The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by vivisulviana, 2021-10-25 02:09:37

EBOOK PAHLAWAN DALAM HIDUPKU

EBOOK PAHLAWAN DALAM HIDUPKU

Keywords: ebook,gendissewuberkarya,pahlawandalamhidupku

Sebagian orang selama hari Minggu
membiasakan diri untuk membersihkan rumah. Lain
halnya denganku yang malah tertidur pulas sampai
aku bangun siang. Aku tak melakukan apapun.
Ketika aku keluar dari kamarku, aku melihat Ibu
sedang membersihkan kaca dan atap rumah, lalu
menyapu, dan mengepel lantai.

“Amel, bantu Ibu cepat sini jangan tidur
terus,” kata Ibu.

Aku menolak perintah Ibu dan berlari ke
rumah nenek yang kebetulan tidak jauh. Saat
pulang, aku melihat Ayah dan Ibu sedang bercanda
di depan TV, aku tidak ingin mengganggunya.
Memang aku sebal dengan Ibu padahal
sebenarnya Ibu tidak salah, tetapi aku juga bahagia
melihat Ibu dengan Ayah bahagia berdua. Aku
berharap aku akan selalu bersama mereka
selamanya.

Ternyata aku salah, kebahagiaanku kini
mulai berkurang saat Ayah berubah menjadi orang
yang tak peduli pada keluarganya. Entah kenapa
Ayah seperti itu. Biasanya Ayah tak pernah kasar

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 135

denganku dan ibu, tapi sekarang selalu marah-
marah dengan raut wajah yang sensitif. Ayah yang
dulu baik kini sering memarahi Ibu.

“Yah, belikan handphone baru, ya,” aku
memohon ke ayah.

“Handphone sudah dua masih kurang?
Kamu pikir cari uang itu mudah? Minta Ibumu
sana!” ketusnya dan langsung pergi.

Aku tak kuasa menahan tangis.
“Insya Allah, Ibu akan belikan,” Ibu
menghiburku.
Ayah yang sekarang sering pulang malam
dia juga tidak pernah makan masakan Ibu, padahal
Ibu susah payah masak setiap hari. Ternyata
handphone untukku dibeli dengan uang pinjaman.
Ibu rela melakukannya hanya demi aku. Terima
kasih Ibu kau adalah pahlawanku. Maafkan aku
yang kadang selalu merepotkanmu, membantah
perintahmu, dan juga kadang suka marah
denganmu.
Kini aku sadar bahwa pengorbanan Ibu
sangat besar bagiku. Aku janji suatu saat nanti
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 136

akan membahagiakanmu. Kita harus patuh
terhadap kedua orang tua. Pengorbanan orang tua
terutama Ibu sangat besar. Kasih sayang dan
ketegaran seorang Ibu sangatlah luar biasa.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 137

PROFIL DIRI

Oleh Carissa Nadya Putri Prasetyo

Halo teman–teman. Perkenalkan namaku
Carissa Nadya Putri Prasetyo, kalian bisa
memanggilku Ica. Aku lahir di Surabaya, 10
Agustus 2008. Aku adalah anak tunggal. Aku
sekolah di SDN Gunungsari 3 Surabaya.

Saat ini aku tertarik dengan banyak hal,
salah satunya adalah dengan dunia musik. Dulu
aku mempunyai hobi yang banyak. Sekarang aku
sudah yakin kalau hobiku adalah menyanyi. Hobiku
menyanyi karena orang di rumahku suka menyanyi.

Cita–citaku bukan penyanyi, melainkan
menjadi seorang dokter. Impianku saat ini adalah
ingin membahagiakan kedua orang tua dan bisa
meraih cita–citaku. Aku selalu banyak berdoa
kepada Allah agar bisa tercapai semua
keinginanku. Tidak hanya berdoa saja, tetapi aku
juga harus belajar dengan giat.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 138

Salah satunya aku selalu membaca buku di
TBM (Taman Baca Masyarakat). Di sana banyak
sekali tentang buku tentang ilmu kedokteran. Tentu
aku sudah membaca tentang buku kedokteran di
TBM jadi, aku sudah tahu beberapa tujuan seorang
dokter. Salah satu tujuan dari seorang dokter
adalah untuk menyembuhkan orang–orang dari
penyakitnya.

Oh ya, dulu aku tidak suka menulis. Nah,
setelah bergabung menjadi bibit penulis sekarang
aku suka menulis. Di grup tersebut aku
mendapatkan banyak teman. Kakak TBM
mengajariku, orangnya baik sekali, dan ramah.

Pesanku buat Kakak di TBM terimakasih ya
sudah membuatku suka menulis. Aku jadi
mempunyai banyak teman, wawasan, dan bisa
menambah pengalaman. Pokoknya membaca di
TBM (Taman Baca Masyarakat) paling the best.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 139

I'M THE REAL HERO OF MY LIFE

Oleh Nathanael Caesar Sapta Cakra

Namaku Bentar, berusia 13 tahun. Aku
bersekolah di Surabaya. Aku mempunyai teman
yang bernama Bintang. Entah kenapa, diriku selalu
dibenci keluargaku. Aku sudah berusaha agar aku
tidak dibenci oleh mereka, yaitu menjadi siswa
yang paling berprestasi.

Aku iri dengan anak-anak yang lain karena
mereka dicintai orang tua mereka dengan rasa
tulus. Pagi hari yang cerah aku berangkat ke
sekolah. Aku melihat anak-anak lain diantar orang
tua mereka masing masing. Kemudian aku beralih
fokus pada bel masuk yang berdering.

Kemudian aku bergegas masuk kelas.
Namun, aku hanya duduk sendirian. Bintang,
temanku tidak mau duduk bersamaku. Aku pun
tidak tahu mengapa? Pelajaran pun di mulai. Jam
pertama adalah matematika. Aku belajar seperti
biasa dan diajar oleh bu Rika.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 140

“Anak-anak kumpulkan pekerjaan rumah
yang Ibu beri minggu kemarin,” kata bu Rika.

“Baik, Bu,” jawab semua murid.
“Baik. Apakah sudah semua atau ada yang
belum mengerjakan?” tanya bu Rika.
“Sudah mengumpulkan semua, Bu,” jawab
teman-teman.
Pelajarannya cukup mudah dan aku tidak
sadar kalau hampir istirahat.
KRIIING ... KRIIING ... KRIIING ....
Ternyata aku mendengar, teman yang
selama ini aku percaya sekarang menjelek-
jelekanku ketika di belakangku. Aku langsung
menghampirinya waktu dia bersama temannya
yang baru.
“Apa maksud lo menjelek-jelekkan gue di
depan banyak teman?” aku bertanya Bintang.
“Memang kenapa? Kan benar, kalo lo beban
keluarga,” jawab Bintang.
“Gue kira lo teman yang bisa jaga rahasia
dan bisa gue percaya, ternyata lo jahat,” kataku
sambil menangis.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 141

Aku langsung berlari ke kamar mandi dan
tidak menyangka teman yang aku percaya ternyata
jahat. Kuhapus air mata sambil berjalan karena jam
istirahat sudah habis. Aku kembali ke kelas dan
dipanggil teman-teman dengan sebutan ‘Beban
Keluarga’ karena semua sudah tahu tentang
keluargaku.

Aku hanya bisa memilih untuk diam.
Kemudian kulihat Ibu Guru telah masuk kelas.

“Besok ada pertemuan wali murid. Pelajaran
jam kedua dimulai, yaitu pelajaran IPA dengan Bu
Mika,” jelas Bu Mika.

Bagiku di sekolah dan di rumah bagaikan di
neraka karena di sekolah aku selalu di bully dan di
rumah selalu dihina.

Malam hari pun tiba, aku stres karena selalu
mendengar kedua orang tuaku bertengkar. Aku
selalu menjadi pelampiasan kemarahan mereka
berdua.

Tuhan apakah tugasku selesai? Aku sangat
sedih berada di sini, aku ingin pulang kata hatiku.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 142

Hari semakin larut malam, aku meminum
obat tidur atau obat penenang agar aku bisa tidur.
Suara ayam berkokok membangunkanku.
Kemudian aku bersiap-siap berangkat ke sekolah.
Aku mencoba bicara kepada orang tua bahwa di
sekolah ada acara pertemuan wali murid.

“Ayah … Ibu, di sekolah ada pertemuan wali
murid Ayah dan Ibu diminta hadir sama Bu Guru,”
ucapku sambil memohon kepada mereka.

Aku hanya bisa menerka-nerka dan
bergumam, “Mereka akan hadir, tetapi tidak
bersamaku. Mungkin mereka malu, kalau jalan
sama aku,”

Aku berangkat ke sekolah sendiri. Semua
teman-teman berangkat bersama kedua orang tua
mereka. Aku sangat sedih karena aku tidak bisa
seperti mereka. Bel masuk berbunyi.

KRIIING ... KRIIING ... KRIIING ....
Ketika aku masuk, semua orang di kelas
melihatku dan bertanya, “Dimana orang tua kamu?”
tanya salah satu wali murid kepadaku.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 143

Aku pun hanya bisa diam. Ternyata orang
tuaku berbohong kepadaku. Mereka tidak hadir
sampai acara selesai.

Semua orang tua siswa pulang dan kita
melanjutkan pelajaran. Pelajaran berjalan seperti
biasa hingga jam istirahat tiba. Aku mendengar
semua teman-temanku membicarakanku karena
orang tuaku tidak hadir. Aku hanya bisa
menanahan air mata. Aku hanya bisa mencoba
tegar dan melapangkan ini semua. Ikhlas dengan
keadaan serta berjuang sepenuh hati dan
memotivasi diri sendiri.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 144

PROFIL DIRI

Oleh Nathanael Caesar
Namaku Nathanael Caesar Sapta Cakra.
Aku lahir di Kota Literasi tepatnya kota Surabaya
pada tanggal 7 Juni 2007. Aku tinggal bersama
opung di Simo Margerejo 11 No 10. Sekarang aku
sudah kelas delapan. Aku suka sekali menulis dan
menari K-Pop. Cita-citaku menjadi seseorang yang
sukses di bidang menari dan menulis.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 145

LOVE YOUR SELF

Oleh Naysa Sarisha Vajanessa

Pada suatu hari seorang anak laki-laki
bernama Algarendra tinggal bersama
keluarganya di kota Jakarta. Ayahnya
berkerja sebagai tukang permak sepatu
keliling dan Ibunya bekerja sebagai penjual
gorengan keliling. Mereka hidup bercukupan.
Pada suatu hari di sekolah, Algarendra
dibully oleh teman-temannya karena
Algarendra belum membayar uang bulanan
sekolah.

"Orang miskin enggak punya uang!"
ejek salah satu temannya.

Algarendra tidak peduli kata-kata
temannya karena Algarendra sudah terbiasa
dengan perkataan seperti itu. Saat pulang
sekolah, Algarendra berjalan kaki ke
rumahnya. Jarak rumah dan sekolahnya

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 146

sekitar satu kilometer. Saat sampai rumah,
Algarendra bertanya kepada ayahnya.

"Yah, apa masih tidak ada uang?''
tanya Algarendra.

Ayahnya pun hanya diam karena
masih tidak mempunyai uang untuk
membayar uang bulanan sekolah.
Algarendra harus putus sekolah karena tidak
membayar uang bulanan sekolah selama
enam bulan. Saat putus sekolah, Algarendra
membantu Ibunya berjualan keliling.
Pendapatan Algarendra dan keluarga
selama satu minggu sekitar Rp 50.000.

Algarendra sangat putus asa karena
keuangan keluarganya sangat sulit. Untuk
makan saja mereka harus membagi
makanan satu sama lain. Bahan sembako
tahun ini naik dan terpaksa mereka harus
berhemat dan mereka tinggal di rumah yang
kecil. Ayah Algarendra dipecat karena
mempunyai utang yang sangat banyak di
kantor.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 147

Saat itu Algarendra putus asa untuk
mencari nafkah. Ayah dan Ibunya sering
sakit-sakitan dan terpaksa Algarendra harus
mencari nafkah sendiri. Saat Algarendra
melewati trotoar di perempatan Gelora Bung
Karno, ia mendengar teriakan yang sangat
keras dan banyak lampu di situ. Ternyata
ada yang sedang mengadakan konser dan
dia mendengar suara lagu yang amat merdu
dan mendengarkan teriakan seseorang.

"Love Your Self. Love My Self!”
Setelah mendengar teriakan itu,
Algarendra diam sejenak menjadi batu. Ia
mencerna kalimat itu dan menyadari bahwa
dia harus mencintai dirinya sendiri.
Algarendra sadar agar harus bersyukur
dengan keadaan yang seperti ini karena
masih ada status keluarga dibawah
Algarendra. Dalam sehari saja masih banyak
orang yang tidak bisa makan, banyak orang-
orang yang tidak mempunyai kesempurnaan
tubuh seperti dirinya sehingga dia pun
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 148

bersyukur atas semua nikmat yang Tuhan
berikan.

Ketika perjalanan pulang, Algarendra
menemukan dompet dan kotak perhiasan
yang tergeletak di jalan. Algarendra
mengambilnya dan melihat ke arah jalan.
Tidak ada satu orang pun di jalan tersebut.
Lalu Algarendra pun menaruhnya kembali.

Datanglah segerombolan orang yang
menuduh dia mencuri kotak itu. Mereka
menghajar Algarendra habis-habisan
membuat badan Algarendra memar dan
berdarah. Kemudian datanglah seorang
lelaki berpakaian jas rapi, memakai sepatu,
dan membawa tas yang turun dari mobil
mewah. Lelaki itu mengambil kotak
perhiasan dan uang itu.

"Apakah itu milikmu?'' tanya
Algarendra.

"Iya, itu milikku. Apakah kau yang
mencurinya?" tanya lelaki itu.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 149

"Tidak. Itu bukan aku yang mencuri.

Saat berjalan aku menemukannya di jalan

lalu kuletakkan lagi di situ,” jawab

Algarendra penuh ketegasan.

Sesaat kemudian Algarendra pun

mengenalnya bahwa dia adalah temannya

yang sering membullynya dulu. Dia adalah

Gibran bersama Ayahnya. Algarendra

semakin ketakutan karena wajahnya yang

begitu sinis.

"Sudahlah! Ayah tidak usah diurusi

laki-laki macam itu. Dia tidak mempunyai

harta. Sudah jangan dipukuli kasihan

tulangnya," ujar Gibran kemudian masuk ke

dalam mobil mewahnya.

Algarendra hanya diam dan

menahan tangis di sana. Ia mengingat lagi

kata Love Your Self Love Your Self.

Perkataan itu membuatnya bersemangat lagi

untuk menggapai cita-citanya, yaitu

membanggakan orang tua dan masuk kuliah

di luar negeri. Ia pun pulang ke rumahnya

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 150

dengan keadaan memar dan merintih
kesakitan ia menyusuri jalan yang sempit
dan Ayahnya melihat Algarendra dengan
keadaan memar dan kesakitan.

"Nak, kamu habis berkelahi?" tanya
Ayahnya itu.

"Nanti saja, Ayah. Ceritanya sangat
panjang," jawab Algarendra singkat.

Ayahnya mengambil wadah dan kain
lalu mengompres luka-luka Algarendra.

"Kenapa kamu bisa seperti ini, Nak?"
tanya Ayahnya lagi.

Algarendra menceritakan semuanya
kepada Ayahnya.

"Dalam keadaan miskin atau kaya,
percuma jika kamu tidak bisa menghargai
orang lain dan sering menyakiti hati orang
lain,” jawab Ayahnya.

Setelah itu Algarendra pergi tidur dan
harus bangun pagi untuk mencari nafkah
dan Ayahnya harus menjaga ibunya yang
sedang sakit. Ketika Algarendra keluar,
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 151

Ayahnya menceritakan semuanya kepada
istrinya. Ibu Algarendra pun menangis. Ia
sangat sedih karena tidak bisa membantu
anaknya. Ia tidak bisa mendampingi
anaknya yang terpuruk saat dihajar di jalan
tadi.

Ibunya senantiasa berdoa kepada
yang Maha Kuasa dan terus berdoa agar
Algarendra bisa kuat dan melewati hari
terpuruknya itu. Ayahnya juga bercerita ada
yang menyemangati anaknya itu dengan
kata Love Your Self Love My Self. Ibunya
sangat berterima kasih kepada orang yang
mengucapkan itu kepada anaknya.

Suatu hari Algarendra bertemu
dengan teman yang mengajaknya untuk
menemui seseorang. Ia diajak untuk
bertemu seorang yang mengetahui
kejujurannya dan mengajaknya untuk
berkuliah ke kampusnya. Sontak Algarendra
kaget bukan main, ia diajak untuk melihat
kampus dan ternyata disitu ada teman-
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 152

teman yang sangat baik kepada Algarendra.
Algarendra pun berkuliah di kampus itu. Ia
belajar dengan giat dan menemukan banyak
teman di sana.

Ia mengenal seseorang yang
berteriak Love Your Self Love My Self.
Saat itu ada konser BTS, boygroup asal
Korea Selatan atau bisa disebut Bangtan
Soeyeondan. Dan yang berteriak itu adalah
salah satu member BTS yang bernama Jung
Ho Seok atau biasa disebut J-Hope. Ia
sangat berterima kasih kepada boygroup itu
karena sudah bisa membuat ia tersadar
untuk mencintai diri sendiri dan bersyukur
atas segala apapun.

Algarendra berterima kasih kepada
keluarganya karena sudah mendoakannya
sampai ia sukses seperti ini.

Kini Algarendra sudah sukses, ia
telah menggapai cita-citanya dan
membahagiakan orang tuanya. Algarendra
sudah tinggal di rumah yang mewah dan
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 153

memberangkatkan haji orang tuanya.
Algarendra tetap saja berbaik hati kepada
orang yang membutuhkan. Setiap bulan ia
memberikan setengah hartanya kepada fakir
miskin. Ia teringat perkataan ayahnya, “Harta
tidak akan pernah dibawa ke akhirat nanti,
lebih baik jika kau membagikannya,”

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 154

PROFIL DIRI

Oleh Naysa Sarisha Vajanessa

Hi, teman-teman! Perkenalkan namaku
adalah Naysa Sarisha Vajanessa biasa dipanggil
Nessa. Aku berumur 11 tahun. Lahir di Surabaya
pada tanggal 3 Desember 2009. Saat ini aku
tinggal bersama kedua orang tuaku dan seorang
adik perempuan. Aku bersekolah di Madrasah
Ibtidaiyah Masjid Agung Surabaya (MAS) dan
duduk di kelas lima.

Aku bercita-cita ingin menjadi seorang
penulis cilik. Aku bisa mengekspresikan apapun
dalam bentuk tulisan. Aku juga bisa membagikan
karya tulisku ke banyak orang. Hobiku adalah
membaca, menurutku membaca sangat
menyenangkan. Aku dapat menghilangkan rasa
bosan pada saat di rumah dengan membaca.

Selama pandemi semua kegiatan dilakukan
di rumah sehingga aku memiliki hobi baru, yaitu

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 155

menulis daftar kegiatanku selama di rumah. Ada
beberapa kegiatan untuk mengatasi rasa bosan
selama di rumah, seperti membaca, mendengarkan
musik, dan bermain handphone. Pada saat ini
semua kegiatan dilakukan secara online. Selain itu,
aku juga berdoa.

Ada kata-kata yang sangat aku suka dari
salah satu artis korea, yaitu Kim Nam Joon. Dia
mengatakan bahwa, “Aku mendorongmu untuk
berbicara untuk dirimu sendiri. Siapa namamu?
Apa yang membuatmu bersemangat dan membuat
jantungmu berdetak? Ceritakan kisahmu. Aku ingin
mendengar suaramu. Aku ingin mendengar
keyakinanmu. Tidak peduli siapa kamu, dari mana
kamu berasal, warna kulitmu, identitas gendermu,
bicaralah mulai sekarang. Temukan namamu dan
temukan suaramu dengan berbicaralah untuk
dirimu sendiri.”

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 156

SEMUA ADALAH PAHLAWAN SAAT INI

Oleh Martha Tiofrida Gultom

Why do birds suddenly appear
Every time you are near?
Just like me, they long to be
Close to you

Lantunan lagu karya The Carpenters
menemani pagi Martha sebelum ia berangkat kerja
ke rumah sakit. Setiap jam 10.00 pagi ia berangkat
untuk menjalankan tugasnya sebagai dokter di
sana. Namun, jam masih menunjukkan pukul 08.00
dan pihak rumah sakit memintanya segera kesana
dan membantu menangani pasien yang terpapar
virus COVID-19 varian delta. Varian ini sudah
beberapa hari masuk ke Indonesia dan membuat
banyak orang panik.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 157

Setelah menerima telepon, ia segera bersiap
menuju lokasi rumah sakit. Ia berharap agar pasien
bisa tertangani dengan baik. Selesai mengenakan
APD, ia langsung memeriksa pasien dengan penuh
ketelitian.

“Ada berapa pasien yang kondisinya
buruk?” Martha bertanya kepada perawat.

“Ada tiga pasien dalam kondisi buruk dan
dua pasien lainnya OTG, Dok,” jawab salah satu
perawat.

“Baik kalau begitu, ayo kita lihat tiga pasien
dalam keadaan buruk terlebih dahulu,” jawab
Martha.

Setelah melihat kondisi pasien, Martha
menginstruksikan kepada beberapa perawat untuk
mencarikan tabung oksigen yang siap dipakai untuk
tiga pasien tersebut. Satu perawat diinstruksikan
untuk mengecek saturasi oksigen dalam tubuh tiga
pasien, lalu Martha membantu pasien melakukan
gerakan untuk melancarkan pernapasan.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 158

Beberapa gerakan dipraktikkannya kepada
pasien untuk membantu lancarnya pernapasan
pasien.

“Ayo semuanya bisa mengikuti gerakan
saya,” ujar Martha.

Ketika mempraktikkan dua gerakan bersama
ketiga pasien, perawat masuk dan membawa
tabung.

Segera Martha menyuruh mereka untuk
memasangkan alat bantu pernapasan ke tiga
pasien tersebut.

Sembari memasangkan alat oksigen.
“Dok, ini selang oksigen di rumah sakit kita
hanya tersisa dua,” ujar salah satu perawat.

Aku pun menjawab
“Segera telepon apotek rumah sakit
terdekat!” seru Martha penuh ketegasan.
“Baik, Dok,” sahut perawat bernama Rima.
Martha segera mendekati salah satu pasien
yang belum terpasang oksigen. Ia membantunya

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 159

untuk melakukan gerakan kembali sehingga
pernapasannya menjadi baik. Setelah melakukan
gerakan bersama-sama, perawat Rima pun datang.

“Ini Dok, selang oksigennya,” ujar perawat
Rima.

“Terima kasih,” jawab Martha.
Akhirnya Martha dan para perawat berhasil
menangani pasien tersebut. Ia melanjutkan
memeriksa pasien OTG.
"Sudah dua kali divaksin kok, masih kena?"
tanya pasien.
“Meskipun sudah divaksin namun tetap
harus menjalankan protokol kesehatan. Vaksin
bukanlah obat penawar COVID-19,” jawab Martha.
“Oh begitu, Dok? Saya kira kalau sudah
divaksin tidak akan bisa lagi terkena COVID-19 ini,”
sahut pasien.
Setelah mendengar pernyataan pasien itu,
Martha menjelaskan penyakit yang diderita pasien
dengan memunculkan sedikit gurauan untuk
pasien. Cara ini dilakukan untuk mengatasi pasien
yang merasa waswas dengan kondisinya. Selesai
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 160

menemui beberapa pasien, ia segera melaporkan
kejadian ini untuk dijadikan tindak lanjut kepada
masyarakat agar memiliki pemahaman yang sama
dengan pasien. Penularan lewat kontak antar
manusia yang sulit diprediksi karena kegiatan
sosial yang tidak bisa dihindari, merupakan
penyebab terbesar menyebarnya COVID-19 ini.
Obat penawar virus yang belum ditemukan dan
membeludaknya jumlah pasien terpapar COVID-19
juga menjadi penyebab kematian paling tinggi.

Selesainya menemui beberapa pasien,
Martha kembali ke ruang penyimpanan APD untuk
melepas pakaian APD yang dikenakannya.

“Haaaahhhh, akhirnya selesai juga,” Martha
menghela napas panjang setelah sampai di tujuan.

Sepertinya dia memang benar-benar
kelelahan.

Selesai melaksanakan tugas dan tanggung
jawab di rumah sakit, Martha meninggalkan rumah
sakit untuk pulang.

TING ... TONG ... TING ... TONG ....

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 161

Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi.
Martha membuka jendela kamar untuk melihat
siapa yang datang ke rumah, ada beberapa
tetangga sekitar rumah beserta staf RW di luar
rumah. Ia mengambil masker dan bergegas
membuka pintu rumah.

“Selamat siang Bapak dan Ibu. Silakan
masuk. Ada yang bisa saya bantu?” ujar Martha.

“Siang dokter Martha, saya datang kesini
ingin meminta bantuan Ibu untuk bersedia
memberikan penyuluhan kepada warga mengenai
apa itu COVID-19 varian delta dan cara
penanggulangan di lingkungan kita. Apakah
bersedia?” jawab salah satu staf RW yang bernama
Karyo.

“Kapan sosialisasi tersebut dilaksanakan?”
tanya Martha.

”Sosialisasi tersebut akan diadakan pada
hari ini jam 10.00 Bu Martha, bertempat di
Kecamatan Karangpilang,” jawab Sekretaris RW.

“Kami mohon kontribusi dari Dokter Martha
untuk bersedia, memang ini sosialisasinya

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 162

diadakan mendadak karena ada salah satu warga
yang sudah terpapar virus,” ucap Karyo

“Bagaimana dokter apakah bersedia?” tanya
Karyo lagi.

“Bisa Pak Karyo. Beri saya waktu untuk siap-
siap terlebih dahulu. Bapak dan Ibu silakan bisa
meminum minuman yang telah tersedia. Saya
tinggal dulu Bapak dan Ibu,” jawab Martha penuh
ketegasan.

“Baik Dok. Kami akan menunggu Dokter
dengan senang hati,” jawab Karyo.

Setelah selesai, ia bergegas ke ruang tamu
dan pergi menuju Kecamatan Karangpilang
bersama orang-orang yang berkunjung ke rumah.
Sesampainya di sana, Martha memulai sosialisasi.
Tak lupa juga ia memberikan ice breaking untuk
menghidupkan sosialisasi tersebut dan mengurai
ketegangan yang ia rasakan sendiri.

Setelah tugas dan tanggung jawabnya
selesai di Kecamatan Karangpilang, Martha
berpamitan dengan semua warga dan bergegas
untuk pulang ke rumah.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 163

COVID-19 memang belum selesai dan
semakin hari semakin membahayakan banyak
nyawa karena virus ini mampu bermutasi dan
menjadi lebih ganas. Perlu adanya kerja sama dari
banyak pihak agar pandemi ini segera berakhir.
Perjuangan Martha dan para tenaga kesehatan
sudah sepatutnya mendapat apresiasi dengan
menerapkan 5M dan melakukan vaksinasi agar
terbentuk herd immunity.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 164

PROFIL DIRI

Oleh Martha Tiofrida Gultom

Nama saya adalah Martha Tiofrida Gultom,
Saya Lahir di Surabaya, 07 Februari 1997, saya
adalah anak keempat dari empat bersaudara, buah
dari pasangan B.Gultom dan Dorima Pakpahan.
Martha adalah panggilan akrab saya. Saya terlahir
di keluarga yang sangat sederhana, Ayah saya
seorang Satpam di sebuah perusahaan swasta,
sedangkan Ibu saya bekerja sebagai Guru di
sebuah sekolah negeri. Saya bekerja sebagai guru
di sebuah sekolah swasta di Surabaya. Mengatur
pembelajaran di kelas dan membimbing murid
adalah tugas saya sebagai guru wali kelas di
tingkat SD.

Ketika berumur 5 tahun, saya memulai
pendidikan di SDN Kedurus I/428 Surabaya,
kemudian setelah lulus saya melanjutkan
pendidikannya di SMPN 24 Surabaya di tahun
2008. Selepas lulus dari SMP di tahun 2011, saya

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 165

melanjutkan pendidikannya di SMAS Hang Tuah 4
Surabaya. Kemudian saya melanjutkan pendidikan
di diploma tiga keuangan dan perbankan lalu
melanjutkan lagi sarjana manajemen di STIE
Perbanas Surabaya.

Saya tinggal di Kedurus dan setiap musim
hujan selalu kebanjiran. Kejadian tersebut terus
terulang dari tahun ke tahunnya. Hal tersebut
kemudian membuat saya berpikir, bahwa
datangnya banjir tersebut bukan semata karena
faktor alam saja. Namun juga karena faktor
manusia yang sering membuang sampah
sembarangan ke saluran air (got), yang
mengakibatkan kurangnya resapan air.

Itulah yang membuat hati saya tergerak
untuk ikut membersihkan saluran air. Saya pun
kemudian bergabung dalam keanggotaan RT di
kampung saya. Setiap akhir pekan, saya ikut
melakukan gotong royong untuk membersihkan
saluran air. Saat ini saya tinggal bersama kedua
orang tuadi Kedurus III Masjid Kota Surabaya.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 166

Selain aktif di komunitas lingkungan RT, ia juga
aktif di komunitas gereja.

Hobi saya adalah membaca buku,
memasak, dan bernyanyi. Buku yang saya suka
adalah novel dan buku pendidikan. Saya berharap
dengan hobi membaca saya dapat menjadi penulis
buku yang profesional. Sayamemiliki motto Ora Et
Labora dalam hidupnya, yang artinya berdoa dan
bekerja. Maka dari itu sekarang pun saya sangat
bersungguh-sungguh dalam belajar untuk menjadi
seorang Guru yang dapat memberikan PENTAS
(Pengajaran Tanpa Batas).

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 167

GURUKU FAVORITKU

Oleh Nadia Karimah Salsabilla

Pada suatu hari, ada dua anak perempuan
yang bernama Saskia dan Aqela. Mereka berdua
adalah teman dekat, bisa dibilang juga sahabat
sejati. Mereka berdua mempunyai cita-cita yang
sama, yaitu ingin menjadi seorang aktris cilik.
Saskia dan Aqela juga mempunyai hobi yang
hampir sama. Saskia memiliki hobi yang suka
menyanyi, membaca, dan menulis. Aqela memiliki
hobi menyanyi, menggambar, dan juga menulis.

Hari ini hari pertama Saskia dan Aqela
bersekolah di SMP Nusa Bangsa. Mereka juga
duduk bersebelahan. Materi hari ini adalah Agama
Islam, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan
kegiatan ekskul atau bisa disebut ekstrakulikuler.
Semua pelajaran pun selesai kecuali kegiatan
ekskul. Hari ini hari pertama mereka duduk di
sekolah SMP Nusa Bangsa. Semua kegiatan
ekskul ini dimulai minggu depan. Hari ini cukup

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 168

memilih salah satu ekskul. Ada ekskul menari,
musik, basket, teater, dan lain-lain. Mereka berdua
memilih ekskul teater.

Senin depan pun tiba, ekskul teater mereka
dimulai nanti setelah jam istirahat. Mereka sudah
menunggu-nunggu mengikuti kegiatan ekskul
tersebut. Kemudian pelajaran selesai. Mereka
menuju ke kantin dan membawa sebuah kotak
bekal yang berisi nasi dan ayam goreng. Mereka
menikmati makanan yang dimasak oleh ibunya.

Jam istirahat telah selesai, untuk mereka
mengikuti kegiatan ekskul teater. Guru teaternya
bernama Bu Ria dan Bu Alia. Saat itu mereka
belajar untuk berperan sebagai tokoh antagonis
dan protagonis. Saat mereka mencoba berperan
sebagai tokoh antagonis mereka kelihatan sangat
kesulitan. Mereka sudah mencoba beberapa kali,
tetapi mereka tidak bisa berperan sebagai tokoh
antagonis.

Saskia dan Aqela terus berusaha menjadi
lebih baik lagi. Mereka sempat putus asa karena
mereka tidak bisa berperan sebagai tokoh

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 169

antagonis. Mereka pun terus mencoba berkali-kali.
Mereka memutuskan untuk belajar di rumah
bersama. Saskia pergi ke rumah Aqela, rumah
Aqela berada di paling tengah, sedangkan rumah
Saskia berada di paling ujung.

Rumah mereka sederhana tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil. Sesampainya di
rumah, Aqela dan Saskia diberi biskuit buatan ibu
Aqela dan diberi secangkir teh hangat. Saskia dan
Aqela belajar untuk berperan seperti orang yang
bersifat antagonis, tapi mereka sulit melakukannya.
Saat di sekolah, mereka juga menyempatkan
waktunya untuk belajar peran sebagai antagonis.

Saskia dan Aqela ingin sekali menjadi
seorang aktris cilik, tetapi mereka tidak bisa
berperan sebagai tokoh antagonis. Apabila mereka
nanti mendapat peran sinetron yang bersifat
antagonis, mereka pasti sangat kebingungan.
Mereka pergi ke perpustakaan saat jam istirahat.
Mereka ke perpustakaan untuk mencari sebuah
buku yang berjudul ingin menjadi seorang aktris
cilik.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 170

Lima menit kemudian, mereka menemukan
buku yang berjudul Sukses Menjadi Seorang Aktris
Sinetron Cilik. Mereka hendak membaca buku itu.
Namun, bel berbunyi dan akhirnya mereka
memutuskan untuk meminjam buku itu kepada
petugas perpustakaan.

Saat pulang sekolah, setelah Aqela
membersihkan badan, makan siang, dan salat
zuhur Aqela langsung pergi ke rumah Saskia.
Saskia menyambut Aqela dengan memberikan
segelas jus jeruk yang dibuatkan oleh ibu Saskia
dan makanan ringan. Aqela meminum sedikit jus
jeruk dan membuka buku itu dari halaman pertama
sampai halaman selanjutnya dengan perlahan.
Saskia mengambil kertas sobekan untuk menulis
kesimpulan dari buku tersebut. Aqela pun sudah
membaca buku itu dan Saskia juga sudah selesai
menulis kesimpulannya.

Mereka membaca kesimpulan yang ditulis
oleh Saskia tadi. Mereka terlihat kegirangan dan
sedikit paham tentang cara menjadi seorang aktris
cilik yang seolah-olah berperan sebagai pemeran

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 171

antagonis, tetapi mereka memutuskan besok untuk
bertanya kepada Bu Ria dan Bu Alia saat berlatih
memerankan peran antagonis.

Hari ini jadwal Saskia, Aqela, dan teman-
temannya untuk mengikuti ekskul teater. Bu Ria
dan Bu Alia sebelumnya sudah membuat tugas
untuk murid-muridnya yang ikut teater, yaitu
berperan sebagai peran antagonis. Sebelum
Saskia dan Aqela mengikuti ekskul itu mereka
berbicara dengan Bu Ria dan Bu Alia di depan
perpustakaan sekolah, kalau Saskia dan Aqela
memutuskan keluar dari ekskul teater dan masuk
ke ekskul menari.

Saat itu wajah Saskia dan Aqela
kebingungan karena Saskia dan Aqela masih ingin
mengejar cita-citanya itu.

"Saskia dan Aqela masih ingin mengejar
cita-cita kalian menjadi seorang aktris cilik bukan?"
tanya Bu Alia.

"Iya, Bu!" jawab Saskia dan Aqela
bersamaan.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 172

"Bu Ria dan Bu Alia akan mengajarkan
kalian untuk mengejar impian atau cita-cita untuk
menjadi seorang aktris cilik!" kata Bu Ria.

"Terima kasih, Bu!" kata Saskia dan Aqela.
Jam kegiatan ekskul dimulai, tetapi Saskia
dan Aqela terlihat kebingungan. Saskia dan Aqela
terus berusaha dan juga mereka terus belajar,
saling berusaha lebih percaya diri, dan mendukung
satu sama lain.
Suatu hari Saskia dan Aqela akhirnya bisa
melakukan peran itu.
"Akhirnya kalian bisa juga memerankan
peran yang sudah Bu Ria dan Bu Alia tugaskan
untuk kalian," ucap Bu Alia dengan wajah senang
dan bangga.
"Terima kasih Bu Ria dan Bu Alia sudah
mengajarkan kami untuk percaya diri, sabar, dan
terus berusaha,” timpal Saskia dan Aqela.
Siang itu Saskia dan Aqela sedang berada di
ruang UKS karena ada temannya yang sedang
sakit. Mereka melihat sebuah mading di depan
ruang itu, ada sebuah reklame poster ajakan untuk
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 173

mengikuti sebuah lomba. Saat itu mereka melihat
ada kompetisi lomba bola basket antar sekolah,
ada juga kompetisi bernyanyi, menari, beradu
akting, dan lain-lain. Saskia dan Aqela saat itu
memutuskan untuk bertemu Bu Ria dan Bu Alia
saat jam istirahat.

Saat jam istirahat, Bu Ria dan Bu Alia
sedang berjalan menuju ruang guru. Saskia dan
Aqela lalu memanggil Bu Ria dan Bu Alia.

"Bu!" kata Aqela dan Saskia.
Bu Ria dan Bu Alia menengok ke arah
belakang.
"Iya, kenapa Saskia dan Aqela?" tanya bu
Ria.
"Di mading depan ada perlombaan, ya, Bu?"
tanya Saskia.
"Iya, itu benar!" kata bu Alia.
"Apakah kalian mau ikut perlombaan itu?"
tanya Bu Ria.
"Iya, Bu. Saya dan Saskia ingin mengikuti
perlombaan beradu akting antar sekolah,” kata
Aqela.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 174

"Perlombaan itu dimulai dua hari lagi," kata
Bu Ria dan Bu Alia.

"Apa?!" Saskia dan Aqela terkejut karena
perlombaan itu dimulai dua hari lagi.

Mereka berpikir apakah mereka bisa berlatih
dalam dua hari saja. Mereka kebingungan karena
memerankan sebagai tokoh bawang merah dan
bawang putih saat beradu akting. Untunglah Bu Ria
dan Bu Alia akan mengajari dalam dua hari ini agar
bisa memenangkan kejuaran tingkat sekolah,
mendapat piala dan medali. Saskia dan Aqela terus
belajar, berusaha, dan percaya diri.

Perlombaan itu dimulai dari lomba basket,
menyanyi, menari, dan beradu akting pun dimulai.
Saskia dan Aqela sangat gugup. Bu Ria dan Bu
Alia mendukung Saskia dan Aqela

Saskia dan Aqela sangat lega karena beradu
akting telah selesai. Bu Ria, bu Alia, Saskia, dan
Aqela menunggu beberapa jam untuk dipilih
menjadi juara. Mereka duduk di kursi peserta. Saat
itu ada tiga orang wanita memasuki ruangan itu,

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 175

membawa piala, membawa medali, dan membawa
sebuah kertas yang berisi identitas dan penilaian.

"Assalamualaikum, anak-anak!” sapa orang
yang membawa sebuah kertas yang berisi identitas
dan hasil penilaian perlombaan.

"Waalaikumsalam!” serentak anak-anak
yang di dalam ruangan tersebut.

Saat itu nama Saskia, Aqela, dan empat
temannya dari sekolah lain juga dipanggil.

“Juara pertama dimenangkan oleh Saskia
dan Aqela!"

Mereka senang sekali karena mendapat
juara pertama dan mendapat sebuah medali. Bu
Ria dan Bu Alia bangga dan senang, mereka naik
ke panggung untuk foto bersama. Saskia dan Aqela
senang karena mereka selalu belajar tampil
percaya diri didepan umum dan mereka berterima
kasih kepada Bu Ria dan Bu Alia karena sudah
mengajarkan mereka sampai bisa memenangkan
lomba tersebut. Guru adalah pahlawan tanpa tanda
jasa. Tanpa guru mungkin kita tidak bisa mengenal
angka dan huruf. Apapun yang dilakukan seorang

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 176

guru dalam mengajarkan banyak ilmu, maka kita
harus bisa menghormati dan menghargainya.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 177

PROFIL DIRI

Oleh Nadia Karimah Salsabilla

Assalamualaikum, perkenalkan namaku
adalah Nadia Karimah Salsabilla, panggilanku
Salsa. Aku lahir di Surabaya pada tanggal 20
Oktober 2008. Sekarang aku kelas lima SD. Aku
anak tunggal, orang tuaku selalu mendukung apa
yang aku cita-citakan. Aku juga berdoa agar aku
dan kedua orang tuaku selalu dalam lindungan-Nya
dan semoga Allah mengabulkan setiap harapan
yang baik untuk ke depannya.

Aku bercita-cita ingin menjadi guru. Bagiku
guru itu pahlawan yang paling berjasa dalam hal
apapun. Aku harus rajin belajar, berbakti kepada
kedua orang tua, membiasakan diri menjadi pribadi
yang lebih baik dalam melakukan kegiatan sehari-
hari. Kegemaranku adalah membaca buku dan
menulis. Sejak kelas empat SD, aku baru mulai
suka menulis. Aku juga belajar menulis cerpen di
Taman Baca Masyarakat (TBM). Kegiatan tersebut

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 178

aku lakukan setelah pulang sekolah. Aku dan
teman-teman dipandu oleh Kak Sari.

Kini rutinitasku membaca buku dan
memahami isi buku. Kita bisa berlatih untuk sering
bercerita. Membiasakan diri untuk bercerita juga
bisa memudahkan kita untuk menulis sebuah
tulisan yang kita inginkan dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengejar
cita-cita itu membutuhkan semangat dan kerja
keras. Semoga impian dan cita-citaku terwujud
dengan usahaku yang gigih. Terima kasih TBM
sudah membantu mengajariku untuk mengejar cita-
citaku.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 179

TEMANKU ENGKAU SEGALANYA

Oleh Renzi Novika

Pagi yang biasanya cerah tiba-tiba turun
gerimis. Mengingatkanku ke beberapa tahun silam
saat aku menginjak bangku Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Aku seorang anak tunggal. Kami
tinggal di perkampungan padat penduduk. Setiap
hari orang tuaku bekerja keras untuk membiayai
sekolah. Beruntungnya aku selalu masuk di
sekolah negeri, jadi bisa meringankan beban orang
tua.

Aku sering dipanggil Lita oleh sahabat-
sahabatku di sekolah. Sahabatku ada empat orang
dan semuanya perempuan. Mereka adalah Indah,
Nisa, Ria, dan Ina. Kita selalu ke mana-mana
bersama, bahkan kita pun selalu satu kelas.

Ketika baru masuk SMP, aku sangat senang
dan selalu membayangkan suasana sekolah pasti
akan menarik karena akan mendapatkan teman
baru dan juga suasana belajar yang baru. Aku

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 180

masuk kelas VII A dan kelasnya berada di deretan
paling ujung koridor sekolah. Teman pertama yang
aku kenal, yaitu Nisa dan Ina karena kita
merupakan teman dari Sekolah Dasar (SD).

Jam pelajaran pertama pun dimulai, yaitu
Matematika. Aku sangat suka pelajaran
Matematika. Ibu Guru pun masuk kelas dan
memperkenalkan namanya.

“Assalamualaikum, selamat pagi anak-
anak?” tanya Ibu Guru.

“Walaikumsalam, Bu,” sahut anak-anak
bersamaan.

“Perkenalkan nama Ibu Nurul Mufidah.
Kalian bisa panggil Ibu Nurul. Ibu mengajar mata
pelajaran Matematika kelas VII A sampai VII C,”
jawab bu Nurul.

“Baik, Ibu Nurul,” sahut anak-anak.
“Baik kita mulai pelajaran Matematika, buka
buku halaman satu!” seru Bu Nurul.
“Ya, Bu,” sahut anak-anak.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 181

Setelah pelajaran Matematika selesai kurang
lebih satu jam, kami memasuki pelajaran kedua,
yaitu Sejarah.

Wah, pasti membosankan pelajaran sejarah
ini batinku.

Tak lama kemudian datanglah guru laki-laki
yang masuk ke kelas dengan wajah yang tak
bersahabat.

“Kembali ke tempat duduk kalian,” seru guru
laki-laki.

“Perkenalkan nama Bapak, Wahyu Triyono.
Kalian bisa panggil Pak Triyono,” seru Pak Triyono.

“Baik, Pak Triyono,” jawab anak bersama-
sama.

Meskipun pelajaran Sejarah ini hanya satu
jam, tapi bagiku pelajaran Sejarah ini cukup singkat
karena tidak seperti pikiranku. Pak Triyono
mengemas pelajaran sejarah ini dengan bagus dan
seru, sampai-sampai kita tidak sadar waktu cepat
berlalu.

Inilah awal kisahku sehingga aku
mempunyai teman karib Indah, Nisa, Ria, dan Ina.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 182

Mereka semua sangat baik kepadaku. Namun, ada
beberapa teman yang tidak suka denganku, tetapi
sahabatku selalu mendukungku.

Banyak teman-teman bahkan kakak kelas
yang tidak suka denganku di sekolah karena
mereka berpikir bahwa aku ini anak yang suka
menggoda anak laki-laki di sekolah. Nyatanya aku
pun tidak terlalu suka disapa atau dipanggil teman
laki-lakiku bahkan kakak kelasku sendiri. Aku
merasa risi jika diperlakukan seperti itu. Sampai–
sampai ketika aku dan sahabatku makan di kantin,
banyak mata yang melihat ke arah kami.

“Eh, Lita. Tuh lihat kakak kelas kita yang
keren melihat kamu terus tuh,” ujar Ria.

“Iya tuh, Ta. Coba lihat, deh,” timpal Nisa.
“Sudahlah guys kita makan bakso saja
enggak usah memperhatikan orang-orang itu,” seru
Ina.
“Ehemmm,” gumamku.
Kita pun melanjutkan makan sambil
membicarakan kelucuan dan keluguhan Indah saat
pelajaran bahasa Inggris.
Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 183

“Indah kamu tadi kenapa maju di depan
kelas secara tiba-tiba,” tanya Nisa.

“Iya nih, Nda. Kenapa kamu, sampai
membuat satu kelas tertawa melihat kamu,” timpal
Ria sambil tertawa.

“Ih, kalian berdua ini, ya, lihat temannya
seperti itu senang sekali,” timpalku sambil
menggunyah bakso.

“Iya nih, Lit. Mereka suka banget liat aku
ditertawakan kaya tadi,” sahut Indah dengan
kesalnya.

“Kamu tadi kenapa tiba-tiba maju ke depan
kelas?” sahut Nisa kembali.

“Aku tadi ketiduran sebentar. Nah, di
mimpiku aku dipanggil sama Pak Bambang untuk
maju ke depan,” cerita Indah.

“Terus Ina tadi bangunin aku. Aku kira
dipanggil, makanya aku langsung maju kedepan,”
tutur Indah lagi.

“Pantes aku tadi juga bingung, ngapain
Indah maju ke depan,” sela Ina.

Gendis Sewu Berkarya | Pahlawan dalam Hidupku 184


Click to View FlipBook Version