The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by vivisulviana, 2021-10-25 02:09:37

EBOOK PAHLAWAN DALAM HIDUPKU

EBOOK PAHLAWAN DALAM HIDUPKU

Keywords: ebook,gendissewuberkarya,pahlawandalamhidupku

GENDIS SEWU BERKARYA
PAHLAWAN DALAM

HIDUPKU

Karya 16 Bibit Penulis Kecamatan Dukuh
Pakis

Afsa Furayah Mahdiya, David Bagas
Prasetyo Wahyudi, Mayla Linggar
Ayukasih, dkk

PAHLAWAN DALAM HIDUPKU

Penulis : Afsa Furayah Mahdiya,

David Bagas Prasetyo Wahyudi, Mayla

Linggar Ayukasih, dkk

Ilustrator :
Penyunting : Editor Penulis Kecamatan

Dukuh Pakis

Penyunting Akhir : Faradila Elifin dan Vivi

Sulviana

Diterbitkan pada tahun 2021 oleh
Tim Penulis Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Surabaya
Jl. Rungkut Asri Tengah 5-7, Surabaya

Buku ini merupakan kumpulan karya dari
bibit Gendis Sewu, sebagai penghargaan
atas partisipasi yang telah diberikan
dalam Gerakan Seribu Mendongeng dan
Menulis.

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah segala puji

bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya yang begitu besar,

sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan e-book ini sebagai bentuk

apresiasi kepada para bibit penulis yang

mengikuti Gerakan Melahirkan 1000

Penulis dan 1000 Pendongeng (Gendis

Sewu) dengan baik dan lancar.

Dalam penyusunan e-book ini,

kami mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak

terkait yang telah membantu,

membimbing, dan mengarahkan kami.

Dengan kerendahan hati, kami

menyampaikan terima kasih sebesar-

besarnya kepada yang terhormat :

1. Ir. Musdiq Ali Suhudi, M.T selaku

Kepala Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Surabaya

2. Imam Budi Prihanto, S.IP, MM

selaku Kepala Bidang Informasi dan

Layanan, Kepala Seksi Informasi dan

Layanan Perpustakaan

3. Para Bibit Penulis Gendis Sewu

4. Kapten Tim Penulis

5. Editor Tim Penulis:

a. Tutor Kelas Reguler Tingkat

Kecamatan

b. Tutor Kelas Khusus Minat dan

Bakat (MinBak) Tingkat Kota

6. Segenap pegawai Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Surabaya

7. Ilustrator

Kami menyadari bahwa sebuah
karya memiliki ketidaksempurnaan.
Apabila dalam penyusunan e-book ini
masih jauh dari kesempurnaan dan
masih ada kekurangan kami mengharap
kritik dan saran yang bisa membangun
dari segenap pembaca e-book ini.

Semoga e-book ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan karya
tulis anak bangsa khususnya di Kota
Surabaya dan seluruh Indonesia pada
umumnya.

Surabaya, 7 April 2021
Tim Penulis Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Surabaya

Sambutan

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya

Kita panjatkan rasa syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, karena hanya dengan
kemurahanNya maka kita selalu dapat
berikhtiar untuk berkarya dalam ikut serta
membangun Kota Surabaya yang kita
cintai.

Kita patut bangga dan memberi
apreasiasi kepada para bibit penulis
Gendis Sewu (Gerakan Melahirkan 1000
Bibit Penulis Dan 1000 Bibit
Pendongeng), para editor penulis
Dispusip, dan Petugas TBM di

Kecamatan Dukuh Pakis yang telah
bekerja keras membuat karya tulis yang
berjudul Pahlawan dalam Hidupku. Judul
e-book yang diambil dari salah satu judul
cerpen dalam kumpulan ini merupakan
gambaran keseluruhan karya. Para anak
cerdas merupakan bibit penulis Gendis
Sewu yang telah melalui proses sangat
panjang dan berjenjang melalui kelas
reguler maupun kelas khusus minat
bakat dalam platform Tempat
Menampung Karya Literasi Masyarakat
(TAMAN KALIMAS).

E-book para bibit Gendis Sewu ini
sangat layak dinikmati karena
merupakan karya-karya imajinatif dengan
gaya bahasa menarik dan mudah
dipahami oleh anak-anak, serta penuh
dengan pesan moral. Semoga kelak hal
ini akan memicu tumbuh kembangnya

budaya literasi untuk berbagai kalangan
usia, terutama di Kota Surabaya.

Saya selaku Kepala Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya menyampaikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang terlibat.

Akhir kata, kita semua patut
memberi dukungan secara terus
menerus kepada para bibit penulis
Gendis Sewu agar selanjutnya semakin
produktif dalam berkarya.

Surabaya, 7 April 2021
Kepala Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Surabaya,

Ir. Musdiq Ali Suhudi, M.T.

Sekapur Sirih

Kapten Tim Penulis Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Kota Surabaya

Alhamdulillah, dengan menyebut
nama Allah SWT Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Kami sangat
bersyukur atas kehadirat-Nya, hanya
dengan kemurahan Allah SWT, kami
dapat menghimpun berbagai karya tulis
para bibit penulis Gendis Sewu dan
menerbitkannya dalam sebuah e-book
kumpulan cerita dengan judul Pahlawan
dalam Hidupku yang mengusung tema
Kepahlawanan.

E-book Pahlawan dalam Hidupku
ini merupakan kumpulan karya tulis hasil
dari 22 bibit penulis Gendis Sewu yang
diselenggarakan oleh Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Surabaya. Dukuh Pakis sebagai role

model kecamatan yang sukses

melaksanakan program Gendis Sewu,

diharapkan bisa diikuti oleh kecamatan

lain.

Dari hasil ketekunan para bibit

Gendis Sewu yang didampingi oleh para

petugas Taman Bacaan Masyarakat,

dimentori oleh para Tim Inti Penulis,

disunting oleh Editor Area (Dira), dan

penyunting akhir yang semuanya adalah

pegawai Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Surabaya.

Kegiatan Gendis Sewu

memanfaatkan platform buatan Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Surabaya yang bernama TAMAN

KALIMAS.

TAMAN KALIMAS yang

merupakan singkatan dari Tempat

Menampung Karya Literasi Masyarakat

memberikan layanan literasi yang di

dalamnya terdapat tiga layanan

sekaligus, antara lain layanan Taman

Kalimas Pembelajaran, Taman Kalimas

Karya dan Taman Kalimas Publikasi.

Para bibit penulis Gendis Sewu

terlebih dahulu didaftarkan untuk

mengikuti kelas berjenjang dari mulai

kelas reguler Taman Kalimas di tingkat

kecamatan, lalu untuk bibit terbaik akan

mendapatkan reward naik ke kelas

khusus minat dan bakat setelah itu

karyanya akan dibuat e-book dan

dipublikasikan.

Saya mengapresiasi bangga

kepada para bibit penulis Gendis Sewu

yang memiliki semangat literasi dengan

tidak hanya menjadi pembaca pasif
melainkan menjadi pembaca aktif, yaitu
selain membaca juga mampu menulis.

Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada Tim Gendis Sewu dan Tim
Inti Penulis Dispusip yang terdiri dari
para tutor kelas reguler di tingkat
kecamatan, para editor area (Dira), para
penyunting akhir hingga e-book ini
terselesaikan secara baik.

E-book adalah jawaban nyata atas
kinerja para Tim Inti Penulis Dispusip
yang berkolaborasi dengan petugas
Taman Bacaan Masyarakat Kota
Surabaya.

Membangun kota maka perlu
disertai 'membangun' manusia di
dalamnya. Tentu tidak lah mudah, karena
awal membangun seringkali terlihat
abstrak, dipertanyakan, atau diragukan.

Walaupun begitu, tetap terus
'membangun' karena 'membangun'
manusia melalui literasi adalah sebuah
investasi jangka panjang untuk kota
tercinta kita Kota Surabaya.
Salam Literasi,

Surabaya, 7 April 2021
Kapten Tim Penulis
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya

Vegasari Yuniati

DAFTAR ISI

1. Mental ......................................................... 1

2. Pengorbanan Ayahku .................................. 11
3. Gendis dan Keluarga Kecilnya .................... 20
4. Mamaku Pahlawanku .................................. 32
5. Pahlawan Kesiangan................................... 40
6. Harapan Mandy ........................................... 50
7. Semangat Ini Untuk Mama .......................... 58
8. Ibuku Hebat ................................................ 67
9. Ibu ............................................................... 75
10. Lorong Panti Asuhan ................................... 82
11. Ayahku Pahlawan dalam Hidupku ............... 97
12. Perselisihanku ............................................. 107
13. Pahlawan dalam Hidupku ............................ 114
14. Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ...................... 124
15. Ibuku adalah Pahlawanku............................ 132
16. Iam The Real Hero of My Life ...................... 140
17. Love Your Self ............................................. 146
18. Semua adalah Pahlawan ............................ 157
19. Guruku Favoritku ......................................... 168

20. Temanku Engkau Segalanya ...................... 180
21. Tragedi yang Melekat .................................. 191
22. Semangatku................................................. 196

MENTAL

Oleh Afsa Furayah Mahdiya

Matahari mulai tenggelam saat aku duduk di
tempat yang mulai tampak sepi dari para peziarah.
Aku ditemani Ibu berada di samping batu nisan
yang bertuliskan nama Ayah. Pandangan mataku
tak henti tertuju melihat batu nisan itu. Keegoisanku
menjadi penyebab kematian Ayah karena
kecelakaan saat menjemputku.

Aku merasa sangat bersalah karena Ayah
meninggal hanya karena diriku. Jika saja Ayah tak
kupaksa untuk menjemputku mungkin sekarang
kami masih bisa berkumpul bersama merayakan
ulang tahunku yang ke-12. Aku harus
mengikhlaskan, tetapi kejadian ini membuatku larut
dalam penyesalan.

“Ayah, maafkan Ara belum bisa menjadi
anak yang baik, sering melawan perkataan Ayah,”
kataku sedih sambil bersimpuh di pinggir batu nisan
Ayah.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 1

“Sudah Ara, ikhlaskan kepergian Ayahmu,
jangan terus berlarut-larut dalam kesedihan,”
nasihat Ibu kepadaku.

Suara alunan ayat alquran mulai terdengar
pertanda azan magrib akan berkumandang. Ibu
memaksa untuk mengajakku pulang. Aku pun
menuruti ajakan Ibu dengan rasa berat hati.
Selama perjalanan, Ibu dan aku pulang ke rumah
diiringi oleh keheningan tanpa ada pembicaraan
apapun.

Keesokan harinya dengan langkah malas
aku bangun tidur, salat, dan mandi untuk bersiap-
siap ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku
masuk ke kelas tanpa menghiraukan teman-teman.
Mereka paham dengan apa yang terjadi padaku.
Teman-teman berusaha untuk terus menghiburku.
Mereka terus membuatku kembali menjadi Ara
yang ceria dan selalu riang.

Aku hanya bisa memaksa tersenyum lebar
untuk menyenangkan mereka. Pelajaran telah usai,
aku ingin segera pulang agar segera bisa
membantu Ibu membuat kue untuk dititipkan dan

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 2

dijual di warung-warung dekat rumah. Semenjak
Ayah meninggal, Ibu menjadi tulang punggung
keluarga. Sehari-hari Ibu membuat kue untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Dampak kematian
Ayah membuat Ibu menjadi workaholic.

“Assalamualaikum,” salamku kepada Ibu.
“Wa’alaikumsalam,” jawab salam Ibu
kepadaku.
Aku mendatangi Ibu dengan senyuman dan
memeluknya. Ibu sedang asyik membuat adonan
kue donat.
“Pulang sekolah. Ayo, cuci tangan dan ganti
baju dulu!” seru Ibuku kepadaku.
“Iya, Bu,” jawabku sembari mengambil kue
donat yang sudah jadi untuk kumakan.
Hari-hariku terasa hampa, hidup tanpa sosok
Ayah bagaikan anak yang setiap hari merasakan
patah hati. Tidak ada dekapan erat dari tubuh
tegarnya. Aku merasa kehilangan sosok panutan
sebagai pemimpin dan rindu dengan wejangannya.
Aku merasa iri dengan teman-teman yang masih
memiliki Ayah. Semasa hidup, Ayah selalu
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 3

memanjakanku, menuruti apa yang aku mau, Ayah
juga sering membelikan makanan atau pun mainan
kesukaanku.

Sekarang aku tidak bisa mendapatkan apa
yang kuinginkan itu. Ibu menjadi sosok ganda bagi
keluargaku, Ibu juga memiliki beban berat. Beliau
mencari nafkah untuk kehidupan kami selanjutnya
dan meluangkan waktu untuk merawatku dengan
baik. Ibu tak henti-hentinya membuat kue setiap
hari. Pikirannya hanya mencari uang dengan
membuat kue.

Suatu hari, Ibu sakit karena kelelahan setiap
hari tanpa henti membuat kue sampai lupa
menjaga kesehatan. Aku sangat sedih dan ingin
marah karena Ibuku tetap saja tidak menghiraukan
permintaanku untuk istirahat. Ibu masih tetap saja
membuat pesanan kue meski dalam kondisi sakit.
Aku berusaha mencari perhatian Ibu dengan
melakukan tindakan bodoh. Aku merasa iri dengan
kondisi keluarga teman-temanku.

Lantas aku berinisiatif lari dari rumah dan
menjauh dari Ibuku. Tanpa sadar aku pergi tidak

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 4

menggunakan alas kaki dan menangis sekeras-
kerasnya. Perasaan marah kepada Ibuku terasa tak
bisa dibendung. Suara azan magrib terdengar,
mendadak aku sadar tindakanku sangat salah. Aku
pulang ke rumah dengan mengusap pipi yang
basah berkali-kali karena air mata.

Setibanya di rumah aku berlari mendekat,
memeluk tubuh ringkih Ibu yang sedang duduk
menungguku dengan cemas. Aku menangis tanpa
henti, meronta, dan menyalahkan diri atas
perbuatanku yang salah ini.

“Maafkan Ara, ya Bu,” ucapku kepada ibu
sambil mencium kakinya.

“Maafkan Ibu juga, ya Ara. Ibu belum bisa
membahagiakan dan membuat anak Ibu
tersenyum,” hibur Ibu kepadaku sambil memelukku
erat.

Semenjak kejadian itu aku berjanji untuk
bisa membahagiakan ibu.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 5

***
Aku datang ke makam Ayah bersama Ibu
setelah menghadiri acara wisuda kelulusan
akademikku.
“Assalamualaikum, Yah,” salamku di depan
batu nisan ayah.
“Sekarang Ara sudah besar. Ara sudah lulus
kuliah. Ara rindu Ayah. Semoga Ayah tenang dan
bahagia di alam sana di dalam surga-Nya,” ucapku
terus sambil menangis dan mengusap batu nisan
Ayah.
Air mata tak bisa tertahan. Tak hentinya aku
dan Ibuku membacakan doa ziarah kubur. Kami
berharap dengan doa kami, Ayah yang sudah
meninggal masih bisa mendapatkan pahalanya dan
bisa diampuni dosanya.
“Makasih Ibu, Ara sayang banget sama Ibu,”
ucapku bahagia sambil memeluk Ibu.
“Iya, Nak. Ibu juga terima kasih. Ara anak
yang hebat. Ibu sangat bangga kepadamu,” sahut
Ibu kepadaku.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 6

Semenjak itu, aku sangat semangat
berjuang demi Ibu. Orang yang paling berharga dan
mau berkorban nyawa demiku. Doa-doanya selalu
memberikan yang terbaik untuk hidupku. Tak ada
yang bisa menandingi pengorbanan dan cintanya.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 7

PROFIL DIRI

Oleh Afsa Furayah Mahdiya

Halo, perkenalkan namaku Afsa Furayah
Mahdiya, biasanya dipanggil Afsa. Dilahirkan di
Surabaya, 17 Juli 2008. Aku berusia 12 tahun
bersekolah di SDN Dr. Sutomo V Surabaya kelas
VI. Aku merupakan anak bungsu dari tiga
bersaudara. Aku tinggal bersama keluarga dan
Kakek Nenek di Wonokitri Gang 8 No. 85.

Hobiku berolahraga terutama bersepeda,
bernyanyi, dan membaca buku. Jenis buku yang
kusuka sekarang sejenis novel. Aku beragama
Islam. Cita-citaku sangat banyak, diantaranya
menjadi hakim, psikolog, dan kadang-kadang aku
juga ingin menjadi penulis cerita. Menurutku itu
adalah hal yang menyenangkan bisa memiliki
wawasan luas.

Aku bersemangat untuk memberikan
informasi dan berbagi ilmu. Aku juga bisa
mengeluarkan imajinasi di pikiranku kemudian

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 8

kutulis. Keadaan sekarang, memanglah sangat
tidak memungkinkan untuk pergi ke sekolah.
Pembelajaran sekarang dilaksanakan secara
daring. Hal ini merupakan salah satu pengalaman
terbaru bagiku.

Selama enam bulan merasakan kejenuhan,
kucoba hal baru yang bermanfaat di rumah, yaitu
belajar membuat kreasi kue. Aku sudah pernah
membuat kreasi kue panekuk, nastar, dan roti
kukus. Roti kukus yang kubuat gagal karena ada
satu bahan yang sudah terlalu lama tidak dipakai.
Rasa kesal melandaku, tetapi tidak apa-apa, aku
akan bersemangat mencoba membuatnya lagi
karena kegagalan bukanlah tanda untuk berhenti.
Melainkan sebagai suatu kesuksesan yang
tertunda. Belajar hal baru adalah suatu hal yang
menyenangkan.

Sejak tiga bulan kemarin, aku mulai
menyukai membaca beberapa novel. Pertama kali
yang mengenalkan untuk membaca novel adalah
Kakak keduaku. Dulu aku tidak terlalu tertarik untuk
membaca novel. Buku yang biasa aku baca adalah

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 9

buku cerita bergambar. Sekarang semenjak
dikenalkan dengan novel dan teratur untuk
membacanya, membuatku mempunyai banyak
manfaat untuk mengisi waktu luangku dan rasa
bosanku.

Aku menuangkan imajinasi dalam beberapa
cerita kemudian aku tulis dalam catatan di
handphoneku. Tak lupa juga, setiap saat aku selalu
berdoa agar wabah segera berakhir sehingga
segala kegiatan bisa normal kembali. Aku rindu
belajar di sekolah dan bisa bermain dengan teman-
teman.

Aku berusaha untuk patuh terhadap apa
yang dianjurkan oleh pemerintah demi memutuskan
mata rantai COVID-19. Harapanku saat ini, semoga
pandemi korona ini segera berlalu dan aku bisa
berkunjung ke saudaraku yang berada di luar kota.
Aamiin.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 10

PENGORBANAN AYAHKU

Oleh David Bagas Prasetyo Wahyudi

Telur-telur dinosaurus brontosaurus telah
menetas. Anak-anak itu diberi nama Dilanrus
sebagai anak yang pertama, anak kedua bernama
Benirus, dan anak terakhirnya, yaitu Alexrus, anak
yang cacat di bagian kaki.

Suatu hari Ibu dan Ayah Dinosaurus
mengajak anak-anaknya belajar bertahan hidup di
alam liar. Ibu Brontosaurus mengajarkan cara
bercocok tanam. Saat proses pembelajaran
berlangsung, ada banyak hewan yang mereka
jumpai. Dilanrus dan Benirus sangat berani dengan
segalanya, berbeda dengan adik terakhirnya yang
takut dengan hewan serangga.

Sayangnya Ayah dan Ibu heran melihat
anaknya tidak bisa bercocok tanam dan kurang
mampu bertahan hidup. Ayah mempunyai ide untuk
melihat perkembangan anak-anaknya bercocok
tanam. Dia menyarankan anak-anaknya untuk

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 11

menulis nama di setiap masing-masing pot. Hasil
kerja mereka di rumah diamati oleh Ayah, tapi
Alexrus tidak bisa mengerjakan apa-apa.

Alexrus berkata dalam hati, Aku tidak
berbakat, aku cacat, dan tidak bisa melakukan
apapun. Keesokan harinya Ayah mengajaknya
melakukan pekerjaan yang mudah, yaitu memberi
makanan di peternakan.

“Pagi yang cerah ini Ayah berencana
mengajakmu ke peternakan,” ajak Ayah pada
Alexrus.

“Untuk apa, Yah?” tanya Alexrus singkat.
“Bantu Ayah memberi makan ayam-ayam di
sana,” jawab Ayah sambil menatap tajam mata
Alexrus.
“Aku tidak mau, Yah. Aku takut ayam,”
rengek Alexrus pada ayahnya.
“Ayah harap kamu bisa bekerja dan berlatih
mandiri, Nak,” pinta ayah dengan nada bijak.
“Tapi, Yah …,” tolak Alexrus.
Tiba di peternakan terdengar suara jeritan.
“Tidak ... Tidak …. Tidak …,” teriak Alexrus.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 12

Ayamnya lari menjauh karena dia menjerit
ketakutan sembari lari terbirit-birit. Pekerjaan
memberi makan ayam pun gagal.

Berganti hari, kemudian Ayah melihat
burung-burung beterbangan menimbulkan
keriuhan. Pertanda cuaca sedang tidak baik. Ayah
bingung dengan burung yang beterbangan di
danau. Lalu bertemu dengan Bangau.

“Apa yang terjadi dengan burung-burung
itu?” tanya Ayah.

“Bumi ini akan hancur lebur karena ada
asteroid raksasa yang ingin ke bumi. Itu sebabnya
mereka terbang tidak tentu arah. Bumi sedang tidak
aman,” jawab Bangau dengan tegas.

“Apakah ada tempat yang aman untuk
tempat berlindung?” tanya Ayah khawatir.

“Tempat paling aman ada di sebelah utara
sana, tetapi berhati-hatilah di sana banyak sekali
rintangan,” ujar Bangau dengan nada besar.

Ayah segera bersiap-siap untuk pergi ke
utara bersama keluarganya. Suatu ketika ada T-
Rexrus yang menghalangi langkahnya pergi ke

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 13

utara. Dia kelaparan ingin memakan daging mereka
semua.

Alexrus berkata kepada T-Rexrus, “Kita
sedang dalam bahaya nanti ada asteroid yang
hendak ke bumi.”

“Kita harus bersembunyi,” teriak Ibu, tetapi
T-Rexrus tidak percaya ucapannya.

“Apa yang kamu inginkan?” tanya Dilanrus
sambil ketakutan pada T-Rexrus.

“Aku lapar, aku ingin makan banyak,” jawab
T-Rexrus sambil menjulurkan lidah dan air liurnya
menetes.

“Kami bawa perbekalan makanan,” balas
Benirus sambil menunjukkan tasnya.

“Aku ingin makanan,” kata T-Rexrus kepada
mereka.

“Kita cuma bawa makanan ini,” kata Ayah
ketakutan.

“Aku ingin semuanya termasuk kalian,” ujar
T-Rexrus kelaparan.

Tidak ada pilihan lain, Ayah memberikan
semua perbekalan demi keselamatan keluarganya.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 14

“Ini kuberikan semuanya untuk kamu
makan,” ucap Ayah sambil menunjukkan dan
mengeluarkan perbekalannya.

“Masalah apalagi sih ini. T-Rexrus saja
sangat menakutkan, belum lagi asteroid yang akan
datang menuju bumi,” gumam Alexrus cemas.

Alexrus semakin ketakutan, dia gugup dan
berkeringat. Menyusul mimik wajah kecemasan
Ayah mulai terlihat dahinya mengerut sambil
mengusap keringat dingin di keningnya.

Malam ini suasana menjadi genting. Langit
gelap mengeluarkan cahaya mengilap
berhamburan ke atas langit, sepertinya itu adalah
asteroid raksasa menuju bumi. Mereka sangat
khawatir dan ketakutan. T-Rexrus yang kelaparan
tiba-tiba melongo.

Ayah menjerit, “Kita harus lari secepat
mungkin ke arah utara,”

Namun, langkah mereka tidak bisa
menghentikan arah asteroid menuju bumi. Keluarga
Brontosaurus tetap bertahan melangkah demi
langkah. Asteroid hampir menyentuh bumi. Ayah

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 15

lari sekencang-kencangnya. Alexrus bersusah
payah berjuang menyelamatkan diri. Keluarga
Brontosaurus sudah mulai goyah lari
menyelamatkan diri mereka.

Setibanya di utara, asteroid raksasa telah
jatuh ke bumi. Alexrus tersadar bahwa Ayahnya
yang melemparnya saat permukaan bumi akan
terbelah menjadi dua.

“Aku di mana ini? Apa ada orang? Tolong ...
tolong … tolong …,” teriak Alexrus di dalam tempat
yang gelap.

Dia menyusuri jalan yang gelap tersebut
sambil menyentuh permukaan dinding.

“Rupanya aku berada di dalam gua,”
batinnya setelah meraba permukaan dinding yang
mengeluarkan tetesan air dari stalaktit.

Sunyi, sepi, hening Keluarga Brontosaurus
terbangun. Mereka selamat dan saling mencari
satu sama lain.

“Ayah … Ibu … di mana? Benirus … Alexrus
… di mana kalian? Kakak di bawah pohon,” tanya
cemas oleh Dilanrus.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 16

“Halo! Ayah … Ibu … Kakak … Alexrus …
apa kalian masih hidup?” tanya haru Benirus
menjerit sambil menangis.

Suara mereka bersahut-sahutan. Mereka
berkumpul di tengah taman yang tandus terbakar
oleh asteroid.

“Syukurlah keluarga kita selamat. Kalian
hebat, Ayah bangga pada kalian,” ucap syukur
Ayah.

“Kita selamat, tapi bagaimana dengan
Alexrus kasihan sekali dia. Semoga kita bisa
mencarinya,” iba Benirus pada adiknya.

“Mari ikut Ayah! Semoga dia selamat. Ayah
melemparnya di dalam gua saat permukaan bumi
terbelah,” balas Ayah pada mereka.

Perjuangan mereka belum selesai. Berjalan
menyusuri tepi sungai, pohon tumbang tak
beraturan mengeluarkan asap kebakaran. Naik ke
atas permukaan menuju mulut gua.

“Alexrus keluar, Nak. Kami semua di sini,”
pinta Ayah dengan nada keras dan menghela
napas dalam-dalam.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 17

Alexrus beranjak dari lamunan kesedihan.
Dia senang Ayahnya telah menjemputnya, tidak
berani keluar gua sama sekali.

“Ayah ...,” jerit Alexrus berjalan sebisanya.
“Syukur kamu masih hidup, Nak,” ucap Ibu.
Keluarga Brontosaurus berpelukan dan
tangis haru mewarnai kebahagiaan mereka.
Alexrus bangga, Ayahnya adalah pahlawan
keluarga.
Ayah menginspirasiku, aku harus kuat meski
aku cacat. Aku harus seperti Ayah menjadi
pahlawan keluarga. Aku yakin aku pasti bisa. Lelaki
tidak boleh cengeng dan penakut. Ini kesempatan
kedua bagiku.
“Aku pasti bisa seperti Ayah,” gumam
Alexrus sambil menatap mata ayahnya.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 18

PROFIL DIRI

Oleh David Bagas Prasetyo Wahyudi

Hai, kenalkan nama saya David Bagas
Prasetyo Wahyudi. Saya anak kedua. Saya lahir di
Surabaya tanggal 22 Desember 2008. Saya
sekarang umur 12 tahun. Saya beragama kristen.

Saya tinggal bersama Ibu dan Kakak. Saya
kelas 6 SD di SD Gunungsari 3. Alamat rumah
saya Jalan Pulosari 3K No. 41. Hobi saya adalah
suka berolahraga seperti bersepeda dan membaca
buku tentang hewan, juga tentang legenda, dan
lain lainnya. Pengalaman saya di TBM RW 2
adalah suka membaca buku dan suka menulis
cerpen di sana.

Alasan saya suka menulis cerpen adalah
untuk mengekspresikan emosi. Saya sangat
senang sekali. Di sana saya mendapat
pengalaman, yaitu bertemu teman baru kemudian
bermain bersama.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 19

GENDIS DAN KELUARGA KECILNYA

Oleh Mayla Linggar Ayukasih

Suatu pagi yang cerah, seorang anak
bernama Gendis sedang berjalan bersama
sahabatnya dan juga tetangganya bernama Selina.
Mereka hendak melakukan olahraga pagi. Kali ini
mereka memutuskan olahraga bersama di
lapangan dekat dengan perkampungan tempat
tinggal mereka. Mereka bercakap-cakap sambil
melakukan olahraga lari.

“Gendis, kamu tahu enggak? Aku dan
keluargaku akan pergi bersama besok,” Selina
berkata dengan nada semangat.

“Pergi ke mana?” tanya Gendis penasaran.
“Pergi liburan ke hotel bersama Papa dan
Mamaku. Seru banget loh!” Selina berhenti berlari
sejenak dan memandang Gendis riang.
“Ehm, memangnya ada apa saja di sana?”
Gendis bertanya dan penasaran.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 20

“Di sana ada kolam renang yang sangat
luas. Ada restoran yang menyediakan makanan
lezat dan juga mewah, kokinya berasal dari luar
negeri loh, kasurnya juga besar, dan empuk sekali,
selimutnya lembut dan hangat. Ada TV besar juga.
Aku bisa melihat tayangan dari luar negeri yang
berbahasa Inggris itu loh! Pokoknya keren, deh!”
ujar Selina dengan centil.

Gendis hanya tersenyum dan berkata dalam
hati Duh, pamer banget sih!

Setelah merasa lelah, mereka pun pulang ke
rumah masing-masing. Rumah Gendis dan Selina
berada di gang yang sama. Rumah Gendis hanya
berjarak 3 rumah dari rumah Selina. Tentu saja
rumah Selina berukuran lebih besar daripada
rumah Gendis. Rumah Selina ada taman
bermainnya, ada ayunan, perosotan, dan jungkat-
jungkit.

Selina dan Gendis seumuran. Mereka duduk
di bangku sekolah kelas lima SD. Mereka bukan
teman satu sekolah, tetapi mereka sudah terbiasa
bermain bersama sejak kecil. Selina bersekolah di

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 21

SD swasta ternama yang terkenal mahal,
sedangkan Gendis bersekolah di SD Negeri dekat
rumah.

Sesampainya di rumah, Gendis berjalan
menghampiri Ibu. Wajahnya tampak lesu. Entahlah
karena lelah setelah berolahraga atau karena ada
yang sedang ia pikirkan.

Gendis berkata, “Bu, aku tadi sedang
beolahraga dengan Selina. Dia bilang besok akan
pergi ke hotel bersama Papa dan Mamanya. Bu,
aku ingin seperti Selina. Aku juga ingin pergi ke
hotel atau liburan ke kota lain. Selina sering sekali
liburan bersama keluarganya.”

“Sayang, kamu tahu sendiri kan? Ibu harus
menjaga warung. Ayah juga harus mengerjakan
proyek di tempat kerja. Belum lagi adikmu kan
masih kecil, tidak bisa pergi jauh-jauh,” Ibu berkata
sambil mengelus rambut Gendis.

Gendis tertunduk lesu. Ia menduga Ibu akan
menolak keinginannya. Gendis tahu bukan itu
alasan utama Ibu menolak pergi ke hotel. Alasan

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 22

utamanya adalah orang tuanya tidak punya cukup
biaya untuk menginap di hotel.

“Ibu punya ide. Bagaimana kalau hari
Minggu besok kita berkemah bersama di rumah?”
celetuk Ibu.

“Berkemah? Aku, Adik, Ibu, dan Ayah? Di
rumah?” Gendis tampak heran.

“Iya, sayang. Di loteng aja. Nanti diberesin
jemurannya. Pasti seru kan?” Ibu mencoba
membuat Gendis tertarik.

“Tapi Bu, kan tidak sama dengan hotel.
Tidak ada kolam renangnya, tidak ada koki yang
dari luar negeri, tidak ada TV besarnya,” Gendis
menirukan perkataan Selina yang menyebutkan
tentang fasilitas yang ada di hotel.

“Gendis sayang, kita harus bersyukur atas
hidup kita sendiri. Bersyukur kita masih mempunyai
tempat tinggal, bisa makan, bisa berkumpul
bersama. Belum tentu orang lain bisa seperti kita,”
Ibu menatap Gendis.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 23

“Percaya sama Ibu deh! Kita coba dulu
berkemah, ya besok hari Minggu? Pasti seru,
sayang,” ujar Ibu menambahkan.

“Hmmm, iya.”
Hari Minggu pun tiba. Gendis akhirnya
mengikuti ide Ibu untuk berkemah bersama di
loteng rumah. Loteng yang ada di rumah Gendis
hanya berukuran kecil, berfungsi untuk tempat
menjemur pakaian. Gendis berpikir lumayan cukup
jika mendirikan tenda berukuran sedang untuk 4
orang. Ibu sibuk menyiapkan makanan seperti
jagung bakar, sosis bakar, dan roti bakar. Ayah
sibuk mendirikan tenda, keringat tampak menetes
di dahinya.
Gendis bertugas menjaga adiknya yang
masih berumur 6 bulan, Faro namanya. Tak lama
kemudian tenda pun sudah selesai didirikan,
masakan sudah matang, mereka pun
duduk bersama menikmati kebersamaan. Tak
lupa Ayah mengambil HP dan berfoto bersama.
Di tengah-tengah keseruan berkemah, tiba-
tiba Gendis mendengar suara sirine mobil Polisi.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 24

Ibu dan Ayah ternyata juga mendengarnya. Mereka
pun memutuskan menghentikan kegiatan
berkemah sejenak dan keluar rumah untuk melihat
apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata mobil polisi
tersebut berhenti tepat di depan rumah Selina. Tak
lama kemudian tampak dua orang petugas
kepolisian dengan seragam lengkapnya membawa
Papa Selina dan bergegas pergi.

WIUUU … WIUUU … WIUUU ....
Suara sirine mobil polisi terdengar nyaring di
telinga Gendis bersamaan dengan suara tangis
Selina dan Mamanya.
Gendis berkata dalam hati Ada apa ini?
Dua minggu berlalu. Kampung Gendis masih
dikagetkan karena kejadian penjemputan Papa
Selina oleh pihak kepolisian. Gendis akhirnya tahu
apa yang sedang terjadi. Ayah yang mengatakan
kepadanya bahwa Papa Selina ternyata terlibat
kasus pengedaran narkoba.
“Narkoba itu apa, Yah? Kota untuk pergi
liburan, ya?” tanya Gendis polos. Ibu yang sedang

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 25

menggendong Faro hanya tersenyum mendengar
Gendis.

“Bukan, Gendis. Narkoba itu obat-obatan
terlarang yang tidak boleh dikonsumsi
sembarangan. Jika dikonsumsi sembarangan akan
menimbulkan kecanduan yang merugikan
pemakainya, bisa sampai meninggal loh!” jawab
ayah.

“Lalu apa Papanya Selina bersalah?” tanya
Gendis.

“Papa Selina terlibat dalam kasus
perdagangan obat-obatan terlarang itu, Gendis,”
sahut ibu.

“Oh, jadi Papanya Selina menjual narkoba
itu ke orang lain, ya? Akhirnya orang yang beli itu
mengkonsumsi narkoba, ya? Wah, kan kasian
orang yang beli, nanti bisa meninggal karena
kecanduan!”

Ayah tersenyum, “Iya sayang. Papa Selina
salah karena menjual obat-obatan terlarang itu, tapi
kira-kira orang yang beli salah juga atau tidak, ya?”

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 26

Gendis terdiam sejenak lantas menyeletuk,
“Tentu salah, dong! Sudah tahu itu obat bisa
menimbulkan kematian. Kenapa kok masih dibeli?
Iya kan, Yah.”

Ayah tersenyum dan mengangguk.
“Berarti orang yang beli dari Papa Selina
juga ditangkap, Yah?”
“Iya, sayang,” jawab Ayah singkat.
Gendis pun terdiam. Dia baru saja
menyadari satu hal penting dalam hidupnya.
Gendis menatap langit-langit rumah dan berkata
dalam hati.
Ternyata aku sangat beruntung. Aku hidup di
keluarga yang sederhana dan harmonis. Aku
memang tidak bisa liburan ke hotel atau ke kota-
kota wisata seperti Selina, tapi aku bisa berkemah
di loteng rumah bersama Ayah, Ibu, dan Faro. Ayah
dan Ibu memang tidak mempunyai banyak uang,
tapi mereka mempunyai hati yang jujur. Ayah dan
Ibu terima kasih telah mendidikku menjadi anak
yang jujur dan sederhana. Kalian adalah pahlawan

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 27

dalam hidupku. Gendis sayang Ayah. Gendis
sayang Ibu. Gendis sayang Faro.

Gendis berlari memeluk Ayah, Ibu, dan juga
Faro yang sedang menonton TV di ruang keluarga,
“Terima kasih Ayah dan Ibu. Kalian adalah
pahlawan dalam hidupku,”

Ayah dan ibu saling berpandangan.
Kemudian mereka pun saling berpelukan dan
tersenyum bersama-sama, ”Sama-sama, Gendis.”
Ayah dan ibu menjawab serentak.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 28

PROFIL DIRI

Oleh Mayla Linggar Ayukasih

Halo, teman-teman! Namaku Mayla Linggar
Ayukasih. Aku biasa dipanggil Linggar. Namaku
berasal dari bahasa Jawa. Aku lahir di Surabaya
pada tanggal 28 Mei 2008. Aku berusia 12 tahun.
Sekarang aku duduk di kelas 6 Sekolah Dasar
(SD).

Hobiku adalah berenang, berfoto, dan
bersepeda. Kini bersepeda menjadi olahraga
popular di era pandemi COVID-19 ini. Aku
menyukainya karena bisa membuat badanku sehat.
Berenang bisa cepat menambah tinggi badan.
Terlebih lagi jika masih dalam masa pertumbuhan
seperti diriku. Aku menyukai kegiatan berfoto
karena bisa mengabadikan peristiwa-peristiwa
penting yang bisa dikenang suatu saat nanti.

Ketika sudah beranjak dewasa kelak, aku
mempunyai cita-cita menjadi fotografer profesional.
Aku bisa membantu orang lain untuk

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 29

mengabadikan peristiwa penting dalam hidup
mereka dengan menjadi fotografer profesional. Aku
akan merasa bangga karena mereka memiliki
kenangan dalam hidup mereka melalui foto yang
kuambil. Semoga cita-citaku bisa terwujud.

Makanan kesukaanku adalah mie ayam,
bakso, dan ayam goreng. Aku biasa makan mie
ayam bersama keluargaku di depot langganan
kami. Ayam goreng favoritku adalah ayam goreng
masakan Mama. Aku suka sekali ayam goreng
masakan Mama karena rasanya enak, dagingnya
empuk, bumbunya meresap, dan ada kriuknya.
Lezat sekali.

Aku suka ke perpustakaan di dekat
rumahku, aku menyebutnya Taman Bacaan
Masyarakat atau biasa disingkat TBM. TBM di
dekat rumahku bernama TBM RW 2 Pradah
Kalikendal. Di sana aku bertemu dengan kakak
petugas bernama kak Novi. Aku bisa melakukan
banyak kegiatan bermanfaat seperti membaca,
bermain permainan edukatif, berlatih mendongeng,
dan juga menulis. Buku kesukaanku adalah komik

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 30

dan buku misteri. Aku menyukai komik karena
gambarnya menarik dan ceritanya lucu. Tak jarang
aku suka tertawa ketika membacanya. Buku komik
favoritku yang biasa aku baca di TBM, yaitu buku
komik doraemon. Selain komik aku juga menyukai
buku misteri, meskipun membuatku ketakutan,
tetapi sangat seru membaca buku misteri. Aku
merasa tegang dan juga penasaran. Buku misteri
favoritku di TBM, yaitu berjudul Peti Mati Misterius.
Seru sekali di TBM!

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 31

MAMAKU PAHLAWANKU

Oleh Aura Sukma Andreani Putri

Aku dipanggil dengan sebutan Senja yang
lahir di sore hari. Aku hanya anak tunggal, hidup
dengan Mama. Kenapa? Karena Papa sudah
meninggal. Aku duduk di kelas 2 SD. Nama
sekolahku, yaitu MI Ba’adbullah. Aku mempunyai
banyak teman dan juga sahabat dekat di sekolah.
Mereka bernama Yuni, Lia, dan Edi.

Setiap hari kami bermain bersama di saat
jam istirahat dan juga belajar bersama. Suatu
ketika, temanku yang bernama Alfian mengejekku
dengan sebutan ‘Anak Tukang Ojek’.

“Anak Tukang Ojek,” ejek Alfian.
“Siapa, ya yang dimaksud dengan Alfian?”
tanya Lia.
“Tidak tahu,” jawabku.
Alfian terus menyebut kalimat itu. Edi pun
merasa geram.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 32

“Maksudmu siapa, Al? Si anak tukang ojek
itu?” tanya Edi.

“Ya, siapa lagi kalau bukan Senja,” jawab
Alfian.

Aku merasa kaget dan tidak paham apa
maksudnya.

“Kemarin Mamaku pesan gojek untuk
mengantarku pulang ke rumah, ternyata Mamanya
Senja,” jelas Alfian dengan tertawa.

“Enggak mungkin …,” jawabku.
Memang selama ini Mama tidak pernah
bercerita bahwa dia adalah seorang tukang ojek.
Aku hanya bisa menangis dengan penuh rasa
malu.
Saat perjalanan pulang sekolah, aku
menangis dan berkata, “Lihat saja ya, Ma! Sampai
di rumah aku akan memarahi Mama,”
Lia dan Edi hanya memberi nasihat agar aku
tidak memarahi Mama. Namun, apa yang Mama
lakukan sangat membuatku malu.
Sesampainya di rumah, aku membuka pintu
dengan sangat kencang.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 33

BRAK!
“Mama, aku marah sama Mama,” ucapku
sambil menangis.
Mama mendekatiku dengan penuh
kesabaran.
“Ada apa sayang? Kok masuk rumah tidak
mengucapkan salam?” tanya Mama sambil
menatapku dengan kasih sayangnya.
“Kenapa tidak pernah bilang, kalau Mama
adalah tukang ojek?” tanyaku.
“Senja sayang, memangnya salah kalau
Mama jadi tukang ojek. Senja tahu tidak? Papa
sudah almarhum, sedangkan Mama harus banting
tulang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan
kita sehari-hari. Tukang ojek merupakan pekerjaan
yang halal bukan pekerjaan yang haram seperti
mencuri, merampok, dan sejenisnya,” jawab Mama.
“Lalu Senja ingin pekerjaan yang seperti
apa?” tanya mama.
Lantas aku bergumam, “Iya, ya ... memang
salah Mama apa untuk pekerjaan jadi tukang ojek?”

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 34


Click to View FlipBook Version