar sama lo? Jawabannya nggak, Ra. Gue nggak bakal rela kalau gue nggak ada feeling sama lo!” Kira tersentak dan menatap Dean sejenak. Emosinya campur aduk. Ada perasaan terharu karena Dean rela melakukan hal-hal yang baru dia sebutkan buat Kira. Ada perasaan jengkel karena selama itu dimata-matai Dean. Ada juga perasaan marah karena ditipu Dean tentang Andra. Yang nggak bisa dimungkiri, Kira hampir saja luluh dan percaya pada Dean. Namun waktu ingat profesi Dean, Kira nggak jadi terharu. Perkataan Dean semuanya masuk akal, semuanya menyentuh hati Kira, tapi Kira sangat dungu kalau memercayai kata-kata Dean lagi. Bagaimanapun juga, Dean kan aktor. Pemenang aktor terbaik dua tahun terakhir. Pasti bukan hal sulit baginya jika harus berakting menyesal seperti saat itu. Mungkin Dean takut Kira akan menjelek-jelekkan dirinya di mata penggemar Dean yang lain. Kira menghela napas kesal sebelum berkata, ”Pertama, gue nggak pernah minta lo lakuin semua itu buat gue. Kedua, lo tenang aja, walapun gue benci banget sama lo, gue nggak bakal bocorin sifat jelek lo ke www.facebook.com/indonesiapustaka


166 penggemar-pengemar lo yang lain. Elo nggak perlu lagi buang-buang waktu buat narik simpati gue!” Dean terenyak mendengar perkatan Kira. ”Astaga, Kira, bisa-bisanya lo mikir kayak gitu! Gue nggak sekurang ajar itu, Kira. Elo... elo keras kepala banget, tahu nggak?” ”Bagusnya itu bisa ngejaga gue biar tetep rasional dan nggak gampang percaya sama aktor kayak lo!” ”Gue nggak pernah ngerti cara berpikir lo, Ra. Gue nggak ngerti alasan lo bisa semarah itu ke gue. Gue tahu gue salah, tapi gue nggak tahu yang bikin lo bener-bener anti sama gue dan nggak mau maain gue kayak gini!” Karena gue cinta lo, Dean! Makanya gue nggak gampang maain lo! Sesaat, jawaban itu muncul di otak Kira, namun cepat-cepat ditepisnya. ”Kalau gue berani minta maaf ke lo di hadapan publik, lo mau maain gue?” tanya Dean tiba-tiba. Kira menyeringai kasar dan tertawa sinis. ”Lo nggak bakal berani, Dean! Tapi gue pasti maain lo kalau lo bener-bener berani ngomong ’sori’ di hadapan publik.” Dean berdiri dengan kecewa. ”Lo bakal lihat gue emang berani ngelakuin itu, Ra. Gue cuma mau ngomong satu hal: gimanapun juga, gue serius dan tulus minta maaf ke lo! Sekarang, selamat bersenangsenang. Pulangnya ati-ati ya, Ra.” www.facebook.com/indonesiapustaka


167 Tanpa menunggu tanggapan Kira, Dean membalikkan badan dan melangkah meninggalkan Kira. Kira mengawasi kepergian Dean dengan kecewa. Ingin sekali ia memercayai semua kata-kata Dean, tapi entah mengapa, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Walaupun sedih, Kira tetap menampilkan wajah yang cukup garang saat dirinya melihat sahabatsahabatnya kembali. ”Gue tahu kalian sengaja!” kata Kira pendek. ”Dan elo seharusnya berterima kasih karena kami udah ngasih kesempatan buat memperbaiki hubungan!” potong Aura tak sabar. ”Tapi kayaknya sia-sia deh,” sambung Cecil. ”Gue kan udah bilang, gue dan Dean nggak ada apa-apa!” ”Kalau gitu, tegesin ke diri lo sendiri, Ra, jangan ke kami!” Kira pura-pura nggak mengerti perkataan sahabatnya. Dengan agak salah tingkah, Kira kembali purapura menikmati pertandingan sepak bola yang sebenarnya sama sekali tak diminatinya. www.facebook.com/indonesiapustaka


168 ”KALIAN ya, yang janji kita cuma mau makan siang di sini!” kata Kira yang tengah dipaksa sahabatsahabatnya memasuki mal di pusat kota itu. ”Ya ampun, Kira! Iya, kita cuma makan. Terus gue bakal anterin lo ke Blue Station tercinta lo itu. Lo nggak bakal telat kok!” kata Aura agak bosan. ”Iya, Ra, bentar aja. Lagian, kita kan jarang bebas bimbel kayak gini. Harus dimanfaatin dong!” sambung Cecil bersemangat. Tanpa perlu dipaksa seperti sebelumnya, Kira dan teman-temannya memasuki mal yang saat itu agak lengang. ”Kita makan di foodcourt aja ya, seperti biasa,” usul Sandra yang segera disetujui ketiga temannya. Mereka melangkah ke foodcourt. Di sana mereka mengambil tempat duduk strategis. Setelah masingBab 11 www.facebook.com/indonesiapustaka


169 masing memesan makanan, mereka kembali berkumpul dan mulai berceloteh ramai. ”Habis ini kita cari baju, ya. Mumpung sudah di sini,” goda Aura sengaja memanas-manasi Kira. Kira langsung melotot dan mendesis jengkel, ”Hei, yang bener aja! Bisa beneran telat nih gue. Nggak ada acara cari baju hari ini!” Cecil dan Sandra tertawa melihat raut wajah Kira. Mereka hafal betul sifat sahabat mereka yang satu ini. Kira memang menyenangkan, tapi kalau sudah tegang, dia jadi luar biasa menjengkelkan. Sama sekali nggak bisa diajak bercanda. Dan sejak pertemuannya dengan Dean di kafe kemarin, Kira jadi dua kali lebih menyebalkan dibanding biasanya. ”Ya ampun, Ra, jangan sensi gitu dong! Lo tetep aja nggak bisa diajak bercanda rupanya!” kata Aura sambil mengambil minuman yang baru dibawakan pramusaji ke meja mereka. Kira juga mengambil minuman dan langsung menyesapnya dalam-dalam. Dari tadi dia memang haus dan es lemon tea benar-benar berhasil menyejukkan kerongkongannya. Kira mencoba santai bersama teman-temannya. Dari kemarin susah sekali menghapus bayangbayang Dean dari otaknya. ”Oh ya, Ra, lo udah telepon Andros supaya dia nggak jemput lo hari ini?” tanya Cecil santai. www.facebook.com/indonesiapustaka


170 Kira menepuk dahi dan cepat-cepat meraih ponsel. Namun belum sempat menyambung, Kira sudah mematikan ponselnya. Ia menatap tidak percaya ke arah seorang wanita yang sedang menikmati makan siang bersama seorang pria. Aura, Cecil, dan Sandra menatap Kira dengan rasa ingin tahu. Mereka mengikuti pandangan Kira dan dengan cepat memahami pemandangan yang membuat Kira terlihat begitu syok. ”Itu nyokap lo ya, Ra? Sama siapa? Seperti orang pacaran, ya? Mesra,” gumam Sandra seperti menyuarakan pikiran Kira. ”Nyokap gue selingkuh,” kata Kira kecewa. Serentak, Aura, Cecil, dan Sandra mengalihkan pandangan mereka dari mama Kira. Mereka nggak yakin dengan kalimat yang baru saja diucapkan Kira. ”Lo bilang apa, Ra?” tanya Aura heran. Tanpa mengalihkan pandangan dari mamanya, Kira mengulangi kata-katanya tadi. Raut wajah Kira muram. Ia tidak pernah menyangka akan melihat mamanya bersikap mesra terhadap pria selain papanya! ”Gue pikir otak lo cerdas, Ra, tapi ternyata gue salah,” kata Aura sambil menatap tajam Kira. Kira membalas tatapan Aura dengan sama tajamnya. www.facebook.com/indonesiapustaka


171 ”Kalau gue nggak salah inget, nyokap dan bokap lo udah lama cerai. Mereka bahkan hampir nggak pernah bertemu sekarang. Kalau nyokap lo jalan sama cowok lain sekarang, lalu situasi begitu lo sebut selingkuh, gue nggak tahu harus nyebut lo tolol atau sangat tolol!” Kira menatap Aura dengan jengkel. ”Lo ngejengkelin banget, tahu nggak sih?” ”Sama, lo juga!” tantang Aura. Kira terdiam. ”Elo nggak boleh egois, Ra. Elo seharusnya senang ngeliat nyokap lo bisa nemuin orang yang sayang padanya. Bukan cuma lo yang butuh kasih sayang, nyokap lo juga butuh,” kata Aura lagi. Lagi-lagi Kira terdiam. Untuk kali ini, Kira agak tersentak dengan perkataan Aura. Rasanya masuk akal. Selama ini, jika dia ada masalah, mamanyalah yang memberi nasihat dan menguatkannya. Lantas, jika Mama yang punya masalah, siapa yang akan memberinya saran dan menguatkannya? Namun, kenapa Mama nggak pernah cerita soal pria itu ya? Kenapa Kira harus tahu seperti sekarang? Kira menatap Aura yang kini memandangnya dingin. ”Tapi, lo nggak tahu yang gue rasain, Aura. Ortu lo nggak cerai, Ra,” kata Kira pelan. Giliran Aura yang terdiam. Namun hanya sebentar. ”Kadang gue harap bokap-nyokap gue milih www.facebook.com/indonesiapustaka


172 cerai aja daripada seperti ini. Paling nggak, kalau cerai, mereka nggak perlu ngabisin barang pecahbelah di rumah gue, nggak perlu saling bentak sampai kedengeran tetangga. Dan, gue sama adik gue nggak perlu cari-cari kegiatan biar jarang ada di rumah,” kata Aura santai. Asli, mendengar penuturan Aura, Kira benarbenar merasa bersalah. Selama ini dia tahu orangtua Aura memang kurang akur, tapi dia nggak nyangka Aura yang selalu tampak kalem justru mengalami tekanan sepedih itu. Cecil dan Sandra juga tidak mengetahui hal itu. Mereka bertiga memandang Aura dengan iba dan merasa bersalah karena tidak pernah tahu. ”Salah satu alasan gue nggak mau ngomong ke kalian, ya ini! Gue nggak pingin kalian iba ke gue kayak sekarang,” lanjut Aura. ”Harusnya lo cerita aja, jadi kami bisa nemenin lo. Curhat bikin lo nggak terlalu sedih,” kata Kira tulus. Aura tersenyum. ”Gue udah biasa. Lagi pula, ortu gue sepertinya udah bisa nerima usul gue supaya cerai.” Dari sedih, wajah Kira berubah suram. ”Itu bukan ide yang bagus, Aura. Elo bisa kehilangan igur salah satu ortu lo, seperti gue...” ”Kirana Wijaya... Sebenernya lo nggak pernah ke- www.facebook.com/indonesiapustaka


173 hilangan igur ayah lo. Elo sendiri yang nggak mau sering ketemu bokap lo sejak dia mutusin cerai sama nyokap lo. Lagi pula, Ra, kalau dua orang sudah nggak cocok dan nggak bisa tinggal bareng dalam satu rumah, jalan terbaik ya cerai. Ambil contoh ortu gue. Kalau nggak cerai, bisa-bisa gue kehilangan figur kedua orangtua gue gara-gara kasarnya pertengkaran mereka!” potong Aura realistis. Kira menatap Aura dengan kagum. Kadangkadang dia iri pada temannya yang satu itu. Aura luar biasa tegar dan realistis. Padahal, masalahnya jauh lebih berat daripada masalah Kira. Kira rasanya jadi malu. Mau tak mau, Kira mengakui pikirannya yang sempit karena marah melihat mamanya bersama pria lain. ”Nyokap lo pantes bahagia, Ra. Gue pribadi tetep nganggep dia sebagai nyokap terhebat yang pernah gue temuin. Selama ini lo sudah dicurahi kasih sayang berlimpah darinya. Sekarang giliran dia yang mendapat kasih sayang dari pria lain, mungkin pria itu,” kata Aura lagi. Kira tersenyum haru mendengar perkataan Aura. Ia kembali melihat mamanya. Benar kata Aura, mamanya pantas bahagia. Sudah lama ia tidak melihat keceriaan dan kebahagiaan yang seperti sekarang diperlihatkan mamanya. Dia nggak boleh egois. ”Thanks, gals... Kalian udah buka pikiran gue... www.facebook.com/indonesiapustaka


174 Udah ah, makan yuk, gue laper!!” kata Kira sambil menyeka sendok dan garpu plastik di meja dengan sehelai tisu. ”Elo nggak ngabarin Andros, Ra!” ucap Cecil tenang. Dan sekali lagi Kira menepuk dahi. Ia kembali meletakkan sendok dan garpu, lalu buru-buru mengetik SMS untuk Andros dari ponselnya. ”Jadi, Cil, walau lo tahu Andros suka sama Kira, lo tetap naksir Andros nih?” tanya Aura tiba-tiba membuat Kira dan Cecil tersedak. ”Aura, gue nggak ngerti lo ngomong apa!” protes Cecil cepat. Sandra tersenyum kecil. ”Gue dan Aura udah tahu kok, Cil. Kelihatan banget. Cuma Kira aja yang nggak peka, jadi nggak bisa ngerasain!” kata Sandra tenang. Wajah Kira dan Cecil memerah untuk alasan yang berbeda. Kira karena malu dengan minimnya pengetahuan tentang sahabat-sahabatnya, sedangkan Cecil karena menyadari betapa mudah pikirannya terbaca. ”Cil, sumpah, gue sama Andros nggak ada hubungan apa-apa kok. Dan sampai kapan pun nggak bakal ada apa-apa. Gue menyayangi Andros sebagai kakak dan sahabat. Lo percaya, kan?” kata Kira sunguh-sungguh. Matanya menatap Cecil dengan lembut. www.facebook.com/indonesiapustaka


175 ”Ya ampun, Kira, gue tahu. Nggak perlu sampai kayak gitulah! Lagi pula, suka kan nggak berarti harus jadian!” balas Cecil cepat. Aura dan Sandra berpandangan, lalu mengangkat bahu. ”Mana bisa begitu? Kalau suka ya diperlihatkan dong! Usaha kek. Kalau udah usaha dan gagal, baru lo bisa ngomong gitu! Lo nggak nyesel apa, kalau lo nggak berusaha terus akhirnya lo lihat orang yang lo suka jadian sama orang lain?” ucap Kira bersemangat. ”Wah, wah, tumben omongan lo pinter, Ra!” puji Aura sambil tersenyum. ”Tapi sayang ya, cuma teori!” sambung Sandra cepat. ”Kalau mau nasihatin orang, lo lakuin dulu apa yang lo nasihatin, Ra. Elo usaha kek buat nunjukin perasaan lo ke Dean. Dia juga kelihatan peduli dan serius sama lo. Memangnya lo yakin nggak bakal nyesel kalau dia sampe jadian sama orang lain gara-gara lo yang terlalu sombong untuk maain dia?” tanya Sandra tenang. Wajah Kira berubah keruh saat topik Dean muncul. ”Nyokap lo aja nggak ragu nyatain perasaan dia, kenapa lo nggak kayak gitu?” kata Aura lagi. Kira kembali melihat mamanya. Dari tadi, ucapan teman-teman memang masuk akal. Namun, apakah masalah www.facebook.com/indonesiapustaka


176 gue dengan Dean juga semudah itu? Benarkah gue perlu menunjukkan perasaan dan memaafkan Dean? Kenapa hati gue tidak bisa semudah itu memaafkan Dean? Saat mata Kira tak sengaja bertemu dengan mata mamanya yang terkejut dan panik melihatnya, Kira buru-buru mengalihkan pandangannya ke nasi goreng yang belum sempat disentuhnya. ”Gals, nyokap gue ngeliat gue!” gumam Kira. ”Dan lagi menuju tempat kita dengan gelisah,” sambung Sandra cepat. ”Udah, Kira, biasa aja. Inget ya, nyokap lo pantes bahagia,” tambah Aura sebelum menyuapkan makanan ke mulutnya. Begitu mamanya mendekat, Kira tersenyum pada wanita itu. Baru kali ini Kira melihat mamanya begitu gelisah. ”Kira, Mama nggak nyangka bakal ketemu kamu di sini. Kamu seharusnya bimbel, kan?” Kira mengangguk, tapi tetap tersenyum. ”Guruguru rapat mendadak, jadi bimbel hari ini ditiadakan, Ma.” Kira melihat mamanya mengangguk mengerti, lalu dengan salah tingkah mengenalkan pria yang dari tadi bersamanya. ”Mmm, Ra, kenalin, ini Oom Bram. Teman Mama di kantor.” Kira berdiri dari tempat duduknya dan mengulurkan tangan. ”Kira, Oom,” kata Kira manis. www.facebook.com/indonesiapustaka


177 ”Bram. Mamamu sering cerita tentang kamu, jadi Oom senang bisa ketemu kamu di sini. Oom sudah penasaran sama anak hebat yang diceritakan mamamu,” balas Oom Bram sambil tersenyum ramah. Kira tersenyum lebih lebar. Ternyata Oom Bram menyenangkan, batin Kira. ”Oh ya, Oom, kenalkan teman-teman Kira. Ini Aura, Cecil, dan Sandra,” kata Kira sambil menunjuk teman-temannya satu per satu. ”Senang bertemu kalian di sini,” kata Oom Bram ramah. Sesaat mereka terdiam, bingung harus berkata apa lagi. Namun, kemudian mama Kira pamit. Kira mengiyakan dan mengiringi kepergian mamanya dan Oom Bram dengan senyum. Begitu sosok kedua insan itu menghilang, Kira baru duduk dan benar-benar melahap makanannya. ”Calon bokap tiri lo kelihatannya orang yang menyenangkan,” kata Aura tulus. Kira menatapnya dan tersenyum. Itu juga yang ada di pikirannya sedari tadi.... *** Kira tengah melamun sambil menatap foto-foto dirinya dan Dean di komputer ketika ketukan pintu terdengar. Kira tersentak sejenak, lalu segera me- www.facebook.com/indonesiapustaka


178 nutup foto-fotonya. Ia tidak ingin siapa pun tahu betapa galau perasaannya setelah bertemu dan lagilagi menolak permohonan maaf Dean. ”Ra, Mama boleh masuk, kan?” tanya mama Kira sambil mendorong pelan pintu kamar Kira. Kira cepat-cepat mengangguk dan berpindah ke tempat tidur. Mama Kira langsung mengambil tempat di samping Kira. ”Ra, Mama mau omong sesuatu sama kamu,” kata mama Kira pelan. Kira mengangguk. Dalam hati ia sudah bisa menebak hal yang ingin dikatakan mamanya... ”Ini tentang Oom Bram,” kata mama Kira lemah. ”Rasanya tak adil kalau Mama terus menutupinya dari kamu. Sebenarnya, sudah sebulan ini Mama dekat sama Oom Bram. Mmm, kamu nggak marah kan, Ra? Kamu nggak akan nolak, kan?” Kira tersenyum dalam hati. Dia agak geli melihat sikap mamanya yang biasanya tegas tiba-tiba jadi salah tingkah seperti itu. Kira mencoba memasang tampang serius dan menatap mamanya. ”Mama bahagia sama Oom Bram?” tanya Kira pendek. Mama mengangguk cepat. Dengan panik ia mencoba menangkap ekspresi putri semata wayangnya. Ia memang sayang pada Bram, tapi kalau disuruh memilih salah satu, tentu saja dia memprioritaskan putrinya! www.facebook.com/indonesiapustaka


179 ”Kamu nggak akan menyuruh Mama memilih, kan? Mama tahu, mungkin ini menyakitkan kamu, tapi Mama jamin, Oom Bram baik. Paling tidak, kenallah dia dulu ya, Ra... Dia...” ”Sama,” potong Kira geli. ”Kira setuju kok. Asal Mama bahagia, Kira mendukung keputusan Mama!” Mama Kira menatap putrinya dengan tidak percaya. Selama ini ia menunda membeberkan hal itu karena takut reaksi tak setuju Kira. Dia sama sekali tak menyangka Kira akan setuju secepat itu. ”Tapi, Mama harus janji segera memberitahu Kira kalau ada kejadian kayak gini. Jangan sampai Kira tahu dari orang lain atau memergoki Mama seperti hari ini,” kata Kira cepat. Mama tersenyum dan memeluk tubuh putrinya erat-erat. ”Mama sayang sekali sama kamu, Ra,” katanya sedikit terisak. ”Kira juga sayang banget sama Mama,” balas Kira sambil memeluk mamanya lebih erat. Ketika Mama melepaskan pelukannya, Kira mendapati rambutnya diacak dengan sayang oleh Mama. ”Nah, kalau sekarang Mama yang udah tua aja bisa nyari pacar, Kira gimana? Ada yang mau Kira ceritakan ke Mama? Mungkin tentang cowok yang sering antar-jemput kamu itu?” goda Mama sambil merengkuh putrinya ke dalam pelukan. www.facebook.com/indonesiapustaka


180 Kira tersipu. ”Nggak ada apa-apa kok antara Andros dan Kira. Kami cuma teman.” ”Masa? Kalau teman, nggak mungkin kan dia rela antar-jemput kamu selama ini?” ”Mmm... Kira nggak cinta sama dia...” ”Terus cintanya sama siapa?” Kira merutuki dirinya sendiri. Ia seharusnya lebih bisa mengontrol kata-katanya. Apalagi Mama termasuk orang yang gampang mengorek informasi. ”Cecil suka sama Andros, Ma...” ”Lalu?” ”Nggak mungkin Kira suka sama Andros.” ”Mama tahu.” ”Mmm...” ”Jadi... siapa yang disukai anak Mama?” ”Nggak ada.” Jawaban Kira yang terlalu cepat sekaligus wajahnya yang mulai memerah menunjukkan kebohongannya. Mama tidak berkomentar, kecuali lagi-lagi tersenyum lebar. ”Suatu saat, kalau Kira mau cerita, Mama selalu siap jadi pendengar kamu, kapan dan di mana pun!” Mama mengacak rambut Kira lagi. Saat mamanya akan melangkah, Kira menarik lengannya dan tahutahu sudah menceritakan segalanya tentang Dean. ”Menurut hatimu, apa Dean memang pura-pura peduli sama kamu?” tanya mama Kira lembut. www.facebook.com/indonesiapustaka


181 Kira mengangkat bahu. ”Kalau begitu, tanyakan lagi pada hati kecilmu. Kalau menurutmu Dean serius, maafkanlah. Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua, Sayang.” Mamanya mencium kening Kira dan memberinya ucapan selamat tidur. Saat sendirian di kamarnya, Kira termenung. Dia memikirkan Dean dan semua tindakan cowok itu. www.facebook.com/indonesiapustaka


182 ”JADI, sekarang nyokap lo udah tahu tentang Dean?” Kira yang tengah duduk santai di ranjang sambil membuka-buka majalah hanya mengangguk perlahan. ”Terus, nyokap lo bilang apa?” ”Nyokap bilang, gue harus tanya ke diri gue sendiri apa Dean bener-bener serius minta maaf ke gue. Kalau hati gue bilang serius, berarti gue harus maain Dean.” ”Hasilnya?” sambung Sandra yang mengalihkan pandangannya sejenak ke Kira, sebelum kembali menatap televisi yang ada di hadapannya. Kira juga mengalihkan pandangannya dari majalah. ”Menurut gue, dia nggak serius!” Ketiga sahabatnya kontan mengeluh mendengar Bab 12 www.facebook.com/indonesiapustaka


183 jawaban Kira. Mereka sama-sama yakin bahwa Dean serius minta maaf pada Kira. Mereka heran, mengapa Kira tidak bisa berpikir demikian. Kalau tidak serius, mana mungkin orang sesibuk Dean mau meluangkan waktu untuk memikirkan cara-cara ajaib seperti muncul di kafe dan Blue Station hanya untuk menemui Kira? ”Kalau gue jadi lo, Ra, gue nggak bakal ragu buat maain Dean, lalu mulai lagi dari awal. Pada dasarnya, lo juga suka sama tuh cowok, kan?” kata Aura jengkel. ”Gue... Gue bilang ke lo semua, ini buat yang pertama sekaligus yang terakhir: gue nggak cinta Dean! Gue emang sempat terpukau sama dia, tapi sekarang gue udah yakin nggak bakal terpukau buat kedua kalinya. Jadi mulai sekarang, tolong jangan sebut namanya di hadapan gue. Gue nggak mau denger sesuatu yang berbau Dean!” Aura, Cecil, dan Sandra hanya diam mendengar kekesalan sahabat mereka. Tak ingin menambah kesal Kira, mereka memilih menonton acara televisi yang ada di hadapan mereka. Dan orang yang mereka perbincangkan muncul di layar televisi. ”Dean...!” seru Aura, Cecil dan Sandra berbarengan. Kira kembali mendongak dari majalahnya dengan kesal. Bukankah dia baru saja bilang nggak ingin www.facebook.com/indonesiapustaka


184 mendengar nama cowok itu lagi? Belum sampai sedetik, ketiga temannya malah menyerukan nama cowok itu. ”Gue kan sudah bilang, gue nggak...” Kata-kata Kira terhenti ketika matanya menangkap sosok Dean di layar televisi. Matanya tak lepas memandangi Dean, jantungnya tak capek-capek berdetak cepat. Padahal Kira sedang dalam kondisi marah pada cowok itu. Tahu ada teman-temannya di kamar, Kira mencoba menguasai diri. Dengan pura-pura tak acuh, dia kembali membalik-balik majalahnya. ”Nggak ada acara yang lebih bagus, apa?” tanyanya dingin. Sekalipun begitu, Kira berharap teman-temannya tidak mengganti saluran itu dengan acara lain. Harapan Kira terkabul. Ketiga temannya antusias menonton Dean sehingga tidak memedulikan Kira. Pura-pura kesal, Kira membalik majalahnya dengan kasar, namun telinganya dipasang baik-baik untuk mendengar suara cowok yang tengah mengikuti acara reality show itu. Dengan sangat jelas, Kira dapat mendengar jawaban-jawaban Dean terhadap pertanyaan pembawa acara. Kira berusaha menajamkan pendengarannya saat pertanyaan tentang pacar ditanyakan pada Dean. Teman-teman Kira pun penasaran. Mereka membesarkan volume dan berkonsentrasi pada televisi. www.facebook.com/indonesiapustaka


185 ”Pacar belum punya...,” jawab Dean yang langsung membuat Kira lega. ”Tapi, orang yang gue sukai sudah ada,” lanjut Dean yang langsung membuat hati Kira mencelos. Sebenarnya Kira juga sudah tahu jawaban itu dari wawancaranya dengan Dean di Blue Station. Namun, mendengar Dean mengucapkannya sekali lagi tak urung membuat Kira kecewa. Teman-temannya juga kecewa. Bahkan Aura menatap Kira terangterangan. Sadar bahwa temannya tengah mencari sorot kekecewaan dan kesedihan di wajahnya, Kira pura-pura tak terpengaruh jawaban Dean. Kira kembali sibuk dengan majalahnya sampai Aura menatap televisi kembali. ”Sayangnya, sekarang hubungan gue sama cewek itu sedang bermasalah. Ada sedikit kesalahpahaman yang membuat cewek itu sakit hati dan marah sama gue,” beber Dean. Jawaban Dean membuat Kira mendongak ke arah TV. Maksud Dean bukan dirinya, kan?! Sandra, Aura, dan Cecil berpandangan penuh arti. ”Mau cerita awal mulanya, Dean?” pancing pembawa acara itu. Kira melihat Dean hanya tersenyum sebelum menjawab, ”Gue mau bilang, gue minta maaf, Kira. Gue harap lo nonton acara ini dan mau maain gue.” www.facebook.com/indonesiapustaka


186 DUAAARR!!! Kira merasa sedang berhadapan langsung dengan Dean saat dirinya melihat tatapan Dean di layar televisi. Dan itu membuat Kira merasa sangat bahagia! ”Oh, so sweet!” gumam Cecil sambil memeluk boneka beruang kesayangan Kira. Kira tersenyum. Aura ikut tersenyum lega sambil mengacak rambut Kira. ”Elo bilang dia nggak serius? Gue ragu ranking lo di sekolah bener-bener hasil usaha lo!” Cecil memeluk Kira. ”Gue iri banget sama elo, Ra. Kalau gue ditembak kayak gitu, gue pasti pingsan saking senengnya!” Kira menatap teman-temannya dengan bahagia. Ia nggak tahu harus bicara apa lagi. Kira balas memeluk teman-temannya dan mulai terisak pelan. ”Lho, kok lo jadi nangis sih, Ra?” tanya Cecil sedih. Sandra tersenyum. ”Kata orang, semakin keras kepala seseorang, semakin cengeng pula dia. Gue nggak percaya... Namun, hari ini terbukti itu benar!” Aura melepaskan diri dari pelukan Kira karena akan mengambilkan tisu untuk Kira. ”Gila, gue nggak nyangka lo secengeng ini, Ra! Jangan nangis lagi deh, ntar bisa-bisa mama lo mikir kami ngapa-ngapain lo, lagi!” Kira memukul bahu Aura dengan rasa sayang. Sambil tersenyum, Kira mengusap air matanya. www.facebook.com/indonesiapustaka


187 ”Jadi, kapan lo mau cari Dean dan nyelesaiin semua ini?” tanya Cecil penasaran. Kira membelalak menatap Cecil. ”Emang... emang kenapa gue mesti hubungi dia?” Erangan kesal muncul bersamaan dari mulut teman-temannya. ”Ternyata lo lebih keras kepala daripada yang gue sangka ya, Ra? Bukan cuma itu aja, lo juga pengecut! Dean mungkin udah bikin elo sakit hati, tapi dia nggak ragu minta maaf di hadapan publik. Menurut kacamata gue, dia nggak salahsalah amat. Nah elo? Nyari Dean duluan aja masih gengsi! Dewasa dikit dong, Ra! Jangan bikin gue malu karena punya temen yang nggak bisa diharepin kayak lo!” protes Aura. Kira diam. Sebenarnya dia pingin marah mendengar kata-kata Aura. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, kata-kata Aura ada benarnya juga. Memang dia yang nggak dewasa kalau memilih menunggu Dean menghubungi dirinya duluan. ”Jadi, gue yang harus ngehubungi dia duluan?” tanya Kira pasrah. ”Secepatnya!” jawab teman-temannya serentak. Kira tersenyum. Bagaimanapun juga, sahabat-sahabatnya memang dapat diandalkan untuk urusan semacam itu. ”Gue akan hubungi dia besok!” janji Kira. Ting tong! Bunyi bel pintu rumah menyentakkan mereka ber- www.facebook.com/indonesiapustaka


188 empat. Kira releks melirik jam beker. ”Jam delapan lewat. Siapa ya yang datang malam-malam begini?” gumam Kira sambil beranjak dari tempat tidur. ”Mungkin... seseorang yang sudah nggak sabar menunggu maaf lo?” ide Sandra jail. Kira menatap Sandra dengan bingung. Mungkinkah yang dikatakan sahabatnya itu benar? ”Tadi bukan siaran langsung?” tanya Kira cepat. Ketiga temannya menggeleng bersamaan dan bergegas keluar kamar, meninggalkan Kira yang masih mencerna ide Sandra. ”Hei, kenapa kalian yang lebih antusias? Sini, kalian nggak perlu ikut ke bawah!” protes Kira sambil mengejar teman-temannya yang sudah berlarian di tangga. ”Udah, sekarang giliran lo. Kami lihat dari sini aja!” kata Aura di ujung tangga yang memang tertutup tembok sehingga menghalangi mereka dari pandangan ke ruang tamu. ”Gila aja. Kalian naik semua! Kalau nggak, gue nggak akan buka pintu!” ancam Kira. Aura menjulurkan lidah mengejek. ”Terserah lo. Toh ntar lo juga yang nyesel!” Kira menggeram. Benar juga kata Aura. Ia tak punya pilihan selain menjadi tontonan teman-temannya. ”Kalian bakal nyesel nanti! Gue nggak bakal ngelepasin kalian gitu aja! Lihat aja!” www.facebook.com/indonesiapustaka


189 Cecil dan Sandra mendorong Kira menjauhi mereka. ”Sudah, nggak perlu cerewet. Dean udah nunggu tuh!” Kira pura-pura merengut dan berjalan mendekati pintu rumah. Semakin dekat dengan pintu, detak jantung Kira semakin tak menentu. Semoga Dean tidak sampai mendengar detak jantung gue! Kira memutar kunci rumahnya dengan agak gemetar. Ia setengah menyesal tidak merapikan dirinya terlebih dahulu. Ia yakin tampangnya berantakan. Kira menarik napas sambil membuka pintu. Ia sudah tersenyum manis. Namun senyumnya langsung memudar begitu melihat orang di hadapannya. ”Andros?” tanya Kira tak percaya. Andros menyodorkan sebuket mawar merah pada Kira tanpa mengucapkan apa pun. Dengan setengah linglung dan kecewa, Kira mengambil buket mawar tersebut dan mengucapkan terima kasih dengan pelan. Belum sempat menanyakan maksud kedatangan Andros, tiba-tiba cowok itu memeluk Kira. Secara releks, Kira mendorong Andros. Namun gagal karena Andros menahan tubuhnya kuat-kuat. ”Sebentar saja, Ra,” pinta Andros. Kira agak berontak. ”Please,” lanjut Andros pelan. Kira terpaksa diam. Andros juga tak mungkin melakukan itu tanpa alasan tertentu. ”Gue suka sama lo, Ra,” gumam www.facebook.com/indonesiapustaka


190 Andros. ”Gue suka sama lo sejak awal kita ketemu. Gue nggak tahu kenapa, yang jelas perasaan itu datang begitu saja. Gue udah coba nyangkal, tapi nggak bisa. Gue nggak bisa ngilangin lo dari kepala gue. Gue nggak bisa ngendaliin emosi gue waktu lihat lo sama Dean di Bali. Gue juga nggak bisa ngilangin perasaan jealous gue waktu ngeliat Dean di Blue Station.” Andros terdiam sejenak, lalu melanjutkan katakatanya dengan amat jelas, ”Sejak itu gue sadar, gue bener-bener sayang sama lo, Ra. Dan gue bakal nyesel kalo nggak pernah ngomong ini ke lo. Ra, lo mau jadi pacar gue?” Tanpa memedulikan kesopanan, Kira melepaskan diri dari Andros dan melangkah mundur. Sikap Kira dan tatapan dinginnya pada Andros menyadarkan Andros tentang perasaan Kira padanya. Ketakutannya terbukti. Kira hanya menganggapnya sebagai teman. Tidak lebih... ”Ra... Gue...” Kira menunggu ucapan Andros, tapi ketika yakin Andros tak akan mengatakan apa-apa lagi, Kira berkata pelan, ”Gue nganggep lo seperti kakak gue sendiri, Ndros. Gue nggak bisa lebih daripada itu.” ”Ra, gue pingin jadi orang yang bisa selalu ada di deket lo saat lo butuh. Lo nggak mau ngasih gue kesempatan, Ra? Setidaknya, kita bisa mencoba dulu.” www.facebook.com/indonesiapustaka


191 Kira terdiam cukup lama. ”Gue nggak bisa, Ndros. Maaf... Gue suka sama orang lain.” Kira merasa bersalah melihat kekecewaan Andros, tapi juga nggak mungkin pura-pura suka, apalagi menerima cinta Andros. Kenyataan bahwa Andros masih bisa tersenyum setelah mendengar penolakan Kira membuat gadis itu merasa sangat bersalah. Kira mempersilakan Andros duduk dengan isyarat matanya, tapi Andros menggeleng cepat. ”Gue rasa, sebaiknya gue pulang aja. Makasih ya, Ra, udah mau jujur sama gue,” kata Andros yang segera diangguki Kira. ”Ra, lo nggak bakal ngejauhin gue, kan? Kita tetap teman?” Kira tersenyum. ”Pertanyaan paling konyol malam ini! Sampai kapan pun lo adalah kakak yang paling gue sayang!” Andros balas tersenyum, canggung. Sejenak keheningan menyelimuti mereka berdua. ”Mmm, gue... Gue balik dulu deh, Ra.” Kira mengangguk tanpa kata. ”Boleh gue peluk lo sekali lagi? Mmm... Sebagai kakak?” tanya Andros ragu. Tanpa ragu, Kira terlebih dahulu memeluk Andros. Pelukan yang keras dan penuh rasa sayang. ”Makasih, Ra, untuk semuanya. Semoga lo bisa ngeraih cinta lo!” kata Andros tulus. www.facebook.com/indonesiapustaka


192 ”Makasih juga, Ndros. Suatu saat nanti, lo pasti akan nemuin cewek yang jauh lebih baik daripada gue,” kata Kira membesarkan hati Andros. Andros mengangguk, lalu buru-buru berpamitan. Andros bahkan sudah menghilang sebelum Kira sempat mengatakan ”hati-hati di jalan”. Kira menutup pintu rumah dengan perasaan tak enak. Hari itu ada dua orang patah hati. Satu Andros, satu lagi Cecil. Hanya saja, waktu itu Kira nggak tahu, ada seseorang yang mengamatinya dari seberang jalan rumahnya. Seseorang yang juga patah hati melihat Kira dan Andros berpelukan. Seseorang yang bernama... Dean. *** ”Aduh, kalian ini, dari tadi gangguin gue aja sih!” protes Kira saat teman-temannya tak henti mendesaknya untuk mencari Dean. ”Lo sendiri kan yang bilang bahwa hari ini lo bakal cari Dean? Buktiin dong!” tantang Aura. Kira menatap teman-temannya dengan tidak sabar. ”Gue bakal cari kok, tapi ya nggak sekarang. Sepulang sekolah gue siaran, jadi paling cepet gue baru bisa nyari ntar malam, sehabis siaran. Oke?” ”Gue anter!” tawar Aura cepat. ”Mmm... Tapi... Ada satu masalah... Gue nggak www.facebook.com/indonesiapustaka


193 tahu nomor HP-nya ataupun alamat rumahnya,” tambah Kira cepat. Teman-temannya menatap Kira jengkel. ”Kenapa nggak bilang dari tadi sih, Ra? Untung Dean artis! Sepulang lo siaran, gue pasti udah dapetin alamatnya!” kata Aura yakin. Kira menatapnya tak percaya. ”Gimana bisa lo seyakin itu?” Aura hanya menatap Kira sekilas dengan tatapan mencemooh. ”Nggak pernah pakai yang namanya internet, ya?” *** Mencari alamat Dean mungkin bukan hal yang sulit, namun untuk bisa masuk ke rumah Dean dan bertemu dengannya, ternyata sama sekali bukan hal mudah. Pembantu Dean bersikap antipati pada mereka berempat saat Kira datang mencari Dean. Mungkin dikiranya mereka juga penggemar fanatik yang tak tahu diri dan tak mau mengerti kesibukan tuan mudanya. Yang jelas, setelah hampir sepuluh menit berdebat dengan wanita berusia tiga puluhan itu, Kira tak urung harus menelan pil pahit. Ia harus menerima kenyataan tidak bisa menemui Dean karena Dean tidak ada di rumah. www.facebook.com/indonesiapustaka


194 ”Kalau begitu, biar kami tunggu di sini saja, Mbak,” tawar Kira setengah putus asa. ”Percuma, Dik. Kalau lagi shooting, Tuan Muda baru balik subuh-subuh. Itu pun kalau pulang. Mending besok ke sini lagi. Atau, kalau adik-adik ini benar temannya, telepon dulu aja biar nggak sia-sia,” sindir pembantu itu tak sabar. Kira mau membantah, tapi hatinya tahu itu tak ada gunanya. Yang ada malah pembantu itu semakin marah dan bisa-bisa tak akan mengizinkan Kira bertemu Dean andai besok Dean ada di rumah. Kira meng- ucapkan terima kasih pada pembantu itu sebelum meninggalkan kompleks perumahan mewah itu. ”Sudah, masih ada hari esok!” hibur Aura. Kira tak menyahut. Dia memasang sabuk pengaman dalam diam. ”Iya, Ra, lo tenang aja. Gue bakal cari tahu tempat shooting atau tempat nongkrong Dean deh!” janji Sandra. Kira mengangguk dan tidak banyak bicara hingga ia pulang ke rumahnya. Ia benar-benar menyesal telah menghapus nomor HP Dean... *** Hari ketiga yang berlalu tanpa kabar apa pun dari www.facebook.com/indonesiapustaka


195 Dean membuat Kira tersiksa. Sandra pun tidak berhasil mendapatkan informasi tentang tempat shooting Dean. Tiga hari berturut-turut Kira pergi ke rumah Dean, belum pernah sekali pun ia berhasil bertemu cowok itu. ”Pasti ada yang nggak beres sama Dean. Nggak tahu kenapa, perasaan gue nggak enak sejak kemarin,” guman Kira sambil mengaduk es jeruk yang ada di hadapannya dengan lesu. ”Elo jangan mikir yang aneh-aneh dulu, Ra. Siapa tahu Dean memang sedang sibuk sehingga benerbener nggak ada waktu buat ketemu lo,” sahut Sandra menenangkan sahabatnya itu. Tapi, baik Kira maupun Aura nggak yakin dengan ucapan Sandra. Mereka sama-sama heran. Melihat seriusnya upaya Dean selama ini, nyaris tidak mungkin jika Dean tiba-tiba menghilang setelah melakukan sesuatu yang bisa membuatnya berbaikan dengan Kira. ”Sudahlah, kita tunggu aja. Paling besok Dean hubungin lo. Eh, kenapa tuh si Cecil lari-lari?” lanjut Aura ketika melihat Cecil berlari kecil mendekati mereka. Sandra dan Kira ikut memperhatikan Cecil. Saat gadis itu tiba dengan terengah-engah di depan mereka, Kira bertanya heran, ”Elo kenapa, Cil?” Cecil mengatur napasnya sebelum menjawab, www.facebook.com/indonesiapustaka


196 ”Gue tahu cara kita bisa ketemu Dean!” Cecil tampak bersemangat. Mata Kira melebar mendengar perkataan Cecil. ”Beneran, Cil? Gimana caranya?” ”Kita bakal datengin acara jumpa fans Dean di Kafe Royal besok jam tujuh malam!” www.facebook.com/indonesiapustaka


197 KIRA dan teman-temannya datang agak terlambat malam itu. Ketika mereka tiba, Kafe Royal tampak sesak dengan pengunjung. Kira mencoba melangkah menembus kerumunan dan mencari sosok Dean. Sahabat-sahabatnya menyusul di dekatnya. Mencari beberapa menit, bukan Dean yang ditemui Kira, melainkan... ”Ra, itu kan Andros... Tapi, kok dia sama cewek sih? Bukannya beberapa hari yang lalu dia...” Sandra nggak meneruskan ucapannya. Toh itu nggak perlu. Tanpa dikatakan pun, Kira, Aura, maupun Cecil sudah mengetahui kelanjutan kalimat Sandra. Mereka berempat menatap tidak percaya pada Andros yang terlihat begitu perhatian pada cewek berambut panjang yang ada di sampingnya. ”Astaga!” pekik Sandra tertahan. Aura, Kira, dan Bab 13 www.facebook.com/indonesiapustaka


198 Cecil serentak menoleh ke arahnya. ”Kenapa, San?” tanya Aura heran. Sandra menggeleng tak percaya. ”Cewek itu kan Delia!” Ketiga sahabatnya cepat-cepat memperhatikan cewek yang sepertinya ingin menempel terus pada Andros. Begitu yakin bahwa itu benar-benar Delia, mereka bertiga langsung mengembuskan napas kecewa. ”Gimana mungkin? Dari sekian banyak cewek, kenapa harus cewek centil itu sih?” keluh Aura kesal. Kira melirik Cecil sesaat sebelum menyenggol Aura untuk membuatnya berhenti bicara. Walau tak pernah bicara apa pun, Kira tahu perasaan Cecil ketika Andros yang disukainya malah menyatakan cinta pada sahabatnya sendiri. Eh, sekarang Andros malah berduaan dengan ”musuh bebuyutan” mereka. Sandra, Kira, dan Aura diam. Mereka bertiga memandang Cecil dan berharap sahabat mereka itu tidak sakit hati. Sadar bahwa sahabat-sahabatnya tengah memperhatikannya, Cecil cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari Andros. ”Kalian kenapa ngeliatin gue kayak gitu? Gue cakep banget ya? Kayak bidadari turun dari langit?” canda Cecil, mencoba mencairkan suasana. www.facebook.com/indonesiapustaka


Click to View FlipBook Version