The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by vivisulviana, 2021-10-25 02:09:37

EBOOK PAHLAWAN DALAM HIDUPKU

EBOOK PAHLAWAN DALAM HIDUPKU

Keywords: ebook,gendissewuberkarya,pahlawandalamhidupku

Mereka semua pun tertawa dengan
senangnya tanpa memperhatikan tiga bangku
belakang dari tempat mereka makan sedang
melihat mereka dengan tatapan penuh amarah.

Selesai dari kantin, mereka kembali ke
kelas, sebelum sampai di kelas, aku dipanggil oleh
kakak kelasku yang bernama Bunga.

“Hai, Lita boleh ngobrol sebentar?” tanya kak
Bunga.

“Oh, baik, Kak,” jawab Lita.
“Ikut aku ke perpustakaan,” ajak kak Bunga.
Aku pun mengekor dibelakang kak Bunga.
“Apa kamu pernah mendapatkan surat yang
‘berisi ancaman akhir-akhir ini,” tanya kak Bunga.
“Iya, Kak dari dua hari yang lalu. Setiap pagi
selalu ada surat di kolong mejaku, tetapi aku hanya
cerita kepada Ina,” jawab Lita.
“Kamu harus hati-hati Lit, karena yang
mengirim surat itu marah. Tahu enggak sih
pacarnya suka sama kamu,” ujar kak Bunga.
“Terima kasih Kak Bunga nasihatnya,”
jawab Lita.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 185

Mereka pun kembali ke kelas masing-
masing. Sesampainya di kelas, aku diserbu oleh
sahabatku. Mereka ingin tahu apa yang ia
bicarakan dengan kak Bunga. Aku pun hanya
menjawab sekenanya. Tak berapa lama kemudian
Bu Nurul pun datang dan memulai pelajaran
Matematika. Ucapan kak Bunga membuatku tidak
bisa berkonsentrasi terhadap pelajaran kali ini.
Sampai-sampai Nia mengagetkanku dan bertanya,

“Ada apa dan apa yang dibicarakan kak
Bunga?”

Aku pun bercerita kepada Nia. Ia
mendengarkan ceritaku dengan baik sampai aku
merasa lega dan tidak bingung lagi. Akhirnya apa
yang dibicarakan kak Bunga pun terjadi juga.

Sepulang sekolah aku dan sahabatku
diberhentikan oleh kakak kelas. Mereka bicara
seperti hendak memakan kita. Padahal kita masih
berada di lingkungan sekolah tepatnya di lapangan
sekolah.

“Ada apa ini Kak? Kita mau pulang,”
tanyaku.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 186

“Enak aja mau pulang. Kamu yang namanya
Lita?” tanya Kakak itu.

“Oh, kamu juga yang menjadi primadona
sekolah,” timpal Kakak yang satunya.

“Maaf Kak, ada apa?” tanyaku dengan
sopan.

“Tidak usah sok baik deh. Gara-gara kamu
aku diputusin pacarku. Awas saja kamu kalau
jadian dengan mantanku akan kubuat perhitungan
denganmu. Dengar kamu Lita,” seru Kakak itu
dengan mata melotot.

Setelah kejadian itu aku baru tahu kalau
yang mengancamku bernama Kak Jelita dan
teman-temannya. Sahabatku pun selalu
mendesakku untuk menceritakan semua yang
dibicarakan kak Bunga tempo hari. Aku pun mulai
bercerita sampai akhir. Mereka marah karena baru
kuceritakan sekarang.

Beberapa minggu sebelum kejadian
pengancaman, temanku Indah, Nisa dan Ria juga
sempat disindir oleh kakak kelas itu, tetapi mereka
bingung tidak ada angin dan hujan tiba-tiba mereka

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 187

disindir seperti itu. Berkat kejadian tersebut
persahabatan kami semakin terbuka dan kami
selalu bercerita suka dan duka satu sama lain agar
tidak terjadi hal itu kembali. Mereka adalah
pahlawan dalam hidupku.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 188

PROFIL DIRI

Oleh Renzi Novika

Pucuk merah tumbuh di taman. Bibit selam
ditancapkan. Salam kenal teman-teman. Hai,
perkenalkan nama saya Renzi Novika biasa
dipanggil Novi. Saya lahir di Surabaya tepatnya
tanggal 7 November 2002.

Sekarang saya berusia 18 tahun. Saya
tinggal bersama kedua orang tua di Jalan Dukuh
Pakis 2 No 81. Saya tinggal bertiga karena saya
anak tunggal. Saat ini saya bersekolah di SMKN 12
Surabaya mengambil jurusan seni teater dan
menginjak kelas 12. Cita-cita saya mau menjadi
seorang arsitek.

Walaupun sekolah dan cita-cita saya tidak
sejalan, tetapi saya akan berusaha keras agar cita-
cita saya bisa terwujud. Hobi saya adalah
membaca, menulis, dan menggambar. Biasanya
kegiatan membaca saya lakukan di sela-sela jam
istiahat sekolah dan di TBM yang berada di rumah.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 189

Oh, iya jika koleksi buku bacaan saya habis,
biasanya saya mengakses buku bacaan secara
online.

Buku yang sering saya baca, yaitu novel
remaja yang berkisah tentang cinta dan komik
berseri. Selain itu saya juga senang menulis karena
dengan menulis dapat melatih diri untuk
menciptakan hal baru. Kita bisa berimajinasi dan
dapat membuat cerita untuk dipublikasikan. Mengisi
rutinitas keseharian dengan menulis dan membaca
dapat membuat kita menjadi pintar dan memiliki
pengetahuan lebih.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 190

TRAGEDI YANG MELEKAT

Oleh Alifah Robik Sintia

“Ayah, Bunda, dan Kak Aldo aku sangat
senang bisa berlibur bersama kalian," ucap gadis
mungil yang baru berusia enam tahun tersebut.

Gadis itu bernama Misa. Saat itu, ia sedang
berlibur bersama dengan Ayah, Bunda, dan Kakak
laki-lakinya, tetapi hal tak terduga pun terjadi. Dua
pengendara motor menghadang mobil mereka dan
membunuh kedua orang tua Misa sambil membawa
beberapa perhiasan yang ada di mobil keluarga
Misa. Perampok itu telah kabur.

“Aarrgghh ... mimpi itu selalu saja datang di
saat umurku bertambah satu tahun," gerutu Misa
yang baru saja terbangun karena bermimpi
mengenai kejadian 10 tahun lalu yang masih belum
bisa ia lupakan.

Sekarang Misa berusia 16 tahun, setelah
kejadian 10 tahun lalu Misa tinggal bersama
kakaknya. Ia sangat bersyukur karena pada saat itu

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 191

kakaknya tidak terbunuh bersama dengan kedua
orang tuanya. Setelah kejadian itu pula, Misa
menjadi orang yang sangat dingin dan tidak peduli
dengan siapa pun terkecuali dengan kakaknya.
Misa juga sering sekali mengurung diri di
kamarnya.

"Misa. Ayo, segeralah turun dan sarapan!
Selesai itu temani aku untuk berbelanja,“ teriak kak
Aldo.

“Iya, Kakak,“ jawab Misa.
Mereka berdua pun segera sarapan dan
bersiap untuk berbelanja kebutuhan rumahnya.
Setelah kematian kedua orang tuanya, mereka
hidup berdua berbagi nasib meskipun sikap mereka
berdua sangatlah bertolak belakang. Aldo adalah
orang yang bertanggung jawab dan sangat peduli
dengan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya,
sedangkan Misa sifatnya berubah semenjak
kematian orang tuanya. Dahulu Misa orang yang
sangat peduli, tetapi sekarang dia bahkan tidak
ingin berurusan dengan dunia luar, menurut Misa
dunia luar sangatlah kejam.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 192

Beberapa hari kemudian, Aldo mengajak
Misa untuk pergi ke pantai.

“Misa. Ayo, ikut Kakak!”
“Kemana, Kak?” tanya Misa keheranan.
“Ke pantai,“ jawab Aldo.
Mereka berdua sudah lama sekali tidak pergi
berlibur, Aldo mengajak Misa untuk lebih mengenal
dunia luar.
"Tidak, aku tidak mau pergi ke mana pun!"
tolak Misa dengan tegas.
“Ayolah! Sampai kapan mau mengurung diri
di rumah gini? Dunia luar tidak sekejam yang kau
pikirkan,” jawab Aldo dengan lembut.
Sudah berulang kali Aldo mengajak Misa
liburan, namun Misa tetap menolaknya.
“Ayolah kumohon sekali ini saja! Lihatlah
dunia luar, nikmati lingkungan sekitarmu, Misa,"
mohon Aldo kepada adiknya itu.
“Tapi untuk kali ini saja, ya,” jawab Misa
menerima ajakan kakaknya itu.
Beberapa hari kemudian mereka pun segera
pergi berlibur untuk beberapa hari, mereka pergi ke
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 193

pantai. Pada awalnya Misa hanya menemani
kakaknya, namun lama-kelamaan Misa juga
menikmati liburan itu. Sore harinya, mereka berdua
menikmati indahnya matahari yang tenggelam,
terlihat sangat indah dan menenangkan. Misa mulai
sadar bahwa dunia luar tidak sekejam yang ia
pikirkan. Selama 10 tahun ia selalu merasa bahwa
dunia luar sangatlah kejam, dunia luar telah
merenggut kedua orang tuanya. Namun di hari ini
bersama dengan Kakaknya, ia tahu bahwa dunia
luar sangatlah indah untuk dinikmati.

“Semua ini sudah ada garisnya dari Tuhan,
apa pun yang terjadi kehidupan akan terus berjalan
sampai kita pergi dari dunia ini.”

Ucapan Kakaknya yang masih terngiang di
telinga Misa sampai sekarang.

Mulai sekarang Misa akan bangkit.
Terima kasih Kakak, kau menjadi pahlawan
hidupku ucapku dalam hati sambil memandang
Kakak yang terlihat menikmati liburannya.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 194

PROFIL DIRI

Oleh Alifah Robik Sintia
Namaku Alifa Robik Sintia, sebut saja
namaku Alifa. Aku tinggal di Jalan Gajah Mada 1
No 61. Aku sekolah di SMP NEGERI 21
SURABAYA kelas sembilan. Hobiku menonton film.
Pada beberapa saat yang lalu, aku melakukan
penilaian film/resensi film bersama Kak Sundari.
Film yang aku nilai berjudul Hotaru No Mori E.
Suatu hari nanti, aku ingin menjadi seorang guru
agar dapat mencerdaskan generasi masa depan.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 195

SEMANGATKU

Oleh Ahmad Miftachul Shobirin

Ayah dan Ibu adalah insan yang paling
berjasa dalam kehidupanku. Mereka selalu bekerja
keras demi diriku untuk terus bersekolah dan
menuntut ilmu agar kelak diriku bisa menjadi orang
yang sukses. Setiap hari Ayah selalu bekerja untuk
menafkahi keluarga. Ayahku adalah pekerja yang
hebat dia hanya seorang kuli bangunan.

Ia selalu bekerja di bawah teriknya sinar
matahari. Ia tidak pernah mengeluh dengan
pekerjaannya. Aku sangat bangga dan kagum
sekali kepadanya. Pesan Ayah yang selalu aku
ingat ialah bahwa kelak aku harus bisa bekerja
lebih baik dari Ayah dan Ibu.

”Ayah yakin kamu pasti bisa menjadi orang
yang sukses,” kata Ayah.

Kata-kata itulah yang selalu kuingat dan
selalu menjadi penyemangatku di saat aku merasa
bosan dengan pembelajaran sekolah. Mereka

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 196

selalu mendoakanku agar aku bisa bekerja, tidak
susah seperti Ayah dan Ibu, serta hidup lebih baik
dari sekarang. Aku yakin bahwa aku bisa kerja
lebih baik dari Ayah dan Ibu serta bisa
membanggakan kedua orang tua. Mengingat aku
sebagai anak tunggal jadi, hanya aku yang dapat
membahagiakan mereka.

Ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Ibu bekerja untuk membantu meringankan beban
Ayah dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Aku juga sangat bangga
kepada Ibu karena dengan kekuatannya ia bisa
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan juga
bekerja. Seakan-akan Ibu tidak memiliki rasa capek
dan lelah untuk bekerja.

Pagi hari harus memasak kemudian pergi
bekerja. Ayah dan Ibu bekerja mulai pagi hingga
sore terkadang mereka bisa pulang kerja hingga
malam hari demi memenuhi kebutuhan hidup.

Sore menjelang maghrib, aku mendengar
suara pintu dibuka.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 197

"Assalamualaikum," suara lirih Ibu sambil
membuka pintu rumah.

Aku beranjak dari tempat duduk menyambut
kedatangannya.

"Waalaikumsalam, Ibu. Ada apa dengan
Ibu?” sapaku sambil kaget melihat Ibu dalam
kondisi lemas dan pucat.

"Enggak tau. Ibu hari ini merasa kurang
enak badan," jawab Ibu dengan pelan.

Aku bermaksud mencium tangannya, "Ibu
demam. Ibu sandaran, ya,” ucapku dengan penuh
kekhawatiran.

Ibu tertidur di kursi tamu bersandar bantal
yang aku beri. Ayah belum pulang, aku langsung
mengayuh sepedaku pergi ke klinik untuk
mendaftarkan Ibu berobat. Sampai di rumah
ternyata Ayah sudah duduk di sebelah Ibu.

"Kamu dari mana, Nak? Ibu lagi demam,"
ucap Ayah sambil berdiri dan mau keluar rumah.

"Kamu jaga Ibu, ya? Ayah mau ke klinik,"
ucap Ayah.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 198

"Aku barusan dari klinik, Yah. Aku sudah
mendaftarkan Ibu berobat," jawabku.

"Oh, terima kasih," sahut Ayah yang
mengurungkan langkahnya sambil mengelus
kepalaku.

Setelah mandi, Ayah segera membawa Ibu
berobat dengan motor bututnya. Beberapa saat
kemudian, orang tuaku pulang dari klinik.

"Assalamualaikum," ucap Ayah sambil
membopong Ibu.

"Kata dokter, Ibu harus istirahat selama
beberapa hari. Jaga dan rawat Ibu di rumah ya,
Nak," pinta Ayah dengan kondisi lelah.

Tiap hari aku selalu di dekat Ibu, kupandangi
dengan rasa sedihku. Yang kuingin, Ibu segera
sehat kembali.

"Ya, Allah segera sembuhkan Ibuku. Aku
tidak sanggup melihatnya seperti ini. Aamiin,”
doaku sambil menciumnya.

Aku terdiam memikirkan Ayah dan Ibu.
Kulihat perjuangan mereka yang begitu gigih dan
bersemangat. Walaupun lelah, aku tidak patah

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 199

semangat. Aku sekarang menjadi lebih sadar dan
lebih giat menuntut ilmu. Beberapa hari ke depan,
Ibu pun mulai sehat kembali dan aku sangat
senang.

"Ibu jangan sakit lagi," ucapku sambil
memeluknya.

Menjadi anak tunggal membuatku merasa
kesepian saat Ayah dan Ibu bekerja. Namun, aku
juga menyadari bahwa mereka bekerja untuk
membiayai diriku agar bisa terus bersekolah.
Mereka menginginkan aku menjadi orang yang
berguna dan bisa menjadi orang yang sukses
kelak.

Aku merasa kesepian pada saat pulang
sekolah. Namun, selain mengerjakan tugas aku
juga membersihkan rumah untuk mengisi rasa
kesepianku.

“Aduh capek juga, ya membersihkan rumah,“
keluhku yang sedang membersihkan rumah.

Aku sadar bahwa pekerjaan Ibu begitu berat,
maka dari itu aku sebagai anak harus sedikit
membantu. Pada saat ini yang bisa kubantu selain

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 200

belajar dengan giat ialah membantu meringankan
pekerjaan Ibu di rumah. Menyapu dan mengepel
sudah menjadi kebiasaanku setiap hari setelah
pulang sekolah agar rasa lelah mereka hilang
ketika melihat rumah dalam keadaan bersih. Aku
juga mencuci baju Ayah dan Ibu setiap seminggu
sekali. Berusaha membantu meringankan beban
Ibu.

Ternyata menjadi orang tua tidaklah mudah,
mereka harus berkerja keras untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari. Apalagi seorang
Ibu yang harus membantu kepala rumah tangga
untuk bekerja di luar rumah. Ia harus bekerja super
ekstra, yaitu menyelesaikan pekerjaan rumah dan
harus pergi ke luar untuk bekerja. Mereka adalah
inspirasi dan semangatku untuk terus belajar dan
menuntut ilmu dengan giat.

Aku ingin kelak menjadi orang sukses dan
membahagiakan kedua orang tuaku agar di hari tua
mereka tidak perlu harus bekerja keras lagi. Aku
yang akan menghidupi mereka. Saat ini aku
sedang berusaha untuk menggapai mimpiku, bisa

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 201

membahagiakan kedua orang tuaku. Aku bermimpi
ingin menjadi seorang penyanyi profesional.

Suatu saat aku akan menjadi seorang
penyanyi profesional ucapku dalam hati.

Namun di sisi lain Ayah tidak mendukung
aku untuk menjadi seorang penyanyi. Namun, aku
tetap ingin menjadi seorang penyanyi. Aku akan
membuktikan pada Ayah bahwa aku bisa
mengapai mimpi menjadi seorang penyanyi yang
profesional. Impianku selain ingin menjadi penyanyi
profesional yaitu menjadi seorang pengusaha yang
suskes. Aku akan mencoba dan terus berusaha
untuk mewujudkan mimpi menjadi seorang
penyanyi profesional.

Aku tahu semua itu tidak mudah untuk
diraih. Semua impian yang ingin tercapai harus
dijalani dengan proses yang sangat panjang dan
penuh dengan rintangan. Semua akan bisa dicapai
dengan ketekunan dan kerja keras kita untuk
meraih impian tersebut.

Oleh karena itu, mengapa kedua orang
tuaku menjadi pahlawan dalam hidupku dan aku

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 202

yakin banyak anak di luar sana menjadikan kedua
orang tuanya sebagai pahlawan dalam hidup
mereka. Mengapa aku menganggap kedua orang
tuaku adalah pahlawan dalam hidupku, karena
usaha dan kerja keras mereka mencari nafkah
demi aku. Mereka selalu menasihati dengan kata-
kata yang bisa memotivasiku untuk menjadi lebih
baik ke depannya.

Ayah dan ibu sangat berharga dalam
kehidupanku mereka selalu membimbing dan
mengingatkanku untuk selalu bersikap, berucap
yang benar, dan selalu sopan dan menghormati
orang sekitar. Aku percaya meskipun sekarang
hidup susah namun, kami selalu bersyukur dengan
apa yang diberikan oleh Allah SWT dan yakin
kehidupan kelak akan menjadi indah pada
waktunya. Aku selalu berdoa kepada Allah untuk
memberi umur panjang Ayah dan Ibu sampai aku
menjadi orang yang sukses, membahagiakan, dan
membanggakan mereka.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 203

PROFIL DIRI

Oleh Ahmad Miftachul Shobirin

Assalammualaikum. Perkenalkan namaku
Ahmad Miftachul Shobirin biasa dipanggil Ahmad
atau Mamad. Aku lahir di Surabaya tanggal 1 Juni
2004, sekarang aku berumur 16 tahun. Rumahku di
Jalan Pradah Kalikendal RT 04 RW 01 jangan lupa
mampir, ya. Sekarang aku duduk di kelas X
sekolah di SMK Dharma Bahari Surabaya
mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
Aku adalah anak tunggal dan tinggal bersama
kedua orang tua.

Semenjak kelas 4 SD aku mengetahui
keberadaan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) dari
teman yang terletak di Balai RW 01 yang jaraknya
tidak jauh dari tempat tinggalku. Kini aku tidak lagi
merasa kesepian karena untuk mengisi waktuku
setelah pulang sekolah aku selalu berkunjung ke
Taman Bacaan Masyarakat. Adanya Taman
Bacaan Masyarakat selain aku dapat menambah

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 204

teman, aku juga dapat menyalurkan salah satu
hobiku, yaitu membaca. Aku bisa membaca banyak
buku yang aku suka di Taman Bacaan Masyarakat.
Novel adalah jenis buku favoritku karena cerita di
dalam novel sangat detail dan lengkap.

Selain dapat membaca buku di Taman
Bacaan Masyarakat aku juga sedikit terbantu oleh
petugas taman baca untuk mengerjakan tugas
sekolah yang diberikan oleh guru sekolah. Ada
banyak kegiatan di taman baca, yaitu seperti
membaca buku bersama, mengerjakan tugas
bersama, mendongeng, diskusi buku, menulis,
membuat kreasi, dan masih banyak lagi. Ketika
petugas TBM memberikan materi tentang menulis
aku sedikit tertarik dengan menulis, semenjak saat
itu aku sekarang mencoba sedikit lebih sering
menulis. Aku harus lebih banyak dan terus belajar
lagi tentang kepenulisan, menambah kosa kataku
dengan membaca buku. Aku senang sekali saat
Mbak Novi, petugas TBM, menawariku untuk
menjadi bibit penulis. Grup bibitku penulis membuat

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 205

lebih banyak mengetahui materi dan pengetahuan
mengenai menulis.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 206


Click to View FlipBook Version