PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit
Musdiq Ali Suhudi, Endru H, Handoko, dkk
i
Diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Pemerintah Kota Surabaya
https://dispusip.surabaya.go.id/
PELAJARAN DARI SANG PEJUANG
Ceren Antologi Tahu Campur Versi Teenlit
Penulis : Musdiq Ali Suhudi, Endru H, Handoko, dkk
Ilustrator : Tim Multimedia DISPUSIP
Penyunting : Tim Penulis DISPUSIP
Desain Sampul :
Penyelia Desain : Tim Multimedia DISPUSIP
Layout : Tim Multimedia DISPUSIP
@Terbitan,Januari 2020
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
Kantor Kearsipan Dukuh Kupang Barat I / No. 1 B
Perpustakaan Rungkut Asri Tengah No.5-7 Surabaya
Perpustakaan Gubernur Suryo No. 15 Balai Pemuda
Surabaya
ii
KATA PENGANTAR
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Pemerintah Kota Surabaya
Kita panjatkan rasa syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, hanya
dengan kemurahan-Nya kita dapat selalu berikhtiar untuk berkarya
dalam ikut serta membangun SDM kota Surabaya yang kita cintai ini.
Kita patut berbangga dan mengapresiasi kepada Petugas TBM yang
telah bekerja keras untuk membuat karya tulis cerpen antologi tahu
campur yang telah dibukukan berjudul Pahlawan yang terlupakan.
Sebuah buku kumpulan cerita imajinasi petugas TBM, sebagai
penulis asal Surabaya yang sebelumnya telah mereka lalui dalam
proses yang sangat panjang dan berjenjang. Buku karya tulis mereka
sangat layak untuk dinikmati, karena merupakan karya-karya
imajinatif dengan gaya bahasa yang mudah serta kaya akan pesan
moral. Pada saatnya kelak, hal ini dapat memicu budaya membaca
dan menulis dalam berbagai kalangan usia.
Saya selaku Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
dan atas nama pribadi menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan rasa terima kasih, kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam pembuatan buku ini.
Akhir kata, kita semua patut memberi dukungan secara terus
menerus kepada petugas TBM kota Surabaya ini karena dengan
terbitnya Buku tersebut, mereka telah ikut serta dalam membangun
Surabaya sebagai kota Literasi.
iii
Semoga tetap menjadi penulis yang senantiasa produktif
dalam berkarya. Selamat…
Surabaya, 31 Januari 2020
Kepala Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
Ir. Musdiq Ali Suhudi, M.T.
iv
Ucapan Terima Kasih
Dr. (HC). Ir. Tri Rismaharini, M.T.
Wali kota Surabaya
Ir. Musdiq Ali Suhudi, M.T.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya
Achmad Widyantoro, S.Sos, Msi
Kepala. Bidang Layanan dan Informasi
Perpustakaan Kota Surabaya
Imam Budi Prihanto, S.IP.
Kepala. Sub.Bidang Layanan dan Informasi
Perpustakaan Kota Surabaya
Vegasari Yuniarti
Editorial dan Penyunting Karya Tulis
Hamzah
Desain Sampul, Ilustrarsi dan Layout
Petugas TBM
Penulis Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Metrotop
v
Daftar Isi
Gadis kecil diujung jalan …......................................... 1
Kisah dibalik penantian hujan ...................................... 42
Kendi tua ................................................................... 47
Satu jam saja ……………………………....................... 57
Aku bukan anak bisau ................................................ 67
Mencari harta karun ............... ................................... 78
Aku ingin seperti mereka ........................................... 88
Keaneahanku adalah keistimewaanku ........................ 97
Pidato untuk ayahku ……………………….................. 103
Takut pada tuhan bukan manusia .............................. 117
Merah putih ............................................................... 126
Akibat bangun kesiangan ………………….................. 136
Andra anak penyayang .............................................. 147
Ada hantu disebelahku .............................................. 153
Perantara nasib ......................................................... 160
Pahlawan yang terlupakan ......................................... 168
Juara menulis diblog ……........................................... 176
Bukan cinta biasa ...................................................... 184
Didi siduta literasi ………………... ............................. 200
Burung pipit yang suka menolong ............................. 208
Hidayah ………………………..................................... 215
Pak beruang bak hati ................................................. 238
vi
GADIS KECIL DI UJUNG JALAN
Oleh Rizky Andi Prananta
Tunggu keseluruhan ceritaku, lantas jika nantinya
kau ingin merundungku, mencaci dengan sumpah
serapah yang keluar dari mulutmu, aku kan selalu ada di
sudut kecil jalan ini. Menerima nasibku. Seperti yang
sudah-sudah.
Seorang anak kecil terduduk lesu pada bahu jalan
paving di sudut gang kecil yang menghadap sebuah
tanah lapang. Bajunya lusuh bau keringat, entah sudah
berapa hari ia pakai baju yang sama untuk duduk di ujung
jalan itu setiap hari setelah lelah seharian bekerja demi
melunasi kebutuhan atau sekadar membunuh waktu agar
ia tak memikirkan hal yang macam-macam. Seperti
semua orang, bekerja untuk menyambung hidup atau
untuk mengisi waktu luang.
Pandangannya tertuju pada tanah lapang. Pada
anak-anak seusianya yang berlari ke sana-kemari
mengejar bola, mungkin untuk dimasukkan pada gawang
atau mungkin untuk terlepas lagi pada lawan. Ia merasa
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 1
inilah waktu untuk bernapas sekadar melepas lelah
sembari menghibur diri bahwa ia masih bisa bersantai.
Di sudut matanya ia menangkap sebuah
pergerakan. Seseorang yang ia kenal cukup lama. Ia
melambaikan tangan tanda ia melihat dan ingin menyapa.
Namun, ia tahu ia terlalu lelah bahkan untuk beranjak dari
tempat duduknya. Ia pasrah, jika orang tersebut
melihatnya maka ia akan mempunyai teman duduk
barang sebentar. Jika tidak maka ia akan tetap duduk
dalam kesendirian. Tak masalah.
“Sudah lama aku tak melihatmu, kau ke mana
saja?” sapa orang yang ia kenal itu sembari tersenyum. Di
tangan lelaki itu ada sebuah roti yang ditawarkan.
“Capek Kak, pagi sekolah sampai siang. Sore
sedikit bikin roti sampai malam. Ini saja baru bisa ngaso
besok kan sekolah libur Kak,” seloroh anak kecil itu.
Roti telah berpindah dari tangan lelaki itu ke
tangannya, dari tangannya menuju mulut untuk kemudian
dikunyah sedikit demi sedikit.
“Enak Kak. Ini isinya apa ya? Besok kalau ada
waktu aku coba bikin, ah,” gumamnya sambil meresapi
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 2
setiap gigitan roti, demi mengetahui setiap detail rasa
pada roti.
Berharap dengan begitu ia tau apa saja bahan-
bahan pembuatnya.
“Kak, buku resepnya aku bawa dulu ya. Mungkin
minggu depan, atau minggu depannya lagi aku
kembalikan. Sik banyak yang mau tak coba.” katanya
dengan nada memohon maaf.
Lelaki di sebelahnya hanya tertawa kecil sembari
mengangguk.
“Banyak yang suka roti buatanmu?” tanya lelaki itu
tiba-tiba.
“Hmm ... kayaknya, sih Kak. Cuma aku belum tahu
mereka beli karena suka atau karena kasihan.” katanya
sembari berpikir.
Kini roti di tangannya telah tandas.
***
Sore itu jadi sore yang biasa bagi Wisang, tak ada
yang istimewa. Ia akan menutup Taman Baca seperti sore
sebelumnya. Namun, ia kedatangan seorang anak
perempuan.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 3
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 4
“Kak aku mau baca-baca boleh?” kata anak itu
mantab.
Wisang menimbang-nimbang karena memang jam
sudah menunjukkan waktu pulang. Ada yang
membuatnya penasaran. Anak perempuan itu, ia duga
berumur tidak lebih dari 12 tahun. Kelas lima atau enam
SD pikirnya.
Dia menggendong adik kecil dengan selendang,
yang ia tahu sering digunakan ibu-ibu untuk
menggendong bayinya. Wisang tak langsung menjawab.
“Itu anakmu ta? Kok bisa anteng sekali kamu
gendong?” entah apa yang mendorong ia bertanya
demikian.
Buku-buku detektif yang sering ia baca membuat
Wisang selalu menaruh curiga pada sesuatu yang tidak
umum.
“Bukan lah Kak. Ini adikku. Baru berumur tiga
bulan Kak. Lucu ya? Kata anak perempuan itu
menjelaskan.
“Kak, aku boleh baca nggak nih?” tanya anak itu
lagi. Keingintahuan membuat Wisang mengijinkan anak
itu lebih lama di tempat ini.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 5
“Kakak ada buku tentang masakan nggak? Roti-roti
atau kue gitu?” Tanya anak itu dengan berani.
Tak lama Wisang memberikan beberapa buku dan
majalah tentang membuat roti dan aneka kue.
“Loh adikmu gak mandi, ta? Nggak dicari ibumu,
ta?” pertanyaan ini sudah disiapkan Wisang dengan
matang.
Butuh dua kali Wisang bertanya dengan
pertanyaan yang sama.
“Nggak, lah” jawab gadis kecil itu bimbang.
“Ibuku sudah nggak ada, Kak. Meninggal dunia
waktu melahirkan adikku ini.”
Ada perasaan getir namun mantap pada jawaban
gadis kecil itu. Seolah jawaban itu sudah disiapkan untuk
menjawab siapapun yang bertanya di mana ibunya
“Adikku ini kembar, Kak. Tapi yang satu ikut ibu …
jarak dua minggu setelah ibu.” Kata gadis itu
menjelaskan.
Wisang mengerti bahwa ia tak bisa memberi
pertanyaan lagi. Ia tahu ada beberapa hal yang tak
seharusnya ia tanyakan dari awal. Bahwa
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 6
keingintahuannya telah menyakiti seorang gadis kecil
yang bahkan mungkin tak tahu konsep kehilangan.
Sekarang gadis kecil ini terlihat seutuhnya pada
mata Wisang. Bajunya yang kucel, bau keringat yang
menempel, bekas keringat pada kerah leher yang
memutih juga celana yang kotor di sana sini. Semua
terjelaskan.
“Kalau setelah ini Kakak ndak memperbolehkan
aku ke sini untuk membaca tidak apa-apa, Kak.” Kata
gadis kecil itu memecah suasana.
“Hah?” hanya itu yang bisa keluar dari mulut
Wisang.
“Iya, kalau Kakak nggak memperbolehkan aku ke
sini untuk membaca aku tidak keberatan Kak. Karena
semua orang di sini juga gitu. Aku ndak boleh dekat-dekat
anak mereka. Apalagi bermain di rumah mereka. Katanya
aku kotor. Ya aku bisa mengerti, kok.” penjelasan anak
tersebut membuat Wisang pusing dan tidak habis pikir.
“Begini ya, di sini semua orang boleh dating, boleh
membaca, bahkan boleh meminjam buku apa saja yang
mereka suka. Boleh bermain semua permainan yang ada.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 7
Jadi, kamu jangan takut tidak boleh ke sini.” Wisang
menjelaskan dengan sekali tarikan napas.
Ia merasa napasnya habis mendengar cerita gadis
kecil ini. Semuanya serba tiba-tiba dan membuatnya tak
siap.
“Boleh pinjam? Kalau begitu aku pinjam ini dan ini.”
sembari menunjukkan dua buku resep roti dan kue kering.
“Memang buat apa? kok kamu pinjam buku resep
makanan?” rasa penasaran kembali menghinggapi.
Menurutnya tak biasa anak kecil meminjam buku resep
makanan.
“Buat bikin kue. Aku ingin bisa membuat macam-
macam kue dan roti,” kata gadis itu dengan mata
berbinar-binar.
“Kamu mau jual roti dan kue ya?” Wisang tahu,
entah insting dari mana, ia tahu bahwa gadis kecil di
hadapannya ini ingin bisa membuat kue untuk dijual.
Pertanyaannya dijawab dengan anggukan kepala.
Wisang terperangah bagaimana mungkin anak seusia ini
sudah mampu berpikir untuk berwiraswasta.
“Kan aku harus memenuhi kebutuhan sekolah,
Kak. Kakek dan nenekku sudah tua. Itupun cuma kakek
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 8
yang kerja. Tukang becak.” gadis kecil itu mencoba
menjelaskan. Tak ada keraguan sedikitpun pada nada
bicaranya.
“Ya minta Ayah, loh. Kan sudah jadi tugasnya Ayah
untuk memenuhi kebutuhanmu.” seloroh Wisang sembari
menutup lemari buku, bersiap segera pulang.
Gadis kecil itu terdiam sedikit lama. Ia melihat adik
kecilnya yang sedari tadi lelap pada gendongan di
tangannya.
“Bapakku sudah sama ibu baru, Kak. Kata kakek
sih sekarang rumahnya di Kenjeran. Tapi aku ndak tahu
sebelah mana. Ndak pernah ketemu.” gadis kecil itu
berbicara sambil terus melihat adik kecilnya. Mencoba
menerka-nerka apakah sang adik mendengar
percakapannya atau tidak. Sepertinya ia tak ingin adiknya
mengetahui kenyataan yang akan mereka hadapi.
“Nanti kalau aku sudah bisa membuat kue ini,
Kakak aku kasih satu ya. Tapi sebagai balasannya, Kakak
harus bilang kurangnya apa. Aku pulang dulu, Kak.
Adikku kayaknya ngompol.” gadis kecil itu sedikit berlari
sembari menutupi bagian pantat adiknya dengan baju
bagian bawah. Tak ingin pipis adiknya tercecer di taman
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 9
baca sembari meninggalkan Wisang yang masih
mencoba mencerna setiap perkataan gadis kecil itu.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 10
KISAH DI BALIK PENANTIAN HUJAN
Oleh Handoko
Semua warga kampung sangat gelisah sekali
karena musim kemarau sangat panjang. Sebetulnya
November harusnya sudah memasuki musim penghujan.
Namun, sampai saat ini hujan tak kunjung tiba.
Menjadikan sawah, ladang, kebun dan hamparan hijau di
tanah lapang menjadi kering. Pohon-pohon tumbuh tidak
subur. Tanah menjadi gersang dan suhu udara mencapai
37 derajat, sangat panas sekali. Aliran sungai yang ada di
sawah menjadi kering karenanya.
“Desa Sukorejo sekarang enggak indah sekali ya
kek. Lama sekali enggak turun hujan, semuanya menjadi
kering, udaranya sangat panas sekali, enggak seperti
biasanya!” kata Fildan sambil mengerutkan dahinya.
“Sabar ya Cu, suatu saat pasti turun hujan. Dulu
juga pernah seperti ini, sangat lama sekali datangnya
musim hujan, tetapi Kakek dan Nenek tetap bersabar.
Sebagai manusia kita hanya bisa pasrah dan berdoa,”
jawab Kakek menasehati cucunya.
***
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 11
“Oh iya Kek lusa besuk di sekolah Fildan ada doa
bersama,” kata Fildan.
“Bagus itu. Himbauan dari kepala desa ya,” jawab
Kakek.
“Iya Kek,’ jawab Fildan.
“Kek ...!” panggil Fildan.
“Iya!” jawab Kakek.
“Kemarin saat pulang sekolah Fildan lihat di
halaman rumah tetangga ada macam-macam bunga dan
buah diletakkan di sebuah wadah besar. Saat Fildan
mendekat ada asap menggumpal kearah Fildan, baunya
sangat menyengat sekali.
“Itu apa ya Kek?” tanya Fildan heran.
“Oh itu sesajen Cu!” jawab Kakek.
“Sesajen itu apa Kek?” tanya Fildan.
“Sesajen adalah persembahan kepada dewa, di
dalam sesajen itu ada sebuah pengharapan atau doa,”
jawab Kakek.
“Doa meminta hujan gitu ya Kek,” kata Fildan.
“Iya betul, di desa ini masih banyak yang menganut
kepercayaan tradisi kuno dengan melakukan upacara lalu
membuat sesajen,” kata Kakek sambil menjelaskan.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 12
“Bukannya itu dilarang agama Fildan Kek.” sahut
Fildan.
“Hehehe!” senyum Kakek.
“Kok tersenyum Kek!” tanya Fildan penasaran.
“Fildan ini rasa ingin tahunya sangat tinggi sekali.
Sekarang kakek ingin sholat dulu, lalu istirahat,” kata
kakek Fildan sambil mengelus rambutnya.
“Ya sudah Kek, jangan lupa berdoa supaya cepat
hujan ya Kek. Fildan mau baca buku,” ungkap Fildan.
***
Desa Sukorejo terkenal sangat indah
pemandangannya. Namun, akhir-akhir ini desa itu dilanda
kekeringan sebagian wilayahnya. Berbagai macam upaya
sudah dilakukan oleh pemerintahan dibantu dengan
semua masyarakat memberikan sebagian sumber airnya
kepada desa yang terdampak. Beberapa bulan lalu ada
himbauan dari Kepala Desa Sukorejo supaya masyarakat
melakukan doa bersama. Sesuai dengan kepercayaan
masing-masing.
Di Sukorejo sangat heterogen sekali. berbagai
macam agama ada di sana. Kehidupannya sangat rukun
tidak ada perpecahan ataupun permusuhan. Semuanya
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 13
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, mempunyai rasa
persaudaraan yang sangat erat. Saling bergotong-royong
jika ada bencana.
Keesokan harinya semua warga masyarakat
melakukan doa bersama. Ada yang di masjid, ada yang di
gereja, ada yang di wihara. Semua tempat melakukan
doa bersama.
“Kakek Fildan berangkat dulu ya ke sekolah ada
kegiatan doa bersama,” kata Fildan izin.
“Iya, hati-hati,” jawab Kakek.
Fildan berangkat ke sekolah bersama temannya
untuk melakukan sholat Istiqo. Berharap agar desanya
tidak terjadi bencana yaitu kemarau panjang yang bisa
berdampak kepada kehidupan semua mahkluk hidup.
“Cup, semoga doa bersama ini diterima sebagai
amalan kita!” kata Fildan saat mengayuh sepedanya.
“Iya Dan,” jawab Ucup sahabatnya.
“Aamiin,” gumam mereka dengan lirih.
***
Waktu terus berlalu. Semua masyarakat sudah
melakukan yang terbaik untuk desanya. sudah doa
bersama, melakukan hal-hal yang positif supaya Sukorejo
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 14
segera turun hujan. Tepat pagi hari Fildan bermain
bersama teman tetangga sebelah. Bermain permainan
tradisional yaitu engkle.
“Ayo giliranmu Cup!” kata Fildan bermain engkle.
Beberapa menit kemudian tangan Ucup
merasakan sesuatu.
“Dan, ini air dari mana,” Ucup heran setelah
melihat butir-butir air yang ada di tangannya.
Saat Ucup menoleh ke atas, Ucup sangat kaget.
Awan itu menggumpal menjadi satu. Perlahan-lahan
awan itu terbawa oleh angin. Mataharipun tertutup
olehnya. Gemuruh semakin terdengar dengan keras. Kilat
menyambar cepat di atas langit. Mendung pun mulai
merata dari segala arah, memberikan isyarat bahwa hari
itu akan terjadi hujan.
“Fildan mendung telah tiba!” kata Ucup.
“Iya, Cup! Hore ... hore ... hore!” teriak Fildan
senang.
“Akhirnya hujan telah datang. Ayo kita pulang,”
sahut Ucup.
Mereka semua pulang ke rumahnya masing-
masing dengan raut wajah yang gembira. Gerimis mulai
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 15
tiba, rintik-rintik air hujan membasahi seluruh lingkungan
yang ada di sekitarnya. Aroma khas air hujan bercampur
tanah.
“Kakek, hari ini gerimis!” teriak Fildan senang.
“Sekian lama menanti akhirnya datang juga ya cu!”
kata Kakek.
“Ya, Kek!” jawab cucunya senang.
“Alhamdulilah doa semua masyarakat desa
dikabulkan oleh sang pemberi kehidupan,” kata kakek
Fildan penuh harapan.
***
Hujan membasahi seluruh Sukorejo. Mulai dari
ladang, sawah, pepohonan serta rerumputan dan rumah-
rumah penduduk. Semuanya bersuka cita
menyambutnya, seperti pesta yang sangat meriah.
WROK ... WROK ... WROK .... Bunyi suara kodok
bersahut-sahutan menjadikan suasana sangat indah.
“Betul Kakek kita harus bersabar dan berdoa,”
ungkap Fildan bersemangat.
Kakek tersenyum melihat kata-kata cucunya.
“Fildan mau tanya tentang masa kecil Kakek,”
tanya Fildan penasaran.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 16
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 17
“Tanya apa Cu?” sahut Kakek.
“Apakah Kakek sejak kecil suka main hujan!” tanya
Fildan.
Kakek pun langsung termenung seperti berpikir
tentang masa lalunya.
“Kek, Kakek melamun ya!” tanya Fildan.
“Oh iya Kakek melamun, maaf ada apa Cu?” jawab
Kakek sambil menggaruk-garukan kepalanya.
“Ih Kakek, apa Kakek saat kecil suka main hujan?”
tanya Fildan lagi.
“Oh itu, Kakek sejak kecil suka main hujan, hujan
sangat menyenangkan sekali disamping itu hujan juga
penuh dengan keberkahan,” jawab kakek sambil
tersenyum.
“Iya Kek, kalau ngenggak ada hujan semuanya
menjadi kering. Air hujan sangat penting bagi kehidupan,”
kata Fildan bersyukur.
“Kalau Nenek apa juga suka bermain hujan?” tanya
Fildan lagi.
“Oh Nenekmu, dia juga suka sekali dengan hujan,
katanya hujan airnya sangat menyegarkan. Kakek pernah
mendengar cerita dari Nenekmu bahwa dia suka
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 18
membuat perahu dari kertas. Sekarang Nenek telah tiada.
Kakek kangen sekali pada masa-masa indah dulu,” jawab
Kakek sambil mengenang masa lalunya.
“Maaf ya Kek jadi mengingatkan tentang Nenek,
ayo Kek bermain hujan-hujanan,” pinta Fildan.
“Enggak Fildan, Kakek di rumah saja. Kakek mau
berdoa mengungkapkan rasa terima kasih kepada Allah
SWT bahwa hari ini sudah datang hujan,” jawab Kakek
Fildan.
“Baiklah Ke, Fildan hujan-hujanan ya kek, sama
teman Fildan yang bernama Ucup,” jawab Wildan riang.
Sejak kecil Fildan tinggal bersama Kakek. Kedua
orang tuanya meninggal. Ibu meninggal saat Fildan masih
bayi sedangkan Ayah meninggal saat Fildan kelas satu
SD. Kakeknya sangat sayang Fildan. Kakek Fildan
seorang purnawirawan.
Hujan semakin lama semakin deras. Di luar sana
banyak orang-orang yang membasahi dirinya dengan air
hujan yang sangat segar. Sedangkan Kakek Fildan
sedang memanjatkan doa.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 19
“Suasana ini sama seperti suasana dulu Aminah,”
gumam Kakek Husen mengingat masa lalunya setelah
selesai berdoa.
“Sekarang kau tidak bersamaku Aminah, kelak
suatu ketika kita pasti bertemu.” Harap kakek termenung
mengenang istrinya.
Kakek Fildan membuat perahu dari kertas lalu
diletakkan di genangan air. Perahu itu mengalir mengikuti
aliran air yang deras. Tiba-tiba Fildan dan temannya
datang melihat perahu itu. Fildan senang sekali melihat
wajah Kakek yang tersenyum. Dalam benak Fildan
mungkin Kakek teringat saat-saat indah dengan balutan
hujan bersama Nenek.
“Kakek ini perahunya,” kata teman Fildan
membawa perahu yang basah terkena air hujan.
“Kakek melamun lagi ya?” tanya Fildan
menghampiri kakeknya.
“Oh, maaf. Ini teman Fildan ya?” tanya Kakek
Fildan.
“Iya Kek, saya dan Fildan sembari bermain hujan
juga membersihkan sampah-sampah plastik yang
menggenang di air serta sampah plastik yang menutupi
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 20
aliran. Lalu saya dan Fildan melihat kakek membuat
perahu,” jawab Ucup.
“Wah, hebat sekali kalian,” sahut Kakek Fildan.
“Ini idenya Fildan Kek!” sahut Ucup.
Fildan hanya tersenyum mendengarkan penjelasan
sahabatnya yang bernama Ucup.
“Saat Fildan ke rumah, Fildan mengajak saya Kek
untuk hujan-hujanan. Fildan juga mempunyai ide yaitu
sembari hujan-hujanan kita cari sampah yang
menggenang di air. Begitu Kek,” kata Ucup dengan jelas.
“Betul, kita harus peduli lingkungan. Biasanya saat
hujan ini banyak sampah yang mengalir, takutnya
sampah-sampah itu menutup aliran selokan yang bisa
menenggakibatkan banjir,” jawab kakek Fildan sambil
memberikan jempolnya kepada mereka berdua.
“Kalian memang hebat!” sahut kakek.
“Hehehe ...!” senyum mereka berdua.
“Terima kasih Kek.” Jawab mereka berdua senang.
Beberapa waktu kemudian. Hujan mulai berhenti.
Semuanya mengucapkan rasa syukur kepada sang
pemberi hujan. Masyarakat Sukorejo berbondong-
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 21
bondong membersihkan sampah yang berserakan akibat
hujan yang sangat deras.
Pagi menjelang, pelangi sedikit menampakkan
keindahannya menjadikan Sukorejo menjadi indah dan
menawan. Desa Sukorejo asri kembali.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 22
KENDI TUA
Oleh Miftakhul Jannah
Dahan lenganmu, licin dan basah, terus menujum
rambutan hingga ia kelewat merah untuk bisa kita sebut
buah.
Di taman kota itu, ada suatu benda yang menarik
perhatian. Di sana ada bangku, hanya ada satu. Kau bisa
merenung tentang apa pun. Tak ada orang yang berani
menegurmu. Kau bebas berpikir apa pun, tentang
siapapun.
Hanya saja, saat malam tiba kau perlu berhati-hati.
Tak ada alasan bagimu untuk bisa lari dari kenyataan.
Bahwa kaulah satu-satunya yang ada di taman itu. Tak
ada suara apapun. Dan lampu kuning mengamini
kesendirianmu. Kau akan terkurung dalam kesunyian
yang dalam. Jika terus merenung nasib yang menimpa
dirimu, tak ada jalan lain kecuali lari dari kehidupan
menuju kehidupan lain, mungkin kaulah orang yang akan
tahu negeri hujan itu. Malam akan tiba, tetapi kau tetap
merasa bahwa tak pernah ada perubahan. Mungkin
hanya sedikit perubahan pencahayaan saja, hanya itu.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 23
Kau akan menjadi bayangan. Bayangan yang lari dari
kehidupan nyata. Mencari kebahagiaan di dunia lain.
Tanpa sadar, ternyata kau mampu duduk sendirian
di taman kota itu. Dengan berbekal kendi peninggalan
Uyutmu. Kendi itu sudah ada ketika taman di tengah kota
dibangun. Ketika kau haus, seteguk demi seteguk masuk
di mulutmu. Entah banyak orang memandangmu aneh,
tetapi kau berani berada di tempat itu dengan menenteng
kendimu. Kau berpikir dunia memang sesunyi ini. Jalan
yang membentang, rintangan yang menghalang. Semua
menjadi sangat sulit bagimu untuk melaluluinya, gelap
matamu. Malam gelap. Dalam kesunyian kau sempat
berpikir untuk menerima tawaran pamanmu pindah
sekolah di desa. Mengakhiri segala penderitaan.
Mengakhiri penantian. Menuju kebahagiaan baru.
Mungkin saja.
***
Kepalamu tumpah
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 24
Meruntah diatas lengan-lengan yang selalu meminta
melingkarkan arloji demi alarm yang terus menerus
berbunyi.
Arloji di tangan berbunyi mendominasi serta angin
mendayu-dayu menggerakkan rerantingan pohon. Suara
kelelawar sibuk mengikrik. Tak ada seorang pun lewat di
depanmu. Kau benar-benar merasa dunia hanya ada kau
dan kendi tua itu. Tetapi, kau sempat berpikir
pahlawanmu akan datang. Bapak yang selama ini kau
bangga-banggakan. Kau tetap menantinya. Mungkin saja
beliau telah berubah pikiran dan menyusulmu. Kau akan
sangat senang dengan semua itu. Kau tetap berharap.
Terus berharap hingga tak menyadari malam semakin
pucat.
***
“Apa yang Kau inginkan dari seorang anak usang
sepertiku?”
“Ayo Nak, ikut paman ke desa.”
“Tidak, aku tidak mau meninggalkan ibuku,” kataku
sambil meneguk air dari kendi.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 25
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 26
“Nanti di desa, kau bisa sekolah lagi. Tidak perlu
mencari uang untuk ibumu.”
“Ibuku, masih mampu membiayaiku dari
keringatnya. Aku hanya membantunya saja tidak
meninggalkan sekolah.”
“Sudahlah, ikut saja bersama paman, nanti kau
akan jadi anak hebat di desa,” kata Paman dengan nada
meyakinkan.
“Walau hidup pas-pasan, aku sudah berjanji tidak
akan meninggalkan ibuku. Uyutku dulu selalu bilang kalau
aku bisa menjadi orang hebat di kota dengan rajin
belajar.”
“Apa? Nenek tua itu. Dia sudah tiada tak
sepantasnya kau mengingatnya.”
“Uyut selalu mengajarkan kebaikan padaku.
Contohnya ini. Meski ini sudah buluk. Tetapi api hingga
saat ini aku senang minum dengan kendi ini. Rasa cintaku
dengan desa asalku dulu takkan pernah sirna. Aku juga
bisa menghargai bahwa air setetespun sangat berharga
bagi kehidupan. Jadi aku juga menghargai jerih payah
Ibuku membesarkanku hingga saat ini”.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 27
“Kau yakin Nak, Ibumu hanya seorang buruh cuci.
Mana cukup untuk membesarkanmu sampai sukses?”
“Sudahlah paman, Jangan memaksaku lagi”.
“Bapakmu minggat, Ibumu babu.” Kata Paman
dengan mengelus kepalaku.
“Mereka tetap orang tuaku, aku yakin dengan
semangat belajar dan kesungguhan yang tinggi, aku bisa
sukses.”
“Di desa, kau lebih bahagia”
“Yakin?”
“Iya, aku yang bertanggung jawab”
“Maaf paman, aku tidak bisa. Aku sayang ibuku”
“Yo wis, Dasar Keras Kepala”
“Maaf ….”
“Terus kenapa kau disini?”
“Aku sedang menunggu Bapak bersama kendi ini.
Ini kendi kesayangan Bapak dan almarhumah Uyut”
“Buang saja kendi jelek itu dan jangan harap
bapakmu pulang lagi.”
“Maaf, sebaiknya paman segera pulang dan jangan
menghina benda kesayanganku.”
“Ok!” kata paman sambil bergegas pergi.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 28
***
Kelak waktu beritahu diriku. Rindu butuh jarak dan
kekosongan. Ia butuh memakan keduanya demi
mengembari betapa angkuhnya kesakitan.
Di malam bulan purnama, Kendi tua itu tetap
menjadi saksi. Betapa angkuhnya keegoisan orang tua di
masa lalu. Hingga anak yang merasakan kesakitan dan
kesengsaraan hidup. Tetapi semua tidak perlu disesali,
hiduplah untuk masa sekarang dan yang akan datang.
Ingatlah masih banyak orang sekitar yang
menyanyangimu seperti ibumu yang selalu berjuang demi
membahagiakanmu. Jangan malu mempunyai ibu
seorang buruh cuci. Dengan keringatnya bisa melahirkan
generasi sukses di masa depan. Tidak peduli di desa atau
di kota, dimanapun tempat menuntut ilmu harus disertai
semangat yang tinggi. Sukses itu harus diperjuangkan,
sampai kapanpun ilmu tidak akan pernah mati.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 29
SATU JAM SAJA
Oleh Helda Ainul Yaqin
Embun pagi terasa dingin dan waktu menunjukkan
pukul 04.30 WIB. Kumandang azan subuh terdengar
begitu nyaring suaranya, bahkan lebih nyaring daripada
lagu-lagu yang sering aku dengarkan. Badan terasa
sangat berat ketika akan bangun tidur dan mata terasa
terlalu lengket untuk dibuka. Dalam hati aku teringat
bahwa aku harus bangun, jangan mau kalah sama rasa
ngantuk dan nyaman yang kurasakan saat ini.
Hai kenalkan nama aku Fernando panggil saja
Nando. Aku lahir di kota Surabaya yang saya banggakan
ini. Aku sekarang masih sekolah di SMAN 7 Surabaya.
Waktu sekolah bagiku sangat menyenangkan sekali
karena aku dapat menambah pengetahuan dan banyak
teman. Pagi ini aku bangun untuk bersiap-siap ambil
wudu dan salat subuh. Keadaan rumah yang lumayan
begitu luas karena aku hanya tinggal bersama Paman
dan Bibi yang merawatku. Panggil saja Paman Tan dan
Bibi Yu. Sekadar informasi, orang tuaku tinggal di luar
kota tepatnya di Bali untuk urusan pekerjaan.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 30
Setelah aku selesai melaksanakan salat subuh
kulihat sekitar rumah tampak masih sepi. Aku mulai
mencari Bibiku di dapur, ternyata Bibi tidak ada disana.
Aku berpikir mungkin belum bangun Bibi dan Paman.
Setelah itu aku lanjut lagi pergi ke kamar mandi. Sehabis
mandi aku di kejutkan dengan suara agak berat.
“Ndo sudah mandi?” tanya Paman.
“Ow iya paman, ini barusan selesai mandi,”
jawabku.
“ini sarapan dulu Ndo sebelum berangkat
kesekolah,” ujar paman.
“Baik Paman Tan,” jawabku.
Aku pun mulai menyantap sarapan pagi yang
dihidangkan oleh Bibi Yu. Tetapi setelah aku rasakan kok
rasanya berbeda dari yang Bibi masak biasanya. Aku pun
melihat ke kanan dan ke kiri mungkin ketemu Bibi Yu.
Ternyata Bibi tidak nampak sama sekali. Aku hanya
melihat paman Tan sedang memotong rumput di halaman
luar rumah. Setelah selesai makan aku bergegas pergi
menuju Paman Tan.
“Paman lihat bibi yu?” tanya Paman Tan.
“Bibi Yu sedang sakit Ndo,” jawab Paman Tan.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 31
“Bibi sakit apa Paman?” tanyaku lagi.
“Kelihatannya Bibi Yu sedang sakit perut Ndo,”
jawab Paman Tan.
“Apa sudah pergi ke dokter Paman?” tanyaku lagi.
“Sudah kemarin sore Ndo,” jawab paman.
“Baiklah Paman,” ujarku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Aku
harus segera berangkat ke sekolah. Aku yang agak
tergesa-gesa langsung pamit ke Paman Tan.
“Paman Tan, aku berangkat ke sekolah dulu ya,”
pamitku.
“Iya Ndo, hati-hati di jalan ya,” jawab Paman
“ Iya Paman,” seruku.
Sesampainya di sekolah aku hampir saja telat
sekolah tetapi untungnya bel belum berbunyi, jadi aku
merasa sangat beruntung, karena hampir setiap hari saya
telat sekolah. Aku pun melihat keadaan sekeliling sekolah
yang terasa sangat sepi.
“Ini jam berapa ya kok sekolah sepi amat,”
gumamku dalam hati.
“Apa hari ini libur ya,” tanyaku dalam hati.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 32
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 33
Aku pun terus berjalan setapak demi setapak untuk
masuk ke dalam lapangan sekolah dan aku pun tidak
melihat adanya teman atau siswa-siswi lain yang berjalan.
Keadaan yang sangat aneh ini pikirku. Coba aku terus
berjalan melewati ruang guru yang tempatnya ada di
sebelah lapangan basket, tetapi apa yang kulihat sama
saja. Aku tidak melihat ada guru di ruang guru. Karena
panik aku juga langsung berlari menuju kelasku yang
berada di lantai 2 sekolah. Aku tidak menemui teman-
teman ku sama sekali. Aku putuskan untuk lari keluar
sekolah karena disana tadi aku melihat ada Satpam yang
menjaga pagar sekolah. Sesampainya di dekat pagar
sekolah aku melihat sekelilingnya dan benar aku bertemu
Satpam.
“Selamat pagi Pak” sapaku
“Selamat pagi juga Ndo,” sapa pak sekuriti.
“Bapak maaf saya mau tanya?” tanyaku.
“Silahkan Ndo?” jawab Satpam
“Pagi ini kok sekolah sepi banget ya Pak?” tanyaku
“Iya kamu terlalu pagi datangnya Ndo,” jawab
Satpam.
“Baiklah Pak, terima kasih,” jawabku.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 34
“Sama-sama,” balas Satpam.
Aku pun kembali masuk ke sekolah dan melewati
tempat-tempat yang tadi aku lalui dan keadaannya masih
sepi seperti tadi. Aku mempunyai niat menunggu dikelas
sajalah. Nanti juga teman-teman akan datang sebentar
lagi. Tetapi setelah sekian lama aku menunggu ternyata
tidak nampak juga teman-temanku ini. Aku keluarkan
telepon genggam yang ada disaku celana panjangku. Aku
coba hidupkan telepon genggam dan aku cari nomer
kontak temanku yang bernama Faris lalu aku berusaha
menghubunginya.
TUT … TUT… TUT…. Bunyi nada tunggu panggil.
“Halo ini Faris ya,” tanyaku
“Iya ini siapa ya,” tanya balik Faris.
“Ini aku Nando,” jawabku.
“Nando bagaimana kabarmu?” tanya faris.
“Baik Ris,” jawabku
“Kamu tidak ke sekolah pagi ini?” tanyaku
“Sekolah?” maksudnya tanya balik Faris.
“Iya sekolah, kenapa kamu sakit Ris?” tanyaku
heran.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 35
“Kita kan sudah kerja Ndo masa masih sekolah,”
jawab Faris.
Sambungan telepon terputus dengan tiba-tiba. Aku
pun mencoba menghubungi Faris lagi tetapi tidak bisa
karena sinyal di telepon genggamku tiba-tiba hilang. Aku
mulai berpikir dari kata-kata Faris yang bilang kalau kita
sudah bekerja. Aku pun melihat jam yang berada di
telepon genggamku dan menunjukkan pukul 07.00 WIB.
Semakin terasa aneh bagiku. Akhirnya aku putuskan
untuk pulang saja karena ada yang aneh di sekolah.
Aku berjalan menuju parkiran sepeda dan mulai
menyalakan sepeda motorku. Aku coba melihat sekeliling
parkiran sepada dan benar keadaan yang masih sangat
sepi tanpa ada seorang atau sepeda motor satu pun. Aku
pun semakin merasa tidak nyaman dan bergegas ke
segera pulang ke rumah. Setelah mesin sepeda motorku
menyala aku mulai mengendarainya melewati jalan
menuju pagar depan sekolah dan di sana tidak ada
Satpam yang tadi berjaga disana. Lalu aku melanjutkan
untuk mengendarai sepeda motor keluar sekolah dan
sesampai di luar sekolah pemandangan jalannya pun
terasa sangat berbeda.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 36
Ada kereta gantung yang jalan lewat tepat di atas
kepalaku. Seketika aku terkaget melihat ada kereta
bawah tanah juga di sepanjang jalan menuju ke rumah.
Aku berpikir ini sangat indah sekali tetapi aku juga berpikir
kapan ya ini semua dilakukan pembangunannya.
Sesampai dekat dengan gang menuju kompleks
perumahan rumahku, aku tak melihat adanya perumahan
disini yang ada seperti taman besar yang sangat indah
penuh dengan permainan anak-anak dan juga ada
banyak sekali pojok baca sebagai fasilitasnya. Aku lihat
banyak sekali anak-anak bahkan sampai orang dewasa
yang membaca buku di pojok baca taman tersebut.
Kuberhentikan sejenak sepedaku dan memasuki
taman indah yang penuh dengan keindahan tanamannya
serta banyak pojok baca juga. Aku sempatkan untuk
membaca satu buku dengan judul Labu Menghilang,
penulis Helda Ainul Yaqin. Ceritanya sangat seru sekali
buku cerita anak ini. Pasti anak-anak bakal suka
membacanya karena selain seru juga ada pesan moral
yang bisa dipetik dari ceritanya. Setelah itu aku buka buku
lagi dengan judul Satu Jam Saja. Baru aku halaman satu,
terdengar suara yang agak samar memanggil namaku.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 37
“Nando … Nando,” terdengar samar olehku.
“Bangun Ndo, bangun Ndo,” terdengar lebih jelas
olehku.
“Ehm iya,” perlahan jawabku.
Tiba-tiba terasa sangat gelap sekali. Aku pun
mencoba membuka mata walau sangat sulit. Setelah aku
berhasil perlahan membuka mata. Aku melihat
sekelilingku ada Paman, Bibi dan juga ada Faris. Aku pun
terkejut melihat semua ini.
“Aku ada dimana ya paman?” tanyaku.
“Kamu ada di rumah sakit Ndo,” jawab Paman.
“Apa yang sedang terjadi Paman, bisa tolong
ceritakan,” mintaku
“Kamu tadi kecelakaan di depan perumahan dan
ditolong oleh Faris dibawa ke rumah sakit,” ujar Paman.
“Terima kasih Faris,” ujarku
“Sama-sama Ndo, Alhamdulillah kamu sudah
siuman,” jawab Faris.
“Kamu tadi telah dalam keadaan kritis atau tidak
sadarkan diri selama satu jam,” ujar Paman.
“Kamu harus lebih hati-hati lagi ya dalam
berkendara,” pesan Paman Tan.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 38
“Baik Paman,” ujarku.
Pesan Paman Tan memang benar bahwa kita
harus berhati-hati lagi kalau berkendara. Ya, karena kalau
kita lelah atau tidak berkonsentrasi akan membahayakan
diri sendiri terlebih lagi orang lain.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 39
AKU BUKAN ANAK BISU
Oleh Endruw Hudarwanto
Mimpiku cukup sederhana, aku hanya ingin bisa
tampil di hadapan banyak orang tanpa harus grogi dan
malu.
Ini gara-gara ada seorang teman yang
mengatakan.
“Kamu bisu ya, Put? kok dari dulu aku tidak pernah
mendengar suaramu,” mendengarnya aku merasa
terpukul.
“Ananda Putri silakan maju!” perintah guruku.
Seperti biasa aku sangat takut untuk maju ke
depan. Dengan terpaksa aku maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan pelajaran yang sudah dijelaskan oleh
guruku. Tak lama kemudian tanganku bergetar, mataku
mulai berkaca-kaca dan akhirnya aku menangis.
“Baiklah Putri silahkan kembali ke tempat
dudukmu,” kata ustadzah mengasihaniku.
Inilah salah satu kelemahanku sejak kelas 1
sampai dengan kelas 4 Sekolah Dasar. Aku selalu gugup
dan malu kalau harus tampil ke depan kelas.
Sesampainya di rumah aku mengadu pada mama.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 40
“Ma, kata teman-temanku aku dikatain anak bisu,”
laporku kesal.
“Ya iyalah Kak, soalnya kamu diam terus sih. Coba
kalau kamu berani bicara pasti mereka tidak akan
mengatakan hal itu. Kamu harus berusaha, kalau kamu
malas-malasan terus kamu tidak bakalan bisa berani Kak.
Mama yakin kamu pasti bisa!” jawab Mama
menyemangatiku.
***
“Anak-anak hari ini Ustadzah Miranda membagikan
formulir ekstrakulikuler yah, besok semua formulir harus
dikumpulkan. Karena, besok terdapat jadwal
ekstrakulikuler yang baru,” ucap Ustadzah Miranda
sebagai wali kelas 4 A.
“Iya Ustadzah,” ucap kami bersama-sama.
“Putri ingin ikut ekstra apa?” tanya ustadzah
kepadaku yang tengah terdiam. Aku hanya
mengelengkan kepala, bingung.
“Kalau menurut ustadzah sih, sebaiknya kamu
ekstrakulikuler teater aja. Soalnya kalau teater dapat
mengasah keberanian kita.” Usul ustadzah lembut.
“Iya ustadzah, terima kasih.” Ucapku singkat.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 41
“Baiklah nanti kalau formulirnya sudah diisi kamu
kumpulkan ya.” Ujar ustadzah lagi, sembari aku
menganggukkan kepalaku karena malu.
Bel pulang sekolah terdengar nyaring. Sudah
waktunya kami pulang. Sesampainya di rumah, aku
bertanya pada mama.
“Mama, enaknya aku ikut ekstrakulikuler apa ya?”
tanyaku bingung.
“Terserah Kakak, tapi kalau mama boleh usul
sebaiknya kamu ikut ekstra teater biar Kakak berani
berbicara di hadapan banyak orang,” usul mama.
“Tapi kan kalau di teater harus pandai bicara ma?”
ucapku ragu.
“Maka dari itu supaya kamu bisa bicara dengan
baik. Apa mau kamu nanti di bilang anak bisu lagi?” jelas
Mama.
“Tidak mau, putri tidak ingin dibilang itu lagi ma,”
ungkapku.
“Ya sudah Mama ikut saja mana ekstrakulikuler
yang kamu suka,” ujar mama pasrah.
Dengan terpaksa, aku melingkari dan
menandatangani ekstrakuliluer teater dalam formulir
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 42
tersebut. Tidurku kali ini sepertinya tidak akan pulas,
karena aku masih memikirkan tentang formulir
ekstrakulikuler.
***
Detik demi detik, waktu demi waktu, telah terlewati.
Tak terasa hari yang kucemaskan datang juga. Aku
memasuki kelas 4 C tempat ekstrakulikuler teater
diadakan. Setelah masuk ruangan, aku disambut oleh
ustadzah pelatih teater dengan gembira ria.
“Assalamualaikum Wr. Wb. perkenalkan nama
saya Ustadzah Maria Ulfa, kalian bisa memanggil Ulfa.
Setelah Ustadzah memperkenalkan diri sekarang giliran
kalian yang memperkenalkan diri kalian. Jangan takut,
karena kalian cukup menyebutkan nama saja tapi harus
dengan suara yang lantang dan keras. Apa kalian
mengerti?” ujar ustadzah Ulfa lantang.
“Iya ustadzah,” jawab kami kompak.
Tidak lama kemudian mulailah satu persatu
diantara kami menyebutkan nama masing-masing dengan
suara yang keras.
“Namaku Bagaaaaaaas,” teriak Bagas.
“Aku Nesya,” ucap Nesya.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 43