The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by vivisulviana, 2021-10-30 03:34:31

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

Keywords: gendissewuberkarya,antologitahucampurteenlitversion,pahlawanyangterlupakan

kondisinya sudah membaik dan sudah bisa berjalan,
meskipun masih terpincang-pincang.

***
“Hai … mau maling apa kamu?”
“Tetap di situ … jangan lari kalau enggak ingin
mati!”
Tiba-tiba terdengar terikan dari arah pintu.
beberapa senter disorotkan ke arah tubuhnya, tepatnya
ke arah kepalanya. Bajuri tampak terperanjat. Ditutupnya
laci meja dan dimasukkannya amplop lusuh itu ke
kantong celananya. Semula ia bermaksud lari, tapi
diurungkan. Bahkan menengok ke belakang pun tidak jadi
ia lakukan. Ia menyadari kesalahannya, masuk bangunan
tanpa izin. Apalagi ini ruangan kantor.
“Maaf Pak …”
Belum sempat Bajuri menoleh dan melanjutkan
kata-katanya, tiba-tiba tubuhnya serasa ditabrak oleh
kereta api, terjerembab jatuh di bawah meja. Dalam posisi
tengkurap dan belum sepenuhnya sadar tubuhnya ditarik
dari kolong meja dan punggungnya serasa ditindih
sesuatu yang berat, juga kepalanya tidak bisa digerakkan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 144

karena ada sepatu boots yang menginjaknya. Tidak
cukup disitu, kedua tangannya ditarik kebelakang dan
lengannya terasa sakit ketika borgol besi dipasang secara
paksa di pergelangan tangannya. Kedua kakinya juga
diikat dengan seutas kabel charger HP yang kebetulan
ada di ruangan itu.

“Maaf Pak, saya bukan maling!” teriak Bajuri sambil
menahan sakit. Suaranya parau karena tenggorokannya
tersumbat sehingga sulit bernapas.

“Halah, biasa, maling mana yang mau mengakui
perbuatannya!” kata salah seorang petugas keamanan
sambil menekan sepatu bootsnya ke kepala Bajuri yang
tengah tengkurap di lantai. Sedangkan di atas
punggungnya, duduk dua orang sambil memegang
tangannya yang sudah terborgol. Padahal tanpa dipegang
pun Bajuri sudah kesulitan menggerakkan tangannya.

“Ambil apa kamu?”
“Bawa ke pos saja!”
“Halah kita hajar dulu di sini.”
“Bukan apa-apa, sudah jam setengah enam, kita
harus menyiapkan peresmian!”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 145

Terdengar suara masing-masing petugas
keamanan itu saling berbantah. Bajuri hanya diam. Entah
karena ketakutan atau karena menahan sakit yang luar
biasa karena belakang kepalanya diinjak sepatu boots.
Apalagi kedua tangannya juga dipelintir ke belakang
dengan borgol besi di pergelangannya. Sesekali kedua
orang yang duduk di punggungnya juga memukulkan
tongkat karet di bahunya.

Bajuri merasa lega ketika sepatu boots itu turun
dari belakang kepalanya, disusul kemudian dua orang
yang menduduki punggungnya berdiri. Badannya seperti
terlepas dari cengkeraman harimau. Namun hanya
sebentar Bajuri merasa lega.

“Telentang kamu maling!” teriak satu diantara
penjaga itu sambil menendang keras samping tubuhnya.
Tidak hanya satu kali, tapi beberapa kali. Tidak ada satu
kalimat pun yang keluar dari mulutnya, selain suara
erangan kesakitan. Rasa sakit yang luar biasa dirasahan
seluruh tubuh Bajuri, apalagi rusuk dan lututnya habis
dioperasi. Dunia terasa berputar dengan cepat. Wajah
Ansori, sahabatnya, terus berkelebat. Lalu mendadak

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 146

semuanya menjadi gelap ketika sepatu boots itu
menendang kepalanya.

Tiga orang penjaga itu baru menghentikan aksinya
ketika tubuh laki-laki yang menurut mereka maling itu
tidak bereaksi apa-apa. Tidak ada lagi erangan, bahkan
ketika mereka sekali lagi menyuruh terlentang, laki-laki itu
hanya terdiam, tidak bergerak sama sekali.

Salah seorang dari mereka berinisiatif
membalikkan tubuh pria di depannya yang tengkurap
tidak berdaya. Tentu saja dengan sepatu boots dan
dengan senter masih menyala, mengarah ke kepala yang
berlumuran darah. Salah seorang diantaranya juga
menyalakan lampu-lampu ruangan yang tadi remang-
remang. Kini ruangan itu menjadi terang benderang,
apalagi di luar bangunan juga cahaya pagi mulai terlihat.

Ketika tubuh orang yang mereka anggap maling
dan kondisinya tidak sadar itu akhirnya terlentang mereka
bertiga terkejut. Meskipun ada darah di wajahnya, wajah
pria yang terbaring di depannya sangat mereka kenal.
Lelaki itulah yang kemarin pagi mereka usir dari halaman
gedung karena tetap ingin masuk ke bangunan yang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 147

siang nanti akan diresmikan, meskipun sudah mereka
larang.

“Lho, orang ini kan yang kemarin kita usir!” kata
seorang penjaga sambil mendekatkan senter ke wajah
Bajuri, walau tanpa senterpun wajah itu sebenarnya
sudah terlihat jelas karena cahaya lampu ruangan.

“Masya Allah!, kok nekat sekali orang ini masuk.
Apa yang dia cari sebenarnya?” kata salah seorang dari
mereka sambil menggerayangi tubuh pria separo baya
yang masih terbaring pingsan. Tidak ditemukan apa-apa,
hanya sebuah dompet dan selembar amplop coklat lusuh.
Ketika dompet itu dibuka hanya berisi KTP, SIM A, SIM C,
satu lembar ATM dan beberapa lembar uang yang jumlah
keseluruhannya tidak sampai lima ratus ribuan. Lebih
terkejut lagi ketika mereka membaca identitas di KTP
maupun SIM yang ada di dompet tersebut.

Nama : Mohamad Bajuri
Tempat/Tanggal Lahir: Nganjuk 10 November 1975
Mereka mengenal nama itu karena atasan mereka
waktu apel kemarin sore sempat menyinggung dua nama
yang menjadi korban kecelakaan kerja. Bahkan atasan
mereka juga menyebut nama Ansori yang menjadi korban

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 148

meninggal dunia. Rupanya kejadian kecelakaan kerja
yang mengakibatkan meninggalnya Ansori menjadi bahan
pelajaran bagi seluruh pegawai akan pentingnya memakai
alat pengaman keselamatan kerja.

“Sebentar, orang ini kemarin mengatakan ingin
masuk karena ingin mencari surat yang tertinggal di
dalam gedung. Katanya surat temannya yang tertinggal.”
kata salah satunya sambil membuka amploh lusuh yang
tidak tertutup dengan sempurna. Rupanya amplop itu
pernah dibuka sebelumnya. Ketika isinya dikeluarkan ada
beberpa barang. Sejumlah uang ratusan dan lima puluhan
ribu. Jumlahnya sekitar dua jutaan. Sebuah cincin emas
yang masih terbungkus plastik lengkap dengan nama toko
emas penjualnya dan selembar kertas yang rupanya
sebuah surat pendek. Merekapun membaca tulisan yang
ada di kertas tersebut.

Assalamualaikum
Bu, HP ku hilang hari minggu kemarin di kamar
kontrakan. Belum beli gantinya karena uangnya lebih baik
untuk biaya kelahiran anak pertama kita saja. Aku minggu
ini enggak pulang karena lembur bareng sama Lek Bajuri.
Insya Allah minggu depan, sekalian persiapan kontrol ke

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 149

dokter. Beberapa hari terakhir aku sering lembur. Aku
habis dapat arisan. Uangnya tak titipkan Mas Joyo yang
rumahnya Mojoarum. Katanya akan diantar anaknya ke
rumah. Tolong jaga Ibu. Oh ya, sekalian ini aku ada
usulan nama untuk calon bayi kita. Kalau laki-laki
namanya: Ghibran Putra Ansori; kalau perempuan
namanya: Farisha Putri Ansori. Itu kalau kamu setuju.
Kalau enggak cocok nanti kita cari nama lain.

Hati-hati, jaga kandunganmu.
Salam dari aku. Suamimu Ansori

“Masya Allah!” berarti surat inilah yang dicari orang
ini,” kata penjaga satunya. Kali ini suaranya bergetar,
bahkan terdengar seperti penyesalan.

***

Meskipun tidak pernah tahu isinya, Bajuri yakin
amplop yang dititipkan sahabatnya untuk isterinya di
kampung pasti sesuatu yang penting. Makanya dia
merasa berdosa ketika kehilangan amplop itu, meski
kejadiannya tidak disengaja. Menurut teman-temannya

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 150

amplop itu ada di meja kepala bagian administrasi yang
sedang cuti ke luar negeri. Sebenarnya kemarin siang
Bajuri ingin ketemu dengan pegawai administrai
menanyakan keberadaan amplop itu, tetapi dia tidak
diizinkan dengan alasan semua pegawai tidak bisa
diganggu karena sedang menyiapkan acara peresmian.
Padahal menurut informasi, isteri almarhum Ansori akan
segera melahirkan dalam akhir minggu ini. Bajuri ingin
titipan almarhum sahabatnya itu segera sampai ke tangan
isterinya.

Bajuri tidak tahu bahwa sebenarnya amplop coklat
itu akan dititipkan ke Mas Joyo, teman Ansori yang
bekerja di rumah makan siap saji di samping bangunan di
mana Bajuri sedang mengerjakan proyek. Kebetulan Mas
Joyo yang berasal dari Mojoarum, sebuah desa yang
berada tidak jauh dari desa asal Ansori, akan pulang
kampung. Mereka sudah janjian bahwa Mas Joyo
sebelum pulang ke kampung akan mampir ke lokasi
proyek dimana Ansori sedang lembur, untuk mengambil
titipan itu. Tapi belum sampai Mas Joyo datang,
kecelakaan itu terjadi dan Ansori dengan segala
firasatnya kemudian menitipkan amplop itu ke Bajuri.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 151

***

Tahu bahwa orang yang mereka sangka pencuri itu
ternyata bekas tukang yang bekerja di proyek, sama
dengan dirinya, tentu saja tidak berniat mencuri karena
hanya ingin mencari amplop titipan sahabatnya, ketiga
penjaga itu tampak panik, atau lebih tepatnya menyesal.

Sementara Bajuri masih tergolek pingsan, ketiga
penjaga itu menjauh. Di luar ruangan mereka berembuk,
intinya mereka harus segera melepas pria itu agar tidak
menimbulkan masalah. Apalagi siang nanti pemilik
gedung, penyewa ruangan dan banyak tamu undangan
akan datang untuk acara peresmian gedung pencakar
langit ini. Pasti mereka tidak ingin mendengar ada kasus
ini. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 05.40 WIB,
sebentar lagi atasannya akan sidak. Juga penjaga-
penjaga yang lain yang shift siang akan segera datang.

Akhirnya tubuh Bajuri yang masih belum sadar itu
dipapah ke ruang pos penjagaan di halaman samping
gedung. Terlebih dulu mereka melepas borgol di
pergelangan tangan dan menyeka darah yang keluar dari
atas mata dan hidungnya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 152

Ketika sampai di pos penjagaan sebenarnya tubuh
Bajuri tampak sudah bergerak, pupil matanya setengah
terbuka, kepalanya tampak digeleng-gelengkan dan
tangannya ditaruh di dadanya. Hanya sebentar kemudian
matanya terpejam kembali. Setelah hampir satu jam
Bajuri memejamkan matanya, kesadarannya mulai pulih.
Diangkatnya kedua tanganya. Sudah tidak ada borgol.
Ketiga penjaga itu lega karena orang yang habis mereka
“aniaya” telah sadar.

“Sudah sadar Pak? Tolong duduk dulu, saya
ambilkan minum,” kata salah seorang penjaga yang
wajahnya sangat dikenal Bajuri. Pria itulah yang
menegurnya siang kemarin ketika ia ingin masuk gedung.
Demikian juga dengan dua penjaga yang lain, yang siang
kemarin sambil membawa tongkat karet sempat
mengancamnya agar tidak masuk gedung. Wajah Bajuri
masih pucat, bahkan masih terlihat gemetaran. Yang
paling ia takuti bukan perlakukan ketiga penjaga itu, tapi
penjara…..ya penjara! Basuki membayangkan bahwa
petugas-petugas keamanan itu akan melaporkannya ke
polisi karena mencuri, dan ia tidak bisa membayangkan
akibat selanjutnya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 153

Tapi kenapa mereka tiba-tiba menjadi bersikap
baik? Bahkan satu diantaranya meghidangkan teh manis
dan dan roti tawar di hadapannya! Banyak pertanyaan
yang berkecamuk di kepala Bajuri yang masih terasa
sedikit pusing.

“Silakan diminum tehnya, mumpung masih hangat.
Ini roti untuk sarapan. Tolong jangan diulangi ya, Pak!
Bapak kan sudah dikasih tahu kemarin, jangan masuk ke
gedung, karena gedung sudah disterilkan, mau ada
peresmian nanti siang.” Kata penjaga yang tubuhnya
paling kekar, yang kemarin siang sempat mendorongnya
sampai terjengkang. Penjaga itu turun dari kursi dan
menundukkan kepalanya sambil menggeser gelas dan
piring yang berisi teh hangat dan roti ke tempat Bajuri
duduk.

Bajuri hanya mengangguk sambil minta maaf.
Tidak sengaja tangannya merogoh kantongnya. Meskipun
dadanya masih terasa nyeri, tapi lega rasanya amplop itu
masih di sakunya. Bajuri kemudian bangun dan duduk di
lantai dengan bersanda tembok. Badannya sudah lebih
enak.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 154

“Bapak temannya Pak Ansori yang kapan hari
meninggal karena kecelakaan kerja ya Pak?”

Bajuri nampak kaget menerima pertanyaan itu.
Dilihatnya wajah penjaga yang kali ini ikut duduk di lantai
di sebelahnya tersenyum ke arahnya. Agak ragu Bajuri
untuk menjawab.

“Ya Pak, kasihan isterinya mau melahirkan anak
pertama. Sudah 10 tahun ia menikah, baru berhasil hamil.
Ia menitipkan amplop ke saya untuk diberikan kepada
isterinya yang hamil tua, mungkin untuk biaya kelahiran
anaknya atau mungkin berisi sesuatu yang berharga.
Kelihatannya beliau sudah punya firasat,” kata Bajuri
sambil membayangkan saat-saat Ansori yang nafasnya
terputus-putus itu memberikan ampolp ke dirinya.
Meskipun amplop itu kini di sakunya, Bajuri sama sekali
tidak tertarik untuk membukanya.

“Saya bukan pencuri Pak. Saya hanya ingin
mengambil amplop yang sempat terjatuh ketika saya
dibawa ke ambulans dan kata teman-teman saya di
simpan di meja kepala administrasi yang sedang cuti,” kali
ini kata-kata Bajuri lebih lancar, mungkin karena sikap
penjaga-penjaga itu yang kini lebih ramah.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 155

“Sudah enggak apa-apa, Pak. Sebentar lagi
teman-teman kami akan datang untuk kelancaran acara
peresmian. Kalau sudah baikan badannya mari saya
antar keluar. Kami juga minta maaf karena hanya
menjalankan tugas. Ini sedikit uang dari kami untuk naik
angkutan pulang. Sampaikan salam kami untuk istri Pak
Ansori ya,” kata penjaga itu sambil memberikan beberapa
lembar uang lima puluh ribuan.

Bajuri dengan halus berusaha menolak, tapi
petugas itu terus memaksa, mungkin sebagai penebus
kesalahannya yang telah memperlakukan Bajuri dengan
buruk. Akhirnya Bajuri menerima pemberian itu, meskipun
sebenarnya enggan.

Setelah minum teh hangat yang disediakan, ia
segera mohon pamit tanpa makan roti yang sudah
disediakan. Ketiga petugas itu mengawal Bajuri dari
belakang sampai halaman depan gedung. Mereka tidak
ingin kejadian pagi tadi diketahui atasannya, apalagi
pemilik gedung. Ada perasaan menyesal di hati ketiga
petugas keamanan itu ketika melihat pria yang sempat
mereka perlakukan dengan kasar, padahal orang yang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 156

dari belakang terlihat jalan terpincang-pincang itu
ternyata hanya seorang buruh seperti mereka.

Lalu, para petugas keamanan tersebut semakin
dibuat sangat menyesal karena sosok Bajuri yang berhati
mulia. Seorang yang setia kawan dan amanah
memegang janji. Bahkan demi sebuah amplop yang
dititipkan kepadanya, ia rela mengorbankan nyawanya.

Dengan langkah terpincang-pincang Bajuri
melintasi halaman gedung yang karangan bunganya
tampak lebih banyak daripada kemarin siang. Di
sepanjang pagar juga terlihat banyak umbul-umbul.
Beberapa orang sedang memperbaiki dekorasi di pintu
masuk gedung.

Beberapa pertugas keamanan yang baru datang
terlihat menatap dirinya ketika berpapasan. Tidak ada
yang tersenyum, tidak ada yang menyapa, Bajuri juga
tidak mengenal mereka.

Sebelum melewati pagar menuju jalan raya Bajuri
berhenti sejenak. Matanya memperhatikan gedung
pencakar langit yang ada di depannya. Untuk melihat
puncaknya Bajuri harus mnengadahkan wajahnya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 157

Walaupun harus menerima kenyataan pahit, diam-
diam hatinya merasa bangga bahwa ia termasuk bagian
dari orang-orang yang turut andil menciptakan sejarah
pembangunan gedung tertinggi di Surabaya.

Ketika menoleh ke belakang, dilihatnya ketiga
petugas keamanan berdiri menatapnya. Tidak terlihat lagi
wajah menyeramkan, bahkan sebelum memalingkan
wajahnya, dilihatnya petugas itu tersenyum kepadanya
dan melambaikan tangan ke arahnya. Bajuri membalas
senyuman dan lambaian tangan mereka kemudian
dengan mantap melangkah keluar halaman gedung
kemudian belok kanan mengikuti trotoar Jalan Embong
Malang. Ia ingin segera pulang ke Nganjuk dengan naik
kereta api dari Stasiun KA Gubeng.

Bajuri sebenarnya ingin segera pergi ke rumah
Ansori dan menyerahkan amplop coklat yang terus
digenggam di sakunya kepada isteri sahabatnya itu. Tapi
Bajuri ragu, bagaimana kalau ia bertemu dengan ibunya
Ansori? Bagaimana ia harus menjawab dan menyikapi
kalau saja ibu yang kehilangan anak tunggalnya itu tiba-
tiba mengamuk kepadanya? Ah, itu urusan nanti. Yang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 158

penting sekarang ini ia tidak mau kehilangan amplop itu
lagi.

Bajuri memilih berjalan kaki menuju stasiun yang
jaraknya sekitar satu setengah kilometer. Dengan deretan
pohon dan bunga-bunga Tabebuya yang sedang merekah
di tepi jalan serta trotoar yang lebar dan rapi. Surabaya
adalah kota yang selalu ada di hatinya.

Matahari mulai naik tapi panasnya terasa hangat di
tubuh Bajuri yang sambil berjalan terpincang-pincang tapi
tetap berusaha bersyukur apapun yang dialaminya.
Meskipun nasib baik tidak selalu berpihak kepadanya

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 159

JUARA MENULIS DI BLOG

Oleh Sasi Apri Rohmawati

Pagi hari ini tidak ada yang berbeda, sama seperti
biasanya. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku
melangkah ke perpustakaan bersama Nana dan Zia.
Mereka sahabatku sejak aku kelas satu SD. Ke manapun
pergi, kami selalu bersama.

Kak Asya menyapa kami dengan ramah.
“Selamat siang Adik-adik. Ada yang bisa kakak
bantu?”
Kami pun menjawab sapa Kak Asya
“Selamat siang kak Asya yang cantik.”
“Aku cuma mau baca buku Kak,” jawab Nana.
“Sama aku juga“ sahut aku dan Zia.
“Baiklah, jangan lupa isi buku pengunjung dulu, ya.
Selamat membaca ...”
“Terimakasih Kak Asya,” ucap kami bersama.
Tiba-tiba kakiku terhenti saat melihat ada komputer
baru berwarna pink di ujung dekat rak majalah. Aku
melangkah mendekati komputer itu.
“WOW …. Bagus sekali, cantik lagi. Pink warna
kesukaanku,” gumamku dalam hati.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 160

“WOW …. Bagus banget komputernya,
touchscreen lagi,” teriak Zia. Kemudian kak Asya
mendekati.

“Adik-adik suaranya dikecilin ya, nanti menganggu
pengunjung yang lain,” Kak Asya memberi nasihat
kepada kami.

“Makanya Zia jangan berisik. ini perpustakaan
bukan pasar hihihi,” ledek Nana.

Tampak wajah Zia cemberut seperti jeruk purut.
“Baik Kak Asya, maafin Zia ya bikin berisik,” jawab
Zia.
“Ini buat apa kak? Aku baru melihatnya,” kataku.
“Oh ini dibuat adik-adik yang sudah punya member
atau menjadi anggota perpustakaan untuk bisa mencari
buku lewat website perpustakaan dan juga bisa membaca
hasil karya tulis para anggota yang dimuat di blog ini,”
Kak Asya memberi penjelasan kepada kami.
“Haaah ... blog ? Apa itu Kak blog?” teriak kami
lagi.
“Hust, jangan keras-keras suaranya! Jadi, blog itu
salah satu jenis website yang kontennya berisi pemikiran
satu atau beberapa penulis dan memiliki urutan posting

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 161

secara kronologis (dari konten terbaru ke konten terlama)
lewat internet. Sayangnya konten blog ini baru berisi
tulisan dewasa dan remaja.” jawab kak Asya.

“Oh …. Begitu. Bagaimana kalau kita bikin tulisan
di blog itu?” usul Nana.

“Wah ide bagus itu. Coba kak Asya usul ke kepala
sekolah. Nah, sebentar lagi akan memperingati hari
Bahasa. Sekalian kita bikin perlombaan Menulis Cerita
Anak di Blog. Gimana menurut kalian ?” kata kak Asya.

“Bagus Kak Asya. Kita mau … kita mau,” jawab
Zia.

“Tapi kita kan belum pernah menulis cerita,” eluhku
dengan wajah murung.

“Tenang Adik-adik, sebelum ada lomba nanti kak
Asya beserta tim perpustakaan dan juga guru-guru akan
mengadakan workshop atau pelatihan menulis terlebih
dahulu untuk anak-anak yang ingin mengikuti lomba
menulis,” jelas kak Asya.

“Asyiiik,” jawab kami semua.
Seminggu kemudian acara workshop pun tiba.
Pelaksanaan acara dilakukan di gedung aula sekolah

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 162

dekat Perpustakaan. Ada ratusan peserta yang mendaftar
mengikuti lomba Menulis Cerita Anak di Blog.

Para peserta antusias mengikuti workshop. Dan
yang paling ditunggu adalah kehadiran kak Dadan
Ramadhan dan kak Gol A Gong. Seorang penulis cerita
anak yang terkenal di seluruh Indonesia. Karyanya sudah
banyak dicetak dan diterbitkan dari berbagi penerbit yang
ada di Indonesia.

Sebelum workshop dimulai, bapak kepala sekolah
memberi sambutan kepada peserta.

“Jika kalian ingin dikenal, menulislah karena
dengan menulis berarti kalian telah memberikan manfaat
bagi orang lain. Seperti sabda Rasulullah, Sebaik-baik
manusia adalah memberikan manfaat bagi sesamanya.
Dan, saatnya sekarang kita memberikan manfaat bagi
banyak manusia. Apalagi di era digital seperti ini, kita
boleh saja memakai gadget. Tetapi harus bisa
memanfaatkannya dengan baik. Terutama generasi
millennial saat ini , mereka banyak menggunakan gadget,
internet tetapi hanya untuk bermain game atau melihat
video yang tidak pantas. Jadi bapak harap kalian setelah
mengikuti workshop ini karya tulis kalian akan dibaca dan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 163

bermanfaat bagi generasi millennial lainnya. Jadi mulailah
untuk menulis saat ini dan berikan yang terbaik untuk
bangsa dan negara.” Semua peserta memberi applause
yang meriah untuk kepala sekolah.

Saatnya kak Dadan dan kak Gol A Gong memberi
materi menulis kepada kami. Kata kak Dadan

“Tujuan utama kita mengikuti lomba bukan hanya
karena ingin mendapatkan hadiah tetapi untuk menggali
potensi dalam diri, menambah wawasan Kenapa? karena
sebelum kita menulis pasti mencari bahan atau ide untuk
menulis caranya dengan membaca buku. Sama seperti
kak Dadan dan kak Gol A Gong. Jika ingin menjadi
penulis terkenal kita harus banyak membaca buku agar
kosakata yang akan kita tulis nanti beragam. Kemudian
tulisan kita bermanfaat bagi orang lain seperti yang telah
disampaikan bapak kepala sekolah tadi. Jangan berhenti
untuk membaca dan teruslah berkarya untuk membuat
karya tulis atau menulis cerita.”

Semua peserta langsung bersemangat mendengar
pesan dari kak Dadan kak Gol A Gong. Mereka akhirnya
paham tujuan dari menulis, cara menulis yang baik,
membuat kerangka karangan sebelum menulis dan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 164

aturan dalam menulis sesuai ejaan atau kosakata dalam
Bahasa Indonesia.

Tiga hari berlalu setelah acara workshop selesai,
Saatnya lomba menulis cerita anak dimulai. Ini adalah
pengalaman pertamaku untuk mengikuti lomba menulis,
tetapi aku sudah menemukan ide yang pas untuk lomba
ini. Karena sebelumnya aku sudah banyak membaca
buku yang ada di perpustakaan dan berlatih menulis
cerita di rumah ditemani bunda.

Tema yang diusung kali ini tentang Ciptakan
Literasi Menulis untuk Generasi Milenial . Bagi karyanya
yang sangat bagus sesuai kriteria, hasil karyanya akan
dimuat di blog. Semua tampak serius mengikuti lomba ini.

Saatnya pengumuman pemenang lomba. Semua
peserta tampak tegang karena menunggu hasil keputusan
juri, tak terkecuali aku yang sembari tadi membaca doa
dengan bibir komat kamit agar Allah mendengar doaku.

Juara harapan III diraih Feira Renata dari kelas 4D,
juara harapan II diraih Brendy Sukmodiardjo dari kelas
4F, juara harapan I diraih Zia Prambudi Hardjo dari kelas
5C.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 165

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 166

Aku terharu ternyata Zia mendapatkan juara, Kami
saling berpelukan. Zia pun naik ke panggung. Untuk
pemenang utama juara III diraih Tio Ranggono dari kelas
4A, juara II diraih Nana Hardiani Ningsih dari kelas 5D
dan juara pertama diraih Azahra Salwa Cinta dari 5B.

Hah? aku juara satu, kataku dalam hati, Seperti
mimpi. Aku langsung bersujud mengucap syukur. Kami
bertiga mendapatkan juara semua. Aku menangis terharu.
Bapak kepala sekolah memberikan hadiah kepada kami.
Dan kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada
seluruh juri, kepala sekolah dan terutama kak Asya yang
sudah memberikan semangat selama kita berlatih menulis
di perpustakaan.

Keesokan harinya karya kami dimuat di blog
perpustakaan sekolah. Anak-anak juga bisa membacanya
lewat gadget atau handphone mereka.

Tak ketinggalan wajah kami juga terpampang di
sana sebagai pemenang. Kami menjadi rajin membaca
dan menulis agar tulisan kami bermanfaat bagi teman-
teman lainnya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 167

BUKAN CINTA BIASA

Oleh Maria Novita

Minggu, 19 Maret 2019
Hai, sobat! Perkenalkan, namaku Melisa. Aku

seorang gadis remaja kelas satu Sekolah Menengah
Atas, berperawakan sedang, ramah dan memiliki banyak
teman. Di sore hari yang cerah ini, aku sedang mengikuti
kegiatan rohani di gereja. Salah satu dari sekian kegiatan
yang aku ikuti. Aku punya tiga orang sahabat, mereka
adalah Grace, Rosa dan Ika. Mereka yang sering
menemaniku selama kegiatan. Grace yang cantik, Rosa
yang cerewet dan Ika yang pendiam, sering membuatku
tertawa.

“Kalau latihan yang serius. Jangan bercanda.
Kok seperti itu latihannya!” terdengar teriakan seorang
temanku yang bernama Jojo.

Aku berbisik kepada Grace, “Jahat banget anak
itu. Kalau ngelatih berasa dia paling pintar.”

“Sssttt … jangan keras-keras ngomongnya. Dia
itu adik dari ketua organisasi ini,” jawab Grace.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 168

“Sebodohlah aku sama dia, mau adik ketua kek,
saudara ketua kek atau bahkan ketua aku gak peduli,”
ucapku dengan berapi-api.

Bagiku, tidak ada yang bisa mengalahkan aku,
tidak ada yang boleh meremehkan aku. Aku harus benar.

Setelah teman-teman yang lain maju untuk
latihan, tiba giliranku yang harus latihan. Latihan untuk
menyiapkan acara gereja dan yang menyebalkan, Jojo
yang melatih aku.

Oh My God! kenapa Jojo lagi? Jojo lagi?, tanyaku
dalam hati.

Aku berlatih sesuai dengan arahannya, berharap
tidak bermasalah dengannya.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Jojo
dengan sabar dan ramah memberi arahan padaku.

“Aku capek Jo, kalau latihan terus dari tadi. Aku
mau istirahat,” kataku pada Jojo

“Tapi, Melisa kamu harus berlatih lagi sampai
bisa. Waktunya sudah mepet,” sanggah Jojo

Akhirnya, mau gak mau aku tetap berlatih dan
mengikuti instruksi Jojo. Hingga waktu berlatih telah
selesai.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 169

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 170

“Mel, sudah sore loh. Gimana kalau kamu
nebeng aku aja pulang nya,” Jojo memberiku penawaran.

Aneh rasanya, mendengar Jojo menawarkan
kepadaku untuk pulang bersamanya karena yang ada di
pikiranku saat ini adalah Jojo yang tegas, jahat dan jutek.

“Mel, kok malah bengong. Gimana ajakanku”
ucapan Jojo membuyarkan lamunanku.

Secepat mungkin aku menjawab “Ehm ... lain kali
ya Jo. Aku sudah janjian sama Grace dan Rosa”.

“Oke, gak masalah” jawab Jojo dan berlalu
meninggalkanku.

Di luar gereja, Grace dan Rosa menungguku.
Mereka bertanya padaku “Kok, lama sekali kamu latihan”

“Ya, kata Jojo aku harus berlatih dengan serius.
Waktunya mepet,” jawabku

“Masa sih, karena itu” Goda Grace sambil
tersenyum,

“Ehm ... menurutku sih, karena hal lain,” Rosa
juga memberikan pendapatnya.

“Ayo, kita pulang aja, aku sudah capek,” ajak ku
pada Grace dan Rosa.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 171

Malam hari di rumah, aku menyiapkan pelajaran,
belajar dan bergegas untuk makan malam.

CUIT ... CUIT ... CUIT …, terdengar handphone
milikku berbunyi. Setelah aku lihat, ternyata ada
WhatsApp masuk.

“Selamat malam, Melisa. Selamat belajar dan
sampai ketemu minggu depan” begitu teks yang terdapat
pada WhatsApp yang dikirimkan oleh Jojo. Aku
tersenyum sendiri, membayangkan senyum manisnya
padaku.

***

Minggu, 26 Maret 2019
Hari Minggu ini, aku berlatih lagi untuk persiapan

kegiatan di gereja. Aku, Grace, Rosa dan Ika berlatih
dengan serius. Tampak banyak orang berlalu lalang di
depan gereja untuk menyiapkan acara.

“Semua petugas, siap di posisi seperti biasanya,”
instruksi Jojo kepadaku dan teman-teman. Kami
mengikuti latihan kali ini dengan serius, supaya tidak
melakukan kesalahan dan tidak terlalu lama untuk
berlatih.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 172

“Latihan kali ini finish, lanjut minggu depan untuk
geladi bersih. Aku harap, semua tetap konsisten seperti
ini,” arahan Jojo pada kami semua.

“Melisa, bisa kah aku berbicara padamu di
tempat lain?” pinta Jojo.

DAG ... DIG ... DUG … jantungku berdetak lebih
cepat dan mengiyakan ajakan Jojo.

Jojo mengajakku ngobrol dengan santai di taman
gereja. Jojo bercerita semua kegiatan dan pengalaman
nya sehari-hari padaku. Tak jarang, aku tertawa
mendengar cerita Jojo. Seakan-akan membuatku untuk
masuk dalam kejadian yang ia alami. Aku pun demikian,
bercerita tentang kehidupan sehari-hari padanya. Hingga
tak terasa, kami sudah bercengkrama hampir 2 jam di
taman gereja.

“Aku, pamit dulu ya Jo,” pintaku pada Jojo
dengan sopan.

“Tunggu, Melisa. Sebenarnya, ada yang ingin
aku katakan padamu,” cegah Jojo dengan cepat.

“Aku, menaruh hati padamu,” kata Jojo sambil
menatapku.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 173

“A ... a ... apa …? Aku? gak s ... sa ... lah
denger,” tanyaku dengan gagap.

“Gak Melisa, aku menaruh hati padamu karena
menurutku kamu selalu membuat aku penasaran dan
tingkah-lakumu mengalihkan duniaku,” jawab Jojo.

Di sore yang cerah ini, disaksikan burung gereja,
bunga dan ikan. Jojo yang terlihat jutek, menyatakan
perasaannya kepadaku. Entah apa yang ada di
pikirannya, hingga menaruh hati padaku. Seorang gadis
remaja yang emosinya masih labil dan childish. Aku
membiarkannya dengan tidak menjawab ucapannya,
biarkan waktu yang dapat menjawab semua ini.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 174

DIDI SI DUTA LITERASI

Oleh Dimas Dwi Senggona Saputro

“Lelah sekali hari ini ...” gerutu Didi dalam hati.
Sepulang sekolah tanpa istirahat, Didi harus
membantu Ayahnya untuk mencari botol-botol bekas.
“Ibu, Aku mau pamit keluar dulu ya. Didi mau
mulung sekaligus ke perpustakaan Balai Pemuda ingin
membaca buku,” ujar Didi.
“Iya Nak, tapi jangan pulang terlambat ya, nanti
Ayahmu bisa marah. Ingat ya dan hati-hati di jalan,”
nasihat ibu kepada Didi sebelum beranjak pergi.
“Baik Bu. Didi pamit dulu,” sambil mencium tangan
ibu lalu Didi melangkahkan kakinya keluar rumah.
Didi berharap akan mendapatkan sesuatu yang
menarik setibanya di Perpustakaan Balai Pemuda, entah
teman baru atau sesuatu yang dapat membuatnya
menjadi seorang yang dapat membanggakan
orangtuanya. Saat berjalan di lorong, tak sengaja Didi
menoleh ke papan pengumuman akan diadakan
pemilihan Duta Literasi tingkat Kota Surabaya yang
diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya. Didi pun membacanya dengan teliti dan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 175

saksama persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan
untuk mengikuti pemilihan duta tersebut. Aku harus
berhasil menjadi seorang Duta Literasi,” kata Didi dalam
hati. Didi sangat senang membaca, apalagi buku tentang
kerajinan.

Langit mulai gelap. Didi tidak sadar jika hari sudah
petang menandakan pukul 17.30 WIB. Didi lupa tidak
memulung. Didi pun bergegas pulang menuju rumah. Didi
berlari dengan cepat, Didi takut jika ketahuan ke
perpustakaan nanti ayahnya akan marah besar. Tiba-tiba
sandal yang dipakai Didi putus, Didi tetap berlari kencang
meski tidak memakai alas kaki. Didi tidak mempedulikan
walau kakinya kesakitan berlari karena tidak memakai
alas kaki.

Saat tinggal 10 langkah menuju rumah, Didi
berjalan pelan-pelan dengan suara nafas tersengal-
sengal. Ayah Didi sudah di depan rumah.

“Didi kamu dari mana?” mana hasil mulung hari
ini?” tanya Ayah.

Sambil merundukkan kepala Didi menjawab,
“MMMM … MMMM …. Itu Yah, Didi tidak dapat botol
sama sekali hari ini, maafkan aku Ayah, aku tadi mampir

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 176

ke perpustakaan, Didi tidak sadar jika sudah petang,” kata
Didi.

“Buat apa kamu membuang waktu ke
perpustakaan, tidak ada gunanya, sepulang sekolah
tugas kamu mulung bukan ke perpustakaan. Kita hanya
butuh uang untuk makan. Kita bukan orang kaya yang
bebas mau kemana saja. Besok kamu harus dapat 2 kali
lipat sebagai ganti hari ini,” ujar Ayah Didi.

“Tapi Ayah, aku ke perpustakaan untuk belajar,
bukan bermain,” jawab Didi.

“Jika kamu membantah lagi, Ayah tidak akan
menyekolahkanmu, ingat itu!” ujar Ayah Didi sambil
memukul Didi menggunakan ganggang sapu.

Didi menangis kesakitan mohon maaf dengan
tangan yang masih menenteng sandal yang putus. Tetapi,
Ayah masih terus memukuli Didi.

***

Setiap hari Didi sembunyi-sembunyi untuk belajar.
Di sela-sela memulung dia membaca buku, terkadang
mengerjakan PR, karena di rumah dia tidak sempat
mengerjakannya. Sepulang memulung dia harus merawat
ibu nya yang sakit. Ibu nya hanya bisa berbaring di

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 177

tempat tidur. Setiap hari Didi harus menyuapi makan dan
memandikan Ibunya. Setiap pagi sebelum sekolah Didi
juga memasak makanan untuk ibu dan ayahnya.

Keesokannya, Didi harus mengumpulkan banyak
botol. Didi berpikir bagaimana caranya mendapatkan
botol-botol dua kali lipat. Didi terpeleset botol bekas di
sekolah. Akhirnya Didi punya ide untuk mulung botol-botol
di sekolah pada jam istirahat. Biasanya Didi tidak pernah
memungut botol di sekolah. Didi terpaksa mengambil
sampah botol di sekolah bekas minum teman-temannya
agar memenuhi target dari ayah nya.

“Syukurlah aku bisa mendapatkan botol banyak di
sekolah,” gumam Didi.

Didi pun menyembunyikan sampah botol di
belakang sekolah. Sepulang sekolah baru ia ambil.
Sayang, teman-teman Didi yang usil melihat Didi
memulung botol-botol di sampah sekolah. Mereka pun
mengambil botol-botol yang dikumpulkan Didi.

KRING … KRING … KRING …. Bel sekolah
berbunyi. Didi berlari menuju belakang sekolah untuk
megambil botol-botol yang dipungutnya. Didi pun terkejut

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 178

karena botol-botolnya tidak ada. Didi mencari kesana
kemari tetapi tidak juga menemukannya.

“Dasar anak pemulung, di sekolahpun tetap
memungut botol-botol bekas, ujar Tio salah satu
temannya di sekolah.

“WKWKWK … Didi pemulung … Didi pemulung,”
teman-teman lainnya mengolok dan menertawakan Didi.
Didi hanya bisa menunduk sedih. Lalu, berlari
meninggalkan teman-temannya dan beranjak pulang.

Sesampainya di rumah, Didi langsung ganti baju
dan mengambil makan serta obat untuk ibunya. Didi
menyuapi Ibunya dengan lesu.

Ibu bertanya pada Didi, “Ada apa Nak?”
“Tidak kenapa-kenapa Bu, Didi hanya lelah saja,
pelajaran hari ini sangat sulit,” jawab Didi.
“Maafkan Ibu ya Didi selalu merepotkanmu, ibu
tidak bisa apa-apa lagi, Ibu memang tidak berguna,” ujar
Ibu.
“Tidak Ibu, Ibu perisai Didi, ini tugas Didi. Dulu ibu
yang merawat Didi, sekarang kewajiban Didi merawat Ibu,
apalagi saat sakit seperti ini,” kata Didi.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 179

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 180

Setelah selesai merawat Ibu. Didi pamit pergi untuk
memulung. Setiap tong sampah yang dilalui Didi, Didi
tidak juga mendapatkan botol. Sebuah botol bekas
bagaikan emas berlian untuk Didi dan keluarganya. Didi
berjalan tanpa henti dengan sandal usang yang telah
diperbaiki dengan paku bekas yang telah ditancapkan di
sandal usangnya. Didi pun meneteskan air mata karena
tidak mendapatkan sampah botol sama sekali. Dari ujung
jalan Didi melihat ada acara pernikahan yang telah usai.
Didi berlari menuju rumah yang berada di ujung jalan.
Dugaan Didi benar, akhirnya ia mengambil sampah botol
yang telah dibuang di samping rumah mewah tersebut.
Didi mendapatkan dua karung besar penuh. Didi pun
segera pulang dengan hati gembira.

Setiap malam ketika Ayah tertidur lelap, Didi
sembunyi-sembunyi belajar dan membaca buku-buku
kerajinan dari barang bekas di yang dipinjamnya di
perpustakaan. Sampai pada akhirya Didi memiliki ide
untuk memanfaatkan botol bekas menjadi sebuah
kerajinan yang menghasilkan uang. Sejak saat itu Didi
bertekad untuk mengumpulkan buku-buku dan barang
bekas untuk membuat kerajinan. Meskipun dengan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 181

barang seadanya. Setiap pulang sekolah Didi bergegas
dan berlari menuju perpustakaan untuk meminjam buku
kerajinan agar tidak telat pulang ke rumah. jika telat
pulang Didi selalu dimarahi Ayah karena terlambat pergi
mulung.

Didi sangat senang akhirnya ia berhasil membuat
beberapa contoh karya yang akan ditawarkan ke guru-
guru dan teman-temannya di sekolah. Banyak guru-guru
dan teman-teman terkesan dengan karya Didi. Didi pun
kebanjiran order. Setiap malam ketika ibu dan ayahnya
sudah tidur, Didi mulai mengerjakannya hingga pukul
01.00 WIB dini hari. Meski kantuk tak tertahankan, Didi
tetap semangat mengerjakan pesanan tersebut.

Sampai akhirnya Didi lupa belum mendaftar
menjadi duta literasi. Hari itu hari terakhir pendaftaran,
sepulang sekolah Didi segera berlari menuju
perpustakaan Balai Pemuda untuk mendaftar menjadi
duta literasi. Didi segera membuka tas nya dan mencari
formulir pendaftarannya. Didi teringat ketika mengambil
formulir, ada beberapa persyaratan, salah satu
diantaranya diminta mengumpulkan sebuah cerita dengan
tema Bagaimana Memanfaatkan Buku. Didi membuat

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 182

cerita tentang memanfaatkan buku kerajinan yang
menghasilkan uang. Malam itu juga Didi mengerjakan
dengan tulisan tangannya yang mungil, lusuh, tetapi
penuh dengan semangat.

KRING ... KRING ... KRING …. Bel pulang
sekolah berbunyi. Didi penuh semangat untuk bergegas
menuju Perpustakaan Balai Pemuda dan segera
menyerahkan formulir pendaftaran pemilihan Duta Literasi
kepada Kakak Pustakawan. Setelah mengisi buku
pengunjung, Didi langsung menuju Front Office untuk
menyerahkan formulirnya.

“Ini Kak formulir saya,” kata Didi sambil
menyodorkan kertas formulir kepada Kakak Pustakawan.

“Baik Dik. Ini kakak terima. Adik tidak boleh
terlambat ya besok. Pukul 10.00 WIB proses pemilihan
sudah dimulai,” kata Kakak Pustakawan kepada Didi.

“Baik Kak. Doakan saya terpilih ya Kak menjadi
Duta Literasi,” kata Didi sebelum beranjak pulang.

“Iya Dik, semoga Adik terpilih menjadi Duta
Literasi. Namun jangan lupa belajar ya dik, supaya besok
berjalan dengan lancar. Hati-hati dijalan ya Dik,” Kakak
Pustakawan memberikan semangat kepada Didi.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 183

“Terima kasih Kak,” kata Didi dan beranjak pulang.
Hemm Aku merasa cemas, apakah aku nanti
berhasil ya. Semoga aku bisa menjawab segala jenis
pertanyaan yang di lontarkan para juri. Aku pasti bisa dan
terpilih menjadi Duta Literasi, batin Didi dalam hatinya.
Tidak terasa nama Didi dipanggil untuk maju. Didi
berjalan penuh percaya diri dan semangat, dengan
disaksikan oleh Ayah dan Ibu, Didi berharap bisa
memberikan penampilan yang terbaik dihadapan juri dan
juga kedua orangtuanya. Didi memperkenalkan dirinya
dihadapan dewan juri.
“Sudah siap?” tanya seorang juri setelah Didi
selesai memperkanalkan dirinya.
“Asiaaaaapppp,” jawab Didi penuh semangat.
Akhirnya proses tanya jawab dimulai. Didi terlihat
menguasai panggung dengan menjawab segala jenis
pertanyaan kepada Didi dan dewan juri pun terpukau
dengan setiap jawabannya. Saat itu juga Didi
memperoleh nilai terbaik dari seluruh peserta yang ada.
Semuanya memberikan selamat kepadanya. Air mata ibu
menetes tanpa terasa. Didi berhasil menjadi Duta Literasi
tingkat kota Surabaya tahun 2019, sekaligus menjadi

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 184

kebanggan bagi orangtuanya. Dengan terpilihnya Didi
menjadi Duta Literasi, Didi kini lebih giat lagi belajar dan
menularkan virus literasi kepada teman-temannya untuk
terus belajar dan meluangkan waktu untuk membaca di
Perpustakaan atau Taman Baca Masyarakat.

Sejak saat itu ayah Didi sadar meski dirinya
seorang pemulung, masih ada harapan besar untuk Didi
menjadi orang yang sukses dan membanggakan.
Sekarang Didi tidak dilarang berkunjung ke perpustakaan
oleh ayahnya. Teman-teman Didi yang suka jahil dan
mengejek Didi juga tidak pernah jahil lagi. Didi berhasil
menyadarkan ayahnya serta teman-temannya dengan
sebuah prestasi, meski dirinya seorang pemulung, dia
bisa menjadi anak yang hebat.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 185

BURUNG PIPIT YANG SUKA MENOLONG

Oleh Melyana Putri Kartikasari

Pagi yang cerah, Rere si burung pipit tertidur di
ranting pohon mangga yang rindang. Tubuhnya yang kecil
naik turun seirama ranting yang tertiup angin. Matahari
mulai beranjak naik, cahayanya masuk ke celah dahan
membuat pola polkadot yang lucu dan menyenangkan.

Rere bangun perlahan ketika salah satu daun
tersibak hingga cahaya masuk dan pola bulat kecil
tergambar di sayap sebelah kanannya. Matanya yang
bulat besar melihat sekitar, ia tidak melihat teman-
temannya. Mereka telah meninggalkan pohon untuk
mencari makanan. Rere melebarkan sayapnya,
meregangkan otot yang kaku semalaman, dan merapikan
beberapa bulu yang berantakan terkena angin malam.

BRAKKK!!!
Rere melompat. Ia terperangah melihat moncong
putih tepat di hadapannya. Ranting pohon mangga yang
lebat membuat moncong putih itu berhenti. Jika tidak,
sudah pasti Burung Besar ini yang sudah menabraknya
dan mungkin dia akan jatuh di bawah pohon mangga ini.
Diperhatikannya Burung Besar tersebut. Rere terdiam,

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 186

begitu juga dengan Burung Besar itu. Tak ada sesuatu
yang terucap dari mulut Rere. Ia takut Burung Besar itu
marah. Rere tampak bingung, ia tak pernah melihat
burung sebesar ini di sekitar pohon mangga.

Beberapa lama kemudian, Rere melihat Burung
Besar itu. Ia tahu tidak aman terlalu dekat dengannya.
Namun, nalurinya mengatakan bahwa Burung Besar
butuh pertolongan. Rere merasa Burung Besar kesakitan
setelah pendaratan kasar yang terjadi.

“Halo, Tuan Burung Besar! Siapa namamu? Aku
Rere ... aku dan teman-teman menjadikan pohon ini
rumah kami.” Ia memperkenalkan diri dengan ramah dan
sedikit takut.

“Apa kau baik-baik saja? Apa kau memerlukan
bantuan dariku? Jika menurutmu aku tidak cukup kuat,
aku bisa memanggil teman-temanku,” katanya mencoba
ramah. Si Burung Besar tetap terdiam. Rere yang masih
kebingungan, mencoba melempari beberapa kerikil ke
pohon mangga. Tetap tak ada tanggapan dari si Burung
Besar.

Tak lama setelah itu, anak kecil berdatangan di
bawah pohon mangga. Mereka tampak seru dan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 187

menunjuk padanya. Dilihatnya di antara yang lain, ada
seorang anak paling kecil sedang menangis.

Rere yang ketakutan sembunyi di lubang besar
yang terdapat pada pohon mangga, sembari mengintip
anak-anak yang mencoba melempar pohon mangga
dengan apa pun yang ditemukan, ada batu, tongkat,
bola tangan, atau sandal yang mereka pakai. Setelah
beberapa saat, ia menyadari bahwa yang dilempari bukan
dia, tetapi si Burung Besar.

Tak lama setelah itu, anak terbesar mencoba
memanjat pohon untuk mengambil si Burung Besar.
Usahanya hanya sampai pada setengah pohon. Anak
yang lain mencoba membawa gala panjang untuk
mengait si Burung Besar. Usaha mereka masih gagal dan
si Burung Besar tidak bergeming.

Rere terbang menuju kawan-kawannya di taman
sebelah. Ia melihat kawanannya telah selesai makan.
Semua telah kekenyangan, mereka mulai saling bercerita
dengan bercericit. Rere tahu bahwa ia telah kehabisan
makanan pagi ini. Namun, saat ini bukan itu tujuannya
mencari teman-temannya. Setelah mendarat dengan
sedikit terburu-buru ia menceritakan semua hal tentang si

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 188

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 189

Burung Besar. Sebagian temannya takut, sebagian
yang lain percaya bahwa si Burung Besar tidak
berbahaya. Mereka pun terbang kembali ke pohon
mangga.

Sekembalinya di pohon mangga, Rere dan teman-
temannya menemukan si Burung Besar masih terjebak
pada ranting pohon. Namun, ia tidak menemukan anak-
anak kecil yang sedari tadi mencoba menyelamatkan si
Burung Besar.

“Tadi … ada beberapa anak yang mencoba
menyelamatkan Tuan Burung Besar, kawan-kawan. Aku
kira si Burung Besar adalah teman anak-anak itu karena
satu di antaranya terlihat begitu sedih,” jelas Rere kepada
teman-temannya.

“Baik, kalau Burung Besar itu memang tidak
berbahaya seperti katamu, Re. Mari kita bantu dia agar
terbebas dari ranting pohon mangga ini,” kata salah satu
teman Rere.

“Oke, aku akan memberitahu anak-anak itu. Jadi,
ketika ia terbebas, bisa bertemu dengan anak-anak tadi,
bagaimana? Kata Rere bersemangat.

“Ide bagus,” kata mereka serempak.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 190

Rere melesat menuju perkampungan. Ia membawa
beberapa kerikil kecil pada paruhnya. Ia melihat beberapa
anak kecil berkumpul dan menenangkan seorang anak
paling kecil. Rere tahu itulah teman-teman si Burung
Besar. Maka Rere mulai menjatuhkan kerikil kecil pada
mereka. Anak-anak kecil itu pun mengejar Rere. Rere
terbang ke sana kemari mencoba bercericit untuk menarik
perhatian.

Di pohon mangga, teman-teman Rere sudah
menunggu. Mereka bercericit bersamaan. Suaranya
nyaring dan indah. Rere hinggap pada Burung Besar
yang telah mendarat di bawah pohon mangga. Anak-anak
kecil pun menyadari bahwa pesawat mainan yang baru
mereka beli tadi tidak lagi tersangkut di pohon. Anak
paling kecil yang sedari tadi menangis pun jadi tersenyum
dan bergembira. Ia melihat ke pohon mangga dan
melambai pada Rere dan teman-temannya. Lalu berlari
pulang.

Rere merasa puas telah bisa membantu seorang
anak untuk tersenyum kembali. Ia membayangkan si
Burung Besar telah bercerita banyak. Lamunan itu buyar
ketika dia tahu hari sudah sore dan ia merasa sangat

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 191

lapar. Ia tahu ia belum makan sedari pagi. Dari kejauhan,
ia melihat anak kecil membawa si Burung Besar
mendekat ke pohon mangga. Dia meletakkan beberapa
roti dan biji-bijian, lalu tersenyum memandang ke pohon
mangga dan pergi. Rere pun meluncur turun memakan
biji-bijian dan roti, tidak lupa ia membagi kepada teman-
temannya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 192

HIDAYAH

Oleh Anjar Setyo Rahayu

Namaku Syifa, aku sekarang berusia 17 tahun, dan
masih aktif di kegiatan pondok pesantren di Kota
Surabaya. Aku dulu memiliki guru pondok yang bernama
Ustaz Irham. Dia berasal dari Kota Jombang, Jawa
Timur. Setiap hari, dia mengajar pelajaran tauhid dan
tasawuf di pondok pesantrenku. Meski hanya sebagai
guru mengaji dengan gaji pas-pasan, tetapi Ustaz Irham
sangat bersemangat mengajar di pondok pesantrenku.
Aku sangat senang bila pelajaran tauhid dan tasawuf
dimulai karena aku bisa bertemu dengan Ustaz Irham,
guru favoritku. Ustaz Irham sering mengajarkan tentang
nilai-nilai tauhid dan tasawuf dalam kehidupan yang sarat
akan makna. Memang sebelumnya, aku bukan orang
yang agamis. Aku selalu menilai kehidupan ini dengan
materi bukan esensi yang sebenarnya. Aku juga selalu
dibutakan dengan segala keinginan yang bersifat duniawi
dan membuat aku jauh dari Tuhan.

Aku juga dulunya anak yang pembangkang, tidak
pernah mendengarkan nasihat kedua orang tuaku. Aku
menganggap hidup ini berisi kesenangan belaka dan tidak

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 193


Click to View FlipBook Version