The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Alfathon Rameza, 2024-01-17 07:33:16

CERPEN 280 halaman (2)

CERPEN 280 halaman (2)

201yang tidak dia kenal. Penasaran dan mulai membaca dari awal kenapa videoperkenalan dirinya bisa seramai sekarang. Padahal video-video dirinya yang laintidak seramai ini. Berawal dari akun @User5 yang memviralkan video perkenalanRani dan meninggalkan komentar jahat pada video milik Rani dengan menyebut "Hahaha. desa Anjir? Satu desa isinya guk guk guk dong" komentar dari @User5itu mendapat banyak respon beragam dari para pengguna sosial media disebut bahasa digitalnya netizen. Rani mengusap kedua matanya yang sedikit berair setelah membaca komentar jahat itu. Bukannya ingin menghapus videoperkenalannya yang terlanjur ramai, Rani justru mengambil screenshoot komentar- komentar jahat netizen di videonya. "Dimana salahnya sih video aku? Kenapa dikatain guk-guk padahal aku gak ada bilang Anjing" Rani mengulang-ulang video perkenalan dirinya mencari dimana kesalahan yang dikomentari @User5 itu Tok! Tok Ketukan di pintu kamar Rani mengalihkan perhatian gadis itu. Segera Rani membuka kunci kamarnya danmelihat siapa yang ada di balik pintu kayu berwarna putih itu. ”Kak Rena" Ucap Rani lega. Kakaknya Rena yang berstatus Mahasiswi Psikologi tingkat akhir itu sengaja pulang hari ini untuk menjemput Rani yang akan mulai berkuliah pada Senin lusa. Rena masuk kedalam kamar Rani guna mengecek kesiapan adiknya untuk pindahsementara selama berkuliah. Maklum saja mereka tinggal di kampung tepatnya di Kabupaten Anjir Muara Kalimantan Selatan yang berjarak tempuh sekitar dua jamuntuk sampai di Kota Banjarmasin. "Ran kamu udah berkemas kan?" Tanya Rena melihat tas besar Rani yang masihterbuka dan tampak kosongRani menggeleng. "Belum kak habis ini aku kemas perlengkapan aku" Rena duduk di kasur Rani sambil melihat kertas berisi jadwal PMMB.


202"Besok pagi kita berangkat. Kamu udah siapkan?" "Iya kak aku udah siap." "Sini aku bantuin kamu kemas-kemas pakaian." Rena beranjak dari kasur menghampiri lemari kaca milik Rani yang terlihat berantakan Rani segera menghampiri kakaknya dan dengan senang hati menerima bantuan dari Kakaknya itu. Selama satu jam mengemas perlengkapan kuliah Rani akhirnya Kakak beradikitu selesai dan segera ke dapur untuk makan sore bersama Ayah dan Ibu mereka yang baru pulang bekerja dari Kantor Desa Anjir Muara. Membantu Ibunya memasak ikan gabus yang baru Ibunya beli di pasar dekat kantor Rani sedikit melupakan kesedihannya atas komentar jahat di sosial medianya. Makan sore bersama Rani dengan cermat bertatapan sembari memandang wajah Ayah, Ibu danKakaknya berkumpul bersama dan bercengkrama hangat. Seketika hati Rani kembali sakit, dia tidak terima semua orang di desanya disebut guk-guk. Rani tidakterima! Dia berniat mencari pengguna akun @User5 dan membuat perhitungan! ��� Malam hari Rani sebelum tidur mengirim pesan pribadi Instagrammelalui fitur direct messenger kepada @User5 @Rani_A Aku gak terima kamu ngatain videoaku! Dan bilang desa aku isinya guk-guk. Maksud kamu apa? Kalo berani sini hadepin akuSembari menarik nafas dan menghembuskannya berulang-ulang. Tidakdisangka @User5 membalas pesan pribadi Rani dengan cepat@User5Lah koktersinggung? Kan kamu sendiri yang bilang "Aku tinggal di desa Anjir Muara." artinya kamu tinggal di desa Anjing Muara kan?Rani semakin meradang. Rasa panas dalam dadanya bertambah sekian derajat Celcius. Dia mengetik pada papan layar handphonenya bersiap berselancar di mesin


203pencarian Google. Rani mengetikkan kata "Anjir" pada pencarian Google dia mengscreenshot layar dan mengirimnya pada @User5. @Rani_A Mengirim gambar Tuh kamu lihat! Anjir itu nama Desa! Bukan nama Anjing. Seolah tak mau kalah @User5 mengirim gambar juga kepada Rani yangmenunjukkan kata Anjir merupakan kata lain dari Anjing. @User5 Mengirim gambar. Hahaha! Ganti gih nama Desa kamu! Rani tergelak! Ternyata salah persepsi kata Anjir yang menjadi bahan olok-olokan@User5 kepada dirinya. @Rani_A Sebenarnya kamu siapa sih? Aku gak punya teman namanya User5 @User5 Nanti kamu juga tau! Sampai jumpa di kampus. Rani tidak lagi membalas. Dia mulai sadar tidak ada gunanya melawan seorangnetizen yang punya daya bahasa digital negatif kekinian tanpa mau memahami arti sesungguhnya. Plesetan kata Anjing menjadi Anjir merubah pikiran pembaca yangmengkonotasikan negatif kata Anjir itu sendiri yang sebenarnya baik-baik saja menjadi tidak baik. Agar citra Kabupaten Anjir tidak jatuh karena olok-olokannetizen yang tidak bertanggung jawab. Rani membuat konten video dari gambar- gambar pilihan yang dia unduh di Google. Dia menyertakan deskripsi pada tiaplembar slide foto yang bergonta ganti. Slide foto pertama berisi gambar pulauKalimantan Selatan pada peta Rani menuliskan.


204"Teruntuk semua penikmat konten sosial media yang budiman izinkan saya memperkenalkan Kabupaten tempat saya lahir dan tinggal yang begitu saya cintai.” Slide foto kedua berisi gambar tugu selamat datang di peta kawasan KabupatenBarito Kuala, Rani menuliskan "Ini adalah salah satu dari enam Kabupaten di Kalimantan Selatan namanya Barito Kuala. Slide foto ketiga berisi gambar jembatan barito yang merupakan icon Kabupaten Barito Kuala, Rani menuliskan "Aku lahir dan tinggal di Desa Anjir Muara. Desa ini cantik dan asri.” Slide foto keempat berisi gambar Anjing puddle putih yang lucu, Rani menuliskan "Desa Anjir bukan nama atau istilah umpatan seperti yang ramai kalian komentari di video aku sebelumnya." Slide foto kelima berisi gambar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Rani menuliskan, "Anjir punya makna yang baik dalam kamus bahasa Indonesia yaitu saluran air yang besar." Slide terakhir Rani menambahkan video pemandangan suasana jembatan Baritobeserta kampung Anjir Muara dekat kediamannya yang dia rekam sendiri denganhandphonenya beberapa waktu yang lalu, Rani menambahkan rekaman suaranya berkata. "Mungkin kata Anjir sering digunakan untuk mengumpat dalamdunia digital mengatakan Anjing secara tidak langsung dan kalian ganti dengan kata Anjir. Tapi mengatakan warga desa Anjir berisi guk-guk aku tidak bisa menerimanya! Lihat kan betapa indah desa Anjir. Kalian malah mengolok-oloknya.”


205Rani memposting video berdurasi empat puluh lima detik itu ke Instagrampribadinya dan mentag akun-akun Pemerintah Kabupaten Barito Kuala juga akunKampusnya tidak lupa memberikan hastag #AnjirbukanAnjingSeharian berkutat dengan emosinya sendiri Rani singgah ke ruang obrolan dan mengirimkata-kata sampah emosi negatifnya ke ruang obrolan bernama "Push Egif" yang artinya Pungut Sampah Emosi Negatif yang sengaja dibuat oleh kakaknya Rena untukmenyediakan wadah menampung chat tulisan sampah emosi negatif yang bisa terhapus sendiri dalam rentang waktu tertentu. Disana Rani menuliskan semua emosi negatif yang dia rasakan hingga puas. Rani pun tertidur. ��� Sampai di kampus dengan masih menggunakan seragam SMA, Rani segera masukkedalam kelasnya. Pagi ini ada pengarahan dari dosen sekaligus Kepala ProgramStudi Informatika untuk mahasiswa baru di kelasnya. Rani duduk di deretan kursi baris kedua. Dia sudah bersiap untuk bertemu @User5 jika orang itu menampakkandirinya hari ini. Pak Anang Kepala Program Studi Informatika masuk dan berdiri didepan seluruh mahasiswa. Memakai kemeja motif sasirangan putih kuning PakAnang membetulkan kacamata bacanya sebelum bicara. "Salam kepada seluruh mahasiswa baru Informatika. Pagi ini saya ada pengarahanyang baru tahun ini ditemukan dan terjadi." Suara tegas berwibawa Pak Anangmampu membuat lima puluh tiga mahasiswa yang tadinya berisik menjadi diamdan kelas menjadi tenang. "Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Anang Rahmadi panggil saja Pak Anang saya asli orang Banua Banjarmasin. Saya tertarik denganalih bahasa yang menjadi pertikaian antara Rani dan Agam. Ada Rani dan Agam?" Rani mengangkat tangan kanannya dan melirik Agam pria yang duduk di belakang. Dalam hati Rani mendengus "Oh User5 itu dia?"Agam menghela nafas dia tau hari ini tidak akan menyenangkanuntuknya.


206"Agam punya olah bahasa kalau kata Anjir itu artinya Anjing dan Rani punya olahbahasa kalau Anjir itu nama Desa tempat tinggalnya. Menarik ya?" Pak Anangmelanjutkan dengan bicara yang santai sembari mengembangkan senyum. "Bapak tidak menghakimi siapa yang salah siapa yang benar. Bapak tertarik denganproblematika ini ternyata setiap kita punya olah bahasa yang berbeda-beda. Apalagi dengan kemajuan dalam era digital seperti sekarang bahasa sangat berkembang dansemakin syarat akan makna." "Setuju?" Pak Anang melanjutkan. Semua mahasiswa menyahut "Setuju" termasuk Rani dan Agam yang bertikai karena kata Anjir. "Di era digital seperti sekarang bahasa tetap menjadi sarana komunikasi untukmenjangkau yang lebih jauh itu adalah peluang teman-teman mahasiswa sekalianuntuk kalian mengembangkan diri dan mengenal lebih banyak ragambudaya danberaneka macam suku, ras hingga golongan." "Tapi ada tantangan yang menanti kalian! Dimana semua bahasa menjadi satukesatuan dengan beragam latar belakang penggunanya. Disitulah kehati-hatian dansaling memahami menjadi kekuatan kita dalam berbahasa di era digital." lanjut PakAnang Rani mengangguk sendiri memahami maksud Pak Anang. Sedikit merasa malu Rani melirik Agam yang memasang wajah datar di belakang sana. Lebihdaripada itu Rani patut berbangga atas rasa bela Desa kelahirannya berbuah manis, dia mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk netizen juga kampus danPemerintah Desa Anjir yang merepost ulang konten #AnjirbukanAnjing milik Rani di sosial media mereka. Seusai kegitan PMMB di hari pertama Agammenghampiri Rani yang hendak pulang ke kosnya.


207"Ran." panggilnya terengah maklum saja dia berlari dari kelas menyusul Rani yangkeluar duluan dan berjalan begitu cepat "Eh iya Ag-gam." Rani dengan ragu menyebut nama teman sekelasnya itu "Aku minta maaf soal komentar di video kamu itu""Iya aku juga minta maaf sudahemosi dan malah nantangin kamu." Agam tersenyum sembari membuka Handphonenya. "Nih aku kasih komentar positif dan hapus komentar yang kemarin." Rani tidakbisa menutupi rasa senangnya. "Iya. Makasih." "Oke Ran. Kapan-kapan nanti aku ke Anjir melihat langsung Desa yang pernah akuolok-olok. Aku menyesal." Rani mengangguk. "Iya. Lain kali cermati dulu ya sebelum komen." "Iya." Rani tersenyum hatinya lega. Dia memaafkan Agam. Dari kejadian ini mereka belajar jika bahasa itu berpengaruh besar bahkan diera digital. Selesai.


208Takkan Hilang Meski Waktu Berganti (Karin aisya) “Ma, tapi kali ini biarin Alia yang nentuin masa depan Alia ma. ” Ujar Alia saat berdebat kecil dengan mama nya untuk menentukan jurusan perkuliahan yangakanAlia jalankan selama empat tahun kedepan. Selama ini Alia tidak pernahmengikuti apa yang dia inginkan dan selalu menuruti keinginan mamanya. Ia mengira bahwa pilihan orang tuanya adalah pilihan yangterbaik, pikirnya semasausia jagung. “Alia dengar mama, kamu mau jadi apa nak, kalau kuliah jurusan seni itu,kamumau jadi seniman? Apa kerjanya nanti, Alia?” tanya mamanya yang sedikit ngotot kepada Alia. “Ma, setidaknya Alia mejalankan apa yang Alia inginkan ma, lagi pulakalau Alia jelasin alasannya mama juga tidak bakal mengerti. Kalau Alia ikutinmama untukmasuk jurusan arsitektur, apa Alia akan senang menjalankannya selama 4 tahun


209kedepan? Iya kalau Alia bisa mengikuti perkuliah yang tidak Aliainginkan dengansenang hati, kalau tidak ? apa mama mau tanggung ja...” putus Alia, “Maaf, ma” lanjut Alia dengan nada sendu. Akhirnya Alia meninggalkan mamanya di ruang tamu bersama ketukan jarumjamyang berjalan menyusuri lingkaran sempurna dan lampu hias yang menerangi ruangan kecil itu. Alia Kinanti Rahayu adalah namanya, merupakan seorang gadis remaja yang mempunyai ketertarikan di bidang seni baik bahasa daerah, kebudayaan dan hal-hal yang berbau dengan seni lainnya. Alia menyukai hal ini karena seiring berjalannya waktu, bahasa dan budaya mulai tergerus dan bahkanhampir dilupakan dikalangan masyarakat. Alia juga anak satu-satunya dari kedua orang tuanya. Tak heran, mamanya selalu menaruh harapan kepada Alia. Alia juga gemar membaca dan menulis tentang bahasa dan budaya yang ia pelajari. Alia memiliki sedikit sifat introvert, pintar dan paras yang rupawan. Malamitu, Alia sangat emosional sehingga tidak sengaja melawan mamanya dengan argumen yangsingkat. Selama ini, Alia tidak pernah melakukan hal itu kepada mamanya. Apalagi sampai mengeluarkan nada yang tegas dari mulutnya yang kecil. Malampunmenghampiri, kembali lagi pikirannya yang bimbang dan menghantui kepalanya setiap mengisi formulir minat studi dari sekolahnya. Jika Alia tidak di izinkanmengambil jurusan seni, maka dia akan mengambil jurusan sastra Bahasa Indonesia. Mau tidak mau, mamanya harus setuju karena menurutnya ini merupakan jalantengah antara Alia dan mamanya. Benar saja, seiring berjalannya waktu mendekati pengumpulan formulir minat studi yang menghantui Alia setiap malamdi kamar kecilnya, mamanya menyetujui jika Alia mengambil jurusan Sastra Bahasa Indonesia itu, walau dengan berat hati. Negosiasi yang dilakukan Alia setiap detikbak air yang terus mengalir pada aliran sungai membuahkan hasil. Tak lama lagi, impian-impian yang selama ini Alia tulis di kertas putih dan di tempelkan di tembok luas di singgasananya akan segera terwujud beberapa tahun kedepan. Setelah kelulusannya, Alia Kinanti Rahayu resmi menjadi seorang mahasiswa barudi salah satu kampus favorit di kotanya dengan jurusan Sastra Bahasa Indonesia.


210Alasan Alia mengambil jurusan ini karena ia mencintai tanah kelahirannya yaituNegara Indonesia dan semua yang ada didalamnya. Alia sangat senang bak orangyang sedang jatuh cinta dan kehilangan akalnya. Tidak hanya itu,hal lain yangmembuat Alia senang adalah ia satu kampus dengan sahabat kecilnya. Seperti takdir, mereka di pertemukan di kampus yang sama namun berbeda jurusan. AlinCandala namanya, sahabat kecil Alia yang sudah lama tidak bertatap mukadanhanya bertukar cerita melalui telepon pintar. Melalui telepon pintar itu mereka menceritakan kehidupan putih abu-abu mereka yang dikatakan orang-orang adalahmasa paling indah di sekolah. Alin Candala merupakan seorang anak kecil yangdikenal Alia dari sebelahrumahnya alias tetangga Alia berberapa tahun yang lalu. Alin dikenal sebagai sosokyang ekstrovert dan lihai berbahasa inggris diusianya yang sangat muda. Kelihaian Alin berbahasa inggris ini dikarenakan Alin tumbuhdi keluarga yang lebih moderndibandingkan Alia. Di keluarganya Alin dituntut untuk bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris sejak kecil. Alin juga sangat berbeda dengan Alia bak hitam dan putih. Alin terkenal lebih ramah ataufriendly dibandingkan dengan Alia yang suka menyendiri. Alin juga sedikit bar-bar dibandingkan dengan Alia yang tenang. Namun, perbedaan inilah yang menyatukanmereka. Seiring berjalannya waktu, terkadang Alin merasa salut kepada sahabatnya,yang rela melakukan segala hal dengan setulus hatinya dan jiwanya agar Bahasa Indonesia dan budaya tidak tergerus dan dilupakan oleh masyarakat. Padahalmenurut Alin, di era digital pada zaman ini masyarakat sudah banyakmenggunakanbahasa gaul atau serapan, tetapi Alia tetap menggunakan bahasa Indonesia yangbenar meskipun dalam pergaulannya. Bahkan, sesekali Alia mengirim pesansingkat kepada Alin dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Tahun pertama hingga tahun kedua perkuliahan Alia dan Alin sangat akrabbakteman satu jurusan. Mereka masih tetap nyambung meskipun berbeda jurusan. Mereka menghabiskan waktu bersama selama perkuliahan, berbagi cerita dansharing terkait kehidupan kampus yang membuat mereka sibuk dengan tugas yangmemenuhi hari-hari mereka seperti air yang dituang kedalamgelas hingga meluap.Tahun berikutnya Alia mulai mewujudkan satu persatu wishlist yang ia tulisdi kertas putih yang di tempelkan di tembok luas di singgasananya. Alia


211mengikuti berbagai perkumpulan mahasiswa yang ingin belajar bahasa dan budaya seperti wayang, menari daerah, hingga belajar bahasa daerah baru. Alia mengikuti ini karena ia ingin melestarikan bahasa dan budaya Indonesia agar tidak bergeser dan hilang dikalangan masyarakat pada era digital ini. Begitu juga dengan Alinyang sibuk membuat pameran seni di fakultasnya, Alin mempunyai impianmembuat karya-karya nya menjadi Go Internasional. Alin yang dikatakanmahasiswa berbakat ini, terpilih menjadi mahasiswa yang akan mengikuti proyekbersama dosennya yang berkolaborasi dengan para dosen dan mahasiswa luar negeri dari jurusan arsitektur. Kemampuan berbahasa inggris Alin membuat Alinmudah mendapatkan teman dan berinteraksi dengan mahasiswa lain untukmendiskusikan proyek ini. Salah satu mahasiswa tersebut bernama Rano Baswara. Alin sedikit terkejut mendengar nama Rano Baswara ini, karena nama tersebut sangat kental dengan orang Indonesia dan tidak ada sedikitpun unsur eropa didalamnama pria tersebut. Benar saja, setelah beberapa minggu bersama, Rano Baswara merupakan warga Negara Indonesia yang berkuliah dan tinggal di luar negeri. Namun, anehnya dia masih tetap lancar berbahasa Indonesia walau dengan logat eropanya. Proyek ini membuat mereka menjadi dekat, walau tidak sedekat nadi. AHAHAH. Memang benar kata orang-orang, jika perempuan dan pria tidak bisa berteman begitu saja tanpa ada salah satu yang menaruh perasaan. Alin jatuh hati kepada Rano karena Rano selalu membuat Alin kagum dengan kepribadiannya yang cerdas dan baik hati, ditambah lagi Rano mempunyai tubuh yang tinggi dantampang yang menawan. Tetapi Alin lebih memilih untuk memendamperasaannya sementara waktu karena ingin fokus kepada proyek yang dikerjakannya ini. Aliningin sekali mempertemukan Rano dengan Alia. Namun Alin tahu,Alia yang sangat sibuk dengan jadwalnya, pasti akan menolak jika bertemu denganorang yang tidakbegitu berkepentingan dengan Alia. Walaupun Alin tidak dapatmemperkenalkandan mempertemukan mereka, Alin selalu bercerita segala haltentang Rano Baswara tanpa terkecuali dan mencurahkan isi hatinya kepada Aliabak seorang yang sedangmenuliskan sesuatu didalam buku diarinya. Hingga suatu hari akhirnya Alin hampir berhasil mempertemukan Alia danRano di pertunjukan wayang namun gagal. Pertunjukan wayang itu dimainkan olehAlia dan rekan organisasi wayang yang


212dikuti Alia di luar kampus. Perdana Aliamemainkan wayang di depan banyak orangdan menjadi salah satu impian Aliasejak lama. Alia dan Rano tidak sempat bertatapmuka dikarenakan Alia yang sibukmengurusi barang-barang setelah pertunjukan tu. Namun, Rano tetap menikmatipertujukan tersebut dan bahkan kagumterhadap Alia yang masih mau belajarbudaya dan menggunakan bahasa indonesia ditengahgempuran era digital yangserba modern ini. Selain itu, yang membuat Rano kagun, Alia tetap menggunakanbahasa indonesia meskipun pertunjukan itu didatangi olehbeberapa orang asing.Waktu terus berjalan menyusuri tanggal dan hari di kelender, hari dimanaRano Akan kembali ke Negara asalnya karena proyek itu telah selesai dan akan dilanjutkan di waktu yang akan mendatang. Namun, Rano taklangsungmeninggalkan indonesia begitu saja, Rano memberikan sebuah kotakkepada Alin. Kotak itu bukanlah untuk Alin, melainkan untuk Alia. Seketika senyuman Alin disudut bibir berubah menjadi datar dan menghilang perlahan. “Ini untuk, Alia?” Ucapnya dengan heran dan sedikit menahan cemburu. “Iya, ini Kado untuk Alia, tolong kasih ke dia ya, soalnya gue fans dia”Ucap Ranosambil bercanda. “Ooooh, Fans. Kirain..” Balas Alin dengan perasaan lega bak sebuah talilepas dari dadanya. Kotak itu telah sampai ke tangan Alia. Kotak itu berisi sesuatu yangmembelalakkan mata Alia dan membuat jantungnya berdegub kencang. Kotak ituberisi foto dansurat yang ditulis Rano. Foto itu berisi foto Alia di tempat latihanwayang yang di tangkap Rano secara diam-diam bak paparazi beberapa hari ketikaRano di Indonesia dan tidak sengaja berjumpa Alia di Kampus itu. Rano sering berkunjungke tempat perkumpulan mahasiswa belajar budaya dan bahasa yangAlia ikuti, bahkan Rano juga sempat berpapasan dengan Alia, namun Alia tidak mengenali Rano karena penampilan Rano sudahlah berubah. Surat itu pula mengungkapkanbahwa Rano Baswara adalah teman SD Alia, Sekaligus ia meminta maaf karena


213telah memfoto Alia secara diam-diam. Di dalam surat itu juga Rano mengatakanbahwa ia menyukai Alia sejak SD bahkan sampai sekarang. Namun Rano tidakberani mengungkapkan perasaannya kepada Alia waktu itu dikarenakan dia minder, si kutu buku, pendek, berkacamata dan merasa tidak pantas dengan Alia. Melalui surat itu juga, Rano berterimakasih kepada Alia karena selama ini ia membaca blogtentang bahasa dan budaya Indonesia yang ternyata penulisnya Alia. Alia terkagummembaca surat itu. Selama ini yang ia lakukan dengan menulisblog , ada yangmembaca tulisannya. Di era digital yang serba bisa mengakses apasaja, rano tetapmau mempelajari dan mengenal tanah kelahirannya walau Rano berada di negeri orang. Dimana pun rano berada, Bahasa Indonesia adalah bahasa ibunya. Alia membisu membaca surat itu seolah mulutnya tertumpahan lem sehingga tidak bisa berkata-kata. Bait terakhir di dalam Surat itu adalah Rano ingin menyatakanperasaannya secara langsung sebelum beberapa jam ia kembali kenegeri orang. Petemuan itu akan dilakukan di sebuah kafe disekitar kampus Alia. Namun setelahbeberapa jam Alia tak kunjung datang, karena Alia tahu bahwa cinta pertamanya juga disukai oleh sahabatnya sendiri. Alin tidak pernah mengetahui Rano Baswara adalah cinta pertama Alia. Selama ini, Alia tidak pernah memberitahu nama cinta pertamanya, dia hanya mengatakan bahwa ia memiliki cinta pertama dan tidakpernah berjumpa lagi semenjak lulus SD. Setelah beberapa jam Rano menunggu, akhirnya Rano mengirim pesan kepada Alin untuk bertanya keberadaan Alia. Ia juga memberi tahu bahwa ia telah mengenal Alia karena teman satu SDdan cinta pertama nya Alia. Sehingga, ia meminta tolong kepada Alin untuk memberi tahuAlia datang kebandara, karena beberapa jam lagi Rano resmi meninggalkan tanahairnya. Alin yang membaca pesan itu juga membisu seperti Alia membaca suratdari Rano. Namun, ia milih untuk membantu Rano bertemu dengan Alia walau hatinya tersayat-sayat. Alin melemparkan panggilan suara kepada Alia dan herannya mereka memutuskan untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa, saling menutupi dandiam. Alin yakin bahwa Alia tidak akan semudah itu untuk menyusul Ranokebandara, Alin berbohong dan mengatakan bahwa Alin meminta tolong untukmengantarkan berkas proyek ke bandara untuk diberikan kepada Rano, karena Alinsedang ada kelas matakuliah yang tidak bisa ia tinggalkan. Benar saja, dengan


214terpaksa Alia setuju untuk mengantarkan berkas itu. Diperjalanan menuju bandara Alia kecelakaan dan meninggal di perjalanan menuju rumah sakit. Sementara Ranosudah menaiki pesawat yang siap take off. Waktu begitu singkat memang. Namunkabar sangat cepat tersebar melalui jari jemari yangbergerak di telepon pintar. Ranomengucurkan air mata yang membasahi pipinya sambil mengirimkan pesan singkat kepada Alia yang berada di Indonesia walau ia tahu bahwa pesan itu tidak akanpernah terbaca sampai kapanpun. ”Kau akan selalu ada di hatiku, meskipun waktu akan membuatmu terlupakan.. Alia dan bahasaku” Aku Suci, Citranya Realiti Bukan Angan-Angan (Mahsuri Binti Yusuf) Apakah kamu percaya sama yang namanya TAKDIR? Apakah kamu seringmenyalahkannya? Atau malah menerima dengan hati yang terbuka? Ayo ikut bersamaku, akanku ceritakan bagaimana TAKDIR menyapa perjalanan hidupku. Jauh disebuah pendesaan terlihat pemandangan Hijau nan indah, sawah desa Bugisan, Klaten, Jawa Tengah. Sepertinya desa itu penuh dengan mimpi besar seorang gadis yang bernama Citra Suci. Citra atau Suci adalah orang yang sama, namun dia lebih dikenal sebagai Suci Citranya Angan-angan. Namun itulah gelar yang ia dapatkan dari masyarakat. Citra, gadis yang sangat sopan dan pintar. Diabercita-cita ingin ke luar negeri untuk memperkenal kebudayaan danKebahasaan Indonesia yang menurutnya istimewa. Citra sangat bijak dalammenyusun kata danbicara sehingga dia sering juara dalam perlombaan puisi, cerpen, karya tulis ilmiah dan beberapa lomba dibidang kesastraan Indoneisa. Oleh karena itu, dia ingin melanjutkan Pendidikan Tinggi Negeri program studi S1 Sastra Bahasa Indonesia. Dari kejauhan terlihat seorang ibu yang kebingungan mencari anaknya sembarimemangil nama penuhnya, “Citra Suci! Kamu dimana nak, ini sudah sore.” Teriakibu itu. Dari penghujung sawah terlihat seorang gadis yang


215tingginya sederhana, tidak kurus juga tidak gemuk, sederhana orangnya. Dia berlari sembari mengatakan “Ibu, Citra punya mimpi baru buat diceritakan ke ibu.” Ibu melihatnya dengansenyuman sembari berkata, “Alhamdulillah.... Nanti sahaja ceritanya, sekarang ayopulang. Ibu sudah masakmakanan kesukaanmu.” Tanpa ragu, Suci yang sudahSMA kelas 3 dengan tahunterakhir menjabat status “Siswa.” Memeluk ibu dengan manja, layaknya anak SD. Ibu berkata, “Kamu ini seperti anak-anak sahaja, di carikemana-mana malah duduk merenungke sawah.” “Citra cuma mencari sudut yang bisa dirindukan dari desa ini bu.” Ujar Citradenganlembut. “Baiklah, ayo kita pulang.” Ujar ibu sambil tersenyum. Senja perlahan menuntun perjalanan ibu dan anaknya menuju rumah. Rumah yangsederhana, tetapi cukup bernilai buat ibu dan Citra. “Bu, hanya iniyang selalu mengingatkan Citra kepada Ayah.” “Iya Citra, ini adalah kenangan dari Ayahmu. Tetapi masih ada satu hadiahyangditinggalkan oleh Ayahmu kepada ibu.” Ujar ibu sambil tersenyum sedih. “Wah.... Hadiah apa itu bu? kenapa Citra belum tahu.” Dengan ekspresipenasaran. Ibu tersenyum dan menjawab


216“Kamu Citra, adalah hadiah terindah yang Ayahmu tinggalkan untuk ibu.” Citra terdiam, menunduk dan menangis. “Andai sahaja Ayah masih bersama kita, pastikan akan lebih berwarnakan buk.” Ucap Citra sambil tersedu-sedu. Ibu memeluk mencoba menenangkan anak gadisnya. Suasana diselebungi kerinduanyang tanpa penghujung, lalu ditelan senja waktu itu. Waktu berlalu tanpa pamrih, kini sudah waktunya para siswa mencabut gelar 3 tahunnya itu. Begitu juga Citra. Ada yang berbeda dari hati kecilnya, melihatfoto wisuda teman-temannya yang sepertinya lebih lengkap dari dirinya. Tetapi Citra menguatkan hati untuktetap tabah dengan takdirnya. Setelah kelulusan SMA, Sebagai wajarnya setiapsiswa itu menunggu keputusan untuk melanjutkan ke Pendidikan Tinggi Negeri dalam kata lain menunggu gelar “Mahasiswa”, tetapi itu tidak pada Citra. Ternyata setelah keluar pengumuman dia dinyatakan tidak lulusSNBP(Seleksi Nasional Berbasis Prestasi). Namun dia tidak menyerah, dilanjutkan dengan mengikuti beberapa test masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Tetapi entah mengapa, masihsahaja dengan hasil yang sama. Citra mulai tertekan. Dia merasa sedih akan ibunya yang sering diperkatakan oleh tetangga. Citra juga sering diberitahu untukmenghentikan niat untuk kuliah dan membantu ibunya menjual kuih sahaja. Tetapi, ibu tidak pernah berhenti menyemangati anaknya untuk tetap semangat karena, pasti selalu ada jalan untukorang yang ingin menuntut ilmu. Suatu hari disore yangsedikit mendung, ada yang mengetuk pintu dan memberi salam beberapa kali dengan tergesa-gesa sembari memanggil Citra,“ Citra! Citra! Citra!”Citra yang baruselesai melaksakan sholat asar, bergegas dengan mukenanya menuju pintu. “Sebentar ya.” Ucap Citra kebingungan. Citra dengan pantas menjawab salam dan membuka pintu. Citra terkejut karenayang mendatangi rumahnya di sore hari itu adalah Bu Sri Tya yangmerupakan walikelasnya.


217“Alhamdulillah.... Citra maaf ya, ibu menganggu waktumu.” Ujar guru itu. “Tidak apa-apa bu, silahkan masuk bu Tya.” Ucap Citra. “Apakah ibumu sedang dirumah Citra?” Tanya guru itu. “Tidak bu Tya, ibu masih berjualan kuih di pasar.” Jawab Citra. “Baiklah, maaf ibu tidak bisa menunggu ibumu. Ibu izin menyampaikan sebuahinformasi dari instagram beasiswa luar negeri yang menurut ibu bisa menjadi peluang terbaik buat kamu. Ibu kenal kamu dengan baik Citra, kamu anak yangpintar dan kritis. Nilaimu juga sangat bagus.” Puji buk guru dengan semangat. Citra tersenyum malu dan berkata. “Terima kasih bu Tya.” “Ibu ingin menawarkan kamu sebuah beasiswa untuk melanjutkan PendidikanTinggi di luar negeri, ini sangat bermanfaat. Ibu yakin kamu bisa berkembang baikmenjadi orang sukses yang nantinya bisa membangun pendesaanini Citra.” Ucapibu guru dengan yakin. Citra terlihat bahagia, tetapi seketika ia mengingat bahwa ibunya hanya mempunyaidia sebagai teman hidup. Citra menunduk dan terdiam. “Bagaimana Citra, apakah kamu mahu mengikuti beasiswa ini?” Tanya Bu Tya dengan lembut. “Bu, Citra tidak yakin bisa lulus. Karena seleksi dalam negeri sahaja Citra tidaklulus bagaimana dengan yang peringkatnya internasional?” Jawab Citra datar.


218“Rezeki itu sudah pasti alamatnya Citra, bisa jadi ini adalah rezekimu yangdalamproses pengiriman.” Ujar guru itu. Citra tersenyum dan berkata, “Terima Kasih bu, sudah jauh-jauh datang membawakan informasi ini. Citra akanbicarakan dulu ke ibunya Citra, untuk kelanjutan akan Citra informasi ke Ibu Tya lagi.” Ucap Citra. “Baiklah Citra, dibicarakan baik-baik ke ibumu ya. Semoga ini menjadipeluangterbaikmu.” Ujar Bu Tya. “Iya Buk.” Jawab singkat dari Citra.“ Ibu izin mengirimkan informasi beasiswa dan syaratnya ke Whatsapp Citraya. Disitu ada pranala yang akan menjelaskan tata cara pendaftaran, dan ibu izinmengingatkan bahwa besok siang adalah batas waktu pendaftaranya ya Citra. Ibumohon kamu mempertimbangkan dengan sebaik mungkin ya.” Ujar guru itudengan serius. Citra menganguk dan tersenyum, kemudian guru itu pamit dan pulang.TinggallahCitra dengan perasaan yang bercampur gembira dan sedih memikirkan nasihat gurunya juga mengingat akan ibunya pasti akan bersendirian jika Citra memutuskanuntuk ke luar Negeri. Kebingungan yang terus menyelimuti mindanya, Citra terlalukeliru sehingga berhenti untuk memikirkan beasiswa itu dan berdiri menuju ke dapur untuk mempersiapkan makan malam karena hari sudah menjelangmaghrib. Malam yang penuh tandanya, ibu baru saja pulang dari pasar menjual kuih. Ibumenoleh ke kiri dan ke kanan sembari membari salam dan memanggil anaknya. “Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Citra, ibu sudah pulang.”


219“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh ibu,” Jawab Citra sambil berjalankearah ibunya. Dia menyalami ibunya, tetapi kali ini sedikit berbeda karenajedanya sangat lama. Sehingga menyentuh kepala Citra sembari berkata, “Citra,kamu kenapa nak. Apakah ada masalah yang menganggumu?” Tanya ibudengan serius. “Tidak Bu, Citra baik-baik sahaja. Ayo bu, kita makan bersama Citra sudahmemasak makanan kesukaan ibu.” “Alhamdulillah, ya sudah kalau begitu, ibu mandi dulu ya. Citra siapkan sahajadulumasakannya.” Ujar ibu. “Baik Bu.” Jawab Citra. Suasana terasa sedikit redup, seolah rumah itu hanya diterangi dua lilin yang sejajar posisinya. Ibu dan anaknya makan dengan tenangtanpa membahas keseharian mereka, mungkin saking redupnya suasana itusehingga mereka merasa seperti sendiri tanpa teman bicara. Setelah selesai makan, Citra mengemaskan semuanya ke dapur. Ibu duduk bersila sambil melipat pakaianyang berada dibakul hijau itu. Citra yang telah selesai mengemas itu, berjalankearah ibu yang sedang melipat kain dan duduk lalu membantu ibu. Citra seolah- olah ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu. Ibu sadar atas kelakuan anaknya yangterlihat sedikit aneh daribiasanya. “Bicara sahaja Citra, akan ibu dengarkan.” Ujar ibu sembari tersenyum. “Hehehehe... Ibu sepertinya tahu Citra mahu mengatakan sesuatu.” JawabCitrasambil tersenyum. “Bu tadi sore, rumah kita kedatangan Ibu Sri Tya.” Ujar Citra. “Bu Tya, wakil kelas waktu SMA itu?” Tanya ibu.“Iya Bu, benar.” Jawab Citra.


220“Ibu Tya menyampaikan apa Citra, jauh-jauh ke rumah?” Tanya ibu. “Ibu Tya menyampaikan bahwa ada tawaran beasiswa untukmelanjutkanPendidikan Tinggi ke luar negeri bu.” Jawab Citra. “Maa Shaa Allah, Citra ini rezekimu nak. Kamu sudah mendaftarkan diri, kapanbatas waktu pendaftarannya?” Tanya ibu dengan semangat. “Batas akhirnya besok siang bu.” Jawab Citra. “Kalau begitu ayo sekarang kamu daftar malam ini juga ya, cepat ambil laptopmuCitra.” Ujar ibu dengan tegas. “Tetapi Bu,” sangkal Citra. “Sudah tidak usah lama-lama, ayo kamu daftar sekarang ibu mahu lihat prosesnya. Siapa tahu ibu juga bisa daftar” Ujar ibu sambil bercanda. Malam itu mulai cerahseolah sudah pagi, senyum dan semangat ibu dan anaknya menghiasi suasana rumah sederhana itu. Sebulan sudah berlalu, tetapi yang tidak dapat dihindari adalah cibiran dari tetangga yang terus mengetuk telinga Citra dan ibunya. “Negeri sahaja tidak lolos, bagaimana dengan luar negeri!”, “Memangnya program studi Sastra Bahasa Indonesia ada diluar negeri?”, “Memangnya bisa dapat kerja?”, Angan-anganya tinggi sekali, jangan sampai jatuhnanti sakit loh!”.


221Begitulah cibiran yang diterima Citra dan ibunya. Tetapi itu seolah-olah menjadi penyemangat bagi Citra, dia bertambah yakin akan lulus dan kuliah S1 Sastra Bahasa Indonesia di luar negeri. “Aku yakin dan aku pasti akan pulang dengan kesuksesan untuk ibu dan desaku. ”Bisik Citra didalam hati.Tibalah saat yang dinantikan, Citra dan ibunya. Ibu dananaknya dengan semangatduduk dihadapan laptop, dengan semangat melihat gerakan kursor yang kemudian menggerakkan anak panah ke sebuah dokumendengan judul “Daftar Peserta DidikPenerima Beasiswa Penuh S1 Luar Negeri” dengan gugup Citra mengetik, dan tetapdiangka urut kesatu terlihat nama Citra yang jelas. “Bu! Bu! Bu! itu namanya Citra bu.” Ucap Citra dengan gugup. “Alhamdulillah, iya nak. Benar, nak itu namamu.” Tepat diwaktu itu ibu dananakitu saling berpelukan adan menangis. Hari berlalu tanpa jeda, kini sudahwaktunya seorang ibu melepaskan anaknya untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Hankuk University of Foreign Studies, berlokasi di Seoul, Korea Selatan akanmenjadi rumah kedua buat Citra yang akan melanjutkan kuliahnya. Kelihatanbeberapa kerumunan disekitar bandara, tetapi suasana terlihat lebih sedih ketika Citra tidak ingin melepas pelukan ibunya. “Citra sudah ya nak, kamu harus kuat. Kamu harus membuktikan yang dikatakanorang tentang kita itu tidak benar maka sekarang saatnya ya nak.” Ucapibu dengansemangat. Citra tidak mampu mengucapkan sepatah katamu pun, diahanya terdiamsambil memeluk ibunya. Akhirnya, Citra melepas dakapan ibunyadan melontarkan senyumsambil berkata,


222“Bu, 3,5 tahun sahaja buk, tunggu ya. Putrimu akan pulang.” Ucapnya sambil menangis. Citra terus berjalan sambil menarik tas dan bagasi kearah pintu masuk untukmenuju ruang tunggu penerbangan.Waktu berlalu tanpa menyapa, ibu dan anaknya yang saling merindukan itu berkomunikasi dengan panggilan video, media sosial sehingga tidak terasa jarakdiantara mereka. Citra memanfaatkan semua peluangyang ia miliki, dia sering mendapatkan nominasi mahasiswa berprestasi dan aktif. Dan akhirnya dia lulus dengan waktu yang ia janjikan kepada ibu tersayang yaitu3,5 tahun dengan penghargaan Summa Cum Laude. Berkat kinerja yang baikselama kuliah Citra terus mendapatkan tawaran kerja disebuah perusahaanpenerbitan yang terkenal di Korea Selatan. Citra juga telah membangun kerjasama dengan beberapa pihak dari berbagai bidang pendidikan yang kemudianmenyediakan beasiswa bagi siswa yang memiliki niat untuk ke luar negeri, layaknya mimpi Citra dulu yang kini menjadi realiti. Citra sudah sangat sukses di usianya yang terbilang masih muda, tetapi itu tidak mengubahnya untuk tetapmenjadi Citra yang penuh kesopanan dan rendah hati. Setelah selesai kuliahnya, Citra meminta izin untuk pulang ke negeri tercintanya Indonesia. Citra kembali ke desa Bugisan, Klaten, Jawa Tengah yang menjadi tempat awal dia membangunangan-angannya. Citra bisa menahan rasa rindu dan gembira untuk bertemu ibutercinta. Ibu melihat anaknya berlari keluardari bandara yang membuat mengingat bagaimana Citra berlari kearah pada senja itu. Berpelukan adalah komunikasi terbaik saat itu, karena beratnya rindu yang disimpan selama ini. Citra dan ibupulang kedesa yang dimana sudah begitu ramai tentangga yang berkumpul didepanrumah mereka menyambut Citra dengan girang. Ada yang memuji sambil menangis, ada juga yang berdoa semoga anaknya seperti Citra dan ada tidak henti-henti terkagum pada Citra. Citra hanya mengucapkan Alhamdulillah, dan berterima kasih. “Terima kasih ya Allah SWT. ucapan yang menyakitkan dulu telah berubahmenjadi pujian dan rasa kagum. Sungguh Engkau Pemilik Segala Kesempurnaan.” BisikCitra dengan rasa syukur.


223Itulah Citra seorang gadis dengan penuh rasa rendah hati dan sering bersyukur. Hidup bukan tentang bagaimana ketika menghadapinya, tetapi bagaimana kita sabar dan bersyukur dalam menerima segala bentuk situasi dan takdir yang terjadi di setiap perjalanan yang kita alami. Oleh karena itu, tetap semangat karena bisa jadipintu itu sudah terbuka dan kita sedang menuju puncak kejayaan. TAMAT. Alinea dan Aksara (Mega Anindyawati) Permintaan Alinea untuk kuliah di luar negeri tak serta merta disanggupi olehPrayoga. Ia sangsi Alinea akan serius belajar. Setelah kepergian mendiang istrinya, Prayoga baru menyadari bahwa anak semata wayangnya itu kelewat manja. Prayoga pun mengajukan syarat pada Alineaj ika gadis itu ingin kuliah di luar negeri. Alinea harus belajar mencintai ilmu pengetahuan. Prayoga pun menantangAlinea untuk membuka perpustakaan. Alinea mendapat fasilitas tempat berupa kafe Prayoga yang sudahlama gulung tikar. Prayoga juga mengizinkan asisten rumahtangga, sopir atau pegawainya untuk membantu Alinea di hari libur atau saat mereka sudah menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Akan tetapi, Alinea juga harusturun tangan, tidak hanya main tunjuk. Alinea memutar otak. Ia butuh bantuan.


224Namun rasanya seperti memasukkan unta ke dalam lubang jarum kalau ia meminta gengnya untuk turun tangan. Alinea pun menghubungi Aksara, kawan lamanya yang hobi membaca. Setelah mendengar bahwa papa Alinea punya banyak koleksi buku Anne Brixen, Aksara setuju untuk membantu. Mereka pun janjian bertemu di hari libur pada jam 9 pagi. “Alinea, ya?” sapa seorang pemuda bermata bening. Alinea mengernyitkan kening, berusaha mengingat-ingat apa ia mengenal sosok asing di depannya. Namun, hasilnya nihil. “Siapa, ya?” “Aksara.” “Aksara!” seru Alinea takjub. Seingat Alinea, Aksara yang dulu adalah sosok nerd, berkacamata ,dan cupu. Tapi, Aksara yang sekarang benar-benar berbeda. Tak ada lagi kacamata dan gaya berpakaian kuno. Ia mengenakan kaus lengan pendek berwarna putih, celana jeans, dan sepatu kets hitam. Rambutnya dipotong model terkini dan diberi pomade. Wangi musk menguar dari tubuhnya. “Lo beneran Aksara? Aksara yang dulu pakai kacamata itu, kan?” Alinea kembali bertanya untuk memastikan. Aksara mengangguk singkat. “Aku pakai kontak lens sekarang.” Alinea manggut-manggut. ”Kamu bisa kasih apa kalo aku berhasil bantuin kamu bikin perpustakaan?” todongAksara tanpa basa-basi. “Apa aja yang lo mau, tapi jangan minta yang aneh-aneh, ya. Awaslo!”


225“Oke, aku pegang janji kamu. Sekarang, kamu harus tanda tangan disini.” Aksara mengeluarkan sebuah kertas berisi surat perjanjian bermaterai. “What?!” Alinea mendelik. “Tenang aja, aku nggak akan minta yang aneh-aneh. Udah aku tulis di sini.” Aksara menunjuk satu pasal tentang kewajiban pihak pertama. “Resmi banget, sih. Udah kayak kontrak. Gue jadi takut lo tuntutntar.” Alinea menolak. ”Kalau kamu nggak mau, nggak papa.” Aksara hendak berlalu. “Oke, oke, gue baca dulu.” Alinea meminta kembali kertas perjanjian yang sudahditandatangani Aksara. Setelah lima menit, ia membubuhkan tanda tangannya. “Ini, ya, tempat yang mau dijadiin perpus.” Aksara berjalan mendahului Alinea. Alinea mengekor masuk ke dalam kafe. Beberapa orang sudah sibuk membersihkanruangan. Alinea mengambil sapu dan kemoceng lantas menyerahkan kemocengpada Aksara. “Apaan nih?” “Ya lo bantuin lah.” “Ogah. Aku kan udah bilang kalo mau bantu bikin konsepnya aja. ”Aksara mengambil sebuah buku dari kardus dan mulai membaca.


226“Iih, nyebelin banget nih anak. Kalo aja gue nggak butuh sama lo,udah gue bejek- bejek!” batin Alinea sembari melayangkan tatapan menusukpada Aksara. Merasa diperhatikan, Aksara mengangkat kepalanya dari buku yang sedang ditekuninya. “Kenapa kamu?” “Nggak, nggak papa. Ya udah, aku bersihin dulu, ya. Ntar kalau udah,kita bikinkonsepnya.” “Jadi gimana nih?” tanya Alinea setelah beberapa jam yang melelahkan. Gadis itumerebahkan punggungnya ke sandaran kursi dan meneguk air mineral hingga separuh. Aksara sudah menamatkan dua judul buku. Ia meregangkan kepalanya ke kanan dan kiri. “Sebelum buku-buku ini ditata di rak, kamu harus bikin identitas bukunya. Labelinsemuanya. Trus kamu juga harus bikin kartu peminjaman buku.” Mulut Alinea terbuka beberapa senti. Baru selesai satu pekerjaan, pekerjaan lain telah menunggu. Lelahnya saja belumhilang. “Cara ngelabelinnya gimana?” “Bikin kertas kecil-kecil. Isinya ada nama perpustakaan, nomor klasifikasi, nama pengarang, dan judul. ”Alinea meletakkan jari-jarinya di dagu. “Nama perpustakaannya abelumada. Apa, ya, enaknya .... Perpustakaan Prayoga? Rumah BacaPrayoga? Cahaya Ilmu? Jendela Dunia?” “Terserah kamu aja,” sahut Aksara cuek.


227“Bantuin mikir kek. Ngonsep juga termasuk mikir.” “Alinea Pertama,” celetuk Aksara asal. “Aneh banget namanya.” “Ya itu kan nama kamu.” “Hmm, ya udah deh itu aja. Gue udah nggak bisa mikir.” Alinea melemparkantubuhnya yang seolah remuk ke atas sofa.*** Prayoga mengecek perkembangan Alinea dalam menjalankan tugas. Perpustakaanyang sudah lama diimpikan bersama istrinya perlahan mulai terwujud. Namun, Prayoga masih belum merasa puas karena perpustakaan itu masih sepi pengunjung. Alinea memutar bola matanya sebal saat mengetahui kalau ia juga harus membuat perpustakaan itu ramai. Ia pikir tugasnya sudah selesai, ternyata ini baru permulaan. “Jadi gimana, nih? Gue udah mumet,” keluh Alinea begitu Aksara tiba. Hari itu Aksara memakai kaus bergaris yang dipadu dengan jas dan celana panjanghitam. Aroma parfumnya menggelitik sel-sel syaraf di hidungAlinea. “Apanya?” “Bokap minta gue buat datengin pengunjung ke sini.”


228“Gampang itu. Kamu bikin aja pelatihan atau lomba apa gitu buat narik pengunjung. Bisa juga ngasih hadiah buat yang aktif minjem buku.” “Oh, ya, ya. Kenapa gue nggak kepikiran.” “Karena pikiran kamu isinya cuma hang out sama shopping.” “Ugh, nyebelin banget sih lo!” Aksara menyembunyikan senyumnya di balikpunggung Alinea. Dan dimulailah hari-hari panjang Alinea untuk mempromosikanperpustakaan barunya. Membuat beberapa program untuk menarik pengunjung. Dari menyebarkan brosur hingga mengunggah informasinya ke media sosial. Memang ada satu dua yang mampir, tapi itu belum cukup untuk Prayoga. “Perpustakaan masih baru ya maklumlah, Pa. Belum banyak yangtahu.” “Ini udah sebulan loh.” “Ya kan Alinea udah berusaha bikin program buat narik pengunjung.” “Tapi hasilnya mana?” “Ada beberapa orang yang dateng, baca, dan pinjem kok.” Alinea berusaha membela diri. “Papa maunya perpustakaan ini ramai, memberi banyak manfaatuntuk orang- orang.” Alinea mengembuskan napas berat. Prayoga meliriknya dari balikkacamata. Ia sengaja melakukan itu untuk menguji seberapa tangguhgadisnya bertahan. “Aksara, tolongin gue napa. Kasih ide lain yang lebih brilian gitu buatnarikpengunjung.” Alinea memijat pelipis kanan dan kirinya yang belakangseringberdenyut nyeri.


229“Ini kan tugas dari papa kamu, harusnya kamu ikut mikir.” Aksara asyik menyusuri rak yang berisi karya sastra. “Lha, kok jadi kebalik, lo yang nyuruh-nyuruh gue! Lo kan di sini di bayar buat bantuin gue.” “Dibayar apaan! Nerima satu rupiah aja enggak!” “Ntar kalau berhasil, lo kan bisa dapetin juga apa yang lo mau.” “Makanya pakai otaknya juga, dong. Katanya pengen kuliah di luarnegeri,” sindir Aksara. “Lo tuh ya, bener-bener!” Alinea mengepalkan telapak tangannyageram. “Gue kira dulu lo tuh pendiem gitu, tapi ternyata mulut lo lebih parahdari golok.” Angkasa membuka kedua telapak tangannya, tanda tak acuh. “Coba kamu baca buku-buku ini. Kali aja dapet inspirasi. ”Sebenarnya Alinea malas menyentuh buku-buku itu, tapi bulanpendaftaran kuliahsudah semakin dekat. Mau tak mau, Alinea mengambil sebuah buku pengembangandiri karya Anne Brixen, buku yang sering dibaca dan menjadi favorit papanya. Alinea mulai menyusuri lembar demi lembar buku tersebut. “Gue punya ide!” Teriakan Alinea membuat Aksara hampir menjatuhkan bukunya. Aksara menghampiri Alinea. “Apa?” “Kita buat perpustakaan plus kafe.”


230“Udah biasa. Udah ada yang bikin juga.” “Nggak, ini bukan kafe aja tapi plus tempat nonton.” “Ada tempat shopping sama perawatannya juga?” Alinea mendelik, membuat Aksara mengulum senyum. Baru kali ini Alinea melihat senyumpemuda itu. Ternyata kalausenyum manis juga. Aksara menaikturunkan telapak tangannya di depan wajah Alinea. “Hei, malah ngelamun. Terpesona, ya, sama aku?” “Idih, ge-er!” Alinea membuang muka. “Emang kamu dapet inspirasi dari mana?” “Anne Brixen. Katanya gini, hal-hal kecil yang kau anggap remeh bisa berarti banyak untuk orang lain saat kau bisa melihat dengan mata orang lain, mendengar dengan telinga orang lain, dan merasakan dengan hati oran glain.” “Trus ide kamu apa?” “Intinya gini. Kita bikin perpustakaan ini tempat yang nyaman buat semua orang. Kita buat pelatihan menjahit dan bikin kerajinan yang bisa dijual untuk ibu-ibu. Kita hadirkan pendongeng untuk anak-anak. Kita puterin film buat remaja. Trus kita buat seminar usaha minim modal kayak pre-order baju sampai droship usaha gitu.” “Aku pikir, kamu cuma anak manja yang kerjanya ngerepotin orangtua. Ternyata jalan juga otaknya.”


231“Lo mau muji apa jatohin gue, sih! Emangnya gue gue sebego itu apa!” “Emang kalau nggak bego, kenapa bisa kamu sampai hampir ngga klulus?” “Gue nggak mau aja. Kalau gue mau, gue pasti bisa kok. Eh, tapi tunggu dulu, kenapa lo bisa tau kalau gue hampir nggak lulus? Gue kan nggak pernah cerita. Lokepoin gue, ya.” Alinea mengacungkan telunjuknya ke arah Angkasa. Aksara membalikkan tubuhnya dan mundur beberapa langkah. Iaberusaha mengontrol aliran darahnya yang tiba-tiba berdesir saat Alinea mendekat ke arahnya dan hanya menyisakan jarak kurang dari satu meter. Proyek Alinea yang kedua pun dimulai. Tidak seperti program pertamanya yang hanya menghasilkan segelintir pengunjung, proyeknya kali ini terbilang sukses. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa berbondong-bondong datang ke perpustakaan “Alinea Pertama” karena mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan. “Papa bangga sama kamu, Lin. Kamu memang layak kuliah ke luar negeri.” Prayoga menepuk-nepuk pundak Alinea. “Tapi sekarang Alinea nggak lagi pengen kuliah di luar negeri. Alinea kuliah di Indonesia aja, Pa. Sisa uangnya bisa dipakai buat bantu anak-anak yang nggak bisa sekolah.” Prayoga meraih kedua bahu Alinea dan menatap manik matanya dalam. “Kamu yakin?”Alinea mengangguk mantap. “Yakin banget, Pa.” “Kamu hebat. Kamu udah banyak berubah sekarang.” “Ini karena buku-buku Anne Brixen. Tapi, yang Alinea heran, adasatu novelnya yang mirip banget sama kisah cinta papa dan mama.” Papa menyunggingkan seulas senyum.


232“Kamu tau Anne Brixen itusiapa?” Alinea menggeleng. Prayoga menunjukkan fotoseorang wanita cantik yang tengahberpose bersama setumpuk buku dan beberapa orang fans. Di belakangmereka terdapat banner bertuliskan “Peluncuran Buku Anne Brixen.” “Mama?” Alinea menutup mulut tak percaya. “Iya. Anastasia pasti bangga sama kamu.” Prayoga mengusap-usapkepala Alinea lembut. “Perpustakaan ini kan udah sukses. Kamu harus penuhin janji kamu,” todongAksara setelah Prayoga berlalu. “Lo mau apa?”Aksara tampak ragu. “Sebenernya aku ... Dari dulu aku—" “Yang jelas ngomongnya,” sela Alinea tak sabar. “Aku suka sama ....” Aksara memilih jemari. Ia tak kuasamelanjutkan ucapannya. Jantung Alinea tiba-tiba berdegup tak beraturan. “Anne Brixen.” “Hah?” “Sebenernya aku nggak enak ngomong sama kamu. Aku takut kamu jdi sedih atauapa. Tapi, boleh nggak minta foto dan buku-buku yang adat anda tangan Anne Brixen? Aku udah lama ngefans banget sama dia.”


233Happines Over Trauma (Putri Salsabilla) PROLOG TEGAL , 1 APRIL 2007 Di tengah guyuran derasnya hujan dan kerasnya sambaran petir. Seorang gadis berusaha meredam suara kekacauan yang sedang ia rasakan malamini. Isakantangisnya bercampur menjadi satu dengan suara hujan, petir, dan beberapa kali suara jeritan dari luar ruangan yang gelap ini. Hatinya semakin sakit mendengar semua itu. Kapankah ini semua akan berakhir? Sudah hampir tiga bulan hidupnya selalu diisi dengan tangisan pilunya. Di sudut ruangan yang berukur 5x5, seoranggadis duduk dengan tatapan kosong dan tak tau tujuan. Dengan pencahayaan yangsangat minim, gadis itu tersenyum simpul yang hadir menghiasi wajah murung nya. Ia berfikir jika waktu terus berjalan seperti ini, ia merasa bahwa ia adalah seoranggadis yang tidak punya tujuan hidup, tiada guna untuk kehidupan selanjut nya dan


234ia tak mau dianggap lemah oleh kehidupan yang mungkin membutuhkan nyaJadi ia meyakinkan hati dan tekadnya untuk bangkit dari semua masalah yang ia hadapi saat ini dan harus mengubah nya demi masa depan. Ia tak butuh seseorang untukmendukung hal ini, karena tokoh pendukung dalam hidupnya kini sudah lama menghilang di telan realita yang membuat nya trauma dengan masa-masa yangseharusnya ia mendapat kan kebahagiaaan hangat nya keluarga tapi malah yang ia dapatkan sebalik nya. “Happy birthday to me, happy birthday to me, happy birthday, happybirthday, happy birthday to me” nyanyian singkat di tengah kesedihannya. Ya... Ini seharusnya hari kebahagiaannya, dimana seharusnya hari ini diisi dengansenyumankebahagiaan, tapi hari ini, di hari spesialnya ini, hanya diisi dengan kesunyian serta isak tangis yang membuat hatinya merintih kesakitan. Disini, dimana ia di lahirhanke dunia ini. Yang seharusnya ia dapatkan dengan kehangatan, kebahagiaan, dankeharmonisan yang abadi. Tetapibelakangan ini tuhan sedang memberikan ia cobaan yang menurutnya pahit untukia lewati terus dalam kehidupan. Seandainya, diberi pilihan untuk memilih dilahirkan dengan ketulusan hati tapi retaknya sebuahhal yang berarti atau tidak perlu dilahirkan sama sekali ke dunia ini jika akhir nya keadaan bisa menjadi tenang terkendali. Gadis itu pasti memilih opsi yang kedua, karena mungkin kalauia tidak ada di sini mungkin semuanya akan baik-baik saja bukan?. Ini adalah tulisan kehidupan singkat dari gadis malang yang rela bertahandi tengan hancurnya keadaan demi indah nya sebuah masa depan. Gadis malangituadalah Clarisa Kaliviona Sagara. Derap langkah yang begitu nyaring didengar saat menuruni langkah demilangkah anak tangga. Dengan senyum cerianya danriangnya suasana di pagi hariini, semua mata di ruang makan menatapnya dengantatapan kebahagiaan, seolah– olah melupakan kejadian yang sedang terjadi danseolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan keadaan yang bisa di bilang rumit ini. “Sayang... sini duduk di samping Mama... Sarapan dulu sebelumberangkat ke sekolah yah” suara lembut Mama yang menyapanya di pagi hari ini.


235Raut wajah yang menampakan kebahagiaan kepada sang buah hati di hadapannya. Namun sebenarnya pikiran dan hatinya saat ini sedang berperang dingindengankenyataan. “Mau makan nasi atau roti?” tanya Mama dengan sangat lembut. “Mau ROTI!!!! Pakai selai STRAWBERRY!!!!!!” jawab ku ceria. “Siap cantik nya Mama”Mama membuatkanku roti selai strawberry yang sangat aku sukai. Bagiku tidak ada roti yang enak selain roti buatan Mama. Di ruangmakan hanya ada aku, Mama, dan mas Vino, kakak laki-lakiku. Aku mengedarkanpandanganku mencari keberadaan Papa yang pagi ini tak hadir bersama di meja makan. “Papa mana Mah?” tanyaku sembari mengunyah roti strawberry milik ku. Mama menatap ku. “ohh..tadi Papa udah berangkat duluan. Nanti Ona berangkat sekolahnya barengmas aja yah sayang” jelas Mama. “oh..” Jawabku singkat. Suasana di meja makan semakin hening setelah jawabanku tadi. Keadaan yanghanya dilatari dengan dentingan sendok yang bersentuhan dengan piring. Jamtanganku menunjukan pukul 06.30 setengah jam lagi pukul 07.00. Aku segera menyelesaikan sarapanku pagi ini dan ditutup dengan meminum susu yangsudahdisiapkan Mama tadi. “Mas ayo berangkat” ucapku pada kakakku.


236Lalu aku beranjak dari kursi menuju posisi Mama, kemudian meraih tangan Mama dan aku mencium punggung tangannya. Mama juga mencium keningku. “Belajar yang rajin yah sayang, buat Mama bangga okee?” “oke ... dadah Mama.” Ucapku sambil melambaikan tangan kepada Mama. “Dadahhh sayang...” Aku berlari ceria keluar rumah menuju garasi di susul mas Vino dibelakang ku. Hari ini mas mengantar ku menggunakan mobil milik Mama untuk ke sekolah. Di sekolah, sebenarnya Clarisa mempunyai teman cowok yang wataknya sangat random sekali, sampai Clarisa Lelah mengadapi teman nya itu. Awal Clarisa mengenal teman nya itu, disaat Clarisa menangis karena tas sekolahnyamenyangkut di atas pohon dan yang mengembalikan tas nya itu ternyata kakak kelas yangbernama David. “Apa aku boleh berteman denganmu Clarisa?” tanyanya takut-takut dansedikit malu kemudian Clarisa menggangguk dan tersenyum. Hari – hari berikutnya David selalu menemani Clarisa. Semakin lama pertemananClarisa dan David semakin erat. Sampai kedua orang tua David mengenali Clarisa tapi tidak untuk sebalik nya, Clarisa masih takut untuk mengenalkan David kepada orang tuanya. Sementara Clarisa diterima baik oleh keluarga David, bahkan Clarisa sudah dianggap sebagai putri kecilnya sendirioleh Sonia-Mama David. Karena tidak ada anak perempuan di keluarga Algaflen. Mungkin tuhan belummenghendakinya sehingga Sonia sangat senang bisabertemu dengan Clarisa. Setelah puas bermain di rumah David, Clarisa meminta izin untuk pulangkarena hari sudah semakin sore, takut kalau nanti Mamanya khawatir karenasemenjakpulang sekolah Clarisa belum pulang ke rumah.


237“Bunda Clarisa pulang dulu yah” Pamitku. Yah Sonia lah yang meminta Clarisa memanggil nya dengan sebutan bunda. “Bunda antar yah sayang .. Ini udah sore takut kamu kenapa-napa pas jalanpulang,tunggu sebentar yah bunda ambil mobil di garasi sekalian bunda inginbertemu Mama kamu dulu, tunggu yah” Ujar bunda. Langit senja begitu indah di depan mata tapi sekejap hilang terganti dengan suara orang yang saling teriak – meneriaki di dalam rumah. Sementara mobil bunda Sonia sudah di depan rumah Clarisa. Bunda Sonia menatapku sebentar sembari bertanya. “Sebenarnya ada apa Clarisa?” Tanya bunda Sonia,aku hanya tersenyum. Akumenggeleng. “Nggak ada apa-apa bunda. Clarisa turun dulu yah bun makasih udah anterinClarisa pulang” Pamit ku. Baru saja aku ingin menarik knop pintu tiba-tiba bunda menahan tangankudanmemelukku secara tiba-tiba. Kini bunda memelukku sembari menangis,kemudianbunda melepaskan pelukannya, menatapku dengan senyumannya. “Bunda tahu kamu masih kecil dan nggak seharusnya merasakan hal yang seperti ini, bunda minta Clarisa jangan nangis yah, bunda tahu Clarisa itu anak yang kuat dan Clarisa jangan berfikir kalau dunia itu jahat dan nggak adil untukClarisa tentang keluarga, dunia itu sebenarnya baik tapi orang – orang yangsalahmengganggap nya. Kalau Clarisa berfikir Mama Papa jahat itu salah, sebenarnyamereka sayang kepada Clarisa, sayang banget. Mungkin mereka ada masalah danlagi berusaha menyelesaikannya biar cantik nggak lihat Mama papahberantemlagi. Udah Clarisa jangan nangis lagi yah, putri cantik bunda harus kuat


238yahhh. Dahh sana masuk dan langsung lari ke kamar yah,tapi harus janji sama bundajangan nangis... janji?” Ucap Bunda Sonia. Mata Clarisa sudah sembab lalu nggengangguk dan menautkan jarikelingking nya ke kelingking bunda Sonia. “Janjii” Enam tahun sudah. Saat Clarisa menduduki kelas VI, Vio-Mamanya meninggalkannya dan keluarganya. Di titik ini Clarisa dan Vino-kakaknya sangatterpukul. Bagi Clarisa saat itu adalah masa-masa kelamnya dimana Clarisa sangatkehilangan sesuatu yang paling berharga di dunia. Dari informasi yangberedar Vio-Mamanya di temukan tak sadarkan diri di kamar Clarisa sembari mendekap bingkai foto keluarga kecilnya. Pertama kali yang menyadarinya adalahVinoyang ingin mengambil buku bacaan yang adiknya pinjamsemalam. Saatmembuka pintu kamar adiknya, Vino terkejut melihat Mama nya sudahterbaringlemah di samping tempat tidur Clarisa. Dengan sigap Vino langsungmembawa Mama nya ke rumah sakit. Tapi ternyata Vino terlambat, karena Viodinyatakan sudah tak bernyawa sebelum Vino menemukannya. Di situ Vino merasa sangat terpukul, Vino langsung menelpon Papanya namun tak pernah terjawab, disitu Vino mulai membenci sang Papah. Sudah cukup dengan 6 tahun laluyangmembuat nya dan Clarisa terpuruk. Satu minggu setelah kepergian Vio, Vinomengajak Clarisa pergi meninggalkan rumah nya. Awal nya Clarisa menolakkarena banyak sekali kenangan di rumah ini yang ia lakukan bersama sang Mama, tapi Vino selalu mengingatkan, semakin lama di rumah ini, semakin susah kita untuk belajar mengikhlaskan. Akhirnya Clarisa pun mau mengikuti ajakankakaknya. Jauh dari Tegal, Vino membawa Clarisa pergi meninggalkankenanganlamanya dan mereka berdua sedang berusaha mengubur luka lama serta membuka lembaran baru. JAKARTA , 25 OKTOBER 2017


23910 Tahun kemudian... Kini Clarisa sudah dewasa, banyak perubahan yang melekat pada diri nya. Mulaidari penampilan, perbuatan serta sikapnya. Penampilannya sudah sangat terlihatdewasa. Perbuatannya kini lebih cenderung rajin dan bicara hanya disaat pentingsaja. Soal sikap sejak kejadian 10 tahun yang lalu, Clarisa sikapnya sangatbertolak belakang dengan 10 tahun silam. Sekarang ia lebihpendiam, cuek, acuh– tak acuh, dan kini tatapannya tak seceria dulu. “Hufttttt... Sabar Clarisaa..” Clarisa menghela nafas lelah dengan sikap sahabat kecilnya dulu. Ya... Dia David, sejak Clarisa dan kakaknya memutuskan untukpergi dari rumah dan meninggalkan kota kelahirannya. Tanpa Clarisa tau ternyata David pun ikut meninggalkan kota itu dan sekarang malah menetap sebagai tetangga Clarisa. Saat Clarisa berjalan di koridor sekolah, tiba-tiba David menarikrambutnya yang di kuncir kuda. Sementara David hanya tersenyumsmrik danClarisa sebenarnya kesal tapi ia tak peduli. David menyamakan langkahnya agar sama dengan langkah Clarisa. “Mau kemana?” Tanya David yang malah dapat lirikan sinis dari sang empu. Clarisa berhenti di depan ruangan yang bertulisan KEPSEK . Karena tadi dipanggil kepala sekolah untuk menemuinya di ruangannya. Tanpa menunggu Clarisa langsung memutar knop pintu sehingga menimbulkan suara deritan pintu. Semua pasang mata tertuju padanya, sementara David yang tak tau apa – apa pun langsungpergi dari sana, mungkin ini penting untuk Clarisa. “Silahkan duduk nak Clarisa” Pinta kepala sekolah. Clarisa pun hanyamenurut. sepertinya kepala sekolah ingin bicara serius. “Dua minggu lalu kamu mengikuti lomba matematika sains kan?” Tanya kepala sekolah dan di angguki Clarisa sebagai jawaban.


240”Kabar baiknya kamu memenangkan lomba itu untuk ke sekian kali nya Clarisa!!! HEBAT bapak bangga banget sama kamu Clarisa.” Ucap kepala sekolah. Sementara Clarisa hanya tersenyum, ternyata usahanya selama ini mengikuti lomba tidak sia – sia. Mah.. Bun.. Mas.. Clarisa berhasil lagii. Teriak Batinnya. Saat di parkiran, David sudah menunggu Clarisa untuk pulang bersama. David hanya menunggu Clarisa selama 10 menit saja, sebab Clarisa sudah menampakan batanghidung nya. “Tadi dipanggil kepsek disuruh ngapain?”tanya David sembari menyodorkan helmfull face nya kepada Clarisa dan di terima oleh Clarisa. “Ohh biasa..” Jawabku sembari naik ke motor ninja milik David. “Menang lagi?” Clarisa tersenyum sembari menganggukan kepalanya bahagia. Ia sangatbersyukur, banyak banget pelajaran yang ia ambil dari masa lalu nya dulu, bahwa ia tidak perlu berlarut – larut dalam kesedihan dan keterpurukan. Tapi ia harus bangkit untuk kedepannya dan ia rasa ini sudah saat nya untuk melangkahlebih jauh berusaha untuk menggapai mimpi yang dulu hilang. 10 tahun lalu adalahtantangan kehidupan yang pahit untuk Clarisa bahkan ia hampir tumbang ditengahjalan. Dan sekarang ini sudah saatnya Clarisa mewujudkan mimpi –mimpinya.


241Post It! (Sabrina Rachel Assyifa) Pagi ini terasa melelahkan bagi Kirana, padahal ia baru masuk ke ruanganperkuliahannya. Semalam ia mengerjakan tugas kelompok, namun tak satupunanggot akelompoknnya memiliki niatan untuk berkontribusi dalammengerjakantugas kelompok itu. Tentu saja Kirana tidak jadi tidur sesuai dengan jadwalnya danmalah begadang demi menyelesaikan tugas. Jika saja dosen mata kuliahnya yangsatu itu tida kpemarah, ia berani tidak mengerjakan satupun tugas kelompok itu. Namun, dari padamendapatkan nilai E, tentu saja lebih baik Kirana mengerjakannya, sekalipun sambil mencak-mencak menahan kantuk. Namanya Kirana Affa Kusuma. Ia merupakan salah satu mahasiswa tahunkedua di Universitas Andalas. Ia merupakan anak yang lumayan pendiamdan seringmengalah, buktinya Kirana tidak tidur untuk mengerjakan tugas kelompok yang


242seharusnya dikerjakan bersama-sama. Karena sifat introvertnya itu, ia lebih seringmembuat cerita mengenai kehidupannya sehari-hari. Di tengah rasa kesal, Kirana membuka aplikasi dimana semua orang bisa mengupload apa yang mereka inginkan. Aplikasi bernama ‘Post It!’. Kening Kirana berkerut heran, ia merasa tak pernahmenginstall aplikasi bernama Post It itu. Namun,ia tetap membuka aplikasi tersebut, menghilangkan rasa curiganya. Baru saja dibuka, banyak orang yang tak ia kenal mengupload berbagai macam kata-kata bahkan cerita. Ada orang yang kesal, bahagia, bahkan ada juga orang yang menertawakan berbagai hal. Tak lama, Kirana mulai terbiasa dengan aplikasi tersebut dan tentu saja ia ikut menikmati apa yangada di dalamnya. Baru saja menikmati dan menyelam di media sosial, dosenkillernya memasuki ruang perkuliahannya. Kirana langsung mematikan hpnya dengan cepat dan memasukkannya ke dalam tas. “Proposal semalem mana coy?” tanya Kirana panik sambil mengubrak-abrikisitasnya sampai tak lagi berbentuk. Sedangkan Aleia, teman Kirana yang duduk disebelahnya, dengan polos bertanya. ”Kenapa Kir?” Dengan kesal, Kirana menggebrak meja secara tak sadar, “PROPOSAL GUEILANG ANJIRR!” TAK! Bunyi spidol yang menggelinding di lantai setelah mengenai kepala Kirana, membuat Kirana langsung terdiamsambil meringis pelan. Semua teman sekelasnya sibuk menertawakannya pelan, sambil menutup mulut agar tidak ketahuan. Sedangkan Kirana menutup mukanya malu, memaki dirinya sendiri kenapa bertingkah sampai seperti itu. ”Keluar kamu! Jangan masuk kelas saya hari ini!” Teriak dosennya dengannadatinggi, menunjuk pintu seolah mengarahkan Kirana untuk keluar. Dengan lesuKirana menjawab, “Baik, Pak.”


243Setelah diusir dari kelas, kaki Kirana berjalan ke arah kantin. Berkali-kali ia menabrak orang lain, tapi tatapannya tetap saja kosong. Akhirnya seseorangberhasil menyadarkan Kirana dengan menepuk pundaknya. Badan Kirana langsungberbalik, mencari keberadaan orang yang berhasil membuyarkan lamunannya. “Aleia?” tanya Kirana mengerutkan keningnya lagi. Maksudnya, kenapa Aleia disini bersamanya? Bukankah seharusnya ia sedang di kelas bersama dosennya itu? “Gak kelas lu Al? Apa lu ikutan diusir kaya gue?” Tanya Kirana sekali lagi, takmengharapkan jawaban Aleia terhadap pertanyaan sebelumnya. Aleia tersenyumgeli, “Emang boleh gue ninggalin sohib gue? Gue mah bukan fake friend!” Mendengar ucapan Aleia, Kirana kembali tersenyum senang. Untung saja ia menemukansahabat di antara manusia-manusia kurang ajar di kelasnya itu. Kiranadengan cepat menarik lengan Aleia agar mengikutinya ke kantin. “Rencana gue untuk ngabisin waktu sekarang adalah makan seblak level 12 biar gue sakit perut melupakan semua hal yang telah terjadi,” batin Kirana sambil menyeringai. Memang Kirana cendrung menyakiti dirinya sendiri di keadaanmemalukan ini. “Iya iya ... gue tahu lu mau makan seblak, jadi santai aja ye,” ujar Aleia, seolahmengetahui pikiran Kirana. Kirana mengulum senyum saat sahabatnya itu tak lagi melarangnya mengonsumsi makanan kesukaannya. Dengan cepat Kirana berjalandiikuti dengan Aleia. Setelah sampai, mereka langsung duduk di kantin yang bisa dikatakan sepi. Kirana langsung memesan, Sedangkan Aleia duduk sambil menunggu Kirana memesan makanan. Setelah mendapatkan pesanannya, Kirana


244duduk di hadapan Aleia yang sudah sibuk menyeruput teh es yang ternyata ia bawa dari rumah. “Makan gih!” suruh Aleia seolah tau keinginan Kirana untuk menyantapseblakyang ada dihadapannya itu sudah tak tertahankan. “Masih panas eheheh, bentar lagi deh!” jawab Kirana terkekeh pelan. Ia mengingat ada aplikasi bernama Post It di hpnya tadi. Kirana langsung merogohtasnya,kembali membuka aplikasi tersebut. Sebenernya ia tidak tertarik dengan hal lain seperticurhatan hati orang lain, tapi ia lebih tertarik dengan cerita mengenai karakter fiksiyang bisa di posting disana. “Liat apa lu, Kir? Tadi sebelum Pak Andre masuk juga lu fokus banget rasanyake hp,” tanya Aleia menatap Kirana heran. Tak biasanya seorang Kirana memilihfokuske hpnya dibandingkan menghabiskan seblak yang jelas-jelas udah ada di depanmatanya. “Oh iya, lu tau aplikasi Post It ga Al? Soalnya gue baru pake, banyak cerita-cerita bagus di dalamnya.” Kirana memberikan pertanyaan dan pernyataan sekaligus,tapi tak membuat Aleia terkejut sama sekali seolah telah mengetahuinya. “Tau lah coy, udah empat tahun gue punya aplikasinya. Tapi jujur sekarangaplikasinya ga sebagus dulu,” ucap Aleia sambil menggelengkan kepalanya taksuka. Sesekali ia meniup kuah seblak dan menyantapnya. Kirana menatap Aleia dengan protes, “Lah, menurut gue bagus aja tuh? Lu kali gatau makainya gimana.” Aleia meletakkan sendoknya ke atas meja. Kemudian, ia menumpukan badannya di kedua tangannya, mengarahkan badannya lebih dekat dengan Kirana. Kirana ikutan mendekatkan mukanya ke arah Aleia.


245Otomatis hp yang dari tadi dipegang Kirana ia letakkan di atas meja demi mendengar penjelasan Aleia. “Gue gatau yah, tapi kemaren ini gue banyak nemu cerita porno disana. Ofcourse, gue ga baca. Tapi jujur, pas gue liat komenannya, anak-anak dari SD sampeSMAnjir,” ujar Aleia dengan lirih. Kirana menjauhkan tubuhnya dengan kaget, ia merasa tak mungkin sastra yangnotabenenya karya malah ikut dilecehkan. Terlebih, adanya keterlibatan pada anak- anak di bawah umur di dalamnya. Kirana masih tidak percaya hal itu terjadi. “Yang bener aja! Ga mungkin kaya gitu coy!” Aleia menghela napas pelanmendengar penolakan yang sangat jelas dari Kirana, “Gue serius Kirana. Belum lagi banyak juga yang ngepost kata-kata kasar, gasopan, apalagi sama orang yang lebih tua. Lu tau kan Kir, gue se-sensitif apa kalobahasorang tua? Gue sempat bales komen di salah satu postingan orang karena dia ngatain orang tuanya gak guna. Udah gue ceramahin pake kata-kata yang sopan pun, dia malah ngeremehin anjir. Setelah saat itu, gue jarang banget pake aplikasi itu.” Kirana langsung terdiam, tak percaya mendengar apa yang telah ia dengar darimulut Aleia, sahabatnya sendiri. Aleia akhirnya menatap Kirana dengantersenyum, “Tapi, balik lagi ke lo ajasih. Kalo lo bisa jauh dari hal-hal itu, bisa regulasi diri lu, bahkan kalo lu bisakembangin diri lu disana, just do it. Gue ga ngelarang kok. Cuma gue mau lu hati-hatiaja, oke?” Kirana mengangguk paham. Sepertinya ia harus lebih memperhatikan diriny asendiri sekarang. Tidak lagi ikutikutan dengan orang lain, tapi bisa memilih apa yangmenurutnya benar. Tidak lagi menuruti perkembangan zaman, tapi mengikuti hal positif yang bisa terjadi dalamhidupnya.


246Memperingati Sumpah Pemuda Dan Bulan Bahasa (Valerie Ashley Widjaja) Alkisah di sebuah desa yang dikelilingi pepohonan lebat dan pegunungan, bernama Desa Mutiara. Terdapat seorang pemuda yang merupakan pecinta seni dan sastra, pemuda itu bernama Harsa. Di desanya sendiri, dia merupakan orang yang terkenal ramah dan rendah hati. Semua orang disana juga mengetahui bahwa Harsa adalahpecinta seni dan sastra yang selalu mengadakan acara tiap tahunnya. Pada bulanOktober tahun ini, dia ingin menyuarakan semangat Sumpah Pemuda dan kekayaanbahasa di Indonesia melalui ekspresi budaya. Ia membuat sebuah acara untukmemperingati Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa. Tidak hanya untukmemperingati sejarah tapi juga untuk menggali kekayaan bahasa yang dimiliki


247bangsa Indonesia. Suatu pagi, dia sedang menempelkan kertas poster di tiang-tiangdan di pohon. Seorang perempuan yang melihat hal itu pun bingung. “Hey Harsa! Untuk apa kau menempelkan kertas di tiang-tiang dan pohon?” tanyaperempuan itu. “Oh, ini mbak, aku lagi mau mencari kelompok seni untuk membuat acara peringatan Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa”, jawab Harsa. ”Kelompok seni? Seni apa aja ini?” tanya perempuan itu. “Iya, mbak. Seni musik, vokal, tari, rupa, drama apa pun itu”, jawab Harsa. “Mbaknya tertarik? Kalau boleh tahu namanya siapa ya mbak?” tanya Harsa. “Aruna, mas”, jawab Aruna. “Oke, kalau mbak Aruna tertarik boleh dihubungi nomor telepon ini ya”, kata Harsa. “Sip mas, ntar saya hubungi”, ucap Aruna Sore pun tiba, Harsa mendapat beberapa pesan teks dari orang-orang yang tertarik. Ia membaca semua pesan yang masuklalu mengumpulkan mereka semua esok hari di Lapangan Mutiara. Saat malamtiba, Harsa tidak dapat tidur karena terlalu bersemangat. Keesokan hari pun tiba, alarmyang berdering membangunkan Harsa dari pelukanmalam. Ia segera bersiap dankeluar rumah dengan penuh semangat. “Harsa! Tumben kau bangun sepagi ini”, ucap tetangga Harsa sambil menyapuhalaman rumahnya. “Hehe, iya Bu. Lagi ada acara ini”, sahut Harsa.


248“Ohh, ya sudah hati-hati dijalan ya!” kata tetangga Harsa. “Iya, makasih Bu!” jawab Harsa. Dengan penuh semangat, dia berjalan menujuLapangan Mutiara. Melihat sudah adabeberapa orang yang berkumpul untukmembahas acara tersebut. Harsa sekali lagi cukup terkejut dengan banyaknya orangyang berada disana menunggu Harsa. “Mas Harsa, Mas Harsa, ada disana” teriak salah satu orang disana. Semua orang langsung menoleh ke arah Harsa yang sedang berjalan. Harsa puntidak dapat menyembunyikan senyumnya yang terlihat gembira itu. Harsa juga melihat Aruna bersamateman-temannya yang sedang berbincang bareng. Harsa segera memasuki lapangannya dan menyambut semua orang disana. Terlihat beberapa orang disana adalah orang yang pernahberperan dalam acara-acara yangpernah diadakan oleh Harsa. Harsa yang sudah semangat pun bertambah semangat. Loka, sahabatnya, juga berada disitu. Loka yang melihat Harsa tiba pun langsungmenyambutnya. “Sa, udah lama nih ga bikin acara ginian lagi. Pokoknya kita harus bikin acara ini lebihmeriah dari yang sebelumnya”, ucap Loka. “Tentu dong Lok”, ucap Harsa. Harsa mulai menjelaskan rangkaian acara dan membahas peran-peran yangdibutuhkan. Kelompok seni yang beranggotakan lebih dari 80 orang akhirnya terlaksanakan. Harsa membagi mereka menjadi kelompok seni drama, musik, vokal, tari, dan juga rupa. Terdapat juga kelompok panitia seperti panitia konsumsi danlain sebagainya. Semua orang yang bekerja disini melakukannya secara sukarela. Acara ini juga merupakan acara yang grati sdan tidak berbayar. Setelah selesai membahas kelompok dan panitia acara, mereka semua diperbolehkan untukmeninggalkan tempat. Berita bahwa Harsa akan mengadakan sebuah acara,


249akhirnya terdengar di kuping Pak Jagat, Kepala Desa dari Desa Mutiara. Pak Jagat segera menghubungi Harsa untuk membahas perihal dana yang dibutuhkan demi menyelenggarakan acara tersebut. Awalnya Harsa menolak karena sudahmendapatkan bantuan dana dari Pak Jagat di acara-acara sebelumnya. Akhirnya PakJagat berhasil membujuk Harsa agar Pak Jagat dapat memberi bantuan dana. Harsa segera ke rumah Pak Jagat untuk membahas rangkaian acara untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa. Sehari sebelum acara dilaksanakan, semua orang sibuk latihan untuk acara besar yang akan mulai. Harsa menyewa sebuah panggung dengan lampu kelap-kelip dan pengeras suara. Latar belakangpanggung dilukis oleh tim seni rupa menggambarkan perjuangan dan persatuan. Dengan kuas dan cat warna-warni, tim seni rupa berhasil menciptakan lukisanyangmemukau setiap orang yang melihatnya. Sementara itu, Loka, tim seni musik dantimseni vokal menciptakan syair dan melodi yang mampu menyentuh hati para penonton. Dengan pemilihan kata yang sempurna, mereka memadukan antara bahasa Indonesia danjuga tembang Jawa. Memadukan unsur tradisional dan modernmenjadi satu padu. Arunadan tim tari dengan gerakan-gerakan luar biasa yangmampu mengikat mata penonton. Timdrama yang menampilkan drama bertema “Perjuangan Pahlawan Demi Kemerdekaan Indonesia”.Tibalah Hari SumpahPemuda, hari yang dinanti-nantikan oleh semua orang. Terlihatwarga-warga antusias yang berkerumun di lapangan. Acara belum mulai, penonton sudahdibuat tercengang oleh lukisan yang menjadi latar belakang panggung. Semuanya terlihatsempurna, lukisan yang dapat membangkitkan semangat patriotisme. Harsa selaku pemimpin dan pembuat acara, berdiri diatas panggung memberikansambutan meriah. Harsa membuka pertunjukan dengan puisi tentang SumpahPemuda dan membacakan ikrar Sumpah Pemuda. Ia mengajak penonton untukmerenungi lukisan yang menjadi latar belakang panggung. Diiringi dengan musikyang ditampilkan oleh tim musik dan nyanyian pelan oleh tim vokal. Menciptakanatmosfer yang tak terlupakan. Membuat penontonmerasakan getaran semangat perjuangan pahlawan yang tewas saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Setelah selesai membaca puisi, Aruna dan sekelompok penari yang mengenakanbaju tradisional memasuki panggung. Bersinar diatas panggung mengalahkanlampu


250panggung dengan gerakan anggun. Gerakan lembut yang diiringi melodi yangmengalir bagaikan sungai yang menari. Formasi dan langkah tiap penari yangmemikat hatipara penonton. Panggung yang menjadi saksi bisu dari penampilanyang mengagumkan. Setelah selesai, penonton memberikan tepuk tangan meriahdan sorak sorai. Kemudian masuklah tim drama mempersiapkan diri untukmenampilkan kisah “Perjuangan PahlawanDemi Kemerdekaan Indonesia”. Mulai memasuki puncak kisah, seketika panggung berubahmenjadi medan perang. Bendera berkibar, teriakan semangat dari segala arah, suara tembakan, dibarengi dengan pencahayaan merah yang melambangkan semangat dan kemarahan juga lagu kebangsaan yang dinyanyikan bersama. Pertunjukan drama pun berakhir. Penonton yang terpukau oleh kehadiran mereka diatas panggung masih tercengang. Puncak acara pun tiba, Harsa, Loka, dan tim musik menampilkan sebuah lagu. Memadukan unsur tradisional dan modern, mereka membawakan sebuah lagu Bahasa Indonesia dengan tembang jawa. Harmoni suara mereka yang memikat hati para penonton. Bait per bait mereka nyanyikan dengan sepenuh hati tanpa ada kesalahan satu pun. Hingga akhirnya selesai, sekali lagi para penonton bertepuktangan meriah dan bersorak sorai. Dengan ucapan terima kasih oleh seluruh timdanHarsa, itulah akhir dari acara “Memperingati Hari Sumpah Pemuda dan BulanBahasa”. Pengalaman seni yang mendalam dan tidak dapat terlupakan. Menginspirasi generasi-generasi yang akan datang. - TAMAT


Click to View FlipBook Version