The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by vivisulviana, 2021-10-30 03:34:31

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

Keywords: gendissewuberkarya,antologitahucampurteenlitversion,pahlawanyangterlupakan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 44

“Hai aku Dindaaa,” ucap Dinda genit.
“Namaku Putri,” kataku sembari menahan rasa
maluku.
“Waah kalian semua hebat suaranya kencang dan
lantang. Ustadzah senang sekali. Walau masih agak grogi
ternyata aku juga bisa menyebutkannya dengan baik. Aku
senang.
Setelah lebih satu bulan berlatih. Ternyata sekolah
akan mengadakan acara Pentas Seni, yaitu sebuah acara
yang akan menampilkan seluruh ekstrakulikuler.
Ekstrakulikuler teater akan menampilkan drama. Tapi
yang sangat mengejutkan aku ditunjuk Ustadzah Ulfa
untuk menjadi peran utama.
“Ustadzah memilihmu karena kamu bicaranya
sangat fasih, walau awalnya Ustadzah melihat kamu agak
sedikit pemalu. Tapi Ustadzah yakin kamu pasti bisa.”
Jawab Ustadzah Ulfa setelah aku bertanya alasannya
mengapa beliau memilihku.
Wow, walau agak sedikit ragu tapi ini
menyenangkan bagiku.

***

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 45

Acara dimulai. Kami dan Ustadzah Ulfa berkumpul
di belakang panggung untuk bersiap. Tak lama, kami pun
dipanggil oleh MC acara. Walau agak gugup, tapi aku
yakin akan bisa menampilkan drama dengan baik.

“Assalamualaikum Wr. Wb. kali ini, kami akan
menampilkan sebuah drama yang berjudul Muslim
Pirates,” ucap Fianti.

Kami satu persatu maju sesuai adegan yang kami
perankan. Penonton terlihat sangat antusias. Kami
akhirnya mampu membuat mereka yang hadir terpukau.

Alhamdulillah setelah beberapa menit penampilan
kami pun usai. Semua lega termasuk aku. Ternyata
sekarang aku bisa tampil di hadapan orang banyak. Tak
lama setelah kami menampilkan drama, dari kejauhan
aku melihat mama melambaikan tangan dan
mendekatiku.

“Putri anakku. Alhamdulillah penampilanmu sangat
bagus Nak, Mama bangga kepadam,” sahut Mama,
sembari meneteskan air mata dan memelukku erat.

“Mama sekarang aku bukan anak bisu lagi, Putri
sekarang sudah berani bicara di depan orang banyak
Ma,” ucapku dengan linangan air mata.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 46

“Iya sayang, kamu bukan anak bisu. Mama bangga
kepadamu,” ujar mama terharu. Alhamdulillah sekarang
mimpiku menjadi kenyataan. Aku menyadari jika kita
berani mencoba, maka semua bisa terwujud.

***

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 47

MENCARI HARTA KARUN

Oleh Rizki N Yulida S

Pagi hari beruang Teddy sedang menggali tanah
tak terasa waktu sudah siang. Saat teman Teddy
memanggil, Jorce si monyet datang menghampiri.
Ternyata kedalaman lubang yang digali Teddy sudah
hampir selutut.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Jorce.
“Aku sedang menggali harta karun,” jawab Teddy.
“Harta karun?” tanya Jorce kaget.
“Apakah boleh aku membantumu?”
Jorce segera mengambil sekop lalu mulai ikut
menggali. Tak lama kemudian, saat kedalaman lubang
yang mereka gali sudah setinggi perut mereka.
Angel, si burung elang tiba-tiba datang
menghampiri dan bertanya,
“Apakah yang sedang kalian lakukan?”
Saat itu Teddy dan Jorce menggali tanah tak
terasa lubang yang mereka gali sudah setinggi bahu
mereka. Teddy kebingungan mau dibuang kemana ini
tanah hasil galian kita karena lubang sudah terlalu dalam.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 48

Angel pun membantu mereka seusai Teddy menceritakan
tentang harta karun.

“Aku akan membuang tanah itu,” kata Angel.
Kini lubang yang digali semakin dalam dan
ketiganya sudah tak terlihat lagi dari atas kecuali ujung
telinga Teddy. Karena badan dia yang besar dan tinggi.
Ketiga teman itu menggali dan terus menggali.
“Sepertinya, kita akan segera mendapatkan harta
karun!” seru Teddy berteriak kegirangan.
“Hore …!” tiba-tiba sekop Teddy mengenai sesuatu
yang keras. Mereka berhenti menggali.
“Kuharap itu sekotak perhiasan besar,” seru Teddy.
“Ataukah koin emas?” sahut Jorce.
Tapi, ternyata itu hanyalah batu besar. Maka,
dengan kecewa pun mereka mulai menggali dan terus
menggali lagi. Kini lubang yang mereka gali sudah
sangatlah dalam. Tapi yang mereka jumpai selama
menggali hanyalah truk, peluit kecil, dan mainan-mainan
yang sudah usang. Mereka tidak menemukan harta
karun.
“Aduh, aku capek,” keluh Jorce.
“Aku juga,” sahut Teddy.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 49

Maka mereka berdua duduk untuk beristirahat.
Angel melongo dari atas.

“Kalian sudah menemukan harta karun?” tanyanya
ingin tahu, karena sangat gembira ia melongok terlalu ke
dalam hingga terjatuh dan masuk ke dalam lubang itu.

“Wah lubang ini dalam sekali,” kata Angel.
“Apakah kalian yakin disini ada harta karun?”
“Aku menemukan sebuah peta,” kata Teddy.
“Tanda silang besar di peta biasanya menunjukkan
dimana letak harta karun berada.” Angel memperhatikan
peta itu, dia teringat akan peta itu.
“Ini kan peta Bruno,” seru Angel.
“Tanda silang ini adalah tanda tempat ia akan
menanam pohon rambutan kesukaannya.”
“Pohon rambutan?” Tanya Teddy.
Kemudian Teddy teringat bibit pohon yang masih
kecil milik Bruno. Dengan sedih Teddy memandang
teman-temannya.
“Maafkan aku,” kata Teddy.
“Aku kira disini benar-benar ada harta karunnya”.
“Tidak apa-apa Teddy,” kata Jorce.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 50

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 51

“Setidaknya kita sudah membantu Bruno menggali
tanah untuk menanam pohon buah rambutan miliknya.”

Hari sudah sore, sudah hampir waktunya makan
malam. Teddy memandang ke atas.

Ya ampun! Ternyata mereka melupakan sesuatu.
“Bagaimana caranya supaya kita bisa keluar dari
lubang ini?” tanya Jorce.
Setelah berbagai cara dicoba namun tidak berhasil
karena tubuh Teddy yang besar dan Jorce yang kecil
serta Angel si burung tidak bisa mengeluarkan mereka
dari dalam lubang yang sangat dalam tersebut mereka
pun jatuh ke tanah semua.
“Kita minta tolong saja,” saran Jorce.
Mereka pun mulai berteriak minta tolong sekeras-
kerasnya. Tapi tidak ada yang datang menolong mereka.
Jorce menemukan sebuah ide kita hanya punya tiga alat
dan sebuah batu besar. Dengan kerja keras akhirnya
mereka berhasil naik ke atas. Sesampainya di atas
mereka menghampiri Bruno dan bercerita tentang peta
serta menunjukkan lubang besar dan dalam yang mereka
gali.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 52

Teddy, Jorce, Angel, dan Bruno tertawa melihat
lubang besar itu dan tersenyum memperhatikan truk dan
peluit kecil yang mereka temukan sebagai harta karun.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 53

AKU INGIN SEPERTI MEREKA

Oleh Rahma Nurul H.

Seperti biasanya, kegiatanku hari itu dimulai
dengan membersihkan TBM (Taman Bacaan
Masyarakat). Baru saja sepeda motor aku parkir di depan
TBM, Rafi sudah muncul. Rafi adalah salah satu
pengunjung setia di TBM. Dia adalah sosok anak yang
ramah, baik dan sopan. Aku tahu, tidak ada manusia yang
sempurna di dunia ini, Nobody perfect, begitu juga
dengan Rafi. Rafi adalah siswa inklusi di salah satu
Sekolah Dasar Negeri yang letaknya tidak jauh dari TBM.
Meskipun dia adalah siswa inklusi, namun dibalik
kekurangannya itu dia memiliki kelebihan lain yang justru
tidak dimiliki teman-teman sebayanya. Salah satu
kelebihan Rafi, dia adalah anak yang baik hati, pemurah
dan suka memberi tanpa pamrih. Jika ada salah satu
temannya yang tidak bisa jajan karena tidak punya uang
ia pasti mentraktir temannya. Hanya karena dia siswa
inklusi, tidak sedikit teman-teman Rafi yang mengejek dan
merundungnya. Dalam hal membaca dan menulis,
memang dia tidak sepandai teman-temannya. Meski
umurnya tak lagi muda, namun sifatnya masih seperti

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 54

anak-anak. Hal itu yang membuat dia selalu dijadikan
olok-olokan oleh teman-temannya. Rafi bukanlah anak
yang tidak bisa baca tulis atau buta huruf. Dia bisa
membaca dan menulis, meskipun tidak selancar teman-
teman sebayanya.

Pada 2017, Dinas Pendidikan (Dispendik)
Surabaya mengadakan kegiatan Tantangan Membaca
Surabaya atau yang disingkat dengan TMS. Kegiatan
tersebut meminta semua siswa disetiap sekolah untuk
membaca buku sebanyak dua puluh lima sampai tiga
puluh judul buku. Banyak anak yang datang ke TBM
dalam rangka mengikuti kegiatan tersebut. Setiap hari
mereka ke TBM untuk membaca dan meminjam buku
agar kegiatan TMS dapat segera terselesaikan. Begitu
juga Rafi dan teman-temannya. Waktupun berlalu, hampir
satu bulan berjalan dan banyak anak yang sudah
menyelesaikan tugas TMS. Namun Rafi baru
menyelesaikan beberapa buku saja. Dia tertinggal jauh
dari teman-temannya, hal ini membuat Rafi sangat sedih,
mengapa tidak sama seperti teman sebayanya.

Sampai pada suatu hari Rafi tidak datang ke TBM.
Tidak biasanya Rafi absen datang ke TBM.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 55

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 56

Bahkan jika hujan deras, Rafi selalu datang.
Walaupun hanya dia seorang pengunjung TBM. Genap
satu minggu ini Rafi tidak datang, hal ini membuatku
heran dan bertanya-tanya kenapa Rafi tidak sekalipun
berkunjung ke TBM, kalaupun sakit aku ingin sekali
mengunjunginya. Sampai pada hari kedelapan, Rafi tidak
datang juga ke TBM. Teman-temannya mengatakan
bahwa dia tidak datang bukan karena sakit, melainkan
karena malu tidak dapat menyelesaikan TMS. Sore itu
pula sepulang sekolah aku bertemu dengan Rafi di depan
rumahnya, langsung kuhentikan motorku dan kuparkir
tidak jauh dari rumah Rafi. Aku hampiri Rafi dan aku
berbincang-bincang sebentar dengannya. Inti dari
pembicaraan itu, aku minta Rafi tetap datang ke TBM dan
tidak usah berkecil hati meskipun dia tidak dapat
menyelesaikan tugasnya.

Pada keesokan harinya, Rafi datang ke TBM. Dia
menjadi bersemangat lagi untuk membaca dan menulis,
dalam hati aku sangat bersyukur. Teman-temannya pun
memberi semangat kepada Rafi dan tidak ada lagi yang
mengejek atau mengolok-olok Rafi. Setiap datang ke
TBM, Rafi dapat menyelesaikan dua sampai tiga buku

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 57

setiap harinya. Dan sekarang Rafi sudah dapat
menyelesaikan dua puluh judul buku. Kurang lima buku
lagi yang harus diselesaikan, namun Rafi tidak mau
berhenti membaca sampai dua puluh lima buku saja. Dia
ingin membaca terus menerus.

Semangat Rafi untuk membaca menular pada
anak-anak lainnya. Mereka pun menjadi bersemangat
juga untuk membaca. Sehingga pengunjung TBM
bertambah setiap harinya. Tidak kurang dari dua puluh
anak setiap hari mengunjungi TBM. Mereka datang untuk
membaca, belajar, membuat kreasi dan ada juga yang
sekadar bermain. Mereka sangat senang dengan adanya
TBM. Para orang tua pun tidak khawatir jika anak-
anaknya pergi ke TBM, karena mereka tahu kegiatan di
TBM sangat bermanfaat dan memberi dampak positif.

Secara tidak langsung anak-anak TBM adalah
media promosi di kalangan masyarakat. Sekarang ini
banyak masyarakat sekitar yang ikut berpartisipasi dalam
kegiatan TBM. Contohnya seperti menyumbangkan buku
mereka yang masih layak baca. Tidak sedikit warga
sekitar berkunjung ke TBM untuk membaca dan
meminjam buku, sehingga tidak hanya anak-anak yang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 58

berkunjung ke TBM. Ibu-ibu sekitar TBM lebih suka
membaca buku-buku tentang makanan, seperti resep
masakan, minuman, pudding, dll. Tidak jarang juga hasil
masakan mereka dibawa ke TBM. Hanya sekadar ingin
menunjukkan bahwa mereka telah berhasil membuat
masakan dari buku yang mereka pinjam. Banyak ide-ide
kreatif yang mereka ciptakan setelah berkunjung ke TBM.
Seperti membuat origami, kerajinan tangan dari bahan
bekas dan masih banyak lagi.

Selain itu di TBM juga menyediakan layanan
bimbingan belajar secara gratis. Dimana anak-anak bisa
mendapatkan tambahan pelajaran tanpa dipungut biaya.
Banyak orang tua yang mendukung bahkan berterima
kasih dengan diadakannya kegiatan bimbingan belajar
tersebut. Banyaknya pujian tidak membuatku besar
kepala ataupun congkak. Aku sangat berterima kasih
kepada anak-anak dan warga sekitar yang telah
mendukung keberadaan TBM. Terkadang lelah kurasakan
karena harus membantu tugas-tugas mereka, namun
semua itu terbayar dengan melihat senyuman mereka.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 59

KEANEHANKU ADALAH KEISTIMEWAHANKU

Oleh Ayu Winda A

Suara gemericik air hujan yang jatuh ke tanah dan
semerbak bau hujan yang begitu menenangkan
membuatku memejamkan mata sambil menghirup udara
yang begitu sejuk itu sejenak. Namun, tiba-tiba
ketenangan itu hilang ketika Mama memanggilku untuk
turun ke bawah. Karena Papa dan Mama mau
membicarakan hal yang serius denganku. Ternyata, Papa
akan di pindah tugaskan ke Jogja dan kami sekeluarga
akan pindah ke sana. Hal itu membuatku begitu shock
seperti melihat pelangi di tengah hujan yang lebat. Aku
hanya bisa diam dan langsung pergi ke kamarku.

Keesokan harinya mama mendatangi kamarku dan
mulai menjelaskan kenapa kami harus benar-benar
pindah.

“Nay... Mama boleh masuk? Mama mau
menjelaskan sesuatu kepada kamu.”

“Iya Ma, masuk aja... nggak Nay kunci kok.”
“Nay, kamu harus paham kenapa kita harus
pindah. Itu perintah atasan papa, papa nggak bisa
menolaknya.”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 60

“Iya Ma, Nay tahu. Tapi bagaimana dengan Nay
Ma? Bagaimana dengan teman-teman Nay? Apakah
mereka akan mau berteman dengan Nay? Mereka pasti
beranggapan Nay anak yang aneh Ma!”

“Enggak sayang.... Kalau ada yang ngomong yang
nggak-nggak tentang kamu jangan di dengerin ya.”

“Iya Ma, tapi mereka tidak akan mau berteman
dengan anak yang aneh. Nayla bakal sendirian Ma di
sekolah.”

“Nayla, dengarkan Mama ya sayang... Nayla itu
anak Mama yang paling cantik, baik, pinter, dan hanya
saja kamu punya kelebihan yg begitu istimewa. Jadi
kamu tidak boleh merasa dikucilkan. Pasti ada kok yang
mau berteman dengan kamu.”

“Iya Ma, makasih Mama. Nayla sayang Mama
sama papa.”

“Iya, Mama papa sayang Nayla juga. Sekarang kita
beresin yuk barang-barang yang ingin dibawa.”

“Siap Ma.”
Dengan mencoba melapangkan hatiku, aku
bersedia ikut pindah dengan mama papa ke Jogja. Aku
membantu mama membereskan barang-barang yang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 61

akan kami bawa ke Jogja. Di Jogja aku berharap akan
memiliki banyak teman yang bisa menerima kekurangan
dan kelebihanku.

“Nay, buruan sayang. Nanti kamu akan terlambat
di sekolah kamu yang baru.”

“Iya Ma, ini mau turun.”
“Semangat ya sayang di sekolah barunya, semoga
harimu menyenangkan.”
“Iya Ma, makasih.”
Setelah sarapan, mama bergegas mengantarku ke
sekolah baruku. Dan tanpa aku sengaja sebelum masuk
ke sekolah, aku melihat seorang siswa yang berdiam diri
di depan pagar sekolah dengan wajah pucat dan kepala
tertunduk. Setelah mama memarkirkan mobilnya, mama
mengajakku ke ruang kepala sekolah dan
memperkenalkan aku kepada guru-guru yang ada disana.
Saat jam masuk sekolah berbunyi begitu keras,
membuat semua siswa bergegas masuk kelas masing-
masing. Bu Diana sebagai wali kelasku mengajakku untuk
masuk ke kelas. Saat aku mengikuti Bu Diana menuju
kelas, sesosok siswa tersebut hanya diam saja dan masih

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 62

berada di depan pagar sekolah yang sudah tertutup rapat.
Aku mulai merasa ada yang aneh.

“Selamat pagi anak-anak, hari ini Ibu bersama
siswa baru yang akan bergabung dengan kelas ini.”

“Pagi teman-teman, nama saya Nayla. Saya siswi
pindahan dari Surabaya. Semoga teman-teman mau
menjadi teman saya.”

“Nayla, sekarang kamu duduk dengan Lili di sana.
Dan kita mulai pelajaran hari ini.”

“Baik Bu.”
“Salam kenal ya Nay,” sapa hangat Lili.
“Salam kenal juga Li,” sapaku hangat.
Kebetulan tempat duduk kami berada di samping
jendela. Saat aku memperhatikan ke arah gerbang
sekolah melihat sosok tadi, sosok itu melihat ke arahku
dengan tatapan kosong. Dan aku langsung mengalihan
perhatianku ke pelajaranku lagi.
Tak terasa jam pelajaran pun berakhir, bel pulang
berdering mengajak kami untuk segera bergegas pulang.
“Nay yuk pulang. Kamu dijemput?”
“Iya Li, akunya dijemput. Itu sudah ditunggu
mamaku di depan”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 63

“Ok, hati-hati ya Nay.”
Saat aku pulang aku tidak melihat sosok itu.
“Gimana hari pertama kamu?”
“Ya gitu lah Ma.”
Selama perjalanan pulang mataku di suguhkan
oleh pemandangan alam yang begitu menajubkan.
Detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke
minggu, minggu ke bulan dan waktu terus saja berjalan.
Semakin ke sini hubunganku dengan teman-temanku
semakin akrab. Ternyata mereka mau berteman
denganku tanpa menganggapku aneh. Mereka
menganggapku spesial beda dengan yang lainnya. Tapi
seiring berjalannya waktu sosok itu pun semakin
menampakkan dirinya dan itu semakin mengangguku,
karna sosok itu tidak hanya hadir di sekolahku saja tapi
dia juga hadir di sebelah rumahku. Sampai aku sempat
bertanya kepada mama karna aku sudah mulai tidak
nyaman.
“Ma, rumah sebelah itu ada orangnya nggak sih
Ma?”
“Ada sayang, kenapa kamu? Kamu nggak di
gangguin kan?”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 64

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 65

“Hmmm sebenernya, sejak aku masuk di sekolah
aku tuh ngerasa ada sosok yang aneh Ma.”

“Aneh gimana?”
“Iya sosok itu selalu nampakin diri Ma ke aku.
Bahkan akhir-akhirnya nampakin diri di rumah sebelah itu
Ma.”
“Coba nanti Mama cari tahu ya, ada kisah apa
dengan rumah sebelah kita.”
“Iya Ma.”
Keesokan harinya mama bercerita padaku kalau
ternyata sosok yang selama ini menampakan dirinya
adalah anak dari tetangga sebelah yang hilang dan belum
ketemu sampai saat ini. Mama dan aku punya firasat
kalau anak itu sudah meninggal dan mama memintaku
untuk berkomunikasi dengannya. Tapi permintaan mama
langsung ditolak oleh papa karena papa takut akunya
kenapa-kenapa.
Tapi sosok itu terus menghantuiku sampai-sampai
dia menghantuiku di rumahku sendiri.
“Mamaaaaaa.”
“Iya Nay, kamu kenapa?”
“Ma, dia di sini di depan jendela Ma!”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 66

Mama mendengar itu, mama mulai takut karena
hari ini papa pulang malam.

“Kamu jangan bercanda Nay.”
“Iya Ma. Nay tanyain ya Ma kenapa dia ngikuti Nay
terus.”
“Jangan Nay, nanti kamu kenapa-kenapa gimana?”
“Nggak papa Ma. Mama doain aja.”
Aku langsung beranjak dari dudukku dan
mendatangi sosok itu. Ternyata benar, dia anak tetangga
sebelah yang telah hilang karena dia pergi dari rumah.
Dia pergi meninggalkan rumah karena salah pergaulan
dengan anak-anak yang pergi tanpa tujuan. Dia menyesal
tidak mendengarkan orang tuanya, meninggalkan orang-
orang yang disayangi hanya ingin merasakan kebebasan
dan pengakuan kalau dia tidak kuper.
Dia begitu menyesal dan berpesan padaku, untuk
menyampaikan kepada orang tuanya kalau dia sudah
tidak bisa bertemu keluarganya lagi dan meminta maaf
kepada kedua orang tuanya karena tidak bisa memenuhi
keinginan orang tuanya. Dia meminta doa agar dia bisa
kembali ke jalan Allah lagi.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 67

Setelah dia menyampaikan pesannya, dia
langsung pergi ke tempat yang memang seharusnya
untuk dia. Dan aku langsung menyampaikan kepada
mama dan mama mengajakku pergi ke tetanggaku untuk
menyampaikan pesan dari anaknya yang sudah
meninggal itu. Orang tuanya begitu terpukul tapi mereka
mencoba untuk ikhlas dan sabar atas cobaan yang telah
mereka alami.

Sejak kejadian itu, aku sudah tidak pernah melihat
sosok itu lagi. Mungkin dia sudah bahagia di sana dan
sudah tenang. Inilah sekelumit kisah tentang seorang
indigo seperti aku. Indigo itu bukan keanehan tetapi itu
adalah keistimewahan.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 68

PIDATO UNTUK AYAHKU

Oleh Diar Rahmawati

Aku adalah anak yang terlahir di keluarga yang
sederhana. Ayahku bekerja sebagai tukang mebel.
Sedangkan Ibuku sebagai ibu rumah tangga. Sejak kecil
aku memang kurang bisa bergaul dengan orang lain.
Waktu SD sampai SMP, aku tidak mempunyai teman
karena memang aku orang yang pendiam. Aku selalu
diejek dan dipanggil gajah oleh temanku. Tetapi, aku cuek
dan tidak menaggapi omongan temanku. Waktu
bersekolah di SMA Merdeka, aku berbeda dengan yang
dulu dan menjadi lebih baik. Aku lebih percaya diri karena
mengikuti OSIS dan ekskul Bahasa Inggris.

Sewaktu pulang sekolah, aku dipanggil guru
Bahasa Inggris.

“Dir, kamu jangan pulang dulu ya!” kata bu guru.
“Baik Bu,” sahutku.
Setelah aku menunggu di ruang kantor guru, tak
lama bu guru datang menemuiku. Terjadi percakapan
yang serius.
“Ada apa Bu?” tanyaku.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 69

“Selamat Dira kamu akan mewakili sekolah kita
sebagai peserta lomba pidato Bahasa Inggris tingkat
nasional,” kata bu guru.

“Wah ... ini beneran Bu?” tanyaku.
“Ya,” kata bu guru.
“Alhamdulillah,” aku sangat senang.
Setelah tiba di rumah, aku langsung memberitahu
kepada ibu dan ayahku yang waktu itu sedang libur
bekerja.
“Bu, Yah, Dira ditunjuk sekolah sebagai wakil
lomba pidato Bahasa Inggris tingkat nasional,” kataku.
“Alhamdulillah Nduk,” sahut ayah.
“Jangan lupa latihan dan berdoa ya Nduk,” ibu
menimpali.
Setelah berminggu-minggu latihan, tibalah hari
lomba pidato Bahasa Inggris tingkat nasional. Aku sangat
percaya diri, walaupun sedikit agak gugup. Ayah yang
ada di sebelahku selalu memberikan semangat.
“Kalau gugup tarik nafas Nduk,” kata Ayah.
MC sedang bersiap-siap memanggil peserta
selanjutnya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 70

“Okay, peserta selanjutnya dari SD Merdeka yaitu
Dira Lestari,” kata MC.

Aku mendengar namaku dipanggil, maka aku pun
langsung naik ke panggung.

Di panggung aku lancar berpidato walaupun
terlihat sangat gugup. Tanganku bergetar karena
disaksikan oleh banyak orang. Setelah selesai aku turun
dari panggung dan langsung memeluk ayahku.

Akhirnya pemenang lomba akan segera
diumumkan, semua peserta termasuk aku juga ikut
berkumpul di depan panggung. Dag, dig, dug hatiku
sangat berharap dan cemas saat menunggu
pengumuman. Juara III dan II sudah diumumkan, tinggal
juara I.

“Untuk juara I adalah dari SMA Merpati yaitu Siska
Rahmawati,” panitia mengumumkan.

Mendengar pengumuman itu, aku tampak sedih
dan tidak bersemangat.

“Ayah bangga kepadamu Nduk,” kata ayah sambil
memelukku.

Sepulang acara, ibu menanyakan hasil lomba
pidato.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 71

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 72

“Bagaimana Nduk?” tanya ibu.
“Masih belum diberi kesempatan untuk menang
Bu,” kataku.
“Gapapa Nduk, Ibu sudah senang dan bangga
sama kamu,” sahut ibu.
“Iya Bu, terima kasih. Mungkin Dira harus lebih
tekun berlatih lagi,” kataku.
Di sekolah, teman sekelasku marah karena
menurut mereka aku nggak layak menjadi perwakilan
sekolah untuk mengikuti lomba pidato.
“Gara-gara siapa nih. Tahun ini sekolah kita nggak
juara lomba pidato. Padahal tahun sebelum-sebelumnya
kan kita menang terus,” kata temanku.
Ketika mendengar percakapan teman-temanku,
aku menahan marah dan memeras kertas yang ada di
tanganku. Kemudian, bu guru datang dan segera teman-
temanku duduk di tempatnya masing-masing.
Sewaktu di rumah, aku duduk di teras sambil
merenung apa yang dikatakan teman-teman. Ayah datang
dan memecah lamunanku.
“Kenapa duduk di luar sendiri, Nduk?” tanya ayah.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 73

“Nggak Yah, cuman pingin melihat pemandangan
di luar saja,” jawabku.

“Baiklah, setiap orang pasti mengalami kegagalan.
Itu adalah ujian Allah apakah kita menyerah atau tidak,”
kata ayah menasihatiku.

“Iya Ayah, aku tidak akan menyerah begitu saja,”
kataku.

Ketika waktu istirahat, aku melihat teman-temanku
berbondong ke arah papan pengumuman. Sepertinya ada
informasi yang sangat menarik. Di papan pengumuman
tertempel brosur lomba pidato yang akan diadakan
seminggu lagi.

“Ada info apa nih!” cetusku.
“Tuh, ada lomba pidato. Pemenangnya bisa keluar
negeri,” tandas temanku.
Seketika itu, aku langsung tertarik dan ingin
membacanya sendiri. Ketika aku membaca pengumuman
itu sendiri dalam hatiku berkata, “Aku harus bisa menjadi
pemenang dalam lomba itu.”
Setelah sekian lama akhirnya aku mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti lomba pidato lagi. Lomba
yang diadakan salah satu universitas ternama merupakan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 74

hal yang paling berharga. Apalagi ini merupakan agenda
tahunannya. Selain itu, pihak universitas juga
memberikan kesempatan bagi pemenang untuk belajar
keluar negeri. Aku sangat berharap sekali dengan lomba
ini. Belajar keluar negeri adalah impian terbesarku.

Anak-anak berbaris mendaftar lomba pidato
tersebut. Nina sahabatku dia juga berbaris mengantri
mengambil formulir pendaftaran.

“Dir, kamu nggak minta formulir pendaftaran?”
tanya Nina.

“Aku masih belum izin kepada kedua orangtuaku
Nin,” jawabku.

“Kamu ambil formulirnya aja dulu terus nanti lihatin
ke orangtuamu. Mereka setuju atau tidak,” kata Nina.

“Memangnya gapapa ambil formulir aja?” tanyaku.
“Tadi aku sudah tanya ke panitianya. Katanya
boleh mengumpulkan formulir pendaftarannya besok,”
sahut Nina.
Lalu aku mengantri pas di belakang Nina.
Setelah sampai paling depan aku mengambil formulir
beserta brosur lomba acara tersebut.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 75

Pulang sekolah, aku menyodorkan kertas formulir
beserta brosurnya ke ayahku.

“Apa ini?” tanya ayah.
“Lomba pidato, Yah. Pemenangnya bisa belajar ke
luar negeri.”
“Wah ... bagus itu. Tampilkan yang terbaik Nduk.”
“Iya, Yah. Aku harus menampilkan yang terbaik.”
Di kamar, aku langsung mengisi formulir tersebut.
“Bismillahirrahmannirrahim,” aku sambil menulis
formulirnya.
Aku mengangguk sambil meyakinkan hatiku kalau
aku pasti bisa dan menampilkan yang terbaik.
Paginya aku langsung mengumpulkan formulir ke
panitianya.
“Kak, apa tema yang harus diangkat?” tanyaku.
“Kami membebaskan temanya, Dek dan untuk
naskah pidatonya di kumpulkan H-7 hari,” jawab panitia.
“Terima kasih, Kak.”
Besok paginya waktu jam istirahat, aku dan Nina di
kelas. Sedangkan teman sekelasku semuanya di kantin.
Ketika aku menulis pidato, Nina bertanya kepadaku.
“Dir, temamu tentang apa?”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 76

“Tema pidatoku tentang Upaya Melestarikan
Lingkungan.”

“Ohh. Kalau kamu apa?” tanyaku balik.
“Ini aku juga masih mikir.”
“Fighting,” aku menyemangati sahabatku.
Aku melanjutkan menulis pidato dengan serius.
Tidak terasa naskah pidatoku sudah selesai.
Ketika aku kembali dari toilet. Naskah pidatoku
sudah tidak ada di meja. Aku masih ingat sekali sebelum
aku ke toilet, di kelas ada Nina. Sekarang Nina sudah
tidak ada di kelas. Bel berbunyi, semua anak masuk ke
kelas. Aku melihat Nina masuk yang paling akhir ke kelas.
Waktu pulang sekolah aku langsung menanyakan
ke Nina.
“Nin, Kamu tahu naskahku?”
“Lho, kamu menuduhku membawa naskahmu?”
“Nggak Nin. Aku cuman tanya. Sewaktu aku tinggal
ke toilet hanya ada kamu di kelas.”
“Aku nggak tahu,” Nina berlari dan
meninggalkanku.
“Aku yakin Nina tahu yang mengambil naskahku.”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 77

Apa dia yang mengambil naskahku. Astagfirullah.
Aku ini kenapa?!

Di rumah, aku bercerita kepada ayahku tentang
kejadian di sekolah.

“Nggak boleh su’udzon. Ya buat lagi aja.”
Setelah berpikir ngapain aku menuduh orang lain,
apalagi itu sahabatku sendiri. Mending aku membuat lagi
dengan tema yang berbeda dan lebih menarik. Aku
membuat naskah semalaman karena deadline besoknya
harus dikumpulkan. Suara adzan terdengar aku pun
terbangun, sholat, dan mempersiapkan peralatan
sekolahku.
Di sekolah, aku mengumpulkan naskah pidato ke
panitia. Di sebelahku ada Nina yang juga mengumpulkan
naskahnya. Ketika aku lihat naskah Nina, sepertinya aku
pernah baca sebelumnya. Ternyata naskah Nina adalah
punyaku yang aku buat kemarin. Ketika Nina tahu kalau
aku melihat selintas naskahnya dia langsung berlari. Aku
mengejarnya dan aku raih tangannya.
“Kenapa kamu melakukan itu Nin?” tanyaku.
“Kenapa? Aku juga mau jadi pemenangnya,” kata
Nina.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 78

“Jadi, kamu menggunakan kecurangan agar
menjadi pemenangnya. Nggak Nin. Lihat aja besok waktu
pentas,” kataku.

Akhirnya waktu perlombaan pun tiba. Aku ditemani
oleh ayahku ke tempat yang sudah disediakan. Ketika aku
melihat Nina, aku merasa marah dan jengkel.

“Fokus sama pidatomu sendiri ya Nduk,” ayah
menashatiku.

“Okey Yah.”
Setelah menunggu lama, namaku dipanggil. Inilah
waktunya menampilkan yang terbaik di hadapan semua
orang. Kebiasaanku sebelum naik panggung, aku
mencium tangan ayahku dan meminta doa. Kemudian
aku langsung naik panggung. Aku berpidato dengan
lancar dan sesekali tepuk tangan penonton di tengah
pidatoku menambah semangatku. Aku melihat wajah
ayah kali ini berbeda, dia sangat bangga.
Pengumuman pemenang pun segera tiba. Panitia
segera mengumumkannya.
“Juara I untuk acara lomba Pidato Bahasa Inggris
tahun ke-5 yaitu Dira Lestari dari SMA Merdeka.”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 79

Mendengarkan hasil lomba tersebut aku dan ayah
sangat senang.

“Untuk para pemenang silahkan naik ke
panggung,” kata panitia.

Aku pun langsung naik dan menerima hadiahnya.
Dari atas aku melihat ayah sedang menangis. Mungkin
karena aku akan ke luar negeri.

Di rumah aku langsung berlari ke ibu dan
memberitahu kalau aku menjadi juara I dan akan belajar
ke luar negeri. Ibu waktu itu seketika berubah wajahnya
menjadi sedih.

“Ibu dan Ayah, ndak kenapa-kenapa kan? Dira
sangat senang karena menang juara lomba pidato dan
bisa belajar keluar negeri,” kataku.

Ibu dan ayah hanya bisa tertunduk dan menangis
haru.

“Ayah dan Ibu senang karena mimpi kamu bisa
tercapai. Tapi kita juga merasa sedih karena harus
berpisah denganmu,” kata ibu.

“Ayah dan Ibu, demi aku. Mohon bersabarlah,”
pintaku.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 80

“Demi kamu, Nduk. Ibu dan ayahmu berdoa terbaik

untuk kamu,” kata ibu.

Setelah lulus SMA, aku belajar ke luar negeri untuk

melanjutkan sekolah. Selama sekolah di sana, aku fokus

belajar agar bisa lulus kurang dari 4 tahun. Banyak

rintangan yang aku lewati waktu sekolah di luar negeri.

Selama belajar di sana, aku tidak bisa menghubungi

orangtuaku karena memang aku tinggal di asrama.

Setelah 3,5 tahun selesai sekolah, berita duka

menghampiriku. Pihak asrama memberitahuku, kalau

ayah meninggal dunia karena sakit yang dialaminya.

Memang ayahku sebelum aku berangkat ke luar negeri,

beliau memang sakit. Ayah selalu menghantarkanku ke

beberapa lomba tanpa letih, padahal beliau sakit. Rasa

sakitnya tidak dirasakan demi cita-cita anaknya.

“Innalillahi wainna ilahi roji’un,” kataku.

Lututku lemas dan aku pun terjatuh. Aku menangis

terisak-isak membayangkan wajah ayah.

“Ya Rabb. Maafkan hamba karena tidak bisa menjaga

ayah.”

Sewaktu wisuda, namaku dipanggil oleh rektor

kampus untuk naik ke panggung. Seketika itu, aku tidak

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 81

bisa menahan rasa sedihku. Ayahku yang selama ini
berkorban mengantarkanku ke tiap-tiap lomba. Sekarang
ini tidak bisa datang ke wisudaku. Aku hanya bisa
mengirimkan doa di setiap sujudku dan ini adalah
persembahan pidato untuk ayahku.

“Terima kasih Ayah. Ayah sebagai
penyemangatku. Ayah selalu rela berkorban untukku.
Lelah dan letihmu menjadikanku sekarang ini. Ayah pasti
tahu kalau Dira sangat sayang sama Ayah. Walaupun
engkau ada di sisi-Nya, aku tahu Ayah pasti
mendengarnya. Ayah pasti bangga denganku. Sekali lagi
terima kasih Ayah. Aku yakin, kelak Dira akan bertemu
dengan Ayah. Untuk teman-temanku yang hari ini kedua
orangtuanya lengkap. Berterima kasihlah kepada mereka
dan, beritahulah mereka kalau kita sayang kepada
mereka.”

Semua hadirin merasakan apa yang aku rasakan,
semuanya terharu.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 82

TAKUT PADA TUHAN BUKAN MANUSIA

Oleh Widia Astuti

Jingga, senyummu siratkan isi hati yang mudah
kuterka. Kita memulainya bersama dari awal, tanpa
modal, dan hanya tekad yang kuat seperti karang.
Berbekal janji Tuhan yang selalu kita agungkan.

Hidup bersamamu adalah pilihan dari sekian
pilihan, yang pasti kutahu kamu terbaik. Hidup kita untuk
masa depan, tidak berfoya–foya seperti mereka yang
seusia kita. Sama–sama bekerja untuk membangun
istana penuh makna. Menjaga amanah dan menjadi jujur
agar terlihat mulia, di mata Tuhan tentunya.

Jingga, langit seakan melihat peluhmu. Kini jarak
tempatmu mencari nafkah lebih jauh, berpuluh kilometer
dari rumah.

Pagi ini wajahmu ceria, "Jangan lupa sarapan ya,”
kataku.

Anggukan penuh semangat ketika kamu melihat
menu sarapan yang kumasak pagi ini. Menurut ceritamu
kemarin, Pak Manajer yang rasis itu sudah resign.
Perusahaan menanggung utang ratusan miliar karena dia.
Kabarnya dia tidak mengundurkan diri, tapi dipecat.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 83

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 84

Baru aku ingat beberapa bulan lalu kamu bercerita,
semua staf di divisimu naik jabatan karena
rekomendasinya, sedang kamu bertahun- tahun
mengabdi sejak perusahaan ini lahir kamu kamu tidak
mendapatkan hakmu, terkesan tidak adil.

Lalu sekarang, dia yang menyakitimu itu entah
dengan sengaja atau tidak, justru nasibnya tidak lebih
baik darimu. Mungkin ini namanya keadilan yang
datangnya dari Tuhan, bukan manusia.

Jingga, sekian hari penuh cerita. Sekarang
manajermu lebih santun sikapnya dan bertanggung jawab
katamu. Tenang mendengar ceritamu kali ini. Tapi ada
lagi cerita, tentang direktur yang datang dan pergi silih
berganti. Tidak ada yang setia, hanya mencari berita.

Darimu, mereka mengorek segala informasi
tentang perusahaan tempatmu mencari nafkah.
Memandangmu sebagai orang yang tahu tentang
perusahaan, karena tidak ada pegawai lama yang
bertahan sampai detik ini.

Memberi janji, segala teori, dan argumentasi
bagaimana memajukan perusahaan. Namun, semua
seperti fatamorgana. Mereka semua berakhir dengan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 85

mutasi, karena tidak ada kekuatan untuk memperbaiki.
Lebih dari enam orang direktur berganti, dirimu dekat
dengan semua. Tapi, di saat semua promosi jabatan,
berebut kekuasaan, dan berbagi bonusan, dirimu hanya
menjadi penonton.

Lagi, dan lagi aku berucap padamu. Sabarlah,
sungguh Allah akan memberi rejekinya di saat yang tepat.
Bekerjalah dengan mulia, kerena rezeki tidak datang dari
manusia tapi dari yang kuasa.

Jingga, sekian kalinya kamu bercerita. "Tadi ada
kontraktor bawa uang dalam amplop, sepertinya itu uang
dolar, setebal ini," katamu sembari menirukan dengan
tangan setebal apa uang dalam amplop itu padaku.

Kamu bilang setelah proyek pengurukan kemarin
berhasil, mereka sepertinya ingin menyuapmu. Tapi,
hatimu tak pernah gentar. Sungguh aku kagum dengan
pendirianmu yang kuat itu.

Tidak sedikit pun kamu biarkan anak istrimu
menerima uang yang bukan hakmu. Bukan kali ini saja
cerita macam ini aku dengar darimu. Berulang kali, dari
yang hanya sekedar kiriman pulsa hingga rekanan yang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 86

meminta nomor rekeningmu. Sungguh rezeki halal itu
datangnya dari Tuhan, bukan manusia.

Jingga, sampai pada hari ini. Betapa bahagianya
aku, satu pesan whatsapp yang berisi tentang kabarmu.
Ada namamu, diantara sekian daftar supervisor.

"Aku dapat kesempatan ikut assesment
supervisor," katamu dengan mata berbinar ketika aku
menyambutmu pulang kerja. "Ya Allah, inilah jawaban
dari segala doa yang kupanjatkan,” bisikku dalam hati
sambil memelukmu.

Inilah buah kesabaran, kesetiaan, dan loyalitasmu.
Kamu mendapat apa yang disebut keberkahan, yang
datangnya bukan dari manusia tapi dari Tuhan. Setiap hal
seharusnya memang dilakukan dengan dasar takut pada
Tuhan. Rasa takut yang mampu membuat manusia lebih
mulia dihadapan Tuhan, bukan manusia.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 87

MERAH PUTIH

Oleh Debby Kristine

Sedari kecil Ayah sering mengajakku menyaksikan
pengibaran bendera merah putih setiap pada tanggal 17
agustus. Saat kakak-kakak pengibar melangkahkan
kakinya serentak bersama menuju tiang yang berada di
tengah lapangan dengan disaksikan oleh beribu pasang
mata, ayah selalu berpesan mengungkapkan motivasi.

“Dea, liat kakak-kakak itu, besok kalo sudah besar
jadi seperti mereka, jaga dan bawa bendera merah putih,”
ujar ayah padaku.

Ayah juga sering kali menceritakan kepadaku
bagaimana perjuangan pahlawan dahulu yang berusaha
untuk mengibarkan sang saka bendera merah putih. Saat
itulah aku memutuskan untuk giat mengikuti ekstra
kulikuler paskibra di sekolah.

Seiring dengan berjalannya waktu, saat aku duduk
dibangku SMA kelas sembilan, aku terpilih sebagai
perwakilan sekolah untuk masuk dalam pemilihan
pasukan anggota pengibar bendera se-kota Surabaya.
Hari demi hari aku lalui bersama pelatih paskibra
sekolahku untuk berlatih dengan benar, agar

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 88

penampilanku bisa lebih bagus dan lolos menjadi anggota
pengibar bendera.

Ini adalah pengalaman pertamaku mengikuti seleksi
anggota pengibar bendera merah putih kota surabaya.
Hingga pada akhirnya hari itupun tiba, pagi 01 Juni 2000.

“Dea, bangun sudah azan subuh, hari ini adalah hari
seleksi pertamamu,” teriak mama dari luar kamar.

“Iya ma, aku sudah bangun,” sahutku.
“Lekas mandi, sholat Subuh, berdoa kepada Allah
agar dimudahkan usahamu, nak,” pesan mama padaku.
Segera aku menuju kekamar mandi, melakukan
semua rutinitas dan kewajiban beribadahku. Tak lupa juga
aku berdo’a :
‫ ِﺑ َر ْﺣ َﻣ ِﺗ َك َﻗ ﱡﯾ ْو ُم ﯾَﺎ َﺣ ﱡﻲ ﯾَﺎ‬،‫َط ْر َﻓﺔَ َﻧ ْﻔ ِﺳ ْﻲ ِإﻟَﻰ ﺗَ ِﻛ ْﻠ ِﻧ ْﻲ َوﻻَ ُﻛ ﱠﻠﮫُ َﺷﺄْﻧِ ْﻲ ِﻟ ْﻲ َوأَ ْﺻ ِﻠ ْﺢ أَ ْﺳﺗَ ِﻐ ْﯾ ُث‬

‫أَﺑَدًا َﻋ ْﯾ ٍن‬

Artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb
Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan
rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala
urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun
sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu
selamanya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 89

Dengan penuh keyakinan dan berpasrah terhadap
Allah, aku melangkahkan kaki mengikuti setiap tahapan
seleksi pemilihan anggota paskibra kota surabaya.
Syukur, Allah mengizinkanku lolos 100 siswa terpilih dari
jumlah 1000 siswa SMA se-Surabaya yang turut hadir
mengikuti seleksi.

Berhari-hari aku ikuti latihan dengan teman-teman
yang berhasil lolos dalam seleksi dilatih oleh pelatih
handal yang menjadi panutan kami. Sehari sebelum
tanggal 17 Agustus, aku dan teman-temanku masih
berlatih untuk penampilanku besok. Bahkan sampai
malam sekalipun, dan terlalu semangat untuk latihan.
Alhasil, aku lebih memilih untuk istirahat. Tiba-tiba,
pelatihku datang dan menghampiriku yang sedang duduk
di dekat lapangan.

"Jangan dipaksakan, istirahat saja dulu," sarannya.
Kemudian ia memberiku minuman botol.
"Dea, kalau kamu memang semangat untuk tampil
besok, kenapa latihan harus sampai malam gini? Teman-
temanmu pun juga demikian," tanya Pak Pelatih.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 90

"Tidak apa pak, saya hanya berharap masih dapat
melihat bendera tetap berkibar, walau udah 100 tahun
merdeka," ujarku.

"Kenapa bilang gitu?" tanyanya.
"Karena saya takut jika bendera Indonesia akan
tergantikan oleh bendera lain. Bendera merah putih itu
sama juga dengan janjiku. Saya harus berjanji pada tahun
2020 nanti, saya bisa memegang bendera merah putih itu
lagi," gumamku dengan rasa penuh kenyakinan.
"Kenapa kamu harus cinta dengan bendera merah
putih?" tanyanya kembali.
"Karena, saya cinta tanah air. Jadi saya harus
cintai dan hargai bendera Negara kita sendiri."
Sambil tersenyum lebar dengan mata sedikit
berbinar, Pak Pelatih mengatakan "Baiklah, semangat
yah, Dea. Besok harus tampil maksimal, jangan kecewain
Bapak. Oke?" ujar menyemangatiku.
"Oke, Pak. Mengerti," jawabku lega.
Setelah seharian latihan, akhirnya tanggal 17
Agustus tiba. Dengan memakai baju putih paskibra, aku
siap untuk penampilanku. Pada upacara yang
dilaksanakan di Kota Madya Surabaya, aku tampil

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 91

sebagai pengibar bendera merah putih yang tugasnya
adalah pembawa nampan yang berisikan bendera merah
putih.

Dengan cekatan, aku berjalan beriringan menuju
tiang bendera. Aku tak boleh sia-siakan momen
bersejarah ini, walau kram di lenganku semalam masih
terasa sampai saat ini.

Pelatihku yang terus melihatku, agak cemas
padaku, pelatih terus memegang tangannya seraya
gugup. Aku tetap berjalan menghentakkan kakiku
beriringan menuju tiang bendera, dan aku pun sampai di
tiang bendera. Dan proses pemasangan bendera pun
dimulai.

Teman-temanku berusaha untuk memasang
bendera dan tak boleh sembarangan kalau
memasangnya, karena bendera merah putih memiliki nilai
yang tinggi bagi Rakyat Indonesia. Setelah kurang lebih
satu menit memasang bendera, akhirnya bendera pun
naik.

"Bendera siap!" ucap temanku dengan lantang saat
pengibaran bendera merah putih.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 92

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 93


Click to View FlipBook Version